fh.unram.ac.id€¦ · web viewjual beli senjata api adalah kegiatan yang legal apabila mengikuti...
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN YURIDIS JUAL BELI SENJATA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1951
TENTANG SENJATA API
PERUBAHAN ATAS “ORDONNANTIETIJDELIJKE BIJZONDERE STRAFBEPALINGEN”
JURNAL ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
MUHAMMAD ARIFSYAH
D1A014223
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
TINJAUAN YURIDIS JUAL BELI SENJATA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1951
TENTANG SENJATA API
PERUBAHAN ATAS “ORDONNANTIETIJDELIJKE BIJZONDERE STRAFBEPALINGEN”
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
MUHAMMAD ARIFSYAH
D1A014223
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Aris Munandar, SH., M.Hum. NIP. 196108161988031004
iii
“TINJAUAN YURIDIS JUAL BELI SENJATA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1951 TENTANG SENJATA
API” PERUBAHAN ATAS (ORDONNANTIETIJDELIJKE BIJZONDERE STRAFBEPALINGEN)
NAMA : MUHAMMAD ARIFSYAHNIM : D1A014223FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Jual beli senjata api adalah kegiatan yang legal apabila mengikuti dan memenuhi aturan undang-undang tentang senjata api. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaturan terhadap jual beli senjata api menurut ketentuan hukum positif Indonesia dan pertanggungjawaban hukum terhadap jual beli senjata api ilegal. Jenis penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Sumber bahan hukum adalah data kepustakaan, jenis bahan hukumnya adalah hukum primer, sekunder dan tersier, yang dikumpulkan dengan mengacu pada peraturan, hasil penelitian, buku, dokumen dan bahan hukum penunjang lainnya. Hasil penelitianya adalah prosedur pendirian pabrik, proses jual beli, penggunaan, prosedur pemusnahan, serta akibat hukum dalam undang-undang, dan KUH Pidana.
Kata kunci : Jual Beli, Senjata Api.
JURIDICAL REVIEW OF FIREAMS BUSINESS ACCORDING TO LAW 12/1951 ABOUT FIREAMS(ORDONNANTIETIJDELIJKE BIJZONDERE
STRAFBEPALINGEN)
ABSTRACTFirearms business is an illegal activity, unless it complies with terms and condition as regulated in Law 12/1951 about Firearms. This topic will be reviewed in this research by referring to Indonesian positive law and legal responsibility of this business. This research is a normative research with statute and conceptual approach. This research uses literature review by collecting primary, secondary, and tertiary data and legal materials, including regulations, previous researches, textbooks, journals, and other documents. Finding of this research describes the cycle of firearms business, starting from factory building procedures, sales procedure, whether it is export or import, procedure of firearms uses, to firearms elimination procedures. In addition, the legal consequences of firearms business is regulated in the Law about firearms and the Indonesian Criminal Law.Keywords: Business, Firearms
1
I. PENDAHULUAN
Di era globalisasi 1seperti ini perkembangan zaman yang sangat cepat sangat
dirasakan oleh masyarakat Indonesia, contohnya dalam berbagai bidang seperti
dalam bidang bidang sosial, ekonomi, dan juga teknologi. Perkembangan tersebut
dapat menimbulkan berbagai macam dampak, baik yang positif maupun yang
negatif bagi masyarakat. Hal tersebut dapat memicu meningkatnya segala tindak
kejahatan di dalam masyarakat berupa pembunuhan, pencurian, perampokan dan
juga penodongan yang telah banyak terjadi di dalam masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa tidak aman bagi warga masyarakat. Oleh karena itu sebagian
besar warga masyarakat berusaha menjaga atau mencegah agar mereka terhindar
dari segala tindak kejahatan tersebut, maka menurut sebagian masyarakat senjata
api cocok untuk menjaga diri, sebagai alat untuk pembelaan diri dan juga untuk
perlindungan diri.
Untuk memiliki senjata api diperlukan biaya yang tidak murah, hanya orang-
orang tertentu saja yang dapat memiliki senjata api, yaitu mereka yang karena
tugas dan jabatannya diperbolehkan memiliki dan membawa senjata api. Namun
bukan hanya orang-orang yang karena tugas dan jabatannya saja yang
diperbolehkan membawa serta memiliki senjata api. masih ada orang-orang dari
golongan ekonomi tertentu yang dapat memiliki serta membawa senjata api.2
1http://www.e-journal.uajy.ac.id2Andamari, Pengawasan Pihak Kepolisian Terhadap Penyalahgunaan
Senjata Api Yang Dimiliki WargaSipil Khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, (Skripsi Sarjana Hukum Universitas Atma Jaya), 2011, hlm. 3
2
Seseorang yang tanpa izin mempunyai dan menyalahgunakan senjata api, dapat
dijerat dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951
tentang Senjata Api. Untuk memperoleh izin kepemilikan senjata api, tidaklah
mudah karena harus melalui prosedur yang telah ditentukan. Pemberian Izin
Khusus Senjata Api (IKHSA) terutama bagi warga sipil, yang dikeluarkan oleh
Divisi Intelijen Mabes Polri meliputi syarat yang ketat antara lain adalah harus
mendapatkan rekomendasi dari Kepolisian Daerah (Polda) setempat, rekomendasi
Kepolisian Daerah (Polda), kemudian menyerahkan Surat Keterangan Cakap
Kepolisian (SKCK), harus lulus psikotes (meliputi mental dan psikologis) dan
serta telah memiliki kemampuan dan kemahiran menggunakan senjata api.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis telah
menentukan rumusan masalah dan tujuan penlisan dari skripsi ini, yaitu :1.
Bagaimanakah pengaturan jual beli senjata api menurut ketentuan hukum positif
Indonesia. dan 2. Bagaimanakah pertanggung jawaban hukum terhadap jual beli
senjata api ilegal ?.3
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4penelitian hukum
Normatif dengan pendekatan sebagai berikut :5 1. Pendekatan Perundang-
Undangan (Statute Approach), 2. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach).
3I Putu Sugiarta, Perlindungan Hukum Jual Beli Hp Bekas, (Skripsi Sarjana Hukum Universitas Mataram), 2015, hlm. 5-6
4 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudy, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat), Rajawali pers, Jakarta,2001, hlm : 13-14
5 Johny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia publishing, Malang-Jawa Timur, 2oo7, hlm. 30
3
Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1.
Bahan hukum primer yang merupakan bahan-bahan hukum yang mempuyai
kekuatan mengikat, yang terdiri dari :6Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu
UUD 1945, Peraturan Dasar mencakup diantaranya Batang Tubuh UUD 1945 dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan Perundang-undangan yang
berhubungan dengan obyek penelitian, seperti Kitab Undang-undang Hukum
Perdata dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api
Perubahan Atas“Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen”,Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Nonorganik. 2). Bahan
hukum sekunder, hasil penelitian, karya-karya hukum, makalah-makalah, diktat,
buku referensi, surat kabar7.
Tehnik memperoleh bahan hukum dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan (Library Researc). Studi kepustakaan terhadap bahan hukum
sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu dengan
mengumpulkan. Membaca, mempelajari, membuat catatan-catatan, kutipan-
kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka berupa peraturan perundang-
undangan, rancangan undang-undang, hasil penelitian, jurnal ilmiah, dan makalah
seminar yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
II. PEMBAHASAN6Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia
(UI) Press, Jakarta, 1986, hlm : 527 Hilman Hadikusuma, Metode Pembuata Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1995, hlm : 65
4
Bagaimanakah pengaturan jual beli senjata api menurut hukum positif
indonesia ?
Di Indonesia syarat yang harus terpenuhi untuk memiliki sebuah senjata api
sebenarnya tidaklah mudah, pemohon harus lulus dalam berbagai tes berkaitan
dengan psikologi atau keadaan kejiwaan dari si pemohon ijin tersebut yang
diselenggarakan oleh Mabes Polri. Dari segi administrasipun, syarat yang diminta
harus semua terpenuhi, hal ini dimaksudkan agar tidak semua orang dapat dengan
mudahnya dapat memiliki atau menguasai senjata api. Di dalam beberapa undang
– undang yang ada di Indonesia, terdapat beberapa macam senjata yang dapat
dibeli dan digunakan oleh masyarakat sipil, pembelian senjata tersebut
dimaksudan untuk digunakan dari berbagai kepentingan misalnya senjata yang
digunakan untuk bela diri maupun senjata api yang digunakan sebagai sarana
kepentingan olahraga, adapun pembelian terhadap senjata api dapat dilakukan
atau dibeli pada pabrik atau PT (Perseroan Terbatas) senjata api yang telah resmi
yang direkomendasikan oleh menteri pertahanan dan telah diaggap legal yang
telah memenuhi syarat-syarat pendirian pabrik produksi senjata api. Syarat
pendirian pabrik atau usaha produksi senjata api ini telah diatur pada Peraturan
Menteri Pertahanan Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Pedoman dan Tata Cara, Pembinaan, Pengembangan, Pegawasan, dan
Pengendalian Industri Bahan Peledak.
Didalam pasal 13 Peraturan Menteri Nomor 36 Tahun 2012 terdapat beberapa
kategori badan usaha bahan peledak yaitu8 :Usaha produksi, usaha pengadaan,
8Indonesia, Peraturan Menteri Pertahanan Negara Republik Indonesia, tentang Pedoman dan Tata Cara, Pembinaan, Pengembangan, Pengawasan, dan Pengendalian Industri Bahan Peledak, No. 36 Tahun 2012.
5
usaha pendistribusian.Dalam melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud diatas,
para pelaku usaha terlebih dahulu harus memenuhi syarat sebelum sebelum
mendirikan pabrik produksi senjata api, syarat tersebut adalah pelaku usaha harus
memiliki surat rekomendasi pendirian pabrik dan memiliki bukti kepemilikan atau
penguasaan tanah maupun modal yang cukup untuk mendirikan pabrik, selain itu
pelaku usah juga harus menyiapkan bahan baku dalam pembuatan senjata api dan
telah memliki desain serta tenaga ahli yang berkompeten dalam pendirian pabrik
dan juga telah memiliki surat kelayakan lingkungan hidup serta telah memenuhi
syarat teknis yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Bahan Peledak antara
Kementrian.
Kemudian setelah memenuhi syarat pendirian pabrik, pelaku usaha dapat
melakukan kegiatan usahanya yaitu melakukanpengolahan untuk mengubah bahan
bakudan/atau bahan peledak menjadi bahan peledak dan/atau bahanpeledak
senjata api dengan memenuhi beberapa syarat seperti, memenuhi persyaratan
untuk pendirian pabrik, dan Badan Usaha memiliki Izin Usaha Industri (IUI) dari
Kementerian Perindustrian, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) dari Kementerian Perdagangan, melampirkan bukti adanya
kepemilikan atau penguasaan pabrik bahan peledak yang akan beroperasi,
memiliki sertifikat atau berita acara hasil penilaian dari tim pengawas independen,
memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam rapat koordinasi Tim
Pengawas Bahan Peledak Antarkementerian.
Selanjutnya adalah sesuai dengan pasal 19 Peraturan Menteri Nomor 36 Tahun
2012, barang yang sudah diproduksi oleh pabrik dengan memenuhi beberapa
6
persyaratan, pelaku usaha dapat melakkan pengadaan atau pun import bahan
peledak, yang dimaksud dengan pengadaan adalah suatu kegiatan untuk
menyediakan bahan peledak dan/atau bahan peledak assesoris melalui produksi di
dalam negeri atau impor. Kegiatan pengadaan atau import bahan peledak harus
dilakukan sesuai dengan peraturan Menteri Nomor 36 Tahun 2012.
Selanjutnya adalah Pasal 20 yaitu pendistribusian, yang dimaksud dengan
pendistribusian adalah suatu kegiatan untuk menyerahkan kepemilikan bahan
peledak dan/atau bahan peledak assesoris dari produsen bahan peledak kepada
Badan Usaha Bahan Peledak dan/atau dari Badan Usaha Bahan Peledak ke
pengguna akhir dan/atau ekspor.
Setelah melakukan pendistribusian senjata api yang telah diproduksi,
selanjutnya senjata api tersebut dapat diperjual belikan kepada pemesan atau
seseorang yang ingin membeli senjata api yang telah memenuhi standar dn
persyaratan yang telah ditentukan oleh kepolisian daerah. Pembelian senjata api
dapat dilakukan dalam dua jenis pembelian yaitu dengan melakukan pembelian
didalam negeri maupun diluar negeri (import).
Proses Jual Beli Senjata Api
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bab 5 Pasal 1457 menjelaskan
bahwa jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak lain untuk
membayar harga yang dijanjikan. Sesuai dengan pasal tersebut dapat mengacu
bahwa apabila dalam jual beli salah satu seseorang melanggar atau tidak
7
memenuhi persyaratan yang dalam jual beli, maka transaksi atau proses jualbeli
tersebuat akan dinyatakan batal dan tidak terjadi aktifitas jual beli.
Pada proses jual beli senjata api, terdapat juga beberapa aturan tentang tata
cara proses pembelian senjata api, baik itu senjata api untuk bela diri ataupun
senjata api untuk kepentingan olahraga, beberapa aturan tersebut dapat dilihat
pada beberapa peraturan misalnya adalah Peraturan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata
Api Untuk kepentingan Olahraga dan terdapat juga pada Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017. Semua proses
pembelian maupun pemakaian sampai pada penggunan senjata api terdapat
didalam peraturan-peraturan tersebut.
Proses penjualan senjata api selanjutnya dapat dilakukan atas ketentuan
undang-undang yang berlaku, penjualan dapat dilakukan oleh produsen senjata api
yang sekaligus bertindak sebagai penjual senjata api, produsen akan menjual
senjata api apabila seorang pembeli telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang yang berlaku. Dalam melakukan aktifitas
penjualan, penjual harus memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang penjual
yang telah diatur didalam Pasal 1457 KUHPerdata tetang Jual Beli.9 Hak yang
dapat diperoleh oleh penjual adalah menerima pembayaran dari harga yang telah
disepakati oleh pembeli dari barang yang ia jual. Menurut pasal 1513
KUHPerdata menjelaskan bahwa kewajiban utama pembeli adalah membayar
harga pembelian pada waktu dan ditempat yang ditetapkan dalam persetujuan, hal
9 R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Balai Pustaka, 2009. Hlm 48.
8
tersebut merupakan hak yang harus diterima oleh penjual seperti pada umumnya.
Kemudian pada pasal 1517 KUHPerdata diatur juga jiak pembeli tidak membayar
harga pembelian, maka penjual dapat menuntut pembatalan jual beli menurut
ketentuan pasal 1266 dan 1267, kemudian pembatalan jual beli dapat dilakukan
oleh penjual jika pembeli tidak ada itikad baik dalam melakukan pembayaran.
Selanjutnya adalah kewajiban-kewajiban penjual yang telah ditetapkan didalam
Pasal 1474 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan memenuhi kewajiban-
kewajiban sebagai seorang penjual diantaraya adalah, penjual wajib menyerahkan
barang yang dijual kepada pembeli, dan penjual wajib menanggung atau
menjamin atas barang yang dijual.
Kemudian didalam pasal 1491 KUHPerdata menyebutkan bahwa
penanggungan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli adalah untuk
menjamin dua hal yaitu pertama adalah penguasaan barang yang dijual itu secara
aman dan tentram, dan yang kedua adalah tidak adanya cacat yag tersembunyi
pada barang tersebut, atau yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan alasan
untuk pembatalan pembelian yang dikarenakan penjual tidak memenuhi prestasi
yang telah diperjanjikan sebelumnya. Didalam peraturan Jual Beli didalam KUH
perdata dijelaskan bahwa apabila penjual tidak memenuhi kewajibannya maka
pembelian atau kesepakatan dalam pembelian dapat dianggap batal karena tidak
memenuhi perjanjian dari awal, kemudian sanksi yang dapat dikenakan kepada
pihak penjual yang diterangkan dalam Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 36
Tahun 2012, seorang atau badan penjual senjata api akan dikenakan sanksi
administratif apabila dalam rangka pendistribusian senjata api tidak memenuhi
9
syarat yang telah ditentukan, adapun sanksi administratif tersebut adalah10:
peringatan tertulis pertama, peringatan tertulis kedua, pencabutan Izin Usaha dan
Pendistribusian senjata api.
Kemudian apabila penjual baik itu PT (perseroan terbatas) maupun seseorag yang
melakukan kegiatan penjualan secara ilegal atau tidak memenuhi perjanjian dan
peraturan yang ada, sesuai dengan KUHPerdata pembelian barang (Senjata Api)
dapat dinyatakan batal dan dapat dikenakan sanksi administratif serta Pidana
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Senjata api.
Dalam melakukan transaksi pembelian, tentunya banyak sekali peraturan yang
harus dipenuhi oleh calon pemegang senjata api, peraturan tentang pembelian
senjata api terdapat pada PERKAP Nomor 8 Tahun 2012, yang menjelaskan
prosedur pembelian senjata api untuk kepentingan olahraga, kemudian selanjutnya
adalah PERKAP Nomor 11 Tahun 2017 yang mengatur tentang pembelian senjata
api untuk kepetingan bela diri. Dalam melakuan pembelian senjata api seorang
pembeli harus mengetahui Hak dan Kewajiban sebagai seorang pembeli, sesuai
dengan pasal 1481 KUHPerdata.11
Selanjutnya adalah kewajiban pembeli adalah menyerahkan barang yang sudah
diperjualbelikan kepada pihak penjual dan dapat menanggung dan menjamin agar
penguasaan barang yang dijual secara aman dan tentram dan menjamin cacat
tersembunyi atas barang tersebut, dan jika dalam melakukan proses jual beli hak
10Indonesia, Peraturan Menteri Pertahanan Negara Republik Indonesia, tentang Pedoman
dan Tata Cara, Pembinaan, Pengembangan, Pengawasan, dan Pengendalian Industri Bahan
Peledak, No. 36 Tahun 2012.11R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Balai Pustaka,
2009. Hlm 48.
10
dan kewajiban pembeli tidak dipenuhi atau tidak sesuai dengan perjanjian, maka
jual beli tersebut dapat dilakukan pembatalan.
Dalam pembelian senjata api secara legal dan resmi haruslah sesuai dengan
peraturan yang ada, peraturan tersebuat mulai dari aturan yang ada dalam
KUHPerdata sampai kepada Peraturan yang lebih rinci lainnya seperti PERKAP
mor 8 Tahun 2012 dan PERKAP Nomor 11 Tahun 2017, semua peraturan diatas
menerangkan bahwa bagaimana cara pembelian dan kode etik sebagai seorang
pembeli yang baik, dalam KUHPerdata, apabila seseorang tidak memenuhi
sebagian atau semua Peraturan yang telah ditetapkan, maka proses jual beli dapat
dibatalkan karena tidak sesuai dengan perjanjian yang ada dan diatur dalam pasal
1457 KUHPerdata tentang jual beli, selanjutnya adalah akibat hukum apabila
salah satu persyaratan yang diajukan oleh pemohon pembelian senjata api
olahraga maupun senjata api untuk beladiri maka persyaratan itu akan ditolak dan
berkas permohonan tidak akan diterima.
Berikut ini adalah berbagai peraturan hukum indonesia yang mengatur tentang
senjata api : 1. UU No. 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api Perubahan Atas
“Ordonantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen” , 2. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1996 Tentang Senjata Api Dinas Direktorat
Jenderal Bea Cukai Presiden Republik Indonesia. 3. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 125 Tahun 1999 Tentang Bahan Peledak. 4. Peraturan Menteri
Pertahanan Negara Republik IndonesiaNomor 36 Tahun 2012 Tentang Pedoman
dan Tata Cara, Pembinaan, Pengembangan, Pengawasan, dan Pengendalian
Industri Bahan Peledak. 6.Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
11
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata
Api Untuk Kepentingan Olahraga. 7. Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Perizinan, Pengawasan dan
Pengendalian Senjata Api Nonorganik.
Penegakan hukum terhadap jual beli senjata api ilegal ?
Bagi pelaku Sipil dapat dikenakan sanksi Pasal 1 ayat (1) UU No.12/Drt/1951,
selanjutnya dalam pasal 6 ayat (1) yang menjelaskan bahwa12pasal tersebut jelas
menerangkan bahwa pihak yang berhak atau bertugas menangani kejahatan
berkaitan dengan senjata api adalah polisi, sesuai dengan ketentuan 13Undang –
undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
PelakuMiliter, sesuaidalam Undang – undang No. 31 Tahun 1997
Tentang Peradilan Militer, Pelaku dari lingkungan militer, dapat dijatuhi
pidana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951, selain
dikenakan sanksi pidana, anggota militer juga akan dikenakan sanksi
seperti teguran lisan, tertulis, mutasi demosi, penundaan kenaikan
pangkat, pemberhentian dengan hormat, dan pemberhentian dengan tidak
hormat melalui sidang disiplin maupun kode etik.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
12Indonesia, Undang-Undang No. 12 Tahun 1951, tentang Mengubah Ordonnantietijdelijke Bijzondee Strafbepalingen, LN No. 78 Tahun 1951. Pasal 6.
13Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, TLN No. 4168. Pasal 15.
12
bahwa Jual beli senjata api adalah suatu kegiatan yang dilegalkan apabila
mengikuti dan telah memenuhi persyaratan dalam Undang-undang, senjata api
dibagi dalam dua kepentingan yaitu senjata api olahraga dan senjata api beladiri,
sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 8 Tahun
2012 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Untuk Kepentingan
Olahraga, dan Peraturan Kepala Kepolisisan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Nonorganik. Dalam
pembelian senjata api haruslah pada tempat yang telah resmi/legal dan telah
memenuhi izin usaha produksi senjata api sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertahanan Nomor 36 Tahun Tentang Tata Cara Pembinaan, Pengembangan,
Pengawasan, dan Pengendalian Industri Bahan Peledak.Jual beli Senjata Api
ilegal dapat menimbulkan dampak negatif dan menimbulkan banyak kerugian
bagi masyaratakat, kerugian yang ditimbulkan bukan hanya harta tetapi juga
berupa nyawa seseorang karena banyaknya penjualan senjata api ilegal, untuk itu
seseorang (sipil/militer) yang terbukti melakukan jual beli atau perbuatan
penyalahgunaan senjata api dapat dikenakan sanksi ataupun hukuman yang sesuai
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1951 dengan dapat dihukumdengan
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara
sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun dan dapat sanksi pidana maupun
disiplin, sanksi yang sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
pasal yang dikenakan tergantung perbuatan pidana apa yang dilakukan. Kemudian
apabila pelakunya dari lingkungan militer, maka hukumannya akan ditambah
sepertiga dari perbuatan pidananya, selain dikenakan sanksi pidana, anggota
13
militer juga akan dikenakan sanksi seperti teguran lisan, tertulis, mutasi demosi,
penundaan kenaikan pangkat, pemberhentian dengan hormat, dan pemberhentian
dengan tidak hormat melalui sidang disiplin maupun kode etik.
Saran
Bagi yang ingin membeli atau memiliki senjata api sebaiknya terlebih
dahulu mengenal hak dan kewajibannya sebagai pemegang senjata api,
hak yang dimaksud adalah apakah seseorang berhak atau
tidak,diperbolehkan atau tidak untuk memiliki senjata api, selanjutnya
adalah kewajiban sebagai calon pemegang senjata api huruslah
memenuhi atau mengikuti peraturan dan prosedur yang telah diatur dalam
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan
menteri ataupun peraturan kepolisian yang mengatur tentang senjata api.
Kemudian dalam peredaran ataupun penjualan senjata api ilegal, pihak
berwajib dalam hal ini selaku pihak kepolisian, harus lebih memperketat
pengamanan terhadap jual beli senjata api ilegal, khususnya pada eksport
maupun import senjata ilegal yang dilakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab, dan apabila seseorang/oknum yang telah terbukti
melakukan penjualan senjata api ilegal, sebaiknya diberikan sanksi yang
tegas sesuai dengan perbuatannya masing-masing agar dapat memberikan
efek jera dan tidak ada lagi yang melakukan perbuatan yang sama lagi.
Daftar Pustaka
Buku, Makalah, Artikel
14
Andamari, Pengawasan Pihak Kepolisian Terhadap Penyalahgunaan Senjata Api
Yang Dimiliki WargaSipil Khususnya Daerah Istimewa
Yogyakarta, (Skripsi Sarjana Hukum Universitas Atma Jaya),
2011, hlm. 3.
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuata Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
Mandar Maju, Bandung, 1995, hlm. 65
I Putu Sugiarta, Perlindungan Hukum Jual Beli Hp Bekas, (Skripsi Sarjana
Hukum Universitas Mataram), 2015, hlm. 5-6.
Johny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
publishing, Malang-Jawa Timur, 2oo7, hlm. 30.
R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Balai
Pustaka, 2009. Hlm 48
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudy, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan
singkat), Rajawali pers, Jakarta,2001, hlm : 13-14.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Api Nonorganik. LN No. 2 Tahun 2002, TLN No. 4168.
Indonesia, Peraturan Menteri Pertahanan Negara Republik Indonesia, tentang
Pedoman dan Tata Cara, Pembinaan, Pengembangan,
Pengawasan, dan Pengendalian Industri Bahan Peledak, No. 36
Tahun 2012.
Indonesia, Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951
tentang Mengubah “Ordonnantietijdelijke Bijzondere
Strafbepalingen” (STBL. 1948 Nomor 17) dan Undang-Undang
Republik Indonesia Terdahulu Nomor 8 Tahun 1948, LN No.78
Tahun 1951.