fenomena rokok

9
JAKARTA – Mulai hari Selasa (24/6) ini satu lagi aturan yang membuat aktivitas merokok semakin tidak nyaman diterapkan. Pemerintah mewajibkan semua kemasan rokok yang beredar mencantumkan gambar kondisi organ tubuh yang rusak jika kebiasaan merokok tidak dihentikan. Dengan gambar yang ’’seram’’ itu, diharapkan jumlah perokok aktif di Indonesia bisa ditekan. Aturan penempelan gambar bahaya merokok itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 109/2012. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menyosialisasikan lima gambar yang nanti dipasang di bagian ’’kepala’’ bungkus rokok. Lima gambar itu adalah kanker mulut, kanker paru dan bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak (ilustrasi bapak menggendong anak sambil merokok), serta merokok membunuhmu. Khusus gambar merokok membunuhmu sudah sering ditampilkan di reklame rokok. Meski tampilannya kecil dan berada di bagian bawah, pemerintah berharap gambar orang merokok yang ada gambar tengkoraknya itu bisa mengingatkan akan bahaya merokok. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono menyatakan, kebijakan tersebut diterapkan pemerintah guna mengingatkan bahaya merokok kepada yang bukan perokok. ’’Selain itu, untuk perokok pemula,’’ ujarnya Senin (23/6). Agung menuturkan, saat ini sudah ada 41 produsen rokok yang menyetujui kebijakan tersebut. Perusahaan rokok diberi waktu sampai tiga bulan untuk mendesain ulang bungkus rokok mereka. ’’Gambar-gambar terkait bahaya rokok itu sudah lama diterapkan di luar negeri. Kita baru mulai,’’ katanya. Di Indonesia, ukuran gambar peringatan itu ditetapkan 40 persen dari total luas bungkus rokok. Dia menjelaskan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan menarik rokok-rokok yang kemasannya belum mencantumkan gambar bahaya merokok itu. ’’Jika ada perusahaan rokok yang membandel

Upload: yuggie-chandra-el-hamdi

Post on 21-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tobacco is very danger for us

TRANSCRIPT

JAKARTA Mulai hari Selasa (24/6) ini satu lagi aturan yang membuat aktivitas merokok semakin tidak nyaman diterapkan. Pemerintah mewajibkan semua kemasan rokok yang beredar mencantumkan gambar kondisi organ tubuh yang rusak jika kebiasaan merokok tidak dihentikan. Dengan gambar yang seram itu, diharapkan jumlah perokok aktif di Indonesia bisa ditekan.Aturan penempelan gambar bahaya merokok itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 109/2012. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menyosialisasikan lima gambar yang nanti dipasang di bagian kepala bungkus rokok. Lima gambar itu adalah kanker mulut, kanker paru dan bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak (ilustrasi bapak menggendong anak sambil merokok), serta merokok membunuhmu.Khusus gambar merokok membunuhmu sudah sering ditampilkan di reklame rokok. Meski tampilannya kecil dan berada di bagian bawah, pemerintah berharap gambar orang merokok yang ada gambar tengkoraknya itu bisa mengingatkan akan bahaya merokok.Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono menyatakan, kebijakan tersebut diterapkan pemerintah guna mengingatkan bahaya merokok kepada yang bukan perokok. Selain itu, untuk perokok pemula, ujarnya Senin (23/6).Agung menuturkan, saat ini sudah ada 41 produsen rokok yang menyetujui kebijakan tersebut. Perusahaan rokok diberi waktu sampai tiga bulan untuk mendesain ulang bungkus rokok mereka. Gambar-gambar terkait bahaya rokok itu sudah lama diterapkan di luar negeri. Kita baru mulai, katanya. Di Indonesia, ukuran gambar peringatan itu ditetapkan 40 persen dari total luas bungkus rokok.Dia menjelaskan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan menarik rokok-rokok yang kemasannya belum mencantumkan gambar bahaya merokok itu. Jika ada perusahaan rokok yang membandel tidak mau mencantumkan gambar itu, mereka akan dipidana 5 tahun dan denda Rp 500 juta, tegasnya.Sebelumnya, muncul protes terhadap gambar peringatan yang menampilkan orang merokok. Protes itu muncul karena gambar tersebut justru mengajari orang untuk merokok. Tetapi, Kementerian Kesehatan tetap memutuskan lima gambar itu sebagai visualisasi bahaya merokok. Alasannya, lima gambar tersebut sudah melalui survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI).(wan/c5/kim)Jawa pos

JAKARTA Gambar seram di bungkus rokok menuai sorotan. Dua di antara lima gambarpictorial health warning(PHW) itu dinilai lebih mencontohkan cara merokok ketimbang efek jera merokok.Gambar yang disorot adalah seorang pria merokok dengan asap membentuk gambar tengkorak. Gambar kedua yang dipermasalahkan adalah seorang pria merokok dengan menggendong bayi.Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti meminta masyarakat lebih fokus pada penerapan PWH di lapangan. Dia mengaku tidak ikut terlibat dalam pemilihan gambar-gambar tersebut. Meski begitu, Ghufron memastikan bahwa pemilihan gambar itu telah melalui proses seleksi yang panjang. Gambar-gambar tersebut penting untuk mengurangi jumlah perokok pemula.Ghufron mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi dan pergantian gambar dua tahun lagi. Kemenkes terbuka soal itu, apalagi kalau dikatakan melanggar hak anak. Kita terbuka untuk evaluasi, ungkapnya.Terkait dengan perusahaan nakal yang hingga kini belum mencantumkan PHW dalam produk mereka, Ghufron menegaskan, pemerintah tidak akan memberikan toleransi waktu. Aturan tersebut dimulai 24 Juni lalu. Nah, mereka yang lalai harus bersiap menerima sanksi. Itu sudah kita sampaikan pada rapat Senin lalu (23/6), ungkapnya.Sementara itu, hasil razia Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan, masih banyak produsen rokok yang belum memasang gambar PHW. Di antara 2.270 item rokok yang disita, sebanyak 305 telah mencantumkan PHW. Sedangkan 1.965 sisanya belum. Dengan kata lain, ada sebanyak 86 persen yang belum ber-PHW, ujar Roy Sparringa, kepala BPOM.BPOM telah mengirimkan surat teguran kepada produsen-produsen rokok nakal itu. Perusahaan rokok yang tidak menanggapi surat peringatan tersebut akan mendapat sanksi tegas. Yang terberat adalah penghentian kegiatan usaha. Itu mengacu pada PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengendalian Tembakau.(mia/c10/ca)27 juni

Sebuah kebijakan baru pasti memiliki pro dan kontra. Begitu juga dengan UU tentang larangan merokok. Buktinya sudah tiga tahun UU itu diterapkan, tetapi masih sering di jumpai masyarakat yang merokok ditempat umum. Hal ini juga terkait dengan kebebasan setiap individu, bahwa merokok adalah kegiatan yang menjadi hak setiap orang. Nemun perlu diperhatikan juga bahwa kebebasan setiap individu akan dibatasi oleh individu lain. Tidak bisa dipungkiri masalah rokok memang sangat kompleks, tidak hanya berhubungan dengan pengguna rokok, tetapi juga bisa berdampak pada industry rokok, petani rokok, dan tenaga kerjanya.

Merokok itu baik tetapi tidak merokok lebih baikDukungan masyarakat terhadap penegakan larangan merokok di tempat-tempat tertentu sangat kuat. Menurut opini masyarakat konsumen terhadap kawasan tanpa rokok tercermin dalam berbagai survei YLKI pada tahun 2008, 2010 dan 2011. Yakni, kawasan merokok khusus di Jakarta, riset opini publik tentang pengendalian tembakau di Indonesia dan survei masyarakat Jakarta tentang Pergub Nomor 88 Tahun 2010 tentang Perubahan Pergub Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok.Beberapa keuntungan yang di peroleh masyarakat dari keberadaan kebijakan larangan merokok diantaranya adalahPertamamengurangi jumlah kematian yang ditimbulkan akibat rokok.Keduameningkatkan perekonomian keluarga maupun individu artinya bahwa dengan adanya peraturan tentang larangan merokok mampu mengurangi aktifitas merokok seseorang otomatis terjadi penurunan instensitas perokok sehingga berdampak baik pada ekonomi keluarga perokok.Ketigamenciptakan lingkungan yang bersih dan sehat artinya dengan adanya peraturan larangan merokok memberikan dampak positif terhadap usaha meminimalisir efek buruk terhadap lingkungan dan orang disekitarnya.Penulis lebih menekankan kepada dampak asap rokok terhadap lingkungan, terutama pencamarannya terhadap udara. Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme hidup bernapas memerlukan udara.Kita tahu bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena asap rokok menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah akan menentukan penyelesaian dari masalah lingkungan ini. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang bisa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, walaupun tanpa formulasi terlebih dahulu.Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatsi dampak negatif rokok terhadap lingkungan diantaranya adalah kebijakan bea cukai rokok progresif, keputusan menteri keuangan mengeluarkan peraturan nomor 78 tahun 2013 tentang Penetapan Golongan dan Tarif hasil CukaiRokok. Dampak peraturan tersebut memiliki dampak positif dan negative. Dampak Positif dari kebijakan bea cukai progresif meliputi: Pertama, Kebijakan bea cukai rokok progresif dianggap melindungi industri rokok kecil, karena tarif cukai rokok dilihat dari golongan rokok. Kedua, Industri rokok besar memiliki sumbangsih pajak yang besar melalui tarif pajak cukai rokok. Ketiga, Hasil dari cukai rokok dapat dapat dimaksimalkan berdasar penetapan golongan dan tarif hasil cukai rokok.Sedangkan dampak negatif kebijakan bea cukai progresif anatara lain, pertama Industri rokok kecil akan semakin berkembang, sehingga banyak jenis rokok yang ada di pasaran yang pada akhirnya menimbulkan pencemaran. Kedua Pemerintah cenderung melindungi industri rokok, padahal jika dilihat dari damapaknya, rokok menimbulkan banyak dampak negatif. Ketiga Industri rokok yang besar akan menambah biaya produksi karna tarif cukai yang meningkat.Dari peraturan diatas, pemerintah hanya melihat rokok dari sisi nilai ekonomis.Padahal, rokok menimbulkan banyak kerugian, misal kesehatan masyarakat, kerusakan generasi, serta kenyamanan di tempat umum.Meskipun rokok banyak memberikan pemasukan dari sektor pajak yang cukup besar, tetapi pemasukan tersebut belum cukup untuk menanggulangi kerugian dari rokok baik terhadap masyarakat dan lingkungan.Hidayatullah.comPemerintah Prancis mengumumkan rencana kebijakan baru untuk mengurangi kebiasaan merokok, termasuk peraturan yang mewajibkan kemasan polos untuk rokok.Menteri Kesehatan Marisol Touraine berencana meniru kebijakan Australia, yang menerapkan peraturan serupa di tahun 2012.Para ahli mengatakan menghapus merek di kemasan rokok dan memajang besar-besar peringatan bahayanya dapat mengurangi kebiasaan merokok di Australia, lansirBBC(25/9/2014).Merokok merupakan penyebab terbanyak kematian di Prancis, di mana lebih dari 70.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan tembakau.Peraturan yang akan diberlakukan setelah mendapat persetujuan parlemen itu juga akan melarang orang merokok di taman-taman publik, taman bermain anak dan di dalam kendaraan di mana terdapat anak berusia 12 tahun ke bawah.Selain itu, iklan rokok elektrik akan dibatasi sebelum akhirnya akan dilarang pada Mei 2016, kecuali untuk iklan yang dipasang di tempat penjualannya dan di media publikasi bisnis.Menteri Touraine mengatakan saat ini terdapat 13 juta perokok di Prancis dari total sekitar 66 juta penduduk negara mode itu. Jumlah perokok terus bertambah di negara itu, terutama di kalangan para pemuda.Kita tidak bisa terima tembakau setiap tahun membunuh 73.000 orang di negara kita, itu sama dengan kecelakaan setiap hari pesawat berpenumpang 200 orang, imbuhnya.Undang-undang Uni Eropa saat ini sudah mewajibkan perusahaan rokok untuk menutupi 65% kemasannya dengan peringatan bahaya kesehatan.Menurut Touraine nantinya kemasan rokok akan dibuat dalam berntuk yang sama, berukuran sama, berwarna sama, dengan teks yang sama, jika peraturannya sudah diberlakukan.Tahun 2012 Australia mewajibkan semua rokok dijual dengan kemasan warna coklat yang sama, di mana sebagian besar ditutupi dengan gambar peringatan bahaya kesehatan.Setelah peraturan itu diberlakukan, pada tahun 2013 indikator volume tembakau di pasar Australia turun 3,4%.Namun, selain menerapkan peraturan kemasan yang ketat, Australia juga memberlakukan pungutan pajak yang tinggi atas produk tembakau, sehingga harga jualnya ikut naik.*Rep: Ama FarahEditor: Dija

SEMARANG, suaramerdeka.com -Sejumlah perokok di Kota Semarang mengakui, gambar seram yang ada di bungkus rokok membuat selera merokok menjadi berkurang.Mereka pun menyiasatinya dengan membeli rokok kemasan kaleng tanpa gambar seram maupun kemasan dari kayu dan kaleng. Seperti diakui Agung (40) warga Lempongsari. Sejak muncul peringatan bahaya merokok dengan gambar seram 24 Juni lalu, terpaksa ia membeli kemasan kaleng dengan gambar simbol bendera luar negeri.''Gambar-gambar itu membuat selera merokok turun. Tapi, saya siasati dengan cara setelah rokok yang baru saja saya beli langsung saya pindah ke kemasan kaleng,'' katanya.Hal senada juga disampaikan Faisol (34) warga Ngaliyan. Menurut bapak satu anak itu, gambar seram telah mempengaruhi psikologisnya. Tetapi, minat merokoknya diakui masih tetap tinggi. ''Saya cuek saja, setelah mengambil sebatang, masukkan lagi ke kantong,'' tandasnya.Selain perokok, dampak gambar seram dalam bungkus rokok juga mempengaruhi omset penjualan. Marketing sebuah perusahaan rokok yang berkantor pusat di Kediri, Jawa Timur, Andy (28) menyatakan, penjualan rokok di warung-warung mengalami penurunan.Meski tidak terlalu signifikan jumlahnya, gambar-gambar seram seperti gigi rusak, kanker paru-paru, dan leher berlobang tetap mempengaruhi angka penjualan. ''Kalau jumlahnya tidak signifikan, tetapi cukup berpengaruh. Terutama penjualan di warung yang ada di perkotaan,'' jelasnya.19 agustus 2014 syukron

Rokok SeramSelasa, 19 Agustus 2014, 13:00 WIBBaru berjalan beberapa pekan, ketentuan pemuatan gambar seram pada bungkus rokok mulai membuat cemas produsen. Mulai muncul klaim-klaim bahwa konsumsi, penjualan, dan produksi rokok anjlok. Ada pengakuan dari produsen rokok di sejumlah wilayah, misalnya, bahwa penjualan rokok melorot hingga 30 persen.

Belum ada data resmi dan terverifikasi, sesungguhnya. Bagaimanapun, ketentuan tersebut masih dalam era transisi. Sejumlah pabrik masih memasarkan stok lama mereka yang beredar tanpa gambar seram dampak merokok tersebut.

Bahwa merokok dapat merusak kesehatan, bukanlah kabar baru. Peringatan-peringatan berupa teks sudah lama sampai ke dalam benak masyarakat kita, termasuk tentang bahaya terhadap janin dan ancaman impotensi. Namun, produksi dan konsumsi rokok kita terus meningkat. Sejak 2009, negeri kita masuk dalam tiga besar konsumen rokok terbesar dunia di bawah Cina dan India.

Gambar seram hanyalah salah satu alat. Penurunan prevalensi perokok di berbagai negara terbukti harus merupakan akumulasi dari berbagai upaya yang secara internasional tercakup dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Indonesia salah satu perancang kerangka kerja tersebut, namun kini menjadi satu-satunya negara di Asia Pasifik yang tak meratifikasinya.

Gambar seram hanya mencegah calon perokok menjadi perokok. Gambar itu juga akan meredam hasrat para perokok pemula. Tapi, gambar itu diyakini tidak akan memengaruhi konsumen yang telah akrab dengan rokok untuk berhenti. Paling-paling sebatas mengurangi sedikit kenikmatan.

Penurunan secara dramatis prevalensi perokok hanya terjadi melalui aksesi berbagai aspek kontrol. Di dalamnya tercakup larangan beriklan, pembatasan promosi, ekstensifikasi kawasan bebas asap rokok, pembatasan usia yang diizinkan membeli rokok, dan peningkatan nilai cukai rokok. Di Thailand, misalnya, pengurangan konsumsi rokok terjadi setelah lonjakan cukai membuat harga rokok sangat mahal.

Kita paham ada kepentingan ekonomi masyarakat pula dalam industri rokok nasional. Pemerintah mendapatkan dana cukai hingga Rp 114 triliun. Sekitar 2 juta petani tembakau juga dapat menghidupi diri dan keluarga. Belum lagi sekitar 1,5 juta petani cengkih yang terbantu kesenangan perokok kita pada jenis kretek. Ada pula ratusan ribu buruh pabrik rokok, juga pedagang pengecer, yang menggantungkan hidup pada perdagangan rokok.

Dengan tingkat ketergantungan setinggi itu, wajar perlawanan terhadap aksesi FCTC begitu kuat. Tapi, sebagaimana kisah tentang gambar seram dampak merokok, FCTC sesungguhnya tidak benar-benar mengurangi konsumsi perokok. Kontrol tersebut lebih tepat disebut mengurangi potensi pertumbuhan konsumsi rokok.

Transaksi rokok tahun lalu sekitar Rp 210 triliun. Dengan pencantuman gambar seram, transaksi diprediksi masih akan naik 9,5 persen menjadi Rp 230 triliun. Jumlah produksi rokok pun diperkirakan masih naik dari 351 miliar menjadi 361 miliar batang.

Penurunan prevalensi perokok, sebagaimana terjadi di Thailand, berlangsung setelah 20 tahun pemerintahnya menjalankan aneka pengendalian. Jadi, sebenarnya tak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak mengawalinya sekarang. Sambil mencegah anak-anak muda mengakses rokok, kita sudah bisa mulai mengangsur perubahan kultur menanam petani dan menyediakan lapangan kerja alternatif. Kita tak boleh terburu-buru, tapi juga tak boleh sama sekali tak berusaha.Republika online