faktor penyebab ketuban pecah dini (kpd) di ... julianti...pengertian ketuban pecah dini (kpd)...

60
FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : JULIANTI RAHAYU PRATIWI P00324013051 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-III 2016

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    TAHUN 2015

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan

    Poltekkes Kemenkes Kendari

    OLEH :

    JULIANTI RAHAYU PRATIWI P00324013051

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-III

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Julianti Rahayu Pratiwi

    NIM : P00324013051

    Program Studi : Diploma III Jurusan Kebidanan

    Judul KTI : Faktor Penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD) Di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

    2015

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

    benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

    tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran

    saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir

    ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

    perbuatan tersebut.

    Kendari, Juli 2016

    Yang membuat pernyataan,

    Julianti Rahayu Pratiwi NIM.P00324013051

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Faktor Penyebab

    Ketuban Pecah Dini (KPD) Di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

    Tenggara Tahun 2015 merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

    pendidikan Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes

    Kendari.

    Penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapatkan

    arahan dan bimbingan dari Ibu Hendra Yulita,SKM,MPH sebagai

    pembimbing I dan ibu Elyasari, SST, M.Keb sebagai pembimbing II.

    Pada kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Bapak Petrus SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes

    Kendari

    2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

    3. Ibu Hasmia Naningsih, SST, M.Keb (Penguji I), Ibu Aswita S.Si.T,

    MPH (Penguji II), Ibu Yustiari, SST, M.Kes (Penguji III) dan Dosen-

    dosen Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang telah

    memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama dibangku

    kuliah dan seluruh staf tata usaha yang memberikan pelayanan

    kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    4. Dr. Razak,M.kes sebagai Direktur RSU Bahteramas atas izin yang

    telah diberikan untuk melakukan penelitian di RSU Bahteramas.

  • vi

    5. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Suparman,SE dan

    Ibunda tercinta Hasmawati serta saudara saudaraku Ummu Nur

    Fadilla dan Maharani Kumala Dewi, serta semua Keluarga Besarku

    atas semua cinta, doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis

    sampai saat ini.

    6. Sahabat-sahabatku Oksal Azikin, Risky, Satry, Kiah, Erna, Putri,

    Riska, Isna, Dian, Nunu, Ria, Ecing dan Teman-teman Program Studi

    D-III Kebidanan angkatan 2013 Khususnya Kelas III B atas

    kekompakan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama

    mengikuti perkuliahan.

    Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang

    telah membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari

    dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangan, untuk itu

    diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk kesempurnaan

    penulisan. Akhir kata penulis berharap semoga membawa manfaat bagi

    pembaca.

    Kendari, Juli 2016

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU

    BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

    Julianti Rahayu Pratiwi1, Hendra Yulita2, Elyasari3

    Latar Belakang : Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-25% terjadi di negara maju dan di Indonesia berkisar 39,1%. Tujuan Penelitian : untuk mendiskripsikan faktor penyebab KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015. Metode Penelitian : Penelitian deskriptif dengan sampel penelitian adalah ibu ibu yang mengalami KPD tahun 2015 berdasarkan data register persalinan di ruang Delima RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 97 orang. Kesimpulan : Faktor penyebab KPD di RSU Bahteramas tahun 2015 disebabkan karena infeksi sebesar 2, 06%, adanya kondisi CPD 1,03%, polihidramnion 1,03%, kelainan letak janin 2,06% dan ibu yang mengalami gemeli 5,16%.

    Daftar Pustaka : 18 (2003-2015) Kata Kunci : KPD 1. Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. 3. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... iv

    KATA PENGANTAR .............................................................................. v

    ABSTRAK .............................................................................................. vii

    DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4

    E. Keaslian Penelitian .............................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Ketuban Pecah Dini ............................................................. 6

    B. Faktor-faktor Predisposisi Ketuban Pecah Dini (KPD) ........ 11

    C. Landasan Teori ................................................................... 19

    D. Kerangka Konsep ............................................................... 21

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................... 22

    B. Tempat Penelitian ................................................................. 22

    C. Waktu Penelitian ................................................................... 22

    D. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 22

    E. Data Penelitian .................................................................... 22

    F. Definisi Operasional ............................................................. 23

    G. Pengolahan Data .................................................................. 23

    H. Penyajian Data .................................................................... 24

    I. Analisa Data ........................................................................ 24

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum RSU Bahteramas ................................... 25

  • ix

    B. Hasil Penelitian .................................................................... 27

    C. Pembahasan ....................................................................... 28

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ........................................................................ 31

    B. Saran .................................................................................. 31

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Izin Pegambilan Data Awal Dari Poltekkes Kendari

    Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari RSU.Bahteramas

    Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang

    Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dari RSU.Bahteramas

    Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran 6. Master Tabel Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban

    sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Pecahnya

    ketuban dapat terjadi kapan saja pada masa kehamilan, baik usia

    kehamilan prematur, aterm maupun post term (Manuaba, 2010).

    Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-25% terjadi di negara

    maju yang memberikan kontribusi 60-80% terhadap morbiditas dan

    mortalitas neonatal di seluruh dunia. Kejadian KPD di Indonesia

    berkisar 39,1% (Mayuputri, 2014). Kejadian KPD ditemukan 6-20%

    pada semua kehamilan dan 94% diantaranya terjadi pada kehamilan

    cukup bulan. KPD yang terjadi pada kehamilan preterm dapat

    menimbulkan masalah lebih banyak dibandingkan kehamilan aterm

    (Saifuddin, 2010). Ibu hamil aterm 8-10% akan mengalami KPD dan

    1% kehamilan prematur (Wiknjosastro, 2012).

    Penyebab kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi

    dan keracunan kehamilan. Timbulnya infeksi disebabkan karena

    pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat asepsis-

    antiseptis dan adanya komplikasi obstetrik yang menyertai seperti

    partus lama, ketuban pecah dini, kelainan selaput ketuban, prolapsus

    tali pusat dan defisiensi gizi (Wiknjosastro, 2012). Infeksi yang terjadi

    merupakan akibat adanya komplikasi/penyulit kehamilan seperti

  • 2

    korioamnionitis, infeksi saluran kemih dan 65% disebabkan karena

    KPD sehingga berisiko terhadap ibu dan janin (Saifuddin, 2010).

    Ketuban pecah dini meningkatkan risiko infeksi karena selaput

    ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman sudah tidak ada

    sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janin. Faktor penyebab

    KPD diantaranya primi/multi/grandemulti, overdistensi (hidroamnion,

    kehamilan ganda), disproporsio sefalo pelvis, kelainan letak (lintang

    dan sungsang). KPD memerlukan pengawasan ketat dan kerjasama

    antara keluarga dan perawat karena dapat menimbulkan infeksi intra

    uteri sehingga dapat mengancam keselamatan ibu dan janin

    (Manuaba, 2010).

    Usia reproduksi sehat seorang wanita dalam menjalankan fungsi

    resproduksi hamil dan melahirkan umur antara 20-35 tahun. Risiko

    kehamilan dan terjadinya komplikasi meningkat jika kehamilan terjadi

    dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun (Manuaba, 2010). Ibu

    yang melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun, perkembangan

    organ reproduksi belum optimal, jiwanya masih labil sehingga

    kehamilannya sering timbul komplikasi (Wiknjosastro, 2012).

    Banyaknya janin dalam kandungan merupakan faktor

    predisposisi terjadi KPD. Kehamilan ganda/kembar menyebabkan

    regangan uterus yang berlebihan sehingga keregangan otot rahim

    dapat menyebabkan tekanan intra uterin meningkat mudah terjadi

    robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik (Sastrawinata,

    2005).

  • 3

    Berdasarkan survei data awal yang di RSU Bahteramas

    Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 berjumlah 104 orang, tahun

    2014 117 orang dan tahun 2015 berjumlah 97 orang ibu yang

    mengalami KPD. KPD berkontribusi terhadap risiko morbiditas dan

    mortalitas sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Faktor

    Penyebab Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSU Bahteramas Provinsi

    Sulawesi Tenggara Tahun 2015”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakanh di atas dirumuskan masalah penelitian

    Apakah faktor penyebab ketuban pecah dini di RSU Bahteramas

    Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Utama

    Untuk mengetahui faktor penyebab KPD di RSU Bahteramas

    Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui ibu yang mengalami infeksi dari kejadian

    KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

    2015.

    b. Untuk mengetahui ibu yang CPD dari kejadian KPD di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.

    c. Untuk mengetahui ibu yang polihidramnion dari kejadian KPD di

    RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.

  • 4

    d. Untuk mengetahui ibu yang mengalami kelainan letak dari

    kejadian KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    tahun 2015.

    e. Untuk mengetahui ibu yang melahirkan gemeli dari kejadian

    KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

    2015.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan Diploma

    III Kebidanan dan mengaplikasikan metode penelitian deskriptif.

    2. Memberikan informasi kepada RSU Bahtemas Provinsi Sulawesi

    Tenggara terkait kejadian KPD sehingga dapat dipergunakan

    sebagai masukan dalam pengelolaan KPD

    3. Sebagai informasi kepada ibu terkait ketuban pecah.

    E. Keaslian Penelitian

    1. Hardiyanti Rukmana. 2013. Identifikasi Penyebab KPD di RSU

    Bahteramas Kota Kendari. Penelitian yang dilakukan adalah

    penelitian deskriptif dengan variabel penelitian meliputi umur

    kehamilan, letak janin dan graviditas. Perbedaan dengan penelitian

    yang akan terletak pada variabel penelitian meliputi Infeksi, CPD,

    Polihidramnion, Kelainan Letak dan Gemeli.

    2. Nurul Huda. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuban

    Pecah Dini di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Rancangan

    penelitian adalah cross sectional. Perbedaan dengan penelitian

    yang akan dilakukan variabel penelitian meliputi Infeksi, CPD,

    Polihidramnion, Kelainan Letak dan Gemeli.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Ketuban Pecah Dini

    1. Pengertian

    Ketuban pecah dini (KPD) adalah robeknya selaput

    khorioamnion dalam kehamilan atau fase laten persalinan, ketuban

    pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur

    dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah keadaan di

    mana ketuban pecah dan 1 jam kemudian tidak terdapat tanda-

    tanda awal persalinan yakni bila pembukaan pada primigravida

    kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm, ketuban

    pecah dini dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu (Wiknjosastro, 2012).

    Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum

    waktunya (KPSW) adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda

    persalinan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada

    kehamilan preterm. Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari

    semua kehamilan. Pada kehamilan aterm bervariasi antara 6-19%.

    Pada kehamilan preterm berkisar 2% dari semua kehamilan. Hampir

    semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau

    persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban

    pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan

    oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian

    prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman,2009).

  • 6

    Menurut Oxorn (2010) insiden KPD terjadi sekitar 10 %-12 %

    dari semua kehamilan. Sedangkan insiden KPD menurut Varney. H,

    Kriebs. J.M dan Gegor. C.L (2003) sekitar 2,7 %-17 %, bergantung

    pada lama periode laten yang digunakan untuk menegakkan

    diagnosis. Menurut Saifudin, A.B (2010) dalam keadaan normal 8-10

    % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.

    Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1 % kehamilan.

    Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun

    kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang

    terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau dari vagina atau

    serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks

    inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20

    tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor

    multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi,

    perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm

    sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga

    atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan

    panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat

    misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis

    (Wiknjosastro, 2012).

    2. Patofisiologi

    Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multi

    faktorial. Adapun penyebab pecahnya selaput ketuban adalah (a)

    Khoriomnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh (b)

    Ketegangan rahim berlebihan;kehamilan kembar, hidramnion (c)

  • 7

    Inkompetensia serviks yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka

    olek karena kelainan pada serviks uteri, (d) Kelainan letak sehingga

    tidak ada bagian terendah anak yang menutup PAP, yang dapat

    menguragi tekanan terhadap mambran bagian bawah, (e)

    Grandemultipara, (f) Trauma, yang menyebabkan intra uterin (intra

    amniotik) mendadak meningkat, misalnya karena koutis pada masa

    kehamilan. Mekanisme terjadi ketuban pecah dini dapat

    berlangsung sebagai berikut :

    a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya akibat

    jaringan ikat dan vaskularisasi

    b. Bila terjadi pembukaans serviks maka selaput ketuban sangat

    lembah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

    3. Gejala kliniks / Diagnosis

    Keluarnya air ketuban banyak dan mengandung mekonium

    maka diagnosis mudah ditegakkan tetapi bila keluarnya cairan

    sedikit, maka diagnosis harus didasarkan pada :

    a. Anamnesis : kapan keluarnya cairan, warna, bau dan partikal-

    partikal dalam cairan (lanugo verniks).

    b. Inspeksi : keluarnya cairan pervaginam.

    c. Inspekulo : bila fundus ditekan atau bagian terendah di

    goyangkan, keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada

    forniks posterior.

    d. Periksa dalam : adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban

    sudah tak ada lagi.

  • 8

    e. Pemeriksa laboratorium : kertas lakmus menunjukan reaksi

    basah, lakmus merah menjadi biru, mikroskopik tampak adanya

    lanugo, ferniks kaseosa (tidak selalu dikerjakan).

    Bila dengan cara diatas, ternyata ketuban sudah pecah maka

    diambil ketentuan sebagai berikut (a) Saat ketuban pecah

    ditentukan berdasarkan anamnesis kapan ketuban pecah, (b) Kalau

    anamnesis tidak pasti maka saat itu ketuban pecah dalam saat

    penderita masuk kamar bersalin, (c) Kalau berdasarkan anamnesis

    pasti bahwa ketuban pecah sudah lebih dari 24 jam maka setelah

    masuk kamar bersalim di evaluasi 24 jam . bila setelah 2 jam tidak

    ada tanda-tanda harus diputuskan terminasi persalinan (Soetomo,

    2004). Bahaya ketuban pecah dini kemungkinan terjadinya infeksi

    dalam rahim persalinan prematuritas sehingga dapat meningkatkan

    morbilitas dan mortalitas ibu dan bayi. Oleh karena itu pemeriksaan

    dalam dibatasi meminimalkan risiko terjadi infeksi pada ibu inpartu

    sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

    bayi (Manuaba, 2008)

    4. Komplikasi

    Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara

    dunia luar dan ruang dalam rahim, sehingga menyebabkan

    terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah

    melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan dan ruang dalam

    rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi dalam rahim,

    makin lama periode latin makin besar kemungkinan infeksi dalam

    rahim,maupun prematuritas dan selanjutnya meningkatkan angka

  • 9

    kejadian kesakitan dann kematian ibu serta janin dalam rahim.

    Ketuban pecah dini disertai kelainan letak akan mempersulit

    pertolongan persalinan di tempat yang tidak memiliki fasilitas

    lengkap. Adapun komplikasi yang dapat timbulkan dari ketuban

    pecah dini adalah (a) Inspeksi intra uterin, (b) Tali pusat

    menumbung, (c) Kelainan premature, (d) Kelainan bawaan akibat

    ketuban pecah dini sejak hamil muda (Wiknjosastro, 2012).

    5. Penatalaksanaan

    Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan

    prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang

    cukup besar dan petensial. Tatalaksana ketuban pecah dini

    memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan

    kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

    Memberikan profilaksis antibiotik dan membatasi pemeriksaan

    dalam, makin kecil umur kehamilan maka peluang terjadinya infeksi

    semakin besar. Penatalaksanaan ketuban pecah dini dalam

    Manuaba (2008) :

    a. Konservatif.

    1) Rawat di rumah sakit

    2) Berikan anti biotik (ampicilin 4 x 500 mg. atau eritromicin bila

    tak tahan ampicilin).

    3) Jika umur kehamilan

  • 10

    4) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, belum impart, tidak ada

    infeksi, observasi tanda-tanda infeksi dan kesehatan janin,

    terminasi pada kehamilan 37 minggu

    5) Jika umur kehalilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada

    infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan

    induksi sesudah 24 jam.

    6) Jika umur kehamilan 32-34 minggu ada infeksi anti biotic dan

    cairan induksi

    7) Jika umur kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk

    memacu kematangan para janin

    b. Aktif

    1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal

    lakukan seksio sesarea.

    2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan anti biotic dosis tinggi dan

    persalinan akhir.

    Sikap bidan di masyarakat dalam menghadipi ketuban pecah dini

    adalah selalu bertindak konservatif artinya tidak perlu banyak

    melakukan intervensi dengan akibat tingginya angka kesakitan dan

    kematian janin. Sikap yang tepat adalah melakukan rujukan sehingga

    penanganan ketuban pecah dini mendapat tindakan yang tepat.

    Setelah mendapat penanganan sebagai mana mestinya, bidan dapat

    melakukan pengawasan atas tindakan yang telah dilakukan.

    Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2008) :

  • 11

    1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya

    maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan

    perkembangan paru yang sehat

    2. Hindari terjadi infeksi dalam rahim (korioamnionitis) yang menjadi

    pemicu sepsis, maningitis janin dan persalinan prematuritas.

    3. Perkiraan janin yang cukup besar dan persalinan diharapkan

    berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,

    sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

    4. Umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu

    berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi

    persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

    5. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga

    sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin

    dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan

    mungkin harus mengorbankan janinnya.

    6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur

    distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk

    melakukan pemeriksaan kematangan paru.

    Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu

    6-24 jam bila tidak terjadi his spontan

    B. Faktor-Faktor Predisposisi Kejadian Ketuban Pecah Dini

    1. Infeksi (amnionitis dan Korioamnionitis)

    Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil

    dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.

    Korioamnionitis merupakan komplikasi serius bagi ibu dan janin,

  • 12

    bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis. Membran khorioamnionitik

    terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh

    persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat

    rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim

    kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering

    menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,

    Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis bakteri yang sering

    ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri

    melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi

    uterus yang menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks dan

    pecahnya selaput ketuban. Amnionitis menyebabkan selaput

    ketuban menjadi rapuh sehingga kekuatan membran menjadi

    kurang (Varney, 2007).

    2. Riwayat ketuban pecah dini

    Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya berisiko 2-4 kali

    mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya

    ketuban pecah dini akibat adanya penurunan kandungan kolagen

    dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini

    dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi

    (Sastrawinata, 2005).

    Patogenesis terjadinya KPD akibat adanya penurunan

    kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya

    KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi.

    Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang

    persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko

  • 13

    mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak

    mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang

    menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin

    menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2003; Varney,

    2007).

    3. Tekanan intra uterin

    Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan

    (overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan gemeli. Pada

    kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering terjadi pelahiran

    preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering

    mengalami ketuban pecah dini (Sastrawinata, 2005).

    Perubahan volume cairan amnion berhubungan erat

    dengan hasil akhir kehamilan, karakteristik janin maupun ibu.

    Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan kongenital, diabetes

    mellitus, janin besar (makrosomia), kehamilan kembar, kelainan

    pada plasenta dan tali pusat dan penggunaan obat-obatan

    (misalnya propiltiourasil). komplikasi yang sering terjadi pada

    polihidramnion adalah malpresentasi janin, ketuban pecah dini,

    prolaps tali pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan

    pada ibu (Wiknjosastro, 2012).

    4. Inkompetensia Serviks

    Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat

    keguguran pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya

    riwayat laserasi serviks, pembukaan serviks berlebihan disertai

    kala dua yang memanjang pada kehamilan sebelumnya, ibu

  • 14

    berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester pertama

    atau kedua, atau sebelumnya ibu mengalami eksisi sejumlah besar

    jaringan serviks. Inkompetensi serviks berhubungan dengan

    kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.

    Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada

    serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi

    berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi

    obstetrik. Inkompetensia serviks merupakan kelainan pada serviks

    Keadaan ini ditandai oleh dilatasi serviks tanpa nyeri dalam

    trimester dua atau awal trimester ketiga kehamilan, yang disertai

    dengan prolapsus membran amnion lewat serviks dan penonjolan

    membran tersebut ke dalam vagina. (Wiknjosastro, 2012)

    Diagnosa inkompetensi serviks ditegakkan ketika serviks

    menipis dan membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua

    atau awal trimester ketiga kehamilan. Wanita datang ke pelayanan

    kesehatan dengan keluhan perdarahan pervaginam, tekanan pada

    panggul atau ketuban pecah dan ketika diperiksa serviksnya sudah

    mengalami pembukaan. Bagi wanita dengan inkompetensi serviks,

    rangkaian peristiwa ini akan berulang pada kehamilan berikutnya

    (Sastrawinata, 2005).

    5. Paritas

    Ibu dengan paritas lebih dari 4 mempunyai risiko mengalami

    ketuban pecah dini. Kurun waktu kehamilan sehat pada seorang

    perempuan adalah kehamilan 1 sampai 4, persalinan grandemulti

    dapat berisiko terjadinya partus macet atau ketuban pecah dini

  • 15

    (Cunningham, 2003). Paritas adalah jumlah anak yang pernah

    dilahirkan ibu (Saifuddin, 2010).

    Paritas sampai ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih

    aman untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena

    pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami

    perubahan dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan

    sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney,

    2007). Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih berisiko

    mengalami KPD karena vaskularisasi pada uterus mengalami

    gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah

    rapuh dan akhirnya pecah spontan (Cunningham, 2003).

    6. Kehamilan ganda/kembar

    Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau

    lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi

    terhadap bayi dan ibu. Faktor yang dapat meningkatkan

    kemungkinan kehamilan kembar adalah faktor ras, keturunan, umur

    wanita dan paritas. Salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkan

    dalam persalinan adalah terjadinya ketuban pecah dini. Hal ini

    disebabkan frekuensi hidramnion pada kehamilan kembar 10 kali

    lebih besar dari kehamilan tunggal, keregangan otot rahim dapat

    menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga mudah

    terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik. Letak

    plasenta dan korionisitas kedua janin penting untuk diperhatikan.

    Janin kembar monozigot atau dizigot, janin terdiri dari satu atau dua

    amnion akan mempengaruhi kehamilan. Pengawasan pada wanita

  • 16

    hamil kembar perlu ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko

    persalinan preterm dan KPD (Sastrawinata, 2005).

    Wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami

    ketuban pecah dini dan preeklamsi. Hal ini disebabkan peningkatan

    masa plasenta dan produksi hormon. Ibu dan keluarga dilibatkan

    dalam mengamati gejala preeklamsi dan tanda-tanda ketuban

    pecah (Varney, 2007).

    7. Letak janin

    Letak janin dalam rahim 96% janin berada dengan letak

    kepala pada bagian terendah, 58% ubun-ubun kecil depan, 11%

    kanan belakang dan 8% kiri belakang. Kelainan letak mempunyai

    risiko terjadinya ketuban pecah dini seperti letak sungsang dan

    lintang. Kelainan letak janin dapat diklasifikasikan : a) posisi

    oksipitalis posterior persisten, yaitu suatu posisi presentasi kepada

    yang mana posisi ubun-ubun kecil tidak memutar ke depan, tetapi

    tetap di belakang; b) persentasi puncak kepala; yaitu suatu posisi

    presentasi kepala yang terjadi apabila kepala dalam keadaan

    defleksi yang derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun

    besar merupakan bagian terendah; c) persentasi muka; yaitu

    keadaan di mana kepala dalam keadaan kedudukan defleksi

    maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka

    merupakan bagian terendah menghadap ke bawah; d) persentasi

    dahi; yaitu keadaan di mana dahi merupakan bagian terendah; e)

    letak sungsang ; letak bokong murni (bokong yang menjadi bagian

    terdepan), letak bokong kaki (disamping bokong teraba kaki), letak

  • 17

    lutut (bagian terendah lutut), letak kaki dan letak lintang ; yaitu

    janin terletak melintang dalam uterus. persentasi ganda (letak

    majemuk) ; yaitu keadaan di mana samping bagian terendah janin

    teraba anggota gerak.

    8. Usia ibu ≤20 tahun dan ≥35 tahun

    Perkembangan biologis fungsi tubuh sejalan dengan

    bertambahnya umur. Periode usia seorang wanita menjalankan

    fungsi reproduksi antara 20-35 tahun. Wanita yang hamil dan

    bersalin pada umur 35 tahun dari segi

    biologis fungsi alat reproduksi mulai menurun sehingga keadaan

    memudahkan terjadi komplikasi dan risiko pada persalinan

    diantaranya ketuban pecah dini (Wiknjosastro, 2012).

    Risiko kehamilan di usia kurang dari 20 tahun terjadi

    komplikasi kehamilan dan persalinan. Naiknya tekanan darah,

    pertumbuhan janin terhambat termasuk KPD. Risiko kanker leher

    rahim meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum

    usia 20 tahun. Berbeda dengan wanita usia 20-30 tahun yang

    dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan. Rentang

    usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima, rahim sudah

    mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk

    kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak

    pada perilaku merawat dan menjaga kehamilan secara hati-hati.

  • 18

    9. Polihidramnion

    Polihidramnion berasal dari kata Poly (=banyak) Hydra (=air ;

    cairan) dan amnion sehingga bila disatukan memiliki arti yaitu

    cairan amnion yang berjumlah banyak. Hidramnion adalah cairan

    yang terdapat dalam kantung yang diliputi oleh selaput janin yang

    terdiri dari lapisan amnion dan korion. Volume cairan amnion pada

    hamil cukup bulan sekitar 1000-1500 ml, berwarna putih, agak

    keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak manis dan manis.1

    Cairan ini dengan berat jenis 1.008, terdiri atas 98% air. Sisanya

    terdiri dari garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti

    benar terdapat lanugo, sel-sel epitel, dan verniks kaseosa. Protein

    ditemukan rata-rata 2,6% g/L, sebagian besar sebagai albumin.

    Cairan amnion masih belum diketahui asalnya dengan pasti. Ada

    teori yang mengatakan bahwa cairan amnion berasal dari urine,

    keringat dan eksudasi alveolar janin. Volume cairan amnion akan

    meningkat sampai pada kehamilan 32 minggu, dan kemudian

    menurun dan relatif stabil pada volume antara 700 – 800 ml, lalu

    menurun sampai kehamilan aterm dan mencapai volume sekitar

    400 ml pada kehamilan 42 minggu.

    Polihidramnion berisiko tinggi terhadap persalinan dengan

    ketuban pecah dini (KPD). Faktor yang dapat meningkatkan

    adalah faktor ras, keturunan, umur wanita dan paritas. Salah satu

    komplikasi yang dapat ditimbulkan dalam persalinan adalah

    terjadinya persalinan dengan KPD. Hal ini disebabkan karena

    frekuensi hidramnion pada kehamilan kembar 10 kali lebih besar

  • 19

    dari kehamilan tunggal, keregangan otot rahim menyebabkan

    tekanan intra uterin meningkat sehingga mudah terjadi robekan

    pada selaput ketuban atau uterin amniotik dan akhirnya dapat

    terjadi persalinan dengan KPD.

    10. CPD (Cefalo Pelvis Disproporsi)

    Janin besar atau janin yang mengalami ketidak sesuaian

    dengan luas jalan lahir, biasanya terjadi banyak komplikasi pada

    saat persalinan. Hal ini karena kepala terlalu besar tidak dapat

    memasuki pinggul atau karena bahu yang tidak dapat memasuki

    pintu pinggul. Kesukaran ini mengakibatkan terjadinya ketuban

    pecah dini pada saat persalinan karena tidak adanya bagian

    terendah yang menutupi PAP. Hal ini mengakibatkan

    meningkatnya tekanan terhadap membran bagian bawah sehingga

    besar kemungkinan terjdi ketuban pecah sebelum waktunya terjadi

    persalinan dengan prematur.

    11. Trauma

    Ketuban pecah dini merupakan keadaan dimana selaput

    ketuban mengalami robekan yang bisa mengakibatkan persalinan

    harus segera diakhiri apabila ada indikasi. Faktor trauma yang

    mengakibatkan terjadinya robekan pada selaput ketuban dapat

    disebabkan karena ketidaksengajaan misal terjatuh dan terjadinya

    hubungan suami istri pada masa kehamilan. Perilaku tersebut

    tentunya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kehamilan

    dan janin dalam rahim.

  • 20

    12. Pendidikan

    Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk

    meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Wanita dengan

    pendidikan rendah paling rentan mengalami komplikasi dalam

    persalinan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan akan bahaya-

    bahaya dan komplikasi yang dapat terjadi dalam masa kehamilan

    termasuk dalam perawatan kehamilan.

    13. Pekerjaan

    Pekerjaan merupakan rutinitas kegiatan sehari-hari yang

    dikerjakan. Indikasi ketuban pecah dini terjadi apabila selaput

    ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya akibat jaringan ikat dan

    vaskularisasi. Bila terjadi pembukaans serviks maka selaput

    ketuban sangat lembah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air

    ketuban.

    Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan

    energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan

    lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.

    Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion

    sehingga dapat terjadi ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan

    suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan

    pekerjaan yang berat dan membahayakan kehamilan hendaklah

    dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin. Indikasi

    ketuban pecah dini terjadi apabila selaput ketuban tidak kuat

    sebagai akibat kurangnya akibat jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila

  • 21

    terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan

    mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban (Saifuddin, 2010)..

    C. Landasan Teori

    Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban

    sebelum terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Pecahnya

    ketuban dapat terjadi pada masa kehamilan baik usia kehamilan

    prematur, aterm maupun post term. Ketuban pecah dini dapat

    meningkatkan risiko infeksi karena selaput ketuban yang menjadi

    penghalang masuknya kuman sudah tidak ada sehingga dapat

    membahayakan bagi ibu dan janin (Manuaba, 2010).

    Infeksi pada korion (korioamnionitis) dan amnion (amnionitis)

    pada cairan ketuban oleh bakteri berisiko terhadap kejadian

    KPD.Adanya infeksi dapat menyebabkan jaringan akan menipis dan

    sangat rentan untuk pecah. Bakteri melepaskan mediator inflamasi

    yang menyebabkan kontraksi uterus sehingga menyebabkan

    perubahan dan pembukaan serviks dan pecahnya selaput ketuban.

    Amnionitis menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh sehingga

    kekuatan membran menjadi kurang. Adanya infeksi pada cairan

    ketuban dapat menimbulkan persalinan prematur (Varney, 2007).

    Ketidaksesuaian antara janin dan jalan lahir yang menyebabkan

    kepala yang terlalu besar dan tidak dapat memasuki pinggul atau bahu

    yang tidak dapat memasuki pintu pinggul sehingga berisiko mengalami

    komplikasi saat persalinan. Bagian terendah dari janin yang masuk

    pada PAP (Pintu Atas Panggul) mengakibatkan meningkatnya tekanan

  • 22

    terhadap membran bagian bawah sehingga besar kemungkinan terjadi

    ketuban pecah sebelum waktunya terjadi persalinan dengan prematur.

    Polihidramnion berisiko tinggi terhadap persalinan dengan

    ketuban pecah dini (KPD). Frekuensi pohidramnion pada kehamilan

    kembar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal. Adanya keregangan

    otot rahim menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga

    mudah terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik dan

    akhirnya dapat terjadi persalinan dengan KPD.

    Letak janin yang normal adalah letak belakang kepala. Kelainan

    letak mempunyai risiko terjadinya ketuban pecah dini seperti letak

    sungsang dan lintang.

    Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau

    lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi

    terhadap bayi dan ibu. Salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkan

    dalam persalinan adalah terjadinya ketuban pecah dini.

    Hal ini disebabkan frekuensi hidramnion pada kehamilan kembar

    10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal, keregangan otot rahim

    dapat menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga mudah

    terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik.

  • 23

    D. Kerangka Konsep Penelitian

    Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan :

    Variabel terikat : ketuban pecah dini

    Variabel bebas : infeksi, CPD, polihidramnion, kelainan letak, gemeli.

    Infeksi

    Ketuban Pecah Dini

    Polihidramnion

    Kelainan Letak

    CPD

    Gemeli

  • 24

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu

    suatu metode penelitian dengan tujuan mengetahui mendiskripsikan

    sesuatu hal atau objek.

    B. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

    Tenggara.

    C. Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016.

    D. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin dengan KPD yang

    tercatat di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

    2015 berjumlah 97 orang.

    2. Sampel

    Sampel penelitian adalah keseluruhan dari populasi ibu bersalin

    KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015

    berjumlah 97 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan total

    sampling.

    E. Data Penelitian

    Data penelitian berupa data sekunder register persalinan di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.

  • 25

    F. Definisi Operasional

    1. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

    terdapat tanda-tanda atau mulainya persalinan. Pecahnya ketuban

    dapat terjadi kapan saja pada masa kehamilan baik usia kehamilan

    prematur, aterm maupun post term.

    2. Infeksi adalah adanya bakteri pada cairan dan selaput ketuban.

    3. CPD adalah ketidaksesuaian antara janin dan jalan lahir.

    4. Polihidramnion adalah cairan amnion yang berjumlah banyak lebih

    dari 1500 ml.

    5. Kelainan letak adalah letak janin yang abnormal selain letak

    belakang kepala pada masa kehamilan atau menjelang persalinan.

    6. Gemeli adalah adanya dua janin atau lebih dalam satu kehamilan.

    G. Pengolahan Data

    Pengolahan Data menurut Setiawan (2010) :

    1. Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data penelitian

    untuk menghindari kesalahan data.

    2. Coding dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai variabel

    penelitian.

    3. Scoring dilakukan dengan menghitung jumlah kejadian (frekuensi)

    setiap kategori penelitian.

    4. Tabulating dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian ke

    dalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisis.

    H. Penyajian Data

    Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel

    distribusi frekuensi.

  • 26

    I. Analisa Data

    Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

    kalkulator kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi disertai penjelasan. Perhitungan setiap variabel penelitian

    menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2012)

    Keterangan :

    X = Jumlah persentase variabel yang diteliti

    N = Jumlah sampel penelitian

    F = Jumlah responden berdasarkan variabel

    K = Konstanta (100%)

  • 27

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    1. Letak Geografis

    Rumah sakit Umum Bahteramas (RSU) Provinsi Sulawesi

    Tenggara sejak bulan Oktober 2012 telah menempati lokasi baru

    di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 50 Kecamatan Baruga Kota

    Kendari. Lokasi rumah sakit sangat strategis karena mudah

    dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai

    berikut:

    a. Sebelah Utara : BTN Teporombua

    b. Sebelah Timur : POLSEK Baruga

    c. Sebelah Selatan : Kantor Laboratorium

    d. Sebelah Barat : Jalan Kapten Pierre Tendean

    2. Lingkungan Fisik

    RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di

    atas tanah seluas mencapai 170.000 m2. Dari luas bangunan

    54.127 m2 yang direncanakan belum semua dapat terealisasi

    pada tahun 2012. Semua bangunan yang telah dioperasikan

    mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Kegiatan

    pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan yang tidak kalah

    pentingnya adalah kegiatan administrasi, pengolahan makanan,

    pemeliharaan//perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan

    lain-lain.

  • 28

    3. Sejarah singkat

    RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun

    secara bertahap pada tahun anggaran 1967/1970 dengan sebutan

    “Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik Pemerintah

    Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi tipe C berdasarkan

    SK Menkes Nomor 51/Menkes/II/1979 tanggal 22 februari 1979.

    Susunan struktur organisasi adalah berdasarkan SK Gubernur

    Provinsi Sulawesi Tenggara no 77 tahun 1989 tanggal 28 Maret

    1983. Pada tanggal 21 desember 1998, RSU Bahteramas Provinsi

    Sulawesi Tenggara meningkat menjadi Tipe B (non pendidikan)

    sesuai dengan SK Menkes Nomor 1482/Menkes/SK/1989, dan

    ditetapkan dengan Perda Nomor 3 Tahun 1999 tanggal 8 Mei

    1999. Kedudukan rumah sakit secara teknis berada dibawah

    Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara dan secara taktis

    operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

    Gubernur.

    Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Bahteramas Provinsi

    Sulawesi Tenggara telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu

    Adminitrasi Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat

    Darurat, Pelayanan Perawatan dan Rekam Medis sesuai dengan

    SK Dirjen Yanmed Nomor HK.00.06.3.5.139. Akreditasi 12

    pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik,

    Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan

    Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi,

    Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar

  • 29

    Operasi, Pelayanan Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan

    dan Kesehatan Kerja sesuai dengan SK Dirjen Yanmed Nomor

    HK.00.06.3.5.139. tanggal 31 Desember 2010.

    Berdasarkan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44

    Tahun 2009 dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara telah menjadi badan

    Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan

    Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor: 653 Tahun 2010 tanggal 15

    Oktober 2010.

    4. Fasilitas pelayanan Kesehatan

    Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit

    Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:

    a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan yakni Poliklinik Umum,

    Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Kesehatan Anak, Poliklinik

    Bedah, Poliklinik Jantung, Poliklinik Saraf, Poliklinik THT,

    Poliklinik Mata, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik

    Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Poliklinik Gizi, Instalasi

    Rehabiliasi Medik, Instalasi Gawat Darurat.

    b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap yakni Kesehatan Anak,

    Kebidanan dan Kandungan, NICU/PICU, VIP dan ICU.

    c. Pelayanan Penunjang Medik yakni Patologi Klinik, Patologi

    Anatomi, Radiologi dan Farmasi/Apotek.

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Delima

    RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada 97 ibu yang

  • 30

    mengalami KPD sesuai data yang tercatat dalam register persalinan

    diperoleh data sebagai berikut :

    Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Penyebab Ketuban Pecah Dini di

    RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

    2015

    Faktor Penyebab Frekuensi N=97 (%)

    Infeksi 2 2,06%

    CPD 1 1,03%

    Polihidramnion 1 1,03%

    Kelainan Letak 2 2,06%

    Gemeli 5 5,16%

    Oligohidramnion 6 6,19%

    Inersia Uteri 2 2,06%

    KJDR 2 2,06%

    Tidak Terdokumentasi 76 78,36%

    Total 97 100%

    C. Pembahasan

    Kejadian Ketuban Pecah Dini pada tahun 2015 di RSU

    Bahteramas tercatat 97 kasus. Ditinjau dari penyebab KPD secara

    langsung terdapat faktor utama yang ditemukan antara lain infeksi

    (2,06%), CPD (1,03%), polihidramnion (1,03%), kelainan letak

    (2,06%), gemeli (5,16%), oligohidramnion (6,19%), inersia uteri

    (2,06%), dan KJDR (2,06%). Sehingga tercatat sekitar 21,65%

    penyebab KPD dan tidak terdokumentasi sekitar 78,36%.

    Secara teori penyebab KPD belum diketahui secara pasti

    namun ada faktor predisposisi antara lain infeksi secara langsung

    pada selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks,

    fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia,

  • 31

    kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35

    tahun, faktor golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok,

    keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan

    persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi

    gizi (tembaga atau asam askorbat), ketegangan rahim yang

    berlebihan, panggul sempit, kelelahan ibu dalam bekerja, trauma dan

    pemeriksaan dalam (Wiknjosastro, 2012).

    Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini

    sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress

    pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi

    meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya

    prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat

    pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia baru merupakan

    komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm.

    Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm

    terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Hanungdyah,

    2013).

    1. Infeksi

    Ibu yang dengan infeksi 2,06% pada ibu yang mengalami

    KPD di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.

    Adanya infeksi pada ibu KPD terutama infeksi bakteri dapat

    menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah

    pecah. Infeksi dapat diperoleh dari keputihan/infeksi vagina, dari

    penolong yang tidak menekankan prinsip pencegahan infeksi atau

    hygiene ibu yang tidak baik. Kantung ketuban berdinding tipis berisi

  • 32

    cairan dan janin selama kehamilan. Normalnya kantung ketuban

    pecah pada akhir kala I atau awal kala II saat pembukaan lengkap

    pada proses persalinan.

    Selaput ketuban tipis mempunyai ketebalan kurang dari 39

    mm sehingga jika terjadi infeksi mudah pecah. Infeksi kuman

    terutama infeksi bakteri dapat menyebabkan selaput ketuban

    menjadi tipis, lemah dan mudah pecah. Infeksi dapat dipicu dari

    hubungan seksual yang kebersihannya tidak terjaga, higiene yang

    kurang baik, (keputihan dan infeksi vagina) (Sastrawinata, 2005).

    Hasil penelitian yang berkaitan KPD penyebab KPD antara

    lain infeksi (65%), koitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3

    kali seminggu sebesar (37,50%), infeksi genitalia sebesar 37,50%,

    paritas (multipara) sebesar (37,59%), riwayat KPD sebesar 18,75%

    dan usia ibu >35 tahun (76%), aktivitas berat sebesar 43,75%

    merupakan berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

    menyebabkan KPD (Suriani, 2012).

    2. CPD

    Ibu yang mengalami 1,03% dari Kejadian KPD di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015. Ibu dengan

    CPD berisiko mengalami KPD karena adanya ketidaksesuaian

    antara janin dan jalan lahir mengakibatkan meningkatnya tekanan

    pada bagian bawah sehingga besar kemungkinan terjadi ketuban

    pecah sebelum waktunya terjadi persalinan dengan prematur.

    Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion) dapat

    menyebabkan keregangan otot rahim sehingga meningkatkan

  • 33

    tekanan intra uterin, mudah terjadi robekan pada selaput ketuban

    atau uterin amniotik dan akhirnya dapat terjadi persalinan dengan

    KPD (Wiknjosastro, 2012).

    3. Polihidramnion

    Ibu yang mengalami polihidramnion 1,03% dari seluruh

    kejadian KPD di RSU Bahteramas tahun 2015. Penelitian yang

    sama oleh Nurul Huda (2013) di RS PKU Muhammadiyah

    Surakarta pada 125 kasus KPD tahun 2012 terdapat 6 kasus

    polihidramnion (4,8%).

    Polihidramnion berisiko tinggi terhadap persalinan dengan

    ketuban pecah dini (KPD). frekuensi polihidramnion kehamilan

    kembar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal, keregangan otot

    rahim menyebabkan tekanan intra uterin meningkat sehingga

    mudah terjadi robekan pada selaput ketuban atau uterin amniotik

    dan akhirnya dapat terjadi persalinan dengan KPD.

    4. Kelainan Letak

    Ibu yang mengalami kelainan letak janin 2,06% dari seluruh

    kejadian KPD di RSU Bahteramas tahun 2015. Penelitian yang

    dilakukan oleh Nurul Huda (2013) di RS PKU Muhammadiyah

    Surakarta pada 125 kasus KPD tahun 2012 terdapat 14 kasus

    dengan letak sungsang (11,2%). Penelitian yang dilakukan oleh Ery

    dan Heny (2013) di Puskesmas Balongsari Surabaya Tahun 2013

    pada 117 ibu KPD dan yang mengalami kelainan letak sebanyak

    21 orang (17,95%).

  • 34

    Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi

    janin terhadap ruang dalam uterus. Pada kehamilan < 32 minggu,

    jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan

    janin bergerak dengan leluasa dan demikian janin dapat

    menempatkan diri dalam letak sungsang/letak lintang. Pada

    kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah

    air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai

    yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa

    untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan

    kepala berada di dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah

    rahim. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim

    meningkat, sedangkan pada letak lintang bagian terendah adalah

    bahu sehingga tidak dapat menutupi pintu atas panggul yang dapat

    menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah maupun

    pembukaan serviks. Pembukaan menjadi lebih lama, kemungkinan

    infeksi lebih besar sehingga risiko terjadi KPD (Morgan. G dan

    Hamilton, C., 2009).

    5. Gemeli

    Ibu yang melahirkan gemeli 5,15% dari seluruh kejadian

    KPD di RSU Bahteramas tahun 2015. Penelitian yang dilakukan

    Nurul Huda (2013) di RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada 125

    kasus KPD tahun 2012 terdapat 4 kasus dengan gemelli (3,2%).

    Wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami

    ketuban pecah dini dan preeklamsi. Hal ini disebabkan peningkatan

    masa plasenta dan produksi hormon. Ibu dan keluarga dilibatkan

  • 35

    dalam mengamati gejala preeklamsi dan tanda-tanda ketuban

    pecah (Varney, 2007).

  • 36

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Ibu yang mengalami infeksi sebagai faktor penyebab KPD di RSU

    Bahteramas tahun 2015 sebesar 2, 06%.

    2. Ibu yang mengalami CPD sebagai faktor penyebab KPD di RSU

    Bahteramas tahun 2015 sebesar 1,03%.

    3. Ibu yang mengalami polihidramnion sebagai faktor penyebab KPD

    di RSU Bahteramas tahun 2015 sebesar 1,03%.

    4. Ibu yang mengalami kelainan letak janin sebagai faktor penyebab

    KPD di RSU Bahteramas tahun 2015 sebesar 2,06%.

    5. Ibu yang mengalami gemeli sebagai faktor penyebab KPD di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebesar

    5,16%.

    B. Saran

    1. Dapat meningkatkan metode pembelajaran sehingga alumni lebih

    kompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk

    membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian

    bayi.

    2. Di harapkan kepada RSU Bahteramas untuk lebih memperbaiki

    buku register dan rekam medic,berhubung dari hasil penelitian ini

    data sebagian besar tidak terdokumentasi.

    3. Ibu-ibu hamil diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ANC

    secara dini untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas baik ibu

    maupun janinnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Cunningham FG, Mc Donald PC, Gant NF. 2003. William Obstetri, 21th

    edition. Jakarta : EGC Ery Kartika, Henny Juaria. 2013. Paritas dan kelainan letak dengan kejadian

    ketuban pecah Dini. Hanungdyah, 2013. Jurnal Kebidanan Ketuban Pecah Dini.

    http://hanungdyah.blogspot.co.id/2013/04/jurnal-kebidanan-ketuban -pecah-dini.html diakses tanggal 30 Juli 2016

    Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

    Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mayuputri, 2014. Askeb Ketuban Pecah Dini. http://mayuputri.blogspot.co.

    id/2014/07/askeb-ketuban-pecah-dini.html diakses tanggal 26 November 2015

    Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I edisi 2. Jakarta : EGC Morgan. G & Hamilton, C., 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik.

    Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

    Cipta Nurul, H. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini di RS

    PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Fakultas ilmu kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Oxorn, H., 2010. Patofisiologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta. Saifudin, AB. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

    Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo Sastrawinata, S. 2005. Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC

    Setiawan, 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan D-III,D-IV,S1,S2 Nuha Medika,

    Yogyakarta

    Soetomo. 2004. Kelainan-kelainan Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC

    http://hanungdyah.blogspot.co.id/2013/04/jurnal-kebidanan-ketuban -pecah-dini.html

  • Sualman, K. (2009). Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini.

    http://www.medicastore.com diakses tanggal 1 Agustus 2016

    Suriani. 2012. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh

    Yusuf Kabupaten Gowa. Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar

    Varney. H, Kriebs. J.M dan Gegor C.L., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4 Vol. I. Jakarta: EGC

    Wiknjosastro, H. 2012, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo.

  • Lampiran 1

  • Lampiran 2

  • Lampiran 3

  • Lampiran 4

  • Lampiran 5

  • Lampiran 6

    MASTER TABEL PENELITIAN

    FAKTOR PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    TAHUN 2015

    No No.Reg Umur (thn)

    Infeksi Polihidramnion Kelainan Letak Gemeli Kondisi yang menyertai

    1 412998 25 - - - - -

    2 421202 22 - - - - -

    3 421606 29 - - - - -

    4 426408 28 - - - - -

    5 424764 34 - - - - -

    6 425762 28 - - - - PEB

    7 422472 24 - - - PEB

    8 427998 32 - - - - -

    9 428198 30 - - - - -

    10 425476 20 - - - - -

    11 428178 31 - - - - PEB

    12 373404 27 - - - - -

    13 435600 45 - - - - Oligohidramnion

  • 14 373066 30 - - - √ -

    15 428690 19 - - - √ -

    16 437104 18 - - - - -

    17 434014 29 - - - - Oligohidramnion

    18 439014 28 - - - - -

    19 439214 28 - - - - -

    20 433816 17 - - - - -

    21 270015 35 - - - - -

    22 411819 21 - - - - -

    23 438026 21 - - - - -

    24 414357 29 - - - - -

    25 435830 25 - - - - -

    26 430032 32 - - Sungsang - -

    27 433030 25 - - - - -

    28 435354 26 - - - - -

    29 434556 33 - - - - -

    30 433258 22 - - - - Inersia Uteri

    31 431458 27 - - - - -

    32 438558 35 - - - - -

    33 433519 32 - - - √ -

  • 34 438960 19 - - - - -

    35 437660 18 - - - - -

    36 439562 22 - - - √ -

    37 432362 19 - √ - - -

    38 439664 33 - - - - -

    39 358090 32 √ - - - -

    40 439632 18 - - - - -

    41 439298 34 - - - - KJDR

    42 430732 19 - - - - KJDR

    43 404907 30 - - - - -

    44 432798 34 - - - - Oligohidramnion

    45 433699 28 - - - - -

    46 439562 22 - - - √ -

    47 444126 27 - - - - -

    48 447427 28 √ - - - PEB

    49 441826 37 - - - - -

    50 449527 26 - - - - -

    51 447328 30 - - - - -

    52 445828 19 - - - - -

    53 444328 32 - - - - -

  • 54 444128 35 - - - - -

    55 441030 21 - - - - -

    56 446830 36 - - - - -

    57 443629 36 - - - - -

    58 441429 26 - - - - Oligohidramnion

    59 440731 34 - - - - -

    60 443934 32 - - - - -

    61 448834 25 - - - - -

    62 446839 20 - - - - -

    63 441040 39 - - - - -

    64 448819 17 - - - - -

    65 448248 24 - - - - Inersia Uteri

    66 445641 17 - - - - -

    67 440633 40 - - - - -

    68 447545 28 - - - - -

    69 449548 18 - - - - -

    70 440547 36 - - - - -

    71 448159 29 - - - - -

    72 446851 25 - - - - -

    73 446964 22 - - - - Oligohidramnion

  • 74 449665 23 - - - - -

    75 444079 25 - - - - -

    76 446881 21 - - - - -

    77 440486 24 - - - - -

    78 448297 20 - - - - -

    79 445797 37 - - - - -

    80 444698 20 - - - - -

    81 391396 25 - - - - -

    82 452129 31 - - - - -

    83 456630 20 - - - - -

    84 459029 21 - - - - -

    85 420391 33 - - - - -

    86 453731 19 - - - - -

    87 459733 37 - - - - -

    88 459731 22 - - - - -

    89 451934 18 - - - - -

    90 458436 27 - - - - -

    91 453437 26 - - - - -

    92 440740 25 - - - - -

    93 450639 24 - - - - -

  • 94 890627 19 - - - - -

    95 891708 23 - - - - Oligohdramnion

    96 891813 23 - - Lintang - -

    97 460152 35 - - - - -

  • RIWAYAT HIDUP

    A. IDENTITAS DIRI

    1. Nama : Julianti Rahayu Pratiwi

    2. Tempat/Tanggal Lahir : Leleka,09 Juli 2016

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/ Indonesia

    6. Alamat : Desa Anduna,Kab : Konawe Selatan

    B. PENDIDIKAN

    1. SD Negeri Leleka Tamat Tahun 2007

    2. SMP Negeri 1 Lainea Tamat Tahun 2010

    3. SMA Negeri 3 Konawe Selatan Tamat Tahun 2013

    4. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

    Tahun 2013 sampai sekarang.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN