fakultas keguruan dan ilmu pendidikan...

103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI SMAN 6 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : ENDAH SUHADATI K 6406026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vandung

Post on 20-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN

AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI

SMAN 6 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

ENDAH SUHADATI

K 6406026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN

AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI

SMAN 6 SURAKARTA

Oleh :

ENDAH SUHADATI

K 6406026

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Endah Suhadati. K 6406026. PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI SMAN 6 SURAKARTA.Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober, 2010.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X, (2) untuk mengetahui prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif tunggal terpancang. Tehnik pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara, analisis dokumen, observasi. Untuk menerapkan validitas data digunakan trianggulasi data. Tehnik analisis data yang digunakan adalah Analisis Isi (content analysis)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dengan indikator yang telah ditentukan pada silabus. Hal ini dibuktikan dengan materi yang disajikan pada kedua buku tersebut belum konsisten dengan silabus yang ada dan terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan konsep, misalnya: beberapa peta konsep tentang penggolongan hukum, peta konsep tentang susunan lembaga peradilan, materi pembelajaran pada buku teks yang lebih banyak dibandingkan dengan materi pembelajaran yang ada pada silabus ini menunjukkan bahwa buku tersebut belum sepenuhnya mencakup prinsip konsistensi. (2) Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional pada buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip kecukupan yaitu prinsip dimana materi yang harus diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan indikator-indikator yang terdapat pada pada silabus belum sepenuhnya terdapat pada buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga, perlu adanya pengurangan ataupun penambahan materi pada buku terbitan Ganeca maupun Erlangga.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAC

Endah Suhadati. K 6406026. THE CONSISTENCY AND SUFFICIENCY PRINCIPLE OF TEACHING MATERIAL OF LAW SYSTEM AND NATIONAL JUSTICE IN TEXTBOOKS AT THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI 6 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, Oktober, 2010.

The research is aimed (1) to know consistency principle of the law system and national justice material in the textbooks of Civic Education at the tenth grade and (2) to know the sufficiency principle of the law system and national justice material in the textbooks of Civic Education at the tenth grade.

The research used single stake qualitative method. The technique of collecting data was done by focus group discussion (FDG), interviews, document analysis, and observation. To implement the validity of data, it used data triangulation. The technique of analyzing data used was content analysis.

Based on the result of study, it can be concluded that (1) textbooks of Civic Education at the tenth grade published by Ganeca and Erlangga have not met the consistency principle with basic competence which has been determined in the syllabus. It is proven by the presented material in both textbooks have not consistent yet with the syllabus and there are some mistakes in writing concept, for example: some of concept mapping of law division, concept mapping of institution justice formation. Teaching material in the textbooks which is greater than the teaching material existing in the syllabus shows that the textbooks do not fully cover the consistency principle. (2) the material of law system and national justice in the textbooks of Civic Education at the tenth grade published by Ganeca and Erlangga have not met the sufficiency principle which means that teaching materials should de sufficient to help students master the basic competence in teaching learning process. It is proven by indicators that exists in syllabus have not existed in the textbooks of Civic Education at the tenth grade published by Ganeca and Erlangga.

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

"Books are not to believed but to be subjected to inquiry”

(William of Baskerville)

”Allah akan meninggikan kepada orang-orang yang beriman diantara kamu

dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”

(QS. Al Mujadalah: 11)

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

• Bapak dan Ibu tercinta yang telah

memberikan segalanya

• Adik-adik tersayang, Agung dan Tri

• Teman-teman PPKn angkatan 2006

• FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan

kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin

penelitian guna menyusun skripsi ini;

4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi;

5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan FKIP UNS memberikan ijin untuk menyusun skripsi;

6. Drs.Suyatno, M.Pd. Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi

ini;

7. Winarno,S.Pd.,M.Si. Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi

ini;

8. Muh. Hendri Nuryadi, S.Pd., Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan serta pengarahan;

9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian;

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

10. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 6 Surakarta yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini;

11. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;

12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, November 2010

Penulis

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. ii

PERSETUJUAN .............................................................................................. iii

PENGESAHAN ............................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

1. Prinsip Bahan Ajar Konsistensi dan Kecukupan ................ 7

a. Pengertian Bahan Ajar .................................................... 7

b. Jenis Bahan Ajar ............................................................. 8

c. Prinsip Pemilihan bahan Ajar ......................................... 10

d. Ukuran (Indikator) Prinsip Bahan Ajar Konsitensi dan

Kecukupan ...................................................................... 12

e. Teori Elaborasi dalam Mengorganisasikan

Materi Pembelajaran ....................................................... 15

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

f. Urutan Elaborasi Materi Pembelajaran ........................... 16

g. Langkah-Langkah Pengajaran yang Diorganisasi

Dengan Model Elaborasi ................................................. 17

h. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah 18

2. Bahan Ajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan ................ 20

a. Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah ........................... 20

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ............... 22

c. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan

Kewarganegaraan ............................................................ 26

d. Analisis Penyusunan Bahan Ajar ..................................... 27

3. Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional .................... 27

a. Tinjauan tentang Sistem Hukum ................................... 27

b. Tinjauan tentang Peradilan Nasional ............................. 36

B. Kerangka Berfikir..................................................................... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 44

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 45

C. Sumber Data ............................................................................. 46

D. Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47

F. Validitas Data ........................................................................... 50

G. Analisis Data ............................................................................ 51

H. Prosedur Penelitian................................................................... 52

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 54

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 61

C. Temuan Studi .......................................................................... 81

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 85

B. Implikasi ................................................................................... 85

C. Saran ........................................................................................ 86

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

LAMPIRAN ..................................................................................................... 91

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian .......................................................... 44

Tabel 2. Prinsip Kecukupan untuk Buku Ganeca ............................................ 62

Tabel 3. Prinsip Kecukupan pada Buku Erlangga ........................................... 66

Tabel 4. Prinsip Konsistensi pada Buku Ganeca ............................................. 69

Tabel 5. Prinsip Konsistensi pada buku Erlangga............................................ 72

Tabel 6. Silabus PKn Kelas X .......................................................................... 76

Tabel 7. Materi pada buku PKn Kelas X penerbit Ganeca karangan

Sujiyanto ............................................................................................ 77

Tabel 8. Materi Pembelajaran pada Silabus dan pada buku terbitan Erlangga 80

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar .......................................... 27

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 43

Gambar 3. Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta ........ 61

Gambar 4. Bagan Susunan/lembaga Peradilan yang ada di Indonesia ........... 79

Gambar 5. Bagan Susunan/lembaga Peradilan yang ada di Indonesia .......... 80

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Kelas X SMAN 6 Surakarta ..................................... 91

Lampiran 2 Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA

Kelas X Penerbit Ganeca ....................................................... 94

Lampiran 3 Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA

Kelas X Penerbit Erlangga ..................................................... 124

Lampiran 4 Instrumen Penilaian Buku Teks ............................................. 160

Lampiran 5 Deskripsi Penilaian Buku Teks Pelajaran .............................. 162

Lampiran 6 Hasil Penilaian Buku Teks ..................................................... 171

Lampiran 7 Trianggulasi Data ................................................................... 183

Lampiran 8 Hasil Wawancara ................................................................... 197

Lampiran 9 Hasil Analisis Buku Teks ....................................................... 206

Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan

FKIP UNS .............................................................................. 212

Lampiran 11 Surat Keputusan Ijin Penulisan Skripsi Dari Dekan FKIP

UNS ........................................................................................ 213

Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Rektor UNS ........ 215

Lampiran 13 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMA

Negeri 6 Surakarta.................................................................. 216

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak bangsa Indonesia lahir hingga era reformasi ini, seluruh bangsa

Indonesia telah menyadari pentingnya peran pendidikan dalam mengembangkan

potensi manusia hingga optimal untuk menjadikannya insan pembangunan yang

berkualitas.

Insan pembangunan yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan

dan negara Indonesia telah menyediakan tempat-tempat pembelajaran bagi siswa

sekolah dasar hingga ke sekolah yang berjenjang lebih tinggi untuk memperoleh

pendidikan.

Menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Menurut WS Winkel (1991: 6):

Pendidikan adalah pantauan yang diberikan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai perubahan-perubahan prinsip dalam diri anak yang sedang menuju pada taraf kedewasaan. Dengan pendidikan maka akan menjadikan peserta didik manusia dewasa yang mampu menjadi seorang individu yang benar-benar berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendapat lain diungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:

3) yaitu “Education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect

changes in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups or communities”.

Artinya bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan

untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, dan sikap dari

individu, kelompok atau komunitas.

Produk yang dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan

yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang

akan datang. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin

dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan

dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam

kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran

dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan.

Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam

penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan

mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan

pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Selain itu tenaga kependidikan harus

mempunyai kompetensi yang harus wajib ada. Hal ini terdapat pada pasal 10 ayat

(1) Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan

bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”. Di dalam isi pasal

tersebut dapat dimaknai bahwa pendidik atau tenaga kependidikan sebagai

komponen yang penting dalam pembelajaran harus memiliki empat kompetensi

tersebut. Kompetensi profesional merupakan kemampuan seorang tenaga pendidik

dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam standar Standar Nasional Pendidikan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang erat

hubungannya dengan materi pembelajaran. Maka dari itu muncullah sebuah

tuntutan kepada pendidik untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu sesuai

dengan bidang yang mereka tekuni agar tercapai sebuah keprofesionalan.

Pencapaian keprofesionalan tersebut perlu dipahami adanya standar

kompetensi guru. Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan

atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku

layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,

kualifikasi dan jenjang pendidikan.

Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen

kompetensi, yaitu:

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pertama, komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yanng mencakup: 1. penyusuan perencanaan pembelajaran, 2. pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3. penilaian prestasi belajar pesrta didik, 4. pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensi pengembangan potensi yang diorientasikan pada pengembangan profesi. Ketiga, komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencakup: 1. pemahaman wawasan kependidikan, 2. penguasaan bahan kajian akademik. (Depdiknas dalam Abdul Majid 2008: 6)

Berkembangnya keilmuan juga harus diikuti oleh perkembangan materi

yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Adjat Sudrajat (2009: http: //natalegawa.

com) menyatakan bahwa, ”Perkembangan materi atau bahan ajar harus

memperhatikan tuntutan kurikulum’’. Artinya bahan belajar yang akan kita

kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikulum tingkat satuan

pendidikan, standar kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun

bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan

sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru

dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri.

Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi

sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan

ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer

adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun

memperdalam isi kurikulum.

Abdullah Idi (2007: 198) menyatakan bahwa: "Beberapa penulis

berpendapat bahwa isi yang diseleksi harus memberikan orientasi yang paling

berguna bagi dunia disekeliling kita. Dengan kata lain, isi tersebut harus

konsisten dengan realitas sosial’’.

Masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar pada

materi sistem hukum dan peradilan nasional adalah guru memberikan bahan ajar

atau materi pembelajaran tersebut terkadang terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu

mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi

bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.

Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti

tahun ganti buku.

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Melihat pada kenyataan yang ada, bahwa masih adanya materi yang tidak

sesuai dengan prinsip-prinsip bahan ajar di SMA Negeri 6 Surakarta ternyata

didukung oleh beberapa penemuan studi di SMA dan SMP. Hal ini ditunjukkan

pada hasil skripsi oleh Susilo Tri Widodo (2007: 115) memberikan beberapa

kesimpulan dari hasil penelitiannya tentang analisis materi kewarganegaraan di

SMA yang menyatakan bahwa “Materi kewarganegaraan yang ada di SMA

Negeri 8 Surakarta untuk standar kompetensi Bangsa dan Negara dan Nilai,

Norma, dan hukum belum sepenuhnya memenuhi prinsip relevansi, ketepatan dan

konsistensi”.

Selain temuan di atas, hal ini ditunjukkan juga pada hasil skripsi oleh

Wahyudi (2008: 101) memberikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya

tentang analisis materi kewarganegaraan di SMP yang menyatakan bahwa :

Faktor yang mempengaruhi relevansi materi kewarganegaraan di SMP N 16 Surakarta untuk standar kompetensi Norma dalam Masyarakat dan Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama ada beberapa yang mempengaruhinya, yakni kurikulum yang ada di sekolah dan kemampuan guru dalam penyampaian materi pembelajaran.

Dengan adanya temuan mengenai studi analisis materi Kewarganegaraan

yang lebih memfokuskan prinsip relevansi sehingga dimungkinkan sudah

banyaknya buku yang telah relevan. Kemudian didukung pernyataan yang harus

mementingkan prinsip konsistensi maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berkenaan dengan materi Kewarganegaraan khususnya pada

materi sistem hukum dan peradilan nasional dengan prinsip bahan ajar konsistensi

dan kecukupan pada buku teks kelas X yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini peneliti

mengajukan beberapa perumusan masalah, dengan harapan agar lebih

memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun beberapa perumusan

masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan

nasional di dalam buku teks Pendidikan kewarganegaraan kelas X?

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Bagaimana prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan

nasional di dalam buku teks Pendidikan kewarganegaraan kelas X

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah jawaban terhadap permasalahan yang dikaji

dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan

peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.

2. Untuk mengetahui prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan

peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, dapat diambil manfaat baik secara teoritis maupun

praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan perbaikan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di

dalam buku teks pendidikan kewarganegaraan kelas X.

b. Memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu yang bersangkutan dalam upaya

mengembangkan prinsip bahan ajar konsistensi dan kecukupan pada buku

teks pendidikan kewarganegaraan kelas X.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

1) Untuk menambah pengetahuan dan memperdalam kajian terhadap materi-

materi kewarganegaraan sehingga di dalam penyampaian materi nantinya

tidak terdapat perluasan materi.

2) Hasil penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi Pendidikan

Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan.

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Bagi Pendidik

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu bagi

pendidik yang mengampu mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

dalam perbaikan materi yang diajarkan.

2) Hasil penelitian ini digunakan sebagai evaluasi bagi guru atau pendidik

terhadap perbaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa-siswinya.

c. Bagi Pembaca

1) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang

akan mengadakan penelitian lebih lanjut terutama yang berhubungan

studi analisis materi kewarganegaraan di Sekolah

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk kajian

tentang analisis materi kewarganegaraan.

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prinsip Bahan Ajar Konsistensi dan Kecukupan

a. Pengertian Bahan Ajar

Menurut National Center for Vocational Education Research

Ltd/National Center for Competency Based Training menyatakan bahwa:

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.( Abdul Majid, 2008: 174).

Menurut Kemp dalam Abdul Gafur (1982: 86) menjelaskan bahwa

bahan ajar adalah ”Materi pelajaran dalam hubungannya dengan proses

penyusunan disain instruksioanal merupakan gabungan antara pengetahuan

(fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah,

prosedur, keadaan dan syarat-syarat) dan faktor sikap”.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 132) menyatakan bahwa:

Bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri. Isi kurikulum senantiasa mengacu ke usaha pencapaian tujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang studi. Bahan pengajaran itu sendiri adalah sebagai rincian dari pada pokok-pokok bahasan dan subpokok-subpokok bahasan dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) atau kurikulum bidang studi bersangkutan.

Menurut Sulikin (2009: http ://blog.unnes.ac.id) menyatakan bahwa:

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Sejalan dengan berbagai aspek standar kompetensi, materi

pembelajaran dalam bahan ajar juga dapat dibedakan menjadi jenis materi

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Pendapat lain diungkapkan oleh Reigeluht (dalam Degeng 1987:

295) nenyatakan bahwa ”Materi pembelajaran aspek kognitif secara

terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan

prosedur”. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama

tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen

suatu benda, dan lain sebagainya. Materi jenis konsep berupa pengertian,

definisi, hakekat inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat,

adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah

mengerjakan sesuatu secara urut.

Menurut Bloom, dkk (dalam Aunurrahman, 2009: 49) ”Materi

pembelajaran aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: 1)

pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5) sintesis, 6)

evaluasi”, sedangkan menurut Krathwohl dan Bloom dkk (dalam

Aunurrahman, 2009: 51) menyatakan bahwa ”Materi pembelajaran aspek

afektif terdiri dari lima jenis perilaku, yaitu: 1) penerimaan, 2) partisipasi, 3)

penilaian dan penentuan sikap, 4) organisasi, 5) pembentukan pola hidup”.

Menurut Simpson (dalam Aunurrahman , 2009: 53) menyatakan

bahwa ”Materi pembelajaran aspek psikomotorik terdiri dari tujuh jenis

perilaku, yaitu: 1) persepsi, 2) kesiapan, 3) gerakan terbimbing, 4) gerakan

terbiasa, 5) gerakan komplek, 6) penyesuaian, 7) kreativitas”.

Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga

secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan

terpadu. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan

bagian yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati

kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan

dengan ketercapaian tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan

belajar mengajar.

a. Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian yang paling penting dalam proses

belajar mengajar, selain bahan ajar terdapat juga media pembelajaran yang

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dapat dijadikan sebagai penentu keberhasilan belajar mengajar. Hal ini

dipertegas dengan pendapat Basuki Wibawa (2001: 12) menyatakan bahwa:

Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

Menurut pendapat Sadiman,dkk (1996: 19) menyatakan bahwa,

”media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem

instruksional dan macam-macam pengelompokan media terdiri dari media

grafis, media audio dan media proyeksi diam”.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa media atau bahan sebagai

sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping

pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat

lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya

disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau

perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat

menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.Macam-macam

pengelompokan media:

1. Media grafis, antara lain: gambar / foto, sketsa, diagram, bagan / chart,

grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel / flanel board, papan

buletin / bulletin board.

2. Media Audio, antara lain: radio, alat perekam pita magnetic,

laboratorium bahasa.

3. Media proyeksi diam, antara lain: film bingkai (slide), film rangkaian

(film strip), overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope,

microprojection dengan mikrofilm.

Menurut Abdul Majid (2008: 174) bentuk bahan ajar paling tidak

dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: “bahan cetak, bahan ajar dengar,

bahan ajar pandang dengar dan bahan ajar interaktif”.

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja

siswa, brosur, leafleat, wallchart, foto/gambar, model/maket.

2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan, hitam, dan

compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material ) seperti compact

disk interaktif.

b. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Perumusan pemilihan bahan ajar diwujudkan dalam bentuk standar

kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi

standar materi atau standar isi dan standar pencapaian. Standar materi

berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus

dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan

yang harus ditampilkan siswa. Setelah pokok-pokok materi pembelajaran

ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran

dapat berisikan butir-butir materi penting yang harus dipelajari siswa atau

dalam bentuk. Urutan perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut.

Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih

setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya .

Menurut Aunurrahman (2009: 79) prinsip pemilihan bahan ajar,

yaitu: ”Prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajarn hendaknya

relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang

diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi

pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2) Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa adalah mendeskripsikan pengertian, menganalisis peranan,

menunjukkan sikap, menganalisis upaya, maka materi yang harus

diajarkan sesuai dengan kompetensi dasar tersebut.

3) Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang

diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu

banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan

membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya.

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan

harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-

benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mimin Haryati (2007:

9) bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok

dan uraian materi pokok antara lain :

1) Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

2) Prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi.

3) Prinsip adekuasi, yaitu adanya kecakupan materi ajar yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan.

Uraian diatas dapat peneliti simpulkan selain memperhatikan jenis

materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip relevansi, prinsip

konsistensi, dan prinsip kecukupan yang perlu digunakan dalam menentukan

cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman

materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak

materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,

sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep

yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Adanya temuan yang mengkaji mengenai prinsip relevansi sehingga

dimungkinkan telah dihasilkan buku yang relevan. Maka juga perlu diadakan

pengkajian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan pada bahan

ajar agar dapat menghasilkan materi ajar yang sesuai dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar.

Mengkaji bahan ajar yang sesuai dengan prinsip konsistensi dan

prinsip kecukupan perlu digunakan sebuah teori Elaborasi dalam

mengorganisasikan materi pembelajaran, karena teori ini mengatur

pembelajaran dengan suatu cara untuk memudahkan pengendalian siswa serta

dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih nyata dan

bermakna.

c. Ukuran (Indikator) Prinsip Bahan Ajar Konsistensi Dan Kecukupan

Mengukur prinsip bahan ajar, baik konsistensi maupun prinsip

kecukupan terdapat indikator-indikator yang berpatokan pada Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Ukuran (indikator) prinsip bahan ajar

konsistensi adalah:

1) Cakupan materi, memuat sebagai berikut:

(a) Kelengkapan ruang lingkup materi (memuat pengetahuan, sikap, dan

keterampilan civic)

(b) Keluasan materi

(c) Kedalaman materi

(d) Relevansi/keterkaitan dengan nilai-nilai pancasila

(e) Mengembangkan wawasan global

(f) Mengembangkan wawasan demokrasi

(g) Mengembangkan wawasan kebhinnekaan

(h) Mendorong pengembangan pengetahuan kewarganegaraan

(i) Mendorong pengembangan kecakapan kewarganegaraan

(j) Mendorong pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan

(k) Menyadarkan pentingnya hak asasi manusia (HAM)

(l) Menyadarkan pentingnya kepastian dalam hokum (rule of law)

(m)Mengembangkan budaya politik

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(n) Menyadarkan pentingnya sikap positif terhadap konstitusi Negara.

2) Keakuratan materi, terdiri dari:

(a) Kebenaran fakta

(b) Kebenaran konsep

(c) Kebenaran teori

(d) Kebenaran hokum/prinsip

(e) Kebenaran prosedur

(f) Ketepatan nilai

Sedangkan ukuran (indikator) prinsip bahan ajar kecukupan adalah:

1) Teknik Penyajian, meliputi:

(a) Sistematika sajian tiap bab utuh/lengkap

(b) Kelogisan sajian materi

(c) Keruntutan sajian konsep

(d) Keseimbangan sajian materi (subtansi) antar bab dan antar subbab

2) Penyajian pesan pembelajaran, meliputi:

(a) Menggunakan alat pemusat perhatian

(b) Menerapkan prinsip perulangan repetisi

(c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik

(d) Berpusat pada peserta didik

(e) Merangsang berfikir kritis, kreatif, dan inovatif

(f) Penyajian bersifat komunikatif dan interaktif

(g) Sajian atau pembahasan tidak bias gender

(h) Membatasi materi yang tidak relevan

Pada uraian diatas dapat dilihat bahwa penentuan kategori prinsip

kecukupan dan prinsip konsistensi terdiri dari beberapa indikator, dimana pada

setiap indikatornya guru dan ahli harus menilai berdasarkan sudut pandang

mereka apakah buku teks yang mereka nilai sangat sesuai atau sesuai atau cukup

sesuai atau kurang sesuai dengan ukran yang diharapkan.

Sangat sesuai diberikan nilai 4, berarti indikator yang di harapkan benar-

benar ada dan teraplikasi dengan baik pada buku paket tersebut.

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Sesuai diberikan nilai 3, berarti indikator yang diharapkan ada meskipun

tidak sangat sesuai.

Cukup sesuai diberikan nilai 2, berarti indikator yang diharapkan masih

ada yang kurang, sehingga cenderung satu indikator menutupi indikator yang lain.

Kurang sesuai diberikan nilai 1, berarti indikator yang diharapkan pada

masih banyak yang belum tercapai dengan kata lain buku teks tersebut hanya

menerangkan kulit luarnya saja tanpa ada pendalaman dan penguasaan seluruh

materi yang diajarkan.

Prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar pada materi sistem

hukum dan peradilan nasional di dalam instrument penilaian Badan Standar

Penilaian Nasional merupakan penilaian tahap ke II dengan kategori penilaian

sebagai berikut:

1) Lolos. Buku teks pelajaran dinyatakan lolos penilaian seleksi tahap ke II

berdasarkan profil hasil penilaian dari seluruh empat komponen penilaian

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor komposit minimal

2,75 pada setiap subkomponen.

b) Komponen kebahasan, penyajian, dan kegrafikan, mempunyai rata-

rata skor komposit lebih besar dari 2,50 pada setiap sub komponen.

2) Lolos dengan perbaikan. Buku teks pelajaran dinyatakan lolos dengan

perbaikan, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: komponen

kebahasan, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor

komposit kurang dari atau sama dengan 2,50 dengan presentase kurang

dari 30% pada setiap sub komponen.

3) Tidak Lolos. Buku teks pelajaran dinyatakan tidak lolos apabila

subkomponen mempunyai rata-rata skor 1 dari salah satu penilai pada

semua komponen.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penarikan kategori berasal dari

rata-rata tiap indikator, sehingga penentuan lolos, lolos dengan perbaikan ataupun

tidak lolos adalah berdasarkan hasil rata-rata yang didapat, yang tidak lain disusun

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dari penilaian guru dan ahli terhadap tiap indikator berdasarkan sudut pandang

mereka dari ukuran-ukuran buku paket tersebut.

d. Teori Elaborasi dalam Mengorganisasikan Materi Pembelajaran

Teori elaborasi berkaitan dengan cara mengorganisasikan

pembelajaran pada tingkat struktur isinya, yang berkaitan dengan cara

memilih, menata dan menunjukkan saling hubungan materi pembelajaran.

Menurut Degeng (1988: 296) menyatakan bahwa :

Teori elaborasi mendeskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum-ke-rinci. Urutan umum-ke-rinci dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari), kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.

Menurut Reigeluth dan Stein (dalam Degeng, 1988: 296) ada 7

komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi adalah sebagai

berikut: ”1) urutan elaboratif, 2) urutan prasyarat belajar, 3) rangkuman, 4)

sintesis, 5) analogi, 6) pengaktif strategi kognitif, 7) kontrol belajar”.

Menurut E. Mulyasa (2007: 150) ”Tujuan teori elaborasi adalah

untuk mengintegrasikan pengetahuan baru tentang pembelajaran dan

componen display theory (CDT), teori ini hanya berhubungan dengan domain

kognitif , tetapi telah mencakup banyak komponen strategi motivasi”. Teori

elaborasi mengatur pembelajaran dengan suatu cara untuk memudahkan

pengendalian mahapeserta didik, tetapi pada tingkat makro hal ini berarti

pengendalian terhadap pemilihan dan pengurutan sebagaimana sistesis dan

reviu. Urutan dari sederhana ke kompleks memungkinkan mahapeserta didik

membuat keputusan mengenai gagasan-gagasannya.

Teori elaborasi dapat digunakan untuk mengorganisasikan

pembelajaran mulai dari yang berisi satu materi standar sampai kepada

serangkaian kompetensi dalam kurikulum. Karena kekuatan teori ini pada

penyususnan dan penataan materi pembelajaran, maka makin banyak bagian-

bagian materi pembelajaran yang dapat diorganisasikan akan memberikan

pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih nyata dan bermakna.

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

e. Urutan Elaborasi Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi pelajaran yang

harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar yang akan

dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan

indikator pencapaian belajar. Materi pembelajaran atau pokok-pokok materi

tersebut perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan

kegiatan pembelajaran.

M. Joko Susilo (2006:123) menyatakan bahwa:

Yang harus diperhatikan dalam merinci atau menguraikan materi pelajaran adalah menentukan jenis materi pembelajaran. Terdapat dua jenis klasifikasi materi pembelajaran. Pertama, klasifikasi materi pelajaran menjadi pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, yang berisi informasi, konsep, generalisasi, fakta dan lain sebagainya. Kedua, klasifikasi materi pelajaran yang dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.”

Menurut E. Mulyasa (2007: 153) menyatakan bahwa: ”Pada

pokoknya teori elaborasi memiliki tiga macam urutan penataan pembelajaran,

berdasarkan konsep, prinsip, dan prosedur”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, penataan

elaborasi berdasarkan konsep, hal ini dilakukan bila materi pokok

pembelajaran ditujukan untuk mengetahui konsep-konsep dari pembelajaran

yang diberikan. Langkah pertama adalah memilih semua konsep yang akan

diajarkan, kemudian merancang urutan materi berdasarkan konsep yang paling

umum, paling mudah dan paling dikenal oleh peserta didik, yang selanjutnya

dikenal sebagai epitome. Tahapan elaborasi menjabarkan konsep-konsep lain

yang lebih rinci dan bermakna. Kedua, penataan elaborasi berdasarkan prinsip,

jika tujuan utama pembelajaran untuk mengetahui prinsip-prinsip, maka

patokan urutan elaborasi menggunakan acuan prinsip-prinsip yang akan

diajarkan. Setelah semua prinsip dipelajari dan dipilih sesuai dengan tujuan

pembelajaran, ditetapkan prinsip-prinsip yang paling penting sebagai epitome.

Selanjutnya elaborasi menguraikan lebih rinci prinsip-prinsip lain sesuai

aturan yang disyaratkan. Ketiga, penataan elaborasi berdasarkan prosedur,

penataan ini dilakukan bila tujuan utama pembelajaran ingin memahami

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

prosedur-prosedur. Hal ini dipilih dari semua prosedur yang akan diajarkan,

yang paling dekat dengan kompetensi dasar, paling umum dan paling

sederhana, sebagai epitome. Selanjutnya elaborasi dilakukan berdasarkan

upaya menjabarkan prosedur-prosedur lain secara lebih rinci.

Seperti telah dikemukakan, umumnya materi pembelajaran terdiri

dari gabungan konsep, prinsip, dan prosedur, bahkan juga seperangkat fakta.

Pada pelaksanaan elaborasi, bergantung pada materi yang paling dominan,

penataan urutan yang didasarkan pada hanya satu diantara tiga materi

pembelajaran tersebut. Dengan demikian, materi pembelajaran lain menjadi

struktur pendukung dan melengkapi pokok penetaan yang dikembangkan.

Materi pembelajaran pendukung harus diletakkan sedekat mungkin

dengan materi pembelajaran pokok yang menjadi patokan dalam penataan.

Misalnya, jika pada elaborasi berdasarkan prosedur yang diperlukan materi

pembelajaran konsep dan prinsip, maka konsep dan prinsip disajikan pada

tahapan elaborasi prosedur tersebut.

f. Langkah-Langkah Pengajaran Yang Diorganisasi Dengan Model

Elaborasi

Menurut I Nyoman Sudana Degeng (1988: 307) ”Terdapat 7 langkah

pengajaran yang diorganisasi dengan model elaborasi”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Penyajian kerangka isi. Pengajaran dimulai dengan menyajikan kerangka

isi: struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang

studi

2) Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi

tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang

terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan

pensistesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja

diajarkan (pensisntesis sederhana)

3) Pemberian rangkuman dan sistesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap

pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensitesis eksternal.

Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

konstruk yang diajarkan dalam elaborasi dan pensitesis eksternal

menunjukkan, a) hubungan-hubungan penting yang ada antar bagian yang

telah dielaborasi, b) hubungan antara bagian-bagian yang telah

dielaborasi dengan kerangka isi.

4) Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan

diintegrasikan dengan kerangka isi, pengajaran diteruskan ke elaborasi

tahap kedua yang mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama

dengan maksud membawa si belajar pada tingkat kedalaman sebgaimana

ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Seperti halnya dalam elaborasi tahap

pertama, setiap elaborasi tahap kedua disertai rangkuman dan pensitesis

internal.

5) Pemberian rangkuman dan sistesis ekternal. Pada akhir elaborasi tahap

kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada elaborasi

tahap pertama.

6) Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan dan

diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang

kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan

tingkat kedalaman yang diterapkan oleh tujuan pengajaran.

7) Pada tahap akhir pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk

mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.

g. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah

Buku teks pelajaran sebagai sumber informasi seyogjanya memiliki

kualitas yang baik, yang memenuhi kriteria standar tertentu. Seperti yang

ditegaskan dalam Peraturan Menteri Nomor 11 Pasal 3 ayat (1) yang

menyatakan bahwa “Buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang

digunakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah dipilih dari buku-buku

teks pelajaran yang telah ditetapkan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi

penilaian kelayakan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)”.

Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan bagi sebuah buku yang

dapat memenuhi syarat untuk terjadinya proses berpikir dan belajar mandiri

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menurut BSNP (2009: http://www.bsnp-indonesia.org) yakni “Strategi

pengolahan informasi, tingkat perkembangan psikologi peserta didik, dan

proses belajar aktif”.

Hal tersebut dapat dijelaskana sebagai berikut:

1) Strategi pengolahan informasi

Sebuah buku yang baik harus mampu membangkitkan minat dan perhatian

anak (atensi) untuk membaca teks bacaan. Hal ini diperlukan agar

informasi mampu diserap sebagai rangsangan. Namun segala sesuatu yang

diserap ini baru bisa berarti (meaningful) dan diingat bila informasi

(tulisan) diolah dalam ingatan jangka panjang, misalnya dikategorisasikan,

diberi makna, dan bisa dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki

sebelumnya (prior knowledge). Informasi yang disimpan dengan organisasi

yang baik akan membentuk jaringan pengetahuan yang saling terjalin, tidak

sekedar merupakan ingatan asosiatif belaka. Berarti sebuah buku harus

tampil dalam“wajah” yang keterbacaannya tinggi, menarik minat dan

memikat. Selain itu isi bahasannya harus dapat mengoptimalkan tingkat

berolah pikir peserta didik, misalnya dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, pemecahan masalah, pemberian contoh-contoh konkret,

eksperimen, dan penelusuran proses dari pengalamannya.

2) Tingkat Perkembangan Psikososial Peserta Didik

Kesanggupan untuk menerima dan mengolah informasi secara optimal

dipengaruhi oleh tingkat perkembangan psikososial seseorang. Artinya

penyajian yang baik, bahasa yang baik (readable) saja belum menjamin

materi yang disajikan dapat mengoptimalkan proses belajar. Untuk itu,

diperlukan kesadaran tentang pentingnya ciri-ciri kematangan kognitif dan

sosial emosional pembaca yang akan menjadi sasaran buku pembelajaran.

Misalnya, kemampuan kebahasaan seseorang,keakraban bahasan, tingkat

kesulitan konsep yang di bahas, menghargai keberagaman, dan kesesuaian

konteks.

3) Proses Belajar Aktif Belajar secara bermakna akan mudah terjadi apabila

peserta didik terlibat aktif dalam proses belajar secara terus menerus.

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Melalui keterlibatan tersebut dapat terjalin komunikasi interaktif yang

diperlukan bagi terpeliharanya suasana belajar, dan diperolehnya umpan

balik yang diperlukan untuk memacu pembelajaran yang berkelanjutan.

Melalui perolehan umpan balik, khususnya yang positif, akan menimbulkan

rasa puas yang berfungsi sebagai rewards bagi diri peserta didik, yang pada

akhirnya akan membangkitkan motivasi dari dalam diri sendiri untuk

menyukai belajar (internal motivation). Dengan demikian, penyajian

sebuah buku hendaknya memuat contoh-contoh yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari, yang merangsang peserta didik untuk

mencoba/mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya, agar peserta

didik memiliki peluang untuk menjadi kreatif dan inovatif. Melalui

penyajian seperti tersebut di atas, lebih lanjut pada diri peserta didik dapat

terbentuk transfer of learning, dari segala sesuatu yang dipelajari dari buku

ke dalam kehidupan nyata sehari-hari.

2. Bahan Ajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah

Dalam mengembangkan bahan ajar harus memiilih jenis materi yang

sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Jumlah atau ruang

lingkup yang cukup memadai harus diperhatikan sehingga mempermudah

siswa dalam mencapai standar kompetensi.

Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi

yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi

apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan

lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi

yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara

mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah

berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi

jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya.

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi

pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan

pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui

apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur,

aspek sikap, atau psikomotorik. Menurut Abdul Gafur (1982: 87) ”Terdapat 6

pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat

nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya”

maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah”fakta”. Contoh:

Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ

tubuh manusia.

2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan

untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,

mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai

dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang

diajarkan adalah ”konsep”. Contoh:Seorang guru menunjukkan beberapa

tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau

mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan

mana yang berakar tunggang.

3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan

atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat

sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.

Contoh: Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan

masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan;

cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara

mengoperasikan komputer, dan sebagainya.

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan

hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara

berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi

pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori ”prinsip”.

Contoh: Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu

barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan

penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi

panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.

5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih

berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak

suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran

yang harus diajarkan berupa aspek afektif,sikap,atau nilai. Contoh: Ali

memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk

sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan

lalulintas.

6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan

perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran

yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran

lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter.

Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Permendiknas No. 23 Tahun 2006, Mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiata bermasyrakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokaratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyrakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pendapat lain diungkapkan oleh David Kerr (1999: http://

www/imca.org.uk), yaitu ”Citizenship education is a process to encompas the

preparation of young people for their roles and responsibilities as citizen and

particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning)

in that prepatory process”. Artinya bahwa kewarganegaraan atau pendidikan

kewarganegaraan ditafsirkan secara luas untuk mencakup persiapan orang

muda untuk mereka dalam peran tanggungjawabnya sebagai warga negara dan

khususnya peranan pendidikan (melalui pendidikan, pengajaran dan belajar)

dalam proses persiapan.

Berdasarkan tujuan PKn (Civic Education) di atas perlu adanya

penguasaan sejumlah kompetensi kewarganegaraan. Dari sejumlah

kompetensi yang diperlukan, yang terpenting adalah penguasaan terhadap

pengetahuan dan pemahaman tertentu, pengembangan kemampuan intelektual

dan partisipatoris, pengembangan karakter dan sikap mental tertentu, dan

komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi

konstitusional. ”Berdasarkan kompetensi yang diperlukan, terdapat tiga

komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge,

civic skills, dan civic dispositions”. (Dasim Budimansyah, 2007: 55).

Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan

kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Komponen

pertama ini harus diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yang

secara terus menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn. Civic Skill

(Kecakapan Kewarganegaraan) jika warganegara mempraktekkan hak-

haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai anggota

masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan

dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana

diuraikan di muka, namun mereka pun perlu memiliki kecakapan-kecakapan

intelektual dan partisipatoris yang relevan. Kecakapan-kecakapan intelektual

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kewarganegaraan sekalipun dapat dibedakan namun satu sama lain tidak

sama tidak dapat dipisahkan. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik

tertentu, misalnya, seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu,

sejarahnya, relevansinya dimasa kini, juga serangkaian alat intelektual atau

pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan isu itu. Kecakapan-kecakapan

intelektual yang penting untuk seorang warganegara yang berpengetahuan,

efektif, dan bertanggungjawab, disebut sebagai kemampuan berpikir kritis.

Kecakapan intelektual lain yang dipupuk oleh civic education yang bermutu

adalah kemampuan mendeskripsikan. Kemampuan untuk mendeskripsikan

fungsi-fungsi dan proses-proses seperti sistem cheks and balance atau

judicial review menunjukkan adanya pemahaman. Melihat dengan jelas dan

mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan seperti berpartisipasi dalam

kehidupan kewarganegaraan , imigrasi, atau pekerjaan, membantu warga

negara untuk selalu menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang

sedang aktual dalam pola jangka waktu yang lama.

Disamping mensyaratkan pengetahuan dan kemampuan intelektual,

pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis harus difokuskan

pada kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan untuk partisipasi yang

bertanggungjawab , efektif, dan ilmiah, dalam proses politik dan dalam civil

society. Kecakapan-kecakapan tersebut jika meminjam istilah Branson dapat

dikategorikan sebagai interacting, monitoring, and influencing. Civic

disposition (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada karakter publik

maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan pengembangan

demokrasi konstitusional. Karakter privat seperti tanggung jawabmoral,

disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari

setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting.

Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main

(rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi,

dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi

berjalan sukses.

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Pentingnya watak kewarganegaraan ini jarang sekali ditegaskan.

Karakter publik dan privat yang mendasari demokrasi , dalam jangka panjang,

mungkin lebih merupakan dampak dari pengetahuan atau kecakapan yang

dikuasi oleh negara.

Menurut Facrul Razi (2009: http://blogs.myspace.com) menyatakan bahwa:

Civic education dapat memberikan nilai-nilai demokrasi dengan tujuan : Pertama, Dapat memberikan sebuah gambaran mengenai hak dan kewajiban warga negara sebagai bagian dari integral suatu bangsa dalam upaya mendukung terealisasinya proses transisi menuju demokrasi, dengan mengembangkan wacana demokrasi, penegakan HAM dan civil society dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, Menjadikan warga negara yang baik (good citizen) menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan semangat demokrasi keadaban, egaliter serta menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Ketiga, Meningkatkan daya kritis masyarakat sipil. Keempat, Menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat sipil secara aktif dalam setipa kegiatan yang menunjang demokratisasi, penegakan HAM dan perwujudan civil society.

Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan menurut

Permendiknas N0. 23 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek ”(1)persatuan dan

kesatuan; (2)norma, hukum dan peraturan; (3)hak asasi manusia; (4)kebutuhan

warga negara; (5)konstitusi negara; (6)kekuasaan dan politik; (7)Pancasila;

(8)globallisasi”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah

pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi

dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku dimasyarakat, Peraturan-

peratuaran daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan

Interrnasional.

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan Internasional

HAM, Pemajuan, penghoramatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,

Pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, Demokrasi dan sitem

politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem Pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisas, Dampak globalisasi, Hubungan Internasional

dan organisasi Internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

c. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Permendiknas No. 23 tahun 2006 Standar Kompetensi

Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas sebagai

berikut:

1) Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Repubilik Indonesia

2) Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi

3) Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri

4) Menganalisis peran dan hak warganegara dan sistem pemerintahan NKRI

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5) Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia

6) Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional

7) Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

8) Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan internasional, regional, dan kerja sama global lainnya

9) Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.

d. Analisis Penyusunan Bahan Ajar

Analisis penyusunan bahan ajar memiliki alur tersendiri. Berikut ini

salah satu contoh alur dalam analisis penyusunan bahan ajar menurut

Depdiknas (2007: 7):

Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar

3. Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

a. Tinjauan tentang Sistem Hukum

Menurut Lili Rasjidi, dan I.B. Wyasa Putra dalam Ishaq (2008: 181)

yaitu:

Satu kesatuan sistem yang tersusun atas integritas sebagai komponen sistem hukum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait, bergantung, mempengaruhi, bergerak dalam kesatuan proses, yakni proses sistem hukum untuk mewujudkan tujuan hukum.

Pedapat lain tentang sistem hukum diungkapkan oleh Sudikno

Mertokusumo dalam Ishaq (2008: 182), bahwa ” sistem hukum itu merupakan

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Bahan Ajar

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

tatanan, suatu kesatuan yang utuh terdiri atas bagian- bagian atau unsur-unsur

yang saling berkaitan erat satu sama lain”.

Menurut Lawrence M. Friedman, ” sistem hukum itu terdiri atas

struktur, substansi, dan budaya hukum”.

Menurut Marwan Mas (2004: 105), menjelaskan bahwa ” sistem

hukum adalah susunan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari sejumlah

bagian yang dinamakan subsistem hukum, yang secara bersama-sama

mewujudkan kesatuan yang utuh”.

Uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa sistem hukum

merupakan satu kesatuam yang utuh dan saling berkaitan untuk mencapai

tujuan hukum.

Unsur-unsur atau komponen sistem hukum menurut Lili Rasjidi dan

I.B. Wyasa Putra dalam Ishaq (2008: 182-183), yaitu: ”masyarakat hukum,

budaya hukum, filsafat hukum, ilmu pendidikan hukum, konsep hukum,

pembentukan hukum, bentuk hukum, penerapan hukum, dan evaluasi hukum”.

Hal tersebut dapat dijelasskan sebagai berikut:

1) Masyarakat hukum, merupakan himpunan kelompok kesatuan hukum,

baik individu ataupun kelompok yang strukturnya ditentukan oleh tipenya

masing-masing (sederhana, negara, atau masyarakat internasional).

2) Budaya hukum, merupakan pemikiran manusia dalam usahanya mengatur

kehidupannya; dikenal tiga budaya hukum masyarakat hukum, yaitu

budaya hukum tertulis, tidak tertulis, kombinatif.

3) Filsafat hukum, merupakan formulasi nilai tentang cara mengatur

kehidupan manusia; dapat bersifat umum (universal), dapat bersifat

khusus(milik suatu masyarakat hukum terte ntu).

4) Ilmu pendidikan hukum, merupakan media komunikasi antara teori dan

praktik hukum; juga merupakan media pengembangan teori-teori hukum,

desain-desain, dan for mula-formula hukum praktis (konsep hukum).

5) Konsep Hukum, merupakan formulasi kebijaksanaan hukum yang

ditetapkan oleh suatu masyarakat hukum; berisi tentang budaya hukum,

nilai hukum (konsepsi filosofis) yang dianutnya; dan mengenai proses

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pembentukan , penetapan, pengembangan, dan pembangunan hukum

yang hendak dilaksananakannya.

6) Pembentukan hukum, merupakan bagian proses hukum yang meliputi

lembaga-aparatur- dan sarana pembentukan hukum; menurut konsep

hukum yang telah ditetapkan; termasuk prosedur-prosedur yang harus

dilaluinya.

7) Bentuk hukum; merupakan hasil proses pembentukan hukum; dapat

berupa peraturan perundang-undangan(jika pembentukannya melalui

legislatif, atau lembaga-lembaga negara yang melaksanakan fungdi

legislatif), dapat berupa keputusan hakim (jika hakim diberi kewe nangan

untuk itu).

8) Penerapan hukum, merupakan proses kelanjutan dari proses

pembentukan hukum ; meliputi lembaga, aparatur, saran, dan prosedur

penerapan hukum.

9) Evaluasi hukum; merupakan proses pengujian kesesuaian antara hukum

yang berbentuk dengan konsep yang telah ditetapkan sebelumnya, dan

pengujian kesesuaian antara hasil penerapan hukum dengan undang-

undang dan tujuan hukum yang telah ditetapkan sebelumnyadalam

konsep ataupun dalam peraturan perundangan.

Hukum dapat dibagi dalam sebuah jenis-jenis hukum sebagai

berikut, menurut Chainur Arrasjid (2004 : 96) hukum berdasarkan sumbernya

dapat dibagi dalam :

1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

2) Hukum kebiasaan (adat), yaitu hukum yang dijumpai dalam suatu ketentuan-ketentuan kebiasaan atau ketentuan adat-istiadat yang diyakini atau ditaati oleh anggota dan para penguasa masyrakat.

3) Hukum traktat, yaitu hukum yang diadakan oleh negara-negara berdasarkan sutau perjanjian.

4) Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk oleh keputusan hakim.

5) Hukum ilmu, yaitu hukum yang pada dasarnya ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan-pandangan para ahli hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Menurut Sri Haryati (1997: 29-31) menyatakan bahwa, ”Hukum

dapat dibagi menurut bentuknya, menurut tempat berlakunya, menurut cara

mempertahankannya, menurut sifatnya, serta menurut isinya”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :

1) Hukum tertulis, hukum ini dapat pula merupakan hukum tertulis yang

dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan.

2) Hukum tak tertulis

Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.

2) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum

dalam dunia internasional.

3) Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.

4) Hukum gereja, yaitu kumpulan norma ditetapkan oleh gereja untuk para

anggota-anggotanya (hukum kamonik).

Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Ius constitutum (hukum positif), yaitu hokum yang berlaku sekarang bagi

suatu masyarakat tertentu dalam suatu negara tertentu.

2) Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang

akan datang.

3) Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana

dalam waktu dan untuk segala bangsa didunia. Hukum ini tidak mengenal

batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap

siapapun juga diseluruh tempat.

Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang

mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang

berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh: Hukum pidana

dan Hukum Perdata.

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Hukum formal (Hukum proses atau Hukum acara), yaitu hukum yang

memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara

melakasanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-

paraturan yang mengatur bagaimana caranya mengajukan suatu perkara

pidana ke muka pangadilan dan bagaimana cara hakim memberikan

keputusan. Contoh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun

juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.

2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila

pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan-peraturan sendiri

dalam suatu perjanjian.

Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umu dan

tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut

peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum antara dua orang

atau lebih.

2) Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan

berlaku terhadap seorang tertentu atua lebih. Hukum Subyektif sering

disebut dengan hak.

Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum privat atau hukum sipil, yaitu hukum yang mengatur hubungan-

hubungan antara orang-oarang yang satu dengan orang yang lain, dengan

menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.

2) Hukum publik atau hukum negara, yaitu hukum yang mengatur hubungan

antar negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara

dengan perseorangan (warga negara).

Sumber hukum merupakan suatu tempat dimana dapat ditemukannya

dan digalinya suatu hukum. Menurut Chainur Arrasjid (2004 : 48-82)

apabila diklasifikasikan, ”Sumber hukum ada dua, yaitu sumber hukum

material dan sumber hukum formal”.

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Sumber Hukum Material

Sumber hukum material ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil.

Sumber hukum ini merupakan faktor yang membantu pembentukan

hukum, misalnya: hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi

sosial ekonomis, tradisi, hasil penelitian ilmiah, perkembangan

internasional, keadaan geografis. Dengan demikian, sumber-sumber

hukum secara material dapat ditinjau dari berbagai sudut antara lain

sebagai berikut:

a) Sumber Hukum Menurut Ahli Sejarah

Menurut ahli sejarah memakai perkataan sumber hukum dalam dua

arti:

(1) Dalam arti sumber pengenalan hukum, yakni semua tulisan,

dokumen, inskripsi dan sebagainya. Dari sumber tersebuut dalam

mengenal hukum suatu bangsa pada suatu waktu.

(2) Dengan melihat dan mempergunakan dokumen-dokumen dapat

diketahui hukum yang berlaku pada masa sekarang.

b) Sumber Hukum Menurut Ahli Filsafat

Bagi seorang ahli filsafat sumber hukum juga dilihat dalam dua arti:

(1) Ukuran apakah yang harus dipakai orang untuk mengetahui benar-

benar apakah sesuatu hal bersifat adil atau tidak.

(2) Apa sebab orang taat pada hukum.

c) Sumber Hukum Menurut Ahli Sosiologis

Menurut ahli sosiologi sumber hukum adalah masyarakat seluruhnya

yang ditinjau adalah keadaan-keadaan ekonomi, pandangan agama,

ekonomi, pskologi, dan filsafat.

d) Sumber Hukum Menurut Ahli Ekonomi

Bagi seorang ahli ekonomi maka yang menjadi sumber hukumnya

ialah apa yang tampak di lapangan penghidupan ekonomis.

e) Sumber Hukum Menurut Ahli Agama

Sumber hukum bagi seorang ahli agama adalah kitab suci.

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2) Sumber Hukum Formal

Sumber hukum formal merupakan bentuk-bentuk perwujudan dari sebuah

hukum. Bentuk ini menyatakan kepada kita tentang adanya, isi serta

berlakunya peraturan-peraturan hukum yang bersangkutan. Sumber hukum

formal sebagai berikut:

a) Undang-undang

Undang-undang ialah peraturan negara yang diadakan untuk

menyelenggarakan pemerintah pada umumnya, yang

dibentukberdasarkan UUD dan untuk melaksanakan UUD. Menurut

Prof Buys (Chainur Arrasjid 2004 : 51), dalam ilmu pengetahuan

hukum undang-undang dapat dibedakan dalam dua arti yaitu undang-

undang dalam arti formil dan undang-undang dalam arti materiil.

Undang-undang dalam arti formil, yaitu setiap peraturan atau

ketetapan yang dibentuk oleh alat perlengkapan Negara yang diberi

kekuatan membentuk Undang-undang dan diundangkan sebagaimana

mestinya. Undang-undang dalam arti materiil, setiap peraturan atau

ketetapan yang yang isinya berlaku mengikat umum (setiap orang).

Untuk membedakan undang-undang dalam arti formil dengan

undang-undang dalam arti materiil, biasanya digunakan istilah sendiri

yaitu untuk undang-undang dalam arti formil dengan sebutan undang-

undang, sedang untuk undang-undangdalam arti materiil dengan

istilah peraturan.

b) Kebiasaan dan adat

Kebiasaan dan adat tidak sama, maka dari itu ada juga perbedaan

antara hukum kebiasaan dengan hukum adat. Kebiasaan adalah

perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal

sama. Adat adalah sumber kaidah yang sifatnya agak sakral,

merupakan tradisi, kadang-kadang juga anggapan-anggapan

keagamaan. Hukum kebiasaan adalah himpunan kaidah-kaidah yang

meskipun tidak ditentukan oleh badan-badan pembuat peraturan

perundang-undangan namun ditaati juga, sebab orang yakin bahwa

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kaidah-kaidah itu merupakan hukum. Hukum adat adalah tata hukum

Indonesia yang bersumber pada adat istiadat, tidak semua adat

merupakan hukum. Adat/kebiasaan dapat diakui sebagai hukum

adat/kebiasaan harus dipenuhi dua unsur yaitu:

(1) Unsur kenyataan bahwa adat/kebiasaan itu dalam keadaan yang

sama selalu diindahkan oleh rakyat.

(2) Unsur psikologis bahwa terdapat adanya keyakinan bahwasanya

adat/ kebiasaan mempunyai kekuatan hukum adat (opinion

necessitas/kewajiban hukum).

c) Traktat

Traktat disebut juga treaty adalah perjanjian antar Negara. Traktat itu

mengikat dan berlaku sebagai peraturan hukum terhadap warga

Negara dari masing-masing Negara yang mengadakan perjanjian.

Oleh karena itu, traktat dapat dikatakan debagai sumber hukum.

Traktat ada beberapa macam sebagai berikut:

(1) Traktat bilateral yaitu traktat yang diadakan antara dua Negara.

(2) Traktat Multilateral yaitu traktat yang diadakan antara lebih dari dua negara.

(3) Traktat Kolektif/traktat terbuka yaitu traktat multilateral, yang memberikan kesempatan kepada Negara-negara yang pada permulaan tidak turut mengadakannya, tetapi kemudian menjadi pihaknya.

d) Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah keputusan hakim yang terdahulu yang sering

diikuti dan dijadikan dsar keputusan oleh hakim kemudian mengenai

masalah yang sama. Timbulnya yurisprudensi bertolak dari ketentuan

pasal 22 AB yang menyatakan bahwa bilamana hakim menolak

menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa peraturan

perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan , tidak

jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk dihukum karena

menolak mengadili.

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

e) Pendapat Para Ahli Hukum

Pendapat para ahli hukum yang terkenl juga berpengaruh dalam

pengambilan keputusan oleh hakim. Hal ini terlihat dalam

yurisprudensi, dalam penetapan apa yang menjadi dasar keputusannya,

hakim sering menyebut pendapat seseorang sarjana hukum mengenai

soal yang harus dikerjakan.

Dalam definisi hukum, setiap sarjana hukum mempunyai pandangan

atau pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam

merumuskan tujuan hukum tersebut.

Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum.

Menurut Sudikno (1995: 64-68) ”Teori tentang tujuan hukum dibagi menjadi

3, yaitu teori etis, teori utilitas dan teori gabungan”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Teori Etis

Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum

ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang apa yang adil dan tidak.

Pendukung teori ini: Geny, Van Apeldoorn.

2) Teori Utilitas/ Utilitirianisme

Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi

manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of

the greatest number). Pada hakekatnya menurut teori ini tujuan hukum

adalah manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang

terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. Pendukung teori ini adalah:

Jeremy Bentham, Ted Henderiek.

3) Teori Gabungan

Menurut teori ini adalah tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah

ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini syarat pokok bagi adanya suatu

masyarakat manusia yang teratur. Di samping ketertiban tujuan lain dari

hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya

menurut masyarakat dan zamannya. Pendukung teori ini: Mochtar

Kusumaatmadja, Bassiouni.

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Pada dasarnya tujuan dari dibentuknya suatu hukum adalah

menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban, dan

keseimbangan.

b. Tinjauan Tentang Peradilan Nasional

Lembaga hukum (lembaga peradilan) adalah lembaga yang mengatur

segala sesuatu tentang hukum. Peran lembaga hukum dalam menjalankan

hukum adalah mengatur segala sesuatu hukum yang berlaku.

”Peradilan Nasional adalah suatu keseluruhan komponen peradilan

nasioanal, pihak-pihak dalam proses peradilan , hirarki kelembagaan peradilan

maupun aspek-aspek yang bersifat prosedural yang saling berkait sedemikian

rupa, sehingga terwujud suatu keadilan hukum”. (www.scribd.com).

Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa ”Kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselengaranya

Negara Hukum Republik Indonesia”.

Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004,

kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan

di bawahnya dalam lingkungan sebagai berikut ”1) Lingkungan Peradilan

Umum, 2) Lingkungan Peradilan Agama, 3) Lingkungan Peradilan Militer,

4)Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan 5) Oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi”.

Lingkungan Peradilan Umum adalah salah satu pelaku kekuasaan

kehakiman rakyat bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya, baik mengenai

perkara perdata maupun perkara pidana. Kekuasaan Kehakiman di

lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh pengadilan negeri. Menurut

Ishaq (2008: 62), menjelaskan bahwa ” Peradilan Umum ini terdiri atas: 1)

Pengadilan Negeri, 2) Pengadilan Tinggi, 3) Mahkamah Agung”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengadilan Negeri

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pengadilan negeri merupakan pengadilan tingkat pertama atau pengadilan

sehari-hari yang secara langsung mengadili perkara perdata dan pidana

bagi orang-orang sipil. Pengadilan negeri ini dibentuk dengan Keputusan

Presiden. Usul pembentukan pengadilan negeri diajukan oleh Menteri

Kehakiman bedasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

Pengadilan negeri berkedudukan di Kotamadya atau ibukota Kabupaten.

Pada tiap-tiap pengadilan negeri ditempatkan suatu Kejaksaan Negeri.

Dalam hal kekuasaan mengadili menurut Andi Hamzah dalam Ishaq

(2008: 63), ada dua macam yang biasa disebut kompetensi, yaitu:

a) Kekuasaan berdasarkan peraturan hukum mengenai pembagian kekuasaan mengadili (attributie van rechts macht) kepada suatu macam pengadilan (pengadilan negeri) bukan kepada pengadilan lain.

b) Kekuasaan berdasarkan peraturan hukum mengenai pembagian kekuasaan mengadili (distributie van rechts macht) di antara satu macam pengadilan-pengadilan negaeri.

2) Pengadilan Tinggi

Menurut R. Soesilo dalam Ishaq (2008: 64), menjelaskan bahwa:

Kompetensi absolut pengadilan tinggi tidak memeriksa perkara-perkara

tingkat pertama dan semata-mata hanya bertindak sebagai hakim ba

nding, yaitu antara lain sebagai berikut:

a) Memutuskan perselisihan-perselisihan peradilan (yurisdiksi), yaitu

perselisihan-perselisihan antara pengadilan negeri yang

berkedudukan dalam daerah-daerahnya, mengenai kekuasaan untuk

mengadili suatu perkara tertentu.

b) Memutuskan dalam tingkat banding perkara-perkara pidana dan

perkara perdata dari semua keputusan pengadilan negeri yang

dimintakan banding.

3) Mahkamah Agung

Mahkamah Agung berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.

Mahkamah Agung menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Mahkamah Agung diberi kekuasaan dan kewenangan berdasarkan

Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentanng Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung pada pasal 30,

31, 31 A, 35, 45A.

a) Pasal 30

(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan

atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan

peradilan, karena:

(a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang

(b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

(c) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan

batalnya putusan yang bersangkutan.

(2) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim agung wajib

menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap

perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari putusan.

(3) Dalam hal sidang permusyawaratantidak dapat dicapai mufakat

bulat, pendapat hakim agung yang berbeda wajib dimuat dalam

putusan.

b) Pasal 31

(1) Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan

perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-

undang.

(2) Mahkamah Agung menyatakakn tidak sah peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau

pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

(3) Putusan mengenai tidak sahnya peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diambil baik

berhubungan dengan pemeriksaan pada tingkat kasasi maupun

berdasarkan permohonan langsung pada Mahkamah Agung.

(4) Peraturan perundang-undangan yang dinyatakan tidak sah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat.

(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dimuat dalam

Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling

lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan.

c) Pasal 31 A

(1) Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah

undang-undang terhadap undang-undang diajukan langsung oleh

pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Agung, dan dibuat

secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

(2) Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:

(a) nama dan alamat pemohon

(b) uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan dan

wajib menguraikan dengan jelas bahwa: materi muatan ayat ,

pasal, dan/atau bagian peraturan perundang-undangan

dianggap bertentangan dengan peraturn perundang-undangan

yang lebih tinggi dan/atau ;pembentukan peraturan

perundang-undangan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

(c) hal-hal yang diminta untuk diputus.

(3) Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan

atau permohonannya tidak memenuhi syarat, amar putusan

menyatakan permohonan tidak diterima.

(4) Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan

beralasan, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan .

(5) Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), amar putusan menyatakan dengan tegas materi muatan

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

ayat, pasal, dan/atau bagian dari peraturan perundang-undangan

yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi.

(6) Dalam hal peraturan perundang-undangan tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau

tidak bertentangan dalam pembentukannya, amar putusan

menyatakan permohonan ditolak.

d) Pasal 35

Mahkamah Agung memberikan pertimbangan hukum kepada

Presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitasi.

e) Pasal 45 A

(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi mengadili perkara yang

memenuhi syarat untuk diajukan kasasi, kecuali perkara yang oleh

undang-undang ini dibatasi pengajuannya.

(2) Perkara yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

(a) Putusan tentang praperadilan

(b) Per kara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling

lama (1) satu tahun dan/atau diancam pidana denda;

(c) Perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa

keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya

berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.

(3) Permohonan kasasi terhadap perkara sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) atau permohonan kasasi yang tidak memenuhi syarat-

syarat formal, dinyatakan tidak dapat diterima dengan penetapan

ketua pengadilan tingkat pertama dan berkas perkaranya tidak

dikirimkan ke Mahkamah Agung.

(4) Penetapan ketua pengadilan sebagimana dimaksud pada ayat (3)

tidak dapat diajukan upaya hukum.

(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan

ayat (4) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung.

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Lingkungan Peradilan Agama adalah peradilan agama islam yang

memutuskan perkara-perkara timbul antara orang-orang islam, yang berkaitan

dengan nikah, rujuk, talak (perceraian), nafkah, waris, dan lain-lain. Peradilan

agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama.

Lingkungan Peradilan Militer adalah merupakan peradilan yang

hanya mengadili dalam lapangan pidana khususnya para anggota militer.

Kekuasaan Kehakiman dilingkungan peradilan militer dilaksanakan oleh

Pengadilan Militer.

Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara adalah peradilan yang

memeriksa dan memutus semua sengketa tata usaha negara. Kekuasaan

Kehakiman dilingkungan peradilan tata usaha negara dilaksanakan oleh

Pengadilan Tata Usaha Negara.

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga peradilan yang mengadili

pada tingkat pertama dan terakhir yang putusanya bersifat final untuk menguji

Undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa antar lembaga negara,

pembubaran partai politik, dan perselisihan pemilihan pemilu.

Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia harus

dilaksanakan. Pada umumnya kita semua melaksanakan hukum. Bahkan

seringkali tanpa kita sadari kita melaksanakan hukum. Apabila terjadi

pelangaran hukum atau sengketa, pelaksanaan atau penegakan hukum itu

diserahkan kepada penguasa, dalam hal ini kekuasaan kehakiman.

B. Kerangka Berfikir

Kegiatan belajar siswa didasarkan materi ajar (bahan ajar). Di dalam

penyusunan materi ajar haruslah memenuhi prinsip konsistensi dan

kecukupan bahan ajar antara standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam memenuhi sebuah prinsip tersebut perlu diadakannya identifikasi

materi pendidikan kewarganegaraan di SMA khususnya pada pokok bahasan

sistem hukum dan peradilan nasional.

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Untuk mengidentifikasi materi tersebut maka digunakan teori

elaborasi yang merupakan teori untuk mengorganisasikan materi

pembelajaran mulai dari isi yang berkaitan dengan cara memilih, manata, dan

menunjukkan saling hubungan antara satu materi standar sampai kepada

serangkaian kompetensi dalam kurikulum. Dalam mengidentifikasi materi

tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama: dengan melihat jenis

materi kognitif, afektif, dan psikomotorik maka standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang ada pada silabus SMA harus disesuaikan dengan

prinsip konsistensi. Kedua: materi kuliah di prodi PPKn khususnya pada

pokok bahasan sistem hukum dan peradilan nasional diorganisasikan dengan

teori elaborasi sehingga materi tersebut memenuhi prinsip kecukupan.

Adapun ukuran dari prinsip konsistensi adalah 1) Cakupan materi, memuat

sebagai berikut: kelengkapan ruang lingkup materi (memuat pengetahuan,

sikap, dan keterampilan civic), keluasan materi, kedalaman materi,

relevansi/keterkaitan dengan nilai-nilai pancasila, mengembangkan wawasan

global, mengembangkan wawasan demokrasi, mengembangkan wawasan

kebhinnekaan, mendorong pengembangan pengetahuan kewarganegaraan,

mendorong pengembangan kecakapan kewarganegaraan, mendorong

pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan, menyadarkan pentingnya hak

asasi manusia (HAM), menyadarkan pentingnya kepastian dalam hokum (rule

of law), mengembangkan budaya politik, menyadarkan pentingnya sikap

positif terhadap konstitusi Negara, 2) Keakuratan materi, terdiri dari:

kebenaran fakta, kebenaran konsep, kebenaran teori, kebenaran

hukum/prinsip, kebenaran prosedur, ketepatan nilai.

Sedangkan pada prinsip kecukupan terdapat indikator sebagai

berikut: 1) Teknik Penyajian, meliputi: sistematika sajian tiap bab

utuh/lengkap, kelogisan sajian materi, keruntutan sajian konsep,

keseimbangan sajian materi (subtansi) antar bab dan antar subbab, 2)

Penyajian pesan pembelajaran, meliputi: menggunakan alat pemusat

perhatian, menerapkan prinsip perulangan repetisi, mendorong partisipasi

aktif peserta didik, berpusat pada peserta didik, merangsang berfikir kritis,

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kreatif, dan inovatif, penyajian bersifat komunikatif dan interaktif, sajian atau

pembahasan tidak bias gender, membatasi materi yang tidak relevan. Dengan

adanya indikator (ukuran) dari prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan

dapat menghasilkan suatu materi Pendidikan Kewargangaraan di SMA yang

sesuai dengan prinsip konsistensi dan kecukupan.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Materi Pendidikan Kewarganegaraan di SMA

Identifikasi Materi

Teori Elaborasi

Materi Kuliah Prodi PPKn di Perguruan Tinggi

Prinsip Kecukupan: 1) cakupan materi, 2) keakuratan materi.

Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar

Prinsip Konsistensi:1) Teknik penyajian 2) Penyajian pesan pembelajaran.

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian, dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di

SMA Negeri 6 Surakarta. Hal ini diambil dengan pertimbangan:

a. Ada masalah yang menarik untuk diteliti

b. Tersedianya data yang menunjang penelitian

c. Diberikannya ijin penelitian

d. Buku terbitan Ganeca dan buku terbitan Erlangga merupakan buku panduan

yang digunakan di SMAN 6 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan enam bulan yang dimulai pada bulan

Februari 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010. Kegiatan tersebut dapat

digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Rencana Waktu Penelitian

No Tahap Tahun 2010

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

1. Pengajuan judul

2. Pengajuan

Proposal

3 Perijinan

Penelitian

4. Pelaksanaan

Penelitian

5. Analisis Data

6. Penyusunan

Laporan Akhir

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 1998: 3) mendefinisiksn

bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan tersebut pada manusia

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan peristilahannya”.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2008: 4)

menyatakan bahwa “Metodologi kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan

data diskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati”.

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif sebab dalam penelitian itu mengarah pada pendeskripsian secara rinci

dan mendalam mengenai prinsip konsistensi dan kecukupan pada buku teks kelas

X pada materi sistem hukum dan peradilan nasional.

2. Strategi Penelitian

Agar masalah yang diteliti dapat diungkap dan dipecahkan maka setelah

menentukan bentuk penelitian selanjutnya menentukan strategi penelitian yang

akan dipakai. Menurut H.B Sutopo (2002: 112) bahwa “Di dalam penelitian

kualitatif di kenal adanya studi kasus tunggal dan studi kasus ganda, kemudian

keduanya masih dibedakan dengan jenis penelitian terpancang atau holistik

penuh”.

Jadi berdasarakan uraian di atas penelitian ini menggunakan strategi

penelitian tunggal terpancang. Artinya bahwa penelitian ini terarah pada satu

karakteristik dan satu sasaran atau lokasi yaitu hanya di SMA N 6 Surakarta dan

terpancang pada prinsip konsistensi dan kecukupan bahan ajar pada buku teks

kelas X pada materi sistem hukum dan peradilan nasional.

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

C. Sumber Data

Menurut H.B. Sutopo (2002: 50) menyatakan bahwa “Sumber data dalam

penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktifitas, tempat atau

lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”.

Adapun sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

data yang berupa peristiwa, serta dokumen atau arsip.

1. Peristiwa atau Aktivitas

Peristiwa atau aktivitas merupakan pengamatan terhadap proses

bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara

langsung. Dalam penelitian ini aktivitas yang kami amati yaitu kegiatan atau

aktivitas dari kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dan aktivitas yang ada di perpustakaan SMA N 6 Surakarta.

Kemudian peneliti mencatat berbagai hal yang penting sebagai data yang

digunakan sebagai pendukung hasil penelitian.

2. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data yang sudah lama digunakan dalam

penelitian. Sumber data ini dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan

untuk meramalkan.

Menurut Guba dan Lincoln, bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian, karena alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan seperti berikut ini: a. dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang

stabil, kaya, dan mendorong. b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. c. Keduanya berguna dan sesuia dengan penelitian kualitatif karena

sifatnya yang alamiah, sesuia dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.

d. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.

e. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan tehnik kajian isi.

f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. (Lexy J Moleong 2007: 217)

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Adapun dokumen dan arsip yang akan digunakan peneliti sebagai sumber

data:

a. Kurikulum SMA N 6 Surakarta yang dipakai (lihat lampiran no. 1).

b. Buku Paket yang digunakan yaitu:

1) Sujiyanto, Muhlisin. 2006. Praktik Belajar Kewarganegaraan

untuk SMA kelas X. Jakarta: Ganeca Exact (lihat lampiran no.

2).

2) Budiyanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA

kelas X. Jakarta: Erlangga (lihat lampiran no. 3).

c. Referensi-referensi kepustakaan yang relevan dengan materi

pelajaran.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting dalam

memperoleh data dan bahan pengolahan data. Dalam suatu penelitian kualitatif

sering kali peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Jadi dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Tehnik ini lebih bersifat

selektif dalam mengambil sampel. Peneliti melandaskan pada kaitan teori yang

digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empirik yang dihadapi. Tehnik ini

mengarah kepada generalisasi yang bersifat teoritik.

Jadi dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

dengan sampel buku Pendidikan Kewarganegaraan yang digunakan oleh guru di

SMA Negeri 6 Surakarta yaitu Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas X

karangan Budiyanto dan Praktik Belajar Kewarganegaraan untuk SMA kelas X

karangan Sujiyanto, Muhlisin.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara operasional yang ditempuh

oleh penulis untuk memperoleh data yang diperlukan. Berhasil tidaknya suatu

penelitian tergantung pada data yang obyektif. Oleh karena itu sangat perlu

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

diperhatikan teknik pengumpulan data yang dipergunakan sebagai alat pengambil

data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang diperlukan adalah :

1. Facus Group Discusion (FGD)

Tehnik pengumpulan data ini sangat bermanfaat dalam menggali data

terutama mengenai sikap, minat dan kondisi serta dapat menggali keinginan serta

kebutuhan peneliti. Dalam FGD menurut H.B Sutopo (2002: 63 ) bahwa “Peneliti

harus sudah melakukan persiapan sebelumnya dengan mengembangkan pedoman

tertulis mengenai fokus permasalahannya, atau berbagai hal pokok yang akan

dibahas”.

Melalui teknik ini peneliti melakukan diskusi dengan guru PKN kelas X

yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta dan seorang ahli dalam pembuatan buku

teks mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar pada materi

sistem hukum dan peradilan nasional pada buku teks kelas X. Langkah-langkah

yang dilakukan peneliti antara lain:

a. Persiapan awal

Peneliti menentukan tempat untuk pelaksanaan diskusi dan perlengkapan

untuk pelaksanaan. Peneliti mempersiapkan instrumen penilaian buku teks Pkn

kelas X (lihat lampiran no. 4) yang akan didiskusikan kemudian menetukan

narasumber yang akan diikut sertakan dalam diskusi.

b. Pelakasanaan FGD

Pelaksanaan dilakukan dalam ruangan tertentu, peneliti sebagai moderator

untuk memberikan berbagai pertanyaan kepada narasumber. Narasumber

memberikan berbagai jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh moderator.

Kemudian moderator mencatat hal-hal yang penting dan mendukung sebagai

data hasil penelitian.

c. Menyimpulkan hasil FGD

Peneliti selaku pemegang peran dalam jalannya diskusi menutup kegiatan

tersebut, kemudian peneliti membuat simpulan tersendiri dari hasil diskusi.

Forum Group Discussion (FGD) dilaksanakan pada hari Rabu 7 Juli

2010. Ruang yang digunakan adalah ruang perpustakaan SMA Negeri 6

Surakarta.

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewweer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewwee) yang memberi jawaban atas

pertanyaan itu. (Lexy J Moleong, 1998: 135)

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dan

informal. Wawancara secara mendalam yaitu wawancara yang dilakukan secara

rinci untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah penelitian,

sedangkan wawancara secara informal yaitu wawancara dilakukan secara tidak

resmi dalam arti dilakukan dimanapun, oleh siapapun dan dalam keadaan

bagaimanapun. Wawancara informal dapat dilakukan pada waktu yang tepat guna

mendapatkan data yang diinginkan. Disamping itu, wawancara dalam penelitian

ini juga dilakukan secara terbuka, maksudnya responden tahu bahwa mereka

diwawancarai serta tahu maksud dan tujuan diwawancarai. Wawancara ini

dilakukan antara peneliti dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan kelas X dan

seorang Ahli dalam pembuatan buku teks. Wawancara dilakukan pada tanggal 4

September 2010.

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan melihat dokumen yang telah terkumpul, mempelajari kemudian

menganalisanya. Dokumen sebagai sumber data yang berbentuk tulisan ataupun

gambar yang dapat memberikan keterangan tentang keadaan masa sekarang

ataupun masa lalu yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali. Hal ini sesuai

dengan pendapat H.B. Sutopo (2002: 54) “Dokumen merupakan bahan tertulis

atau benda peninggalan yang bergayutan dengan peristiwa tersebut, ia bisa

merupakan bahan tertulis atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu

aktifitas atau peristiwa tertentu”.

Analisis dokumen yang peneliti lakukan adalah peneliti mengumpulkan

data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan mempelajari buku-buku,

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang relevan

dengan permasalahan penelitian.

4. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut pendapat H.B.

Sutopo (2002: 64) menjelaskan bahwa “Teknik observasi digunakan untuk

menggali data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekanan

gambar”.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu cara

pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-

gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan secara langsung pada

tempat terjadinya peristiwa. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan observasi

dengan cara terjun secara langsung ke lokasi penelitian yaitu di SMA N 6

Surakarta.

F. Validitas Data

H.B. Sutopo (2002 : 78) berpendapat “Validitas data adalah pengujian

data yang didapat dalam penelitian untuk mengetahui apakah data tersebut

kebenarannya dipertanggungjawabkan atau tidak”.

Pengujian data dilakukan dengan triangulasi data untuk menjamin

kemantapan dari data penelitian ini. Menurut Lexy J. Moleong (2008: 330) bahwa

“Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu”.

Menurut Patton yang dikutip oleh H.B. Sutopo (2002: 78) triangulasi

data ada empat macam, yaitu “Trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi

peneliti, trianggualasi teori”.

Hal tersebut dapata dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap

kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda.

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Triangulasi Metode, jenis triangulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti

dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan

metode yang berbeda.

3. Triangulasi Peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai

bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa

peneliti.

4. Triangulasi Teori, triangulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi data. Sebab cara

ini mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data harus menggunakan

beragam data yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih

mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Hal ini

dapat dilakukan antara lain dengan cara mencari data dari informan. Selain itu

menggunakan perbandingan data yang diperoleh dari informan maupun dari hasil

pengamatan dengan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam

penelitian ini.

G. Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong (2008: 280) “Analisis data adalah proses

mengorganisasikan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga

dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan

oleh data”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis).

Menurut Budd dalam Bungin (2001: 134),”Metode analisis isi pada dasarnya

merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah

pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku

komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih”. Adapun komponen

utama dalam proses analisis ini, yaitu:

1. Menentukan Permasalahan.

Permasalahan merupakan titik tolak dari keseluruhan penelitian.

Didalam penelitian ini mengangkat masalah tentang materi sistem hukum dan

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

sistem peradilan nasional pada buku teks kelas X apakah sudah memenuhi

prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.

2. Menyususun Kerangka Pemikiran

Sebelum mengumpulkan data, peneliti diharapkan telah mampu

merumuskan gejala atau permasalahan yang akan diteliti dan peneliti telah

mengemukakan definisi konseptual. Didalam penelitian ini telah dijabarkan

definisi dari prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.

3. Menyusun Perangkat Metodologi

Tahap ini peneliti menyusun perangkat metodologi yang akan

dipergunakan. Dalam penelitian ini digunakan instrument penilaian buku teks

yang memuat prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.

4. Analisis Data

Merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh

peneliti melalui perangkat metodologi yang digunakan.

5. Interpretasi Data

Merupakan intepretasi terhadap hasil analisis data. Pada bagian ini si

peneliti mendiskusikan hasil analisis data, melalui interpretasi terhadap hasil

analisis data, dengan mempergunakan kerangka pemikiran atau kerangka teori

yang yang semula telah ditetapkan.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahap ini terbagi menjadi dua kegiatan meliputi:

a. Mengurus perijinan penelitian

b. Menyususun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan

data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian

2. Pengumpulan Data

Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi:

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi dan

mencatat serta menyimpan dokumen

b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul

c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan

3. Analisis Data

Tahap ini terbagi menjadi empat kegiatan meliputi:

a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian

b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross

check kan dengan temuan dilapangan

c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses

verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang

dianggap lebih ahli

d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian

4. Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi:

a. Penyusunan laporan awal

b. Review laporan; dengan melakukan pengecekan ulang laporan yang telah

tersusun bilamana terdapat kekeliruan atau kesalahan untuk kemudian

dilakukan perbaikan laporan

c. Penyusunan laporan akhir.

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Surakarta

SMA Negeri 6 Surakarta berdiri pada tahun 1976 dengan nama Sekolah

Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP) No. 44 Surakarta. Meskipun bernama

SMPP kurikulum yang digunakan adalah kurikulum SMA (kurikulum 1975 untuk

SMA).

SMPP berdiri dan dirintis oleh SMA Negeri 5 Surakarta yang ada pada

saat itu. Kepala sekolahnya adalah Drs. R. M. Soepeno, kepala sekolah SMPP

yang pertama adalah Drs. Soekijo.

Perubahan nama sekolah dari SMPP Negeri 40 Surakarta menjadi SMA

Negeri 6 Surakarta ditetapkan pada tahun 1985. Selanjutnya perubahan SMA

Negeri 6 Surakarta menjadi SMU Negeri 6 Surakarta ditetapkan pada tahun 1977.

Seiring dengan perubahan kurikulum, maka pada saat pemberlakuan kurikulum

KTSP nama tersebut berubah kembali menjadi SMA Negeri 6 Surakarta.

2. Kurikulum yang Digunakan

Ada beberapa kurikulum yang digunakan oleh SMA Negeri 6 Surakarta:

Tahun 1976-1983 : kurikulum 1975 SMA

Tahun 1983-1985 : kurikulum 1984 SMA untuk kelas 1 dan kurikulum

1975 untuk kelas 2 dan 3

Tahun 1985-1986 : kurikulum 1984 SMA untuk kelas 1 dan 2, serta

kurikulum 1975 untuk kelas 3

Tahun 1986-1987 : kurikulum 1984 SMA untuk kelas 1,2 dan 3

Tahun 1994-1995 : kurikulum 1994 SMA untuk kelas 1 dan kurikulum

1984 untuk kelas 2 dan 3

Tahun 1995-1996 : kurikulum 1994 SMA untuk kelas 1 dan 2, serta

kurikulum 1984 untuk kelas 3

Tahun 1996-1997 : kurikulum 1994 SMA untuk kelas 1,2 dan 3

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tahun 2004-2005 : kurikulum berbasis kompetensi untuk kelas 1 dan

kurikulum 1994 SMA untuk kelas 2 dan 3

Tahun 2005-2006 : kurikulum berbasis kompetensi untuk kelas 1 dan 2,

kurikulum 1994 SMA untuk kelas 3

Tahun 2006-2007 : kurikulum berbasis kompetensi untuk kelas 1, 2 dan 3

Tahun 2007-sekarang : kurikulum KTSP untuk kelas 1, 2 dan 3.

3. Nama-Nama Kepala Sekolah

Kepala sekolah yang pernah memimpin SMPP dan SMA Negeri 6

Surakarta berturut-turut adalah :

Drs. Soekidjo : 1977-1981

Drs. Romeo Wirodimejo : 1981-1989

Soegiman, B. Sc : 1989-1991

Drs. A. Manungku : 1991-1992

Widagdo. B. A (kepala sekolah selama 4 bulan) : 1992-1992

Ign. Sutaryo : 1992-1995

Dra. Hj. Tatik Sutarto, M.M : 1995-1999

Drs. H. Soenarso, M.M : 1999-2004

Drs. Sartono Praptoharjono : 2004-2005

Drs.H.M Thoyibun, S.H. M.M : 2005-2007

Drs. Ngadiyo, M.Pd : 2007-2008

Drs. Makmur Sugeng, M.Pd : 2008-sekarang

4. Keadaan Sekolah dan Lingkungan Belajar Mengajar

SMA N 6 Surakarta beralamatkan di :

Jalan : Mr. Sartono No.30 Surakarta

Telepon : (0271) 853209

Kelurahan : Nusukan

Kecamatan : Banjarsari

Kota : Surakarta

Kode pos : 57135

SMA N 6 Surakarta terletak di :

Di sebelah Timur SMA N 5 Surakarta

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Di sebelah Barat SLB Surakarta

Di sebelah Selatan Jl. Mr. Sartono No.30

Di sebelah Timur jalan jederal Sutoyo No.14

Di sisi utara jalan menuju AUB Surakarta.

Berdasarkan letaknya yang berada ditepi jalan raya, maka lokasi sekolah

mudah dijangkau oleh kendaraan umum dan dapat dikatakan strategis. Dengan

demikian akan mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

5. Susunan Organisasi SMA Negeri 6 Surakarta

Susunan organisasi SMA Negeri 6 Surakarta adalah sebagai berikut :

a. Kepala Sekolah : Drs. Makmur Sugeng, M. P

b. Wakil kepala sekolah :

1) Urusan Kurikulum : Tri Bagiyo, S. Pd, M. M

2) Urusan Kesiswaan : Drs. H. Wuryanto

3) Urusan Sarana Prasarana : Drs. Supriyadi

4) Urusan Humas : Drs. Arti Yuono

c. Kepala Tata Usaha : Mulyoto

d. Koordinator BP/BK : Dra. Sri Mulyani

e. Komite Sekolah : H. Samsul Bahri, S. E

6. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan

dan kelancaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebab secara langsung ikut

membantu/mendukung kegiatan mutu tenaga edukatif dan peserta didik.

Perpustakaan sekolah merupakan saran penting untuk menunjang mutu

pendidikan sehingga tidak berlebihan jika dikatakan perpustakaan sekolah

merupakan jantung pendidikan, sehingga selayaknyalah jika perpustakaan

memerlukan pengelolaan yang baik dan professional.

a. Tujuan dan fungsi perpustakaan

1) Tujuan perpustakaan

Adanya perpustakaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu membantu

bguru, karyawan, dan siswa dalam memenuhi kebutuhan sumber belajar

serta memacu minat baca siswa, guru,dan karyawan.

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2) Fungsi perpustakaan

a) Sebagai tempat memperoleh tambahan pengetahuan dan pusat

informasi

b) Sebagai tempat penelitian

c) Sebagai tempat rekreasi dan hiburan

b. Kepengurusan perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta

Untuk meningkatkan pelayanan dan pemulihan yang sebaik-baiknya

dalam perpustakaan, maka perpustakaan dikelola secara khusus dengan

susunan pengurus sebagai berikut :

1) Koordinator perpustakaan : Ibu Mugi Rahayu

2) Bagian administrasi :

a) Ibu Ari Setyowati, S. E

b) Bp. Jayanto

c) Ibu Ayu Puspita sari.

c. Persyaratan menjadi anggota perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta

1) Siswa SMA Negeri 6 Surakarta

2) Mengisi kartu keanggotaan

3) Mengumpulkan pas foto 2 lembar (2x3)

4) Kartu anggota berlaku selama menjadi siswa SMA Negeri 6 Surakarta.

d. Sistem Peminjaman

Ada 2 Sistem peminjaman di perpustakaan, yaitu:

1) Sistem terbuka

Yakni dimana peminjam dapat memilih sendiri buku-buku yang

dikehendaki dan didaftarkan di bagian sirkulasi dengan membawa kartu

keanggotaan.

2) Sistem tertutup

Yakni dimana peminjam mencatat buku yang dikehendaki dengan

mencatat nomor bukunya kemudian diserahkan ke bagian sirkulasi.

e. Proses peminjaman dan pengembalian

1) Buku paket

a) Proses peminjaman bagi siswa:

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(1) Dilakukan secara kolektif.

(2) Ketua kelas menghubungi petugas perpustakaan untuk mengambil

blangko peminjaman.

(3) Blangko peminjaman diisi identitas siswa (nama, kelas, dan nomor

absen).

(4) Buku dibagikan petugas perpustakaan kepada siswa di dalam kelas

(5) Blangko diisi nomor buku paket yang dipinjam dan ditandatangani

rangkap dua.

(6) Blangko yang sudah diisi dikumpulkan dan diserahkan kepada

petugas perpustakaan 1 lembar dan dibawa siswa 1 lembar.

(7) Bagi siswa SMA Negeri 6 Surakarta buku paket yang dipinjamkan

dalam jangka waktu.

b) Proses peminjaman bagi guru dan karyawan

(1) Dicatat dalam buku peminjaman guru dan karyawan.

(2) Diperbolehkan menggunakan selama masih diperlukan.

2) Buku non paket

a) Bagi siswa

(1) Siswa mengambil buku yang dikehendaki dari rak buku

(2) Didaftarkan dibagian sirkulasi dengan menunjukan kartu anggota

(3) Dicatat pada kartu anggota oleh petugas perpustakaan

(4) Siswa menandatangani kartu peminjaman buku dan buku

peminjaman

(5) Buku dibawa pulang

(6) Kartu peminjaman diletakkan dalam kotak pengambilan sesuai

dengan tanggal saat harus mengembalikan buku.

b) Proses pengambilan buku

Pengembalian buku harus dilakukan sendiri oleh peminjam

melalui proses sebagi berikut:

(1) Nomor buku dicocokkan dengan nomor pada kartu dan buku

peminjaman

(2) Buku dicek apakah ada kerusakan atau tidak

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

(3) Petugas menandatangani kartu peminjaman dan kartu anggota dan

kemudian dikembalikan kepada siswa

f. Peraturan peminjaman

1) Yang boleh meminjam hanya siswa yang memiliki kartu

2) Jangka waktu peminjamanmaksimal 1 minggu

3) Keterlambatan tiap buku dikenakan denda Rp. 100,00/hari

4) Maksimal 2 peminjamanbuku yang berlainan judul

5) Buku yang rusak atau hilang merupakan tanggungjawab peminjam dan

peminjam harus mengganti sesuai dengan buku yang hilang/rusak

6) Kartu anggota hanya boleh dipakai yang bersangkutan

7) Peminjam harus mentaati peraturan yang berlaku.

g. Koleksi buku dan majalah serta surat kabar

1) Koleksi buku yang ada di SMA 6 Surakarta dibagi menjadi 10 golongan

ilmu pengetahuan.

a) Golongan 000 - 099 : Karya umum

b) Golongan 100 -199 : Filsafat dan Ilmu Jiwa

c) Golongan 200 -299 : Agama

d) Golongan 300 -399 : Ilmu ekonomi, sosial, hukum, dan bimbingan

e) Golongan 400 – 499 : Bahasa

f) Golongan 500 – 599 : Eksakta, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia.

g) Golongan 600 – 699 : Teknologi dan Keterampilan

h) Golongan 700 – 799 : Kesenian, olahraga, dan hiburan

i) Golongan 800 – 899 : Kesusastraan

j) Golongan 900 – 999 : Sejarah dan Geografi

2) Koleksi surat kabar

a) Jawa pos

b) Suara Merdeka

c) Solo Pos

d) Cempaka

3) Koleksi majalah

a) MOP

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

b) Hello

c) Penyebar Semangat

d) Horison

e) Derap Guru

f) Littora

g) Didik

h) Bina tani

i) Sasmita

h. Pengadaan buku

Buku yang ada di perpustakaan SMA N 6 Surakarta diadakan melalui:

1) Dropping dari pemerintah untuk buku-buku paket

2) Dropping dari pemerintah untuk buku-buku non paket

3) Pembelian untuk buku-buku non paket dari dana komite sekolah

4) Sumbangan dari siswa kelas XII yang sudah lulus.

i. Langkah-langkah pemrosesan buku

Buku yang akan menjadi koleksi perpustakaan harus diproses dulu

dengan ketentuan:

1) Buku yang rusak dicatat dalam percatatan penambahan buku

2) Pembuatan berita acara yang ditandatangani kepala sekolah

3) Pemberian stempel perpustakaan

4) Pemberian label

5) Diinventaris

6) Disampul plastik

j. Tata tertib pengunjung perpustakaan

1) Tidak diperkenankan membawa tas, jaket, dan makanan

2) Berpakaian rapi dan sopan

3) Diwajibkan mengisi daftar hadir

4) Setelah membaca buku di perpustakaan, buku dikembalikan

5) Dilarang makan, minum, dan merokok diruang perpustakaan

6) Dilarang mengadakan kegiatan yang dapat mengganggu ketenangan

perpustakaan.

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

k. Struktur organisasi perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta

Gambar 3. Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Suatu buku teks harus memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip

kecukupan. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang

harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga

harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai

siswa adalah mendeskripsikan pengertian, menganalisis peranan, menunjukkan

sikap, menganalisis upaya, maka materi yang harus diajarkan sesuai dengan

kompetensi dasar tersebut.

Prinsip kecukupan berarti materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu

sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga

yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Dalam penelitian ini peneliti menguji prinsip konsistensi dan prinsip

kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional. Materi ini

merupakan materi pokok bahasan kedua untuk mata pelajaran kewarganegaraan

yang diberikan pada siswa/siswi pada jenjang pendidikan menengah khususnya

kelas X berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kepala Sekolah

Karyawan

pelayanan pengolahan pengadaan

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Adapun buku teks yang diteliti adalah buku Kewarganegaraan untuk

SMA kelas X terbitan Erlangga karangan Budiyanto dan buku Kewarganegaraan

SMA kelas X terbitan Ganeca karangan Sujiyanto Muhlisin. Peneliti

menggunakan kedua buku teks tersebut karena kedua buku teks tersebut

digunakan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Dalam meneliti prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar

materi sistem hukum dan peradilan nasional pada buku teks kelas X di SMA

Negeri 6 Surakarta, peneliti menggunakan metode pengumpulan data analisis

data, observasi dan FGD (Focus Group Discusion). Melalui teknik Focus Group

Discusion (FGD) peneliti melakukan penilaian terhadap buku Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan instrument penilaian dan sebagai

responden guru PKN kelas X yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta dan seorang

ahli materi dalam penulisan buku. Peneliti menyediakan 9 butir pernyataan untuk

prinsip kecukupan dan 3 butir pernyataan untuk prinsip konsistensi. Dan setiap

butir pernyataan terdapat skor 1 sampai dengan 4, dimana:

Skor 4 berarti sangat baik

Skor 3 berarti cukup baik

Skor 2 berarti kurang baik

Skor 1 berarti sangat tidak baik.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan sebagai berikut:

Tabel 2. Prinsip Kecukupan untuk Buku Ganeca pada Materi Sistem Hukum dan

Peradilan Nasional.

No Butir Skor Rata-

rata Komponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti

A

1

Cakupan Materi

Memuat pengetahuan, sikap, dan

keterampilan

Kewarganegaraan secara

komprehensif

3 3 4 3 3,25

B Kedalaman Materi

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

2 Materi dimulai dari pengenalan

fakta, konsep/teori,

prinsip/hukum, prosedur,

nilai/norma sampai hubungan

antarkonsep yang mencakup

sesuai dengan SK dan

KD tiap-tiap satuan pendidikan.

3 3 4 4 3,5

C

3

Keterkaitan dengan Panca sila

Pembahasan materi dikaitkan

dengan nilai-nilai

Pancasila

4 3 4 3 3,5

D

4

Ketepatan Fakta

Fakta yang disajikan sesuai

dengan kenyataan empiris dan

sesuai dengan materi

Sajian

3 3 3 3 3

E

5

Ketepatan Konsep

Konsep yang disajikan tidak

menimbulkan salah pengertian

dan sesuai dengan kajian

kewarganegaraan

3 3 3 3 3

F

6

Ketepatan Teori

Teori yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan

kebenarannya sesuai dengan

kajian kewarganegaraan

2 3 4 3

3

G

7

Ketepatan Prinsip

Prinsip/hukum yang disajikan

memiliki legitimasi keilmuan

sesuai dengan kajian

3 4 4 4 3,75

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kewarganegaraan

H

8

Ketepatan Prosedur

Prosedur yang disajikan runtut

(memiliki tahapan yang logis dan

sistematis) dan

sesuai dengan kajian

kewarganegaraan

2 3 4 2 2,75

I

9

Kebenaran Nilai

Nilai yang disajikan sesuai

dengan filosofi bangsa

(Pancasila) dan sesuai dengan

pokok bahasan tiap bab/subbab

3 4 3 3 3,25

Rata-rata 3,22

(Sumber: BSNP 2007)

Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan

bahwa didalam buku Ganeca belum sepenuhnya memuat prinsip kecukupan

karena teori yang disajikan belum tepat dengan kajian kewarganegaraan dan

prosedur yang disajikan belum runtut dan sesuai dengan kajian kewarganegaraan

Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca seluruh butir

memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,22 yang berarti kategori

baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah adalah

2,75. Skor tertinggi pada terdapat pada butir ke-7 yang berisi tentang prinsip /

hukum yang disajikan memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian

Kewarganegaraan, sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-8 yang berisi

tentang prosedur yang disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan

sistematis) dan sesuai dengan kajian Kewarganegaraan.

Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke- 7 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Informan ahli, ”pada butir ke-7 memberikan skor 3 karena materi hukum yang

disajikan diambil dari sumber-sumber pokok”. Menurut informan Guru I,

menjelaskan bahwa:

Pada butir ke-7 jika dilihat dari daftar pustaka yang ada pada buku Ganeca, buku rujukan yang digunakan bersumber pada buku-buku induk/ buku yang membahas khusus materi hukum atau politik sehingga prinsip hukum yang disajikan benar-benar memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian kewarganegaraan.

Menurut informan Guru II, menjelaskan bahwa:

Pada butir ke-7 dilihat dari materi yang disajikan dengan menggunakan pendapat para tokoh ilmu hukum didalamnya sudah pasti buku Ganeca ini menggunakan rujukan buku yang pengarangnya sudah ahli dalam bidangnya, jika kita lihat didaftar pustakanya terdapat buku karangan Miriam Budiardjo yang menulis buku tentang dasar-dasar ilmu politik, kemudian Chainur Arrasyid yang menulis tentang dasar-dasar ilmu hukum.

Dari hasil wawancara para responden, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pada butir ke-7 ini mendapat skor tertinggi karena teori atau sumber

digunakan telah merujuk pada sumber-sumber primer atau sumber pokok dari

materi tersebut, kemudian prinsip/hukum yang disajikan memiliki legitimasi

keilmuan sesuai dengan kajian kewarganegaraan hal ini dapat dilihat pada daftar

pustaka yang ada dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca

buku-buku rujukan/ materi yang diambil berasal dari buku-buku yang digunakan

oleh para mahasiswa PPKn dalam perkuliahan.

Para responden memberikan skor terendah pada butir ke- 8 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh penulis. Menurut informan ahli menjelaskan bahwa ” pada butir

ke-8 ini penjelasan pada buku Ganeca ini belum komprehensif dalam perspektif

kewarganegaraan, dalam artian belum mencakup tentang civic knowledge, civic

skill, dan civic disposition”. Informan Guru I menjelasakn bahwa, ”Pada buku

Ganeca ini penyajian materinya sudah urut namun kesesuaian dalam kajian

kewarganegaraannya masih kurang.” Menurut informan Guru II, menjelaskan

bahwa: ” Materi pada buku ini sudah bagus dalam penyajiannya runtut dari

bahasan fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan kajiannya sudah sesuai dengan

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

kajian kewarganegaraan karena merujuk pada sumber-sumber buku yang

membahas khusus tentang materi tersebut”.

Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pada butir ke-8 ini mendapat skor terendah dikarenakan penjelasan belum

komprehensif dalam perspektif kewarganegaraan yaitu tiga komponen utama

yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic

dispositions disamping itu penyajian materi dalam buku Pendidikan

Kewarganegaraan terbitan Ganeca prosedur yang disajikan sudah runtut.

Tabel 3. Prinsip Kecukupan pada Buku Erlangga pada Materi Sistem Hukum dan

Peradilan Nasional.

No Butir Skor Rata-

rataKomponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti

A

1

Cakupan Materi

Memuat pengetahuan, sikap,

dan keterampilan

Kewarganegaraan secara

komprehensif

3 3 4 3 3,25

B

2

Kedalaman Materi

Materi dimulai dari pengenalan

fakta, konsep/teori,

prinsip/hukum, prosedur,

nilai/norma sampai hubungan

antarkonsep yang mencakup

sesuai dengan SK dan

KD tiap-tiap satuan

pendidikan.

2 4 4 4 3,5

C

3

Keterkaitan dengan Pancasila

Pembahasan materi dikaitkan

dengan nilai-nilai

3 4 4 3 3,5

Page 83: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Pancasila

D

4

Ketepatan Fakta

Fakta yang disajikan sesuai

dengan kenyataan empiris dan

sesuai dengan materi

sajian

2 4 4 3 3,25

E

5

Ketepatan Konsep

Konsep yang disajikan tidak

menimbulkan salah pengertian

dan sesuai dengan kajian

kewarganegaraan

2 3 4 2 2,75

F

6

Ketepatan Teori

Teori yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan

kebenarannya sesuai dengan

kajian kewarganegaraan

3 4 4 3 3,5

G

7

Ketepatan Prinsip

Prinsip/hukum yang disajikan

memiliki legitimasi keilmuan

sesuai dengan kajian

kewarganegaraan

3 4 4 3 3,5

H

8

Ketepatan Prosedur

Prosedur yang disajikan runtut

(memiliki tahapan yang logis

dan sistematis) dan

sesuai dengan kajian

kewarganegaraan

3 4 4 4 3,75

Page 84: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

I

9

Kebenaran Nilai

Nilai yang disajikan sesuai

dengan filosofi bangsa

(Pancasila) dan sesuai dengan

pokok bahasan tiap bab/subbab

3 4 4 3 3,5

Rata-rata 3,49

(Sumber: BSNP 2007)

Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan

bahwa buku Erlangga belum memenuhi prinsip kecukupan karena materi belum

diurutkan sesuai dengan fakta, konsep, prinsip hukum, prosedur, nilai dan terdapat

kesalahan dalam penulisan konsep sehingga dapat menimbulkan salah pengertian

Pada buku pendidikan Kewarganegaraan terbitan Erlangga seluruh butir

memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,49 yang berarti kategori

baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah adalah

2,75. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-8 yang berisi tentang prosedur yang

disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan sistematis) dan sesuai dengan

kajian Kewarganegaraan, sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-5 yang

berisi tentang konsep yang disajikan tidak menimbulkan salah pengertian dan

sesuai dengan kajian Kewarganegaraan.

Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke- 8 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut informan

ahli menjelaskan bahwa,”Pada butir ke-8 ini penjelasan pada buku Erlangga ini

belum komprehensif dalam perspektif kewarganegaraan, dalam artian belum

mencakup tentang civic knowledge, civic skill, dan civic disposition”. Menurut

informan Guru I menjelaskan bahwa, ”Penyajian materinya sudah urut dan

kesesuaian dalam kajian kewarganegaraannya lebih baik dibandingkan dengan

buku Ganeca.” Menurut informan Guru II menjelaskan bahwa, ”Sama dengan

pendapat saya yang tadi, bahwa buku Erlangga sama halnya dengan buku Ganeca

keduanya telah memiliki penyajian materi yang urut dan sesuai dengan kajian

kewarganegaraan”.

Page 85: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pada butir ke-8 ini mendapat skor tertinggi karena materi yang disajikan

sudah urut yakni mulai dari fakta, konsep, prosedur, hingga prinsip selain itu

penjelasan dalam buku Erlangga cakupan perspektif kewarganegaraan yaitu tiga

komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic

skills, dan civic disposition lebih baik.

Para informan memberikan skor terendah pada butir ke-5 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut informan

ahli, ”konsep yang disajikan pada buku Erlangga tidak kontekstual/ tidak sesuai

dengan dinamika yang berkembang dan dimungkinkan dapat mengakibatkan

pemahaman siswa keliru”. Menurut informan Guru I, ” konsep yang disajikan

pada buku erlangga secara menyeluruh sudah bagus, namun penulis buku harus

lebih teliti dalam menulis atau dalam membuat peta konsep”. Menurut informan

Guru II, ”konsep yang disajikan pada buku ini sudah bagus karena pengarang

bukunya juga mengutip dari sumber-sumber yang dapat dipercaya”.

Dari hasil wawancara para informan peneliti dapat menyimpulkan skor

terendah terdapat pada butir ke-5 dikarenakan konsep yang disajikan tidak

kontekstual dan tidak sesuai dengan dinamika yang berkembang selain itu

terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan dalam peta konsep sehingga

dimungkinkan dapat menimbulkan pemahaman yang keliru pada siswa.

Tabel 4. Prinsip Konsistensi pada Buku Ganeca pada Materi Sistem Hukum dan

Peradilan Nasional.

No Butir Skor Rata-

rata Komponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti

A

1

Keseimbangan Materi

Uraian substansi

antarbab dan

antarsubbab

proporsional dengan

2 4 4 3 3,25

Page 86: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

mempertimbangkan SK

dan KD.

B

2

Keluasan Materi

Materi yang disajikan

mencerminkan jabaran

substansi materi yang

terkandung dalam

Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) tiap-tiap

satuan pendidikan .

2 4 4 4 3,5

C

3

Penyajian Materi

Penyajian materi

bersifat interaktif dan

partisipatif yang

memotivasi peserta

didik terlibat secara

mental dan emosional

untuk belajar secara

mandiri dan kelompok

dalam pencapaian SK

dan KD.

3 4 4 3 3,5

Rata-rata 3,42

(Sumber: BSNP 2007)

Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan

bahwa pada buku Ganeca prinsip konsistensi belum terpenuhi karena uraian

substansi antarbab dan antarsubbab belum proporsional dan materi yang

dijabarkan belum sesuai dengan SK dan KD.

Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca seluruh butir

yang memuat prinsip konsistensi memiliki nilai rata-rata 3,42 yang berarti

Page 87: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

kategori baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah

adalah 3,25. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-2 yang berisi tentang materi

yang disajikan mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetansi Dasar (KD) tiap-tiap satuan

pendidikan dan butir ke-3 yakni penyajian materi bersifat interaktif dan

partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional

untuk belajar secara mandiri dan kelompok dalam pencapaian SK dan KD,

sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-1 yang berisi tentang uraian

substansi antar bab dan antar sub bab proporsional dengan mempertimbangkan

SK dan KD.

Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke-2 dan 3 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut

informan ahli, ” Pada butir ke- 2 materi belum mencakup kompetensi sehingga

diberi skor 2 kemudian pada butir ke 3 penyajian materi masih kaku dan

monoton”. Menurut informan Guru I, ” Pada butir ke-2 dan butir ke- 3 diberi nilai

4 pada buku Ganeca materi yang disajikan sudah cukup menjabarkan SK dan KD

yang telah ditentukan selain itu buku ganeca ini telah berusaha memberkan materi

yang dapat menambah keinginan siswa untuk belajar”. Menurut informan Guru II,

menjelaskan bahwa:

Setiap penulis buku pelajaran pasti memperhatikan SK dan KD tentang materi yang akan ditulis jadi sudah dapat dipastikan bahwa pada buku ganeca ini materinya sesuai SK dan KD yang telah ditentukan. Kemudian untuk butir ke-3 dengan adanya peta konsep kemudian ada cetak biru untuk poin-poin tambahan yang dianggap penting ini membuktikan bahwa buku Ganeca berusaha untuk menyajikan materi yang bersifat interaktif dan partisipatif.

Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pada butir ke-2 dan ke-3 ini mendapat skor tertinggi karena penyajian

materi dengan adanya peta konsep, kolom fokus kewarganegaraan dengan cetakan

berwarna, dapat menambah keinginan siswa untuk mempelajari materi sistem

hukum dan peradilan nasional dan materi yang ditulis dibuku Pendidikan

Kewarganegaraan terbitan Ganeca tersebut telah disesuaikan dengan standar

Page 88: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap satuan

pendidikan.

Para informan memberikan skor terendah pada butir ke-1 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut

informan ahli, ”Pada buku Ganeca ini kurang cukup mencakup konsistensi dan

indikator yang terdapat dalam buku tersebut harus lebih rinci dan bisa

ditambahkan”. Menurut informan Guru I, ”Untuk masalah uraian setiap substansi

antar sub babnya sudah proporsional karena sudah berpatokan pada SK dan KD

yang benar”. Menurut informan Guru II, ”Substansi antar sub bab sudah bagus

penjabarannya pun sudah proporsional tidak ada yang berlebihan”.

Dari hasil wawancara informan peneliti dapat menyimpulkan bahwa skor

terendah terdapat pada butir ke-1 dikarenakan uraian substansi antar subbab

kurang mencakup konsistensi dan kurang proporsional, sehingga harus

disesuaikan dengan kajian kewarganegaraan.

Tabel 5. Prinsip Konsistensi pada buku Erlangga pada Materi Sistem Hukum dan

Peradilan Nasional.

No Butir Skor Rata-

rata Komponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti

A

1

Keseimbangan Materi

Uraian antarsubbab

proporsional dengan

mempertimbangkan SK

dan KD.

2 4 4 3 3,25

B

2

Keluasan Materi

Materi yang disajikan

mencerminkan jabaran

substansi materi yang

terkandung dalam

Standar Kompetensi

3 4 4 3 3,5

Page 89: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

(SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) tiap-tiap

satuan pendidikan .

C

3

Penyajian Materi

Penyajian materi

bersifat interaktif dan

partisipatif yang

memotivasi peserta

didik terlibat secara

mental dan emosional

untuk belajar secara

mandiri dan kelompok

dalam pencapaian SK

dan KD.

2 4 4 3 3,25

Rata-rata 3,25

(Sumber: BSNP 2007)

Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan

bahwa Buku Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi karena

materi belum bersifat interaktif dan komunikatif hal ini dapat dilihat dari

penyajiannya yang masih bersifat naratif.

Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Erlangga seluruh butir

memuat prinsip konsistensi memiliki nilai rata-rata 3,25 yang berarti kategori

baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah adalah

3,25. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-2 yang berisi tentang, materi yang

disajikan mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetansi Dasar (KD) pada tiap-tiap satuan pendidikan.

Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke- 1 yakni uraian substansi antar

bab dan antar subbab proporsional dengan mempertimbangkan SK dan KD dan

butir ke-3 yang berisi tentang penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif

yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional untuk belajar

secara mandiri dan kelompok dalam pencapaian SK dan KD.

Page 90: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke-2 memiliki

pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut

informan ahli, ”Materi yang disajikan pada buku Erlangga sudah lebih baik

dibandingkan dengan buku Ganeca tapi tetap perlu adanya penambahan indikator

sehingga materinya pun dapat lebih berkembang.” Menurut informan Guru I,

”Untuk masalah uraian setiap substansi antarsubbabnya sudah proporsional karena

sudah berpatokan pada SK dan KD yang benar”. Menurut informan Guru II,

”Substansi antarsubbab sudah bagus penjabarannya pun sudah proporsional tidak

ada yang berlebihan.”

Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pada butir ke-2 ini mendapat skor tertinggi karena pada buku Pendidikan

Kewarganegaraan terbitan Erlangga materi yang dijabarkan sudah mencakup

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap

satuan pendidikan.

Para informan memberikan skor terendah pada butir ke- 1 dan ke-3

memiliki pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari

wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September

2010. Menururt informan Ahli menjelaskan bahwa:

Pada butir ke-1 keterkaitan antar sub bab kurang tampak dan butir ke-3 pada buku Erlangga sama halnya dengan buku Ganeca penyajiannya masih bersifat kaku dan monoton hal ini dapat dilihat dari cara bertutur dalam menyajikan materi dan diharapkan dalam penyajiannya disesuaikan dengan cara berpikir siswa.

Menurut informan Guru I, menjelaskan bahwa:

Pada butir ke- 1 uraian substansi antar subbabnya sudah proporsional, sama dengan buku Ganeca tadi bahwa butir ke- 3 diberi nilai 4 karena pada buku Erlangga materi yang disajikan sudah cukup menjabarkan SK dan KD yang telah ditentukan selain itu buku ganeca ini telah berusaha memberikan materi yang dapat menambah keinginan siswa untuk belajar.

Menurut informan Guru II, menjelaskan bahwa:

Untuk uraian substansi antar subbabnya sudah cukup proporsional sudah

sesuai dngan SK dan KD, untuk yang butir ke- 3 sama aja dengan

Page 91: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

komentar pada buku Ganeca tadi bedanya kalau dibuku Ganeca dicetak

biru kalau di buku Erlangga dicetak hijau.Warna-warna tersebut secara

tidak langsung dapat menambah minat siswa dalam membaca buku

tersebut.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa skor terendah terdapat

pada butir ke-1 dan ke-3 dikarenakan uraian substansi antar sub bab kurang

proporsional hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pembahasan tentang KD 1

dan KD 2 dibandingkan dengan KD 3,4,dan 5, selain itu penyajiannya masih

bersifat kaku dan monoton hal ini dapat dilihat dari cara bertutur dalam

menyajikan materi.

Dari hasil analisis buku yang berpedoman dengan prinsip konsistensi dan

prinsip kecukupan, pada buku terbitan Ganeca mempunyai beberapa poin yang

perlu dikaji dalam penyajiannya antara lain sebagai berikut:

1. Keterkaitan dengan kajian kewarganegaraan. Seperti pendapat informan ahli

dengan informan Guru I bahwa buku Ganeca belum mencakup kajian

kewarganegaraan secara komprehensif, berdasarkan kompetensi

kewarganegaraan yang diperlukan, terdapat tiga komponen utama yang perlu

dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic disposition.

Pada buku Ganeca yang ditonjolkan adalah civic knowledge dan civic

disposition. Sedangkan civic skillnya belum sepenuhnya disajikan.

a. Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan

kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Pada sub

bab pengertian sistem hukum dan peradilan nasional sudah mencakup

tentang pengetahuan kewarganegaraan yang seharusnya diketahui tentang

seluruh materi yang berkaitan dengan sistem hukum dan peradilan nasional.

b. Civic disposition, dimana (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada

karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan

pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat seperti tanggung

jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat

manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik seperti

kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main

Page 92: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

(rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi,

dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar

demokrasi berjalan sukses. Pada buku Ganeca civic disposition ditunjukkan

pada sub bab sikap terhadap hukum yang berlaku namun pada pembahasan

materi sub bab tersebut tidak menunjukkan kesesuaian dari sub bab tersebut.

c. Civic skill merupakan kecakapan kewarganegaraan yang terdiri dari,

kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan. Didalam

buku Ganeca pada sub bab peran serta masyarakat dalam pemberantasan

korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak menunjukkan adanya kecakapan

kewarganegaraan, melainkan hanya sebatas pengetahuan tentang

pencegahan dan pemberantasan korupsi.

2. Pada Ganeca kurang mencakup prinsip konsistensi. Prinsip konsistensi berarti

ajeg, taat asas pada Pendidikan Kewarganegaraan antar kompetensi dasar,

indikator, dan materi pembelajaran. Dapat dilihat perbandingannya sebagai

berikut:

Tabel 6. Silabus PKn Kelas X

Kompetensi

Dasar

Materi Pembelajaran Indikator

Mendeskripsikan

pengertian sistem

hukum dan

peradilan

Nasional

a. Pengertian Hukum

b. Tata Hukum

Indonesia

c. Penggolongan

Hukum

d. Sumber Hukum

e. Dasar hukum

lembaga-lembaga

peradilan

a. Mendeskripsikan

pengertian hukum

b. Menentukan macam-

macam penggolongan

hukum

c. Mendeskripsikan

sumber hukum formal

dan material

d. Menjelaskan sistem tata

hukum Indonesia

e. Mendeskripsikan

pengertian lembaga

peradilan nasional

Page 93: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

f. Menguraikan dasar

hukum lembaga-lembaga

peradilan nasional.

Tabel 7. Materi pada buku PKn Kelas X penerbit Ganeca karangan Sujiyanto

Standar

Kompetensi

Lulusan

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran

Menganalisis sikap

positif terhadap

penegakan hukum,

peradilan nasional,

dan tindakan anti

korupsi

Menampilkan

sikap positif

terhadap

sistem

hukum dan

peradilan

nasional.

Mendeskripsikan

pengertian

sistem hukum

dan peradilan

Nasional

a. Pengertian

sistem hukum

b. Sistem hukum

Indonesia

c. Jenis-jenis

hukum

Nasional

d. Peradilan

Nasional

Pada materi pembelajaran ”Peradilan Nasional” dalam buku terbitan Ganeca

hanya menguraikan dasar hukum lembaga-lembaga peradilan nasional, tanpa

adanya materi yang mendiskripsikan pengertian lembaga peradilan nasional

dengan demikian buku tersebut tidak sesuai dengan indikator yang telah

ditentukan pada Silabus.

Dari hasil analisis buku yang berpedoman dengan prinsip konsistensi dan

prinsip kecukupan, pada buku terbitan Erlangga mempunyai beberapa poin yang

perlu dikaji dalam penyajiannya antara lain sebagai berikut:

1. Keterkaitan dengan kajian Kewarganegaraan. Menurut informan ahli

menjelaskan bahwa, ”penjelasan pada buku Erlangga ini belum komprehensif

dalam perspektif kewarganegaraan, dalam artian belum mencakup tentang

civic knowledge, civic skill, dan civic disposition”. Berdasarkan kompetensi

kewarganegaraan yang diperlukan, terdapat tiga komponen utama yang perlu

Page 94: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic

disposition.

a. Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan

kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Pada

buku Erlangga civic knowledge ditunjukkan pada sub bab sistem hukum dan

peradilan nasional.

b. Civic disposition, dimana (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada

karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan

pengembangan demokrasi konstitusional. Civic disposition pada buku

Erlangga ditunjukkan pada sub bab menunjukkan sikap dan ketentuan

hukum yang berlaku.

c. Civic skill merupakan kecakapan kewarganegaraan yang terdiri dari,

kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan.

Kecakapan tersebut didalam buku Erlangga terdapat pada sub bab peran

serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, namun pembahasan

materi pada sub bab tersebut belum menunjukkan peran serta siswa secara

konkret sehingga didalam sub bab tersebut masih sebatas pengetahuan.

2. Penyajian konsep. Sesuai yang dijelaskan oleh ahli bahwa di dalam buku

Erlangga konsep yang disajikan pada tidak kontekstual/ tidak sesuai dengan

dinamika yang berkembang dan dimungkinkan dapat mengakibatkan

pemahaman siswa keliru. Beberapa contoh konsep yang dapat menyebabkan

pemahan siswa keliru, yakni sebagai berikut:

a. Di dalam info kewarganegaraan pada halaman 45 terdapat penjelasan

tentang Tata urutan perundang-undangan, di dalam buku Erlangga

dituliskan tata urutan peraturan perundang-undangan yang lama yakni: TAP

MPR No. III/MPR/2003, sebenarnya sudah terdapat tata urutan perundang-

undangan yang baru, yaitu: Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004. Konsep

tersebut menunjukkan bahwa konsep yang disajikan tidak sesuai dengan

dinamika yang berkembang.

b. Kesalahan penulisan pada peta konsep, terdapat beberapa kesalahan sebagai

berikut:

Page 95: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

1) Penulisan konsep pada halaman 47 dijelaskan bahwa, ”penggolongan

hukum berdasarkan tugas dan fungsinya dibagi menjadi 2, yaitu:a)

hukum material, b) hukum formal, dibagi menjadi 2 yakni: (1) hukum

waris, (2) hukum waris”.

Konsep yang benar adalah sebagai berikut:

Penggolongan hukum berdasarkan tugas dan fungsinya dibagi menjadi

2 yaitu:

a) Hukum material, terdiri dari: Hukum Dagang, Hukum Pidana,

Hukum Perdata.

b) Hukum formal, terdiri dari: Hukum Acara Pidana, Hukum Acara

Perdata, dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.

2) Penulisan konsep pada halaman 51 di dalam bagan susunan badan atau

lembaga terdapat kesalahan sebagai berikut:

Gambar 4. Bagan susunan/lembaga peradilan yang ada di Indonesia

Penulisan bagan susunan badan atau lembaga yang benar adalah

sebagai berikut:

Mahkamah Agung

Pengadilan Tinggi Umum/ Sipil

Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi Militer

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Page 96: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Gambar 5. Bagan susunan/lembaga peradilan yang ada di Indonesia

3. Materi tidak proporsional, di dalam buku terbitan Erlangga materi yang

dijabarkan pada Standar Kompetensi Mendeskripsikan pengertian sistem

hukum dan peradilan nasional melebihi materi pembelajaran yang telah

ditentukan oleh silabus, hal ini menyebabkan buku tersebut tidak memenuhi

prinsip konsistensi. Perbandingan materi pembelajaran dapat dilihat sebagai

berikut.

Tabel 8. Materi Pembelajaran pada Silabus dan pada buku terbitan Erlangga

Materi Pembelajaran pada Silabus Materi Pembelajaran Pada buku terbitan

Erlangga

a. Pengertian Hukum

b. Tata hukum Indonesia

c. Penggolongan Hukum

d. Sumber Hukum

e. Dasar hukum lembaga-

lembaga peradilan.

a. Pengertian sistem hukum

b. Tujuan hukum

c. Sumber hukum

d. Penggolongan hukum

e. Sanksi hukum

f. Perbedaan hukum pidana dan

hukum perdata

g. Peradilan Nasional

Mahkamah Agung

Pengadilan Tinggi Agama

Pengadilan Umum

Pengadilan Tinggi Militer

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Page 97: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

C. Temuan Studi

Pada buku pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca seluruh butir

memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,22 yang berarti kategori

baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah 2,75.

Skor tertinggi terdapat pada butir ke- 7 yang berisi tentang prinsip / hukum yang

disajikan memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian Kewarganegaraan,

karena karena teori atau sumber digunakan telah merujuk pada sumber-sumber

primer atau sumber pokok dari materi tersebut, kemudian prinsip/hukum yang

disajikan memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian kewarganegaraan hal

ini dapat dilihat pada daftar pustaka yang ada dalam buku Pendidikan

Kewarganegaraan terbitan Ganeca buku-buku rujukan/ materi yang diambil

berasal dari buku-buku yang digunakan oleh para mahasiswa PPKn dalam

perkuliahan.

Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-8 yang berisi tentang

prosedur yang disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan sistematis) dan

sesuai dengan kajian Kewarganegaraan dikarenakan penjelasan belum

komprehensif dalam perspektif kewarganegaraan yaitu tiga komponen utama

yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic

dispositions disamping itu penyajian materi dalam buku Pendidikan

Kewarganegaraan terbitan Ganeca prosedur yang disajikan sudah runtut.

Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Erlangga seluruh butir

memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,49 yang berarti kategori

baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah 2,75.

Skor tertinggi terdapat pada butir ke- 8 yang berisi tentang prosedur yang

disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan sistematis) dan sesuai dengan

kajian Kewarganegaraan, karena materi yang disajikan sudah urut yakni mulai

dari fakta, konsep, prosedur, hingga prinsip selain itu penjelasan dalam buku

Erlangga cakupan perspektif kewarganegaraan yaitu tiga komponen utama yang

perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic

disposition lebih baik.

Page 98: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-5 yang berisi tentang

konsep yang disajikan tidak menimbulkan salah pengertian dan sesuai dengan

kajian Kewarganegaraan, dikarenakan konsep yang disajikan tidak kontekstual

dan tidak sesuai dengan dinamika yang berkembang selain itu terdapat beberapa

kesalahan dalam penulisan dalam peta konsep sehingga dimungkinkan dapat

menimbulkan pemahaman yang keliru pada siswa.

Pada buku Ganeca seluruh butir memuat prinsip konsistensi memiliki

nilai rata-rata 3,42 yang berarti kategori baik. Dari tabel dapat dilihat skor

tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah adalah 3,25. Skor tertinggi terdapat pada

butir ke- 2 yang berisi tentang materi yang disajikan mencerminkan jabaran

substansi materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) tiap-tiap satuan pendidikan dan butir ke-3 yang berisi

tentang penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif yang memotivasi

peserta didik terlibat secara mental dan emosional untuk belajar secara mandiri

dan kelompok dalam pencapaian SK dan KD, karena penyajian materi dengan

adanya peta konsep, kolom fokus kewarganegaraan dengan cetakan berwarna,

dapat menambah keinginan siswa untuk mempelajari materi sistem hukum dan

peradilan nasional dan materi yang ditulis dibuku Pendidikan Kewarganegaraan

terbitan Ganeca tersebut telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap satuan pendidikan.

Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-1 yang berisi tentang

uraian substansi antar subbab proporsional dengan mempertimbangkan SK dan

KD dikarenakan uraian substansi antar subbab kurang mencakup konsistensi dan

kurang proporsional, sehingga harus disesuaikan dengan kajian kewarganegaraan.

Pada buku Erlangga seluruh butir memuat prinsip konsistensi memiliki

nilai rata-rata 3,25 yang berarti kategori baik. Dari tabel dapat dilihat skor

tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah 3,25. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-2

yang berisi tentang , materi yang disajikan mencerminkan jabaran substansi

materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) pada tiap-tiap satuan pendidikan, karena pada buku Pendidikan

Kewarganegaraan terbitan Erlangga materi yang dijabarkan sudah mencakup

Page 99: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap

satuan pendidikan.

Sedangkan skor terendah terdapat butir ke-1 yang berisi tentang uraian

substansi antar subbab proporsional dengan mempertimbangkan SK dan KD

kemudian untuk butir ke-3 yang berisi tentang penyajian materi bersifat

interaktif dan partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan

emosional untuk belajar secara mandiri dan kelompok dalam pencapaian SK dan

KD, dikarenakan uraian substansi antar subbab kurang proporsional hal ini dapat

dilihat dengan banyaknya pembahasan tentang KD 1 dan KD 2 dibandingkan

dengan KD 3,4,dan 5, selain itu penyajiannya masih bersifat kaku dan monoton

hal ini dapat dilihat dari cara bertutur dalam menyajikan materi.

Dari hasil penelitian tersebut di atas, temuan studi yang dapat diperoleh

adalah sebagai berikut:

Prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di

dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X penerbit Ganeca dan

Erlangga di SMA Negeri 6 Surakarta berkategori baik. Dapat dilihat dari rata-rata

hasil penilaian pada buku Ganeca adalah 3,22 dan pada buku Erlangga adalah

3,49, yang dimana jika nilai rata-rata di atas 3 maka berkategori baik. Namun

disamping itu masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan dan penjabaran

materi pada kedua buku tersebut, sehingga buku teks Pendidikan

Kewarganegaraan Kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga ini belum sepenuhnya

memuat prinsip kecukupan.

Prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di

dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan

Erlangga di SMA Negeri 6 Surakarta berkategori baik. Dapat dilihat dari rata-rata

hasil penilaian pada buku terbitan Ganeca adalah 3,42 dan pada buku Erlangga

adalah 3,25, yang dimana jika nilai rata-rata di atas 3 maka berkategori baik.

Namun belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi. Hal ini dibuktikan

dengan indikator-indikator yang terdapat pada silabus belum sepenuhnya terdapat

pada buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga.

Page 100: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Penelitian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan di dalam

buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan pada buku

Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Erlangga pada materi sistem

hukum dan peradilan nasional menunjukkan bahwa belum sepenuhnya mencakup

kedua prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa materi sistem hukum dan

peradilan nasional tersebut tidak mendukung teori elaborasi tentang

pengorganisasian materi pembelajaran dan prinsip konsistensi dan prinsip

kecukupan, karena dalam menyajikan materi yang ada di dalam kedua buku

tersebut belum diorganisasikan sesuai dengan teori elaborasi. Dimana dalam teori

elaborasi menekankan bahwa dalam mengorganisasikan materi pembelajaran

dimulai dari umum ke rinci berdasarakan teori keilmuan, sedangkan kedua buku

teks tersebut mengorganisasikan materi pembelajaran dari khusus ke umum

berdasarkan silabus.

Page 101: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi permasalahan yang telah diuraikan di depan maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional pada buku teks

Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum

sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi yaitu keajegan/taat asas, dimana materi

yang harus diajarkan siswa harus sesuai dengan kompetensi dasar yang telah

ditentukan pada silabus. Hal ini dibuktikan dengan materi yang disajikan pada

kedua buku tersebut belum konsisten dengan silabus yang ada dan terdapat

beberapa kesalahan dalam penulisan konsep, misalnya: beberapa peta konsep

tentang penggolongan hukum, peta konsep tentang susunan lembaga peradilan,

materi pembelajaran pada buku teks yang lebih banyak dibandingkan dengan

materi pembelajaran yang ada pada silabus ini menunjukkan bahwa buku tersebut

belum sepenuhnya mencakup prinsip konsistensi.

Kedua, Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional pada buku teks

Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum

sepenuhnya memenuhi prinsip kecukupan yaitu prinsip dimana materi yang harus

diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai

kompetensi dasar yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan indikator-indikator

yang terdapat pada silabus belum sepenuhnya terdapat pada buku Pendidikan

Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga, perlu adanya

pengurangan ataupun penambahan materi pada buku tersebut.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan implikasi

sebagai berikut:

Page 102: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

1. Implikasi Teoritis

Penelitian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan di

dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan pada

buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Erlangga pada materi

sistem hukum dan peradilan nasional menunjukkan bahwa belum sepenuhnya

mencakup kedua prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua buku

tersebut tidak mendukung teori elaborasi tentang pengorganisasian materi

pembelajaran dan prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.

2. Implikasi Praktis

Penelitian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan di

dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan pada

buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Erlangga pada materi

sistem hukum dan peradilan nasional menunjukkan bahwa belum sepenuhnya

mencakup kedua prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua buku

tersebut belum layak digunakan sebagai bahan ajar karena dapat

mengakibatkan pembelajaran pada materi sistem hukum dan peradilan

nasional yang dilakukan oleh guru dan siswa kurang maksimal, maka guru

mata pelajaran di SMA/SMK/MA tidak boleh hanya mendasarkan

pengajarannya pada buku-buku tersebut tetapi harus merujuk pada

perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh fenomena yang nyata.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang ada maka saran yang

diberikan oleh peneliti yaitu:

1. Bagi Guru

Untuk menghasilkan materi kewarganegaraan khususnya pada materi

sistem hukum dan peradilan nasional agar memenuhi prinsip konsistensi dan

prinsip kecukupan dan berdasarkan hasil penelitian bahwa materi sistem hokum

dan peradilan nasional pada buku teks kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca

dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip

Page 103: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2644/1/178062511201103551.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

kecukupan maka guru harus melakukan kajian terhadap materi yang akan

diberikan sehingga materi yang diberikan kepada siswa merupakan kualitas yang

maksimal.

2. Bagi Penulis Buku Teks

Buku teks pelajaran sebagai sumber informasi seyogjanya memiliki

kualitas yang baik, yang memenuhi kriteria standar tertentu. Namun demikian

berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sistem hukum dan

peradilan nasional pada buku teks Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan

Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan

Untuk mendapatkan kualitas yang baik penulis buku harus memperhatikan prinsip

pemilihan bahan ajar yang ada khususnya prinsip konsistensi dan prinsip

kecukupan. Disarankan pada buku terbitan Ganeca dan Erlangga dalam penyajian

materi kewarganegaraan pada materi sistim hukum dan peradilan nasional dapat

dikemas sedemikian rupa sehingga tidak hanya bersifat abstrak, tetapi selalu ada

kesesuaian antara teori dan fakta.

3. Bagi Peneliti Lain

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sistem hukum

dan peradilan nasional pada buku teks Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca

dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip

kecukupan Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk kompetensi-kompetensi

yang lain, sehingga bisa dievaluasi pengembangan silabus dari kurikulum yang

ada maupun buku mata pelajaran yang beredar dipasaran.