fatwa mui

7
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NOMOR 64/DSN-MUI/XII/2007 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH JU’ALAH (SBIS JU’ALAH) ِ م يِ حَ ّ ر ل ٱِ نٰ َ مْ حَ ّ ر ل ٱِ َ ّ ٱِ مْ سِ بDewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah Menimbang :a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kelebihan likuiditas bank syariah, diperlukan instrumen yang diterbitkan bank sentral yang sesuai dengan syariah, dengan tidak mengabaikan salah satu misi utama perbankan syariah, yaitu untuk menggerakkan sektor riil; b. bahwa instrumen pengendalian moneter yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia berdasarkan sistem bunga tidak boleh dimanfaatkan oleh bank syariah; c. bahwa instrumen moneter yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan wadi’ah berupa Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) dipandang belum bisa mengakomodir kebutuhan pelaku industri perbankan syariah untuk pengelolaan likuiditas dan pengendalian moneter secara optimal; d. bahwa penerbitan instrumen moneter berdasarkan akad Ju’alah dipandang lebih dapat mengoptimalkan pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah; e. bahwa oleh karena itu, DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah (SBIS Ju’alah) untuk dijadikan pedoman. Mengingat :1. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermuamalah, baik yang harus dilaksanakan maupun

Upload: hayatulilabror

Post on 08-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fatwa

TRANSCRIPT

Page 1: FATWA MUI

FATWADEWAN SYARI’AH NASIONALNOMOR 64/DSN-MUI/XII/2007

TENTANGSERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH JU’ALAH (SBIS JU’ALAH)

م� م�ي �� ر ٱل م مر� ح� �� ر ٱل م� �� ر ٱل م� ح� م�

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah

Menimbang :a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan

prinsip syariah dan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kelebihan

likuiditas bank syariah, diperlukan instrumen yang diterbitkan bank

sentral yang sesuai dengan syariah, dengan tidak mengabaikan salah satu

misi utama perbankan syariah, yaitu untuk menggerakkan sektor riil;

b. bahwa instrumen pengendalian moneter yang telah diterbitkan oleh Bank

Indonesia berdasarkan sistem bunga tidak boleh dimanfaatkan oleh bank

syariah;

c. bahwa instrumen moneter yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia

berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan wadi’ah berupa

Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) dipandang belum bisa

mengakomodir kebutuhan pelaku industri perbankan syariah untuk

pengelolaan likuiditas dan pengendalian moneter secara optimal;

d. bahwa penerbitan instrumen moneter berdasarkan

akad Ju’alah dipandang lebih dapat mengoptimalkan pengendalian

moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah;

e. bahwa oleh karena itu, DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa

tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah (SBIS Ju’alah) untuk

dijadikan pedoman.

Mengingat :1. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermuamalah, baik yang

harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:

a. ر�� م�� ح� ك� ر� ك� ح� ر�� ح�� ك� ك� �ح �ر �ر ر ل ح� ك� ح! م" ض# ر�� �ر ح ر% ة& ر) ر*ا �م ر� ح� ك� �ر ح� ر�� �ر� م��ل م+ م, ر-ا حل م�ا ح� ك� ر! حي ر� ح� ك� رل ر�� ح" ر�� ح�� ك� ك. ح�ا �ر �ر ل ح�� ك! ر" آ� ر ح0 م1 �ل ر � ر2ا ك�0 ر�� آا ر0

: النساء ( حيم�ا ر� �م� ك ب �ان� ك �ه� )29الل

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sungguh Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. al-Nisa' [4] : 29)

Page 2: FATWA MUI

b. : البقرة... ... ( �وا ب �الر م� ح�ر� و� �ع� �بـي ال الله� �ح�ل� )275و�أ

"… Allah telah menghalalkan jual beli dan meng-haramkan riba …" (QS. al-Baqarah [2]: 275)

c. : المائدة ... ( �ع�ق�و�د ال ب و�ف�و�ا� أ �و�ا آم�ن �ن� �ذي ال /ه�ا ي

� أ �آ )1ي

"Hai orang beriman! Penuhilah akad kalian …" (QS. al-Maidah [5]: 1)

d. : �0سف ( م� حي م% ر6 م� م� ر�ا ر�� ر ض� حي م7 ر� ك+ ح� م� م� م� ر8 ر9ا ح ر� مل ر م: م� ر� حل � ر; ر�� ك> ك= �م ح� ر� ح�� كل )72ر<ا

"Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja; dan siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."" (QS. Yusuf [12]: 72)

e.... ك�... �� ر ر) ر� �ل� م? �� ر ري حل ر ك�، ر� ر� ر"ا ر�� ر م� �ك Aح � م1ى �ل ر � Cد Eر كي ح� Fر ةGا ح7 ر� ح� ك� Gك ح7 ر� ر م" ر�� ح� م�ا Fر

: )283البقرة(

"… Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutang-nya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …" (QS. al-Baqarah [2]: 283)

f. ح� ر�� Hم �!ا ر �ل ر حي ر� ح� ك� ح� ر� ر� �Iر م�� ر ر2ا م� Jح ر�� رلى م�� Lم ر�ا ر"ا �ر� حل � � Cك� Eر �ك ح� ر�� ح� ك. ك� ك" ح�ا ر0 ر� �� ر �ل ر�� م��

ا �ر� �صي ب �ع�ا مي س� �ان� ك الله� ن� إ ،ه ب �م� �عظ�ك ي عم�ا ن الله� ن� إ �ع�د�ل ال ب �م�وا �ح�ك ت

: )58النساء(

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. al-Nisa' [4]: 58)

g. ر� �� ر �ل ���ك �� ر ر � م� ر � ح= ك7 حل ر � م� Mح �م� ح�ل ر�ى ر% ح�� ك� ر ر7ا �ر �ر ر ل ر�ى �ح �� ر ر �ل د� م- حل � ر�ى ر% ح�� ك� ر ر7ا �ر ر

: المائدة ( �عق�اب ال ديد� ش� �ه� الل ن� )2إ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Page 3: FATWA MUI

Allah amat berat siksa-Nya" (QS. al-Maidah [5]: 2)

2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam  tentang beberapa prinsip

bermuamalah, antara lain::

a. 8م ريا ح� ر�� ح م" Nي ر� ر�ى ر% ح�� �ر ر�� ر� �� ر رس ر م� حي ر� ر% ك� �� ر �ل ر��ى ر> Nد م- !� ر �ل Pم رQا ح> ر�� ح م" ةسا ر�ا ر�� ر�� ك� ح! ر% ك� �� ر �ل Nر Rم ر) Sد م) ح= Tك حل � ض= حي م7 رس Nح م� ر�� ح ر%

�ا ون �ق�ر� ت �م� ل �م� �ك ن إ �و�ا ف�ق�ال اق> ر� و�� أ د�و�اء> من� �م� م�ع�ك ه�ل� �وا ف�ق�ال ك� �ئ �ول أ �د� ي س� �دغ� ل ذ� إ ك� �ذ�ل ك ه�م� �م�ا �ن �ي ف�ب وه�م� �ق�ر� ي �م� ف�ل ب �ع�ر� ال

�و�ا ت� ف�أ � أ �ر� ف�ب �فل� �ت و�ي اق�ه� �ز� ب �ج�م�ع� و�ي آن �ق�ر� ال �م

� أ ب� أ �ق�ر� ي ف�ج�ع�ل� اء الش� من� �ع�ا ق�طي �ه�م� ل �وا ع�ل ف�ج� � ج�ع�ال �ا �ن ل �و�ا ع�ل �ج� ت �ى ح�ت �ف�ع�ل� ن � و�ال

خ�ذ�و�ه�ا Pة� ق�ي ر� �ه�ا ن� أ اك� د�ر�

� أ و�م�ا و�ق�ال� ف�ض�حك� �و�ه� ل� أ ف�س� �م� ل و�س� �ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى ي� �ب الن ل�

� أ �س� ن �ى ت ح� خ�ذ�ه�� �أ ن � ال �و�ا ف�ق�ال اء الش� ب

( ) S(اT-ل� ) �ه ض� ح2 ر� م� Nح مل ح�� ك� م� Rح ر �"Sekelompok sahabat Nabi s.a.w. melintasi salah satu kampung orang Arab. Penduduk kampung tersebut tidak menghidangkan makanan kepada mereka. Ketika itu, kepala kampung disengat kalajengking. Mereka lalu bertanya kepada para sahabat: 'Apakah kalian mempunyai obat, atau adakah yang dapat me-ruqyah (menjampi)?' Para sahabat menjawab: 'Kalian tidak menjamu kami; kami tidak mau mengobati kecuali kalian memberi imbalan kepada kami.' Kemudian para penduduk berjanji akan memberikan sejumlah ekor kambing. Seorang sahabat membacakan surat al-Fatihah dan mengumpulkan ludah, lalu ludah itu ia semprotkan ke kepala kampung tersebut; ia pun sembuh. Mereka kemudian menyerahkan kambing. Para sahabat berkata, 'Kita tidak boleh mengambil kambing ini sampai kita bertanya kepada Nabi s.a.w.' Selanjutnya mereka bertanya kepada beliau. Beliau tertawa dan bersabda, Beliau tertawa dan bersabda, "Bagaimana kalian tahu bahwa surat al-Fatihah adalah ruqyah! Ambillah kambing tersebut dan berilah saya bagian." (HR. Bukhari)

b.( : ) �� �=0ث C �C �ل��"S1، <ال ���� ) �ه ر: ر� رXا ح ر" ح Tك �ر �ر ر ل ر: ر! ر� ر� Yح � م ر" رلى م�� Zر ر� ر"ا �ر� ح�ل Cد ر��

"Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu." (HR. Abu Dawud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, hadis ini adalah hadis hasan)

c.( ) . رواهالترمذيعنعمروبنعوف ح�ر�ام�ا �ح�ل� و�أ� �أ �ال ح�ال �ش�ر�ط�اح�ر�م� ال إ ع�ل�ىش�ر�وطهم� م�ون� �م�س�ل و�ال

"Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram." (HR. Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf)

3. Kaidah Fikih:

Page 4: FATWA MUI

a. ه�ا�م �ح�ري ت ع�ل�ى �ل� ي الد�ل �د�ل� ي �ن� أ � ال إ �اح�ة� ب �إل ا �ت �م�ع�ام�ال ال فى ص�ل�� األ

"Pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya." (As-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nadza'ir, 60)

b. Zم Qر ر� ح] ر� حل م�ا م\ ح� ك! ر" Zم �ي ر م% �� ر �ل رى ر%� م[ ر"ا �م� ح�ل ك ك�� ر] �ر"Tindakan Imam [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti mashlahat." (As-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nadzair, 121)

c. &م ر) ح ك� Gر� �ل Zر رل م_ ح! ر" كل م_ ح! �ر ح= ر< Zك ر9 رQا �ل"Keperluan dapat menduduki posisi darurat." (As-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nadzair, 63)

Memperhatika

n

:1. Substansi Fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro,

No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mudharabah, No.

08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Musyarakah, No. 10/DSN-MUI/IV/2000

tentang Wakalah, No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh, No.

62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Ju'alah, dan No. 63/DSN-MUI/XII/2007

tentang SBIS.

2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada Kamis, 26

Dzul Qa’dah 1428 H/06 Desember 2007 M.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:FATWA TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARIAH JU’ALAH (SBIS JU’ALAH)

Pertama :Ketentuan Umum

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata

uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek

berdasarkan prinsip syariah.

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah (SBIS Ju’alah) adalah SBIS yang

menggunakan Akad Ju’alah, dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-

MUI no. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad Ju’alah.

Kedua :Ketentuan Akad

1. SBIS Ju’alah sebagai instrumen moneter boleh diterbitkan untuk

pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah.

2. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi

pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai maj’ul lah (penerima

pekerjaan); dan objek/underlyingJu’alah (mahall al-‘aqd) adalah partisipasi

Page 5: FATWA MUI

Bank Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian

moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan

menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu

tertentu. 

3. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS

mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah

sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan

(reward/‘iwadh/ju’l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam

pelaksanaannya.

Ketiga :Ketentuan Hukum

1. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan (reward/‘iwadh /ju’l) yang telah

dijanjikan kepada Bank Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam

upaya pengendalian moneter dengan cara menempatkan dana di Bank

Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui "pembelian" SBIS Ju'alah.

2. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia melalui SBIS

adalah wadi’ah amanah khusus yang ditempatkan dalam rekening SBIS-

Ju’alah, yaitu titipan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan

atau ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan oleh Bank Indonesia

selaku penerima titipan, serta tidak boleh ditarik oleh Bank Syariah sebelum

jatuh tempo.

3. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mudi’) memerlukan

likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-repo-kan SBIS Ju’alah-nya dan

Bank Indonesia dapat mengenakan denda (gharamah) dalam jumlah tertentu

sebagai ta'zir.

4. Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS Ju’alah kepada

pemegangnya pada saat jatuh tempo.

5. Bank syariah hanya boleh/dapat menempatkan kelebihan likuiditasnya pada

SBISJu’alah sepanjang belum dapat menyalurkannya ke sektor riil.

6. SBIS-Ju’alah merupakan instrumen moneter yang tidak dapat diperjual-

belikan (non tradeable) atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan

bagian dari portofolio investasi bank syariah.

Keempat :Ketentuan Penutup

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana

mestinya.

Ditetapkan di

:

Jakarta

Page 6: FATWA MUI

Tanggal

:26 Dzul Qa’dah 1428 H

06 Desember 2007 MDEWAN SYARI'AH NASIONALMAJELIS ULAMA INDONESIA

Sekretaris

Ketua

K.H. MA Sahal Mahfudh Drs. H. M Ichwan Sam