evidence based medicine

4
EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Fetomaternal Dosen Pembimbing Ika Yudianti, SST., M.Keb Disusun Oleh:’ Kelompok IV Riza Khutmi Fauziyah Septi Wulan Rarasari Tri Ajeng Annisa Airlangga Viona Firdausi Wiliarisa Prita Purwanti Yovinsa Widya Putri Akimas KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

Upload: yovinsa-widya-putri-akimas

Post on 11-Aug-2015

144 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evidence Based Medicine

EVIDENCE BASED MEDICINE

(EBM)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Fetomaternal

Dosen Pembimbing

Ika Yudianti, SST., M.Keb

Disusun Oleh:’

Kelompok IV

Riza Khutmi Fauziyah

Septi Wulan Rarasari

Tri Ajeng Annisa Airlangga

Viona Firdausi

Wiliarisa Prita Purwanti

Yovinsa Widya Putri Akimas

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN KLINIK MALANG

2012

Page 2: Evidence Based Medicine

Untuk mengetahui apakah sebuah artikel ataupun jurnal dapat dikatakan relevan atau dapat diterapkan dalam EBM, maka perlu dilakukan analisa untuk mengetahui apakah artikel atau jurnal tersebut dapat menjawab pertanyaan klinis. Berdasarkan hal tersebut, maka analisa dari jurnal diatas adalah sebagai berikut:

Judul Jurnal : Pemberian Suplemen Kalsium Selama Masa Kehamilan Untuk Mencegah Gangguan Tekanan Darah Tinggi Dan Problem-Problem Terkait

Patient Problem : Ibu Hamil, Manfaat Terapi

Intervention : Pemberian kalsium sebagai suplemen

Comparison : Pemberian placebo sebagai suplemen

Outcome : Tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan problem-problem terkait

Tidak semua sumber bukti memberikan kualitas bukti yang sama. Nilai dari suatu bukti ditentukan oleh 2 hal yaitu desain riset dan kualitas pelaksanaan riset. Dalam aspek efektifitas terapi, bukti yang memiliki nilai tertinggi (excellent evidence) berasal dari kajian sistematis (sistematic review) dari sejumlah randomized controlled trial (RCT) dan bukti yang buruk berasal dari pendapat pakar. Jurnal ini menggunakan metode RCT dalam penelitiannya, sehingga dari segi efektifitas dapat dikatakan bahwa jurnal ini termasuk dalam katagori efektif.

Selanjutnya dilakukan penilaian kritis (critical appraisal) menyangkut (-VIA/ validity, importance, acceptability).

a. Validity Validitas bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari cara peneliti memilih subyek/sampel penelitian, cara mengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang disebut faktor perancu (confounding factor). Dalam jurnal ini peneliti menggunakan metode RCT dengan teknik double blind. Ada 2 variabel dalam penelitian ini, variabel dependen berupa pemberian kalsium dan variabel independen berupa tekanan darah tinggi dan problem-problem terkait. Variabel dependen dalam penelitian ini diberikan dalam satuan gram/hari sedangkan untuk variabel independennya tidak disebutkan dengan jelas alat ukur maupun instrumen yang digunakan. Selain kedua variabel tersebut, sebenarnya ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi selain pemberian kalsium, namun faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan oleh peneliti. Peneliti hanya menyebutkan adanya resiko rendah dan resiko tinggi namun kriteria dari penggolongan resiko rendah dan resiko tinggi tidak dijelaskan.

b. Importance Suatu intervensi disebut penting hanya jika mampu memberikan perubahan secara klinis maupun statistik signifikan, tidak bisa hanya secara klinis signifikan atau hanya secara statistik signifikan. Berdasarkan hasil dari penelitian dalam jurnal ini, terlihat adanya perubahan secara klinis maupun statistik secara signifikan dari intervensi yang diberikan.

Page 3: Evidence Based Medicine

c. Acceptability Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. Kemampuan penerapan intervensi dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kesesuaian antara karakteristik populasi pasien dalam riset dan pasien ditempat praktik, kesesuaian antara variabel hasil yang diteliti dalam riset dan hasil yang diinginkan pada pasien (perbaikan klinis), acceptabilitas dan kepatuhan pasien, keamanan (jangka pendek maupun jangka panjang), biaya, cost effectiveness, fisibilitas (kelayakan), perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya, preferensi pasien, akseptabilitas sosial. Begitu pula hasil dari penelitian ini, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum diterapkan. Salah satu isunya adalah ketersediaan biologis kalsium dari suplemen, yang bergantung pada apakah suplemen dikonsumsi dengan makanan, apakah suplemen bisa larut, dan pada ukuran dosis. Menurut peneliti pemberian setidaknya 1 gr/hari (rekomendasi WHO 1,5-2 gr/hari) selama masa kehamilan dapat menurunkan resiko tekanan darah tinggi dan beberapa problem yang terkait. Namun dosis yang lebih tinggi dari 500 mg/hari diserap secara kurang efisien jika dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. Kalsium juga berinteraksi dengan zinc, magnesium dan fosfor yang semuanya merupakan mikronutrien penting yang dibutuhkan selama kehamilan. Kalsium menghambat absorpsi besi dan hal ini tergantung pada dosis dan bisa jenuh pada dosis tertentu. Selain itu untuk mencegah sindrom HELLP ukuran-ukuran lain seperti proteinuria harus dimonitor secara lebih dekat. Kegagalan implementasi intervensi dalam banyak kasus disebabkan oleh tidak memadainya infrastuktur dan layanan yang buruk, terutama di negara-negara sedang berkembang. Pemutakhiran panduan terkini membutuhkan bukan hanya penilaian atas bukti yang dimiliki, namun juga kontekstualisasi rekomendasi, baik dalam kerangka kelayakan dan efektifitas biaya. Baru-baru ini diusulkan bahwa hipertensi selama kehamilan merupakan hasil dari perubahan implantasi, maka pemberian suplemen kalsium haruslah dimulai secara perikonsepsional atau setidaknya selama trimester pertama kehamilan. Memperbesar penyerapan kalsium diet mungkin merupakan sebuah langkah intervensi yang lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pemberian suplemen kalsium, hanya saja, efek-efek dari langkah-langkah intervensi tersebut masih harus dikaji.