februadi 2 (1)

150

Upload: alamahul-bayan

Post on 25-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah, modul mata kuliah Teknologi Pati dan Gula ini dapat terselesaikan tepat

    pada waktunya sehingga dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran semester awal 2011/2012.

    Modul ini disusun berdasarkan acuan dari GBRP mata kuliah Teknologi Pati dan Gula.

    Modul ini dapat digunakan sebagai rujukan materi pada mata kuliah Teknologi Pati dan Gula pada

    mahasiswa program studi Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas yang disusun dari beberapa pustaka yang

    relevan dan juga dari jurnal hasil-hasil penelitian dan artikel yang berhubungan dengan mata kuliah ini

    Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan pembiayaan yang dibiayai oleh DIPA BLU Unhas

    2011 pada penyusunan modul ini. Diharapkan dengan adanya buku penuntun ini, dapat meningkatkan

    kualitas pembelajaran khususnya pada mata kuliah Teknologi Pati dan Gula. Buku ini jauh dari

    kesempurnaan, oleh karena itu sarana perbaikan sangat kami harapkan.

    Makassar, 1 Desember 2011

    Penulis,

    Februadi Bastian, STP., M.Si

    NIP. 19820205 200604 1 002

  • BAB I. PENDAHULUAN

    I. 1. Gambaran profil lulusan program studi Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas

    Profil lulusan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan adalah sarjana Teknologi

    Pertanian yang kreatif-adaptif dan mandiri yang mempunyai kemampuan berperan dalam

    bidang teknologi pertanian khususnya ilmu dan teknologi pangan seperti:

    1. Manajer,

    2. Peneliti dan pendidik,

    3. Wirausaha,

    4. Pegawai negeri, BUMN, atau swasta

    I.2. Kompetensi lulusan

    Setelah menetapkan profil lulusan program studi sebagai outcome pendidikan, maka

    kompotensi yang harus dimiliki oleh lulusan program studi adalah sebagai berikut:

    A. Kompetensi Utama

    Kompetensi utama Lulusan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan adalah:

    1. Memiliki kecerdasan dan kemampuan dasar intelektual, pengetahuan dan

    keterampilan untuk mengembangkan dunia ilmu dan teknologi pangan.

    2. Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk menganalisis setiap permasalahan dalam

    pengembangan industri pangan dan menetapkan solusi alternatif pemecahannya

    secara holistik dan berkelanjutan.

    3. Memiliki kecakapan dan kemampuan menerapkan dan mengembangkan IPTEKS

    dalam bidang ilmu dan teknologi pangan sebagai bagian dari sistem pertanian

    terpadu.

    4. Memiliki kecakapan dan kecerdasan manajerial dalam menjalankan dan

    mengembangkan usaha dalam bidang ilmu dan teknologi pangan.

    5. Memiliki kecakapan dan kemampuan merancang dan melakukan kajian IPTEKS

    bidang ilmu dan teknologi pangan secara ilmiah.

    B. Kompetensi Pendukung Kompetensi pendukung lulusan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan adala

  • 1. Memiliki kemampuan mengembangkan diri secara profesional yang berfikir secara

    logis dan analitis, holistik dan kreatif untuk menyelesaikan masalah yang

    berhubungan dengan ilmu dan teknologi pangan.

    2. Memiliki kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif dalam

    memotivasi masyarakat untuk mengembangkan bidang teknologi pangan.

    3. Memiliki kematangan emosional, etos kerja yang tinggi, disiplin dan bermoral.

    4. Memiliki kecakapan dan kemampuan memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan

    membangun jaringan, mendapat informasi, dan berkarya.

    5. Memiliki kemampuan manejerial untuk mengembangkan usaha yang berhubungan

    dengan ilmu dan teknologi pangan.

    C. Kompetensi Lainnya

    Kompetensi lainnya (additional) lulusan Program Ilmu dan Teknologi Pangan adalah:

    1. Memiliki sikap dan perilaku dalam menjunjung tinggi norma, tatanilai, moral dan

    tanggung jawab professional dan mengembangkan kreatifitas berdasarkan nilai

    budaya bahari

    2. Memiliki kecakapan dan kemampuan bekerjasama dan menyesuaikan diri dengan

    cepat dalam lingkungan kerja dan sosial budaya masyarakat.

    3. Memiliki kearifan dan kemampuan melayani masyarakat secara profesional.

    Tabel I-1. Matriks hubungan antara Profil dan Kompetensi Lulusan

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • I.3. STRUKTUR DAN ISI KURIKULUM Tabel I-2. Matriks antara Rumusan Kompetensi dengan Elemen Kompetensi dalam SK

    Mendiknas No. 045/U/2002 KELOMPOK

    KOMPETENSI NO.

    RUMUSAN KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI

    2 3 4 5 6 7 8

    A. KOMPETENSI

    UTAMA

    1 Kemampuan dalam penguasaan sains dasar (Fisika, Matematika dan Sistem Biologis)

    X

    2 Kemampuan dalam mengembangkan pengetahuan dasar ilmu dan teknologi pangan

    X X X X X

    3 Kemampuan dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu dan teknologi

    X X X

    4 Kemampuan dalam mengukur, menghitung, menganalisa dan menginterpretasikan data

    X X

    5 Kemampuan Mengolah/mengawetkan bahan pangan , baik u/ kegiatan pra panen maupun pasca panen

    X

    X

    6 Kemampuan dalam menggunakan dan teknik/ cara pengolahan dan pengawetan

    X X

    X X

    7 Kemampuan dalam memecahkan persoalan-persoalan dalam bidang ilmu dan teknologi pangan

    X X X X

    B. KOMPETENSI PENDUKUNG

    1 Kemampuan dalam penguasaan ICT X X 2 Kemampuan berkomunikasi secara

    efektif, termasuk dalam Bahasa Inggris

    X X X

    3 Kemampuan dalam bekerjasama dan menyesuaikan diri dengan di lingkungan kerjanya

    X X X

    4 Kemampuan untuk mengembangkan diri dan berfikir logis analitis X X X

    5 Kemampuan dalam manajerial dan X X X

  • wirausaha C.

    KOMPETENSI LAINNYA

    1 Kemampuan untuk menjunjung tinggi norma, tata-nilai, moral, dan tanggung jawab profesional

    X X X

    2 Kemampuan bekerja dan mengembangkan kreatifitas berdasarkan nilai budaya bahari

    X X X X X

    ELEMEN KOMPETENSI: a. andasan kepribadian;

    b. penguasaan ilmu dan keterampilan;

    c. kemampuan berkarya;

    d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan

    keterampilan yang dikuasai;

    e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam

    berkarya.

    I.4. GBRP Nama Mata Kuliah : Teknologi Pati dan Gula (331G5302) Kompetensi Utama : 1. Memahami sifat fisiko kimia pati, teknologi ekstraksi pati, aplikasi teknik pengolahan dan modifikasi pati 2. Memahami sejarah perkembangan industri gula, sifat fisik dan kimia serta teknologi pengolahan gula tradisional 3. Kemampuan menganalisa permasalahan yang berkaitan \ dengan pengolahan pati dan gula. Kompetensi Pendukung : Kemampuan untuk bekerja secara mandiri dan bekerjasama dalam tim Kompetensi Lainnya : Kemampuan berkreasi dan memiliki inisiatif dalam mengintegrasikan berbagai keterampilan yang menunjang kompetensi utama utama dalam mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan proses pengolahn pati

  • memahami hak tanggungjawab masmasing

    perkuliahan

    2 s/d 4 Memahami tentang kimia pati Pendahuluan kimia

    pati

    1. Menjelaskan pengertian monosakarida, oligosakarida pati dan jalur sintesa pati

    2. Menjelaskan struktur pati (amilosa dan amilopektin)

    3. Menjelaskan mekanisme terjadinya gelatinisasi, sineresis dan retrogradasi

    4. Menjelaskan Birefrigent End Point

    1. Mengamati struktur 3 dimensi granula pati

    2. Mengamati struktur kimia amilosa dan amilopektin

    3. Mendiskusikan berbagai jenis pati dan sifatnya dari beberapa tumbuhan penghasil pati

    300 20%

    5

    Menjelaskan tentang proses

    terjadinya hidrolisa pati

    Faktor-faktor yang berperan dalam hidrolisa pati

    (enzim, asam dan panas)

    1. Menjelaskan mekanisme hidrolisi asam dan panas

    2. Menjelaskan mekanisme kerja enzim -amilase, -amilase, glikoamilase, pullulanase.

    3. Menjelaskan jalur biokimia konversi pati menjadi glukosa

    1. Melakukan ice Breaker Binggo

    2. Mengamati animasi pemutusan ikatan glikosida oleh enzim.

    3. Mendiskusikan penggunaan berbagai jenis enzim untuk menghasilkan berbagai jenis produk (sirup glukosa, sirup fruktosa, maltosa, atau larutan amilosa)

    100 10%

    6 Menjelaskan metode ekstraksi

    pati dari sumbernya

    1. Pati Jagung 2. Pati sagu 3. Pati gandum 4. Pati ubi kayu

    Menjelaskan metode ekstraksi pada pati jagung dan gandum (sereal), pati ubi kayu (umbi), pati sagu (batang).

    1. Mengamati dan

    menonton film proses ekstraksi pati

    100 10%

    7 s/d 8

    Memahami mengenai prinsip modifikasi pati

    Modifikasi pati untuk memperbaiki keterbatasan sifat

    1. Menjelaskan manfaat modifikasi pati

    2. Menjelaskan metode/jenis

    1. Mengamati proses reaksi kimia pada berbagai metode

    200 15%

  • fisik/kimia dari pati

    modifikasi pati : modifikasi fisik, modifikasi cross linking, modifikasi subtitusi, modifikasi pregelatinisasi.

    3. Menjelaskan manfaat/aplikasi pati termodifikasi pada pangan

    modifikasi pati 1. Mendiskusi

    kan berbagai metode modifikasi pati dan aplikasinya (metode jigsaw)

    2. Melakukan presentasi kelompok

    9 Memahami mengenai Pati Resisten

    Pati resisten sebagai hasil

    olahan pati yang bersifat

    probiotik

    1. Menjelaskan prinsip pengolahan pati menjadi pati resisten

    2. Menjelaskan tipe pati resisten

    3. Menjelaskan manfaat pati resisten bagi kesehatan

    Melakukan Review Jurnal Hasil penelitian mengenai Pati Resisten 100 10%

    10 Kompetensi Dasar

    Gabungan (Minggu 7 s/d 9)

    Modifikasi Pati dan Pati Resisten

    Gabungan Indikator minggu 7 s/d 9

    1. Melakukan Ice Breaking Menyususn Kalimat

    2. Melakukan presentasi kelompok

    3. Melakukan review terhadap poster (Gallery Walk)

    120 MID TEST

    11 s/d 12

    Menjelaskan sejarah perkembangan

    industri gula dan pengolahan

    ula dan proses ksi

    1. Menjelaskan sejarah industri gula di Indonesia

    2. Mengidentifikasi sumber-sumber gula : Gula tebu, gula sorgum, bit gula, kurma, aren, sagu, dan kelapa

    3. Menjelaskan proses pembuatan gula

    Mengamati dan menyaksikan film proses pembuatan

    gula secara tradisional dan

    industri

    200 10%

    13 Memahami sifat fisik sukrosa

    Sukrosa sebagai sumber pembuatan gula pasir

    1. Memahami

    struktur molekul sukrosa

    2. Menjelaskan proses pembentukan

    1. Mendiskusikan

    secara kelompok mengenai sifat-sidat sukrosa

    100

  • dalam tanaman 3. .Menjelaskan hidrat

    sukrosa, ikatan adisi garam dan metal sakharat

    4. memahami bentuk Kristal sukrosa dan sukrosa amorph

    14

    Memahami proses pembuatan sirup glukosa dan sirup

    fruktosa

    Sirup glukosa dan sukrosa sebagai

    alternative pemanis dalam industri pangan

    1. Menjelaskan bahan baku dari pembuatan sirup glukosa dan sirup fruktosa

    2. Menjelaskan proses hidrolisis dan isomerasi pada pembuatan sirup glukosa dan sirup fruktosa

    1. Mendiskusikan

    secara kelompok proses pembuatan dan aplikasi sirup glukosa dan fruktosa

    100 5%

    15 Memahami produk-produk fermentasi

    dari pati

    Pati sebagai substrat

    fermentasi untuk menghasilkan

    berbagai macam produk

    1. Menjelaskan prinsip fermentasi pati 2. Menjelaskkan mikroorganisme yang berperan pada fermentasi pati 3. Menjelaskan faktor prasyarat pada fermentasi pati/gula 4. Menjelaskan proses fermentasi untuk menghasilkan etanol, cuka dan asam cuka,

    1. Mendiskusikan secara kelompok tentang proses pembuatan produk hasil fermentasi dengan substrat pati/gula 2. Melakukan presentasi kelompok dan gallery walk pada poster hasil persentasi kelompok

    100 10%

    16 Kompetensi dasar gabungan (minggu

    11-15) FINAL TEST

    Sumber Bacaan:

    1. Jurnal ilmiah hasil penelitian mengenai profil pati dari berbagai jenis

    2. BeMiller,J.N., and Whistler,R. 2009. Starch: Chemistry and Technology. Academic

    Press,Inc

    3. Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawidjaja M, Penerjemah;

    Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • 4. Thomas, D.J, dan Atwell, W.A., 1999. Starches : Practical Guides For The food

    Industri.

    EaganPress Handbook Series. USA

    5. Tjokroadikoesoemo S, 1985. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia

    Jakarta.

    6. Winarno, F.G., 2008. Kimia Pangan dan Gizi (Edisi Terbaru). PT. Embrio Biotekindo,

    Bogor.

    I.5. Kontrak Pembelajaran

    KONTRAK PEMBELAJARAN

    Nama Mata Kuliah : Teknologi Pati dan Gula

    Kode Mata Kuliah : 331G5302

    Semester : VI

    Hari pertemuan/Jam :

    Tempat Pertemuan : PB 422

    1. Manfaat Mata Kuliah

    Pada mata kuliah ini mahasiswa mampu memahami sifat fisiko kimia pati, teknologi

    ekstraksi pati, aplikasi teknik pengolahan dan modifikasi pati. Pada mata kuliah ini juga

    diharapkan mahasiswa dapat memahami sejarah perkembangan industri gula, sifat fisik dan

    kimia serta teknologi pengolahan gula tradisional; dan juga mahasiswa diharapkan memiliki

    kemampuan menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan pengolahan pati dan gula.

    2. Organisasi Materi

    Organisasi materi dapat dilihat pada GBRP.

    3. Strategi Perkuliahan

    a. Metode yang digunakan dalam pencapaian sasaran pembelajaran dilakukan dengan

    menggunakan metode: ceramah, demonstrasi, tanya-jawab, diskusi kasus, ice breaker,

    gallery walk, jigwaw, quis, presentasi dan penugasan.

    Ceramah berupa penyampaian bahan ajar oleh dosen pengajar dan penekanan-penekanan pada hal-hal yang penting dan bermanfaat dan dalam hal pengolahan

    pati dan gula

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Demonstrasi berupa menunjukkan iktan-ikatan kimia pada pati dan gula menggunakan software Chem Office

    Tanya jawab dilakukan sepanjang tatap muka, dengan memberikan kesempatan mahasiswa untuk memberi pendapat atau pertanyaan tentang hal-hal yang tidak

    mereka mengerti atau bertentangan dengan apa yang mereka pahami sebelumnya.

    Diskusi kasus (metode jigsaw) dilakukan dengan memberikan contoh kasus/kondisi pada akhir pokok bahasan, mengambil tema yang sedang aktual di

    masyarakat dan berkaitan dengan pokok bahasan tersebut, kemudian mengajak

    mahasiswa untuk memberikan pendapat atau menganalisis secara kritis

    kasus/kondisi tersebut sesuai dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan.

    Penugasan diberikan untuk membantu mahasiswa memahami bahan ajar, membuka wawasan, dan memberikan pendalaman materi. Penugasan bisa dalam

    bentuk menulis tulisan ilmiah, membuat review artikel ilmiah, ataupun membuat

    tulisan yang membahas kasus/kondisi yang berkaitan dengan pokok bahasan. Pada

    penugasan ini, terdapat komponen ketrampilan menulis ilmiah, berpikir kritis,

    penelusuran referensi ilmiah, dan ketrampilan bahasa Inggris.

    Quiz diberikan pada saat awal perkuliahan, tengah perkuliahan atau akhir pekuliahan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa secara spontan terhadap

    meteri yang akan atau telah diberikan.

    Icebreaker diberikan pada saat awal perkuliahan unutk mencairkan suasana. Icebreaker dilakukan dnegan berbagai metode game yang berhubungan dengan

    mata kuliah teknologi pati dan gula.

    Gallery walk dilakukan saat mahasiswa diberikan tugas unutk membuat sebuah poster dan akan dinilai oleh kelompok yang lain

    b. Media instruksionalnya berupa: LCD projector, whiteboard, bahan software

    Chemoffice, bartikel aktual di surat kabar/internet/majalah/jurnal

    ilmiah, buku diktat bahan ajar, handout, dan kontrak perkuliahan.

    4. Materi/Bacaan Perkuliahan

    Buku/bacaan pokok dalam perkuliahan ini adalah:

    1. Jurnal ilmiah hasil penelitian mengenai profil pati dari berbagai jenis

  • 2. BeMiller,J.N., and Whistler,R. 2009. Starch: Chemistry and Technology. Academic

    Press,Inc

    3. Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawidjaja M, Penerjemah;

    Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry

    4. Thomas, D.J, dan Atwell, W.A., 1999. Starches : Practical Guides For The food

    Industri. EaganPress Handbook Series. USA

    5. Tjokroadikoesoemo S, 1985. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia

    Jakarta.

    6. Winarno, F.G., 2008. Kimia Pangan dan Gizi (Edisi Terbaru). PT. Embrio Biotekindo,

    Bogor.

    5. Tugas

    Dalam perkuliahan, diberikan beberapa tugas sebagai berikut:

    a. Materi perkuliahan sebagaimana disebutkan dalam jadwal perkuliahan harus sudah dibaca

    sebelum mengikuti tatap muka. Apabila ada, handout sudah akan diserahkan pada

    mahasiswa sebelum hari kuliah.

    b. Quiz diberikan pada tiap kali tatap muka untuk menilai pemahaman mahasiswa dan

    absensi. Kehadiran pada tatap muka minimal 80%. Apabila tidak diadakan quiz, akan

    diberikan penugasan.

    c. Evaluasi mahasiswa dilakukan dengan mengadakan kuis diadakan 2 kali, yaitu mid test

    dan final test

    d. Penugasan sesuai pokok bahasan, yang harus sudah diselesaikan sesuai tanggal yang

    ditentukan bersama

    6. Kriteria Penilaian Penilaian akhir dari matakuliah ini

  • Pembobotan nilai adalah sebagai berikut:

    Nilai Tugas : 25% (penugasan kuliah)

    Nilai Quiz : 15%

    MID Test : 25%

    Final Test : 35%

    Bagi mahasiswa yang sudah pernah mengikuti mata Teknologi Pati dan Gula sebelumnya dan dinyatakan tidak lulus, wajib mengulang kuliah.

    Tidak mentolerir adanya kecurangan dalam ujian. Ujian Quiz, Mid test, dan Final test adalah instrumen untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam memahami mata

    kuliah ini. Apabila mahasiswa menunjukkan gerak-gerik mencurigakan selama tes-tes

    tersebut, atau ditemukan mencontek/memberikan contekan, akan mendapatkan

    pengurangan nilai 25% dari nilai yang diperolehnya untuk tes tersebut, dan

    pengurangan ini akan disampaikan secara terbuka pada waktu pengumuman nilai.

    Apabila mahasiswa ditemukan membawa/membuat (walaupun tidak membuka)

    catatan selama tes-tes tersebut, baik berupa kertas, coretan di kursi, dan sebagainya,

    maka mahasiswa tersebut akan mendapat nilai 0 untuk tes tersebut.

    Untuk mengikuti Final test jumlah kehadiran mahasiswa minimal 80%.

  • BAB II. MEMAHAMI TENTANG KIMIA PATI

    II.1 Pendahuluan

    Sasaran pembelajaran yang akan dicapai pada materi ini yaitu mahasiswa dapat

    memahami kimia pati. Pembahasan mengenai kimia pati ini dimulai dengan penjelasan

    mengenai pengertian pati, perbedaan monosakarida dan stukturnya, oligosakarida serta jalur

    sintesa pati. Dari materi tersebut kemudian dilanjutkan pembahasan mengenai struktur

    penyusun pati yaitu amilosa dan amilopektin serta sifat-sifatnya. Materi dilanjutkan dengan

    pembahasan mengenai terjadinya gelatinisasi, sineresis retrogradasi, birefrigent end point dan

    sifat-sifat pati lainnya.

    II.2 Pengertian pati dan karbohidrat

    Pati merupakan bagian dari karbohidrat. Pati merupakan sumber utama penghasil

    energi dari pangan yang dikonsumsi oleh manusia. Sumber-sumber pati di dunia berasal dari

    tanaman sereal, legume, umbi-umbian, serta beberapa dari tanaman palm seperti sagu. 60-

    70% dari berat biji-bijian sereal mengandung pati dan menyediakan 70-80% kebutuhan

    kalori bagi penduduk dunia. Pati murni atau pati yang dimodifikasi banyak digunakan dalam

    industri pangan atau non pangan. Dalam penggunaan sebagai pangan pun dapat

    diklasifikasin sebagai penggunaan primer atau sekunder. Penggunaan pati sebagai sumber

    pangan primer misalnya dijadikan sebagai bahan makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan

    energy harian manusia, sedangkan jika digunakan sebagai bahan pangan sekunder, pati dapat

    dijadikan sebagai bahan pengisi, pembentukan gel atau pengental, moisture-retention,

    pembentukan tekstur dan lain sebagainya. Sedangkan jika digunakan sebagai bahan industri

    non pangan pati banyak digunakan dalam industri kertas dan tekstil. Sifat karakteristik

    kimia dan fisik dari pati inilah yang membedakan pati dengan sumber karbohidrat lainnya.

  • Sebelum jauh membahas mengenai struktur penyusun dari pati, kita akan membahas

    sedikit mengenai karbohidrat. Karbohidrat adalah polihidroksil aldehid atau keton atau

    senyawa-senyawa lainnya yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Terdapat

    tiga golongan utama dari karbohidrat yaitu: monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.

    Sakarida sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti gula. Monosakarida biasa juga

    disebut gula sederhana yang terdiri dari satu unit polihidroksil aldehida atau keton. Contoh

    dari monosakarida ini yaitu: glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Gambar II-1), namun

    monosakarida yang paling banyak di alam adalah D-glukosa. Oligosakarida (oligo dalam

    bahasa Yunani Oligos yang artinya sedikit) terdiri dari rantai pendek monosakarida yang

    bergabung. Bagian dari oligosakarida yaitu disakarida (dua unit monosakarida yang saling

    berikatan) contohnya sukrosa (ikatan antara glukosa dan fruktosa), maltose (dua unit glukosa

    yang saling berikatan), dan laktosa (ikatan antara galaktosa dan glukosa) (Gambar II-2).

    Oligosakarida yang memiliki tiga atau lebih unit monosakarida tidak terdapat secara bebas di

    alam. Polisakarida yaitu rantai panjang yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan unit monomer

    sakarida. Contoh polisakarida yang banyak terdapat di alam yaitu selulosa dan pati. Pati

    merupakan homopolisakarida yang artinya hanya terdapat satu jenis monosakarida yang

    saling berikatan membentuk rantai panjang polimer. Pati hanya disusun oleh satu jenis

    monosakarida yaitu D-glukosa. Pati hanya terdapat pada tanaman yang berbentuk gumpalan

    atau granula.

    Gambar II-1. Struktur molekul glukosa, fruktosa, dan galaktosa (dari kiri ke kanan)

  • Gambar II-2. Struktur molekul sukrosa, maltose dan laktosa (dari kiri ke kanan)

    Pati tersusun dari monomer monosakarida enam karbon D-glukosa. Struktur

    monosakarida D-glukosa dapat digambarkan dalam struktur rantai terbuka atau dalam bentuk

    cincin (Gambar II-3). Konfigurasi dalam bentuk cincin yang biasa juga disebut dengan

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    pyranose lebih stabil secara termodinamika dalam larutan. Atom C1 pada struktur aldehid

    pada glukosa merupakan atom karbon yang sangat reaktif yang menyebabkan D-glukosa

    menjadi gula reduksi.

    Monosakarida dapat mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti ferisianida,

    hydrogen peroksida (H2O2) atau ion kupri (Cu2+). Gula dioksidasi oleh gugus karbonil,

    sedangkan senyawa pengoksidasinya menjadi tereduksi, dimana kita ketahui bahwa senyawa

    pereduksi adalah pemberi elektron sedangkan senyawa pengoksidasi adalah senyawa yang

    menerima elektron). Monosakarida merupakan gula pereduksi sedangkan pada polimer rantai

    panjang yang disusun oleh glukosa juga memiliki sifat pereduksi namun dari sekian glukosa

    yang menyusunnya sifat pereduksinya hanya terdapat pada glukosa yang berada pada ujung

    rantai. Sifat pereduksi ini sangat bermanfaat pada proses analisa gula. Dengan menambahkan

    dan mengukur senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh larutan gula, maka dapat diduga

    berapa konsentrasi gula pada larutan.

  • Gambar II-3. Struktur glukosa dalam ikatan terbuka dan dalam bentuk cincin pyranosa dan

    D-glukosa yang terdapat pada pati dihubungkan oleh ikatan 1,4 dan 1,6 glikosidik

    (Gambar 4). Pada formasi ini karbon C1 pada molekul D-glukosa bereaksi membentuk ikatan

    dengan karbon C4 pada D-glukosa lainnya atau pada karbon C6. Jadi karbon C1 yang

    memiliki sifat reaktif selalu saja mencari karbon C lainnya yang bebas untuk membentuk

    ikatan kovalen, namun selalu ada ujung dari polimer pati yang memiliki gugus reduksi yang

    bebas. Ikatan glikosida yang menghubungkan pati berada pada gugus hidroksil (OH) pada

    karbon C1 pada cincin pyranose.

    Salah satu perbedaan pati dengan selulosa dapat dilihat ikatan glikosida yang

    menghubungkannya, ikatan glikosida pada selulosa dibentuk oleh ikatan . Hal ini

    mempengaruhi struktur konfigurasi, sifat fisikokimia, dan daya cernah dari enzim terhadap

    selulosa walaupun sama-sama disusun oleh glukosa. Pati sangat mudah dihidrolisis oleh

    enzim amilase untuk membentuk molekul-molekul monosakarida atau oligosakarida yang

    lebih kecil lagi, sedangkan selulosa tidak dapat dicernah oleh amilase, hal inilah yang

    menyebabkan beberapa hewan dan manusia tidak dapat mencernah selululosa karena tidak

    memiliki enzim amilase dalam tubuhnya. Selulosa merupakan senyawa seperti serabut, liat,

    seperti halnya pati tidak dapat larut pada air, darn terdapat di dinding sel pelindung tanaman

    terutama pada tangkai, batang, dahan dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan.

    Selulosa merupakan polimer rantai lurus yang disusun oleh unit D-glukosa sama seperti

    amilosa, namun perbedaannya pada selulosa unit D-glukosa dihubungkan oleh ikatan

    glikosida.

    Polimerisasi dari glukosa pada pati membentuk dua jenis polimer yaitu amilosa dan

    amilopektin. Amilosa merupakan polimer penting dalam pati yang membentuk rantai lurus

    oleh ikatan glikosida 1,4. Kebanyakan sumber pati mengandung amilopektin yang lebih

    besar dibandingkan dengan kandungan amilosanya. Perbedaan struktur polimer dari amilosa

    dan amilopektin ini mempengaruhi secara signifikan sifat dan fungsional dari pati.

  • II.3 Biosintesis pada polimer pati

    Secara umum manfaat pati yaitu sebagai sumber karbohidrat pada pertumbuhan

    tanaman. Pada biji-bijian legume maupun serealia kandungan pati yang terdapat pada biji

    digunakan sebagai penyuplai energy pada proses perkecambahan atau dalam pembentukan

    daun pada tanaman. Bagi manusia kandungan pati pada legume dan serealia dimanfaatkan

    sebagai pangan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Kandungan pati pada tanaman

    bukan hanya terdapat pada biji-bijian, namun juga terdapat umbi, daging buah dan sebagian

    kecil pada daun atau batang.

    Pembentukan polimer pati diproduksi dalam jaringan plastids pada sel tanaman

    dengan bantuan enzim. Proses sintesis pati terjadi pada chloroplasts atau pada amyloplast.

    Enzim sangat berperan dalam pembentukan penyatuan D-glukopiranosa pada sel tanaman

    dalam pembentukan amilosa dan amilopektin. Starch synthase merupakan enzim yang

    mengubah adenosine-diphospoglucose (ADP-glucose) yang merupakan bentuk reaktif dari

    D- glucopyranose dalam sel tanaman untuk membentuk rantai amilosa. Pembentukan

    amilopektin sendiri merupakan pemotongan rantai amilosa yang kemudian terhubung pada

    ikatan 1,6 pada salah satu molekul D-glucose pada rantai amilosa yang terbentuk. Jadi

    dapat dianalogikan bahwa pembentukan amilopektin seperti proses cut and paste dari

    rantai amilosa yang terlebih dahulu terbentuk. (Thomas dan Atwell, 1999)

  • Gambar II-4. Ikatan 1,4 dan 1,6 glikosida

    Tiap jenis tanaman memiliki proses biosintesis yang berbeda-beda dalam

    pembentukan rantai amilosa dan amilopektinya. Dari proses yang berbeda inilah dihasilkan

    berbagai variasi ukuran, maupun komposisi dari amilosa dan amilopektin dari tiap jenis pati

    yang ada di alam, dan dari variasi amilosa dan amilopektin yang berbeda-beda

    menghasilkan jenis dan sifat pati yangberbeda-beda pula pada tiap sumber jenis pati.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    II.4 Amilosa dan amilopektin

    Penyusun utama pati yaitu amilosa dan amilopektin. Meskipun amilosa dan

    amilopektin dibentuk oleh penyusun yang sama yaitu molekul D-glucopyranose, namun

    terdapat perbedaan sifat fungsional antara keduanya. Perbedaan sifat tersebut dapat dilihat

    pada Tabel II-1.

    II.4.1 Amilosa

    Telah diketahui bahwa pati disusun oleh molekul D-glucopyranose yang membentuk

    rantai. Rantai molekul D-glucopyranose ada yang berbentuk rantai lurus dan ada yang

    bercabang. Rantai lurus pada pati disebut dengan amilosa. Molekul D-glucopyranosa yang

    berikatan membentuk rantai lurus dihubungkan oleh ikatan 1,4 glikosida. Walaupun amilosa

    dikatakan sebagai rantai lurus namun bentuk amilosa sebenarnya yaitu berbentuk heliks atau

    spiral (Gambar II-5). Bagian dalam heliks amilosa mengandung atom hydrogen, oleh karena

    itu interior dari amilosa memiliki sifat hidrophobik sehingga dapat menjebak senyawa asam

  • lemak bebas, asam lemak dari gliserida, alkohol dan iodine (Fennema, O.R., 1985).

    Pembentukan formasi antara amilosa dan senyawa lipid dapat dipengaruhi oleh berbagai

    faktor seperti suhu, pH lama kontak antara amilosa dan senyawa yg akan terikat dalam heliks

    amilosa. Ikatan kompleks yang terbentuk pada amilosa dan senyawa lipid dan emulsifier

    pangan sangat mempengaruhi suhu gelatinisasi, perubahan tekstur, viskositas, sifat pasta dan

    retrogradasi dari pati. Amilosa memiliki derajat polimerisasi antara 1500 - 6000 dengan berat

    molekul 105 sampai 106 g/mol. Sifat lain dari amilosa jika dibandingkan dengan amilopektin

    yaitu sulit membentuk gel dalam air. Hal ini dapat dilihat pada pati yang memiliki kandungan

    amilosa yang tinggi contohnya jagung high amylosa, pati gandum, atau pati beras.

    Dibandingkan dengan beras ketan yang memiliki sedikit sekali amilosa dapat membentuk gel

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    yang sangat baik dan lekat. Oleh karena itu dalam pembuatan dodol harus menggunakan

    beras ketan agar dapat memperoleh tekstur yang lekat dan liat sebagai cirri khas tekstur pada

    dodol.

    Saat pemasakan pati dalam larutan air menyebabkan amilosa keluar dari granula pati

    kemudian larut dalam air, dan jika dalam keadaan dingin amilosa tersebut akan

    terretrogradasi hingga menbentuk lapisan-lapisan kerak atau lapisan film. Hal ini dapat

    diamati jika kita melakukan pemasakan pada nasi, kita sering menemukan lapisan-lapisan yg

    berbentuk film putih transparan pada dinding-dinding panci atau penutup panci. Lapisan-

    lapisan tersebut merupakan amilosa yang telah larut dalam air kemudian terretrogradasi

    hingga membentuk lapisan film.

    StrukturamilosayangterdiridarimolekulDglukopyranosayangmembentukrantailurus

  • Bentukheliksamilosadanrantaiasamlemakyangterikatdalamheliks

    Gambar II-5 struktur amilosa dan bentuk heliks yang terbentuk

    II.4.2. Amilopektin

    Amilopektin merupakan rantai bercabang yang terdapat pada pati yang dihubungkan

    oleh ikatan 1,6 glikosida. Gugus amilopektin tidak semuanya memiliki ikatan 1,6

    glikosida, namun juga terdapat ikatan 1,4 glikosida, hanya pada percabangannya saja

    terdapat ikatan 1,6 glikosida. Diperkirakan hanya sekitar 4-6% ikatan 1,6 glikosida

    yang terdapat pada gugus amilopektin. Bentuk dari amilopektin menyerupai bentuk dahan

    pohon yang bercabang-cabang. Amilopektin merupakan molekul yang dominan pada

    sebagian jenis pati yang terdapat di alam. Komposisi perbandingan amilopektin

    dan amilosa sangat besar. Jika

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Derajatpolimerisasi dari amilosa berkisar antara 1500 hingga 6000, derajat polimerisasi

    molekul amilopektin bias mencapai 300.000 hingga 3.000.000 bahkan ada yang mencapai

    10.000.000 hingga 500.000.000 misalnya pada pati kentang. Karena memiliki rantai

    bercabang yang cukup banyak, maka sifat retrogradasi dari amilopektin lebih kecil jika

    dibandingkan dengan amilosa. Karena sifat retrogradasi yang kecil inilah yang

    menyebabkan amilopektin mampu mempertahankan sifat gel yang terbentuk.

  • Gambar II-6 Representasi gugus amilopektin (sumber : http://www.truongdinh.edu.vn/lab/2108/H%C3%B3a/CACBOHIDRAT.tde)

    Rasio antara amilosa dan amilopektin pada pati sangat penting dalam pembentukan

    sifat fungsionalnya pada pangan. Rasio ini juga mempengaruhi perbedaan bentuk dan sifat

    granula dari pati. Pada Tabel II-2 dapat dilihat perbandingan rasio antara amilosa dan

    amilopektin dari berbagai jenis pati.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    II.5. Granula

    Amilosa dan amilopektin tidak terdapat secara bebas di alam, namun terdapat dalam

    granula. Bentuk granula yang dilihat menggunakan SEM (scanning electron microscopy)

    dapat dilihat pada Gambar II-7. Ukuran, bentuk dan struktur granula dari tiap sumber pati

    berbeda-beda. Ukuran diameter dari granula pati bervariasi antara 1m hingga lebih dari

  • 100m, sedangkan bentuknya bermacam-macam seperti berbentuk bola, lonjong, atau

    berbentuk bulat namun bulat dan sedikit persegi. Gambar II-8 memperlihatkan berbagai jenis

    bentuk sketsa model granula dari berbagai jenis pati

    Bentuk dan ukuran ganula pati berbeda-beda tergantung dari sumber tanamannya.

    Granula pati beras memiliki ukuran yang kecil (3-8 m), berbentuk poligonal dan cenderung

    terjadi agregasi atau bergumpal-gumpal. Granula pati jagung agak lebih besar (sekitar 15

    m), berbentuk bulat ke arah poligonal. Granula tapioka berukuran lebih besar (sekitar 20

    m), berbentuk agak bulat dan pada salah satu bagian ujungnya berbentuk kerucut. Granula

    pati gandum cenderung berkelompok dengan berbagai ukuran.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • Ukuran normalnya adalah 18 m, granula yang lebih besar berukuran rata-rata 24 m

    dan granula yang lebih kecil berukuran 7-8 m. Bentuk granula pati gandum adalah bulat

    sampai lonjong. Pati kentang berbentuk oval dan sangat besar, berukuran rata-rata 30-50 m.

    Distribusi ukuran granula pati berpengaruh terhadap kekuatan pembengkakan pati. Ukuran

    granula pati yang kecil, maka kekuatan pembengkakannya juga kecil Pada struktur granula

    pati, amilosa dan amilopektin tersusun dalam suatu cincin-cincin. Jumlah cincin dalam suatu

    granula kurang lebih berjumlah 16, dimana sebagian berbentuk lapisan amorf dan sebagian

    berbentuk lapisan semikristal.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Granula pada gandum, barley, dan rye memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu: tipe

    A memiliki bentuk granula yang besar (35m), oval, dan lenticular; selain itu juga memiliki

    bentuk granula tipe B yang kecil (3 m) dan spherical. Oleh sebab itu bentuk granulanya

    disebut juga dengan bimodal distribution. Bentuk oval terbentuk 15 hari setelah penyerbukan,

    sedangkan bentuk spherical terbentuk setelah 18-30 hari setelah penyerbukan. Jumlah granula

    yang memiliki tipe B ini memiliki porsi yang lebih besar yaitu sekitar 88% dari jumlah

    granula. Perbedaan dari granula tipe A dan B ini dapat dilihat pada tabel II-4.

  • II.6. Gelatinisasi, retrogradasi dan birefrigent end point

    Amilosa dan amilopektin di dalam granula pati dihubungkan dengan ikatan hidrogen.

    Apabila granula pati dipanaskan di dalam air, maka energi panas akan menyebabkan ikatan

    hidrogen terputus, dan air masuk ke dalam granula pati. Air yang masuk selanjutnya

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    membentuk ikatan hidrogen dengan amilosa dan amilopektin. Meresapnya air ke dalam

    granula menyebabkan terjadinya pembengkakan granula pati. Ukuran granula akan

    meningkat sampai batas tertentu sebelum akhirnya granula pati tersebut pecah. Pecahnya

    granula menyebabkan bagian amilosa dan amilopektin berdifusi keluar. Proses masuknya air

    ke dalam pati yang menyebabkan granula mengembang dan akhirnya pecah disebut dengan

    gelatinisasi, sedangkan suhu dimana terjadinya gelatinisasi disebut dengan suhu gelatinisasi.

    Proses gelatinisasi pati menyebabkan perubahan viskositas larutan pati.

    Dengan menggunakan Brabender Viscoamylograph, terukur bahwa larutan pati

    sebelum dipanaskan memiliki viskositas 0 unit. Dengan adanya pemanasan, granula pati

    sedikit demi sedikit mengalami pembengkakan sampai titik tertentu. Pembengkakan pati

    diikuti dengan peningkatan viskositas. Semakin besar pembengkakan granula, viskositas

    semakin besar. Setelah pembengkakan maksimum, dan granula pati pecah, dan pemanasan

    tetap dilanjutkan dengan suhu konstan, maka akan terjadi penurunan viskositas akibat proses

    degradasi. Perubahan bentuk granula selama proses gelatinisasi dan perubahan viskositas

    pati dapat dilihat pada Gambar II-10 dan II-11.

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Jika pati direndam menggunakan air dingin hanya terjadi pembengkakan pada pati

    hingga 30%, hal ini disebabkan karena pati menyerap air, namun proses gelatinisasi tidak

    terjadi. Syarat utama dalam terjadinya gelatinisasi yaitu adanya air dan panas, tiap jenis pati

    memiliki suhu gelatinisasi yang berbeda-beda, ketika mencapai suhu gelatinisasinya panas

    akan memutus ikatan antara amilosa dan amilopektin hingga amilosa keluar dari granula pati,

  • kemudian air akan lebih banyak lagi masuk kedalam granula pati. Proses ini menyebabkan

    granula membengkak dan pecah. Proses pembengkakan menyebabkan viscositas larutan

    menjadi tinggi, viscositas akan menurun jika suhu terus dipertahankan kemudian akan naik

    lagi jika suhu diturunkan. Dalam kondisi suhu yang rendah, amilosa yang telah keluar dari

    granula akan mengeluarkan air (sineresis) hinngga menyebabkan viscositas larutan kembali

    naik namun tidak setinggi pada saat gelatinisasi sempurna. Proses ini disebut dengan proses

    retrogradasi.

    II.7. Penutup

    Pati merupakan sumber karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia, pati terdiri dari

    susunan polimer glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida membentuk rantai lurus

    atau yang disebut juga amilosa dan amilopektin. Kedua polimer ini membentuk struktur pati

    yang berbentuk granula. Kandungan amilosa dan amilopektin pada pati sangat

    mempengaruhi

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    struktur dan karakteristik fisika dan kimia dari jenis pati, seperti sifat gelatinisaasi, pengaruh

    terhadap panas, ataupun sifat retrogradasinya.

    Penugasan : buatlah makalah mengenai produk pengolahan pati-patian yang berasal

    dari jagung, gandum, kentang, ubi kayu, beras, dan sagu. Pembahasan terdiri dari struktur,

    komposisi dan profil dari masing-masing jenis pati (termasuk granula dan profil

    gelatinisasinya); Produksi dunia dan nasional saat ini; jenis-jenis produk yang dihasilkan;

    serta proses produksinya.

    Bahan bacaan:

    BeMiller,J.N., and Whistler,R. 2009. Starch: Chemistry and Technology. Academic Press,Inc

    Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawidjaja M, Penerjemah; Jakarta :

    Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry

    Thomas, D.J, dan Atwell, W.A., 1999. Starches : Practical Guides For The food Industri.

    EaganPress Handbook Series. USA

    Tjokroadikoesoemo S, 1985. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia Jakarta.

    Winarno, F.G., 2008. Kimia Pangan dan Gizi (Edisi Terbaru). PT. Embrio Biotekindo,

    Bogor.

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    BAB III. HIDROLISA PATI

    III.1. Pendahuluan

    Produk hasil hidrolisa pati sangat banyak digunakan dan diterapkan dalam

    penggunaan pati pada produk-produk pengolahan hasil pangan. Proses hidrolisa pati

    menggunakan asam maupun enzim adalah proses yang umum digunakan untuk mengubah

    pati menjadi molekul yang lebih kecil lagi bahkan hingga mengubah pati menjadi gula

    sederhana. Pada bab ini akan dibahas mengenai proses-proses hidrolisa pati baik

    menggunakan asam maupun enzim. Masing-masing proses hidrolisa baik menggunakan

    asam maupun enzim memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hidrolisa asam

    menghasilkan proses yang lebih murah namun produk yang dihasilkan tidak sebaik yang

    dihasilkan dari hidrolisis menggunakan enzim yang tentunya jauh lebih mahal.

    III.2. Hidrolisa

    Gula merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, selama ini kebutuhan gula dipenuhi

    oleh industri gula (penggilingan tebu). Industri kecil seperti gula merah, gula aren. Gula

  • dapat berupa glukosa, sukrosa, fruktosa, sakrosa. Gukosa dapat digunakan sebagai pemanis

    dalam makanan, minuman, dan es krim.

    Glukosa dibuat dengan jalan fermentasi dan hidrolisa. Pada proses hidrolisa biasanya

    menggunakan katalisator asam seperti HCl, asam sulfat. Bahan yang digunakan untuk proses

    hidrolisis adalah pati. Di Indonesia banyak dijumpai tanaman yang menghasilkan pati.

    Tanaman-tanaman itu seperti padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian, aren, dan sebagainya

    Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Gugus OH

    dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni,

    hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis

    dengan katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan

    menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.

    Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah

    orde satu karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat

    diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat menggunakan katalisator ion H+ yang dapat

    diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut:

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    (C6H10O5)x + x H2O x C6H12O6

    Berdasarkan teori kecepatan reaksi:

    -rA = k Cpati Cair ..(1)

    karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama

    perubahan reaksi sama dengan k, dengan besarnya k :

    k = k Cair ..(2)

    sehingga persamaan 51 dapat ditulis sebagai berikut -rA = k Cpati . Dari persamaan

    kecepatan reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu.

    Jika harga -rA = mmenjadi akan persamaan (2) menjadi:

    - = k CA .(3)

    Apabila CA = CAo (1- XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1 ;

    CAo dan t2 ; CA akan diperoleh persamaan :

  • ln = k (t2 t1)

    ln = k (t2 t1)..(4)

    Dimana XA= konversi reaksi setelah t detik. Persamaan 59 dapat diselesaikan dengan

    menggunakan pendekatan regresi y = mx +c, dengan y = ln 1/(1- XA) dan x = t2.

    Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap reaksi hidrolisa :

    1. Katalisator

    Hampir semua reaksi hidrolisa memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya

    reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam sebagai katalisator, karena

    kerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka ragam mulai dari asam klorida (Agra dkk,

    1973; Stout & Rydberg Jr., 1939), Asam sulfat sampai asam nitrat. Yang berpengaruh

    terhadap kecepatan reaksi adalah konsentrasi ion H, bukan jenis asamnya. Meskipun

    demikian di dalam industri umumnya dipakai asam klorida. Pemilihan ini didasarkan atas

    sifat garam

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    yang terbentuk pada penetralan gangguan apa-apa selain rasa asin jika konsentrasinya tinggi.

    Karena itu konsentrasi asa dalam air penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya

    dipergunkan larutan asam yang mempunyai konsentrasi asam lebih tinggi daripada

    pembuatan sirup. Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang jauh lebih pekat.

    2. Suhu dan tekanan

    Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius.makin

    tinggi suhu, makin cepat jalannya reaksi. Untuk mencapai konversi tertentu diperlukan waktu

    sekitar 3 jam untuk menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100C. tetapi kalau

    suhunya dinaikkan sampai suhu 135C, konversi yang sebesar itu dapat dicapai dalam

    40 menit (Agra dkk,1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan katalisator asam sulfat

    memerlukan suhu 160C. karena panas reaksi hampir mendekati nol dan reaksi berjalan

    dalam fase cair maka suhu dan tekanan tidak banyak mempengaruhi keseimbangan.

  • 3. Pencampuran (pengadukan)

    Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu

    adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk

    atau alat pengocok (Agra dkk,1973). Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka

    pencampuran dilakukan dengan cara mengatur aliran di dalam reaktor supaya berbentuk

    olakan.

    4. Perbandingan zat pereaksi

    Kalau salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya maka keseimbangan dapat

    menggeser ke sebelah kanan dengan baik. Oleh karena itu suspensi pati yang kadarnya

    rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan kadar patinya tinggi. Bila kadar suspensi

    diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1%, maka konversi akan bertambah dari 80%

    menjadi 87 atau 99% (Groggins, 1958). Pada permukaan kadar suspensi pati yang tinggi

    sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak. Untuk menghasilkan pati

    sekitar 20%.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    III. 2. 1. Klasifikasi Hidrolisa

    Klasifikasi proses hidrolisa dapat dibagi menjadi: (1) Hidrolisa fase gas: Sebagai

    penghidrolisa adalah air dan reaksi berjalan pada fase uap. (2) Hidrolisa fase cair: Pada

    hidrolisa ini, ada 4 tipe hidrolisa, yaitu: (a) Hidrolisa murni: Efek dekomposisinya jarang

    terjadi, tidak semua bahan terhidrolisa. Efektif digunakan pada : Reaksi Grigrard dimana air

    digunakan sebagai penghidrolisa, (b)Hidrolisa bahan-bahan berupa anhidrid asam Laktan dan

    laktanida. Hidrolisa senyawa alkyl yang mempunyai komposisi kompleks, Hidrolisa asam

    berair. Pada umumnya dengan HCl dan H2SO4, dimana banyak digunakan pada industri

    bahan pangan, misal: Hidrolisa gluten menjadi monosodium glutamate, Hidrolisa pati

    menjadi glukosa. Sedangkan H2SO4 banyak digunakan pada hidrolisa senyawa organik

    dimana peranan H2SO4 tidak dapat diganti. (c) Hidrolisa dengan alkali berair: Penggunaan

    konsentrasi alkali yang rendah dalam proses hidrolisa diharapkan ion H+ bertindak sebagai

  • katalisator sedangkan pada konsentrasi tinggi diharapkan dapat bereaksi dengan asam yang

    terbentuk. (d) Hidrolisa dengan enzim Senyawa dapat digunakan untuk mengubah suatu

    bahan menjadi bahan hidrolisa lain. Hidrolisa ini dapat digunakan : Hidrolisa molase,

    Beer (pati maltosa/glukosa) dengan enzim amilase

    Aplikasi hidrolisa Pati banyak digunakan dalam Industri makanan dan minuman

    menggunakan sirup glukosa hasil hidrolisis pati sebagai pemanis. Produk akhir hidrolisa pati

    adalah glukosa yang dapat dijadikan bahan baku untuk produksi fruktosa dan sorbitol. Hasil

    hidrolisis pati juga banyak digunakan dalam industri obat-obatan. Dan juga glukosa yang

    dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol. Penggunaan asam

    sebagai penghidrolisa menghasilkan biaya produksi yang sedikit, namun produk yang

    dihasilkan tidak seragam dan banyak senyawa pati yang rusak oleh asam tersebut, sedangkan

    penggunaan enzim sebagai penghidrolisa menghasilkan produk yang seragam, lebih

    terkontrol, namun biaya produksi lebih tinggi karena harga dari enzim sendiri lebih mahal

    jika dibandingkan dengan asam.

    III.3 Hidrolisis Enzim

    Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang

    mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul

    awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut

    promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan

    cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai

    promoter.

    Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan

    senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi

    lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi

    aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Sebagai contoh:

    X + C XC (1)

    Y + XC XYC (2)

    XYC CZ (3)

    CZ C + Z (4)

  • Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi awal, pada reaksi akhir

    molekul katalis akan kembali ke bentuk semula.

    Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya

    dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan

    struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim -amilase hanya

    dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.

    Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,

    keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman)

    optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami

    perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim

    tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini

    akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi

    oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan

    aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah

    inihibitor enzim.

    Dalam proses hidrolisis pati secara enzimatis, terdapat beberapa enzim

    penghidrolisis pati yang bekerja spesifik yaitu ikatan glikosidik yang diputus, pola

    pemutusan, aktivitasnya dan spesifitas substrat serta produk yang dihasilkan. Tingginya

    keragaman jenis pati dan spesifiknya kerja enzim penghidrolisis pati, maka produk yang

    dibentuk akan mempunyai komposisi karbohidrat yang beragam

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Modifikasi pada pati juga dapat dilakukan dengan hidrolisis enzim. Modifikasi pati

    dengan metode enzimatis. Pada modifikasi pati dengan metode enzimatis ini dapat dilakukan

    dengan berbagai tahapan yaitu likuifaksi, sakarifikasi dan isomerisasi. Langkah yang pertama

    adalah likuefaksi 30-40% suspensi padatan untuk menghasilkan maltodekstrin dengan

    menggunakan enzim -amilase. Setelah likuifaksi dilakukan sakarifikasi menggunakan enzim

    glukoamilase atau pullulanase untuk menghasilkan sirup glukosa atau sirup maltosa. Hasil

    sakarifikasi dilakukan isomerisasi dengan enzim glukosa isomerase untuk menghasilkan sirup

    fruktosa. Hidrolisis dengan enzim dapat menghasilkan beberapa produk hidrolisat pati

    dengan sifat-sifat tertentu yang didasarkan pada nilai DE (ekuivalen dekstrosa). Nilai DE

    100 adalah murni dekstrosa sedangkan nilai DE 0 adalah pati alami. Hidrolisat dengan nilai

  • DE 50 adalah maltosa, nilai DE di bawah 20 adalah maltodekstrin, sedangkan hidrolisat

    dengan DE berkisar antara 20-100 adalah sirup glukosa.

    Beberapa jenis enzim yang sering digunakan dalam menghidrolisis pati yaitu: -

    amilase, -amilase, pullunase, dan amiloglukosidase (AMG) yang memiliki karakteristik

    yang berbeda- beda satu-sama lainnya.

    III.3.1 Enzim alfa amilase

    Enzim alfa-amilase, atau yang biasa disebut juga 1,4-alpha-D-glucan

    glucanohydrolase (karena hanya memotong pada ikatan 1,4 pada ikatan glikosida), biasa

    juga disebut pancreatic alpha-amilase adalah salah satu enzim yang berperan dalam

    proses degradasi pati, sejenis makromolekul karbohidrat. Struktur molekuler dari enzim ini

    adalah -1,4-glukanohidrolase. Bersama dengan enzim pendegradasi pati lain, pululanase, -

    amilase termasuk ke dalam golongan enzim kelas 13 glikosil hidrolase. Alpha-amilase ini

    memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus

    sehingga proses hidrolisisnya lebih cepat.

    Gambar III-1. ikatan 1,4 glikosida yang diputus oleh Enzim alfa amilase

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Alfa-amilase pada umumnya aktif bekerja pada kisaran suhu 25OC hingga 95OC.

    Penambahan ion kalsium dan klorida dapat meningkatkan aktivitas kerja dan menjaga

    kestabilan enzim ini. Alfa-amilase akan memotong ikatan glikosidik -1,4 (Gambar III-1)

    pada molekul pati (karbohidrat) sehingga terbentuk molekul-molekul karbohidrat yang lebih

    pendek. Hasil dari pemotongan enzim ini antara lain maltosa, maltotriosa, dan glukosa.

  • Gambar III-2. Representatif lokasi pemutusan yang dilakukan secara acak oleh enzim

    alfa amilase

    Kerja enzim ini bersifat endo enzim yaitu memotong ikatan 1,4 glikosida pada

    amilosa ataupun amilopektin dari dalam dan memotong secara acak (Gambar III-1), enzim ini

    juga bekerja pada pati yang telah tergelatinisasi. Pada hidrolisis pati mentah enzim ini

    dihasilkan oleh Saccaromyces cereviciae (Raw starch digesting amilase). Alfa amilase

    biasa juga disebut sebagai liquifying enzim, karena enzim alfa amilase bekerja pada proses

    liquifikasi yg memecah pati menjadi rantai yg lebih pendek.

    Enzim alpha-amilase merupakan enzim yang banyak digunakan pada berbagai

    macam makanan, minuman, detergen, industri pemrosesan dan industri tekstil. Enzim ini

    terdapat dialam misalnya pada: Bisa dalam bentuk tepung malt, gandum yang

    berkecambah; berasal dari bakteri bacillus Bacillus subtilis; Disintesa kapang Rhizopus

    oligosporus dan Rhizopus oryzae; Bisa berasal dari cacing tanah; Pakai cendawan

    Aspergillus sp; Bisa berasal dari pancreas sapi dan babi; dan banyak terdapat di air ludah

    dan pencernaan manusia.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Enzim -amilase yang diisolasi dari bacillus subtilis sangat stabil pada suhu tinggi.

    Tergantung kepada pemanfaatannya, suhu optimum untuk enzim ini adalah 70-90OC. pada

    suhu rendah, enzim ini masih cukup stabil meskipun pada pH dibawah 6. Walaupun demikian

    enzim ini tidak dapat dihadapkan pada pH dibawah 5. Pada suhu 70OC enzim ini dengan

    cepat kehilangan aktivitasanya jika pH dibawah 6. Namun pada suhu tersebut enzim ini

    cukup stabil dalam kisaran antara 6-10. Kondisi optimum untuk proses hidrolisis pati dalam

    industri adalah pH 6-6,5. Liquifaction tahap pertama dengan jet cooker dilakukan pada

    suhu 105OC. dan tahap berikutnya pada 95OC selama 15-30 menit didalam tangki khusus.

    Bakteri lain yang menghasilkan -amilase yaitu Bacillus licheniformis. pH optimum untuk

  • enzim ini sekitar 6 pada suhu 60OC. jika suhu ditingkatkan pH optimum juga meningkat

    sekitar 7. Jika -amilase yang diperoleh dari B. subtilis menghidrolisis pati dengan hasil

    utama maltoheksosa, maltopentosa dan sedikit glukosa (4-5%), maka -amilase yang

    dihasilkan oleh B. licheniformis menghasilkan maltosa, maltoriosa, dan

    maltopentosa, glukosa yang dihasilkan agak lebih tinggi yaitu 8-10%.

    Enzim -amilase yang diperoleh dari fungi banyak dihasilkan dari Aspergillus

    oryzae. Di dalam hidrolisis, enzim ini mula-mula berkelakukan seperti maltenzyme atau

    enzim dari bakteri. Namun pada tahap berikutnya, lebih banyak maltosa dan maltoriosa

    yang terbentuk. Sedikit atau banyak -amilase dari fungi ini berkelakukan seperti gabungan

    antara dan amilase dari malt. Meskipun enzim ini diperdagangkan dalam bentuk

    serbuk, namun enzim ini sangat mudah larut dalam air. Suhu optimumnya yaitu pada suhu

    50OC pada saat pelarutan, meskipun aktivitas enzim meningkat pada suhu 55OC, namun

    aktivitas tersebut cepat menurun, demikian juga stabilitasnya. Untuk reaksi dalam waktu

    pendek, pH optimum adalah sekitar 4,7.

    III.3.2. Enzim beta-amilase

    merupakan enzim golongan hidrolase yang digunakan dalam proses sakarifikasi

    pati. Sakarifikasi banyak berperan dalam permecahan makromolekul karbohidrat. Pemecahan

    makromolekul karbohidrat ini akan menghasilkan molekul karbohidrat rantai pendek.

    Beta-amilase akan memotong ikatan glikosidik pada gugus amilosa, amilopektin,

    dan glikogen. Amilosa merupakan struktur rantai lurus dari pati, sedangkan amilopektin

    merupakan struktur percabangan dari pati. Hasil pemotongan oleh enzim ini akan didominasi

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    oleh molekul maltosa dan beta-limit dekstrin. Dalam industri pangan, pembentukan senyawa

    beta-limit dektrin seringkali dihindari karena membentuk viskositas atau kekentalan yang

    terlalu pekat.

    Enzim beta-amilase sama halnya dengan alfa amilase yang memotong ikatan 1,4

    glikosidik, namun proses pemotongannya sangat lambat, dan hanya memotong 2 unit glukosa

    setiap potongannya, dan memotong satu-persatu dari ujung terluar amilosa atau amilopektin.

    Jika beta amilase memotong pati rantai lurus maka produk akhir dari pemotongan enzim beta

    amilase yaitu maltose dan maltotriosa dengan rasio 99:1%

  • Enzim beta-amilase banyak ditemukan pada tanaman tingkat tinggi, seperti gandum,

    ubi, dan kacang kedelai. Di samping itu, beta-amilase juga dapat ditemui pada beberapa

    mikroorganisme, antara lain Pseudomonas, Bacillus, Streptococcus, dan Clostridium

    thermosulfurigenes. Enzim yang berasal dari C. thermosulfurigenes umumnya lebih disukai

    karena memiliki toleransi suhu dan pH yang lebih tinggi.

    III.3.3 Enzim Debranching Enzim (pullulanase)

    Enzim ini memiliki spesifikasi memutus ikatan cabang pada 1,6 glikosida. Bersifat

    exoenzim amilolitik. Contoh jenis enzim ini antara lain contoh iso-amilase dan limit

    dekstrinase. Hasil pemutusan oleh ini enzim ini menghasilkan pati rantai panjang dan limit

    dekstrin. Dalam berbagai pengolahan untuk menghasilkan gula, digunakan variasi

    penggunaan berbagai jenis enzim yang digunakan secara bertahap.

    III.3.4. Enzim Amiloglukosidase (AMG)/glukoamilase

    adalah salah satu yang berperan dalam proses sakarifikasi pati. Serupa dengan

    enzim beta-amilase, glukoamilase dapat memecah struktur pati yang merupakan

    polisakarida kompleks berukuran besar menjadi molekul yang berukuran kecil.

    Kelebihan enzim ini yaitu selain memutus ikatan 1,4 glikosoda, juga memutus ikatan 1,6

    glikosida. Enzim ini bersifat eksoenzim. Pada umumnya, enzim ini bekerja pada suhu 45-60

    C dengan kisaran pH 4,5-5,0. Produk akhir yang dihasilkan dari enzim ini yaitu glukosa.

    Enzim ini memiliki peranan yang cukup besar di dalam metabolisme energi di berbagai

    jenis organisme. Oleh karena itu, enzim ini banyak ditemukan pada beragam jenis

    tanaman dan mikroorganisme, seperti Saccharomyces, Endomycopsis, Aspergillus,

    Penicillium, Mucor, dan Clostridium.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    III.4. Penutup

    Tugas : Cari jurnal hasil penelitian yang membahas mengenai proses hidrolisis pati,

    kemudian paparkan proses yang dilakukan dan berapa rendemen yang dihasilkan dari proses

    tersebut. Penilaian berdasarkan aktualitas jurnal, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti,

    dan pengambilan kesimpulan dari hasil penyaduran jurnal

  • Soal evaluasi : Jelaskan proses yang akan dilakukan jika kita ingin menghasilkan

    sirup glukosa, tuliskan proses hidrolisis yang dilakukan atau jenis enzim yang digunakan.

    Jelaskan pula kondisi proses yang dilakukan.

    Bahan Bacaan :

    BeMiller,J.N., and Whistler,R. 2009. Starch: Chemistry and Technology. Academic Press,Inc

    Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawidjaja M, Penerjemah; Jakarta :

    Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry

    Tjokroadikoesoemo S, 1985. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia Jakarta.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    BAB IV. EKSTRAKSI PATI

    IV. 1. Pendahuluan

    Kita telah ketahui bahwa pati sangat banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-

    hari, untuk memperoleh pati dari tanaman yang kaya akan pati perlu dilakukan proses

    ekstraksi. Kelompok tanaman yang memiliki kandungan pati berasal dari jenis tanaman

  • legume, serealia, umbi dan dari tanaman palm khususnya sagu. Tiap jenis sumber pati

    tersebut memiliki proses ekstraksi yang berbeda-beda. Pada bab ini akan dibahas mengenai

    proses ekstraksi pati-pati dari berbagai jenis sumber pati dari komoditi jagung dan

    gandum, uku kayu serta sagu.

    IV. 2. Ekstraksi pati ubi kayu

    Tepung dan pati mudah diperoleh dari bahan tanaman sumber karbohidrat yang

    biasanya terdapat pada bagian umbi, daging buah, batang, akar, empelur batang dan biji.

    Tepung merupakan bahan kering yang mengandung komponen bahan berupa pati, lemak,

    protein, serat kasar dan komponen lain dalam bahan yang dikeringkan Sedangkan pati

    merupakan hasil ekstraksi komponen amilum yang mengandung amilosa dan amilopektin.

    Pati adalah salah satu jenis polisakarida yang amat luas tersebar di alam. Pati disimpan

    sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan di dalam biji buah (padi, jagung), di dalam umbi

    (ubi kayu, ubi jalar, garut) dan pada batang (sagu, aren). Tanaman ubi kayu termasuk dalam

    keluarga Euphorbiaceae dari genus Manihot. Potensi tanaman ubi kayu sebagai bahan pokok

    sudah dikenal orang sejak zaman maya di Amerika Serikat sekitar 2000 tahun yang lalu, atau

    bahkan jauh sebelumnya (Tjokroadikoesoemo, 1985).

    Peninggalan-peninggalan arkeologi yang ditemukan menunjukkan bahwa budi daya

    tanaman ini terdapat di Peru, Venezuela dan Kolombia, serta telah dilakukan sejak permulaan

    abad Masehi. Prinsip-prinsip ekstraksi pati yang dikembangkan oleh bangsa Maya pada awal

    pembudidayaan ubi kayu masih diterapkan dalam industri pati secara modern dewasa ini.

    Ubi kayu dapat dimakan dalam berbagai jenis makanan, misalnya digoreng, dikukus,

    dibakar, diolah menjadi berbagai macam makanan, diragikan menjadi tapai, dapat dibuat

    tiwul, gatot dan macam-macam makanan lainnya. Ubi kayu dapat juga diolah menjadi tepung

    tapioka, gaplek, dan pelet sebagai pakan ternak.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Di Amerika Utara dan Eropa tepung tapioka diolah menjadi puding, bahan pengental

    untuk gravies (saus kuah daging), atau sebagai bahan pengikat pada pembuatan permen.

    Tepung ubi kayu dapat juga diproses menjadi sejenis gula cair yang dinamakan High

    Fructose Syrup (HFS).

  • IV.2.1 Pengolahan gaplek

    Cara pengolahan yang paling sederhana dari ubi kayu yaitu diolah menjadi gaplek atau

    chip kering. Cara ini dilakukan untuk mengurangi berat dengan mengeluarkan kandungan

    airnya agar lebih memudahkan dalam proses trasnportasi dan mengurangi kerusakan dari ubi

    kayu selama penyimpanan dan transportasi. Dari turunan gaplek atau chip ini dapt dihasilkan

    tepung pati. Tepung pati tersebut mengandung sekitar 85% pati murni (Tabel IV-1).

    Pemotongan ubi kayu menggunakan mesin yang terbuat dari suatu lempeng besi

    dengan ketebalan 2 - 10 mm. Namun di beberapa daerah di Indonesia masih menggunakan

    cara manual dengan cara memotong-motong ubi kayu dengan menggunakan pisau.

    Terdapat beberapa metode dalam proses pengeringan gaplek antara lain :

    1. Pengeringan buatan

    Pengeringan ini belum banyak dilakukan di Indonesia karena kita sinar matahari masih

    cukup banyak di Indonesia, namun proses pengeringan menggunakan mesin ini biasa

    dilakukan pada musim hujan sehingga proses produksi gaplek terus berjalan khususnya bagi

    industri-industri. Beberapa alat pengering gaplek antara lain

    a. Static bed dryer

    Bahan yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam suatu ruangan (bins atau trays).

    Uap panas dari brander ditiupkan ke dalam ruangan memakai kipas. Cara ini kurang

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    efisien karena kekeringan produk yang dihasilkan tidak seragam, sedangkan

    efisiensi panasnya sangat rendah

    b. Moving bed dryers

  • Pada proses ini bahan yang akan dikeringkan dimasukkan kedalam ruangan

    memakai alat yang bergerak dari ujung ruangan ke ujung yang lain. Ubi kayu

    yang telah dipotong-potogn diletakkan di atas belt yang berjalan dalam oven yang

    panas. Belt tersebut sebaiknya berlubang-lubang karena lebih dapat menyeragamkan

    kelembaban dari bahan.

    c. Rotary dryer

    Bahan dimasukkan dalam drum yang berputar, pad saat drum berputar bahan ikut

    berputar. Udara panas ditiupkan kedalam drum lewat salah satu ujung, dapat searah,

    dapat pula berlawanan dengan arah aliran yang dikeringkan

    Pada pengeringan menggunakan penngeringan alami yang memanfaatkan sinar

    matahari ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penngeringan antara lain : (1)

    Ukuran dan bentuk potongan chips, pengirisan yang makin tipis menyebabkan luas

    permukaan lebih besar sehingga proses pengeringan lebih cepat; (2) tebal lapisan chips di

    lantai penjemuran. Pada lantai penjemuran yang terbuat dari beton diperlukan sekitar 3

    hari untuk mengeringkan chip dengan tebal lapisan sebesar 6,1 kg/m2; (3) kondisi iklim dan

    cuaca, faktor ini merupakan faktor pembatas yang tidak dapat dikontrol. Hubungan antara

    kandungan kelembaban keseimbangan di dalam ubi kayu dengan kelembaban relative pada

    berbagai suhu menunjukkan bahwa secara teoritis ubi kayu dapat dikeringkan sampai

    mencapai kandungan kelembaban sebesar 2% (basis basah) meskipun pada kelembaban

    relative 90% dan suhu udara 15OC; (4) kandungan kelembaban umbi ubi kayu.

    Kandungan kelembaban dari umbi ubi kayu segar sangat bervariasi, bergantung pada

    varietasi, umur panen, kondisi tanah, dan musim atau curah hujan. Umumnya

    kelembaban ubi kayu segar sekitar 60-70%.

    IV.2.2 Industri kecil tepung tapioka

    Pengolahan ubi kayu menjadi tepung dalam skala kecil banyak dilakukan di Amerika

    Latin, Afrika, Asia Selatan-Tenggara, termasuk di Indonesia.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    Di Brasil ubi kayu diolah menjadi farinha grossa dan farinha mandioca. Farinha

    grossa yang dibuat dengan mengeringkan chips dari ubi kayu yang dikupas kulitnya

  • kemudian dijemur dan dikeringkan. Chips kering tersebut kemudian ditumbuk menjadi

    tepung. Farinha mandioca dibuat dengan cara mengupas kulit ubi kayu kemudian diparut,

    hasil parutan tersebut kemudian di peras airnya kemudian disangrai.

    Cara pengolahan tepung industri kecil di Columbia hampir sama dengan dengan di

    Indonesia dimana tepung difermentasikan terlebih dahulu selama kira-kira 20 hari sebelum

    dikeringkan, fermentasi dilakukan oleh sejumlah jasad renik, terutama bakteri asam laktat,

    sejumlah kecil asam butirat, ragi dan fungi. Selama beberapa hari pertama pH akan turun

    sekitar 6,5 menjadi 3,5 bahkan lebih rendah. Setelah fermentasi kelebihan air kemudian

    dibuang dan tepung dikeringkan.

    Proses pengolahan tapioka skala industri kecil dimulai dengan proses pengolahan

    pendahuluan dimana ubi kayu hasil panen disortir dan dibersihkan. Proses pencucian dan

    pengupasan dilakukan dalam tangki besar atau bak yang dilengkapi dengan pedal kayu yang

    dapat berputar pada as horisontal. Karena pengaruh gesekan antara umbi dengan pedal-pedal

    kayu tersebut, maka kulit luar dari umbi akan terkelupas. Air yang dialirkan secara kontinu

    ke dalam bak tersebut mengalir keluar membawa tanah, pasir, kulit dan kotoran lainnya.

    Umbi yang telah dikupas kemudian diumpankan dalam mesin parutan untuk di hancurkan,

    mesin paruten terdiri atas sebuah silinder kayu yang pada sisi luarnya dipakukan kawa-

    kawat kecil dari baja. Fungsi kawat-kawat baja tersebut adalah untuk memarut umbi.

    SIlinder digerakkan oleh motor atau diesel.

    Proses selanjutnya yaitu proses ekstraksi pati. Bubur hasil parutan kemudian

    dimasukkan ke dalam alat penyaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan tangan, atau alat

    yang menggunakan mesin. Alat penyaring digerakkan mesin berbentuk silinder dari logam

    yang berputar pada sumbu horizontal. Dinding silinder berlubang-lubang dengan diameter 1

    cm. Dibagian dalam dari dinding silinder diberikan lapisan kawat anyaman, dan kemudian

    kain saringan. Pati bersama-sama dengan air akan keliar menembus dinding saringan,

    sedangkan serat dan bagian pati yang masih tersisa dikeluarkan lewat lubang alat

    penyaring tersebut.

    Bubur pati yang keluar dari alat penyaringan kemudian dialirkan ke tangki-tangki

    pengendapan. Ukuran bak pengendapan dibuat berdasarkan kapasitas pabrik. Didalam bak

    pati dibiarkan mengendap selama beberapa hari. Setelah pati mengendap, cairan jernih (air

    dan

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • beberapa macam zat terlarut didalamnya) dikeluarkan dari dalam bak sampai mencapai

    lapisan tipis diatas endapan pati. Lapisan tersebut disebut juga stain yang kemudian dibuang

    dengan cara menyendoknya. Setelah lapisan stain dikeluarkan pati yang mengendap

    langsung dikeringkan sebagai tepung tapioka.

    IV.2.3. Industri pabrik tepung tapioka

    Proses ekstraksi pati pada pabrik tapioka skala industri dimulai dengan pembersihan

    umbi ubi kayu dari kandungan tanah dengan menggunakan penyemprotan udara bertekanan

    tinggi. Setelah itu ubi kayu di umpankan pada belt yang berjalan untuk masuk pada mesin

    pengupasan dan pembersihan. Selama dalam perjalanan menuju proses, umbi ubi kayu

    tersebut di cuci memakai air yang disemprotkan dibagian ujung atas dari belt yang berjalan,

    dengan demikian, tanah, pasir, dan kotoran-kotoran lainnya yang masih melekat di kulit umbi

    dapat tercuci dan terbawa hanyut bersama-sama dengan air yang mengalirturun. Pencucian

    lebih lanjut dilakukan di alat pencuci dan pengupas kulit.

    Alat pencuci dan pengupas kulit terdiri atas sebuah palung atau tangkai yang

    didalamnya dipasang dua atau tiga sumbu perputaran horisontal. Pada tiap-tiap sumbu

    dipasang pedal pedal kayu yang gunanya untuk mengaduk-ngaduk dan mengupas kulit

    luar dari umbi tersebut.

    Kulit luar yang terkupas dihanyutkan oleh air pencuci yang disemprotkan ke atas umbi

    pada saat benda-benda tersebut terangkat naik ke permukaan palung oleh perputaran sumbu

    dan bilah-bilahnya. Air didalam palung juga disirkulasi (recycle). Pada saat disirkulasi, air

    kotor dari dalam palung yang disirkulasi dilewatkan pada alat penyaring dan hydrocyclone.

    Dengan demikian kotoran-kotoran, pasir, tanah dan sebagian kulit yang ada di dalam alat

    pencuci dan pengupas kulit dapat dipisahkan.

    Karena ke dalam alat pencuci juga disemprotkan air segar secara kontinu, maka

    kelebihan air yang bercampur lumpur dari kulit umbi yang meluap dari dalam bak ditampung

    dan dikirim ke tempat pengolahan air buangan untuk dijernihkan dan diberikan perlakuan

    biologi sehingga dapat dialirkan kembali ke dalam proses sebagai air segar.

    Dibeberapa pabrik yang lebih modern proses pencucian dan pengupasan tidak

    dijadikan satu, melainkan terpisah, mula-mula umbi dimasukkan dalam bak pencuci hingga

    bersih kemudian dikupas dimesin yang lainnya, dengan cara ini penggunaan air lebih

    sedikit.

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • Umbi yang telah terkupas kulitnya yang keluar dari alat pencuci dan pengupas kulit

    kemudian diangkut dengan belt (ban berjalan) menuju alat pencacah (chopper). Pada mesin

    ini umbi di potong dengan ketebalan 30-5- mm

    Sebelum memasuki alat pemotongan, umbi disortir terlebih dahulu, umbi yang teralu

    besar dipotong, umbi yang rusak atau busuk dibuang, sedangkan umbi yang belum sempurna

    pengupasan kulitnya dikembalikan pada alat pengupasan kulit ubi kayu.

    Pada proses ekstraksi umbi yang telah dicacah kecil-kecil kemudian di lumatkan

    menjadi bubur umbi, pada proses pelumatan ini harus diperhatikan agar pati dapat terpisah

    dari serat sebanyak-banyaknya, tetapi tanpa menghasilkan serat halus yang banyak, serat

    halus ini jika teralu banyak dapat menyulitkan proses selanjutnya, sehingga berakibat

    turunnya efisiensi pabrik.

    Gambar IV-1. Diagram alir proses ekstraksi pati ubi kayu pada industri besar.

    Dari desintegrator, bubur umbi tersebut kemudian dikirim ke alat ekstraksi (ekstraktor).

    Disini ekstraksi pati dilakukan secara bertingkat, mula-mula bubur umbi disaring

    menggunakan saringan statis. Disini serat kasar dan partikel-partikel kasar dipisahkan

    terlebih

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    dahulu. Bubur umbi yang lolos saringan kemudian dilewatkan saringan berputar model konis,

    partikel-partikel yang lebih halus terutama serat dipisahkan. Beberapa pabrik yang lebih

    modern lagi ekstraksi dilakukan dengan alat ekstraktor jet model nozzle berputar. Ekstraktor

    jenis iniadalah semacam alat penyaring dan pemurni yang bekerja berdasarkan prinsip gaya

    sentrifugal. Alat ini termasuk jenis alat pemutar (centrifugal)dengan saringan miring.

    Didalamnya dilengkapi dengan satu sistem pencuci khusus berbentuk nozzle.

    Bubur umbi dimasukkan ke dalam alat melelui ujung tersempit dari konis yang

    berputar, dan tergelincir menuju ujung terlebar dari konis. Selama dalam perjalanan bubur

    umbi tersebut selalu di encerkan dengan air yang disemprotkan melalui nozzle-nozzle yang

    terpasang pada alat. Butir-butir dan partikel-partikel halus lainnya terlempar keluar oleh

    gaya sentrifugal, menembus dinding saringan yang berlubang-lubang halus. Sedangkan

    ampas dan partikel- partikel yang tidak lolos saringan makin lama makin miskin akan pati

    tersebut tergelincir menuju ujung paling lebar dari konis, untuk kemudian dikeluarkan.

    Dengan mengatur kecepatan aliran bahanm arah dari semburan nozzle, serta kecepatan

    diferensialnya, maka ekstraksi pati dapat diatur seoptimal mungkin. Serat yang terpisah

    dihancurkan kemudian difermentasikan untuk kemudian diolah menjadi makanan ternak.

    Bubur pati yang dimasukkan ke dalam separator sentrifugal dari tangki pengumpan

    akan dipisahkan lebih lanjut dari serat-serat halus yang masih terkandung di dalamnya.

    Bahan- bahan terlarut dipisahkan dengan cara pencucian beberapa kali di dalam

    separator. Bubur pati yang sudah murni tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

    hydroctclone atau bak-bak pengendapan untuk dipisahkan airnya.

    Dari hydrocyclone atau bak-bak pengendapan, pati yang sudah banyak kehilangan air

    tersebut kemudian dimasukkan ke alat pemutar untuk dibuang airnya lebih lanjut

    (dewatering). Untuk proses dewatering. Partikel-partikel pati yang dihasilkan oleh alat

    pemisah air (dewatering), masih mengandung cukup kelembaban sehingga tidak dapat

    disimpan lama tanpa menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu pati harus dikeringkan

    melalui alat pengering (dryer). Dari hasil pengeringan ini diperoleh sebuk-serbuk pati yang

    siap dikemas.

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    IV.3. Pengolahan tepung dan ekstraksi pati jagung

    IV.3.1. Biji jagung

    Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6-12,0%.

    Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati, sedangkan komponen

    lainnya adalah pentosan, serat kasar, dekstrin, sukrosa, dan gula pereduksi. Selain itu biji

    jagung juga memiliki kandungan minyak sebesar 3,8%; protein 8%, serat 11,2% dan kadar

    air 16%. Minyak Jagung terdapat pada germ biji jagung. Sedangkan patinya sebagian besar

    terdapat pada endosperm.

    Gambar IV-3. Struktur fisik dari biji jagung (BeMiller, 2009)

    IV.3.1. Dry milling maize

    Selain berasal dari umbi-umbian, sereal dan legum juga merupakan sumber pati,

    jagung merupakan salah satu komoditi bari tanaman jenis sereal yang sering diambil patinya.

    Pati pada jagung disebut juga dengan maizena.

    Proses pengolahan tepung jagung (maizena) dengan metode dry milling bertujuan

    untuk menghasilkan yield grits yang maksimum dengan kontaminasi sedikit lemak dan tip

    cap. Pada metode ini pemisahan germ tidak menjadi fokus utama, mamun dapat juga

    dilakukan. Beberapa negara eropa dan Amerika menggunakan metode dry milling untuk

    pegolahan ethanol. Sedangkan pada industri pangan penggunaan dry milling akan

    menghasilkan produk

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    bahan baku untuk produk cornflakes, snack ataupun campuran roti. Hasil tepung yang

    dihasilkan dari proses ini biasanya masih memiliki kandungan lemak, sehingga mudah

    mengalami kerusakan karena ketengikan.

    Tahapan proses dry milling maize yaitu :

    1. Cleaning. Bertujuan untuk memisahkan biji jagung dengan bahan2 pengotor

    2. Conditioning. Proses pengkondisian untuk proses de-germing dengan penambahan 2-

    3% air panas atau steam hingga biji jagung mengandung kadar air sekitar 20-22%

    3. De-germing. Proses memisahkan germ dari biji jagung dengan menggunakan mesin

    Beall de germinator, rollermills dan sifters, impact machines (entoleter/gravity

    separator)

    4. Drying and cooling. Biji jagung yang telah terpisah kemudian diturunkan kadar

    airnya hingga 15-15,5% dengan menggunakan suhu 60-71OC. kemidian didinginkan

    hingga mencapai suhu 2-38OC.

    5. Grading. Grading bertujuan untuk memisahkan partikel biji jagung yang terbentuk

    berdasarkan ukurannya

    6. Milling. Tujuan milling yaitu untuk mengecilkan lagi partikel yang besar.

    Produk yang dihasilkan dari prosess ini antara lain :

    IV.3.2 Wet milling Wet milling banyak digunakan untuk industri pangan, karena pada proses ini biji

    jagung akan dipisahkan germ dari biji untuk memisahkan lemak dan protein sehingga bisa

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

    mendapatkan pati jagung yang lebih murni. Dikatakan wet milling karena menggunakan air

    yang cukup besar dalam pengolahan ini, khususnya pada tahapan steeping.

    Padaprosespengolahanwetmillingdilakukanprosespemisahanbagiangermpada

    biji jagungkarenapadabagiangerm inihanya terkandungproteindan lemak, sedangkan

    pada bagian endosperm kaya akan pati. Proses pemisahan pati pada jagung setelah

    dipisahkan germnya yaitu dihancurkan kemudian dilarutkan lagi untuk memisahkan

  • kandunganproteinyanglarutairyangterdapatpadaendospermagung(Gambar

    IV4).Produkyangdihasilkan

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS201

    dari proses ini adalah : Pati jagung (maizene), Gluten jagung, minyak jagung. Tahapan proses

    wet milling dapat dilihat pada Gambar IV-3.

    Gambar IV-5. Matriks granula pati jagung dan protein jagung

    IV.4 Pengolahan tepung sagu (wikipedia)

    Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau

    rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung

    tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan

    tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda.

    Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal di

    pesisir. Sagu dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk-bentuk yang

    lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan

    daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mi dan mutiara.

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS201

    Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah

    rawa- rawa (habitat alami rumbia). Kondisi ini memiliki keuntungan ekologis tersendiri,

    walaupun secara ekonomis kurang menguntungkan (menyulitkan distribusi). Sagu dipanen

    dengan tahap sebagai berikut:

    1. Pohon sagu dirubuhkan dan dipotong hingga tersisa batang saja

    2. Batang dibelah memanjang sehingga bagian dalam terbuka.

    3. Bagian teras batang dicacah dan diambil.

    4. Teras batang yang diambil ini lalu dihaluskan dan disaring.

    5. Hasil saringan dicuci dan patinya diambil.

    6. Pati diolah untuk dijadikan tepung atau dikemas dengan daun pisang

    (dinamakan

    "basong" di Kendari).

    Gambar IV-6. Proses pembuatan tepung sagu, mulai dari batang pohon sagu yang dipotong- potong kemudian diparut, diberikan air dan diinjak-injak untuk mengeluarkan patinya.

    (sumber : wikipedia.com)

    Pohon sagu dapat tumbuh hingga setinggi 20m, bahkan 30m. Dari satu pohon dapat

    dihasilkan 150 sampai 300kg pati. Suatu survai di Kabupaten Kendari menunjukkan bahwa

    untuk mengolah dua pohon sagu diperlukan 4 orang yang bekerja selama 6 hari. Tepung sagu

  • kaya dengan karbohidrat (pati) namun sangat miskin gizi lainnya. Ini terjadi akibat

    kandungan tinggi pati di dalam teras batang maupun proses pemanenannya. Seratus gram

    sagu kering

    TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS201

    setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram

    protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium, 1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam

    askorbat dalam jumlah sangat kecil. Saat ini belum ada industri besar yang melakukan

    ekstraksi pati sagu dalam skala besar, kebanyakan diolah oleh skala kecil atau rumah tangga,

    bahkan untuk di konsumsi sendiri. Proses pembuatan tepung sagu dapat dilihat pada gambar

    IV-6

    IV-5 Penutup

    Proses ekstraksi pati atau tepung yang kaya pati dapat dilakukan dalam skala kecil

    maupun skala besar, prinsip dasar ekstraksi pati dilakukan dengan memisahkan sebanyak

    mungkin komponen-komponen non pati seperti protein, lemak atau serat yang terkandung

    pada bahan baku untuk mendapatkan pati yang murni.

    Penugasan : Diskusikan dan buatlah sebuah makalah tentang ekstraksi pati dari

    komoditi lainnya seperti kacang ijo, ubi jalar atau tanaman palm lainnya.

    Bahan bacaan :

    BeMiller,J.N., and Whistler,R. 2009. Starch: Chemistry and Technology. Academic

    Press,Inc

    Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawidjaja M, Penerjemah; Jakarta :

    Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry

    Thomas, D.J, dan Atwell, W.A., 1999. Starches : Practical Guides For The food Industri.

    EaganPress Handbook Series. USA

    Tjokroadikoesoemo S, 1985. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia Jakarta. 51

  • TeknologiPatidanGulaHibahPenulisanBukuAjarTenagaAkademikUNHAS2011

  • BAB V. MODIFIKASI PATI

    V.1 Pendahuluan

    Pati merupakan jenis karbohidrat yang terutama dihasilkan oleh tanaman. Pati tersusun

    dari dua makromolekul polisakarida, yaitu amilosa dan amilopetin, yang keduanya tersimpan

    dalam bentuk butiran yang disebut granula pati. Amilosa tersusun dari molekul-molekul

    glukosa yang diikat dengan ikatan glikosidik a-1,4 yang membentuk struktur linear,

    sedangkan amilopektin di samping disusun oleh struktur utama linear juga memiliki struktur

    yang bercabang-cabang, dimana titik-titik percabangannya diikat dengan ikatan glikosidik

    a-1,6. Amilopektin memiliki struktur molekul yang lebih besar dibanding amilosa dan

    umumnya kandungannya di dalam granula pati lebih banyak dibanding amilosa. Ka