fajar siddiqbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/fajar... · 2019. 7. 5. · fes tival...

33
Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur SEBUAH NASKAH DRAMA FAJAR SIDDIQ KARYA EMIL SANOSSA

Upload: others

Post on 12-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

SEBUAH NASKAH

DRAMA

FAJAR SIDDIQ

KARYA EMIL SANOSSA

Page 2: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

DRAMA PERSONA

MARJOSO

SERSAN

AHMAD

H. JAMIL

ZULAECHA

Page 3: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

SEBUAH MARKAS GERILYA, TERLIHAT SEBUAH RUANGAN, SATU PINTU, SATU

JENDELA SEL, MEJA TULIS DAN DUA KURSI DAN SATU BANGKU, PETI MESIU,

HELM DAN RANSEL TERGANTUNG.

MALAM HARI, KEADAAN SEPI, TEGANG, JAUH-JAUH MASIH TERDENGAR

LETUSAN TEMBAKAN DAN IRING MUSIK SAYUP-SAYUP INSTRUMENTAL

GUGUR BUNGA, KEMUDIAN MUNCUL MARJOSO MEMBAWA SURAT,

KEMUDIAN DUDUK MEMBACA. MUNCUL SEORANG SERSAN.

1. MARJOSO

Jadi, sudah terbukti dia bersalah.

2. SERSAN

Ya, Pak

3. MARJOSO

Tidak berdasarkan kira-kira saja?

4. SERSAN

Bukti-bukti telah cukup mengatakan, dan mereka menuntut eksekusi

dapat dijalankan sebelum fajar.

5. MARJOSO

Menuntut?Kau kira siapa yang bertanggung jawab di sini?

6. SERSAN

Sudah terang! Tapi mereka khawatir, karena... karena si terhukum

adalah ...

7. MARJOSO (cepat)

Adalah kawanku?...Anak dari seorang guru yang kau hormati?Begitu?

8. SERSAN

Maaf, Pak.

9. MARJOSO (mengeluh)

Mereka pikir, apa aku ini? Mereka pikir dalam hal ini aku masih sempat

memikirkan dia, anak dari seorang guru yang aku hormati. Kalau aku

mintakan dia diperlukan dengan baik, itu adalah haknya sebagai

Page 4: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

tawanan.

10. SERSAN

Maaf, Pak. Kerap kali terjadi.

11. MARJOSO

Yaaaaaahh! Kerap kali terjadi. Orang tidak bisa membedakan antara

tugas dan perasaan. Bawa dia kemari.

12. SERSAN

Siap, Pak!

SERSAN MASUK, MARJOSO MELANGKAH, KEMUDIAN DUDUK. TERDENGAR

NYANYIAN DALAM PENJARA. MARJOSO MARAH.

13. MARJOSO

Hai! Siapa yang meraung dini hari?

14. (NARATOR)

Siapa lagi kalau bukan si Djaelani pemabuk itu!

15. MARJOSO

Suruh dia diam. (Kemudian sersan masuk menghadap marjoso,

membawa seorang tawanan, sersan diperintahkan keluar dengan

segera. Ahmad menunggu dengan cemas.

16. MARJOSO (menyuruh duduk)

Ahmad, kau tak apa-apa, bukan?

17. AHMAD

Mereka bilang, kalau bukan kerena kau, aku sudah di satai. Terimakasih

atas kebaikanmu itu.

18. MARJOSO

Terimakasih itu tak perlu.

19. AHMAD

Baiklah, apa yang akan kau perbuat atas diriku, perbuatlah! Kini aku

tawananmu.

20. MARJOSO (kata-kata itu menyayat seakan-akan memisahkan

Page 5: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

hubungan masa lalu)

Ya ............. kau tawananku.

21. AHMAD

Tembaklah! Biar kau puas.

22. MARJOSO (merasakan itu sebagai sindiran yang tajam)

Itu perkara nanti. Tapi aku ingin mendengarkan dari mulutmu sendiri

tentang semuanya ini dulu.

23. AHMAD

Apa yang ingin kau dengar?

24. MARJOSO

Dengan maksud apa kau kemari?

(Ahmad membisu)

25. MARJOSO

Jawab Ahmad! Hanya itu yang ingin kutanyakan. Aku tidak ingin

menanyakan tentang apa-apa yang telah kau perbuat. Aku tidak ingin

menanyakan berapa jumlah prajuritku yang gugur terjebak tipu

dayaku ....... Jawablah!

26. AHMAD (tersenyum dingin)

Tidakkah kau tahu, bahwa antara anak dan orang tuanya senantiasa

terjalin ikatan yang tak terputuskan?

27. MARJOSO

Jangan kau coba mengelak, Ahmad!

28. AHMAD (menegaskan suaranya)

Aku ingin menjumpai ayah dan adikku Zulaecha.

29. MARJOSO

Tahukah kau tempatnya?

30. AHMAD

Tidak.

31. MARJOSO

Dari mana kau tahu kalau ayah dan adikmu di sini?

32. AHMAD

Page 6: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Dari orang-orang yang pernah datang kemari.

33. MARJOSO

Hmmmmm. Sebelum tertangkap kau sudah lebih kurang tiga hari

berkeliaran di daerah ini, bukan?

34. AHMAD

Tidak! Tepat pada waktu aku sampai, aku terus ditangkap.

35. MARJOSO

Jangan bohong, Ahmad!

36. AHMAD

Aku tidak bohong.

37. MARJOSO

Di mana kau ditangkap?

38. AHMAD

Di tengah-tengah bulak.

39. MARJOSO

Mengapa kau di sana?

40. AHMAD

Aku sedang melepaskan lelah.

41. MARJOSO

Melepaskan lelah di tengah-tengah bulak? Ha ... ha ... ha ...

42. AHMAD

Aku tersasar.Aku belum pernah memasuki daerah ini.

43. MARJOSO

Waktu itu sebuah pesawat capung melayang-layang di atas bulak itu

pula, bukan?

44. AHMAD

Ya! Tapi itu hanya secara kebetulan.

45. MARJOSO

Engkau tidak takut ditembak dari atas, Ahmad?

Page 7: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

46. AHMAD

Aku takut juga.

47. MARJOSO

Mengapa kau tidak berlindung?

48. AHMAD

Aku berlindung.Aku rapatkan diriku rapat-rapat ke tanah.

49. MARJOSO (mengambil sebuah cermin kecil di atas meja)

Ahmad, ini cerminmu bukan?

50. AHMAD (gugup sejurus)

Ya.

51. MARJOSO

Hm, pesolek, benar, kau sekarang ... Apa gunanya cermin ini?

52. AHMAD

Cermin gunanya untuk mengaca.

53. MARJOSO

Ada sisirmu, Ahmad?Kau bawa sisir?

54. AHMAD

Hilang!

55. MARJOSO (menatap Ahmad, tenang)

Ya, Ahmad.Mengapa engkau bohongi aku? Baiklah kau takut pesawat

capung itu menembakmu, bukan?

56. AHMAD (tersadar, akan masuk perangkap)

Maksudku ... akan ... aku tidak begitu takut.

57. MARJOSO

Mengapa?

58. AHMAD

Karena ....... karena .......

59. MARJOSO

Page 8: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Karena apa?

60. AHMAD

Karena itu hanya pesawat capung.

61. MARJOSO

Tapi engkau tiarap juga, bukan?

62. AHMAD (tak segera menyahut)

.....................Ya.

63. MARJOSO

Dan engkau keluarkan cerminmu pada waktu itu. Barangkali kau pikir itu

adalah kesempatan yang baik bagimu untuk melihat mukamu kena

debu atau tidak. Kemudian orang melihat pantulan cerminmu bermain

ke kiri dan ke kanan

(Ahmad tetap membisu)

64. MARJOSO

Mengapa begitu, Ahmad?

65. AHMAD

Aku tidak tahu

PERASAANNYA CEMAS SEKALI

66. MARJOSO (marah)

Dusta! Dusta kau!!!

67. AHMAD (tersentak)

Engkau toh tahu aku akan berdusta.

68. MARJOSO (merendah kembali)

Mengapa engkau dustai aku, Ahmad?

69. AHMAD

Karena aku senang untuk berbuat begitu.

70. MARJOSO (mula-mula perlahan kian lama kian berkobar)

Engkau binatang yang tak perlu di beri ampun. Bukankah engkau yang

membakar pesantren ayahmu?

Page 9: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

71. AHMAD

Tidak! Tidak ........aku tidak membakarnya.

72. MARJOSO (mengatasi suara Ahmad)

Engkau tak membakarnya. Tapi engkau biang keladi yang

menyebabkan pesantren itu terbakar. Pesantren yang mewarisi tradisi

turun-temurun. Mulai dari buyutmu, kakek-kakekmu sampai ke ayahmu.

Pesantren tempat ayahmu menempa pemuda-pemuda yang

bertanggung jawab akan hari depan agama dan tanah airnya,

bangsanya. Ahmad .....engkau tidak menyesali semua itu?

(terdiam sebentar-sebentar menarik nafas).

Oh, Ahmad, tidakkah engkau takut akan siksa Tuhanmu? Bagaimana

kelak dosamu akana membakar dirimu?

73. AHMAD

Itu tanggunganku. Resiko!

74. MARJOSO (ke depan)

Oooooooo, jiwa yang tak lebih berharga dari pada jiwa seekor anjing.

Berapa banyaknya air mata yang harus dicucurkan para ibu untuk

mengenang murid-murid ayahmu yang hangus terbakar bersama

pesantren yang dicintainya, Ahmad.

75. AHMAD (tegas)

Tapi, siapakah yang akan mencucurkan untuk rubuhnya ibuku? Siapa

yang suka berkata ”Akan kutuntut kematian ini!” Siapa yang akan

membalas dendamnya?

76. MARJOSO

Diam kau!

(Ahmad tertunduk).

77. MARJOSO

Angkat mukamu, pengkhianat! Pandanglah aku untuk kali yang

penghabisan. Karena malam ini juga rakyat menuntut darahmu.

78. AHMAD

Aku tidak sudi memandang muka seorang pembunuh.

79. MARJOSO (tersentak sejurus)

Angkat mukamu, pengecut.

Page 10: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

80. AHMAD (mengangkat mukanya perlahan-lahan)

Aku telah mengangkat mukaku, Marjoso. Aku telah mengangkat

mukaku, seperti dulu, tatkala kudengar serentetan tembakan. Dan

kemudian rubuhlah ibuku.... mati. Aku telah mengangkat mukaku.

Marjoso.

81. MARJOSO (setelah berfikir)

Dengarkan aku, bicara! Pandanglah aku untuk penghabisan kalinya.

Kenangkanlah kembali kawan-kawanmu. Kenangkanlah tatkala mereka

dengan sepenuh tenaganya mengangkat tangan dan menyeru

MERDEKA..... MERDEKA! Kemudian mereka tak kuasa lagi mengepalkan

tinjunya. Mereka roboh berlumur darah. Kenangkanlah, betapa api

telah memusnahkan mereka.

(UCAPAN INI MEMPENGARUHI AHMAD, SEHINGGA IA DUDUK

TERMENUNG)

82. AHMAD

Aku kenangkan itu. Aku menangkan.... Mereka menang lalu mati. Dan

aku.... Ohhh, kemudian.... Letupan yang dasyat a... aku terlempar. Aku

lihat ayah.... Terbungkuk-bungkuk dan lari bersama Zulaecha. Aku

menyeru mereka... tapi tak terdengar. Aku hanya mendengar suaraku

sendiri. Aku juga mendengar suara ayahku. Syahid, ya anakku”

kemudian fajar yang memerah, yang kian terang. Aku lihat.... Oh, siapa

yang akan menuntut balas kematiannya? Siapa?

(menggigil, tangannya gemetar)

Marjoso! .....

83. MARJOSO (memanggil seorang prajurit)

Sersan!

(seorang prajurit menghadap)

84. MARJOSO

Bawa tawanan itu ke dalam.

85. AHMAD (tergagap-gagap)

Marjoso. Engkaulah.... Engkaulah.....

AHMAD TAK DAPAT MELANJUTKAN PERKATAANNYA PRAJURIT ITU TELAH

MEMBAWANYA. MARJOSO TERTEGUN, SUARA NYANYIAN TERDENGAR

MAKIN KERAS, KEMUDIAN TERDENGAR KETUKAN PINTU.

Page 11: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

86. MARJOSO

Masuk!...

(H. Jamil masuk)

Pak Kyai ....

87. HAJI JAMIL

Terlalu terhormat kalau dia di tembak.Seharusnya dia digantung.

88. MARJOSO

Silakan bapak duduk. Saya ingin mendengarkan pertimbanganpertimbangan

bapak.

89. HAJI JAMIL

Pertimbangan apa? Ragukah kau menggantung dia?

90. MARJOSO

Bukan begitu, bapak.Ahmad sudah terang bersalah. Dan dia harus

menerima hukumannya. Namun, pada saat-saat terakhir, karena bapak

adalah ayahnya, saya juga perlu mendatangkan bapak kemari.

91. HAJI JAMIL

Dia bukan anakku.Haji Jamil tidak mempunyai anak pengkhianat.

92. MARJOSO

Harap diingat, Pak. Malam ini adalah malam terakhir bagi Ahmad.

Tentulah bapak sependapat dengan saya, bahwa saat-saat yang

paling penting dalam kehidupan manusia adalah saat manusia

menghadapi mautnya. Saat-saat itu memerlukan persiapan dan

bimbingan. Pada saat-saat terakhir, saya ingin dia mati sebagai putra

bapak, sebagai murid Pak Kyai. Saya ingin dia mati bukan sebagai

anjing.

93. HAJI JAMIL

Kutukan apa yang ditimpakan kepadaku ini? Oh anakku?

94. MARJOSO

Pak Kyai!

95. HAJI JAMIL

Aku telah besarkan anak itu. Aku turunkan ilmuku, karena dialah yang

Page 12: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

kuharapkan segala-galanya. Tetapi, mengapa dia tidak mengerti

perjuangan bangsanya sendiri? Aku sungguh tidak mengerti. Balasan

apa yang harus kuterima ini, Marjoso?

96. MARJOSO

Pak Kyai tidak boleh menyesali diri hanya lantaran dia. Beratus-ratus

murid bapak, bahkan beribu-ribu yang senantiasa menyebut-nyebut

nama Kyai dengan hormat dan khidmat. Beribu murid yang akan

mewarisi cita-cita bapak, dan meneruskan cita-cita itu. Marilah kita tidak

bicarakan hal itu. Kini kita membicarakan seorang putra, yang walau

betapa sesat pun, dia masih seorang putra.

97. HAJI JAMIL (getir)

Bagaimana harus kujawab, kalau seandainya pada hari pengadilan

tertinggi yang Maha Kuasa bertanya padaku tentang tanggung

jawabku. Mengapa anakmu menjadi musuh bangsaku, Haji Jamil?

Bagaimana kau mendidiknya?

98. MARJOSO

Demi sesungguhnya, Pak Kyai, bagaimana kita harus melawan suratan

Tuhan?Adalah takdir semata kalau Ahmad berbeda dengan ayahnya.

99. HAJI JAMIL (tersentak agak gusar)

Takdir semata?Apa yang kau ketahui tentang takdir, Marjoso? Tuhan

memberikan kebaikan-kebaikan kepada kita, Tuhan memberikan

kekuatan-kekuatan kepada kita. Tuhan memberikan kekuatan-kekuatan

untuk melawan keburukan-keburukan pada kita. Tuhan memberikan

alat-alat yang kita perlukan untuk memenuhi panggilannya sebagai

makhluk semulianya makhluk. Tuhan tidak menakdirkan Ahmad

sebagaia musuh bangsanya. Dia sendiri yang berbuat begitu. Dia sendiri

yang menentukan harus mati sebagai dia. Tuhan memberinya akal,

mengapa tidak dipergunakan akalnya untuk menginsyafinya, bahwa

perbuatan yang sehina-hinanya di permukaan bumi ini adalah

mengkhianati bangsanya sendiri.

100. MARJOSO

Terima kasih, Pak Kyai.

101. HAJI JAMIL

Anak itu harus mempertanggungjawabkan seluruh dosanya.

102. MARJOSO

Saya ingin mempertemukan dia dengan ayahnya. Mungkin ini adalah

pertemuan kyai yang penghabisan, dalam keadaan dia masih mungkin

Page 13: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

dibimbing ke jalan yang diridhoi Allah, walaupun beberapa saat

sebelum ia harus mati. Sukakah Pak Kyai memenuhi permintaan saya ini?

103. HAJI JAMIL (terdiam sejurus)

Dapatkah aku penuhi permintaanmu itu, Marjoso?

104. MARJOSO

Mengapa tidak, Pak Kyai?

105. HAJI JAMIL

Dapatkah aku berhadapan dengan anjing yang harus kupangil anakku?

106. MARJOSO

Pak Kyai ...........mengapa tidak?

107. HAJI JAMIL

Tidak...... tidak!......... Gantung saja dia! Tak perlu aku melihat mukanya

lagi.

108. MARJOSO

Benar-benar relakah Pak Kyai?

109. HAJI JAMIL

Aa..., aku rela!

110. MARJOSO

Namun, dialah putra yang pernah Pak Kyai harapkan, dialah putra yang

pernah Pak Kyai bisikkan dalam telinganya kalimat azan tatkala ia lahir.

Masih ada beberapa saat lagi di mana bapak mungkin bisa

mengharapkan sesuatu darinya, penyesalan umpamanya, atau taubat

nasukha.

111. HAJI JAMIL

Tidak! Tidak ada gunanya sedikitpun mengharap dalam nama Allah.

112. MARJOSO

Tidak inginkah Pak Kyai agar Ahmad mati dengan menyebut nama

Allah?

113. HAJI JAMIL

Tidak!

Page 14: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

114. MARJOSO

Tidak, Pak Kyai?

115. HAJI JAMIL (setengah mengharap)

Oh, Marjoso.... Aku telah berharap-harap dan harapanku dihancurkan,

dimusnahkannya....

116. MARJOSO

Pak Kyai, aku mohon sudi kiranya.....

117. HAJI JAMIL (cepat menyahut)

Tak perlu, Marjoso, tak perlu aku lihat mukanya lagi.

118. MARJOSO (berfikir sejurus)

Baiklah Pak Kyai, saya sudah menawarkan kesempatan.

(memanggil seorang prajurit)

Sersan!

(seorang prajurit menghadap)

Sudah siap regu tembak?

119. SERSAN

Siap, Pak!

120. HAJI JAMIL (bingung dan gugup)

Nanti dulu, dia akan ditembak sekarang?

121. MARJOSO

Saya menundanya hanya untuk memberikan kesempatan pada Pak

Kyai.

122. HAJI JAMIL (mengeluh)

Oh, Tuhan, mengapa kau timpakan bencana ini kepada hamba-Mu?

Hamba-Mu yang tak sekejappun melupakan engkau!

Page 15: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

123. MARJOSO

Pak Kyai!

124. HAJI JAMIL

Mengapa justru di akhir hayatku Engkau panggil semua yang kucintai.

125. MARJOSO

Tawakallah Kyai!

126. HAJI JAMIL (menenangkan dirinya)

Asstaghfirullah!...........Ampunilah aku lantaran menyesali engkau.

KEPADA MARJOSO

127. MARJOSO (memerintah Sersan)

Sersan! Bawa Ahmad menghadap!

128. SERSAN

Siap, Pak!

BERANGKAT

129. MARJOSO

Tenangkanlah jiwa Pak Kyai.

130. HAJI JAMIL

Aku telah kehilangan segala-galanya.

131. MARJOSO

Kecuali iman, Pak Kyai

132. HAJI JAMIL

Yaaaach, kecuali iman.

Page 16: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

133. KURIR (masuk)

Seorang anak wanita bernama Zulaecha minta menghadap, Letnan!

134. MARJOSO (memandang Kyai seolah meminta pertimbangan)

Zulaecha Pak Kyai.

SEBELUM KURIR KELUAR, ZULAECHA SUDAH MEUNCUL DI PINTU

135. HAJI JAMIL

Mengapa kau ikut kemari?

136. ZULAECHA

Aku ingin melihat abangku.

137. HAJI JAMIL

Mengapa kau pedulikan dia?

138. ZULAECHA

Dia abangku, ayah, tidak bolehkah aku melihat abangku?

139. MARJOSO

Tentu saja engkau boleh menemuinya.

140. HAJI JAMIL

Tidak!

141. ZULAECHA

Mengapa aku tidak boleh menemuinya ayah?

142. HAJI JAMIL

Page 17: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Anjing geladak itu segera mampus!

143. ZULAECHA

Ayah!..... Ayah mengatakan anakmu Bang Ahmad anjing geladak?

144. HAJI JAMIL

Itu lebih baik daripada nama pengkhianat nusa dan bangsa.

145. ZULAECHA

Tapi dia anakmu, ayah.

146. HAJI JAMIL

Zulaecha. Engkau mencoba mempengaruhi peradilan ini dengan

emnghbungkan darah?

147. MARJOSO

Kholifah Umar membunuh anaknya sendiri yang durhaka

(menginsyafkan Zulaecha)

148. ZULAECHA

Ayah, aku anakmu........... Dia anakmu.Dia satu-satunya saudaraku.

Satu-satunya........!

149. HAJI JAMIL

Cukup! Pulang kau! Aku rela dia dibunuh.Aku rela dia dilenyapkan.

Karena dengan lenyapnya dia, lenyap pula satu di antara beratus-ratus

penghalang untuk kemenangan republik.

150. MARJOSO

Terima kasih, Pak Kyai, izinkan saya menemuinya dahulu.

KELUAR

Page 18: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

151. ZULAECHA

Ayah, kalaupun dia mati, kepada siapa aku berlindung? Kepada siapa

aku harus menumpangkan diri, kalau............ kalau takdir Tuhan

menghendaki Ayah kembali kepadanya.

152. HAJI JAMIL

Zulaecha!

153. ZULAECHA

Kepada siapa, Ayah?

154. HAJI JAMIL

Kepada Yang Maha Pelindung, Allah SWT.

155. ZULAECHA

Kalau pada suatu saat aku minta pertolongan, ayah?

156. HAJI JAMIL

Kepada Yang Maha Kuasa!

157. ZULAECHA

Hanya itu, Ayah?

158. HAJI JAMIL

Kepada-Nya-lah aku serahkan engkau. Bukan saja nanti, tapi sekarang

juga! Sekarangpun aku senantiasa memohon perlindungan Tuhan

bagimu.

159. ZULAECHA (terdiam sejurus)

Ayah, kalau seorang datang kepadamu menyatakan taubatnya dan

Page 19: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

memintakan perlindunganmu........ apa yang akan ayah perbuat?

160. HAJI JAMIL

Aku doakan agar ia diterima taubatnya oleh Allah SWT. Aku tidak punya

hak untuk melindungi orang yang telah banyak dosa.

161. ZULAECHA

Ayah, nabipun tak pernah membunuh orang yang telah mencoba akan

membunuhnya.

162. HAJI JAMIL

Aku bukan nabi!

163. ZULAECHA

Tapi kita wajib mengikuti sunnah nabi! Bukankah begitu, Ayah?

164. HAJI JAMIL

Anakku, kau mengajari ayahmu, Nak? Tahukah engkau, siapa abangmu

itu? Dosa apa yang telah diperbuatnya?

165. ZULAECHA

Aku tahu, Yah!

166. HAJI JAMIL

Mengapa kau membelanya?

167. ZULAECHA

Karena dia abangku. Tanpa dia aku akan sendirian.

168. HAJI JAMIL

Kita hidup bersama amal kita, anakku.Kita hidup bersama budi kita.

Page 20: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Beramallah, berbudiluhurlah, berbuatbaiklah. Dan engkau tidak akan

kehabisan saudara. Kau akan merasakan bahwa sesungguhnya

kemanusiaan adalah satu keluarga. Kemanusiaan adalah satu darah,

satu urat, satu cita-cita.

169. ZULAECHA

Ayah,............... Berilah Bang Ahmad kesempatan untuk menebus

dosanya, dengan amal saleh.

170. HAJI JAMIL

Kesempatan itu telah disia-siakan. Bukan aku yang harus memberi

kesempatan seperti itu kepadanya. Tetapi, apakah perjuangan yang meminta korban harta dan jiwa

ini, relaa memberi kesempatan bagi

hidup seorang serti dia?

171. ZULAECHA (mengeluh)

Oh, ayah, setiap kita pernah bersalah, mengapa tak ada ampun bagi

dia?

172. HAJI JAMIL (cemas)

Tapi, tidak setiap kita telah membakar pesantrennya sendiri, Zulaecha!

173. ZULAECHA (memandang tajam ayahnya)

Tidak! Dia tidak membakarnya.......... oh, ayah, aku tahu apa yang

diperbuatnya, (mendesak) dia tidak membakarnya .... aku tahu benar,

dia tidak membakarnya.... aku tahu benar, mengertilah, Ayah!

174. HAJI JAMIL

Tapi dia telah menunjukkan tempat persembunyian prajurit gerilya itu!

Dia yang menjadi penyebab kehancuran ini.

Page 21: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

175. ZULAECHA

Mungkin dia tidak rela, sebuah pesantren dijadikan tempat

persembunyian prajurit gerilya.

176. HAJI JAMIL

Tidak rela? Pikiran apa itu? Tidakkah ia tahu bahwa di dalam pesantren

itu aku mengajarkan murid-muridku, dan apa yang kuajarkan kepada

mereka? Aku ajarkan kecintaan kepada agama, kecintaan kepada

tanah air, dan kecintaan kepada bangsa. Tidakkah ia tahu, di dalam

pesantren itulah aku menyiapkan pemuda-pemuda yang jiwanya

ditempa kepercayaan tauhid, yang mewajibkan kita bertahan, bersatu,

dan bila diserang wajib kita balas serangan itu, oleh karena Islam tidak

rela dijajah siapapun.

177. ZULAECHA (terdiam sejurus)

Ayah, masih ingatkah ayah tatkala ibu tewas, tubuh itu hancur oleh

peluru.

178. HAJI JAMIL

Itu bukan salah siapa-siapa.Kematian ibumu, salahnya ibumu sendiri.

179. ZULAECHA

Tapi, siapakah yang menewaskan ibu, ayah? Siapakah yang

menembaknya, ayah?

180. HAJI JAMIL

Sudah kuperingatkan supaya ibumu jangan lari, tatkala kita terkepung

musuh, sebab hal itu bisa menunjukkan tempat persembunyian prajurit

kita.

Page 22: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

181. ZULAECHA (mendesak terus)

Tapi, siapa yang menembak?Aku ingin jawaban ayah. Siapa yang

menembak?

182. HAJI JAMIL

Ibumu tidak dapat menguasai ketenangan jiwanya dan lari.

183. ZULAECHA

Dan kemudian serentetan tembakan, dan ibu jatuh, rubuh tak bangunbangun

lagi. (nada keras) Peluru siapakah yang merubuhkannya?

Peluru siapa?

184. HAJI JAMIL (tegang menahan perasaan)

Peluru Marjoso!

185. ZULAECHA

Ya. Peluru dari murid yang paling ayah kasihi, lebih dari mengasihi

anaknya sendiri.

186. HAJI JAMIL

Tapi itu adalah hak Marjoso untuk berbuat begitu, apa artinya satu jiwa

bagi beribu-ribu jiwa yang dalam tanggungannya.

187. ZULAECHA

Namun dia adalah penyebab kematian ibu. Orang itu masih ayah

lindungi juga, ayah beri tempat persembunyian di pesantren. Dapatkah

abang disalahkan, kalau sejak saat itu dia mendendam? Karena

dendam itulah dia menunjukkan tempat persembunyian Marjoso, tapi

pesantren itu terbakar semuanya. Belandalah yang membakarnya,

bukan Ahmad. Dapatkah Bang Ahmad disalahkan? Karena dendam

Page 23: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

sudah menutupi seluruh kesadarannya. Sadarlah, ayah!

188. HAJI JAMIL (mengeluh)

Begitu banyak korban telah jatuh.....

189. ZULAECHA

Tapi apakah ia sengaja memusuhi perjuangan, atau hanya memburu

musuh pribadinya karena dia butuhkan, dan dia butakan dendam, ia

hanya akan melepaskan sebutir peluru pada dada pembunuh ibunya,

tapi malang, Bang Ahmad tertangkap, dan kini dia harus mati sebelum

tuntutannya terpenuhi. Salahkah dia kalau begitu mencintai ibunya?

(menyerang terus)

Ayah, mintalah kebebasan baginya.Marjoso adalah murid ayah.

Pergunakan pengaruh ayah untuk kebebasan anakmu Ahmad. Dia

tidak bersalah, satu-satunya kesalahan dia adalah terlalu cinta kepada

ibunya.

190. HAJI JAMIL (komat-kamit sendiri)

Dapatkah..... Dapatkah aku berbuat begitu?

191. ZULAECHA

Ayah harus berbuat begitu.

192. HAJI JAMIL (marah)

Mengapa aku harus berbuat begitu, Zulaecha?

193. ZULAECHA

Karena dia adalah anakmu.

194. HAJI JAMIL

Page 24: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Hanya karena dia anakku?

195. ZULAECHA

Karena dia kini menderita, Ayah!

196. HAJI JAMIL

Bagaimana dengan korban-korban yang telah tewas lantaran dia?

Bisakah mereka mengijinkan saya?

197. ZULAECHA

Ini semata-mata korban, Ayah.

198. HAJI JAMIL

Kita semua adalah korban. Korban dari keserakahan suatu bangsa yang

ingin menjajah dan mengisap. Justru itu kita berjuang, menghancurkan

mereka, kita berjuang agar bumi kita yang kaya-raya ini tidak menjadi

tempat berlaganya serigala-serigala lapar yang menamakan dirinya

manusia. Zulaecha, mengapa kau bicara tentang korban?

(Zulaecha akan bicara tetapi Haji Jamil segera menggerakkan

tangannya)

Jangan sela aku dulu!

199. ZULAECHA (mulai berbisik)

Namun Ayah,.............. Ayah…

200. HAJI JAMIL (mengangkat suaranya)

Jangan kau perlemah hatiku. Tidak! Aku serahkan anak laki-lakiku satusatunya

untuk revolusi, atau sebagai pahlawan, atau sebagai

pengkhianat, namun........ aku serahkan dia.

Page 25: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

201. MARJOSO (masuk dengan tenang)

Yah, dia boleh mati sebagai pengkhianat atau panglawan, sebab

revolusi hanya mengenal dua ini, pahlawan revolusi atau pengkhianat

revolusi. Zulaecha! Engkau tidak boleh membawa persoalan kematian

ibumu, dalam persoalan abangmu. Revolusi tidak mengenal arti korban

perseorangan, revolusi tidak mengenal siapa bapak, ibu atau anak.

Revolusi hanya mengenal pengkhianat revolusi atau pahlawan revolusi.

202. ZULAECHA (tak terkendalikan lagi, marahnya memuncak)

Kau pembunuh! Pembunuh! Engkau membunuh ibuku! Dan kini kau

akan membunuh abangku, dua orang yang paling kucintai. Tapi tunggu,

Marjoso! Ibu masih mempunyai anak satu orang lagi.

203. HAJI JAMIL (mengatasi anaknya)

Zulaecha, engkau akan menjadi pengkhianat seperti abangmu?

204. ZULAECHA (tersedu-sedu)

Aku tak rela, Ayah ........Aku tak rela.

205. HAJI JAMIL (menenangkan)

............. Diamlah, Anakku, ........Diamlah.

206. MARJOSO (penuh perasaan)

Apalah artinya korban satu atau dua jiwa yang kita cintai untuk

perjuangan suci ini?

207. HAJI JAMIL

Marjoso, maafkan adikmu, Nak!

208. ZULAECHA (bangkit dari isakannya dan mengancam)

Page 26: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Tidak! Aku tidak perlu meminta ampun kepada pembunuh.

209. MARJOSO (memandang jauh ke depan)

Zulaecha, perlukah aku bangga-banggakan korban-korban untuk

tanah air ini? Perlukah aku katakan bahwa tak lebih dari satu bulan yang lalu aku juga mengalami

kesedihan yang dalam, kedua orang

tuaku dua-duanya ditangkap Belanda, dan meninggal dalam penjara.

210. HAJI JAMIL

Marjoso! Benar, Nak?

211. MARJOSO (tak bergerak)

Zulaecha, kalau engkau menuntut kematian ibumu lantaran

perbuatanku, sesungguhnya telah aku penuhi permintaan itu. Aku

berikan arwah ibuku untuk arwah ibumu, karena abangmu jua yang

menyebabkan kematian mereka, dia yang telah menyebabkan aku

menjadi sebatang kara, tetapi perlukah aku katakan itu semua? Namun

aku telah relakan................ kedua orang tuaku. Seperti aku telah relakan

diriku untuk revolusi besar ini. Aku memohon, semoga darah mereka

yang mengalir akan mempercepat datangnya fajar kemenangan yang

diharap-harapkan tujug puluh juta bangsa.

212. HAJI JAMIL

Jangan kau lemahkan hatimu, anakku, jangan kau lemahkan.

213. MARJOSO

Kini Pak Kyai satu-satunya orang tuaku.

214. HAJI JAMIL

Page 27: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Sejak dulu kau adalah anakku.

ZULAECHA MENAHAN ISAKNYA, MENGANGKAT KEPALA, BERDIRI AKAN

BERBICARA TETAPI KATA-KATANYA TAK DAPAT KELUAR KEMUDIAN LARI

MENINGGALKAN TEMPAT ITU. HAJI JAMIL TAK SEMPAT BICARA. MARJOSO

MENARIK NAFAS.

215. MARJOSO

Kini tiba saatnya Pak Kyai, tibalah saatnya bertemu dengan Ahmad.

216. HAJI JAMIL (berat menjawab)

Baik, bawalah kemari.

217. MARJOSO (bergerak ke mejanya dan diam sejenak, kemudian

memanggil seorang prajurit) Sersan! Bawa tawanan itu kemari.

218. SERSAN (datang menghadap)

Siap, Pak!

219. MARJOSO

Bawa tawanan itu kemari!

220. SERSAN

Siap Pak!

KEMUDIAN PERGI

221. MARJOSO

Kiranya Pak Kyai dapat memberinya nasihat terakhir semoga ia

menginsyafi kesalahan-kesalahannya.

SERSAN MASUK MEMBAWA AHMAD MENGHADAP MARJOSO. AHMAD

TERKEJUT MELIHAT AYAHNYA DI SITU, KEMUDIAN MEMBUANG MUKA.

222. HAJI JAMIL (menatap wajah anaknya)

Ketika pesantren itu dalam kobaran api, aku melihat jiwa merintih. Jiwajiwa

yang igin menuntut balas, namun tak berdaya lagi. Pada saat itu

Page 28: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

aku memohon kepada Tuhan YME...... ” Ya, Allah, bawalah dia yang

telah membakar rumah ini tempat hamba-Mu mengagungkan nama-

Mu, dan memenuhi panggilan-Mu, bawalah dia kepadaku agar aku

bisa menyampaikan hasrat mereka yang tak kuasa lagi mengangkat

tangan untuk menuntut keadilan, dan kini Tuhan telah mengabulkan.

Dia... Dia adalah anakku sendiri, darah dagingku sendiri.

(sejurus ditatapnya anaknya)

Ahmad! Berlutut kau! Berlutut! Mintalah ampun kepada bumi tanahairmu,

tanah air yang telah kau khianati.

223. AHMAD (tak berperasaan)

Aku tidak mengkhianati tanah airku.

224. HAJI JAMIL

Tanganmu berlumur darah, dan darah itu adalah darah kawankawanmu

sendiri, Ahmad.

225. AHMAD

Aku tidak pernah membunuh seorangpun.

226. MARJOSO

Ya, memang kau tak pernah membunuh seorangpun dengan

tanganmu. Tapi khianatmu! Jiwa budakmu! .... Jiwa budakmu!

227. AHMAD

Kenapa aku tidak boleh membunuh musuhku? Kenapa aku tidak boleh

membunuh, membalas dendam kematian ibuku? Apakah harganya

aku sebagai anak laki-laki, kalau pembunuh ibuku dibiarkan saja tanpa

suatu pembalasan?

Page 29: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

228. MARJOSO (bangkit memukul meja)

Kau tak berhak memakai alasan itu untuk mempersuci dirimu!

229. AHMAD (meludah benci)

Di mataku engkau tak berharga sedikitpun, Marjoso.

230. HAJI JAMIL

Ahmad!

231. AHMAD

Ayah akan membela dia?

232. HAJI JAMIL

Ya. Ayah akan membela dia, lantaran dia benar.

233. MARJOSO

Engkau selalau membawa soal ibumu, baik, Ahmad! Siapa yang telah

menunjukkan tempat persembunyian kedua orang tuaku? Siapa yang

telah menyuruh mereka untuk menjebakku? Jawab! Siapa?

234. AHMAD (tegas)

Aku!

235. HAJI JAMIL

Oh, Ahmad, di mana lagi hatimu?

236. MARJOSO

Tapi kau tak berhasil menjebak aku, namun kedua orang tuaku

ditangkap dan mereka tak ada lagi kini. Mereka mangkat akibat

siksaan-siksaan yang keji.

Page 30: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

237. AHMAD (gemetar)

Tidak!............... Tidak! ..............

238. MARJOSO

Mengapa tidak?Mereka adalah korbanmu. Sekarang apa maumu?

Kau memburu aku? Korban berjatuhan karena dendammu, kini kau

berhadapan dengan aku (mengambil pistol dari meja) Ini ada sepucuk

pistol untuk kau pakai menghabisi musuhmu. Terimalah! (melempar pistol

itu ke hadapan Ahmad, dan Ahmad menerimanya, kemudian Marjoso

mencabut pistolnya sendiri) Marilah kita habisi dendam di antara kita.

AHMAD DIAM TERPAKU, PISTOL DI TANGAN BELUM DIAPA-APAKAN,

MARJOSO BERGERAK MENJAUH. HAJI JAMIL TERPAKU TAPI TAK SEGERA

MENENGAHI KEDUANYA.

239. HAJI JAMIL

Jangan! Jangan kalian saling membunuh. Kalian bersaudara, kalian

adalah anakku.

240. MARJOSO

Kalau aku harus mati lantaran pelurunya, Pak Kyai, aku harus ikhlas mati

untuk meyakinkan dia dan orang-orang seperti dia, bahwa dalam

perjuangan ini tidak harus diperhitungkan untung rugi perseorangan.

Aku ikhlas mati untuk meyakinkan semua orang, bahwa sebab yang

akan menggagalkan revolusi ini ialah, manakala orang masih tidak

meleburkan dirinya sendiri ke dalam leburan yang tidak lagi mengenal

siapa ayah, siapa ibu, dan siapa itu saudara.

241. HAJI JAMIL

Marjoso, anakku, kau tidak boleh mengorbankan diri untuk manusia

yang begini rendahnya.

Page 31: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

242. MARJOSO

Korban telah cukup banyak, Kyai. Seorang demi seorang kawan-kawan

gugur lantaran soal dendam-mendendam ini. Aku merasa ikut bersalah

juga Kyai

(keterangan ini meliputi ketiga orang itu. Ahmad tampak tak dapat

menguasai dirinya, Marjoso mengangkat pistolnya, Haji Jamil

memalingkan muka, sedih, dan putus asa dalam kecemasan)

Angkat pistolmu agar kau mati dengan tidak membawa dendam ke

dlam kubur. Aku akan menghitung sampai tiga kali, maka tembaklah

aku dan aku akan menembakmu.

AHMAD TIDAK MENJAWAB, IA MENGANGKAT PISTOLNYA TAPI JELAS

TANGANNYA MULAI GEMETAR. MARJOSO MENATAPINYA DENGAN

TENANG. JARAK MEREKA KIRA-KIRA EMPAT LANGKAH DIPISAHKAN OLEH

MEJA, HAJI JAMIL BERDIRI DI TENGAH-TENGAHNYA.

243. HAJI JAMIL

Nah, mulailah nembak kalian berdua. Mulailah menembak Ahmad,

mulailah menembak Marjoso!

(kedua-duanya tak beegerak, mulai menurunkan pistolnya. Marjoso

terpaku diam, keringat mengalir di dahinya)

Kalian orang-orang yang dikuasai dendam dan nafsu.

244. AHMAD (sekonyong-konyong berseru dan berlutut, menjatuhkan

badannya di meja dan menangis. Air mata mulai mengumpul, Haji Jamil

menghampiri dan kemudian kedua orang itu, ayah dan anak saling

berpelukan dengan mesranya)

Ayah! .....

245. HAJI JAMIL

Page 32: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

Ahmad............... oh, Ahmad ......... kau anakku! Kau anakku!

246. AHMAD (tak bisa menguasai dirinya)

Ayah, mengapa aku harus begini?

247. HAJI JAMIL (menggeletar)

Aku serahkan engkau kepada Tuhan. Semoga Tuhan mengampuni

engkau, aku ampuni dosamu kepadaku, tetapi dosamu terhadap orang

lain pertanggungjawabkan sendiri terhadap Tuhanmu. Engkau anakku.

Matilah engkau sebagai anakku! Sebagai seorang muslim yang

mengerti arti taubat, janganlah engkau menangis karena sedih akan

berpisah dengan aku, tetapi menangislah karena telah terlalu banyak

berbuat dosa!

248. AHMAD (dengan penuh keraguan dan penyesalan yang dalam)

Ayah,....... di manakah adikku Zulaecha?

249. HAJI JAMIL

Dia dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

250. AHMAD

Ayah, sampaikan salamku padanya... agar ia tetap menjadi patriot

bangsa dan pembela tanah air mengikuti jejak ayahnya.

251. MARJOSO

Ahmad, saatmu sudah tiba!

AHMAD TERSENTAK SEKETIKA TERTEGUN MEMANDANG AYAHNYA DAN

MARJOSO. DENGAN BERAT LALU MELANGKAHKAN KAKI MENUJU KELUAR

Page 33: FAJAR SIDDIQbbs.sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/FAJAR... · 2019. 7. 5. · fes tival teater ke-xx iii tingkat sma/sm k/m a se-jaw atimur sebuah markas gerilya, terlihat

Festival Teater ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-JawaTimur

DIIKUTI OLEH MARJOSO DAN SERSAN

252. HAJI JAMIL (mengikuti dengan pandangan penuh arti, kemudian

beberapa saat terdengar tembakan tiga kali, pertanda tamatnya

riwayat Ahmad, kemudian Haji Jamil melangkah ke tengah panggung

dengan pandangan yang dalam dan jauh sekali) .......... Tuhanku, inilah

pertanda datangnya fajar kemenangan. Kemerdekaan bangsa

dan negaraku.