fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … · mata pelajaran ips geografi ... (pokok bahasan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI
(Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II
SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
SYA’BAN ISTIQOMAH
K5406005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI
(Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II
SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
Oleh :
SYA’BAN ISTIQOMAH
K5406005
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji
skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
NIP. 1303 444 54 NIP. 19560420 198303 1 003
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 18 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan
Ketua : Setya Nugraha, S.Si, M.Si …………….
Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si ……………….
Anggota I : Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D …………….
Anggota II : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ……………….
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Sya’ban Istiqomah, K5406005. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN KETENAGAKERJAAN PADA SISWA KELAS VIII-B SEMESTER II SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebanyak 37 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes formatif, angket dan dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini ditunjukkan pada motivasi siswa yang baru mencapai 64,86% dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%. Hasil penelitian Siklus II menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil belajar siswa setelah Siklus II telah mencapai 89,18% dan Motivasi siswa mencapai 89,19% dari jumlah siswa. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 27,02% (siklus I = 62,16% dan siklus II = 89,18%), Motivasi belajar siswa meningkat 24,33% (siklus I = 64,86% dan siklus II = 89,19%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta setelah dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Sya'ban Istiqomah, K5406005. THE APPLICATION OF MAKE A MATCH TYPE OF COOPERATIVE LEARNING TO IMPROVE STUDENT THE MOTIVATION AND LEARNING RESULT IN GEOGRAPHY SOCIAL SCIENCE OF LABOR FORCE SUBJECT MATTER IN THE VIII-B GRADERS OF SEMESTER II OF SMP NEGERI 16 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, December 2010.
The objective of research was to find out the improvement of student motivation and student learning result of geography in the VIII-B Graders of Semester II of SMP Negeri 16 Surakarta in the school year of 2009/2010. using make a match type of cooperative learning in basic competency of labor force problem and labor as the resource in economic activity, as well as the role of government in the attempt of coping with them.
This study belongs to a Classroom Action Research. The subject of research was the VIII-B graders consisting of 37 students. Techniques of collecting data used were observation, formative test, questionnaire, and document. Technique of analyzing data used in this research was a descriptive qualitative analysis.
The learning result in cycle I shows that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning has not improved the student motivation and student learning result consistent with the successfulness of research. It is indicated in the student motivation reaching only 64.86% and the student learning result reaching only 62.16%. The learning result in cycle II shows that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning can improve the student motivation and the student learning result had reached the targeted successfulness of research. The student learning result in cycle II had reached 89.18% and the student motivation reached 89.19% of student number. The student learning result increases by 27.02% from cycle I to cycle II (cycle I = 62.16% and cycle II = 89.18%), and student learning motivation increases by 24.33% from cycle I to cycle II (cycle I = 64.86% and cycle II = 89.19%). These results of research shows that that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning can improve the student motivation and the student learning result consistent with the indicator of research successfulness. It is indicated by the increase in student learning motivation and result in VIII-B Graders of Semester II of SMP Negeri 16 Surakarta in the school year of 2009/2010 after the application of Make a Match type of cooperative learning model in the basic competency of describing the labor force problems and labor as the resource in economic activity, as well as the role of government in the attempt of coping with them.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap.
(QS Al-Insyirah:6-8)
Tak ada sesuatupun yang dapat membuatmu menyerah kecuali dirimu yang
mengizinkannya.
(Anonim)
Kesabaran menghadapi saat-saat sulit merupakan tanda dari kedewasaan.
(Penulis)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dalam Naungan Ridho Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memanjatkan
doa untuk ku,selalu memberikan cinta, motivasi
dan kasih sayang yang tak terhingga dan
pengorbanan yang tak ternilai harganya.
Adek-adekku tercinta (Annis Islamawati &
Ilham Fitriansyah) terimakasih sayang atas do’a
dan dukungannya.
Bustamil Arifin (Nano-nano ku), semoga Allah
memberikan jalan terbaik buat kita.
Sahabat-sahabat seperjuangan Geografi ’06
Anak-anak kos Griyananda dan Blue House
terimakasih do’a & kebersamaanya.
Almamaterku.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin…… Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk
menyusun skripsi ini.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.
4. Prof. Haris Mudjiman, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
6. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang dengan
sabar membimbing penulis sejak awal m`asa studi.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Geografi yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan
dan penyusunan skripsi ini.
8. Drs. M. Amir Khusni, MM selaku kepala SMP Negeri 16 Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian
9. Tri Wahyuni S, S. Pd selaku guru mata pelajaran geografi SMP Negeri 16
Surakarta yang telah berkenan membantu penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta.
11. Sahabat-sahabat Geografi’06 (Agung H, Agung P, Anis, Novika,
Maryanti, Rohmat, Bekti, Watik, Ika, Lilik, Novi, Kuntari, Silva, Wiwis,
Rohaye, Arif, Uzie, Ardian, Abidin, Intan, Kukuh, Guntur, Ari, Arno,
Reza, Yulian, Dyas, Diah, Indri, Yohanes, Tedy, Mitra, Yenik, Anita, Eki)
yang selalu memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan,
terimakasih kenangan indahnya selama ini semoga silaturahmi kita tak
pernah putus.
12. Sahabat-sahabatku kost Griyananda (Vita, Ratna, Hilfi, Pepi, Iis, D’e,
Andre, Ratih, Bror, Nita, Lala, Ullie,Devi, Ina) yang mewarnai hari-hatiku
di kos, terimakasih kebersamaan dan kelucuannya
13. Sahabat baikku Anis Iryaningtyas, terimakasih buat semuanya,
kebersamaannya hampir 5 tahun ini, jangan sampai putus silaturrahmi kita.
14. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v
HALAMAN ABSTRACT............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8
1. Hasil Belajar dan Pembelajaran ........................................... 8
2. Pembelajaran Aktif ............................................................ 11
3. Metode Pembelajaran ......................................................... 14
4. Pembelajaran Kooperatif ..................................................... 15
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari
Pasangan) ........................................................................... 18
6. Motivasi Belajar Siswa ....................................................... 20
7. Hasil Belajar ....................................................................... 25
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 28
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Kerangka Berfikir .................................................................... 32
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ...................................................................... 36
1. Tempat Penelitian ............................................................... 36
2. Waktu Penelitian ................................................................ 36
B. Subyek Penelitian .................................................................... 37
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 37
D. Sumber Data ............................................................................ 40
E. Validitas Data .......................................................................... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 41
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 42
H. Indikator Bekerja……… .......................................................... 43
I. Prosedur Penelitian…………………………… ......................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 48
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 51
1. Observasi Pra Tindakan ...................................................... 51
2. Deskripsi Siklus I……………. ........................................... 54
a. Perencanaan Tindakan Siklus I .................................... 54
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ..................................... 55
c. Observasi dan Evaluasi Siklus I .................................... 62
d. Analisis dan Refleksi Siklus I ........................................ 67
3. Deskripsi Siklus 2 ............................................................... 68
a. Perencanaan Tindakan Siklus II .................................... 68
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ..................................... 69
c. Observasi dan Evaluasi Siklus II ................................... 76
d. Analisis dan Refleksi Siklus II ...................................... 80
C. Pembahasan .............................................................................. 81
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 86
B. Implikasi .................................................................................. 86
C. Saran ....................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 88
LAMPIRAN ................................................................................................. 90
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-Rata Nilai Ulangan HarianGeografi Kelas VIII SMP Negeri 16
Surakarta ............................................................................................. 4
2. Perbedaan Penelitian oleh Peneliti dengan Penelitian Sebelumnya ....... 30
3. Jadwal Penyusunan Skripsi .................................................................. 36
4. Kategori Motivasi Belajar Siswa .......................................................... 52
5. Kategori Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta
Terhadap Mata Pelajaran Geografi ....................................................... 52
6. Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16
Surakarta Sebagai Data Awal ............................................................... 53
7. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I ............................... 56
8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta
Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I .................................. 62
9. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada
Siklus I ................................................................................................. 63
10. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II ............................. 70
11. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta
Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II ................................. 76
12. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada
Siklus II ............................................................................................... 77
13. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa ................................................ 83
14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ...................................... 84
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir .................................................................................. 34
2. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009: 16) .......................... 38
3. Skema Prosedur Penelitian ..................................................................... 47
4. Histogram Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16
Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi ......................................... 53
5. Histogram Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP
Negeri 16 Surakarta Sebagai Data Awal ................................................. 54
6. Histogram Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16
Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I .................... 64
7. Histogram Ketuntasan nilai siswa kelas VII-B SMP Negeri 16
Surakarta pada siklus I ........................................................................... 66
8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16Surakarta
Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II................................... 77
9. Histogram Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16
Surakarta Pada Siklus II ......................................................................... 78
10. Histogram Motivasi Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .... 83
11. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II ........................................................................................... 84
12. Kelas Penelitian ..................................................................................... 160
13. Suasana Kelas Saat Guru Menyampaikan Materi .................................... 160
14. Siswa Saat Mencari Pasangan Soal dan Jawaban .................................... 161
15. Siswa Menemukan Pasangan Soal dan Jawaban ..................................... 161
16. Guru Mengoreksi Bersama-Sama Hasil Pasangan Soal dan Jawaban ...... 162
17. Siswa Mengerjakan Tes Formatif ........................................................... 162
18. Siswa Mengisi Angket Motivasi ............................................................. 163
19. Siswa Mendapat Penghargaan ................................................................ 163
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus Siklus I ....................................................................................... 91
2. Silabus Siklus II ...................................................................................... 93
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................................... 95
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................................... 100
5. Materi yang Diajarkan ............................................................................. 105
6. Kisi-Kisi Evaluasi Siklus I dan Siklus II .................................................. 121
7. Soal Tes Formatif Siklus I ...................................................................... 122
8. Soal Tes Formatif Siklus II ...................................................................... 125
9. Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I ..................................................... 129
10. Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II ..................................................... 131
11. Soal dan Jawaban Make a Matcah (Mencari Pasangan) Siklus I .............. 134
12. Soal dan Jawaban Make a Matcah (Mencari Pasangan) Siklus II ............. 137
13. Angket Motivasi Belajar Geografi ........................................................... 141
14. Kisi-Kisi Penyusunan Angket Belajar ..................................................... 146
15. Lembar Observasi Motivasi..................................................................... 147
16. Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Motivasi Awal ... 148
17. Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Motivasi Siklus I 150
18. Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VII-B Sebagai Data Motivasi Siklus II 152
19. Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Awal .................... 154
20. Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Siklus I ..................................... 156
21. Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Siklus II .................................... 158
22. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 160
23. Surat Perijinan ........................................................................................ 162
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan masa depan
dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui pendidikan akan dihasilkan
manusia-manusia terdidik sebagai sumber daya manusia berkualitas yang akan
berperan dalam pembangunan. Mengingat pentingnya peranan pendidikan, maka
masalah pendidikan menjadi perhatian serius bangsa Indonesia. Pemerintah
berusaha membentuk suatu sistem pendidikan yang berkualitas sehingga tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai. Di Indonesia, masalah pendidikan menjadi
pelik ketika output yang dihasilkannya kurang memenuhi kriteria yang
distandarkan baik dalam bidang pengetahuannya maupun moralitas yang dimiliki
oleh output dari pendidikan tersebut. Maka dibutuhkan pembelajaran yang
berorientasi sepenuhnya kepada proses maupun hasil pendidikan.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berperan
aktif dalam peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan dapat terlihat pada
indikator keberhasilan dalam pembelajaran yaitu tercapainya tujuan pembelajaran
yang ditetapkan. Salah satunya adalah dengan meningkatnya pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan yang dapat ditunjukkan dengan hasil belajar.
Selain itu pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dilakukan agar kualitas
pendidikan terus meningkat.
Proses belajar mengajar disekolah merupakan kegiatan yang integral
antara guru dan siswa. Dalam hal ini siswa berkedudukan sebagai pelajar yang
menuntut ilmu dan guru mempunyai posisi sebagai pengajar yang menyampaikan
materi pelajaran. Serangkaian perbuatan guru dan siswa mampunyai hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat
penting berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan
sebagai suatu proses komunikasi. Setiap proses komunikasi diperlukan media
untuk menyalurkan pesan, sehingga dikatakan bahwa media mempunyai peranan
penting dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan belajar mengajar dapat ditinjau dari dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari luar siswa adalah
faktor guru dan sarana prasarana. Guru sebagai pengajar harus dapat menyajikan
materi pelajaran dengan baik, efektif dan efisien dengan memilih dan
menggunakan metode serta pembelajaran yang sesuai. Hendaknya pula, guru
tidak mendominasi kegiatan tersebut tetapi memotivasi dan membimbing siswa
agar dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui belajar mengajar.
Jadi dalam kegiatan ini terjadi interaksi timbal balik antar siswa dan guru,
sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.
Penerapan Kurikulum yang digunakan sekarang ini yaitu KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mengharuskan siswa untuk berperan aktif
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini mulai diberlakukan sejak tahun
2006 yang merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK.
Pada kedua kurikulum ini, guru tidak lagi mendominasi pembelajaran (teacher
centered) tapi menempatkan siswa sebagai subyek didik sehingga pendekatannya
berpusat pada siswa (student centered). Salah satu acuan dalam penyusunan
KTSP adalah peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik. Paradigma lama yaitu guru
merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (Teacher Centered Learning) tidak bisa
lagi dipertahankan. Tetapi hal ini nampaknya masih banyak diterapkan di ruang-
ruang kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan
tidak menyita waktu. Sehingga tidak mengherankan kalau siswa cenderung jenuh,
bosan dan akhirnya kurang tertarik terhadap pelajaran Geografi. Hal ini
berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa. Seorang pendidik harus
menguasai berbagai macam metode dan pendekatan mengajar, sebab metode dan
pendekatan merupakan salah satu cara dalam pencapaian tujuan pengajaran. Ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
beberapa macam pendekatan mengajar antaralain pendekatan konsep, pendekatan
induktif, pendekatan ketrampilan proses dan lain-lain. Seorang guru dapat
memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan materi yang disampaikan,
kemampuannya dalam mengingat situasi dan kondisi saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Disamping itu dalam memberikan materi pelajaran guru harus
memberikan metode yang tepat, yang sesuai dengan materi dan pendekatan yang
disampaikan, karena apabila materi dan metode tidak sesuai dengan
pendekatannya maka siswa akan mengalami kegaduhan di dalam menerima
pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru, dalam proses belajar mengajar,
siswa perlu mengalami proses ilmu pengetahuan sendiri melalui kegiatan
pengamatan, pemecahan masalah, percobaan dan sebagainya. Salah satu bentuk
metode dari pendekatan ketrampilan proses yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match atau mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk
dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak
bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Kelebihan dari metode ini adalah :
Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan
adanya metode yang bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi
semangat belajar tetapi juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar
sehingga siswa menjadi betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru
dalam mengajar dan juga dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Guru tidak perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang
mengantuk di kelas karena dengan adanya game dalam belajar ini diharapkan
siswa dapat menjadi aktif dalam belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu
dengan yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Geografi dan pengamatan
yang dilakukan penulis, diketahui bahwa metode yang sering digunakan di SMP
Negeri 16 Surakarta dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah metode
ceramah yaitu guru menyampaikan materi sedangkan siswa mencatat pada buku
catatan. Sehingga kurangnya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa sehingga siswa cenderung pasif. Karena KBM didominasi oleh guru maka
guru dikatakan aktif, sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat
bahkan ada sebagian siswa yang diam dengan keadaan mengantuk, guru tidak
menyadari metode konvensional yang dilakukan secara terus menerus membuat
siswa bosan, kurang antusias, dan kurang tertarik, sehingga motivasi belajar siswa
rendah pada saat pembelajaran berlangsung. Motivasi merupakan salah satu
indikator bagi keberhasilan pembelajaran. Jika siswa kurang memiliki motivasi
maka hasil belajarpun kurang optimal. Sesulit apapun materi jika siswa memiliki
motivasi yang tinggi maka siswa akan tetap belajar.
Berdasarkan data arsip hasil ulangan harian mata pelajaran Geografi
menunjukkan hasil belajar siswa kurang optimal dan motivasi untuk belajar
geografi rendah, ini terlihat dari data nilai ulangan harian yang belum mencapai
nilai ketuntasan minimal yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS. Pada saat diadakan
ulangan harian, kelas VIII-B memiliki nilai rata-rata paling rendah bila dibanding
kelas VIII yang lain. Nilai rata-rata ulangan harian kelas VIII-B adalah 60,95.
Berikut disajikan tabel rata-rata nilai ulangan harian Geografi kelas VIII.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas VIII SMP
Negeri 16 Surakarta
Kelas Rata-Rata Nilai Ulangan
VIII-A 65,30
VIII-B 60,95
VIII-C 63,90
VIII-D 62,35
VIII-E 64,20
Sumber: Dokumen Guru Pengampu Pelajaran Geografi Kelas VIII SMP
Negeri 16 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan data nilai ulangan harian, sebagian besar siswa kelas VIII-B
belum mencapai nilai 65 yang merupakan standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) pada mata pelajaran geografi. Dari 37 siswa kelas VIII-B, yang sudah
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran berjumlah 16 anak (43,24% dari jumlah
siswa) sedangkan yang belum tuntas adalah 21 anak (56,76% dari jumlah siswa).
Berdasarkan pengalaman guru geografi mengajar kelas VIII, materi
ketenagakerjaan merupakan materi yang dianggap membosankan. Guru memiliki
kesulitan dalam memahamkan materi tersebut kepada siswa karena materi kurang
menarik. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi
ketenagakerjaan dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa
untuk memahami konsep materi menjadikan situasi belajar membosankan
sehingga siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang
aktif dalam pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan
ketidakpahaman melalui pertanyaan sehingga semakin menyulitkan guru untuk
memahamkan mereka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Pembelajaran geografi akan sangat menarik jika dikemas dalam suatu
bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan). Make a Match (Mencari
Pasangan) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
melatih siswa untuk lebih aktif sehingga termotivasi untuk belajar.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas maka penulis
memilih judul :
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Mencari
Pasangan) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran IPS (Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B
Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran geografi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B
SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan
Ketenagakerjaan?
2. Apakah pembelajaran geografi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP
Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan Ketenagakerjaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada pokok bahasan
Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran
2009/2010?
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada pokok bahasan
Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran
2009/2010?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan
peneliti.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) untuk
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi terutama pada
pokok bahasan Ketenagakerjaan.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran
kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi peneliti di masa
yang akan datang di bidang dan permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
2) Mempermudah siswa dalam memahami pelajaran dan tidak mudah bosan.
3) Memberi suasana belajar yang bervariasi dan praktis sehingga dapat
membangkitkan semangat belajar siswa.
4) Memberi peluang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
mengajar.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru geografi dalam menentukan metode mengajar yang
tepat sesuai dengan materi yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan
motivasi belajar siswa.
2) Memberikan informasi bagi guru untuk lebih menekankan keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar.
3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, bahwasanya dalam
mengajar geografi banyak cara yang dapat digunakan agar pelajaran geografi dapat
menarik untuk diikuti oleh siswa. Salah satunya yaitu menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan ini amat
tergantung pada proses belajar yang di alami siswa. Oleh karena pemahaman yang
benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya
mutlak diperlukan oleh para guru.
Belajar juga merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan seseorang selalu melakukan
kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala belajar, karena mustahil apabila
seseorang melakukan kalau tidak melalui belajar terlebih dahulu. Sebagai contoh
adalah seorang anak yang bisa berjalan, mengenakan pakaian sendiri, makan
sendiri, semuanya merupakan hasil dari kegiatan belajar.
Beberapa ahli telah menyusun devinisi belajar menurut sudut pandang
masing-masing, antara lain adalah sebagi berikut :
Menurut Winkel (1996:53), ”Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”
Sardiman (2010:20) menyatakan bahwa, “Belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan, serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.”
Menurut Sujana (1989 :28), “ Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang.” Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-
lain aspek yang ada pada diri individu. Sedangkan Gulo (2002:74)
mengungkapkan bahwa, “Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi
manusia dikerahkan.” Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental
intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat
emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau
tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati, adalah dimensi-
dimensi emosional yang turut terlibat dalamproses belajar tersebut.
Menurut Slameto (2003:2), “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah laku
seseorang dalam belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan. Lebih lanjut
Slameto (2003:3-4) menjelaskan, ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar adalah :
1. Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahn yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan usaha individu itu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karna proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
Menurut Slameto (2003:54-71), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah :
1. Faktor-faktor intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Dari faktor intern dibagi menjadi 3 faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah, meliputi : kesehatan dan cacat tubuh b) Faktor psikologis, meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan. c) Faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
2. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat di kelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. a) Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa denga siswa, dan alat pembelajaran.
c) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan definisi-definisi tentang belajar diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses yang di tandai adanya perubahan pada diri
seseorang yang dapat di tunjukkan dalam berbagi bentuk seperti penambahan
pengetahuan, kecakapan, pemahaman sikap dan tingkah laku serta segala aspek
yang ada pada individu. Dengan kata lain belajar merupakan proses dalam usaha
menemukan tingkah laku yang baru baik berupa kecakapan, ketrampilan,
pemecahan suatu masalah, sikap, maupun kebiasaan ke arah yang baik.
b. Pengertian Pembelajaran
Purwanto (2003:32) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah suatu
usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan Dimyati dan Mudjiono (1999:297) ”Pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar.” Lanjutnya Dimyati
dan Mudjiono (1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan
karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program
pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pebelajar adalah ”Primus motor”
dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian,
mengelola, meganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (1)
perhatian dan motivasi belajar siswa (2) keaktifan siswa (3) optimalisasi
keterlibatan siswa (4) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (5) pemberian
tantangan agar siswa bertanggung jawab (6) memberikan balikan dan penguatan
terhadap siswa dan (7) mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual
siswa.
Berdasarkan definisi-definisi tentang pembelajaran diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal yang
datang dari dalam individu sedangkan faktor eksternal yang datang dari
lingkungan kegiatan belajar mengajar.
2. Pembelajaran Aktif
Menurut Sujana (1989:20), ”Bahwa cara belajar siswa aktif adalah suatu
proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didikannya terlibat secara
intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan belajar.”
Masdjudi, S. Belen, Ujang Sukandi, Muhlisoh (2003 : 3-4) menyatakan
bahwa “Pembelajaran aktif dimaksudkan adalah bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian hingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.” Sedangkan Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakekat belajar. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya sendiri dan orang lain.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan Pembelajaran Aktif adalah salah satu cara strategi belajar-
mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subyek didik optimal mungkin,
sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan
efisien.
Untuk melihat terwujudnya pembelajaran aktif dalam proses belajar
mengajar, terdapat indikator cara belajar siswa aktif. Menurut Nana Sujana
(1989:21 ), “Indikator ini dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam
suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang guru”.
1. Aktif Dilihat Dari Sudut Siswa Jika di amati dari sisi siswa maka akan tampak : a) Keinginan dan keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permassalahan. b) Keingina dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. c) Penampilan sebagia usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan. d) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan
guru atau pihak lainnya. 2. Aktif Dilihat DariSudut Guru
a) Tampak adanya usaha untuk mendorong, membina gairah belajar dan prestasi siswa secara aktif.
b) Tampak bahwa peranan guru tidak mendomonasi kegiatan proses belajar siswa.
c) Tampak bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.
d) Tampak bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multi media.
3. Aktif Dari Segi Program a) Hendaknya tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu
sesuai dengan kebutuhan, minat serta subjek didik. b) Hendaknya program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang
siswa untuk melakukan kegiatan belajar. c) Hendaknya bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep,
prinsip dan ketrampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Aktif Dilihat Dari Situasi Belajar a) Tampak adanya iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswwa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah dan stick holder yang ada.
b) Tampak adanya gairah serta kegembiraan siswa meningkat sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat, serta keleluasaan mengenbangkan cara belajar masing-masing.
5. Aktif Dilihat Dari Sarana Belajar a) Tampak adanya sumber-sumber belajar bagi siswa. b) Tampak adanya fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c) Tampak adanya kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas
dan juga diluar kelas. 6. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif
Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses pembelajaran aktif antara lain : a) Situasi kelas menantang siswa menantang kegiatan belajar secara bebas,
tetapi terkendali. b) Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan nerfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah. c) Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa
sumber tertilis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri, menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagi media pembelajaran, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagi sumber belajar.
d) Kegiatan siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada yang dilakukan secara kelompok dan ada yang dilakukan siswa secara individual. Penetapan tersebut di atur oleh guru secara sistematis dan terencana.
e) Hubungan guru dengan siswanya sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi bagaikan hubungan antara bapak dengan anak, bukan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala siswa menghadapi persoalan dan tidak dapat memecahkannya sendiri.
f) Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan sususan yang mati, tetapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan keburuhan siswa.
g) Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.
h) Adanya keberanian siswa mengajukan pendapat melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupuin siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajarnya.
i) Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas pendapat itu benar atau salah. Guru harus mendorong siswa lainnya agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Melihat ciri-ciri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
aktif merupakan pembelajaran yang saling bertanya dan mempertanyakan,
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sangat menonjol, hubunga
antara guru dengan siswa sangat akrab, layaknya orang tua dengan anaknya,
sehingga siswa ada keberanian untuk mengemukakan pendapa dan gagasannya
secara terbuka. Pembelajaran bisa berjalan dengan aktif sangat tergatung dari
peran guru itu sendiri.
3. Metode Pembelajaran
Slameto (2003:65) menyatakan bahwa, “Metode mengajar adalah suatu
cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.” Lebih lanjut Slameto
(2003:92) menyatakan bahwa, “Variasi pembelajaran merupakan penerapan
beberapa metode dalam proses mengajar. Variasi metode pembelajaran
mengaakibatkan penyajian bahan pelajaran menjadi lebih menarik perhatian
siswa.” Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa, hal ini
dikarenakan siswa tidak tertarik pada penyampaian materi oleh guru, sehingga
dengan variasi metode pembelajaran akan dapat meningkatkan minat dan kegiatan
belajar siswa.
Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30), “Pembelajaran adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.”
Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa
struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Metode pembelajaran
membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke
dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah
pembelajaran.
Untuk mencapai hal- hal tersebut, maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan
mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami
materi yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode
pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan
intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan
bermakna bagi siswa.
4. Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran kooperatif.
Menurut Suprijono (2009:54), “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih di pimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru.” Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih di arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didiknya menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Sedangkan Slavin (2009: 73) menyatakan bahwa , “Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah
tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Menurut Umit (2008:25) menyebutkan bahwa, ”Cooperative learning
can be defined as a method where students create small mixed groups and help
each other for a common academic aim, boost each other’s self-esteem, develop
communication abilities, increase problem solving and critical thinking abilities
and take active part in learning”.
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “pembelajaran kooperatif
dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang menciptakan suasana pembelajaran
dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lain, terdapat persaingan secara individual, mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
berpikir kritis dan berperan aktif dalam belajar”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Johnson dalam Tuan (2010:65) berpendapat“Cooperative Learning as a
structured and systematic instructional design in which small groups work
together toreach a common goal.”
Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan “pembelajaran kooperatif
adalah suatu struktur dan desain intruksional dimana siswa bekerja dalam
kelompok–kelompok kecil untuk mencapai tujuan”.
Model pembelajaran kooperatif learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan tanpa pertimbangan. Pelaksanaan prosedur
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola
kelas dengan lebih baik dan efektif. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie
(2010:31), “untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong-royong harus diterapkan”, yaitu :
a. Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian berkumpul dan bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain juga dapat berhasil.
b. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik dari pada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi Antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. (Lie, 2010:31)
Bekerjasama berarti melakukan sesuatu secara bersama dengan saling
membantu dan bekerjasama sebagai tim (kelompok). Jadi pembelajaran kooperatif
berarti belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota
kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dikelompokkan secara
variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka sebelumnya,
kesukaan/kebiasaan, jenis kelamin, budaya, dan tingkat sosio-ekonomi yang
berbeda. Hal ini akan memotivasi mereka untuk saling berinteraksi, sehingga di
dalam kelas siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi.
Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan
memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai
konsep-konsep yang dipelajari, karena keberhasilan mereka dalam kelompok
tergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan
yang bisa diperoleh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif ini, yaitu
siswa dapat mencapai prestasi akademis yang bagus, menerima pelajaran dengan
senang hati/sebagai hiburan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat
mengembangkan kemampuan sosial siswa. Dalam model seperti ini siswa akan
melihat sejauh mana pemahaman teman mereka, sehingga mendorong mereka
untuk berusaha lebih keras dalam memahami materi pelajaran agar mereka juga
dapat membantu teman lain dan dapat saling mengisi kekosongan pemahaman
yang lain, sehingga di sini peran guru menjadi lebih minimal, sebaliknya lebih
didominasi peranan masing-masing individu dalam kelompok tersebut.
Metode kerja kelompok sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkanguru dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akhir-akhir ini metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kerja kelompok mengalami kemajuan yang pesat berhubungan dengan
ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam kerja kelompok.
Macam-macam pembelajaran kooperatif dalam Lie (2010 : 54-71)
diantaranya: mencari pasangan (Make a Match), berkirim salam dan soal, kepala
bernomor, dua tingal dua tamu, keliling kelas, tari bambu dll. Sedangkan dalam
penelitian ini yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(Mencari Pasangan).
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari Pasangan)
Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match)
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Tehnik ini bisa digubakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua usia tingkatan anak didik (Lie, 2010 : 55).
Tujuan Penerapan model pembelajaran mencari pasangan dalam proses
pembelajaran adalah agar siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar
sehingga siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang
positif.
Langkah-langkah dalam Make a Match (Mencari Pasangan) adalah
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. dan memberikan informasi tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa dengan metode pemblajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(soal jawaban). 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya. Demikian seterusnya. 7) Kesimpulan. 8) Penutup.
Manfaat yang akan didapat dengan model ini adalah Siswa termotivasi
sehingga senang belajar dan dapat memperoleh pengalaman belajar melalui pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
bermain. Suasana pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan
mencerdaskan siswa, itu salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran
mencari pasangan (Guntur, K.K).
Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk
dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak
bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Berdasarkan kegiatan proses
belajar mengajar, siswa dapat lebih aktif dengan mencari pasangan kartu antara
jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu siswa dapat mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan
menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal/jawaban untuk sesi
review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
Kemudian guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu, siswa menarik satu
kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal/jawaban, masing-masing
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan
pasangannya saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan
dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi
interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk
membahas kembali soal dan jawaban. Peneliti membimbing siswa dalam
mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh
siswa. Adapun kelebihan dari metode ini adalah: Melatih untuk ketelitian,
kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan adanya metode yang
bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi semangat belajar tetapi
juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar sehingga siswa menjadi
betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru dalam mengajar dan juga
dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru tidak
perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang mengantuk di kelas karena dengan
adanya Game dalam belajar ini diharapkan siswa dapat menjadi aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu dengan yang lain (Ramadhan,
T).
Berdasarkan penjelasan diatas penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match (Mencari Pasangan) diharapkan dapat meningkatan motivasi
belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa pun baik. Dalam pembelajaran Make a
Match siswa mencari pasangan sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan
seperti bermain.
6. Motivasi Belajar Siswa
Secara bahasa motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sardiman (2010:73),
“Berpendapat bahwa motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan
di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan.” Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-
saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
atau mendesak.
Seseorang atau anak yang belajar berarti ia memperbaiki kemampuan-
kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dengan meningkatnya
kemampuan-kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada
lingkumgan sekitarnya makin bertambah. Demijian proses belajar itu akan terus
berlanjut sepanjang hidupnya. Proses yang berkelanjutan ini akan terus
berlangsung sebab seseoramg atau anak tersebut memiliki motivasi.
Uno (2009:23) menyatakan bahwa, “Motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling mempengaruhi.” Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan
tertent. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut
disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator
motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa
dapat belajar dengan baik.
Menurut Sardiman (2010:75), “Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian uasaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.” Jadi
motivasi itu dapat di rangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh dari dalam diri seseorang. Sedangkan dalam kegiatan belajar, maka
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Pengertian motivasi dikemukakan oleh Mc. Donald dalam Sardiman
(2010:73-74) mengatakan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculya feeling dan didahului dengan adanya
tanggapan terhadap adanya tujuan.” Dari pengertian yang di kemukakan Mc.
Donald ini mengandung tiga elemen penting.
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motiwasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya. Rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Menurut Sardiman A.S (2010:86-91) , macam atau jenis motivasi ini
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-
motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dan salah satu jenis motivasi adalah
sebagai berikut :
1. Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
2. Motivasi ekstrinsik Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus
dalam rangka mencapai tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi,
yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan.
Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau
melakukan belajar.
Menurut Sardiman (2010:83), motivasi yang ada pada diri setiap orang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal,amoral, dan sebagainya.
4) Lebih senang bekerja sendiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. 8) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Sardiman (2010: 92-95) terdapat beberapa bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya:
1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Sehingga guna memberikan angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
2) Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.
3) Saingan atau kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyeleseian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5) Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.
6) Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7) Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyeleseikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8) Hukuman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10) Minat Motivasi erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi itu muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalu disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
7. Hasil Belajar
Kegiatan yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah proses
kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di sekolah. Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa, “Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.” Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari ketiga
bentuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pelajaran. Menurut Syaodih (2009:179) berpendapat bahwa, “Hasil belajar
bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan
keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah.” Hasil
belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Menurut Suprijono (2009:5), “Hasil belajar adalah pola-pola pebuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan-
ketrampilan.” Merujuk pemikiran Gegne dalam Suprijono (2009: 5-6), hasil
belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan memprersentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan dari mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektuan merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif brsikap khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarakan penilaian terhadap objek tersebut. Sikpa berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemammpuan menjadikan nilai-nilai menjadi standar perilaku.
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009:6-7), “Hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan ingatan), comprehension (pemahaman-pemahaman,
menjelaskan, meringkas,contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (niali), organization (organisasi), characterizatin (karakterisrik). Domain
psikomotorik meliputi initiotaraity, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerian, dan intelektual.
Menurut Sudjana (1995:3-4) ada beberapa fungsi penilaian hasil belajar
di antaranya sebagai berikut:
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya.
Hasil belajar siswa dapat digunakan untuk memotivasi siswa dan untuk
memperbaiki serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru. Selain itu
pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kelapa sekolah serta orang tua
siswa. Jadi fungsi hasil belajar penting bagi siswa yaitu sebagai indikator
pencapaian tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai umpan balik bagi guru
dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Berkaitan dengan uraian di atas, menurut Sardiman (2010:49-50)
menyebutkan bahwa suatu hasil belajar atau suatu hasil pengajaran itu dikatakan
benar-benar baik apabila memiliki ciri berikut :
a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam agi para siswa yang akan menghadapi ujian. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil pelajaran itu tidak efektif. Guru harus mempertimbangkan berapa banyak dari yang di ajarkan itu akan masih diingat kelak oleh subjek belajar, setelah lewat satu minggu, satu bulan, satu tahun dan seterusnya.
b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.
Yang harus di ingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana
tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan
komprehensip.
B. Penelitian yang Relevan
Dita Yuzianah. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make-a Match Siswa Kelas X.D
Semester II Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III Tahun Ajaran 2008/2009.
Skripsi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Matematika Universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika dengan cara mengeliminir/meminimalkan kesulitan
matematika pada sub pokok bahasan perbandingan trigonometri dan fungsi
trigonometri. Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan setting kelas X.D yang
berjumlah 32 siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe make-a match
siswa kelas X semester II Madrasah Aliyah negeri Yogyakarta III tahun ajaran
2008/2009. Rencana penelitian dilakukan 3 siklus dan tuntas pada siklus II. Data
dikumpulkan dengan teknik tes diagnostik, lembar observasi, serta angket.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar matematika pada siswa kelas
X.D dengan materi trigonometri. Hal ini dapat dilihat pada indikator-indikator
yang muncul, yaitu : adanya peningkatan prestasi belajar matematika, hal ini
dilihat dari hasil tes diagnostik siklus I, nilai maksimal 93, nilai minimal 13, rata-
rata ketuntasan individu 64,69 dengan persentase ketuntasan klasikal 65,63 %,
pada siklus II nilai maksimal 100, nilai minimal 65, rata-rata ketuntasan individu
80,22 dengan persentase ketuntasan 100%. Hasil tanggapan yang positif terhadap
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make-a match yang
diberikan pada akhir siklus II berupa angket menunjukan bahwa: sangat tertarik
(9,38%), tertarik (68,50%), sedang (15,63%), kurang tertarik (6,25%), tidak
tertarik (0%), yang berarti bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe make-a match dapat meningkatkan prestasi siswa dalam
pembelajaran matematika dan mendapat respon/ tanggapan yang positif.
Ratna Satyawati. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII E SMP Negeri 1 Jetis Bantul dengan Model Cooperative Learning
Tipe Make A Match Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam, Program Studi Matematika Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian
tersebut merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum dilakukan
tindakan, siswa mengisi angket yang digunakan untuk mengetahui minat belajar
matematika. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari tiga
pertemuan dan siklus II terdiri dari empat pertemuan. Pada setiap akhir siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
melakukan pengisian angket dan mengerjakan tes prestasi. Data hasil penelitian
diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa ketika tindakan
dilakukan, hasil angket sebelum pembelajaran, hasil angket setelah siklus I dan
hasil angket setelah siklus II, serta hasil tes prestasi siswa setelah siklus I dan
siklus II.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Proses cooperative learning
tipe make a match yang dapat meningkatkan minat belajar siswa sebagai berikut:
(a) Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari empat
orang dan diberi LKS untuk didiskusikan, (b) Sebagai sesi review, setiap siswa
memperoleh dua buah kartu yang berisi kartu soal dan kartu jawab yang bukan
pasangannya, setiap siswa mencari kartu jawaban dari kartu soal yang dipegang
yang berada pada teman satu kelompok atau dua kelompok lain yang telah
ditentukan sebelumnya, jika seluruh anggota kelompok telah menemukan
pasangan kartu yang cocok, maka kelompok tersebut memberi tanda, jika ada
siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya, akan mendapat hukuman yang
telah disepakati bersama, siswa juga boleh bergabung dengan 2 atau 3 siswa
lainnya yang memegang kartu yang cocok. (2) Dengan cooperative learning tipe
make a match, minat belajar matematika siswa mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil observasi, minat belajar matematika siswa setelah siklus I
63,3% dan setelah siklus II naik menjadi 81,4%. Berdasarkan hasil angket, minat
belajar siswa sebelum tindakan, setelah siklus I dan setelah siklus II berturut-turut
59,3%, 61,5%, dan 67,8%. Meningkatnya minat belajar matematika siswa
berdampak pada hasil tes prestasi siswa, yang ditunjukan dengan meningkatnya
rata-rata hasil tes prestasi siswa dari 75,6 pada siklus I menjadi 78,2 pada siklus
II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 2. Perbedaan Penelitian oleh Peneliti dengan Penelitian Sebelumnya
No Nama Judul Waktu dan Tempat
Penelitian
Tujuan Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Dita Yuzianah (05006009)
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make-a Match Siswa Kelas X.D Semester II Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III Tahun Ajaran 2008/2009
Tahun 2008 di Yogyakarta
Bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dengan cara mengeliminir/meminimalkan kesulitan matematika pada sub pokok bahasan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match.
Metode Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar matematika pada siswa kelas X.D Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III Tahun Ajaran 2008/2009dengan materi trigonometri dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match.
2. Ratna Satyawati (05301244058)
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Jetis Bantul dengan Model Cooperative
Tahun 2008 di Yogyakarta
Penelitian l ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dan meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII
Metode Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus
Hasil penelitian berupa : (1) Proses cooperative learning tipe make a match yang dapat meningkatkan minat belajar siswa
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Learning Tipe Make A Match Tahun Ajaran 2008/2009
E SMP Negeri 1 Jetis Bantul dalam pembelajaran matematika. Minat yang diamati meliputi empat aspek yaitu ketertarikan, keingintahuan, rasa senang, dan perhatian.
2) Dengan cooperative learning tipe make a match, minat belajar matematika siswa mengalami peningkatan.
3. Sya’ban Istiqomah (K5406005)
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Tahun 2010 di Surakarta
untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan pokok bahasan ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
Metode Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus
_______
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dengan interaksi dengan likungannya. Keberhasilan
suatu proses belajar ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar, salah satunya adalah ketepatan guru dalam
memilih dan memanfaatkan metode mengajar. Metode yang digunakan guru
menentukan keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep pokok bahasan
tertentu.
Dalam pendidikan masih banyak didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, konsep-konsep, definisi-definisi
dengan menutup mata lalu hafal, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa
menguasai, menghafal inti materi pembelajaran dengan senang, nikmat tanpa
dipaksakan.
Dalam proses pembelajaran, anak belajar dari pengalaman sendiri,
mengkonstruksi pengetahuan, mengingat, kemudian memberi makna pada
pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan
sendiri, secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga
tumbuhlah motivasi untuk belajar.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih
memberdayakan siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(Mencari Pasangan). Dalam model pembelajaran ini, guru menyiapkan soal dan
jawaban secara terpisah dalam bentuk kartu. Kemudian siswa akan mendapatkan
kartu tersebut secara acak. Disini tugas siswa adalah mencari pasangan dari kartu
yang ia pegang baik itu soal maupun jawaban. Di sinilah terjadi interaksi antar
siswa dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Mencari pasangan (Make a Match) yang merupakan bagian dari model
pembelajaran kooperatif dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di
tangan mereka sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik
dan siswa akan menjadi lebih aktif serta antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatip tipe Make a
Match (Mencari Pasangan) yang menekankan pada kehadiran teman sebaya dan
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau
membahas suatu masalah atau tugas dapat menjadikan siswa lebih aktif dan
kreatif. Dalam penelitian pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari
Pasangan) ini pembentukan kelompok-kelompok kecil akan mengurangi
terjadinya suasana kelas yang tidak kondusif seperti berbicara sendiri, gaduh, dan
mengalihkan kegaduhan siswa dalam permainan. Penerapan metode Make a
Match (Mencari Pasangan) dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama
di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Suasana
pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match (Mencari Pasangan) akan
riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan sehingga dapat menciptakan motivasi
siswa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Hasil belajar yang baik sangat berkaitan dengan proses kegiatan belajar
dan pembelajaran yang optimal. Untuk mengoptimalkan proses kegiatan belajar
dan pembelajaran penggunaaan metode pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal. Secara lebih jelasnya berikut ini adalah skema kerangka pemikiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Masalah Kegiatan Belajar Geografi Motivasi belajar rendah Hasil belajar rendah
Metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (Mencari Pasangan)
Berhasil
Tidak
Ya
Tindakan Perbaikan
Parameter keberhasilan 75% siswa menunjukkan bermotivasi sedang dan tinggi terhadap pembelajaran geografi. 75% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar geografi yaitu 65.
TARGET AKHIR Meningkatnya motivasi dan hasil belajar
siswa
Tujuan Pembelajaran Tercapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Hipotesis Tindakan
Berdasar kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka dapat diajukan
hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu :
1. Pembelajaran IPS Geografi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII B semester II SMP
Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari
Pasangan) siswa bekerja sebagai sebuah tim atau kelompok untuk menyelelesaikan
sebuah masalah, dan pembentukan kelompok-kelompok kecil akan mengurangi
terjadinya suasana kelas yang tidak kondusif seperti berbicara sendiri, gaduh, dan
mengalihkan kegaduhan siswa dalam permainan, sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas
VIII B semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta pada siswa kelas
VIII-B semester genap (dua) tahun ajaran 2009/2010. Secara administrasi sekolah
ini terletak di Jl. Kolonel Sutarto nomor 188 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (dua) tahun ajaran
2009/2010. Dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai
dengan Januari 2011 mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan.
Adapun pelaksanaan penelitian ini direncanakan sebagai berikut:
Tabel 3. Jadwal Penyusunan Skripsi
No
Jadwal
Kegiatan
Tahun 2010-2011
Januari Februari Maret April Mei Juni-Juli
Agustus-Januari’11
1. Penyusunan Proposal
2. Pembuatan Instrumen
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Analisis data
5. Penyusunan laporan
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah kelas VIII B SMP Negeri 16 Surakarta
dengan jumlah siswa 37 anak, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 19 siswa
perempuan.
C. Bentuk dan Stategi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas bersifat praktis dengan tujuan utama untuk
memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran yang sehari-hari dialami oleh
guru dan siswa dimana pelaksanaannya dilakukan dalam kawasan kelas atau
sekolah tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Arikunto (2009: 2-3) mengemukakan PTK melalui paparan gabungan
definisi tiga kata, yaitu :
1. Penelitian
Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan
dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa
yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama pula.Kemudian Arikunto (2009: 3) menyimpulkan bahwa “PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Arikunto (2009: 16) mengemukakan bahwa model penelitian tindakan
kelas secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Kegiatan perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh, siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Yang dialaminya
meliputi kegiatan mengidentifikasi masalah menganalisis masalah, merumuskan
masalah dan membuat hipotesa tindakan.
Tahap-tahap pelaksanaan PTK tersebut dapat digambarkan dalam siklus
sebagai berikut:
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009: 16)
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Keterangan :
(1) Perencanaan
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah meliputi; menyusun rencana
pembelajaran, menyiapkan bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa,
menyiapkan media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan angket siswa dan menyiapkan soal game dan evaluasi.
(2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan yang pelaksanaannya menurut
rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini bentuk
tindakan yang dilakukan untuk tiap siklusnya hampir sama, dimana tiap pelajaran
yang dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match.
(3) Pengamatan
Dalam kegiatan ini observer mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar
yang dapat dilihat melalui bagaimana kondisi atau keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi ini dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi data tes dan
non tes. Data tes berupa hasil tes evaluasi siswa dan data perolehan skor siswa
dalam turnamen. Data non tes berupa hasil pedoman observasi, hasil angket
motivasi siswa dan dokumentasi.
(4) Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaa
untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah terjadi pada tahap
tindakan. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan non tes
yang berupa tes evaluasi, hasil perolehan skor turnamen siswa, hasil observasi,
hasil angket dan dokumentasi yang telah dilakukan. Refleksi ini memberikan
gambaran kekurangan atau kelemahan pada siklus I sehingga nantinya dapat
dicari pemecahannya dan mempertahankan atau meningkatkan kelebihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
terdapat pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan
revisi terhadap rencana kegiatan pada siklus II.
D. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa hasil belajar siswa dan
motivasi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta serta faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Data penelitian
dikumpulkan dalam berbagai sumber yang meliputi:
1. Guru mata pelajaran geografi, data yang diperoleh berupa informasi hasil
belajar siswa saat kegiatan belajar mengajar sebelum dilakukan penelitian
tindakan kelas.
2. Siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta : data yang diperoleh berupa
penilaian terhadap kondisi pembelajaran geografi di kelas dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari
Pasangan).
E. Validitas Data
Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti akan dijadikan data
dalam penelitian ini dan perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini validitas data dilakukan dengan teknik
triangulasi data. Moeleong (1989:195) menyatakan bahwa, “ Triangulasi data
adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.” Menurut Sutopo (2002:7-9), “Triangulasi data dilakukan dengan cara
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang
sejenis, selain itu juga ada cara lain yaitu dengan menggali informasi dari nara
sumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktivitas yang menggambarkan
perilaku orang atau warga masyarakat, atau dari sumber yang berupa catatan atau
arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang
dimaksudkan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Arikunto (2006:230) , “Mengemukakan bahwa observasi atau disebut
pula pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indera”. Observasi merupakan teknik
pengumpulan data melalui pengamatan yang disertai dengan pencatatan terhadap
kejadian atau perilaku obyek sasaran.
Observasi ini dilakukan untuk melakukan pengamatan secara langsung
guna mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dengan mencatat, menyelidiki
dengan melihat langsung kegiatan belajar mengajar, diantaranya mencatat siswa
yang menjawab pertanyaan guru, siswa yang bertanya, siswa yang tidak
memperhatikan, dan sebagainya. Setelah pengamatan dalam periode tertentu,
misalnya 5 menit semua kejadian yang telah muncul dicek. Kejadian yang muncul
labih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya dicek satu kali. Dengan
demikian akan diperoleh gambaran tentang kejadian yang muncul dalam situasi
pengajaran (Arikunto, 2006:157).
2. Metode Tes
Pemberian tes yang akan dilakukan dalam penelitian dimaksudkan untuk
mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian
tindakan. Pada penelitian ini tes yang digunkan yaitu pre-test, post-test dan tes
formatif. Pre-tes dan post-tes diberikan pada awal dan akhir pertemuan di setiap
siklus. Pre-test dan post-test ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sebelum dan sesudah pemberian
materi pelajaran. Tes formatif diberikan pada akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa. Dengan perkataan lain tes disusun dan dilakukan
untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa sesuai dengan siklus yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Metode Angket
Dalam penelitian yang akan dilakukan, angket diberikan pada siswa
untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Angket dalam penelitian ini untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Dalam mengikuti proses pembelajaran angket diberikan
pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh
dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atas kegiatan
pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi siswa
dalam proses pembelajaran Geografi.
4. Metode Dokumentasi
Arikunto (2006:231) mengemukakan bahwa, “Metode dokumentasi
adalah mencari dua mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya”.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data berupa nama-nama siswa, jenis kelamin, dan hasil belajar siswa yang diambil
dari nilai ulangan harian kelas VIII-B.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh ini dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu
menyajikan data dalam bentuk uraian serta pembahasan berdasarkan hasil
penelitian. Data yang dianalisa adalah data motivasi dan hasil belajar siswa yang
diperoleh selama penelitian dilaksanakan.
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya
pengumpulan data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan
dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif mengacu pada
model analisis Miles dan Huberman yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sutopo, 2006 : 113).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
H. Indikator Bekerja
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa ketika proses pembelajaran pembelajaran geografi
setiap siklus.Ukuran keberhasilan yang digunakan pada penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkat mencapai
75 % dari jumlah siswa.
2. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(Mencari Pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai
dengan siswa memperoleh nilai tes minimal 65 dan secara klasikal 75 % siswa
harus mencapai batas nilai minimal tersebut.
3. Ketertarikan siswa pada mata pelajaran geografi dengan menggunakan
metode kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkat.
I. Prosedur Penelitian
Secara umum langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan dan refleksi.
A. SIKLUS I
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian, diantaranya:
a. Melakukan pengamatan mengenai kondisi sekolah, kondisi kelas, kondisi
siswa, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran dan metode
yang digunakan dalam pembelajaran.
b. Membuat Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) serta kartu yang berisi
soal dan jawaban.
c. Menyusun dan menyiapkan lembar observasi berupa lembar aktifitas siswa
selama mengikuti pelajaran di kelas untuk mengetahui motivasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk mengetahui motivasi
siswa.
e. Menyusun dan membuat angket observasi kinerja guru.
f. Merancang soal tes formatif yaitu tes yang akan diberikan pada akhir
siklus I.
Selain itu, saat penelitian guru memberikan pengantar, pengarahan dan
motivasi kepada siswa pada materi yang akan dibahas dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
2. Pelaksanaan
Secara garis besar tindakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. KBM Pertemuan 1
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode pembelajaran
kooperatis tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada siswa
c) Guru menampilkan kerangka konsep materi yang akan dibahas
d) Guru menjelaskan materi tentang tenaga kerja dan angkatan kerja.
b. KBM Pertemuan 2
a) Guru menjelaskan materi tentang pengangguran dan kesempatan kerja.
b) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban. Serta memberikan informasi tentang
langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa
metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari
Pasangan). Pencarian pasangan kartu dilakukan perderet meja.
c) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
d) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
e) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban).
f) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
g) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.
h) Guru memberikan tes formatif siklus 1 dan pengisian angket kinerja
guru.
3. Pengamatan
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Ketika
pembelajaran geografi melalui metode pebelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan) dilaksanakan, guru bersama peneliti akan
melakukan pengamatan, pencatatan terhadap aktivitas siswa dan semua
hambatan yang terjadi di kelas dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Setelah diadakan observasi di akhir pertemuan peneliti Selain
melakukan pengamatan, di akhir siklus peneliti melakukan evaluasi hasil
belajar siswa berupa tes formatif dengan bentuk soal-soal objektif dan uraian
yang dikerjakan secara individu yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk mengevaluasi pelaksanaan tindakan. Pada tahap
ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi yang berupa tes
formatif dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari data tersebut akan dilihat
apakah telah memenuhi target yang diharapkan dalam ketuntasan belajar yang
telah ditetapkan atau belum. Jika pada siklus I belum memenuhi target maka
akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan yang terjadi pada siklus I
ini akan diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
B. SIKLUS 2
Tahapan pada siklus II ini mengikuti tahapan pada siklus I. Rencana tindakan
siklus II ini disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang
dimaksudkan sebagai penyempurnaan atau perbaikan terhadap pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada
siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Adanya perbaikan-perbaikan ini diharapkan pada siklus II dapat diperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Tindakan pada siklus II
ini sangat memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus I
serta diusahakan cara mengatasinya. Misalnya dengan membagi kelompok-
kelompok di kelas untuk memudahkan dalam mencari pasangan dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kegaduhan.
Jika belum memenuhi target, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan Permohonan ijin, identifikasi masalah
Tahap Perencanaan Penyusunan silabus, penyusunan
instrument penelitian siklus I
Tindakan I Penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match
Observasi dan Evaluasi Tindakan I Observasi pelaksanaan Tes formatif
Analisis dan Refleksi I Analisis pelaksanaan pembelajaran, Analisis lembar observasi dan hasil tes, Refleksi untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya
Perencanaan ulang apabila siklus I belum berhasil
Tindakan II
Observasi II
Analisis dan refleksi II
Tindak Lanjut
S I K L U S I
S K L U S II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 16 Surakarta. Lokasi SMP Negeri 16
Surakarta berada di jalan Kolonel Sutarto nomor 188 Surakarta, tepatnya di :
sebelah barat : Wisma Tri Cakti Surakarta dan di sebelah timur : SMK Kristen
Surakarta. Gedung yang ditempati SMP Negeri 16 Surakarta sekarang ini
merupakan gedung peninggalan zaman Belanda dan merupakan cagar budaya di
kota Surakarta. Gedung tersebut didirikan sejak tahun 1901 yang bertujuan untuk
markas tentara Belanda yang mengawasi dan mengamankan Sinuwun Paku
Buwono. Oleh karena itu pemerintah Kodya Surakarta melarang adanya
perubahan atau pergantian pada gedung tersebut.
Jika dilihat dari kondisi lingkungan di sekitar, SMP Negeri 16 Surakarta
yang strategis maka dapat dikatakan bahwa keadaan lingkungan mendukung
dalam faktor aksebilitasnya. Walaupun SMP Negeri 16 Surakarta terletak di tepi
jalan raya namun bangunan agak masuk dan tetutup. Dengan demikian, proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan tenang dan lancar, dengan didukung
adanya sarana dan prasarana yang memadai. walapun ada beberapa kelas yang
terletak didekat tepi jalan raya kadang mengalami gangguan suara baik dari
kendaraan bermotor maupun kereta api, tetapi kondisi tersebut masih bisa diatasi.
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
PETA
LO
KA
SI
Sum
ber
: Int
erpr
etas
i Citr
a Ik
onos
200
9 D
isusu
n ol
eh :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Secara umum kondisi gedung SMP Negeri 16 Surakarta dalam kondisi
baik dan memenuhi syarat sebagai sarana tempat kegiatan belajar mengajar.
Untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) diperlukan sarana dan
prasarana. Sarana prasarana sekolah tersebut berupa :
1. Sarana Fisik
Yaitu semua ruang atau gedung yang menunjang pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar. Sarana tersebut antara lain : ruang kelas sebanyak 15 buah
dengan luas 1379 m2, laboraturium IPA dengan luas 194,6 m2, laboraturium
media dengan luas 108,5 m2, laboraturium komputer dengan luas 50 m2, ruang
perpustakaan dengan luas 108,5 m2, ruang ketrampilan luasnya 85,8 m2, ruang
UKS dengan luas 30 m2, ruang BP / BK dengan luas 30 m2, ruang guru
dengan luas 108,5 m2, ruang OSIS dengan luas 36 m2, kamar mandi guru
sebanyak 2 buah dengan luas 6 m2, kamar mandi siswa sebanyak 8 buah
dengan luas 25 m2, mushola dengan luas 70 m2, dan ruang dinas kepala
sekolah dengan luas123,4 m2.
2. Sarana Non Fisik
Yaitu yang tidak berupa gedung atau ruangan, yaitu berupa alat olah
raga, alat tulis, alat kebersihan, alat kesenian, alat ketrampilan memasak,
komputer, peralatan praktikum Fisika dan Biologi serta peralatan praktek olah
raga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Observasi Pra Tindakan
Kegiatan penelitian diawali wawancara dengan guru pengampu
pelajaran, kemudian dilanjutkan dengan observasi untuk mengetahui kondisi awal
kelas terutama yang berkaitan dengan pembelajaran geografi di kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran
Geografi kelas VIII di SMP N 16 Surakarta, maka dapat diidentifikasi kelas yang
memiliki permasalahan dan kendala-kendala bila dibandingkan dengan kelima
kelas VIII lainnya adalah kelas VIII-B. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa
kelas VIII-B yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu 65 untuk mata pelajaran geografi.
Pada saat diadakan ulangan harian, kelas VIII-B memiliki nilai rata-rata paling
rendah bila dibanding kelas VIII yang lain. Nilai rata-rata pada ulangan harian
kelas VIII-B adalah 60,95.
Kondisi semacam ini juga semakin diperparah dengan kurangnya
motivasi siswa mengikuti pelajaran Geografi. Hal ini dapat terlihat pada awal
pelajaran geografi, masih terdapat beberapa siswa berada di luar, banyak siswa
tidak memperhatikan ketika guru menyampaikan pelajaran, kurang semangat,
kurang antusias, mengantuk dan gaduh. Kemudian metode mengajar yang
digunakan guru juga dirasa kurang membangkitkan motivasi siswa untuk
mengikuti peljaran geografi. Karena siswa terlalu dimudahkan dengan rutinitas
mendengarkan ceramah dan mencatat penjelasan guru. kegiatan rutin semacam ini
akan membuat siswa cepat merasa bosan dan akan berakibat hasil balajar yang
kurang maksimal. Dari observasi yang dilakukan penulis diperoleh data awwal
sebagai berikut :
1. Kondisi Awal Motivasi Siswa
Motivasi siswa terhadap mata pelajaran Geografi dapat diketahui
melalui pemberian angket. Dari pengisisan angket tersebut diperoleh skor
motivasi siswa. Skor motivasi siswa yang didapat dari angket dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu motivasi, rendah, sedang, dan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pembuatan kelas interval dilakukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana,
1996:47)
Panjang kelas interval =
Tabel 4. Kategori Motivasi Belajar Siswa
No Kategori Motivasi Skor
1 Rendah 21 – 40
2 Sedang 41 – 60
3 Tinggi 61 – 80
Dari hasil pengisian angket motivasi yang diberikan sebelum masuk
siklus I, motivasi siswa kelas VIII-B yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari
lembar angket diperoleh skor awal motivasi siswa sebagai berikut :
a. Siswa yang mempunyai skor motivasi tinggi berjumlah 4 siswa yaitu
10,81% dari 37 jumlah siswa.
b. Siswa yang mempunyai skor motivasi sedang berjumlah 16 siswa yaitu
43,24% dari 37 jumlah siswa.
c. Siswa yang mempunyai skor motivasi rendah berjumlah 17 siswa yaitu
45, 95% dari 37 jumlah siswa. (Data selengkapnya, dapat dilihat pada
Lampiran 16).
Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5. Kategori Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16
Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi
Kategori Frekuensi Prosentase
Tinggi 4 10,81%
Sedang 16 43,24%
Rendah 17 45, 95%
Jumlah 37 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Rentang
Banyaknya kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4. Histogram Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16
Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi
2. Kondisi Nilai Awal Siswa
Kondisi nilai awal siswa diperoleh peneliti dari hasil ulangan harian.
Siswa yang sudah mencapai ketuntasan dalam pembelajaran berjumlah 16
anak (43,24% dari jumlah siswa) sedangkan yang belum tuntas adalah 21 anak
(56,76% dari jumlah siswa). Rata-rata nilai ulangan kelas VIII-B SMP Negeri
16 Surakarta adalah 60,95. (Data selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran
19). Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6. Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16
Surakarta Sebagai Data Awal
Kategori Frekuensi Prosentase
Tuntas 16 43,24%
Belum Tuntas 21 56,76%
Jumlah 37 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
02468
1012141618
Tinggi Sedang Rendah
Jum
lah
Sisw
a
Motivasi Awal Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 5. Histogram Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B
SMP Negeri 16 Surakarta Sebagai Data Awal
Berdasarkan hasil identifikasi penulis mencoba menerapkan sebuah
metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) sebagai
alternatif pemecahan masalah yang ada. Sebuah strategi pembelajaran yang baru
sangat diperlukan agar siswa dapat mengkontruksikan apa yang ada dalam benak
mereka dan tidak bersikap pasif yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar
siswa. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan
(3) observasi dan evaluasi (4) analisis dan refleksi.
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap perencanaan penulis mempersiapkan beberapa komponen
terkait dengan materi yang di sampaikan pada siklus I ini tentang tenaga kerja,
angkatan kerja,pengangguran, dan kesempatan kerja.
Hal-hal yang direncanakan pada siklus I antaralain:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang
akan diajarkan sesuai metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu
metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
2. Bersama dengan Guru kolaborasi, peneliti merencanakan jadwal
pelaksanaan kegiatan yaitu pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
0
5
10
15
20
25
Tuntas Belum Tuntas
Jum
lah
Sisw
a
Nilai Awal Hasil Belajar Siswa
Tuntas
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Selasa 4 Mei 2009 selama 2 x 40 menit. Sedang pertemuan kedua pada hari
Senin, 10 Mei 2009 selama 2 x 40 menit dengan lokasi berada di kelas
VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta.
3. Menyiapkan media yang akan digunakan yaitu kartu. Karena kartu
digunakan per dua deret meja dan siswa berjumlah 37 siswa maka kartu di
buat per dua deret 20 kartu,namun karna jumlah siswanya ganjil, maka per
dua deret ada yang 18 siswa dan ada yang 19 siswa. Untuk mempermudah
penilaian ddan supaya seimbang antar deret, maka per dua deret tetap di
beri 20 kartu dan setiap 20 kartu diberi warna yang berbeda. Pemberian
warna ini dimaksudkan untuk mempermudah mencari pasangannya. Kartu-
kartu ini dikonsultasikan terlebih dahulu dengan guru geografi SMP Negeri
16 Surakarta sebelum digunakan dalam proses belajar mengajar.
4. Menyusun dan menyiapkan angket untuk mengukur motivasi awal siswa.
5. Membuat soal tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan dalam siklus I ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Yaitu pada tanggal 4 Mei 2010 dan 10 Mei 2010. Pada pelaksanaan Tindakan
siklus I ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru bertindak sebagai
pengajar. Materi yang disampaikan yaitu tentang tenaga kerja, angkatan kerja,
dan pengangguran, dan kesempatan kerja.
Sebelum pembelajaran dilakukan, guru dalam hal ini sebagai pengajar
terlebih dahulu menjelaskan model yang akan dilaksanakan yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan). Disini
dijelaskan juga bahwa metode ini merupakan sesi review yaitu mengulang
materi sebelumnya sebelum diadakan ulangan harian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
Tabel 7. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama (2x40 menit) pada hari Selasa, 04 Mei 2010
No Kegiatan Pembelajaran
Guru Siswa Observer Hasil
1. a. Pendahuluan: 10 menit
Apresiasi
Motivasi
Guru menyapa siswa dan presensi
Guru menanyakan kepada siswa bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia?
Guru menampilkan gambar orang mengantri melamar pekerjaan
Siswa menjawab sapan guru dan mengajungkan tanggan ketika guru memanggil namanya
Siswa menjawab pertanyaan dari guru
Siswa memperhatikam gambar di papan tulis
Observer mencatat siswa yang tidak hadir
Observer mencatat siswa yang menjawab pertanyaan guru
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
1siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit.
Siswa berebut menjawab pertanyaan dari guru
Siswa memperhatikan gambar dan mulai membuka buku pelajaran, namun ada 4 siswa yang tidak membuka bukunya.
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Kegiatan Inti:60 menit
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan secara singkat tentang metode pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siswa.
Guru mempresentasikan dan menjelaskan materi tentang tenaga kerja, angkatan kerja, dan pengangguran, dan kesempatan kerja.
Guru menyiapkan
beberapa kartu
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang disampaikan guru
Siswa mendapat satu buah kartu dan siswa
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Observer mengamati kerjasama siswa
Kondisi kelas masih kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik.
7 siswa mencatatat penjelasan guru, 3 siswa keliahatan mengantuk dan lesu, 2 siswa mengganggu teman.
Siswa sangat antusias dan aktif dalam
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
c. Kegiatan Penutup:10 menit
yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
Guru menanyakan
kepada siswa materi yang belum paham, soal atau jawaban yang masih membingungkan, kemudian menyimpulkan game dan materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang kemudian siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
Siswa ikut serta menyimpulkan dengan menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Mengamati kegiatan siswa
mencari pasanganya (soal/jawaban), tetapi ada siswa yang masih bingung dengan metode yang dilakukan karena siswa menganggap suatu hal yang baru.
Dari hasil pengamatan guru masih kurang baik dalam mengalokasikan waktu sehingga tidak sesuai rencana, siswa masih pasif dan kurang termotivasi.
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pertemuan Kedua (2x40 menit) pada hari Senin, 10 Mei 2010
No Kegiatan Pembelajaran
Guru Siswa Observer Hasil
1. a. Pendahuluan: 10 menit
Apresiasi
b. Kegiatan Inti: 60 menit
Guru menyapa siswa, do’a bersama dan presensi
Guru memberikan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami pada pertemuan sebelumnya.
Guru mengulang secara singkat materi pada pertemuan sebelumnya
Siswa menjawab sapan guru, membaca do’a bersama dan mengacungkan tanggan ketika guru memanggil namanya
Siswa menanyakan materi pertemuan sebelumnya
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Observer mencatat siswa yang tidak hadir
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Semua siswa hadir dalam kelas
Kondisi kelas masih kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik.
Kondisi kelas masih kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Guru menyiapkan
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
Guru menanyakan
kepada siswa materi yang belum paham, soal atau jawaban yang masih membingungkan, kemudian menyimpulkan game dan materi yang disampaikan
Siswa mendapat satu
buah kartu dan siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
Siswa ikut serta menyimpulkan dengan menjawab pertanyaan yang diajukan guru
Mencatat dan
mengamati kegiatan siswa
Observer mengamati kerjasama siswa
Siswa sudah banyak
yang menemukan pasangannya dan tepat waktu.
Kondisi kelas kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Evaluasi
c. Kegiatan Penutup : 10 menit
pada pertemuan pertama ini
Guru memberikan
penilaian melalui tes formatif dan memberikan angket motivasi
Guru menutup
pelajaran dan Siklus I
Siswa mengerjakan tes formatif secara mandiri dan mengisi angket yang diberikan guru
Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan Hasil pengisian angket
Mengamati kegiatan siswa
Mengamati kegiatan siswa
Mendapat rata-rata klasikal 62,16%
Dari hasil pengamatan guru masih kurang baik dalam mengalokasi-kan waktu sehingga tidak sesuai rencana, penggunaan media belum optimal, siswa masih pasif dan kurang termotivasiDiberikan perbaikan pada siklus II.
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
c. Observasi dan Evaluasi Siklus I
Pada kegiatan pembelajaran siklus I ini, guru kolaborasi bertindak
sebagai pengajar, dan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati
proses pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan hasil observasi dalam
pelaksanaan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I
Berdassarkan nilai pengisiaan lembar angket siswa kelas VIII-B
SMP Negeri 16 Surakarta pada siklus I diperoleh skor sebagai berikut :
a. Siswa yang mempunyai skor motivasi tinggi berjumlah 6 siswa yaitu
16,22% dari 37 jumlah siswa.
b. Siswa yang mempunyai skor motivasi sedang berjumlah 18 siswa yaitu
48,65% dari 37 jumlah siswa.
c. Siswa yang mempunyai skor motivasi rendah berjumlah 13 siswa yaitu
35, 13% dari 37 jumlah siswa. (Data selengkapnya, dapat dilihat pada
Lampiran 17).
Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta
Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I
Kategori Frekuensi Prosentase
Tinggi 6 16,22%
Sedang 18 48,65%
Rendah 13 35, 13%
Jumlah 37 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 6. Histogram Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP
Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi
Pada Siklus I
2. Hasil Belajar Siklus 1
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh guru pada
siklus I, hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 %, jumlah siswa yang mencapai
KKM adalah sebanyak 23 siswa (62,16%), sedangkan yang belum
mencapai KKM sebanyak 14 siswa (37,84%).( Data selengkapnya, dapat
dilihat pada Lampiran 20).
Berdasarkan daftar nilai siklus I dapat diketahui, nilai rata-rata
kelas VIII-B pada mata pelajaran geografi meningkat menjadi 75,16.
Dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45. Kondisi tersebut dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 9. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta
Pada Siklus I
Kategori Frekuensi Prosentase
Tuntas 23 62,16%
Belum Tuntas 14 37,84%
Jumlah 37 100%
02468
101214161820
Tinggi Sedang Rendah
Jum
lah
sisw
a
Motivasi siswa siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Gambar 7. Histogram Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri
16 Surakarta Pada Siklus I
3. Hasil Observasi Bagi Siswa Pada Pembelajaran Siklus I
1. Pertemuan 1
a. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan ini guru masuk kelas kemudian
menyapa, memberi salam dan mengabsen siswa, ada 1 siswa yang
tidak masuk kelas dan menurut informasi siswa tersebut sakit.
Kemudian setelah itu guru mengawali membuka pelajaran.
b. Kegiatan Inti
Sebelum pembelajaran dilakukan, guru yang dalam hal ini
sebagai pengajar terlebih dahulu menjelaskan metode yang akan
dilaksanakan yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan). Disini guru juga bahwa metode ini
merupakan sesi review yaitu mengulang materi sebelumnya
sebelum diadakan ulangan harian. Guru mulai menjelaskan materi
pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan pertama ini yaitu
tentang tenaga kerja, angkatan kerja, dan pengangguran, dan
kesempatan kerja. Keadaan kelas terlihat tidak gaduh namun ada
0
5
10
15
20
25
Tuntas Belum Tuntas
Jum
lah
Sisw
aHasil Belajar Siswa pada Siklus I
Tuntas
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Rata-
rata siswa siap dengan buku pelajaran Geografi dan membukanya,
namun masih ada 4 siswa yang tidak membuka bukunya. Hampir
semua siswa memperhatikan penjelasan guru, 7 siswa mencatat
penjelasan guru, ada 3 siswa yang kelihatan mengantuk dan lesu,
ada 2 siswa mengganggu teman lain dan membuat gaduh di kelas,
berdasarkan pengamatan siswa mulai terlihat bosan.
Setelah guru selesai menyampaikan materi pelajaran, guru
mulai menyiapkan kartu untuk melakukan game. Sebelumnya guru
mengkondisikan siswa terlebih dahulu, kemudian menjelaskan
secara singkat tentang metode pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan)kepada siswa. Guru memandu game
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(Mencari Pasangan).
Hasil observasi selama tindakan pada saat game yaitu siswa
sangat antusias dan aktif dalam mencari pasanganya
(soal/jawaban), tetapi ada siswa yang masih bingung dengan
metode yang dilakukan karena siswa menganggap suatu hal yang
baru. Ketika kartu mulai dibagi mereka terlihat sangat antusias
untuk mengambil kartu ada juga beberapa siswa yang melihat-lihat
kartu terlebih dahulu untuk mendapat soal yang mudah setelah
mendapatkan kartu mereka terlihat serius mencari jawaban dari
kartu yang mereka pegang. Bahkan ada beberapa siswa ada yang
sudah menemukan jawaban sebelum waktu habis.Sebelumnya
diberi kesepakatan batas waktu 3 menit. Setelah kartu dikocok lagi
atau ditukar dengan deret lain mereka tetap antusias bahkan
beberapa siswa meninta untuk mengkocok soal lagi setelah selesai.
Tetapi ada beberapa siswa yang masih bingung mencari jawaban
dari kartu dan masih bertanya kepada temannya.
Ketika diminta mengkomunikasikan di papan tulis mereka
langsung maju dan mengkomunikasikanya namun masih ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
beberapa pasang yang ternyata tidak cocok pasangannya. Pada
pertemuan pertama ini, suasana kelas masih agak kacau karena
siswa masih pertama mengginakan metode seperti ini.
c. Penutup
Pada kegiatan penutup ini guru menanyakan kepada siswa
materi yang belum paham, soal atau jawaban yang masih
membingungkan, kemudian menyimpulkan game dan materi yang
disampaikan pada pertemuan pertama ini. Tidak lupa guru
mengumumkan bahwa untuk pertemuan berikutnya diadakan tes
formatif.
2. Pertemuan Kedua
a. Pendahuluan
Pada pertemuan kedua ini guru masuk kelas menyapa dan
mengabsen siswa, dan sebelumnya melakukan do’a bersama.
Kemudian guru memulai kegiatan belajar mengajar.
b. Kegiatan Inti
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
apabila ada kendala dalam memahami materi yang disampaikan
pada pertemuan pertama. Kemudian guru kembali memandu game
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(Mencari Pasangan). (Sama seperti pada pertemuan pertama).
Siswa terlihat lebih antusias dan aktif serta sudah mulai paham
dengan metode yang digunakan, jadi tinggal beberapa siswa yang
masih terlihat agak bingung.
Setelah game selesai siswa diminta kembali tenang dan
guru membagikan soal tes formatif. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal, kemudian siswa dibagikan lembar angket
motivasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c. Penutup
Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil tes formatif dan
angket motivasi siswa, kemudian guru mengakhiri pelajaran pada
pertemuan kedua dari siklus I.
d. Analisis dan Refleksi Siklus I
Berdasarkan dari tindakan, observasi dan evaluasi pertemuan pertama
dan kedua pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran geografi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) ini menurut
penulis masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan.
1. Kelemahan atau kekurangan dari segi siswa, yaitu :
a. Beberapa siswa ada yang belum sempat menemukan jawaban pada
kartu yang ia pegang tetapi sudah diminta oleh pasanganya.
b. Ada siswa yang tidak mencatat dan mengingat soal dari kartu yang
didapat sehingga ketika mengkomunikasikan di depan kelas harus
mencari terlebih dahulu mana kartu yang mereka dapat.
c. Ada beberapa siswa yang masih bingung untuk menjawab soal dikartu
dan masih bertanya kepada temanya yang mana jawaban soal yang
mereka pegang.
d. Selama proses pembelajaran masih ada siswa yang ramai dan bicara
sendiri.
2. Kelemahan atau kekurangan dari segi guru, yaitu :
a. Guru kurang memotivasi siswa.
b. Dalam mengelola pembagian waktu masih belum tepat, akibatnya
KBM ada yang kekurangan dan ada juga yang kelebihan waku.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh guru pada siklus I,
dari segi motivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa, hasil belajar yang
telah dicapai siswa rata-rata adalah 75,16. Dengan nilai tertinggi 90 dan nilai
terenddah 45. Pada siklus I ini, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah
sebanyak 23 siswa (62,16 %), sedangkan yang belum mencapai KKM
sebanyak 14 siswa (37,84 %). Karena indikator kinerja ketuntasan sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
75% berarti tujuan dari siklus I belum tercapai. Berdasarkan hasil observasi
skor motivasi siswa tertinggi 16,22% motivasi sedang 48,65%, dan motivasi
terendah 35, 13%. Karena indikator kinerja yang harus dicapai kelas sebesar
75% maka berarti pencapaian skor motivasi siswa pada siklus I belum
tercapai.
Berdasarkan kekurangan atau kelemahan yang ada pada siklus I
tersebut, maka diperlukan adanya perbaikan pada siklus II. Adapun perbaikan
pada siklus II adalah sebagai berikut :
a. Pembagian kartu perderet meja atau menjadi 4 kelompok, kartu menjadi
empat warna, sehingga siswa mempermudah menemukan pasangannya.
b. Dalam penglolaan waktu guru harus tepat, supaya KBM berjalan lancar
dan tujuan penbelajaran tercapai.
c. Pada pertemuan kedua, game menggunakan kartu yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan), tidak lagi
dilakukan, tetapi guru hanya mengulang sekilas materi pada pertemuan
pertama, kemudian setelah itu siswa melakukan tes formatif siklus II.
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa supaya siswwa bisa menemukan
pasangannya (soal/jawaban) sebelum batas waktu habis.
3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan ini hampir sama dengan perencanaan siklus I, tetapi ada
beberapa upaya perbaikan diantaranya adalah dengan membagi kelompok
menjadi lebih kecil dan dengan memberikan motivasi (Memberi angka,
memberi ulangan, mengetahui hasil, memberi pujian dan hukuman).
Hal-hal yang direncanakan pada siklus II antaralain:
1. Menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk satu siklus
tentang masalah ketenagakerjaan, dampak persoalan pengangguran
terhadap keamanan lingkungan sosial, dan peran pemerintah
menanggulangi masalah ketenagakerjaan sesuai dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
2. Menyiapkan media yang akan digunakan yaitu kartu. Karena kartu
digunakan perderet meja atau dibagi 4 kelompok dan siswa berjumlah 37
siswa, maka kartu di buat perderet 10 kartu. Namun ada 3 deret meja yang
siswanya ganjil yaitu 9 dan tetap diberi 10 kartu. Setiap deret meja diberi
warna kartu yang berbeda. Pemberian warna ini dimaksudkan untuk
mempermudah mencari pasangannya. Kartu-kartu ini dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan guru geografi SMP Negeri 16 Surakarta sebelum
digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Memuat soal tes formatif siklus II sebanyak sepuluh soal pilihan ganda dan
lima soal esay.
4. Menyusun dan menyiapkan angket, lembar observasi untuk mengukur
motivasi siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap cara pembelajaran
yang dilaksanakan guru.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan dalam siklus II ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan
dalam 4 x 40 menit. Untuk perttemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin,
17 Mei 2010 selama 2 x 40 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Senin, 24 Mei 2010 selama 2 x 40 menit. Dalam siklus II ini kelompok dibagi
menjadi 4 atau berdasarkan deret meja. Langkah-langkah kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan motode pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan) pada siklus II ini adalah sebagai berikut .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
Tabel 10. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan Pertama (2x40 menit) pada hari Senin, 17 Mei 2010
No Kegiatan Pembelajaran
Guru Siswa Observer Hasil
1. a. Pendahuluan: 10 menit
Apresiasi
Motivasi
Guru menyapa siswa, presensi dan mengecek kesiapan siswa
Guru menanyakan kepada siswa mengenai masalah ketenagakerjaan di Indonesia
Guru memotivasi agar permainan pada pertemuan ini lebih baik lagi
Siswa menjawab sapan guru dan mengacungkan tanggan ketika guru memanggil namanya
Siswa menjawab pertanyaan dari guru
Siswa memperhatikan guru
Observer mengamati
Observer mencatat siswa yang menjawab pertanyaan guru
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Semua siswa hadir dan kelas bersih
Ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan guru
Siswa memperhatikan dan situasi kelas kondusif.
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Kegiatan Inti:60 menit
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan secara singkat tentang metode pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siswa.
Guru menjelaskan tentang masalah ketenagakerjaan di Indonesia, dampak persoalan pengangguran terhadap keamanan lingkungan sosial, dan peran pemerintah menanggulangi
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang disampaikan guru
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Kondisi kelas masih kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik.
Siswa mencatatat dan memperhatikan penjelasan guru.
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
masalah ketenagakerjaan
Guru menyiapkan
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Pencarian pasangan kartu dilakukan perderet meja dan berdasarkan warna kartu.
Siswa mendapat satu buah kartu dan siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
Observer mengamati kerjasama siswa
Siswa sangat antusias dan aktif dalam mencari pasanganya (soal/jawaban), dan tidak bingung.
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
c. Kegiatan Penutup : 10 menit
Guru menanyakan kepada siswa materi yang belum paham, soal atau jawaban yang masih membingungkan, kemudian menyimpulkan game dan materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini
Siswa ikut serta menyimpulkan .
Mengamati kegiatan siswa
Kondisi kelas kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik.
Pertemuan Kedua (2x40 menit) pada hari Senin, 24 Mei 2010
No Kegiatan Pembelajaran
Guru Siswa Observer Hasil
1. a. Pendahuluan: 10 menit
Guru menyapa siswa, do’a bersama dan presensi
Menjawab sapan guru, membaca do’a bersama dan mengajungkan tanggan ketika guru memanggil namanya
Observer mencatat siswa yang tidak hadir
Semua siswa hadir dalam kelas
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Apresiasi
b. Kegiatan Inti: 60 menit
Evaluasi
Guru mengecek kesiapan siswa
Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada kendala dalam memahami materi yang di sampaikan pada pertemuan pertama dan memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa secara acak
Guru memberikan penilaian melalui tes formatif dan memberikan
Siswa mengeluarkan buku paket
Siswa memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru
Siswa mengerjakan tes formatif secara mandiri dan mengisi angket yang diberikan guru
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Mencatat dan mengamati kegiatan siswa
Kondisi kelas masih kondusif dan murid-murid memperhatikan dengan baik.
Ada 2 siswa yang diberi pertanyaan secara acak dan tidak biasa menjawab.
Mendapat rata-rata klasikal 89,18%
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Kegiatan Penutup : 10 menit
angket motivasi
Guru menutup pelajaran dan Siklus II
Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan Hasil pengisian angket
Mengamati kegiatan siswa
Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II sudah berhasil dan tercapai dengan hasil yang meningkat dilihat dari hasil belajar dan motivasi siswa. Dengan demikian indikator pembelajaran sudah tercapai, baik hasil belajar siswa maupun motivasi siswa.
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II
Pada kegiatan pembelajaran siklus II ini, guru tetap bertindak sebagai
pengajar, dan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati proses
pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan hasil observasi dalam
pelaksanaan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II
Berdassarkan nilai pengisiaan lembar angket motivasi siswa kelas
VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta pada siklus II diperoleh skor sebagai
berikut :
a. Siswa yang mempunyai skor motivasi tinggi berjumlah 9 siswa yaitu
24,33% dari 37 jumlah siswa.
b. Siswa yang mempunyai skor motivasi sedang berjumlah 24 siswa yaitu
64,86% dari 37 jumlah siswa.
c. Siswa yang mempunyai skor motivasi rendah berjumlah 4 siswa yaitu
10,81% dari 37 jumlah siswa. (Data selengkapnya, dapat dilihat pada
Lampiran 18).
Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 11. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta
Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II
Kategori Frekuensi Prosentase
Tinggi 9 24,33%
Sedang 24 64,86%
Rendah 4 10,81%
Jumlah 37 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 8. Histogram Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri
16Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II
2. Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh guru pada
siklus II, hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%, jumlah siswa yang mencapai
KKM adalah sebanyak 33 siswa (89,18%), sedangkan yang belum
mencapai KKM sebanyak 4 siswa (10,81%).( Data selengkapnya, dapat
dilihat pada Lampiran 21).
Berdasarkan daftar nilai siklus I dapat diketahui, nilai rata-rata
kelas VIII-B pada mata pelajaran geografi meningkat menjadi 79,84.
Dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 5. Kondisi tersebut dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 12. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16
Surakarta Pada Siklus II
Kategori Frekuensi Prosentase
Tuntas 33 89, 18 %
Belum Tuntas 4 10,81 %
Jumlah 37 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
0
5
10
15
20
25
30
Tinggi Sedang Rendah
Jum
lah
sisw
a
Motivasi Siswa Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 9 . Histogram Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP
Negeri 16 Surakarta Pada Siklus II
3. Hasil Observasi Bagi Siswa Pada Pembelajaran Siklus II.
1. Pertemuan 1
a. Pendahuluan
Guru masuk kelas kemudian menyapa siswa, memberi
salam dan mengabsen siswa. Selanjutnya guru mulai membuka
pelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama dalam siklus II ini, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, setelah itu guru menjelaskan
tentang masalah ketenagakerjaan di Indonesia, dampak persoalan
pengangguran terhadap keamanan lingkungan sosial, dan peran
pemerintah menanggulangi masalah ketenagakerjaan. Pada
tindakan II ini siswa sudah jauh lebih aktif dan suasana kelas
ketika guru menjelaskan sudah tenang. Namun masih ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan dan berbicara sendiri. Pada saat
guru memberikan pertanyaan, ada 3 orang siswa yang berebut
untuk menjawab.
Setelah selesai menjelaskan materi pelajaran, guru yang
dalam hal ini sebagai pengajar menjelaskan kembali secara singkat
metode yang akan dilaksanakan yaitu metode pembelajaran
05
101520253035
Tuntas Belum Tuntas
Jum
lah
Sisw
a
Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan). Guru
menyiapkan media yang akan digunakan yaitu kartu. Pada siklus II
ini game dibuat menjadi 4 kelompok atau berdasarkan deret meja.
Karena kartu digunakan perderet meja atau dibagi 4 kelompok dan
siswa berjumlah 37 siswa, maka kartu di buat perderet 10 kartu.
Namun ada 3 deret meja yang siswanya ganjil yaitu 9 dan tetap
diberi 10 kartu. Setiap deret meja diberi warna kartu yang berbeda.
Pemberian warna ini dimaksudkan untuk mempermudah mencari
pasangannya.
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan II ini siswa
sudah jauh lebih aktif dalam mencari pasangannya (soal/jawaban).
Pada saat kartu dibagikan perderet berdasarkan warna, siswa
terlihat sangat antusias dan sudah tidak bingung lagi. Sebelumnya
dibuat kesepakatan untuk mencari pasangan dari kartu yang
mereka pegang, yaitu disepakati 3 menit. Mereka terlihat antusian
dan berlomba-lomba untuk medapatkan pasangannya sebelum
batas waktu yang disepakati habis. Setelak babak 1 sesesai, kartu
dikocok lagi atau ditukar dengan deret lain mereka tetap antusias
bahkan beberapa siswa meninta untuk mengkocok soal lagi setelah
selesai 4 babak. Pada saat kocokan kartu teakhir, siswa diminta
untuk menempelkan kartu dipapan tulis yang telah disediakan.
Setiap deret dapat menemukan pasangannya dan menempelkan
sebelum batas waktu ditentukan habis. Pada pertemuan 1 siklus II
ini siswa terlihat aktif, jadi siswa ribut, ramai karna mencari
pasangannya (soal/jawaban) bukan karena tidak memperhatikan
guru atau mengganggu temannya yang sedang belajar.
Setelah selesai guru menyimpukan materi yang telah
dipelajari pada pertemuan ini. Guru juga bertanyaa kepasa siswa
mengenai materi yang belum dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
c. Penutup
Guru mrnutup pelajaran dan menginformasikan kepada
siswa bahwa pada pertemuan berikutnya diadakan tes formatif.
2. Pertemuan Kedua
a. Pendahuluan
Guru masuk kelas, menyapa siswa dan memberi salam,
kemudian mengabsen siswa.
b. Kegiatan Inti
Sebelum guru meberikan soal tes formatif, guru
memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi
sebelumnya. Siswa banyak yang menunjuk untuk menjawab,
namun ada 2 siswa yang diberi pertanyaan yang tidak bisa
menjawab. Setelah memberikan beberapa pertanyaan yang
fungsinya untuk mengingatkan kembali pada materi sebelumnya,
guru membagikan soal tes formatif kepada siswa. Setelah selesai
mengerjakan soal, siswa dibagikan angket motivasi dan angket
tanggapan siswa terhadap cara pembelajaran yang dilaksanakan
guru.
c. Penutup
Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil tes formatif,
angket motivasi siswa, dan angket motivasi dan angket tanggapan
siswa terhadap cara pembelajaran yang dilaksanakan guru. Guru
menutup pelajaran pada siklus II.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Berdasarkan tes formatif yang diberikan kepada siswa pada akhir
pelajaran siklus II ini, diperoleh rata-rata kelas 79,84. Nilai terendah yang
dicapai pada siklus II ini adalah 5 dan nilai tertinggi 95. Berdasarkan nilai rata-
rata tersebut hasil yang telah dicapai sudah diatas dari indikator kerja yang
ditetapkan yaitu 70 % dari jumlah siswa. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilaksanakan oleh guru pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
adalah sebanyak 33 siswa (89, 18 %), sedangkan yang belum mencapai KKM
sebanyak 4 siswa (10,81 %).
Perolehan skor motivasi siswa juga mengalami peningkatan setelah
diukur dengan menggunakan angket motivasi. Siswa yang mempunyai skor
motivasi tinggi berjumlah 9 siswa yaitu 24,33% dari 37 jumlah siswa, yang
mempunyai skor motivasi sedang berjumlah 24 siswa yaitu 64,86% dari 37
jumlah siswa, dan siswa yang mempunyai skor motivasi rendah berjumlah 4
siswa yaitu 10,81% dari 37 jumlah siswa.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II sudah berhasil dan tercapai dengan hasil yang
meningkat dilihat dari hasil belajar dan motivasi siswa. Dengan demikian
indikator pembelajaran sudah tercapai, baik hasil belajar siswa maupun
motivasi siswa.
C. Pembahasan
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan
untuk memperbaiki mutu pembelajaran geografi yang menyangkut motivasi dan
hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta dengan menggunakan
metode pembelajaran koopeatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan). Deskripsi
tersebut didasarkan pada evaluasi permasalahan yang diketahui melalui
wawancara terhadap guru pengampu pelajaran geografi maupun observasi
mengenai proses dan hasil pembelajaran geografi. Berdasarkan observasi awal
tersebut dapat diidentifikasi mengenai permasalahan yang terjadi yaitu motivasi
dan hasil belajar geografi kelas VIII-B yang rendah. Dalam pembelajaran, guru
banyak mengisi kegiatan dengan menerangkan materi dengan metode ceramah
sehingga menyebabkan siswa mengalami kejenuhan dan tidak berkonsentrasi
dalam belajar. Metode yang dipilih untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
Indikator keberhasilan pada penelitian ini diperoleh dari pengukuran
motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi dan hasil belajar pada siklus I telah
mengalami peningkatan dari kondisi sebelumnya. Namun pembelajaran siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
belum berhasil karena motivasi dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator
kinerja yang ditentukan yaitu 75%. Berdasarkan data awal mengenai motivasi
siswa terhadap mata pelajaran geografi diketahui bahwa sebanyak 4 siswa
memiliki motivasi tinggi, 16 siswa motivasi sedang dan 17 siswa motivasi rendah.
Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru monoton yaitu
kegiatan banyak diisi menerangkan materi dengan metode ceramah. Pembelajaran
yang didominasi guru tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif dan siswa
mengalami kebosanan. Pada siklus I dilakukan perbaikan yaitu upaya penerapan
metode yang tepat. Metode baru yang diterapkan guru dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah metode Make a Match (Mencari Pasangan). Setelah dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas, yaitu pada siklus I motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan menjadi 6 siswa memiliki motivasi tinggi, 18 siswa motivasi sedang
dan 13 siswa motivasi rendah. Pada pembelajaran siklus I ini belum berhasil
karena siswa yang memiliki motivasi tinggi sebesar 64,86% sehingga belum
mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 75 %. Hal ini disebabkan karena
guru kurang tepat dalam pengelolaan waktu dan kurang memotivasi siswa. Karena
pada siklus I belum berhasil, maka dilakukan tindakan siklus II.
Skor motivasi siswa pada pembelajaran siklus II sudah berhasil karena
89, 19% siswa memiliki motivasi tinggi dalam pembelajaran, yaitu 9 siswa
memiliki motivasi tinggi, 24 siswa motivasi sedang dan 4 siswa motivasi rendah.
Hal ini didukung dengan adanya tindak lanjut perbaikan pembelajaran siklus II.
Tindak lanjut tersebut adalah dengan cara pembagian kartu perderet meja atau
menjadi 4 kelompok, kartu menjadi empat warna, sehingga siswa mempermudah
menemukan pasangannya dalam kelompok yang lebih kecil, kemudian pada
pertemuan kedua siklus II tidak lagi dilakukan game, melainkan pengulasan
materi pertemuan sebelumnya dan setelah itu di adakan tes formatif. Sehingga
siswa tidak kekurangan waktu dalam mengerjakan soal. Kondisi tersebut dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 13. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:
Gambar 10. Histogram Motivasi Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan data hasil belajar pada kondisi awal yang diperoleh dari
guru geografi diketahui bahwa kelas VIII-B memiliki rata-rata nilai ulangan
60,95. Dari 37 siswa hanya 16 siswa yang mencapai KKM sehingga 21 siswa
belum mencapai ketuntasan. Pada kondisi awal, guru masih mendominasi
pembelajaran dengan kegiatan penyampaian materi menggunakan metode
ceramah sedangkan siswa pasif mendengarkan. Rutinitas tersebut menyebabkan
siswa menjadi kurang termotivasi sehingga hasil belajar menjadi rendah. Setelah
dilakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode Make a Match
(Mencari Pasangan), hasil belajar siswa meningkat ditunjukkan dengan rata-rata
hasil belajar menjadi 75,16. Standar ketuntasan siswa adalah 65. Untuk indikator
0
5
10
15
20
25
30
Tinggi Sedang Rendah
Jum
lah
sisw
a
Perbandingan Motivasi Siswa
Awal
Siklus I
Siklus II
No
Periode
Frekuensi
Prosentase T S R
1 Kondisi Awal 4 16 17 20/37 x 100% = 54, 05%
2 Siklus I 6 18 13 24/37 x 100% = 64, 86%
3 Siklus II 9 24 4 33/37 x 100% = 89, 19%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kinerja ketuntasan sebesar 75%. Siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 65
adalah 23 siswa (62,16%) sudah tuntas dan 14 siswa (37,84%) belum tuntas dalam
pembelajaran. Dari hasil tersebut ternyata belum memenuhi standar keberhasilan
penelitian sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada pembelajaran siklus
II diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa adalah 79,84. Siswa yang mendapat
nilai lebih dari 65 adalah 33 siswa (89,18%) sudah tuntas dan 4 siswa (10,81%)
mendapat nilai kurang dari 65 atau belum tuntas. Sehingga dalam pembelajaran
siklus II sudah berhasil karena lebih dari 75% siswa telah tuntas dalam belajar.
Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kriteria
Ketuntasan Hasil Belajar
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 16 23 33
Tidak Tuntas 21 14 4
Jumlah 37 37 37
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:
Gambar 11. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
05
101520253035
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Jum
lah
Sisw
a
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Tuntas
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pada pembelajaran dengan metode Make a Match (Mencari Pasangan)
terdapat variasi kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif sehingga
pembelajaran yang bersifat hafalan dapat disajikan dengan tidak monoton dan
tidak membosankan. Proses pembelajaran yang terdiri dari berbagai tahap ini
menarik dan dapat meminimalisir sikap siswa yang pasif dan mengurangi
kejenuhan siswa dalam belajar. Permainan Make a Match (Mencari Pasangan)
sifatnya bermain sambil belajar, sehingga memberikan respons yang positif yaitu
terlihat dari rasa senang dan bersemangat yang ditunjukkan siswa. Penggunaan
metode Make a Match (Mencari Pasangan) dalam pembelajaran geografi dapat
meningkatkan motivasi siswa. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I belum tercapai karena masih
terdapat kelemahan-kelemahan, maka penelitian tetap dilanjutkan pada siklus II
dengan rata-rata hasil belajar 79,84 sedangkan motivasi siswa dalam pembelajaran
adalah 89,19%. Dengan demikian indikator pembelajaran sudah tercapai baik dari
hasil belajar siswa maupun dari motivasi siswa. Jadi penelitian ini telah berhasil
dengan menggunakan dua siklus, maka model pembelajaran koooperatif tipe
Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa mata pelajaran IPS Geografi pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa
kelas VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
D. Kesimpukan
Dari hasil penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make
a Match (Mencari Pasangan) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
mata pelajaran IPS Geografi pokok bahasan ketenagakerjaan pada siswa kelas
VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari
Pasangan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B semester II
SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari skor
motivasi siswa sebelum dilakukan tindakan adalah sebesar 54, 05% tuntas
skor motivasinya. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I tingkat
ketuntasan skor motivasinya adalah sebesar 64, 86%, dan terjadi peningkatan
lagi pada siklus II yaitu menjadi sebesar 89, 19%.
2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri
16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 setelah dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode Make a Match (Mencari Pasangan). Hal ini terbukti dari
hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar 43,24%
yang tuntas, dan sebesar 56,76% belum tuntas. Setelah dilaksanakan tindakan
pada siklus I tingkat ketuntasan belajar meningkat sebesar 62,16%, dan terjadi
peningkatan lagi pada siklus II yaitu menjadi 89, 18 %.
E. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
geografi sangat terkait dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, yaitu
yang sesuai dengan kondisi siswa. Metode pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan) dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam proses
pembelajaran geografi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Implikasi Prakis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran Geografi, mempermudah siswa untuk mengingat materi dengan cara
mencari pasangan (soal/jawaban) dalam pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (Mencari Pasangan).
F. Saran
1. Guru
Sebaiknya guru sekali waktu dapat mengunakan pembelajaran melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) sebagai
suatu bentuk variasi dalam menyampaikan materi disekolah dan juga sebagai
upaya untuk lebih meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan balajar mengajar.
2. Siswa
Siswa hendaknya tidak hanya belajar selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung di kelas dan tergantung pada informasi yang diberikan dari guru
melainkan belajar dapat dilakukan secara mandiri di luar kelas.
3. Peneliti
Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian yang sejenis dengan
berbagai penyempurnaan dalam berbagai hal sehingga hasilnya dapat lebih baik.
Peneliti dapat mengadakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk dapat
menyelesaikan permasalahan lain pada materi yang lain dan kelas yang berbeda.