fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan jurusan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA
YASPIH RAJEG-TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Muhammad Sam’uddin
208011000005
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M.
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA
YASPIH RAJEG-TANGERANG
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam
Oleh
Muhammad Samuddin
208011000005
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M.
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’aliakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobil „alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan beribu-ribu
nikmatnya kepada seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah
membawa cahaya kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para
sahabat dan para tabi‟ tabi‟in.
Skripsi ini bertemakan “Pengarug Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg-Tangerang.”
Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran
dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan
penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan
berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancer. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1. Prof. Dr. H. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah.
3. Drs. H. Sapiuddin Shiddiq, MA. Selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.
4. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi‟I Noor, MA. Selaku dosen Pembimbing dalam
Penyusunan Skripsi Ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan
iv
membekali dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan
penulis.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah
atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya.
7. Kedua orang tua ku yang tercinta dan tersayang Bapak H. Uding
Syamsudin dan Ibu Hj. Ernih yang tulus memberikan segalanya, baik
hatinya, cintanya, kasihnya, sayangnya, perhatiannya, pikirannya, do‟anya,
motivasinya, kritik dan sarannya, arahannya, senyumnya dan usahanya
untuk mencukupi segala kebutuhan penulis. Juga tidak lupa untuk kakak-
kakak tercinta yang dengan caranya masing-masing telah membantu,
mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan kuliyahnya.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
khususnya di jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat
persaudaraan, perjuangan, kekeluargaannya ini tetap eksis dan
talisilaturrahmi kita tetap terjalin. Amiin
9. Untuk sekolah SMA YASPIH khususnya para dewan guru SMA YASPIH
kami haturkan banyak terima kasih atas motivasi dan dukungannya atas
penelitian kami di sekolah SMA YASPIH, karena tanpa kalian penelitian
skripsi kami tidak akan berjalan.
10. Kepada Kepala Sekolah SMA YASPIH Yaitu, Drs. Kamsono, M.Pd dan
Kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yaitu, Abdul Haris,
S.Sos, kami hanturkan banyak terimakasih atas dukungan, bantuan, serta
motivasinya atas penelitian kami di sekolah SMA YASPIH.
11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan dari pondok pesantren Daar El-
Hikam, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala
dorongan, motivasi, kritikan, saran, nasehat, dan anjurannya.
12. KH. Ahmad Bahrudin, S.Ag. Selaku Pengasuh dan Pimpinan pondok
pesanteren Daar El-Hikam yang telah memberikan Do‟a, Nasehat, dan
v
Motivasinya agar menjadi orang yang lebih baik lagi dimuka bumi ini, dan
agar terselesainya penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Amiin.
13. KH. Ahmad Sirojudin Jazuli. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok
Pesantren Manba‟ul „uluum Bogor.
14. Drs. KH. Ahmad Syahidduddin, Drs. KH. Odi Rosihuddin, MA. Drs. KH.
Nahrul „Ilmi „Arif. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok Pesantren Daar
El-Qolam Gintung-Jayanti-Tangerang. dan seluruh asatidz dan asatidzah
Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung- Jayanti-Tangerang.
Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga
penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do‟a dari lubuk hati yang dapat
penulis sampaikan “Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum
wa salamatu fihayatikum”, semoga Allah Ta‟ala membalas kebaikan mereka
semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti.
Amiin
Alhamdulillahi robbil „alamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 9 Muharram 1434 H.
23 November 2012 M.
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iii
MOTTO ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………... 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………………….. 6
D. Perumusan Masalah ………………………………………….... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional ..................................... 7
B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional
1. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian
Nasional .............................................................................. 11
2. Hubungan Ujian Nasional Dengan Kurikulum Serta
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam …………… ........ 12
3. Materi dan Bentuk Ujian Nasional ……………................ 16
4. Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di Sekolah ……... ............................................ 16
5. Standar Kelulusan Ujian Nasional ………………………. 17
C. Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional ............. 18
2. Pengertian Motivasi ……………………………………...... 20
3. Jenis Motivasi ……………............................................... 22
4. Fungsi Motivasi …………………………………………… 23
5. Cara Mengembangkan Motivasi ………………………...... 24
6. Pengertian Belajar…………………………........................ 25
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ……………… 27
8. Tujuan Belajar ………………........................................... 27
9. Mengatasi Kesulitan Belajar…………………………......... 28
xi
10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar............................. 29
11. Strategi Motivasi Peserta Didik …………………………. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………..…………. 35
B. Metodologi Penelitian ………………………………………... 35
C. Populasi dan Sample Penelitian …………………………….... 36
D. Rumusan Hipotesa .................................................................... 37
E. Variable Penelitian ………………………………………….... 38
F. Tekhnik Pengumpulan Data …………………………………. 39
G. Validitasi dan Reabilitas Penelitian ………………………….. 40
H. Tekhnik Analisis Data ……………………………………….. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah SMA YASPIH Tangerang ….....……………... 43
B. Analisis Data …………………………………………………. 48
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 88
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 90
B. Implikasi .................................................................................... 91
C. Saran .......................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi
peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah
yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontraversi dalam banyak seminar
atau perdebatan.
Ujian Nasional sesungguhnya bisa diibaratkan seperti jamu, rasanya pahit
namun bermanfaat bagi tubuh. Ujian Nasional memang seakan dipaksakan oleh
pemerintah dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sedangkan kondisi pendidikan di Indonesia hari ini masih jauh dari
menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sarana pendidikan, kualitas
guru yang kurang memadai serta kesiapan sekolah-sekolah di daerah yang masih
memprihatinkan.
Dengan demikian, pesatnya suatu kemajuan serta arus globalisasi, dan
persaingan yang semakin ketat sehingga kebutuhan akan kependidikan sangatlah
penting bagi setiap kalangan untuk menghadapi masa depan dan meraih cita-cita
yang diharapkan.
Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang sangat mendasar
untuk menunjang kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya
dengan konsep pendidikan yang relevan dan mutakhir bagi semua individu. Hal
ini dimaksudkan agar dapat membentuk manusia yang berkepribadian eksis, serta
mengenal dirinya dan lingkungan yang ada disekitarnya yang baik. Sehingga
2
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus menerus dan dinamis
yang mengarah kepada pendewasaan individu baik jasmani maupun rohani.
Adapun, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dirumuskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional
adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan martabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (bab II, pasal 3). Untuk
menjamin pendidikan yang bermutu, Indonesia menetapkan standar nasional
pendidikan, yang merupakan kriteria minimal tentang system pendidikan
diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 1). Fungsi Standar
Nasional Pendidikan adalah penyusunan strategi dan rencana pengembangan
sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara nasional seperti Ujian
Nasional.1
Sehingga sebagai realisasi fungsi dan tujuan pendidikan, Nurudin
memberikan pandangannya tentang bagaimana upaya pemerintah meningkatkan
kualitas pendidikan sebagai berikut:
Sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan pengendalian
mutu pendidikan di Indonesia, baik pada tingkat mikro disekolah/ madrasah
maupun secara makro di kabupaten/ Kota, Propinsi dan Nasional di
selenggarakan melalui Ujian Nasional (UN) untuk jenjang SMP/ MTs dan
SMA/ MA/ SMK. Ujian Nasional berfungsi sebagai metode seleksi kelulusan
siswa, selain itu UN dapat memetakan mutu pendidikan baik antar unit
analisis (Sekolah/ Madrasah, Kabupaten/ Kota. Propinsi) maupun antar tahun,
sehingga dapat dijadikan masukan pembinaan mutu pendidikan.2
Oleh karena itu, pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia dalam
meningkatkan mutu pendidikan bukan hal yang baru. Hal ini dikarenakan ujian
Nasional sudah dilaksanakan meskipun dengan nama berbeda. Pada tahun 1945-
1970 Ujian Nasional disebut dengan Ujian Negara. Adapun pada tahun 1984-
1 Nurudin,dkk. Ujian Nasional Di Madrasah “ Persepsi Dan Aspirasi Masyarakat”.
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet-1. h. 1. 2 Ibid., h. 2.
3
2000, Ujian Negara berubah menjadi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional
(EBTANAS). Pada tahun 2001-2004 berubah nama lagi yakni Ujian Akhir
Nasional (UAN). Perubahan terjadi kembali pada tahun 2006 dan masih berlaku
sampai saat ini dengan nama Ujian Nasional. Sehingga dapat dipahami bahwa
pelaksanaan kebijakan UAN atau UN bukan hal yang baru. Namun kebijakan
pemerintah menerapkan kebijakan UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai
standarisasi nilai kelulusan secara nasional tiap tahun berubah. Sehingga
kebijakan tersebut menjadi polemik bagi masyarakat pendidikan Indonesia.3
Permasalahan yang menjadi polemik dalam UN adalah pada tahap
standarisasi nilai kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah tiap tahun. Standar
kelulusan UAN pada awalnya adalah 3,01 setelah berganti UN (Ujian Nasional)
standar nilai kelulusan meningkat menjadi 4,26 pada tahun 2005/2006, sedangkan
untuk tahun ajaran 2006/2007 standar kelulusan ditingkatkan menjadi 5,00 dan
seterusnya. Pemerintah berharap standarisasi nilai tiap tahun yang meningkat akan
mampu mengangkat mutu pendidikan Indonesia. Namun pada kenyataannya
proses standarisasi nilai mengalami masalah. Seperti hanya pada mata pelajaran
tertentu yakni Bahasa Indonesia, Matematika, bahasa Inggris.hal itu membuat
siswa hanya fokus pada mata pelajaran tersebut dan mengabaikan mata pelajaran
yang tidak masuk dalam UN. Demi lulus dalam UN, siswa, guru, dan sekolah ada
yang melakukan kecurangan. Karena jika mereka tidak lulus harus mengulang di
kelas tiga atau mengikuti ujian persamaan (paket C).
Oleh karena itu, dalam pengamatan pemerhati pendidikan UN dianggap
kesalahan interpretasi kebijakan dalam memahami evaluasi standar pendidikan
nasional. Menurut Deni Hadiani (perekayasa pendidikan Litbang Diknas), bahwa
ada 2 hal yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan UN. Yakni sebagai
berikut:
Pertama, kesalahpahaman interpretsasi terhadap UU Nomor 20 tahun
2003. Kedua, UN belum mampu mencerminkan keadilan peserta didik, hal
tersebut dapat di lihat dari masih tingginya disparitas mutu pendidikan antar
satu sekolah dengan sekolah lainnya sehingga dapat berakibat pada
persaingan tidak sehat antar sekolah, bahkan pihak sekolah berkecendrungan
3 Ibid.
4
melakukan kecurangan-kecurangan demi mencapai target standar kelulusan
UN.4
Selain itu, ada gugatan warga Negara (citizen lawsuit) terkait kebijakan
ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Gugatan tersebut dibawa ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat untuk diproses. Hasilnya dimenangkan oleh pihak
penggugat. Dalam pandangan wakil ketua komisi X DPR Anwar Arifin,
menyatakan bahwa DPR dalam menyikapi keberadaan ujian nasional cenderung
lebih setuju jika fungsinya hanya pemitaan guna ditindak lanjuti untuk
peningkatan mutu pendidikan masih sangat timpang sehingga mata pelajaran
tertentu diujikan untuk penentu kelulusan oleh pemerintah, maka siswa akan
sangat dirugikan.
Dengan demikian Ujian Nasional (UN) dilihat dari peraturan menteri
pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2005 Pasal 4, ada beberapa yang
menjadi pertimbangan yakni: a) penentuan kelulusan peserta didik dari suatu
satuan pendidikan, b) seleksi jenjang pendidikan berikutnya, c) pemataan
mutu satuan dan/ program pendidikan, d) akreditasi satuan pendidikan, dan e)
pembinaan dan pemberian bantuan satuan pada satuan pendidikan dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan.5
Peraturan MENDIKNAS di atas, menurut penulis merupakan beberapa hal
yang ideal dalam dunia pendidikan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
apakah Ujian Nasional yang di lakukan lebih dari tiga hari, dengan enam mata
pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi)
utuk program IPA, adapun dengan program IPS yaitu, (Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, ekonomi, geografi, dan sosiologi) dapat dijadikan
standar mutu pendidikan Indonesia?
Bila penulis lihat secara konseptual akademik, “bahwa evaluasi hasil
belajar peserta didik harus dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”.
Dalam peran pendidikan, bahwa Pendidik memiliki kewajiban utama dalam
memperbaiki mutu pembelajarannya sendiri dengan melakukan sesuatu refleksi
mandiri (internal evaluation) sebagai suatu upaya yang didorong oleh motivasi
diri untuk selalu memperbaiki khasanah mutu pembelajarannya sendiri.
4 Ibid.
5 Benni Setiawan. Agenda Pendidikan Nasional.( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
2008). Cet-1. h. 142
5
Namun, bila ditinjau dari tujuan Pendidikan Islam, pendidikan diciptakan
untuk keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh,
dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan
demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia,
baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan,
maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong
tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh
kepada Allah SWT. Baik pada tingkat perseorang, kelompok maupun
kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.6
Dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional ini, diharapkan siswa-siswi
memiliki daya penggerak dari dalam untuk melakukan motivasi belajar yang
seimbang antara materi ujian nasional dengan yang tidak di ujikan dalam ujian
nasional agar tujuan pendidikan nasional tercapai dengan sebaik mungkin. Lalu
bagaimana dengan siswa-siswi SMA YASPIH? Apakah dengan adanya
pelaksanaan Ujian Nasional siswa-siswi termotivasi untuk lebih giat belajar?
Dengan melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan
penelitan pada siswa kelas XII yang akan mengikuti Ujian Nasional tahun depan,
dan menerapkan ide dalam skripsi yang berjudul: Pengaruh Ujian Nasional
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg –
Tangerang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas diadakan identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Lemahnya motivasi belajar disaat awal tahun ketika ada bimbingan belajar
unuk menghadapi persiapan Ujian Nasional.
6 Abuddin Nata,. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana, 2010). Cet, ke-1. h. 62..
6
2. Bagaimana peranan guru SMA YASPIH Rajeg-Tangerang, dalam
menyeimbangkan pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional pada
saat Ujian Nasional akan dilaksanakan.
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian masalah yang penulis kemukakan dalam identifikasi masalah
diatas, maka penulis membatasi masalah pada:
1. Sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa di saat adanya pelaksanaan
Ujian Nasional.
2. Faktor-faktor apa saja yang membuat peranguh motivasi belajar Siswa di
saat Ujian Nasional dilaksanakan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
maka penulis merumuskan masalah yaitu, Adakah pengaruh pelaksanaan ujian
Nasional terhadap motivasi belajar siswa dikelas XII ?
E. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan yang telah dirumuskan maka ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang penelitian yang penulis
lakukan yaitu : untuk mengetahui pengaruh Ujian Nasional terhadap motivasi
belajar Pendidikan Agama Islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulis berharap agar skripsi ini memberikan manfaat khusus dibidang
pendidikan dan menjadi kontribusi bagi para mahasiswa/ mahasiswi terutama
jurusan Pendidikan Agama Islam.
b. Manfaat praksis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia pendidikan di
indonesa dan dapat dijadikan informasi dan pengetahuan kepala sekolah dan guru
7
di SMA YASPIH Rajeg-Tangerang serta memberikan motivasi belajar Pendidikan
Agama Isalam dalam menghadapi Ujian Nasional.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003
yang menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pada tannggal 16 April 2012 diselenggarakannya Ujian Nasional untuk
tingkatan Sekolah Menengah Atas. Pelaksanaan Ujian Nasional SMA ini lebih
terasa heboh dibandingkan pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkatan SMP dan
SD. Dalam beberapa jejaring sosial banyak sekali anak SMA yang membahas
Ujian Nasional, mulai dari deg-degan, contekan, dan sebagainya. Jelas rasanya
adik-adik SMA yang hendak Ujian Nasional merasa sangat deg-degan sama
halnya yang penulis alami 4 tahun lalu.
Perkembangan Ujian Nasional dari zaman ke zaman di Indonesia
mengalami banyak metamorfosa. Telah beberapa kali ganti formatnya, seperti
yang akan dibahas oleh penulis di bawah ini :
Pertama, pada tahun 1945-1971 sistem ujian dinamakan sebagai Ujian
Negara. Hampir berlaku untuk semua mata pelajaran, semua jenjang yang ada di
Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah pusat.
Kedua, pada tahun 1972-1979 Ujian Negara di tiadakan, lalu dirubah
menjadi Ujian Sekolah. Sehingga sekolah lah yang menyelenggarakan ujian
sendiri. Semuanya diserahkan kepada sekolah, sedangkan pemerintah pusat hanya
8
membuat kebijakan-kebijakan umum terkait dengan ujian yang akan dilaksanakan
oleh pihak sekolah.
Ketiga, pada tahun 1980-2000, untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan
mengembangkan mutu pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi
Belajat Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Dalam EBTANAS ini,
dikembangkan perangkat ujian paralale untuk setiap mata pelajaran yang diujikan.
Sedangkan yang menyelenggarakan dan monitoring soal dilaksanakan oleh daerah
masing-masing.
Keempat, kemudian pada tahun 2001-2004 EBTANAS diganti lagi
menjadi Ujian Akhir Nasional (UNAS). Hal yang menonjol dalam peralihan dari
EBTANAS menjadi UNAS adalah dalam penentuan kelulusan siswa, yaitu
ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan nilai 2 semester
raport terakhir dan nilai EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan UNAS
ditentukan oleh mata pelajaran secara individual.
Kelima, yaitu pada waktu tahun 2005-2009 Terjadi perubahan sistem yaitu
pada target wajib belajar pendidikan (SD/MI/SD-LB/MTs/SMP/SMP-
LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada target minimal.
Keenam, yaitu tahun 2010-Sekarang, UNAS diganti menjadi Ujian
Nasional (UN). Untuk UN tahun 2012, ada ujian susulan bagi siswa yang tidak
lulus UN tahap pertama. Dengan target, siswa yang melaksanakan UN dapat
mencapai nilai standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan
baik.
Berikut diatas adalah beberapa perubahan dari masa ke masa jati diri Ujian
Nasional di Indonesia. Dibalik banyaknya perubahan, semua hal tersebut adalah
untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Karena Ujian Nasional
sampai saat ini menjadi faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari suatu
jenjang pendidikan, terlepas dari beberapa hal yang menjadi kekurangan dari
sistem Ujian Nasional tersebut.
Selain perubahan istilah, ada pula perubahan mata pelajaran yang di Ujian
Nasionalkan. Misalnya pada kurikulum 1968, 1948, dan 1994. Mata pelajaran
pokok yang diujikan secara Nasional di tingkat SD/ MI, SMP/ MTs, SMA/ SMK/
9
MA, yaitu: Bahasa Indonesia, PPKN, Bahasa Inggris, IPS, dan matematika.
Dengan nama EBTANAS adalah mengetahui tingkat pencapain hasil belajar siswa
secara nasional, yang diwujudkan dalam bentuk nilai EBTANAS murni (NEM).
EBTANAS di laksanakan menggunakan berbagai paket soal yang berbeda dengan
tingkat kesukarannya. Penyelenggaraan EBTANAS sepenuhnya dilakukan oleh
sekolah. Kelulusan siswa ditentukan dengan cara mengkombinasikan hasil
penilaian yang dilakukan oleh sekolah (ujian sekolah) dan NEM.
Pada dasarnya, perubahan hasil Ujian Nasional akan sangat bermanfaat
sebagai alat pengendalian mutu pendidikan secara nasional. Namun dalam
pelaksanaannya sering bermunculan masalah-masalah, antara lain: sekolah-
sekolah berlomba mencapai NEM atau nilai kelulusan yang tinggi melalui
berbagai upaya yang kurang terpuji.1
Hal ini berdampak pada motivasi yang dikembangkan oleh sekolah adalah
meraih predikat sekolah efektif dengan pencapaian NEM digunakan sebagai
ukuran standar pencapain hasil belajar siswa. Sehingga NEM digunakan
sebagai indikator keberhasilan utama pencapaian mutu pendidikan yang
sekaligus sebagai determinan penting untuk meraih predikat sekolah efektif.
Kesemuanya itu, pada akhirnya akan mengancam realibilitas, validitas, dan
generalitas hasil ujian nasional.2
Sehingga pada tahun 1965-1971 Ujian Negara diubah dengan tujuannya
untuk menentukan kelulusan, sehingga siswa dapat melanjutkan ke sekolah negeri
atau perguruan negeri apabila ia lulus Ujian Negara. Sedangkan yang tidak lulus
ujian neggara tetap memperoleh ijazah dan dapat melanjutkan ke Sekolah/ PT.
Swasta. Bahkan Ujian Negara disiapkan seluruhnya oleh pusat. Hanya ada satu set
naskah ujian untuk seluruh wilayah Indonesia, menggunakan soal bentuk uraian
dan jawaban singkat.
Pemeriksaan hasil ujian dilakukan ditingkat kabupaten/ kota dengan
pemeriksa yang handal dan terpercaya. Kriteria batas kelulusan ditetapkan oleh
pusat dengan ambang nilai 6 untuk setiap mata ujian. Sumber dana kegiatan ujian
Negara pada tahun tersebut ditanggung seluruhnya oleh pemerintah pusat. Dengan
1 Nurudin,dkk,Ujian Nasional di Madrasah Presepsi dan Aspirasi
Masyarakat (Jakarta: Gunung Persada Press, 2007) cet. ke 1, h. 15. 2 Ibid., h. 15
10
standar kelulusan yang cukup tinggi pada saat itu mengakibatkan presentasi
kelulusan cukup rendah, tetapi mutu kelulusan tinggi.
Kelebihan dari Ujian Negara pada saat itu adalah: (1) dapat mendorong
siswa giat belajar dan guru mengajar dengan baik; (2) nilai ujian setiap siswa/
sekolah/ daerah memiliki makna yang sama dan komparabel. Sedangkan
kekurangan dari ujian nasional antara tahun 1967-1971, (1) biaya distribusi
bahan ujian cukup tinggi; (2) resiko kebocoran soal cukup tinggi; dan (3)
tingkat drop out siswa juga tinggi.3
Oleh karena pada tahun 1972-1979 Ujian Negara (UN) berganti istilah
menjadi ujian sekolah, tujuannya adalah untuk menentukan tamat atau
menyatakan bahwa siswa telah menyelesaikan program pada satuan pendidikan.
Seluruh bahan ujian disiapkan oleh sekolah atau kelompok sekolah. Mutu soal
sangat bervariasi, tergantung mutu sekolah/ kelompok sekolah. Bentuk soal yang
digunakan pun berbeda antar sekolah.
Sehingga penanggung jawab atas penyelenggaraan ujian adalah sekolah/
kelompok sekolah. Pelaksanaan ujian pada masa ini sama dengan pelaksanaan
ujian pada masa sebelumnya yaitu hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun
pelajaran yang dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Pemerintah pusat
menerbitkan pedoman penilaian yang bersifat umum. Pemeriksaan hasil Ujian
dilakukan di tingkat sekolah.
Adapun kriteria tamat ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan
tidak mengenal istilah Lulus/ Tidak Lulus, akan tetapi menggunakan istilah
TAMAT. Biaya ujian sepenuhnya ditanggung jawab oleh siswa. Presentasi siswa
cukup tinggi bahkan dapat dikatakan semua siswa lulus, namun mutu lulusan
tidak data diperbandingkan.
Kelebihan ujian sekolah menurut Nuruddin, dkk. adalah: (1) dapat
menurunkan tingkat drop out siswa; (2) tidak ada tekanan (pressure) bagi
sekolah dalam hal kelulusan; (3) dan sekolah memiliki otoritas yang tinggi
dalam penentuan kelulusan. Sedangkan kekurangan ujian sekolah ini adalah.
(1) nilai hasil ujian antar sekolah tidak dapat dibandingkan; (2) hasil ujian
sekolah tidak dapat dilakukan pemetaan sekolah ada tingkat daerah dan
nasional; dan (3) hasil ujian tidak dapat dijadikan sebagai alat seleksi.4
3. Ibid., h. 16
4 Ibid., h. 17.
11
B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional
1. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian Nasional
Dalam konteks penyelenggaraan sistem Pendidikan Nasional,penulis
mengungkapkan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional terkandung pula kepentingan
yang terkait dengan pengukuran.
Pengukuran merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan
dalam penilaian terhadap pencapaian kompetensi lulusan satuan pendidikan,
keberhasilan sekolah dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan
kurikulum dan tujuan pendidikan Nasional, dan untuk dijadikan dasar dalam
membuat pemetaan mutu sekolah. Meskipun bahwa indikator mutu pendidikan
itu cukup banyak, namun pada umumnya diakui bahwa keberhasilan peserta
didik dalam ujian (pengukuran hasil belajar) dianggap sebagai indikator
utama.5
Terkait dengan mutu pendidikkan ini, kita semua menginginkan adanya
peningkatan mutu pendidikan, dan Ujian Nasional dipandang sebagai salah satu
upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan secara nasional
Di dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan
standar pendidikan yang bersifat nasional seperti diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Lingkungan SNP meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar
kompetensi kelulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5)
standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar
pembiyayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Dengan penetapan SNP ini
diharapkan pendidikan nasional dapat meningkatkan mutunya.6
Dalam sebuah penetapan standar nasional pendidikan sebagaimana telah di
kemukakan di atas merupakan langkah awal untuk berupaya mendongkrak mutu
pendidikan. Pengukuran terhadap ketercapaian standar nasional terutama pada
standar kompetensi kelulusan merupakan salah satu upaya mencapai standar itu.
Pengukuran terhadap standar kelulusan ini secara nasional dilakukan melalui ujian
nasional.
Adapun dalam pengukuran terhadap kompetensi lulusan ini secara
nasional dilakukan melalui Ujian Nasional, yaitu yang pelaksanaannya berpijak
pada PP Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
5 Ibid., h. 139.
6 Ibid., h. 141
12
Nomor 20 tahun 2005. Meskipun demikian, masih disadari bahwa dalam
pelaksanaan ketentuan-ketentuan sebagaimana tertuang dalam peraturan-peraturan
tersebut disadari masih dihadapi berbagai kendala dan masalah. Sesuai dengan
peraturan menteri tersebut, Ujian Nasional (UN) dilaksanakan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran yang
ditentukan dari kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan Teknologi, dalam
rangka pencapaian standar nasional pendidikan.7
2. Hubungan Ujian Nasional Dengan kurikulum Serta pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Dari hasil penelitian dan berbagai kajian telah dilakukan, baik oleh instansi
pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga independen, yang terkait dengan
persepsi dan respon masyarakat tentang ujian yang diselenggarakan secara
nasional (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS)- sebelum tahun
2003, UAN- tahun 2003, 2004, dan 2005 serta UN- tahun 2006). Khususnya yang
berkenaan dengan kurikulum dan pembelajaran disekolah dapat dipaparkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Evaluasi Dampak Ebtanas terhadap Kegiatan Belajar Mengajar
Penelitian ini dilaksanakan di 5 provinsi dengan responden kepala
sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa. Penelitian tersebut
menyimpulkan bebrapa hal sebagai berikut:
1) Pembelajaran rutin yang dilaksanakan disekolah tidak menjamin
para siswa berhasil dalam Ebtanas.
2) Materi, waktu, dan strategi belajar yang diberikan disekolah tidak
memadai untuk menghadapi Ebtanas.
3) Ada beberapa materi yang di Ebtanas-kan tidak sesuai dengan materi
yang diajarkan di sekolah.
4) Guru dipandang sebagai salah satu faktor yang turut mempersiapkan
siswa menghadapi Ebtanas, khususnya guru-guru di daerah.
5) Pembelajaran yang lebih banyak terfokus pada latihan soal-soal yang
ditujukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi Ebtanas
disekolah mengakibatkan penguasaan konsep/ teori tentang materi
dari suatu mata pelajaran agak terabaikan.
7 Ibid., h. 141.
13
6) Waktu/ jam belajar tambahan yang dipersipakan sekolah untuk siswa
dalam menghadapi berkisar antara 4-6 jam per minggu dan lebih dari
6 jam perminggu.
7) Tujuan bahwa Ebtanas dijadikan salah satu faktor pemicu motivasi
belajar bagi siswa yang telah terpenuhi, namun tidak untuk masalah
kecemasan siswa.
8) Sumber belajar.
9) Selain usaha siswa sendiri, keberhasilan siswa dalam Ebtanas lebih
banyak dipengaruhi oleh tambahan jam belajar disekolah.
10) Ebtanas diperlukan untuk untuk mengukur keberhasilan siswa
belajar dan keberhasilan guru mengajar.
11) Diperlukannya alat penilaian yang memiliki standar nasional untuk
melihat mutu pendidikan di Indonesia. Ebtanas salah satunya, tetapi
perlu disempurnakan dan Nilai Evaluasi Murni (NEM) bukanlah
satun-satunya indikator untuk mengukur mutu sekolah/ pendidikan.
12) Pembelajaran di sekolah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
nilai NEM, tetapi yang lebih penting meningkatkan penguasaan
konsep.materi pembelajaran.
13) Nilai Evaluasi Murni (NEM) tidak dijadikan satu-satunya patokan
kelanjutan studi.
14) Nilai Evaluasi Murni (NEM) dapat dijadikan ukuran keberhasilan
pengelolaan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memotivasi
pengelolan sekolah bekerja lebih baik.
15) Materi yang di Ebtanas-kan harus sesuai dengan kurikulum yang
diberlakukan.
16) Mutu tes Ebtanas harus terjamin dan andal sehingga berdampak pada
kinerja guru dalam pembelajaran dikelas, memotivasi belajar siswa,
dan mendorong pengelola sekolah untuk mengelola sekolah menjadi
lebih baik.8
b. Studi Respon Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Ujian Akhir
Nasional Tahun ajaran 2003/ 2004.
1) Ujian Akhir Nasional diperlukan sebagai: (1) alat pengendali mutu
pendidikan secara nasional, (2) alat pemicu bagi sekolah dan siswa
untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) memberi dorongan agar
siswa belajar lebih keras.
2) Ada indikasi bahwa Ujian Akhir Nasional yang dijadikan indikator
mutu pendidikan hanya terkait dengan aspek kognitif semata dan
mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini memicu
kontroversi bahwa hanya siswa-siswa yang memiliki kemampuan
kognitif yang memadai saja yang dapat lulus, sedangkan siswa yang
8 Kumaidi. Evaluasi Dampak Ebtanas Terhadap Kegiatan Belajar
Mengajar. (Jakarta: Balitbang Depdikbud, 2005). h. 223
14
memiliki kemampuan afeksi dan psikomotor yang memadai tidak
diperhatikan bila tidak lulus UAN.9
c. Pendapat beberapa kalangan, yaitu: Koalisi Pendidikan yang terdiri
dari Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP), National Education
Watch (NEW), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),
The Center for the Betterment Indonesia (CBI), Kelompok Kajian
Studi Kultural (KKSK), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII),
Forum Aksi Guru Bandung (FAGI-Bandung), For-Kom Guru Kota
Tangerang (FKGKT), Lembaga Bantuan Hukum (LBH-Jakarta),
Jakarta Teachers and Education Club (ITEC), dan Indonesia
Corruption Watch (ICW), antara lain dipaparkan sebagai berikut:
1) UAN hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan yakni aspek
kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas,
Kompetensi lulusan seharusnya mencakup tiga aspek yaitu aspek
sikap (apektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotorik). Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, UAN
hanya melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Padahal, menurut
pasal 57 UU Sisdiknas, mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada
evaluasi yang mencakup peserta didik, lembaga dan program
pendidikan.
2) UAN mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip
kemajukan potensi daerah dan peserta didik. Sebab menurut pasal 36
ayat 2 UU Sisdiknas, kurikulum harus dikembangkan dengan
menggunakan prinsip kemajemukan (diversifikasi) potensi daerah
dan potensi peserta didik. UAN juga telah merampas pendidikan
guru dan sekolah untuk melakukan evaluasi hasil belajar dan
menentukan kelulusan peserta didik. Menurut pasal 58 ayat 1 dan
pasal 61 ayat 2 UU Sisdiknas, evaluasi hasil belajar dan penentuan
kelulusan peserta didik dilakukan oleh pendidik/ guru dan satuan
pendidikan.sekolah.10
d. Studi Dampak Ujian Akhir Nasional
Studi ini dilakukan di 6 provinsi. Hasil studi memperlihatkan
beberapa hal sebagai berikut:
1) Siswa menjadi lebih semangat belajar, rajin mencari sumber bacaan,
dan rajin masuk sekolah.
9 Ibid., h. 144.
10 Nurudin,dkk. op.cit., h. 144-145.
15
2) Guru lebih giat mengajar, meningkatkan motivasi berprestasi dan
disiplin siswa.
3) Orang tua lebih memperhatikan proses pembelajaran anak dan
memberiikan dorongan untuk belajar.11
e. Studi Puslit Kebijakan Balitbang Depdiknas.
Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional memiliki dampak positif:
meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong guru untuk mengajar
sebaik mungkin, mendorong sekolah untuk terus menerus melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap PBM dan kinerja, meningkatkan
pemahaman dan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang fungsi ujian
dan perlunya keseriusan belajar bagi siswa dalam persiapan menghadapi
ujian.
f. Kajian komprenshif tentang bentuk, fungsi, dan makna
Kajian yang di ikuti oleh lebih dari 30 orang yang terdiri atas berbagai
pakar dan praktisi dari berbagai unsur terkait dan mempunyai beberapa
hal yang di perhatikan sebagai berikut :
1) Ujian Nasional tetap diperlakukan sebagai upaya memperbaiki mutu
pembelajaran.
2) Ujian Nasional tetap diperlukan dalam kerangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Dalam penelitian pelaksanaan ujian nasional di sekolah ini terlihat
bahwa: Apakah ujian nasional mengabaikan muatan kurikulum prinsip
kemajemukkan potensi daerah dan potensi siswa. Dan Apakah
pembelajaran rutin disekolah akan menjamin keberhasilan siswa dalam
menghadapi Ujian Nasional. Sedangkan dalam hal mata pelajaran yang
di ujikan dalam ujian nasional, apakah sebaiknya ditambahkan pelajaran
Agama.12
11
Ibid., h. 15 12
Ibid. h. 150.
16
3. Materi dan Bentuk Ujian Nasional
Persepsi kepala sekolah dan guru terhadap materi dan metode
pembelajaran di sekolah memadai untuk menghadapi Ujian Nasional. Dari
beberapa hasil kajian yang terkait dengan materi ujian nasional, antara lain: (1)
Pemilihan mata pelajaran yang diujikan secara nasional sebaiknya dapat
mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan
kompetitif, (2) Materi ujian nasional sebaiknya dikembangkan oleh lembaga
mandiri diluar Depdiknas dan dikerjakan oleh orang-orang yang memahami
kondisi lapangan/ sekolah dan perlu dihindari “pengkultusan” terhadap mata
pelajaran tertentu yang dijadikan mata ujian Nasional, (3) materi Ujian Nsional
tidak hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan, yakni asek kognitif, dan
tidak mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajemukan
potensi daerah dan peserta didik.13
4. Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di
Sekolah
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mulai digalakkan
pemerintah untuk mengganti kurikulum 1994 ternyata bertolak belakang dengan
Ujian Nasional yang justru sedang dipertahankan oleh pemerintah. Dalam konteks
pembelajaran, KBK mengukur kelulusan tak hanya berdasarkan pengetahuan
siswa, tetapi juga pada perubahan perilaku, termasuk keseluruhan proses untuk
menggiring siswa mengaplikasikan pengetahuannya.
Sebaliknya, Ujian Nasional (UN) lebih mengukur kemampuan siswa
berdasarkan nilai yang dicapai pada saat pelaksanaan ujian, tanpa melihat
rangkaian proses pembelajaran sebelumnya. “Sebagai bagian dari pemetaan mutu
pendidikan nasional, Ujian Nasional (UN) sebetulnya lebih merupakan external
evaluation.14
13
Ibid., h. 151. 14
Ibid., h. 170
17
Oleh karena itu, Ujian Nasional (UN) sebaiknya tidak digunakan kalau
hanya untuk mengukur kemampuan individual siswa siswi, termasuk
kelulusannya. Kelulusan siswa-siswi itu lebih pantas di ukur dengan ujian yang di
adakan oleh guru dengan mengacu pada prinsip-prinsip kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). Kompetensi siswa yang sebenarnya itu akan tampak jika
dilakukannya sebuah penilaian yang mengacu pada sebuah kurikulum yang ada
seperti KBK.
5. Standar Kelulusan Ujian Nasional
Secara Yuridis Standar Kelulusan Ujian Nasional dapat dilihat pada PP No.
19/2005 dan permendiknas No. 20/2005 yang isinya menyatakan hal-hal sebagai
berikut:
a. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a)
pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan; (b) dasar seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari
program dan/ atau satuan pendidikan; (d) pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan (PP No. 19/2005 Pasal 68).
b. Hasil Ujian Nasional di gunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a)
penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan; (b) seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) pemetaan mutu satuan dan/ atau
program pendidikan; (d) Akreditasi satuan Pendidikan; (e) pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan (Permendiknas No. 20/2005 Pasal 4).
c. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (b)
memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan; dan (c) lulus Ujian Nasional. Kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang
18
bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BNSP dan di
tetapkan dengan peraturan menteri (PP No. 19/ 2005 Pasal 72).
d. (1) Peserta didik dinyatakan lulus ujian nasional apabila memiliki nilai lebih
besar dari 4,25 untuk setiap mata pelajaran yang di ujikan dengan nilai rata-
rata nilai ujian Nasional lebih besar dari 4,50; (2) Pemerintah daerah dan/ atau
satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) peserta didik yang dinyatakan lulus
Ujian Nasional dan ujian sekolah berhak memperoleh ijazah; (4) ijazah
diterbitkan oleh sekolah/ madrasah penyelenggara dengan menggunakan
blangko ijazah yang disediakan oleh Departemen; (5) peserta Ujian Nasional
diberi surat keterangan Hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh sekolah/
Madrasah penyelenggara; (6) penerbit surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
sebagaiman dimaksud pada ayat (5) di atur dalam Prosedur Operasi Standar.
(Permendiknas No. 20/2005 Pasal 18).15
C. Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional
Dalam segala perbuatan tentu akan ada pengaruh/ dampak yang
ditimbulkan. Oleh karena itu, pengaruh diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak.16
Adapun definisi pelaksanaan menurut kamus besar bahasa indonesia
adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).17
Dari berbagai pengertian tentang pengaruh pelaksanaan di atas, penulis
dapat memahami bahwa di setiap pelaksanaan harus di landaskan dengan niat
yang tinggi demi tercapainya sebuah tujuan tertentu dan setelah itu maka
muncullah dampak pengaruhnya yaitu tergantung pada niat pelaksanaannya
15
Ibid., h. 162 16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 664. 17
Ibid., h. 488.
19
tersebut. Misalnya seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah sholat,
maka dari situ ia harus benar-niat niat demi tercapainya suatu tujuan, dan dari
niatnya itulah akan muncul dampak pengaruhnya setelah ia melaksanakan ibadah
sholat.
Sedangkan ujian dapat dikatakan “kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapain kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan.18
Selain itu ujian diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Ujian
adalah hasil menguji; hasil memeriksa; sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu
sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya)”.19
Dari beberapa pengertian ujian tersebut, penulis dapat menarik sebuah
pendapat bahwa Ujian Nasional (UN) adalah salah satu bentuk evaluasi
pendidikan dan penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan tertentu
untuk menilai hasil belajar secara nasional dengan menetapan mata pelajaran yang
diujikan pada Ujian Nasional dan siswa harus mampu mencapai standar kelulusan
yang telah ditetapkan pemerintah.
Namun pada kelanjutannya, pengertian Ujian Nasional mengalami
perubahan orentasi sehingga dijadikan sebagai salah satu, bahkan satu-satunya
penentu keberhasilan atau kelulusan anak didik. Dengan memasang satu angka
khusus sebagai batas minimal kelulusan.
Memang kita menyadari bahwa setiap sekolah telah memperoleh acuan
kompetensi dasar yang harus diberikan kepada anak didik ketika
menyelenggarakan proses pembelajaran. Tetapi perlu disadari bahwa lingkungan
juga mempunyai kontribusi yang sangat besar di dalam menentukan keberhasilan
belajar anak.
18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Standar
Nasional Pendidikan, h. 64. 19
Departemen Pendidikan Nasional, op..cit, h.1237.
20
2. Pengertian Motivasi
Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang
belajar dan mengajar. Di dalam sehari-hari dijumpai orang dengan penuh antusias
dan ketekunan dalam melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedangdi pihak lain
ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu
mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentigan
motivasi belajar.
Di dalam segala perbuatan, tentu kita ada motivasi atau butuh motivasi,
kenapa kita melakukan itu. Biasa motivasi itulah yang membuat kita mampu
menghadapi resiko dari segala perbuatan tersebut. Melihat hal tersebut kita perlu
memahami arti motivasi itu sendiri.
Menurut penulis pribadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan
seseorang baik secara fisik atau mental untuk melakukan belajar. Sesuai dengan
asal katanya yaitu MOTIF yang berarti sesuatu yang memberikan dorongan atau
tenaga untuk melakukan sesuatu.
Motivasi adalah Karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk fakor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam
arah tekad tertentu.
Motivasi menurut Ngalim Purwanto, bahwa motivasi adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah
perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau
menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.20
Artinya dalam pandangan Ngalim Purwanto, penulis dapat memahami
bahwa segala motivasi itu timbul dari sebuah perasaan dan pikiranlah yang
mempunyai kekuasaan atas perbuatan yang di ambil. Misalnya pada tubuh
jasmaniah dan rohaniah seorang siswa yang butuh makan dan kemaunnya pada
makan.
20
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung
Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 244.
21
Adapun Mc. Donalds memandang motivasi adalah suatu perubahan
energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya “feeling” dan di
dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Untuk Pengertian yang
dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga element/ ciri pokok dalam
motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energy,
ditandai dengan adanya feeling dan dirangsang karena adanya tujuan.21
Dari paparan di atas, penulis dapat memahami bahwa motivasi merupakan
sebuah daya penggerak secara pisik yang ada pada diri manusia atau seorang
murid agar dapat melakukan berbagai kegiatan, pengalman dan lainnya. Motivasi
dalam belajar itu mendorong dan menumbuhkan minat belajar untuk mencapai
suatu tujuan. Dari sini peserta didik akan bersungguh-sunguh belajar karena
termotivasi mencari sebuah prestasi, dapat memecahkan maslah, dan sebagainya.
Oleh karena itu motivasi harus selalu melekat pada diri murid, karena jika tidak
ada motivasi maka proses pembelajaran pun akan terbengkalai atau tidak akan
mencapai sesuai akademis pada sekolah bahkan di perguruan tinggi. Ibaratnya
sebuah mobil bisa berjalan karena membutuhkan bahan bakar dan sebagainya.
Dalam pandangan tentang motivasi menurut Mukiyat, yang telah penulis
pahami bahwasannya, motivasi yang pertama adalah Setiap perasaan yang sangat
mempengaruhi keinginan (needs) seseorang sehingga orang itu di dorong untuk
bertindak, dan motivasi ini tergolong pada sebuah motivasi eknstrinsik, misalnya
siswa belajar karena ingin naik kelas. Kedua motivasi adalah Pengaruh kekuatan
yang menimbulkan perilaku, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, dan untuk menaruh minat. Ketiga yaitu suatu proses dalam
diri seseorang yang menentukan gerakan atau tingkah laku kepada tujuan-tujuan
tertentu. Motivasi ini ada pada jasmaniah dan rohaniah seorang murid.
Oleh karena itu, dari pendapat para pakar pendidikan di atas, jelaslah yang
di hadapi guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara
efektif. Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motif yang baru, harus
tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah di miliki,
dorongan-dorongan dasarnya, sikap-sikapnya, minatya, penghargaanya, cita-
citanya, tingkah lakunya, hasil belajar dan sebagainya.
21
Ibid. h. 216
22
Motivasi sebagai proses, mengantarkan murid kepada pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi
mempunyai fungsi antara lain:
1) Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.
2) Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan
dengan pencapaian belajar.
3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka
panjang.22
Oleh karena itu, di sini menurut penulis dari pendapat mereka dapat di
pahami bahwa, motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan (need) seseorang.
seperti kebutuhan menjadi orang kaya maka seorang berusaha mencari
penghasilan sebanyak-banyaknya dengan jalan berdagang, berbisnis, dan
berkembang dalam diri seorang berusaha menekan pengeluaran biaya pribadi,
rumah tangga dan memperbanyak pemasukan keuangan dan menabung di bank,
aktifitas mendapat uang dalam kegiatan hidup sehari-hari menjadi prioritas.
.
3. Jenis Motivasi
Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing
adalah;
a) Motivasi Ekstrinsik,
Di dalam metode Motivasi Ekstrinsik penulis dapat memahami bahwa
metode ini merupakan sebuah aktifitas belajar yang muncul atau tumbuh dari
dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan
kegiatan belajarnya sendiri. Karena jika kita melihat pada bentuk motivasi belajar
ekstrinsik itu adalah pertama, belajar memenuhi kewajiban. Kedua, belajar semata
hanya menghindari dari sebuah hukuman. Ketiga, belajar hanya menginginkan
sebuah pemberian hadiah, pujian, tuntutan jabatan demi memenuhi syarat menjadi
pangkat yang lebih tinggi. dan Keempat, belajar hanya karena kegengsian pada
diri.
22
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus “Pengajaran Agama Islam”.
(Jakara: Bumi Aksara. 2008) Edisi 2. Cet. Ke-4 h. 141.
23
b) Motivasi Intrinsik.
Adapun dengan metode motivasi Intrinsik adalah merupakan kegiatan
belajar di mulai dan di teruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin tahu
mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi dokter
yang handal. Keinginan ini menurut penulis adanya perwujudan dalam upaya
kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar,
melengkapi literatur, melengkapi catatan, melengkapi informasi, pembagian
waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.
Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan
senang, dorongan tersebut terus mengalir dari dalam diri seorang akan kebutuhan
belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.23
Menurut penulis inti dari sebuah motivasi intrinsik itu adalah suatu
motivasi atau needs dalam diri untuk mencapai sebuah tujuan yang dapai dicapai
atau diraih itu satu-satu jalannya adalah belajar, dorongan atau needs belajar itu
muncul atau juga tumbuh pada diri subyek belajar.
4. Fungsi Motivasi
Mempunyai Motivasi dalam diri sangatlah berperan dalam belajar. Dengan
motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu
pulalah kwalitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan.
Siswa ataupun bagi para pembelajar yang dalam proses belajar mempunyai
motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya.
Adapun kepastian dalam motivasi belajar, menurut M. Alisuf Sabri,
mengatakan perlu adanya 3 fungsi motivasi adalah sebagai berikut:
1. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan
2. Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak ingin dicapai
3. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi
4. Senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.24
23
Ibid., h. 235. 24
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007),
c. Ke 3, h. 86
24
Dapat di pahami dari fungsi motivasi belajar di atas, yang telah di
paparkan oleh M. Alisuf Sabri adalah bahwasannya motivasi juga merupakan
penentu hasil perbuatan, bukan hanya sebuah penentu terjadinya perbuatan. Di
dalam Agama Islam arti motivasi juga bisa di artikan dengan “niat”, seperti yang
di kemukakan oleh baginda Rasullah SAW. dalam sebuah hadis,
.مرإ ما نوىاوإنمانكم ,إنمااالعمال باننيات
Dari amirul mu‟minin abu hafsh umar bin khottob ibn nufail ibn abdul
uzza ibn riyah ibn abdullah ibn qurth ibn razah ibn „ady ibn luuay ibn
ghalib al-quraisy al-adawi ra. Dia berkata: saya mendengar rasulullah
SAW bersabda. “sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya, dan
setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai
dengan niatnya......” (HR: Muttapaqun „alaihi : Imam Bukhori dan Imam
Muslim)
Dengan demikian guru dapat memotivasi siswanya dengan cara
membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberiikan dan menimbulkan
harapan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi
motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian
harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah
sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui
pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.25
5. Cara-cara Mengembangkan Motivasi
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau
membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
a. Memberi angka, umumnya siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni
berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan angka yang
baik maka akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, dan
mendapatkan hasil yang kecil akan menjadi pendorong agar belajar lebih
baik.
b. Pujian, pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan
dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian
memberiikan rasa puas dan senang.
c. Hadiah, pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang
mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik.
d. Kerja Kelompok, dimana dalam melakukan kerja sama dalam belajar setiap
anggota kelompok, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama
baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
25
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada, 2008), h
47
25
e. Penilaian, penilaian secara continue akan mendorong siswa untuk belajar,
oleh karena setiap siswa memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil
yang baik.
f. Film Pendidikan, setiap siswa merasa senang menonton film, gambaran dan
isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para
siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang
bermakna.26
Dari paparan Oemar Hamalik tentang cara mengembangkan motivasi
belajar siswa, penulis dapat memahami bahwa dari beberapa point di atas seorang
murid yang tadinya mempunyai rasa takut, pendiam, pemalas, dan sulit
berkomunikasi dengan adanya pemberian angka, pujian, hadiah dan kerja
kelompok itu akan membangkitkan minat belajar siswa, mudah berkomunikasi
antar sesama temannya, dan dengan adanya sebuah film pendidikan murid akan
lebih terdorong lagi dengan melihat peran dan inti pelajaran yang ditayangkan.
Tidak lepas dari itu juga seorang murid harus adanya minat dalam belajar yang
dilandasi dengan niat, agar semua tujuan akan tercapai.
Begitu juga pihak sekolah harus memberikan sarana dan prasarana
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena jika hanya
seorang guru yang melaksanakannnya di khawatirkan adanya penurunan minat
sang motivator untuk membangkitkan motivasi siswa, oleh karena itu pihak
sekolah dan guru harus saling kerja sama demi tercapainya sebuah motivasi
belajar.
26
Oemar Hamalik, Proses Belajar……, h. 166
26
6. Pengertian Belajar
Adapun pengertian belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat pundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan.27
Belajar diartikan oleh Skinner, seorang psikolog berpendapat bahwa
seperti yang dikutip Barlow, dalam bukunya Educational Psychology; The
teaching-learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi atau
penyesuain tingkah laku yang berlangsung secara progessif.28
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”29
Menurut
Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.30
Dari pandangan tentang belajar menurut Drs. Slameto, penulis dapat
memahami bahwa pertama, perubahan itu terjadi secara sadar, artinya jika ia
menyadari perubahan dalam belajarnya, misalnya ia menyadari suatu pengetahuan
itu pasti akan bertambah. Kedua, perubahan yang bersifat secara terus menerus
dan fungsional, misalnya seorang murid sedang belajar menulis, maka ia akan
mengalami perubahan terus menerus. Ketiga, perubahan juga harus memiliki daya
positif tinggi dan aktif dan menyadari bahwa perubahan itu bukan bersifat
sementara. Keempat, dalam menacapai suatu perubahan belajar itu pasti ada
sebuah tujuan dan aspek tingkah laku perubahan. Contohnya anak kecil yang
berumur 6 tahun ingin belajar mengendarai sepeda, maka dari sini akan tampak
suatu perubahan jika ia bisa menaikinya dan mengenadarainya.
Menurut Suyono dan Hariyanto mengungkapkan bahwasannya belajar
adalah suatu upaya pembelajar untuk mengembangkan seluruh kepribadiannya,
baik pisik maupun psikis. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan
27
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2010): Cet Ke-15 hal, 87 28
Ibid., h.88 29
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup, 2007), h. 13. 30
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta :
Renika Cipta, 2010) Cet Ke-5. h. 2
27
seluruh aspek intelegensi sehingga anak didik akan menjadi manusia yang utuh,
cerdas secara intelegensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan
memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya.31
Dari beberapa definisi di atas yang berkeaitan dengan belajar, penulis
mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Allah SWT. telah menurunkan Firmannya yang berkaitan dengan belajar,
yang berbunyi :
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
31
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2011) Cet. Ke-1. h. 169
28
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa di sekolah. Secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal siswa yaitu:
a. Faktor Internal siswa terdiri dari:
1) Faktor kondisi fisikologis terdiri dari kondisi kesehatan dan kondisi
panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor kondisi psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi, kemampuan
persepsi, ingatan, berfikir dan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa.32
b. Faktor Eksternal siswa
1) Faktor lingkungan non sosial/ alami ialah seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, tempat letak gedung sekolah
2) Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
3) Faktor instrumental terdiri dari gedung, fisik kelas, sarana, alat pengajaran,
media pengajaran, guru dan kurikulum, materi pelajaran serta strategi
belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa.33
8. Tujuan Belajar
Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan
untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan.keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan
Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sering kenal dengan
tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan
untuk mencapai tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik.
Dalam tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/
ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan berfikir analisis, sintesis dan
evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik
dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan
32
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010) Cet. Ke-5, h. 54 33
Ibid., h. 60
29
dengan keterampilan gerak maupun keterampilan dasar ekpresi verbal dan non
verbal.
9. Mengatasi Kesulitan Belajar
Anak yang memiliki keterlambatan membaca, mengalami kesulitan dalam
mengartikan atau mengenali struktur kata-kata atau memahaminya. Mereka juga
mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang dibacanya. Sebagian
ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa merupakan dasar
bagi keterlambatan kemampua membaca, dimana kemampuan ini penting sekali
bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya.
Menurut Harris & Sippay seorang ilmuan dari Amerika Serikat mengataka
bahwa, 10%-15% anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca.
Kesulitan ini merupakan penyebab kegagalan yang terbesar disekolah, karena
anak dengan kesulitan membaca akan memiliki pandangan diri yang negative
dan akan merasa kurang kompeten. Hal ini akan menyebabkan masalah
perilaku dan kecemasan, yang tidak jarang kemudian di ikuti dengan
kurangnya motivasi. Oleh karenanya, untuk mengidentifikasi anak disleksia
perlu pemeriksaan menyeluruh dari segi biologis, kognitif serta prilaku.34
10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar
Di dalam mengembangkan motivasi, penulis mengungkapkan perlu
adanya upaya-upaya yang dapat guru lakukan dalam mengembangkan motivasi
terhadap bahan pelajaran yang diberikan, terutama Pendidikan Agama Islam di
antaranya sebagai berikut, yaitu :
a. Penggunaan metode yang bervariasi, yaitu dapat menggairahkan belajar anak
didik, supaya mendapatkan umpan balik dari anak didik.
b. Memberii tugas, yaitu guru dapat memberiikan tugas kepada anak didik
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tugas belajar.
c. Memberiikan pujian, yaitu pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi,
guru dapat menggunakan pujian untuk menyenangkan peserta didik.
d. Pemberian Hukuman, guru harus dapat memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman. Hukuman kalau diberikan secaara tepat dan bijaksana bisa menjadi
alat motivasi.
e. Memberi ulangan, yaitu siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan ada
ulangan, oleh karena itu memberii ulangan adalah sarana motivasi.
34
Ibid., hal, 250. 2011.
30
Dari beberapa langkah di atas dapat dipahami, bahwa guru harus mampu
memberikan motivasi belajar siswa, sebagai siswa tidak merasa terbebani dengan
kurikulum/ perasaan tidak suka dengan materi yang di ajarkan oleh guru.
Terkadang kita lupa bahwa murid di zaman sekarang penuh dengan pilihan-pilhan
yang menyenangkan seperti halnya main game, facebookan, You Tube, dan
sebagainya, sehingga kita perlu memanfaatkan itu semua sebagai potensi
menguntungkan motivasi belajar siswa.
11. Strategi Memotivasi Belajar Peserta Didik
Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai strategi memotivasi peserta
didik belajar, perlu ditekankan sekali lagi bahwa kepribadian murid mempunyai
peranan yang penting dalam motivasi atau dengan kata lain dorongan-dorongan
dasar dan pengalamannya merupakan faktor-faktor yag berperan dalam situasi-
situasi belajar.
Di dalam proses pembelajaran, khususnya peserta didik yang belajar itu
tidak di tentukan oleh power dalam dirinya, atau stimulus-stimulus yang datang
dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi veedback dari determinan
individu maupun lingkungan. Oleh karena itu kita memerlukan sebuah langkah
strategi dalam pembelajaran agar murid tetap termotivasi belajarnya. Di bawah ini
penulis coba mengemukakan beberapa prinsip strategi memotivasi dan perlu
mendapat perhatian agar tercapai perbaikan-perbaikan dalam motivasi. Adapun
dengan strateginya antara lain, yaitu;
Pertama, menjelaskan tujuan pembelajaran kepeserta didik.
Menurut penulis bahwa disetiap awal kegiatan pembelajaran, guru harus
menawarkan kepada peserta didik beberapa tujuan yang akan di capai dari
berbagai pokok pembahasan di setiap pembelajaran berlangsung, agar timbulnya
sebuah motivasi/ minat belajar siswa lebih dalam, walaupun dalam pembelajaran
konstruktivistik tujuan para murid itu pasti berbeda-beda tapi setidaknya guru
sudah memberikan tujuan apa saja di awal pembelajaran.
Dalam tujuan pembelajaran juga, yang penulis alami dalam mengajar
bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya sebatas pada aspek kognitif tapi juga
apektif dan psikomotorik sesuai dari form pokok bahasan materi, setiap materi
31
tidaklah dominan satu aspek saja tetapi juga ada aspek yang lain. Misalnya penulis
mengajar BTQ (Baca Tulis Al-Qur‟an) dengan pokok bahasan membaca dan
menulis, tidaklah dominan aspek kognitifnya saja tapi juga ada aspek
psikomotorik, yang mana peserta didik perlu melakukan penulisan dan kegiatan
yang melibatkan jiwa raganya untuk menyelesaikan masalah, begitu juga dengan
aspek afektifnya, perlu ketelitian dalam hal menulis, kerapihan, dan kelancaran
dalam membaca Al-Qur‟an.
Kedua, hadiah dan pujian. Hadiah dilihat dari segi positif terhadap belajar
diharapkan untuk, (1) meningkatkan kemungkinan dan intensitas tindakan
perilaku yang mengarah ke objek tersebut (belajar juga disebut positi
reinforcement), (2) menghasilkan pendekatan dan prilaku consummatory dan
merupakan hasil pengambilan keputusan ekonomi, dan (3) mendorong persaan
subjektif dari kesenangan dan hedonia. Hadiah sanga penting untuk kelangsungan
hidup individu dan gen dan mendukung proses dasar seperti minum, makan, dan
lainnya.35
Ketiga, hukuman. Peranan hukuman dalam proses belajar tidaklah
semudah diperkirakan, dan pemberian hukuman terhadap suatu respon dapat
menimbulkan akibat-akibat yang tidak terduga dan bermacam-macam. Pemberian
hukuman terhadap suatu respon biasanya akan menyebabkan meghilangnya
respon itu dengan segera.
Keempat, kompetesi. Beragam strategi untuk menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, disamping yang telah dipaparkan diatas, strategi
kompetesi juga merupakan taktik untuk memotivasi belajar. Dalam teorinya
Mc. Clellend menyebutkan bahwa seorang terobsesi berprestasi tinggi dalam
belajarya, maka ia akan berupaya mengatasi rintangan-rintangan berat yang
menghambatnya dalam berbagai bentuk upaya dan kerja kerasnya dalam
mencapai tujuan yang dicita-citakan, dia menggunakan berbagai keterampilan
dan pengalamannya, rajin membaca buku, membeli buku, dan berupaya untuk
mencapai kebutuhan berprestasi (need for achievement).
Dari penjelasan di atas mengenai kompetensi, penulis juga melakukan
suatu pembelajar PBL yaitu suatu metode berbasis masalah yang mana metode ini
35
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung
Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 238.
32
akan meningkatkan belajar murid karena di akan belajar langsung mengenai
kehidupannya langsung. Penulis juga mengajar pelajaran akhlak tidak terpuji,
disini murid akan menjelaskan apa saja dan memaparkan bagaimana solusinya.
Dari hal ini akan munculnya sebuah kompetensi yang unggul karena siswa belajar
langsung dengan sesuai permasalahan dalam kehidupannya.
Kelima, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Menurut penulis dapat di pahami bahwa kemampuan seorang guru untuk
menjadikan dirinya sendiri „model‟ yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu
dan kesanggupan dalam diri anak didik, merupakan asset pertama dalam
memotivasi seorang anak untuk belajar. Dari sinilah guru harus berperan penting
dalam memberika dorongan, hal ini selaras dengan moto pendidikan yaitu tertera
pada Tut Wuri Handayani.
Keenam, membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan adalah aspek
manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan.
Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu
yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali.
Senada dikemukakan the liang gien (1995) bahwa “suatu kebiasaan adalah
prilaku seseorang yang dilakukannya secara tetap atau sama dari waktu
kewaktu tanpa pemakain banyak pikiran sadar”. Oleh karena sifat dasarnya
yang spontan dan otomatis.36
Di dalam hal ini penulis dapat memahami bahwa kebiasaan belajar
bukanlah akat ilmiah atau pembawaan kelahiran yang di miliki peserta didik sejak
kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun tidak sadar dan
selalu di ulang-ulang, sehingga pada akhirnya terlaksana secara spontan tanpa
memerlukan sebuah pemikiran yang secara sadar ataupun repleks sebagai sebuah
tanggapan yang otomastis terhadap sesuatu situasi belajar yang baik.
Adapun dengan kebiasaan belajar yang baik pasti membantu seseorang
peserta didik mencapai sukses dalam belajarnya. Disini penulis dapat menemukan
adanya 3 problematika yang di hadapi oleh kebanyakan peserta didik adalah
pertama, kesulitan dalam menejemen waktu belajar, kedua, tidak tahunya atau
36
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung
Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 245.
33
tidak mampunya dalam menempuh temperatur buku yang harus di penuhi dalam
tugas akademiknya, dan yang ke-tiga adalah kebiasaan membaca lambat.
Menurut Richard, di dalam penunjang lain untuk membangkitkan motivasi
belajar yang baik kepada peserta didik adalah sebagai berikut:
1) Guru haru mengetahui bahwa orang dapat belajar dengan baik sekali apabila
pelajarannya disusun menurut pola tertentu sehingga peserta didik
mengetahui apa yang menjadi sasaran pelajarannya.
2) Orang dapat belajar dengan baik sekali apabila mereka dapat meliahat
hubungan antara pelajaran itu dan dirinya sendiri.
3) Orang dapat belajar dengan baik sekali jikalau merasa dapat menguasai isi
pelajarannya.
4) Orang dapat belajar lebih baik jikalau melihat manfaatnya dalam kehidupan
mereka.37
Dari paparan yang telah diungkapkan oleh Richard, penulis dapat
memahami bahwa menjadi seorang motivator, seorang pendidik juga tidak
terlepas dari perannya sebagai pengelola kelas. Pendidik harus berpikir dan
membuat strategi kegiatan di dalam kelas supaya menarik perhatian dan
memberikan rangsangan untuk belajar, yaitu bisa dengan berbgai metode ataupun
gaya (style) mengajar seorang pendidik.
Ketujuh, membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak,
kadang-kadang teramat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya
tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Kesulitan belajar
merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriyah.38
Dari ketujuh strategi memotivasi peserta didik, bahwa Ketidak mampuan
dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik. Hal ini berbeda dengan
orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan karena faktor kecerdasan yang menonjol belum tentu menjamin
keberhasilan belajar. Dengan demikian penulis dapat mengatakan bahwa kesulitan
belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan
tertentu dalam mencapai hasil belajar.
37
Ibid, h., 247. 38
Ibid.
34
Adapun dalam hambatan-hambatan tersebut, dari beberapa buku yang
penulis baca, disini penulis dapat menjelaskan hasil sintesis penulis bahwa adanya
sebuah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua
golongan, yaitu:
a) Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri) yang meliputi: pertama,
faktor fisiologis adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. Misalnya Seorang
murid yang sedang sakit mata, tentunya akan mengalami kelemahan secara
fisik, terutama pada penglihatannya. Sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran pun menjadi tidak sempurna. Kedua, faktor psikologis
adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai prilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Misalnya pada murid yang mempunyai berbagai
tipe belajar, yang mana guru harus mengenal betul secara dalam tentang
muridnya tersebut.
b) Faktor eksternal (faktor dari luar anak) meliputi; pertama, faktor-faktor sosial
adalah seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka dirumah, bahkan
lingkungan masyarakatnya pun turut serta dalam belajarnya. Anak-anak yang
tidak mendapakan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-
anak yang cukup mendapatkan perhatian. Kedua, faktor-faktor non-sosial
yaitu yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah terletak pada faktor guru disekolah, kemudian alat-alat pembelajaran,
kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA YASPIH Rajeg-Tanggerang yang
berlokasi di JL. Raya Rajeg-Ps.Mauk, RT. 04/ 08 Tanjakan – Rajeg 14550
Tanggerang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011.
Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan
persiapan instrument, uji coba instrument penelitian yang dilanjutkan dengan
pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, rentang waktu secara
keseluruhan selama 3 (tiga) bulan, mulai pada bulan November sampai dengan
Awal Desember 2011.
Dalam penelitian ini populasiya adalah seluruh siswa kelas XII jurusan
IPA (1 kelas), IPS (2kelas) di SMA YASPIH Rajeg-Tangerang berjumlah 102
siswa dari 3 kelas. Karena lebih dari 100 maka akan diambil 15 % sebagai sampel
maka penelitian ini termasuk penelitian populasi.
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif. Pendekatan metode konvesional dengan porosedur survey
dengan instrument kuesioner untuk melihat pengaruh dan fenomena yang
36
berkembang pada setiap variable dan subjek penelitian. Sebagai mana yang
dikemukakan oleh Vandalen “bahwa survei merupakan bagian dari studi
deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan
menentukan kesamaan status.1 Maka prosedur pemecahan masalah yang
digunakan dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada atau
sebagaimana adanya, kemudian data-data tersebut dianalisisis, diinterpretasikan
dan disimpulakan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2
1. Populasi Target, dalam penelitian ini adalah seluruh Murid Di Sekolah SMA
YASPIH Rajeg – Tangerang semester ganjil tahun pelajaran 2011-2012.
2. Populasi Terjangkau, adalah Jumlah seluruh siswa 102 siswa yang terbagi
dalam tiga kelas, yaitu kelas XII IPA/ IPS. Terdiri dari dua jurusan, yaitu
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1 kelas dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2
kelas.
3. Sampel, sampel di ambil dari populasi terjangkau yaitu kelas XII IPA dan
IPS.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti3. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada pendapat Arikunto yang
menyatakan apabila subyeknnya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya
besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sampel
Stratifikasi (Proportionate Stratified Random sampling) karena populasi yang
heterogen.
1 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1982), h. 6.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), cet. Ke-12, hlm. 108. 3 Ibid., h. 109
37
Jika populasi heterogen, maka akan lebih baik di buat menjadi beberapa
kelompok/ lapisan yang terdiri dari XII IPA/ IPS. Pembuatan kelompok
ditentukan berdasarkan karakteristik tertentu sedemikian sehingga kelompok itu
menjadi homogen. Dari setiap kelompok di ambil secara acak anggota-anggota
yang diperlukan. Gabungan anggota- anggota yang dapat akan membentuk sampel
kelompok. Kemudian sampel kelompok di perbaiki lagi dengan menggunakan
cara proporsional, yaitu di ambil sampel setiap kelompok sesuai dengan ukuran
kelompok itu. Cara ini dinamakan dengan cara acak proporsional. Dalam
Penelitian ini penulis mengambil sampel 37% dari populasi yang jumlah
keseluruhannya adalah 102 siswa. yaitu sebanyak 37 Siswa-siswi, yang di ambil
secara acak/ Random Sampling.
Dari data diatas, maka diperoleh Kelas XII IPA/ IPS = 24 untuk program
IPS sebanyak 2 rombel dan 13 untuk program IPA. Sehingga jumlah Sampel
penelitian adalah 37 Siswa.
D. Rumusan Hipotesa
Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai inkuiri.
Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan
yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan teori yang relevan. Jadi hipotesis
itu dugaan sementara yang kebenarannya masih perlu diuji dengan data yang
asalnya dari lapangan.4 Disini terdapat dua dugaan sementara, yaitu :
Ha : Terdapat pengaruh antara pelaksanaan Ujian Nasional terhadap
motivasi belajar Siswa kelas XII.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara pelaksanaan Ujian Nasional
terhadap motivasi belajar siswa kelas XII
4 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 41.
38
Analisa penelitian ini menggunakan rumus product moment :
Rumus Product Moment
rxy =
])(][)([
))((
2222
YYNXXN
YXXYN
E. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang
menjadi titik penelitian suatu penelitian.5 Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip
Arikunto mendefinisikan Variabel adalah sebagai gejala yang bervariasi,6
Variabel-variabel dalam penelitian adalah prestasi belajar siswa terhadap
pengaruh UN sebagai variabel bebas (X) dan motivasi belajar siswa sebagai
variabel terikat (Y).
1. Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional
a. Definisi Konseptual
Ujian Nasional adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapain kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan.
b. Definisi Operasional
Ujian nasional adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia
pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapain hasil secara
nasional. Pengertian ujian nasional pada awalnya adalah sebagai langkah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pendidikan dan
pembelajaran disetiap wilayah negeri ini.
2. Motivasi Belajar Siswa
a. Definisi Konseptual
Motivasi belajar adalah merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah kegiatan
5 Ibid., h. 96.
6 Ibid., h. 94.
39
belajar dan menambah kegiatan belajar dan menambah keterampilan,
pengalaman.
b. Definisi Operasional
Motivasi belajar adalah perubahan energy dalam dirir seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi observasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik dengan fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Observasi ini
dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah atau deskripsi lokasi
penelitian yang dilaksanakan di SMA YASPIH, Rajeg-Tanggerang.
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung.8 Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh
data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang diperoleh
melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah SMA YASPIH,
Rajeg-Tanggerang.
3. Metode angket (kuesioner).
Angket adalah daftar pertanyataan yang diberikan kepada responden baik
secara langsuang maupun tidak langsung.9 Anggket ini di sebar kepada Siswa-
Siswi SMA YASPIH, untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh
Pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa di SMA YASPIH,
Rajeg-Tanggerang.
7 Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch ,(Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet. Ke-2, h.136.
8 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksar, 2000),, cet. Ke-3,
h. 5. 9 Ibid., h. 60.
40
Angket dibuat dengan model Likert yang mempunyai empat kemungkinan
jawaban yang berjumlah genap ini dimaksud untuk menghindari kecenderungan
responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.
a. Studi Kepustakaan
Untuk memberikan hasil maksimal dalam penelitian ini, peneliti juga
menggunakan dan membaca literatur-literatur baik berupa buku-buku,
majalah, surat kabar, dan media internet sebagai pencari data yang ada
kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau
variasi yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.10
Metode dokumentasi digunakan untuk
mencari data tentang prestasi belajar belajar siswa, yaitu nilai raport Nilai
raport semester II kelas X, XI, XII tahun ajaran 2011.
G. Validitas dan Reabilitas Penelitian
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud.
Sedangkan untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti
mencoba instrument tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini disebut
dengan kegiatan uji coba (try-out) instrument. Apabila data yang didapat dari uji
coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, berarti bahwa instrumennya sudah
baik dan valid.11
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Produk moment
dengan angka kasar.
10
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta), h. 135. 11
Ibid., h. 145.
41
Rumus Kolerasi product moment dengan angka kasar adalah sebagai
berikut:
𝑟𝑥𝑦=𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
{𝑁∑𝑋2 − (∑𝑋)2 }{𝑁∑𝑌2 − (∑𝑌)2}
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara X dan Y
X = Skor butir
Y = Skor total
N = Jumlah Responden
𝑥2 = Jumlah kuadrat nilai X
𝑌2 = Jumlah kuadrat nilai Y
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami
bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa secara
kuantitatif, metode ini bertujuan mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/ atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
alam. Adapun langkah-langkahnya melaui editing, conding, scoring, tabulating,
pengujian hipotesis, yaitu mencari korelasi dengan menggunakan teknik korelasi
product momen.
Angket yang telah di buat peneliti disebarkan untuk siswa kelas XII IPA
dan IPS. Angket ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pelaksanaan
ujian nasioanal terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam. Setelah
angket tentang pengaruh pelaksanaan ujian nasioanal terhadap motivasi belajar
Pendidikan Agama Islam terkumpul semua, tahap berikutnya adalah peneliti
menganalisis data tentang minat tersebut. Untuk mengetahui tingkat minat belajar
siswa, didapat dengan cara sebagai berikut:
1. Mendata jumlah pernyataan yang telah di ceklis () oleh murid, baik murid
kelas VII IPA, maupun siswa kelas XII IPS.
42
2. Perolehan data dari angket dipresentasikan dengan rumus sebagai berikut:
𝐏 =𝑭
𝑵× 𝟏𝟎𝟎
Keterangan:
P: Angket Presentase
F: Frekuensi (Jumlah Jawaban Murid/ Responden)
N: Number Of Case (banyaknya siswa)
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah singkat SMA YASPIH
Lokasi di jl. Kh. Moh. Dahlan Tanjakan Kec. Rajeg Kab. Tangerang telah
di setujui oleh pihak pemerintah daerah setempat, karena lokasi tersebut aman,
baik, dan mudah tejangkau bagi para peserta didik. Yang mana sekolah ini
memiliki luas banguna 8300 m2/1941 m
2 dan kini juga sedang ada perluasan
bangunan kembali.
Untuk dapat berperan serta dalam pembangunan nasional, yayasan
pendidikan Islam hidayatullah ini, yang bergerak di bidang pendidikan umum dan
pembinaan mental, mendidrikan suatu lembaga pendidikan yang diharapkan
menampung seluruh kegiatan kependidikan yang terpadu antara komponan Ilmu
pengetahuan dan Ilmu Agama, sehingga dapat dikembangkan semua dimensi anak
didik secara seimbang, serta menjadi bekal dalam mencapai kehidupan sejahtera
di dunia dan di akhirat nanti.
Sesuai dengan landasan kegiatan Yayasan Pendidikan Islam Hidayatullah
yang di dirikan pada tahun 1977 Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat
(sekarang Banten), dan SK. Pendirinnya No. 3280/I02.1/Kep/OT/1999.
Sesuai dengan cita-cita pembentukan Yayasan Pendidikan Islam
Hidayatullah yaitu :
“mencerdaskan dan membangun watak anak bangsa dan menciptakan
akhlakul karimah, dan dapat mengenalkan diri kepada sang maha
pencipta”
44
Pada tahun awal kegiatan pembelajaran, yayasan akan membentuk
lembaga pendidikan Islam YASPIH tersebut dengan melaksanakan secara
operasional pembangunan sekolah lanjutan tingkat atas yang berbentuk
pendidikan umum dan berciri khas. Dalam berbagai tahapan sekolah
YASPIH yang semakin pesat kini YASPIH memiliki 3 jurusan yang
pertama yaitu SMP, SMA, dan SMK.
2. Visi dan Misi
Sebagaimana lembaga-lembaga Pendidikan lain, SMA YASPIH
mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi sekolah unggulan dalam prestasi, dedikasi, budaya dan moral,
sehingga menjadi kepercayaan masyarakat dan kebanggaan umat.
b. Misi
Meningkatkan kwalitas dan prestasi pendidikan serta prestasi bidang
ekstrakurikuler sesuai kondisi dan potensi.
Optimalisasi sarana dan prasarana pembelajaran dengan daya
dukung tenaga dan teknologi pendidikan yang berdaya guna dan
berhasil guna
Tertib administrasi, disiplin warga sekolah, peningkatan
kesejahteraan, membangun silaturahmi dan kekeluargaan.
Menciptakan iklim demokratis, lingkungan islami, asri dan berseri.
45
Struktur Organisasi SMA YASPIH Rajeg-Tangerang tahun 2011-2012
Pengajar dan Staf SMA YASPIH Rajeg-Tangerang
TP. 2011-2012 M.
No Nama Pend
Terakhir Mata Pelajaran
1 2 14 16
1 DRS. KAMSONO, M. Pd S 2 Kepala Sekolah
2 LILI KURNIALI SMA Matematika
3 MAHPUDIN, S. Pd S 1 PKn
4 L YUNITA, S. Pd S 1 Bahasa Inggris
5 HASBULLOH, S. Pd I S 1 Geografi
6 SUPANDI, SE. S. Pd S 1 Biologi
7 PAUDIN, S. Ag S 1 Bahasa Inggris
8 ANIK SAMSIATUN, S. Si S 1 Kimia
YAYASAN
KEPALA SEKOLAH
WAKIL KEPALA SEKOLAH
BID.KURIKULUM PEMBINA OSIS BP SARANA & PRASARANA HUMAS
WALI KELAS
DEWAN GURU
SISWA
46
9 PUJI LESTARI, S. Pd S 1 Fisika
10 NANA SURYANA, S. Pd S 1 Bahasa
Indonesia
11 HAERUDIN, SH S 1 Sosiologi/PKn
12 MAKIYAH, S. Pd S 1 Bahasa
Indonesia
13 SITI UMROH, S. Pd S 1 Bahasa
Indonesia
14 HENDRIK SUSANTO,
SH S 1 Penjaskes
15 ABDUL HARIS, S. Sos S 1 Sejarah
16 HAWA HAMZAH D 2 Mulok Tata
Busana
17 DAEBAH, SE S 1 Ekonomi
18 MOCH. KHUSAERI, SQ SMA Mulok BTQ
19 MUSLIM, S. Pd S 1 Biologi
20 M. ALI HUTFI, S. Pd S 1 PAI
21 H. BAI MAHDI, SS S 1 PAI
22 MIFTAHUSSALAM, S.
HI S 1 Sejarah
23 ADE ROMANSYAH SMA Seni Budaya
24 DARYANTO, ST S 1 Fisika
25 ULYATI, Amd D 3 Matematika
26 NINING MUNAWAROH,
A. Md D 3 TIK
27 BAHRUL ULUM, S. Kom S 1 TIK
28 USWATUN HASANAH,
S. Hum S 1 Matematika
29 YAYA KARYANA D 2 Mulok Tata
Boga
30 SITI SUHAETI S 1 Bahasa
Indonesia
31 MASRIYANI, SE S 1 Ekonomi
32 M.A. MAMAN
KOMARUDIN SMA Kepala TU
33 MUHAMAD ROHIM SMA Staf TU
47
Jumlah siswa SMA YASPIH Rajeg Tangerang
TP. 2011-2012
Jumlah Peserta Didik
Kelas JUMLAH
JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN
XII IPA 8 27 35
XII IPS 40 27 67
JUMLAH 48 54 102
Data Keadaan Sarana Prasarana
No Sarana Prasarana Jumlah Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 Ruang Kelas 10 1 2 7
2 Ruang Kepala Sekolah 1 1 - -
3 Ruang Guru & Tata Usaha 2 2 - -
4 Ruang Laboratorium - - - -
5 Ruang Perpustakaan 2 - - -
6 Ruang Keterampilan 1 - 1 -
7 Ruang Multi Media 1 - - -
8 Ruang UKS 1 - - -
9 Aula Serba Guna 1 - - -
10 Lapangan Olahraga/Upacara 1 - 1 -
11 Rumah Dinas - - - -
12 Ruang OSIS 1 - - -
13 Musholla 1
E. Peralatan Penunjang Pembelajaran
NO JENIS JUMLAH KONDISI
KET CUKUP KURANG BAIK RUSAK
1 Peralatan Lab. IPA - - - -
2 Peralatan Lab. IPS - - - -
3 Peralatan TIK - -
4 Peralatan Olahraga Siswa - -
5 Buku Perpustakaan - -
48
B. Analisis Data
Pada deskripsi ini penulis menggunakan pola perhitungan statistic dalam
persentase. Penelitian objek yang bersangkutan dimulai dengan peneybaran
angket yang telah disusun dan disebarka kepada 40 reaponden, kemudian data
diedit dan ditabulasikan selanjutnya dihitung dalam bentuk persentase kemudian
hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Varibel X
Tabel ke 1
Saya siap dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1 Selalu 8 21,62%
2 Sering 8 21,62%
3 Kadang-kadang 17 45,95%
4 Tidak pernah 4 10,81%
Jumlah 37 100%
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang siap dan
sering dalam kaitan kesiapan siswa dengan pelaksanaan Ujian Nasional sama
yakni 21,62%. Sedangkan siwa dengan persentase kadang-kadang lebih banyak
yakni 45,95%. Adapun persentasenya siswa yang tidak pernah siap dengan
pelaksanaan Ujian Nasional terdapat persentase sebanyak 10.81%. Sehingga dapat
dikatakan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang siap dengan pelaksanaan Ujian
Nasional
49
Table ke 2
Saya setuju dengan bertambahnya mata pelajaran
yang diujikan pada Ujian Nasional
No Alternative jawaban frekuensi Persentase
1 Selalu 17 45,95%
2 Sering 12 32,43%
3 Jarang 7 18,91%
4 tidak pernah 1 2,71%
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan tebel di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada
Ujian Nasional sebanyak 45,95%. Sedangkan siswa yang menyatakan kadang-
kadang setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian
Nasional yakni sebanyak 32,43%. Adapun siswa yang menyatakan jarang setuju
dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional yakni
sebanyak 18,91%. Namun hanya sedikit saja siswa yang menyatakan tidak setuju
dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional yakni
2,71%.
Table ke 3
Saya mengikuti bimbingan belajar
untuk menghadapi Ujian Nasional
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
1 Selalu 20 54,05%
2 Sering 9 24,32%
3 Jarang 8 21,63%
4 Tidak pernah 0 0
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian
50
Nasional 54,01%. Adapun siswa yang sering mengikuti bimbingan belajar untuk
menghadapi Ujian Nasional sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional sebanyak
21,63%. Namun siswa yang jarang mengikuti bimbingan belajar untuk
menghadapi Ujian Nasional tidak ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
rata-rata setuju untuk mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian
Nasional sebanyak 24,32%.
Table 4
Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
1 Selalu 26 70,27%
2 Sering 8 21,62%
3 Jarang 3 8,11%
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan
siswa sebanyak 21,62%. Adapun siswa yang sering bahwa Ujian Nasional penting
bagi peningkatan kemampuan siswa sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang
kadang-kadang menyatakan bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan
kemampuan siswa sebanyak 8,11%. Namun demikian siswa yang menyatakan
tidak pernah setuju bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan
siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa rata-rata setuju bahwa Ujian
Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa itu sendiri.
51
Table 5
Dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
1 Selalu 27 72,97%
2 Sering 9 24,32%
3 Jarang 1 2,71%
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah
sebanyak 72,97%. Adapun siswa yang sering bahwa dari tahun ke tahun nilai
Ujian Nasional bertambah sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang menyatakan bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah
yakni sebanyak 2,71%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah
berpendapat bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah tidak ada
yakni 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dari tahun ke tahun nilai
Ujian Nasional bertambah tiap tahun.
Table 6
Saya termotivasi belajar PAI
ketika Ujian nasional akan dilaksanakan
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
1 Selalu 23 62,16%
2 Sering 9 24,32%
3 Jarang 5 13,51%
4 Tidak pernah - 0%
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah
sebanyak 72,97%. Adapun siswa yang sering bahwa dari tahun ke tahun nilai
52
Ujian Nasional bertambah sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang menyatakan bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah
yakni sebanyak 2,71%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah
berpendapat bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah tidak ada
yakni 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dari tahun ke tahun nilai
Ujian Nasional bertambah tiap tahun.
Table.7
Selama ini penilaian Ujian Nasional
dilakukan DIKNAS PENDIDIKAN
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
1 Selalu 11 29,72%
2 Sering 13 35,13%
3 Jarang 9 24,32%
4 Tidak pernah 4 10,81%
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS
sebanyak 29,72%. Adapun siswa yang sering bahwa selama ini penilaian Ujian
Nasional dilakukan DIKNAS sebanyak 35,13%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang menyatakan bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan
DIKNAS yakni sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah
berpendapat bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS yakni
sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 35,13% siswa selama ini
penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS.
53
Table.8
Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan
sehari-hari.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
1 Selalu 2 5,40 %
2 Sering 5 13,51 %
3 Jarang 12 32,43 %
4 Tidak pernah 18 48,64 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan
Ilmu dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 5,40%. Adapun siswa yang sering
bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam
kehidupan sehari-hari sebanyak 13,51%. Selain itu siswa yang kadang-kadang
menyatakan bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu
dalam kehidupan sehari-hari yakni sebanyak 32,43%. Namun demikian ada siswa
yang tidak pernah berpendapat bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa
menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari yakni sebanyak 48,64%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa
menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Tabl.9
Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 22 59,45 %
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 6 16,21 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
54
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya
meningkat sebanyak 59,45%. Adapun siswa yang sering bahwa Setelah sosialisasi
Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat sebanyak 21,62%. Selain itu
siswa yang kadang-kadang menyatakan Setelah sosialisasi Ujian Nasional,
motivasi belajar saya meningkat yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada
siswa yang berpendapat bahwa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi
belajar saya meningkat yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa 59,45% siswa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya
meningkat.
Table. 10
Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang
di UN kan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 5 13,51 %
2 Sering 11 29,72 %
3 Jarang 16 43,24 %
4 Tidak pernah 5 13,51%
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata
pelajaran yang di UN kan sebanyak 13,51%. Adapun siswa yang sering bahwa
Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan
sebanyak 29,27 %. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa
Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan
yakni sebanyak 43,14 %. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa
Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan
yakni sebanyak 13,51%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 43,14 % siswa
Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan.
55
Tabl.11
Saya belajar lebih giat lagi agar nilai ujian nasional saya memuaskan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 9 24,32 %
2 Sering 10 27,02 %
3 Jarang 9 24,32 %
4 Tidak pernah 9 24,32 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan Saya masih termotivasi belajar ketika ujian nasional akan
dilaksanakan sebanyak 24,32%. Adapun siswa yang sering bahwa masih
termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan sebanyak
27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa masih
termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak
24,32%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa masih
termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak
24,32%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 27,02 % siswa masih
termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan
Table.12
Sekolah melakukan try out
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 21 56,75 %
2 Sering 5 13, 51%
3 Jarang 11 29,72 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa sekolah melakukan try out sebanyak 56,75%. Adapun
56
siswa yang sering bahwa sekolah melakukan try out sebanyak 13,51%. Selain itu
siswa yang kadang-kadang menyatakan sekolah melakukan try out yakni
sebanyak 29,72%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat
bahwa sekolah melakukan try out yakni sebanyak 0,%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 56,75% siswa sekolah melakukan try out
Table.13
Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 21 56,75 %
2 Sering 6 16,21 %
3 Jarang 6 16,21 %
4 Tidak pernah 4 10,81 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan siswa yang
menyatakan selalu bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional
akan di laksanakan sebanyak 56,75%. Adapun siswa yang sering bahwa
Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan
sebanyak 16,21%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan
bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di
laksanakan yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yang
berpendapat tidak pernah bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian
nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 56,75% siswa menyiapkan peralatan ketika ujian
nasional akan di laksanakan.
57
Table.14
Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 22 59,45 %
2 Sering 10 27,02 %
3 Jarang 5 13,51 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan
selalu Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional
sebanyak 59,45%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya sangat siap dan percaya
diri dalam menghadapi ujian nasional sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang
kadang-kadang menyatakan bahwa Saya sangat siap dan percaya diri dalam
menghadapi ujian nasional yakni sebanyak 13,51%. Namun demikian ada siswa
yang berpendapat tidak pernah bahwa Saya sangat siap dan percaya diri dalam
menghadapi ujian nasional yakni sebanyak 0 %. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa 59,45% siswa selama ini Saya sangat siap dan percaya diri dalam
menghadapi ujian nasional.
Table.15
Buku-buku peket di sekolah memadai untuk menghadapi ujian
nasional
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 31 83,78 %
2 Sering 6 16,21 %
3 Jarang - 0 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Buku-buku peket di sekolah memadai untuk
58
menghadapi ujian nasional sebanyak 83,78%. Adapun siswa yang sering
bahwa Buku-buku peket di sekolah memadai untuk menghadapi ujian
nasional sebanyak 16,21%. Selain itu siswa yang kadang-kadang dan
siswa yang menyatakan tidak pernah, bahwa Buku-buku peket di sekolah
memadai untuk menghadapi ujian nasional yakni sebanyak 0%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa 83,78% siswa Buku-buku peket di sekolah
memadai untuk menghadapi ujian nasional.
Table. 16
Ujian nasional di nilai masyarakat bagus
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 18 48,64%
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 10 27,02 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Ujian nasional di nilai masyarakat bagus sebanyak
48,64%. Adapun siswa yang sering bahwa Ujian nasional di nilai masyarakat
bagus sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa
Ujian nasional di nilai masyarakat bagus yakni sebanyak 27,02%. Namun
demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Ujian nasional di nilai
masyarakat bagus yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
48,64% siswa Ujian Nasional di nilai masyarakat bagus.
59
Table. 17
Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 22 59,45 %
2 Sering 6 16,21 %
3 Jarang 7 18,91 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di
laksanakan sebanyak 59,45%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya
merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan sebanyak 16,21%.
Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya merasa
takut ketika ujian nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 18,91%.
Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa Saya merasa takut
ketika ujian nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 5,40%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa 59,45% siswa, Saya merasa takut ketika ujian
nasional akan di laksanakan.
Table.18
Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah ketika
lulus
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 15 40,54 %
2 Sering 12 32,43 %
3 Jarang 6 16,21 %
4 Tidak pernah 4 10,81 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh
60
pemerintah ketika lulus sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering
bahwa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah sebanyak
32,43%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Setelah
ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah yakni sebanyak 16,21%.
Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Setelah
ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah yakni sebanyak 10,81%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa Setelah ujian nasional
nilai akan dijamin oleh pemerintah.
Table.19
Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 26 70,27 %
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 3 8,10%
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan
dilaksanakan sebanyak 70,27%. Adapun siswa yang sering bahwa Guru
memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan sebanyak
21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Guru
memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak
8,10%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa Guru
memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak
0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 70,72% siswa Guru memberi
arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan.
61
Tabel.20
Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 15 40,54 %
2 Sering 13 35,15 %
3 Jarang 7 18,91 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Nilai ujian nasional dipakai ketika akan
melamar pekerjaan sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa
Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan sebanyak
35,13%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Nilai
ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan yakni sebanyak
18,91%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa
Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan yakni
sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa Nilai
ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan.
Tabel.21
Siswa tepat waktu ketika datang kesekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 21 56,75 %
2 Sering 10 27,02 %
3 Jarang 6 16,21 %
4 Tidak pernah 0 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan
selalu bahwa saya tepat waktu ketika datang kesekolah sebanyak 56,75%. Adapun
62
siswa yang sering bahwa saya tepat waktu ketika datang kesekolah sebanyak
27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya tepat
waktu ketika datang kesekolah yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada
siswa yangtidak pernah berpendapat bahwa saya tepat waktu ketika datang
kesekolah yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa 56,75%.
Tabel.22
Saya belajar karena kemauan saya sendiri
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 19 51,35 %
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 8 21,62 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya belajar karena kemauan sendiri sebanyak 51,35%.
Adapun siswa yang sering bahwa saya belajar karena kemauan sendiri sebanyak
21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya belajar
karena kemauan sendiri yakni sebanyak 21,62%. Namun demikian ada siswa yang
berpendapat bahwa saya belajar karena kemauan sendiri yakni sebanyak 5,40%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 51,35% siswa, saya belajar karena kemauan
sendiri.
63
Tabel.23
Saya belajar lebih giat lagi agar prestasi saya lebi baik lagi
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 20 54,05 %
2 Sering 9 24,32 %
3 Jarang 7 18,91 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi
sebanyak 54,05%. Adapun siswa yang sering bahwa saya belajar lebih giat agar
prestasi saya lebih baik lagi sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang menyatakan bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik
lagi yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak
pernah bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi yakni
sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 54,05% siswa, saya belajar
lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi
Tabel.24
Saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 27 72,97 %
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 7 18,91 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama
Islam sebanyak 72,97%. Adapun siswa yang sering bahwa saya semangat
64
mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam sebanyak 21,62%. Selain itu siswa
yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya semangat mengikuti pelajaran
pendidikan Agama Islam yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa
yang berpendapat bahwa saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama
Islam yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 72,97% siswa
saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam.
Tabel.25
Saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 7 18,91 %
2 Sering 12 32,43 %
3 Jarang 16 43,24 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah
sebanyak 18,91%. Adapun siswa yang sering bahwa saya berani menyampaikan
pendapat dari satu masalah sebanyak 32,43%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang menyatakan bahwa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah
yakni sebanyak 43,24%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa
saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah yakni sebanyak 5,40%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa43,24 siswa saya berani menyampaikan
pendapat dari satu masalah.
65
Tebel.26
Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami palajaran
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 15 40,54 %
2 Sering 14 37,83 %
3 Jarang 7 18,91 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran
sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa saya belajar lebih giat untuk
lebih memahami pelajaran sebanyak 37,83%. Selain itu siswa yang kadang-
kadang menyatakan bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami
pelajaran yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat
bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran yakni sebanyak
2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa saya belajar lebih giat
untuk lebih memahami pelajaran.
Tabel.27
Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran Ujian Nasional.
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 18 48,64 %
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 10 27,02 %
4 Tidak pernah 1 2,70%
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya senang membaca buku pelajaran sebanyak
48,64%. Adapun siswa yang sering bahwa saya senang membaca buku pelajaran
66
sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya
senang membaca buku pelajaran yakni sebanyak 27,02%. Namun demikian ada
siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya senang membaca buku pelajaran
yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa saya
senang membaca buku pelajaran .
Tabel.28
Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 13 35,13 %
2 Sering 11 29,72 %
3 Jarang 13 35,13 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan
pelajaran PAI sebanyak 35,13%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya dapat
melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI sebanyak 29,72%.
Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya dapat melakukan
apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI yakni sebanyak 35,13%. Namun
demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Saya dapat melakukan
apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 35,13% siswa, Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan
dengan pelajaran PAI.
67
Tabel.29
Saya dapat belajar di luar sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 9 24,32 %
2 Sering 18 48,64 %
3 Jarang 9 24,32 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya dapat belajar diluar sekolah sebanyak 24,32%.
Adapun siswa yang sering bahwa saya dapat belajar diluar sekolah sebanyak
48,64%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya dapat
belajar diluar sekolah yakni sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang
berpendapat tidak pernah bahwa saya dapat belajar diluar sekolah yakni sebanyak
2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa dapat belajar diluar
sekolah.
Tabel.30
Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 25 67,56%
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 2 5,40 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri sebanyak
67,56%. Adapun siswa yang sering bahwa saya percaya dengan kemampuan saya
sendiri sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan
68
bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 5,40%.
Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya percaya
dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 67,56% siswa percaya dengan kemampuan saya sendiri.
Tabel.31
Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik
lagi
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 20 54,05%
2 Sering 10 27,02 %
3 Jarang 6 16,21 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi
agar menjadi lebih baik lagi sebanyak 54,05%. Adapun siswa yang sering bahwa
Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi
sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Jika
nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi
yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah
berpendapat bahwa Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar
menjadi lebih baik lagi yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa 54,05% siswa, Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar
menjadi lebih baik lagi.
69
Tabel.32
Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang
tidak di ujikan dalam ujian nasional juga
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 21 56,75%
2 Sering 10 27,02 %
3 Jarang 5 5,40 %
4 Tidak pernah 1 2,70 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu
bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran
yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga sebanyak 56,75%. Adapun siswa
yang sering bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar
mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga sendiri sebanyak
27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Ketika ujian
nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan
dalam ujian nasional juga yakni sebanyak 5,40%. Namun demikian ada siswa
yang tidak pernah berpendapat bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan,
saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga
yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 56,75% siswa ketika
ujian nasional akan dilaksanakan, siswa tetap belajar mata pelajaran yang tidak di
ujikan dalam ujian nasional juga.
70
Tabel.33
Saya dapat memahami setiap pelajaran
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 10 27,02%
2 Sering 14 37,83 %
3 Jarang 11 29,72 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya dapat memahami setiap pelajaran sebanyak
27,02%. Adapun siswa yang sering bahwa saya dapat memahami setiap pelajaran
sebanyak 37,83%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya
dapat memahami setiap pelajaran yakni sebanyak 29,72%. Namun demikian ada
siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya dapat memahami setiap
pelajaran yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 29,72 %
siswa dapat memahami setiap pelajaran.
Tabel.34
Jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian
nasional juga
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 21 56,76%
2 Sering 13 35,13 %
3 Jarang 3 8,10 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di
ujikan dalam ujian nasional juga sebanyak 56,76%. Adapun siswa yang sering
71
bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian
nasional juga sebanyak 35,13%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan
bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian
nasional juga yakni sebanyak 8,10%. Namun demikian ada siswa yang tidak
pernah berpendapat bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di
ujikan dalam ujian nasional juga yakni sebanyak 0 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 56,76% siswa jika ada bimbel tidak luput belajar yang tidak di
ujikan dalam ujian nasional juga
Tabel.35
Saya berusaha menyelesaikan tugas mata pelajaran dengan sebaik-baiknya
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 19 51,35%
2 Sering 13 35,13 %
3 Jarang 3 8,10 %
4 Tidak pernah 2 5,40 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Saya berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan
sebaik-baiknya sebanyak 51,35%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya
berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya sebanyak 35,13%.
Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya berusaha
menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya yakni sebanyak 8,10 %.
Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya percaya
dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 51,35% siswa berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan
sebaik-baiknya.
72
Tabel.36
Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 15 40,54%
2 Sering 14 37,83 %
3 Jarang 8 21,62 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya
kepada guru sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa Jika ada yang
kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru sebanyak 37,83%. Selain
itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Jika ada yang kurang di
pahami, saya langsung bertanya kepada guru yakni sebanyak 21,62%. Namun
demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Jika ada yang kurang di
pahami, saya langsung bertanya kepada guru yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 40,54% siswa jika ada yang kurang di pahami, siswa langsung
bertanya kepada guru
Tabel.37
saya mengikuti kegiatan-kegiatan bimbingan belajar diluar sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 10 27,02%
2 Sering 11 29,72 %
3 Jarang 12 32,43 %
4 Tidak pernah 4 10,81 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu
bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah sebanyak
73
27,02%. Adapun siswa yang sering bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan diluar sekolah sebanyak 29,72%. Selain itu siswa yang kadang-kadang
menyatakan bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah
yakni sebanyak 32,43%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah
berpendapat bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah
yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 32,43% siswa
mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah.
Tabel.38
Saya tetap semangat belajar ketika Ujian Nasional akan di laksanakan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 17 45,94%
2 Sering 12 32,43 %
3 Jarang 8 21,62 %
4 Tidak pernah - 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Saya tetap semangat ketika Ujian Nasional akan di
laksanakan sebanyak 45,94%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya tetap
semangat ketika Ujian Nasional akan di laksanakan sebanyak 32,43%. Selain itu
siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya tetap semangat ketika Ujian
Nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 21,62%. Namun demikian ada siswa
yang tidak pernah berpendapat bahwa saya percaya dengan kemampuan saya
sendiri yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 45,94% siswa
tetap semangat ketika Ujian Nasional akan di laksanakan.
74
Tabel.39
Saya sering takut dalam melakukan apapun di saat pelaksanaan ujian nasional
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 7 18,91%
2 Sering 10 27,02 %
3 Jarang 16 43,24 %
4 Tidak pernah 4 10,81 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa saya sering takut dalam melakukan apapun sebanyak
18,91%. Adapun siswa yang sering bahwa saya sering takut dalam melakukan
apapun sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan
bahwa saya sering takut dalam melakukan apapun yakni sebanyak 43,24%.
Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya sering
takut dalam melakukan apapun yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 43,24% siswa sering takut dalam melakukan apapun.
Tabel.40
Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan
No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi
1 Selalu 20 54,05%
2 Sering 8 21,62 %
3 Jarang 9 24,32 %
4 Tidak pernah 0 %
Jumlah 37 100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang
menyatakan selalu bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan
sebanyak 54,05%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya merasa puas dengan
nilai yang saya dapatkan sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang
75
menyatakan bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan yakni
sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat
bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan yakni sebanyak 0%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 54,05% siswa merasa puas dengan nilai yang
di dapatkannya.
Dari hasil angket yang telah disebarkan pada beberapa responden, penulis
membuat sebuah pengelompokkan data yang bertujuan untuk dapat mengetahui lebih
jelas sejauh mana Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran
Fiqih Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kadujaya Tangerang.
Tabel 4.1. Tabulasi Pengelompokkan Data X
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
SL SR KD TP
1 Saya siap dengan adanya pelaksanaan ujian nasional 8 8 17 4
2 Saya setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang
di ujikan pada ujian nasinal
17 12 7 1
3 Saya mengikuti bimbel untuk menghadapi UN 20 9 8 -
4 UN penting bagi peningkatan kemampuan siswa 26 8 3 -
5 Dari tahun ketahun nilai UN bertambah 27 9 1 -
6 Saya termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional
akan dilaksanakan
23 9 5 -
7 Selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan oleh
DIKNAS PENDIDIKAN
11 13 9 4
8 Dengan adanya UN saya bisa menerapkan ilmu dalam
kehidupan sehari-hari
2 5 12 18
9 Setelah sosialisasi UN, motivasi belajar saya
meningkat
22 8 6 1
10 Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata
pelajran yang akan di UN kan.
5 11 16 5
11 Saya masih termotivasi belajar PAI ketika Ujian
Nasional akan dilaksanakan
9 9 10 9
12 Sekolah melakukan Uji coba (try-out) Ujian
Nasional
21 5 11 -
13 Saya menyiapkan peralatan ketika Ujian Nasional akan
dilaksanakan
21 6 6 4
14 Saya sangat siap dan percaya diri dalam
menghadapi Ujian Nasional
22 10 5 -
15 Buku-buku paket di sekolah memadai untuk
menghadapi Ujian Nasional
31 6 - -
16 UN dinilai masyarakat umum adalah bagus 18 8 10 1
17 Saya merasa takut ketika Ujian Nasional akan
dilaksanakan
22 6 7 2
18 Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh 15 12 6 4
76
pemerintah ketika lulus
19 Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan
dilaksanakan
26 8 3 -
20 Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar
pekerjaan
15 13 7 2
Tabel 4.2. Tabulasi Pengelompokkan Data Y
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
SL SR KD TP
1 Saya tepat waktu ketika datang ke sekolah 21 10 6 -
2 Saya belajar karena kemauan saya sendiri 19 8 8 2
3 Saya belajar lebih giat agar prestasi saya menjadi lebih
baik
20 9 7 1
4 Saya semangat mengikuti pelajaran Pendidikan Agama
Islam
21 7 8 1
5 Saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah 7 12 16 2
6 Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami
pelajaran
15 14 7 1
7 Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan
pelajaran PAI
18 8 10 1
8 Saya mampu melakukan apapun termasuk yang
berhubungan dengan pelajaran
13 11 13 -
9 Saya belajar bukan hanya di sekolah saja 9 18 9 1
10 Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri 25 8 2 2
11 Jika nilai saya turun, saya akan terus belajar agar nilai
saya menjadi lebih baik
20 10 6 1
12 Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya
memperhatikan pelajaran PAI
21 10 5 1
13 Saya dapat menyimpulkan setiap pelajaran PAI 10 14 11 2
14 Jika ada bimbel saya tidak luput membaca
pelajaran PAI juga
21 13 3 -
15 Saya berusaha menyelesaikan tugas PAI sebaik-
baiknya
19 13 3 2
16 Jika ada yang tidak saya mengerti, saya bertanya pada
guru
15 14 8 -
17 Saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar
sekolah
10 11 12 4
18 Saya senang mengikuti pembelajaran PAI ketika Ujian
Nasional akan dilaksanakan
17 12 8 -
19 Saya sering takut salah dalam melakukan apapun 7 10 16 4
20 Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan 20 8 9 -
Keterangan:
SL : Selalu
77
SR : Sering
KD : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
C. Pengujian Hipotesis
Di dalam suatu penelitian, untuk mengetahui apakah secara signifikan
terdapat korelasi positif antara variabel X (pelaksanaan Ujian Nasional) dan
variabel Y (Motivasi Belajar Siswa), yang mana telah ditetapkan 37 siswa dan
siswi di kelas XII SMA YASPIH Rajeg-Tangerang sebagai sampel, dan hasil dari
penyebaran angket akan dihitung berdasarkan skor aslinya yang telah penulis
peroleh. Langkah-langkah yang penulis harus tempuh adalah:
1. Menghitung berdasarkan skor aslinya. Yaitu variabel X (pelaksanaan Ujian
Nasional). Dan keperluan analisis kuantitatif, penulis menggunakan skala
Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial,1 maka untuk pertanyaan bernilai
positif maupun pertanyaan yang bernilai negatif dari setiap instrument
mempunyai nilai yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3 Skor Item Alternatif jawaban responden
Pertanyaan Positif (+) Pertanyaan Negatif (-)
Pilihan Jawaban Nilai Nilai
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
1 Ibid., h. 134.
78
1. Menganalisa data tentang pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap
motivasi belajar siswa dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungannya, yang terdiri dari 6
kolom, yaitu:
1) Kolom 1 = Responden.
2) Kolom 2 = Skor variabel X.
3) Kolom 3 = Skor variabel Y.
4) Kolom 4 = Hasil penguadratan skor variabel X, yaitu X2
(skor X dikalikan dengan skor X).
5) Kolom 5 = Hasil penguadratan skor variabel Y, yaitu Y2
(skor
Y dikalikan dengan skor Y).
6) Kolom 6 = Hasil perkalian antara skor variabel X dan skor
variabel Y, atau XY.
b. Mencari angka korelasinya, dengan rumus:
rxy =
])(][)([
))((
2222
YYNXXN
YXXYN
c. Memberikan interpretasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan.
79
80
81
82
83
Tabel 4.4. Tabel Kerja/ Tabel Perhitungan
Responden X Y X² Y² XY
Abdul Latif Azakaria 58 62 3364 3844 3596
Agus Salam Junaedi 60 67 3600 4489 4020
Ahmad Hidayat 51 44 2601 1936 2244
Atikah 51 60 2601 3600 3060
Epa Latipah 61 71 3721 5041 4331
Iis Rohiah 67 65 4489 4225 4355
Ahya Almuhtadin 55 53 3025 2809 2915
Ajis Saefudin 70 60 4900 3600 4200
Arif Hidayat 41 47 1681 2209 1927
Komala 62 65 3844 4225 4030
Hayati 53 58 2809 3364 3074
Lilis Julianti 54 47 2916 2209 2538
Abdul Azis 63 72 3969 5184 4536
Ahmad Maulana 51 58 2601 3364 2958
Ahmad Ridwan
Maulana 68 74 4624 5476 5032
Ansorullah 66 69 4356 4761 4554
Ardi Aditia 62 61 3844 3721 3782
Dede Abdul Hasan 66 59 4356 3481 3894
Ade Rocma
Faniyanti
63 56
3969 3136 3528
Galis Miryatul Iftiah 72 76 5184 5776 5472
Mia Fatimah 65 54 4225 2916 3510
Iin Fatimah 59 58 3481 3364 3422
Lusianti 72 77 5184 5929 5544
Irianti Anggraeni 62 67 3844 4489 4154
Annisa Dwi Dara 59 62 3481 3844 3658
Asnawi 66 67 4356 4489 4422
Catur Rahmawati 66 69 4356 4761 4554
Dea Rosaedah 72 69 5184 4761 4968
Dede Fauziah 53 51 2809 2601 2703
Desi Maspufah 68 63 4624 3969 4284
Dian Anggraeni 60 62 3600 3844 3720
Luwih Purbalaksono 60 75 3600 5625 4500
Muhammad Agung
R
63 71
3969 5041 4473
Muhammad
Saefullah
68 75
4624 5625 5100
84
Muhammad
Sumarna
67 58
4489 3364 3886
Muhammad Arrosidi 63 60 3969 3600 3780 Septiyan Dwi Cahyo
P. 56 67
3136 4489 3752
N=37 X=
2273
Y=
2333 X²=141385 Y²=149161 XY=144476
X rata-rata = X = 2273 = 61,43
N 37
Y rata-rata = Y = 2333 = 63,06
N 37
Keterangan:
X = Pelaksanaan Ujian Nasional (variabel pertama)
Y = Motivasi Belajar PAI (variabel kedua)
X2 = Hasil dari skor X dikali skor X
Y2 = Hasil dari skor Y dikali skor Y
XY = Hasil dari X dikali Y
Setelah diketahui:
N = 37 X2 = 141385
X = 2273 Y2 = 149161
Y = 2333 XY = 144476
Maka dapat dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus
Product Moment, yaitu:
rxy =
])(][)([
))((
2222
YYNXXN
YXXYN
= 37 . 144476 – (2273)(2333)
])2333(149161.37][)2273(141385.37[ 22
85
= 5345612 – 5302909
]54428895518957][51665295231245[
= 42703
76068.64716
= 42703
4922816688
= 42703
70162
= 0,61
Berdasarkan perhitungan data di atas, apabila membandingkan besarnya
“rxy” atau “rt”. Seperti diketahui, ro yang kita peroleh adalah 0,61 sedangkan rt
pada taraf signifikansi 5 % adalah 0,325 dan rt pada taraf signifikansi 1 % 0,418.
Dengan demikian ternyata bahwa ro lebih besar daripada rt, baik pada taraf
signifikansi 5% maupun 1 %. Karena ro lebih besar daripada rt, maka hipotesis
alternatif diterima sedang hipotesis nihil ditolak. Jadi kesimpulan yang dapat
ditarik, pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar Pendidikan
Agama Islam memiliki korelasi yang sedang atau cukup.
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks
korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman atau
ancar-ancar untuk dapat memberikan interpretasi atau suatu penafsiran.2 Bentuk
interpretasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
2 Ibid., h. 193.
86
Tabel 4.5. Tabel Interpretasi Data
Besarnya ”r” Product
Moment (rxy) Interpretasi:
0,00 – 0,20
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan data dengan menggunakan rumus
korelasi yaitu sebesar 0,61. Berarti korelasi antara variabel X dengan variabel Y
terdapat korelasi positif yang sedang atau cukup, karena letaknya berada antara
0,40 – 0,70. Kemudian untuk menguji suatu hipotesa, yaitu hipotesa alternatif dan
hipotesa nihil, dapat dilakukan dengan cara membandingkannya dengan ”r” pada
Product Moment, rumusan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
87
Tabel 4.6. Nukilan Tabel Nilai Koefisien Korelasi ”r” Product
Moment dari Pearson untuk Berbagai df.3
df.
(degrees of freedom)
atau: db. (derajat bebas)
dengan rumus: N – nr
(37 – 2) jadi, 35
Harga ”r” pada taraf signifikansi:
5 % 1 %
30
35
40
45
50
60
70
0,345
0,325
0,304
0,288
0,273
0,250
0,232
0,449
0,418
0,393
0,372
0,354
0,325
0,302
Keterangan:
N = Jumlah Responden
nr = Jumlah Variabel
Dengan N = 37, maka pada tabel Product Moment dengan taraf
signifikansi terdapat pada angka 0,325 untuk t.s 5 % dan 0,418 untuk t.s 1 %.
Dengan demikian hubungan antara variabel X dengan variabel Y yaitu sedang
atau cukup. Interpretasi yang dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif
diterima karena ro lebih besar daripada rt, dan hipotesis nihil ditolak.
Untuk dapat menentukan besarnya koefisien determinasi atau koefisien
penentu antara variabel X dengan variabel Y, maka menggunakan rumus:
KD = r2 . 100%
= (0,61)2 . 100%
= 38 %
3 Ibid., h. 402.
88
Keterangan:
KD = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi variabel bebas dengan variabel terikat.4
Melihat hasil perhitungan di atas, ternyata pengaruh antara variabel X
(kreativitas guru) dengan variabel Y (motivasi belajar siswa) yaitu sebesar 61 %.
Jadi, pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa
menunjukkan kondisi pengaruh yang sedang atau cukup, dan itu artinya
pelasanaan ujian nasional tidak membuat anak menurun akan mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Hal-hal yang mempengaruhi pengaruh pelaksanaan ujian
nasional terhadap motivasi belajar siswa mencapai 61 %, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat pada data yang telah penulis
dapat.
Dengan demikian, apabila dilihat pada analisis korelasi, terdapat korelasi
yang positif yang cukup signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
Kesimpulannya, bahwa hipotesis alternatif diterima, sedangkan hipotesis nihil
ditolak atau tidak diterima, karena korelasinya sedang atau cukup. Jadi, pengaruh
Hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar
siswa terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Hal ini pun terbukti dari hasil
yang diperoleh dari perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar 38%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh pelaksanaan Ujian Nasional
Berdasarkan hasil deskriptif tampak bahwa sebagian besar siswa
termotivasi terhadap pengaruh pelaksanaan Ujian Nasional yaitu dapat belajar
dengan baik dan dapat menyeimbangi pelajaran yang tidak di Ujian Nasionalkan
khususnya Pendidikan Agama Islam. Dalam belajar para siswa berusaha
memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru baik pada saat jam
belajar maupun disaat jam bimbingan belajar.
4 J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 153.
89
Kesungguhan belajar siswa ditujukan dalam usaha siswa menjaga kondisi
fisik yang mendukung untuk mengikuti pembelajaran secara baik yang mereka
usahakan dengan selalu sarapan sebelum berangkat sekolah, dan selalu berusaha
mengikuti ketertinggalan pelajaran dengan meminjam catatan teman serta
berusaha untuk menyelesaikan masalahnya dengan bercerita dengan orang tua
atau orang terdekat dengan harapan memperoleh pemecahan masalah yang
dihadapi agar tidak mengganggu belajarnya.
Selain itu dukungan lingkungan baik keluarga, sekolah dan masyarakat
dalam belajar siswa ditunjukan dari penyediaan fasilitas belajar oleh keluarga
yang memadai, kesungguhan sekolah dalam menyediakan kelengkapan sarana dan
prasarana belajar dan kesungguhan guru untuk membelajarkan siswa melalui
pemberian tugas baik saat pembelajaran berlangsung maupun saat akhir
pembelajaran.
2. Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Secara umum menunjukan bahwa motivasi belajar Pendidikan Agama
Islam merupakan faktor yang penting agar diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Dengan adanya motivasi yang tinggi maka akan diperoleh prestasi belajar yang
tinggi pula, begitu juga dengan sebaliknya. Motivasi akan membentuk kesadaran
belajar, dengan demikian akan berpengaruh terhadap cara dan sikap belajar yang
akhirnya akan diperoleh prestasi belajar.
91
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik
beberapa kesimpulan yang didasarkan hasil penelitian ini yaitu:
1. Pelajaran yang di ujikan dalam ujian dan pelajaran yang tidak di ujikan dalam
ujian nasional lebih efektif jika penilaain hasil ketuntasan evaluasi belajar itu
sama, yaitu hasil evaluasi ujian nasional 50% dan hasil evaluasi belajar di
sekolah 50% juga.
2. Dari hasil penelitian ini terjadi tidak adanya sebuah diskriminasi antara
pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasional dan yang tidak di ujikan dalam
ujian nasional.
3. Dari mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional itu tidak
terjadinya penurunan motivasi, karena ketuntasan kelulusan ujian nasional itu
hanya di ambil 60% saja, sedangkan 40% lagi hasil dari mata pelajaran yang
tidak di ujian nasionalkan
4. Selain itu, hasil analisis korelasi antara pelaksanaan ujian nasional (variabel
X) terhadap motivasi belajar siswa (variabel Y), menunjukan bahwa index
koefisien korelasi ( rxy) = 0,61. Setelah dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi ‘r’ product moment, ternyata angka ‘r’ (0,61) berada antara 0,40-
0,70 yang interpretasinya ialah: antara variabel X dengan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
92
B. Implikasi
1. Pengembangan penilaian hasil evaluasi belajar ujian nasional harus secara
sistematis dan praktis.
2. Porsi penilaian ujian nasional perlu berkolaborasi dengan hasil belajar siswa-
siswi di sekolah, agar tidak terjadinya diskriminasi pelajaran yang di ujikan
dalam ujian nasionalkan dan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional
3. Perlu adanya perbaikan alokasi jam pelajaran antara pelajaran yang akan di
ujikan dalam ujian nasional dan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional.
Agar tujuan pendidikan nasional pada UUD Nomor 20 Tahun 2003 itu
tercapai.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada siswa sebagai
berikut:
1. Melihat adanya pelaksanaan Ujian Nasional berpengaruh terhadap
motivasi belajar Siswa-siswi kelas XII, maka siswa diharapkan dapat
mempertahankan motivasi belajarnya dengan melihat keberhasilan belajar
yang termotivasi oleh adanya pelaksanaan Ujian Nasional.
2. Dengan adanya pelaksanaan ujian nasional setiap tahunnya, kepala sekolah
dan para dewan guru di harapkan selalu memberi bimbingan, arahan, serta
motivasi kepada anak didiknya agar tidak terjadi pemerosotan motivasi
belajar pendidikan agama Islam. Hal itu di karenakan pendidikan agama
Islam sangatlah bereran penting demi menunjang kehidupan yang lebih
baik lagi.
Kisi-kisi Instrumen Variabel Y
Motivasi Belajar Siswa
Dimensi Indikator Nomor
Butir
Soal
jumlah
Minat Belajar
(a) Mempunyai inisiatif sendiri
untuk belajar 2,3 2
(b) Senang mengikuti pelajaran 4 1
(c) Mampu berpandapat tentang
materi pelajaran 5 1
(d) Semangat dalam memahami
pelajaran 6 1
(e) Senang membaca buku yang
berhubungan dengan pelajaran
yang di ujikan dalam ujian
nasional
7 1
Ketekunan Belajar (a) Tidak mudah putus asa ketika
gagal dalam belajar 8,11 2
(b) Mempunyai jadwal pelajaran
tambahan 9 1
(c) Percaya diri dengan
kemampuan 10,20 2
(d) Datang tepat waktu ke sekolah 1 1
(e) Menyelesaikan tugas dengan
baik 15 1
Perhatian Terhadap
Pelajaran
(a) dapat Memperhatikan
pelajaran ketika
pelaksanaan UN tiba
12 1
(b) Dapat menyimpulkan
pelajaran 13 1
(c) Rajin membaca buku yang
tidak di ujikan dalam ujian
nasional
14 1
(d) Bertanya jika ada pelajaran
kurang di pahami 16 1
(e) Mengikuti kegiatan-
kegiatan ke agamaan di luar
sekolah
17 1
(f) Keraguan dalam bertindak
19 1
(g) Senang mengikuti
pembelajaran dikelas 18 1
Jumlah 20
Lampiran 5
ANGKET
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SMA YASPIH
ANGKET UNTUK SISWA
A. Identitas Siswa
1. Nama :
2. Kelas :
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Dimohon para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dari angket ini
dengan memilih salah satu alteratif jawaban yang sesuai dengan kondisi
anda. Dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu jawaban SL, SR, KD,
TP pada nomor yang bersangkutan.
2. Jawaban harus sesuai dengan pendapat anda sendiri dan jangan terpengaruh
oleh pendapat orang lain.
3. Angket ini bertujuan ilmiah untuk laporan penelitian SKRIPSI.
4. terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam angket ini.
5. Kata Kunci : SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
Jakarta, Maret 2012
Peneliti
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pertanyaan
A. Variabel (X) Pelaksanaan Ujian Nasional
No Pertanyaan
Pilihan
Jawaban
SL SR KD TP
1 Saya siap dengan adanya pelaksanaan ujian nasional
2 Saya setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang di
ujikan pada ujian nasional
3 Saya mengikuti bimbel untuk menghadapi UN
4 UN penting bagi peningkatan kemampuan siswa
5 Dari tahun ketahun nilai UN bertambah
6 Saya termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional akan
dilaksanakan
7 Selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan oleh
DIKNAS PENDIDIKAN
8 Dengan adanya UN saya bisa menerapkan ilmu dalam
kehidupan sehari-hari
9 Setelah sosialisasi UN, motivasi belajar saya meningkat
10 Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata
pelajran yang akan di UN kan.
11 Saya masih termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional
akan dilaksanakan
12 Sekolah melakukan Uji coba (try-out) Ujian Nasional
13 Saya menyiapkan peralatan ketika Ujian Nasional akan
dilaksanakan
14 Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi Ujian
Nasional
15 Buku-buku paket di sekolah memadai untuk menghadapi
Ujian Nasional
16 UN dinilai masyarakat umum adalah bagus
17 Saya merasa takut ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan
18 Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah
ketika lulus
19 Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan
dilaksanakan
20 Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan
Lampiran 6
ANGKET
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SMA YASPIH
ANGKET UNTUK SISWA
A. Identitas Siswa
1. Nama :
2. Kelas :
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Dimohon para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dari angket ini
dengan memilih salah satu alteratif jawaban yang sesuai dengan kondisi
anda. Dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu jawaban SL, SR, KD,
TP pada nomor yang bersangkutan.
2. Jawaban harus sesuai dengan pendapat anda sendiri dan jangan terpengaruh
oleh pendapat orang lain.
3. Angket ini bertujuan ilmiah untuk laporan penelitian SKRIPSI.
4. terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam angket ini.
5. Kata Kunci : SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
Jakarta, Maret 2012
Peneliti
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pertanyaan
B. Variabel (Y) Motivasi Belajar PAI
Tabel 4.2. Tabulasi Pengelompokkan Data Y
No Pertanyaan
Pilihan
Jawaban
SL SR KD TP
1 Saya tepat waktu ketika datang ke sekolah
2 Saya belajar karena kemauan saya sendiri
3 Saya belajar lebih giat agar prestasi saya menjadi
lebih baik
4 Saya semangat belajar dalam mengikuti ujian
nasional
5 Saya berani menyampaikan pendapat dari satu
masalah
6 Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami
pelajaran
7 Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan
pelajaran yang akan di ujikan dalam ujian nasional
8 Saya mampu melakukan apapun termasuk yang
berhubungan dengan pelajaran
9 Saya belajar bukan hanya di sekolah saja
10 Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri
11 Jika nilai saya turun, saya akan terus belajar agar nilai
saya menjadi lebih baik
12
Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya
memperhatikan pelajaran yang akan di ujian dalam
ujian nasional
13 Saya dapat menyimpulkan setiap pelajaran
14 Jika ada bimbel saya tidak luput membaca pelajaran
yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga
15 Saya berusaha menyelesaikan tugas belajar sebaik-
baiknya
16 Jika ada yang tidak saya mengerti, saya bertanya
pada guru
17 Saya mengikuti kegiatan-kegiatan bimbingan belajar
diluar sekolah
18 Saya senang mengikuti pembelajaran Mata Pelajaran
ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan
19 Saya sering takut salah dalam melakukan apapun
20 Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan