evaluasi sebaran spasial lokasi stasiun …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · saya menyatakan bahwa...

110
i EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN PELAYANAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PERTAMINA DI KOTA SEMARANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Universitas Negeri Semarang Oleh ANNAS SARASADI NIM. 3250405019 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL 2011

Upload: truongnhu

Post on 10-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

i

1

EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUNPELAYANAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU)

PERTAMINA DI KOTA SEMARANGBERBASIS SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

SKRIPSIUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

ANNAS SARASADINIM. 3250405019

JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU SOSIAL

2011

Page 2: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

ii

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan kesidang panitia

ujian skripsi pada,

Hari : Senin

Tanggal: 3 Januari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Heri Tjahyono,M.Si. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.NIP. 196802021999031001 NIP. 196208111988032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.NIP.196209041989011001

Page 3: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

iii

3

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang, pada,

Hari : Rabu

Tanggal : 12 Januari 2011

Penguji Skripsi

Dr. Eva Banowati, M.SiNIP. 196109291989012003

Anggota I Anggota II

Drs. Heri Tjahyono, M.Si. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.NIP. 196802021999031001 NIP. 196208111988032001

Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M.Pd.NIP.195108081980031003

Page 4: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

iv

4

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian

ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Januari 2011

Annas SarasadiNIM. 3250405019

Page 5: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

v

56

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Prinsip-prinsip kesuksesan adalah apabila Allah dan orang-orang di

sekeliling ridho kepada kita dan jiwa kita pun mempunyai jiwa yang rindho

serta kita mampu mempersembahkan amalan yang bermanfaat.

PERSEMBAHAN: Kepada kedua orang tuaku Saudara-saudaraku Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat untuk pantang

menyerah

Page 6: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

vi

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Evaluasi Sebaran Spasial Lokasi Stasiun Pelayanan Bahan Bakar

Umum (Spbu) Pertamina Di Kota Semarang Berbasis Sistem Informasi Geografis”

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh

Studi Strata Satu (S1) di Universitas Negeri Semarang, untuk meraih gelar Sarjana

Sains di Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itulah dalam kesempatan yang

terhormat ini, penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah

memberikan ijin dan berbagai fasilitas sehingga penelitian ini dapat dilakukan.

3. Bapak Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. selaku Ketua Jurusan Geografi FIS

UNNES yang telah banyak membantu dan selalu memberikan dorongan

motivasi pada penulis.

4. Ibu Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi ini

yang dengan penuh kesabaran selalu memberikan petunjuk dan bimbingan mulai

saat penyusunan proposal hingga penulisan akhir dari skripsi ini.

5. Bapak Drs. Heri Tjahjono, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi ini, yang

telah banyak memberikan bimbingan dan arahan baik secara teknis maupun

praktis sehingga tulisan ini dapat terwujud.

6. Ibu Dr.Eva Banowati, M.Si, selaku dosen penguji utama yang telah mengkritisi

dan memberikan kritik serta arahan sehingga skripsi ini dapat dianggap layak

untuk digunakan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Sains

Page 7: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

vii

(S.Si) di bidang geografi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi FIS UNNES yang dengan penuh

kesabaran dan ketekunan memberikan banyak ilmu kegeografian kepada penulis,

sehingga penulis dapat memahami ilmu geografi .

8. Bapak dan Ibu jajaran pimpinan di lingkungan Pemerintah Kota Semarang,

khususnya Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi, BPS Kota

Semarang, PT. Pertamina Uni t Pemasaran IV.

9. Teman-teman Jurusan Geografi FIS UNNES yang telah ikut membantu dalam

pengumpulan data di lapangan, dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan

dalam penulisan skripsi ini.

Semoga segala amal baik dari Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu serta semua pihak yang

ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini mendapat imbalan yang

setimpal dari Allah yang maha kuasa.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk

itulah kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini sangat penulis harapkan. Akhirnya

penulis juga berharap tulisan ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya geografi dan juga dapat memberikan sedikit manfaat

bagi kepentingan praktis.

Semarang, Januari 2011

Penulis

Page 8: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

viii

8

ABSTRAK

Annas Sarasadi, 2010. Evaluasi Sebaran Spasial Lokasi Stasiun PelayananBahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina Di Kota Semarang Berbasis SistemInformasi Geografis. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas NegeriSemarang. Pembimbing Drs. Heri Tjahjono, M.Si dan.Dr. Dewi Liesnoor Setyowati,M.Si. 77 halaman, 26 tabel, 12 gambar.Kata Kunci: Pemetaan, Lokasi SPBU, Sistem Informasi Geografis (SIG)

Perkembangan bisnis Stasiun Pelayanan Bahan Bakar Umum (SPBU)meningkat secara tajam setelah era reformasi. Jumlah SPBU telah tumbuh danberkembang demikian pesat dan tersebar di berbagai lokasi yang kurangmempertimbangkan aspek lingkungan dan aspek etika bisnis. Pokok masalah dalampenelitian ini adalah (1) bagaimana pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayahKota Semarang; (2) sejauhmana tingkat kesesuaian lokasi SPBU di wilayah KotaSemarang. Tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan pemetaan sebaran spasiallokasi SPBU di wilayah Kota Semarang, (2) melakukan evaluasi kelas kesesuaianlokasi SPBU di wilayah Kota Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah SPBU di wilayah Kota Semarangberjumlah 60 buah, yang tersebar di 16 Kecamatan. Penelitian ini menggunakanteknik total sampling, sehingga semua anggota populasi dijadikan subyek penelitian.Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, pengukuran lapangan (dengan GPS),wawancara dengan Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi, PT. PertaminaUnit Pemasaran IV, serta wawancara dengan pelanggan BBM secara incidentalsampling. Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif (sistempengharkatan), dan analisis spasial dengan teknologi Sistem Informasi Geografis(SIG) dengan perangkat lunak Arc/View 3.3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran secara spasial SPBU diwilayah Kota Semarang bervariasi, yaitu: pola mengelompok di suatu wilayahdataran rendah Semarang bawah; pola memanjang jalur koridor Jakarta – Surabaya(jalur pantura); dan pola menyebar secara insidental di wilayah-wilayah kecamatanpinggiran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuatantara populasi jumlah SPBU dengan populasi jumlah kendaraan bermotor yang adadi setiap wilayah kecamatan. Termasuk juga tidak terkait dengan tingkat kepadatanpenduduk suatu wilayah. Sementara itu, data penelitian menunjukkan bahwa tingkatkesesuaian lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang secara umum masuk kriteria

Page 9: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

ix

Sesuai (S2) ada 47 SPBU (78.33%), Kurang Sesuai (S3) 7 SPBU (11.66%); danSPBU yang masuk kriteria Sangat Sesuai (S1) hanya ada sejumlah 6 SPBU (10%).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) pola sebaran spasial SPBU di KotaSemarang mengelompok pada wilayah dataran rendah Semarang bawah yangmerupakan pusat konsentrasi kegiatan; dan sebagian pola memanjang di koridor jalurPantura; (2) secara umum loaksi SPBU dalam tingkat sesuai (S2), Adapun sarandalam penelitian ini: (1) pihak pemerintah dan PT. Pertamina hendaknya lebih ketatdalam memberikan persyaratan ijin lokasi, terutama memasukkan unsurkeberlanjutan baik dari sisi ekonomi, sosial, dan ekologis pada persyaratan perijinan;(2) perlu dilakukan kajian yang mendalam tentang aspek parameter persyaratanlokasi SPBU secara akademis agar lingkungan tertap terjaga.

Page 10: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………….. iii

PRAKATA …………………………………………………………….. vi

ABSTRAK …………………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………….. 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ………………………...…... 5

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………... 5

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SIG Untuk Sektor Bisnis dan Jasa Perencanaan ……... 7

2.2 SIG Sebagai Alat Untuk Menentukan Lokasi Retail..... 8

2.3 Analisis Area Perdagangan ………………………….. 9

2.4 Peramalan Lokasi Bisnis Ritail ……………………... 11

2.5. Mengidentifikasi Area Perdagangan ………………… 14

2.6. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)…….… 16

2.7. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Lokasi

Bisnis SPBU …………………………………...... 19

2.8. Pola Perkembangan Sebaran SPBU …………….. 20

2.8. Kerangka Pemikiran ………….……………………… 21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian ............................................... 24

3.2 Sampel Penelitian ……………………………... 24

3.3 Variabel Penelitian ………………………………....... 25

Page 11: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

xi

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………. 25

3.5. Teknik Analisis Data ………………………………….. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1.1 Letak dan Luas Daerah Penelitian …………… 35

4.1.1.2. Kondisi Topografi dan Geomorfologi ............... 36

4.1.1.3.Kondisi Kependudukan ………………………. 38

4.1.1.4.Kondisi Sosial Ekonomi dan Jaringan Infrastruktur

Wilayah ……………………………………….. 44

4.1.2 Pemetaan Lokasi SPBU Berbasis SIG di Kota Semar .. 54

4.1.3 Evaluasi Kesesuaian Lokasi Sebaran SPBU di

Kota Semarang ……………………………………….. 59

4.1.3.1. Aspek Sosial Ekonomi ………………………. 59

4.1.3.2. Aspek Manajemen Lalu-Lintas ……………… 63

4.1.3.3 Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU di Wilayah Kota

Semarang ……………………………….. 67

4.2 Pembahasan ……………………………………….. 68

4.2.1. Pola sebaran spasial lokasi SPBU di Kota Semarang…. 70

4.2.2. Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU di Kota Semarang…… 71

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ………………………………………………... 73

5.2 Saran …………………………………………………... 74

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 76

LAMPIRAN

Page 12: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1. Persyaratan Ijin Pendirian SPBU …………………………................ 18

2.1. Jumlah dan Lokasi SPBU di Kota Semarang ………………………. 78

3.1. Jarak Antar SPBU Terdekat ………………………………………… 29

3.2. Rasio Jumlah SPBU dengan Jumlah Kendaraan Bermotor Dalam

Kecamatan …………………………………………………………... 29

3.3. Harkat Jarak SPBU Dengan Titik Macet ……………………………. 30

3.4. Harkat Tingkat Pelayanan/Kepadatan Lalu-Lintas Jalan ………….... 30

3.5. Status Jalan ………………………………………………………….. 31

3.6. Faktor Pembobot Tiap Parameter …………………………………… 31

3.7. Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU ……………………......................... 33

4.1. Nama-nama Kecamatan di Kota Semarang............................................ 35

4.2 Hubungan Antar Unit Relief, Kemiringan Lereng, dan

Perbedaan Tinggi Tempat di Wilayah Penelitian…………………… 36

4.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Semarang …………............ 40

4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Usia Dan Jenis Kelamin

Semarang Tahun 2008…………………………………………….….. 43

4.5 Banyaknya Sarana Perdagangan Kota Semarang Tahun 2008……… 45

4.6. Banyaknya Sarana Pendidikan di Kota Semarang Tahun 2008……… 48

4.7. Panjang Jalan Di Kota Semarang, Tahun 2008 ……………….……. 51

4.8. Perkembangan Sarana Angkutan Kendaraan Bermotor

dari tahun 2004 – 2008 di Kota Semarang ……………………...… 51

4.9. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Semarang, Tahun 2008 53

4.10. Jumlah SPBU, Populasi Kendaraan Bermotor dan Asumsi

Kebutuhan BBM (ltr/hari) di Kota Semarang ……………………… 58

Page 13: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

xiii

4.11. Asumsi Kebutuhan BBM …………………………………………. 62

4.13. Rasio Jumlah SPBU dengan Jumlah Kendaraan Bermotor

per Kecamatan ……………………………………………………. 63

4.14. Rata-Rata Jarak Antar SPBU di Wilayah Kota Semarang ………... 80

4.15. Tingkat Kenyamanan Jalan ( LOS) Pada Sejumlah Jalan Utama

Kota Semarang ……………………………………………………. 65

4.14. Jarak Lokasi SPBU dengan Titik-Titik Macet …………………… 82

4.16. Hasil Pengharkatan dari Setiap Status Jalan di Kota Semarang…….. 84

4.17. Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU di Wilayah Kota Semarang, 2010… 87

Page 14: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1.Model Teori Sektor …………………………………………….…… 21

2.2. Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian ……….……………….…. 23

3.1. Diagram Alir Penelitian ……………………………………….…… 34

4.1. Peta Administrasi Kota Semarang ...................................................... 37

4.2. Peta Kepadatan Penduduk Kota Semarang, 2008 ………................ 41

4.3. Peta Jaringan Jalan Kota Semarang Tahun 2008 …………….……. 48

4.4. Peta Sebaran Permukiman Kota Semarang Tahun 2008 ………….. 50

4.3. Grafik Perkembangan Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor di Ko-

ta Semarang 2004 – 2008 ………………………………………… 52

4.4. Grafik Pola Sebaran Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor per Ke

Kecamatan, Tahun 2008 …………………………………………... 56

4.5. Peta Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Semarang, 2008 57

4.6. Grafik Perbandingan Jumlah SPBU, populai Kendaraan Bermotor

dan Asumsi Kebutuhan BBM……………………………………….. 59

4.7. Peta Sebaran Lokasi SPBU di Kota Semarang Tahun 2010 ……….. 60

4.6. Peta Kepadatan Penduduk dan Sebaran SPBU Kota Semarang, 2010 …… 58

Page 15: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semarang sebagai kota propinsi dan kota industri mempunyai daya tarik

bagi tenaga kerja yang berakibat pada peningkatan aktifitas dan kepadatan

penduduk, menuntut pelayanan jasa transportasi angkutan yang memadai

bagi masyarakat. Angkutan umum yang ada belum dapat memberikan pelayanan

yang maksimal (nyaman dan aman), maka penggunaan kendaraan pribadi masih

merupakan alternatif berkendaraan yang masih diminati terutama mayarakat

menengah keatas.

Mobilitas warga Kota Semarang yang tinggi menjadikan beban jalan-

jalan di perkotaan mengalami kemacetan akibat pemakaian jalan dengan waktu

yang bersamaan. Masyarakat sebagai pengguna tidak merasakan dampak akibat

kemacetan sebagai inefisiensi ekonomi, karena bersifat intangible, artinya

tidak dapat langsung diukur dengan rupiah, padahal biaya sosial ekonomi

akibat kemacetan ini sangat besar. Termasuk dalam masalah ini, adanya konsumsi

bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan bermotor semakin tinggi dan

cenderung tidak efisien. Hal ini tentu menuntut adanya ketersediaan pelayanan SPBU

yang cukup dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat di wilayah Kota

Semarang.

Page 16: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

2

Perkembangan bisnis Stasiun Pelayanan Bahan Bakar (SPBU) meningkat

secara tajam setelah era reformasi, dan mulai saat itu pemerintah telah merubah

kebijakan politik dan ekonomi Nasional. Dimana pemerintah telah memberikan

kelonggaran dan kemudahan pada pihak-pihak swasta (dalam negeri atau

asing)_untuk melakukan investasi ekonomi di semua bidang bisnis UURI

No.30/2007). Termasuk dalam hal ini adalah investasi bidang perminyakan dan gas

bumi. Dalam konteks ini termasuk juga bisnis investasi Stasiun Pelayanan Bahan

Bakar (SPBU), seperti perusahaan asing Shell dari Inggris, dan Petronas dari

Malaysia telah ikut meramaikan bisnis SPBU di sejumlah wilayah di Indonesia.

Seiring dengan era globalisasi perdagangan dunia, bisnis investasi Stasiun

Pelayanan Bahan Bakar (SPBU) telah berdiri di berbagai penjuru jalan-jalan raya,

baik di wilayah kota-kota besar maupun di kota-kota kecil, termasuk kota-kota

kecamatan. Pada saat sekarang kita dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan

Stasiun Pelayanan Bahan Bakar (SPBU). Di kota Semarang yang memiliki 16

wilayah kecamatan dan terdapat 60 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan. Setiap

wilayah kecamatan minimal terdapat satu Stasiun Pelayanan Bahan Bakar (SPBU),

dan bahkan ada beberapa kecamatan memiliki lebih dari satu Stasiun Pelayanan

Bahan Bakar (SPBU), terutama wilayah Kecamatan Kota.

Pertumbuhan bisnis Stasiun Pelayanan Bahan Bakar (SPBU) di Kota

Semarang yang demikian menjamur tersebut disatu sisi memberikan keuntungan

konsumen karena konsumen dengan mudah mendapatkan pelayanan bahan bakar

minyak. Namun di sisi lain membawa dampak adanya persaingan bisnis yang sangat

Page 17: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

3

ketat, dan cenderung tidak sehat. Sejumlah SPBU berdiri saling berdekatan satu

dengan yang lain dalam jarak beberapa ratus meter saja. Sebagai akibatnya beberapa

SPBU terpaksa ditutup oleh pemiliknya karena kalah bersaing.

Sementara itu, sesuai dengan Undang-Undang No.8 Tahun 1971 Pasal 13

tentang tugas pokok Pertamina adalah: 1) melaksanakan pengusahaan minyak dan

gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesa-besarnya bagi kemakmuran rakyat

dan Negara; 2) menyediakan dan melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas

bumi untuk kebutuhan dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan

pemerintah. Demikian pula dalam PP No. 31 Tahun 2003, disebutkan bahwa maksud

dan tujuan (Pasal 2), adalah bahwa “…Perusahaan Perseroan (PERSERO)

sebagaimana dimaksud dalamPasal 1 adalah untuk menyelenggarakan usaha di

bidang minyak dan gas bumi baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan

usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas

bumi tersebut. “

Tujuan Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 adalah untuk: (a) mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan

perusahaan secara efektif dan efisien; (b)memberikan kontribusi dalam

meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Berdasarkan atas tugas pokok Pertamina tersebut, khususnya tugas dari Direktorat

Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri Direktorat PPDN menjadi sangat penting.

Oleh karena itu dalam penyediaan dan pelayanan kebutuhan BBM (Bahan Bakar

Minyak) dan gas bumi untuk dalam negeri dan pemasarannya dalam negeri

Page 18: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

4

menjadikan sebagai tugas utama. Dengan demikian perlu dilakukan secara

profesional, dalam arti dirancang, dilaksanakan secara efektif efisien dan

menguntungkan.

Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang ditandai dengan adanya

kesepakatan-kesepakatan perdagangan bebas (WTO dan AFTA) dalam dua dekade

terakhir ini, pendirian usaha bisnis menjadi terbuka dan bebas untuk siapa saja.

Dalam hal ini juga termasuk pendirian usaha bisnis SPBU, tidak memerlukan

persyaratan yang rumit atau kompleks. Siapa saja yang memiliki modal cukup dan

kemampuan dalam bidang usaha bisnis dapat dengan mudah mendirikan usaha bisnis

SPBU. Berdasarkan data dari PT. Pertamina (Persero) Unit Pemaran IV Jawa

Tengah, jumlah SPBU di Kota Semarang dalam tahun 2009 ada sejumlah 60 buah

SPBU, yang tersebar di 16 wilayah Kecamatan (Tabel 3.1). Jika dilihat dari sebaran

spatial terdapat sejumlah SPBU di beberapa wilayah Kota Semarang yang tampak

menggerombol saling berdekatan; dan sebaliknya pada beberapa tempat sebaran

spasial sangat berjauhan.

Oleh karena itu sebaran lokasi SPBU yang ada di suatu wilayah

seharusnya dirancang dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

pelayanan dan penyediaan kepada masyarakat secara optimal. Semua masyarakat

yang tersebar diberbagai wilayah dapat terlayani dengan sebaik-baiknya. Rumusan

masalah penelitian ini adalah, “sejauhmana kelas kesesuaian sebaran spasial lokasi

SPBU di wilayah Kota Semarang merupakan fokus permasalahan dalam penelitian

ini?”

Page 19: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

5

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di muka, maka dalam ini penelitian

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota

Semarang?

2. Apakah lokasi SPBU sudah sesuai dengan sebaran populasi penduduk dan

kepadatan lalu-lintas kendaraan bermotor di wilayah Kota Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas latar belakang masalah dan rumusan petanyaan penelitian di

muka, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. melakukan pemetaan pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota

Semarang.

2. mengevaluasi tentang kelas kesesuaian lokasi SPBU dalam kaitannya

dengan sebaran spasial populasi penduduk dan tingkat kepadatan lalu-lintas

kendaraan bermotor di wilayah Kota Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis:

Data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data dan

informasi spasial dan atribut, yang dianalisis baik secara terintegrasi

maupun secara terpisah, sehingga dihasilkan suatu model spasial tentang

Page 20: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

6

pola sebaran lokasi bisnis SPBU di wilayah Kota Semarang. Model spasial

ini dapat memberikan sumbangan secara teoritis bagi pengembangan

analisis spasial lebih lanjut. Sebagaimana diketahui bahwa informasi

spasial pada beberapa dasa warsa terakhir ini secara teoritis telah

berkembang pesat.

2. Manfaat Praktis:

Dalam era globalisasi sekarang ini, telah terjadi perkembangan teknologi

informasi seperti komputer dan perangkat lunak (software) dan perangkat

keras (hardware ), termasuk juga komputer berbasis spasial. Perangkat

teknologi informasi ini telah banyak digunakan oleh berbagai

institusi/lembaga baik negeri maupun swasta dalam rangka mendukung

kegiatan perencanaan pembangunan wilayah dan bisnis para pengusaha.

Oleh karena itulah dengan penelitian ini diharapkan dari data dan informasi

spasial ini dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk pengembangan

bisnis khususnya SPBU bagi kalangan pengusaha. Bagi pemerintah sebagai

pemegang otoritas kebijakan tata-ruang wilayah, terutama digunakan untuk

bahan pertimbangan dalam penataan bisnis SPBU di wilayahnya. Misalnya

untuk dasar pengeluaran ijin pendirian SPBU baru, dan sekaligus evaluasi

terhadap SPBU yang telah ada.

Page 21: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. SIG Untuk Sektor Bisnis dan Jasa Perencanaan

Selama tiga dekade terakhir, beberapa kemajuan penting telah terjadi di

analisis data spasial penyimpanan data, pengambilan dan pemetaan. Sistem Informasi

Geografis telah sangat berguna dalam menangani pendekatan analitis spasial dan

dalam membentuk interface dengan lokasi bidang sains . Beberapa studi memberikan

ikhtisar dampak utama model aplikasi SIG dalam pekerjaan yang dilakukan di bidang

ilmu pengetahuan di lokasi, pengembangan dan berbagai metode yang dapat

digunakan untuk model kesesuaian penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan

(Malczewski, 2004). Sebagai contoh: SIG sekarang yang paling banyak digunakan

perangkat lunak untuk menganalisis, visualisasi data spasial dan pemetaan seperti

analisis lokasi ritel termasuk di dalamnya lokasi SPBU, jaringan transportasi, pola

penggunaan lahan dan melacak data sensus.

Sejak SIG dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar

dari berbagai sumber dengan skala peta yang berbeda dan dalam sistem koordinat

yang berbeda, itu dianggap penting sebagai alat analisis lokasi. SIG dapat

menggabungkan dan secara simultan menggunakan beberapa database dalam

mentransformasikannya menjadi suatu perangkat umum database (Pettit dan Pullar,

1999). Namun, penggunaan SIG dalam analisis lokasi melibatkan aspek akurasi yang

Page 22: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

8

mewakili dunia nyata (real wold) situasi dalam database SIG. SIG tidak hanya

digunakan sebagai sumber input data untuk model lokasi, hal itu juga telah digunakan

sebagai alat untuk hasil model ini.

Orientasi konsumen yang berkembang dalam bisnis dan jasa perencanaan

mengalami kemajuan seiring dengan penggunaan teknik analisis spasial yang

didukung teknologi SIG, telah menyebabkan peningkatan penggunaan SIG. Beberapa

buku dan artikel menyatakan bahwa penggunaan SIG untuk mendukung layanan

bisnis dan perencanaan banyak memanfaatkan teknologi SIG dalam pengambilan

keputusan (Birkin, et al., 2002; Prahasta, 2005).

SIG dan perangkat lunak analisis spasial dapat diterapkan untuk pemecahan

masalah-masalah di berbagai aplikasi seperti analisis lokasi ritel, pemasaran lokal,

dan termasuk juga penentuan sebaran spasial lokasi SPBU. Hal ini melibatkan

integrasi model spasial dan SIG disesuaikan kebutuhan informasi spesifik dari

organisasi ritel untuk area tertentu. Jadi model spasial yang digunakan dalam

penjelasan dan prediksi interaksi antara permintaan dan penawaran untuk fasilitas

ritel SPBU dan mencari lokasi yang tepat untuk outlet ritel SPBU di suatu wilayah.

2.2. SIG Sebagai Alat Untuk Menentukan Lokasi Retail

Tingkat persaingan bisnis dalam berbagai bidang dan berbagai level dari

waktu ke waktu semakin kompleks. Dengan demikian diperlukan adanya sistem

organisasi spasial sebagai basis perencanaan, sehingga dapat diketahui secara pasti

Page 23: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

9

dimana pasar konsumen, dimana lokasi ritel ditempatkan. Dalam konteks ini sistem

kompetitif atau persaingan dalam pasar juga dapat berjalan secara berkeadilan.

Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu dalam pengambilan

keputusan atas permasalah-permasalah sebaran spasial untuk kepentingan bisnis.

SIG tidak hanya digunakan untuk analisis lokasi dan tangkapan tetapi juga untuk

sektor ritel lain, seperti persoalan manajemen, pemasaran dan komunikasi dan

pemasaran (Benoit dan Clarke. 1997).

SIG telah memberikan sumbangan yang sangat tinggi dalam meningkatkan

efisiensi dan ketepatan perencanaan ritel dan pemasaran. Sejak 1960 metodologi yang

digunakan untuk penelitian lokasi outlet ritel telah menjadi lebih canggih sebagai

hasil dari prosedur pemodelan yang dihasilkan oleh SIG (Birkin, Clark dan Clark,

2002).

Untuk menganalisis struktur ruang kegiatan retail dengan data lokasi pada

skala mikro, sekarang banyak teknologi tersedia dan digunakan. Ini termasuk

penerapan metode seperti Probability Density Function (PDF), Decision Support

Systems (DSS), Spatial Interaksi Model, Jaringan Huff Model, Analisis Varians

(ANOVA) (Byrom, 2005),

2.3. Analisis Area Perdagangan

Menurut literatur yang tersedia, beberapa metode lain juga telah digunakan

untuk menggambarkan area ritail. Metode ini telah diklasifikasikan ke dalam kategori

Page 24: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

10

berikut (1) Metode dasar atau sederhana untuk analisis Area perdagangan; (2)

Metode Gravitasi untuk analisis perdagangan.

2.3.1. Metode dasar atau sederhana untuk Analisis Wilayah Perdagangan

William Applebaum memelopori metode analog pada tahun 1932, untuk

mengembangkan peramalan model ritel sistematik yang didasarkan pada data

empiris. Metode ini biasanya digunakan oleh ritel dan konsultan perusahaan untuk

mengukur karakteristik kinerja toko yang ada dalam rangka untuk meramalkan

penjualan di lokasi baru (Rogers dan Green, 1979). Metode analog non-geografis dan

sering dilaksanakan oleh analisis regresi (Wang, 2006). Area proksimal adalah

metode pendekatan geografis untuk menggambarkan Area perdagangan. Metode ini

mengasumsikan bahwa konsumen memilih untuk mengunjungi toko terdekat di

antara outlet serupa (Ghosh dan McLafferty, 1987). Metode ini juga mengasumsikan

bahwa pelanggan juga mempertimbangkan jarak dan waktu perjalanan dalam

memilih sebuah toko. Setelah wilayah perdagangan didefinisikan, toko penjualan

dapat diproyeksikan dengan menganalisis variabel-variabel demografis dan kebiasaan

pengeluaran dari perspektif pelanggan (Wang, 2006). Dengan menggunakan teknik

SIG, area proksimal. Metode ini dapat dipelajari oleh dua pendekatan. Pendekatan

pertama adalah berbasis konsumen dan yang kedua adalah berbasis toko (Wang,

2006).

2.3.2. Metode Gravitasi Analisis Perdagangan

Pendekatan berbasis konsumen mencari lokasi toko terdekat dalam kaitannya

dengan konsumen. Pendekatan berbasis toko poligon Thiessen di setiap toko di untuk

Page 25: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

11

menentukan area proksimal. Metode ini memperhitungkan pertimbangan jarak dan

waktu melakukan perjalanan menggambarkan ke area-area perdagangan. Metodologi

prediksi penjualan yang telah dikembangkan dan diterapkan yang

mempertimbangkan jarak (atau waktu) dan daya tarik toko (Reilly, 1931, dan

Converse, 1949). Salah satu teknik yang telah digunakan selama bertahun-tahun

untuk menggambarkan area perdagangan ritel-didasarkan pada hukum gravitasi ritail.

Hukum ini menetapkan hubungan antara dua kota berdasarkan populasi relatif

mereka dan jarak antara mereka (Reilly, 1929). Rumus statistik diterapkan untuk

membangun hubungan ini sebagaimana yang diberikan oleh Converse (1943):

The Distant (Jarak) dari B ke titik dari Area perdagangan ritail antara dua kota

Jarak dari Titik A ke B=

1 +Keterangan:

Α = kota pertama

Β = kota kedua

Hukum gravitasi ritel telah digunakan untuk menandai Area / zona yang outlet ritel .

2.4. Peramalan Lokasi Bisnis Ritail

Pengecer selalu mencari pertumbuhan dan perluasan pendapatan dan

keuntungan mereka. Untuk mencapai hal ini, mereka mengadopsi berbagai strategi

seperti membuka outlet baru, diversifikasi barang dan produk, meningkatkan upaya

pemasaran, dan lain-lain untuk meningkatkan cakupan pendapatan outlet yang ada

Page 26: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

12

juga tergantung pada ukuran dan potensi ekonomi area geografis yang dilayani oleh

outlet. Kelengkapan penting outlet ritel adalah ruang orientasi pasar mereka (Ghosh

dan McLafferty, 1987). Setiap toko mungkin memiliki wilayah geografis dari mana

sebagian besar pelanggan berasal. Potensi pasar dari setiap toko ditentukan oleh pola

pengeluaran penduduk di wilayah perdagangan. Namun potensi pasar, tidak statis dan

dapat berubah dari waktu ke waktu karena perubahan dalam perkembangan ekonomi,

ukuran populasi, usia dan komposisi etnis dan indikator sosial-ekonomi (Ghosh dan

McLafferty, 1987). Oleh karena itu, pemahaman tentang orientasi pelanggan adalah

dasar di mana gerai ritel harus membuat keputusan target pasar mereka.

Ukuran populasi, dengan komposisi demografis, potensi dan pengeluaran

orientasi pelanggan harus berhubungan kompetitif dengan lingkungan suatu rantai

ritel. Tingkat dan kualitas kompetisi langsung adalah penilaian penting yang harus

dipertimbangkan dalam strategi lokasi toko (Mercurio, 1984). Peritel mengukur

tingkat persaingan oleh toko per kapita, ukuran luas per kapita serta tingkat

konsentrasi pangsa pasar, dan lain-lain.

Perkiraan atau proyeksi penjualan dapat dibuat untuk masa depan lokasi toko.

Suatu model gravitasi menggunakan tiga faktor utama seperti: ukuran dari toko, jarak

yang ditempuh untuk sampai ke penampung dan citra ritel toko berdasarkan produk,

aksesibilitas mudah, visibilitas, parkir, dan sebagainya (Mercurio, 1984). Salah satu

Kelengkapan yang menonjol dari revolusi ritel beberapa dekade terakhir telah

menjadi bebas dalam transformasi, keluarga-perusahaan untuk menjalankan skala

besar, dikelola secara profesional beberapa organisasi ritel (Dawson, 1991).

Page 27: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

13

Seleksi lokasi ritel adalah aspek terpenting dari setiap bisnis. Proyeksi

penjualan yang akurat sering membantu untuk menentukan jumlah yang tepat untuk

berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Untuk membuka bisnis ritel

memerlukan biaya perangkat keras, seperti real estat, konstruksi, peralatan, dekorasi

interior dan perabotan dan biaya perangkat lunak seperti zonasi, biaya profesional,

pelatihan personil dan relokasi harus dipertimbangkan.

Analisis Statistik atau model matematis juga telah digunakan untuk

memperkirakan toko penjualan masa depan. Perdagangan regional dan data yang

terkait dapat digunakan sebagai masukan untuk model-model ini untuk peramalan

penjualan. Tiga metode statistik utama yang digunakan adalah: (1) Model regresi, (2)

Model gravitasi, (3) Hukum Reilly.

Banyak konsultan real estate lebih suka model regresi. Volume Shoe

Corporation menggunakan empat jenis model regresi berganda untuk memprediksi

toko baru berdasarkan kuantitatif informasi yang diperoleh dari toko-toko yang ada.

Model ini berisi data demografis dari lokasi toko baru: kepadatan penduduk,

pendapatan rata-rata rumah tangga, persentase pendapatan rumah tangga menengah

dan rendah, data umur, pekerjaan, dan lain-lain (Wood, 1986).

Sebuah model regresi dapat diterapkan untuk keputusan penentuan lokasi

ritel, yang berhubungan dengan penjualan output (variabel dependen) untuk satu atau

lebih faktor (variabel independen) positif atau negatif yang berkaitan dengan

penjualan. Hasilnya bisa dibandingkan dengan toko serupa yang ada untuk

pembangunan masa depan bisnis ritel (Thompson, 1982).

Page 28: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

14

2.5. Mengidentifikasi Area Perdagangan

Setiap pengecer mencari pertumbuhan dan perluasan bisnis. Pertumbuhan ini

dapat dicapai dengan baik untuk meningkatkan penjualan / pendapatan dari toko-toko

yang ada. Pendirian dan ekspansi dengan menambahkan lebih tempat penjulan.

Ekspansi fisik menjadi baru atau pasar yang sudah ada, sebuah analisis dan seleksi

wilayah geografis yang luas harus menjadi bagian penting. Proses pemilihan lokasi

untuk gerai ritel baru mengikuti suatu hierarki dari analisis makro di tingkat regional

dan pasar, Analisis area perdagangan dan akhirnya turun ke analisis mikro-lokasi

tertentu (Anderson, 1993).

Suatu wilayah geografis terdiri dari beberapa pasar, yang pada gilirannya

terdiri dari beberapa bidang perdagangan yang meliputi Area metropolitan, kota, dan

kota kecil. Dalam setiap Area Perdagangan mungkin ada beberapa lokasi potensial

untuk mendirikan gerai ritel. Masing-masing pasar regional mungkin menunjukkan

peluang ritel berbeda-beda. Jaringan ritail besar menyesuaikan strategi pemasaran

mereka agar sesuai dengan persyaratan pasar regional individu berdasarkan fisik,

geografis, konsumen, ekonomi dan karakteristik kompetitif (Anderson, 1993). Sebuah

pasar regional lebih lanjut terdiri dari pasar geografis beragam seperti Area

metropolitan, kota atau kota kecil. Pengecer harus terus menyadari analisis perubahan

batas-batas wilayah pasar dan perilaku pasar sebagai proses yang berkelanjutan.

Perubahan dalam batas wilayah pasar dapat ditimbulkan oleh lokasi pelanggan dan

karakteristik, modifikasi dalam lalu lintas utama arteri dan masuk kompetisi baru di

pasar, dan sebagainya (Huff dan Rust, 1984).

Page 29: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

15

Area pasar kemudian dibagi lagi menjadi Area perdagangan yang berisi target

pasar populasi dari mana suatu outlet ritel tertentu menarik pelanggan. Sementara

melaksanakan analisis kawasan perdagangan ini, gerakan pelanggan didasarkan pada

titik asal (pemukiman atau Area kerja), lebih disukai tujuan ritel dan sifat dari outlet

dilewati dalam perjalanan mereka ke tujuan toko, harus dievaluasi. Analisis wilayah

perdagangan dilakukan berdasarkan geografi demografi, ekonomi, administrasi dan

karakteristik kompetitif yang berlaku diwilayah perdagangan.

Pemetaan yang ingin menggambarkan suatu fenomena tematik disebut

pemetaan tematik yang menghasilkan suatu peta yang disebut dengan Peta Tematik

(Bos, 1985). Fungsi suatu peta tidak hanya sekedar sebagai sesuatu penyajian grafis

tentang suatu fenomena/tema yang ada kaitannya dengan permukaan bumi, atau suatu

informasi yang sifatnya special (keruangan), tetapi dari peta akan dapat ditemukan

hal-hal yang sifatnya dapat memberikan daya tarik yang lebih kuat terhadap obyek

yang digambarkan, terutama apabila yang menyangkut masalah pola sebaran spasial

keruangan dan juga dapat memberikan gambaran yang sangat khas dan menonjolkan

sifat yang tersembunyi dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya dengan table

statistik dan lain sebagainya. Peta yang dihasilkan tidak hanya berfungsi sebagai alat

penyampaian informasi (display), tetapi lebih jauh lagi peta dapat digunakan sebagai

alat analisis, khususnya analisis keruangan.

Dalam hal analis tentang teori lokasi misalnya seperti yang dikemukaan oleh

Lloyd & Dicken (1978) bahwa location in space merupakan faktor penentu juga

dalam mempengaruhi aktifitas ekonomi. Demikian pula menurut Christaller (1975)

Page 30: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

16

mengemukaan suatu teori yang disebut Central Place Theory yang menyebutkan

antara lain bahwa penduduk suatu lokasi yang produktif tertentu memerlukan

fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya pada tempat-tempat yang lebih

menyenangkan dan menguntungkan.

2.6. Stasiun Pelayanan Bahan Bakar Umum (SPBU)

Satasium Pelayanan Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan sarana

Pelayanan bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan untuk pemenuhan

kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor masyarakat umum, dimana manajemen

pemasarannya ditangani oleh pemerintah pusat melalui Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah.

Ditinjau dari aspek peruntukannya, SPBU yang dimaksud dalam penelitian ini

dalah SPBU yang menyediakan bahan bakar kendaraan bermotor untuk masyarakat

umum, dan bukan SPBK (Stasiun Pelayanan Bahan Bakar Khusus), yakni sarana

Pelayanan bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor dari instansi-instansi

tertentu, seperti TNI dan Polri.

SPBU merupakan salah satu infrastruktur wilayah yang sangat diperlukan

dalam menggerakkan sosial, ekonomi masyarakat. Karena hingga saat ini bahan

bakar minyak dari sumnber fosil masih menjadi andalan utama dalam memenuhi

kebutuhan energi bagi kehidupan manusia. Perkembangan kehidupan manusia baik

secara kualitatif maupun kuantitatif telah memicu peningkatan akan kebutuhan BBM

(Bahan Bakar Minyak) yang terus meningkat secara tajam dan bahkan konsumsi

Page 31: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

17

BBM hampir tidak seimbang dengan peningkatan produksi dan distribusi. Akibatnya

pada beberap decade kita pernah didapkan adanya krisis energi.

Seiring dengan kebijakan pemerintah akan perdagangan bebas dan otonomi

daerah, bisnis usaha SPBU telah dibuka lebar untuk siapa saja. Dengan demikian

persaingan bisnis BBM menjadi sangat keras, dan menjurus pada kecenderungan

persaingan yang tidak sehat. Sebagai contoh, banyak SPBU yang berdiri saling

berdekatan beberapa puluh meter satu dengan yang lain, dalam satu poros jalan yang

sama. Dalam konteks ini, aspek pemilihan lokasi yang strategis baik dari sisi

ekonomi, sosial, lingkungan, maupun aspek manajemen lalu-lintas, kurang menjadi

perhatian para pembisnis SPBU, yang penting mereka dapat tempat untuk berbisnis.

Sementara itu, persayaratan perijinan pendirian usaha bisnis SPBU oleh PT.

Pertamina relatif sederhana, lebih menekankan pada aspek-aspek administratif

kelayakan usaha, seperti antara lain: Persyaratan permohonan ijin SPBU (http://www.

pertamina.com/spbu/)

1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik/pimpinan badan usaha;2. Biodata perusahaan/akta pendirian perusahaan (untuk badan usaha);3. Lay out bangunan SPBU dan konfigurasi SPBU yang akan dibangun;4. Peta lokasi skala 1:10.000 atau lebih besar, dan peta topografi/rupa bumi skala

1:25.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pendirian SPBU;5. Data kapasitas penyimpanan dan perkiraan penyaluran BBM;6. Data inventarisasi perlatan dan fasilitas yang dipergunakan;7. Rekomendasai dari penyedia BBM yang ditunjuk/diakui oleh Pemerintah

dilampiri dengan salinan/copy kontrak;8. Foto copy ijin peruntukan penggunaan tanah (IPPT) sesuai dengan skala

kegiatan;9. Foto copy ijin gangguan (HO);10. Foto copy Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);11. Bukti pengesahan meter pompa SPBU dari instansi yang berwenang;12. Foto copy ijin timbun tangki dari instansi yang berwenang;

Page 32: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

18

13. Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan skala kegiatan.14. Fotokopi surat izin pembangunan SPBU dari Jasamarga (khusus bagi

pendaftar yang memiliki lokasi di jalan tol).15. Nama Kelurahan di sertifikat tanah harus sesuai dengan lokasi pendirian

SPBU yang didaftarkan.

Tabel 2.1. Persyaratan Ijin Pendirian SPBUTata Letak Lokasi Keterangan

Lokasi umum lahan Posisi lahan yang akan digunakanLokasi lahan Peruntukan daerah tempat lahan beradaBentuk lahan Bentuk lahan secara fisik

Tipe lahan

Lahan kosong: Tidak pernah dipergunakan untuk bangunansebelumnyaTidak ada perkerasan /perkerasan tanah: Tanah belumdiratakan dengan permukaan jalan dan belum dipadatkanPerkerasan aspal /batu : Lahan sudah diratakan denganpermukaan jalan dan dipadatkan dengan aspal atau batuLahan bekas pemanfaatan tertentu: Lahan pernah digunakanuntuk peruntukan lain sebelumnya

Posisi lahan Posisi lahan terhadap jalanBatas lokasi lahan Batas lokasi lahan dari depan, belakang, kanan dan kiriLebar akses jalan Lebar akses jalan yang terletak di depan lahanJumlah lajur jalan Jumlah lajur jalan di depan lahanPembatas jalan Keberadaan pembatas/median jalan yang terletak di depan

lahanJumlah arah Jumlah arah jalan yang melintas di depan lahan ( satu arah

atau dua arah )Permukaan jalan Jenis permukaan jalan yang menutupi jalan di depan lahanKondisi jalan Kondisi jalan di sekitar lahanTopografi lahan Keadaan topografi lahan ( kemiringan, kontur, dsb )Jarak dengan SPBU lain Jarak terdekat dengan SPBU lainJumlah kendaraan / jam Banyaknya kendaraan yang melintas di depan lahan persatuan

jamStatus jalan Status lahan di sekitar lahanTingkat perjalanan Volume kendaraan yang lewatKecepatan pengguna jalan Kecepatan rata-rata pengendara jalan yang melewati lahan

Sumber: Kantor PT. Pertamina (Persero), 2009

Page 33: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

19

Adapun persyaratan secara teknis yang terkait dengan lokasi yang akan

diusulkan sebagai tempat mendirikan SPBU sebagai mana Tabel 2.1. Jika dicermati

dari persyaratan pendirian usaha SPBU yang dikeluarkan oleh PT. Pertamina

(Persero) tersebut tampak bahwa aspek sebaran secara spasial di antara usaha SPBU

pada suatu wilayah tidaklah menjadi pertimbangan utama. Fenomena tersebut

kemudian memunculkan sejumlah persoalan, yakni di satu wilayah jumlah SPBU

menggerombol dengan jarak/radius yang relatif berdekatan, sehingga berdampak

pada persaingan usaha yang kurang sehat. Namun sebaliknya pada suatu wilayah

tertentu jumlah SPBU yang ada relatif terbatas, sehingga konsumen pada saat-saat

tertentu harus mengantri untuk mendapatkan pelayanan bahan bakar.

2.7. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Lokasi Bisnis SPBU

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap lokasi bisnis SPBU, yaitu:

(1) faktor fisik lahan, merupakan faktor penting dalam memilih lokasi SPBU, karena

faktor fisik lahan berkaitan langsung dengan dampak lingkungan. Lingkungan fisik

lahan seperti tingkat stabilitas tanah/tingkat kerawanan bencana/longsor lahan,

penggunaan lahan, drainase tanah; (2) faktor sosial ekonomi, yakni yang terkait

dengan tingkat kepadatan penduduk, sebaran penduduk pada suatu wilayah, jumlah

dan jenis kendaraan bermotor yang terdapat di wilayah sekitar, jarak SPBU dengan

pusat-pusat kegiatan masyarakat; jarak antar SPBU yang terdekat; (3) manejemen

lalu-lintas, pengaturan sistem lalu-lintas suatu daerah sangat mempengaruhi tingkat

keamanan dan kenyamanan dan berkendaraan bermotor. Penempatan lokasi bangunan

Page 34: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

20

SPBU tidak berdekatan dengan titik-tik kemacetan, seperti pasar, sekolahan,

perempatan/pertigaan jalan, status/kelas jalan.

2.8. Pola Pertumbuhan Sebaran SPBU

Menurut Teori Sektor dari Hoyt (Yunus, 2008; Banowati, 2010) kunci

terhadap peletakan sektor adalah pada lokasi dari pada “high quality areas” (daerah-

daera yang berkualitas tinggi untuk tempat tinggal). Kecenderungan penduduk untuk

bertempat tinggal adalah daerah-daerah yang dianggap “nyaman” dalam arti luas.

Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-kemudahan terhadap fasilitas, kondisi

lingkungan baik alami maupun non alami yang bersih dari polusi baik fisikal maupun

non fisikal, prestise yang tinggi karena dekat dengan tempat tinggal orang-orang

terpandang dan lain sebagainya. Dengan demikian seperti dikemukakan dalam tesis

Hoyt bahwa:

“sector arranements do not skip about at random in the process ofdevelopment but they follow a definitie path in one or more sectors in the city.The are axtended outward along communications axes that are producingsectors they do not encircle the city at its outer limits”

Berdasarkan kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor yang ada di kota tidak

terjadi secara acak-acakan saja tetapi selalu mengikuti jalur tertentu, khususnya jalur

komunikasi dan bukannya melingkar. Berikut adalah Model Teori Sektor (Homer

Hoyt, dalam Banowati, 2010),

Page 35: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

21

Gambar 2.1 Model Teori Sektor (Homer Hoyt)

Keterangan:

1. Daerah pusat kegiatan (DPK) atau CBD

2. Zone of wholesale light manufacturing

3. Zona Permukiman kelas rendah

4. Zona permukiman kelas menengah

5. Zona permukiman kelas tinggi

Dalam konteks dengan penelitian ini, teori yang dikemukakan oleh Hoyt ini

kiranya dapat digunakan sebagai landasan teori dalam melakukan penjelasan tentang

pola sebaran lokasi SPBU pada wilayah Kota Semarang.

2.9. Kerangka Pemikiran

Melakukan evaluasi yang bertitik tolak dari konsep Christaller tersebut tidak

mudah dilakukan tanpa data data yang memadai. Sebaran spasial lokasi SPBU mudah

dilihat dan mudah dipahami pola penyebarannya melalui peta sebaran spasial, yang

sejauh ini belum banyak mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan

Page 36: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

22

(stakeholder), terutama dalam pembangunan data spasial yang berbasis SIG. Selain

peta pokok yang perlu dipersiapkan yaitu peta lokasi SPBU dengan tambahan

informasi penting seperti kemampuan kapasitas volumenya dan kemampuan

pemasarannya, juga peta-peta pendukung utama khususnya peta kepadatan penduduk

per kecamatan, peta jumlah kendaraan bermontor di Wilayah Kota Semarang.

Mengingat penelitian yang akan dilakukan mencakup seluruh wilayah Kota

Semarang yang relatif jauh lebih rumit dibandingkan kabupaten/kota lainnya, maka

pemetaan lokasi sebaran spasial SPBU dilakukan pada skala yang relatif besar, yakni

skala 1 : 25.000. Adapun peta yang digunakan sebagai dasar untuk penelitian ini

adalah Peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000 yang diterbitkan oleh

Bakosurtanal. Selain itu, untuk validasi data spasial terkini, digunakan citra satelit

Quickbird yang memiliki resolusi cukup tinggi, yaitu 0,65 meter.

Page 37: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

23

Gambar 2.2. Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian parameterAnalisis*Alat Interpretasi

ANALISISoDeskriptif kuantitatifo Sistem Informasi Geografis

EVALUASI KELAS KESESUAIANLOKASI SPBU

o Parameter: sosial ekonomi (jarak antar SPBU,rasio jumlah SPBU&kend.bermotor)

o Parameter: manajemen lalu-lintas (jarak SPBUdengan titik macet, nilai tingkat pelayanan jalan(LOS)

ANALISISoDeskriptif kuantitatifo Sistem Informasi Geografis

DATA SPASIALo Peta Administrasio Peta Jaringan Jalano Peta Kepadatan Penduduko Peta Jumlah&Jenis Kend.Bermotoro Peta Sebaran Permukiman

DATA ATRIBUToData KependudukanoData Jumlah & Jenis Kend.BermotoroData Jumlah SPBUoData Lokasi/alamat SPBUoData Kepadatan lalu-lintas jalan

Input

Proses

PETA KELASSEBARAN SPASIAL SPBU

DI KOTA SEMARANG

Output

Page 38: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

24

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah SPBU yang berada di wilayah Kota

Semarang. Berdasarkan data dari Kantor PT. Pertamina unit pemasaran IV ada

sejumlah 60 buah, yang tersebar di 16 Kecamatan yang ada di Kota Semarang.

Jumlah dan sebaran SPBU Kota Semarang tahun 2010 tercantum pada Tabel 3.1

(Lampiran, hal. 78).

3.2 Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah SPBU di wilayah Kota Semarang yang

berjumlah 60 buah SPBU, tersebar di 16 kecamatan. Kesemua SPBU tersebut

dijadikan sebagai sampel atau dengan menggunakan teknik total sampling. Setiap

SPBU dilakukan pengamatan dan pengukuran lokasi dengan GPS (Global

Positioning System) untuk mengetahui posisi absolut lokasi SPBU. Melalui data

tersebut dapat diketahui jarak antar SPBU terdekat.

Adapun dasar pertimbangan untuk memperoleh data spasial sebaran lokasi

SPBU di Kota Semarang didasarkan pada dua aspek, yaitu (1) jumlah SPBU dalam

satu koridor jalan yang sama; (2) jarak terdekat antar SPBU satu dengan yang lain.

Kedua data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan lapangan, pengukuran titik

lokasi dengan GPS.

Page 39: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

25

3.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka di muka, maka variabel dalam penelitian ini

terdiri dari,

1. Jumlah SPBU

2. Jarak terdekat antar SPBU

3. Lokasi absolute (koordinat X & Y) SPBU

4. Lokasi relatif (berdasarkan administrasi)

5. Tingkat kepadatan lalu-lintas

6. Tingkat kepadatan penduduk per kecataman

7. Jumlah dan Jenis kendaraan bermotor per kecamatan

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengamatan

Teknik pengamatan digunakan untuk mendapatkan gambaran awal atau situasi

umum dari sebaran lokasi SPBU, yakni berkenaan dengan alamat lokasi SPBU,

kondisi lingkungan SPBU. Pengamatan terutama difokuskan pada jarak terdekat

SPBU terhadap pusat-pusat kegiatan seperti pasar, sekolah, perkantoran dan

pusat industri/pabrik, dan persimpangan jalan.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang: (1) Alamat dan

nomor registrasi SPBU yang diperoleh di Kantor PT. Pertamina UP IV

Semarang; (2) jumlah dan jenis kendaraan bermotor, volume kepadatan lalu-

lintas pada jalan-jalan di wilayah Kota Semarang. Data ini diperoleh di Kantor

Page 40: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

26

Dinas Perhubungan dan Informasi Komunikasi Kota Semarang. Selain itu,

digunakan juga untuk mendapatkan (3) data kependudukan dan data jumlah dan

jenis kendaraan bermotor pada setiap kecamatan. Data tersebut diperoleh dari

Badan Pusat Statistik Kota Semarang.

3. Pengukuran Lapangan

Teknik pengukuran lapangan ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

lokasi (koordinat X-Y) dari setiap SPBU yang ada di wilayah Kota Semarang.

Alat yang digunakan untuk menentukan koordinat lokasi SPBU adalah GPS

(Global Positioning System). Di samping data koordinat lokasi, peneliti juga

melakukan pengamatan tentang kondisi fisik SPBU yang ada, dengan cara

merekam/memfoto setiap SPBU.

4. Geocoding

Teknik ini digunakan untuk mengkonversi alamat ke lokasi titik tertentu di

jaringan jalan berdasarkan lokasi dari alamat sebagaimana ditetapkan dalam data

referensi informasi jalan. Mempertimbangkan berbagai jenis parameter alamat

yang dapat melakukan Geocoding untuk mencocokkan nomor SPBU dan nomor

jalan dalam database. Dalam studi ini SPBU telah geocode menggunakan alamat

jalan masing-masing. Geocoding menggabungkan informasi peta dengan alamat

jalan sehingga titik dapat berada pada peta dasar untuk setiap sesuai alamat.

5. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data pendukung, terutama data

tentang jumlah konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk setiap jenis

Page 41: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

27

kendaraan bermotor. Dari teknik ini diperoleh data tentang konsumsi BBM tiap

jenis kendaraan bermotor dalam satuan liter perhari (l/hr). Data diperoleh

dengan cara teknik incidental sampling, yaitu peneliti langsung menemui sopir

truk, sopir angkutan kota, sopir mobil pribadi, sopir taksi, pengendara sepeda

motor (tidak memilih) yang pada saat berhenti dijalan sedang mengendarai

kendaraan bermotor ditanya tentang rata-rata jumlah BBM yang dikonsumsi oleh

kendaraannya dalam satu hari.

Dalam pengumpulan data ini, dilakukan klasifikasi jenis kendaraan bermotor

menjadi 6 (enam) kelompok kendaraan bermotor, yaitu jenis bus, truk, taksi,

oplet/mikrolet, mobil dinas/pribadi, dan sepeda motor.

3.5 Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis SIG

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpretasi peta

yang diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data-data titik-

titik lokasi SPBU yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara spasial dengan

menggunakan peta dan citra satelit quickbird (sebagai bantuan validasi data),

Model analisis yang digunakan adalah: (1) analisis pola spasial; dan (2) analisis

asosiasi spasial. Dalam proses pengerjaan kedua model analisis spasial tersebut

akan menggunakan Software Arc/View versi 3.3.

Page 42: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

28

2. Teknik analisis deskriptif kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan, terutama untuk memberikan

penjelasan-penjelasan dari fenomena yang muncul dari analisis spasial. Teknik

analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan adalah model pengharkatan

(scoring). Teknik ini digunakan untuk untuk melakukan evaluasi kesesuaian

lokasi SPBU.

Tolok ukur untuk suatu lokasi yang sesuai untuk SPBU dapat didasarkan oleh

beberapa faktor, antara lain: faktor fisik lahan; faktor sosial ekonomi penduduk

sekitar; dan faktor manajemen lalu lintas. Namun dalam penelitian ini hanya

dibatasi pada dua faktor, yaitu faktor sosial ekonomi, dan faktor manajemen lalu

lintas, karena pertimbangan keterbatasan biaya dan waktu.

1) Faktor Sosial Ekonomi

Parameter yang digunakan untuk aspek sosial ekonomi adalah: (1) jarak radius

antar SPBU yang ada pada jalan yang sama; (2) rasio jumlah SPBU dengan

jumlah kendaraan bermotor yang ada di wilayah kecamatan. Asumsi dasar yang

digunakan adalah bahwa semakin dekat jarak lokasi antar SPBU, maka semakin

meningkatkan persaingan yang tidak sehat, demikian sebaliknya semakin jauh

jarak lokasi antar SPBU persaingan menjadi semakin sehat. Sedangkan untuk

rasio antara jumlah kendaraan pada suatu wilayah dengan ketersediaan fasilitas

SPBU, diasumsikan bahwa jumlah kendaraan bermotor seharusnya sebanding

dengan kebutuhan BBM, dalam arti ketersediaan SPBU yang memadai, sehingga

Page 43: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

29

kebutuhan BBM menjadi tercukupi. Berikut Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, disajikan

criteria dan harkat tentang ‘jarak’ dan ‘rasio SPBU’

Tabel 3.1. Jarak Antar SPBU TerdekatNo. Kelas Jarak Kriteria Harkat

1 > 1 km Sangat jauh 52 0.75 km - < 1 km Jauh 43 0.5 km - < 0.75 km Sedang 34 0.25 km - < 0.5 km Rendah 25 < 0.25 km Sangat rendah 1

Sumber : Asumsi dari data primer 2010

Dimana semakin berdekatan lokasi SPBU satu dengan yang lain, maka tingkat

persaingan menjadi semakin tinggi. Jika salah satu dari pengusaha SPBU tidak

mampu dalam bersaing, maka bisa terjadi kerugian, kebangkrutan usaha, dan

pada akhirnya terjadi penutupan usaha.

Tabel 3.2. Rasio Jumlah SPBU dengan JumlahKendaraan Bermotor Dalam Kecamatan

No. Kelas Ratio Harkat1 0.074 - 0.092 Sangat tinggi 52 0.056 - < 0.074 Tinggi 43 0.039 - < 0.056 Sedang 34 0.021 - < 0.039 Rendah 25 0.003 - < 0.021 Sangat Rendah 1

Sumber: Asumsi dari data primer 2010

2) Faktor Manajemen Lalu-lintas

Parameter untuk faktor manajemen lalu-lintas adalah: (1) jarak SPBU dengan

titik kemacetan (pasar, terminal, obyek wisata, sekolahan, perempatan jalan); (2)

nilai tingkat pelayanan jalan (Level of Service=LOS); (3) status jalan. Asumsi

Page 44: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

30

dasar yang digunakan adalah (1) semakin dekat lokasi SPBU dengan titik

kemacetan, maka akan semakin rendah tingkat kualitas pelayanannya, karena

para konsumen dan pengguna jalan menjadi kurang nyaman; (2) nilai tingkat

pelayanan jalan yang semakin tinggi akan membuat pengguna jalan menjadi

lebih nyaman; (3) tinggi rendahnya status jalan akan berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya kebutuhan akan pelayanan SPBU, dimana semakin tinggi status jalan

maka tingkat kepadatan lalu lintas semakin tinggi.

Adapun kriteria dan pengharkatan “manajemen lalu lintas tercantum pada Tabel

3.3, Tabel 3.4, dan Tabel 3.5 .

Tabel 3.3. Harkat Jarak SPBU Dengan Titik MacetNo. Kelas Kriteria Harkat

1 > 1 km Sangat jauh 52 0.50 km - < 1 km Jauh 43 0.25 km - < 0.50 km Sedang 34 0.15 km - < 0.25 km Dekat 25 < 0.15 km Sangat dekat 1

Sumber: Asumsi analisis data primer 2010

Tabel 3.4. Harkat Tingkat Pelayanan/Kepadatan Lalu-Lintas JalanNo. LOS (smp/jam) Kriteria Harkat Ciri-Ciri Arus Lalu-Lintas

1 0.0 - 0.19 A 5arus bebas, volume rendah, kecepatantinggi, kepadatan lalu-lintas rendah

2 0.20 - 0.44 B 4arus setabil, mulai ada pembatasankecepatan

3 0.45 - 0.69 C 3arus stabil, pergerakan dibatasi,tingginya volume lalu-lintas

4 0.70 - 0.84 D 2

arus mendekati tidak stabil, kecepatanmulai terganggu oleh kondisi jalan

kondisi jalan5 0.85 - 1.00 E 1 terjadi kemacetan lalu-lintas

6 Lebih dari 1.00 F 1 sering terjadi kemacetan dan antrianpanjang, kecepatan kadang-kadang nol

Sumber : Traffic survey (Dishubinfo Kota Semarang, 2008)

Page 45: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

31

Keterangan: LOS = Level of Service (Tingkat Pelayanan) smp/jam = satuan mobil penumpang/jam

Sementara itu, untuk mendapatkan nilai/jarak digunakan analisis SIG, yaitu

dengan menggunakan peta-peta berbasis SIG, yang memiliki database dari semua

informasi spasial yang tergambar.

Tabel 3.5. Status JalanNo. Status Jalan Kriteria Harkat1 Nasional Sangat tinggi 52 Provinsi Tinggi 43 Kota/Kabupaten Sedang 34 Kecamatan Rendah 25 Desa Sangat rendah 1

Sumber : Dishubinfo Kota Semarang

Berdasarkan atas kriteria pengharkatan (Tabel 3.1; 3.2; 3.3; 3.4; dan 3.5) di

muka, selanjutnya disusun faktor pembobot untuk tiap parameter dengan cara sebagai

berikut,

Tabel 3.6. Faktor Pembobot Tiap Parameter

No. Faktor yang berpengaruh Faktor pembobot(weight factor)

1 Jarak antar SPBU yang ada 42 Rasio jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan

bermotor3

3 Jarak SPBU dengan titik macet 24 Tingkat kepadatan lalu-lintas 15 Status jalan 1

Sumber: Asumsi data lapangan

Page 46: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

32

(Harkat A x pembobot A)+(Harkat B x pembobt B) + …nHarkat Total =

Harkat faktor pembatas x pembobot

Selanjutnya untuk memperoleh harkat total hasil perhitungan dari semua

parameter (Tabel 3.7) dan dengan memperhatikan faktor pembobot untuk masing-

masing faktor, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Sumber : Traffic survey (Dishubinfo Kota Semarang, 2008)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh harkat total sebesar:

(5x4)+(5x3)+(5x2)+(5x1)Harkat total terbesar =

(1x2)= 25

(1x4)+(1x3)+(1x2)+(1x1)Harkat total terkecil =

5x2= 1

Setelah diperoleh harkat total tertinggi dan total terendah maka dapat ditentukan

interval kelas klasifikasi kesesuaian lokasi SPBU. Interval kelas tersebut dapat

ditentukan dengan rumus,

25 – 1Interval kelas = = 6

4

Harkat total faktor pendukungHarkat Total =

Harkat total faktor pembatas

Harkat total tertinggi – Harkat total terendahInterval kelas =

Jumlah kelas yang diinginkan

Page 47: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

33

Selanjutnya setelah diperoleh perhitungan tersebut maka dapat ditentukan kelas

klasifikasi Tingkat Kesesuaian Lokasi SPBU sebagai berikut,

Tabel 3.7. Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU

Kelas Kiteria Keterangan Harkat Total

S1 Sangat sesuai Merupakan lokasi yang sangat me-nguntungkan baik secara ekonomimaupun kenyamanan konsumen

19 - 25

S2 Sesuai Lokasi yang menguntungkan secaraekonomi dan konsumen cukupnyaman

13 - < 19

S3 Kurang sesuai Lokasi kurang menguntungkansecara ekonomi dan kurang nyamanbagi konsumen

7 - < 13

N Tidak sesuai Lokasi yang tidak menguntungkansecara ekonomi maupun kenyamanankonsumen

< 7 -

Sumber: Traffic Survey, 2008 dengan modifikasi peneliti, 2010

Page 48: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

34

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

validasi

Pengharkatan

Surve LokasiSPBU (GPS)

Pengumpulan data penduduk data SPBU data jenis&

jumlah kenda-raan bermotor

data kepadatan/volume kenda-raan bermotor

Jarak terdekatantar SPBU

Analisis SIG

PETA KELAS SEBARANSPASIAL SPBU

DI KOTA SEMARANG

Peta RBI skala1:25000

tahun 2000

Citra SatelitQuickbird tahun

2006

Peta Administrasiskala 1:100.000

Peta Jaringan Jalanskala :100.000

Digiitasi Petaon screen

Overlay(Tumpangsusun)

Peta WilayahKota Semarangskala 1:100.000

Peta Kpdt PenddkKota Semarangskala 1:100.000

Peta Sebaran LokasiSPBU Kota Semarang

skala 1:100.000

Peta Jml Kend.bermotorKota Semarang

skala 1:100.000

Page 49: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

35

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1.1. Letak dan Luas Daerah Penelitian

Kota Semarang secra geografis, terletak diantara 1090 35’ – 1100 50 ‘ BT

dan 60 50’ – 70 10’ Lintang selatan. Luas wilayah 388.23 km2. dengan batas-batas

administrasi sebagai berikut: sebelah utara berbatasan laut Jawa, sebelah selatan

berbatasan Kabupaten Semarang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Demak dan Kabupaten Grobogan, sebelah barat berbatasan Kabupaten Kendal.

Kota Semarang terdiri dari 16 wilayah kecamatan, dengan luas 388,23 km2.

Tabel 4.1. Nama-nama Kecamatan di Kota Semarang

No Nama Kecamatan Luas (Km2) PersentaseLuas(%)

1 Tugu 30,08 7,762 Mijen 58,90 15,193 Gunungpati 60,70 15,654 Banyumanik 30,76 7,935 Gayamsari 6,15 1,586 Semarang Timur 5,61 1,457 Genuk 2,60 7,118 Tembalang 39,89 10,289 Pedurungan 23,25 5,99

10 Candisari 7,06 1,8211 Gajahmungkur 9,53 2,4612 Ngaliyan 43,87 11,3113 Semarang Barat 22,21 5,7314 Semarang Utara 11,44 2,9515 Semarang Selatan 6,16 1,5916 Semarang Tengah 5,03 1,21

J U M L A H 388,23 100Sumber: BPS Kota Semarang, 2009

Page 50: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

36

Secara keruangan wilayah kota Semarang, dapat dilihat pada Gambar 4.1.berikut ini.

4.1.1.2. Kondisi Topografi dan Geomorfologi

Menurut Zaidam (1979) dalam Maulana (2006), relief yang terdapat

di muka bumi ditentukan oleh keadaan topografi (bagian dari lereng dan

ketinggian tempat), keadaan morfologi (kemiringan, lereng, panjang lereng,

bentuk lereng, dan bentuk lembah) dan aspek relief lainnya (hubungan

antar unit relief- kemiringan-perbedaan tinggi tempat, kepadatan drainase

dan pola drainase), dimana ketiga faktor tersebut yang mempengaruhi bentuk

permukaan bumi. Kondisi topografi tersebut juga berpengaruh terhadap

pola sebaran permukiman penduduk dan pola sebaran unit-unit usaha

bisnis. Lebih jelasnya mengenai hubungan antar unit relief, kemiringan lereng

dan perbedaan tinggi tempat dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hubungan Antar Unit Relief, Kemiringan Lereng, danPerbedaan Tinggi Tempat di Wilayah Penelitian

No. Kondisi Topografi KemiringaanLereng

PerbedaanKetinggian

1 Topografi datar 0-2% <5 m

2 Topografi agak miring 3-7% 5 - 50

3 Topografi miring 8-13% 25-754 Topografi agak curam 14-20% 50-200

5 Topografi curam 21-55% 200-500

6 Topografi sangat curam 56-140% 500-10007 Topografi sangat curam

sekali >140% >1000

Sumber : Zuidam, 1979

Page 51: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

37

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Semarang

Peta Administrasi

Page 52: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

38

Kondisi topografi wilayah Kota Semarang bervariasi dari datar hingga sangat

curam. Di bagian utara memiliki permukaan yang relatif datar dengan

kemiringan antara 0% - 2% memanjang dari Barat ke Timur. Di bagian tengah

memiliki kemiringan antara 3% - 13%, dan beberapa kawasan di sebelah selatan

seperti disepanjang perbukitan Kaligarang, kali Kripik, Lereng Gombel, Gunung

Sureng, Gunung Dua Gogor dan sepanjang perbukitan dari Kecamatan Ngaliyan,

Mijen, Banyumanik, Tembalang dan Gunungpati umumnya kemiringannya lebih

dari 14%. Menurut keadaan kemiringan lereng, 37,07 % dari luas wilayah

Kota Semarang terletak pada kemiringan 0–2% yaitu merupakan relief datar,

39,19% terletak pada kemiringan 3-13 % merupakan daerah relief agak

miring sampai miring, dan 23,74% terletak pada kemiringan lebih dari 14%

yang merupakan daerah relief agak curam sampai sangat curam.

4.1.1.3. Kondisi Kependudukan

Penduduk merupakan sumberdaya yang mempunyai peranan yang

sangat penting dalam proses pembangunan baik sebagai subyek/pelaku

pembangunan maupun sebagai obyek pembangunan. Kondisi sumberdaya

manusia sangat menentukan pola kehidupan masyarakat. Kondisi demografi

yang akan dibahas dalam sub bab ini yaitu mengenai pertambahan

penduduk dan kepadatan penduduk serta komposisi penduduk umur dan jenis

kelamin.

Hubungan jumlah dan kepadatan penduduk dengan kebutuhan sarana

Page 53: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

39

infrastruktur wilayah, seperti sarana jalan, listrik, telepon dan kebutuhan bahan

bakar minyak (SPBU), dan lain-lain. Dimana semakin tinggi jumlah dan tingkat

kepadatan penduduk di suatu wilayah, maka diasumsikan semakin besar tingkat

kebutuhan infrastruktur wilayah. Ditinjau dari a s p e k persebaran p e n d u d u k

baik dari jumlah, pertumbuhan, maupun kepadatan, penduduk Kota

Semarang sangat bervariasi, hal ini sebagaimana tercantum pada Tabel 4.3

dan Peta Kepadatan Penduduk Kota Semarang yang disajikan dalam Gambar

Peta 4.2.

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya

kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Jumlah penduduk akan bertambah

jika penduduk yang lahir dan datang bertambah, sebaliknya penduduk akan

berkurang apabila penduduk yang yang meninggal atau berpindah ke daerah lain

bertambah. Pertumbuhan penduduk Kota Semarang terjadi baik secara alami

maupun migrasi.

Berdasarkan dari Tabel 4.3 besarnya jumlah penduduk di Kota Semarang

dari tahun 2004 hingga tahun 2008 sebanyak 1.481.640 jiwa. Ditinjau dari

besarnya pertumbuhan penduduk dari tahun 2004 hingga tahun 2008 adalah

0,92% pertahun. Luas seluruh wilayah Kota Semarang sebesar 373,7 Km², dan

rata-rata kepadatan penduduk geografis wilayah adalah 3.965 jiwa/Km². Jika

dilihat, distribusi penduduk Kota Semarang tidak menyebar secara merata. Hal ini

mengindikasikan terjadinya konsentrasi penduduk disuatu daerah.

Page 54: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

40

Tabel.4.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Semarang

Desa/Kelurahan LuasWilayah

( 0.00 km2 )

JumlahRumahTangga

JumlahPenduduk

(Jiwa)

KepadatanPenduduk

(km2)

1 2 3 4 51. Mijen 57,55 13.212 48.923 8502. Gunungpati 54,11 22.449 65.465 1.2103. Banyumanik 25,69 33.646 121.855 4.7434. Gajah Mungkur 9,07 14.599 61.668 6.7995. Smg. Selatan 5,93 20.265 85.591 14.4346. Candisari 6,54 16.498 77.937 11.9177. Tembalang 44,2 3..92 127.008 2.8738. Pedurungan 20,72 39.292 163.562 7.8949. Genuk 27,39 20.338 80.600 2.94310. Gayamsari 6,18 16.471 70.782 11.45311. Smg. Timur 7,7 22.189 81.747 10.616120. Smg. Utara 10,97 28.727 126.765 11.556130. Smg. Tengah 6,14 19.458 74.228 12.089140. Smg. Barat 21,74 36.654 159.425 7.333150. Tugu 31,78 6.896 26.976 849160. Ngaliyan 37,99 27.306 109.108 2.872

Jumlah 3737 373.920 1.481.640 3.9652007 373,7 352.929 1454.594 3.8922006 373,7 341.314 1408.479 3.7692005 373,7 309.921 1292.667 3.4592004 373,7 290.711 1283.833 3.435

Sumber: BPS Kota Semarang, 2009

Konsentrasi penduduk tersebut terjadi khususnya pada pusat kota dan didaerah-

daerah yang wilayahnya dilalui jalan utama. Jumlah penduduk terbesar di

Kota Semarang terdapat di Kecamatan Pedurungan dengan jumlah penduduk

sebesar 163,562 jiwa, kepadatan penduduk di Kecamatan Pedurungan termasuk

sedang jika dibandingkan dengan daerah lain, yaitu 7.894 jiwa per km2 .

Page 55: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

41

Gambar 4.2. Peta Kepadatan Penduduk Kota Semarang, 2008

Peta Kepadatan

Page 56: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

42

Hal tersebut dikarenakan masih terdapat lahan pertanian dan juga

lokasinya yang jauh dari pusat kota, akan tetapi di daerah tersebut mulai

diminati oleh penduduk sebagai tempat tinggal dan tujuan para pendatang

karena keterbatasan lahan di pusat kota, terbukti bahwa di Kecamatan

Pedurungan memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi yaitu sebesar

3,47 %. Selain di Kecamatan Pedurungan, pada Kecamatan Tembalang juga

mengalami pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi yaitu sebesar 3,18 %.

Sedangkan kepadatan penduduk yang paling jarang terdapat di Kecamatan Mijen

yaitu sebesar 850 jiwa/ Km². Kecamatan Semarang Selatan merupakan salah

satu kecamatan yang sempit di Kota Semarang dengan luas 5,93 Km², karena

telah terjadi pemekaran wilayah kecamatan baru , yaitu Kecamatan Gajahmungkur,

Kecamatan Candisari, dan Kecamatan Semarang selatan. Oleh karena itulah saat ini

2010 Kecamatan Semarang Selatan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi

yaitu sebesar 14.434 Jiwa/Km².

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

digolongkan menjadi penduduk belum produktif adalah penduduk yang berusia

antara 0-14 tahun yang merupakan golongan anak-anak, penduduk yang

produktif adalah yang berusia 15-64 tahun, yang merupakan golongan dewasa,

dan penduduk non produktif adalah penduduk yang berusia di atas 65

tahun. Dalam ilmu kependudukan, banyaknya golongan anak-anak dan

golongan tua akan mempengaruhi beban atau tanggungan bagi golongan yang

Page 57: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

43

bekerja.

Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Usia DanJenis Kelamin Di Kota Semarang Tahun 2008

KelompokUsia

Banyaknya Penduduk

Jumlah %Laki-Laki Perempuan

0 - 4 26.392 25.359 51.751 3.495 - 9. 60.628 57.913 118.54

18.00

10 - 15. 61.849 59.913 121.761

8.2216 - 19, 59.806 57.772 117.57

87.94

20 - 24. 62.76 61.137 123.896

8.3625 - 29 79.438 78.668 158.10

610.67

30 - 34 73.917 75.235 149.152

10.0735 - 39 71.343 73.122 144.46

69.75

40 - 44 60.084 63.165 123.250

8.3245 - 49 51.891 54.113 106.00

77.15

50 - 54 42.556 40.592 83.148 5.6155 - 59 28.105 26.588 54.695 3.6960 - 64 16.363 19.000 35.363 2.39

65 + 40.325 53.606 93.930 6.34Jumlah 735.457 746.183 1.481.640 100.00

Sumber: BPS Kota Semarang, 2009

Hal tersebut berarti golongan belum produktif dan non produktif.

Komposisi penduduk menurut k e l o m p o k umur dan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 4.4 dan Peta Jumlah Penduduk Kota Semarang yang disajikan

dalam Gambar Peta 4.3.

Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa kelompok usia produktif 15 - <65 tahun

menunjukkan jumlah yang paling besar, yaitu 1.180.194 (79,65%) jiwa. Ini berarti

bahwa kecendungan penduduk akan terus berkembang cukup signifikan pada masa-

masa mendatang. Dengan terus bertambahnya penduduk di Kota Semarang maka

Page 58: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

44

kebutuhan akan sarana dan prasarana wilayah, seperti jaringan jalan, ketersedian alat

transportasi baik yang bersifat masal maupun pribadi, SPBU, dan lain-lain akan

terus meningkat.

4.1.1.4.Kondisi Sosial Ekonomi dan Jaringan Infrastruktur Wilayah

Salah satu faktor pendukung yang turut berperan dalam pembangunan dan

perlu diperhatikan perencanaan adalah fasilitas pelayanan sosial ekonomi.

Fasilitas sosial ekonomi merupakan sarana yang dapat mendukung manusia dalam

melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang akan

dibahas adalah fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan,

serta sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi.

4.1.1.4.1. Fasilitas perdagangan

Kota Semarang sebagai ibukota propinsi merupakan salah satu pusat

perdagangan di Jawa Tengah. Sebagai daerah perdagangan Kota Semarang

memiliki sarana perdagangan seperti pasar, toko kios, dan warung. Banyaknya

fasilitas ekonomi di Kota Semarang yang terdapat pada Tabel 4.5. Sebagai daerah

perkotaan yang merupakan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, fasilitas

perdagangan di Kota Semarang tergolong lengkap. Berdasarkan Tabel 4.5

seluruh kecamatan di Kota Semarang terdapat 60 buah pasar yang tersebar

merata di seluruh kecamatan yang sebagian besar terdapat di Kecamatan

Semarang Utara yaitu sebanyak 13 buah pasar.

Jumlah kios/toko/warung di seluruh Kota Semarang sebanyak 13.683

Page 59: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

45

buah. Jumlah kios/toko/warung yang paling banyak terdapat di Kecamatan

Semarang Tengah yaitu sebanyak 3.556 buah. Pada Kecamatan Semarang

Tengah jumlah kios/toko/warung memiliki perbedaan yang sangat mencolok

bila dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya di Kota Semarang. Hal

ini dikarenakan Kecamatan Semarang Tengah merupakan salah satu kecamatan

yang terletak di pusat kota, dalam hal ini adalah alun-alun sehingga

dinamika aktivitas penduduknya sangat tinggi.

Tabel 4.5 Banyaknya Sarana Perdagangan Kota SemarangTahun 2008

No. Kecamatan Pasar Kios/Warung/Toko1 Mijen 1 5332 Gunungpati 1 4853 Banyumanik 4 3984 Tembalang 3 1,213

5 Pedurungan 4 4206 Genuk 4 4437 Gayamsari 2 3748 Semarang Timur 5 598

9 Semarang Utara 13 440

10 Semarang Tengah 7 3.556

11 Semarang Selatan 5 1.611

12 Candisari 3 79313 Gajahmungkur 1 30214 Semarang Barat 3 1.785

15 Ngaliyan 3 37516 Tugu 1 357

Jumlah 60 13.683Sumber : BPS Kota Semarang, 2009

Page 60: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

46

Ketersediaan fasilitas perdagangan yang tinggi dapat menarik penduduk

pendatang, dan juga munculnya berbagai fasilitas perdagangan yang baru. Fasilitas

perdagangan sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari maka keberadaan sangat penting untuk masyarakat. Namun di

samping itu daerah perdagangan merupakan pusat kegiatan penduduk, sehingga

daerah tersebut memiliki dinamika mobilitas penduduk secara horizontal relatif

tinggi, dalam arti volume lalulintas jalan wilayah tersebut relatif tinggi dibandingkan

dengan wialayah yang bukan tempat pusat kegiatan (seperti pasar, kompleks

pertokoan, mall, super market, perkantoran, pusat pendidikan dan pusat-pusat

industry, dan lain-lain).

4.1.1.4.2. Fasilitas Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha untuk mencapai tujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan ini maka sekolah sebagai sarana

pendidikan dituntut untuk dapat mencapai seluruh tingkat masyarakat, sehingga

penyebaran pembangunan prasarana pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap

pemerataan untuk mendapat kesempatan memperoleh pendidikan formal. Seperti

halnya pemerintah Kota Semarang telah merencanakan dan membuat kebijaksanaan

untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang terdidik dan cerdas, maka

kebijakan tersebut diwujudkan dengan membangun sarana dan prasarana

pendidikan seperti TK, SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi diusahakan

terdistribusi secara merata dan disesuaikan dengan perkembangan kawasan, selain

juga memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada. Berdasarkan

Page 61: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

47

data tahun 2008 secara rinci jumlah fasilitas pendidikan sebagaimana pada

Tabel.4.6.

Berdasarkan jumlah sarana pendidikan Kota Semarang yang terdapat

pada Tabel 4.6 adalah TK sebanyak 578 buah, SD sebanyak 649 buah, SMP

sebanyak 162 buah, SMU sebanyak 78 buah dan Perguruan Tinggi atau akademi

sebanyak 57 buah. Untuk sarana pendidikan TK, SD, SMP, dan SMU terdapat di

tiap-tiap Kecamatan. Untuk Perguruan Tinggi atau akademik di Kecamatan

Mijen yang tidak ada, sedangkan di kecamatan lainnya di Kota Semarang

sudah terdapat perguruan tinggi atau akademik.

Daerah yang merupakan pusat aktivitas penduduk dalam bidang

pendidikan, biasanya diikuti dengan berbagai fasilitas lain yang menunjang,

seperti permukiman khususnya kost, fasilitas perdagangan serta infrastruktur

lainnya. Sebaran fasilitas sarana pendidikan tersebut tentu saja sedikit banyak

berpengaruh terhadap tingkat kepadatan lalulintas jalan, terutama pada saat pagi

berangkat ke sekolah dan siang atau sore hari ketika pulang kembali ke rumah,

biasanya volume kendaraan di jalan-jalan yang dilalui meningkat pada saat-saat jam

sibuk.

Bahkan beberapa tempat/jalan seperti jalan-jalan utama (Jalan Pandanaran,

Jalan Jendral Sudirman, Jalan MT. Haryono, Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran, Jalan

Gajah Mada, Jalan Pahlawan, Jalan Ahmad Yani, Jalan Imam Bonjol, Jalan

Diponegoro, Jalan Dr. Sutomo, Jalan Kelud Raya, dan lain-lain) volume kepadatan

lalulintas relatif tinggi pada jam-jam sibuk.

Page 62: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

48

Tabel. 4.6 Banyaknya Sarana Pendidikan di Kota Semarang Tahun 2008

No. Kecamatan TK SD SMP SMU PT /Akademi

1 Mijen 29 28 5 3 -2 Gunungpati 25 35 9 6 23 Banyumanik 48 57 12 6 14 Tembalang 43 42 6 1 85 Pedurungan 59 50 12 6 46 Genuk 27 33 8 3 17 Gayamsari 24 31 8 4 38 Semarang Timur 44 47 14 5 39 Semarang Utara 38 43 9 2 1

10 Semarang Tengah 37 46 22 13 611 Semarang Selatan 30 41 11 6 812 Candisari 34 45 8 3 213 Gajahmungkur 32 28 6 7 214 Semarang Barat 60 67 21 9 615 Ngaliyan 39 42 6 2 9

16 Tugu 9 14 5 1 2578 649 162 77 58

Sumber: BPS Kota Semarang, 2009

4.1.1.4.3. Fasilitas Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan

penduduk. Kesehatan penduduk sangatlah penting untuk menunjang

kelancaran berbagai aktivitas penduduk dalam kehidupan sehari-hari khususnya

dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai bentuk pelayanan pemerintah

daerah terhadap penduduk dalam bidang kesehatan, salah satunya dapat

dilihat dari pengadaan fasilitas- fasiltas kesehatan dan sarana pendu-

kungnya.

Fasilitas kesehatan di Kota Semarang sudah cukup merata meskipun

Page 63: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

49

dibeberapa Kecamatan hanya terdapat BKIA, puskesmas pembantu, klinik, dan

praktek dokter. Kecamatan Banyumanik, Semarang Timur, dan Semarang

Selatan memiliki lebih dari 1 rumah sakit, sedangkan Kecamatan Mijen,

Gayamsari, Semarang Utara, Semarang Barat dan Kecamatan Tugu tidak

memiliki rumah sakit. Untuk puskesmas ketersediaannya cukup merata karena

disetiap kecamatan sudah ada. Fasilitas kesehatan yang paling banyak

adalah tempat praktek dokter dan ketersediaannya disetiap kecamatan

sudah ada.

4.1.1.4.4. Sarana dan Prasarana Transportasi Daerah Penelitian

Prasarana perhubungan dan fasilitas transportasi dapat

memperlancar komunikasi masyarakat baik secara langsung maupun tidak,

terutama keberadaan jalan yang sangat penting dalam proses pembangunan

dan pengembangan suatu daerah. Keberadaan jalan merupakan faktor

yang memudahkan terjadinya komunikasi secara langsung antara masyarakat

disuatu daerah dengan masyarakat didaerah lain.

Sarana transportasi di Kota Semarang meliputi angkutan darat, laut

dan udara. Angkutan darat tersedia dua jenis kendaraan yaitu kendaraan

bermotor dan kereta api. Angkutan laut terdapat di pelabuhan Tanjung

Mas di Kecamatan Semarang Utara, sedangkan pelabuhan udara Ahmad Yani

terdapat di Kecamatan Semarang Barat.

Sarana transportasi darat sebagai sarana yang sangat penting untuk

Page 64: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

50

memperlancar kegiatan perekonomian dan mempermudah mobilitas penduduk

untuk dapat menjangkau suatu daerah atau pun tempat yang didukung oleh

prasarana jalan yang baik. Sehingga dapat dimungkinkan keberadaan jalan dapat

mempengaruhi hubungan suatu daerah dengan daerah lain. Kondisi jalan di Kota

Semarang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Peta Jaringan Jalan Kota Semarang

pada Gambar 4.5.

Panjang jalan di seluruh wilayah Kota Semarang mencapai 2.763

Km, terdiri dari 15,40% Hotmix, 36,71% aspal penetrasi,10,43% beton,

24,39% paving, 4,64% makadam dan 8,53% tanah. Untuk kondisi jalan

44,87% kondisinya dalam keadaan baik, 32,48% kondisinya sedang, 22,65%

kondisinya rusak dan 0% kondisinya rusak berat. Jalan sebagai sarana prasarana

utama memegang peranan sangat penting dalam perkembangan penting suatu

wilayah. Fungsi tersebut akan lebih optimal jika didukung oleh sarana

transportasi yang disediakan. Beberapa jenis dan jumlah sarana transportasi yang

ada di Kota Semarang tercantum pada Tabel 4.8.

Keberadaan angkutan baik penumpang maupun barang yang

menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya dalam kota maupun dengan

kota lainnya maka dapat meningkatkan aksesibilitas daerah untuk menunjang

mobilitas penduduknya. Secara umum sarana transportasi di Kota Semarang

sudah cukup memadai dan merata, yang terdiri dari mobil penumpang, truk,

mobil, sepeda motor, becak, dan lain-lain.

Page 65: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

51

Tabel 4.7. Panjang Jalan Di Kota Semarang, Tahun 2008

Jenis PermukaanStatus Jalan

JumlahNegara/Nasional Propinsi Kab/Kota/Lokal

1, Hotmix 59,76 28,000089

333,96 422,612, Aspal Penetrasi 0,00 0,00 1.056,65 1.056,653, Beton 0,00 0,00 285,53 285,534, Paving 0,00 0,00 668,78 668,785, Makadam 0,00 0,00 124,60 124,66, T anah 0,00 0,00 220,12 220,12Sumber: Dishubinkom, Kota Semarang, 2009

Keberadaan berbagai sarana transportasi (Tabel 4.8) dapat meningkatkan

aksesibilitas suatu wilayah sehingga dapat memberikan kemudahan dalam

menjangkau seluruh daerah dan menyalurkan segala informasi melalui berbagai

media komunikasi yang ada. Aksesibilitas suatu wilayah yang tinggi dapat

menunjang mobilitas manusia dan barang di wilayah tersebut dalam melakukan

berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun di sisi lain

harus ditunjang oleh pemenuhan sarana ketersediaan SPBU yang mencukupi.

Tabel 4.8. Perkembangan Sarana Angkutan Kendaraan Bermotordari tahun 2004 – 2008 di Kota Semarang

No. Jenis Angkutan Tahun2004 2005 2006 2007 2008

1 Bus 584 530 543 445 4672 Truk 833 732 736 988 1.0193 Taksi 1.762 800 810 1.065 1.0404 Oplet/Mikrolet 1.827 708 719 739 8135 Mobil Dinas/Pribadi 26.406 20.682 21.697 34.335 34.6256 Sepeda Motor 104.777 93.073 93.088 115.051 123.527

Jumlah 136.189 116.525 117.593 152.623 161.491Sumber: BPS Kota Semarang, 2009

Page 66: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

52

Seiring dengan pesatnya pembangunan di berbagai bidang di Indonesia

umumnya dan Kota Semarang pada khususnya, kondisi infrastruktur wilayah telah

berkembang pesat, seperti fasilitas jalan, jembatan, terus meningkat dari waktu

kewaktu, baik secara kuantitas maupun kualitas (Tabel 4.7).

Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Jumlah&Jenis kendaraan bermotordi Kota Semarang 2004 – 2008

Peningkatan infrastruktur wilayah tersebut juga terkait dengan semakin

meningkatnya jumlah alat transportasi kendaraan bermotor, seperti truk, bus, dan

mobil roda empat serta sepeda motor. Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.3.

tampak bahwa baik jumlah maupun jenis alat transporatsi meningkat terus dari tahun

ke tahun secara tajam.

Sementara itu, jumlah dan jenis kendaraan bermotor di Kota Semarang dalam

tahun 2008 secara rinci ada pada Tabel 4.9.

Page 67: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

53

Tabel 4.9. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Semarang, Tahun 2008

No. Kecamatan Bus Truk Taksi Oplet/Mikrolet

MobilDinas/Pribadi

SepedaMotor

1 Mijen 5 25 0 15 356 3.8202 Gunungpati 0 56 0 21 355 4.3703 Banyumanik 7 157 455 402 1.501 3.3424 Gajah Mungkur 52 10 129 60 855 2.1765 Semarang Selatan 0 22 81 45 2.029 7.1856 Candisari 12 35 0 0 265 1.7357 Tembalang 33 40 37 68 5.199 7.5328 Pedurungan 23 104 3 0 2.276 14.5009 Genuk 73 61 0 25 656 11.462

10 Gayamsari 76 42 0 0 1.742 6.93011 Semarang Timur 14 111 2 15 1.075 4.76712 Semarang Utara 75 94 197 89 3.942 12.97213 Semarang Tengah 0 28 0 0 1.813 7.93414 Semarang Barat 31 85 80 67 9.057 34.26715 Tugu 30 24 0 6 232 1.12716 Ngaliyan 36 125 56 0 3.272 9.408

Jumlah 467 1.019 1.040 813 34.625 133.527Sumber: Dinhubkom. Kota Semarang, 2009

Tabel 4.9 di muka menunjukkan bahwa kendaraan bermotor khususnya untuk jenis

mobil dinas/pribadi dan sepeda motor jumlahnya sangat tinggi bila dibanding

dengan jenis kendaraan motor yang lain. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi

pada kebutuhan BBM yang cukup tinggi, di samping juga menimbulkan beban

terhadap volume jalan, yakni munculnya titik-titik kemacetan lalu-lintas semakin

banyak terjadi pada beberapa ruas jalan, terutama pada jam-jam sibuk.

Perkembangan jumlah dan jenis alat transportasi bermotor tersebut tentu saja

sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan. Bahan

bakar untuk kendaraan bermotor di Indonesia disediakan oleh perusahaan

Page 68: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

54

pemerintah yakni Pertamina. Selanjutnya Pertamina melakukan penjualan bahan

bakar umum melalui Stasiun Pelayanan Bahan Bakar (SPBU). Dengan demikian,

karena konsumsi bahan bakar umum bertambah dari waktu ke waktu, maka

perkembangan tersebut juga diikuti oleh berkembangnya bisnis Stasiun Pelayanan

Bahan Bakar (SPBU).

Oleh karena itulah untuk memudahkan pihak PT. Pertamina sebagai

pelaksana kebijakan pemerintah dalam menjalankan bisnis BBM terutama dalam

penyaluran kepada para konsumen diperlukan informasi spasial yang tepat dan

akurat melalui peta sebaran lokasi spasial SPBU. Dengan demikian pemetaan lokasi

SPBU tersebut menjadi penting artinya.

4.1.2. Pemetaan Lokasi SPBU Berbasis SIG di Kota Semarang

Dalam setiap kajian mengenai fenomena geosfera yang terjadi di permukaan

bumi tertentu akan selalu dihadapkan pada kompleksitas gejala. Untuk memahami

gejala yang ada di permukaan bumi tersebut, dituntut tingkat pemahaman sifat

konpleksitas dari gejala itu sendiri, sehingga akan ditemukan sejumlah variabel yang

dapat digunakan untuk menjawab permasalah penelitian. Menurut Yunus (2010: 47),

kompleksitas gejala di permukaan bumi dapat diklasifikasikan ke dalam dua

golongan, yaitu: (1) ditinjau dari proses terbentuknya dan (2) ditinjau dari ekspresi

keruangannya. Dintinjau dari proses terbentuknya (formative process), gejala yang

ada dapat dibedakan menjadi gejala alami (natural phenomena), gejala buatan

manusia (artificial phenomena) dan gejala yang terbentuk karena gabungan proses

Page 69: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

55

alami maupun proses kegiatan manusia (artificio-natural phenomena). Gejala alami

contohnya seperti sungai, gunung, tanah, danau, iklim dan sebagainya. Gejala buatan

manusia contohnya antara lain permukiman, jembatan, jalan, pasar, industri, SPBU

dan sebagainya.

Sementara itu, ditinjau dari segi ekspresi keruangan, gejala dapat dibedakan

menjadi gejala fisik dan gejala non fisik. Gejala fisik adalah gejala yang

eksistensinya menunjukkan bentuk yang dapat disentuh secara fisik (tangible),

contoh jalan, gedung, sungai, pasar, SPBU, dan lain sebagainya. Adapun gejala non

fisik adalah gejala yang tidak dapat disentuh secara fisik (untangible), contoh

persepsi, bahasa, tingkat pendidikan, keyakinan, kejujuran, kedisiplinan, dan

sebagainya.

Untuk mampu mengenali kompleksitas gejala di permukaan bumi yang

mendasarkan pada eksistensi keruangannya, kita akan dihadapkan suatu kendala

kemampuan alat indrawi yang terbatas. Sebagai contoh, untuk mengetahui keadaan

sebaran SPBU di daerah (Kota/Kabupaten/Provinsi dan lain-lain) kita tidak akan

mampu, bahkan untuk mengetahui sebaran rumah di daerah yang relatif sempit juga

relatif sulit. Oleh karena itu kita memerlukan alat bantu (auxiliary tool) tertentu

antara lain peta, yang selanjutnya dapat diintegrasikan dengan teknologi informasi,

yaitu Teknologi Sistem Infomasi Geografis (SIG).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap sebaran lokasi SPBU di

daerah penelitian menunjukkan variasi yang beragam antar wilayah kecamatan.

Tabel 4.10 disajikan data tentang sebaran lokasi SPBU. Tabel 4.10 dan Gambar 4.7

Page 70: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

56

menunjukkan adanya pola sebaran lokasi SPBU yang mengelompok pada beberapa

kecamatan, yaitu Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gajahmungkur, Kecamatan

Pedurungan, Kecamatan Semarang barat dan Kecamatan Tugu. Kecamatan

Banyumanik memiliki populasi kendaraan bermotor 5,864 buah, tetapi terdapat 8

SPBU. Sebaliknya di wilayah Kecamatan Semarang barat yang memiliki populasi

kendaraan bermotor seebanyak 43,587 buah, hanya ada 5 SPBU. Padahal wilayah

Semarang barat merupakan wilayah jalur lalu-lintas utama antara Jakarta – Surabaya.

Gambar 4.4. Grafik Pola Sebaran Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor perKecamatan, Tahun 2008

Lokasi sebaran SPBU di Kota Semarang sekalipun polanya mengelompok pada

wilayah kecamatan tertentu yang terkadang tidak sebanding dengan populasi

kendaraan bermotor yang ada pada daerah tersebut, namun di sisi lain dari segi

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

56

menunjukkan adanya pola sebaran lokasi SPBU yang mengelompok pada beberapa

kecamatan, yaitu Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gajahmungkur, Kecamatan

Pedurungan, Kecamatan Semarang barat dan Kecamatan Tugu. Kecamatan

Banyumanik memiliki populasi kendaraan bermotor 5,864 buah, tetapi terdapat 8

SPBU. Sebaliknya di wilayah Kecamatan Semarang barat yang memiliki populasi

kendaraan bermotor seebanyak 43,587 buah, hanya ada 5 SPBU. Padahal wilayah

Semarang barat merupakan wilayah jalur lalu-lintas utama antara Jakarta – Surabaya.

Gambar 4.4. Grafik Pola Sebaran Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor perKecamatan, Tahun 2008

Lokasi sebaran SPBU di Kota Semarang sekalipun polanya mengelompok pada

wilayah kecamatan tertentu yang terkadang tidak sebanding dengan populasi

kendaraan bermotor yang ada pada daerah tersebut, namun di sisi lain dari segi

Bus

Truk

Taksi

Oplet/ Mikrolet

Mobil Dinas/Pribadi

Sepeda Motor

56

menunjukkan adanya pola sebaran lokasi SPBU yang mengelompok pada beberapa

kecamatan, yaitu Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gajahmungkur, Kecamatan

Pedurungan, Kecamatan Semarang barat dan Kecamatan Tugu. Kecamatan

Banyumanik memiliki populasi kendaraan bermotor 5,864 buah, tetapi terdapat 8

SPBU. Sebaliknya di wilayah Kecamatan Semarang barat yang memiliki populasi

kendaraan bermotor seebanyak 43,587 buah, hanya ada 5 SPBU. Padahal wilayah

Semarang barat merupakan wilayah jalur lalu-lintas utama antara Jakarta – Surabaya.

Gambar 4.4. Grafik Pola Sebaran Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor perKecamatan, Tahun 2008

Lokasi sebaran SPBU di Kota Semarang sekalipun polanya mengelompok pada

wilayah kecamatan tertentu yang terkadang tidak sebanding dengan populasi

kendaraan bermotor yang ada pada daerah tersebut, namun di sisi lain dari segi

Oplet/ Mikrolet

Mobil Dinas/Pribadi

Sepeda Motor

Page 71: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

57

Gambar 4.5. Peta Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Semarang, 2008

PETA TERLAMPIR

Page 72: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

58

pemerataan antar wilayah kecamatan, tampak bahwa dari 16 kecamatan yang ada di

Kota Semarang telah tersedia fasilitas SPBU, minimal ada 2 SPBU.

Hal ini tentu saja akan dapat memberikan pelayanan dengan lebih baik.akan

kebutuhan BBM bagi warga Kota Semarang khususnya dan warga pengguna

kendaraan bermotor umumnya.

Tabel 4.10. Jumlah SPBU, Populasi Kendaraan Bermotor dan AsumsiKebutuhan BBM (ltr/hari) di Kota Semarang

No. Kecamatan JumlahSPBU

PopulasiKendaraanBermotor

AsumsiKebutuhanBBM(l/hr)

1 Mijen 2 4.221 12.2552 Gunungpati 2 4.802 14.3903 Banyumanik 8 5.864 34.9064 Gajah Mungkur 5 3.282 14.5835 Semarang Selatan 3 9.362 36.3016 Candisari 2 2.047 7.1827 Tembalang 3 12.909 69.6848 Pedurungan 6 16.906 54.9069 Genuk 4 12.277 31.887

10 Gayamsari 4 8.790 32.61611 Semarang Timur 3 5.984 23.93012 Semarang Utara 3 17.369 70.23613 Semarang Tengah 4 9.775 34.83814 Semarang Barat 5 43.587 163.10515 Tugu 5 1.419 5.44416 Ngaliyan 1 12.897 55.378

Jumlah 60 171.491 661.641Sumber: Hasil Penelitian lapangan. 2010

Page 73: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

59

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Jumlah SPBU, Populasi Kendaraan Bermotor dan AsumsiKebutuhan BBM

4.1.3. Evaluasi Kesesuaian Lokasi Sebaran SPBU di Kota Semarang

Untuk menilai kelas kesesuaian lokasi sebaran SPBU di Kota Semarang

dalam penelitian ini didasarkan pada dua aspek, yaitu: (1) aspek sosial ekonomi,

dengan tolok ukur (a) jarak radius antar SPBU terdekat dan (b) rasio jumlah SPBU

dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapat pada setiap kecamatan; dan (2)

aspek manajemen lalu-lintas dengan tolok ukur (a) jarak SPBU dengan titik

kemacetan, (b) nilai tingkat pelayanan jalan (LOS).

4.1.3.1 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial eknomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah meliputi

(1) jarak radius antar SPBU terdekat yang ada pada jalur jalan yang sama, (2) rasio

jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapat pada setiap

kecamatan.

020,00040,00060,00080,000

100,000120,000140,000160,000180,000

59

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Jumlah SPBU, Populasi Kendaraan Bermotor dan AsumsiKebutuhan BBM

4.1.3. Evaluasi Kesesuaian Lokasi Sebaran SPBU di Kota Semarang

Untuk menilai kelas kesesuaian lokasi sebaran SPBU di Kota Semarang

dalam penelitian ini didasarkan pada dua aspek, yaitu: (1) aspek sosial ekonomi,

dengan tolok ukur (a) jarak radius antar SPBU terdekat dan (b) rasio jumlah SPBU

dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapat pada setiap kecamatan; dan (2)

aspek manajemen lalu-lintas dengan tolok ukur (a) jarak SPBU dengan titik

kemacetan, (b) nilai tingkat pelayanan jalan (LOS).

4.1.3.1 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial eknomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah meliputi

(1) jarak radius antar SPBU terdekat yang ada pada jalur jalan yang sama, (2) rasio

jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapat pada setiap

kecamatan.

Populasi KendaraanBermotor

Asumsi KebutuhanBBM(l/hr)

59

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Jumlah SPBU, Populasi Kendaraan Bermotor dan AsumsiKebutuhan BBM

4.1.3. Evaluasi Kesesuaian Lokasi Sebaran SPBU di Kota Semarang

Untuk menilai kelas kesesuaian lokasi sebaran SPBU di Kota Semarang

dalam penelitian ini didasarkan pada dua aspek, yaitu: (1) aspek sosial ekonomi,

dengan tolok ukur (a) jarak radius antar SPBU terdekat dan (b) rasio jumlah SPBU

dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapat pada setiap kecamatan; dan (2)

aspek manajemen lalu-lintas dengan tolok ukur (a) jarak SPBU dengan titik

kemacetan, (b) nilai tingkat pelayanan jalan (LOS).

4.1.3.1 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial eknomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah meliputi

(1) jarak radius antar SPBU terdekat yang ada pada jalur jalan yang sama, (2) rasio

jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapat pada setiap

kecamatan.

Populasi KendaraanBermotor

Asumsi KebutuhanBBM(l/hr)

Page 74: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

60

Gambar 4.7. Peta Sebaran Lokasi SPBU di Kota Semarang Tahun 2010

PETA SEBARAN SPBU

Page 75: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

61

(1) Jarak radius antar SPBU terdekat

Jarak radius antar SPBU terdekat dijadikan sebagai salah satu parameter dalam

menentukan tingkat kesesuaian lokasi SPBU, didasarkan pada suatu asumsi bahwa

semakin dekat jarak antar SPBU, maka semakin tinggi tingkat persaingan di antara

keduanya. Dalam konteks persaingan usaha menggambarkan adanya persaingan

yang kurang sehat, walaupun dalam sisi lain dengan adanya dua atau lebih SPBU

dalam satu lokasi akan memberikan kemudahan pada konsumen.

Hasil penelitian dalam aspek ‘jarak radius antar SPBU terdekat’ sebagaimana

tercantum pada Tabel 4.14. (Lampiran hal. 80 – 81). Rata-rata jarak antar SPBU di

wilayah Kota Semarang adalah 1,384.75 meter, dan jarak terdekat adalah 483 meter

yakni SPBU 4450108 di jalan Pemuda. Sedangkan jarak lokasi SPBU terjauh adalah

4,848 meter. yaitu SPBU Jl.Raya Boja, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen.

(2) rasio jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan bermotor yang terdapatpada setiap kecamatan

Rasio jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan bermotor pada setiap kecamatan

dijadikan sebagai salah satu parameter untuk menentukan tingkat kesesuaian lokasi

SPBU di suatu tempat. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak

jumlah kendaraan bermotor pada suatu wilayah maka akan semakin besar kebutuhan

BBM. Metode ini mengasumsikan bahwa pelanggan juga mempertimbangkan jarak

dan waktu perjalanan dalam memilih sebuah SPBU, semakin dekat dengan tempat

mereka berada, maka ada kecenderungan untuk mendapatkan BBM di tempat

tersebut.

Page 76: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

62

Tabel 4.11. Asumsi Kebutuhan BBMJenis Kendaraan

bermotorBBM

(liter/hari)Bus 30

Truk 30

Taksi/Oplet/Mikrolet 20

Mobil Dinas/Pribadi 10

Sepeda Motor 2

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2010

Dengan demikian rasio jumlah SPBU dalam suatu wilayah kecamatan memiliki

kaitan dengan jumlah kendaraan bermotor dalam kecamatan tersebut. Untuk

menghitung rasio antara jumlah SPBU dengan jumlah kendaraan bermotor

(kebutuhan akan BBM (l/hari)) digunakan rumus : Jumlah SPBU dalam wilayah

Kecamatan dibagi Jumlah Total kebutuhan BBM kendaraan bermotor yang ada pada

wilayah tersebut dikalikan 100%. Sedangkan jumlah total kebutuhan BBM

diperoleh dari asumsi kebutuhan setiap jenis kendaraan bermotor (dalam satuan liter

perhari).

Keterangan: ∑ K_B = Jumlah kendaraan Bermotor

Berdasarkan hasil penelitian di Kota Semarang, rasio jumlah SPBU dengan

jumlah kendaraan pada setiap kecamatan sebagaimana Tabel 4.12. Berdasarkan tabel

tersebut menunjukkan bahwa rasio kriteria Sangat Rendah terdapat hampir pada

sebagian besar kecamatan di Kota Semarang, yaitu 12 kecamatan (75%) dari 16

Kecamatan yang ada. Sedangkan wilayah Kecamatan yang memiliki rasio kriteria

Sangat Tinggi hanya 1 (satu) kecamatan, yaitu di Kecamatan Tugu. Untuk

∑ SPBU Dalam Wilayah KecamatanRasio ∑ SPBU : ∑ K _B = ----------------------------------------------------------- x 100%

∑ Total Kebutuhan BBM K_B di Wil. Kecamatan

Page 77: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

63

kecamatan yang lain berada pada kriteria Rendah.

Tabel 4.12. Rasio Jumlah SPBU dengan Jumlah Kendaraan Bermotorper Kecamatan

No. Kecamatan JumlahSPBU

PopulasiKendaraanBermotor

AsumsiKebutuhanBBM(l/hr)

Rasio JumlahSPBU: JumlahKend.bermotor

Harkat

1 Mijen 2 4.221 12.255 0.016 SR2 Gunungpati 2 4.802 14.390 0.014 SR3 Banyumanik 8 5.864 34.906 0.023 R4 Gajah Mungkur 5 3.282 14.583 0.034 R5 Semarang Selatan 3 9.362 36.301 0.008 SR6 Candisari 2 2.047 7.182 0.028 R7 Tembalang 3 12.909 69.684 0.004 SR8 Pedurungan 6 16.906 54.906 0.011 SR9 Genuk 4 12.277 31.887 0.013 SR10 Gayamsari 4 8.790 32.616 0.012 SR11 Semarang Timur 3 5.984 23.930 0.013 SR12 Semarang Utara 3 17.369 70.236 0.004 SR13 Semarang Tengah 4 9.775 34.838 0.011 SR14 Semarang Barat 5 43.587 163.105 0.003 SR15 Tugu 5 1.419 5.444 0.092 ST16 Ngaliyan 3 12.897 55.378 0.005 SR

Jumlah 62 171.491 661.641 0.009Sumber: Hasil Penelitian lapangan. 2010

Keterangan: ST = Sangat Tinggi (5). T = Tinggi (4). S = Sedang (3). R = Rendah(2). SR = Sangat Rendah (1)

4.1.3.2. Aspek Manajemen Lalu-Lintas

Aspek manajemen lalu-lintas merupakan pengelolaan sistem lalu-lintas

suatu daerah sangat mempengaruhi tingkat keamanan dan kenyamanan dan

berkendaraan bermotor (Dinhubinkom, 2008). Dalam penelitian ini, manajemen

Page 78: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

64

lalu-lintas yang digunakan sebagai parameternya adalah (1) jarak SPBU dengan titik

kemacetan (pasar, terminal, obyek wisata, sekolahan, perempatan jalan); (2) nilai

tingkat pelayanan jalan (Level of Service=LOS); dan (3) status jalan.

(1) jarak SPBU dengan titik kemacetan

Faktor kondisi lingkungan lokasi SPBU berpengaruh terhadap tingkat

kelayakan usaha baik dari sisi pengusaha maupun konsumen. Kondisi lingkungan

lokasi SPBU yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jarak radius terdekat

Lokasi SPBU dengan titik-titik kemacetan karena adanya pusat-pusat kegiatan pasar,

terminal/stasiun KA, sekolahan/pabrik/institusi lainnya, dan perempatan/pertigaan

jalan (Traffic Surve, Dinhubinfokom, 2008). Data hasil penelitian lapangan terhadap

kondisi lokasi SPBU dengan titik-titik kemacetan di wilayah penelitian adalah

sebagai tercamtum pada Tabel 4.15 (lampiran).

(2) nilai tingkat pelayanan jalan (Level of Service=LOS)

Nilai tingkat pelayanan jalan (Level of Service/LOS) merupakan metode

untuk mengetahui tingkat pelayanan suatu lalu-lintas jalan apakah jalan tersebut

telah memberikan pelayanan dengan nyaman atau belum bagi pengguna jalan. Untuk

mengetahui LOS dapat menggunakan rumus, sebagai berikut:

Sumber: Traffic Surve, 2008

Volume lalu-lintasLevel of Service (LOS) = ----------------------

KapasitasV (SMP/Hours)

= ---------------------K (SMP/Hours)

Page 79: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

65

Keterangan:V = Volume, SMP/Hours = Satuan Mobil Penumpang per JamK = Kapasitas

Hasil penelitian terhadap “Tingkat Pelayanan Jalan” (LOS) menunjukkan

sebagai berikut,

Tabel 4.13. Tingkat Kenyamanan Jalan ( LOS) Pada SejumlahJalan Utama Kota Semarang

No, Nama Jalan NilaiLOS_SMP/Jam

TingkatPelayanan Harkat

1 Jl, Jend, Sudirman 0,49 C 32 Jl,Kali Garang/Kelud Raya 0,55 C 33 Jl, Dr, Soetomo 0,58 C 34 Jl, Brigj, Sudiarto 0,6 C 35 Jl, Tentara Pelajar 0,66 C 36 Jl, Dr, Wahidin 0,62 C 37 Jl, Citarum 0,67 C 38 Jl, Pattimura 0,67 C 39 Jl, Setiabudi 0,59 C 3

10 Jl, Prof, Sudarto 0,25 B 411 Jl, Veteran 0,62 C 312 Jl, Gajah Mada 0,58 C 313 Jl, MH, Thamrin 0,42 B 414 Jl, Imam Bonjol 0,44 B 415 Jl, MT, Haryono 0,72 D 216 Jl, Walisongo 0,72 D 217 Jl, Pandanaran 0,66 C 318 Jl, Siliwangi 0,75 D 219 Jl, MGR, Soegijopranoto 0,57 C 320 Jl, A, Yani 0,73 D 221 Jl, Kaligawe 0,95 E 122 Jl, Perintis Kemerdekaan 0,54 C 323 Jl, Indraprasta 0,40 B 424 Jl, Pemuda 0,52 C 3Sumber: Tarffic Survey, Dinhubinkom, 2008, dengan modifikasi

peneliti, 2010.

Page 80: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

66

Dalam penelitian ini, LOS tidak dilakukan perhitungan sendiri, karena pertimbangan

teknis, waktu dan biaya. Sumber data yang digunakan data sekunder, yaitu dari

Dinas Perhubungan dan Informasi Komunikasi Kota Semarang.

Berdasarkan data Tabel 4.13, menunjukkan bahwa Level of Service (LOS)

pada semua ruas jalan berada pada nilai B, C, D, dan E, dengan volume per kapasitas

(V/C Ratio) berada pada titik 0.40 sampai dengan 0.95. Ruas-ruas jalan dengan

V/C Ratio di atas 0.70 yaitu: Jl. Raya Kaligawe, Jl. Siliwangi, Jl. Ahmad Yani, Jl.

Walisongo, dan Jl. MT. Haryono. Pada jalan tersebut sering mengalami hambatan

akibat dari pergerakan arus lalu-lintas yang padat aktivitas di sepanjang ruas jalan.

(3) status jalan

Status jalan merupakan salah satu faktor yang terkait dengan kondisi volume

lalu-lintas di jalan raya. Ruas-ruas jalan yang memiliki status Nasional merupakan

jalan yang menghubungan suatu provinsi dengan provinsi lain, dan biasanya

memiliki tingkat kepadatan/volume lalu-lintas kendaraan bermotor lebih tinggi

dibanding dengan jalan yang statusnya lebih rendah.

Jaringan jalan yang terdapat di wilayah Kota Semarang terdiri dari jalan

dengan Status Nasional, Jalan Status Provinsi, Jalan Status Kota, dan Jalan Status

Lokal (Kecamatan, dan Jalan Status Desa). Status jalan tersebut terkait dengan

fasilitas akan kebutuhan SPBU, untuk menyediakan kebutuhan BBM bagi kendaraan

bermotor yang melintas/lewat di jalan tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi

status jalan maka akan semakin tinggi lalu-lintas kendaraan yang melintas, sehingga

kemungkinan kebutuhan BBM akan menjadi lebih besar.

Page 81: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

67

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di wilayah Kota Semarang terdapat

Jalan yang berstatus Nasional, Status Provinsi, Status Kota, dan Status Jalan Lokal.

Data secara lebih rinci tercantum pada Tabel 4.16 (terlampir).

4.1.3.3. Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU di Wilayah Kota Semarang

Model analsis yang digunakan untuk mengetahui Tingkat Kesesuaian Lokasi

SPBU di wilayah penelitian menggunakan model analisis pengharkatan dari

sejumlah variabel yang diteliti. Sumber data diperoleh dari hasil pengumpulan data

lapangan (lokasi SPBU, dan kondisi lingkungannya, serta data-data sekunder) dan

selanjutnya diintegrasikan ke dalam peta-peta dengan menggunakan piranti/software

SIG, yaitu Arc/view Versi 3.3.

Berdasarkan hasil analisis data terhadap variabel-variabel yang dijadikan

parameter dalam menentukan tingkat kesesuaian lokasi SPBU di wilayah Kota

Semarang (Tabel 4.12, Tabel 4.13, Tabel 4.14, Tabel 4.15, dan Tabel 4.16), maka

pada bagian ini dilakukan analisis pengelompokan kelas berdasarkan tingkat

kesesuaian lokasi SPBU yang ada. Dasar penentuan pengelompokan kelas

kesesuaian Lokasi SPBU menggunakan kriteria sebagaimana dalam Tabel 3.7, yakni

dikelompokkan menjadi empat kelas kesesuaian: Kelas S1 = Sangat Sesuai, Kelas S2

= Sesuai, Kelas S3 = Kurang sesuai, dan N = Tidak Sesuai. Kelas S1 = Sangat

Sesuai yang bearti merupakan loaksi yang sangat menguntungkan baik secara

ekonomi maupun kenyamanan konsumen. Kelas S2 = Sesuai, berarti lokasi

menguntungkan secara ekonomi dan konsumen cukup nyaman. S3 = Kurang Sesuai,

berarti lokasi kurang menguntungkan secara ekonomi dan kurang nyaman bagi

Page 82: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

68

konsumen. N = Tidak Sesuai, berarti lokasi tidak menguntungkan secara ekonomi

maupun kenyamanan konsumen.

Hasil penelitian tingkat kesesuaian lokasi SPBU secara rinci tercantum pada

Tebel 4.17 (Lampiran hal.87). Jumlah SPBU yang ada di wilayah Kota Semarang

sebanyak 60 buah SPBU tersebar di 16 kecamatan, dengan pola variasi sebaran

secara spasial kurang merata atau kurang sebanding dengan jumlah populasi

kendaraan bermotor yang terdapat pada wilayah tersebut. Sebagai contoh, di suatu

wilayah kecamatan terdapat jumlah kendaraan bermotor yang relatif besar tetapi

SPBU yang tersedia jumlahnya sedikit. Sebaliknya suatu wilayah kecamatan

memiliki jumlah populasi kendaraan bermotor relatif sedikit, tetapi jumlah SPBU

cukup banyak (Tabel 4.10 dan Tabel 4.13).

Dalam Tabel 4.17 (lampiran hal. 87-89), jelas tergambar bahwa dari 60

SPBU terdapat 7 SPBU (11.66%) yang ternyata masuk pada kriteria Kurang Sesuai

(S3), dan yang masuk kriteria Sangat Sesuai (S1) ada sejumlah 6 SPBU (10%),

sedangkan SPBU yang lainnya masuk kriteria Cukup Sesuai (S2), yaitu 47 SPBU

(78.33%).

4.2. Pembahasan

Penelitian ini memfokuskan pada dua pertanyaan penelitian yang mendasar

tentang tingkat kesesuaian lokasi SPBU yang terdapat di wilayah Kota Semarang.

Sebagaimana diketahui bahwa di era globalisasi yang telah berjalan selama lebih dari

dua dekade ini, telah membawa dampak dan konsekuensi terhadap tatanan

Page 83: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

69

kehidupan di perbagai sektor kehidupan manusia dan berbagai level kewilayahan,

yakni dari tingkat lokal, daerah, nasional, regional, hingga internasional. Khususnya

pada bidang ekonomi dan sosial, dengan adanya globalisasi membawa dampak

terhadapa munculnya issu-issu perdagangan bebas, isssu desentralisasi, dan lain-lain.

Sejak setelah berakhirnya gerakan reformasi di Indonesia tahun 1997/998,

tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara terjadi perubahan yang luar biasa.

Sebelumnya seseorang individu atau kelompok organisasi tidak bisa dengan mudah

melakukan kegiatan usaha/bisnis pada sektor-sektor penting. Tetapi sekarang orang

atau kelompok orang dengan bebasnya untuk dapat berpartisipasi dan berkompetisi

dalam bidang bisnis dengan mudah, termasuk juga bisnis SPBU. Bisnis SPBU di

Inodnesia sekarang telah melibatkan investor baik dari dalam negeri maupun luar

negeri. Sudah banyak bermunculan SPBU yang dimiliki oleh pihak pemodal asing

yang datang dari Amerika serikat, Inggris, Korea selatan, Malaysia, Singapura, dan

lain-lain. Di samping itu pemodal dalam negeri juga telah mendapat kemudahan-

kemudahan dalam mendirikan usaha bisnis SPBU sepanjang telah memiliki modal

yang cukup.

Fenomena perdagangan bebas tersebut berdampak adanya persaingan di

antara para pengusaha SPBU yang cukup ketat, sehingga sekarang kita para

konsumen dapat dengan mudahnya mendapatkan layanan BBM (Bahan Bakar

Minyak) di semua wilayah, termasuk wilayah Kota Semarang. Pada beberapa

tempat terdapat sejumlah SPBU di wilayah Kota Semarang yang jaraknya sangat

berdekatan, bahkan saling berjajar atau berhadapan kanan kiri jalan, sehingga pola

Page 84: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

70

sebaran secara spasial lokasi SPBU di Kota Semarang sangat bervariastif, cenderung

kurang memperhatikan tingkat kesesuaian yang layak, baik dari sisi bisnis maupun

dari sisi kenyamanan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai

berikut:

4.2.1. Pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang

Pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang, membentuk

pola yang mengelompok pada wilayah Kota Semarang bawah (wilayah dataran

rendah), bahkan cenderung mengumpul di pusat-pusat kota, sehingga membawa

dampak pada kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan. Contohnya kemacetan di

ruas Jalan Siliwangi, Jalan Pandanaran, Jalan Indraprasta, Jalan Brigjen Sudiarto,

wilayah Pedurungan, dan lain-lain. Pada sisi lain polanya menyebar di wilayah

Kecamatan pinggiran, seperti di Kecamatan Mijen, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan

Gunungpati, Kecamatan Tembalang, dan Kecamatan Genuk.

Pola-pola sebaran tersebut sesuai dengan “model teori sector” dari Hoyt,

dimana kecenderungan pembentukan sektor-sektor ini memang bukan terjadi secara

kebetulan (at random) tetapi terlihat adanya asosiasi keruangan yang kuat dengan

beberapa variabel. Selanjutnya menurut Hoyt (dalam Banowati, 2010), dikatakan

kunci terhadap perletakkan sektor ini terlihat pada lokasi “high quality areas”

(daerah-daerah yang berkualitas tinggi untuk tempat tinggal).

Pola persebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang ternyata

tidak berkaitan secara langsung dengan populasi jumlah kendaraan bermotor yang

ada di wilayah kecamatan. Dalam arti jumlah kendaraan bermotor yang berada di

Page 85: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

71

suatu wilayah kecamatan tidak selalu tersedia fasilitas SPBU yang sebanding. Hal

ini berarti bahwa faktor populasi jumlah kendaraan bermotor pada suatu

tempat/lokasi tertentu tidak menjadi salah satu pertimbangan dalam merancang

sebaran lokasi SPBU. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

menentukan pilihan lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor: kedekatan dengan pusat-pusat kegiatan (pusat kota), jalur

transportasi yang potensial, ketersediaan lahan, di samping juga persyaratan

administratif lainnya yang sudah menjadi regulasi dari pihak pemerintah (PT.

Pertamina).

Faktor-faktor itulah, yang menjadikan salah satu sebab terjadinya

persaingaan tidak sehat antar pengusaha SPBU, sehinggga beberapa SPBU di Kota

Semarang karena kalah bersaing akhirnya bangkrut dan tutup usaha. Sebagai contoh:

SPBU di Jl. Jendral Sudirman, SPBU Jl. Kaligarang (sekarang sudah dialihkan

kepemilikannya oleh PT. Pertamina), pengusaha sebelumnya telah bangkrut; SPBU

di Jl. Siliwangi terpaksa ditutup dan area bekas SPBU dialihfungsikan menjadi

komplek pertokoaan; SPBU di Jl. Pandanaran juga pernah mengalami problem

manajemen keuangan, sehingga pernah tidak mampu beroperasi beberapa waktu.

4.2.2. Kelas Kesesuaian Lokasi SPBU di Wilayah Kota Semarang

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 60 lokasi usaha SPBU di wilayah Kota

Semarang, 7 SPBU (11.66%) yang ternyata masuk pada kriteria Kurang Sesuai

(S3). Ketidaksesuaian terutama disebabkan oleh faktor jarak antar SPBU terdekat

sangat dekat, berada di dekat pusat-pusat titik kemacetan, dan Level of Service (LOS)

Page 86: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

72

yang rendah. Sebagian besar lokasi SPBU masuk pada kriteria Sesuai (S2) yakni

ada 47 SPBU (78.33%). Namun berdasarkan hasil analisis data lapangan nilai skor

yang diperoleh rata-rata berada pada level batas ambang bawah. Adapun faktor-

faktor penyebabnya relatif sama dengan sebelumnya. Sedangkan SPBU yang masuk

kriteria Sangat Sesuai (S1) hanya ada sejumlah 6 SPBU (10%).

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa dampak

dari era perdagangan bebas yang saat ini sedang mengalami tingkat persaingan usaha

yang sangat ketat mendorong para investor sebagai pemilik modal untuk

memanfaatkan momentum tersebut dalam rangka mengekspansi unit-unit usahanya.

Dengan demikian siapa yang memiliki kekuatan manajemen bisnis dan modal yang

kuat, merekalah yang akan mampu melakukan usaha-usaha bisnisnya. Oleh karena

itu faktor-faktor yang bersifat orientasi bisnis (untung-rugi) menjadi faktor penentu,

yang terkadang mengabaikan faktor-faktor teknis, termasuk faktor kerusakan

lingkungan.

Sekalipun di sisi lain, dengan adanya lokasi SPBU yang menyebar hampir di

semua ruas jalan semakin memberikan kemudahan para konsumen untuk

memperoleh BBM, namun di sisi lain juga dapat menimbulkan kemacetan-

kemacetan lalu-lintas, karena kurang sesuainya lokasi SPBU tersebut. Bahkan pada

beberapa kasus, bisa menimbulkan pencemaran air tanah di sekitar lokasi, karena

terjadi kebocoran BBM, terutama loaksi SPBU yang didirikan di dekat lokasi

pemukiman penduduk.

Page 87: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

73

BAB VPENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka, maka dalam bab

penutup, penulis akan memberikan simpulan-simpulan sebagai berikut,

1. Pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang: (1) memiliki

pola mengelompok pada wilayah pusat-pusat kegiatan, terutama berada di

wilayah Semarang bawah, seperti wilayah Kecamatan Semarang selatan,

Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Utara, Semarang Timur,

Pedurungan. Wilayah Semarang bawah di samping topografi datar, juga

merupakan pusat-pusat kegiatan, seperti komplek pertokoan, perkantoran,

pusat pemerintahan, pusat pendidikan. (2) pola memanjang di koridor jalan-

jalan potensial jalur Jakarta – Surabaya (Jalur pantura), dan koridor jalan

antara Semarang – Solo dan Jogjakarta, yaitu sepanjang jalan Dr. Wahidin, Jl.

Perintis Kemerdekaan. dan (3) pola menyebar secara insidental pada

wilayah-wilayah kecamatan pinggiran, seperti Kecamatan Ngaliyan,

Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Tembalang.

2. Pola sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang tidak

berhubungan dengan pola kepadatan penduduk dan pola populasi kendaraan

bermotor pada setiap wilayah kecamatan.

Page 88: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

74

3. Kelas kesesuaian dari 60 lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang secara

umum masuk dalam kriteria sesuai (S2) ada 47 buah SPBU (78.33%), dalam

arti lokasi yang menguntungkan secara ekonomi dan konsumen cukup

nyaman. Untuk lokasi SPBU yang masuk kriteria Sangat Sesuai hanya ada

pada 6 SPBU (10%), dalam arti merupakan lokasi yang sangat

menguntungkan baik secara ekonomi maupun kenyamanan konsumen.

Sedangkan sisanya yaitu 7 buah SPBU masuk dalam kriteria Kurang Sesuai

(11.66%), yang berarti lokasi kurang menguntungkan secara ekonomi dan

kurang nyaman bagi konsumen.

5.2. Saran-Saran

1. Ditinjau dari aspek sebaran spasial lokasi SPBU di wilayah Kota Semarang

menunjukkan temuan-temuan yang menarik dari sisi akademis maupun

praktis. Dari sisi akademis, dapat dikembangkan sebagai dasar membangun

teori yang terkait dengan kelayakan/kesesuaian lokasi area bisnis termasuk

juga lokasi SPBU, dengan mengembangkan variabel-variabel yang lebih rinci.

Hal ini menjadi penting karena pembangunan seharusnya berorientasi pada

pembangunan berkelanjutan yang berpegang pada keberlanjutan ekonomi,

sosial, budaya dan ekologis, sehingga mampu memberikan jaminan bagi masa

depan bangsa dan Negara sampai generasi mendatang.

2. Sedang dari aspek praktis, terutama bagi pemberintah daerah dan pihak PT.

Pertamina yang memiliki hak dalam pengambilan keputusan atas perijinan

pengelolaan usaha SPBU, dapat lebih menata dalam memberikan ijin bagi

Page 89: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

75

usaha SPBU, sehingga tidak terjadi dampak negatif, seperti persaingan tidak

sehat di antara pengusaha SPBU, kerusakan lingkungan/pencemaran di sekitar

SPBU, gangguan kenyamanan perjalanan lalu-lintas di ruas jalan yang berdiri

bangunan SPBU. Dalam arti persyaratan perijinan pendirian usaha SPBU

harus bertumpu pada kerangka dasar ekonomi, sosial, budaya, dan ekologis

secara terintegratif.

Page 90: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

76

Daftar Pustaka

Aiz, Lukman dan Ridwan said. 1985. Peta Tematik. Bandung: Jurusan TeknikGeodesi Fakultas Teknik dan Perencanaan ITB.

Anonim. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas BumiNegara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

………., 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentangMinyak Dan Gas Bumi.

……….,. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 TentangEnergi.

Banowati, Eva. 2010. Geografi Permukiman. Diktat. Jurusan Geografi FIS UNNES:Semarang. Tidak diterbitkan.

Bintarto, R. dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Penelitian Geografi. Jakarta:LP3ES.

Birkin, M., Clarke G., Clarke M. And Wilson Alan., (1996) Intelligent GIS: Location

Decisions and Strategic Planning, (GeoInformation International, Bell andBain, Glasgow, UK).

Benoit D and G P Clarke. 1997. Assessing GIS for retail location planning School ofGeography, University of Leeds, Leeds LS2 9JT, UK. Journal ~! Retailing andC~msumer Services, Vol. 4, No. 4, Elsevier Science Ltd. pp. 239-258,

Bos E.S. 1973. Cartographic Principles in Thematic Mapping. The Netherlands. ITCLecture Note, Enschede.

BPS Kota Semarang. 2009. Kota Semarang Dalam Angka. Pemerintah KotaSemarang.

Huff, D.C., (1963) A Probabilistic Analysis of Consumer Spatial Behaviour, RealEstate Research Program Reprint No. 18, Graduate School of BusinessAdministration, University of California, Los Angeles, USA.

Huff, David, L. and Ronald T. Rust, (1984) “Measuring the Congruence of MarketAreas”, in Journal of Marketing, 48 (Winter), p 68-74.

Jones, K. G. and Mock, D. R., (1984) “Evaluating retail trading performance”, (Ed.Davies, R. L. and Rogers, D. S., Store Location and Store AssessmentResearch, John Wiley & Sons, New York, USA).

John P.R.St. dan D.A Richardson. 1989. Method of Presenting Fieldwork Data. TheGeographical Association.

Page 91: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

77

Juhadi dan Dewi Liesnoor Setiyowati. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik.Semarang: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Sistem Informasi geografis,Geografi UNNES.

Kopec, R.J., (1963) “An Alternative Method For The Construction Of ThiessenPolygons”, in The Professional Geographer, 15, p 24-26.

Kraak, Menno-Jan & Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi Visualisasi DataGeospasial.(Penerjemah Sukendra Martha, dkk. ed.2). Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prahasta, Edy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Bandung:Penerbit Informatika.

………,2005. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar. Bandung: PenerbitInformatika.

Prihandito, Aryono. 1989. Kartografi. Yogyakarta: PT. Mitra Widya.

Sandy, I Made. 1986. Esensi Kartografi. Jakarta: Jurusan Geografi FMIPA UI.

Sadahiro, Yukio, (2001) “ A PDF-based analysis of the spatial structure of retailing”,in GeoJournal 52, p 237-252.

………, (2001) Number of polygons generated by map overlay: The case of

convex polygons, in Transactions in GIS, 5(4), p 345-353.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES.

Suwarjono dan Mas Sukotjo. 1993. Pengetahuan Peta. Yogyakarta: FakultasGeografi UGM.

Traffic Surve, 2008. “Surve Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Tahun 2008. LaporanPenelitian. Pemerintah Kota Semarang Dinas Perhubungan. TidakDiterbitkan.

Yunus, Hadi Sabari. 2008. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 92: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

78

Tabel 3.1. Jumlah dan Lokasi SPBU di Kota Semarang

No No.SPBU Alamat

1 4150128 Jl.Brigjen Sudiarto,Pedurungan2 4150201 Jl.A.Yani3 4150202 Jl.Sultan Agung4 4150214 Jl.Kaligarang,Kec.Gajahmungkur5 4450101 Jl.Plamongan Sari6 4450102 Jl.Usman Janatin7 4450103 Jl.Raya Genuk8 4450104 Jl.Brigjen Sudiarto9 4450105 Jl.Raya Mangkang

10 4450107 Jl.Yos Sudarso,Arteri11 4450108 Jl.Pemuda12 4450109 Jl.Jenderal Sudirman13 4450110 Jl.Cendrawasih14 4450111 Jl.Raya Genuk15 4450112 Jl.Imam Bonjol16 4450113 Jl.Raya Ngalian17 4450114 Jl.Raya Tugu18 4450115 Jl.Sendangguwo19 4450116 Jl.Pengapon20 4450118 Jl.Citarum,Pedurungan21 4450119 Jl.Pamularsih22 4450120 Jl.Abdur Rachman Saleh23 4450121 Jl.Dr.Cipto24 4450122 Jl.Kelud Raya,Semarang25 4450123 Jl.Siliwangi26 4450124 Jl.Indrapasta 20-2227 4450125 Jl.Wolter Monginsidi,Bangetayu28 4450126 Jl.Soekarno Hatta,Pedurungan29 4450127 Jl.Raya Mangkang

30 4450129 Jl.Raya Semarang-Kendal,Randugarut,Tugu

31 4450130 Jl.Simongan,Kel.Ngemplak32 4450131 Jl.Raya Gajah,Kec.Gayamsari

Page 93: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

79

33 4450132 Jl.Raya Gajah No.108, Kel. Gayamsari,Kec. Gayamsari

34 4450133 Jl.Untung SuropatiKav.173,Kalipancur,Ngalian

35 4450134 Jl.Brigjen Sudiarto, Kec. PedurunganKidul, Semarang

36 4450135 Jl.Raya Kaligawe,Kec.Gayamsari37 4450136 Jl.Raya Kaligawe,Genuk38 4450137 Jl.Dr.Cipto No.29,Semarang

39 4450201 Jl.S.Parman40 4450202 Jl.Perintis Kemerdekaan

41 4450203 Jl.Perintis Kemerdekaan,Pudak Payung

42 4450204 Jl.Dr.Setiabudi

43 4450205 Jl.Pandanaran,Semarang44 4450206 Jl.Dr.Wahidin45 4450207 Jl.Sriwijaya46 4450208 Jl.Tentara Pelajar47 4450209 Jl.Raya Semarang-Boja,Kawasan BSB48 4450210 Jl.Fatmawati,Ketileng49 4450211 Jl.Ngesrep50 4450212 Jl.Perintis Kemerdekaan51 4450213 Kel.Sumurboto,Kec.Gunungpati52 4450215 Jl.Menoreh Raya, Kec.Gajahmungkur

53 4450216 Jl.Imam Soeparto, Kel.Bulusan,Kec.Tembalang

54 4450217 Jl.Raya Boja, Kel.Jatisari, Kec.Mijen55 4450218 Jl.Raya Semarang-Kendal, Kec.Tugu

56 4450219 Jl.Perintis Kemerdekaan, Banyumanik,Semarang

57 4450220 Jl.Setiabudi, Srondol Kulon,Kec.Banyumanik, Semarang

58 4450221 Jl.Raya Muntal,Kec.Gunungpati59 4450222 Jl.Dr.Wahidin60 4450223 Jl.Raya Tembalang

Sumber: Kantor PT. Pertamina (Persero) UP IV Semarang, 2010

Page 94: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

80

Tabel 4.14. Rata-rata jarak antar SPBU di wilayah Kota Semarang

No No.SPBU Alamat

Jarak antarSPBU

terdekat(meter)

Harkat

1 4150128 Jl.Brigjen Sudiarto.Pedurungan 724 32 4150201 Jl.A.Yani 1.001 43 4150202 Jl.Sultan Agung 865 44 4150214 Jl.Kaligarang.Kec.Gajahmungkur 992 45 4450101 Jl.Plamongan Sari 791 46 4450102 Jl.Usman Janatin 3.872 57 4450103 Jl.Raya Genuk 1.245 58 4450104 Jl.Brigjen Sudiarto 791 49 4450105 Jl.Raya Mangkang 1.277 5

10 4450107 Jl.Yos Sudarso.Arteri 2.095 511 4450108 Jl.Pemuda 483 212 4450109 Jl.Jenderal Sudirman 1.368 513 4450110 Jl.Cendrawasih 664 314 4450111 Jl.Raya Genuk 1.245 515 4450112 Jl.Imam Bonjol 715 316 4450113 Jl.Raya Ngalian 2.166 517 4450114 Jl.Raya Tugu 900 418 4450115 Jl.Sendangguwo 1.077 519 4450116 Jl.Pengapon 664 320 4450118 Jl.Citarum.Pedurungan 1.537 521 4450119 Jl.Pamularsih 1.324 522 4450120 Jl.Abdur Rachman Saleh 1.614 523 4450121 Jl.Dr.Cipto 1.220 524 4450122 Jl.Kelud Raya.Semarang 1.366 525 4450123 Jl.Siliwangi 1.690 526 4450124 Jl.Indrapasta 20-22 715 327 4450125 Jl.Wolter Monginsidi.Bangetayu 1.245 528 4450126 Jl.Soekarno Hatta.Pedurungan 1.164 529 4450127 Jl.Raya Mangkang 900 4

30 4450129 Jl.Raya Semarang-Kendal.Randugarut.Tugu 1.372 5

31 4450130 Jl.Simongan.Kel.Ngemplak 992 432 4450131 Jl.Raya Gajah.Kec.Gayamsari 887 4

33 4450132 Jl.Raya Gajah No.108. Kel.Gayamsari. Kec. Gayamsari 1.910

5

Page 95: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

81

34 4450133 Jl.Untung SuropatiKav.173.Kalipancur.Ngalian 1.614 5

35 4450134 Jl.Brigjen Sudiarto. Kec.Pedurungan Kidul. Semarang 724 3

36 4450135 Jl.RayaKaligawe.Kec.Gayamsari 1.346 5

37 4450136 Jl.Raya Kaligawe.Genuk 1.529 538 4450137 Jl.Dr.Cipto No.29.Semarang 1.220 5

39 4450201 Jl.S.Parman 1.017 540 4450202 Jl.Perintis Kemerdekaan 813 4

41 4450203 Jl.Perintis Kemerdekaan.PudakPayung 1.029

542 4450204 Jl.Dr.Setiabudi 1.185 543 4450205 Jl.Pandanaran.Semarang 1.163 544 4450206 Jl.Dr.Wahidin 865 445 4450207 Jl.Sriwijaya 1.001 546 4450208 Jl.Tentara Pelajar 937 4

47 4450209 Jl.Raya Semarang-Boja.KawasanBSB 4.516 5

48 4450210 Jl.Fatmawati.Ketileng 937 449 4450211 Jl.Ngesrep 559 350 4450212 Jl.Perintis Kemerdekaan 1.029 551 4450213 Kel.Sumurboto.Kec.Gunungpati 1.690 5

52 4450215 Jl.Menoreh Raya.Kec.Gajahmungkur 1.366 5

53 4450216 Jl.Imam Soeparto. Kel.Bulusan.Kec.Tembalang 3.158 5

54 4450217 Jl.Raya Boja. Kel.Jatisari.Kec.Mijen 4.848 5

55 4450218 Jl.Raya Semarang-Kendal.Kec.Tugu 1.277 5

56 4450219 Jl.Perintis Kemerdekaan.Banyumanik. Semarang 1.888 5

57 4450220 Jl.Setiabudi. Srondol Kulon.Kec.Banyumanik. Semarang 813 4

58 4450221 Jl.Raya Muntal.Kec.Gunungpati 4.108 559 4450222 Jl.Dr.Wahidin 1.023 560 4450223 Jl.Raya Tembalang 559 3Sumber: Hasil analisis peta lokasi SPBU, 2010

Page 96: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

82

Tabel 4.15. Jarak Lokasi SPBU dengan Titik-Titik Macet

No No.SPBU AlamatHarkat Jarak lokasiSPBU dengan Titik

Macet1 4150128 Jl.Brigjen Sudiarto,Pedurungan 32 4150201 Jl.A.Yani 23 4150202 Jl.Sultan Agung 14 4150214 Jl.Kaligarang,Kec.Gajahmungkur 35 4450101 Jl.Plamongan Sari 36 4450102 Jl.Usman Janatin 47 4450103 Jl.Raya Genuk 38 4450104 Jl.Brigjen Sudiarto 29 4450105 Jl.Raya Mangkang 2

10 4450107 Jl.Yos Sudarso,Arteri 111 4450108 Jl.Pemuda 412 4450109 Jl.Jenderal Sudirman 213 4450110 Jl.Cendrawasih 214 4450111 Jl.Raya Genuk 215 4450112 Jl.Imam Bonjol 216 4450113 Jl.Raya Ngalian 417 4450114 Jl.Raya Tugu 318 4450115 Jl.Sendangguwo 319 4450116 Jl.Pengapon 320 4450118 Jl.Citarum,Pedurungan 421 4450119 Jl.Pamularsih 522 4450120 Jl.Abdur Rachman Saleh 323 4450121 Jl.Dr.Cipto 324 4450122 Jl.Kelud Raya,Semarang 225 4450123 Jl.Siliwangi 126 4450124 Jl.Indrapasta 20-22 127 4450125 Jl.Wolter Monginsidi,Bangetayu 328 4450126 Jl.Soekarno Hatta,Pedurungan 429 4450127 Jl.Raya Mangkang 3

30 4450129Jl.Raya Semarang-Kendal,Randugarut, Tugu

3

31 4450130 Jl.Simongan, Kel. Ngemplak 3

32 4450131 Jl.Raya Gajah,Kec.Gayamsari 3

33 4450132 Jl.Raya Gajah No.108,Kel.Gayamsari, Kec.Gayamsari 3

Page 97: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

83

34 4450133 Jl.Untung SuropatiKav.173,Kalipancur,Ngalian 3

35 4450134 Jl.Brigjen Sudiarto, Kec.Pedurungan Kidul, Semarang 3

36 4450135 Jl.Raya Kaligawe,Kec.Gayamsari 137 4450136 Jl.Raya Kaligawe,Genuk 338 4450137 Jl.Dr.Cipto No.29,Semarang 339 4450201 Jl.S.Parman 340 4450202 Jl.Perintis Kemerdekaan 2

41 4450203 Jl.Perintis Kemerdekaan, PudakPayung 2

42 4450204 Jl.Dr.Setiabudi 343 4450205 Jl.Pandanaran, Semarang 144 4450206 Jl.Dr.Wahidin 245 4450207 Jl.Sriwijaya 246 4450208 Jl.Tentara Pelajar 2

47 4450209 Jl.Raya Semarang-Boja,KawasanBSB 5

48 4450210 Jl.Fatmawati, Ketileng 449 4450211 Jl.Ngesrep 350 4450212 Jl.Perintis Kemerdekaan 2

51 4450213 Kel.Sumurboto, Kec. Gunungpati5

52 4450215 Jl.Menoreh Raya, Kec.Gajahmungkur 3

53 4450216 Jl.Imam Soeparto, Kel.Bulusan,Kec.Tembalang 4

54 4450217 Jl.Raya Boja, Kel.Jatisari,Kec.Mijen 3

55 4450218 Jl.Raya Semarang-Kendal,Kec.Mangkang, Ngalian 3

56 4450219 Jl.Perintis Kemerdekaan,Banyumanik, Semarang 3

57 4450220 Jl.Setiabudi, Srondol Kulon,Kec.Banyumanik, Semarang 3

58 4450221 Jl.Raya Muntal,Kec.Gunungpati 559 4450222 Jl.Dr.Wahidin 360 4450223 Jl.Raya Tembalang 2

Sumber: Hasil analisis data lapangan & peta, 2010

Page 98: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

84

Tabel 4.16. Hasil Pengharkatan dari Setiap Status Jalan di kota Semarang

No Alamat Status Jalan HarkatNasional Provinsi Kota Lokal

1 Jl.Brigjen Sudiarto,Pedurungan v 4

2 Jl.A.Yani v 33 Jl.Sultan Agung v 4

4 Jl.Kaligarang,Kec.Gajahmungkur v 3

5 Jl.Plamongan Sari v 36 Jl.Usman Janatin v 37 Jl.Raya Genuk v 58 Jl.Brigjen Sudiarto v 49 Jl.Raya Mangkang v 5

10 Jl.Yos Sudarso,Arteri v 511 Jl.Pemuda v 312 Jl.Jenderal Sudirman v 313 Jl.Cendrawasih v 314 Jl.Raya Genuk v 515 Jl.Imam Bonjol v 316 Jl.Raya Ngalian v 317 Jl.Raya Tugu v 518 Jl.Sendangguwo v 419 Jl.Pengapon v 320 Jl.Citarum,Pedurungan v 421 Jl.Pamularsih v 322 Jl.Abdur Rachman Saleh v 323 Jl.Dr.Cipto v 324 Jl.Kelud Raya,Semarang v 325 Jl.Siliwangi v 326 Jl.Indrapasta 20-22 v 3

27 Jl.WolterMonginsidi,Bangetayu v 3

28 Jl.SoekarnoHatta,Pedurungan v 4

29 Jl.Raya Mangkang v 5

30 Jl.Raya Semarang-Kendal,Randugarut,Tugu v 5

Page 99: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

85

31 Jl.Simongan,Kel.Ngemplak v 3

32 Jl.RayaGajah,Kec.Gayamsari v 3

33Jl.Raya Gajah No.108,Kel.Gayamsari,Kec.Gayamsari v 3

34 Jl.Untung SuropatiKav.173,Kalipancur,Ngalian v 3

35Jl.Brigjen Sudiarto, Kec.Pedurungan Kidul,Semarang v 3

36 Jl.RayaKaligawe,Kec.Gayamsari v 5

37 Jl.Raya Kaligawe,Genuk v 538 Jl.Dr.Cipto No.29,Semarang v 339 Jl.S.Parman v 440 Jl.Perintis Kemerdekaan v 4

41Jl.PerintisKemerdekaan,PudakPayung v 4

42 Jl.Dr.Setiabudi v 443 Jl.Pandanaran,Semarang v 344 Jl.Dr.Wahidin v 445 Jl.Sriwijaya v 346 Jl.Tentara Pelajar v 3

47 Jl.Raya Semarang-Boja,Kawasan BSB v 4

48 Jl.Fatmawati,Ketileng v 349 Jl.Ngesrep v 350 Jl.Perintis Kemerdekaan v 3

51 Kel.Sumurboto, Kec.Gunungpati v 3

52 Jl.Menoreh Raya,Kec.Gajahmungkur v 3

53Jl.Imam Soeparto,Kel.Bulusan,Kec.Tembalang v 3

54 Jl.Raya Boja, Kel.Jatisari,Kec.Mijen v 4

55 Jl.Raya Semarang-Kendal,Kec.Tugu v 5

Page 100: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

86

56 Jl.Perintis Kemerdekaan,Banyumanik, Semarang v 4

57 Jl.Setiabudi, Srondol Kulon,Kec.Banyumanik, Semarang v 4

58 Jl.RayaMuntal,Kec.Gunungpati v 2

59 Jl.Dr.Wahidin v 460 Jl.Raya Tembalang v 3

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2010

Page 101: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Tabel 4.13. Rasio Jumlah SPBU dengan Jumlah Kendaraan Bermotorper Kecamatan

No. Kecamatan JumlahSPBU

PopulasiKendaraanBermotor

AsumsiKebutuhanBBM(l/hr)

Rasio JumlahSPBU: JumlahKend.bermotor

Harkat

1 Mijen 2 4.221 12.255 0.016 SR2 Gunungpati 2 4.802 14.390 0.014 SR3 Banyumanik 8 5.864 34.906 0.023 R4 Gajah Mungkur 5 3.282 14.583 0.034 R5 Semarang Selatan 3 9.362 36.301 0.008 SR6 Candisari 2 2.047 7.182 0.028 R7 Tembalang 3 12.909 69.684 0.004 SR8 Pedurungan 6 16.906 54.906 0.011 SR9 Genuk 4 12.277 31.887 0.013 SR10 Gayamsari 4 8.790 32.616 0.012 SR11 Semarang Timur 3 5.984 23.930 0.013 SR12 Semarang Utara 3 17.369 70.236 0.004 SR13 Semarang Tengah 4 9.775 34.838 0.011 SR14 Semarang Barat 5 43.587 163.105 0.003 SR15 Tugu 5 1.419 5.444 0.092 ST16 Ngaliyan 3 12.897 55.378 0.005 SR

Jumlah 62 171.491 661.641 0.009Sumber: Hasil Penelitian lapangan. 2010

Keterangan: ST = Sangat Tinggi (5). T = Tinggi (4). S = Sedang (3). R = Rendah (2).SR = Sangat Rendah (1)

Page 102: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Tabel 4.15. Tingkat Kenyamanan Jalan ( LOS) Pada SejumlahJalan Utama Kota Semarang

No, Nama Jalan NilaiLOS_SMP/Jam

TingkatPelayanan Harkat

1 Jl, Jend, Sudirman 0,49 C 32 Jl,Kali Garang/Kelud Raya 0,55 C 33 Jl, Dr, Soetomo 0,58 C 34 Jl, Brigj, Sudiarto 0,6 C 35 Jl, Tentara Pelajar 0,66 C 36 Jl, Dr, Wahidin 0,62 C 37 Jl, Citarum 0,67 C 38 Jl, Pattimura 0,67 C 39 Jl, Setiabudi 0,59 C 3

10 Jl, Prof, Sudarto 0,25 B 411 Jl, Veteran 0,62 C 312 Jl, Gajah Mada 0,58 C 313 Jl, MH, Thamrin 0,42 B 414 Jl, Imam Bonjol 0,44 B 415 Jl, MT, Haryono 0,72 D 216 Jl, Walisongo 0,72 D 217 Jl, Pandanaran 0,66 C 318 Jl, Siliwangi 0,75 D 219 Jl, MGR, Soegijopranoto 0,57 C 320 Jl, A, Yani 0,73 D 221 Jl, Kaligawe 0,95 E 122 Jl, Perintis Kemerdekaan 0,54 C 323 Jl, Indraprasta 0,40 B 424 Jl, Pemuda 0,52 C 3

Sumber: Tarffic Survey, Dinhubinkom, 2008, dengan modifikasipeneliti, 2010.

Page 103: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Tabel 4.15. Tingkat Kenyamanan Jalan ( LOS) Pada SejumlahJalan Utama Kota Semarang

No, Nama Jalan NilaiLOS_SMP/Jam

TingkatPelayanan Harkat

1 Jl, Jend, Sudirman 0,49 C 32 Jl,Kali Garang/Kelud Raya 0,55 C 33 Jl, Dr, Soetomo 0,58 C 34 Jl, Brigj, Sudiarto 0,6 C 35 Jl, Tentara Pelajar 0,66 C 36 Jl, Dr, Wahidin 0,62 C 37 Jl, Citarum 0,67 C 38 Jl, Pattimura 0,67 C 39 Jl, Setiabudi 0,59 C 3

10 Jl, Prof, Sudarto 0,25 B 411 Jl, Veteran 0,62 C 312 Jl, Gajah Mada 0,58 C 313 Jl, MH, Thamrin 0,42 B 414 Jl, Imam Bonjol 0,44 B 415 Jl, MT, Haryono 0,72 D 216 Jl, Walisongo 0,72 D 217 Jl, Pandanaran 0,66 C 318 Jl, Siliwangi 0,75 D 219 Jl, MGR, Soegijopranoto 0,57 C 320 Jl, A, Yani 0,73 D 221 Jl, Kaligawe 0,95 E 122 Jl, Perintis Kemerdekaan 0,54 C 323 Jl, Indraprasta 0,40 B 424 Jl, Pemuda 0,52 C 3

Sumber: Tarffic Survey, Dinhubinkom, 2008, dengan modifikasipeneliti, 2010.

Page 104: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Semarang, 2010

Page 105: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.2. Peta Kepadatan Penduduk Kota Semarang, 2008

Page 106: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.5. Peta Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Kota Semarang , 2008

Page 107: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.7. Peta Sebaran Lokasi SPBU di Kota Semarang, 2010

Page 108: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.4. Peta Sebaran Permukiman Kota Semarang, 2008

Page 109: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.3. Peta Jaringan Jalan Kota Semarang, 2010

Page 110: EVALUASI SEBARAN SPASIAL LOKASI STASIUN …lib.unnes.ac.id/5132/1/7617.pdf · Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar- ... mempertimbangkan aspek lingkungan

Gambar 4.6. Peta Kepadatan Penduduk dan Sebaran SPBU Kota Semarang, 2010