fisika
DESCRIPTION
bundelan laporan praktikum fisika dasar universitas jambiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 1
NAMA ASISTEN LABORATORIUM
1. CANDRA ADI PUTRA (F1C111027)
2. TUTI FITRI YANI (F1C111037)
PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2014 / 2015
PENYUSUN
NAMA MAHASISWA
1. FADILA MARITO F0B014001
2. LIDIA WATI BR SEMBIRING F0B014002
3. YUNITA TAMBUNAN F0B014003
4. M. IQBAL ALMAISIR F0B014004
5. NOVI YANA CITRA YANI F0B014005
6. MEY IDAYANI F0B014006
7. ZHURIDA F0B014007
8. DELYLLA SINAGA F0B014008
9. VICKI MAWARDI F0B014009
10. AMUD SAMUDRA F0B014010
11. NUR AINI ATTAMIMI F0B014011
12. MEDTHA UTARI ANANDA F0B014012
13. PUTRI REISTY LESTARI F0B014013
14. HARTINA F0B014014
15. DWI NURUL FADHILLAH F0B014015
16. ANIKA FEBRI MAYUNI F0B014016
17. NUR FADILAH F0B014017
18. WINDA ARISKA F0B014018
19. ENDANG SUSANTI F0B014019
20. ARNI SHINTA WS F0B014020
21. KAMELIA F0B014021
22. LOLA NATALIA P A F0B014022
23. KHOIRUNISAH F0B014023
24. BELLA MUSTIKA RAHMAN F0B014024
25. ASRIANI F0B014025
26. SRI RAHAYU WULAN NINGSIH F0B014026
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PENYUSUN ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
PERCOBAAN KE – I
PENGGUNAAN ALAT – ALAT UKUR 1 ................................................. 1
PERCOBAAN KE – II
PENGGUNAAN ALAT – ALAT UKUR 2 ................................................. 16
PERCOBAAN KE – III
GERAK JATUH BEBAS ............................................................................ 31
PERCOBAAN KE – IV
BANDUL FISIS ........................................................................................... 49
PERCOBAAN KE – V
KOEFISIEN GESEK ................................................................................... 63
PERCOBAAN KE – VI
MODULUS YOUNG .................................................................................. 79
PERCOBAAN KE – VII
HIDRODINAMIKA .................................................................................... 94
PERCOBAAN KE – VIII
VISKOSITAS ZAT ALIR ........................................................................... 110
PERCOBAAN KE – XI
LINEAR AIR TRACK ................................................................................. 128
iii
PERCOBAAN KE – I
PENGGUNAAN ALAT – ALAT UKUR 1
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari penggunaan alat – alat ukur untuk pengukuran panjang,
massa dan volume.
2. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat – alat ukur dasar.
3. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang.
4. Dapat mengapilkasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam
pengolahan hasil pengukuran.
II. Landasan Teori
Fisika adalah ilmu tentang alam dalam makna yang luas. Fisika mempelajari
gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Para
fisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang
yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala
materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan
kosmos.
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam
semua system materi yang ada, seperti hokum kekekalan energy. Sifat semacam
ini sering disebut sebagai hokum fisika. Fisika sering disebut “ilmu paling
mendasar” karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi dan lain-lain)
mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika
(Nasri, 2006;19).
Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan
dalam notasi matematis dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit
daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan
Antara fisika dan matematika adalah fisika berkaitan dengan pemeran dunia
material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tidak
selalu berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu
1
tampak jelas, ada wilayah luas penelitian yang beririsan antara fisika dan
matematika, yakni matematis yang mengembangkan struktur matematis bagi
teori-teori fisika
(Wirasasmita, 1989;22).
Dalam fisika tentu terlepas dari kegiatan pengukuran. Kegiatan pengukuran
memerlukan alat ukur yang sesuai. Ketetapan hasil ukur salah satunya ditentukan
oleh jenis alat yang digunakan. Penggunaan suatu jenis alat ukur tertentu
ditentukan oleh beberapa factor seperti ketelitian hasil ukur yang diinginkan,
ukuran besaran yang diukur dan bentuk benda yang akan diukur.
Penggaris atau mistar , jangka sorong, dan micrometer sekrup merupakan
contoh alat ukur panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda,
sehingga diharuskan bias memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran.
Pemilihan alat ukuryang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil
pengukuran.
Jenis – jenis alat ukur panjang adalah sebagai berikut :
a. Jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus millimeter. Beberapa opini bahwa penemu jangka sorong
adalah orang Yunani yang bernama Vernier Capiler tetapi ada juga opini
yang mengatakan bahwa penemu jangka sorong adalah seorang ahli tekni
kebangsaan Prancis bernama Pierre Vernier.
Jangka sorong terdiri dari dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser
(sorong). Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap adalah skala
utama, sedangkan skala pendek pada rahang geser adalah skala nonius.
Skala utama memiliki skala dalam cm dan mm. sedangkan skala nonius
memiliki panjang 9 mm dan dibagi 10 skala. Sehingga beda satu skala
nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Kegunaan jangka sorong adalah untuk mengukur suatu benda dari sisi luar
dengan cara diapit, mengukur sisi dalam benda yang biasanya berupa
2
lubang untuk mengukur kedalaman suatu celah atau lubang pada suatu
benda dengan cara menancapkan atau menusukan bagian pengukur
(Cheshire, 1997; 87).
Ada dua jenis jangka sorong, yaitu :
Jangka sorong analog
Jangka ini tidak dilengkapi ukuran digital untuk mengukur suatu
benda. Pengukuran dengan jangka sorong menggunakan cara manual.
Jangka sorong digital
Jangka ini dilengkapi digital untuk mengukur suatu benda. Pengukuran
dengan jangka ini berjalan secara otomatis akan menunjukan panjang
suatu benda secara otomatis pada bagian jika kita mengukur suatu
benda.
b. Micrometer sekrup
Micrometer sekrup biasanya digunakan untuk mengukur benda-benda
yang tipis, seperti tebal kertas dan diameter rambut. Micrometer sekrup
terdiri atas dua bagian, yaitu selubung poros tetap dan selubung poros ulir.
Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama sedangkan pada
poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama micrometer sekrup
mempunyai skala dalam mm, skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian.
Satu bagian dalam skala nonius punya nilai 0,01 mm. Jadi, micrometer
sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari jangka sorong dan mistar
atau penggaris
(Grancoli, 1999;98).
c. Mistar
Mistar atau penggaris adalah alat ukur yang paling sering digunakan. Alat
ini memiliki skala terkecil 1mm atau 0,1 cm. mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dan skala terkecilnya yaitu 0,5 mm. pada saat
melakukan pengukuran dengan mistar diperlukan posisi yang baik dan
benar agar pengukuran mendapatkan hasil yang sempurna
(Efrizon, 2004;5).
3
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Micrometer sekrup
3.1.2 Bahan
1. Balok
2. Silinder
3. Bola baja
3.2 Skema Kerja
a. Jangka sorong
- Disiapkan
- Ditentukan skala nonius
- Ditentukan skala terkecil
- Diukur panjang balok
- Diulang sebanyak 5x
- Diukur lebar balok
- Diulang sebanyak 5x
- Dicatat
Jangka Sorong
Hasil
4
b. Micrometer sekrup
- Disiapkan
- Ditentukan skala nonius
- Ditentukan skala terkecil
- Diukur kertas karton
- Diulang sebanyak 5x
- Diukur kertas sampul
- Diulang sebanyak 5x
- Dicatat
-
c. Mistar
- Disiapkan
- Diukur panjang balok
- Diulang sebanyak 5x
- Diukur lebar balok
- Diulang sebanyak 5x
- Diukur tinggi balok
- Diulang sebanyak 5x
- Dicatat
-
Hasil
Micrometer sekrup
Hasil
Mistar
5
3.3 Gambar Alat
a. Mistar
b. Jangka sorong
c. Micrometer sekrup
6
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
a. Penggukuran menggunakan mistar
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata –rata
(mm)
Panjang 118 118 118 118 118 118
Lebar 77 77 77 77 77 77
Tinggi 59 59 59 59 59 59
b. Pengukuran menggunakan micrometer sekrup
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata –rata
(mm)
Tebal karton 0,18 0,23 0,14 0,23 0,23 0,202
Tebal kertas 0,08 0,08 0,05 0,07 0,07 0,07
Tebal kelereng 15,92 15,95 15,94 15,91 15,90 15,92
c. Pengukuran menggunakan jangka sorong
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata –rata
(mm)
Panjang 138 118 126 117 125 124,8
Lebar 97 76 80 77 76 81,2
Tinggi 60 58,5 58,5 61 62 60
7
4.2 Pembahasan
Berdasarkan landasan teori jangka sorong adalah alat ukur panjang yang
dilengkapi dengan nonius sehingga ketelitiannya ada yang sampai 0,02 mm. tanpa
nonius, jangka sorong mempunyai nst skala utama 1 mm dan batas ukur 150 mm.
Jangka sorong mempunyai bagian-bagian penting untuk digunakan sebagai
alat ukur yaitu skala utama, skala nonius, rahang geser atas, rahang geser bawah,
rahang tetap atas, rahang tetap bawah dan pengunci. Jangka sorong memiliki
ketelitian 0,005 cm. dengan ketelitian 0,005 cm jangka sorong dapat digunakan
untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincing lebih akurat.
Berdasarkan praktikum pada tangga 2 Oktober 2014 didapatkan hasil
pengukuran terhadap panjang, lebar dan tinggi dari sebuah balok. Dan kami telah
melakukan pengukuran dengan 5 kali pengulangan pada masing – masing
percobaan. Pada pengukuran terdapat kesalahan. Besar kecilnya kesalahan dalam
pengukuran bergantung pada :
a. Pengamat
b. Keadaan alat ukur
c. Kondisi indera pengamat
d. Jarak pandang pengamat
e. Arah pandang pengamat
Pada pelaksana praktikum ini kami merasa kesulitan karena keterbatasan
waktu yang digunakan hanya sebentar sedangkan percobaan yang akan diilakukan
banyak. Berdasarkan praktikum yang telah kami dapatkan adalah kami bias
menggunakan jangka sorong dan mengerti cara menghitung menggunakan jangka
sorong.
Berdasarkan landasan teori micrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang
mempunyai batas ukur maksimal 25 mm dan mempunyai nonius mencapai 0,01
mm juga nst skala utama micrometer sekrup adalah 0,5 mm karena pada jarak 25
8
mm skala utama terbagi dalam 50 skalasehingga jarak antara skala utama terdekat
adalah 0,5 mm.
Mikrometer sekrup mempunyai bagian – bagian penting untuk digunakan
yaitu landasan penjepit, lengan sekrup, skala utama, skala nonius, pemutar, dan
sekrup penggeser. Dengan ketelitiannya dapat mencapai 0,01 mm. micrometer
sekrupdapat digunakan untuk menghitung ketebalan suatu kertas, karton, dan
kelereng.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
pengukuran terhadap kertas karton dengan rata-ratanya adalah 0,202 mm,
ketebalah kertas HVS rata-ratanya adalah 0,07 mm dan ketebalan kelereng rata-
ratanya adalah 15,924 mm.
Percobaan ini dilakukan dengan 5 kali pengulangan agar dapat hasil yang baik
dan sempurna. Seringnya terjadi kesalahan dalam melakukan pengukuran untuk
mengurangi kesalahan pengukuran tersebut yang harus dilakukan adalah kejelian
dan ketelitian pengamat dalam pembacaan skala, juga micrometer sekrup yang
digunakan tidak rusak untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan landasan teori mistar adalah alat ukur yang memiliki skala
terkecil 1mm atau 0,1 cm. mistar adalah alat ukur yang paling sering digunakan.
Mistar memiliki ketelitian pengukuran setengah dan skala terkecilnya yaitu 0,5
mm. pada saat melakukan pengukuran dengan mistar, arah pandang harus tegak
lurus dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus
maka akan menyebabkan kesalahan dalam pengukurnya, bias lebih besar atau
lebih kecil dari ukuran aslinya.
Berdasarkan praktikum penggunaan alat-alat ukur 1 didapatkan hasilnya rata-
rata pengukuran pada sebuah balok panjangnya adalah 118 lebarnya 77 dan
tingginya adalah 59. Percobaan dilakukan dengan 5 kali pengulangan agar dapat
hasil yang maksimal.
9
V. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Bisa menggunakan alat-alat ukur untuk pengukuran panjang, massa
dan volume.
2. Bisa menggunakan dan memahami alat-alat – alat ukur dasar.
3. Bisa menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang.
4. Bisa mengapilkasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam
pengolahan hasil pengukuran.
5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya tidak ada gangguan dari orang
luar yang tidak bersangkutan agar tidak menyebabkan kebingungan pratikan.
Dan untuk lebih teliti lagi saat melakukan pengamatan juga tidak bermain-
main saat melakukan praktikum, disarankan agar serius.
10
DAFTAR PUSTAKA
Efrizon, Umar. 2004. Fisika Dasar. Bandung : Erlangga.
Grancoli. 1999. Fisika. Jakarta : Yudhistira.
Nazri, M.Z. 2006. Fisika Dasar. Yogyakarta : Erlangga.
Purwanto, Budi. 2007. Sains Fisika dan Penerapannya. Solo : Tiga Serangkai.
Wirasasmita, Omong.1989. Fisika. Bandung : Erlangga.
11
LAMPIRAN
a. Data
Penggukuran menggunakan mistar
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata –rata
(mm)
Panjang 118 118 118 118 118 118
Lebar 77 77 77 77 77 77
Tinggi 59 59 59 59 59 59
Pengukuran menggunakan micrometer sekrup
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata –rata
(mm)
Tebal karton 0,18 0,23 0,14 0,23 0,23 0,202
Tebal kertas 0,08 0,08 0,05 0,07 0,07 0,07
Tebal kelereng 15,92 15,95 15,94 15,91 15,90 15,92
Pengukuran menggunakan jangka sorong
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata –rata
(mm)
Panjang 138 118 126 117 125 124,8
Lebar 97 76 80 77 76 81,2
Tinggi 60 58,5 58,5 61 62 60
12
b. Perhitungan
- Pengukuran menggunakan jangka sorong
X = ( skala nonius x 0,05 ) + skala utama (mm)
- Pengukuran menggunakan mistar
- Pengukuran menggunakan micrometer sekrup
13
c. Evaluasi
1. Volume dari pengukuran jangka sorong ?
a. X1 = P x L x t
= 138 x 97 x 60 = 803160 mm3 = 0,000803160 m
3
b. X2 = P x L x t
= 118 x 76 x 58,5 = 524628 mm3 = 0,000524628 m
3
c. X3 = P x L x t
= 126 x 80 x 58,5 = 589680 mm3 = 0,000589680 m
3
d. X4 = P x L x t
= 117 x 77 x 61 = 549549 mm3 = 0,000549549 m
3
e. X5 = P x L x t
= 125 x 76 x 62 = 589000 mm3 = 0,000589 m
3
2. Volume dari pengukuran mistar ?
X1 = P x L x t
= 118 x 77 x 59 = 536074 mm3 = 0,000536074 m
3
X2 = P x L x t
= 118 x 77 x 59 = 536074 mm3 = 0,000536074 m
3
X3 = P x L x t
= 118 x 77 x 59 = 536074 mm3 = 0,000536074 m
3
X4 = P x L x t
= 118 x 77 x 59 = 536074 mm3 = 0,000536074 m
3
X5 = P x L x t
= 118 x 77 x 59 = 536074 mm3 = 0,000536074 m
3
3. Dari berbagai metode pengukuran yang paling baik adalah ?
Dari berbagai metode pengukuran yang paling baik adalah metode dengan
menggunakan alat micrometer sekrup karena micrometer sekrup memiliki
ketelitian lebih tinggi dari jangka sorong ataupun mistar dan penggaris.
14
4. Analisis dari percobaan yang telah dilakukan !
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa ada 3 alat
untuk mengukur panjang suatu benda, yaitu mistar, jangka sorong dan
micrometer sekrup. Dari semua alat ukur panjang tersebut yang dapat
ketelitian tinggi adalah micrometer sekrup karena ketelitiannya mencapai
0,01 mm sedangkan jangka sorong 0,1 mm dan mistal 0,5 mm.
15
PERCOBAAN KE – II
PENGGUNAAN ALAT – ALAT UKUR 2
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari penggunaan penggunaan alat-alat ukur untuk pengukuran
massa, temperature dan waktu.
2. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat – alat ukur dasar.
3. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang.
4. Dapat mengapilkasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam
pengolahan hasil pengukuran.
II. Landasan Teori
Pengukuran adalah penentuan besara, dimensi atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hamper semua
konsumen. Ada berbagai macam jenis pengukuran, seperti pengukuran massa,
pengukuran waktu, dan pengukuran panjang.
Pengukuran massa adlah banyaknya zat yang terkandung dalam suatu benda,
satuan SI nya adalah kilogram. Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang
dialami benda akibat gaya tarik bumi pada benda tersebut. untuk mengukur massa
benda dapat digunakan neraca atau timbangan.
Neraca merupakan alat yang digunakan untuk mengatur massa benda atau
logam. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu; neraca ohaus, neraca
gantung, neraca analog, neraca digital dan neraca pegas.
(Halliday, 1995;96).
Neraca ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0,01 gr. Prinsip
kerja neraca ini adalah dengan membandingkan massa benda yang akan diukur
dengan anak timbangan. Kemampuan pengukuran ini dapat digeser menjauh atau
mendekati poros neraca. Masaa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-
16
masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan
setimbang. Ketidak pastian neraca ohaus adalah 0,5 gram dan penemu neraca ini
adalah bernama Gustave Ohaus.
Neraca pegas adalah (dynamometer) adalah timbangan sederhana yang
menggunakan pegas sebagai sebagai alat menentukan massanya, pada pengait
itang terdapat dibagian bawah pegas. Neraca pegas mempunyai dua baris skala,
skala N adalah newton dan skala g adalah gram. Cara menggunakan neraca pegas
ini adalah gantungkan bendayang akan diukur massanya pada pengait yang
terdapat dibagian bawah pegas. Setelah keadaan sistem tenang, liat skla yang
ditunjukan oleh petunjuk skala. Cara membaca neraca pegas sama halnya seperti
penggunaan alat ukur mistar yaitu melihat angka yang ditujukan oleh petunjuk
skala. Batas ketelitian atau nilai skla terkecil biasanya digunakan adalah 0,1
N.Bagian-bagian pada neraca pegas adalah gantungan, petunjuk skala, pegas,
skala dan pengait.
(Yearimdong, 1999;213).
Pengukuran waktu adalah selama antara dua kejadian atau peristiwa. Sesuai
dengan namanya, pengukur waktu menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai
alat utamanya. Secara garis besar, teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua
bagian, yaitu pengambilan data secara langsung dan pengambilan data secara
tidak langsung.salah satu pengukuran waktu secara langsung adalah pengukuran
dengan jam henti. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat
waktu-waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat
yang telah disiapkan. Stopwatch memiliki skala utama yaitu detik dan skala
terkecil milidetik. Terdapat 10 skala terkecil sehingga nilai skala terkecilnya dalah
0,1 detik. Ketidakpastian stopwatch adalah 0,05 sekon. Ada dua macam
stopwatch, yaitu stopwatch analog dan digital.
Pengukuran suhu adalah kelembaban udara sekitar yang diukur. Biasanya
pengukuran suhu digunakan thermometer. Termemometer ditemukan oleh Galileo
Galilei (1564-1642). Galileo galilei adalah seorang berkebangsaan inggris yang
lahir di Paris, pada 15 Februari 1564. Selain menemukan thermometer, Galileo
17
juga berhasil mengembangkan teleskop dan juga berhasil mengubah berbagai
pendapat para ahli sebelumnya.
(Chesire, 1997:96-98).
Thermometer adalah alat yang identik dengan suhu badan karena alat tersebut
dikenal sebagai sarana untuk mengetahui suhu badan seseorang. Pada tahun 1593,
Galileo galilei memperkenalkan penemuanya yaitu thermometer air yang
merupakan menjadi dasar bagi pengembangan bagi thermometer selanjutnya.
Setelah penenemuan Galileo tersebut, pengembangan thermometer terus berlanjut
hingga pada 1714 ahli fiska dari Jerman yaitu Gabriel Fahreinheit yang
menemukan thermometer alkhol dan merkuri. Disini ia memperkenalkan skala
suhu menurut perhitungannnya yang selanjutnya dikenal dengan fahreinheit
(Gerraid, 1997;101).
Setelah fahreinhet muncul, nama Andreis Celsius ikut tersiar. Ia adalah
seorang ahli astronomi dari Swedia yang menemukan skala suhu derajat Celsius.
Perkembangan thermometer terus berlanjut hingga memunculkan nama bagi
thermometer lagi yaitu Lord William Thomson Kelvin. Ia adalah seorang ahli
ilmuwan dari Skotlandia. Nama ini memunculkan skala baru yaitu skala Kelvin.
Skala Kevin secara ekstrem batas akhir dari suhu panas dan batas akhir suhu
paling dingin. Pengembangan thermometer ini yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh beberapa ahli menunjukan bahwa kebutuhan perralatan
yang berkaitan dengan pengukuran suhu menjadi teramat penting bagi kehidupang
manusia.
Membahas mengenai thermometer, cara kerja thermometer air raksa adalah
alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan air raksa diujung bawah. Utnuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat
sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperature meningkatm, merkuri
akan mengembang naik keatas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu
disekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan
(Lawrence, 1996;52).
18
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1.Neraca ohaus
2. Neraca pegas
3. Thermometer
4. Stopwatch
3.1.2 Bahan
1. Balok bermassa
2. Air
3. Wadah air
4. Pemanas air
3.2 Skema Kerja
- Diperhatikan
- Disebutkan bagian dan fungsinya
- Dicari skala terbesar dan terkecil
- Ditentukan titik nol
- Diambil tiga benda
- Diukur
- Dicatat
Neraca Pegas
Hasil
19
- Ditentukan batas ukur
- Ditentukan skala terkecil
- Ditentukan ketelitian
- Dijelaskan fungsi benang
- Diukur air pada gelas ukur
- Dicatat
- Disebutkan bagian dan fungsi
- Ditentukan skala terbesar dan terkecilnya
- Dinolkan neraca
- Diambil tiga benda
- Diukur
- Dicatat
- Diamati bagian-bagiannya
- Ditentukan batas maksimum dan minimum
- Ditentukan skala terkecil
- Dipegang nadi anda
- Dihitung waktunya
- Dicatat
Thermometer
Hasil
Neraca O’haus
Hasil
Stopwatch
Hasil
20
3.3 Gambar Alat
a. Neraca Ohaus
b. Neraca Pegas
c. Stopwatch
d. Thermometer
21
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
a. Tabel data pengukuran benda dengan neraca O’haus
No. Nama benda Massa (gr)
1. Pena 6
2. Buku 8,5
3. Binder 392,7
b. Tabel data pengukuran benda dengan neraca pegas
No. Nama benda Massa (kg) Berat (N)
1. Logam 4 keping 0,2 2
2. Logam 6 keping 0,3 3
3. Logam 8 keping 0,4 4
c. Tabel data pengukuran dengan thermometer
No. Nama Waktu (s)
1. Denyut nadi I 0,6
2. Denyut nadi II 0,8
3. Denyut nadi III 1
d. Tabel data pengukuran dengan stopwatch
No. Nama Suhu (oC)
1. Suhu air I 29
2. Suhu air II 30
3. Suhu ruangan 27
22
4.2.Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang akan dibahas adalah alat ukur yang bertujuan
untuk mempelajari alat ukur massa, waktu, dan temperature beserta ketelitian
masing-masing alat ukur tersebut. Alat ukur yang digunakan pada praktikum kali
ini antara lain neraca ohaus, neraca pegas, thermometer dan stopwatch dan
masing-masing alat ukur mempunyai tingkat ketelitian yang berbeda-beda.
Pada percobaan pertama, pengukuran menggunakan neraca ohaus. Seperti
pada literature bahwa neraca ohaus adalah alat ukur massa benda dengan
ketelitian 0,01 gram. Dengan prinsip kerja membandingkan massa benda yang
akan diukur dengan anak timbangan. Kemampuan pengukuran ini dapat digeser
menjauh atau mendekati poros neraca. Neraca ohaus memiliki bagian-bagiannya
serta fungsinya sebagai berikut :
- Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
- Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca
tidak dapat digunakan untuk mengukur.
- Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat 3 lengan.
- Pemberat (anting) yang diletakan pada masing-masing lengan yang dapat
digeser dan sebagai hasil pengukuran.
- Titik nol atau garis kesetimbangan yang digunakan untuk menentukan titik
keseimbangan.
Skala dalam neraca ohaus banyak dan bergantung pada lengan yang
digunakan. Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca
yang digunakan saat pengukuran, misalnya neraca ohaus dengan tiga lengan dan
batas pengukuran 310 gram emmpunyai 0,01 gram ketelitiannya dan skala
terkecilnya adalah 0,1 gram
(Halliday, 1995;96).
Pada percobaan kedua, pengukuran menggunakan neraca pegas. Seperti
pada literature bahwa neraca pegas adalah timbangan sederhana yang
menggunakan pegas sebagai alat untuk menentukan massa benda. Neraca pegas
menggunakan skala newton dan skala gram. Batas ketelitian atau nilai skala
23
terkecil dari neraca pegas adalah 0,1 newton. Neraca pegas memiliki bagian-
bagian dan fungsinya adalah sebagai berikut :
- Gantungan sebagai tempat untuk memegang dinamometeragar tidak
mengganggu
- Petunjuk skala adalah bagian yang berfungsi untuk menunjukan skala hasil
pengukuran
- Pegas adalah bagian dari dynamometer (neraca pegas) yang sangat vital
- Skala adalah harga atau angka yang tertera dalam dynamometer yang
menunjukan hasil pengukuran
- Pengait sebagai tempat dimana benda diletakan
Pada pengukuran dengan menggunakan neraca pegas ada sedikit berbeda
dari neraca kebanyakan, neraca pegas dipengaruhi oleh gravitasi sehingga satuan
yang dimiliki neraca pegas agalah newton bukan kilogram atau gram seperti
kebanyakan dari neraca pada umumnya. Untuk mencari massa yang belum
diketahui bisa gunakan rumus berat yaitu W = m.g dengan m adalah massa dan g
adalah gravitasi bumi
(Lawrence,1996;53).
Berdasarkan literature thermometer adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur suhu dan memiliki batas ukur 100oC pada thermometer yang akan
digunakan untuk praktikum dengan memilki skala terkecil yaitu -11oC dan
ketelitian pengukuran dari thermometer adalah 1oC. Thermometer memiliki fungsi
benang pada thermometer. Fungsinya adalah saat mengukur atau menghitung
suhu lebih bagus karena tidak mengenai kontak langsung dengan salah satu
anggota tubuh kita misalnya tangan, jadi tidak akan mengganggu pengukuran
suhu dari thermometer.
Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan bahwa suhu air
adalah 31oC pada ruangan yang bersuhu 27
oC
(Gerraid, 1997;11).
24
Percobaan terakhir adalah percobaan menggunakan stopwatch yang
berguna untuk menghitung selang waktu suatu keadaan. Stopwatch memiliki skala
utama yaitu detik dan skala terkecil milidetik. Terdapat 10 skala terkecil sehingga
nilai skala terkecilnya dalah 0,1 detik. Ketidakpastian stopwatch adalah 0,05
sekon.
Berdasarkan literature stopwatch memiliki 2 macam yaitu analog dan
digital. Pada praktikum ini stopwatch yang digunakan adalah stopwatch analog.
Stopwatch analog yang digunakan ini memilki batas maksimum yaitu 59 menit
dan batas minimumnya adalah 0,1 sekon (Cheshire, 1997 ;97). Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, yang dihitung adalah lamanya denyut nadi
selama 10 kali denyutan dan setelah melakukan praktikum tersebut didapatkan
hasilnya dalah 6,3 sekon setiap 10 kali denyutan.
25
V. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Dapat menggunakan alat-alat ukur untuk pengukuran massa, temperature
dan waktu.
Pengukuran massa untuk menghitung massa suatu benda
Pengukuran temperature untuk menghitung suhu
Pengukuran waktu untuk mengukur lamanya selang waktu tertentu
2. Dapat menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar
Pengukuran massa, dilakukan dengan cara meletakan benda pada
meja benda di neraca dan menimbangnya dengan cara
menggerakan skala sampai garis berapad pada nol.
Pengukuran temperature, dilakukan dengan cara memegang benang
pada temperature lalu dicelupkan pada cairan yang akan diukur
suhunya, lalu lihat berhentinya garis merah pada thermometer.
Pengukuran waktu, dengan cara menekan tombol mulai saat akan
menghitung pada stopwatch dan menekan tombol berhenti saat
akan memberhentikan.
3. Dapat menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti
dalam pengolahan hasil pengukuran
5.2 Saran
Praktikum kali ini berjalan lancar hanya saja ada beberapa hal yang masih
harus diperbaiki agar menjadikan praktikum ini berjalan lebih baik lagi. Dan
untuk lebih teliti lagi saat melakukan pengamatan juga tidak bermain-main saat
melakukan praktikum, disarankan agar serius.
26
DAFTAR PUSTAKA
Cheshire. 1997. Fisika Modern. Jakarta : Erlangga.
Gerraid. 1997. Physic. Jakarta : Erlangga.
Halliday. 1995. Fisika Dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Lawrence. 1996. Fisika Dasar. Jakarta : Erlangga.
Yearimdong.1999. Fisika. Bandung : Yudhistira.
27
LAMPIRAN
a. Data
Tabel data pengukuran benda dengan neraca O’haus
No. Nama benda Massa (gr)
1. Pena 6
2. Buku 8,5
3. Binder 392,7
Tabel data pengukuran benda dengan neraca pegas
No. Nama benda Massa (kg) Berat (N)
1. Logam 4 keping 0,2 2
2. Logam 6 keping 0,3 3
3. Logam 8 keping 0,4 4
Tabel data pengukuran dengan thermometer
No. Nama Waktu (s)
1. Denyut nadi I 0,6
2. Denyut nadi II 0,8
3. Denyut nadi III 1
Tabel data pengukuran dengan stopwatch
No. Nama Suhu (oC)
1. Suhu air I 29
2. Suhu air II 30
3. Suhu ruangan 27
28
b. Perhitungan
Logam 4 keping dengan berat 2N
Logam 6 keping dengan berat 3 N
Logam 8 keping dengan berat 4 N
Suhu ruangan 27oC
27oC = 27 + 273
oK
= 300oK
Suhu air dalam gelas 31oC
31oC = 31 + 273
oK
= 304oK
29
c. Evaluasi
1. Tentukan NST dari neraca ohaus, neraca pegas, thermometer dan
stopwatch !
- Nst neraca ohaus : 0,01 gr
- Nst neraca pegas : 0,1 N
- Nst thermometer :-10oC
- Nst stopwatch analog : 0,1 sekon
- Nst stopwatch digital : 0,01 sekon
2. Bagaimana mennetukan NST dari alat ukur digital ?
Dengan cara melihat pada lat ukur tersebut karena NST dari alat ukur
digital sudah tertera pada alat ukur tersebut.
3. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut !
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur massa
digunakan neraca, baik neraca ohaus maupun neraca pegas hanya saja
berbeda pada satuan neracanya. Untuk mengukur waktu digunakan
stopwatch, baik digital maupuna analog bisa digunakan akan tetapi
ketelitian yang baik adalah digital. Untuk pengukuran suhu digunakan
thermometer air raksa yang akan mengahasilkan hasil yang baik.
30
PERCOBAAN KE – III
GERAK JATUH BEBAS
I. Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan percepatan gravitasi pada suatu
tempat dengan metode gerak jatuh bebas.
II. Landasan Teori
Salah satu contoh gerak dengan percepatan konstan adalah gerak jatuh
bebas , yaitu gerak benda yang dijatuhkan tanpa kecepatan awal dekat permukaan
bunyi. Bahwa benda jatuh itu mengalami percepatan yang konstan pada awalnya
disadari hingga zaman Galileo orang berpikir bahwa benda yang lebih ringan. (
Galileo {1564-1642}) menyatakan bahwa semua benda akan jatuh dengan
percepatan konstan yang sama , jika tidak ada hambatan udara atau lainnya. Jika
ada hambatan udara atau lainnya. Jika ada percepatan tentu kecepatannya
bertambah. Guna mendukung pendapatnya bahwa kecepatan gerak benda yang
jatuh bebas bertambah , Galileo menggunakan suatu argument “ sebuah batu yang
dijatuhkan dari ketinggian 2 m akan membenamkan pasak kedalam tanah jauh
lebih dalam daripada batu yang sama dijatuhkan dari ketinggian 10 cm
(Bambang Ruwanto,2011;57)
Percepatan gravitasi adalah percepatan yang dialami suatu benda daam
pengaruh medan gravitasi. Contoh sehari-hari percepatan gravitasi adalah apabila
sebuah benda dibiarkan tanpa penyangga, maka akan jatuh kebawah karena
mendapatkan percepatan gravitasi yang berasal dari medan gravitasi bumi,
peristiwa semacam ini disebut gerak jatuh bebas. jika sebuah benda jatuh kebawah
dalam medan gravitasi bumi dari ketinggian h, maka benda tersebut akan
mengalami percepatan gravitasi g yang konstan. Gerak jatuh bebas ini merupakan
gerak dipercepat beraturan. jika benda jatuh pada saat awal dengan kecepatan
awal , maka kecepatan sesaat benda dapat ditulis sebagai berikut :
V(t) = g.t ……….. (1)
31
h = ½. .g. t2 … (2)
(Tim Fisika Dasar, 2014;18)
Gerak jatuh bebas (GJB) adalah salah satu bentuk gerak lurus dalam satu
dimensi yang hanya dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi. Variasi dari gerak ni
adalah gerak jatuh bebas dipercepat dan gerak peluru . secara umum gerak
dipengaruhi oleh gaya gravitasi memiliki banyak bentuk : y= yo + vo . t + ½ g2
Dimana t:( waktu / s)
Y (posisi pada saat t / m)
Y0 (posisi pada saat awal m/s)
Vo (kecepatan pada saat awal m/s)
g(percepatan gravitasi m/s2)
akan tetapi untuk GJB diperlukan syarat tambahan yaitu V0 =0 sehingga
dirumuskan menjadi : Y=Y0 + ½.yt2
GJB dan analoginya :
Gerak oleh gaya gravitasi Gerak oleh gaya listrik
Gaya F=M.g F=q.E
Percepatan a=g A=q/m . E
Kecepatan V=g.t V=(q/m. E).t
Posisi Y=1/2.gt2
Y=1/2. (q/m. E). t2
(Surya,2005;45-46)
Persamaan gaya gravitasi diterapkan untuk bumi dan benda-benda lain
disekitarnya, maka M1 menjadi massa bumi (M) , M2 menjadi massa benda
sembarang (M), dan R adalah jarak benda diukur dari pusat bumi . gaya gravitasi
bumi tidak lain merupakan berat benda sehingga diperoleh :
Mg= Gm. M/R2 atau g= G. M/F
2
32
Jadi percepatan gravitasi bumi dipengaruhi oleh massa bumi dan jaraknya
terhadap pusat bumi. Percepatan gravitasi dipermukaan bumi g= 9.8 m/s2 serta jari
jari bumi R = 6,38 X 106 M
(Anang,2011;51)
Contoh gerak dengan percepatan (hampir) konstan yang sering digunakan
adalah gerak benda yang jatuh ke bumi. Bila tidak ada gesekan udara ternyata
semua benda yang jatuh pada tempat yang sama , tidak bergantung kepada ukuran
berat maupun susunan benda dan jika gerak yang ditempuh sama jatuh tidak
terlalu besar maka percepatannya dapat dianggap konstan selama jatuh , gerak
ideal ini yang mengabaikan gesekan udara dan perubahan kcil percepatan
terhadap ketinggian disebut gerak jatuh bebas
(Benson,2009;67)
33
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Mistar
2. Kabel penghubung
3. Papan pental
4. Sumber arus
5. Electromagnet
3.1.2 Bahan
1. Bola besi
2. Stopwatch
3.2 Skema Kerja
Diletakkan pada jarak 0,2 m dari atas meja
Diatur digita counter dan reset di kedudukan nol
Dipasang sedemikian rupa agar bola pejal setelah
berhenti akan jatuh di plat kontak
Digantung pada penahan magnet
Dihentikan dan dihitung jaraknya
Ditekan tombol morse dengan kuat
Dicata waktu jatuhnya yang ada pada digtita counter
Direset kembali ke nol
Digantung kembali bola pejal
Diulangi langkah 7 sebanyak 10 kali
Dihitung rata ratanya
Papan pental
Hasil
Bola pejal
34
3.3 Gambar Alat
a. Mistar
b. Kabel penghubung
c. Sumber arus
d. Electromagnet
35
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
a. Data percobaan gulungan tissu
Pengulangan h(meter) t(sekon) g(m/s2)
1 2,85 0,87 7,53
2 2,85 0,90 7,03
3 2,85 0,81 8,68
4 2,85 0,85 7,89
5 2,85 0,80 8,9
6 2,85 0,79 9,13
7 2,85 0,84 8,07
8 2,85 0,82 8,47
9 2,85 0,81 8,68
10 2,85 0,80 8,9
Rata- rata g (m/s2) = 8,328 m/s
2
Rata – rata t (sekon ) = 0,829 sekon
b. Data percobaan gulungan kertas
Pengulangan h(meter) t(sekon) g(m/s2)
1 2,85 0,76 9,18
2 2,85 0,78 9,5
3 2,85 0,74 10,40
4 2,85 0,72 10,99
5 2,85 0,79 9,19
6 2,85 0,72 10,99
7 2,85 0,71 11,4
8 2,85 0,75 10,13
9 2,85 0,76 9,9
10 2,85 0,77 9,6
36
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini kami melakukan praktikum yang berjudul gerak jatuh
bebas kami melakukan percobaan dengan menggunakan gulungan kertas dan
gulungan tissue. Dari data yang dilampirkan terdapat pruktuasi nilai (s) dan (g)
pada benda yang cukup signifikan untuk mempermudah pemahaman percobaan
ini menggunakan variable ketinggian yang konstan yaitu t = 2,85 m ketinggian ini
didapatkan dari hasil pengukuran tempat jatuhnya gulungan kertas dan gulungan
tissue pada lantai atas ke lantai bawah laboraturium.
Pada percobaan gerak jatuh bebas ini bertujuan untuk menentukan
percepatan gravitasi yang dialami suatu benda serta membuat grafik hasil dan
percobaan tersebut. Sebagai syarat awal suatu benda mengawali atau mengalami
gerakan gerak jatuh bebas maka saat dijatuhkan benda tersebut memiliki
kecepatan awal no.1 percobaan dilakukan dengan 10 kali pengulangan dengan
benda-benda yang berbeda. namun dengan ketinggian yang sama juga.
Percobaan tersebut dapat kami ketahui ketinggian beban dapat
mempengaruhi waktu untuk melakukan gerak jatuh bebas, hal tersebut dapat
dilihat dari hasil percobaan yang kami lakukan. semakin besar ketinggian suatu
benda dari lantai, maka akan semkain besar pula waktu yang dilakukan untuk
melakukan gerak jatuh bebas terseebut. Beban yang gunakan pada percobaan kali
ini adalah gulungan kertas dan gulungan tissue yang setiap massanya pasti
berbeda.
Dalam teori disebutkan bahwa besar gaya gravitasi yang dialami benda
yang melakukan gerak jatuh bebas akan sama dengan percepatan gravitasi bumi.
terjadinya selisih percepatan gravitasi yang kami peroleh ini disebabkan antara
lain yaitu kurang tepatnya dalam menentukan waktu ketika benda tepat
menyentuh dasar lantai, yang akibatnya akan mempengaruhi dari hasil percepatan
gravitasi benda yang diperoleh. Selisih itu percobaan diruangan terbuka
mengakibatkan terjadinya gesekan antara benda dan udara yang dapat
mempengaruhi perolehan waktu, sehingga akan berdampak pada nilai percepatan
gravitasi yang dialami oleh benda yang kami teliti.
37
Dengan demikian, percepatan benda jatuh bebas bergantung pada
ketinggian atas kedudukan benda terhadap permukaan lantai. Disamping itu,
percepatan atau pertambahan kecepatan pada saat jatuh bebas bergantung juga
pada lamanya waktu. benda yang kedudukannya lebih tinggi terhadap permukaan
lantai akan memrlukan waktu lebih lama untuk sampai pada permukaan lantai
dibandingkan benda yang berkedudukan lebih rendah. Hakekatnya gerak jatuh
bebas merupakan bahan pembahasan yang sangat menarik dalam ilmu filsafat
alam.
38
V. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
1. Ketinggian berbanding lurus dengan percepatan semakin tinggi
kedudukan kertas dan tissue terhadap permukaan lantai semakin cepat
kertas dan tissue tersebut saat hendak menyentuh permukaan lantai.
2. Percepatan benda jatuh bebas tergantung pada ketinggian atau
kedudukan terhadap permukaan lantai.
3. Percepatan atau pertambahan kecepatan suatu benda saat jatuh bebas
bergantung juga pada lamanya waktu.
4. Gerak jatuh bebas adalah gerakan benda akibat tarikan bumi tanpa
adanya gaya luar yang bekerja padanya.
5. Gerak jatuh bebas memiliki syarat yaitu kecepatan awalnya V0 = 0.
5.2 Saran
Diharapkan pada percobaan selanjutnya diharapkan ketilitian dan focus
agar tidak terjadi kesalahan dalam melaksanakan percobaan dan pada saat
percobaan dituntut untuk cepat dan tepat saat menekan tombol reset da stop pada
stopwatch agar waktu tepat pada saat benda jatuh ke tanah atau jatuh ke dasar
lantai.
39
DAFTAR PUSTAKA
Benson,Haris.2011.Asas-asas Fisika 2A.Jakarta:Yudhistira.
Ruwanto,bambang.2011.fisika kreatif.Jakarta:Bina Sumber Daya MIPA.
S,Anang.2009.Fisika IA.Jakarta:Erlangga.
Surya, Yohannes.2005.Fisika.Jakarta:Erlangga.
Tim Fisika Dasar.2014.Penuntun Fisika Dasar I.Jambi:Universitas Jambi.
40
LAMPIRAN
a. Data
Pengulangan h(meter) t(sekon) g(m/s2)
1 2,85 0,87 7,53
2 2,85 0,90 7,03
3 2,85 0,81 8,68
4 2,85 0,85 7,89
5 2,85 0,80 8,9
6 2,85 0,79 9,13
7 2,85 0,84 8,07
8 2,85 0,82 8,47
9 2,85 0,81 8,68
10 2,85 0,80 8,9
Rata- rata g (m/s2) = 8,328 m/s
2
Data percobaan gulungan kertas
Pengulangan h(meter) t(sekon) g(m/s2)
1 2,85 0,76 9,18
2 2,85 0,78 9,5
3 2,85 0,74 10,40
4 2,85 0,72 10,99
5 2,85 0,79 9,19
6 2,85 0,72 10,99
7 2,85 0,71 11,4
8 2,85 0,75 10,13
9 2,85 0,76 9,9
10 2,85 0,77 9,6
Rata- rat g (m/s2) = 10,342 m/s
2
41
b. Perhitungan
Perhitungan percobaan gulungan tissu
1) h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,875 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,7569 s2
2,85 m = 0,3748 s2 .
g
g. = 2,85m/0,3745 s2
g. = 7,53 m/s2
2) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,905 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,815 s2
2,85 m = 0,405 s2 .
g
g. = 2,85m/0,405 s2
g. = 7,03 m/s2
3) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,815 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,6561 s2
2,85 m = 0,32805 s2 .
g
g. = 2,85m/0,32805 s2
g. = 8,68 m/s2
4) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,85 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,7225 s2
2,85 m = 0,36125 s2 .
g
g. = 2,85m/0,36125 s2 = 7,89 m/s
2
5) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,805 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,64 s2
42
2,85 m = 0,32 s2 .
g
g. = 2,85m/0,32 s2
g. = 8,9 m/s2
6) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,79 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,6241 s2
2,85 m = 0,31205 s2 .
g
g. = 2,85m/0,31205 s2
g. = 9,13 m/s2
7) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,845 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,7056 s2
2,85 m = 0,3528 s2 .
g
g. = 2,85m/0,3258 s2
g. = 8,07 m/s2
8) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,82 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,6724 s2
2,85 m = 0,3362 s2 .
g
g. = 2,85m/0,3362 s2
g. = 8,47 m/s2
9) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,81 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,6561 s2
2,85 m = 0,32805 s2 .
g
g. = 2,85m/0,32805 s2
g. = 8,68 m/s2
43
10) h= ½ .g.t2
h = ½ .g.t2
2,85 m . = ½ . g (0,805 s)2
2,85 m = ½ . g . 0,64 s2
2,85 m = 0,32 s2 .
g
g. = 2,85m/0,3745 s2
g. = 8,9 m/s2
Rata- rata gravitasi (g) pada percobaan gulungan tissue
Rata-rata = P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10
10
= (7,53+7,03+8,68+7,89+8,9+9,13+8,07+8,47+8,68+8,9)
10
= 83,28 m/s2
= 8,328 m/s2
10
Rata-rata waktu (sekon) pada percobaan gulungan tissue
Rata-rata = P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10
10
= 0,87+0,9+0,81+0,85+0,8+0,79+0,84+0,82+0,81+0,80
10
= 8,29 sekon
10
= 0,829 sekon
Perhitungan percobaan gulungan kertas
1. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,76 s)2
2,85 m = ½.g. 0,5776 s2
2,85 m = g. 0,2888 s2
44
g. = 2,85 m
0,2888 s2
= 9,8 m/s
2
2. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,78 s)2
2,85 m = ½.g . 0,60845s2
2,85 m = g. 0,3042s2
g. = 2,85 m
0,3042
= 9,5 m/s2
3. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,74 s)2
2,85 m = ½.g. 0,5476 s2
2,85 m = g.0,2738 s2
g. = 2,85 m
0,2738 s2
= 10,4 m/s
2
4. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,72 s)2
2,85 m = ½.0,5184 g
2,85 m = g. 0,2592s2
g. = 2,85 m
0,2592
= 10,99 m/s2
5. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,79 s)2
2,85 m = ½.g . 0,6241 s2
2,85 m = g. 0,31205 s2
g. = 2,85 m
0,31205 s2
= 9,13 m/s
2
45
6. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,72 s)2
2,85 m = ½.g . 0,5184 s2
2,85 m = g.0,25925 s2
g. = 2,85 m
0,2592 s2
= 10,99 m/s
2
7. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,71 s)2
2,85 m = ½.g . 0,5041 s2
2,85 m = g.0,25205 s2
g. = 2,85 m
0,25205 s2
= 11,4 m/s
2
8. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,75 s)2
2,85 m = ½.g . 0,5625 s2
2,85 m = g.0,2815 s2
g. = 2,85 m
0,2815 s2
= 10,13 m/s
2
9. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,76 s)2
2,85 m = ½.g . 0,5776 s2
2,85 m = g. 0,2888 s2
g. = 2,85 m
0,2888 s2
= 9,9 m/s2
10. h. = ½.g.t2
2,85 m = ½. g.(0,77 s)2
2,85 m = ½.g. 0,5929 s2
2,85 m = g. 0,2964 s2
46
g. = 2,85 m
0,2964 s2
= 9,6 m/s
2
Rata- rata gravitasi (g) pada percobaan gulungan kertas
Rata-rata = P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10
10
= (9,8+9,5+10,4+10,96+9,13+10,99+11,4+10,17+9,9+9,6)
10
= 101,85 m/s2
= 10,185m/s2
10
Rata-rata waktu (sekon) pada percobaan gulungan kertas
Rata-rata = P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10
10
= 0,76+0,78+0,74+0,79+0,72+0,71+0,75+0,76+0,77
10
= 7,5 sekon
10
= 0,75 sekon
47
c. Evaluasi
1. Bagaimana pengaruh massa terhadap percepatan gravitasi ?
Pengaruh massa terhadap percepatan gravitasi adalah karena gravitasi
muncul dikarenakan adanya massa energy gravitasi menyebabkan adanya
percepatan.
2. Sebutkan ha-hal yang mempengaruhi gerak jatuh bebas ?
Hal-hal yang mempengaruhi gerak jatuh bebas yaitu : massa benda,
gravitasi, tinggi, waktu.
3. Bagaimana pengaruh rotasi terhadap gravitasi (g) ?
Pengaruh rotasi terhadap gravitasi yaitu tidak ada karena pada saat
gravitasi terjadi idak adanya rotasi yang terjadi.
48
PERCOBAAN KE - IV
BANDUL FISIS
I. Tujuan Percobaan
Percoban ini bertujuan untuk menentukan gerak harmonik sederhana dan
menentukan harga percepatan gravitasi pada suatu tempat dengan menggunakan
bandul fisis
II. Landasan Teori
Bandul fisis digunakan untuk menggambarkan gerakan berayun dari bandul
yang disebabkan oleh gravitasi. Untuk bandul (pendulum), beratnya (m.9)
tergantung dari titik tetap. Dengan menarik bandul kembali dan melepaskan, itu
akan berayun bolak-balik karena tarikan gravitasi dan tegangan disepanjang tali
atau kawat yang menggantungkan berat tadi. Gerakan ini terus berlanjut dengan
akibat inersia.
Menurut hukum dasar inersia, ketika berada dalam keadaan istirahat atau
bergerak, ia akan terus dalam keadaan itu kecuali ditindak lanjuti oleh kekuatan
eksternal. Dalam kasus bandul fisis, nadul akan berayun kembali kekuatan
eksternal bertindak untuk menghentikannya karena tidak ada kekuatan eksternal
bertindak diatasnya, itu dapat terus berayun tanpa batas melalui bujur yang sama
(Holiday, 1985 :365)
Bandul adalah benda yang terikat pada seutas tali dan dapat berayun secara
bebas dan periodik menyadari dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang
mempunyai ayunan dalam periodik (lama geraak isolasi satu ayunan, T)
dipengaruhi oleh panjang tali dan percepatan gravitasi mengikuti rumus:
T =2π√
Dimana :
49
T : Periode ayunan (s)
L : Panjang tali (m)
G : Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Ilmu fisika yang terkait pada ayunan ini yaitu dapat menghitung periode
yaitu selang waktu yang diperlukan beban untuk melakukan suatu getaran lengkap
dan juga kita dapat menghitung berapa besar gravitasi bumi disuatu tempat.
Ayunan yang digunakan dalah ayunan yang dibuat sedemikan rupa dengan
bebannya adalah bandul fisis. Bandul fisis tidak terlepas dari getaran. Getaran
adalah gerak bolak-balik secara periode melalui titik kesetimbangan. Getaran
dapat bersifat sederha dan dapat bersifat kompleks. Getaran yang dibahas tentang
bandul adalah getaran harmonik.
(Giancoli, 2001 : 401)
Bandul termasuk gerak sederhana anguler yaitu ayunan tempo ayunan
tidak bergantung dari besarnya amplitudo (jarak ayunan) asalkan amplitudo
tersebut tidak terlalu besar. Tempo ayunan sebanding larasnya dengan akar dari
panjangnya bandulan.
Bandul terbagi dua yaitu bandul mekanis dan bandul fisis. Bandul mekanis
adalah bandul sederhana yang merupakan sebuah ideal yang terdiri dari sebuah
partikel yang digantung pada seutas tali panjang yang ringan dan berayun dengan
sudut simpangan kecil maka susunan ini disebut bandul matematis.
Gaya yang menyebabkan bandul keposisi kesetimbangan dinamakan gaya
pemulih yaitu m y sin x dan panjang busur adalah s = j9. Bandul ini pertama kali
dikatakan oleh Galileo.
(Ishaq, 2007 : 78)
Bandul fisis merupakan sembarangan benda tegar yang digantung,
berayun/berisolasi dalam bidang vertikal terhadap sumbu tertentu. Bandul fisis
sebenarnya memiliki bentuk yang lebih kompleks yaitu sebagai benda tegar.
50
Jika bandul disimpankan dengan sudut 0 dari posisi kesetimbangan lalu
dilepaskan maka bandul akan berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari
gaya gravitasi.
(Haryadi, 2009 : 60)
Teori bandul pertama kali oleh Galileo (1602). Menurut Galileo bandul
adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara bebas dan
periode yang menjadi dasar kerja dan sebuah jam dinding kuno yang mempunyai
ayunan.
Bandul sedehana adalah sebuah benda kecil biasanya berupa pola pejal
digantungkan pada seutas tali yang massanya dapat diabaikan dibanding dengan
massa bola dan panjang bandul sangat besar dengan dibandingkan dengan jari-jari
bola. Ujung tali digantung pada sebuah penggantung yang tetap. Jika bandul
diberi simpangan kecil dan kemudian dilepaskan bandul akan beisolasi (bergetar)
diantara dua titik misalnya titik A dan titik B dengan periode T yang tetap. Ada
beberapa parameter atau variabel pada bandul yaitu periode (T), massa bandul (m)
dan simpangan sudut (ǿ) dan panjang ( )
(Maria, 2007 : 160)
51
III. Prosedur Percobaan
3.1. Alat dan bahan
Alat : 1 Bandul fisis bahan : 1 batang
2. Roll Meter 2. Keping
3. Stopwatch
4. Timbangan
5. Busur
3.2. Skema kerja
- Ditentukan massa batang dan keeping
- Ditentukan panjang batang
- Ditentukan jarak keping ke ujung atas batang
- Ditentukan titik gantung A
- Ditentukan titik gantung B
- Digantung batang pada titik gantung A
- Dilakukan 3 kali percobaab
- Diulangi pengulangan untuk titik gantung B
- Diambil 3 pasang titik lagi dan diulangi percobaan 3 pasang titik
Bandul Fisis
Hasil
52
3.3.Gambar Alat
A. Roll Meter
B. Bandul fisis
C. Stopwatch
D. Busur
Wadah roll
Pengikat
Skala Meter
Pengikat
Tali Bandul
Bola Bandul
Ring
Start Button
Start Button
Minute Hand
Second Hand
1/10 Second hand
Case
Reset Button
Scala sudut
53
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1.Hasil
a. Bandul fisis
h1 (cm) h2 (cm) t1 (s) t2 (s) 9 (m/s2)
27
28
28
13
13
13
32
32
32
33
32
32
6,53
6,39
6,39
h1 (cm) h2 (cm) t1 (s) t2 (s) 9 (m/s2)
68,5
68,5
68,5
18
18
18
30
31
32
32
32
32
15,9
13,1
13,3
h1 (cm) h2 (cm) t1 (s) t2 (s) 9 (m/s2)
58
58
58
32,5
32,5
32,5
32
32
31
32
32
32
14,08
14,08
14,08
b. Bandul Sederhana
NO L (cm) t (s) 9 (m/s2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
70
70
70
47
47
47
50
50
50
34,29
34,01
34,13
28,29
28,31
28,61
29,3
29,02
29,17
9,51
9,55
9,45
9,36
9,21
9,08
9,39
9,25
9,31
54
4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini kami menentukan nilai gravitasi dari suatu tempat
dengan menggunakan bandul fisis dan bandul sederhana. Pada percobaan ini
bandul akan berayun dengan diberi simpangan agar bisa berayun
Pada bandul fisis besar simpangan dan lama ayunan diperlukan untuk
menentukan nilai gravitasinya untuk itu pada percobaan tersebut simpangan yang
kami beri hanyalah 5o karena bandul fisis merupakan ayunan yang sederhana, itu
sebabnya sudut yang kami ambil untuk percobaan ini adalah sudut yang kecil.
Dalam menentukan bandul fisis tinggi benda/jarak benda ke tanah dan waktu yang
dibutuhkan untuk banyak ayunan dangat diperlukan untuk menentukan besar
gravitasinya.
Dalam percobaan yang kami lakukan jarak keping diberi bermacam-
macam jarak. Untuk ayunan ditentukan sebanyak 20 kali. Selama berayun waktu
dihitung menggunakan stopwatch
Setelah data-data yang diperlukan untuk menentukan nilai gravitasinya
di dapat, maka kita bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
g= π
Dimana : g = Besar gravitasi (m/s2)
= Tinggi keping pertama (m)
= Tinggi keping kedua (m)
T = Periode
Untuk menentukan periode (T) digunakan rumus T =
Benda sederhana juga dapat digunakan untuk menentukan nilai gravitasi
suatu tempat. Bedanya dengan bandul fisis hanyalah besar massa tali dari bandul
sederahan dapat diabaikan. Bandul sederhanan juga dilakukan dengan cara
memberi simpangan terhadap beban yang digantung agar dapat berayun. Selama
57
berayun pun juga dihitung lama waktu yang dibutuhkan oleh benda untuk berayun
selama banyak ayunan yang ditentukan adalah 20 kali ayunan
Pada bandul sederhana banyak ayunan. Lama waktu yang dibutuhkan
untuk berayun dan jarak beban dibutuhkan untuk menentukan nilai gravitasinya.
Jika telah di dapat maka digunakan rumus :
g =
g = Gravitasi (m/s2)
L = Jarak keping (m)
T = periode (s)
Selama percobaan, kami melakukan percobaan dengan data yang
berbeda-beda untuk menentukan rata-rata gravitasinya. Namun pada pengulangan
dengan data yang sama didapat hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
kesalah-kesalahan dalam praktikum.
58
V. Kesimpulan dan saran
5.1.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan data-data yang telah diperoleh maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bandul fisis merupakan ayunan yang sederhana, itu sebabnya sudut
yang diambil dalam penelitian ini adalah sudut yang kecil
2. Bandul sederhana dan bandul fisis sama-sama dapat digunakan untuk
menentukan nilai gravitasi, hanya saja pada bandul sederhana massa
tali dapat diabaikan
3. Gerak harmonik sederhana dipengaruhi oleh berat keping
4. Semakin besar simpangan awal yang diberikan maka gerakan
bandulnya akan semakin cepat
5.2.Saran
Praktikum seharusnya dapat dilakukan secara teliti dan dalam keadaan
kodusiv agar hasil yang didapat lebih pasti. Semoga praktikum selanjutnya dapat
berjalan dengan baik.
59
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar. 2010. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga
Giancoli. 1997. Fisika Universitas. Jakarta : Gramedia
Gundovi. 2010. Fisika Dasar I. Yogyakarta : Yudistira
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains. Jakarta : Erlangga
Sears, Francis Weston. Fisika Untuk Universitas. Bandung : Binacipta
60
LAMPIRAN
a. Data
Bandul fisis
h1 (cm) h2 (cm) t1 (s) t2 (s) 9 (m/s2)
27
28
28
13
13
13
32
32
32
33
32
32
6,53
6,39
6,39
h1 (cm) h2 (cm) t1 (s) t2 (s) 9 (m/s2)
68,5
68,5
68,5
18
18
18
30
31
32
32
32
32
15,9
13,1
13,3
h1 (cm) h2 (cm) t1 (s) t2 (s) 9 (m/s2)
58
58
58
32,5
32,5
32,5
32
32
31
32
32
32
14,08
14,08
14,08
Bandul Sederhana
NO L (cm) t (s) 9 (m/s2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
70
70
70
47
47
47
50
50
50
34,29
34,01
34,13
28,29
28,31
28,61
29,3
29,02
29,17
9,51
9,55
9,45
9,36
9,21
9,08
9,39
9,25
9,31
61
b. Perhitungan
1) Bandul sederhana
g1 =
g2 =
g2 =
2) Bandul Fisis
g1 =
g2 =
g2 =
Hitung g rata-rata dan simpangan
1) g rata-rata bandul fisis
=
2) g rata-rat bandul sederhana
=
Hitungan bandul sederhana
a. Untuk data t1 = 28,29 s, n = 20, l = 0,47 m
g =
b. Untuk data t2 = 28,31 s, n = 20, l= 0,47 m
g =
c. Untuk data t3 = 28,615, n = 20, l = 0.47 m
g =
d. Untuk data t1 = 34,29, n = 20, l = 0.7 m
g =
e. Untuk data t2 = 34,01 s, n = 20, l = 0,7 m
g =
62
f. Untuk data t3 = 34,20 s, n = 20, l= 0,7 m
g =
g. Untuk data t1 = 29,13 s, n = 20 , l = 0,5
g =
Hitungan bandul fisis
a. Untuk data h1 = 28, h2 = 13, t1 = 32, t2 = 33
g = ( )
=
b. Untuk data h1 = 28 cm, h2 = 13cm , t1 = 32s, t2 = 32
g = ( )
=
c. Untuk data h1 = 58 cm, h2 = 32cm , t1 = 32s, t2 = 32
g = ( )
=
d. Untuk data h1 = 58 cm, h2 = 32cm , t1 = 31s, t2 = 32
g = ( )
63
c. Evaluasi
1. Hitunglah panjang batang rata-rata dan simpangannya
H1 =
= 0,515 m
Simpangan = 5o
2. Hitung g masing-masing pasangan
1) Bandul sederhana
g1 =
g2 =
g2 =
2) Bandul Fisis
g1 =
g2 =
g2 =
3. Hitung g rata-rata dan simpangan
1) g rata-rata bandul fisis
=
2) g rata-rat bandul sederhana
=
4. Bandingkan g percoban dengan g literature (g = 9,8 )
1) Untuk bandul sederhana nilainya sama dan sangat mendekati yaitu
g = 9,34
dibandingkan dengan di jambi 9,28
2) Untuk bandul fisis, nilai berbeda tapi tidak terlalu jauh yaitu g =
11,14 dibandingkan dengan g dijambi g = 9,78
64
PERCOBAAN KE – V
KOEFISIEN GESEK
I. Tujuan percobaan
Mempelajari gaya gesek dan menentukan koefisien gesek statis dan kinetik
suatu benda.
II. Landasan teori
Gaya gesek adalah gaya yang dipengaruhi oleh gesekan bidang yang kasar
sehingga koefisien gesek menjadi tidak nol. Secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa semakin kasar tempat kita memeindahkan suatu benda, maka gaya yang
dibutuhkan semakin besar, sebaliknya semakin licin bidang tempat kita
memindahkan benda maka semakin kecil pula gaya yang kita butuhkan. Gesekan
ini timbul karena adanya dua benda yang bertemu, setiap benda mempunyai
koefisien yang berbeda-beda.
Dalam fisika gaya gesek dapat dibagi dua yaitu gaya gesek statis dan (fs)
dan gaya gesek kinetis (fk). Besar gaya gesek statis dapat dirumuskan dengan fs =
s.N dimana fs adalah gaya gesek statis maksimum, s adalah koefisien gesek
statis dan N adalah gaya norma. Gaya gesek kinetis dapat dirumuskan fk = k. N
dimana k adalah koefisien gesek kinetis
(Halliday, 1985: 70).
Gaya gesek selalu timbul jika lantai tidak licin atau koefisien geseknya
tidak nol. Maka kasar tekstur lantai akan semakin besar. Besar koefisien gesekan
adalah nol sampai 1. Nilai satu berarti benda sama sekali tidak dapat bergerak dan
nilai nol berarti benda tidak mengalami gaya gesek sama sekali.
Arah gaya gesek selalu berlawanan gengan gaya yang diberikan terhadap
benda atau gerak benda dan besarnya F = N. . Pada prinsipnya ada dua jenis gaya
gesek yaitu koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis. s hanya berlaku
ketika benda berada dalam keadaan diam dan perannya kemudian digantikan
65
oleh k ketika benda akan mulai bergerak. Pada umumnya koefisien gesek statis
nilainya lebih kesil dari pada koefisien gesek kinetis
(Purwoko, 2010: 50).
Gesekan antara dua permukaan benda padat karena permukaan licinpun
sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis, bahkan ketika sebuah benda
berguling, walaupun biasanya lebih kecil ketika benda meluncur melintasi
permukaan tersebut. Ketika sebuah benda meluncur pada sebuah permukaan yang
kasar, gaya gesek kinetis bergantung pada jenis kedua permukaan yang
bersentuhan.
Gaya gesekan sebanding dengan gaya normal antara kedua permukaan
yang merupakan gaya yang diberikan benda benda tersebut satu sama lain dan
tegak lurus terhadap permukaan seluruhnya. Gaya gesekan antara permukaan-
permukaan yang keras sangat sangat sedikit bergantung pada daerah kontak
permukaan total. Gaya gesek statis adalah gaya yang mengacu pada gaya yang
sejajar dengan kedua permukaan
(Paul Tapier, 2001: 113).
k disebut dengan koefisien gesek kinetis dan nilainya bergantung pada
kedua jenis permukaan. Nilai-nilai yang terukur untuk berbagai permukaan yang
diberikan. Bagaimanapun nilai-nilai ini merupakan perkiraan karena ini bergntung
pada apakah permukaan tersebut basaa atau kering. Secara kasar k tidak
bergantung pada laju peluncura. Pada saat melampaui gaya gesek statis
maksimum yang dinyatakan dengan F = s. N karena gaya gesek ststis dapat
bervariasi dari nol sampai nilai maksimum
(Foster, 2006: 118).
Besar gaya gesekan dipengaruhi sifat permukaan sentuhan, makin kasar
permukaan sentuhan maka makin besar pula gaya gesek yang mungkin
ditimbulkan. Gaya gesek melawan gaya F. Besar gaya gesek ini sama dengan
gaya F yang bekerja.
66
Tidak mungkin lebih besar atau lebih kecil, hal ini dikarenakan oleh gaya
gesek lebih besar dari gaya tarik F. Jika gaya gesek semakin diperbesar maka gaya
gesek statis juga semakin besar
(Giancoli, 2001: 118).
Jika benda bergerak melalui suatu fluida (seperti gas atau udara) dengan
kecepatan reatif rendah maka gaya gesekannya berbanding lurus dengan
kecepatan dan berlawanan arah. Pada dasarnya gaya gesek adalah gaya yang
bereaksi diantara atom-atom permukaan benda yang lain jika kedua permukaan
logam yang dipoles halus dan dibersihkansecara cermat dan disatukan dalam
ruang hampa yang sangat baik, kedua permukaan logam tidak dapat dibuat saling
menggelincir pada permukaan yang lain
(Walker, 2002: 1999).
Koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan statis. Berdasarkan Hukum
1 Newton, resultan gaya = 0 berarti meskipun mobil tetap diam, gaya gesekan
yang diberikan oleh jalan aspal sudah bekerja terhadap mobil. Gaya gesekan yang
bekerja terhadap benda tersebut masih dalam keadaan diam disebut koefisien
gesek statis ( s) sedangkan koefisien gesekannya disebut koefisien statis ( s .
Apabila gaya F ditambah, besarnya gaya gesekan juga akan bertambah. Gaya
gesekan statis mencapai nilai maksimum dan gaya gesekan ini disebut gaya gesek
statis maksimum
(Efrizon Umar, 2007: 34).
Apabila gaya F semakin diperbesar, gaya gesekan pada saat mobil sudah
bergerak disebut gaya gesekan kinetis (Fk), dan koefisien gesekannya disebut
koefisien kinetis ( k) mempunyai nilai yang konstan. Saat bergerak bidang sentuh
permukaan ban dan aspal saling berganti sehingga koefisien gesekannya semakin
kecil dan cendrung tetap. Apabila perubahan gaya tarik atau gaya dorong yang
diberikan terhadap gaya gesekan konetis mempunyai nilai yang lebih kecil dari
pada gaya gesekan statis maksimum, dengan kata lain nilai koefisien statis
maksimum lebih besar dari pasa koefisien gesekan kinetis. Keadaan inilah yang
67
menyebabkan gaya dorong yang dibutuhkan lebih kecil saat mendorong mobil
yang sudah bergerak apabila mobil yang masih dalam keadaan diam
(Duncan, 2007: 36).
68
III. Prosedur percobaan
3.1.Alat dan bahan
3.1.1. Alat
Tali dan katrol
Seperangkat anak timbangan
Busur derajat dan mistar
3.1.2. Bahan
Balok kayu
Papan peluncur
3.2.Skema kerja
- Diletakkan papan peluncur pada posisi horizontal
- Dipasang salah satu papan dengan katrol
- Ditimbang massa beban N
- Diikat balok dengan tali
- Diletakkan pada bidang papan luncur miring
- Diberikan beban M1 pada tali
- Dicatat hasil pengamatan
- Ditambah massa beban
- Dialkukan sebanyak 5 kali
Papan peluncur dan katrol
Hasil
69
3.3.Gambar alat
a. Koefisien gesek statis
b. Koefisien gesek kinetis
70
IV. Hasil dan pembahasan
4.1. Hasil
4.1.1 Koefisien gesekan statis
No Massa
balok(g)
Beban
(g)
Percepatan
gravitasi(m/s2)
Gaya yang
bekerja(N)
Koefisien
gesek
1. 288,4 150 10 1,5 0,52
2. 288,4 200 10 2 0,7
3. 288,4 250 10 2,5 0,86
4. 288,4 300 10 3 1
5. 288,4 350 10 3,5 1,21
6. 621 350 10 3,5 0,56
7. 621 400 10 4 0,64
8. 621 450 10 4,5 0,72
9. 621 500 10 5 0,80
10. 621 550 10 5,5 0,88
4.1.2 Koefisien gesekan statis
No Massa balok(g) Beban (g) Percepatan gravitasi Gaya yang bekerja Koefisien gesek
1. 105,7 50 10 0,5 0,17
2. 105,7 100 10 1 0,085
3. 105,7 150 10 1,5 0,056
4. 105,7 200 10 2 0,341
5. 105,7 250 10 2,5 0,034
6. 288,4 150 10 1,5 0,155
7. 288,4 200 10 2 0,11
8. 288,4 250 10 2,5 0,09
9. 288,4 300 10 3 0,077
71
4.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien gesekan statis dan
koefisien kinetis. Gesekan adalah gaya yang melakukan gerakan yang terjadi pada
dua permukaan yang bersentuhan. Gaya gesekan disebut juga sebagai gaya
hambat yang arahnya selalu berlawanan arah dengan gerak benda. Arah gaya pada
gaya gesek sejajar dengan permukaan dan berlawanan dengan sentuhan antara dua
permukaan.
Gesekan terjadi apabila benda harus bersentuhan dengan benda lain dan
sebuah gaya luar harus dikerjakan pada benda dengan mengikat balok dengan tali
dan massa tali tersebut diabaikan. Tujuan tali itu diabaikan adalah sebagai gaya
luar yang berfungsi untuk menggerakkan balok, agar balok dapat bekerja dan
bersentuhan dengan papan peluncur.
Gaya gesekan termasuk gaya sentuh yang muncul jika permukaan benda
bersentuhan langsung secara fisik. Ara gaya gesekan searah dengan permukaan
bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Sesuai dengan
hukum II Newton resultan gaya yang mendatar haruslah nol ( 0 ). Sehingga
jumlah F = 0 maka gaya gesekan harus sama dengan gaya dorong ( F = p ).
Koefisien gesekan merupakan sifat permukaan benda yang bersentuhan
dan nilainya bergantung pada kekasaran permukaan tersebut. Dimana pada
percobaan ini, koefisien gesekan terbagi atas dua yaitu koefisien gesekan statis
dan koefisien gesekan kinetis. Koefisien gesekan statis yaitu koefisien gesekan
yang terjadi pada saat benda dalam keadaan diam. Gaya gesekan statis memiliki
nilai maksimum pada saat benda dalam keadaan akan bergerak.
Koefisien gesekan kinetis adalah koefisien gesekan yang bekerja ketika
benda sedang bergerak atau koefisien gesekan yang terjadi pada benda – benda
yang beradu, dimana benda yang satu bergerak relatif terhadap benda yang
lainnya. Koefisien gesekan sangat berpengaruh pada suatu permukaan benda.
Permukaan yang licin mempunyai koefisien gesekan yang lebih kecil daripada
72
permukaan benda yang kasar sehingga gaya gesekan yang melawan gaya dorong
akan kecil.
Ditinjau dari sebuah benda yang berada pada bidang miring, gaya – gaya
gesekan yang terjadi adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergerak.
Meskipun sudah diberi gaya tarik benda akan diam atau benda tidak akan
bergerak. Hal ini disebabkan karena adanya gaya gesekan yang arahnya
berlawanan dan sama besar dengan gaya tarik.
Gesekan antara dua permukaan adalah besar apabila persinggungan antara
kedua permukaan tersebut kuat. Gaya gesek pada umumnya sebanding dengan
gaya tekan atau lazim disebut juga gaya normal, selaku kuatnya persinggungan
kedua permukaan itu.
Pada percobaan koefisien gesekan statis, beban yang digantungkan melalui
suatu katrol mengakibatkan adanya tegangan pada tali. Tegangan tali ini
merupakan gaya yang menarik balok ( massa tali diabaikan ) maksud dari menarik
balok adalah agar balok dapat bergerak. Balok akan mengerjakan gaya tekan pada
permukaan bidang papan, akibatnya permukaan papan melakukan gaya reaksi.
Perbandingan besarnya gaya gesekan statis ( fs ) maksimum dengan gaya
normal ( N ) disebut koefisien gesekan statis dari permukaan suatu bidang. Pada
percobaan koefisien gesekan statis ini, massa balok yang digunakan adalah 288,4
g dan 621 g dengan masing - masing beban yaitu 150 g, 200g, 250g, 300g, 350g,
400g, 450g, 500, dan 550g. Apabila gaya yang diberikan bertambah, besarnya
gaya gesekan juga akan bertambah. Pada saat gaya diberikan maka benda akan
bergerak, gaya gesekan statis mencapai nilai maksimum dan gaya gesekan ini
disebut gaya gesekan statis maksimum. Dengan demikian, nilai gaya gesekan
statis berubah dari nol sampai nilai maksimum.
Pada percobaan koefisien gesekan kinetis, benda diletakkan diatas
permukaan bidangak miring, maka benda akan meluncur dengan percepatan
tertentu. Akan tetapi, benda meluncur pada saat gaya ( F ) lebih besar dari gaya
gesekan ( fs ). Pada percobaan ini, massa balok yang digunakan adalah 105,7 g,
73
dan 288,4 g dengan masing – masing beban yaitu 50 g, 100 g, 150 g, 200 g, 250 g,
300 g, dan 350 g. Gaya gesekan kinetis mempunyai nilai yang konstan.
Apabila perubahan gaya tarik atau gaya dorong yang diberikan terhadap
gaya gesekan maka dapat dikatakan bahwa gaya gesekan kinetis mempunyai nilai
yang lebih kecil daripada gaya gesekan statis maksimum. Dengan kata lain, nilai
koefisien gesekan statis maksimum lebih besar daripada koefisien gesekan kinetis.
Keadaan inilah yang menyebabkan gaya dorong yang dibutuhkan lebih kecil saat
mendorong suatu benda yang sudah bergerak daripada mobil yang masih dalam
keadaan diam.
74
V. Kesimpulan dan saran
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Permukaan yang kasar akan membuat gaya gesek semakin besar
sedangkan permukaan yang licin akan membuat gaya gesek semakin
kecil.
2. Gaya gesek timbul karena adanya dua permukaanbenda yang
bersentuhan.
3. Besar gaya gesek dipengaruhi oleh sifat permukaan sentuhan.
4. Sudut kemiringan mempengaruhi kecepatan dan waktu.
5.2. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik. Namun akan lebih baik jika alat
dan bahan yang akan kami gunakan dalam keadaan baik dan layak guna agar hasil
yang didapat akan lebih pasti. Semoga praktikum kami selanjutnya bisa berjalan
lebih baik lagi.
75
DAFTAR PUSTAKA
Duncan. 2007. Belajar Aktif Fisika. Jakarta: Erlangga
Foster. 2006. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Giancoli. 2011. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Halliday, David. 1985. Fisika Edisi Kelima Jilid 7. Jakarta: Erlangga
Purwoko. 2010. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga
Tipler, Paul. 1998. Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta: Erlangga
Umar, Efrizon. 2007. Fisika Dasar I. Jakarta: Yudistira
76
LAMPIRAN
a. Data
Koefisien gesekan statis
No Massa
balok(g)
Beban(g) Percepatan
gravitasi(m/s2)
Gaya yang
bekerja(N)
Koefisien
gesek
1. 288,4 150 10 1,5 0,52
2. 288,4 200 10 2 0,7
3. 288,4 250 10 2,5 0,86
4. 288,4 300 10 3 1
5. 288,4 350 10 3,5 1,21
6. 621 350 10 3,5 0,56
7. 621 400 10 4 0,64
8. 621 450 10 4,5 0,72
9. 621 500 10 5 0,80
10. 621 550 10 5,5 0,88
Koefisien gesekan statis
No Massa balok(g) Beban (g) Percepatan gravitasi Gaya yang bekerja Koefisien gesek
1. 105,7 50 10 0,5 0,17
2. 105,7 100 10 1 0,085
3. 105,7 150 10 1,5 0,056
4. 105,7 200 10 2 0,341
5. 105,7 250 10 2,5 0,034
6. 288,4 150 10 1,5 0,155
7. 288,4 200 10 2 0,11
8. 288,4 250 10 2,5 0,09
9. 288,4 300 10 3 0,077
77
b. Perhitungan
Koefisien gesek statis
a. Fs = 0,15 × 10 = 0,52 N
s =
=
= 0,52
b. Fs = 0,2 × 10 = 2
s =
=
= 0,65
c. Fs = 0,25 × 10 = 2,5 N
s =
=
= 0,86
d. Fs = 0,3 × 10 = 3
s =
=
= 1,04
e. Fs = 0,35 × 10 = 3,5
s =
= 1,21
Koefisien gesek kinetis
a. Fk = m.g. sin = 0,05 . 10 . sin 5º = 0,435 N
s =
=
= 0,041
b. Fk = m.g. sin = 0,1 . 10 . sin 5º = 0,087 N
s =
=
= 0,083
c. Fk = m.g. sin = 0,15 . 10 . sin 5º = 0,1305
s =
=
= 0,166
78
c. Evaluasi
A. Koefisien Gesek Statis
1. Plot grafik hubungan Antara gaya tegangan pada tali T dengan gaya
Normal N
2. Tentukan koefisien gesekan statis dari grafik
Penyelesaian :
2.
B. Koefisien Gesek Kinetis
1. Plotlah grafik hubungan Antara gara penggerak F dengan gaya normal
N
Penyelesaian :
79
2. Tentukan koefisien gesekan kinetis dari grafik
Penyelesaian :
Fk = m.g. sin = 0,05 . 10 . sin 5º = 0,435 N
s =
=
= 0,041
Fk = m.g. sin = 0,1 . 10 . sin 5º = 0,087 N
s =
=
= 0,083
Fk = m.g. sin = 0,15 . 10 . sin 5º = 0,1305
s =
=
= 0,166
Gambar grafik
80
PERCOBAAN KE - VI
MODULUS YOUNG
I. Tujuan
Memahami hukum hooke
Menentukan modulus elastisitas young
II. Landasan Teori
Modulus young yang disebut juga dengan modulus tarik adalah ukuran
kekakuan suatu bahan elastis yang merupakan ciri dari suatu bahan. Modulus
young didefinisikan sebagai rasio tegangan dalam sistem koordinat. Kartesius
terhadap gregangan sepanjang aksis pada jangkauan tegangan dimana hukum
hooke berlaku. Dalam mekanik benda padat kemiringan (selope) pada kurva
tegangan-tegangan pada titik tertentu disebut dengan modulus tangen. Modulus
tangen dari kemiringan linear awal disebut dengan modulus young. Nilai modulus
young bisa di dapatkan dalam eksperimen menggunakan uji kekuatan tarik dari
suatu bahan. Pada bahan anisoptropis, modulus young dapat memiliki nilai yang
berbeda tergantung pada arah dimana bahan diaplikasika terhadap struktur bahan.
Modulus didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan (stress) dan
regangan (straen). Modulus young sangat penting dalam ilmu fisika karena setelah
mempelajarinya, kita bisa menggunakan nya untuk menentukan nilai keelastisan
dari sebuah benda. Setiap bahan memiliki elastisitas (kelentukan). Besarnya
koefisien elastisitas bahan berbeda
(Buenche, 1992:50-51).
Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali kebentuk
semula saat gaya luiar yang diberikan kepada benda tersebut dilepaskan. Misalnya
pada tanah liat. Pada saat diberi gaya, tanah liat akan berubah bentuk. Namun
setelah gaya itu dilepaskan tanah liat tidak dapat kembali kebentuknya semula.
81
1. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami
kawat dengan luas penampangnya (A) atau bisa juga disebut gaya persatuan
luas. Tegangan dirumuskan sebagai berikut:
T = F/A
Dimana : T = tegangan satuannya pascal (pa)
F = gaya luar yang diberikan benda, satuannya newton (N)
A = Luas penampang
( haudy, 1999:97)
2. Regangan
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang dengan
panjang awal pegas. Kebanyakan benda adalah elastis sampai kesuatu gaya
besarnya tertentu. Hal ini dinamakan batas elastis. Jika gaya yang diberikan
benda lebih kecil dari batas elastisnya, maka benda tersebut akan kembali
kebentuk semulanya jika gaya tersebut dihilangkan. Tetapi jika gaya yang
diberikan melampaui batas elastis, benda tak akan kembali ke bentuk semula,
melainkan secara permanen berubah bentuk
(willey, 1984 : 26 ).
Pada dasarnya percobaan dilakukan untuk mengetahui hubungan
kuantitatif antar gaya yang dikerjakan pada pegas dengan pertambahan
panjangnya. Setiap panjang pegas ketika diberi gaya tarik dengan panjang
awalnya disebut pertambahan panjang. Jika dibuat grafik gaya terhadap perubahan
panjang, maka akan didapat grafik berbentuk garis linear.
Hukum hooke berbunyi “jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis
pegas maka pertambahan panjangnya akan sebanding dengan gaya tariknya”.
Pernyataan ini dikemukan oleh robert hooke, seorang arsitek yang ditugaskan
membangun kembali gedung-gedung di london yang mengalami kebakaran pada
tahun 1666. Oleh karena ini, pernyataan ini dikenal sebagai hukum hooke. Rumus
hukum hooke sebagai berikut :
F = K. ∆x
82
F merupakan gaya tarik yang bekerja pada benda K adalah ketetapan umum yang
berlaku untuk benda elastis jika diberi gaya yang tidak melampaui titik batas
hukum hooke. ∆x merupakan perubahan panjang benda
(taufik,1999:155).
Sifat elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali kebentuk
awalnya segara setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.
Sifat elastisitas suatu benda bisa dinyatakan dalam hubungan antara besaran –
besaran tegangan dan regangan. Sedangkan benda yang tidak elastis adalah benda
yang tidak kembali ke bentuk awalnya saat gaya dilepaskan. Misalnya jika kita
menggunakan alat pegas untuk melatih otot, ketika kita menarik alat tersebut
maka alat tersebut akan meregang bertambah panjang. Kemudian ketika kita
melepaskan alat tersebut, alat tersebut akan kembali ke panjang semula. Itu
artinya alat tersebut memiliki sifat elastis, lain halnya ketika kita menekan tanah
liat, tanah tersebut tidak akan kembali ke ukuran semula
( paul.1998:180)
83
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 alat
- aparat young’s eksperiment
- anak timbangan
- mikrometer sekrup
- meteran / mistar
3.1.2 bahan
- beban bermassa
3.2 Skema percobaan
Kawat
- Diukur diameter dan panjang kawat dengan meteran
- Digantung beban standar dan beban lainnya, masing-masing
Pada penggantungnya
- Diatur kedudukan seimbang kedua kawat dengan waterpass
- Diberikan tambahan beban pada kawat
- Ditiap kali penambahan beban, catatlah L dengan mikrometer
dan mengatur waterpass
- Dilakukan percobaan (5) dengan pengurangan beban dari besar
Sampai kecil
Hasil
84
3.3 Gambar alat
a. Micrometer sekrup
b. Mistar
c. Timbangan
85
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
No Diameter(cm) A (cm) Lo (cm) F(dyne) L (cm) (dyne/cm)
1 0,68 0,362 19 16.105 19,305 2797,5. 10
5
2 0,68 0,362 19 13,5.105 19,305 22167,7.10
5
3 0,68 0,362 19 11.105 19,305 1779,9.10
5
4 0,68 0,362 19 8,5.105 19,305 1355,15.10
5
5 0,68 0,362 19 6.105 19,305 856,35.10
5
Massa (Kg)
m1 = 1600g = 1,6 Kg
m2 = 1350 g = 1,35 Kg
m3 =1100g = 1,1 Kg
m4 = 850 g = 0,85 Kg
m5 = 600g = 0,6 Kg
86
4.2 Pembahasan
Percobaan modulus young ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
modulus elastisitas young. Benda yang digunakan adalah benda dengan bahan
besi. Pada setiap bahan memiliki nilai elastisitas yang berbeda-beda. Menurut
percobaan yang kami lakukan, kami menggantungkan beban pada masing-masing
bahan untuk mengetahui adanya pertambahan panjang dan juga elastisitasnya.
Menurut hooke : modulus elastis adalah suatu perbandingan antar stress
dengan strain yang bersangkutan selama masih ada batas elastisitasnya, dan
besarannya selalu tetap untuk suatu bahan tertentu. Modulus young dapat dicari
dengan :
Y = stress tarik = stress tekan = F/∆
Strain tarik strain tekan ∆L/L
Pada percobaan kali ini, kami menggunakan kawat tembaga, waterpass,
bahan penggantung, mikrometer sekrup, dan mistar. Bahan-bahan yang akan
ditentukan elastisitasnya tersebut diletakkan pada batang penyangga. Setelah itu
beban akan digantung tepat ditengah-tengah bahan besi, untuk mengetahui berapa
pertambahan panjangnya, maka kertas untuk hasil pengamatan diletakkan tepat
didepan bahan yang akan ditentukan elastisitasnya. Kemudian kawat yang
berfungsi sebagai jarum penunjuk dipasang pada bahan besi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa adanya
diameter dijadikan jari-jari dengan diameter dibagi dua, hal tersebut dilakukan
untuk mencari luas penampang. Rumus yang kami gunakan untuk mencari A
yaitu :
A =1/4 d2
Adanya panjang mula-mula dari panjang pertambahan panjang dicari
dengan cara seperti membaca sebuah jangka sorong dan dengan cara perhitungan
seperti jangka sorong seperti biasa dan pertambahan panjang pada aparat
87
eksperiment young didapatkan dengan menambahkan panjang mula-mula. Seperti
rumusnya adalah :
K = Lo + L ( pada jangka sorong )
Dan dihitungkan gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan
mengalikan massa dengan percepatan gravitasi yang bekerja pada benda tersebut
dengan rumus F = m.g dan gaya yang bekerja diubah dalam satuan newton
menjadi dyne (105).
Modulus yang biasanya mempunyai satuan N/m2 pada praktikum kali ini
diperlukan modulus young yang mempunyai satuan dyne/cm. Semakin besar
massa maka akan semakin besar pula nilai modulus yuongnya dan begitu juga
sebaliknya. Gaya yang berarti massa dikali gravitasi berbanding lurus dengan
modulus young dan pertambahan panjang yang berbanding terbalik.
Elastisitas atau keelastisitasan adalah kemampuan suatu benda untuk
kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda
itu dihilangkan. Setiap benda memiliki elastisitas yang berbeda – beda tergantung
jenisnya. Ukuran pada benda tidak berpengaruh pada modulus young, hukum
hooke berbunyi “ jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus ( sebanding ) dengan gaya tariknya”.
Pada percobaan batang besi, beban yang digantungkan adalah beban
bermassa 1,6 Kg – 0,6 Kg. Data yang diambil dari percobaan menggunakan bahan
tersebut adalah jarak antar penyangga, panjang, jari – jari, dan perubahan
kedudukan. Pada saat kami melakukan percobaan ini, kawatnya tidak kembali
kebentuk semula dan ukuran semula saat diberi gaya. Karema ketidaktepatan data
– data yang di peroleh saat praktikum inilah pengamatan menjadi tidak akurat.
Karena ketidaktepatan data – data yang diperoleh saat praktikum inilah yang
membuat nilai E ( modulus young ) menjadi tidak akurat. Terbukti adanya
perbedaan nilai modulus young saat dihitung. Adapun faktor – faktor lainnya
mungkin karena faktor praktikum seperti ketidaktepatan dalam mengukur,
kesalahan dalam memahami prosedur, dan sebagainya. Modulus young hanya
88
bergantung pada komposisi benda ( jenis benda ) dan diperoleh dari perbandingan
antara tegangan dan ragangan. Semakin besar nilai modulus young maka semakin
kecil keelastisitasan suatu benda, begitu juga sebaliknya.
89
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum modulus young ini, dapat disimpulkan beberapa hal :
1. modulus young merupakan perbandingan antara tegangan tarik dan
ragangan tarik. Modulus young bergantung pada jenis benda dan bukan
bergantung pada bentuk dan ukuran benda.
2. Modulus young berbanding lurus dengan gaya yang diberikan dan
perubahan kedudukan kawat penunjuk. Dan berbanding terbalik dengan
luas penampang dan panjang batang. Sesuai dengan rumus elastisitas :
E = F.L / A. Delat L
3. hukum hooke adalah upaya yang dilakukan pada suatu benda dengan
keelastisan yang tidak ditentukan
4. benda elastis adalah benda yang akan berubah bentuk jika diberikan gaya
dan akan kembali kebentuk semula jika gaya luas yang diberikan
dihilangkan.
5.2 Saran
Disarankan agar setiap individu memahami terlebib dahulu konsep dan
prinsip dari hukum hooke, tegangan dan regangan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Frederick, J, Buenche, Ph. D . 1992. Seri Buku Sehaum teori dari soal – soal
fisika Edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Haudy, Rremlck. Fisika Untuk Universitas. Jilid 2 edisi kedua. Jakarta : Erlangga.
Taufik. 1999. Pintar Fisika. Bandung : Epilson group.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Wiley, J. 1984. Fisika. Jakarta : Erlangga.
91
LAMPIRAN
a. Data
No Diameter(cm) A (cm) Lo (cm) F(dyne) L (cm) (dyne/cm)
1 0,68 0,362 19 16.105 19,305 2797,5. 10
5
2 0,68 0,362 19 13,5.105 19,305 22167,7.10
5
3 0,68 0,362 19 11.105 19,305 1779,9.10
5
4 0,68 0,362 19 8,5.105 19,305 1355,15.10
5
5 0,68 0,362 19 6.105 19,305 856,35.10
5
Massa (Kg)
m1 = 1600g = 1,6 Kg
m2 = 1350 g = 1,35 Kg
m3 =1100g = 1,1 Kg
m4 = 850 g = 0,85 Kg
m5 = 600g = 0,6 Kg
92
b. Perhitungan
Diketahui : F = 1. 105 cm
L = 16,1 cm
A = 0, 38
L = L - Lo
= 16,1 – 15,6
= 0,5
Dit : Y ?
Y = FL/A∆L
= 1.105
. 15,6 / 0,38.0,5
= 84, 105
Diketahui : F = 15.105
L = 16,35
A = 0,38
∆L = L – Lo
= 16,35 – 15,6
= 0,75
Dit : Y ?
Y = FL/A∆L
= 15.105
. 16,35 / 0,38. 0,75
= 245. 25.105
/ 0,285
= 860,5 . 105
Diketahui : F = 20.105
L = 16, 6
Lo = 15,6
A = 0, 88
∆L = L – Lo
= 16,6 – 15,6 = 1
Dit : Y ?
Y = FL/A∆L
93
= 20.105
. 16,6 / 0,38 . 1
= 332 . 105 / 0,38
873,6 . 105
Diketahui : F = 25.105
L = 16,85
Lo = 15, 6
A = 0,38
∆L = L – Lo
= 16, 85 – 15, 6
= 1, 25
Dit : Y ?
Y = FL/A∆L
= 25, 105 . 16, 85 / 0,38 . 1, 25
= 421, 25. 105/ 0,475
= 886,8 . 105
94
c. Evaluasi
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan daerah elastisitas dan daerah
inetastisitas.
Jawab:
- daerah elastisitas adalah daerah dimana material kembali keukuran
semula bila tegangan luar dihilangkan.
- Daerah inelastisitas adalahdaerah dimana material tidak akan
kembali keukuran semula saat gaya luar yang diberikan kepada
benda tersebut dilepaskan.
2. Jabarkan persamaan di atas sehingga deperoleh modulus elastisitas
young’s itu ?
Jawab :
a. Y = FL/A ∆L
= 1.105.16,5/0,38.0,5
= 89.105
b. Y = FL/A ∆L
= 15. 105 . 16, 35 / 0,38 . 0,75
= 860,5 . 105
c. Y = FL/A ∆L
= 20.105 . 16,6 / 0,38 . 1
= 873,6 . 105
d. Y = FL/A ∆L
= 25. 105 . 16, 85 / 0,38 . 1, 25
= 421 . 25.105 / 0, 475
= 886,8 . 105
3. Apa yang dimaksud dengan elastisitas young ?
Jawab :
Kemampuan suatu material untuk kembali kekeadaan atau dimensi
aslinya setelah beban atau stress dihilangkan.
95
PERCOBAAN KE – VII
HIDRODINAMIKA
I. Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan jarak pancar zat cair yang mengalir
dan menentukan volume atau debit zat cair yang mengalir.
II. Landasan Teori
Hidrodinamika adlah ilmu yang mempelajari tentang zat cair yang bergerak.
Aliran fluida yang dimaksud adalah aliran seperti pada sungai atau aliran air pada
pipa. Aliran fluida ada dua macam, yaitu:
a. Aliran yang mengikuti arus atau suatu garis lurus atau melengkung yang
disebut aliran garis arus (stream line)
b. Aliran yang tidak mengikuti garis tertentu disebut aliran berputar-putar
atau disebut juga turbulent.
Dalam kenyataan sifat fluida mengalir itu sangat kompleks, sehingga rumit
untuk dianalisis agar lebih sederhana, fluida yang mengalir yang dianalisis kita
anggap sebagai fluida yang ideal. Sifat fluida yang ideal anatara lain :
- Tidak dapat dimampatkan (tak kompresible) antar bagiannya dan dengan
benda lain (seperti dinding penampang)
- Tidak mengalami gesekan
- Aliran tdan lurus searah dengan penampangnya
(Ruwanto, 2007;15).
Aliran dikatakan tunak jika kecepatan setiap titik fluida konstan pada saat
melalui tempat yang sama. Untuk mengetahui besaran fluida yang mengalir pada
suatu penampang seperti partikel-partikel yang pada suatu saat berada pada suatu
penampang dalam selang waktu tertentu akan sampai dipenampang selanjutnya.
Luas penampang pada tempat pertama dan kecepatan air v sedangkan luas
96
penampang pada temapat kedua dan kecepatan air v. Oleh karena itu air tidak
kompresibel, volume sejauh ab sama dengan volume air sejauh cd.
Persamaan kontinuitas :
Q1 = Q2 dengan Q = AV
Dari persamaan diatas dapat didefinisikan lain, bahwa volume air yang
mengalir dalam penampang setiap selang waktu, besar alirannya sama.pernyataan
lain dapat kita nyatakan bahwa, volume air yang mengalir tiap selang waktu
dalam penampang adalah tetap atau konstan. Banyaknya aliran air yang menalir
melalui penampang tersebut dalam selang waktu tertentu disebut debit debit fluida
dan dilambangkan dengan Q, sehingga persamaannya dapat dirumuskan menjadi :
Q =
Q = AV
Sehingga persamaan diatas dapat ditulis menjadi :
Q1 = Q2
A1V1 = A2V2
Dan dapat menggunakan rumus tersebut untuk mencari persamaannya dengan
memasukan nilai dalam rumus tersebut
(Arifudin, 2007;50).
Bunyi hukum bernouli menyatakan bahwa jumlah dan tekanan , energy kinetic
per satuan volume dan energy potensial per satuan volume memiliki nilai yang
sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.
P +
ϱv
2 + ϱgh = konstan
Persamaan tersebut pertama kali dinyatakan oleh Daniel Bernouli pada tahun
1738 sebagai penghargaan atas karyanya ini, hukum ini dinamakan hukum
bernouli.
97
Persamaan bernouli adalah P +
ϱv1
2 + ϱgh = P +
ϱv2
2 + ϱgh. Jika anda
perhatikan
ϱv1
2 mirip dengan energy kinetic dan
ϱgh mirip dengan energy
potensial Ep = mgh. Ternyata ϱgh tak lain adalah energy potensial per satuan
volume dan
ϱv1
2 tak lain adalah energy kinetic per satuan volume. oleh karena
itu, persamaan menjadi seperti diatas
(Abdullah, 2007;32).
Untuk fluida tak bergerak, ketetapan v1 = v2 = 0, sehingga persamaan menjadi
:
P1 + ϱgh1 + 0= P2 + ϱgh2 + 0
P1 - P2 = ϱg (h2 - h1)
Persamaan tersebut menyatakan bahwa jika v1 > v2 , maka P1 > P2 . ini berarti
bahwa ditempat yang kelajuan aliranya besar, tekanannya kecil sebaliknya
ditempat yang kelajuannya alirannya kecil, tekanannya besar. Pernyataan ini telah
dikenal dengan asas bernouli.
P +
ϱv
2 + ϱgh = P2
P1 = P2 = P3 = tekanan udara luar
Persamaan dalam fluida yaitu :
Volume = Q.t
Debit = A V
Laju = √
Persamaan-persamaan tersbut dapat dipakai untuk membantu dalam proses
penghitungan fluida terutama berhubungan dengan hukum bernouli
(supriyanto, 2007;85).
98
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1.Tabung bonanza
2.Stopwatch
3.Mistar
4.Ember plastic
5.Jangka sorong
6.serbet
3.1.2 Bahan
1.Air
3.2 Skema Kerja
a. Jangka sorong
- Diberi lubang kecil
- Ditentukan luas penampang dan diameter
- Dimasukan air
- Ditutup lubang dengan jari
- Diukur tinggi permukaan air
- Dihitung waktu air mengalir
- Dicatat
- Diukur jarak pancar air pertama
- Dilakukan percobaan 3x pengulangan
- Diulang dengan tinggi yang berbeda
- Dicatat
Tabung bonanza
Hasil
99
3.3 Gambar Alat
a. Stopwatch
b. Mistar
c. Ember plastik
d. Gayung
e. Jangka sorong
100
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
a. Tabung A1
Tinggi
air (h1)
Tinggi
air (h1)
Diameter
(cm)
Jarak (x)
(cm)
Waktu
(sekon)
Kecepatan
(cm/s)
Debit
air (Q)
Volume
(cm3)
Tabung A1
41 5,5 1,2
X1=80 t1=66
26,6 30,07
v1=1984
X2=80 t2=66 v2=1984
X3=74 t3=72 v3=2165
b. Tabung A2
Tinggi
air (h1)
Tinggi
air (h1)
Diameter
(cm)
Jarak (x)
(cm)
Waktu
(sekon)
Kecepatan
(cm/s)
Debit
air (Q)
Volume
(cm3)
Tabung A2
38 4,4 1,1
X1=78 t1=30
25,9 24,6
v1=738
X2=78 t2=30 v2=738
X3=78 t3=30 v3=738
101
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah hidrodinamika atau ilmu yang mempeljari
tentang zat cair yang bergera. Praktikum ini menggunakan pipa yang berbentuk
tabung dengan lubang kecil diisi bawahnya sebagai tempat zat cair yang akan
bergerak nantinya dan dengan dua pipa yang berbeda ukurannya.
Percobaan pertama menggunakan pipa berbentuk tabung pertama tau
disebut tabung A1. Tinggi air untuk yang pertama adalah 41 cm dan tinggi air
kedua adalah 5,5 cm. diameter tabung A1 ini adalah 1,2 cm. percobaan ini
dilakukan dengan 3 kali pengulangan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Percobaan pertama dengan waktu 66 detik air mengalir sampai habis dan
mendapatkanjarak pancaran air pertamanya adalah 80 cm. percobaan kedua
dengan waktu 66 detik air mengalir sampai habis dengan mendapatkan jarak
pancaran iar pertama adalah 80cm, masih sama seperti percobaan percobaan dan
percobaan terakhir dengan waktu 72 detik didapatkan jarak pancaran air pertama
adalah 74 cm. dari beberapa percobaan tersebut yang akan dicari tahu adalah
kecepatan air, debit air dan volume airnya.
Kecepatan dapat dicari dengan menggunakan rumus bernouli atau hukum
bernouli yaitu dengan persamaan :
ϱv1
2 + ϱgh =
ϱv2
2 + ϱgh
V2 = √
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan hasil kecepatannya adalah 26,6
cm/s. persamaan bernouli tersebut hamper mirip dengan persamaan energy
mekanik 1 dan energy mekanik 2.
Debit air dapat dicari dengan menggunakan persamaan luas penampang
dikali dengan kecepatan air tersebut. debit air memiliki satuannya adalah cm3/s
yang berarti setiap liter per detik air mengalirnya.
102
Q = AV
Luas penampang yang belum diketahui harus dicari terlebih dahulu. Luas
penampang memerlukan diameter untuk mencarinya. Persamaan untuk mencari
luas penampang adalah :
A =
πd
2
Dengan π menggunakan 3,14 dan diameter dari tabung tersebut dan
didapatkan hasilnya 1,1304 cm2. Setelah mendapatkan luas penampang maka
dapat dicari tahu mengenai debit air tersebut. dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan didapatkan debit air tersebut adalah 30,07 cm3/s.
Selanjutnya mencari volume air yang berada dalamtabung tersebut dengan
menggunakan persaman : V = Q.t
Dimana volume berbanding lurus dengan debit air dikali dengan waktu air
mengalir. Volume air ini dilakukan selama 3 kali percobaan. Volume air yang
pertama dengan waktu 66 detik dan debit air 30,07 cm3/s maka volumenya adalah
1984 cm3
. Volume air yang kedua dengan waktu yang sama 66 detik dan debit air
30,07 maka volume yang didapatkan sama seperti percobaan pertama yaitu 1984
cm3. Volume air dengan menggunakan waktu 72 detik dan debit air 30,07 maka
volume airnya adalah 2165,04 cm3.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kecepatan, debit dan volume sangat berpengaruh. Semakin besar debit maka akan
semakin besar kecepatan air yang dihasilkan. Begitu juga hubungan antara debit
dengan volume. Semakin besar debit air maka akan semakin besar pula volume
airnya. Semua sesuai dengan rumus – rumus yang berlaku seperti waktu, bahwa
semakin besar waktu maka akan semakin besar juga volume air.
Percobaan kedua menggunakan pipa berbentuk tabung kedua atau disebut
tabung A2. Tinggi air yang pertama adalah 38 cm dan tinggi air kedua adalah 4,4
103
cm. diameter tabung ini adalah 1,1 cm. Percobaan ini dilakukan dengan 3 kali
pengulangan agar mendapatkankan hasil yang optimal.
Percobaan pertama dengan waktu 30 sekon air mengalir sampai habis dan
mendapatkan jarak pancaran air pertamanya adalah 78 cm. percobaan kedua
dengan waktu yang sama seperti percobaan pertama yaitu 78cm. percobaan ketiga
juga terjadi hal yang sama, dengan waktu juga 30 sekon air mengalir sampai
habisdan mendapatkan jarak pancaran air pertama yaitu 78 cm.dari beberapa
percobaan tersebut dapat dilakukan untuk mencari kecepatan air, debit air dan
volume air tersebut.
Kecepatan air dapat dicari dengan menggunakan rumus bernouli seperti
pada percobaan pertama yaitu V2 = √ dimana kecepatan berbanding
lurus dengan akar 2 dikali gravitasi dan dikali dengan selisih dari ketinggian
antara jarak atau tinggi air pertama dan tinggia air kedua. Berdasarkan rumus
tersebut didapatkan yaitu 25,9 cm/s.
Kecepetan air pada tabung A1 dan tabung A2 terjadi perbedaan yaitu 26,6 :
25,9. Hal ini dikarenakan pengaruh dari ketinggian air pertama dan kedua. Pada
tabung pertama tinggi air lebih besar dibandingkan tingi air pertama pada tabung
kedua. Hal tersebut juga berlaku untuk tinggi air yang kedua.
Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya debit air yang
dihasilkan dari tabung kedua adalah 24,6 cm3/s. debit air juga mengalami
perbedaan antara tabung pertama yang lebih besar dan tabung kedua yang lebih
kecil. Debit air berpengaruh terhadap kecepatan, jika kecepatan besar begitu juga
dengan debitnya, ataupun sebaliknya.
Dan untuk menentukan volume yang dibutuhkan adalah debit air dengan
waktu, karena tiga kali percobaan menghasilkan waktu yang sama dan debit air
yang dipakai juga sama maka hasil dari volume jetiga-tiganya adlaah 738 cm3.
Dan volume pada tabung kedua ini kebih kecil dibandingkan dengan tabung
pertama.
104
V. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa :
1) Mampu menentukan jarak pancar air yang mengalir dan mampu
menentukan volume air dengan menggunakan rumus V = Q.t dimana
debit dikali waktu.
2) Mampu menentukan debit air yang mengalir dengan menggunakan rumus
:
Q = AV dimana A adalah luas penampang yang harus dicari dulu dengan
rumus A =
πd
2 dengan π menggunakan 3,14, lalu V adalah kecepatan air.
3) Kecepatan air ini dapat dicari berdasarkan hukum bernouli yang memakai
rumus seperti berikut ini :
V2 = √
5.2 Saran
Praktikum kali ini berjalan lancar hanya saja ada beberapa hal yang masih
harus diperbaiki agar menjadikan praktikum ini berjalan lebih baik lagi. Dan
untuk lebih teliti lagi saat melakukan pengamatan juga tidak bermain-main saat
melakukan praktikum, disarankan agar serius.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mukrajuddin. 2007. Fisika Dasar. Bandung : Esis.
Arifudin, Achya. 2007. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Ruwanto, Bambang. 2007. Asas- Asas Fisika. Yogyakarta : Yudhistira.
supriyanto. 2007. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Zamrozi, dkk.2003. Acuan Pelajaran Fisika. Bandung : Erlangga.
106
LAMPIRAN
a. Data
a. Tabung A1
Tinggi
air (h1)
Tinggi
air (h1)
Diameter
(cm)
Jarak (x)
(cm)
Waktu
(sekon)
Kecepatan
(cm/s)
Debit
air (Q)
Volume
(cm3)
Tabung A1
41 5,5 1,2
X1=80 t1=66
26,6 30,07
v1=1984
X2=80 t2=66 v2=1984
X3=74 t3=72 v3=2165
b. Tabung A2
Tinggi
air (h1)
Tinggi
air (h1)
Diameter
(cm)
Jarak (x)
(cm)
Waktu
(sekon)
Kecepatan
(cm/s)
Debit
air (Q)
Volume
(cm3)
Tabung A2
38 4,4 1,1
X1=78 t1=30
25,9 24,6
v1=738
X2=78 t2=30 v2=738
X3=78 t3=30 v3=738
107
b. Perhitungan
Tabung A1
Diket :
d = 1,2 cm x1 = 80 cm t1 = 66 s
h1 = 41 cm x2 = 80 cm t2 = 66 s
h2 = 5,5 cm x3 = 74 cm t3 = 72 s
luas penampang :
A = ¼ πd2
= ¼ . 3,14 (1,2)2 = 1,1304 cm
2
kecepatan :
V2 = √
= √
= √
= 26,2 cm/s
Debit :
Q = A V
= 1,1304 . 26,6
= 30,07 cm3/s
Volume :
V1 = Q. t1 V2 = Q. t2 V3 = Q. t3
= 30,07 . 66 = 30,07 . 66 = 30,07 . 72
= 1984,62 cm3 = 1984,62 cm
3 = 2165,04 cm
3
Tabung A2
Diket :
d = 1,1 cm x1 = 78 cm t1 = 30 s
h1 = 38 cm x2 = 78 cm t2 = 30 s
h2 = 4,4 cm x3 = 78 cm t3 = 30 s
luas penampang :
A = ¼ πd2
= ¼ . 3,14 (1,1)2 = 0,9498 cm
2
108
kecepatan :
V2 = √
= √
= √
= 25,9 cm/s
Debit :
Q = A V
= 0,9498 . 25,9
= 24,6 cm3/s
Volume :
V1 = Q. t1 V2 = Q. t2 V3 = Q. t3
= 24,6 . 30 = 24,6 . 30 = 24,6 . 30
= 738 cm3
= 738 cm3
= 738 cm3
109
c. Evaluasi
1. Hitunglah kecepatan air yang mengalir, debit air dan volume air yang
keluar !
Tabung A1
Diket :
d = 1,2 cm x1 = 80 cm t1 = 66 s
h1 = 41 cm x2 = 80 cm t2 = 66 s
h2 = 5,5 cm x3 = 74 cm t3 = 72 s
luas penampang :
A = ¼ πd2
= ¼ . 3,14 (1,2)2 = 1,1304 cm
2
kecepatan :
V2 = √
= √ = √ = 26,2 cm/s
Debit :
Q = A V
= 1,1304 . 26,6
= 30,07 cm3/s
Volume :
V1 = Q. t1 V2 = Q. t2 V3 = Q. t3
= 30,07 . 66 = 30,07 . 66 = 30,07 . 72
= 1984,62 cm3 = 1984,62 cm
3 = 2165,04 cm
3
Tabung A2
Diket :
d = 1,1 cm x1 = 78 cm t1 = 30 s
h1 = 38 cm x2 = 78 cm t2 = 30 s
h2 = 4,4 cm x3 = 78 cm t3 = 30 s
luas penampang :
A = ¼ πd2
= ¼ . 3,14 (1,1)2 = 0,9498 cm
2
110
kecepatan :
V2 = √
= √
= √
= 25,9 cm/s
Debit :
Q = A V
= 0,9498 . 25,9
= 24,6 cm3/s
Volume :
V1 = Q. t1 V2 = Q. t2 V3 = Q. t3
= 24,6 . 30 = 24,6 . 30 = 24,6 . 30
= 738 cm3
= 738 cm3
= 738 cm3
2.Buatlah kesimpulan yang didapat dari percobaan yang dilakukan ?
Volume , debit, kecepatan dan luas penampang saling berhubungan dengan
hidrodinamika. Semakin besar suatu volume maka akan semakin besar debit
airnya. Begitu pula hubungannya dengan kecepatan, semakin besar debit
maka akan semakin besarjuga kecepatan atau luar penampangnya. Dari
percobaan yang telah dilakukan bahwa ketinggian tabung yang lebih tinggi
menyebabkan nilai kecepatan, volume dan debitnya lebih besar tabung A1
dibandingkan dengan tabung A2.
111
PERCOBAAN KE – VIII
VISKOSITAS ZAT ALIR
I. Tujuan
Percoban ini bertujuan untuk menentukan viskositas zat alir dengan
menggunakan metode stokes.
II. Landasan teori
Viskositas adalah ketidak leluasan aliran cairan dan gas yang di sebabkan oleh
gesekanantara bagian cairan dan gas. Secara umum viskositas di bagi menjadi dua
yaitu:
a. Viskositas dinamika (h) gaya gesekan persatuan luas yang di butuhkan untuk
menggeser lapisan zat cairdengan kesatuan kecepatan terhadap lapisan yang
berdekatan didalam fluida.
b. Viskositas kinematika(v) yaitu viskositas dibagi dengan satuan densitynya.
Alat untuk mengukur viskositas fluida disebut viskoimeter.
Viskoimeter di bagi menjadi beberapa macam:
Viskositas bola jatuh
Viskositas poiscuilla
Viskositas englar
Viskositas Oswald
Viskositas hess
Viskositas saybole
Viskositas rantkine.
(setford stave,1997;209)
Viskositas (kekentalan) dapat di anggap suatu gesekan dibagian dalam
suatu fluida.karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakan salah satu
lapisan fluida diatasnya lapisan lain harus lah di kerjakan gaya. Karena pengaruh
112
gaya k,lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya
semakin mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradient kecepatan. Baik
zat cair maupun zat gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) dari pada gas tidak kental (mobile). Suatu zat cair yang mudah mengalir
dapat dikata kan memiliki viskositas yang rendah dan sebaliknya. Bahan-bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.
(martoharsono,2006;79)
Pada hukum aliran viskositas, neuton menyatakan hubungan antara gaya-
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam fluida adalah
konstan sehubung dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida
newthonia, dimana perbandingan antara tegangan gesek(s) dengan kecepatan
gesek(g) konstan. Para meter ini lah yang disebut viskositas .
Ada dua (2) jenis cairan yaitu cairan newthonnia dan cairan non newthonia.
Cairan newthonia adalah cairan yang viskositasnya tidak berubah dengan
berubahnya irisan, ini adalah aliran kental (viscos) sejati. Contohnya: air,
minyak, dan lainnya.
Cairan newthon adalah cairan ang fiskos sitasnya berubah dengan adanya
perubahan gaya irisan dan di pengaruhi kecepatan tidak linier.
(Dogra,2006;48)
Viskossitas adalahsuatu cara ntuk menyatakan beberapa daya tahan dari
aliran yang di beri oleh suatu cairan. Kebanyakan diskometer mengukur kecepatan
dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (jelas kapiler).
Bila cairan itu mengalir cepat maka bearti viskossitas dari cairan itu
rendah (missal air). Dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan cairan itu
viskossitas tinggi. Viskositas dapat di ukur dengan mengukurlaju aliran cairan
yang melalui tabng silinder.
113
Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat di
gunakan baik untuk cairan maupun gas.menurut poiseulle, jumlah volume caira
yang mengalir melalui pipa persatuan waktu.
Factor yang mempengaruhi viskossitas adalah sebagai berikut
Tekanan
Temperature
Kehadiran zat lain
Ukuran dan berat molekul
Kekuatan antar molekul.
(fendi H.spd,2010;107)
Viskossitas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antara lapisan material, viskossitas menunjukan tingkat ketahanan
suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskossitas maka aliran akan semakin
lambat. Besarnya viskossitas di pengaruhi oleh beberapa factor seperti:
Temperature
Gaya antar molekul
Ukuran
Jumlah molekul terlarut
Fluida baik zat cair maupun gas yang sejenisnya berbeda, pada zat cair
viskossitas di sebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antar
molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas viskossitas disebabkan oleh tumpukan
antar molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tekanan air aliran fluida yang
merupakan gesekan antar molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu
jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas
yang tinggi.
(sarajo,2009;74)
114
III. Prosedur percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Tabung kaca
Stopwatch
Mistar
Jangka sorong
Alat penaikan bola
3.1.2 Bahan
- Bola/kelereng
- Oli
3.2 Skema kerja
- Disusun alat sesuai dengan percobaan
- Diukur jari-jari dan masa jenis bola
- Ditentukan massa jenis air
- Dijatuhkan bola diatas permukaan zat alir dalam
tabung
- Ditekan tombol stopwatch selama 5 cm bola dari
permukaan zat alir dalam tabung.
- Dihentikan stopwatch setelah sampai di dasar tabung
- Didicatat waktu jatuh dan di ukur jarak yang di
tempuh bola dari awal tombol stopwatch ditekan
sampai kedasar tabung.
- Ditentukan kecepatan no 5 dan ulangi percobaan 4
dan 5 untuk mendapatkan kecepatan beberapa kali.
- Dihitung kekentalan zat alir setiap harga kecepatan
yang didapat.
Viskositas zat
Hasil
115
3.3 Gambar Alat
A. Stopwatch
B. Mistar
C. Jangka sorong
Ring
Start Button
Start Button
Minute Hand
Second Hand
1/10 Second hand
Case
Reset Button
116
IV. Hasil dan pembahasan
4.1 Data
a. Oli
Pengulangan H t V Ƞ
1 25 cm 10,7 s 2,34 s 0,243
2 25 cm 11 s 2,27 s 0,250
3 25 cm 11,84 s 2,11 s 0,269
4 25 cm 9,45s 2,65 s 0,214
5 25 cm 9,27 s 2,69 s 0,211
Massa bola : 0,21 gram
Volume bola : 0,0214 cm3
Massa jenis bola : 9,81 g/cm3
Massa oli : 227 gram
Volume oli : 250 ml
Massa jenis oli : 0,908 g/cm3
b. minyak
c.
Massa minyak : 209 gram
Volume minyak : 250 ml
Massa jenis minyak : 0,836 g/cm3
Pengulangan h(cm) t(s) v(cm/s) Ƞ(poise)
1 20,5 cm 5,73 s 3,58 cm/s 0,15 poise
2 20,5 cm 7,84 s 2,61 cm/s 0,21 poise
3 20,5 cm 5,72 s 3,58 cm/s 0,15 poise
4 20,5 cm 8,2 s 2,48 cm/s 0,23 poise
5 20,5 cm 6,83 s 3,00 cm/s 0,19 poise
117
4.2 Pembahasan
Sebelum kita membahas hasil praktikum tentang viskositas zat alir kita
bahas sedikit mengenai viskositas zat alir.
Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikan tekanan terhadap
tegangan geser oleh fluida tersebut. Kadang-kadang viskositas ini diserupakan
dengan kekentalan.fluida yang kental(viskos) akan mengalir lebih lama dalam
suatu pipa dari pada fluida yang tidak kental.
Alat untuk mengukur viskositas fluida disebut viscometer. Setidaknya
terdapat dua prinsip dasar system metode pengukuran viskositas. Pertama metode
pengukuran berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vartikel saat
menempuh jarak tertentu.
Kaitan viskositas dengan jurusan kimia adalah bila ingin melakukan reaksi
kimia yang berhubungan dengan fluuida,viskositas dapat digunakan dalam
menentukan lamanya reaksi yang di butuhkan. Viskositas di pengaruhi oleh
beberapa factor yaitu:
Temperature atau suhu
Gaya tarik antar molekul
Jumlah molekul terlarut
Tekanan
Adapun manfaat praktikum menentukan kekentalan (viskositas) zat cair ini
adalah pada pembuatan minyak goring dan oli,serta sirup. Viskositas berguna
untuk kehidupan seperti sirup yang kental agar tetap awet. Viskositas memiliki
alat ukur yaitu viscometer yang berfungsi untuk mengukur koefisien
gliserin,oli,dan minyak goreng.
Pada percobaan ini kami menggunakan 2 jenis kekentalan yang berbeda
yaitu oli dan minyak goreng.untuk percobaan pertama kami menggunakan
oli,sebelum itu kita timbang terlebih dahulu tabung kaca kosong sehingga kita
118
mendapatkan massanya yaitu sebesar 227 gram,setelah itu kita timbang tabung
yang berisi oli untuk mendapatkan massa jenis olinya,dah hasil yang di dapat
untuk massa jenis olinya yaitu sebesar 0,908 g/cm3
dan untuk volume olinya di
dapat sebesar 250ml. setelah kita mendapatkan massa oli,volume oli dan massa
jenis olilalu kita mengukur massa bola,volume bola dan massa jenis bola. Untuk
massa bola yang di dapat yaitu 0,21 gram,volume bola yang didapat yaitu 0,0214
cm3 dan untuk massa jenis yang didapat yaitu 9,81 g/cm
3.
Setelah kita mendapatkan semuanya maka barulah kita bisa melakukan
percobaan pertama dengan oli dan dilakukan lima kali pengulanganyaitu:
pengulangan pertama dengan menggunakan tinggi(h) 25cm,waktu yang di
dapat yaitu 10,7s,dan volume yang didapat adalah 2,34cm/s sehingga
viskositas yang di dapat yaitu 0,243poise.
Pengulangan kedua dengan menggunakan tinggi(h) 25cm,waktu yang didapat
yaitu 11s,dan volume yang didapat adalah 2,27cm/s,sehingga viskositas yang
di dapat yaitu 0,2502poise.
Pengulangan ketiga dengan menggunakan tinggi(h) 25cm,waktu yang didapat
yaitu 11,84s,dan volume yang didapat adalah 2,11cm/s,sehingga viskositas
yang didapat yaitu 0,269poise.
Pengulangan keempat dengan menggunakan tinggi(h) 25cm,waktu yang
didapat yaitu 9,45s,dan volume yang didapat adalah 2,65cm/s,sehingga
viskositas yang didapat yaitu 0,214poise.
Pengulangan kelima dengan menggunakan tinggi(h) 25cm,waktu yang didapat
yaitu 9,27s,dan volume yang didapat adalah 2,69cm/s,sehingga viskositas
yang didapat yaitu 0,211poise.
Untuk percobaan kedua dengan menggunakan minyak,perlakuaan nya
sama dengan oli yaitu dengan lima kali pengulangan dengan tinggi yang
berbeda,pertama kita timbang terlebih dahulu tabung kosong untuk mendapatkan
massa tabung setelah itu kita timbang tabung yang berisi minyak sehingga kita
dapatkan massa jenis minyak sehingga kita mendapatkan volumennya dan hasil
yang di dapat yaitu sebagai berikut:
119
Massa minyak :209 gram
Volume minyak :250 ml
Massa jenis minyak :0,836 g/cm3
Dengan menggunakan bola yang sama namun hasil yang didapat berbeda
yaitu sebagai berikut:
Pengulangan pertama dengan menggunakan tinggi(h) 20,5cm,waktu yang
didapat yaitu 5,73s,dan volume yang didapat adalah 3,58cm/s,sehingga
viskositas yang didapat yaitu 0,15poise.
Pengulangan kedua dengan menggunakan tinggi(h) 20,5cm,waktu yang
didapat yaitu 7,84s,dan volume yang didapat adalah 2,61cm/s,sehingga
viskositas yang didapat yaitu 0,21poise.
Pengulangan ketiga dengan menggunakan tinggi(h) 20,5cm,waktu yang
didapat yaitu 5,72s,dan volume yang didapat adalah 3,58cm/s,sehingga
viskositas yang didapat yaitu 0,15poise.
Pengulangan keempat dengan menggunakan tinggi(h) 20,5cm,waktu yang
didapat yaitu 8,2s,dan volume yang didapat adalah 2,48cm/s,sehingga
viskositas yang didapat yaitu 0,23poise.
Pengulangan kelima dengan menggunakan tinggi(h) 20,5cm,waktu yang
didapat yaitu 6,83s,dan volume yang didapat adalah 3,001cm/s,sehingga
viskositas yang didapat yaitu 0,19poise.
Pada percobaan kami ini kami menggunakan bola yang bolong
tengahnya,antara bola yang tengannya bolong sama bola yang gak bolong
manakah yang paling cepat jatuh kepermukaan?
Jawab:menurut saya yang paling cepat jatuh kepermukaan yaitu bola yang
tengahnya bolong karena volume dan kecepatannya berbeda,bola yang tengahnya
bolong volumenya lebih besar sehingga dapat mempercepat bola jatuh
kepermukaan,sedangkan untuk bola yang tidak bolong volumenya lebih kecil
sehingga dapat memperlambat kecepatannya. Dan dari data yang kami dapat
bahwa kekentalan oli lebih kental dari pada minyak.
120
V. Kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan
Setelah kami melakukan percobaan mengenai “viskositas zat alir” dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Semakin besar diameter bola yang jatuh maka semakin cepat pula
kecepatannya
Semakin kental suatu zat maka semakin lambat kecepatan bola jatuh
kepermukaan
Semakin besar volume bola maka semakin cepat bola jatuh
kepermukaan,begitu juga sebaliknya
Dengan watu yang berbeda dan volume yang berbeda maka viskositas
yang di dapat pun berbeda.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum “viskositas zat alir” diharapkan para
praktikan lebih aktif dan lebih teliti serta lebih hati-hati karena bahan yang di
gunakan berupa oli dan minyak sangat licin.
121
DAFTAR PUSTAKA
Dogra,2006;Fisika dasar;Jakarta;Erlangga
Fendi H,spd,2010;Fisika 2;Jakarta;Yudhistira
Martoharsono,2006;Dasar-dasar fisika;Jakarta;Erlangga
Sarajo,2009;Fisika dasar mekanika;Bandung;ITB
Setford stave,1997;Fisika sain;Jakarta;Erlangga
122
LAMPIRAN
Data
1) Oli
Pengulangan h (cm) t (sekon) v (cm/s) η (poisse)
1. 25 10,7 2,34 0,243
2. 25 11 2,27 0,2502
3. 25 11,84 2,11 0,269
4. 25 9,45 2,65 0,214
5. 25 9,27 2,69 0,211
Keterangan :
- Massa bola = 0,21 gr
- Volume bola = 0,0214 cm3
- Massa jenis bola = 9,81 gr/cm3
- Massa oli = 227 gr
- Volume oli = 250 mL
- Massa jenis oli = 0,908 gr/cm3
2) Minyak
Pengulangan h (cm) t (sekon) v (cm/s) η (poisse)
1. 20,5 5,73 3,58 0,15
2. 20,5 7,84 2,61 0,21
3. 20,5 5,72 3,58 0,15
4. 20,5 8,2 2,48 0,23
5. 20,5 6,83 3,001 0,19
Keterangan :
- Massa minyak = 209 gr
- Volume minyak = 250 gr
- Massa jenis minyak = 0,836 gr/cm3
123
a. Perhitungan
a) Oli
1. Diket : d = 0,345 cm, v = 2,34 cm/s
mbola = 0,21 gr, volume oli = 250 mL = 250 cm3
moli = 227 gr, h = 25 cm, t = 10,7 s
ditanya : η (poisse) ?
penyelesaian :
2. Diket : d = 0,345 cm, v = 2,27 cm/s
mbola = 0,21 gr, volume oli = 250 mL = 250 cm3
moli = 227 gr, h = 25 cm, t = 11 s
penyelesaian :
125
3. Diket : d = 0,135 cm t = 11,84 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 25 cm = 0,908 gr/cm3
penyelesaian :
4. Diket : d = 0,135 cm t = 9,45 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 25 cm = 0,908 gr/cm3
penyelesaian :
5. Diket : d = 0,135 cm t = 9,27 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 25 cm = 0,908 gr/cm3
penyelesaian:
126
b) Minyak.
Diketahui : mminyak = 209 gr ditanya : ?
Vminyak = 250 mL = 250 cm3
Penyelesaian :
1. Diket : d = 0,345 cm t = 5,73 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 20,5 cm = 0,836 gr/cm3
penyelesaian :
2. Diket : d = 0,345 cm t = 7,84 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 20,5 cm = 0,836 gr/cm3
penyelesaian :
127
3. Diket : d = 0,345 cm t = 5,72 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 20,5 cm = 0,836 gr/cm3
penyelesaian :
4. Diket : d = 0,345 cm t = 8,2 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 20,5 cm = 0,836 gr/cm3
penyelesaian :
5. Diket : d = 0,345 cm t = 6,83 s
r = 0,1725 cm = 9,81 gr/cm3
h = 20,5 cm = 0,836 gr/cm3
penyelesaian :
128
b. Evaluasi
1. Hal – hal apakah yang mempengaruhi viskositas ?
Jawab :
a. Tekanan d. Ukuran dan berat molekul
b. Temperature e. Berat molekul
c. Kehadiran zat lain f. Kekuatan antar molekul
2. Tunjukan dengan persamaan bahwa jenis aliran itu tergantung pada viskositas
zat alir yang mengalir !
Jawab :
3. Apakah yang dimaksud dengan SAE ?
Jawab :
SAE (Society of Automotive Engineers) adalah persatuan ahli otomotif dunia
yang bertugas menetapkan standar viskositas atau kekentalan (ukuran dari
tebal lapisan oli serta mampu alir oli) pada suhu 100° c dan pada -18° c. jenis
SAE yang umumnya digunakan di Negara tropis.
4. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut !
Jawab :
Analisis
Dari percobaan yang kami lakukan diketahui bahwa tingkat kekentalan pada
oli lebih kental dari pada minyak. Hal ini sudah terbukti dari cairan yang
terdapat pada oli lebih kental dari pada minyak dan juga tingkat keencerannya
lebih encer minyak daripada oli. Hal itu sudah dipastikan bahwa pada saat
dijatuhkan bola (kelereng) pada tabung yang berisi oli terkesan lama, daripada
minyak.
129
Kesimpulan
Massa tidak berpengaruh pada kecepatan bola (kelereng). Sebenarnya volume
benda yang paling besar yang akan mengalami percepatan besar. Benda yang
bergerak dalam fluida bergantung pada viskositas yaitu semakin besar
viskositas maka kecepatan gerak benda semakin susah bergerak. Begitu juga
sebaliknya jika fluida yang encer maka kecepatan gerak benda semakin cepat.
130
PERCOBAAN KE – IX
LINIER AIR TRACK
I. Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari maupun memahami lebih
lanjut tentang konsep konsep dasar yang berkenaan dengan gaya,gerakan titik
materi energi momentum dan tumbukan.
II. Landasan Teori
Momentum adalah besaran vektor yang menpunyai besaran (mv)dan arah
(sama dengan vektor kecepatan) satuan dari momentum adalah satuan massa di
kali satuan laju ,satuan SI untuk momentum adalah kg/ m/s. Kata jamak
momentum adalah “Momentum”.
Gaya total (jumlah vektor dari semua gaya)yang bekerja pada sebuah sama
dengan laju waktu dari perubahan momentum partikel.gaya loyal ini adalah
pernyatan newton yang asli tentang hukum keduanya .(ia mengatakan momentum
adalah besaranya gerakan)ini hanya acuan bersila.
(Haryanto 2010 ;45).
Hukum kedua newton dari gerak satuan adalah laju perubahan terhadap
waktu, jumlah dari gejala gejala luar. laju perubahan terhadap waktu dapat di dari
momentum linear sistem dinyatakan sebagai jumlah kedua kuatitas volume
alur.laju perubahan waktu dari momentum linear melewati permukaan alur ketika
partikel partikel massa bergerak masuk atau keluar dari sebuah volume alur
melewati permukaan alur. Partikel-partikel tersebut membawa momentum linear
besar keluar,jadi,aliran momentum kelihatannya tidak terlalu berbeda dengan
aliran massa gaya gaya yang terlibat adalah gaya gaya yang terlibat adalah gaya
badan dan permukaan yang bekerja pada apa yang terkandung dalam volume alur
satu satunya gaya badan yang berkaitan dengan gaya gravitasi.
(kusmawati, 2007;67).
131
Persamaan momentum di perkenalkan di dalam bentuk yang dapat
diterapkan di dalam analisis volume pada kondisi tunak.hukum gerak kedua
newton ke sistem dengan massa konstan.(sistem tertutup) melibatkan bentuk
persamaan
F= m .a
Di mana F adalah gaya resultan yang bekerja pada sistem dengan massa m
dan a . merupakan persamaan .di dalam persamaan m.v momentum persatuan
massa yang terkandung di dalam volume atur.
Pv=m.v Pv=m.v1 Pv=m.v1
Ketiga momentum tersebut momentum sebuah partikel P=m.v
Perbedaan antara kedua besaran ini adalah momentum merupakan sebuah
vektor yang besarnya sebanding dengan laju.sedangkan energi kinetik adalah
vektor yang sebanding dengan laju kuadrat.
Linear Air Track merupakan suatu alat yang menyediakan lintasan lurus,
sehingga dapat digunakan untuk percobaan gerak lurus. Alat ini dilengkapi
dengan blower untuk mengurangi gaya gesekan itu. Pada percobaan gerak lurus,
Linear Air Track akan didayagunakan dengan dua cara, yaitu cara foto elektrik
dan cara fotografi. Tetapi apakah kedua cara tersebut dapat menunjukan jenis
gerak lurus dari sebuah benda yang melaju, yaitu gerak lurus beraturan atau gerak
lurus berubah beraturan. Kedua cara tersebut dapat digunakan untuk menentukan
jenis gerak lurus, apabila dari data jarak dan waktu yang didapat, menghasilkan
grafik kedudukan (x) terhadap waktu (t) yang sesuai dengan teori gerak lurus.
Untuk menguji kecocokan garis dengan titik pencar yang didapat dari data, maka
dapat dilihat dari koefisien korelasinya(R). Semakin R mendekati 1, maka
semakin cocok garis dengan titik pencar yangdidapat dari data. Dan untuk
mengetahui batasan minimum cocok tidaknya garis dengan titik pencar, maka
akan di uji dengan menggunakan uji R dan uji F.Dari hasil percobaan, koefisien
korelasi (R) dari cara foto elektrik adalah0.99975, 0.99925, 0.998749, 1, 1 dan
132
dari cara fotografi adalah 0.9998, 0.99995,0.99995. Hasil yang didapatkan sangat
mendekati 1 bahkan ada yang sempurna bernilai1.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa cara foto elektrik dan cara fotografi
dapatdigunakan untuk menentukan jenis gerak lurus suatu benda yang sedang
melaju. Benda dikatakan bergerak apabila posisinya berubah terhadap waktu.
Posisi benda yang bergerak harus diukur terhadap referensi tertentu dalam suatu
system koordinat. Jika posisi awal benda berada di titik asal kemudian bergerak
meninggalkan.
Terdapat tiga kasus, yaitu:
1. Benda berubah
2.Benda bergerak semakin lambat 3.
3.bergerak semakin cepat2. arah (bahkan untuk kelajuan yang tetap)
Jika benda dalam keadaan tiga kasus tersebut maka dapat dikatakan
bahwa benda memiliki percepatan. Pada eksperimen ini, akan digunakan
percepatan yang disebabkan oleh perubahan kecepatan dan perubahan
waktu.Akan digunakan metode eksperimen kecepatan untuk menentukan
kecepatan sesaat dari cart pada berbagai posisi dan waktu sepanjang track.
Selanjutnya kita dapat menggunakan data yang diperoleh untuk menentukan
percepatan dari cart. Percepatan dari sebuah benda dirumuskan sebagai :
𝒂 =∆𝒗∆𝒕
Gaya didefinisikan sebagai dorongan atau tarikan yang akan mempercepat
memperlambat gerak suatu benda. Gerak mempercepat yang dialami benda
sebanding dengan resultan gaya yang bekerja pada benda itu, dan arah
percepatansearah dengan arah gaya. Persamaan inidirumuskan dalam hukum II
Newton yangdirumuskan :F = m x a Energi kinetik yang bekerja pada benda juga
dapat dihitung denganmenggunakan rumus :𝑬𝒌 =𝟏𝟐𝒎𝒗 𝟐
(Nahadi, 2008;89).
133
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Lienar Air Track
2. Stopwatch
3. Kendaraan air track
4. Pita Ukur
5. Mistar
6. Ketapel kecil
3.1.2 Bahan
1. Kertas Karton putih
3.2 Skema Kerja
- Dipasang kertas karton pada kendaraan linear air track
- Dipasang Patoide gate antara kedua ujung air track
- Dihidupkan blower dan digital timer
- Diamati gerakan kendaraan linear air track
- Dicari percepatan dan gaya yang bekerja pada kendaraan
linear air track
- ditentukan kecepatan sesaat dan percepatan sesaat, serta
EK dan momentum liniernya
- Dicatat
Linier air track
Hasil
134
3.3 Gambar Alat
a) Stopwatch
b) Mistar
135
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Tabel A
No Jarak Waktu Jarak waktu
1
2
3
4
5
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
2,105s
1,524s
1,382
0,833
O,615
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
2,603s
1,841s
1,659s
1,105s
0,1768s
Tabel B
no Jarak 1 Kec 1 Jarak 2 Kec 2 a F Ek1
1
2
3
4
5
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
0,475
0,525
0,506
0,720
0,650
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
0,384
0,435
0,422
0,543
0,521
0,182
0,285
0,305
0,515
0.847
0,0355
0,0556
0,0595
0,127
0,165
0,0225
0,021
0,0179
0,1789
0,0334
136
4.2 Pembahasan
Linier air track adalah suatu alat yang menyediakan lintasan lurus,
sehingga dapat di gunakan untuk percobaan gerak lurus, pada pengamatan yang di
lakukan ternyata kendaraan air track di lengkapi blower untuk mengurangi gaya
gesek dan pada bagian kanan dan kiri liniear air track terdapat katret sebagai
ketapel kecil untuk memantulkan kendaraan air track yang melintas ke sebelah
kanan dan kirinya.
Pada pengamatan pertama di amati jarak dan waktu tempuh kendaraan
iar track terlebih dahulu pada lintasan kanan jarak tempuh yang di gunakan adalah
0,41 m waktu yang di butuhkan dari pengamatan ini berbeda-beda, hal ini di
sebabkan pengaruh kecepatan benda terhadap waktu semakin lama waktu yang di
perlukan maka semakin besar kecepatan yang di perlukan, dalam pengamatan kali
ini karena yang di amati adalah jarak dan waktu maka yang di tentukan atau yang
di cari nilainya adalah kecepatan semakin lama waktu yang di butuhkan maka
semakin kecil nilai kecepatannya.
Pada lintasan kanan jarak yang di tempuh adalah 0,64 m waktu yang di
perlukan berbeda-beda hal ini terjadi karena pengaruh kecepatan gerak kendaraan
air track yang di gunakan. Semakin besar kecepatan yang di butuhkan kendaran
air track maka semakin cepat waktu yang di butuhkan kecepatan terbanding
terbalik terhadap waktu dan berbanding lurus terhadap jarak.
Pada pengamatan lintasan kiri dan lintasan kanan kendaraan air track,
nilai kecepatan rata masing-masing adalah lintasan kiri 7,66 m/s dan kecepatan
kanan adalah 2,7 m/s. Dari kedua lintasan tersebut dapat sdi simpulkan bahwa
lintasan sebelah kiri lebih cepat di bandingkan lintasan yang berada di sebelah
kanan.
Pada pengamatan pertama dan kedua di tentukan percepatan gaya dan
energy kinetiknya. Nilai percepatan di dapat dari nilai kecepatan di bagi waktu
apabila nilai kecepatan meningkat maka nilai kecepatan juga meningkat hal ini
terjadi karena percepatan berbanding terbalik terhadap waktu. Pada pengamatan
137
ini sesuai dengan literlaturnya di mana percepatan percepatan berbanding lurus
dengan kecepatan tetapi berbanding terbalik dengan waktu.
Pada saat menentukan nilai energi kinetik maka terlebih dahulu kita
tentukan pecepatan dan kita timbang masanya terlebih dahulu kecepatan
berbanding lurus dengan masa dan kecepatan, Jadi semakin tinggi nilai energi
kinetiknya maka semakin besar dan kecepatannya karena energy kinetik
mv
2.
Data yang di peroleh juga sam dengan literlatur bahwa besarnya nilai energi
kinetik berbanding lurus masa dan kecepatan.
Gaya yang berkerja pada liniear air track di pengaruhi oleh masa dan
percepatan, gaya yang sama dengan masa di kali percepatan semakin besar gaya
yang berkerja maka semakin besra masa dan percepatannya. Dan alat yang di
gunakan pada percobaan ini adalah liniear air track yand di lengkapi blower untuk
mengurangi gaya gesekan itu. Benda yang di amati berupa kendaraan air track
tidak dapat berpindah jika liniear air track di hidupkan dan udara tidak akan
mengalir jika tidak ada udara maka kendaraan tidak bergerak dan kita tidak dapat
menentukannya kecepatan, momentum, percepatan, waktu dan jarak.
Karet gelang pada ujung kanan dan kiri berfungsi untuk memantulkan
kendaraan air track pada linear air track terdapat alat pengukur waktu dan skala
pengukur jarak. Pada liniear air track terdapat berbagai rumus yang di tentukan
yaitu momentum perkalian dan masa denagn kecepatan kendaraan air track.
Pada pengamatan liniear air track berlaku hukum newton I yaitu setiap
benda akan bergerak lurus beraturan atau diam jika tidak ada gaya yang berkerja
pada benda tapi pada pengamatan kali ini berlaku hukum newton II yang berbunyi
“ Percepatan gaya yang di timbulkan oleh gaya yang berkerja pada sebuah benda
besarnya berbanding lurus dengan gaya itu berbanding terbalik dengan masa
benda “ .
138
V. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa :
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mempercepat suatu benda.
Liniear air track adalah suatu alat yang menyediakan lintasan lurus
sehungga dapat di gunakan untuk percobaan gerak lurus. Alat ini di
lengkapi dengan blower untuk mengurangi gaya gesekan itu. Pada
percobaan gerak lurus liniear air track di gunakan dengan dua cara yaitu
cara foto elektrik dan fotografi tetapi apakah kedua cara tersebut dapat
menunjukan jenis gerak lurus dari sebuah benda yang melaju yaitu gerak
lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan.
5.2 Saran
Praktikum kali ini berjalan lancar hanya saja ada beberapa hal yang masih
harus diperbaiki agar menjadikan praktikum ini berjalan lebih baik lagi. Dan
untuk lebih teliti lagi saat melakukan pengamatan juga tidak bermain-main saat
melakukan praktikum, disarankan agar serius.
139
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto.2010.Fisika Dasar Universitas. Jakarta: Erlangga.
Kusmawati.2007.Fisika Edisi Pertama. Jakarta : Erlangga.
Lianawati.2006.Kajian Ringkas Fisika. Surabaya : Universitas Airlangga.
Muctaridi.2008. Fisika Dasar. Klaten : Intan Prawira.
Nahadi.2008.Fisika Dasar. Nganjuk : Media Torafika.
140
LAMPIRAN
a. Data
Tabel A
No Jarak Waktu Jarak waktu
1
2
3
4
5
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
2,105s
1,524s
1,382
0,833
0,615
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
2,603s
1,841s
1,659s
1,105s
0,768s
Tabel B
no Jarak 1 Kec 1 Jarak 2 Kec 2 a F Ek1
1
2
3
4
5
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
0,475
0,525
0,506
0,720
0,650
100cm
80cm
70cm
60cm
40cm
0,384
0,435
0,422
0,543
0,521
0,182
0,285
0,305
0,515
0.847
0,0355
0,0556
0,0595
0,127
0,165
0,0179
0,0225
0,021
0,0389
0,0334
141
Hitungan
1) Diket : S1 = 100 cm = 1m
S2 = 100 cm = 1m
t1 = 2,105 s , t2 = 2,603 s , m = 0,195 kg
ditanya = v1 ; v2 ; a ; F ; Ek ?
penyelesaian :
2) Diket : S1=S2= 0,8 M
t1= 1,524 s, t2=1,841 s, m=0,195 kg
penyelesaian:
3) Diket : S1=S2= 0,7 m
t1= 1,382 s, t2=1,659 s, m=0,195 kg
penyelesaian:
142
4) Diket : S1=S2= 0,6 m
t1= 0,833 s, t2=1,105 s, m=0,195 kg
penyelesaian:
5) Diket : S1=S2= 0,4 m
t1= 0,615 s, t2=0,768 s, m=0,195 kg
penyelesaian:
143
144
Evaluasi
1) Bagaimana cara mendapatkan kecepatan rata-rata darikendaraan air track ?
Jawab :
Untuk mendapatkan kecepatan rata-rata air track, pertama-tama kita hitung
nilai
v = s/t setelah didapat nilai v nya maka kita rata-ratakan dengan
menambahkan jumlah v nya lalu dibagi lima.
2) Bagaimana cara mendapatkan percepatan rata-rata dari kendaraan air track?
Jawab :
Untuk mendapatkan percepatan rata-rata air track, pertama-tama kita hitung
nilai a nya yaitu :
setelah didapat niai a nya maka kita rata-rata kan dengan
menotalkan jumlah a nya lalu dibagi lima.
3) Mengapa air track diletakkan horizontal ?
Jawab :
Karena linear air track digunakan untuk menentukan gerak lurus beraturan
pada benda. Sehingga, apabila bergerak pada linear air track yang lurus dari
kiri ke kanan. Dan juga kita menggunakan untuk menghitung percepataan
suatu benda dari rumus F= m. a , karena F konstan dan a konstan pada gerak
lurus beraturan.
145