fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bab i-iv.docx · web viewindonesia adalah negara...

140
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Sebagai konsekuensi dianutnya negara hukum di Indonesia, maka segala hal yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional dilandaskan pada hukum. Tujuan tersebut telah dirumuskan dan dicantumkan dalam alenia IV, yaitu sebagai berikut: 1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2. Memajukan kesejahteraan umum; 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; 1

Upload: tranhanh

Post on 05-Jul-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Sebagai konsekuensi

dianutnya negara hukum di Indonesia, maka segala hal yang terkait dengan

kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional dilandaskan pada

hukum. Tujuan tersebut telah dirumuskan dan dicantumkan dalam alenia IV, yaitu

sebagai berikut:

1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

2. Memajukan kesejahteraan umum;3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial;

Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan konstitusi yang berbeda

dengan negara lain, perbedaan tersebut dapat dilihat dari pembukaan undang-

undang dasar itu, yang secara tegas menunjukkan kewajiban dan tanggung jawab

pemerintah terhadap warga negaranya.1 Tanggung jawab tersebut dapat

dijabarkan kedalam pasal-pasal yang ada di dalam Batang Tubuh Undang-Undang

Dasar 1945 yaitu pasal 27 dan 31. Kedua pasal tersebut mempunyai isi tentang

1 S. Silalahi, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka Versi Para Pendiri Negara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 254.

1

Page 2: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

usaha pengadaan penghidupan yang layak bagi setiap Warga Negara Indonesia

dan pasal yang selanjutnya adalah tentang pendidikan.

Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 setelah amandemen

mengamanatkan bahwa:

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.

Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen

mengamanatkan bahwa:

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem

pendidikan nasional yang diatur dalam dalam undang-undang;(3) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya;

Pengertian yang terkandung dalam pasal di atas adalah keharusan bagi

warga negara untuk mengikuti pendidikan dasar minimal sebagaimana telah

diatur dalam undang-undang pelaksanaannya yaitu pendidikan dasar sembilan

tahun dan bagi pemerintah wajib menyediakan pembiayaan pendidikan dasar

tersebut.

Sistem pendidikan yang ada di Indonesia belum mampu mengakomodasi

kebutuhan-kebutuhan di masyarakat, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas

sumber daya manusia Indonesia. Sistem pendidikan juga tidak akomodatif

terhadap potensi peserta didik, dan cenderung mengabaikannya sehingga

berakibat tidak optimalnya peningkatan potensi diri peserta didik. Oleh karena itu

2

Page 3: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

sistem pendidikan yang ada harus diperbaiki, demikian pula kualitas dari pengajar

atau pendidik pun harus ditingkatkan.2

Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut selanjutnya akan

mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan nasional Indonesia, yang

lebih khususnya lagi yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Adanya wajib belajar sembilan tahun diatas diharapkan generasi penerus

bangsa dapat menjadi sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas. Hal

tersebut tentunya akan terwujud apabila tenaga pendidiknya yaitu guru yang

handal dan profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas

guru adalah melalui sertifikasi sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan

pertanggungjawaban moral dan akademis. Sertifikasi adalah suatu cara

pemerintah untuk mengoptimalkan kinerja dan kualitas guru, sehingga dengan ini

akan lebih mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Sistem pendidikan nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003, dan diharapkan peraturan tersebut dapat menjamin pemerataan

kesempatan dalam memperoleh pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan dan

kualitas pendidiknya.

Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional menyebutkan bahwa:

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

2 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 7.

3

Page 4: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Konsideran bagian menimbang huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa:

Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Konsideran di atas menjelaskan bahwa pemerintah menyadari pentingnya

peningkatan kualitas guru. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan

profesionalitas guru karena hal itu merupakan kebutuhan yang sangat mendasar

yang harus diwujudkan agar dapat bersaing dalam persaingan di era globalisasi

sekarang ini.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru, hal tersebut

dikarenakan guru mempunyai peranan yang sangat besar. Guru menjadi barisan

terdepan dalam pelaksanaan pendidikan, dan langsung berhadapan dengan peserta

didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik

dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.

Profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang

publik seiring dengan tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Hal ini dipertegas

lagi dengan respons positif dari pemerintah dengan mengeluarkan Undang-

undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan Undang-undang

4

Page 5: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

tersebut harkat dan martabat guru semakin mendapat apresiasi karena dalam

Undang-undang tersebut diatur tentang penghargaan terhadap guru, baik dari segi

profesional maupun finansial serta perlindungan hukum dan keselamatan tugas.3

Salah satu upaya untuk meningkatkan profesional guru adalah melalui

sertifikasi. Sertifikasi guru merupakan pengakuan atas kedudukan guru sebagai

tenaga profesional, oleh karena itu perlu diberikan penghargaan tertentu atas

profesionalitas guru tersebut salah satunya adalah dengan memberikan

penghasilan yang memadai. Untuk mencapai profesionalisme, jaminan

kesejahteraan bagi para guru merupakan sutu hal yang tidak dapat diabaikan dan

dipisahkan.

Adanya pelaksanaan sertifikasi dan telah membuahkan hasil yang cukup

memuaskan bagi Guru Pegawai Negeri Sipil, maka profesionalisme Pegawai

Negeri Sipil harus terus ditingkatkan untuk menjadikan peserta didik lebih

berkualitas. Agar pelaksanaan sertifikasi dapat berjalan sesuai ketentuan maka

perlu adanya pengawasan. Dan pengawasan tersebut khusus ditujukan kepada

Pegawai Negeri Sipil yang sudah lulus sertifikasi.

Mengingat bahwa fungsi pengawasan bertujuan untuk mengadakan

penilaian dan penemuan kembali terhadap kemajuan maupun kendala

pelaksanaan rencana maka pengawasan harus berkaitan erat dengan fungsi

perencanaan. Dalam kaitan ini hasil-hasil pengawasan diumpan balikkan pada

bagian perencanaan agar dapat diadakan penyempurnaan terhadap rencana

3 Ibid, hal. 8

5

Page 6: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

berikutnya. Umpan balik juga ditunjukan pada pimpinan organisasi untuk

menyempurnakan kebijaksanaan yang akan datang. Fungsi pengawasan bukannya

mengarahkan pelaksanaan rencana tetapi mengadakan koreksi, apabila ditemukan

adanya penyimpangan.

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang pengaturannya diberikan

kepada pemerintah daerah, artinya pemerintah daerah mempunyai kewenangan

sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya. Penyelenggaraan desentralisasi

mengisyaratkan adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah

dengan daerah otonom. Terdapat urusan pemerintah yang bersifat concurrent

artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang

tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintahan

Daerah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, terdapat perubahan yang

mendasar dalam pembagian kewenangan antara pemerintah Pusat dengan

Pemerintah Daerah. Perubahan kewenangan tersebut juga mengubah sebagian

kewenangan pengaturan kepegawaian daerah. Badan Kepegawaian Daerah

sebagai pelaksana teknis administrasi kepegawaian daerah yang bertugas

membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah mengalami

perubahan fungsi akibat perubahan kewenangan pengaturan kepegawaian daerah.

Latar belakang tersebut untuk mengkaji bagaimana pengawasan

pemerintah melalui Dinas Pendidikan di Kabupaten Banyumas melakukan upaya

peningkatan profesionalitas guru setelah adanya sertifikasi. Terkait hal tersebut

6

Page 7: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

penulis mencoba merumuskan bagaimana Pengawasan Pemerintah terhadap Guru

Pegawai Negeri Sipil setelah adanya Sertifikasi terutama dalam lingkup

Kabupaten Banyumas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis

mengambil judul penulisan “PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP

GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SETELAH SERTIFIKASI DI KABUPATEN

BANYUMAS”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan:

Bagaimanakah pengawasan pemerintah terhadap guru Pegawai Negeri Sipil

setelah adanya Sertifikasi di Kabupaten Banyumas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiannya adalah:

Untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap guru Pegawai Negeri Sipil

setelah adanya Sertifikasi di Kabupaten Banyumas.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

7

Page 8: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dan

menambah kepustakaan hukum administrasi negara, khususnya hukum

kepegawaian.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai

pengawasan pemerintah setelah sertifikasi guru di Dinas Pendidikan

Kabupaten Banyumas.

8

Page 9: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Administrasi Negara

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Di Indonesia pengkajian tentang administrasi negara mutlak

diperlukan, karena bangsa Indonesia memerlukan pengkajian tentang

bagaimana bermacam-macam badan pemerintahan diorganisasikan,

dimotivasi, dan dipimpin untuk mencapai tujuan pemerintahan dalam

melaksanakan kekuasaan.

Kata administasi berasal dari bahasa Inggris “administration”

yang pada awalnya dari bahasa latin “administrare” yang berarti to serve

atau melayani. Utrecht memberikan definisi yang sempit mengenai

administrasi negara, yaitu gabungan jabatan-jabatan (complex van

ambten), alat administrasi dibawah pimpinan pemerintah melakukan

sebagian dari pekerjaan pemerintah.4 Hukum administrasi negara dapat

dijadikan rumusan secara keseluruhan aturan hukum yang mengatur

hubungan hukum antar negara atau alat perlengkapannya yang mewakili

negara pada satu pihak dan rakyat merupakan pihak yang lainnya.

4 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Ichtiar, 1990,hal.1

9

Page 10: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

C.S.T. Kansil mendefinisikan Administrasi Negara meliputi tiga

arti yang penting. Secara terperinci C.S.T. Kansil mengemukakan tiga

hal arti Administrasi Negara, yaitu:

1. Sebagai Aparatur Negara, Aparatur Pemerintah, atau Instansi Politik (kenegaraan) artinya meliputi organ yang berada di bawah pemerintahan, mulai dari Presiden, Menteri (termasuk Sekjen, Dirjen, Gubernur, Bupati, dan sebagainya) pokoknya semua organ yang menjalankan Administrasi Negara.

2. Sebagai fungsi atau sebagai aktifitas, yakni sebagai kegiatan pemerintahan, artinya sebagai kegiatan mengurus kepentingan negara.

3. Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang, artinya meliputi segala tindakan aparatur negara dalam menjalankan Undang-undang.5

Hukum Administrasi negara lazimnya memuat pendelegasian

atau pelimpahan wewenang kepada alat-alat perlengkapan administrasi

negara membentuk aturan hukum in concreto.

Van Vollenhoven memberikan ciri hukum administrasi negara,

yaitu sebagai berikut:

Untuk sebagian hukum administrasi negara merupakan pembatasan

terhadap kebebasan pemerintah, jadi merupakan jaminan bagi mereka,

yang harus taat kepada pemerintah, akan tetapi untuk sebagian besar

hukum administrasi mengandung arti pula, bahwa mereka yang harus taat

kepada pemerintah menjadi dibebani berbagai kewajiban yang tegas

5 C.S.T. Kansil, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan 1,1984, hal..2

10

Page 11: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

bagaimana dan sampai dimana batasnya, dan berhubung dengan itu,

berarti juga bahwa wewenang pemerintah menjadi luas dan tegas.6

Deskripsi diatas menggambarkan tujuan hukum administrasi

negara berdasarkan latar belakang kelahirannya, hukum administrasi

memang diarahkan kepada perlindungan hukum bagi rakyat.

Peranan administrasi negara penting bagi para pengambil

kebijakan dalam menentukan strategi pengelolaan pemerintahan dalam

rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Salah satu aspek penting

otonomi daerah adalah pemberdayaan masyarakat sehingga mereka dapat

berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penggerakan, dan

pengawasan dalam pengelolaan pemerintahan daerah dalam

menggunakan sumber daya pengelola dan memberikan pelayanan kepada

publik.

Prajudi Admosudirjo memberikan definisi administrasi negara

dalam arti luas, yaitu kombinasi dari pada:

a. Tata pemerintahan (bestuur, government)b. Tata usaha negarac. Administrasi (administratie, staats beheer), atau

pengurusan rumah tangga negarad. Pembangunan (ontwikkeling)e. Pengendalian lingkungan7

6 Philipus M. Hadjon, dkk , Pengantar Hukum Administrasi Negara, cetakan keenam, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994, hal. 257 Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, hal.43

11

Page 12: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Prajudi Atmosudirjo berpendapat mengenai arti dari administrasi

negara yaitu:

a. Administrasi Negara sebagai aparatur negara, aparatur pemerintah, atau sebagai institusi politik (kenegaraan);

b. Administrasi Negara sebagai “fungsi” atau sebagai aktivitas melayani pemerintah yaitu sebagai kegiatan “pemerintah operasional” dan;

c. Administrasi Negara sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang8

Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya Hukum Administrasi

Negara merumuskan definisi kerja Hukum Administrasi Negara adalah

hukum secara khas mengenai seluk beluk daripada administrasi negara

dan terdiri atas dua tingkatan, yaitu Hukum Administrasi Heteronom dan

Hukum Administrasi Otonom, yaitu sebagai berikut:

a. Hukum Administrasi Negara Heteronom, yakni hukum

mengenai seluk beluk daripada administrasi, meliputi:

1. Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum

daripada administrasi Negara;

2. Hukum tentang organisasi daripada administrasi negara,

termasuk pengertian dekonsentrasi dan desentralisasi;

3. Hukum tentang aktifitas-aktifitas daripada administrasi

negara;

4. Hukum tentang sarana daripada administrasi negara;

8 Loc cit

12

Page 13: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

5. Hukum tentang peradilan administrasi negara.

b. Hukum Administrasi Negara Otonom, yakni hukum yang

diciptakan oleh administrasi negara.9

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Menurut Ridwan HR, Hukum Administrasi adalah hukum yang

berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit yaitu hukum yang

cakupannya secara garis besar mengatur hal-hal antara lain:

a. Perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang politik;

b. Kewenangan pemerintah dalam melakukan perbuatannya

dibidang publik itu;

c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau

penggunaan kewenangan pemerintahan itu;

d. Penegakan hukum dan penetapan sanksi-sanksi dalam bidang

pemerintahan.10

Istilah dari Hukum Administrasi Negara dalam kepustakaan

Belanda disebut sebagai “Bestuursrecht” yang kemudian berkenalan

dengan unsur utama adalah “Bestuur”. Bestuur dirumuskan sebagai

lingkungan kekuasaan negara diluar lingkungan kekuasaan legislatif dan

lingkungan kekuasaan yudisial. Kemudian oleh Philipus M. Hadjon 9 SF. Marbun, dkk. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi

Negara, Yogyakarta: UII Press, 2001, hal.2210 Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002, hal.44

13

Page 14: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

bahwa bestuur berkenaan dengan “sturen” dan “sturing”. Dengan

rumusan tersebut maka, kekuasaan pemerintahan tidak hanya sekedar

melaksanakan Undang-undang. Namun juga kekuasaan yang aktif.11

Menurut A.M. Donner yang dikutip oleh E. Utrecht, hukum

administrasi merupakan hukum yang sulit pula untuk didefinisikan ruang

lingkupnya. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan hanyalah membagi

bagian-bagian bidang dari hukum administrasi negara, yaitu adanya

pembagian hukum administrasi negara umum dan hukum administrasi

negara khusus.12

Hukum Administrasi Negara umum adalah hukum administrasi

negara yang berkenaan dengan peraturan-peraturan umum mengenai

tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau peraturan-

peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum

administrasi.

Hukum Administrasi Negara khusus adalah peraturan yang

berkaitan dengan bidang-bidang tertentu dari kebijakan penguasa,

sehingga hukum administrasi negara khusus tersebut telah dihimpun

dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia

yang disusun berdasarkan bidang-bidang tertentu.

11 Setiadjeng Kadarsih, Sri Hartini, Buku Ajar Hukum Kepegawaian, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2004, hal. 5

12 Loc cit.

14

Page 15: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa bidang hukum

administrasi negara itu sangat luas sehingga tidak dapat secara tegas

ditentukan ruang lingkupnya. Disamping itu, khusus bagi negara kesatuan

dengan sistem desentralisasi, terdapat pula hukum administrasi daerah

atau pemerintahan daerah. Ada yang menyebutkan hukum administrasi

negara mencakup hal-hal diantaranya:

a. Sarana-sarana (instrumen) bagi penguasa untuk mengatur,

menyeimbangkan, dan mengendalikan, berbagai kepentingan

masyarakat;

b. Mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses

penyusunan dan pengendalian tersebut, termasuk proses

penentuan kebijaksanaan;

c. Perlindungan hukum bagi warga masyarakat;

d. Menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintahan yang

baik.13

3. Hubungan Hukum Kepegawaian dengan Hukum Administrasi

Negara

Hukum administrasi negara merupakan hukum publik, yang

mempelajari fungsi pemerintahan. Fungsi pemerintahan dirumuskan

sebagai segala macam kegiatan penguasa yang tidak termasuk kegiatan

13 Loc cit.

15

Page 16: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

perundang-undangan atau peradilan. Kegiatan penguasa merupakan

kegiatan pemerintahan, dimana kegiatan ini sebagian besar dilaksanakan

oleh eksekutif.

Objek hukum administrasi negara adalah kekuasaan pemerintah,

jadi dalam hal ini yang dipelajari adalah pemerintah dan penyelenggara

pemerintah sebagian besar dilaksanakan oleh pegawai negeri.

Objek hukum kepegawaian adalah hukum kepegawaian yang

dipelajari dalam hukum administrasi negara, yaitu hukum yang berlaku

bagi pegawai negeri yang bekerja pada administrasi negara sebagai

pegawai negeri.14

Hubungan antara hukum kepegawaian dengan hukum administrasi

negara adalah:

a. Objek hukum administrasi negara adalah kekuasaan pemerintah.

b. Pemerintah dilakukan sebagian besar oleh Pegawai Negeri.c. Tugas dan wewenang pegawai negeri adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

d. Hubungan antara Pegawai Negeri dengan Negara adalah hubungan dinas publik.

e. Sengketa kepegawaian merupakan sengketa Tata Usaha Negara.15

Dari hubungan antara hukum administrasi negara dengan hukum

kepegawaian dapat dilihat betapa pentingnya kedudukan pegawai negeri

14 Loc cit.15 Ibid, hal.4-5

16

Page 17: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

yaitu yang sangat menentukan lancar tidaknya suatu penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

MF. Marbun dan Moh.Mahfud MD menyatakan bahwa:

Telah dikemukakan bahwa ciri khas yang melekat pada lembaga pegawai negeri itu adalah adanya hubungan dinas publik. Yang dimaksud hubungan dinas publik menurut Logemann adalah bilamana seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada perintah dari pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan itu dihargai dengan pemberian gaji dan beberapa keuntungan lain. Jadi, inti dari dinas publik itu adalah kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk pada pengangkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu, yang berakibat bahwa pegawai yang bersangkutan tidak menolak (menerima tanpa syarat) pengangkatannya dalam 1 (satu) jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.16

Hubungan dinas publik dalam hukum kepegawaian dikenal ada

beberapa macam. Hal ini dikemukakan oleh E. Utrecht yaitu:

Pokok (object) pelajaran ilmu pemerintahan adalah dinas publik

dalam arti kata seluas-luasnya, ada 2 (dua) hal yang khusus menarik

perhatian ilmu pemerintahan, yaitu:

a. Organisasi terbaik (birokrasi selancar-lancarnya) yang dapat

menjalankan selancar-lancarnya hubungan antara masing-masing

alat pemerintahan (betuursorganen) yang bersama-sama

merupakan dinas publik sebagai suatu kesatuan dan yang dapat

menjalankan selancar-lancarnya hubungan antara dinas publik

dengan masyarakat.

16 SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Liberty, 1997, hal. 98.

17

Page 18: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

b. Anasir perseorangan (persoonlijk) dalam dinas publik, seperti

pendidikan, latihan, dan peraturan mengenai tugas dan

penggajian serta jaminan-jaminan sosial lain bagi pejabat. Hanya

suatu “corps” (korps) pejabat yang mempunyai dasar pendidikan

dan latihan baik dari taraf penghidupan tercermin dapat

menjalankan dinas publik sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi

masyarakat.17

B. Hukum Kepegawaian

Tujuan bangsa Indonesia adalah membentuk suatu pemerintah

Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan yang

direncanakan dengan terarah dan realistis serta dilaksanakan secara

bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna dan berhasil guna. Untuk

tercapainya tujuan tersebut sangat tergantung pada kelancaran

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, yang

17 E. Utrecht dan Saleh Djindang, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru, 1999. Cetakan kesembilan, hal. 25.

18

Page 19: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dalam hal ini tergantung pada kesempurnaan aparatur negara yaitu

Pegawai Negeri Sipil.

Dilihat dari sistem kepegawaian secara nasional, pegawai negeri

sipil mempunyai posisi penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

difungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka terdapat

sebagian kewenangan di bidang kepegawaian diserahkan kepada daerah

yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah.

Kekuasaan pemerintah merupakan objek kajian dari Hukum

Administrasi Negara. Pegawai Negeri sebagai pihak yang paling banyak

menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dipelajari dalam hukum

kepegawaian sebagai bagian dari hukum administrasi negara. Hukum

Kepegawaian khusus mengatur tentang fungsi, kedudukan, kewajiban,

dan hak, serta pembinaan pegawai. Hukum Kepegawaian adalah hukum

yang berlaku bagi yang bekerja pada administrasi sebagai Pegawai

Negeri.

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan W.J.S.

Poerwadarminta (1951) kata pegawai berarti “orang yang bekerja pada

pemerintah (perusahaan dan sebagainya)”, sedangkan “negeri” berarti

19

Page 20: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

“negara atau pemerintah”, Pegawai Negeri Sipil yaitu orang yang bekerja

pada pemerintah dan negara.

Dengan demikian pegawai negeri adalah orang yang bekerja pada

pemerintah atau negara yang berada diluar politik bertugas melaksanakan

administrasi pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang telah

ditetapkan.

Pengertian Pegawai Negeri menurut Undang-undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dicantumkan dalam Pasal 1 angka 1

yaitu:

Pegawai Negeri adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia

yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara lainnya dan di

gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kedudukan dan peranan dari pegawai negeri dalam setiap

organisasi pemerintahan sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri

Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan

pembangunan nasional.

2. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 yang tercantum dalam pasal 3 ayat (1), yaitu

20

Page 21: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,

dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan

pembangunan. Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada

pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi

umum pemerintahan, tetepi juga harus mampu melaksanakan fungsi

pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya

menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu

menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan

rakyat banyak18.

Pegawai negeri mempunyai peranan sangat penting sebab pegawai

negeri merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara.

3. Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan tugasnya, mempunyai

kewajiban dan hak. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil tersebut menurut

Sastra Djatmika dan Marsono adalah segala sesuatu yang wajib

dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang pegawai negeri berdasar

18 C.S.T. Kansil, 1979, Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm.38.

21

Page 22: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

sesuatu peraturan perundang-undangan.19 Kewajiban Pegawai Negeri

Sipil tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungannya dengan tugas dalam

jabatan, yaitu suatu tugas pokok dan fungsi-fungsi kesatuan

organisasi yang sudah ditetapkan secara terperinci oleh masing-

masing Instansi/Departemen.

2. Kewajiban-kewajiaban yang berhubungan dengan kedudukan

pegawai negeri pada umumnya, kewajiban ini tidak langsung

berhubungan dengan tugas dalam jabatan, tapi lebih banyak

berhubungan dengan kedudukan pegawai negeri sebagai unsur

aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat. Undang-

undang Nomor 49 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

mengatur mengenai kewajiban pegawai negeri yang berhubungan

dengan kedudukan pegawai negeri pada umumnya, yaitu sebagai

berikut:

a. Pasal 4:

Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,

UUD 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga

19 Sastra Djatmika, Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1995, hal. 163.

22

Page 23: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

b. Pasal 5:

Setiap Pegawai Negeri wajib mentati segala peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas

kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

c. Pasal 6:

(1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.

(2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan kepada dan atas peintah pejabat yang berwajib atas

kuasa undang-undang.

3. Kewajiban-kewajiban lain adalah kewajiban-kewajiabn yang tidak

ditetapkan dalam suatu peraturan dan yang berdasarkan atas adat

kebiasaan dalam sikap tingkah laku yang baik, dalam jabatan

negara maupun masyarakat umum.20

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian mengatur juga mengenai hak Pegawai Negeri Sipil, yaitu

sebagai berikut:

20 Loc cit.

23

Page 24: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

a. Pasal 7:

(1) Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil

dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan

tanggungjawabnya.

(2) Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu

memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.

(3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana

dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.

Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

menyebutkan bahwa gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas

prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan. Pada umumnya sistem

penggajian dapat digolongkan dalam 2 (dua) sistem, yaitu sebagai

berikut:

1. Sistem skala tunggal

Adalah sistim penggajian yang memberikan gaji yang sama

kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang

memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya

tanggungjawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.

2. sistem skala ganda

Adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan

saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat

pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan

24

Page 25: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan

pekerjaan itu.

Selain kedua sistem penggajian yang dimaksud diatas, dikenal

pula sistem penggajian ketiga, yang biasa disebut sistem skala gabungan

yang merupakan perpaduan antara sistem skala tunggal dan sistem skala

ganda.

b. Pasal 8:

Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.

Penjelasan Pasal 8 menyatakan bahwa cuti pegawai negeri terdiri

dari cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti besar, cuti

bersalin, dan cuti di luar tanggungan negara.

c. Pasal 9:

(1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan

dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibanya

berhak memperoleh perawatan.

(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau

cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi

dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh uang duka.

(3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak

memperoleh uang duka.

Tewas yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) ini ialah:

25

Page 26: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

a. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya;

Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya

dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan

meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya;

b. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau

cacat jasmani dan cacat rohani yang di dapat dalam dan

karena menjalankan tugas kewajibannya;

c. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak

bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap

anasir itu.

d. Pasal 10:

Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan berhak atas pensiun.

Penjelasan pasal 10 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai

negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara.

4. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Pengertian manajemen Pegawai Negeri Sipil dinyatakan dalam

Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

26

Page 27: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian, yaitu sebagai berikut:

Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian

Istilah yang digunakan untuk menyebutkan administrasi

kepegawaian dalam hukum positif adalah manajemen kepegawaian, oleh

karena itu kedua istilah tersebut digunakan secara bersamaan dengan

pengertian yang sama.

Miftah Thoha menyatakan dalam bukunya bahwa:

Administrasi kepegawaian seringkali disebut manajemen kepegawaian, yang tidak asing lagi bagi kegiatan administrasi instansi pemerintah. Istilah administrasi kepegawaian merupakan peristilahan yang terancang secara umum, yang dapat diperbandingkan dengan istilah manajemen tenaga kerja atau manajemen sumber daya tenaga kerja (man power or human resources management). Dalam industri istilah yang sama ialah “industrial relation” dengan memberikan penekanan pada perencanaan kepegawaian atau personel programs.21

Manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup pembinaan Pegawai

Negeri Sipil yang menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 43 Tahun

1999 menentukan bahwa pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan

untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan yang berdaya guna

21 Miftah Thoha, Administrasi Kepegawaian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994, hal. 39.

27

Page 28: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dan berhasil guna berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja.22

Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka diperlukan Pegawai Negeri

Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui

pembinaan yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem

prestasi karier dengan lebih memprioritaskan sistem prestasi kerja.

Penjelasan Pasal 12 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999

menjelaskan bahwa:

Dalam rangka usaha untuk meningkatkan mutu dan keterampilan serta memupuk gairah kerja, maka perlu dilaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja, dengan demikian dapat dikembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada masing-masing Pegawai Negeri Sipil secara wajar.

Sistem karier terdari dari sistem karier tertutup dan sistem karier

terbuka. Sistem karier tertutup adalah bahwa pangkat dan jabatan yang

ada dalam suatu organisasi hanya dapat diduduki oleh pegawai yang telah

ada dalam organisasi itu, dan tertutup bagi orang luar. Sedangkan sistem

karier terbuka adalah bahwa pangkat dan jabatan dalam suatu organisasi

dapat diduduki oleh orang luar organisasi tersebut, namun harus

mempunyai kecakapan yang diperlukan, tanpa melalui pengangkatan

calon pegawai. Adapun yang dimaksud dengan sistem prestasi kerja

adalah sistem kepegawaian untuk pengangkatan seseorang dalam jabatan

22 Moh. Mahfud M.D, Hukum Kepegawaian Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1998, hal.41

28

Page 29: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang telah dicapai oleh pegawai

yang diangkat.23

C. Sertifikasi Guru

1. Guru

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen dalam Pasal 1 angka (1) menyebutkan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada

jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak

usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2008 tentang Guru dalam Pasal 1 Ayat (1) juga memberikan definisi yang

sama dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 mengenai

pengertian guru dan sertifikasi.

Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah disebut sebagai

guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dan diberi gaji sesuai dengan

perundang-undangan. Adapun kaitannya dengan sertifikasi guru,

23 Sastra Djatmika, Marsono, Op. Cit, hal. 51.

29

Page 30: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dijelaskan dalam Pasal 1 (1) Peraturan Menteri Pendidikan Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

bahwa:

sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.

2. Sertifikasi

Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan Pasal 1 angka (11)

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 adalah proses pemberian sertifikat

pendidik untuk guru. Bagi guru agar dianggap baik dalam mengemban

tugas profesi mendidik, maka ia harus memiliki sertifikat pendidik.

Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru yang telah memenuhi

persyaratan.24 Sertifikasi pendidik tersebut merupakan bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru tenaga profesional.

Program sertifikasi merupakan konsekuensi dari disahkannya

produk hukum tentang pendidikan, yaitu:

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

b. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

24 Trianto, Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, hal. 11

30

Page 31: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun

2008 tentang Guru.

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

D. Pemerintahan Daerah

1. Pengertian Pemerintahan Daerah

Pemerintah sebagai subjek atau organ/aparat yang menjalankan

fungsi tertentu juga mempunyai arti luas dan sempit. Pemerintah dalam

arti luas adalah menunjuk kepada semua aparatur/alat perlengkapan

negara sebagai kesatuan yang menjalankan segala tugas dan

kewenangan/kekuasaan negara atau pemerintahan dalam arti luas. Dalam

pandangan Montesquieu pemerintahan dalam arti luas meliputi bidang

legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sedangkan pemerintah dalam arti

sempit menunjuk kepada aparatur atau alat perlengkapan negara yang

melaksanakan tugas dan kewenangan pemerintahan dalam arti sempit,

yang diartikan hanya sebagai tugas dan kewenangan negara dalam bidang

eksekutif saja.

Pemerintah Daerah menurut Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang

Dasar 1945 hasil amandemen menyatakan bahwa: Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

31

Page 32: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

dengan undang-undang.

Pengertian Pemerintahan Daerah menurut Pasal 1 angka 2

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintahan daerah merupakan sub sistem dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Agar pelaksanaan tugas-tugas pemerintah

daerah dapat terselenggara dengan baik maka perlu diperhatikan asas-asas

yang menjadi landasan dan pedoman pengaturannya. Sesuai dengan jiwa

Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen dan

berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Dalam bukunya Muhammad Fauzan yang berjudul Hukum

Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat

dan Daerah menjabarkan bahwa sistem penyelenggaraan pemerintahan

didasarkan pada 3 (tiga) asas yaitu:

a. Asas Desentralisasi dan Asas Dekonsentrasi.

32

Page 33: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Desentralisasi ialah penyerahan wewenang pemerintahan dari

pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Desentralisasi dimaksudkan untuk memperlancar

terlaksananya urusan pemerintahan agar tidak terjadi penumpukan

kekuasaan dan mampu menciptakan pelayanan masyarakat yang efektif,

ekonomis dan berkualitas.

Pada hakekatnya dekonsentrasi sama dengan desentralisasi, yang

membedakan adalah karakter atau sifat mekanisme pelaksanaannya. Pada

desentralisasi pemencaran kekuasaan terletak pada bidang kenegaraan

sedangkan dekonsentrasi pemencaran kekuasaan dibidang kepegawaian

atau administrasi. Pemegang kekuasaan dan wewenang dalam

dekonsentrasi masih ada pada pemerintah pusat, hal tersebut dikarenakan

konsep dekonsentrasi adalah konsep pelimpahan kekuasaan, berbeda

dengan konsep desentralisasi yang berupa penyerahan wewenang. Jadi

urusan pemerintahan yang dipencarkan dalam dekonsentrasi masih

menjadi kewenangan dan kekuasaan pemerintah pusat.

b. Asas Otonomi

Otonomi bukanlah sebuah proses pemerdekaan daerah yang

dalam arti kemerdekaan (kedaulatan yang terpisah), atau otonomi tidak

dapat diartikan sebagai adanya kebebasan penuh secara absolut dari suatu

daerah (absolute onafhankelijiksheid) karena otonomi adalah suatu proses

untuk memberikan kesempatan kepada daerah untuk bisa berkembang

33

Page 34: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Dengan demikian, otonomi

harus bermakna sebagai jalan untuk mengoptimalisasi segala potensi

lokal, baik alam, lingkungan maupun kebudayaan. Dan optimalisasi

bukanlah ekploitasi, melainkan sebuah proses yang memungkinkan

daerah bisa mengembangkan diri, dan mengubah kehidupan masyarakat

daerah menjadi lebih baik.

c. Asas Tugas Pembantuan

Tugas pembantuan merupakan terjemahan dari kosa kata

medebewind didefinisikan dalam Pasal 1 angka (9) Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai penugasan

dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi

kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah

kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Hakikat

urusan yang dilaksanakan dalam konsep tugas pembantuan tetap menjadi

urusan pemerintahan yang menugaskan dan daerah yang melaksanakan

tugas bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas saja.

Pengelompokan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

tersebut menimbulkan perbedaan menurut beberapa peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Bagir Manan

34

Page 35: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

berpendapat bahwa desentralisasi dan dekonsentrasi bukan asas

melainkan suatu proses.25

3. Kebijakan Daerah

Secara gramatikal, kebijakan berasal dari kata bijak. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1994, kebijakan

memiliki beberapa arti yaitu:

a. Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan.

b. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan dan

organisasi), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud

sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha

mencapai sasaran, haluan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat dilihat

bahwa kebijakan mempunyai banyak arti, terkandung pula mengenai

kebijaksanaan. Kebijaksanaan lebih sering dipergunakan dalam kaitannya

dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah.

25 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Yogyakarta: UII Press, hal.39

35

Page 36: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Prajudi Atmosudirjo memberikan penjelasan bahwa

kebijaksanaan adalah dasar, atau garis pedoman untuk pelaksanaan dan

pengambilan keputusan.26

Kebijaksanaan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan

yang harus dijadikan pedoman, pegangan, atau petunjuk bagi setiap usaha

dan kegiatan aparatur pemerintah, sehingga tercapai kelancaran dan

keterpaduan dalam upaya mencapai tujuan27.

E. Teori Pengawasan

Pemakaian pengertian pengawasan lebih sering dipergunakan

dalam hubungannya dengan manajemen, oleh karena itu secara

terminologis, istilah pengawasan disebut juga dengan istilah controlling,

evaluating, appraising, correcting.

Robert J. Mockler memberikan pengertian, bahwa pengawasan

adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan

dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi maupun

umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-

penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk

26 Prajudi Atmosudirjo,Op. cit, hal.8227 Lembaga Administrasi RI, Sistem Administrasi Negara RI, Jakarta: Toko

Gunung Agung, 1997, hal.2

36

Page 37: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

menjamin bahwa semua sumber daya yang dipergunakan dengan cara

paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.28

Keberhasilan dalam perwujudan manajemen atau administrasi

harus ada penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan secara baik.

Keberhasilan tersebut tidak bisa terlaksana apabila tidak adanya

pengawasan, untuk itulah fungsi pengawasan perlu dilaksanakan sedini

mungkin, agar diperoleh umpan balik (feed back) untuk melakukan

perbaikan apabila terjadi kekeliruan atau penyimpangan, sebelum terjadi

hal yang lebih buruk dan sulit diperbaiki.

1. Pengawasan Intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh

aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus

dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan tetapi, dalam praktek hal ini

tidak selalu mungkin. Oleh karena itu, setiap pimpinan unit dalam

organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan

mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang

tugasnya masing-masing. Pengawasan sebagai fungsi organik, built-in

pada setiap pimpinan; mereka harus mengawasi unit khusus yang

membantu dan atas nama pucuk pimpinan melakukan pengawasan

28 Robert J. Mockler, The Management Control Process, Dalam T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1991, hal.360.

37

Page 38: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

terhadap keseluruhan aparat dalam organisasi itu, seperti oleh Inspektorat

Jenderal dalam Departemen.29

2. Pengawasan Ekstern

Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh

aparat dari luar organisasi sendiri, seperti pengawasan dibidang keuangan

oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur

Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap

departemen dan instansi pemerintah lain. Ditinjau dari segi keseluruhan

organisasi aparatur pemerintah (lembaga eksekutif).30

3. Pengawasan Pemerintah Setelah Sertifikasi

Pengawasan merupakan bagian yang penting untuk mengetahui

penggunaan dana operasional rutin dan pembangunan dalam pengertian

apakah penggunaannya telah sesuai dengan rencana pelayanan

administrasi kepegawaian, disamping pengawasan teknis kepegawaian

merupakan salah satu kegiatannya.31 Sedangkan Cleland et all dalam

bukunya Tayibnapis Burharudin yang berjudul Administrasi

Kepegawaian Suatu Tinjauan Analitik memberikan batasan sederhana

29 Victor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintahan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998, hal.28

30 Ibid, hal.2931 Tayibnapis Burhanudin, Administrasi Kepegawaian Suatu Tinjauan

Analitik, Jakarta:PT. Pradnya Paramita, 1995, hal.298

38

Page 39: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

tentang pengawasan, yaitu kegiatan manajerial yang memberitahukan

tentang perkembangan pelaksanaan rencana. Kegiatannya meliputi

penetapan standar yang dipergunakan dalam pengawasan, pemeriksaan

dan pemantauan terhadap pelaksanaan rencana, memperbandingkan hasil

pemantauan terhadap standar, apabila ditemukan adanya penyimpangan

terhadap rencana maka segera diadakan koreksi.

Perkembangan setelah adanya sertifikasi, Dinas Pendidikan

Nasional harus menerapkan standar kompetensi guru yang berhubungan

dengan:

a. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran dan

wawasan kependidikan.

b. Komponen kompetensi Akademik/Vokasional sesuai

materi pembelajaran.

c. Pengembangan Profesi.

Komponen-komponen standar kompetensi guru ini mewadahi

kompetensi profesional, personal dan sosial yang harus dimiliki oleh guru

dan dosen. Pengembangan standar kompetensi guru diarahkan pada

peningkatan kualitas dan pola pembinaan yang terstruktur serta

sistematis.

39

Page 40: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan yang

menggunakan konsepsi legis positivis. Berdasarkan konsepsi ini, hukum

dipandang identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan

diundangkan oleh lembaga atau pejabat berwenang dan melihat hukum

sebagai suatu sistem normatif yang mandiri, bersifat tertutup dan terlepas

dari kehidupan masyarakat yang nyata.32

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

spesifikasi penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif oleh

Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum

dijelaskan, sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan

untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan

atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek

32 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1985, hal. 14

40

Page 41: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku

umum.33

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Nasional

Kabupaten Banyumas.

D. Sumber Data

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang

bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur

maupun surat-surat resmi yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti. Menurut Soerjono dan Sri Mamudji, data sekunder terdiri dari

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.34

Data sekunder meliputi:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat berupa

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini

menggunakan bahan hukum primer berupa:

1. Undang-Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen.

33 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hal. 10

34 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.cit, hal. 13.

41

Page 42: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

2. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian.

3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun

2008 tentang Guru.

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan

Khusus Guru dan Dosen serta Tunjangan Kehormatan Profesor.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran Tunjangan Profesi

Bagi Guru.

10.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru

Dan Pengawas Satuan.

42

Page 43: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, meliputi hasil-hasil penelitian,

hasil karya dari kalangan hukum, buku-buku literatur, karya

ilmiah dari para sarjana, dan dokumen resmi yang berkaitan

dengan pokok permasalahan yang diteliti.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

meliputi kamus, ensiklopedia dan seterusnya yang berkaitan

dengan pokok permasalahan yang diteliti.

E. Metode Pengumpulan Data

Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan cara studi pustaka yaitu

mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan

perundang-undangan, literatur dan dokumen yang ada relevansinya

dengan permasalahan yang diteliti yang dilakukan di Dinas Pendidikan

Kabupaten Banyumas dan Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

F. Metode Penyajian Data

Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini akan

disajikan dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan

43

Page 44: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

rasional. Dalam arti keseluruhan bahan hukum yang diperoleh akan

dihubungkan satu sama lain disesuaikan dengan pokok permasalahan

yang diteliti, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh didasarkan

pada norma hukum atau kaidah-kaidah hukum serta doktrin hukum yang

relevan dengan pokok permasalahan.

G. Metode Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

metode normatif kualitatif.

Data yang diperoleh dianalisa secara normatif kualitatif, yaitu dengan menjabarkan data yang diperoleh berdasarkan norma-norma hukum atau kaidah yang relevan dengan pokok permasalahan. Kualitatif dimaksudkan analisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan informasi-informasi dari responden.35

35 Soerjono Soekanto, Op.cit, hal. 250

44

Page 45: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Data Sekunder

1. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer yang digunakan dalam hasil penelitian ini adalah:

a. Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen

Pasal 1 ayat (1): Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang

berbentuk Republik.

Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak.

Pasal 31:

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem

pendidikan nasional yang diatur dalam dalam undang-undang.

(3) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya.

b. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian:

45

Page 46: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Pasal 1 angka (1): Pegawai Negeri adalah setiap Warga Negara

Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara

lainnya dan di gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 4: Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,

UUD 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 5: Setiap Pegawai Negeri wajib mentati segala peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan

yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab.

Pasal 6:

(1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.

(2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada

dan atas peintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang.

Pasal 7:

(1)Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak

sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya.

(2)Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu

produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.

46

Page 47: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

(3)Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud ayat

(1) ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.

Pasal 8: Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.

Pasal 9:

(1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam

dan karena menjalankan tugas dan kewajibanya berhak memperoleh

perawatan.

(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat

rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang

mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga,

berhak memperoleh uang duka.

(3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh

uang duka.

Pasal 10: Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan berhak atas pensiun.

c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 1 angka (1): Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008

tentang Guru.

47

Page 48: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Pasal 4 ayat (1): Guru mengatur Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh

melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga

kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh

pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah.

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009

tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru

dan Dosen serta Tunjangan Kehormatan Profesor Pasal 3 (1), (2), Pasal

4.

Pasal 3 Ayat (1): Guru dan Dosen yang telah memiliki sertifikat

pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan diberi tunjangan profesi setiap bulan.

Ayat (2): Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan kepada guru dan dosen pegawai negeri sipil dan bukan

pegawai negeri sipil.

Pasal 4 : Tunjangan profesi bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil

yang menduduki jabatan fungsional guru dan dosen diberikan sebesar 1

(satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 36 Tahun 2007

tentang Penyaluran Tunjangan Profesi Bagi Guru Pasal 3 ayat (1):

Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) adalah

48

Page 49: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil (PNS) pada

tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.

g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39

Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas

Satuan Pendidikan Pasal 4 ayat (1), (2), (3), (4).

Pasal 4 ayat (1): Beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan

pengawas satuan pendidikan, adalah melakukan tugas pembimbingan

dan pelatihan profesional guru dan pengawasan.

Pasal 4 ayat (2): Pembimbingan dan pelatihan profesional guru

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan

tugas pokok untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses

pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan

lainnya, yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga

laboratorium, tenaga perpustakaan, baik pada satuan pendidikan maupun

melalui Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata

Pelajaran/Musyawarah Kerja Kepala Sekolah atau bentuk lain yang

dapat meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya;

b. Menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk

merencanakan, melaksanakan menilai proses pembelajaran/

pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya yaitu tenaga

49

Page 50: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, dan tenaga

perpustakaan pada satuan pendidikan.

Pasal 4 ayat (3): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Mengawasi, memantau, mengolah, dan melaporkan hasil pelaksanaan

8 (delapan) standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan;

b. Membimbing satuan pendidikan untuk meningkatkan atau

mempertahankan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.

Pasal 4 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan untuk daerah khusus

atau paling sedikit 10 (sepuluh) sekolah/madrasah binaan untuk daerah

yang bukan daerah khusus.

2. Bahan Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini Bahan Hukum Sekunder diperoleh melalui data-data

Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, yaitu sebagai berikut:

a. Kondisi Umum Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah

propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan

berbatasan dengan beberapa wilayah Kabupaten, yaitu:

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang

50

Page 51: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan

Kebumen

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau

setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan &

pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah

Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian daratan tinggi untuk

pemukiman & pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan

dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi &

kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat

pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut

sekitar 3.400M & masih aktif.

b. Gambaran Umum Pendidikan di Kabupaten Banyumas

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Banyumas adalah mengenai kualitas pendidikan yang masih rendah dan

belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut

terutama disebabkan oleh:

a. Ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas

maupun kualitas.

b. Kesejahteraan pendidik yang masih rendah.

c. Fasilitas belajar belum mencukupi.

51

Page 52: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

d. Biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai.

Hasil pendataan pendidikan yang dilakukan Dinas Pendidikan

Kabupaten Banyumas tahun 2007/2008 menunjukkan bahwa rasio guru:

murid untuk SD adalah 19,31 dan MI adalah 15,37, sedangkan untuk SMP

dan MTs masing-masing 19,04 dan 14,68. Pada jenjang SMA rasio guru:

murid untuk SMA adalah 14,31, MA adalah 10,63 dan SMK adalah 17,39.

Belum semua pendidik memiliki kualifikasi pendidikan seperti yang

disyaratkan, proporsi guru SD yang berpendidikan S-1 keatas adalah

26,31% dan proporsi guru SMP yang berpendidikan S-1 keatas sebesar

74,85% dan proporsi guru SMA yang berpendidikan S-1 keatas sebesar

77,80%, proporsi guru SMK yang berpendidikan S-1 keatas sebesar

84,47%. Kondisi tersebut belum mencukupi untuk menyediakan pelayanan

pendidikan yang berkualitas. Disamping itu kesejahteraan pendidik baik

secara finansial dinilai masih rendah. Hal tersebut berdampak pada kinerja

guru sebagai pendidik.

c. Sertifikasi Guru

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang

Guru

Pasal 65 huruf b dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, sertifikasi

bagi guru dalam jabatan untuk memperoleh sertifikat pendidik

dilaksanakan melalui pola:

52

Page 53: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

a. Uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio

b. Pemberian sertifikat pendidik secara langsung

Penilaian portofolio dilakukan melalui penilaian terhadap kumpulan

dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian

portofolio mencakup:

a. Kualifikasi akademik

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Pengalaman mengajar

d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

e. Penilaian dari atasan dan pengawas

f. Prestasi akademik

g. Karya pengembangan profesi

h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial

j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Pemberian sertifikat pendidik secara langsung dilakukan melalui

verifikasi dokumen.

Penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara

langsung kepada peserta sertifikasi guru dilakukan oleh Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara sertifikasi guru

dalam bentuk Rayon yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra

dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).

53

Page 54: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

d. Peran dan Tugas Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penyelenggaraan

Sertifikasi Guru

d.1 Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Menteri Pendidikan Nasional menetapkan Peraturan dan

Ketentuan tentang Sertifikasi Guru, antara lain sebagai berikut:

a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Sertifikasi Guru dalam

Jabatan Melalui Penilaian Portofolio.

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Sertifikasi Guru

Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan.

c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penetapan Perguruan

Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pembentukan

Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).

e. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penetapan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Penyelenggara Pendidikan

Profesi bagi Guru Dalam Jabatan.

f. Kuota sertifikasi guru dalam jabatan secara nasional.

g. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio.

h. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Panduan Penyusunan

Portofolio.

54

Page 55: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

i. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio untuk Guru.

j. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Rambu-rambu

Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

d.2 Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG)

Konsorsium Sertifikasi Guru diatur dalam Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 056/P/2007. Konsorsium melakukan hal-

hal sebagai berikut:

a. Merumuskan standar proses dan hasil sertifikasi guru.

b. Melaksanakan harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan sertifikasi guru.

c. Melakukan koordinasi antar LPTK Penyelenggara, LPTK dengan

Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

d. Mengumpulkan, mengolah dan mempublikasikan informasi sertifikasi

guru.

e. Mengelola sistem registrasi guru yang bersertifikat.

f. Mengembangkan dan mengelola sistem informasi sertifikasi guru.

g. Menampung, menganalisis, dan menindaklanjuti masukan masyarakat.

h. Merancang rayonisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) penyelenggara sertifikasi guru.

i. Melaksanakan penjaminan mutu penyelenggaraan sertifikasi guru.

55

Page 56: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

d.3 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) melakukan

hal-hal sebagai berikut:

a. Mengembangkan naskah akademik sistem sertifikasi guru.

b. Melaksanakan seleksi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) penyelenggara sertifikasi guru dan pendidikan profesi.

c. Menyusun naskah akademik Konsorsium Sertifikasi Guru.

d. Mengembangkan sistem dan mekanisme sertifikasi guru.

e. Mengembangkan pedoman sertifikasi guru dalam jabatan melalui

penilaian portofolio.

f. Mengembangkan panduan penyusunan portofolio.

g. Mengembangkan rambu-rambu pelaksanaan Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru (PLPG).

h. Mengembangkan instrumen lain yang terkait dengan sertifikasi guru.

i. Menetapkan kabupaten/kota yang menjadi wilayah rayon Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

d.4 Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (Ditjen PMPTK)

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (Ditjen PMPTK) melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem dan mekanisme sertifikasi guru.

56

Page 57: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

b. Mengidentifikasikan dan mengolah data untuk menetapkan kuota

peserta sertifikasi guru di setiap provinsi dan kabupaten/kota.

c. Memberi Nomor Registrasi Guru yang telah mendapat Sertifikat

Pendidik untuk ditetapkan sebagai penerima tunjangan profesi.

d. Mengolah dan menganalisis data sertifikasi guru.

e. Menyusun panduan penyaluran dan pelaksanaan sertifikasi guru.

d.5 Dinas Pendidikan Provinsi

Dinas Pendidikan Provinsi melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membentuk Panitia Sertifikasi Guru (PSG) tingkat provinsi.

b. Bersama Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menghitung dan

menetapkan kuota peserta sertifikasi Kabupaten/Kota.

c. Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan sertifikasi guru di

wilayahnya.

d. Memproses dan menyalurkan tunjangan profesi bagi guru yang telah

lulus sertifikasi.

d.6 Dinas Pendidikan Kabupaten/kota

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bertugas sebagai:

a. Membentuk Panitia Sertifikasi Guru Tingkat Kabupaten/Kota.

b. Memproses tunjangan profesi guru yang telah lulus sertifikasi

d.7 Rayon Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

Rayon Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terdiri

atas LPTK Induk dan LPTK Mitra dalam satu rayon membentuk Panitia

57

Page 58: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Sertifikasi Guru (PSG). Pembentukan LPTK Induk dan LPTK Mitra

didasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor

057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara

Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Sedangkan pembentukan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan berdasarkan pada Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 122/2007 tentang Penetapan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Penyelenggara Pendidikan

Profesi Bagi Guru Dalam Jabatan. Tugas dari Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan penilaian portofolio.

b. Menerima dokumen portofolio dari dinas pendidikan kabupaten/kota.

c. Mengadministrasikan dokumen portofolio untuk dinilai oleh 2 (dua)

asesor.

d. Menetapkan hasil penilaian portofolio.

e. Memberikan Sertifikat Pendidik bagi guru yang telah lulus sertifikasi.

Sertifikasi ditandatangani oleh Rektor LPTK Ketua Rayon.

f. Melaporkan hasil sertifikasi kepada Ditjen Dikti, Ditjen PMPTK,

KSG, dengan tembusan Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota.

58

Page 59: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

e. Guru PNS Yang Lulus Sertifikasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Banyumas guru yang sudah lulus sertifikasi di Kabupaten Banyumas

adalah berjumlah 3.975 orang.

Tabel e.1 Rekapitulasi Keadaan (Guru PNS) Yang Sudah Lulus

Sertifikasi Pada Tahun 2010 di Kabupaten Banyumas (Dalam Lampiran).

Penjelasan mengenai keadaan (Guru PNS) yang sudah lulus

Sertifikasi kuota tahun 2006-2009 Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas

adalah:

a. Jumlah keseluruhan peserta sertifikasi sesuai ketentuan tahun

yang disebutkan diatas dari guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB

dan Pengawas adalah 4.057 orang.

b. Jumlah peserta yang lulus sertifikasi lewat jalur pendidikan dan

tambahan lulus kuota tahun 2008 adalah 4.033 orang.

c. Dan keadaan saat ini jumahnya menjadi 3.975 orang, yang sudah

termasuk pengurangan karena pensiun dan meninggal dunia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Banyumas, maka guru yang telah lulus sertifikasi adalah seperti yang telah

disebutkan dalam tabel diatas maka guru yang telah mengikuti sertifikasi

berhak dan wajib mengikuti prosedur sesuai yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

59

Page 60: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

3. Bahan Tertier

Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fasilitas Pelayanan Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten

Banyumas.

Fasilitas pelayanan pendidikan yang tersedia di Kabupaten

Banyumas, belum tersedia secara merata. Keadaan fasilitas

pendidikan terutama dilihat dari jumlah sekolah yang ada

menunjukkan bahwa rata-rata tiap kelurahan atau desa di

Kabupaten Banyumas mempunyai 3-4 SD/MI dengan jumlah SD

keseluruhan 835 sekolah dan MI 171 madrasah sedangkan SLB

hanya terdapat di dua kecamatan. Jumlah SMP dan MTs secara

berurutan 2002 sekolah meliputi SMP Negeri/Swasta 135 sekolah,

SMP Terbuka 17 sekolah dan SMP Satu Atap 8 sekolah serta 42

madrasah dengan rata-rata setiap kecamatan 7-8 SMP/MTs.

Jumlah Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari SMA, MA dan

SMK masing-masing 32 sekolah, 14 madrasah, dan 57 sekolah

dengan rata-rata setiap kecamatan mempunyai 1-2 unit SMA/MA

dan 2-3 unit SMK. Fasilitas pelayanan pendidikan di daerah

pedesaan, yang masih terbatas menyebabkan sulitnya anak-anak

untuk mendapatkan akses layanan pendidikan. Selain itu fasilitas

dan layanan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus

(kelainan fisik, emosional, mental, sosial), dan memiliki potensi

60

Page 61: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

kecerdasan dan bakat istimewa yang juga belum tersedia secara

memadai. Distribusi sekolah untuk tiap jenjang pendidikan di

wilayah kota dan desa terutama untuk tingkat SD dan SMP cukup

merata, sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah

(SMA/SMK/MA) di wilayah pedesaan masih timpang. Oleh

karena itu diperlukan penambahan jumlah sekolah menengah di

wilayah pedesaan atau memperbesar kesempatan belajar bagi

masyarakat desa untuk menikmati layanan pendidikan pada

jenjang SMA/SMK/MA.

b. Kualitas Semua Pendidik Memiliki Kualifikasi Pendidikan Seperti

Yang Disyaratkan.

Belum semua pendidik memiliki kualifikasi pendidikan seperti

yang disyaratkan. Proporsi guru SD yang berpendidikan S-1

keatas adalah 26,31% dan proporsi guru SMP yang berpendidikan

S-1 keatas sebesar 74,85% dan proporsi guru SMA yang

berpendidikan S-1 keatas sebesar 77,80% proporsi guru SMK

yang berpendidikan S-1 keatas sebesar 84,47%. Kondisi tersebut

belum mencukupi untuk menyediakan pelayanan pendidikan yang

berkualitas. Disamping itu kesejahteraan pendidik baik secara

financial maupun non financial dinilai masih rendah. Hal tersebut

berdampak pada kinerja guru sebagai pendidik.

61

Page 62: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

c. Manajemen Pendidikan di Kabupaten Banyumas.

Manajemen pendidikannya belum berjalan secara efektif dan

efisien. Dengan dilaksanakannya desentralisasi pendidikan,

pemerintah Kabupaten Banyumas memiliki kewenangan yang

lebih luas dalam membangun pendidikan dimasing-masing

wilayah, mulai dari penyusunan rencana, penentuan prioritas

program serta mobilisasi seumberdaya untuk merealisasikan

rencana yang telah dirumuskan. Sejalan dengan itu, otonomi

pendidikan telah dilaksanakan melalui penerapan manajemen

berbasis sekolah dengan memberikan wewenang yang lebih luas

pada satuan pendidikan untuk mengelola sumberdaya yang

dimiliki termasuk mengalokasikan anggaran sesuai dengan

prioritas kebutuhan. Dengan pelaksanaan desentralisasi dan

otonomi pendidikan diharapkan daerah dan satuan pendidikan

lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Namun demikian

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan belum

sepenuhnya dapat dilaksanakan karena belum mantapnya

pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing tingkat

pemerintahan termasuk kontribusinya dalam penyediaan anggaran

pendidikan, serta belum terlaksananya standar pelayanan minimal

yang seharusnya ditetapkan oleh Kabupaten dengan acuan umum

dari pemerintah pusat dan propinsi. Disamping itu efektivitas

62

Page 63: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah masih

perlu dioptimalkan.36

d. Arti Tunjangan Profesi.

Tunjangan Profesi yaitu tunjangan yang diberikan kepada guru

dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah

memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.

e. Besarnya Tunjangan Profesi Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil.

Besarnya tunjangan profesi tersebut adalah setara dengan 1 (satu)

kali gaji pokok per bulan dipotong pajak penghasilan dengan tarif

15% bersifat final sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang perpajakan.

f. Perubahan Data Individu Penerima Tunjangan Profesi.

Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas melaporkan perubahan

data guru dan guru yang diangkat dalam masa jabatan pengawas

penerima tunjangan profesi setiap bulan berdasarkan laporan

bulanan dari kepala sekolah. Jika ditemukan perubahan data

individu guru/pengawas yang berakibat pada perubahan nilai gaji

pokok (bertambah atau berkurang), maka Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota melaporkan perubahan data guru/pengawas

tersebut ke Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan

36 Hasil Wawancara Dengan Bapak Fendy Rudianto Yang Mempunyai Jabatan Di Bidang Fungsional Umum Di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas.

63

Page 64: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Tenaga Kependidikan Kementerian Dinas Pendidikan Nasional up

Direktorat Profesi Pendidik melalui Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi

selambat-lambatnya bulan Oktober tahun berjalan. Pembayaran

tunjangan profesi dengan nilai yang baru dilaksanakan terhitung

sejak perubahan gaji pokok tersebut.37

B. Pembahasan

Penjelasan Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jabatan adalah

kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang

Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi negara.

Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah adalah Jabatan Karir.

Jabatan Karir adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya

dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Jabatan Karir dapat dibedakan dalam 2

(dua) jenis, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural

adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Jabatan fungsional

adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi

37 Hasil Wawancara Dengan Bapak Suratno Yang Mempunyai Jabatan di Bidang Ketenagaan di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas.

64

Page 65: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti peneliti, dokter,

pustakawan, guru, dan lain-lain yang serupa dengan itu.

Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan fungsional oleh pejabat

yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi

Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional diprogramkan untuk

mengikuti pendidikan fungsional atau pendidikan lain yang berlaku bagi Pegawai

Negeri pada umumnya.38

Guru termasuk dalam jabatan fungsional, oleh karena itu untuk

mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 43 Tahun 1999, maka Guru PNS perlu dibina dengan sebaik-

baiknya atas dasar sistem karir dan sistem prestasi kerja, dalam rangka pembinaan

karir dan peningkatan mutu profesionalisme. Dalam rangka peningkatan mutu

profesionalisme, maka guru harus memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi

akademik maupun kompetensi.

Program pemerintah dalam rangka peningkatan mutu profesionalisme

guru adalah melalui program sertifikasi. Program sertifikasi merupakan program

pemberian sertifikat bagi guru yang telah memenuhi sejumlah persyaratan menuju

guru profesional. Guru yang telah memperoleh sertifikat profesi akan

mendapatkan sejumlah hak yang antara lain berupa tunjangan profesi sebesar satu

kali gaji pokok guru tersebut.

38 Sastra Djatmika, Marsono, Op cit, hal. 89.

65

Page 66: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Setelah adanya program sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah, dan

telah berjalan dengan baik walaupun terkadang masih ada kekurangannya, langkah

selanjutnya adalah adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.

Pengawasan pemerintah tersebut dilakukan melalui masing-masing sekolah

(tingkat paling bawah) sampai Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas (tingkat

Kabupaten). Itu dilakukan oleh semua Dinas Pendidikan diseluruh Indonesia.

1. Pengawasan Pemerintah Terhadap Guru Pegawai Negeri Sipil Setelah

Adanya Sertifikasi Di Kabupaten Banyumas

Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang

diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah

controlling lebih luas artinya daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli

atau sarjana telah disamakan pengertian “controlling” ini dengan pengawasan. Jadi

pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata

“kendali”, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki,

kegiatan, yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Kenyataan

dalam praktek sehari-hari bahwa istilah controlling itu sama dengan istilah

pengawasan dan istilah pengawasan ini pun telah mengandung pengertian luas,

yaitu tidak hanya sifat melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil

kegiatan mengawasi tadi tetapi juga mengandung pengendalian, dalam arti

menggerakkan, memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang

sesuai dengan apa yang direncanakan.

66

Page 67: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan

pekerjaan dan tugas pemerintahan, pengawasan diadakan dengan maksud untuk:

a. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak;

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan

mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan

yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru;

c. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam

rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah

direncanakan;

d. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat

pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak;

e. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan

dalam planning, yaitu standard.

Menurut Arifin Abdul Rachman maksud dari pengawasan adalah:

a. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan

instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

c. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-

kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan

perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta mencegah

pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.

67

Page 68: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah

tidak dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga

mendapat efisiensi yang lebih benar.39

Tujuan pengawasan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Agar terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa

yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang

berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi

masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud

pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat serta

bertanggung jawab.

b. Agar terselenggaranya tertib administrasi dilingkungan aparatur

pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.

Selanjutnya, pengawasan itu secara langsung juga bertujuan untuk:

a. Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana,

kebijaksanaan dan perintah;

b. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan;

c. Mencegah pemborosan, dan penyelewengan;

d. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau jasa

yang dihasilkan;

39 Victor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Op cit, hal. 23.

68

Page 69: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

e. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan

organisasi.

Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen tidak dapat dilepaskan

dari faktor manusia, karena yang melakukan pemantauan, pemeriksaan dan

evaluasi atau yang mengawasi dan yang diawasi adalah manusia. Manusia yang

merencanakan, manusia juga yang melaksanakan rencana tersebut dan akhirnya

manusia tersebut yang harus melakukan pengawasan, sehingga kegiatan-

kegiatannya merupakan suatu rangkaian atau proses. Disamping itu dalam proses

yang dilakukannya, khususnya dilingkungan aparatur pemerintah, berlaku

ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang dibuat untuk meningkatkan

efesiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan. Ketentuan-

ketentuan atau peraturan-peraturan itu adalah juga hasil karya manusia.

Selanjutnya yang harus melaksanakan atau taat pada ketentuan itu adalah manusia,

yang berpredikat sebagai pegawai negeri, baik dalam menyusun perencanaan dan

melaksanakannya maupun melaksanakan pengawasannya.

Pengawasan Pemerintah terhadap Guru Pegawai Negeri Sipil setelah

Sertifikasi tersebut menggunakan Pengawasan Intern, yang mempunyai arti bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada

dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri, tetapi didalam

praktek hal ini tidak selalu mungkin karena setiap pimpinan unit dalam organisasi

pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan

secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

69

Page 70: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Implementasi dari Pengawasan Intern tersebut yaitu dilakukannya

pengawasan oleh pemerintah. Yang dimaksud pemerintah dalam pengawasan

setelah adanya sertifikasi tersebut adalah Dinas Pendidikan. Pengawasan

pemerintah itu melalui masing-masing sekolah (tingkat paling bawah) sampai

Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas (tingkat Kabupaten). Alasan pengawasan

tersebut hanya sampai tingkat Kabupaten karena adanya otonomi daerah yang

mempunyai arti bahwa hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang seperti

itulah yang dilakukan oleh semua Dinas Pendidikan diseluruh Indonesia.

Hasil pengawasan tidak akan ada artinya tanpa tindak lanjut. Sehubungan

dengan itu, tindak lanjut dapat berupa dilakukannya kegiatan pembinaan dan

bimbingan dalam rangka memperbaiki kesalahan, kekeliruan dan penyimpangan.

Tindak lanjut itu bahkan tidak mustahil berupa penyampaian pujian dan

penghargaan terhadap pegawai yang berprestasi menonjol. Sedangkan tindak

lanjut lainnya terutama berkenaan dengan pemberian peringatan, sanksi dan

hukuman.40

Sehubungan dengan Sertifikasi yang dilakukan pemerintah terhadap guru

maka selanjutnya ada tindak lanjut dari pemerintah untuk melakukan pengawasan

terhadap guru Pegawai Negari Sipil tersebut. Sebelum pada tingkat pengawasan

terhadap guru maka dapat melihat pada ketentuan Pasal 42 ayat (1) Undang-

40 www.google.com, Sertifikasi Guru, diakses 20 Februari 2010.

70

Page 71: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menuntut guru

dan dosen wajib memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Pasal 8 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

mengatur mengenai kewajiban bagi seorang guru untuk memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Dengan demikian

terdapat persamaan pengertian antara Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu bahwa guru harus memiliki sertifikat pendidik

untuk mencapai pendidikan nasional.

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74

Tahun 2008 tentang Guru mengatur Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh

melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik

yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh

pemerintah.

Pasca Sertifikasi dilakukannya pembinaan terhadap guru yang

berlangsung secara berkesinambungan, karena prinsip mendasar karena guru harus

merupakan a learning person, belajar sepanjang hayat masih dikandung badan.

Sebagai guru profesional dan telah menyandang sertifikat pendidik, guru

71

Page 72: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

berkewajiban untuk terus mempertahankan profesionalitasnya sebagai guru.

Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continuous profesional

development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu Kelompok Kerja

Guru (KKG) untuk tingkat SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

untuk tingkat sekolah menengah. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk

menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru, tetapi dengan strategi

mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri.

Mengenai kewajiban Guru PNS yang telah bersertifikat tersebut lebih

lanjut diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam

Masa Jabatan yaitu sebagai berikut:

Pasal 6 ayat (1): Guru PNS yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang

telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen

Pendidikan Nasional, melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua

puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi

pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi

Umum terhitung mulai Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh

sertifikat pendidik.

Pasal 6 ayat (2): Guru PNS yang diangkat oleh Pemerintah yang telah

memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan

Nasional, melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh

empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik

72

Page 73: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung bulan

Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.

Pengawasan setelah sertifikasi sangat penting dilakukan terhadap guru,

karena agar dapat diketahui kinerja guru setelah sertifikasi. Pengawasan terhadap

guru dimulai dari tingkat terendah yaitu pengawas sekolah sampai paling tinggi di

kabupaten yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Mengenai tugas Pengawas diatur dalam Pasal 4 ayat (1), (2), (3) dan (4)

Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang

Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, yaitu sebagai

berikut:

Pasal 4 ayat (1): Beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan pengawas

satuan pendidikan, adalah melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan

profesional guru dan pengawasan.

Pasal 4 ayat (2): Pembimbingan dan pelatihan profesional guru

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

c. Membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan tugas

pokok untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses

pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya,

yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, tenaga

perpustakaan, baik pada satuan pendidikan maupun melalui Kelompok

Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Kerja Kepala

73

Page 74: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Sekolah atau bentuk lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan

tenaga kependidikan lainnya;

d. Menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk

merencanakan, melaksanakan menilai proses pembelajaran/

pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya yaitu tenaga

administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, dan tenaga

perpustakaan pada satuan pendidikan.

Pasal 4 ayat (3): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

c. Mengawasi, memantau, mengolah, dan melaporkan hasil pelaksanaan 8

(delapan) standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan;

d. Membimbing satuan pendidikan untuk meningkatkan atau

mempertahankan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.

Pasal 4 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling

sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan untuk daerah khusus atau paling sedikit

10 (sepuluh) sekolah/madrasah binaan untuk daerah yang bukan daerah khusus.

1.1 Kesejahteraan PNS Setelah Sertifikasi

Sesuai Pasal 32 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian bahwa untuk meningkatkan kegairahan kerja,

diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Yang

74

Page 75: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dimaksud usaha kesejahteraan adalah kompensasi yang pemberiannya

tidak tergantung dari jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Usaha

kesejahteraan tersebut meliputi program pensiun dan tabungan hari tua,

asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan putra

dan putri Pegawai Negeri Sipil.

Setelah sertifikasi dan telah resmi memperoleh sertifikat

pendidik, guru akan memperoleh haknya yaitu tunjangan profesi. Hak

tersebut tertuang dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen yaitu:

Ayat (1) menyatakan bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Ayat (2) menyatakan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.

Ayat (3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas,

tunjangan profesi yang diberikan kepada guru yang telah bersertifikat

berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang

75

Page 76: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

kemudian dialokasikan melalui Dana Alokasi Umum berdasarkan

ketentuan Pasal 1 ayat (21) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah

Daerah merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk menandai

kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.41

Selain tertuang dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, tunjangan profesi juga terdapat dalam

Pasal 3 Ayat (1) dan (2), Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan

Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan

Profesor. Serta dalam Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran

Tunjangan Profesi Bagi Guru.

Pasal-pasal yang menjelaskan mengenai Tunjangan Profesi

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan

Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta

Tunjangan Kehormatan Profesor yaitu:

41 Muhammad Fauzan, Op cit, hal. 257.

76

Page 77: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Pasal 3 Ayat (1): Guru dan Dosen yang telah memiliki sertifikat

pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan diberi tunjangan profesi setiap bulan.

Ayat (2): Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan kepada guru dan dosen pegawai negeri sipil dan bukan pegawai

negeri sipil.

Pasal 4 : Tunjangan profesi bagi guru dan dosen pegawai negeri

sipil yang menduduki jabatan fungsional guru dan dosen diberikan

sebesar 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Serta dalam Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran

Tunjangan Profesi Bagi Guru, yang berbunyi: Tunjangan profesi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) adalah setara dengan 1

(satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil (PNS) pada tingkat, masa

kerja, dan kualifikasi yang sama.

Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru

dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah memiliki

sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru dimaksud

adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang oleh pemerintah, pemerintah

daerah atau yayasan/masyarakat penyelenggara pendidikan baik yang

mengajar disekolah negari maupun sekolah swasta. Tunjangan profesi

77

Page 78: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dibayarkan paling banyak 12 bulan dalam satu tahun berdasarkan prinsip

prestasi. Tunjangan profesi diberikan kepada guru dan guru yang diangkat

dalam jabatan pengawas terhitung mulai awal tahun anggaran berikut

setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus sertifikasi dan memperoleh

Nomor Registrasi Guru. Tunjangan profesi melalui dana dekonsentrasi

diberikan kepada guru PNS Pendidikan Luar Biasa (PLB), guru yang

diangkat dalam jabatan pengawas yang satminkalnya di dinas pendidikan

provinsi dan guru bukan PNS.

Tunjangan profesi diberikan kepada guru dan guru yang diangkat

dalam jabatan pengawas yang telah mendapat Surat Keputusan Direktorat

Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan Nasional tentang Penetapan Penerima

Tunjangan Profesi dan melaksanakan tugas sesuai dengan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan

Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan yang berlaku sejak

30 Juli 2009.

Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru dan guru

yang diangkat dalam jabatan pengawas penerima tunjangan profesi

memenuhi salah satu atau beberapa keadaan sebagai berikut:

a. Meninggal dunia;

b. Mencapai batas usia pensiun (guru PNS dan bukan dengan

batas pensiun 60 tahun);

78

Page 79: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

c. Tidak bertugas lagi sebagai guru atau pengawas;

d. Tidak memenuhi kewajiban melaksanakan tugas 24 (dua

puluh empat) jam tatap muka per minggu;

e. Tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat

pendidik yang diperuntukannya;

f. Berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama

antara guru dan penyelenggara satuan pendidikan;

g. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sama; atau

h. Dengan alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah

ditetapkan sebagai penerima tunjangan profesi dapat dibatalkan dan wajib

mengembalikan tunjangan profesi yang telah diterima kepada negara

apabila:

a. Sertifikat pendidik yang bersangkutan dinyatakan tidak sah

atau batal,

b. Data yang diajukan sebagai persyaratan mendapat Tunjangan

Profesi tidak sah.

Apabila terdapat perubahan status atau kondisi guru penerima

tunjangan profesi yang mengakibatkan guru yang bersangkutan tidak lagi

memenuhi syarat sebagai penerima tunjangan profesi, maka penghentian

pembayaran tunjangan profesi dilakukan melalui proses sebagai berikut:

79

Page 80: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

a. Kepala sekolah menyampaikan laporan secara tertulis kepada

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,

b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota segera menyampaikan

laporan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan Nasional up Direktorat Profesi Pendidik dengan

tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi,

c. Berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional membuat

surat penetapan penghentian pembayaran tunjangan profesi

bagi guru yang bersangkutan dan menyampaikannya kepada

Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota,

d. Berdasarkan surat penetapan Direktorat Jenderal Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan Nasional tentang penghentian pembayaran

tunjangan profesi tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi

melakukan penghentian pembayaran tunjangan profesi bagi

guru yang bersangkutan pada bulan berikutnya.

Apabila ditemukan bukti-bukti bahwa sertifikat pendidik

penerima tunjangan profesi dinyatakan tidak sah atau batal, atau data

80

Page 81: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

yang diajukan oleh penerima tunjangan profesi sebagai berkas

persyaratan mendapat tunjangan profesi tidak sah, maka pembatalan

pembayaran tunjangan profesi bagi guru dan guru yang diangkat dalam

jabatan pengawas melalui proses sebagai berikut:

a. Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota segera menyampaikan laporan secara tertulis

kepada Ditjen PMPTK Kementerian Pendidikan Nasional up

Direktur Profesi Pendidik.

b. Berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Kementerian Dinas Pendidikan membuat surat

penetapan pembatalan pembayaran tunjangan profesi bagi

guru yang bersangkutan dan menyampaikannya kepada Dinas

Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kaupaten/Kota.

c. Berdasarkan surat penetapan Direktorat Jenderal Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Dinas

Pendidikan tantang pembatalan pembayaran tunjangan profesi

tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi melakukan penghentian

pembayaran tunjangan profesi bagi guru yang bersangkutan

pada bulan berikutnya.

81

Page 82: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

d. Guru yang bersangkutan wajib mengembalikan tunjangan

profesi yang telah diterima ke kas negara melalui Dinas

Pendidikan Provinsi.

Dalam rangka untuk mewujudkan penyaluran tunjangan profesi

transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat fungsional

internal dan eksternal. Pelaksanaan pengawasan terhadap

penyelenggaraan penyaluran tunjangan profesi ini sepenuhnya diserahkan

kepada lembaga fungsional yang berwenang.

Tunjangan profesi tersebut merupakan hak guru Pegawai Negeri

Sipil yang diberikan oleh pemerintah. Hak Guru Pegawai Negeri Sipil

setelah adanya Sertifikasi diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen. Dan menurut Pasal 16 Undang-undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa

pemerintah akan memberikan tunjangan profesi kepada guru yang

besarnya setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja,

dan kualifikasi yang sama, terkait dengan guru yang berstatus Pegawai

Negeri Sipil setelah lulus sertifikasi untuk mengajukan haknya harus

melewati prosedur yaitu:

a. Melengkapi persyaratan identitas.

b. Menyerahkan nomor rekening BRI karena tunjangan profesi

tersebut akan langsung diberikan melalui rekening.

c. Foto copy SK pangkat terakhir dan masa kerja.

82

Page 83: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

d. Surat pernyataan mengajar (jam/minggu).

1.2 Profesionalisme

Secara Gramatikal profesionalisme berasal dari kata profesional.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional mempunyai makna

yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus

untuk menjalankannya. Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku,

keahlian atau kualitas dan seseorang yang profesional.

Pemahaman akan profesionalisme itu sendiri masih belum jelas

dan belum ada standar penilaiannya. Dari pengertian tersebut dapat

diartikan bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional

dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan

intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara

langsung dapat diabadikan bagi orang lain. Faktor penting dalam hal ini

adalah intelektualitas yang didalamnya tercakup satu atau beberapa

keahlian kerja yang dianggap mampu menjamin proses pekerjaan dan

hasil kerja yang profesional, atau tercapainya nilai-nilai tertentu yang

dianggap ideal menurut pihak yang menikmatinya.

Adanya profesionalisme pasti tidak lepas dari profesi seseorang,

sedangkan arti dari profesi itu adalah pekerjaan dalam arti khusus yaitu

pekerjaan bidang tertentu yang mengutamakan kemampuan fisik dan

83

Page 84: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

intelektual, bersifat tetap, dengan tujuan memperoleh pendapatan. Dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Meliputi bidang tertentu saja (spesialisasi);b. Berdasarkan keahlian dan ketrampilan khusus;c. Bersifat tetap atau terus-menerus;d. Lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan

(pendapatan);e. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat;f. Terkelompok dalam suatu organisasi;42

Berdasarkan kriteria tersebut, profesi dapat dirumuskan sebagai

pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang

dilakukan sacara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh

penghasilan.

Salah satu bidang pekerjaan yang harus memiliki tanggung

jawab dan profesionalitas adalah guru. Setelah adanya sertifikasi, guru

diharapkan menjadi seorang guru yang profesional. Ada banyak persepsi

yang mucul sehubungan dengan arti profesionalisme guru. Salah satunya

adalah dengan kegiatan seminar, pembuatan makalah, penyusunan

portofolio sertifikasi, dan kenaikan pangkat.

Dalam kamus kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia,

karangan J.S. Badudu (2003) definisi profesionalisme adalah mutu,

kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri

orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti:

42 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 58

84

Page 85: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

bersifat profesi, memiliki keahlian dan ketrampilankarena pendidikan dan

latihan, memperoleh bayaran karena keahliannya itu. Dari definisi

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua

kriteria pokok yaitu keahlian dan pendapatan. Kedua hal itu merupakan

satu kesatuan yang saling berhubungan, artinya seseorang dapat dikatakan

memiliki profesionalisme jika memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu

keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan

yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu juga berlaku untuk

profesionalisme guru.

Sesuai pengertian tersebut maka pemerintah melakukan program

sertifikasi guru. Tujuan utama program sertifikasi adalah agar guru

mendapatkan tambahan penghasilan tetapi juga memiliki rekam jejak

(track record) yang handal dalam menjalankan profesinya sebagai guru

yang menandakan profesionalisme nya. Dengan itu maka guru yang telah

lulus sertifikasi dapat dikatakan guru yang profesional, karena telah

terbukti memiliki kompetensi yang layak dan telah mendapatkan

pendapatan yang layak pula.

Profesionalisme guru harus dibangun oleh dua pihak secara

bersama-sama yaitu antara guru sebagai pihak yang dituntut memiliki

keahlian dan pemerintah sebagai pihak yang dituntut untuk memberikan

penghasilan yang layak pada guru. Guru dan pemerintah harus

mempunyai kontribusi yang positif kearah perbaikan mutu pendidikan.

85

Page 86: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Bagi guru standar kompetensinya telah ditetapkan dalam Standar

Pendidikan Nasional yaitu:

a. Kompetensi kepribadian,

b. Profesional,

c. Kependidikan/akademik,

d. Sosial

Keempat butir kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan

utuh yang harus dimiliki oleh semua guru. Dibutuhkan oleh guru adalah

kemauan yang kuat untuk menjadikan profesi guru sebagai profesi yang

dihargai dan sejajar dengan profesi lainnya. Dalam hal ini, guru harus

mampu membuktikan bahwa profesinya layak untuk dihargai dan

dihormati.

Pemerintah telah mengutarakan program prioritas dibidang

pendidikan yang salah satunya adalah peningkatan kualifikasi dan

sertifikasi guru sebagai implementasi dari Undang-undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan demikian sebenarnya telah

ada arah yang jelas, baik bagi guru maupun pemerintah untuk memaknai

arti profesionalisme yang sesungguhnya. Dibutuhkan sekarang adalah

sejauh mana guru mau dan mampu memacu potensi dirinya sesuai standar

yang telah ditetapkan dan pemerintah dengan segala kebijakannya mau

dan mampu mewujudkan standar penghasilan yang layak bagi guru.

86

Page 87: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB I-IV.docx · Web viewIndonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

87