fisiologi sistem pendengaran pada manusia

Upload: vanthe-nav

Post on 09-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fisiologi

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Fisiologi Sistem Pendengaran Pada Manusia

    1/4

    FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN PADA MANUSIA

    FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN PADA MANUSIA

    B. Pendengaran

    Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah

    getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi

    karena kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan

    daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood,

    2001).

    Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang

    tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-

    gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu

    menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan

    terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf

    aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan

    potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).

    Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan,

    neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang

    terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami

    perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak

    dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami

    perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu

    suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan

    intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yangmelepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).

    Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui

    membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk

    pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan

    getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang

    tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis

    ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke

    cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita

    menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras

    ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).

    Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural / sensorineural deafness ( perseptif)

    serta tuli campur / mixed deafness (Soepardi et al, 2007).

    Tuli konduktif disebabkan oleh hal yang mengganggu hantaran normal daripada

    gelombang suara ke organ Corti. Jadi merupakan gangguan konduksi rangsangan

    suara melalui liang telinga, membran timpani, ruang telinga tengah, dan tulang

    pendengaran (Hassan et al, 2007).

    Pada telinga luar misalnya prop serumen atau benda asing dalam liang telinga, otitis

    eksterna, eksostosis. Pada telinga tengah misalnya OMA supurativa dan nonsupurativa,

    otitis media kronik dengan atau tanpa mastoiditis, perforasi membrana timpani, otitismedia serosa (glue ear), otitis media adesiva, otosklerosis, sumbatan tuba Eustachii,

  • 5/19/2018 Fisiologi Sistem Pendengaran Pada Manusia

    2/4

    barotrauma, trauma kepala disertai gangguan fungsi telinga oleh ossicular chain

    disruption atau oleh hematoma dalam telinga tengah, neoplasma (Hassan et al, 2007).

    Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam,

    nervus VIII atau di pusat pendengaran (Soepardi et al, 2007). Tuli saraf disebabkan

    oleh hal yang merintangi atau mengurangi reaksi normal dari sel rambut terhadapstimulasi oleh gelombang suara atau hal yang merintangi / mengganggu reaksi normal

    dari jalan serabut saraf organ Corti ke korteks serebral (Hassan et al, 2007).

    Kerusakan pada saraf atau koklea dapat disebabkan oleh trauma kepala disertai

    kerusakan os petrosus, trauma akustik misalnya ketulian akibat bising di pabrik,

    infeksi (virus pada parotitis, campak, influenza dan sebagainya), neoplasma (akustik

    neuroma, glomus jugulare), obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, preparat kina),

    gangguan serebrovaskular (Hassan et al, 2007).

    Tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli

    campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan

    komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnyatumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif) (Soepardi

    et al, 2007).

    Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan

    melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Pemeriksaan

    dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, sedangkan dengan

    menggunakan audiometer merupakan tes kuantitatif (Soepardi et al, 2007).

    Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk

    pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena ituuntuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz.

    Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila

    salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya gangguan

    pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil

    512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising

    disekitarnya (Soepardi et al, 2007).

    Terdapat berbagai macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes

    Bing, dan tes Stenger. Untuk mempermudah interpretasi secara klinik, dipakai tes

    Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach secara bersamaan (Soepardi et al, 2007).

    1. Tes Rinne

    Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran

    melalui tulang pada telinga yang diperiksa (Soepardi et al, 2007).

    Caranya yaitu garpu tala digetarkan, kemudian ditempelkan pada tulang mastoid

    sampai pendengar tidak mendengar lagi, lalu dipindahkan ke depan liang telinga.

    Disini akan terdengar lagi oleh karena hantaran udara lebih baik daripada melalui

    tulang. Ini disebut Rinne positif. Bila ada gangguan aliran udara disebut Rinne negatif.

    Rinne positif terdapat pada orang normal dan pada penderita gangguan saraf

    (neurosensoris). Rinne negatif terdapat pada gangguan aliran udara (tuli konduktif),

    misalnya di daerah membran timpani, serumen pada liang telinga, kerusakan tulang

    pendengaran, dan sebagainya (Hassan et al, 2007).

  • 5/19/2018 Fisiologi Sistem Pendengaran Pada Manusia

    3/4

    2. Tes Weber

    Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri

    dengan telinga kanan (Soepardi et al, 2007).

    Caranya yaitu garpu tala digetarkan dan diletakka di verteks, kemudian dibandingkan

    pendengara telinga kanan dan kiri. Pada orang normal pendengaran telinga kanan dan

    kiri sama (tidak ada lateralisasi). Bila ada gangguan konduksi, terjadi lateralisasi kearah telinga yang sakit. Bila ada gangguan saraf, terjadi lateralisasi ke telinga yang

    sehat. Hasil dinyatakan sebagai lateralisasi ke kanan / ke kiri atau lateralisasi negatif

    (Hassan et al, 2007).

    3. Tes Schwabach

    Tes Schwabach ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang orang

    yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal (Soepardi et al, 2007).

    Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak

    terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus

    mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih

    dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapatmendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada

    prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi

    disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama

    mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa (Soepardi et al,

    2007).

    4. Tes Bing (tes Oklusi)

    Cara pemeriksaan yaitu tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang

    telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan

    diletakkan pada pertengahan kepala (seperti pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasike telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang

    ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif

    (Soepardi et al, 2007).

    5. Tes Stenger

    Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli)

    (Soepardi et al, 2007).

    Cara pemeriksaan dengan menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang

    yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan

    masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan

    oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan(yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih

    keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga

    normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi, jadi telinga

    kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap

    menengar bunyi (Soepardi et al, 2007).

    Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis

    Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal

    Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli konduktif

    Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli sensorineuralCatatan: Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne

  • 5/19/2018 Fisiologi Sistem Pendengaran Pada Manusia

    4/4