fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan...

83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Oleh : Dian Puji Hastuti X 2306005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: ledat

Post on 11-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP

KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR

MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN

2009/2010

Skripsi

Oleh :

Dian Puji Hastuti

X 2306005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP

KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR

MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN

2009/2010

Oleh :

Dian Puji Hastuti

X 2306005

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Fisika Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I;

Drs. Jamzuri, M.Pd NIP. 195211181981031001

Pembimbing II;

Dwi Teguh R., S.Si., M.Si NIP. 196804031998021001

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 23 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota II

:

:

:

:

Dra. Rini Budiharti, M.Pd

Drs. Trustho Raharjo, M.Pd

Drs. Jamzuri, M.Pd

Dwi Teguh R., S.Si., M.Si

( )

( )

( )

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727198702 1 001

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Dian Puji Hastuti. KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah kontribusi

kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar

mengajar Mastery Learning.

Penelitian terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas kemampuan

matematika (X) dan variabel terikat ketuntasan belajar Fisika (Y). Penelitian ini

menggunakan metode eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA

Negeri I Sambungmacan berjumlah 192 siswa yang terdiri dari 5 kelas. Secara

acak, diambil sampel satu kelas sebagai subyek penelitian, yaitu kelas X-5 di

SMA Negeri 1 Sambungmacan. Teknik pengumpulan data dengan teknik

dokumentasi dan teknik tes. Digunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh

data kemampuan matematika siswa yang diambil dari nilai mata pelajaran

Matematika Semester I, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur

ketuntasan belajar Fisika yang berupa kemampuan kognitif siswa setelah

diberikan perlakuan. Untuk analisis data menggunakan Teknik Analisis Regresi

Linear Sederhana dan Teknik Statistik Korelasi.

Berdasar uji normalitas diperoleh Lobs = 0,062 > Ltab untuk variabel X,

Lobs = 0,115 > Ltab untuk variabel Y, dan persamaan garis regresi Y = 23,762 +

0,681X, sehingga uji prasyarat analisis dapat terpenuhi. Karena harga koefisien

korelasi sebesar 0,634, koefisien determinasi sebesar 40,2% dan taraf signifikansi

sebesar 4,779 maka hipotesis penelitian diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa: “Ada kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan

belajar Fisika sebesar 40,2%”.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Dian Puji Hastuti. A CONTRIBUTION OF MATHEMATICS ABILITY TOWARD THE PHYSICS LEARNING PASSING GRADE IN MASTERY LEARNING OF SMA STUDENTS IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, December 2010.

This research aims to find out: is there any contribution of mathematics

ability toward the physics learning passing grade in mastery learning.

Research consists of two variables, they are the independent variable

namely mathematics ability (X) and the dependent variable namely physics

learning passing grade (Y). This research used an experimental method, with the

population of all students of class X SMA N 1 Sambungmacan totaling 192

students consisting of 5 classes. Randomly, taken one class as a sample which is

used as an subject of research, that was class X-5 in SMA N 1 Sambungmacan.

Data collection techniques used technical documentation and test techniques.

Documentation techniques was used to obtain the data of students mathematics

ability which is taken from the scores of Mathematics in Semester I, while the test

technique was used to measure the physics learning passing grade in the form of

students cognitive ability after given a treatment. For the data analysis was used

Analysis Technique of Simple Linear Regression and Correlation Statistics

Technique.

Based on the normality test, was founded that Lobs = 0.062> Ltab for

variable X, Lobs = 0.115> Ltab for variable Y, and equation of regression line Y =

23.762 + 0.681 X, so the test of analysis prerequisites was fulfilled. Because the

correlation coefficient is 0.634, the coefficient of determination is 40.2% and the

significance level is 4.779, the hypothesis was accepted. It can be concluded that:

"There's contribution of mathematics ability toward the physics learning passing

grade that is 40.2%."

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang

lain”. (Rosululloh SAW)

“Senyuman adalah kunci kebahagiaan. Cinta adalah pintunya; gembira adalah

tamannya; iman adalah cahayanya; dan rasa aman adalah dindingnya”.

(Laa Tahzan)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari satu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”.

(Q.S. Al Insyirah: 5-7)

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Ibu dan Bapakku tercinta, terima kasih atas kasih

sayang, doa, pengorbanan dan perjuangannya

untukku.

Adikku Rahma yang selalu memberiku semangat.

Keponakanku Ferda yang selalu menghiburku.

Fasta AlKhoirot yang selalu mendukungku.

Teman-teman P. Fisika angkatan ‘06

Teman-teman Program Fisika P. MIPA FKIP UNS

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi

sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi

ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul

dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Ibu. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.

3. Ibu. Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P.MIPA

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Fisika

Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Dwi Teguh R., S.Si, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Bapak Sugiyatno, SPd., Selaku Kepala SMA Negeri I Sambungmacan yang

telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ibu Sulasih, SPd., Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri I

Sambungmacan yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk

mengadakan penelitian.

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Bapak Drs. Sumarsono, M.Pd, Selaku Kepala SMA Negeri 3 Sragen yang

telah mengijinkan penulis untuk mengadakan try out.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL………………………………………………………

HALAMAN PENGAJUAN..........................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………...

HALAMAN ABSTRAK..............................................................................

HALAMAN MOTTO...................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

DAFTAR TABEL.........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ............……………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………....

A. Latar Belakang Masalah………………………………….....

B. Identifikasi Masalah………………………………………...

C. Pembatasan Masalah …………………………………….....

D. Perumusan Masalah………………………………………....

E. Tujuan Penelitian …………………………………………...

F. Manfaat Penelitian…………………………………………..

BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………..

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………….

1. Ketuntasan Belajar Pada Sistem Belajar Mengajar

Mastery Learning

a. Pengertian Belajar…………………………………...

b. Ketuntasan Belajar……………………….…….…....

c. Sistem Belajar Tuntas (Mastery Learning)………….

2. Metode Mengajar……………………………..................

a. Metode Demonstrasi……………………….………..

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

xi

xiv

xv

xvi

1

1

6

6

6

7

7

8

8

8

8

8

12

14

21

22

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

b. Metode Diskusi ……………………………………..

c. Evaluasi Hasil Belajar……………………………….

3. Kemampuan Matematika …….…….....………………...

4. Pembelajaran Fisika di SMA.…………………………. .

a. Pengertian Fisika…………………………………….

b. Pembelajaran Fisika di SMA……………………….

c. Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamis……………..

B. Kerangka Berpikir………..……………………………….....

C. Perumusan Hipotesis………………………………………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………....

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………....

1. Tempat Penelitian ………………………………………

2. Waktu Penelitian………………………………………...

B. Metode Penelitian …………………………………………..

C. Populasi dan Sampel …..........................................................

D. Variabel Penelitian…………………………………………..

E. Teknik Pengambilan Data........………………………….......

1. Teknik Dokumentasi…………………………………….

2. Teknik Tes………………………………………………

F. Instrumen Penelitian ……………………………………......

1. Validitas Item…..……………........................................

2. Reliabilitas Tes……..…………………………………..

3. Daya Pembeda................................................................

4. Taraf Kesukaran.............................................................

G. Teknik Analisis Data…………………………………..........

1. Uji Prasyarat Analisis……………………………………

2. Uji Hipotesis.....................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN...................................................................

A. Deskripsi Data ........................................................................

B. Hasil Analisis Data .................................................................

1. Hasil Uji Prasyarat Analisis..............................................

24

27

29

31

31

32

34

43

44

45

45

45

45

46

46

46

47

47

47

47

47

48

49

50

50

50

54

56

56

59

59

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

2. Hasil Uji Hipotesis………………………………………

C. Pembahasan Hasil Analisis Data.............................................

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN..............................

A. Kesimpulan ............................................................................

B. Implikasi .................................................................................

C. Saran .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

LAMPIRAN .................................................................................................

61

62

64

64

64

65

66

69

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Analisis Varians Regresi Linear Sederhana

Deskripsi Data Nilai Kemampuan Matematika Semester I

Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematika Siswa

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Hasil Analisis Variansi Regresi Linear Sederhana

44

56

56

57

58

58

59

61

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10

Gambar 2.11

Gambar 2.12

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Unsur Penting Dalam Belajar Ulang

Bentuk Tujuan Instruksional

Bagan Model Strategi Mastery Learning

Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional

Kuat arus Listrik Sebagai Kelajuan Muatan yang Melewati

Suatu Luasan Tertentu

Grafik Hubungan Antara V dengan I

Rangkaian Bercabang

(a) Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri

(b) Rangkaian Pengganti Seri

(a) Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Palelel

(b) Rangkaian Pengganti Paralel

Rangkaian Seri Sumber Tegangan

Rangkaian Paralel Sumber Tegangan

Paradigma Penelitian

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan

Matematika Siswa

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar

Fisika

Diagram Pencar Antara X dan Y

18

20

20

35

35

37

38

39

39

40

40

41

42

44

57

57

59

59

60

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Jadwal Penelitian

2. Satuan Pembelajaran

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

4. Lembar Kegiatan Siswa

5. Soal Kuis

6. Kunci Jawaban Kuis

7. Tugas

8. Kisi-Kisi Soal Try Out Kemampuan Kognitif

9. Soal Try Out

10. Lembar Jawab

11. Kunci Jawaban Try Out Kemampuan Kognitif

12. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Listrik Dinamis

13. Soal Tes Kognitif Listrik Dinamis

14. Kunci Jawaban Tes Listrik Dinamis

15. Bagan Model Strategy Mastery Learning Penelitian

16. Hasil Analisis Kuantitatif (Uji Validitas, Realibilitas, Taraf Kesukaran,

dan Daya Beda Soal Tes Listrik Dinamis)

17. Contoh Manual Hasil Analisis Kuantitatif (Uji Validitas, Realibilitas,

Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tes Listrik Dinamis)

18. Daftar Nilai Matematika Semester I

19. Daftar Nilai Kognitif Fisika

20. Data Induk Penelitian

21. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Matematika (X)

22. Uji Normalitas Variabel Ketuntasan Belajar Fisika (Y)

23. Grafik Chi Kuadrat Variabel Kemampuan Matematika

24. Grafik Chi Kuadrat Variabel Ketuntasan Belajar Fisika

25. Tabel Kerja Uji Linearitas X Terhadap Y

26. Perhitungan Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

69

70

74

95

112

126

127

138

141

157

158

159

162

174

175

176

176

179

179

182

183

184

185

187

188

190

192

193

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

27. Perhitungan Uji Korelasi X Terhadap Y

28. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

29. Tabel-Tabel Statistik

30. Perijinan

196

198

199

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sengaja dan terencana untuk

menumbuhkembangkan kepribadian, kemampuan dan perkembangan potensi

sumber daya manusia Indonesia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya

sebagai makhluk pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Hal ini sejalan

dengan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang berbunyi

bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UUSPN No. 20 Tahun 2003).

Pendidikan sangat penting untuk pembangunan bangsa, maka pemerintah

berusaha meningkatkan mutu pendidikan nasional. Usaha yang ditempuh melalui

lembaga pendidikan atau jalur-jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah

(formal), jalur pendidikan luar sekolah (informal) dan jalur pendidikan keluarga

(nonformal). Jalur pendidikan sekolah adalah jalur pendidikan yang

diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang

dan berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah adalah jalur pendidikan

yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang

tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan keluarga adalah

jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga. Setiap lembaga pendidikan

di Indonesia akan berusaha untuk dapat meningkatkan mutu atau kualitas

pendidikan, baik ditinjau dari kualitas pelaksanaannya maupun kualitas hasil yang

dicapai. Pelaksanaan pendidikan yang dimaksud adalah kegiatan belajar mengajar

dan unsur-unsur terkait di dalamnya. Sedangkan hasil belajar yang dicapai harus

sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

1

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Belajar merupakan proses interaksi secara aktif, yaitu hubungan timbal

balik antara individu atau siswa dengan lingkungannya. Dalam belajar, siswa

menghadapi berbagai masalah-masalah belajar baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, antara

lain: sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, pengolahan

bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang

tersimpan, kemampuan berprestasi atau untuk hasil belajar, rasa percaya diri

siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, serta cita-cita siswa.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: guru,

sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa

di sekolah, kurikulum sekolah, keluarga dan lain-lain.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan guru

dengan siswa dalam situasi pembelajaran, untuk mewujudkan tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi guru mempunyai peran penting

dalam mendidik dan membelajarkan siswa. Guru diharapkan dapat menciptakan

suasana agar siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Tiap

pengajaran harus membantu proses belajar, dengan memotivasi siswa untuk giat

melakukan sendiri.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang

dikembangkan dalam pendidikan formal di sekolah karena IPA melatih peserta

didik untuk berpikir logis, rasional, kritis, dan kreatif. Fisika merupakan bagian

dari IPA yang di dalamnya mencakup gejala-gejala alam. Menurut Gerthsen

(1985) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) mengatakan ”Fisika adalah

suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan

berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan

dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut”.

Sedangkan menurut Brockhaus (1972) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3)

mengatakan ”Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan

penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, pengujian secara

matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Dari kedua pendapat

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tersebut dapat diketahui bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik dan dapat dipelajari secara

pengamatan dan percobaan serta teori, dimana pengajaran ilmu Fisika bertujuan

agar siswa mampu menguasai konsep-konsep Fisika dan keterkaitannya serta

mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Proses pembelajaran Fisika hendaknya tidak hanya menekankan segi

kognitif saja, tetapi juga sebagai proses sikap ilmiah agar tercapai tujuan. Seperti

yang dikemukakan oleh Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, dan Zainal Arifin

(1989: 2) bahwa “Belajar produk pada umumnya hanya menekankan segi kognitif

saja sedangkan belajar proses memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi

kognitif, psikomotor, maupun afektif”. Oleh karena itu pendidik atau pengajar

dalam menentukan metode pembelajaran harus menitikberatkan pada peran aktif

siswa sebagai subjek didik.

Seorang guru juga dituntut mampu menggunakan berbagai macam

metode secara bervariasi. Metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk

menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi

kelancaran proses belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Wina

Sanjaya (2009: 147), ”Ada beberapa macam metode pembelajaran yang bisa

digunakan untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran, di antaranya

metode ceramah, metode demonstrasi, metode dikusi, metode eksperimen, metode

pemberian tugas, metode simulasi dan lain-lain”. Salah satu metode pembelajaran

yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi disertai diskusi. Metode

demonstrasi dapat digunakan pada saat guru ingin menunjukkan suatu gejala atau

proses pada siswa. Metode demonstrasi dilakukan oleh guru dengan melibatkan

siswa, sehingga siswa dapat lebih memahami konsep tersebut. Metode lain yaitu

metode diskusi, dimana metode ini merupakan proses interaksi antara dua atau

lebih siswa untuk saling tukar menukar pengetahuan dalam pemecahan suatu

masalah. Metode yang tepat atau sesuai dengan materi yang disampaikan lebih

mempermudah siswa dalam penerimaan materi.

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Dalam perkembangan Fisika, Matematika memiliki peranan penting,

seperti yang telah dikatakan Karso (1993: 2) bahwa ”Matematika dengan IPA

merupakan ilmu dasar yang mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat. IPA

tidak mungkin dikembangkan tanpa bantuan Matematika, sehingga lebih

mendorong IPA untuk berkembang”. Perkembangan Fisika membutuhkan

Matematika sebagai alat bantu karena Fisika memerlukan model untuk memahami

konsep, prinsip dan hukum dalam bentuk bahasa yang eksak, sehingga melalui

Matematika, konsep, prinsip dan hukum dalam Fisika akan dapat ditampilkan

lebih sederhana dan lebih mudah dipahami yaitu dengan merumuskannya dalam

persamaan matematis. Matematika timbul sebagai hasil pemikiran manusia yang

berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Berbeda dengan hasil pikiran

manusia yang lain, dalam mempelajari Matematika diperlukan pemahaman tidak

cukup dengan hafalan saja. Jadi, kemampuan matematika merupakan penunjang

dalam bidang Fisika, di mana kemampuan matematika merupakan kemampuan

dan ketrampilan dalam cabang ilmu pengetahuan eksak, terorganisir secara

sistematik dan memiliki beberapa karakteristik yang dapat menampilkan konsep-

konsep Fisika dalam bentuk persamaan serta menafsirkan data yang digunakan

dalam menyelesaikan masalah.

Ketuntasan belajar merupakan tingkat penguasaan minimal oleh siswa

terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sesuai dengan tujuan-tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) siswa dituntut untuk dapat memenuhi batas ketuntasan. Untuk memenuhi

tuntutan tersebut, maka diperlukan suatu program khusus yang bisa

menghilangkan kesulitan-kesulitan belajar bagi siswa agar dapat memenuhi batas

ketuntasan dalam belajar. Dr. Siswojo (1981: 21) menyatakan bahwa ”Mastery

Learning adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk

setiap unit bahan pelajaran, baik secara perseorangan maupun kelompok”. Faktor

yang lebih prinsipil dalam strategi Mastery Learning adalah pengembangan

prosedur umpan balik. Prosedur umpan balik memberikan informasi kepada guru

dan siswa tentang pencapaian hasil belajar. Bloom (1968) dalam Dibenedetto dan

Zimmerman (2008) menyatakan bahwa ”Sistem belajar tuntas memungkinkan

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

90% siswa dapat mencapai hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan proses

kurikuler yang hanya mencapai 10%”. Dalam Mastery Learning siswa yang

prestasinya kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar menguasai

pokok bahasan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Saudari Tutut Lina Indrasari

tahun 2009 silam, selain kemampuan matematika, kemampuan awal dan aktivitas

belajar juga mempengaruhi banyak sedikitnya kesulitan belajar yang ditemui,

sehingga akan menghambat tercapainya ketuntasan belajar. Saudari Ari Susilowati

di dalam penelitiannya pada tahun 2009 juga mengungkapkan bahwa ”Adanya

Mastery Learning (belajar tuntas) akan mendorong siswa untuk belajar lebih baik,

karena siswa dapat belajar semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan

instruksional”. Jadi, dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar

mengajar dapat dilaksanakan secara optimal agar tujuan instruksional dapat

dicapai.

Salah satu pokok bahasan pada materi pelajaran Fisika adalah Listrik

Dinamis. Listrik Dinamis adalah pokok bahasan yang bertujuan membahas

mengenai kelistrikan. Materi Listrik Dinamis termasuk materi yang sulit dipahami

siswa karena konsepnya yang abstrak dan perlu pencermatan yang mendalam.

Untuk mengajarkan materi ini kepada siswa maka perlu upaya penjelasan yang

diikuti penjelasan visual untuk lebih memberikan pemahaman, maka keberadaan

metode demonstrasi dan diskusi siswa sangat diperlukan.

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

judul penelitian sebagai berikut: "KONTRIBUSI KEMAMPUAN

MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA

SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA

TAHUN AJARAN 2009/2010".

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan matematika dapat mempengaruhi ketuntasan belajar Fisika pada

sistem belajar mengajar Mastery Learning.

2. Mastery Learning perlu dikembangkan di sekolah-sekolah agar pencapaian

taraf penguasaan siswa dapat maksimal.

3. Ada beberapa macam metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk

mengimpelementasikan strategi pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian

yang dilakukan, maka pembatasan masalah diperlukan guna memperoleh

kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan

masalah dalam hal ini adalah :

1. Subyek penelitian adalah siswa SMA kelas X-5 semester II SMA Negeri 1

Sambungmacan tahun ajaran 2009/2010.

2. Obyek penelitian adalah kemampuan matematika siswa dilihat dari nilai

pelajaran Matematika semester I dan ketuntasan belajar Fisika dilihat dari

kemampuan kognitif siswa.

3. Ketuntasan belajar dibatasi pada materi pelajaran Fisika yang telah

disampaikan, yaitu pada pokok bahasan Listrik Dinamis.

4. Metode mengajar yang digunakan adalah metode demonstrasi disertai diskusi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Adakah kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika

pada sistem belajar mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran

2009/2010 ?

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah kontribusi

kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar

mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat :

1. Memberikan suatu alternatif upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar

Fisika di Sekolah Menengah Atas.

2. Memberikan dorongan kepada siswa agar memperbesar usahanya dalam

mencapai ketuntasan belajar Fisika.

3. Memberikan alternatif kepada guru Fisika untuk menggunakan metode

demonstrasi disertai diskusi dalam proses belajar mengajar Fisika dengan

Mastery Learning.

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ketuntasan Belajar Pada Sistem Belajar Mengajar Mastery Learning

a. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, belajar memegang peranan penting yang

tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia. Belajar merupakan bagian kehidupan

manusia yang berkaitan dengan berbagai hal yang terjadi dalam diri manusia.

Berbagai hal tersebut akan mendukung adanya perubahan tingkah laku yang

sesuai dengan hasil belajar. Belajar sudah menjadi kebutuhan manusia untuk

dapat mengembangkan diri. Hampir semua kecakapan, ketrampilan,

pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, termodifikasi,

berkembang karena belajar. Belajar adalah proses, sehingga belajar itu

berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk

perbuatan untuk mencapai tujuan.

Belajar merupakan suatu pengertian yang sangat kompleks, sehingga

banyak ahli menggunakan pengertian tentang belajar dengan ungkapan dan

pandangan yang berbeda-beda. Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa “Belajar

adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut

Winkel dalam H. J. Gino (1995: 6), ”Belajar adalah aktivitas mental (psikis)

yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”.

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya, juga belajar itu lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukanya, jadi tidak bersifat verbalistik. (Sardirman A.M., 2010: 20)

8

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Sedangkan Muhibbin Syah (2006: 68) berpendapat bahwa “Belajar adalah

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif”.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam interaksi dengan

lingkungannya, sehingga diperoleh perubahan yang bersifat menetap dalam diri

seseorang yang ditunjukkan dengan adanya perubahan pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, nilai sikap, tingkah laku atau penampilan, serta semua

aspek yang ada pada individu berkat pengalaman dan latihan dengan

serangkaian kegiatan.

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat

penting karena semua komponen dalam sistem pembelajaran atas dasar

pencapaian tujuan belajar. Menurut Sardiman A. M (2010: 25-29), “Tujuan

belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan

keterampilan, serta pembentukan sikap”. Belajar untuk mendapatkan

pengetahuan ditandai dengan kemampuan berpikir. Belajar menanamkan konsep

memerlukan suatu keterampilan baik yang berupa jasmani maupun rohani.

Belajar untuk pembentukan sikap mental dan perilaku siswa tidak akan lepas

dari penanaman nilai-nilai. Dalam hal ini guru tidak sekedar sebagai pengajar

tetapi juga sebagai pendidik yang memindahkan nilai-nilai pada anak didiknya

sehingga siswa akan tumbuh kesadaran dan kemampuannya untuk

mempraktekkan segala sesuatu yang dipelajarinya.

Tujuan belajar menurut Benjamin Bloom seperti yang dikutip oleh H. J.

Gino (1995: 19-21) dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Ranah Kognitif a) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif

berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti yang dipelajari.

b) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

c) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi yang konkret.

d) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.

e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.

f) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.

2) Ranah Afektif a) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa

perhatian terhadap stimuli secara pasif yang meningkat secara lebih aktif.

b) Merespon, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimuli dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.

c) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi.

d) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diresponnya.

e) Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masing-masing nilai waktu merespon dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.

3) Ranah Psikomotor a) Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan

tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok.

b) Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan.

c) Perangkat komunikasi nonverbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata.

d) Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.

Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan.

Guru harus mengusahakan tercapainya tujuan belajar yang meliputi aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

hendaknya dipelajari secara menyeluruh dengan mempertimbangkan bobot

ketiga aspek tersebut.

Belajar tidak senantiasa berhasil, tetapi seringkali ada hal-hal yang bisa

mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan yang bisa

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menghambat ketuntasan belajar bahkan kemajuan belajar. Kegagalan atau

keterlambatan kemajuan belajar biasanya ada faktor yang mempengaruhinya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar yang dirangkum oleh

Slameto (2010: 54–70) sebagai berikut:

1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri. Faktor ini berupa: a) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi dua hal yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang meskipun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

c) Faktor Psikologis Faktor ini adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, berfikir intelegensi, dan lain-lain.

2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu, faktor ini berupa: a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar itu mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar

adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan

saja tetapi juga dapat berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, kepribadian,

minat maupun perubahan-perubahan lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Untuk mencapai tujuan belajar ada banyak faktor yang

mempengaruhi proses belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa sendiri

dan faktor dari luar.

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Ketuntasan Belajar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam melakukan

pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran tuntas (Mastery Learning).

Ketuntasan belajar didasarkan pada konsep Mastery Learning. Tuntas artinya

habis sama sekali, tidak ada yang tersisa. (Sulchan Yasyin, 1997: 484).

Keberhasilan pembelajaran mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan

ketuntasan dalam proses pembelajaran. Ketuntasan dalam belajar adalah

tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, atau

nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Fungsi

ketuntasan belajar adalah memastikan semua siswa menguasai kompetensi yang

diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah ke materi ajar selanjutnya.

Patokan ketuntasan belajar mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan ketuntasan dalam

proses pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan

komponen guru dan siswa. Dengan demikian ketuntasan belajar yang dimaksud

adalah tingkat penguasaan minimal oleh siswa terhadap materi pelajaran yang

telah disampaikan sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

Dengan diberlakukannya KTSP mengharapkan adanya perubahan

kegiatan belajar mengajar di kelas, baik proses kegiatan pembelajaran maupun

proses penilainnya (proses dan hasil belajar). Pelaksanaan KTSP menekankan

pada konsep penguasaan kompetensi maka jenis penilaian juga harus

disesuaikan dengan kekhasan masing-masing kompetensi. Proses penilaian dapat

dilakukan dengan perencanaan penilaian, pengumpulan informasi, pelaporan dan

penggunaan informasi tentang hasil belajar.

Metode dan teknik penilaian yang dilakukan oleh guru untuk

mengetahui proses dan hasil belajar siswa terhadap penugasan kompetensi yang

diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian

ketuntasan kompetensi siswa. Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh

guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar

siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program

pembelajaran.

Sistem penilaian hasil belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan

menggunakan acuan kriteria tertentu yang sudah direncanakan sebelum

pembelajaran dimulai. Penilaian acuan kriteria bukan untuk menentukan posisi

seseorang terhadap kelompoknya, hal ini dikarenakan pada tes acuan kriteria

berasumsi bahwa hampir semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk

belajar apa saja, namun waktu yang dipergunakan bisa berbeda-beda. Kriteria

paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan

Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). SKBM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. SKBM

ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata

pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki

karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP

secara akademis menjadi pertimbangan utama dalam penetapan SKBM.

Departemen Pendidikan Nasional dalam Mimin Haryati (2007: 75)

mengemukakan bahwa:

Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dari setiap indikator pada masing-masing kompetensi dasar ditetapkan antara rentang 1% - 100%. Penentuan standar ini ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan memperhatikan tingkat kesukaran materi, faktor essensial materi, daya dukung (sarana-prasarana, kompetensi guru), Intake (kemampuan awal siswa pada awal pembelajaran).

Apabila nilai hasil belajar sama atau lebih besar dari standar ketuntasan

belajar minimal, maka siswa tersebut dapat diinterpretasikan tuntas belajar (telah

menguasai kompetensi dasar tersebut). Sebaliknya, jika nilai yang diperoleh

ternyata di bawah standar, maka dapat diinterpretasikan belum tuntas atau belum

lulus belajar. Sehingga siswa yang bersangkutan tidak bisa melanjutkan belajar

ke level berikutnya. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui

batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam

menyatakan tuntas (lulus) dan tidak tuntas (tidak lulus) dalam pembelajaran.

Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan layanan remedial bagi

yang belum tuntas dan layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

ketuntasan minimal. Kegiatan remedial yang berupa tatap muka dengan guru

akan diberi kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan evaluasi

dengan cara menjawab pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman

pelajaran, atau mengerjakan tugas.

c. Sistem Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Mastery Learning adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan

sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik

dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sistem

pengajaran ini dikembangkan agar siswa dapat menguasai sejumlah tujuan

pendidikan. Dr. Siswojo (1981: 21) menyatakan bahwa ”Mastery Learning

(belajar tuntas) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan

untuk setiap unit bahan pelajaran, baik secara perseorangan maupun kelompok”.

Mastery Learning ini adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan

ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar

tuntas ini merupakan strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan

menggunakan pendekatan kelompok (Group Based Learning). (Mulyani

Sumantri dan Johar Permana, 2001: 84)

Menurut John B. Carroll (1963) dalam Dr.Siswojo (1981: 15)

menyatakan bahwa “Setiap siswa dapat menguasai pokok bahasan tertentu dan

dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran yang diharapkan, jika kepada

siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara

tepat (appropriate threatment)”. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh

Oemar Hamalik (1989: 104) bahwa:

Bakat seorang siswa dalam suatu bidang pengajaran tertentu dapat diramalkan, baik tingkatnya (yaitu bahan yang dipelajari dalam bidang pengajaran itu dalam waktu yang telah ditentukan) maupun satuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut sampai ke tingkat penguasaan tertentu.

Makin lama siswa menggunakan waktu secara sungguh-sungguh untuk

belajar, makin tinggi tingkat penguasaan terhadap bahan yang dipelajarinya.

Sedangkan waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh bakat siswa, kualitas

pengajaran dan kemampuan siswa untuk menangkap bahan pelajaran. Dengan

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

demikian semua siswa dapat mencapai ketuntasan jika kepada siswa diberikan

waktu yang cukup dan diperlakukan secara tepat, sehingga siswa yang

prestasinya kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar menguasai

pokok bahasan yang sama.

Bloom dalam Guskey Thomas R, georgetown college (2007)

menyatakan bahwa: “Faktor yang prinsipil dalam stategi Mastery Learning

adalah mengembangkan prosedur umpan balik dan korektif (feedback and

corrective) pada berbagai taraf atau bagian dari proses belajar dengan memakai

berbagai tes”. Tes itu dimaksudkan untuk untuk memberikan umpan balik

kepada guru dan siswa mengenai aspek-aspek atau elemen-elemen apa yang

telah dikuasai setiap siswa dalam satuan pelajaran tertentu dan apa yang masih

perlu dipelajari kembali oleh siswa.

Variabel-variabel belajar tuntas:

1) Bakat siswa (aptitude) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi

antara bakat dengan hasil belajar. 2) Ketekunan belajar (perseverance)

Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dari dalam diri siwa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional .

3) Kualitas pembelajaran (quality of instruction) Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan yang siap menerima pelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar.

4) Kesempatan yang tersedia untuk belajar (time allowed for learning) Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.

5) Kemampuan siswa untuk belajar (ability to understand instruction) Kemampuan atau kesanggupan siswa untuk menerima pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan menanggapi rangsangan yang timbul dari lingkungan dan dengan sistem kerja fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi dan daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar dan daya fantasi. (Mulyani Sumantri et al, 2001: 84-85)

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Nasution, S (1982: 38-48) juga menyebutkan beberapa faktor yang

mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu:

1) Bakat untuk mempelajari sesuatu Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. 95% dari

anak-anak, termasuk yang berbakat khusus dapat dibimbing untuk penguasaan penuh atas bahan pelajaran tertentu.

2) Mutu pengajaran Pengajaran dan pembelajaran yang bermutu akan memungkinkan peserta didik untuk menguasai suatu tema pembelajaran dalam waktu yang singkat. Mutu pengajaran ditentukan oleh kualitas penyampaian atau penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar.

3) Kesanggupan untuk memahami pengajaran Kesanggupan untuk menerima dan memahami pelajaran berhubungan erat dengan kemampuan menguasai bahasa lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahasa tulisan banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku teks sedangkan kemampuan mengerti bahasa lisan berhubungan dengan kemampuan guru mengajar.

4) Ketekunan Ketekunan adalah waktu dan kemauan yang diinginkan siswa untuk belajar. Siswa tidak akan menguasai tugas yang diberikan sepenuhnya jika waktu yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang diperlukan. Ketekunan berhubungan dengan minat dan sikap belajar. Jadi peserta didik perlu mempunyai ketekunan dan ketabahan untuk menguasai sesuatu yang dipelajari walaupun mereka perlu mengambil waktu yang lama.

5) Waktu yang tersedia untuk belajar Waktu untuk belajar adalah waktu yang diperlukan untuk belajar. Peserta didik memerlukan waktu yang mencukupi untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Setiap peserta didik mempunyai tahapan kemahiran dan usaha yang berbeda. Kelima variabel atau faktor Mastery Learning tersebut perlu

diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran tuntas, sehingga siswa

dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

Proses pembelajaran dengan Mastery Learning tidak lain adalah untuk

mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas

pembelajaran yang lebih sesuai, dengan memberi bantuan serta perhatian khusus

bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1). Ciri-ciri Pembelajaran Dengan Mastery Learning

Sistem pembelajaran Mastery Learning mempunyai ciri-ciri antara lain

adalah:

a) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan

terlebih dahulu.

Ini berarti bahwa tujuan dari sistem belajar mengajar adalah agar semua

siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan khusus pengajaran. Jadi

baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang digunakan untuk

mengetahui keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan tujuan-

tujuan pendidikan yang akan dicapai.

b) Menggunakan satuan pelajaran yang terkecil

Cara belajar mengajar dengan prinsip Mastery Learning menurut

pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian

unit pelajaran menjadi bagian kecil-kecil ini sangat diperlukan guna dapat

memperoleh umpan balik secepat mungkin. Guru dapat melakukan usaha

perbaikan sedini mungkin, sehingga unit yang mendahului merupakan

prasyarat bagi unit selanjutnya.

c) Memperhatikan perbedaan individu

Yang dimaksud dengan perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam

menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri serta laju belajarnya.

d) Evaluasi dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas kriteria

Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil

kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan

evaluasi. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai. Untuk

dapat menentukan suatu nilai diperlukan adanya kriteria. Kriteria

digunakan sebagai dasar membandingkan antara kenyataan atau apa

adanya dengan apa harusnya. Perbandingan bisa bersifat mutlak dan

bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan

tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria

yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil

perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu subjek yang dinilai

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

terhadap lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Untuk

mengetahui ketuntasan siswa dengan menggunakan kriteria ketuntasan

minimal (KKM) pada lampiran 28. Evaluasi dilakukan secara kontinu

diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan

sistematis. Umpan balik dalam proses pembelajaran adalah segala

informasi yang diberikan kepada siswa mengenai hasil siswa dalam suatu

tes yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar, yang

digunakan untuk mengetahui kemajuan siswa ke arah pencapaian tujuan

pengajaran dan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan serta

masukan dalam proses pembelajaran. Slameto (1991: 190) menyatakan

bahwa:

Umpan balik tidak akan berguna jika tidak disertai dengan proses belajar yang kedua atau berikutnya yang mencakup usaha siswa meluruskan kesalahan atau mengisi kekurangannya dengan memanfaatkan informasi umpan balik tersebut. Unsur-unsur penting dalam proses belajar ulang untuk memperbaiki hasil belajar adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Unsur Penting Dalam Belajar Ulang

e) Mastery Learning menekankan pembelajaran dengan teman atau sejawat

(peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.

Pada sekolah umum, Mastery Learning hampir pasti dikatakan cocok pada

periode dan waktu pembelajaran, walaupun masih diperlukan schedule

yang fleksibel. Oleh karena itu, solusi terbanyak yang direkomendasikan

pada Mastery Learning adalah dengan menggunakan Group-Based

Mastery Learning, yaitu Mastery Learning yang didasarkan pada

penggunaan pendekatan secara kelompok. Sedangkan Nasution, S (1982:

41) menyatakan bahwa ”Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara

kelompok akan tetapi secara individual, menurut cara-caranya masing-

Proses Belajar I

Proses Belajar II

Penilaian mis: tes I

Kriteria

Perbandingan

Informasi Umpan Balik

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

masing sekalipun ia berada dalam kelompok”. Jadi dalam group-based

Mastery Learning, meskipun siswa bekerja secara kelompok secara

perorangan siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri.

f) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan

Program perbaikan dan pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan

evaluasi yang kontinu, dan berdasarkan kriteria terhadap perbedaan

kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. Program

perbaikan ditujukan kepada siswa yang belum menguasai tujuan

instruksional tertentu atau unit pelajaran yang diberikan. Sedangkan

program pengayaan ditujukan kepada siswa yang telah menguasai unit

pelajaran yang diberikan.

g) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif

Prinsip belajar siswa aktif memungkinkan siswa mendapatkan

pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Cara

belajar demikian mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami

kesulitan. Selain itu prinsip siswa belajar aktif dapat mengembangkan

ketrampilan kognitif, ketrampilan manual, kreativitas dan logika berfikir.

2). Persiapan Mengajar Dengan Mastery Learning

Strategi Mastery Learning dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu

menentukan tujuan pengajaran dan tingkat penguasaan serta pelaksanaan

dengan prinsip belajar Mastery Learning.

a) Menentukan tujuan pengajaran dan tingkat penguasaan

Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran sebenarnya telah

tercantum dalam GBPP yang berlaku. Dari tujuan yang masih umum,

kita harus menjabarkan tujuan-tujuan yang operasional sehingga dapat

mengukur tingkat keberhasilan. Tujuan ini merupakan dasar bagi

penyusunan cara belajar mengajar dan tes. Jadi, tes tidak lain adalah

suatu alat yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana siswa

menguasai tujuan-tujuan instruksional setelah mereka mengalami proses

belajar mengajar yang tergambar pada gambar 2.2.

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tujuan Instruksional

Cara belajar mengajar Evaluasi

Gambar 2.2 Bentuk Tujuan Instruksional

Sebelum mengembangkan tes, hendaknya dapat ditentukan

terlebih dahulu tingkat penguasaannya atau standar ketuntasannya.

Dengan cara demikian siswa akan berkompetisi untuk mencapai standar

ketuntasan yang telah ditentukan. Jadi dalam Mastery Learning setiap

individu dilihat penampilannya berdasarkan tingkat penguasaan bahan

yang telah tetap dan bukan dilihat penampilannya yang didasarkan atas

perbandingan teman-temannya dalam satu kelompok.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam sistem belajar Mastery Learning sebagai berikut :

(1). Menentukan pokok bahasan dan luas materi unit pelajaran setelah

mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam satu periode

tertentu.

(2). Merencanakan pengajaran dan evaluasi.

(3). Merencanakan program perbaikan dan pengayaan

3). Model Strategi Mastery Learning

Menurut Ischak dan Warji (1987: 27), salah satu model strategi

Mastery Learning dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Bagan Model Strategi Mastery Learning

PRT TIU TIK RP PT

E

TPB

R

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Keterangan Gambar :

TIU = Tujuan Instruksional Umum yang hendak dicapai (Standar Kompetensi).

TIK = Tujuan Instruksional Khusus (Indikator).

PRT = Pre Test.

RP = Rencana Pembelajaran.

PT = Post Tes.

TPB = Tingkat Penguasaan Bahan.

E = Enrichment ( Pengayaan ).

R = Remedial ( Perbaikan ).

2. Metode Mengajar

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah lepas dari

pembahasan mengenai pendidikan. Mengajar merupakan suatu upaya yang

dilakukan guru agar siswa belajar. Metode merupakan salah satu penunjang

utama berhasil atau tidak seorang guru dalam mengajar . Di samping kecakapan

dan ketrampilan mengajar, guru juga harus memiliki dan menguasai metode-

metode mengajar yang tepat untuk topik-topik pelajaran yang diajarkannya agar

hasil belajar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia: "Metode adalah cara-cara yang tersusun dan teratur

untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal ilmu pengetahuan". (Sulchan

Yasyin,1997: 335). Syaiful Sagala (2009: 168) berpendapat bahwa "Metode

adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada

umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya". Mengenai

metode, Wina Sanjaya (2009: 147) berpendapat bahwa ”Metode adalah cara

yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang sudah disusun tercapai secara optimal”.

Sedangkan Mulyani Sumantri et al (2001: 114) mengungkapkan bahwa “Metode

merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran

yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar

dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan”.

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah

cara yang teratur berdasarkan pendekatan tertentu yang digunakan guru untuk

melaksanakan strategi saat penyampaian materi pelajaran guna mencapai tujuan

pengajaran yang optimal. Dalam pengajaran secara umum ada beberapa metode

mengajar antara lain: metode ceramah, metode demonstrasi, metode eksperimen

dan lain-lain. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut tentang metode mengajar

yaitu metode demonstrasi dan metode diskusi.

a. Metode Demonstrasi

Wina Sanjaya (2009: 152) berpendapat bahwa "Metode demonstrasi

adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,

baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan". Menurut Syaiful Sagala (2009:

210), “Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu

peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan

agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau

tiruannya”. Sedangkan Mulyani Sumantri et al (2001: 133) menyatakan bahwa:

Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau

prosedur yang harus dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, melakukan,

dan menggunakan komponen-komponen yang akan membentuk sesuatu,

ataupun membandingkan suatu cara dengan cara lain dan mengetahui atau

melihat kebenaran sesuatu. Dalam penggunaan metode demonstrasi disertai

kelebihan dan kekurangan penggunaan metode ini.

Tujuan penggunaan metode demonstrasi adalah

1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik

atau dikuasai peserta didik

2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para

peserta didik secara bersama-sama.

Adapun kelebihan dari metode demonstrasi yaitu :

1) Membuat pelajaran jadi lebih jelas dan lebih kongkrit dan menghindari

verbalisme.

2) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran

3) Proses pengajaran akan lebih menarik.

4) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya

sendiri.

5) Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan

menggunakan metode yang lain.

Sedangkan kelemahan dari metode demostrasi yaitu :

1) Memerlukan waktu yang banyak.

2) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.

3) Memerlukan ketrampilan guru secara khusus.

4) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus

dikondisikan, dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode

demonstrasi adalah: persiapan demonstrasi dan pelaksanaan demonstrasi.

1) Tahap persiapan.

Di dalam persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :

a) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat melihat

dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

b) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses

demonstrasi berakhir.

c) Mengemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa.

d) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilakukan.

e) Melakukan uji coba demonstrasi, yang meliputi segala peralatan yang

diperlukan.

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2) Pelaksanaan demonstrasi

Tahap pelaksanaan demonstrasi meliputi :

a) Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa.

b) Menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana

yang menegangkan.

c) Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan

memperhatikan reaksi seluruh siswa.

d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan

lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.

3) Langkah mengakhiri demonstrasi

Setelah demonstrasi selesai, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan:

a) Mengevaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi.

b) Memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demostrasi

merupakan cara mengajar di mana seorang guru memperlihatkan suatu proses

atau gejala kepada siswa dengan menggunakan alat bantu agar ilmu pengetahuan

yang diberikan oleh pengajar dapat segera dipahami oleh siswa dan dapat

memberikan gambaran kepada siswa tentang konsep yang dipelajari melalui

peragaan yang dilakukan guru di kelas. Dengan begitu siswa akan lebih

memahami konsep yang telah didapatkan bersama dengan guru melalui

demonstrasi.

b. Metode Diskusi

Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. (Syaiful Sagala, 2009 : 208).

Diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Wina

Sanjaya (2009: 154) yang menyatakan bahwa ”Metode diskusi adalah metode

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan

utama metode diskusi adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat

suatu keputusan”.

Mulyani Sumantri et al (2001: 124) berpendapat bahwa "Metode

diskusi diartikan sebagai siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan

peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu

topik bahasan yang bersifat problematis”. Dalam hal ini, guru, siswa, dan atau

kelompok siswa memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan

dalam diskusi.

Metode diskusi bertujuan untuk :

1) Melatih siswa mengembangkan kemampuan bertanya, berkomunikasi,

menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.

2) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.

3) Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah

sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif.

4) Mengembangkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat.

6) Melatih siswa berani berpendapat tentang suatu masalah.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode diskusi, yang

mempunyai kelebihan maupun kelemahan. Kelebihan dari metode diskusi yaitu:

1) Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif, baik sebagai partisipan,

penanya, penyanggah, maupun sebagai ketua atau moderator diskusi.

2) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun

terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.

3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan partisipasi demokratis.

4) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang

lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi

memberi dan menerima.

5) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada yang

dihasilkan sendiri.

Sedangkan kelemahan dari metode diskusi adalah

1) Sulit menemukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa

dan yang memiliki relevansi dengan lingkungan.

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2) Memerlukan waktu yang tidak terbatas

3) Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang.

4) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.

5) Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang sesuai.

6) Kadang tidak membuat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulan telah

disepakati namun dalam implementasinya sangat sulit dilaksanakan.

7) Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat

menimbulkan bentrokan fisik.

Agar penggunaan diskusi berjalan dengan efektif, maka perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Langkah persiapan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya :

a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang

ingin dicapai.

c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi.

2) Pelaksanaan diskusi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi adalah :

a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi.

b) Memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan diskusi.

c) Melaksanakan diskusi sesuai aturan main yang telah ditetapkan.

d) Memberikan kesempatan yang sama kepada peserta diskusi untuk

mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

e) Mengendalikan pembicaraan pada pokok persoalan yang sedang dibahas.

3) Menutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah

dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan

hasil diskusi.

b) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta

sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan

cara mengajar dimana lebih bersifat bertukar pengalaman atau pendapat untuk

menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan

hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan

evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi

pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi pembelajaran merupakan

proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektian proses

pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara

optimal. Sedangkan evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan untuk

menentukan nilai belajar siswa melalui penilaian hasil belajar. Dari kegiatan

evaluasi hasil belajar kita dapat mengetahui tingkat kekeberhasilan yang dicapai

oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat

keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa angka atau huruf.

Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka

hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan.

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan

ditujukan untuk keperluan diagnostik dan pengembangan, seleksi, kenaikan

kelas, dan penempatan.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. … . Penilaian ini berfungsi sebagai: (1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional. (2) Umpan balik pada perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll. (3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

belajar siswa dalam bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

(Nana Sudjana, 2008: 3-4) Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses yang sistematis. Agar

proses evaluasi hasil belajar dapat dilaksanakan oleh seorang guru atau penilai,

maka ada beberapa tahapan atau langkah kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh

seorang penilai. Tahapan prosedur evaluasi hasil belajar yang perlu dilalui

seseorang penilai meliputi: persiapan, penyusunan alat ukur (tes), pelaksanaan

pengukuran, pengolahan hasil pengukuran, penafsiran hasil pengukuran,

pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi. Ditinjau dari segi kegunaan untuk

mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes yaitu tes diagnostik,

tes formatif dan tes sumatif. Suharsimi Arikunto (2002: 33-40) menyatakan

bahwa:

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik dapat dilakukan pada awal belajar, sedang belajar atau akhir belajar. Tes formatif merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Manfaat tes formatif tersebut adalah sebagai penguatan, perbaikan dan diagnosis. Sedangkan tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah program yang lebih besar berakhir. Manfaat dari tes sumatif adalah untuk menentukan nilai dan mengukur ketercapaian program.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Nana Sudjana (2008: 5), yang menyatakan bahwa:

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam yaitu penilain formatif, penilain sumatif, penilaian diagnostik, penilai selektif, penilaian penempatan. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya evaluasi

hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Evaluasi

hasil belajar merupakan usaha mengukur pencapaian tujuan kegiatan belajar

yang mencerminkan perubahan tingkah laku, kecakapan dan status siswa dalam

menelaah pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui tinggi

rendahnya prestasi belajar siswa digunakan suatu alat evaluasi, yaitu berupa tes

buatan guru bidang studi masing-masing.

3. Kemampuan Matematika

Matematika menggunakan bahasa yang dinyatakan dengan simbol-

simbol dan istilah yang benar dan tepat yang telah disepakati bersama.

Matematika disebut bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang

berlaku secara universal (Internasional) dan sangat padat makna dan

pengertiannya. (Karso dan Hendro Darmodjo, 1993: 12). Bahasa matematika ini,

digunakan untuk siapa saja, kapan saja dan di mana saja pasti akan mempunyai

pengertian yang sama. Sehingga dengan menggunakan Matematika maka

konsep-konsep dalam Fisika akan dapat ditampilkan lebih sederhana dan lebih

mudah dipahami yaitu dengan merumuskannya dalam persamaan matematis dan

simbol.

Matematika timbul sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran. Dalam mempelajari Matematika diperlukan

pemahaman tidak cukup dengan hafalan saja. Selain itu, dalam mempelajari

matematika tidak lepas dari penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur

yang abstrak, kemudian dalam mempelajarinya kita mencari hubungannya. Jadi,

Fisika dalam perkembangannya membutuhkan Matematika sebagai alat bantu

karena Fisika memerlukan model untuk memahaminya.

Margono dalam Puruhita (2009: 20) menyatakan bahwa “Metematika

adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif”. Dalam matematika tidak

menerima generalisasi yang berdasarkan observasi, eksperimen, coba-coba

(induktif) seperti halnya ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

umumnya. Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan

secara deduktif.

Matematika terdiri dari empat bahasan yang luas, yaitu: Aritmatika,

Aljabar, Geometri dan Analisis (http://www.Fisika.net/A Brief of

Mathematics/Miftachul Hadi (Fisika LIPI) revisi terakhir: 14 Juli 2005). Karso

et al (1993: 13) juga mengemukakan bahwa ”Matematika itu sebagai seni dan

ratunya ilmu”. Matematika sebagai seni karena dalam matematika terlihat unsur-

unsur keindahan, keteraturan, keterurutan dan ketetapan seperti halnya seni,

indah dipandang dan diresapi. Sedangkan matematika sebagai ratunya ilmu

karena matematika itu tidak bergantung dengan bidang studi lain tetapi

merupakan alat serta pelayan ilmu lain. Sebagai abdi atau pelayan, Matematika

adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain.

Kemampuan matematika merupakan penunjang bagi bidang lain, salah

satunya adalah IPA. Matematika dengan IPA merupakan ilmu dasar yang

mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat. IPA tidak mungkin

dikembangkan tanpa bantuan matematika, sehingga lebih mendorong IPA untuk

berkembang. (Karso et al, 1993: 1). Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan

Abdullah Aly seperti yang dikutip oleh Anik (2009: 15) yaitu “Peranan

Matematika dalam IPA antara lain adalah sebagai faktor penunjang untuk

semesta dan dapat menjelaskan sesuatu yang tak dapat dijangkau oleh

pengalaman empiris”.

Beberapa karakteristik dalam kemampuan matematika menurut

Soedjadi dalam Anik (2009: 14-15) antara lain :

a) Memiliki objek kajian abstrak Dalam Matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Objek ini merupakan objek pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi, serta prinsip. Dari objek itulah dapat disusun suatu pola dan struktur Matematika.

b) Berpola pikir deduktif Pola pikir deduktif merupakan pemikiran yang berpangkal pada hal yang bersifat umum dan diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Hal ini dapat terwujud dalam hal yang sederhana maupun tidak.

c) Memiliki simbul yang kosong dalam arti Rangkaian simbol-simbol yang ada dapat membentuk suatu model Matematika. Model Matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri dan sebagainya.

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

d) Konsisten dalam sistem Dalam Matematika ada banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga yang tidak. Sistem-sistem yang ada antara lain sistem Aljabar dan sistem Geometri.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika

merupakan penunjang dalam bidang Fisika. Kemampuan Matematika

merupakan kemampuan dan ketrampilan dalam cabang ilmu pengetahuan eksak,

terorganisir secara sistematik dan memiliki beberapa karakteristik yang dapat

menampilkan konsep-konsep Fisika dalam bentuk persamaan serta menafsirkan

data yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.

4. Pembelajaran Fisika di SMA

a. Pengertian Fisika

Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA), yaitu ilmu yang

mengkaji tentang alam dengan segala isinya. IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. Menurut

Margono dkk (1998: 21) bahwa "Pengertian IPA meliputi tiga hal yaitu produk,

proses dan sikap ilmiah yang ketiganya saling berhubungan".

1) Produk IPA, adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah

dikumpulkan melalui pengamatan/observasi. Produk IPA berupa fakta,

konsep, prinsip, hukum dan teori.

2) Proses IPA, sering disebut juga proses ilmiah/metode ilmiah. Yang disebut

dengan metode ilmiah adalah gabungan antara penataran dan pengujian

secara empiris. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah identifikasi

masalah, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan eksperimen,

pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.

3) Nilai dan sikap ilmiah

Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimen dan

berfikir logis harus digunakan sikap jujur, obyektif dan komunikatif agar

dapat mencapai hasil IPA yang benar.

Sebagai bagian dari IPA, tentunya Fisika memiliki ciri-ciri yang

hampir sama dengan IPA. Menurut Gerthsen (1985) yang dikutip oleh Herbert

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Druxes (1986: 3): “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala

alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara

kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah

mengamati gejala-gejala tersebut”. Sedangkan menurut pendapat Brockhaus

(1972) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3): “Fisika adalah pelajaran

tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan dan

pengujian secara sistematis dan berdasarkan peraturan umum”.

Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan Fisika merupakan suatu

ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam, yang hasilnya dirumuskan dalam

bentuk definisi ilmiah dan juga persamaan matematika. Fisika dapat dipelajari

secara pengamatan dan eksperimen serta teori..Secara pengamatan dan

eksperimen, Fisika dapat dipelajari di alam secara langsung ataupun di

laboratorium, sedangkan secara teori Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan

berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan

sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep,

prinsip, hukum dan teori.

b. Pembelajaran Fisika di SMA

Pembelajaran Fisika merupakan proses belajar mengajar yang

didalamnya mempelajari alam dan kejadian-kejadiannya. Pembelajaran Fisika

akan lebih cepat dipahami jika diajarkan sesuai hakikat Fisika, yaitu menyangkut

produk, proses dan sikap ilmiah dari Fisika, guna mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai produk hanya menekankan segi kognitif saja. Produk Fisika adalah hasil

pembelajaran Fisika berupa konsep, hukum dan teori yang disusun berdasarkan

fakta-fakta alam. Sedang proses dalam pembelajaran fisika berupa aktivitas yang

mempelajari, menggali, mencari dan menyelidiki kejadian alam. Dan sikap

dalam kegiatan Fisika adalah suatu sikap mental yang diperlukan selama

melakukan proses kegiatan Fisika. Termasuk dalam sikap ini adalah jujur,

terbuka, kritis dan menghargai pendapat orang lain.

Menurut Bleichroth, yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 70)

bahwa “Tujuan pelajaran Fisika adalah untuk memperoleh wawasan,

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pengetahuan, dan keterampilan yang memungkinkan ia dapat menunjukkan dan

menerangkan gejala-gejala yang berlangsung di dalam lingkungan kehidupannya

serta dunia lingkungan pekerjaannya dikemudian hari”. Sedangkan menurut

permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah, mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1) Membentuk sikap positif terhadap Fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis

4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif

5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran Fisika yang diberikan di sekolah adalah saling

keterkaitan. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari mata pelajaran IPA di

SMA, merupakan kelanjutan dari pelajaran Fisika SLTP. Fisika selain

mempelajari sifat materi gerak dan fenomena yang lain juga mempelajari

konsep-konsepnya dalam kehidupan nyata serta perkembangan sikap dan

kesadaran terhadap pengetahuan dan teknologi. Jadi mata pelajaran Fisika harus

mempunyai tujuan yang tersusun rapi dan baik serta tidak hanya merupakan

ringkasan ilmu pengetahuan.

Pengajaran Fisika di SMA sangat penting bagi siswa, karena pengajaran

Fisika dapat mengembangkan beberapa aspek pribadi seperti pengembangan

ketrampilan, menambah pengetahuan tentang gejala-gejala alam, memahami

metode ilmiah dan dapat menggunakannya untuk memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran Fisika meliputi

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

produk yang berupa fakta, konsep, hukum, prinsip dan teori, proses yang berupa

metode ilmiah serta sikap ilmiah. Sehingga dalam pengajaran Fisika harus

memperhatikan ketiga aspek tersebut. Sebagai contoh, pada pokok pembahasan

listrik dinamis terdapat fakta bahwa arus listrik dapat diukur dengan

menggunakan amperemeter. Prinsipnya adalah bahwa dalam mengukur kuat

arus, amperemeter harus dirangkai secara seri dengan komponen yang diukur.

Hukum yang berlaku pada pengukuran tersebut adalah hukum Ohm.

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelajaran

Fisika adalah memperoleh wawasan dan menguasai konsep-konsep Fisika dan

saling keterkaitannya dengan sikap ilmiah, kritis, dan obyektif. Berdasarkan

tujuan pelajaran Fisika di SMA tersebut diharapkan siswa mampu menggunakan

metode ilmiah baik mempelajari konsep dan saling keterkaitannya maupun

untuk masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya. Bentuk nyata penerapan

metode ilmiah pada tingkat SMA lebih kepada tujuan untuk melatih menjelaskan

proses ditemukannya suatu konsep bukan untuk menemukan suatu konsep

ataupun teori yang baru.

c. Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamis

Materi yang disampaikan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan

Listrik Dinamis.

1) Kuat Arus Listrik

Arus listrik adalah aliran muatan listrik. Pada abad ke-19,

sebelum elektron ditemukan, arah arus listrik ditetapkan sama dengan arah

muatan positif yang bergerak dari kutub positif ke kutub negatif baterai.

Arah arus ini disebut arah arus listrik konvensional. Pergerakan muatan ini

melalui bahan yang disebut konduktor. Arah aliran elektron-elektron

berlawanan dengan arah aliran muatan positif (gambar 2.4). Besar muatan

negatif yang mengalir ekivalen dengan besar muatan positif yang mengalir

dalam arah berlawanan.

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Permukaan

Gambar 2. 4 Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional

Arus listrik mengalir dari titik berpotensial tinggi ke titik

berpotensial rendah, sesuai dengan arah aliran muatan-muatan positif.

Makin besar muatan yang mengalir melalui suatu penampang kawat dalam

selang waktu ∆t, makin besar arus listriknya. Besaran yang menyatakan

kuantitas arus listrik disebut kuat arus listrik I, kuat arus listrik

didefinisikan sebagai besar muatan positif ∆q yang mengalir melalui

penampang kawat penghantar per satuan waktu ∆t.

t

qI

∆∆= (1)

Untuk arus searah, banyak muatan listrik yang mengalir melalui

penampang kawat adalah konstan, sehingga persamaan (1) dapat dituliskan

t

qI = (2)

di mana: I = kuat arus listrik (Ampere)

∆t = selang waktu (sekon)

∆q = banyaknya muatan yang mengalir (coulomb)

Gambar 2.5 Kuat Arus Listrik Sebagai Kelajuan Muatan yang Melewati Suatu Luasan Tertentu.

Dengan demikian, satuan arus listrik dalam SI adalah coulomb

per sekon (C/s) yang lebih dikenal dengan ampere (A), yang diambil dari

Arus konvensionalArus elektron

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

nama seorang fisikawan Perancis bernama Andre Marie Ampere. Besaran

kuat arus I dan waktu t termasuk besaran pokok sedangkan muatan q

adalah besaran turunan. Di samping arus listrik dikenal pula rapat arus,

yaitu besar kuat arus listrik tiap satuan luas penampang penghantar. Bila

kuat arus I dan luas penampang arus A, maka rapat arus J dapat

dituliskan sebagai:

A

IJ = (3)

Rapat arus J mempunyai satuan A/m2 atau C/sm2

2) Hukum Ohm

Sebelum membahas faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan

suatu penghantar terlebih dahulu akan dibahas hukum Ohm sebagai dasar

pembahasan hambatan. Tegangan V pada ujung-ujung sebuah hambatan

adalah sebanding dengan kuat arus I yang melalui hambatan R, pada suhu

tetap. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Ohm. Secara matematis

hukum Ohm dapat ditulis:

I ∝ V

Ω

ampere

volt

satu I

satu VSatu R 1

1

1 ===

V = I R

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Antara V dengan I.

Suatu penghantar yang terbuat dari kawat logam, misalnya kawat

tembaga, jika suhu dan sifat-sifat fisik lainya dijaga maka harga

hambatanya akan tetap.

V

θ 0 I

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hambatan

Besar hambatan suatu penghantar dipengaruhi oleh panjang L ,

luas penampang A, dan hambatan jenis ρ penghantar. Besar hambatan

suatu penghantar pada suhu tertentu sebanding dengan panjang hambatan

dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya:

A

LR∝

A

LρR = (4)

Keterangan : R = hambatan penghantar (Ω)

L = panjang penghantar (m)

A = luas penampang penghantar (m2)

ρ = hambat jenis penghantar (Ωm).

Untuk penghantar yang penampangnya berbentuk lingkaran, maka dapat

dicari luas penampangnya jika jari-jari atau diameternya diketahui, yaitu:

2rπA = atau 4

2πD

A = (5)

Besaran ρ adalah suatu tetapan yang disebut hambatan jenis kawat. ρ

merupakan sifat khas bahan kawat dan tidak tergantung ukuran atau

bentuk kawat. Artinya, untuk jenis bahan yang sama nilai ρ adalah tetap.

Karena R dalam Ω, dan L dalam m dan A dalam m2, maka satuan ρ adalah

Ωm.

Meskipun konduktivitas logam (bahan ohmik) tidak tergantung

pada potensial dan kuat arus, namun ada faktor lain yang

mempengaruhinya yaitu suhu. Umumnya resistansi jenis bahan berubah

jika suhu berubah. Dalam suatu batas perubahan suhu tertentu, perubahan

fraksi hambatan jenis (∆ρ/ρ0) sebanding dengan perubahan suhu (∆T):

α∆Tρ

∆ρ =0

(6)

dengan 0ρρ∆ρ −= (7)

0TT∆T −= (8)

dengan menggabungkan persamaan (6), (7) dan (8) akan diperoleh

persamaan sebagai berikut:

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

α∆T)(ρρt += 10 (9)

dengan adalah hambat jenis setelah suhu dinaikkan (Ωm), adalah

hambat jenis mula-mula (Ωm), adalah tetapan suhu(/°C) dan ∆T adalah

perubahan suhu (°C).

Identik dengan persamaan (9) di atas nilai hambatan penghantar logam

bertambah dengan naiknya suhu. Oleh karena hambatan suatu penghantar

bergantung pada hambat jenis yang merupakan fungsi linier dari suhu maka

hambatan penghantar juga merupakan fungsi linier dari suhu.

α∆T)(RRt += 10 (10)

dengan R0 adalah hambatan mula-mula (pada suhu T0), Rt adalah hambatan

pada suhu T, dan adalah koefisien suhu hambatan jenis. Jika

dibandingkan dua hambatan kawat pada suhu berbeda maka:

)Tα(T

)Tα(T

R

R

01

02

1

2

1

1

−+−+

= (11)

4) Hukum I Kirchhoff

Gustav Kirchoff, ahli fisika Jerman (1824-1887) berdasarkan

hasil eksperimennya menyatakan “Pada rangkaian listrik yang bercabang,

jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan jumlah

kuat arus yang keluar dari titik cabang itu”. (Marthen Kanginan, 2006:

284). Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum I Kirchoff. Dirumuskan:

keluarmasuk ΣIΣI = (12)

Gambar 2.7. Rangkaian Bercabang

Kuat arus dalam suatu rangkaian tak bercabang (rangkaian seri) di

mana-mana besarnya sama sebab tidak ada arus yang terbagi-bagi.

tρ 0ρ

α

α

Ikeluar Imasuk

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

5) Rangkaian Listrik secara Seri dan Paralel

a) Susunan Seri Hambatan Listrik

“Komponen-komponen listrik disusun secara seri jika komponen-

komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga kuat arus yang

melalui tiap-tiap hambatan sama besarnya”.

Gambar 2.8. (a) menunjukkan dua lampu pijar disusun seri, sedang

gambar rangkaian listriknya ditunjukkan pada gambar 2.8 (b). Kedua

hambatan seri R1 dan R2 diganti oleh sebuah hambatan pengganti seri

RS ditunjukkan pada gambar 2.8 (c).

Hambatan pengganti untuk hambatan listrik yang dirangkai secara seri

adalah sama dengan jumlah hambatan tiap-tiap komponen.

Dirumuskan:

(13)

Prinsip-prinsip yang berlaku pada susunan seri hambatan listrik

adalah:

(1) Susunan seri hambatan bertujuan memperbesar hambatan suatu

rangkaian.

(2) Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan

jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat.

VSeri = V1 + V2 + V3 +...... (14)

(3) Kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan sama, yaitu sama

dengan kuat arus yang melalui hambatan pengganti serinya

....3211

+ ++==∑=

RR RRRn

ii S

E

Rs a b

E

R

R

a

+

Baterai

(a)

Gambar 2.8. (a) Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri

(b) Rangkaian Pengganti Seri

(b)

b

(c)

+

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

I1 = I 2 = I 3 =…= ISeri (15)

(Marthen Kanginan, 2006: 284-285)

b) Susunan Paralel

Susunan paralel komponen-komponen listrik adalah

komponen yang dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada

tiap-tiap komponen sama besar, meskipun hambatan masing-masing

komponen tidak sama. Hubungan paralel komponen-komponen listrik

serta rangkaian penggantinya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.9. (a) Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Paralel

(b) Rangkaian Pengganti Paralel

Gambar 2.9. (a) menunjukkan dua buah lampu pijar disusun

paralel, sedang gambar rangkaian listriknya ditunjukkan pada gambar

2.9.(b). Susunan paralel kedua lampu ini dapat diganti dengan sebuah

hambatan pengganti paralel Rp, yang ditunjukkan pada gambar 2.9.(c).

Hambatan R1 dan R2 yang disusun secara paralel, hambatan

penggantinya dapat dihitung lebih cepat dengan persamaan khusus:

21

21

21

111

RR

RRR

RRR pp +

×=⇒+= (16)

Secara umum, untuk hambatan yang disusun paralel, kebalikan

hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah dari kebalikan tiap-tiap

hambatan :

(17) ...RRRRR

n

i iP

+++==∑= 3211

11111

+

Rpa b

E

a

E

R2

R1

+

b

Baterai (a)

(c) (b)

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Prinsip-prinsip yang berlaku pada susunan paralel hambatan

listrik adalah:

(1) Susunan paralel hambatan bertujuan memperkecil hambatan

suatu rangkaian.

(2) Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama

dengan tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti

paralelnya.

V1 = V2 = V3 =…= Vparalel (18)

(3) Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan

jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen.

Iparalel = I 1 + I 2 + I 3 +... (19)

(Marthen Kanginan, 2006: 286-287)

c) Susunan Gabungan Seri-Paralel

Hambatan dalam suatu rangkaian sering disusun gabungan

seri-paralel. Untuk menentukan hambatan penggantinya maka

digunakan prinsip-prinsip susunan seri dan paralel di atas.

6) Hubungan Seri dan Paralel untuk Sumber Tegangan

Dalam berbagai rangkaian listrik, sering dijumpai ada beberapa

sumber tegangan yang dirangkai seri ataupun paralel.

a) Sumber Tegangan Disusun Seri

Sumber tegangan yang dirangkai seri, ggl totalnya merupakan

jumlah ggl sumber tegangan yang dirangkai.

∑=++= EEEEE 321 (20)

+

E3,r3

R

E2,r2 +

E1,r1

+ Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Total hambatan dalam merupakan jumlah hambatan total

sumber tegangan

∑=++= rrrrr 321 (21)

Sehingga, kuat arus yang mengalir:

Rr

EI

+∑

∑= (22)

Keterangan : ΣE = sumber tegangan total

Σ r = hambatan dalam total

R = hambatan luar

I = kuat arus

b) Sumber Tegangan Disusun Paralel

Untuk sumber tegangan yang dirangkai paralel, hanya berlaku

untuk sumber yang mempunyai besar ggl sama (identik):

EEEE === 321 (23)

Ggl totalnya sama dengan ggl pada masing-masing sumber

tegangan. Sehingga kuat arus yang mengalir:

nRr

nEI

Rn

rE

I+

=+

= atau (24)

Keterangan n = jumlah sumber tegangan yang diparalel.

n

r= hambatan dalam penganti dari sumber.

R

+ E3,r3

+ E2,r2

+ E1,r1

Gambar 2.11. Rangkaian Paralel Sumber Tegangan

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Kerangka Berpikir

Dalam belajar, siswa menghadapi berbagai faktor internal maupun

eksternal sehingga mempengaruhi ketuntasan belajar. Faktor internal yang

memberikan kontribusi terhadap ketuntasan belajar siswa antara lain

kemampuan matematika. Setiap siswa berpotensi untuk mencapai ketuntasan

belajar, jika kepadanya diberi waktu yang cukup dan mutu pelayanan yang

sesuai. Mastery Learning merupakan salah satu usaha dalam pembaharuan

pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar

siswa agar siswa dapat mencapai tingkat ketuntasan.

Kemampuan awal merupakan penguasaan konsep awal yang relevan

dengan konsep yang akan dipelajari. Salah satu kemampuan awal yang dimiliki

siswa adalah kemampuan matematika. Dalam hal ini yang dimaksud

kemampuan matematika adalah nilai matematika semester I kelas X.

Kemampuan matematika siswa merupakan dasar bagi siswa untuk mengikuti

pelajaran Fisika. Kemampuan matematika yang dimiliki siswa diduga

mempengaruhi ketuntasan belajar siswa. Kemampuan matematika yang dimiliki

siswa sangat mempengaruhi siswa dalam mempelajari pelajaran Fisika.

Kemampuan matematika diperlukan dalam materi Fisika Listrik Dinamis,

misalnya dalam mengerjakan soal-soal yang memerlukan perhitungan matematis

ataupun cara penurunan rumus. Siswa yang mempunyai kemampuan matematika

tinggi sudah memiliki dasar yang lebih baik untuk menerima hal-hal baru yang

akan dipelajari dari pada siswa dengan kemampuan matematika rendah,

sehingga siswa yang mempunyai kemampuan matematika tinggi diharapkan

akan memperoleh nilai Fisika tinggi dan mencapai tingkat ketuntasan lebih

cepat dibandingkan siswa yang kemampuan matematikanya rendah.

Dari uraian di atas, siswa yang mempunyai kemampuan matematika

yang baik diharapkan memperoleh nilai Fisika yang baik sesuai kriteria

ketuntasan belajar Fisika. Kaitan antara kemampuan matematika terhadap

ketuntasan belajar digambarkan dalam paradigma seperti pada gambar 2.12.

sebagai berikut :

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Gambar 2.12 Paradigma Penelitian

Keterangan

: Garis Kontribusi

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ada kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada

sistem belajar mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran 2009/2010.

Kemampuan Matematika

Kemampuan Matematika

Kemampuan menghitung,

menelaah bentuk yang abstrak dan

menghubungkannya, menalar, memahami

persamaan serta menafsirkan data

yang digunakan dalam menyelesaikan

masalah.

Metode Demonstrasi

disertai Diskusi Mastery Learning

Ketuntasan Belajar Fisika

Nilai minimal / tingkat penguasaan minimal oleh siswa terhadap

materi pelajaran yang telah disampaikan

sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan.

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sambungmacan Tahun

Ajaran 2009/2010. Dasar penentuan lokasi ini dengan pertimbangan sebagai

berikut:

a. Dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti.

b. Memiliki sarana prasarana percobaan yang memadai.

c. Jumlah siswa relatif banyak sehingga memungkinkan dilaksanakan

pengajaran dengan metode demonstrasi disertai diskusi.

d. Tingkat kemampuan siswa yang heterogen.

e. Sebagai tempat try out (uji coba) dilakukan di SMA Negeri 3 Sragen.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap di tahun 2009/2010, yang

secara garis besarnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi: pengajuan judul, permohonan

pembimbing, pembuatan proposal, survei ke sekolah yang digunakan untuk

penelitian, permohonan ijin, menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari

Satuan Pengajaran, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan soal-soal

kognitif.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: semua kegiatan yang berlangsung di

lapangan antara lain: uji coba tes, pelaksanaan eksperimen dan pelaksanaan

tes.

c. Tahap Penyelesaian Penelitian

Tahap penyelesaian penelitian meliputi: analisis data dan penyusunan laporan

serta penggandaan.

45

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

B. Metode Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode eksperimen yang melibatkan satu

kelas. Untuk mengetahui kemampuan matematika siswa diperoleh dari nilai mata

pelajaran Matematika semester I dan kemudian diberi perlakuan. Pemberian

perlakuan berupa penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode

demonstrasi disertai diskusi yang dilengkapi kuis dan remidi. Setelah diberi

perlakuan, kelas tersebut diberi tes kognitif untuk mengukur ketuntasan belajar

siswa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri I

Sambungmacan dengan cacah 192 siswa yang terdiri dari 5 kelas. Secara acak,

diambil sampel satu kelas sebagai subyek penelitian, yaitu kelas X-5 di SMA

Negeri 1 Sambungmacan.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

a. Kemampuan Matematika Siswa

1) Definisi operasional: kemampuan matematika adalah kemampuan

menghitung, menelaah bentuk yang abstrak dan menghubungkannya,

menalar, memahami persamaan, serta menafsirkan data yang digunakan

dalam menyelesaikan masalah.

2) Indikator adalah nilai mata pelajaran Matematika semester I

3) Skala pengukuran: interval

2. Variabel Terikat

b. Ketuntasan Belajar Fisika

1) Definisi operasional: ketuntasan belajar Fisika adalah nilai minimal/tingkat

penguasaan minimal oleh siswa terhadap materi pelajaran yang telah

disampaikan sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan

2) Indikator adalah hasil tes kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik

Dinamis

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3) Skala pengukuran: interval

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Adapun

data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Teknik Dokumentasi

Data kemampuan matematika siswa diambil dari dokumen nilai

Matematika siswa semester I.

2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa yang

berupa kemampuan kognitif siswa setelah diberikan perlakuan. Tes kemampuan

kognitif disusun peneliti dengan perangkat tes obyektif.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa Satuan Pelajaran (SP), Rencana

Pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan perangkat tes pada pokok

bahasan Listrik Dinamis. Digunakan perangkat tes untuk mengetahui kemampuan

kognitif siswa, yang sebelumnya telah diujicobakan. Data hasil uji coba instrumen

tes dianalisis untuk mengetahui: validitas, daya pembeda, taraf kesukaran item

dan reliabilitas tes.

1. Validitas Item.

Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar

terhadap skor total. Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada

item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Untuk menguji validitas item soal,

digunakan teknik analisis butir soal dengan rumus korelasi point biserial sebagai

berikut :

q

P

S

MM

t

tppbis

−=γ

Keterangan :

γpbis : Koefisien korelasi biserial

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab benar dari item yang dicari

validitasnya.

Mt : Rerata skor total

St : Standart deviasi dari skor total.

p : Proporsi siswa yang menjawab benar.

q : Proporsi siswa yang menjawab salah; ( pq −= 1 )

dengan kriteria validitas adalah :

Jika rpbis ≥ rtable berarti item soal valid.

Jika rpbis < rtable berarti item soal tidak valid.

(Suharsimi Arikunto, 2002: 76-79)

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Suatu

instrumen memenuhi reliabilitas apabila instrumen tersebut digunakan berulang-

ulang pada subyek dengan kondisi yang sama akan memberikan hasil yang relatif

tidak mengalami perubahan. Untuk mengukur reliabilitas tes digunakan rumus

Kuder Richardson (KR-20):

r11 =

−∑2

2

1 S

pqS

n

n

Keterangan:

11r : Reliabilitas tes secara keseluruhan

p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

(q = 1 – p)

Σpq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : Banyaknya item

S : Standar deviasi (akar variansi) dari tes

(Suharsimi Arikunto, 2002: 100-101)

Kriteria realibilitas (r11) adalah:

0,00 < r11 < 0,20 : reliabilitasnya sangat rendah

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

0,20 < r11 < 0,40 : reliabilitasnya rendah

0,40 < r11 < 0,60 : reliabilitasnya cukup

0,60 < r11 < 0,80 : reliabilitasnya tinggi

0,80 < r11 < 1,00 : reliabilitasnya sangat tinggi

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus :

B

B

A

A

J

B

J

BD −=

= PA −PB

Keterangan:

D : Daya pembeda

J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = A

A

J

B : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB =B

B

J

B : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Suharsimi Arikunto, 2002: 211-213)

Penggolongan daya pembeda kelompok tes adalah :

0,00≤D<0,20 : soal mempunyai daya beda jelek.

0,20≤D<0,40 : soal mempunyai daya beda cukup.

0,40≤D<0,70 : soal mempunyai daya beda baik.

0,70≤D≤1,00 : soal mempunyai daya beda baik sekali.

D<0,00 atau D negatif : soal dikatakan tidak baik, jadi semua butir soal yang

mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

4. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut

indeks kesukaran. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam

bentuk proporsi yang besarnya 0,00 – 1,00. Untuk menguji tingkat kesukaran tiap-

tiap item digunakan rumus :

Keterangan:

P : Taraf kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Suharsimi Arikunto, 2002: 207-208)

Penggolongan derajat kesukaran soal tes sebagai berikut :

0,00 ≤ P < 0,30 : item soal dikategorikan sukar.

0,30 ≤ P < 0,70 : item soal dikategorikan sedang.

0,70 ≤ P ≤ 1,00 : item soal dikategorikan mudah.

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menjawab atau mengkaji kebenaran

hipotesis yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan

Teknik Analisis Regresi Linear Sederhana dan Teknik Statistik Korelasi. Sebelum

analisis regresi linier ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis

dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan.

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

menggunakan metode Liliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut :

P =

JS

B

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

1) Hipotesis

Ho: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Taraf Signifikansi : α = 0,05

3) Statistik Uji :

L = maks di mana :

F(Zi) : Probabilitas komulatif dari z = P(Z≤Zi); Z ~ N (0,1)

S(Zi) : Proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi

Zi : Skor standar; zi =S

xx i −

S : Standart Deviasi

4) Daerah Kritik

DK = nLLL ;α> dengan n ukuran sampel

5) Keputusan Uji

Ho ditolak jika L ∈ DK, atau Ho diterima jika L ∉ DK.

6) Menentukan Kriteria Pengujian

Ho diterima jika L< Ltabel pada α = 0,05; berarti sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal

(Budiyono, 2004 : 170)

b. Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

Uji linearitas regresi bertujuan untuk mengetahui apakah antara dua

variabel yang diteliti mempunyai hubungan yang searah atau linear, dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan persamaan regresi sederhana dengan rumus:

di mana,

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ – ∑

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

: Persamaan garis

: Intercept

: Slope

2) Pengujian linearitas dan keberartian regresi dengan rumus:

a) Menghitung jumlah kuadrat total JK (T) dengan rumus:

b) Menghitung jumlah kuadrat koefisien a, JK (a) dengan rumus:

JK ∑

c) Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a, JK (a/b) rumus:

/ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑

d) Menghitung jumlah kuadrat residu atau sisa, JK (S) rumus:

e) Menghitung jumlah kuadrat galat, JK (G) rumus:

f) Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok, JK (TC) rumus:

g) Menghitung derajat kebebasan galat dan kekeliruan, dk = n-k

h) Menghitung derajat kebebasan tuna cocok, dk = k-2

i) Menghitung derajat kebebasan residu, dk = n-2

j) Menghitung derajat kebebasan !" 1 dan !"/ 1

k) Mencari rerata jumlah kuadrat

$ !"

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

l) Mencari rerata jumlah kuadrat

$ / /!" /

m) Mencari rerata jumlah kuadrat

$%&' %&' !" %&'

n) Mencari rerata jumlah kuadrat

$ !"

o) Mencari rerata jumlah kuadrat

$ !"

3) Uji linearitas regresi

Uji linearitas regresi antara variabel X dan Y, menggunakan rumus linearitas,

sebagai berikut :

()*

Keterangan :

F : Harga bilangan F untuk uji linieritas regresi

S2TC : Rerata kuadrat tuna cocok

S2G : Rerata kuadrat galat

Kriteria uji:

Jika Fhitung < Ftabel (α = 0,05) maka linearitas diterima.

4) Uji keberartian regresi

%&+ %&+%&'

Keterangan :

Freg : Harga bilangan F untuk regresi

S2reg : Rerata kuadrat garis regresi

S2res : Rerata kuadrat garis residu

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Kriteria uji:

Jika Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka garis regresi linear berarti.

(Sudjana, 2001: 8-18)

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian, menggunakan Teknik Analisis

Regresi Linear Sederhana dan Teknik Statistik Korelasi, dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Menentukan persamaan regresi sederhana dengan rumus:

di mana,

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ – ∑

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

: Persamaan garis

: Intercept

: Slope

Tabel 3.1 Analisis Variansi Regresi Linear Sederhana

Sumber

Variansi Dk Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT) / (RJK) F

Total N ( (

Regresi (a)

Regresi (b/a)

Residu

1

1

n-2

%&+ , ∑

%&+-., ∑ ∑

%&' ( , -/,

%&+ , ∑

%&+ /

%&' %&' 2

%&+%&'

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tuna Cocok k-2 () %&' * () ()" 2

()*

Galat n-k * ∑ * * "

(Sudjana, 2001: 17-19)

3. Menghitung koefisien korelasi

Koefisien korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat hubungan antara

prediktor X dan kriterium Y dengan rumus dari Sudjana (2001: 47), sebagai

berikut :

0 ∑ ∑ ∑ 12 ∑ ∑ 32 ∑ ∑ 3

Keterangan:

r = Koefisien korelasi antara X dan Y

n = Jumlah subyek

∑ = Jumlah skor X

∑ = Jumlah skor Y

4. Menghitung koefisien determinasi

Koefisien determinasi ditentukan dalam rumus r2, hasilnya dinyatakan dengan

% yang menunjukan besarnya sumbangan kemampuan matematika (X)

terhadap ketuntasan belajar Fisika (Y).

(Sudjana, 2001: 55)

5. Menguji signifikan koefisien korelasi

Untuk mengetahui signifikansi korelasi antara kemampuan matematika (X)

dengan ketuntasan belajar Fisika (Y), digunakan rumus:

4 0 √ 2√1 0

Kriteria uji thitung > ttabel (α = 0,05) maka koefisien korelasi yang ditemukan

signifikan atau berarti (nyata) atau dapat digeneralisasikan.

(Sudjana, 2001: 61-63)

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sambungmacan dengan

menggunakan dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Sebagai variabel bebas adalah kemampuan matematika. Sedangkan variabel

terikatnya adalah ketuntasan belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Listrik

Dinamis.

Jumlah kelas yang digunakan adalah 1 kelas yaitu kelas X-5 yang terdiri

dari 36 siswa. Data yang diperoleh adalah hasil dokumentasi dari nilai mata

pelajaran Matematika semester I dan nilai hasil tes kognitif pada pokok bahasan

Listrik Dinamis setelah diberi perlakuan. Secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Matematika

Data kemampuan matematika diperoleh dari dokumentasi nilai

Matematika semester I. Deskripsi nilai kemampuan matematika siswa ditunjukkan

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Matematika Semester I

Variabel Mean Standar Deviasi

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rentang Nilai

Banyak Kelas

Panjang Kelas

X 73,750 6,124 60 86 26 6 5

Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi

kemampuan matematika siswa ditunjukkan pada tabel 4.2. dan tabel 4.3.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematika Siswa

No Interval Kelas Frekuensi

Mutlak Relatif (%) 1 60-64 2 5

2 65-69 6 17

3 70-74 12 33

4 75-79 10 28

56

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

5 80-84 5 14

6 85-89 1 3

X + 2 SD = 85,999

X + 1 SD = 79,874

X - 1 SD = 67,626

X - 2 SD = 61,501 Tabel 4.3. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Rentang Frekuensi

Mutlak Relatif (%) Harapan (%)

> X + 2SD ( >85,999) 1 3 3

X + 1SD s.d X + 2SD (79,874 – 85,999) 5 14 14

X s.d X + 1SD (73,750 – 79,874) 13 36 33

X - 1SD s.d X (67,626 – 73,750) 11 30 33

X - 2SD s.d X -1SD (61,501 – 67,626) 5 14 14

< X - 2SD ( < 61,501) 1 3 3

Gambar 4.1. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematika Siswa

Frekuensi Hasil Penelitian

Frekuensi Harapan

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2. Ketuntasan Belajar Fisika

Seperti telah ditulis pada bab II, siswa dapat memenuhi ketuntasan

belajar Fisika apabila telah mencapai nilai minimal belajar Fisika sebesar 60 yang

diperoleh dari tes kognitif yang diberikan kepada siswa. Deskripsi nilai

kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis

ditunjukkan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Variabel Mean Standar Deviasi

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rentang Nilai

Banyak Kelas

Panjang Kelas

Y 73,972 6,579 60 87 27 6 5

Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi kemampuan

kognitif siswa ditunjukkan tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa

No Interval Kelas Frekuensi

Mutlak Relatif (%)

1 60-64 2 5,5

2 65-69 7 19

3 70-74 10 28

4 75-79 9 25

5 80-84 6 17

6 85-89 2 5,5

X + 2 SD = 87,130

X + 1SD = 80,551

X - 1SD = 67,393

X - 2 SD = 60,814

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Rentang Frekuensi

Mutlak Relatif (%) Harapan (%)

> X + 2SD ( >87,130) 0 0 3

X + 1SD s.d X + 2SD (80,551– 87,130) 5 14 14

X s.d X + 1SD (73,972– 80,551) 12 33 33

X - 1SD s.d X (67,393– 73,972) 10 28 33

X - 2SD s.d X -1SD (60,814– 67,393) 8 22 14

< X - 2SD (<60,814) 1 3 3

Gambar 4.2. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Fisika

B. Hasil Analisis Data

1. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas serta

Uji Linearitas dan Keberartian Regresi.

a. Uji Normalitas

Dari hasil perhitungan uji normalitas dengan uji lilliefors, antara Lobs dan

Ltabel dibandingkan, jika Lobs < Ltabel maka sampel berasal dari populasi

Frekuensi Hasil Penelitian

Frekuensi Harapan

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lobs > Ltabel maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas diperoleh hasil sebagai

berikut :

1) Untuk variabel kemampuan matematika (X) menunjukkan harga statistik uji

Lobs = 0,062 dan harga kritik L0.05; 36 = 0,148. Karena Lobs tidak melebihi harga

Ltabel (L0.05; 36) maka dapat dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (Lampiran 21)

2) Untuk variabel ketuntasan belajar Fisika (Y) menunjukkan harga statistik uji

Lobs = 0,115 dan harga kritik L0.05; 36= 0,148. Karena Lobs tidak melebihi harga

Ltabel (L0.05; 36) maka dapat dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (Lampiran 22)

b. Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

1) Diagram Pencar

Hubungan dari masing-masing variabel bebas (X) dengan variabel terikat

(Y) dapat dilihat dari diagram pencar sebagai berikut :

Gambar 4.3. Diagram Pencar Antara X dan Y

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Persamaan dari regresi linear Y = 23,76 + 0,68X. Gambar grafik

menunjukkan adanya hubungan antara X dengan Y dengan arah regresi

positif dan berarti.

2) Uji linearitas regresi X terhadap Y

Dari hasil uji linearitas pada lampiran 26 yang telah dilakukan diperoleh

Fhitung sebesar 0.515. Fhitung dikonsultasikan pada Ftabel(17,17;0.05) dan diperoleh

nilai sebesar 2,29. Karena Fhitung < Ftabel(17,17; 0,05) = 0,515 < 2,29; berarti

antara variabel X dengan variabel Y mempunyai hubungan regresi yang

berbentuk linear.

3) Uji keberartian regresi

Dari hasil uji keberartian pada lampiran 26 yang telah dilakukan, diperoleh

Fhitung sebesar 22,823. Fhitung dikonsultasikan pada Ftabel (1,34;0,05) dan

diperoleh nilai sebesar 4,13. Karena Fhitung > Ftabel(1,34;0,05) = 22,823 > 4,13;

maka persamaan garis regresi linier X terhadap Y berarti.

2. Hasil Uji Hipotesis

Analisis regresi X terhadap Y tercantum pada lampiran dengan hasil

sebagai berikut :

a. Persamaan regresi linear sederhana X dan Y

Y = a + bX

Y = 23,762 + 0,681X

Tabel 4.7. Hasil Analisis Variansi Regresi Linear Sederhana Sumber

Variansi Dk

Jumlah Kuadrat

(JK)

Rerata Jumlah

Kuadrat (RJK) F

Ftabel

Total 36 198503 198503

Regresi (a)

Regresi (b/a)

Residu (S)

1

1

34

196988.028

608.485

906.487

196988,028

608,485

26,661

22,823 4,13

Tuna Cocok (TC)

Galat (G)

17

17

308,320

598,167

18,136

35,186

0,515

2,29

berarti

linear

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b. Koefisien korelasi sederhana

Dari hasil perhitungan pada lampiran 27, diperoleh hasil rhitung = 0,634. Artinya

ada korelasi atau hubungan positif yang tinggi antara kemampuan matematika

(X) terhadap ketuntasan belajar Fisika (Y).

c. Koefisien determinasi

Kontribusi kemampuan matematika (X) terhadap ketuntasan belajar Fisika (Y)

diperoleh sebesar = (0,634)2 x 100% = 40,165% = 40,2 %

d. Uji signifikan koefisien korelasi Sederhana

Dari hasil perhitungan pada lampiran 27, diperoleh hasil thitung = 4,779 dan

ttabel(0,05;36)= 1,69. Karena thitung > ttabel(0,05;36) = 4,779 >1,69; maka koefisien

korelasi antara kemampuan matematika (X) terhadap ketuntasan belajar Fisika

(Y) signifikan.

3. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis dan hasil interpretasi data dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Semua sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi

yang terdistribusi normal, sehingga semua kesimpulan yang berlaku bagi sampel

dapat digeneralisasikan pada populasi. Dari uji linearitas menunjukkan bahwa

variabel X dengan Y mempunyai hubungan regresi yang berbentuk linear.

Ho = r = 0 dan Ha = r ≠ 0 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima, ini berarti hipotesis yang menyatakan “Ada kontribusi

kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar

mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.

Persamaan regresi linear sederhana X terhadap Y adalah = 23,762 + 0,681X.

Dari persamaan regresi linear = 23,762 + 0,681X dapat diinterpretasikan bahwa

siswa yang memiliki kemampuan matematika sebesar 23,762 setiap kenaikan satu

unit kemampuan matematika meningkatkan ketuntasan belajar siswa sebesar

0,681.

Derajat hubungan antara kemampuan matematika dengan ketuntasan

belajar Fisika dapat diketahui dari besarnya harga koefisien korelasi yang

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dihasilkan sebesar 0,634, sedangkan untuk keberartian regresi sebesar Fhitung:

22,283. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kriterium ketuntasan belajar Fisika

dapat diprediksikan dari prediktor kemampuan matematika. Nilai positif

mempunyai arti bahwa variabel kemampuan matematika memberikan sumbangan

positif terhadap variabel ketuntasan belajar. Populasi siswa yang mempunyai

kemampuan matematika yang baik diharapkan memperoleh nilai Fisika yang baik

sesuai kriteria ketuntasan belajar Fisika.

Besarnya koefisien determinasi menunjukkan sumbangan atau kontribusi

kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika. Dalam penelitian ini

diperoleh koefisien determinasi sebesar 40,2%. Jadi, dari data statistik tersebut

dapat dilihat kemampuan matematika memberikan sumbangan yang cukup besar

terhadap ketuntasan belajar Fisika. Hal ini menunjukkan bahwa prediktor

kemampuan matematika dapat memprediksi ketuntasan belajar Fisika siswa

sebesar 40,2%, sedangkan sisanya sebesar 59,8% masih ada faktor lain yang tidak

bisa diabaikan dalam upaya mengatasi masalah ketuntasan belajar Fisika baik

secara internal ataupun eksternal, atau dengan kata lain 59,8% merupakan faktor-

faktor lain yang turut berperan dalam mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika

pada sistem belajar mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran

2009/2010.

2. Kemampuan matematika memberikan kontribusi sebesar 40,2% terhadap

ketuntasan belajar Fisika.

3. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa kemampuan menghitung,

menelaah bentuk yang abstrak dan menghubungkannya, menalar, memahami

persamaan serta menafsirkan data sangat diperlukan dalam menyelesaikan

masalah (soal-soal Fisika) sehingga dapat mewujudkan pencapaian nilai yang

maksimal.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa kemampuan

matematika berpengaruh terhadap ketuntasan belajar Fisika siswa. Siswa yang

mempunyai kemampuan matematika yang baik maka nilai Fisikanya juga baik.

2. Implikasi Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru bidang studi

Fisika bahwa mengetahui kemampuan matematika siswa sangat penting untuk

proses belajar mengajar. Dengan mengetahui kemampuan matematika siswa, guru

dapat menentukan langkah selanjutnya dalam proses belajar mengajar.

64

Page 83: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filekontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar fisika pada sistem belajar mengajar mastery learning siswa sma tahun ajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat disarankan sebagai berikut :

1. Kepada Siswa

Siswa hendaknya terus dapat berusaha meningkatkan kemampuan

matematika, misalnya: menghitung, menelaah soal bentuk yang abstrak dan

menghubungkannya, menalar, memahami persamaan serta menafsirkan data yang

digunakan dalam menyelesaikan masalah agar kesulitan belajar yang ditemui

segera dapat diatasi sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria

yang telah ditetapkan.

2. Kepada Guru

a. Sebelum proses belajar mengajar, sebaiknya guru mengetahui kemampuan

matematika siswa sehingga dapat menentukan proses belajar mengajar

selanjutnya.

b. Guru diharapkan mampu membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar

Fisika.

3. Kepada Orangtua

Orangtua diharapkan mampu membantu mengatasi masalah belajar

siswa di rumah.

4. Kepada Peneliti Lanjutan

a. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel-variabel

lain yang juga mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut.