fakoemulsifikasi
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Fakoemulsifikasi
1/4
Fakoemulsifikasi
Merupakan tindakan pembedahan dengan cara menghancurkan isi lensa yang keruh
setelah pembungkusnya dibuka. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior. Getaran ultrasonic
digunakan untuk menghancurkan isi lensa selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. ebuah lensa intra okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut.
Pada teknik ini sayatan dibuat sangat kecil !"#$ mm% yang memerlukan satu jahitan atau
tidak dijahit sama sekali& sehingga memungkinkan pasien dapat melihat dengan cepat dan
dapat kembali melalukan akti'itas sehari hari.
ecara teori tindakan operatif katarak dengan fakoemulsifikasi mengalami
perkembangan yang cepat dan telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai
beberapa kelebihan diantaranya (
)ehabilitasi 'isus yang cepat
*omplikasi post operasi ringan
Astigmat akibat operasi ringan
+eknik ini bermanfaat bagi katarak kongenital& katarak traumatik dan kebanyakan katarak
senilis. +eknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat& dan keuntungan insisi limbus
yang kecil agak kurang jika akan dimasukkan lensa intra okular& meskipun sekarang lebih
sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil
seperti itu.
Indikasi teknik fakoemulsifikasi :
,. Pasien dengan rentang usia diba-ah / tahun.
". +idak mempunyai penyakit endotel
$. 0ilik mata dalam
. Pupil dapat dilebarkan hingga 1 mm.
Prosedur Tindakan Operatif Fakoemulsifikasi
-
8/10/2019 Fakoemulsifikasi
2/4
+erdapat beberapa hal penting pada bedah katarak fakoemulifikasi dengan penanaman
lensa intraokuler& yang sangat erat kaitanya dengan reaksi inflamasi pasca bedah. Adapun
beberapa hal tersebut adalah (
,. Pemberian asam mefenamat 2// mg atau indometasin 2/ mg peroral , 3 " jam
sebelum operasi.
". *apsulotomi anterior dengan menggunakan jarum kapsulotomi melalui insisi kecil
pada kornea& dengan metode CCC.
$. 4ilakukan hidrodiseksi dan hidrodilemenesi untuk memisahkan inti lensa dari korteks
kemudian dilakukan fakoemulsifikasi dengan teknik hori5ontal choop menggunakan
mesin fako unit.
. *orteks lensa dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako unit .
2. 6nsersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan secara in the
bag& setelah sebelumnya diberikan bahan 'iskoelastik untuk mengurangi komplikasi.
7. 0ahan 'iskoelastik dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako
unit.
1. Luka operasi ditutup tanpa jahitan dengan cara membuat oedem luka operasi.
8. 4iberikan suntikan antibiotika !Gentamisin% /&2 ml dan kortikostroid !*ortison
Asetat% /&2 ml& subkonjuti'a.
9. Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika !:eomycin#Polymi;in 0% dan anti
inflamasi !4eksametason% /&, ml.& setiap 8 jam sekali.(5,11)
jung
ultrasonic dikelilingi oleh sebuah selubung silicon sehingga cairan irigasi dapat mengalir agar
kamera anterior tetap mengembang serta ujung tersebut dapat dipertahankan tetap dingin.
Inflamasi Pasca Bedah Fakoemulsifikasi
-
8/10/2019 Fakoemulsifikasi
3/4
Pada dasarnya& suatu tindakan bedah akan menimbulkan trauma yang memberi akibat
kerusakan jaringan dari organ yang dioperasi. ecara normal tubuh akan mengadakan reaksi
dengan tujuan mengadakan proses penyembuhan pada jaringan yang mengalami kerusakan
tersebut. )eaksi tersebut secara umum dikenal sebagai keradangan atau reaksi inflamasi. (5,7,12)
Pada kerusakan jaringan terjadi robekan membran sel yang dengan akti'asi oleh en5im
fosfolipase A " akan terbentuk asam arakidonat. Melalui jalur siklo#oksigenase& arakidonat
akan mengalami transformasi membentuk prostaglandin. Adanya prostaglandin pada jaringan
akan menimbulkan tanda#tanda klasik dari inflamasi yaitu dolor& rubor dan 'asodilatasi.
elain itu& melalui jalur lipoksigenase& asam arakidonat akan membentuk leukotrien yang
kemudian akan menimbulkan peningkatan juga permeabilitas 'askuler dan edema.
Leukotrien juga mengaktifkan sistem komplemen jaringan serta melibatkan faktor#faktor
khemotaktik pada tempat terjadinya trauma dan memberikan reaksi inflamasi pada jaringan.
:eufeld dan ears pertama kali menemukan prostaglandin yang dapat diisolasi dari
jaringan iris dan menyebutkan sebagai irin. Ambache !,921% menemukan bah-a rangsangan
mekanis terhadap iris dan pada tindakan parasintesis akan dilepaskan suatu substansi yang
disebut irin ke bilik mata depan. Meningkatnya konsentrasi irin atau prostaglandin akan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas epitel badan silier sehingga menimbulkan
perubahan respon peradangan. !5,15,16) (8,14)
ama halnya dengan tindakan operasi yang lain& pada pasca bedah ekstraksi katarak juga
akan terjadi reaksi inflamasi yaitu berupa iritis atau iridosiklitis. Pada setiap tindakan bedah
katarak fakoemulsifikasi& bahkan pada pembedahan yang sangat hati#hati sekalipun& akan
selalu diikuti oleh iritis atau iridosiklitis. Hal ini terjadi akibat adanya manipulasi iris& lisis
dari 5onula& adanya tindakan irigasi pada bilik mata depan& serta adanya kemungkinan sisa
materi lensa yang tertinggal. 0iasanya iritis terjadi minimal dan dapat menghilang dengan
sendirinya& tanpa meninggalkan bekas yang permanen. +etapi pada beberapa kasus dapat
terjadi dimana reaksi tersebut tidak cepat menghilang dan cendrung menjadi kronis atau
bertambah berat& sehingga dapat menimbulkan berbagai penyulit yang lain seperti penurunan
tajam penglihatan& pembentukan membrane pada pupil& terjadinya sinekia anterior atau
posperior& glaucoma skunder dan lain#lain (6,16)
6nflamasi pasca bedah katarak fakoemulsifikasi ditandai dengan rasa tidak nyaman
!discomfort)pada mata hingga rasa nyeri& hiperemi konjungti'a dan prikornea& sertam adanya
plare dan sel pada bilik mata depan. *imura& thygeson dan Hogan !,929% membuat gradasi
flare dan sel radang pada bilik mata depan sebagai berikut (7,17) (
-
8/10/2019 Fakoemulsifikasi
4/4
Pemeriksaan balik mata depan untuk mengamati adanya flare dan cells radang dilakukan
dengan lampu celah biomikroskop dalam ruangan gelap& lebar celah , mm& tinggi celah $
mm& sudut 2?&pembesar serta intensitas cahaya pada ukuran maksimal. (11,18)
*erja dari natrium diklofenak dengan menghambat en5im siklooksigenase sehingga
dapat pula menghambat tranformasi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin yang terjadi
pada proses inflamasi. elain itu& natrium diklofenak memacu perpindahan asam arakidonat
yang diubah menjadi leukotrien melalui jalur lipoksigenase menjadi berkurang. Melalui
penghambatan pada kedua jalur inflamasi tersebut& maka reaksi inflamasi yang terjadi akan
terhambat. (9,19)
Penggunaan natrium diklofenak secara umum adalah dengan pemberian secara systemic
proral& sebagai anti inflamasi dan analgesic untuk pengobatan simtomatik pada kasus arthritis
rheumatoid& asteoartritis atau ankylosing apondilitis. (6,2)
Penggunaan topikal pada mata dalam bentuk tetes /&,@ sebagai anti infalamasi pada
kasus pasca bedah dan kasus konjungti'itas alergi& sebagai anti#inflamasi dan analgesic pada
kasus pasca laser e;cimer. *raff& M.C.dkk& pada tahun ,99 mengemukakan angka
penurunan inflamasi sebesar 8$@ pada penelitiannya terhadap 99 orang penderita yang
diberikan tetes mata nutrium diklofenak /&,@ pasca bedah katarak fakoemulsifikasi dengan
penanaman lensa okuler.
A'ci.). dkk& serta Othenin#Girard& P. dkk& melaporkan dari hasil penelitian mereka
bah-a tidak ada perbedaan yang bermakna antara tetes mata deksametason dan tetes mata
natrium diklofenak dalam mengatasi inflamasi pasca bedah katarak