bab 3 landasan teori 3.1 perilaku merokokthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-3-00400-stif bab 3.pdf ·...

27
14 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan. Baik kesehatan perokok itu sendiri maupun kesehatan orang lain yang berada di sekitar perokok. Para ahli menyebutkan kebiasaan merokok dimulai pada saat remaja. Gilchrist dkk (dalam Sweeting 1990) membagi merokok menjadi tiga kategori yaitu : bukan perokok (nonsmokers), perokok eksperimen (experimental smokers) dan perokok tetap (regular smokers). Penelitian Young & Hennigan (dalam Feldman 1989) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan seseorang merokok karena mereka memiliki konsep diri yang rendah. Konsumsi rokok juga dipengaruhi oleh kebutuhan remaja memperoleh status dan dapat mengisyaratkan perasaan seseorang tentang dirinya dan mengenai siapa dirinya. Seorang perokok akan memiliki citra yang positif mengenai perokok (Feldman 1989). Semakin muda usia mereka pada saat mulai merokok, semakin besar kemungkinan ia akan menjadi perokok berat di kemudian hari (Sweeting 1990). Persepsi yang telah dikemukakan di atas, baik disadari ataupun tidak dilakukan oleh remaja agar mereka dapat menjadi sarana penghubung kontak sosial diantara anggota kelompok , agar memudahkan mereka dalam berinteraksi, agar dapat dianggap dewasa oleh lingkungan sekitarnya, agar mendapat perhatian yang serius. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, untuk itu perlu untuk

Upload: truongque

Post on 02-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

14

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan. Baik

kesehatan perokok itu sendiri maupun kesehatan orang lain yang berada di sekitar

perokok. Para ahli menyebutkan kebiasaan merokok dimulai pada saat remaja.

Gilchrist dkk (dalam Sweeting 1990) membagi merokok menjadi tiga kategori

yaitu : bukan perokok (nonsmokers), perokok eksperimen (experimental smokers)

dan perokok tetap (regular smokers). Penelitian Young & Hennigan (dalam

Feldman 1989) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan

seseorang merokok karena mereka memiliki konsep diri yang rendah. Konsumsi

rokok juga dipengaruhi oleh kebutuhan remaja memperoleh status dan dapat

mengisyaratkan perasaan seseorang tentang dirinya dan mengenai siapa dirinya.

Seorang perokok akan memiliki citra yang positif mengenai perokok (Feldman

1989). Semakin muda usia mereka pada saat mulai merokok, semakin besar

kemungkinan ia akan menjadi perokok berat di kemudian hari (Sweeting 1990).

Persepsi yang telah dikemukakan di atas, baik disadari ataupun tidak

dilakukan oleh remaja agar mereka dapat menjadi sarana penghubung kontak

sosial diantara anggota kelompok , agar memudahkan mereka dalam berinteraksi,

agar dapat dianggap dewasa oleh lingkungan sekitarnya, agar mendapat perhatian

yang serius. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi

untuk berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, untuk itu perlu untuk

Page 2: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

15

memiliki nilai yang tepat bagaimana mereka seharusnya bersikap, berperilaku dan

berpikir. Namun dalam kenyataannya, yang terjadi malah sebaliknya, mereka

mempersepsikan pandangan menjadi dewasa dengan merokok (Sarafino 1994).

3.1.1 Tipe-tipe perokok

Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi

rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah

bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang

waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang

menghabiskan rokok 11-21 batang sehari dengan selang waktu 31-60 menit

setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang sehari

dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

Menurut Silvan Tomkins (dalam al bachri, 1991) ada 4 tipe perilaku

merokok berdasarkan Manangement of affect theory, keempat tipe tersebut

adalah:

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Green (dalam

Pshycological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini:

a. Pleasure relaxation. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah

minum kopi atau makan.

b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

Page 3: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

16

c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan

menghabiskan waktu untuk menigsi pipa dengan tembakau, sedangkan

untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau

perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan

jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative. Banyak orang

yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negative, misalnya

bila ia marah, cemas gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka

menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar

dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut Psychological

Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah

malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap

saat ia menginginkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan

rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi

karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan

pada orang-orang tipe merokok sudah merupakan perilaku yang bersifat

otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan

api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

Page 4: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

17

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan

tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:

1. Merokok di tempat-tempat umum / Ruang Publik:

a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka

menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,

karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang

tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang

berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak

berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak

kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega

menyebar ”racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:

a. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-

tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu

yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang

mencekam.

b. Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi.

3.2 Analisis Multivariat

Masalah adalah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan atau

harapan. Setiap masalah yang timbul pasti ada faktor penyebabnya dan umumnya

Page 5: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

18

lebih dari satu. Kalau masalah kita sebut sebagai variabel tak bebas Y dan faktor

penyebab sebagai variabel bebas X, maka oleh karena ada lebih dari satu X,

katakan ada k buah, maka kita tulis sebagai faktor penyebab : X1, X2, ..., Xk.

Artinya Y disebabkan oleh X1, X2, ..., Xk. Misalnya penjualan menurun

disebabkan karena biaya promosi, harga, mutu pelayanan. Produktivitas rendah

mungkin karena upah, gaya kepemimpinan, lingkungan kerja. Masing-masing

faktor akan mempunyai pengaruh positif (menaikkan) atau negatif (menurunkan).

Karena analisis ini menyebabkan banyak variabel (lebih dari dua) maka analisis

seperti ini disebut analisis multivariat.

Gambar 3.1. Klasifikasi Analisis Multivariat

Analisis multivariat bisa dikelompokkkan menjadi dua kelompok besar,

yaitu, lihat gambar 3.1 :

1. Analisis Dependensi / ketergantungan (dependence methods).

2. Analisis Interdependensi / saling ketergantungan (interdependence

methods).

Page 6: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

19

Analisis dependensi bertujuan untuk menjelaskan atau meramalkan nilai

variabel tak bebas berdasarkan lebih dari satu variabel bebas yang

mempengaruhinya, teknik yang digunakan antara lain Anova, Ancova, Regresi

Berganda, Analisis Diskriminan dan Analisis Konjoin . Analisis dependensi juga

bisa menjelaskan atau meramalkan lebih dari satu variabel tak bebas berdasarkan

lebih dari satu variabel bebas juga, teknik yang digunakan antara lain Manova,

Mancova dan juga Korelasi Kanonikal yang nantinya akan digunakan oleh

penulis.

Sedangkan Analisis Interdependensi bertujuan untuk memberikan arti

pada suatu set variabel atau mengelompokkan sauatu set variabel menjadi

kelompok yang lebih sedikit jumlahnya dan masing-masing kelompok

membentuk variabel baru yang disebut faktor. Beberapa contoh analisis

interdependensi antara lain, analisis faktor, analisis klaster, penskalaan

multidimensional.

3.3 Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah metode analisis yang tepat dipergunakan

kalau masalah penelitian melibatkan satu variabel tak bebas Y yang metrik yang

dipengaruhi atau terkait dengan lebih dari satu variabel bebas X yang metrik atau

non-metrik. Secara umum model regresi berganda dapat dirumuskan seperti

persamaan berikut:

εβββ +++= nio XXy ....ˆ 11 (3.1)

Page 7: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

20

Persamaan tersebut dikatakan sebuah model regresi linier berganda dengan n

variabel bebas, sedangkan βi, dimana i = 1,2 disebut koefisien model regresi.

Dalam analisis regresi, baik regresi sederhana (dengan 1 variabel bebas)

maupun regrei berganda (dengan lebih dari 1 variabel) ada tiga rukun dasar yang

harus dicari, yaitu:

• Garis regresi, yaitu garis yang menyatakan hubungan antara variabel-variabel

itu.

• Standar error of estimate (Sy x1 x2), yaitu harga yang mengukur pemencaran

tiap-tiap titik (data) terhadap garis regresinya. Atau merupakan penyimpangan

standar dari harga-harga dependent (x) terhadap garis regresinya.

• Koefisien korelasi (r), yaitu angka yang menyatakan eratnya hubungan antara

variabel-variabel itu. Secara umum persamaannya sebagai berikut:

R =

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛−

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛−

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛−

∑ ∑∑ ∑

∑ ∑∑

= == =

= ==

n

i

n

i

n

i

n

i

n

i

n

i

n

i

YiYinXiXin

YiXiXiYin

1

2

1

2

1

2

1

2

1 11 (3.2)

Hasil yang diperoleh dari regresi berganda adalah nilai dugaan dari

koefisien regresinya. Nilai hasil dugaan ini biasanya tidak akan sama besarnya.

Hal ini terutama disebabkan karena adanya pengaruh dari faktor galat. Dengan

demikian tujuan utama dilakukan analisa regresi berganda adalah untuk menduga

besarnya koefisien regresi yang nantinya akan menunjukkan besarnya pengaruh

variabel bebas terhadap variabel tak bebas.

Page 8: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

21

3.4 Canonical Correlation

Menurut Sudjana, p278 (2003), pada dasarnya, canonical correlation

merupakan perluasan dari regresi linier berganda apabila variabel tak bebasnya

lebih dari sebuah. Tepatnya adalah, bahwa canonical correlation analysis

merupakan analisis regresi berganda dengan p buah variabel tak bebas dan k buah

variabel bebas. Apabila variabel tak bebas itu Y1,Y2,...,Yk dan variabel bebasnya

X1,X2,...,Xk maka data hasil pengamatan untuk keadaan ini adalah seperti nampak

dalam Tabel 3.1. pemikiran dasar tentang canonical correlation adalah

menggunakan kombinasi linear, yang satu dibentuk dari X1,X2,...,Xk dan yang satu

lagi dibentuk dari Y1,Y2,...,Yk, kemudian menggunakan metoda kuadrat terkecil

dicari koefisien korelasi antara kedua kombinasi linear tersebut. Koefisien

korelasi yang diperoleh dengan cara demikian merupakan koefisien canonical

correlation yang kita cari.

Obyek (Responden)

Variabel Bebas ( k buah )

Variabel Tak Bebas ( p buah )

1

2

.

.

.

N

X11 X21 ...... Xk1

X12 X22 ...... Xk2

. . ….. .

. . ….. .

. . ….. .

X11 X2N ...... XkN

Y11 Y21 ...... Yk1

Y12 Y22 ...... Yk2

. . ….. .

. . ….. .

. . ….. .

Y11 Y2N ...... YpN

Tabel 3.1 Contoh matriks data untuk canonical correlation

Page 9: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

22

Dari matematika, kita tahu bahwa kombinasi linear yang dibentuk oleh

X1,X2,...,Xk adalah U = a1 X1 + a2X2 + … + akXk yang dalam bentuk vektor

menjadi U = a′ X untuk vektor konstanta a′ = (a1 a2 . . . ak ) dan vektor variabel

X = (X1,X2,...,Xk ). Marilah kita gunakan pengertian ini untuk membentuk

kombinasi linear yang ditentukan oleh X1,X2,...,Xk dan Y1,Y2,...,Yp. Jika q sama

dengan minimum di antara p dan k, kita tulis q = min (p,k), maka q buah pasang

kombinasi linear yang dibentuk oleh variabel bebas dan variabel tak bebas adalah

sebagai berikut.

U1 = a′1 X V1 = b′1 Y

U2 = a′2 X V2 = b′2 Y

. dan .

. .

Uq = a′q X Vq = b′q Y (3.3)

dengan vektor konstanta

a i =

⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜

ik a..

i2 ai1 a

, b i =

⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜

jp b..

j2 bj1 b

(3.4)

sedangkan vektor variabel bebas dan vektor variabel tak bebasnya adalah

X =

⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜

K

2

1

X..

X X

dan Y =

⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜

K

2

1

Y..

Y Y

(3.5)

Page 10: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

23

Kombinasi linear Ui dan Vi di atas akan digunakan untuk mencari

canonical correlation. Caranya adalah dengan jalan menentukan pasangan

kombinasi linear seperti diatas, yang memiliki sifat bahwa korelasi U1 dan V1

terbesar harganya, korelasi U2 dan V2 terbesar di antara semua kombinasi linear

yang tidak berkorelasi dengan U1 dan V1, dan begitu seterusnya untuk semua

pasngan yang mungkin yang banyaknya ada q = min (p,k).

Gabungkan X1,X2,...,Xk dan Y1,Y2,...,Yp sebagai kesatuan dengan tidak

mengubah urutannya. Kita peroleh X1,X2,...,Xk , Y1,Y2,...,Yp sebagai sebuah deretan

variabel sebanyak (k+p) buah. Deretan ini akan menghasilkan matriks varians-

kovarians S11 untuk variabel X1,X2,...,Xk , Y1,Y2,...,Yp matriks varians-kovarians S22

untuk variabel dan matriks varians-kovarians S12 untuk yang anggota-anggotanya

dibentuk oleh kovarians antara X1,X2,...,Xk dan Y1,Y2,...,Yp . Jadi kita peroleh

matriks varians S berbentuk:

S = ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛22 12

12 11

SS'SS

(3.6)

Persamaan karakteristik yang didapatkan dari sini adalah

A) | S12 S-122 S′12 - λ S11 | = 0

atau

B) | S′12 S-111 S12 - λ S22 | = 0 (3.7)

Dengan menyelesaikan salah satu persamaan karakteristik di atas akan

diperoleh akar-akar karakteristik, sebut λ, sebanyak q = min (p,k) buah dengan

sifat λ1 ≥ λ2 ≥... ≥ λq ≥ 0. Canonical correlation dihasilkan dengan jalan

mengambil akar positif dari λi. Akar-akar karakteristik yang diperoleh selanjutnya

digunakan untuk menentukan atau menghitung konstanta ai dan bi yang berbentuk

Page 11: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

24

kombinasi linear. Untuk akar karakteristik λi yang diperoleh, koefisien-koefisien

ai dan bi dapat dicari menggunakan rumus

S12 S-122 S′12 ai = λi S11 ai

S′12 S-111 S12 bi = λi S22 bi (3.8)

Dengan diperolehnya konstanta ai dan bi ini maka kombinasi linear Ui dan Vi

dapat ditentukan yang selanjutnya menggunakan kombinasi linear dapat

dilakukan analisis terhadap variabel-variabel, misalnya dalam bentuk bobot tiap

variabel yang berbentuk kombinasi linear.

Perhitungan Canonical correlation dapat dilakukan dengan menggunakan

matriks koefisien korelasi sebagai ganti matriks varians-kovarians. Kalau dengan

matriks varians-kovarians kita gunakan matriks S dalam rumus 3.6 dan akhirnya

menyelesaikan persamaan karakteristik dengan rumus 3.8 setelah terlebih dahulu

menghitung dengan rumus 3.7, maka dengan prosedur yang sama juga ditempuh

apabila digunakan matriks koefisien korelasi.

Untuk kelompok variabel X1,X2,...,Xk hitung koefisien-koefisien korelasi

sederhana rij di antara Xi dan Xj sehingga diperoleh matriks koefisien korelasi R11,

untuk kelompok variabel Y1,Y2,...,Yp hitung koefisien-koefisien korelasi sederhana

di antara Yi dan Yj sehingga diperoleh matriks korelasi R22 dan hitung pula

koefisien-koefisien korelasi antara untuk memperoleh matriks korelasi R12.

dengan jalan demikian kita peroleh matriks korelasi

R = ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛22 12

12 11

RR'RR

(3.9)

Setelah dicari invers untuk R11 dan R22, ialah R-111 dan R-1

22 , maka akar

karakteristik λ dapat ditentukan dari

Page 12: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

25

A) | R12 R-122 R′12 - λ R11 | = 0

atau

B) | R′12 R-111 R12 - λ R22 | = 0 (3.10)

Akhirnya, dengan menggunakan persamaan

R12 R-122 R′12 ai = λi R11 ai

R′12 R-111 R12 bi = λi R22 bi (3.11)

Kombinasi linear Ui dan Vi dapat ditentukan.

3.5 Rekayasa Piranti Lunak

Sebuah teknologi yang meliputi sebuah proses, serangkaian metode, dan

seperangkat alat. Karakteristik dari piranti lunak antara lain:

• Piranti lunak dibangun dan dikembangkan, tidak dibuat dalam bentuk

yang klasik.

• Piranti lunak tidak pernah usang.

• Sebagian besar piranti lunak dibuat secara custom-built, serta tidak dapat

dirakit dari komponen yang sudah ada.

Elemen-elemen dari piranti lunak antara lain:

a. Proses

Proses membatasi kerangka kerja untuk serangkaian area proses kunci

yang harus dibangun demi keefektifan penyampaian teknologi pengembangan

piranti lunak.

Page 13: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

26

b. Metode

Metode-metode rekayasa piranti lunak memberikan teknik-teknik

membangun piranti lunak. Metode-metode itu menyangkut serangkaian tugas

yang luas yang memenyangkut analisis kebutuhan, konstruksi program, desain,

pengujian dan pemeliharaan.

c. Alat bantu

Tool-tool rekayasa piranti lunak memberikan topangan yang otomatis

ataupun semi-otomatis pada proses-proses dan metode-metode yang ada. Keia

tool-tool diintegrasikan sehingga informasi yang diciptakan oleh satu tool bisa

digunakan oleh yang lai, sistem untuk menopang perkembangan piranti lunak

yang disebut Computer-Aided Software Engineering (CASE).

3.5.1 Model Rekayasa Priranti Lunak

Dalam rekayasa piranti lunak terdapat berbagai model proses

perancangan software. Salah satunya adalah model prototipe. Model ini biasanya

digunakan ketika pengembang sistem tidak yakin terhadap efisiensi dari algoritma

yang digunakan, tingkat adaptasi terhadap sistem operasi atau rancangan form use

interface (Pressman,1997).

Page 14: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

27

Gambar 3.2 Model Prototipe

Langkah-langkah dalam pemodelan prototipe yaitu:

1. Pengumpulan kebutuhan

Pengembang dan klien bertemu untuk menentukan tujuan umum,

kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan

dibutuhkan berikutnya. Detil kebutuhan mungkin tidak dibicarakan

disini, pada awal pengumpulan kebutuhan.

2. Perancangan

Perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua

aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar

pembuatan prototipe.

3. Evaluasi

Klien mengevaluasi prototipe yang dibuat dan digunakan untuk

memperjelas kebutuhan software.

Ketiga proses di atas terus berulang hingga semua kebutuhan klien

terpenuhi.

Page 15: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

28

3.5.2 Perancangan Output

Output memberikan informasi untuk para pengguna sistem. Output adalah

komponen yang paling visible dari sebuah sistem informasi yang bekerja. Output

bisa diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya, yaitu:

1. Distribution and Audience of Output

2. Implementation Method

3.5.2.1 Distribution and Audience of Output

Salah satu cara untuk mengklasifikasikan output adalah berdasarkan

distribusinya kedalam atau keluar dari organisasi dan orang yang membaca dan

menggunakannya.

1. Internal Output

Ditujukan untuk sistem internal pemilik dan sistem pengguna dalam sebuah

organisasi.

2. External Output

Ditujukan untuk pelanggan, supplier, mitra kerja, agen-agen, contohnya

seperti tagihan, boarding pass, tiket pesawat, dsb.

3.5.2.2 Implementation Method for Outputs

Sistem analis yang baik akan mempertimbangkan semua pilihan output

yang tersedia. Berikut adalah beberapa pilihan output:

1. Printed output

Media yang paling umum sebagai output komputer adalah kertas(printed-

output), ini dikarenakan kertas adalah media yang paling murah.

Page 16: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

29

2. Screen output

Media yang paling cepat berkembangnya sebagai output komputer adalah

tampilan informasi secara online pada media tampilan visual, seperti monitor

komputer.

3.5.2.3 Panduan Merancang Output

Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum yang penting dalam merancang

output :

1. Output komputer harus mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan.

2. Penting untuk memperhatikan timing dari output itu sendiri.

3. Penyebaran dari output komputer harus cukup untuk membantu semua sistem

user yang relevan.

4. Output komputer harus bisa diterima oleh sistem user yang nantinya akan

menerima output tersebut.

3.5.2.4 Proses Merancang Output

Berikut ini adalah proses-proses dalam merancang output:

1. Kenali dulu sistem outputnya dan tinjau ulang kebutuhan logicalnya.

2. Spesifikasikan kebutuhan fisik outputnya.

3. Rancanglah external form yang siap untuk dicetak

4. Desain, validasikan, dan uji output-outputnya dengan menggunakan

kombinasi dari :

a. layout tools

Page 17: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

30

b. prototyping tools

c. code generating tools

3.5.3 Perancangan Input

Input bisa diklasifikasikan berdasarkan dua karakteristik, yaitu :

1. Bagaimana data awalnya diambil, dimasukkan dan diproses

2. Metode dan teknologi yang digunakan untuk mengambil dan memasukkan

data.

3.5.3.1 Data Capture, Data Entry, Data Processing

1. Data Capture adalah identifikasi dan didapatnya data baru.

2. Data Entry adalah proses menterjemahkan sumber data atau dokumen ke

dalam format yang bisa dimengerti/dibaca komputer.

3. Data Processing, bentuk yang paling dominan adalah batch processing.

Dalam batch processing, data yang dimasukkan dikumpulkan ke dalam file-

file yang disebut batches. Setiap file diproses sebagai sebuah batch dari

berbagai transaksi.

3.5.3.2 Input Method and Implementation

Berikut adalah metode-metode input yang umum digunakan:

1. Keyboard

2. Mouse

3. Touch Screen

Page 18: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

31

4. Point of Sale terminals

5. Sound and Speech

3.5.3.3 Panduan Merancang Input

Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum yang penting dalam merancang

Input :

1. Yang diambil hanya variabel data.

2. Jangan mengambil data yang bisa dihitung atau disimpan dalam program

komputer.

3. Gunakan kode untuk atribut yang sesuai.

3.5.3.4 GUI Control

Graphical User Interface (GUI) controls memberikan sebuah interface

yang lebih user-friendly. Berikut ini adalah GUI controls yang umum untuk input:

1. Text Box

2. Radio Button

3. Check Box

4. List Box

5. Drop-Down List

6. Combination Box

7. Spin Box

8. Buttons

Page 19: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

32

3.5.3.5 Proses Merancang Input

Berikut ini adalah proses-proses dalam merancang input:

1. Kenali dulu sistem inputnya dan tinjau ulang kebutuhan logicalnya.

2. Pilih GUI controls yang sesuai

3. Desain, validasikan, dan uji input-inputnya dengan menggunakan kombinasi

dari :

a. layout tools

b. prototyping tools

c. code generating tools

4. Bila diperlukan, desainlah source document.

3.5.4 Konsep Data untuk Sistem Analis

1. Field, adalah bentuk implementasi dari sebuah atribut data, dan merupakan

unit terkecil dari data yang penting untuk disimpan di dalam sebuah file atau

database. Ada empat tipe fields yang bisa disimpan, yaitu:

a) Primary key, adalah field yang nilainya hanya dikenali oleh satu dan

hanya satu record dalam sebuah file.

b) Secondary key, adalah identifier pilihan untuk sebuah database, nilainya

bisa mengenal single record atau subset dari semua record.

c) Foreign keys, adalah penunjuk ke record dari file yang berbeda dalam

sebuah database.

d) Descriptive field, adalah field lainnya (nonkey) yang menyimpan bisnis

data.

Page 20: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

33

2. Record, adalah kumpulan dari fields yang disusun dalam sebuah format yang

sudah dikenal. Dalam perancangan sistem, records akan diklasifikasikan

menjadi fixed-length record structure, yang mana setiap instansi record

mempunyai fields yang sama, jumlah fields yang sama, dan ukuran logikal

yangs sama, dan variable-length record structure, yang mana membiarkan

records yang berbeda dalam file yang sama untuk memiliki length yang

berbeda.

3. File, adalah kumpulan semua kejadian dari struktur record yang diberikan.

Table, adalah database yang berhubungan sepadan dengan sebuah file

4. Database, adalah kemampuan yang penting bagi analis. Berikut ini adalah

istilah-istilah dalam database :

a) Data Architecture, data menjadi sumber bisnis dalam lingkungan

database. Sistem informasi dibangun disekitar sumber ini untuk

memberikan kepada programer dan pengguna kemudahan mengakses

data.

b) Data Warehouse, menyimpan data yang diambil dari database

operasional dan file-file konvensional, bila data yang diambil dari kedua-

duanya disebut juga data mining.

c) Data Adminstrator, yang bertanggung jawab untuk data planning,

definition, architecture, dan management.

d) Database Management System (DBMS), adalah puisat kontrol dari

databasse architecture. DBMS adalah perangkat lunak komputer khusus

Page 21: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

34

yang disediakan untuk komputer vendor yang digunakan untuk membuat,

mengakses, mengontrol, dan mengatur database.

e) Data Definition Language (DDL), digunakan oleh DBMS untuk

menentukan tipe recordnya, fields, dan hubungan strukturalnya.

f) Data Manipulation Language (DML), digunakan untuk membuat,

membaca, meng-update, dan menghapus record dalam database.

3.5.5 Perancangan Proses

Menurut Whitten et al.(2004), perancangan proses adalah teknik untuk

mengorganisasi dan mendokumentasikan struktur dan aliran data melalui sebuah

proses sistem dan logikanya, dan prosedur-prosedur yang akan diimplementasikan

oleh sebuah proses sistem.

3.5.5.1 Data Flow Diagram (DFD)

Menurut Whitten et al.(2004) DFD adalah alat yang menggambarkan aliran

data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem

tersebut.

Sedangkan menurut Pressman (1997) DFD adalah sebuah teknis grafis

yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada

saat data bergerak dari input menjadi output.

DFD hanya memiliki tiga simbol dan satu koneksi Whitten et al.(2004),

yaitu:

Page 22: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

35

1. Persegi panjang bersudut tumpul menyatakan proses atau bagaimana tugas

dikerjakan.

Gambar 3.3 Simbol proses DFD bentuk Gane & Sarson

Proses adalah kerja yang dilakukan oleh sistem sebagai respons terhadap

aliran data masuk atau kondisi, Sinonimnya adalah transform (Whitten et

al., 2004).

2. Persegi empat menyatakan agen eksternal.

Gambar 3.4 Simbol agen eksternal DFD bentuk Gane & Sarson

Agen eksternal adalah orang, unit organisasi, sistem, atau organisasi luar

yang berinteraksi dengan sistem. Disebut juga entitas eksternal (Whitten et

al., 2004).

3. Kotak dengan ujung terbuka menyatakan data store, terkadang disebut file

atau database.

Gambar 3.5 Simbol data store DFD bentuk Gane & Sarson

Prosess

Agen Eksternal

Data store

Page 23: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

36

Data store adalah penyimpanan data yang ditujukan untuk penggunaan

selanjutnya. Sinonimnya adalah file dan database (Whitten et al., 2004).

4. Panah menyatakan aliran data, atau input dan output, ke dan dari proses

tersebut.

Gambar 3.6 Simbol aliran data DFD bentuk Gane & Sarson

Aliran data adalah data dalam pergerakkan (Whitten et al., 2004).

Langkah-langkah dalam pembuatan DFD adalah sebagai berikut (Ahmad,

2004):

1. Buat diagram context

Menurut Whitten et al.( 2004) context diagram adalah model proses untuk

mendokumentasikan lingkup sistem. Disebut juga model lingkungan.

Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yg menggambarkan

hubungan sistem dgn lingkungan luarnya.

Cara :

- Tentukan nama sistemnya.

- Tentukan batasan sistemnya.

- Tentukan terminator apa saja yg ada dalam sistem.

- Tentukan apa yg diterima/diberikan terminator dari/pada sistem.

- Gambarkan diagram context.

Page 24: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

37

2. Buat diagram level Zero

Menurut Whitten et al.( 2004) decomposition diagram adalah alat yang

digunakan untuk menggambarkan dekomposisi sistem. Disebut juga bagan

hierarki.

Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram Context.

Cara :

- Tentukan proses utama yg ada pada sistem.

- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing proses pada/dari

sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yg

keluar/masuk dari suatu level harus sama dgn alur data yg

masuk/keluar pada level berikutnya)

- Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber

maupun tujuan alur data.

- Gambarkan diagram level zero.

- Hindari perpotongan arus data

- Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan urutan

proses).

3. Buat diagram level Satu

Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.

Cara :

- Tentukan proses yg lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yg ada

di level zero.

Page 25: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

38

- Tentukan apa yg diberikan/diterima masing-masing sub-proses

pada/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.

- Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sbg sumber

maupun tujuan alur data.

- Gambarkan DFD level Satu

- Hindari perpotongan arus data.

- Beri nomor pada masing-masing sub-proses yg menunjukkan

dekomposisi dari proses sebelumnya. Contoh : 1.1, 1.2, 2.1

4. DFD level dua, tiga, ..

Diagram ini merupakan dekomposisi dari level sebelumnya. Proses

dekomposisi dilakukan sampai dengan proses siap dituangkan ke dalam

program. Aturan yg digunakan sama dgn level satu.

3.5.6 State Transition Diagram (STD)

State Transition Diagram merupakan sebuah modelling tool yang

digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap

waktu. STD merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yabg mencirikan

suatu keadaan pada waktu tertentu

Komponen-komponen utama adalah:

1. State, disimbolkan dengan

Gambar 3.7 Simbol State

Page 26: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

39

State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan

dilakukan. Ada 2 jenis state, yaitu: state awal dan state akhir. State akhir

dapat berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari

satu. Berikut adalah gambar simbol initial state dan final state.

Gambar 3.8 Simbol Initial State

Gambar 3.9 Simbol Final State

2. Transition State, disimbolkan dengan

Gambar 3.10 Simbol Transition State

Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan

ekspresi aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan

transisi terjadi.

3. Condition dan Action, disimbolkan dengan

Action

Condition

Gambar 3.11 Simbol Condition dan Action

State 2 State 1

Page 27: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokokthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00400-STIF Bab 3.pdf · LANDASAN TEORI 3.1 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan

40

Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action.

Condition adalah suatu event pada lingkungan eksternal yang dapat

dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah yang dilakukan oleh sistem

bila terjadi perubahan state atau merupakan rekasi terhadpa koreksi.

Action akan menghasilkan keluaran atau tampilan.