fakultas hukum universitas pembangunan … · hukum arbitrase itu dan apa tujuannya. penelitian iti...

15
iTGNEK !$*l .D FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL OVETERAN''AKARTA

Upload: doanduong

Post on 22-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

iTGNEK!$*l .D

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL OVETERAN''AKARTA

mffiFAKULTAS HUKUM UPN

Vol .2,No.2, Desember 2015

"VETERAN" JAKARTAtssN 1693 4458

SUSUNAN PENGURUS

PembinaRektor UPN " Veteran'Jakarta

Mitra BestariProf .Drs. Koesparmono lrsan , SH.,MBAProf. Dr. AbdulManan, SH.,SlP., M.Hum

Dr. Erni Agustina,SH., Sp.NDr. M. Ali Zaidan ,SH.,MH

Penanggung JawabDwi DesiYaYiTarina, SH., MH

Pemimpin RedaksiSuherman SH., LLM

Dewan RedaksiDwi Aryanti Ramadhani,SH',MH

Sugianto SE.,MM

.Redaksi PelaksanaKhoirw Rizal Lutfi, SH., MH

Staf Tata Usahalr.Yuliana YuliW.MM

KhoiriKalyubi

Staf lTRika Aprilina Amd.KomP

Pembantu UmumKuswara SE

AtiSarmiliKalyubi

Alamat RedaksiJl RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan

Email : [email protected]

PenerbitYayasan Penerbit UPN'Veteran"Jakarta Jl RS Fatmawati Pondok Labu

Jakarta Selatan

Jumat tlmiah Hukum "YlJRtDtS' diterbitkan enam bulan sekali, oleh Fakultas

Hukum IJPN "Veteran" Jakarta, dimaksudkan sebagai media pertukaran

informasi dan karya ilmiah antar staf pengaiar, mahasiswa, alumni danpembaca yang berminaf serfa masyarakat pada umumnya'

DAFTAR ISI

Pengantar RedakslDaftar lslAbstrak

II.{DONIESIA DAIJ\M LIBERALISASI PERDAGANGAT\T(Pcrspekdf Potifik dan Budaya lfukum)Mahfud Fshrszl

PERLINDUNGAN TIUKUM TERIIADAP MEREK TERI(ENAL BER.I}ASARI(AII I(OFTYENSI PARTS DAIT PERJANJIAN TRIPS SERTAPENERAPAIYNYA BERDASARKAN UNDAI\TG.UNDANIG NOMOR15 TAITTJN 2OO1 TEI\TTANG ilIENEK

Stti Nurul fntan Sart.D

PERLTNDUNGAIT Hur(uilr TERITADAP usArrA MrrRo,KECIL MENENGA}I (UMKM) DI KOTA PEKANBARU

DAI,AM MENGIIADAPI MASYARAKA,T EKONOIdI ASEN (MEA)Nabelln Puspa Rani

PERAN IITDONTESIA DALAM PENAN$GGULANGAN NARI(OTII(AM. Ali Zaidan dan yullsna yuti W

PERI(EMBAhiGAN DAI\T PERLINDT'NGAN PENGETAIIUAAITRADISIONAL DAN EI(SPRESI BT]DAYA TRADISTONAL DITIN-JAU DARI PERSPEKTIF HAK KEI(AYAAN INTELEKTUALSylvana D. Hutabarat

PEMBANGI.]NA T IIUI(UM ARBITRASE (POLITIK III'KUIVO SE-BAGAI T'PAYA PENTTELESAIAN SENGI(ETA(Tinj auan atas undang-undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrasedan Alternatif Penyelesaian SengketaUmarHaris Sanjaya

KAJIAN IIUI(UI}{ MENGENAI PERAN DA T'UNGISI LEIVIBAGAPENJAMIN SIMPANAN DALAM MENJAMIN SIIVIPANANT NASA.BAH PERBANKANAndriyanto Adhl Nugroho dau Sugianto

PROBLEMATII(A DISKRESI DALA]VI SISTEM IIt]Kt]MrNDoNEsrA (studr terhadap undang-undang No. 30 Tahun2014,Despan lferyansyah

I

TI

ill

151-164

t65-t79

r80-190

191-20s

206-225

226-237

238-246

247-26A

Umar Haris SanjayaFakultas Hukum Universitas t.ia* Indonesia

E m a i | : umarharis I 8 @yahoo. co. id dan umarharis@uii. ac. id

AbstrakSebagai salah satu ciri dari pelaku bisnis 'omodern", para pebisnis inginmenyelesaikan sengketa bisnis dengan cepat agar tidak membawa-kerugian padabisnisnya karena tersitanya waktu untuk mengurusi sengketa. Oleh klena itupemerintah mengeluarkan peraturan yang dapat mengatur tentang penyelesaiansengketa bisnis. Pembentukan hukum arbitrase merupakan kajian pottlk hu{um yangmenarik, mengingat hingga saat ini penerapannya masih m".rluai tidak efektif.Penelitian ini mengambil dua kajian masalah yaitu satu, bagaimana pembangunanHukum Ekonomi Indonesia dalam arbitrase? Dua, bagaimana pengertian potitikhukum arbitrase itu dan apa tujuannya. Penelitian iti -rtrgg*luk- metodepenelitian hukum normatif yang mencakup penelitian asas hukum. penelitian inipada dasarnya menggunakan metode kualitatif yang mengkaji tentang konsep tentangkonsep politik hukum arbitrase pada pemb.trtuk* Oofiiit hukrimnya).'Dengaitujuan untuk memberikan gambaran tentang pembangunan hukum di lndonesiakhususnya pada konteks hukum arbitrase. ttasif dari pe-nelitian ini diketahui bahwaperkembangan hukum ekonomi, khususnya pada pengaturan hukum arbitrasecenderung tidak dimulai dari nilai-nilai yang ada di masylakat, tetapi diambil darikebutuhan-kebutuhan yang mendesak padi saat reformasi walaup-un itu sejalan

-dengan pembangunan hukum pada proses pembaharuan hukum demi keadilan dan

kesejahteraan hukum bagi masyarakat, terutama bagi para pengusaha dan pelakubisnis.

Kata kunci : politik hukum, pembangunan hukum, arbitrase

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 -237 ISSN 1693448

PEMBANGUNAN HUKUM ARBITRASE (POLITIK HI]KUM)SEBAGAI UPAYA PEI\IYELESAIAN SENGKETA

(Tinjauan atas undang-undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase danAlternatif Penyelesaian Sengketa)

AbstractNowdays every business actor as the modern businessmen would lipe to settled anybusiness dispute more quickly, simply, to prevent from any risk which is rise.Go-vernment regulated the alternative dispute settlement on business field that isarbinafion law. The arbitration regulation becoming a legal politic siudy which isinterested because of the implementation of it, not apply welt. fhts reseirch studyalout the Economy law and development in Indonesiiiegardng arbitration and howthe legal politic of arbitration is perform. This ituay tt using descriptivemethodologt withiuridical normative. For the conclusion is law and divelopment inIndonesia especially arbitration is not beginning with values of societies, 6ut taken

226

.LZZ

Lll'gll 'pq'9661

'IZ 'oN 'ueppera4 e1m11'o1aq8uas unpsap,&tad luuaqy ua$ls UDcuaW'deqere11 ?fIP71 'hl €

'g'lEq'9002

'su3{3l eur€ln sw$nd ?rperu€JD 'D8auopuJ 1p ,sDtpaw uDp as04tqtr 'ouou?uleos lol80 z .LZ' Il;\' I 0 OZ'erlr;>Ie1'sle4 IIP/*ru feg

'sys1q otaq&uas uopsap&tad uos qDps affi4ryty pua&uaq 'arpeq,fty peeT 'ogetpng ,

uep ?rece uruFII {eds? rnleEueu e8nf rur 666I umlBl 0€ 'oN Euepun-Euepun 'nIqsles 'l?uols?Iuellll rmdn€Iu IBuoIsBu {eds€ uep dqau11 Etreru tuelEp {l€q wnlue}e{r€fuqroq mlsp r-q Euepul-Euupun urBIspIC 'lFqlue{ q€lreq rypn uu4ep,(utp

edrues Eue,( pq tmdneur ese.qlqru IsueEueru uun1uele{ 'IuI 666I unqel 0€ 'oN Euepun

-Euupun u,(rm>ppaq lws ep€d 'e1e>1Eueg uercsele{uadJlluure}lv trep ese.4lq.rv Eueluel

666I unqeJ 0E 'oN Euepun-Euepun e,(uue{Dlelreqlp ueEuep Iunses r-ul IBH'.ledac rru{rcselesJel reEe ueypeEuad ren11p elelEues ueresaler(uad erec ru>p{ ((Iuepolu,,

Euef srusrq n4e1ed ered netlnlnqe{ IJep qe.,trefuaur )tn]m u,{ursEurgl uep uunfr4 ue8uap

l€nqlp 1ulslp elelEues uatusele,(ue6 'uee8uruad eleryEuas {nlm sluslruel '4e4Euesuuresela,tued ueppp e,(edn qens ue4EuequreEueur tsedrsrgefueq lrlry 'uaqeqruadrsurruoJeJ ruep8ueur qelal uep Euuqureryeq Euuf ereEau teEeqes €Iseuopul

'e,(usrustq eped uutEruel ?r\eqtuelu

{Bpl} uep rre{ruselesrp }edec ruEu e{urrueprp Eue.( eleqEuos nlens utEut €{eJeIAI.e,(usrusrq neEuequreryad rqueq8uew 1tuBI-lruBIJaq u,{usruslq qepseirued nlens utEut

{epp n1ue} srusrqad ered '..ureporu,, srsslq qelad I-rBp lrlc nps qEIEs pEeqag'"u.(uure1 pq uuEuep ue8mqnqreq efes

esrq rde1e1 'ufuuele4edese{ IIIBI?pp ualllu?Fedp [e1e1 BwKede predes I{BI{epp FquIPEue,{ e1e>1Eues rmdepy 'e,{uuutesele,{ued qPJB ell"tue>l slreqlp Ue>I? >IEIuo{ €Fsmpltlluppp e,(ursedrsqueEueur q?Iol srusrq uertuefted rrrBl?p lDIIral qelel Eued sFrslq nxeled

ered eduesep epud 1de1e; 'spslq m1u1ad ered uep Fqlup Etre,( e1e>1Eues nlsns IJ?p

qn€l ue{p >lq pynw aa{wwol urelsp IIeq lBnluelfuefred IIBp sluslq ue8mqng'ereEeu ruunslp s€qeq resed edurpu[a1 uep

lenq Eue,( ue8uresred e,{uupe uolqeqesrp qul {Bpll 1uI I"H '1,.ludec eqJes,, slrretl sntues

r{BIBpp ledec 8ue,( Ilelluouo{ered uuqnqurqred qeppe qoiuoc re8eqeg 'efuurnleqes

lenqlp qe1e1 Suef uelapdesel ueEuep I?nses rqnuedrp sslq InIm e.,{uueqt[eme1

rrup {srl uelurEur8ueru >pq1d deqss e^\qeq u?{Blelp ledep >IBl 'tq Fq I$PFplO 'r€seq

qefuinf urelep uup ledec Eue,{ e.(urey ere8eu e{ nles ureEau rrup Euureq rodut rodsleuep IIeq lenf e{urpefrst l{sppe uslurouo{ered srustq e,(u8uuqtueryeq IrBp IJIo nps IpFS.efuueurouolared {nlueq pqmpat tr.,dap reEe tsedtsrped.req 1n>1 eEnf Euuque4req

emEeu 1de1e1 'efes nfeur ere8au rEeq edueq {epp 1uI 1eg 'u,{urulouo{e ue8ueque>1red

uelEuuqtueEustu tn>Ir eslq {n1rm Eulesreq ruII ue{e 4sed qepns snmp rp ereEeu de4es

ueq .senl Eued uere>1q.red ere {nlueq nlens eped redecueu qelel ue8uresJed '}Esed

Eueque>peq q€lel spslq ueEutesrod u"p ruouole ue8ueque>lred 'r-u1 lues epe4qBIusBtr l8uur1u1eg rulsT 'I

NVNTNHVONfld 'V

uoltDqtqn 'Tuawdopa,ap puo un1'cr111od p3a1 : splou{ay

'Jotco ssaursnq ,tol tllnrcadsa

,gtndso"td pu7 n!$n[ qDLu o1 Sutpton7 u! acnlua ot paau 11tts Tuawdop^ap

puD A DI )ILuouoJa aql JaiaMoH 'orsauopu1 lo uo4nwtolat lo uoUtpuoa wo{

8''869I NSSI LEZ- 927,: SI0Z reqluesec z 'oN z'lo^ slplml plrml

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 _237 ISSN 1693448

substansinya. Tetapi pada perjalanannya upaya Legislator didalam memasukkanketentuan-ketentuan dari ruang lingkup dan hukumny:a (formal dan materiil) justrumendatangkan persoalan dan kebingungan dari p*u p.iuku penyelesaian sengketa. Halini didapat pada sisi pengaturannya dan isi materi hukumnvaa.

Bisa dikatakan, didalam suatu pembentukan peraturan harus memerlukanpendekatan-pendekatan baik dari pemerintah, wakil rakyat, dan rakyat itu sendiri agarpembentukan peraturan itu bisa berialan bersama-sama -.n.upui tujuannyas. B"iladikaitkan dengan konsep bangsa indonesia sebagai Negara Kesatuan RepublikIndonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) indikator ketercapaiannya adalah kondisimasyarakat yang mampu mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah6.Tetapi aturan itu harus bisa memudahkan dan meyakinkan masyarakat agar dapatdipatuhi.

Terkait dengan undang-Undang No. 30 Tahun lggg ini, aturan yangdikodifikasikan ini secara pasti telah menggugurkan aturan hukum tentang arbitrasesebelumnya. f.tupi didalam penerapan hukumnya justru Undang-undang a-ibitrase inijustru menjadi alat bukanproblem solver seperti yang diharapkan.

Hal ini terlihat-pada berbagai penyelesaian sengketa-bisnis yang dilakukan padasuatu penyelesaian dengan proses arbihase. Adapun berbagai masalatr terhadappenerapan undang-undang ini juga tidak jauh dari ruang lingkup atas Undang-Undangitu sendiri.

Dari dalam lingkup nasional, permasalahan yang kerap muncul adalatr komplainterhadap kemampuan arbiter didalam praktek arbitrase oleh pihak yang bersengl,<eta.Bisa dikatakan kurangnya kebiasaan, pengalaman, keterampilan dan peneetahuan dariarbiter hingga berakibat pada penundaan pelaksanaan putusan arbinase?.

Adapun dari skala internasional, permasalahan yang didapat pada penerapanUndang-undang No. 30 tahun 1999 ini salah satunya adalah Indonesia masih engganunfuk melaksanakan atau menolak pelaksanaan putusan arbitrase intemasional(Internastional foreign arbitration decision) karena dinilai dapat bertentangan denganketertiban umum atau public policys.

pada umumnya diadakannya sebuah upaya penyelesaian sengketa secaraarbitrase ini unhrk mempermudah pihak yang beriengketa dalam Lemecahkanmasalahnya. Sengketa yang dipecahkan harus dilakukan s"caru resolutif, yaitu agarsengketa tersebut tercapai solusi yang tepat yang sebelumnya ada solusi.

Pada akhirnya bila suatu produk hukum yang dibuat kemudian masih terdapatbeberapa permasalahan didalam implementasinya di kehidupan nyata, maka sudah

a Gatot Soemartono, Hukum Arbitrase dan MediasiJakarta, 2006,ha1.25

di Indonesia, Gramedia Pustaka Utamq

Pembangunan disini adalah konsep pembentukan hukum dan peraturan hukum yang akandipositifkan, yang nantinya menjadi sebuah peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu peraturandisini haruslah selaras dengan cita-cita pembangunan sebuah nega.a yang Uertujuan keadilan , lihat padaNonnan Long, An Introduction to the sociology of rural development, dite4emahkan menlaji Sosiologipembongunan,pedesaan, Bumi Aksara, Jakarta, r992,hal.22l tentangpembangunan di Ind;.

" Pikiran dari Irjen Pol. DR. Teguh Soedarsono, Kadiv Binkum Polri, dalam presentasi mengenai"Sosialisasi Penanganan Perkara Melalui Proses Altemative Dispute Resolutions Sebagai Tindak LanjutDalam Mewujudkan Strategi Community Policing dan Kultur Polisi Sipil Dalam proses-Reformasi polri',,Jakarta, Mabes Polri, Desemb er 2006

' Gatot Soemartono, Op.,Cit., hal. 268 lbid., dalam hal ini bertentangan dengan kewajiban Indonesia sebagai anggota New york

Convention yang telah diratifikasi untuk melaksanakan putusan arbifrase, tetapihal ini masih menjadipennasalahan hingga sekarang karena putusan arbihase sangat merugikan bangsi lndonesia.

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 -237 rssN 1693448

sewajarnya bila produk hukum ini diuji lebih lanjut lagi. Hal ini tak lepas dari suatu

tujuan hukum yang menjadikan masyarakat itu sebuah iool of social engineeringe yangnantinya dapat dimanfaatkan dan berdampak kebaikan.

Selanjutnya didalam penulisan ini akan diuraikan bagaimana itu pembangunanhukum ekonomi di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan arbitrase ini, dan

selanjutnya akan disinggung tentang bagaimana pengertian politik hukum arbitrase itudan apa fujuan dari arbinase di Indonesia.

2. Rumusan Masalaha. Bagaimana Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia dalam arbitrase?

b. Bagaimana Pengertian politik hukum arbitrase itu dan apatujuawrya?

3. Tujuan PenelitianSejalan dengan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

pertama, mengkaji tentang Bagaimana Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia dalamarbitrase. Kedua, menganalisis Bagaimana Pengertian politik hukum arbitrase itu dan

apa tujuannya.

4. Metode PenelitianPenelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang mencakup

penelitian asas hukum. Penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode kualitatifymrg mengkaji tentang konsep tentang konsep politik hukum arbinase pada

pembentukan (politik hukumnya. Dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentangpembangunan hukum di Indonesia khususnya pada konteks hukum arbitase .'u

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Yuridisnormatif adalah metode penelitian hukum yang mengkonsepsikan hukum sebagai law indoctrine yang meliputi nilai-nilai," norma-norma hukum positif atau putusanpengadilan, dengan fokus pada masalah penelitian yang tertuang dalam rumusan

masalah. Adapun bahan hukum yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan

hukum sekuder, dan bahan hukum tersier.

B. ANALISIS DAI\ HASIL PENELITIA}I1. Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia dalam Arbitrase

Pembangunan hukum ekonomi di Indonesia ini sangatlah luas bila ingin kitalihat dari berbagai aspek ekonominya. Ini dimulai sejak masuknya era reformasi bangsa

Indonesia pada tahun 1999. Yaitu dimana adanya peraturan perundang-undangan yang

baru khususnya berkaitan dengan pembangunan hukum ekonomi di Indonesia. Salah

satu pembangunan hukum yang penulis kaitkan disini adalah pembangunan hukumUndnag-Undang No. 30 Tahtrn 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Disini penulis ingin mengaitkan antara hubungan pembangunan ekonomidengan hukum, yaitu penyelesaian tentang penyelesaian sengketa bisnis dengan

arbitrase.

t tili naslidi. Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti, Cetakan 5, Bandung, 1990, hal.

134. Hukum disini sebagai alat sosial yang berguna untuk membawa masyarakat lebih berperadaban dan

menjalankan aturan itu untuk mengubah pada kebaikan.10 Sri Mamudji, et, al., Metode Penelitian dan Penulisan Huhrm, Badan Penerbit Fakultas

Hukum Universitas lndonesia, Jakarta, 2005, hln. 4tt Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,PrenadaMedia Group, Jakart4 2005, hlm. 35

229

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 _237 ISSN 1693448

Pembangunan hukum ekonomi ini dibangun dan dibentuk tepat dengankebufuhan masyarakat akan adanya perubahan sosial yang telah berkembang. Kar-nahukum arbikase ini sekaligus sebagai sarana pembangunarrdan pembaharuan atas iklimekonomi masyarakat Indonesiarz. Hal itu juga sejatan dengan rujukan dai_ RoscoePound yang mengatakan bahwa hukum itu bagian dari rekayasa pembaharuanmasyarakat (law as a tool social engeneering) dan itu semua ternyata teraplikasididalam penerap&ulya dilndonesia sebagai negara yang sedang berkembangl3.

Hal itu bisa dilihat dari kebutuhan masyarakat yang sedang meningkatnyakehidupan perekonomiannya didalam perdagangan dan bisnis. BJberapa elemenmasyarakat sudah mulai untuk mengembangkan bisnisnya dari level nasionai hingga kelevel internasional. Hal,itulah yang akhimya direduksi dari kegiatan dan aktifitas itudalam instrumen hukum'* dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 30 Tahun 1999yang tidak lain sebagai upaya pelaku usaha untuk bisa menyelesaikan sengketa secaraarbitrase bila dikehendaki.

Menyikapi bentuk aktifitas masyarkat diatas Erman Rajagukguklsmengungkapkan bahwa, Indonesia tengah memasuki masa industialisasi diamanadalam era tersebut industrialisasi merupakan jalan untuk meningkatkan kesejahteraanbaik bagi negara maupun masyarakat. Kebutuhan akan pembatrg,** hukum ini pentingbagi negara terutama untuk melindungi rakyat (pelaku r'sutr"; dari sisi negatifpersaingan industrialisasi.

Dengan adanya perubahan sosial dan perkembangan bisnis perkekonomian,sudah sepatutnya indonesia mulai bersikap untuk bisa menerapkan sistem yang global.Dimana sistem yang sama dan diterapkan pula oleh negaru-niguyqpelaku 6i*ir. V*gnantinya dengan adanya kepastian hukum yang hampir samal6, para pelaku usahanegara lain merasa nyaman unfuk beraktifitas di Indonesia.

Prof. Hikmahanto JuwanalT menjelaskan didalam kuliahnya bahwa, apabilahukum yang telah ada tidak sesuai dengan kebutuhan y*g adu, sehingga perludilalcukan penyesuaian agar dapat mendukung kinerja bisnis perekonomian diIndonesia. Tetapi disayangkannya bahwa semua atulan hukum di Indonesia yang dibuatpada saat reformasi ini semuanya itu bukanlah mengadopsi, tetapi metalui prosestansplantasil8 dari Amerika dan dropa untuk diterapkan-di Indonesia.

walaupun itu tepat, penulis beranggapan tidak semua hukum yang perludigunakan di Indonesia ini harus sama dengan negara lain. Dalam artian bisa kitJbuat

tfu.f'anmi Al-Amruzi, Pembangunan Hukum Nasional Dalam Perspehif Filsafat Hukum,Jumal Kh?zanah, Vol. V. No.06 Edisi November-Desember 2006,ha1. 70t' Lili nasiidi dan Ida Bagus Wiyasa Putra, Hulatm Selagai Suatu Sistem. CV. Mandar Maju,Bandung,2003, hal. 5.

to Direduksi disini berarti menjadikan suatu kegiatan yang telah ada itu dalam aturan yang telahmenjadi hukum dan landasan bagi masyarakat, dikutip dari Hikmahanto Juwana" Bunga Rampai HukumEkonomi dan Hukum Internasional, Lentera Hati, Jakart4 2002,ha1.27.

t5 frman Rajagukguk, Perqnqn Hukum dslam Pembangunan pada Era Globalisasi,dikutip dariPidato Pengukuhan Guru Besar FH UI 4 Januari lgg7, diakses melalui,http ://www. solusihukum.com/artikeVartikel I 9.php, pada I 8 Februari 20 I 2.

-16 Kalimat yang dikutip adalah tanpa adanya kepastian hukum segala kontak dan perjanjian

seolah-olah tidak ada {*yu, dan apabila situasi ini terjadi maka akan mempengaruhi perkimU*g*bisnis, diambil dari Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekoiomt di'Dunia Ketiga,Erlangg4 Yogyakarta, 2003, hal. 81.

" Hikmahanto Juwana, Politik Hukum W bidang Ekonomi di Indonesia,bahan ajar kuliah ke-lpada Mata Kuliatr Hukum Pembangunan Ekonomi di PPS FH uI 15 Januari 2012.HaI.7.

t8 lbid.,Hal.9.

230

{I

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 -237 ISSN 1693448

hukum itu sejalan dengan negara lain, tetapi mengedepankan kebutuhan dan

kepentingan masyarakat.Terlepas dari sisi itu, sebenarnya keberadaan atas Undang-Undang No. 30 Tahun

1999 ini telah lama dinanti oleh banyak kalangan di Indonesia. Harapan itu berkembangkarena kebutuhan terhadap mendesaknya tanggapan dari masyarakat terhadap

perkembangan bisnis dan penyelesaiannya yang berkembang. Dengan kebutuhan suatu

penyelesaian sengketa komersial yang efenif, singkat dan terpercaya di lndonesiale.Latar belakang pembangunan hukum arbitrase terhadap Indonesia ini

sesungguhnya dimulai ketika adarrya Konvensi New York pada tahun 1958 Q,{ew York

Convention on the Recognition and Enforcement of foreign arbi*al awards of 1958).

Dimana arbitrase telah dijelaskan dan diterapkan pada negara anggota yang bergabung

didalam konvensi New York. Indonesia pada saat itu ikut meratifftasi konvensi tersebut

dan kemudian baru dituangkan melalui Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981.

Konsekuensi dari ratifikasi konvensi tersebut adalah pengakuan dan pelaksanaan atas

putusan arbitrase menjadi kewajiban dari Indonesia.Sebelumnya ketentuan yang sama ada pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1968

sebagai proses atas penyelesaian dengan arbitrase yang pernah dibuat di Indonesia.

Undang-Undang ini lahir sebagai konsekuensi Indonesia yang turut serta didalamWashington Convention (Internqtional Convention on the settlement of invesment

disputes between states and nationals of other state,9, yaito tentalg penyelesaian

perselisihan antaru negara dan warga asing mengenai penanaman modal".Baru pada tahun 1990 aturan yang mengatur keberadaan arbitrase diperjelas oleh

Malrkamah Agung dalam Peraturan MA No. I Tahun 1990 yang berisikan tentang tata

cara pelaksanarm putusan arbitrase asing. Peraturan ini sebagai wujud dari Kepres No.34 Tahun l98l yang pernah dikeluarkan sebelumnya".

Dan akhirnya ketentuan tentang arbitrase itu secara spesifik dibuat pada tahun

1999. Dan hal juga tidak^lepas dari tekanan dari katangan masyzlrakat bisnis untuk

mengatur tentang arbitase". Itu semua dibuat dengan mengadopsi beberapa ketentuan

arbihase yang ada dalam UNCITRAL Model Law (Law on International CommercialArbitration of 1955). Dan akhirnya pemberlakuan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999

ini dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat selaku para pelaku bisnis dan kebutuhan

negara selaku anggota dari konvensi New York dan kehadiran negara untuk

berkembang dalam dunia perdagangan.

Niat dari Undang-Undang ini adalah untuk menjamin para pelaku bisnis agar

dapat melalcukan usahanya di lndonesia dengan kejelasan hukum yang ada. Adapun tata

cara pelaksaqaan putusan yang diatur pada (fU ini diberlakukan sebagaimana hukum

acara perdata".

2. Politik Hukum ArbitrasePolitik hukum arbiftase disini adalah bagian dari ilmu hukum yang mengkaji

perubahan hukum (ius constitutum) menjadi hukum (ius constituendum) didalam

te Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,

Pengkajian Hulam Tentang Arbitrase Negara-Negara ASEAN, Jakarta. 2009,ha1.24.to Hal ini sebatas pada hal penanaman modal semat a, Ibid., hal 262r Bambang Sutiyoso, Perryelesaian Sengketa Bisnls, Cifia Media, Yogyakarta, 2006,ha1.2522 lbid.,hal.2523 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Cita Aditya Bakti,

Bandung, 2003, hal. 153-154

231

Junal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 _237 rssN 1693448

kehidupan masyarakat yang lebih baik2a. Perubahan yang dimaksud diatas adalahkeadaan dimana masyarakat yang dulunya belum membutuhkan, kemudian denganperkembangan zaffLan maka masyarakat membutuhkan atas keadaan tersebut. Politikhukum terhadap hukum arbitrase ini sebagai upaya dan jawaban terhadap perubahanzaman dan perkembangan ekonomi.

Ius consitutum disini penulis artikan sebagai hukum yang telah ada dandilaksanakan didalam kehidupan negara Republik Indonesia. Hal ini diterapkan sebagaibentuk kepastian hukum terhadap masyarakat didalam melaksanakan kehidupan.Sedangkan ius constituendum adalah sebuah hukum yang sepatutnya diterapkandikehidupan, ketika telah terjadi pellembangan dan perubahan didaiam masyarakat.

Menurut F. Sugeng Istanto", proses perubahan antara ius consitutum menjadtius constituendum ini dikarenakan adanya perubahan dimasyarakat dimana rangkaianhukum yang ada harus dirubah unhrk memenuhi kebutuhan masyarakat atas perubahantersebut.

Dari gambaran diatas maka pengertian politik hukum yang dimaksud penulisadalalr tentang kebijakan dasar negara didalam menentukan arah26 (ius consitutuindum)untuk menghukumkan sesuatu bagi masyarakat. Sejatan dengan diatas, Soedarto2Tmenggambarkan politik hukum sebagai kebijakan negara untuk menetapkan peraturanyang digunakan untuk mengekspresikan apa yang diharapkan masyarakat dan agartercapai apa y ang dicita-citakan.

Dan konteks yang penulis harapkan didalam menjelaskan politik hukum adalahpengertian dari Satjipto Rahardjo. Dimana politik hukum adalah cara yang tepat danhendak dipakai untuk mencapai tujuan sosial dan hukum di masyarakat, agar hukum itutetap untuk dilaksanakan dikehidupan2s. Ada beberapa pikiran rnendasar yang dikatakanoleh Satjipto Rahardjo bahwa pada politik hukum itu memerlukan tujuan dan sistemyang hukum, cara-carayang tepat didalam mencapai tujuan, pemberlakuan hukum yangtepat sesuai dengan keadaan masyarakat, dan perumusan hukum yang mapan2e.

Pada intinya definisi-definisi yang dikutip penulis disini adalah tentangpenggdmbaran dimana hukum itu dibuat untuk menciptakan keadaan yang baik bagimasyarakat menjadi cita-cita bangsa Indonesia untuk bisa mensejahterakan wargattya3o.

Dari berbagai pendapat dari para sarjana tentang politik hukum, penulis inginmengaitkan tentang pentingnya politik huhrm didalam penrmusan hukum untukmenjadi sistem hukum nasional yang berhubungan dengan arbitrase. Didalam membuat

'o Abdul Latif, Hasbi AIi, P ol iti k Huhrm, Stnar Grafika, Jakart4 20 10, hal. 5 l." Sugeng F. Istanto, Potitik Hukum, Bahan Ajar Pascasarjana, Universitas

Yogyakarta, 2005, hal. 60-68Gajah Mada,

'u Dikutip dari Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum, cet. 2, GhaliaIndonesia, Iakarta, 1986 hal. 160.

27 Soedarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat Kajian Terhadap Hukum pidana,SinarBaru, Bandung, 1983, hal.20.

" Sagipto Rahardjo, Ilnu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandun g, l99l,hal.352" Ibid., hal 352-353.

'o C.F.G Sunaryati Hartono, Potitik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni,Bandung, 1991, hal. I dtambahkan pula, tujuan negara adalah memajukan kepentingan masyarakat dalamkerangka keadilan, kebebasan dan solidaritas bangsa. Mendukung kesejahteraan warga. Maka tujuannegara adalah penyelenggaraan kesejahteraan umum didalam keadilan dan kesejahteraan.

Frans Magnis, Suseno, Etika Politih Prinisip-prinsip Dasar kenegaraan modern, GramediaPustaka Utama, Jakarta, 1994, hal. 3 10-3 14.

I

)

--l

Jurnal Ywidis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 -237 ISSN 1693448

sistem hukum arbitrase ini, hendaknya pemerintah memperhatikan living lawil yangada

di Indonesia. Hal ini berguna sebagai harapan dan cita-cita dari masyarakat sebagai

obyek dari hukum yang^gkan diberlakukan. Maka dari itu hukum yang diberlakukan

haruslah sesuai dan tepati'bagi kebutuhan masyarakat.

Pada konteks ini, penulis juga membahas tentang kebutuhan hukum adanya

arbitrase. Hal ini dirasa sangatlah penting bagi masyarakat indonesia dimana

perkembangan dan kemajuan perekonomian di dunia maupun indonesia telah

meningkat. Kebutuhan akan hukum arbitrase ini dirasa sangatlah penting untuk bisa

menjamin para pelaku usaha dan bisnis didalam beraktifitas. Hal ini bergun4 ketika

para pelaku usaha nantinya terbentur sengketa dan konflik didalam menjalankan

usahanya. Hukum arbitrase bisa menjadi alternatif dan pilihan tepat untuk bisa

memudahkan para pelaku usaha agar menyelesaikan sengketanya diluar pengadilan.

Tetapi masih sangat disayangkan, bahwa hukum yang mengatur arbihase masih

belum diatur secara pasti (belum diundangkan). Pada dasarnya pemberlakuan hukum

arbitrase ini memang telah ada dan telah ditentukan sebelum diundangkannya UU. No.

30 tahun 1999. Ketentuan tersebut sebelumnya telah ada tentang pengaturan ymgmenerapkan pelaksanaan arbitase.

Ketentuan tentang arbitase terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Perdata di pasal 615 - 651 Reglement op de rechtsvordering (Rv). Penggunaan pasal

arbitrase ilkemudian dijelaskan dan didalam implementasinya antara lain pembagian

wilayah iawa dan madura adalatr menggunakan ketentuan Het Herziene Indonesich

Reglement (HIR)" pada pasal 377. Adapun bagi golongan glang diluar jawa dan

madura juga diatur pada Rechtsreglement Buitengewesten (RBg)'" pada pasal 705.

Tetapi ketentuan tersebut diatas belum bisa mengakomodir kebutuhan secara

keseluruhalwarga indonesia, apalagi sejak kemerdekaan bangsa Indonesia. Baru pada

tahun 1999 yaitu sejak disahkannya Undang-Undang No. 30 Tahun 1999, maka

ketentuan-ketentuan yang sebelumnya telah diatur maka dinyatakan tidak berlaku

kembali.Adapun pengertian tentang arti arbinase yang dimaksud didalam Undang-

Undang No. 30 Tahun 1999. Menwut Undang-undang tentang Arbitrase No. 30 Tahun

1999 yangdimaksud adalah :

Cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum

yang didasarkan pada perjanjian arbitase yang dibuat oleh para Pihukyang bersengketa (vide pasal I ayat (l) UU.No. 30 tahun 1999)".

3r Pengertian Living taw adalahsistem hukum yang ada dan masih eksis di Indonesia. Yaitu dari

hukum adat, IsLm, dan barit dikutip dari Hilnan Hadikusuma, Sejarah Huhrm Adat Indonesic, Alumni,

Bandung, 1978, hal. 106-110.-32

Sebagai (tool) sarana dan langkatr yang digunakan pemerintah dikutip dari Imam Syaukani, A.

Ahsin Thohari, Dasar-dasar politk Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,ha1. 59tt penggunaan HIR ini mengacu pada penjelasan masa kolonial Belanda yang dimana terdapat

pembagian tigi[elompok penduduk dengan sistem hukum dan lingkungan peradilan YTg !4". Dalam

tal ini penduduk Indonesia (pribumi) menggunakan hukum adat dan hukum acaranya adalah HIR' 34 RBg adalah Hukum Acara yang berlaku bagi warga Indonesia (pribumi) pada masa kolonial

belanda hingga sekarang selama masih ada pengatuan yang lebih spesifik bagi warga di luar jawa dan

madura.35 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 _237 rssN 1693448

Dari ketentuan diatas inilah_ yang dimaksud penulis terdapat pembangunanhukum yang baru bagi masyarakat. Memitrg pemoerlicuan hukum ini berlaku secaranasional tetapi tidak semua orang merasakinya. Hanya sebatas kalangan pengusahadan pelaku bisnis- yang bersengk.tu

,yang dapat menerapkan undang-undang ini.Dengan adanya undang-undang ini, *utu piu pingusaha yang terlibat suatu sengketa,dapat menyelesaikannya sengketanya diluar pi,"giiilr". Memang ini adalah sebuahpilihan, dimana itu ::Tul tergantung dari persetujfu d iktikad baik para pth"kd;l'-.

Disinilah politik hukum itu bersinirgi dengan pembangunarr, dim*a hukum itubisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan-hulu. fiil; mengikuti perkembangan danperubahan zaman' Terutama pada lingkup perdagangan dan bisnis. Hal ini sejalandengan pikirian Moh. Mahtud MD bahyl k"Li:ur.Ji pE nugts*an r,umm itu haruslahsebuah pembaharuan hukum yang sesuai dengan k"buirrhan,,.

Disamping itu, implementasi untuk menggunakan arbitrase ini juga mendapatPt"gukoT disamping Undang-Undang diatas, tlirwa penyelesaian diluar pengadilanini juga diperbolehkan. Hal ini berdasarkan pada penjeiasan pasal 3 ayat (1) Undang-undang No' 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaun rierrar.iman bahwa -ury*ukut tidakterdapat keharusan-untuk menyelesaikan suatu sengketa melalui pengadilan, tetapi parapihak dapat memilih menyelesaikan sengketa yang-tedaai dengan .uiu p"rau*aian atauarbitrase3s.

Hal tersebut juga ditambahkan dan diperkuat pada ketentuan di pasal 3 jo pasalIl ayat (2) UU' No. 30 Tahun 1999 yang mengatur bahwa pengadilan Negeri tidakberwenang untuk mengadili sengketa nala prrrat yang telah terikat pada perjanjianarbitrase, oleh karena itu pengadiLn negeri wajib t!"irfu dan tidak boieh ikut campurtangan {ul*penyelesaian sengketa yang ditetapkan melalui *uit ur":t

oleh karena itu para pihak yang ingin menyelesaikan suatu sengkera yanglelhubu|san dengan bisnis dan ekonomi dipat pula diselesaikan diluar pengadilan.Dalam hal ini, tindakan tersebut diperkenankan oleh Undang-Undang klena telahdiatur secara pasti didalam hukum. Batrkan para pihak yang telah bersepakatpun,Pengadilan tidak berwenang untuk ikut campw tangan terhadap fenyelesaian *bit *..

3. Tujuan ArbitraseSuatu pembenttrkan sebuah und.apsl{dang tidak pernah lepas clari pandanganpolitik yang membuat hukum itu sendiri. Selain itu, t.uituhan teihadap arbitrase initidak hanya untuk kepentingan negara, tetapi karena melihat kondisi perkembangan

suafu perdagangan, khususnya perdagangan internasional.Arbitrase dipandang akan salgat, berperan penting didalam penyelesaian

sengketa dibidang bisnis. Karena melihat-banyaknya peraagangan y*g ukl terjadidipersaingan globalisasi nanti. Ibaratrya arlltrase

"d"l.h satai saiu prinri"p j** aau*tfekun hukum perdagangan internaiional4o. oleh karena itu penyeleri* itu harusdiatur dengan jelas supaya dapat memudahkan penyelesaian sengketa para pelaku

tusalim HS, Abdullah, wiwiek wahyuningsih, Perancangan Kontrak & Memorandum ofUnderstaydi?s.(Ygu),"_"1** ketiga, Jakarra Sinar Giafika, f*u.tu, iOO8, hlm. 4" Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, najawali'press, Jakarta, 2009,ha1. l,l38u:rdang-undang No. 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, pasal 3 ayat (r)

"Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesai-kan sengketa iituar pengadilan (negoisasi, mediasi,konsiliasi,^& arbitrase), Visi media pustak4 Jakartq 2001,{al. 64.'" Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, cetakan 2, Iakarta,2005, hal.6

iit,:

1:

ti

234

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 -237 ISSN 1693448

bisnis. Khususnya ini dibuat agar didapat kemudahan-kemudaharL para pelaku usaha

ketika mengembangkan usaha perdagangannya di Indonesia.Ditambah dengan diluncurkannya Asean Free Trade Area (AFTA)

dilingkungan ASEAN, bisa menjadikan tingkat perdagangan dan bisnis terus

berkembang dan semakin terbukao'. Hal ini memungkinkan bagi para pelaku usaha

untuk melakukan transaksi bisnis diwilayah Asia Tenggara. Dengan harapan

meningkatnya suatu hubungan bisnis, tak sedikit nanti akan berpengaruh terhadap

meningkabrya suatu sengketa bisnis.Pada akhirnya Undang-Undang arbitrase diatas dirumuskan untuk mencapai

suatu tujuan dalam menyelesaikan suafu sengketa bisnis dengan mengeluarkan suatu

putusan yang cepat dan adil tanpa adanya formalitas prosedur yang berbelit yang

menghambat penyelesaian sengketa.

C. SIMPULANDari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

l. Pembangunan Hukum Ekonomi di lndonesia ini mulai berkembang sejak

bergulirnya reformasi bangsa Indonesia. Dan itu semua mencakup hingga

kepada perkembangan hukum ekonomi. Khususnya pada pengaturan hukum

arbitrase. Hanya saja pengaturan itu tidak dimulai dari nilai-nilai yang ada dimasyarakat, tetapi diambil dari kebutuhan-kebutuhan yang mendesak pada saat

reformasi. Buktinya adalah hukum pembangunan ekonomi di Indonesia bukan

mumi hukum yang dibuat oleh para legislator, tetapi hukum yang

ditransplantasi dari hukum Amerika maupun Eropa.

2. Maksud pengertian politik hukum arbitrase disini adalah suatu perubahan

hukum dayj ius constitutum menjadi ius constituendum dimana hukum yang

sebelumnya belum mengatur secara pasti tentang arbitase di Indonesia pada

akhirnya dibuat dan diatur. Dan hal ini sejalan dengan pembangunan hukumpada proses pembaharuan hukum demi keadilan dan kesejahteraan hukum bagi

masyarakat, terutama bagi para pengusaha dan pelaku bisnis. Hukum itumenjadi cita-cita dan kebutuhan masyarakat didalam melakukan aktifitas

bisnisnya.3. Tujuan pemberlakuan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 ini dibuat sesuai

dengan kebutuhan masyarakat selaku para pelaku bisnis dan kebutuhan negara

selaku anggota dari konvensi New York dan kehadiran negara untuk

berkemban g dalamdunia perdagangan. Niat dari para pembuat Undang-Undang

adalah untuk menjamin para pelaku bisnis agar dapat melalarkan usahanya di

Indonesia dengan kejelasan hukum yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undan gan

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa

Undang-Undang No. 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

ot Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,

Op.,Cit.,hal. I

Jurnal Yuridis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226 -23i ISSN 1693448

Buku dan JurnalAbdul Latif, Hasbi Ati, politik Hukum, Sinar Grafik a, Jakarta,2010.

Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis,Citra Media, Yogyakarta,2006.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,P e n gkai i an Huhtm T e nt an g Ar b itr as e N e gar a - N e g ar a A S EAN, Jakarta. 2009 .

C.F.G Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,Alumni, Bandung, 1991.

Frans Magnis, Suseno, Etika Politik, Prinisip-prinsip Dasar kenegaraan modern,Gramedia Pustaka Utama, J akata, 1994.

Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Gramedia pustaka UtamaJakarta,2006.

Huala Adolf, Huhtm Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, cetakan 2, Iakarta,2005.

Hilman Hadikusuma, sejarah Hulatm Adat Indonesla, Alumni, Bandung, lglg.

Hikmahanto Juwana, Bunga Rampai Hulatm Ekonomi dan HuAntm Internasional.Lentera Hati, Jakart a, 2002.

Politik Hulam UU bidang Ekonomi di Indonesia,bahan ajar kuliah ke-lpada Mata Kuliah Hukum Pembangunan Ekonomi di PPS fft UU 15 Januari2012

Irjen Pol. DR. Teguh Soedarsono, Kadiv Binkum Polri, dalam presentasi mengenai"Sosialisasi Penanganan Perkara Melalui Proses Alternative DisputeResolutions Sebagai Tindak Lanjut Dalam Mewujudkan Strategi CommunityPolicing dan Kultur Polisi Sipil Dalam Proses Reformasi Polri", iuku.tu, MabesPolri, Desember 2006.

Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, Dasar-dasar palitk Hukttm,Raja Grafindo persada,Jakarta,2004.

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar Pengadilan (negoisasi,mediasi, konsiliasi, & arbitrasel, visi media pustaka, Jakarta, 2001.

Lili Rasjidi. Dasar-Dasar Filsafat Hulatm, Citra Aditya Bakti, Cetakan 5, Bandung,1990.

, dan Ida Bagus Wiyasa Putra, Hulatm Sebagai Suatu Sistem, CV. MandarMaju, Bandung,2003

236

a

I

Jurnal Ywidis Vol.2 No. 2 Desember 2015 :226'237 rssN 1693448

M. Yahya Harahap, Mencari Sistem Alternatif Penyelesaian sengketa, Varia Peradilan,

No.21, 1995.

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta,2009.

M.Fahmi Al-Amruzi, Pembangunan Huhtm Nasional Dalam Perspehif Filsafat

Huhtm,Jurnal lkazanah, Vol. V. No.06 Edisi November-Desember 2006

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,

Erlangga, Yogyakarta, 2003

Sudiarto, ZaemAsyhadie, Mengenal Arbitrase salah satu penyelesaian sengketa bisnis,

Rajawali Pers, Jakarta, 2004.

Norman Long, An Introduction to the sociology of rural development, diterjemahkan

menjadi Sosiologi pembangunan pedesaan, Bumi Aksara, Jakarta,1992.

Rachmadi Usman, Pitihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra AdityaBakti, Bandung, 2003.

Padmo Wafujono, Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum, cet.2,Ghalia lndonesia,

Jakart4 1986.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hulatm, Prenada Media Group, Jakarta, 2005

Sugeng F. Istanto, Politik Hukum, Bahan Ajar Pascasarjan4 Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta 2005.

Sri Mamudji, et, al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005

Soedarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat Kajian Terhadap Hukum

Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1983.

Satjrpto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.

Salim HS, Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak & Memorandum ofUnderstanding (MoU),cetakan ketig4 Jakarta Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Media ElektronikErman Rajagukguk, Peranan Huh,m dalam Pembangunan pada Era Globalisasi,

Aimtip dari Pidato Pengukuhan Guru Besar FH UI 4 Januari 1997, diakses

melalui ,http://www.solusihukum.com/artikel/artikell9.pho. pada 18 Februari

2012

237