faktor latihan yang mendukung terjadinya pertumbuhan massa otot
TRANSCRIPT
Faktor Latihan Yang Mendukung Terjadinya Pertumbuhan Massa Otot
Untuk mengetahui siklus terjadinya pertumbuhan otot, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu beberapa
terminologi latihan sehingga penjelasan yang akan disampaikan pada bagian lanjutan bab ini bisa lebih
dimengerti secara grafis.
Hal pertama adalah memahami arti kata pertumbuhan massa otot itu sendiri. Pertumbuhan massa otot atau lebih
sering dikenal dengan nama hypertrophy adalah keadaan di mana serabut otot bertambah besar / tebal.
Hal kedua adalah memahami arti kata perekrutan serabut otot yang maksimal (maximum muscle fibre
recruitment). Perekrutan serabut otot yang maksimal terjadi saat seluruh serabut otot yang dilatih benar-benar
terpakai semua untuk menggerakkan tekanan beban yang ditempatkan pada bagian otot tersebut. Perekrutan
serabut otot yang maksimal HARUS terjadi untuk bisa mendapatkan pertumbuhan otot yang maksimal, karena
tanpa perekrutan seluruh serabut otot pada bagian tubuh yang dilatih maka potensi perkembangan otot hanya
sekecil jumlah serabut otot yang dipakai. Artinya, semakin banyak / maksimal serabut otot direkrut dalam suatu
sesi latihan, maka semakin besar potensi perkembangan massa otot (hypertrophy).
Ada beberapa syarat untuk mendukung terjadinya perekrutan serabut otot yang maksimal dalam suatu sesi
latihan beban, yaitu:
1. Dengan Menggunakan Latihan Dasar
Latihan dasar adalah jenis latihan beban yang memungkinkan otot kita untuk mengangkat beban yang paling
berat. Dalam hal ini, latihan dasar umumnya adalah latihan yang didukung oleh beberapa otot pendukung dan
melibatkan gerakan pada lebih dari 1 persendian. Dan apabila ada gerakan latihan dasar yang menggunakan 1
persendian, maka latihan yang memungkinkan penggunaan beban terberat adalah latihan dasar untuk jenis otot
tersebut.
Contoh-contoh latihan dasar untuk otot-otot rangka utama:
Otot Dada: Bench Press (Dumbell dan Barbell)
Otot Paha: Squats dan Leg Press
Otot Punggung: Bent Over Barbell Rows, Deadlift, dan Chin Ups
Otot Triceps: Close Grip Bench Press dan Dipping
Otot Bahu: Military Press dan Shoulder Dumbell Press
Otot Biceps: Barbell Curl
Otot Hamstring: Hamstring Curl
2. Dengan Terbentuknya Hubungan Yang Kuat Antara Otak dan Otot (Mind-to-Muscle Connection).
Sesi latihan yang efektif dan aman (bebas dari cedera) adalah sesi latihan yang benar-benar merekrut serabut
otot maksimal pada bagian tubuh yang dilatih. Terbentuknya hubungan atau koneksi antara otak dan otot
sangatlah penting untuk memungkinkan sesi latihan yang efektif dan aman tersebut. Contoh yang paling jelas
adalah latihan bench press. Latihan bench press adalah latihan untuk otot dada yang melibatkan persendian
pada siku lengan dan bahu, berarti secara langsung latihan untuk otot dada ini didukung oleh 2 bagian otot,
yakni otot triceps (yang melekat pada persendian siku) dan otot deltoids depan (yang melekat pada otot bahu).
Tanpa koneksi yang baik antara otak dan otot, latihan bench press yang tadinya untuk memberikan tekanan dan
rekrut maksimal pada otot dada tidak akan terjadi, dan biasanya malahan melelahkan (merekrut) serta
meningkatkan risiko cedera pada otot yang lain (triceps dan bahu). Dengan terbentuknya koneksi antara otot dan
otak yang baik, maka pada latihan bench press, otot dadalah yang pada akhirnya bisa direkrut serabutnya
secara maksimal sekaligus meminimalisasi risiko cedera pada otot pendukung. Semakin baik dan kuat hubungan
antara otak dan otot, maka semakin tinggi dan efektif pula kualitas repetisi latihan beban yang kita lakukan.
3. Intensitas Latihan Beban Yang Tinggi
Intensitas latihan adalah besarnya kapasitas tenaga maksimal yang dikeluarkan untuk menggerakkan beban.
Semakin tinggi intensitas latihan, semakin tinggi pula tingkat penggunaan otot yang dilatih untuk menggerakkan
beban.
Intensitas latihan tertinggi diraih melalui 3 syarat yang saling berkaitan:
Jumlah repetisi maksimal dalam 1 set inti adalah 6-12, termasuk repetisi tambahan yang melampaui
repetisi gagal positif.
Jumlah set inti untuk otot besar (punggung, paha, hamstring, dada) adalah 9-12, dan jumlah set inti untuk
otot kecil (betis, biceps, triceps, perut, deltoids, trapezius) adalah 6-9.
Istirahat antar setiap set inti adalah antara 1,5 – 3 menit.
Kondisi atau syarat di atas lebih merupakan pedoman dasar daripada aturan. Namun informasi di atas adalah
gabungan antara pengetahuan akan aspek-aspek latihan yang telah dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian
yang ekstensif dan pembuktian di tempat latihan (gym) melalui pengalaman (trial and error) berlatih untuk
pertumbuhan otot selama lebih dari 20 tahun.
Meskipun demikian dalam merancang suatu pola latihan, yang perlu menjadi perhatian seluruh praktisi fitnes
maupun atlit adalah bahwa tidak ada seorang pun yang persis sama dengan orang lain. Setiap orang adalah
unik adanya, sehingga pola atau pilihan latihan yang efektif untuk seseorang belum tentu efektif untuk orang lain.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti rancangan genetika yang berbeda, asupan komposisi nutrisi makro
dan mikro yang berbeda, tingkat kebugaran tubuh yang berbeda, kualitas dan kuantitas istirahat yang berbeda,
tingkat pengalaman latihan yang berbeda, penguasaan tehnik latihan yang berbeda, usia dan profil hormon yang
berbeda.
Beberapa Salah Kaprah Mengenai Intensitas Latihan Beban
Tinggi rendahnya intensitas latihan seringkali masih disalahartikan oleh beberapa praktisi fitnes maupun atlit.
Beberapa di antaranya adalah:
Waktu istirahat antar set yang singkat
Anggapan ini muncul karena waktu istirahat yang singkat menyebabkan nafas yang tersenggal-senggal sehingga
muncul persepsi bahwa program latihan yang dijalani ini adalah program latihan yang keras. Cobalah menyimak
“3 syarat intensitas latihan tertinggi yang saling berkaitan” secara seksama dan hubungkan dengan penjelasan di
bawah ini.
Set inti (set dengan beban terberat setelah set-set pemanasan) selayaknya bisa dilakukan secara konsisten
untuk minimum 2-3 set ke depan. Kembali melakukan set inti secara terburu-buru karena paham istirahat antar
set yang singkat tidak memungkinkan kita untuk tetap menggunakan beban yang sama beratnya. Dan apabila
kita tidak bisa mencapai jumlah repetisi maksimal yang diharapkan (6-12) atau apabila kita harus menurunkan
beban untuk bisa mencapai jumlah repetisi maksimal yang diharapkan, maka sebenarnya kita telah menurunkan
intensitas latihan kita. Istirahat antar set inti yang lebih lama (1,5 – 3 menit) lebih memungkinkan kita untuk
memulihkan energi secara lebih baik, sehingga lebih memungkinkan kita untuk kembali melakukan set-set inti
selanjutnya dengan beban maksimal dan jumlah repetisi maksimal yang konsisten.
Waktu latihan yang lama
Lamanya waktu latihan tidak memberikan indikasi bahwa latihan tersebut memiliki intensitas yang tinggi, justru
sebaliknya. Apabila tubuh mampu melakukan latihan dalam kurun waktu yang lama, maka bisa kita pastikan
bahwa intensitas dari usaha yang dikeluarkan untuk melakukan latihan tersebut adalah rendah.
Untuk memahami argumen ini dengan baik, ada baiknya bila mengambil contoh antara orang A yang
mengangkat beban 20 kg dan B mengangkat beban 60 kg untuk latihan bench press dalam kondisi keduanya
memiliki tingkat kekuatan yang seimbang. Tentu saja A akan mampu mengangkat dengan jumlah repetisi lebih
banyak (sehingga memakan waktu lebih lama untuk menyelesaikan suatu set hingga gagal positif). Sedangkan
B, karena beban yang lebih berat hanya mampu melakukan jumlah repetisi yang lebih sedikit (dan waktu latihan
yang lebih singkat).
Atau contoh lain adalah tingkat upaya yang dilakukan oleh seorang sprinter dan seorang pelari marathon. Jelas
sekali bahwa dengan jarak yang lebih pendek, sang sprinter akan mengeluarkan upaya terbesarnya dari awal
hingga akhir untuk mencapai catatan waktu yang terbaik. Hal ini dilakukan karena ia mengetahui tidak perlu
menghemat tenaga dan upaya untuk jarak lari sependek 100 atau 200 meter. Sementara untuk sang pelari
marathon adalah mustahil untuk bisa mengeluarkan upaya yang setara dengan sang sprinter sepanjang 42
kilometer. Oleh karena itu untuk sang pelari marathon, adalah hal yang lebih bijaksana baginya untuk
mengeluarkan intensitas lari yang lebih rendah namun memungkinkan dirinya untuk berlari dengan jarak yang
lebih jauh sambil mencatat waktu yang terbaik.
Jadi menilik dari uraian di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa sebenarnya definisi dari intensitas
adalah pilihan latihan, kualitas eksekusi latihan dan beban latihan yang digunakan. Dan intensitas latihan
tertinggi (sekaligus yang menyebabkan rekrutmen serabut otot paling maksimal, dan rangsangan pertumbuhan
otot terbesar) adalah gabungan sempurna dari 3 point di atas dalam level yang paling tinggi.
Repetisi tinggi dengan beban “berat”
Ada pula beberapa individu yang mengungkapkan bahwa mereka berlatih dengan berat namun mampu
melakukannya dengan repetisi yang tinggi. Hal ini secara sederhana bisa dirangkum ke dalam satu kalimat,
yakni: “Beban yang ia pakai sudah terlalu ringan!”. Apabila seseorang mampu melakukan latihan dengan beban
100 kg dengan 30 repetisi, maka hampir dapat dipastikan orang tersebut mampu melakukan latihan dengan
beban 250 kg dengan jumlah repetisi yang lebih rendah dan kondusif terhadap pertumbuhan otot yakni di sekitar
6 – 12.
Repetisi terlalu rendah
Persepsi terhadap intensitas tinggi juga dialami oleh seorang praktisi fitnes atau atlit yang melakukan repetisi
latihan yang terlalu rendah dengan beban yang lebih tinggi. Misalnya apabila seseorang pada angkatan 50 kg
berhasil mencapai gagal positif pada repetisi ke-7 mencoba mengangkat 70 kg dengan 2-3 repetisi. Jumlah
repetisi antara 1 hingga 5 adalah jumlah repetisi untuk latihan yang berorientasi pada peningkatan kekuatan
(strength), bukan pada peningkatan massa otot. Meskipun secara intensitas jenis latihan ini tidaklah optimal
untuk pertumbuhan otot, namun program latihan dengan jumlah repetisi di bawah 6 ini bisa dilakukan di sela-sela
program latihan biasa. Karena ternyata menurut pengalaman, latihan dengan repetisi super rendah ini (1-5)
memungkinkan kita untuk bertambah kuat, sehingga pada saatnya kita kembali pada program latihan biasa
(peningkatan massa otot), beban angkatan untuk jumlah repetisi gagal positif 6-12 kita akan meningkat secara
signifikan.
Karakter Adaptasi Otot Rangka
Pertumbuhan otot rangka adalah suatu proses yang tidak dirancang secara otomatis dalam tubuh manusia.
Artinya, tubuh manusia memiliki mekanisme kodrati untuk bekerja secara efisien dan senyaman mungkin dengan
prinsip: tingkat penggunaan bagian tubuh menentukan tingkat bagian tubuh tersebut dipertahankan fungsinya.
Istilah di atas sebenarnya sama hakekatnya dengan istilah adaptasi. Oleh karena itu, pada hakekatnya, tubuh
manusia selalu berusaha mencapai suatu keadaan yang stabil dan konstan (tidak ingin berubah) yang
dinamakan homeostatis, dan cara untuk mencapainya adalah dengan selalu mencoba beradaptasi dengan
perubahan secepat mungkin.
Contohnya: orang yang baru tersadarkan kembali dari koma selama beberapa bulan pasti masih akan sulit untuk
melihat untuk beberapa hari atau minggu karena selama ia koma, matanya tidak digunakan. Contoh lain adalah
pada penderita patah tulang, di mana pada bagian yang patah (terutama lengan dan kaki / paha) harus dilindungi
dengan gips selama setidaknya 6 – 8 minggu. Setelah gips tersebut dibuka, maka akan jelas terlihat bahwa sisi
lengan/kaki/paha yang digips ternyata lebih kecil daripada sisi yang tidak digips.
Dua contoh di atas menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya tubuh kita adalah suatu sistem kompleks
yang sangat pintar dalam beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan cara mengatur efisiensi dari berbagai sistem
operasional tubuh. Bila ada bagian tubuh yang tidak dipakai, maka tubuh akan berusaha mengecilkannya agar
tidak terlalu memakan energi dalam mempertahankan keberadaannya. Bila ada bagian tubuh yang dipakai
secara intensif, maka tubuh juga akan menyesuaikan diri dengan membesarkannya agar mampu
mempersiapkan diri untuk tantangan intensif berikutnya. Dalam kata lain, otot yang tidak terpakai adalah otot
yang paling mungkin mengalami penyusutan tercepat dan otot yang terpakai adalah otot yang paling mungkin
dipertahankan oleh tubuh untuk mendukung kehidupan (survival).
Namun ada pula keunikan dari karakter pertumbuhan otot rangka ini, yakni kemampuannya untuk memperbaiki
dirinya dengan menjadi lebih besar yang sering dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan fitness sebagai
superkompensasi. Artinya, manakala kita memberikan rangsangan latihan beban pada tingkat intensitas
tertinggi, maka tubuh kita (dengan dukungan nutrisi dan istirahat yang cukup dan seimbang) akan memperbaiki
otot yang dilatih tersebut menjadi lebih besar agar tidak mudah tumbuh dari stimulasi latihan intensitas tertinggi
sebelumnya, atau hanya bisa tumbuh membesar apabila distimulasi oleh tingkat intensitas latihan yang lebih
tinggi lagi. Untungnya, otot yang lebih besar tersebut justru memberikan suatu pra-kondisi yang ideal untuk
memungkinkan kita berlatih dengan beban dan intensitas latihan yang lebih tinggi. Sehingga muncullah istilah
otot yang lebih besar adalah otot yang lebih kuat.
Superkompensasi ini juga tidak mungkin bisa terjadi dengan baik apabila tidak adanya peningkatan kebutuhan
akan protein (bahan dasar pembentukan otot) yang diakibatkan dari latihan beban yang maksimal tadi. Oleh
karena itu, sebenarnya bisa disimpulkan pula bahwa praktisi fitnes maupun atlit yang melakukan latihan beban
dengan intensitas tinggi dan progresif pasti memiliki kebutuhan protein yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan
besarnya kerusakan otot yang timbul, sehingga diperlukan pula tingkat asupan protein yang lebih tinggi daripada
individu yang tidak melakukan aktivitas latihan dengan intensitas maksimal progresif tersebut.
Siklus dan Filosofi Terjadinya Pertumbuhan Otot
Sebenarnya apa yang terjadi saat kita berlatih beban dengan intensitas tertinggi? Secara mendasar, hal tersebut
menyebabkan kerusakan pada otot. Intensitas tertinggi seperti yang telah di sebagai akibat dari rangsangan
(perekrutan) serabut otot yang maksimal. Kerusakan otot yang terjadi ini bukanlah suatu cedera besar,
melainkan suatu cedera kecil yang dapat diperbaiki atau dipulihkan melalui keberadaan elemen pendukung yan
tak kalah penting seperti protein (asam amino), karbohidrat, kalori yang cukup, kondisihormon yang kondusif,
serta porsi istirahat yang cukup. Jangka waktu pemulihan (recovery) ini bisa tergantung pada keberadaan dari
beberapa elemen yang baru disebutkan di atas, namun pada umumnya pemulihan untuk meraih
superkompensasi tersebut terjadi mulai dari segera sesudah latihan hingga 72 sampai 90 jam sesudah latihan.
Dalam proses istirahat ini, bukan saja otot-otot yang dilatih yang mengalami proses penyembuhan dan
pemulihan namun sistem pusat syaraf (Central Nervous System) juga mengalami pemulihan. Bahkan diyakini
sebenarnya lebih sulit dan lama untuk memulihkan sistem pusat syaraf daripada memulihkan otot secara lokal.
Hal ini dikarenakan sistem pusat syaraf tubuh mengendalikan banyak fungsi tubuh lainnya yang juga
mengkontribusikan pada tingkat stress yang diterima tubuh. Hal-hal seperti polusi udara, beban mental saat
bekerja, dan bahkan berkendaraan juga menimbulkan tekanan fisik dan mental pada sistem pusat syaraf.
Variasi Lain Untuk Rangsangan Otot (Latihan)
Beberapa ahli dan pelatih fitnes terkemuka juga meyakini suatu teori bahwa beban dan intensitas yang progresif
bukanlah menjadi satu-satunya tehnik untuk merangsang pertumbuhan otot dalam program latihan beban.
Menurut Charles Glass, seorang personal trainer yang sangat disegani dalam dunia binaraga di Amerika Serikat,
rangsangan untuk pertumbuhan otot juga bisa dicapai melalui variasi latihan yang berbeda.
Beberapa variasi latihan yang dikenal adalah:
Mengganti latihan biasa dengan latihan yang berbeda
Sudah menjadi pengetahuan kita semua bahwa tersedia banyak sekali jenis latihan beban untuk setiap otot yang
kita miliki, dan umumnya tidak semua jenis latihan tersebut dilaksanakan setiap kita berlatih. Umumnya seorang
praktisi fitnes atau atlit hanya akan memilih 3-4 jenis latihan yang akan dilakukannya secara konsisten untuk 8-
10 minggu ke depan. Menurut pengalaman berlatih yang ada, melewati tenggang waktu tersebut dengan jenis
latihan yang sama tidak akan menghasilkan adaptasi (pertumbuhan) otot yang sebaik pada minggu-minggu
awal. Oleh karena itu, adalah sangat umum ditemukan di antara para praktisi fitnes maupun atlit untuk merotasi
jenis latihan yang digunakan setiap 8-10 minggu.
Contoh:
Pilihan latihan dada untuk 8 minggu pertama:
Flat Barbell Bench Press
Incline Dumbell Press
Dumbell Pullover
Cable Crossover
Pilihan latihan dada untuk 8 minggu kedua:
Incline Smith Machine Press
Decline Dumbell Press
Flat Dumbell Flyes
Bodyweight Vertical Dipping
Superset
Tehnik ini adalah melakukan latihan untuk dua jenis otot yang berlawanan secara berturut-turut. Dalam hal ini
beberapa otot yang bisa dilatih secara superset adalah:
Hamstring dan Paha Depan
Biceps dan Triceps
Perut (Abdominal) dan Punggung bagian Bawah (Erector)
Dada (Pectoral) dan Punggun bagian Atas
Contoh latihan superset untuk biceps dan triceps adalah dengan melakukan 1 set untuk biceps terlebih dahulu,
kemudian tanpa istirahat antar set, segera melakukan 1 set untuk triceps.
Compound Set
Tehnik ini adalah melakukan 2 jenis latihan untuk 1 otot yang sama secara berturut-turut, namun dengan jenis
latihan yang berbeda untuk tiap set-nya dan tanpa istirahat antar set. Contohnya: Untuk latihan trapezius (leher
belakang bagian bawah / bahu), melakukan 1 set barbell shrugs yang kemudian dilanjutkan dengan 1 set upright
rows. Gabungan dari 2 jenis latihan ini yang mana masing-masing dilakukan 1 set tanpa istirahat dianggap
sebagai 1 compound set.
Giant Set
Tehnik ini pada dasarnya adalah compound set, namun dengan jenis latihan yang lebih banyak lagi dan tetap
dilakukan secara berturut-turut dengan sedikit atau tanpa istirahat.
Drop Set
Adalah tehnik latihan yang hanya bisa dilakukan apabila kita telah mencapai set inti dengan beban terberat
hingga gagal-positif, kemudian tanpa istirahat, kita langsung melakukan jenis latihan yang sama, namun dengan
beban yang lebih ringan hingga gagal-positif lagi. Demikian selanjutnya dengan beban yang semakin ringan
hingga kita memutuskan untuk berhenti. 1 kesatuan besar ini di namakan 1 set.
Contoh:
Dengan Barbell Bench Press
3 set pemanasan 40 Kg, 50 Kg, 60 Kg (Istirahat 30 detik antar set)
Set Inti 1: 80 Kg
Set Inti 2: 80 Kg
Set Inti 3: 80 Kg, 70 Kg, 50 Kg, 40 Kg, 30 Kg (tanpa istirahat)
Dan apabila diilustrasikan maka akan terlihat sebagai berikut:
1. Latihan (Rangsangan Untuk Menimbulkan Ketidaknyamanan)
Perekrutan Serabut Otot Maksimal
Intensitas Latihan Maksimal
Cedera dan Inflamasi Otot
2. Nutrisi (Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin, Mineral, Suplemen)
Suplai Nutrisi Pemulihan
Suplai Energi Pemulihan
Bahan Dasar Pembentukan Otot
Pendukung Kesehatan Optimal
Regenerasi & Penyembuhan Sel-Sel Tubuh
3. Pemulihan (Dimulai dan Diakhirinya Proses Adaptasi)
Waktu Yang Diperlukan Untuk Mengurai dan Menggunakan Nutrisi Yang Masuk
Waktu Yang Diperlukan Untuk Proses Adaptasi dan Superkompensasi
Memberikan Lingkungan Hormonal Yang Kondusif
Kesempatan Untuk Mengolah Nutrisi Menjadi Energi
Waktu Yang Diperlukan Tubuh Untuk Regenerasi & Penyembuhan Sel-Sel
Kesempatan Untuk Mengistirahatkan Otot dan Sistem Syaraf Tubuh Dari Tekanan