fisiologi pendengaran
DESCRIPTION
sdfTRANSCRIPT
Fisiologi Pendengaran
Telinga merupakan salah satu dari bagian panca indera manusia yaitu indera
pendengar. Fungsi ini didukung penuh oleh sruktur dan anatomi yang sempurna.
Telinga yang terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam, selain berfungsi sebagai indera pendengar juga berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan tubuh. Bagian luar dan tengah menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara dalam
proses tersebut. Telinga dalam berisi dua system sensorik yang berbeda; koklea yang
mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-
impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar, dan apparatus vestibularis, yang
penting untuk sensasi keseimbangan.
Gelombang suara terdiri dari daerah-daerah pemampatan dan penjarangan
molekul udara yang berlangsung secara bergantian.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi
karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang-seling dengan
daerah-daerah bertekanan rendah (rarefraction) molekul tersebut. Setiap alat yang
mampu menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara.
Suatu contoh sederhana adalah garpu tala. Sewaktu dipukulkan, gigi garpu tala
tersebut bergetar. Ketika gigi garpu tala bergerak ke satu arah, molekul-molekul
udara di depannya terdorong bersama, atau tertekan, sehingga terjadi peningkatan
tekanan di daerah ini. Secara bersamaan, molekul-molekul udara di belakang gigi
garpu tala menyebar atau mengalami penjarangan sewaktu gigi bergerak ke depan,
sehingga terjadi penurunan tekanan di daerah ini. Pada saat gigi garpu tala bergerak
ke arah yang berlawanan, tercipta gelombang pemampatan dan penjarangan yang
berlawanan. Walaupun setiap molekul udara bergerak hanya dalam jarak pendek
sesuai getaran gigi garpu, gelombang pamampatan penjarangan yang berganti-gantian
tersebut menyebar dalam jarak yang cukup jauh seperti riak air. Molekul-molekul
udara yang terganggu akan mengganggu molekul-molekul lain di dekatnya, sehingga
tercipta daerah baru penekanan dan pengembangan, demikian seterusnya. Energi
suara secara berangsur-angsur mereda ketika gelombang suara bergerak menjauhi
sumber suara semula. Intensitas gelombang suara berkurang, sampai akhirnya lenyap
ketika gelombang suara terakhir terlalu lemah untuk menimbulkan gangguan pada
molekul-molekul udara di sekitarnya.
Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara,
misalnya air. Namun, perjalanan gelombang suara dalam media tersebut kurang
efisien; diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan
daripada pergerakan udara karena insersia (resistensi terhadap perubahan) cairan yang
lebih besar.
Suara ditandai oleh nada (tone, tinggi-rendahnya suara), intensitas
(kekuatan, kepekaan, loudness) dan timbre (kualitas, warnanada):
Nada suatu suara (misalnya, apakah itu not C atau G) ditentukan oleh
frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi
nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan
frekuensi dari 20 sampai 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka
terhadap frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus per detik.
Intensitas atau kepekaan (kekuatan) suatu suara bergantung pada
amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah
pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah penjarangan yang
bertekanan rendah. Dalam pendengaran, semakin besar amplitudo,
semakin keras (pekak) suara. Kepekaan dinyatakan dalam desibel
(dB), yaitu ukuran logaritmik intensitas dibandingkan dengan suara
teredam (terhalus) yang dapat terdengar-ambang pendengaran.
Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada
tambahan (overtone) yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada
dasar. Nada-nada tambahan juga merupakan penyebab perbedaan khas
suara manusia.
Telinga luar dan telinga tengah mengubah gelombang suara dari
hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam.
Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam berisi cairan.
Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan
dipindahkan ke telinga dalam, dan prosesnya melakukan kompensasi terhadap
berkurangnya energi suara yang terjadi sewaktu gelombang suara berpindah dari
udara ke air. Fungís ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.
Telinga luar terdiri dari pinna (bagian telinga, auricula), meatus auditorius
eksternus (saluran telinga), dan membrana timpani (gendang telinga). Pinna, suatu
lempeng tulang rawan terbungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan
menyalurkannya kedalam ke saluran telinga luar. Karena bentuknya, daun telinga
secara parcial menahan gelombang suara yang mendekati telinga dari arah belakang
dan depan, dengan demikian, membantu seseorang membedakan apakah suara datang
dari arah depan atau belakang.
Lokalisasi suara untuk menentukan apakah suara datang dari kanan atau kiri
ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara mencapai telinga
yang terletak lebih dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat daripada gelombang
tersebut mencapai telinga satunya. Kedua, suara terdengar kurang kuat sewaktu
mencapai telinga yang lebih jauh, karena kepala berfungsi sebagai sawar suara yang
secara partial mengganggu perambatan gelombang suara. Korteks pendengaran
mengintegrasikan semua petunjuk tersebut untuk menentukan lokasi sumber suara.
Pintu masuk ke dalam kanalis telinga (saluran telinga) dijaga oleh rambut-
rambut halus. Kulit yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar-kelenjar
keringat termodifikasi yang menghasilkan serumen (kotoran telinga), suatu reaksi
lengket yang menangkap partikel-pertikel asing yang halus. Rambut halus dan
serumen tersebut membantu mecegah partikel-partikel lain dari udara masuk ke
bagian dalam saluran telinga, tempat mereka menumpuk dan mencederai membrane
timpani dan mengganggu pendengaran.
Membran timpani, yang teregang menutupi pinna masuk ke telinga tengah,
bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara yang
bertekanan tunggi dan rendah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang
sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang
suara.
Tekanan udara istirahat di kedua sisi membran timpani harus setara agar
membran dapat bergerak bebas sewaktu gelombang suara mengenainya. Bagian luar
gendang telinga terpajan ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui saluran
telinga. Bagian dalam gendang telinga yang berhadapan dengan rongga telinga tengah
juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba Eustachius (auditoria), yang
menghubungkan telinga tengah ke faring (bagian belakang tenggorokan). Tuba
eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat dibuka dengan gerakan
menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut memungkinkan tekanan
udara di dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan atmosfer,sehingga
tekanan di kedua sisi membran setara. Selama perubahan eksternal yang berlangsung
cepat (sebagai contoh, sewaktu pesawat lepas landas), kedua gendang telinga
menonjol keluar dan menimbulkan nyeri karena tekanan di luar telinga berubah
sedangkan tekanan di telinga tengah tidak berubah. Membuka tuba eustachius dengan
menguap memungkinkan tekanan di kedua sisi membran timpani seimbang, sehingga
menghilangkan distorsi tekanan dan gendang telinga kembali ke posisinya semula.
Infeksi yang berasal dari tenggorokan kadang-kadang menyebar melalui tuba
eustachius ke telinga tengah. Penimbunan cairan yang terjadi di telinga tengah tidak
saja menimbulkan nyeri tetapi juga mengganggu hantaran suara melintasi telinga
tengah.
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrana timpani ke cairan
telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga
tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus dan stapes) yang berjalan
melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membrana timpani, dan
tulang terahir stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang berisi
cairan. Ketika membrana timpani bergetar sebagi respon terhadap gelombang suara,
rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan
frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tekanan di
jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti
gelombang pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
gelombang suara semula. Namun, seperti dinyatakan sebelumnya, diperlukan tekanan
yang lebih besar untuk menggerakkan cairan. Terdapat dua mekanisme yang erkaitan
dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk
menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani
jauh lebih besar daripada luas permukaan jendela oval, terjadi peningkatan tekanan
ketika gaya yang bekerja di membran timpani disalurkan ke jendela oval ( tekanan =
gaya/satuan luas ). Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan
keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan
gaya yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara
yang langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk
menyebabkan pergerakan cairan koklea.
Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai
respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membrana timpani
menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah dibatasi. Pengurangan
pergerakan stuktur-struktur telinga tengah ini menghilangkan transmisi gelombang
suara keras ke telinga dala untuk melindungi perangkat sensorik yang sanagt peka
dari kerusakan. Namun, respons refleks ini relaif lambat, timbul paling sedikit 40
mdet setelah pajanan suara keras. Dengan demikian, refleks ini hanya memberikan
perlindungan terhadap suara keras berkepanjangan, bukan terhadap suara keras yang
timbul mendadak, misalnya suara ledakan.
Sel rambut di organ Corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal
saraf.
Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah suatu
sistem tubulus bergelung yang terletak di dalam tulang temporalis. Di seluruh
panjangnya, koklea dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi cairan.
Duktus koklearis yang buntu, yang juga dikenal sebagai skala media, membentuk
kompartemen tengah. Saluran ini berjalan sepanjang bagian tengah koklea, hampir
mencapai ujungnya. Kompartemen atas, yakni skala vestibuli, mengikuti kontur
bagian dalam spiral, dan skala timpani, kompartemen bawah, mengukuti kontur luar
spiral. Cairan di dalam duktus koklearis disebut endolimfe. Skala vestibuli dan skala
timpani keduanya mengandung cairan yang sedikit berbeda, yaitu perilimfe. Daerah
di luar ujung duktus koklearis tempat cairan di kompartemen atas dan bawah
berhubungan dengan helikotrema. Skala vestibuli disekat dari rongga telinga tengah
oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil berlapis membran lainya,
yakni jendela bundar, menyekat skala timpani dari telinga tengah. Membran
vistibularis yang tipis memisahkan duktus koklearis dari skala vestibuli. Membran
basilaris membentuk lantai duktus koklearis, memisahkannya dari skala timpani.
Membrana basilaris sangat penting karena mengandung organ Corti, organ untuk
indera pendengar.
Organ Corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh panjangnya
mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor untuk suara. Sel-sel rambut
yang menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis
mengalami perubahan bentuk berkiatan dengan gerakan cairan di telinga dalam.
Rambut-rambut ini secara mekanis terbenam di dalam membran tektorial, suatu
tonjolan mirip tenda-rumah yang menggantung sepanjang organ Corti.
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan
timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat
ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela
oval menonjol ke dalam,yaitu:
1. perubahan posisi jendela bundar
2. defleksi membrana basilaris
Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di
kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan ke kompartemen bawah,
tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar ke dalam
rongga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes
bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar ke arah telinga tengah, perilimfe
mengalir dalam arah yang berlawanan, mengubah posisi jendela bundar ke dalam.
Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara, tetapi hanya menghamburkan
tekanan.
Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara
mengambil “jalan pintas”. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan
melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian
melalui membrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut
menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian. Perbedaan utama
pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membrana basilaris
menyebabkan membran ini bergerak ka atas dan ke bawah, atau bergetar, secara
sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ Corti menumpang pada membrana
basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris
bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam membrana
tektorial yang kaku dan stasioner, rambut-rambut tersebut akan membengkok ke
depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap
membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini
menyebabkan saluran-saluran ion gerbang-mekanis di sel-sel rambut terbuka dan
tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolatisai dan
hiperpolarisasi yang bergantian-pontensial reseptor-dengan frekuensi yang sama
dengan rangsangan suara semula.
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui
sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf
auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana basilaris
bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang
menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan
pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat
perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke
bawah).
Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi
gerakan-gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan
maju-mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-
rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran
di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor,
sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang
merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara di terjemahkan menjadi sinyal
saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.
Diskriminasi nada bergantung pada daerah membrana basilaris yang
bergetar, diskriminasi kepekaan suara bergantung pada amlpitudo getaran.
Diskriminasi nada (yaitu, kemampuan membedakan berbagai frekuensi
gelombang suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris,
yang menyempit dan kaku di ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung
helikotremanya. Berbagai daerah di membrana basilaris secara alamiah bergetar
secara maksimum pada frekuensi yang berbeda, yaitu, setiap frekuensi
memperlihatkan getaran puncak di titik-titik tertentu di sepanjang membrana. Ujung
sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi,
sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada
nada-nada rendah. Nada-nada antara berada di sepanjang membrana basilaris dari
frekuensi tinggi ke rendah. Ketika gelombang suara dengan frekuensi tertentu
terbentuk di koklea oleh getaran stapes, gelombang akan berjalan ke daerah di
membrana basilaris yang secara alamiah berrespons maksimum terhadap gelombang
suara tersebut. Energi tekanan akan dihamburkan oleh getaran membrana yang kuat,
sehingga gelombang suara lenyap di daerah yang mengalami getaran maksimum.
Sel-sel rambut di puncak getaran membrana basilaris (daerah yang paling
banyak bergetar) mengalami paling banyak perubahan bentuk mekanis dan, dengan
demikian, merupakan sel-sel yang paling tereksitasi. Informasi ini diteruskan ke SSP,
yang menginterpretasikan pola stimulasi sel rambut sebagai suatu suara dengan
frekuensi tertentu. Teknik-teknik modern telah dapat menentukan bahwa membrana
basilaris disetel sedemikian rupa, sehingga respons membran puncak terhadap suatu
nada mungkin tidak melebihi lebar beberapa sel rambut saja.
Nada-nada tambahan dengan berbagai frekuensi menyebabkan banyak titik
di sepanjang membran basilaris ikut bergetar secara simultan, tetapi dengan intensitas
yang lebih rendah daripada nada dasar, sehingga SSP mampu membedakan warna
nada.
Diskriminasi intensitas (kepekaan) bergantung pada amplitudo getaran.
Sewaktu gelombang suara yang berasal dari sumber suara yang lebih keras mengenai
gendang telinga, getaran di gendang telinga lebih kuat lagi (yaitu, gendang menonjol
dan mencekung lebih luas), tetapi pada frekuensi yang sama dengan suara yang lebih
pelan dan bernada sama. Defleksi membrana timpani yang lebih luas ini diubah
menjadi amplitudo pergerakan membrana basilaris besar di daerah puncak yang
berespons. SSP menginterpretasikan getaran membrana basilaris yang lebih kuat
sebagai suara yang lebih keras.
Sistem pendengaran sangat peka dan dapat mendeteksi suara-suara yang
sedemikian halus, sehingga jarak defleksi membrana basilaris hanya dapat
dibandingkan dengan fraksi garis tengah sebuah atom hidrogen terkecil. Tidaklah
mengherankan bahwa suara yang sangat keras, yang tidak dapat diperlembut secara
adekuat oleh refleks-refleks protektif telinga tengah (misalnya, suara konser rock),
dapat menyebabkan getaran membrana basilaris sangat hebat, sehingga sel-sel rambut
yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan menimbulkan
gangguan pendengaran parsial.
Korteks pendengaran dipetakan berdasarkan nada.
Seperti bagian-bagian membrana basilaris yang dibagi menurut nada
tertentu, korteks pendengaran juga tersusun secara topografi tonus. Setiap daerah di
membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks pendengaran
dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron korteks hanya diaktifkan
oleh nada-nada tertentu, setiap daerah di korteks pendengaran tereksitasi hanya
sebagai respons terhadap nada tertentu yang dideteksi oleh bagian tertentu membrana
basilaris.
Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel rambut
keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ Corti dan korteks
pendengaran melibatkan beberapa sinaps dalam perjalanannya, terutama adalah
sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak
menggunakan masukan pendengaran untuk kewaspadaan dan aurosal. Talamus
menyortir dan memancarkan sinyal ke atas. Tidak seperti jalur penglihatan, sinyal
pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-
seratnya bersilangan secara parsial di batang otak. Karena itu, gangguan di jalur
pendengaran pada salah satu sisi melewati batang otak tidak mengganggu
pendengaran di kedua telinga.
Seperti bagian lain korteks, korteks pendengaran primer tersusun dalam
kolom-kolom. Namun, berbeda dengan sistem penglihatan, belum diidentifikasi
adanya hierarki sel-sel di dalam kolom yang berespons terhadap sinyal pendengaran
yang semakin rumit. Korteks pendengaran primer tampaknya mempersepsikan suara-
suara diskret, sementara korteks pendengaran yang lebih tinggi di sekitarnya
mengintegrasikan suara-suara yang berbeda menjadi pola yang koheren dan berarti.
Jadi proses mendengar itu diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong
endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektorial. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Anatomi Alat-Alat Sistem Vestibular
Aparatus vestibularis merupakan bagian dari telinga dalam. Aparatus
vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di
dekat koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit yaitu utrikulus, dan sakulus.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan pada posisi dan gerakan kepala.
Seperti di koklea, semua kompartemen aparatus vestibularis mengandung endolimfe
dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga serupa dengan organ Corti, komponen vestibular
masing-masing mengandung sel rambut yang berespons terhadap perubahan mekanis
yang dicetuskan oleh gerakan-gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut
auditorius, reseptor vestibular juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,
bergantung pada gerakan cairan. Namun, tidak seperti sistem pendengaran, sebagaian
besar informasi dihasilkan oleh sistem vestibular tidak mencapai tingkat kesadaran.
Kanalis semisirkularis terdiri dari tiga saluran semisirkularis yang tersusun
tiga dimensi dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain di dekat koklea
jauh di dalam tulang temporalis. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanlis semisirkularis
terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula, suatu pembesaran di
pangkal kanalis. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan galatinosa seperti topi
di atasnya, yaitu kupula, yang menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula.
Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan, seperti ganggang laut yang mengikuti
arah gelombang laut.
Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai
perubahan rasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan informasi
mengenai posisi kepala relatif terhadap gaya gravitasi dan juga mendeteksi perubahan
dalam kecepatan gerakan linier (bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah).
Utrikulus dan sakulus merupakan struktur seperti kantong di rongga
bertulang antara koklea dan kanalis semisirkularis. Rambut-rambut pada sel-sel
rambut reseptif di organ-organ ini juga menonjol ke dalam suatu lembar galatinosa di
atasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium karbonat-
otolit-yang terbenam di dalam lapisan galatinosa, sehingga lapisan tersebut terlihat
lebih berat dan lebih lembam (inert) daripada cairan di sekitarnya.
Daftar Pustaka
Higler, Adams Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. EGC: Jakarta
Prof. DR. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp. THT (K),dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan,Kepala dan Leher. FKUI: Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC:
Jakarta