faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan …repository.stieykpn.ac.id/223/1/jurnal natalia...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT
(Studi Empiris Pada BPK Perwakilan NTT)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan
Program studi Magister Akuntansi
Pascasarjana STIE YKPN
NATALIA LILY BABULU
12.16.00485
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA
YOGYAKARTA
2018
1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit dan
Dampaknya Pada Ketepatan Pemberian Opini Audit
Natalia Lily Babulu
STIE YKPN Yogyakarta
ABSTRACT
This study predicts factors that may affect the quality of the audit and its impact on
the accuracy of the audit opinion. Specifically this study aims to examine the effect
of audit independence, audit integrity, audit professional skepticism and audit
competence on audit quality and its impact on the accuracy of the audit opinion. The objects in this research used all staff of BPK representative of NTT. The
method used is Structural Equation Model (SEM) using WarpPLS 5.0. This study
uses three indicators for auditor independence, four indicators for auditor integrity,
four indicators for auditor professional skepticism, three indicators for auditor
competence, six indicators for audit quality and five indicators for accuracy of audit
opinion. This study finds evidence that integrity affects audit quality, auditor
competence has an effect on audit quality, audit quality has an effect on to accurate
giving of audit opinion. However, this study found no evidence that auditor
independence and professional auditor skepticism had an effect on audit quality.
Keywords: audit quality, accuracy of audit opinion.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar dalam pengelolaan suatu negara.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pengawasan yang cukup andal dalam
pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Dengan adanya suatu pengawasan yang cukup andal, diharapkan dapat menjamin
pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas
dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Pengelolaan
keuangan pemerintah yang baik harus didukung audit sektor publik yang
berkualitas, karena jika kualitas audit sektor publik rendah, akan memberikan
kelonggaran terhadap lembaga pemerintah untuk melakukan penyimpangan
penggunaan anggaran. Selain itu juga mengakibatkan risiko tuntutan hukum
(legitimasi) terhadap aparatur pemerintah yang melaksanakannya. Salah satu
auditor pemerintah yaitu badan pemeriksa keuangan (BPK) yang merupakan
lembaga pemeriksa eksternal yang independen
Pemeriksaan keuangan negara oleh BPK diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 23 ayat 5 yang berbunyi: “Untuk memeriksa tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2
pengaturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)”. Hasil pemeriksaan
tersebut dapat digunakan DPR sebagai salah satu indikator penilaian kinerja
pemerintah. Hasil pemeriksaan dari BPK ini menjadi penting, karena secara tidak
langsung masyarakat telah memberikan mandat kepada BPK untuk memeriksa
apakah penyusunan laporan keuangan oleh Pemerintah sudah dilakukan dengan
benar dan sesuai peraturan yang berlaku.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan oleh auditor dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar
auditing. Standar auditing tersebut mencakup kemahiran profesional auditor,
pertimbangan auditor di lapangan, dan penyusunan laporan auditor independen.
Sedangkan auditor yang melaksanakan audit atas laporan keuangan pemerintah
harus memenuhi ketentuan atau standar auditing yang ditetapkan oleh BPK RI,
yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang terdapat dalam
Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) no.100.
Khusus auditor sektor publik (pemerintah) misalnya yang berada di instansi
BPK dan BPKP selain dituntut untum memenuhi ketentuan dan peraturan
kepegawaian sebagai PNS, mereka juga dituntut untuk menaati kode etik Aparat
Pengawasa Intern Pemerintah (APIP) serta standar audit APIP atau standar audit
lainnya yang telah ditetapkan. Kegiatan utama APIP meliputi antara lain: audit
review, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi,
asistensi, dan konsultansi. Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor
PER/04/M.PAN/03/2008, salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah
laku yang tidak etis. Tujuan lain adalah agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang
akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga terwujud auditor yang
kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit.
Badan pemeriksa keuangan (BPK) RI pusat maupun perwakilan sebagai satu-
satunya instansi pemeriksa ekternal pemerintah, bertugas untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK RI mempunyai
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan khusus. Melalui sebuah mekanisme pemeriksaan
keuangan, BPK RI memberikan sebuah hasil audit berupa “opini” yang nantinya
dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Opini tersebut sejatinya dapat
menjadi tolak ukur (indikator) untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas
pemerintah dan apakah laporan keuangan entitas tersebut bersifat andal sehingga
dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bagi para pemangku
kepentingan.
Anggota BPK dan pemeriksa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
harus mematuhi prinsip-prinsip etika yaitu independensi, integritas, dan
profesionalisme yang merupakan nilai-nilai dasar BPK. BPK harus menentukan
kompetensi yang dibutuhkan untuk memastikan pemeriksa memiliki keahlian yang
sesuai untuk melakukan penugasan pemeriksaan. Audit yang berkualitas adalah
audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan orang yang independen.
Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi,
memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami dan
menggunakan metode penyampelan yang benar.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3
Kualitas audit merupakan hal yang penting karena kualitas audit yang tinggi
akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan. De Angelo (1981), mendefenisikan kualitas audit sebagai
suatu kondisi dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam
sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan
dengan pengetahuan dan keahlian auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran
tergantung pada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut
(Agustin, 2013).
Peran auditor sebagai pihak yang netral dan independen sangat dibutuhkan
dalam meningkatkan kepercayaan para pemakai informasi laporan keuangan.
Diharapkan auditor dapat menjalankan tugasnya, yakni melakukan pemeriksaan
secara sistematis dan kritis terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
pengelola suatu entitas beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, sehingga pada akhirnya dapat memberikan opini yang tepat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Ada 4 jenis opini yang diberikan
oleh BPK terhadap laporan keuangan pemerintah yaitu: opini wajar tanpa
pengecualian (WTP), opini wajar dengan pengecualian (WDP), opini tidak wajar
(TW), dan tidak memberi pendapat (TMP) atau menolak memberi opini.
Berdasarkan standar umum dalam peraturan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) 2017 menyebutkan bahwa independensi adalah suatu sikap dan
tindakan dalam melaksanakan pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun
dan tidak dipengaruhi oleh siapapun. Aidil et.al (2015) meneliti tentang pengaruh
kompetensi, independensi, pengalaman dan integritas terhadap kualitas audit aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP). Penelitian ini menjelaskan bahwa adanya
pengaruh independensi terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa bila semakin
meningkat independensi maka meningkat juga kualitas audit. Integritas juga
mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan adanya integritas tinggi yang
diiringi dengan meningkatnya kualitas audit, akan dapat meningkatkan
kepercayaan publik dan mendukung kelancaran dalam pelaksaaan kegiatan..
Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam
melaksanakan audit. Auditor juga harus memiliki sikap skeptisme profesional yang
tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan
pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfimasi mengenai proyek yang
dipemasalahkan. Jika auditor selalu menjaga profesionalismenya selama penugasan
audit maka kualitas audit akan dapat terjamin. Kompetensi merupakan variabel
yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit karena dengan tanpa adanya
kompetensi yang dimiliki auditor maka meskipun auditor memiliki independensi,
integritas dan objektivitas yang tinggi tanpa adanya kompetensi yang mendukung
maka akan mengurangi kualitas audit.
Atas latar belakang diatas, maka peneliti mengangkat judul “faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas audit dan dampaknya pada ketepatan pemberian opini
audit”.
1.2 Rumusan Masalah
Berbagai kasus penyimpangan audit telah membuat masyarakat meragukan kualitas
audit yang dijalankan auditor. Menurut Indonesia corruption watch (ICW), dalam
kurun waktu 2005-2017 terdapat kasus suap yang melibatkan 23 auditor/ pejabat/
staff BPK (kompas.com). Salah satu kasus di tahun 2017 yaitu adanya dugaan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4
suap oleh pejabat kementerian Desa, pembangunan daerah tertinggal dan
transmigrasi (PDTT) terhadap pejabat di badan pemeriksa keuangan (BPK) RI.
Upaya penyuapan tersebut diduga untuk mempengaruhi opini laporan keuangan
tahun 2016 agar menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kasus tersebut
membuat kepercayaan publik kepada auditor menurun. Untuk mempertahankan
kepercayaan masyarakat, auditor harus mampu menjaga kualitas auditnya, karena
audit yang berkualitas akan dapat menggambarkan kondisi keuangan negara/daerah
yang sesungguhnya. Pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK merupakan
sesuatu yang penting, maka proses audit yang berkualitas merupakan syarat mutlak
yang harus dipenuhi oleh para pemeriksa. Hasil pemeriksaan BPK digunakan untuk
menilai tata kelola keuangan yang dijalankan oleh pemerintah. Disamping itu, hasil
pemeriksaan BPK juga sering digunakan oleh aparat penegak hukum sebagai bukti
pendukung dalam kasus dugaan penyelewengan keuangan negara.
Berdasarkan fenomena tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
a. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
b. Apakah integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
c. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap kualitas audit?
d. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualias audit ?
e. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
audit?
2. TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Atribusi
Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang
menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan mengenai
proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang.
Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku
orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya
sifat, karakter, sikap, dll ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan
tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu (Ayu, 2012).
Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang
terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas
kejadian yang dialami. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang
berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa
hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang
tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi
tertentu.
Dalam hidupnya, seseorang akan membentuk ide tentang orang lain dan
situasi disekitarnya yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial
yang disebut dengan dispositional atributions dan situational attributions (Luthans,
2005). Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek
perilaku individual yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian, persepsi diri,
kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal
yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Dengan kata lain,
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5
setiap tindakan atau ide yang akan dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal individu tersebut.
Fritz Heider juga menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal
seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan eksternal (atribut
lingkungan seperti aturan dan cuaca) itu bersama-sama menentukan perilaku
manusia. Dia menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah
determinan paling penting untuk perilaku. Atribusi internal maupun eksternal telah
dinyatakan dapat mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya
dalam menentukan bagaimana cara atasan memperlakukan bawahannya, dan
mempengaruhi sikap dan kepuasaan individu terhadap kerja. Orang akan berbeda
perilakunya jika mereka lebih merasakan atribut internalnya daripada atribut
eksternalnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori atribusi karena peneliti
akan melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
auditor terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal auditor
itu sendiri. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah
satu penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan
suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.
2.2 Ketepatan Pemberian Opini Audit
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizky (2015) menjelaskan bahwa opini
auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran
penyajian laporan keuangan perusahaan/organisasi tempat auditor melakukan audit.
Siregar (2012) juga menjelaskan opini audit merupakan pernyataan profesional
sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan UU No.15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, opini pemeriksa
BPK diberikan berdasarkan kriteria umum sebagai berikut: kesesuaian dengan
standar akuntansi pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern.
Julianto (2010) mengungkapakn tiga konsep pokok yang menjadi dasar perumusan
opini, yaitu; kecukupan bukti, salah saji dan materialitas. Pemahaman atas tiga
dasar konsep ini sungguj penting, karena salah satu akar masalah inkonsistensi
perumusan opini yang dihadapi saat ini sebenarnya juga berawal dari
ketidakseragaman pemahaman atas ketiga konsep ini antara para auditor BPK
sendiri.
Sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang-Undang No.15 Tahun
2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK
RI memberikan empat jenis opini, yaitu : Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(Unqualified Opinion), (2) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified
Opinion), (3) Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), (4) Pernyataan Menolak
Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion).
2.3 Kualitas Audit
Sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai apa dan bagaimana kualitas
audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas
audit secara obyektif dengan beberapa indikator. Dikarenakan kualitas audit
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6
merupakan sebuah konsep yang kompleks dan sulit dipahami, sehingga sering kali
terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya. Hal ini terbukti dari
banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas audit yang berbeda-beda
(Efendi,2010).
Kualitas audit menurut De angelo (1981) merupakan sebagai probabilitas
seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem
akuntansi klien”. Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GOA)
mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan
kontrak selama melaksanakan audit. Standar audit menjadi bimbingan dan ukuran
kualitas audit yang dilakukan oleh auditor pemerintah itu sendiri. Dalam hal
pemeriksaan keuangan Negara yang dilakukan oleh auditor BPKP, berdasarkan
dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunan Aparatur Negara
No.Per/05/M.Pan/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi
meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteriktik organisasi dan individu-
individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki
keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan
terhadap kode etik. Dengan demikian, semua standar tersebut merupakan standar
yang menentukan kualitas audit yang di hasilkan auditor.
Menurut Rosnidah (2010) kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang
dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan
apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menurut Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar
pengendalian mutu. Dari pengertian kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi
dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan
auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada
standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
Berdasarkan dalam Peraturan BPK-RI dinyatakan terdapat tujuh unsur kualitas
hasil audit diantaranya: Tepat waktu, Lengkap, Akurat, Objektif, meyakinkan, jelas,
ringkas. Laporan audit yang ringkas dengan penyajian yang tidak lebih panjang dari
yang diperlukan dapat meningkatkan kualitas laporan tersebut. Laporan yang
terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat menyembunyikan
pesan yang sesungguhnya dan dapat membingungkan atau mengurai minat
pembaca (Ananda, 2014).
2.4 Independensi Auditor
Terdapat banyak definisi mengenai independensi telah dikemukkan oleh pakar
akuntansi. Umumnya definisi tersebut berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan
ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang masing-masing pakar yang pada
gilirannya mengakibatkan perbedaan cakupan makna independensi (Harjanto,
2014). Independensi diperlukan agar auditor mempunyai sikap mental yang bebas
dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7
Definisi independensi adalah sebagai keadaan bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga
diartikan sebagai sikap yang tidak bias. (Adnyani, 2014). Dengan adanya sikap
independen, auditor tidak akan dapat dipengaruhi oleh pihak manapun dan tidak
akan memihak dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat melaksanakan
audit dengan baik sehingga dapat melaksanakan audit dengan baik pula.
Asri (2013) menjelaskan bahwa sikap independen auditor akan didukung
dengan penerapan kecermatan dan keseksamaan yang diwujudkan dengan
dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap
pelaksanaan audit. Sikap independen auditor dengan didukung kecermatan dan
keseksamaan yang dilakukan oleh seorang auditor diharapkan akan menghasilkan
kualitas audit yang semakin baik, setiap pendapat yang diberikan oleh auditor dan
penyajiannya yang telah mengikuti pedoman yang tercantum dalam standar
auditing.
2.5 Integritas Auditor
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
bijaksana, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur
tersebut diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusanyang handal (Sukriah, 2009).
Badjuri (2014) menjelaskan bahwa untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap auditor harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya
dengan integritas setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang
mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak
boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat
menerima kecurangan atau meniadakan prinsip.
Menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang
mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji
semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota
untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi.
Sedangkan menurut Sari (2011) menyebutkan bahwa integritas auditor
internal menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan
atas judgment mereka. Akan tetapi, integritas merupakan suatu elemen karakter
yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas antara lain diwujudkan dalam sikap jujur, objektif, dan tegas
dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan. Gangguan terhadap integritas
meliputi antara lain:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8
a. meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya baik
langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan;
b. menghambat pelaksanaan tugas pemeriksaan untuk kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan;
c. memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa; dan
d. mengubah temuan atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan,
opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai fakta
dan/atau bukti-bukti dalam pemeriksaan.
2.6 Skeptisme Profesional Auditor
Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama. Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan
skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.
Pemeriksa menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh
profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif
mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan
dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama
pemeriksaan (Adrian,2013). Berdasarkan standar umum dalam peraturan revisi Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) 2016 menyebutkan bahwa pemeriksa harus
menggunakan skeptisme profesional dalam menilai risiko terjadinya kecurangan
yang secara signifikan untuk menentukan faktor-faktor atau risiko-risiko yang
secara signifikan dapat mempengaruhi pekerjaan Pemeriksa apabila kecurangan
terjadi atau mungkin telah terjadi. Pemeriksa harus menggunakan skeptisisme
profesional terhadap hal-hal, antara lain, sebagai berikut:
a. Bukti pemeriksaan yang bertentangan dengan bukti pemeriksaan lain yang
diperoleh;
b. Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan
tanggapan terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti
pemeriksaan
c. Keadaan yang mengindikasikan adanya kecurangan dan/atau ketidakpatutan;
dan
d. Kondisi yang memungkinkan perlunya prosedur pemeriksaan tambahan selain
prosedur yang dipersyaratkan dalam pedoman pemeriksaan.
Auditor harus bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan tugasnya
untuk bersikap tekun dan penuh hati-hati. Sebagai seorang profesional, auditor
harus menghindarkan terjadinya kecerobohan serta sikap asal percaya, tetapi
auditor tidak diharapkan untuk membuat suatu pertimbangan yang sempurna dalam
setiap kesempatan (Arens 2008:47).
Skeptisme profesional auditor tersirat di dalam literatur dengan adanya
keharusan auditor untuk mengevalusasi kemungkinan terjadinya kecurangan atau
penyalahgunaan wewenang yang material yang terjadi di dalam perusahaan klien
(Loebbeck, et al, 1994). Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk
memenuhi tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi
konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain. Skeptisme profesional seorang auditor
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9
dibutuhkan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang seberapa banyak serta
tipe bukti audit seperti apa yang harus dikumpulkan (Arens 2008:48).
2.7 Kompetensi Auditor
Kompetensi auditor merupakan auditor yang dengan pengetahuan dan
pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Penelitian Alim dkk., (2007) menyatakan bahwa kompetensi
yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan.
Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit,
kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta
kemampuan dalam menganalisa permasalahan. Sehingga semakin tinggi
kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya (Badjuri,
2012). Pemeriksa yang ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan menurut
standar pemeriksaan harus secara kolektif memiliki kompetensi:
a. Latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman, serta pengetahuan
tentang standar pemeriksaan yang dapat diterapkan terhadap jenis pemeriksaan
yang ditugaskan;
b. Pengetahuan umum tentang lingkungan entitas, program, dan kegiatannyang
diperiksa (objek pemeriksaan);
c. Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun
tulisan; dan
d. Keterampilan yang memerlukan pengetahuan khusus dalam bidang tertentu
sesuai dengan pemeriksaan yang dilaksanakan.
2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai kualitas audit, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Ni Luh (2017) mengenai pengaruh skeptisme profesional,
independensi, kompetensi, etika dan role stress auditor terhadap kualitas audit
menunjukkan skeptisme profesional, independensi auditor, kompetensi, etika
auditor dan role stress auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Ananda
(2014) mengenai pengaruh skeptisme professional, kepatuhan pada kode etik dan
independensi terhadap kualitas audit menunjukkkan bahwa skeptisme professional,
kepatuhan pada kode etik dan independensi mempengaruhi kualitas audit.
Selanjutnya penelitian yang pernah membahas tentang kualitas audit, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2013). Penelitian Aulia tersebut mengenai
pengaruh pengalaman, independensi, dan due professional care auditor terhadap
kualitas audit laporan keuangan pemerintah. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengalaman, independensi, dan due professional care auditor berpengaruh
signifikan positif terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Norma
(2012), yaitu mengenai pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas
audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi menunjukkan bahwa
kompetensi dan independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Penelitian Piorina dan Ramantha (2015) menunjukkan bahwa sikap skeptisme,
kompetensi, dan independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade Wisteri (2015) yang
mengangkat pengaruh sikap skeptis, independensi, dan penerapan kode etik,
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10
akuntabilitas terhadap kualitas audit menyatakan bahwa sikap skeptis dan
independensi tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit
sedangkan penerapan kode etik berpengaruh terhadap kualitas audit.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No Nama
Peneliti
Tahun Judul penelitian Hasil Penelitian
1. Ni Luh Arlia
Sugiarmini
2017 Pengaruh Skeptisme
profesional,
independensi,
kompetensi, etika
dan role stress
auditor terhadap
kualitas audit pada
kantor BPK RI
perwakilan Provinsi
Bali
Semakin tinggi Skeptisme
profesional, independensi
auditor, kompetensi, etika
auditor dan role stress
auditor maka semakin baik
kualitas audit yang di
hasilkan.
2. Arista Rizky
Indriyanto
2014 Analisa Faktor-faktor
yang mempengaruhi
kualitas audit yang
dilakukan oleh Badan
pemerintah keuangan
Republik Indonesia
(studi kasus pada
BPK RI perwakilan
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung)
Latar belakang pendidikan
auditor, pengalaman audit,
jam pelatihan auditor,
struktur audit, konflik
peran, dan ketidakjelasan
peran secara simultan dan
signifikan berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Secara parsial, hanya
konflik peran dan
ketidakjelasan peran yang
berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas
audit, sedangkan latar
belakang pendidikan
auditor, pengalaman audit,
jam pelatihan auditor dan
struktur audit tidak
signifikan mempengaruhi
terhadap kualitas audit.
3. Rahmatika
Ananda
2014 Pengaruh Skeptisme
Profesional,
Kepatuhan pada
Kode Etik dan
Independensi
terhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris
pada BPKP
perwakilan Sumatera
Utara)
Skeptisme profesional
berpengaruh signifikan
positif terhadap kualitas
audit, kepatuhan pada kode
etik berpengaruh signifikan
positif terhadap kualitas
audit, independensi
berpengaruh signifikan
positif terhadap kualitas
audit.
4. Achmad
Badjuri
2012 Faktor-faktor yang
berpengaruh
terhadap kualitas
Integritas, profesionalisme
dan kepatuhan kode etik
berpengaruh positif
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11
hasil pemeriksaan
Auditor sektor publik
signifikan terhadap kualitas
hasil pemeriksaan.
5. Ni putu
Piorina
Fortuna Sari &
I Wayan
Ramantha
2015 Pengaruh Sikap
Skeptisme,
Pengalaman Audit,
Kompetensi, dan
independensi auditor
pada Kualitas Audit
Sikap skeptisme,
kompetensi, dan
independensi berpengaruh
positif dan signifikan,
sedangkan pengalaman
audit tidak berpengaruh
pada kualitas audit.
6. Komang Ayu
Tri Handayani
& Lely Aryani
Merkusiwati
2015 Pengaruh
Independensi
Auditor dan
Kompetensi Auditor
pada Skeptisme
Profesional Auditor
dan Implikasinya
terhadap Kualitas
Audit
Independensi auditor dan
kompetensi auditor
memiliki pengaruh positif
secara parsial terhadap
skeptisisme profesional
auditor. Independensi dan
kompetensi auditor juga
memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas audit
melalui skeptisisme
profesional auditor.
Sementara itu, skeptisisme
profesional auditor juga
memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas audit.
7. Ade Wisteri
Sawitri
Nandari &
Made Yenni
Latrini
2015 Pengaruh sikap
skeptis,
independensi,
penerapan kode etik,
dan akuntabilitas
terhadap kualitas
audit
Sikap Skeptis tidak
memiliki pengaruh terhadap
Kualitas Audit.
Independensi Auditor juga
tidak memiliki pengaruh
terhadap Kualitas Audit.
Penerapan Kode Etik
Akuntan Publik
berpengaruh positif
terhadap Kualitas Audit,
sedangkan Akuntabilitas
tidak memiliki pengaruh
terhadap Kualitas Audit.
8. Reni
Febriyanti
2014 Pengaruh
Independensi, Due
Professional care
dan Akuntabilitas
terhadap kualitas
audit (studi empiris
pada Kantor akuntan
Publik di kota padang
dan Pekanbaru)
Independensi tidak
berpengaruh signifikan
positif pada kualitas audit,
Due Professional Care
berpengaruh signifikan
positif terhadap Kualitas
audit, Akuntabilitas tidak
berpengaruh signifikan
positif terhadap kuaitas
audit
9. Aulia Agustin 2013 Pengaruh
pengalaman,
Independensi, dan
Due Professional
Pengalaman, Independensi,
dan Due Professional care
auditor berpengaruh
signifikan positif terhadap
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12
care auditor terhadap
kualitas audit laporan
keuangan pemerintah
(studi empiris pada
BPK-RI Perwakilan
Provinsi Riau)
kualitas audit pada BPK-RI
Perwakilan Provinsi Riau
10. Arifin Adrian 2013 Pengaruh Skeptisme
Profesional, etika,
pengalaman, dan
keahlian Audit
terhadap ketepatan
pemberian opini oleh
auditor
Skeptisme Profesional,
etika, pengalaman, dan
keahlian Audit berpengaruh
signifikan positif terhadap
ketepatan pemberian opini
oleh Auditor.
11. Norma
Kharismatuti
2012 Pengaruh kompetensi
dan independensi
terhadap kualitas
audit dengan etika
auditor sebagai
variabel moderasi
(studi empiris pada
internal auditor
BPKP DKI Jakarta)
Kompetensi dan
independensi berpengaruh
positif terhadap kualitas
audit pada auditor internal
BPKP DKI Jakarta .
12. Lauw Tjun
jun, Elyzabet
Indawati
Marpaung &
Santy
Setiawan
2012 Pengaruh
Kompetensi dan
Independsi Auditor
terhadap Kualitas
Audit
Secara parsial, Kompetensi
Auditr berpengaruh secara
signifikan terhadap kuaitas
audit, independensi auditor
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas
audit sedangakan secara
simultan Kompetensi dan
Indepependensi Auditor
berpengaruh terhadap
kualitas audit.
13. Sumintorn
Baotham
2009 Dampak
independensi audit,
kualitas, dan
kredibilitas terhadap
reputasi dan
keberhasilan
berkelanjutan CPA di
Thailand.
Independensi audit
memiliki hubungan positif
dengan kualitas audit dan
kredibilitas, dan kualitas
audit memiliki hubungan
positif dengan kredibilitas
audit. Kualitas audit dan
kredibilitas berpengaruh
signifikan terhadap reputasi
yang juga terkait dengan
kesuksesan yang
berkelanjutan.
14. Nopmanee
Tepalagul dan
Ling Lin
2015 Independensi
Auditor dan Kualitas
Audit: sebuah
tinjauan literatur
Independensi auditor
terganggu dengan adanya
kepentingan klien dan NAS.
SOX dapat menghasilkan
peningkatan kualitas audit
dan pelaporan keuangan,
pengguna laporan keuangan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13
umumnya menganggap
NAS sebagai ancaman
terhadap independensi
auditor sedangkan bukti
mengena kualitas audit
aktual menunjukkan
sebaliknya; khususnya,
pajak terkait NAS benar-
benar meningkatkan
kualitas audit. Masa kerja
auditor yang panjang tidak
menggangu independensi
auditor. Masa kerja yang
panjang benar-benar
meningkatkan kualitas audit
dan jangka panjang waktu
yang pendek dikaitkan
dengan kualitas audit yang
rendah.
15. Surroh
Zu’amah
2009 Independensi dan
Kompetensi Auditor
pada Opini Audit
(studi BPKP Jateng)
Independensi dn
Kompetensi Auditor
berpengaruh terhadap Opini
Audit
16. Steven F.
Cahan & Jerry
Sun
2015 Pengaruh
Pengalaman Audit
terhadap Biaya Audit
dan Kualitas Audit
Biaya audit dan Kualitas
audit berpengaruh terhadap
pengalaman audit.
17. Kendall O.
Bowlin,
Jessen L.
Hobson & M.
David Piercey
2015 Pengaruh rotasi
auditor, Skeptisme
Profesional, dan
hubungan dengan
manajer terhadap
kualitas audit
Rotasi auditor, skeptisme
profesional dan hubungan
dengan manajer
berpengaruh terhadap
kualitas audit
18. Mitrendu
Narayan Roy
& Siddhartha
Sankar Saha
2016 Hubungan
kompetensi dan
independensi auditor
menurut undang-
undang dengan
kualitas audit
Kompetensi dan
independensi memiliki
hubungan dengan kualitas
audit
19. Komang
Oktarini & I
Wayan
Ramantha
2016 Pengaruh
pengalaman kerja
dan kepatuhan
terhadap kode etik
pada kualitas audit
melalui Skeptisme
Profesional Auditor
Pengalaman kerja dan
kepatuhan terhadap kode
etik berpengaruh positif
pada kualitas audit melalui
skeptisisme profesional
auditor.
20. Subhan 2016 Kualitas hasil
pemeriksaan dan
variabel-variabel
yang mempengaruhi
Latar belakang
pendidikan, kompetensi
tehnis, pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan,
pengalaman kerja,
kecermatan profesi,
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14
obyektifitas, independensi
dan kepatuhan pada kode
etik secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas hasil
pemeriksaan.
2.9 Pengembangan Hipotesis
2.9.1 Pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin
menghadapi tekanan dan atau konflik dari pihak yang diperiksa sehungga
mempengaruhi independensi auditor. Sifat independensi auditor berpengaruh
penting sebagai dasar utama agar auditor internal dipercaya oleh masyarakat umum.
Independensi syarat wajib yang harus dipenuhi auditor sebagai pemeriksa yang
dapat menentukan kredibilitas diri pemeriksa. Oleh karena itu, independensi
diperlukan agar auditor dapat mengemukakan pendapat, pertimbangan, dan
rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak kepada
pihak manapun. (Sari,2011)
Penelitian yang mendukung bahwa independensi memberi pengaruh positif
terhadap kualitas audit salah satunya adalah Asep Kurnia dengan judul pengaruh
independensi akuntan publik dan perilaku disfungsional akuntan publik terhadap
kualitas audit menyatakan bahwa independensi memberi pengaruh positif sebesar
71,06% terhadap kualitas audit, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
seperti kompetensi, fee audit dan lainnya. Hal ini serupa dengan penelitian Seyed
Mahmoud (2014). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tjun, Marpaung, dan
Santy Setiawan (2012) yang ketiganya adalah dosen di Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi-Universitas Kristen Maranatha dengan penelitiannya yang berjudul
pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit menyatakan
bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
Dengan demikian Hipotesis yang dapat disimpulkan yaitu
H1 : Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
2.9.2 Pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit Integritas berarti bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan
organisasi serta kode etik profesi. Auditor yang tinggi integritasnya adalah yang
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja atau yang disebabkan oleh
kelalaian manusia (human error) dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip (Badjuri, 2012).
Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini yaitu :
H2 :Integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
2.9.3 Pengaruh skeptisme profesional auditor terhadap kualitas audit
Menurut Ni Luh dan Luh Kade (2017) kualitas audit yang baik tentu saja
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu syarat auditor agar bisa menghasilkan
kualitas audit yang baik adalah sikap skeptisme profesional yang dimilikinya.
Skeptisme profesional diartikan sebagai sikap yang tidak mudah percaya akan bukti
audit yang disajikan manajemen, sikap yang selalu mempertanyakan dan
mengevaluasi bukti audit secara kritis. Berdasarkan standar umum dalam peraturan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
15
revisi Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) 2016 menyebutkan bahwa
pemeriksa harus menggunakan skeptisme profesional dalam menilai risiko
terjadinya kecurangan yang secara signifikan untuk menentukan faktor-faktor atau
risiko-risiko yang secara signifikan dapat mempengaruhi pekerjaan pemeriksa
apabila kecurangan terjadi atau mungkin telah terjadi. Skeptisme profesional sangat
penting untuk dimiliki oleh auditor guna mendapatkan informasi yang kuat, yang
akan dijadikan dasar bukti audit yang relevan yang dapat mendukung pemberian
opini atas kewajaran laporan keuangan. Dengan diterapkannya sikap skeptisme
profesional oleh auditor maka akan dapat meningkatkan sikap kehati-hatian
auditor/pemeriksa dalam menerima atau mengolah informasi yang diberikan auditte
sehingga kualitas audit dapat terjaga.
Penelitian mengenai kualitas audit dilakukan oleh Rusyanti (2010)
mengenai pengaruh skeptisme auditor, profesionalisme auditor, dan tekanan
anggaran waktu terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
skeptisme auditor, profesionalisme auditor, dan tekanan anggaran waktu
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini adalah :
H3 : Skeptisme profesional auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
2.9.4 Pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit
Todeal dan Nicolae (2011) menyatakan kualitas audit yang baik dapat tercapai
dengan melaksanakan rencana audit dengan mengidentifikasi tujuan, ruang lingkup
audit, dan prosedur apa yang akan digunakan dengan menggunakan kompetensi
yang dimiliki seorang auditor. Kompetensi yang dimiliki seorang auditor didukung
dengan melakukan audit secara prudent dan keseksamaan akan menghindarkan
terjadinya kecerobohan untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2014) menyatakan bahwa
kompetensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Sebaliknya penelitian yang
dilakukan oleh Tjun, Marpaung, dan Setiawan (2012) dan Mahmoud (2014)
menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
audit. Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
H4: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
2.9.5 Pengaruh kualitas audit terhadap ketepatan pemberian opini audit
Ketepatan opini atas laporan keuangan pemerintah pada umumnya ditinjau dari
pihak auditor. Pihak auditor tersebut dituntut untuk menunjukan kinerja yang tinggi
agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Kualitas pelaksanaan audit selalu
mengacu pada standar-standar yang ditetapkan. Dengan demikian hipotesis pada
penelitian ini adalah :
H5: Kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit
Tabel 2.2 Hipotesis dan argumen yang mendasari
Hipotesis Argumen
H1 : Independensi auditor
berpengaruh terhadap kualitas
audit
Independensi auditor merupakan salah satu
faktor yang penting untuk menghasilkan audit
yang berkualitas. Karena jika auditor
kehilangan independensinya, maka laporan
audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada sehingga tidak dapat
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
16
digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
H2 :Integritas auditor
berpengaruh terhadap kualitas
audit
Integritas merupakan kualitas yang
menjadikan timbulnya kepercayaan
masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi
anggota profesi dalam menguji semua
keputusannya. Integritas mengharuskan
auditor dalam segala hal, jujur dan terus terang
dalam batasan objek pemeriksaan.
H3 : Skeptisme profesional
auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit
Skeptisme sebagai kecenderungan individu
untuk menunda memberikan kesimpulan
hingga bukti audit cukup untuk memberikan
dukungan maupun penjelasan. Semakin
skeptis seorang auditor maka semakin
mengurangi tingkat kesalahan dalam
melakukan audit.
H4: Kompetensi auditor
berpengaruh terhadap kualitas
audit
Apabila seorang auditor mempunyai
kompetensi baik dari segi pengetahuan audit
dan akuntansi maupun pengalaman, maka
akan meningkatkan kualitas auditnya.
H5: Kualitas audit berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian
opini audit
Ketepatan opini atas laporan keuangan
pemerintah pada umumnya ditinjau dari pihak
auditor. Pihak auditor tersebut dituntut untuk
menunjukan kinerja yang tinggi agar dapat
menghasilkan audit yang berkualitas.
2.10 Kerangka Berpikir
Penelitian ini berusaha untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
audit dan dampaknya terhadap ketepatan pemberian opini audit. Independesi
mempengaruhi kualitas audit karena auditor yang memiliki sikap independen akan
menghasilkan laporan audit yang sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Selain itu, integritas
auditor juga mempengaruhi kualitas audit, karena integritas merupakan komponen
profesionalisme auditor yang diperlukan auditor agar dapat bertindak jujur dan
tegas dalam melaksanakan audit. Semakin tinggi integritasnya, maka auditor dapat
meningkatkan kualitas hasil auditnya. Skeptisisme professional juga
mempengaruhi kualitas audit. Hal ini dikarenakan, semakin skeptis seorang auditor,
maka semakin mengurangi tingkat kesalahan yang dilakukannya, sehingga akan
meningkatkan kualitas auditnya. . Selain beberapa faktor di atas, Kompetensi juga
memepengaruhi kualitas audit. Karena auditor yang dengan pengetahuan dan
pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Dan dampaknya kualitas audit yaitu pada ketepatan pemberian
opini. Apakah seorang auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik bisa tepat
dalam memberikan opini.
Kerangka berpikir adalah alur pikir yang logis dalam bentuk diagram bertujuan
menjelaskan secara garis besar pola substansi penelitian yang akan dilaksanakan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
17
KOMPETENSI
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Oleh karena itu
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006:4). Data yang
diperoleh selama penelitian akan dikelola lebih lanjut berdasarkan kajian teori dan
empiris yang telah dikemukakan untuk kemudian dianalisis dan diambil
kesimpulan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Silalahi (2009) populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen
di mana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang-orang atau
sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan
yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik. Dalam
penelitian ini populasi yang di gunakan adalah seluruh staf BPK perwakilan NTT
yang berjumlah 102 orang.
Sampel adalah sekumpulan dari sebagian anggota obyek yang diteliti
(Alghifari, 2010). Dalam penelitian ini, karena jumlah populasi relatif kecil dan
relatif mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling.
Dengan metode pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih
mendekati nilai sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil pula terjadinya
kesalahan/penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman & Akbar, 2008).
3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer. Data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya (tidak melalui media perantara). Kuesioner yang digunakan pada penelitian
ini adalah kuesioner yang telah dikembangkan sebelumnya. Sumber data dalam
penelitian ini adalah jawaban kuisioner dari para staf BPK Perwakilan NTT.
KETEPATAN
PEMBERIAN
OPINI AUDIT
SKEPTISME
PROFESIONAL
INTEGRITAS
INDEPENDENSI
KUALITAS
AUDIT
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
18
Dalam penelitian ini pengukuran variabel menggunakan skala likert poin 5
dengan klasifikasi sebagai berikut; nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
(STS), 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), 3 untuk jawaban Netral (N), 4 untuk
jawaban Setuju (S), dan 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian survei yang
merupakan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa anggota sampel daru suatu
populasi tertentu. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuisioner
yang terdiri dari daftar pertanyaan tersruktur yang ditujukan pada responden. Data
dikumpulkan melalui personal. Metode ini menggunakan penyebaran kuesioner
yang telah disusun secara terstuktur, sejumlah pertanyaan tertulis disampaikan pada
responen untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden yang
bersangkutan.
3.5 Administrasi Penelitian
Awalnya peneliti menghubungi humas BPK NTT via telepon untuk menayakan
apakah bisa melakukan penelitian di kantor BPK. Setelah itu dari kantor BPK
meminta untuk membuat surat ijin penelitian dari kampus sehingga peneliti bisa
melakukan penelitian di kantor BPK. Surat ijin penelitian akan di proses ± 3
minggu dan baru diijinkan untuk melakukan penyebaran kuisioner di kantor BPK.
Setelah itu kuesioner diberikan peneliti secara langsung ke Kantor BPK RI
Perwakilan Provinsi NTT. Peneliti memberikan rentang waktu untuk responden
mengisi daftar pertanyaan dalam kuesioner dan mengembalikannya kepada peneliti
yang secara langsung akan mengambil kuesioner ke Kantor BPK RI Perwakilan
Provinsi NTT tempat auditor bekerja.
3.6 Definisi Operasional Variabel
Model dan pengukuran dalam variabel penelitian ini mengadopsi dari penelitian-
penelitian sebelumnya dengan modifikasi. Penjelasan variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Independensi Auditor
Independensi sangat dibutuhkan bagi seorang auditor karena dengan adanya
kejujuran dalam mempertimbangkan fakta dan memberikan pendapat dengan tepat.
Independensi diukur dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangakan
oleh Eka Putra (2012) yang terdiri dari 7 item pernyataan yang menggambarkan
tingkat persepsi auditor terhadap sikap independen yang dimilikinya. Semua item
pertanyaan ini diukur dengan skala likert 1 sampai 5. Pilihan jawaban dari Sangat
Setuju (SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Dengan
menggunakan tiga indikator yakni independensi hubungan dengan auditee,
independensi pelaksanaan pekerjaan, dan independensi LHP.
b. Integritas Auditor
Integritas merupakan perwujudan dari kejujuran auditor dalam melakukan
penugasan profesionalnya. Dengan kejujuran dalam mengungkapkan temuan audit
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
19
maka kualitas hasil pemeriksaan akan terjaga. Bagi auditor sektor publik,
penugasannya akan membawa konsekuensi hukum karena obyek auditnya adalah
penggunaan keuangan negara yang rentan terhadap korupsi. Dalam pengungkapan
temuan kasus-kasus korupsi diperlukan adanya kejujuran (integritas) para
auditornya sehingga pengungkapan kasusnya akan menjadi transparan dan menjaga
rasa keadilan pada masyarakat (Badjuri, 2012). Semua item pertanyaan ini diukur
dengan skala likert 1 sampai 5. Pilihan jawaban dari Sangat Setuju (SS) sampai
dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Indikator dari variabel integritas
terdiri dari: kejujuran Auditor, keberanian Auditor, sikap bijaksana auditor,
tanggung jawab auditor. Integritas diukur dengan 14 item pertanyaan.
c. Skeptisme Profesional Auditor
Skeptisme Profesional merupakan sikap auditor yang selalu meragukan dan
mempertanyakan segala sesuatu, dan menilai secara kritis bukti audit serta
mengambil keputusan audit berlandaskan keahlian auditing yang dimiliknya.
(Ananda, 2014). Semua item pertanyaan ini diukur dengan skala likert 1 sampai 5.
Pilihan jawaban dari Sangat Setuju (SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi skor 1. Indikator dari variabel skeptisme profesional auditor terdiri dari: sikap
tekun dan penuh hati-hati, tidak mudah percaya dengan bukti audit, evaluasi secara
kritis terhadap bukti audit, selalu mengungkapkan bukti audit yang detail.
Menggunakan 6 item pertanyaan yang telah dikembangkan oleh Arifin Adrian
(2013).
d. Kompetensi auditor
Kompetensi dalam pengauditan merupakan pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Kompetensi auditor diukur dengan menggunakan enam item
pernyataan yang menggambarkan tingkat persepsi auditor terhadap bagaimana
kompetensi yang dimilikinya terkait standar akuntansi dan audit yang
berlaku,penguasaannya terhadap seluk beluk organisasi pemerintahan, serta
program peningkatan keahlian.(Efendy, 2010)
Semua item pertanyaan ini diukur dengan skala likert 1 sampai 5. Pilihan jawaban
dari Sangat Setuju (SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
Indikator dari variabel kompetensi Auditor terdiri dari: penguasaan standar
akuntansi dan audit, wawasan tentang pemerintah, peningkatan keahlian.
Menggunakan 6 item pertanyaan yang telah diadopsi dari penelitian Harhinto
(2004) dengan beberapa modifikasi berdasarkan SPKN.
e. Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi pemerintah dengan berpedoman
pada standar akuntansi dan standar audit yang telah ditetapkan. Semua item
pertanyaan ini diukur dengan skala likert 1 sampai 5. Pilihan jawaban dari Sangat
Setuju (SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Indikator
dalam variabel kualitas Audit terdiri dari: keakuratan temuan audit, kejelasan
laporan, manfaat audit, tindak lanjut hasil audit, nilai rekomendasi, sikap skeptis.
Menggunakan 8 item pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Harhinto (2004)
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
20
f. Ketepatan Pemberian Opini Audit
Ketepatan pemberian opini auditor merupakan hal yang sangat penting, karena
hasil akhir dari proses audit adalah laporan audit. Ketepatan pemberian opini
auditor harus tepat dan akurat karena hal ini berkaitan juga dengan kepercayaan
publik akan profesi akuntan. Opini yang disajikan dalam laporan audit dijadikan
dasar oleh mereka yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut untuk dasar
pengambilan keputusan. Semua item pertanyaan ini diukur dengan skala likert 1
sampai 5. Pilihan jawaban dari Sangat Setuju (SS) sampai dengan Sangat Tidak
Setuju (STS) diberi skor 1. Indikator dalam variabel ini adalah respon auditor,
kualitas keputusan yang di ambil, kempleksitas kerja, stamdar yang ditetapkan,
etika profesional. Menggunakan 9 item pertanyaan yang telah dikembangkan oleh
Diani & Ria (2007).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Jenis
Variabel
Definisi variabel Indikator Intrumen Skala
Independensi
auditor
Independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang
objektif tidak memihak dalam diri
auditor dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya
1. Independensi
hubungan
dengan
auditee,
2. Independensi
pelaksanaan
pekerjaan,
3. Independensi
LHP.
Kuisioner Likert
Integritas
auditor
Integritas mengharuskan seorang
anggota untuk antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa, pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan
pribadi.
1. Kejujuran
aditor,
2. Keberanian
Auditor,
3. Sikap
bijaksana
auditor,
4. Tanggung
jawab
auditor
Kuisioner Likert
Skeptisme
profesional
auditor
Skeptisisme profesional auditor
merupakan suatu sikap yang
mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis terhadap
bukti audit. Skeptisisme
profesional auditor tersirat di
dalam literatur dengan adanya
keharusan auditor untuk
mengevaluasi kemungkinan
terjadinya kecurangan atau
penyalahgunaan wewenang.
1. Sikap tekun
dan penuh
hati-hati
2. Tidak mudah
percaya
dengan bukti
audit
3. Evaluasi
secara kritis
terhadap bukti
audit
Kuisioner Likert
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
21
4. Selalu
mengungkapk
an bukti audit
yang detail
Kompetensi
auditor
Kompetensi yang dibutuhkan
dalam melakukan audit yaitu
pengetahuan dan kemampuan.
auditor harus memiliki
pengetahuan untuk memahami
entitas yang diaudit, kemudian
auditor harus memiliki
kemampuan untuk bekerja sama
dalam tim serta kemampuan dalam
menganalisa permasalahan.
1. Penguasaan
standar
akuntansi dan
audit,
2. Wawasan
tentang
pemerintah
3. Peningkatan
keahlian.
Kuisioner Likert
Kualitas
audit
Kualitas audit sangat penting
dalam kegiatan audit, karena
dengan kualitas audit yang tinggi
maka akan dihasilkan laporan hasil
pemeriksaan yang dapat dipercaya
sebagai dasar pengambilan
keputusan.
1. Keakuratan
temuan audit,
2. Kejelasan
laporan,
3. Manfaat audit,
4. tindak lanjut
hasil audit,
5. Nilai
rekomendasi,
6. Sikap skeptis.
Kuisioner Likert
Ketepatan
pemberian
opini audit
Opini audit merupakan opini yang
diberikan oleh auditor tentang
kewajaran penyajian laporan
keuangan perusahaan tempat
auditor melakukan audit
1. Respon
auditor
2. Kualitas
keputusan
yang di ambil
3. Kompleksitas
kerja
4. Standar yang
ditetapkan,
5. Etika
profesional
Kuisioner Likert
3.7 Model Penelitian
Desain penelitian merupakan pedoman atau prosedur secara teknik dalam
perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi
yang menghasilkan model penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif yang bersifat asosiatif dengan tipe kausalitas, yakni metode
penelitian yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2009:6). Model penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
22
Gambar 3.1 Model Penelitian
3.8 Model Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Model (SEM).
Teknik analisis ini merupakan gabungan dari dua metodologi disiplin ilmu yaitu
perspektif ekonometrika yang memfokuskan pada prediksi dan psychometrika yang
mampu untuk menggambarkan konsep model dengan variabel laten (variabel yang
tidak dapat diukur secara langsung) akan tetapi diukur melalui indikator-
indikatornya (manifest variabel). SEM secara esensial menawarkan kemampuan
untuk melakukan analisis jalur (path analytic) dengan variabel laten (Chin, 1998).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Partial Least
Square (PLS) yaitu teknik statistika multivariat yang melakukan pembandingan
antara variabel dependen berganda dan independen berganda dengan alat analisis
yang digunakan adalah WarpPLS. Metode SEM didasarkan pada hubungan
INDEPENDENSI
INTEGRITAS
SKEPTISME
PROFESIONAL
KOMPETENSI
KUALITAS
AUDIT
KETEPATAN
PEMBERIAN
OPINI AUDIT
A1 A3 A2
B1
B2
B3
B4
C1
C2
C3
C4
D1
D3
D2
E1 E3
E4 E6 E5
E2 F2
F5
F1
F4 F3
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
23
kausalitas, yakni terjadinya perubahan pada satu variabel berdampak pada
perubahan variabel lainnya.
PLS merupakan salah satu metode statistika Structural Equation Model (SEM)
berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi
permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya
data yang hilang (missing values), dan multikolinearitas (Abdillah & Hartono,
2015). Seperti dinyatakan oleh Wold (1985) dalam Ghozali (2014) PLS
merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak didasarkan banyak
asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala
kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama),
sample tidak harus besar (Ghozali, 2014).
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari :
1. Inner Model, yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural model
dan substantive theory) menggambarkan hubungan antar variabel laten
berdasarkan pada substantive theory. Model struktural dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square test
untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter
jalur struktural.
2. Outer Model, sering disebut juga (outer relation atau measurement model)
mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel
latennya. Convergent validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct
score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi
jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun
demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai
loading 0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998). Discriminant validity dari
model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan crossloading
pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran
lebih besar dari pada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik baik daripada
blok ukuran lainnya.
3. Mengkonstruksi diagram jalur, dalam menggambar diagram jalur (path
diagram) Falk dan Miller (1992) merekomendasi untuk menggunakan prosedur
nomogram reticular action modeling (RAM) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Konstruk teoritikal (theoretical constructs) yang menunjukkan varibel laten
harus digambar dengan bentuk lingkaran atau bulatan elips (circle).
b. Variabel observed atau indikator harus digambar dengan bentuk kotak
(squares).
c. Hubungan-hubungan asimetri (asymmetrical relationships) digambarkan
dengan arah panah tunggal (single headed arrow).
d. Hibungan-hubungan simetris (symmetrical relationship) digambarkan
dengan arah panah double (double headed arrow).
4. Melakukan Estimasi. Estimasi parameter pemodelan SEM dengan pendekatan
PLS diperoleh melalui proses iterasi tiga tahap dengan menggunakan Ordinary
Last Square (OLS) yaitu sebagai berikut :
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
24
a. Tahap pertama, menentukan estimasi bobot (weight estimate) untuk
menetapkan skor atau menghitung data variabel laten.
b. Tahap kedua, menentukan estimasi jalur (estimasi untuk inner dan outer
model) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara
variabel laten dengan indikatornya.
c. Tahap ketiga, menentukan estimasi rata-rata dan lokasi parameter untuk
indikator dan variabel laten.
5. Melakukan evaluasi goodness of fit. Evaluasi goodness of fit model struktural
diukur dengan melihat nilai koefisien parameter dan melihat nilai R2 yang
diperoleh pada setiap variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama
dengan regresi. (Ulum et al, 2014). WarpPLS dapat mengevaluasi model terbaik
dengan cara memberikan hasil perhitungan Average R-Square (ARS) yang
digunakan untuk menilai besarnya pengaruh variabel eksogen, endogen,
tergantung dan pemoderasi yang dapat dikatakan baik jika nilai ARS < 0,05,
Average Path Coeficient (APC) yang digunakan untuk melihat besarnya
hubungan antar variabel yang dapat dikatakan baik jika nilai APC < 0,05.
Average Variance Inflation Factor (AVIF) digunakan untuk melihat besarnya
korelasi antar variabel endogen (multikoliniaritas) yang dapat dikatakan baik
jika nilai AVIF < 5.
6. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menguji hubungan antar variabel.
Dalam model WarpPLS tingkat signifikansi koefisien jalur yang digunakan yaitu
pada tingkat 1%, 5% dan 10%. Jika koefisien nilai jalur memiliki nilai p-value
<0,01, p-value < 0,05 dan P-value < 0,1 maka kesimpulan yang dapat ditarik
adalah terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel. Namun sebaliknya
jika koefisien jalur memiliki nilai p-value >0,01, p-value >0,05 dan p-value >
0,1 maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat pengaruh diantara
variabel tetapi tidak siginifikan.
4. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Responden
Seiring dengan perkembangan sejarah Indonesia, BPK RI juga mengalami berbagai
perkembangan. Dalam masa reformasi, BPK RI mengambil langkah strategis untuk
meningkatkan mutu hasil pemeriksaan. Perwakilan III BPK RI di Yogyakarta
memiliki lingkup pemeriksaan yang terlalu besar meliputi wilayah Propinsi Jawa
Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT sejalan dengan misi BPK RI yang
memiliki perwakilan di setiap propinsi, maka organisasi BPK RI mengalami
penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain dengan ditetapkannya Surat
Keputusan BPK RI Nomor 18/SK/I-VIII.3/6/2002, tanggal 7 Juni 2002 dengan
dibentuknya Perwakilan IV BPK RI di Denpasar. Wilayah pemeriksaan Perwakilan
IV BPK RI di Denpasar mencakup Propinsi Bali, NTT, NTB, Maluku dan Papua.
Kepala Perwakilan pertama di Perwakilan IV BPK RI di Denpasar adalah Drs.
Supriyanto. Namun sebelum berubah menjadi Kepala Perwakilan ada 2 pejabat
yang membawahi wilayah Bali dengan jabatan Kepala Satuan Audit
Pemeriksaan (SAP) II Denpasar.
Pada tahun 2004 sesuai dengan SK No.12/SK/I-VIII.3/7/2004 tentang
organisasi dan tata laksana Badan Pemeriksa Keuangan organisasi pelaksana BPK
RI, yang antara lain menyebutkan bahwa Perwakilan IV BPK RI di Denpasar
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
25
berubah menjadi Perwakilan V BPK RI di Denpasar dan mencakup wilayah
pemeriksaan Provinsi Bali, Provinsi NTT, dan Provinsi NTB (Perwakilan di
Jayapura sudah berdiri). Dalam rangka memenuhi amanat Undang-undang Dasar
1945, kemudian dituangkan dalam Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-
VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni 2007, dibentuklah Perwakilan BPK RI di Kupang,
dengan Kepala Perwakilan Ir. M.Yusuf Guntur yang diangkat dengan Surat
Keputusan Sekretaris Jenderal BPK Nomor 146/SK/VIII-VIII.1/7/2007 tanggal 19
Juli 2007. Kantor Perwakilan BPK RI di Kupang secara resmi dibuka oleh Ketua
BPK RI Bapak Anwar Nasution pada 27 Juli 2007.
4.2 Proses Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menyebar kuisioner secara langsung kepada
responden yang dituju. Penyebaran kuisioner ini dilakukan peneliti dengan cara
langsung kesana dan membagikan kepada responden. Penyebaran kuisioner ini
dilakukan selama ±3 minggu yaitu mulai tanggal 4 januari 2018 samapai dengan 24
janurari 2018. Dari total penyebaran 102 kuisioner, terdapat 80 kuisioner yang
berhasil dikumpulkan kembali.
4.3 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambatan atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai mean, deviasi standar, maksimum dan minimum (Ghozali,2015).
Statistik deskripitif didasarkan pada jawaban sebanyak 80 buah kuisioner. Berikut
ini disajikan hasil statistik deskriptif atas variabel-variabel penelitian yang disajikan
pada tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat diketahui informasi tentang nilai mean,
minimum,maksimum dan standard deviasi.
Variabel independensi auditor diukur berdasarkan 3 indikator yaitu
independensi hubungan dengan auditee, independensi pelaksanaan pekerjaan,
independensi LHP dan indikator tersebut terdiri dari 7 pertanyaan. Diantara
pertanyaan tersebut nilai mean tertinggi sebesar 4.50, nilai terendahnya sebesar
4.31, nilai minimal 3, maksimal 5 dan standard deviasi nya sebesar 0.591.
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Independensi Auditor
Indikator Mean Minimal Maksimal St.Dev
IA1 4.46 4 5 0.502
IA2 4.31 3 5 0.542
IA3 4.36 3 5 0.509
IA4 4.41 4 5 0.495
IA5 4.50 4 5 0.503
IA6 4.43 3 5 0.591
IA7 4.46 3 5 0.526
Variabel integritas auditor diukur dengan 4 indikator terdiri dari kejujuran
auditor, keberanian auditor, sikap bijaksana auditor dan tanggung jawab auditor.
Diantara pertanyaan tersebut nilai mean tertinggi sebesar 4.55, minimal 3,
maksimal 5 dan standard deviasi nya sebesar 0.606.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
26
Tabel 4.2 Statistik deskriptif integritas auditor
Indikator Mean Minimal Maksimal Std. Dev
IGA1 4.55 4 5 0.501
IGA2 4.44 3 5 0.524
IGA3 4.43 3 5 0.569
IGA4 4.35 3 5 0.553
IGA5 4.38 3 5 0.537
IGA6 4.31 3 5 0.542
IGA7 4.34 3 5 0.502
IGA8 4.30 3 5 0.560
IGA9 4.41 4 5 0.495
IGA10 4.39 3 5 0.606
IGA11 4.36 3 5 0.509
IGA12 4.43 3 5 0.569
IGA13 4.46 4 5 0.502
IGA14 4.45 2 5 0.634
Variabel skeptisme profesional auditor terdiri dari 4 indikator yaitu sikap
tekun dan penuh hati-hati, tidak mudah percaya dengan bukti audit, evaluasi secara
kritis terhadap bukti audit, selalu mengungkapkan bukti audit yang lengkap.
Diantara pertanyaan tersebut nilai mean tertinggi sebesar 4.46, minimal 3,
maksimal 5 dan standard deviasi nya sebesar 0.571.
Tabel 4.3 Statistik deskriptif skeptisme profesional auditor
Indikator Mean Minimal Maksimal Std. Dev
SPA1 4.31 3 5 0.565
SPA2 4.45 3 5 0.571
SPA3 4.45 4 5 0.525
SPA4 4.46 3 5 0.550
SPA5 4.40 3 5 0.542
SPA6 4.46 4 5 0.526
Variabel kompetensi auditor terdiri dari 3 indikator yaitu penguasaan
standar akuntansi dan audit, wawasan tentang pemerintah, peningkatan keahlian.
Indikator-indikator tersebut dibagi lagi menjadi 6 pertanyaan. Diantara pertanyaan
tersebut nilai mean tertinggi sebesar 4.46, minimal 3, maksimal 5 dan standard
deviasi nya sebesar 0754.
Tabel 4.4 Statistik Deskripitif Kompetensi Aditor
Indikator Mean Minimal Maksimal Std. Dev
KPA1 4.04 2 5 0.754
KPA2 4.26 3 5 0.568
KPA3 4.26 3 5 0.568
KPA4 4.46 3 5 0.526
KPA5 4.29 2 5 0.697
KPA6 4.28 2 5 0.729
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
27
Variabel kualitas audit terdiri dari 6 indikator yaitu keakurata temuan audit,
kejelasan laporan, manfaat audit, tindak lanjut hasil audit, nilai rekomendasi, sikap
skeptis. Diantara pertanyaan tersebut nilai mean tertinggi sebesar 4.44, minimal 3,
maksimal 5 dan standard deviasi nya sebesar 1.147.
Tabel 4.5 Statistik Diskriptif Indikator Kualitas Audit
Indikator Mean Minimal Maksimal Stad.Dev
KA1 4.10 2 5 0.773
KA2 4.44 3 5 0.548
KA3 3.66 1 5 1.147
KA4 4.30 3 5 0.644
KA5 4.31 3 5 0.608
KA6 4.30 2 5 0.624
KA7 4.25 3 5 0.516
KA8 4.25 2 5 0.619
Variabel ketepatan pemberian opini audit terdiri dari 5 indikator diantaranya
respon audior, kualitas keputusan yang diambil, kompleksitas kerja, standar yang
ditetapkan, etika profesinal. Diantara pertanyaan tersebut nilai mean tertinggi
sebesar 4.45, minimal 3, maksimal 5 dan standard deviasi nya sebesar 0.641.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif indikator ketepatan pemberian opini audit
Indikator Mean Minimal Maksimal Std. Dev
KPOA1 4.35 3 5 0,533
KPOA2 4.30 3 5 0.604
KPOA3 4.24 2 5 0.641
KPOA4 4.34 3 5 0.572
KPOA5 4.44 3 5 0.548
KPOA6 4.41 2 5 0.589
KPOA7 4.45 3 5 0.525
KPOA8 4.34 3 5 0.635
KPOA9 4.39 3 5 0.606
4.4 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Langkah pertama dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan
mengevaluasi measurement model untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
variabel laten dengan indikatornya.
4.3.1 Convergent Validity
Convergent validity dari model pengukuran dapat dilihat dari korelasi antara skor
indikator dengan skro kontruknya (loading factor) dengan kriteria nilai loading
factor dari setiap indikator lebih besar dari 0.7 dapat dikatakan valid. Akan tetapi,
menurut Chin dalam Latan & Ghozali (2014), pada tahap awal dari pengembangan
nilai loading factor lebih besar (>) dari 0.5 – 0.6 dapat dikatakan valid.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
28
1. Convergent validity untuk konstruk Independensi auditor
Dalam penelitian ini konstruk independensi auditor terdiri dari 7 pertanyaan. Hasil
output warPLS 5.0, menunjukan nilai loading factor 7 pertanyaan yaitu berada di
atas 0.5. artinya bahwa seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.
Tabel 4.7 Nilai Loading Konstruk Independensi Auditor
No Indikator Nilai
Loading
p – value Keterangan
1 IA1 0.716 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
2 IA2 0.799 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
3 IA3 0.817 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
4 IA4 0.834 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
5 IA5 0.806 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
6 IA6 0.877 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
7 IA7 0.871 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
2. Convergent validity untuk konstruk integritas auditor
Dalam penelitian ini konstruk independensi auditor terdiri dari 14 pertanyaan. Hasil
output warPLS 5.0, menunjukan nilai loading factor 14 pertanyaan yaitu berada di
atas 0.5. Artinya bahwa seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.
Tabel 4.8 Nilai Loading Konstruk integritas auditor
No Indikator Nilai
Loading
p – value Keterangan
1 IGA1 0.567 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
2 IGA2 0.680 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
3 IGA3 0.738 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
4 IGA4 0.772 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
5 IGA5 0.819 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
6 IGA6 0.712 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
7 IGA7 0.719 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
8 IGA8 0.753 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
9 IGA9 0.786 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
10 IGA10 0.788 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
11 IGA11 0.751 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
12 IGA12 0.775 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
13 IGA13 0.825 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
14 IGA14 0.536 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
3. Convergent validity untuk konstruk Skeptisme Profesional Auditor
Dalam penelitian ini konstruk independensi auditor terdiri dari 6 pertanyaan. Hasil
output warPLS 5.0, menunjukan nilai loading factor 6 pertanyaan yaitu berada di
atas 0.5. Artinya bahwa seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
29
Tabel 4.9 Nilai Loading Konstruk Skeptisme Profesional Auditor
No Indikator Nilai
Loading
p –
value
Keterangan
1 SPA1 0.660 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
2 SPA2 0.811 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
3 SPA3 0.828 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
4 SPA4 0.890 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
5 SPA5 0.783 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
6 SPA6 0.913 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
4. Convergent validity untuk konstruk kompetensi auditor
Dalam penelitian ini konstruk independensi auditor terdiri dari 6 pertanyaan. Hasil
output warPLS 5.0, menunjukan nilai loading factor 6 pertanyaan yaitu berada di
atas 0.5. Artinya bahwa seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.\
Tabel 4.10 Nilai Loading Konstruk kompetensi Auditor
No Indikator Nilai
Loading
p –
value
Keterangan
1 KPA1 0.602 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
2 KPA2 0.853 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
3 KPA3 0.863 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
4 KPA4 0.789 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
5 KPA5 0.851 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
6 KPA6 0.788 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
5. Convergent validity untuk konstruk kualitas audit
Dalam penelitian ini konstruk independensi auditor terdiri dari 8 pertanyaan. Hasil
output warPLS 5.0, menunjukan nilai loading factor 8 pertanyaan yaitu berada di
atas 0.5. Artinya bahwa seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.
Tabel 4.11 Nilai Loading Konstruk kualitas audit
No Indikator Nilai
Loading
p – value Keterangan
1 KA1 0.818 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
2 KA2 0.649 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
3 KA3 0.777 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
4 KA4 0.860 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
5 KA5 0.866 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
6 KA6 0.869 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
7 KA7 0.729 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
8 KA8 0.741 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
6. Convergent validity untuk konstruk ketepatan pemberian opini audit
Dalam penelitian ini konstruk independensi auditor terdiri dari 9 pertanyaan. Hasil
output warPLS 5.0, menunjukan nilai loading factor 9 pertanyaan yaitu berada di
atas 0.5. Artinya bahwa seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
30
Tabel 4.12 Nilai Loading Konstruk ketepatan pemberian opini audit
No Indikator Nilai
Loading
p –
value
Keterangan
1 KPOA1 0.746 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
2 KPOA2 0.821 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
3 KPOA3 0.744 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
4 KPOA4 0.814 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
5 KPOA5 0.836 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
6 KPOA6 0.798 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
7 KPOA7 0.759 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
8 KPOA8 0.842 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
9 KPOA9 0.835 < 0.001 Memenuhi Convergent Validity
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
Hasil keseluruhan hasil diatas menunjukan bahwa pertanyaan-pertanyaan
diatas, memenuhi syarat convergent validity. Hal ini berarti semua indikator-
indikator diatas valid serta dapat digunakan dalam model.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur convergent validity dapat dilakukan
dengan melihat hasil dari WarpPLS 5.0 pada bagian Average Variance Extracted
(AVE). Dalam pengukuran AVE tersebut, digambarkan varian atau keragaman
variabel manifest yang dapat dikandung oleh konstruk laten. Yamin & Kurniawan
(2011), menyatakan bahwa semakin besar varian atau kergaman variabel manifest
yang dimiliki konstruk laten, maka akan semakin besar pula representasi variabel
manifest terhadap konstruk latennya. Kriteria penilaiannya adalah nilai AVE > 0.5.
Tabel 4.13. Nilai AVE
Average Variances Extracted (AVE)
IA IGA SPA KPA KA KPOA
0.819 0.739 0.818 0.796 0.792 0.799
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
Tabel 4.13 diatas, menunjukan bahwa nilai AVE untuk konstruk Independensi
auditor sebesar 0.819, konstruk integritas auditor 0.739, konstruk skeptisme
profesional auditor 0.818, kontruk kompetensi auditor 0.792, konstruk kualitas
audit 0.792 dan konstruk ketepatan pemberian opini audit sebesar 0.799. Hasil dari
konstruk -konstruk tersebut menunjukan bahwa nilai AVE dari semua kontruk yang
dihasilkan lebih besar dari 0.5. Berdasarkan kriteria AVE, hasil tersebut telah
menunjukan convergent validity yang dikatakan baik.
4.3.2 Discriminant Validity
Discriminant validity dinilai dari cross loading pengukuran dengan konstruk.
Konstruk late, akan memprediksi indikatornya lebih baik daripada konstruk lainnya
jika korelasi konstruk dengan pokok pengukuran (setiap indikator) lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya. Discriminant validity juga dapat diukur dengan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
31
menggunakan cara lain, yaitu dengan melihat nilai square foot average extracted
(AVE). Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan adalah dengan melihat bagian
cross loading. Dibawah ini adalah tabel hasil cross loading antara indikator dengan
konstruknya :
Tabel 4.14 Cross Loading Indikator antar Konstruk
IA IGA SPA KPA KA KPOA
IA1 0.716 0.150 -1.102 0.144 -0.064 -0.261
IA2 0.799 0.101 -0.320 0.261 -0.158 0.131
IA3 0.817 0.061 -0.121 0.014 -0.148 0.185
IA4 0.834 -0.192 0.171 -0.176 0.181 -0.057
IA5 0.806 -0.124 0.200 -0.301 0.250 -0.137
IA6 0.877 0.001 0.018 0.161 -0.088 0.062
IA7 0.871 0.024 0.124 -0.086 0.030 0.041
IGA1 0.003 0.567 0.264 0.256 -0.008 -0.304
IGA2 0.209 0.680 0.200 -0.479 0.283 -0.072
IGA3 0.058 0.738 0.016 0.180 0.330 -0.627
IGA4 0.084 0.772 0.105 -0.103 -0.217 0.181
IGA5 -0.061 0.819 0.056 -0.055 0.152 -0.065
IGA6 0.070 0.712 -0.048 0.377 -0.121 -0.299
IGA7 0.047 0.719 0.086 0.146 -0.330 0.127
IGA8 0.096 0.753 0.098 0.025 0.006 0.158
IGA9 -0.006 0.786 -0.042 -0.024 -0.173 0.301
IGA10 -0.191 0.788 -0.093 0.042 -0.012 0.166
IGA11 -0.255 0.751 -0.202 0.000 0.217 -0.042
IGA12 -0.055 0.775 -0.216 -0.134 -0.039 0.255
IGA13 -0.020 0.825 -0.133 -0.011 -0.070 0.022
IGA14 0.086 0.536 0.008 -0.241 0.039 0.079
SPA1 0.201 -0.092 0.660 0.098 0.020 0.056
SPA2 -0.124 -0.034 0.811 -0.029 -0.009 0.035
SPA3 0.102 -0.111 0.828 0.017 -0.298 0.074
SPA4 0.006 0.074 0.890 -0.065 0.185 -0.107
SPA5 -0.091 -0.053 0.783 -0.008 0.089 0.021
SPA6 -0.055 0.108 0.913 0.009 0.008 -0.052
KPA1 0.021 0.029 0.215 0.602 0.286 -0.265
KPA2 -0.001 -0.046 0.098 0.853 0.038 -0.006
KPA3 0.084 -0.158 0.025 0.863 0.177 -0.007
KPA4 -0.107 -0.040 0.178 0.789 -0.345 0.077
KPA5 0.075 0.139 -0.191 0.851 0.818 0.125
KPA6 -0.080 0.023 -0.270 0.788 0.649 0.003
KA1 -0.075 0.069 -0.092 0.087 0.777 0.281
KA2 0.150 0.013 0.202 -0.178 0.860 -0.147
KA3 -0.264 -0.047 -0.101 -0.062 0.866 -0.093
KA4 0.114 0.007 0.138 -0.109 0.869 0.042
KA5 -0.086 -0.044 0.101 -0.103 0.729 0.228
KA6 -0.050 0.046 -0.179 -0.029 0.741 -0.033
KA7 0.209 0.075 -0.166 0.087 0.014 -0.170
KA8 0.048 0.025 -0.134 0.110 0.191 -0.193
KPOA1 -0.003 0.010 0.051 0.321 -0.081 0.746
KPOA2 0.156 -0.125 -0.135 0.080 0.135 0.821
KPOA3 -0.122 -0.056 0.097 0.239 0.004 0.744
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
32
KPOA4 -0.193 -0.077 0.144 0.030 -0.275 0.814
KPOA5 0.085 -0.034 -0.021 -0.081 -0.261 0.836
KPOA6 0.125 0.086 -0.088 -0.028 0.231 0.798
KPOA7 0.160 0.043 -0.060 0.208 0.375 0.759
KPOA8 -0.122 0.114 -0.184 0.194 0.122 0.842
KPOA9 -0.079 0.037 0.098 -0.241 0.244 0.835
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
4.3.3 Composite Realibility
Pengujian selanjutnya adalah uji realibilitas kontruk yang dapat diukur dengan 2
kriteria, yaitu composite realibility dan cronbach’s alpha. Berikut adalah hasil
dari koefisien variabel laten :
Tabel 4.15 Latent Variable Coefficients IA IGA SPA KPA KA KPOA
Composite
Realibility
0.935 0.943 0.923 0.911 0.930 0.941
Cronbach’s
Alpha
0.917 0.935 0.899 0.881 0.913 0.929
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas, hasil menunjukan composite realibility yang memuaskan
dari masing-masing konstruk, yaitu: independensi auditor sebesar (0.935),
integritas auditor (0.943), skeptisme profesional auditor (0.923), kompetensi
auditor (0.911), kualitas audit (0.930) dan ketepatan pemberian opini audit sebesar
(0.941). Hasil dari Cronbach’s Alpha juga menunjukan hasil yang baik, yaitu
independensi auditor sebesar (0.917), integritas auditor (0.935), skeptisme
profesional auditor (0.899), kompetensi auditor (0.881), kualitas audit (0.913) dan
ketepatan pemberian opini audit sebesar (0.929). Dapat disimpulkan bahwa masing
- masing konstruk memiliki realibility yang tinggi dimana hal ini dapat dilihat dari
nilai composite realibility dan cronbach’s alpha seluruh konstruk lebih besar dari
0.70.
4.4 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Perhitungan nilai goodness of fit (inner model) didasarkan pada hasil analisis
WarpPLS 5.0 pada Tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Hasil inner model (Nilai R-squre)
Variabel R-Square
Independensi Auditor -
Integritas Auditor -
Skeptisme profesional auditor -
Kompetensi Auditor -
Kualitas Audit 0.614
Ketepatan pemberian opini audit 0.687
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
33
Goodness of fit inner model pada analisa PLS menggunakan ukuran Stone
Geisser Q-Square test yang berupa nilai Q-Square Predictive Relevance dihitung
berdasarkan nilai R2 masing-masing variabel dependen, yaitu variabel kualitas audit
diperoleh nilai REFEKT2 sebesar 0.614 dan variabel ketepatan pemberian opini audit
diperoleh nilai RPEKON2 sebesar 0.687. Dengan demikianm nilai Q-Square
predictive relevance sebesar:
Q2 = 1-(1- REFEKT2 )(1- RPEKON
2 )
= 1-(1-0.614)(1-0.687)
= 1-(0.386)(0.313)
= 1- 0.120
= 0.88
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai Q-Square predictive
relevance sebesar 0.88 atau 88%, sehingga model dikatakan memiliki nilai prediktif
yang kuat karena variabel-variabel dalam model meliputi variabel independensi
auditor, integritas auditor, skeptisme profesional auditor, kompetensi auditor,
kualitas audit mampu menjelaskan variabel keteptan pemberian opini audit sebesar
88% sedangkan sisanya 12% merupakan variasi variabel lain diluar model.
4.5 Evaluasi Model Struktural Konstruk (model fit) Uji model fit ini digunakan untuk mengetahui apakah suaru model memiliki
kecocokan dengan data. Pada uji kecocokan model (model fit) ini, terdapat 3 indeks
pengujian, yaitu average path coefficient (APC), average R – squared (ARS), dan
average variances factor (AVIF) dengan kriteria APC dan ARS diterima dengan
syarat p – value < 0.1 dan AVIF lebih kecil dari 5. Berikut adalah hasil output model
fit indices dari program WarpPLS 5.0 :
Tabel 4.17 Model Fit Indices Indeks p- value
APC 0.357 P < 0.001
ARS 0.651 P < 0.001
AVIF 1.715 (acceptable if <= 5, Idealy <=3,3 P < 0.001
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
Hasil output diatas, menjelaskan bahwa APC memiliki indeks sebesar 0.357 dengan
nilai p – value < 0.001. Sedangkan ARS memiliki indeks sebesar 0.651 dengan p –
value < 0.001. P – value kedua indeks menunjukan hasil dibawah 0.1 yang berarti
memenuhi kriteria APC dan ARS. AVIF juga menunjukan indeks sebesar 1.715
yang berarti diterima karena indeks dibawah 5 dan ideal karena dibawah 3,3 maka
model tidak mengandung multikolinearitas. Kesimpulannya adalah model sudah fit
dengan data sehingga dapat melanjutkan pengujian berikutnya. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini dapat memenuhi kriteria
dan bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap
varabel dependen.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
34
4.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh
terhadap kualitas audit dan dampaknya terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan gambar model penelitian, beserta hasil
yang telah diperoleh berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan program
WarPLS 5.0
Gambar 4.1
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian seluruh hipotesis akan dianalisis berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pengolahan data pada tabel-tabel berikut:
Tabel 4.18 Hasil pengujian hipotesis
Hipotesis Hubungan
Variabel
Koefisien
Jalur
P-value Prediksi Temuan
H1 IA -->KA -0.014 0.451 Berpengaruh Tidak
Berpengaruh
H2 IGA--> KA 0.404 <0.001 Berpengaruh Berpengaruh
H3 SPA --> KA -0.016 0.443 Berpengaruh Tidak
Berpengaruh
H4 KPA--> KA 0.522 <0,001 Berpengaruh Berpengaruh
H5 KA--> KPOA 0.829 <0,001 Berpengaruh Berpengaruh
Sumber : Hasil Output WarpPLS 5.0 yang telah diolah (2018)
4.6.1 Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Hasil analisis pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa independensi auditor tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari nilai path coefficient
sebesar -0.014 dengan p-value 0.451.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
35
4.6.2 Integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit Hasil analisis pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa integritas auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari nilai path coefficient sebesar 0.404
dengan p-value <0.001.
4.6.3 Skeptisme profesioanl auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Hasil analisis pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa skeptisme profesional auditor
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari nilai path
coefficient sebesar -0.016 dengan p-value 0.443.
4.6.4 Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Hasil analisis pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa kompetensi auditor
beprengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari nilai path coefficient
sebesar 0,414 dengan p-value <0,001.
4.6.5 Kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit
Hasil analisis pada Tabel 4.19 menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hal ini dapat dilihat dari nilai path
coefficient sebesar 0.829 dengan p-value <0,001.
4.7 Pembahasan
Penelitian ini menemukan bahwa independensi auditor tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan pendapat De Angelo bahwa
kemungkinan di mana auditor akan melaporkan salah saji tergantung pada
independensi auditor. Di sisi lain, hasil penelitian ini didukung oleh Tjun (2012)
yang menyimpulkan bahwa independensi tidak mempunyai hubungan dengan
kualitas audit karena ketika mengukur independensi auditor tidak diturunkan dari
sikap mental auditor.
Integritas auditor berpegngaruh terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan
dengan penelitian Serlinda Tita dkk., (2012) yang menyatakan bahwa integritas
diperlukan dalam menyajikan laporan hasil pemeriksaan secara handal dan dalam
mengungkapkan kewajaran laporan keuangan yang diaudit. Seorang auditor harus
mampu membangun integritas dengan cara memiliki kejujuran yang tinggi,
keberanian, sikap bijaksana dan tanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan.
Penelitian ini menemukan bahwa skeptisme profesional auditor tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hubungan antara skeptisme profesional
auditor tidak searah dengan kualitas audit. Maka dapat diartikan bahwa baik
buruknya kualitas audit itu sendiri tidak dilihat dari sikap skeptisme profesinalnya.
Semakin tinggi skeptisme profesional tidak menjamin bahwa kualitas audit yang
dihasilkan semakin baik dan sebaliknya. Dalam pemeriksaan auditor kurang
menggunakan skeptisme profesional dalam menilai resiko-resiko yang secara
signifikan dapat mempengaruhi pekerjaan pemeriksa apabila kecurangan terjadi.
Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin tinggi
kompetensi auditor dalam melakukan audit maka kualitas audit yang dihasilkan
semakin baik. Sebaliknya semakin rendah kompetensi yang dimiliki oleh auditor
maka kualitas audit yang dihasilkan pula akan semakin kurang baik. Keadaan ini
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas audit yang dilakukan auditor
dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi masing-masing auditor. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Handayani (2015) yang menyimpulkan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
36
bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin baik pula
kualitas audit yang dihasilkan. Auditor sebagai orang yang melakukan audit
berkewajiban untuk terus memperluas pengetahuannya. Semakin maksimal
pengetahuan yang dimiliki auditor tentunya diiringi dengan semakin banyaknya
pengalaman yang diperoleh. Dengan kompetensi yang dimiliki, maka auditor dapat
melakukan tugas-tugas auditnya dengan mudah.
Kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Artinya seorang auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik dapat dengan
tepat memberikan opini audit. Pihak auditor dituntut untuk menunjukan kinerja
yang tinggi agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa apakah variabel
independensi, integritas, skeptisme profesional, kompetensi berpengaruh terhadap
kualitas audit dan bagaimana dampaknya terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Berdasarkan pembahasan pada bab empat dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini
menunjukan bahwa independensi tidak dapat mempengaruhi kualitas audit
karena audit yang berkualitas tidak dapat dilihat saja dari sikap independensi
nya seorang auditor.
2. Integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan
bahwa auditor yang memiliki integritas yang tinggi akan menghasilkan audit
yang berkualitas
3. Skeptisme Profesional auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal
ini menunjukakn bahwa skeptisme profesional auditor yang dimiliki auditor
tidak menjamin apakah auditor akan melakuikan audit secara berkualitas.
4. Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan semakin tinggi kompetensi auditor dalam melakukan audit maka kualitas audit
yang dihasilkan oleh akan semakin baik, sebaliknya semakin rendah kompetensi
yang dimiliki oleh auditor saat melakukan audit maka kualitas audit yang
dihasilkan pula akan semakin kurang baik. 5. Kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hal ini
menunjukan bahwa semakin kualitas audit yang didapatkan semakin tinggi
maka ketepatan pemberian opini audit juga semakin baik.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah:
1. Jumlah sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada auditor yang bekerja
pada BPK-RI Perwakilan Provinsi NTT, sehingga hasil penelitian tidak dapat
digeneralisir untuk mewakili auditor sektor publik pada umumnya.
2. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode survei menggunakan
kuesioner tanpa dilengkapi dengan wawancara
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
37
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit dan dampaknya pada ketepatan pemberian opini
maka disampaikan beberapa saran yang diharapkan penelitian selanjutnya, adapun
saran yang diberikan yaitu:
1. Hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di NTT.
Jumlah sampel untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan, seperti BPK
keseluruhan di Indonesia.
2. Variabel lain dapat ditambahkan untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas
audit, selain variabel kode etik dan motivasi.
3. Peneliti tidak membedakan auditor sebagai responden berdasarkan posisi
mereka di BPK sehingga tidak diketahui secara pasti tingkat kualitas audit yang
dimiliki. Peneliti selanjutnya dapat membedakan auditor sebagai responden
berdasarkan posisi mereka.
4. Dalam penelitian ini independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan sub variabel dari independensi yang
tidak digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Arfin. 2013. Pengaruh skeptisme profesional, etika, pengalaman, dan
keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh Audior. Artikel
Penelitian : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Vol 11, No. 1: 22-
35
Agustin, Aulia. 2013. Pengaruh pengalaman, independensi, dan due Professional
care auditor terhadap kualitas audit laporan keuangan pemerintah (studi
empiris pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau). Jurnal : Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Vol. 2, No. 1:87-99
Agusti, Restu, dan Nasita Putri Pertiwi. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi
Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor
Akuntan Publik Se Sumatera). Jurnal Ekonomi, Volume 21, Nomor 3
September 2013. Vol. 21, No. 3: 1-13
Aini, Nur. 2013. Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, Dan Etika
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Vol. 10, No. 1:1-24
Ananda, Rahmatika. 2014. Pengaruh Skeptisme Profesional, Kepatuhan Pada
Kode Etik Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada
BPKP perwakilan Sumatera Utara). Artikel Sumut : Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Vol 20, No.2:1-32
Arfan Ikhsan Lubis. 2011. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2, Penerbit Salemba
Empat Jakarta.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
38
Arens, Alvin A. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi Keduabelas.
Erlangga Jakarta.
Badjuri, Ahmad. 2012. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil
pemeriksaan Auditor sektor publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan
Jawa Tengah). Jurnal : Pogram studi akuntansi Universitas Stikubank. Vol 1,
No.2 :120-135
Baotham, Sumintorn. 2009. Audit Independence, Quality, and Credibility : effects
on reputation and sustainable succes of CPAs In Thailand. IJBR,
Mahasarakham University, Thailand. Vol 9, No.1:1-7
DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”,
andDisclosureRegulation. Journal of AccountingandEconomics. August.
pp.113-127.
Efendy, Taufiq Muh. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi
Terhadap Kuali-tas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah. Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponogoro, Semarang.
Febriyanti, Reni. 2014. Pengaruh Independensi, Due Professional care dan
Akuntabilitas terhadap kualitas audit (studi empiris pada Kantor akuntan
Publik di kota padang dan Pekanbaru). Artikel : Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Vol. 14, No. 2:1-25
Fortuna Sari, Ni putu Piorina & I Wayan Ramantha. 2015. Pengaruh Sikap
Skeptisme, Pengalaman Audit, Kompetensi, dan independensi auditor pada
Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
(Unud), Bali. Vol 11, No 2:470-482
Ghozali, I. 2015. Structural Equation Modeling dengan Partial least squares. Edisi
4. BP Undip. Semarang
Handayani, Komang Ayu Tri dan Lely Aryani Merkusiwati. 2015. Pengaruh
Independensi Auditor dan Kompetensi Auditor pada Skeptisisme Profesional
Auditor dan Implikasinya terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi:
Fakultas Ekonomi dan Bisnins Universitas Udayana. Vol 10, No. 1: 229-243
Hobson, Kendall O. Bowlin, Jessen L. and M. David Piercey. 2015. The Effects of
Auditor Rotation, Professional Skepticism, and Interactions with Managers
on Audit QualityThe Accounting Review. University of Illinois at Urbana–
Champaign. Vol. 90, No. 4: 1363-1393
Kharismatuti, Norma. 2012. Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap
kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Jurnal :
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Vol. 1, No.1: 1-10.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
39
Lauw Tjun Tjun, Elyzabet Indrawati Marpaung, dan Santy Setiawan. 2012.
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.
Jurnal. Bandung: Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi-Univ.Kristen
Maranatha. Vol. 4, No. 1: 33-56.
Nandari, Ade Wisteri Sawitri & Made Yenni Latrini. 2015. Pengaruh sikap skeptis,
independensi, penerapan kode etik, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit.
E-jurnal Akuntansi: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali. Vol.10,
No. 1:164-181.
Nasikin, Arista Rizky Indriyanto. 2014. Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Audit Yang Dilakukan Oleh Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.
12, No. 1: 1-15
Nopmanee Tepalagul and Ling Lin. 2015. Auditor Independence and Audit Quality:
A Literature Review. Journal of Accounting, Auditing & Finance: University
of Massachusetts Dartmouth, USA. Vol. 30, No. 1: 101-121.
Peraturan SPKN Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Tahun 2017
Pelango, Dyah Inggino Rizki; Dr. Husin, M.Si; Sitti Nurnaluri, SE., M.Si. 2015.
Pengaruh Pengalaman, Keahlian, dan Etika terhadap Ketepatan Pemberian
Opini (Studi pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara).
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Halu Oleo
Rusyanti, Rina. 2010. Pengaruh Sikap Skeptisme Auditor, Profesionalisme Auditor
Dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit. Jurnal
:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Vol. 11, No. 1-86.
Rosnidah, Ida. Rawi dan Kamarudin. 2010. Analisis Dampak Motivasi Dan
Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah
Kabupaten Cirebon). Jurnal Akuntansi. Bandung.
Roy, Mitrendu Narayan & Siddhartha Sankar Saha. 2016. Relationship of Statutory
Auditors’ Competence and Independence with Audit Quality. Journal of
Management Vol.13 (I): Department of Commerce University of Calcutta,
Kolkata. Vol. 13, No. 1: 61-81
Sari, Nungky Nurmalita. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit.
Skripsi: Universitas Diponegoro Semarang
.
Steven F. Cahan and Jerry Sun, 2015, The Effect of Audit Experience on Audit Fees
and Audit Quality. Journal of Accounting, Auditing & Finance: Odette School
of Business, University of Windsor, Ontario, Canada. Vol. 30, No. 1:78-100
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
40
Subhan. 2016. Pengaruh Kecermatan Profesi, Obyetifitas, Independensi dan
Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Pemeriksaan. Madura :
Universitas Madura. Vol. 1, No. 1: 61-76
Sugiarmini, Ni luh Arlia dan Luh Kade Datrini. 2017. Pengaruh Skeptisme
Profesional, Independensi, kompetensi, etika, dan Role Stress Auditor
tergadap Kualitas audit pada kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi; Vol. 9, No. 1:1-14.
Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Zu’amah, Surroh. 2009. Independensi dan Kompetensi Auditor pada Opini Audit
(studi BPKP Jateng). Jurnal Dinamika Akuntansi: Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia. Vol. 1, No. 2:145-154.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id