evaluasi program pembuatan kompos daur ulang …
TRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM
PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH
(Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R Vipamas 06 BambuApus Pamulang - Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh :
UJANG KOSASIH
NIM : 1110054000020
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAIIAN
EVALUASI PROGRANI PEMBTIATAN KOMPOS DATI}N ULANG SAMPAE
(Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R Vipamas 06llambu ApusPamulang - Tangerang selatan)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar
Sarjana Sosial lslam (S. Sos. I)
Oleh
UJANG KOSASIII
NIM: 1l1ffi540{8020
Menyetujui
Pembimbing Skripsi
MNurul Hidayati. S. As. M. Pd
Nl? : 196903221996032001
JURUSAN PEI\GEMBAIYGAN MASYARAKAT ISLAMFAI(ULTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUI{IKASI
UNTVERSITAS ISLAM NSGERI
SYARIF IIIDAYATIILLAHJAKARTA
2015
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EVALUASI pRocRAM PEMBUATAN KoMpos DAUR ULANG
SAMPAH STUDI KASUS TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU 3R
VIPAMAS 06 BAMBU APUS PAMULANG - TANGERANG SELATAN telah diujikan
dalam sidang muaaqasyah Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarh pada Rabu, 30 Desember 2015. Slaipsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana sosial Islam (S.Sos.I) pada
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 30 Desernber2015
Sidang Munaqasyah
Anggota
].lIP D7 64617200501 1 006Anggota
NIP: I975060 I20141 I I001
MP: 19720606199803 1003
Pernbimbing
-_lNurul Ilidarati. E. Ac. \i PJ
NIP 1 96903221 99603200i
I-EL{BAR PERNYATAAII{
Dengan ini saya menyatakan bahrna:
1.
2.
J.
Skripsi ini menipakan hasii karya asii sa-va yang diajukan untuk memennhi
salah satu mernperoleh gelar stratal di Uuiversitas islam Negeli Sl,anf
H idal atrrl lalr Jakafia.
Sumber -vang sa_ya gunakan dalarn penulisan skripsi telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan 3'ang berlaku di Universitas lslam Negeri Syarif
Hidat atullah .lakana.
Jika dikernudian han terbukti lrahr,va hasil kar-_v"a asli saya merupakan jiplakan
da.ri ka4ra oral1g lain- maka sa-va bersedia rnenerirna sangsi r an,q beriaku di
Universitas Islam Negeri Sy'arif Hida-vatullah Jaka(a.
201 s
i
ABSTRAK
Ujang KosasihEVALUASI PROGRAM PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH(Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R Vipamas 06 BambuApus Pamulang - Tangerang selatan)
Partisipasi merupakan salah satu faktor penting dalam upaya melakukankegiatan evaluasi program. Partisipasi masyarakat bisa timbul dari diri sendiri danbisa pula timbul setelah dilakukan intervensi terhadap mereka oleh orang pihak luar.Partisipasi menjadi sebuah proses belajar masyarakat dengan perubahan sikap danprilaku masyarakatnya. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa proses belajar tersebutmemerlukan waktu yang relatif panjang.
Salah satu diantara kegiatan evaluasi adalah pengelolaan sampah. KotaTangerang Selatan yang baru berusia enam tahun mengalami permasalahan sampahyang cukup berat. Permasalahan sampah berjalan seiring dengan bertambahnyapenduduk dan perubhan pola hidup masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan dalammenangani sampah, salah satunya dengan kegiatan menggunakan konsep pengelohansampah. Diantara kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu terdiri dari prosesmemilah, dicacah atau dibakar dihancurkan menjadi kompos. Studi ini menemukanbahwa partisipasi masyarakat di RW 06 Vila Pamulang Mas dan kontribusi TempatPembuangan Sampah Terpadu terhadap lingkungan di Perumahan Vila PamulangMas cukup signifikan. Program ini sudah berhasil memperoleh sampah organikmenjadi barang yang bernilai.
Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif. Yaitu pengamatan,wawancara, atau penelaahan dokumen, dimana peneliti ikut berperan aktif dalammelakukan kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Vila Pamulang Mas.
Hasil yang ditemukan di lapangan dalam penelitian ini diantaranyaperlaksanaan pembuatan kompos daur ulang sampah menjadi lebih cepat dan tujuanpencapaian mengurangi penumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakatdan merubah paradigma masyarakat berhasil. Dengan demikian program pembuatankompos daur ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu memiliki andilyang cukup besar dalam merubah paradigma masyarakat tentang sampah rumahtangga.
ii
KATA PENGANTAR
بسم ا لللھ الر حمن الر حیم
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
Hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-nya yang tak
terhingga kepada hambanya, sampai detik ini Sholawat serta salam selalu senantiasa
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga
penulis dapat melewati perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah (Studi
Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus
Pamulang – Tangerang Selatan)”.
Sebagai manusia yang tak luput dari khilaf, penulis menyadari dengan sepenuh
hati bahwa skripsi ini banyak mempunyai kekurangan dan kelemahan, sehingga kritik
dan saran dari beberapa pihak sangat dibutuhkan untuk lebih baik dalam
kelanjutannya. Setelah penyelesaian skripsi yang cukup lama dalam proses
pengerjaannya, penulis merasa wajib mengucapkan banyak terima kasih setinggi-
tingginya kepada beberapa pihak. Ditengah kesibukannya, mereka menyempatkan
waktu luang untuk berbagi informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan
skripsi ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Wati Nilamsari, M. Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) dan Bapak Drs. M. Hudri, M. Ag selaku Sekertaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam atas segala ilmu yang diberikan.
3. Ibu Nurul Hidayati, S, Ag. M. Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi, atas segala
bimbingannya dan motivasinya.
iii
4. Untuk Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Tantan
Hermansyah, M. Si, Bapak Muhtadi, M. Si dan Dosen lainnya yang telah
memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman serta bimbingannya.
5. Para Penguji, Ketua dan Sekertaris sidang yang telah memberikan bimbingan
dan masukannya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Terima kasih banyak untuk seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Dakwah dan
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk referensi buku-bukunya.
7. Orang tua tercinta Abah Tarno Bin Tarhawi Alm dan Ibu tercinta Sutini, atas
kasih sayangnya. Dengan pengorbanan dan kesabaran kalian skripsi ini
terselesaikan. Dan kakak-kakakku segala perhatian, kasih sayang, motivasi,
dukungan dan do’a yang peneliti dapatkan selama pelaksanaan skripsi.
8. Seorang yang telah membuatku ceria Izmi Zahrotul Amalia dan Fani. Atas
perhatiannya dan motivasinya.
9. Seluruh Teman-teman PMI 2010, atas kebersamaannya dalam suka maupun
duka.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kritik dan saran perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Semoga Allah Maha Kuasa senantiasa memberikan Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua.
Jakarta, 20 Desember 2015
Penulis
Ujang Kosasih
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………………iKATA PENGANTAR……………………………………………………………….iiDAFTAR ISI…………………………………………………………………………ivDAFTAR TABEL…………………………………………………………………...viBAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………......9C. Tujuan Dan Manfaat penelitian……………………………….......10D. Metodologi Penelitian………………………….…………………11E. Tinjauan Pustaka……………………………………………….....17F. Sistematika Penulisan……………………………………………..18
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi…………………………………………...20
2. Tujuan Dan Pentingnya Evaluasi……………………………..22
3. Indikator Evaluasi…………………………………………….23
4. Model-Model Evaluasi………………………………………..25
5. Tahapan Evaluasi……………………………………………...27
B. Program
1. Pengertian Program…………………………………………...28
2. Tujuan Program…………………………………………….....29
3. Model Program.……………………………………….……...29
4. Aspek-Aspek Program………………………………………..30
C. Kompos
1. Pengertian Kompos…………………………………………...32
2. Manfaat Kompos....…………………………………………..32
3. Bahan-Bahan Kompos…………………………………....…..33
D. Daur ulang
v
1. Pengertian Daur Ulang……………………………………….33
2. Tujuan Daur Ulang …………………………………………..34
E. Sampah
1. Pengertian Sampah…………………………………………...34
2. Sumber dan Jenis Sampah…………………………………....35
BAB III. GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH
TERPADU (TPST)
A. Gambaran Umum TPST – Tangerang Selatan…..…………...38
B. Visi dan Misi TPST- Tangerang selatan…………………..…41
C. Struktur Kepengurusan TPST – Tangerang Selatan…………41
D. Strategi dan Prinsip TPST - TangerangSelatan……………....42
E. Kegiatan dan Sumber Dana TPST – Tangerang Selatan.........43
F. Fasilitas TPST – Tangerang Selatan………………………....44
G. Letak TPST – Tangerang Selatan………………………........45
BAB IV. ANALISIS DAN TEMUAN”A. Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang
Sampah……………………………………………………..........46
B. Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah
1. Tujuan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di
TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) …................49
2. Pencapaian Tujuan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang
Sampah…………………........................................................52
1). Mengurangi Penumpukan Sampah……….………………52
2). Meningkatnya Kesehatan Masyarakat……………………553). Merubah Paradigma Masyarakat Tentang Sampah……....57
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………63B. Saran …………………………………………………………….64
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...……………………………...65LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 1……………………………………………………………………..……..57TABEL 2……………………………………………………………………………61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa dekade belakangan ini, muncul sebuah fenomena kekhawatiran global
yang menghinggapi hampir seluruh anak manusia akan kelangsungan hidup planet
bumi tempat mereka berpijak. Kecemasan akan kelangsungan hidup anak manusia
ini didengungkan oleh salah seorang petinggi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
dengan mengatakan, “Dunia kita berada di tepi kehancuran lantaran ulah manusia.
Sumber-sumber alam di jarah kelewat batas”.
Kecemasan umat manusia tampaknya akan semakin berlipat apabila
dikemukakan pula bukti bukti demikian: pada setiap detik, diperkirakan sekitar 200
ton karbon dilepas ke atmosfir dan 750 ton topsoil musnah. Sementara itu,
diperkirakan 47.000 hektar hutan di babat hingga tuntas, 16.000 hektar tanah di
gunduli dan antara 100 sampai 300 spesies mati setiap hari. Pada saat yang
bersamaan, secara absolut jumlah penduduk meningkat 1 miliar orang perdekade.1
Masalah lingkungan sekarang ini bukan hanya tanggung jawab sekelompok
orang, tetapi sudah menjadi tanggung jawab atau kewajiban semua orang untuk
menjaga dan memeliharanya agar tetap asri. Lingkungan yang asri akan
mendatangkan manfaat bagi umat manusia di bumi. Tumbuh-tumbuhan, ternak, dan
segala ciptaan tuhan akan berkembang dengan baik, di lingkungan yang asri guna
1 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam DariIdeologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 227
2
kepentingan manusia. Sayangnya lingkungan yang asri sudah banyak yang rusak oleh
tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, sehingga bencana terjadi
dimana-mana. Allah berfirman pada ayat suci al-Quran
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karenaperbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (SuratAr-Ruum ayat 41).2
Ayat tersebut menjelaskan dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan islam
isu pencemaran lingkungan. Pertama, islam menyadari telah dan akan terjadi
kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya
kualitas lingkungan untuk mendukungun hidup manusia. Kedua, islam memandang
manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegahan terjadinya
kerusakan tersebut. Oleh karena itu, ajaran islam secara tegas mengajak manusia
melestariakan bumi dan sekaligus secara tegas melarang manusia membuat kerusakan
di bumi. Namun seringkali sebagian besar masyarakat belum cukup menyadari
dampak akibat kerusakan lingkungan.
Permasalahan lingkungan cukup kompleks. Seperti Penebangan hutan
menyebabkan banjir, pencemaran terhadap air bersih oleh limbah-limbah industri,
pembuangan sampah kesungai-sungai (termasuk sampah rumah tangga), pencemaran
terhadap tanah merupakan ancaman bagi kehidupan manusia.
Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhkan
perhatian khusus karena sampah menjadi persoalan nasional. Kegagalan dalam
pengelolaan sampah berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan hidup,
2 Bunga Nurwaddah Nasution, skripsi:Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus KegiatanBank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw 09 dan 13 Tangerang Selatan, h. 1
3
kesehatan warga masyarakat, mesrusak estetika kota, dan dalam jangka panjang dapat
mempengaruhi arus investor ke daerah oleh karena itu, kesadaran masyarakat
terhadap pengelolaan pelestarian lingkungan hidup belum optimal bahkan cenderung
banyak masyarakat yang mengabaikannya.
Lingkungan hidup sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Karena
lingkungan hidup memiliki tiga fungsi pokok. Fungsi pertama, diolah menjadi produk
jadi baik yang di konsumsi sebagai kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Fungsi
kedua, sebagai sumber kesenangan yang sifatnya alami, seperti memberikan
kesegaran karena adanya udara yang sejuk dan nyaman untuk dihirup, menyediakan
sinar matahari yang hangat, menyediakan pantai yang bersih dan indah untuk rekreasi
dan sebagainya. Fungsi ketiga adalah menyediakan diri sebagai tempat untuk
menampung dan mengolah limbah secara alami.
Istilah lingkungan hidup sebenarnya mempunyai pengertian yang kuantitas
maupun kualitas sumber daya alam, baik yang sifatnya dapat di perbaharui maupun
yang tidak dapat di perbaharui, termasuk lingkungan ambient yang terdiri dari air,
udara, landscape, dan atmosfir. Maka lingkungan hidup merupakan faktor penentu
bagi kuantitas, kualitas dan keberlanjutan kegiatan dan kehidupan manusia. Dengan
meningkatnya masalah kualitas lingkungan, maka meningkat pula masalah
kuantitasnya.3
Kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Kesehatan lingkungan erat pula hubungannya dengan taraf social ekonomi karenanya,
3 Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIPUniversitas Negreri Malang, 2011, h.97
4
untuk dapat mengelola kualitas lingkungan ataupun kesehatan masyarakat perlu
dihayati hubungan lingkungan dengan manusia, yaitu ekologi manusia.
Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi
kehidupan manusia (fisik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya secara
keseluruhan. Manusia merupakan salah satu faktor di dalam lingkungan hidup ini.
Semakin banyaknya penduduk dan semakin padatnya lingkungan hidup.
Sebagaimana biasanya, lingkungan yang padat inipun digunakan orang untuk
membuang sampah yang bersifat padat. Selain itu saat ini tanah juga untuk
membuang sampah yang berbahaya yang cair maupun padat.
Yang dimaksud dengah sampah ialah segala sesuatu yangtidak dapat
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah
membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk.
Garbage, yaitu sampah yang mudah membusuk. Di Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia sampah kebanyakan terdiri atas sampah jenis ini.
Tetapi bagi lingkungan sampah ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai
dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesistumbuhan.
Hanya saja orang harus mengankut dan membuangnya di tempat yang aman, dengan
kecepatan yang lebih daripada kecepatan membusuknya di dalam keadaan cuaca di
daerah tropis ini.
Refuse, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk. Biasanya sampah ini terdiri atas
kertas, plastik, logam, gelas dan lain-lain yang tidak dapat membusuk/sulit membusuk.
Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat
kembali baik melalaui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat di daur
5
ulang, maka butuh proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari
proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.4
Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau
sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur
ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi
penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi
polusi, mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada pada proses
pembuat barang baru.
Manfaat Daur Ulang
1. Meciptakan lingkungan bersih
2. Mengurangi bakteri yang terdapat dibarang yang tidak terpakai
3. Dari pada dibakar, daur ulang lebih safety karena tidak menimbulkan polusi.
4. Menciptakan nilai pada suatu barang yang tidak bernilai sebelumnya
5. Menciptakan inovasi yang lebih brilian, misalnya dengan menggabungkan
barang satu dengan yang lain.
6. Dari pada ditimbun, daur ulang akan lebih menguntungkan tanah, misalnya
pada kaleng bekas yang bersifat logam, apabila ditimbun akan merusak unsur-
unsur hara yang terkandung didalam tanah yang baik bagitumbuhan.
7. Modal yang dikeluarkan sebagai alat pendaur relatif sedikit
8. Caranya yang gampang atau mudah sehingga dapat dilakukan sendiri
9. Jumlah bahan yang tak dapat diuraikan yang berada rmenjadi lebih sedikit
10. Dapat menjadi cara alternatif dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.5
4 Sunmirat, juli slamet, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,h. 153
6
Hasil yang di daur ualang akan dijadikan kompos. Dimana kompos merupakan
hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan proses
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat
campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.6
Menurut Professor Mubyanto dan Professor Bromley pertumbuhan ekonomi di
Indonesia selama tiga dekade terkhir di akui telah banyak memberikan kemajuan
materiil, tetapi mengandung dua maslah serius. Pertama, perekonomian Indonesia
masih sangat rentan terhadap kondisi eksternal. Kedua, kemajuan ekonomi di
Indonesia yang telah dicapai ternyata sangat tidak merata, baik antar- daerah maupun
antar kelompok sosial ekonomi.
Kemajuan materil yang di capai melalui strategi pertumbuhan selama 30 tahun
terakhir ini tidak banyak memberikan sumbangan yang sesungguhnya terhadap
“pertumbuhan”. Selama aspek kelembagaan balum diperhatikan dengan baik, maka
akan sulit untuk merumuskan dan melaksanakan semua aktivitas pengurangan
5https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/260008630756908. Diakses tanggal6 November, 2014 Pukul. 20.18 WIB
6http://pupukkompos-1990.blogspot.com/2011/12/pengertian-kompos-dan-proses.htmldiakses tanggal 11 November, 2014 pukul. 11. 30 WIB
7
kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup kemampuan ekonomi
masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam meningkatkan memanfaatkan
kesempatan ekonomi yang ada. Inovasi dalam kebijakan publik semacam ini akan
senantiasa memberikan perhatian terhadap tiga hal penting, yaitu etika, hukum, dan
ilmu ekonomi.
Etika menekankan pada persepsi kolektif tentang sesuatu yang dianggap baik
dan adil, untuk masa kini maupun masa yang akan mendatang. Hukum menekankan
pada penerapan kekuatan kolektif untuk melaksanakan yang telah disepakati.
Sementara itu, ilmu ekonomi menekankan pada perhitungan untung rugi yang
didasarkan pada etika dan landasan hukum suatu Negara.7
Salah satu untuk mengatasi pengangguran di tangerang selatan sebagai kota
penyanggah ibu kota yaitu dengan kegiatan inovatif yang bisa menimbulkan
kesempatan baru bagi penciptaan ekonomi kecil dan peningkatan penghasilan pada
masyarakat. Seperti pelaksanaan pembuatan kompos melalui daur ulang sampah yang
berada di perumahan Vila Pamulang Mas Bambu Apus RW (Rukun Warga) 06
Tanggerang Selatan.
Dengan adanya pelaksanaan pembuatan kompos di Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST) melalui daur ulang sampah di perumahan Vila pamulang
Mas, Bambu Apus RW 06, Tanggerang Selatan dapat memberdayakan masyarakat.
Karena warga sekitar ikut menjadi pekerja di TPST pembuatan kompos melalui daur
7 Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIPUniversitas Negreri Malang, 2011, h. 76
8
ulang sampah tersebut. Dengan begitu masyarakat mempunyai pekerjaan, masalah
pengangguran yang ada di Tanggerang selatan.
Dalam tahapan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ada yang bilang
disebut pendampingan masyarakat. Pendampingan masyarakat itu dilakukan oleh
para pendamping masyarakat. Pendampingan masyarakat adalah para fasilitator dari
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam menumbuhkan kesadaran, pembimbing,
pengajar dan pembaharuan dalam membimbing segala program yang ditawarkan oleh
LSM. Dan menjadi tolak ukur keberhasilan dari program pemberdayaan tersebut
adalah apakah dalam menjalankan program tersebut, pendampingan terhadap
masyarakat itu menghasilkan hubungan yang sinergis anatara keberhasilan
pendampingan dan hasil akhir dari usaha program lembaga tersebut. Tentunya dalam
menjalankan itu semua, perlu dilkukan sebuah evaluasi program sebagai tahapan
pengmbangan masyarakat. Evaluasi program dalam pengembangan masyarakat biasa
dibagi menjadi tiga, yaitu evaluasi input, proses dan output. Evaluasi program ini
sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat. Mengapa
demikian, hal ini di karenakan dalam upaya agar pergerakkan dan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berhasil daya dan berhasil guna sehingga dapat mewujudkan
tujuan yang telah di rencanakan setiap tahapnya.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis bermaksud mengadakan sesuatu
penelitian ilmiah guna mengetahui bagaimana aplikasi satu tahapan pelaksanaan
dalam manajemen pengembangan masyarakat yang diterapkan pada Tempat
pembuangan Sampah Terpadu (TPST) sebagai salah satu lembaga yang konsen dalam
bidang pengembangan masyarakat warga sekitar, sekaligus membantu mereka dalam
9
memberdayakan ekonomi mereka sendiri. Maka penulis meninjau perlunya penelitian
yang lebih mendalam mengenai bagaimana pelaksanaan evaluasi program pada
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dalam mencapai tujuannya yaitu
mengurangi penumpukan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah
paradigama masyarakat tentang sampah. untuk mencapai tujuan tersebut penulis
menuangkannya dalam skripsi dengan judul “EVALUASI PROGRAM DALAM
PEMBUATAN KOMPOS DAUR ULANG SAMPAH STUDI KASUS TEMPAT
PEMBUANGAN SAMPAH TERPADUT 3R VIPAMAS 06 BAMBU APUS
PAMULANG – TANGERANG SELATAN”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
membatasi masalah untuk meneliti mengenai “Evaluasi Program Pembuatan Kompos
Daur Ulang Sampah Studi Kasus Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R
VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan. Jadi penulis meneliti
mengenai Pelakasanaan dan Pencapaian Program Pembuatan Kompos Daur Ulang
Sampah.
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah
TPST 3R VIPAMAS 06 ?
2. Bagaimana Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di
TPST 3R VIPAMAS 06?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada latar belakang masalah yang telah dikemukakan
maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang
Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06
Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan.
b. Untuk Mengetahui hasil pencapaian evaluasi program Pembuatan Kompos
Daur Ulang Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R
VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan.
2. Manfaat Peneliti
a. Sebagai bahan kajian dalam bidang sosial khususnya tentang
pemberdayaan masyarakat pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan sebagai
bahan masukan yang dapat di pergunakan dalam mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan untuk menekan angka pengangguran yang di
sebabkan oleh kemiskinan dalam berbagai aspek.
c. Secara akademis, peneliti ini dapat dijadikan acuan pemikiran dalam
menanamkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan pembuatan kompos
daur ulang sampah pada masyarakat umumnya untuk universitas dan
11
khususnya untuk jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dalam kegiatan
praktikum (lapangan) dalam memberikan pengembangan atau pengetahuan
dan pemberdayaan pada masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun
penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh Moleong adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu
penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadapapa yang sudah
diteliti.9
Dalam hal ini peneliti fokus tentang evaluasi program pembuatan kompos daur
ulang sampah, serta pelaksanaan dan hasil program pembuatan kompos daur ulang
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus
Pamulang - Tangerang Selatan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian evaluasi, dimana peneliti
menggunakan model evaluasi berbasis tujuan. Evaluasi tujuan menurut scriven model
8 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.3
9Ibid, h. 6
12
evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai pengaruhnya, objektif yang ingin dicapai
oleh program.
3. Objek Evaluasi
Objek evaluasi yang di jadikan dari kegiatan evaluasi ini adalah tingkah laku,
terutama tingkah laku masyarakat tentang sampah. Aspek tingkah laku disini
mencakup masyarakat memilah – memilah sampah organik anorganik, mendaur
ulang sampah menjadi kompos padat dan dair, menanam pohon di taman warga dan
di rumah warga, tidak ada yang membuang sampah sembarangan dan membakar
sampah sembarangan.
4. Kerangka Evaluasi
Menurut Scriven Kerangka evaluasi tujuan evaluasi yang dapat mempengaurhi
program antara lain:
a. Pengaruh positif yang di tetapkan oleh tujuan program.
Suatu program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program.
Tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan yang
diharapkan dari program.
b. Pengaruh sampingan positif
Pengaruh sampingan positif ini merupakan pengaruh positif program di
luar pengaruh yang ditentukan oleh tujuan program di tempat pembuangan
sampah terpadu.
c. Pengaruh sampingan yang negatif
Pengaruh sampingan negatif yaitu pengaruh sampingan yang tidak
dikehendaki oleh program.
13
Kerangka evaluasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pengaruh
positif yang di tetapkan oleh program karena suatu program mempunyai tujuan yang
ditetapkan oleh rencana program. Dan tujuan program merupakan apa yang akan
dicapai atau perubahan yang diharapkan dari program.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan
berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan mempergunakan teknik
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh panca
indera (melihat, mendengar dan merasakan)10 dan pencatatan secara sistematis
gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian, yaitu dengan mengadakan
pengamatan langsung Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS
06 Bambu Apus Pamulang – Tangerang Selatan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung
tentang beberapa jenis data.11 Dalam penelitian ini penulis langsung
mewawancarai Pengurus Wakil Ketua, Bendahara, Operator Mesin,
Karyawan dan Masyarakat.
c. Dokumentasi
10 Indriati Yulistiani, Ragam penelitian kualitatif: penelitian lapangan (Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik:UI, 2001), h, 16
11 Sutrisno Hadi, metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h, 49
14
Studi dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serat pemikiran tentang fenomena yang masih
aktual. Dalam dokumentasi ini penulis mengumpulkan informasi berupa
makalah-makalah, buku-buku atau catatan harian, klipping, foto, dokumen
pemerintahan maupun swasta dan lain-lainnya yang berkaitan dengan
pembahasan skripsi ini.
6. Analisa Data
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan penelitian deskriptif.
penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu masyarakat atau
suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan
antara dua gejala atau lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan
metode survey (Atherton dan Klemmack).12 Teknik analisa data dimana penulis
terlebih dahulu memaparkan sesuatu yang diperoleh mengenai kondisi pembuatan
kompos daur ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS
06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan kemudian mendeskripsikan temuan-
temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.
Data Kualitatif (Bogdan & Biklen) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mentensiskannya, mencari dan memutuskan apa yang dapat
dipelajari dan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.13
12 Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian BidangKesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet -8, hal.35
13 Prof. DR. Lexy J. Moleong, M. A,.metode penlitian kualitatf adisi revisi, h 248
15
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data, data yang telah di gali, di kumpulkan dan di catat
dalam kegiatan penelitian. Untuk menjawab keabsahan data dalam penelitian ini di
perlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga
keabsahan adalah sebagai berikut:
a. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan
Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemunya dapat dicapai,
kemudian mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan.
1). Ketekunan Pengamatan
Dimaksudkan untuk menemukan cirri-ciri dan unsure-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini
dan kemudian merumuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan
kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada subyek penelitian yaitu,
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus
Pamulang - Tangerang Selatan, pengurus Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan,
pekerja Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu
Apus Pamulang - Tangerang Selatan. Sehingga data yang didapat benar-
benar valid, objektif, dan saling mendukung untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu (triangulasi).
16
2). Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Salah satu teknik triangulasi
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan
sumber, triangulasi dengan sumber akan digunakan untuk membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan:
Membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan di
lapangan, misalnya penelitian membandingkan hasil wawancara subyektif
penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang pelaksanaan
Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah dan pencapaian tujuan
program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan
jawaban yang diberikan oleh pengurus dan pekerja Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu 3R VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang
Selatan.
b. Kriterium Kepastian
Mengutip pendapat scriven, yang menyatakan bahwa masih ada
unsur ‘kualitas’ yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini dapat
digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti dapat dipercaya,
17
faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa
data - data hasil yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi
terhadap subjek penelitian.14
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhitung mulai November 2014 sampai dengan
januari 2015. Adapun lokasi penelitian di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R
VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan.
E. Tinjuan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran kolektsi skripsi pada Perpustakaan Utama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada skripsi yang fokusnya sama
yaitu tentang usaha kompos, namun belum ada satu pun yang menagambil objek
dalam penelitian ini.
Beberapa skripsi yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan penelitian
pada “Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah Studi Kasus di
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bambu Apus Pamulang Tanggerang Selatan”
diantaranya adalah skripsi berjudul Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barang
Bekas Berkualitas (BARBEKU) di Yayasan Imdad Mustadh’afin (YASMIN)
Cirendeu. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah, pertama: bagaimana
evaluasi program unit usaha bisnis barang bekas berkualiatas di Yayasan Imdad
Mustatadh’afin (yasmin) Cirendeu? kedua, bagaimana hasil pemberdayaan
masyarakat dilakukan oleh Yayasan Imdad Mustadhafin (yasmin) Cirendeu?. Skripsi
ini di tulis oleh Suryati pada tahun 2013 Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas
14 Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: rineka cipta, 2000). H. 166
18
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah
Jakarta.
Evaluasi program baitulmaal wa tamwil ar-ridho dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat di kelurahan pisangan kecamatan ciputat timur. Masalah
yang dibahas dalam skripsi lebih berfokus kepada, pertama. Tujuan-tujuan manakah
yang sudah di capai oleh BMt Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah ciputat dari
adanya program simpan pinjam mudrarabah?, kedua.Apakah program simpan pinjam
mudharabah BMT Ar-Ridho dan masyarakat di wilayah ciputat berpengaruh kepada
peningkatan ekonomi masyarakat peminjam?. Skripsi ini di tulis oleh Fanny Nur
Oktaviana pada tahun 2010 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN : Pada bab ini akan di paparkan mengenai latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS : Bab ini akan membahas mengenai teori-teori
yang terkait dengan penelitian ini, yang terdiri dari teori evaluasi.
BAB III GAMBARAN UMUM : Bab ini membahas mengenai gambaran
umum lokasi penelitian di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R
VIPAMAS 06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan, gambaran
umum pembuatan kompos yaitu latar belakang berdirinya pelaksanaan
19
pembuatan kompos daur ulang sampah, maksud dan tujuan, sumber
dana atau modal berdirinya usaha kompos daur ulang sampah
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS : Bab ini membahas mengenai hasil dan
temuan data yang telah ditemukan, yaitu bagaimana pelaksanaan
pembuatan kompos daur ulang sampah, tujuan pembuatan kompos
daur ulang sampah dan pencapaian dalam pembuatan kompos daur
ulang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R VIPAMAS
06 Bambu Apus Pamulang - Tangerang Selatan.
BAB V PENUTUP : Bab ini membahas kesimpulan dan saran yang
didapatkan hasil dan temuan data yang telah dianalisis.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Secara etimologi evaluasi adalah penafsiran, perkiraan keadaan dan penentuan
nilai. Sedangkan secara pengertian evaluasi adalah mengkritisi suatu program dengan
melihat kekurangan, kelebihan, pada kontek, input, proses dan produk pada sebuah
program.1
Sedangkan secara terminologi pengertian evaluasi menurut casley dan kumar,
evaluasi merupakan suatu penilaian berkala terhadap relevensi, kinerja, efesiensi dan
implikasi dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Sementara Fink dan Kosecoff sebagaimana di kutip oleh Fredy S. Nggao memberikan
definisi evaluasi, adalah serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program
dan menyediakan tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak dan biaya program.2
Evaluasi merupakan pengidentifikasian keberhasilan dan kegalalan suatu
rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu: on-
going evaluation atau evaluasi terus-menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi
akhir. Tipe evaluasi yang pertama dilakasanakan pada interval periode waktu tertentu,
misalnya per tri wulan atau persemester selama proses implementasi (biasanya pada
akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah
1Nurul Hidayati S. Ag,Metodologi penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) cet-1, h. 123
2Fredy S. Ngga, Evaluasi Program, (Jakarta: Nusa Madani, 2003) h.15
21
implementasi suatu program atau rencana. Evaluasi biasanya difokuskan pada
pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai
apa yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.3
Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Kemudian Stufflebeam juga
membedakan sesuai di atas yaitu Proactive evaluation untuk melayani pemegang
keputusan dan Retroactive evaluation untuk keperluan pertanggung jawaban.
Evaluasi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, biasanya evaluasi formatif ini
dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program,
orang, produk dan sebagainya).Fungsi sumantif, biasanya dipakai untuk pertanggung
jawaban, keterangan, seleksi dan lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu
pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program,
pertanggung jawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari
mereka yang terlibat.4
Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui
secara jelas apakah sasaran-sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum.
Segala macam pelaksanaan program apapun baik dalam bentuk profit dan non-profit
ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk
3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Adiatma, cet 1,2005), h. 119.
4 Farida Yusuf Tayibnapis.Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Untuk Programpendidikan dan penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), H. 4
22
melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengewasan dalam suatu organisasi pada
umumnya terkait dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).5
2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Scriven orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Kemudian stufflebeam juga
membedakan sesuai di atas yaitu
Evaluasi merupakan suatu yang sangat penting dilakukan, dalam hal ini,
feurstein menyatakan 10 (sepuluh) alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan:
a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah di capai.
b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program.
c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat
program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang telah terjadi setelah di terapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk
akal.
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan
program secara lebih baik
5Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Penegmbangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. (Jakarta: FEUI press), cet 3, EdisiRevisi. H. 187
23
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan
yang sama, atau utuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode
yang serupa bila metode yang di jalankan telah berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih
luas.
j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas
funsional dan komunitas lokal.6
3. Indikator Evaluasi
Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk
menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadikan
pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi,
penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas. Indikator dapat berbentuk
ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukan suatu keadaan.7
Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan,
yaitu: indikator ketersediaan, indikator relevensi, indikator efesiensi, dan indikator
keterjangkauan.
a. Indikator Ketersediaan.
Indikator ini melihat apakah unsur-unsur yang seharusnya ada dalam
suatu proses itu benar-benar ada. Misalnya dalam suatu program
6 Ibid., h. 1887Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, kajian Startegis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Adiatama), Cet-1,2005 h. 126
24
pembangunan kompos cair yang menyatakan bahwa tidak perlunya
lahan luas. Maka perlu di cek (dilihat), apakah pembuatan kompos cair
tersebut benar-benar ada.
b. Indikator Relevensi.
Indikator ini menunjukkan seberapa relevan dan tepatnya suatu
teknologi, misalnya pada suatu program pembuatan kompos padat
adanya mesin incinalator, masyarakat diperkenalkannya mesin
incinalator yang biasa mereka tidak gunakan. Berdasarkan keadaan
tersebut pembuatan kompos daur ulang ini akan lebih cepat sehingga
masyarakat dalam pembuatan kompos padat tidak memerlukan lahan
yang luas dan cukup lama dalam pembuatan kompos padat.
c. Indikator Efesiensi.
Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna
(efesien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya
mencapai tujuan, misalnya saja, suatu program pembuatan kompos yang
dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 1 lahan atau
pekarangan kosong, tidak perlu memanfaatkan 5 lahan atau pekarangan
kosong dengan alasan untuk menghindari terjadinya penyempitan lahan.
Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah penyempitan
lahan.
25
d. Indikator Keterjangkauan.
Indikator ini melihat apakah tempat pembuangan sampah terpadu masih
berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja
apakah tempat pembuangan sampah terpadu yang didirikan untuk
masyarakat berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian
masyarakat mudah datang mengontrol.
4. Model-Model Evaluasi
a. Model Evaluasi Berbasis Tujuan
Model evaluasi beerbasis tujuan dalam bahasa Inggris disebut goal
based evalution model atau obejktive oriented evalution atau objective-
referenced evaluation model atau objective evalution approach merupakan
model evaluasi tertua dan di kembangkan oleh Ralph W. Tyler. Ia
mendifinisikan evaluasi merupakan proses menentukan sampai seberapa
tinggi tujuan sesungguhnya dapat dicapai.
Model evaluasi berbasis tujuan dirancang dan dilaksanakan dengan
proses sebagai berikut:
1). Mengidentifikasi tujuan. Mengidentifikasi tujuan atau objektif
intervensi, layanan dari program yang tercantum dalam rencana
program. Objektif program kemudian di rumuskan dalam indikator-
indikator kualitas yang dapat diukur, seperti:tidak adanya penumpukan
sampah, tidak ada yang membakar sampah di drum, adanya tong
sampah organik anorganik, adanya penanaman pohon, adanya
pembuatan kompos padat dan cair.
26
2). Merumuskan tujuan menjadi indikator-indikator. Evaluator
merumuskan tujuan program menjadi indikator-indikator kuantitatif
dan kualitatif yang dapat diukur. Misalnya, tujuan program pembuatan
kompos daur ulang sampah adalah memberikan dukungan 400 Kepala
Keluarga berpartisifasi dalam memilah sampah organik dan anorganik
sebelum dibuang. Untuk itu pemerintah memberikan layanan
(indikator - indikator tujuan program) sebagai berikut:
- Bantuan mesin Incinalator.
- Tong sampah organik anorganik.
- Motor grobag.
- Mesin Pencacah
- Kantor TPST
3). Memastikan program telah berakhir dalam mencapai tujuan.
Layanan, intervensi dari program telah dilaksanakan dan ada indikator
mencapai pencapaian tujuan, pengaruh atau perubahan yang
diharapkan.
4). Menjaring dan menganalisis data atau informasi mengenai
indikator-indikator pecapaian program TPST.
Kesimpulan. Mengukur hasil pencapaian program atau perubahan
yang diharapkan dari pelaksanaan program dan membandingkan dengan
obejktif yang direncanakan dalam rencana program untuk menemukan sejauh
manakah pencapaian program pembuatan kompos daur ulang sampah di
TPST.
27
b. Model Evaluasi Bebas Tujuan
Model evaluasi bebas tujuan ini dikemukakan oleh micheal scriven
(1973). Menurut scriven model evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai
pengaruh yang sesungguhnya, objektif yang ingin dicapai oleh program.
Suatu program dapat mempunyai tiga jenis pengaruh:
1). Pengaruh sampingan yang negatif. Yaitu pengaruh sampingan yang
tidak dikehendaki oleh program. Ini seperti jika orang membuang
sampah dan membakar dampah maka ada efek negatifnya, dengan
menghirup udara bau tidak enak dan menghirup asap menyebabkan
sesak nafas.
2). Pengaruh positif yang di tetapkan oleh tujuan program. Suatu
program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program.
Tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan
yang diharapkan dari program, seperti tidak adanya penumpukan
sampah, meningkatnya kesehatan masyarakat dan merubah paradigma
masyarakat.
3). Pengaruh sampingan positif. Yaitu pengaruh positif program di
luar pengaruh positif yang ditentukan oleh tujuan program di tempat
pembuangan sampah terpadu.
5. Tahapan Evaluasi
a. Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja tempat pembuangan
sampah terpadu dan membuat batas toleransi yang dapat di terima untuk
tujuan, sasaran dan strategi.
28
b. Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah dicapai.
c. Membandingkan antara standar dengan hasil yang dicapai dan tidak
melampui batas toleransi, harus di analisis penyebab-penyebabnya.
d. Mengambil tindakan perbaikan jika di perlukan.
B. Program
1. Pengertian Program
Adapun program memiliki pengertian sebagai berikut, yakni rancangan asas-
asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya) yang
akan dijalankan.8 Suharsimi arikinto mengemukakan program sebagai berikut,
program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang atau
kelompok organisasi, lembaga bahkan negara. Jadi seseorang sekelompok organisasi,
lembaga bahkan negara mempunyai suatu program.9
Program merupakan pernytaan tertulis tentang suatu yang harus dimengerti
dan diusahakan. Program menggambarkan tentang apa yang perlu dilaksanakan dan
mengapa hal itu perlu dilaksanakan. Program dapat di gambarkan berupa sesuatu
pernyataan tertulis tentang situasi, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, masalah-
masalah yang hendak dipecahkan dan cara pemecahannya.10
Program adalah sederatan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai kegiatan tertentu. Suatu program terdiri dari rencana umum, rencana kerja
dan jadwal kerja. Dari rencana umum akan muncul kegiatan-kegiatan yang perlu
8Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1997 ) cet. Ke-9, h. 414
9Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 3410I Gede Suyatno, Program Pengabdian Pada Masyarakat Bentuk, Jenis dan Sifatnya Dalam
Metodelogi PPM, (Lampung: Universitas Lampung, 1986), h. 88
29
dilaksanakan agar program itu dapat diwujudkan. Kegiatan-kegiatan itu akan tertuang
didalam rencan kerja lengkap dengan ketentuan bagaimana melakukannya, siapa
pelakunya, siapa kalayak sasarannya, dimana akan dilakukan dan kapan
pelaksanaannya. Bila perlu dapat pula dicakup saran-saran yang diperlukannya untuk
pelaksanaannya, termasuk dana yang diperlukannya kemudian rencana kerja
dijalankan secara kronologis menjadi jadwal kerja.
2. Tujuan Program
Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat
perhatian oleh evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan yang tidak
bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan. Tujuan menentukan apa
yang akan di raih. Tujuan umum dan tujuan khusus (objektif). Tujuan umum biasanya
menunjukan output dari program jangka panjang sedangkan jangka khusus outputnya
jangka pendek.11
3. Model Program
Dalam kegiatan evaluasi keberadaan program merupakan unsur yang tidak
bisa dipisahkan, karena posisi program sudah menjadi pokok kajian yang perlu di
bedah dan di ukur, sejauh mana program tersebut berjalan, apakah bisa
merealisasikan tujuan yang di harapkan atau belum. Hal itu diperoleh dari kegiatan
evaluasi. Oleh sebab itu mengetahui tipe program dalam penentuan program prioritas
untuk mewujudkan tujuan adalah menjadi penting.
Huey Tsyh Chen salah satu tokoh yang berpengaruh dalam
mengembangkan konsep tentang evaluasi. Karyanya yang paling terkenal theory
11Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.35
30
driven evaluation, telah membagi model program dengan beberapa model.
Sebagaimana yang di kutip oleh wiraman di antaranya menyebutkan:
a. Model Perubahan
Menurut Huey Tsyh Chen sebaimana yang telah dikutip oleh wirawan
menjelaskan model perubahan menunjukan proses sebab dan akibat yang di
timbulkan oleh program di TPST.
b. Model Tindakan
Menurut Huey Tsyh Chen model tindakan melukiskan rencana sistematik
untuk mengatur staf, sumber-sumber dan dukungan organisasi agar dapat
mencapai populasi target dan menyediakan layanan-layanan intervensi.
Dalam model ini akan di jelaskan dibagian analisis program bab IV
(Empat).
4. Aspek-Aspek Program
Aspek-aspek program yaitu ditinjau dari:
a. Tujuan, di dalam tujuan TPST ini mengurangi penumpukan sampah,
meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma masyarakat
Bambu Apus Rukun Warga 06.
b. Jenis, dalam jenis program TPST ini berbasis pemberdayaan
kemasyarakatan. Dikarenakan program tersebut melibatkan partisifasi
masyarakat dan merubah prilaku masyarakat tentang sampah.
c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
d. Keluasan, ada program sempit ada program luas. Program sempit hanya
menyangkut program terbatas sedangkan program besar dilaksanakan oleh
31
orang banyak. Seperti pembuatan kompos padat masyarakat di ikutsertakan
dalam memilah sampah organik anorganik.
e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program yang besar, program
kecil hanya dilaksanakan beberapa orang, sedangkan program besar
dilaksanakan oleh orang banyak.
sesuai dengan aspek-aspek yang sudah dipaparkan di atas yaitu tujuan
program yang direncanakan bertujuan untuk mengurangi penumpukan
sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma
masyarakat tentang sampah.
Jenis program ini direncanakan berbasis kemasyarakatan. Kemudian dapat
di tinjau dari jangka waktu program, yaitu jangka pendek, jangka menengah
dan jengka panjang. Program penting yang dampaknya menyangkut orang
banyak, menyangkut hal-hal yang vital sedangkan program kurang penting
adalah sebaliknya. Suharsimi arikinto menegeskan dalam bukunya penelitian
program pendidikan bahwa macam-macam program dapat bermacam-macam
wujud, jika di tinjau dari aspek-aspek yang sudah dipaparkan diatas.12
Maka ketika aspek-aspek program tersebut sudah jelas maka program akan
siap dilaksanakan oleh lembaga atau organisasi sehingga tujuan dari lembaga
tersebut dapat dicapai.
12Ibid, h. 2-3
32
C. Kompos
1. Pengertian Kompos
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan
dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman.
Kompos mudah dibuat dari sisa panen seperti jerami, serasah, batang
jagung, bahkan sampah organik rumah tangga. Selain bahan bakunya mudah didapat,
peralatan yang digunakan untuk membuatnya sederhana, proses pembuatannya juga
tidak memerlukan banyak tenaga, dengan nilai ekonomi tinggi, kompos tidak hanya
layak untuk digunakan sendiri tetapi juga sangat menjanjikan untuk diusahakan
sebagai sumber mata pencaharian.13 Jadi pembutan kompos ini dapat meningkatkan
ekonomi masyarakat di karenakan adanya kegiatan masyarakat yang menghasilkan
uang.
2. Manfaat Kompos
a. Memperbaiki struktur tanah agar menjadi gembur
b. Memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir
c. Meningkatkan daya tanah dan daya serapan air
d. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah
e. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
f. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara
g. Membantu dekomposisi bahan mineral
13 Nurheti Yuliarti & Isroi, KOMPOS Cara Mudah, Murah,dan Cepat Menghasilkan Kompos(Yogyakarta: ANDI OFFSET 2009), h. 44
33
h. Menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme yang menguntungkan
pertumbuhan.
3. Bahan-Bahan Kompos
Berikut bahan-bahan yang sering digunakan untuk membuat kompos.
a. Sisa tanaman, terdiri dari jerami dan sekam padi, tanaman pisang, gulma,
sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, sabut kelapa dan sisa tanaman
yang lain.
b. Sisa makanan, seperti sayuran, lalaban, dll.
c. Sampah kota (khususnya sampah organik) dan limbah industri. Sampah
kota yang diajadikan kompos harus dipilih kembali, karena yang
digunakan berupa sampah organik. Limbah industri pun dipilih limbah
yang tidak mengandung bahan kimia dan logam yang berbahaya.
D. Daur Ulang
1. Pengertian Daur Ulang
Daur ulang adalah proses menjadikan barang bekas atau sampah menjadi
barang baru yang dapat digunakan kembali sehingga bermanfaat. Pengembangan
pembuaan kompos daur ulang sampah diyakini merupakan upaya pembangunan
insfrastruktur kebersihan dan upaya penghematan yang saat ini sangat diperlukan
sebagai solusi strategis untuk pengelolaan sampah dalam ekonomi yang eksis.
Upaya pengembangan pembuatan kompos daur ulang dapat menjadikan
sumber nafkah baru dan mampu menjadi unsur utama kekuatan ekonomi rakyat yang
memiliki kesadaran akan lingkungan.
34
2. Tujuan Daur Ulang
a). Kegiatan daur ulang sampah untuk pembuatan kompos dan pakan ayam,
pakan ikan secara komersial dapat dijadikan peluang usaha yang dapat menjadi
sumber nafkah baru usaha kecil, membantu mengatasi kemisikinan, penghematan
sumber daya alam maupun sumber daya dana.
b). Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan daur ulang
sampah.
c). Mendorong masyarakat agar memiliki ketrampilan.
E. Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan materi sisa yang tidak digunakan lagi setelah berakhrinya
suatu proses. Daur ulang sampah adalah salah satu strategi pengelolaan sampah yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemerosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang:
a). Botol bekas wadah kecap, saos, sirup krim kopi; baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
b). Kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah, kardus kecuali
kertas yang berlapis (minyak atau plastik).
c). Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja,
besi rangka beton.
d). Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen dan ember.
e). Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
35
2. Sumber dan Jenis Sampah
Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu
sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan
perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrian
refuse).14
Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan yang
sudah terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengelolahan makanan, bahan
pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain-lain.
Commercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat
perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan, warung dan tempat jual
beli lainnya. Biasanya sampah yang berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri dari
berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik dan daun
pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang rusak
dan lain-lain.
Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
jumlah dan jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah oleh
perushaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang limbah
dan sampahnya disekitar perusahaan tersebut, sehingga sering mencemari lingkungan
di sekelilingnya.
Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan diatas, masih ada sampah
jenis lain yaitu sampah yang berasal dari jalanan (streer sweeping), dari bangkai
14 Yul H Bahar, Teknologi Penangan dan Pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT Waca UtamaPramesti, 1986), h. 4-5
36
binatang yang mati (dead animal), pembersihan, pembangunan suatu tempat, sampah
dari tempat produksi pertanian dan lain-lain.
Secara umum sampah dapat dibagi atas dua golongan, yaitu sampah yang
mudah terurai (dergradable refuse) dan sampah yang tidak dapat terurai
(nondegradable). Degradable refuse yaitu sampah yang mudah terurai secara alami
melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Biasanya sampah golongan ini berasal
dari bahan-bahan organik, seperti sampah sayuran dan buah-buahan, sisa makanan,
kertas, bangkai binatang dan lain-lain. Nondegradable adalah sampah yang tidak
dapat diuraikan atau sulit diuraikan secara alami melalui proses fisik, kimiawi, dan
biologis menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Nondegradable refuse ini
biasanya berasal dari bahan anorganik, bahan sintetis dan bahan kertas lainnya,
seperti metal, kaca, plastik, kayu dan kramik.
Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasi atas beberapa
kelompok, antara lain:
a. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan,
atau sisa makan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai
makanan oleh organisma lainnya, seperti insekta, binatang pengerat (rodentia)
dan berbagai “scavenger”. Sampah jenis ini biasanya bersumber dari
“domestic refuse” atau industri pengolahan makanan.
b. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan
dapat pula dibagi atas dua golongan. Pertama sampah yang tidak mudah
membusuk tetapi mudah terbakar, seperti kayu, bahan plastic, kain, bahan
37
sintetik. Kedua adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah
terbakar, sperti kaca, keramik dan tulang hewan.
c. Ashes dan cinder yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari
kegiatan pembakaran.
d. Dead animal yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat beruapa
bngakai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild
animal).
e. Street sweeping yaitu sampah atau kotoran yang berserakan dijalan seperti
sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu dan lain-lain.
f. Industrial waste merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
sampah jenis ini biasanya lebih homogeni bila dibandingkan dengan sampah
jenis lainnya.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM
TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU
A. Gambaran Umum
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) merupakan tempat pembuangan
sampah yang memilah-milah sampah yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur
ulang, sehingga terdapat pemangkasan sampah untuk dibuang ke TPA (Tempat
pembuangan akhir). Sebelumnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang hanya
diperuntukkan bagi warga RW (rukun warga) 06 Vila Pamulang Mas (vipamas)
sangat menyedihkan kumuh, berantakan dan bau. Ironisnya banyak warga lain yang
bukan warga vipamas pun ikut membuang sampah TPS tersebut setiap harinya,
bahkan ada yang membawa gerobak sampah dengan aneka ragam jenis sampah.
Tidak heran jika akhirnya terbentuk timbunan sampah yang menggunung di TPS
hingga meluber ke jalan. Puncaknya truk pengangkut sampah yang selama ini
melayani vila pamulang mas tidak lagi beroperasi karena rusak.
Ada beberapa kendala sehingga TPS tersebut menjadi kumuh, rusak,
berantakan, bau dan meluber ke jalanan diantaranya adalah :
1. Truk pengangkut sampah yang selama ini digunakan, sudah tidak lagi
beroperasi karena rusak sehingga timbunan sampah semakin hari semakin
menumpuk.
39
2. Belum adanya vendor (pemerintah maupun swasta) yang mampu dan bersedia
melakukan sistem pengangkutan sampah door to door sesuai kebutuhan warga.
3. Jumlah truk yang dimiliki Pemerintahan Kota Tangerang Selatan jauh lebih dari
cukup ditambah lagi belum adanya TPA yang permanen.
4. Bila TPS ditutup akan memerlukan dana yang besar, diantaranya untuk
membuang timbunan sampah yang sudah menggunung hingga bersih, termasuk
membuat pagar penutup agar tidak ada lagi yang membuang sampah di lokasi
eks TPS tersebut.
Berdasarkan undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah,
mengamanatkan pembuatan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di kawasan
regional, seperti perumahan, desa dan kelurahan. Cara-cara pengolaan sampah ini
dapat dilakukan dari skala kecil hingga besar. Dan salah satu filosofi dasar yang
ditetapkannya undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah
adalah bagaimana cara melihat sampah dari perspektif yang berbeda, yakni
memandang sampah sebagai sesuatu yang punya nilai guna dan manfaaat.
Sehingga membuang sampah dengan percuma merupakan tindakan yang
kurang tepat. Ungkapan yang dikenalkan oleh salah seorang praktisi pengelolaan
sampah, yaitu ‘dulu sampah, sekarang berkah’ sungguh tepat memaknai perubahan
paradigma tentang sampah.
Sebagai upaya membumikan perubahan paradigma tentang sampah tersebut,
praktek mengolah dan memanfaatkan sampah harus menjadi langkah nyata baru kita
dalam mengolah sampah, meninggalkan cara lama yang hanya membuang sampah.
Tindakan nyata mengelola sampah dengan benar dapat dimulai dari yang paling
40
sederhana yaitu mengubah sampah menjadi kompos di rumah-rumah kita, sampai
dengan mengolah dan memanfaatkan sampah dalam skala bisinis yang besar dengan
menggunakan teknologi tinggi. Prinsip utama mengolah sampah yang benar adalah
mencegah timbulnya sampah, mengguna ulang sampah dan mendaur ulang sampah.
Itulah prinsip 3R (reduce, reuse,recycle).
Berdasarkan hal-hal di atas, keluarga besar Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) vipamas 06 menawarkan untuk bekerjasama kepada warga RW (rukun warga)
06 Vila Pamulang Mas dalam hal pengelola sampah rumah tangga menjadi kompos
dengan lokasi di TPS yang ada sekarang, dan tawaran tersebut di sambut dengan baik
oleh para pengurus RW, RT (rukun tetangga) maupun warga untuk segera
merealisasikan. Kontrak kerjasama antara KSM vipamas 06 dengan Rukun Warga 06
vipamas telah di tanda tangani, pekerjaan awal sudah kami mulai, sehingga lokasi
TPS yang digunakan sejak tahun 1998 dan terhitung mulai tahun 2010 sudah
dirapihkan, dipagar, selanjutnya akan dibuat tempat pengelolaan sampah menjadi
kompos dan sampah yang diolah menjadi kompos nantinya akan dikembalikan lagi
ke masyarakat atau warga untuk dapat dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
Oleh karena itu, khusus menangani persoalan sampah di perkotaan, Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) merancang suatu program yang diharapkan dapat lebih
terjamin keberlanjutannya yaitu TPST (Tempat Pembuangan sampah terpadu)
program ini mempunyai strategi dan prinsip 3R, yang lebih mengutamakan
pemberdayaan masyarakat dan instansi lokal. Program yang akan dilakukan ini
menganut pendekatan pemberdayaan (Emplowerment) sebagai suatu syarat menuju
pembangunan yang berkelanjutan. hal ini dinilai merupakan syarat menuju
41
terbentuknya masyarakat yang mampu mengatasi persoalan sampah yang dihadapi
secara berkelanjutan. Upaya pemberdayaan masyarakat, baik pemberdayaan mental,
ekonomi, maupun intelektual merupakan tanggun jawab semua pihak. Untuk itu
kerjasama semua komponen masyarakat dalam upaya pemberdayaan harus senantiasa
ditumbuh kembangkan dan dilaksanakan secara kontinu.
B. Visi dan Misi
Visi dari TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) ini adalah:
“Terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk membangun ekonomi
kerakyatan serta lingkungan yang bersih dan hijau sehingga tercipta masyarakat
yang sehat.”
Sedangkan Misi dari TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) ini adalah:
1. Mengurangi jumlah penumpukan sampah.
2. Merubah paradigma masyarakat tentang sampah
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat
C. Struktur Kepengurusan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
Struktur Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) tidak terlalu rumit dan
berbelit-belit. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST) tidak akan berjalan dengan adanya pengurus. Kepengurusan
yang ramping dan tidak terlalu rumit ini memungkinkan berjalan dengan baik. TPST
(Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) yang dilahirkan oleh Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) dan dibangun sejak tahun 2010 sampai sekarang masih aktif.
Namun hanya ada beberapa kepengurusan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
ini diantaranya:
42
Pelindung : 1. Lurah Bambu Apus
2. Ketua RW (rukun warga) 06 Vipamas
3.Ketua RT (rukun tetangga) 01 s/d 08 Bambu Apus
Ketua : Imam Aulia
Wakil : Tarmizi Usman
Sekretari : Imam Thohar
Bendahara : Eka
Operator Mesin : Rahmat
D. Strategi dan Prinsip Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
Berdasarkan visi, misi dan tujuan sebagaimana dikemukakan di atas, maka
rencana aksi dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
1. Pelaksnaannya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan lingkup sasaran dan
target yang disesuaikan dengan tingkat kapasitas kelembagaan pada saat dimulai.
2. Penggalangan sumber dana kelembagaan, yang secara parsial relatif kecil,
menjadi satu kesatuan yang sinergik, melalui kemitraan, harmonisasi, sinkronisasi
atau kerjasama dengan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota).
3. Pengembangan kapasitas dilakukan secara simultan bersamaan dengan
pelaksanaan rencana aksi dan pengembangan kapasitas tersebut didasarkan pada
hasil pengkajian kebutuhan. Sedangkan pengkajian kebutuhan tersebut didasarkan
pada hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana aksi .
Sedangkan prinsip utama mengelola sampah yang benar adalah mencegah
timbulnya sampah, menguna ulang sampah dan mendaur ulang sampah. Itulah prinsip
3R (reduce, reuse, recycle). Sesungguhnya mengandung arti yang sangat luas, tidak
43
sederhana pemahaman sebagian besar masyarakat. Prinsip 3R dalam pengelolaan
sampah erat kaitannya dengan prinsip pembangunan berkenjutan, khususnya dalam
pelaksanaan penghematan sumber daya dan penghematan energi.
Dengan menjalankan prinsip 3R maka terjadi upaya pengurangan ekstraksi
sumber daya karena sebgian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaur
ulang dan sampah yang digunakan ulang.
Sehingga Penerapan prinsip 3R merupakan solusi cerdas atas semakin
terbatasnya sumber daya alam dan kelangkaan energi. Di sektor energi sendiri,
sampah adalah sumber energi alternatif pengganti energi fosil. Pemanfaatan sampah
sebagai pembangkit energi merupakan hal yang lazim dibeberapa Negara maju. Dari
sisi lingkungan, penerapan 3R merupakan langkah nyata upaya pengendalian dan
pencemaran lingkungan karena dengan melakukan 3R maka akan terjadinya
pengurangan beban pencemaran yang dibuang ke lingkungan, baik pencemaran air,
tanah maupun udara.
E. Kegiatan dan Sumber Dana Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
Untuk kegiatan sehari-harinya para karyawan kerja dimulai dari jam 08.00 –
17.00. Pagi-pagi karyawan mengambil sampah dari warga RW 06 setelah
pengambilan sampah mereka memilah-milah sampah organik dan anorganik, setelah
selesai memilah-milah mereka mencacah sampah organik namun setelah adanya
mesin incinalator pembuatan kompos semakin cepat. Sampah anorganik mereka
kumpulkan seperti botol, plastik, dll. Mereka jual sampah anorganik sehingga mereka
mendapatkan uang tambahan dari hasil penjualan sampah anorganik. Kegiatan ini
44
terus menerus setiap hari senin-sabtu dan sedangkan motor gerobak sampah
beroperasi hanya dua kali sehari.
Sumber dana Tempat Pembuangan Sampah Terpadu:
1. Masyarakat
Dimana masyarakat setempat yaitu Vila Pamulang Mas 06 dan masyarakat di
luar perumahan Vila Pamulang Mas yang suka membuang sampah ke TPST
(Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) itu dipungut biaya Rp.25.000,- untuk di
dalam perumahan Vila Pamulang Mas dan Rp.20.000,- untuk masyarakat di luar
perumahan. Dan hasil dari pungutan atau iuran perbulan dari warga digunakan
untuk membayar gaji karyawan yang bekerja di TPST.
2. Pemerintah
Dimana Pemerintah setempat ikut berkrontribusi dengan memberikan modal
kepada TPST untuk membeli bahan seperti: mesin pencacah, mesin pengayak
sampah, motor gerobag, incinalator dan pagar keliling.
F. Fasilitas
1. Ruangan perkantoran.
2. Toilet
3. Hangar
4. Pagar keliling
5. Motor gerobak
6. Mesin pencacah
7. Mesin pengayak sampah
8. Incinalator (mesin pencacah secara cepat)
45
G. Letak Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
Letak Tempat Pembangunan Sampah Terpadu (TPST) 3R (reduce, reuse,
recycle) VIPAMAS (Vila Pamulang Mas) RW (Rukun Warga) 06, Kelurahan Bambu
Apus, Pamulang, Tangerang Selatan.
46
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
EVALUASI PROGRAM PEMBUATAN KOMPOS
DAUR ULANG SAMPAH
Pembuatan kompos daur ulang sampah ini merupakan salah satu program
yang dimiliki Dinas Kebersihan Kota Tangerang Selatan. Dalam bab ini penulis akan
memaparkan temuan-temuan yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian di
TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) 3R (reduce, reuse, Recycle) yang
berkaitan dengan program pembuatan kompos daur ulang sampah dilaksanakan dan
evaluasi program pembuatan kompos daur ulang sampah berbasis tujuan.
A. Pelaksanaan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah
Pelaksanaan kegiatan pembuatan kompos daur ulang sampah berbasis
masyarakat, maka tahap awal sebelum pembuatan kompos daur ulang sampah yang
dikatakan oleh Bapak kusmardiono:
“Yang pertama pengambilan sampah yang sudah dipisah sampah organikdan organik dari setiap rumah warga RW 06 dengan grobak motor. Setelahpengambilan sampah di rumah warga kemudian tahap selanjutnya melakukanpemilahan kembali di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu)meskipun tahap pemilahan ini adalah tanggung jawab semua warga RW 06,tahap ketiga mencacah sampah organik dengan mesin incinalator dan tahap keempat di bungkus pake kantong plastik.”1
Pernyataan yang sama dengan Bapak Tarmizi selaku Wakil Ketua pengelola
TPST. Pernyataan yang lebih singkat dipaparkan oleh Bapak Tarmizi, beliau
memaparkan bahwa proses pembuatan kompos daur ulang sampah:
1 Hasil Wawancara Bapak Kusmadiono Pada Tanggal 5 September 2015
47
“karyawan mengambil sampah ke rumah warga lalu sampah organik dananorganik di pilah kembali di TPST, selanjutkan dihancurkan memakai mesinincinalator (mesin pembakaran dan penguraian)”2
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembuatan kompos daur ulang sampah adalah pengambilan sampah organik
anorganik, memilah kembali untuk proses pembakaran dan penguraian selanjutnya di
masukan kantong plastik sehingga proses pembuatan kompos lebih cepat.
Fokus dari perwadahan adalah agar sampah organik tidak tercampur oleh
sampah anorganik sehinga dalam pembuatan kompos tidak ada sampah anorganik,
dalam tahap ini menunjukan partisipasi warga dalam menyukseskan kegiatan Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), meskipun warga belum semua mengetahui
pembuatan kompos daur ulang sampah tetapi setidaknya mereka mau belajar
memilah. Kesadaran warga dalam memilah sampah menjadi tolak ukur pengurus
mengajarkan dan mengajak warga untuk ikut berpartisipasi.
Pada awalnya warga belum terbiasa memilah-milah sampah, karena mereka
belum mengetahui jenis-jenis sampah organik dan anorganik, ada juga yang
menganggap bahwa percuma memilah-milah sampah mereka sudah saya bayar setiap
satu bulan sekali lalu merekapun tidak mau memilah-milah sampah organik dan
anorganik sehingga merepotkan karyawan dan pengurus dalam pemilahan sampah
untuk pembuatan kompos.
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam
proses atau alur tahapan dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan dan pelastarian lingkungan. Kegiatan dengan memberikan
2Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
48
sumbangan tenaga, pikiran atau dalam bentuk materil. Keikutsertaan dan tenaga
adalah bentuk yang paling dapat dilihat dari suatu partisipasi. Keikutsertaan dapat
dilihat dari adanya masyarakat sudah melakukan pemilahan sampah organik dan
anorganik yang menjadi pengurus ataupun RW 06 yang namanya sudah terdaftar
dalam catatan pembukuan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu tersebut.
Sedangkan tenaga dapat dilihat dari adanya bantuan yang dilakukan saat kegiatan
pembuatan kompos daur ulang sampah berlangsung. Dari obeservasi yang dilakukan
peneliti, pelaksanaan kegiatan pembuatan kompos daur ulang sampah sebelum
menggunakan mesin incinalator berdasarkan yang ditetapkan olah TPST. Satu
minggu tiga kalipengambilan sampah di RW 06 yang dilakukan pada hari senin, rabu
dan jumat. Untuk kegiatan selanjutnya memilah kembali di TPST sampah organik
dan anorganik sampah organik ditumpukan menjadi sebuah kotak dan dikasih lubang
paralon untuk udara, dan proses menjadi kompos dalam waktu 3 bulan. Sedangkan
sampah anorganik dikumpulkan untuk dijual kembali ke pengepul untuk pemasukan
para karyawan disana dan kegiatan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu ini
dilakukan dengan waktu setiap harinya pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB.
Namun dalam pengelolaan pembuatan kompos ini memiliki perbedaan
sebelum adanya mesin incinalator (mesin penguraian dan pembakaran), sebelum
adanya mesin incinalator proses pembuatan kompos daur ulang sampah cukup lama
yaitu slama 3 bulan penimbulan baru bisa menjadi kompos organik, namun setelah
adanya mesin incinalator pembuatan kompos organik ini hampir dilaksanakan setiap
semingu tiga kali mereka menguraikan sampah yang hasilnya bisa sebulan sekali
TPST mereka menjualnya. Sistem dalam pembagian hasil dilaksanakan di Tempat
49
Pembuangan Sampah Terpadu yang digunakan adalah 85:15, 85 persen untuk
pengurus dan karyawan, 15 persen untuk digunakan kegiatan oprasional TPST.
B. Evaluasi Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah
1. Tujuan program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di TPST
(Tempat Pembuangan Sampah Terpadu)
Dalam mencapai suatu program dengan baik, hendaknya suatu TPST
memiliki rumusan tujuan yang baik terlebih dahulu. Adapun tujuan program
pembuatan kompos daur ulang sampah TPST menurut Bapak Tarmidzi dalam
wawancara sebagai berikut:
“tujuannya Tempat Pebuangan Sampah Terpadu ini yang pertama, untukmenguranginya penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).Kedua, untuk meningkatakan kesehatan masyarakat. Ketiga, merubahparadigma masyarakat tentang sampah.”3
Dalam pembuatan kompos organik di TPST (Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu) ini berbasis masyarakat, dimana masyarakat ikutserta dalam mengelola
pembuatan kompos dan berpartisipasi dalam memilah milah sampah organik dan
sampah anorganik.
Sama seperti pertanyaan Bapak Tarmidzi selaku wakil ketua Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu, jawaban yang dipaparkan oleh Bapak Kusmardiono,
beliau adalah karyawan TPST bagian pengangkut sampah ke rumah warga RW
(Rukun Warga) 06, mengemukakan bahwa tujuan program TPST adalah sebagai
berikut:
“kalau saya ketahui ya mas yaitu untuk mengurangi tumpukan sampah danmerubah pola pikir masyarakat tentang sampah. Pada awalnya jujur saja saya
3 Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
50
juga cuek tidak mau tau mengenai sampah di jalanan ini, namun setelahadanya TPST ini banyak banget perubahan yang saya rasakan, ya meskipunsaya bukan orang perumahan disini tapi dampaknya terasa banget mas.”4
Dengan adanya program pembuatan kompos daur ulang sampah ini,
diharapkan akan adanya warga khususnya yang memiliki paradigma rendah tentang
sampah atau tidak peduli tentang sampah organik maupun anorganik dapat memiliki
paradigma untuk merubah diri sendiri dan manfaat yang dirasakan oleh diri sendiri
maupun mayarakat atau lingkungan sekitar RW 06 dalam pembuatan kompos daur
ulang sampah.
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program
pembuatan kompos daur ulang sampah yang paling utama adalah membantu
mengurangi penumpukan sampah di warga RW 06 Vila Pamulang Mas, dengan
adanya program pembuatan kompos daur ulang sampah ini, diharapkan banyak warga
yang memiliki pemikiran yang bagus tentang sampah.
Namun itu tidak cukup sampai disini saja, dalam melakukan program tersebut,
untuk melakukan program pembuatan kompos daur ulang sampah yaitu dengan
adanya kesadaraan dan partisipasi masyarakat setempat. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Rahmat dalam wawancara bahwasannya kesadaran dan partisipasi sebagai
berikut:
“Kesadaran disini dimana masyarakat mengetahui dampak negatif dandampak positif tentang penumpukan sampah. Partisipasi yang dimaksud disinimasyarakat mengikuti memilah-milah sampah organik dan organik sebelumdibuang, tidak ada yang membuang sampah di jalanan dan tidak ada yangmembakar sampah karena pencemaran lingkungan. Karena membakar sampahmerupakan kegiatan yang mempunyai peranan terjadinya pencemaran udara.”5
4 Hasil Wawancara Bapak Kusmadiono Pada Tanggal 5 September 20155 Hasil Wawancara Bapak Rahmat Pada Tanggal 5 September 2015
51
Dengan melihat penjelasan diatas oleh Bapak Rahmat dimana kesadaran dan
partisipasi masyarakat merupakan strategi yang dibuat TPST Vila Pamulang Mas
untuk mencapai sebuah tujuan program pembuatan kompos daur ulang sampah.
Karena jika melihat dari kesadaran dan partisipasi masyarakat sudah konsisten, maka
tujuan pun akan tercapai dengan baik.
Untuk membuktikan tujuan itu sudah terealisasikan, maka penulis akan
memaparkan temuan di lapangan, apakah pernyataan yang disampaikan oleh TPST
selaras dengan apa yang diketahui oleh masyarakat atau tidak. Seperti yang dikatakan
oleh bapak sujana masyarakat Vila Pamulang Mas RW (Rukun Tetangga) 06 sebagai
berikut:
“tujuannya untuk mengurangi penumpukan sampah di Vila Pamulang Mas,meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar perumahan vila pamulang masdan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah”6
Jika melihat pemaparan dari Bapak Sujana ini, jelas terlihat jika TPST RW 06
Vila Pamulang Mas sudah tercapai tahap tujuannya, yaitu mengurangi penumpukan
sampah di Vila Pamulang Mas, meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah
pola pikir masyarakat tentang sampah. Selaras dengan yang dikatakan oleh Bapak
Tarmizi selaku wakil ketua pengelola TPST di atas.
Dengan melihat pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga
tujuan TPST dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah, yaitu yang
pertama adalah mengurangi penumpukan sampah, kedua adalah meningkatkan
kesehatan masyarakat, ketiga adalah merubah paradigma masyarakat tentang sampah.
6 Hasil Wawancara Bapak Sujana Pada Tanggal 7 September 2015
52
2. Pencapaian Tujuan Program Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah
di TPST
Berbicara tentang sampah, biasanya orang berkecenderungannya adalah
masyarakat tidak terlalu memikirkan apakah sampah yang kita hasilkan itu organik
maupun anorganik. Masyarakat mungkin juga tidak terlalu peduli kemana sampah itu
harus dibuang. Namun pengelolaan sampah yang ideal itu harus benar-benar
bertanggungjawab dimana Bapak Tarmizi mengatakan.
“bahwa tanggungjawab bukanlah milik pemerintah kota semata, tapi milikkita bersama. Contohnya warga perumahan Vila Pamulang Mas RW (RukunTetangga) 06, sejak tahun 1998 kebelakang dimana warga belum sadar akandampak negatif membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkanpenumpukan sampah.”
“Namun sejak tahun 1998 ke depan sampai saat ini, masyarakat dilingkungan Vila Pamulang Mas ini mulai sadar akan dampak negatif daripembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan penumupukansampah dan bau tidak enak.”7
Dengan adanya penjelasan di atas, dimana kesadaran dan partisipasi dari
masyarakat dalam sebuah evaluasi program, maka tidak dapat diungkiri lagi
perumahan Vila Pamulang Mas RW 06 ini lebih indah. Adapaun tujuan yang sudah
dicapai oleh TPST 3R dalam program pembuatan kompos daur ulang sampah. Di
antaranya :
a. Mengurangi Penumpukan Sampah
Penumpukan sampah merupakan menumpuknya sampah-sampah yang
dibuang atau dengan sendirinya menumpuk dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonominya. Penumpukan
7 Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
53
sampah yang berada di RW 06 dapat menyebabkan berbagai permasalahan
baik langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan Vila Pamulang Mas.
Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana
diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit,
gangguan pernafasan serta dapat mengganggu kesehatan manusia dan sangat
mengganggu lingkungan. Karena terkontaminasinya pemandangan oleh
tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung, sedangkan dampak
tidak langsung diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh
tumpukan sampah yang menghambatn arus air di sungai karena terhalang
timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
Selain itu untuk menjaga kesuburan tanah sangatlah penting, karena tanah
merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di
muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.
Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Sebagian besar dari makanan kita
berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita
menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di
muka bumi ini. Pencemaran tanah dapat diakibatkan oleh sampah organik dan
anorganik, Timbunan sampah akan menutupi permukaan tanah sehingga tanah
tidak bisa dimanfaatkan.
Sampah yang berada di RW 06 keberadaannya sudah meresahkan, terkait
dengan volume sampah yang semakin hari semakin menumpuk. Sehingga
muncullah kebutuhan untuk membangun Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu (TPST), agar sampah bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi berkah,
54
sehingga tidak ada lagi tumpukkan sampah di lingkungan perumahan Villa
Pamulang Mas ini. Hal serupa yang diperkuat dengan argumen Bapak Tarmizi
sebagai wakil ketua Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 3R yaitu sebagai
berikut :
“yang pertama. Berkurangnya penumpukan sampah, adanya tongsampah organik anorganik dan lingkungan menjadi bersih. Nahsebelum tahun 1998 penumpukan sampah begitu menghawatirknmenumpuk di pinggir jalan namun sejak adanya TPS (TempatPembuangan Sampah) sekarang jalanan kelihatan rapih dan bersihkarena pola pikir masyarakat sehingga tidak adanya yang membuangsampah ke jalanan dan begitu juga mengurangi penumpukan sampahdi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan yang kedua, TPST menarohdua tong sampah yaitu tong sampah organik dan anorganik dimanatong sampah ini di letakkan didelapan RT (Rukun Tetangga) jadi totaltong sampah organik anorganik terdapat enam belas tong sampah,ditambahnya masyarakat rw 06 enam yang memliki tong sampah ituberjumlah 53 rumah yang bertujuan masyarakat tidak membuangsampah sembarang dan untuk mengajarkan masyarakat membedakansampah organik dan anorganik.”8
Jika melihat pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya jika
melihat dari perkembangan dari tujuan program pembuatan kompos daur
ulang sampah memang mengalami kemajuan secara bertahap. Semakin sering
mayarakat memilah sampah organik dan anorganik sebelum membuangnya,
itu artinya kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat berkembang dan maju.
Kegiatan TPST ini sebagai media warga perumahan Vila Pamulang Mas
dalam melakukan partisipasi sebagai wujud dari evaluasi masyarakat, dan
TPST setidaknya sudah berhasil menciptakan proses belajar masyarakat
tentang arti pentingnya kita sebagai khalifah dimuka bumi untuk berinteraksi
8 Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
55
dengan lingkungan kita melalui pelestarian dan pemeliharaan lingkungan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Tarmizi sebagai berikut :
“Dan yang paling terpenting dari hasil program evaluasi dalam kasusini adalah kegiatan TPST bukanlah hasil materi yang diingikan,melainkan proses belajar masyarakat dengan tujuan perubahan sikapdan masyarakat terhadap lingkungan sendiri”.9
Seperti penjelasan diatas oleh Bapak Tarmizi dimana masyarakat
diharapkan bisa terus belajar untuk memanfaatkan sampah, dengan adanya
TPST diharapkan juga mampu menjadi alternatif pengelolaan sampah yang
praktis, dengan harapan lain mengubah kacamata masyarakat pada umumnya
untuk lebih peduli lingkungan demi ekosistem lingkungan.
Didalam pencapaian ini alhamdulilllah semuanya tercapai dengan baik
karena adanya kesadaran dan partisipasi dari masyarakatnya sendiri, sehingga
lingkungan perumahan Vila Pamulang Mas ini menjadi bersih dan tidak ada
sampah yang menumpuk di warga RW 06.
b. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Terlebih sekarang, pada
zaman sekarang hampir tidak terbebas dari kontaminasi polutan. Tangerang
Selatan merupakan kota pemekaran yang sedang berkembang, penuh dengan
pembangunan dan banyaknya penebangan pohon. Di sisi lain, tekanan hidup
pun semakin keras. Mungkin kita orang-orang yang mudah sakit dan gampang
emosi. Belum lagi lingkungan tempat tinggal yang mungkin tidak mampu
menyediakan lingkungan yang menyenangkan. Tak heran jika saat ini
9 Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
56
semakin banyak orang yang berusaha hidup dengan prinsip back to natural.
Tujuannya tak lain untuk menyeimbangkan hidup dengan alam, sehingga
kualitas hidup membaik.
Dalam kegiatan ini maka harus ada keseimbangan ekologi manusia.
Ekologi manusia merupakan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia sendiri. Pecapaian tujuan
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang dikemukakan oleh Bapak
Tarmizi :
“yang pertama, tidak adanya pembakaran Sampah. Yang kedua,terciptanya kualitas air bersih. Yang ketiga, adanya penanaman pohondi taman warga.”10
Jika melihat pemaparan tujuan dan tujuan yang sudah dicapai, penulis
dapat menyimpulkan bahwasannya program ini sudah berhasil. Oleh karena
itu, perlu adanya pemaparan tentang bukti dari keberhasilan tersebut. Seperti
yang dikemukakan oleh Bapak Sujana, sebagai berikut :
“Meningkatkan kesehatan masyarakat, dalam meningkatkan kesehatankita bisa melihat dari tidak adanya yang membakar sampahsembarang, trus sejak tidak adanya sampah yang menumpuk air punwarna sangat jernih tidak kotor, dan adanya penanam pohon itu salahsatu untuk menghirup udara segar.”11
Seperti yang sudah dikemukakan oleh Bapak Tarmizi dalam tujuan yang
sudah dicapai oleh TPST 3R, itu juga merupakan sebuah bukti keberhasilan
program pembuatan kompos daur ulang sampah tersebut. Ada baiknya
pendapat para pengurus TPST 3R tersebuat penulis membandingkan dengan
1010 Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 201511 Hasil Wawancara Bapak Sujana Pada Tanggal 7 September 2015
57
jawaban warga RW 06, jawaban yang selaras antara pengurus dan warga RW
06 ini menjadi bukti keabsahan di lapangan. Ditambahnya dengan adanya
bukti dari pukesmas ini akan menjadi lebih kuat keberhasilan TPST 3R, bukti
keberhasilan sebagai berikut :
Tabel 1Data berkurangnya orang sakit pertahunNo Tahun Jumlah orang yang sakit
1 2010 57
2 2011 55
3 2012 35
4 2013 35
5 2014 30
6 2015 28
Sumber: Puskesmas
Jika melihat pemaparan di atas, dengan data yang didapat dari puskesmas
setiap tahunnya terus berkurang data orang yang sakit. Penulis menganalisis
dan menyimpulkan bahwa program pembuatan kompos daur ulang sampah ini
tujuan sudah dicapai dan dikatakan berhasil.
c. Merubah Paradigma Masyarakat Tentang Sampah
Permasalahan menegenai sampah merupakan hal yang membutuhkan
perhatian khusus, karena menjadi persoalan nasioanal. Kegagalan dalam
pengelolaan sampah berlimbas pada menurunnya kualitas kehidupan warga
masyarakat. Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat merusak estetika kota
58
dan dampak buruk yaitu terhadap kesehatan, pembuangan sampah yang
selama ini ditumpukan dipinggir jalan, lalu tim penggerak pengangkut sampah
mengambil secara rutin, akan tetapi bagaimana masyarakat yang tinggal
didaerah atau rumahnya jauh dari jangkauan tim penggerak pengangkut
sampah. Hal ini yang terjadi pangkal masalah, karena tidak menutup
kemungkinan masyarakat yang tinggal di perumahan pun ikut membuang
sampah di pinggir jalan, ke sungai-sungai terdekat atau hanya ditumpuk
begitu saja lalu dibakar.
Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup belum
begitu optimal, bahkan cenderung banyak masyarakat yang mengabaikannya.
Untuk itu, tempat pembuangan sampah terpadu membantu masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah tangga melalui pemahaman kepada masyarakat
agar mereka tahu dan peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
TPST mengajarkan masyarakat perumahan Vila Pamulang Mas mengenai
pemilahan sampah organik anorganik sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
kompos dan tidak membuangnya lagi dipinggir jalan, kesungai-sungai dan di
bakar. Dilingkungan perumahan Vila Pamulang Mas sekaligus mengajarkan
masyarakat untuk mencintai lingkungan.12
Diharapkan dengan adanya kegiatan TPST, masyarakat dapat merubah
paradigma terhadap sampah dan mengubah pola pikir terhadap sampah
sebagai bahan yang menjijikan dan tidak dapat dimanfatkan atau di daur ulang
12 Hasil Wawancara Bapak Sujana Pada Tanggal 7 September 2015
59
kembali. Tujuan yang sudah dicapai dalam mengubah paradigma masyarakat
tentang sampah yaitu sebagai berikut
1). Adanya Kompos Padat
Kompos padat merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman,
hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses fermentasi sehingga
dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Dampak yang diberikan
TPST RW 06 hanya sebatas aspek lingkungan, karena TPST bagi sebagian
masyarakat masih merupakan hal yang baru. Dalam evaluasi program TPST
terhadap kebersihan lingkungan menjadi bentuk tindakan secara partisipasi
masyarakat.
Untuk menganalisis apakah tujuan program sudah tercapai atau tidaknya,
penulis akan melihat target jangka panjang apa saja yang sudah dicapai oleh
TPST dalam waktu lima tahun semenjak program pembuatan kompos daur
ulang sampah ini didirikan. Menurut Bapak Tarmizi dalam wawancara
memaparkan, sebagai berikut:
“Alhamdulillah sekali mas, sekarang semakin banyak orang yang taumengenai TPST, yang awalnya cuek sekarang ikut berpartisipasidalam pembuatan kompos daur ulang sampah, setidaknya merekaberpartisipasi memilah sampah sebelum dibuang ke TPST.”“dalam kurun waktu 5 tahun kita penuh perjuangan yang tidak mudahmas, pembuatan kompos daur ualng sampah mungkin awalnya tidakmenarik untuk di perbincangkan karena belum mengetahui dampaknegatif dari adanya sampah dan manfaat sampah yang dihasilkan darisampah, dalam pembuatan kompos padat harus memiliki lahankosong. Dengan adanya lahan kosong jadi kita bisa memanfaatkanlahan untuk pembuatan kompos padat, dulu kami membuat kompospadat bareng dengan warga setempat.”“Namun sejak tahun 2014 akhir sesetelah lahan semakin menyempitkita pun mulai kebingungan mas, mencoba dengan mesin incinator(mesin penguraian) mesin yang mempercepat pembuatan kompos,
60
yang tadinya tiga bulan sekali menjadi kompos sekarang per bulandapat mencapai 200 kantong kompos padat dan semakin sedikitpembuangan sampah ke TPA bahkan tidak ada sampah yang terbuangke TPA”13
Setelah mengkaji penjelasan di atas bahwa pembuaan kompos daur ulang
sampah hasil dari evaluasi yang dilakukan setiap setahun sekali maka
pembuatan kompos pun berkembang semakin maju. Dan dengan adanya
partisipasi masyarakat di Vila Pamulang Mas RW 06 maka tidak mustahil
untuk mewujudkan warga berdikari, karena tujuan akhir dari evaluasi program
adalah berkelanjutan, proses belajar sosial serta perubahan sikap dan
nilai.Selain itu, dalam pembuatan kompos padat ini sangatlah penting bagi
kesuburan tanah dan memperbaiki kehidupan biologis tanah.
2). Adanya Kompos Cair (Komposter)
Kompos cair (komposter) merupakan kompos yang berasal dari tumbuhan
kering dan sisa makanan sayuran. Dengan adanya kesadaran dan partisipasi
masyarakat lingkungan masyarakat menjadi sehat dan bersih, tidak terlihat
adanya sampah berserakat di pinggir jalan karena sampah organik mereka
jadikan kompos. Menurut Ibu Eka selain pembuatan kompos padat TPST
mencoba membuat terobosan kompos cair, beliau adalah bendahara TPST.
Dalam pembuatan komposter ini beliau mengemukakan hasil dari pembuatan
komposter sebagai berikut.
“Alhamdulillah mas, Meskipun dari 400 Kepala Keluarga namunkomposter ini hanya dibuat 8 komposter dan diletakkan 1 (satu)komposter di setiap RT (Rukun Tetangga) masing-masing dikarenakanlahan rumah mereka yang sempit, jadi setidaknya setiap RT memilikikomposter.”
13 Hasil Wawancara Bapak Tarmizi Pada Tanggal 12 Agustus 2015
61
“untuk pengambilan kompos tersebut bisa dilakukan satu bulan duakali dan yang mengambil kompos hanya warga yang suka membuangsampah kedalam tabung komposter tersebut.14
Pembuatan komposter merupakan salah satu merubah paradigma
masyarakat Vila Pamulang Mas RW (Rukun Warga) 06 tentang sampah untuk
perbaikan struktur tanah, selain itu untuk menghemat biaya pembuatan
kompos.
Didalam program pembuatan kompos daur ulang sampah tujuan yang
dicapai sangat baik, sampah organik masyarat serahkan ke TPST untuk
pembuatan kompos padat dan cair. Pencapaian dalam pembuatan kompos
padat ini, TPST dapat menghasilkan 200 karung per bulan. Dalam satu bulan
TPST dapat mencapai target yang diinginkan.
Maka dapat disimpulkan, bahwa program pembuatan kompos daur ulang
sampah memberikan dampak yang positif, yaitu memberikan pengaruh
terhadap perubahan dalam prilaku masyarakat.
Tabel 2Pencapaian Tujuan
No Aspek di evaluasi Analisis Hasil
1 Mengurangi Penumpukan Sampah Tidak adanya penumpukan
sampah, adanya dua tong
sampah yaitu tong sampah
organik dan anorganik di 8
(Delapan) Rukun Tetangga
14 Hasil Wawancara Ibu Eka Pada Tanggal 2 Oktober 2015.
62
(RT) Vila Pamulang Mas
dan Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST)
menjadikan lingkungan
Rukun Warga (RW) 06
bersih.
2 Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Tidak adanya pembakaran
sampah di Vila Pamulang
Mas RW 06, Terciptanya
kualitas air bersih dan
adanya penanaman pohon
di taman warga.
3 Merubah Paradigma Masyarakat Adanya pembuatan
kompos padat dan cair
(komposter) di Vila
Pamulang Mas RW 06
Bambu Apus Pamulang –
Tangerang Selatan.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan:
1. Pelaksanaan program pembuatan kompos daur ulang sampah berjalan sangat
baik dimana partisipasi masyarakat dalam memilah sampah. Sehingga Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu Vila Pamulang Mas RW 06 Kelurahan Bambu
Apus telah memberikan pengaruh yang baik terhadap partisipasi warga sebagi
wujud tanggung jawab terhadap lingkungannya sendiri.
2. Efektifitas pengelolaan sampah dalam program 3R dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan program 3R berjalan secara baik, dan optimal. Dengan adanya
pengelolaan sampah 3R terjadi perbaikan atau peningkatan dalam
pengelolaan sampah, pengelolaannya semakin baik dibanding sebelum
dilakukan program 3R, hal ini dikarenakan sampah telah dipilah oleh
masyarakat untuk didaur ulang menjadi barang yang berguna yaitu kompos
sehingga penumpukan sampah di RW 06 Kelurahan Bambu Apus dapat
berkurang.
3. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu telah membangun kepercayaan,
potensi dan pasrtisipasi warga Vila Pamulang Mas dalam kegiatan
Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah dengan manfaat-manfaat yang
dirasakan oleh warga.
64
4. Pencapaian tujuan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu berhasil
mengurangi penumpukkan sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan
merubah paradigma masyarakat tentang sampah dengan baik.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian serius dari pemerintahan setempat untuk
mengembangkan lebih lanjut kegiatan Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah ini
sebagai salah satu solusi dalam penanganan masalah sampah di Tangerang Selatan.
2. Agar Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah lebih bagus lagi dalam kegiatan
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu terus melakukan sosialisasi kepada warga
mengenai penggolongan dan pemanfaatan sampah.
Demikian kesimpulan dan saran yang bisa peneliti sampaikan dalam skripsi ini.
Semoga hasil penelitian kegiatan Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah ini
menjadi bahan msukan bagi banyak khalayak luas dalam penanganan lingkungan dan
bahan renungan juga evaluasi bagi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu dalam
menjalankan kegiatan melalui Pembuatan Kompos Daur Ulang Sampah di perumahan
Vila Pamulang Mas 06 Kelurahan Bambu Apus.
65
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Dari Bacaan Buku
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Penegmbangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan
Pendekatan Praktis. Jakarta: FEUI press.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina
Aksara, 1998.
Ayub, Penata. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik.
Jakarta: Agro Media Pustaka, 2010.
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2006.
Bahar, Yul H. Teknologi Penangan dan Pemanfaatan Sampah, (Jakarta:
PT Waca Utama Pramesti, 1986.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Hidayati, Nurul. Metodelogi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan
Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. Metode Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
J Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Juli Slamet, Sunmirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jogjakarta: Ar – Ruzz Media, 2012.
66
Machendrawaty Nanih dan Ahmad Safei Agus. Pengembangan
Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.
Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan,
Malang: IKIP Universitas Negreri Malang, 2011.
Nurwaddah Nasution, Bunga. Skripsi:Pemberdayaan Masyarakat: Studi
Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang
Indah Rw 09 dan 13 Tangerang Selatan.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Adiatma, 2005.
Suyatno, I Gede. Program Pengabdian Pada Masyarakat Bentuk, Jenis
dan Sifatnya Dalam Metodelogi PPM.Lampung: Universitas
Lampung, 1986.
Yuliarti Nurheti & Isroi. KOMPOS Cara Mudah, Murah,dan Cepat
Menghasilkan Kompos. Yogyakarta: ANDI OFFSET 2009.
Yusuf Taybnafis, Farida. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
2. Sumber Dari Skripsi
Nur Oktaviani Fany “Evaluasi Program Baitulmaal Wa Tanwil Ar-Ridho
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Kelurahan
Pisangan Kecamatan Ciputat Timur.” Skripsi S1 fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
67
Suryati. “Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barbeku (Barang Bekas
Berkualitas) di Yayasan Imdad Mustadhafin (Yasmin) Cirendeu.”
Skripsi S1 fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
3. Sumber Dari Internet
Http://pupukkompos-1990.blogspot.com/2011/12/pengertian-kompos-dan-
proses.html di akses tanggal 11 November, 2014 pukul. 11. 30
WIB.
Https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/26000863075690
8. Diakses tanggal 6November, 2014 Pukul. 20.18 WIB
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apakah tujuan program TPST di bangun?
2. Apa saja tujuan program yang sudah tercapai?
3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program?
4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang
sampah?
5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan
3R (reduce, resuce, recycly)?
6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan
kompos daur ulang sampah?
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos
daur ulang sampah?
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan
dengan benar?
10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program
pembuatan kompos daur ulang sampah?
11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari
segi sosial dan ekonomi di masyarakat?
12. Sejak kapankah di mulainya program 3R?
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini?
14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan?
15. Apakah program pembuatan kompos ini penting?
16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya
program 3R?
17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin?
18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam
program 3r?
HASIL WAWANCARA
Nama : Tarmidzi
Umur : 63 Tahun
Tanggal : 12 Agustus 2015
Jabatan : Wakil Ketua TPST
1. Apa tujuan program TPST di bangun?
Jawaban : tujuannya untuk menguranginya penumpukan sampah di TPA
(Tempat Pembuangan Akhir), untuk meningkatakan kesehatan
masyarakat dan merubah paradigma masyarakat tentang sampah.
2. Tujuan program apa saja yang telah tercapai?
Jawaban : Alhamdulillah mas, untuk sejauh ini tujuan program yang sudah
tercapai meskipun belum begitu maksimal, yaitu menguranginya
penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), untuk
meningkatakan kesehatan masyarakat dan merubah paradigma
masyarakat tentang sampah.
3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program?
Jawaban : Alhamdulillah mas, untuk saat ini yang sudah tercapai mungkin
hampir semua nya yaahh. Dari 3 tujuan itu kita yang saya katakana
memiliki indikator, seperti:
a. Mengurangi penumpukan sampah indikatornya.
Berkurangnya penumpukan sampah, adanya tong sampah
organik anorganik dan lingkungan menjadi bersih. Nah
sebelum tahun 1998 penumpukan sampah begitu
menghawatirkn menumpuk di pinggir jalan namun sejak
adanya TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sekarang jalanan
kelihatan rapih dan bersih karena perubahan pola pikir
masyarakat sehingga tidak adanya yang membuang sampah ke
jalanan dan begitu juga mengurangi penumpukan sampah di
TPA (Tempat Pembuangan Akhir). TPST menaroh dua tong
sampah yaitu tong sampah organik dan anorganik dimana tong
sampah ini di letakkan didelapan RT (Rukun Tetangga) jadi
total tong sampah organik anorganik terdapat enam belas tong
sampah, yang bertujuan masyarakat tidak membuang sampah
sembarang dan untuk mengajarkan masyarakat membedakan
sampah organik dan organik.
b. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
Tidak adanya pembakaran Sampah, terciptanya kualitas air
bersih dan adanya penanaman pohon di taman warga
c. Merubah Paradigma Tentang Sampah
Adanya kompos padat dan adanya kompos cair (Komposter).
Dimana sampah dijadikan barang yang bernilai sehingga
menambah penghasilan.
4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang
sampah?
Jawaban : Alhamdulillah sekali mas, sekarang semakin banyak orang yang
tau mengenali TPST, yang awalnya cuek sekarang ikut berpartisipasi
dalam pembuatan kompos daur ulang sampah, setidaknya mereka
berpartisipasi memilah sampah sebelum dibuang ke TPST.”
“dalam kurun waktu 5 tahun kita penuh perjuangan yang tidak mudah
mas, pembuatan kompos daur ualng sampah mungkin awalnya tidak
menarik untuk di perbincangkan karena belum mengetahui dampak
negatif dari adanya sampah dan manfaat sampah yang dihasilkan dari
sampah, dalam pembuatan kompos padat harus memiliki lahan kosong.
Dengan adanya lahan kosong jadi kita bisa memanfaatkan lahan untuk
pembuatan kompos padat, dulu kami membuat kompos padat bareng
dengan warga setempat. Namun sejak tahun 2014 akhir sesetelah lahan
semakin menyempit kita pun mulai kebingungan mas, mencoba
dengan mesin incinator (mesin penguraian) mesin yang mempercepat
pembuatan kompos, yang tadinya tiga bulan sekali menjadi kompos
sekarang per bulan dapat mencapai 200 kantong kompos padat dan
semakin sedikit pembuangan sampah ke TPA bahkan tidak ada
sampah yang terbuang ke TPA Kalau untuk pembuatan kompos padat
kita kelola di TPST sendiri setalah adanya mesin incinalator (mesin
pembakaran) namun sebelum ada mesin kita masih mengunakan lahan
yang kosong dan partisifasi masyarakat RW 06. untuk pembuatan
kompos cair itu masyarakat karena kompos cair tidak memerlukan
lahan luas.
5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan
3R (reduce, resuce, recycly)?
Jawaban : Karena menurut Bapa pribadi 3R ini merupakan langkah nyata
upaya pengendalian dan pencemaran lingkungan, dimana kita dapat
mencegah penumpukan sampah, bisa menggunakan kembali sampah
yang tidak terpakai dan mendaur ulang sampah. karena sampah juga
bisa bermanfaat untuk kita.
6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan
kompos daur ulang sampah?
Jawaban: Mungkin SDM dan materil kali yaa soalnya kita masih banyak
sekali perubahan-perubahan setiap tahunnya.
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
Jawaban: Kalau untuk evaluasi tertulis itu kita setiap setahun sekali namun
kita sering diskusi mengenai kekurangan atau keluhan setiap sebulan
sekali.
8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos
daur ulang sampah?
Jawaban: Sangatlah penting mas evaluasi itu, karena TPST ini memiliki
tujuan dan melihat apakah tujuannya sudah tercapai apa belum. Jadi
dengan adanya evaluasi kita bisa merubah lebih baik lagi dan Dan
yang paling terpenting dari hasil program evaluasi dalam kasus ini
adalah kegiatan TPST bukanlah hasil materi yang diingikan,
melainkan proses belajar masyarakat dengan tujuan perubahan sikap
dan masyarakat terhadap lingkungan sendiri.
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan
dengan benar?
Jawaban: Tahapan evaluasi ini sudah benar karena kita mengevaluasi
TPST ini diakhir, kita melaksanakan evaluasi hanya setahun sekali
10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R program pembuatan
kompos daur ulang sampah di TPST?
Jawaban: Permasalahan mengenai sampah mungkin merupakan hal yang
membutuhkan perhatian yang khusus, karena menjadi persoalan
nasioanal. Kegagalan dalam pengelolaan sampah berlimbas pada
menurunnya kualitas kehidupan warga masyarakat. Tahapan
pengelolaan karyawan mengambil sampah ke rumah warga lalu
sampah organik dan anorganik di pilah kembali di TPST, selanjutkan
dihancurkan memakai mesin incinalator saat ini kita hanya memasukan
sampah organik ke dalam mesin incinalator dengan mesin berjalan
otomatis keluarlah hasil pembakaran dan pencacahan di dalam mesin
tersebut, jadi tidak perlu proses lama berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan
11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari
segi sosial dan ekonomi di masyarakat?
Jawaban: Dilihat dari segi sosialnya kita dapat merubah pola pikir mereka
tentang sampah dan dengan adanya partisifasi masyarakat sendiri
lingkungan di Vila Pamulang Mas ini menjadi lebih bersih. Kalau di
lihat dari segi ekonominya mungkin masyarakat bisa memanfaatkan
sampah anorganik dengan dijual juga kan bisaa terkadang sampah
anorganik mereka buang ke TPST selain itu kita bisa menjual hasil
dari tanaman yang kita tanam di depan raumah dari hasil pupuk cair
maupun padat.
12. Sejak kapankah di mulainya program 3R?
Jawaban: Dulu sejak tahun 1998 di TPST ini awalnya tempat pembuangan
sampah tpi belum terpadu, pembangunan TPST ini dimulai sejak tahun
2010 sejak pemerintah mengeluarkan undang-undang pengelolaan
sampah tahun 2008.
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3R ini?
Jawab: Sebenarnya masalah siapa yang di untungkan ya kita semua
masyarakat Vila Pamulang Mas, selain lignkungan kita bersih terus
memiliki kesadaran tentang dampak negative dan posititif dari sampah
14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan?
Jawaban: pembuatan kompos ini berjalan bareng dengan pembanguan
TPST yaitu sejak tahun 2010.
15. apakah program pembuatan kompos ini penting?
Jawaban: Penting sekali mas, soalnya tahun ketahun penduduk tangsel
umumnya semakin meningkat dan yang pasti terjadi penyempitan
lahan. Dengan pembuatan kompos ini masyarakat bisa menanam
pohon di rumah dengan kompos buatan sendiri.
16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya
program 3r?
Jawaban: Tentu saja perubahan itu pasti ada, yang tadinya masyarakat
membuang sampah sembarang sekarang Alhamdulillah tidak ada mas.
Selain itu merasakan sejuk nya udara di perumahan dan tidak bau
sampah di pingiran jalan.
17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin?
Jawaban: Karena kita mencontoh ke Negara maju seperti singapor
mungkin disana itu tidak ada tumpukan samapah seperti di kita, semua
sampah mereka bakar dengan mesin agar tumpukan sampah tersebut
cepat di daur ulang jadi semakin hari sampah tidak semakin banyak
menumpuk
18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam
program 3r?
Jawaban: Allhamdulillah untuk saat ini pemerintah daerah sangat
menyuport namun dari segi pemberian alat-alat dalam pengelola
sampah (hangar, kantor, pgar, motor gerobag dan mesin pencacah)
namun Permasalahan sampah bukanlah tanggungjawabnya milik
pemerintah kota semata, tapi milik kita bersama. Contohnya warga
perumahan Vila Pamulang Mas RW (Rukun Tetangga) 06, sejak
tahun 1998 kebelakang dimana warga belum sadar akan dampak
negatif membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkan
penumpukan sampah. Namun sejak tahun 1998 ke depan sampai saat
ini, masyarakat di lingkungan Vila Pamulang Mas ini mulai sadar akan
dampak negatif dari pembuangan sampah sembarangan sehingga
mengakibatkan penumupukan sampah dan bau tidak enak.
Nama : Ibu Eka
Umur : 54 Tahun
Tanggal : 2 Oktober 2015
Jabatan : BendaharaTPST
1. Apakah tujuan program TPST di bangun?
Jawaban: tujuan program di TPST ini ada 3 mas. Pertama, untuk
mengurangi penumpukan sampah di perumahan Vila Pamulang Mas.
Kedua, meningkatkan kesehatan masyarakat. Ketiga, menguba
paradigma masyarakat tentang sampah.
2. Apasaja tujuan program yang sudah tercapai?
Jawaban: dalam tujuan program ini mungkin hampir semua nya sudahtercapai mas. Soalnya masih ada dalam proses mas seperti menanampohon dipekarangan rumah 25% warga RW 06 masyarakatberpartisifasi namun baru 30 rumah warga yang menanam pohonsedangkan jumlah penduduk 400 Kepala Keluarga , ada juga yangsudah lama tercapai sampai sampai saat ini masih di jalani. DanAlhamdulillah mas, Meskipun dari 400 Kepala Keluarga namunkomposter ini hanya dibuat 8 komposter dan diletakkan 1 (satu)komposter di setiap RT (Rukun Tetangga) masing-masing dikarenakanlahan rumah mereka yang sempit, jadi setidaknya setiap RT memilikikomposter. Untuk pengambilan kompos tersebut bisa dilakukan satubulan dua kali dan yang mengambil kompos hanya warga yang sukamembuang sampah kedalam tabung komposter tersebut.
3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program?
Jawaban: untuk melihat indikator keberhasilan dari tujuan program
contohnya ini mas pembuatan kompos padat dan cair, trus tidak
adanya penumpukan sampah lagi di perumahan vila pamulang mas,
dulu waktu belum menjadi tpst mas air cepet berubah warna kaya
berminyaak jadi saya sering banget yang namanya bersihin kamar
mandi.
4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang
sampah?
Jawaban: warga sini RW 06 mas dulu kita memanfaatkan pekarangan
kosong yang ada disini tapi sekarang mah tidak lagi mas, pembuatan
kompos padat sekarang di TPST nya langsung terkecuali pembuatan
kompos cair kita bisa mengelola di rumah kita sendiri karena tidak
perlu lahan yang luas cukup di tong sampah gede kita olahnya. Bahkan
kita keterbatasan anggaran kita hanya menaruh tong sampah gede di
setiap RT masing-masing mas. Ada juga yang membuatnya di rumah
pribadinya.
5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan
3R (reduce, resuce, recycly)?
Jawaban: iya mas, mungkin kenapa harus 3R karena kita belajar memilah
sampah organik dan anorganik. Selain itu sampah anorganik kita
kumpulkan untuk uang tambahan gaji karyawan selain itu sampah
organik kita olah menjadi kompos padat. Yang nantinya kita jual dapat
menghasilkan uang lagi. Sehinga tidak ada sampah yang tersisa
nantinya di buang ke TPA.
6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan
kompos daur ulang sampah?
Jawaban: mungkin materiil kali yaa, pendanaan untuk beli ini itu masih
suka bingung mas, sepertii pembuatan tong sampah aja harus pake
uang sendiri mas.
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
Jawaban: evaluasi dilakukan setahun sekali mas kalau disini, cuma setiap
sebulan sekali kita suka diskusi tentang TPST.
8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos
daur ulang sampah?
Jawaban: sangat penting sekali ma situ mah karena itu merupakn penilaian
terhadap apa yang kita lakukan apa kita ada perubahan atau tidak atau
mungkin berhasil apa tidaknya bisa ketahui dari evaluasi.
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan
dengan benar?
Jawaban: kalau untuk tahunan mungkin berjalan dengan baik mas, soalnya
setiap tahun ada agendanya evaluasi program tpst tpi kalau untuk
bulanan kita free mas bisa kapaan saja.
10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program
pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: sebenarnya metodenya simple, metode lama seperti penumpukan
bergaris untuk membuat kompos itu sudah tidak mungkin karena tidak
adanya lahan kosong dan proses nya lama. Namun untuk saat ini
proses pembuatan tidak ribet dan cepat lagii, kita memilah sampah dari
rumah warga vila pamulang mas dan sekitarnya setelah itu pemilihan
sampah organik anorganik trus sampah organik kita masukan kedalam
mesin incinalator yaitu mesin pembakar yang tidak mengeluarkan asap
berbahaya dan mesin itu pun sudah ada suratnya loh mas,,udah
dimasukin ke mesin secara otomatis berjalan sendiri dan keluar seperti
pengilingan padi hasil sampah organik itu di cacah tidak begtitu
lembut habis itu di tumpukan dan siaap dimasukn ke dalam karung
kecil siap untuk di pasarkan.
11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari
segi sosial dan ekonomi di masyarakat?
Jawab: dari segi sosial adanya perubahan kepribadian yang biasanya
membuang sampah dipinggiran jalan sekarang tidak lagi, terus dengan
adanya penanaman pohon kita semakin peduli lingkungan karena
penanaman pohon ditaman warga ini merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan udara sehat dan berkumpul-kumpul warga RW 06.
Sedangkan dari segi ekonomi utnuk warga sini mungkin menambah
pengahasilan bagi yang penganggurana dan bagi masyarakat vila
pamulang mas dapat menghemat dalam pembelian kompos dengan
harga murah.
12. Sejak kapankah di mulainya program 3R?
Jawab: 3R ini dimulai sejalan dengan pembangunan tempat pembuangan
sampah terpadu tahun 2010 mas.
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini?
Jawab: yaa mas, kalau masalah siapa yang diuntungin ya vila pamulang
mas dan masyarakat sekitarny karena tidak adanya sampah menumpuk
di pingir jalan lgi shingga tidak dapat menghirup udara yang bau.
Karena kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya.
14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan?
Jawaban: pembuatan kompos daur ulang sampah ini juga sama mas,
berbarengan dengan pembangun TPST sejak tahun 2010.
15. apakah program pembuatan kompos ini penting?
Jawaban: penting banget mas, dari pada kita membuang sampah ke tempat
pembuangan akhir ya mending kita manfaatkan sampah organik mas.
Kasihan seandainya kita buang ke TPA kita tau sendiri kota
berkembang semakin banyak pembangunan dan semakin menyempit
lahan kosong udah gtu di lihat dari dampak nya mas bagi warga yang
dekat dengan TPA bisa terjadi longsor sampah dan banjir karena
sampah menumpuk.
16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya
program 3R?
Jawaban: sebelum adanya tpst perumahan vila pamulang mas ini terlihat
kumuh dan tidak nyaman dengan bau sampah. Sering sekali
masyarakat beranggapan “Penumpukan sampah merupakan
menumpuknya sampah-sampah yang dibuang atau dengan sendirinya
menumpuk dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang
belum memiliki nilai ekonominya.” Tapi alhamdulillah mas perubahan
pasti ada, namanya juga mengajak itu tidak mudah seperti membalikan
telapak tangan perlu perjuangan keras, seperti bersosialisasi tentang
sampah dari manfaat sampai ke dampaknya. Namun untuk sejuah ini
sangat bersyukur banget mas pola pikir masyarakat tentang sampah
jauh lebih baik dengan partisifasi warga 06 ini sehingga sekarang ini
vila pamulang mas dan sekitarnya menjadi lebih bersih dan
mendapatkan udara yang segar tidak bau sampah.
17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin?
Jawaban: iya mas ini juga mesinnya sudah layak uji dimana asapnya tidak
membuat pemcemaran di lingkungan sekitar, soalnya kebutuhan orang
setiap harinya berbeda mas jadi sampah tidak bisa di prediksi setiap
hari semakin banyak jika pembuatan kompos melalui system
penumpukan itu membuthkan waktu lama apalagi sampah setiap
harinya ada terus jadi alasanya kenapa pake mesin karena untuk
mempercepata pembuatan kompos saja dan sampah tidak menumpuk
setiap harinya di tpst.
18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam
program 3r?
Jawaban: keterlibatan pemerintahan daerah Alhamdulillah sangat
mendukung sekali sampai saat ini kebutuhan-kebutuhan tpst seperti
mesin incinalator, grobak motor, hangar, kantor, pagar keliling, dan
mesin pencacah.
Nama : Bapak Kusmardiono
Umur : 64 Tahun
Tanggal : 5 September 2015
Jabatan : Karyawan TPST
1. Apakah tujuan program TPST di bangun?
Jawaban: kalau saya ketahui ya mas yaitu untuk mengurangi tumpukan
sampah dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah.
2. Apasaja tujuan program yang sudah tercapai?
Jawaban: ya mungkin semuanya sudah mas
3. Bagaimana cara melihat indikator dari tujuan program?
Jawaban: mungkin tidak ada tumpakan sampah kali ya mas di pinggir
jalan truss sama warga perumahan vila pamulang mas ini membedakan
sampah organik sama anorganik tapi masih ada juga yang
mencampurkan sampahnya mas jadi saya di tpst harus memilah
sampah lagi.
4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang
sampah?
Jawaban: yang ikut serta kalau disini iya paling kita yang ada di tpst itu
untuk pembuatan kompos padat ya mas, tapi ada juga kompos yang
cair itu itu warga RW 06 mas tpi itu juga kita masih menarohnya di
setiap RT masing-masing mas.
5. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan
3R (reduce, resuce, recycly)?
Jawaban: karena kita belajar memilah sampah mas dimana sampah
organik dan anorganik mas dimana kita belajar sampah mana yang
bisa di daur ulang atau tidaknya.
6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan
kompos daur ulang sampah?
Jawaban: mungkin SDM nya yam as soalnya disini masih kurang
karyawan yang ngangkut sampah soalnya kita ngambil sampah itu
semingu tiga kali mas kalau dikita ka nada 8 RT sedangkan karyawan
yang ngangkutin sampah Cuma 6 itu pun kalau semua masuk.
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
Jawaban: evaluasi paling sebulan sekali mas situ klau orangnya ada.
8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos
daur ulang sampah?
Jawaban: penting karena menentukan kualitas kompos mas.
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan
dengan benar?
Jawaban: iya mas, soalnya kalau kita sebulan sekali diskusi apa aja
keluhannya dari TPST.
10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program
pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: Yang pertama pengambilan sampah yang sudah dipisah sampah
organik dan organik dari setiap rumah warga RW 06 dengan grobak
motor. Setelah pengambilan sampah di rumah warga kemudian tahap
jeuda pemilahan, kembali di TPST (Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu) tahap pemilahan ini adalah tanggung jawab semua warga
RW 06, tahap ketiga mencacah dan pembakaran sampah organik
dengan mesin incinalator dan tahap ke empat di bungkus pake kantong
plastik”
11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau
dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat?
Jawaban: adanya kesadaraan masyarakat lingkungan jadi bersih, karna
saya Pada awalnya jujur saja saya juga cuek tidak mau tau mengenai
sampah di jalanan ini, namun setelah adanya TPST ini banyak banget
perubahan yang saya rasakan, ya meskipun saya bukan orang
perumahan disini tapi dampaknya terasa banget mas. Saya hanya
petugas pengambil sampah disini jadi sampah anorganik itu seperti
plastik, botol, dll. Itu kami jual untuk uang tambahan lumayanlaahh.
12. Sejak kapankah di mulainya program 3R?
Jawaban: program 3R ini dimulai sejak tahun 2010
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini?
Jawaaban: yang diuntungkan di program ini adalah warga vila pamulang
mas dan masyarakat sekitar yang bisa menghirup udara tanpa bau sampah.
14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan?
Jawaban: sejak tahun 2010 juga mas.
15. apakah program pembuatan kompos ini penting?
Jawaban: penting mas, setidaknya mengurangi penumpukan sampah yang
akan di buang ke TPA
16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya
program 3R?
Jawaban: perubahannya mungkin menjadi bersih lebih indah saja di
lihatnya karena tidak membuang sampah sembarangan, dulu mah saya
ngambilin sampah dimana berserakan di pinggir jalan mas.
17. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin?
Jawaban: iya karena mempercepat dan mempermudah proses pembuatan
sampah
18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam
program 3r?
Jawaban: Alhamdulillah mas, sampai saat ini pemerintah membantu dari
segi barang-barang kebutuhan di tpst seperti motor grobag, mesin
incinalator, dll.
Nama : Bapak Rahmat
Umur : 39 Tahun
Tanggal : 5 September 2015
Jabatan : Operator Mesin
1. Apakah tujuan program TPST di bangun?
Jawaban: Untuk mengurangi tumpukan sampah, meningkatkan kesehatan
masyarakat dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah. Kurang
lebihnya begitu mas
2. Tujuan program apa saja yang telah tercapai?
Jawaban: Mungkin sudah semuanya tercapai mas, tapi kita itu sebenarnya
masih butuuh tong sampah orgnik dan anorganik mas di setiap rumah
warga RW 06 ini.
3. Bagaimana cara melihat indikator tujuan program sudah tercapai?
Jawaban: kalau masalah indikator mungkin mas langsung bisa tanyain saja
ke bapa Tarmizi soalnya saya baru mas disini.
4. Siapa sajakah yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang
sampah?
Jawaban: sejauh ini yang saya ketahui ya mas, pembuatan kompos
dilakukan di TPST dan di setiap RT mas.
5. Kenapa di dalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan
3R (reduce, resuce, recycly)?
Jawaban: Karena dalam penangulangan tentang sampah itu tidak mudah
mas, terkadang orang cuek tentang sampah namun disisi lain dengan
pembuatan kompos daur ulang sampah ini kita hanya memilah-milah
sampah organik dan anorganik.
6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan kompos
daur ulang sampah?
Jawaban: mungkin materil kali ya mas.
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
Jawaban: Untuk evaluasi saya kurang tau mas tetapi kalau untuk diskusi
tentang tpst itu mungkin setiap bulan sekali.
8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos
daur ulang sampah?
Jawaban: Menurut saya sangat penting, karena untuk mengetahui
keberlanjutan program tersebut.
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan
dengan benar?
Jawaban: mungkin sudah mas tapi untuk evaluasi tahunan saya belum ikut.
10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program
pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: caranya hanya memilah sampah organik dan anorganik
11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau
dari segi sosial dan ekonomi di masyarakat?
Jawaban: karena adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat lingkungan
lebih bersih dan pola pikir mereka berubah mengenai sampah.
Kesadaran disini dimana masyarakat mengetahui dampak negatif dan
dampak positiftentang penumpukan sampah. Partisipasi yang dimaksud
disini masyarakat mengikuti memilah-milah sampah di organik dan
organik sebelum dibuang, tidak ada yang membuang sampah dijalanan
dan tidak ada yang membakar sampah karena pencemaran lingkungan.
Membakar sampah merupakan kegiatan yang mempunyai peranan
terjadinya pencemaran udara. Kalau dilihat dari segi ekonomi warga
perumahan vila pamulang mas ini mudah mencari kompos dengan harga
murah hasil dari olahan sendri dan hemat dalam pembelian kompos dan
penangulangan pengangguran seperti saya contohnya kemarin belum
kerja apa-apa Alhamdulillah sekararang bisa bekerja disini.
12. Sejak kapankah dimulainya program 3R?
Jawaban: dilihat dari sejarahnya sih sejak tahun 2010.
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini?
Jawaban: yang pasti masyarakat sekitar perumahan vila pamulang mas ini
mendapat udara yang sehat tidak bau sampah.
14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan?
Jawaban: Sejak dibangunnya TPST mas tahun 2010.
15. Apakah program pembuatan kompos ini penting?
Jawaban: Penting mas, salah satunya mengurangi penumpukan sampah
selain itu menjadikan lingkungan bersih karena tidak adanya sampah
lagi dan dapat menyuburkan tanah.
16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya
program 3r?
Jawaban: Lingkungan lebih bersih mas dan masyarakat sekitar tidak
membuang sampah sembarang.
17. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin?
Jawaban: Sebenarnya kita hanya ingin mempercepat proses pembuatan
kompos.
18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam
program 3r?
Jawaban: keterlibat untuk saat ini sangat mendukung kegiatan TPST. Tapi
unutk saya pribadi mas, saya butuh bangeet yang namanya tong sampah
organik anorganik. Karena tong sampah organik dan anorganik
merupakan salah satu cara Tempat Pembuangan Sampah Terpadu untuk
membedakan mana sampah organik (sampah yang dapat di daur ulang)
dan sampah anorganik (sampah yang tidak dapat di daur ulang) di
lingkungan masyarakat RW 06. Kasihan untuk yang ngambilin sampah
kadang mereka harus memilah lagi di tpst mas.
Nama : Bapak Sujana
Umur : 28 Tahun
Tanggal : 7 September 2015
Jabatan : Warga Vila Pamulang Mas
1. Apakah tujuan program TPST dibangun?
Jawaban: tujuannya untuk mengurangi penumpukan sampah,
meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar perumahan vila pamulang
mas dan merubah pola pikir masyarakat tentang sampah
2. Tujuan program apa saja yang sudah tercapai?
Jawaban: tujuannya di TPST ini yang saya ketahui dan saya rasakan ya
mas yaitu, untuk mengurangi penumpukan sampah dalam kurun waktu
empat tahun kurang lebih dimana lingkungan Vila Pamulang Mas
sangat kelihatan bersih mas, meningkatkan kesehatan masyarakat
sekitar perumahan Vila Pamulang Mas dan merubah prilaku
masyarakat tentang sampah mas dimana RW 06 bisa memilah sampah
organik dan anorganik.
3. Bagaimana cara melihat indikator tujuan program sudah tercapai?
Jawaban: yang pertama tidak adanya tumpukan sampah, lingkungan
mungkin lebih bersih, adanya tong sampah organik dan anorganik di
setiap taman RT tapi saran saya sih mas tong sampah itu harus ada
disetiap rumah karena saya biar tidak memilah lagi sampah tersbut di
TPST dan tidak adanya yang membakar sampah mas.
4. Siapa saja yang ikut serta dalam pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: semua masyarakat perumahan vila pamulang mas.
5. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang sampah ini menggunakan
3R (reduce, resuce, recycly)?
Jawaban: karena 3r ini langkah yang lebih tepat dalam mengatasi masalah
sampah.
6. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam program pembuatan
kompos daur ulang sampah?
Jawaban: SDM kali ya mas, soalnya mereka juga suka kecapeaan kalau
Cuma 6 mah sedangkan disini ada 8 RT.
7. Kapankah evaluasi program di laksanakan?
Jawaban: waduuh ma situ saya kurang tau
8. Kenapa evaluasi penting dan harus dilakukan dalam pembuatan kompos
daur ulang sampah?
Jawaban: Penting karena evaluasi merupakan penilaian terhadap
pembuatan kompos sejauh ini seberapa banyak sisa sampah hasil dari
pembuatan kompos daur ulang sampah.
9. Apakah tahapan evaluasi program pembuatan kompos sudah berjalan
dengan benar?
Jawaban: kayanya sudah mas.
10. Metode apa yang digunakan dalam menjalankan 3R untuk program
pembuatan kompos daur ulang sampah?
Jawaban: Simpel mas masalah cara pembuatan kompos dari sampah,
mereka mengambil sampah dari warga terus mereka pilih sampah
organik dan anorganik meskipun dirumah warga juga di pisahkan
namun mereka hanya ngecek ulang lagi takut ada yang mencampur
sampah organik dan anorganik,
11. Apa dampak program pembuatan kompos daur ulang sampah di tinjau dari
segi sosial dan ekonomi di masyarakat?
Jawaban: dilihat dari segi sosial mungkin lebih akrab saja kali ya warga di
perumahan vila pamulang mas ini, biasanya kalau di perumahan kan
orangnya cuek satu sama yang lain. Dari segi ekonomi khususnya bagi
para karyawan menambahkan penghasilan karena karena setiap hari
mereka bisa dapat uang 50rb (gaji) belum lagi sampah anorganik yang
tidak bisa di daur ulang itu mereka kumpulkan terus mereka bersihkan
lalu mereka jual itu buat penghasilan tambahan mereka mas.
12. Sejak kapankah dimulainya program 3R?
Jawaban: sejak tahun 2010 kalau tidak salah mas.
13. Siapakah yang diuntungkan dalam program 3r ini?
Jawaban: semua masyarakat disekitar vila pamulang mas.
14. Sejak kapan pembuatan kompos daur ulang sampah ini dilaksanakan?
Jawaban: pembuatan kompos ini juga sejak tahun 2010 mas.
15. Apakah program pembuatan kompos ini penting?
Jawaban: penting mas, soalnya selain mengurangi penumpukan sampah
pembuatan kompos ini membersihkan lingkungan disini juga mas
apalagi kompos yang di jual kemasarakat sini cukup murah lagi mas.
16. Bagaimana pola perubahana masyarakat sebelum dan sesudah adanya
program 3r?
Jawaban: TPST mengajarkan masyarakat perumahan Vila Pamulang Mas
mengenai pemilahan sampah organik anorganik sehingga dapat
dimanfaatkan menjadi kompos dan tidak membuangnya lagi di pinggir
jalan, ke sungai-sungai dan dibakar. Di Lingkungan perumahan Vila
Pamulang Mas sekaligus mengajarkan masyarakat untuk mencintai
lingkungan belum adanya TPST ini jujur saja saya juga dulu mah masa
bodo tentang sampah ternyata menumpuknya sampah disini membuat
dampak yang negatif selain bau juga kalau musim huja suka becek
bahkan banjir mas, sekarang mah Alhamdulillah mas masyarakt
mungkin sadar tentang bahaya membuang sampah sembarangan.
17. Kenapa didalam pembuatan kompos daur ulang ini menggunakan mesin?
Jawaban: untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan kompos daur
ulang sampahnya mas.
18. Bagaiamana keterlibatan dinas kebersihan kota tangerang selatan dalam
program 3r?
Jawaban: alhadamdulillah mas sangat mendukung itu contohnya mesin
pembakaran, pencacah, motor grobak semua nya dari dinas kebersihan.
Contoh sampah anorganik yang tidak dapat di jadikan kompos.
Contoh mesin pencacah sampah organik
Contoh motor grobag pengambil sampah
Contoh mesin incinalator mesin penguraian dan pembakaran cepat dalam proses
pembuatan kompos
Narasumber Ibu Eka Bendahara TPST