fakultas ekonomi universitas negeri...
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOKTAHUN ANGGARAN 2014
Judul Penelitian:
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGANPERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL
(Studi pada Perbankan di Provinsi DIY Periode Tahun 2009 - 2013)
Nama Peneliti:
Suwarno, M.PdSupriyanto, MM
Daru Wahyuni, M.SiPutri Wulandari (NIM 11404241015)
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK
A. Judul Penelitian
B. Ketua Peneliti :
1. Nama Lengkap 2. NIP 3. Jenis Kelamin 4. Jabatan/Pangkat/Gol 5. Fakultas/Jurusan 6. Bidang Keahlian 7. Alamat Kantor 8. Alamat Rumah
C. Lokasi Penelitian D. Jangka Waktu Penelitian
E. Pembiayaan
: Analisis Perbandingan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional (Studi pada Perbankan diProvinsi DIY Periode Tahun 2009 – 2013)
: Suwarno, M.Pd: 19510709 198003 1 002: Laki-Laki: Lektor Kepala/Pembina Tk I/IV b: Fakultas Ekonomi/Pendidikan Ekonomi: Ekonomi Makro : Fakultas Ekonomi UNY, Karangmalang Yogyakarta. : Jl. Sedah 12, Pringwulung, Sleman, Yogyakarta (0274) 547698 HP 082137567255
: Bank Indonesia (BI) Yogyakarta
: 6 (enam) bulan
: Rp 7.500.000,-
Mengetahui;Ketua Jurusan Pend. Ekonomi
Daru Wahyuni, M.SiNIP. 196811091994032001
Yogyakarta, 11 April 2014Ketua Peneliti,
Suwarno, M.Pd.NIP.195107091980031002
Mengetahui:Dekan FE - UNY
Dr. Sugiharsono, M.Si.NIP. 19550328 1983031002
A. Judul Penelitian:
ANALISIS PERBANDINGAN PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN
KONVENSIONAL (Studi pada Perbankan di Provinsi DIY Periode Tahun
2009 - 2013)
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan UU Perbankan no 10 tahun 1998, dunia perbankan di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) Bank Sentral; (2) Bank
Umum Konvensional; (3) Bank Perkreditan Rakyat; dan (4) Bank Umum Syariah.
Bank Umum sendiri (atau Commercial Bank) memiliki peranan yang sangat
penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95%
Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum
(Commercial Bank), Bank Syariah (Sharia Bank), dan Bank Perkreditan Rakyat
(Rural Bank) berada di Bank Umum (Statistik Perbankan Indonesia, diolah). DPK
ini yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank sebagai lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi
sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan
dana (the lender atau surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (the
borrower/deficit unit). Dengan adanya bank, maka kelebihan dana dari the lender
tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak. Setelah Bank menerima simpanan dana/uang
dari masyarakat (atau dikenal dengan Dana Pihak Ketiga) dan kemudian bank
akan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit (Bank Umum Konvensioanl)
dan dalam bentuk pembiayaan (Bank Umum Syariah).
Menurut Lukman Dendawijaya (2005) dana-dana yang dihimpun dari
masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank
dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank. Bila
memperhatikan neraca bank akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh
besarnya kredit yang diberikan, dan bila memperhatikan laporan laba rugi bank
akan terlihat bahwa sisi pendapatan didominasi oleh besarnya pendapatan dari
bunga dan provisi kredit. Hal ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan
berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan
perkreditan.
Menurut Dahlan Siamat (2005) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha
bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga
intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank
berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagaimana umumnya negara
berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh
penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Sampai saat ini, pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling
utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi memiliki risiko yang terbesar
dalam bank. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian kredit merupakan aktivitas
terbesar sekaligus juga mempunyai risiko terbesar. Oleh karena itu pemberian
kredit harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat. Salah satu ukuran
risiko kredit di perbankan konvensional adalah angka Non Performing Loan
(NPL), sedangkan di perbankan syariah adalah Non Performing Financing (NPF).
Berdasarkan data yang ada sampai saat ini, penyaluran kredit memegang
peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi negara, namun kredit yang disalurkan
oleh perbankan ternyata belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari Loan to Deposit
Ratio (LDR) Bank Umum periode 2005 - 2009 yang masih berkisar pada angka
59,66% - 74,58% (Statistik Perbankan Indonesia), masih berada dibawah harapan
Bank Indonesia. Ketentuan Bank Indonesia, angka LDR seharusnya berada
disekitar 85% - 110% (Manurung, Rahardja, 2004). LDR sendiri merupakan
indikator dalam pengukuran fungsi intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio
LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak
termasuk antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro,
tabungan, dan deposito (tidak termasuk antarbank). Semakin tinggi LDR
menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran
kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya
dengan baik. Disisi lain LDR yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko
likuiditas bagi bank.
Data Statistik Perbankan Syariah (2010) dan Statistik Perbankan
Konvensional (2011) menunjukkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Umum Konvensional yang diukur dari tingkatan Rasio. Dari segi
permodalan bank umum syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan
telah memenuhi standar kecukupan modal dari Bank Indonesia, yaitu 8%. Dapat
kita lihat terdapat perbedaan yang tidak terlalu besar antara CAR Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional, hanya sekitar 6–9%. Dari segi NPL,
Bank Umum Syariah telah memenuhi standar dari Bank Indonesia yaitu di bawah
5% dan tidak terdapat perbedan yang terlalu jauh dibanding Bank Umum
Konvensional. Untuk LDR Bank Umum Syariah juga telah memenuhi standar
terbaik dari Bank Indonesia yaitu antara 85%-110%. Untuk BOPO sendiri Bank
Umum syariah belum memenuhi standar dari Bank Indonesia yaitu 92%. Dari
segi ROA Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional telah memenuhi
standar terbaik dari Bank Indonesia yaitu 1,5%.
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar
dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan
bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia.
Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik
untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja keuangan
bank.
Bank Umum Syariah sebagaimana bank umum konvensional memiliki
fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas
pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan (Financing). Perbedaan
mendasar antara kedua bank tersebut hanyalah bank syariah melakukan kegiatan
usahanya tidak berdasarkan bunga (interest fee), namun didasarkan pada prinsip
syariah atau prinsip pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing
principle).
Pembentukan Bank Syari'ah, semula banyak diragukan, alasannya;
pertama, banyak orang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga
(interest free) dan riba adalah sesuatu yang tak mungkin dan tak lazim, kedua,
adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya. Tetapi di
lain pihak, Bank Syari'ah adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam. Bank
syariah merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana
masyarakat serta menyalurkannya dengan mekanisme tertentu. Penghimpunan
dana dilakukan melalui simpanan dan investasi seperti: wadiah, tabungan dan
deposito berjangka. Sedangkan penyaluran dana dilakukan dengan beberapa
macam akad seperti, murabahah, istisna, mudarabah, musyarakah, ijarah dan
lainnya.
Produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya
untuk menjadi pendamping operasional perbankan syariah. Sehingga pembiayaan
dengan sistem jualbeli menjadi pengganti sebagai produk inti dari beroperasinya
bank syariah, seperti murabahah, salam dan istishna. Tercatat dalam data statistik
Bank Indonesia bulan Maret tahun 2008, pembiayaan murabahah masih tetap
menjadi unggulan perbankan syariah. Meskipun sudah mulai mengalami
penurunan tiap bulannya.
Data pada salah satu perbankan syariah, yaitu di Bank Syariah Mandiri
(BSM) merupakan bank umum syariah yang memiliki peranan penting kedua
setelah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pembiayaan murabahah yang telah
disalurkan oleh bank syariah mandiri akhir tahun 2007 sebesar Rp5,18 triliun,
sedangkan untuk pembiayaan mudarabah sebesar Rp. 2,34 triliun dan pembiayaan
musyarakah sebesar Rp. 1,99 triliun. Hal ini menunjukan bahwa pembiayaan
dengan basis jual beli (murabahah) di Bank Syariah Mandiri (BSM) memiliki
kontribusi yang lebih besar dibandingkan penbiayaan dengan basis bagi hasil
(mudarabah dan musyarakah), padahal dalam konsep Islam pembiayaan yang
lebih dianjurkan adalah pembiayaan dengan basis bagi hasil.
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional
dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan
yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan
oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005). Kegiatan
operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss
sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh
pendapatan maupun membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman
karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Bank umum syariah yang dipilih
dalam penelitian ini adalah bank syariah yang telah berdiri lebih dari lima tahun.
Bank umum konvensional yang dipilh untuk dibandingkan dengan bank umum
syariah adalah bank konvensional dengan total asset sebanding dengan bank
umum syariah.
Sukses tidaknya pengelolaan perbankan syariah maupun perbankan
konvensional dapat dilihat dari sisi sehat tidaknya bank tersebut yang dapat
diukur dengan CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity). Di
sisi lain juga dapat dilihat dari kinerja keuangannya atau rasio-rasio keuangannya.
Berbagai sumber informasi dapat digunakan untuk melihat kinerja bank. Salah
satu sumber informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah
Laporan Publikasi Keuangan Bank. Pada penelitian ini akan digunakan laporan
keuangan bank selama periode tahun 2009 - 2013. Data yang diambil adalah
laporan triwulan masing-masing bank yang dipublikasikan di surat kabar atau
internet/web bank yang bersangkutan maupun dari statistik perbankan Indonesia.
Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
keuangan bank yang meliputi Capital Adequency Ratio (mewakili rasio
permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif),
Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban
Operasional Pendapatan dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio
efesiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas). Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional (Studi pada
Perbankan di Provinsi DIY Periode Tahun 2009 - 2013”.
2. Identifikasi Masalah
Ada banyak permasalahan yang dihadapi perbankan syariah dan
perbankan konvensionaldi Indonesia pada umumnya, lebih khusus lagi perbankan
di provinsi DIY. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:
a. Masih rendahnya kinerja keuangan bank syariah secara umum
b. Masih rendahnya kinerja keuangan bank konvensional secara umum
c. Masih banyak bank syariah dan bank konvensional yang mengalami kelebihan
likuiditas.
d. Masih banyaknya pembiayaan bank syariah yang bermasalah dan kredit yang
bermasalah bank konvensional.
e. Masih banyak bank syariah dan bank konvensional yang bekerja belum secara
efisien.
f. Masih rendahnya rasio profitabilitas baik bank syariah maupun bank
konvensional
g. Masih terbatasnya penelitian yang membandingkan kinerja perbankan syariah
dan perbankan konvensional, khususnys di provinsi DIY.
3. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah kinerja keuangan yang dihadapi perbankan
syariah dan perbankan konvensional di Indonesia pada umumnya dan khususnya
di perbankan provinsi DIY, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya pada:
Kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan bank yang meliputi Capital
Adequency Ratio (CAR yang mewakili rasio permodalan), Non Performing
Loan (NPL yang mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan
Return on Equity (ROA dan ROE yang mewakili rasio rentabilitas), Beban
Operasional Pendapatan dibagi Pendapatan Operasional (BOPO yang mewakili
rasio efesiensi), dan Loan to Deposit Ratio (LDR yang mewakili rasio likuiditas).
Penelitian ini hanya mengamati 6 rasio keuangan (CAR, NPL, ROA,
ROE, BOPO dan LDR) pada perbankan syariah dan perbankan konvensional di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun 2009 hingga 2013.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah sebagaimana diuraikan di depan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana kinerja keuangan dilihat dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO
dan NPL pada perbankan syariah dan perbankan konvensional di perbankan
provinsi DIY tahun 2009 – 2013?
b. Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan dilihat dari CAR,
NPL, ROA, ROE, BOPO dan NPL pada perbankan syariah dan
perbankan konvensional di perbankan provinsi DIY tahun 2009 – 2013?
5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
a. Kinerja keuangan dilihat dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan NPL pada
perbankan syariah dan perbankan konvensional di perbankan provinsi DIY
tahun 2009 – 2013.
b. Perbedaan kinerja keuangan dilihat dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan
NPL pada perbankan syariah dan perbankan konvensional di perbankan
provinsi DIY tahun 2009 – 2013.
6. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai ajang untuk memperdalam
pengetahuan di bidang kinerja keuangan pada perbankan syariah dan
perbankan konvensional pada umumnya dan lebih khusus di provinsi DIY.
Lebih khususnya memperluas pengetahuan rasio keuangan berkaitan dengan
CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan NPL. Disamping itu juga sebagai wahana
untuk memperbandingkan antara dunia teori dengan aplikasinya di lapangan.
b. Bagi Bank Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan kajian, bahan pertimbangan dan
masukan (feed back) bagi bank syariah berkaitan dengan penilaian dalam
menilai kinerjanya.
c. Bagi Bank Konvensional
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan kajian dan masukan bagi Bank
konvensional berkaitan dengan penilaian kinerja keuangannya
d. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan dan dapat
sebagai refererensi untuk penelitian-penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
kinerja bank syariah dan bank konvensional.
C. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup orang banyak (Kasmir, 2010). Sedangkan pengertian Bank
Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional
dan Bank Perkreditan Rakyat (Booklet Perbankan Indonesia, 2011).
Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberi jasa
pengiriman uang. Berdasarkan UU Perbankan no 10 tahun 1998, dunia
perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) Bank
Sentral; (2) Bank Umum Konvensional; (3) Bank Perkreditan Rakyat; dan (4)
Bank Umum Syariah. Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan
kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip Syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah (Booklet Perbankan Indonesia, 2011). Pengertian lain bank syariah
atau Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan
uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.
Menurut sejarah perekonomian, pembiayaan yang dilakukan dengan
akad syariah, telah menjadi tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW.
Di antaranya praktek menerima penitipan harta, meminjamkan uang untuk
keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang. Bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha produknya memberikan kredit dan jasa-jasa
lain dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan
selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan usahanya.
Pengertian pembiayaan secara luas, berarti financing atau
pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang
lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada
nasabah.
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan lain yang dipersamakan dengan ini berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil. Produk penyaluran dana pada bank
syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu transaksi pembiayaan
yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli,
transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip
sewa, dan transaksi yang ditujukan untuk kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
Dalam teori risiko pada bank syariah memberikan penjelasan dimana
risiko merupakan volatilitas suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara umum
juga merupakan volatilitas nilai dari asset/kewajiban dari bunga. Risiko dapat
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang
tidak diinginkan atau tidak terduga. Risiko dapat didefinisikan sebagai
kemungkinan kerugian dari suatu investasi akibat perubahan kondisi yang
mempengaruhi nilai dari investasi tersebut. Risiko mempunyai hubungan yang
positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi. Oleh
karena itu, semakin besar return yang diharapkan dari suatu investasi, maka
semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor.
Risiko dapat berupa potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang
mampu memberikan pengaruh negatif yang dapat menimpa siapa saja, apa
saja, kapan saja, dan dimana saja.Tak terkecuali terhadap perbankan, risiko
yang terjadi tentunya dapat menimbulkan kerugian karenanya perlu dicegah
dan jika terlanjur terjadi maka wajib hukumnya ditanggulangi. Secara spesifik
Bank Indonesia menyebutkan terdapat delapan jenis resiko yang perlu
diwaspadai, dipantau dan selanjutnya ditanggulangi, yaitu: 1) resiko kredit, 2)
resiko pasar, 3) resiko likuiditas, 4) resiko operasional, 5) resiko hukum, 6)
resiko reputasi, 7) resiko strategik , dan 8) resiko kepatuhan. Konsep syariah
sebenarnya tidak berkutat pada masalah agama saja, akan tetapi juga
membahas untung rugi dan profesionalitas dalam aktivitas ekonomi.
b. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada perbankan menunjukkan kinerja keuangan
yang telah dicapai perbankan pada suatu waktu. Kinerja keuangan tersebut
dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat
mengetahui kinerja tersebut dengan menggunakan analisis rasio, yakni rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi operasional. Analisis rasio ini
merupakan teknis analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu
dalam neraca maupun laporan rugi laba bank secara individual maupun secara
bersama-sama (Abdullah dalam Isna Rahmawati, 2008).
Aspek likuiditas yang dipakai dalam rasio perbankan dapat diketahui
dengan menghitung quick ratio, banking ratio, dan loan to asset ratio. Rasio
keuangan untuk mengukur solvabilitas bank dapat diketahui dengan
menghitung capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio.
Rasio Rentabilitas dapat diketahui dengan menghitung return on asset (ROA),
return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM). Sementara rasio
efisiensi operasional dapat diketahui dengan menghitung leverage multipler
ratio, asets utillization ratio (AUR), dan operating ratio (Martono dalam Isna
Rahmawati, 2008). Selain itu, analisis rasio juga membantu manajemen dalam
memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu
informasi laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang
dengan yang lalu dan yang akan datang pada internal perbankan maupun
perbandingan rasio perbankan dengan perbankan yang lainnya atau dengan
rata-rata industri pada saat titik yang sama/perbandingan eksternal (Munawir
dalam Isna Rahmawati, 2008).
c. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Presentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital Adequacy Ratio
(CAR). Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank
(capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal
yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca
maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam
kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan
bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank
adalah sebagai berikut:
1) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2) ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos rekening tersebut.
3) Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.
4) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR = Modal Bank/ATMR
5) Hasil perhitungan rasio di atas kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%).
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah
bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal)
atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan
kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal
bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal).
Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak
memenuhi ketentuan CAR.
d. Non Performing Loan (NPL) atau NPF (Non Performing Financing)
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas
Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.
Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan:
1) Prospek usaha
2) Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur
3) Kemampuan membayar
Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai
prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan
mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas
kredit ditetapkan menjadi:
1) Lancar
2) Dalam perhatian khusus
3) Kurang lancar
4) Diragukan
5) Macet
Aktiva produktif bermasalah atau Non Performing Loan merupakan
aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.
Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPL = Total Kredit Bermasalah/Total Seluruh Kredit
NPF adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup lagi
membayar sebagian atau seluruh kewajiban kepada bank seperti yang telah
diperjanjikannya. Jika tidak ditangani dengan baik, maka pembiayaan
bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat potensial bagi bank.
Karena itu, diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan.
NPF (Non Performing Financing) sangat berpengaruh dalam
pengendalian biaya dan sekaligus juga berpengaruh terhadap kebijakan
pembiayaan yang akan dilakukan bank itu sendiri. NPF (Non Performing
Financing) dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan, terlebih
lagi bila NPF (Non Performing Financing) tersebut dalam jumlah besar.
Dengan melihat NPF sebelumnya (t-1), bank dapat mempertimbangkan
berapa besar pembiayaan yang akan disalurkan sekarang. Sehingga semakin
tinggi NPF maka semakin buruk kualitas aktiva produktif bank tersebut yang
akan mempengaruhi biaya dan permodalan bank tersebut karena dengan NPF
yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban dan harus
mengeluarkan biaya untukmemenuhi PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif) yang terbentuk. Bila ini terus menerus terjadi maka modal bank
akan tersendot untuk PPAP sehingga menurunkan nilai profitabilitas bank.
Salah satu implikasi lain bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya
pembiayaan bermasalah adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dan pembiayaan yang diberikan sehingga mengurangi perolehan
laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. Maka dari itu semakin
tinggi NPF (Non Performing Financing) yang dimiliki oleh suatu bank maka
bank akan lebih hati-hati dengan mengurangi pembiayaan.
e. Return On Asset (ROA)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA). Return on Asset mengukur kemampuan
manajemen dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh asset
yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset (Siamat, 2005). Ketentuan Bank Indonesia ROA dianggap
baik bila sama dengan atau lebih dari 1,5 %. Rumus yang digunakan adalah :
ROA = Laba Bersih/Total Aktiva x 100%.
f. Return On Equity (ROE)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
selain ROA, juga menggunakan Return On Equity (ROE). ROE mengukur
kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba bersih (laba setelah pajak
atau earning after tax/EAT) dengan menggunakan equity atau seluruh modal
sendiri yang dimilikinya. Semakin besar ROE suatu bank, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan equity. Ketentuan Bank
Indonesia ROE dianggap baik bila sama dengan atau lebih dari 12 %. Rumus
yang digunakan adalah : ROE = Laba Bersih setelah Pajak/Equity x 100%
g. Biaya Operasi dan Pendapatan Operasi (BOPO)
BOPO menggambarkan tingkat efisiensi pengelolaan bank. Angka
BOPO diperoleh dengan membandingkan beban biaya operasi dibandingkan
dengan pendapatan dari operasi. Ketentuan BI, bank dengan tingkat efisiensi
yang baik kalau BOPO-nya dibawah 92%. Jadi semakin rendah tingkat
BOPO-nya menunjukkan operasional bank tersebut semakin efisien.
Rasio biaya efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Siamat, 2005).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional x 100%
h. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Finacing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata
lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih
serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar
rasio ini semakin likuid (Kasmir, 2010). Dalam penelitian ini, rasio likuiditas
yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to deposit ratio
adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat (Kasmir,2010). Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya, tetapi terlalu tinggi juga
menjadi tidak baik. Ketentuan Bank Indonesia LDR yang baik antara 85%
samapi dengan 110% . Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
LDR = Total Pembiayaan/Dana pihak ketiga x 100%
2. Penelitian yang Relevan
Pembahasan mengenai perbandingkan kinerja keuangan perbankan syariah
dan perbankan konvensional sudah banyak di bahas baik dalam bentuk buku,
jurnal, maupun karya ilmiah lainnya.
Penelitian Chandra Puspita Ningtyas, dkk. (2012) bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk dan
PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk periode 2009-2012. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Analisis
data yang digunakan adalah analisis rasio keuangan yang terdiri dari rasio
permodalan yang diwakili rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio kualitas
aktiva produktif (KAP), rasio rentabilitas diwakili rasio Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) atau Net Operating Margin
(NOM) untuk bank syariah, Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
atau Rasio Efisiensi kegiatan Operasional (REO) untuk bank syariah, serta rasio
likuiditas diwakili current ratio.Hasil penelitian yang menggunakan analisis rasio
keuangan menunjukkan bahwa rasio permodalan Bank Mandiri lebih baik
daripada Bank Syariah Mandiri, rasio kualitas aktiva produktif Bank Mandiri
lebih baik daripada Bank Syariah Mandiri, rasio rentabilitas dari rasio ROA, NIM,
dan BOPO Bank Mandiri lebih baik yang menunjukkan tren meningkat daripada
Bank Syariah Mandiri yang mengalami fluktuasi namun sebaliknya pada rasio
ROE yang lebih baik adalah Bank Syariah Mandiri, serta rasio likuiditas Bank
Mandiri dan Bank Syariah Mandiri sama-sama mengalami fluktuasi. Kinerja
keuangan secara keseluruhan menunjukkan Bank Mandiri memiliki kinerja
keuangan yang lebih baik daripada Bank Syariah Mandiri.
Dalam penelitian skripsinya Wisnu Nugroho (2012) yang berjudul
“Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional”
menggunakan sampel 3 bank syariah dan 26 bank konvensional yang masuk
kriteria sampel. Alat uji yang digunakan untuk melakukan pengolahan data adalah
Independent Sample T-test untuk menguji perbedaan kinerja keuangan antara
bank syariah dan bank konvensional. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syariah dan bank konvensional
untuk indikator rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR dan IRR. Dilihat dari
indikator CAR, ROA, LDR dan IRR bank konvensional lebih tinggi dari bank
syariah sehingga kinerja bank konvensional lebih baik dari bank syariah. Dilihat
dari indikator NPL dan BOPO bank syariah lebih tinggi dari bank konvensional
sehingga kinerja bank konvensional lebih baik dari bank syariah karena semakin
rendah rasio NPL dan BOPO maka semakin baik kinerja bank.
Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja
keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam bank
konvensional selama1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam penelitian itu
adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan modal), LDR (rasio
penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF, hasil kredit, dan
produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara
umum kinerja keuangan bank syariah lebih baik, walaupun ada jugakinerja bank
syariah dibawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah
mencapai 53 persen, sedang bank konvensional hanya lima persen.
Penelitian Widya Wahyuningsih (2012) dalam skripsinya bertujuan untuk
melakukan perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional di Indonesia pada periode 2006-2010 dengan menggunakan
rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, LDR, NPL,
BOPO, dan ROA. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum tahun 2006 hingga 2010 yang
diterbitkan oleh masing-masing Bank yang bersangkutan. Setelah melewati tahap
purposive sample, maka sampel yang layak digunakan sebanyak 4 sampel, 2 Bank
Umum Syariah (Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah), dan 2 Bank
Umum Konvensional (Bank Mandiri dan Bank Mega). Teknik analisis yang
digunakan untuk melihat perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah
dengan Bank Umum Konvensional adalah metode Independent sample t-test.
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
untuk masing-masing rasio keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional di Indonesia. Bank Umum Syariah lebih baik kinerjanya
dari segi rasio LDR dan ROA, sedangkan Bank Umum Konvensional lebih baik
kinerjanya dari segi rasio CAR, NPL, dan BOPO
Penelitian yang akan penyusun lakukan merupakan bentuk penelitian yang
hampir sama dengan salah satu bentuk penelitian di atas. Perbedaan signifikan
dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang akan diteliti yaitu
meliputi CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, dan LDR/FDR pada perbankan
syariah dan perbankan konvensional dengan menggunakan data laporan keuangan
bulanan bank syariah dan bank konvensional serta situs resmi bank Indonesia
www.bi.go.id. Data yang diambil adalah data bulan Januari 2009 sampai
Desember 2013. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah perbedaan
variabel-variabel rasio keuangan seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR
antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional.
3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu
diduga ada perbedaan rasio keuangan seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan
LDR antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Dengan kerangka
pikir penelitian seperti pada gambar berikut:
Gambar 1: Kerangka Berpikir
4. Hipotesis
Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
CAR NPL ROA ROE BOPO LDR
KINERJAKEUANGAN
BANK UMUMSYARIAH
BANK UMUMKONVENSIONAL
BANK
BANK UMUM
LAPORANKEUANGAN
RASIO-RASIOKEUANGAN
H1: Diduga ada perbedaan signifikan rasio keuangan seperti CAR, NPL, ROA,
ROE, BOPO dan LDR antara perbankan syariah dengan perbankan
konvensional pada perbankan di provinsi DIY periode tahun 2009 - 2013
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank
Syariah dan Bank Konvensional di Provinsi DIY yang meliputi rasio keuangan
seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Data diperoleh dari Statistik
Perbankan Indonesia dan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia periode tahun
2009 - 2013 (bulanan).
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah dan Bank
Umum Konvensional yang ada di provinsi DIY. Penelitian ini menggunakan
metode sampling, dengan teknik purposive sampling. Dimana tidak keseluruhan
Bank Syariah dan Bank Konvensional yang terdapat dalam periode penelitian
dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian menggunakan data 60 waktu
amatan (N = 60) (bulan Januari - Desember periode tahun 2009 - 2013).
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi
dokumentasi. Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan
dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Data yang dikumpulkan adalah CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO dan LDR pada perbankan syariah dan perbankan konvensional pada
perbankan di provinsi DIY, yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan
Statistik Ekonomi Moneter Indonesia.
4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel-variabel rasio keuangan seperti CAR,
NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Definisi operasional dan skala pengukuran
dari variabel-variabel yang digunakan dipaparkan sebagai berikut:
a. CAR adalah rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR = Modal Bank / ATMR
b. NPL adalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup lagi
membayar sebagian atau seluruh kewajiban kepada bank seperti yang telah
diperjanjikannya. NPL atau aktiva produktif bermasalah merupakan aktiva
produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.
Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPL = Total Kredit Bermasalah / Total Seluruh Kredit x 100%
Pengukuran NPL pada akhir periode bulanan yang dinyatakan dalam
persentase.
c. ROA adalah rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dengan asset
yang dimilikinya. Rumus yang digunakan adalah: ROA = Laba Bersih / Total
Aktiva x 100%
d. ROE adalah rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba bersih setelah pajak) secara
keseluruhan dengan equity (modal sendiri yang dimilikinya). Rumus yang
digunakan adalah: ROE = Laba Bersih setelah Pajak / Equity x 100%
e. BOPO adalah rasio biaya efisiensi, perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional x 100%
f. LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat.
LDR = Total Pembiayaan / Dana pihak ketiga x 100%
5. Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik, meliputi masalah normalitas dan autokorelasi.
Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa model analisis telah layak digunakan
(Gujarati, 1995).
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, maka untuk pengujian
hipotesis menggunakan compare mean - independent sample t test. Penggunaan
independent sample t test digunakan untuk menguji adakah perbedaan CAR, NPL,
ROA, ROE, BOPO dan LDR antara perbankan syariah dan perbankan
konvensional di provinsi DIY selama periode 2009 – 2013.
E. Daftar Pustaka
Alamsyah, Halim, dkk. 2005. Banking Disintermediation and Its Implication for Monetery Policy : The Case of Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter danPerbankan. Maret 2005 : 499 – 521
Ali, Mashud. 2004. Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta : PT. Gramedia
Biro Pusat Statistik. 2011. Data trategis BPS. Jakarta
Candra Puspita Ningtyas, dkk. 2013. Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah Berdasarkan Analisis Rasio Keuangan (Studi pada PT Bank Mandiri, Tbk. dan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk. Periode 2009 – 2012), Jurnal, Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics. Singapore : Mc Graw Hill, Inc
Kasmir. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Lestari, Indah. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank- Bank Umum di Indonesia
Masyitha, Mira. Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI dan Faktor - Faktor Penawaran Kredit Perbankan terhadap Realisasi Penyaluran Kredit di Jawa Timur
Setiyati, Tatik. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Dana Pihak Ketiga, dan Produk Domestik Bruto terhadap Penyaluran Kredit pada Perbankan diIndonesia
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan : Kebijakan Moneter danPerbankan. Jakarta : FE UI
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2006. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat
Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Republik Indonesia. Undang – Undang Perbankan No. 10 tahun 1998. Jakarta
Widya Wahyu Ningsih. 2012. Perbandingan Kinerja KeuanganBank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia pada Periode 2006 – 2010. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanudin.
Wisnu Nugroho. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
F. Jadwal Penelitian
No Kegiatan BulanApril Mei-
JuniJuli -Agustus
Sept Okt Nop
1 Instrumen Data XX2 Sem Proposal XX3 Pengumpulan Data XX4 Pengolahan Data XX XX 5 Draf Hasil
Penelitian XX
6 Hasil Penelitian XX7 Penyusunan
Laporan Akhir XX
8 Penyelesaian Administratif
XX
G. Organisasi dan Personalia Penelitian
Ketua Peneliti:
1. Nama : Suwarno, M.Pd
2. NIP : 19510709 198003 1 002
3. Jabatan/Pangkat/Golongan : Lektor Kepala/Pembina Tk 1/IVb
4. Fakultas/Prodi : Fakultas Ekonomi/Pend. Ekonomi
5. Pengalaman Penelitian : ya
6. Waktu yang diperlukan : 8 jam/minggu
7. Tugas Penelitian : Mengkordinir, merancang dan menganalisis
Anggota Peneliti 1:
1. Nama : Supriyanto, MM
2. NIP : 19650720 200112 1 001
3. Jabatan/Pangkat/Jabatan : Asisten Ahli/Penata Muda Tk 1/IIIb
4. Fakultas/Prodi : Fakultas Ekonomi/Pend. Ekonomi
5. Pengalaman Penelitian : ya
6. Waktu yang diperlukan : 8 jam/minggu
7. Tugas Penelitian : Mengkordinir, merancang dan menganalisis
Anggota Peneliti 2:
1. Nama : Daru Wahyuni, M.Si
2. NIP : 19681109 199403 2 001
3. Jabatan/Pangkat/Jabatan : Lektor/Penata/IIIc
4. Fakultas/Prodi : Fakultas Ekonomi/Pend. Ekonomi
5. Pengalaman Penelitian : ya
6. Waktu yang diperlukan : 8 jam/minggu
7. Tugas Penelitian : Mengkordinir, merancang dan menganalisis
Anggota Peneliti dari Mahasiswa:
1. Nama : Putri Wulandari
2. NIM : 11404241015
3. Fakultas/Prodi : Fakultas Ekonomi/Pendidikan Ekonomi
4. Waktu yang diperlukan : 8 jam/minggu
5. Tugas Penelitian : Pengumpulan Data dan membantu analisis
H. Rencana Anggaran Biaya Penelitian
Anggaran biaya penelitian ini sejumlah Rp 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus
ribu rupiah) dengan rincian.
1. Honorarium
No Uraian Volume Biaya Satuan(Rp)
Jumlah(Rp)
1 Ketua Peneliti 1 650.000,- 650.000,-2 Anggota Peneliti 2 600.000,- 1.200.000,-3 Anggota Peneliti
(dari Mahasiswa)1 400.000,- 400.000,-
J u m l a h 2.250.000,-
2. Bahan Habis Pakai
No Nama Barang Volume Harga Satuan(Rp)
Jumlah(Rp)
1 Kertas HVS A4 70 gr 10 rim 55.000,- 550.000,-
2 Kertas HVS A4 80 gr 4 rim 60.000,- 240.000,-
3 Foto Copy Proposal 10 exp 50.000,- 500.000,-
4 Foto Copy DataPerbankan
20 exp 80.000,- 1.600.000,-
5 Foto Copy Lap Akhir 10 bh 56.000,- 560.000,-
6 CD, Tinta, Amplop dll - 300.000,- 300.000,-
J u m l a h 3.750.000,-
3. Transpot Perjalanan
No Uraian Volume Biaya Satuan(Rp)
Jumlah(Rp)
1 Ketua Peneliti 1 org x 4 50.000,- 200.000,-2 Anggota Peneliti 2 org x 4 50.000,- 400.000,-3 Anggota Peneliti
(dari Mahasiswa)1 org x 3 50.000,- 150.000,-
J u m l a h 750.000,-
4. Pelaporan
No Uraian Volume Biaya Satuan(Rp)
Jumlah(Rp)
1 Laporan Penelitian 15 50.000,- 750.000,- J u m l a h 750.000,-
CURICULUM VITAE
A. Data Pribadi:
1. Nama Lengkap : Drs. Suwarno, M.Pd
2. NIP : 195107091980031002
3. Tempat danTanggal Lahir : Kulonprogo, 9 Juli 1951
4. Jabatan/Pangkat/Golongan :: Lektor Kepala/Pembina Tk I / IVb
5. Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Ekonomi
6. Fakultas/ Universitas : FE/ UNY
7. Alamat Kantor : Jurusan Pendidikan Ekonomi FE, UNY
8. Alamat Rumah : J1 Sedah 12, Pringwulung, Sleman
YOGYAKARTA
B. PengalamanPenelitian
Tahun Judul Penelitian Sumber Dana
Jumlah Dana (Rp)
Jumlah Anggota
2009 “Implementasi Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar Koperasi
DIPA 5000.000 3/anggota
2010 Evaluasi Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Studi Kasus : Sektor Pendidikan di Propinsi DIY)
DIPA 7.500.000 3/anggota
2011 Implementasi Metode Simulasi dan Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran dalam mata Kuliah Ekonomi Kerakyatan (Strategi Memantabkan Nilai–nilai Karakter)
DIPA 7.500.000 3/ anggota
2012 ModeI Internalisasi Nilai-Nilai Anti Korupsi Dalam Pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta
DIPA 7.500.000 3/ anggota
C. Pengalaman Pengabdian pada Masyarakat
Tahun Judul Pengabdian Sumber Dana
Jumlah Dana (Rp)
Jumlah Anggota
2009 Pelatihan Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran Ekonomi (Strategi Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Pada Guru dan Siswa)
DIPA 12.500.000 3/Ketua
2009
2010
Pendampingan Pengembangan Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Guru-Guru MTs Wahid Hasyim Yogyakarta.
PelatihanPengembangan RPP BerorentasiSoft skillBagi Guru–guru SMK di DIY
DIPA
DIPA
2.000.000
7.500.000
3/Ketua
4/Anggota
2011
2011
Pelatihan Implementasi Metode Simulasi dan Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran (Strategi Memantabkan Nilai–nilai Karakter Pada Guru dan Siswa)
Pelatihan Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Kompetensi bagi Guru –guru SMP di Kabupaten Kulon Progo
DIPA
DIPA
5000.000
5.000.000
4/Ketua
3/Ketua
2012 Pendampingan Pengembangan SilabusDalam Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan Yang MengintegrasikanPendidikan Karakter Untuk Guru SMA Muhammadiyah Borobudur
DIPA 5.000.000 3/ Angg
2013 Workshop Menggali Kreativitas Dan EtosKerja Guru Melalui PemanfaatanBarang Bekas Sebagai Media Pembelajaran
DIPA 15.000.000 3/ ketua
Yogyakarta, 10 April 2014
Yang Bersangkutan,
Drs. Suwarno, M.PdNIP 195107091980031002
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Drs. Supriyanto, M.M.NIP : 19650720 200112 1 001Tempat dan Tanggal Lahir : Cilacap, 20 Juli 1965Jabatan/Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/Penata Muda Tk I/IIIbJurusan/Program Studi : Pendidikan EkonomiFakultas : EkonomiPerguruan Tinggi : Universitas Negeri YogyakartaBidang Keahlian : Manajemen dan Bank Lembaga KeuanganAlamat : Karangmalang YogyakartaAlamat Rumah : Jl. Soga 21 A Kel. Tahunan Umbulharjo
YogyakartaTelp./Faks. : 08122716927Alamat e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGITahun Lulus
Program Pendidikan (Diploma, magister,
spesialis dan doktor)
Perguruan Tinggi Jurusan/ Program Studi
1989 S1 (Sarjana) IKIP Yogyakarta PDU/Pendidikan Koperasi
1993 S2 (Magister) Universitas Gajah Mada
Magister ManajemenKonsentrasi Keuangan
PELATIHAN PROFESIONAL Tahun Jenis Pelatihan (Dalam/Luar
Negeri)Penyelenggara Jangka
Waktu2011 Pelatihan Penulisan Proposal
Penelitian Hibah Bagi Dosen FISE – UNY
FISE UNY 1 hari
2010 Training Of Trainers (TOT) Kewirausahaan Dosen UNY
FISE UNY 2 hari
2010 Workshop Modul Wirausaha Mandiri
PT Bank Mandiri, Tbk
2 hari
2010 Workshop Silabi dan RPP Kewirausahaan
PR 1 UNY 1 hari
2008 Introduction to JA Worldwides Entrepreneurship Education
Prestasi Junior Indonesia
1 hari
2007 Lokakarya Pengembangan Model FISE UNY 1 hari
Laboratorium Out Door IPS Terpadu
2006 Pelatihan Computable General Equilibri-um (CGE) Dosen Ekonomi Se Indonesia
DIKTI 48 jam
PRODUK BAHAN AJARMata Kuliah Program
PendidikanJenis Bahan Ajar (cetak
dan noncetak)Sem/Tahun Akademik
Pengantar Manajemen
S1 Modul Pengantar Manajemen(cetak)
2005
Pengantar Bisnis S1 Modul Pengantar Bisnis (cetak)
2005
Bahan Diklat Profesi Guru IPS SMP
PLPG –Guru IPSSMP
Modul Uang dan Lembaga Keuangan (cetak)
2008
Bahan Diklat Profesi Guru Ekonomi SMA
PLPG –Guru Ekonomi SMA
Modul Mengenal Bursa Efek (cetak)
2008
Bahan Ajar PPGPendidikan Ekonomi
PPG Pend.Ekonomi
Modul Moneter dan Lembaga Keuangan (cetak)
2010
Bahan Ajar PPGPendidikan Ekonomi
PPG Pend.Ekonomi
Modul Uang, Pasar Modal, Moneter, Manajemen Badan Usaha dan Kewirausahaan (cetak)
2012
PENGALAMAN PENELITIANTahun Judul Penelitian Ketua/anggota
TimSumber Dana
2013 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudarahah Perbankan Syariah (Studi pada Bank Umum Syariah di Provinsi DIY Periode Tahun 2009 -2013)
Ketua DIPA
2013 Pengembangan Software Anbuso Sebagai Solusi Alternatif Bagi Guru dalam Melakukan Analisis Butir Soal Secara Praktis dan Aplikatif
Anggota DIPA
2013 Produktifkah Pengeluaran Publik Pemerintah Daerah dalam Human Capital Invesment? Fakta
Anggota DIPA
Desentralisasi Fiskal di Indonesia 2012 Komparasi Perbankan Syariah
Indonesia dan Malaysia dalam Perekonomian Global
Anggota DIPA
2012 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum di Propinsi DIY Periode Tahun 2007 - 2011)
Ketua DIPA
2010 Tracer Study Analisis Tingkat Keterserapan, Daya Saing dan Relevansi Lulusan Pendidikan Ekonomi FISE UNY Dalam Dunia Kerja
Ketua DIPA
2006 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan dan Pengaruhnya bersama Beban Bunga, Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Perdagangan Eceran yang Go Public di Bursa Efek Jakarta
Anggota DIKS
2006 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden pada Perusahaan Go Public di BEJ
Ketua DIKS
2005 Evaluasi Pelaksanaan Pengajaran Mikro pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi FIS UNY
Anggota DIKS
2004 Peningkatan Kualitas Pembelajaran dengan Pendekatan Cooperative Learning (Pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi)
Anggota SP4
2002 Strategi Mengatasi Kemiskinan di Kabupaten Kulonprogo
Anggota Pemda
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.
Yogyakarta, 10 April 2014
Yang menyatakan,
Supriyanto, M.M. NIP 19650720 200112 1