bab 3 landasan teori 3.1 perilaku merokokthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-3-00400-stif bab 3.pdf ·...
TRANSCRIPT
14
BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1 Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan. Baik
kesehatan perokok itu sendiri maupun kesehatan orang lain yang berada di sekitar
perokok. Para ahli menyebutkan kebiasaan merokok dimulai pada saat remaja.
Gilchrist dkk (dalam Sweeting 1990) membagi merokok menjadi tiga kategori
yaitu : bukan perokok (nonsmokers), perokok eksperimen (experimental smokers)
dan perokok tetap (regular smokers). Penelitian Young & Hennigan (dalam
Feldman 1989) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
seseorang merokok karena mereka memiliki konsep diri yang rendah. Konsumsi
rokok juga dipengaruhi oleh kebutuhan remaja memperoleh status dan dapat
mengisyaratkan perasaan seseorang tentang dirinya dan mengenai siapa dirinya.
Seorang perokok akan memiliki citra yang positif mengenai perokok (Feldman
1989). Semakin muda usia mereka pada saat mulai merokok, semakin besar
kemungkinan ia akan menjadi perokok berat di kemudian hari (Sweeting 1990).
Persepsi yang telah dikemukakan di atas, baik disadari ataupun tidak
dilakukan oleh remaja agar mereka dapat menjadi sarana penghubung kontak
sosial diantara anggota kelompok , agar memudahkan mereka dalam berinteraksi,
agar dapat dianggap dewasa oleh lingkungan sekitarnya, agar mendapat perhatian
yang serius. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi
untuk berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, untuk itu perlu untuk
15
memiliki nilai yang tepat bagaimana mereka seharusnya bersikap, berperilaku dan
berpikir. Namun dalam kenyataannya, yang terjadi malah sebaliknya, mereka
mempersepsikan pandangan menjadi dewasa dengan merokok (Sarafino 1994).
3.1.1 Tipe-tipe perokok
Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi
rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah
bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang
waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang
menghabiskan rokok 11-21 batang sehari dengan selang waktu 31-60 menit
setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang sehari
dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins (dalam al bachri, 1991) ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Manangement of affect theory, keempat tipe tersebut
adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Green (dalam
Pshycological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini:
a. Pleasure relaxation. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.
b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
16
c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk menigsi pipa dengan tembakau, sedangkan
untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau
perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan
jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative. Banyak orang
yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negative, misalnya
bila ia marah, cemas gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar
dari perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut Psychological
Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang
digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah
malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap
saat ia menginginkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi
karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan
pada orang-orang tipe merokok sudah merupakan perilaku yang bersifat
otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan
api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
17
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1. Merokok di tempat-tempat umum / Ruang Publik:
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang
berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak
berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak
kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega
menyebar ”racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
a. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-
tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu
yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang
mencekam.
b. Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
3.2 Analisis Multivariat
Masalah adalah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan atau
harapan. Setiap masalah yang timbul pasti ada faktor penyebabnya dan umumnya
18
lebih dari satu. Kalau masalah kita sebut sebagai variabel tak bebas Y dan faktor
penyebab sebagai variabel bebas X, maka oleh karena ada lebih dari satu X,
katakan ada k buah, maka kita tulis sebagai faktor penyebab : X1, X2, ..., Xk.
Artinya Y disebabkan oleh X1, X2, ..., Xk. Misalnya penjualan menurun
disebabkan karena biaya promosi, harga, mutu pelayanan. Produktivitas rendah
mungkin karena upah, gaya kepemimpinan, lingkungan kerja. Masing-masing
faktor akan mempunyai pengaruh positif (menaikkan) atau negatif (menurunkan).
Karena analisis ini menyebabkan banyak variabel (lebih dari dua) maka analisis
seperti ini disebut analisis multivariat.
Gambar 3.1. Klasifikasi Analisis Multivariat
Analisis multivariat bisa dikelompokkkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu, lihat gambar 3.1 :
1. Analisis Dependensi / ketergantungan (dependence methods).
2. Analisis Interdependensi / saling ketergantungan (interdependence
methods).
19
Analisis dependensi bertujuan untuk menjelaskan atau meramalkan nilai
variabel tak bebas berdasarkan lebih dari satu variabel bebas yang
mempengaruhinya, teknik yang digunakan antara lain Anova, Ancova, Regresi
Berganda, Analisis Diskriminan dan Analisis Konjoin . Analisis dependensi juga
bisa menjelaskan atau meramalkan lebih dari satu variabel tak bebas berdasarkan
lebih dari satu variabel bebas juga, teknik yang digunakan antara lain Manova,
Mancova dan juga Korelasi Kanonikal yang nantinya akan digunakan oleh
penulis.
Sedangkan Analisis Interdependensi bertujuan untuk memberikan arti
pada suatu set variabel atau mengelompokkan sauatu set variabel menjadi
kelompok yang lebih sedikit jumlahnya dan masing-masing kelompok
membentuk variabel baru yang disebut faktor. Beberapa contoh analisis
interdependensi antara lain, analisis faktor, analisis klaster, penskalaan
multidimensional.
3.3 Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah metode analisis yang tepat dipergunakan
kalau masalah penelitian melibatkan satu variabel tak bebas Y yang metrik yang
dipengaruhi atau terkait dengan lebih dari satu variabel bebas X yang metrik atau
non-metrik. Secara umum model regresi berganda dapat dirumuskan seperti
persamaan berikut:
εβββ +++= nio XXy ....ˆ 11 (3.1)
20
Persamaan tersebut dikatakan sebuah model regresi linier berganda dengan n
variabel bebas, sedangkan βi, dimana i = 1,2 disebut koefisien model regresi.
Dalam analisis regresi, baik regresi sederhana (dengan 1 variabel bebas)
maupun regrei berganda (dengan lebih dari 1 variabel) ada tiga rukun dasar yang
harus dicari, yaitu:
• Garis regresi, yaitu garis yang menyatakan hubungan antara variabel-variabel
itu.
• Standar error of estimate (Sy x1 x2), yaitu harga yang mengukur pemencaran
tiap-tiap titik (data) terhadap garis regresinya. Atau merupakan penyimpangan
standar dari harga-harga dependent (x) terhadap garis regresinya.
• Koefisien korelasi (r), yaitu angka yang menyatakan eratnya hubungan antara
variabel-variabel itu. Secara umum persamaannya sebagai berikut:
R =
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛−
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛−
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛−
∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑
= == =
= ==
n
i
n
i
n
i
n
i
n
i
n
i
n
i
YiYinXiXin
YiXiXiYin
1
2
1
2
1
2
1
2
1 11 (3.2)
Hasil yang diperoleh dari regresi berganda adalah nilai dugaan dari
koefisien regresinya. Nilai hasil dugaan ini biasanya tidak akan sama besarnya.
Hal ini terutama disebabkan karena adanya pengaruh dari faktor galat. Dengan
demikian tujuan utama dilakukan analisa regresi berganda adalah untuk menduga
besarnya koefisien regresi yang nantinya akan menunjukkan besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel tak bebas.
21
3.4 Canonical Correlation
Menurut Sudjana, p278 (2003), pada dasarnya, canonical correlation
merupakan perluasan dari regresi linier berganda apabila variabel tak bebasnya
lebih dari sebuah. Tepatnya adalah, bahwa canonical correlation analysis
merupakan analisis regresi berganda dengan p buah variabel tak bebas dan k buah
variabel bebas. Apabila variabel tak bebas itu Y1,Y2,...,Yk dan variabel bebasnya
X1,X2,...,Xk maka data hasil pengamatan untuk keadaan ini adalah seperti nampak
dalam Tabel 3.1. pemikiran dasar tentang canonical correlation adalah
menggunakan kombinasi linear, yang satu dibentuk dari X1,X2,...,Xk dan yang satu
lagi dibentuk dari Y1,Y2,...,Yk, kemudian menggunakan metoda kuadrat terkecil
dicari koefisien korelasi antara kedua kombinasi linear tersebut. Koefisien
korelasi yang diperoleh dengan cara demikian merupakan koefisien canonical
correlation yang kita cari.
Obyek (Responden)
Variabel Bebas ( k buah )
Variabel Tak Bebas ( p buah )
1
2
.
.
.
N
X11 X21 ...... Xk1
X12 X22 ...... Xk2
. . ….. .
. . ….. .
. . ….. .
X11 X2N ...... XkN
Y11 Y21 ...... Yk1
Y12 Y22 ...... Yk2
. . ….. .
. . ….. .
. . ….. .
Y11 Y2N ...... YpN
Tabel 3.1 Contoh matriks data untuk canonical correlation
22
Dari matematika, kita tahu bahwa kombinasi linear yang dibentuk oleh
X1,X2,...,Xk adalah U = a1 X1 + a2X2 + … + akXk yang dalam bentuk vektor
menjadi U = a′ X untuk vektor konstanta a′ = (a1 a2 . . . ak ) dan vektor variabel
X = (X1,X2,...,Xk ). Marilah kita gunakan pengertian ini untuk membentuk
kombinasi linear yang ditentukan oleh X1,X2,...,Xk dan Y1,Y2,...,Yp. Jika q sama
dengan minimum di antara p dan k, kita tulis q = min (p,k), maka q buah pasang
kombinasi linear yang dibentuk oleh variabel bebas dan variabel tak bebas adalah
sebagai berikut.
U1 = a′1 X V1 = b′1 Y
U2 = a′2 X V2 = b′2 Y
. dan .
. .
Uq = a′q X Vq = b′q Y (3.3)
dengan vektor konstanta
a i =
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
ik a..
i2 ai1 a
, b i =
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
jp b..
j2 bj1 b
(3.4)
sedangkan vektor variabel bebas dan vektor variabel tak bebasnya adalah
X =
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
K
2
1
X..
X X
dan Y =
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
K
2
1
Y..
Y Y
(3.5)
23
Kombinasi linear Ui dan Vi di atas akan digunakan untuk mencari
canonical correlation. Caranya adalah dengan jalan menentukan pasangan
kombinasi linear seperti diatas, yang memiliki sifat bahwa korelasi U1 dan V1
terbesar harganya, korelasi U2 dan V2 terbesar di antara semua kombinasi linear
yang tidak berkorelasi dengan U1 dan V1, dan begitu seterusnya untuk semua
pasngan yang mungkin yang banyaknya ada q = min (p,k).
Gabungkan X1,X2,...,Xk dan Y1,Y2,...,Yp sebagai kesatuan dengan tidak
mengubah urutannya. Kita peroleh X1,X2,...,Xk , Y1,Y2,...,Yp sebagai sebuah deretan
variabel sebanyak (k+p) buah. Deretan ini akan menghasilkan matriks varians-
kovarians S11 untuk variabel X1,X2,...,Xk , Y1,Y2,...,Yp matriks varians-kovarians S22
untuk variabel dan matriks varians-kovarians S12 untuk yang anggota-anggotanya
dibentuk oleh kovarians antara X1,X2,...,Xk dan Y1,Y2,...,Yp . Jadi kita peroleh
matriks varians S berbentuk:
S = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛22 12
12 11
SS'SS
(3.6)
Persamaan karakteristik yang didapatkan dari sini adalah
A) | S12 S-122 S′12 - λ S11 | = 0
atau
B) | S′12 S-111 S12 - λ S22 | = 0 (3.7)
Dengan menyelesaikan salah satu persamaan karakteristik di atas akan
diperoleh akar-akar karakteristik, sebut λ, sebanyak q = min (p,k) buah dengan
sifat λ1 ≥ λ2 ≥... ≥ λq ≥ 0. Canonical correlation dihasilkan dengan jalan
mengambil akar positif dari λi. Akar-akar karakteristik yang diperoleh selanjutnya
digunakan untuk menentukan atau menghitung konstanta ai dan bi yang berbentuk
24
kombinasi linear. Untuk akar karakteristik λi yang diperoleh, koefisien-koefisien
ai dan bi dapat dicari menggunakan rumus
S12 S-122 S′12 ai = λi S11 ai
S′12 S-111 S12 bi = λi S22 bi (3.8)
Dengan diperolehnya konstanta ai dan bi ini maka kombinasi linear Ui dan Vi
dapat ditentukan yang selanjutnya menggunakan kombinasi linear dapat
dilakukan analisis terhadap variabel-variabel, misalnya dalam bentuk bobot tiap
variabel yang berbentuk kombinasi linear.
Perhitungan Canonical correlation dapat dilakukan dengan menggunakan
matriks koefisien korelasi sebagai ganti matriks varians-kovarians. Kalau dengan
matriks varians-kovarians kita gunakan matriks S dalam rumus 3.6 dan akhirnya
menyelesaikan persamaan karakteristik dengan rumus 3.8 setelah terlebih dahulu
menghitung dengan rumus 3.7, maka dengan prosedur yang sama juga ditempuh
apabila digunakan matriks koefisien korelasi.
Untuk kelompok variabel X1,X2,...,Xk hitung koefisien-koefisien korelasi
sederhana rij di antara Xi dan Xj sehingga diperoleh matriks koefisien korelasi R11,
untuk kelompok variabel Y1,Y2,...,Yp hitung koefisien-koefisien korelasi sederhana
di antara Yi dan Yj sehingga diperoleh matriks korelasi R22 dan hitung pula
koefisien-koefisien korelasi antara untuk memperoleh matriks korelasi R12.
dengan jalan demikian kita peroleh matriks korelasi
R = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛22 12
12 11
RR'RR
(3.9)
Setelah dicari invers untuk R11 dan R22, ialah R-111 dan R-1
22 , maka akar
karakteristik λ dapat ditentukan dari
25
A) | R12 R-122 R′12 - λ R11 | = 0
atau
B) | R′12 R-111 R12 - λ R22 | = 0 (3.10)
Akhirnya, dengan menggunakan persamaan
R12 R-122 R′12 ai = λi R11 ai
R′12 R-111 R12 bi = λi R22 bi (3.11)
Kombinasi linear Ui dan Vi dapat ditentukan.
3.5 Rekayasa Piranti Lunak
Sebuah teknologi yang meliputi sebuah proses, serangkaian metode, dan
seperangkat alat. Karakteristik dari piranti lunak antara lain:
• Piranti lunak dibangun dan dikembangkan, tidak dibuat dalam bentuk
yang klasik.
• Piranti lunak tidak pernah usang.
• Sebagian besar piranti lunak dibuat secara custom-built, serta tidak dapat
dirakit dari komponen yang sudah ada.
Elemen-elemen dari piranti lunak antara lain:
a. Proses
Proses membatasi kerangka kerja untuk serangkaian area proses kunci
yang harus dibangun demi keefektifan penyampaian teknologi pengembangan
piranti lunak.
26
b. Metode
Metode-metode rekayasa piranti lunak memberikan teknik-teknik
membangun piranti lunak. Metode-metode itu menyangkut serangkaian tugas
yang luas yang memenyangkut analisis kebutuhan, konstruksi program, desain,
pengujian dan pemeliharaan.
c. Alat bantu
Tool-tool rekayasa piranti lunak memberikan topangan yang otomatis
ataupun semi-otomatis pada proses-proses dan metode-metode yang ada. Keia
tool-tool diintegrasikan sehingga informasi yang diciptakan oleh satu tool bisa
digunakan oleh yang lai, sistem untuk menopang perkembangan piranti lunak
yang disebut Computer-Aided Software Engineering (CASE).
3.5.1 Model Rekayasa Priranti Lunak
Dalam rekayasa piranti lunak terdapat berbagai model proses
perancangan software. Salah satunya adalah model prototipe. Model ini biasanya
digunakan ketika pengembang sistem tidak yakin terhadap efisiensi dari algoritma
yang digunakan, tingkat adaptasi terhadap sistem operasi atau rancangan form use
interface (Pressman,1997).
27
Gambar 3.2 Model Prototipe
Langkah-langkah dalam pemodelan prototipe yaitu:
1. Pengumpulan kebutuhan
Pengembang dan klien bertemu untuk menentukan tujuan umum,
kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan
dibutuhkan berikutnya. Detil kebutuhan mungkin tidak dibicarakan
disini, pada awal pengumpulan kebutuhan.
2. Perancangan
Perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua
aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar
pembuatan prototipe.
3. Evaluasi
Klien mengevaluasi prototipe yang dibuat dan digunakan untuk
memperjelas kebutuhan software.
Ketiga proses di atas terus berulang hingga semua kebutuhan klien
terpenuhi.
28
3.5.2 Perancangan Output
Output memberikan informasi untuk para pengguna sistem. Output adalah
komponen yang paling visible dari sebuah sistem informasi yang bekerja. Output
bisa diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
1. Distribution and Audience of Output
2. Implementation Method
3.5.2.1 Distribution and Audience of Output
Salah satu cara untuk mengklasifikasikan output adalah berdasarkan
distribusinya kedalam atau keluar dari organisasi dan orang yang membaca dan
menggunakannya.
1. Internal Output
Ditujukan untuk sistem internal pemilik dan sistem pengguna dalam sebuah
organisasi.
2. External Output
Ditujukan untuk pelanggan, supplier, mitra kerja, agen-agen, contohnya
seperti tagihan, boarding pass, tiket pesawat, dsb.
3.5.2.2 Implementation Method for Outputs
Sistem analis yang baik akan mempertimbangkan semua pilihan output
yang tersedia. Berikut adalah beberapa pilihan output:
1. Printed output
Media yang paling umum sebagai output komputer adalah kertas(printed-
output), ini dikarenakan kertas adalah media yang paling murah.
29
2. Screen output
Media yang paling cepat berkembangnya sebagai output komputer adalah
tampilan informasi secara online pada media tampilan visual, seperti monitor
komputer.
3.5.2.3 Panduan Merancang Output
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum yang penting dalam merancang
output :
1. Output komputer harus mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan.
2. Penting untuk memperhatikan timing dari output itu sendiri.
3. Penyebaran dari output komputer harus cukup untuk membantu semua sistem
user yang relevan.
4. Output komputer harus bisa diterima oleh sistem user yang nantinya akan
menerima output tersebut.
3.5.2.4 Proses Merancang Output
Berikut ini adalah proses-proses dalam merancang output:
1. Kenali dulu sistem outputnya dan tinjau ulang kebutuhan logicalnya.
2. Spesifikasikan kebutuhan fisik outputnya.
3. Rancanglah external form yang siap untuk dicetak
4. Desain, validasikan, dan uji output-outputnya dengan menggunakan
kombinasi dari :
a. layout tools
30
b. prototyping tools
c. code generating tools
3.5.3 Perancangan Input
Input bisa diklasifikasikan berdasarkan dua karakteristik, yaitu :
1. Bagaimana data awalnya diambil, dimasukkan dan diproses
2. Metode dan teknologi yang digunakan untuk mengambil dan memasukkan
data.
3.5.3.1 Data Capture, Data Entry, Data Processing
1. Data Capture adalah identifikasi dan didapatnya data baru.
2. Data Entry adalah proses menterjemahkan sumber data atau dokumen ke
dalam format yang bisa dimengerti/dibaca komputer.
3. Data Processing, bentuk yang paling dominan adalah batch processing.
Dalam batch processing, data yang dimasukkan dikumpulkan ke dalam file-
file yang disebut batches. Setiap file diproses sebagai sebuah batch dari
berbagai transaksi.
3.5.3.2 Input Method and Implementation
Berikut adalah metode-metode input yang umum digunakan:
1. Keyboard
2. Mouse
3. Touch Screen
31
4. Point of Sale terminals
5. Sound and Speech
3.5.3.3 Panduan Merancang Input
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum yang penting dalam merancang
Input :
1. Yang diambil hanya variabel data.
2. Jangan mengambil data yang bisa dihitung atau disimpan dalam program
komputer.
3. Gunakan kode untuk atribut yang sesuai.
3.5.3.4 GUI Control
Graphical User Interface (GUI) controls memberikan sebuah interface
yang lebih user-friendly. Berikut ini adalah GUI controls yang umum untuk input:
1. Text Box
2. Radio Button
3. Check Box
4. List Box
5. Drop-Down List
6. Combination Box
7. Spin Box
8. Buttons
32
3.5.3.5 Proses Merancang Input
Berikut ini adalah proses-proses dalam merancang input:
1. Kenali dulu sistem inputnya dan tinjau ulang kebutuhan logicalnya.
2. Pilih GUI controls yang sesuai
3. Desain, validasikan, dan uji input-inputnya dengan menggunakan kombinasi
dari :
a. layout tools
b. prototyping tools
c. code generating tools
4. Bila diperlukan, desainlah source document.
3.5.4 Konsep Data untuk Sistem Analis
1. Field, adalah bentuk implementasi dari sebuah atribut data, dan merupakan
unit terkecil dari data yang penting untuk disimpan di dalam sebuah file atau
database. Ada empat tipe fields yang bisa disimpan, yaitu:
a) Primary key, adalah field yang nilainya hanya dikenali oleh satu dan
hanya satu record dalam sebuah file.
b) Secondary key, adalah identifier pilihan untuk sebuah database, nilainya
bisa mengenal single record atau subset dari semua record.
c) Foreign keys, adalah penunjuk ke record dari file yang berbeda dalam
sebuah database.
d) Descriptive field, adalah field lainnya (nonkey) yang menyimpan bisnis
data.
33
2. Record, adalah kumpulan dari fields yang disusun dalam sebuah format yang
sudah dikenal. Dalam perancangan sistem, records akan diklasifikasikan
menjadi fixed-length record structure, yang mana setiap instansi record
mempunyai fields yang sama, jumlah fields yang sama, dan ukuran logikal
yangs sama, dan variable-length record structure, yang mana membiarkan
records yang berbeda dalam file yang sama untuk memiliki length yang
berbeda.
3. File, adalah kumpulan semua kejadian dari struktur record yang diberikan.
Table, adalah database yang berhubungan sepadan dengan sebuah file
4. Database, adalah kemampuan yang penting bagi analis. Berikut ini adalah
istilah-istilah dalam database :
a) Data Architecture, data menjadi sumber bisnis dalam lingkungan
database. Sistem informasi dibangun disekitar sumber ini untuk
memberikan kepada programer dan pengguna kemudahan mengakses
data.
b) Data Warehouse, menyimpan data yang diambil dari database
operasional dan file-file konvensional, bila data yang diambil dari kedua-
duanya disebut juga data mining.
c) Data Adminstrator, yang bertanggung jawab untuk data planning,
definition, architecture, dan management.
d) Database Management System (DBMS), adalah puisat kontrol dari
databasse architecture. DBMS adalah perangkat lunak komputer khusus
34
yang disediakan untuk komputer vendor yang digunakan untuk membuat,
mengakses, mengontrol, dan mengatur database.
e) Data Definition Language (DDL), digunakan oleh DBMS untuk
menentukan tipe recordnya, fields, dan hubungan strukturalnya.
f) Data Manipulation Language (DML), digunakan untuk membuat,
membaca, meng-update, dan menghapus record dalam database.
3.5.5 Perancangan Proses
Menurut Whitten et al.(2004), perancangan proses adalah teknik untuk
mengorganisasi dan mendokumentasikan struktur dan aliran data melalui sebuah
proses sistem dan logikanya, dan prosedur-prosedur yang akan diimplementasikan
oleh sebuah proses sistem.
3.5.5.1 Data Flow Diagram (DFD)
Menurut Whitten et al.(2004) DFD adalah alat yang menggambarkan aliran
data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem
tersebut.
Sedangkan menurut Pressman (1997) DFD adalah sebuah teknis grafis
yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada
saat data bergerak dari input menjadi output.
DFD hanya memiliki tiga simbol dan satu koneksi Whitten et al.(2004),
yaitu:
35
1. Persegi panjang bersudut tumpul menyatakan proses atau bagaimana tugas
dikerjakan.
Gambar 3.3 Simbol proses DFD bentuk Gane & Sarson
Proses adalah kerja yang dilakukan oleh sistem sebagai respons terhadap
aliran data masuk atau kondisi, Sinonimnya adalah transform (Whitten et
al., 2004).
2. Persegi empat menyatakan agen eksternal.
Gambar 3.4 Simbol agen eksternal DFD bentuk Gane & Sarson
Agen eksternal adalah orang, unit organisasi, sistem, atau organisasi luar
yang berinteraksi dengan sistem. Disebut juga entitas eksternal (Whitten et
al., 2004).
3. Kotak dengan ujung terbuka menyatakan data store, terkadang disebut file
atau database.
Gambar 3.5 Simbol data store DFD bentuk Gane & Sarson
Prosess
Agen Eksternal
Data store
36
Data store adalah penyimpanan data yang ditujukan untuk penggunaan
selanjutnya. Sinonimnya adalah file dan database (Whitten et al., 2004).
4. Panah menyatakan aliran data, atau input dan output, ke dan dari proses
tersebut.
Gambar 3.6 Simbol aliran data DFD bentuk Gane & Sarson
Aliran data adalah data dalam pergerakkan (Whitten et al., 2004).
Langkah-langkah dalam pembuatan DFD adalah sebagai berikut (Ahmad,
2004):
1. Buat diagram context
Menurut Whitten et al.( 2004) context diagram adalah model proses untuk
mendokumentasikan lingkup sistem. Disebut juga model lingkungan.
Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yg menggambarkan
hubungan sistem dgn lingkungan luarnya.
Cara :
- Tentukan nama sistemnya.
- Tentukan batasan sistemnya.
- Tentukan terminator apa saja yg ada dalam sistem.
- Tentukan apa yg diterima/diberikan terminator dari/pada sistem.
- Gambarkan diagram context.
37
2. Buat diagram level Zero
Menurut Whitten et al.( 2004) decomposition diagram adalah alat yang
digunakan untuk menggambarkan dekomposisi sistem. Disebut juga bagan
hierarki.
Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram Context.
Cara :
- Tentukan proses utama yg ada pada sistem.
- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing proses pada/dari
sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yg
keluar/masuk dari suatu level harus sama dgn alur data yg
masuk/keluar pada level berikutnya)
- Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber
maupun tujuan alur data.
- Gambarkan diagram level zero.
- Hindari perpotongan arus data
- Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan urutan
proses).
3. Buat diagram level Satu
Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.
Cara :
- Tentukan proses yg lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yg ada
di level zero.
38
- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing sub-proses
pada/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.
- Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sbg sumber
maupun tujuan alur data.
- Gambarkan DFD level Satu
- Hindari perpotongan arus data.
- Beri nomor pada masing-masing sub-proses yg menunjukkan
dekomposisi dari proses sebelumnya. Contoh : 1.1, 1.2, 2.1
4. DFD level dua, tiga, ..
Diagram ini merupakan dekomposisi dari level sebelumnya. Proses
dekomposisi dilakukan sampai dengan proses siap dituangkan ke dalam
program. Aturan yg digunakan sama dgn level satu.
3.5.6 State Transition Diagram (STD)
State Transition Diagram merupakan sebuah modelling tool yang
digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap
waktu. STD merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yabg mencirikan
suatu keadaan pada waktu tertentu
Komponen-komponen utama adalah:
1. State, disimbolkan dengan
Gambar 3.7 Simbol State
39
State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan
dilakukan. Ada 2 jenis state, yaitu: state awal dan state akhir. State akhir
dapat berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari
satu. Berikut adalah gambar simbol initial state dan final state.
Gambar 3.8 Simbol Initial State
Gambar 3.9 Simbol Final State
2. Transition State, disimbolkan dengan
Gambar 3.10 Simbol Transition State
Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan
ekspresi aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan
transisi terjadi.
3. Condition dan Action, disimbolkan dengan
Action
Condition
Gambar 3.11 Simbol Condition dan Action
State 2 State 1
40
Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action.
Condition adalah suatu event pada lingkungan eksternal yang dapat
dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah yang dilakukan oleh sistem
bila terjadi perubahan state atau merupakan rekasi terhadpa koreksi.
Action akan menghasilkan keluaran atau tampilan.