faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok …
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMK SWASTA ARJUNA
LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018
TESIS
Oleh:
DOSMAIDA NABABAN 1602011327
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN 2019
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMK SWASTA ARJUNA
LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
Pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Oleh:
DOSMAIDA NABABAN 1602011327
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN 2019
Telah diuji pada tanggal : 25 Mei 2019
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Thomson Nadapdap, M.Kes, Epid 2. Linda Hernike Napitupulu, SKM, M.Kes 3. Anto, SKM, M.Kes
i
ii
ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMK SWASTA ARJUNA
LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018
DOSMAIDA NABABAN
1602011327
Perilaku merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis disurat – surat kabar, majalah dan media massa lain yang menyatakan bahaya merokok. Anak – anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku merokok di SMK swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba samosir tahun 2018, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian gabungan (mixmethod). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMK swasta Arjuna berjumlah 71 orang, dengan tehnik total sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square, hasil penelitian diperoleh dari 71 responden, 29 orang (40,8%) yang merokok, 65 orang (91,5%) memiliki pengetahuan baik tentang rokok, berhubungan tersedia rokok dengan p value 0,011, berhubungan teman sebaya dengan p value 0,016, berhubungan alasan psikologis dengan p value 0,032, hasil wawancara dengan kelima informan bahwa mereka merokok karena pengaruh teman sebaya, rumah/kost dekat dengan warung rokok, sehingga memudahkan mereka mendapatkan rokok, mereka merasa lebih tenang kalau sudah merokok.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tersedia rokok, teman sebaya, alasan psikologis dengan perilaku merokok di SMK Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti tahun 2019. Diharapkan pihak sekolah lebih ketat tentang larangan merokok di sekolah, hendaknya kantin sekolah benar benar dikontrol agar jangan sampai menjual rokok. Dinas kesehatan Toba samosir hendaknya memberikan penyuluhan atau edukasi berkala dan berkelanjutan kepada siswa mengenai rokok dan bahayanya dan mengeluarkan kebijakan tentang hal-hal yang dapat mengatasi perilaku merokok dikalangan pelajar.
Kata kunci : Pengetahuan, iklan rokok, Uang saku, tersedia rokok, teman sebaya, alasan psikologis (perilaku merokok).
Daftar pustaka : 10 buku dan 28 internet (2003-2017)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis yang berjudul “Faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir”.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) pada Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan di Institut
Kesehatan Helvetia Medan. Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes, selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, Selaku ketua Yayasan Helvetia
Medan
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. Dr. Asriwati, Skep, Ns, S.Pd, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Anto, S.K.M, M.Kes, MM, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat.
6. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes, selaku dosen pembimbing I dan sekaligus
Ketua penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta
mencurahkan waktu, perhatian ide dan motivasi selama penyusunan untuk
kesempurnaan tesis ini.
7. Linda Hernike Napitupulu SKM, M.Kes, selaku Pembimbing II dan
sekaligus penguji II saya yang telah meluangkan waktu dan memberikan
pemikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan Tesis ini.
8. Prof. DR.dr. Thomson Nadapdap, M.kes, Epid, selaku Dosen penguji 3 saya.
9. Anto, S.K.M, M.Kes, MM, selaku penguji 4 saya yang banyak memberikan
masukan dalam penulisan tesis ini.
iv
10. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Ayahanda M. Nababan (alm) dan
Ibunda A. Pasaribu yang selalu memberikan pandangan, mendukung baik
moril maupun materil, mendoakan dan selalu memotivasi penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
11. Seluruh staff pengajar Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.
12. Suami tercinta (Mangatas Hutahaean) dan keempat anak anakku yang selalu
memberikan dukungan moril didalam penyelesaian studi dan tesis ini.
13. Teman-teman Pasca Sarjana Magister Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Helvetia Medan yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan, doa dan saran yang berguna dalam
menyelesaikan tesis ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendorong baik secara langsung
ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu jika terdapat kritik dan saran. Penulis akan senantiasa
menerimanya demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata semoga kita semua dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, Mei 2019
Dosmaida Nababan
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dosmaida Nababan, lahir di Dolok nagodang Humbang Hasundutan pada tanggal 14 mei 1980. Anak pertama dari Bapak Marudut Nababan (Alm) dan Ibu Albine Pasaribu. Bertempat di Kompleks Yayasan TP. Arjuna Kecamatan Pintubosi Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
Peneliti menamatkan Sekolah Dasar Negeri 177657 Kecamatan Sipahutar tahun 1992, kemudian menamatkan pendidikan SMP Negeri 1 Sipahutar tahun 1995. Tahun 1998 peneliti menamatkan pendidikan SPK di Yayasan TP. Arjuna Pintubosi Laguboti, kemudian pada tahun 2001 peneliti menamatkan pendidikan Diploma III keperawatan di Akper RS Santa Elisabeth Medan.
Pada Tahun 2002 - 2003 peneliti bekerja sebagai staf pengajar di SPK Yayasan TP. Arjuna Laguboti, Tahun 2014 peneliti menamatkan pendidikan S1 keperawatan dari Universitas Darma Agung Medan. Saat ini peneliti sedang melanjutkan perkuliahan Magister Kesehatan Masyarakat di Institut kesehatan Helvetia Medan.
Pada Tahun 2003 sampai sekarang peneliti bekerja sebagai staf pengajar di AKPER Yayasan TP. Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
vi
DAFTAR ISI
COVER COVER DALAM LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PANITIA PENGUJI LEMBAR KEASLIAN PENETIAN ABSTRACT .................................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ..................................................... 12 2.2 Telaah Teori.............................................................................. 15
2.2.1 Pengertian Rokok ......................................................... 15 2.2.2 Bahaya Merokok ........................................................... 19 2.2.3 Banyaknya dan lamanya merokok ................................ 23 2.2.4. Pengertian Siswa ........................................................... 23 2.2.5 Perilaku Merokok ......................................................... 24 2.2.6 Tahap-Tahap Perilaku Merokok ................................... 29 2.2.7 Faktor Yang berhubungan dengan Perilaku Perokok ... 30
2.3 Landasan teori .......................................................................... 33 2.4 Kerangka Konsep ..................................................................... 35 2.5 Hipotesis ................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 37
3.1. Desain Penelitian ...................................................................... 37 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 40
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... 40 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 41
3.3.1 Populasi penelitian ........................................................ 41 3.3.2 Sampel Penelitian ......................................................... 41 3.3.3 Informan penelitian ....................................................... 41 3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 42
3.4.1 Jenis Data ...................................................................... 42
vii
3.4.2 Tehnik Pengumpulan Data ........................................... 42 3.4.3. Uji Validitas dan Rehabilitas ........................................ 43
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ........................................... 47 3.5.1 Variabel Penelitian ....................................................... 47 3.5.2 Defenisi Operasional .................................................... 47
3.6 Metode Pengukuran .................................................................. 48 3.7 Metode Pengolahan Data .......................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 57
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 57 4.2 Analisis Univariat ..................................................................... 58 4.3 Analisa Bivariat ........................................................................ 62 4.4. Analisis Multivariat .................................................................. 66 4.5 Hasil Penelitian Kualitatif. ....................................................... 67
4.5.1 Gambaran tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. ......................................................... 67
4.5.2 Karasteristik Informan Utama/kunci ............................ 67 4.5.3 Wawancara dengan informan tentang faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok........................ 68 BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 77
5.1. Pembahasan .............................................................................. 77 5.1.1 Analisis Univariat faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada Siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir”. ............... 77
5.1.2. Pengetahuan .................................................................. 77 5.1.2. Iklan Rokok .................................................................. 78 5.1.3. Uang Saku ..................................................................... 80
5.1.4. Tersedia Rokok ............................................................. 82 5.1.5. Sosial Budaya Keluarga ................................................ 83 5.1.6. Teman Sebaya ............................................................... 84 5.1.7. Alasan Psikologis ......................................................... 86 5.2. Perilaku Merokok ..................................................................... 87 5.3 Analisis bivariat faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Merokok pada Siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir” ........................................................ 89
5.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan perilaku merokok ...... 89 5.3.2. Hubungan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok ...... 92 5.3.3 Hubungan Uang Saku dengan Perilaku Merokok di
SMK Swasta Arjuna Laguboti ...................................... 95 5.3.4. Hubungan Tersedia Rokok dengan Perilaku
Merokok ........................................................................ 97 5.3.5. Hubungan Sosial Budaya Berhubungan Secara
Bermakna dengan Perilaku Merokok ........................... 98 5.3.6. HubunganTeman Sebaya dengan Perilaku Merokok ... 101 5.3.7 Hubungan Alasan Psikologis dengan Perilaku
viii
Merokok ........................................................................ 104 5.4 Analisis Multivariat faktor yang Lebih dominan
berhubungan dengan Perilaku Merokok ................................... 106 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 107
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 107 6.2 Saran ...................................................................................... 108
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Kerangka teori, menurut WHO 1984 ........................................................ 34
2.2. Kerangka konsep ....................................................................................... 35
3.1. Strategi eksploratoris sekuensial ............................................................... 40
3.2. Komponen dalam Analisis data ( flow model) .......................................... 55
x
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Validitas variabel X (Pengetahuan, iklan rokok, uang saku,
tersedia rokok, sosial budaya keluarga ..................................... 44
3.2 Uji validitas Variabel Y (perilaku merokok) ............................ 46
3.3 Uji reabilitas pengetahuan, iklan rokok, uang saku, tersedia
rokok, sosial budaya keluarga, teman sebaya, alasan
psikologis .................................................................................. 46
3.4. Aspek pengukuran variabel independen dan dependen ............ .. 50
4.1 Distribusi frekwensi umur di SMK swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir ....................... . 58
4.2 Distribusi frekwensi pengetahuan di SMK swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir ....... 58
4.3 Distribusi frekwensi iklan rokok di SMK swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Samosir................. .................................................................... 59
4.4 Distribusi frekwensi uang saku di SMK swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. ...... 59
4.5 Distribusi frekwensi tersedia rokok di SMK swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir ....... 60
4.6 Distribusi frekwensi sosial budaya keluarga di SMK swasta
Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Samosir ..................................................................................... 60
4.7 Distribusi frekwensi teman sebaya di SMK swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir ....... 61
4.8 Distribusi frekwensi alasan psikologis di SMK swasta
Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Samosir ..................................................................................... 61
4.9 Distribusi frekwensi perilaku merokok di SMK swasta
Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
xi
Samosir ..................................................................................... 62
4.10 Hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ...................................................................................... 62
4.11 Hubungan iklan rokok dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ...................................................................................... 63
4.12 Hubungan uang saku dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ...................................................................................... 63
4.13 Hubungan tersedia rokok dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ..................................................................................... 64
4.14 Hubungan sosial budaya dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ...................................................................................... 64
4.15 Hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ...................................................................................... 65
4.16 Hubungan alasan psikologis dengan perilaku merokok di
SMK Swasta Arjuna Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba
samosir ...................................................................................... 65
4.17 Hasil analisis Multiple logistic regression dengan
memasukkan seluruh variabel kandidat dalam model .............. 66
4.18 Karasteristik Informan utama/Kunci ........................................ 67
4.19 Matrik analisis informan terkait faktor alasan psikologis ........ 69
4.20 Matriks analisis informan terkait faktor tersedia rokok ........... 71
4.21 Matriks analisis informan terkait faktor teman sebaya ............. 74
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Kuesioner penelitian .................................................................................. 112
2. Lembar kesediaan menjadi responden ....................................................... 116
3. Lembar persetujuan menjadi responden .................................................... 117
4. Master data hasil penelitian ....................................................................... 118
5. Hasil uji validitas dan reabilitas ................................................................. 123
6. Hasil univariat ............................................................................................ 150
7. Hasil uji chi square .................................................................................... 152
8. Hasil multivariat ........................................................................................ 159
9. Dokumentasi penelitian ............................................................................. 160
10. Surat permohonan uji validitas .................................................................. 161
11. Surat balasan uji validitas .......................................................................... 162
12. Surat permohonan ijin penelitian ............................................................... 163
13. Surat balasan penelitan .............................................................................. 164
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman modern saat ini, rokok bukanlah benda asing lagi. Bagi mereka
yang hidup dikota maupun didesa umumnya mereka sudah mengenal benda yang
bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi kebutuhan
hidup yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan sehari – hari.
Tanpa alasan yang jelas seseorang akan merokok, baik setelah makan, setelah
minum kopi atau teh, bahkan sambil bekerjapun seringkali diselingi dengan
merokok, rokok sudah menjadi budaya manusia(1).
Menurut sejarah, masyarakat di dunia yang merokok untuk pertama
kalinya adalah suku bangsa indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti
memuja dewa atau roh, pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua
Amerika, sebagian dari pada penjelajah Eropa itu ikut ikutan mencoba menghisap
rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan
merokok mulai muncul dikalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan
bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok
hanya untuk kesenangan semata-mata(1).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan industri rokok terbesar di
dunia. Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu penyumbang devisa
terbesar negara. Karena industri rokok dipandang mampu memberikan lapangan
kerja bagi ribuan orang. Selain itu industri rokok juga mampu mengembangkan
pertanian dengan penanaman tembakau sebagai bahan baku utama rokok dan
2
dengan meningkatnya produksi tembakau maka akan meningkatkan kesejahteraan
petani dan menyerap tenaga kerja untuk menanam tembakau. Keberadaan industri
rokok di Indonesia memang dilematis, karena dibalik semua keuntungan
ekonomis itu rokok juga membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia antara
lain meningkatkan polusi udara, menimbulkan berbagai macam penyakit, serta
menimbulkan berbagai kerawanan sosial yang terjadi dalam masyarakat(1).
Rokok merupakan lahan usaha yang berkembang pesat dan menjanjikan
dalam bidang perekonomian, baik bagi pengusaha, maupun bagi pemerintah
dengan pendapatan dari pajaknya. Namun demikian banyak dampak negatif dari
rokok baik bagi kesehatan, pendidikan ekonomi dan budaya. Tak bisa dipungkiri,
tembakau merupakan tumpuan hidup segelintir petani di negeri ini, dan cerutu
sudah menjadi budaya yang melekat di masyarakat. Studi mengenai dampak
keterpajanan iklan dan sponsor rokok terhadap perilaku merokok remaja yang
dilakukan Komnas Perlindungan Anak, diketahui sebanyak 89% dari semua
perokok remaja ini mulai merokok karena iklan, 8% dari remaja perokok yang
sesungguhnya sudah berhenti namun tertarik lagi untuk merokok karena terlibat
kegiatan yang disponsori industri rokok(1).
Pemerintah telah mengeluarkan PP No 19 /2003 tentang pengamanan
merokok bagi kesehatan. Namun kebijakan tersebut tidak mengatur tentang batas
minimum usia perokok. Dengan kata lain, sampai saat ini Indonesia belum
mempunyai peraturan perundangan yang melarang anak merokok. Padahal aturan
dibanyak negara lain sudah jelas menyebutkan bahwa anak yang berusia 18 tahun
kebawah tidak diperkenankan membeli rokok. Ini sangat penting diwujudkan
3
mengingat jumlah perokok pemula terus meningkat secara signifikan. Tahun
1970-1980, remaja mulai merokok diusia 15 tahun. Tahun 1980-1990, mulai
merokok diusia 12 tahun, Tahun 1990-2000 usia merokok turun lagi menjadi 10
tahun, bahkan penelitian di Bandung, Padang, Yogyakarta dan Malang tahun 2004
pemula perokok diusia 7 tahun(1).
Berdasarkan aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 bahan kimia
berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar dan
karbonmonoksida (CO). Nikotin menyebabkan kerusakan sel paru dan kanker.
Gas CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel tubuh akan mati (2). Perilaku merokok merupakan faktor resiko
terbesar dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) secara global. Dari semua
perokok, 20% diantaranya akan menderita PPOK, dan setengah dari pada perokok
seumur hidup akan menderita PPOK. Di Amerika serikat dan inggris, 80-95% dari
mereka yang menderita PPOK adalah perokok dan pernah menjadi perokok.
Kemungkinan terkena PPOK akan meningkat seiring dengan paparan rokok
total(2).
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan
oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah
diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan
merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit
jantung, gangguan pembuluh darah, kanker paru paru, kanker rongga mulut,
kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta
gangguan kehamilan dan cacat pada janin(2).
4
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan “rokok dan ancaman
pembangunan”, sebagai tema pada hari tanpa tembakau se-dunia, World No
Tobacco Day, 31 Mei 2017. Tema tersebut dinilai relevan untuk Indonesia baik
secara sosial, ekonomi, bahkan budaya, pasalnya kini jumlah perokok di
Indonesia mencapai 35% dari total populasi, atau sekitar 75 juta jiwa. Belum lagi
pertumbuhan prevalensi perokok pada anak-anak dan remaja yang tercepat
didunia, 19,4%. Bahkan menurut data Atlas pengendalian tembakau di ASEAN,
sebanyak 30% anak-anak di Indonesia yang berusia dibawah 10 tahun, adalah
perokok atau sekitar 20 juta anak. Data konfigurasi perokok yang demikian
tersebut, konsumsi rokok telah mengakibatkan dampak sosial ekonomi yang
sangat signifikan dan masif. Contoh pertama, rokok menyebabkan kemiskinan
akut di rumah tangga miskin. Data PBS setiap tahun menunjukkan, bahwa alokasi
anggaran rumah tangga miskin nomor dua adalah untuk membeli rokok, yakni
12,4%, artinya uang dan pendapatan mereka habiskan untuk membeli rokok. Jauh
diatas lokasi untuk kebutuhan lauk pauk dan pendidikan(3).
Perilaku merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh
banyak orang, walaupun sering ditulis disurat-surat kabar, majalah dan media
massa lain yang menyatakan bahaya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan
bangga menghisap rokok ditempat tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan, dan
bahkan di institusi pendidikan. Ditempat-tempat yang telah diberi tanda “dilarang
merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah
yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan
5
merokok. Perilaku merokok merupakan salah satu masalah yang sulit
dipecahkan(4).
Data kementerian kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi perokok
dari 27% padatahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Artinya,
jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang diantaranya adalah
perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang diantaranya
adalah perokok. Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga
meningkat pada generasi muda, data kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi
remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% ditahun
1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014 dan yang lebih mengejutkan adalah usia
mulai merokok semakin muda (dini), perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat
lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun yaitu dari 89% ditahun
1995 menjadi 18% ditahun 2013(5).
Hasil penelitian di RS Persahabatan (2013) memperlihatkan bahwa tingkat
kecanduan atau adiksi pada anak SMA yang merokok cukup tinggi yaitu 16,8%
artinya 1 orang dari setiap 5 orang remaja yang merokok telah mengalami
kecanduan (Kemenkes 2016). Sementara menurut hasil Riskesdas Kemenkes RI
tahun 2013, jumlah perokok di Indonesia sangat tinggi, ditaksir terdapat hingga
sebanyak 90 juta orang perokok dengan rata- rata menghisap sebanyak 12,3
batang perhari.Menurut hasil Riskesdas Kemenkes RI tahun 2018 jumlah perokok
di indonesia mencapai 62,9 % dan menurut Depkes Sumut 2016, Penyakit akibat
merokok yaitu pneumonia di sumatera utara sebesar 280.620 kasus, TB paru di
6
kota medan sebesar 3.006/100.000 penduduk, sedangkan di kabupaten Toba
Samosir terdapat 213/100.000 penduduk(6).
Hari tembakau se-dunia yang diprakarsai WHO diperingati setiap tahun
dan tahun ini HTTS mengusung tema “Tobacco Breaks Heart, menyoroti isu
dampak rokok pada jantung. Kementerian kesehatan menetapkan tema nasional
rokok penyebab sakit jantung dan melukai hati keluarga yang dilaksanakan
tanggal 31 Mei 2018. Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung dan stroke,
setiap tahunnya membunuh 17,7 juta orang didunia. Di Indonesia, stroke 21,1%
dan penyakit jantung12,9% menjadi pembunuh nomor satu dan dua dari seluruh
kematian di Indonesia, ujar direktur pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular kemenkes RI dr. Cut Putri Arianie, dalam kegiatan temu media di kantor
kemenkes jakarta selatan. Menilik betapa kebiasaan merokok merugikan
kesehatan, terutama kesehatan jantung dan menambah beban ekonomi keluarga,
sudah saatnya ada kerjasama dari semua anggota masyarakat untuk melaksanakan
upaya menghentikan kebiasaan merokok. Secara bersama-sama, pemerintah pusat
dan daerah mengupayakan ketersediaan layanan berhenti merokok, memastikan
diterapkannya peraturan kawasan tanpa asap rokok, pelarangan iklan rokok, serta
edukasi bagi anak-anak usia sekolah juga masyarakat tentang dampak rokok
terhadap kesehatan jantung, pembuluh darah dan anggota tubuh lain, serta
terhadap ekonomi keluarga(6).
Penelitian ini akan penulis lakukan di Kabupaten Toba Samosir kecamatan
Laguboti yang merupakan mayoritas suku batak Toba, sesuai dengan tradisi di
daerah Toba Samosir, kalau diadakan pesta baik pesta pernikahan (mangadati)
7
maupun pesta upacara pemakaman orang tua (sarimatua) pihak keluarga yang
punya pesta selalu menyiapkan rokok di salah satu sesi acara dan rokok yang
disiapkan itu seolah olah sama nilainya dengan makanan yang wajib dikonsumsi,
sementara disetiap pesta bukan hanya orangtua atau orang dewasa yang
menghadiri tetapi anak anak juga ikut menyaksikan pesta tersebut, sehingga anak
anak melihat bahwa rokok bukan racun tetapi bahan yang layak dikonsumsi.
Selain itu di daerah Toba samosir orang tua dan orang dewasa bebas merokok
dimana saja karena belum ada undang-undang tentang larangan merokok,
sehingga anak-anak sering melihat orang-orang disekeliling mereka termasuk
orangtua mereka yang merokok, dengan begitu daya tarik anak-anak untuk
merokok juga dapat meningkat, maka tidak heran banyak anak anak mulai sekolah
SD sampai SMK sudah merokok. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan
peneliti dengan membagi kuesioner di SMK swasta Arjuna Laguboti terdapat 71
siswa laki-laki, dan dari 71 siswa terdapat 29 yang sudah merokok. Hasil
wawancara dari guru bagian kesiswaan dan guru BP di SMK mengatakan, siswa
di SMK Arjuna dilarang merokok di dalam lingkungan sekolah, namun tetap saja
ada siswa yang melanggar peraturan tersebut, adapun sanksinya bagi yang
melanggar aturan yang salah satunya merokok di lingkungan sekolah yaitu berupa
teguran dengan hukuman kebersihan sekolah, surat perjanjian, surat panggilan
orangtua dan semuanya lengkap terarsip oleh koordinator BP (badan penyuluhan).
Guru bagian kesiswaan dan Guru BP selalu aktif untuk melakukan razia
kepada siswa termasuk razia tas apakah ada siswa yang membawa rokok ke
sekolah, dan dari wawancara 4 orang siswa mengatakan mereka sudah merokok
8
sejak SMP, alasan mereka merokok karena diajak teman, karena sering melihat
iklan rokok (di televisi, spanduk, dll), kemudian rokok disamping harganya
terjangkau bisa beli 1 atau 2 batang rokok dan rokok dapat dibeli dengan mudah
karena disetiap kedai selalu menjual rokok. Mereka biasanya merokok setelah
pulang sekolah dan rata rata mereka anak kost, jadi pengawasan orang tua kurang,
dan uang untuk beli rokok tersedia dengan uang saku yang diberikan orangtua
cukup. Mereka merokok karena sudah ketagihan dan menurut mereka merokok
dapat menghilangkan penat setelah seharian sekolah. Berdasarkan latar belakang
diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti
kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah faktor apa saja yang paling berhubungan dengan perilaku merokok pada
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti kabupaten Toba Samosir tahun 2018
yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa
di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
2. Apakah ada hubungan antara iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa
di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
3. Apakah ada hubungan antara uang saku dengan perilaku merokok pada siswa di
SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
4. Apakah ada hubungan antara tersedia rokok dengan perilaku merokok pada
9
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
5. Apakah ada hubungan antara sosial budaya keluarga dengan perilaku merokok
pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
6. Apakah ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
7. Apakah ada hubungan antara alasan psikologis dengan perilaku merokok pada
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir?
8. Faktor apa yang paling berhubungan dengan perilaku merokok?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang paling
berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna
Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
Tujuan Khusus :
1. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor pengetahuan dengan perilaku
merokok siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
2. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor iklan rokok dengan perilaku
merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba
Samosir.
3. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor uang saku dengan perilaku
merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba
Samosir.
10
4. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor tersedia rokok dengan
perilaku merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten
Toba Samosir?
5. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor sosial budaya keluarga
dengan perilaku merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti
Kabupaten Toba Samosir?
6. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor teman sebaya dengan
perilaku merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten
Toba Samosir?
7. Untuk menganalisis apakah ada hubungan faktor alasan psikologis dengan
perilaku merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten
Toba Samosir?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada siswa di SMK.
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama
dalam penelitian ini yaitu tentang perilaku merokok diusia remaja.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya Dinas pendidikan
dalam pengambilan kebijaksanaan mengeluarkan kebijakan dapat
11
mempertimbangkan hal-hal yang dapat mengatasi perilaku merokok
dikalangan pelajar.
b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas kesehatan untuk mengatasi perilaku
merokok dikalangan pelajar.
c. Sebagai bahan masukan untuk kepala sekolah SMK Swasta Arjuna
Laguboti, khususnya dalam hal mengatasi perilaku merokok dikalangan
siswa.
d. Sebagai bahan masukan bagi siswa sendiri untuk memiliki pengetahuan
dan kesadaran tentang bahaya merokok bagi kesehatan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Widiansyah yang berjudul
“Faktor-faktor penyebab perilaku remaja perokok di Desa Sidorejo Kabupaten
Penajam Paser Utara tahun 2014”, subjek utama pada penelitiannya adalah
remaja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Faktor penyebab remaja merokok
ditinjau dari aspek kognitif karena ingin mendapat pengakuan dari teman-
temannya, sehingga remaja belajar cara merokok atau mencoba merokok pada
saat berkumpul bersama teman-temannya, ditinjau dari aspek apektif faktor
penyebab remaja merokok karena stres yang dialami remaja tersebut atau sering
disebut menghilangkan rasa galau yang dialami mereka, mereka mengatakan
dengan merokok maka mereka merasa enjoy, dari aspek lingkungan satu hal yang
mempengaruhi remaja merokok adalah faktor keluarga, bila keluarga yang tinggal
bersama mereka merokok maka remaja tersebut meniru apa yang dilakukan orang
tua maupun keluarga lainnya yang merokok, serta ajakan teman - teman baik
teman yang bersekolah maupun teman dalam lingkungan masyarakat merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan remaja desa sidorejo merokok(7).
Penelitian Rina Yulviana (2015) dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kebiasaan merokok pada remaja putra kelas X dan XI di
13
SMA negeri 6 Pekanbaru 2015”. Penelitian ini menggunakan desain crossectional
dengan pendekatan kuantitatif, populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X
dan XI SMA negeri 6 Pekan baru yang berjumlah 390 orang dan besar sampel 131
orang, penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling, uji statistik
menggunakan uji chi square, hasil penelitian diperoleh dari 131 responden 63
orang (48,1%) memiliki kebiasaan merokok, 34 orang (44,2%) memiliki
pengetahuan tinggi tentang dengan p value 1,6,36 orang (59%) berhubungan
uang saku dengan p value 0,03,54 orang (56,3%) berhubungan ayah perokok
dengan p value 0,04,45 orang (57,7%) berhubungan teman sebaya perokok
dengan p value 0,01. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
uang saku, ayah perokok dan teman sebaya perokok dengan kebiasaan merokok
pada remaja putra kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Pekan baru(8).
Siti Hajar dalam penelitiannya yang berjudul” Faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 1 Tanjung Pura
tahun 2017”, penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross
sectional, populasi penelitian ini sebanyak 504 siswa dengan sampel 83 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah berupa kuesioner dengan menggunakan uji
statistik yaitu uji chi square, Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh faktor
pengetahuan (0,0260, sikap (0,006), tindakan (0,018), fasilitas (0,024), sarana
(0,004), orangtua (0,016) dan teman sebaya (0,000) terhadap perilaku merokok
pada remaja dengan nilai probalitas 0,000<0,05. Berdasarkan analisis multivariat
dengan uji regresi logistik berganda, faktor yang paling dominan mempengaruhi
perilaku merokok pada remaja adalah teman sebaya dengan besar p-value 0,000.
14
Semakin tinggi pengaruh teman sebaya maka semakin berat pula perilaku
merokok(9).
Edy Nurkamal dalam penelitiannya yang berjudul “ Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan dan perilaku merokok siswa kelas XII SMA Negeri 2
Pare pare tahun 2013”, jenis penelitian ini adalah analitik asosiatif menggunakan
rancangan cross sectional, sampel penelitian ini berjumlah 58 orang responden
yang diambil dengan menggunakan tehnik purposive sampling, desain uji
menggunakan analisis uji chi square dengan tingkat kesalahan 5%. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan pengaruh keluarga (p=0,00, OR:30,8),
pengaruh teman (p=0,00, OR:21) dan pengaruh iklan (p=0.00, OR 30,8) terhadap
kebiasaan dan perilaku merokok siswa, kesimpulan penelitian ini adalah ada
pengaruh yang signifikan antara pengaruh keluarga, teman, iklan terhadap
kebiasaan dan perilaku merokok siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pare-pare(10).
Eneng Vini Widianti dalam penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMP Negeri X di Kota Bogor
Tahun 2014”, Penelitian ini merupakan penelitian kwantitatif dengan
menggunakan desain cross sectional, sampel dalam penelitian ini berjumlah 250
siswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur penelitian. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 23,2% responden pernah merokok, 38,1%
berjenis kelamin laki- laki dan 12,4% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan
hasil uji kwadart terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna
dengan perilaku merokok pada siswa SMP Negeri X kota Bogor diantaranya jenis
kelamin dengan OR 4,342, keterjangkauan terhadap rokok dengan OR 3,624 dan
15
perilaku merokok dengan teman OR 5,559(6).
2.2 Telaah Teori
2.2.1 Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana
Rustika dan sejenisnya. Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, 43
diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan
infeksi pada paru dan telinga serta kanker paru
Bahan baku rokok yang digunakan untuk membuat rokok adalah :
1. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk
dalam spesies Nicotiana tabacum.
2. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar.Bunga cengkeh
di petik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan dibawah
sinar matahari kemudian cengkeh ditimbang dan dirajang dengan mesin
sebelum ditambahkan kedalam campuran tembakau untuk membuat rokok
kretek.
3. Saus rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah buahan untuk
menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi pembeda
antara setiap merek dan varian kretek(9).
16
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap
yang dihasilkannya.
Perilaku merokok adalah kegiatan menghisap asap tembakau yang telah
menjadi cerutu kemudian disulut api. tembakau berasal dari tanaman nicotiana
tabacum.Ada dua tipe merokok, pertama adalah menghisap rokok secara
langsung yang disebut perokok aktif, dan yang kedua mereka yang secara tidak
langsung menghisap rokok, namun turut menghisap rokok disebut perokok
pasif(9).
Jenis-jenis rokok :
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, perbedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok,
dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus :
1. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
2. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
3. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
5. Sisha : rokok dengan menggunakan alat pipa penghisap(3).
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan
yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Kandungan racun pada rokok
antara lain :
17
a. Tar
Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. Tar merupakan kumpulan
berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang
ditambahkan dalam proses pertanian dan industry sigaret. Tar adalah
hidrokarbon aromatic polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong
dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker. Kadar
zat yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan
resiko timbulnya kanker.
b. Nikotin
Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau. Sebatang
rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin memiliki efek candu seperti
opium dan morfin. Nikotin berfungsi sebagai perantara dalam sistem saraf
otak yang menyebabkan berbagai reaksi biokimia, termasuk efek
menyenangkan dan menenangkan. Nikotin diserap melalui paru-paru dan
kecepatan absorbsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier otak dan diedarkan keseluruh
bagian otak, kemudian secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh
dalam waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir. Efek bifasik
dari nikotin pada dosis rendah menyebabkan blakode gangbionik setelah
eksitasi sepintas.
18
c. Karbon monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna.
Kandungannya didalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada
parumempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar
200 kali lebih kuat daripada daya ikat oksigen (O2) dengan Hb. Dalam
waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbon
monoksida (CO) dalam bentuk COHb (Carboly Haemoglobin), dan
akibatnya sel darah merah akan kekurangan oksigen, yang akhirnya sel
tubuh akan kekurangan oksigen. Pengurangan oksigen dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan pembuluh darah akan terganggu karena
menyempit dan mengeras. Bila menyerang pembuluh darah jantung, maka
akan terjadi serangan jantung(3).
Penelitian terakhir oleh United State Surgeon General, AS, menunjukkan
ada 10 tipe kanker yang disebabkan rokok. Mereka juga menemukan pria
merokok akan meninggal 13,2 tahun lebih muda dibandingkan dengan
bukan perokok. Sedangkan wanita perokok meninggal 14,5 tahun lebih
muda(9).
Berikut daftar penyakit yang mengancam perokok :
a. Mata : perokok beresiko 3 kali lebih tinggi menderita katarak yang
menyebabkan kebutaan.
b. Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus : mengakibatkan kanker
mulut, tenggorokan, pita suara, esophagus, dan juga penyakit gusi, pilek,
dan kerongkongan kering.
19
c. Gigi : perokok beresiko 10 Kali lebih tinggi menderita periodontitis (gusi
terbakar yang mengakibatkan infeksi) yang akan merusak jaringan halus
dan tulang.
d. Paru : wanita perokok 13 kali lebih besar kemungkinan terkena kanker
paru, sedangkan pria 23 kali lebih besar. Akibat lain : pneumonia,
bronchitis, asma, batuk kronis dan bengek.
e. Jantung : gagal jantung, serangan jantung, hipertensi stroke.
f. Perut : kanker perut dan kanker lambung
g. Ginjal : kanker ginjal
h. Pancreas : kanker pankreas
i. Kantung kemih : kanker kantung kemih
j. Leher rahim : kanker leher rahim
k. Kehamilan : kemandulan, bayi lahir premature, bobot kurang, keguguran.
l. Tulang : tulang rapuh
m. Darah : leukemia atau kanker darah(9).
2.2.2 Bahaya Merokok
Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 4000 zat kimia, 200 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh
sehingga memicu terjadinya kanker, seperti kanker paru, empisema, dan bronkitis
kronik atau juga kanker lain seperti kanker nasofaring, mulut, esofagus, pankreas,
ginjal, kandung kemih dan rahim. Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah
bisa menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, resiko stroke, monopouse dini,
osteoporosis, kemandulan dan impotensi.
20
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok
yang sedang dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran
tembakau yang tidak sempurna. Asap rokok mengandung sejumlah zat yang
berbahaya seperti benzen, nikotin, nitrosamin, senyawa amin, aromatik, naftalen,
amonia, oksidan sianida, karbon monoksida, benzapirin dan lain-lain. Partikel ini
akan mengendap disaluran nafas dan sangat berbahaya bagi tubuh. Endapan asap
rokok juga mudah melekat di benda-benda di ruangan dan bisa bertahan sampai
lebih dari 3 tahun, dengan tetap berbahaya.
Tidak hanya bagi orang dewasa, merokok juga sangat berbahaya bagi para remaja.
Berikut ini adalah beberapa bahaya dari merokok bagi orang terutama remaja :
1. Mengumpulkan penyakit
Rokok merupakan salah satu produsen penyakit yang paling tinggi, akibat
merokok ribuan zat-zat berbahaya seperti nikotin dan juga tar masuk kedalam
tubuhebiasaan, apabila merokok sudah dimulai sejak usia remaja, yang
menyebabkan kumpulan penyakit dari individu semakin bertambah banyak.
Efeknya tidak akan langsung terasa, namun ketika menginjak usia 30-40
tahun maka paling tidak ada beberapa penyakit yang mulai menghinggapi.
Merokok dapat mengumpulkan berbagai macam penyakit berbahaya, seperti
kanker, penyakit ginjal, penyakit paru, serangan jantung dan stroke. Berbagai
macam gangguan kesehatan lainnya yang tentunya akan merugikan dan juga
membahayakan diri sendiri.
21
2. Kemungkinan mengalami kesulitan dalam bidang prestasi, terutama olahraga
Bahaya merokok bagi remaja menyebabkan fungsi paru dan juga fungsi
pernafasan menjadi terganggu. Efek langsung dari merokok terhadap fungsi
pernafasan adalah nafas yang menjadi lebih pendek. Nafas yang menjadi
lebih pendek, terutama ketika seorang remaja menjadi pecandu rokok aktif,
maka akan menyebabkan gangguan pada pelajaran yang membutuhkan
ketahanan fisik, seperti olahraga dan juga kesehatan. Hal ini berpengaruh
terhadap nilai dari mata pelajaran olahraga yang dijalani oleh remaja yang
merokok.
3. Kemungkinan besar terjerumus dalam dunia narkoba dan obat terlarang.
Rokok merupakan salah satu bentuk pintu masuk kedalam dunia narkoba dan
juga obat-obatan terlarang. Efek dari rokok yang berupa adiksi membuat
remaja semakin ingin mencoba hal-hal yang baru. Ketika para remaja ingin
mencari pengalaman baru dan bertemu dengan orang yang tepat maka
terjadilah drugs adict pada remaja. Hampir 90% penggunaan obat-obat
terlarang pada remaja diawali oleh perilaku merokok secara aktif dan terus
menerus.
4. Menghabiskan uang saku.
Sebagai seorang remaja, hampir pasti mereka masih mengandalkan uang
pemberian dari orang tua,dengan begitu sudah pasti uang saku mereka setiap
harinya akan habis, untuk membeli rokok, dengan habisnya uang saku mereka
maka kemungkinan ada perilaku baru yang mungkin timbul. Perilaku tersebut
adalah perilaku tindak kejahatan, dimana para remaja akan berusaha untuk
22
mendapatkan uang dengan cara apapun agar bisa membeli rokok. Hal ini
menjurus kearah kriminalitas, seperti mencuri, menjambret dan lain
sebagainya yang tentunya sangat meresahkan masyarakat.
5. Bisa menghadapi hukuman tegas dari pihak sekolah
Beberapa pihak sekolah sudah memberikan sanksi tegas terhadap siapapun
yang merokok diarea sekolah. Hal inipun berlaku pula terhadap mereka para
remaja. Sanksi ini biasanya berhubungan dengan surat peringatan dan juga
pemangilan orang tua dan bisa saja terjadi skors bagi remaja tersebut.
6. Kemungkinan dapat mengalami masalah dengan lawan jenis
Salah satu tugas perkembangan remaja yang sangat penting adalah
membentuk dan mencari relasi yang baik dengan lawan jenisnya. Namun
demikian banyak dari lawan jenis, terutama para wanita sangat membenci
mereka yang merokok, sehingga membuat para remaja juga mungkin akan
mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, maka
dari itu juga para remaja yang merokok sering sekali memiliki hubungan
yang kurang baik dengan lawan jenisnya.
7. Nafas yang tidak sedap
Bahaya merokok bagi remaja dapat menyebabkan nafas menjadi tidak sedap
dan bau mulut. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun demikian pada
remaja yang merokok pun dapat mengalami hal yang sama nafas mereka akan
menjadi tidak sedap dan sangat menggangu siapapun yang berbicara dengan
mereka. Selain itu, dengan nafas yang tidak sedap ini para remaja akan
mudah terdeteksi bahwa mereka adalah seorang perokok. Hal ini
23
memungkinkan akan adanya sanksi sosial, baik dari lingkungan sekolah
maupun lingkungan keluarganya.
8. Gigi yang menguning
Efek buruk lainnya dari perilaku merokok yang dilakukan oleh para remaja
adalah munculnya gejala gigi yang menguning. Hal ini tentu saja akan
mengganggu penampilan dari pada remaja tersebut, sehingga dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Itulah beberapa bahaya yang dapat
ditimbulkan bagi para remaja yang memiliki kebiasaan merokok. Kebanyakan
bahaya berupa penyakit merupakan tabungan dimana penyakit tersebut akan
muncul pada beberapa tahun kedepan dan sangat mempengaruhi masa depan
remaja itu sendiri(11).
2.2.3 Banyaknya dan lamanya merokok
Ada 3 kategori berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yaitu:
a. Perokok ringan adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang dari
10 batang perhari.
b. Perokok sedang adalah seseorang yang mengkomsumsi rokok antara 10
dan 20 batang perhari.
c. Perokok berat adalah seseorang yang mengkomsumsi rokok lebih dari 20
batang perhari(9)
2.2.4. Pengertian Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.Sebagai suatu komponen
24
pendidikan siswa dapat ditinjau dan berbagi pendekatan antara lain:
1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang
disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.
2. Pendekatan psikologi, siswa adalah suatu organism yang sedang tumbuh
dan berkembang.
3. Pendekatan edukatif, pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai
unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka system
pendidikan menyeluruh dan terpadu.
2.2.5 Perilaku Merokok
Perilaku pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang sangat mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya(12).
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekwensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut
amat kompleks sehingga kadang kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab
seseorang menerapkan perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku
tersebut(12).
Perilaku seseorang adalah merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan yang diterimanya, khususnya yang berasal dari luar
dirinya. Azwar mengemukakan bahwa perilaku adalah bentuk respon atau reaksi
25
terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima dari luar organisme (orang),
namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor lain dari orang yang bersangkutan. Promosi kesehatan sebagai pendakatan
kesehatan terhadap faktor prilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas
dari faktor-faktor yang menentukan prilaku tersebut dengan perkataan lain,
kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan : faktor yang
mempengaruhi perilaku itu sendiri(12).
Merokok adalah perlakuan yang ditandai dengan membakar tembakau
yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun pipa.
Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900 derajat celsius,
untuk ujung rokok yang dibakar dan 30 derajat celsius untuk ujung rokok yang
terselip dibibir perokok. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup
melalui dua komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang
gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok
yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel.
Merokok adalah suatu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Perilaku
merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga dapat
memperberat sejumlah penyakit lainnya(13).
Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah
rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat diketahui
melalui intensitasnya, maka perilaku merokok seseorang dapat dikatakan tinggi
maupun rendah yang dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu
banyaknya seseorang dalam merokok, dimana intensitas merupakan besar atau
26
kekuatan untuk suatu tingkah laku(14).
Menurut WHO (1984), bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku
tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok yaitu :
1. Pemahaman dan pertimbangan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-
penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan) :
1) Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah
memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan
mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena
penyakit polio sehingga cacad, karena anak tetangganya tersebut belum
pernah memperoleh imunisasi polio.
2) Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orangtua, kakek atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Misalnya, wanita hamil tidak boleh makan
telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan.
3) Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseornag terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang
lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai – nilai kesehatan tidak
27
selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan, antara lain :
a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin
membawanya kepuskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai
uang sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu
kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa
anaknya yang sakit keras ke Rumah Sakit, meskipun ia mempunyai
sikap yang positif terhadap RS, sebab ia teringat akan anak
tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di RS.
c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB
dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan, meskipun
sikapnya sudah positif terhadap KB, tetapi ia tetap tidak mau ikut KB
dengan alat kontrasepsi apapun.
d. Nilai (value)
Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai selalu
hidup di masyarakat.
28
2. Orang penting sebagai referensi (personal reference)
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi
oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka
apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung dicontoh. Untuk anak-anak
sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka. Orang-
orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok reference(reference
group, antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan
sebagainya.
3. Sumbe- sumber daya (resources).
Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok
masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif
maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif
terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga berpengaruh sebaliknya.
4. Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi.
Sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini
terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu
masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat ataupun
cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup
masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan
sebelumnya. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan
selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku
29
ini(15).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa banyak alasan seseorang
untuk berprilaku, oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang
dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda misalnya, alasan
masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas, mungkin karena tidak percaya
terhadap puskesmas, mungkin tidak punya uang untuk pergi kepuskesmas,
mungkin takut pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas, dan
lain sebagainya. Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh
pemikiran dan perasaaan atau pertimbangan seseorang, adanya orang lain yang
dijadikan referensi dan sumber atau fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan
kebudayaan masyarakat. Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga,
atau tidak mau buang air besar dijamban, mungkin karena ia mempunyai
pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau buang air besar dijamban, atau
barangkali karena tokoh idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga
tidak ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Faktor lain juga,
mungkin karena langkanya sumber-sumber yang diperlukan atau tidak
mempunyai biaya untuk membuat jamban keluarga. Faktor lain mungkin karena
kebudayaan, bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat.
2.2.6 Tahap-Tahap Perilaku Merokok
Terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok
yaitu :
30
1. Persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok.
Ditahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku
merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan
intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok.
Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi Seseorang
mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai perokok dengan cara
mendengar, melihat atau dari hasil bacaan yang menyebabkan minat untuk
merokok.
2. Innitation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3. Become smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak
4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu
bagian daricara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan(9).
2.2.7 Faktor Yang berhubungan dengan Perilaku Perokok
Perilaku sebagai faktor penentu manusia merupakan resultansi dari
berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dalam hal ini
keyakinan, niat, percaya diri. Sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial(16).
Adapun faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa
diantaranya menurut beberapa penelitian antara lain menurut penelitian Rina
31
Yulviana 2015 faktor yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada remaja
adalah :
1. Ayah perokok
Remaja dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian
hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh dua hal yakni pertama, remaja
tersebut ingin seperti ayahnya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok.
Kedua karena remaja ini sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah sehingga
mudah beralih menjadi perokok aktif(17).
2. Uang saku
Pemberian uang saku seharusnya diberikan dengan dasar kebijakan dan
tidak berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat
menimbulkan masalah yaitu remaja menjadi boros, remaja tidak menghargai
uang dan remaja malas belajar, sehingga remaja cenderung tergoda dan merasa
kecanduan dengan rokok karena harga rokok yang tidak mahal dan boleh
membeli perbatang.
3. Teman sebaya
Semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan
teman-temannya adalah perokok, pada usia 12-13 tahun tekanan dari teman
sebaya dan pengaruh lain makin sulit dilawan. Jika teman-teman yang sebaya di
sekolah merokok, maka remaja akan lebih mudah tergoda untuk bergabung
dengan teman-teman yang merokok.
Pendapat selanjutnya mengenai faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok pada remaja adalah dikemukakan oleh Erlina Wijayanti, Citra Dewi
32
yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dialami seseorang terkait
merokok seperti pernah diajak merokok atau dipaksa untuk merokok, kehabisan
uang karena karena rokok, nilai turun karena merokok, dihukum karena
merokok, merasa mual karena merokok atau pernah dijauhi teman karena tidak
merokok. Pengalaman buruk jika mengalami minimal satu kejadian seperti
pernah diajak merokok atau dipaksa merokok, tidak pernah kehabisan uang
karena rokok, nilai tidak pernah turun karena merokok, tidak pernah merasa mual
karena merokok, tidak pernah dihukum karena merokok dan tidak pernah dijauhi
teman bila tidak merokok. Pengalaman baik bila tidak pernah mengalami
kejadian tersebut.
2. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai merokok merupakan wawasan yang dimiliki oleh
seseorang tentang arti merokok, zat yang terkandung didalam rokok, dampak
merokok bagi kesehatan dan dampak merokok bagi orang lain.
3. Sikap
Sikap tentang merokok adalah penilaian atau pendapat seseorang tentang
merokok dinilai dari kepercayaan bahwa rokok itu mengandung zat yang
berbahaya, kepercayaan bahwa merokok memberi dampak buruk bagi kesehatan
perokok maupun orang disekitar, perasaan suka atau tidak suka terhadap perilaku
merokok serta keinginan untuk merokok(9).
33
Faktor resiko merokok dapat juga dibedakan berdasarkan :
1. Faktor resiko intrinsik : usia,jenis kelamin, kepribadian dan stres.
2. Faktor resiko extrinsik : orang tua perokok, teman perokok, iklan rokok,
tetangga perokok dan sebagainya.
2.3 Landasan teori
Merokok di anggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun
di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun
orang-orang sekitarnya. Perilaku merokok berkaitan dengan pengetahuan yang
dimiliki tentang merokok, dapat di peroleh dari berbagai cara yaitu cara
tradisional, dan cara modern yang akan membentuk motivasi merokok(18).
Motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat
pengakuan menghilangkan kekecewaan dan menganggap perbuatannya tersebut
tidak melanggar norma. Kegiatan merokok yang dilakukan oleh siswa yang
biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama di depan kelompoknya karena
mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat
dengan kelompoknya. Perilaku merokok pada siswa dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor(18).
Merokok bagi sebagian siswa merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit
baik psikis maupun fisik. Ketergantungan ini di persepsikan sebagai kenikmatan
yang memberikan kepuasan psikologis. Sehingga tidak jarang perokok
mendapatkan kenikmatan yang dapat menghilangkan ketidak nyamanan yang
sedang di alaminya. Perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan
dan dapat menghilangkan ketidak nyamanan dan bergeser menjadi aktivitas yang
34
bersifat obsesif(17).
Hal ini disebabkan sifat nikotin adektif dan antidepressan, jika di hentikan
tiba-tiba akan menimbulkan stres, akan tetapi jika kebiasaan merokok ini terus
berlanjut siswa berpotensi terkena penyakit kardiovaskuler, penyakit kanker,
penyakit paru, pengaruh terhadap kehamilan, penyakit alat pencernaan, stimulasi
proses ketuaan, gigi coklat, nafas tidak sedap dan bibir menghitam, efek bahan
kimia yang terkandung dalam rokok.
Landasan teori penelitian ini menggambarkan faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok yaitu faktor Pengetahuan, sikap, orang penting
(orangtua, guru dan lain-lain), sumber daya (uang saku, fasilitas seperti
tersedianya rokok), kebudayaan(19).
Secara sederhana teori WHO dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Teori Menurut WHO (1984)
B = TF, PR, R, C
TF = Thoughts and feeling : Pemahaman dan pertimbangan (Pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan)
PR = Personal reference : Orang penting sebagai referensi ( guru, kepada suku, kepala desa
R = Resources : Sumber daya (fasilitas, uang, tenaga, dll
C = Culture : kebudayaan (kebiasaan,
Behavior
35
2.4 Kerangka Konsep
Mengacu pada landasan teoritis dan kerangka teori yang telah
dikemukakan, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Perilaku merokok siswa
2. Iklan rokok
3.Uang saku
4.Tersedianya rokok
5.Sosial budaya keluarga
6.Teman sebaya
1. Pengetahuan
7.Alasan psikologis
36
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan diatas, selanjutnya
dapat dikemukakakan hipotesa penelitian yaitu :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa di
SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
2. Ada hubungan antara Iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa di
SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
3. Ada hubungan antara uang saku dengan perilaku merokok pada siswa di
SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
4. Ada hubungan antara tersedianya rokok dengan perilaku merokok pada
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
5. Ada hubungan antara sosial budaya keluarga dengan perilaku merokok
pada siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
6. Ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa
di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
7. Ada hubungan antara alasan psikologis dengan perilaku merokok pada
siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
8. Faktor apa yang lebih dominan terhadap perilaku merokok pada siswa di
SMKSwasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
gabungan (mix method). Penelitian gabungan yaitu penelitian dengan
menggunakan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk
menggambarkan dan mengukur objek yang diamati. Metode campuran ini akan
memadukan dan menggabungkan kedua pendekatan kuantitatif dan kualitatif
dalam satu penelitian. Penelitian campuran merupakan produk paradigma
pragmatis dengan memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam
perbedaan tahap proses penelitian(11).
1. Desain Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan menjawab suatu
permasalahan, dengan mencoba mengumpulkan teori-teori yang kemudian
disimpulkan secara deduktif, berupa suatu hipotesis atau jawaban sementara atau
dugaan. Pembuktian hipotesis (jawaban sementara) itu, perlu dilakukan
pengumpulan data, kemudian diuji menggunakan uji statistik. Oleh karena harus
diuji melalui uji statistik, maka data yang dikumpulkan akan berupa angka-angka
(numerik) dalam bentuk skor atau nilai. Desain dalam penelitian ini menggunakan
survei analitik dengan pendekatan crossectional. Perolehan data dan analisis data
kuantitatif dilakukan dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Kuesioner
dibagi kepada siswa SMK, tujuan pembagian kuesioner ini adalah untuk
mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku merokok pada
38
siswa. Penelitian ini menganalisis hubungan antara variabel dependen (faktor
pengetahuan, uang saku, iklan rokok, tersedianya rokok, Sosial budaya keluarga,
teman sebaya) terhadap perilaku merokok pada siswa di SMK Swasta Arjuna
Pintubosi – Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
2. Desain Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah merupakan metode penelitian yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah
dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian
ini lebih suka menggunakan tehnik analisis mendalam (in-depht-analysis), yaitu
mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakin
bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Proses penelitian ini dengan pendekatan kualitatif fenomenologis untuk
mengkaji fenomena faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
siswa di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
Dipilihnya penelitian fenomenologi karena beberapa alasan, diantaranya pertama,
pendekatan ini bersifat holistik dengan memanfaatkan keberagaman data yang
didapat secara alamiah, apa adanya, induktif (mengamati, bertanya dan kemudian
menemukan), serta menyimpulkan untuk memahami faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok siswa di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Laguboti
Kabupaten Toba Samosir. Pendekatan kualitatif fenomenologi sangat sesuai
dengan masalah penelitian yang diteliti.
Kedua pendekatan ini bersifat fleksibel dalam menilai proses, melihat
kejadian yang sedang berlangsung, peneliti hadir serta ikut bersama subjek
39
mengamati proses, merefleksikan apa yang dialami dan dipahami tentang
fenomena dalam proses bukan menilai keberhasilan dalam mencapai tujuan dari
suatu program, ketiga bersifat deskriptif yakni dengan menggambarkan secara
menyeluruh tentang hakikat masalah tentang proses penemuan secara induktif
yaitu mengamati dan menemukan langsung dari sumber masalahnya. Keempat,
realitas yang diamati dan diteliti bersifat interpretatif, peneliti akan
menginterpretasi atas apa yang terlihat, terdengar dan yang dapat dipahami dalam
settingan yang alamiah. Dalam pandangan peneliti, jenis penelitian kualitatif
fenomenologi sesuai untuk diambil karena data yang diinginkan berkaitan dengan
pandangan dan pengalaman subjek terhadap faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok siswa di SMK swasta Arjuna Pintubosi Laguboti Kabupaten
Toba Samosir.
Penelitian gabungan terdapat enam desain yakni : 1) strategi eksplanatoris
sekuensial, yaitu penelitian kuantitatif pada tahap pertama yang kemudian diikuti
oleh pengumpulan data secara kualitatif. 2) Strategi eksploratoris sekuensial, yaitu
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, yang kemudian
diikuti oleh pengumpulan data kualitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada
hasil-hasil tahap pertama. 3) Strategi transformatif sekuensial, yaitu terdiri dari
dua tahap pengumpulan data, satu tahap, mengikuti tahap yang lain, 4) strategi
triangulasi konkuren, yaitu pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan
pada waktu yang sama, 5) strategi embedded konkuren, yaitu menerapkan satu
tahap pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dalam satu waktu, 6) strategi
transformatif konkuren, yaitu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
40
serempak serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu(20).
Keenam desain penelitian campuran diatas, yang diadopsi untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa di SMK
Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir yaitu strategi eksploratoris
sekuensial, yaitu pengumpulan data kuantitatif pada tahap pertama, yang
kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua
yang didasarkan pada hasil-hasil tahap pertama. Untuk lebih jelasnya dapat
dirincikan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Strategi Eksploratoris Sekuensial.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian.
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SMK Swasta Arjuna yang
beralamat Desa Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasamosir.
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada adanya masalah yaitu jumlah perokok siswa
di SMK tersebut tinggi.
3.2.2 Waktu Penelitian
Survei awal dari penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2018 dan
penelitian akan dilakukan Januari s/d Maret 2019.
KUANTITATIF
KUANTITATIF Pengumpulan
data
KUANTITATIF
Analida adata
KUALITATIF Pengumpulan
data
KUALITATIF Analisa data
Interpretasi
keseluruhan analiss
KUALITATIF
Kesimpulan
41
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas abjek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa sekolah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) swasta
Arjuna Laguboti tahun 2018 yang berjumlah 71 peserta didik(21).
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi(22).
Besar sampel dalam penelitian ini adalah siswa di SMK swasta Arjuna
Laguboti Kabupaten Toba Samosir. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan secara total sampling yaitu, dengan cara menetapkan seluruh
anggota populasi sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 71 responden kelas 1 s/d 3 SMK dan semuanya laki-laki.
3.3.3 Informan penelitian
Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive, yaitu tehnik yang
dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan
informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu siswa SMK Swasta
Arjuna sebanyak 5 orang yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian
ini.
42
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel
sebagai hasil mengamati atau mengukur(11).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari responden dengan
wawancara dan mengunakan kwesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan konsep teoritis. Pada penelitian ini, responden yang telah
memenuhi kriteria pemilihan sampel diberi penjelasan terlebih dahulu
mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian serta diminta kesediaan nya
untuk dilibatkan dalam penelitian, kemudian responden diminta untuk
mengisi angket yang telah disediakan.
2. Data sekunder diperoleh dari profil tahunan data sekolah, tenaga pendidik
dan kependidikan, dan peserta didik SMK swasta Arjuna laguboti
3. Data tersier dari penelitian ini berupa jurnal, website, dekumen online, dan
lain nya
3.4.2 Tehnik Pengumpulan Data
1. Data primer dikumpulkan melalui pengisian angket, kwesioner dan
wawancara pada peserta didik di SMK Swasta Arjuna Laguboti.
2. Data Sekunder dilakukan dengan study dekumentasi berupa data
deskriptip yang diperoleh dari profil sekolah SMK Swasta Arjuna
Laguboti.
43
3. Data tersier didapatkan melalui jurnal, website, dan dokumen online dan
lain-lain yang telah dipublikasikan.
3.4.3. Uji Validitas dan Rehabilitas
1. Uji Validitas
Uji validatas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau
nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan suatu alat ukur dengan cara mengukur
korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel. Vadilitas masing
masing butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai corrected item total coreleration
masing-masing butir pertanyaan dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel,
maka dinyatakan valid atau sebaliknya. Nilai r tabel dalam penelitian ini untuk
sampel pengujian 71 orang siswa adalah 0,361 pada α=5%(23).
Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode
cronbach alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari suatu kali
pengukuran, dengan ketentuan jika r alpha > r tabel (0,60) maka dinyatakan
reliabel, dan jika nilai uji cronbach Alpha yang diperoleh <r tabel (0,60) maka
dinyatakan tidak reliabel.
Validitas merupakan suatu ukuran yang dilakukan untuk menentukan
derajat ketepatan dari instrument penelitian berbentuk kwesioner. Uji validitas dan
reabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada siswa di SMK Swasta Yapim Balige
dengan jumlah responden 30 orang. Hasil pengujian validitas variabel
pengetahuan dengan jumlah item pernyataan sebanyak 10, iklan rokok dengan
jumlah item pernyataan 10, uang saku dengan jumlah item pernyataan 10, tersedia
44
rokok dengan jumlah item pernyataan 4, sosial budaya keluarga dengan jumlah
item pernyataan 10, alasan psikologis dengan. jumlah item pernyataan 9,
didapatkan semua item pernyataan valid atau rhitung >rtabel.
Tabel 3.1. Validitas Variabel X (Pengetahuan, iklan rokok, uang saku, tersedia rokok, sosial budaya keluarga).
No Item pernyataan R hitung R tabel Keterangan Pengetahuan
1 0,985 0,349 Valid 2 0,900 0,349 Valid 3 0,866 0,349 Valid 4 0,985 0,349 Valid 5 0,952 0,349 Valid 6 0,885 0,349 Valid 7 0,900 0,349 Valid 8 0,985 0,349 Valid 9 0,985 0,349 Valid 10 0,869 0,349 Valid
Iklan rokok 1 0,857 0,349 Valid 2 0,857 0,349 Valid 3 0,864 0,349 Valid 4 0,440 0,349 Valid 5 0,857 0,349 Valid 6 0,826 0,349 Valid 7 0,585 0,349 Valid 8 0,857 0,349 Valid 9 0,797 0,349 Valid 10 0,585 0,349 Valid
Uang saku 1 0,826 0,349 Valid 2 0,754 0,349 Valid 3 0,724 0,349 Valid 4 0,826 0,349 Valid 5 0,689 0,349 Valid 6 0,689 0,349 Valid 7 0,510 0,349 Valid 8 0,826 0,349 Valid 9 0,689 0,349 Valid 10 0,724 0,349 Valid
Tersedia rokok 1 0,811 0,349 Valid 2 0,747 0,349 Valid
45
3 0,447 0,349 Valid No Item pernyataan R hitung R tabel Keterangan
4 0,702 0,349 Valid Sosial budaya keluarga
1 0,561 0,349 Valid 2 0,586 0,349 Valid 3 0,735 0,349 Valid 4 0,464 0,349 Valid 5 0,735 0,349 Valid 6 0,622 0,349 Valid 7 0,676 0,349 Valid 8 0,676 0,349 Valid 9 0,800 0,349 Valid 10 0,735 0,349 Valid
Teman sebaya 1 0,761 0,349 Valid 2 0,482 0,349 Valid 3 0,476 0,349 Valid 4 0,491 0,349 Valid 5 0,606 0,349 Valid 6 0,516 0,349 Valid 7 0,761 0,349 Valid 8 0,491 0,349 Valid 9 0,422 0,349 Valid 10 0,474 0,349 Valid
Alasan psikologis 1 0,678 0,349 Valid 2 0,714 0,349 Valid 3 0,630 0,349 Valid 4 0,665 0,349 Valid 5 0,527 0,349 Valid 6 0,728 0,349 Valid 8 0,763 0,349 Valid 9 0,569 0,349 Valid 10 0,719 0,349 Valid
46
Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Y (perilaku merokok)
No item pertanyaan Rhitung Rtabel Keterangan Perilaku merokok 1 1,000 0,349 Valid 2. Uji Reabilitas
Uji Reabilitas dilakukan untuk mendapatkan instrumen dengan kehandalan
yang tinggi dalam pengukuran variabel penelitian. Uji reabilitas digunakan untuk
menghitung nilai alfa atau (cronbach’alfa) perhitungan dilakukan dengan
menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir pernyataan dalam kuesioner.
Instrumen dilakukan realibel apabila alpha chrombath> r tabel 0,349). Hasil
pengujian uji reabilitas variabel pengetahuan dengan jumlah item pernyataan
sebanyak 10, iklan rokok dengan jumlah item pernyataan sebanyak 10, uang saku
dengan jumlah item pernyataan sebanyak 10, tersedia rokok dengan jumlah item
pernyataan sebanyak 4, sosial budaya keluarga dengan jumlah item pernyataan
sebanyak 10, teman sebayadengan jumlah item pernyataan sebanyak 10, alasan
psikologis dengan jumlah item pernyataan sebanyak 9(24).
Tabel 3.3. Uji reabilitas pengetahuan, iklan rokok, uang saku, tersedia rokok, sosial budaya keluarga, teman sebaya, alasan psikologis
Variabel Cronbach’s
Alpha R tabel Keterangan
Pengetahuan 0,793 0,349 Valid Iklan rokok 0,777 0,349 Valid Uang saku 0,773 0,349 Valid Tersedia rokok 0,767 0,349 Valid Sosial budaya keluarga 0,749 0,349 Valid Teman sebaya 0,734 0,349 Valid Alasan psikologis 0,763 0,349 Valid
47
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent dan
dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok yaitu pengetahuan, iklan rokok, uang
saku untuk membeli rokok, adanya rokok ditempat jualan rokok tanpa membatasi
usia pembeli rokok, faktor sosial budaya keluarga yaitu orang tua yang merokok,
diajak teman sebaya untuk merokok, alasan psikologis. Sedangkan Variabel
dependennya adalah perilaku siswa merokok.
3.5.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional masing – masing variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
oleh respondent tentang rokok secara umum, bahaya rokok dan zat yang
terkandung dalam rokok.
2. Iklan rokok, iklan rokok adalah iklan yang menarik perhatian dan mendorong
responden untuk memiliki keinginan untuk merokok.
3. Uang saku, uang yang dibawa untuk keperluan sewaktu waktu, diberi oleh
orangtua untuk bekal disekolah seperti beli makanan, trasnport ke sekolah,
beli keperluan sekolah.
4. Tersedianya rokok, tempat rokok dijual baik itu di toko, warung, swalayan
48
5. Sosial budaya keluarga, Peran orangtua dalam mengawasi perilaku anak,
maupun peran orangtua dalam hal memberi contoh yang baik bagi anak, kalau
orangtua merokok, kemungkinan besar akan ditiru oleh anak – anaknya.
6. Teman sebaya, artinya Hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia yang sama serta melibatkan keakrapan yang relatif besar dalam
kelompok.
7. Alasan Psikologis
Alasan psikologis adalah motif yang mendorong responden untuk
merokokseperti ingin terlihat keren, menghilangkan penat, ingin diterima
dalam pergaulan, sudah ketagihan dengan rokok.
8. Perilaku merokok adalah kebiasan merokok seseorang yang diukur dengan
kuesioner. Menggunakan pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak jika
jawaban ya, selanjutnya responden menjawab pertanyaan berikutnya yang
berkaitan dengan kebiasaan merokok.
3.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi nama
variabel, jumlah pernyataan, cara dan alat ukur yang digunakan, skala
pengukuran, value, dan skala ukur dari masing – masing variabel sebagai berikut :
1. Variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri dari
2 jawaban yaitu benar atau salah. Untuk jawaban benar diberi angka 2 dan
untuk jawaban salah diberi angka 1. Setelah diperoleh jawaban, dikategorikan
menjadi 3 yaitu kurang baik dan cukup baik dan baik. Untuk kategori kurang
49
baik skor 10-12, dan kategori cukup baik skor 13-15, kategori baik diberi skor
16-20.
2. Variabel iklan rokok terdiri dari 10 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri dari 2
jawaban yaitu ya dan tidak, untuk jawaban ya diberi angka 2, untuk jawaban
tidak diberi angka 1, kemudian dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu
menarik, cukup menarik, tidak menarik. Kategori tidak menarik diberi skor
10-12, kategori cukup menarik diberi skor 13-15, kategori menarik diberi skor
16-20.
3. Variabel uang saku terdiri dari 10 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri dari 2
jawaban yaitu ya dan tidak, untuk jawaban ya diberi angka 2 dan tidak diberi
angka 1, kemudian dikategori menjadi 3 yaitu tidak ada, cukup, banyak, untuk
kategori tidak ada diberi skor 10-12, cukup diberi skor 13-15, banyak diberi
skor 16-20.
4. Variabel tersedianya rokok terdiri dari 4 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri
dari 2 jawaban yaitu ya dan tidak. Untuk jawaban ya diberi angka 2 dan
jawaban tidak diberi angka 1 dan dikategorikan menjadi 2 yaitu tersedia dan
tidak tersedia, untuk kategori tersedia diberi skor 6-8 dan kategori tidak
tersedia skor 4-5.
5. Variabel sosial budaya keluarga terdiri dari 10 pertanyaan setiap pertanyaan
terdiri dari 2 jawaban yaitu ya dan tidak untuk ya diberi angka 2 dan jawaban
tidak diberi angka 1 dan dikategorikan menjadi 3 yaitu tidak mempengaruhi
dengan skor 10-12, cukup mempengaruhi diberi skor 13-15, mempengaruhi
dengan skor 16-20.
50
6. Teman sebaya terdiri dari 10 pertanyaan terdiri dari 2 jawaban yaitu ya dan
tidak untuk jawaban ya diberi angka 2 dan tidak diberi angka 1, dikategorikan
menjadi 3 yaitu tidak mempengaruhi diberi skor 10-12, cukup mempengaruhi
diberi skor 13-15, mempengaruhi diberi skor 16-20.
7. Variabel alasan psikologis terdiri dari 9 pernyataan setiap pernyataan terdiri
dari 4 jawaban yaitu sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts) dan sangat
tidak setuju (sts). Untuk jawaban sangat setuju diberi angka 4 dan untuk
jawaban setuju diberi angka 3, untuk jawaban tidak setuju diberi angka 2 dan
untuk jawaban sangat tidak setuju diberi angka 1. Setelah diperoleh jawaban,
dikagorikan menjadi 2, yaitu kecenderungan merokok dan tidak merokok,
untuk kategori kecenderungan merokok diberi skor 23-36 dan tidak merokok
diberi skor 9-22.
8. Perilaku merokok terdiri dari 1 pertanyaan yang terdiri dari 2 jawaban yaitu
tidak dan ya untuk kategori tidak diberi skor 1, ya diberi skor 2 kemudian
dikategorikan menjadi 2 yaitu merokok dan tidak merokok.
Tabel 3.4 Aspek pengukuran variabel independen dan dependen
No Nama variabel Jumlah pernyataan
Cara dan alat ukur Skala penguku
ran
Value Skala ukur
Variabel independen 1 Pengetahuan 10 Menghitung skor
jawaban pengetahuan : a.Benar (2) b. Salah (1) (skor max = 20 Skor min = 10
16-20 13-15 10-12
Baik (3) Cuku Baik(2) Kurang baik(1)
Ordinal
2 Iklan rokok 10 Menghitung skor jawaban iklan rokok : a.ya (2)
10-12 13-15
Tidak menarik(1) Cukup menarik(2)
Ordinal
51
b. tidak (1) Skor max : 20 Skor min : 10
16-20
Menarik(3)
3 Uang saku 10 Menghitung skor jawaban uang saku : a.ada (2) b.Tidak ada (1) Skor max = 20 Skor min :10
10-12 13-15 16-20
Tidak ada(1) Cukup(2) Banyak(3)
Ordinal
4 Tersedia rokok 4 Menghitung skor tersedia rokok :
a. Ada (2) b. Tidak ada
(1) Skor max: 8 Skor min : 4
4-5 6-8
Tidak sedia(1) Tersedia(2)
Ordinal
5 Sosial budaya keluarga
10 Menghitung skor sosial budaya keluarga:
a. Ya (2) b. Tidak (1)
Skor max ; 20 Skor min ;10
10-12 13-15 16-20
Tidak mempengaruhi(1) Cukup mempengaruhi(2) Mempengaruhi(3)
Ordinal
6 Teman sebaya 10 Menghitung skor sosial budaya keluarga:
a. Ya (2) b. Tidak (1)
Skor max ; 20 Skor min ;10
10-12 13-15 16-20
Tidak mempengaruhi(1) Cukup mempengaruhi(2) Mempengaruhi(3)
Ordinal
8 Alasan psikologis
9 Menghitung skor psikologis :
a. SS (4) b. S (3) c. R(2) d. TS (1)
Skor max : 36 Skor min :9
9-22 23-36
Kecenderungan tidak merokok(1) Kecenderungan merokok(2)
Ordinal
Variabel dependen Perilaku
Merokok 1 Menghitung skor
prilaku : a.ya (2) b.tidak (1)
1 2
Tidak Merokok (1) Merokok(2)
Nominal
52
3.7 Metode Pengolahan Data
Menurut Notoadmodjo Pengolahan data dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :(25)
1. Collecting, Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner penelitian.
2. Checking, Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban dalam
kuesioner, dengan tujuan agar data diolah secara benar, sehingga pengolahan
data memberikan hasil yang valid dan reliabel serta terhindar dari bisa.
3. Coding, Dilakukan dengan memberikan kode pada karakteristik responden
dan variabel-variabel yang diteliti.
4. Entering, Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing – masing responden
yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam
program komputer yang digunakan peneliti yaitu SPSS.
5. Data prosesting, Semua data yang telah diinput kedalam aplikasi komputer
akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.
Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menitik beratkan kepada
penggambaran atau deskriptif data yang diperoleh yaitu : Menggambarkan
distribusi frekwensi dari masing-masing variable independen dan variabel
dependen. Sehingga didapat gambaran variabel penelitian. Data disajikan dalam
bentuk deskriptif yang dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. Data univariat
pada penelitian ini adalah data demografi, semua faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok responden dengan rumus sebagai berikut :
53
P = f x 100 % n
Keterangan :
P = Persentase
f = frekuensi
n = jumlah sampel
Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analis yang digunakan untuk melihat
hubungan antara dua variabel yang bersangkutan (variabel independen dan
variabel dependen), analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan, iklan rokok, uang saku, tersedia rokok, sosial budaya keluarga,
teman sebaya, sikap, alasan psikologis perilaku merokok responden. Untuk
membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel independen dan
variabel dependen digunakan ujichi square. Apabila hasil perhitungan
menunjukkan nilai p < p value (0,05), maka dikatakan (Ho) ditolak dan (Ha)
diterima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang
signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen digunakan analisis tabulasi silang.
Analisis Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk melihat kemaknaan variabel
dependen dengan variabel dependen dilokasi penelitian secara simultan sekaligus
menentukan faktor-faktor yang lebih dominan berhubungan perilaku merokok. Uji
statistik yang digunakan adalah regresi logistic pada batas kemaknaan 95%
54
dengan perhitungan statistik α = 0,05. Syarat untuk masuk ke multivariat adalah
melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen dengan
variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p<0,25, maka
variabel tersebut dapat masuk model multivariat.
Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi probalitas perilaku
merokok adalah sebagai berikut : Regresi Logistik.
Pengolahan Data Kualitatif
Adapun data kualitatif dapat dianalisis dengan mencari serta menata secara
sistematis catatan yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan lainya
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Dalam
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Dalam
meningkatkan pemahaman dibutuhkan analisis dalam upaya mencari makna yang
terkandung didalam faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok di SMK
Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir yang
ditemukan saat penelitian.
Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Analisis telah dimulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Adapun analisis data sebelum
dilapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder,
yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun fokus penelitian
ini bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama
dilapangan.
55
Analisis data selama dilapangan menggunakan model Miles dan
Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga mengalami kejenuhan. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai
telah dianalisis namun terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
kepertanyaan lainnya, sampai tahap tertentu. Aktifitas dalam analisa data, yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing verification, langkah-
langkah analisis dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Periode pengumpulan data --------------------------------------------- Reduksi data Antisipasi Selama Setelah Display data Analisis Selama setelah Kesimpulan dan verifikasi Selama setelah Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (flow model)
Adapun untuk melihat jumlah data yang diperoleh dilapangan sudah
mencukupi atau belum maka perlu segera melakukan analisis data secara reduksi.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya da membuang yang tidak
perlu. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
lainnya. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama
penelitian, maka pola tersebut selanjutnya di displaykan pada laporan akhir
56
penelitian.
Setelah langkah dua selesai, maka masuk ke langkah ketiga yakni
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian dapat
menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas
sehingga menjadi jelas.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba
Samosir berdomisili di Jalan Arjuna Laguboti Tobasa (Kompleks Arjuna) berdiri
pada tahun 1988. Batasan Wilayah Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Arjuna
Laguboti Kecamatan Laguboti adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Napitupulu
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sianipar
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Pangaribuan
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Pintubosi.
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Arjuna Laguboti adalah milik Yayasan
Tenaga Pembangunan Arjuna Laguboti.
Visi SMK Swasta adalah mewujudkan SMK Swasta Arjuna Laguboti
unggul dalam prestasi dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing mengisi lapangan kerja
sesuai tuntutan dunia usaha /dunia industri bertaraf nasional dan internasional.
Misi SMK Swasta menerapkan system manajemen ISO 9001:2008,
meningkatkan kompetensi tenaga edukatif dan non edukatif, mengembangkan
kurikulum secara fleksibel , meningkatkan kompetensi siswa bertaraf nasional dan
internasional, menghasilkan tamatan yang sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kompetensi yang unggul.
Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung visi, misi dan tujuan
58
SMK Swasta Arjuna Laguboti dengan ruang kelas, ruang perkantoran, ruang
laboratorium (bahasa, komputer, internet dan laboratory school), perpustakaan,
aula, asrama putri, lapangan olah raga, kantin dan taman.
SMK Swasta Arjuna Laguboti terdiri dari 2 jurusan yaitu jurusan farmasi
dan parawisata, jumlah siswa keseluruhan 395 yang terdiri dari laki-laki 71 orang
dan perempuan 324 orang, tenaga pendidik keseluruhan berjumlah 26 orang.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan distribusi
frekwensi umur responden, variabel independen (pengetahuan, iklan rokok, uang
saku, tersedia rokok, sosial budaya keluarga, teman sebaya, alasan psikologis)
siswa SMK swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi umur di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Umur Frekwensi (f) % 1 12-16 tahun 32 45,1 2 17-25 tahun 39 54,9 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, umur responden lebih banyak antara 17-25
tahun yaitu 39 orang (54,9%) dan yang lain umur 12-16 tahun 32 orang (45,1%)
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi pengetahuan di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Pengetahuan Frekwensi (f) % 1 Cukup baik 6 8,5 2 Baik 65 91,5 Total 71 100
59
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil keseluruhan
pengetahuan siswa Laki laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan
Laguboti Kabupaten Toba Samosir mayoritas baik yaitu 65 (91,5%) sedangkan
yang cukup baik 6 orang (8,5%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi iklan rokok di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Iklan rokok Frekwensi (f) % 1 Tidak menarik 14 19,7 2 Cukup menarik 31 43,7 3 Menarik 26 36,6 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil keseluruhan
ketertarikan iklan rokok siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir lebih tinggi cukup menarik yaitu
31 (43,7%) sedangkan tidak menarik 14 (19,7%) dan menarik 26 (36,6%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi uang saku siswa di SMK swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Uang saku Frekwensi (f) % 1 Tidak ada 7 9.9 2 Cukup 42 59.1 3 Banyak 22 31.0 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil frekwensi
uang sakuyang dimiliki siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir mayoritas cukup yaitu 42 orang
(59.2%), banyak sebanyak 22 orang (31,0%) dan tidak ada 7 orang (9,9%).
60
Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi tersedia rokok siswa di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Tersedia rokok Frekwensi (f) % 1 Tidak tersedia 36 50.7 2 Tersedia 35 49.3 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil frekwensi
tersedia rokok siswa Laki laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan
Laguboti Kabupaten Toba Samosir rokok tersedia yaitu 36 (50,7%) sedangkan
tidak tersedia 35 orang (49.3%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi sosial budaya keluarga siswa di SMK swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Sosial budaya keluarga Frekwensi (f) % 1 Tidak mempengaruhi 30 42.3 2 Cukup mempengaruhi 28 39.4 3 Mempengaruhi 13 18.3 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil frekwensi
faktor sosial budaya keluarga yang dimiliki siswa Laki laki di SMK Swasta
Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir mayoritas tidak
mempengaruhi yaitu 30 orang(42.3,%),cukup mempengaruhi 28 orang (39.4%)
dan mempengaruhi 13 orang (18.3%).
61
Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi teman sebaya siswa di SMK swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018
No Teman sebaya Frekwensi (f) % 1 Tidak mempengaruhi 21 29.6 2 Cukup mempengaruhi 33 46.5 3 Mempengaruhi 17 23.9 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil frekwensi
teman sebaya yang dimiliki siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir mayoritas tidak mempengaruhi
yaitu 21 orang (29.6%), cukup mempengaruhi 33 orang (46.5%) dan
mempengaruhi 17 orang (23.9%).
Tabel 4.8 Distribusi Frekwensi alasan psikologis siswa di SMK swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
No Teman sebaya Frekwensi (f) % 1 Kecenderungan merokok 49 69,0 2 Kecenderungan tidak merokok 22 31,0 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil frekwensi
alasan psikologis yang dimiliki siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir mayoritas cenderung merokok
yaitu 49 orang (69,0%) dan cenderung tidak merokok 22 orang (31,0%).
62
Tabel 4.9 Distribusi Frekwensi perilaku merokok siswa di SMK swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018
No Perilaku merokok Frekwensi (f) % 1 Tidak merokok 42 59,2 2 Merokok 29 40,8 Total 71 100
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil frekwensi
perilaku merokok yang dimiliki siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir yaitu tidak merokok sebanyak 42
orang (59,2%) dan merokok sebanyak 29 orang (40,8%).
4.3 Analisa Bivariat
Analisis Bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel independen (pengetahuan, iklan rokok, uang saku, tersedia rokok
sosail budaya keluarga, teman sebaya, sikap, alasan psikologis) terhadap perilaku
merokok siswa di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Laguboti Kabupaten Toba
Samosir tahun 2018.
Tabel 4.10 Hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok diSMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Pengetahuan
Perilaku merokok Total
p(sig) Tidak merokok Merokok
f % f % f % Cukup baik 4 66,7 2 33,3 6 100
1,00 Baik 38 58,5 27 41,5 65 100 Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, Hasil analisis hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku merokok, maka dapat diketahui bahwa hasil uji statistik dengan
63
menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 1,00, sehingga p > 0,05
hal ini terbukti bahwa pengetahuan tidak berhubungan secara bermakna dengan
perilaku merokok.
Tabel 4.11 Hubungan iklan rokok dengan perilaku merokok di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Iklan rokok
Perilaku merokok Total
p(sig) Tidak merokok Merokok
f % f % f % Tidak menarik 10 71,4 4 28,6 14 100
0,400 Cukup menarik 19 61,3 12 38,7 31 100 Menarik 13 50 13 50 26 100 Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,400
sehingga p > 0,05 hal ini terbukti bahwa iklan rokok tidak berhubungan secara
bermakna dengan perilaku merokok.
Tabel 4.12 Hubungan uang saku dengan perilaku merokok di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Uang saku
Perilaku merokok Total
p(sig) Tidak merokok Merokok
f % f % f % Tidak ada 6 85,7 1 14,3 7 100
0,063 Cukup 27 64.3 15 35.7 42 100 Banyak 9 40,9 13 59,1 22 100 Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.12 Diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,063,
sehingga p > 0,05 hal ini terbukti bahwa uang saku tidak berhubungan secara
bermakna dengan perilaku merokok.
64
Tabel 4.13 Hubungan tersedia rokok dengan perilaku merokok diSMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Tersedia rokok
Perilaku merokok Total
p(sig) Tidak merokok Merokok
f % f % f % Tidak tersedia 16 44,4 20 55,6 36 100
0,010 Ada 26 73,3 9 25,7 35 100 Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.13 Diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,010,
sehingga p < 0,05 hal ini terbukti bahwa tersedia rokok berhubungan secara
bermakna dengan perilaku merokok.
Tabel 4.14 Hubungan sosial budaya keluarga dengan perilaku merokok diSMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Sosial budaya
keluarga Perilaku merokok
Total
p(sig) Tidak merokok Merokok f % f % f %
Tidak baik 21 70,0 9 30,0 30 100 0,054
Cukup baik 17 60,7 11 39,3 28 100 Baik 4 30,8 9 69,2 13 100 Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.14 Diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,054,
sehingga p > 0,05 hal ini terbukti bahwa sosial budaya tidak berhubungan secara
bermakna dengan perilaku merokok.
65
Tabel 4.15 Hubungan Teman sebaya dengan perilaku merokok diSMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Teman sebaya Perilaku merokok Total
p(sig) Tidak merokok Merokok f % F % f %
Tidak mempengaruhi 15 71,4 6 28,6 21 100 0,016 Cukup mempengaruhi 22 66,7 11 33,3 33 100
Mempengaruhi 5 29,4 12 70,6 17 100 Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,016,
sehingga p < 0,05 hal ini terbukti bahwa teman sebaya berhubungan secara
bermakna dengan perilaku merokok.
Tabel 4.16 Hubungan Alasan psikologis dengan perilaku merokok diSMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018.
Teman sebaya
Perilaku merokok Total p(sig) Tidak
merokok Merokok
f % F % f % Kecenderungan merokok 34 69,4 15 30,6 49 100
0,032 Kecenderungan tidak merokok
8 36,4 14 63,6 22 100
Total 42 59,2 29 40,8 71 100
Berdasarkan tabel 4.16 diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,032,
sehingga p < 0,05 hal ini terbukti bahwa alasan psikologis berhubungan secara
bermakna dengan perilaku merokok.
66
4.4. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat menggunakan multiple logistic regression, dilakukan
sebagai tindak lanjut dari analisis statistik uji bivariat dengan mengikutsertakan
variabel yang mempunyai nilai (p<0,25) sebagai batas seleksi. Berdasarkan hasil
ujistatistik bivariat ynag masuk dalam analisis multivariat adalah iklan rokok,
uang saku, teman sebaya, sosial budaya keluarga, alasan psikologis, tersedia
rokok, selanjutnya keenam variabel penelitian tersebut dianalisis menggunakan
analisis regresi logistik. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 4.17
berikut :
Tabel 4.17 Hasil Analisis Multiple logistic Regresssion dengan memasukkan seluruh Variabel kandidat dalam model.
Variabel
B
Sig
Exp(B) 95,0%C.I.for EXP
(B) Lower Upper
Iklan rokok 345 384 1.412 649 3.070 Uang saku 469 495 1.595 415 6153 Tersedia rokok 1.180 021 3.256 1.184 8.954 Sosial budaya keluarga 111 824 895 337 2.375 Teman sebaya 376 390 687 292 1.617 Alasanpsikologis 567 354 1.256 1.256 1953 Constant 3.152 438 043 043
Berdasarkan tabel diatas 4.17 diatas dapat diketahui dari variable yang
lebih dominan yang berhubungan dengan nilai signifikan 0,021 lebih kecil dari
0,05 dan memiliki nilai eks B paling besar yaitu 3.256 dengan koefisien regresi
(B) 1.180 artinya tersedia rokok mempunyai peluang 3.256 kali berhubungan
dengan perilaku merokok dibandingkan dengan variable yang lain.
67
4.5 Hasil Penelitian Kualitatif.
4.5.1 Gambaran tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih menekankan pada aspek
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah, dari hasil penelitian
kuantitatif bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok ada tiga
yaitu tersedia rokok, teman sebaya dan alasan psikologis. Ketiga faktor tersebut
kemudian diwawancarai dengan 5 siswa sebagai informan.
4.5.2 Karasteristik Informan Utama/kunci
Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yang merupakan siswa
SMK Swasta Arjuna. Semua informan yang diwawancarai adalah siswa yang
sudah merokok yang bersedia diwawancarai. Berikut karasteristik responden :
Tabel 4.18 Karasteristik informan Utama/kunci
Informan Nama Umur Kelas 1 RT 19 12 2 AS 18 12 3 HM 17 11 4 GP 18 12 5 LS 17 11
Adapun indetitas informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Informan pertama bernama RT berumur 19 Tahun, kelas 12 SMK, alamat
orangtua di Kisaran, karena jauh dari tempat sekolah maka RT ngekost di dekat
sekolah SMK Swasta Arjuna Pintubosi Laguboti.
Informan kedua bernama AS, umur 18 tahun, kelas 12 SMK, alamat
orangtua didoloksanggul, AS tidak tinggal bersama orangtua, karena jarak rumah
dengan sekolah cukup jauh, AS ngekost dekat sekolah.
68
Informan ketiga bernama HM, umur 17 Tahun kelas 11 SMK, tinggal
bersama orangtua di Laguboti, jarak rumah dengan sekolah cukup dekat, HM
naik angkot pulang pergi sekolah.
Informan keempat bernama GP, umur 18 tahun, kelas 12 SMK, tinggal
bersama orangtua di Tambunan Balige, jarak rumah dengan sekolah cukup dekat
hanya memakan waktu ½ jam naik angkot.
Informan kelima bernama LS, umur 17 tahun, kelas 11 SMK, alamat
orangtua di siborong-borong, LS tinggal ngekost dekat sekolah.
4.5.3 Wawancara dengan informan tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
4.5.3.1 Tentang faktor alasan psikologis:
Informan 1
‘ .....Sudah merokok sejak SD kelas 6, menurut saya merokok dapat menenangkan
pikiran, biasanya sepulang sekolah selesai makan siang langsung merokok,
karena dengan merokok pikiran lebih rileks setelah seharian penat dengan
kegiatan sekolah.....”.
Informan 2
“....sudah merokok sejak SMK kelas 12, menurut saya merokok itu
menyenangkan, apalagi kalau pikiran mulai jenuh, penat, maka rokoklah solusi
yang paling tepat...”.
Informan 3
“....sudah merokok sejak SMK kelas 10, menurut saya merokok sudah membuat
saya ketagihan, bagi saya merokok hanya kepuasan sementara.
69
Informan 4
“....Sudah merokok sejak SMP kelas 9, menurut saya rokok itu enak, dapat
menghilangkan galau, penat, dan sudah ketagihan dengan rokok...”
Informan 5
“....sudah merokok sejak SMP kelas 8, saya sering diejek tidak gentlemen/tidak
terlihat jantan kalau tidak merokok, akhirnya saya merokok, saya sudah
ketagihan dengan rokok, rokok sangat menyenangkan, apalagi kalau lagi stres,
banyak beban tugas dari sekolah, maka rokoklah teman setia untuk mengatasi
stres…”
Berikut ini disajikan matrik yang merupakan reduksi data dari hasil
wawancara mendalam tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
: Faktor alasan psikologis.
Tabel 4.19 Matriks analisis informan terkait faktor alasan psikologis, siswa SMK swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba samosir.
No Informan Reduksi/Kesimpulan Kata kunci
1 Informan 1
RT
Merokok dapat menenangkan pikiran, biasanya sepulang sekolah selesai makan siang langsung merokok, karena dengan merokok pikiran lebih rileks setelah seharian penat dengan kegiatan sekolah
Faktor alasan psikologis
2 Informan 2
AS
Merokok itu menyenangkan, apalagi kalau pikiran mulai jenuh, penat, maka rokoklah solusi yang paling tepat.
Faktor alasan psikologis
70
3 Informan 3
HM
Merokok membuat ketagihan, merokok hanya kepuasan sementara.
Faktor alasan psikologis
4 Informan 4
GP
Rokok itu enak, dapat menghilangkan galau, penat, dan sudah ketagihan dengan rokok.
Faktor alasan psikologis
5 Informan 5
LS
Takut diejek tidak gentlement/tidak terlihat jantan kalau tidak merokok, ketagihan dengan rokok, rokok sangat menyenangkan, apalagi kalau lagi stres, banyak beban tugas dari sekolah, maka rokoklah teman setia untuk mengatasi stres.
Faktor alasan psikologis
4.5.3.2 Tentang faktor tersedia rokok
Informan 1
“...Rokok sangat mudah didapat, karena depan kost ada warung jual rokok dan
dapat dibeli 1-2 batang, tidak harus satu bungkus, yang membutuhkan banyak
uang, sisa uang saku bisa dimanfaatkan untuk membeli 1 -2 batang rokok, saya
sering menghisap rokok gudang garam...”
Informan 2
“....Rokok bukanlah barang yang langka, sangat mudah didapat, karena hampir
disetiap warung ada jual rokok, didepan kost ada warung yang menjual rokok
batangan, tidak harus perbungkus, hanya modal Rp 1500 dapat membeli rokok
meskipun satu batang, saya sering menghisap rokok sempurna..”
71
Informan 3
“....Rokok sangat mudah didapat, banyak warung di sekitar rumah yang menjual
rokok, dan siapa saja dapat membeli rokok tidak dibatasi dengan umur,
disamping harga terjangkau, rokok dapat dibeli 1-2 batang, saya sering
menghisap rokok sempurna....”
Informan 4
“....Rokok sangat mudah didapat, banyak kios kios sekitar rumah yang menjual
rokok, dengan harga yang terjangkau yang dapat dibeli 1-2 batang rokok, saya
sering menghisap rokok gudang garam.”
Informan 5
“.....Didepan kost ada warung jual rokok, dengan harga yang terjangkau dapat
dibeli 1-2 batang rokok, dan siapa saja dapat membeli rokok, tidak dibatasi usia,
saya sering menghisap rokok sempurna....”
Berikut ini disajikan matrik yang merupakan reduksi data dari hasil
wawancara mendalam tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
: Faktor tersedia rokok.
Tabel 4.20 Matriks analisis informan terkait faktor tersedia rokok, siswa SMK swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba samosir
No Informan Reduksi/Kesimpulan Kata kunci
1 Informan 1
RT
Rokok sangat mudah didapat, karena depan kost ada warung jual rokok dan dapat dibeli 1-2 batang, tidak harus satu bungkus, yang membutuhkan banyak uang, sisa uang saku bisa dimanfaatkan untuk membeli 1 -2 batang rokok,
Faktor tersedia rokok
72
sering menghisap rokok gudang garam
2 Informan 2
AS
Rokok bukanlah barang yang langka, sangat mudah didapat, karena hampir disetiap warung ada jual rokok, didepan kost ada warung yang menjual rokok batangan, tidak harus perbungkus, hanya modal Rp 1500 dapat membeli rokok meskipun satu batang, sering menghisap rokok sempurna.
Faktor tersedia rokok
3 Informan 3
HM
Rokok sangat mudak didapat, banyak warung di sekitar rumah yang menjual rokok, dan siapa saja dapat membeli rokok tidak dibatasi dengan umur, disamping harga terjangkau, rokok dapat dibeli 1-2 batang, sering menghisap rokok sempurna`
Faktor tersedia rokok
4 Informan 4
GP
Rokok sangat mudah didapat, banyak kios kios sekitar rumah yang menjual rokok, dengan harga yang terjangkau yang dapat dibeli 1-2 batang rokok. Sering menghisap rokok gudang garam.
5 Informan 5
LS
Didepan kost ada warung jual rokok, dengan harga yang terjangkau dapat dibeli 1-2 batang rokok, dan siapa saja dapat membeli rokok, tidak dibatasi usia, sering mengisap rokok sempurna
Faktor tersedia rokok
73
4.5.3.3 Tentang faktor teman sebaya
Informan1
“....Awal mula merokok karena diajak teman sebaya yang sudah putus sekolah,
teman tersebut menyodorkan rokok sewaktu bermain-main, pertama tama saya
menolak, tetapi karena sering melihat teman tersebut menghisap rokok dengan
nikmat, dan sering disodorkan akhirnya saya mencoba merokok, awalnya saya
batuk batuk, tetapi saya coba lagi, akhirnya jadi ketagihan...”
Informan 2
“....Saya merokok, karena sering diajak satu kost merokok, awalnya saya
menolak, tetapi karena satu kost, teman saya cerita kalau merokok itu nikmat,
stres hilang, saya pernah patah hati, kekasihku memutuskan hubungan dengan
saya, kemudian teman saya memberi solusi untuk menghilangkan stres, saya
harus merokok, akhirnya saya coba merokok, semenjak itu saya jadi ketagihan
untuk merokok...”
Informan 3
“....Saya merokok karena saya sering melihat ayah merokok dengan nikmat, ayah
memang malarang kami anak-anaknya merokok, banyak juga teman-teman saya
yang sudah merokok, mereka sering mengajak saya merokok dengan
menyodorkan rokok gratis kepada saya, saya sering menolak, akan tetapi karena
mereka sering sodorkan dan saya lihat mereka nikmat saat merokok, akhirnya
saya mencoba merokok, pertama saya merokok, saya batuk-batuk, tetapi saya
coba ketiga kalinya saya merasa aman dan akhirnya saya jadi ketagihan...”
74
Informan 4
“....Saya merokok saat SMP kelas 9, waktu itu sudah banyak teman saya yang
sudah merokok, saya sering diajak untuk merokok, namun saya menolak karena
saya tahu bahwa merokok itu berbahaya, karena sering disodorkan dengan
gratis, akhirnya saya mulai iseng iseng mencoba, kemudian saya mencoba lagi
untuk ketiga kalinya, sampai akhirnya saya jadi ketagihan...”
Informan 5
“....Saya merokok karena teman saya sering mengejek saya karena tidak
merokok, katanya saya tidak gentlemen atau tidak terlihat jantan kalau tidak
merokok, demi menjaga gengsi akhirnya saya mencoba merokok, awalnya saya
batuk-batuk, tetapi saya terus mencoba sampai akhirnya saya jadi kegihan....”
Berikut ini disajikan matrik yang merupakan reduksi data dari hasil
wawancara mendalam tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
: Faktor teman sebaya.
Tabel 4.21 Matriks analisis informan terkait faktor teman sebaya, siswa SMK swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba samosir
No Informan Reduksi/Kesimpulan Kata kunci
1 Informan 1
RT
Awal mula merokok karena diajak teman sebaya yang sudah putus sekolah, teman tersebut menyodorkan rokok sewaktu bermain-main, pertama tama saya menolak, tetapi karena sering melihat teman tersebut menghisap rokok dengan nikmat, dan sering disodorkan akhirnya saya mencoba merokok, awalnya saya batuk batuk, tetapi saya coba lagi,
Faktor teman sebaya
75
akhirnya jadi ketagihan
2 Informan 2
AS
Merokok karena sering diajak satu kost merokok, awalnya menolak, tetapi karena satu kost, teman cerita kalau merokok itu nikmat, stres hilang, pernah patah hati, putus hubungan dengan kekasih, kemudian teman memberi solusi untuk menghilakan stres, harus merokok, akhirnya coba merokok, semenjak itu jadi ketagihan untuk merokok
Faktor teman sebaya
3 Informan 3
HM
Merokok karena sering melihat ayah merokok dengan nikmat, namun ayah malarang kami anak – anaknya merokok, banyak juga teman – teman yang sudah merokok, mereka sering mengajak merokok dengan menyodorkan rokok secara gratis, sering menolak, akan tetapi karena mereka sering sodorkan dan terlihat mereka nikmat saat merokok, akhirnya mulai mencoba merokok, pertama merokok terasa batuk-batuk, tetapi dicoba ketiga kalinya merasa aman dan akhirnya jadi ketagihan
Faktor teman sebaya
4 Informan 4
GP
Merokok saat SMP kelas 9, waktu itu sudah banyak teman yang sudah merokok, teman sering mengajak untuk merokok, namun ditolak karena tahu bahwa merokok itu berbahaya, tetapi karena sering disodorkan dengan gratis, akhirnya mulai iseng iseng
Faktor teman sebaya
76
mencoba, kemudian mencoba lagi untuk ketiga kalinya, sampai akhirnya jadi ketagihan
5 Informan 5
LS
Merokok karena teman sering mengejek kalau tidak merokok, katanya tidak gentlemen atau tidak terlihat jantan, demi menjaga gengsi akhirnya coba merokok, awalnya batuk-batuk, tetapi karena terus mencoba merokok akhirnya jadi ketagihan.
Faktor teman sebaya
77
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini akan memaparkan secara rinci diskusi
hasil penelitian dengan merujuk kepada tujuan penelitian, tinjauan literatur dan
juga penelitian yang ada sebelumnya.
5.1.1 Analisis Univariat faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada Siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir”.
5.1.2. Pengetahuan
Berdasarkan pengetahuan pada 71 responden menunjukkan pengetahuan
siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten
Toba Samosir mayoritas baik, dalam teori tidak ada dijelaskan keterkaitan antara
pendidikan dengan perilaku merokok.
Pengetahuan sangat berpengaruh karena pengetahuan menentukan sikap
dan tindakan remaja terhadap perilaku merokok orang-orang yang ada
disekitarnya (Alamsyah). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Menurut UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
pembimbing, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi perilaku
seseorang dalam perilaku merokok, karena banyak faktor yang menyebabkan
seseorang merokok.
78
Pada penelitian ini sesuai hasil wawancara dengan responden laki-laki,
mereka merokok disebabkan oleh gaya hidup responden, yang terikut-ikut dengan
teman dan dianggap jantan bila merokok. Hasil penelitian tidak sesuai dengan
Azwar, yang mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
cenderung untuk berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat
meletakkan dasar-dasar pengertian (pengetahuan) dan perilaku dalam diri
seseorang. Perilaku remaja yang sudah mulai aktif merokok ini dipengaruhi oleh
banyak faktor. Salah satunya adalah pengetahuan, perilaku merokok dimulai
dengan adanya rokok pertama.
Studi Mirnet mengatakan bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin
tahu dan pengaruh teman sebaya. Remaja mulai merokok terjadi akibat pengaruh
lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu
determinan dalam memulai perilaku merokok (Nasution). Kecenderungan
peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin mudanya usia mulai merokok
tersebut menjadi keprihatinan tersendiri karena membawa konsekuensi jangka
panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu sendiri terhadap kesehatan
yang telah di ketahui sejak dahulu. Saat ini semakin banyak generasi muda yang
terpapar dengan asap rokok dan tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan
karsinogenik tersebut(26).
5.1.2. Iklan Rokok
Berdasarkan iklan rokok pada 71 siswa SMK Swasta Arjuna Pintubosi
menunjukkan iklan rokok lebih banyak yang menarik, namun hal ini tidak
berhubungan dengan perilaku siswa untuk merokok. Pada remaja yang ditunjukan
79
oleh sikap terhadap rokok merupakan gambaran yang menunjukkan respon remaja
mengenai pernyataan yang berkaitan dengan pandangan, perasaan, dan
kecenderungan untuk melakukan tindakan merokok. Hal ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Reza yang menunjukan hasil 32% tidak terpapar iklan rokok, dan
sebagian besar menunjukan paling banyak yang terpapar rokok yaitu 68%, iklan
rokok terpengaruh pada sebagian remaja yang melakukan tindakan merokok.
Paparan iklan mempengaruhi perilaku merokok remaja dan akan semakin
meningkatkan perokok remaja di Indonesia. Jenis media iklan melalui media
elektronik paling banyak dilihat oleh remaja. Karena iklan merupakan bentuk
penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu
sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran secara sederhana, iklan
didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan oleh
suatu masyarakat lewat suatu media.
Menurut Hutapea banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik dan
luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan
rokok mempunyai tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda yang belum
merokok untuk mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus
berkelanjutan sampai ketagihan. Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan
frekuensi menunjukkan >3 kali sehari yaitu sebanyak 56 orang (81,2%). Hal
tersebut iklan dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi dan membujuk
para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut,
yaitu berupa aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan. Secara
teori perilaku merokok pada remaja juga dapat muncul sebagai akibat dari iklan di
80
media massa. Iklan rokok di berbagai tempat dan media massa yang saat ini
semakin merajarela sangat menarik bagi para remaja. Iklan merupakan media
cetak atau elektronik yang memberikan sponsor serta promosi melalui berbagai
kegiatan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat
remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut(27)(28).
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Shinta tentang
daya tarik iklan dengan tindakan merokok, hasil penelitianya menunjukan bahwa
sebagian besar 58,4% remaja tertarik terhadap iklan rokok. Daya tarik menurut
Shimp yang sering digunakan dalam iklan para pengiklan juga beralih
menggunakan humor dengan harapan akan bisa mencapai berbagai tujuan
komunikasi untuk memperoleh perhatian, membimbing pemahaman konsumen
tentang peryataan-peryataan produk, mempengaruhi sikap, meningkatkan
reliabilitas dari pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan tindakan
pembelian oleh pelanggan(29).
5.1.3. Uang Saku
Berdasarkan iklan rokok pada 71 siswa SMK Swasta Arjuna Pintubosi
menunjukkan uang saku yang dimiliki siswa laki-laki di SMK Swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir mayoritas ada. Uang
Saku adalah uang yang dibawa untuk keperluan sewaktu-waktu; uang jajan. Uang
saku merupakan bentuk pengembangan tanggung jawab, sehingga perlu disertai
dengan penanaman nilai uang pada anak, sehingga uang yang diberikan oleh
81
orang tua dengan perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi
atau tabungan anak. Uang saku dapat digunakan untuk makan dan pengeluaran
lain-lain yang sifatnya Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada
anak untuk membeli jajanan makanan dan minuman selama berada di luar rumah.
Tujuan pemberian uang saku adalah sebagai media pembelajaran anak supaya ia
dapat mengelola keuangan dengan benar akan tetapi memiliki uang saku yang
banyak akan mempengaruhi beberapa remaja untuk menggunakan untuk hal yang
kurang bagus misalnya merokok. Semakin besar usia anak, pasti akan semakin
besar juga uang saku yang harus diberikan. Anak dengan usia lebih besar juga
pasti membutuhkan lebih banyak asupan makanan sehingga ia butuh uang saku
lebih banyak (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Rachiotis, dkk dalam
Rohman menemukan bahwa usia yang semakin tua, jenis kelamin pria dan
ketersediaan uang saku yang cukup banyak pada masa remaja berhubungan secara
signifikan dengan perilaku merokok saat ini.
Pengeluaran selain untuk jajan dan transportasi serta merokok (bagi
siswa perokok) adalah untuk memenuhi kebutuhan sekolah, menabung dan
kebutuhan lain-lain selain kebutuhan yang telah disebutkan. Namun, antara siswa
perokok dengan siswa bukan perokok memiliki kecenderungan masing-masing.
Bagi siswa perokok cenderung kurang dalam pengeluaran untuk
membeli kebutuhan sekolah ketika memiliki uang saku yang banyak. Peneliti
berasumsi bahwa uang saku mempengaruhi perilaku seseorang dalam perilaku
merokok, hasil wawancara dengan responden, mereka mengatakan uang saku
yang mereka miliki rata rata 10.000 perhari, digunakan untuk ongkos, membeli
82
makanan dan minuman, kalaupun ada lebih, hanya dapat membeli rokok 1-2
batang. Sarana dan prasarana yang berupa uang saku dan tersedianya tempat
membeli rokok, fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkingkan
remaja dapat dengan bebas memperoleh perokok dan menjadi perokok, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
5.1.4. Tersedia Rokok
Hasil penelitian pada 71 orang siswa SMK Swasta Arjuna Laguboti
menunjukkan tersedia rokok lebih banyak. Faktor mendapat kemudahan merokok
baik dari segi harga maupun dari ketersediaan rokok menyebabkan peningkatan
jumlah perokok. Kebiasaan merokok dipilih sebagai salah satu jenis aktivitas yang
populer dilakukan untuk memanfaatkan waktu luang baik bagi laki laki ataupun
wanita dengan presentase pria lebih mendominasi 64,80%. Meningkatnya jumlah
perokok di Indonesia juga disebabkan oleh mudahnya memperoleh rokok, tidak
ada batasan umur yang melarang orang membeli rokok, kapan pun dan dimana
pun mereka ingin membeli rokok selalu tersedia. Kondisi ini diperparah dengan
banyaknya orang tua yang justru tanpa sadar menjerumuskan anaknya untuk
menjadi perokok. Dimulai dengan kebiasaan merokok di depan anak-anak hingga
meminta anak-anak membelikan rokok di warung.
Usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13
tahun dan pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Perokok usia muda di
Indonesia semakin meningkat, dimana hasil survey sosial ekonomi
memperlihatkan, terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan perokok di kalangan
di bawah usia 19 tahun, dari 69% tahun 2001 meningkat menjadi 78% di tahun
83
2004 yang lalu. Aktivitas merokok di kalangan pelajar khususnya pelajar di
tingkat SMU bukan merupakan hal yang baru. Asumsi peneliti dimana siswa
SMK Swasta Arjuna Laguboti merokok dengan alasan tersedia rokok yaitu 36
(50,7%) menjadikan siswa SMK merokok. Kemudahan mendapat rokok
menyebabkan peningkatan perilaku merokok pada Siswa SMK Swasta Arjuna
Laguboti.
5.1.5. Sosial Budaya Keluarga
Hasil penelitian berdasarkan sosial budaya keluarga pada siswa SMK
Swasta Arjuna Laguboti menunjukkan mayoritas mempengaruhi. Perilaku
merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak masa
anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok yaitu pada masa remaja. Proses
belajar atau sosialisasi perilaku merokok tampaknya didapatkan melalui 2
transmisi yaitu transmisi vertikal (lingkungan keluarga) dan transmisi horizontal
(lingkungan teman sebaya). Lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya
serta kepuasan psikologis merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja.
Pengaruh sosial muncul sebagai faktor kebiasaan merokok di kalangan
remaja. Kontribusi pengaruh sosial dapat secara langsung dan tidak langsung,
secara langsung yaitu melalui pengamatan perilaku orang lain dan berdampak
pada kesehatan mereka dan visibilitas sosial mereka, sedangkan secara tidak
langsung, yang berarti bahwa remaja menunggu orang lain untuk menentukan
perilaku mereka. Teman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan
remaja (Vasipoulos & Roupa, 2015). Perilaku merokok pada remaja dipengaruhi
84
oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu lingkungan, budaya, dan teman sebaya.
Kebanyakan remaja beranggapan bahwa dirinya akan terlihat percaya diri jika
mereka merokok. Menurut Sitepoe bahwa dalam interaksi teman sebaya
memungkinkan terjadinya proses identifikasi, kerjasama dan proses kolaborasi.
Proses-proses tersebut akan mewarnai proses pembentukan tingkah laku yang
khas pada remaja. Jika seseorang merokok maka mereka beranggapan akan
memiliki banyak teman dan merasa lebih percaya diri. Lain halnya dengan remaja
yang tidak merokok, mereka beranggapan bahwa remaja tersebut tidak akan
memiliki banyak teman sebanyak remaja yang merokok.
Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya
adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka
anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencotohnya. Asumsi peneliti
terhadap sosial budaya keluarga dimana didapat mayoritas keluarga memiliki
ayah yang perokok. Ayah merupakan role model pada anak, jika ayah merokok
maka semakin besar kemungkinan anak akan mengikuti prilaku ayahnya.
5.1.6. Teman Sebaya
Hasil penelitian pada 71 orang siswa SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir menunjukkan teman sebaya lebih
85
banyak yang mempengaruhi. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin
banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman- temannya
menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua,
teman-temanya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua
menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-
kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja tidak
perokok.
Faktor-faktor pendorong yang dapat mempengaruhi perilaku merokok
yaitu lingkungan sosial seseorang akan berperilaku merokok dengan
memperhatikan pengaruh teman dan pengaruh faktor kepribadian dapat
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Hasil penelitian dari Mulyani,
bahwa hubungan antar teman sebaya cenderung memberikan pengaruh terhadap
perilaku merokok pada remaja. Pada awalnya perilaku merokok yang dirasakan
secara fisik adalah rasa tidak enak seperti pahit, mual, pusing, tenggorokan kering,
dan batuk-batuk, tetapi remaja masih memiliki keinginan untuk mencoba lebih
lanjut. Hal ini disebabkan oleh ikatan kehidupan berkelompok yang lebih kuat
dengan teman sebaya sebagai partner merokok, sehingga remaja merasakan
perasaan nyaman, rileks, merasa lebih gaul, serta lebih percaya diri.
Teman sebaya mungkin sangat menentukan cara berpakaian, berbicara,
menggunakan zat terlarang, perilaku seksual, mengadopsi dan menerima
kekerasan, mengadopsi perilaku kriminal dan anti-sosial dan di banyak bidang
kehidupan remaja lainnya. Teman sebaya dapat dijadikan sebagai model dan
86
mempengaruhi perilaku dan sikap, sementara di sisi lain, hal itu dapat
memberikan akses mudah, dorongan dan interaksi sosial yang sesuai bagi remaja
(Tome). Berdasarkan penelitian dari Komasari, bahwa sikap permisif orang tua
dan lingkungan teman sebaya memberikan pengaruh sebesar 38,4% terhadap
perilaku merokok remaja. Sedangkan kepuasan psikologis remaja memberikan
sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku merokok yaitu 40,9%. Seperti
yang telah dikemukakan, bahwa remaja merokok merupakan upaya untuk dapat
diterima di lingkungannya. Hampir 28% subjek menyatakan bahwa mereka
mengkonsumsi rokok lebih banyak ketika sedang berkumpul dengan teman-
temannya. Pengaruh sosial muncul sebagai faktor kebiasaan merokok di kalangan
remaja. Kontribusi pengaruh sosial dapat secara langsung dan tidak langsung,
secara langsung yaitu melalui pengamatan perilaku orang lain dan berdampak
pada kesehatan mereka dan visibilitas sosial mereka, sedangkan secara tidak
langsung, yang berarti bahwa remaja menunggu orang lain untuk menentukan
perilaku mereka. Teman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan
remaja (Vasipoulos & Roupa). Asumsi peneliti dimana siswa SMK Swasta
Arjuna Laguboti merokok dengan alasan teman sebaya yaitu 36 (50,7%)
menjadikan siswa SMK merokok memang sangat masuk akal karena teman
sebaya pada saat ini sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam berperilaku.
5.1.7. Alasan Psikologis
Hasil penelitian pada 71 orang siswa SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba samosir menunjukkan alasan psikologis
menunjukkan kecenderungan merokok. Perilaku merokok pada remaja berkaitan
87
dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami ketika masa
perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati diri (Mu’tadin).
Rasa kurang percaya diri pada remaja ditunjukkan dengan 2 cara yaitu cara positif
dan cara negatif. Cara positif yang dilakukan untuk membangun rasa percaya diri
yaitu dengan memperjuangkan keinginan dan mewujudkan dengan cara yang
positif, dan mengatasi masalah dengan mengambil keputusan yang positif.
Remaja yang sulit menerima keadaan diri, serta memandang rendah kemampuan
yang dimiliki, namun ia memiliki keinginan yang mungkin tidak realistis terhadap
dirinya sendiri, akan cenderung melakukan tindakan negatif untuk membangun
rasa percaya diri, salah satunya dengan merokok.
Bagi remaja rokok adalah passport untuk mendapatkan identitas yang
populer, mengikuti trend/fashion dan identitas yang “sulit” (Barbara Lloyd). Pada
awal abad 20-an, sebelum seorang remaja pria dianggap dewasa maka dia dituntut
untuk merokok, sejak saat itu merokok akhirnya menjadi jalan yang harus dilewati
sebelum seorang remaja pria diterima sebagai orang dewasa. Dalam kehidupan
sehari-hari, budaya seperti ini muncul dalam bentuk penyebutan “banci” untuk
remaja pria yang tidak merokok. Hal ini jelas menekan para remaja yang tidak
merokok secara psikologis, akhirnya mereka menjadi luluh dan merokok.
5.2. Perilaku Merokok
Hasil penelitian pada 71 orang siswa SMK Swasta Arjuna Pintubosi
Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir menunjukkan siswa tidak merokok
sebanyak 42 orang dan merokok sebanyak 29 orang. Remaja dengan perilaku
merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar di masyarakat, tingkat
88
penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi pada anak usia remaja.
Perilaku merokok adalah gaya hidup yang merugikan kesehatan diri sendiri dan
orang lain (Durkin dan Helmi). Perilaku merokok adalah perilaku seseorang yang
membakar rokok dan mengisapnya, dan asap yang ditimbulkannya terhisap orang-
orang yang ada disekelilingnya (Levy, 1984). Terdapat ± 4000 racun kimia yang
berbahaya dan 43 diantaranya mempengaruhi pertumbuhan sel kanker dalam
setiap kepulan asap rokok (Abadi). Menurut WHO, Indonesia menempati urutan
ketiga terbesar perilaku merokok di dunia setelah Cina dan India. Dimana tahun
2000-2008, Indonesia memproduksi rokok sebesar 18.6% tidak sebanding dengan
jumlah penduduk Indonesia (Nusantaraku). Bertambahnya jumlah perokok
mengakibatkan bertambah pula angka kematian yang disebabkan oleh rokok. Di
tahun 2030 diperkirakan angka kematian akibat rokok sebesar 10 juta jiwa, dan
sebagian besar dari Negara berkembang (70%) Kemenkes R.I (2014).
Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai
dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut survey dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dirilis
Kementrian Kesehatan, 11 September 2012. Faktanya, jumlah perokok aktif di
Indonesia mengalami peningkatan dan tertinggi di antara 16 negara berpendapatan
menengah ke bawah. Survey tersebut melaporkan bahwa prevalensi merokok
mencapai 67,4% laki-laki dan 4,5% wanita. Perokok pria dan wanita ini mencapai
36,1% dari komposisi penduduk atau ada sekitar 61,4 juta penduduk yang
mengkonsumsi tembakau. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
merokok adalah : pengaruh orang tua, pengaruh teman, kepribadian, serta
89
pengaruh iklan (Mu’tadin). Penyebab lain adalah pengetahuan tentang akibat
rokok dalam kesehatan. Penelitian Aslan and Sahin pada remaja di Ankara, Turki,
menunjukkan dampak yang positif terhadap pengetahuan dan sikap tentang rokok
setelah diberikannnya promosi kesehatan tentang rokok bagi anak remaja.
Pengetahuan tentang bahaya merokok akan mempengaruhi anak remaja untuk
menghindari kebiasaan merokok tersebut. Asumsi peneliti dengan adanya perilaku
merokok pada Siswa SMK swasta Arjuna Laguboti dipengaruhi oleh faktor teman
sebaya, tersedianya rokok dan alasan psikologis. Kebiasaan merokok dipilih
sebagai salah satu jenis aktivitas yang populer dilakukan untuk memanfaatkan
waktu luang baik bagi laki laki ataupun wanita dengan presentase pria lebih
mendominasi 64,80%. Masing-masing mempunyai alasan untuk merokok, bisa
bermacam-macam dan bersifat pribadi. Pria membayangkan bahwa dengan
merokok maka mereka dianggap dewasa tidak lagi sebagai anak kecil, sebagai
simbol kejantanan, dan mereka bisa memasuki kelompok sebaya sekaligus
kelompok yang mempunyai ciri tertentu, yaitu merokok.
5.3 Analisis bivariat faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Siswa di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir”
5.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan perilaku merokok
Hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok pada Siswa di SMK
Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir dengan hasil uji chi square.
didapat nilai signifikansi 1,00 p > 0,005 hal ini berarti bahwa pengetahuan tidak
berhubungan secara bermakna dengan perilaku merokok. Tingkat pengetahuan
diduga berhubungan erat dengan perilaku merokok. akan tetapi pada hasil
90
penelitian ini tidak terbukti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan perilaku merokok pada responden dengan nilai p=1,00. Sebanyak 65
orang memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok (91,5%) sedangkan 6 orang
(8,5%) responden yang memiliki pengetahuan cukup baik. Berdasarkan data
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang tingkat pengetahuannya
kurang baik berpeluang untuk melakukan perilaku merokok dibandingkan siswa
yang memiliki tingat pengetahuan baik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
pernyataan yaitu pengetahuan sangat berpengaruh karena pengetahuan
menentukan sikap dan tindakan remaja terhadap perilaku merokok orang-orang
yang ada disekitarnya (Alamsyah). Menurut WHO juga menyatakan bahwa salah
satu faktor yang menentukan perilaku seseorang yaitu Pemahaman dan
pertimbangan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo). Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian Ade
Sulistyawati, menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku merokok. Hasil penelitian Ardy, Kusyogo & Aditya pada siswa SMA X
di Kota Semarang dengan menggunakan Chi-Square antara variabel pengetahuan
responden dengan perilaku merokok shisha menunjukkan nilai pvalue sebesar
0,017 yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku
merokok. Asumsi peneliti dengan hasil penelitian ini adalah tidak ada
91
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok
disebabkan oleh pengetahuan siswa SMK Swasta Arjuna yang baik terhadap
rokok. Fakta menunjukkan 65 orang memiliki pengetahuan yang baik tentang
rokok (91,5%), jumlah ini lebih banyak daripada yang memiliki pengetahuan
kurang baik. Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh faktor, pertama yaitu
karena karakteristik responden dari populasi itu sendiri yang memang
menunjukkan bahwa mayoritas berpengetahuan baik, kemudian juga faktor di
lapangan yang terkait dengan proses pengisian kuesioner, sepertinya
kemungkinan siswa yang melihat jawaban temannya(30).
Merokok sebagai bentuk perilaku merupakan manifestasi dari kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang dapat terpuaskan apabila seseorang merokok. Perilaku
merokok merupakan reaksi seseorang dengan cara mengisap rokok yang dapat
diamati atau diukur dengan melihat volume atau frekuensi merokok seseorang
(Shiffman,1993). Dari hasil wawancara dari informan yaitu, (RT, AS, HM, GP,
dan LS) yang memiliki perilaku serta faktor merokok yang sama. Kelima
informan mengenal dan mencoba merokok saat remaja serta merokok apabila
sedang mengalami perasaan negative yaitu ketika mengalami masalah pribadi dan
merokok karena ajakan teman sebaya.
Hal ini sesuai dengan Erikson (dalam Komasari & Helmi) mengatakan
bahwa merokok berkaitan dengan masa mencari jati diri pada diri remaja. Silvans
& Tomkins (dalam Mu’tadin) fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang
dialami si perokok, Mayoritas informan merokok 2-4 batang rokok dalam sehari
(perokok ringan), hal ini sesuai dengan Smet mengklasifikasikan perokok
92
berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap, Perokok berat yang menghisap lebih
dari 15 batang rokok dalam sehari, Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang
rokok dalam sehari, Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam
sehari. Kelima Informan sudah masuk kedalam klasifikasi perokok ringan, hal ini
dikarenakan informan merokok 1-4 batang perhari dan 3 informan (AS, HM, dan
LS) mulai merokok setelah masuk di pendidikan SMK. Ditinjau dari aspek
Biologis, menurut Hansen (dalam Sarafino) mengatakan bahwa banyak penelitian
menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang
berperan penting pada ketergantungan merokok.
Pendapat ini didukung Aditama yang menyatakan nikotin dalam darah
perokok cukup tinggi. disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang rokok.
Pada saat dilakukan penelitian, ditemukan 5 responden tersebut mampu mengisi
semua jawab dengan hasil yang baik namun ketika pertanyaan tentang perilaku
merokok, mereka menjawabnya, yang berarti mereka merokok dan setelah
ditelusuri penyebab mereka merokok jawaban mereka agar terlihat jantan. Maka
peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan para remaja hanya sampai pada batas
memahami perilaku merokok saja tidak sampai mengaplikasikan pengetahuan
mereka tentang perilaku merokok. Sedangkan responden lainnya merokok
dikarenakan pengetahuan mereka yang kurang tentang perilaku merokok.
5.3.2. Hubungan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok
Pengaruh iklan rokok dengan perilaku merokok pada Siswa di SMK
Swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir dengan hasil uji Chi square
didapat nilai signifikansi 0,400 sehingga p > 0,005 hal ini terbukti bahwa iklan
93
rokok tidak berhubungan secara bermakna dengan perilaku merokok.
Iklan merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat terhadap suatu produk dan iklan memiliki fungsi untuk
menyampaikan informasi, membujuk, atau untuk mengingatkan masyarakat
terhadap produk rokok (Agung). Iklan rokok yang semakin gencar dilakukan oleh
industri rokok. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya media iklan rokok
yang digunakan oleh industri rokok contohnya poster atau gambar rokok yang
dipajang di jalan dan pertokoan. Industri rokok juga menjadikan tokoh panutan
remaja seperti atlit-atlit atau artis menjadi bintang iklan rokok untuk
mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok
(Subanada).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Budiarty dan Yunni,
dengan judul analisis pengaruh paparan iklan rokok di televisi terhadap keputusan
pembelian oleh para remaja. Tidak sejalan juga dengan hasil penelitian Priatana
tentang Hubungan Jumlah rokok yang diiklankan dengan perilaku merokok di
SMAN Tulungagung yang mendapatkan hasil bahwa jumlah remaja dalam
melihat rokok di media elektronik rokok>3 kali sehari. Penelitian ini
menunjukkan iklan rokok memiliki keeratan hubungan dengan keputusan
membeli rokok oleh para remaja. Berdasarkan penelitian tersebut juga diketahui
rokok yang dibeli oleh para remaja yaitu rokok yang paling banyak diiklankan.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Baharuddin pada
anak usia remaja Madya (15-18 tahun) dengan uji Chi-Square pada tingkat
kepercayaan 95%, ditemukan nilai p=0,000 yaitu ada hubungan yang bermakna
94
antara yang mengatakan ada pengaruh iklan dengan perilaku merokok pada
responden (p=0,000<0,05). Hasil penelitian ini didukung oleh Alamsyah yang
menyebutkan 63% remaja mengatakan ada pengaruh iklan rokok. Responden
yang mengaku iklan rokok mempengaruhi 1,42 kali dibandingkan yang mengaku
iklan rokok tidak mempengaruhinya. Fakta pada distribusi iklan rokok
menunjukkan iklan rokok cukup menarik perhatian siswa SMK Swasta Arjuna
yaitu 31 (43,7%), menarik 26 (36,6%), tidak menarik 14 (19,7%). Asumsi peneliti
dengan hasil penelitian ini dimana tidak ada hubungan yang bermakna antara
iklan rokok dengan perilaku merokok adalah karena siswa SMK pada umumnya
merokok karena terpengaruh teman sebaya hal ini didukung oleh hasil wawancara
dari informan yaitu, (RT, AS, HM, GP, dan LS) dimana kelima informan
mengakui merokok pada awalnya karena teman sebaya yang mengajak mereka
merokok ketika berangkat sekolah dan pulang sekolah dan peluang merokok
makin besar karena siswa tinggal dikost dan didaerah kost-kostan tersedia rokok.
Iklan rokok yang ditempel diwarung-warung tidak begitu menarik perhatian
masyarakat di Laguboti karena iklan yang dipajangkan hanya sebatas kata kata
yang singkat, tidak ada gambar yang menarik. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Priatana tentang Hubungan Jumlah rokok yang diiklankan
dengan perilaku merokok di SMAN Tulungagung yang mendapatkan hasil bahwa
jumlah remaja dalam melihat rokok di media elektronik rokok>3 kali sehari.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut
95
(Widiyarso). Studi mengenai dampak keterpajanan iklan dan sponsor rokok
terhadap perilaku merokok remaja yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak,
diketahui sebanyak 89% dari semua perokok remaja ini mulai merokok karena
iklan. Dan 8% dari remaja perokok yang sesungguhnya sudah berhenti namun
tertarik lagi untuk merokok karena terlibat kegiatan yang disponsori industri
rokok.
5.3.3 Hubungan Uang Saku dengan Perilaku Merokok di SMK Swasta Arjuna Laguboti
Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square didapat nillai p =
0,063, sehingga p > 0,005 hal ini terbukti bahwa uang saku tidak berhubungan
secara bermakna dengan perilaku merokok. Pemberian uang saku seharusnya
diberikan dengan dasar kebijakan dan tidak berlebihan. Uang saku yang diberikan
dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah yaitu remaja menjadi
boros, remaja tidak menghargai uang dan remaja malas belajar, sehingga remaja
cenderung tergoda dan merasa kecanduan dengan rokok karena harga rokok yang
tidak mahal dan boleh membeli perbatang. Tujuan pemberian uang saku adalah
sebagai media pembelajaran anak supaya ia dapat mengelola keuangan dengan
benar akan tetapi memiliki uang saku yang banyak akan mempengaruhi beberapa
remaja untuk menggunakan untuk hal yang kurang bagus misalnya merokok.
Semakin besar usia anak, pasti akan semakin besar juga uang saku yang harus
diberikan. Anak dengan usia lebih besar juga pasti membutuhkan lebih banyak
asupan makanan sehingga ia butuh uang saku lebih banyak (31).
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,
tetapi masih banyak yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika
96
mereka masih remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok
merokok antara umur 11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur 18
tahun (Laventhal dan Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Sarana dan prasarana yang
berupa uang saku dan tersedianya tempat membeli rokok, fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkingkan remaja dapat dengan bebas
memperoleh perokok dan menjadi perokok. Pendapat ini juga didukung oleh
Hussin dan Mariani yang mengatakan salah satu faktor remaja merokok adalah
karena rokok mudah didapat karena ketersediaan/kelebihan uang saku(32).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan sarana dan
prasarana yang berupa uang saku mendukung atau memungkingkan remaja dapat
dengan bebas memperoleh perokok dan menjadi perokok. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Baharudin menggunakan hasil uji Fisher Exact, pada
tingkat kepercayaan 95%, nilai p=0,067 atau tidak ada hubungan yang bermakna
antara yang tersedia uang saku dengan perilaku merokok pada responden. Asumsi
peneliti dengan hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna
antara uang saku dengan perilaku merokok, hal ini didukung oleh hasil
wawancara dari informan yaitu, (RT, AS, HM, GP, dan LS) dimana kelima
informan mengakui bahwa uang saku yang mereka miliki sebagian besar
digunakan untuk membeli makanan/minuman, kalaupun ada lebih, paling hanya
bisa beli rokok 1-2 batang. Rata rata uang saku informan sekitar 10.000-15.000
perhari dan sudah termasuk ongkos pulang pergi kesekolah.
97
5.3.4. Hubungan Tersedia Rokok dengan Perilaku Merokok
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa nilai p = 0,011, sehingga p <
0,005 hal ini terbukti bahwa tersedia rokok berhubungan secara bermakna dengan
perilaku merokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan
sarana dan prasarana yang berupa uang saku mendukung atau memungkinkan
remaja dapat dengan bebas memperoleh perokok dan menjadi perokok, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian Baharudin (2017) menggunakan hasil uji
Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95%, nilai p=0,067 atau tidak ada
hubungan yang bermakna antara yang tersedia rokok dengan perilaku merokok
pada responden. Pendapat ini juga didukung oleh Hussin dan Mariani yang
mengatakan salah satu faktor remaja merokok adalah karena rokok mudah
didapat/tersedia rokok(22).
Asumsi peneliti dengan hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang
bermakna tersedia rokok dengan perilaku merokok adalah karena siswa SMK
merokok karena pada awalnya disuguhkan rokok secara gratis oleh teman, setelah
menikmati rokok dan akhirnya kebiasaan, maka akan berusaha untuk
mempermudah tersedia rokok, apalagi didaerah sekitar sekolah dan pada
umumnya di Laguboti banyak kios-kios kecil yang menjual rokok batangan. Kios
di Laguboti mulai dari desa ke kota sangatlah mudah dijangkau dan rata –rata
menjual rokok. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dari informan yaitu, (RT,
AS, HM, GP, dan LS) dimana kelima informan mengakui merokok pada awalnya
karena teman sebaya yang mengajak mereka merokok dan memberikan secara
98
gratis. Pada awal merokok informan mengalami batuk, merokok ke 2 dan ke 3
informan tidak batuk lagi sehingga informan jadi merokok secara rutin apalagi
sehabis makan. Satu batang rokok dengan harga yang lumayan murah bisa
ditemukan dijual diwarung dekat sekolah dan dekat rumah tinggal (kost),
sehingga para remaja dengan mudahnya memperoleh rokok sesuai dengan jumlah
uang saku dari orang tuanya.
5.3.5. Hubungan Sosial Budaya Berhubungan Secara Bermakna dengan Perilaku Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p = 0,054, sehingga p > 0,005
hal ini terbukti bahwa sosial budaya tidak berhubungan secara bermakna dengan
perilaku merokok. Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Yulviana Rina, remaja dengan orang tua perokok cenderung akan
merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh dua hal
yakni pertama, remaja tersebut ingin seperti ayahnya yang kelihatan gagah dan
dewasa saat merokok(33).
Pada hakekatnya keluarga merupakan ujung tombak dalam pembentukan
pribadi anak karena keluarga mempunyai peranan yang paling penting dalam
pendidikan anak. Oleh sebab itu, pendidikan dalam keluarga harus menjadi
perhatian yang utama. Usia anak merupakan masa-masa penting dalam
menanamkan disiplin dan akhlak kepada anak termasuk sikap, tindakan, serta
99
psikologi. Pada masa tersebut, apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas sehingga tidak mudah hilang atau berubah. Pendidikan bagi anak akan
dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tumbuh besar, terutama dalam keluarga
dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
Budaya di Toba Samosir kalau berpesta selalu menyiapkan rokok di salah
satu sesi acara dan rokok yang disuguhkan itu seolah olah sama nilainya dengan
makanan yang wajib dikonsumsi. Asumsi peneliti bahwa sosial budaya keluarga
tidak berhubungan secara bermakna dengan perilaku merokok karena zaman
sekarang budaya di Toba Samosir pemuda remaja tidak dilibatkan lagi di pesta
seperti zaman dulu yang selalu melibatkan pemuda remaja pada persiapan pesta
yang disebut namanya parhobas yang artinya pelayan di acara pesta, karena
masyarakat di Toba Samosir sudah memakai jasa catering untuk pesta sehingga
pemuda remaja tidak menyaksikan lagi rokok yang disediakan disetiap salah satu
sesi acara pesta adat.
Pergaulan dengan teman sebaya juga sangat mempengaruhi kepribadian
anak. Oleh karena itu mengingat pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan
awal setiap anak, orang tua harus memberikan perhatian untuk pengajaran yang
baik kepada anak, melatih anak untuk memiliki karakter yang positif,
mengajarkan anak untuk berhati-hati dalam segala hal termasuk perilaku
merokok, serta mendidik anak dalam toleransi sehingga tidak mengikuti kebiasaan
seperti perilaku merokok di lingkungan sekitarnya. Kepala keluarga berkewajiban
untuk pengajaran membawa keluarganya menuju jalan benar.
Menurut peneliti, kebiasaan merokok pada anak usia remaja merupakan
100
perilaku yang didapatkan atau dipelajari dari pihak-pihak yang berpengaruh besar
pada proses perkembangan anak ke tahap remaja, baik dari perkembangan pribadi
remaja (sikap, tindakan, dan psikologis) maupun lingkungan sekitarnya. Perilaku
negatif seperti perilaku merokok pada anak usia remaja sebenarnya tidak
dikehendaki orang tua, bahkan masyarakat juga tidak menginginkan keluarganya
memiliki kebiasaan negatif seperti kebiasaan merokok. Remaja yang berasal dari
keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-
obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat
pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok
berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencotohnya. Selanjutnya,
faktor yang berperan dalam perilaku merokok kelima informan yaitu pengaruh
lingkungan informan, menurut Hansen (dalam Sarafino) lingkungan sosial
berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada perokok.
Selain itu faktor perilaku merokok siswa selanjutnya adalah menjaga
privasi, sehingga kelima informan pada situasi dan kondisi tertentu lebih memilih
merokok diarea pribadi. Hal ini sesuai dengan tipe perokok berdasarkan tempat
(Mu’tadin) tipe pertama adalah merokok ditempat umum atau ruang publik,
informan AS, RT, GP masuk kedalam kelompok homogeny (sama-sama
perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Disisilain
informan HM, dan LS termasuk dalam tipe merokok ditempat-tempat yang
bersifat pribadi.
Faktor pengaruh lingkungan sangat berperan penting dalam perilaku
merokok pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
101
Surakarta. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Komasari mengatakan
bahwa kepuasan psikologis menyumbang 40,9% terhadap perilaku merokok.
Perilaku merokok remaja yaitu 40,9%. Hal ini memberikan gambaran bahwa
perilaku merokok bagi subjek dianggap memberikan kenikmatan dan
menyenangkan(34).
5.3.6. HubunganTeman Sebaya dengan Perilaku Merokok
Hasil uji chi square menunjukkan nilai p = 0,016, sehingga p < 0,005 hal
ini terbukti bahwa teman sebaya berhubungan secara bermakna dengan perilaku
merokok. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok, maka semakin besar kemungkinan teman temannya menjadi perokok
juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja
tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-
temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua
menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-
kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja tidak
perokok.Hal ini berbanding terbalik dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
pada anak laki-laki menujukkan bahwa konformitas teman sebaya tidak
berpengaruh pada perilaku merokok pada siswa SMK Al-Islam Surakarta Timur,
(2015). Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemui orang-orang yang
merokok di dalam kendaraan umum, kantor, pasar, atau tempat umum lainnya,
bahkan dalam keluarga sendiri. Pada umumnya seseorang mulai merokok sejak
usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai saat
usia11-13 tahun(33).
102
Perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya.
Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu faktor dalam memulai
perilaku merokok. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan
semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan
meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan
mereka ketergantungan nikotin (Laventhal dan Cleary dalam Mc Gee)(35).
Jumlah perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan
dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi
pada umur15-19 tahun. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menemukan 27,1% dari
1961 responden pelajar pria SMA/SMK, sudah mulai atau bahkan terbiasa
merokok. Umumnya siswa kelas satu menghisap satu sampaiempat batang
perhari, sementara siswa kelas tiga mengonsumsi rokok lebih dari sepuluh batang
perhari.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novitasari,
Santi and Mamnu’ah, Mamnu’ah dimana hasil perhitungan Spearman Rank
memberikan nilai ρ sebesar 0,421 dengan taraf signifikan (p) 0,002, terdapat
pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 2
Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zemida tentang Peran Teman
Sebaya Dalam Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA PGRI
Kupang. Hasil penelitian di SMA PGRI Kupang menunjukkan bahwa sebanyak
23 responden (51.1%) mempunyai tanggapan yang positif terhadap perilaku
teman sebaya dan terpengaruh untuk merokok dari teman sebaya mereka(36).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pradana Gilang Ramadhan tentang
103
Pengaruh Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja di
RW 1 Dusun Krajan Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Hasil
penelitian menujukkan ada Pengaruh perilaku teman sebaya pada remaja di RW 1
Dusun Krajan Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember mimiliki
riwayat pengaruh teman sebaya yang kuatsebanyak 26 responden (65.0%)(37).
Sedangkan penelitian Haris tentang Hubungan Interaksi Teman Sebaya
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja (13-15 tahun) di SMP KARTIKA VI
Ambulu Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan interaksi
teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja (13-15 tahun) di SMP
Kartika VI Ambulu Kabupaten Jember dari hasil uji tersebut di dapatkan P=0,000
berarti P value < α (0,05). Menurut Tarwanto, semakin banyak remaja yang
merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok,
pada usia 12-13 tahun tekanan dari teman sebaya dan pengaruh-pengaruh lain
makin suit dilawan. Jika teman-teman sebaya disekolah merokok, maka remaja
akan lebih mudah tergoda untuk bergabung dengan teman-temannya yang
merokok(38).
Menurut Hurlock menyebutkan kelompok-kelompok sosial yang paling
sering terjadi pada remaja adalah teman dekat biasanya remaja memiliki dua atau
tiga orang teman dekat atau sahabat, dan pada umumnya mereka terdiri dari jenis
kelamin dan usia yang sama, mempunyai tujuan, keinginan dan kemampuan yang
sama. Teman dekat ini dapat mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai hal
yang terjadi dalam kehidupan remaja. Asumsi peneliti dengan hasil penelitian ini
adalah ada hubungan yang bermakna teman sebaya dengan perilaku merokok
104
adalah karena siswa SMK merokok karena pada awalnya disuguhkan rokok secara
gratis oleh teman, setelah menikmati rokok dan akhirnya kebiasaan maka akan
berusaha untuk mempermudah tersedia rokok. Hal ini didukung oleh hasil
wawancara dari informan yaitu, (RT, AS, HM, SR, dan LS) dimana kelima
informan mengakui merokok pada awalnya karena teman sebaya yang mengajak
mereka merokok dan memberikan secara gratis.
5.3.7 Hubungan Alasan Psikologis dengan Perilaku Merokok
Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p =
0,032, sehingga p < 0,005 hal ini terbukti bahwa alasan psikologis berhubungan
secara bermakna dengan perilaku merokok. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad, menunjukkan Faktor penyebab
remaja merokok ditinjau dari aspek kognitif karena ingin mendapat pengakuan
dari teman-temannya, sehingga remaja belajar cara merokok atau mencoba
merokok pada saat berkumpul bersama teman-temannya, ditinjau dari aspek
apektif faktor penyebab remaja merokok karena stres yang dialami remaja
tersebut atau sering disebut menghilangkan rasa galau yang dialami mereka,
mereka mengatakan dengan merokok maka mereka merasa enjoy. Hal ini juga
didukung dengan hasil wawancara terhadap 5 informan, informan mengatakan
setelah merokok maka akan merasa stres berkurang. Jika mengalami masalah
pribadi dengan merokok informan merasa masalah selesai walaupun sesaat.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Baharuddin dimana
hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95%, nilai p=0,006. Hal ini berarti
p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
105
perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki alasan psikologis yang
mengatakan ingin terlihat keren dan mengatakan tidak, atau ada hubungan yang
bermakna antara yang mengatakan ingin terlihat keren dengan perilaku merokok
pada responden (p=0,006<0,05). Remaja berpendapat merokok dapat bermakna
untuk meningkatkan konsetrasi saat mendapatkan kesulitan dalam belajar, dan
menghalau rasa kantuk, menghilangkan stres sehingga kebiasaan merokok dapat
menyebabkan ketergantungan perokok sehingga sulit untuk dia hindari. Rasa
keingintahuan remaja terhadap rokok membuatnya ingin mencoba untuk
merokok, masa ini muncul karena keadaan remaja yang sedang dalam fase
transisi, dimana dalam setiap adanya transisi suatu. Perubahan, status individu
menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.
Masa remaja individu bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang
dewasa. Di sisi lain, status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan
karena status tersebut memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai bagi dirinya. Ada remaja yang berpendapat bahwa yang
mempengaruhi mereka untuk merokok adalah merokok dapat membuat mereka
menjadi keren dan unik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatkan merokok
merupakan tren atau budaya pada masa kini, supaya remaja diterima teman-
teman, ibu dan bapak yang tidak peduli jika remaja merokok, merokok dapat
bermakna untuk mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga
dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang
106
sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari dari
merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan
merasa lebih nyaman.
5.4 Analisis Multivariat faktor yang Lebih dominan berhubungan dengan Perilaku Merokok
Pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji
regresi logistic yaitu untuk mengetahui hubungan faktor (pengetahuan, iklan
merokok, uang saku, tersedia rokok, sosial budaya, teman sebaya dan alasan
psikologis) dengan perilaku merokok pada Siswa SMK Swasta Yayasan TP.
Arjuna Laguboti dimana ditemukan faktor yang paling dominan berhubungan
dengan perilaku merokok pada remaja adalah tersedia rokok dengan besar p-value
0,021. Semakin tinggi tersedia rokok maka semakin berat pula perilaku merokok.
Hasil penelitian didukung dengan hasil wawancara kelima informan yang
mengatakan disaat keinginan merokok timbul, mereka dengan mudah
mendapatkan rokok karena rokok selalu tersedia di setiap warung, dan warung
dekat dengan tempat tinggal, disamping itu, rokok dapat dibeli satu atau dua
batang tanpa harus memiliki banyak uang. Hal tersebut juga dikemukakan
Baharuddin, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung perilaku
merokok remaja ini disebabkan oleh karakteristik gaya hidup dilingkungan yang
cenderung konsumtif, sehingga dapat dengan mudah ditemukan toko atau warung
disetiap lingkungan. Selain itu kurangnya pengetahuan dan sikap kepedulian
penjual terhadap bahaya merokok bagi anak-anaknya juga membuat rokok dapat
dengan mudah dibeli oleh anak dibawah umur.
107
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian pada 71 orang siswa SMK Swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir terdapat 29 orang
siswa yang sudah merokok.
2. Jumlah siswa yang memiliki pengetahuan baik tentang rokok banyak yaitu
65 orang, tetapi dalam penelitian saya tidak ada hubungan pengetahuan
remaja dengan perilaku merokok pada siswa SMK Swasta Arjuna
Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir, pengetahuan
yang baik, tidak menjamin perilaku siswa tentang merokok baik, karena
ternyata jumlah siswa yang merokok cukup banyak yaitu 29 orang.
3. Tidak ada hubungan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa
SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Samosir, walaupun jumlah cukup menarik dengan iklan rokok 31 orang.
4. Tidak ada hubungan uang saku dengan perilaku merokok pada siswa SMK
Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
Uang saku yang dimiliki siswa sebagian besar digunakan untuk membeli
makanan/minuman, kalau ada lebihnya hanya mampu membeli 1-2 batang
rokok.
5. Ada hubungan tersedia rokok dengan perilaku merokok pada siswa SMK
Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir,
108
dengan mudahnya siswa mendapatkan rokok, maka perilaku siswa untuk
merokok cukup.
6. Tidak ada hubungan sosial budayakeluarga dengan perilaku merokok pada
siswa SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten
Toba Samosir, rata rata yang membuat siswa merokok adalah karena
teman sebaya.
7. Ada hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMK
Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir,
rata-rata siswa merokok disebakan karena hubungan dengan teman sebaya.
8. Ada hubungan alasan psikologis dengan perilaku merokok pada siswa
SMK Swasta Arjuna Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Samosir, rata rata siswa yang sudah merokok karena mau menghilangkan
penat, stres, mereka mengatakan dengan merokok, maka pikiran mereka
tenang.
9. Faktor yang lebih dominan mempengaruhi perilaku merokok adalah
tersedia rokok dengan nilai p=0,021.
6.2 Saran
1. Kepada Institusi
Pihak sekolah lebih ketat tentang larangan merokok, membuat poster
“Dilarang merokok” di sekolah dan sebaiknya guru ataupun pegawai
sekolah jangan merokok di lingkungan sekolah sehingga siswa dapat
melihat bahwa guru dapat diteladani dalam berbagai hal terutama dalam
hal merokok dan hendaknya kantin sekolah benar benar dikontrol agar
109
jangan sampai menjual rokok, apabila kantin ketahuan menjual rokok agar
ditindak tegas bahkan ditutup.
2. Kepada Dinas Kesehatan
Diharapkan kepada dinas kesehatan Toba samosir dapat memberikan
penyuluhan atau memberikan edukasi berkala dan berkelanjutan kepada
siswa dan orang tua siswa mengenai rokok dan bahayanya yang
ditimbulkannya dan mengeluarkan kebijakan dapat mempertimbangkan
hal-hal yang dapat mengatasi perilaku merokok dikalangan pelajar.
3. Kepada Peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan cakupan responden
yang lebih luas, memperbanyak variabel dependen dan independen dan
meneliti dengan metode lainnya.
110
DAFTAR PUSTAKA
1. Hajar S. Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja. Humaniora. 2017;
2. Saryono. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Medical Book. 2013.
3. Priyoto. Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan. I. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
4. Depkes RI. Merokok, Tak Ada Untung Banyak Sengsaranya. Kemenkes. 2017.
5. Indonesia KKR. Infodatin-Hari-Tanpa-Tembakau-Sedunia.Pdf. 2017. 6. Widianti EV. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
siswa SMP Negeri “X” di Kota Bogor. J Ilm Keperawatan Sai Betik. 2014; 7. Widiansyah M. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Remaja Perokok Di Desa
Sidorejo Kabupaten Penajam Paser Utara. J Sosiol. 2014; 8. Yulviana R. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Merokok
pada Remaja Putra Kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Pekanbaru. J Kesehat Komunitas. 2017;
9. Hajar S. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 1 tanjung pura tahun 2017. skripsi. 2017;
10. Nurkamal E, Nursalim, Darmawan S. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan dan perilaku merokok siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pare-Pare. Kesehat Diagnosis. 2014;
11. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Pt Rineka Cipta. 2007.
12. Sumut D. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Profil Dinas Kesehat Provinsi Sumatera Utara. 2017;
13. Harian Metro 11 Mac 2017. Statistik Moral Remaja Kita. Harian Metro. 2017;
14. Mulyani TSI. Dinamika Perilaku Merokok pada Remaja. Pascasarj Psikol Univ Hasanuddin Makassar. 2015;
15. Etrawati F. Perilaku Merokok Pada Remaja : Kajian Faktor Sosio Psikologis Adolescent Smoking Behavior : Study Of Socio Psychological Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ilmu Kesehat Masy. 2014;
16. Tribun.com. Bahaya, Jumlah Perokok di Indonesia Lebih dari 10 Kali Lipat Penduduk Singapura! tribuncom. 2018.
17. W.K.M. I, Mustika DF, Perwitasari A, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Bahaya Merokok. Info POM. 2017;
18. Fawzani N, Triratnawati A. Terapi Berhenti Merokok. Br Med J. 2005; 19. Nasution IK. Perilaku Merokok pada Remaja. Univ Sumatera Utara. 2008; 20. Simarmata S. Perilaku Merokok Pada Siswa-Siswi Madrasah Tsanawiyah
Negeri Model Kuok Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar Provinsi Riau Tahun 2012. skripsi. 2012;
21. Iman M. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Ilmiah. I. Suroyo BR, editor. Medan: Cita Pustaka Media Perintis; 2016.
111
22. Notoatmodjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. In: Rineka Cipta. 2003. 23. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS dalam Penelitian Kesehatan dan Umum.
Bandung: Cita Pustaka Media Perintis; 2016. 24. Suryono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia. 2011. 25. S Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2013. 26. Depkes D. Bahaya Rokok. WwwDepkesGoId. 2016; 27. Reza. Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama. Kesmas Natl
Public Heal J. 2014; 28. Hutapea R. Efek Perilaku Merokok Terhadap Saluran Pernapasa. J Kedokt
Syiah Kuala. 2016; 29. Andarini DS, Purnamasari SE. Efektivitas Pemberian Informasi Kesehatan
Reproduksi Terhadap Penurunan Perilaku Merokok Pada Remaja Putri. Fak Psikol Univ Mercu Buana YogyakartaMercu Buana Yogyakarta. 2008;
30. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. 2010. 31. Yth K, Sirih MH, Pusat J, Jenderal D, Tinggi P, Brodjonegoro SS.
Departemen pendidikan nasional direktorat jenderal pendidikan tinggi. Program. 2008;
32. Hussin M. Hubungan Antara Persepsi Tentang Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Dengan Tipe Perilaku Merokok Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi. 2014;
33. Rina Y. Tipe perilaku merokok pada remaja perokok pada siswa SMK Al-Islam Surakarta Timursmp negeri 1 jatinangor. Tipe Perilaku Merokok Pada Remaja Perokok Di SMP Negeri 1 Jatinangor. 2015;
34. Komasari. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja Kampung Bojong Rawalele, Jatimakmur, Bekasi. Fak Psikol Univ Muhammadiyah Surakarta. 2000;
35. Gee L dan C dalam M. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru (Studi Kasus di Puskesmas Ketanggungan Kabupaten Brebes Tahun 2012). Unnes J Public Heal. 2005;
36. Novitasari, Santi and Mamnu’ah M. Dampak Kesehatan Dan Ekonomi Perilaku Merokok. Bul Penelit Sist Kesehat. 2009;
37. Ramadhan PG. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2009. Skripsi. 2011;
38. Haris. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya Dan Iklan Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Februari. 2013;
112
Lampiran 1 KUESIONER
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA.
Tujuan : kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa.
Petunjuk pengisian : 1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan. 2. Pertanyaan dibawah ini harap diisi semua sesuai keadaan yang sebenarnya. 3. Berikan tanda checklist ( √ ) pada satu kontak yang menurut anda paling
sesuai. Identitas / Data Demografi Responden
1. Kode responden : (dikosongkan) 2. Tanggal Wawancara : 3. Umur : 15 tahun 16 tahun
17 tahun 18 tahun
4. Kelas : Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok
A. Pengetahuan Berikan tanda checklist ( √ ) pada satu kontak yang menurut anda paling sesuai. No Pertanyaan Benar Salah 1. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk
lainnya.
2. Pada wanita hamil, merokok tidak akan menyebabkan gangguan pada janin, seperti terjadinya keguguran dan tidak menyebabkan anak dilahirkan mengalami gangguan.
3. Perokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
4. Efek yang dialami oleh perokok tidak akan dialami oleh orang yang berdekatan dengan perokok yang menghisap asap rokok (perokok pasif)
5. Rokok tidak bisa menyebabkan ketagihan atau kecanduan. 6. Rokok mengandung 4000 bahan kimia yang berbahaya. Beberapa bahan kimia yang
berbahaya yang terkandung pada rokok diantaranya adalah:tar, nikotin, karbon monoksida, fenol, hydrogen sianida.
7 Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok namun menghirup asap rokok orang lain.
8 Perokok pasif lebih beresiko dari pada perokok aktif. 9 Merokok dapat menyebabkan penyakit ISPA
10 Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap asapnya.
113
B. Iklan rokok
No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1 Apakah anda sering menonton pada jam 21.00 wib keatas? 2 Apakah anda tertarik untuk menonton iklan yang ada ditelevisi? 3 Apakah anda sering melihat media iklan di televisi? 4 Apakah anda tertarik iklan-iklan rokok di televisi? 5 Apakah anda sering menonton iklan rokok di televisi? 6 Apakah kemunculan iklan produk dari merek terkenal akan mempengaruhi anda untuk
menjadi tertarik/menyukai kahadiran sebuah iklan?
7 Apakah menurut anda slogan yang ada di iklan rokok yang ditayangkan di televisi menarik?
8 Apakah durasi penayangan iklan mempengaruhi ketertarikan anda pada iklan tertebut? 9 Apakah anda pernah membeli rokok setelah melihat media iklan rokok? 10 Apakah anda melihat efek samping dari rokok ketika anda lihat iklan rokok
C. Uang saku
No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak
1 Apakah anda setiap hari diberi uang saku? 2 Apakah anda menggunakan uang saku untuk membeli makanan pada saat berada
disekolah ?
3 Apakah anda menggunakan uang saku untuk membeli keperluan sekolah seperti pulpen, buku, dll?
4 Apakah anda menggunakan uang saku untuk membeli rokok? 5 Apakah uang saku yang diberikan orangtua kurang untuk keperluan selama di sekolah? 6 Apakah anda kumpul – kumpul dengan teman sebaya dan membeli rokok untuk teman-
teman/anda sendiri?
7 Apakah anda pernah membeli rokok atas saran dari teman-teman? 8 Apakah menurut anda uang saku baik digunakan untuk membeli rokok. 9 Apakah anda pernah membeli rokok setelah melihat media iklan rokok dengan uang
saku?
10 Apakah anda melihat efek samping dari rokok ketika anda membeli rokok? D. Tersedia rokok 1. Apakah rokok mudah anda dapatkan setiap hari? 2. ya 1.Tidak 2. Apakah warung, toko, swalayan yang menjual rokok dekat dengan rumah anda? 2.ya 1.tidak 3.Apakah warung, toko, swalayan itu menjual rokok secara bebas? 2.ya 1.Tidak 4. Apakah dengan usia anda yang masih remaja bebas membeli rokok di warung, swalayan, toko tersebut? 2.ya 1.tidak
114
E.Sosial budaya keluarga 1. Apakah dirumah terdapat keluarga yang merokok ?
a.ya b.tidak
2.Apakah anggota keluarga merokok setelah makan? a.ya b. tidak 3. Apakah anggota keluarga merokok saat menonton televisi? a.ya b. tidak 4. Apakah ada anggota keluarga merokok saat berkumpul dengan keluarga? a. ya b.tidak 5. Apakah tersedia asbak rokok dirumah? a.ya b.tidak 6. apakah ada anggota keluarga yang protes jika kamu merokok dirumah? a.ya b.tidak 7. Apakah anggota keluarga kamu merokok jika sedang ada masalah? a.ya b.tidak 8. apakah orangtua menawarkan rokok kapada kamu? a.ya b.tidak 9. Apakah anggota keluarga sering mengikuti pesta adat di lingkungan? a.ya b.tidak. 10. Apakah ada larangan merokok dikeluarga? a.ya b. tidak F. Teman sebaya
No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak
1 Apakah teman anda, ada yang merokok? 2 Yang pertama kali mengenalkan saya dengan rokok adalah teman. 3 Saya merokok karena mengikuti teman 4 Saya menerima ajakan teman untuk merokok5 Apakah ketika kumpul – kumpul dengan teman anda mengkonsumsi rokok? 6 Apakah ada teman yang megolok-olok ketika anda tidak merokok 7 Apakah anda merokok atas saran dari teman-teman 8 Apakah ketika pulang sekolah anda kumpul – kumpul dengan teman-teman untuk
merokok
9 Apakah saat disekolah ada teman yang merokok 10 Apakah anda pernah merokok di lingkungan sekolah
115
G.Alasan Psikologis
Berikan tanda checklist ( √ ) pada satu kontak yang menurut anda paling sesuai.
No Pertanyaan Sangat Setuju
(1)
Setuju (2)
Tidak Setuju
(3)
Sangat Tidak
Setuju (4) Merasa kesulitan dalam pelajaran
1. Pelajaran disekolah terasa menyulitkan. 2. Saya merasa terbebani dengan tugas yang dibebani. 3. Ketika saya tidak bisa mengerjakan PR (pekerjaan
rumah) di rumah saya akan mengerjakannya di sekolah.
Ingin mencoba merokok 1. Saya ingin tahu bagaimana rasanya rokok. 2. Saya ingin mencoba merokok ketika melihat orang lain
merokok
Ingin terlihat kren 1. Jika saya terlihat keren akan mudah untuk mendapatkan
teman atau pacar.
2. Saya ingin terlihat keren ketika saya merokok Ingin diterima dalam pergaulan
1. Saya merasa tidak memiliki teman dekat kalau tidak merokok
2. Saya ingin memiliki teman dari semua kelompok yang ada di sekolah, agar bisa diterima dalam kelompok tersebut.
H. Perilaku merokok Lingkarilah satu pilihan jawaban yang menurut anda paling sesuai 1. Apakah anda merokok ?
a. tidak (1) b. ya (2)
Jika anda menjawab ya, selanjutnya mohon dijawab pertanyaan berikut ini : 2. Kapan kamu pertama kali merokok ?
a. Sejak SMP b. Sejak SD
3. Dimana kamu pertama kali merokok ? a. Disekolah b.Dirumah
4. Dari mana kamu memperoleh rokok ? a. Diberi teman b. Diberi orangtua
5. Dengan siapa saja kamu merokok ? a. Teman b. Sendiri
6. Apakah kamu pernah membawa rokok ke lingkungan sekolah? a.Tidak b. ya
7. Jenis rokok apa yang biasa anda hisap? a. Rokok kretek (non flter) b. Rokok biasa (filter)
8. Berapa banyak saudara merokok dalam sehari? a. < 1bungkus b.> 2 bungkus
116
Lampiran 2
117
Lampiran 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Sehubungan diadakannya penelitian tentang “Faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa di smk swasta Arjuna Laguboti Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.” Yang dilakukan oleh : Nama : Dosmaida Nababan Nim : 1602011327 Pekerjaan : Mahasiswa Program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Maka dengan ini saya : Nama : Umur : Alamat : Menyatakan bersedia Mendukung dan membantu pelaksanaan penelitian ini secara aktif dengan melibatkan diri sebagai responden. Adapun mengenai substansi penelitian dan hal – hal yang menyangkut pelaksanaan penelitian ini telah dijelaskan oleh peneliti kepada saya dan saya sangat mengerti tujuan dan manfaat penelitian ini bagi saya pribadi dan profesi kesehatan pada umumnya. Saya juga menyadari dan mengerti bahwa penelitian ini tidak membawa dampak apapun sehingga saya berhak menghentikan keterlibatan saya pada penelitian ini kapan saja. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden ini saya buat dengan sadar dan sebenar-beanrnya agar dapat dipergunakan seperlunya.
Laguboti, Februari 2019 Yang membuat pernyataan Responden
118
MASTER TABEL
NO KODE umur kode PENGETAHUAN IKLAN MEROKOK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jlh kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jlh kat
1 01 17 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 16 3 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 15 2
2 02 18 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 14 2
3 03 18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 3
4 04 16 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 16 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1
5 05 16 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 16 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
6 06 18 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 3
7 07 18 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 16 3
8 08 18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14 2
9 09 16 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 15 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 3
10 10 18 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1
11 11 16 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 16 3
12 12 16 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 15 2
13 13 16 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 3
14 14 16 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 17 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 16 3
15 15 16 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 14 2
16 16 17 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 14 2
17 17 16 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 17 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 3
18 18 16 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 16 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 12 1
19 19 17 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 13 2
20 20 18 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 16 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 13 2
21 21 17 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 16 3
22 22 17 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 17 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3
23 23 17 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 14 2 24 24 18 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1
25 25 15 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 1
26 26 16 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 16 3
27 27 17 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 15 2
28 28 18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 16 3
29 29 18 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 17 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 17 3
30 30 17 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 17 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 18 3
31 31 16 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 3 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 16 3
32 32 16 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 1
33 33 17 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 17 3 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 17 3
34 34 16 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 15 3 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 16 3
35 35 15 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 16 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 15 2
36 36 16 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 17 3 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 16 3
37 37 16 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
38 38 17 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 16 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2
39 39 16 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 14 2
40 40 15 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 15 2
41 41 18 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1
42 42 18 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 15 2 43 43 17 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14 2
44 44 18 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 1
45 45 17 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 13 2
46 46 17 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 3 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 14 2
47 47 16 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 15 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 17 3
48 48 16 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 14 2
49 49 15 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 14 2
50 50 15 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 17 3
119
51 51 17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 14 2
52 52 15 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 18 3
53 53 15 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 13 2
54 54 15 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2
55 55 17 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 17 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2
56 56 17 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 15 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2
57 57 17 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 16 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2
58 58 17 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 14 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 12 1
59 59 18 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1
60 60 16 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 14 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 3
61 61 17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 15 2
62 62 15 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2
63 63 17 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 15 2
64 64 17 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 3 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 14 2
65 65 17 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 17 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 18 3
66 66 16 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 16 3
67 67 15 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 18 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 3
68 68 17 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 17 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3
69 69 18 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 16 3 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 14 2
70 70 18 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1
71 71 16 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1
Ket : Variabel Pengetahuan Ket : Variabel Iklan rokok
1. Kurang baik :10-12 01: Tidak menarik : 10-12
2. Cukup baik :13-15 2. Cukup menarik : 13-15
3. Baik : 16-20 3. Menarik : 16-20
UANG SAKU TERSEDIA ROKOK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jlh kat 1 2 3 4 jlh kat
2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 16 3 1 2 2 1 6 2
2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 15 2 1 1 1 2 5 1
2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 16 3 1 1 2 2 6 2
1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 5 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 2 1 1 2 6 2
1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 16 3 1 1 1 2 5 1
2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 15 2 1 2 2 2 7 2
2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 14 2 1 1 1 2 5 1
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19 3 2 1 1 2 6 2
1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 12 1 1 2 1 1 5 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 1 1 2 2 6 2
2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16 3 1 2 1 1 5 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 1 1 2 1 5 1
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 2 1 1 1 5 1
1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 14 2 2 1 1 1 5 1
1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 16 3 2 2 2 1 7 2
1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 15 2 1 2 1 1 5 1
1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 2 1 1 1 5 1
1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 18 3 2 1 2 2 7 1
1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 12 1 1 2 1 2 6 2
2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 15 2 1 2 1 1 5 1
2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 15 2 1 2 1 1 5 1
2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 14 2 1 1 2 2 6 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 4 1
1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 16 3 2 1 1 1 5 1
1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 14 2 1 2 1 2 6 2
120
1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 1 2 1 1 5 1
1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 16 3 1 1 1 1 4 1
2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 16 3 2 1 1 1 5 1
2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 14 2 2 1 1 1 5 1
2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 15 2 1 1 1 2 5 1
1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 13 2 2 1 1 1 5 1
1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 2 2 1 2 7 2
1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 15 2 2 1 2 1 6 2
2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 2 2 1 2 7 2
2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15 2 1 1 1 2 5 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 2 2 1 7 2
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 1 1 2 2 6 2
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 18 3 2 2 2 1 7 2
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 1 1 1 2 5 1
2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 18 3 2 2 1 1 6 2
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 2 1 2 2 7 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 2 2 1 1 6 2
2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 17 3 2 2 2 2 8 2
1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 16 3 2 1 1 1 5 1
2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 14 2 2 1 1 2 6 2
2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 17 3 1 2 1 1 5 1
2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 15 2 1 1 2 2 6 2
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 2 2 1 2 7 2
2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 16 3 1 1 2 1 5 1
1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 12 1 1 2 2 1 6 2
1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 13 2 2 1 1 1 5 1
1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 16 3 2 2 2 2 8 2
2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 13 2 1 2 2 2 7 2
2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 15 2 2 1 1 2 6 2
1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 14 2 2 1 1 1 5 1
1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 15 2 1 2 2 2 7 2
1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 15 2 2 1 1 2 6 2
1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 14 2 2 1 1 1 5 1
2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 14 2 2 1 1 1 5 1
1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 13 2 1 2 1 2 6 2
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 2 1 1 1 5 1
1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 14 2 2 1 2 1 6 2
2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 16 3 2 1 1 2 6 2
2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 3 2 1 1 1 5 1
2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 14 2 1 1 1 2 5 1
2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 15 2 2 2 2 2 8 2
2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 14 2 2 1 1 1 5 1
2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 14 2 1 1 2 1 5 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 2 2 2 8 2
1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 12 1 2 1 2 2 7 2
Ket : Variabel uang saku Ket : Variabel tersedia
rokok
1. Tidak ada: 10-12 1. Tidak tersedia : 4-5
2. Cukup : 13-15 2. Tersedia:6-8
3. Banyak :16-20
121
SOSIAL BUDAYA KELUARGA TEMAN SEBAYA ALASAN PSIKOLOGIS
PM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jlh kat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jlh kat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jlh kat 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 16 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 16 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 23 1 2
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 24 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 17 3 3 3 2 3 2 2 2 1 2 20 2 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 3 4 1 2 3 2 3 3 3 24 1 2
2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 15 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 15 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 19 2 2
2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3
2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 16 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 1 2
2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 15 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 15 2 4 3 2 3 2 3 2 1 1 21 1 1
2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 15 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 14 2 3 3 3 1 1 4 4 1 1 21 1 2
2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 16 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 17 3 3 3 3 4 1 4 4 3 3 28 2 2
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 13 1 1
2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 15 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 15 2 3 2 1 1 1 2 2 3 3 18 1 1
2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 16 3 2 2 2 2 2 4 4 4 1 23 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 33 1 1
2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 15 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 15 2 4 4 4 2 1 1 1 1 1 19 1 2
2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 15 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 2 2 2 2 4 4 3 3 1 1 22 1 2
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1
2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 15 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 15 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 14 2 4 3 4 1 1 1 1 1 1 17 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 17 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 34 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1 14 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 15 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 15 2 3 2 1 2 4 2 2 2 1 19 1 2
2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 17 3 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 16 3 3 3 3 3 1 3 2 3 2 23 1 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 17 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 14 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 26 1 1
2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 14 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 22 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 16 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 14 2 3 2 1 1 1 4 4 1 4 21 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 16 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 1 2
2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 17 3 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 16 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 31 2 2
2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 15 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 14 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 21 1 2
2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 15 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 15 2 2 2 2 1 1 2 3 1 4 18 1 2
2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 14 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 14 2 4 3 3 1 1 1 1 3 1 18 1 1
2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 14 2
2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 15 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 18 2 1
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 15 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 14 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 21 1 1
2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 15 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 14 2 2 2 3 1 1 3 3 2 1 18 1 1
2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 15 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 14 2 4 3 4 1 1 1 4 1 1 20 1 2
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 12 1 1
1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 12 1
2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 1 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 16 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 15 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 21 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 15 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 16 3 4 4 4 3 3 4 4 4 1 31 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 14 2 3 2 3 2 3 1 1 1 1 17 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 15 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 15 2 3 2 3 3 2 3 1 1 1 19 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 16 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 31 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 17 3 3 3 3 1 1 4 4 4 1 24 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 14 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 19 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 25 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 14 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 14 2 1 1 1 3 3 3 4 3 2 21 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 1 2 2 1 1 1 4 1 3 2 17 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 1 3 4 2 2 2 4 4 2 4 27 1 1
2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 14 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 14 2 2 2 2 1 1 1 1 1 4 15 2 1
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 21 1 2
122
1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 12 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 15 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 12 1 1 2 2 2 2 4 2 2 2 19 1 2
2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 15 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 15 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 21 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 12 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 15 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 14 2 1 2 3 2 2 1 1 1 3 16 1 1
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 17 1 1
1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 19 1 1
1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 12 1
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 2 2 3 3 3 3 2 2 22 1 1
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 19 2 2
2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 17 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 15 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 19 1 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 1 1
2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 15 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 14 2 3 3 3 4 2 2 2 2 2 23 1 1
2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 1 3 2 3 2 3 3 2 2 2 22 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 15 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 15 2 3 2 1 4 2 2 2 2 1 19 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 12 1 3 3 2 1 3 2 3 2 2 21 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 24 1 2
2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 12 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 15 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 13 2 1
Ket : Variabel Sosial budaya keluarga
Ket : Variabel teman sebaya Ket : Variabel Alasan psikologis
Ket :mero
1. Tidak mempengaruhi : 10-12
1. Tidak mempengaruhi : 10-12 1. Kecenderungan Merokok:23-36 1. Ti
2. Cukup mempengaruhi : 13-15 2. Cukup mempengaruhi : 13-15 2. Kecenderungan tidak merokok: 9-22 2. M
3. Mempengaruhi : 16-20 3. Mempengaruhi : 16-20
123
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS PENGETAHUAN
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Penge tahuan
p1 Pearson Correlation 1 .841** .841** 1.000** .921** .860** .841** 1.000** 1.000** .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30p2 Pearson Correlation .841** 1 .683** .841** .921** .709** 1.000** .841** .841** .709** .900**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .841** .683** 1 .841** .757** .860** .683** .841** .841** .709** .866**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation 1.000** .841** .841** 1 .921** .860** .841** 1.000** 1.000** .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .921** .921** .757** .921** 1 .793** .921** .921** .921** .793** .952**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .860** .709** .860** .860** .793** 1 .709** .860** .860** .713** .885**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .841** 1.000** .683** .841** .921** .709** 1 .841** .841** .709** .900**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation 1.000** .841** .841** 1.000** .921** .860** .841** 1 1.000** .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation 1.000** .841** .841** 1.000** .921** .860** .841** 1.000** 1 .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10
Pearson Correlation .860** .709** .709** .860** .793** .713** .709** .860** .860** 1 .869**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
pengetahuan
Pearson Correlation .985** .900** .866** .985** .952** .885** .900** .985** .985** .869** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
124
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedurep.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.793 11 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 32.10 68.438 .983 .769 p2 32.10 69.128 .889 .773 p3 32.10 69.403 .852 .774 p4 32.10 68.438 .983 .769 p5 32.07 68.961 .947 .772 p6 32.17 68.902 .872 .772 p7 32.10 69.128 .889 .773 p8 32.10 68.438 .983 .769 p9 32.10 68.438 .983 .769 p10 32.17 69.040 .854 .773 pengetahuan 16.90 19.059 1.000 .983
125
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS UANG SAKU CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 uangsaku /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Uang saku
p1 Pearson Correlation
1 .603** .509** 1.000** .333 .333 .167 1.000** .333 .509** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .072 .072 .379 .000 .072 .004 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation
.603** 1 .757** .603** .264 .264 .264 .603** .264 .757** .754**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .159 .159 .159 .000 .159 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation
.509** .757** 1 .509** .218 .218 .218 .509** .218 1.000** .724**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .247 .247 .247 .004 .247 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation
1.000** .603** .509** 1 .333 .333 .167 1.000** .333 .509** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .072 .072 .379 .000 .072 .004 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation
.333 .264 .218 .333 11.00
0**.583*
* .333 1.000** .218 .689**
Sig. (2-tailed) .072 .159 .247 .072 .000 .001 .072 .000 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation
.333 .264 .218 .333 1.000** 1.583*
* .333 1.000** .218 .689**
Sig. (2-tailed) .072 .159 .247 .072 .000 .001 .072 .000 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation
.167 .264 .218 .167 .583** .583*
* 1 .167 .583** .218 .510**
Sig. (2-tailed) .379 .159 .247 .379 .001 .001 .379 .001 .247 .004N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation
1.000** .603** .509** 1.000** .333 .333 .167 1 .333 .509** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .072 .072 .379 .072 .004 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation
.333 .264 .218 .333 1.000** 1.000**
.583*
* .333 1 .218 .689**
Sig. (2-tailed) .072 .159 .247 .072 .000 .000 .001 .072 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation
.509** .757** 1.000** .509** .218 .218 .218 .509** .218 1 .724**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .004 .247 .247 .247 .004 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
uangsaku
Pearson Correlation
.826** .754** .724** .826** .689** .689*
*.510*
* .826** .689** .724** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
126
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 uangsaku /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.773 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 24.83 38.833 .800 .743
p2 25.07 39.857 .722 .751
p3 25.03 39.895 .688 .752
p4 24.83 38.833 .800 .743
p5 25.13 40.602 .654 .757
p6 25.13 40.602 .654 .757
p7 25.13 41.568 .463 .765
p8 24.83 38.833 .800 .743
p9 25.13 40.602 .654 .757
p10 25.03 39.895 .688 .752
Uangsaku 13.17 11.040 1.000 .902
127
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS ALASAN PSIKOLOGIS
CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 alasanpsikologis /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 Alasan
psikologis p1 Pearson Correlation
1 .387* .420* .356 .142 .387* .532*
* .397* .409* .678**
Sig. (2-tailed) .035 .021 .053 .453 .035 .002 .030 .025 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .387* 1 .456* .618*
*.544*
* .432* .351 .146 .376* .714**
Sig. (2-tailed) .035 .011 .000 .002 .017 .057 .443 .041 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .420* .456* 1
.467*
* .234 .364* .443* .238 .157 .630**
Sig. (2-tailed) .021 .011 .009 .212 .048 .014 .205 .406 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .356
.618*
*.467*
* 1 .435* .320 .337 .134 .354 .665**
Sig. (2-tailed) .053 .000 .009 .016 .085 .069 .481 .055 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .142
.544*
* .234 .435* 1 .211 .202 -.006 .396* .527**
Sig. (2-tailed) .453 .002 .212 .016 .263 .283 .973 .030 .003N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .387* .432* .364* .320 .211 1
.527*
* .464** .676*
* .728**
Sig. (2-tailed) .035 .017 .048 .085 .263 .003 .010 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .532*
* .351 .443* .337 .202
.527*
* 1 .617** .562*
* .763**
Sig. (2-tailed) .002 .057 .014 .069 .283 .003 .000 .001 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .397* .146 .238 .134 -.006
.464*
*.617*
* 1 .377* .569**
Sig. (2-tailed) .030 .443 .205 .481 .973 .010 .000 .040 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation .409* .376* .157 .354 .396* .676*
*.562*
* .377* 1 .719**
Sig. (2-tailed) .025 .041 .406 .055 .030 .000 .001 .040 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Alasan psikologis
Pearson Correlation .678*
* .714*
*.630*
*.665*
*.527*
*.728*
*.763*
* .569** .719*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
128
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 alasanpsikologis /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N % Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .763 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 45.03 143.757 .626 .738p2 45.43 144.392 .671 .738p3 45.40 145.766 .574 .743p4 45.40 145.766 .617 .742p5 45.50 148.397 .460 .750p6 45.70 144.286 .687 .738p7 45.63 143.344 .727 .735p8 45.70 146.769 .504 .746p9 45.33 143.057 .674 .736alasanpsikologis 24.07 40.478 1.000 .841
129
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS VARIABEL IKLAN ROKOK CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 iklanrokok /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Iklan rokok
p1 Pearson Correlation
1 1.000** .666** .309 1.000** .523** .245 1.000** .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .097 .000 .003 .193 .000 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation
1.000** 1 .666** .309 1.000** .523** .245 1.000** .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .097 .000 .003 .193 .000 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation
.666** .666** 1 .308 .666** .864** .386* .666** .870** .386* .864**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .097 .000 .000 .035 .000 .000 .035 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation
.309 .309 .308 1 .309 .308 .045 .309 .408* .045 .440*
Sig. (2-tailed) .097 .097 .097 .097 .097 .812 .097 .025 .812 .015N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .666** .309 1 .523** .245 1.000** .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .097 .003 .193 .000 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation
.523** .523** .864** .308 .523** 1.526*
* .523** .870** .526*
* .826**
Sig. (2-tailed) .003 .003 .000 .097 .003 .003 .003 .000 .003 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation
.245 .245 .386* .045 .245 .526** 1 .245 .435* 1.00
0** .585**
Sig. (2-tailed) .193 .193 .035 .812 .193 .003 .193 .016 .000 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .666** .309 1.000** .523** .245 1 .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .097 .000 .003 .193 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation
.489** .489** .870** .408* .489** .870** .435* .489** 1 .435* .797**
Sig. (2-tailed) .006 .006 .000 .025 .006 .000 .016 .006 .016 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation
.245 .245 .386* .045 .245 .526** 1.000** .245 .435* 1 .585**
Sig. (2-tailed) .193 .193 .035 .812 .193 .003 .000 .193 .016 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Iklan rokok
Pearson Correlation
.857** .857** .864** .440* .857** .826** .585*
* .857** .797** .585*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .015 .000 .000 .001 .000 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
130
Reliability [DataSet0] D:\SPPS Penelitian ku\data valid dan reliabel\data iklan rokok.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.777 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 26.93 47.926 .838 .750 p2 26.93 47.926 .838 .750 p3 26.83 47.592 .845 .748 p4 26.97 50.930 .387 .771 p5 26.93 47.926 .838 .750 p6 26.83 47.868 .803 .750 p7 26.63 49.757 .538 .764 p8 26.93 47.926 .838 .750 p9 26.90 48.231 .771 .753 p10 26.63 49.757 .538 .764 iklanrokok 14.13 13.430 1.000 .915
131
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS SOSIAL BUDAYA CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 sosialbudaya /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Sosial budaya
p1 Pearson Correlation 1 .388* .415* .088 .415* .447* .089 .089 .598** .415* .561**
Sig. (2-tailed) .034 .023 .645 .023 .013 .638 .638 .000 .023 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .388* 1 .337 .015 .337 .342 .236 .236 .484** .337 .586**
Sig. (2-tailed) .034 .069 .935 .069 .065 .208 .208 .007 .069 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .415* .337 1
.473*
*1.00
0**.557*
* .186 .186 .695** 1.000** .735**
Sig. (2-tailed) .023 .069 .008 .000 .001 .326 .326 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .088 .015
.473*
* 1.473*
* .196 .196 .196 .288 .473** .464**
Sig. (2-tailed) .645 .935 .008 .008 .299 .299 .299 .122 .008 .010N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .415* .337
1.000**
.473*
* 1.557*
* .186 .186 .695** 1.000** .735**
Sig. (2-tailed) .023 .069 .000 .008 .001 .326 .326 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .447* .342
.557*
* .196.557*
* 1 .111 .111 .802** .557** .622**
Sig. (2-tailed) .013 .065 .001 .299 .001 .559 .559 .000 .001 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .089 .236 .186 .196 .186 .111 1 1.000** .267 .186 .676**
Sig. (2-tailed) .638 .208 .326 .299 .326 .559 .000 .153 .326 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .089 .236 .186 .196 .186 .111
1.000** 1 .267 .186 .676**
Sig. (2-tailed) .638 .208 .326 .299 .326 .559 .000 .153 .326 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation .598*
* .484*
*.695*
* .288.695*
*.802*
* .267 .267 1 .695** .800**
Sig. (2-tailed) .000 .007 .000 .122 .000 .000 .153 .153 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation .415* .337
1.000**
.473*
*1.00
0**.557*
* .186 .186 .695** 1 .735**
Sig. (2-tailed) .023 .069 .000 .008 .000 .001 .326 .326 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
sosialbudaya
Pearson Correlation .561*
* .586*
*.735*
*.464*
*.735*
*.622*
*.676*
* .676** .800** .735** 1
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
132
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 sosialbudaya /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.749 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 22.43 16.116 .495 .730
p2 22.37 15.826 .512 .726
p3 22.57 16.668 .714 .736
p4 22.47 16.533 .396 .738
p5 22.57 16.668 .714 .736
p6 22.50 16.259 .575 .730
p7 22.10 15.128 .601 .714
p8 22.10 15.128 .601 .714
p9 22.53 16.120 .776 .725
p10 22.57 16.668 .714 .736
sosialbudaya 11.80 4.441 1.000 .805
133
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS TEMAN SEBAYA CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 temansebaya /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Teman sebaya
p1 Pearson Correlation 1 .167 .398* .257 .257 .282 1.000** .106 .323 .342 .761**
Sig. (2-tailed) .378 .029 .171 .171 .131 .000 .578 .081 .064 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .167 1 .024 .263
.592*
* .323 .167 .099 .148 -.107 .482**
Sig. (2-tailed) .378 .901 .160 .001 .081 .378 .604 .436 .575 .007N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .398* .024 1 .155 -.017 .234 .398* -.017 .202 .279 .476**
Sig. (2-tailed) .029 .901 .414 .928 .212 .029 .928 .284 .136 .008N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .257 .263 .155 1
.524*
* .106 .257 .206 -.066 .000 .491**
Sig. (2-tailed) .171 .160 .414 .003 .578 .171 .274 .730
1.000
.006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30p5 Pearson Correlation
.257 .592*
* -.017.524*
* 1 .257 .257 .365* .099 .000 .606**
Sig. (2-tailed) .171 .001 .928 .003 .171 .171 .047 .604
1.000
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30p6 Pearson Correlation .282 .323 .234 .106 .257 1 .282 .257 .010 .049 .516**
Sig. (2-tailed) .131 .081 .212 .578 .171 .131 .171 .956 .797 .004N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation 1.000** .167 .398* .257 .257 .282 1 .106 .323 .342 .761**
Sig. (2-tailed) .000 .378 .029 .171 .171 .131 .578 .081 .064 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .106 .099 -.017 .206 .365* .257 .106 1 .099
.463*
* .491**
Sig. (2-tailed) .578 .604 .928 .274 .047 .171 .578 .604 .010 .006N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation .323 .148 .202 -.066 .099 .010 .323 .099 1 .213 .422*
Sig. (2-tailed) .081 .436 .284 .730 .604 .956 .081 .604 .258 .020N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation .342 -.107 .279 .000 .000 .049 .342
.463*
* .213 1 .474**
Sig. (2-tailed) .064 .575 .136
1.000
1.000
.797 .064 .010 .258 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30Teman sebaya
Pearson Correlation .761**
.482*
* .476** .491*
*.606*
*.516*
* .761** .491*
* .422*
.474*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .007 .008 .006 .000 .004 .000 .006 .020 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
134
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 temansebaya /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.734 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 32.17 22.971 .717 .695
p2 32.07 24.547 .411 .720
p3 32.03 24.654 .407 .721
p4 32.10 24.438 .418 .719
p5 32.10 23.886 .543 .710
p6 32.17 24.213 .441 .717
p7 32.17 22.971 .717 .695
p8 32.10 24.438 .418 .719
p9 32.07 24.823 .347 .725
p10 32.13 24.464 .397 .720
temansebaya 16.90 6.645 1.000 .745
135
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS PRILAKU MEROKOK
[DataSet2] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data valid dan reliabel\perilak
u merokok.sav Correlations
p1 perilakumerokok
p1 Pearson Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
perilakumerokok Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
[DataSet2] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data valid dan reliabel\perilak
u merokok.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
1.000 2
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 1.57 .504 30
perilakumerokok 1.57 .504 30
136
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS PENGETAHUAN
CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 pengetahuan /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Penge tahuan
p1 Pearson Correlation 1 .841** .841** 1.000** .921** .860** .841** 1.000** 1.000** .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30p2 Pearson Correlation .841** 1 .683** .841** .921** .709** 1.000** .841** .841** .709** .900**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .841** .683** 1 .841** .757** .860** .683** .841** .841** .709** .866**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation 1.000** .841** .841** 1 .921** .860** .841** 1.000** 1.000** .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .921** .921** .757** .921** 1 .793** .921** .921** .921** .793** .952**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .860** .709** .860** .860** .793** 1 .709** .860** .860** .713** .885**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .841** 1.000** .683** .841** .921** .709** 1 .841** .841** .709** .900**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation 1.000** .841** .841** 1.000** .921** .860** .841** 1 1.000** .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation 1.000** .841** .841** 1.000** .921** .860** .841** 1.000** 1 .860** .985**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10
Pearson Correlation .860** .709** .709** .860** .793** .713** .709** .860** .860** 1 .869**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
pengetahuan
Pearson Correlation .985** .900** .866** .985** .952** .885** .900** .985** .985** .869** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 pengetahuan /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
137
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedurep.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.793 11 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 32.10 68.438 .983 .769 p2 32.10 69.128 .889 .773 p3 32.10 69.403 .852 .774 p4 32.10 68.438 .983 .769 p5 32.07 68.961 .947 .772 p6 32.17 68.902 .872 .772 p7 32.10 69.128 .889 .773 p8 32.10 68.438 .983 .769 p9 32.10 68.438 .983 .769 p10 32.17 69.040 .854 .773 pengetahuan 16.90 19.059 1.000 .983
138
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS UANG SAKU CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 uangsaku /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Uang saku
p1 Pearson Correlation
1 .603** .509** 1.000** .333 .333 .167 1.000** .333 .509** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .072 .072 .379 .000 .072 .004 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation
.603** 1 .757** .603** .264 .264 .264 .603** .264 .757** .754**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .159 .159 .159 .000 .159 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation
.509** .757** 1 .509** .218 .218 .218 .509** .218 1.000** .724**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .247 .247 .247 .004 .247 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation
1.000** .603** .509** 1 .333 .333 .167 1.000** .333 .509** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .072 .072 .379 .000 .072 .004 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation
.333 .264 .218 .333 11.00
0**.583*
* .333 1.000** .218 .689**
Sig. (2-tailed) .072 .159 .247 .072 .000 .001 .072 .000 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation
.333 .264 .218 .333 1.000** 1.583*
* .333 1.000** .218 .689**
Sig. (2-tailed) .072 .159 .247 .072 .000 .001 .072 .000 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation
.167 .264 .218 .167 .583** .583*
* 1 .167 .583** .218 .510**
Sig. (2-tailed) .379 .159 .247 .379 .001 .001 .379 .001 .247 .004N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation
1.000** .603** .509** 1.000** .333 .333 .167 1 .333 .509** .826**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .072 .072 .379 .072 .004 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation
.333 .264 .218 .333 1.000** 1.000**
.583*
* .333 1 .218 .689**
Sig. (2-tailed) .072 .159 .247 .072 .000 .000 .001 .072 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation
.509** .757** 1.000** .509** .218 .218 .218 .509** .218 1 .724**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .004 .247 .247 .247 .004 .247 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
uangsaku
Pearson Correlation
.826** .754** .724** .826** .689** .689*
*.510*
* .826** .689** .724** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
139
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 uangsaku /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.773 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 24.83 38.833 .800 .743
p2 25.07 39.857 .722 .751
p3 25.03 39.895 .688 .752
p4 24.83 38.833 .800 .743
p5 25.13 40.602 .654 .757
p6 25.13 40.602 .654 .757
p7 25.13 41.568 .463 .765
p8 24.83 38.833 .800 .743
p9 25.13 40.602 .654 .757
p10 25.03 39.895 .688 .752
Uangsaku 13.17 11.040 1.000 .902
140
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS ALASAN PSIKOLOGIS
CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 alasanpsikologis /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 Alasan
psikologis p1 Pearson Correlation
1 .387* .420* .356 .142 .387* .532*
* .397* .409* .678**
Sig. (2-tailed) .035 .021 .053 .453 .035 .002 .030 .025 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .387* 1 .456* .618*
*.544*
* .432* .351 .146 .376* .714**
Sig. (2-tailed) .035 .011 .000 .002 .017 .057 .443 .041 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .420* .456* 1
.467*
* .234 .364* .443* .238 .157 .630**
Sig. (2-tailed) .021 .011 .009 .212 .048 .014 .205 .406 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .356
.618*
*.467*
* 1 .435* .320 .337 .134 .354 .665**
Sig. (2-tailed) .053 .000 .009 .016 .085 .069 .481 .055 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .142
.544*
* .234 .435* 1 .211 .202 -.006 .396* .527**
Sig. (2-tailed) .453 .002 .212 .016 .263 .283 .973 .030 .003N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .387* .432* .364* .320 .211 1
.527*
* .464** .676*
* .728**
Sig. (2-tailed) .035 .017 .048 .085 .263 .003 .010 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .532*
* .351 .443* .337 .202
.527*
* 1 .617** .562*
* .763**
Sig. (2-tailed) .002 .057 .014 .069 .283 .003 .000 .001 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .397* .146 .238 .134 -.006
.464*
*.617*
* 1 .377* .569**
Sig. (2-tailed) .030 .443 .205 .481 .973 .010 .000 .040 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation .409* .376* .157 .354 .396* .676*
*.562*
* .377* 1 .719**
Sig. (2-tailed) .025 .041 .406 .055 .030 .000 .001 .040 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Alasan psikologis
Pearson Correlation .678*
* .714*
*.630*
*.665*
*.527*
*.728*
*.763*
* .569** .719*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
141
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 alasanpsikologis /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N % Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .763 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 45.03 143.757 .626 .738p2 45.43 144.392 .671 .738p3 45.40 145.766 .574 .743p4 45.40 145.766 .617 .742p5 45.50 148.397 .460 .750p6 45.70 144.286 .687 .738p7 45.63 143.344 .727 .735p8 45.70 146.769 .504 .746p9 45.33 143.057 .674 .736alasanpsikologis 24.07 40.478 1.000 .841
142
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS VARIABEL IKLAN ROKOK CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 iklanrokok /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Iklan rokok
p1 Pearson Correlation
1 1.000** .666** .309 1.000** .523** .245 1.000** .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .097 .000 .003 .193 .000 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation
1.000** 1 .666** .309 1.000** .523** .245 1.000** .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .097 .000 .003 .193 .000 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation
.666** .666** 1 .308 .666** .864** .386* .666** .870** .386* .864**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .097 .000 .000 .035 .000 .000 .035 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation
.309 .309 .308 1 .309 .308 .045 .309 .408* .045 .440*
Sig. (2-tailed) .097 .097 .097 .097 .097 .812 .097 .025 .812 .015N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .666** .309 1 .523** .245 1.000** .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .097 .003 .193 .000 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation
.523** .523** .864** .308 .523** 1.526*
* .523** .870** .526*
* .826**
Sig. (2-tailed) .003 .003 .000 .097 .003 .003 .003 .000 .003 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation
.245 .245 .386* .045 .245 .526** 1 .245 .435* 1.00
0** .585**
Sig. (2-tailed) .193 .193 .035 .812 .193 .003 .193 .016 .000 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .666** .309 1.000** .523** .245 1 .489** .245 .857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .097 .000 .003 .193 .006 .193 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation
.489** .489** .870** .408* .489** .870** .435* .489** 1 .435* .797**
Sig. (2-tailed) .006 .006 .000 .025 .006 .000 .016 .006 .016 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation
.245 .245 .386* .045 .245 .526** 1.000** .245 .435* 1 .585**
Sig. (2-tailed) .193 .193 .035 .812 .193 .003 .000 .193 .016 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Iklan rokok
Pearson Correlation
.857** .857** .864** .440* .857** .826** .585*
* .857** .797** .585*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .015 .000 .000 .001 .000 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
143
Reliability [DataSet0] D:\SPPS Penelitian ku\data valid dan reliabel\data iklan rokok.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.777 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 26.93 47.926 .838 .750 p2 26.93 47.926 .838 .750 p3 26.83 47.592 .845 .748 p4 26.97 50.930 .387 .771 p5 26.93 47.926 .838 .750 p6 26.83 47.868 .803 .750 p7 26.63 49.757 .538 .764 p8 26.93 47.926 .838 .750 p9 26.90 48.231 .771 .753 p10 26.63 49.757 .538 .764 iklanrokok 14.13 13.430 1.000 .915
144
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS SOSIAL BUDAYA CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 sosialbudaya /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Sosial budaya
p1 Pearson Correlation 1 .388* .415* .088 .415* .447* .089 .089 .598** .415* .561**
Sig. (2-tailed) .034 .023 .645 .023 .013 .638 .638 .000 .023 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .388* 1 .337 .015 .337 .342 .236 .236 .484** .337 .586**
Sig. (2-tailed) .034 .069 .935 .069 .065 .208 .208 .007 .069 .001N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .415* .337 1
.473*
*1.00
0**.557*
* .186 .186 .695** 1.000** .735**
Sig. (2-tailed) .023 .069 .008 .000 .001 .326 .326 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .088 .015
.473*
* 1.473*
* .196 .196 .196 .288 .473** .464**
Sig. (2-tailed) .645 .935 .008 .008 .299 .299 .299 .122 .008 .010N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .415* .337
1.000**
.473*
* 1.557*
* .186 .186 .695** 1.000** .735**
Sig. (2-tailed) .023 .069 .000 .008 .001 .326 .326 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .447* .342
.557*
* .196.557*
* 1 .111 .111 .802** .557** .622**
Sig. (2-tailed) .013 .065 .001 .299 .001 .559 .559 .000 .001 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .089 .236 .186 .196 .186 .111 1 1.000** .267 .186 .676**
Sig. (2-tailed) .638 .208 .326 .299 .326 .559 .000 .153 .326 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .089 .236 .186 .196 .186 .111
1.000** 1 .267 .186 .676**
Sig. (2-tailed) .638 .208 .326 .299 .326 .559 .000 .153 .326 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation .598*
* .484*
*.695*
* .288.695*
*.802*
* .267 .267 1 .695** .800**
Sig. (2-tailed) .000 .007 .000 .122 .000 .000 .153 .153 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation .415* .337
1.000**
.473*
*1.00
0**.557*
* .186 .186 .695** 1 .735**
Sig. (2-tailed) .023 .069 .000 .008 .000 .001 .326 .326 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
sosialbudaya
Pearson Correlation .561*
* .586*
*.735*
*.464*
*.735*
*.622*
*.676*
* .676** .800** .735** 1
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
145
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 sosialbudaya /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.749 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 22.43 16.116 .495 .730
p2 22.37 15.826 .512 .726
p3 22.57 16.668 .714 .736
p4 22.47 16.533 .396 .738
p5 22.57 16.668 .714 .736
p6 22.50 16.259 .575 .730
p7 22.10 15.128 .601 .714
p8 22.10 15.128 .601 .714
p9 22.53 16.120 .776 .725
p10 22.57 16.668 .714 .736
sosialbudaya 11.80 4.441 1.000 .805
146
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS TEMAN SEBAYA CORRELATIONS /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 temansebaya /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Teman sebaya
p1 Pearson Correlation 1 .167 .398* .257 .257 .282 1.000** .106 .323 .342 .761**
Sig. (2-tailed) .378 .029 .171 .171 .131 .000 .578 .081 .064 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .167 1 .024 .263
.592*
* .323 .167 .099 .148 -.107 .482**
Sig. (2-tailed) .378 .901 .160 .001 .081 .378 .604 .436 .575 .007N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .398* .024 1 .155 -.017 .234 .398* -.017 .202 .279 .476**
Sig. (2-tailed) .029 .901 .414 .928 .212 .029 .928 .284 .136 .008N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .257 .263 .155 1
.524*
* .106 .257 .206 -.066 .000 .491**
Sig. (2-tailed) .171 .160 .414 .003 .578 .171 .274 .730
1.000
.006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30p5 Pearson Correlation
.257 .592*
* -.017
.524*
* 1 .257 .257 .365* .099 .000 .606**
Sig. (2-tailed) .171 .001 .928 .003 .171 .171 .047 .604
1.000
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30p6 Pearson Correlation .282 .323 .234 .106 .257 1 .282 .257 .010 .049 .516**
Sig. (2-tailed) .131 .081 .212 .578 .171 .131 .171 .956 .797 .004N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation 1.000** .167 .398* .257 .257 .282 1 .106 .323 .342 .761**
Sig. (2-tailed) .000 .378 .029 .171 .171 .131 .578 .081 .064 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .106 .099 -.017 .206 .365* .257 .106 1 .099
.463*
* .491**
Sig. (2-tailed) .578 .604 .928 .274 .047 .171 .578 .604 .010 .006N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation .323 .148 .202 -.066 .099 .010 .323 .099 1 .213 .422*
Sig. (2-tailed) .081 .436 .284 .730 .604 .956 .081 .604 .258 .020N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation .342 -.107 .279 .000 .000 .049 .342
.463*
* .213 1 .474**
Sig. (2-tailed) .064 .575 .136
1.000
1.000
.797 .064 .010 .258 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30Teman sebaya
Pearson Correlation .761**
.482*
* .476** .491*
*.606*
*.516*
* .761** .491*
* .422* .474*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .007 .008 .006 .000 .004 .000 .006 .020 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
147
RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 temansebaya /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.734 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
p1 32.17 22.971 .717 .695
p2 32.07 24.547 .411 .720
p3 32.03 24.654 .407 .721
p4 32.10 24.438 .418 .719
p5 32.10 23.886 .543 .710
p6 32.17 24.213 .441 .717
p7 32.17 22.971 .717 .695
p8 32.10 24.438 .418 .719
p9 32.07 24.823 .347 .725
p10 32.13 24.464 .397 .720
temansebaya 16.90 6.645 1.000 .745
148
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS PRILAKU MEROKOK
[DataSet2] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data valid dan reliabel\perilak
u merokok.sav Correlations
p1 perilakumerokok
p1 Pearson Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
perilakumerokok Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
[DataSet2] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data valid dan reliabel\perilak
u merokok.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
1.000 2
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 1.57 .504 30
perilakumerokok 1.57 .504 30
149
LOGISTIC REGRESSION VARIABLE PERILAKU MEROKOK
/METHOD=ENTER pengetahuan Iklanrokok uangsaku tersediarokok sosialbudayakeluarga temansebaya sikap alasanpsikologis /PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Classification Tablea
Observed
Predicted
Perilakumerokok Percentage
Correct tidakmerokok merokok
Step 1 perilakumerokok tidakmerokok 35 7 83.3
merokok 14 15 51.7
Overall Percentage 70.4
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Iklanrokok .345 .396 .757 1 .384 1.412 .649 3.070
Uangsaku .469 .688 .465 1 .495 1.598 .415 6.153
tersediarokok 1.180 516 5.230 1 .021 .3.256 1.184 8.954
Sosialbudayak
eluarga 111 .498 .049 1 .824 .895 .337 2.375
temansebaya 376 .437 .739 1 .390 .687 .292 1.617
alasanpsikologi
s 567 .556 1.230 1 .354 1.256 984 1953
Constant 3.152 4.068 .600 1 .438 .043
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, Iklanrokok, uangsaku, tersediarokok,
sosialbudayakeluarga, temansebaya, sikap, alasanpsikologis.
150
FREQUENSI SEMUA VARIABEL
FREQUENCIES VARIABLES=pengetahuan Iklanrokok uangsaku tersediarokok sosialbudayakeluarga temansebaya sikap alasanpsikologis perilaku merokok umur /NTILES=4 /STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel.sav
Frequency Table Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid cukupbaik 6 8.5 8.5 8.5
baik 65 91.5 91.5 100.0
Total 71 100.0 100.0
Iklanrokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidakmenarik 14 19.7 19.7 19.7
cukupmenarik 31 43.7 43.7 63.4
menarik 26 36.6 36.6 100.0
Total 71 100.0 100.0
uangsaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidakada 7 9.9 9.9 9.9
cukup 42 59.2 59.2 69.0
banyak 22 31.0 31.0 100.0
Total 71 100.0 100.0
tersediarokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidaktersedia 36 50.7 50.7 50.7
tersedia 35 49.3 49.3 100.0
Total 71 100.0 100.0
151
sosialbudayakeluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakmempengaruhi 30 42.3 42.3 42.3
Cukupmempengaruhi 28 39.4 39.4 81.7
Mempengaruhi 13 18.3 18.3 100.0
Total 71 100.0 100.0
temansebaya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakmempengaruhi 21 29.6 29.6 29.6
Cukupmempengaruhi 33 46.5 46.5 76.1
Mempengaruhi 17 23.9 23.9 100.0
Total 71 100.0 100.0
Alasanpsikologis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidaksetuju 9 12.7 12.7 12.7
kurangsetuju 41 57.7 57.7 70.4
setuju 21 29.6 29.6 100.0
Total 71 100.0 100.0
Perilakumerokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidakmerokok 42 59.2 59.2 59.2
merokok 29 40.8 40.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 12-16 tahun 32 45.1 45.1 45.1
17-25 39 54.9 54.9 100.0
Total 71 100.0 100.0
152
Crosstabs pengetahuan dengan perilaku merokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * perilakumerokok 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
pengetahuan * perilakumerokok Crosstabulation
Perilakumerokok
Total tidak merokok merokok
pengetahuan cukup baik Count 4 2 6
Expected Count 3.5 2.5 6.0
% within pengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%
% within perilakumerokok 9.5% 6.9% 8.5%
Baik Count 38 27 65
Expected Count 38.5 26.5 65.0
% within pengetahuan 58.5% 41.5% 100.0%
% within perilakumerokok 90.5% 93.1% 91.5%
Total Count 42 29 71
Expected Count 42.0 29.0 71.0
% within pengetahuan 59.2% 40.8% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .153a 1 .696 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .156 1 .693 1.000
Fisher's Exact Test 1.000
Linear-by-Linear Association .151c 1 .698 1.000
N of Valid Cases 71
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,45. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan (cukup baik / baik)
1.421 .243 8.323
For cohort perilakumerokok = tidak merokok
1.140 .625 2.082
For cohort perilakumerokok = merokok
.802 .250 2.580
N of Valid Cases 71
153
Crosstabs iklan rokok dengan perilaku merokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Iklanrokok * perilakumerokok 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
Iklanrokok * perilakumerokok Crosstabulation
perilakumerokok
Total tidak merokok merokok
Iklanrokok tidak menarik Count 10 4 14
Expected Count 8.3 5.7 14.0
% within Iklanrokok 71.4% 28.6% 100.0%
% within perilakumerokok 23.8% 13.8% 19.7%
cukup menarik Count 19 12 31
Expected Count 18.3 12.7 31.0
% within Iklanrokok 61.3% 38.7% 100.0%
% within perilakumerokok 45.2% 41.4% 43.7%
Menarik Count 13 13 26
Expected Count 15.4 10.6 26.0
% within Iklanrokok 50.0% 50.0% 100.0%
% within perilakumerokok 31.0% 44.8% 36.6%
Total Count 42 29 71
Expected Count 42.0 29.0 71.0
% within Iklanrokok 59.2% 40.8% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1.833a 2 .400 .424
Likelihood Ratio 1.857 2 .395 .424
Fisher's Exact Test 1.780 .444
Linear-by-Linear Association 1.805b 1 .179 .193 .119 .054
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,72.
b. The standardized statistic is 1,344.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Phi .161 .400 .424
Cramer's V .161 .400 .424
Contingency Coefficient .159 .400 .424
N of Valid Cases 71
154
Crosstabs uang saku dengan perilku merokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
uangsaku * perilakumerokok 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
uangsaku * perilakumerokok Crosstabulation
perilakumerokok
Total tidak merokok merokok
uangsaku tidak ada Count 6 1 7
Expected Count 4.1 2.9 7.0
% within uangsaku 85.7% 14.3% 100.0%
% within perilakumerokok 14.3% 3.4% 9.9%
cukup Count 27 15 42
Expected Count 24.8 17.2 42.0
% within uangsaku 64.3% 35.7% 100.0%
% within perilakumerokok 64.3% 51.7% 59.2%
banyak Count 9 13 22
Expected Count 13.0 9.0 22.0
% within uangsaku 40.9% 59.1% 100.0%
% within perilakumerokok 21.4% 44.8% 31.0%
Total Count 42 29 71
Expected Count 42.0 29.0 71.0
% within uangsaku 59.2% 40.8% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 5.532a 2 .063 .072
Likelihood Ratio 5.777 2 .056 .076
Fisher's Exact Test 5.242 .076
Linear-by-Linear Association 5.449b 1 .020 .027 .015 .010
N of Valid Cases 71
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,86.
b. The standardized statistic is 2,334.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Phi .279 .063 .072
Cramer's V .279 .063 .072
Contingency Coefficient .269 .063 .072
N of Valid Cases 71
155
Crosstabs tersedia rokok dengan perilaku merokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tersediarokok * perilakumerokok 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
tersediarokok * perilakumerokok Crosstabulation
perilakumerokok
Total tidak merokok merokok
Tersediarokok tidak tersedia Count 16 20 36
Expected Count 21.3 14.7 36.0
% within tersediarokok 44.4% 55.6% 100.0%
% within perilakumerokok 38.1% 69.0% 50.7%
tersedia Count 26 9 35
Expected Count 20.7 14.3 35.0
% within tersediarokok 74.3% 25.7% 100.0%
% within perilakumerokok 61.9% 31.0% 49.3%
Total Count 42 29 71
Expected Count 42.0 29.0 71.0
% within tersediarokok 59.2% 40.8% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 6.541a 1 .011 .016 .010
Continuity Correctionb 5.364 1 .021
Likelihood Ratio 6.669 1 .010 .016 .010
Fisher's Exact Test .016 .010
Linear-by-Linear Association 6.448c 1 .011 .016 .010 .008
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,30.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -2,539.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tersediarokok (tidak tersedia / tersedia)
.277 .102 .755
For cohort perilakumerokok = tidak merokok
.598 .395 .905
For cohort perilakumerokok = merokok
2.160 1.146 4.074
N of Valid Cases 71
156
Crosstabs social budayakeluargadenganperilakumerokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sosialbudayakeluarga * perilakumerokok
71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
sosialbudayakeluarga * perilakumerokokCrosstabulation
perilakumerokok
Total tidakmerokok Merokok
sosialbudayakeluarga Tidakmempengaruhi Count 21 9 30
Expected Count 17.7 12.3 30.0
% within sosialbudayakeluarga 70.0% 30.0% 100.0%
% within perilakumerokok 50.0% 31.0% 42.3%
cukupmempengaruhi Count 17 11 28
Expected Count 16.6 11.4 28.0
% within sosialbudayakeluarga 60.7% 39.3% 100.0%
% within perilakumerokok 40.5% 37.9% 39.4%
Mempengaruhi Count 4 9 13
Expected Count 7.7 5.3 13.0
% within sosialbudayakeluarga 30.8% 69.2% 100.0%
% within perilakumerokok 9.5% 31.0% 18.3%
Total Count 42 29 71
Expected Count 42.0 29.0 71.0
% within sosialbudayakeluarga 59.2% 40.8% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 5.824a 2 .054 .049
Likelihood Ratio 5.812 2 .055 .056
Fisher's Exact Test 5.613 .049
Linear-by-Linear Association 5.054b 1 .025 .034 .018 .011
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
b. The standardized statistic is 2,248.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Phi .286 .054 .049
Cramer's V .286 .054 .049
Contingency Coefficient .275 .054 .049
N of Valid Cases 71
157
Crosstabs teman sebaya dengan perilaku merokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
temansebaya * perilakumerokok 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
temansebaya * perilakumerokok Crosstabulation
perilakumerokok
Total tidak merokok merokok
temansebaya tidak mempengaruhi Count 15 6 21
Expected Count 12.4 8.6 21.0
% within temansebaya 71.4% 28.6% 100.0%
% within perilakumerokok 35.7% 20.7% 29.6%
cukup mempengaruhi Count 22 11 33
Expected Count 19.5 13.5 33.0
% within temansebaya 66.7% 33.3% 100.0%
% within perilakumerokok 52.4% 37.9% 46.5%
mempengaruhi Count 5 12 17
Expected Count 10.1 6.9 17.0
% within temansebaya 29.4% 70.6% 100.0%
% within perilakumerokok 11.9% 41.4% 23.9%
Total Count 42 29 71
Expected Count 42.0 29.0 71.0
% within temansebaya 59.2% 40.8% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 8.304a 2 .016 .015 Likelihood Ratio 8.299 2 .016 .020 Fisher's Exact Test 7.973 .020 Linear-by-Linear Association 6.295b 1 .012 .013 .009 .006
N of Valid Cases 71 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,94. b. The standardized statistic is 2,509.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Phi .342 .016 .015
Cramer's V .342 .016 .015
Contingency Coefficient .324 .016 .015
N of Valid Cases 71
158
Crosstabs alasan psikologis dengan perilaku merokok
[DataSet1] D:\tesis dn\SPPS Penelitian ku\data variabel_1.sav Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
alasanpsikologis * perilakumerokok
71 100.0% 0 .0% 71 100.0%
alasanpsikologis * perilakumerokok Crosstabulation
perilakumerokok
Total tidak merokok merokok
alasanpsikologis kecenderungan merokok Count 32 22 54
Expected Count 28.1 25.9 54.0
% within alasanpsikologis 59.3% 40.7% 100.0%
% within perilakumerokok 86.5% 64.7% 76.1%
kecederungan tidak merokok Count 5 12 17
Expected Count 8.9 8.1 17.0
% within alasanpsikologis 29.4% 70.6% 100.0%
% within perilakumerokok 13.5% 35.3% 23.9%
Total Count 37 34 71
Expected Count 37.0 34.0 71.0
% within alasanpsikologis 52.1% 47.9% 100.0%
% within perilakumerokok 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 4.616a 1 .032 .050 .030
Continuity Correctionb 3.497 1 .061
Likelihood Ratio 4.706 1 .030 .050 .030
Fisher's Exact Test .050 .030
Linear-by-Linear Association 4.551c 1 .033 .050 .030 .023
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for alasanpsikologis (kecenderungan merokok / kecederungan tidak merokok)
3.491 1.077 11.316
For cohort perilakumerokok = tidak merokok
2.015 .934 4.347
For cohort perilakumerokok = merokok
.577 .370 .900
N of Valid Cases 71
159
LOGISTIC REGRESSION VARIABLE PERILAKU MEROKOK
/METHOD=ENTER pengetahuan Iklanrokok uangsaku tersediarokok sosialbudayakeluarga temansebaya sikap alasanpsikologis /PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Classification Tablea
Observed
Predicted
Perilakumerokok Percentage
Correct tidakmerokok merokok
Step 1 perilakumerokok tidakmerokok 35 7 83.3
merokok 14 15 51.7
Overall Percentage 70.4
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Iklanrokok .345 .396 .757 1 .384 1.412 .649 3.070
Uangsaku .469 .688 .465 1 .495 1.598 .415 6.153
tersediarokok 1.180 516 5.230 1 .021 .3.256 1.184 8.954
Sosialbudayak
eluarga 111 .498 .049 1 .824 .895 .337 2.375
temansebaya 376 .437 .739 1 .390 .687 .292 1.617
alasanpsikologi
s 567 .556 1.230 1 .354 1.256 984 1953
Constant 3.152 4.068 .600 1 .438 .043
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, Iklanrokok, uangsaku, tersediarokok,
sosialbudayakeluarga, temansebaya, sikap, alasanpsikologis.
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
DOKUMENTASI UJI VALIDITAS
Uji validitas dilakukan di SMK swasta Yapim Balige dengan jumlah responden 30
orang
173
DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN RESPONDEN
SISWA SMK SWASTA ARJUNA LAGUBOTI
Informan 1 dengan inisial RT Informan 2 dengan inisial AS kelas 12 Kelas 12 smk SMK
Informan 3 dengan inisial HM Informan 4 dengan inisial GP kelas 11 SMK Kelas 11 SMK
Informan 5 dengan inisial LS kelas 12
174
Dokumentasi penelitian( kuantitatif)
Membagi kuesioner kepada Siswa SMK Swasta Arjuna Laguboti