fermentasi ampas tahu dengan aspergillus niger untuk meningkatkan kualitas

Upload: vonnie

Post on 07-Jul-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    1/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    336 

    Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    Bahan Baku Pakan Ikan

    Dini Siswani Mulia1*

    , Miftakhul Mudah1, Heri Maryanto

    1, Cahyono Purbomartono

    1Program Studi Penddikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Muhammadiyah PurwokertoJl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 Tel. 0281-636751, Fax. 0281-637239,*E-mail: [email protected], [email protected] 

     ABSTRAK

     Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fermentasi ampas tahu dengan Aspergillus niger untuk

    meningkatkan kualitas bahan baku pakan ikan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan

     Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu P 0 = non fermentasi; P 1 = fermentasi dengan 2,5 ml

    inokulum A. niger; P 2 = fermentasi dengan 3,0 ml inokulum A. niger; P 3 = fermentasi dengan 3,5 ml inokulum

     A. niger, masing-masing untuk ampas tahu sebanyak 50 g. Parameter yang diamati yaitu uji proksimat (kadar

    air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar) dan parameter pendukung, yaitu uji

    organoleptik (warna, tekstur dan bau). Data berupa hasil uji proksimat dianalisis menggunakan Analisis of

    Variance (ANAVA) pada taraf uji 5%, dan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) padataraf uji 5%, sedangkan untuk data hasil organoleptik dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa fermentasi ampas tahu dengan A. niger dapat meningkatkan kualitas bahan baku pakanikan. Pada uji proksimat, penurunan kadar air terendah ditunjukkan pada perlakuan P3, peningkatan kadar

    abu tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P1, peningkatan kadar protein ditunjukkan pada perlakuan P1 dan

     P2, sedangkan penurunan serat kasar dan lemak kasar ditunjukkan pada perlakuan P3. Perlakuan P1 adalah

     perlakuan yang paling efektif karena menghasilkan protein yang tinggi dengan menggunakan inokulum yang

     paling rendah, dengan kadar protein 27, 00 % dibandingkan non fermentasi sebesar 14,93 %.

     Kata Kunci: ampas tahu, Aspergillus niger, fermentasi, uji organoleptik, uji proksimat  

    PENDAHULUAN

    Berbudidaya ikan, khususnya ikan air tawar merupakan salah satu kegiatan yang prospektif,menjanjikan keuntungan cukup besar apabila mampu mengelolanya dengan baik. Namun, beberapa

     permasalahan sering muncul dalam berbudidaya, dan hal ini patut diwaspadai oleh para petani ikan. Selainfaktor penyakit, faktor pengadaaan pakan ikan juga dapat menjadi kendala. Hal ini dikarenakan dalam budidayaintensif, diperlukan alokasi biaya mencapai sekitar 60-70 % dari keseluruhan biaya produksi (Erfanto et al.,2013).  Di sisi lain, harga ikan cukup tinggi dan cenderung mengalami kenaikan, sementara harga penjualanikan relatif stabil. Delapan puluh persen bahan pakan yang digunakan untuk menyusun pakan ikan adalah

     berasal dari impor yang mengakibatkan harga pakan menjadi mahal (Melati et al., 2010). 

    Selain ketersediaan pakan ikan dalam jumlah cukup, faktor penting lainnya adalah ketersediaan pakandengan nilai gizi yang baik  (Lestari, 2001) sehingga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi ikan yang mendukungdalam pertumbuhannya. Pakan buatan adalah pakan yang diformulasikan sendiri dari beberapa macam bahan,kemudian diolah menjadi bentuk khusus sebagaimana yang dikehendaki (Mudjiman, 2004).  Pakan buatan

    disusun menurut kebutuhan ikan, oleh karena itu formulasi dan bentuk pakan disesuaikan dengan kebutuhanmasing-masing jenis dan tingkat pertumbuhan serta perkembangan ikan. Penyusunan formulasi pakan ikan perlumemperhatikan nilai kandungan protein dan kandungan nutrisi lainnya. Kandungan nutrisi yang diperlukan ikan

     pada umumnya terdiri dari lima kelompok, yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin (Agustono etal ., 2007).  Pakan buatan merupakan pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian besar ataukeseluruhan pakan alami. Salah satu bahan baku yang potensial untuk dijadikan bahan baku pakan ikan adalahampas tahu (Kalsum & Sjofjan, 2008). 

    Ampas tahu merupakan hasil sampingan dari proses pembuatan tahu. Industri pengolahan tahu banyakterdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, karena tahu termasuk bahan makanan yang digemarimasyarakat. Ampas tahu adalah bahan sisa dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas pada saat

     pembuatan tahu. Ampas ini memiliki sifat yang cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera ditanganidengan cepat. Ampas tahu akan mulai menimbulkan bau yang tidak sedap, 12 jam setelah dihasilkan (Suprapti,2005).

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    2/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    337 

    Ampas tahu masih layak dijadikan bahan pangan karena masih mengandung protein sekitar 5%(Nugraheni, 2007).  Untuk meningkatkan kualitas ampas tahu, dapat dilakukan proses fermentasi. Secarasederhana fermentasi dapat diartikan sebagai peningkatan nilai tambah suatu bahan melalui bantuan mikrobayaitu jamur, ragi atau bakteri. Contohnya, perubahan kacang kedelai menjadi tempe karena aktivitas ragi tempe(Bintartih, 2009). Fermentasi merupakan proses perombakan struktur secara fisik, kimia, dan biologi sehingga

     bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien ( Nistaet

    al ., 2007).  Pada fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, di antaranya dapat mengawetkan,menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna, menghilangkan daya racun yang terdapat

     pada bahan mentahannya dan menghasilkan warna yang diinginkan (Lestari, 2001).Fermentasi ampas tahumenghasilkan bahan pakan sumber protein kasar yang cukup tinggi berdasarkan bahan kering, yaitu 28,36% dankandungan nutrien lainnya adalah lemak 5,52% serat kasar 17,06 dan BETN 45,44% (Nuraini et al., 2007). 

    Salah satu mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi adalah  Aspergillus.  Aspergillusniger merupakan salah satu spesies  Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidakmembahayakan (Gras, 2008 dalam  Maryanty, 2010).   Aspergillus  merupakan mikroorganisme yangmenghasilkan enzim hidrolitik seperti amilase, pektinase, protease, dan lipase yang dapat menyebabkan kapangdapat tumbuh pada makanan yang mengandung pati, pektin, protein, dan lipid (Fardiaz, 1992). Enzim yangdapat dihasilkan oleh  A. niger di antaranya adalah lipase , acid protease, xilanase, dan  cellulase. (Maryanty etal.,  2010).   A. niger dapat menghasilkan enzim-enzim yang dapat membantu pencernaan seperti selulase,

    amilase, protease, fitase, dan mananase yang dapat membantu mencerna makanan ternak (Erika, 2010).  Dengandemikian maka  A. niger   merupakan organisme proteolitik yang dapat mendegradasi serat kasar danmenghasilkan enzim protease.

    Pemanfaatan mikroba  A. niger  dalam proses fermentasi limbah sawit (bungkil inti dan lumpur sawit)mampu meningkatkan kadar protein dari 15,40% menjadi 23,40%, dan meningkatkan daya cerna bahan jikadimanfaatkan oleh ternak unggas (Mirwandono & Siregar, 2004).  Pemanfaatan ampas tahu terfermentasisebagai substitusi tepung kedelai dalam formulasi pakan ikan yang menggunakan  A. niger   menunjukkanterjadinya kenaikan protein yang cukup signifikan dari 15,40 menjadi 35,36% yang diduga kenaikan proteintersebut disebabkan kenaikan jumlah massa A. niger (Melati et al., 2010). 

    TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fermentasi ampas tahu dengan  Aspergillus niger untukmeningkatkan kualitas bahan baku pakan ikan.

    METODE PENELITIAN 

    Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Ampas tahu yang digunakan adalah 50 g, dengan penambahan inokulum sebagai berikut sebagai perlakuan, antara lain : P0  : non fermentasi, P1 : inokulum 2,5 ml, P2 : inokulum 3,0 ml P3 :inokulum 3,5 ml.

    1.  Prosedur Penelitian

    a.  Peremajaan Biakan Murni A. niger

    Biakan murni A.niger  diambil dari stok culture dengan menggunakan jarum ose, kemudian dipindah kedalam tabung reaksi yang berisi medium PDA miring secara aseptis dan diinkubasi pada suhu ruang.

    b. Pembuatan Inokulum

     A.niger   pada medium PDA miring umur 524 jam ditambahkan 40 ml aquades steril kemudiandikerok sampai semua spora kapang lepas dan divortek sehingga diperoleh suspensi. Suspensi digunakan untuk

     proses fermentasi medium ampas tahu, dan untuk penghitungan jumlah spora kapang menggunakan metodeTPC. Untuk keperluan perhitungan tersebut dilakukan pengenceran suspensi kapang dari 10 -1 sampai dengan107.

    c. Menghitung kepadatan A.niger

    Kepadatan  A.niger dapat dihitung dengan cara pengenceran. Sebanyak 1 ml kultur diencerkan dalam

     beberapa kali tingkat pengenceran (7 kali). Pengenceran dilakukan dengan menggunakan aquadest steril 9 ml.Sebanyak 1 ml dari pengenceran 10-5 sampai 10-7 dituangkan pada cawan petri steril. Selanjutnya, ditambahkan

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    3/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    338 

    medium PDA ke dalam cawan petri dan diinkubasi selama 48 jam kemudian dilakukan perhitungan jumlahkoloni dengan menggunakan metode TPC.

    d.Fermentasi Ampas Tahu

    Media fermentasi dibuat dengan menyiapkan ampas tahu ( 600 g), dicuci menggunakan air bersih,

    kemudian ampas tahu ditiriskan atau diperas sampai kadar airnya berkurang dan diremas agar tidakmenggumpal, mengukus ampas tahu selama 30 menit, mendinginkan sampai suhu 35℃ dan mempunyai pH 6.Setiap 50 g dari ampas tahu dimasukan ke dalam cawan petri, kemudian diinokulasi dengan kapang  A.niger  sesuai perlakuan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 2-3 hari.

    2.Parameter yang Diamati

    Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi kandungan senyawa kimia yang terdapat padaampas tahu sebelum difermentasi dan sesudah difermentasi melalui uji proksimat (uji kadar air, uji kadar abu,uji protein kasar, uji lemak kasar, dan uji serat kasar) dan parameter pendukung, yaitu uji organoleptik (warna,tekstur, dan bau). 

    3.Analisis Data

    Data berupa hasil uji proksimat dianalisis menggunakan  Analisis of Variance (ANAVA) pada taraf uji

    5%, dan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test  (DMRT) pada taraf uji 5%. Data hasil organoleptikdianalisis secara deskriptif kualitatif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Uji proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada ampas tahu nonfermentasi dan fermentasi. Kandungan gizi yang diuji dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar

     protein kasar, kadar lemak kasar, dan kadar serat kasar.

    1.Kadar Air

    Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Kandungan air dalam makanan ikut menentukan acceptability,kesegaran, dan daya tahan bahan tersebut terhadap serangan mikroba. Kadar air yang tinggi akan mempengaruhikeawetan bahan pangan dan mempercepat umur simpan serta memudahkan pertumbuhan mikroba (Winarno,2008).

    Berdasarkan Tabel 1. perlakuan ampas tahu non fermentasi (P0) mempunyai kadar air yang tinggiyaitu, 91,28   0,15%, P1 (inokulum 2,5 ml) sebanyak 89,25 0,73%, P2 (inokulum 3,0 ml) yaitu 89,42  0,17%, dan P4 (inokulum 3,5 ml), yaitu 88,28  0,13%.

    Tabel 1. Kadar air ampas tahu fermentasi dan ampas tahu non fermentasi

    PerlakuanKadar Air (%) Rata-rata Kadar Air  Standar

    deviasi (%)U1 U2 U3

    P0 91,43 91,12 91,29 91,28  0,15c

    P1 89,98 88,51 89,26 89,25 0,73  

    P2 89,25 89,59 89,43 89,42  0,17  

    P3 88,15 88,41 88,29 88,28  0,13aKeterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

    DMRT dengan taraf uji 5%. P0 : non fermentasi (kontrol), P1: inokulum 2,5 ml, P2: inokulum 3ml, P3: inokulum 3,5 ml

    P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3, akan tetapi antara P1 dan P2 tidak berbeda nyata. P0 memilikikadar air tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan P3 memiliki kadar air terendah. Tingginya kadarair pada P0 dikarenakan pada perlakuan tersebut ampas tahu tidak diberi inokulum  A.niger  sehingga tidak ada

     penggunaan air oleh mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, kadar air tetap tinggi. Namun, berbeda denganP1, P2, dan P3 yang menggunakan inokulum  A.niger   sebagai mikroba untuk fermentasi. P3 menggunakaninokulum yang paling banyak, yaitu 3,5 ml dalam 50 g ampas tahu, sehingga kadar air pada ampas tahu banyakdimanfaatkan oleh mikroba tersebut, yang berdampak pada menurunnya kadar air ampas tahu setelahfermentasi. Penurunan kadar air terjadi untuk setiap proses fermentasi yang disebabkan adanya perubahansenyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana (Melati et al., 2010). 

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    4/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    339 

    2.Kadar Abu

    Kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang terdapat dalam ampas tahu. Penentuankadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000Cdan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. MenurutWinarno (2008)  dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak dan

    disebut abu.Tabel 2. Kadar abu ampas tahu fermentasi dan ampas tahu non fermentasi

    PerlakuanKadar Abu (%)

    Rata-rata KadarAbu  Standar deviasi (%)U1 U2 U3

    P0 0,20 0,17 0,20 0,19 ± 0,17a

    P1 2,00 2,27 2,14 2,13 ± 0,13c

    P2 0,90 0,90 0,90 0,90 ± 0,00  

    P3 1,02 0,91 0,97 0,96 ± 0,05  

    Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada ujiDMRT dengan taraf uji 5%. P0 : non fermentasi (kontrol), P1: inokulum 2,5 ml, P2: inokulum 3ml, P3: inokulum 3,5 ml

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum dengan konsentrasi yang berbeda pada tiap perlakuan memberi pengaruh nyata (P

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    5/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    340 

    tahu 22,89% dan setelah difermentasi meningkat menjadi 31,17%. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada fermentasi ampas tahu lebih besar daripada ampas tahu yang tidak difermentasi.

    Pada hasil penelitian ini, perlakuan P1 dan P2 menunjukkan kadar protein yang tinggi dibandingkandengan perlakuan yang lain yang disebabkan karena perkembangan misseliumnya cepat sehingga jumlahmisseliumnya lebih banyak. Wang et al. (1979) mengemukakan bahwa kenaikan protein pada proses fermentasi

    dapat disebabkan oleh kenaikan jumlah massa kapang. Peningkatan kadar protein kasar disebabkan karenakemampuan selulolitik dan amilolitik  A.niger dalam mengkonversi substrat kompleks menjadi lebih sederhanadan digunakan untuk pertumbuhannya. Desi (2002)  menyatakan bahwa dalam proses fermentasi, mikrobamemperoleh energi melalui perombakan bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral seperti hidrat arang,

     protein, vitamin, dan zat lainnya.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak inokulum kapang  A.niger   yangdigunakan dalam fermentasi ampas tahu menghasilkan kadar protein kasar yang semakin rendah. Hal tersebutdiduga karena besarnya inokulum berpengaruh terhadap populasi kapang  A.niger   yang menggunakan sumberenergi dalam ampas tahu. Terbatasnya sumber energi yang tersedia dalam bahan akan menghambat aktivitas

     pertumbuhan mikroorganisme tersebut sehingga akan berpengaruh juga terhadap produksi protein. Pengaruh perbedaan volume inokulum terhadap kadar protein dilaporkan Kumalasari (2012)  yang menyatakan bahwakadar protein menurun dengan semakin banyaknya penambahan inokulum pada fermentasi tempe.

    Peningkatan kadar protein akibat adanya kerja dari mikroba dan adanya penambahan protein yangterdapat dalam sel mikroba itu sendiri. Peningkatan kandungan protein kasar pada fermentasi substrat terjadikarena hasil dari hidrolisis pati menjadi gula selama kapang mendegradasi dan melarutkan substrat yangdigunakan oleh kapang sebagai sumber karbohidrat untuk mensintesis biomasa kapang yang kaya akan protein(Yuliastiyani et al ., 2012). Aktifitas proteolitik selama fermentasi mencapai maksimum pada waktu 72-96 jam.Dengan adanya aktifitas enzim proteolitik, maka protein komplek yang bersifat tidak larut akan diubah menjadi

     protein yang bersifat larut dan mengalami kenaikan sebesar setengah dari jumlah total protein. Penambahankonsentrasi bahan baku menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi yang nyata, akan tetapi jika konsentrasi

     bahan baku terus diperbesar peningkatan reaksi dapat menurun disebabkan karena bagian enzim yang aktif telah jenuh (Istiana, 2007). 

    Hasil penelitian Mirwandono & Siregar (2004)  tentang pemanfaatan mikroba  A.niger   dalam prosesfermentasi limbah sawit (bungkil inti dan limbah sawit) mampu meningkatkan kadar protein dari 15,40%

    menjadi 23,30%. Penelitian Miskiyah et al. (2006) terhadap ampas kelapa dari industri minyak kelapa mencatat penggunaan  A. niger dan penambahan mineral dalam proses fermentasi secara aerob dan kemudian anaerobmampu meningkatkan kadar protein kasar dari 11,35% menjadi 26,09%.

    4. Kadar Lemak Kasar

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai perlakuan dengan konsentrasi inokulum  A.niger yang berbeda memiliki perbedaan yang nyata (P

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    6/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    341 

    Tabel 4. Kadar lemak kasar ampas tahu fermentasi dan non fermentasi

    No.Perlakuan

    Kadar Lemak (%) Rata-rata Kadar Lemak  Standar deviasi

    (%)U1 U2 U3

    1 P0 10,04 9,71 9,89 9,88  0,16  

    2 P1 10,03 9,66 9,86 9,85  0,18  3 P2 9,80 9,74 9,78 9,77  0,03  

    4 P3 9,54 9,24 9,40 9,39  0,15a

    Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada ujiDMRT dengan taraf uji 5%. P0 : non fermentasi (kontrol), P1: inokulum 2,5 ml, P2: inokulum 3ml, P3: inokulum 3,5 ml

    5. Kadar Serat Kasar

    Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3N dan dalam NaOH 1,5Nyang berturut - turut dimasak selama 30 menit (Anggorodi, 1994). Tillman et al.  (1998) menyatakan bahwaserat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa adalah komponen dindingsel tanaman dan tidak dapat dicerna oleh hewan - hewan monogastrik.

    Tabel 5. Kadar serat kasar ampas tahu fermentasi dan ampas tahu non fermentasi

    No.Perlakuan

    Serat Kasar (%) Rata-rata Serat Kasar  Standar deviasi

    (%)U1 U2 U3

    1 P0 23,36 24,69 24,04 24,03  0,66  

    2 P1 0,11 0,22 0,17 0,16  0,05a

    3 P2 0,15 0,16 0,17 0,16 0,01a

    4 P3 0,03 0,05 0,05 0,04  0,01a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

    DMRT dengan taraf uji 5%. P0 : non fermentasi (kontrol), P1: inokulum 2,5 ml, P2: inokulum 3ml, P3: inokulum 3,5 ml

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan inokulum  A.niger yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan nyata (P

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    7/10

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    8/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    343 

    Jadi warna hitam pekat pada substrat ampas tahu yang telah difermentasi disebabkan oleh pigmenwarna spora  A. niger. Namun warna putih kekuningan yang dimiliki oleh ampas tahu non fermentasi adalahwarna alami kedelai yang digunakan dalam proses pembuatan tahu, karena ampas tahu merupakan limbah padatsisa pembuatan tahu.

    c.  Bau Ampas Tahu

    Bau dapat didefinisikan sebagai suatu yang dapat diamati dengan indra pembau. Selain itu, bau jugadapat dipakai sebagai indikator terjadinya kerusakan pada produk akibat kehadiran mikroba pembusuk yangtidak diinginkan (Ridayanti et al ., 2010). Bau khas ampas tahu merupakan bagian penting untuk menarik hewankhususnya ikan pada bahan pakan ikan, sehingga memberikan ciri tertentu.

    Tabel 6 menunjukkan bahwa ampas tahu non fermentasi (P0U1, P0U2, P0U3) memiliki bau khasampas tahu. Hal ini dikarenakan ampas tahu yang digunakan adalah ampas tahu hasil limbah industri pembuatantahu yang baru dibuat dan belum mengalami perubahan. Pada perlakuan P1 (konsentrasi inokulum 2,5 ml) danP2 (konsentrasi inokulum 2,5 ml) memiliki bau amoniak kuat yang disebabkan karena terjadinya

     pendegradasian yang kuat oleh kapang A. niger , sedangkan pada perlakuan P3 (konsentrasi inokulum 3,5 ml)untuk setiap ulangannya memiliki bau amoniak yang tidak begitu kuat diduga karena pendegradasian yanglemah yang disebabkan oleh padatnya pertumbuhan kapang. Menurut  Puastuti (2007), waktu hidrolisis

     berpengaruh terhadap meningkatnya kadar NH3  (amoniak). Selain itu, pada waktu proses fermentasi

     berlangsung terjadi perubahan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, pH, kelembaban, dan jugaaroma dalam bahan (Sonjaya, 2001). 

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :1.  fermentasi ampas tahu dengan kapang  Aspergillus niger   dengan konsentrasi yang berbeda-beda dapat

    meningkatkan kualitas bahan baku pakan ikan;2.  P1 (perlakuan dengan fermentasi inokulum  A.niger  2,5 ml) adalah perlakuan yang paling efektif karena

    menghasilkan protein yang tinggi dengan penggunaan inokulum yang paling rendah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agustono, W. P. Lokapirnasari, H. Setyono & T. Nurhajati. 2007.  Pengantar Teknologi Pakan Ikan. UniversitasAirlangga. Surabaya.

    Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ke-5. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Bintartih, S. 2009. Pemanfaatan ampas dari berbagai jenis kacang-kacangan pada pembuatan tempe gembus.Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Jawa Timur.

    Deliani. 2008. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar protein, lemak, komposisi asam lemak, dan asam fitat pada pembuatan tempe. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Desi, M. 2002. Aktifitas keratinase Bacillus licheniformis dalam memecah keratin bulu ayam. Skripsi. FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Erika, P. 2010. Perlakuan penyeduhan air panas pada prose fermentasi singkong dengan  Aspergilus niger .  Laporan Penelitian. Universitas Katolik Indonesia. Jakarta.

    Erfanto, F., J. Hutabarat, & E. Arini. 2013. Pengaruh substitusi silase ikan rucah dengan persentase yang berbeda pada pakan buatan terhadap efisiensi pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan mas(Cyprinus carpio). Journal of Aquaculture Management and Technology. 2(2): 26-36.

    Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Cetakan Pertama. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Istiana, T. A. D. 2007. Pengaruh isolat Aspergillus niger  dan Aspergillus oryzae terhadap produksi glukosa padafermentasi tepung biji nangka ( Artocaprus integra) dan tepung biji durian ( Durio zibethinus murr ).Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

    Kalsum, U & O. Sjofjan. 2008. Pengaruh waktu inkubasi campuran ampas tahu dan onggok yang difermentasidengan  Neurospora sitophila  terhadap kandungan zat makan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan

    dan Veteriner . Universitas Islam Malang. Malang.

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    9/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    344 

    Kumalasari, R. 2012. Pengaruh konsentrasi inokulum terhadap kualitas tempe kedelai (Glycine max (L.) Merr)Var. Grobogan. Tugas Akhir.  Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya Wacana.Salatiga.

    Kusumaningrum. M, C. I. Sutrisno, & B.W.H.E. Prasetiyono. 2012. Kualitas kimia ransum sapi potong berbasislimbah pertanian dan hasil samping pertanian yang difermentasi dengan  Aspergillus niger.  Animal

     Agriculture Journal , Vol. 1. No. 2.Lestari, S. 2001. Pengaruh kadar ampas tahu yang difermentasi terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan

    mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Liyani, I. 2005. Pengaruh perbedaan lama peram fermentasi ampas sagu ( Metoxylon sp) menggunakan A. nigerterhadap komponen proksimat. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

    Maryanty, Y., Hesti, P & Paulina, Ruliawati. 2010. Produksi crude lipase dari  Aspergillus niger  pada substratongok menggunakan metode fermentasi fasa padat. Politeknik Negeri Malang. Malang.

    Melati, I., Zahril, I. A & Titin, K. 2010. Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi sebagai substitusi tepungkedelai dalam formulasi pakan ikan patin.  Laporan Penelitian.  Balai Riset Perikanan Budidaya AirTawar. Bogor.

    Mildayani. 2007. Pengaruh imbangan ampas tahu dan onggok yang difermentasi dengan ragi oncom terhadapkandungan zat makanan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Malang.

    Mirwandono, E. & Siregar, Z. 2004. Pemanfaatan hidrosat tepung kepala udang dan limbah kelapa sawit yangdifermentasi dengan  Aspergillus niger. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Sumatera Utara.Sumatera.

    Miskiyah, I. Mulyawati, & W. Haliza. 2006. Pemanfaatan ampas kelapa limbah pengolahan minyak kelapamurni menjadi pakan. Prosiding Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Verteriner. 

    Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

     Nista, D., H. Natalia, & A. Taufik. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Balai Pembibitan Ternak UnggulSapi Dwiguna dan Ayam, Sumbawa.

     Nugraheni, M. 2007. Pengaruh ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitrogen pada pemanfaatanlimbah tahu terhadap karakteristik nata de soya mentah dan limbahnya.  Jurnal Tekhnologi Dan

     Kejuruan. Vol. 30. No. 2

     Nuraini, Sabrina & Suslina A. Latief. 2007. improvingthe quality of tapioka by produck thurgh fermentation by Neurospora crasa to produce β carotene rich feed. Pakistan Journal of Nutrition. Vol. 8. No. 4.

     Nurhayati, O. Sjofjan dan Koentjoko. 2006. Kualitas nutrisi campuran bungkil inti sawit dan onggok yangdifermentasi menggunakan  Aspergilus niger . Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.  J.

     Indon. Trop. Animal. Agriculture. Vol. 31. No. 3.

    Puastuti, W. 2007. Tekhnologi pemroresan bulu ayam dan pemanfaatannya seabagai sumber protein pakanruminansia. Laporan Penelitian. Balai penelitian ternak. Bogor.

    Raper, K. B. & D. I. Fennel. 1977. The Genus Aspergillus. The William & Wilkins Co. Baltimor.

    Ridayanti, A. Patmawati & E. Lisnawati. 2010. Pembuatan abon ampas tahu sebagai upaya pemanfaatan limbahindustri pangan. Laporan Penelitian. Universitas Djuanda Bogor. Bogor.

    Sonjaya, T. 2001. Nilai retensi nitrogen dan kandungan energi metabolis tepung bulu ayam yang mendapat perlakuan kimiawi, biologis, dan enzimatis. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak FakultasPeternakan. Institut Pertanian Bogor.

    Suparjo, S. Suhessy & Raguati. 2003.Pengaruh penggunaan pakan berserat tinggi dalam ransum ayam pedagingterhadap organ dalam. Journal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan Vol. 6. No. 1.

    Suprapti, L. 2005. Kecap Air Kelapa. Edisi Tekhnologi Pengolahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.

    Suwarsito & S. Anggoro. 2005. Pemanfaatan ampas tahu dengan metode fermentasi untuk bahan baku ikan lele. Laporan penelitian. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

    Tampoebolon, B. I. M. 2009. Kajian perbedaan aras dan lama pemeraman fermentasi ampas sagu dengan Aspergillus niger terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar.  Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009 . pp. 235-243.

  • 8/18/2019 Fermentasi Ampas Tahu Dengan Aspergillus Niger Untuk Meningkatkan Kualitas

    10/10

     Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014

     ISBN 978-602-14930-3-8

     Purwokerto, 20 Desember2014

    345 

    Tillman, A.D. Hartadi, S. Reksodiprojo, S. Prawirokusumo & Lebdosoekojo, 1998.  Ilmu Makanan Ternak Dasar . Cetakan Keenam. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

    Wang, D.I.C, C.I Cooney., & A.L Demein,. 1979.  Fermentation and Enzymes Technology. John and Sons Inc., p.

    Winarno. FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi Terbaru. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Winarno. FG & S. Fardiaz. 1979. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa. Bandung.

    Yulistiyani, D., W. Puastuti., E. Wina & Supriati. 2012. Pengaruh berbagai pengolahan terhadap nilai nutrisitongkol jagung, komposisi kimia dan kecernaan in vitro. Balai Penelitian Ternak, Bogor.  JITV  Vol. 17

     No. 1.