fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … · 9. segenap bapak dan ibu dosen program pendidikan...

71
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK REMIDIASI POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Oleh : NURMANI SETYANINGSIH NIM K3304041 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vuonglien

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP

UNTUK REMIDIASI POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI

SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh :

NURMANI SETYANINGSIH

NIM K3304041

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si

NIP 19590728 198503 2 001

Pembimbing II

Endang Susilowati, S.Si, M.Si

NIP 19700117 200003 2 001

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 31 Mei 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S ....................

Sekretaris : Drs. Haryono, M.Pd ....................

Anggota : Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si ....................

Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si ....................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP 19600727 198702 1 001

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

iv

ABSTRAK Nurmani Setyaningsih. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK REMIDIASI POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan

metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan

stoikiometri.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan

rancangan ”One Group Pretest-postest Design”. Populasi yang digunakan adalah

semua siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Manyaran Tahun Pelajaran

2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling

yaitu siswa yang mengalami kesulitan belajar pada pokok materi stoikiometri.

Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan tes tertulis dalam bentuk

obyektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t pihak kanan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengajaran

remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai

peta konsep efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada

materi pembahasan stoikiometri (tobs > ttabel = 9, 24 > 1,70 pada taraf signifikansi

5%) dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari 53,19 menjadi 68,44

untuk aspek kognitif setelah mengikuti pembelajaran remidiasi.

Kata Kunci: Numbered Head Together, peta konsep, remidiasi, stoikiometri

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

v

ABSTRACT

Nurmani Setyaningsih. APPLICATION OF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) METHODE FOLLOWED BY CONCEPT MAPS FOR REMIDIAL TEACHING OF THE SUBJECT MATTER STOICHIOMETRY IN THE GRADE X STUDENTS OF SMA MUHAMMADIYAH 2 MANYARAN IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009. Thesis, Surakarta: Submitted to The Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, May 2010.

The aim of this research is to find out the effectiveness of application

Numbered Head Together (NHT) followed by concept maps to solve the student’s

difficulties on remedial teaching subject matter stoichiometry.

The research method was experiment with “One Group Pretest-Postest

Design”. The population used in this research was the grade X students of SMA

Muhammadiyah Manyaran in the academic year 2008/2009. The sampling

technique is purposive sampling, that is the students with learning disabilities in

the subject matter stoichiometry. The techniques of data collecting were

questionnaire and objective test. The technique of data analizing was t-test right

side.

Based on the result of research is can be concluded that remedial

teaching used Numbered Head Together (NHT) followed by concept maps is

effective to solve the student’s learning difficulties subject matter stoichiometry

(tobs > ttab = 9, 24 > 1,70 with significant value 5%) with student’s mean score is

increase that is 53,19 to 68,44 on aspect cognitive after remedial teaching

Key words: Numbered Head Together, concept maps, remedial teaching,

stoichiometry

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

vi

MOTTO

”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang

untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapat menjaga dirinya”

(Q.S At Taubah: 122)

”Sesungguhnya Allah SWT tidaklah menetapkan suatu keputusan, kecuali akan

berakibat baik kepada orang mukmin”

(H.R Ibnu Hibban dari Anas)

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

· Allah SWT

· Bapak dan Ibu tercinta, yang telah

memberikan segalanya. Semoga Allah SWT

merahmati kalian

· Kakak-kakakku tercinta Mas Heri, Mas Nuri

dan Mbak Siti, atas segala dukungan dan

perhatiannya

· Sahabat Al Qowy, Al Ashr, Sofíyah, Lila

yang telah menemani perjuangan ini

· Almamater

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan

rahmat, hidayah dan inayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan

dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat teratasi.

Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret yang telah menyetujui permohonan penyusunan

skripsi.

3. Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

menyetujui permohonan penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh pengertian kepada

penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II yang juga telah merelakan waktu dan tenaganya untuk

membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Sumardi, B.A, Kepala SMA Muhammadiyah 2 Manyaran yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA

Muhammadiyah 2 Manyaran.

7. Ibu Yusnita Apri M, S.Si, pengampu mata pelajaran kimia di SMA

Muhammadiyah 2 Manyaran yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

ix

8. Seluruh siswa SMA Muhammadiyah 2 Manyaran tahun pelajaran 2008/2009

atas kerja sama dan bantuannya selama proses penelitian

9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan.

10. Mahasiswa Program Pendidikan Kimia yang telah ikut mendukung dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, semoga Allah

SWT memberikan balasan kebaikan dengan rahmat-Nya. Harapan penulis skripsi

ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengajaran kimia.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah ................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ........................................................ 5

D. Perumusan Masalah ......................................................... 6

E. Tujuan Penulisan .............................................................. 6

F. Manfaat Penelitian ........................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori................................................................. 7

1. Hakekat Belajar .......................................................... 7

2. Prestasi Belajar........................................................... 10

a. Pengertian Prestasi Belajar .................................. 10

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 12

3. Kesulitan Belajar ........................................................ 13

a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar ................................ 13

b. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar ........... 13

4. Pengajaran Remidiasi................................................. 14

a. Belajar Tuntas ...................................................... 14

b. Remidiasi ............................................................. 15

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

xi

5. Metode Struktural Numbered Head Together (NHT) 16

6. Peta Konsep ............................................................... 17

7. Stoikiometri................................................................ 18

a. Tata Nama Senyawa ............................................ 19

b. Persamaan Reaksi Sederhana ............................... 20

c. Hukum Dasar Kimia ............................................ 21

d. Konsep Mol .......................................................... 22

e. Penentuan Rumus Kimia...................................... 22

f. Koefisien Reaksi .................................................. 23

g. Hukum Gas .......................................................... 24

B. Kerangka Pemikiran......................................................... 27

C. Hipotesis .......................................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 30

1. Tempat Penelitian ...................................................... 30

2. Waktu Penelitian ........................................................ 30

B. Populasi dan Sampel ........................................................ 30

1. Penetapan Populasi .................................................... 30

2. Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 31

1. Sumber Data............................................................... 31

2. Instrumen Penelitian .................................................. 32

3. Uji Coba Instrumen .................................................... 32

D. Rancangan Penelitian ....................................................... 38

1. Variabel Terikat ......................................................... 38

2. Variabel Bebas ........................................................... 38

E. Teknik Analisis Data........................................................ 39

1. Uji Prasyarat Analisis ................................................ 39

2. Uji Hipotesis .............................................................. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data .................................................................. 42

1. Skor Prestasi Belajar Siswa (Kognitif) ...................... 42

2. Skor Ungkap Masalah ................................................ 46

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

xii

B. Uji Persyaratan Analisis ................................................... 47

1. Uji Normalitas ...................................................... 47

2. Uji Homogenitas .................................................. 47

C. Pengujian Hipotesis ......................................................... 48

D. Pembahasan...................................................................... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 55

B. Implikasi .......................................................................... 55

1. Teoritik ....................................................................... 55

2. Praktis ........................................................................ 55

C. Saran ................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal – Tes Akhir Siswa ................ 42

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gain Score Kognitif ....................................... 43

Tabel 3. Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi .......... 45

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Angket Ungkap Masalah ....................... 46

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ......................................................... 28

Gambar 2. Histogram Data Nilai Tes Awal-Tes Akhir Siswa ....................... 43

Gambar 3. Histogram Data Gain Score Kognitif Siswa ................................ 44

Gambar 4. Histogram Data Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan

Sesudah Remidiasi ....................................................................... 46

Gambar 5. Histogram Data Angket Ungkap Masalah ................................... 47

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus .................................................................................... 58

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................... 61

Lampiran 3. Peta Konsep ........................................................................... 66

Lampiran 4. Soal-soal Pembahasan Kelompok .......................................... 67

Lampiran 5. Hubungan Indikator dan Butir Angket Ungkap Masalah ...... 70

Lampiran 6. Angket Ungkap Masalah........................................................ 72

Lampiran 7. Kisi-kisi Soal Try-Out Materi Stoikiometri ........................... 75

Lampiran 8. Soal Try-Out Materi Stoikiometri .......................................... 76

Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Materi Stoikiometri ......................................... 81

Lampiran 10. Soal Materi Stoikiometri ........................................................ 82

Lampiran 11. Kunci Jawaban Soal Tes Materi Stoikiometri ....................... 86

Lampiran 12. Angket Observasi Awal ......................................................... 87

Lampiran 13. Data Hasil Angket Observasi Awal ....................................... 89

Lampiran 14. Data Nilai Kognitif Siswa Sebelum Remidiasi ...................... 92

Lampiran 15. Data Nilai Kognitif Siswa Sesudah Remidiasi ...................... 93

Lampiran 16. Uji Validitas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya

Beda Soal Kognitif ................................................................. 94

Lampiran 17. Penghitungan Reliabilitas ...................................................... 96

Lampiran 18. Data Induk Penelitian ............................................................. 97

Lampiran 19. Uji Normalitas ........................................................................ 98

Lampiran 20. Uji Homogenitas .................................................................... 101

Lampiran 21. Uji t Satu Pihak ...................................................................... 103

Lampiran 22. Form Wawancara Guru Pengampu ........................................ 105

Lampiran 23. Surat Permohonan Pembimbing Skripsi ................................ 106

Lampiran 24. Surat Ijin Menyusun Skripsi .................................................. 107

Lampiran 25. Surat Ijin Research/Try Out ................................................... 109

Lampiran 26. Surat Keterangan Kepala SMA .............................................. 111

Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian ......................................................... 112

Lampiran 28. Tabel Distribusi Nilai Baku ................................................... 113

Lampiran 29. Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ............................................. 116

Lampiran 30. Tabel Nilai Kritik Uji Barlett ................................................. 117

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar pada dasarnya merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan

tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap pada diri siswa akibat

dari latihan, penyesuaian maupun pengalaman. Dimana dalam pelaksanaannya belajar

tersebut tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu. Sebab belajar juga dapat dilaksanakan di

luar sekolah pada waktu yang tidak ditetapkan secara formal.

Pertumbuhan atau perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil

belajar merupakan tingkah laku baru yang diperoleh setelah membaca, mendengar,

mengamati, menganalisa, merangkum, berlatih dan sebagainya. Tingkah laku tersebut

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam

sikap, kebiasaan, keterampilan, perkembangan sikap sosial, emosional dan pertumbuhan

jasmani. Dengan demikian seseorang dapat dikatakan belajar, apabila pada dirinya telah

terjadi penampakan adanya perolehan informasi yang baru, dan sikap kepribadian yang

baru kearah yang lebih baik, sesuai dengan yang diharapkan.

Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara

wajar. Kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa

amat sulit. Aktivitas belajar yang mengalami hambatan disebut kesulitan belajar. Sunardi

dalam Marnida Y (2006: 23) menyatakan bahwa “kesulitan belajar merupakan istilah

umum yang menunjuk kepada kelainan yang heterogen, ditandai oleh kesulitan dalam

penguasaan dan penggunaan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,

bernalar, dan berhitung”.

Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar ketika dalam jangka waktu tertentu

siswa tersebut tidak mampu mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat

penguasaan minimal yang telah ditetapkan dalam setiap kompetensi pelajaran tertentu.

Kesulitan belajar adalah hambatan atau masalah yang dihadapi oleh seorang siswa atau

sekelompok siswa dalam belajar yang disebabkan oleh suatu hal yang datang dari dalam

maupun dari luar siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Kesulitan belajar

dapat berwujud sebagai suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik, baik 1

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

17

dalam mata pelajaran yang spesifik seperti membaca, menulis, matematika dan mengeja

atau dalam berbagai keterampilan yang bersifat umum seperti mendengarkan, berbicara

dan berpikir.

Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga

diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif) (E.Mulyasa, 2009: 132). Ilmu

kimia sebagai produk penemuan yang mencakup pengetahuan berupa fakta, konsep,

prinsip, hukum dan teori serta sebagai bentuk proses kerja ilmiah menjadikan siswa

memiliki persepsi bahwa ilmu kimia sulit dipelajari sehingga kurang menyukai pelajaran

kimia.

Pokok bahasan stoikiometri pada materi kimia merupakan salah satu materi yang

terdiri dari konsep-konsep, hukum-hukum, dan rumus yang berkaitan dengan persamaan

reaksi sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi yang

diajarkan. Sebagai materi yang membutuhkan kecermatan dalam penggunaan konsep dan

keterampilan menerapkan rumus siswa dituntut untuk memahami interkorelasi antar

konsep sehingga dapat menggunakannya dalam menyelesaikan berbagai variasi soal.

Kesulitan belajar stoikiometri juga dapat disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang

hanya berorientasi pada target penyelesaian sejumlah materi dan bersifat hafalan konsep-

konsep, tanpa mengetahui hubungan antar konsep tersebut. Kesulitan ini juga dapat

bersumber pada kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan dalam memahami konsep

kimia, dan kesulitan dalam perhitungan.

Dari data hasil observasi awal dengan pemberian angket pada siswa kelas XI

terkait pembelajaran kimia selama di kelas X di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran serta

wawancara dengan guru pengampu, dapat diketahui bahwa dari aspek kognitif masih

terdapat sekitar 23% siswa yang sering mengalami ketidaktuntasan dalam belajar,

sedangkan 67% meskipun sudah tuntas tetapi belum mencapai nilai yang optimal.

Sedangkan menurut 49% dari mereka, materi yang paling sulit pada semester ganjil

adalah pokok bahasan stoikiometri. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena

metode mengajar yang digunakan guru kurang tepat, biasanya karena banyaknya bahan

yang harus disampaikan dan waktu yang terbatas, guru cenderung menyampaikan materi

stoikiometri dengan ceramah dan sedikit latihan soal atau siswa diminta untuk berlatih

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

18

soal sendiri tanpa adanya bimbingan dari guru. Pada saat mengerjakan soal, siswa juga

sering merasa kebingungan untuk menentukan rumus yang harus digunakan dalam

menyelesaikan soal tersebut.

Kesulitan belajar stoikiometri tersebut belum teratasi secara tuntas karena sistem

pembelajaran yang diterapkan masih bersifat seragam, dimana dalam waktu yang

bersamaan dan metode yang sama semua siswa diharapkan dan dituntut untuk belajar

dengan kecepatan yang sama walaupun diketahui bahwa kelas itu heterogen dengan

karakteristik siswa yang berbeda-beda dan akibatnya banyak kegagalan dan kesulitan

yang dialami oleh siswa. Sedangkan kurikulum pembelajaran berbasis kompetensi (KBK)

yang saat ini diterapkan di sekolah-sekolah menuntut tercapainya pembelajaran tuntas

yang mensyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi

maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.

Untuk itu, metode pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat memberikan

waktu kepada peserta didik sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai tingkat

penguasaan kompetensi pembelajaran. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada

setiap siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih optimal. Berdasarkan uraian di

atas, maka untuk menerapkan pembelajaran sampai siswa menguasai materi secara

tuntas, peneliti dalam hal ini mencoba untuk memberikan pembelajaran remidiasi sebagai

salah satu cara untuk mengatasi kesulitan belajar sehingga siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar pada pokok bahasan stoikiometri.

Kesulitan belajar stoikiometri yang dialami siswa antara lain dalam hal

menyetarakan persamaan reaksi, menentukan pereaksi pembatas, penentuan rumus kimia

yang merupakan penyelesaian soal yang berkaitan dengan konsep mol sebagai konsep

dasar dalam perhitungan kimia. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan berlatih soal lebih

sering dengan bimbingan teman maupun guru. Dari permasalahan tersebut, metode

pembelajaran yang mungkin dapat diberikan sebagai perbaikan antara lain cooperative

learning, problem solving, peer teaching, dan beberapa metode lain yang dapat

dikombinasikan dengan berbagai media pembelajaran. Dalam penelitian ini metode yang

akan digunakan adalah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai

peta konsep. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran NHT sebagai bagian dari model

pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

19

memahami materi pembelajaran dari penyampaian yang berulang-ulang. Siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar stoikiometri dapat mengatasi kesulitan belajarnya

dengan sering berlatih soal dimana mereka dapat menyelesaikan soal yang dimiliki secara

berkelompok berdasarkan penjelasan dari teman dan guru serta dapat lebih menguasai

materi dengan menentukan keterkaitan antar konsep yang tergambarkan dalam peta

konsep.

Penelitian ini juga mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh B.J. Farrell

dan H.M. Farrell (2008) yang menggunakan metode pembelajaran cooperative learning

untuk membekali siswa dengan pengalaman belajar yang memuaskan. Dengan

pembelajaran secara berkelompok siswa dapat mengembangkan hubungan interpersonal

dan kemampuan komunikasi mereka. Dari hasil penelitian sebagian besar siswa

menyatakan bahwa metode cooperative learning dapat memberikan pengalaman yang

membantu mereka untuk mengembangkan ketrampilan berdiskusi dan menerapkannya

dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 89% dari anggota kelompok

memberikan bantuan dan 88% mendapatkan kemudahan di dalam kelompoknya.

Hasil penelitian Yuan Ling dan Hong Kwen Boo (2007) menunjukkan bahwa

penggunaan peta konsep sebagai alat perbaikan dapat meningkatkan pemahaman konsep

dalam pembelajaran. Siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan peta konsep

sebagai alat instruksional dan perbaikan memperoleh hasil yang lebih baik secara

signifikan yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pos tes jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan bagan.

Dengan demikian penggunaan metode pembelajaran NHT disertai peta konsep

ini diharapkan dapat memberikan motivasi siswa untuk bekerja sama dalam berlatih

mengerjakan bentuk-bentuk soal stoikiometri dan lebih percaya diri dalam menentukan

penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi. Dengan bimbingan penerapan peta

konsep untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian soal, siswa juga akan lebih

mudah memahami konsep-konsep yang banyak terdapat pada materi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan pada proses pembelajaran Kimia siswa kelas

X SMA Muhammadiyah 2 Manyaran dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

20

1. Dimanakah letak kesulitan siswa dalam mempelajari materi kimia khususnya pada

pokok bahasan stoikiometri?

2. Apakah siswa kesulitan melakukan interkorelasi antar konsep materi kimia pokok

bahasan stoikiometri?

3. Apakah model pembelajaran cooperative learning dapat digunakan untuk

pembelajaran remidiasi sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok

bahasan stoikiometri?

4. Apakah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep

efektif untuk pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka

pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian dan

menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah:

1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 1 SMA Muhammadiyah 2

Manyaran Tahun Pelajaran 2008/2009 yang mengalami kesulitan belajar materi kimia

pokok bahasan stoikiometri.

2. Objek penelitian adalah kesulitan belajar siswa pokok bahasan stoikiometri dengan

membandingkan prestasi belajar sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti

pembelajaran remidiasi.

3. Prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif.

4. Pokok bahasan adalah stoikiometri.

5. Metode yang digunakan dalam pembelajaran remidiasi adalah metode pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep yang diberikan oleh guru.

6. Efektivitas metode yang digunakan ditinjau dari perbandingan hasil belajar sebelum

dan sesudah pembelajaran remidiasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

21

apakah metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep

efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi

pokok bahasan stoikiometri?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Efektivitas penggunaan metode

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan stoikiometri.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Teoritis :

- memberikan informasi tentang metode pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) disertai peta konsep sebagai alternatif remidiasi

- memberikan informasi tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari

pokok bahasan stoikiometri

2. Praktis :

- bagi guru, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengatasi kesulitan

pembelajaran

- bagi peneliti, menambah pengetahuan sesuai profesi yang akan penulis tekuni

serta dapat memecahkan permasalahan yang terjadi.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Langkah awal untuk memecahkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam

perumusan masalah pada pendahuluan adalah mengkaji teori-teori yang relevan.

Sehubungan dengan hal tersebut, akan dibahas mengenai: hakikat belajar, prestasi

belajar, kesulitan belajar, pengajaran remidiasi, metode pembelajaran Numbered Head

Together (NHT), peta konsep, dan materi kimia stoikiometri.

1. Hakekat Belajar

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

22

Belajar memiliki arti yang bermacam-macam menurut teori–teori belajar yang

dianut orang. Belajar selalu ada hubungannya dengan manusia, karena belajar merupakan

salah satu aktivitas manusia yang penting sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya.

Di sekolah, siswa berkomunikasi dengan berbagai mata pelajaran lewat guru,

teman dan juga berbagai sumber pelajaran. Di dalam pembelajaran pada umumnya, pada

saat terjadi komunikasi antara guru dan siswa media pembelajaran sangat diperlukan

karena media adalah sarana komunikasi.

Belajar adalah komunikasi (Yusuf Hadi Miarso,1986: 3). Siswa yang sedang

belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun

hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, siswa dapat

berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi

dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya.

Teori belajar yang banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa ini

adalah teori belajar menurut Gagne, David Ausubel, dan Piaget dalam Ratna Wilis Dahar

(1989: 111-152)

a. Teori Belajar Menurut Gagne

Terhadap masalah belajar, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 134)

memberikan dua definisi yaitu:

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi, pengetahuan, keterampilan,

tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari

instruksi

Selanjutnya Gagne mengemukakan bahwa prose belajar berlangsung melalui

delapan tahap atau fase, yaitu: fase motivasi, fase pengenalan, fase perolehan, fase

retensi, fase pemanggilan, fase generalisasi, fase penampilan, dan fase umpan balik.

b. Teori Belajar Menurut D. Ausubel

Menurut teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111), belajar

bermakna menyebabkan informasi yang diterima siswa dapat bertahan lama apabila

informasi yang disimpan dalam otak disimpan ke dalam sistem syaraf-syaraf otak dalam

jumlah yang besar. Oleh karena itu proses belajar dengan keterlibatan siswa dalam

7

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

23

menemukan konsep akan lebih bermakna. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru

diasimilasikan pada konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.

Informasi baru yang dipelajari secara menghafal akan lebih sukar bertahan lama

dalam otak, karena hampir tidak ada konsep baru yang relevan dalam struktur kognitif

seseorang. Hafalan ibarat sebuah pemaksaan otak untuk menerima informasi yang baru

diterima tanpa diberi kesempatan untuk membuktikan kebenarannya walaupun mungkin

bertentangan dengan informasi lama yang diterima otaknya. Padahal seharusnya antara

informasi lama dengan informasi baru selalu berkaitan. Hal ini merupakan dasar

pengembangan informasi baru. Oleh karena itu dasar pengembangan IPA perlu suatu

metode dimana siswa dapat mengkaitkan informasi lama dengan informasi baru.

c. Teori Belajar Menurut Piaget

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152) ”perkembangan kognitif

merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologi yakni

perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur seseorang, maka semakin

komplek susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya”.

Piaget berpendapat ada empat tahap perkembangan kognitif seseorang, yaitu:

1) Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Selama periode ini anak mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori)dan dengan

tindakan-tindakan (motor)

2) Tahap pra operasional (2-7 tahun)

Anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah, mengurangi

dan lain-lain.

3) Tahap operasional (8-11 tahun)

Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Anak belum dapat berurusan

dengan materi abstrak seperti hipotesis. Pada tahap ini sifat egosentris berubah

menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi.

4) Tahap operasional formal (11 tahun keatas)

Anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau

peristiwa-peristiwa kongkrit. Mereka mempunyai kemampuan berpikir abstrak.

Dalam pertumbuhannya ke arah dewasa, seseorang akan mengalami adaptasi

biologis dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan kualitatif di dalam

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

24

struktur kognitifnya. Apabila seseorang mendapat informasi baru, maka informasi

tersebut disesuaikan dengan kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses

asimilasi, sebaliknya bila struktur kognitif yang dimiliki yang dimodifikasi sesuai dengan

informasi baru dari luar maka terjadilah proses akomodasi. Baik asimilasi maupun

akomodasi terjadi apabila terdapat konflik dalam struktur kognitifnya, atau terjadi

ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau yang

dialami sekarang. Setelah terjadi keseimbangan seseorang telah beradaptasi.

Dari ketiga teori belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses bertambahnya pengetahuan dan pengalaman seseorang sehingga dapat

menemukan interaksi antara informasi lama dengan informasi baru yang ditunjukkan

dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai bentuk adaptasi atas pengetahuan yang

dimilikinya.

Di samping itu terdapat teori pembelajaran konstruktivisme yang menekankan

pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa dituntut untuk membangun

sendiri konsep pembelajaran berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang

dimiliki. Hal ini dapat diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif yang melibatkan

siswa untuk mengenali masalah, mengumpulkan informasi, memproses data, melakukan

analisis dan membuat kesimpulan. Dengan demikian, siswa dapat membangun sendiri

pengetahuan barunya dengan berfikir untuk menyelesaikan masalah, menuangkan ide,

dan membuat keputusan.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Hasil akhir dari belajar atau yang disebut prestasi belajar merupakan hal yang

penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar yang telah dilaksanakan. Hasil belajar ini

dapat berupa pengetahuan keterampilan dan sikap yang dapat diklasifikasikan kedalam

tiga kemampuan/ ranah/ aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Kemampuan Kognitif.

Menurut Bloom kemampuan kognitif berkaitan dengan tujuan-tujuan

pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan

masalah dimana hasil belajarnya secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

25

memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini mencakup

keterampilan intelektual sebagai tugas dari kegiatan pendidikan yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif meliputi

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis dengan penekanan pada aspek

pengetahuan dan pemahaman yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

2) Kemampuan Afektif

E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan afektif dapat dilihat

melalui cara berfikir dan bertindak yang mengacu pada nilai-nilai kesopanan, seperti

kemampuan dalam menempatkan diri secara tepat pada situasi yang berbeda, dan respon

terhadap berbagai fenomena yang terjadi.

W.Gulo (2002: 147) berpendapat kemampuan afektif adalah suatu kemampuan

yang berhubungan dengan value (nilai), yaitu suatu konsep yang tidak berada didalam

dunia empiris, tetapi dalam pikiran manusia. Nilai merupakan seperangkat sikap yang

dijadikan dasar pertimbangan, standar/prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. Jika selalu

berkenaan dengan suatu obyek, yang disertai perasaan positif dan negatif.

Berikut ini kata-kata operasional yang dapat digunakan sebagai indikator

kompetensi afektif:

a) Receiving (penerimaan): mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya dan

mengalokasikan.

b) Responding (menanggapi): konfirmasi, menjawab, membaca, membantu,

melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.

c) Valuing (penanaman nilai): menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan

dan melakukan.

d) Organization (pengorganisasian): memverifikasi, menyusun, menyatukan,

menghubungkan dan mempengaruhi.

e) Characterization (karakterisasi): menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup,

mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.

(E. Mulyasa, 2009: 140)

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

26

Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat, karena perubahan

tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan sikap seseorang

memerlukan waktu yang relatif lama.

3) Kemampuan Psikomotor

E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan psikomotorik

mencakup keterampilan akademis dan sosial. Keterampilan akademis sifatnya berjenjang

mulai dari mengingat, menafsirkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, sampai

menilai. Keterampilan sosial dapat dilihat dari cara berkomunikasi dalam pergaulan,

berhubungan dengan orang lain, memecahkan masalah, mengambil keputusan,

bekerjasama, dan kemampuan kepemimpinan.

Pada intinya prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai individu sebagai

usaha yang dialami langsung dan merupakan aktivitas yang bertujuan baik untuk

memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan maupun kecakapan dan sikap positif dalam

situasi dan kondisi tertentu. Pada umumnya prestasi belajar ditunjukkan dengan angka

atau nilai yang mewujudkan lambang atau simbol yang mencerminkan tingkat

penguasaan materi pelajaran yang telah diajarkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru

bidang studi dalam situasi dan kondisi tertentu melakukan kegiatan penilaian. Penilaian

hasil belajar yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku

siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penilaian pada umumnya menggunakan

tes sebagai alat ukurnya. Hasil pengukuran dinyatakan dengan angka dan nilai. Dari

angka atau nilai inilah yang dapat diketahui tingkat penguasaan materi pelajaran oleh

siswa.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah angka yang

diberikan oleh guru bidang studi kimia sebagai hasil usaha yang telah dicapai siswa

setelah mengikuti proses belajar mengajar yang didapat dari tiga kemampuan yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan parameter penilaian yang digunakan setelah

siswa mengikuti suatu tes.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang

berasal dari dalam diri siswa (intern) atau berasal dari luar diri siswa (ekstern). Pada

hakikatnya interaksi antara berbagai faktor tersebut merupakan hasil belajar yang

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

27

diperoleh siswa. Dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar seoptimal

mungkin maka guru harus mengenali faktor-faktor tersebut. Roestiyah NK (1991: 20)

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut, yaitu :

1) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri siswa, seperti kondisi

psikologi, minat, intelegensi, motivasi, dan faktor pribadi lainnya.

2) Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti faktor keluarga,

guru, dan cara mengajarnya serta faktor lingkungan lainnya.

Sedangkan Thabrani Rusyan (1989: 60) menyatakan bahwa prestasi belajar

siswa tergantung pada apa yang dipelajari, bagaimana materi pelajaran itu dipelajari dan

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa baik faktor eksternal maupun internal,

diharapkan siswa dapat menguasai pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran.

3. Kesulitan Belajar

a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di

lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Kesulitan belajar

merupakan kelompok kesulitan belajar yang heterogen yang memiliki banyak tipe dan

masing-masing memerlukan diagnosis dan remidiasi yang berbeda-beda. Klasifikasi

kesulitan belajar sangat diperlukan karena bermanfaat untuk menentukan strategi

pembelajaran yang tepat.

Mulyono Abdurrahman (2003: 11) secara garis besar mengklasifikasikan

kesulitan belajar ke dalam dua kelompok, yaitu :

1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning

disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan

komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities), menunjuk pada

kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas

yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan

dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.

b. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

28

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan belajar antara lain,

kelemahan fisik, perkembangan mental, daya intelektual, gaya belajar, kepribadian,

keterampilan berpikir yang kurang, serta kemampuan membaca dan perhitungan

matematika yang rendah. Secara eksternal kesulitan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh

kurikulum, strategi pembelajaran, sistem evaluasi, guru, pengelolaan kelas, kondisi

lingkungan dan sarana prasarana pembelajaran.

Dalam pembelajaran stoikiometri, faktor internal yang menyebabkan kesulitan

belajar adalah faktor genetik dan pengaruh psikologis seperti persepsi awal bahwa materi

tersebut sulit dipelajari, bosan, mudah menyerah dalam menghadapi soal, kemampuan

matematika yang rendah, dan kurangnya motivasi. Sedangkan faktor eksternal dapat

disebabkan karena metode belajar yang kurang tepat, kurangnya sarana dan prasarana

serta kurangnya dukungan dari pihak-pihak di sekelilingnya.

4. Pengajaran Remidiasi

a. Belajar Tuntas

Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari

dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Ini disebut ”mastery learning” atau belajar tuntas,

artinya penguasaan penuh. Dengan kondisi siswa yang berbeda-beda maka tidak semua

siswa mampu menguasai secara penuh materi yang disampaikan oleh guru. Untuk itu

masih perlu dipikirkan jalan agar setiap siswa mendapat bimbingan dalam menyelesaikan

pelajarannya dengan baik.

Sejumlah tokoh pendidikan yakin bahwa sebagian terbesar bahkan hampir

semua siswa sanggup menguasai bahan pelajaran sepenuhnya dengan syarat-syarat

tertentu. Menurut S. Nasution (1986: 38) terdapat lima faktor yang mempengaruhi belajar

tuntas, yaitu :

1) bakat untuk mempelajari sesuatu

2) mutu pengajaran

3) kesanggupan untuk memahami pengajaran

4) ketekunan, dan

5) waktu yang tersedia untuk belajar

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

29

Dalam usaha mencapai ketuntasan belajar, maka kelima faktor tersebut harus

diperhatikan. Jadi, dalam usaha mencapai penguasaan penuh atau mastery learning perlu

diselidiki prasyarat bagi penguasaan tersebut. Selanjutnya diusahakan metode

penyampaian atau proses belajar-mengajar yang serasi dan akhirnya perlu dinilai hasil

usaha sejauh manakah usaha tersebut dapat dilakukan. Salah satu prasyarat untuk

ketuntasan belajar adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai.

Prasayarat kedua adalah pemahaman bahwa tujuan tersebut harus tertuang dalam suatu

alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa. Untuk

itu perlu adanya penentuan standar yang layak dan memungkinkan dapat dicapai oleh

semua siswa. Standar penguasaan tersebut harus diketahui oleh guru dan juga murid.

Karena semua murid pada dasarnya mendapat kesempatan mencapai standar tersebut

sehingga dapat memperoleh nilai tertingi maka siswa dapat belajar dalam suasana kerja

sama dan saling membantu.

b. Remidiasi

Remedial teaching berasal dari kata remedy (Bahasa Inggris) yang artinya

menyembuhkan. Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk

pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan kata lain

pengajaran yang membuat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dapat dikatakan pula

bahwa pengajaran perbaikan itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Proses

penyembuhan ini dilakukan untuk mengatasi maupun mengurangi gangguan atau

hambatan eksternal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar sehingga

siswa memiliki waktu belajar yang optimal untuk dapat menguasai kompetensi yang

seharusnya dikuasai dari suatu materi pembelajaran.

Pengajaran remidiasi bertolak dari konsep belajar tuntas. Pada tiap akhir unit

kegiatan pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif sehingga dapat diketahui siswa

yang sudah atau belum menguasai bahan pelajaran. Bagi siswa yang belum menguasai

bahan pelajaran diberikan pengajaran remidiasi, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan

sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian, pengajaran remidiasi sebenarnya

merupakan kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan

menemukan adanya siswa yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah

ditetapkan.

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

30

Sebelum pengajaran remidiasi diberikan, guru lebih dahulu perlu melakukan

dianogsis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta

alternatif strategi pengajaran remidiasi yang efektif dan efisien. Dengan demikian,

remidiasi sebagai perbaikan terhadap kurang tercapainya ketuntasan belajar harus

memperhatikan letak kesulitan siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

sehingga ketika dilakukan pembelajaran remidiasi guru dapat menggunakan metode yang

tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

5. Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan

siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif

dalam mengikuti pelajaran. Salah satu pendekatan dari model pembelajaran kooperatif

adalah pendekatan pembelajaran, dimana pada pendekatan ini memberikan pemecahan

pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Diharapkan siswa bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih

pada penghargaan kooperatif dan penghargaan individu.

Pendekatan pembelajaran dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) yang

terdiri dari dua macam struktur yang terkenal yaitu Think-Pair Share (TPS) dan

Numbered-Head Together (NHT). Dalam metode NHT guru melibatkan para siswa

sehingga siswa dapat melihat bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

atau memeriksa pemahaman siswa mengenai isi pelajaran tersebut. Menurut Arends

(2001: 16) guru dapat mengganti pertanyaan langsung dengan menggunakan struktur

sebagai berikut :

a. Penomoran (Numbering), siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah

anggota 4-5 yang heterogen kemudian masing-masing anggota dari kelompok

tersebut mendapat nomor 1 sampai 5.

b. Mengajukan Pertanyaan (Questioning), guru memberikan pertanyaan yang bervariasi

dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Pertanyaan dapat langsung atau

berupa arahan.

c. Berfikir Bersama (Head Together), kelompok memutuskan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

31

d. Menjawab (Answering), Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa

dengan nomor yang disebut mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan

untuk seluruh kelas.

Sebagaimana di awal disampaikan bahwa materi stoikiometri sebagai materi

yang memiliki banyak konsep dan rumus hitungan maka siswa perlu dibiasakan dengan

banyak latihan soal. Bentuk kerja sama dalam cooperative learning akan memudahkan

siswa untuk berdiskusi dan memutuskan penyelesaian yang tepat dalam menghadapi soal.

Namun dengan metode NHT, bukan berarti siswa dapat bergantung sepenuhnya kepada

teman sekelompoknya karena masing-masing anggota dalam kelompok tersebut memiliki

tanggung jawab untuk menyelesaikan soal berdasarkan nomor soal yang diperolehnya.

Selain itu, interaksi siswa juga diperlukan untuk menyampaikan bahwa setiap orang

dalam kelompok itu mengetahui jawabannya. Jadi, pemahaman siswa akan diperoleh dari

penyampaian yang berulang-ulang. Dari hasil kerja menyelesaikan soal yang dimiliki,

penjelasan dari teman satu kelompok, dan membandingkan dengan hasil kerja kelompok

lain, serta penjelasan tambahan dari guru. Pelajaran serta kerja sama dengan struktur

menawarkan saling tergantung yang bersifat positif antara lain pertanggungjawaban

individu dan kelompok.

6. Peta Konsep

Menurut Anwar Holil dalam Blogdetik.com (2008) peta konsep merupakan

salah satu bagian dari strategi organisasi yang bertujuan membantu pebelajar

meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru. Strategi ini terdiri dari pengelompokan

ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi

subset yang lebih kecil.

Fungsi dari peta konsep adalah untuk menyatakan hubungan bermakna antara

konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Antara dua atau lebih konsep

dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Ratna Wilis Dahar, 1989: 122-

123).

Peta konsep yang digunakan dalam pembelajaran bermakna harus memiliki ciri-

ciri sebagai berikut :

a. memperlihatkan konsep-konsep dan susunan atau organisasi suatu bidang studi

bermakna,

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

32

b. merupakan gambar dua dimensi dari suatu disiplin ilmu atau suatu bagian dari suatu

disiplin ilmu. Gambar tersebut harus mampu memperlihatkan hubungan-hubungan

prinsip antar konsep-konsep,

c. dapat menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Hal ini berarti ada beberapa

konsep yang lebih inklusif daripada yang lain,

d. menyatakan tentang hirarki, hal ini terjadi bila dua atau lebih konsep digambarkan di

bawah suatu konsep yang lebih inklusif.

Kelebihan yang dimiliki dari penggunaan peta konsep pada suatu proses

pembelajaran adalah dapat digunakan untuk :

- menyelidiki apa yang telah dipahami oleh siswa,

- mempelajari bagaimana cara belajar siswa, apakah sudah benar atau belum dalam

penguasaan konsep,

- mengungkap konsepsi yang salah

- alat evaluasi bagi guru.

Sedangkan kekurangan yang terdapat pada penggunaan peta konsep adalah :

- kurang menanamkan sifat kerja sama antar siswa

- lebih menonjolkan kerja secara individu

- tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep.

Dengan demikian, penggunaan peta konsep ini dapat membantu siswa secara

visual untuk menghubungkan keterkaitan antara gagasan-gagasan maupun ide-ide yang

terdapat dalam suatu materi pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah untuk

memahami materi tersebut. Peta konsep ini juga dapat mempermudah siswa untuk

memahami dan mengingat sejumlah informasi baru dan menentukan kaitannya dengan

konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa sehingga pembelajaran menjadi

lebih bermakna.

7. Stoikiometri

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani: stoicheion = partikel; metron =

perhitungan. Jadi, dapat dikatakan stoikiometri adalah segala bentuk perhitungan kimia

yang berhubungan dengan jumlah partikel. Namun dengan adanya kurikulum yang baru,

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

33

maka pembahasan tata nama senyawa, persamaan reaksi sederhana, dan hukum dasar

kimia termasuk ke dalam materi stoikiometri.

a. Tata Nama Senyawa

1) Tata Nama Senyawa Biner

Senyawa biner merupakan senyawa yang terbentuk dari dua jenis unsur

(senyawa yang mengandung dua jenis atom). Aturan umum dalam penamaan

senyawa biner menurut IUPAC (International Union for Pure and Applied

Chemistry) adalah sebagai berikut:

§ semua senyawa biner memiliki nama yang berakhiran –ida

§ jika senyawa biner tersusun atas logam dan atom bukan logam, maka nama logam

disebutkan lebih dahulu kemudian diikuti oleh nama bukan logam yang

berakhiran –ida

§ jika senyawa biner tersusun seluruhnya dari atom bukan logam, maka penulisan

dilakukan berdasarkan urutan:

§ Akhiran –ida digunakan oleh atom yang terletak lebih di sebelah kanan

§ nama senyawa yang sudah umum tidak menggunakan aturan tatanama IUPAC

Untuk senyawa biner dari logam dan bukan logam yang biasanya berupa

ion harus memiliki jumlah muatan nol (netral). Sedangkan untuk senyawa bukan

logam merupakan senyawayang tersusun dari molekul-molekul (bukan dari ion-ioan).

Jumlah masing-masing atom dalam rumus senyawa harus ditandai dengan awalan

angka Yunani.

2) Tata Nama Senyawa Poliatom

Senyawa poliatom terbentuk dari ion-ion poliatom, dimana dua atau lebih

atom-atom terikat bersama-sama dalam satu ion. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penamaan senyawa poliatom adalah sebagai berikut:

- pada umumnya ion poliatom bermuatan negatif. Hanya ion Amonium (NH4+)

yang bermuatan positif.

B – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

34

- Hanya OH- dan CN- ion poliatom yang berakhiran –ida. Pada umumnya ion

poliatom negatif berakhiran –it atau –at. Ada beberapa ion yang berawalan hipo,

per, di, atau tio.

- Hampir semua ion poliatom negatif mengandung atom oksigen. Ion yang

berakhiran –it mengandung atom oksigen lebih sedikit daripada ion yang

berakhiran –at.

b. Persamaan Reaksi Sederhana

Persamaan reaksi ialah persamaan yang menyatakan perubahan materi dalam

suatu reaksi kimia. Cara menyetarakan reaksi adalah menambahkan angka koefisien di

depan rumus kimia zat-zat.

1) Reaksi Pembakaran Senyawa Organik

Senyawa organik yang hanya mengandung atom C, H, dan O jika dibakar

(direaksikan dengan O2) hanya akan menghasilkan CO2 dan H2O. Persamaan reaksi

pembakaran senyawa organik disetarakan dalam empat tahap, yaitu:

- menuliskan persamaan reaksi: senyawa organik + O2 à CO2 + H2O

- menyamakan jumlah atom C dengan menambahkan koefisien di depan CO2

- menyamakan jumlah atom H dengan menambahkan koefisien di depan H2O

- menyamakan jumlah atom O dengan menambahkan koefisien di depan O2

2) Menyetarakan Persamaan Reaksi yang Rumit

Untuk menyetarakan reaksi yang agak rumit, dapat digunakan ”metode

abjad”, dimana sebagai koefisien dalam persamaan reaksi digunakan huruf-huruf

abjad.

Contoh : aHNO3 + bH2S à cNO + dS + eH2O

Dengan mengingat bahwa jumlah atom ruas kiri = jumlah atom ruas

kanan, maka persamaan untuk masing-masing atom:

Atom H : a + 2b = 2e (I)

Atom N : a = c (II)

Atom O : 3a = c + e (III)

Atom S : b = d (IV)

Untuk memperoleh bilangan bulat, maka semua harga dikalikan dua, sehingga

didapat: a =2; b = 3; c = 2; d = 3; e = 4

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

35

Maka, persamaan setara dari reaksi di atas adalah:

2HNO3 + 3H2S à 2NO + 3S + 4H2O

c. Hukum Dasar Kimia

1) Hukum Lavoiser

Disebut juga dengan hukum kekekalan massa. Dimana massa zat yang

bereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi.

2) Hukum Proust

Menyatakan bahwa suatu senyawa murni selalu terbentuk dari unsur-unsur

yang sama, yang tergabung dalam perbandingan tertentu dan selalu tetap. Menurut

teori atom kenyataan ini berarti banyaknya atom setiap unsur di dalam sebuah

molekul zat itu selalu sama; oleh karena itu molekul air selalu harus dirumuskan H2O.

3) Hukum Dalton

Disebut juga hukum kelipatan perbandingan. Bila dua unsur dapat

membentuk lebih dari satu senyawa yang berbeda, maka perbandingan massa dari

unsur yang satu yang bersenyawa dengan sejumlah tertentu unsur lain di dalam

persenyawaan-persenyawaan tersebut merupakan bilangan yang mudah dan bulat.

4) Hukum Gay Lussac

Disebut juga hukum perbandingan volume. Menyatakan bahwa pada

tekanan dan suhu yang sama , volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas

hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.

Hukum perbandingan volume dapat dinyatakan sebagai berikut:

5) Hukum Avogadro

Menyatakan bahwa pada tekanan, suhu, dan volume yang sama, berbagai

macam gas mempunyai jumlah molekul yang sama. (lebih lanjut di sub bab

berikutnya).

d. Konsep Mol

Volume A = koefisien A Volume B koefisien B

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

36

Dalam perhitungan kimia dinyatakan satuan yang didasarkan pada jumlah partikel

zat-zat yang terlibat dalam perhitungan kimia. Satuan yang dipakai adalah mol. Standar 1

mol menurut satuan internasional (SI) adalah isotop karbon-12 yang massanya 12 gram.

Jumlah tersebut pertama kali ditemukan oleh Johann Loschmidt dari Jerman pada tahun

1865 yaitu sebanyak 6,02 x 1023 butir. Bilangan 6,02 x 1023 disebut tetapan Avogadro

(L).

Dengan demikian satu mol zat adalah banyaknya zat yang mengandung 6,02 x

1023 partikel. Partikel yang dimaksud disini dapat berupa atom, molekul atau ion.

Massa satu mol zat yang dinyatakan dalam gram disebut massa molar. Massa

molar suatu zat ialah bilangan yang dinyatakan dalam gram dan banyaknya sesuai dengan

massa atom relatif (Ar) atau massa molekul relatif (Mr) zat tersebut.

gram = mol x Ar atau Mr

Jumlah partikel = gram

L Ar atau Mr

e. Penentuan Rumus Kimia

Konsep mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa, baik

rumus empiris (perbandingan terkecil atom-atom dalam senyawa) maupun rumus

molekul (jumlah atom-atom dalam senyawa).

Dalam menentukan rumus empiris suatu senyawa, mula-mula ditentukan gram

atau persentase masing-masing unsur penyusun senyawa. Kemudian angka-angka

tersebut dibagi dengan Ar masing-masing, sehingga diperoleh perbandingan mol terkecil

dari unsur-unsur penyusun senyawa.

Contoh :

Suatu senyawa mengandung 32,4 % natrium; 22,6 % belerang, dan sisanya oksigen (Ar

Na = 23, S = 32, O = 16). Tentukan rumus empiris senyawa tersebut!

Jawab :

Na = 32,4%

S = 22, 6%

Jumlah partikel = mol x L X = n x 6,02 x 1023

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

37

O = 100 – (32,4 + 22,6) = 45%

mol Na : mol S : mol O = 23

4,32 :

326,22

: 1645

= 1,4 : 0,7 : 2,8

= 2 : 1 : 4

Jadi, rumus empiris senyawa tersebut adalah Na2SO4

Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya sama, tetapi

kebanyakan tidak sama. Rumus molekul merupakan kelipatan dari rumus empiris. Untuk

menentukan rumus molekul suatu senyawa, ada dua hal yang harus diketahui lebih dulu,

yaitu rumus empiris senyawa dan Mr senyawa.

Contoh :

Suatu gas dengan rumus empiris NO2 mempunyai Mr = 92, (Ar N = 14, O = 16).

Tentukan rumus molekulnya!

Jawab :

(NO2) n = 92

46 n = 92

n = 2, sehingga rumus molekul gas adalah N2O4

f. Koefisien Reaksi

Dalam suatu persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol

dari seluruh zat yang ada pada persamaan reaksi, baik pereaksi di ruas kiri maupun hasil

reaksi di ruas kanan.

Jika salah satu zat sudah diketahui molnya, maka mol zat-zat lain pada persamaan

reaksi tersebut dapat dicari dengan cara membandingkan koefisien.

Jika zat-zat dicampurkan atau direaksikan dalam jumlah mol yang tidak sesuai

perbandingannya dengan koefisien, maka pasti ada zat yang tersisa (tidak habis). Dalam

hal ini, yang dilibatkan dalam perhitungan hanyalah mol yang habis saja, yaitu mol yang

mol A = koefisien A mol B koefisien B

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

38

hasil kali terhadap koefisien yang paling kecil. Zat yang memiliki mol habis dalam reaksi

tersebut disebut pereaksi pembatas.

Contoh :

Sebanyak 32 gram metana, CH4, dibakar dengan 160 oksigen (Ar C = 12, H = 1, O = 16).

Berapa gram CO2 yang dihasilkan?

Jawab :

CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O

CH4 = 1632

mol = 2 mol

O2 = 32

160mol = 5 mol

Oleh karena lebih kecil dari 25

, berarti pereaksi pembatasnya adalah CH4

CO2 = 11

x 2 mol = 2 mol

Massa CO2 = 2 x 44 gram

= 88 gram

g. Hukum Gas

Hukum-hukum gas yang berhubungan dengan konsep mol adalah Hukum

Avogadro dan Keadaan Standar.

Hukum Avogadro dapat dirumuskan sebagai berikut : pada suhu dan tekanan

yang sama, gas-gas yang bervolume sama akan memiliki mol yang sama.

mol gas A = mol gas B

volume gas A volume gas B

Contoh :

Sebanyak 13,5 gram aluminium (Al = 27) direaksikan dengan larutan asam sulfat :

2 Al + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 3H2

Hitunglah volume gas hidrogen yang terbentuk, diukur pada kondisi dimana 1 mol gas

oksigen bervolume 20 liter.

Jawab :

Al = 27

5,13 mol = 0,5 mol

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

39

H2 = 23

x 0,5 mol = 0,75 mol

Untuk mencari volume H2, digunakan volume oksigen sebagai pembanding.

mol H2 = mol O2

volume H2 volume O2

x75,0

= 201

x = 15 liter

Pada tahun 1860, Stanislao Cannizzaro (1826 -1910) dari Italia mengemukakan

bahwa setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0o C dan tekanan 1 atm memiliki volume 22,4

liter.

Suhu 0o C dan tekanan 1 atm disebut keadaan standar atau STP (Standard

Temperature and Pressure). Pada keadaan standar tersebut berlaku hubungan :

Contoh :

Sebanyak 245 gram KClO3 (Mr =122,5) dipanaskan sehingga terurai menjadi KCl dan

gas O2 menurut reaksi :

2 KClO3 (s) 2 KCl (s) + 3O2 (g)

Berapa liter gas O2 yang terbentuk, diukur pada keadaan standar ?

Jawab :

KClO3 = 5,122

245mol = 2 mol

O2 = 23

x 2 mol = 3 mol

= 3 x 22,4 liter = 67,2 liter

Pada keadaan yang bukan standar, volume gas dapat dihitung dnegan persamaan

gas ideal, yaitu :

P V = nRT

Volume ( liter)= mol x 22, 4

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

40

Dimana :

P = tekanan dalam atm

V = volume gas dalam liter

n = jumlah mol gas

R = tetapan gas ideal = 0,082 L.atm.mol-1K-1

T = suhu mutlak gas dalam Kelvin

B. Kerangka Pemikiran

Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak faktor yang menyebabkan

timbulnya kesulitan belajar sehingga prestasi belajar yang diinginkan belum dapat

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

41

tercapai. Metode mengajar sebagai salah satu faktor ekstern adanya kesulitan belajar

perlu disesuaikan dengan jenis materi yang disampaikan sehingga penerimaan siswa

terhadap materi yang diajarkan menjadi lebih baik.

Dalam pengajaran kimia masih banyak siswa yang mengalami kesulitan

menangkap materi seperti stoikiometri. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dalam

mengkonversi rumus dan kurang paham konsep hitungan yang digunakan. Stoikiometri

adalah mata pelajaran kimia yang membutuhkan keterampilan siswa dalam berhitung dan

kecermatan siswa dalam memahami maksud soal. Dengan banyak berlatih soal, maka

diharapkan siswa dapat mengerjakan berbagai macam variasi soal.

Penelitian ini mencoba untuk menanamkan kebiasaan berlatih pada siswa dengan

metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebagai bagian dari model

pembelajaran cooperative learning dan disertai peta konsep untuk mempermudah siswa

memahami dan menyelesaikan permasalahan dalam materi stoikiometri. Penggunaan

metode ini dikarenakan metode pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk hampir

semua tugas dalam berbagai kurikulum. Metode ini menekankan pada kerja sama antar

anggotanya untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama

lainnya.

Dalam pengajaran yang menggunakan metode pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) ini siswa dapat berlatih dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal-

soal. Masing-masing anggota tetap bertanggungjawab dengan jenis soal yang

dihadapinya namun masih memungkinkan untuk bertanya atau membantu anggota

kelompoknya. Ketika kerja sama ini bersama, maka akan tercipta suasana yang

membangkitkan motivasi untuk menyelesaikan soal-soal yang dihadapi. Dengan adanya

peta konsep serta bimbingan dari guru tentang penggunaannya untuk menyelesaikan soal-

soal maka diharapkan siswa dapat lebih memahami langkah-langkah dalam

menyelesaikan soal sehingga pada akhirnya siswa dapat mencapai ketuntasan belajar

materi stoikiometri.

Dengan adanya penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) disertai peta konsep pada pembelajaran remidiasi ini siswa juga diharapkan dapat

lebih termotivasi untuk belajar. Karena pada metode ini siswa lebih memiliki rasa

kebersamaan dalam menghadapi permasalahan serta dukungan dari kelompoknya. Siswa

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

42

yang didukung dan dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran akan terdorong

untuk rajin berlatih mengerjakan soal-soal, hal ini akan membiasakan siswa untuk

mengerjakan soal dengan cepat dan benar sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar.

Dari pemaparan di atas maka diharapkan penggunaan metode pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dalam pembelajaran remidiasi

dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan membantu siswa mencapai ketuntasan belajar

pada pokok bahasan Stoikiometri.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam

penelitian ini diajukan hipotesis bahwa metode pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) disertai peta konsep efektif digunakan sebagai pembelajaran remidiasi untuk

NHT: - Menumbuhkan kerjasama

dalam menghadapi persoalan - Meningkatkan motivasi

belajar dan tanggung jawab - Terlatih untuk menyelesaikan

soal - Penyampaian konsep materi

berulang-ulang

Peta Konsep: - Siswa lebih mudah

memahami keterkaitan antar konsep

- Siswa dapat menentukan langkah penyelesaian soal

Kesulitan belajar

- Materi stoikiometri: banyak menghafal, mengkonversi rumus dan perhitungan matematis

- Siswa cenderung pasif - Kurangnya media pembelajaran - Kurangnya berlatih soal

Siswa tidak tuntas

Remidiasi

Siswa tuntas

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

43

mengatasi kesulitan belajar siswa dan membantu siswa mencapai ketuntasan belajar pada

pokok bahasan Stoikiometri

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

44

1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Manyaran pada siswa kelas X

Semester 1 tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 2

Manyaran dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Tahap dan

waktu penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Tahap November 2008 Desember 2008 I II III IV I II III IV

Pengajuan judul Pembuatan proposal Seminar proposal Perijinan Uji coba instrumen Proses pembelajaran Penyusunan laporan

B. Populasi dan Sampel

1. Penetapan Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester 1 SMA Muhammadiyah

2 Manyaran tahun pelajaran 2008/2009.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami

kesulitan belajar pada materi pokok stoikiometri yang diketahui dari data nilai hasil

ulangan masing-masing siswa dengan teknik purposive sampling.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sumber data yang

digunakan meliputi sebagai berikut:

30

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

45

a. Angket

Angket ungkap masalah diberikan untuk mengetahui kesulitan siswa belajar

kimia yang diidentifikasi dari motivasi belajar, cara belajar, sikap selama pembelajaran,

cara siswa menyelesaikan tugas, serta metode mengajar guru.

Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus

menyediakan alternatif jawaban. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat

konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori berupa kisi-kisi. Konsep selanjutnya

dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang

hendak dicapai.

Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan

sebelumnya. Untuk menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan

dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Menurut skala Likert

(Sukardi, 2003: 146-147) kriteria penilaian item soal angket sebagai berikut:

Skor untuk aspek yang dinilai Skor

(+) (-)

SL. Selalu

SR. Sering

KD. Kadang-kadang

J. Jarang

TP. Tidak Pernah

5

4

3

2

1

1

2

3

4

5

b. Tes Tertulis

Data tentang prestasi belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif diperoleh dengan

memberikan tes objektif dengan jawaban lengkap untuk mengetahui pemahaman siswa

dan letak kesalahan siswa.

c. Dokumentasi

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

46

Dokumentasi atau arsip yang digunakan untuk mendukung penelitian ini antara

lain berupa kurikulum, skenario pembelajaran, silabus, buku penilaian dan buku referensi

mengajar.

2. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Penelitian yang Mengungkap Masalah dan Sikap Siswa

Untuk memperoleh data tentang permasalahan dan sikap siswa pada mata

pelajaran kimia disusun suatu instrumen berupa angket ungkap masalah.

b. Instrumen Penelitian Aspek Kognitif

Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

stoikiometri, maka disusun sebuah instrumen yang berisi soal-soal yang sesuai dengan

TIK pada pokok bahasan stoikiometri.

3. Uji Coba Instrumen

a. Instrumen Penelitian Bentuk Tes

Sebelum instrumen digunakan sebagai intrumen penelitian, soal–soal

distandarisasi dengan menggunakan uji coba (try out), serta dilakukan analisis validitas,

reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran.

1) Uji Validitas

Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995 : 243). Tes dikatakan memiliki validitas soal bila

hasil tes tersebut sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes

tersebut dengan kriterium (Suharsimi Arikunto, 1998:66). Teknik analisis yang

digunakan untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian adalah teknik korelasi

product moment (Karl Person) sebagai berikut:

2222 )()()()(

))((

yyNxxN

yxxyNrxy

S-S-S-S

SS-S=

Keterangan:

rχy = koefisien korelasi product moment

N = jumlah subjek

χ = skor item

y = skor item total

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

47

Setelah diperoleh rxy harga kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r

product moment. Apabila harga rxy > harga rkritik, maka item soal tersebut dikatakan

valid.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas diperoleh bahwa instrumen yang

diujicobakan yang terdiri dari 30 soal ternyata terdapat 8 soal yang tidak valid.

Adapun perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu

menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan

dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel menunjukkan ketepatan dan ketelitian

hasil dalam data atau berbagai pengukuran. Dengan kata lain skor tersebut dari

berbagai pengukuran, tidak menunjukkan penyimpangan atau perbedaan-perbedaan

yang berarti. Oleh karena itu taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dengan suatu

koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas atau r11 yang dinyatakan dalam

suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai 1,00.

Untuk mengetahui reliabilitas soal objektif digunakan rumus Flanagan yang

perhitungannya menggunakan belah dua ganjil-genap, yaitu :

r11 = 2 (1 - 2

22

21

TSSS +

)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

S2

1 = varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor ganjil

S2

2 = varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap

St2 = varians total yaitu varians skor total

Suatu instrumen dikatakan reliabel, secara manual dapat dibandingkan dengan

tabel, yaitu jika r11 > rtabel maka instrumen atau soal dapat dikatakan reliabel.

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

48

0,91 - 1,00 = sangat tinggi

0,71-0,90 = tinggi

0,41-0,70 = cukup

0,21-0,40 = rendah

negatif - 0,20 = sangat rendah

Dari perhitungan diperoleh harga r11 = 0,913 dengan rtabel = 0,339 sehingga dapat

dikatakan bahwa soal-soal tersebut memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Adapun

perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran.

3) Uji Taraf Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu

menunjukkan sukar mudahnya suatu soal (soal bentuk objektif), yang harganya dapat

ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Ik = taraf kesukaran

b = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item

N = kelompok siswa

Ketentuan untuk klasifikasi taraf kesukaran soal:

0,81-1,00 = mudah sekali (MS)

0,61-0,80 = mudah (Md)

0,41 - 0,60 = sedang atau cukup (Sd/C)

0,21-1,40 = sukar (Sk)

0,00-0,20 = sukar sekali (SS)

Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran masing-masing item soal yang

valid adalah sebagai berikut:

Kriteria Nomor soal Mudah Sekali 29 Mudah 6, 8, 9, 10, 13, 15, 20

maksimal skor ΝB

Ik´

=

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

49

Sedang 2, 3, 4, 5, 11, 23, 30 Sukar 1, 16, 17, 22, 24, 25 Sukar Sekali 27

4) Uji Daya Pembeda Soal

Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar

dari siswa yang tergolong dalam kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang

tergolong dalam kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu item. Bilangan yang

menunjukkan hasil perbandingan antara jawaban benar dari kelompok atas dan bawah

yang diperoleh, dengan perbedaan jawaban benar dari kelompok atas dan bawah yang

seharusnya diperoleh disebut Indeks Diskriminasi (ID). Rumus untuk menentukan daya

pembeda soal (soal bentuk objektif) adalah sebagai berikut :

KA-KB

ID =

NKA atau NKB x skor maksimal

Keterangan:

ID = indeks pembeda soal

KA = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok atas.

KB = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok

bawah.

Klasifikasi daya pembeda soal :

0,80 – 1,00 = sangat membedakan (SM)

0,60 – 0,79 = lebih membedakan(LM)

0,40 – 0,59 = cukup membedakan (CM)

0,20 – 0,39 = kurang membedakan (KM)

0,00 – 0,19 = sangat kurang membedakan (SKM)

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal untuk masing-masing item

soal yang valid adalah sebagai berikut:

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

50

Kriteria Item

Sangat Membedakan -

Lebih Membedakan 3, 5, 16, 17, 22, 23, 24, 25

Cukup Membedakan 10, 11, 15, 30

Kurang Membedakan 1, 2, 4, 6, 8, 9, 13, 20, 26, 27

Sangat Kurang Membedakan -

b. Instrumen Penelitian Non Tes (Angket)

1) Uji Validitas Angket

Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes

dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur setiap

aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus (indikator).

Validitas butir soal angket (Suharsimi Arikunto, 2002: 75) dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

{ }{ }å åå åå å å=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

Keterangan :

rxy : koefisien Validitas

X : hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya

Y : kriteria yang dipakai

Berdasarkan perhitungan validitas soal angket diperoleh bahwa seluruh item

pada angket tersebut valid sehingga semua item dapat digunakan dalam tes afektif pada

siswa. Adapun perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran.

2) Uji Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat

memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada

subyek yang sama.

Reliabilitas soal angket diketahui dengan rumus Alpha yang mengacu pada

Suharsimi Arikunto (2002: 109) untuk memperoleh harga reliabilitas dengan

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

51

menggunakan rumus Alpha perlu dicari harga varians masing-masing item dan varians

totalnya.

NN

)X(X

σ

2i2

i2

i

å å-=

Sedangkan rumus varians totalnya :

NN

)X(X

σ

2t2

t2

t

å å-=

Rumus koefisien Alpha yaitu sebagai berikut :

11r = úúû

ù

êêë

é-úû

ùêëé

2

2

11

t

i

nn

s

s

Keterangan :

11r : reliabilitas instrumen

n : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

ås2

i : jumlah kuadrat s masing-masing item

s2

t : kuadrat s total keseluruhan item

Berdasarkan perhitungan diperoleh harga r11 = 0,834 > rtabel = 0,339 sehingga

item soal yang terdapat dalam angket tersebut dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang

tinggi.

D. Rancangan Penelitian

1. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar pada materi pokok

stoikiometri.

2. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran remidiasi dengan metode

Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep.

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

52

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental.

Dengan metode ini siswa diberi tes I mengenai materi stoikiometri, siswa yang

mengalami kesulitan belajar diberi perlakuan perbaikan dengan pengajaran menggunakan

metode Numbered Head Together (NHT) yang disertai dengan peta konsep, kemudian

diberi tes II dengan materi yang sama.

Rancangan yang digunakan adalah one group pretest-postest design. Adapun

rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel . Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Post test

Eksperimen T1 Χ T2

Keterangan :

T1 = tes awal terhadap penguasaan materi stoikiometri siswa sebelum perlakuan

X = pengajaran remidiasi dengan menggunakan metode Numbered Head Together

(NHT) disertai peta konsep

T2 = tes akhir terhadap penguasaan materi stoikiometri siswa setelah perlakuan

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Sebelum data diolah untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal. Metode yang digunakan dalam uji normalitas

ini adalah metode Lilliefors dengan statistik uji:

Lobs = Lmaks {|F(zi)-S(zi)|}

Dimana :

F(zi) = P (z >zi)

F(zi) >Z(zi) = mobilitas komulatif drai z

S(z) = cacah dimana Z< z

cacah semua observasi (n)

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya.

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

53

n

XiX å=

S =

1)( 2

--

nXXi

2. Menghitung nilai zi

zi = s

XX -

3. Mencari nilai zi pada daftar F

4. Menghitung S(zi)

5. Menghitung selisih F(zi)-S(zi)

6. Mencari nilai kritis yang diperoleh pada kolom harga mutlak, kemudian

dibandingkan dengan tabel pada taraf signifikansi 5 %.

7. Kriteria pengujian apabila L maks < L tabel berarti sampel berasal dari

sample yang terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui cacah kelompok populasi yang mempunyai variansi sama

digunakan uji homogenitas variansi populasi. Uji homogenitas bertujuan untuk

mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak.

Harga varians antar kelompok pada penelitian ini tidak dapat diketahui, maka uji

homogenitasnya menggunakan uji Bartlett, yaitu;

χ2 = ( ln 10) {B-∑.(ni-1) log Si2

Dimana :

S2 = å

å-

-

)1(

)1( 2

ni

Sini

B = (log S2) ∑(ni-1)

Keterangan :

n =Banyaknya sampel tiap kleompok

S2 = Variansi hipotesis

Ho =σ2i2=σ2=.........= σk2

Hi = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Kriteria :

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

54

Tolak Ho jika χ 2 hitung > χ 2 (1-α)(k-1)di dapat dari daftar distribusi t dengan

peluang(1-α) dan dk=(k-1)

(Sudjana, 2002:243)

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji perbedaan dua rata-rata dengan

uji t pihak kanan.

Ho = µ1 £ µ2

Hi = µ1>µ2

Ho = metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep

tidak dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok

bahasan stoikiometri

Hi = metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) isertai peta konsep

dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok

bahasan stoikiometri

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan tes awal dan tes akhir

∑X2 d = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

Kriteria :

Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima dan jika thitung > ttabel maka hipotesis nol

ditolak.

∑´2 d

= t

N(N-1)

Md

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data prestasi belajar siswa (aspek

kognitif) dan data tentang sikap siswa (aspek afektif) serta data skor ungkap masalah

siswa pada materi pokok stoikiometri I. Data aspek kognitif diperoleh dari nilai tes awal

dan nilai tes akhir, sedangkan data nilai afektif dan angket ungkap masalah diperoleh dari

skor angket penilaian afektif dan skor angket ungkap masalah.

1. Skor Prestasi Belajar Siswa (Kognitif)

Data prestasi belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif dapat diketahui dari

nilai siswa pada tes awal dan tes akhir. Dari nilai tes awal dan tes akhir ini diketahui

bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa. Distribusi frekuensi nilai tes awal dan

tes akhir dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 2.

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal–Tes Akhir Siswa

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

56

No Nilai Tes awal Tes akhir % Tes awal % Tes akhir 1. 40 1 0 3,70 0

2. 44 2 0 7,41 0

3. 48 5 0 18,52 0

4. 52 4 0 14,81 0

5. 56 10 0 27,04 0

6. 60 5 7 18,52 25,93

7. 64 0 4 0 14,81

8. 68 0 5 0 18,52

9. 72 0 5 0 18,52

10. 76 0 3 0 11,11

11. 80 0 2 0 7,41

12. 84 0 1 0 3,70

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Fre

kuen

si

40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84

Nilai

Tes Aw al

Tes Akhir

Gambar 2. Histogram Data Nilai Tes Awal-Tes Akhir Siswa

Dari hasil penilaian pada tes awal nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 60;

nilai terendah 40; nilai rata-rata 53,19 dengan simpangan baku 5,53. Sedangkan untuk tes

akhir diperoleh nilai tertinggi 84; nilai terendah 60; nilai rata-rata 68,07 dan simpangan

baku 7,29.

42

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

57

Untuk Gain Score (selisih nilai) kognitif yaitu pengurangan nilai tes akhir

dengan nilai tes awal, diperoleh nilai tertinggi 36 dan nilai terendah adalah 0 dengan

sebaran frekuensi seperti tertera pada tabel 2 dan gambar 3.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gain Score Kognitif

Interval Nilai Tengah F Mutlak F Relatif (%) 0 – 4 2 4 0.15 5 – 9 7 2 0.07

10 – 14 12 6 0.22 15 – 19 17 6 0.22 20 – 24 22 7 0.26 25 – 29 27 1 0.04 30 – 34 32 0 0 35 - 39 37 1 0.04

Jumlah 27 100 %

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2 7 12 17 22 27 32 37

Nilai Tengah

Fre

kuen

si

Gambar 3. Histogram Data Gain Score Kognitif Siswa

Dari tes awal diperoleh data nilai siswa yang berada di bawah batas tuntas yaitu ≤

60. Siswa tersebut dianggap mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan

stoikiometri. Hal ini dapat disebabkan karena cakupan materi stoikiometri luas dengan

banyak soal hitungan sehingga siswa cenderung malas untuk mempelajarinya. Kesulitan

tersebut juga dipengaruhi cara penyampaian materi oleh guru yang dinilai terlalu cepat

dan kurang jelas.

Setelah dilakukan remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) disertai peta konsep ternyata hasil belajar siswa menjadi lebih baik

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

58

karena metode yang digunakan dapat mempermudah siswa memahami materi

stoikiometri dengan adanya penjelasan tentang penggunaan peta konsep dalam

menyelesaikan soal. Siswa juga diberikan latihan soal untuk dikerjakan secara

berkelompok yang kemudian diikuti dengan pembahasan secara bersama, baik dengan

teman satu kelompok, teman sekelas, maupun dengan guru.

Hasil dari tes akhir menunjukkan bahwa nilai siswa di atas batas tuntas. Sehingga

dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengajaran remidiasi berhasil untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

tabel 3 dan gambar 4 sebagai perbandingan nilai yang diperoleh siswa berdasarkan

persentase jawaban benar untuk masing-masing indikator soal sesudah remidiasi dan

sebelum remidiasi.

Tabel 3. Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi

No Indikator No Soal

Sebelum Sesudah % Benar % Benar

1. Siswa dapat mengidentifikasi nama suatu senyawa

1 22.2 81.5 2 77.78 96.3

2. Siswa dapat menerapkan berlakunya hukum kimia

3 25.93 96.3 4 48.15 44.4

3. Siswa memahami konsep massa suatu atom berdasarkan perbandingan dengan massa C-12

5 74.07 37.04 6 77.78 100

4. Siswa dapat menghitung Ar maupun Mr 7 74.07 100

5. Siswa dapat mengkonversikan hubungan mol, massa dan Ar/Mr

8 74.07 96.3 9 81.48 81.5

6. Siswa dapat menerapkan berlakunya hukum gas

10 96.59 100 14 40.74 100 24 70.37 48.15

7. Siswa dapat mengkonversikan hubungan jumlah mol dengan jumlah partikel

11 92.59 96.3 23 14.81 25.93

8. Siswa dapat mengkonversikan hubungan jumlah partikel dengan Ar/Mr dan massa

12 88.89 85.2 13 29.63 66.7

9. Siswa dapat menyetarakan persamaan reaksi 16 37.04 33.33 25 77.78 55.6

10. Siswa dapat menentukan rumus kimia senyawa 15 74.07 92.6

11. Siswa dapat menghitung massa zat pereaksi dan hasil reaksi, jika diketahui persamaan reaksi,mol, dan massa atom relatifnya

17 11.11 25.9 18 25.93 62.96 21 14.81 48.1

12. Siswa dapat menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa jika diketahui massa unsur penyusun dan massa atom relatif

19 3.70 29.6

22 77.78 70.4

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

59

13. Siswa dapat menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi 20 18.51 37.04

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nomor Soal

Per

sen

tase

Jaw

aban

Ben

ar

Sebelum

Sesudah

Gambar 4. Histogram Persentase Jawaban Siswa Sebelum dan Sesudah Remidiasi

2. Skor Ungkap Masalah

Data tentang kesulitan belajar siswa diperoleh dengan cara angket, selanjutnya

dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan mediannya. Untuk skor yang lebih dari

65 dikategorikan tinggi dan untuk skor yang kurang dari 65 dikategorikan rendah.

Berdasarkan data yang terkumpul dalam kelompok eksperimen terdapat 13 siswa

yang termasuk kategori rendah dan 14 siswa yang termasuk kategori tinggi. Dari angket

ungkap masalah siswa ini diperoleh nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 53. Sebaran nilai

kesulitan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 7.

Tabel 4.Distribusi frekuensi Data Angket Ungkap Masalah

No Interval Titik tengah Frekuensi % frekuensi 1. 53-59 56 9 33.33

2. 60-66 63 6 22.22

3. 67-73 70 3 11.11

4. 74-80 77 6 22.22

5. 81-87 84 3 11.11

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

60

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

56 63 70 77 84

Nilai Tengah

Fre

ku

en

si

Rendah

Tinggi

Gambar 5. Histogram Data Angket Ungkap Masalah

Dari hasil ungkap masalah, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempelajari pokok bahasan stoikiometri, terlihat dari data histogram angket ungkap

masalah di atas bahwa pada interval 53-59 terdapat 33,33 % siswa yang memiliki

permasalahan dalam menguasai materi pembelajaran. Pada umumnya hal ini disebabkan

karena banyaknya materi pembahasan dan hitungan serta penjelasan guru yang terlalu

cepat tanpa memperbanyak latihan soal.

B. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan

yaitu:

1. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas digunakan uji Lilliefors. Pada kelompok eksperimen ini

diberikan perlakuan dengan pemberian metode pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) disertai peta konsep sebagai remidiasi sehingga didapat harga Lmaks = 0,1227

pada taraf signifikansi 0,05 dan jumlah sampel 27. Untuk kelompok eksperimen ini

berasal dari populasi yang berdistribusi normal karena memenuhi syarat normal (Lmaks

< Ltabel) yaitu 0,1227 < 0,161.

2. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas digunakan uji Bartlett, yang kemudian diperoleh harga χ 2

hitung = 1,8879. untuk kelompok eksperimen ini syarat homogen bila χ 2 hitung < χ 20.05;1

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

61

dimana 1,8879 < 3,84 sehingga dapat dikatakan kelompok eksperimen tersebut berasal

dari populasi yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis

penelitian. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) disertai peta konsep dapat digunakan untuk remidiasi maka dilakukan pengujian

menggunakan uji t pihak kanan, yaitu:

Ho = metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep

tidak dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok

bahasan stoikiometri

Hi = metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep

dapat digunakan untuk meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok

bahasan stoikiometri

Dari hasil perhitungan di dapat thitung = 9,244 untuk kelompok eksperimen pada

taraf signifikansi 0,05 dan jumlah sample 27 dengan t tabel = 1,703.

Pada uji t pihak kanan hipotesis nol (Ho) diterima apabila thitung lebih kecil

daripada t tabel. Dari harga-harga tersebut di atas dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar

dari t tabel, sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Bertolak dari pengujian tersebut dapat

dikatakan bahwa pengajaran remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) disertai peta konsep dapat digunakan untuk remidiasi pokok bahasan

stoikiometri.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep efektif untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran remidiasi pokok bahasan

stoikiometri. Hasil eksperimentasi dapat dilihat dari selisih prestasi belajar yang dicapai

siswa dalam mengerjakan tes awal yang dilakukan sebelum remidiasi dan tes akhir yang

diberikan setelah siswa mengikuti remidiasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang mengalami kesulitan

belajar yaitu siswa yang belum mencapai batas tuntas. Tes awal juga memberikan

informasi dimana letak kesulitan belajar siswa dengan melihat kesalahan siswa dalam

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

62

menyelesaikan soal penguasaan materi dan pengisian angket ungkap masalah, selain

itu hasil tes awal juga dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok

agar kelompok bersifat heterogen.

Setelah pembelajaran remidiasi selesai dilakukan tes akhir untuk mengukur

aspek kognitif dan afektif siswa. Setelah dilakukan uji hipotesis diketahui bahwa hasil

perhitungan statistik data penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran remidiasi dengan

metode NHT disertai peta konsep efektif untuk mengurangi tingkat kesulitan prestasi

belajar siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan menggunakan analisis uji-t pihak kanan, dimana harga t hitung > t tabel,

yaitu 9,24 > 1,70.

Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kesulitan tinggi terjadi

dimana siswa kurang memahami konsep materi stoikiometri atau siswa memahami materi

tetapi kurang mampu menghubungkan masing-masing konsep materi untuk

menyelesaikan soal.

Pokok bahasan stoikiometri merupakan materi kimia yang terdiri dari konsep-

konsep, rumus-rumus dan hukum-hukum yang memiliki berbagai hubungan dengan

reaksi-reaksi kimia dan kuantitas zat dalam suatu reaksi. Selain itu, dengan kurikulum

yang baru pokok bahasan stoikiometri memiliki cakupan yang lebih luas karena termasuk

di dalamnya pembahasan tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana. Untuk

dapat memahami materi stoikiometri tidak cukup hanya dengan menghafal konsep dan

rumus serta hukum-hukum yang ada, karena jika hanya dengan menghafal siswa tidak

dapat menentukan hubungan antar konsep untuk menyelesaikan soal-soal stoikiometri.

Remidiasi dilakukan terhadap siswa yang benar-benar mengalami kesulitan

terhadap materi ini. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang belum nilai ulangannya

(tes awal) masih di bawah standar belajar tuntas. Permasalahan yang dihadapi siswa

sebagai indikator adanya kesulitan belajar dapat diketahui melalui angket yang dibagikan

kepada siswa. Dalam pembelajaran materi stoikiometri siswa memang cenderung kurang

antusias yang terlihat dari kurang seriusnya siswa dalam memperhatikan penjelasan guru,

banyaknya konsep hitungan juga menjadikan siswa kurang suka berlatih soal. Siswa yang

menemui kesulitan juga tidak mau menanyakan kepada guru atau temannya dan ketika

ada tugas mereka lebih suka mengandalkan temannya yang sudah bisa. Permasalahan lain

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

63

yang dimiliki siswa adalah karena penjelasan guru yang terlalu cepat dan kurang jelas

dengan sedikit pembahasan untuk latihan soal. Dari permasalahan tersebut, sebenarnya

siswa menginginkan adanya metode pembelajaran yang bervariasi dengan latihan soal

disertai dengan pembahasannya.

Remidiasi yang dilakukan lebih ditekankan pada keaktifan siswa untuk lebih

banyak berlatih mengerjakan soal-soal. Dalam proses pembelajarannya materi kembali

dijelaskan dengan menggunakan peta konsep. Selanjutnya siswa diberikan latihan soal

agar dapat menerapkan pemahaman konsep yang dimiliki secara langsung. Masing-

masing siswa bertanggungjawab menyelesaikan soal yang diperoleh dan menjelaskan ke

teman satu kelompoknya. Dalam setiap pembahasan soal diberikan langkah sistematis

yang berdasarkan pada peta konsep sehingga siswa dapat menyelesaikan soal dengan

menerapkan hubungan antar konsep. Untuk siswa yang salah konsep dapat dengan

sendirinya menyadari bahwa selama ini konsep yang dimilikinya belum benar sehingga

sedikit demi sedikit siswa dapat memperbaiki pemahamannya terhadap konsep yang

dimiliki. Dilihat dari semakin meningkatnya prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa

pemahaman siswa terhadap materi stoikiometri semakin baik.

Dengan adanya metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai

peta konsep sebagai remidiasi maka akan lebih membantu guru dan siswa. Bagi guru

tidak harus mendominasi menjelaskan materi secara keseluruhan tetapi cukup dengan

menjelaskan bagian-bagian yang dianggap sulit oleh siswa. Sedangkan siswa dapat

berlatih soal baik secara mandiri maupun berdiskusi dengan teman satu kelompok

sebelum ditanyakan kepada guru. Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami

penjelasan temannya yang lebih mampu sedangkan bagi siswa yang mampu akan

memperdalam penguasaan konsep yang dimilikinya. Pembahasan bersama yang

dilakukan setelah diskusi juga akan lebih memotivasi siswa. Metode ini juga dapat lebih

memahamkan siswa karena adanya penjelasan secara berulang-ulang baik dari guru

maupun teman-temannya.

Pemahaman siswa terkait konsep-konsep materi stoikiometri dapat diketahui

dengan melihat jawaban dari soal-soal objektif yang disertai dengan tuntutan untuk

menjawab secara lengkap (uraian). Dengan demikian, siswa akan dapat mengerjakan

kedua jenis soal tersebut dengan benar jika telah benar-benar memahami konsep dan

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

64

hubungan antar konsep dalam materi stoikiometri. Siswa dikatakan belum memahami

konsep jika tidak dapat menguraikan jawaban soal objektif yang mewakili setiap

kompetensi.

Berdasarkan tabel 3 yang menunjukkan persentase ketercapaian kompetensi

belajar, dapat dilihat bahwa siswa yang harus mengikuti remidiasi pada umumnya

mengalami kesulitan pada sub bahasan tata nama senyawa, hukum kimia, hubungan

konsep mol dengan jumlah partikel, hubungan konsep mol dengan persamaan reaksi,

menentukan rumus senyawa, dan menentukan reaksi pembatas. Uraian berikut

menjelaskan penguasaan siswa terhadap materi stoikiometri yang dilakukan sebelum dan

sesudah remidiasi.

a. Tata nama senyawa

Siswa dalam menentukan rumus kimia dari nama suatu senyawa masih

mengalami kesulitan dimana baru 22.22% siswa yang mencapai kompetensi tersebut

(indikator soal nomor 1). Hal ini dikarenakan pengetahuan siswa tentang tata nama

senyawa baik biner maupun poliatom masih sebatas hafalan sehingga ketika harus

menentukan rumus senyawa yang diketaui namanya, siswa masih kesulitan. Dari

pengetahuan yang ada tersebut siswa dibawa menuju pemahaman aturan umum dalam

penamaan senyawa menurut IUPAC. Selain itu, pemahaman siswa tentang senyawa yang

tersusun dari berbagai unsur juga perlu ditekankan karena banyak siswa yang sudah

memahami aturan tata nama senyawa tersebut namun tidak menyadari proses

pembentukan senyawa dari beberapa unsur yang harus memenuhi hukum-hukum dasar

kimia.

Misalnya saja dalam penentuan rumus kimia dari magnesium nitrida, banyak

siswa yang menjawab MgN2, padahal jawaban yang benar adalah Mg3N2 yang terbentuk

dari ion Mg2+ dan N3-.

b. Hukum Kimia

Dalam menerapkan berlakunya hukum kimia (indikator soal nomor 2), siswa pada

umumnya hanya menghafal hukum kimia, namun ketika dihadapkan pada soal yang

harus menggunakan hukum kimia sebagai penyelesaiannya, siswa masih belum mampu.

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

65

Misalnya saja pada penyelesaian soal yang harus menggunakan Hukum Gay Lussac.

Kesalahan awal siswa adalah belum bisa menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi

meskipun sangat sederhana. Sehingga dengan demikian siswa tidak dapat menentukan

perbandingan antara volume dan koefisien reaksi sebagaimana yang terdapat pada konsep

Hukum Gay Lussac.

Dengan memahamkan siswa dengan konsep-konsep yang terkait, maka dari hasil

analisa diketahui bahwa persentase siswa yang menjawab benar mengalami peningkatan

setelah mengikuti remidiasi.

c. Persamaan Reaksi

Pada indikator soal nomor 9 yaitu menyetarakan persamaan reaksi kesulitan siswa

adalah menentukan koefisien reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memiliki

pemahaman konsep yang tetap. Dalam menyetarakan persamaan reaksi siswa sudah

memahami bahwa reaksi dikatakan setara jika jumlah atom di ruas kanan dan jumlah

atom di ruas kiri pada persamaan reaksi adalah sama. Namun, pada kenyataannya siswa

dalam menyetarakan reaksi masih kesulitan untuk menerapkan aturan yang ada sehingga

terkadang justru bukan dengan menambahkan koefisien di depan senyawa yang bereaksi

melainkan merubah rumus kimia dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam persamaan

reaksi tersebut atau menambahkan koefisien tetapi kurang memperhatikan jumlah dan

letaknya.

Misalnya saja dalam menyetarakan reaksi pembakaran propana, siswa masih

menuliskan sebagai berikut:

3C3H8(l) + 8O2(g) à 9CO2(g) + 4H2O(l)

d. Konsep Mol

Rendahnya jawaban benar siswa pada soal dengan indikator soal nomor 11

menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep

mol. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah mol, namun

pengetahuan siswa tentang 1 mol sebagai satuan jumlah zat dalam kimia membatasi

penggunaan rumus dalam menentukan mol yaitu gram/Mr. Hal ini menjadikan siswa

kesulitan ketika menemukan soal yang tidak berkaitan langsung dengan rumus tersebut

terutama dalam penentuan jumlah partikel.

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

66

Dengan remidiasi, pemahaman siswa tentang konsep mol berubah. Mereka dapat

memahami bahwa konsep mol berhubungan dengan konsep koefisien reaksi, massa

molar, jumlah partikel, hukum gas, dan rumus kimia sehingga siswa dapat menjawab soal

tentang konsep mol dan membedakan konsep mana yang harus dipakai untuk menjawab

soal tentang konsep mol.

e. Penentuan Rumus Kimia

Dalam menentukan rumus kimia suatu senyawa (indikator soal nomor 12)

diperlukan pemahaman konsep tentang perbandingan mol unsur-unsur penyusun senyawa

tersebut. Berdasarkan jawaban uraian siswa pada tes awal terlihat bahwa siswa belum

memahami dan menerapkan hubungan antara konsep mol dengan penentuan rumus

kimia.

Pada saat menentukan rumus kimia yang diketahui massa unsur penyusunnya,

siswa sering langsung membandingkan massa tersebut tanpa mencari jumlah mol yang

berkaitan dengan Ar dari unsur tersebut.

Setelah remidiasi, kesulitan dalam penentuan rumus kimia senyawa berkurang

dilihat dari sebagian besar siswa yang sudah dapat menjawab soal dengan benar. Siswa

sudah dapat memahami bahwa dalam menentukan rumus kimia perlu diketahui

perbandingan mol dari unsur-unsur penyusun senyawa tersebut.

f. Pereaksi Pembatas

Siswa mengetahui tentang konsep pereaksi pembatas (indikator soal nomor 13),

namun setelah diterapkan dalam soal, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan.

Kesulitan siswa adalah dalam menentukan pereaksi yag habis dalam bereaksi. Hal ini

dicoba diatasi dengan memberikan penjelasan terkait langkah-langkah menentukan

pereaksi pembatas.

Setelah remidiasi siswa sudah memahami langkah-langkah penentuan pereaksi

pembatas dan tidak merasa kesulitan dalam menjawab soal yang berkaitan dengan hal

tersebut. Dari hasil analisa data didapatkan bahwa persentase jumlah siswa yang

menjawab dengan benar menigkat dari 18, 51% menjadi 37,04% setelah mengikuti

remidiasi.

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

67

Sikap merupakan bagian dari nilai-nilai dan hasil belajar yang dipengaruhi selama

proses pembelajaran. Situasi dan materi yang dipelajari serta kegiatan belajar mengajar

mempengaruhi sikap siswa yang akhirnya akan menentukan prestasi belajar yang dicapai

siswa. Dalam penelitian ini adanya perubahan pada aspek afektif juga dinilai dimana

hasil pada tes akhir menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan tes

awal. Hal ini menunjukkan adanya respon yang baik dari siswa terhadap pengajaran

remidiasi dengan metode yang dilakkukan. Siswa lebih termotivasi untuk memahami

materi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Berdasarkan analisis di atas, maka penerapan pembelajaran dengan metode

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep cukup efektif untuk

remidiasi sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa

dapat belajar aktif melalui kegiatan diskusi bersama kelompoknya. Kemudian dengan

disertai peta konsep yang membantu siswa dalam memahami konsep dan menyelesaikan

soal-soal.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu: pengajaran remidiasi dengan metode pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) disertai peta konsep efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

68

siswa pada materi pembahasan stoikiometri di kelas XI SMA Muhammadiyah 2

Manyaran.

Hasil uji t pihak kanan menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% tobs >

ttabel = 9, 24 > 1,70 dan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa setelah mengikuti

pembelajaran remidiasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dari

53,19 menjadi 68,44 untuk aspek kognitif sehingga pengajaran dengan metode

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep sesuai dan dapat

digunakan untuk pengajaran kimia pada materi pembahasan stoikiometri. Hal ini dapat

dilihat dari berkurangnya kesulitan siswa setelah dilakukan remidiasi.

B. Implikasi

1. Teoritik

Meningkatkan aktivitas siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk belajar

dari pemahaman paling khusus sehingga siswa dapat menyelesaikan soal-soal

stoikiometri dengan lebih baik. Meningkatnya aktivitas siswa merupakan salah satu

indikasi bahwa siswa memiliki penguasaan materi yang lebih baik yang artinya bahwa

kesulitan belajar siswa semakin berkurang.

2. Praktis

Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep dapat

digunakan untuk remidiasi pembelajaran. Materi stoikiometri adalah materi yang banyak

berisi hafalan konsep dan hitungan sehingga membutuhkan pemahaman dan tingkat

penguasaan yang lebih baik dari siswa sehingga siswa dapat dengan lebih mudah dalam

menyelesaikan soal-soal.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian yang dilakukan, maka

beberapa hal yang menjadi saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan usaha guru dalam membangun

pemahaman siswa terkait penyampaian materi serta memperhatikan konsep dalam

penerapannya. Guru juga dapat memberikan pengajaran remidial dengan metode

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep pada siswa yang

mengalami kesulitan belajar.

55

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

69

2. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terkait efektivitas penggunaan metode

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai peta konsep untuk

meremidiasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Holil. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam

Pembelajaran, (Online) (http://blogdetik.com/ diakses 9 September 2008) Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. New York: Central Connesticut State University Depdiknas.2003.Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA. Jakarta:

Balitbang Depdiknas

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

70

Farrell, B.J. & H.M. 2008. Student Satisfaction with Cooperative Learning in an Accounting Curriculum. The Journal of University Teaching & Learning Practice. University of Wollongong. Volume 5, Issue 2, Article 4.

Gulo, W.2002.Belajar Mengajar.Jakarta:Grasindo J.Mursel, S. Nasution.2002. Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: Bumi Aksara Marnida Yusfiani. 2006. Analisis Kesulitan Pembelajaran Kimia di SMA Kota Medan.

J.Pend.Mat. & Sains.Vol 1 No 1 (Januari 2006), hal. 21-29 Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.Yogyakarta:

Kanisius Michael Purba.2006. Ilmu Kimia kelas X semester I. Jakarta: Erlangga Mulyasa, E.2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakarya -------------.2009.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya Nana Sudjana dan Ibrahim.1988.Penilaian dan Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:

Rineka Cipta Poppy K. Devi, dkk. 2009. Kimia 1 Kelas X SMA dan MA. Jakarta: BSE, Pusat

Perbukuan Depdiknas. Ratna Wilis Dahar.1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga Roestiyah, N.K.1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta S. Nasution. 1986. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars Sudjana.2002.Metode Statistik.Bandung:Tarsito Suharsimi Arikunto.1998. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:

Rineka Cipta Sukardi. 2003. Analisis Tes Psikologi: Dalam Penyelenggaraan Bimbingan di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta

57

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · 9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Mahasiswa Program Pendidikan

71

Sri Wahyuni. Skripsi. 2006. Penggunaan Model Hierarki Konsep untuk Remidiasi Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Pokok Stoikiometri I Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2005/2006. FKIP UNS.

Tabrani Rusyan, A. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya Tatang. 2008. Kognitif, (Online)

(http://tatangjm.wordpress.com/2008/07/31/kognitif/ diakses 9 September 2008)

Yuan Ling & Hong Kwen Boo. 2007. Concept Mapping and Pupils’ Learning in Primary Science in Singapore. Asia-Pasific Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 8, Issue 2, Article 11, p.l

Yusuf Hadimiarso, dkk.1986.Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press