faktor – faktor yang mendukung seseorang untuk memilih penggunaan suntik kb dmpa menurut umur,...

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang  Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan  preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian, untuk mengoptimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebu t har us disedi aka n bag i wanita den gan cara men gga bun gka n dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga res ponsif terhadap berbagai tahap ke hi dupa n repr oduksi wani ta. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah sat u usaha untuk me nurunkan angka ke sakit an dan ke matian ibu ya ng sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.  Bany ak wanit a merasa kan kesuli tan menen tukan pilih an kont rasepsi. !i dak hanya kar ena ter bat asny a "umlah met ode ya ng ters edi a, tet api "ug a karena metode#met ode tersebu t mung kin tidak dapat diteri ma sehubu ngan dengan kebi"akan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau bia ya unt uk mempero leh kon tras eps i. $al am memilih sua tu met ode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehat an mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, ker"asama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak. %

Upload: rizal-marhadi

Post on 10-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hhhkhk

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG

PAGE 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian, untuk mengoptimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.1 Banyak wanita merasakan kesulitan menentukan pilihan kontrasepsi. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.2

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.

Sarana utama program KB adalah alat kontrasepsi. Untuk kelancaran pelaksanaan program, maka penyediaan alat kontrasepsi dalam jumlah yang lebih memadai, dengan mutu yang lebih baik dan peningkatan penyalurannya terus diupayakan. Sehubungan dengan itu, maka pola penyediaan alat kontrasepsi telah dimantapkan dari tingkat nasional sampai tingkat desa dan pedukuhan/ sub desa. Dengan demikian penyediaan sarana program KB baik jenis, jumlah maupun ketetapan waktu dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Kontrasepsi hormonal (Progesteron) terkadang menimbulkan gangguan menstruasi darah yang keluar sedikit dan tidak teratur. Hal itu tidak berbahaya bagi kesehatan. Maka, alternatif lain adalah menggunakan suntik KB. Sama-sama hormonal. Hanya saja suntik KB memiliki masa suntik bervariasi. Ada per satu bulan. Ada pula per tiga bulan.3

Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid).4 Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data yang ada dibalai pengobatan Eka Sakti semarang tahun 2006 jumlah akseptor KB aktif 525 ( 100% )orang dari total PUS (1.252 ) yang memakai suntikan : 404 ( 76,95 %). Suntikan dibagi menjadi 2 yaitu suntikan 1 bulan (cyclo) 92 (19,8%), suntik 3 bulan (DMPA) yaitu 312 (57,14%), MOW : 15 (37, 8%) , MOP: -( 0% ), implant : 3 (1, 19%), pill: 58 ( 11, 04% ), kondom : 25 ( 9, 92% ), IUD : 20 (7, 93 %).(5)

Metode kontrasepsi yang banyak dipilih oleh akseptor KB di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang salah satunya adalah KB suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat / DMPA ( 57,14 % ). Karena akseptor menilai ada banyak keuntungan dari metode ini antara lain : Efektivitas tinggi karena angka kegagalan rendah, Reversibilitas tinggi karena kembali segera setelah pemakain dihentikan, Tidak menghambat produksi ASI, Praktis karena tidak di pakai setiap hari seperti oral pil sehingga resiko lupa jarang, Murah dan mudah di jangkau.

Sehubungan dengan kondisi di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mendukung seseorang untuk memilih penggunaan KB suntik DMPA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti dapat merumuskan masalah faktor faktor yang mendukung seseorang untuk memilih penggunaan suntik KB DMPA menurut umur, paritas, tingkat pendidikan, informasi, tingkat ekonomi, dukungan keluarga,sosial budaya di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mendukung seseorang untuk memilih penggunaan suntik DMPA menurut umur, paritas, tingkat pendidikan, informasi, tingkat ekonomi, dukungan keluarga, dan sosial budaya di BP Eka Sakti Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA berdasarkan umur.

b. Menggambarkan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan paritas.

c. Menggambarkan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan tingkat pendidikan.

d. Menggambarkan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan informasi

e. Menggamvarkan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan dukungan keluarga.

f. Menggambarkan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan tingkat ekonomi.

g. Menggambarkan pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan sosial budaya.

D. Mamfaat Penlitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi instansi terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat di pakai oleh para pengelolanya untuk menentukan strategi perencanaan dan jenis/ metode/ tehnik penyampaian yang paling sesuai untuk perubahan perilaku masyarakat dalam upaya pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai.

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Memberikan masukan/ informasi mengenai pengetahuan masyarakat tentang faktor faktor yang mendukung seseorang untuk memilih penggunaan KB suntik DMPA.

3. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman langsung bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dalam bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep teori

1. Keluarga berencana

1) Pengertian

Menurut WHO (Word Health Organization ) Expert Committe (1970) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.6 Definisi lain keluarga berencana adalah daya upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hokum dan moral pancasila demi untuk kesejahteraan keluarga.7 Tujuan dari KB adalah mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS). Untuk mencapai tujuan tersebut penggarapan program nasional KB diarahkan pada dua bentuk sasaran yaitu sasaran langsung dan tak langsung.

a. Sasaran langsung

Pasangan usia subur (15 49 tahun), dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta KB aktif sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas.

b. Sasaran tidak langsung

Yaitu organisasi organisasi, lembaga lembaga kemasyarakat, instansi instansi pemerintah maupun swasta, serta tokoh tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.6

Teori diatas dapat disimpulkan bahwa Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengatur kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam keluarga dengan tujuan untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Pembahasan berikut mengenai kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.(8)

Pendapat lain mengatakan bahwa kontrasepsi atau antikonsepsi (conseptiaon control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat, atau obat obatan.(9) Tujuan umum dari kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS, sedangkan tujuan pokoknya adalah penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran, yaitu fase menunda kesuburan, menjarangkan kehamilan, dan menghentikan / mengakhiri kehamilan / kesuburan.

a) Fase menunda / mencegah kehamilan

fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamialannya. Alas an menunda / mencegah kehamilan antara lain : umur dibawah 20 tahun, prioritas penggunaan kontrasepsi pil, penggunaan kondom kurang menguntungkan. Ciri- ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah kontrasepsi dengan reversibilitas tinggi serta evekifitas yang tinggi.

b) Fase menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 4 tahun. Alas an menjarangkan kelahiran adalah umur umur antara 20 30 tahun, segera setelah anak pertama lahir, kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi.

Ciri ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah efektivitas cukup tinggi, reversibilitas cukup tinggi, dapat dipakai 2 4 serta tidak menghambat ASI.

c) Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan

Periode umur istri diatas 30 tahun, twerutama diatas 3 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 oarang anak. Alas an mengakhiri kesuburan adalah ibu ibu dengan usia diatas 30 tahun, dianjurkan untuk tidak mempunyai anak karena alasan medis atau alasan yang lainnya.

Ciri ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah efektivitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada.(6) Keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dan sperma yang matang dengan tujuan untuk menunda kesuburan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan/mengakhiri kehamilan.

Macam macam metode kontrasepsi antara lain : metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode diafragma, metode kondom, metode spermisid vaginal, PIL dan metode hormonal (suntik DMPA).(6)

2. Kontrasepsi Depo Medroksi Progeteron Asetat (DMPA)

1) Pengertian

kontrasepsi hormonal yang hanya berisi hormone progesterone, tidak mengandung estrogen. Mempunyai efek sama dengan progesterone asli dari tubuh manusia. Dosisnya 150 mg depo medroksi progesterone asetat dalam 3 cc larutan air yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan intramuscular di daerah gluteus.(10)2) Farmakologi

Proses farmako kinetic pada depo medroksi progesterone asetat adalah sebagai berikut :

DMPA yang diberikan secara parenteral merupakan steroid progestin yang berkinerja panjang pada dosis 100 mg/ ml, setengah dari konsentrasi awalnya di capai selama kira kira 27 hari, sedangkan pada dosis 400 mg/ml selama kira kira 80 hari, penyebab kinerja panjang adalah karena lambatnya absorbsi dari tempay suntikan.

Metabolit utama dari medroksi progesterone asetat adalah 6-A-methyl-6B,17alpha,21-thyhydroxy-4-pregnene-3,20-dione-17-acetae, dikeluarkan dalam air seni.(6)3) Cara Kerja Obat

Meknisme kerja kontrasepsi suntikan yang mengandung progesterone dalam mencegah kehamilan

a) Cara kerja hormone progesterone :

Progesterone pada kontrasepsi hormonal menekan sekresi releasing factor hypothalamus dengan akibat FSH dan LH hipofisis terhambat, sehingga ovulasi dapat dicegah.

Progesterone dapat mengubah jumlah dan konsistensi mucus kelenjar serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat masuknya sperma.

Sehingga progesterone mempunyai khasiat kontrasepsi, sebagai berikut:

(a). Lendir serviks mengalami perubahan menjadi pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.

(b).Penghambatan ovulasi melalui fungsi hypothalamus, hipofisis, dan ovarium.

(c). Menghambat proses kapasiotas spermatozoa sehingga tidak mampu membuahi ovum.

(d).Menghambat perjalanan ovum (jika progesterone diberikan sebelum konsepsi).

(e).Menghambat implantasi (jika progesterone diberikan sebelum ovulasi dapat terjadi, produksi progesterone dari korpus luteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat).(11)

4) Efek Pemberian

Pada siklus haid bawah pengaruh kornifikasi sel sel vagina yang mencapai puncaknya pada ovulasi, lambat laun berkurang dan terjadi pengelompokan sel sel tersebut. Begitupula sekresi dari kelenjar kelenjar serviks uteri menggenang, meskipun menjadi lebih kental dan sebagai halangan untuk penetrasi spermatozoa dalam uterus. Progesterone merubah pula endrometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi untuk mempersiapkan nidasi ovum yang telah dibuahi.

Pemakain progesterone secara terus menerus akan mengakibatkan menipisnya lapisan endometrium sehingga akan merusak dinding kapiler arteriol di endometrium. Perdarahan terjadi melalui arteriol yang rusak dan terbentuk hematom atau lansung keluar dari arteriol yang pecah. Tetapi untuk mendapat kegunaan progesterone yang efektif, hormone tersebut perlu di berikan secara terus menerus, atau di bagi merata dan diberikan dalam waktu tertentu.

5) Waktu Pemberian kontrasepsi Suntikan

3. Pasca persalinan sampai 40 hari, sebelum bersetubuh dengan suami.

4. Pasca keguguran sampai 7 hari

5. Interval dengan anak hidup minimal satu, diberikan hari ke lima haid, agar yakin klien tidak dalam keadaan hamil.

Klien harus mendapatkan suntikan lagi pada satu bulan untuk pemakai cyclofem, dua bulan untuk noristerat dan tiga bulan untuk depo provera.(12)6) Keuntungan kontrasepsi suntikan

1. Sangat efektif (99,6%)

2. Resiko terhadap kesehatan kecil

3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

4. Pemeriksaan dalam tidak dibutuhkan pada pemeriksaan awal

5. Dapat dilaksanakan oleh tenaga medis

6. Suntikan noristerat dan depoprovera tidak mengandung estrogen sehingga tidak mempengaruhi secara serius penderita penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah.

7. Tidak mempengaruhi pemberian ASI, kecuali suntikan cyclofem

8. Reaksi suntikan sangat cepat (< 24 jam)

9. Dapat digunakan oleh wanita tua (diatas 35 tahun) kecuali cyclofem.

10. Tidak ada ketergantungan peserta kecuali kembali suntik 1,2 atau 3 bulan

11. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

12. Tidak perlu diingat kecuali kembali untuk suntikan berikutnya.

13. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

14. Jangka panjang

15. Sangat efektif walaupun peserta terlambat suntik 1 minggu dari jadual yang ditentukan.

16. Sangat berguna untuk klien yang ingin hamil lagi tetapi belum bersedia untuk mengikuti strerilisasi (tubektomi).(12)7) Kerugian kontrasepsi suntiakan

1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

1) Siklus haid yang memendek atau memanjang

2) Perdarahan yang banyak atau sedikit

3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting)

4) Tidak haid sama sekali

2) Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntik)

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu waktu sebelum suntikan berikutnya

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV

6) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan pada organ genetalia, melainkan karena habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)

7) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.

8) Pada peggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas)

9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang) sakit kepala, nervositas, jerawat.(12)8) Efek Samping

1) Gangguan siklus haid

(a). Gejala / keluhan

(1). Amenorea adalah siklus menstruasi terhenti ? tidak datang sama sekali

(2). Spooting adalah berupa bercak bercak / menetes perdarahan menstruasi yang timbul dalam interval siklus menstruasi

(3). Metrorrhagia / breakthough bleeding adalah perdarahan diluar siklus haid

(4). Menorrhagia adalah perdarahan lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya.

Jumlah kehilangan darah selam haid pada wanita normal berkisar 25 60 ml dengan rata rata 33 ml, pada wanita tua lebih banyak, jika kehilangan darah lebih dari 80 ml keadaan ini sudah dianggap abnormal. (13)(b). Penyebab

Karena adanya ketidak sinambungan hormone sehingga endometrium mengalami perubahan histology. Keadaan amenoorrea disebabkan atropi endometrium.

2) Keputihan (leukorea)

(a). Gejala

Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih dimulut vagina

(b). Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur tumbuh didalam vagina dan menimbulkan keputihan

3) Perubahan berat badan

a) Gejala

(a). Berat badan bertambah naik

Kenaikan berat badan untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3 2,9 kg

(b). Berat badan berkurang

Setiap tahun penurunan BB antara 1,6 1.9 kg

b) Penyebab

Belum terlalu jelas

Terjadinya kenaikan BB, kemungkinan disebabkan karena hormone progesterone mempermudah perubahan karbohidart dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah, selain itu hormone progesterone juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktifitas fisik, akibat pemakaian suntikan dapat menyebabkan BB bertambah.

4) Depresi

( a). Gejala

Perasaan lesu (lethargi), tidak bersemangat dalam kerja / kehidupan.

(b). Penyebab

Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone terutama yang berisi 19 norsteroid menyebabkan kurangnya Vit B6 (piroksin didalam tubuh) serta adanya retensi garam

5) Jerawat.

(a). Gejala

Timbul jerawat pada wajah

(b). Penyebab

Progestinya, terutama 19-norprogestin menyebabkan peningkatan kadar lemak.

6) Pusing / sakit kepala/ migraine

(a). Gejala

Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat

(b). Penyebab

Belum ada kesepakatan dikalangan para ahli tentang penyebabnya

Hal ini karena dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap progesterone

Rasa mual sampai muntah seperti hamil muda, terjadi pada bulan bulan pertama pemakain.

(b). penyebab

Terjadi karena reaksi tubuh terhadap hormone progesterone yang mempengaruhi produksi asam lambung.(6)

3. faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi

a. Umur.

Umur merupakan salah satu faktor yang menggambarkan kematangan seseorang secara fisik, psikis dan sosial, sehingga membuat seseorang mampu lebih baik dalam proses pembentukan perilakunya. (14)

Usia atau umur wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai antara remaja dan wanita periminoupus perlu mendapatkan perhtian khusus.

Berbeda dengan remaja, wanita periminoupus lebih besar kemungkinannya memiliki kontraindikasi medis dari pada kontaindikasi perilaku untuk menggunakan metode tertentu. Metode hormon yang menyebabkan pola haid irregular mungkin tidak sesuai karena menyamarkan perdarahan ireguler yang berkitan dengan masalah ginekologis. Walaupun masih terdapat kekurangan, wanita periminoupus lebih cocok menggunakan kontarsepsi oral estrogen progesteron.(10)

b. Tingkat pendidikan.

Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar dan hasil dari proses tersebut adalah seperangkat perilakunya. Seseorang yang berpendidikan tinggi perilakunya akan berbeda dengan seseorang yang berpendidikan rendah.(16).

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilih suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa kontrasepsi suntik telah banyak dipilih oleh pasangan suami istri. Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidiakn menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko terkai dengan sebagian metode kontrasepsi modern.(10)

c. Sumber Informasi

Sebaimana kita ketahui bahwa dewasa ini pemilihan pesawat radio dan TV di masyarakat kita telah meningkat. Penyebaran kedua jenis pesawat tersebut tidak hanya terbatas dikota saja melainkan sudah sampai kedesa desa pelosok tanah air. Keadaan ini merupakn hal yang positif bagi pemerintah dalam penyampain berita berita pembangunan dan perkembangannya. Melalui media ini berita KB disampaikan masyarakat dapat secara lansung mendengar, melihat atau membaca.10

d. Paritas

Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). Sedangkan primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.

Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu metode secara medis. Secara umum, wanita nulipara lebih sulit untuk menentukan pemilihan metode KB karena wanita tersebut ingin mempunyai anak lagi dan mungkin program tersebut dapat mempengaruhi kesuburn di masa depan berbeda dengan wanita multipara yang memang bertujuan untuk mengakhiri kehamilan. Oleh karena itu program harus sesuai dan secara cermat mengenai pemilihan kontarsepsi dan memberitahu mengenai pilihan kontrasepsi yang sesuai.(10)

e. Dukungan keluarga.

Dukungan keluarga sering memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakain metode kontrasepsi oleh suatu pasangan. Bahwa pemilihan kontrasepsi dibuat oleh atau dengan suami atau keluarga.(10)

Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi :

a. Sosial budaya

Masyaakat indonesia dewasa ini umumnya telah menerima gagasan KB meskipun dalam kenyataanya ada sebagian yang belum dapat menerimanya, tapi karena keinginan menyatu atau rasa solidaritas, akhirnya mereka terpaksa berusaha menerima atau tetap belum menerima namun tidak memperhatikan sikap tersebut pada anggota masyarakat lain. Faktor lingkungan lain tidak kalah penting adalah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, bahwa pemerintah, tokoh tokoh masyarakat akan berusaha membawa masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Keterlibatan tokoh masyrakat akan semakin meningkat keikut sertaan akseptor dalam gerakan KB.

Meningkatnya peranan wanita merupakan kondisi yang sangat mendukung dalam pelaksanaan gerakan KB, ada sementara orang yang berpendapat bahwa hubungan jumlah anak yang dimilki seorang ibu dengan keaktifanya diluar rumah sangat erat, yaitu tambah aktif seorang ibu di luar rukah tambah sedikit keinginan untuk punya anak banyak. Yang dimaksud keaktifan diluar rumah adalah keaktifan yang bersifat yaitu tanpa meninggalkan atau mengabaikan kesejahteraan keluarga mereka.

b. Efektifitas metode Efektifitas suatu metode kontrasepsi spesifik jelas merupakan hal yang sangat diperhatiakn oleh pemakai. Program KB dapat memiliki pengaruh yang cukup besar pad efektifitas pemakain berbagai metode kontrasepsi. Dengan memberikan pendidikan yang sesuai, dan perawatan tindak lanjut, dapat membantu menurunkan kegagalan salah satu progaram KB.(10)

c. Hemat Biaya Hal terpenting dalam pengelolaan program KB adalah hemat biaya dalam penyediaan berbagai metode kontrasepsi. Sebagaian program memiliki sumber daya yang terbatas dan target untuk mencapai prevalensi kontrasepsi yang tinggi. Secara umum tujuan setiap program yang dijalankan dengan baik adalah untuk memaksimalkan input dan output tidak saja meliputi biaya komoditas, tetapi juga biaya obat dan petugas.(10)

d. Jarak Rumah dengan tempat pelayanan kesehatan.

Biasanya akseptor yang bertempat tinggal jauh dari tempat pelayanan kesehatan cenderung lebih sedikit frekuensi kunjunganya ketempat pelayanan kesehatan dari pada akseptor yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat pelayanan kesehatan. Hal ini juga ditunjang dengan adanya kelancaran transportasi sehingga orang akan dengan mudah pergi dari satu tempat ketempat lain meskipun jaraknya jauh.(10,12)

4. Akseptor KB

1. Pengertian

pasangan usia subur yang menggunakan salah satu cara atau alat kontasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri.penggolongan peserta KB menurut umur antara lain :

Umur ibu kurang dari 20 tahun, Umur ibu antara 20--30 tahun, Umur ibu di atas 30 tahun.(12)

B. kerangka teori

Gambar 1

: Kerangka Konsep

Sumber diterangkan : ( 6,10,12,14,16 )

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

B. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang variabel bebas yaitu meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, sumber informasi, dukungan keluarga dan sosial budaya15. Sedangkan rancangan yang digunakan adalah survei yaitu metode penelitian dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi tertentu, dalam waktu tertentu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. 16

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti.17 Populasi dalam penelitian ini adalah para akseptor KB suntik DMPA yang berkunjung di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang selama bulan Januari - September 2007 sebanyak 312 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang di pilih dengan sampling untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi. 18

Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat memilih dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sehingga sampel kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Para akseptor KB suntik DMPA yang berkunjung di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat memilih sampel karena tidak memenuhi syarat penelitian, menolak menjadi responden atau keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

1) Para akseptor KB yang memilih kontrasepsi pil, spiral, MOW, spesmisida, MOP

2) Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

3. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel.18 Karena jumlah populasi di bawah 10.000, maka penentuan besar sampel dihitung menggunakan rumus. 16

N

n =

1 + N (d)

n : besar sampel

N : besar populasi

d : penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan yaitu sebesar 10% atau 0,1

Sehingga apabila jumlah akseptor KB Suntik DMPA pada bulan Januari September sebanyak 404 orang, maka :

312

n =

1+ 404 (0,1)

312

=

5,04

= 61,9 = 62 Orang

Jadi jumlah sampel yang didapatkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut sebanyak 62 responden.

4. Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. 18

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling atau sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, melalui pengundian lintingan kertas yang sudah terisi nomor responden. Dimana nomor yang keluar merupakan sampel dalam penelitian ini.

D. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang.

E. Definisi istilah dan variabel penelitian

1. Definisi Istilah

a. Akseptor KB

Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang menggunakan salah satu cara atau alat kontasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Dapat dilihat dari kartu peserta KB.10

b. Alat kontrasepsi suntik DMPA

Adalah alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah kehamilan yang berisi sintesa hormonal (medroksi progesteron asetat) yang dapat diberikan melalui suntikan secara intramuskuler di daerah pantat.10

c. Paritas

Adalah jumlah kelahiran yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Dapat ditanyakan kepada ibu berapa kali ia pernah melahirkan. 10

d. Umur

Adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Dapat dilihat dari KTP, surat kelahiran atau akta kelahiran responden. 14

e. Tingkat Pendidikan

Adalah suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh departemen pendidikan danm kebudayaan. Dapat dilihat dari surat ijasah terakhir responden. 16

f. Sumber Informasi

Adalah perangkat fakta tentang tingkat paparan informasi baik dari media massa, cetak maupun media elektronik tentang KB.10

g. Tingkat Ekonomi

Adalah suatu keadaan dimana ekonomi suatu keluarga diukur dengan jumlah rupiah pendapatan/ penghasilan rata rata kab semarang.10

h. Dukungan Keluarga

Adalah dukungan keluarga dalam menentukan metode kontrasepsi. 10

i. Sosial Budaya

Adalah pola kebiasaan tata pergaulan norma nilai nilai dan adat istiadat yang berlaku didalam kehidupan masyarakat.10

2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasional dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya. 16 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, suber informasi, dukungan keluarga dan variabel terikat yaitu pengguna KB suntik DMPA.

F. Alat penelitian dan cara pengumpulan data

1. Alat Penelitian

Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi judul, nomor responden, umur, paritas, tingkat pendidikan, informasi, tingkat ekonomi, dukungan keluarga dan sosial budaya. Statu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. 13

Setelah kuesioner sebagai alat penelitian selesai disusun, kemudian dilakukan uji validitas dalam penelitian ini meliputi pengujian terhadap validitas isi darin kuesioner (content validity) yaitu dilakukan dengan cara membandingkan antara isi kuesioner dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan secara teori.17

a. Pada umur ibu dikategorikan menjadi 3 yaitu usia < 20 tahun, 20-30 tahun, > 30 tahun. Hal ini sesuai dengan pendit (2007) yang menyatakan kelompok pemakai kontrasepsi adalah remaja, dewasa dan pre menoupouse. Hal ini untuk mengetahui berbagai distribus frekuensi dari umur.

b. Pada paritas ibu dikategorikan menjadi 4 yaitu Belem pernah melahirkan, 1 kali, 2 kali, dan lain- lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan pendit (2007), yang membagi paritas ibu menjadi Belem pernah melahirkan, nulipara, multipara.

c. Pada status tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 5 yaitu tidak pernah sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendit (2007) bahwa status pendidikan dibagi menjadi SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi yang menyatakan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif dan tidak mempunyai resiko tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah ataupun tidak sekolah.d. Pada sumber informasi dikategorikan menjadi 4 yaitu media cetak, media elektronik, petugas kesehatan, akseptor lain. Hal ini dibuat berdasarkan pendit (2007). Yang membagi sumber informasi yaitu media cetak, elektronik, petugas kesehatan, dan akseptor lain. Yang mempunyai tujuan tahu dan tidak tahu terhadap statu informasi.e. Pada tingkat ekonomi dikategorikan menjadi 2 yaitu pendapatan dan pengeluaran. Hal ini sesuai dengan pendit (2007) bahwa pendapatan seorang akseptor akan mempengaruhi pemilihan terhadap kontrasepsi yang sesuai. f. Pada dukungan keluarga dikategorikan menjadi 2 yaitu mendukung dan tidak mendukung. Hal ini dibuat sesuai dengan teori friedmenn yang membagi keluarga menjadi keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II dan keluarga sejahtera IIIg. Pada sosial budaya dikategorikan menjadi 2 yaitu mendukung dan tidak mendukung. Hal ini sesuai dengan pendit (2007) yang menyatakan kepercayaan masyarakat untuk mendukung dan tidak mendukung dilihat dari religius dan budaya lingkungan. 2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada seluruh responden. Dimana dalam pembagian kuesioner peneliti dibantu oleh rekam medis BP. Eka Sakti Semarang untuk kelancaran dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu meminta ijin kepada kepala penanggung jawab BP. Eka Sakti dimana penelitian ini dilakukan. Penelitian juga menggunakan consent yang diberikan kepada calon responden dan di tanda tangani calon responden. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak ataupun mengundurkan diri karena sesuatu hal tanpa sangsi.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yang diperoleh melalui kuesioner yang meliputi :

a. Umur

Usia ibu saat ini

b. Paritas

Berapa kali ibu pernah melahirkan

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan terakhir ibu

d. Tingkat ekonomi

1. Pendapatan keluarga perbulan

2. Pengeluaran keluarga perbulan

e. Sumber Informasi

Darimana ibu memperoleh informasi tentang KB

f. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dalam pemilihan alat kontrasepsi

g. Sosial budaya

Kebiasaan untuk melakukan kontrasepsi

3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini terbagi atas tahap-tahap sebagai berikut :

1) Membuat Permohonan ijin Penelitian kepada instansi terkait.

2) Melaksanakan uji validitas dan reliabilitas instrument

3) Instrument yang telah teruji didistribusikan kepada responden untuk diisi secara lengkap yang sebelumnya diberikan penjelasan singkat mengenai tujuan dan sifat keikutsertaan responden dalam penelitian.

4) Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dikembalikan kepada peneliti.

G. Tekhnik pengolahan dan analisis data

1. Tekhnik pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. coding

coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut jenisnya. Coding dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka. Untuk selanjutnya dimasukan dalam tabel kerja untuk mempermudah pembacaan

2. editing

Data diperiksa kembali kelengkapan jawaban, konsistensi, dan relevansi jawaban terhadap kuesioner yang diberikan

3. Tabulasi

Tabulasi dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah diperoleh kedalam tabel sesuai dengan kriteria.

2. Analisa Data

Dalam penelitian ini data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara menceritakan atau menggambarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi H. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala Balai Pengotan Eka Sakti untuk mendapatkan persetujuan, yang sebelumnya peneliti minta ijin kepada bagian rekam medis kemudian melakukan negosiasi dengan para akseptor KB dan meminta persetujuannya untuk jadi responden dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent

Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia menjadi responden maka harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika subyek menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada hasil pembahasan penelitian nantinya.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

I. Jadwal penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai bulan 25 November 2007 sampai dengan 25 Desember 2007.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Balai Pengobatan Eka Sakti semarang dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 62 responden. Pengumpulan data dimulai dengan membagikan angket kuesioner pada akseptor KB yang memakai KB suntik DMPA. Karena lingkup waktu yang tidak memungkinkan, maka peneliti meminta bantuan petugas rekam medis dan apoteker untuk menyebarkan kuesioner, yang sebelumnya di beri informasi singkat mengenai tujuan dan isi kuesioner.

Dari 62 kuesioner yang disebarkan seluruhnya dikembalikan kepada peneliti dengan lengkap sehingga di hasilkan response rate sebesar 100%

1. Umur

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan umur akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Umur frekuensi Prosentase

< 20 thn - -

20-30 thn 26 42%

> 30 thn 36 58%

Total 62 100%

Berdasarkan analisa pada tabel 4.1 menunjukkan 58 % (36) responden berumur > 30 tahun dan 42 % berumur 20-30 tahun.

2. Paritas

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Kelahiran Ibu Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Paritas frekuensi Prosentase

Belum pernah - -

1 kali 23 37,0%

2 kali 27 43,5%

> 3 kali 12 19,5%

Total 62 100%

Tabel 4.2 menunjukkan 43 % (27) responden paritas melahirkan 2 kali, 37 % (23) responden paritas melahirkan 1 kali dan 19,5 % (12) responden paritas melahirkan lebih dari 3 kali.

3. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Pendidikan frekuensi prosentase

Tidak pernah sekolah - -

SD 30 48,3%

SMP 15 24,2%

SMA 17 27,5%

Perguruan Tinggi - -

Total 62 100%

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat di tabel 4.3, pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SD, yaitu 48,3%(30)responden, sedangkan SMA yaitu 27,5% (17), dan sisanya yaitu SMP sebanyak 24,2%(15) responden.

4. Informasi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi Ibu Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Informasi frekuensi prosentase

Media cetak 2 3,2%

Media elektronik 2 3,2%

Petugas kesehatan 42 67,7%

Akseptor lain 16 25,9%

Total 62 100%

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.4 yaitu diketahui responden memperoleh informasi dari petugas kesehatan 67,7% (42 )responden dari akseptor lain yaitu25,9% ( 16 ) responden, dan dari media cetak yaitu3,2% ( 2 ) responden , sedangkan 3,2% (2)responden dari media elektronik.

5. Tingkat Ekonomi

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Pendapatan frekuensi prosentase

< Rp.500.000,- 27 43,5%

Rp. 500.0000 Rp. 1.500.0000,- 35 56,5%

Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 - -

> Rp. 2.000.000,- - -

Total 62 100%

Berdasarkan analisa data pada tabel 4.5 diketahui bahwa pendapatan responden terbanyak 56,5% ( 35 ) responden adalah Rp 500.000-1.500.000,- sedangkan kurang dari Rp.500.000,- yaitu43,5% (27) responden.

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengeluaran Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Pengeluaran frekuensi prosentase

Rp < 500.000,- 20 32,3%

Rp 500.000-1.500.000,- 42 67,7

Rp 1.500.000-2.000.000,- - -

Rp > 2.000.000,- - -

Total 62 100%

Berdasarkan analisa data pada tabel 4.6, diketahui bahwa pengeluaran responden terbanyak 67,7% (42)responden adalah Rp 500.000-1.500.000,- sedangkan 32,36 % (20) responden adalah < Rp.500.000,-

6. Dukungan Keluarga

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Dukungan keluarga frekuensi prosentase

Mendukung 62 100%

Tidak Mendukung - -

Total 62 100%

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 100 % (62) responden telah mendapat dukungan sepenuhnya oleh keluarga. Hal ini terlihat dari hasil penelitian menunjukkan 62 responden (100%) memperoleh dukungan dari keluarga.

7. Sosial Budaya

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sosial Budaya Akseptor KB DMPA

Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang

Bulan Oktober-November 2007 n = 62

Sosial budaya frekuensi prosentase

Mendukung 62 100%

Tidak Mendukung - -

Total 62 100%

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 100 % (62) responden telah mendapat dukungan sepenuhnya dari sosial budaya. Hal ini terlihat dari hasil penelitian menunjukkan 62 responden (100%) memperoleh dukungan dari sosial budaya.

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah didapatkan hasil penelitian sesuai dengan judul Faktor-Faktor Yang Mendukung Seseorang Untuk Memilih Penggunaan KB Suntik DMPA Di Balai Pengobatan Eka Sakti Semarang jl. Merak NO. 3 Semarang, maka peneliti akan melakukan pembahasan sebagai berikut :

1. Faktor Umur

Dari hasil penelitian umur ibu akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA sebagian besar berusia lebih dari 30 tahun. Disini menunjukkan bahwa penggunaan metode kontrasepsi suntik DMPA paling banyak digunakan wanita pada masa premenopouse di banding usia yang lain. Pada usia di atas 30 tahun dan terutama pada akseptor yang sudah merasa cocok sebelumnya sulit untuk dianjurkan ganti kontrasepsi lain, selain KB suntik DMPA walaupun mereka sudah tahu tentang efeksamping yang bisa timbul pada usia tua. Hal ini dapat dilihat dari sampel bahwa terdapat akseptor KB dengan usia lebih dari 30 tahun sebanyak 36 sampel (58%) dari 62 sampel. Selain itu alasan para akseptor memilih KB suntik DMPA karena tidak perlu minum pil setiap hari sehingga resiko lupa jarang dan harganya juga terjangkau.

Pada usia diantara 20-30 menunjukkan bahwa penggunaan metode kontrasepsi yang digunakan pada wanita masa reproduksi sehat. Pada usia ini sudah mempunyai kesiapan fisik dan mental yang lebih baik untuk melaksanakan fungsi reproduksinya. Alasan para akseptor memilih alat kontrasepsi suntik DMPA antara lain adalah karena efektifitasnya yang tinggi untuk mencegah kehamilan. Hal tersebut di gunakan sebagai alasan karena pada usia antara 20-30 tahun termasuk masa reproduktif dan kontrasepsi yang di perlukan untuk menjarangkan tanpa menimbulkan masalah pada ibu dan anaknya.18

2. Paritas

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan sebagian besar akseptor KB suntik DMPA adalah wanita dengan paritas 2 dan lebih dari 3. Alasan para akseptor memilih KB suntik DMPA adalah karena praktis yaitu cukup 1 kali suntik tiap tiga bulan sehingga tidak perlu sering pergi ketempat pelayanan kesehatan untuk ber- KB. Selain itu juga mereka merasa cocok, tidak mengganggu kegiatan atau aktivitas seksual dan ekonomis (terjangkau harganya). Hal tersebut sesuai dengan dasar penggunaan metode kontrasepsi dimana akseptor dengan paritas 2 dan lebih dari 3 ideal menggunakan alat kontrasepsi AKDR, suntikan, susuk KB, PIL, dan cara sederhana.18

Pada akseptor KB dengan paritas 1 alasan mereka menggunakan alat kontrasepsi suntik DMPA adalah karena efektifitasnya yang tinggi dan waktu pemulihan kesuburan yang relativ cepat, sehingga mereka memilih alat kontrasepsi suntik DMPA untuk menunda kehamilan atau mengatur kesuburan dan menjarangkan kehamilan.

3. Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa hampir sebagian besar yaitu sebanyak 30 responden (48%) akseptor KB suntik adalah lulusan SD.

Hal ini menunjukkan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap stimulus yang diterimanya dan akan berfikir sejauhmana keuntungan yang mungkin akan memperoleh dari gagasan tersebut.9,13Akseptor yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan akan lebih banyak memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan dimasa lalu.19

4. Informasi

Melalui berbagai media informasi cetak maupun elektronik berbagai informasi mengenai KB suntik DMPA dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media media informasi cetak (surat kabar, leaflet, booklet, majalah) / media elektronik (radio, TV) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar media informasi. Ini berarti paparan informasi mempengaruhi akseptor terhasdap pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA. Informasi yang tepat dan akurat yang diterima akseptor akan mempengaruhi kelangsungan akseptor KB suntik DMPA.9Apabila ada efek samping akseptor diharapkan dapat merespon keluhan yang ada. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menggambarkan bahwa sebagian besar akseptor memperoleh informasi mengenai alat kontrasepsi suntik DMPA dari petugas kesehatan dan dari akseptor KB yang lain. Dalam pelayanan KB diperlukan komunikasi, edukasi perlu terus diberikan kepada akseptor untuk meningkatkan pemahaman akseptor tentang metode kontrasepsi.

5. Tingkat Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok atau primer maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah karena mereka lebih memikirkan hasil yang memuaskan. Sedangkan yang berpendapatan rendah lebih memikirkan kebutuhan kebutuhan yang lebih mendesak.20

Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi. Pendidikan termasuk kebutuhan sekunder jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap akseptor dalam memilih alat kontrasepsi suntik DMPA sebanyak 35 (56,5%) akseptor menengah kebawah. Hal ini disebabkan karena para akseptor mempunyai anggapan bahwa metode kontrasepsi ini lebih murah apabila dibandingkan dengan metode kontrasepsi yang lain.

6. Dukungan Keluarga

Dari penelitian yang peneliti lakukan didapatkan hasil bahwa sebanyak 62 responden (100%) menyatakan keluarga mereka mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA. Hal ini berkaitan dengan manusia adalah mahluk sosial dimana dalam kehidupannya asaling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Begitu pula dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA, dukungan keluarga sangat berpengaruh karena selah satu tugas keluarga adalah memberikan dukungan, dorongan dan semangat pada keluarga.20,21

7. Sosial Budaya

Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 62 responden (100%) menjawab bahwa masyarakat lingkungan akseptor mendukung akseptor KB dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik DMPA. Hal ini berkaitan dengan manusia sebagai mahluk social dimana dalam kehidupannya saling berineraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi yang dapat mempengaruhi pola fikir dan gaya hidup mereka.22Dukungan dari masyarakat mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi.

Indonesia adalah bangsa yang kompleks yang terdiri dari berbagai suku adapt istiadat, agama dan kepercayaan sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa ber- KB adalah sama dengan membunuh anak yang semestinya dilahirkan yang merupakan anugerah Tuhan YME, atau sebagian anggota masyarakat yang mempunyai kepercayaan bahwa banyak anak banyak rezeki. Maka tugas kita sebagai tenaga kesehatan adalah berusaha untuk meluruskan anggapan dan kepercayaan yang salah tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :

a. KIE (Komunikasi Edukasi)

Memberikan KIE kepada individu dan masyarakat secara benar dan lengkap yang sesuai dengan keadaan akseptor. Konseling merupakan salah satu proses yang diharapkan dapat terintegrasi dalam semua aspek pelayanan KB untuk itu diperlukan pengertian, waktu dan adaptasi. Pendidikan akseptor perlu diperhatikan dalam memberikan konseling, diusahakan dapat diterima dengan mudah oleh akseptor.

b. Meningkatkan Pelayanan Kontrasepsi

1) Pembangunan keluarga sejahtera

2) Pembangunan keluarga sejahtera untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang diupayakan dengan meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dengan :

a) pendewasaan usia perkawinan

b) pengaturan kelahiran

c) peningkatan kesejahteraan keluarga

c. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat baik individu, keluarga, tokoh masyarakat dan masyarakat umum dalam pelayanan dan penggunaan kontrasepsi.

Sedangkan pada hasil survey disimpulkan bahwa didapatkan hasil penelitian pengguna akseptor KB rata-rata berusia lebih dari 30 tahun, dan rata-rata berpendidikan SD, jumlah paritas lebih dari 2 kali yang mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. Faktor umur menunjukkan bahwa akseptor KB DMPA antara 20-30 tahun adalah 26 responden (42 %), umur lebih dari 30 tahun adalah 36 responden (58 %) hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% akseptor di Eka Sakti banyak digunakan wanita pada masa premenopouse di banding usia yang lain

2. Faktor paritas dari 62 responden dengan paritas 1 kali sebanyak 23 responden (37,0%), yang melahirkan 2 kali sebanyak 27 responden (43,5%), sedangkan yang melahirkan lebih dari 3 kali sebanyak 12 responden (19,5%). Ini menggambarkan bahwa paritas terbanyak adalah 2 kali melahirkan dibanding yang melahirkan 1 kali.

3. Faktor tingkat pendidikan. Pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SD, yaitu 30 responden (48,3%), sedangkan SMA yaitu 17 responden (27,5%), dan sisanya yaitu SMP sebanyak 15 responden (24,2%). Hampir 50% dari 62 responden berpendidikan SD.

4. Sebagian besar akseptor KB suntik DMPA memperoleh informasi dari petugas kesehatan yaitu 42 responden (67,7%), dari akseptor lain yaitu 16 responden (25,9%), dan dari media cetak yaitu 2 responden (3,2%), sedangkan 2 responden (3,2%) dari media elektronik. Akseptor sudah mendapat informasi dari petugas kesehatan namun karena alasan murah maka responden lebih memilih suntik KB DMPA di banding yang lain.

5. Tingkat Ekonomi berdasarkan analisa, diketahui bahwa pendapatan responden terbanyak 35 responden (56,5%) adalah Rp 500.000-1.500.000,- dan kurang dari Rp.500.000,- yaitu 27 responden (43,5%). Sedangkan pengeluaran responden terbanyak 42 responden (67,7%) adalah Rp 500.000-1.500.000,- dan kurang dari Rp.500.000,- yaitu 20 responden (32,3%). Rata pandapatan dan pengeluaran adalah 500.000- 1.500.000,-.

6. 62 responden (100%) dari penelitian keluarga mendukung KB Suntik DMPA

7. 62 responden (100%) lingkungan budaya sangat mendukung adanya kontrasepsi Suntik DMPA.

B. Saran Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan pada umumnya serta meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana di masyarakat. Saran peneliti adalah sebagai berikut :

1. Peserta KB hendaknya diberikan lebih banyak pengetahuan tentang metode kontrasepsi, jenis, cara, efek samping, serta syarat yang efektif untuk mengikuti suatu jenis KB.

2. Perlu adanya penyuluhan konseling kepada akseptor KB tentang manfaat/ keuntungan sekaligus kekurangan, dan keluhan-keluhan yang sering muncul.

3. Perawat/ bidan perlu meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang segala hal yang berkaitan dengan KB. Misalnya mengenai keefektifan dari jenis kontrasepsi melalui pendidikan maupun pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maryani, Herti. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita.Diakses tanggal23 September 2007 di http:/psikis.bkkbn.go.id/gemapria/articles.php

2. Berita. Memilih Kontrasepsi. Di akses tanggal 23 september 2007 di http://www.bkkbn.go.id.

3. Info. Mamfaat Program KB. Di akses tanggal 23 september 2007 di http:/psikis.bkkbn.go.id/gemopria.articles.php.4. BP Eka sakti. Laporan Data Kesakitan Kunjungan Bulanan; Semarang; 2007. 5. Hanafi Hartanto. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan; 1996.6. Entang Indan. Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Bandung; Alumni Bandung; 1998.7. YAIS, Bdg. KB keluarga Berencana pengaggulangan alat kontrasepsi IUD. Diakses tanggal15September2007http://li sady-kb.blogspot.com/2007_06_01_archive.html

8. Mohtar Rustam. Sinopsis Obtetri Operatif . jilid 2. jakarta; EGC; 1998.

9. Brahm U. Pendit. Ragam Metode kontrasepsi . Jakarta; EGC; 2007.

10. Saifudin.A.B.DKK. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta.; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1996.

11. Suzanne Everrett. Alih Bahasa Nike Budi. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta ; EGC; 2008.

12. Biran, A. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta; Balai Penerbit FK UI; 1990. 13. Notoadmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku Kesehatan. . yogyakarta; Andi ; 1993. 14. Y. Ilyas. Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian. UI Jakarata; Pusat Kajian Ekonomi FKM; 2002.15. Notoadmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta; 2005.

16. Nursalam S. P. penelitian praktis Metodelogi Riset Keperawatan. . Jakarta; CV. Sagung Seto; 2001.

17. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta ; Graha Ilmu; 2007.

18. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; 1997.

19. Depkes RI. Buku Paket Keluarga Berencana Bagi Pekarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta; Depkes RI; 1995.

20. Efendy N. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC; 1997.

21. friedman. Marilyn M. Family Nursing: Theori and Practice(Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik) alih bahasa oleh Ina Debora R.L. Drs. Yoakim Asy editor: Yasmin Asi, S.Kp. Setiawan, S.Kp. Monica Ester, S.Kp. Jakarta ; EGC; 1998.

22. Syahlan. Kebidanan Komunitas. Jakarta ; Yayasan Bina Sumber Dana Kesehatan; 1996.

J. Jadwal Penelitian

B u l a n KegiatanSeptemberOktoberNovemberDesemberJanuariFebruari

123412341234123412341234

Pengajuan judul serta

kepastian judul

Konsultasi dan bimbingan

proposal ( BAB 1,2,3 )

Review proposal dan revisi

hasil review

Mengurus perijinan dan

pelaksanaan penelitian

Penulisan laporan dan proses

bimbingan laporan penelitian

( BAB 4,5,6 )

Review hasil laporan penelitian

dan perbaikan hasil review

Pembuatan artikel ilmiah dan

pengumpulan kelengkapan

LEMBAR PERTANYAAN KUESIONER

FAKTOR FAKTOR YANG MENDUKUNG PENGGUNAAN KB SUNTIK DMPA

DI BALAI PENGOBATAN EKA SAKTI SEMARANG

PETUNJUK PENGISIAN

Isilah sesuai pendapat anda dengan memberikan jawaban dengan tanda silang (x) pada salah satu kotak jawaban yang tersedia: NO. Responden :

Pertanyaan :

1. Umur

1. Berapa usia/ umur ibu saat ini?

< 20 tahun

20 30 tahun

> 30 tahun

2. Paritas

Berapa kali ibu pernah melahirkan?

Belum pernah

1 kali

2 kali

dan lain lain sebutkan.......

3. Tingkat pendidikan

Apakah pendidikan terakhir ibu?

tidak pernah sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi

4. Informasi

Darimana ibu memperoleh informsi mengenai KB?

media cetak (surat kabar/koran, leaflet, pamflet, poster, buku, dll)

media elektronik (radio, TV)

Petugas kesehatan

Akseptor lain

dan lain lain sebutkan

5.Tingkat Ekonomi

a. Berapa pendapatan keluarga perbulan?

< 500.000,-

500.00 1.500.000,-

1.500.000 2.000.000,-

> 2.000.000,-

dan lain lain sebutkan

b. Berapa pengeluaran perbulan

< 500.000,-

500.00 1.500.000,-

1.500.000 2.000.000,-

1.500.000 - 2.000.000,-

dan lain lain sebutkan...........

6. Dukungan keluarga

apakah keluarga mendukung memilih alat kontrasepsi

mendukung

tidak mendukung

dan lain lain sebutkan alasanya..........

7. Sosial budaya

apakah masyarakat di tempat tinggal ibu mendukung adanya program KB suntik DMPA

mendukung

tidak mendukung

dan lain lain sebutkan alasanyya..........

Frequencies

Frequency Table

Pie Chart

Faktor predisposisi :

Umur

Paritas

Tingkat pendidikan

Ekonomi sosial budaya

Program keluarga berencana

Penggunaan alat kontrasepsi KB DMPA

Faktor pemungkin :

Sumber informasi

Jarak ketempat pelayanan

Faktor penguat :

Dukungan keluarga

Tokoh masyarakat

-Umur

Paritas

Tingkat pendidikan

Tingkat ekonomi

Sumber informasi

Dukungan keluarga

Sosial budaya

Dukungan keluarga.

Penggunaan KB suntik DMPA

49PAGE