fase awal jepang pasca perang

27
JEPANG DAN KEBANGKITANNYA Jepang, Negara kepulauan di ujung barat Samudera pasifik merupakan salah satu Negara maju di bidang perekonomian. Negara tersebut mempunyai produk domestik bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat dan menempati urutan tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Kondisi perekonomian Jepang saat ini merupakan hasil dari perjuangan yang keras. Hingga kini Jepang dikenal sebagai salah satu penggerak perekonomian dunia. Jepang mempunyai latar belakang perkembangan ekonomi yang menarik untuk di pelajari. Hal tersebut dikarenakan Jepang merupakan salah satu model bagi perkembangan perekonomian di Asia. Cerminan ini tampak pada kebangkitanyang Jepang pernah mengalami keterpurukan kondisi ekonomi setelah kekalahannya saat perang dunia II. Kekalahan tersebut tentunya sangat berpengaruh pada keadaan perekonomian di Jepang.

Upload: awali-karunia-jati

Post on 02-Aug-2015

144 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fase Awal Jepang Pasca Perang

JEPANG DAN KEBANGKITANNYA

Jepang, Negara kepulauan di ujung barat Samudera pasifik merupakan salah

satu Negara maju di bidang perekonomian. Negara tersebut mempunyai produk

domestik bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat dan menempati urutan

tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Kondisi perekonomian

Jepang saat ini merupakan hasil dari perjuangan yang keras. Hingga kini Jepang

dikenal sebagai salah satu penggerak perekonomian dunia. Jepang mempunyai latar

belakang perkembangan ekonomi yang menarik untuk di pelajari. Hal tersebut

dikarenakan Jepang merupakan salah satu model bagi perkembangan perekonomian

di Asia. Cerminan ini tampak pada kebangkitanyang Jepang pernah mengalami

keterpurukan kondisi ekonomi setelah kekalahannya saat perang dunia II. Kekalahan

tersebut tentunya sangat berpengaruh pada keadaan perekonomian di Jepang.

Perang Dunia II merupakan konflik yang paling mematikan dalam sejarah

dunia. Perang terebut melibatkan sebagian besar Negara – Negara di dunia. Pihak

yang telibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah

untuk memenuhi kebutuhan militer selama perang. Peristiwa ini dimulai saat Jerman

menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939. Hingga akhirnya menewaskan

lebih dari tujuh puluh juta orang dengan mayoritas warga sipil. ‘Kegilaan’ militer

tersebut berakhir saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat pada tanggal

14 Agustus 1945 pada. Pihak Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument

of Surrender di atas kapal USS Missouri pada tanggal 2 September 1945. Peristiwa

tesebut menjadi penanda resmi akhir dari kejamnya kegiataan militer di dunia.

Page 2: Fase Awal Jepang Pasca Perang

Kekalahan pihak Jepang tentunya memberikan dampak yang sangat buruk.

Banyaknya sumber daya yang telah digerakkan oleh Jepang ternyata tidak berbalik

secara efisien dan efektif. Selama masa perang, kota – kota penting bagi jepang

seperti Tokyo, Osaka, Nagoya, kobe, dan Yokohama diserang oleh pasukan sekutu.

Penyerangan tersebut menghancurkan fasilitas penting untuk transportasi di Jepang

dan juga hancurnya pemukiman penduduk, gedung – gedung, dan pabrik. Akibat

pabrik yang telah hancur maka kegiatan produksi menjadi terhenti. Hal tersebut

membuat banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga menambah jumlah

pengangguran. Hubungan perdagangan dengan Negara asing dan daerah koloni

Jepang juga menjadi terputusKeadaan ekonomi pada masa setelah perang menjadi

semakin buruk dengan bertambahnya jumlah pengangguran dalam skala besar,

masalah krisis energy, penurunan jumlah produksi, persediaan pangan yang tidak

mencukupi, inflasi yang parah hingga munculnya pasar gelap. Masalah – masalah

ekonomi tersebut membuat keadaan dan situasi di dalam negeri menjadi bertambah

kacau dan sulit dikendalikan oleh pemerintah jepang.

Untuk menyelesaikan masalah perekonomian tersebut, pemerintah Jepang

diinstruksikan oleh pemerintah pendudukan (SCAP) untuk menjalankan kebijakan

demokratisasi ekonomi (Keizai no Minshuka). Kebijakan demokratisasi ekonomi

merupakan salah satu instruksi kebijakan Reformasi Lima Besar yang disampaikan

oleh SCAP. Dalam pelaksanaan ada tiga aspek utama demokratiasi ekonomi yaitu

reformasi tanah pertanian, pemecahan zaibatsu, dan reformasi tenaga kerja .

Kebijakan yang pertama adalah reformasi tanah pertanian. Pemerintahan

pendudukan Sekutu menginstruksikan pemerintah Jepang untuk melakukan reformasi

Page 3: Fase Awal Jepang Pasca Perang

bidang pertanian. Reformasi tersebut dikenal dengan reformasi tanah pertanian

(Nōchi Kaikaku/Land Reform) yang dilaksanakan pada tahun 1947. Reformasi tanah

pertanian merupakan tindakan yang diambil oleh Kebijakan ekonomi pemerintah

pendudukan untuk mengubah status kepemilikan tanah pertanian, dilakukan dengan

cara pembebasan biaya sewa. Pemerintah membeli tanah dari tuan tanah dan semua

tanah sewa lebih dari satu hektar, kemudian menjualnya kepada petani penyewa

dengan harga nominal. Hal ini menyebabkan lahan penyewaan menurun dari 46 %

menjadi 10 % dan jumlah petani Independen meningkat. Selain itu reformasi tanah

pertanian tersebut berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. Distribusi

pendapatan dari sektor pertanian di dalam masyarakat menjadi lebih merata dan para

petani penggarap mempunyai kesempatan untuk memiliki lahan pertanian sendiri.

Kebijakan yang kedua adalah Pemecahan Zaibatsu (Zaibatsu

Kaitai/Dissolution of Zaibatsu) . SCAP menganggap bahwa zaibatsu merupakan

sumber penting bagi kekuatan militer Jepang, dan menghambat perkembangan

demokrasi ekonomi. Tujuan pembubaran zaibatsu adalah untuk menghentikan

dukungan pihak zaibatsu kepada militer Jepang. Industri Jepang sebelumnya berada

di bawah penguasaan beberapa gabungan zaibatsu yang mendapat hak dan perlakuan

khusus dari pemerintah Jepang. Tujuan penguasaan industri tersebut untuk

mempertahankan dan melanjutkan hubungan semifeodal antara tenaga kerja dan

sistem manajemen. Hal tersebut dilakukan dengan cara menekan para pekerja dengan

upah yang rendah, mencegah perkembangan serikat pekerja, menghalangi kebebasan

suatu perusahaan yang berpotensi, dan menghalangi kebangkitan kelas menegah di

Jepang. Zaibatsu merupakan pusat aktivitas industri dan ekonomi di Jepang yang

Page 4: Fase Awal Jepang Pasca Perang

mempunyai pengaruh besar dalam pemerintahan Jepang sebelum perang. Empat

besar zaibatsu yaitu Mitsui, Sumitomo, Mitsubishi dan Yasuda mempunyai kendali

langsung atas lebih dari 30% industri pertambangan, industri kimia, industri besi baja,

dan hampir 50% mengendalikan industri mesin kapal dan industry pembuatan kapal

dan mempunyai 60% kepemilikan saham dalam bursa perdagangan saham. Hal

tersebut membuat zaibatsu mempunyai kekuatan dan pengaruh untuk mengendalikan

perekonomian Jepang. Tujuan dibubarkannya zibatsu adalah untuk mencegah

konsentrasi dari kekuatan ekonomi. Untuk menghilangkan konsentrasi kekuasaan

ekonomi, zaibatsu dibubarkan dan perusahaan bersama dilarang. Hukum

Perdagangan yang adil dan Hukum penghapusan kekuatan ekonomi yang berlebihan

diberlakukan pada tahun 1947.

Kebijakan yang ketiga adalah Reformasi Tenaga Kerja (Rōdō Kaikaku/Labor

Reform). Ada beberapa hal yang menjadi masalah bagi tenaga kerja di Jepang pada

masa perang. Masalah tersebut seperti gaji yang rendah, kesejahteraan pekerja,

diskriminasi wanita dalam pekerjaan. Hal tersebut membuat pemerintah pendudukan

(SCAP) perlu mengambil langkah reformasi demokrasi ekonomi perbaikan

kesejahteraan para tenaga kerja. SCAP menginstruksikan pemerintah Jepang untuk

membuat landasan hukum tentang hubungan para pekerja dengan industri serta

perusahaan dengan merancang undang-undang yang menjamin hakhak dasar bagi

para pekerja. Selain itu SCAP juga, mendukung gerakan serikat para pekerja yang

demokratis untuk memperjuangkan hak pekerja. Dalam pelaksanaannya ada 3 buah

undang undang yang ditetapkan untuk mengatur masalah-masalah para pekerja di

Jepang, yaitu pengesahan gerakan buruh, Pembentukan serikat buruh, berlakunya UU

Page 5: Fase Awal Jepang Pasca Perang

Serikat Buruh (1945) dan Labour Relations Adjustment Law, and Labour Standards

Law (1947),

Pada tahun 1947 muncul Aturan fair rules. Aturan ini diberlakukan dalam

rangka untuk mengamankan persaingan pasar dan transparansi. Hukum atau Undang-

Undang "Antipakat" (antitrust) atau hukum/undang-undang persaingan, merupakan

peraturan melawan kebiasaan dagang yang merendahkan persaingan atau dianggap

tidak adil. Hukum yang paling penting adalah UU Anti-trust dan hukum bursa efek.

Pengevaluasian kembali atas kebijakan ekonomi pemerintah pendudukan

dimulai pada tahun 1948. Pihak Amerika Serikat menerima laporan tentang kondisi

perekonomian di Jepang yang disampaikan oleh Supreme Command of Allied Power

(SCAP). Pada saat itu, terdapat beberapa masalah yang belum terselesaikan di dalam

perekonomian Jepang. Di antaranya adalah masalah produksi yang mengalami

stagnasi, pengangguran dalam skala besar, dan inflasi yang terus meningkat seperti

yang telah diuraikan sebelumnya. Kebijakan demokratisasi ekonomi yang telah

dijalankan belum menyelesaikan masalah dalam perekonomian Jepang. Oleh karena

karena itu rekontruksi ekonomi dan reindustrialisasi dilakukan untuk membangun

kembali perekonomian Jepang. Untuk cepat merekonstruksi perekonomian meskipun

kekurangan komoditas dan dana investasi, pemerintah pada tahun 1947 menerapkan

strategi untuk memusatkan sumber daya di sektor-sektor prioritas industri seperti

baja, listrik pertambangan batubara,, galangan kapal, laut dan kereta api transportasi,

dan pupuk kimia.

Terjadinya Perang Korea membuat pemerintah pendudukan mengubah

kembali arah dan tujuan kebijakan ekonomi bagi Jepang. Dengan adanya perubahan

Page 6: Fase Awal Jepang Pasca Perang

kebijakan tersebut membuat jepang mampu melakukan Reindustrialisasi. Perang

tersebut membawa pengaruh besar dalam situasi perekonomian Jepang. Perang Korea

menyebabkan perubahan penting pada tujuan kebijakan SCAP yang sebelumnya

masih berfokus pada demiliterisasi. Sebelumnya pada tahun 1947 arah kebijakan

ekonomi yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat telah berubah karena

terjadinya Perang Dingin dengan menginstruksikan kebijakan untuk mempercepat

pemulihan perekonomian Jepang, tetapi pada saat itu tujuan kebijakan ekonominya

masih berfokus pada demiliterisasi. Alasan perubahan tersebut adalah pemerintah

Amerika Serikat ingin menjadikan Jepang sebagai pangkalan logistic bagi pasukan

militernya dalam rangka menghadapi Perang Korea. Hal itu membuat kebijakan

ekonomi yang diinstruksikan pemerintah pendudukan mengalami perubahan dari

demiliterisasi menjadi penghidupan kembali industry yang berkaitan dengan militer.

Dengan perubahan kebijakan tersebut, perekonomian Jepang mendapat keuntungan

dalam meningkatkan produksi industri yang berkaitan dengan militer. Perubahan

tujuan kebijakan tersebut diambil oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung

kekuatan militernya di Asia dalam menghadapi Perang Korea. Sejak terjadinya

Perang Korea, industri di Jepang mendapat program permintaan khusus

(tokuju/special procurement) dari pemerintah Amerika Serikat. Tokuju merupakan

permintaan khusus untuk menyediakan perbekalan bagi pihak militer. Program

tersebut dijalankan untuk memenuhi keperluan militer Amerika Serikat dalam rangka

menghadapi Perang Korea. Dengan adanya tokuju, produksi peralatan dan

persenjataan perang yang sebelumnya dilarang oleh SCAP pada saat itu

diperbolehkan kembali. SCAP mengizinkan kembali produksi peralatan perang,

Page 7: Fase Awal Jepang Pasca Perang

kapal, dan pesawat tempur pada tahun 1952. Dengan kebijakan tersebut memberikan

kesempatan kepada industri yang berkaitan dengan militer untuk membangun

kembali produksinya. Tokuju juga berpengaruh pada peningkatan permintaan barang

dan jasa sehingga perekonomian Jepang mengalami boom yang membuat banyak

industri dan perusahaan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Jadi Perang

Korea memberi kontribusi yang sangat besar bagi pemulihan ekonomi Jepang. Selain

itu dengan adanya tokuju, kerjasama ekonomi antara Amerika Serikat dan Jepang

menjadi meningkat. Hal tersebut berdampak pada peningkatan produksi dan ekspor.

Tahun 1950, setelah zaibatsu dibubarkan. Kelompok pengusaha berusaha

membangun kembali zaibatsu yang bertranformasi dengan nama keiretsu. Posisi

jepang yang saat itu merupakan pemasok kebutuhan militer untuk Amerika Serikat

memberikan keuntungan bagi keiretsu untuk menggalang kekuatan. Kireitsu adalah

sebuah grup bisnis yang lahir sekitar tahun 1950-an, yang dimulai dengan berdirinya

Mitshubishi Keiretsu (1951), Sumimoto Keiretsu (1952) dan Mitsui Keiretsu.

Keiretsu merupakan penggabungan kegiatan bisnis dari puluhan bahkan ratusan

perusahaan yang terpusat pada sebuah bank. Keiretsu bergerak pada 3 jenis usaha

yaitu bank, tranding company dan manufaktur. Usaha tersebut menjadikan keiretsu

sebagai kelompok bisnis terbesar dan yang paling menentukan di Jepang. Namun

keiretsu menjadi sorotan tajam bagi negara barat karena dianggap melakukan praktek

– praktek dagang dengan proteksi serta monopoli. Keiretsu juga menjadi objek

bahasan terpenting didalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan Jepang.

Setelah penandatangan Perjanjian Damai San Fransisco (Nihonkoku tono

Heiwa Jōyaku/Peace Treaty of San Fransisco) pada 8 September 1951 oleh 47 negara

Page 8: Fase Awal Jepang Pasca Perang

dan Pakta Keamanan Jepang dan Amerika (Nichibei Anzen Hoshō Jōyaku/Japanese

American Security Pact) pada Mei 1952 maka masa pendudukan Sekutu di Jepang

berakhir. Perjanjian Damai San Fransisco mulai berlaku pada tanggal 28 April 1952,

dan sejak saat itu Jepang secara resmi mendapatkan kembali kedaulatannya sebagai

negara. Dengan mendapatkan kembali kedaulatannya maka Jepang dapat membangun

kembali negaranya sendiri. Selain tu di dalam Pakta Keamanan Jepang dan Amerika,

dinyatakan bahwa militer Amerika Serikat tetap berada di Jepang. Hal tersebut

memungkinkan Jepang menghemat anggarannya dalam bidang militer, dan dapat

dialihkan untuk pemulihan perekonomian. Sejak mendapatkan kembali

kedaulatannya, pemerintah Jepang melakukan beberapa revisi terhadap kebijakan

ekonomi yang telah dijalankan selama masa pendudukan Sekutu. Jadi, setelah masa

pendudukan berakhir, Jepang dapat menentukan sendiri kebijakan ekonominya.

Selama periode pertumbuhan yang cepat, masyarakat jepang mengalami

berbagai perubahan dari tahun 1955 hingga 1970. Infrastruktur ekonomi secara aktif

mulai dikembangkan dengan pembukaan kereta cepat Tokaido antara Tokyo dan

Osaka pada tahun 1964, dan jalan raya super antara Komaki (dekat Nagoya) dan

Nishinomiya (dekat Kobe) pada tahun 1965. Pertumbuhan ekonomi Jepang yang

cepat ini juga diikuti dengan peningkatan dari penjualan mobil dan konstruksi jalan

raya. Di sisi lain hal ini menimbulkan masalah sendiri bagi Jepang, seperti

keterlambatan dalam pengembangan infrastruktur, tidak adanya pemerataan

penduduk antara di kota dan di pedesaan akibat urbanisasi, dan degradasi lingkungan.

Di akhir tahun 1960, pemerintah membuat kebijakan dengan memberikan asuransi

Page 9: Fase Awal Jepang Pasca Perang

sosial dan sistem pensiun nasional pada semua orang termasuk wiraswasta dan

pengangguran.

Pelayanan kesehatan dan kondisi kesehatan masyarakat Jepang mulai

membaik seiring dengan mengkatnya pendapatan masyarakat Jepang, sehingga angka

harapan hidup menjadi semakin panjang. Angka harapan hidup orang Jepang

sebelumnya 60 tahun untuk laki-laki dan 63 tahun untuk perempuan, pada tahun 1950

hingga 1975 meningkat menjadi 71 tahun untuk laki-laki dan 77 tahun untuk

perempuan. Sektor pendidikan juga mengalami kemajuan dengan semakin

dipermudahnya akses untuk masuk ke universitas/perguruan tinggi. Kesenjangan

pendapatan juga semakin menyempit pada tahun 1955-1965.

Efek yang timbul akibat cepatnya pertumbuhan di Jepang adalah over-

populasi di daerah metropolitan dan depopulasi di daerah pedesaan sehingga timbul

kemacetan lalu lintas, kondisi perumahan yang buruk, kurangnya insfrastruktur di

perkotaan, dan polusi akibat strategi pembangunan yang menekankan pada

pertumbuhan industri. Depopulasi daerah pedesaan menyebabkan Jepang harus

mengimpor pangan karena petani pindah ke perkotaan untuk mencari pekerjaan dan

kehidupan akibat pergeseran struktur dari pertanian menjadi manufaktur.. Masalah ini

mulai teratasi ketika pertumbuhan ekonomi melambat, sehingga jumlah penduduk

yang pindak ke kota Tokyo mulai konsisten. Polusi menimbulkan pencemaran pada

lingkungan di berbagai daerah, sehingga menimbulka penyakit seperti asma.

Pertumbuhan ekonomi riil dari tahun 1960-an hingga 1980-an sering disebut

"keajaiban ekonomi Jepang", yakni rata-rata 10% pada tahun 1960-an, 5% pada tahun

1970-an, dan 4% pada tahun 1980-an.Dekade 1980-an merupakan masa keemasan

Page 10: Fase Awal Jepang Pasca Perang

ekspor otomotif dan barang elektronik ke Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi

surplus neraca perdagangan yang mengakibatkan konflik perdagangan. Pada tahun

1960 industri jepang telah mampu bersaing dalam pasar Internasional dalam bidang

perkapalan, radio, baja, semen dan beberapa produk lain yang kemudian merupakan

tenaga pendorong bagi ekspor jepang. Pada awal tahun 1970-an Jepang telah menjadi

salah satu negara industry paling maju di dunia.

Dekade 1980-an merupakan masa keemasan ekspor otomotif dan barang

elektronik ke Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi surplus neraca perdagangan

yang mengakibatkan konflik perdagangan. Setelah ditandatanganinya Perjanjian

Plaza 1985, dolar AS mengalami depresiasi terhadap yen. Pada Februari 1987, tingkat

diskonto resmi diturunkan hingga 2,5% agar produk manufaktur Jepang bisa kembali

kompetitif setelah terjadi kemerosotan volume ekspor akibat menguatnya yen.

Akibatnya, terjadi surplus likuiditas dan penciptaan uang dalam jumlah besar.

Spekulasi menyebabkan harga saham dan realestat terus meningkat, dan berakibat

pada penggelembungan harga aset. Harga tanah terutama menjadi sangat tinggi akibat

adanya "mitos tanah" bahwa harga tanah tidak akan jatuh. Ekonomi gelembung

Jepang jatuh pada awal tahun 1990-an akibat kebijakan uang ketat yang dikeluarkan

Bank of Japan pada 1989, dan kenaikan tingkat diskonto resmi menjadi 6%. Pada

1990, pemerintah mengeluarkan sistem baru pajak penguasaan tanah dan bank

diminta untuk membatasi pendanaan aset properti. Indeks rata-rata Nikkei dan harga

tanah jatuh pada Desember 1989 dan musim gugur 1990. Pertumbuhan ekonomi

mengalami stagnasi pada 1990-an, dengan angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil

hanya 1,7% sebagai akibat penanaman modal yang tidak efisien dan

Page 11: Fase Awal Jepang Pasca Perang

penggelembungan harga aset pada 1980-an. Institusi keuangan menanggung kredit

bermasalah karena telah mengeluarkan pinjaman uang dengan jaminan tanah atau

saham.

Dekade 1980-an merupakan masa keemasan ekspor otomotif dan barang

elektronik ke Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi surplus neraca perdagangan

yang mengakibatkan konflik perdagangan. Setelah ditandatanganinya Perjanjian

Plaza 1985, dolar AS mengalami depresiasi terhadap yen.

Pada Februari 1987, tingkat diskonto resmi diturunkan hingga 2,5% agar

produk manufaktur Jepang bisa kembali kompetitifsetelah terjadi kemerosotan

volume ekspor akibat menguatnya yen. Akibatnya, terjadi surplus likuiditas dan

penciptaan uang dalam jumlah besar. Spekulasi menyebabkan harga saham dan

realestat terus meningkat, dan berakibat pada penggelembungan harga aset. Harga

tanah terutama menjadi sangat tinggi akibat adanya "mitos tanah" bahwa harga tanah

tidak akan jatuh. Ekonomi gelembung Jepang jatuh pada awal tahun 1990-an akibat

kebijakan uang ketat yang dikeluarkan Bank of Japan pada 1989, dan kenaikan

tingkat diskonto resmi menjadi 6%.

Pada 1990, pemerintah mengeluarkan sistem baru pajak penguasaan tanah dan

bank diminta untuk membatasi pendanaan aset properti. Indeks rata-rata Nikkei dan

harga tanah jatuh pada Desember 1989 dan musim gugur 1990. Pertumbuhan

ekonomi mengalami stagnasi pada 1990-an, dengan angka rata-rata pertumbuhan

ekonomi riil hanya 1,7% sebagai akibat penanaman modal yang tidak efisien dan

penggelembungan harga aset pada 1980-an. Institusi keuangan menanggung kredit

bermasalah karena telah mengeluarkan pinjaman uang dengan jaminan tanah atau

Page 12: Fase Awal Jepang Pasca Perang

saham. Usaha pemerintah mengembalikan pertumbuhan ekonomi hanya sedikit yang

berhasil dan selanjutnya terhambat oleh kelesuan ekonomi global pada tahun 2000.

Jepang adalah perekonomian terbesar nomor dua di dunia setelah Amerika

Serikat, dengan PDB nominal sekitar AS$4,5 triliun. dan perekonomian terbesar ke-3

di dunia setelah AS dan Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan

berbelanja. Industri utama Jepang adalah sektor perbankan, asuransi, realestat, bisnis

eceran, transportasi, telekomunikasi, dan konstruksi. Jepang memiliki industri

berteknologi tinggi di bidang otomotif, elektronik, mesin, perkakas, baja dan logam

non-besi, perkapalan, industri kimia, tekstil, dan pengolahan makanan. Sebesar tiga

perempat dari produk domestik bruto Jepang berasal dari sektor jasa. listrik Minato

Mirai 21 di Yokohama. Ekonomi Jepang sangat mengandalkan sektor jasa.

Dalam Indeks Kemudahan Berbisnis, Jepang menempati peringkat ke-12, dan

termasuk salah satu negara maju dengan birokrasi paling sederhana. Kapitalisme

model Jepang memiliki sejumlah ciri khas. Keiretsu adalah grup usaha yang

beranggotakan perusahaan yang saling memiliki kerja sama bisnis dan kepemilikan

saham. Negosiasi upah (shuntō) berikut perbaikan kondisi kerja antara manajemen

dan serikat buruh dilakukan setiap awal musim semi. Budaya bisnis Jepang mengenal

konsep-konsep lokal, seperti Sistem Nenkō, nemawashi, salaryman, dan office lady.

Perusahaan di Jepang mengenal kenaikan pangkat berdasarkan senioritas dan jaminan

pekerjaan seumur hidup.

Kejatuhan ekonomi gelembung yang diikuti kebangkrutan besar-besaran dan

pemutusan hubungan kerja menyebabkan jaminan pekerjaan seumur hidup mulai

ditinggalkan. Perusahaan Jepang dikenal dengan metode manajemen seperti The

Page 13: Fase Awal Jepang Pasca Perang

Toyota Way. Aktifisme pemegang saham sangat jarang. Dalam Indeks Kebebasan

Ekonomi, Jepang menempati urutan ke-5 negara paling laissez-faire di antara 41

negara Asia Pasifik.

Total ekspor Jepang pada tahun 2005 adalah 4.210 dolar AS per kapita. Pasar

ekspor terbesar Jepang tahun 2006 adalah Amerika Serikat 22,8%, Uni Eropa 14,5%,

Cina 14,3%, Korea Selatan 7,8%, Taiwan 6,8%, dan Hong Kong 5,6%. Produk

ekspor unggulan Jepang adalah alat transportasi, kendaraan bermotor, elektronik,

mesin-mesin listrik, dan bahan kimia. Negara sumber impor terbesar bagi Jepang

pada tahun 2006 adalah Cina 20,5%, AS 12,0%, Uni Eropa 10,3%, Arab Saudi 6,4%,

Uni Emirat Arab 5,5%, Australia 4,8%, Korea Selatan 4,7%, dan Indonesia 4,2%.

Impor utama Jepang adalah mesin-mesin dan perkakas, minyak bumi, bahan

makanan, tekstil, dan bahan mentah untuk industri.

Industri utama Jepang yang paling dikenal dunia adalah otomotifnya (baik

motor ataupun mobil), tetapi lebih dari itu Jepang juga negara penghasil kapal,

elektronik, ponsel, mesin, robot (android), baja (metal), komputer, tekstil, sutera, bio-

industri, semikonduktor, farmasi, kertas, petrokimia, makanan,  teknologi ruang

angkasa, alumunium dan lainnya. Hampir semua industri di Jepang laku di ekspor.

Mau bukti? lihat saja, di jalan-jalan Indonesia, India, Malaysia dan Filipina banyak

dijumpai mobil buatan Honda, Suzuki, Toyota, Hino, Isuzu, Mitsubishi dan Mazda.

Alat-alat rumah tangga didominasi alat buatan Jepang seperti Sharp, Mito, Mitoshiba,

Toshiba, Canon dll. Peripheral, panel plasma, semikonduktor dan komputer merek

Canon, Hitachi, Fujitsu dan Toshiba juga diminati dunia.Sampai sekarang, Jepang

adalah negara industri paling sukses sepanjang sejarah

Page 14: Fase Awal Jepang Pasca Perang

Jepang adalah negara pengimpor hasil laut terbesar di dunia (senilai AS$ 14

miliar). Perikanan, perikanan Jepang sangat maju dengan dukungan alat-alat

penangkapan ikan yang modern, armada yang besar dan bermodal serta area

penangkapan yang sangat luas. Tak heran Jepang pernah menjadi produsen ikan

nomor 1 dunia sejak 1968 sampai 1996. Pada 1996, produksi ikan di Jepang terus

merosot dan akhirnya berada diposisi ke-enam sampai sekarang. Tetapi, armada

perikanan tetap merupakan yang terbaik didunia. Hasil perikanan/tangkapan nelayan

Jepang pada umunya yaitu : tuna, cakalang, sarden, makerel, cod, haring, paus, anjing

laut, salem, kepiting, gurita, cumi, belut laut, udang, salmon, kerang tiram, saury dan

jenis-jenis lain.

Pertanian di Jepang tergolong maju dan menerapkan intensifikasi pertanian,

sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang dijadikan lahan pertanian kurang dari

15 % Jepang dapat berswasembada memenuhi kebutuhan domestiknya. Pertanian di

Jepang kebanyakan menggunakan sistem hidroponik, aeroponik, pupuk

hijau/kompos, mesin panen dan mesin-mesin pembajak yang modern. 2011 lalu,

Jepang berhasil berswasembada atas komoditas beras, kedelai, kacang tanah, rumput

laut, teh, tomat, sayuran, kubis, pir, jeruk, aprikot, lobak, jagung, kentang, ketan,

gandum, bunga dan wasabi. Meskipun swasembada, untuk membuat Sanbei, Jepang

masih mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand. Pertanian adalah sektor industri

andalan hingga beberapa tahun seusai Perang Dunia II. Menurut sensus tahun 1950,

sekitar 50% angkatan kerja berada di bidang pertanian. Sepanjang "masa keajaiban

ekonomi Jepang", angkatan kerja di bidang pertanian terus menyusut hingga sekitar

Page 15: Fase Awal Jepang Pasca Perang

4,1% pada tahun 2008. Pada Februari 2007 terdapat 1.813.000 keluarga petani

komersial, namun di antaranya hanya kurang dari 21,2% atau 387.000 keluarga petani

pengusaha. Sebagian besar angkatan kerja pertanian sudah berusia lanjut, sementara

angkatan kerja usia muda hanya sedikit yang bekerja di bidang pertanian.

Selain itu, Jepang juga menguasai global melalui industri anime (animasi) dan

produk perfilman mereka. Anime (animasi) Jepang menyerbu dan laris manis

dipasaran dunia seperti : Doraemon, Ninja Hatori, Naruto, One Piece dll. Dari

industri animasi-nya (anime), Jepang membukukan keutungan bersih total sekitar

2.983,03 milliar Yen.

Jepang adalah perekonomian terbesar nomor dua di dunia setelah Amerika

Serikat, Jepang bersama Jerman dan Korea Selatan adalah 3 negara yang pernah

mencatatkan diri sebagai negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

sepanjang sejarah dunia dan perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS

dan Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Bangsa

Jepang dapat berkembang dengan cepat karena semangat untuk bangkit yang luar

biasa dan didukung oleh budaya Bangsa Jepang yang tidak mudah menyerah serta

mau belajar dari pengalaman. Ditambah strategi rekonstruksi pasca konflik yang

tepat. Jepang tidak butuh waktu lama untuk segera bangkit dan menguasai keadaan.

Hanya dalam kurun waktu 30 tahun, jepang segera menjadi salah satu jantung

perekonomian dunia dengan berbagai kebijakan kebijakan yang diterapkan.

Page 16: Fase Awal Jepang Pasca Perang

Jepang habis gelap terbitlah terang. Sartini dan saring arianto. Jurnal sosio e-kons vol

II No. 1 edisi februari – april 2010.