fenomena geng motor
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
1/34
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di beberapa media massa baik cetak maupun elektronik cukup gencar
diberitakan kenakalan remaja yang mengendarai motor. Kenalakan yang dilakukan
tidak sebatas mengendarai motor secara ugal ugalan di jalan dan balapan liar tetapi
sudah sampai meresahkan masyarakat. Keresahan ini terutama datang dari pengguna
jalan, pelaku usaha dan orang tua. Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang
dilanggar, termasuk tindakan amoral yang merugikan orang lain seperti perampokan,
penculikan, penganiayaan bahkan sampai pembunuhan yang menghilangkan nyawa
korbannya.
Tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut mengundang reaksi banyak
kalangan. Orang tua, pihak sekolah, penegak hukum, serta masyarakat luas ikut
prihatin dan cemas atas perilaku remaja karena sudah terlalu jauh tindakan yang
dilakukan. Sorotan semakin tajam ketika tindakan yang dilakukan sudah melanggar
aturan hukum seperti kekerasan tarhadap orang lain, perampokan bahkan sampai
menghilangkan nyawa orang.
Di kota kota besar, fenomena kenakalan remaja yang mengendarai sepeda
motor secara ugal ugalan ini sudah menjadi isu publik yang dilokalisir ke dalam
jenis kenakalan remaja di mana produk otomotif (motor) disalah-fungsikan untuk
tujuan yang kurang baik. Artinya, motor di satu sisi membentuk identitas kolektif
bagi penggunanya, yang kemudian diterjemahkan kedalam platform organisasi, baik
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
2/34
!
nama, susunan pengurusan, AD/RT dan struktur hierarkis lainnya. Di sini, setiap
orang yang memiliki motor dengan spesifikasi tertentu terbuka atau bebas untuk
berafiliasi ke dalam kelompok tertentu. Di sisi lain, pembentukan identitas ini
berimplikasi pada pembentukan zona interaksi sosial yang cenderung ekslusif
(tertutup) dan terdeferensiasi lewat tradisi/ritus kolegial, tempat mangkal/kumpul
(markas/basecamp), dan agenda-agenda kegiatan kelompok. Akibatnya, berpotensi
menegasikan atau menganggap the otherkeberadaan kelompok yang berbeda.
Beberapa kasus, terjadi benturan (konflik) atau persaingan antar kelompok
dalam perebutan kuasa atas wilayah dan pengaruh sosial lainnya di masyarakat.
Perebutan kuasa dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan eksistensi baik kepada
sesama kelompok motor maupun ke masyarakat luas. Sayangnya, pembentukan
eksistensi kelompok disalurkan dengan cara-cara kekerasan yang kemudian
memunculkan anggapan miring dari masyarakat. Sehinga masyarakat kemudian
memberikan persepsi negatif terhadap kelompok dan organisasi motor. Persepsi yang
muncul bisa saja berasal dari salah satu atau beberapa fenomena yang terjadi seperti
perkelahian antar kelompok, ugal-ugalan, balapan liar dan sebagainya. Fenomena
tersebut menjadi sorotan dan perhatian masyarakat karena muncul keranah publik
melalui saluran media massa sehingga terjadi penyamarataan kejadian. Hal ini
menyebabkan anggapan negatif secara umum terhadap kelompok/organisasi motor.
Padahal, tidak semua kelompok motor melakukan tindakan yang merugikan
masyarakat. Banyak kelompok motor yang menunjukan eksistensi dengan kegiatan
yang positf. Meskipun demikian, tidaklah mudah mendefenisikan masing-masing
identitas ini ke dalam logika deduksi-induksi. Dan inilah titik terpenting mengapa
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
3/34
#
perlu mengkaji dan memahami fenomena klub motor secara komprehensif dari
kacamata sosiologis, sehingga dapat di identifikasi yang membentuk identitas
kelompok.
Salah satu bentuk dari dinamika sosial masyarakat urban, kajian ilmiah
tentang fenomena club motor bisa dikatakan masih minim. Pada umumnya, kajian
ilmiah mengenai fenomena ini tersentralisasi dalam lingkup yang cenderung
berdimensi individual (pelaku/subjek) dan kurang mendalami dinamika entitas sosial
yang embedded (melekat) didalamnya. Kolektivitas dan rasa kekeluargaan yang
menjadi karakteristik utama identitas ini patut untuk di gali lebih utuh sebagai tahap
awal kajian sebelum mendalami struktur di dalamnya. Kajian yang lebih
komprehensif ini diharapkan mampu mengidentifikasi dan memproyeksikan
dinamika dan eksistensi komunitas klub motor serta posisi di masyarakat terutama di
Kota Yogyakarta (sebagai obyek wilayah penelitian).
B.Rumusan Masalah
Keberadaan klub motor memberikan warna terhadap eksistensi kelompok di
masyarakat. Fenomena maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng atau
gerombolan motor, menimbulkan persepsi yang buruk terhadap organisasi/kelompok
motor. Citra buruk tersebut berpengaruh pada keberadaan klub motor di masyarakat.
Klub motor dianggap hanya menjadi penyakit, mengganggu ketentraman dan
kenyamanan.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
4/34
$
Persepsi masyarakat terhadap kelompok/organissi motor tentunya
berpengaruh pada eksistensi identitas klub motor. Termasuk dalam hal ini Ikatan
Motor Tiger Yogyakarta. Ikatan Motor Tiger Yogyakarta merupakan salah satu klub
motor yang mempunyai eksistensi yang cukup lama dan keberadaannya sudah banyak
di akui oleh klub atau organisasi motor lainnya. Tindakan kekerasan yang dilakukan
oleh kelompok motor di beberapa daerah, berimbas pada juga citra IMTY di
Yogyakarta.
Dari fenomena inilah, menarik untuk diteliti dan dibuat suatu rumusan
pertanyaan: Bagaimana Ikatan Motor Tiger Yogyakarta membangun eksistensi
ditengah persepsi negatif masyarakat Yogyakarta terhadap klub motor?
C.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat, antara lain:
1.
Untuk memperkaya khasanah kajian akademis mengenai fenomena klub motor
yang sudah ada sebelumnya.
2. Untuk mengindentifikasi secara komprehensif fenomena klub motor dari tinjauan
sosiologis dalam dinamikanya di masyarakat khususnya di wilayah Yogyakarta.
3. Sebagai kajian yang menjadi dasar bagi para penggiat klub motor untuk
melakukan proses kampanye, advokasi dan reposisi klub motor ditengah
masyarakat luas.
4. Sebagai wacana pendukung bagi kajian sosiologis.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
5/34
%
D.Tinjauan Pustaka
D.I. Kerangka Konseptual
Indonesia adalah salah satu negara tujuan import komoditas otomotif yang
sangat potensial bagi produsen kendaraan bermotor di seluruh dunia. Setiap tahun,
angka penjualan produk-produk otomotif beserta varian-nya di Indonesia meningkat
tajam1. Tingginya permintaan kendaraan bermotor di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya:2
1. Kebutuhan masyarakat akan pentingnya efisiensi mobilitas dalam beraktivitas
sehari-hari terutama saat bekerja.
2. Minat terhadap kendaraan di dukung oleh situasi ekonomi yang membaik, serta
pasar otomotif yang kondusif.
3. Berkembangnya jasa yang menawarkan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat
untuk memiliki kendaraan melalui paket kredit jangka panjang dengan iming-
iming bunga rendah.
4. Pengguna saluran iklan yang melalui media iinformasi (televisi, koran, majalah,
internet) turut mendorong masyarakat untuk berperilaku konsumtif, termasuk
membeli produk-produk otomotif terbaru.
5. Modernisasi pola konsumsi masyarakat perkotaan yang cenderung berkarakter
instrumentalis dan praktis. Modernisasi pola konsumsi ini ditandai dengan
1http://arsip berita.com/show/penjualan-mobil-2011-diperkirakan-naik-tipis-145130.html. Di
download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 11.04;
http://arsipberita.com/show/penjualan-sepeda-motor-capai-rekor-131537.html. Di download pada
tanggal 07 Juni 2010, pukul 11.54;
http://arsipberita.com/show/dasyat-tahun-ini-penjualan-motor-diprediksi-bisa-84-juta-unit-
149234.htm. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 10.342William Bonger, A., 1916, Criminality and Economic Conditions, Boston
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
6/34
&
pengunaan alat-alat high-technologi dan secara berkala meninggalkan cara-cara
lama seiring majunya tingkat teknologi dan dihasilkannya produ-produk teknologi
super canggih.
Kondisi ini tak pelak lagi membawa Indonesia ke dalam situasi auto-
phoria. Artinya, individu di pacu untuk selalu bergegas dalam aktivitasnya sehingga
memaksa individu menggunakan moda transportasi yang efektif dan efisien. Cara ini
dipandang karena menghemat tenaga dan mengurangi berbagai kerugian akibat
waktu. Sementara aktivis lingkungan menilai bahwa permintaan produk otomotif
yang berlebihan dalam masyarakat tanpa dibarengi kesadaran lingkungan dan
menyebabkan polusi serta menipisnya lapisan ozon.
Di luar perdebatan ini, ada cara pandang lain yang melihat bahwa dunia
otomotif bukan hanya sekedar soal ekonomi atau lingkungan. Dunia otomotif
memiliki dimensi sosiologis yang kental sebab akrab dengan stratifikasi (kelas) dan
persoalan identitas. Faktanya, para pecinta otomotif - yang umumnya kalangan
berduit - di berbagai kota selalu yang antusias menunggu kehadiran model-model
terbaru dari kendaraan bermotor dari luar negeri, atau dari pusat-pusat produksi
(pabrik) di dalam negeri ke daerah-daerah diseluruh Indonesia. Kehadiran produk-
produk terbaru ini dan kepemilikannya dianggap memiliki nilai, bukan saja ekonomi,
tetapi juga budaya. Bahkan ada yang rela menunggu berbulan-bulan untuk
mendapatkan produk otomotif tertentu karena berbagai alasan/motif. Diantaranya,
kelangkaan, trend-setter, prestise, competitivenessatau bahkan asosiasi (komunitas).
Di Yogyakarta, kondisi ini tidak jauh berbeda. Hanya saja, komposisi antara
letak geografis dan demografi serta ikon Yogyakarta sendiri sebagai kota Budaya dan
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
7/34
'
pariwisata memunculkan fenomena yang agak berbeda jika dibandingkan dengan
kota-kota lain. Banyaknya jumlah mahasiswa yang memilih Yogyakarta sebagai
tujuan kuliah dan terbentuknya komunitas-komunitas di berbagai ranah kehidupan
mahasiswa menjadikan Yogyakarta cukup unik dan menarik untuk di kaji. Eksistensi
mahasiswa terutama yang dari luar kota Yogyakarta atau bahkan luar Jawa serta pola
afiliasi ini memberikan akar geneologi (pembentukan dan pertumbuhan) yang kuat
untuk menjelaskan eksistensi klub motor di Yogyakarta.
Karakter Yogyakarta sebagai kota budaya tergambar dari pola hidup
masyarakatnya yang sederhana dan bersahaja. Sebelum tahun 1990-an, kota
Yogyakarta adalah kota yang lebih bercorak tradisional. Penduduknya masih banyak
yang menggunakan Onthel (sepeda) jika ingin berpegian ke tempat kerja atau ke
acara-acara tertentu. Penggunaan kendaraan bermotor masih jarang, sementara moda
transportasi darat hanya digunakan ketika melakukan perjalanan jauh ke luar kota.
Setelah tahun 1990 menjelang reformasi dan terbentuknya pasca otoritarianisme Orde
Baru, serta meningkatnya jumlah mahasiswa di Yogyakarta, muncul berbagai pola
kehidupan masyarakatnya, termasuk komunitas yang berafiliasi dengan berbagai
organisasi, salah satunya adalah klub motor.3
Kemunculan klub motor di Yogyakarta awalnya hanyalah sebuah ide dan
terbentuk berdasarkan hubungan pertemanan. Namun, jauh sebelum klub motor ini
bermunculan dan tumbuh, hanya sedikit mahasiswa yang mengambil inisiatif untuk
membentuk komunitas bertema kendaraan (otomotif). Hubungan yang terbentuk
3http://www.indosiar.com/ragam/764491/motor-klasik-yang-banyak-dilirik. Di download pada tanggal
07 Juni 2010, pukul 13.05 WIB
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
8/34
(
justru berawal dari prakondisi lingkungan. JJ Roosseau dan Herder mengatakan
bahwa: lingkungan menimbulkan dampak paling penting terhadap perubahan
kultur, perilaku dan karakter suatu masyarakat.
4
Argumen ini menjelaskan bahwa
masalah mahasiswa di Yogyakarta adalah kondisi sarana moda transportasi umum
yang memiliki waktu operasi terbatas. Beberapa angkutan umum seperti angkot
hanya beroperasi dari pukul lima pagi sampai pukul enam malam. Kondisi ini praktis
menuntut mahasiswa yang memiliki aktivitas sampai malam hari atau di luar waktu
operasi kendaraan umum tersebut memiliki kendaraan sendiri. Sebenarnya pilihan
untuk menggunakan angkatan umum yang lain seperti armada taksi dan ojek cukup
banyak tersedia di malam hari, hanya saja mahasiswa mempertimbangkan argo atau
ongkos naik taksi/ojek yang relatif mahal dan agak merepotkan karena menunggu
atau harus kepangkalan taksi/ojek yang kadang letaknya jauh. Oleh sebab itu,
mahasiswa yang aktivitasnya tak terbatas-yang sampai malam hari tersebut-
cenderung mengganggap alat mobilitas seperti motor sangat penting dalam menopang
aktivitas mereka, sebab kendaraan yang dimiliki akan dapat digunakan setiap saat
ketika dibutuhkan. Alhasil, kodisi lingkungan Yogyakarta yang demikian ini
mendorong mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta untuk memiliki kendaraan sendiri.
Lambat laun kodisi ini berkembang ke arah pembentukan dan pertumbuhan berbagai
komunitas otomotif di Yogyakarta.
Namun, ada dua jenis kategori dalam kepemilikan kendaraan bermotor di
Yogyakarta dan mungkin di Indonesia, yaitu:
1. Motor sebagai alat kendaraan sesuai dengan fungsi sebenarnya (user).
4Makmum, A.S, 1990,Psikolog Pendidikan, Bandung:IKIP.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
9/34
)
2. Motor sebagai pembentuk identitas, memiliki nilai sosial dan pembentuk
imajinasi kolektif (modifer).
Pemilahan di atas secara sederhana menjelaskan bahwa perbedaan signifikan
antara user dan modifier terletak pada kemampuannya mengidentifikasi motor
sebagai sebuah simbol. Bagi seorang user, motor tak lebih dari hanya sekedar alat
kendaraan yang membantu aktivitas manusia sehari-hari. Jika ada bagian yang rusak,
hilang atau lepas tinggal di bawa ke bengkel, atau di jual/tukar tambah demi
mendapatkan produk otomotif yang lebih baik. Sementara modifier meletakkan motor
lebih dari seorang user, dan beberapa diantaranya memiliki bengkel pribadi atau pada
tingkat minimal mampu merawat dan mengatasi kerusakan motor secara mandiri.
Dengan demikian, bagi seorang modifier, motor adalah pemberi nilai subyektif bagi
komunal, bersifat eksklusif dan ruangnya terbatas hanya untuk produk-produk motor
tertentu.
Perbedaan antara user dan modifier tidak selamanya bersifat kaku atau tidak
bisa dipertukarkan. Artinya dalam kondisi tertentu, seorang user dapat berubah
menjadi seorang modifier dan sebaliknya juga, seorang modifier dapat berubah
menjadi seorang user ketika tuntutan hidupnya ikut berubah, misalnya pekerjannya
yang menuntut fokus sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengurus
motor. Perubahan ini terjadi bukan tanpa alasan. Bagaimanapun perkembangan dunia
otomotif tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab
perkembangan ini mendorong perubahan perilaku individu. Di samping itu, peran
penting ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti mampu melahirkan berbagai jenis
produk-produk otomotif terbaru dengan berbagai macam keunggulan-keunggulan
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
10/34
*+
tertentu jika dibandingkan satu sama lain. Sejalan dengan semakin pesatnya teknologi
otomotif ini, maka kebutuhan akan kendaraan di masyarakat semakin berkembang.
Hal ini tak lepas dari banyaknya produsen otomotif yang menciptakan kendaraan
dengan produk beragam dan berkualitas, baik jenis, merek maupun bentuknya.
Kondisi pemanjaan konsumen ini pada akhirnya memotivasi individu untuk
mempunyai kendaraan lebih dari satu tujuan yang berbeda.
Pada saat ini, kemajuan teknologi informatika baik jaringan televisi maupun
internet turut memberikan dorongan dalam menciptakan dunia tanpa batas atau sering
disebut juga dunia tanpa sekat. Otomotif pun masuk dalam peta wilayah ini di
mana media cetak maupun media elektronik menyumbang cukup besar dalam
mendorong berkembangnya komunitas-komunitas otomotif di Indonesia, dan di
Yogyakarta terbentuk secara masif. Di Indonesia, lebih dari 10 media massa nasional
yang secara khusus membahas seluk beluk dunia otomotif untuk mendapatkan
informasi tertentu. Di Yogyakarta, informasi tersebut tidak hanya di peroleh dari
televisi nasional dengan program khususnya tentang otomotif, tetapi juga ada
beberapa koran dan majalah lokal yang terbit berkala, dan secara substansi membahas
masalah-masalah otomotif dan perbincangan tentang klub motor. Sebab di
Yogyakarta, terdapat lebih dari 70 klub motor yang terdaftar di IMI (Ikatan Motor
Indonesia). Selain itu, ada juga organisasi bernama JAC (Jogja Automotif
Community) yang berdiri sejak tahun 2000.5
Berdasarkan pengamatan dan riset lapangan terhadap Ikatan Motor Tiger
Yogyakarta, penulis menemukan fakta bahwa keanggotaan tidak hanya di isi oleh
5http://www.jogjajac.com/profile. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13. 27 WIB
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
11/34
**
kaum remaja, tetapi juga orang dewasa. Anggota yang berumur di bawah 20 tahun,
terdapat 7 orang dari 243 anggota. Ada 5 orang anggota perempuan. Sehingga hobi
terhadap otomotif tidak dibatasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu,
berdasarkan hasil interview (wawancara) penulis dengan beberapa pihak, ditemukan
fakta yang menarik. Pertama, ada cara pandang yang berbeda dalam menilai klub
motor yang bagi beberapa orang di anggap komunitas hura-hura, bersifat ekstensialis,
pamer kendaraan dan cenderung menciptakan kompetisi terselubung antar klub.
Kedua, menilai klub motor tidak ada bedanya dengan kenakalan remaja dalam
mengendarai motor secara ugal-ugalan yang menjadi sumber kepanikan masyarakat
sehingga perlu dikontrol dan didisiplinkan melalui pranata sosial.
Pada dasarnya, klub motor berbeda dengan geng motor. Klub motor memiliki
aturan-aturan organisasional seperti memiliki visi-misi, susunan kepengurusan dan
program kerja yang dituangkan ke dalam AD-ART. Seiring berkembangnya
komunitas otomotif yang dilatarbelakangi oleh faktor pendorong yang berbeda-beda,
perlu digarisbawahi bahwa anggapan negatif tentang eksistensi komunitas otomotif
yang terbentuk dalam klub-klub motor di masyarakat masih tetap ada. Oleh sebab itu,
motivasi individu bergabung ke dalam klub motor menjadi kata kunci utama untuk
menjelaskan perilaku masing-masing anggota klub motor dalam komunitas otomotif
tersebut.
D.II. Definisi Konseptual
1. Klub (club)
Dalam Ilmu Sosiologi di kenal sejumlah pendekatan untuk memahami setiap
gejala sosial yang berkembang di masyarakat. Salah satu yang populer adalah
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
12/34
*!
pendekatan fungsionalis. Pendekatan ini berusaha membedah kehidupan sosial
masyarakat melalui jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi dan
bekerja secara teratur sesuai dengan fungsi dan peranannya serta mengikuti aturan-
aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang berkembang di suatu kelompok, komunitas,
atau pun masyarakat. Oleh sebab itu, pengertian klub dapat ditelusuri melalui
pengertian kelompok. Menurut Marhijanto (1997): Kelompok adalah sekumpulan
orang atau beberapa orang; binatang; tumbuhan dalam wilayah tertentu.66
Sedangkan menurut Sherif dan Sherief (1998) menyebutkan bahwa:
Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang telah mengadakan iteraksi sosial yang cukup intensif dan teratur,sehingga antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan
norma-norma tertenti yang luas bagi kelompok itu7.
Pendapat ini diperkuat oleh Sadily yang mengatakan bahwa klub memiliki
pengertian yang sama dengan kelompok atau kumpulan. Namun lain halnya dengan
yang diutarakan oleh freedman:
kelompok adalah organisasi yang terdiri dari atas dua atau lebih individu-individu yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran yang
di terima dan disetujui oleh semua anggota-anggotanya.88
Pendapat-pendapat ini memberikan gambaran bahwa kelompok adalah suatu
kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, yang telah lama terbentuk dan
memiliki tujuan tertentu dari kelompok tersebut.
2. Motor (Automotif)
Pengertian motor atau otomotif menurut Daryanto (1999) adalah:
6Marhijanto, B, 1995,Kamus Lengkap Bahasa Populer, Surabaya: Bintang Timur7Ahmadi Abu, 1999,Psikolog Sosial, cet, ke 2,Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal 588Ibid, Ahmad, 1999, Hal. 60
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
13/34
*#
Sesuatu yang berhubungan dengan kendaraan yang menggunakan mesin
sebagai penggerak dan digunakan sebagai sarana transportasi. Dengan katalain secara garis besar otomotif adalah kendaraan yang menggunakan tenaga
mesin dan digunakan sebagai sarana transportasi9.
Dengan demikian, dari dua pengertian di atas, yaitu klub dan motor, jika di
gabung maka dapat di tarik kesimpulan bahwa:
Klub motor adalah suatu wadah atau kelompok yang terdiri dari dua ataulebih individu yang mencintai suatu jenis kendaraan tertentu (sarana
transportasi dengan menggunakan tenaga mesin) dan selanjutnyamembangun komitmen untuk mencapai tujuan bersama melalui kelompok
10.
3. Identitas
Dalam menjelaskan klub motor, tidak bisa dilepaskan dari konteks persoalan
identitas dalam masyarakat. Identitas menjadi warna yang melekat dalam hubungan
antara individu karena eksistensi seseorang menjadi bagian dari kelompok sosial
dalam sistem kebdayaan tertentu. Tidak ada satupun individu yang lahir ke dunia
berdiri dengan sendirinya atau tanpa memasukkan dirinya ke dalam kategori identitas
tertentu. Iedntitas selalu melekat pada masing-masing orang ataupun komunitas dan
menjadi unsur pokok dalam interaksi sosial. Identitas merupakan karakteristik khusus
setiap orang atau komunitas lain untuk mengenalkan mereka. Karakteristik tersebut
berupa bentuk fisik, pola pikir dan budaya.
Setiap orang atau kommunitas memiliki identitasnya masing-masing sehingga
terdapat berbagai macam identitas dalam kehiduupa sosial. Identitas dengan
sendirinya menjadi pembeda antara seseorang dengan orang lainn atau pembeda
antara suatu komunitas dengan komunitas lain. Menurut teori identitas sosial,
9Daryanto, 1999, Teknik Otomatif, Jakarta: Bumi Aksara10Horton, Paul B. dan Chester L, Hunt, 1984, Sociology, Edisi Keenam, international Student Edition,
Tokyo: mc. Graw-Hill book company Inc.Hlm, 89
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
14/34
*$
identitas individu yang tampil dalam setiap interaksi sosial disebut dengan identitas
sosial. Identitas tidak bisa dipisahkan dengan konstruksi tentang keakuan (selfness)
dan yang lain (thr other). Setiap individu akan melakukan pengidentifikasian tentang
diri sendiri dan orang lain. Mereka pun berkeinginan untuk memperkuat identitas
dirinya. Upaya penguatan keakuan ini dengan sendirinya membentuk konsep tentang
yang lainnya (the other). Semua yang tak memiliki karakter atau kriteria seperti
dirinya atau komunitasnya dianggap sebagai the other. Hal ini dipengaruhi oleh cara
seseorang memandang dirinya dalam lingkungan dan komunitasnya. Dengan
demikian, identitas memiliki peran penting bagi keberlangsungan masyarakat.
Identitas mencitrakan kepribadian seseorang dan mampu memberikan kejelasan
posisi orang tersebut dalam kehidupan sosialnya. Posisi ini memberikan ketenangan
diri karena pengakuan masyarakat atas posisi tersebut menjamin eksistensinya,
terlebih ketika seseorang menemukan orang lain memiliki identitas sama dan
bergabung dalam satu komunitas, misalnya klub motor.
Jika menggunakan pendekatan kulturalisme11,
14maka pembentukan identitas
klub motor di Yogyakarta dapat dijelaskan dengan perpektif instrumentalis12.15
Artinya, identitas dalam diri klub motor tidak bersifat tetap. Relasi yang terbentuk
dapat berubah dan kesadaran individu dikonstruksi oleh si pencetus ide dalam sistem
pewarisan. Perpektif ini lebih menekankan dimensi kekuasaan. Artinya, kesadaran
individu untuk bergabung dalam klub motor merupakan hasil manipulasi dan
mobilisasi mereka (elit) atas nama
11Lihat Mekay 1982: R. Cohen 197812
Michael Hechter (1996: 1986): michael Banton (1994:1996)
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
15/34
*%
pendiri/pelopor/pemrakarsa/pencetu/eksponen/pionir/senior, dll. Konnstruksi ini
diproduksi dan diwariskan terus menerus melalui atribut-atribut berupa organisasi,
lambang atau simbol tertentu, baik itu simbol mitos, atau pun kepercayaan lainnya.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, identitas dalam klubb motor terbentuk atau
merupakan produk wacana si pembuat ide di awal.
Menurut Liliweri (2005: 42-45)13,16bentukan identitas itu meliputi: identitas
pribadi, identitas sosial, dan identitas budaya. Klub motor masuk dalam kategori
identitas budaya karena berangkat dari sistem budaya tertentu. Identitas ini bisa
diperoleh dari pembelajaran dan penerimaan (adopsi) terhadap tradisi dalam suatu
kebudayaan, misalnya klub motor yang akar sejarahnya merupakan tradisi orang
Eropa yang menjalar ke Amerika.
Dalam teori identitas sosial, seorang individu tidaklah dianggap sebagai
individu secara mutlak satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari
kelompok tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah
bagaimana seseorang itu secara sosial dapat didefinisikan (Verkuyten, 2005)14
.
Normalnya, suatu identitas sosial biasanya lebih menghasilkan perasaan yang
positif. Hal tersebut terjadi karena kita menggambarkan kelompok sendiri
diidentifikasikan memiliki norma yang baik. Jika anda berada dalam universitas yang
terbaik di Indonesia, serta menjadi bagian dari kelompok tersebut merupakan bagian
dari keinginan anda juga, dan ternyata hal itu membuat diri anda nyaman karena anda
memang senang menjadi bagian dari mereka (Branscome, Wann, Noel, & Coleman,
13Lillweri, Alo. 2003,Prasangka dan konflik,Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara14http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07
Juni 2010, pukul 13.50 WIB
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
16/34
*&
1993; Deaux, 1996; Ethier & Deaux, 1994; P. Oakes & Turner, 1980; Oakes,
haslam, & Turner, 1994; M. Rubin & Hewstone, 1998; Tajfel, 1981, dalam Stangor,
2004)
15
.
Identitas sosial yang melekat pada seseorang merupakan identitas posistif
yang ingin dipertahankan olehnya. Oleh karena itu, individu yang memiliki identitas
sosial positif, maka baik wacana maupun tindakannya akan sejalan dengan norma
kelompoknya. Dan, jika memang individu tersebut diidentifikasikan dalam suatu
kelompok, maka wacana dan tindakannya harus sesuai dengan wacana dan tindakan
kelompoknya.
Konsep identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum:
1. Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikanself-esteemnya:
mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yangpositif.
2. Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi terhadap
konotasi nilai positif atau negatif. Karenanya, identitas sosial mungkin positif atau
negatif tergantungevaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial, bahkan pada
lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi pada identitas
sosial individu.
3. Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mengdeterminasikan danjuga
sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui perbandingan
15http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07
Juni 2010, pukul 13.55 WIB
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
17/34
*'
sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik (Tajfel, 1974, dalam Hogg &
Abrams, 200016).
19
Dari asumsi di atas tersebut, beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan:
1. Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang positif
2. Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat perbandingan
favorit in-group-out-group; in-grouppasti mempersepsikan dirinya secara positif
berbeda dari out-group
3. ketika identitas sosial tidak memuaskan, individu akan berusaha keluar dari
kelompok, lalu bergabung pada kelompok yang lebih posisitif atau membuat
kelompok mereka lebih bersifat positif (Tajfel, ibid) .
Identitas sosial sebagai teori tidak bisa lepas dari keinginan individu untuk
memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yanglain. Perbandingan sosial
digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori dimana bisa membimbing kita untuk
membandingkandiri kita dengan yanglain, siapa yang serupa dengan kita dan siapa
yang berbeda, siapa yang berada di atas dan siapa yang berada di bawah. Setidaknya
ada tiga variabel yang mempengaruhi hubungan pembedaan antar kelompok dalam
situasi sosial yang nyata (Tajfel, 1974; Turner, 1975; dalam Hogg & Abrams, 2000).
Pertama, individu pasti memiliki internalisasi kelompok mereka sebagai konsep diri
mereka: secara subjektif mereka pasti menidentifikasikan kelompok yang relevan.
Hal ini tidak cukup darioranglain saja yang mengidentifikasikan seseorang kalau dari
kelompok manadia berasal. Kedua, situasi sosial akan menciptakan perbandingan
16http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07
Juni 2010, pukul 13.55 WIB
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
18/34
*(
social yang memungkinkan terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan.
Perbedaan kelompok pada tiap-tiap daerah tidak sama secara sikinifikan. Misalnya
saja, di Amerika perbedaan kelompok lebih cenderung menonjol pada perbedaan
warna kulit, tapi perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong.
Ketiga, in-group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yangada
pada out-group:out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan
yang relevan baik dalam kesamaan, kedekatan, dan secara situasional menonjol.
Kemudian, Determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap
determinasi in-group.
D.III. Kerangka Operasional
a. Dasar-Dasar Pembentukan Klub Motor
Secara umum, dasar pembentukan klub motor dapat ditelusuri dari dasar
pembentukan kelompok. Menurut Gerungan (1996), ada beberapa dasar pembentukan
kelompok, yaitu:17
1. Dasar Sosiologis
Bapak etika Aristoteles (abad ke-4 S.M) mengatakan bahwa semua manusia
adalah zoom politicon atau makhluk sosial. Artinya, tidak ada seorang pun
didunia ini yang mampu hidup sendiri, terpisah dari masyarakat dan tidak
membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sosial, interaksi sosial adalah sebuah
keniscayaan sehingga individu dalam suatu kelompok masyarakat yang terdiri
dari individu-individu saling berkomunikasi, bekerjasama dan memiliki hubungan
17Dr. W.A. Gerungan, 1996,Psikologi Sosial, Bandung, PT. Eresco.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
19/34
*)
timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya dan juga
sebaliknya. Logika ini dapat digunakan untuk menjelaskan dasar pembentukan
klub motor adalah ruang interaksi dimana individu bisa saling berinteraksi dan
motor menjadi media penghubung interaksi antara satu individu dengan individu
yang lain. Menjadi anggota klub motor dapat memudahkan individu membangun
interaksi dan dapat beradaptasi dengan anggota yang lain.
2. Dasar pedagogis
Setiap kelompok dalam masyarakat idealnya mengandung nilai-nilai pedagogis
dalam artian bahwa dengan terbentuknya kelompok tersebut, dapat meningkatkan
taraf perkembangan kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal
balik dalam kelompok, maka perilaku dan prestasi seseorang akan semakin lebih
baik. Selama manusia itu hidup, maka manusia tersebut masih dalam tahap
perkembangan sehingga manusia masih terus dapat meningkatkan taraf
kepribadiannya, mungkin dengan bergabung dan menjadi anggota klub otomotif
individu dapat lebih mengaktualisasikan kepribadiannya, misalnya; rasa mali
menjadi berani ketika terbiasa berinteraksi dengan sesama anggota klub motor.
Atau sifat malas menjadi rajin karena terdorong untuk selalu disiplin mengikuti
aturan-aturan yang dijalankan dalam klub motor.
3. Dasar didaktis
Setiap kelompok dalam masyarakat memiliki nilai didaktis yang digunakan
sebagai sarana untuk perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota,
dan melalui kerj kelompok setiap anggota dapat menguasai suatu materi dengan
jalan diskusi. Keinginan orang untuk bergabung, berkelompok atau tinggal
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
20/34
!+
bersama dapat diterangkan dengan teori nilai tukar sosial atau social exchange
theory yang dikemukakan oleh Thilbaut dan Kelly (1959)18
. Anggota yang
berpartisipasi dalam kelompok (klub motor) akan memperoleh sejumlah
kesenangan, membicaarakan masalah yang mereka hadapi, saling membantu dan
sebagainya. Meskipun dengan cara ini, individu menanggung kerugian yang bisa
berupa uang, tetapi dapat juga bukan uang, misalnya waktu, tenaga, atau jasa-jasa
yang lain.
Tiga pendekatan di atas sedikit banyak dapat menjelaskan mengapa individu
tertariK bergabung dengan club motor. Namun, ada alasan lain bagi individu untuk
bergabung dengan klub motor, di antaranya:
1. Keamanan
Motif keamanan menjadi salah satu faktor yang mendorong individu untuk
bergabung dengan klub motor, individu yang bergabung dengan klub motor akan
merasa aman dari kondisi tertentu, khususnya yang berhubungan dengan masalah
jenis kendaraan yang dimiliki, misalnya apabila kendaraannya bermasalah, maka
individu tersebut dapat rnenanyakan pada anggota klub yang memiliki kendaraan
yang sejenis, Sehingga individu menemukan ruang dalam klub motor untuk
mencari solusi. Selain itu, keamanan disini juga dimaknai dengan rasa aman dari
agresi/ ancaman/ serangan dari pihak lain. Dengan masuk klub motor, individu
akan memiliki banyak teman, sehingga akan mengurangi rasa takut di saat
menghadapi masalah khususnya yang berhubungan dengan konflik. Untuk
beberapa kasus, menyebabkan fragmentasi di tubuh klub motor sendiri.
18Ahmadi Abu, Drs, H, 1991,Psikologi Sosial, cet, Ke-2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hal 104.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
21/34
!*
2. Kemungkinan maju dan berkembang
Motif ini juga menjadi alasan pendorong individu untuk bergabung dengan klub
motor, individu yang tertarik dengan klub motor mungkin juga memiliki
kemampuan dalam hal berkendaraan, sehingga bergabung dengan klub motor
ingin lebih maju dan berkembang lagi dalam hal wawasan mengenai dunia
otomotif.
3. Kesamaan Merek Motor
Kesamaan merek motor biasanya menjadi dasar utama seseorang bergabung
dengan klub motor. Merek motor yang sama menjadi landasn pembentukan
organisasi motor. Sebagian besar klub motor yang ada berdasarkan merek dan
menerima anggota dengan merek motor yang sama.
4. Organisasi
Individu yang masuk maupun bergabung dengan salah satu klub motor jika
ditinjau dari motif ini adalah dengan alasan organisasi, sehingga menurut motif
ini individu yang masuk maupun membentuk klub motor semata-mata didasari
oleh motif keinginan untuk berorganisasi sehingga dapat mengasah kemampuan
dibidang otomotif khususnya dan kemampuan berorganisasi pada umumnya
karena organisasi otomotif (klub) mempunyai kesamaan dengan organisasi sosial
lain pada umumnya, yang menjadi pengurus klub itu tidak mendapat gaji hanya
sukarela, oleh karena itu yang diutamakan pada kepengurusan klub otomotif
adalah loyalitas terhadap klub.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
22/34
!!
5. Pertemanan
Berdasarkan motif ini, mungkin teori inilah yang dirasa cukup berhubungan
dengan motif terbentuknya sebagian besar klub motor di Yogyakarta, karena
berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terhadap beberapa klub sekaligus
mewawancarai beberapa anggota klub rata-rata individu masuk maupun
membentuk klub otomotif atas dasar pertemanan, artinya individu yang masuk
menjadi anggota klub otomotif karena sebelumnya ada temannya yang lebih dulu
menjadi anggota klub tersebut, walaupun ada sebagian yang tidak juga seperti
itu.
6. Kepemimpinan
Motif individu bergabung dengan salah satu klub otomotif berdasarkan teori ini
adalah dari segi kepemimpinannya, akan tetapi teori ini pun memberikan suatu
kebenaran yang cukup realistis, karena individu yang ingin masuk klub otomotif
secara langsung maupun tidak langsung memperhatikan sistem kepemimpinan
klub tersebut, baik mulai dari pelindung, pembina, penasehat, dan para pengurus
klub tersebut. Sehingga dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi induvidu
yang ingin masuk klub tersebut. Peneliti mengambil contoh klub otomotif IMBY
(lkatan Motor Besar Yogyakarta) yaitu klub motor yang menghimpun para
pecinta motor besar dengan kriteria mesin diatas 400cc, klub ini selain
mempunyai pengurus dan Pembina yang dipegang langsung oleh Kasat Lantas
Yogyakarta dan anggotanya pun adalah para pengusaha sehingga individu yang
mau masuk klub tersebut dapat menilai sendiri bahwa klub tersebut bukan
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
23/34
!#
sekedar klub hobbies biasa. Namun mungkin ada unsur-unsur bisnis pada calon
anggotanya yang ingin masuk klub tersebut.
7.
Mengisi waktu luang
Beberapa anggota klub motor adalah mereka para pengusaha dan memiliki
sejumlah aktivitas di kantor, baik pemerintahan maupun swasta. Mereka ini
memanfaatkan waktu luang yang ada untuk bergabung dengan komunitas
tertentu. Misalnya IMBY (Ikatan Motor Besar Yogyakarta) dengan kriteria motor
dengan kapasitas mesin di atas 400 cc.
8.
Benefit (keuntungan ekonomi)
Benefit atau keuntungan-keuntungan tertentu dapat memotivasi individu untuk
masuk klub motor, misalnya individu yang mempunyai bengkel kendaraan.
Dengan masuk klub motor maka secara tidak langsung individu tersebut dapat
mempromosikan bengkelnya sehingga dapat menambah pelanggan walaupun
hanya teman klubnya. Motif ini baik langsung maupun tidak langsung sangat
barpengaruh khususnya yang senang jual beli, hal ini dapat menjadi dorongan
bagi individu tersebut untuk masuk klub motor.
b. Jenis-Jenis Klub Motor
Perkembangan klub otomotif saat ini dapa dikatakan cukup pesat. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya klub otomotif yang beraneka ragam di Yogyakarta.
Selain itu beberapa media juga mendukung perkembangan dunia otomotif. Pada
dasarnya klub otomotif terdiri dari dua jenis, yaitu Roda Empat dan Roda Dua.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
24/34
!$
Karena skripsi ini tentang klub motor, maka penulis akan lebih fokus pada klub roda
dua.
Di Yogyakarta terdapat beraneka ragam jenis klub motor yang berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Misalnya klub motor IMTY (Ikatan Motor Tiger
Yogyakarta) yang berdiri 21 Oktober 1996. Klub ini menghimpun pengguna motor
Tiger yang ada di Yogyakarta. Klub ini termasuk klub yang terbentuk berdasarkan
jennis manufaktur atau khusus Honda Tiger yang diproduksi oleh pabrikan Honda.
Contoh yang lain adalah IMBI (Ikatan Motor Besar Yogyakarta) yang menghimpun
penggemar motor besar di Indonesia. Kriteria untuk menjadi anggota klub ini adalah
individu yang memiliki motor dengan kapasitas mesin di atas 600cc tanpa
memperhatikan ttahun kendaraan, tipe kendaraan maupun pwbrikan kendaraan.
Dengan kata lain, motor baik pabrikan Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dll asal
memiliki cc di atas 600 dapat bergabung menjadi anggota klub ini.
Menurut Andri Aming Aliwarga dan Veroland (2003) dari Kick Chooper
menyebutkan bahwa ada beberapa jenis klub motor berdasarkan desain, yaitu :19
1. Muscle Bike
Muscle bike lebih mengekspos kekuatan sasis atau rangka yang ditonjolkan
lewat mesin besar (biasanya diproduksi massal), jelas Vero.Mencuatkan
kemewahan, custom dan kenyamanan, Di Michigan, Amerika serikat pasukan
muscle bike ada wadahnya. Diberi nama Michigan Classic Muscle Bike. Simbol
19Aliwarga, A. & Veroland, 2003,Macam-macam Klub Berdasarkan Istilah Desain, dalam bikers
motorplus magazine edisi 02 tahun 2003.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
25/34
!%
organisasi dilambangkan dengan motor bersilinder banyak yang segaris dan
melebar.
2.
Streetfighter
Streetfighter biasanya berbasis motor tipe sport yang dimodifikasi. Stang jepit
kerap digantikan yang lebar ala turingatau punya trail. Memadukan penonjolan
antara mesin dan rangka yang seimbang. Chasisdiperlihatkan tanpa ditutupi body
cover. Menurut Vero,streetfighterlebih sedikit radikal lantaran dipakai juga buat
kebut-kebutan. Seperti Eropa atau Inggris, mesin sudah dimodifikasi total,
bahkan ada yang dilengkapi turboatausupercharger.
3. Naked Bike
Konsep naked bike lebih sederhana. Ditunjang bentuk mesin yang lebih kecil.
Biasanya juga dikeluarkan pihak pabrik. Termasuk motor sport yang lepas
fairing, bisa disebut naked, contoh sederhana Buell Blast Ligthtning Xl asli
keluaran pabrik.
4. Moped
Moped istilah orang Jepang menyebut motor bebek. Seperti Norick Abe,
pembalap MotoGP dari tim Yamaha Indonesia dalam promosi 125z di Kenjeran,
Surabaya. Abe menjuluki bebek 125z sebagai moped. Pabrikan Jepang macam
Honda, menyebutnya supercub. Lalu ada istilah lain underbone. Artinya center
bonemeliuk di bawah layaknya bebek lokal macam Honda Supra.
5. Chopper
Chopperasalnya dari istilah chopyang berarti memotong. Perilaku modifikator
yang tidak puas dengan bentuk asli pabrikan. Terkenal mulai awal 1970-an.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
26/34
!&
Gampangnya chopberarti nafsu perkembangan dari desain bobberera 1960-an.
Kemudian bentukan chopperidentik dengan rakelebar sudut kemiringan komstir
jelas besar sasis melandai ke bawah. Ditunjangshockbrekerpanjang dengan roda
depan berdiameter besar, namun ukunannya kecil contoh nyata di Harley
Davidson Erectra. Karakter chopperdikembangkan Harley mania dari Amerika.
SepertiHell,s Angeldan Outlaw.
6. Sport
Jenis ini tidak asing dilihat. Menggunakan baju alias fairing seperti Motor GP.
7. Ratbike
Ratbikesebenamya boleh masuk dalam spesifikasi motor apa saja. Istilah ratbike
bukan termasuk dalam desain. Namun lebih kepada jiwa biker yang
menunggangnya. Barang apa saja boleh ada tergantung di motor dari sandal jepit
sampai kaleng minuman.
8. Sport Turing
Sport Turing gabungan dari motor sport dan turing. Gaya pengendara sedikit
merunduk namun dilengkapi perlengkapan penunjang turing. Semacam bagasi di
belakang kiri kanan. Lebih detail dapat dilihat pada Ducati sT4 asing dilihat.
9. Turing
Motor turing identik dengan chopper. Namun sekarang justru lebih ergonomis
lagi gemuk dan nyaman seperti Honda Gold Wing, bahkan dilengkapi sistem
penunjuk arah atau GPS (Global positioning system).
10. Speedway
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
27/34
!'
Kuda besi speedway aslinya digunakan untuk kompetisi. Biasa dipakai balapan
pada sirkuit trek oval. Tidak dilengkapi rem, cukup mengandalkan tekanan balik
dan engine-brake. Transmisinya pun terbatas, lazimnya hanya dua tingkat
percepatan.
11. Dirt Track
Aslinya dari nama balap motor di Amerika. Basis dari motor jalanan yang
dimodifikasi untuk adu cepat di trek tanah sampai dimodifikasi Harley Davidson
KR70, kemudian berkembang kelas supertracker dengan mesin 900-1000 cc.
Bisa pakai dari suzuki TL1000 dan Honda VTR1000. Asli buat kompetisi tidak
dilengkapi rem depan, hanya pakai rem cakram belakang20
.
12. Trail dan Trial
Kuda besi trail lebih cocok untuk medan tanah dan batu kecil. Biasanya juga
dipakai buat motocross. Trialbeda lagi, dirancang untuk medan lebih ekstrim.
macam bebatuan terjal. Kerap juga dipakai atraksi panjat batu. Karena
pembalap sering berdiri maka tidak dilingkapi jok. Kalaupun ada, bentuknya
kecil dan rendah. Transmisinya pun hanya 3-4 tingkat percepatan.
E. Metode Penelitian
E.I. Pemilihan Metode Penelitian
Metode pada dasarnya adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan
20Aliwarga, A. & Veroland, 2003,Macam-macam Klub Berdasarkan Istilah Desain, dalam bikers
motorplus magazine edisi 02 tahun 2003.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
28/34
!(
masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah
yang telah dirumuskan. Karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
IMTY membangun citra dirinya, maka pertama-tama akan dijelaskan metode yang
akan digunakan.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Menurut Wahyudi Kumorotomo (1995), studi kasus adalah deskripsi atau pemapaan
analitis tentang peran IMTY dalam peembentukan formasi sosial di Yogyakarta.
Tujuan penggunaan studi kasus, dan juga eksperimen, pada umumnya untuk
menjawab pertanyaan how dan why (Yin, 1994). Dengan kata lain, studi kasus
banyak dimanfaatkan untuk keperluan deskripsi dan eksplanasi dari suatu
permasalahan.
Berkaitan dengan penelitian deskriptif dalam studi kasus, maka yang
dimaksud deskriptif adalah prosedur pemecaehan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasrkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagian adanya, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa metode
deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang
gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki (H, Hadari Nawawi,
1983). Menurut Masri Singarimbun (1989), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan
konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Metode
ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga
meliputi analisa dan interpretasi tentang data itu.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
29/34
!)
Dr. Suharsimi Arikunto (1986), mengatakan bahwa pada umumnya penelitian
deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga langkah penelitiannya tidak
perlu merumuskan hipotesis. Selain itu, pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak
terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisa dan interpretasi data itu. Karena itu pula maka sebaiknya seorang penyelidik
menjelaskan lebih lanjut proses dan teknik yang dipergunakan, dan tidak hanya
menerangkan bahwa ia memakai metode deskriptif.
E.2. Teknik Pengumpulan Data
Setiap penelitian membutuhkan data untuk menganalisis dan membuat
kesimpulan dalam memecahkan suatu masalah, untuk mendapatkan data yang
lengkap, akurat serta ilmiah maka dibutuhkan metode pengumpulan data. Di dalam
penelitian ini peneliti mengunakan beberapa metode pengumpulan data, Metode-
metode itu adalah:
1.Observasi
Dalam penelitian ini peneliti turun langsung kelapangan untuk melakukan
pengamatan secara langsung. Tujuan dari metode ini untuk meneliti realitas yang ada
dilapangan secara langsung.
2.Wawancara
Metode wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan mendalam dari aspek yang ditentukan secara relevan dengan
permasalahan penelitian ini, wawancara dilakukan dengan responden. Dalam metode
wawancara ini peneliti dapat mengunakan panduan yang berisi poin-poin yang
dianggap dapat menguraikan serta relevan dengan masalah yang diangkat.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
30/34
#+
3.Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik dalam pengumpulan data dengan
mempelajari apa yang tertulis dan dapat dilihat dokumen-dokumen yang ada, data
yang didapat adalah data sekunder.
Untuk mengumpulkan data, digunakan teknik atau studi dokumenter, yaitu
cara mengumpulkan data melalui peninggalan data tertulis, terutama berupa arsip-
arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-
lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Prof. DR. Hadari Nawawi,
1993).
E.3. Subjek dan Objek Penelitian
Yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, ketentuan ini berdasarkan kepada pendapat yang menyatakan bahwa
manusia adalah intrumen pokok dalam penelitian, sedangkan objek penelitiannya
adalah anggota klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta.
E.4. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, saya mencari data-data tentang
pergulatan identitas klub motor dalam dinamika sosial (Studi komparansi tentang
klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta), untuk mendapatkan data-data
yang dibutuhkan, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu :
a.
Data Primer
Data yang didapat dengan jalan memberi pertanyaan kepada Responden,
yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anggota klub motor IMTY dan
masyarakat
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
31/34
#*
b.Data Sekunder
Data yang diperoleh dari penelitian orang lain, dalam hal ini dapat berupa
catatan-catatan, laporan, buku, pedoman, dan-data lain yang dapat melengkapi data
yang sudah ada.
Data dalam penelitian ini adalah data-data sekunder, yaitu data yang telah
lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar penyelidik sendiri,
walaupun data yang dikumpulkan sesungguhnya adalah data yang asli (prof. DR.
Winarno Surachmad, Msc. Ed, 1986). Data sekunder yang dmaksud adalah data-data
tentang sejak kapan terbentuknya IMTY dan bagaimana dinamika klub motor ini di
Yogyakarta. Data sekunder selain dapat deperoleh dari sumber dokumen, dapat juga
melalui majalah, koran, atau data-data yang tersedia.
Selain teknik dokumentasi, penelitian ini juga menggunakan teknik interview
sebagai cara pengumpulan data. Data primer ini dalam penelitian yang akan
dilakukan sangat memegang peranan karena kurangnya syudi tentang klub motor dari
aspek sosiologis di Indonesia. Menurut Sutrisno Hadi (1986: 193) menyatakan
bahwa: interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data denga jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis yang berlandaskan pada
tujuan penyelidikan. Dari cara pengumpulan data, interview dapat dibagi menjadi tiga
jenis:
1.
Interview tak terkontrol, dilakukan apabila interview dalam menjalankan
tugasnya tidak mempunyai pedoman yang dipakai dalam proses tanya jawab.
2. Interview terkontrol, merupakan kebalikan dari interview tidak terkontrol.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
32/34
#!
3. Interview bebas kontrol, yaitu apabila interview membawa kerangka
pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan, yaitu apabila interview membawa
kerangka pertanyaan-pertanyaan diserahkan kepada kebijaksanaan interviewer
(departemen sosial RI.:45-47).
Dalam melakukan interview, peneliti menggunakan teknik interview bebas
kontrol. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang lebih
komplit dalam mensiasati pertanyaan-pertanyaan lanjutan setelah mendapatkan
penjelasan awal dari pertanyaa yang akan diajukan. Untuk tetap menjaga objektifitas
data, maka data yang dikumpulkan adalah data yang mempunyai relevansi dengan
tujuan penelitian yang ingin dicapai.
E.5. Teknik Pemilihan Responden.
Responden dalam penelitian ini ditentukan melalui metodePurposive
Sampling(Pengambilan sampel berdasarkan tujuan), yaitu sebagai berikut :
a. Anggotag klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta
b. Masyarakat
Dalam metode ini penentuan sampel didasarkan pada pertimpangan
pengumpulan data yang menurut saya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
E.6. Teknik Analisa Data
Pengelohan data penelitian yang berupa data kuantitatif dan kualitatif
selanjutnya dianalisa dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Analisa kualitatif
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan,
penyerderhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
33/34
##
tertulis dilapangan. Hasil observasi fisik dan wawancara diidentifikasi sambil di
reduksi berdasarkan kriteria permasalahan yang telah ditetapkan kemudian dianalisis
seluruhnya melalui pendekatan interaksi. Dilanjutkan dengan pendalaman setiap
aspek untuk dapat dianalisa sesuai dengan permasalahan. Penyajian data sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan analisis ketiga adalah menarik
kesimpulan.
Analisis data secara kualitatif dalam penelitian ini mengedepankan analisa
terhadap peran IMTY dalam masyarakat. Mengingat analisa data ini sifatnya
kualitatif, maka apabila terdapat data yang berwujud angka statistik, untuk
kepentingan penulisan ini, data tersebut akan ditransformasikan menjadi kalimat-
kalimat yang bersifat kualitatif.
E.
Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini akan terdiri dari beberapa bab pembahasan dan beberapa
sub bab. Secara garis besar sistematikanya seperti dibawah ini :
BAB I. Pendahuluan: berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan
masalah, tinjauan pustaka, metodologi dan sistematika penulisan
BAB II.Sejarah Motor dan Historiografi Ikatan Motor Tiger Yogyakarta: akan
memberikan gambaran tentang sejarah motor secara umum dan motor honda tiger
khususnya. Bagian ini juga menyampaikan data-data yang sekiranya nanti akan bisa
digunakan sebagai data pendukung dalam pembahasan di bab berikutnya.
-
7/24/2019 Fenomena Geng Motor
34/34
#$
BAB III. Struktur dan Keanggotaan IMTY. Bab ini akan memberikan gambaran
struktur dan sistem keanggotaan.
BAB IV.Pergulatan IMTY Dalam Sistem Sosial Masyarakat: Bab ini akan
membahas aktifitas IMTY, pola hubungan antara IMTY dengan klub motor lainnya
dan IMTY dengan masyarakat.
BAB V. Kesimpulan: berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebalumnya.