faktor

Upload: ajeng-widy

Post on 17-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembiakan tanaman 1 fakultas Pertanian universitas jember

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM

diajukan guna memenuhi tugas praktikum Pembiakan Tanaman

Oleh:Kelompok 8Ajeng Widyaningrum(111510501111)Yustina Ratnasari(111510501116)Wawan Kuswantoro(101510601074)M. Imam G.(111510601017)Bagus S. Adi(111510601008)Anggriawan Dwi CP(111510601034)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIHFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER2014BAB 1. PENDAHULUANKualitas benih merupakan titik awal dan faktor yang paling penting bagi keberhasilan produksi tanaman. Benih adalah penentu awal bagi perkembangan tanaman dan bagi keberhasilan budidaya. Penggunaan benih yang berkualitas akan memastikan kemajuan yang diperoleh dari aplikasi input lain pada produksi pertanian. Hanya dengan penggunaan benih yang bermutu atau berkualitas baik yang dapat memastikan hasil yang memuaskan dari budidaya. Benih bermutu merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam budidaya. Suplai benih untuk musim tanam berikutnya, mengharuskan terjadinya proses penyimpanan benih. Apabila penyimpanan tidak ditangani dengan baik, maka benih akan mudah mengalami kemunduran sehingga mutunya menjadi rendah. Hal penting dalam penyediaan benih bermutu adalah kualitas benih. Kualitas benih ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu potensi genetik, kemasakan biji, lingkungan selama tahap pembentukan biji, ukuran biji dan kerapatan tanam, kerusakan mekanis, umur benih dan kemundurannya, serangan mikroorganisme, dan kerusakan. Kecepatan berkecambah merupakan aspek penting yang mewakili vigor benih dan nilai indeks vigor yang tinggi menunjukkan vigor yang baik dari benih tersebut. Vigor sebagai indikator kemampuan benih untuk tumbuh menjadi pemberi informasi mengenai kualitas fisiologi biji.Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae, diduga berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica, Amerika Tengah. Buah pepaya memiliki nilai gizi dengan kandungan fosfor, kalium, vitamin A dan C yang tinggi, serta lemak yang rendah. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, pepaya juga dapat diolah menjadi saus, selai, manisan buah dan produk turunan yang memanfaatkan khasiat dari enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain. Papain umumnya digunakan dalam industri makanan dan minuman, farmasi, tekstil, kosmetik dan penyamak (Kalie, 2005). Oleh karena itu untuk menunjang produksi pepaya dibutuhkan suatu budidaya yang dapat berlangsung secara cepat, serempak dengan produktivitas tinggi. Benih yang berkualitas akan menghasilkan tanaman dengan mutu dan kuantitas yang tinggi. Hal itu sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan akan hasil pertanian di Indonesia.Rendahnya mutu perkecambahan benih disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain: tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat benih, kondisi persediaan makanan dalam benih, ketidak mampuan embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji. Disamping faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air, oksigen dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih. Perkecambahan benih tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan.

1.2 Tujuan1. Mahasiswa mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih.2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih pepaya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKABenih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan usaha tani sehingga harus ditangani secara sungguh-sungguh agar dapat tersedia dengan baik dan terjangkau oleh petani. Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan peningkatan produksi. Pengunaan benih barmutu dapat mengurangi resiko kegagalan usaha tani karena bebas dari serangan hama dan penyakit serta mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan (Lesilolo, dkk, 2012). Budidaya penagngkaran benih harus menggunakan benih yang bermutu tinggi dengan kelas benih lebih tinggi. Benih sumber harus murni, berdaya tumbuh tinggi, memiliki daya vigor baik, sehat, atau tidak terinfeksi hama dan penyakit, bernas, dan tidak keriput, serta tercampur varietas lain. Ciri-ciri benih tersebut biasanya telah dimiliki oleh benih yang bersertifikat dan berlabel serta masih dalam batas waktu edar (Pitojo, 2006). Mutu benih dapat dilihat dari penampakannya seperti kebernasan benih, warna benih, campuran fisik benih, dan perkecmbahannya. Dengan cara ini dapat dibedakan benih bermutu tinggi dan benih bermutu rendah. Mutu genetis dimaksudkan untuk menilai kemurnian dan keunggulan varietas. Sementara mutu fisiologis dimaksudkan menilai daya tumbuh benih, kadar air, dan vigor benih (Purwono dan Hartono, 2003).Berbagai jenis varietas pepaya sudah tersebar luas di tingkat petani dengan kondisi tumbuh dan daya hasilnya yang sangat bervariasi karena berkaitan dengan faktor genetik (genotipe) dan lingkungan. Penampakan pertumbuhan suatu varietas tanaman tidak terlepas dari interaksi genotipe dan lingkungan tumbuhnya (Tambing, dkk, 2010). Kualitas bibit tanaman sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program pembangunan hutan tanaman dan rehabilitasi lahan bekas tebangan, karena bibit yang berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat produktivitas tinggi (Kurniaty, dkk, 2010). Buah pepaya yang akan diambil bijinya untuk bakal benih harus memenuhi persyaratan yaitu: berasal dari jenis atau varietas unggul, buahnya matang dipohon, dan bebas dari serangan hama ataupun akibat pemeraman, tidak dianjurkan untuk diambil bijinya sebagai benih karena akan menghasilkan turunan yang kurang baik (Rukmana, 2003). Benih merupakan salah satu faktor paling mahal, dan paling penting yang mempengaruhi potensi hasil.Kualitas benih ditentukan oleh perkecambahan dan analisis kemurnian. Secara hukum, semua bibit tanaman harus diberi label untuk persen perkecambahan, benih tanaman, benih gulma dan kandungan bahan inert, dan tanggal pengujian perkecambahan. Membeli bibit akan lebih baik pada dealer benih terkemuka yang memiliki pembersihan penanganan tepat dan fasilitas penyimpanan (Kapoor. N, et al. 2011). Perkecambahan biji merupakan faktor utama yang membatasi pembentukan tanaman dalam kondisi saline. salinitas dapat menyebabkan penurunan yang signifikan pada tingkat dan persentase perkecambahan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan berdiri tidak merata pembentukan dan mengurangi hasil panen (Bayram, et all, 2010).Baik buruknya kualitas perkecambahan dan lambatnya pertumbuhan bibit duku ini dapat disebabkan oleh faktor endogen maupun seksogen. Faktor endogen yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih adalah bahwa tiap-tiap benih dari berbagai jenis tanaman memiliki kandungan yang berbeda-beda baik karbohidrat, lipid, hormon, dan bahkan ada beberapa benih yang mengandung senyawa inhibitor. Jumlah karbohidrat sebagai cadangan makanan yang dicerminkan dari ukuran benih, sering kalimenjadi salah satu faktor penentu terhadap kemampuan benih untuk berkecambah. Pada benih dari tanaman tertentu, terdapatnya senyawa inhibitor juga dapat menghambat perkecambahan atau bahkan menyebabkan benih mengalami dormansi, sehingga perlu adanya perlakuan-perlakuan khusus untuk merangsang perkecambahan benih tersebut. Sebaliknya dari segi faktor lingkungan (eksogen), seringkali diperlukan syarat-syarat khusus untuk perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit. Pada umumnya faktor lingkungan yang sangat dominan untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit terutama adalah kelembaban media tanam dan intensitas cahaya (Irianto, 2012).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih pepaya diantaranya ialah cahaya, suhu, ketersediaan air dan angin. Cahaya matahari bagi pepaya merupakan suatu energi kehidupan. Dengan adanya cahaya matahari akan berlangsung proses fotosintesis yang menghasilkan karbohirat sebagai energi kehidupan. Tanaman buah-buahan, termasuk pepaya yang mendapat sinar matahari dalam jumlah banyak akan lebih cepat tumbuhnya. Faktor lainnya yaitu suhu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar anara 22-26C, suhu minimum 15C dan suhu maksimum 43C. Perkecambahan biji pepaya akan berlangsung cepat bula suhu siang hari 35C dan malam hari 26C. Biji akan berkecambah dan tumbuh setelah 12-14 hari (Sadjad,2001). Tepat waktu pemupukan, juga merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian, sehingga unsur hara yang akan digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan bibit tersedia. Apabila bibit terlalu sering dipupuk akan berakibat buruk terhadap pertumbuhannya, begitu juga sebaliknya (Surtinah dan Enny, 2013). Benih pepaya kehilangan viabilitas dalam waktu 3-4 bulan jika pengaturan penyimpanan dan kondisi bibit yang tidak tepat. Jenis kontainer juga mengatur suhu, kelembaban relatif dan kadar air benih. Suhu tinggi, kelembaban relatif dan kelembaban di lingkungan penyimpanan tampaknya prinsip faktor yang terlibat dalam penurunan kualitas benih (Mamun, et al, 2012)..

BAB 3. METODOLOGI3.1 Tempat dan WaktuPraktikum Pembiakan Tanaman 1 dengan judul acara Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya dilakukan pada hari Kamis jam 15.30 di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat3.2.1 Bahan1. Buah pepaya yang telah masak2. Abu dapur3. Subrat kertas merang4. Kapas 5. Kertas karbon

3.2.2 Alat1. Alat pengecambah2. Pinset3. Cawan petri

3.3 Metode Pelaksanaan1. Mempersiapkan benih pepaya yang diambil dari bagian tengan buah pepaya (lebih kurang bagian).2. Membuang air dari benih pepaya dengan abu dapur, kemudian dicuci bersih dan ditiriskan.3. Membuat Perlakuan benih pepaya sebagai berikut :a. Benih tidak dikupas kulitnya/endotestanya.b. Benih kulitnya dikupas sebagian.c. Benih kulitnya dikupas seluruhnya.Setelah itu benih dikering-anginkan sampai kering atau dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 hari, kemudian dikecambahkan pada kondisi terang dan gelap.4. Membuat media perkecambahan dengan substrat kertas merang yang dilapisi kapas dalam cawan petri sebanyak enam kombinasi perlakuan dalam dua ulangan.5. Menanam benih pepaya yang telah diperlakukan dalam substrat yang terlebih dahulu dibasahi dengan air, masing-masing sebanyak 25 butir.6. Melakukan perkecambahan benih dengan kondisi gelap dan terang. Untuk kondisi gelap cawan petri ditutup kertas karbon hitam, sedangkan kondisi terang pertridis tanpa tutup, kemudian masing-masing perlakuan letakkan pada alat pengecambahan.7. Menjaga kelembapan substrat perkecambahan dengan memberikan air secukupnya.

DAFTAR PUSTAKABayram dan Celik, et al. 2010. Effects of salt stress on germination of somemaize (Zea mays L.) cultivars. African Journal of Biotechnology, 8 (19) :4918-4922.

Irianto. 2012. Fenofisiologi Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Duku (Lansium domesticum Corr.). Agro 1(4) : 23-31.

Kalie, M. B. 2005. Bertanam Pepaya. Jakarta. Penebar Swadaya. Kapoor. N, et al. 2011. p Physiological And Biochemical Changes during Deteriotion in Aged Seeds of Rice (Oryza sativa L). American journal of plant sciences, 6 (1) : 28-35.

Kurniaty, dkk. 2010. Pengaruh Media Dan Naungan Terhadap Mutu Bibit Suren. Penelitian Hutan Tanaman 7(2) : 77 83.

Lesilolo, dkk. 2012. Penggunaan Desikan Abu Dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) Pada Penyimpanan Ruang Terbuka. Agrologia 1(1) : 51-59.

Mamun, et al. 2012. Effect Of Containers On Seed Quality Of StorageSoybean Seed. Bangladesh Research Publications Journal, 7 (04) : 421- 427.

Pitojo, S. 2006. Benih Kacang Panjang. Yogyakarta : Kanisius.

Purwono dan Hartono. 2003. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rukmana, R.2003. Pepaya Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta

Sadjad, S. 2001. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta.

Surtinah dan Enny. 2013. Frekuensi Pemberian Grow Quick LB Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium Pada Stadia Komunitas Pot. Ilmiah Pertanian 10(2) : 32-40.

Tambing, dkk. 2010. Pertumbuhan Beberapa Varietas Pepaya (Carica papaya L.) Pada Berbagai Jenis Pupuk. Agroland 17 (2) : 149 153.