fadhilah skm.,mph · 2016. 3. 20. · 23 kabupaten/kota di kawasan provinsi aceh. serta dukungan...

175

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 i

    Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Profil Kesehatan Aceh tahun 2014 telah dapat kita selesaikan dan diterbitkan. Kami seluruh tim yang mengelola profil dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota telah bekerja sama dalam pengumpulan data bidang kesehatan dari seluruh wilayah Aceh yang terdiri atas 23 kabupaten/kota di kawasan Provinsi Aceh. Serta dukungan dari lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten/Kota, dan lainnya.

    Profil Kesehatan Provinsi Aceh menyajikan data dan informasi kesehatan yang meliputi data situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, maupun dari Kabupaten/Kota yang bersumber dari Sistem Pelaporan, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi. Data yang tersaji pada profil kesehatan Provinsi Aceh dapat digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan di Aceh antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya. Buku Profil Kesehatan Aceh disajikan dalam bentuk cetakan dan juga dapat di unduh di website: www.dinkes.acehprov.go.id.

    Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Aceh 2014 ini kami ucapkan Terima Kasih.

    Kepala Seksi Data Informasi

    Fadhilah SKM.,MPHPembina

    NIP. 19600408 198101 2 001

    Kepala Bidang Program dan Pelaporan

    dr.HanifPembina

    NIP. 197110418 200112 1 004

    KATA PENGANTAR

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014ii

    SAMBUTANKEPALA DINAS KESEHATAN ACEH

    Berkat rahmat Allah SWT, buku “Profil Kesehatan Tahun 2014” ini telah dapat diterbitkan dari rangkaian penyajian data dan informasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Profil Kesehatan Provinsi Aceh merupakan peremajaan dan perkembangan data

    dan informasi kesehatan sebagai hasil berbagai upaya kesehatan selama tahun 2014.Dengan terbitnya profil kesehatan Aceh tahun 2014, diharapkan dapat bermanfaat

    bagi berbagai pihak baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dalam mendapatkan data dan informasi kesehatan di wilayah Aceh pada tahun 2014. Profil kesehatan ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi penyelenggaraan program pembangunan kesehatan menjadi sebagai evindence based untuk perencanaan baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

    Pada kesempatan ini saya mengucapkan Terima Kasih dan Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan profil kesehatan Aceh.

    Kepala Dinas Kesehatan

    dr.M.Yani,M.Kes.,PKK NIP.19610127 198811 1 001

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 iii

    Halaman

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

    SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN ACEH ............................................... ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    BAB II GAMBARAN UMUM ................................................................................ 3

    1. Luas Wilayah ....................................................................................... 5 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur ........ 5 3. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga ........................................... 8 4. Kepadatan Penduduk .......................................................................... 9 5. Rasio Beban Tanggungan ................................................................... 10 6. Rasio Jenis Kelamin ............................................................................ 11

    BAB III DERAJAT KESEHATAN .......................................................................... 13

    A. MORTALITAS (Angka Kematian) ........................................................ 13 1. Angka Kematian Neonatus (AKN) ................................................ 13 2. Angka Kematian Bayi (AKB) ........................................................ 14 3. Angka Kematian Balita (AKABA) ................................................. 15 4. Jumlah Kematian Ibu (AKI) .......................................................... 17

    B. MORBIDITAS ( Angka Kesakitan ) ...................................................... 18 1. CNR Kasus Baru BTA(+) dan CNR Seluruh Kasus TB ................ 18 2. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA(+) ...... 21 3. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani ......................... 22

    DAFTAR ISI

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014iv

    4. Jumlah Kasus HIV/AIDS dan Syphilis .......................................... 23 5. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani ........................................ 24 6. Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 Penduduk ..... 25 7. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat .............................. 27 8. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi(PD3I) 28 a. Penyakit Campak ..................................................................... 28 b. Penyakit Tetanus Neonatorum ................................................. 29 c. Penyakit Difteri ......................................................................... 29 d. Penyakit Polio dan AFP (Accute Flaccid Paralysis) ................. 29 9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) .................... 30 10. Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk ............................ 31 11. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani ............................................. 32 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................................. 35

    A. PELAYANAN KESEHATAN ................................................................. 35 1. Cakupan Ibu Hamil K-1 dan K-4.................................................. 36 2. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ......... 38 3. Cakupan Pelayanan Nifas ............................................................ 39 4. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS ..... 41 5. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe ................... 42 6. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus yang Ditangani .. 44 7. Persentase Berat Badan Bayi Rendah......................................... 46 8. Cakupan Kunjungan Neonatus .................................................... 47 9. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi ........................................... 49 10. Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunizatiory) .. 51 11. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita .......... 52 12. Cakupan Baduta Ditimbang ......................................................... 54 13. Cakupan Pelayanan Anak Balita .................................................. 55 14. Cakupan Balita Ditimbang ............................................................ 56 15. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ........................ 57 16. Cakupan Penjaringan Kesehatan Sisiwa SD dan Setingkat ........ 58 17. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap ...................................... 59 18. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD setingkat .. 59 19. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila .......................................... 60 20. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level I yang harus diberikan Pelayanan kesehatan (RS) di Kab/Kota ....................... 60

    B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN ................................ 60 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ............................... 60 2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan .................................................................. 61 3. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan .................................................................. 61

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 v

    4. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit...................................... 62 5. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit ................................ 62

    C. PRILAKU HIDUP SEHAT .................................................................... 62 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS ........................................ 62

    D. KEADAAN LINGKUNGAN .................................................................. 64 1. Persentase Rumah Sehat ............................................................ 64 2. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang layak .................................................................................... 64 3. Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan .................................................................................... 65 4. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak ............................................................................................ 65 5. Persentase Desa STBM ............................................................... 66 6. Persentase Tempat Tempat Umum Memenuhi Syarat ................. 66 7. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan memenuhi Syarat Dibina dan Diuji Petik ................................................................... 66 BAB V SUMBERDAYA KESEHATAN .................................................................. 69 A. SARANA KESEHATAN ...................................................................... 69 1. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya........................................... 69 2. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus..................................... 70 3. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) ..................... 71

    B. TENAGA KESEHATAN ....................................................................... 73 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan ............... 74 2. Jumlah dan Rasio Bidan serta Perawat di Sarana Kesehatan .... 75 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan .... 75 4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan .................. 76 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan .................................................................... 76 6. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan .................................................................... 76

    C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ............................................................... 76 1. Persentase Anggaran Kesehatan terhadap Dana APBA ............. 76 2. Anggaran Kesehatan Per Kapita .................................................. 77

    D. PENUTUP ........................................................................................... 78

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 79

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014vi

    HalamanGambar 1 Tren Laju Pertumbuhan Penduduk Aceh ......................................... 6Gambar 2 Jumlah Penduduk per Kabupaten/Kota tahun 2014 ........................ 7Gambar 3 Piramida Penduduk Aceh tahun 2014.............................................. 8 Gambar 4 Kepadatan Penduduk Aceh tahun 2014 .......................................... 9Gambar 5 Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup menurut Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2014 ............................................... 14Gambar 6 Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup ........................... 15Gambar 7 Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ............................................................ 16Gambar 8 Proporsi Kematian Ibu menurut Keadaan ........................................ 17Gambar 9 Jumlah Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ........... 18Gambar 10 CNR Kasus BTA(+) dan seluruh kasus TB tahun 2010-2014 .......... 19Gambar 11 Angka Keberhasilan Pengobata TB Paru BTA(+) tahun 2010-2014 .............................................................................. 21Gambar 12 Tuberkulosis BTA (+) dengan pengobatan dan hasilnya pada laki-laki Dan perempuan di Aceh, 2014 .................................. 22Gambar 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Aceh tahun 2014 ............... 23Gambar 14 Proporsi Kasus baru AIDS menurut jenis kelamin di Aceh, 2014 .... 23Gambar 15 Cakupan Penanganan Kasus Diare di Aceh tahun 2014 ................. 25Gambar 16 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Angka penemuan kasus Kusta di Aceh tahun 2014 .......................................................................... 25Gambar 17 Angka cacat tingkat II kusta per 100.000 penduduk menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ............................................................ 26Gambar 18 Persentase kasus baru Kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat II Penderita Kusta di Aceh tahun 2014................................................ 27Gambar 19 Persentase Penderita Kusta PB dan MB selesai berobat di Aceh Tahun 2010 s/d 2014 ....................................................................... 28

    DAFTAR GAMBAR

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 vii

    Gambar 20 Proporsi Kasus Campak menurut jenis kelamin .............................. 29Gambar 21 Incidence Rate DBD per 100.000 Penduduk ................................... 30Gambar 22 Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk Beresiko menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ............................................................ 32Gambar 23 Cakupan penanganan penyakit Filariasis di Aceh, 2014 ................. 33Gambar 24 Tren Cakupan K1 dan K4 tahuihn 2010-2014 ................................. 37Gambar 25 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut Kabupaten/kota tahun 2014 ............................................................. 38Gambar 26 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2010 –2014 ............................................................................ 39Gambar 27 Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Aceh tahun 2010-2014 ............. 40Gambar 28 Persentase Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vitamin A saat Melahirkan Balita Terakhir menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 .... 41Gambar 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada ibu Hamil tahun 2014 ...... 42Gambar 30 Cakupan Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe ................................. 43Gambar 31 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan menurut Kabupaten/ Kota tahun 2014............................................................................... 44Gambar 32 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal .......... 45Gambar 33 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ............................................................ 46Gambar 34 Persentase Berat Bayi Lahir Rendah menurut Kabupaten/Kota, 2014 ..................................................................... 47Gambar 35 Cakupan KN1 dan KN Lengkap menurut Kabupaten/Kota, 2014 .... 48Gambar 36 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ............................................................ 51Gambar 37 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Kabupaten/Kota,2014 ..................... 52Gambar 38 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita ....................................................................................... 53Gambar 39 Persentase Cakupan Anak 0-23 Bulan Ditimbang menurut Kabupaten/Kota, 2014 ..................................................................... 55Gambar 40 Persentase Cakupan Balita Ditimbang menurut Kabupaten/Kota ... 57Gambar 41 Persentase Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan , 2014 ............. 57Gambar 42 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), 2014....... 72Gambar 43 Proporsi Anggaran Kesehatan dengan Dana APBA Provinsi Aceh Tahun 2014 ...................................................................................... 77

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014viii

    Halaman

    Tabel 1 Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Jenis Kelamin Kelompok Usia Produktif dan Non Produktif di Aceh tahun 2014 ............................................................................. 11

    Tabel 2 Jumlah Kasus Baru TB BTA (+), Seluruh Kasus TB dan Kasus TB pada Anak menurut Kabupaten/Kota tahun 2014 ............................... 20

    Tabel 3 Jumlah dan Rasio berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di provinsi Aceh tahun 2014 ................................................................................. 74

    DAFTAR TABEL

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 1

    Visi Dinas Kesehatan Aceh adalah “Aceh Sehat Yang Islami, Mandiri, Berkeadilan, dan Sejahtera”, sedangkan Misi Dinas Kesehatan Aceh untuk mencapai visi tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Peningkatan mutu pemberian jaminan kesehatan masyarakat,2. Investasi sumber daya manusia sejak dini,3. Peningkatan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,4. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang adil, bermutu, merata, dan

    terjangkau,5. Peningkatan dan pendayagunaan sumber daya kesehatan,6. Penyelenggaraan manajemen kesehatan yang baik.Dalam implementasi visi dan misi Dinas Kesehatan Aceh tersebut, sangat dibutuhkan

    adanya data dan informasi.Pembangunan kesehatan secara umum bertujuan meningkatkan kesadaran,

    kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, sistematis dan berkesinambungan oleh Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/ kota beserta masyarakat, termasuk dunia usaha.

    Ditingkat Global kesehatan diakui sebagai instrumen strategis untuk mengurangi kemiskinan seperti dinyatakan dalam MDGs (Millenium Development Goals).

    Dari delapan tujuan MDGs, diantaranya menyangkut intervensi kesehatan, yaitu :1. perbaikan gizi,2. penurunan jumlah kematian ibu,3. penurunan jumlah kematian bayi,

    BABI PENDAHULUAN

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 20142

    4. eliminasi malaria, penurunan rev TBC dan HIV/ AIDS,5. akses terhadap obat essensial.Menurut WHO, dalam sistem kesehatan selalu harus ada Sub Sistem Informasi

    yang mendukung sub sistem lainnya. Tidak mungkin sub sistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), sebaliknya sistem informasi kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama sub sistem lain.

    Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi - tingginya. Selain itu pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperolah akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

    Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Aceh adalah Profil Kesehatan Aceh, yang merupakan salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data/informasi terkait lainnya serta kinerja tahunan.

    Profil kesehatan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah Aceh. Untuk itu penyusunan profil kesehatan yang berkualitas, yaitu yang dapat terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten dan sesuai kebutuhan, menjadi harapan kita bersama.

    Metodelogi penyusunan Profil Kesehatan Aceh 2014 ini dilakukan dengan pengumpulan data, memvalidasi data, analisis data, korelasi antar tabel dan program, serta check and balance dari seluruh kegiatan program yang dihimpun dari seluruh kabupaten/kota. Data profil ini belum termasuk yang berasal dari fasilitas kesehatan swasta, praktek - praktek swasta serta dokter swasta.

    Penyajian data/informasi dilakukan dalam bentuk tabel, grafik peta dan pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) per kabupaten/kota. Profil Kesehatan Aceh

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 3

    2014 ini terdiri atas 5 (lima) bab, yaitu :BAB I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang Visi dan Misi Dinas Kesehatan Aceh, latar belakang

    diterbitkannya Profil Kesehatan Aceh 2014 serta sistimatika penyajiannya.

    BAB II - Gambaran Umum. Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum, yang meliputi : letak geografis,

    administratif dan keadaan kependudukan serta informasi umum lainnya.

    Bab III - Derajat Kesehatan Bab ini menyajikan tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup

    tentang angka kematian dan angka kesakitan serta hasil - hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2014.

    Bab IV - Upaya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang upaya - upaya kesehatan yang telah dilaksanakan

    oleh bidang kesehatan sampai tahun 2014, untuk tercapai dan berhasilnya program - program pembangunan di bidang kesehatan.

    Bab V - Sumber Daya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan

    kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 20144

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 5

    1. Luas WilayahSecara geografis Aceh terletak di bagian paling Barat gugusan kepulauan Nusantara

    dengan luas mencapai 61.237 Km2. Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Satu - satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara, sehingga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan Provinsi Sumatera Utara.

    Secara astronomis Aceh terletak antara 01o 58’37,2” - 06o 04’33,6” Lintang Utara dan 94o 57’57,6” - 98o 17’ 13,2” Bujur Timur dengan ketinggian rata - rata 125 meter di atas permukaan laut. Secara administratif wilayah Aceh di bagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 Kota, terdiri dari 289 kecamatan dan 6.522 desa/gampong.

    2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok UmurPusat Data dan Informasi, Dinas Kesehatan Aceh dengan bimbingan dari Badan

    Pusat Statistik menghitung estimasi penduduk dengan menggunakan prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas dan migrasi pertahun tumbuh konstan. Cara ini lebih mudah dilakukan dengan mengkaji pertumbuhan penduduk di dua atau lebih titik waktu yang berbeda.

    Hasil estimasi jumlah penduduk Aceh pada tahun 2014 sebesar 4.906.835 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki - laki sebesar 2.449.407 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2.457.428 jiwa. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Laju pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang.

    BABII GAMBARAN UMUM

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 20146

    Gambar 1 :Tren Laju Pertumbuhan Penduduk Aceh

    6

    2.449.407 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2.457.428 jiwa.

    Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

    wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.

    Laju pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan

    jumlah penduduk dimasa yang akan datang.

    Gambar 1 :

    Tren Laju Pertumbuhan Penduduk Aceh

    Sumber : Pusat Data dan Informasi, Dinkes Aceh, 2014, Hasil Estimasi

    2010 2011 2012 2013 2014Laki-Laki 2,248,952 2,300,442 2,361,933 2,397,194 2,449,407Perempuan 2,245,458 2,296,866 2,364,068 2,394,730 2,457,428

    2,080,000

    2,160,000

    2,240,000

    2,320,000

    2,400,000

    2,480,000Ju

    mla

    h Pe

    ndud

    uk

    4,210,0004,310,0004,410,0004,510,0004,610,0004,710,0004,810,000

    4,910,000

    2010 2011 2012 2013 2014

    Jum

    lah

    Pend

    uduk

    2010 2011 2012 2013 2014ACEH 4,494,410 4,597,308 4,726,001 4,791,924 4,906,835

    Sumber : Pusat Data dan Informasi, Dinkes Aceh, 2014, Hasil Estimasi

    Gambar diatas menunjukkan jumlah penduduk di Aceh dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat.

    Berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Aceh terdapat di Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah penduduk sebesar 572.961 jiwa, Kabupaten Bireuen sebesar

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 7

    423.397 jiwa dan Kabupaten Pidie sebesar 410.580 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kota Sabang sebesar 32,739 jiwa.

    Gambar 2 :Jumlah Penduduk per Kabupaten/Kota tahun 2014

    7

    Gambar diatas menunjukkan jumlah penduduk di Aceh dari tahun

    ke tahun cenderung terus meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan

    kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran

    dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat.

    Berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Aceh

    terdapat di Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah penduduk sebesar

    572.961 jiwa, Kabupaten Bireuen sebesar 423.397 jiwa dan Kabupaten

    Pidie sebesar 410.580 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah

    terdapat di Kota Sabang sebesar 32,739 jiwa.

    Gambar 2 :

    Jumlah Penduduk per Kabupaten/Kota tahun 2014

    Sumber : Pusat Data dan Informasi, Dinkes Aceh 2014, Hasil Estimasi.

    32,739 73,708

    86,123 86,262 87,598

    112,161 134,015 138,140 145,584 152,352 162,814

    187,455 190,244 192,204 196,249

    220,971 249,499

    272,228 384,618 394,933

    410,580 423,397

    572,961

    - 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

    SABANGSUBULUSSALAM

    ACEH JAYAGAYO LUESSIMEULUE

    ACEH SINGKILBENER MERIAH

    ACEH BARAT DAYAPIDIE JAYA

    NAGAN RAYALANGSA

    LHOKSEUMAWEACEH BARAT

    ACEH TENGAHACEH TENGGARA

    ACEH SELATANBANDA ACEH

    ACEH TAMIANGACEH BESARACEH TIMUR

    PIDIEBIREUEN

    ACEH UTARA

    Sumber : Pusat Data dan Informasi, Dinkes Aceh 2014, Hasil Estimasi.

    Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat di gambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan, dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun 2014.

    Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki - laki dan badan piramida bagian kiri menunjukkan jumlah penduduk perempuan.

    Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya dan ekonomi.

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 20148

    Gambar 3 :Piramida Penduduk Aceh tahun 2014

    8

    Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat di gambarkan

    dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan hasil estimasi jumlah

    penduduk yang telah dilakukan, dapat disusun sebuah piramida

    penduduk tahun 2014.

    Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida

    bagian kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki - laki dan badan

    piramida bagian kiri menunjukkan jumlah penduduk perempuan.

    Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang

    terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk

    ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya dan

    ekonomi.

    Gambar 3 :

    Piramida Penduduk Aceh tahun 2014

    Gambar diatas menunjukkan jumlah terbesar penduduk Aceh

    terdapat pada range usia balita 0 - 4 tahun. Struktur penduduk di

    300,000 200,000 100,000 0 100,000 200,000 300,000

    0 - 45 - 9

    10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74

    75+Ke

    lom

    pok

    Umur

    Laki - LakiPerempuan

    Gambar diatas menunjukkan jumlah terbesar penduduk Aceh terdapat pada range usia balita 0 - 4 tahun. Struktur penduduk di Aceh termasuk struktur penduduk muda, dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih tinggi. Hal ini menjadikan tantangan bagi pemerintah Aceh untuk penyediaan layanan pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja yang semakin besar.

    Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif yaitu sebesar 65 persen dari 4.906.835 jiwa, terutama pada kelompok umur 20 - 39 tahun yang mencapai 27 persen baik laki - laki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar mencapai 4 persen, terutama perempuan. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup.

    Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua. Bertambahnya jumlah penduduk usia tua dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran profil tabel 2.

    3. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala KeluargaDari seluruh jumlah rumah tangga 1,164,489 di kabupaten/kota, rata - rata dalam

    satu rumah tangga dihuni oleh 4 orang anggota keluarga.

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 9

    4. Kepadatan PendudukKonsentrasi penduduk disuatu wilayah dapat di pelajari dengan menggunakan

    kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata - rata jumlah penduduk per satu kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan semakin padat penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata - rata penduduk di Aceh berdasarkan hasil estimasi sebesar 80 penduduk per Km2. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk.

    Kepadatan penduduk dari sektor kesehatan merupakan indikator dalam melihat beberapa kondisi kesehatan yang akan muncul terutama kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah dan sampah keluarga. Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar berikut ini.

    Gambar 4 :Kepadatan Penduduk Aceh tahun 2014

    10

    mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata - rata penduduk di Aceh

    berdasarkan hasil estimasi sebesar 80 penduduk per Km2. Kepadatan

    penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan

    dan persebaran penduduk.

    Kepadatan penduduk dari sektor kesehatan merupakan indikator

    dalam melihat beberapa kondisi kesehatan yang akan muncul terutama

    kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air

    minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah dan sampah keluarga.

    Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar

    berikut ini.

    Gambar 4 :

    Kepadatan Penduduk Aceh tahun 2014

    Gambar diatas menunjukkan, kepadatan penduduk di Aceh belum

    merata. Penduduk yang menyebar di dua puluh tiga kabupaten/kota,

    Gambar diatas menunjukkan, kepadatan penduduk di Aceh belum merata. Penduduk yang menyebar di dua puluh tiga kabupaten/kota, berbeda kepadatannya antar daerah. Daerah terpadat adalah Kota Banda Aceh yang rata - rata per kilometer wilayahnya dihuni oleh 4.090 penduduk, di ikuti Kota Lhokseumawe sebesar 1.036 penduduk per Km2 dan

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201410

    Kota Langsa sebesar 621 penduduk per Km2. Kepadatan penduduk terendah di Aceh terdapat di Kabupaten Simeulue sebesar 15 penduduk per Km2, dan Kabupaten Gayo Lues sebesar 16 penduduk per Km2. Rincian kepadatan penduduk di Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran profil tabel 1.

    5. Rasio Beban TanggunganIndikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan

    untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (usia 15 - 64 tahun).

    Perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur non produktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

    Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan dibidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 11

    Tabel 1 :JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT

    JENIS KELAMIN, KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI ACEH TAHUN 2014

    12

    dibidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan.

    Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program

    kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.

    Tabel 1 :

    JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF

    DI ACEH TAHUN 2014

    Usia Laki - Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan %

    0 – 14 tahun 791.583 759.052 1.550.635 32

    15 – 64 tahun 1.576.819 1.591.314 3.168.133 65

    + 65 tahun 81.005 107.062 188.067 4

    Jumlah 2.449.407 2.457.428 4.906.835 100

    Dependency Ratio 55 54 55

    Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat

    kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari

    sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor

    pendidikan, sektor ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki

    peranan yang cukup besar.

    Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data

    mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.

    Data penduduk sasaran program sangat diperlukan bagi pengelola

    program terutama untuk menyusun perencanaan (tahunan dan lima

    tahunan) serta evaluasi hasil pencapaian upaya kesehatan yang telah

    dilaksanakan. Dalam perencanaan biasanya diperlukan untuk menghitung

    sasaran, menyusun rencana kegiatan serta kebutuhan sumber daya

    dalam pelaksanaan kegiatan.

    Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, sektor ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar.

    Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan. Data penduduk sasaran program sangat diperlukan bagi pengelola program terutama untuk menyusun perencanaan (tahunan dan lima tahunan) serta evaluasi hasil pencapaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan. Dalam perencanaan biasanya diperlukan untuk menghitung sasaran, menyusun rencana kegiatan serta kebutuhan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan.

    Saat ini angka beban tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Aceh sebesar 55 persen. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Aceh yang produktif, disamping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 55 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka angka beban tanggungan laki - laki sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan.

    6. Rasio Jenis KelaminRasio Jenis Kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk laki -laki per 100

    penduduk perempuan. Penduduk laki - laki Provinsi Aceh tahun 2014 sebesar 2.449.407 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 2.457.428 jiwa. Data tentang rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201412

    gender, terutama yang ada kaitannya dengan perimbangan pembangunan pada laki - laki dan perempuan secara adil.

    Rasio jenis kelamin penduduk Aceh tahun 2014 sebesar 99.7 persen, yang artinya jumlah penduduk laki - laki 0.3 persen lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Nilai ini berarti bahwa setiap 100 perempuan terdapat 99 sampai 100 laki - laki dalam setahun. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kota Banda Aceh yaitu sebesar 106 persen dan yang terkecil terdapat di Kabupaten Pidie yaitu sebesar 93 persen.

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 13

    Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi mortalitas, morbiditas dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat Aceh digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit.

    Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor - faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.

    A. MORTALITAS (Angka Kematian)Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu

    yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA dan AKI.

    1. Angka Kematian Neonatus (AKN)Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah jumlah bayi (usia 0 - 28 hari) yang

    meninggal disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

    Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Dari seluruh kematian balita tahun 2014 sebanyak 1.563 jiwa, proporsi kematian bayi mencapai 93 persen yaitu sebanyak 1.456 jiwa dan anak balita sebanyak 107 jiwa atau sebesar 7 persen. Jika dibandingkan dengan proporsi

    BABIII GAMBARAN UMUM

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201414

    kematian balita pada tahun 2013 sebanyak 1.353 jiwa, terjadi peningkatan sebesar 13,4 persen atau sebanyak 210 jiwa.

    Sebagian besar kematian bayi di dominasi oleh kematian neonatus. Angka Kematian Neonatus (AKN) di Aceh tahun 2014 sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi lebih separuh (68 persen) terhadap jumlah kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan kematian bayi, maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir menjadi prioritas utama.

    2. Angka Kematian Bayi (AKB)Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai

    usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi.

    Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.

    Gambar 5 :

    Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup menurut Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2014

    16

    Gambar 5 :

    Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup menurut Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2014

    Pada gambar di atas dapat dilihat kabupaten/kota dengan AKB

    terendah adalah Kota Banda Aceh sebesar 7 per 1.000 kelahiran hidup, di

    ikuti Kota Sabang sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten

    Aceh Tenggara sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup serta Kabupaten

    Aceh Utara sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup.

    Sedangkan AKB tertinggi terdapat di Kabupaten Simeulue sebesar

    32 per 1.000 kelahiran hidup di ikuti Kabupaten Nagan Raya sebesar 22

    per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar 19

    per 1.000 kelahiran hidup.

    Bila dilihat dari distribusi yang bersumber dari dinas kesehatan

    kabupaten/kota, diketahui jumlah kematian bayi di Aceh tahun 2014

    sebanyak 1.456 jiwa dan jumlah lahir hidup sebanyak 100.088 jiwa.

    79

    1011

    1212

    1313

    141515

    15151616161617

    181819

    2232

    15

    0 5 10 15 20 25 30 35

    BANDA ACEHSABANG

    ACEH TENGGARAACEH UTARA

    LHOKSEUMAWEACEH SELATAN

    ACEH BARATPIDIE JAYA

    ACEH TIMURACEH TAMIANG

    LANGSAACEH SINGKIL

    BENER MERIAHACEH JAYA

    SUBULUSSALAMACEH BESAR

    BIREUENACEH TENGAH

    GAYO LUESPIDIE

    ACEH BARAT DAYANAGAN RAYA

    SIMEULUE

    ACEH

    AKB

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 15

    Pada gambar di atas dapat dilihat kabupaten/kota dengan AKB terendah adalah Kota Banda Aceh sebesar 7 per 1.000 kelahiran hidup, di ikuti Kota Sabang sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup serta Kabupaten Aceh Utara sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup.

    Sedangkan AKB tertinggi terdapat di Kabupaten Simeulue sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup di ikuti Kabupaten Nagan Raya sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.

    Bila dilihat dari distribusi yang bersumber dari dinas kesehatan kabupaten/kota, diketahui jumlah kematian bayi di Aceh tahun 2014 sebanyak 1.456 jiwa dan jumlah lahir hidup sebanyak 100.088 jiwa. Dengan menggunakan definisi operasional yang telah ditetapkan untuk kedua indikator tersebut maka AKB di Aceh tahun 2014 sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup.

    3. Angka Kematian Balita (AKABA)Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum

    mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.

    Gambar 6 :Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup

    17

    Dengan menggunakan definisi operasional yang telah ditetapkan untuk

    kedua indikator tersebut maka AKB di Aceh tahun 2014 sebesar 15 per

    1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang

    hanya sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup.

    3. Angka Kematian Balita (AKABA)

    Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang

    meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai

    angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang

    terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5

    tahun.

    Gambar 6 :

    Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup

    Salah satu tujuan MDGs adalah menurunkan jumlah kematian

    Anak dengan menghitung AKB dan AKABA di suatu Negara. Upaya

    percepatan penurunan AKB dan AKABA menjadi prioritas Kementerian

    Kesehatan RI dan secara konsisten menjadi Rencana Aksi Daerah (RAD)

    10 9

    12

    1416

    0

    3

    6

    9

    12

    15

    18

    2010 2011 2012 2013 2014

    AKABA di Aceh tahun 2010 - 2014

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201416

    Salah satu tujuan MDGs adalah menurunkan jumlah kematian Anak dengan menghitung AKB dan AKABA di suatu Negara. Upaya percepatan penurunan AKB dan AKABA menjadi prioritas Kementerian Kesehatan RI dan secara konsisten menjadi Rencana Aksi Daerah (RAD) seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Upaya ini dilakukan dengan kegiatan program yang fokus, terintegrasi secara sektoral dan berkesinambungan sehingga berdampak ungkit besar terhadap penurunan AKB dan AKABA di Aceh.

    Gambar 7 :

    Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Berdasarkan hasil estimasi pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa kabupaten/kota dengan AKABA terendah terdapat di Kota Banda Aceh sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup, di ikuti oleh Kabupaten Aceh Utara sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan kabupaten/kota dengan AKABA tertinggi adalah Kabupaten Simeulue sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup di ikuti oleh Kabupaten Nagan Raya sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Gayo Lues beserta Kabupaten Pidie masing - masing sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup.

    AKABA yang dilaporkan di Aceh tahun 2014 adalah sebesar 16 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa dari 1.000 balita lahir hidup terdapat 16 balita yang meninggal dalam setahun.

    18

    seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Upaya ini dilakukan dengan kegiatan

    program yang fokus, terintegrasi secara sektoral dan berkesinambungan

    sehingga berdampak ungkit besar terhadap penurunan AKB dan AKABA

    di Aceh.

    Gambar 7 :

    Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Berdasarkan hasil estimasi pada tingkat kabupaten/kota, diketahui

    bahwa kabupaten/kota dengan AKABA terendah terdapat di Kota Banda

    Aceh sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup, di ikuti oleh Kabupaten Aceh

    Utara sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan kabupaten/kota

    dengan AKABA tertinggi adalah Kabupaten Simeulue sebesar 36 per

    1.000 kelahiran hidup di ikuti oleh Kabupaten Nagan Raya sebesar 23 per

    1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Gayo Lues beserta Kabupaten Pidie

    masing - masing sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup.

    8111212

    131313

    1414

    161616

    1717171718

    19192020

    2336

    16

    0 5 10 15 20 25 30 35 40

    BANDA ACEHACEH UTARA

    SABANGACEH TENGGARA

    PIDIE JAYAACEH SELATAN

    LHOKSEUMAWEACEH BARATACEH TIMUR

    LANGSAACEH TAMIANGSUBULUSSALAM

    ACEH TENGAHACEH BESAR

    BENER MERIAHACEH JAYA

    BIREUENACEH SINGKIL

    ACEH BARAT DAYAPIDIE

    GAYO LUESNAGAN RAYA

    SIMEULUE

    ACEH

    AKABA

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 17

    4. Angka Kematian Ibu (AKI)Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam

    menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah ibu yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

    AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

    Gambar 8 :Proporsi Kematian Ibu Menurut Keadaan

    Gambar di atas menunjukkan, proporsi kematian ibu saat ini masih di dominasi oleh kematian ibu nifas yaitu sebanyak 71 ibu atau 48 persen, di ikuti kematian ibu bersalin sebanyak 50 ibu atau 33 persen dan kematian ibu dalam keadaan hamil sebanyak 28 ibu atau 19 persen.

    Perhitungan AKI disetiap kabupaten/kota sulit dilakukan, karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada kemungkinan under reported. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional di fasilitas kesehatan, serta meningkatkan penggunaan kontrasepsi paska persalinan dan penanganan komplikasi maternal.

    19

    AKABA yang dilaporkan di Aceh tahun 2014 adalah sebesar 16 per 1.000

    kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa dari 1.000 balita lahir hidup terdapat

    16 balita yang meninggal dalam setahun.

    4. Angka Kematian Ibu (AKI)

    Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting

    dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan

    jumlah ibu yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait

    dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk

    kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan

    dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan

    lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

    AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait

    dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara

    umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.

    Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya

    indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

    Gambar 8 :

    Proporsi Kematian Ibu Menurut Keadaan

    19%

    33%

    48%

    bumilbulinbufas

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201418

    Gambar 9 :Jumlah Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Jumlah kematian ibu tahun 2014 yang dilaporkan adalah 149 ibu dari perhitungan AKI di Aceh sebesar 148,9 per 100.000 Lahir hidup. Bila dibandingkan pada tahun 2013, terjadi penurunan dari 157,6 per 100.000 lahir hidup menjadi 148,9 per 100.000 lahir hidup. Daerah terbanyak memberi kontribusi kematian ibu di Aceh adalah Kabupaten Aceh Utara sejumlah 29 kematian ibu di ikuti oleh Kabupaten Aceh Timur sejumlah 11 kematian ibu dan Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara, serta Kabupaten Pidie masing - masing menyumbang 10 kematian ibu.

    B. MORBIDITAS (Angka Kesakitan)Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu

    penyakit yang terjadi dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Data mengenai penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian, merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat.

    1. CNR Kasus Baru BTA (+) dan CNR seluruh Kasus TBTuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

    Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat

    20

    Gambar di atas menunjukkan, proporsi kematian ibu saat ini masih

    di dominasi oleh kematian ibu nifas yaitu sebanyak 71 ibu atau 48 persen,

    di ikuti kematian ibu bersalin sebanyak 50 ibu atau 33 persen dan

    kematian ibu dalam keadaan hamil sebanyak 28 ibu atau 19 persen.

    Perhitungan AKI disetiap kabupaten/kota sulit dilakukan, karena

    jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada

    kemungkinan under reported. Upaya efektif untuk menurunkan angka

    kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh

    tenaga kesehatan profesional di fasilitas kesehatan, serta meningkatkan

    penggunaan kontrasepsi paska persalinan dan penanganan komplikasi

    maternal.

    Gambar 9 :

    Jumlah Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Jumlah kematian ibu tahun 2014 yang dilaporkan adalah 149 ibu

    dari perhitungan AKI di Aceh sebesar 148,9 per 100.000 Lahir hidup. Bila

    dibandingkan pada tahun 2013, terjadi penurunan dari 157,6 per 100.000

    lahir hidup menjadi 148,9 per 100.000 lahir hidup. Daerah terbanyak

    2

    10

    1

    10 11

    6 63

    107

    29

    24

    95

    75 4 5

    14 4 4

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 19

    diukur dengan case notification rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).

    Case Notification Rate (CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA +) sebanyak 4.062 kasus. Hal ini meningkat bila dibandingkan kasus baru BTA (+) yang ditemukan tahun 2013 sebesar 3.815 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen. Kasus baru BTA (+) di tiga kabupaten tersebut menyumbang 9 persen dari jumlah seluruh kasus baru di Aceh, di ikuti Kabupaten Aceh Besar dan Pidie yaitu sebesar 8 persen.

    Menurut jenis kelamin, kasus BTA (+) pada laki - laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu hampir 1,86 kali dibandingkan kasus BTA (+) pada perempuan. Hal ini disebabkan kebiasaan laki - laki yang sering keluar rumah, sehingga kemungkinan banyak terpapar dengan udara dan terhirup doplet yang mengandung kuman TBC. Disparitas paling tinggi antara laki - laki dan perempuan terjadi di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Jaya dan Kota Langsa, kasus pada laki - laki hampir tiga kali lipat dari kasus pada perempuan.

    Gambar 10 :CNR kasus BTA (+) dan seluruh kasus TB tahun 2010 - 2014

    22

    dibandingkan kasus baru BTA (+) yang ditemukan tahun 2013 sebesar

    3.815 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Kota

    Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen. Kasus baru BTA (+)

    di tiga kabupaten tersebut menyumbang 9 persen dari jumlah seluruh

    kasus baru di Aceh, di ikuti Kabupaten Aceh Besar dan Pidie yaitu

    sebesar 8 persen.

    Menurut jenis kelamin, kasus BTA (+) pada laki - laki lebih tinggi

    daripada perempuan yaitu hampir 1,86 kali dibandingkan kasus BTA (+)

    pada perempuan. Hal ini disebabkan kebiasaan laki - laki yang sering

    keluar rumah, sehingga kemungkinan banyak terpapar dengan udara dan

    terhirup doplet yang mengandung kuman TBC. Disparitas paling tinggi

    antara laki - laki dan perempuan terjadi di Kabupaten Aceh Tenggara,

    Kabupaten Aceh Jaya dan Kota Langsa, kasus pada laki - laki hampir tiga

    kali lipat dari kasus pada perempuan.

    Gambar 10 :

    CNR kasus BTA (+) dan seluruh kasus TB tahun 2010 - 2014

    Gambar diatas menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru

    BTA (+) dan angka notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk

    dari tahun 2010 - 2014. Angka notifikasi kasus BTA (+) pada tahun 2014

    80 76

    9680 83

    8196 99

    84

    106

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    2010 2011 2012 2013 2014

    per 1

    00.0

    00 p

    endu

    duk

    kasus TB BTA+semua kasus TB

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201420

    Gambar diatas menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru BTA (+) dan angka notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk dari tahun 2010 - 2014. Angka notifikasi kasus BTA (+) pada tahun 2014 di Aceh sebesar 83 per 100.000 penduduk. Adapun angka notifikasi seluruh kasus TB pada tahun 2014 di Aceh sebesar 106 per 100.000 penduduk.

    Tabel 2 :

    Jumlah Kasus Baru TB BTA (+), Seluruh Kasus TB dan Kasus TB pada Anak menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Pada tabel di atas dapat dilihat proporsi kasus TB anak umur 0-14 tahun berjumlah 73 penderita atau sebesar 1.4 persen dari seluruh kasus TB di Aceh. Penyumbang terbanyak berasal dari Kabupaten Aceh Timur sejumlah 25 penderita, di ikuti Aceh Barat

    23

    di Aceh sebesar 83 per 100.000 penduduk. Adapun angka notifikasi

    seluruh kasus TB pada tahun 2014 di Aceh sebesar 106 per 100.000

    penduduk.

    Tabel 2 :

    Jumlah Kasus Baru TB BTA (+), Seluruh Kasus TB dan Kasus TB pada Anak menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Kabupaten/ Kota Kasus TB BTA (+) semua

    kasus TB

    Kasus TB anak 0-14

    tahun

    BTA (+) diobati

    SIMEULUE 63 148 2 83 ACEH SINGKIL 114 120 1 89 ACEH SELATAN 172 276 4 130 ACEH TENGGARA 150 178 2 149 ACEH TIMUR 279 352 25 269 ACEH TENGAH 42 49 0 49 ACEH BARAT 127 233 8 82 ACEH BESAR 318 337 8 260 PIDIE 340 394 4 365 BIREUEN 353 451 1 309 ACEH UTARA 361 414 2 392 ACEH BARAT DAYA 296 318 1 244 GAYO LUES 45 184 0 33 ACEH TAMIANG 201 211 4 211 NAGAN RAYA 72 83 1 75 ACEH JAYA 54 91 1 57 BENER MERIAH 46 58 1 27 PIDIE JAYA 182 205 1 205 BANDA ACEH 199 345 4 284 SABANG 35 35 0 25 LANGSA 102 152 1 97 LHOKSEUMAWE 369 382 1 271 SUBULUSSALAM 142 173 1 122

    TOTAL 4.062 5.189 73 3.828

    Pada tabel diatas dapat dilihat proporsi kasus TB anak umur 0-14

    tahun berjumlah 73 penderita atau sebesar 1.4 persen dari seluruh kasus

    TB di Aceh. Penyumbang terbanyak berasal dari Kabupaten Aceh Timur

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 21

    dan Aceh Besar yang masing - masing menyumbang 8 penderita. Adapun dua puluh kabupaten/kota lainnya menyumbang antara 1 sampai 4 penderita.

    Proporsi pasien baru BTA (+) di antara semua kasus TB paru, menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati.

    2. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA (+)Salah satu upaya untuk mengendalikan TB Paru yaitu dengan pengobatan. Indikator

    yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

    Gambar 11 :Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru BTA (+) tahun 2010 - 2014

    Pada tahun 2014, persentase sembuh sebesar 84 persen dan persentase pengobatan lengkap sebesar 6 persen. Success Rate mengindikasikan persentase pasien baru TB paru yang menyelesaikan pengobatan, baik sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap di antara pasien baru TB paru BTA (+) yang tercatat. Success Rate sudah mencapai 90 persen. Angka ini dapat secara langsung dipantau serta akurat dalam kontrol pasien yang diobati melalui DOTS (directly observed treatment short-course). Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi resiko penyebarannya.

    24

    sejumlah 25 penderita, di ikuti Aceh Barat dan Aceh Besar yang masing -

    masing menyumbang 8 penderita. Adapun dua puluh kabupaten/kota

    lainnya menyumbang antara 1 sampai 4 penderita.

    Proporsi pasien baru BTA (+) di antara semua kasus TB paru,

    menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara

    seluruh pasien TB paru yang diobati.

    2. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA (+)

    Salah satu upaya untuk mengendalikan TB Paru yaitu dengan

    pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan

    yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan

    pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan

    lengkap.

    Gambar 11 :

    Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru BTA (+) tahun 2010 - 2014

    Pada tahun 2014, persentase sembuh sebesar 84 persen dan

    persentase pengobatan lengkap sebesar 6 persen. Success Rate

    9391

    94

    82

    90

    72

    80

    88

    96

    2010 2011 2012 2013 2014

    SUCCESS RATE TB PARU BTA (+)

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201422

    BTA (+) diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA (+) dengan OAT selama 6 bulan. Penderita TB Paru BTA (+) sembuh adalah penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB paru, dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif). Pengobatan lengkap adalah pasien baru TB BTA (+) yang telah menjalani pengobatan dengan OAT secara lengkap tanpa di dukung pemeriksaan ulang dahak.

    Gambar 12 :

    Tuberkulosis BTA (+) dengan pengobatan dan hasilnya, pada laki - laki dan perempuan di Aceh, 2014

    Pada gambar di atas dapat dilihat dari semua penderita TB yang diobati sembuh, laki - laki yang mendapat pengobatan lengkap berjumlah 153 yaitu 6 persen dari 2.469 kasus BTA (+) diobati, adapun perempuan yang mendapat pengobatan lengkap berjumlah 73 yaitu 5 persen dari 1.359 kasus BTA (+) diobati.

    3. Persentase Balita dengan Pneumonia ditanganiPneumonia adalah penyakit pada paru - paru di mana pulmonary alveolus (alveoli)

    yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang ini disebabkan oleh kuman pneumococcus, staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak - anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

    25

    mengindikasikan persentase pasien baru TB paru yang menyelesaikan

    pengobatan, baik sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap di

    antara pasien baru TB paru BTA (+) yang tercatat. Success Rate sudah

    mencapai 90 persen. Angka ini dapat secara langsung dipantau serta

    akurat dalam kontrol pasien yang diobati melalui DOTS (directly observed

    treatment short-course). Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan

    penanganan kasus infeksi akan membatasi resiko penyebarannya.

    BTA (+) diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru

    TB BTA (+) dengan OAT selama 6 bulan. Penderita TB Paru BTA (+)

    sembuh adalah penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan

    anti TB paru, dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya

    menunjukkan 2 kali negatif). Pengobatan lengkap adalah pasien baru TB

    BTA (+) yang telah menjalani pengobatan dengan OAT secara lengkap

    tanpa di dukung pemeriksaan ulang dahak.

    Gambar 12 :

    Tuberkulosis BTA (+) dengan pengobatan dan hasilnya, pada laki - laki dan perempuan di Aceh, 2014

    Pada gambar di atas dapat dilihat dari semua penderita TB yang

    diobati sembuh, laki - laki yang mendapat pengobatan lengkap berjumlah

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    LK PR

    2469

    1359

    1983

    1236

    153 73

    BTA+ diobatidiobati sembuhdiobati lengkap

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 23

    Gambar 13 :Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Aceh tahun 2014

    Cakupan penemuan pneumonia pada balita di Aceh pada tahun 2014 sebesar 5.47 persen dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 2.451 kasus. Adapun perkiraan pneumonia pada balita di Aceh berjumlah 44.792 kasus. Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita yaitu 10 persen dari jumlah balita pada wilayah dan kurun waktu yang sama.

    4. Jumlah Kasus HIV/AIDS dan SYPHILISHIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

    Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

    Gambar 14 :Proporsi kasus baru AIDS menurut jenis kelamin di Aceh, 2014

    26

    153 yaitu 6 persen dari 2.469 kasus BTA (+) diobati, adapun perempuan

    yang mendapat pengobatan lengkap berjumlah 73 yaitu 5 persen dari

    1.359 kasus BTA (+) diobati.

    3. Persentase Balita dengan Pneumonia ditangani

    Pneumonia adalah penyakit pada paru - paru di mana pulmonary

    alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari

    atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang ini disebabkan oleh

    kuman pneumococcus, staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala

    penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,

    mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang

    pneumonia adalah anak - anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih

    dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,

    gangguan imunologi).

    Gambar 13 :

    Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Aceh tahun 2014

    Cakupan penemuan pneumonia pada balita di Aceh pada tahun

    2014 sebesar 5.47 persen dengan jumlah kasus yang ditemukan

    sebanyak 2.451 kasus. Adapun perkiraan pneumonia pada balita di Aceh

    010000200003000040000

    50000

    perkiraan pneumoniapada balita pneumonia pada balita

    ditangani

    44792

    2451 (5,47 %)

    27

    berjumlah 44.792 kasus. Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita

    yaitu 10 persen dari jumlah balita pada wilayah dan kurun waktu yang

    sama.

    4. Jumlah Kasus HIV/AIDS dan SYPHILIS

    HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

    infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan

    tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan

    ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai

    macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih

    dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di

    masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan

    Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei

    Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

    Gambar 14 :

    Proporsi kasus baru AIDS menurut jenis kelamin di Aceh, 2014

    Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2014

    pada kelompok laki - laki 2,7 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok

    perempuan. Gambar diatas menunjukkan, proporsi penderita AIDS pada

    Laki - laki41

    73 %

    Perempuan15

    27 %

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201424

    Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2014 pada kelompok laki - laki 2,7 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan. Gambar diatas menunjukkan, proporsi penderita AIDS pada laki - laki lebih tinggi sebesar 73 persen yaitu sebanyak 41 kasus dibandingkan pada perempuan sebesar 27 persen yaitu sebanyak 15 kasus.

    Gambaran kasus baru AIDS di Aceh menurut kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 25 sampai dengan 49 tahun yaitu sebanyak 47 kasus atau sebesar 84 persen. Proporsi seluruh kematian akibat AIDS sebanyak 10 orang yaitu 80 persen pada laki - laki dan 20 persen perempuan.

    Untuk penyakit Syphilis, menurut jenis kelamin terdapat 41 kasus pada laki dan 4 kasus pada perempuan dengan proporsi 91 pada laki - laki dan 9 pada perempuan. Sementara menurut kelompok umur, penyakit syphilis lebih banyak terjadi pada umur diatas 50 tahun yaitu sebanyak 40 kasus atau sebesar 88,9 persen di ikuti kelompok umur 25 sampai dengan 49 tahun sebanyak 5 kasus yaitu sebesar 11,1 persen.

    5. Kasus Diare Ditemukan dan DitanganiDiare merupakan penyakit endemis dan juga merupakan penyakit potensial KLB

    yang sering disertai dengan kematian. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya atau bila buang air besar lebih dari tiga kali dan berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan Penanganan Kasus diare pada kabupaten/kota di Aceh belum maksimal, masih banyak terjadinya kasus diare yang belum mendapatkan pelayanan yang memadai.

    Salah satu penyebab diare pada masyarakat adalah prilaku hidup sehat yang belum baik, masih banyak sampah yang di buang bukan pada tempatnya, buang air besar tidak di jamban serta kebiasaan minum air mentah dan makan yang tidak didahului dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Penderita diare yang ditangani adalah Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader pada suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader adalah 10 persen dari angka kesakitan dikali dengan jumlah penduduk disatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Sementara Angka kesakitan adalah angka kesakitan nasional yaitu sebesar 411/1000 penduduk.

    Gambar dibawah ini menunjukan cakupan penanganan kasus diare, dari 201.671 perkiraan kasus diare ditemukan hanya 89.447 penderita yang ditangani atau sebesar 44,35 persen.

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 25

    Gambar 15 :Cakupan Penanganan Kasus Diare di Aceh tahun 2014

    6. Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 PendudukPenyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen yang

    disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2 - 3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2 - 5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.

    Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, yang mengakibatkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan

    kelemahan/kelumpuhan ototc. Adanya kuman tahan asam didalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif)

    Gambar 16 :

    Jumlah Kasus Baru Kusta dan Angka Penemuan Kasus Kusta di Aceh tahun 2014

    29

    datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader pada suatu wilayah

    tertentu dalam waktu satu tahun. Perkiraan jumlah penderita diare yang

    datang ke sarana kesehatan dan kader adalah 10 persen dari angka

    kesakitan dikali dengan jumlah penduduk disatu wilayah kerja dalam

    waktu satu tahun. Sementara Angka kesakitan adalah angka kesakitan

    nasional yaitu sebesar 411/1000 penduduk.

    Gambar dibawah ini menunjukan cakupan penanganan kasus

    diare, dari 201.671 perkiraan kasus diare ditemukan hanya 89.447

    penderita yang ditangani atau sebesar 44,35 persen.

    Gambar 15 :

    Cakupan Penanganan Kasus Diare di Aceh tahun 2014

    6. Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 Penduduk

    Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit

    Hansen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini

    mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2 - 3 minggu. Daya

    tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman

    kusta memiliki masa inkubasi 2 - 5 tahun bahkan juga dapat memakan

    waktu lebih dari 5 tahun.

    050000

    100000150000200000250000

    jumlah perkiraankasus

    diare ditangani

    201671

    89447 (44,35 %)

    30

    Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta

    menjadi progresif, yang mengakibatkan kerusakan permanen pada kulit,

    saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan

    adanya kondisi sebagai berikut :

    a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.

    b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa

    mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot

    c. Adanya kuman tahan asam didalam kerokan jaringan kulit (BTA

    Positif)

    Gambar 16 :

    Jumlah Kasus Baru Kusta dan Angka Penemuan Kasus Kusta di Aceh tahun 2014

    Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler

    sebanyak 436 kasus atau 75 persen dan tipe Pausi Basiler sebanyak 145

    atau 25 persen dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar

    11,84 per 100.000 penduduk. Data ini lebih rendah dibandingkan tahun

    2013 dimana kasus baru kusta dilaporkan sebanyak 620 kasus, 71 persen

    di antaranya merupakan kasus tipe Multi Basiler dan 29 persen tipe Pausi

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    Pausi BasilerMulti Basiler

    NCDR

    145

    436

    11,84 %

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201426

    Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak 436 kasus atau 75 persen dan tipe Pausi Basiler sebanyak 145 atau 25 persen dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 11,84 per 100.000 penduduk. Data ini lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dimana kasus baru kusta dilaporkan sebanyak 620 kasus, 71 persen di antaranya merupakan kasus tipe Multi Basiler dan 29 persen tipe Pausi Basiler. NCDR adalah Kasus kusta yang baru ditemukan pada kurun waktu tertentu per 100.000 penduduk. Prevalensi kusta adalah jumlah keseluruhan penderita kusta yang menimpa penduduk pada periode waktu tertentu. Angka prevalensi kusta di Aceh tahun 2014 sebesar 1,29 per 10.000 penduduk. Proporsi kusta menurut jenis kelamin, 60 persen penderita berjenis kelamin laki - laki dan 40 persen perempuan.

    Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat II. Angka cacat tingkat II pada tahun 2014 sebesar 1,4 per 100.000 penduduk, menurun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 2 per 100.000 penduduk.

    Gambar 17 :

    Angka cacat tingkat II kusta per 100.000 penduduk menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Kabupaten/kota dengan angka cacat tingkat II penderita kusta tertinggi pada tahun 2014 yaitu Kabupaten Aceh Barat sebesar 6 per 100.000 penduduk di ikuti Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 4 per 100.000 penduduk dan Kabupaten Bireuen, Aceh Barat Daya, Gayo Lues beserta Kabupaten Nagan Raya yang masing - masing sebesar 3 per

    31

    Basiler. NCDR adalah Kasus kusta yang baru ditemukan pada kurun

    waktu tertentu per 100.000 penduduk. Prevalensi kusta adalah jumlah

    keseluruhan penderita kusta yang menimpa penduduk pada periode

    waktu tertentu. Angka prevalensi kusta di Aceh tahun 2014 sebesar 1,29

    per 10.000 penduduk. Proporsi kusta menurut jenis kelamin, 60 persen

    penderita berjenis kelamin laki - laki dan 40 persen perempuan.

    Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan

    deteksi kasus sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan

    keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat

    tingkat II. Angka cacat tingkat II pada tahun 2014 sebesar 1,4 per

    100.000 penduduk, menurun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar

    2 per 100.000 penduduk.

    Gambar 17 :

    angka cacat tingkat II kusta per 100.000 penduduk menurut Kabupaten/Kota tahun 2014

    Kabupaten/kota dengan angka cacat tingkat II penderita kusta

    tertinggi pada tahun 2014 yaitu Kabupaten Aceh Barat sebesar 6 per

    100.000 penduduk di ikuti Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 4 per

    0 0

    2

    4

    1

    0

    6

    0

    1

    3

    1

    33

    0

    3

    2

    01

    0 0 0

    2

    00

    2

    4

    6

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 27

    100.000 penduduk. Hal itu menunjukkan kemampuan mendeteksi kasus baru kusta di ke enam kabupaten/kota tersebut masih rendah.

    Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) diantara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2014 sebesar 12 persen atau sebanyak 68 kasus. Sedangkan proporsi anak diantara penderita baru pada tahun 2014 sebesar 13 persen yaitu sebanyak 75 kasus.

    Gambar 18 :

    Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Cacat Tingkat II Penderita Kusta di Aceh tahun 2014

    7. Persentase Penderita Kusta Selesai BerobatPenderita kusta yang selesai berobat atau RFT (Release From Treatment) adalah

    penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada RFT PB sasarannya adalah penderita kusta PB yang diobati pada tahun lalu. Sedangkan pada RFT MB yang diobati adalah penderita kusta MB yang diobati 2 tahun sebelumnya.

    Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda - tanda penyakit jadi kurang aktif sampai akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman maka sumber penularan dari penderita

    32

    100.000 penduduk dan Kabupaten Bireuen, Aceh Barat Daya, Gayo Lues

    beserta Kabupaten Nagan Raya yang masing - masing sebesar 3 per

    100.000 penduduk. Hal itu menunjukkan kemampuan mendeteksi kasus

    baru kusta di ke enam kabupaten/kota tersebut masih rendah.

    Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi

    rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat

    penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi penderita kusta

    pada anak (0-14 tahun) diantara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II

    pada tahun 2014 sebesar 12 persen atau sebanyak 68 kasus. Sedangkan

    proporsi anak diantara penderita baru pada tahun 2014 sebesar 13 persen

    yaitu sebanyak 75 kasus.

    Gambar 18 :

    Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Cacat Tingkat II Penderita Kusta di Aceh tahun 2014

    7. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat

    Penderita kusta yang selesai berobat atau RFT (Release From

    Treatment) adalah penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan tepat

    11

    12

    13

    Kasus Baru Kusta 0-14 tahuncacat Tk. II Penderita Kusta

    13 %

    12 %

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201428

    terutama tipe Multi Basiler (MB) ke orang lain terputus. Sementara penderita yang sudah dalam keadaan cacat permanen, pengobatan hanya dapat mencegah cacat lebih lanjut.

    Gambar 19 :

    Persentase Penderita Kusta PB dan MB Selesai Berobat di Aceh tahun 2010 s/d 2014

    8. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa ada beberapa penyakit yang dapat

    dicegah dengan imunisasi di antaranya :a. Penyakit Campak

    Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak - anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.

    Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 1.735 kasus campak, data ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 912 kasus. Incidence Rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 35 per 100.000 penduduk meningkat bila dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 19 per 100.000 penduduk.

    33

    waktu di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada RFT PB

    sasarannya adalah penderita kusta PB yang diobati pada tahun lalu.

    Sedangkan pada RFT MB yang diobati adalah penderita kusta MB yang

    diobati 2 tahun sebelumnya.

    Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman

    kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda - tanda

    penyakit jadi kurang aktif sampai akhirnya hilang. Dengan hancurnya

    kuman maka sumber penularan dari penderita terutama tipe Multi Basiler

    (MB) ke orang lain terputus. Sementara penderita yang sudah dalam

    keadaan cacat permanen, pengobatan hanya dapat mencegah cacat lebih

    lanjut.

    Gambar 19 :

    Persentase Penderita Kusta PB dan MB Selesai Berobat di Aceh tahun 2010 s/d 2014

    8. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

    Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa ada beberapa

    penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di antaranya :

    32

    10988 82 73

    40

    88 85

    69 69

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    0

    60

    120

    180

    2010 2011 2012 2013 2014

    RFT PB RFT MB

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 2014 29

    Gambar 20 :Proporsi Kasus Campak menurut Jenis Kelamin

    b. Penyakit Tetanus Neonatorum.Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani yang masuk ke tubuh

    melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum banyak ditemukan di daerah dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.

    Tahun 2014 dilaporkan terdapat 4 kasus Tetanus Neonatorum dengan jumlah meninggal 2 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum di Aceh pada tahun 2014 sebesar 50 persen, menurun dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 67 persen. Kasus yang meninggal tersebut dilaporkan dari Kabupaten Pidie.

    c. Penyakit DifteriDifteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang

    sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak - anak usia 1-10 tahun. Jumlah kasus difteri pada tahun 2014 sebanyak 5 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 1 kasus sehingga CFR difteri sebesar 20 persen. Kasus yang meninggal tersebut dilaporkan dari Kabupaten Aceh Besar.

    Dari ke empat kabupaten/kota yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu sebanyak 2 kasus atau sebesar 40 persen.

    d. Penyakit Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis)Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga

    penderita mengalami kelumpuhan. Pada umumnya menyerang anak berusia 0 - 3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan.

    34

    a. Penyakit Campak

    Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan

    Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah

    terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian

    besar kasus campak menyerang anak - anak usia pra sekolah dan usia

    SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan

    mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.

    Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 1.735 kasus campak, data ini

    lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 912 kasus. Incidence

    Rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 35 per 100.000 penduduk

    meningkat bila dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 19 per 100.000

    penduduk.

    Gambar 20 :

    Proporsi Kasus Campak menurut Jenis Kelamin

    b. Penyakit Tetanus Neonatorum.

    Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani yang

    masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang

    salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang

    tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum banyak ditemukan di daerah

    dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.

    Laki - Laki48%Perempuan

    52%

  • Profil Kesehatan Aceh Tahun 201430

    AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Pada tahun 2014 non polio AFP Rate di Aceh sebesar 3,16/100.000 populasi anak < 15 tahun.

    9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

    oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

    Gambar 21 :Incidence Rate DBD per 100.000 Penduduk

    Pada tahun 2014, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 2.211 kasus dengan jumlah kematian 8 orang (Incidence Rate/ Angka kesakitan = 45 per 100.000 penduduk dan CFR/ angka kematian = 0,4 persen). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 1.359 kasus dengan IR sebesar 28,4 per 100.000 penduduk.

    Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2 persen. Dengan demikian

    36

    9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

    disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia

    melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau

    Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan

    dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan

    kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

    Gambar 21 :

    Incidence Rate DBD per 100.000 Penduduk

    Pada tahun 2014, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak

    2.211 kasus dengan jumlah kematian 8 orang (Incidence Rate/ Angka

    kesakitan = 45 per 100.000 penduduk dan CFR/ angka kematian = 0,4

    persen). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2014 dibandingkan

    tahun 2013 yang berjumlah 1.359 kasus dengan IR sebesar 28,4 per

    100.000 penduduk.

    Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2 persen.

    Dengan demikian pada tahun 2014 terdapat satu kabupaten yang memiliki

    182 180

    120

    68 68 64 58 54 46 40 39 32 22 14 14 11 13 10 8 2 2 1 0

    45