faktor dominan yang menentukan pilihan politik …lib.unnes.ac.id/31882/1/3312412084.pdf · i i...

56
FAKTOR DOMINAN YANG MENENTUKAN PILIHAN POLITIK MASYARAKAT DESA MASIN DALAM PEMILIHAN BUPATI BATANG TAHUN 2017 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Program Studi Ilmu Politik Oleh Keli Rizkiantomo NIM. 3312412084 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 i

Upload: lythien

Post on 06-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

i

FAKTOR DOMINAN YANG MENENTUKAN PILIHAN POLITIK MASYARAKAT DESA MASIN DALAM PEMILIHAN

BUPATI BATANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Program Studi Ilmu Politik

Oleh

Keli Rizkiantomo

NIM. 3312412084

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

i

ii

ii

iii

iii

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar – benar

hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, baik sebgaian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, September 2017

Penulis

Keli Rizkiantomo

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

� Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka

terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.

Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman)

� Tugas kita bukanlan untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, Karena di

dalam mencoba itulah kita menemukan dan Membangun kesempatan untuk

berhasil. (Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak Siswadi dan Ibu Winasih Setiawati,,

yang selalu memberikan dukungan moril

maupun materil.

2. Kakak Tercinta Rizky Prikartomo yang selalu

memberikan semangat dan keceriaan.

3. Dosen – Dosen Jurusan Pkn yang telah

memberikan ilmunya kepada saya.

4. Sahabat dan Teman seperjuanganku Ilmu

Politik Angkatan 2012.

5. Almamaterku

v

vi

SARI

Rizkiantomo, Keli. Faktor Dominan Yang Menentukan Pilihan Politik Masyarakat Desa Masin Dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017. Skripsi, Jurusan Politik dan

Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Dosen

Pembimbing Moh. Aris Munandar, S.Sos, MM, M.Si dan Drs Ngabiyanto, M.Si.

Kata kunci: Pemilu ,Perilaku Pemilih, Pilkada

Kesadaran politik masyarakat menjadi sangat penting karena hal ini

merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas partisipasi masyarakat

dalam pembangunan. Menurut (Abdullah, 2011:53) satu-satunya hak politik yang

masih dimiliki rakyat adalah hak memberikan suara pada saat pemilu

berlangsung, sesudah itu semua hak politik yang dimiliki rakyat beralih kepada

partai politik sehingga rakyat tidak memiliki apa-apa lagi, bahkan sudah

dilupakan sama sekali. Terbentuknya kesadaran politik dalam masyarakat pada

hakekatnya dikarenakan setiap individu dalam masyarakat mengalami sosialisasi

politk dan selanjutnya individu akan mendapatkan suatu keyakinan, perasaan dan

komponen nilai terhadap pemerintahan dan kehidupan politk, melalui berbagai

sarana sosialisasi politik yang ada misalnya: keluarga, sekolah, kelompok

pergaulan, pekerjaan, kontak politik langsung, media massa dan sebagainya.

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diteliti (1) Apa

Orientasi pemilih Masyarakat Desa Masin Dalam Menentukan Pilihan Politiknya?

(2) Apa faktor dominan yang menyebabkan Masyarakat Kelurahan Masin

Menentukan Pilihan Politiknya dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017 di

Kabupaten Batang?.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara dan teknik dokumen. Lokasi penelitian adalah

Kabupaten Batang. Fokus penelitianya adalah Faktor Dominan Yang

mempengaruhi Masyarakat Kelurahan Masin dalam Menentukan Pilihan yang

meliputi Pendekatan Sosisologis Para Pemilih, Pendekatan Psikologis Para Pemilih, Pendekatan Rasional Pemilih, Pendekatan Marketing. Informan dalam

penelitian ini adalah masyarakat kelurahan masin. Teknik pemeriksaan keabsahan

data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis

kualitatif Miles dan Huberman.

Dari hasil temuan di lapangan dan proses wawancara membuktikan bahwa

masyarakat mengikuti pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Batang dan

memilih kandidat dikarenakan ajakan dari keluarga, hubungan kekerabatan,

kesamaan sekolah, pekerjaan, lingkungan bergaul dan organisasi keagamaan yang

mana hal tersebut merupakan hasil dari karakteristik sosial dimana mereka berada.

Kurang adanya kesadaran pribadi dari mereka dikarenakan kurang percayanya

mereka terhadap pemerintahan sehingga mereka untuk ikut memilih berdasarkan

alasan-alasan di atas. Telah dikemukakan bahwa subkultural tertentu memiliki

kognisi sosial tertentu yang pada yang akhirnya bermuara pada perilaku tertentu.

Mereka dipengaruhi oleh kelompok – kelompok referensi yang sama. Karena itu,

vi

vii

mereka memiliki kepercayaan, nilai dan harapan yang juga relatif sama, termasuk

dalam kaitanya dengan preferensi pilihan politik.

Mengacu dari hasil penelitian tersebut, Berdasarkan keseluruhan analisis

yang telah penulis lakukan, maka faktor yang paling dominan adalah Bahwa

sebenernya masyarakat lebih kepada dorongan keluarga dalam menentukan

pilihanya. Hal ini bahwa Pengaruh terbesar bagi pemilih adalah keluarga paling

dominan untuk mempengaruhi anggota keluarganya untuk memilih salah satu

kandidat pada waktu pilkada berlangsung.

vii

viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENENTUKAN

PILIHAN POLITIK DALAM PEMILIHAN BUPATI BATANG TAHUN

2017”. Selama menyusun Skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan,

kerjasama dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Tijan, M.Si, Ketua Jurusan PKn Universitas Negeri Semarang.

4. Moh. Aris Munandar, S.Sos MM, Dosen Pembimbing I dan Dosen

Wali yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan

saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs Ngabiyanto, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan saran dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pkn yang telah memberikan Ilmunya

selama masa studi kepada penulis.

viii

ix

7. Seluruh Staf dan Karyawan Jurusan Pkn, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Semarang.

8. Bapak Cipto Hartono Kepala KPU Kabupaten Batang yang telah

berkenan menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Bapak Hananto KPPS yang telah berkenan menjadi informan dalam

penelitian ini.

10. Bapak Siswadi dan Ibu Winasih Setiawati, yang selalu memberikan

motivasi, insipirasi doa dan segalanya.

11. Kakak saya, Rizky Prikartomo yang selalu mendukung untuk

menyelesaikan skripsi saya.

12. Sahabat dan teman-teman Progam Studi Ilmu Politik Angkatan 2012.

13. Seluruh pihak dan instansi yang telah mendukung terselesaikanya

Penulisan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Tidak ada sesuatu apapun yang dapat diberikan penulis, hanya ucapan

terima kasih dan untaian doa semoga Allah SWT memberikan imbalan atas

kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Semarang, 2017

ix

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v

SARI ....................................................................................................... vi

PRAKATA ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN .............................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................. 10

C. Tujuan Penelitian ..................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ................................................... 11

E. Batasan Istilah ........................................................ 12

BAB II LANDASAN TEORI .................................................... 14

A. Pilihan Politik ......................................................... 14

1. Perilaku Politik ................................................ 14

2. Orientasi Pemilih ............................................. 18

3. Jenis – jenis Pemilih ....................................... 19

4. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat

Dalam Pilkada ................................................... 23

5. Partai Politik Dalam Pilkada ........................... 27

B. Pemilih Kepala Daerah .......................................... 29

1. Pengertin Pemilih Kepala Daerah ................... 29

2. Urgensi Pemilihan Kepal Daerah Langsung ..... 30

C. Kerangka Berpikir .................................................. 33

x

xi

BAB III METODE PENELITIAN .............................................. 36

A. Latar Penelitian ...................................................... 36

B. Fokus Penelitian ..................................................... 37

C. Sumber Data ........................................................... 37

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ...................... 39

E. Uji Validitas Data .................................................... 40

F. Teknik Analisis Data .............................................. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... 44

A. Hasil Penelitian ....................................................... 44

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............... 44

2. Gambaran Pilkada Tahun 2017 di Kabupten Batang

.......................................................................... 47

3. Alasan Masyarakat Kelurahan Masin

Menentukan Hak Pilih Politiknya Dalam

Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017 ............ 56

4. Faktor Dominan yang Menyebabkan Masyarakat

Kelurahan Masin Menentukan Pilihan Politiknya

Dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017 ... 70

B. Pembahasan ............................................................ 74

BAB V PENUTUP ...................................................................... 83

A. Simpulan ................................................................. 83

B. Saran ....................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 85

LAMPIRAN .......................................................................................... 89

xi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Informan Premier .................................................... 32

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Usia ....................................... 38

Tabel 3 Tingkat Pendidikan ............................................................ 39

Tabel 4 Mata Pencaharian ................................................................. 56

Tabel 5 Daftar Nama-Nama Partai Politik di Kabupaten Batang ... 48

Tabel 6 Daftar Partai Politik Pengusung Calon Bupati Batang ......... 49

Tabel 7 Perolehan Suara .................................................................... 50

xii

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Pembagian Jenis Pemilih ................................................... 14

Bagan 2 Konfigurasi Pemilih ........................................................... 18

Bagan 3 Kerangka Berpikir .............................................................. 33

Bagan 4 Skema Analisis Data ............................................................ 37

xiii

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Keadaan Geografis Kelurahan Masin ............................. 37

Gambar 2. Kampanye Pasangan Wihaji - Suyono .......................... 62

Gambar 3. Apresiasi Wihaji Terhadap Masyarakat Batang ............ 65

xiv

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1 SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Ketua KPUD Kabupaten Batang

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Ketua KPPS

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Anggota KPPS

Lampiran 8 Pedoman Wawanacara Anggota KPPS

Lampiran 9 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang

Lampiran 10 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang

Lampiran 11 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang

Lampiran 12 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang

Lampiran 13 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang

Lampiran 14 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang

xv

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi telah digunakan

disebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan

Republik Indonesia sejak reformasi telah bertekad untuk mewujudkan sistem

politik yang demokratis, dengan cara diadakannya pemilihan langsung yang

melibatkan warga negaranya untuk ikut serta dalam proses pemberian suara.

Pemilihan Presiden, Pemilihan Anggota DPR dan DPRD, Pemilihan Anggota

DPD hingga Pemilihan Kepala Daerah juga di laksanakan dengan cara yang

demokratis. Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia dilakukan dengan rentang

waktu lima tahun sekali dan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum

(KPU), sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 (ayat 6) Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan

Umum yang menjelaskan bahwa “Pemilu di selenggarakan oleh Komisi

Pemilihan Umum yang bersifat nasional.

Daerah, sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia dalam melakukan pemilihan daerah dan wakil kepala

daerah memiliki sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu

pemilihan secara langsung. Menurut (M Ramses dan Bakry, 2009:402)

keberadaan politik lokal ini setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan utama.

2

“Pertama, dalam persepektif elit diharapkan para pemegang mandat

rakyat lebih akuntabel, responsive terhadap tuntutan masyarakat,

pembuatan kebijakan publik, yang transparan serta kualitas pelayanan

publik semakin baik. Kedua, dalam perspektif publik masyarakat lebih

terwakili dalam kepentinganya, ruang partisipasi publik lebih luas,

kemampuan artikulasi rakyat lebih meningkat serta akses publik terhadap

sumber kekayaan negara. Ketiga, dalam perspektif ekonomi, mendorong

kompetisi daya saing daerah guna mengembangkan ekonomi daerah”.

Terkait proses demokratisasi lokal, dalam pilkada para partai politikpun

selalu berusaha untuk menjadi yang terpilih dengan berbagai cara mereka

berkampanye Melalui spanduk, Pamflet, koran, televisi dan berbagai media

massa, menurut (Arifin, 2011: 8) komukasi politik sangat dibutuhkan bagi para

partai politik yang mengusung para calonnya dalam kampanye, mengenai hal

ini komunikasi politik sangat dibutuh bagi para partai politik yang mengusung

kandidatnya untuk memperoleh suara. Komunikasi politik itu sendiri

perdebatan tentang komunikasi mencakup politik dan politik meliputi

komunikasi, lebih jelasnya komunikasi politik merupakan suatu komunikasi

yang diarahkan pada pencapaian suatu komunikasi yang diarahkan pada

pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa sehingga masalah yang yang

dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya

melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga lembaga politik.

Melalui kegiatan komunikasi politik terjadi pengaitan masyarakat sosial dengan

lingkup negara sehingga komunikasi politik sarana untuk pendidikan atau

kesadaran warga negara dalam hubungan kenegaraan.

3

Terdapat berbagai bentuk komunikasi politik yang biasa dilakukan oleh

politikus atau aktivis politik untuk mencapai tujuannya. retorika politik atau

pidato politik sebagai suatu seni berbicara memang memiliki daya persuasi

politik yang sangat tinggi, dengan menggunakan bahasa lisan yang indah

(irama, mimik, dan intonasi suara) seperti halnya para kandidat yang sedang

berkampanye melalui pidatonya ini yang disebut dengan retorika, agitasi politik

adalah suatu upaya untuk menggerakan massa dengan lisan atau tulisan, agitasi

hampir mirip dengan retorika akan tetapi tidak hanya dengan menggukan lisan

melainkan tulisan melalui Baliho. Kegiatan komunikasi politik melalui

periklanan dan public relations saling melengkapi. Iklan politik bukanlah

spiritnya. Akan tetapi merupakan kelengkapannya. Jiwa persoalan adalah

Restyling Of Politics (Corner & Pels, dalam setyono 2008:1). Komunikasi

publik adalah kunci untuk memenangkan kompetisi di dunia politik, dan saat itu

salah satu chanel yang efektif adalah media sosial seperti facebook, twitter

maupun media sosial yang lainnya, dan bentuk startegi yang dirancang yaitu

dengan membuat akun dan halaman untuk pasangan kandidat yang didalamnya

terdapat visi-misi, program kerja, serta jadwal aktifitas, kunjungan maupun

waktu kampanye dari pasangan kandidat hal ini dilakukan karena

Perkembangan media sosial seperti facebook dan twitter serta media online

menjadi perhatian banyak orang, ini adalah alat yang dapat membantu tim

pemenangan untuk mengkomunikasikan, memonitoring dan membuat program

yang bertujuan untuk pemenangan kandidat (Pontoh: 2015).

4

Tokoh – tokoh politik serta kebijakan (politik/publik) harus dipasarkan

menurut gaya yang tak berbeda dengan produk – produk dalam dunia

konsumerisme dan selebritas, singkat cerita beriklanlah seperti menjual

shampo, obat batuk, dan sebagainya. Lalu, dijadikan tokoh – tokoh yang akan

maju menjadi presiden, gubernur, walikota, dan bupati sebagai selebritas.

Di sisi lain tidaklah berarti bahwa sebuah iklan politik harus berjejal

dengan informasi. Bahkan kadangkala sebuah iklan politik cukup berisi satu

informasi menarik dan penting. Yang menjadi kata kunci selanjutnya adalah

contrasting: seberapa tajam informasi yang di berikan yang berguna untuk

menbedakan kandidat tertentu dibanding kompetitornya. (Setyono 2008:2).

Menyajikan informasi saja belum cukup, karena informasi yang disajikan

mestilah sesuatu yang riil, realitas atau bisa dicapai, tidak sekedar membohongi

atau meninabobokan publik. “Informasi” dibalik setiap iklan yang anda bahas.

Kebeabsan informasi membuat beragam media, cetak maupun elektronik,

menjadi sarana efektif untuk berkampanye.

Kesadaran politik masyarakat menjadi sangat penting karena hal ini

merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas partisipasi masyarakat

dalam pembangunan, kesadaran politik yang dimaksudkan sebagai daya

tangkap masyarakat terhadap masalah kenegaraan yang mampu memberikan

dorongan dan motivasi dalam mempertahankan dan mengembangkan negara,

oleh karena itu untuk meningkatkan partisapasi masyarakat dalam

pembangunan. Terlebih dahulu harus mempertinggi tingkat kesadaran politik

5

dalam masyarakat. Pengertian politik yang dimaksud bukan dalam arti sempit

atau politik praktis, melainkan politik dalam arti yang luas yang menyangkut

segala hal kenegaraan yang dirumuskan dalam Pancasila, UUD 1945.

Kesadaran politik masyarakat dalam pilkada dapat dilihat apakah

masyarakat menggunakan hak pilih tersebut atau tidak. Menurut (Abdullah,

2011:53) satu-satunya hak politik yang masih dimiliki rakyat adalah hak

memberikan suara pada saat pemilu berlangsung, sesudah itu semua hak politik

yang dimiliki rakyat beralih kepada partai politik sehingga rakyat tidak

memiliki apa-apa lagi, bahkan sudah dilupakan sama sekali. Terbentuknya

kesadaran politik dalam masyarakat pada hakekatnya dikarenakan setiap

individu dalam masyarakat mengalami sosialisasi politk dan selanjutnya

individu akan mendapatkan suatu keyakinan, perasaan dan komponen nilai

terhadap pemerintahan dan kehidupan politk, melalui berbagai sarana

sosialisasi politik yang ada misalnya: keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,

pekerjaan, kontak politik langsung, media massa dan sebagainya.

Pilkada merupakan perwujudan demokrasi yang tampak. Dalam pilkada

dapat terlihat lebih jelas bagaimana bentuk prilaku politik masyarakat,

kebebasan memilih, kebebasan berfikir, kecerdasan politik, independensi

pemerintah, keterlibatan partai politik, media massa dan system politik baik

skala nasional maupun lokal. Sehingga dari indicator-indikator tersebut dapat

dilihat kwalitas demokrasi bangsa terutama dalam pilkada. Pemilu menjadi

persta politik rakyat karena kekuasaan sepenuhnya berada ditangan rakyat,

6

rakyat dapat menentukan pemimpin sesuai dengan keinginan dan harapan yang

diberikan oleh calon kepala daerah. Calon kepala daerah dari petahana yang

telah membuktikan dirinya membangun daerah lebih baik, bekerja keras

memiliki akuntabilitas yang tinggi maka rakyat dengan mudah memberikan

pilihannya dari pada calon lain yang masih memberikan harapan, sebaliknya

petahan yang tidak membawa keberhasilan maka akan dihukum dengan tidak

memilihnya dalam pilkada (Rasaili:2016).

Pilkada Kabupaten Batang diiikuti olehempat pasangan calon diantaranya

pasangan nomor urut pertama H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si.

pasangan nomor urut kedua dr. Lafran Pancaputranto, Sp.OG (K) dan H.

Nurhaji Slamet Urip Pasangan nomor urut ketiga A.S Burhan, S.Ag dan Acara

Ariani, S.Psi pasangan nomor urut keempat Akhmad Faizin, ST dan Erna

Yuniwati. Berdasarkan data KPU pada Pilkada Kabupaten Batang Tahun 2017

dimenangkan oleh pasangan H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si.

dengan perolehan suara sebanyak 245.330 (56.61%). Selain itu, berdasarkan

data KPU total suara dengan suara sah sebesar 432.490 dan suara tidaksah

13.561 dengan total 445.951 suara. Oleh karena itu, tempat penetlitian skripsi

ini mengambil studi kasus Kelurahan Masin Kecamatan

WarungasemKabuptenBatang. Partisipasi masyarakat pada Pilkada Kabupten

Batangjuga mencapai angka 74,4%.

Pasangan H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si. merupakan

pasangan yang memiliki dua partai pengusung. Partai pengusung adalah Golkar

7

- PPP dan didukung Hanura. Beberapa kegiatan selama masa kampanye yang

dilakukan oleh PasanganH. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Sidapat

dilihat seperti pemasangan spanduk, pamflet, dan baliho dibeberapa tempat

strategis di Kabupaten Batang. Untuk menarik simpati masyarakat Pasangan H.

Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si menyentuh masyarakat dengan

beberapa progam dalam memenuhi tuntutan dan aspirasi masyarakat Kabupaten

Batang. Beberapa progam yang dijanjikan oleh Pasangan H. Wihaji, S.Ag.,

M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si seperti membuat Smart Village (Desa Pintar),

One Village One Product dalam program kerja calon bupati dan wakil bupati

Wihaji dan Suyono ingin membuat setiap desa memiliki sebuah produk

unggulan dalam setiap satu desa Produk, Program 1000 pemuda desa

berwirausaha untuk meningkatkan kinerja para pemuda desa untuk bisa lebih

berkembang dalam hal berwirausaha untuk menjadi pemuda desa lebih

produktif dalam berwirausaha, program 100 investasi baru batang untuk 10.000

lapangan baru merupakan program yang untuk mengurangi jumlah masyarakat

pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

Batang, program jalan desa mulus, jembatan penghubung halus dan irigasi

terurus merupakan usulan masyakarakat dikarena masih banyak jalan – jalan

didesa yang rusak atau berlubang dan beberapa jembatan yang lama belum

direnovasi kembali dan sistem irigasi bagi sawah – sawah yang masih irigasi

untuk terurus kembali, meningkatkan kembali kapasitas dan kesejahteraan PNS

dan pegawai tetap non PNS atau pegawai tidak tetap yang bertugas diinstasi

8

pemerintahan batang, untuk menyelenggarakan pendidikan menengah

terjangkau, beasiswa untuk mahasiswa dan mengoptimalkan kesejahteraan guru

honorer melalui insensif bulanan, revitalisasi kesejahteraan objek wisata dan

membangun desa baru yang eduktif, berbasis pemberdayaan

masyarakat.Permasalahan lain yang menjadi perhatian Pasangan H. Wihaji,

S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si adalah dengan memperhatikan pelatihan

peningkatan produk dan penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan dan

perkebunan serta memberikan subsidi, bantuan sarana dan prasarana.

Revitalisasi fungsi dan peran posyandu, puskemas dan puskemas pembantu,

puskesmas rawat inap, RSUD batang untuk memberikan layanan kesehatan

paripurna kepada masyarakat batang serta pengadaan mobil layanan masyarakat

tiap desa.

Citra suatu partai dibentuk berdasarkan kesan, pemikiran dan pengalaman

yang dialami masyarakat sewaktu melakukan interaksi dengan partai atau

kandidat politik. Pengalaman maupun pemikiran tersebut akan membentuk

sikap atau penilaian terhadap partai atau kandidat politik bersangkutan. Sikap

atau penilaian tersebut akan mempengaruhi minat memilih. Minat memilih akan

mempengaruhi keputusan memilih. Proses keputusan terdiri dari lima tahap

yakni pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

memilih, dan perilaku pasca pemilihan. Proses keputusan memilih dimulai jauh

sebelum pemilihan sesungguhnya dan berkelanjutan dalam waktu yang lama

setelah pemilihan. Partai politik atau kandidat parpol harus memusatkan

9

perhatian pada keseluruhan proses dan bukan hanya pada keputusan memilih

(Rini:2012).

Ada yang menarik dalam Pilkada di Daerah Kabupaten Batang ini Terkait

Dengan Bupati Batang yang Tidak ingin Mencalonkan Kembali Dirinya,

kebanyakan kepala wilayah lain yang begitu berambisi untuk maju ke level

yang lebih tinggi Yoyok Riyo Sudibyo yang saat ini menjabat Bupati Batang

justru sudah sejak lama mengatakan tidak ingin lagi mencalonkan diri. Bahkan

jauh hari sebelum adanya isu akan diusung sebagai calon Wakil Gubernur DKI

Jakarta. Keengganan Yoyok malah membuat ratusan warga Batang menggelar

unjuk rasa. Masyarakat berusaha agar Yoyok tetap memimpin Kabupaten

Batang untuk periode berikutnya.Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo

menyatakan tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai bupati di putaran kedua.

Sebab pemimpin jika sudah disumpah jabatan sekali maka hanya berlaku satu

kali pemerintahan. selama memimpin Kabupaten Batang banyak hal yang bisa

diserap, khususnya dalam tugas pemerintahan sehingga merasa takut dan beban

menjadi pemimpin di Kabupaten Batang. Yoyok mengungkapkan, dalam masa

pemerintahan yang tinggal satu tahun lagi, dia mengharapkan dukungan dan

kerjasama dari semua komponen agar ke depan program yang belum terlaksana

dapat dikerjakan dengan baik. Sehingga kami dalam menyelesaikan amanah

menjadi pemimpin Kabupaten Batang bisa berakhir dengan khusnul khatimah,

Dia menyatakan sudah tidak terasa empat tahun dirinya bersama Wabup

Soetadi telah ada di pemerintahan Kabupaten Batang. Hal tersebut menjadi

10

pengalaman yang tidak ternilai harganya karena sudah ikut mendidik dirinya.

Hiruk pikuk dan manis pahit di pemerintahan sudah dirasakan selama empat

tahun ke belakang. Ketika masih menjabat Bupati Batang, Yoyok memang

mengikrarkan hanya akan memimpin sekali masa jabatan dan tidak

mencalonkan diri untuk periode selanjutnya.

Kini Yoyok memegang janjinya tidak lagi mencalonkan diri sebagai

Bupati Batang. Dalam beberapa media massa menyebutkan bahwa mantan

Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo sedang mempersiapkan diri untuk

Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pilihan politik masyarakat dalam BupatiBatang. Penelitian ini

memfokuskan pada pilihan politik warga Kelurahan Masin Kecamatan

Warungasem.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Orientasi pemilih Masyarakat Desa Masin Dalam Menentukan

Pilihan Politiknya?

2. Apa faktor dominanyang menyebabkan Masyarakat Kelurahan Masin

Menentukan Pilihan Politiknya dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun

2017?

C. TUJUAN PENELITIAN

11

1. Untuk mengetahui Orientasi pemilih Masyarakat Desa Masin Dalam

Menentukan Pilihan Politiknya.

2. Untuk mengetahui faktor dominan yang menyebabkan Masyarakat

Kelurahan Masin Menentukan Pilihan Politiknya dalam Pemilihan Bupati

Batang Tahun 2017.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

1) Sebagai bahan pengembangan teori tentang faktor yang

menyebabkan masyarakat menentukan pilihan politik dalam

pemilihan Bupati Batang tahun 2017

2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan tinggi

Universitas Negeri Semarang (UNNES) khususnya mahasiswa Ilmu

Politik dalam proses pemilihan umum.

3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitin

berikutnya.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi pemilih

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu pemilih dalam

memahami proses pemilihan bupati dan wakil bupati selanjutnya

dikabupaten batang.

2) Bagi KPU

12

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan

pemikiran pada lembaga pemerintahan dalam rangka pemilihan

umum.

3) Bagi Universitas

Sebagai Informasi Lembaga pendidikan tinggi Universitas Negeri

Semarang (UNNES) semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan

referensi Penelitian Program Studi Ilmu Politik.

E. BATASAN ISTILAH

1. Pilihan Politik

Pilihan politik atau yang dikenal dengan istilah preferensi politk

adalah kecenderungan Individu – individu yang mengambil keputusan

dari sejumlah opsi, berdasarkan transaksi, berupa hadiah atau fasilitas.

(dalam Arifin 2011:224-225). Meskipun simpatian atau anggota dalam

satu partai, ia dapat memilih kandidat lain atau partai lain, berdasarkan

transaksi yang dikenal sebagai aplikasi dari politik uang yang

berlangsung. Tipe ini ternyata sangat banyak di indonesia, bukan saja bisa

terjadi dikalangan orang – orang miskin dan kurang pendidikan, serta

pengangguran, preman, pengamen dan banyak lagi.Dalam penelitian ini

yang akan dibahas adalah pilihan politik warga Kelurahan Masin

Kecamatan Warungasemdalam menentukan pilihannya pada Pemilihan

Bupati Batang Tahun 2017.

13

2. Pemilihan Bupati

Pemilihan Bupati dan wakil Bupatiyang pelakasanaan kedaulatan

rakyat di wilayah kabupaten atau kota untuk memilih Bupati dan Wakil

Bupati dilaksanakan secara langsung. Calon Bupati dan Wakil Bupati

merupakan Calon yang di usulkan oleh Partai Politik, Gabungan Partai

Politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi

Pemilihan Umum Pada wilayah tersebut. Dalam penelitian ini yang akan

dibahas adalah Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017

3. Masyarakat Kelurahan Masin

Masyarakat kelurahan Masin memiliki hak memilih dan dipilih

dalam pemilihan Bupati Batang. Pada dasarnya setiap Masyarakat

Kabupaten Batang memiliki hak memilih dan hak dipilih (hak pilih).

Tetapi ada batasan perundang-undangan yang mengatur agar hak itu

bernilai seperti maksudnya. Misalnya hak untuk dipilih menjadi Walikota

adalah hak setiap masyarakat Kelurahan Masin, pria maupun wanita, yang

berusia minimal 35 tahun, berpendidikan terendah sekolah menengah

atas/sederajat, tidak pernah dijatuhi hukuman penjara yang sudah

berkekuatan hukum tetap karena pidana dengan ancaman hukuman 5

tahun atau lebih, sehat lahir-batin, dan terdaftar sebagai pemilih.

14

14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Pilihan Politik

a. Perilaku Pemilih

Secara garis besar pemilih diartikan sebagai semua pihak yang

menjadi tujuan utama para konstentan untuk mereka pengaruhi dan

yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya

kepada konstentan bersangkutan (Firmanzah, 2008:87).

Sedangkan menurut (Nora, 2014:174) pemilih menaruh

perhatian yang sangat tinggi atas cara konsestan (partai politik, calon

pemimpin) dalam menawarkan solusi sebuah permasalahan. Semakin

efektif seseorang/suatu kontestan dalam menawarkan solusi yang tepat

untu menjawab permasalahan, semakin tinggi pula prohabilitas untuk

dipilih para pemilih. Agar bisa diterima masyarakat, solusi yang

ditawarkan harus memiliki kekuatan argumentatif dan didukung data-

data akurat.

Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun

masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat

yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian

dimanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik.

Kelompok masyarakat ini adalah para pendukung atau konstituen

suatu partai politik dilingkungan internal dan konstituen pendukung

pesaing-pesaing dilingkungan eksternal (Firmanzah, 2008:86).

15

Internal Eksternal

Sumber: (Firmanzah, 2008:86)

Bagan 1. Pembagian Jenis Pemilih

Menurut (Nursal, 2004:54) ada beberapa pendekatan untuk

melihat perilaku pemilih sebagai berikut.

1) Pendekatan Sosiologis (Madzab Colombia)

Telah dikemukakan bahwa subkultur tertentu

memiliki kognisi sosial tertentu yang pada akhirnya

bermuara pada perilaku tertentu. Kognisi yang sama antar

anggota subkultur terjadi karena sepanjang hidup mereka

dipengaruhi lingkungan fisik dan sosio kultural yang

relatif sama. Mereka dipengaruhi oleh kelompok-

kelompok yang relatif sama. Karena itu, mereka memiliki

kepercayaan, nilai dan harapan yang relatif sama,

termasuk dalam kaitanya preferensi pilihan politik.

Pendekatan sosiologis menjelaskan, karakeristik dan

pengelompokan sosial merupakan faktor yang

mempengaruhi perilaku pemilih dan pemberian suara pada

Non Partisan

Pemilih Konstituen

Partisan

16

hakikatnya adalah pengalaman kelompok (Nimmo, 1993).

Model ini dikenal sebagai model perilaku pemilih madzab

columbia (Asfar, 1993).

2) Pendekatan Psikologis (Madzab Michigan)

Mazhab Michigan menggarisbawahi adanya sikap

politik para pemberi suara yang menetap. Teori ini

dilandasi oelh konsep sikap dan sosialisasi. Sikap

seseorang sangat pengaruhi perilaku politiknya. Sikap itu

terbentuk melalui sosialisasi yang berlangsung lama,

bahkan bisa jadi sejak calon pemilih masih berusia dini.

Pada usia dini seorang calon pemilih telah menerima

“pengaruh” politik dari orang tuanya, baik komunikasi

langsung maupun pandangan politik yang diekspresikan

orang tuanya. Sikap tersebut menjadi lebih mantap ketika

menghadapi pengaruh berbagai kelompok acua seperti

kelompok pekerjaa, kelompok pengajian dan sebagainya.

Proses panjang sosialisasi politik atau organisasi

kemasyarakatan lainya. Ikatan seperti inilah yang disebut

sebagai identifikasi partai, sebuah variabel untuk

menjelaskan pemilih berdasarkan madzab michigan.

17

3) Pendekatan Rasional

Pada kenyataanya sebagian pemilih mengubah

pilihan politiknya dari suatu pemilu ke pemilu lainya.

Peristiwa-peristiwa politik tertentu bisa saja mengubah

preferensu pilihan politik seseorang. Komunikasi politik

dengan substansi dan strategi yang tepat mungkin saja

mempengaruhi pilihan seseorang. Dengan kata lain,

perilaku pemilih bukan hanya ditentukan oleh faktor

karakeristik sosial dan identifikasi partai.

4) Pendekatan Domain Kognitif

Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh

tujuh domain kognitif yang berbeda dan terpisah, sebagai

berikut:

a) Isu dan kebijakan politik (Issues dan Policies)

b) Citra sosial (Social Imagery)

c) Perasaan Emosional (Emotional Feelings)

d) Citra Kandidat (Candidate Personality)

e) Peristiwa Mutakhir (Current Events)

f) Peristiwa Personal (Personal Events)

g) Faktor-Faktor Epistemik (Epistemic Issues)

18

b. Orientasi Pemilih

Firmanzah, 2008: 99 membagi orientasi pemilih menjadi dua hal

yang bisa dijadikan ukuran mengenai cara memilih dalam menilai

kedekatanya dengan partai politik atau seorang konstentan. Kedua hal

tersebut yaitu:

1) Kesamaan mengenai cara pemecahan masalah (policy problem

solving).

Pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas cara

kontestan (partai politik atau calon pemimpin) dalam

menawarkan solusi sebuah permasalahan. Semakin efektif

seseorang/suatu konstentan dalam menawarkan solusi yang tepat

untuk menjawab permasalahan, semakin tinggi pula probabilitas

untuk dipilih oleh para pemilih. Para pemilih memiliki

kecenderungan untuk tidak memilih partai politik atau calon

pemimpin yang kurang mampu menawarkan progam kerja dan

hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon politik.

2) Kesamaan dalam paham serta nilai dasar ideologi (ideology)

Struktur ideologi pemilih sangat menentukan partai apa dan

kandidat seperti apa yang menurut mereja akan menyuarakan

suara mereka. Pemilih memiliki kecenderungan untuk memilih

partai atau kandidat yang memiliki kesamaan ideologi dengan

19

mereka daripada partai politik atau kandidat yang memiliki

ideologi yang berbeda. Terdapat beberapa hal yang digunakan

partai politik atau kandidat dalam hal ini. Pertama, partai politik

atau kandidat berusaha menarik masyarakat yang memiliki

kesamaan ideologi dengan mereka. Kedua, partai politik atau

kandidat berusaha memperkenalkan dan meyakinkan kepada

kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memiliki kesamaan

ideologi dengan mereka.

c. Jenis-Jenis Pemilih

Firmanzah,2008:119 menggunakan kedua orientasi

pemilih tersebut untuk mengasumsikan penggunaanya oleh

pemilih untuk menentukan pilihanya. Orientasi pemilih pada

policy-problemsolving berkisar antara rendah (low) dan tinggi

(high). Hal yang sama juga terdapat pada orientasi pemilih pada

ideology, yakni berkisar dari intensitas rendah (low) dan tinggi

(high). Konfigurasi dari kedua faktor tersebut dapat dilihat

dalam bagan berikut.

20

Tinggi Pemilih Rasional Pemilih Kritis

Orientasi policy-problemsolving

Rendah Pemilih Skeptis Pemilih

Tradisonal

Sumber : Firmanzah, (2008:119)

Bagan 2. Konfigurasi Pemilih

Berdasarkan konfigurasi pemilih tersebut terdapat empat jenis

pemilih, yaitu:

1) Pemilih Rasional

Pemilih Rasional, ini memiliki orientasi yang tinggi

terhadap policy-Problem-Solving dan berorientasi rendah

untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih

mengutamakan kemampuan partai politik atau calon

peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat

program kerja tersebut melalui kinerja partai atau

kontestan dimasa lampau, dan tawaran program yang

ditawarkan sang calon atau partai politik dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang

terjadi.

2) Pemilih Kritis

Pemilih Kritis, Proses untuk menjadi jenis pemilih

ini bisa terjadi melalui 2 hal yaitu pertama, jenis pemilih

21

ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk

menentukan kepada partai atau kontestan pemilu mana

mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan

mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah

dilakukan. Kedua,bisa juga terjadi sebaliknya di mana

pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang

ditawarkan sebuah paartai/kontestan baru kemudian

mencoba mamahami nilai-nilai dan faham yang

melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih

jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka akan

selalu menganalisis kaitan antara sistem partai ideology

dengan kebijakan yang dibuat.

3) Pemilih Tradisional

Pemilih Tradisional, Pemilih jenis ini memiliki

orientasi ideology yang sangat tinggi dan tidak terlalu

melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan

sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan

keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan

kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan

agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik

atau kontestan pemilu. Kebijakan seperti yang

berhubungan dengan masalah ekonomi, kesejahteraan,

22

pendidikan dll, dianggap sebagai prioritas kedua. Pemilih

jenis ini sangat mudah dimobilisasi selama masa

kampanye, pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang sangat

tinggi. Mereka menganggap apa saja yang dikatakan oleh

seorang kontestan pemilu atau partai politik yang

merupakan suatu kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi.

4) Pemilih Skeptis

Pemilih Sekpsis,Pemilih jenis ini tidak memiliki

orientasi ideology yang cukup tinggi dengan sebuah partai

politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak

menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal penting.

Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya

mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka

berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang

dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan

yang berarti yang dapat terbagi bagi kondisi

Daerah/Negara.

23

Sedangkan menurut (Nimmo dalam Nora, 2014:174)

mengemukakan empat tipe dalam pemberian suara dalam pemilihan

umum, yaitu :

1) Tipe Rasional

Pemberi suara yang rasional, yang sesungguhnya

merupakan aksional diri, yaitu sikap yang instrinsic pada

setiap karakter personal pemberi suara turut memutuskan

pemberian suara kepada kebanyakan warga negara.

2) Tipe Reaktif

Pemberi suara memiliki ketertarikan emosional dengan

partai politik.

3) Tipe Responsif

Pemberi suara yang mudah berubah dengan mengikuti

waktu peristiwa politik dan kondisi-kondisi sesaat.

4) Tipe Aktif

Pemberi suara terlibat aktif dalam menginterprestasikan

peristiwa, isu, partai dan personalitas dengan menetapkan

dan menyusun maupun menerima serangkaian pilihan

yang diberikan.

d. Faktor Analisis Hubungan Pemilih dengan Kandidat dalam

Pilkada

Memilih kandidat dalam pilkada, peranan individu mempunyai

pengaruh kuat. Berkaitan dengan keputusan memilih, antropolog

24

James Spradley (dalam Nora, 2014:181) menjelaskan bahwa setiap

individu dalam memutuskan sesuatu, pada umumnya dimulai dari

kognitif seseorang. Kognitif, menurut Spradlley, adalah apa yang

tertanam dalam benak seseorang. Yakni sesuatu yang dipercayai dan

diterima sebagai sesuatu yang benar oleh seseorang atau komunitas

tertentu atau masyarakat dalam budaya tertentu.

Sedangkan menurut (Nursal, 2004:70) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku pemilih sebagai berikut:

1) Social Imagery atau Citra Sosial (Pengelompokan Sosial)

Social imagery dalam pikiran pemilih mengenai “berada”

di dalam kelompok sosial mana atau tergolong sebagai apa

sebuah partai atau kandidat politik. Social imagery dapat

terjadi didasarkan banyak faktor, antara lain:

a) Demografi

a. Usia

b. Gender

c. Agama

b) Sosio Ekonomi

a. Pekerjan

b. Pendapatan

c) Kultural dan Etnik

a. Kultural

b. Etnik

25

d) Politis-Ideologi

2) Identifikasi Partai

Identifikasi partai yakni proses panjang sosialisasi

kemudian membentuk ikatan yang kuat dengan partai

politik atau organisasi kemasyarakatan yang lainya.

Dengan mengidentifikasi partai, seolah-olah semua

pemilih relatif mempunyai pilihan tetap. Dari pemilu ke

pemilu, seseorang selalu memilih partai atau kandidat

yang sama.

3) Emotional Feeling (Perasaan Emosional)

Emotional Feeling adalah dimensi emosional yang

terpancar dari sebuah kontestan atau kandidat yang

ditujukan oleh policy politik yang ditawarkan.

4) Candidate Personality (Citra Kandidat)

Candidate Personality mengacu pada sifat-sifat pribadi

yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat.

Beberapa sifat yang merupakan Candidate Personality

adalah artikulatif, welas asih, stabil, energik, jujur, tegar

dan sebagainya.

5) Issues dan Policies (Isu dan Kebijakan Politik)

Komponen Issues dan Policies mempresentasikan

kebijakan atau progam yang dijanjikan oleh partai atau

kandidat politik jika menang pemilu. Platform dasar yang

26

sering ditawarkan oleh kontestan pemilu kepada pemilih

adalah kebijakan ekonomi, kebijakan luar negeri,

kebijakan dalam negeri, kebijakan sosial, kebijakan politik

dan keamanan, kebijakan hukum, dan karakeristik

kepemimpina.

6) Currents Events (Peristiwa Mutakhir)

Currents events mengacu pada himpunan peristiwa, isu

dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama

kampanye. Currents events meliputi masalah domestik

dan masalah luar negeri. Masalah domestik misalnya

tingkat inflasi, prediksi ekonomi, gerakan separatis,

ancaman keamanan, merajalelanya korupsi, dan

sebagainya. Masalah luar negeri misalnya perang antar

negaranegara tetangga, invasi ke sebuah negara, dan

sebagainya yang mempunyai pengaruh baik langsung

maupun tidak langsung kepada para pemilih.

7) Personal Events (Peristiwa Personal)

Personal events mengacu pada kehidupan pribadi dan

peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seorang

kandidat, misalnya skandal seksual, skandal

bisnis,menjadi korban rezim tertentu menjadi tokoh pada

perjuangan tertentu, ikut berperang mempertahankan tanah

air, dan sebagainya.

27

8) Epistemic Issues (Faktor-faktor Epistemik)

Epistemic issues adalah isu-isu pemilihan yang spesifik

yang dapat memicu keinginan para pemilih mengenai hal-

hal baru. Epistemic issues sangat mungkin muncul di

tengah-tengah ketidakpercayaan publik kepada institusi-

institusi politik yang menjadi bagian dari sistem yang

berjalan.

e. Partai Politik dalam Pilkada

Partai politik menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Partai Politik adalah “Organisasi politik yang dibentuk oleh

sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas

dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan

anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum”.

Menurut Miriam Budiarjo (dalam Susanto, 2009:63) partai

politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi , nilai-nilai serta cita-cita sama dan yang

mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik, melalui

kekuasaan itu, melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Dari definisi – definisi tersebut, dapat disimpulkan partai politik

adalah organisasi warga negara yang memiliki tujuan untuk merebut

atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan melalui

proses pemilihan umum untuk mencapai tujuan bersama yang telah

disepakati oleh, seluruh anggota partai.

28

Di dalam sistem demokrasi partai politik (Parpol) mempunyai

beberapa fungsi penting dan utama, antara lain fungsi rekrutmen,

pendidikan dan pelatihan bagi orang-orang yang layak untuk

menduduki posisi-posisi di legislatif maupun eksekutif (seleksi

kandidat) atau sebagai pengurus partai, pengumpulan dan artikulasi

kepentingan kelompok-kelompok tertentu.

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor

yang perlu diperhitungkan serta diiikutsertakan dalam proses politik,

maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi

penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah dipihak lain.

Partai politik umumnya dianggap sebagai manifesta dari suatu sistem

politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses modernsasi

diri. Maka dari itu, dewasa ini dinegara-negara baru pun partai sudah

menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai (Budiarjo, 2008: 159).

Dalam perspektif komunikasi, pilkada langsung diharapkan akan

menjamin kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari unsur-

unsur di dalamnya yang abstrak sebab berkaitam dengan persoalan

psikologis, hingga terminologi pilkada langsung yang akna

menjaminm kesejahteraan rakyat yang merupakan tema utama umum

dan masih diperdebatkan hingga kini.

29

2. Pemilihan Kepala Daerah

a. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Salah satu ciri peningkatan otonomi daerah adalah

konstelasi penyelenggaraan desentralisasi dan dekonsentrasi

yang melahirkan organisasi administrasi daerah dalam lingkup

luas yang mencakup organisasi administrasi daerah yang

mencakup sempit sebagai subsistem pemerintah nasional yang

berada dibawah kepemimpinan pimpinan wilayah/daerah.

Kepala wilayah/daerah disebut pemimpin pemerintahan, karena

pemimpin itu memimpin organisasi administrasi daerah

(Pamudji dalam Kaloh, 2003:42).

Di Indonesia upaya mendemokrasikan politik lokal

dimulai dengan penerbitan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2015. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 8 tahun 2015

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang –

Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati dan Walikota di dalam pasal 1 ayat 1 menjelaskan yang

dimaksud dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur,

bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota yang

selanjutnya disebut pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan

rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih

gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta

walikota dan wakil walikota secara langsung dan demokratis.

30

Sedangkan menurut (M Ramses dan LA Bakrey,

2009:386) dimana salah satu bentuk metode yang diadopsi oleh

negara-negara berkembang untuk meningkatkan otonomi daerah

dan mendemokratisasikan pemerintahan politik lokal adalah

pemilihan eksekutif seperti gubernur/wakil gubernur,

walikota/wakil walikota, atau bupati/wakil bupati, partisipasi

politik dan transparansi politik.

Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin kepala daerah

dipersyaratkan untuk memiliki sifat-sifat tertentu. (Mitchel

dalam Kaloh, 2003:43) mengemukakan sifat-sifat tertentu

seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan

kesanggupan (capability) untuk merealisir ide menjadi

serangkaian kegiatan (activity.

b. Urgensi Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Prihatmoko (2005:71) mendefinisikan pemilihan langsung

kepala daerah sebagai “Pemilihan kepala daerah yang

melibatkan, mendorong dan membuka akses partisipasi seluruh

warga yang memenuhi syarat sebagai pemilih dan terbuka

kemungkinan sebagai calon, serta pengawal proses

pelaksanaan”.

Pelakasanaan pemilihan langsung kepala daerah di

Indonesia berangkat dari sebuah landasan berpikir yang ideal,

yakni melakukan pemilihan secara demokratis sehingga dapat

31

melahirkan pasangan pejabat eksekutif yang berkualitas dan

mampu mengelola pemerintahan secara lebih efektif, efesien

dan produktif serta mampu mensejahterakan seluruh rakyat

(Hikmat, 2010:165).

Pemilihan langsung kepala daerah juga suatu bentuk

pembelajaran politik yang sangat penting. Menurut (M Ramses

dan LA Bakrey, 2009:346) Dalam konteks pembelajaran politik

pemilihan langsung mencakup tiga aspek pembelajaran sebagai

berikut.

1) Meningkatkan kesadaran politik (conscientization)

masyarakat lokal, karena dalam proses pemilihan dimana

warga lokal terlibat akan terbentuk pemahaman terhadap

realitas sosial politik yang ada dan kemungkinan mereka

secara aktif mengubahnya. Dalam konteks ini kedaulatan

rakyat menjadi lebih mudah dipahami.

2) Mengorganisir masyarakat kedalam suatu aktivitas politik

yang memberi peluang lebih besar pada setiap orang untuk

berpartisipasi. Pengorganisasian masyarakat mengaktifkan

dan mendidik anggota masyarakat menjadi warga negara

proaktif dalam proses-proses politik yang berlangsung,

khususnya ditingkat lokal.

32

3) Memperluas akses masyarakat lokal untuk mempengaruhi

proses pengambilan keputusan yang menyangkut

kepentingan mereka.

Disamping alasan tersebut diatas, Menurut (Abdullah,

2011:53) ada beberapa alasan lain yang mengharuskan kita

melakukan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

secara langsung yaitu sebagai berikut:

1) Mengembalikan Kedaulatan Rakyat

Warga masyarakat didaerah, sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari warga negara Republik Indonesia secara

keseluruhan, juga berhak atas keadulatan yang merupakan

hak asasi mereka, yang telah dijamin oleh konstitusi kita,

yaitu UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Legitimasi yang Sama antara Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah dengan DPRD

Apabila kepala daerah dam wakil kepala daerah tetap

dipilih oleh DPRD, bukan dipilih langsung oleh rakyat,

tingkat legitimasi anggota DPRD jauh lebih tinggi dari

tingkat legitimasi yang dimiliki oleh kepala daerah dan

wakil kepala daerah.

3) Kedudukan Sejajar antara Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah dengan DPRD

33

Untuk memberikan kedudukan sebagai mitra sejajar antara

kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan DPRD,

kepala daerah dan wakil kepala daerah harus dipilih secara

langsung oleh rakyat.

4) Mencegah Terjadinya Politik Uang

Dengan dilakukanya pemilihan kepala daerah langsung

kemungkinan terjadinya politik uang bisa dicegah atau

setidak-tidaknya dikurangi. Apabila masih ada pihak-

pihak yang ingin melakukanya, mereka akan berhadapan

dengan pemilih yang cukup banyak.

Melalui pilkada langsung rakyat semakin berdaulat,

dibandingkan dengan mekanisme sebelumnya dimana kepala daerah

ditentukan oleh sejumlah anggota DPRD. Sekarang seluruh rakyat

yang mempunyai hak pilih dan dapat menggunakan hak suaranya

secara langsung dan terbuka untuk memilih kepala daerahnya sendiri.

Inilah esensi dari demokrasi dimana kedaulatan ada sepenuhnya ada

ditangan rakyat, sehingga berbagi distorsi demokrasi dapat ditekan

seminimal mungkin (Abdul Asri dalam Harahap, 2005:122).

B. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir adalah kerangka yang bersifat teoretis atau

konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir

tersebut menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel

yang berhubungan antara dimensi yang disusun dalam bentuk narasi atau

34

grafis, sebagai pedoman kerja, baik dalam penyusunan metode

pelaksanaan di lapangan maupun pembahasan yang akan diteliti.

Pilkada Kabupaten Batang diiikuti oleh empat pasangan calon

diantaranya pasangan nomor urut pertama H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan

Suyono, S.IP., M.Si. pasangan nomor urut kedua dr. Lafran Pancaputranto,

Sp.OG (K) dan H. Nurhaji Slamet Urip Pasangan nomor urut ketiga A.S

Burhan, S.Ag dan Acara Ariani, S.Psi pasangan nomor urut keempat

Akhmad Faizin, ST dan Erna Yuniwati. Berdasarkan data KPU pada

Pilkada Kabupaten Batang Tahun 2017 dimenangkan oleh pasangan H.

Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si. dengan perolehan suara

sebanyak 245.330 (56.61%). Selain itu, berdasarkan data KPU total suara

dengan suara sah sebesar 432.490 dan suara tidaksah 13.561 dengan total

445.951 suara. Oleh karena itu, tempat penetlitian skripsi ini mengambil

studi kasus Kelurahan Masin Kecamatan Warungasem Kabupten Batang.

Partisipasi masyarakat pada Pilkada Kabupten Batang juga mencapai angka

74,4%.

Karakeristik pemilih pada Pemilihan Bupati Kabupaten Batang

meliputi faktor demografi, ekonomi, pendidikan, agama, pengalaman dan

pilihan partai politik. Alasan pemilih memilih pasangan kandidatpun

meliputi kemampuan kandidat, kepribadian kandidat, progam/isu yang

ditawarkan, didukung oleh partai pilihan dan kesamaan latar belakang. Dari

alasan pemilih tersebut dapat dianalisis tentang jenis pemilih yaitu pemilih

rasional dan pemilih tradisional. Sehingga berdasarkan landasan teori dan

35

definisi dari beberapa istilah dapat disusun bentuk kerangka berfikir yang

berupa bagan 3 sebagai berikut.

Bagan 3. Kerangka Berpikir

Pilihan Politik

Pemilihan Bupati Batang 2017

Orientasi Pemilih Sesuai Usia

Sebaran Pemilih Kandidat Pemilihan Kabupaten Batang

2017

Karakeristik Pemilih Kabupaten Batang

2017

Alasan memilih Pemilihan

kabupaten Batang 2017

Temuan Studi, Kesimpulan dan Rekomendasi

83

83

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor Yang Menyebabkan

Masyarakat Menentukan Pilihan Politik Dalam Pemilihan Bupati Batang

Tahun 2017, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

i. Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan, maka

menunjukan bahwa alasan masyarakat menggunakan hak pilih dalam

Pilkada Batang Tahun 2017 dipengaruhi beberapa factor: a).

pendekatan sosiologis yaitu karena faktor kelurarga, hubungan

kekerabatan, kesamaan sekolah, pekerjaan, lingkungan bergaul dan

organisasi keagamaan. b). pendekatan psikologis yaitu karena faktor

identifikasi partai. c). pendekatan rasional yaitu karena faktor rekam

jejak, faktor karena adanya keuntungan yang diharapkan pemilih

kepada kandidat atau partai kandidat pilihanya, d). faktor visi misi serta

isu dan kandidat juga turut andil dalam membentuk perilaku mereka

sebagai pemilih. e). pendekatan marketing yang dilatar belakangi

karena faktor Citra kandidat, isu dan kebijakan, serta faktor pengaruh

gender antara pemilih dan kandidat.

ii. Berdasarkan keseluruhan analisis yang telah penulis lakukan,

maka faktor yang paling dominan adalah masyarakat lebih kepada

dorongan keluarga dalam menentukan pilihanya. Hal ini bahwa

Pengaruh terbesar bagi pemilih adalah keluarga paling dominan untuk

84

mempengaruhi anggota keluarganya untuk memilih salah satu kandidat

pada waktu pilkada berlangsung.

2. SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian yang berjudul “Faktor Yang

Menyebabkan Masyarakat Menentukan Pilihan Politik Dalam Pemilihan

Bupati Batang Tahun 2017 Di Kelurahan Masin” maka penelitian dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Terpilihnya pasangan Wihaji - Suyono sebagai Bupati dan Wakil

Bupati Batang periode 2017-2022, mereka harus menjalankan

amanat masyarakat serta melaksanakan apa yang telah dijanjikan.

2. Perlu diadakannya pendidikan politik Masyarakat Kelurahan Masin

secara menyeluruh agar masyarakat Keluruhan Masin bisa

menentukan pilihanya secara bijaksana.

85

85

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdullah, Rozali. 2011. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung. Jakarta: Rajawali Press.

Abdul Wahab,Solichin. 2008.“Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke

Implementasi

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik; Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-

Strategi dan Komunikasi Politik.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Firmanzah.2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Hikmat, Mahi M. 2006. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik. Bandung:

Simbiosa Rekatan Media.

Kaloh, J.2003. Kepala Daerah: Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku Kepala

Daerah, dalam Pelaksanan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

Kebijaksanaan Negara Edisi Kedua” Jakarta: Bumi Aksara

Moelong, J Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

86

M. Ramses Andy dan La Bakry.2009.Pemerintah Daerah Indonesia. Penerbit:

Masyarakat Ilmu Pemerintah Indonesia.

Nora, Ghazaly Ama La.2014.Ilmu Komunikasi Politik..Yogyakarta: CV Andi

Offset.

Nursal, Adman. 2014. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Prihatmoko, Joko J. 2008. Men Demokratis Kan PEMILU: Dari Sisem sampai

Elemen Teknis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setyono, Budi. 2008. Iklan dan Politik. Jakarta: AdGoal.com.

Susanto, Eko Harry. 2009. Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah: Tinjauam

Terhadap Dinamika Politik dan Pembangunan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Jurnal:

Agustino dan Mohammad.2009. Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih : Analisis

Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia. Jurnal Kajian Politik dan Masalah

Pembangunan. Vol.5 Nomor 1. http://sps.unas.ac.id (di unduh, 21 Oktober 2017).

Hemay dan Aris.2015.Politik Identitas dan Pencintraan Kandidat Gubernur

terhadap perilaku pemilih. Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan. Vol

12 Nomor 1. 2016. http://journal.unas.ac.id (di unduh, 21 Oktober 2017).

87

Martinus, Handy.2013. Analisis Perilaku Pemilih Pada Pemilihan

Gubernur DKI Jakarta Periode 2012-2017. Jurnal Humaniora. Vol. 4

Nomor 1. http://research-dashboard.binus.ac.id (di unduh, 21 Oktober

2017).

Pontoh, Christianto dkk. 2015. Strategi Kampanye Pemenangan Bupati dan Wakil

Bupati Terpilih Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa. Jurnal Acta

Diurna. Vol. IV Nomor 1. https://ejournal.unsrat.ac.id (di unduh, 21 Oktober

2017).

Pradhanawati Dkk. 2016. Perilaku Pemilih Menjelang Pilkada

Serentak 2015 di Kota Semarang. Jurnal Ilmu Sosial. Vol. 15 Nomor

1. http://ejournal.undip.ac.id/ (di unduh, 21 Oktober 2017).

Rini, Endang Sulistya.2012. Peran Pemasaran Politik Dalam

Mempengaruhi Keputusan Pemilih. Jurnal Ekonom .Volume 15.

Nomor 4. Hal.179. http://repository.usu.ac.id/bitstream (di unduh, 21

Oktober 2017).

Rasaili, Wilda. 2016. Budaya Politik dan Kwalitas Demokrasi Dalam

Pilkada 2015-2020 (Studi pada Pemilihan Kepala daerah Serentak

Pertama di Indonesia). Jurnal Aristo. Vol. 4 Nomor 2.

http://journal.umpo.ac.id (di unduh, 21 Oktober 2017).

Internet:

http://news.metrotvnews.com/read/2016/03/13/497979/utamakan-transparansi-

bupati-yoyok-didesak-ikut-pilkada (diakses pada Tanggal 7 Maret 2017)

http://regional.kompas.com/read/2016/04/23/14524461/Bersumpah.Cukup.5.Tahu

n.Jadi.Bupati.Batang.Akankah.Yoyok.Maju.di.Pilkada.DKI. (diakses pada

Tanggal 7 Maret 2017)

88

http://radarpekalongan.com/43749/ratusan-warga-desak-bupati-yoyok-maju-

pilkada-batang-lagi/ (diakses pada Tanggal 7 Maret 2017)

http://radarpekalongan.com/59549/diserang-isu-kedaerahan-wihaji-malah-

apresiasi-warga-batang/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2017)

Undang-Undang:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Buku Arsip:

Laporan Hasil Pengolahan Data Desa dan Perkembangan Desa Masin Kecamatan

Warungasem