evaluasi swasembada beras di kecamatan jaten tahun … · overlay. sampel digunakan untuk uji...

129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2009 Skripsi oleh: Fajar Arief Hartanto K 5404032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EVALUASI SWASEMBADA BERAS

DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2009

Skripsi

oleh:

Fajar Arief Hartanto

K 5404032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EVALUASI SWASEMBADA BERAS

DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2009

Disusun Oleh :

Fajar Arief Hartanto

NIM K5404032

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Inna Prihartini, M.S

NIP. 19570207 1983032 002

Pembimbing II

Yasin Yusup, S.Si, M.Si

NIP. 19740427 2002121 001

Page 4: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : ...………………

Tanggal : ....………………

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ………………………………..

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si …………………………….......

Anggota I : Dra. Inna Prihartini, M.S …………………………….......

Anggota II : Yasin Yusup, S.Si, M.Ssi ….……………....……………..

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon. H, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Fajar Arief Hartanto, EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI

KECAMATAN JATEN TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Desember 2010.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui : (1) Tingkat ketelitian citra IKONOS

untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan di Kecamatan Jaten. (2) Luas

lahan pertanian di Kecamatan Jaten pada tahun 2009. (3) Produksi lahan pertanian

di Kecamatan Jaten pada tahun 2009 berdasarkan jenis tanah dan irigasinya. (4)

Kebutuhan beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009. (5) Swasembada beras di

Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode

deskriptif spasial. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interpretasi

citra IKONOS, observasi lapangan, wawancara,dan dokumentasi. Analisis data

dilakukan dengan analisis pemetaan hasil interpretasi citra IKONOS dan analisis

overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan

narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling yang digunakan

adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 50 titik, sedangkan teknik

sampling untuk menentukan narasumber wawancara menggunakan teknik expert

sampling

Hasil penelitian ini adalah : (1) Rerata Ketelitian Citra IKONOS yang digunakan

untuk mengidentifikasi penggunaan lahan adalah sebesar 94%. (2) Luas lahan

pertanian di daerah penelitian adalah 1.180 Ha (50,90%). (3) Dari lahan pertanian

yang ada menghasilkan produksi beras 13.269,55 ton pada tahun 2009 (4).

Dengan jumlah penduduk sebanyak 70.770 jiwa didapatkan kebutuhan beras di

Kecamatan Jaten berdasarkan angka kebutuhan beras menurut BPS yaitu

sebanyak 9.645,95 ton, berdasarkan angka kebutuhan beras menurut FAO

sebanyak 9.412,41 ton, sedangkan kebutuhan beras berdasarkan hasil wawancara

dengan adalah 6.369,3 ton. (5). Berdasarkan perhitungan menurut kriteria dari

BPS di Kecamatan Jaten terjadi surplus beras sebanyak 4.529,25 ton, menurut

kriteria dari FAO surplus beras sebanyak 4.762,79 ton, sedangkan menurut angka

kebutuhan beras dari hasil wawancara mampu surplus beras sebanyak 7.805,9 ton.

Page 6: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Fajar Arief Hartanto, SELF SUFFICIENCY PERFORMANCE

EVALUATION OF RICE IN THE SUBDISTRICT OF JATEN IN THE

YEAR 2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas

Maret University. Surakarta, December 2010.

The purpose of this study are (1) Determining the accuracy level of IKONOS

imagery to identifying of the landuses. (2) Determining the agricultural land in the

Subdistrict of Jaten in the year of 2009. (3) Determining the production of

agricultural land in the Subdistrict of Jaten in the year of 2009 according the type

of soil and irrigation (4) Identifying the needs of rice in the Subistrict of Jaten in

the year of 2009. (5) Determining the ability of rice self-sufficiency in the District

of Jaten in the year of 2009.

According to the purposes of the research, the method which is used in this study

is spatial descriptive method. Collecting data ini this study uses IKONOS imagery

interpretation, observations, and documentations. To data analysis the reacher

uses imagery interpretation analysis, maps analysis and overlay analysis. To test

the accuracy of IKONOS imagery, the reacher uses purposive sampling

techniques with 50 point of total sample, while to interview the resource person

the reacher uses expert sampling techniques.

The results of this study are: (1) the accuracy of IKONOS imagery is 94%. (2)

agricultural land in the study area is equal 1.180 hectares (50,9%). The most of

agricultural landuses are located in the Sroyo Village. (3) By 1.180 hectares

agricultural land can produce 16.992 tons of rice in the year of 2009. (4) With

70.770 population of inhabitants, according to the BPS was found that the rice

requirement is 9.645,95 tons, based on the rice needs according to FAO were

9.412,41 tons, while rice needs based on interviews is amount to 6.369,3 tons. (5).

Based on the calculation according to the criteria of BPS in the Subdistrict of

Jaten got 4.529,25 tons of surplus rice, according to the criteria of the FAO were

4.762,79 tons of surplus rice, while according to the interview Subdistrict of Jaten

got 7.805,9 tons of surplus rice.

Page 7: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti

(NN)

“What I hear, I forget, what I hear and see, I remember little, what I hear,

see and ask question about or discuss with some one, I begin to understand,

what I teach to another, I master”

(Credo)

Man jadda wa jadda

(NN)

Page 8: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Ibu dan Bapak yang kusayangi

Keluarga Besarku

Almamater

Page 9: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Segala Puji bagi Allah Swt Sang Maha Pencipta Ilmu Pengetahuan, atas

Karunianya-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dalam penulisan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan dan saran-

saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin

untuk pengadaan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial atas ijin yang diberikan.

3. Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi,

terima kasih atas ijin yang telah diberikan.

4. Dra. Inna Prihartini, M.S, selaku Pembimbing I terima kasih atas ilmu,

bimbingan, dan nasehat-nasehatnya.

5. Bapak Yasin Yusup, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II, terima kasih atas

bimbingan, semangat, inspirasi dan motivasinya.

6. Bapak Drs. Ahmad, M.Si, selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

8. Pemerintah Kabupaten Karanganyar beserta jajaran instansi dibawahnya yang

telah bersedia memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

9. Budi Setyarso, S.Pd, sahabat yang besar jasanya kepada penulis. Terimakasih

untuk semuanya.

10. Soleh, Tina, Eka, Linda, Wita, Habib, Sukma, Nasir, Dodit, terimakasih atas

persahabatan yang terjalin indah.

11. Sapto Yudianto terimakasih atas segala kebaikannya kepada penulis.

Page 10: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12. Mas bono dan keluarga besarnya yang banyak membantu penulis.

13. Asep, Nanang Sutofik, Agus Sudiro, teman seperjuangan yang setia.

14. Assa, orang yang memberikan semangat, asa dan motivasi kepada penulis.

Terimakasih atas dukungan moral dan material yang luar biasa.

15. Saudara-saudaraku seiman di kos 393 yang penulis cintai karena Allah.

Hariyanto, Danang, Triyono, Abdul Manan, Sya’bani, Zaenal, Sukron

Jazzakumullah khoiron katsir. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

16. Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.

Menyadari masih banyaknya kekurangan, penulis mengharapkan kritik

dan saran agar karya sederhana ini bisa lebih sempurna. Besar harapan, apa yang

telah penulis persembahkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi

salah satu sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 11: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. ii

HALAMAN MOTTO .................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii

DAFTAR PETA ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

1. Kegunaan Teoritis ....................................................................... 7

2. Kegunaan Praktis ........................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 8

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8

1. Penginderaan jauh......................................................................... 8

2. Citra IKONOS.............................................................................. 9

3. Interpretasi Citra........................................................................... 13

4. Pemanfaatan Citra IKONOS untuk Identifikasi Luas Lahan

Pertanian......................................................................................... 19

5. Uji Ketelitian Interpretasi.............................................................. 22

6 Penggunaan Lahan.......................................................................... 24

7 Lahan Pertanian.............................................................................. 30

8. Beras …......…............................................................................... 31

Page 12: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9. Produksi Beras ............................................................................. 32

10. Kebutuhan Beras.......................................................................... 32

11. Swasembada Beras....................................................................... 32

12. Sistem Informasi Geografis (SIG)................................................ 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 37

C. Kerangka Berfikir................................................................................ 42

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 44

A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 44

B. Metode Penelitian .............................................................................. 45

C. Sumber dan Jenis Data ..................................................................... 47

1. Data Primer ............................................................................... 47

2. Data Sekunder ........................................................................... 47

D. Populasi dan Teknik Sampling............................................................ 47

1. Populasi........................................................................................... 47

2. Sampel….........................................................................................

3. Teknik Sampling ...........................................................................

48

48

E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 51

1. Dokumentasi................................................................................... 51

2. Observasi ........................................................................................ 51

3. Wawancara .................................................................................... 51

F. Validitas Data ................................................................................... 52

G. Analisis Data ..................................................................................... 53

1. Penggunaan Lahan.........................................................................

2. Luas Sawah.....................................................................................

3. Produksi Lahan Pertanian...............................................................

53

54

54

4. Kebutuhan Beras............................................................................ 55

5. Swasembada Beras......................................................................... 55

H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 58

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 58

1. Letak dan Luas................................................................................... 58

Page 13: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Iklim ............................................................................................... 60

3. Tanah .............................................................................................. 64

4. Hidrologi............................................................................................ 66

5. Keadaan Penduduk 66

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan........................................................... 77

1. Penggunaan lahan ...........................................................................

a. Jenis Penggunaan Lahan..........................................................

b. Uji Ketelitian Interpretasi Citra IKONOS ..............................

77

79

86

2. Luas Sawah dan Persebaranya di Kecamatan Jaten Tahun 2009….

3. Sawah Berdasarkan Jenis Tanah......................................................

4. Sawah Berdasarkan Jenis Irigasi......................................................

5. Sawah Berdasarkan Hasil Overlay Antara Jenis Tanah dan Irigasi.

89

90

92

95

6. Produksi Beras di Kecamatan Jaten Tahun 2009............................. 97

4. Kebutuhan Beras Di Kecamatan Jaten Tahun 2009..........................

5. Swasembada Beras Di Kecamatan Jaten Tahun 2009......................

101

103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 108

A. Kesimpulan ........................................................................................ 108

B. Implikasi ............................................................................................. 109

C. Saran-saran ......................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 110

LAMPIRAN ....................................................................................................

Page 14: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

1. Karakteristik Citra IKONOS .....................................................

2. Kontingensi Uji Ketelitian interpretasi........................................

3. Penelitian yang Relevan...............................................................

4. Tahap pelaksanaan Penelitian.......................................................

5. Nama Desa dan Luas Wilayah di Kecamatan Jaten.....................

6. Klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson……….....

7. Curah hujan Kecamatan Jaten tahun 1999 – 2008.......................

8. Jumlah Penduduk Daerah Penelitian Tiap Desa.........................

9. Kepadatan Penduduk Daerah Penelitian………...........................

10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ..........

11. Rasio Jenis Kelamin Penduduk .................................................

12. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ……….........................

13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ....................

14. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2009.......................

15. Uji Ketelitian Interpretasi............................................................

16. Hasil Pengukuran Menggunakan Citra IKONOS dan Peta RBI..

17. Luas Sawah di Kecamatan Jaten Tahun 2009...............................

18. Luas Panen, Produksi Padi, dan Produksi Beras di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2009.............................................................

19. Produksi Padi tahun 2009 Menurut Mantri Tani..........................

20. Produktifitas Padi Pada Masing-masing Tipe Sawah...................

21. Produksi Padi dan Beras Pada Masing-masing Tipe Sawah.........

22. Produksi Padi dan Beras Pada Masing-masing Desa...................

23. Kebutuhan Beras di Kecamatan Jaten tahun 2009......................

24. Kemampuan swasembada beras di Kecamatan Jaten .................

11

23

40

44

60

61

62

67

68

73

74

75

76

83

87

89

90

97

98

98

99

100

102

105

Page 15: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PETA

1. Peta Citra IKONOS Kecamatan Jaten.........................................

2. Peta Lokasi Sampel Uji Ketelitian Interpretasi............................

3. Peta Administratif Kecamatan Jaten............................................

4. Peta Jenis Tanah...........................................................................

5. Peta Kepadatan Penduduk Kecamatan Jaten...............................

6. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten...................................

7. Peta Persebaran Sawah Berdasarkan Jenis Tanah.......................

8. Peta Persebaran Sawah Menurut Jenis Irigasi.............................

9. Peta Persebaran Sawah Berdasarkan Jenis Tanah dan Irigasi.....

10. Peta Produksi Beras.....................................................................

11. Peta Kebutuhan Beras..................................................................

12. Peta Swasembada Beras...............................................................

13. Peta Rekomendasi .......................................................................

12

48

59

65

70

85

91

94

96

101

103

107

111

Page 16: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

1. Sawah Pada Saat Kering dan Tergenang.....................................

2. Bentuk Sungai yang Mengikuti...................................................

3. Bentuk Jalan yang Teratur...........................................................

4. Perbedaan Ukuran Jalan..............................................................

5. Perbedaan Tekstur Sawah dan Kebun Campur..........................

6. Pola Permukiman.........................................................................

7. Cerobong Asap Pabrik.................................................................

8. Situs Permukiman Memanjang....................................................

9. Stasiun Kereta Api Berasosiasi dengan Rel Bercabang..............

10. Perubahan Pengunaan Lahan Kosong Menjadi Bangunan..........

11. Perubahan Pengunaan Lahan Sawah Menjadi Bangunan............

12. Perubahan Pengunaan Lahan Sawah Menjadi Permukiman........

13. Bagan Kerangka Berpikir............................................................

14. Grafik Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian...............................

15. Piramida penduduk Kecamatan Jaten..........................................

16. Permukiman pada Citra IKONOS dan di Lapangan....................

17. Sawah Pada Citra IKONOS dan di Lapangan.............................

18. Kebun Campur pada Citra IKONOS dan di Lapangan ...............

19. Lahan Kosong pada Citra IKONOS dan di Lapangan.................

20. Saluran Irigasi pada Citra IKONOS dan di Lapangan.................

21. Kenampakan Industri pada Citra IKONOS dan di Lapangan......

22. Peternakan pada Citra IKONOS dan di Lapangan......................

23. Kenampakan SPBU pada Citra IKONOS. dan di Lapangan…...

24. Kenampakan Hotel pada Citra IKONOS....................................

25. Pengukuran Panjang Jalan pada Citra IKONOS dan Peta RBI...

26. Saluran PBS dan Saluran Canden................................................

27. Saluran Irigasi Tersier di desa Sroyo..........................................

28. Diagram Produksi dan Kebutuhan Beras.....................................

14

14

15

15

16

17

17

18

19

21

21

22

43

63

72

78

79

79

80

80

81

82

82

83

88

92

93

105

Page 17: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Wawancara (Quesioner).

2. Lembar observasi

3. Data data produksi lahan pertanian

4. Perijinan.

Page 18: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan oleh

karenanya kebutuhan pangan menjadi bagian dari hak azasi individu. Pangan juga

merupakan komponen dasar yang utama untuk mewujudkan sumberdaya manusia

yang berkualitas. Salah satu jenis makanan pokok yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan adalah beras. Beras merupakan makanan pokok

penduduk Indonesia dan sebagian besar penduduk dunia, Khudori (2008:1).

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya tinggal

di pedesaan dengan usaha pertanian sebagai mata pencahariannya. Indonesia

berada di jalur pegunungan Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Jajaran

gunungapi ini telah membentuk tanah yang terpengaruh langsung oleh proses

vulkanisme, terutama Pulau Jawa, Sumatra, Bali dan Nusa Tenggara, karena itu

Indonesia menjadi negara yang subur secara geografis, didukung pula dengan

iklim tropis yang cocok untuk usaha pertanian. Indonesia pernah berswasembada

beras pada tahun 1984 hingga tahun 1987, namun setelah itu Indonesia tidak lagi

berswasembada sehingga tiap tahun harus mengimpor beras untuk memenuhi

kebutuhan pangan dalam negeri.

Tahun 2004 merupakan tahun pertama sejak 1984 Indonesia swasembada

beras, namun situasi ini masih dalam kondisi labil. Menurut Yudohusodo (2004),

penyebab labilnya swasembada beras nasional ini karena beberapa hal, pertama,

masih terus tejadi alih fungsi lahan akibat tata ruang yang kurang tegas. Kedua,

perluasan kota yang tak terkendali. Ketiga, masih berlangsungnya fragmentasi

lahan yang membuat lahan menyempit. Keempat, pemeliharaan irigasi dan

pembangunan infrastruktur pertanian yang tidak memadai. Kelima, rusaknya

daerah aliran sungai akibat pembabatan hutan di daerah hulu. Keenam,

perencanaan program perluasan areal pertanian yang belum baik. Ketujuh,

penanganan pasca panen yang belum baik. Kedelapan, lambatnya perluasan

penggunaan bibit unggul (Yudohusodo, Tempo Interaktif 25 November 2004).

1

Page 19: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sejak munculnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman, tidak ada lagi kemampuan pemerintah mengontrol budidaya

pertanian. Petani bebas memilih komoditas apa yang akan mereka tanam, petani

bebas memilih jenis tanaman yang mereka anggap paling menguntungkan, tanpa

ada tekanan atau paksaan untuk menanam komoditas tertentu yang diinginkan

pemerintah. Sejak itu, impor beras terus meningkat dan puncaknya tahun 1999, di

mana impor beras mencapai 4,7 juta ton atau tertinggi sepanjang sejarah Indonesia

(Kompas.com, 16 Desember 2008).

Pada masa panen tahun 2006/2007 Indonesia masih mengimpor beras,

beras impor tersebut selama ini didatangkan antara lain dari negara Thailand dan

Vietnam. Pada tahun 2008 pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa

Indonesia berhasil mencapai swasembada beras, indikator swasembada beras

ditunjukkan dengan keberhasilan Indonesia untuk tidak mengimpor beras sama

sekali selama tahun 2008 berlangsung, ini adalah untuk pertama kalinya

Indonesia tidak mengimpor beras, berbeda dengan swasembada yang pernah

dicapai pada tahun 1984 dimana swasembada masih dibarengi impor beras

sebesar 414.300 ton. Dengan tidak mengimpor beras berarti Indonesia secara

tidak langsung telah berpartisipasi dalam menurunkan harga beras dunia karena

sebagian stok beras dunia yang semula dicadangkan untuk Indonesia tidak dibeli

Indonesia. Dengan dijualnya cadangan beras tersebut ke pasaran internasional

maka harga beras dunia mulai menurun (www.setneg.go.id).

Pemerintah menargetkan pada tahun 2009 Indonesia kembali

berswasembada dan dapat memenuhi seluruh permintaan kebutuhan bahan

pangannya dari produk dalam negeri. Target ini direalisasikan dengan wujud

penambahan luas areal pertanian. Pemerintah mendorong perluasan lahan panen

padi sekitar 0,7 juta hektar di seluruh Indonesia, pemerintah menargetkan produk

padi tahun 2009 mencapai 64 juta ton atau naik 3 juta ton dari capaian 2008,

(Kompas 19 April 2009).

Swasembada pangan diharapkan akan dapat terwujud dan mampu menjadi

penopang utama ketahanan pangan negara. Swasembada (self suffiency), bisa

diartikan kemampuan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari produk sendiri, itu

Page 20: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

artinya swasembada terkait erat dengan keseimbangan antara pasokan (supply)

dan permintaan (demand).

Menteri Pertanian Anton Apriyantono menyatakan bahwa Indonesia sudah

mampu swasembada beras. Swasembada beras di Indonesia sudah dicapai sejak

tahun 2004 dengan memenuhi 90% kebutuhan beras dari dalam negeri. Dengan

terpenuhinya pasokan beras sebesar 90% itu dinilainya sudah cukup untuk

mendapat predikat swasembada beras, meskipun pemerintah masih tetap harus

mengimpor beras untuk mencukupi kekurangannya. (www.republikaonline.com).

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya

kebutuhan pangan, sehingga diperlukan perluasan lahan pertanian untuk

meningkatkan produksi pangan guna memenuhi kebutuhan masyarakat, dilain

pihak semakin meningkat pula kebutuhan akan berbagai sarana seperti tempat

pemukiman, industri, perkantoran, sarana perdagangan (pasar), sarana

kesejahteraan sosial (pendidikan, kesehatan, olahraga dan tempat ibadah), sarana

hiburan (taman, tempat rekreasi) serta sarana transportasi (jalan, terminal).

Dengan dibangunnya berbagai sarana tersebut diatas lahan pertanian

menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian, sehingga mengakibatkan

menurunnya produksi lahan pertanian.

Sebagian besar sawah yang subur terdapat di Pulau Jawa (sekitar 40% dari

luas seluruh sawah di Indonesia) dengan produktifitas hampir dua kali

produktifitas lahan di luar Jawa. Saat ini keberadaan sawah-sawah subur

beririgasi di Pulau Jawa terancam oleh gencarnya pembangunan kawasan industri

dan perluasan kota (perumahan) sehingga luas tanah semakin berkurang karena

terkonversi ke lahan non pertanian. Hardjowigeno dan Rayes (2005 : 1).

Menurut Khudori (2008:65), dari data BPS (Biro Pusat Statistik), selama

kurun waktu 1977-1998 pada lahan sawah di Pulau Jawa diketahui telah terjadi

konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian ke penggunaan lahan lainnya

(industri, jasa, permukiman) mencapai 495.000 hektar atau sekitar 15%.

Akumulasi dari konversi lahan pertanian tersebut mengakibatkan produksi

komoditas pertanian merosot.

Page 21: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara administratif Kecamatan Jaten merupakan bagian dari Kabupaten

Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu penyangga beras di

Jawa Tengah. Di Kabupaten ini pertanian merupakan komoditas yang penting

selain industri dan pariwisata, sesuai dengan slogan Kabupaten Karanganyar yaitu

“INTANPARI” (Industri pertanian dan Pariwisata).

Kecamatan Jaten dipilih sebagai daerah penelitian karena beberapa alasan,

antara lain adalah karena di kecamatan ini luas lahan pertaniannya masih cukup

luas yaitu 1.277,59 Ha dan merupakan penggunaan lahan yang paling luas atau

sekitar 50% dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jaten

(sumber: Kecamatan Jaten Dalam Angka 2009). Luas lahan pertanian adalah

salah satu variabel yang digunakan dalam melakukan evaluasi swasembada beras.

Alasan lain karena letak Kecamatan Jaten yang berdekatan dengan pusat

kota Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta. Karena letak Kecamatan Jaten

yang berdekatan dengan pusat kota Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta

itulah maka sangat mungkin terjadi pemekaran wilayah perkotaan baik dari

Kabupaten Karanganyar maupun Kota Surakarta, selain itu dijadikannya

Kecamatan Jaten sebagai daerah industi diprediksi akan mengakibatkan konversi

(perubahan) penggunaan lahan yang cukup besar dari lahan pertanian ke

penggunaan lahan yang lain seperti permukiman dan industri. Luas lahan

pertanian akan semakin berkurang akibat adanya konversi penggunaan lahan,

karena itu maka diperlukan pembaharuan data tentang penggunaan lahan.

Lahan pertanian yang berubah secara cepat dapat menyulitkan

pemerintah daerah dalam melakukan pendataan, pada umumnya pendataan ini

memakan waktu yang lama kerena lahan yang akan didata cukup luas

cakupannya, hal ini akan berakibat pada mahalnya biaya operasional yang

dikeluarkan dan banyaknya personel yang harus dilibatkan.

Data produksi beras yang selama ini digunakan untuk mengambil

kebijakan impor beras berasal dari BPS. Data luas panen dikumpulkan dari hasil

survei mantri tani di tiap kecamatan kemudian disetorkan ke BPS dan Departemen

Pertanian. Data produksi padi tidak lepas dari masalah, hal ini terjadi karena

proses menjaring data yang dianggap tidak akurat, karena data yang tidak akurat

Page 22: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

itulah maka setiap kebijakan impor beras selalu menimbulkan pro-kontra, Khudori

(2008:268).

Untuk dapat selalu memperbaharui data sebaran penggunaan lahan pada

daerah yang luas diperlukan cara yang lebih praktis, akurat dan murah untuk

menekan biaya, waktu dan jumlah personil yang dibutuhkan. Salah satu caranya

adalah dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh baik dengan foto udara

atau citra satelit. Khudori (2008:270) mengemukakan bahwa teknologi satelit

penginderaan jauh sudah digunakan banyak negara karena akurasinya yang tinggi.

Dewasa ini perkembangan teknologi satelit semakin baik sehingga

meningkat pula pemanfaatannya untuk berbagai aplikasi. Salah satu citra satelit

yang banyak digunakan saat ini adalah citra satelit IKONOS. Menggunakan citra

satelit IKONOS biaya operasionalnya lebih murah daripada menggunakan citra

yang dibuat dengan pemotretan foto udara. Citra IKONOS merupakan hasil

perekaman satelit yang dapat diperoleh dari beberapa situs di internet, salah

satunya adalah situs www.googleearth.com. Satelit IKONOS menghasilkan citra

penginderaan jauh yang baik, kerincian obyek sangat tinggi dengan resolusi

spasial 1 meter dan 4 meter, sebanding dengan resolusi spasial foto udara, dan

perekaman datanya dapat dilakukan setiap hari (www.geoeye.com). Karena

memiliki kerincian obyek yang sangat tinggi maka kesan yang tampak oleh mata

pada citra satelit IKONOS sangat mirip dengan keadaan sebenarnya dilapangan

baik bentuk, warna maupun polanya.

Citra IKONOS daerah liputan Kecamatan Jaten yang tersedia di situs

www.googleearth.com sekarang ini adalah citra dari hasil perekaman tahun 2009,

namun demikian tetap diperlukan pengecekkan ke lapangan untuk menguji

ketelitian interpretasi citra. Tujuan dari uji ketelitian interpretasi citra adalah

untuk mengecek apakah data yang didapat dari hasil interpretasi citra sesuai

dengan kondisi di lapangan atau tidak.

Data hasil interpretasi citra yang telah diuji ketelitiannya kemudian diolah

dengan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis). SIG mempunyai

kemampuan untuk melakukan pengolahan, penyimpanan, pemrosesan,

manipulasi, menganalisis dan menayangkan data. Pengolahan data menggunakan

Page 23: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SIG akan lebih cepat, murah, dan akurat daripada pengolahan data secara manual

yang membutuhkan personel yang banyak karena luasnya daerah yang akan

diteliti.

Dari interpretasi citra dapat diketahui distribusi spasial lahan pertanian

yang berupa sawah, dan dengan pengolahan data menggunakan SIG maka dapat

diketahui luas lahan pertanian yang ada tersebut. Setelah diketahui luas lahan

pertanian, jumlah penduduk, produksi beras, dan kebutuhan beras maka dapat

dilakukan evaluasi swasembada beras, sehingga akan dapat diketahui apakah

Kecamatan Jaten berswasembada beras atau tidak.

Hasil analisis dan pengolahan data menggunakan SIG akan menghasilkan

informasi baru yang menyajikan data swasembada beras di Kecamatan Jaten.

Informasi tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan

dalam pengelolaan wilayah Kabupaten Karanganyar, khususnya untuk Kecamatan

jaten. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI

KECAMATAN JATEN TAHUN 2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat ketelitian citra IKONOS untuk mengidentifikasi jenis

penggunaan lahan di Kecamatan Jaten?

2. Berapa luas lahan pertanian di Kecamatan Jaten pada tahun 2009?

3. Berapa produksi beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009?

4. Berapa kebutuhan beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009?

5. Bagaimana swasembada beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009?

Page 24: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat ketelitian citra IKONOS untuk mengidentifikasi jenis

penggunaan lahan di Kecamatan Jaten.

2. Mengetahui luas lahan pertanian di Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

3. Mengetahui produksi beras di Kecamatan Jaten tahun 2009.

4. Mengetahui kebutuhan beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

5. Mengetahui swasembada beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan ilmu

pengetahuan serta mendukung teori-teori yang ada, khususnya geografi

yaitu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai salah satu informasi mengenai swasembada beras di

Kecamatan Jaten.

b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat terhadap

permasalahan pangan, khususnya beras.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat dalam mengambil

kebijakan untuk perencanaan wilayah dan tata ruang kota.

Page 25: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penginderaan Jauh

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990:1) penginderaan jauh adalah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena

melalui analisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak

langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Dari definisi tersebut

maka berbagai analisa data dapat dilakukan tanpa harus berada di lokasi kejadian,

sebagai contoh terjadi suatu bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, atau

luapan lumpur misalnya, maka tidak perlu datang ke lokasi untuk menghitung

berapa luas daerah yang mengalami kerusakan tetapi cukup menggunakan citra

hasil dari penginderaan jauh seperti foto udara, citra satelit dan lain-lain.

Jenis data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh berupa data

digital dan analog. Data digital atau numerik adalah merupakan hasil rekaman

penginderaan jauh dalam bentuk angka sebagai cerminan nilai spektral obyek

yang direkam oleh sensor untuk dianalis menggunakan komputer. Data analog

atau data visual terbagi menjadi dua yaitu data citra dan non citra. Data non citra

merupakan data analog satu dimensi (berupa angka dan grafik) sementara data

citra merupakan data analog dua dimensi yang mirip dengan wujud aslinya. Data

citra dibedakan lagi menjadi citra foto dan citra non foto (Sutanto, 1986:65).

Penginderaan jauh dapat dimanfaatkan oleh seluruh disiplin ilmu yang

mengkaji dan menganalisis fenomena spasial di permukaan bumi, dan telah teruji

kehandalannya. Lebih lanjut penginderaan jauh diperlukan dalam perolehan data

yang berkesinambungan untuk merumuskan program dan kebijakan permasalahan

lingkungan dan perencanaan sumberdaya alam. Penggunaan data penginderaan

jauh untuk kajian spasial mempunyai keunggulan dalam hal penghematan biaya

dan waktu, hal ini dikarenakan data penginderaan jauh mampu menampilkan dan

memvisualisasikan kenampakan bumi dengan liputan yang cukup luas.

Penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk menghasilkan data spasial yang

8

Page 26: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dari permukaan bumi dalam

jumlah yang banyak dan waktu yang cepat. Penginderaan jauh membutuhkan

suatu sistem pengelolaan dan penanganan data yang tepat dan efisien sehingga

informasi spasial dari citra penginderaan jauh yang diperoleh dapat berguna untuk

kepentingan yang luas. Sistem atau piranti yang dapat digunakan untuk

pengelolaan dan penanganan data spasial tersebut adalah Sistem Informasi

Geografis (SIG) karena SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk

bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat

geografi, Prahasta (2001:57).

2. Citra IKONOS

Menurut Hornby dalam Sutanto (1986:5) citra penginderaan jauh (yang

selanjutnya disingkat citra) merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau

sensor lainnya. Citra dibedakan menjadi dua yaitu foto (photograpic image) dan

non foto (non photograpic image).

Berdasarkan wahana yang digunakan ada dua jenis foto, yaitu foto udara

dan foto satelit. Foto udara pada umumnya dibuat dengan menggunakan pesawat

terbang atau balon sebagai wahananya, sedangkan foto satelit atau foto orbital

adalah foto yang dibuat dengan menggunakan satelit sebagai wahananya.

Citra IKONOS adalah citra satelit yang dibuat atau direkam menggunakan

satelit IKONOS. Satelit IKONOS diluncurkan pada tanggal 24 September 1999

di Vandenberg Air Force Base, California, Amerika Serikat. Satelit mengorbit

secara sun-synchronous polar, artinya mengelilingi bumi dengan hampir melewati

kutub, memotong rotasi bumi. Satelit ini memiliki ketinggian 681 km dpal

dengan sudut inklinasi sebesar 98,10, melintasi bumi sebanyak 14 kali/hari atau

memerlukan 98 menit untuk sekali lintasan dengan kecepatan 7 km/detik. Pada

orbit ini satelit IKONOS akan memotret daerah yang dilewati secara tetap, yaitu

sekitar pukul 10.30 pagi, (www.geoeye.com).

Kerincian informasi yang dapat disadap dari penginderaan jauh sangat

bergantung pada resolusi. Menurut Sutanto (1986:13) ada empat macam resolusi

yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiomerik dan resolusi temporal.

Resolusi spasial adalah ukuran obyek terkecil yang dapat disajikan, dibedakan,

Page 27: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan dikenali pada citra. Resolusi spektral menunjukkan kerincian spektrum

elektromagnetik yang digunakan didalam suatu sistem penginderaan jauh.

Resolusi radiometrik menunjukkan kepekaan system sensor terhadap perbedaan

terkecil kekuatan sinyal. Resolusi temporal merupakan frekuensi perekaman

ulang bagi daerah yang sama.

Satelit IKONOS memiliki resolusi spasial 1 m pada mode pankromatik

dan 4 m pada mode multispektral, dimana waktu pencitraan dilakukan secara

serempak. Citra IKONOS mempunyai resolusi radiometrik 11 bits per pixel

(2048 gray tones), hal ini berarti IKONOS dapat menangkap tingkat keabuan

(rona) pada skala yang luas sehingga pengguna dapat mengamati sebuah gambar

atau obyek dengan lebih detail, dengan demikian akan sangat menguntungkan

pengamat dalam memperoleh informasi tentang obyek yang diamati. Citra

IKONOS memiliki resolusi temporal yang cukup singkat, yaitu antara 1,5 sampai

3 hari sehingga sangat mudah dalam memperbarui data (www.geoeye.com),

namun untuk citra IKONOS yang diperoleh dari internet secara gratis melalui

situs www.googleearth.com resolusi temporalnya lebih lama lagi, pada beberapa

daerah liputan resolusi temporalnya sekitar satu tahun bahkan ada yang lebih dari

satu tahun.

Satelit IKONOS yang menghasilkan citra penginderaan jauh dengan

sangat baik, sebanding dengan resolusi spasial foto udara. Karena kerincian

obyek sangat tinggi maka kesan obyek pada citra serupa dengan kesan mata saat

memandang obyek yang asli di lapangan. Dengan kemampuan resolusi spasial

yang tinggi ini citra IKONOS dapat dimanfaatkan sebagai sumber data untuk

pemetaan, inventarisasi dan monitoring potensi sumberdaya alam pada skala detil

dimana sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh foto udara. Melihat karakter

resolusi spasialnya yang baik IKONOS dapat didesain untuk digunakan pada

berbagai macam bidang aplikasi antara lain: penentuan batas bidang, identifikasi

jaringan jalan, transportasi, dan identifikasi bangunan, Kusuma (2006:6).

Data digital satelit IKONOS telah terkoreksi secara geometrik, artinya data

citra IKONOS mempunyai kedudukan koordinat yang tepat pada pemukaan bumi,

sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai data dalam pemetaan.

Page 28: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keunggulan citra IKONOS dibandingkan foto udara adalah distorsi sentral yang

relatif kecil daripada foto udara.

Dengan ketinggian sensor pada wahana satelit IKONOS yang mencapai

681 km dpal memungkinkan perolehan data dengan kualitas metrik citra yang

lebih baik. Adapun karakteristik satelit IKONOS dapat disimak pada Tabel 1

berikut ini.

Tabel 1. Karakteristik Citra IKONOS

Tanggal Peluncuran

24 September 1999 di Vandenberg Air

Force Base, California

Usia operasi Lebih dari 7 tahun

Orbit 98.1 derajad, sun synchronous

Kecepatan pada orbit 7.5 kilometer (4.7 mil) per detik

Kecepatan di atas tanah 6.8 kilometer (4.2 mil) per detik

Jumlah revolusi 98 menit

Waktu orbit mengelilingi bumi 14.7 setiap 24 jam

Ketinggian 681 kilometer (423 mil)

Resolusi

Nadir: 0.82 meter (2.7 feet) panchromatik

3.2 meter (10.5 feet) multispektral 26° Off-

Nadir: 1.0 meter (3.3 feet) pankromatik 4.0

meters (13.1 feet) multispektral

Lebar Swath

11.3 kilometer (7.0 mil) pada nadir 13.8

kilometer (8.6 mil) pada 26° off-nadir

Waktu melewati ekuator Sekitar jam 10:30 a.m. solar time

Waktu revisit Sekitar 3 jam pada resolusi 1-meter, 40° L

Dynamic range 11 bits per piksel

Jumlah band Pankromatik, R, G, B, dan NIR

Sumber: (Space Imaging, 2002)

Citra IKONOS daerah penelitian dipresentasikan pada peta 1.

Page 29: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Peta1. Citra ikonos

3.

Page 30: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Interpretasi Citra IKONOS

Cara memperoleh informasi dari data penginderaan jauh adalah dengan

interpretasi. Estes dan Simonet (1975) dalam Sutanto (1986) mengatakan bahwa

interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti penting dari obyek

tersebut.

Sutanto (1986), mengatakan bahwa “penyadapan informasi yang lengkap

dari foto udara memerlukan teknik interpretasi yang teliti atau sesuai dengan

kondisi di lapangan. Interpretasi citra penginderaan jauh akan optimal jika

didukung kerja lapangan yang baik. Agar hasil interpretasi foto udara dapat

sesuai dengan obyek yang sebenarnya di lapangan, maka disamping harus

memiliki pengetahuan awal tentang obyek kajian juga perlu dipahami

karakteristik obyek dengan memperhatikan unsur-unsur interpretasi foto udara”.

Unsur interpretasi citra adalah karakteristik obyek pada citra atau foto

yang digunakan sebagai kunci pengenalan obyek Untuk melakukan interpretasi

citra maupun foto udara digunakan kriteria atau unsur interpretasi yang terdiri atas

rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi

(Sutanto, 1986). Adapun penjelasan untuk masing-masing unsur atau kunci

interpretasi citra menurut Lillesand dan Kiefer (1979) dalam Sutanto (1986:120)

adalah sebagai berikut:

1) Rona/warna

Rona diartikan sebagai warna atau tingkat kecerahan obyek pada foto

atau citra. Warna (hue), kejenuhan (saturation), dan kecerahan akan membantu

untuk membedakan obyek. Rona merupakan tingkat kegelapan atau kecerahan

obyek pada citra atau tingkatan dari hitam ke putih dan sebaliknya. Warna

adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,

lebih sempit dari spektrum tampak. Permukaan yang menyerap cahaya seperti

permukaan air akan berona gelap, sedangkan tanah yang kering akan berona

cerah karena memantulkan cahaya ke kamera atau satelit penangkap

gelombang cahaya. Sebagai contoh sawah yang kering pada musim kemarau

akan kelihatan lebih cerah daripada sawah yang tergenang air.

Page 31: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 1. Sawah Pada Saat Kering dan Pada Saat Tergenang Air

2) Bentuk.

Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek yang dapat

mencirikan suatu kenampakan yang ada pada citra sehingga dapat

diidentifikasi dan dapat dibedakan antar objek. Dari kenampakan pada citra

maupun foto udara dapat diidentifikasi bentuk dasar fisik bangunan, jalan,

sungai, kebun, hutan dan sebagainya. Dengan melihat bentuk-bentuk fisik

dari citra ikonos maupun foto udara dapat ditentukan penggunaan lahan suatu

tempat, sebagai contoh bentuk penggunaan lahan untuk industri atau

pergudangan dicirikan dengan bentuk bangunan yang seragam persegi.

Kenampakan sungai memiliki bentuk yang berbeda dengan jalan raya. Sungai

berkelok-kelok sesuai dengan alirannya, sedangkan jalan raya berbentuk lurus

dan teratur.

Gambar 2. Bentuk Sungai yang Mengikuti

Page 32: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar3. Bentuk Jalan Yang Teratur

3) Ukuran.

Ukuran ialah atribut obyek yang meliputi dimensi panjang, luas, tinggi,

kemiringan lereng dan volume dari suatu obyek. Ukuran obyek pada citra

maupun foto udara merupakan fungsi skala sehingga dalam memanfaatkan

ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu memperhatikan skala

citranya. Dengan kata lain ukuran merupakan perbandingan yang nyata dari

obyek-obyek dalam citra maupun foto udara yang mengambarkan kondisi di

lapangan. Sebagai contoh, perbedaan antara ukuran jalan setapak dengan

jalan arteri.

Gambar 4. Perbedaan Ukuran Jalan

Page 33: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Tekstur.

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan

rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.

Tekstur sering dinyatakan dari kasar sampai halus. Tekstur merupakan hasil

gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan serta rona. Dengan melihat

tekstur dapat di kelompokkan penggunaan lahan atau fungsi dari kawasan-

kawasan tertentu. Misalnya tekstur sawah akan terlihat lebih halus berbeda

dengan kebun ataupun hutan.

Gambar 5. Perbedaan Antara Tekstur Sawah dengan Kebun Campur

5) Pola.

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak

obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah lainnya.

Pengulangan bentuk tertentu merupakan karakteristik bagi obyek alamiah

maupun bangunan akan memberikan suatu pola yang membantu dalam

interpretasi citra maupun foto udara dalam mengenali obyek tertentu.

Misalnya Pola perumahan yang teratur pada gambar citra ikonos menunjukkan

bahwa obyek tersebut merupakan perumahan bukan tipe perkampungan, tetapi

perumahan yang dibangun oleh developer. Dalam menginterpretasi citra atau

foto udara pola sangat di perhatikan, guna membedakan antara obyek-obyek

yang hampir sama karakteristiknya.

Page 34: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 6. Pola Permukiman Tidak Teratur dan Pola Permukiman Teratur

6) Bayangan.

Bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi

beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. Bentuk bayangan

mencerminkan profil dari obyek dimana ada obyek yang menghalangi sinar

matahari yang seharusnya mengenai suatu daerah tertentu. Dengan bantuan

unsur bayangan ini juga dapat menentukan arah mata angin serta pengenalan

terhadap suatu obyek yang kemungkinan sulit diamati sebelumnya.

Gambar 7. Cerobong Asap Pabrik Lebih Terlihat Dari Bayangannya

Page 35: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7) Situs.

Situs adalah lokasi dari obyek dalam hubungannya dengan obyek lain

atau lingkungannya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung

melainkan keterkaitan obyek dengan lingkungan sekitar. Situs dapat

membantu dalam menginterpretasi foto udara ataupun citra IKONOS dengan

melihat obyek yang lain. Contoh situs permukiman memanjang pada

umumnya terletak disepanjang tepi jalan.

Gambar 8. Situs Permukiman Memanjang Berada Disepanjang Jalan

8) Asosiasi.

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu

dengan obyek yang lain. Asosiasi hampir sama dengan situs. Dengan adanya

keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering menjadi

petunjuk adanya obyek yang lain. Misalnya stasiun kereta api berasosiasi

dengan rel kereta api yang bercabang-cabang (jumlahnya lebih dari satu). Ini

berarti adanya rel kereta api yang bercabang-cabang menunjukkan bahwa

disitu ada obyek yang berupa stasiun kereta api, yang tadinya sulit diamati

karena bentuk bangunanya menyerupai pabrik atau kantor.

Page 36: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 9. Stasiun Kereta Api Berasosiasi Dengan Rel Bercabang-cabang

Pada awalnya kunci interpretasi ini diterapkan pada citra foto udara

pankromatik, akan tetapi dapat pula diterapkan pada cira satelit, karena

karakteristik citra satelit IKONOS mirip dengan foto udara pankromatik berwarna

maka teknik yang digunakan untuk interpretasi citra IKONOS sama dengan

interpretasi citra foto udara pankromatik. Citra satelit IKONOS menyajikan

gambar permukaan bumi dengan jelas sehingga relatif mudah mengidentifikasi

obyek yang terliput.

Untuk mengidentifikasi obyek pada citra IKONOS tidak perlu

menggunakan semua unsur interpretasi, karena dari beberapa unsur saja sudah

dapat digunakan untuk mengenali obyek pada citra, terutama pada unsur bentuk,

ukuran dan tekstur, kecuali pada obyek tertentu yang sulit dikenali diperlukan

lebih banyak unsur interpretasi.

4. Pemanfaatan Citra IKONOS untuk Identifikasi Lahan Pertanian

Interpretasi citra foto udara untuk kajian penutup lahan atau penggunaan

lahan telah dilakukan sejak tahun 1940-an. Istilah penggunaan lahan dalam hal ini

lebih dikaitkan dengan kegiatan manusia diatas sebidang tanah, terutama dalam

hal perencanaan lahan atau bangunan. Sutanto (1987:47) mengemukakan bahwa

pemanfaatan citra foto udara dalam bidang pertanian telah dilakukan secara luas.

Page 37: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penggunaannya antara lain untuk pengenalan jenis tanaman, evaluasi kondisi

tanaman, dan perkiraan jumlah produksi.

G. Jacob dkk dalam International Journal of Health Geographics (2006)

pada tahun 2006 melakukan penelitian dengan menggunakan citra IKONOS tahun

2005 dan citra Landsat Thematic Mapper (atau biasa disebut Landsat TM) tahun

1988 untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dalam mengidentifikasi

persebaran habitat bibit (larva) nyamuk Culex quiinquefasciatus di Kenya.

Citra IKONOS menyediakan data permukaan bumi secara spasial dengan

baik, hasil perekamannya mirip dengan kenampakan aslinya di lapangan sehingga

mudah diidentifikasi. Dalam penelitian ini, data penginderaan jauh yang berupa

Citra satelit IKONOS digunakan sebagai data dasar untuk mengetahuai luas dan

sebaran lahan pertanian. Melalui intrepretasi citra akan dapat diidentifikasi jenis

penggunaan lahannya, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui luas dan

sebaran lahan pertanian yang kemudian akan digunakan untuk memperkirakan

produksi lahan pertanian yang ada.

Kenampakan lahan pertanian (sawah) pada citra IKONOS tampak mirip

dengan yang asli di lapangan, umumnya berbentuk kotak-kotak dengan

permukaan rata, dibatasi oleh garis-garis yang sebenarnya di lapangan adalah

pematang sawah. Karena citra IKONOS mempunyai resolusi spasial yang baik

sehingga obyek permukaan bumi dapat disadap dengan baik sehingga berbagai

penggunaan lahan dikenali dengan mudah, dan lebih mudah untuk membedakan

antara penggunaan lahan yang berupa sawah dengan penggunaan lahan lainnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi lahan pertanian adalah

konversi lahan. Menurut Khudori (2008:63) konversi lahan pertanian akan terus

meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi,

karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong tumbuh kembangnya

industri, prasarana ekonomi, fasilitas umum.

Konversi lahan pertanian dari tahun ke tahun menyebabkan luas lahan

pertanian selalu berubah, jika data tentang luas lahan pertanian yang sudah tidak

sesuai tersebut masih digunakan dalam penghitungan produksi lahan pertanian

maka hasil perhitungannya akan tidak tepat, sehingga kebijakan yang diambil

Page 38: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan menimbulkan pertentangan karena tidak akuratnya data yang digunakan.

Untuk mengatasinya maka diperlukan pembaharuan data penggunaan lahan, salah

satu caranya adalah dengan memanfaatkan citra IKONOS.

Alasan digunakanya citra IKONOS antara lain adalah karena resolusi

spasial dan resolusi temporalnya yang baik. Dengan resolusi temporal yang

singkat citra IKONOS sangat baik untuk digunakan dalam memperbarui data

penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi dapat diamati

melalui citra IKONOS. Berikut ini beberapa contoh gambar perubahan

penggunaan lahan di daerah penelitian yang terekam oleh citra IKONOS dari

tahun 2004 hingga tahun 2009.

Gambar 10. Perubahan Penggunaan Lahan Kosong Menjadi Bangunan

Gambar 11. Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Menjadi Bangunan

Page 39: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 12. Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Menjadi Permukiman

5. Uji Ketelitian Interpretasi

Uji ketelitian interpretasi citra adalah usaha untuk mencocokkan atau

membandingkan antara hasil interpretasi citra yang dilakukan oleh interpreter

(orang yang melakukan interpretasi) dengan keadaan sebenarnya melalui

pengecekan di lapangan. Uji ketelitian interpretasi citra sangat penting untuk

dilakukan sebelum data hasil interpretasi penginderaan jauh digunakan, karena

ketelitian dalam interpretasi sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap

data penginderaan jauh yang akan digunakan tersebut, Sutanto (1986:116).

Untuk memudahkan pekerjaan lapangan dalam melakukan uji ketelitian

interpretasi maka dibuat sampel yang mewakili setiap penggunaan lahan yang ada.

Sampel-sampel blok penggunaan lahan yang telah dilakukan pengecekan

lapangan kemudian dicocokkan (matching) dengan penggunaan lahan hasil

interpretasi citra, hasilnya kemudian dimasukkan kedalam tabel uji interpretasi

atau yang dikenal dengan tabel omisi komisi. Sutanto (1994) dalam Nurbersari

2006 mengemukakan uji ketelitian interpretasi citra akan dapat diterima apabila

lebih dari 80% rerata hasil interpretasi dilapangan benar. Tabel untuk uji

ketelitian disajikan pada tabel 2.

Page 40: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2. Kontingensi Uji Ketelitian interpretasi

Kategori

Interpretasi Citra Total

Interpretasi

Ketelitian

Pemetaan

(%)

Omisi

(%)

(A) (B) (C) (D)

Lap

an

gan

A’ A’A A’B A’C A’D A A’A/ A '

B’ B’A B’B B’C B’D B B’B/ B '

C’ C’A C’B C’C C’D C C’C/ C C

CCC '

D’ D’A D’B D’C D’D D D’D/ D D

DDD '

Total A B C D sampel benar

Ketelitian

Interpretasi (%) A’A/ A B’B/ B C’C/ C D’D/ D

Komisi % A-A’A

A

B-B’B

B

C-C’C

C

D-D’D

D

Sumber : Sutanto (1986 :116), dengan modifikasi.

Keterangan :

A, B, C, D : Kelas obyek hasil interpretasi

A’, B’, C’, D’ : Kelas obyek di lapangan

A’A : Kelas obyek A yang diinterpretasikan A’

A’B : Kelas obyek B yang diinterpretasikan A’

B’A : Kelas obyek A yang diinterpretasikan B’

1) Ketelitian seluruh hasil interpretasi =

2) % ketelitian pemetaan kelas A = ' X 100%

3) % komisi kelas A = 'X 100%

4) % omisi kelas A = 'X 100%

5) Ketelitian diterima apabila rerata benar > 80% dan rerata komisi <

20%.

Menurut Sutanto (1986:116), cara uji ketelitian seperti ini dapat digunakan

didalam analisis data penginderaan jauh secara digital dengan menggunakan

100% sampeljumlah

benar sampeljumlah totalketelitian

100% sampeljumlah

benar sampeljumlah

Page 41: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

komputer maupun dengan cara manual. Untuk analisis manual, pixel dapat

diganti dengan petak bujur sangkar atau menjadi luas bagi masing-masing kelas.

6. Penggunaan Lahan

a. Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunaanya (Hardjowigeno, 1978: 43).

Menurut Arsyad (1989: 207), “ lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri

atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang

ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan”. Dalam hal ini lahan juga

mengandung pengertian ruang atau tempat.

b. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya baik materiil maupun spritual (Arsyad, 1989: 207). Direktorat Land Use

dalam Arsyad (1989: 207), menyatakan penggunaan lahan dapat dikelompokkan

ke dalam dua golongan besar yaitu :

1) Penggunaan Lahan Pertanian

Berdasarkan atas air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang

terdapat di atas lahan tersebut. Penggunaan lahan ini meliputi :

a) Tegalan

b) Sawah

c) Kebun kopi

d) Kebun karet

e) Padang rumput

f) Hutan produksi

g) Hutan lindung

h) Padang alang-alang

Page 42: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Penggunaan Lahan Non Pertanian, dibedakan :

a) Penggunaan desa dan kota (permukiman)

b) Industri

c) Rekreasi

d) Pertambangan, dan sebagainya.

Pengelompokan penggunaan lahan pertanian seperti dikemukakan di atas

adalah pengelompokan yang sangat kasar, karena belum mempertimbangkan

berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti skala usaha atau luas tanah yang

diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar

dan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka akan didapat tipe

penggunaan lahan yang memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai

penggunaan lahan (Arsyad, 1989: 207). Sebagai contoh penggunaan lahan

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perladangan

2) Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif

3) Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif

4) Sawah, satu kali setahun, tidak intensif

5) Sawah, dua kali setahun, intensif

6) Perkebunan rakyat (karet, kopi atau coklat, jeruk), tidak intensif

7) Perkebunan rakyat, intensif

8) Perkebunan besar, tidak intensif

9) Perkebunan besar, intensif

10) Hutan produksi, alami

11) Hutan produksi, tanaman pinus dan sebagainya

12) Padang penggembalaan, tidak intensif

13) Hutan lindung

14) Cagar alam

Dalam hubungannya dengan pemetaan penggunaan tanah, Sandy

(1989:87) menyusun klasifikasi penggunaan tanah sebagai berikut :

Page 43: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Klasifikasi penggunaan tanah untuk pemetaan skala 1 : 200.000

1. Perkampungan

2. Persawahan

3. Pertanian kering semusim + perkebunan + kebun campur

4. Hutan

5. Padang + tanah tandus

6. Perairan darat + kolam

7. Lain-lain (kalau ada)

b. Klasifikasi penggunaan tanah untuk pemetaan skala 1 : 100.000 dan 1 : 50.000

1. Perkampungan :

a. Kampung

b. Kuburan

c. Emplasemen

2. Persawahan :

a. Sawah 2 x padi setahun dan lebih

b. Sawah 1 x padi setahun + palawija

c. Sawah 1 x padi setahun

d. Sawah ditanami tebu/ tembakau/ rosela/ sayur-sayuran

3. Pertanian kering semusim :

a. Tegalan

b. Ladang

c. Sayuran

d. Bunga

4. Perkebunan :

a. Karet

b. Kopi

c. dan seterusnya jenis-jenis lain

5. Kebun campur :

a. Campuran

b. Buah-buahan

Page 44: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Hutan :

a. Hutan Lebat

b. Hutan Belukar

c. Hutan Sejenis

d. Hutan Rawa

7. Kolam/ Tambak

8. Tanah Tandus :

a. Tanah Tandus

b. Tanah Rusak

9. Padang :

a. Padang rerumputan

b. Padang semak

10. Perairan Darat :

a. Danau/ Situ

b. Rawa

c. Waduk

c. Klasifikasi penggunaan tanah untuk skala 1 : 25.000 dan 1 : 12.500

1. Perkampungan

1a. Kampung

1b1. Kuburan Nyata

1b2. Kuburan Tak Nyata

1c1. Emplasemen Menetap

1c2. Emplasemen Sementara

2. Persawahan :

2a1. Sawah 3 x padi setahun

2a2. Sawah 2 x padi setahun

2b1. Sawah 2 x padi setahun + palawija ( jenis palawija dinyatakan).

2b2. Sawah 1 x padi setahun + palawija ( jenis palawija dinyatakan).

2c1. Sawah 1 x padi setahun, berupa sawah tadahan.

2c2. Sawah 1 x padi setahun, berupa sawah rawa.

Page 45: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2d1. Sawah ditanami tebu

2d2. Sawah ditanami tembakau

2d3. Sawah ditanami Rosela

Pertanian Kering Semusim

2e. Tegalan dengan jenis tanaman

2f1. Ladang digarap 0 - 1 tahun, dengan jenis tanaman

2f2. Ladang digarap 1 - 3 tahun, dengan jenis tanaman

2g. Sayuran dengan jenis tanaman

2h. Bunga-bungaan, dengan jenis tanaman

3. Perkebunan :

3a1. Karet sudah berproduksi

3a2. Karet belum berproduksi

dst. Menurut jenis tanaman dengan perincian sudah belum berproduksi.

4. Kebun Campur

4a1. Campuran, sudah berproduksi

4a2. Campuran, belum berproduksi

4b1. Buah-buahan, sudah berproduksi

4b2. Buah-buahan, belum berproduksi

5. Hutan

5a. Hutan Lebat, dengan jenis kayu utama

5b1. Hutan Belukar Alami

5b2. Hutan Belukar Buatan, dengan jenis kayu

5c1. Hutan Sejenis Alami, dengan jenis kayu

5c2. Hutan Sejenis Buatan, dengan jenis kayu

5d. Hutan Rawa, dengan jenis kayu utama

6. Kolam

6a. Kolam Air Tawar

6b. Tambak

6c. Kolam Penggaraman

7. Perairan Darat

7a. Danau Situ

Page 46: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7b. Tambak

7c. Waduk

8. Tanah Tandus

8a1. Tanah Tandus, Berbatu-batu

8a2. Tanah Tandus, Lahar

8a3. Tanah Tandus, Pasir

8b1. Tanah Rusak, Tererosi berat

8b2. Tanah Rusak, Terintrusi air asin

8b3. Tanah Rusak, Bekas Penambangan

8b4. Tanah Rusak, Bekas Penggalian

9. Padang

9a1. Padang Rumput

9a2. Padang Alang-alang

9b1. Padang Semak

9b2. Padang Sabana

9b3. Padang Bencah

10. Penggunaan Lain

Isi lainnya pada peta penggunaan tanah:

a. Batas Administrasi :

Desa/ Kelurahan, Kecamatan, Propinsi dan Negara.

b. Letak Ibukota Administrasi :

Desa/ Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten.

c. Kualitas Jalan :

Aspal, batu, tanah, setapak, kereta api dan lori.

d. Sungai dan hirarki saluran :

Sungai, saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

e. Konstruksi Bendungan :

Teknis, semi teknis dan non teknis.

f. Tanggul

g. Triangulasi

Page 47: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data penggunaan lahan terbaru Kecamatan Jaten diperoleh dari hasil

interpretasi Citra Ikonos Tahun 2009 kemudian diolah menggunakan SIG dan

digambarkan pada peta menggunakan skala 1 : 60.000. Hasil interpretasi

penggunaan lahan kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi penggunaan

lahan yang dikemukakan oleh Sandy (1989:87) dengan penyederhaan sesuai

kebutuhan dalam penelitian.

7. Lahan Pertanian

a. Pertanian

Pertanian adalah jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses

pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan mengusahakan tanah untuk

memperoleh hasil tanaman atau hewan. Soetriono dkk (2006: 29).

Menurut Goldworthy dan Fisher (1992: 1), “Tugas pertama pertanian di

semua negara adalah menghasilkan bahan pangan pokok untuk mencukupi

permintaan ekonomi. Pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pertanian yang dikhususkan pada usaha untuk menanam tanaman padi di sawah.

Orang yang berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan

dan hewan serta memanfaatkan hasilnya disebut petani. Petani atau pengusaha

pertanian dalam kegiatan usaha tani, merangkap dua peranan yaitu sebagai

penggarap dan manajer (Soetriono dkk, 2006: 13).

b. Lahan Pertanian

Lahan pertanian diasumsikan sebagai sebidang tanah yang digunakan

untuk kepentingan pertanian. Menurut Kartasapoetra (2004:94) tanah pertanian

merupakan tanah yang dapat digunakan untuk aktifitas pertanian. Lahan pertanian

berfungsi sebagai penghasil komoditas-komoditas pertanian guna memenuhi

kebutuhan pangan. Lahan pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

lahan pertanian berupa sawah untuk menanam padi.

Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,

dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya

lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk

Page 48: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi

memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk

mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan

(http://www.wikipedia.com).

Menurut Hardjowigeno dan Rayes (2005:3). Tanah sawah adalah tanah

yang digunakan untuk menanam padi sawah, baik secara terus menerus sepanjang

tahun atau bergiliran dengan palawija. Tanah sawah merupakan tanah yang

terpenting di Indonesia karena merupakan sumberdaya alam utama dalam

memproduksi beras yang merupakan makan pokok sebagian besar penduduk

Indonesia.

Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

dijadikan sawah atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat

saluran-saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang diairi

umumnya berupa sawah irigasi, baik irigasi teknis (dengan bangunan irigasi

permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semipermanen) maupun

irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi). Apabila sumber air berasal langsung

dari hujan maka disebut sawah tadah hujan. Sawah yang dikembangkan di rawa-

rawa pasang-surut disebut sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di

daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak. Hardjowigeno dan Rayes (2005 : 3).

7. Beras

Beras adalah bulir padi (gabah) yang telah dipisahkan dari kulitnya

(sekam) dengan cara ditumbuk menggunakan lesung atau digiling menggunakan

mesin penggilingan padi hingga kulitnya terlepas dari isinya, bagian isi inilah

yang disebut beras. Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi yang

merupakan makanan pokok terpenting penduduk indonesia. Beras merupakan

pangan yang sangat penting di dunia, melebihi kentang, gandum, jagung dan

serealia lain. Beras menjadi makanan pokok sekitar 3 miliar orang, atau sekitar

separuh penduduk dunia. Sebagian besar beras (90%) diproduksi dan dikonsumsi

oleh negara-negara di Asia, Khudori (2008:1).

Page 49: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8. Produksi Beras

Produksi padi di daerah penelitian didapat dengan menjumlahkan hasil

panen padi seluruh lahan pertanian yang ada selama setahun. Hasil panen yang

dimaksud adalah padi yang telah menjadi gabah kering giling (GKG). Produksi

beras dihitung dengan mengalikan antara gabah kering giling dengan angka

rendemen padi yang digunakan oleh BPS yaitu sebesar 63,2%, Khudori (2008:34).

Menurut Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura Kabupaten Karanganyar

angka rendemen padi adalah 75%, sedangkan menurut hasil wawancara dengan

petani, angka rendemen padi adalah 65%.

Gabah kering giling (GKG) yang didapat adalah sekitar 90% dari Gabah

Kering Panen (gabah basah). Kemudian untuk mengetahui besarnya produksi

beras dilakukan dengan cara mengkonversi gabah kering giling menjadi beras,

yaitu jumlah GKG dikalikan 65% (angka rendemen padi menurut hasil

wawancara dengan petani). Sebagai contoh misalnya dari 1000 kg GKG maka

akan didapatkan beras sejumlah 650 kg.

9. Kebutuhan Beras

a. Penduduk

Penduduk adalah setiap orang baik Warga Negara Indonesia maupun

Warga Negara Asing yang bertempat tinggal tetap di dalam wilayah Negara

Indonesia dan telah memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku. (http://www.pu.go.id/infostatistik)

b. Kebutuhan beras

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk

hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) untuk berusaha.

(www.wikipedia.com). Kebutuhan beras Kecamatan Jaten selama setahun

dihitung dari kebutuhan beras perkapita dikalikan jumlah penduduk Kecamatan

Jaten.

Page 50: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Khudori (2008 : 91), angka kebutuhan beras perkapita nasional

menurut BPS pada tahun 2005 adalah sebesar 136,3 kg perkapita per tahun.

Menurut FAO, konsumsi beras perkapita adalah 133 kg,

10. Swasembada Beras

Swasembada (self suffiency), bisa diartikan kemampuan untuk memenuhi

seluruh kebutuhan dari produk sendiri. Itu artinya swasembada terkait erat dengan

keseimbangan antara pasokan (supply) dan permintaan (demand),

(http://www.wordpress.com). Menurut menteri pertanian Anton Apriyantono,

mencukupi 90% kebutuhan beras dari dalam negeri berarti kondisi swasembada

telah tercipta (Republika Online - Senin, 09 Oktober 2006)

Dalam penelitian ini swasembada yang dimaksud adalah swasembada

seperti pengertian yang pertama diatas, yaitu tepenuhinya seluruh kebutuhan beras

di Kecamatan Jaten oleh produksi beras dari lahan pertanian dari Kecamatan Jaten

sendiri.

11. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG), terjemahan dari Geographical

Information Sistem (GIS) merupakan teknologi informasi spasial dengan bantuan

komputer dan perangkat lunak yang mempunyai tugas pokok menyimpan,

pembaharuan, manipulasi dan penyajian semua bentuk informasi yang bereferensi

geografi sesuai dengan peruntukkanya. SIG dan penginderaan jauh mempunyai

kemampuan yang bersifat komplementari, dimana penginderaan jauh dapat

merekam data atau informasi permukaan bumi dengan lebih cepat dan baru yang

manfaatnya dapat lebih ditingkatkan dengan SIG, dalam hal ini kemampuan SIG

adalah memadukan antara data digital penginderaan jauh dengan data lain baik

peta maupun data tabular, Prahasta (2001:51). Dengan beberapa kemampuan yang

dimiliki tersebut maka akan didapatkan informasi yang baru dari hasil analisis

data menggunakan SIG.

Perubahan lingkungan sering berlangsung secara cepat, maka perlu suatu

sistem informasi untuk pengumpulan data, pemrosesan data dan alat untuk

mengkaji secara cepat pula. Untuk tujuan tersebut diperlukan metode yang praktis

Page 51: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yaitu pengumpulan data melalui teknik penginderaan jauh yang disertai dengan uji

lapangan secara selektif memberikan keuntungan dalam biaya dan waktu bila

dibandingkan dengan pemetaan secara terestrial. Data penginderaan jauh dapat

memberikan gambaran nyata permukaan bumi dan persebarannya secara

keruangan, sehingga setelah diolah dengan menggunakan SIG akan menjadi data

yang efektif dsan efisien dalam menyajikan informasi geografis.

Penginderaan jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi

(SIG). Data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang

dipergunakan dalam analisis SIG. SIG sangat baik dalam proses manajemen data,

baik itu data atribut maupun data spasialnya. Integrasi antara data spasial dan data

atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan

keunggulan dari SIG. Dengan SIG pengguna dapat membawa, meletakkan, dan

menggunakan data yang ada ke dalam sebuah bentuk (model) representasi

miniatur permukaan bumi untuk kemudian dimanipulasi, dimodelkan, atau

dianalisis baik secara tekstual, secara spasial maupun kombinasinya hingga

akhirnya disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan.

SIG mempunyai kemampuan untuk melakukan berbagai fungsi analisis.

Menurut Aronoff (1989) kemampuan analisis SIG dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi

2. Fungsi overlay

3. Fungsi Neighbourhood

4. Fungsi Network

5. Fungsi 3D Analyst

Pengkajian ini menggunakan analisis pengukuran (measurement analisis)

dan analisis overlay. Pengukuran merupakan fungsi yang mengeksplor data tanpa

perubahan yang mendasar dan biasanya dilakukan sebelum melakukan analisis

data. Fungsi Pengukuran mencakup pengukuran jarak suatu obyek, luas area (2

dimensi) dan volume (3 dimensi). Overlay merupakan fungsi yang menghasilkan

data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukannya.

Page 52: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(sumber: www.Centerpoint.Co.Id). Analisis pengukuran dan analisis overlay ini

diarahkan untuk mengetahui luas lahan pertanian, hubungannya dengan produksi,

kebutuhan beras dan swasembada di Kecamatan Jaten.

Untuk dapat melakukan berbagai analisis tersebut tahap-tahap yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Masukan Data (Data Input)

Subsistem masukan data bertugas untuk mengumpulkan dan

mempersiapkan data spasial dan atribut. Subsistem ini pula yang

bertanggung jawab dan mengkonversi atau mentransformasikan format-

format data aslinya ke dalam format yang dapat dibaca atau digunakan oleh

perangkat SIG.

Data Input dalam penelitian ini adalah Citra IKONOS Kecamatan

Jaten. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra IKONOS berupa data

sebaran penggunaan lahan pertanian, data ini merupakan data spasial yang

bersifat keruangan. Agar dapat diolah menggunakan SIG maka data spasial

tersebut perlu ditambahkan data lain yang berifat atribut yaitu data

kependudukan.

Agar dapat dianalisis dengan menggunakan SIG yang berbasis

komputer maka interpretasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan cara digitasi layar (on screen digitizing) pada citra IKONOS (soft

copy). Untuk membantu proses interpretasi digunakan pula peta RBI sebagai

acuan dalam melakukan digitasi, terutama berkaitan dengan batas

administrasi. Data hasil digitasi ini kemudian dibuat peta sementara dan

mementukan titik sampel untuk uji ketelitian interpretasi citra IKONOS.

b. Pengolahan Data

Subsistem pengelolaan data pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk

menimbun dan menarik kembali dari arsip data dasar. Pengorganisasian data

dalam bentuk arsip dapat dimanfaatkan dalam subsistem pengelolaan data.

Page 53: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data yang diolah pada SIG ada 2 macam yang biasanya disebut data

geospasial yaitu terdiri dari data spasial dan data non-spasial.

Data spasial adalah data yang berhubungan dengan kondisi geografi

misalnya sungai, wilayah administrasi, penggunaan lahan, jalan dan

sebagainya. Data spasial bisa didapatkan dari peta, foto udara, citra satelit,

dan lain-lain. Data non-spasial atau biasanya disebut dengan atribut, yaitu

data yang berupa teks atau angka.

Data non-spasial ini akan menerangkan data spasial atau sebagai dasar

untuk menggambarkan data spasial. Dari data nonspasial ini nantinya dapat

dibentuk data spasial. Misalnya jika ingin menggambarkan peta kebutuhan

beras penduduk maka diperlukan data jumlah penduduk dari masing-masing

desa (data non-spasial), dari data tersebut nantinya dapat menggambarkan

peta kebutuhan beras penduduk untuk masing-masing desa di Kecamatan

Jaten.

c. Manipulasi dan Analisis Data

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan

oleh SIG dan melakukan manipulasi serta pemodelan data untuk

menghasilkan informasi yang diharapkan. Data yang digunakan dalam proses

analisis ini yaitu data penggunaan lahan tahun 2009 dari hasil interpretasi

citra IKONOS, dan data kependudukan dari BPS.

Dari data penggunaan lahan akan didapatkan data luas sawah yang

nantinya akan menghasilkan data produksi beras, dari data jumlah penduduk

akan menghasilkan data kebutuhan beras. Dari data produksi dan kebutuhan

beras maka akan dapat diketahui bagaimana keadaan swasembada beras di

Kecamatan Jaten tahun 2009.

d. Keluaran Data (Data Output)

Subsistem ini berfungsi untuk menanyakan informasi maupun hasil

analisis data geografi secara kualitatif maupun kuantitatif. Keluaran Sistem

Informasi Geografi (SIG) dapat berupa cetakan (hardcopy), rekaman

Page 54: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(softcopy), dan tayangan (display). Keluaran data dalam pengkajian ini berupa

peta cetakan.

Data spasial dan data atribut setelah diolah menggunakan SIG maka

akan menjadi data yang menyajikan informasi baru yaitu berupa peta

swasembada beras di Kecamatan Jaten. Data ini nantinya dapat digunakan

sebagai masukkan untuk menentukan kebijakan dalam mengatasi masalah

perberasan di Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Jaten, juga

kebijakan dalam pengelolaan wilayah yang berkaitan dengan tata ruang.

Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam melakukan berbagai

analisis ini adalah software Arc-View. Arc-View adalah salah satu perangkat

lunak SIG yang paling popular dan paling banyak digunakan untuk mengelola

data spasial. Software ini dibuat oleh ESRI (Environmental Systems Research

Institute), perusahaan yang mengembangkan program Arc / info. Dengan Arc-

View kita dengan mudah melakukan input data, menampilkan data, mengelola

data, menganalisis data, dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan

data spasial bereferensi geografis. Arc-View lebih memfokuskan perhatian pada

struktur data vektor. Namun demikian, Arc-View juga mempunyai kemampuan

untuk menganalisis data berbasis raster (grid dan citra penginderaan jauh).

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang penggunaan penginderaan jauh dan Sistem

Informasi Geografis (SIG) telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dengan

penekanan yang berbeda-beda. Untuk menghindari adanya replikasi penelitian

dan untuk lebih mendalami teori dan konsep tentang penelitian yang akan

dilakukan, maka juga dilakukan telaah dari penelitian-penelitian yang relevan

dengan tema penelitian pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG.

Nurbersari (2006) melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Foto

Udara Pankromatik Hitam Putih untuk Kajian Konversi Lahan Pertanian di

Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 1995-2006”. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui tingkat ketelitian foto udara pankromatik hitam putih skala

Page 55: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1:2500 untuk kajian konservasi lahan ,mengetahui besar konservasi lahan yang

terjadi dan agihannya, mengetahui apakah faktor panjang dan kondisi jalan serta

pertumbuhan penduduk mempengaruhi konservasi lahan pertanian.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah besar ketelitian foto udara

pankromatik hitam putih untuk kajian koversi lahan pertanian adalah 93,267%,

konversi lahan pertanian yang terjadi yaitu 112,467 Ha (4,198%) tersebar merata.

Faktor panjang dan kualitas jalan kurang berpengaruh terhadap konversi lahan

pertanian dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi konversi lahan pertanian.

Kusuma (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Citra

IKONOS dan Sistem Informasi Geografis Untuk Estimasi Nilai Jual Objek Pajak

Bumi di Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta”. Tujuan penelitian yaitu untuk

mengkaji kehandalan (ketelitian citra IKONOS) dalam mengidentifikasi variabel-

variabel penentu NJOP Bumi, mengetahui dan memetakan NJOP Bumi

menggunakan citra IKONOS dan SIG.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Jenis penggunaan lahan

berdasar citra IKONOS yaitu: permukiman, perdagangan, pertanian, jasa, rekreasi,

tempat ibadah, dan lain-lain. Ketelitian interpretasi citra IKONOS adalah 85 %

(layak digunakan). Hasil estimasi NJOP Bumi menunjukkan bahwa harga

terendah di Kecamatan Tegalrejo adalah Rp 75.504,- dan harga lahan tertinggi

adalah Rp 1.226.530,- Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa lahan di Tegalrejo

termasuk dalam kelas 13 sampai 30. Distribusi NJOP Bumi menunjukkan harga

lahan tertinggi yaitu lahan yang terletak dipinggir jalan utama, yaitu jalan

Magelang, jalan A.M Sangaji, jalan Kyai Mojo, dan jalan HOS Cokroaminoto.

Suroto (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan

Lahan Untuk Dasar Arahan Konservasi Lahan menggunakan Aplikasi

Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Nguntoronadi

Kabupaten Wonogiri”. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan

penginderaan jauh citra IKONOS untuk menyadap parameter fisik lahan terkait

dengan kemampuan lahan, mengetahui tingkat kemampuan lahan, mengevaluasi

kemampuan lahan dengan penggunaan lahan dan alternatif arahan konservasinya

Page 56: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil penelitianya yaitu: Uji ketelitian citra IKONOS dengan ketepatan

interpretasi bentuk lahan sebesar 88,88%, dan ketepatan interpretasi penggunaan

lahan sebesar 94%. Tingkat kemampuan lahan di daerah penelitian yaitu kelas

IIs,kelas IIIe, kelas IVe,s, kelas IVe,w,s, kelas IVw,s, kelas Ve,s, kelas VIe,s, kelas

VIe,w,s,dan kelas VIIe,w,s. Hasil evaluasi keselarasan lahan yaitu kategori selaras

seluas 4217,19 ha (62,98%), kategori sedang 737,73 (11,01%), kategori tidak

selaras 1740,73 ha (26,01%). Alternatif dasar “arahan konservasi lahan dengan

yaitu pengelolaan intensif untuk kemampuan lahan kelas II sampai dengan cagar

alam untuk kelas VI. Sedangkan “perlakuan terhadap lahan” adalah pengolahan

menurut garis kontur, pemupukan pergiliran tanaman, pemakaian mulsa, teras

berdasar lebar untuk kelas II sampai penutup tanah permanen untuk alternatif kelas

VII.

Page 57: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

Nama

Peneliti

Penelitian

Rita Mawanti Kusuma Nurbersari

(2007)

Susandi Kusuma

(2006) Suroto

(2006)

Peneliti

Judul

Penggunaan Foto udara Pankromatik

Hitam Putih untuk Kajian Konversi

Lahan Pertanian di kecamatan Jaten

Kabupaten Karanganyar tahun 1995-

2006. Universitas Sebelas Maret

Surakarta (Skripsi)

Pemanfaatan Citra IKONOS Dan Sistem

Informasi Geografis Untuk Estimasi

nilai Jual Objek Pajak Bumi Di

Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

Universitas Gadjah Mada (Skripsi)

Analisis Kemampuan Lahan Untuk Dasar

Arahan Konservasi Lahan Menggunakan

Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem

Informasi Geografis di Kecamatan

Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri.

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Skripsi)

Evaluasi Swasembada Beras Di

Kecamatan Jaten Tahun 2009

menggunakan Citra IKONOS

Daerah

Penelitian

Kecamatan Jaten Kabupaten

Karanganyar

Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten

Wonogiri

Kecamatan Jaten ,Kabupaten

Karanganyar, Jawa Tengah

Tujuan

1. mengetahui tingkat ketelitian foto

udara pankromatik hitam putih

untuk kajian konversi lahan 2. Mengetahui konversi lahan

pertanian dan agihannya

3. mengetahui pengaruh letak lahan,

aksesbilitas dan pertumbuhan

penduduk terhadap konversi lahan

pertanian

1. mengkaji kehandalan (ketelitian citra

IKONOS) dalam mengidentifikasi

variabel-variabel penentu NJOP Bumi 2. Mengetahui dan memetakan NJOP

Bumi menggunakan citra IKONOS

dan SIG

1. mengetahui kemampuan data

penginderaan jauh yaitu citra IKONOS

untuk menyadap parameter fisik lahan

yang terkait dengan kemampuan lahan. 2. Mengetahui tingkat kemampuan lahan di

daerah penelitian

3. mengevaluasi kemampuan lahan dengan

penggunaan lahan di daerah penelitian

4. mengetahui alternatif dasar arahan

konservasi lahan di daerah penelitian

1. mengetahui tingkat ketelitian Citra

IKONOS Untuk Evaluasi

Swasembada Beras Di Kecamatan

Jaten Tahun 2009

2. mengetahui luas lahan lahan

pertanian di Kecamatan

3. Mengetahui produksi lahan

pertanian di Kecamatan Jaten pada

tahun 2009.

4. Mengetahui kebutuhan beras di

Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

5. Mengetahui tingkat swasembada

beras di Kecamatan Jaten pada

tahun 2009.

Metode

- Deskriptif Kualitatif

- interpretasi foto udara

- analisis peta dengan SIG

Deskriptif kuantitatif

Deskriptif Kualitatif

- Deskriptif spasial

- interpretasi citra IKONOS

- analisis peta dengan SIG

Hasil

1. Besar ketelitian foto udara

pankromatik hiatam putih adalah

93,265% 2. Telah terjadi koversi lahan

1. Jenis penggunaan lahan berdasar citra

IKONOS yaitu: permhkiman,

perdagangan, pertanian, jasa, rekreasi,

tempat ibadah, dan lain-lain.

1. Uji ketelitian citra IKONOS dengan

ketepatan interpretasi bentuk lahan

sebesar 88,88%, dan ketepatan intepretasi

penggunaan lahan sebesar 94%

Page 58: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pertanian sebesar112,467 Ha

(4,198%) tersebar merata di

delapan desa yaitu Desa Suruh

Kalang sebesar 55,343 Ha, Desa

Jati sebesar 11,462 Ha, Desa

Jaten sebesar 0,863 Ha, Desa

Ngringo sebesar 8,592 Ha, Desa

Jetis sebesar 23,727 Ha, Desa

Brujul sebesar 18,5 Ha, Desa

sroyo sebesar 5,715 Ha

3. Aksesbilitas terutama panjang dan

kualitas jalan kurang berpengaruh

terhadap konversi lahan pertanian

dan pertumbuhan penduduk

mempengaruhi konversi lahan

pertanian.

2. Ketelitian interpretasi citra IKONOS

berdasarkan uji ketelitian citra adalah

85 % (layak digunakan) 3. Hasil estimasi NJOP Bumi

menunjukkan bahwa harga terendah di

Kecamatan Tegalrejo adalah Rp

75.504, dan harga lahan tertinggi

adalah Rp 1.226.530. Hasil klasifikasi

menunjukkan bahwa lahan di

Kecamatan Tegalrejo termasuk dalam

kelas 13 sampai 30. Sebagian besar

lahan di Kecamatan Tegalrejo

termasuk kelas 23 yaitu lahan dengan

harga antara Rp 308.000 sampai Rp

362.000 dengan ketentuan nilai jual

bumi Rp 335.000.

4. Distribusi NJOP Bumi menunjukkan

bahwa harga lahan tertinggi yaitu di

atas satu juta rupiah per meter persegi

adalah lahan yang terletak dipinggir

jalan utama, yaitu jalan Magelang,

jalan A.M Sangaji, jalan Kyai Mojo,

dan jalan HOS Cokroaminoto. Harga

lahan yang terletak tidak dipinggir

jalan dibawah lima ratus ribu rupiah

per meter persegi.

2. Tingkat kemampuan lahan di daerah

penelitian yaitu kelas IIs,kelas IIIe, kelas

IVe,s, kelas IVe,w,s, kelas IVw,s, kelas

Ve,s, kelas VIe,s, kelas VIe,w,s,dan

kelas VIIe,w,s

3. Hasil evaluasi keselarasan lahan yaitu

kategori selaras seluas 4217,19 ha

(62,98%), kategori sedang 737,73

(11,01%), kategori tidak selaras 1740,73

ha (26,01%)

4. Alternatif dasar arahan konservasi lahan

dengan “alternatif penggunaan lahan” yaitu

pengelolaan intensif untuk kemampuan

lahan kelas II sampai dengan cagar alam

untuk kelas VI. Sedangkan “perlakuan

terhadap lahan” adalah pengolahan

menurut garis kontur, pemupukan

pergiliran tanaman, pemakaian mulsa, teras

berdasar lebar untuk kelas II sampai

penutup tanah permanen untuk alternatif

kelas VII

Page 59: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

C. Kerangka Berpikir

Adanya konversi lahan pertanian ke penggunaan lahan non pertanian dari

tahun ke tahun menyebabkan luas lahan pertanian selalu berubah, jika data luas

lahan pertanian yang sudah tidak sesuai masih digunakan dalam penghitungan

produksi lahan pertanian maka hasil perhitungannya akan tidak tepat sehingga

kebijakan yang diambil akan menimbulkan pertentangan karena tidak akuratnya

data yang digunakan. Perubahan penggunaan lahan berlangsung cepat

menyebabkan pemerintah kesulitan untuk melakukan pendataan karena

memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar, salah satu cara yang lebih

cepat dengan biaya dan tenaga labih sedikit adalah dengan memanfaatkan data

dari citra penginderaan jauh. Salah satu data penginderaan jauh adalah citra

IKONOS. Citra IKONOS memiliki resolusi spasial yang tinggi sehingga dapat

menggambarkan kenampakan permukaan bumi dengan baik.

Untuk mengetahui swasembada beras ada dua faktor yang mempengaruhi

swasembada beras yaitu produksi beras pertahun dan konsumsi beras pertahun.

Untuk dapat menghitung produksi maka perlu di ketahui berapa luas lahan

pertanian yang ada. Luas lahan didapat dari hasil interpretasi citra IKONOS.

Hasil interpretasi citra IKONOS kemudian dilakukan uji validitas atau uji

interpretasi citra dengan cara melakukan pengecekan lapangan untuk

mencocokkan hasil interpretasi dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

Data hasil interpretasi citra IKONOS kemudian diolah dengan

menggunakan perangkat SIG. Besarnya produksi beras di daerah penelitian

diperoleh dengan cara mengalikan antara luas lahan dengan produksi lahan

perhektar. Kebutuhan beras Kecamatan Jaten diperoleh dengan cara mengalikan

antara kebutuhan perkapita dengan jumlah penduduk Kecamatan Jaten.

Swasembada beras diketahui dengan membandingkan antara besarnya

produksi dan kebutuhan beras di Kecamatan Jaten. Jika produksi beras lebih

besar dari kebutuhan beras maka berarti swasembada beras telah tercapai, namun

jika produksi beras lebih kecil dari kebutuhan beras itu berarti Kecamatan Jaten

tidak Swasembada. Hasil akhir dari penelitian ini disajikan dalam bentuk peta

Page 60: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

yaitu peta swasembada beras Kecamatan Jaten tahun 2009. Untuk lebih jelasnya,

alur pemikiran dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 13. Bagan Kerangka Berpikir

Kebutuhan

Perkapita

Produksi < Kebutuhan

Luas Lahan

Pertanian

Tidak Swasembada

Produksi Beras

Pertahun

Produksi>Kebutuhan

Jumlah

Penduduk

Kebutuhan Beras

Pertahun

Lapangan

Swasembada

Citra

IKONOS

Peta

Swasembada Beras

Validitas

Data

Page 61: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dengan

obyek penelitian seluruh sawah yang terletak di Kecamatan Jaten. Kecamatan

Jaten memiliki lahan pertanian yang masih cukup luas, mencapai 1.227,59 Ha

(sumber: Monografi Kecamatan). Dijadikannya Kecamatan Jaten sebagai area

industri dan letaknya yang berdekatan dengan Kota Surakarta mengakibatkan di

kecamatan ini rentan terjadi konversi lahan, oleh sebab itu perlu adanya suatu

pengawasan terhadap perubahan penggunaan lahan. Karena kedua alasan itulah

Kecamatan Jaten dipilih sebagai lokasi penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan

laporan ini dilaksanakan. Penelitian dilaksanakan selama 23 bulan terhitung sejak

pengajuan judul.

Tabel 4. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap Waktu

Jan

2009

Maret -

Juni

2009

Juli-

Agustus

2009

Sep’09-

Jan’10

Feb-

Maret

2010

April’10 -

-Jan’11

Pengajuan Judul

Penyusunan

Proposal

Penyusunan Intrumen

Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penyusunan

Laporan

44

Page 62: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu

tujuan dalam penelitian. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif spasial.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada

pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan

mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan

interpretasi atau analisis (Tika, 1997: 7).

Menurut Narbuko dan Achmadi (2007: 44) penelitian deskriptif adalah

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data, jadi di sini juga menyajikan data, menganalisis

dan menginterpretasi.

Surakhmat (1998: 139) juga mengemukakan bahwa pelaksanaan metode-

metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan

data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itulah

maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan

perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil bentuk studi komparatif ; atau

mengukur suatu dimensi seperti dalam bentuk studi kuantitatif, atau mengadakan

klasifikasi, ataupun mengadakan pernilaian, menetapkan standar, menetapkan

hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur yang lain.

Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan.

Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu wilayah geografis tertentu.

Hadi (2009) mengemukakan bahwa tekanan utama geografi bukanlah pada substansi

melainkan pada sudut pandang spasial. Dalam menganalisis gejala dan permasalahan

suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method).

Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan

ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini adalah

pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau atau

kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi

ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola

(spatial pattern), dan proses (spatial process) (http://www.malang.ac.id).

Page 63: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakkan struktur,

pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk

ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama yaitu:

kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features) dan kenampakan

bidang (areal features).

Dari uraian diatas, metode deskriptif spasial dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan

obyek penelitian secara keruangan, dimana hasil akhir dari pengolahan data

spasial dalam penelitian ini adalah berupa peta. Sesuai dengan yang dikemukakan

Hadi (2009) bahwa produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions)

sebagai perwujudan dari persamaan dan perbedaan yang ada di muka bumi. Dari

pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk model-

model spasial yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi.

Hasil pengwilayahan itu tidak bisa disajikan dengan jelas jika hanya dengan

uraian-uraian melainkan harus dengan peta. Peta tersebut adalah peta-peta

tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau multitema sebagai deskripsi,

analisis dan sintesis obyek atau fenomena spasial.

Pada penelitian ini, data yang bersifat spasial adalah data persebaran sawah

bersadarkan jenis tanah dan irigasinya. Data spasial yang diperoleh kemudian diolah

dengan menambahkan data atribut yang berupa data jumlah penduduk dan data

produksi padi agar dapat dilakukan analisis terkait swasembada beras di daerah

penelitian.

Hasil akhir pengolahan data pada penelitian ini adalah berupa peta. Peta yang

dihasilkan merupakan peta tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau

multitema sebagai deskripsi, analisis dan sintesis objek, yang dalam hal ini adalah

swasembada beras di Kecamatan Jaten. Peta-peta tematik yang dihasilkan dalam

penelitian ini adalah:

1. Peta Luas Sawah berdasarkan Jenis Tanah dan Irigasi di Kecamatan Jaten Tahun

2009

2. Peta Produksi Beras di Kecamatan Jaten Tahun 2009

Page 64: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3. Peta Luas Sawah berdasarkan Jenis Tanah dan Irigasi di Kecamatan Jaten Tahun

2009

4. Peta Luas Sawah berdasarkan Jenis Tanah dan Irigasi di Kecamatan Jaten Tahun

2009

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari obyek yang diteliti sebagai hasil

observasi lapangan atau wawancara langsung dengan responden.

Data primer yang diperoleh antara lain:

1) Data produksi lahan pertanian padi hasil wawancara

2) Data penggunaan lahan hasil observasi lapangan

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data penunjang penelitian yang diperoleh dari

lembaga/instansi pemerintah yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder

tersebut meliputi:

1) Data kependudukan dari monografi Kecamatan dan monografi Kabupaten

2009. Sumber BPS Kabupaten Karanganyar

2) Data curah hujan Dinas Pertanian

3) Data penggunaan lahan dari Peta Rupa Bumi Indonesia dan citra satelit Ikonos

dari Google Earth tahun 2009

4) Peta Rupa Bumi Indonesia, lembar 1408-343,dan lembar 1408-344, sumber

Bakosurtanal

5) Data produksi beras dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Karanganyar

D. Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Tika (1997 : 32) Populasi adalah himpunan individu atau obyek

yang banyaknya terbatas dan tidak terbatas. Himpunan individu atau obyek yang

Page 65: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

terbatas adalah himpunan individu atau obyek yang dapat diukur dengan jelas

batas maupun jumlahnya. Himpunan individu atau obyek yang tidak terbatas

merupakan himpunan individu atau obyek yang sulit diketahui jumlah maupun

batas wilayahnya. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh lahan yang ada

di semua desa di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

2. Sampel

Menurut Tika (1997:39) ”Sampel adalah sebagian dari populasi untuk

mewakili seluruh populasi”. Penghambilan sampel dilakukan untuk melakukan uji

ketelitian interpretasi dan untuk menentukan narasumber wawancara. Sampel

yang diambil dalam uji interpretasi citra adalah blok-blok penggunaan lahan yang

telah mewakili seluruh penggunaan lahan yang ada di lapangan. Besarnya sampel

penelitian menurut Arikunto (2002: 112), apabila subyek penelitian kurang dari

100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi, selanjutnya jika jumlah subyek penelitian lebih besar dari 100 dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan jumlah blok atau

petak penggunaan lahan yang diintepretasi yaitu 168 blok/petak, jumlah sampel

yang diambil sebanyak 30% atau berjumlah 50 sampel.

Sampel narasumber wawancara adalah para petani di 8 desa yang ada di

Kecamatan Jaten yang diwakili oleh ketua Kelompok Tani atau GAPOKTAN

(Gabungan Kelompok Tani) masing-masing desa. Ketua Kelompok Tani dipilih

sebagai narasumber karena merupakan orang yang ditunjuk oleh pemerintah desa.

Selain sebagai petani pengagarap juga merupakan orang yang dianggap paling

mengerti keadaan lahan pertanian yang ada di wilayahnya.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah jenis tanah dan irigasi, sehingga

sawah di daerah penelitian diklasifikasikan berdasarkan jenis tanah dan irigasi.

Sampel untuk narasumber diambil pada masing-masing kelas sawah. Jumlah

sampel yang diambil pada masing-masing kelas adalah sebagai berikut:

1. Sawah pada tanah Alluvial dengan irigasi setengah teknis: 1 sampel

2. Sawah pada tanah Grumusol dengan irigasi setengah teknis: 2 sampel

3. Sawah pada tanah Grumusol dengan irigasi teknis: 5 sampel

Page 66: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4. Sawah pada tanah Mediteran dengan irigasi setengah teknis: 1 sampel

5. Sawah pada tanah Mediteran dengan irigasi teknis: 2 sampel

Banyaknya jumlah sampel yang diambil sawah mempertimbangkan luas

sawah pada masing-masing kelas, semakin luas area sawah maka semakin banyak

sampel yang diambil.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk uji interpretasi citra

adalah secara purposive (Purposive sampling). Purposive sampling adalah

sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil obyek penelitian secara

selektif dan memiliki ciri- ciri yang spesifik, sesuai dengan keinginan peneliti.

Sampel diambil pada seluruh penggunaan lahan yang ada dari populasi sehingga

dianggap cukup representatif (Tika; 1997:53-54). Sampel dalam uji ketelitian

adalah lahan berdasarkan penggunaannya. Sampel diambil secara purposive

dengan asumsi telah mewakili penggunaan lahan yang ada dengan jumlah sampel

50 buah. Sesuai dengan kebutuhan penelitian maka khusus untuk penggunaan

lahan sawah pengambilan sampelnya dilakukan lebih intensif.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan

narasumber wawancara menggunakan teknik expert sampling (sampel ahli), yaitu

sampel yang terdiri dari orang yang diketahui mempunyai pengalaman yang dapat

dibuktikan atau keahlian dalam suatu bidang

(http://www.socialresearchmethods.net). Expert sampling adalah salah satu

metode pengambilan sampel yang termasuk kedalam purposive sampling, dimana

pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan tertentu dan telah direncanakan

sebelumnya.

Ada dua alasan mengapa perlu digunakan sampel ahli, pertama karena ini

adalah cara terbaik untuk mendapatkan pandangan dari seseorang yang

mempunyai keahlian tartentu. Keuntungan dari menggunakan sampel ini adalah

bahwa kita mempunyai sejumlah pernyataan ahli yang melindungi kita, sedangkan

kekurangan teknik expert sampling ini adalah bahwa terkadang ahli juga bisa

salah, (http://www.socialresearchmethods.net).

Page 67: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Para narasumber merupakan orang yang berkompeten dalam bidang

pertanian tanaman padi, hubungannya terkait dengan produksi dan kebutuhan

beras di Kecamatan Jaten. Sampel ahli dalam penelitian ini adalah ketua

Kelompok Tani atau Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dan pegawai

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Karanganyar yang

telah ditunjuk atau direkomendasikan oleh instansi tersebut. Lokasi titik sampel

untuk uji interpretasi citra dipresentasikan pada peta 2.

Page 68: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

E.

Page 69: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara

tertulis atau dalam bentuk gambar yang didapat dari kantor atau instansi yang

terkait, perpustakaan, arsip perseorangan yang menunjang penelitian.

Pelaksanaanya dilakukan dengan mencatat, menyalin, mempelajari dan memilah

data yang termuat baik berupa peta, diagram, maupun buku-buku sesuai

kebutuhan penelitian. Data yang didapat dengan teknik ini adalah data sekunder

yang telah disebutkan di atas.

2. Observasi Lapangan

“Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada obyek penelitian” (Tika, 1997 : 68).

Setelah melakukan interpretasi citra IKONOS maka dilaksanakan

observasi langsung atau pengecekan lapangan untuk mencocokkan data dari hasil

interpretasi citra dengan keadaan sebenarnya melalui pengamatan langsung. Data

hasil observasi digunakan untuk keperluan uji ketelitian interpretasi citra.

Observasi lapangan dilakukan dengan mengunakan alat bantu berupa citra

IKONOS, GPS dan kamera. Hasil observasi dicatat kedalam lembar observasi

(lembar observasi dapat dilihat pada halaman lampiran), data hasil observasi

lapangan kemudian dicocokan dengan data dari hasil interpretasi citra. Tujuan

observasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya interpretasi yang keliru, apabila

hasil uji lapangan menyimpang jauh maka dilakukan interpretasi ulang yang

dilanjutkan dengan observasi atau uji lapangan untuk kedua kali sehingga hasil

interpretasi benar-benar layak untuk digunakan.

3. Wawancara

Menurut Nasution dalam Tika (1997 : 75), wawancara (interview) adalah

bentuk komunikasi verbal, jadi berupa percakapan yang bertujuan untuk

Page 70: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

memperoleh informasi. Selanjutnya Moleong (2002 : 148), menjelaskan bahwa

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (intervieweer) yang mengajukan pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau

informasi yang terinci dan mendalam dalam rangka pengumpulan data. Kegiatan

ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dengan informan

dengan mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun terlebih dahulu

agar informasi yang dibutuhkan dapat terjaring secara lengkap.

Wawancara dilakukan kepada petani yang tergabung dalam GAPOKTAN

(Gabungan Kelompok Tani) yang ada di Kecamatan Jaten dan kepada pegawai

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Karanganyar yang

telah ditunjuk. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara dilakukan

sesuai dengan pedoman yang telah disusun sebelumnya. Wawancara dilakukan

untuk mencari data produksi dan kebutuhan beras di Kecamatan Jaten. Untuk

pedoman wawancara dapat dilihat pada halaman lampiran.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan kebenaran data dari penelitian. Uji ketelitian

interpretasi citra penting untuk dilaksanakan oleh para peneliti agar memperoleh

data yang valid. Ketelitian data hasil interpretasi sangat penting untuk diketahui

sebelum peneliti melangkah lebih jauh melakukan analisis data.

Uji ketelitian interpretasi citra dilakukan dengan mencocokkan antara hasil

interpretasi citra IKONOS dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Setelah

proses interpretasi ini kemudian dilakukan observasi langsung ke lapangan untuk

mengecek kebenaran jenis penggunaan lahan yang hasil interpretasi citra dengan

penggunaan lahan yang ada di lapangan.

Dalam melakukan uji ketelitian digunakan tabel uji ketelitian atau yang

disebut dengan tabel omisi dan komisi (dapat dilihat pada tabel 3, halaman 16).

Ketelitian data hasil interpretasi penginderaan jauh dapat diterima apabila

prosentase rerata benar lebih dari 80% dan rerata salah kurang dari 20%.

Page 71: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Selain menguji kebenaran data interpretasi citra juga dilakukan uji

validitas terhadap data produksi dan konsumsi beras hasil wawancara, yaitu

dengan metode triangulasi data. Sebagai pembanding digunakan data-data

produksi dan konsumsi beras dari BPS, Dinas Pertanian, dan monografi

kecamatan.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1990:112). Tujuan

analisis data untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca

dan diinterpretasikan.

Pengkajian ini menggunakan analisis interpretasi citra dan analisis peta

dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Analisis ini diarahkan

untuk mengetahui luas lahan pertanian hubungannya dengan produksi dan

kebutuhan beras, sehingga dapat diketahui swasembada beras di Karanganyar.

Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Ketelitian Interpretasi Citra IKONOS

Uji ketelitian interpretasi dilakukan sebelum peneliti menuju ketahap

berikutnya karena uji ketelitian akan mempengaruhi seberapa besar kepercayaan

terhadap data hasil interpretasi citra.

Setelah mengidentifikasi obyek dengan memperhatikan kunci interpretasi,

tahap selanjutnya adalah observasi lapangan dengan tujuan untuk mencocokan

hasil interpretasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Dalam melakukan

pengecekan lapangan digunakan sampel yang diambil secara purposive dengan

pertimbangan sampel yang diambil mewakili seluruh penggunaan lahan hasil

interpretasi Citra IKONOS. Data hasil interpretasi dan data hasil observasi

lapangan kemudian dimasukan kedalam tabel untuk dilakukan uji ketelitian.

Page 72: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

2. Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Jaten Tahun 2009

Lahan pertanian yang dimaksud dalam penelitian in adalah seluruh sawah

yang digunakan untuk menanam tanaman padi baik itu sawah dengan pengairan

irigasi teknis, setengah teknis, maupun tadah hujan.

Luas sawah didapatkan dari peta penggunaan lahan hasil interpretasi citra

yang telah diolah dengan menggunakan perangkat SIG. Analisis SIG yang

digunakan dalam mencari luas lahan pertanian menggunakan analisis pengukuran

(measurement), yaitu fungsi SIG untuk mengukur jarak (panjang), tinggi, luas,

dan volume.

Sawah di daerah penelitian diklasifikasikan berdasarkan jenis tanah dan

jenis irigasinya, kemudian dihitung luas masing-masing kelas agar dapat dihitung

produksi beras pada masing-masing kelas sawah.

3. Produksi Beras di Kecamatan Jaten Tahun 2009

Produksi lahan pertanian dapat dihitung dengan cara mengalikan antara

luas lahan (dalam satuan hektar) dengan produktifitas sawah (rata-rata hasil panen

per hektar selama setahun). Data produktifitas lahan pertanian yang digunakan

untuk menghitung produksi adalah data dari hasil wawancara dengan petani di

Kecamatan Jaten. Produksi padi di hitung berdasarkan luas masing-masing kelas

sawahnya. Contoh penghitungan produksi padi di Kecamatan Jaten adalah dengan

rumus sebagai berikut:

Misal : A = Sawah dengan irigasi teknis pada jenis tanah A

: B = Sawah dengan irigasi teknis pada jenis tanah B

: C = Sawah dengan irigasi teknis pada jenis tanah C

Produksi A =

Produksi Total = Produksi A + Produksi B + Produksi C

pertahun perhektar A tasproduktiviA x Luas

Page 73: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

4. Kebutuhan Beras di Kecamatan Jaten Tahun 2009

Kebutuhan beras Kecamatan Jaten dapat dihitung dengan cara mengalikan

antara kebutuhan beras perkapita dengan jumlah penduduk Kecamatan Jaten

sehingga akan didapatkan kebutuhan beras penduduk Kecamatan Jaten dalam satu

tahun. Data kebutuhan beras penduduk tahun 2009 dan peta administratif

kemudian diolah untuk menghasilkan peta kebutuhan beras per desa.

5. Swasembada beras di Kecamatan Jaten Tahun 2009

Setelah diketahui berapa ton produksi beras dan berapa ton kebutuhan

beras dalam satu tahun di Kecamatan Jaten maka swasembada beras dapat

dihitung, yaitu dengan cara membandingkan antara produksi beras dengan

kebutuhan beras. Jika produksi lebih besar daripada kebutuhan (konsumsi) itu

berarti bahwa Kecamatan Jaten mengalami surplus beras atau swasembada,

namun jika ternyata produksi beras lebih kecil daripada kebutuhan beras

penduduk maka berarti Kecamatan Jaten mengalami minus (defisit) atau tidak

swasembada.

Dari peta produksi beras, peta kebutuhan beras, dan peta administratif

Kecamatan Jaten kemudian diolah menggunakan SIG menjadi peta swasembada

beras Kecamatan Jaten.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran

tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang

terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat

dirinci sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian

b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan

Page 74: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

c. Survei ketersediaan data

d. Studi pustaka

2. Tahap Penyusunan Proposal

Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa

kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa proposal

penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi penelitian.

3. Tahap Penyusunan Instrumen

Intrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, lembar observasi,

dan citra IKONOS daerah penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini

adalah menentukan alat penelitian yang diantaranya adalah menyusun daftar

pertanyaan yang akan diberikan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebut

digunakan untuk mengetahui produksi dan konsumsi beras. Citra IKONOS

daerah penelitian diperoleh dari situs www.googleearth.com yang kemudian

dilakukan observasi lapangan untuk menguji tingkat ketelitian citra.

4. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui

studi dokumentasi untuk memberikan gambaran awal tentang keadaan daerah

penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari instansi yang terkait kemudian

dilakukan observasi dan wawancara di lapangan untuk memperoleh informasi dari

responden, yaitu pegawai Dinas Pertanian tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Karanganyar dan para petani yang tergabung dalam GAPOKTAN

(Gabungan Kelompok Tani). Wawancara dilakukan untuk mencari data produksi

lahan pertanian dan kebutuhan beras di Kecamatan Jaten.

5. Tahap Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan

yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk kepentingan

Page 75: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

analisis data, setelah data terkumpul kemudian dilakukan tabulasi untuk

mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah diketahui

kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif. Analisis

dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul

Data luas lahan pertanian dari citra IKONOS dan data produksi beras

diolah menjadi peta produksi beras. Data jumlah penduduk dan data kebutuhan

beras perkapita diolah menjadi peta kebutuhan beras. Data produksi dan data

kebutuhan beras kemudian diolah menjadi peta swasembada beras.

Swasembada beras ditiap desa diketahui dengan cara membandingkan

antara produksi dan kebutuhan beras masing-masing desa di Kecamatan Jaten

selama satu tahun. Jika produksi lebih besar daripada kebutuhan beras maka

dikatakan Kecamatan Jaten mengalami swasembada, sebaliknya jika produksi

lebih kecil daripada kebutuhan maka dikatakan tidak swasembada.

6. Tahap Penulisan Laporan

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian

yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang swasembada beras di daerah

penelitian, selain itu dijelaskan pula tingkat ketelitian citra IKONOS yang

digunakan dalam penelitian. Laporan yang ditulis selanjutnya dilengkapi atau

disajikan dalam bentuk skripsi yang dilengkapi dengan peta, tabel, gambar dan

lampiran.

Page 76: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak dan Luas

a. Letak

Kecamatan Jaten terlrtak antara 7031’14’’LU – 7

0 36’51’’LU dan

110051’40’’BT – 110

055’58’’BT. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar

1408-343, dan lembar 1408-344, secara administratif Kecamatan Jaten termasuk

bagian dari Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini

terletak lebih kurang 5 km dari Ibukota Kabupaten Karanganyar dan 300 meter

dari Kota Surakarta. Kecamatan Jaten berbatasan dengan 4 kecamatan yaitu:

1. sebelah utara : Kecamatan Kebakkramat

2. sebelah selatan : Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

3. sebelah barat : Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

4. sebelah timur : Kecamatan Tasikmadu dan Karanganyar

Administrasi Kecamatan Jaten dapat dilihat pada peta administratif yang

dipresentasikan dalam Peta 3 halaman 59.

b. Luas

Berdasarkan hasil interpretasi citra IKONOS dan perhitungan dengan

menggunakan SIG, secara administratif Kecamatan Jaten memiliki luas wilayah

2.301 Ha yang dibagi menjadi 8 desa. Desa yang paling luas adalah Desa Sroyo

dengan luas wilayah 418 Ha (18,12% dari luas Kecamatan Jaten keseluruhan), dan

desa yang paling kecil adalah desa Jetis yaitu seluas 230 Ha (10,05%). Luas

masing- masing desa dapat disimak pada tabel 5.

Page 77: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Page 78: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 5. Nama Desa dan Luasnya di Kecamatan Jaten

NO Nama Desa Luas

Ha %

1 Sroyo 418 18,12

2 Jetis 230 10,05

3 Brujul 259 11,17

4 Jati 282 12,3

5 Dagen 244 10,53

6 Ngringo 358 15,57

7 Jaten 252 10,87

8 Suruhkalang 258 11,39

Jumlah 2.301 100

Sumber : Interpretasi citra IKONOS dan hasil perhitungan

2. Iklim

Iklim merupakan gambaran keadaan rata-rata cuaca suatu tempat dalam

waktu yang panjang (dengan periode 10 tahunan hingga 30 tahunan). Iklim

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ; angin, intensitas curah hujan,

temperatur, letak, jarak dari matahari dan tinggi suatu tempat.

Klasifikasi iklim yang sering digunakan di Indonesia adalah klasifikasi iklim

menurut Schmidt dan Ferguson serta Oldeman. Klasifikasi iklim dalam penelitian

ini menggunakan klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson dengan berdasarkan nilai

Q (Quotien), yaitu dengan menghitung perbandingan antara rata-rata bulan basah

dengan rata-rata bulan kering.

Penentuan bulan basah dan bulan kering menggunakan klasifikasi dari

Mohr, yaitu:

1) Bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan lebih besar dari 100

mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih besar dari penguapan yang terjadi.

2) Bulan lembab adalah bulan dengan rata-rata curah hujan antara 60 – 100 mm.

Pada bulan ini, curah hujan kurang lebih sama dengan penguapan yang terjadi.

Page 79: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3) Bulan kering adalah bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 60 mm.

Pada bulan kering, curah hujan lebih kecil dari penguapan yang terjadi.

(Wisnubroto, 1983 : 74)

Penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson berdasarkan nilai Q

(Quotient) dinyatakan dalam persen (%), dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi menjadi

8 golongan yaitu : Sangat basah (very wet), basah (wet), agak basah (fairly wet),

sedang (fair), agak kering (fairly dry), kering (dry), sangat kering (very dry), dan

luar biasa kering (extremely dry). Data curah hujan (mm) rata-rata Kecamatan

Jaten selama 10 tahun dari tahun 1999 sampai 2008 dapat dilihat pada Tabel 6.

Data curah hujan dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar dipakai

untuk mewakili curah hujan di lokasi penelitian (dipresentasikan pada Tabel 7).

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui jumlah curah hujan tertinggi adalah pada

Tahun 1999 sebesar 2453 mm. Jumlah bulan basah paling banyak berada pada

Tahun 1999 yaitu sebanyak 8 bulan. Adapun jumlah bulan kering paling banyak

pada Tahun 2002 yaitu sebanyak 8 bulan.

Tabel 6. Klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson

No. Tipe Nilai Sifat

1. A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah (very wet)

2. B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah (wet)

3. C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak basah (fairly wet)

4. D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang (fair)

5. E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak kering (fairly dry)

6. F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering (dry)

7. G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering (very dry)

8. H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering (extremely dry)

Sumber : Wisnubroto, 1983 : 7

100 basahbulan rata - Rata

keringbulan rata -Rata Q

Page 80: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 7. Curah hujan Kecamatan Jaten tahun 1999 – 2008

No Bulan Curah hujan (mm) Jumlah

(mm)

Rata-rata

(mm)

Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 378 209 193 108 148 245 264 305 176 352 2378 237,8

2 Pebruari 419 0 193 208 189 257 298 285 299 481 2629 262,9

3 Maret 321 916 266 109 174 126 317 192 289 350 3060 306,0

4 April 212 431 271 36 50 111 28 128 280 166 1713 171,3

5 Mei 137 0 0 32 0 82 0 61 39 0 351 35,1

6 Juni 54 33 0 0 0 0 96 0 15 0 198 19,8

7 Juli 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 33 3,3

8 Agustus 19 21 21 0 0 0 0 0 0 0 61 6,1

9 September 4 0 18 0 25 0 65 0 24 0 136 13,6

10 Oktober 203 343 66 0 69 45 75 0 90 290 1181 118,1

11 Nopember 313 153 114 94 139 203 161 12 206 260 1655 165,5

12 Desember 393 0 79 97 206 344 252 176 211 268 2026 202,6

Jumlah 2453 2106 1254 684 1000 1413 1556 1159 1629 2067

Jumlah Bulan Basah 8 5 5 3 5 6 5 5 6 7 55 5,5

Jumlah Bulan Lembab 0 0 2 2 1 1 3 1 1 0 11 1,1

Jumlah Bulan Kering 4 7 5 7 6 5 4 6 5 5 54 5,4

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 2008 dan Hasil perhitungan.

Page 81: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa:

rata-rata bulan basah 5,510

7655653558

rata-rata bulan kering 4,510

556457574

dari rata-rata bulan basah dan rata-rata bulan kering dapat ditentukan tipe curah

hujan menurut metode Schmidt-Ferguson dengan perhitungan sebagai berikut:

Q = %1005,5

4,5 = 98,18% = 0,98

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Q, kemudian dikonsultasikan dengan

tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson dapat diketahui bahwa tipe iklim di

daerah penelitian adalah tipe D atau sedang. Di daerah yang beriklim D biasanya

terdapat 3-5 bulan basah yang berurutan dalam setahun sehingga cocok untuk

pertanian padi yang membutuhkan banyak air. Besarnya nilai Q dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 14. Grafik Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian

Page 82: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Tanah

Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar

planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai

akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk

dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya,

1997: 9)

Berdasarkan peta jenis tanah Kabupaten Karanganyar skala 1: 50.000

tahun 2006 tanah di Kecamatan Jaten terdiri dari:

a. Alluvial

Tanah alluvial terbentuk akibat adanya pengendapan tanah dari lereng atas

yang tererosi dan mengalir melalui sungai-sungai. Tanah alluvial bisa pula

terbentuk pada lahan yang sering mengalami banjir. Kebanyakan tanah alluvial

adalah tanah subur karena merupakan campuran yang mengandung cukup banyak

hara tanaman, Darmawijaya (1997 : 287).

b. Grumosol

Pada tanah grumosol bahan induk tanah yang berupa batu kapur, batu napal,

tuff, endapan alluvial, dan abu vulkanik sudah mengalami pelapukan. Tanah

grumosol yang telah diolah sebagai lahan pertanian memiliki kadar fosfat rendah

dan sebaliknya pada tanah gromosol muda mengandung abu vulkan dan sisa

batuan bernapal yang kaya akan fosfat. Tanah Grumosol memerlukan pengolahan

dan pemupukan secara intensif apabila digunakan untuk aktifitas pertanian,

Darmawijaya (1997 : 331).

c. Mediteran Merah-Kuning

Darmawijaya (1990: 310), menyatakan bahwa di Indonesia jenis tanah ini

telah mengalami pembentukan tanah dengan cara lixiviasi dan kalsifikasi lemah,

tekstur berat, konsistensi lekat, kadar bahan organik rendah, reaksi alkalis, derajat

penjenuhan basa tinggi, horison B, tekstur berwarna kuning merah, mengandung

kongkresi-kongkresi besi, horison alluvial, umumnya tererosi. Tanah ini terdapat

pada topografi berbukit-bukit sampai pegunungan.

Page 83: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jenis tanah ini jika mendapat air yang cukup dapat ditanami tebu, padi dan

buah-buahan secara intensif, Darmawijaya (1997:311). Jenis Tanah di

Kecamatan Jaten dipresentasikan pada Peta 4.

Page 84: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4.

Page 85: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hidrologi

Pada daerah penelitian air bersumber dari air hujan, air sungai, air tanah

dan mata air. Untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga disetiap rumah rata-

rata memiliki sumur ataupun menggunakan air dari PDAM. Sumur pada

umumnya memiliki kedalaman antara 10–15 m. Kecamatan Jaten dilalui oleh

beberapa anak sungai yang mengalir ke Bengawan Solo. Sungai-sungai tersebut

meliputi Kali Pengok, Sungai Ngringo atau dikenal dengan Kali Songgorunggi

dan Kali Siwaluh. Sungai tersebut saat musim hujan mengalir deras dan saat

musim kemarau air akan tetap mengalir walaupun debitnya kecil dan merupakan

tempat pembuangan limbah bagi beberapa industri yang ada dan juga limbah

rumah tangga di Kecamatan Jaten.

Untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian diperoleh dari saluran

Pembuangan Bengawan Solo (PBS). Saluran yang mengalir sejajar dengan

Bengawan Solo ini dimulai dari Desa Dagen hingga Desa Jetis di bagian utara

sehingga mengairi sawah yang berada di sisi kiri kanan saluran. Selain dari

saluran PBS terdapat pula sub saluran Canden yang mengalir di Kecamatan Jaten

bagian selatan antara Desa Jati dan Desa Suruh Kalang. Sub saluran Canden

bersumber dari Kali Triyagan yang berhulu di Bengawan Solo, Nurbersari ( 2006)

5. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk daerah penelitian yang dibahas dalam penelitian ini

meliputi jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Data kependudukan

diperoleh dari Monografi Kecamatan Jaten.

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan Monografi Kecamatan Jaten tahun 2009, jumlah penduduk di

daerah penelitian berjumlah 70.770 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki

sebesar 35.105 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 36.665 jiwa. Jumlah

penduduk terbesar terdapat di Desa Ngringo dengan jumlah penduduk sebesar

23.462 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling kecil terdapat di Desa Suruh

Kalang dengan jumlah penduduk 4.603 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Page 86: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 8. Jumlah Penduduk Daerah Penelitian Tiap Desa

NO Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Sroyo 4.020 4.070 8.090

2 Jetis 2.536 2.441 4.977

3 Brujul 2.509 2.503 5.008

4 Jati 3.021 3.096 6.117

5 Dagen 2.405 2.466 4.871

6 Ngringo 11.579 11.883 23.462

7 Jaten 6.738 6.904 13.642

8 Suruhkalang l2.301 2.302 4.603

Jumlah 35.105 36.665 70.770

Sumber : Monografi Kecamatan Jaten tahun 2009

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk

dengan luas wilayah. Wilayah disini diartikan sebagai wilayah administratif,

seperti kecamatan ataupun desa. Berdasarkan data luas wilayah dan jumlah

penduduk, maka angka kepadatan penduduk daerah penelitian dapat diketahui.

kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Untuk memudahkan dalam membuat peta, kepadatan penduduk

dikelompokkan menjadi 3 kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I =

Keterangan: I = Kelas Interval

Diketahui :

Kelas tertinggi = 6.499

Kelas Terendah = 1.777

kelasjumlah

terendahkelas - tertinggikelas

Page 87: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jumlah Kelas = 5

Kelas intervalnya adalah:

Dari perhitungan penentuan kelas interval di atas, maka pembagian kelas

kepadatan penduduk dapat di lihat seperti berikut ini:

Sangat rendah, apabila kepadatan penduduk antara 1.777 – 2.721 jiwa

Rendah, yaitu apabila kepadatan penduduk antara 2.722 – 3.664 jiwa

Sedang, yaitu apabila kepadatan penduduk antara 3.665 – 4.609 jiwa

Tinggi, yaitu apabila kepadatan penduduk antara 4.610 – 5.554 jiwa

Sangat tinggi, apabila kepadatan penduduk antara 5.555 – 6.499 jiwa

Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di daerah

penelitian dibagi kedalam 5 kelas yaitu ; sangat rendah, rendah, sedang, tinggi,

dan sangat tinggi. Hasil perhitungan kepadatan penduduk di masing-masing desa

berdasarkan klasifikasi diatas dipresentasikan pada tabel 11.

Tabel 9. Kepadatan Penduduk Daerah Penelitian

NO Desa Jumlah

Penduduk

Luas

(Km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km2)

Klasifikasi

1 Sroyo 8.090 4,20 1.926 Sangat rendah

2 Jetis 4.977 2,33 2.136 Sangat rendah

3 Brujul 5.008 2,59 1.933 Sangat rendah

4 Jati 6.117 2,85 2.146 Sangat rendah

5 Dagen 4.871 2,44 1.996 Sangat rendah

6 Ngringo 23.462 3,61 6.499 Sangat tinggi

7 Jaten 13.642 2,52 5.413 Tinggi

8 Suruhkalang 4.603 2,59 1.777 Sangat rendah

Jumlah 70.770 23,18 3.053 Rendah

Sumber : Monografi Kecamatan Jaten Tahun 2009 dan hasil perhitungan

Page 88: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari tabel hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kepadatan

penduduk paling tinggi terdapat di Desa Ngringo dengan kepadatan penduduk

6.499 jiwa/km2 sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Desa Suruh

Kalang dengan kepadatan penduduk 1.777 jiwa/km2. Berdasarkan rumus dan

perhitungan kepadatan penduduk di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kepadatan penduduk rata-rata di Kecamatan Jaten termasuk kedalam kriteria

kepadatan penduduk dengan klasifikasi rendah yaitu dengan kepadatan penduduk

sebesar 3.053 Jiwa/Km2. Peta kepadatan penduduk dipresentasikan pada peta 5.

Page 89: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat

berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama.

Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi

kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan.

Komposisi penduduk dalam penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut

umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata

pencaharian.

1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel

yang penting dalam sebuah kependudukan. Dengan diketahuinya komposisi

penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk

mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan dapat

digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijakan

pemerintah yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan,

penyusunan kebijakan penduduk seperti masalah keluarga berencana dan

masalah ketenagakerjaan.

Selain itu dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur

dan jenis kelamin diharapkan dapat diketahui jumlah penduduk baik yang

produktif, belum produktif maupun yang sudah tidak produktif lagi.

Berikut adalah komposisi umur dan jenis kelamin penduduk

Kecamatan Jaten secara grafik yang digambarkan dalam bentuk piramida

penduduk.

Page 91: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 15. Piramida penduduk Kecamatan Jaten

Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin maka karakteristik

penduduk di Kecamatan Jaten termasuk kedalam ciri-ciri penduduk Expansive,

yaitu sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur termuda (sumber

: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia).

Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur dan

jenis kelamin di Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Page 92: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Jaten Tahun 2008

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan

Laki-laki

Prempuan

0-4 2.889 2.835 5.731

5-9 3.058 3.014 6.072

10-14 3.226 3.199 6.425

15-19 3.370 3.360 6.730

20-24 3.159 3.160 6.329

25-29 2.949 2.960 5.909

30-34 2.714 2.728 5.442

35-39 2.485 2.504 4.989

40-44 2.222 2.243 4.465

45-49 1.948 1.969 3.914

50-54 1.653 1.694 3.347

55-59 1.418 1.477 2.895

60-64 1.236 1.312 2.548

65-69 1.067 1.170 2.237

70-74 892 1.024 1.926

75+ 825 1.006 1.821

Jumlah 35.105 35.665 70.770

Sumber: Data Monografi Kecamatan Jaten Tahun 2009

Dari tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kecamatan Jaten yang terbesar menurut umur adalah kelompok umur 15-19

tahun yaitu sebesar 6.730 jiwa (9,7%) dan terendah adalah kelompok umur >

75 tahun yaitu sebesar 1.750 jiwa (2,5%).

Berdasarkan tabel 13 di atas, maka dapat diketahui bahwa penduduk

perempuan yaitu sebesar 35.105 jiwa (49,6%), sedangkan jumlah penduduk

laki-laki adalah sebesar 35.665 jiwa (50,4%). Dari data tersebut dapat diketahui

besarnya rasio jenis kelamin atau Sex Ratio (SR), yaitu perbandingan antara

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio

dirumuskan sebagai berikut:

Sex Ratio (SR) =

Keterangan : SR = Rasio Jenis Kelamin

a = Jumlah Penduduk Laki-laki

b = Jumlah Penduduk Perempuan

Page 93: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan rumus di atas, besarnya rasio jenis kelamin penduduk di

Kecamatan Jaten adalah sebagai berikut :

Sex Ratio (SR) = 100665.35

105.35 = 98

Dari hasil perbandingan di atas diperoleh bahwa nilai Sex Ratio

penduduk Kecamatan Jaten adalah sebesar 98, ini berarti bahwa untuk setiap

100 penduduk perempuan sebanding dengan 98 penduduk laki-laki (dalam

setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki).

Rasio jenis kelamin dibuat berdasarkan kelompok umur. Berikut akan

disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kecamatan Jaten menurut

kelompok umur tahun 2009. Untuk mengetahui secara rinci Rasio Jenis

Kelamin penduduk Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 11. Rasio Jenis Kelamin Kecamatan Jaten Tahun 2008

Desa

Jumlah Penduduk Rasio Jenis

Kelamin

(%) Laki-laki Perempuan

Sroyo 4.020 4.070 98

Jetis 2.536 2.441 103

Brujul 2.505 2.503 100

Jati 3.021 3.096 97

Dagen 2.405 2.466 97

Ngringo 11.579 11.883 97

Jaten 6.738 6.904 97

Suruhkalang 2.301 2.302 100

Jumlah 35.105 35.665 98

Sumber: Kecamatan Jaten dalam angka tahun 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Suruh Kalang, dan Desa

Brujul memiliki sex ratio 100, Desa Jetis memiliki sex ratio lebih dari 100.

Sedang desa lainnya secara keseluruhan memiliki nilai Sex Ratio kurang dari

Page 94: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100. Secara keseluruhan nilai rata rata SR (Sex Ratio) penduduk di Kecamatan

Jaten adalah 98, ini berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah

pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, mulai dari mereka yang

belum atau tidak sekolah hingga yang sudah lulus perguruan tinggi. Tingkat

pendidikan penduduk di suatu daerah dapat dijadikan dasar untuk mengetahui

potensi suatu daerah terkait tentang sumberdaya manusianya, sebagai modal

pembangunan, baik itu pembangunan manusia itu sendiri maupun

pembangunan ekonomi. Penduduk Kecamatan Jaten usia 5 tahun keatas

menurut tingkat pendidikan disajikan pada tabel 14.

Tabel 12. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. Tamat Akademi dan Perguruan Tinggi 6.557 10

2. Tamat SLTA 13.934 21,4

3. Tamat SLTP 13.623 21

4. Tamat SD 16.213 25

5. Tidak tamat SD 3.150 4,8

6. Belum tamat SD 7.110 11

7. Tidak/ belum pernah sekolah 4.431 6,8

Jumlah 65.038 100

Sumber: Kecamatan Jaten dalam angka tahun 2009

Penduduk pada daerah penelitian memiliki lulusan akademi dan

perguruan tinggi sebesar 6.557 orang (10%), lulusan SD sejumlah 16.213

orang (25%), lulusan SLTP sebesar 13.623 orang (21%) dan lulusan SLTA

Page 95: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebesar 13.934 orang (21,4%), sisanya merupakan penduduk yang tidak tamat

SD, belum tamat SD dan tidak/belum pernah sekolah.

3) Komposisi penduduk menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan gambaran aktifitas penduduk untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan mata pencahariannya, yang

tertinggi adalah buruh industri, sedangkan petani menempati urutan kedua.

Berdasarkan monografi Kecamatan Jaten tahun 2009 terdapat 75 industri besar,

30 industri sedang dan 1.880 industri kecil/rumahtangga. Banyaknya industri

yang berdiri menyebabkan banyak penduduk yang bekerja sebagai buruh

industri. Secara rinci data jumlah penduduk Kecamatan Jaten berdasarkan

mata pencaharian dapat dilihat dalam tabel 15 berikut ini:

Tabel 13. Jumlah Penduduk Kecamatan Jaten Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah %

1. Petani 2.112 3,58

2. Buruh tani 2.332 3,95

3. Nelayan - -

4. Pengusaha 1.325 2,24

5. Buruh industri 16.109 27,31

6. Buruh bangunan 3.492 5,92

7. Pedagang 2.588 4,33

8. Pengangkutan 889 1,50

9. PNS/ TNI 3.314 5,62

10. Pensiunan 1.852 3,14

11. Lain – lain 24.954 42,31

Jumlah 58.967 100

Sumber: Kecamatan Jaten dalam angka tahun 2009.

Page 96: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Tingkat Ketelitian Interpretasi Citra

a. Ketelitian Interpretasi Citra

Untuk menguji tingkat ketelitian atau keakuratan hasil interpretasi dan

mengetahui seberapa besar peranan Citra IKONOS didalam memberikan

informasi untuk kajian evaluasi swasembada dan untuk mengetahui kemampuan

interpreter dalam melakukan interpretasi maka perlu dilakukan uji ketelitian. Uji

ketelitian interpretasi merupakan proses membandingkan antara hasil interpretasi

dengan kondisi nyata di lapangan melalui kerja lapangan.

Penelitian ini menggunakan Citra IKONOS pada situs Googleearth yang

pemotretan atau perekamannya dilakukan pada tahun 2009. Meskipun citra yang

digunakan ber-angka tahun yang sama dengan waktu penelitian namun tetap

dilakukan pengecekan lapangan untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih

baik. Uji ketelitian sangat penting untuk dilakukan sebelum peneliti menuju

ketahap berikutnya karena uji ketelitian akan mempengaruhi seberapa besar

kepercayaan terhadap data hasil interpretasi citra.

Tahap pertama adalah mengidentifikasi obyek dengan memperhatikan

unsur-unsur interpretasi. Apabila seluruh obyek telah teridentifikasi maka

dilakukan uji ketelitian interpretasi. Tahap kedua setelah identifikasi obyek

adalah kerja lapangan dengan tujuan untuk meyakinkan dan menguji kebenaran

hasil interpretasi citra dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

sampel yang diambil mewakili seluruh penggunaan lahan hasil interpretasi Citra

IKONOS. Untuk penggunaan lahan sawah jumlah sampel yang diambil lebih

banyak, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data luas sawah yang lebih

akurat, karena tujuan utama interpretasi citra adalah untuk menghitung luas

sawah. Pemilihan lokasi sampel diutamakan pada daerah yang mudah dijangkau

dan lokasinya mudah untuk dikenali, selanjutnya akan dilakukan persentasi

ketepatan hasil interpretasi.

Page 97: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Interpretasi citra dapat digunakan sebagai data masukan apabila rerata

benar atau omisi lebih dari 80% dan rerata salah atau komisi kurang dari 20%.

Untuk lebih jelasnya tabel kontingensi uji ketelitian disajikan sebagai berikut:

Tabel 15. Uji Ketelitian Interpretasi

Kategori Interpretasi Total

Ketelitian

Pemetaan

(%)

Omisi

(%)

(A) (B) (C) (D) (E)

Lap

an

gan

A’ 10 10 10/10 =100 0

B’ 1 19 20 19/20 = 95 5

C’ 1 9 10 9/10 = 90 10

D’ 6 6 6/6 =100 0

E’ 1 3 4 3/4 = 75 25

jumlah 12 19 10 6 3 ∑=46

Ketelitian

Interpretasi (%)

83 100 90 100 100 Ketelitian Total = 50

47

= 94% Komisi (%) 17 0 10 0 0

Sumber : Interpretasi citra IKONOS (2009) dan cek lapangan

Keterangan: A = Permukiman

B = Sawah

C = Kebun campur

D = . Bangunan

E = Lahan kosong

Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung ketelitian seluruh hasil

interpretasinya adalah sebagai berikut:

Ketelitian total interpretasi = %10050

3691910

= 94 %

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh ketelitian Citra IKONOS yang

digunakan memilki rerata ketelitian sebesar 94%. Ketelitian pemetaan untuk

Page 98: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permukiman, industri. Untuk penggunaan lahan sawah memiliki ketelitian

pemetaan sebesar 95%.

Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena kenampakan yang mirip pada

citra misalnya pada penggunaan lahan kebun campur dengan lahan kosong.

Penyebab lain adalah karena rentang waktu dari tanggal pemotretan citra dan

pengecekkan ke lapangan maka dimungkinkan terjadi konversi penggunaan lahan.

Misalnya, terdapat kesalahan interpretasi pada sawah disalah satu lokasi, setelah

dicek ke lapangan ternyata berupa pemukiman yang sedang dibangun, hal ini

disebabkan karena meningkatnya pendirian perumahan-perumahan baru untuk

memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat.

Dengan rata-rata ketelitian interpretasi sebesar 94% maka dapat

disimpulkan bahwa hasil interpretasi Citra IKONOS sebagian besar cocok dengan

kondisi di lapangan, sehingga memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai

data masukan untuk evaluasi swasembada beras di Kecamatan Jaten tahun 2009.

Selain menguji ketelitian interpretasi citra juga dilakukan pengujian untuk

membuktikan keakuratan citra IKONOS dalam melakukan pengukuran. Gambar

berikut ini adalah contoh pengecekkan keakuratan citra IKONOS dengan Peta

Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai pembanding untuk mengukur panjang. Pada

lokasi yang sama dilakukan pengukuran dengan menggunakan citra IKONOS dan

Peta RBI. Sebagai tolok ukur, dilakukan pula pengukuran langsung di lapangan

dengan meteran. Hasil pengukuran citra dikatakan semakin akurat apabila

semakin mendekati hasil pengukuran dilapangan dengan menggunakan meteran.

Gambar 25. Pengukuran Panjang Jalan pada Citra IKONOS dan Peta RBI

Page 99: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada citra IKONOS menunjukan angka 283 meter, pada peta RBI

menunjukkan angka 300 meter, sedangkan pengukuran di lapangan dengan

menggunakan meteran menunjukkan angka 274 meter. Dengan demikian antara

pengukuran dilapangan dengan citra IKONOS terdapat selisih sebesar 9 meter,

sedangkan pada peta RBI terdapat selisih sebesar 26 meter. Hasil pengukuran

menggunakan citra IKONOS dan peta RBI disajikan pada tabel 16 berikut ini :

Tabel 16. Ketelitian Pengukuran Citra IKONOS dan Peta RBI

Citra/Peta Hasil

pengukuran

Selisih dengan

meteran Keakuratan

Tingkat

Kesalahan

Citra IKONOS 283 m 9 m 96% 4%

Peta RBI 300 m 26 m 91% 9%

Dari hasil pengukuran diatas dapat diketahui bahwa citra IKONOS

memiliki keakuratan sebesar 96%, sedangkan keakuratan peta RBI sebesar 91%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra IKONOS daerah liputan

Kecamatan Jaten memiliki keakuratan yang lebih baik dalam hal pengukuran

daripada Peta RBI. Perbedaan hasil pengukuran citra IKONOS dengan

pengukuran menggunakan meteran di lapangan dapat disebabkan karena tingkat

perbesaran (zoom) maksimal pada citra masih kurang, sehingga memungkinkan

terjadi kesalahan pada saat meletakkan titik yang akan diukur panjangnya

tersebut.

b. Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan di Kecamatan Jaten diperoleh dari interpretasi

Citra IKONOS. Interpretasi citra adalah proses mengenali dan mengkaji suatu

obyek, wilayah ataupun fenomena yang terjadi di suatu wilayah pada citra

penginderaan jauh dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai

obyek, fenomena ataupun wilayah itu sendiri. Obyek dapat dikenali melalui

delapan unsur interpretasi yang berupa rona atau warna, bentuk, ukuran, tekstur,

pola, bayangan, situs dan asosiasi.

Page 100: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk mempercepat proses interpretasi maka tidak semua unsur

interpretasi digunakan untuk mengenali setiap obyek, namun hanya beberapa saja

antara lain rona atau warna, bentuk dan tekstur, karena hanya dari beberapa unsur

saja sudah dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan,

misalnya untuk sawah, sungai dan permukiman sudah dapat dikenali dari

bentuknya saja, namun untuk lebih memastikannya maka digunakan unsur

interpretasi yang lain seperti warna dan tekstur.

Dari interpretasi citra IKONOS yang telah dilakukan diperoleh beberapa

klasifikasi jenis penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jaten yaitu:

permukiman, lahan pertanian (sawah), kebun campur, lahan tebuka, bangunan

(industri, perdagangan dan peternakan). Pada citra juga dapat dikenali

kenampakan dengan bentuk garis seperti rel kereta api, sungai, jalan, dan saluran

irigasi.

1) Permukiman

Permukiman merupakan jenis penggunaan lahan yang peruntukannya

untuk tempat tinggal tempat tinggal. Pada citra IKONOS tampak dengan

bentuk persegi, persegi panjang ataupun kumpulan dari keduanya, ukurannya

yang hampir seragam dan memiliki tekstur kasar. Gambar 21 berikut ini

adalah gambar kenampakan permukiman pada citra IKONOS.

Gambar 16. Permukiman pada Citra IKONOS dan di Lapangan

2) Sawah

Page 101: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lahan persawahan merupakan lahan yang pada umumnya diusahakan

oleh manusia untuk budidaya tanaman padi. Jenis penggunaan lahan sawah

relatif mudah diamati pada citra IKONOS, berbentuk kotak-kotak dengan

ukuran yang tidak sama, terdapat petak-petak (galengan/pematang) sebagai

batas kepemilikan sawah, mempunyai tekstur yang lebih halus daripada

penggunaan lahan lainnya.

Umumnya sawah berwarna hijau, rona yang gelap (hijau/biru)

menunjukkan adanya air di permukaan sawah yang biasanya terdapat pada

sawah dengan tanaman padi yang masih muda yang memerlukan pengairan

lebih banyak, sementara pada tanaman yang lebih tua atau pada sawah yang

kering umumnya ronanya lebih cerah. Sawah berasosiasi dengan sungai dan

saluran irigasi.

Dari bentuk dan teksturnya saja sawah sudah dapat dikenali, namun

untuk lebih meyakinkan terutama pada lokasi meragukan maka digunakan

unsur interpretasi yang lain.

Gambar 17. Sawah pada Citra IKONOS dan di Lapangan

3) Kebun Campur

Kebun campur ialah areal yang ditanami rupa-rupa jenis tanaman

keras atau kombinasi tanaman keras dengan tanaman semusim dengan tidak

jelas jenis mana yang menonjol. Pada citra tampak seperti sawah namun

dengan tekstur yang lebih kasar, berasosiasi dengan sawah atau dengan

permukiman, biasanya ditanami singkong atau pisang, kadang dikombinasi

dengan tanaman keras seperti jati dan sebagainya.

Page 102: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 18. Kebun Campur pada Citra IKONOS dan di Lapangan

4) Lahan terbuka atau lahan kosong

Lahan terbuka atau lahan kosong merupakan lahan pada wilayah

tertentu yang belum/tidak digunakan untuk pembangunan ataupun budidaya

tanaman tertentu sehingga pada citra tampak berona cerah, teksturnya halus.

Umumnya berbentuk persegi panjang, pada keadaan sebenarnya di lapangan

biasanya berupa padang rumput atau lapangan sepak bola.

Gambar 19. Lahan Kosong pada Citra IKONOS dan di Lapangan

5) Saluran Irigasi

Saluran irigasi tampak seperti sungai kecil yang dibuat untuk mengairi

sawah-sawah yang ada disekitarnya, jika dibandingkan dengan sungai

bentuknya lebih lurus atau berkelok dengan teratur.

Page 103: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 20. Saluran Irigasi pada Citra IKONOS dan Foto di Lapangan

6) Bangunan

Bangunan yang dimaksud disini adalah penggunaan lahan berupa

kawasan terbangun selain permukiman. Bangunan ini antara lain meliputi

bangunan/gedung untuk industri (pabrik, gudang, dan lain-lain), peternakan,

perdagangan (pasar tradisional, pasar swalayan, SPBU, apotik, pertokoan,

dealer dan bengkel,), dan jasa (tempat pendidikan, rumah sakit dan hotel).

Penggunaan lahan industri, peternakan perdagangan dan jasa tidak

dirinci sendiri-sendiri melainkan digeneralisir menjadi bangunan karena

dilakukan penyederhanaan sesuai dengan kebutuhan penelitian, sebab untuk

mengidentifikasi masing-masing penggunaan lahan tersebut secara detil dari

citra IKONOS sangat sulit karena masing-masing obyek sulit dibedakan,

untuk mengenalinya sangat membutuhkan pekerjaan lapangan (pengecekan

langsung). Berbagai jenis pennggunaan lahan yang tampak pada citra

IKONOS yang digeneralisir menjadi penggunaan lahan banguan adalah

sebagai berikut:

a. Industri

Bangunan industri baik berupa pabrik atau gudang pada umumnya

berbentuk persegi panjang, ukuran lebih besar daripada bangunan

permukiman penduduk, teksturnya kasar dan berasosiasi dengan jalan, dan

sawah. Kebanyakan berona cerah, namun sebagian ada yang berona gelap, ini

Page 104: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

disebabkan perbedaan jenis atap yang digunakan. Kenampakan penggunaan

lahan industri disajikan pada gambar 21.

Gambar 21. Kenampakan Industri pada Citra dan Foto Bangunan Industri

b. Peternakan

Peternakan merupakan lahan yang diusahakan untuk memelihara

hewan ternak. Untuk peternakan ayam pada citra umumnya tampak dengan

rona coklat kehitaman, sebagian besar polanya teratur, bentuknya persegi

panjang, cenderung memanjang dan berderet-deret dengan ukuran lebih besar

daripada bangunan permukiman. Teksturnya kasar dan berasosiasi dengan

jalan atau sawah. Kenampakan penggunaan lahan peternakan disajikan pada

gambar 22.

Gambar 22. Kenampakan Peternakan Ayam pada Citra dan Foto Sebenarnya

Page 105: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. SPBU (Stasiun Pompa Bensin Umum)

SPBU mudah dikenali karena bentuknya yang khas, terletak di pinggir

jalan, memiliki halaman yang luas (tempat antri kendaraan). Penggunaan

lahan SPBU dapat simak pada gambar 31.

Gambar 23. SPBU pada Citra IKONOS dan Foto Sebenarnya

d. Hotel

Hotel pada citra IKONOS tampak dari ukurannya yang relatif besar,

tereletak dipinggir jalan besar, biasaanya terdapat kolam renang yang airnya

tampak berwarna biru (berona gelap). Penggunaan lahan hotel disajikan pada

gambar 24.

Gambar 24. Bangunan Hotel pada Citra IKONOS dan Foto Sebenarnya

Page 106: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penggunaan lahan hasil interpretasi citra IKONOS diklasifikasikan

berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan yang dilakukan oleh Sandy (1989:87)

dengan penyederhanaan sesuai kebutuhan penelitian. Penggunaan lahan yang ada

di Kecamatan Jaten dari hasil hasil interpretasi citra IKONOS disajikan pada tabel

8 berikut ini:

Tabel 14. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2009

Jenis Penggunaan Lahan Luas

Ha %

1. Sawah 1.180 50,90

2. Tegalan/ladang 117 5,05

3. Lahan kosong 9 0,39

4. Pemukiman 820 35,38

5. Bangunan 192 8,28

Jumlah 2.318 100

Sumber: Hasil Interpretasi Citra Ikonos dan hasil perhitungan

Menurut data pada tabel, penggunaan lahan dengan prosentase tertinggi

adalah penggunaan lahan berupa sawah dengan, yaitu seluas 1.180 Ha (55,95%)

dan yang kedua adalah permukiman yaitu seluas 820 Ha (30,33%). Prosentase

penggunaan lahan pertanian yang besar menunjukkan bahwa aktifitas pertanian di

daerah penelitian masih menjadi kegiatan utama, hal ini juga karena sektor

pertanian merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan di Kabupaten

Karanganyar selain industri dan pariwisata, sesuai dengan slogan Kabupaten

Karanganyar yaitu INTANPARI (Industri, Pertanian dan Pariwisata). Lahan

kosong merupakan penggunaan lahan tekecil seluas 9 Ha (0,39%), lahan kosong

ini merupakan lahan terbuka yang berupa padang gembala yang ditumbuhi rumput

atau semak, kadang berupa lapangan sepakbola atau lapangan sekolah.

Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten dipresentasikan dalam Peta 6.

Page 107: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Jaten tahun 2009

a. Luas Lahan Pertanian Di Kecamatan Jaten

Dari hasil interpretasi citra IKONOS tahun 2009 dapat diketahui bahwa

luas daerah penelitian secara keseluruhan adalah 2.301 Ha dengan penggunaan

lahan terbesar adalah persawahan. Luas seluruh sawah yang ada di daerah

penelitian yaitu sebesar 1.180 Ha (53,80%) yang tersebar diseluruh desa yang ada

di Kecamatan Jaten. Untuk rincian luas sawah pada masing-masing desa

disajikan pada tabel 16.

Tabel 17. Luas Sawah di Kecamatan Jaten tahun 2009

NO Desa Luas Sawah

Ha Prosentase (%)

1 Sroyo 235 19,9

2 Jetis 125 10,6

3 Brujul 162 13,7

4 Jati 186 15,8

5 Dagen 119 10,1

6 Ngringo 74 6,3

7 Jaten 111 9,4

8 Suruhkalang 168 14,2

Jumlah 1.180 100

Sumber : hasil interpretasi citra dan hasil perhitungan dengan SIG

b. Sawah Berdasarkan Jenis Tanah

Berdasarkan jenis tanahnya sawah di Kecamatan Jaten diklasifikasikan

menjadi 3 jenis yaitu :

1. Sawah Tipe 1 : Sawah pada tanah Alluvial

2. Sawah Tipe 2 : Sawah pada tanah Grumosol

3. Sawah Tipe 3 : Sawah pada tanah Mediteran Merah Kuning

Persebaran tipe sawah berdasarkan jenis tanahnya di Kecamatan Jaten

dipresentasikan pada peta 7.

Page 109: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Sawah Berdasarkan Jenis Pengairan/ irigasi

Untuk memenuhi kebutuhan pertanian air diperoleh dari saluran

Pembuangan Begawan Solo. Saluran ini mengairi sawah bagian utara mulai dari

Desa Dagen hingga Desa Jetis. Selain dari saluran PBS terdapat pula sub saluran

Canden yang mengalir di Kecamatan Jaten bagian selatan antara Desa Jati dan

Desa Suruh Kalang. Sub saluran Canden bersumber dari Kali Triyagan yang juga

berhulu di Bengawan Solo. Saluran PBS dan Saluran Canden ini merupakan

saluran induk atau saluran primer, yang mempunyai sub-sub atau anak saluran

yang disebut saluran sekunder, sedangkan sub saluran dibawah saluran sekunder

disebut saluran tersier.

Berdasarkan interptretasi citra IKONOS dan hasil observasi lapangan

diketahui bahwa sawah irigasi di Kecamatan Jaten diklasifikasikan menjadi 2

yaitu :

1. Sawah beririgasi Teknis

2. Sawah beririgasi Setengah Teknis

Sawah irigasi teknis adalah sawah yang pengairannya dapat diatur sesuai

kebutuhan. Pada sawah irigasi teknis saluran telah dikelola dengan baik dari

saluran primer hingga saluran tersier dengan bangunan yang telah dibuat

permanen. Karena air yang dapat diatur sesuai kebutuhan ini maka pada sawah

beririgasi teknis ini pada tiap musim tanam (MT) dapat ditanami padi (pola tanam

pada MT 1, MT 2, MT 3 : Padi, Padi, Padi). Berikut ini adalah gambar saluran

PBS dan saluran Canden yang merupakan dua saluran induk di Kecamatan Jaten:

Gambar 26. Saluran PBS (kiri) dan saluran Canden (kanan)

Page 111: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sawah irigasi setengah teknis adalah sawah yang memperoleh air dari

saluran irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan irigasi teknis, namun hanya

memiliki bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan

air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur. Sebagian bangunan

irigasinya belum dibuat permanen, yaitu pada saluran sekunder dan tersier, untuk

saluran primer telah dibuat permanen, (www.deptan.go.id/pusdatin/sda.htm).

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani pemilik sawah irigasi

setengah teknis yang ada di Desa Sroyo, sering terjadi kekurangan air, pada saat

debit air di saluran induk sedikit seringkali air tidak sampai ke sawah mereka, hal

ini menyebabkan musim tanam terhambat sehingga panen padi hanya dapat

dilakukan 2 kali dalam satu tahun (pola tanam pada MT 1, MT 2, MT 3 : Padi,

Padi, Palawija). .

Berikut adalah contoh saluran irigasi setengah teknis di Desa Sroyo yang

ada pada saluran tersier.

.

Gambar 27. Saluran irigasi tersier di Desa Sroyo

Dari interpretasi citra IKONOS dan observasi lapangan kemudian dibuat

peta sebaran sawah berdasarkan jenis irigasinya agar dapat dilakukan overlay

dengan peta jenis tanah. Persebaran tipe sawah berdasarkan jenis irigasinya di

Kecamatan Jaten dipresentasikan pada peta 8.

Page 112: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Sawah Berdasarkan Hasil Overlay Antara Peta Jenis Tanah dan Irigasi

Berdasarkan peta hasil hasil overlay antara peta jenis tanah dan peta sawah

menurut jenis irigasi dapat diketahui bahwa sawah di Kecamatan Jaten

diklasifikasikan menjadi 5 kelas. Untuk mempermudah penulisanya maka tiap

kelas sawah hasil overlay antara peta jenis tanah dan irigasi dibuat simbol atau

singkatan sebagai berikut :

1. Sawah tipe A.SNT, yaitu sawah yang terdapat pada Tanah Alluvial

dengan Irigasi Setengah Teknis

2. Sawah tipe G.SNT, yaitu Sawah yang terdapat pada Tanah Grumosol

dengan Irigasi Setengah Teknis

3. Sawah tipe G.SIT, yaitu Sawah yang terdapat pada Tanah Grumosol

dengan Irigasi Teknis

4. Sawah tipe M.SNT, yaitu Sawah yang terdapat pada Tanah Mediteran

Merah Kuning dengan Irigasi Setengah Teknis

5. Sawah tipe M.SIT, yaitu Sawah yang terdapat pada Tanah Mediteran

Merah Kuning dengan Irigasi Teknis

Luas masing-masing tipe sawah berdasarkan hasil overlay antara jenis

tanah dan jenis irigasinya pada masing-masing desa adalah sebagai berikut:

Tabel 17. Luas Masing-masing Tipe Sawah Hasil Overlay

NO DESA Luas Sawah Pada Masing-masing tipe

A.SNT G.SNT G.SIT M.SNT M.SIT

1 Sroyo 80 ha 100 ha 55 ha

2 Jetis 125 ha

3 Brujul 2 ha 160 ha

4 Jati 186 ha

5 Dagen 119 ha

6 Ngringo 74 ha

7 Jaten 105 ha 6 ha

8 Suruhkalang 168 ha

jumlah 80 ha 301 ha 384 ha 55 ha 360 ha

Sumber : pengolahan dengan menggunakan SIG

Persebaran masing-masing tipe sawah hasil overlay antara jenis tanah dan

jenis irigasi di Kecamatan Jaten dipresentasikan pada peta 9.

Page 114: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Produksi Beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009

Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura Kabupaten

Karanganyar menyatakan bahwa seluruh sawah di Kecamatan Jaten merupakan

sawah irigasi teknis dimana menanam padi dapat dilakukan 3 kali dalam setahun.

Rata-rata produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada tahun 2009 adalah sebesar

6,4 ton per hektar permusim. Dalam hal ini diasumsikan bahwa tiap sawah yang

ada di Kecamatan Jaten memiliki karakteristik dan produksi yang sama. Berikut

ini adalah tabel luas panen, produksi padi dan produksi beras pada masing-masing

kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

Tabel 18. Produksi Padi dan Beras Kabupaten Karanganyar tahun 2009

NO KECAMATAN LUAS PANEN

PRODUKSI PADI (ton)

PRODUKSI BERAS

(ton) 1 JATIPURO 2.184 11.663 9.913

2 JATIYOSO 3.563 19.205 16.324

3 JUMAPOLO 2.239 12.516 10.639

4 JUMANTONO 2.545 14.965 12.720

5 MATESIH 2.220 13.431 11.416

6 TAWANGMANGU 362 1.767 1.502

7 NGARGOYOSO 944 5.560 4.726

8 KARANGPANDAN 2.799 16.906 14.370

9 KARANGANYAR 3.803 24.529 20.850

10 TASIKMADU 3.814 24.829 21.105

11 JATEN 3.609 23.134 19.664

12 COLOMADU 971 6.350 5.398

13 GONDANGREJO 2.048 11.563 9.905

14 KEBAKKRAMAT 6.207 40.408 34.346

15 MOJOGEDANG 4.928 29.814 25.342

16 KERJO 2.974 17.993 15.294

17 JENAWI 1.089 6.512 5.535

Jumlah

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten

Karanganyar.

Page 116: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut data mantri Tani, sesuai yang terdapat dalam buku Kecamatan

Jaten Dalam Angka, produksi padi di Kecamatan Jaten adalah sebagai berikut:

Tabel 19. Produksi Padi tahun 2009 Menurut Mantri Tani

NO Desa Luas Panen

(Ha) Produksi Padi

(ton) 1 Suruh Kalang 612,21 4.625,79

2 Jati 533,10 4.158,18

3 Jaten 333,60 2.602,08

4 Dagen 376,98 3.015,84

5 Ngringo 182,16 1.366,20

6 Jetis 383,31 3.028,15

7 Sroyo 830,45 6.311,42

8 Brujul 573,96 4.476,89

jumlah 3.625,77 29.611,55

Sumber : Kecamatan Jaten dalam angka 2009

Dalam penelitian ini produksi padi dihitung pada masing-masing tipe

sawah berdasarkan klasifikasi sawah dari hasil overlay antara jenis tanah dan

irigasi, berbeda dengan Dinas Pertanian yang menyatakan bahwa tiap sawah yang

ada di Kecamatan Jaten memiliki karakteristik dan produksi yang sama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, rata-rata produktifitas padi

tiap musim per hektarnya pada masing masing tipe sawah adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Produktifitas Padi Pada Masing-masing Tipe Sawah

NO Tipe

Sawah

Produksi Padi Per musim

(ton)

Produksi Beras Per musim

(ton)

Jumlah

Panen Per tahun

1 A.SNT 7,5 4,8 2 kali

2 G.SNT 7 4,5 2 kali

3 G.SIT 7 4,5 3 kali

4 M.SNT 7 4,5 2 kali

5 M.SIT 7 4,5 3 kali

Page 117: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Produksi padi diatas adalah rata-rata produksi padi pada keadaan normal,

tidak ada serangan hama wereng atau penyakit padi lainya yang menyebabkan

puso (gagal panen).

Pada sawah irigasi teknis panen dalam setahun dapat dilakukan 3 kali,

sedangkan pada sawah irigasi setengah teknis hanya 2 kali dalam setahun. Akibat

perbedaan jumlah musim panen pada sawah irigasi teknis dan setengah teknis

dalam satu tahun menyebabkan terdapat perbedaan hasil produksi yang cukup

besar antara masing-masing tipe sawah dalam setahun.

Berdasarkan hasil wawancara untuk produksi GKG (Gabah Kering Giling)

adalah 90% dari padi basah, dan produksi beras adalah sekitar 65% dari produksi

GKG. Berikut ini adalah tabel produksi padi dan beras pada masing-masing tipe

sawah dalam setahun.

Tabel 21. Produksi Padi dan Beras Pada Masing-masing Tipe Sawah

di Kecamatan Jaten tahun 2009

NO Tipe

Sawah

Luas

areal (Ha)

Produktifitas

padi Per-hektar

(ton)

Jumlah Panen Pertahun

Produksi

Padi Pertahun

(ton)

Produksi

Beras Pertahun

(ton)

1 A.SNT 80 7,5 2 kali 1.200 702

2 G.SNT 176 7 2 kali 2.464 1.441,4

3 G.SIT 509 7 3 kali 10.689 6.253,06

4 M.SNT 55 7 2 kali 770 450,45

5 M.SIT 360 7 3 kali 7.560 4.422,6

Jumlah 22.683 13.269,55

Sumber : wawancara pengolahan data menggunakan SIG dan hasil perhitungan

Dari tabel diatas dapat diketahui sawah dengan produktifitas permusim

yang tertinggi adalah sawah tipe As, yaitu sawah pada tanah Alluvial dengan

irigasi setengah teknis, namun karena dalam setahun panen padi hanya dapat

dilakukan 2 kali maka produksi per-tahunnya lebih rendah daripada sawah tipe Gt

dan Mt yang merupakan sawah irigasi teknis dimana panen dapat dilakukan 3 kali

dalam setahun. Dari seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar,

Page 118: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kecamatan Jaten menyumbang 8% dari seluruh Produksi Padi di Kabupaten

Karanganyar. Berikut ini adalah produksi padi pada masing-masing desa di

Kecamatan Jaten:

Tabel 22. Produksi Padi dan Beras Masing-masing Desa

di Kecamatan Jaten tahun 2009

NO Desa

Luas Tiap Tipe Sawah

(Ha)

Total

Produksi

Padi

(ton)

Total

Produksi

Beras

(ton) A.SNT G.SNT G.SIT M.SNT M.SIT

1 Sroyo 80 100 55 3.370 1.971,45

2 Jetis 125 2.625 1.525,62

3 Brujul 2 160 3.388 1.981,98

4 Jati 186 3.906 2.285,01

5 Dagen 119 2.499 1.461,91

5 6 Ngringo 74 1.036 606,06

7 Jaten 105 6 2.331 1.363,63

5 8 Suruhkalang 168 3.528 2.063,88

jumlah 80 176 509 55 360 21.808 13.269,5

5

Sumber : hasil interpretasi citra dan hasil perhitungan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh sawah di Kecamatan Jaten

mampu memproduksi 13.269,55 ton beras. Desa dengan produksi beras tertinggi

adalah Desa Jati, yaitu 2.285,01 ton dan desa dengan produksi beras terendah

adalah desa Ngringo, yaitu sebesar 606,06 ton.

Perhitungan produksi padi dan beras diatas adalah perhitungan yang masih

kasar, karena baru mempertimbangkan aspek tanah dan irigasinya saja, sementara

masih ada lagi faktor-faktor penting yang mempengaruhi produksi padi seperti :

bibit, pupuk, pengolahan tanah, dan sebagainya. Karena keterbatasan penelitian

yang tidak memungkinkan untuk mencakup seluruh faktor yang mempengaruhi

produksi padi maka hanya dicantumkan dua faktor diatas, yaitu jenis tanah dan

irigasinya. Peta produksi beras Kecamatan Jaten hasil interpretasi citra IKONOS

dan dipresentasikan pada peta 10.

Page 119: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Kebutuhan Beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

Angka kebutuhan beras perkapita nasional menurut BPS pada tahun 2005

adalah sebesar 136,3 kg. Menurut FAO, konsumsi beras perkapita adalah 133 kg,

Dari hasil wawancara denngan pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan

Hortikultura yang telah ditunjuk didapatkan angka kebutuhan beras perkapita

yaitu 2,5 ons perhari atau 91,25 kg pertahun (2,5ons dikali 365 hari). Besarnya

kebutuhan beras dihitung dengan cara mengalikan antara kebutuhan beras

perkapita dengan jumlah penduduk. Kecamatan Jaten memiliki jumlah penduduk

sebanyak 70.770 jiwa. Besarnya kebutuhan beras menurut berbagai kriteria

disajikan pada tabel 20 berikut ini:

Tabel 23. Kebutuhan Beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009

NO

DESA

Jumlah

Penduduk (jiwa)

Kebutuhan Beras Menurut Berbagai Kriteria

BPS (ton)

FAO (ton)

Dinas Pertanian

(ton) 1 Sroyo 8.090 1.102,67 1.075,97 728,1

2 Jetis 4.977 678,36 661,94 447,93

3 Brujul 5.008 682,59 666,06 450,72

4 Jati 6.117 833,75 813,56 550,53

5 Dagen 4.871 663,92 647,84 438,39

6 Ngringo 23.462 3.197,87 3.120,44 2.111,58

7 Jaten 13.642 1.859,40 1.814,38 1.227,78

8 Suruhkalang 4.603 627,39 612,19 414,27

Jumlah 70.770 9.645,95 9.412,41 6.369,3

Sumber: hasil perhitungan

Berdasarkan tabel di atas kebutuhan beras Kecamatan jaten berdasarkan

angka kebutuhan beras menurut BPS yaitu sebanyak 9.645.951 ton, berdasarkan

angka kebutuhan beras menurut FAO sebanyak 9.412,41 ton, sedangkan

kebutuhan beras berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk dan dari Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura adalah sebesar 6.369,3 ton. Peta

kebutuhan beras di Kecamatan Jaten presentasikan pada peta 11.

Page 121: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 122: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Swasembada beras di Kecamatan Jaten pada tahun 2009.

Swasembada beras dapat dihitung dengan cara membandingkan antar

produksi beras dengan kebutuhan beras. Jika produksi lebih besar daripada

kebutuhan (konsumsi) itu berarti bahwa Kecamatan Jaten mengalami surplus

beras atau swasembada, namun jika ternyata produksi beras lebih kecil daripada

kebutuhan beras penduduk maka berarti Kecamatan Jaten mengalami defisit

(minus) atau tidak swasembada.

Berdasarkan hasil interpretasi citra IKONOS yang telah diolah

menggunakan SIG diketahui bahwa Kecamatan Jaten memiliki luas lahan

petanian 1.180 hektar. Dalam setahun seluruh lahan petanian di Kecamatan Jaten

dapat memproduksi beras sebanyak 13.269,55 ton. Dari jumlah penduduk

Kecamatan Jaten yang berjumlah 70.770 jiwa, didapatkan kebutuhan beras

berdasarkan angka kebutuhan beras menurut BPS yaitu sebanyak 9.645,95 ton,

berdasarkan angka kebutuhan beras menurut FAO sebanyak 9.412,41 ton,

sedangkan kebutuhan beras berdasarkan hasil wawancara adalah sebesar atau

6.369,3 ton. Dari ketiga angka kebutuhan beras di atas dapat diketahui bahwa

Kecamatan jaten mengalami surplus beras.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan angka kebutuhan beras

menurut kriteria dari BPS maka di Kecamatan Jaten terjadi surplus beras

sebanyak 3.623,3 ton, menggunakan angka kebutuhan beras menurut kriteria dari

FAO surplus beras sebanyak 3.857,14 ton, sedangkan menurut angka kebutuhan

beras dari hasil wawancara dengan pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Jaten mampu surplus beras

sebanyak 6.900,3 ton. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pada

tahun 2009 Kecamatan Jaten mengalami swasembada beras.

Berikut ini akan disajikan tabel dan diagram swasembada beras per desa di

Kecamatan Jaten dengan mengambil angka kebutuhan beras perkapita dari BPS

yang merupakan angka kebutuhan beras perkapita yang terbesar yaitu 136,3 kg.

Page 123: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 24. Swasembada Beras di Kecamatan Jaten Tahun 2009

NO

Desa

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Luas

Sawah

(Ha)

Produksi

beras

(ton)

Kebutuhan

beras

(ton)

Surplus

/ Minus

(ton)

1 Sroyo 8.090 235 1.971,45 1.102,67 868,78

2 Jetis 4.977 125 1.525,62 678,36 847,26

3 Brujul 5.008 162 1.981,98 682,59 1.299,39

4 Jati 6.117 186 2.285,01 833,75 1.451,26

5 Dagen 4.871 119 1.461,915 663,92 797,99

6 Ngringo 23.462 74 606,06 3.197,87 -2.591,81

7 Jaten 13.642 111 1.363,635 1.859,40 -495,76

8 Suruhkalang 4.603 168 2.063,88 627,39 1.436,49

jumlah 70.770 1.180 13.269,55 9.645,95 3.623,6

Sumber : Data Kependudukan dari BPS, Dinas Pertanian dan hasil perhitungan

Pada gambar 35 berikut ini disajikan diagram yang menunjukkan produksi

beras, kebutuhan beras di masing-masing desa di Kecamatan Jaten dengan

menggunakan angka kebutuhan beras menurut kriteria dari BPS.

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Gambar 28. Diagram Produksi dan Kebutuhan Beras di Kecamatan Jaten

Page 124: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Kecamatan Jaten mengalami swasembada. Desa yang berswasembada beras

adalah Desa Sroyo, Desa Jetis, Desa Brujul, Desa Jati, Desa Dagen, dan Desa

Suruhkalang. Sedangkan desa yang tidak swasembada beras yaitu Desa Ngringo

dan Desa Jaten. Meskipun sama-sama tidak berswasembada beras namun antara

Desa Ngringo dan Desa Jaten terdapat perbedaan yang cukup besar ditinjau dari

selisih antara produksi dan kebutuhan beras. Desa Jaten hanya minus 495,76 ton

sedangkan Desa Ngringo minus -2.591,81 ton.

Besarnya defisit beras di Desa Ngringo disebabkan karena luas sawahnya

merupakan yang paling sempit di Kecamatan Jaten sedangkan jumlah

penduduknya paling banyak, dengan keadaan demikian maka hasil produksinya

idak mampu mencukupi kebutuhan beras bagi penduduknya.

Rata-rata produksi beras di Kecamatan Jaten dalam satu tahun adalah 11,2

ton perhektar. Produksi Kecamatan jaten masih diatas rata-rata produksi

Kabupaten Karanganyar yaitu 5,1 ton perhektar (menurut data Dinas Pertanian).

Peta swasembada beras di Kecamatan Jaten disajikan pada peta 12.

Page 125: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 126: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat ketelitian IKONOS dalam mengidentifikasi jenis pengunaan lahan

adalah sebesar 94% sehingga memenui syarat untuk digunakan sebagai data

masukan untuk mengetahui luas lahan pertanian dalam kajian evaluasi

swasembada beras.

2. Luas lahan pertanian di Kecamatan Jaten tahun 2009 adalah 1.180 Ha

(50,90% dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada). Desa dengan

sawah yang paling luas adalah Desa Sroyo yaitu seluas 235 Ha (19,9%),

sedangkan yang paling kecil adalah di Desa Ngringo, yaitu 74 Ha (6,3%)

3. Produksi beras di Kecamatan Jaten tahun 2009 adalah 13.269,55 ton, yang

berasal dari seluruh sawah di Kecamatan Jaten yaitu seluas 1.180 hektar

yang terdiri dari 5 tipe sawah berdasarkan jenis tanah dan irigasinya.

4. Kebutuhan beras di Kecamatan Jaten tahun 2009 berdasarkan angka

kebutuhan beras menurut BPS yaitu sebanyak 9.645,95 ton, berdasarkan

angka kebutuhan beras menurut FAO sebanyak 9.412,41 ton, sedangkan

kebutuhan beras berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk adalah

sebesar 6.369,3 ton.

5. Kecamatan Jaten mengalami swasembada beras pada tahun 2009. Menurut

kriteria dari BPS di Kecamatan Jaten terjadi surplus beras sebanyak

4.529,25 ton, menurut kriteria dari FAO surplus beras sebanyak 4.762,79

ton, sedangkan menurut angka kebutuhan beras dari hasil wawancara

mampu surplus beras sebanyak 7.805,9 ton.

108

Page 127: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Implikasi

Dari kesimpulan yang telah diuraikan, maka dapat dijelaskan implikasinya

sebagai berikut:

1. Dengan mengetahui keunggulan Citra IKONOS dalam mengidentifikasi

penggunaan lahan untuk kajian evaluasi swasembada beras di Kecamatan

Jaten maka kedepannya dapat diaplikasikan untuk cakupan yang lebih luas

lagi, misalnya untuk mengetahui swasembada provinsi atau negara sehingga

akan dapat dijadikan masukan dalam mengambil kebijakan ekspor dan

impor beras.

2. Dengan mengetahui produksi lahan pertanian yang tinggi di Kecamatan

Jaten dapat dijadikan masukan bagi pemerintah setempat dalam mengambil

kebijakan untuk perencanaan wilayah dan tata ruang kota agar tidak terjadi

konversi lahan pertanian, karena lahan pertanian merupakan aset yang

mampu mengatasi masalah kekurangan bahan pangan.

3. Dapat digunakan untuk pengembangan pembelajaran geografi mengenai

penginderaan jauh Kelas XII semester I.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa hal yang perlu peneliti

sarankan yaitu :

1. Pemanfaatan citra IKONOS untuk mengidentifikasi penggunaan lahan perlu

dikembangkan lagi dalam kajian evaluasi swasembada beras pada cakupan

wilayah yang lebih luas untuk dijadikan masukan dalam mengatasi

permasalahan tentang pangan di Indonesia.

2. Pendataan penggunaan lahan sebaiknya dilakukan secara berkala dengan

periode waktu yang lebih singkat. Sehingga informasi penggunaan lahan

menjadi lebih akurat. Bila diperlukan dapat menggunakan citra satelit,

karena dapat menjangkau daerah yang luas dengan lebih cepat dan murah.

3. Untuk menambah pendapatan petani pada sawah yang beririgasi setengah

teknis maka dapat dilakukan pola tanam pada MT 1, MT 2, MT 3 : padi,

Page 128: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

padi, palawija. Sedangkan untuk sawah irigasi teknis pola tanam pada MT

1, MT 2, MT 3 : padi, padi, padi.

4. Meski lahan pertanianya masih cukup untuk berswasembada beras, namun

dari tahun ke tahun menjadi semakin sempit akibat konversi lahan, maka

dari itu perlu adanya peran aktif masyarakat, pengusaha dan pemerintah

untuk menjaga agar lahan pertanianya tidak terkonversi menjadi lahan

terbangun sehingga tetap bisa memenuhi kebutuhan beras masyarakat.

Untuk saran ke-3 dan ke-4 tersebut disajikan ke dalam peta 13 yaitu Peta

Rekomendasi Peningkatan Produksi Padi di Kecamatan Jaten.

Page 129: EVALUASI SWASEMBADA BERAS DI KECAMATAN JATEN TAHUN … · overlay. Sampel digunakan untuk uji ketelitian dan untuk menentukan narasumber wawancara. Untuk uji ketelitian teknik sampling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user