faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

28
PERILAKU DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN Pemimpin yang Dikagumi Banyak cara menuju puncak karier. Namun, begitu tiba di atas, tak banyak yang bisa menghayati dan menjalani peran seorang pimpinan dengan baik. Berikut adalah 8 atribut yang membedakan seorang pemimpin berhasil karena kualitas dari pemimpin yang berhasil menempati posisi puncak karena keberuntungan (kebetulan). Kepemimpinan Artinya Mampu Memimpin Diri Sendiri Memerintah atau menyuruh orang lain sama mudahnya dengan membagi-bagikan kartu nama. Namun seorang pemimpin yang bijaksana, ia juga harus tahu bagaimana cara memimpin dirinya sendiri. Tak hanya untuk memberikan contoh bagi orang lain, tapi juga sebagai orang yang menggerakkan roda bisnis perusahaan. Sangat penting bagi seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk fokus dan memotivasi dirinya sama ketika ia memotivasi orang lain, saran Larraine Segil, pengajar edukasi eksekutif di California Institute of Technology, Pasadena, AS. Jangan Menjadi Diktator Amat penting untuk tidak melihat perusahaan yang dipimpin sebagai sebuah kerajaan kecil. Ketika roda perusahaan sudah bergulir dengan baik untuk beberapa saat, ini berarti Anda sudah memiliki tenaga-tenaga yang berbakat. Karenanya, disarankan untuk berhati-hati dalam melangkah. Jangan sampai Anda seperti membangun sebuah kerajaan kecil milik Anda di dalam perusahaan. Sebagai pemimpin, usahakanlah untuk memandu karyawan Anda, namun jangan mengimplementasikan parameter lebih dari yang diperlukan. Penting untuk bisa memandu bawahan Anda dan untuk menciptakan atmosfer agar mereka bisa percaya kepada Anda untuk memandu mereka. Terbuka untuk Mencoba Hal Baru Salah satu ranjau potensial dari sebuah perusahaan yang sedang berkembang adalah rutinitas dan stagnasi. Memang sulit untuk mau mulai menjajaki hal baru dan mencoba untuk mengubah apa yang sudah ada ketika segalanya sudah berjalan damai

Upload: edwarn-abazel

Post on 25-Jun-2015

5.221 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

PERILAKU DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN

Pemimpin yang Dikagumi

      Banyak cara menuju puncak karier. Namun, begitu tiba di atas, tak banyak yang bisa menghayati dan menjalani peran seorang pimpinan dengan baik. Berikut adalah 8 atribut yang membedakan seorang pemimpin berhasil karena kualitas dari pemimpin yang berhasil menempati posisi puncak karena keberuntungan (kebetulan).

Kepemimpinan Artinya Mampu Memimpin Diri Sendiri       Memerintah atau menyuruh orang lain sama mudahnya dengan membagi-bagikan kartu nama. Namun seorang pemimpin yang bijaksana, ia juga harus tahu bagaimana cara memimpin dirinya sendiri. Tak hanya untuk memberikan contoh bagi orang lain, tapi juga sebagai orang yang menggerakkan roda bisnis perusahaan. Sangat penting bagi seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk fokus dan memotivasi dirinya sama ketika ia memotivasi orang lain, saran Larraine Segil, pengajar edukasi eksekutif di California Institute of Technology, Pasadena, AS.

Jangan Menjadi Diktator      Amat penting untuk tidak melihat perusahaan yang dipimpin sebagai sebuah kerajaan kecil. Ketika roda perusahaan sudah bergulir dengan baik untuk beberapa saat, ini berarti Anda sudah memiliki tenaga-tenaga yang berbakat. Karenanya, disarankan untuk berhati-hati dalam melangkah. Jangan sampai Anda seperti membangun sebuah kerajaan kecil milik Anda di dalam perusahaan. Sebagai pemimpin, usahakanlah untuk memandu karyawan Anda, namun jangan mengimplementasikan parameter lebih dari yang diperlukan. Penting untuk bisa memandu bawahan Anda dan untuk menciptakan atmosfer agar mereka bisa percaya kepada Anda untuk memandu mereka.

Terbuka untuk Mencoba Hal Baru      Salah satu ranjau potensial dari sebuah perusahaan yang sedang berkembang adalah rutinitas dan stagnasi. Memang sulit untuk mau mulai menjajaki hal baru dan mencoba untuk mengubah apa yang sudah ada ketika segalanya sudah berjalan damai Padahal, kepemimpinan yang bijaksana harusnya bisa dan mau melakukan perubahan yang disesuaikan dengan zaman demi perbaikan dan perkembangannya sendiri.

Bhineka Tunggal Ika      Menurut situs MSN, saat ini karyawan dari perusahaan-perusahaan sudah sangat beragam. Jika dahulu karyawan perusahaan didominasi oleh pria berkulit putih, tapi sekarang latar belakang karyawan sudah bercampur, baik secara gender, suku, ras, dan kultur. Tak sedikit pula perusahaan yang sukses dimotori oleh karyawan-karyawan yang latar belakangnya beragam. Pemimpin yang bijaksana akan berusaha untuk memenuhi hal ini semampunya. Kompetisi, yakni sebuah dorongan konstan untuk menyelesaikan tugas lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah merupakan sebuah mandat yang kita coba pelajari dan laksanakan secara efektif dengan adanya perbedaan di kantor. Sebuah perusahaan yang berusaha menggabungkan dan mengapresiasi perbedaan ke dalam kultur perusahaannya akan membuat dirinya lebih kuat dan memiliki daya bertahan yang lebih baik.

Page 2: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Bangun Komitmen yang Baik       Bangun dan buktikan bahwa Anda memiliki komitmen. Rancang rencana yang masuk akan dan meyakinkan untuk mencapai tujuan akhir Anda. Jangan lupa untuk membuat tabel waktu yang masuk akal untuk merampungkan tujuan tersebut.

Selesaikan Pekerjaan       Kebanyakan pimpinan senang mengutarakan rencana besar mereka, tapi berapa banyak dari para bos ini yang benar-benar bisa menyelesaikan apa yang mereka katakan? Pimpinan yang tak bisa menyelesaikan atau membuktikan perkataannya akan kehilangan kepercayaan dari anak buah dan pelanggannya. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan hal-hal yang dikatakan sangat krusial. Cobalah untuk membangun tujuan dan ukur kemampuan Anda untuk bisa menyelesaikannya.

Apresiasi Tulus       Seorang pimpinan harus bisa bersikap tegas, sekaligus juga bisa mengayomi dan bijaksana. Jika ada anak buah yang mampu menyelesaikan target, Anda pun harus bisa menyampaikan apresiasi Anda kepadanya. Pimpinan yang memiliki pandangan ke depan harus bisa dan mau memberikan pujian dengan imbalan setimpal yang benar-benar diwujudkan, seperti promosi, kenaikan gaji, bonus, dan lainnya. Hal semacam ini akan memotivasi karyawan, tak hanya untuk membuat produktivitas mereka meningkat, tapi juga keinginan untuk setia kepada perusahaan lebih lama.

Kemauan untuk Terus Belajar       Tak sedikit eksekutif bisnis percaya bahwa kemampuan kepemimpinan datang dari sebuah pencerahan atau hadiah dari langit. Tentu, ide-ide bagus bisa datang kepada kita begitu saja, namun, untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat, ia harus mau untuk terus belajar. Bacalah buku mengenai kepemimpinan yang efektif, datangi seminar, atau apa pun itu. Akan butuh kerja keras dan upaya, namun akan menjadi keuntungan untuk Anda di kemudian hari.

B.Teori-Teori Perilaku Kepemimpinan

Sulitnya mendefinisikan kepemimpinan efektif hanya berdasarkan karakter memicu minat

untuk melihat perilaku pemimpin dan bagaimana perilaku tersebut dapat menentukan

kesuksesan atau kegagalan mereka dilakuakan dengan dua metode penelitian antara lain:

1.      Studi Universitas Iowa

Salah satu eksplorasi formal yang pertama dari kedua gaya dilakukan oleh Kurt Lewin

dan koleganya di University of Iowa, pada 1930-an - saat teori sifat masih didominasi

'peneliti perhatian yang besar. Lewin menggunakan istilah:

a.       Otokratis - di mana staf yang hanya melakukan seperti yang diperintahkan.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau

wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,

karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang

Page 3: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.

Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan

keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman

dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah

pada tugas.

b.      Demokratis - di mana staf memiliki beberapa mengatakan atas apa yang terjadi di tempat

kerja mereka.

Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau

wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat

dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama

dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,

pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan

keputusan kelompok.

2.      Studi Universitas Michigan

Teori kepemimpinan perilaku benar-benar datang ke dalam tahun 1940, dan 1950-an

ketika dua kelompok terpisah peneliti dari University of Michigan, dan Ohio State University

mulai sistematis melihat perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin yang efektif.

Pekerjaan yang dilakukan oleh University of Michigan, di bawah pengawasan Rensis

Likert, yang disebut gaya kepemimpinan seorang manajer sebagai salah satu:

a.        Produksi berorientasi - dengan memungkinkan hanya mendapatkan pekerjaan yang

dilakukan dan dilakukan dengan baik sikap.

b.        Karyawan berorientasi - mengambil kepentingan pribadi dalam staf mereka dan secara

aktif mencari untuk memelihara comerarderie kuat.

Kesimpulan dari para peneliti asli karyawan yang berorientasi pemimpin mencapai

tingkat yang lebih tinggi dari produktivitas kerja, dan memiliki staf yang lebih puas daripada

pemimpin berorientasi produksi. Namun, lain berpendapat [6] bahwa upaya penelitian untuk

mengidentifikasi satu universal gaya terbaik, telah lemah yang terbaik - peneliti terkemuka

untuk menemukan pentingnya situasi dalam menentukan gaya yang akan bekerja terbaik.

3.      Ohio State Univerity Studi

Studi Ohio, yang dilakukan pada waktu yang sama seperti yang di Michigan di bawah

arahan Ralph Stogdill, disebut dua cara utama sebagai:

1.      Memulai struktur - di mana manajer menentukan dan ketat struktur pekerjaan staf.

Page 4: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

2.      Pertimbangan - mana manajer memelihara rasa saling percaya dan hubungan intepersonal

kuat.

Namun, penelitian ini unik karena mereka tidak melihat dua dimensi kepemimpinan untuk

menjadi eksklusif gaya bersama, di mana seorang manajer adalah tugas baik atau hubungan

terfokus.

4.      Model Leadership Continuum

Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa

pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang

menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang

menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :

1.      Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).

2.      Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).

3.      Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.

4.      Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.

5.      Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan

(consulting).

6.      Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.

7.      Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).

Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari

dua pandangan dasar :

1.      Berorientasi kepada pemimpin.

2.      Berorientasi kepada bawahan.

Page 5: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

BAB IIIPENUTUP

A.    KesimpulanPara ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan

mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang

lain. Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana

kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta

menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.

Teori-teori perilaku kepemimpinan:

a.       Otokratis - di mana staf yang hanya melakukan seperti yang diperintahkan.

b.      Demokratis - di mana staf memiliki beberapa mengatakan atas apa yang terjadi di tempat

kerja mereka.

c.       Produksi berorientasi - dengan memungkinkan hanya mendapatkan pekerjaan yang

dilakukan dan dilakukan dengan baik sikap.

d.      Karyawan berorientasi - mengambil kepentingan pribadi dalam staf mereka dan secara

aktif mencari untuk memelihara comerarderie kuat.

e.       Memulai struktur - di mana manajer menentukan dan ketat struktur pekerjaan staf.

f.       Dan lain sebagainya.

Dengan mempelajari teori perilaku dalam kepemimpinan kita dapat mengetahui

perilaku pemimpin yang dapat dicontoh dan ditiru oleh bawahannya. Selain itu kita juga

dapat belajar untuk menjadi seorang pemimpin yang profesional, berwibawa,berkarismatik

dan dapat menjadi tauladan bagi bawahan.

Page 6: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikutip Nanang fattah (2001), sebagai berikut :1. Kepribadian (personality). Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalaman yang akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.2. Harapan dan perilaku atasan.3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.6. Harapan dan perilaku rekan.Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelas bahwa kesuksesan pemimpin dipengaruhi sejumlah kondisi. Karena itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadi keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan.

Di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk beprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.

Selanjutnya, peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto(2007), antara lain sebagai pelaksana, perencana, ahli dan mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar. Selain itu, pemimpin berperan mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok, bertindak sebagai pemberi pujian atau hukuman dan sebagai wasit dan penengah. M Ngalim Purwanto melanjutkan pemimpin merupakan lambang dari pada kelompok, pemegang tanggungjawab para anggota kelompok, sebagai pencipta, bertindak sebagai seorang ayah sekaligus dapat berperan sebagai kambing hitam.

Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok.Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.

Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.

Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Page 7: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh

5:29 AM Posted by By Communicator 12 No Comment

Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain: 1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24). 2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7). 3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46). 4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. 5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281). Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. • K • 1.5 faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu : • Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya • Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang • Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan • Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi. 1.6 Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan ada dua gaya kepemimpinan berdasarkan studi-studi klasik yang membahas tentang kepemimpinan, yaitu : Berorientasi kepada atasan : karakteristik dari gaya kepemimpinan ini adalah : • Menggunakan teori X dari McGregor, yaitu melihat manusia dari sedi negatif • Autokrat, yaitu hanya mementingkan pelaksanaan atau penyelesaian tugas saja • Tertutup • Lebih banyak memerintah • Menentukan apa yang harus dikerjakan serta cara mengerjakan tugas-tugas • Lebih mementingkan aspek produksi Berorientasi kepada bawahan : karakteristik mdari gaya kepemimpinan ini adalah : • Menggunakan teori Y dari McGregor, yaitu memandang manusia dari segi positif • Demokratis • Terbuka • Suportif atau partisipatif, berkemauan menunjang bersedia menerima partisipasi dari bawahan • Akrab dengan bawahan, mempercayai bawahan, serta menghargai bawahan • Lebih mementingkan aspek manusia Salah satu pendekatan yang cukup populer dalam membuat identifikasi mengenai gaya-gaya kepemimpinan adalah konsep “managerial-gird” yang disampaikan oleh Blake dan Mouton.

Page 8: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

A. PendahuluanMakalah ini membahas konsep tantang kepemimpinan, faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan, dan implikasinya dalam bidang pendidikan. Makalah ini merupakan hasil dari penelaahan terhadap beberapa makalah (dari jurnal dan beberapa sumber lain) yang kemudian dipilah dan dikaji secara teoretis dari segi konsep kepemimpinan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian diterapkan dalam konsep pendidikan (pada tataran teoretis praktis)

B. Pengertian KepemimpinanCukup banyak definisi kemepimpinan yang bisa kita dapatkan dari barbagai literartur. Penulis akan mengemukakan defini kepemimpinan menurut Stoner dan Freeman, Bartol dan Martin, Gary A.Yukl, Miftah Toha, Gibosn dkk.Menurut Stoner dan Freeman (1992:472) kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Sedangkan Bartol dan Martin (1991:480) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain tentang pencapaian prestasi ke arah tujuan organisasi.Secara luas definisi kepemimpinan dikemukakan oleh Yukl (1989:4-5). Ia menyatakan bahwa kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Definisi kepemimpinan sebagaimana telah dikemukakan di atas mengandung tiga implikasi penting, yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara.

Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin dapat memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, relevansi, informasi, dan hubungan (Toha, 1990:323-330). Pada dasarnya kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Kekuasaan dalam hal ini tidak lain adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak .

Efektivitas kepemimpinan bukan ditentukan seseorang atau beberapa orang saja, melainkan hasil bersama antara orang pemimpin dengan orang yang dipimpinnya. Pemimpin tidak akan efektif apabila tidak ada partisipasi bawahan. Untuk mengevaluasi efektivitas kepemimpinan sering dikaitkan dengan konsekuensi dan tindakan-tindakan pemimpin tersebut bagi para pengikutnya dan para stakeholder lainnya.

Dan uraian di atas secara konseptual disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi kelompok maupun individu yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan, melalui: (a) program /rencana yang jelas dan kongkrit; (b) membuat

Page 9: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

prosedur kerja,; (c) membina; (d) membangun kerjasama dengan unit kerja terkait; (e) perhatian pada bawahan/ berpartisipasi pada bawahan; (f) merencanakan dan pengambilan keputusan; (g) melakukan hubungan antara pribadi; (h) melakukan inovasi baru, (i) memberikan semangat kompetisi; (j) mengatur tugas dan tanggung jawab bawahan; serta (k) pengendalian. Sedangkan efektivitas kepemimpinan adalah keberhasilan dalam mengarahkan dan mempengaruhi kelompok maupun individu yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan melalui: mengarahkan, membuat prosedur kerja, membina, membangun kerjasama, perhatian pada bawahan, merencanakan dan pengambilan keputusan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Hersey dan Blanchard (1988) mengajukan semacam formula bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dan tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dan pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dan pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan dalam bentuk formula :k = f (p, b, s).

Pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dan suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.

Adapun situasi (s) adalah suatu keadaan di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

Selain Hersey dan Blanchard, para ahli yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan adalah Theodore J. Kowalski, Thomas J. Lasley II, James W. Mahoney (2008). Ketiga ahli ini memandang kepemimpinan dipengaruhi oleh tiga lingkaran variabel, yaitu variabel individu, organisasi, dan sosial. Seperti tampak pada gambar berikut:

Keputusan tentu diambil oleh individu. Akan tetapi keputusan itu tidaklah murni disebabkan oleh kehendak individu tersebut, tetapi ada pengaruh dari faktor organisasi kemudian faktor sosial yang melikupi individu tersebut. Kowalski dkk. (2008: 25-46) menguraikan faktor-faktor dalam tataran individu, organisasi, dan sosial.Pada tataran individu, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan dan keterampilan, karakteristik pribadi, nilai-nilai yang diyakini, penyimpangan, dan gaya dalam membuat keputusan. Variabel organisasi mencakup iklim dan budaya, politik organisasi,

Page 10: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

ancaman dan resiko, Ketidak-pastian, kerancuan, dan pertikaian. Sedangkan yang mencakup variabel sosial adalah kebutuhan resmi, meta value, politik, dan ekonomi.

Dengan pola dikotomi, berdasarkan formula Hersey dan Blanchard serta penjelasan yang dikemukakan Kowalski dkk. di atas, penulis bisa membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan dan situasi. Termasuk didalamnya situasi organisasi dan sosial.

1. Faktor InternalSebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.Menurut Mustodipradja, dengan mengutip Rothwell dan Kazanas, kompetensi pemimpin merupakan cerimanan kepribadian (traits) individual yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Selain traits dan Spencer dan Zwell tersebut, terdapat karakteristik kompetensi lainnya, yatu berupa motives, self koncept.knowledge, dan skill.Menurut review Asropi (2002), berbagai kompetensi tersebut mengandung makna sebagai berikut : Traits merunjuk pada ciri bawaan yang bersifat fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi. Motives adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang, yang dapat mengarahkan, mendorong, atau menyebabkan orang melakukan suatu tindakan. Motivasi dapat mengarahkan seseorang untuk menetapkan tindakan-tindakan yang memastikan dirinya mencapai tujuan yang diharapkan. Self concept adalah sikap, nilai, atau citra yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri; yang memberikan keyakinan pada seseorang siapa dirinya. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu, baik mental atau pun fisik.

Berbeda dengan keempat karakteristik kompetensi lainnya yang bersifat intention dalam diri individu, skill bersifat action. Skill menjelma sebagai perilaku yang di dalamnya terdapat motives, traits, self concept, dan knowledge.Dengan mengutip pendapat Spencer (1993) dan Kazanas (1993), Asropi menjelaskan bahwa kompetensi kepemimpinan secara umum dipilah menurut jenjang, fungsi, atau bidang, yaitu kompetensi berupa : result orientation, influence, initiative, flexibility, concern for quality, technical expertise, analytical thinking, conceptual thinking, team work, service orientation, interpersonal awareness, relationship building, cross cultural sensitivity, strategic thinking, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dan empowering others, develiping others. Kompetensi-kompetensi tersebut pada umumnya merupakan kompetensi jabatan manajerial yang diperlukan hampir dalam semua posisi manaj erial.Ke 18 kompetensi yang diidentifikasi Spencer dan Kazanas tersebut dapat diturunkan ke dalam jenjang kepemimpinan berikut : pimpinan puncak, pimpinan menengah, dan pimpinan pengendali operasi teknis (supervisor). Kompetensi pada pimpinan puncak adalah result (achievement) orientation, relationship building, initiative, influence, strategic thinking, building organizational commitment, entrepreneurial orientation, empowering others, developing others, dan felexibilty.

Adapun kompetensi pada tingkat pimpinan menengah lebih berfokus pada influence, result (achievement) orientation, team work, analitycal thinking, initiative, empowering others,

Page 11: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

developing others, conceptual thingking, relationship building, service orientation, interpersomal awareness, cross cultural sensitivity, dan technical expertise. Sedangkan pada tingkatan supervisor kompetensi kepemimpinannya lebih befokus pada technical expertise, developing others, empowering others, interpersonal understanding, service orientation, building organzational commitment, concern for order, influence, felexibilty,relatiuonship building, result (achievement) orientation, team work, dan cross cultural sensitivity.

Asropi meyakinkan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu; (1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan inspirasi wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi, (4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5) memotivasi bawahan.Adapun ciri khas manajer yang dikagumi sehingga para bawahan bersedia mengikuti perilakunya adalah, apabila manajer memiliki sifat jujur, memandang masa depan, memberikan inspirasi, dan memiliki kecakapan teknis maupun manajerial. Dalam hubungannya dengan kualitas kepemimpinan manajer, kunci dan kualitas kepemimpinan yang unggul adalah kepemimpinan yang memiliki paling tidak 8 sampai dengan 9 dari 25 kualitas kepemimpinan yang terbaik. Dinyatakan, pemimpin yang berkualitas tidak puas dengan “status quo” dan memiliki keinginan untuk terus mengembangkan dirinya. Beberapa kriteria kualitas kepemimpinan manajer yang baik antara lain, memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin din yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.

2. Faktor EksternalFaktor eksternal jika dikaitkan dengan formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor bawahan dan situasi. Faktor bawahan adalah faktor yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan itu adalah siswa, maka pemipimpin akan menjalan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Karakter siswa pun akan berbeda-beda, ada yang belum dewasa sehingga pemimpin mendekatinya dengan pendekatan pedagogi, ada pula siswa yang sudah dewasa sehingga memerlukan pendekatan andragogi.

Faktor eksternal lain adalah faktor situasi. Situasi ini berkaitan dengan aspek waktu, tempat, tujuan, karakteristik organisasi dll. Bertalian dengan waktu, perkembangan ilmu dan pengetahuan mempengaruhi cara pandang dan budaya manusia. Perkembangan itu berdampak pula pada perubahan konsep kepemimpinan. Hasbi Umari (2006:1-4) memaparkan bahwa ada perkembangan dalam kepemimpinan dilihat dari konteks sosial umat Islam.

Menurut Umari, Ada tiga fase dalam periodesasi kepemimpinan umat di Indonesia. Setiap fase menunjukan genesis kepemimpinan yang khas. Pertama, fase ulama. Pada fase ini, seseorang menjadi pemimpin umat karena is memiliki pengetahuan agama yang mendalam dan menjadi rujukan umat. Ia melewati masa awal hidupnya di pesantren sebagai santri dan menghabiskan sisa hidupnya jugs di pesantren sebagai kiyai.

Kedua, fase organisator. Sebagai reaksi terhadap kebijakan politis kolonial, mungkin antara lain politik etis, masyarakat khususnya umat Islam membentuk organisasi (sosial, ekonomis, atau politis) seperti Syarikat Islam, Muhanunadiyah, NU, Persis, Jami`atul Khair, dan lain-

Page 12: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

lain. Pada fase ini, pemimpin Islam adalah pemimpin organisasi Islam. Tentu raja, karir kepemimpinan kini tidak dimulai di pesantren, tetapi dari organisasi. Orang menapak, secara berangsur-angsur atau melompat, hierarki organisasi. Variabel kepemimpinan yang utama tidak lagi pengetahuan agama yang mendalam, tetapi keterampilan organisasi (organization skill), termasuk lobbying dan kasak kusuk. Yang sampai ke tingkat nasional, melalui jenjang organisasi, pada umumnya, walaupun tidak selalu, adalah orang yang mempunyai pijakan loka1.

Fase ketiga, fase pemuka pendapat (opinion leader). Pada fase pertama, pemimpin ulama lahir dan dibesarkan di pesantren. Pada fase kedua, pemimpin organisator lahir dan dibesarkan di organisasi. Dan bagaiinana pula dengan pemimpin umat di besarkan melalui media massa.. Ini adalah dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berdampak pada kepemimpinan umat. Pada fase ini yang dianggap sebagai pemimpin umat adalah para empu yang (dianggap) pandai melontarkan isu-isu penting untuk dijadikan agenda media massa. Mereka menulis di media, atau menghadiri berbagai seminar dan diskusi. Atau, mereka mampu menyedot massa yang banyak dalam acara-acara mereka. Apabila media massa yang mengagendakan isu-isu mereka itu lokal, mereka menjadi pemimpin umat berskala lokal. Apabila medianya nasional, merekamenjadi pemimpin umat berskala nasional.

Pengikut fase pertama, santri; fase kedua, anggota organisasi; fase ketiga, “fans” (penggemar). Pada fase ketiga, pemimpin umat (Islam) menjadi “idola”. Ada dua jenis pemimpin umat pada fase ketiga ini’ yaitu:Pertama, mubalig. Ia mungkin memulai kariemya pada tingkat lokal. la berbicara pada majelis-majelis taklim atau stadiun radio. Ceramahnya direkam, dan rekamannya direproduksi dan dijual secara nasional. Media massa menyiarkan ceramahnya dan menokohkannya. Tidak perlumubaligituberasal dan pesantren; tidak perlu ia menguasai pengetahuan agama yang mendalam; juga tidakperlu ia memiliki keterampilan komunikasi, termasulc ketnampuan menyiarkan agama sebagai pop culture. Karena digemari oleh orang banyak, para mubaligh menjadi celebrities. Dunia celebrities sudah lama dihuni oleh para entertainers, misalnya artis, pelawak, dan perancang mode. Maka, terjadilah tumpang tindih; mubaligh menjadi artis, artis menjadi mubaligh.Kedua, cendekiawan. Apabila mubaligh lebih banyak menyentuh ranah afektif, cendekiawan bergerak di ranah kognitif. Ia dibesarkan lewat kerja sama kampus dengan media massa. Melalui tulisan di media, seminar, dan diskusi, paracendekiawan membentukjanngan pengikulnya Bukanmenuduh, umumnya pengetahuan agama mereka sangat dangkal. Akan tetapi, analisis mereka tentangpersoalan-persoalan umat sangat tajam. Mereka membentuk opini, sikap, dan akhimya tindakan umat.Perkembangan Zaman pun memperlihatkan bahwa ada tiga liran teori kepemimpinan yang mengalami perubahan pandangan seiring dengan waktu . Studi kepemimpinan yang pada awal perkembangannya cenderung bersifat induktif murni menempati posisi sentral dalam literatur manajemen dan perilaku keorganisasian pada beberapa dekade terakhir.

Secara umum kajian perkembangan riset dan teori kepemimpinan dapat dikategorikan menjadi tiga tahap penting. Pertama, tahap awal studi tentang kepemimpinan menghasilkan teori-teori sifat kepemimpinan (trait theories), yang mengasumsikan bahwa seseorang dilahirkan untuk menjadi pemimpin dan bahwa dia memiliki sifat atau atribusi personal yang membedakannya dari mereka yang bukan pemimpin. Kedua, karena muncul kritik terhadap sulitnya mengelompokkan dan memvalidasi sifat pemimpin, kemudian muncul teori-teori perilaku kepemimpinan (behavioral theories). Pada teori ini penekanan yang semula

Page 13: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

diarahkan pada sifat pemimpin dialihkan kepada perilaku dan gaya yang dianut oleh para pemimpin. Dengan demikian, berdasarkan teori ini, agar organisasi dapat berjalan secara efektif, terdapat penekanan terhadap suatu gaya kepemimpinan terbaik (one best way of leading). Ketiga, berdasarkan anggapan, bahwa baik teori-teori sifat kepemimpinan maupun teori-teori perilaku kepemimpinan memiliki kelemahan yang sama yaitu mengabaikan peranan penting faktor-faktor situasional dalam menentukan efektifitas kepemimpinan, kemudian muncul teori-teori kepemimpinan situasional (situational theories). Dan pengembangan kelompok teori yang terakhir ini, maka terjadi perubahan orientasi dari `one best way leading’ menjadi ‘context-sensitive leadership’ (Dewi, Piramida Vol.V no.1, 2009).

Dilihat dari faktor tempat pun, konsep kepemimpinan pun akan berubah. Dilihat dari cakupannya, kita bisa mengkategorikan kepemimpinan lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Semakin luas cakupan kepemimpinan akan berdampak pada tuntutan nilai-nilai universal yang lebih luas. Semakin sempit cakupan (lokal bahkan pada level organisasi) akan muncul tuntutan warna loka sesuai dengan kultur masayarakat setempat. Tulisan La Ode Turi (Budaya Kepemimpinan Lokal dalam Pelaksanaan MBS, Universitas Kendari) dan Tulisan Dewi Kurniasih (Kepemimpinan Politik Orang Sunda, Unikom Bandung) merupakan contoh pendapat bahwa kepemimpinan di wilayah lokal, harus memperhatikan aspek budaya lokal jika kepemimpinan itu ingin efektif.

Agama dan ideologi pun tentu berpengaruh terhadap kepemimpinan. Komunitas masyarakat Islam, tentu akan menggunakan nilai-nilai Islam dalam penyusunan konsep dan aplikasi kepemimpinannya. Demikian pula masyarakat Kristen, Budha, dll. Ideologi komunis akan menjalankan kepemimpinan dengan ideologi komunis, demikian pula ideologi liberal.

D. Implikasi Konsep Kepemimpinan dalam PendidikanPendidikan baik pada tataran teoretis maupun praktis, tentu akan menggunakan konsep kepemimpinan karena ada unsur filosofi (pandangan), harapan/tujuan, tantangan, dan sumber daya di dalamnya. Semua faktor itu harus diatur sehingga bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain mesti ada konsep kepemimpinan pendidikan .Dilihat dari aspek folosofis-teoretis, kepemimpinan dalam pendidikan harus menggunakan dasar-dasar pandangan yang sesuai dengan jatidiri bangsa. Pendidikan harus berkarakter bangsa Indonesia. Dalam kaitannya ini, kajian terhadap nilai-nilai kepemimpinan yang bersumber pada karakter bangsa harus tetap dipertahankan bahkan mesti lebih diperdalam. Kosep kepemimpinan warisan kebudayaan bangsa jangan sampai tegusur konsep-konsep kepemimpinan dari luar karena dalil modernitas. Seperti ajaran Hastha Brata, atau delapan ajaran keutamaan; kemudian konsep yang diajukan Ki Hadjar Dewantara (ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, dan tut wuri handayani), lalu falsafah bhinci-bhinciki kuli dari Buton.

Pada tataran praktis-managerial, konsep kepemimpinan juga mesti diterapkan sehinga sistem pendidikan nasional terkonsep rapi, bersinergis, dan efektif. Secara praktis harus dapat dilaksanakan baik pada tingkatan nasional, lokal, bahkan pada tingkat satuan pendidikan seperti sekolah. Setiap orang yang terlibat dalam pendidikan adalah pemimpin. Yang membedakannya hanya pada level mana mereka memimpin. Konsep kepemimpinan yang efektif tentu harus menjiwai pada setiap level tersebut.

E. Implikasi Konsep Kepemimpinan dalam PembelajaranPembelajaran adalah proses interaksi Siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di dalam proses pembelajaran terdapat usaha guru mambantu siswa

Page 14: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

memeroleh ilmu dan pengetahuan, menguasai kemahiran dan tabiat, serta membentuk sikap dan karakter siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Dilihat dari deskripsi pembelajaran di atas, tampak bahwa peran guru sangatlah penting.

Secara spesifik, undang-undang no.14 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwa untuk menjalankan tugasnya, kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Dalam menjalankan tugasnya tersebut, dengan segenap kompetensi yang dimilikinya, guru merupakan profesi yang menuntut penerapan konsep kepemimpinan yang unik. Keunikan tersebut dibentuk karena bawahan (menurut istilah Hersey dan Blanchard) adalah siswa, sekelompok manusia yang memiliki karakteristik tertentu. Selain itu, unsur situasi yang melingkupinya juga unik, yaitu sekolah. Sekolah merupakan satuan organisasi yang unik. Organisasi ini tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari organisasi yang yang lebih luas (Depdiknas), dan hidup dalam konteks lingkungan social-budaya dimana sekolah itu berada. Jika sekolah tersebut dibangun oleh organasasi masyarakat, tentu ada visi dan misi tertentu yang juga mempengaruhi organisasinya.

Dilihat dari posisinya sebabagi bagian dari sebuah organisasi, kepemimpinan guru lebih mirip kepemimpinan manajerial. Ia berfungsi sebagai unsur yang bertugas melancarkan penyelengaraan pembelajaran di kelas untuk tujuan-tujuan yang telah ditentutan (tujuan pendidikan nasional, tujuan institusioanal, dan tujuan kurikuler). Meskipun demikian, dengan merujuk pada pendapat Arends (2008:147) guru memiliki autonomy norm (norma otonom) untuk bebas mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini ia boleh berkreativias melaksanakan pembelajaran, tanpa lepas dari koridor aturan organsasi sekolah tempatnya mengajar. Berkaitan dengan ini Arends juga menambahkan bahwa guru terikat pada the hands-off norm, yaitu norma yang melarang guru mengganggu atau mencampuri pekerjaan guru lain.

Merujuk pada konsep sumber kepemimpinan yang dikemukakan Toha, kepemimpinan guru dalam pembelajaran di kelas bisa bersumber dari kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, relevansi, informasi, atau hubungan (Toha, 1990:323-330). Guru punya kekuasan memaksa di kelas karena dilihat dari usia dan kematangan, guru biasanya relatif lebih tua dibanding siswanya Ia pun tentu punya legitimasi karena ditunjuk sekolah untuk mengajar di kelas. Guru pun Tentu punya keahlian dan informasi yang dibutuhkan siswa, karena guru dididik untuk keperluan itu. Kekuasaan yang bersumber pada penghargaan dan hubungan bisa juga dimiliki guru karena ini memiliki kedudukan yang luhur sehingga patut digugu dan ditiru.Dengan sumber kekuasaan kepemimpinan yan demikian luas, guru bisa saja bertindak dengan model kepemimpinan otoriter, demokratis, atau laissez faire. Model kepemimpinan yang tepat bagi guru untuk siswanya akan kembali ditentukan oleh karakeristik guru (sebagai pemimpin), siswa (bawahan), dan sekolah (situasi).

Terkait dengan proses pembelajaran, secara prosedural kegiatan yang dilakukan guru adalah menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi serta tindak lanjut.

Page 15: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Dalam menyusun rencana pembelajaran, aspek penentuan tujuan, materi, dan evaluasi merujuk pada standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Aspek metode/strategi, penentuan media pembelajaran, dan teknik penilaian bergantung pada karakteristik tujuan dan materi. Sedangkan aspek organisasi materi, selain mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan, juga dipengaruhi oleh waktu yang tersedia.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, tahapan yang dilakukan guru adalah (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, ( berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan tindak lanjut.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa

Setelah melaksanakan proses pembelajaran, tahap terakhir pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi. Yang dikerjakan guru dalam tahapan ini adalah memilih dan membuat soal sesuai dengan SKL dengan memperhatikan tingkat kesukaran dan tingkat pembeda, Selanjutnya memeriksa jawaban, mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, mengolah dan menganalisis hasil penilaian, menafsirkan dan menyusun program tindak lanjut hasil penilaian.Dalam menjalankan semua tahapan pembelajaran tersebut, ada proses pengambilan keputusan yang harus dilakukan guru. Ketika mengambil kepetusan inilah guru berperan sebagai seorang pemimpin yang dituntut mampu membawa para siswanya mencapat tujua pembelajaran dan pendidikan yang telah direncanakan.

Page 16: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN

Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).

2. Adanya orang lain yang dipimpin3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan

pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam organisasi,

baik organisasi besar maupun kecil.Sejalan dengan pendapat Hadari tersebut, Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33)

selanjutnya merinci faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:1. Dapat menyelesaikan pekerjaar} melalui orang lain

a.    harus menguasai bidang kerjanya (tanpa kecuali) b.    bersikap uletc.    diimbangi dengan keluwesan

2. Melalui orang laina. mampu berorganisasi b. mampu berkomunikasi c. bersikap manusiawi3. Dalam kerangka tanggungjawab

a.  melakukan tanggungjawab secara proporsional b.  dapat dipercayac.  berjiwa stabil

4. Disertai dengan kepribadiana. dapat memelihara dan mengembangkan entusiasme b. bersikap tanggapc. dan tenang5. Dan pengendalian ke dalama. bersikap obyektifb. mampu mengkoreksi diri c. merasa dapat diganti6. Dengan keseimbangan dalam pertimbangana. keseimbangan antara keuletan dan pengertian b. keseimbangan antara pengetahuan dan tindakanc. kesimbangan antara kemajuan dan etika7.  Dan kelebihan dalam wawasana. dalam membawakan produktivitas kerja pegawai b. dalam menjangkau gambaran masa depan c. Ketangguhan dalam menghadapi tantangan berat

Menurut Teori Perilaku untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan perilaku atau gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan gaya pemimpin tersebut berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan tersebut dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task oriented sryle) dan (2) berorientasi pada bawahan (employee oriented style).

Selanjutnya yang dimaksud perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini adalah sifat pemimpin, dan dari perilaku (gaya) pemimpin yang bersangkutan dalam mempengaruhi

Page 17: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

orang lain yang menjadi bawahannya untuk mencapai target atau sasaran perusahaan yang menjadi tanggungjawabnya

Untuk lebih mengarahkan tentang pengertian kepemimipinan yang dimaksud dalam penelitian ini, maka kiranya diperlukan suatu pengertian kepemimpinan pendidikan. Hal ini diharapkan dapat mempermudah untuk memahami secara mendalam dan lebih khusus mengenai kepemimpinan di bidang pendidikan. Tim dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan ”Akdon” (1994: 102) mengemukakan tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, yaitu :

Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan dari seorang pemimpin pendidikan untuk mampu menggerakkan seluruh sumber daya pendidikan, baik sumberdaya manusia maupun non manusia untuk digerakkan, dibina, dan diarahkan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal sampai mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakan orang lain untukk menunjukan kegiatan manajemen sekolah adalah kepemimpinan (leadership), sebab kepemimpinan yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses manajemen kepala sekolah secara keseluruhan. Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber dan alat-alat (human resources), sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya bukan hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnik saja (technical skill), akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya dalam menggerakkan orang lain yang sering disebut dengan manajerial skills.

Page 18: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan

Oleh : Subagio,M.Pd.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, sebagaimana yang dikutip oleh Aunurrahman (2009) menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu menumbuhkan suasana dialogis, kesetaraan, dan tidak arogan atau nondefensif serta selalu berupaya mendorong sikap positif, akan dapat mendorong terjadinya keefektifan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pemimpin pendidikan ketika mengaplikasikan gaya atau aktivitas kepemimpinannya sangat tergantung pada pola organisasi yang melingkupinya. Dan juga dalam melaksanakan aktivitasnya pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana sebagaimana yang dikutip Nanang fattah (2001), sebagai berikut:1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.2. Harapan dan perilaku atasan.3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.6. Harapan dan perilaku rekan.Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk beprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto(2007),sebagai berikut :1. Sebagai pelaksana (executive)2. Sebagai perencana (planner)3. Sebagai seorang ahli (expert)4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)9. Merupakan lambing dari pada kelompok (sybol of the group)10. Pemegang tanggungjawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)11. Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita (ideologist)12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)13. Sebagai kambing hitam (scape goat)Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagai mana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai

Page 19: Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

berikut :1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.