film sebagai media pembelajaran
DESCRIPTION
Media pembelajaran menggunakan filmTRANSCRIPT
Film Sebagai Media Pembelajaran PENDAHULUAN
Film merupakan salah satu alat yang ampuh di tangan orang yang mempergunakannya secara efektif untuk sesuatu maksud terutama terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalnya, dan langsung berbicara ke dalam hati sanubari penonton secara meyakinkan. Film juga sangat membantu dalam proses pembelajaran, apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau hanya didengar saja.Pada awalnya, film atau gambar hidup ini hanya berupa serangkaian gambar diam yang diletakkan rapat-rapat ditunjukkan berganti-ganti dengan kecepatan tinggi, orang yang melihatnya akan mengalami ilusi seolah-olah terdapat gerakan. Pada perkembangan selanjutnya, William Friese Greene dan Thomas Alva Edison menciptakan kamera pertama yang secara khusus didesain untuk merekam film gambar hidup (disebut kinetograph).Saat ini dengan berkembangnya teknologi, peralatan film sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tekhnologi perfilman yang serba digital, telah memberikan kemudahan kepada kita sebagai praktisi pendidikan, untuk meningkatkan dan mengembangkan pemanfaatan film-film pendidikan yang lebih kreatif dan inovatif.Dalam pembahasan makalah ini, kami hanya membahas mengenai pengertian film, kegunannya dalam pendidikan, kelebihan dan kelemahan film sebagai media pembelajaran, dan jenis-jenis film yang digunakan dalam pendidikan.
PEMBAHASAN1.Pengertian dan Fungsi Film dalam Proses PembelajaranFilm secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.Menurut Azhar Arsyad, film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.1Fungsi film dalam proses pembelajaran terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk:1.Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya2.Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.3.Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi manusia.Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dsn sebagainya. Selain itu, film
juga dapat memberikan umpan balik tertunda kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu kemudian.Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui gambaran visual yang berkaitan.
2.Kelebihan dan Kelemahan Film Sebagai Media PendidikanSebagai media pendidikan film memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan film sebagai media dalam pendidikan yaitu: 1.Film sangat bagus untuk menjelaskan suatu proses. Misalnya proses penciptaan alam semesta.2.Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau.3.Film dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.4.Film dapat memikat perhatian anak 5.Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas.6.Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan)7.Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.8.Film dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.9.Film dapat menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat penampilannya.10.Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.Selain kelebihan – kelebihan di atas, film pun tidak lepas dari kelemahannya. Kelemahan film sebagai media pendidikan antara lain:1.Harga atau biaya produksi relatif mahal.2.Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.3.Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali film itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, Omar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1.Dapat menarik minat siswa2.Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan3.Sesuai dengan tingkatan kematangan audiens4.Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar5.Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur6.Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.2
3.Jenis – jenis FilmMenurut Yudhi Munadi jenis – jenis film untuk konteks pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: a.Film DokumenterMenurut Heinich dkk. (1985: 212) film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini menurutnya, adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya,
hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap sosial budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah kemerdekaan Indonesia.b.DocudramaDocudrama yaitu film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Kisah – kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupannyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya, kisah teladan para Nabi dan Rasul.c.Film Drama atau SemidramaFilm drama atau semidrama keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak dari kisah nyata, yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, dan sebagainya.
4.Langkah-Langkah Pemanfaatan Film1.Langkah Persiapan Guru, menyiapkan unit pelajaran, memilih film yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran. Pertimbangan dalam memilih film:Panjangnya filmTingkat rekomendasi filmTahun produksiDiskripsi dari film tersebut2.Mempersiapkan kelas, audien dipersiapkan terlebih dahulu dan menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film.3.Langkah penyajian, dalam penyajian ini harus dipersiapkan perlengkapan yang diperlukan, antara lain: proyektor / LCD, layar, pengeras suara dan film.4.Aktivitas lanjutan berupa tanya jawab guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan oleh film tersebut.
KESIMPULAN
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.Film sebagai media pendidikan mempunyai kelebihan dan kelemahan. Film dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: film dokumenter, film docudrama, film drama atau semi drama. Film dokumenter yaitu film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Film dokudrama yaitu film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Kisah – kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupannyata, bisa diambil dari sejarah. Film drama atau semi drama yaitu keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak dari kisah nyata, yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita.Langkah pengunaan film sebagai media pengajaran meliputi: langkah persiapan guru,
mempersiapkan kelas, langkah penyajian, aktifitas lanjutan berupa tanya jawab.
DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. H. Asnawir dan M. Basyirudin Usman. Media pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press. 2002.Arief S. Sadiman, dkk. Media pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali. 2009.Munadi , Yudhi. Media pembelajaran: Sebuah pendapatan baru. Ciputat:Gaung Persada. 2008.Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009.Anderson, Ronald H. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali. 1987.
MEDIA FILM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang
signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia. Oleh karena itu agar pendidikan tidak
tertinggal dari perkembangan Ilmu Pngetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut perlu adanya
penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran di sekolah.
Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran, karena dengan adanya media dalam
pembelajaran dapat membantu para guru dan staf pengajar dalam menyampaikan pesan
pembelajaran serta lebih cepat dan lebih mudah ditangkap oleh para siswa. Media memiliki
kekuatan-kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu merubah sikap dan tingkah laku ke arah
perubahan yang kreatif dan dinamis. Sehubungan dengan hal itu, peran media sangat dibutuhkan
dalam pembelajaran dimana dalam perkembangannya saat ini media bukan lagi dipandang
sekendar alat bantu tetapi merupakan bagian yang integral dalam pendidikan dan pembelajaran.
Dalam makalah ini akan lebih ditekankan tentang pembahasan media film. Dimana media
film merupakan bagian dari media pembelajaran, sehingga diharap para siswa dapat lebih mudah
menangkap materi pembelajaran yang disampaikan lewat pemutaran film tersebut. Film menarik
sekali digunakan sebagai alat pengajaran dan hendaknya mendapat perhatian yang lebih banyak.
Film juga bersifat edukatif yang mampu menghibur sehingga dapat dengan mudah
menyampaikam materi pelajaran kepada siswa secara baik yang berdaya guna dan berhasil guna.
Penjelasan tentang media film sebagai media pembelajaran yang lebih lanjut akan disampaikan
sebagai berikut.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah Pengertian Media Film?
B. Bagaimana Pemanfaatan Media Film sebagai Media Pembelajaran?
C. Bagaimana Karakteristik Media Film Sebagai Media Pembelajaran?
D. Apa Saja Keunggulan dan Kelemahan Media Film sebagai Media Pembelajaran?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi
frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar
itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu.
[1] Atau film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu
sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan
yang nampak normal. Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar
mengajar yang mengkombenasikan dua macam indera pada saat yang sama.[2]
Film yang dimaksudkan di sini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran,
penerangan, atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain
tentang proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu industri, kejadian-
kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di negara asing, berbagai industri dan pertambangan,
mengajarkan suatu ketrampilan, sejarah kehidupan orang-orang besar dan sebagainya.[3]
B. Pemanfaatan Media Film Sebagai Media Pembelajaran
Menggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas sangat berguna atau
bermanfaat terutama untuk:
1. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
2. Menambah daya ingat pada pelajaran.
3. Mengembangkan daya fantasi anak didik.
4. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.[4]
Carpenter dan Greenhill (1956) dalam mengkaji hasil-hasil penelitian tentang film
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Film yang diproduksi dengan baik, bila digunakan baik sendirian maupun dalam suatu seri dapat
diterapkan sebagai alat utama untuk mengajar ketarampilan penampilan (performance) tertentu
dan untuk menyampaikan beberapa jenis data faktual.
2. Tes setelah menonton akan meingkatkan belajar, jika siswa telah diberi tahu apa yang harus
diperhatikannya dalam film, dan bahwa mereka akan di tes tentang isi film tersebut.
3. Siswa akan belajar lebih banyak jika diberi petunjuk studi untuk tiap film yang dipakai dalam
kegiatan belajar-mengajar.
4. Mencatat sambil menonton film hendaknya dicegah, karena hal itu akan mengganggu perhatian
siswa trhadap film itu sendiri.
5. Pertunjukan film secara bergantian dapat meningkatkan belajar.
6. Film-film pendek dapat dipenggal menjadi film sambung dan bermanfaat untuk kepentingan
praktek atau latihan.
7. Siswa dapat menonton film selama satu jam tanpa mengurangi keefektifan dari tujuan pertemuan
tersebut.
8. Keefektifan belajar melalui film harus dievaluasi.
9. Sesudah sebuah film dipertunjukkan, lalu pokok-pokok isinya dijelaskan dan didiskusikan, akan
mengurangi salah pengertian di kalangan siswa.
10. Kegiatan lanjutan setelah menonton film hendaknya digalakkan untuk memungkinkan
pemahaman yang lebih tuntas.[5]
Film harus dipilih agar sesuai dengan pelajaran yang sedang diberikan. Untuk itu guru
harus mengenal film yang tersedia dan lebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya
bagi pelajaran. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu disisapkan
sebelumnya. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih utuk memperhatikan
aspek-aspek tertentu. Agar anak-anak jangan hanya memandang film itu sebagai hiburan,
sebelumnya mereka ditugaskan untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sesudah itu dapat ditest
berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari film itu.
a. Langkah Penggunaan Film
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan film sebagai media
pengajaran. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Langkah Persiapan Guru
Pertama-tama guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu. Kemudian baru
memilih film yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Juga perlu
diketahui panjangnya film tersebut, tingkat rekomendasi film, tahun produksi serta diskripsi dari
film tersebut. Selain itu film tersebut diujicobakan memuat rencana secara eksplisit cara
menghubungkan film terebut dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
2) Mempersiapkan Kelas
Audien dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam pikiran mereka sewaktu menyaksikan film tersebut. Untuk itu
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: menjelaskan maksud pembuatan film, menjelaskan
secara ringkas isi film, menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat perhatian khusus
sewaktu menonton film, harus dijelaskan mengapa terdapat ketidakcocokan pendapat dengan
bagian isi film bila ditemui ketidak sesuaian.
3) Langkah Penyajian
Setelah audien dipersiapkan barulah film diputar. Dalam penyajian ini harus disiapkan
perlengkapan yang diperlukan antara lain: proyektor, layar, pengeras suara, power cord, film,
ekstra roll, dan tempat proyektor. Guru harus memperhatikan keadaan ruangan gelap atau tidak
dan juga guru dapat menghubungkannya dengan berbagai alat lainnya.
4) Aktivitas Lanjutan
Aktivitas lanjutan ini dapat berupa tanya jawab, guna mengetahui sejauh mana pemahaman
audien/ siswa terhadap materi yang disajikan. Kalau masih terdapat kekeliruan bisa dilakukan
dengan pengulangan pemutaran film tersebut. Pengertian yang diperoleh audien dari melihat film
akan lebih banyak manfaatnya bila diikuti dengan aktivitas lanjutan. Aktivitas tersebut dapat
berupa: membaca buku tentang masalah yang ditonton jika buku tersebut tersedia, membuat
karangan tentang apa yang telah ditonton, mengunjungi lokasi di mana film tersebut dibuat, jika
dipandang perlu adakan tes atau ujian tentang materi yang disajikan lewat film tersebut.[7]
b. Teknik Pembuatan Film
1) Direct Photography, yaitu mencatat atau merekam objek sebagaimana terjadi sesungguhnya,
seperti yang dilihat sesuai dengan kenyataan. Film-film pengajaran biasanya dilakukan secara
direct photography.
2) Slow Motion Photography, teknik ini merubah kecepatan gerak gambar yang terlalu cepat
menjadi lambat, sehingga mudah disaksikan dengan ril, misalnya burung, tendangan bola oleh
pemain, dan sebagainya.
3) Lapse Photography, teknik ini berupa gerakan-gerakan gambar yang lamban dan terlalu lama
diikuti oleh mata kemudian dipercepat sesuai dengan kebutuhan. Misalnya tumbuhnya tanam-
tanaman, mekarnya sekuntum bunga, proses erosi, gerakan salju yang menghendaki waktu
berjam-jam atau berhari-hari.
4) Animated Photography, teknik ini dilakukan dengan cara animasi, yaitu sesuatu yang abstrak
dapat dikonkritkan. Misalnya untuk menjelaskan aliran listrik, teori pemerintahan, dan
sebagainya.
5) Photomicrography, melalui teknik ini objek-objek yang terlalu kecil dapat diperbesar dan dapat
diperluas. Teknik ini sangat bermanfaat dalam mempelajari science dan kesehatan. Misalnya
reproduksi sel-sel, kehidupan hewan, dan sebagainya.
6) Telescopic Photography, teknik ini mempergunakan lensa yang dapat menangkap objek yang
terlalu jauh untuk dilihat dengan mata. Misalnya mengamati bintang-bintang di langit, atau
burung-burung yang terbang jauh, binatang buas, dan sebagainya.
7) Film Monography, yaiut teknik yang paling sederhana dan murah, dengan jalan memotret
gambar-gambar biasa dengan menghadapkan kamera kepada objek satu demi satu secara teratur,
sehingga seolah-olah gambar itu sendiri yang bergerak.[8]
C. Karakteristik Media Film Sebagai Media Pembelajaran
Secara singkat apa yang dapat dilihat pada sebuah film hendaknya dapat memberikan hasil
yang nyata bagi audien. Dalam menilai baik tidaknya sebuah film. Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa film yang baik memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dapat menarik minat siswa/ anak.
2. Benar dan autentik.
3. Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan.
4. Sesuai dengan kematangan audien.
5. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.
6. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur.
7. Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.[9]
Secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa suatu film dikatakan baik bila memenuhi
beberapa syarat, diantaranya adalah sangat menarik minat siswa dan autentik, up to date, sesuai
dengan tingkat kematangan anak, bahasanya baik dan tepat, mendorong keaktifan siswa sejalan
dengan isi pelajaran dan memuaskan dari segi teknik.[10]
D. Keunggulan Dan Kekurangan Media Film
Film kurang efektif jika diberikan tersendiri,karena itu harus digunakan dengan metode
lain setelah penayangan film selesai. Film berperan sebagai penarik perhatian yang bersifat
menghibur. Berikut beberapa keunggulan dan kelemahan media film. (Behrens dan Evens, 1984)
1. Keunggulan Film
a. Menarik perhatian.
b. Dapat menunjukkan langkah atau tahapan yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu.
c. Dapat menayangkan peristiwa atau acara yang telah terjadi.
d. Dapat dipercepat dan diperlambat untuk menganalisis tindakan atau pertumbuhan tertentu.
e. Dapat diperbesar agar dapat dilihat dengan mudah.
f. Dapat diperpendek dan diperpanjang waktunya.
g. Dapat memotret kenyataan.
h. Dapat menimbulkan emosi.
i. Dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan secara jelas dan cermat.
2. Kelemahan Film
a. Mahal.
b. Jika digunakan kurang tepat akan berdampak kurang baik.
c. Kurang efektif untuk memberikan pengajaran yang sesungguhnya.
d. Baru bermanfaat jika digunakan sebagai pelengkan dari metode pengajaran yang lain. [11]
IV. ANALISIS
Dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dewasa sekarang ini
proses belajar-mengajar telah mengalami perubahan-perubahan yang signifikan dalam sistem
pembelajaran, sehingga diharap pembelajaran dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian
untuk mengikuti perkembangan zaman. Penyesuaian tersebut salah satunya dengan penggunaan
media karena media menjadi bagian yang integral dalam progam pengajaran. Media
pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang merangsang minat siswa dalam proses
belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut dan efektif
serta menghibur yang diberikan dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan Media
Film, karena media film sebagai media pembelajaran telah diterima sebagai salah satu media
audio visual yang paling populer dan digemari baik dari kalangan anak-anak ataupun orang
dewasa, baik dari kota-kota besar maupun kecil, karena media film sangat lekat dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Film sendiri merupakan media yang dipakai untuk merekam suatu keadaaan atau
mengemukakan sesuatu. Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu
mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan, atau kenyataan, karena keunikan dimensinya. Dari
sebuah penelitian sendiri juga mengungkapkan bahwa film terbukti secara signifikan lebih baik
dari media yang lain dalam hal mengingat dan mampu mempengaruhi emosional dari para siswa.
Dalam banyak hal media film sangat membantu dalam menyampaikan tujuan-tujuan
khusus yang diinginkan secara tepat dan akurat, karena mampu untuk memperkaya dan
memperkembangan pengetahuan, kebudayaan serta dapat menyajikan informasi, memaparkan
proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau
memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap. Film yang baik adalah film yang dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam hubungannya dengan apa yang dipelajari.
Menggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas sangat berguna dan
bermanfaat terutama untuk: Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. Menambah daya
ingat pada pelajaran. Mengembangkan daya fantasi anak didik. Menumbuhkan minat dan
motivasi belajar.
Dalam menggunakan media film juga diperlukan langkah-langkah agar pengguanaanya
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Langkah-langkah dalam penggunaan
media film tersebut seperti harus memperhatikan: 1) Langkah persiapan guru, sehingga seorang
guru dapat menetapkan tujuan yang akan dicapai dari penggunaan film yang berhubungan
dengan pelajaran yanga akan dijelaskan. 2) Langkah persiapan kelas, yaitu menyiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pemutaran film tersebut serta persiapan siswa agar dapat
mengikuti, mencatat, menganalisis, mengritik, dan lain-lain dari isi film pendidikan tersebut. 3)
Langkah penyajian film, ini berhubungan dengan kecepatan atau kelambatan pemutaran film
serta film bisa diputar ulang apabila ada hal-hal penting yang harus dianalisis. 4) Langkah
lanjutan atau aplikasi, maksudnya setelah pemutaran film tersebut diadakan kegiatan belajar
sebagai tindak lanjut dari penggunaan film, seperti halnya diadakan diskusi, laporan, ringkasan,
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemutaran film tersebut.
Selain harus memperhatikan langkah-langkah dalam penggunaan film, juga para guru
diharap dapat memperhatikan teknik-teknik pembuatan film agar dalam penggunaan film
pengetahuannya dapat selaras dan seimbang. Berikut adalah teknik-teknik pembuatan film
diantaranya adalah 1) Mencatat atau merekam objek sebagaimana terjadi sesungguhnya, seperti
yang dilihat sesuai dengan kenyataan (Direct Photography). 2) Merubah kecepatan gerak gambar
yang terlalu cepat menjadi lambat, sehingga mudah disaksikan dengan ril (Slow Motion
Photography). 3) Berupa gerakan-gerakan gambar yang lamban dan terlalu lama diikuti oleh
mata kemudian dipercepat sesuai dengan kebutuhan (Lapse Photography). 4) Dilakukan dengan
cara animasi, yaitu sesuatu yang abstrak dapat dikonkritkan (Animated Photography). 5) Objek-
objek yang terlalu kecil dapat diperbesar dan dapat diperluas (Photomicrography), teknik ini
sangat bermanfaat dalam mempelajari science dan kesehatan. 6) Mempergunakan lensa yang
dapat menangkap objek yang terlalu jauh untuk dilihat dengan mata (Telescopic Photography). 7)
Teknik yang paling sederhana dan murah, dengan jalan memotret gambar-gambar biasa dengan
menghadapkan kamera kepada objek satu demi satu secara teratur, sehingga seolah-olah gambar
itu sendiri yang bergerak (Film Monography).
Setiap media tak luput dari keunggulan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.
Demikian pula dengan media film yang sejatinya merupakan salah satu bagian dari media
pembelajaran. Keunggulan dan kelemahan tersebut telah dijelaskan dalam makalah di atas.
Seperti dalam keunggulan film harus menarik perhatian. Dapat menunjukkan langkah atau
tahapan yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu. Dapat menayangkan peristiwa atau
acara yang telah terjadi. Dapat dipercepat dan diperlambat untuk menganalisis tindakan atau
pertumbuhan tertentu. Dapat diperbesar agar dapat dilihat dengan mudah. Dapat diperpendek dan
diperpanjang waktunya. Dapat memotret kenyataan. Dapat menimbulkan emosi. Dapat
digunakan untuk menggambarkan tindakan secara jelas dan cermat. Sedangkan dari segi
kelemahan film selain mahal juga jika digunakan kurang tepat akan berdampak kurang baik,
kurang efektif untuk memberikan pengajaran yang sesungguhnya, baru bermanfaat jika
digunakan sebagai pelengkan dari metode pengajaran yang lain.
Demikianlah analisis dari media film sebagai media pembelajaran yang agar dengan
penggunaan atau penerapannya dapat mencapai tujuan materi pembelajaran yang ingin
disampaikan, serta media film dapat membantu dalam membentuk karakteristik siswa menuju ke
arah yang lebih dinamis dan kreatif.
V. KESIMPULAN
A. Pengertian Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu
sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan
yang nampak normal.
B. Pemanfaatan Media Film Sebagai Media Pembelajaran terutama untuk:
1. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
2. Menambah daya ingat pada pelajaran.
3. Mengembangkan daya fantasi anak didik.
4. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
C. Ada beberapa langkah dalam penggunaan film sebagai berikut:
1. Langkah Persiapan Guru
2. Mempersiapkan Kelas
3. Langkah Penyajian
4. Aktivitas Lanjutan
D. Ada beberapa teknik pembuatan film, diantaranya:
1. Direct Photography.
2. Slow Motion Photography.
3. Lapse Photography.
4. Animated Photography.
5. Photomicrography.
6. Telescopic Photography.
7. Film Monography.
E. Keunggulan dan Kelemahan Film:
1. Keunggulan:
a. Menarik perhatian.
b. Dapat menunjukkan langkah atau tahapan yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu.
c. Dapat menayangkan peristiwa atau acara yang telah terjadi.
d. Dapat dipercepat dan diperlambat untuk menganalisis tindakan atau pertumbuhan tertentu.
e. Dapat diperbesar agar dapat dilihat dengan mudah.
f. Dapat diperpendek dan diperpanjang waktunya.
g. Dapat memotret kenyataan.
h. Dapat menimbulkan emosi.
i. Dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan secara jelas dan cermat.
2. Kelemahan Film:
a. Mahal.
b. Jika digunakan kurang tepat akan berdampak kurang baik.
c. Kurang efektif untuk memberikan pengajaran yang sesungguhnya.
d. Baru bermanfaat jika digunakan sebagai pelengkan dari metode pengajaran yang lain.
VI. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sadar makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif yang sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah ini dan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nasution, Zulkarimein.1984. Media Dalam Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali
Nasution. 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara
Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers
MAKALAH FILM DALAM PENDIDIKANKATA PENGANTAR
Teriring do’a sebagai seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan
segala puji syukur milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan kehidupan
dengan penuh hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya, penulis diberikan
kekuantan untuk menyeleseikan makalah yang berjudul” Kommunikasi Pendidikan”.
Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya yang
tercinta dan umatnya yang setia akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya, Amien….
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M. Ag, selaku ketua STAIN Tulungagung
2. Indah Komsiyah, S.Ag. M.Pd selaku dosen pembimbing
3. Seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Sebagaimana pepatah mengatakan Tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah
inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan
kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi pendidikan studi Islam
pada umumnya.
Tulungagung, 13 Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………… ……………….…...2
DAFTA ISI…………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang……………………………………………………..……...4
B. Rumusan Masalah………………………………………………..….….....4
C. Tujuan………………………………………………………………..…....4
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian Kommunikasi Pendidikan…………………………………
B. Fungsi Film Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi…………….
C. Potensi Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi
D. Kelemahan Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dan Cara Mengatasinya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………...
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………..……………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menyadari potensi film sebagai media yang dapat menyampaikan pesan-pesan (media
komunikasi) pendidikan secara efektif dan mampu mempengaruhi perilaku seseorang maka
dibuatlah produksi film pendidikan. Jika kita mendengar kata “film”, maka adegan, dialog,
kejadian, konflik, tokoh, penokohan, dan setting adalah beberapa hal yang terbentuk dalam
pikiran kita. Film adalah sebuah alat untuk bercerita, sebuah media untuk berekspresi. Seperti
halnya membaca buku dan mendengarkan musik, film adalah karya seni yang dapat memberikan
sebuah pengalaman bagi yang menikmatinya.
Secara konseptual ilmu komunikasi, Film pendidikan merupakan suatu tayangan yang
bertujuan untuk merubah perilaku seseorang baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotor, dan
tidak bersifat profit oriented.
A Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kommunikasi Pendidikan.?
2. Apa saja Fungsi Film Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi?
3. Bagaimana Potensi Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dalam Kajian Ilmu
Komunikasi?
4. Kelemahan Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dan Cara Mengatasinya?
B. tujuan Masalah.
1. Menjelaskan pengertian Kommunikasi Pendidikan!
2. Menyebutkan Fungsi Film Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi!
3. Menjelaskan Potensi Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dalam Kajian Ilmu
Komunikasi!
4. Kelemahan Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dan Cara Mengatasinya!
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian kommunikasi.
Kommunikasi adalah kemampuan mengirim pesan dengan jelas, manusiawi, efisien dan
menerima pesan secara akurat (D.B Curtis, 1992). Menurut J.A Devido kommunikasi merupakan
suatu tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi
oleh ganngguan terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada
kesempatan melakukan umpan balik. Sedangkan menurut Wibowo kommunikasi merupakan
aktifitas penyampaian apa yang ada dalam pikiran, konsep yang kita miliki dan keinginan yang
kita sampaikan pada orang lain. Atau sebagai seni untuk mempengaruhi orang lain untuk
memperoleh yang kita inginkan (B.S. Wibowo. 2002).
2. Fungsi Film Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi
Sebagaimana sarana-sarana media komunikasi lainnya fungsi film pendidikan bagi kajian
ilmu komunikasi tidak jauh beda, fungsinya adalah sebagai pemberi berita dan komunikasi yang
efektif, dengan bentuknya yang variatif. Hanya saja apakah berita, atau komunikasi itu
mempunyai aspek-aspek komunikasi, hal inilah yang pantas untuk dikemukakan bagi masyarakat
Etika komunikasi yang interdependensi antar pemilik berita dengan penerima berita atau
konsumen televisi dalam kajian ini sangat diharapkan. Hubungan yang saling ketergantungan
antara keduanya menciptakan harmonisasi suasana, bukan sebaliknya membuat rugi atau berang
si penerima berita karena acara-acara gosip yang dilontarkan.
Berita-berita besar bisa jadi acara-acara spektakuler hasil penemuan dan karya baru seperti
acara Guiness Book, hiburan kuis galileo, asah otak kuis siapa berani yang mengingatkan kita
tentang pengetahuan komunikasi yang berkaitan dengan transformasi ilmu Seharusnya media
televisi menjembatani sarana jarak jauh dalam bentuk tiga dimensi yang memuaskan bagi
kebutuhan masyarakat untuk menerima berita-berita besar tanah air dan luar negeri. Motivasi
yang membawa peran “Sender” ini membuat pemilik stasiun televisi swasta hati-hati dalam
memberitakan kepada umat.
Tidak semata-semata nilai komersial akurasi data, manfa'at dan mudharatnya, biarkan modern
dan post modern berlalu namun prinsip-prinsip komunikasi dasar antara sender dan receiver
tetap terjaga. Jangan lagi kita disibukkan penampilan wjah luar yang tidak memiliki bentuk
untuk menyuguhkan acara yang berguna. Kemajuan sebuah televisi bukan dilihat dari warna-
warni pola siarannya, tetapi bagaimana media televisi tersebut bisa menjunjung tinggi budaya
dan moral masyarakat.
3. Potensi Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi
Televisi sebagai media massa, memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai media informasi
(information), sabagai media pendidikan (education) dan sebagai media hiburan (entertainment).
Sesuai dengan fungsinya televisi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media
pendidikan, karena dalam berbagai hal televisi dapat memberikan rangsangan, membawa serta,
memicu, membangkitkan, mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, memberikan
saran-saran, memberikan warna, mengajar, menghibur, memperkuat, menggiatkan,
menyampaikan pengaruh dari orang lain, memperkenalkan berbagai identitas (ciri) sesuatu,
memberikan contoh, proses internalisasi tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi serta
penyesuaian diri dan lain-lain (Brown, 1977 : 347). Selain itu media televisi juga merupakan
wahana yang kuat sekali pengaruhnya dalam pembentukan pola fikir, sikap dan tingkah laku
disamping menambah pengetahuan dan memperluas wawasan masyarakat ( Sri Hardjoko, 1994 )
Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa, televisi merupakan media yang
sangat potensial sebagai sarana pendidikan, khususnya pendidikan budi pekerti. Karena tujuan
pendidikan budi pekerti seiring /sejalan dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Tujuan
pendidikan kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Yang dimaksud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantab dan mandiri serta
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional).
Disamping itu, media televisi yang memiliki kemampuan menyajikan informasi dalam
bentuk visual dan suara, dinilai sangat efektif untuk menyampaikan materi/ pesan-pesan
pendidikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan Dwyer (1978:11) bahwa
sebagaian besar materi pendidikan/pembelajaran (83%) diserap oleh peserta didik melalui indera
penglihatan, 11% nya melalui indera pendengaran dan sisanya 6% melalui indera pengecapan,
penciuman dan rabaan. Persoalannya adalah bagaimana mengemas tayangan program-program
pendidikan budi pekerti melalui televisi menjadi sebuah tontonan yang menghibur sekaligus
berisikan pesan-pesan/informasi yang pantas dan tidak pantas untuk ditiru oleh para pemirsanya.
Membuat program yang demikian tentu dibutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak serta
ketelitian dan kejelian dalam mengangkat tema-tema aktual yang sedang ngetrend sekaligus
menarik, kemudian dikaitkan dengan pesan-pesan pendidikan budi pekerti yang ingin
disampaikan.
4. Kelemahan Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Dan Cara Mengatasinya
Menurut Molenda Televisi adalah media yang bersifat searah, padahal dalam proses
kegiatan pendidikan komunikasi sebaiknya dilakukan secara timbal balik (dua arah) antara
peserta didik dengan sumber belajarnya. Hal ini dapat diatasi apabila dalam memanfaatkan
program televisi peserta didik didampingi oleh seorang fasilitator atau seorang guru atau orang
tua yang bisa menjadi tempat bertanya dan memberikan pengarahan-pengarahan dalam
melakukan diskusi-diskusi tentang hal-hal yang pantas dan tidak pantas ditiru setelah peserta
didik menyaksikan tayangan program, dan atau setelah siaran diadakan komunikasi secara aktif
melalui telepon. Kelemahan yang lain biaya yang besar, untuk merancang dan mengembangkan
program-program televisi pendidikan termasuk pengadaan pesawat televisinya. Kelemahan
lainnya berupa gangguan cuaca yang kadang-kadang mengganggu kualitas tayangan program
yang diterima oleh peserta didik.
Sehubungan dengan dana (mahalnya program televisi), Perin (1977 : 7) berpendapat
sebaliknya. Pemanfaatan televisi sebagai media pendidikan sebenarnya tidak mahal karena
dalam waktu yang bersamaan program tersebut bisa dimanfaatkan oleh peserta didik dalam
jumlah yang sangat besar dan dalam daerah jangkauan yang luas.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.
Film pendidikan adalah salah satu film yang memberikan pengalaman audio visual yang
sangat baik kepada masyarakat. Dengan adanya film pendidikan masyarakat sekarang juga dapat
memperoleh lebih banyak informasi dan mempunyai pengetahuan yang lebih banyak. Film
pendidikan merupakan suatu kemasan cerita yang memiliki tujuan yang jelas untuk memberikan
suatu tontonan berdasarkan realitas kehidupan masyarakat.
B. Harapan.
Semoga makalah yang berjudul “film sebagai kommunikasi pendidikan” yang telah
terbentuk dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
DAFTAR RUJUKAN Tirtayasa. El. Film Pendidikan Ditinjau Dari Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi.com
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.1INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
Studi Peran Film dalam Dunia Pendidikan Muslih Aris Handayani *)*)
Penulis adalah Magister Sains (M.Si.) alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), calon dosen tetap di STAIN Purwokerto.Abstract: Delivering lesson is one of verbal communication forms, where teacher or lecturer submits the lesson items to audients (students). Target of communications is deliver the thought or message from someone to others. In order to message can arrive to target we need the existence of channel. Film as one of message’s delivering equipment from producer and director have big influence to audiences. Film also partakes to give contribution in education development. Film represents media that have great ability in assisting learning process. From this study we can conclude that, firstly, film represent one of the media type able to be exploited to delivering Iesson items. Secondly, among film benefit in education, for example can bring the student enthusiasm, because its excellent quality in color, movement and voice; can motivate the child to learn, etc. Thirdly, film gives the high persuasive level to Iesson items. Fourth, for the purpose of study, film has to design according to student condition. Keywords: media, film, audience, education development, lesson items.
PendahuluanEra globalisasi menjadikan perubahan yang sangat cepat di segala bidang ini mengharuskan
kita menyesuaikan dan mengembangkan cara-cara penyampaian pelajaran di dunia pendidikan. Beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan, tepatnya pengetahuan disalurkan ke otak melalui satu indra atau lebih. Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata, dan selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera yang lain.1
Penyampaian pelajaran merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal, di mana guru atau dosen menyampaikan materi pelajaran kepada audiens (murid atau mahasiswa). Tujuan komunikasi adalah menyampaikan pikiran atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Agar pesan bisa sampai ke sasaran, perlu adanya channel. Film sebagai salah satu alat penyampai pesan dari produser dan sutradara memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak. Film hanyalah salah satu jenis alat-alat audio visual yang dapat dilihat dan didengar. Sejarah penggunaan alat-alat audio visual untuk pendidikan bukanlah hal yang baru, melainkan sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Alat-alat visual seperti gambar, peta, dan bola dunia telah lama digunakan sebelum penggunaan alat-alat audio visual secara modern. Penggunaan alat-alat audio visual secara modern sebenarnya baru mulai setelah penggunaan film 16mm membuktikan manfaatnya dalam melatih anggota angkatan perang Amerika Serikat dalam perang dunia kedua. Di waktu perang itu, terbukti pula bahwa selain gambar, peta, dan bola dunia, alat-alat audio visual seperti slide, rekaman suara, dan berbagai proyektor sanggup meningkatkan efisiensi pengajaran antara 25% sampai 50%.2
JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.2INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
Penggunaan film dalam dunia pendidikan dirasa sangat penting. Melalui film banyak yang dapat dipelajari dengan jelas dan menarik, seperti (1) berbagai proses dalam tubuh kita atau industri, (2) kejadian-kejadian alam, (3) kehidupan di negara-negara lain, (4) kehidupan dan keadaan di masa lalu, (5) macam-macam industri dan pertambangan, (6) film untuk mengajarkan keterampilan, dan (7) sejarah kehidupan orang-orang besar.Film sebagai Media Pendidikan
Penggunaan media dalam pendidikan, baik yang terdapat di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang ratusan jumlahnya. Di luar dugaan, sebagaimana dicatat oleh Wilbur Schramm, dari sekian banyak kasus penerapan teknologi pendidikan dengan media, 75% atau lebih kurang 170 kasus terdapat di negara ketiga atau di negara yang sedang berkembang. Hal ini dimungkinkan bahwa negara berkembang sebagai kelinci percobaan atau tempat pemasaran perangkat keras peralatan media. Mungkin pula, sebagai wahana bagi negara-negara berkembang untuk memecahkan berbagai persoalan pendidikan yang berkaitan dengan media pendidikan. Di samping itu, untuk mengejar ketertinggalan dalam dunia teknologi pendidikan.3
Salah satu media yang turut memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan ini adalah film. Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar-mengajar. Ada tiga macam ukuran film; 8 mm, 16 mm, dan 35 mm. Jenis pertama biasanya untuk keluarga, tipe 16 mm tepat untuk dipakai di sekolah, sedangkan 35 mm biasanya untuk komersial. Film 8 mm karena gambarnya kecil bisa dipakai untuk sekelompok anak kecil atau secara perseorangan. Bentuk yang lama biasanya bisu, suara disiapkan tersendiri dalam rekaman yang terpisah. Sebuah film terdiri dari ribuan gambar. Kecepatan putar film 16 mm bila bisu adalah 16 gambar per detik, bila bersuara 24 gambar per detik. Tiap reel film 16 mm yang standar, panjangnya lebih kurang 400 kaki, dan terdiri dari kurang lebih 1600 gambar. Oleh karena kecepatan putar film suara tiap detiknya 24 gambar (36 kaki per menit) lama putar seluruh reel 10-11 menit, sedangkan untuk yang bisu lebih kurang 15 menit.4
Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan film sebagai media untuk menyampaikan pelajaran terhadap anak didik. Di antara keuntungan atau manfaat film sebagai media pengajaran, antara lain (1) film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan keterampilan tangan dan sebagainya, (2) dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu, (3) penggambarannya bersifat 3 dimensional, (4) suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni, (5) dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya, (6) kalau film tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek yang diperagakan, dan (7) dapat menggambarkan teori sains dan animasi. Sementara itu, untuk mendapatkan film yang
baik, perlu desain film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam hubungannya dengan apa yang dipelajari. Oemar Hamalik mengemukakan prinsip pokok yang berpegang kepada 4-R, yaitu the right film in the right place at the right time used in the right way.5
JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.3INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
Sebagai media pengajaran, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan film ini. Pertama, langkah persiapan guru; pertama-tama guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu; kemudian baru memilih film yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Kedua, mempersiapkan kelas; audiens dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran mereka sewaktu menyaksikan film tersebut. Ketiga, langkah penyajian; setelah audiens dipersiapkan, barulah film diputar; dalam penyajian ini harus disiapkan perlengkapan yang diperlukan, antara lain proyektor, layar, pengeras suara, power cord, film, ekstra roll, dan tempat proyektor. Keempat, aktivitas lanjutan; aktivitas ini dapat berupa tanya-jawab guna mengetahui sejauh mana pemahaman audiens terhadap materi yang disajikan; kalau masih terdapat kekeliruan bisa dilakukan dengan pengulangan pemutaran film tersebut.6
Secara singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata bagi audiens. Dalam menilai baik tidaknya sebuah film Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut; (1) dapat menarik minat anak, (2) benar dan autentik, (3) up to datedalam settingpakaian dan lingkungan, (4) sesuai dengan tingkatan kematangan audiens, (5) perbendaharaan bahasa yang digunakan secara benar, (6) kesatuan dan sequence-nya cukup teratur, dan (7) teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.7
Teknik Produksi Film Praproduksi: Pedoman Kerja Produksi di LapanganMembosankan, jenuh, dan bertele-tele, itulah kesan yang muncul pertama kali ketika kita sedang meniti tahap praproduksi dalam pembuatan karya film. Hal ini tak mengherankan, apalagi jika tim yang bekerja di sini (sebagian besar departemen produksi) bukan tipe orang yang sanggup bekerja di balik segala urusan administrasi produksi yang membuat jenuh. Bila diprosentase 20% kerja produksi dihabiskan pada tahap shooting, 10% tahap pascaproduksi, dan 70% dari keseluruhan produksi film dihabiskan pada tahap praproduksi ini. Oleh karena itu, dibutuhkan tim produser yang memahami manajemen kerja dan prosedur kerja yang terarah untuk membuat lintasan kerja saat produksi bergulir menjadi terprogram dan terencana. Persiapan produksi sangat menentukan pada tahap praproduksi, antara lain sebagai berikut.1. Pengembangan skenario Skenario merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Jadi, skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat produksi yang akan melaksanakannya dengan tanggungjawab teknis operasional. Dalam skenario inilah beda antara film dan video akan tampak karena video mempunyai efek visual tertentu yang tidak dimiliki oleh media film, misalnya dissolve, wipe, superimpose, splite image, dan sebagainya. Pengaruh lain yang juga akan tercermin dalam penulisan skenario adalah beda dalam pendekatannya. Bila dalam pendekatan filmis perpindahan umumnya bersifat “cut-to-cut” dan pengambilannya boleh meloncat-loncat dengan pengelompokan menurut keadaan cuaca, waktu, lokasi, maupun sifatnya, maka perpindahan dalam pendekatan video dapat transisional dan bersifat sekuensial. Dengan singkat, skenario untuk program JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.4INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
video mempergunakan lebih banyak istilah atau bahasa produksi dan petunjuk teknis operasional bagi kerabat dan teknisi produksi.8
Pengembangan skenario paling tidak dilakukan oleh sutradara, produser, dan penulis skenarionya. Briefingskenario membahas pengembangan penyusutan atau perampingan cerita yang memungkinkan untuk dieksekusi saat shooting.2. Working scheduleWorking scheduleadalah jadual tahapan kerja sejak praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.Working scheduleberisi tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh setiap kru sebagai penanggung jawab pekerjaan tersebut, dan target waktu yang harus dipenuhi sesuai jadual. 3. Membuat script breakdown sheetSetelah draft skenario dirasa final, langkah berikutnya membuat script breakdown sheetyang mengupas segala data dan informasi keadaan dan kebutuhan scene perscene. Jumlah script breakdown sheet sesuai dengan jumlah sceneyang tertera pada skenario. 4.Script breakdownScript breakdownpada prinsipnya diturunkan dari script breakdown sheet. Script breakdown ditata kembali menurut urutan scenedemi scene, dari scenepertama hingga
sceneterakhir. 5. Run downSetelah mengurutkan scenedemi scenedengan segala informasi dan kebutuhannya, data-data tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam run downyang berfungsi sebagai pedoman jadual pengambilan gambar. Pedoman jadual pengambilan gambar meliputi lokasi dan waktu shooting.6. Breakdown budgetBreakdown budgetmeliputi rencana anggaran biaya kebutuhan dari awal produksi hingga akhir, scenedemi scene.7. Budget produksiKeseluruhan dana untuk produksi dituangkan dalam budget produksi. 8. Mencari lokasi Location on scriptyang digambarkan penulis skenario diterjemahkan sepenuhnya oleh sutradara dengan pertimbangan produser dan penulis skenario. 9. Perijinan dan lokasiKetika lokasi sudah ditentukan sebagai lokasi pengambilan gambar, maka langkah selanjutnya adalah melengkapi segala macam perijinan termasuk surat- menyurat.10. Logistik11. Transportasi, yaitu memilih kendaraan yang sesuai untuk kebutuhan produksi, menyiapkan dalam segala kondisi termasuk operator sarana transportasi. 12. Rekruitmen tim produksi dengan menerapkan asas profesionalisme.13. Desain produksi, meliputi segala hal mengenai data dan informasi keseluruhan produksi film dari praproduksi hingga pascaproduksi.JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.5INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
14. Talent casting, yaitu memilih pemeran tokoh dalam film.15. Membuat story board, merupakan visualisasi rekaan yang berbentuk sketsa gambar seperti
komik atau perkiraan hasil gambar yang nantinya akan dijadikan pedoman pengambilan gambar oleh kamera operator.16. Reading-rehearsal talent, yaitu aktivitas sebelum masa shooting, di mana seluruh talent yang akan memerankan tokoh dalam skenario dilatih oleh sutradara dan asistennya agar sesuai dengan yang diinginkan.17. Floor planadalah istilah untuk menyebut panduan blockingatau peta lapangan produksi.18. Tata cahaya, yaitu komposisi cahaya yang perlu dipersiapkan untuk menghasilkan gambar dengan kualitas yang baik.19. Director‘s treatment, yaitu konsep visualisasi cerita sebagai hasil penerjemahan sutradara atas skenario yang dipelajarinya.20. Shot list, yaitu rencana urutan pemecahan adegan secara rinci yang berguna untuk mengetahui proporsi adegan disesuaikan dengan durasi pengambilan gambar dan struktur tangga dramatik cerita.21. Daily production report, merupakan laporan hasil proses pengambilan gambar harian yang berguna untuk mengevaluasi produksi.22. Property and set, yaitu peralatan talentdan kelengkapan back groundatau set artisticcerita.23. Wardrobeatau make-up, yaitu kostum atau atribut yang digunakan oleh talent.24. Desain editing-special effect, Desain editing
meliputi bagaimana hasil pengambilan gambar tersebut akan disusun, dan special effectmerupakan apa yang akan digunakan untuk mendukung hasil pengambilan gambar.9
Produksi: Eksekusi Audio VisualTahapan produksi yang paling menyenangkan sekaligus melelahkan, yaitu proses pengambilan gambar di lokasi shooting. Beberapa faktor penting produksi antara lain sebagai berikut.1. Bekerja sesuai jadual; pada tahap ini, seluruh kru produksi bekerja sesuai jadual yang disusun pada tahap praproduksi.2. Evaluasi kerja; setiap berakhirnya proses produksi setiap hari, diusahakan dilakukan evaluasi produksi yang telah dijalani untuk dipelajari kendala dan solusinya. 3. Manajemen pengelolaan kru produksi; menempatkan semua pada level yang sama, mempunyai andil pada bidangnya sendiri-sendiri. 4. Menempatkan seseorang pada porsinya; artinya jangan pernah memaksa kru pelaksana produksi untuk mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi bidang kerjanya.5. Pengelolaan perangkat produksi; hal ini berhubungan dengan merekrut orang produksi yang mampu mengelola perangkat dan piranti kerja agar kualitas selalu terjamin. 6. Komunikasi antar-tim produksi; usaha untuk mengkomunikasikan seluruh tim kerja. JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.6INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
7. Keterjangkauan dan keamanan lokasi; menyangkut keterjangkauan lokasi, keterjaminan akan kru produksi seperti keamanan, keselamatan, kesehatan, dan faktor pendukung lainnya. 8. Sumber air dan listrik; menyangkut kemudahan listrik dan fasilitas air. 9. Kondisi geografis dan cuaca; menyangkut hujan, panas, mendung, dan kondisi perubahan alam lainnya. 10. Konsumsi dan logistik produksi; menyangkut kelengkapan peralatan produksi dan tersedianya konsumsi untuk kru produksi. 11. Kualitas gambar dan suara; menyangkut usaha pengambilan gambar menjadi visualisasi cerita berkualitas, didukung kecukupan cahaya, serta suara yang jernih. 12. Mooddan kontinuitas hasil produksi; yaitu upaya menghindari menurunnya semangat produksi dan menjaga kontinuitas semangat produksi.10
Editing: Cita Rasa ProduksiMempelajari editing
tidak dikhususkan untuk seseorang yang ingin berprofesi sebagai editor saja, bahkan dianjurkan kepada setiap kru film untuk memahami proses editing. Belajar editingmembantu seseorang untuk berpikir secara editorial dari awal mula merencanakan produksi hingga pascaproduksi. Editorial thinkingmerupakan pola berpikir, di mana ketika kita merencanakan shotkita sadar bahwa shottersebut nantinya berhubungan dengan shotlain dan membentuk jalinan cerita. Keterhubungan antara shotsatu dengan lainnya adalah inti dari editing. Tahapan-tahapan editingyang harus dilakukan antara lain: logging, digitizing, offline editing, online editing,dan mixing. Logging, yaitu proses editor memotong gambar, mencatat waktu pengambilan gambar dan memilih shot-shot yang ada disesuikan dengan kamera report. Digitizingadalah proses merekam atau memasukkan gambar dan suara yang telah dilogging. Offline editingmerupakan proses menata gambar digitized sesuai dengan skenario dan urutan shot yang telah ditentukan sutradara.
Online editingadalah proses editingketika seorang editor memperhalus hasil offline, memperbaiki kualitas hasil, dan memberi tambahan transisi serta efek khusus yang dibutuhkan. Mixingberkaitan dengan proses sinkronisasi audio dan memberi ilustrasi musik maupun audio efek. Dimixing pada proses ini adalah dialog, efek, dan musik.11
Pemasaran PascaproduksiSetelah film melalui tahap editing, maka langkah selanjutnya berupa publikasi dan pemasaran. Cara yang digunakan dalam mempublikasikan atau memasarkan film adalah dengan membuat spot iklan dan meringkas film kita dalam bentuk teater film. Membuat spot iklan adalah menawarkan produk untuk menarik perhatian, demikian pula membuat ringkasan film versi teater. Sementara itu, merchandizingmerupakan salah satu bentuk promosi film. Benda-benda kenangan atau cendera mata film tersebut menjadi kontribusi tersendiri untuk mendukung kesuksesan film pada khalayak. Contoh merchandise yang dapat dijadikan cenderamata film, antara lain stiker, t-shirt, poster, pembatas buku, post-card, propertyfilm, dan sound trackatau ilustrasi lagu pada film.12
JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.7INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
Peranan Film dalam Pendidikan Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar-mengajar. Sebagai suatu media, peran film dalam dunia pendidikan antara lain sebagai berikut.1. Merupakan suatu denominator belajar yang umum, baik anak yang cerdas atau yang lambat akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa
yang kurang akan bisa diatasi dengan menggunakan film.2. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi.3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau.4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas.5. Film dapat menyajikan teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya.6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan di kelasnya.7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, animasi, dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.8. Film memikat perhatian anak.9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas.10. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita, terutama penglihatan.11. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Di samping peran film secara umum dalam dunia pendidikan tersebut, terdapat jenis loop filmuntuk pendidikan yang memiliki kegunaan sebagai berikut; (1) ruangan tak perlu digelapkan, (2) dapat berputar terus sehingga pengertian yang kabur menjadi jelas, (3) baik sekali untuk menunjukkan suatu periode yang pendek, yang berisi gerakan-gerakan tertentu dari objek yang dipelajari, (4) loop filmmudah sekali diintegrasikan ke pelajaran dan dipakai bersama dengan medium yang lain, (5) karena sederhana, murid pun bisa memakai sendiri, (6) film dapat dihentikan setiap saat untuk diselingi dengan penjelasan.13
PenutupDari tulisan ini, penulis dapat mengambil kesimpulan. Pertama,film merupakan salah satu jenis media yang dapat dimanfaatkan untuk penyampaian materi pelajaran. Kedua, di antara manfaat film dalam pendidikan, antara lain dapat menarik minat anak didik, memiliki kelebihan dalam hal warna dan gerak suara, dapat memotivasi anak untuk belajar, dan sebagainya. Ketiga, film memberikan tingkat persuasif yang tinggi terhadap materi pelajaran.
Keempat, untuk tujuan pembelajaran, film harus didesain sesuai dengan kondisi siswa.JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKANP3M STAIN Purwokerto | Muslih Aris H.8INSANIA|Vol. 11|No. 2|Jan-Apr 2006|176-186
Endnote1
Amir Hamzah Sulaeman, Media Audio Visual untuk Pengajaran: Penerangan dan Penyuluhan(Jakarta: PT Gramedia, 1988), hal. 12.2
Ibid., hal. 12. 3
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya(Jakarta: Pustekkom dan PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 191.4
Ibid., hal. 70.5
Asnawir M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 96.6
Ibid., hal. 97.7
Ibid., hal. 98.8
Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan, hal. 152.9
M. Bayu Widagdo dan Winastwan Gora S., Bikin Sendiri Film Kamu(Yogyakarta: PD. Anindya, 2004), hal. 98-104.10
Ibid., hal. 108-112.11
Ibid., hal. 113-116. 12
Ibid., hal. 123. 13
Arief Sadiman dkk., Media Pendidikan,hal. 70-72.
Daftar PustakaBasyiruddin, Asnawir M. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.Sulaeman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio Visual untuk Pengajaran: Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: