evaluasi penerapan good corporate...
TRANSCRIPT
EVALUASI PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DI BANK SYARIAH MANDIRI
(Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
FARHAH
NIM: 1110046100174
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1436 H
EVALUASI PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI BANI(
SYARIAII MANDIRI
(Analisis Self AssessmentBerdastrkan SEBI No. 12l13/DPbS Tanggal30 April 2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih
Gelar Serjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)
Oleh:
Farhah
I I 10046100174
Di Bawah Bimbingan
Moch. Bukhari m, Lc., MA
NrP.10760626 200901 13
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAI\ HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
zot[l/.tt43f H
PENGESAHAN PAI\ITIA SKRIPSI
Skripsi berjudul "EVALUASI PENERAPAI\ GOOD CORPORATEGOVERNANCE DI BANK SYARIAH MAIIDIRI (Analisis Self AssesmentBerdasarkan SEBI No. 12l13/DPbS Tanggal 30 April 2010)" telah diuji dalamSidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UN Syarif Hidayatullah Jakartapada tanggal 23 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satusyarat memperoleh gelar Serjana Ekonomi Syariah (SE,Sy) pada program StudiMuamalat (Ekonomi Islam).
J akarta, 23 Desemb er 201 4
PAI\ITIA UJIAN
Ketua
Sekretaris
Pembimbing 1
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
H. Ah. Azharuddin Lathif, M. As. MH' / ,
NrP. 197407252001121001 (..,......:....
Abdurrauf. Lc. MAMP. 197312152005011
Moch.Bukhari Muslim. Lc. MANrP. 1 0760 6262009011 03 1 3
Aini Masruroh. SEI. MM
Djgka Badranaya. M.ENIP. I 9770530200701 1008
Suprivono. SE. MM
/ U\... .... .' .. .. av*) \--..''-.''..'..-''.I
)
LEMBAR PERIVYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
2.
J.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan mencapai gelar Serjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Of$ Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (tIIf{) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
J akarta, 1 0 Desemb er 20I 4
f*
Farhah
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan mencapai gelar Serjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2014
Farhah
ii
ABSTRAK
FARHAH, 1110046100174, Evaluasi Penerapan Good Corporate
Governance di Bank Syariah Mandiri (Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI
No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa penerapan Good Corporate
Governance di PT. Bank Syariah Mandiri dan memberikan peringkat, bobot nilai, dan
nilai komposit dengan Kertas Kerja Self Assessment. Self Assessment dilakukan
dengan menggunakan instrumen berupa indikator yang dijabarkanke dalam
parameter-parameter yang bersifat kuantitatif untuk masing-masing indikatorguna
keperluan pembobotan nilai.
Pada penelitian ini penulis menggunakan Kertas Kerja Self Assessment
sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi sejauh mana penerapan Good
Corporate Governance dilaksanakan di PT. Bank Syariah Mandiri. Setelah
melakukan pengisian kertas kerja, data – data tersebut diolah lebih lanjut untuk
melihat gambaran secara menyeluruh, yaitu untuk melihat pencapaian praktek –
praktek corporate governance baik secara total maupun dilihat dari tiap – tiap
faktor/sub faktor. Kemudian diberikan peringkat penilaian dengan skala peringkat 1 –
5 untuk melihat pencapaian praktek – praktek corporate governance pada setiap unit
kerja. Dan selanjutnya dilakukan perhitungan komposit berdasarkan peringkat yang
telah ditetapkan untuk mengetahui nilai akhir dan pemberian predikat.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa secara umum
penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT. Bank Syariah Mandiri telah
dilaksanakan secara baik berdasarkan prinsip – prinsip yang ada, tetapi masih
terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki dan diperhatikan oleh Manajemen agar
penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada operasional PT. Bank Syariah
Mandiri dapat lebih baik lagi di masa mendatang.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, PT. Bank Syariah Mandiri, Self
Assessment.
Pembimbing : 1. Bpk. Muhammad Bukhori Muslim, Lc, MA
2. Ibu Aini Masruroh, MM
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis curahkan junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
semoga dengan membaca shalawat beliau kita memperoleh syafaatnya di hari kiamat
nanti.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat
Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum yang saya hormati dan selalu berjuang untuk memberikan yang
terbaik bagi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, MH selaku Ketua Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) dan Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris
Program Studi Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan
kepada saya selama menjadi mahasiswa prodi Muamalat.
3. Bapak Anwar Abbas, Dr., H., M.Ag.selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan kritik serta saran kepada penulis.
iv
4. Bapak Muhammad Bukhori Muslim, Lc, MA dan Ibu Aini Masruroh MM
selaku dosen pembimbing, atas waktu yang diluangkan dan arahan yang
diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan
kemudahan dan kesuksesan dalam setiap urusan Ibu dan Bapak.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Staf Akademik, Pengurus Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta atas pelayanan dan bantuan yang begitu berharga.
7. Ayahanda tercinta bapak H.A. Fuadi yang sudah berjuang untuk mendoakan
dan membiayai semua keperluan perkuliahan dan ibunda tercinta (Almh)
Maimunah dan ibunda Farida, yang senantiasa selalu mendukung dan
mendoakanku. Semoga Allah
8. Kakak – kakak dan adikku tercinta (A. Naji, A. Akmal, dan Sarah) serta
seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moril dan materil
serta semangat kepadaku.
9. Mukhlis Adib yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan
memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh teman – teman PS D yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta
teman – teman angkatan 2010 yang menjadi tempat berdiskusi yang
menyenangkan dan semoga dilancarkan segala urusannya.
v
11. Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan
hingga pengerjaan skripsi yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan
masukan yang membangun agar penulis dapat menulis dengan lebih baik lagi di masa
mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah memberikan doa, dukungan, serta bantuan. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan
ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta, 10 November 2014
Farhah
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pokok Permasalahan ......................................................................... 6
1. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
2. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ........................................................ 8
1. Tujuan Penulisan ......................................................................... 8
2. Manfaat Penulisan ....................................................................... 8
D. Kajian Pustaka ................................................................................... 9
E. Teknik Penulisan ............................................................................. 12
vii
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi ............................................................................................ 15
1. Pengertian Evaluasi .................................................................... 15
2. Indikator Evaluasi ...................................................................... 18
B. Good Corporate Governance............................................................ 19
1. Pengertian Good Corporate Governance ................................... 19
2. Sejarah Good Corporate Governance......................................... 21
3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance .. 24
4. Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance .................................... 27
5. Dasar Hukum Penerapan Good Corporate Governance ..................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ............................................................................ 35
1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 35
2. Jenis Penelitian .......................................................................... 35
3. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 36
4. Objek Penelitian ........................................................................ 37
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 37
viii
6. Teknik Analisis Data ................................................................. 38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 40
1. Sejarah ................................................................................................ 40
2. Visi dan Misi ....................................................................................... 42
B. Analisis Hasil Self Assessment ........................................................ 43
C. Perhitungan Nilai Komposit .......................................................... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 107
B. Saran .............................................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN ..........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.D ............................................................................................................. 9
Tabel 2.A ........................................................................................................... 43
Tabel 3.B ......................................................................................................... 101
Tabel 4.B ......................................................................................................... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan
kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan
baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha
tersebut bank menghadap berbagai risiko, baik risiko kredit, risiko pasar,
risiko operasional maupun risiko reputasi. Banyaknya ketentuan yang
mengatur sektor perbankan dalam rangka melindungi kepentingan
masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur kewajiban untuk
memenuhi modal minimum sesuai dengan kondisi masing – masing bank,
menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang “highly regulated”.1
Kinerja suatu bank sangat erat hubungannya dengan peran dan
fungsi manajemen dari bank tersebut. Keberhasilan suatu bank untuk dapat
menghasilkan suatu keuntungan merupakan suatu prestasi yang dilakukan
oleh pihak manajemen dalam mengelola banknya secara baik dan benar.
Dengan demikian maju atau tidaknya kegiatan operasional suatu bank
sangat tergantung dengan kemampuan dari manajemen tersebut mengelola
banknya masing – masing. Di samping besarnya peran manajemen dalam
1Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman Good Corporate
Governance Perbankan Indonesia, Januari 2004, h.1.
2
mengelola bank agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, peran dari
pemilik bank itu sendiri juga cukup besar untuk memberikan kontribusi
dalam memilih manajemen yang bagus.
Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir 1997 bukan
semata- mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh
belum dilaksanakannya Good Corporate Governance dan etika yang
melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada
dunia perbankan Indonesia restrukturisasi dan rekapilitasi hanya dapat
mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga
tindakan penting lain, yaitu ketaatan terhadap prinsip kehati – hatian,
pelaksanaan Good Corporate Governance, dan pengawasan yang efektif
dari Otoritas Pengawas Bank.
Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia
semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan perkembangan yang
cepat tersebut, satu hal perlu dicermati adalah aspek Good Corporate
Governance (GCG) karena terkait dengan berbagai macam resiko kerugian
yang jika tidak diperhatikan, akan merusak citra syariah pada masa depan
dan menjerumuskan bank syariah ke jurang kehancuran.2
Pelaksanaan Good Corporate Governance sangat diperlukan untuk
membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai
syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk untuk berkembang dengan baik
dan sehat. Oleh karena itu, Bank of International Sattlement (BIS) sebagai
2 Agustianto, GCG Bank Syariah dan Peran Dewan Pengawas Syariah, artikel ini dimuat
di Seputar Indonesia Edisi Minggu, 31 Oktober 2010: Berita Industri Syariah diakses pada tanggal
24 Juli 2014 dari www.muamalatbank.com/index.php/home/news.
3
lembaga yang mengkaji terus – menerus prinsip kehati – hatian yang harus
dianut oleh perbankan.
Pengaturan dan implementasi Good Corporate Governance
memerlukan komitmen dari top management dan seluruh jajaran
organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari penetapan kebijakan dasar
(strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak
dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan terhadap kode
etik yang diwujudkan dalam satunya kata dan perbuatan, merupakan faktor
penting sebagai landasan penerapan Good Corporate Governance.3
Berdasarkan pertimbangan tingginya tingkat kompleksitas serta
risiko bisnis perbankan, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
memandang perlu untuk mengeluarkan Pedoman Good Corporate
Governance Perbankan Indonesia (Indonesian Banking Sector Code)
sebagai pelengkap dan bagian yang tak terpisahkan dari pedoman umum
Good Corporate Governance. Perbankan dalam perbankan ini meliputi
bank umum dan BPR yang dijalankan secara konvensional maupun
syariah.
Antusiasme berbagai pihak untuk mempraktekkan demokrasi dan
melakukan reformasi di berbagai bidang, telah mempengaruhi dinamika
yang menjadi penggerak perubahan. Penerapan Good Governance
menuntut adanya perubahan yang ekstensif, terutama dalam peran
pemerintah. Inti dari reformasi adalah bagaimana mengelola suatu proses
3 Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya (Bandung: Alfabeta, 2008), h.112.
4
perubahan. Salah satu hal penting dalam proses perubahan adalah
recognition stage, yaitu tahap mengenali dan menyadari bahwa perubahan
memang sangat diperlukan. Kemampuan untuk mendiagnosis dan memilih
strategi untuk mendorong perubahan, adalah melakukan perubahan, secara
efektif.4
Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan ekonomi syariah
khususnya perbankan syariah sangatlah pesat, dan sangat disayangkan jika
bank – bank syariah yang ada saat ini tidak atau kurang mengetahui nilai –
nilai syariat Islam yang sesungguhnya. Untuk itu, pelaksanaan peraturan
dan kode praktek tata kelola perusahaan dalam industri perbankan syariah
akan memberikan peranan penting dalam memastikan praktek bisnis yang
sehat di industri perbankan syariah.
Problematika yang terjadi sesama muslim dalam aktifitas
perekonomian saat ini, selalu saja disebabkan oleh karena kita kerap
meninggalkan ajaran Islam, sehingga lantas saja memposisikan kaum
muslimin dalam keadaan tertuduh bahwa mereka tidak mampu
menjalankan proyek dan mengelola bisnis dan transaksi. Kemudian pada
saat yang sama, kondisi seperti ini justru memberikan kesempatan kepada
musuh – musuh Islam untuk menuduh Islam dengan pernyataan bahwa
syari‟at Islam tidak mampu untuk menjalankan dan mengelola proyek
dalam bidang garapan ekonomi dan keuangan.5
4Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance (Bandung : CV.
Mandar Maju, 2007), h.4. 5Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), h.88.
5
Dalam konteks penerapan Good Corporate Governance di bank
syariah, para bankir syariah harus benar – benar kepada prinsip – prinsip
dan nilai – nilai ekonomi dan bisnis Islam yang telah diterapkan oleh
Rasulullah. Kalau tidak, jangan menjadi praktisi bankir syariah, karena
dikhawatirkan dapat merusak citra “kesucian” syariah di masa yang akan
datang.
Jika dibandingkan dengan para bankir konvensional, seharusnya
para bankir syariah lebih unggul dan terdepan dalam
mengimplementasikan Good Corporate Governance di lembaga
perbankan, karena perbankan syariah membawa nama agama ke dalam
lembaga bisnis. Tegasnya, bankir syariah mampu memainkan perannya
sebagai penegak Good Corporate Governance di lembaga perbankan.Jika
para bankir syariah melakukan penyimpangan, buka hanya berimplikasi
pada lembaga tersebut, tetapi juga berpengaruh kepada citra syariah.
Meskipun masyarakat mengetahui bahwa kesalahan itu dilakukan oleh
oknum tertentu, tetap saja orang akan dengan cepat menilai bahwa
lembaga syariah saja melakukan penyimpangan, apalagi lembaga
konvensional.
Untuk mengoptimalkan penerapan Good Corporate Governance,
BSM melakukan penguatan infrastruktur, restrukturisasi internal yang
mengarah kepada praktik terbaik, penyesuaian dan pembaharuan sistem
dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Good
Corporate Governance yang efektif. Penerapan Good Corporate
6
Governance di BSM membaik pada tahun 2009 dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.Pengukuran tingkat kepatuhan BSM dalam
menerapkan Good Corporate Governance menggunakan checklist (self
assessment) dimana hasil penilaiannya dalam bentuk index.Untuk
keperluan internal, penilaian dilakukan secara semesteran dan untuk
keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian dilakukan secara
tahunan. Seiring dengan keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, BSM sudah
mempersiapkan diri untuk mengikuti ketentuan yang berlaku dalam PBI
tersebut.6
Berdasarkan uraian tersebut, maka judul skripsi ini adalah
“Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance di Bank Syariah
Mandiri (Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI No. 12/13/DPbS
Tanggal 30 April 2010).
B. Pokok Permasalahan
1) Identifikasi Masalah
Dari judul evaluasi penerapan Good Corporate Governance
di Bank Syariah Mandiri, banyak aspek yang bisa dibahas seperti,
hubungan penerapan Good Corporate Governance dengan kinerja
keuangan perusahaan, penerapan Good Corporate Governence
dalam Corporate Social Responsibility.
6Bank Mandiri Syariah, “Good Corporate Governance”, sumber diakses pada 11 Februari
2013 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/gcg/.
7
2) Batasan dan Rumusan Masalah
a. Batasan Masalah
Evaluasi penerapan Good Corporate Governance yang akan
penulis teliti dibatasi pada tata kelola perusahaan yang
dijalankan, kemudian kinerja manajemen Bank Syariah
Mandiri, dan memberikan bobot nilai masing – masing kinerja
manajemen dengan Kertas Kerja Self Assessment.
b. Rumusan Masalah
Melalui pembatasaan masalah di atas, maka untuk
mempermudah penulisan skripsi ini, penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja manajemen dalam penerapan Good
Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri?
2. Apakah penerapan Good Corporate Governance di
Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan peraturan BI
Nomor 11/33/PBI/2009?
3. Bagaimana hasil penerapan Good Corporate
Governance di Bank Syariah Mandiri dengan
menggunakan Kertas Kerja self Assessment?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan ini adalah:
a. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai kinerja manajemen
dengan penerapan Good Corporate Governance di Bank Syariah
Mandiri.
b. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance dalam
kinerja manajemen Bank Syariah Mandiri yang telah sesuai dengan
peraturan BI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha
syariah.
2. Manfaat penulisan ini adalah:
a. Dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti
pribadi mengenai kinerja manajemen dengan penerapan Good
Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri.
b. Dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah
ada maupun yang akan dilakukan.
c. Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang penerapan Good Corporate
Governance di bank syariah.
d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi Bank Syariah
Mandiri dalam penerapan Good Corporate Governance.
9
e. Menambah informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
penerapan Good Corporate Governance.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian – penelitian yang telah dilakukan beberapa
peneliti dengan mengambil tema yang sama mengenai Good Corporate
Governance yang dikaitkan pada variabel – variabel yang berbeda.
Tabel 1.D
Kumpulan Penelitian Terdahulu
No Nama penulis/judul
skripsi, jurnal/tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
1. Siti Mariam/Penerapan
Prinsip – Prinsip Good
Corporate
Governancepada Bank
Muamalat Cabang
Bogor dan
Pengaruhnya Terhadap
Kinerja
Karyawan/Fakultas
Syariah dan Hukum –
Muamalat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2011
Skripsi ini
menjelaskan tentang
penerapan prinsip –
prinsip Good
Corporate
Governance bank
syariah untuk
menentukan
keputusan
manajemen yang juga
dapat mempengaruhi
kinerja karyawannya.
Penulis
menjelaskan
tentang Evaluasi
Penerapan Good
Corporate
Governance di
Bank Syariah
Mandiri, apakah
penerapannya
tersebut telah
sesuai dengan
peraturan BI
Nomor
10
11/33/PBI/2009.
2. Ahmad Rizka
Nur/Konsep Good
Corporate
Governance(Studi
Komparatif antara
konsep GCG Bank
Muamalat Indonesia
dan Bank Tabungan
Negara)/Fakultas
Syariah dan Hukum –
Muamalat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2010.
Skripsi ini
menjelaskan tentang
konsep dan
penerapan Good
Corporate
Governance yang ada
pada Bank Muamalat
Indonesia, dan
membandingkannya
dengan konsep yang
ada pada Bank
Tabungan Negara.
Sehingga tidak
menilai bagaimana
penerapan Good
Corporate
Governance pada
kedua bank tersebut.
Penulis
menjelaskan secara
umum tentang
pengertian Good
Corporate
Governance dan
mengevaluasinya
pada Bank Syariah
Mandiri dengan
menggunakan
analisis self
assessment, untuk
menilai predikat
yang diperoleh
Bank Syariah
Mandiri.
3. Siti
Nurhasanah/Kinerja
Pengawasan Dewan
Pengawas Syariah
Skripsi ini membahas
mengenai analisa
kinerja DPS yang
memiliki rangkap
Penulis membahas
mengenai kinerja
manajemen bank
syariah, apakah
11
dalam Implementasi
Good Corporate
Governance di Bank
Syariah/Fakultas
Syariah dan Hukum –
Muamalat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2013.
jabatan dalam
implementasi prinsip
– prinsip Good
Corporate
Governance di bank
syariah.
kinerja manajemen
dalam penerapan
Good Corporate
Governance di
Bank Syariah
Mandiri telah
sesuai dengan
peraturan BI
Nomor
11/33/PBI/2009
4. Dhaniel Syam dan
Taufik
Najda/AnalisisKualitas
Penerapan Good
Corporate
Governance pada
Bank Umum Syariah
di Indonesia Serta
Pengaruhnya
Terhadap Tingkat
Pengembalian
dan Risiko
Pembiayaan/Jurnal
Jurnal Review
Akuntansi dan
Keuangan ini
menjelaskan tentang
kualitas GCG pada
bank umum syariah
di Indonesia yang
dipengaruhi oleh
tingkat pengembalian
dan risiko
pembiayaan.
Penulis
menjelaskan
penerapan Good
Corporate
Governance di
Bank Syariah
Mandiri dengan
mengevaluasinya
dengan peraturan
BI Nomor
11/33/PBI/2009,
dan memberikan
penetapan
12
Review Akuntansi dan
Keuangan 2012.
peringkat,
penetapan nilai
komposit, dan
predikat penilaian.
5. Edi
Wibowo/Implementasi
Good Corporate
Governance di
Indonesia/Jurnal
Ekonomi dan
Kewirausahaan 2010.
Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan ini
menjelaskan tentang
penerapan Good
Corporate
Governance di
Indonesia dan
penyebab Good
Corporate
Governance belum
berjalan secara
optimal di Indonesia.
Penulis
menjelaskan
tentang penerapan
Good Corporate
Governance dalam
kinerja manajemen
di Bank Syariah
Mandiri.
Sumber: Kumpulan Studi Terdahulu
E. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”.
13
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini berisikan tentang evaluasi (pengertian evaluasi dan indikator
evaluasi), Good Corporate Governance (pengertian Good Corporate
Governance, sejarah Good Corporate Governance, tujuan dan manfaat
Good Corporate Governance, prinsip – prinsip Good Corporate
Governance, dasar hukum penerapan Good Corporate Governance).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, jenis
dan sumber data (data primer dan data sekunder), objek penelitian, teknik
pengumpulan data (interview, studi dokumentasi, kuesioner), dan teknik
analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum perusahaan dan
jawaban dari pertanyaan penelitian, meliputi:
Penerapan Good Corporate Governance dalam kinerja manajemen di
Bank Syariah Mandiri, penyesuaian kinerja manajemen di Bank Syariah
Mandiri dengan Peraturan BI No. 11/33/PBI/2009, dan analisis penerapan
14
Good Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri dengan Kertas
Kerja Self Assessment yang merujuk kepada SEBI No. 12/13/DPbS.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat
beberapa kesimpulan dan saran – saran yang merupakan kristalisasi dari
uraian bab – bab terdahulu yang kemudian di akhiri oleh daftar
kepustakaan dan lampiran – lampiran.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi didasarkan pada asal kata bahasa inggris yaitu
dari kata evaluation yang berarti suatu proses penilaian atau
penaksiran.7 Dan menurut pengertian istilah, evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibndingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.8
Beberapa pengertian evaluasi menurut para ahli:
a. Menurut Stufflebeam (1971), evaluasi adalah proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk menilai alternatif keputusan.9 Di buku yang
berbeda, evaluasi menurut beliau mmpunyai dua fungsi, yaitu
fungsi formatif, adalah evaluasi yang dipakai untuk perbaikan
dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan dan fungsi
sumatif, adalah evaluasi yang dipakai untuk
7 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet XXVI, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 626. 8 M. Chatib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Edisi Ke-2, (Jakarta: Rajawali Press,
1991), h. 1. 9 Suharsini Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan-
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 4.
16
pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi,
evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu kegiatan, perbaikan, pertanggungjawaban,
motivasi, menambah pengetahuan, dan dukungan dari mereka
yang terlibat.10
b. Menurut Mehrens & Lehman, evaluasi adalah suatu proses
dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif –
alternatif keputusan.11
c. Menurut Husein Umar, evaluasi adalah suatu proses untuk
menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan
tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu
dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada
selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah
dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan – harapan
yang ingin diperoleh.12
d. Menurut Suharsini Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
10
Frida Yusuf Tayibnasib, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h. 4. 11
Anonim, “Evaluasi Dalam Pendidikan”, artikel diakses pada 26 Desember 2014 dari
http://alvaviazien.blogspot.com/2012/08/evaluasi-dalam-pendidikan.html. 12
Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 36.
17
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.13
Dengan demikian, penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat efektivitas pelaksanaan suatu kegiatan dengan cara mengukur
hal – hal yang berkaitan dengan keterlaksanaannya tersebut.14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi adalah suatu
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dengan membandingkan hasil
implementasi terhadap standarisasi dan juga kriteria yang sudah
disepakati atau ditetapkan yang kemudian digunakan untuk mengukur
keberhasilannya. Dari hasil evaluasi ini kemudian juga akan
didapatkan suatu informasi tentang sampai dimana kegiatan yang
dilakukan telah dicapai.
Jadi dari informasi tersebut akan diketahui jika ada selisih yang
terjadi terhadap hasil yang dicapai dengan standarisasi dan kriteria
yang telah disepakati atau ditetapkan. Singkatnya, bahwa sebuah
program atau rencana sangat erat kaitannya dengan evaluasi. Berhasil
atau tidaknya sebuah kegiatan yang dijalankan dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan. Bahkan menurut Suharsini Arikunto dan
Cepi Syarifuddin ada empat kemungkinan kebijakan berdasarkan hasil
evaluasi, yaitu:15
13
Suharsini dan Cepi, Evaluasi Program Pendidikan-Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 2. 14
Suharsini Arikunto, Penialaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998),
Cet ke-1, h. 8. 15
Suharsini Arikunto dan Cepi Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan-Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 22.
18
a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program
tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana
sebagaimana diharapkan.
b) Merevisi program, karena ada bagian – bagian yang kurang
sesuai harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).
c) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program
menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai
dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
d) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat
– tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu),
karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat
baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.
2. Indikator Evaluasi
Adapun indikator evaluasi atas pelaksanaan good corporate
governance pada bank umum syariah, yaitu:16
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite
4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
16
SEBI No. 12/13/DPbS, h. 22.
19
6. Penanganan benturan kepentingan
7. Penerapan fungsi kepatuhan bank
8. Penerapan fungsi audit intern
9. Penerapan fungsi audit ekstern
10. Batas maksimum penyaluran dana
11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
B. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance
Secara teoritis, praktek Good Corporate Governance dapat
meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja
keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh
dewan dengan keputusan – keputusan yang menguntungkan diri
sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan
kepercayaan investor. Sebaliknya corporate governance yang buruk
dapat menurunkan tingkat kepercayaan para investor.17
Corporate
Governance berkaitan dengan masalah – masalah fundamental yang
menyangkut pengelolaan perusahaan, pengawasan, dan cara tata kelola
itu mempengaruhi kepentingan dari berbagai stakeholders.18
17
Independent Research & Publication For Business Development, Good Corporate
Governance (GCG): Revitalisasi dan Strategi Aksi Korporasi BUMN-BUMD Indonesia Serta
Tinjauan Model Restrukrisasi dan Privatisasi. (CeBIIS) 18
Sutan Remy Sjahdeini, Menuju Perbankan Yang Sehat dan Credible Melalui Good
Corporate Governance, dalam seminar tahun 2004, (Jakarta: Bahana Securities, 28 Januari 2004),
h.2.
20
Menurut Mas Achmad Daniri, ada dua teori utama yang terkait
dengan Corporate Governance yaitu stewardship theory dan agency
theory.19
Stewardship dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat
manusia yakni bahwa manusia pada hakikatnya dapat dipercaya,
mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas,
dan kejujuran terhadap pihak lain.
Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael
Jhonson, seorang profesor dari Harvard, memandang bahwa
manajemen perusahaan sebagai „agents‟ bagi para pemegang saham,
akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri,
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap
pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model.
Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang
bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan
sebaik – baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya mauapun
shareholders pada khususnya. Oleh karena itu dibentuklah sebuah
corporate governance.
Menurut World Bank, Good Corporate Governance merupakan
kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi
yang dapat mendorong kinerja sumber – sumber perusahaan bekerja
secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
19
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), h.2.
21
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan.20
Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development), Corporate Governance merupakan seperangkat tata
hubungan di antara manajemen perseroan, direksi, komisaris,
pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya.21
Masih banyak lagi definisi GCG yang ditulis oleh berbagai
kalangan, secara umum dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang - undangan
dan nilai etika.
2. Sejarah Good Corporate Governance
Good Corporate Governance muncul sekitar tahun 1990-an. Pada
saat itu terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin.
Krisis ini terjadi karena adanya kegagalan GCG yang diterapkan oleh
perusahaan. Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan GCG pada
saat itu yaitu diantaranya sistem hukum yang buruk, tidak
konsistennya standar akuntansi dan audit, praktek – praktek perbankan
20
Agustianto, Good Corporate Governance Pada Bank Syariah, artikel diakses pada 22
Juli 2014 dari http://agustianto.wordpress.com. 21
Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, Good Corporate Governance Pada Bank,
(Jakarta: PT. Hikayat Dunia, 2007), h.17.
22
yang lemah dan kurangnya perhatian Board of Directors (BOD)
terhadap hak – hak pemegang saham minoritas.22
Karena hal – hal tersebut di atas maka pada dasawarsa 1990-an
muncullah tuntutan – tuntutan agar GCG diterapkan secara konsisten
dan komprehensif. Tuntutan ini datang beruntun. Tuntutan ini
disuarakan oleh berbagai lembaga investasi baik domestik maupun
mancanegara. Diantara lembaga – lembaga tersebut termasuk di
dalamnya ialah World Bank, IMF, OECD, dan APEC. lembaga –
lembaga ini berkesimpulan bahwa prinsip – prinsip dasar GCG seperti
fairness, transparency, accountability, dan stakeholder concern dapat
menolong perusahaan dan membantu perekonomian negara yang
sedang tertimpa krisis agar dapat bangkit ke arah yang lebih sehat dan
mampu bersaing serta dikelola dengan dinamis dan profesional.
Tujuannya adalah agar mempunyai daya saing yang tangguh dan untuk
mengembalikan kepercayaan investor. GCG diyakini sebagai kunci
sukses bagi suatu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta
menguntungkan dalam jangka panjang.23
Di Indonesia, terutama dalam aktifitas bisnis, istilah Good
Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) baru dikenal
sejak satu dekade terakhir. Peraturan perundang – undangan di
Indonesia seperti UU Perseroan Terbatas, UU Pasar Modal pun belum
mengenal istilah Good Corporate Governance. Namun istilah Good
22
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), h.7.
23
Ibid.,h.4.
23
Corporate Governance ini sudah sangat dikenal di dalam aktifitas
bisnis di Eropa dan Amerika Serikat.24
Sejak ambruknya beberapa perusahaan dunia seperti Enron,
Worldcom di AS, HIH Insurance dan One-tel di Australia pada awal
dekade 2000-an mulailah perbincangan dan perdebatan mengenai
prinsip – prinsip GCG. Kejadian ambruknya beberapa perusahaan
dunia ini menyadarkan kalangan bisnis dan pemerintahan terutama
negara – negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia
betapa pentingnya penerapan prinisp GCG dalam kegiatan bisnis.25
Penerapan prinsip – prinsip GCG juga dirasakan sangat penting
dalam industri perbankan. Bank sebagai jantung dan motor penggerak
perekonomian suatu negara harus menerapkan prinsip GCG. William
A. Lovette mengatakan “Bank and financial institution collect money
and deposit from all elements of society and invest these fund in loans,
securities and various other production assets.”26
Pentingnya peran dan fungsi bank itu diketahui dari beberapa
aspek bisnis yang dianggap paling menarik karena bisnis tersebut
dimulai dan didanai oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam
menjalankan fungsi utama bank, yaitu untuk memobilisasi dana
masyarakat dan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit
kepada penggunanya atau investasi yang efektif dan efisien, maka
24
Joni Emirzon, Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance: Paradigma Baru dalam
Praktik Bisnis Indonesia, (Genta Press: Yogyakarta, 2007),h.75. 25
Ibid. 26
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: Books Terrace & Library,
2007), h.152.
24
perlu didukung dengan peraturan yang cukup yang tidak terpisahkan
dari prinsip – prinsip GCG.27
GCG yang efektif pada bank dan nasabah pengguna dana adalah
salah satu pilar penting yang harus diciptakan untuk mengganti kondisi
sosial ekonomi yang lama. Namun GCG tidak hanya penting
diberlakukan pada bank konvensional, tetapi juga pada bank syariah.
Tanpa adanya penerapan GCG yang efektif, bank syariah akan sulit
untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan
kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan bank syariah akan GCG
menjadi lebih serius seiring dengan makin kompleksnya masalah yang
dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank
syariah dalam menghadapi tantangan dalam jangka panjang.28
3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
a. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan sistem GCG dalam perbankan syariah diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut:29
1) Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan
suatu organisasi yang memberikan kontribusi kepada
terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai dan
27
Ibid. 28
M. Umar Chapra & Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.13. 29
Endri, Penerapan Good Corporate Governance dalam Bank Syariah, artikel diakses
pada 17 Juli 2014 dari http://www.tazkiaonline.com
25
stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan
dalam menghadapi tantangan organisasi ke depan.
2) Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan
terbuja, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3) Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para
stakeholders.
4) Pendekatan yang terpadu berdasarkan kaidah – kaidah
demokrasi, pengelolaan dan partisipasi organisasi secara
legitimate.
5) Meminimalkan agency cost dengan mengendalikan konflik
kepentingan yang mungkin timbul antara pihak prinsipal
dengan agen.
6) Meminimalkan biaya modal dengan memberikan sinyal
positif untuk para penyedia modal. Meningkatkan nilai
perusahaan yang dihasilkan dari biaya modal yang lebih
rendah, meningkatkan kinerja keuangan dan persepsi yang
lebih baik dari para stakeholders atas kinerja perusahaan di
masa depan.
Dengan demikian, melalui beberapa tujuan di atas, penerapan GCG
pada bank syariah diharapkan semakin meningkatnya kepercayaan
publik kepada bank syariah, pertumbuhan industri jasa keuangan
Islam dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan akan
senantiasa terpelihara, dan keberhasilan industri jasa keuangan
26
Islam dalam menerapkan GCG akan menempatkan lembaga
keuangan Islam pada level of playing field yang sejajar dengan
lembaga keuangan internasional lainnya.
b. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Manfaat penerapan GCG menurut Daniri adalah:30
1) Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus
ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian
wewenang kepada pihak manajemen. Biaya – biaya ini
dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai
akibat penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya
pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal
tersebut.
2) Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai
dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik tadi
menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya
yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkt resiko perusahaan.
3) Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat
meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas
dalam jangka panjang.
4) Menciptakan dukungan para stakeholders dalam
lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan
30
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), h.16.
27
berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan,
karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka
juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan
operasi perusahaan dalam mmenciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan.
4. Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance
Penerapan prinsip GCG oleh perusahaan merupakan sebuah pilihan
dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Karena GCG lebih merupakan
suatu etiks bisnis dibandingkan suatu keharusan dalam
penerapannya.31
Prinsip tentang Good Corporate Governance yang disusun oleh OECD
ini menjadi salah satu acuan universal yang menjadi pijakan dalam
pengembangan di banyak negara, yaitu:32
1. Perlindungan terhadap hak – hak pemegang saham.
2. Perlakuan adil bagi seluruh pemegang saham.
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perseroan.
4. Keterbukaan dan transparansi.
5. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris.
31
Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak – hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana, 2006),
h.109. 32
Hindarmojo Hinuri, The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan
Implementasi Pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pendidikan
Pasar Modal Indonesia & Sinergi Communication, 2002), h.29.
28
Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah
menjabarkan prinsip – prinsip dasar GCG yang terdiri dari:33
1) Transparan (transparency) yaitu keterbukaan dalam
mengemukakan informasi yang material dan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan pengambilan keputusan.
Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:34
a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat
waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak
terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan
saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam
perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem dan
pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan
kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan.
33
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Peraturan Ban Indonesia No. 11/33/PBI/2009. 34
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia, dikeluarkan oleh: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, h.5.
29
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan, rahasia jabatan, dan hak- hak
pribadi.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara
proposional dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan.
Perbincangan mengenai prinsip ini sendiri sangatlah menarik.
Pasalnya, isu yang sering mencuat adalah pertentangan dalam
menjalankan prinsip ini. Semisal, adanya kekhawatiran
perusahaan bahwa jika ia terlalu terbuka, maka strateginya akan
diketahui oleh para pesaing sehingga akan membahayakan
kelangsungan usahanya.35
2) Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga
pengelolaannya berjalan efektif.
Masalah yang sering ditemukan di perusahaan – perusahaan
Indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan Dewan
Komisaris. Atau justru sebaliknya, komisaris utama mengambil
35
Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia, h.9.
30
peran berikut berwenang. Pedoman pokok pelaksanaannya
antara lain sebagai berikut:36
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan
tanggung jawab masing – masing organ perusahaan dan
semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi,
misi, nilai – nilai perusahaan (corporate values), dan
strategi perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ
perusahaan dan semua karyawan mempunyai
kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam pelaksanaan GCG.
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem
pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan
perusahaan.
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua
jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi.
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
setiap perusahaan dan semua karyawan harus berpegang
pada etika bsinis dan pedoman perilaku yang telah
disepakati.
36
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.6.
31
3) Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian
pengelolaan bank dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku dan prinsip – prinsip pengelolaan yang sehat.
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum
dan ketentuan/peraturan yang berlaku, termasuk tanggap
lingkungan dimana perusahaan berada. Pedoman pokok
pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:37
a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati –
hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perundang – undangan, anggaran dasar dan peraturan
perusahaan.
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan
kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang
memadai.
4) Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara
profesional dan tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai
berikut:
a. Masing – masing organ perusahaan harus menghindari
terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak
37
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.6.
32
terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari
benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau
tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara obyektif.
b. Masing – masing organ perusahaan harus melaksanakan
fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang – undangan, tidak saling
mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara
satu dengan yang lain.
5) Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak – hak stakeholders yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:38
a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada
pemangku kepentingan untuk memberikan masukan
danmenyampaikan pendapat bagi kepentingan
perusahaan serta membuka akses terhadap informasi
sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing – masing.
b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan
wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan
38
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.7.
33
manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan.
c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama
dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan
tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, gender,
dan kondisi fisik.
5. Dasar Hukum Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG berdasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan Bank Indonesia, secara rinci yaitu:39
1. UU No. 7 Tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998 (sebagai
perubahan dari UU No. 7 tentang perbankan) telah menetapkan
beberapa rambu yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan GCG.
2. Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan tentang praktik
GCG pada sektor perbankan, antara lain PBI No. 3/22/PBI/2001
tentang transparansi kondisi bank dan PBI No. 2/25/PBI/2001
tentang penetapan status bank dan penyerahan bank ke BPPN. PBI
No. 2/23/PBI/2000 tentang fit dan proper test bagi calon pemilik,
Dewan Komisaris, Direksi, dan pejabat eksekutif bank. PBI No.
1/6/PBI/1999 tentang penugasan direktur kepatuhan.
3. PBI No. 2/27/PBI/2000 tentang bank umum, yang mana di
dalamnya diatur kriteria yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi
39
Indra Surya dan Ivan Yustiavandan, Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana, 2006),
h.117-118.
34
dan Komisaris bank umum, serta batasan transaksi yang
dperbolehkan atau dilarang dilakukan oleh pengurus bank.
Penguatan Dewan Direksi dan Komisaris ini juga didukung oleh
PBI No. 5/25/PBI/2003 tentang penilaian kemampuan dan
kepatutan (fit and proper test).
4. PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen resiko bagi
bank umum, PBI tersebut mewajibkan bank untuk menetapkan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang
jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen resiko.
5. PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum
yang kembali disempurnakan melalui PBI No. 8/14/PBI/2006
tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum.
6. PBI No. 9/12/PBI/2007 tentang insentif dalam rangka konsolidasi
perbankan yang sebelumnya telah diatur dalam PBI No.
8/17/PBI/2006.
7. PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan
peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
membangun industri perbankan syariah yang sehat dan tangguh,
maka dari itu diperlukan pelaksanaan GCG bagi bank umum
syariah dan unit usaha syariah yang efektif.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan
perilaku yang dapat diamati.40
Penelitian deskriptif menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan
dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat
sekarang, hubungan antarvariabel, pertentangan dua kondisi atau
lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan – perbedaan
antarfakta, dan lain – lain.41
Oleh karena itu, pendekatan ini
diharapkan banyak menggali masukan dan informasi dari data –
data yang telah penulis kumpulkan dari berbagai sumber yang
kemudian akan menghasilkan data deskriptif.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini memadukan dua jenis penelitian, yaitu:
40
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
h. 21. 41
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), h. 26.
36
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan
mengumpulkan data yang berasal dari laporan GCG BSM
tahun 2013, Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS Tanggal 30
April 2010, kutipan buku – buku, artikel, makalah, hasil
seminar, situs internet, dan sumber tertulis lainnya yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu peneliti
langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan data hasil
pengamatan atau informasi dari responden. Peneliti
langsung terjun ke kantor Bank Syariah Mandiri yang
terletak di MH Thamrin.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil
penelitian lapangan seperti Laporan Pelaksanaan GCG
Perusahaan Tahun 2013, wawancara dengan pihak bank yang
bersangkutan, dan kuesioner yang merujuk kepada PBI No.
11/33/PBI/2009.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur –
literatur kepustakaan seperti buku – buku, jurnal, majalah, serta
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi
ini.
37
4. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Bank
Syariah Mandiri yang berkedudukan di Wisma Mandiri I, Jl. MH.
Thamrin No. 5 Jakarta 10340. Untuk mendukung analisa objek
yang diteliti, penulis menggunakan Kertas Kerja Self Assessment
yang berpedoman pada Surat Edaran Bank Indonesia No.
12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010 dalam menganalisa sejauh
mana Good Corporate Governance diterapkan di PT. Bank Syariah
Mandiri.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan melakukan:
1) Interview, yaitu dengan melakukan wawancara
langsung secara lisan kepada Bpk. Fadie Hamzah yang
menjabat sebagai Officer Analisis, Implementasi, dan
Pengukuran GCG di Bank Syariah Mandiri untuk
memperoleh keterangan dan penjelasan terkait dengan
permasalahan yang akan penulis bahas.
2) Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data
berdasarkan laporan yang didapat dari BI dan BUS.
3) Kuesioner, yaitu dengan mengirimkan kuesioner berupa
pertanyaan yang menjadi instrument variabel dan
kemudian dikirimkan kepada Compliance Division
38
bagian GCG yang dijadikan sebagai target responden.
Kuesioner dikirimkan langsung dengan cara
mengunjungi responden.
6. Teknik Analisis Data
1. Mengumpulkan data – data perusahaan, terutama yang
berkaitan dengan Good Corporate Governance.
2. Peninjauan penerapan Good Corporate Governance
berdasarkan aspek – aspek pelaksanaan Good Corporate
Governance.
3. Menganalisis data tersebut, baik data yang diperoleh dari hasil
wawancara, hasil kuesioner, dan Laporan Pelaksanaan Good
Corporate Governance dengan aspek – aspek Good Corporate
Governance yang sesuai dengan PBI No. 11/33/PBI/2009.
4. Untuk mendukung analisis objek yang diteliti, penulis
menggunakan Kertas Kerja Self Assesment yang berpedoman
pada PBI No. 11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS dalam menganalisa sejauh
mana Good Corporate Governance diterapkan di Bank Syariah
Mandiri.
5. Kesimpulan berdasarkan hasil analisis, apakah penerapan Good
Corporate Governance pada Bank Syariah Mandiri telah sesuai
dengan aspek – aspek yang ada di dalam PBI No.
39
11/33/PBI/2009. Serta penetapan peringkat, penetapan nilai
komposit, dan predikat penilaian.
Secara rinci tahapan analisis data digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1.6.A
Tahapan Analisis Data
Wawancar
Kuesioner
Pengumpulan data
dan informasi Analisis penilaian
Penetapan peringkat
Penetapan nilai
komposit dan predikat
penilaian
40
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PT.
BANK SYARIAH MANDIRI
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah33
Nilai - nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri
(BSM) sejak awal pendiriannya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
33
Bank Syariah Mandiri, “Sejarah”, sumber diakses pada 8 Desember 2014 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/2010/02/sejarah/.
41
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai
respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi
peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking
system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah
42
Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Visi dan Misi34
Visi :
Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia
Misi :
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan.
34
Bank Syariah Mandiri, “Visi dan Misi”, sumber diakses pada 8 Desember 2014 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/visi-dan-misi/.
43
Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat.
Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
B. Analisis Hasil Self Assessment
KERTAS KERJA SELF ASSESSMENT GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
(Berdasarkan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010)
Tabel 2.A
1. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
FAKTOR PERINGKAT
A Persyaratan Dewan Komisaris
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Jumlah, komposisi,
kriteria, rangkap
jabatan, hubungan
keluarga, dan
persyaratan lain bagi
anggota Dewan
Komisaris tunduk
kepada ketentuan Bank
Indonesia terkait.
2. Mantan anggota
Direksi tidak dapat
menjadi Komisaris
1. Seluruh persyaratan
Dewan Komisaris di
BSM telah tunduk
kepada Bank
Indonesia.
2. Tidak ada mantan
anggota Direksi yang
menjabat sebagai
Komisaris
44
Independen sebelum
menjalani masa tunggu
(cooling off) paling
kurang selama 6 bulan.
3. Usulan pengangkatan
dan/atau penggantian
anggota Dewan
Komisaris kepada
Rapat Umum
Pemegang Saham
dilakukan dengan
memperhatikan
rekomendasi Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
4. Dalam hal anggota
Komite Remunerasi
dan Nominasi memiliki
benturan kepentingan
(conflict of interest)
dengan usulan yang
direkomendasikan,
maka dalam usulan
tersebut wajib
diungkapkan adanya
benturan kepentingan
serta pertimbangan-
pertimbangan yang
mendasari usulan
tersebut.
Independen.
3. Pada saat
pengangkatan
dan/atau penggantian
anggota Dewan
Komisaris sudah
memperhatikan
rekomendasi Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
4. Dalam hal anggota
Komite Remunerasi
dan Nominasi
memiliki benturan
kepentingan (conflict
of interest) dengan
usulan yang
direkomendasikan,
maka dalam usulan
tersebut telah
diungkapkan adanya
benturan kepentingan
serta pertimbangan-
pertimbangan yang
mendasari usulan
tersebut.
B Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
2 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Dewan Komisaris wajib
melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip
GCG.
1. Dewan Komisaris
telah melaksanakan
tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan
prinsip-prinsip GCG.
45
2. Dewan Komisaris wajib
melakukan pengawasan
atas terselenggaranya
pelaksanaan GCG
dalam setiap kegiatan
usaha bank pada
seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi.
3. Dewan Komisaris wajib
melaksanakan
pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab
Direksi, serta
memberikan nasihat
kepada Direksi.
4. Dalam melakukan
pengawasan, Dewan
Komisaris wajib
memantau dan
mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan
strategi bank.
5. Dalam melakukan
pengawasan, Dewan
Komisaris dilarang
terlibat dalam
pengambilan keputusan
kegiatan operasional
bank, kecuali
pengambilan keputusan
untuk pemberian
pembiayaan kepada
Direksi sepanjang
kewenangan Dewan
Komisaris tersebut
ditetapkan dalam
2. Dewan Komisaris
telah melakukan
pengawasan atas
terselenggaranya
pelaksanaan GCG
dalam setiap kegiatan
usaha BSM pada
seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi.
3. Dewan Komisaris
telah melaksanakan
pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab
Direksi, serta telah
memberikan nasihat
kepada Direksi.
4. Dewan Komisaris
telah memantau dan
mengevaluasi
pelaksanaan
kebijakan strategi
bank.
5. Dewan Komisaris
tidak terlibat dalam
pengambilan
keputusan kegiatan
operasional bank,
kecuali pengambilan
keputusan untuk
pemberian
pembiayaan kepada
Direksi sepanjang
kewenangan Dewan
Komisaris ditetapkan
dalam Anggaran
Dasar bank atau
46
Anggaran Dasar bank
atau dalam Rapat
Umum Pemegang
Saham.
6. Dewan Komisaris wajib
memastikan bahwa
Direksi telah
menindaklanjuti temuan
audit dan/atau
rekomendasi dari hasil
pengawasan Bank
Indonesia, auditor
intern, Dewan
Pengawas Syariah
dan/atau auditor
ekstern.
7. Dewan Komisaris wajib
memberitahukan secara
tertulis kepada BI
paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak
ditemukannya:
a. Pelanggaran
peraturan
perundang-
undangan di
bidang keuangan
dan perbankan;
dan
b. Suatu kondisi
yang dapat
membahayakan
kelangsungan
usaha bank.
8. Dalam rangka
mendukung efektivitas
pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya,
Dewan Komisaris wajib
membentuk paling
dalam Rapat Umum
Pemegang Saham.
6. Dewan Komisaris
telah memastikan
bahwa Direksi telah
menindaklanjuti
temuan audit dan/atau
rekomendasi dari
hasil pengawasan
Bank Indonesia,
auditor intern, Dewan
Pengawas Syariah
dan/atau auditor
ekstern.
7. Dewan Komisaris
telah memberitahukan
secara tertulis kepada
BI paling lambat 7
(tujuh) hari kerja
sejak ditemukan
pelanggaran peraturan
perundang-undangan
di bidang keuangan
dan perbankan, dan
keadaan atau
perkiraan keadaan
yang dapat
membahayakan
kelangsungan usaha
bank.
8. Dewan Komisaris
telah membentuk
Komite Pemantau
Resiko, Komite
Remunerasi dan
Nominasi, dan
47
kurang:
a. Komite
Pemantau
Risiko;
b. Komite
Remunerasi dan
Nominasi; dan
c. Komite Audit
9. Pengangkatan anggota
komite ditetapkan oleh
Direksi berdasarkan
keputusan rapat Dewan
Komisaris.
10. Dewan Komisaris wajib
memastikan bahwa
komite yang telah
dibentuk menjalankan
tugasnya secara efektif.
11. Dewan Komisaris wajib
memiliki pedoman dan
tata tertib kerja setiap
komite.
Komite Audit.
9. Pengangkatan
anggota Komite
ditetapkan oleh
Direksi berdasarkam
keputusan rapat
Dewan Komisaris.
10. Dewan Komisaris
telah memastikan
bahwa komite yang
telah dibentuk
menjalankan tugasnya
secara efektif.
11. Dewan Komisaris
telah memiliki
pedoman dan tata
tertib kerja pada:
Komite Audit
dengan
No.13/001-
SKB/KOM.DI
R
Komite
Pemantau
Resiko dengan
No.13/002-
SKB/KOM.DI
R
Komite
Remunerasi
dan Nominasi
48
12. Pedoman dan tata tertib
kerja komite harus
dievaluasi dan
dilakukan pengkinian
secara berkala.
13. Dewan Komisaris wajib
memiliki pedoman dan
tata tertib kerja yang
bersifat mengikat bagi
setiap anggota Dewan
Komisaris.
14. Pedoman dan tata tertib
kerja paling kurang
mencantumkan:
a. Waktu kerja; dan
b. Pengaturan
rapat.
15. Anggota Dewan
Komisaris wajib
menyediakan waktu
yang cukup untuk
melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya
secara optimal.
dengan
No.09/004-
SKB/KOM.DI
R
12. Pedoman dan tata
tertib kerja telah
dievaluasi dan
dilakukan pengkinian
secara berkala.
13. Dewan Komisaris
telah memiliki
pedoman dan tata
tertib kerja.
14. Pedoman dan tata
tertib kerja telah
mencantumkan waktu
kerja dan pengaturan
rapat.
15. Dewan Komisaris
telah menyediakan
waktu yang cukup
untuk melaksanakan
tugas dan tanggung
jawabnya.
C Rapat Dewan Komisaris
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Rapat Dewan
Komisaris wajib
diselenggarakan paling
kurang 1 (satu) kali
dalam 2 (dua) bulan.
1. Rapat Dewan
Komisaris telah
diselenggarakan
minimal sebulan
sekali.
49
2. Rapat Dewan
Komisaris wajib
dihadiri paling kurang
oleh 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota
Dewan Komisaris.
3. Rapat Dewan
Komisaris wajib
dipimpin oleh
Komisaris Utama.
4. Dalam hal Komisaris
Utama berhalangan
hadir maka rapat
Dewan Komisaris dapat
dipimpin oleh salah
seorang anggota Dewan
Komisaris.
5. Seluruh keputusan
Dewan Komisaris yang
dituangkan dalam
risalah rapat merupakan
keputusan bersama
seluruh anggota Dewan
Komisaris.
6. Hasil rapat Dewan
Komisaris wajib
dituangkan dalam
risalah rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
7. Dalam hal terdapat
perbedaan pendapat
(dissenting opinions)
2. Rapat Dewan
Komisaris dihadiri
paling kurang oleh
2/3 (dua per tiga) dari
jumlah anggota
Dewan Komisaris.
3. Rapat Dewan
Komisaris selalu
dipimpin oleh
Komisaris Utama.
4. Komisaris Utama
tidak pernah
berhalangan hadir
ketika rapat Dewan
Komisaris.
5. Seluruh keputusan
Dewan Komisaris
yang dituangkan
dalam risalah rapat
merupakan keputusan
bersama anggota
Dewan Komisaris.
6. Hasil rapat Dewan
Komisaris telah
dituangkan dalam
risalah rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
7. Dalam hal terdapat
perbedaan pendapat
(dissenting opinions)
atas hasil keputusan
50
atas hasil keputusan
rapat Dewan Komisaris,
maka perbedaan
pendapat tersebut wajib
dicantumkan secara
jelas dalam risalah rapat
beserta alasannya.
rapat Dewan
Komisaris, maka
perbedaan pendapat
tersebut dicantumkan
secara jelas dalam
risalah rapat beserta
alasannya.
D Aspek Transparansi Dewan Komisaris
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Anggota Dewan
Komisaris wajib
mengungkapkan:
a. Kepemilikan
saham yang
mencapai 5%
(lima persen)
atau lebih pada
bank;
b. Hubungan
keuangan dan
hubungan
keluarga dengan
pemegang saham
pengendali,
anggota Dewan
Komisaris lain
dan/atau anggota
Direksi;
c. Rangkap jabatan
pada perusahaan
atau lembaga
lain.
2. Anggota Dewan
Komisaris dilarang
memanfaatkan bank
untuk kepentingan
pribadi, keluarga,
1. Anggota Dewan
Komisaris telah
mengungkapkan:
tidak memiliki
saham baik di
BSM maupun
di perusahaan
lain.
tidak memiliki
hubungan
keuangan
kekeluargaan
sampai
dengan derajat
kedua dengan
anggota
Dewan
Komisaris
lainnya
dan/atau
anggota
Direksi.
rangkap
jabatan pada
perusahaan
atau lembaga
lain.
2. Anggota Dewan
Komisaris tidak
memanfaatkan bank
untuk kepentingan
51
dan/atau pihak lain
yang dapat mengurangi
aset atau mengurangi
keuntungan bank.
3. Anggota Dewan
Komisaris dilarang
mengambil dan/atau
menerima keuntungan
pribadi dari bank selain
remunerasi dan fasilitas
lainnya yang ditetapkan
Rapat Umum
Pemegang Saham.
4. Anggota Dewan
Komisaris wajib
mengungkapkan
remunerasi dan fasilitas
pada laporan
pelaksanaan GCG
sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank
Indonesia ini.
pribadi, keluarga,
dan/atau pihak lain.
3. Anggota Dewan
Komisaris tidak
mengambil dan/atau
menerima keuntungan
pribadi dari bank
selain remunerasi dan
fasilitas lainnya yang
ditetapkan RUPS.
4. Dewan Komisaris
telah mengungkapkan
remunerasi dan
fasilitas pada laporan
pelaksanaan GCG
BSM.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN
KOMISARIS
Peringkat 1 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Dewan Komisaris sangat sesuai dibandingkan dengan ukuran
dan kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Seluruh persyaratan Dewan Komosaris telah terpenuhi dan
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Seluruh anggota Dewan Komisaris mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
telah sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan
sangat efektif dan tidak ada kelemahan minor.
Rapat Dewan Komisaris terselenggara secara sangat efektif
52
dan efisien.
Aspek transparansi Dewan Komisaris sangat baik dan tidak
pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 2 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Dewan Komisaris sesuai dibandingkan dengan ukuran dan
kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Seluruh persyaratan Dewan Komosaris telah terpenuhi dan
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Seluruh anggota Dewan Komisaris mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
telah memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan efektif namun
masih terdapat kelemahan minor.
Rapat Dewan Komisaris terselenggara secara efektif dan
efisien.
Aspek transparansi anggota Dewan Komisaris baik dan tidak
pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 3 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Dewan Komisaris cukup sesuai dibandingkan dengan ukuran
dan kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Seluruh persyaratan Dewan Komosaris telah terpenuhi dan
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Seluruh anggota Dewan Komisaris mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
cukup memenuhi prinsip-prinsip GCG dan cukup efektif
namun terdapat kelemahan-kelemahan yang apabila tidak
segera diperbaiki dapat mengakibatkan penurunan peringkat.
Rapat Dewan Komisaris terselenggara secara cukup efektif
dan cukup efisien.
Aspek transparansi Dewan Komisaris cukup baik dan tidak
pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 4 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Dewan Komisaris kurang sesuai dibandingkan dengan ukuran
dan kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Persyaratan Dewan Komisaris kurang terpenuhi dan kurang
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Anggota Dewan Komisaris bertindak dan mengambil
keputusan secara kurang independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
53
kurang memenuhi prinsip-prinsip GCG, kurang efisien, dan
terdapat kelemahan penerapan yang cukup signifikan yang
dapat mengakibatkan penurunan peringkat aspek dan
peringkat komposit GCG.
Rapat Dewan Komisaris terselenggara kurang efektif dan
kurang efisien.
Aspek transparansi Dewan Komisaris kurang baik dan pernah
melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 5 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi Dewan
Komisaris tidak sesuai dibandingkan dengan ukuran dan
kompleksitas usaha Bank serta tidak memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Persyaratan Dewan Komisaris tidak terpenuhi dan tidak
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Anggota Dewan Komisaris bertindak dan mengambil
keputusan secara tidak independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisrais
tidak memenuhi prinsip-prinsip GCG, tidak efisien dan
terdapat kelemahan yang signifikan yang dapat berakibat
pada penurunan aspek dan peringkat komposit GCG Bank.
Rapat Dewan Komisaris terselenggara tidak efektif dan tidak
efisien.
Aspek transparansi anggota Dewan Komisaris tidak baik dan
sering melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan/perundangan yang berlaku.
2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
FAKTOR PERINGKAT
A Persyaratan Direksi
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Jumlah, kriteria,
rangkap jabatan,
hubungan keluarga, dan
persyaratan lain bagi
anggota Direksi tunduk
kepada ketentuan Bank
Indonesia.
1. Seluruh persyaratan
Direksi telah tunduk
kepada ketentuan BI.
54
2. Usulan pengangkatan
dan/atau penggantian
anggota Direksi kepada
Rapat Umum
Pemegang Saham,
dilakukan dengan
memperhatikan
rekomendasi Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
2. Pada saat pengangkatan
dan/atau penggantian
anggota Direksi telah
memperhatikan
rekomendasi Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
B Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Direksi bertanggung
jawab penuh atas
pelaksanaan pengelolaan
bank berdasarkan prinsip
kehati-hatian dan prinsip
syariah.
2. Direksi wajib mengelola
bank sesuai dengan
kewenangan dan
tanggung jawabnya
sebagaimana diatur
dalam Anggaran Dasar
bank dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku.
3. Direksi wajib
melaksanakan GCG
dalam setiap kegiatan
usaha bank pada seluruh
tingkatan atau jenjang
organisasi.
4. Direksi wajib
menindaklanjuti temuan
audit dan/atau
1. Direksi telah
bertanggung jawab
penuh atas pelaksanaan
pengelolaan BSM
berdasarkan prinsip
kehati-hatian dan
prinsip syariah.
2. Direksi telah
mengelola BSM sesuai
dengan kewenangan
dan tanggung
jawabnya sebagaimana
diatur dalam Anggaran
Dasar bank dan
peraturan perundang-
undangan yang
berlaku.
3. Direksi telah
melaksanakan GCG
dalam setiap kegiatan
usaha BSM pada
seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi.
4. Direksi telah
menindaklanjuti
temuan audit dan/atau
55
rekomendasi dari hasil
pengawasan Bank
Indonesia, auditor intern,
Dewan Pengawas
Syariah dan/atau auditor
ekstern.
5. Dalam rangka
melaksanakan GCG,
Direksi wajib memiliki
fungsi paling kurang:
a. Audit Intern;
b. Manajemen Resiko
dan Komite
Manajemen Resiko;
dan
c. Kepatuhan.
6. Direksi wajib
mempertanggungjawabka
n pelaksanaan tugasnya
kepada pemegang saham
melalui Rapat Umum
Pemegang Saham.
7. Direksi harus
mengungkapkan kepada
pegawai kebijakan bank
yang bersifat strategis di
bidang kepegawaian.
8. Anggota Direksi dilarang
memberikan kuasa umum
kepada pihak lain yang
mengakibatkan
pengalihan tugas dan
fungsi Direksi.
rekomendasi dari hasil
pengawasan Bank
Indonesia, auditor
intern, Dewan
Pengawas Syariah
dan/atau auditor
ekstern.
5. Direksi telah memiliki
fungsi Audit Intern,
Manajemen Resiko
Dan Komite
Manajemen Resiko,
dan Kepatuhan dan
masing-masing telah
memiliki SK (Surat
Keputusan).
6. Direksi telah
mempertanggungjawab
kan pelaksanaan
tugasnya kepada
pemegang saham
melalui Rapat Umum
Pemegang Saham.
7. Direksi telah
mengungkapkan
kepada pegawai
kebijakan bank yang
bersifat strategis di
bidang pegawaian.
8. Anggota Direksi telah
menjalankan tugasnya
sesuai yang
diamanatkan PBI, dan
tidak memberikan
kuasa umum kepada
pihak lain (yang bukan
tugas dan tanggung
jawabnya).
56
9. Direksi hanya dapat
menggunakan jasa
konsultan, penasihat, atau
yang dapat dipersamakan
dengan itu sepanjang
memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. proyek bersifat
khusus yang sangat
diperlukan untuk
kegiatan usaha bank;
b. didasari oleh kontrak
yang jelas, yang
sekurang - kurangnya
mencakup tujuan,
ruang lingkup kerja,
tanggung jawab,
jangka waktu
pelaksanaan
pekerjaan dan biaya;
dan
c. konsultan merupakan
pihak independen
yang profesional dan
memiliki kualifikasi
yang cukup untuk
melaksanakan proyek
secara efektif dan
efisien.
10. Direksi wajib
menyediakan data dan
9. Direksi hanya dapat
menggunakan jasa
konsultan, penasihat,
atau yang dapat
dipersamakan dengan
itu sepanjang
memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Proyek bersifat
khusus yang
sangat
diperlukan
untuk kegiatan
usaha BSM.
Didasari oleh
kontrak yang
jelas, yang
sekurang-
kurangnya
mencakup
tujuan, ruang
lingkup kerja,
tanggung
jawab, jangka
waktu
pelaksanaan
pekerjaan dan
biaya.
Konsultan
merupakan
pihak
independen
yang
profesional dan
memiliki
kualifikasi yang
cukup untuk
melaksanakan
proyek secara
efektif dan
efisien.
10. Direksi telah
menyediakan data dan
57
informasi yang akurat,
relevan dan tepat waktu
kepada Dewan Komisaris
dan Dewan Pengawas
Syariah.
11. Setiap anggota Direksi
wajib memiliki kejelasan
tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan
bidang tugasnya.
12. Direksi wajib memiliki
pedoman dan tata tertib
kerja yang bersifat
mengikat bagi setiap
anggota Direksi.
13. Pedoman dan tata tertib
kerja paling kurang
mencantumkan:
a. waktu kerja; dan
b. pengaturan rapat.
14. Setiap keputusan Direksi
bersifat mengikat dan
menjadi tanggung jawab
seluruh anggota Direksi.
informasi yang akurat,
relevan, dan tepat
waktu kepada Dewan
Komisaris dan Dewan
Pengawas Syariah.
11. Setiap anggota Direksi
telah memiliki
kejelasan tugas dan
tanggung jawab sesuai
dengan bidang
tugasnya.
12. Direksi telah memiliki
pedoman dan tata tertib
kerja yang bersifat
mengikat bagi setiap
anggota Direksi.
13. Pedoman dan tata
tertib kerja telah
mencantumkan waktu
kerja dan pengaturan
rapat.
14. Setiap keputusan
Direksi bersifat
mengikat dan menjadi
tanggung jawab
seluruh anggota
Direksi.
C Rapat Direksi
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Setiap kebijakan dan
keputusan strategis wajib
diputuskan melalui rapat
Direksi.
1. Setiap kebijakan dan
keputusan strategis
telah diputuskan
melalui rapat Direksi.
58
2. Hasil rapat Direksi wajib
dituangkan dalam risalah
rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
3. Dalam hal terdapat
perbedaan pendapat
(dissenting opinions) atas
hasil keputusan rapat
Direksi, maka perbedaan
pendapat tersebut wajib
dicantumkan secara jelas
dalam risalah rapat
beserta alasannya.
2. Hasil rapat Direksi
telah dituangkan dalam
risalah rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
3. Dalam hal terdapat
perbedaan pendapat
(dissenting opinions)
atas hasil keputusan
rapat Direksi, maka
perbedaan pendapat
tersebut telah
dicantumkan secara
jelas dalam risalah
rapat beserta
alasannya.
D Aspek Transparansi Direksi
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Anggota Direksi wajib
mengungkapkan:
a. kepemilikan
saham yang
mencapai 5% atau
lebih, baik pada
bank yang
bersangkutan
maupun pada
bank dan
perusahaan lain,
yang
berkedudukan di
dalam dan di luar
negeri;
b. hubungan
keuangan dan
hubungan
keluarga dengan
pemegang saham
pengendali,
anggota Dewan
Komisaris
1. Anggota Direksi telah
mengungkapkan:
Tidak memiliki
saham di BSM
maupun di
bank atau
perusahaan
lain.
tidak memiliki
hubungan
keuangan dan
hubungan
kekeluargaan
dengan
pemegang
saham
pengendali,
anggota Dewan
Komisaris
dan/atau
anggota Direksi
lainnya.
59
dan/atau anggota
Direksi lainnya.
2. Anggota Direksi dilarang
memanfaatkan bank
untuk kepentingan
pribadi, keluarga,
dan/atau pihak lain yang
dapat mengurangi aset
atau mengurangi
keuntungan bank.
3. Anggota Direksi dilarang
mengambil dan/atau
menerima keuntungan
pribadi dari bank, selain
remunerasi dan fasilitas
lainnya yang ditetapkan
Rapat Umum Pemegang
Saham.
4. Anggota Direksi wajib
mengungkapkan
remunerasi dan fasilitas
pada laporan pelaksanaan
GCG sebagaimana diatur
dalam peraturan Bank
Indonesia.
2. Anggota Direksi tidak
memanfaatkan bank
untuk kepentingan
pribadi, keluarga,
dan/atau pihak lain.
3. Anggota Direksi tidak
mengambil dan/atau
menerima keuntungan
pribadi dari bank,
selain remunerasi dan
fasilitas lainnya yang
ditetapkan RUPS.
4. Anggota Direksi telah
mengungkapkan
remunerasi dan
fasilitas pada laporan
pelaksanaan GCG.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
Peringkat 1 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Direksi sangat sesuai dibandingkan dengan ukuran dan
kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Seluruh persyaratan Direksi telah terpenuhi dan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Seluruh anggota Direksi mampu bertindak dan mengambil
keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi telah
memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan sangat efektif dan
tidak ada kelemahan minor.
60
Rapat Direksi terselenggara secara sangat efektif dan efisien.
Aspek transparansi anggota Direksi sangat baik dan tidak
pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 2 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Direksi sesuai dengan ukuran kompleksitas usaha Bank serta
telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
Seluruh persyaratan Direksi telah terpenuhi dan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Seluruh anggota Direksi mampu bertindak dan mengambil
keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi telah
memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan efektif namun masih
terdapat kelemahan monir.
Rapat Direksi terselenggara secara efektif dan efisien.
Aspek transparansi anggota Direksi baik dan tidak pernah
melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 3 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Direksi cukup sesuai dengan ukuran kompleksitas usaha Bank
serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
Seluruh persyaratan Direksi telah terpenuhi dan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Seluruh anggota Direksi mampu bertindak dan mengambil
keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi cukup
memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan cukup efektif dan
terdapat kelemahan-kelemahan yang apabila tidak segera
diperbaiki dapat mengakibatkan penurunan peringkat.
Rapat Direksi terselenggara secara cukup efektif dan cukup
efisien.
Aspek transparansi anggota Direksi cukup baik dan tidak
pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 4 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi anggota
Direksi kurang sesuai dengan ukuran kompleksitas usaha
Bank serta kurang memenuhi ketentuan yang berlaku.
Persyaratan Direksi kurang terpenuhi dan kurang sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia.
Direksi bertindak dan mengambil keputusan secara kurang
independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi kurang
memenuhi prinsip-prinsp GCG dan terdapat kelemahan
penerapan yang cukup signifikan yang dapat mengakibatkan
penurunan Peringkat Faktor dan Komposit GCG.
Rapat Direksi terselenggara secara kurang efektif dan kurang
61
efisien.
Aspek transparansi anggota Direksi kurang baik dan pernah
melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku
Peringkat 5 Jumlah, komposisi, integritas, dan kompetensi Direksi tidak
sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
Bank serta tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Persyaratan Direksi tidak terpenuhi dan tidak sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Direksi bertindak dan mengambil keputusan secara tidak
independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi tidak
memenuhi prinsip-prinsip GCG atau penurunan Peringkat
Komposit GCG Bank, aspek manajemen dalam CAMELS,
serta Peringkat Komposit CAMELS.
Rapat Direksi terselenggara secara tidak efektif dan tidak
efisien.
Aspek transparansi anggota Direksi tidak baik dan sering
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan/perundangan
yang berlaku.
3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite
FAKTOR PERINGKAT
A Struktur dan Keanggotaan Komite
2 KRITERIA/INDIKATOR ANALSIS SELF
ASSESSMENT
1. Anggota Komite
Pemantau Resiko
paling kurang terdiri
dari:
a. seorang Komisaris
Independen;
b. seorang pihak
independen yang
memiliki keahlian
di bidang
perbankan syariah;
dan
c. seorang pihak
independen yang
memiliki keahlian
di bidang
1. Anggota Komite
Pemantau Resiko terdiri
dari 2 orang Komisaris
Independen, seorang
pihak independen yang
memiliki keahlian di
bidang perbankan
syariah, dan seorang
pihak independen yang
memiliki keahlian di
bidang manajemen
resiko.
62
manajemen resiko.
2. Anggota Komite
Pemantau Resiko wajib
memiliki integritas dan
reputasi keuangan yang
baik.
3. Komite Pemantau
Resiko diketuai oleh
Komisaris Independen.
4. Anggota Direksi
dilarang menjadi
anggota Komite
Pemantau Resiko.
5. Mayoritas anggota
Komisaris yang
menjadi anggota
Komite Pemantau
Resiko harus
merupakan Komisaris
Independen.
6. Anggota Komite
Remunerasi dan
Nominasi paling
kurang terdiri dari:
a. 2 orang Komisaris
Independen; dan
b. seorang Pejabat
Eksekutif yang
membawahi
sumber daya
manusia.
2. Dilihat dari riwayat
singkat anggota Komite
Pemantau Resiko,
mereka memiliki
integritas dan reputasi
keuangan yang baik.
3. Komite Pemantau
Resiko diketuai oleh
Komisaris Independen.
4. Anggota Direksi tidak
ada yang menjadi
anggota Komite
Pemantau Resiko.
5. Terdapat 2 orang
Komisaris Independen
yang menjadi anggota
Komite Pemantau
Resiko.
6. Anggota Komite
Remunerasi dan
Nominasi terdiri dari 2
orang Komisaris
Independen dan 1 orang
Pejabat Eksekutif yang
membawahi sumber
daya manusia.
63
7. Komite Remunerasi
dan Nominasi diketuai
oleh Komisaris
Independen.
8. Anggota Direksi
dilarang menjadi
anggota Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
9. Mayoritas anggota
Komisaris yang
menjadi anggota
Komite Remunerasi
dan Nominasi harus
merupakan Komisaris
Independen.
10. Anggota Komite Audit
paling kurang terdiri
dari:
a. seorang Komisaris
Independen;
b. seorang pihak
independen yang
memiliki keahlian
di bidang akuntansi
keuangan; dan
c. seorang pihak
independen yang
memiliki keahlian
di bidang
perbankan syariah.
11. Anggota Komite Audit
wajib memiliki
integritas dan reputasi
keuangan yang baik.
7. Komite Remunerasi dan
Nominasi diketuai oleh
Komisaris Independen.
8. Anggota Direksi tidak
ada yang menjadi
anggota Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
9. Terdapat 2 orang
Komisaris Independen
yang menjadi anggota
Komite Remunerasi dan
Nominasi.
10. Anggota Komite Audit
terdiri dari seorang
Komisaris Independen,
seorang pihak
independen yang
memiliki keahlian di
bidang akuntansi dan
keuangan, dan seorang
pihak independen yang
memiliki keahlian di
bidang perbankan
syariah.
11. Dilihat dari riwayat
singkat anggota Komite
Audit, mereka memiliki
integritas dan reputasi
keuangan yang baik.
64
12. Komite Audit diketuai
oleh Komisaris
Independen.
13. Anggota Direksi
dilarang menjadi
anggota Komite Audit.
14. Mayoritas anggota
Komisaris yang
menjadi anggota
Komite Audit harus
merupakan Komisaris
Independen.
15. Mantan anggota
Direksi bank tidak
dapat menjadi pihak
independen pada bank
sebelum menjalani
masa tunggu (cooling
off) paling kurang
selama 6 bulan.
12. Komite Audit diketuai
oleh Komisaris
Independen.
13. Tidak ada anggota
Direksi yang menjadi
anggota Komite Audit.
14. Dari 5 (lima) orang
anggota Komite Audit,
hanya 1 (satu) orang
yang merupakan anggota
Komisaris.
15. Mantan anggota Direksi
BSM tidak ada yang
menjadi pihak
independen di BSM.
B Jabatan Rangkap Ketua Komite
2 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Ketua Komite hanya
dapat merangkap
jabatan sebagai ketua
komite paling banyak
pada 1 komite lainnya
di bank yang sama.
1. Terdapat seorang Ketua
Komite Audit yang
merangkap sebagai
Ketua Komite Pemantau
Resiko.
C Tugas dan Tanggung Jawab Komite
2 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Komite Pemantau
Resiko mempunyai
tugas dan tanggung
jawab paling kurang:
a. melakukan
1. Komite Pemantau
Resiko mempunyai tugas
dan tanggung jawab
sebagai berikut:
melakukan
65
evaluasi tentang
kebijakan
manajemen
resiko;
b. melakukan
evaluasi tentang
kesesuaian
antara
kebijakan
manajemen
resiko dengan
pelaksanaan
kebijakan
tersebut; dan
c. melakukan
evaluasi
pelaksanaan
tugas Komite
Manajemen
Resiko dan
Satuan Kerja
Manajemen
Resiko.
2. Komite Remunerasi
dan Nominasi
mempunyai tugas dan
tanggung jawab paling
kurang:
a. terkait dengan
kebijakan
remunerasi:
1) melakukan
evaluasi tentang
kebijakan
manajemen
risiko.
melakukan
evaluasi tentang
kesesuaian antara
kebijakan
manajemen risiko
dengan
pelaksanaan
kebijakan
tersebut.
melakukan
pemantauan dan
evaluasi
pelaksanaan
tugas Komite
Manajemen
Risiko dan
Satuan Kerja
Manajemen
Risiko.
melakukan
kegiatan
pemantauan dan
evaluasi lainnya
yang berkaitan
dengan kebijakan
dan pelaksanaan
manajemen risiko
bank sesuai
permintaan
Dewan
Komisaris.
2. Komite Remunerasi dan
Nominasi mempunyai
tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
a. Terkait dengan
kebijakan
remunerasi:
Melakukan
evaluasi
66
evaluasi
terhadap
kebijakan
remunerasi;
2) melakukan
evaluasi
terhadap
kesesuaian
antara
kebijakan
remunerasi
dengan
pelaksanaa
n kebijakan
tersebut;
dan
3) memberika
n
rekomenda
si kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
kebijakan
remunerasi
bagi
Dewan
Komisaris,
Direksi,
Dewan
Pengawas
Syariah,
Pejabat
Eksekutif
dan
pegawai
secara
keseluruha
n.
b. terkait dengan
kebijakan
nominasi:
1) memberika
n
rekomendas
i kepada
terhadap
kebijakan
remunerasi;
Melakukan
evaluasi
terhadap
kesesuaian
antara
kebijakan
remunerasi
dengan
pelaksanaan
kebijakan
tersebut; dan
Memberikan
rekomendasi
kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
kebijakan
remunerasi
bagi Dewan
Komisaris,
Direksi,
Dewan
Pengawas
Syariah,
Pejabat
Eksekutif dan
pegawai
secara
keseluruhan.
b. Terkait dengan
kebijakan nominasi:
Menyusun
dan
memberikan
rekomendasi
kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
sistem serta
prosedur
pemilihan
67
Dewan
Komisaris
mengenai
sistem serta
prosedur
pemilihan
dan/atau
penggantian
anggota
Dewan
Komisaris,
Direksi, dan
Dewan
Pengawas
Syariah;
2) memberika
n
rekomendas
i kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
calon
anggota
Dewan
Komisaris,
Direksi
dan/atau
Dewan
Pengawas
Syariah;
3) memberika
n
rekomendas
i kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
calon pihak
independen
yang akan
menjadi
anggota
komite.
dan/atau
penggantian
anggota
Dewan
Komisaris,
Direksi dan
Dewan
Pengawas
Syariah;
Memberikan
rekomendasi
kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
calon anggota
Dewan
Komisaris,
Direksi,
dan/atau
Dewan
Pengawas
Syariah; dan
Memberikan
rekomendasi
kepada
Dewan
Komisaris
mengenai
calon pihak
independen
yang akan
menjadi
anggota
Komite Audit
dan Anggota
Komite
Pemantau
Risiko.
68
3. Komite Remunerasi
dan Nominasi dalam
menjalankan tugas dan
tanggung jawab terkait
dengan kebijakan
remunerasi paling
kurang wajib
memperhatikan:
a. kinerja
keuangan;
b. pemenuhan
pembentukan
penyisihan
Penghapusan
Aktiva;
c. kewajaran
dengan peer
group; dan
d. pertimbangan
sasaran dan
strategi jangka
panjang bank.
4. Komite Audit memiliki
tugas dan tanggung
jawab paling kurang:
a. melakukan
evaluasi atau
pelaksanaan
audit intern
dalam rangka
menilai
kecukupan
pengendalian
intern termasuk
kecukupan
proses
pelaporan
keuangan; dan
b. melakukan
koordinasi
dengan Kantor
Akuntan Publik
dalam rangka
3. Komite Remunerasi dan
Nominasi dalam
menjalankan tugas dan
tanggung jawab terkait
dengan kebijakan
remunerasi telah
memperhatikan:
Kinerja
keuangan.
Pemenuhan
pembentukan
penyisihan
Penghapusan
Aktiva.
Kewajaran
dengan peer
group.
Pertimbangan
sasaran dan
strategi jangka
panjang bank.
4. Komite Audit memiliki
tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
Melakukan
evaluasi atas
pelaksanaan audit
intern dalam
rangka menilai
kecukupan
pengendalian
intern termasuk
kecukupan proses
pelaporan
keuangan.
Melakukan
koordinasi
dengan Kantor
Akuntan Publik
dalam rangka
efektifitas
pelaksanaan audit
69
efektivitas
pelaksanaan
audit ekstern.
5. Dalam rangka
melaksanakan tugas,
Komite Audit paling
kurang melakukan
evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan
tugas yang
dilaksanakan
oleh fungsi
audit intern;
dan
b. pelaksanaan
tindak lanjut
oleh Direksi
atas hasil
temuan audit
dan/atau
rekomendasi
dari hasil
pengawasan
Bank Indonesia,
auditor intern,
Dewan
Pengawas
Syariah,
ekstern,
khususnya
mengenai hal-hal
yang perlu
diperhatikan oleh
Kantor Akuntan
Publik dalam
pelaksanaan
tugas;.
Memberikan
rekomendasi
mengenai
penunjukan
Akuntan Publik
dan Kantor
Akuntan Publik
kepada
Dewan
Komisaris.
5. Komite Audit telah
melakukan evaluasi
terhadap:
Pelaksanaan
tugas yang
dilaksanakan
oleh fungsi
Audit Intern.
Pelaksanaan
tindak lanjut
oleh Direksi atas
hasil temuan
audit dan/atau
rekomendasi
dari hasil
pengawasan
Bank Indonesia,
auditor intern,
Dewan
Pengawas
Syariah,
dan/atau auditor
ekstern, guna
memberikan
rekomendasi
70
dan/atauk
auditor ekstern.
6. Komite Audit
memberikan
rekomendasi mengenai
penunjukkan Akuntan
Publik dan Kantor
Akuntan Publik kepada
Dewan Komisaris.
kepada Dewan
Komisaris.
6. Komite Audit telah
memberikan
rekomendasi
mengenai penunjukan
Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan
Publik kepada Dewan
Komisaris.
D Rapat Komite
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Hasil rapat komite
wajib dituangkan
dalam risalah rapat
dan
didokumentasikan
dengan baik.
1. Hasil rapat komite telah
dituangkan dalam risalah
rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
Peringkat 1 Komposisi dan kompetensi anggota Komite-Komite sangat
sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
Bank.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komite-Komite telah
berjalan sangat efektif dan tidak ada kelemahan minor.
Rekomendasi Komite-Komite, sangat bermanfaat dan dapat
dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan
Komisaris.
Penyelenggaraan rapat Komite-Komite berjalan sesuai
dengan pedoman intern dan terselenggara secara sangat
efektif dan efisien.
Peringkat 2 Komposisi dan kompetensi anggota Komite-Komite sesuai
dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komite-Komite telah
berjalan efektif dan tidak ada kelemahan minor.
Rekomendasi Komite-Komite, bermanfaat dan dapat
dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan
Komisaris.
71
Penyelenggaraan rapat Komite-Komite berjalan sesuai
dengan pedoman intern dan terselenggara secara efektif dan
efisien.
Peringkat 3 Komposisi dan kompetensi anggota Komite-Komite cukup
sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
Bank.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komite-Komite telah
berjalan cukup efektif namun terdapat kelemahan-kelemahan
yang apabila tidak segera diperbaiki dapat mengakibatkan
penurunan Peringkat Faktor.
Rekomendasi Komite-Komite, cukup bermanfaat dan cukup
dapat dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan
Komisaris.
Penyelenggaraan rapat Komite-Komite berjalan sesuai
dengan pedoman intern dan terselenggara secara cukup
efektif dan cukup efisien.
Peringkat 4 Komposisi dan kompetensi anggota Komite-Komite kurang
sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
Bank.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komite-Komite
berjalan kurang efektif dan terdapat kelemahan penerapan
yang cukup signifikan yang dapat mengakibatkan penurunan
Peringkat Faktor dan Komposit GCG.
Rekomendasi Komite-Komite, kurang bermanfaat dan kurang
dapat dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan
Komisaris.
Penyelenggaraan rapat Komite-Komite berjalan kurang sesuai
dengan pedoman intern dan terselenggara secara kurang
efektif dan kurang efisien.
Peringkat 5 Komposisi dan kompetensi anggota Komite-Komite tidak
sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
Bank.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komite-Komite
berjalan tidak efektif dan terdapat kelemahan penerapan yang
cukup signifikan yang apabila tidak segera diperbaiki dapat
mengakibatkan penurunan Peringkat Faktor dan Komposit
GCG.
Rekomendasi Komite-Komite, tidak bermanfaat dan tidak
dapat dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan
Komisaris.
Penyelenggaraan rapat Komite-Komite berjalan tidak sesuai
dengan pedoman intern dan terselenggara secara tidak efektif
72
dan tidak efisien.
4. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
FAKTOR PERINGKAT
A Persyaratan Dewan Pengawas Syariah
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Jumlah, kriteria,
rangkap jabatan dan
persyaratan lain bagi
Dewan Pengawas
Syariah tunduk kepada
ketentuan Bank
Indonesia.
2. Usulan pengangkatan
dan/atau penggantian
anggota Dewan
Pengawas Syariah
kepada Rapat Umum
Pemegang Saham
dilakukan dengan
memperhatikan
rekomendasi Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
3. Masa jabatan anggota
Dewan Pengawas
Syariah paling lama
sama dengan masa
jabatan anggota Direksi
atau Dewan Komisaris.
1. Seluruh persyaratan
Dewan Pengawas
Syariah telah tunduk
kepada ketentuan BI.
2. Pada saat pengangkatan
dan/atau penggantian
anggota Dewan
Pengawas Syariah telah
dilakukan dengan
memperhatikan
rekomendasi Komite
Remunerasi dan
Nominasi.
3. Masa jabatan anggota
DPS paling lama sama
dengan masa jabatan
anggota Direksi atau
Dewan Komisaris.
B Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Dewan Pengawas
Syariah wajib
melaksanakan tugas
dan tanggung jawab
sesuai dengan prinsip –
1. Dewan Pengawas
Syariah telah
melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip
73
prinsip GCG.
2. Tugas dan tanggung
jawab Dewan
Pengawas Syariah
adalah memberikan
nasihat dan saran
kepada Direksi serta
mengawasi kegiatan
bank agar sesuai
dengan prinsip syariah.
3. Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah
meliputi antara lain:
a. Menilai dan
memastikan
pemenuhan
prinsip syariah
atas pedoman
operasional dan
produk yang
dikeluarkan
bank;
b. Mengawasi
proses
pengembangan
produk baru
bank agar sesuai
dengan fatwa
Dewan Syariah
Nasional –
Majelis Ulama
Indonesia;
c. Meminta fatwa
kepada Dewan
Syariah Nasional
– Majelis Ulama
Indonesia untuk
produk baru
bank yang belum
ada fatwanya;
d. Melakukan
GCG.
2. Dewan Pengawas
Syariah telah
melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya
dengan memberikan
nasihat dan saran kepada
Direksi serta mengawasi
kegiatan BSM agar
sesuai dengan prinsip
syariah.
3. Tugas dan tanggung
jawab Dewan Pengawas
adalah sebagai berikut:
Memberikan
masukan bahwa
produk dan
layanan BSM
telah sesuai
dengan fatwa
yang dikeluarkan
DSN.
Mengawasi
proses
pengembangan
produk baru bank
agar sesuai
dengan fatwa
DSN–MUI.
Meminta fatwa
kepada DSN-
MUI untuk
produk baru bank
yang belum ada
fatwanya.
Melakukan
review secara
berkala atas
pemenuhan
prinsip syariah
terhadap
mekanisme
74
review secara
berkala atas
pemenuhan
prinsip syariah
terhadap
mekanisme
penghimpunan
dana dan
penyaluran dana
serta pelayanan
jasa bank; dan
e. Meminta data
dan informasi
terkait dengan
aspek syariah
dari satuan kerja
bank dalam
rangka
pelaksanaan
tugasnya.
4. Dewan Pengawas
Syariah wajib
menyampaikan
Laporan Hasil
Pengawasan Dewan
Pengawas Syariah
secara semesteran.
5. Laporan wajib
disampaikan kepada
Bank Indonesia paling
lambat 2 bulan setelah
periode semester
dimaksud berakhir.
6. Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab dan
tata cara penyampaian
laporan akan diatur
lebih rinci dalam Surat
Edaran Bank Indonesia.
penghimpunan
dana dan
penyaluran dana
serta pelayanan
jasa BSM.
Meminta data
dan informasi
terkait dengan
aspek syariah
dari satuan kerja
bank dalam
rangka
pelaksanaan
tugasnya.
4. Dewan Pengawas
Syariah telah
menyampaikan Laporan
Hasil Pengawasan
Dewan Pengawas
Syariah secara
semesteran.
5. Laporan BSM
disampaikan kepada BI
secara tepat waktu.
6. Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab serta
tata cara penyampaian
laporan diatur lebih rinci
dalam SEBI.
75
7. Anggota Dewan
Pengawas Syariah
wajib menyediakan
waktu yang cukup
untuk melaksanakan
tugas dan tanggung
jawabnya secara
optimal.
7. Dewan Pengawas
Syariah telah
menyampaikan Laporan
Hasil Pengawasan
Dewan Pengawas
Syariah secara
semesteran.
C Rapat Dewan Pengawas Syariah
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Rapat Dewan
Pengawas Syariah
wajib diselenggarakan
paling kurang 1 kali
dalam 1 bulan.
2. Pengambilan keputusan
rapat Dewan Pengawas
Syariah dilakukan
berdasarkan
musyawarah mufakat.
3. Seluruh keputusan
Dewan Pengawas
Syariah yang
dituangkan dalam
risalah rapat
merupakan keputusan
bersama seluruh
anggota Dewan
Pengawas Syariah.
4. Hasil rapat Dewan
Pengawas Syariah
wajib dituangkan
dalam risalah rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
1. Rapat Dewan Pengawas
Syariah pada semester I
diselenggarakan
sebanyak 10 kali rapat,
dan pada semester II
diselenggarakan
sebanyak 7 kali rapat.
2. Pengambilan keputusan
rapat Dewan Pengaws
Syariah dilakukan
berdasarkan musyawarah
mufakat.
3. Seluruh keputusan
Dewan Pengawas
Syariah yang dituangkan
dalam risalah rapat
merupakan keputusan
bersama seluruh anggota
Dewan Pengawas
Syariah.
4. Hasil rapat Dewan
Pengawas Syariah telah
dituangkan dalam risalah
rapat dan
didokumentasikan
dengan baik.
76
D Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Anggota Dewan
Pengawas Syariah
wajib mengungkapkan
rangkap jabatan
sebagai anggota Dewan
Pengawas Syariah pada
lembaga keuangan
syariah lain dalam
laporan pelaksanaan
GCG sebagaimana
diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia.
2. Anggota Dewan
Pengawas Syariah
dilarang memanfaatkan
bank untuk
kepentingan pribadi,
keluarga dan/atau pihak
lain yang dapat
mengurangi aset atau
mengurangi
keuntungan bank.
3. Anggota Dewan
Pengawas Syariah
dilarang mengambil
dan/atau menerima
keuntungan pribadi dari
bank selain remunerasi
dan fasilitas lainnya
yang ditetapkan Rapat
Umum Pemegang
Saham.
4. Anggota Dewan
1. Anggota Dewan
Pengawas Syariah telah
mengungkapkan rangkap
jabatan sebagai anggota
Dewan Pengawas
Syariah pada lembaga
keuangan syariah lain
dalam laporan
pelaksanaan GCG
sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank
Indonesia.
2. Anggota Dewan
Pengawas Syariah tidak
memanfaatkan untuk
kepentingan pribadi,
keluarga dan/atau pihak
lain.
3. Anggota DPS tidak
mengambil dan/atau
menerima keuntungan
pribadi dari bank selain
remunerasi dan fasilitas
lainnya yang ditetapkan
RUPS.
4. Anggota Dewan
Pengawas Syariah telah
77
Pengawas Syariah
wajib mengungkapkan
remunerasi dan fasilitas
pada laporan
pelaksanaan GCG
sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank
Indonesia.
5. Anggota Dewan
Pengawas Syariah
dilarang merangkap
jabatan sebagai
konsultan di seluruh
Bank Umum Syariah.
mengungkapkan
remunerasi dan fasilitas
pada laporan
pelaksanaan GCG
sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank
Indonesia.
5. Anggota Dewan
Pengawas Syariah tidak
merangkap jabatan
sebagai konsultan di
seluruh Bank Umum
Syariah.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN
PENGAWAS SYARIAH
Peringkat 1 Seluruh persyaratan Dewan Pengawas Syariah telah
terpenuhi dan sangat sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah telah sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip GCG,
berjalan sangat efektif dan tidak ada kelemahan minor.
Rapat Dewan Pengawas Syariah terselenggara secara sangat
efektif dan sangat efisien.
Aspek transparansi Dewan Pengawas Syariah sangat baik
dan tidak pernah melanggar ketentuan/perundangan yang
berlaku.
Peringkat 2 Seluruh persyaratan Dewan Komosaris telah terpenuhi dan
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah telah sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip GCG,
berjalan efektif namun masih terdapat kelemahan minor.
Rapat Dewan Pengawas Syariah terselenggara secara efektif
dan efisien.
Aspek transparansi Dewan Pengawas Syariah baik dan tidak
pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 3 Persyaratan Dewan Komosaris telah terpenuhi dan cukup
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
78
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah cukup memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan
cukup efektif namun terdapat kelemahan-kelemahan yang
apabila tidak segera diperbaiki dapat mengakibatkan
penurunan peringkat.
Rapat Dewan Pengawas Syariah terselenggara secara cukup
efektif dan cukup efisien.
Aspek transparansi Dewan Pengawas Syariah cukup baik
dan tidak pernah melanggar ketentuan/perundangan yang
berlaku.
Peringkat 4 Persyaratan Dewan Komosaris kurang terpenuhi dan kurang
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah kurang memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan
kurang efisien dan terdapat kelemahan penerapan yang
cukup signifikan yang dapat mengakibatkan penurunan
peringkat aspek dan dan peringkat komposit GCG.
Rapat Dewan Pengawas Syariah terselenggara secara kurang
efektif dan kurang efisien.
Aspek transparansi Dewan Pengawas Syariah kurang baik
dan pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Peringkat 5 Persyaratan Dewan Pengawas Syariah tidak terpenuhi dan
tidak sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah tidak memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan tidak
efisien dan terdapat kelemahan penerapan yang signifikan
yang dapat mengakibatkan penurunan peringkat aspek dan
dan peringkat komposit GCG.
Rapat Dewan Pengawas Syariah terselenggara secara kurang
efektif dan kurang efisien.
Aspek transparansi Dewan Pengawas Syariah tidak baik dan
sering melakukan melanggar ketentuan/perundangan yang
berlaku.
79
5. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa
FAKTOR PERINGKAT
A Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta
Pelayanan Jasa
2
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Bank wajib
melaksanakan
pemenuhan Prinsip
Syariah dalam kegiatan
operasional bank
sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang
Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam
Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana
serta Pelayanan Jasa.
1. Hasil pengawasan
terhadap kegiatan BSM
meliputi penghimpunan
dana, penyaluran dana,
serta pelayanan jasa
bank dan bentuk
pengawasan berupa
analisis laporan hasil
audit intern, penetapan
dan pemeriksaan jumlah
uji petik transaksi,
review SOP terkait aspek
syariah.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN
PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA
PELAYANAN JASA
Peringkat 1 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa telah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa berjalan sangat
efektif dan sangat efisien.
Peringkat 2 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa telah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa berjalan efektif
dan efisien.
Peringkat 3 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa telah sesuai
80
dengan ketentuan Bank Indonesia.
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa berjalan cukup
efektif dan cukup efisien.
Peringkat 4 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa kurang sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa berjalan kurang
efektif dan kurang efisien.
Peringkat 5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa tidak sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan pelayanan jasa berjalan tidak
efektif dan tidak efisien.
6. Penanganan Benturan Kepentingan
FAKTOR PERINGKAT
A Penanganan Benturan Kepentingan
3 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Dalam hal terjadi
benturan kepentingan,
anggota Dewan
Komisaris, anggota
Direksi dan Pejabat
Eksekutif dilarang
mengambil tindakan
yang dapat mengurangi
aset atau mengurangi
keuntungan bank.
1. Dalam hal terjadi
benturan kepentingan,
anggota Dewan
Komisaris dan anggota
Direksi tidak mengambil
tindakan yang dapat
mengurangi aset atau
mnegurangi keuntungan
BSM, namun ada
seorang Pejabat
Eksekutif yang
mengambil tindakan
yang dapat mengurangi
aset atau mengurangi
keuntungan BSM, dan
telah diproses secara
hukum.
81
2. Benturan kepentingan
wajib diungkapkan
dalam setiap keputusan.
3. Untuk menghindari
pengambilan keputusan
yang berpotensi
mengurangi aset atau
mengurangi
keuntungan bank, bank
harus memiliki dan
menerapkan kebijakan
intern mengenai:
a. Pengaturan
mengenai
penanganan
benturan
kepentingan yang
mengikat setiap
pengurus dan
pegawai bank,
antara lain tata cara
pengambilan
keputusan; dan
b. Administrasi
pencatatan,
dokumentasi dan
pengungkapan
benturan
kepentingan
dimaksud dalam
risalah rapat.
2. Benturan kepentingan
telah diungkap dalam
setiap keputusan.
3. Untuk menghindari
pengambilan keputusan
yang berpotensi
mengurangi aset atau
mengurangi keuntungan
BSM, BSM telah
memiliki dan
menerapkan kebijakan
intern mengenai:
Pengaturan
mengenai
penanganan
benturan
kepentingan yang
mengikat setiap
pengurus dan
pegawai bank,
antara lain tata
cara pengambilan
keputusan;
Administrasi
pencatatan,
dokumentasi dan
pengungkapan
benturan
kepentingan
dimaksud dalam
risalah rapat.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
Peringkat 1 Bank memiliki kebijakan, sistem, dan prosedur penyelesaian
benturan kepentingan yang sangat lengkap dan sangat
efektif.
Seluruh benturan kepentingan telah diungkap dalam setiap
keputusan, telah dilengkapi dengan risalah rapat, telah
diadministrasikan dan terdokumentasi dengan sangat baik.
Benturan kepentingan tidak merugikan atau mengurangi
82
keuntungan Bank.
Peringkat 2 Bank memiliki kebijakan, sistem, dan prosedur penyelesaian
benturan kepentingan yang lengkap dan efektif.
Seluruh benturan kepentingan telah diungkap dalam setiap
keputusan, telah dilengkapi dengan risalah rapat, telah
diadministrasikan dan terdokumentasi dengan baik.
Benturan kepentingan tidak merugikan atau mengurangi
keuntungan Bank.
Peringkat 3 Bank memiliki kebijakan, sistem, dan prosedur penyelesaian
benturan kepentingan yang cukup lengkap dan cukup
efektif.
Benturan kepentingan telah diungkap dalam keputusan,
telah dilengkapi dengan risalah rapat, telah
diadministrasikan dan terdokumentasi dengan cukup baik.
Benturan kepentingan tidak merugikan atau mengurangi
keuntungan Bank.
Peringkat 4 Kebijakan, sistem, dan prosedur penyelesaian benturan
kepentingan kurang lengkap dan kurang efektif.
Benturan kepentingan kurang diungkap dalam keputusan,
sebagian telah dilengkapi dengan risalah rapat, belum
diadministrasikan secara lengkap dan didokumentasikan
secara kurang baik.
Benturan kepentingan telah merugikan atau mengurangi
keuntungan Bank.
Peringkat 5 Kebijakan, sistem, dan prosedur penyelesaian benturan
kepentingan tidak lengkap dan tidak efektif.
Benturan kepentingan tidak diungkap dalam keputusan,
tidak dilengkapi dengan risalah rapat, tidak
diadministrasikan dan tidak didokumentasikan dengan baik.
Benturan kepentingan telah merugikan atau mengurangi
keuntungan Bank.
7. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank
FAKTOR PERINGKAT
A Fungsi Kepatuhan
2 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Bank wajib memiliki 1
orang direktur yang
bertugas untuk
1. BSM memiliki 1 orang
Direktur yang bertugas
untuk memastikan
83
memastikan kepatuhan
terhadap ketentuan
Bank Indonesia dan
peraturan perundang –
undang lainnya
sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai
direktur kepatuhan.
2. Dalam rangka
membantu pelaksanaan
tugas direktur, bank
wajib melaksanakan
fungsi kepatuhan yang
independen terhadap
kesatuan kerja
operasional.
3. Pelaksanaan fungsi
kepatuhan harus
didukung oleh personil
yang paling kurang
memiliki pengetahuan
dan/atau pemahaman
tentang operasional
perbankan syariah.
kepatuhan terhadap
ketentuan Bank
Indonesia dan peraturan
perundang-undangan
lainnya sebagaimana
diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia
mengenai Direktur
Kepatuhan.
2. BSM telah
melaksanakan fungsi
kepatuhan yang
independen terhadap
kesatuan kerja
operasional untuk
membantu pelaksanaan
tugas Direktur.
3. Pelaksanaan fungsi
kepatuhan telah
didukung oleh personil
yang memiliki
pengetahuan dan/atau
pemahaman tentang
operasional perbankan
syariah dengan pelatihan
berjenjang..
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR FUNGSI KEPATUHAN BANK
Peringkat 1 Kepatuhan Bank tergolong sangat baik dan tidak pernah
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dan komitmen
yang telah dibuat.
Pelaksanaan tugas dan independensi Direktur Kepatuhan
dan Satuan Kerja Kepatuhan berjalan sangat efektif.
Direktur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan melakukan
review secara berkala mengenai kepatuhan seluruh satuan
kerja operasional.
84
Peringkat 2 Kepatuhan Bank tergolong baik dan tidak pernah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan dan komitmen yang telah
dibuat.
Pelaksanaan tugas dan independensi Direktur Kepatuhan
dan Satuan Kerja Kepatuhan berjalan efektif.
Direktur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan melakukan
review secara berkala mengenai kepatuhan mayoritas satuan
kerja operasiomal.
Peringkat 3 Kepatuhan Bank tergolong cukup baik namun pernah
melakukan pelanggaran yang tidak material tehadap
ketentuan dan komitmen yang telah dibuat, dan akan
diselesaikan pada masa triwulanan berikutnya.
Pelaksanaan tugas dan independensi Direktur Kepatuhan
dan Satuan Keja Kepatuhan berjalan cukup aktif.
Direktur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan melakukan
review secara berkala mengenai kepatuhan sebagian satuan
kerja operasional.
Peringkat 4 Kepatuhan Bank tergolong kurang baik dan pernah
melakukan pelanggaran yang cukup material terhadap
ketentuan dan komitmen yang telah dibuat, dan akan
diselesaikan pada 2 (dua) masa triwulan berikutnya.
Pelaksanaan tugas dan independensi Direktur Kepatuhan
dan Satuan Kerja Kepatuhan berjalan kurang efektif.
Direktur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan melakukan
review namun dalam frekuensi yang tidak teratur terhadap
kepatuhan sebagian satuan kerja operasional.
Peringkat 5 Kepatuhan Bank tergolong tidak baik dan sering melakukan
pelanggaran yang material terhadap ketentuan dan
komitmen yang telah dibuat, dan kemungkinan
penyelesaiannya akan memakan waktu lebih dari 2 (dua)
masa triwulanan.
Pelaksanaan tugas dan independensi Direktur Kepatuhan
dan Satuan Kerja Kepatuhan berjalan tidak efektif.
Direktur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan tidak
pernah melakukan review terhadap kepatuhan satuan kerja
operasional.
85
8. Penerapan Fungsi Audit Intern
FAKTOR PERINGKAT
A Fungsi Audit Intern
2 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Bank wajib
menerapkan fungsi
audit intern yang
efektif sebagaimana
diatur dalam
ketentuan Bank
Indonesia mengenai
penerapan standar
pelaksanaan fungsi
audit intern bank
umum.
2. Bank wajib
melaksanakan fungsi
audit intern yang
independen terhadap
satuan kerja
operasional.
3. Pelaksanaan fungsi
audit intern harus
didukung oleh
personil dalam
jumlah yang
memadai dan
kompeten di
bidangnya, dengan
paling kurang
terdapat 1 orang
personil yang
memiliki
pengetahuan
dan/atau pemahaman
tentang operasional
perbankan syariah.
4. Laporan hasil audit
intern terkait
1. BSM telah menerapkan
fungsi audit intern yang
efektif sebagaimana
diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia
mengenai penerapan
standar pelaksanaan
fungsi audit intern bank
umum.
2. BSM telah
melaksanakan fungsi
audit intern yang
independen terhadap
satuan kerja operasional.
3. Pelaksanaan fungsi audit
intern telah didukung
oleh personil dalam
jumlah yang memadai
dan kompeten di
bidangnya.
4. Laporan hasil audit
intern terkait
86
pelaksanaan
pemenuhan prinsip
syariah disampaikan
kepada Dewan
Pengawas Syariah.
pelaksanaan pemenuhan
prinsip syariah telah
disampaikan kepada
Dewan Pengawas
Syariah.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR FUNGSI AUDIT INTERN
Peringkat 1 Penerapan fungsi audit intern telah memenuhi standar
pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.
Pelaksanaan fungsi audit intern Bank berjalan sangat efektif,
dan didukung oleh personil dalam jumlah yang sangat
memadai dan sangat kompeten di bidangnya, serta terdapat
1 (satu) orang yang memiliki pemahaman tentang
operasional perbankan syariah.
Fungsi audit intern telah berjalan secara sangat independen
dan laporan hasil disampaikan kepada Dewan Pengawas
Syariah.
Peringkat 2 Penerapan fungsi audit intern telah memenuhi standar
pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.
Pelaksanaan fungsi audit intern Bank berjalan efektif, dan
didukung oleh personil dalam jumlah yang memadai dan
kompeten di bidangnya, serta terdapat 1 (satu) orang yang
memiliki pemahaman tentang operasional perbankan
syariah.
Fungsi audit intern telah berjalan secara independen dan
laporan hasil disampaikan kepada Dewan Pengawas
Syariah.
Peringkat 3 Penerapan fungsi audit intern telah memenuhi standar
pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.
Pelaksanaan fungsi audit intern Bank berjalan cukup efektif,
dan didukung oleh personil dalam jumlah yang cukup
memadai dan cukup kompeten di bidangnya, serta terdapat 1
(satu) orang yang memiliki pemahaman tentang operasional
perbankan syariah.
Fungsi audit intern telah berjalan secara cukup independen
dan laporan hasil disampaikan kepada Dewan Pengawas
Syariah.
87
Peringkat 4 Penerapan fungsi audit intern kurang memenuhi standar
pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.
Pelaksanaan fungsi audit intern Bank berjalan kurang
efektif, dan didukung oleh personil dalam jumlah yang
kurang memadai dan kurang kompeten di bidangnya, serta
tidak terdapat 1 (satu) orang yang memiliki pemahaman
tentang operasional perbankan syariah.
Fungsi audit intern telah berjalan secara kurang independen
dan laporan hasil disampaikan kepada Dewan Pengawas
Syariah.
Peringkat 5 Penerapan fungsi audit intern tidak memenuhi standar
pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.
Pelaksanaan fungsi audit intern Bank berjalan tidak efektif,
dan tidak didukung oleh personil dalam jumlah yang tidak
memadai dan tidak kompeten di bidangnya, serta tidak
terdapat 1 (satu) orang yang memiliki pemahaman tentang
operasional perbankan syariah.
Fungsi audit intern telah berjalan secara tidak independen
dan laporan hasil disampaikan kepada Dewan Pengawas
Syariah.
9. Penerapan Fungsi Audit Ekstern
FAKTOR PERINGKAT
A Fungsi Audit Ekstern
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Bank wajib menunjuk
Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik
yang terdaftar di Bank
Indonesia dalam
pelaksanaan audit
laporan keuangan bank.
2. Penunjukkan Akuntan
1. BSM telah menetapkan
Kantor Akuntan Publik
Purwantoro, Suherman
dan Surja (a member fir
of Ernst & young Global
Limited) sebagai auditor
Independen yang akan
mengaudit Laporan
Keuangan Perseroan
untuk tahun buku yang
akan berakhir pada
tanggal 31 Desember
2013.
88
Publik dan Kantor
Akuntan Publik wajib
terlebih dahulu
memperoleh
persetujuan Rapat
Umum Pemegang
Saham berdasarkan
calon yang diajukan
oleh Dewan Komisaris.
3. Pelaksanaan audit,
penunjukkan Akuntan
Publik dan Kantor
Akuntan Publik wajib
memenuhi ketentuan
Bank Indonesia yang
berlaku mengenai
hubungan antara bank
dengan Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan
Publik.
2. Penunjukkan Akuntan
Publik dan Kantor
Akuntan Publik telah
terlebih dahulu
memperoleh persetujuan
RUPS berdasarkan calon
yang diajukan oleh
Dewan Komisaris.
3. Pelaksanaan audit,
penunjukkan Akuntan
Publik dan Kantor
Akuntan Publik melalui
proses seleksi antara
Accounting Division,
Komite Audit, Direksi
dan Komisaris sebelum
diajukan dalam Rapat
Umum Pemegang
Saham, dan telah
memenuhi ketentuan BI
yang berlaku mengenai
hubungan antara bank
dengan Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan
Publik.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR FUNGSI AUDIT EKSTERN
Peringkat 1 Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik sangat efektif dan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan.
Kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik sangat
baik.
Pelaksanaan audit dilakukan oleh Akuntan Publik/KAP
yang sangat independen dan telah memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan.
Peringkat 2 Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik efektif dan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan namun
terdapat kekurangan minor.
Kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik baik.
89
Pelaksanaan audit dilakukan oleh Akuntan Publik/KAP
yang independen dan telah memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan.
Peringkat 3 Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik cukup efektif dan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan
namun terdapat kekurangan.
Kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik cukup
baik.
Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik/KAP cukup
independen dan cukup memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Peringkat 4 Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik kurang efektif dan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan
dan terdapat kekurangan yang cukup material.
Kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik kurang
baik.
Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik/KAP kurang
independen.
Peringkat 5 Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik tidak efektif dan
tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam
ketentuan dan terdapat kekurangan yang material.
Kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik tidak baik.
Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik/KAP tidak
independen.
10. Batas Maksimum Penyaluran Dana
FAKTOR PERINGKAT
A Batas Maksimum Penyaluran Dana
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Pelaksanaan
penyaluran dana wajib
mengikuti ketentuan
Bank Indonesia
mengenai batas
maksimum penyaluran
dana.
1. Pelaksanaan penyaluran
dana di BSM telah
mengikuti ketentuan BI
mengenai batas
maksimum penyaluran
dana.
90
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA
Peringkat 1 Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana telah
memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan tidak pernah
melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana berjalan
sangat efektif dan sangat efisien.
Peringkat 2 Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana telah
memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan tidak pernah
melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana berjalan
efektif dan efisien.
Peringkat 3 Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana telah
memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan tidak pernah
melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana berjalan
cukup efektif dan cukup efisien.
Peringkat 4 Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana kurang
memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan pernah melanggar
ketentuan/perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana berjalan
kurang efektif dan kurang efisien.
Peringkat 5 Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana tidak
memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan sering melanggar
ketentuan/perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan batas maksimum penyaluran dana berjalan
tidak efektif dan tidak efisien.
11. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan
Pelaksanaan GCG, dan Pelaporan Internal
FAKTOR PERINGKAT
A Aspek Transparansi Kondisi Bank
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Bank wajib
melaksanakan
transparansi kondisi
1. BSM telah
melaksanakan
transparansi komdisi
91
keuangan dan non-
keuangan kepada
stakeholders.
2. Dalam rangka
pelaksanaan
transparansi kondisi
keuangan dan non-
keuangan, bank wajib
menyusun dan
menyajikan laporan
sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang
Transparansi Kondisi
Keuangan Bank.
3. Bank wajib
melaksanakan
transparansi informasi
mengenai produk dan
penggunaan data
nasabah bank
sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang
Transparansi Informasi
Produk Bank dan
Penggunaan Data
Pribadi Nasabah.
4. Bank wajib melaporkan
kepada Bank Indonesia
apabila terjadi
perubahan terhadap:
a. Pedoman
manajemen resiko
termasuk pedoman
risk control system,
sistem
pengendalian
intern, sistem
teknologi informasi
keuangan dan non-
keuangan kepada
stakeholder.
2. BSM telah menyusun
dan menyajikan laporan
pelaksanaan transparansi
kondisi keuangan dan
non-keuangan dan
didukung oleh sistem
Business Intellgence
Dasboard.
3. BSM telah
melaksanakan
transparansi informasi
mengenai produk dan
penggunaan data
nasabah BSM
sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank
Indonesia.
4. BSM telah melaporkan
ke Bank Indonesia
apabila terjadi perubahan
terhadap:
Pedoman
manajemen
resiko termasuk
pedoman risk
control system,
sistem
pengendalian
intern, sistem
92
yang digunakan dan
pedoman GCG;
b. Sistem dan
prosedur kerja yang
digunakan dalam
kegiatan
operasional bank.
5. Bank wajib
menyampaikan laporan
perubahan kepada
Bank Indonesia paling
lambat 1 bulan sejak
terjadinya perubahan
atau sesuai jangka
waktu tertentu apabila
diatur secara khusus
dalam ketentuan Bank
Indonesia lain yang
mengatur mengenai
penyampaian laporan
tersebut.
6. Bank wajib melaporkan
struktur kelompok
usaha yang terkait
dengan bank termasuk
badan hukum pemilik
bank sampai dengan
ultimate shareholders
kepada Bank Indonesia
1 tahun sekali untuk
posisi akhir tahun dan
setiap terdapat
perubahan struktur
kelompok usaha yang
menyebabkan
perubahan pengendali
bank.
teknologi
informasi yang
digunakan yaitu
dan pedoman
GCG.
Sistem dan
prosedur kerja
yang digunakan
dalam kegiatan
operasional
BSM.
5. BSM telah
menyampaikan laporan
perubahan kepada BI
secara tepat waktu.
6. BSM telah melaporkan
struktur kelompok usaha
yang terkait dengan
BSM termasuk badan
hukum pemilik BSM
sampai dengan ultimate
shareholder kepada
Bank Indonesia 1 tahun
sekali untuk posisi akhir
tahun dan setiap terdapat
perubahan struktur
kelompok usaha yang
menyebabkan perubahan
pengendali BSM.
93
7. Laporan struktur
kelompok usaha untuk
posisi akhir tahun
merupakan bagian dari
Laporan Tahunan bank.
8. Bank wajib
menyampaikan laporan
perubahan struktur
kelompok usaha
kepada Bank Indonesia
paling lambat 1 bulan
setelah terjadinya
perubahan.
7. Laporan struktur
kelompok usaha untuk
posisi akhir tahun
merupakan bagian dari
Laporan Tahunan Bank.
8. BSM telah
menyampaikan laporan
perubahan struktur
kelompok usaha kepada
BI secara tepat waktu.
B Laporan Pelaksanaan GCG
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Bank wajib menyusun
laporan pelaksanaan
GCG pada setiap akhir
tahun buku.
2. Laporan pelaksanaan
GCG paling kurang
meliputi:
a. Kesimpulan umum
dari hasil self
assesment atas
pelaksanaan GCG
bank;
b. Kepemilikan saham
anggota Dewan
Komisaris,
hubungan keuangan
dan hubungan
keluarga anggota
Dewan Komisaris
dengan pemegang
saham pengendali,
anggota Dewan
Komisaris lain
dan/atau anggota
Direksi bank serta
jabatan rangkap
1. BSM telah menyusun
laporan pelaksanaan
GCG pada setiap akhir
tahun buku.
2. Laporan pelaksanaan
GCG BSM meliputi:
Kesimpulan
umum dari hasil
sef assessment
atas pelaksanaan
GCG Bank
Kepemilikan
saham anggota
Dewan
Komisaris,
hubungan
keuangan dan
hubungan
keluarga anggota
Dewan
Komisaris
dengan
pemegang saham
pengendali,
anggota Dewan
Komisaris lain
94
pada peusahaan
atau lembaga lain;
c. Kepemilikan saham
anggota Direksi
serta hubungan
keuangan dan
hubungan keluarga
anggota Direksi
dengan pemegang
saham pengendali,
anggota Dewan
Komisaris dan/atau
anggota Direksi
lain;
d. Rangkap jabatan
sebagai anggota
Dewan Pengawas
Syariah pada
lembaga keuangan
syariah lainnya;
e. Daftar konsultan,
penasihat atau yang
dipersamakan
dengan itu yang
digunakan oleh
bank;
f. Kebijakan
remunerasi dan
fasilitas lain
(remuneration
package) bagi
Dewan Komisaris,
Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah;
g. Rasio gaji tertinggi
dan gaji terendah;
h. Frekuensi rapat
Dewan Komisaris;
i. Frekuensi rapat
Dewan Pengawas
Syariah;
j. Jumlah
penyimpangan
(internal fraud)
yang terjadi dan
upaya penyelesaian
dan/atau anggota
Direksi BSM
serta jabatan
rangkap pada
perusahaan atau
lembaga lain.
Kepemilikan
saham anggota
Direksi serta
hubungan
keuangan dan
hubungan
keluarga anggota
Direksi dengan
pemegang saham
pengendali,
anggota Dewan
Komisaris
dan/atau anggota
Direksi lain.
Rangkap jabatan
sebagai anggota
Dewan Pengawas
Syariah pada
lembaga
keuangan syariah
lainnya.
Daftar konsultan,
penasihat atau
yang
dipersamakan
dengan itu yang
digunakan oleh
BSM.
Kebijakan
remunerasi dan
fasilitas lain
(remuneration
package) bagi
Dewan
Komisaris,
Direksi, dan
Dewan Pengawas
Syariah.
Rasio gaji
tertinggi dan gaji
95
oleh bank;
k. Jumlah
permasalahan
hukum baik perdata
maupun pidana dan
upaya penyelesaian
oleh bank;
l. Transaksi yang
mengandung
benturan
kepentingan;
m. Buy back shares
dan/atau buy back
obligasi bank;
n. Penyaluran dana
untuk kegiatan
sosial baik jumlah
maupun pihak
penerima dana; dan
o. Pendapatan non
halal dan
penggunaannya.
3. Pengungkapan
kebijakan remunerasi
dan fasilitas lain
(remuneration
terendah.
Frekuensi rapat
Dewan
Komisaris.
Frekuensi rapat
Dewan Pengawas
Syariah.
Jumlah
penyimpangan
(internal fraud)
yang terjadi dan
upaya
penyelesaian oleh
bank.
Jumlah
permasalahan
hukum baik
perdata maupun
pidana dan upaya
penyelesaian oleh
BSM.
Transaksi yang
mengandung
benturan
kepentingan.
Buy back shares
dan/atau buy
back obligasi
BSM.
Penyaluran dana
untuk kegiatan
sosial baik
jumlah maupun
pihak penerima
dana.
Pendapatan non
halal dan
penggunaannya.
3. Pengungkapan kebijakan
remunerasi dan fasilitas
lain (remuneration
package) bagi Dewan
Komisaris, Direksi, dan
96
package) bagi Dewan
Komisaris, Direksi, dan
Dewan Pengawas
Syariah paling kurang
mencakup jumlah
anggota Dewan
Komisaris, jumlah
anggota Direksi,
jumlah anggota Dewan
Pengawas Syariah serta
jumlah keseluruhan
gaji, tunjangan
(benefits), kompensasi
dalam bentuk saham,
bentuk remunerasi
lainnya dan fasilitas
yang ditetapkan Rapat
Umum Pemegang
Saham.
4. Bank wajib
menyampaikan laporan
pelaksanaan GCG
kepada pemegang
saham dan kepada:
a. Bank Indonesia;
b. Yayasan Lembaga
Konsumen
Indonesia (YLKI);
c. Lembaga
Pemeringkat di
Indonesia;
d. Perhimpunan Bank
– Bank Umum
Nasional
(Perbanas);
e. 1 lembaga
penelitian di bidang
ekonomi dan
keuangan; dan
f. 1 majalah ekonomi
dan keuangan.
Dewan Pengawas
Syariah mencakup
jumlah anggota Dewan
Komisaris, jumlah
anggota Direksi, jumlah
anggota Dewan
Pengawas Syariah serta
jumlah keseluruhan gaji,
tunjangan (benefits),
kompensasi dalam
bentuk saham, bentuk
remunerasi lainnya dan
fasilitas yang ditetapkan
Rapat Umum Pemegang
Saham.
4. BSM telah
menyampaikan laporan
pelaksanaan GCG
kepada saham dan
kepada:
Bank Indonesia.
Yayasan
Lembaga
Konsumen
Indonesia
(YLKI).
Lembaga
Pemeringkat di
Indonesia
(PEFINDO).
Perhimpunan
Bank-Bank
Umum Nasional
(Perbanas).
2 lembaga
penelitian di
bidang ekonomi
dan keuangan
(LIPI dan
LMFEUI).
1 majalah
ekonomi dan
97
5. Bila bank telah
memiliki homepage
wajib
menginformasikan
laporan pelaksanaan
GCG pada homepage
bank paling lambat 3
bulan setelah tahun
buku berakhir.
6. Bank dianggap
terlambat
menyampaikan laporan
pelaksanaan GCG
apabila bank
menyampaikan laporan
dimaksud kepada Bank
Indonesia melampaui
batas akhir waktu
penyampaian laporan
tetapi belum
melampaui 1 bulan
sejak batas akhir waktu
penyampaian laporan.
7. Bank dianggap tidak
menyampaikan laporan
GCG apabila bank
belum menyampaikan
laporan dimaksud
hingga akhir batas
waktu keterlambatan.
8. Penyampaian laporan
pelaksanaan GCG
kepada Bank Indonesia
di alamatkan kepada
keuangan (Info
Bank).
5. BSM telah
menginformasikan
laporan pelaksanaan
GCG pada homepage
secara tepat waktu.
6. Bank tidak pernah
terlambat menyampaikan
laporan pelaksanaan
GCG.
7. Bank tidak pernah
terlambat dalam
menyampaikan laporan
GCG.
8. Penyampaian laporan
pelaksanaan GCG
kepada Bank Indonesia
dialamatkan kepada
98
Direktorat Perbankan
Syariah, Jl. MH
Thamrin No.2, Jakarta
10350.
Direktorat Perbankan
Syariah, Jl. MH Thamrin
No. 2, Jakarta 10350.
C Pelaporan Internal
1 KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF
ASSESSMENT
1. Dalam rangka
meningkatkan kualitas
proses pengambilan
keputusan oleh Direksi
serta kualitas proses
pengawasan oleh
Dewan Komisaris dan
Dewan Pengawas
Syariah, bank wajib
memastikan
ketersediaan dan
kecukupan pelaporan
internal yang didukung
oleh sistem informasi
manajemen yang
memadai.
1. Dalam rangka
meningkatkan kualitas
proses pengambilan
keputusan oleh Direksi
serta kualitas proses
pengawasan oleh Dewan
Komisaris dan Dewan
Pengawas Syariah, BSM
telah memastikan
ketersediaan dan
kecukupan pelaporan
internal yang didukung
oleh pengembangan
aplikasi MIS &
Datawarehouse oleh
tenaga-tenaga
profesional IT Operation
Division (IOD)dan IT
Strategy Assurance
Division.
KRITERIA PERINGKAT
FAKTOR TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON
KEUANGAN, LAPORAN PELAKSANAAN GCG, DAN PELAPORAN
INTERNAL
Peringkat 1 Bank sangat transparan dalam menyampaikan informasi
keuangan dan non keuangan kepada publik melalui homepage
Bank dan media yang sangat mudah diakses.
Cakupan informasi keuangan dan non keuangan tersedia
sangat tepat waktu, lengkap, akurat, kini, dan utuh.
Bank sangat transparan menyampaikan informasi produk dan
penggunaan data nasabah.
Cakupan laporan pelaksanaan GCG sangat lengkap, akurat,
kini, dan utuh, telah disampaikan secara sangat tepat waktu
kepada shareholder sesuai ketentuan yang berlaku.
99
Sistem informasi manajemen Bank khususnya terkait sistem
pelaporan internal Bank mampu menyediakan data dan
informasi dengan sangat tepat waktu, akurat, lengkap, dan
sangat handal serta sangat efektif untuk pengambilan
keputusan oleh Direksi dan proses pengawasan oleh Dewan
Komisaris dan DPS.
Peringkat 2 Bank transparan dalam menyampaikan informasi keuangan
dan non keuangan kepada publik melalui homepage Bank dan
media yang mudah diakses.
Cakupan informasi keuangan dan non keuangan tersedia
secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini, dan utuh.
Bank transparan menyampaikan informasi produk dan
penggunaan data nasabah.
Cakupan laporan pelaksanaan GCG lengkap, akurat, kini, dan
utuh, telah disampaikan secara tepat waktu kepada
shareholder sesuai ketentuan yang berlaku.
Sistem informasi manajemen Bank khususnya terkait sistem
pelaporan internal Bank mampu menyediakan data dan
informasi dengan tepat waktu, akurat, lengkap, dan handal
serta efektif untuk pengambilan keputusan oleh Direksi dan
proses pengawasan oleh Dewan Komisaris dan DPS.
Peringkat 3 Bank cukup transparan dalam menyampaikan informasi
keuangan dan non keuangan kepada publik melalui homepage
Bank dan media yang cukup mudah diakses.
Cakupan informasi keuangan dan non keuangan tersedia
cukup tepat waktu, lengkap, akurat, kini, dan utuh.
Bank cukup transparan menyampaikan informasi produk dan
penggunaan data nasabah.
Cakupan laporan pelaksanaan GCG cukup lengkap, akurat,
kini, dan utuh, telah disampaikan cukup tepat waktu kepada
shareholder sesuai ketentuan yang berlaku.
Sistem informasi manajemen Bank khususnya terkait sistem
pelaporan internal Bank mampu menyediakan data dan
informasi dengan cukup tepat waktu, akurat, lengkap, dan
cukup handal serta cukup efektif untuk pengambilan
keputusan oleh Direksi dan proses pengawasan oleh Dewan
Komisaris dan DPS.
Peringkat 4 Bank kurang transparan dalam menyampaikan informasi
keuangan dan non keuangan kepada publik.
Cakupan informasi keuangan dan non keuangan tersedia
kurang tepat waktu, lengkap, akurat, kini, dan utuh.
Bank kurang transparan menyampaikan informasi produk dan
penggunaan data nasabah.
100
Cakupan laporan pelaksanaan GCG kurang lengkap, akurat,
kini, dan utuh, telah disampaikan kepada shareholder kurang
sesuai ketentuan yang berlaku (terlambat).
Sistem informasi manajemen Bank khususnya terkait sistem
pelaporan internal Bank kurang mampu menyediakan data
dan informasi dengan tepat waktu, akurat, lengkap, dan
kurang handal serta kurang efektif untuk pengambilan
keputusan oleh Direksi dan proses pengawasan oleh Dewan
Komisaris dan DPS.
Peringkat 5 Bank tidak transparan dalam menyampaikan informasi
keuangan dan non keuangan kepada publik.
Cakupan informasi keuangan dan non keuangan tersedia
secara tidak lengkap dan kurang akurat.
Bank tidak transparan menyampaikan informasi produk dan
penggunaan data nasabah.
Cakupan laporan pelaksanaan GCG tidak lengkap, akurat,
kini, dan utuh, disampaikan kepada shareholder tidak sesuai
ketentuan yang berlaku.
Sistem informasi manajemen Bank khususnya terkait sistem
pelaporan internal Bank tidak mampu menyediakan data dan
informasi dengan tepat waktu, akurat, lengkap, dan tidak
handal serta tidak efektif untuk pengambilan keputusan oleh
Direksi dan proses pengawasan oleh Dewan Komisaris dan
DPS.
101
C. Perhitungan Nilai Komposit
Tabel 3.B
Perhitungan Nilai Komposit
NO
(a)
FAKTOR YANG DINILAI
(b)
BOBOT
(c)
PERINGKAT
(d)
NILAI
(c x d)
1 Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan
Komisaris
12.50% 2 0.25
2 Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Direksi
17.50% 2 0.35
3 Kelengkapan dan
pelaksanaan tugas Komite
10.00% 2 0.2
4 Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah
10.00% 1 0.1
5 Pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan
penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta
pelayanan jasa
5.00%
2 0.1
6 Penanganan benturan
kepentingan
10.00% 3 0.3
7 Penerapan fungsi kepatuhan
Bank
5.00% 2 0.1
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00% 2 0.1
9 Penerapan fungsi audit
ekstern
5.00% 1 0.05
10 Batas maksimum penyaluran
dana
5.00% 1 0.05
11 Transparansi kondisi
keuangan dan non keuangan,
laporan pelaksanaan GCG
dan pelaporan internal
15.00% 1 0.15
TOTAL 100% 1.75
PREDIKAT BAIK**
102
Tabel 4.B
**) SKALA :
NILAI KOMPOSIT PREDIKAT KOMPOSIT
< 1.5 SANGAT BAIK
1.5 ≤ NK < 2.5 BAIK
2.5 ≤ NK < 3.5 CUKUP BAIK
3.5 ≤ NK < 4.5 KURANG BAIK
4.5 ≤ NK < 5 TIDAK BAIK
Sumber: Cara penghitungan berpedoman pada ketentuan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010.
Berdasarkan hasil self assessment yang telah dilakukan, secara umum nilai
rata – rata keseluruhan terhadap penerapan praktek GCG pada PT. Bank Syariah
Mandiri memperoleh nilai komposit 1,75 dengan predikat “BAIK”. Yang artinya,
penerapan GCG pada PT. Bank Syariah Mandiri secara keseluruhan telah
dilakukan dengan baik dan telah memenuhi kriteria PBI No. 11/33/PBI/2009
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
103
Hasil Umum Analisis Self Assessment GCG BSM Periode 2013
1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris (Peringkat 2) :
Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dan mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG dalam
menjalankan fungsi pengawasan bank. Dewan Komisaris telah
mengoptimalkan peran Komite dalam melaksanakan fungsi pengawasan
bank sehingga dapat memberi masukan positif untuk mendukung
perkembangan bank yang sehat.
2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi (Peringkat 2) :
Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG dengan baik.
3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite (Peringkat 2) :
BSM telah membentuk Komite untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris dan memenuhi persyaratan dengan
baik. Anggota Komite telah memenuhi persyaratan dan kompetensi yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai Komite.
4. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
(Peringkat 1) :
Seluruh persyaratan DPS telah sesuai dengan peraturan BI. Dewan
Pengawas Syariah telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan sangat baik. DPS melakukan uji petik ke beberapa cabang untuk
memastikan terlaksananya prinsip syariah dalam penghimpunan dana dan
104
penyaluran dana. Pengiriman laporan hasil pengawasan dilakukan secara
tepat waktu kepada Bank Indonesia.
5. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan
Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa (Peringkat 2) :
Seluruh produk penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa
yang diluncurkan oleh BSM telah melalui opini DPS atas kesesuaian
produk dengan prinsip syariah.
6. Penanganan Benturan Kepentingan (Peringkat 3) :
BSM mempunyai kebijakan dan aturan internal yang mengatur
penanganan benturan kepentingan. Penanganan benturan kepentingan
telah dilaksanakan dengan cukup baik. Pihak manajemen telah
memberikan tindakan tegas Kepala Cabang, Kepala KCP, dan Accounting
Officer yang terbukti memiliki kepentingan pribadi dalam proses
pembiayaan kepada nasabah untuk menguntungkan diri sendiri.
7. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank (Peringkat 2) :
BSM menerapkan fungsi kepatuhan dengan baik. BSM memiliki 1 orang
Direktur yang bertugas untuk memastikan kepatuhan bank. Dan BSM
telah melaksanakan fungsi kepatuhan yang independen terhadap satuan
kerja operasional yang didukung oleh personil yang memiliki
pengetahuan/pemahaman tentang operasional perbankan syariah dengan
pelatihan berjenjang.
105
8. Penerapan Fungsi Audit Intern (Peringkat 2) :
BSM telah menerapkan fungsi audit intern dengan baik yang independen
terhadap satuan kerja operasional. Pelaksanaan fungsi audit intern
didukung oleh personil yang memiliki kompetensi di bidangnya.
Kompetensi dari setiap personil Satuan Kerja Audit Intern terus
ditingkatkan untuk mendukung perkembangan usaha bank.
9. Penerapan Fungsi Audit Ekstern (Peringkat 1) :
BSM telah menetapkan Kantor Akuntan Publik Purwantoro, Suherman
dan Surja (a member fir of Ernst & young Global Limited) sebagai auditor
Independen yang akan mengaudit Laporan Keuangan Perseroan untuk
tahun buku yang akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Dan
penunjukkan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik melalui proses
seleksi antara Accounting Division, Komite Audit Direksi dan Dewan
Komisaris sebelum diajukan dalam RUPS.
10. Batas Maksimum Penyaluran Dana (Peringkat 1) :
BSM telah menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajmen resiko dengan
sangat baik dalam memberikan penyaluran dana kepada pihak terkait.
Kebijakan dan prosedur terkait penyaluran dana dilakukan secara kekinian
sesuai dengan perkembangan peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku.
106
11. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan Pelaksanaan
GCG dan Pelaporan Internal (Peringkat 1) :
BSM telah melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non
keuangan dengan sangat baik dan didukung oleh sistem Business
Intellgence Dasboard. BSM telah menyampaikan laporan keuangan dan
non keuangan, laporan GCG dan laporan lainnya kepada stakeholders
tepat pada waktunya. Laporan internal didukung oleh pengembangan
aplikasi MIS & Datawarehouse oleh tenaga-tenaga profesional IT
Operation Division (IOD) dan IT Strategy Assurance Division.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil self assessment yang telah dilakukan, secara
umum nilai rata – rata keseluruhan terhadap penerapan praktek GCG pada
PT. Bank Syariah Mandiri memperoleh nilai komposit 1,75 dengan
predikat “BAIK”. Yang artinya, penerapan GCG pada PT. Bank Syariah
Mandiri secara keseluruhan telah dilakukan dengan baik. Hanya saja pada
penanganan benturan kepentingan, PT. Bank Syariah Mandiri
mendapatkan penilaian paling rendah dari aspek – aspek yang lain, yaitu
memperoleh peringkat ke-3. Dan dari hasil analisis tersebut diperoleh
gambaran bahwa:
1. Implementasi Good Corporate Governance pada kinerja manajemen di
Bank Syariah Mandiri dapat menguatkan komitmen untuk optimalisasi
penerapan GCG guna mendukung pencapaian sustainability
advantage. Konsistensi jajaran bank dalam menerapkan prinsip –
prinsip GCG di PT. Bank Syariah Mandiri, mendapatkan
apresiasi/kepercayaan masyarakat terhadap konsistensi dan komitmen
yang tinggi seluruh insan bank dalam pengelolaan tata kelola
perusahaan yang baik. Sehingga selama tahun 2013 BSM telah
berhasil meraih penghargaan sebanyak 31 penghargaan.
108
2. Penerapan praktek GCG pada PT. Bank Syariah Mandiri telah
menegakkan prinsip – prinsip GCG sesuai Peraturan Bank Indonesia
No. 11/33/PBI/2009, yang ditujukan untuk meningkatkan nilai kinerja
korporasi (high performance) serta citra korporasi (good corporate
image) melalui 5 pilar utama, yaitu transparency, accountability,
responsibility, independency, dan fainess.
3. Hasil Self Assessment dari penerapan GCG di PT. Bank Syariah
Mandiri mendapatkan predikat “BAIK”, yang artinya secara
keseluruhan penerapan GCG di PT. Bank Syariah Mandiri telah
dilakukan dengan baik. Tetapi masih ada beberapa indikator yang
harus diperbaiki terutama pada benturan kepentingan. Hal tersebut
disebabkan terjadinya fraud oleh Kepala Cabang, Kepala KCP, dan
Accounting Officer PT. Bank Syariah Mandiri. Namun hal tersebut
sudah diproses sesuai dengan ketentuan internal yang berlaku dan
melaporkan ketiganya kepada pihak yang berwajib untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dan ini berarti bahwa
penerapan praktek GCG pada PT. Bank Syariah Mandiri khusunya
pada masalah penanganan benturan kepentingan masih perlu diadakan
perbaikan. Diharapkan ke depannya tidak terulang lagi kesalahan yang
sama yang menyebabkan kerugian bagi PT. Bank Syariah Mandiri dan
berkurangnya kepercayaan para stakeholder.
109
B. Saran
Walaupun PT. Bank Syariah Mandiri secara garis besar sudah
melakukan prinsip – prinsip GCG, ada beberapa saran yang dapat
dilakukan perusahaan khususnya manajemen agar pelaksanaan GCG dapat
berjalan lebih baik lagi, yaitu di dalam tubuh manajemen PT. Bank
Syariah Mandiri masih terdapat suatu transaksi yang mengandung
benturan kepentingan. Hal itu tejadi pada Pejabat Eksekutif dimana
Pejabat Eksekutif tersebut melakukan tindakan fraud yang mengakibatkan
kerugian pada PT. Bank Syariah Mandiri. Oleh karena itu, prinsip kehati –
hatian, fungsi kepatuhan, dan pengawasan oleh Dewan Komisaris dan
Direksi serta Komite – Komite harus lebih ditingkatkan lagi agar tidak
terulang kesalahan yang sama pada Pejabat Eksekutif lainnya maupun
staff – staff yang ada di PT. Bank Syariah Mandiri.
103
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, M. Umar dan Habib Ahmad. Corporate Govenance Lembaga Keuangan
Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Umar, Husein. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005.
Emirzon, Joni. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance: Paradigma Baru
dalam Praktik Bisnis Indonesia. Yogyakarta: Genta Press, 2007.
Nasution, Bismar. Hukum Kegiatan Ekonomi. Bandung: Books Terrace &
Library, 2007.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda. Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha.
Jakarta: Kencana, 2006.
Hinuri, Hindarmojo. The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan
Implementasi Pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia.
Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergi
Communication, 2002.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Subana, M. dan Sudrajat. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2005.
Echols, John M. dan Hasan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
104
Toha, M. Chatib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 1991.
Arikunto, Suharsini dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program
Pendidikan-Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Tayibnasib, Frida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Arikunto, Suharsini. Penialaian Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara,
1998.
Machmud, Amir dan Rukmana. Bank Syariah. Jakarta: Erlangga, 2010.
Sedarmayanti. Good Governance dan Good Corporate Governance. Bandung:
CV. Mandar Maju, 2007.
Alma, Buchari. Dasar – Dasar Etika Bisnis Islami. Bandung: CV. Alfabeta, 1993.
Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Malang: UIN Malang,
2007.
Badroen, Faisal, dkk. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: UIN Press, 2005.
Hasibuan, Malayu. Dasar – Dasar Perbankan, cet.IV. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana, 2012.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2002.
Sutedi, Adrian. Good Corprate Governance. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. Good Corporate Governance Pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung:
Alfabeta, 2008.
105
Badroen, Faisal dan Suhendra.Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: UIN Press,
2006.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Daniri, Achmad. Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam
Konteks Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia, 2006.
Erlina dan Sri Mulyani. Metode Penelitian Bisnis. Medan: USU Press, 2007.
Susilo, Leo J. dan Karlen Simarmata. Good Corporate Governance Pada Bank.
Jakarta: PT. Hikayat Dunia, 2007.
Tjager, I Nyoman.Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan Bagi
Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: PT. Prehallindo, 2003.
Effendi, Muh.Arief.The Power of Good Corporate Governance Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Peraturan Bank Indonesia 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas PSIkologi UGM,
1994.
Anshori,Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2007.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), Pedoman Good
Corporate Governance Perbankan Indonesia. Jakarta: KNKCG, 2006.
Syakhroza, Akhmad. Corporate Governance (Pidato Pengukuhan Guru Besar
Tetap Fakultas Ekonomi Indonesia). Jakarta: FE UI, 2005.
106
Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010 Perihal Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Syariah.
EVALUASI PENERAPAN GOOD CORORATE GOVERNANCE DI BANK
SYARIAH MANDIRI
DATA RESPONDEN
Nama :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan :
1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
FAKTOR JAWABAN
A Persyaratan Dewan Komisaris
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Jumlah, komposisi, kriteria, rangkap jabatan,
hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi
anggota Dewan Komisaris tunduk kepada
ketentuan Bank Indonesia.
2. Mantan anggota Direksi Bank Syariah Mandiri
tidak dapat menjadi Komisaris Independen pada
Bank Syariah Mandiri yang bersangkutan
sebelum menjalani masa tunggu (cooling off)
paling kurang selama 6 bulan.
3. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian
anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum
Pemegang Saham dilakukan dengan
memperhatikan rekomendasi Komite
Remunerasi dan Nominasi.
4. Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan
Nominasi memiliki benturan kepentingan
(conflict of interest) dengan usulan yang
direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut
wajib diungkapkan adanya benturan
kepentingan serta pertimbangan - pertimbangan
yang mendasari usulan tersebut.
B Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip -
prinsip GCG.
2. Dewan Komisaris wajib melakukan
pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan
GCG dalam setiap kegiatan usaha di Bank
Syariah Mandiri pada seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi.
3. Dewan Komisaris wajib melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Direksi, serta memberikan
nasihat kepada Direksi.
4. Dalam melakukan pengawasan, Dewan
Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategis di Bank Syariah
Mandiri.
5. Dalam melakukan pengawasan, Dewan
Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan
keputusan kegiatan operasional di Bank Syariah
Mandiri, kecuali pengambilan keputusan untuk
pemberian pembiayaan kepada Direksi
sepanjang kewenangan Dewan Komisaris
tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar Bank
Syariah Mandiri atau dalam Rapat Umum
Pemegang Saham.
6. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa
Direksi telah menindaklanjuti temuan audit
dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan
Bank Indonesia, auditor intern, Dewan
Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.
7. Dewan komisaris wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 7
hari kerja sejak ditemukannya:
a. pelanggaran peraturan perundang -
undangan di bidang keuangan dan
perbankan; dan
b. suatu kondisi yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha di Bank Syariah
Mandiri.
8. Dalam rangka mendukung efektivitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya,
Dewan Komisaris wajib membentuk paling
kurang:
a. Komite Pemantau Resiko;
b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan
c. Komite Audit.
9. Pengangkatan anggota komite ditetapkan oleh
Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan
Komisaris.
10. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa
komite yang telah dibentuk menjalankan
tugasnya secara efektif.
11. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan
tata tertib kerja setiap komite.
12. Pedoman dan tata tertib kerja komite harus
dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara
berkala.
13. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan
tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi
setiap anggota Dewan Komisaris.
14. Pedoman dan tata tertib kerja paling kurang
mencantumkan:
a. waktu kerja; dan
b. pengaturan rapat.
15. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara optimal.
C Rapat Dewan Komisaris
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan
paling kurang 1 kali dalam 2 bulan.
2. Rapat Dewan Komisaris wajib dihadiri paling
kurang oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
anggota Dewan Komisaris.
3. Rapat Dewan Komisaris wajib dipimpin oleh
Komisaris Utama.
4. Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir
maka rapat Dewan Komisaris dapat dipimpin
oleh salah seorang anggota Dewan Komisaris.
5. Seluruh keputusan Dewan Komisaris yang
dituangkan dalam risalah rapat merupakan
keputusan bersama seluruh anggota Dewan
Komisaris.
6. Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan
dalam risalah rapat dan didokumentasikan
dengan baik.
7. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat
(dissenting opinions) atas hasil keputusan rapat
Dewan Komisaris, maka perbedaan pendapat
tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam
risalah rapat beserta alasannya.
D Aspek Transparansi Dewan Komisaris
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Anggota Dewan Komisaris wajib
mengungkapkan:
a. kepemilikan saham yang mencapai 5% atau
lebih pada Bank Syariah Mandiri;
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga
dengan pemegang saham pengendali,
anggota Dewan Komisaris lain dan/atau
anggota Direksi;
c. rangkap jabatan pada perusahaan atau
lembaga lain.
2. Anggota Dewan Komisaris dilarang
memanfaatkan Bank Syariah Mandiri untuk
kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak
lain yang dapat mengurangi aset atau
mengurangi keuntungan Bank Syariah Mandiri.
3. Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil
dan/atau menerima keuntungan pribadi dari
Bank Syariah Mandiri selain remunerasi dan
fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum
Pemegang Saham.
4. Anggota Dewan Komisaris wajib
mengungkapkan remunerasi dan fasilitas pada
laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
FAKTOR JAWABAN
A Persyaratan Direksi
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan, hubungan
keluarga, dan persyaratan lain bagi anggota
Direksi tunduk kepada ketentuan Bank
Indonesia.
2. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian
anggota Direksi kepada Rapat Umum
Pemegang Saham, dilakukan dengan
memperhatikan rekomendasi Komite
Remunerasi dan Nominasi.
B Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Direksi bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan pengelolaan Bank Syariah Mandiri
berdasarkan prinsip kehati - hatian dan prinsip
syariah.
2. Direksi wajib mengelola Bank Syariah Mandiri
sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar Bank Syariah Mandiri dan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
3. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap
kegiatan usaha Bank Syariah Mandiri pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
4. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit
dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan
Bank Indonesia, auditor intern, Dewan
Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.
5. Dalam rangka melaksanakan GCG, Direksi
wajib memiliki fungsi paling kurang:
a. Audit Intern;
b. Manajemen Resiko dan Komite Manajemen
Resiko; dan
c. Kepatuhan.
6. Direksi wajib mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham
melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
7. Direksi harus mengungkapkan kepada pegawai
kebijakan Bank Syariah Mandiri yang bersifat
strategis di bidang kepegawaian.
8. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa
umum kepada pihak lain yang mengakibatkan
pengalihan tugas dan fungsi Direksi.
9. Direksi hanya dapat menggunakan jasa
konsultan, penasihat, atau yang dapat
dipersamakan dengan itu sepanjang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. proyek bersifat khusus yang sangat
diperlukan untuk kegiatan usaha Bank
Syariah Mandiri;
b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang
sekurang - kurangnya mencakup tujuan,
ruang lingkup kerja, tanggung jawab, jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya; dan
c. konsultan merupakan pihak independen
yang profesional dan memiliki kualifikasi
yang cukup untuk melaksanakan proyek
secara efektif dan efisien.
10. Direksi wajib menyediakan data dan informasi
yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada
Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas
Syariah.
11. Setiap anggota Direksi wajib memiliki kejelasan
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang
tugasnya.
12. Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib
kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota
Direksi.
13. Pedoman dan tata tertib kerja paling kurang
mencantumkan:
a. waktu kerja; dan
b. pengaturan rapat.
14. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan
menjadi tanggung jawab seluruh anggota
Direksi.
C Rapat Direksi
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib
diputuskan melalui rapat Direksi.
2. Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam
risalah rapat dan didokumentasikan dengan
baik.
3. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat,
(dissenting opinions) atas hasil keputusan rapat
Direksi, maka perbedaan pendapat tersebut
wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah
rapat beserta alasannya.
D Aspek Transparansi Direksi
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Anggota Direksi wajib mengungkapkan:
a. kepemilikan saham yang mencapai 5% atau
lebih, baik pada Bank Syariah Mandiri yang
bersangkutan maupun pada bank dan
perusahaan lain, yang berkedudukan di
dalam dan di luar negeri;
b. hubumgam keuangan dan hubungan
keluarga dengan pemegang saham
pengendali, anggota Dewan Komisaris
dan/atau anggota Direksi lainnya.
2. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan Bank
Syariah Mandiri untuk kepentingan pribadi,
keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat
mengurangi aset atau mengurangi keuntungan
Bank Syariah Mandiri.
3. Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau
menerima keuntungan pribadi dari Bank
Syariah Mandiri, selain remunerasi dan fasilitas
lainnya yang ditetapkan Rapat Umum
Pemegang Saham.
4. Anggota Direksi wajib mengungkapkan
remunerasi dan fasilitas pada laporan
pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam
peraturan Bank Indonesia.
3. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Komite - Komite
FAKTOR JAWABAN
A Struktur dan Keanggotaan Komite
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Anggota Komite Pemantau Resiko paling
kurang terdiri dari:
a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang perbankan syariah; dan
c. seorang pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang manajemen resiko.
2. Anggota Komite Pemantau Resiko wajib
memiliki integritas dan reputasi keuangan yang
baik.
3. Komite Pemantau Resiko diketuai oleh
Komisaris Independen.
4. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota
Komite Pemantau Resiko.
5. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi
anggota Komite Pemantau Resiko harus
merupakan Komisaris Independen.
6. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
paling kurang terdiri dari:
a. 2 orang Komisaris Independen; dan
b. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi
sumber daya manusia.
7. Komite Remunerasi dan Nominasi diketuai oleh
Komisaris Independen.
8. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota
Komite Remunerasi dan Nominasi.
9. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi
anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
harus merupakan Komisaris Independen.
10. Anggota Komite Audit paling kurang terdiri
dari:
a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang akuntansi keuangan; dan
c. seorang pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang perbankan syariah.
11. Anggota Komite Audit wajib memiliki
integritas dan reputasi keuangan yang baik.
12. Komite Audit diketuai oleh Komisaris
Independen.
13. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota
Komite Audit.
14. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi
anggota Komite Audit harus merupakan
Komisaris Independen.
15. Mantan anggota Direksi Bank Syariah Mandiri
tidak dapat menjadi pihak independen pada
Bank Syariah Mandiri sebelum menjalani masa
tunggu (cooling off) paling kurang selama 6
bulan.
B Jabatan Rangkap Ketua Komite
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Ketua Komite hanya dapat merangkap jabatan
sebagai ketua komite paling banyak pada 1
komite lainnya di Bank Syariah Mandiri.
2. Komite Pemantau Resiko mempunyai tugas
dan tanggung jawab paling kurang:
a. melakukan evaluasi tentang kebijakan
manajemen resiko;
b. melakukan evaluasi tentang kesesuaian
antara kebijakan manajemen resiko dengan
pelaksanaan kebijakan tersebut;
c. melakukan evaluasi pelaksanaan tugas
Komite Manajemen Resiko dan Satuan
Kerja Manajemen Resiko.
3. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai
tugas dan tanggung jawab paling kurang:
a. terkait dengan kebijakan remunerasi:
1) melakukan evaluasi terhadap
kebijakan remunerasi;
2) melakukan evaluasi terhadap
kesesuaian antara kebijakan
remunerasi dengan pelaksanaan
kebijakan tersebut; dan
3) memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris mengenai kebijakan
remunerasi bagi Dewan Komisaris,
Direksi, Dewan Pengawas Syariah,
Pejabat Eksekutif dan pegawai secara
keseluruhan.
b. terkait dengan kebijakan nominasi:
1) memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris mengenai sistem
serta prosedur pemilihan dan/atau
penggantian anggota Dewan
Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah;
2) memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris mengenai calon
anggota Dewan Komisaris, Direksi
dan/atau Dewan Pengawas Syariah;
3) memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris mengenai calon
pihak independen yang akan menjadi
anggota komite.
4. Komite Remunerasi dan Nominasi dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab terkait
dengan kebijakan remunerasi paling kurang
wajib memperhatikan:
a. kinerja keuangan;
b. pemenuhan pembentukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva;
c. kewajaran dengan peer group; dan
d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka
panjang Bank Syariah Mandiri.
5. Komite Audit memiliki tugas dan tanggung
jawab paling kurang:
a. melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit
intern dalam rangka menilai kecukupan
pengendalian intern termasuk kecukupan
proses pelaporan keuangan; dan
b. melakukan koordinasi dengan Kantor
Akuntan Publik dalam rangka efektivitas
pelaksanaan audit ekstern.
6. Dalam rangka melaksanakan tugas, Komite
Audit paling kurang melakukan evaluasi
terhadap:
a. pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh
fungsi audit intern;
b. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas
hasil temuan audit dan/atau rekomendasi
dari hasil pengawasan Bank Indonesia,
auditor intern, Dewan Pengawas Syariah,
dan/ auditor ekstern.
c. Komite Audit memberikan rekomendasi
mengenai penunjukkan Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan
Komisaris.
C Rapat Komite
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam
risalah rapat dan didokumentasikan dengan
baik.
4. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
A FAKTOR JAWABAN
Persyaratan Dewan Pengawas Syariah
SUDAH
BELUM KRITERIA/INDIKATOR
TERLAKSANA TERLAKSANA
1. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan
persyaratan lain bagi Dewan Pengawas Syariah
tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia.
2. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian
anggota Dewan Pengawas Syariah kepada
Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan
dengan memperhatikan rekomendasi Komite
Remunerasi dan Nominasi.
3. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas
Syariah paling lama sama dengan masa jabatan
anggota Direksi atau Dewan Komisaris.
B Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas
Syariah
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip
– prinsip GCG.
2. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah adalah memberikan nasihat dan saran
kepada Direksi serta mengawasi kegiatan bank
agar sesuai dengan prinsip syariah.
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah meliputi antara lain:
a. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip
syariah atas pedoman operasional dan
produk yang dikeluarkan bank;
b. Mengawasi proses pengembangan produk
baru bank agar sesuai dengan fatwa Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia;
c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk
produk baru bank yang belum ada
fatwanya;
d. Melakukan review secara berkala atas
pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa bank;
dan
e. Meminta data dan informasi terkait dengan
aspek syariah dari satuan kerja bank dalam
rangka pelaksanaan tugasnya.
4. Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan
Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas
Syariah secara semesteran.
5. Laporan wajib disampaikan kepada Bank
Indonesia paling lambat 2 bulan setelah periode
semester dimaksud berakhir.
6. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dan tata
cara penyampaian laporan akan diatur lebih
rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
7. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib
menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
secara optimal.
C Rapat Dewan Pengawas Syariah
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib
diselenggarakan paling kurang 1 kali dalam 1
bulan.
2. Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas
Syariah dilakukan berdasarkan musyawarah
mufakat.
3. Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah
yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan
keputusan bersama seluruh anggota Dewan
Pengawas Syariah.
4. Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah wajib
dituangkan dalam risalah rapat dan
didokumentasikan dengan baik.
D Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah
KRITERIA/INDIKATOR SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
1. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib
mengungkapkan rangkap jabatan sebagai
anggota Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga keuangan syariah lain dalam laporan
pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia.
2. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang
memanfaatkan Bank Syariah Mandiri untuk
kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak
lain yang dapat mengurangi aset atau
mengurangi keuntungan Bank Syariah Mandiri.
3. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang
mengambil dan/atau menerima keuntungan
pribadi dari Bank Syariah Mandiri selain
remunerasi dan fasilitas lainnya yang
ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib
mengungkapkan remunerasi dan fasilitas pada
laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia.
5. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang
merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh
Bank Umum Syariah.
5. Fungsi Kepatuhan, Audit intern, dan Audit Ekstern
A
FAKTOR JAWABAN
Fungsi Kepatuhan
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib memiliki 1 orang
direktur yang bertugas untuk memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia
dan peraturan perundang – undang lainnya
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai direktur kepatuhan.
2. Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas
direktur, Bank Syariah Bukopin wajib
melaksanakan fungsi kepatuhan yang
independen terhadap kesatuan kerja
operasional.
3. Pelaksanaan fungsi kepatuhan harus didukung
oleh personil yang paling kurang memiliki
pengetahuan dan/atau pemahaman tentang
operasional perbankan syariah
B Fungsi Audit Intern
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib menerapkan
fungsi audit intern yang efektif sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai penerapan standar pelaksanaan
fungsi audit intern bank umum.
2. Bank Syariah Mandiri wajib melaksanakan
fungsi audit intern yang independen terhadap
satuan kerja operasional.
3. Pelaksanaan fungsi audit intern harus didukung
oleh personil dalam jumlah yang memadai dan
kompeten di bidangnya, dengan paling kurang
terdapat 1 orang personil yang memiliki
pengetahuan dan/atau pemahaman tentang
operasional perbankan syariah.
4. Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan
pemenuhan prinsip syariah disampaikan
kepada Dewan Pengawas Syariah
C Fungsi Audit Ekstern SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib menunjuk
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
yang terdaftar di Bank Indonesia dalam
pelaksanaan audit laporan keuangan Bank
Syariah Mandiri.
2. Penunjukkan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik wajib terlebih dahulu
memperoleh persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham berdasarkan calon yang
diajukan oleh Dewan Komisaris.
3. Pelaksanaan audit, penunjukkan Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik wajib
memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku mengenai hubungan antara Bank
Syariah Mandiri dengan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik.
6. Batas Maksimum Penyaluran Dana
FAKTOR JAWABAN
A Batas Maksimum Penyaluran Dana
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Pelaksanaan penyaluran dana wajib mengikuti
ketentuan Bank Indonesia mengenai batas
maksimum penyaluran dana.
7. Aspek Transparansi Kondisi Bank Syariah Mandiri
FAKTOR JAWABAN
A Aspek Transparansi Kondisi Bank Syariah
Mandiri
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib melaksanakan
transparansi kondisi keuangan dan non-
keuangan kepada stakeholders.
2. Dalam rangka pelaksanaan tarnsparansi kondisi
keuangan dan non-keuangan, Bank Syariah
Mandiri wajib menyusun dan menyajikan
laporan sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank.
3. Bank Syariah Mandiri wajib melaksanakan
transparansi informasi mengenai produk dan
penggunaan data nasabah Bank Syariah
Mandiri sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah.
4. Bank Syariah Mandiri wajib melaporkan
kepada Bank Indonesia apabila terjadi
perubahan terhadap:
a. Pedoman manajemen resiko termasuk
pedoman risk control system, sistem
pengendalian intern, sistem teknologi
informasi yang digunakan dan pedoman
GCG;
b. Sistem dan prosedur kerja yang digunakan
dalam kegiatan operasional Bank Syariah
Mandiri.
5. Bank Syariah Mandiri wajib menyampaikan
laporan perubahan kepada Bank Indonesia
paling lambat 1 bulan sejak terjadinya
perubahan atau sesuai jangka waktu tertentu
apabila diatur secara khusus dalam ketentuan
Bank Indonesia lain yang mengatur mengenai
penyampaian laporan tersebut.
6. Bank Syariah Mandiri wajib melaporkan
struktur kelompok usaha yang terkait dengan
Bank Syariah Mandiri termasuk badan hukum
pemilik Bank Syariah Mandiri sampai dengan
ultimate shareholders kepada Bank Indonesia 1
tahun sekali untuk posisi akhir tahun dan setiap
terdapat perubahan struktur kelompok usaha
yang menyebabkan perubahan pengendali
Bank Syariah Mandiri.
7. Laporan struktur kelompok usaha untuk posisi
akhir tahun merupakan bagian dari Laporan
Tahunan Bank Syariah Mandiri.
8. Bank Syariah Mandiri wajib menyampaikan
laporan perubahan struktur kelompok usaha
kepada Bank Indonesia paling lambat 1 bulan
setelah terjadinya perubahan.
8. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa
FAKTOR JAWABAN
A Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Jasa
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA
KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib melaksanakan
pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan
operasional Bank Syariah Mandiri
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa.
9. Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan
FAKTOR JAWABAN
A Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Dalam rangka meningkatkan kualitas proses
pengambilan keputusan oleh Direksi serta
kualitas proses pengawasan oleh Dewan
Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah, Bank
Syariah Mandiri wajib memastikan
ketersediaan dan kecukupan laporan internal
yang didukung oleh sistem informasi
manajemen yang memadai.
B Penanganan Benturan Kepentingan
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Dalam hal terjadi benturan kepentingan,
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi
dan Pejabat Eksekutif dilarang mengambil
tindakan yang dapat mengurangi aset atau
mengurangi keuntungan Bank Syariah Mandiri.
2. Benturan kepentingan wajib diungkapkan
dalam setiap keputusan.
3. Untuk menghindari pengambilan keputusan
yang berpotensi mengurangi aset atau
mengurangi keuntungan Bank Syariah Mandiri,
Bank Syariah Mandiri harus memiliki dan
menerapkan kebijakan intern mengenai:
a. Pengaturan mengenai penanganan benturan
kepentingan yang mengikat setiap pengurus
dan pegawai Bank Syariah Mandiri, antara
lain tata cara pengambilan keputusan; dan
b. Administrasi pencatatan, dokumentasi dan
pengungkapan benturan kepentingan
dimaksud dalam risalah rapat.
10. Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG
FAKTOR JAWABAN
A Laporan Pelaksanaan GCG
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib menyusun laporan
pelaksanaan GCG pada setiap akhir tahun
buku.
2. Laporan pelaksanaan GCG paling kurang
meliputi:
a. Kesimpulan umum dari hasil self assesment
atas pelaksanaan GCG Bank Syariah
Mandiri;
b. Kepemilikan saham anggota Dewan
Komisaris, hubungan keuangan dan
hubungan keluarga anggota Dewan
Komisaris dengan pemegang saham
pengendali, anggota Dewan Komisaris lain
dan/atau anggota Direksi Bank Syariah
Mandiri serta jabatan rangkap pada
peusahaan atau lembaga lain;
c. Kepemilikan saham anggota Direksi serta
hubungan keuangan dan hubungan keluarga
anggota Direksi dengan pemegang saham
pengendali, anggota Dewan Komisaris
dan/atau anggota Direksi lain;
d. Rangkap jabatan sebagai anggota Dewan
Pengawas Syariah pada lembaga keuangan
syariah lainnya;
e. Daftar konsultan, penasihat atau yang
dipersamakan dengan itu yang digunakan
oleh Bank Syariah Mandiri;
f. Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain
(remuneration package) bagi Dewan
Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas
Syariah;
g. Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
h. Frekuensi rapat Dewan Komisaris;
i. Frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah;
j. Jumlah penyimpangan (internal fraud)
yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh
Bank Syariah Mandiri;
k. Jumlah permasalahan hukum baik perdata
maupun pidana dan upaya penyelesaian
oleh Bank Syariah Mandiri;
l. Transaksi yang mengandung benturan
kepentingan
m. Buy back shares dan/atau buy back obligasi
Bank Syariah Mandiri;
n. Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik
jumlah maupun pihak penerima dana; dan
o. Pendapatan non halal dan penggunaannya.
3. Pengungkapan kebijakan remunerasi dan
fasilitas lain (remuneration package) bagi
Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah paling kurang mencakup
jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah
anggota Direksi, jumlah anggota Dewan
Pengawas Syariah serta jumlah keseluruhan
gaji, tunjangan (benefits), kompensasi dalam
bentuk saham, bentuk remunerasi lainnya dan
fasilitas yang ditetapkan Rapat Umum
Pemegang Saham.
4. Bank Syariah Mandiri wajib menyampaikan
laporan pelaksanaan GCG kepada pemegang
saham dan kepada:
a. Bank Indonesia;
b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI);
c. Lembaga Pemeringkat di Indonesia;
d. Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional
(Perbanas);
e. 1 lembaga penelitian di bidang ekonomi
dan keuangan; dan
f. 1 majalah ekonomi dan keuangan.
5. Bila Bank Syariah Mandiri telah memiliki
homepage wajib menginformasikan laporan
pelaksanaan GCG pada homepage Bank
Syariah Mandiri paling lambat 3 bulan setelah
tahun buku berakhir.
6. Bank Syariah Mandiri dianggap terlambat
menyampaikan laporan pelaksanaan GCG
apabila Bank Syariah Mandiri menyampaikan
laporan dimaksud kepada Bank Indonesia
melampaui batas akhir waktu penyampaian
laporan tetapi belum melampaui 1 bulan sejak
batas akhir waktu penyampaian laporan.
7. Bank Syariah Mandiri dianggap tidak
menyampaikan laporan GCG apabila Bank
Syariah Mandiri belum menyampaikan laporan
dimaksud hingga akhir batas waktu
keterlambatan.
8. Penyampaian laporan pelaksanaan GCG
kepada Bank Indonesia di alamatkan kepada:
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH
Thamrin No.2, Jakarta 10350
B Self Assesment Pelaksanaan GCG
SUDAH
TERLAKSANA
BELUM
TERLAKSANA KRITERIA/INDIKATOR
1. Bank Syariah Mandiri wajib melakukan self
assesment atas pelaksanaan GCG paling kurang
1 kali dalam setahun.
2. Tata cara self assesment diatur dengan Surat
Edaran Bank Indonesia.
3. Dalam rangka melakukan penilaian terhadap
pelaksanaan GCG, Bank Indonesia dapat
melakukan evaluasi terhadap hasil self
assesment pelaksanaan GCG.
4. Berdasarkan hasil evaluasi, Bank Indonesia
dapat meminta Bank Syariah Mandiri untuk
melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bpk. Fadie Hamzah
Jabatan : Officer Analisis, Implementasi, dan Pengukuran GCG BSM
Tempat, Hari/Tgl : Wisma Antara, Selasa 25 November 2014
Waktu : Pukul 10.10 WIB
- Pertanyaan:
apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris?
Jawab: tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris seperti yang diamanatkan pada PBI
GCG 11/33 dia mengawasi bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dari
direksi, dalam hal mengawasi mekanismenya dewan komisaris dalam melaksanakan
fungsi pengawasannya di BSM jadi dibantu oleh 3 komite, ada komite audit, ada komite
pemantau resiko, dan komite remunerasi dan nominasi. Mereka ini yang membantu
dewan komisaris dalam melakukan pengawasan pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya direksi. Nah, selain itu selain disupport oleh 3 komite tadi, dewan komisaris
sendiri dia cukup konsen juga nih, melakukan fungsi pengawasannya melalui rapat-rapat
langsung dengan komisaris, ada komdir, itu rutin dilaksanakannya setiap bulan itu pasti
ada, itu fungsinya untuk meng follow up kerjanya dari si komite-komite ini, masukan dari
komite di follow up di komisaris dan direksi itu dibahas disitu. Disitu ada fungsi
pengawasannya. Jadi komisarisnya cukup konsen atas tugas dan tanggung jawabnya
direksi. Jadi mekanisme melakukan pengawasannya komite-komite itu dan melalui rapat-
rapat antara rapat pengawasan antara komisaris dan direksi.
- Pertanyaan:
Apa saja tugas dan tanggung jawab direksi?
Jawab: tugas dan tanggung jawabnya direksi menjalankan visi dan misi dan menetapkan
strategi bank, mau seperti apa strateginya. Di BSM dalam mencapai visinya dia.
Kemudian evaluasi pencapaian-pencapaian targetnya. Terus ada aktifitas internal audit
divisionnya. Terus kita juga punya transformation program...... minimalkan direksi itu
harus dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya minimal dia harus punya 4
fungsi, yang pertama fungsi satuan kerja audit internal, itu tugasnya lebih kepada
pengawasan dari internal, bagaimana dia bisa informasiin internalnya. Untuk itu terkait
dengan fungsi satuan kerja audit internal ini direksi membentuk internal audit division
yang bertugas untuk mengaudit BSM bagaimana pelaksanaannya, apakah sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku apa gak. Fungsi yang kedua manajemen resiko. Nah
direksi harus punya fungsi manajemen resiko. Kalo di BSM ini dipegang oleh yang
namanya risk management division. Dia yang memegang yang fungsinya untuk melihat
profil resikonya BSM ada dimana. Nah dia nih yang support datanya ke direksi terkait
resikoyang dihadapi BSM pada di level apa resiko di BSM. Yang ketiga fungsi
kepatuhan. Nah kepatuhan adanya disini di complience division. Fungsinya dia untuk
menjaga BSM dari munculnya resiko kepatuhan. Resiko kepatuhan itu resiko yang
muncul ketika BSM g sesuai dengan kegiatan operasionalnya, g sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku, aturan-aturan dari legulator. Jadi ada 3 tadi itu kan, minimal
direksi dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya ada 4 fungsi yang tadi saya bilang,
yang pertama satuan kerja audit intern, yang kedua fungsi manajemen resiko, yang ketiga
fungsi kepatuhan, dan yang terakhir corporate secretary yang terkait dengan hubungan
dengan eksternal, terus juga dengan sosial juga, seperti itu. Jadi dia yang ngatur.
- Pertanyaan:
Bagaimana struktur dan keanggotaan komite?
Jawab: kalo kaya struktur dan keanggotaan komite di BSM, dia jelas udah g keluar dari
koridornya peraturan BI ya. Jadi diketuai oleh komisars independen dan dipegang oleh
yang beranggotakan dua ya, yang satu di bidang ahli perbankan syariah, yang satu lagi di
bidang keilmuannya. Jadi ga hanya di bidang ahli perbankan syariahnya aja atau dua-
duanya di bidang keilmuannya, jadi saling melengkapi satu sama lain. Kalau yang
komite-komite lain sama kaya gitu juga, ga di luar dari peraturan BI, tetep harus sesuai
regulasi yang diamanatkan oleh BI, kaya gitu.
- Pertanyaan:
Bagaimana jabatan rangkap yang diperbolehkan bagi ketua komite?
Jawab: kalau untuk jabatan rangkap juga sama, aturannya kan hanya boleh merangkap
dua untuk seorang komite hanya boleh merangkap 1 komite juga. Kebetulan di BSM
kemarin abis pergantian dewan komisaris sempet ada rangkap jabatan antara komite audit
sama komite manajemen resiko. Tapi sekarang setelah pengangkatan itu keputusan dari
OJK udah keluar, sekarang ga ada rangkap jabatan yang di BSM ini. Jadi komite-
komitenya masing-masing punya ketua sendiri-sendiri, jadi ya masing-masing bisa
konsen untuk ngurusin masing-masing tanggung jawabnya. Jadi ga ada perangkapan lagi
sekarang. Kalo kemaren sempet ada perangkapan karena masih dalam proses dari OJK,
jadi saat itu kemaren sempet beberapa bulan sempet rangkap jabatan si ketua komite, tapi
kemaren bulan oktober kalo ga salah, keputusan OJK terkait dengan ketentuan prosesnya
dewan komisaris udah keluar, ga ada perangkapan lagi. Pun seandainya ada, kita tetep
pegang koridornya PBI yang berlaku.
- Pertanyaan:
Apa saja tugas dan tanggung jawab komite?
Jawab: komite di BSM kan ada 3, ada komite pemantau resiko yang tugasnya untuk
mengawasi terkait resikonya di BSM seperti apa, pokoknya dia memantau resik-resiko di
BSM. Kalau komite audit dia juga sama, dia juga mengawasi bagaimana pelaksanaan
auditnya di BSM, baik itu audit internal maupun audit eksternalnya, bagaimana apakah
setiap temuan-temuan audit itu udah ditindak lanjuti apa ga, dia memantau temuan-
temuan itu apa aja, terus dilaporin ke dewan komisaris dan nanti dikomunikasikan lagi ke
direksi. Nah kalo komite yang terakhir ada komite remunerasi dan nominasi, tugasnya si
remunerasi ini dia lebih kepada banyak pejabat-pejabat di BSM, siapa yang mau
diusulkan, kaya siapa yang yang diusulkan untuk pergantian dewan komisaris atau
pergantian direksi.
- Pertanyaan:
Bagaimana pelaksanaan rapat komite di BSM?
Jawab: pelaksanaan rapat komite itu rutin ya, di BSM kalo ga salah minimal sebulan
sekali. Jadi komite-komite itu dia kan anggota komite itu diketuai oleh komisaris ya, dan
juga anggota-anggotanya ada yang komisaris juga ada yang profesional juga gitu. Jadi ga
hanya komisaris. Dan mereka biasanya melaksanakan rapat rutin sebulan sekali. Jadi kalo
di PBI dia tidak membatasi ya, minimal berapa. Tapi pelaksanaannya di BSM minimal
dia sebulan sekali ngebahas isu-isunya di BSM, katakanlah komite pemantau resiko, itu,
dia ngebahas isu-isu tentang resiko audit, temuan-temuannya apa aja, itu dibahas sebulan
sekali.
- Pertanyaan:
Apa saja tugas dan tanggung jawab DPS?
Jawab: kalo DPS intinya pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dia
mengawasi pelaksanaan prinsip syariah di BSM seperti apa, udah sesuai ga dengan
aturan-aturan fatwa-fatwa MUI nya, prinsip syariahnya udah dijalankan sesuai dengan
aturan bener atau ga, dia mengawasi itu. Yang kedua DPS di BSM juga terlibat dalam
pemberian opini-opini, opini-opini tu ada misalkan terkait proses bisnis nih, opininya
menurut DPS gimana, udah sesuai ga sih dengan prinsip-prinsp syariah, kaya gitu. Proses
bisnis misalkan. Terus juga ketika BSM misalkan mau ngeluarin produk baru nih, produk
baru ini udah sesuai ga dengan prinsip syariah, kaya gitu. Terus juga selain kaya gitu dia
melakukan uji petik. Uji petik tu biasanya melakukan kunjungan ke cabang-cabang
periksa gimana nih pelaksanaan prinsip-prinsip syariahnya udah terlaksana dengan baik
apa ga, jadi dia dateng ke cabang biasanya. Periksa dokumen, juga akad-akadnya udah
sesuai dengan prinsip syariah apa ga, dia periksa itu setiap enam bulan sekali dia bikin
laporan dan ditembusin ke BSM dan ke OJK juga.
- Pertanyaan:
Bagaimana pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaaluran dana serta pelayanan jasa di BSM?
Jawab: jadi terkait pelaksanaan prinsip syariah ini setiap kegiatan baik itu penghimpunan
dana, penyaluran dana, atau pelayanan jasa nih kita pastikan dulu untuk penghimpunan
dana, apa tabungan, terus penyaluran dana ataupun pelayanan jasa, karena melalui opini
dari DPS, jadi insya Allah dipastikan setiap produk yang dilempar tu udah sesuai prinsip
syariah. Nah bagaimana pelaksanaannya? Di lapangan kita juga tau kan evaluasi, kita
melakukan monitoring, salah satu contohnya kaya tadi, melalui uji petik DPS, dia periksa
tu ke cabang-cabang bagaimana terkait pelaksanaan di cabang sesuai prinsip syariah apa
ga. Jadi ga hanya produknya itu sesuai prinsip syariah, tapi kita juga melakukan evaluasi
pelaksanaannya seprti apa. Nah selain DPS juga kita punya yang namanya di BSM nih
ya, ga ada di PBI, tapi kita punya yang namanya SYARIAH COMPLIENCE. Jadi dia di
luar DPS tapi jadi dia memang mengerti tentang prinsip syariah, jadi ibaratnya dia
profesionalnya dan juga di BSM yang ngerti prinsip syariahnya seperti apa. Jadi dia yang
membantu DPS, jadi dia yang ngeliatin DPS itu yang ngeliatin sesuai prinsip syariahnya
itu ga hanya seorang DPS tapi kita punya SYARIAH COMPLIENCE.
- Pertanyaan:
Bagaimana penanganan benturan kepentingan di BSM?
Jawab: terkait dengan benturan kepentingan ya, benturan kepentingan ini kalo di BSM
kita punya aturan yang namanya kode etik di BSM. Jadi dia itu isi aturan-aturan ini
pedoman-pedoman ini isinya aturan yang mengatur bagaimana pegawai BSM dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi itu aturan yang mengatur di BSM. jadi
semua yang terkait benturan kepentingan banyak diatur dalam situ. Terkait benturan
kepentingan, terus juga yang siapa yang melanggar seperti apa, itu juga ada. Dan kita
juga selalu berupaya masukin semua prinsip-prinsip GCG dalam aturan-aturan yang SOP
nya ya BSM. jadi itu juga sebagian cara menghindari benturan-benturan kepentingan di
BSM.
- Pertanyaan:
Bagaimana penerapan fungsi kepatuhan di BSM?
Jawab: kalau penerapan fungsi kepatuhan di BSM, kita punya yang namanya complience
division. Complience division ini yang memantau dan menjaga BSM dari yang namanya
resiko-resiko kepatuhan. Pelaksanaan fungsi kepatuhan ini dipegang oleh complience
division (divisi kepatuhan), kita terbagi atas bagian pengawasan I da II, bagian
monitoring supporting, bagian pengujian, bagian pengembangan GCG, dan bagian
sistem. Jadi tugasnya bagian pengawasan adalah fungsinya mengawasi kegiatan cabang
dan divisi yang ada di kantor pusat, pengawasan ini terkait bagaimana pelaksanaan fungsi
kepatuhan. Kemudian bagian sistem, tugasnya adalah terkait regulasi-regulasi (aturan-
aturan) eksternal, jadi kalo misalkan ada aturan baru entah itu dari OJK atau dari PBI,
mereka yang membuat kajiannya, kemudian kajiannya itu diinternalisasi ke aturan-aturan
BSM. supaya BSM memastikan udah sesuai ga dengan aturan-aturan regulator. Terus
bagian pengujian, tugasnya untuk menguji proses pelaksanaan aliran dana itu udah sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku apa ga. Terus bagian pengembangan GCG, tugasnya
adalah memastikan pelaksanaan GCG nya di BSM. yang terakhir bagian AKUPPT
tugasnya adalah terkait dengan pencucian uang, dia yang laporin ke PPAT, ke KPK, kaya
gitu. Kalo pelaksanaan fungsi kepatuhannya di BSM seperti itu.
- Pertanyaan:
Bagaimana penerapan fungsi audit internal di BSM?
Jawab: fungsi audit intern di BSM dipegang oleh internal audit division, dia yang
melaksanakan fungsi audit intern. Jadi dia meriksa bagaimana BSM supaya pelaksanaan
kegiatannya sesuai dengan aturan internal yang berlaku. Jadi dia yang ngaudit cabang-
cabang, setiap cabang tu diaudit sama dia, terus juga dia yang menyusun kebijakan anti
fraud nya di BSM. dan dia juga yang koordinasi dengan audit-audit eksternal, jadi audit-
audit eksternal, baik itu dari Bank Mandiri sendiri selaku pemegang saham, terus juga
audit eksternal dari OJK, dari BI, mereka yang berhubungan dengan untuk memastikan
pelaksanaan audit di BSM. nah kalo kesehariannya ya mereka melakukan audit ke
seluruh unit kerja setiap tahunnya, kemudian dia lapor dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Utama terkait temuan-temuan apa aja di lapangan, terus bagaimana
tindak lanjutnya, bagaimana penyelesaiannya.
- Pertanyaan:
Bagaimana penerapan fungsi audit eksternal di BSM?
Jawab: penerapan fungsi audit eksternal disini kita melaksanakan seperti apa yang
diamanatkan melalui BI dan OJK terkait dengan eksternal. Kita setiap tahun memang ada
audit eksternal, khususnya di bidang keuangannya. Kita kerjasama dengan audit ekstrenal
IWAI, jadi kita sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi audit eksternal itu kan maksimal
5 tahun ya kalo ga salah aturannya, boleh ngaudit oleh auditor yang sama, tapi setelah 5
tahun masanya sudah selesai. Kalo ga salah IWAI itu terakhir tahun ini. Jadi untuk tahun
berikutnya diganti oleh audit eksternal lainnya. Jadi untuk menjalin independensi dan
juga sesuai dengan aturan dari regulator, kita setiap tahun melakukan audit dan
auditornya juga sesuai dengan yang diamanatkan oleh BI. PPATK juga kadang ikut audit
kita, ibaratnya yang mengawasi BSM ini ga hanya internal aja tapi eksternalnya juga.
- Pertanyaan:
Apakah batas maksimum penyaluran dana di BSM telah sesuai dengan ketentuan BI?
Dan apa sanksinya jika melanggar ketentuan dari BI?
Jawab: kalo untuk batas maksimum penyaluran dana ya itu di bagian CPD ada yang
namanya bagian pengujian. Jadi bagian pengujian itu memastikan setiap kita menyaluran
dana, udah sesuai dengan aturan yang berlaku ga. Salah satunya kaya gitu terkait dengan
batas maksimum penyaluran dana. Jadi setiap kita mau mengalirkan dana, pasti direview
dulu sama dia, dipastikan bahwa ketika dia nyalurin dana nih ga ada ketentuan batas
penyaluran yang dilanggar. Jadi alhamdulillah sampe saat ini terkait dengan batas
maksimum penyaluran dana masih belum ada pelanggaran. Jadi terkait sanksi sih
alhamdulillah kita ga kena sanksi apa-apa.
- Pertanyaan:
Sejauh mana BSM melakukan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan pada
stakeholders?
Jawab: terkait transparansi komdisi keuangan dan non keuangan, kita sampaikan laporan
keuangan kita setiap tahun yang audited secara tepat waktu. Itu kita sampaikan semua
laporan keuangan kita, posisi keuangan kita seperti apa, kita publish di surat kabar
maupun di website kita. Jadi seluruh orang nih yang mau tau laporan keuangan kita bisa
dengan mudah diakses di website kita. Jadi kita transparan ko.
- Pertanyaan:
Bagaimana bentuk laporan pelaksanaan GCG di BSM?
Jawab: laporan pelaksanaan GCG kita, jadi di PBI nya kan dia ada dua tipe kan ya, ada
yang bisa digabung sama laporan tahunan, ada juga yang laporan pelaksanaan GCG yang
terpisah. Kalo di BSM pilih untuk dipisah, sebagai bentuk transparansi dan bentuk
tanggung jawabnya kita ke masyarakat. Jadi laporan pelaksanaan GCG kita dipisah
dengan laporan tahunannya BSM. biar sisi laporannya tu fokus biar semuanya tu dirinci.
Kalo misalkan nanti dimasukin ke laporan tahunan takutnya dia ga fokus jadi kurang
perinci gitu bakal tebel banget. Jadi akhirnya kita bikin laporan tahunannya secara
terpisah. Seluruh informasi-informasi yang diamanatkan oleh BI kita sampaikan
semuanya disitu, dari struktur organisasinya seperti apa, pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya seperti apa, sampe ratio gajinya direktur, komisaris dan pegawai itu ada
lengkap semuanya. Sampe kasus-kasusnya BSM juga kita sampein, itu sebagai bentuk
tanggung jawab kita dalam pelaksanaan GCG kita bertransparansi kita coba comfertable
ke seluruh stakeholders gitu.
- Pertanyaan:
Bagaimana BSM menyediakan pelaporan internal untuk meningkatkan kualitas proses
pengambilan keputusan dan proses pengawasan oleh Direksi, Dewan Komisaris, dan
DPS?
Jawab: terkait penyediaan pelaporan internal untuk meningkatkan kualitas proses
pengambilan keputusan, jadi yang pasti proses pengambilan keputusan itu gimana biar
bisa baik, informasi yang bisa disampaikan ke si pengambil keputusan harus valid. Untuk
itu terkait untuk informasi ini BSM harus terkait dengan data-data, kita didukung oleh
sistem yang terus dalam proses perbaikan ya, kemarin BSM merubah power banking
systemnya, jadi itu juga sebagai salah satu cara supaya informasi-informasi yang terkait
data-data BSM suapaya data-data itu bisa didapat dengan valid dan cepaat. Jadi laporan
yang kita sampaikan lebih cepat dan juga untuk meningkatkan keakuratan dari data-data
itu. Jadi untuk proses pengambilan keputusan ini penyampaian laporan internal kita udah
didukung oleh sistem di BSM ini. Terus juga terkait pelaporan internal nih, kita punya
standar khusus, kita punya aturan khusus yang mengatur bagaimana standar pelaporan
internal tu harus memuat apa aja dan semua wajib untuk bisa mempertanggung jawabkan.
Jadi ga hanya sistemnya, kita juga punya prosedurnya terkait bagaimana pelaporan
internal itu yang baik, sehingga bisa mendukung pengambilan keputusan untuk Direksi,
Dewan Komisaris, dan juga untuk DPS, kaya gitu. Jadi sistemnya kita perbaiki dan juga
kita punya SOP nya yang mengatur itu.
PERATURAN BANK INDONESIA NO. 11/33/PBI/2009
TENTANG
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNACE BAGI BANK
UMUM SYARIAH
1. Dewan Komisaris
A Persyaratan Dewan Komisaris
1. Jumlah, komposisi, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan
persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada ketentuan
Bank Indonesia.
2. Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi Komisaris Independen
pada BUS yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off)
paling kurang selama 6 bulan.
3. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris
kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan memperhatikan
rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
4. Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki benturan
kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang direkomendasikan,
maka dalam usulan tersebut wajib diungkapkan adanya benturan
kepentingan serta pertimbangan - pertimbangan yang mendasari usulan
tersebut.
B Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip - prinsip GCG.
2. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya
pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi.
3. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada
Direksi.
4. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BUS.
5. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam
pengambilan keputusan kegiatan operasional di BUS, kecuali pengambilan
keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang
kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar
BUS atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
6. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti
temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,
auditor intern, Dewan Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.
7. Dewan komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank
Indonesia paling lambat 7 hari kerja sejak ditemukannya:
a. pelanggaran peraturan perundang - undangan di bidang keuangan dan
perbankan; dan
b. suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BUS.
8. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang:
a. Komite Pemantau Resiko;
b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan
c. Komite Audit.
9. Pengangkatan anggota komite ditetapkan oleh Direksi berdasarkan
keputusan rapat Dewan Komisaris.
10. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk
menjalankan tugasnya secara efektif.
11. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja setiap
komite.
12. Pedoman dan tata tertib kerja komite harus dievaluasi dan dilakukan
pengkinian secara berkala.
13. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang
bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
14. Pedoman dan tata tertib kerja paling kurang mencantumkan:
a. waktu kerja; dan
b. pengaturan rapat.
15. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
C Rapat Dewan Komisaris
1. Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 kali
dalam 2 bulan.
2. Rapat Dewan Komisaris wajib dihadiri paling kurang oleh 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah anggota Dewan Komisaris.
3. Rapat Dewan Komisaris wajib dipimpin oleh Komisaris Utama.
4. Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan
Komisaris dapat dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan Komisaris.
5. Seluruh keputusan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam risalah
rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Deewan Komisaris.
6. Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah rapat dan
didokumentasikan dengan baik.
7. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas hasil
keputusan rapat Dewan Komisaris, maka perbedaan pendapat tersebut
wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasannya.
D Aspek Transparansi Dewan Komisaris
1. Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan:
a. kepemilikan saham yang mencapai 5% atau lebih pada BUS yang
bersangkutan;
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang
saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau
2. Direksi
anggota Direksi; dan
c. rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain.
2. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan BUS untuk
kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat
mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
3. Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau menerima
keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang
ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan
fasilitas pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia ini.
A Persyaratan Direksi
1. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain
bagi anggota Direksi tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia.
2. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Direksi kepada Rapat
Umum Pemegang Saham, dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi
Komite Remunerasi dan Nominasi.
B Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
1. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS
berdasarkan prinsip kehati - hatian dan prinsip syariah.
2. Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BUS dan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
3. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
4. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari
hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas
Syariah dan/atau auditor ekstern.
5. Dalam rangka melaksanakan GCG, Direksi wajib memiliki fungsi paling
kurang:
a. Audit Intern;
b. Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko; dan
c. Kepatuhan.
6. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
7. Direksi harus mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BUS yang
bersifat strategis di bidang kepegawaian.
8. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.
9. Direksi hanya dapat menggunakan jasa konsultan, penasihat, atau yang
dapat dipersamakan dengan itu sepanjang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. proyek bersifat khusus yang sangat diperlukan untuk kegiatan usaha
BUS;
b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang - kurangnya
mencakup tujuan, ruang lingkup kerja, tanggung jawab, jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya; dan
c. konsultan merupakan pihak independen yang profesional dan
memiliki kualifikasi yang cukup untuk melaksanakan proyek secara
efektif dan efisien.
10. Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan
tepat waktu kepada Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah.
11. Setiap anggota Direksi wajib memiliki kejelasan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan bidang tugasnya.
12. Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat
mengikat bagi setiap anggota Direksi.
13. Pedoman dan tata tertib kerja paling kurang mencantumkan:
a. waktu kerja; dan
b. pengaturan rapat.
14. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab
seluruh anggota Direksi.
C Rapat Direksi
1. Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui rapat
Direksi.
2. Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam risalah rapat dan
didokumentasikan dengan baik.
3. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat, (dissenting opinions) atas hasil
keputusan rapat Direksi, maka perbedaan pendapat tersebut wajib
dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasannya.
D Aspek Transparansi Direksi
1. Anggota Direksi wajib mengungkapkan:
a. kepemilikan saham yang mencapai 5% atau lebih, baik pada BUS
yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain, yang
berkedudukan di dalam dan di luar negeri; dan
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang
saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota
Direksi lainnya.
2. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi,
keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau mengurangi
keuntungan BUS.
3. Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan
pribadi dari BUS, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan
Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas pada
3. Komite – Komite
A Struktur dan Keanggotaan Komite
1. Anggota Komite Pemantau Resiko paling kurang terdiri dari:
a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
perbankan syariah; dan
c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
manajemen resiko.
2. Anggota Komite Pemantau Resiko wajib memiliki integritas dan reputasi
keuangan yang baik.
3. Komite Pemantau Resiko diketuai oleh Komisaris Independen.
4. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau Resiko.
5. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Pemantau
Resiko harus merupakan Komisaris Independen.
6. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari:
a. 2 orang Komisaris Independen; dan
b. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia.
7. Komite Remunerasi dan Nominasi diketuai oleh Komisaris Independen.
8. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Remunerasi dan
Nominasi.
9. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Remunerasi
dan Nominasi harus merupakan Komisaris Independen.
10. Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari:
a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi keuangan; dan
c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
perbankan syariah.
11. Anggota Komite Audit wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan
yang baik.
12. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
13. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit.
14. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit harus
merupakan Komisaris Independen.
15. Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi pihak independen
sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6
bulan.
B Jabatan Rangkap Ketua Komite
1. Ketua Komite hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling
banyak pada 1 komite lainnya pada BUS yang sama.
laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam peraturan Bank
Indonesia.
2. Komite Pemantau Resiko mempunyai tugas dan tanggung jawab paling
kurang:
melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen
resiko;
melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara
kebijakan manajemen resiko dengan pelaksanaan
kebijakan tersebut;
melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite
Manajemen Resiko dan Satuan Kerja Manajemen
Resiko.
3. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab
paling kurang:
a. terkait dengan kebijakan remunerasi:
melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi;
melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara
kebijakan remunerasi dengan pelaksanaan kebijakan
tersebut; dan
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris
mengenai kebijakan remunerasi bagi Dewan
Komisaris, Direksi, Dewan Pengawas Syariah,
Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan.
b. terkait dengan kebijakan nominasi:
1) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota
Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah;
2) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
calon anggota Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Dewan
Pengawas Syariah;
3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
calon pihak independen yang akan menjadi anggota komite.
4. Komite Remunerasi dan Nominasi dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab terkait dengan kebijakan remunerasi paling kurang wajib
memperhatikan:
a. kinerja keuangan;
b. pemenuhan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva;
c. kewajaran dengan peer group; dan
d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BUS.
5. Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab paling kurang:
a. melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka
menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan; dan
b. melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam
rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern.
6. Dalam rangka melaksanakan tugas, Komite Audit paling kurang
melakukan evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern;
b. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit
dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,
auditor intern, Dewan Pengawas Syariah, dan/ auditor ekstern.
c. Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukkan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan
Komisaris.
C Rapat Komite
1. Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam risalah rapat dan
didokumentasikan dengan baik.
4. Dewan Pengawas Syariah
A Persyaratan Dewan Pengawas Syariah
1. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan
Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia.
2. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan Pengawas
Syariah kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan
memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
3. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama dengan
masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.
B Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
1. Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan prinsip – prinsip GCG.
2. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan bank agar
sesuai dengan prinsip syariah.
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah meliputi
antara lain:
a. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan bank;
b. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai
dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;
c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya;
d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank; dan
e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
4. Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil
Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran.
5. Laporan wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 2 bulan
setelah periode semester dimaksud berakhir.
6. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dan tata cara penyampaian laporan
akan diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
7. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang cukup
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
C Rapat Dewan Pengawas Syariah
1. Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang 1
kali dalam 1 bulan.
2. Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan
berdasarkan musyawarah mufakat.
3. Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang dituangkan dalam
risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan
Pengawas Syariah.
4. Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah wajib dituangkan dalam risalah rapat
dan didokumentasikan dengan baik.
D Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah
1. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap jabatan
sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah
lain dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia.
2. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang memanfaatkan BUS untuk
kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi
aset atau mengurangi keuntungan BUS.
3. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil dan/atau menerima
keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang
ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan remunerasi dan
fasilitas pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia.
5. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan sebagai
konsultan di seluruh Bank Umum Syariah.
5. Fungsi Kepatuhan, Audit Intern Dan Audi Ekstern
A Fungsi Kepatuhan
1. BUS wajib memiliki 1 orang direktur yang bertugas untuk memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang –
undang lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai direktur kepatuhan.
2. Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas direktur, BUS wajib
melaksanakan fungsi kepatuhan yang independen terhadap kesatuan kerja
operasional.
3. Pelaksanaan fungsi kepatuhan harus didukung oleh personil yang paling
kurang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional
perbankan syariah.
B Fungsi Audit Intern
1. BUS wajib menerapkan fungsi audit intern yang efektif sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan standar pelaksanaan
fungsi audit intern bank umum.
2. BUS wajib melaksanakan fungsi audit intern yang independen terhadap
satuan kerja operasional.
3. Pelaksanaan fungsi audit intern harus didukung oleh personil dalam jumlah
yang memadai dan kompeten di bidangnya, dengan paling kurang terdapat
1 orang personil yang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman tentang
operasional perbankan syariah.
4. Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan pemenuhan prinsip syariah
disampaikan kepada Dewan Pengawas Syariah.
C Fungsi Audit Ekstern
1. BUS wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan keuangan
BUS.
2. Penunjukkan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik wajib terlebih
dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
berdasarkan calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris.
3. Pelaksanaan audit, penunjukkan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan
Publik wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai
hubungan antara BUS dengan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.
6. Batas Maksimum Punyaluran Dana
A Batas Maksimum Penyaluran Dana
1. Pelaksanaan penyaluran dana wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum penyaluran dana.
7. Aspek Transparansi Kondisi BUS
A Aspek Transparansi Kondisi BUS
1. BUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non-
keuangan kepada stakeholders.
2. Dalam rangka pelaksanaan tarnsparansi kondisi keuangan dan non-
keuangan, BUS wajib menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank.
3. BUS wajib melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan
penggunaan data nasabah BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan
Data Pribadi Nasabah.
4. BUS wajib melaporkan kepada Bank Indonesia apabila terjadi perubahan
terhadap:
a. Pedoman manajemen resiko termasuk pedoman risk control system,
sistem pengendalian intern, sistem teknologi informasi yang
digunakan dan pedoman GCG;
b. Sistem dan prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan
operasional BUS.
5. BUS wajib menyampaikan laporan perubahan kepada Bank Indonesia
paling lambat 1 bulan sejak terjadinya perubahan atau sesuai jangka waktu
tertentu apabila diatur secara khusus dalam ketentuan Bank Indonesia lain
yang mengatur mengenai penyampaian laporan tersebut.
6. BUS wajib melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BUS
termasuk badan hukum pemilik BUS sampai dengan ultimate shareholders
kepada Bank Indonesia 1 tahun sekali untuk posisi akhir tahun dan setiap
terdapat perubahan struktur kelompok usaha yang menyebabkan perubahan
pengendali BUS.
7. Laporan struktur kelompok usaha untuk posisi akhir tahun merupakan
bagian dari Laporan Tahunan BUS.
8. BUS wajib menyampaikan laporan perubahan struktur kelompok usaha
kepada Bank Indonesia paling lambat 1 bulan setelah terjadinya perubahan.
8. Pelaksanaan Perinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa
A Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan
Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
1. BUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan
operasional BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan
Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa.
9. Pelaporan Internal Dan Benturan Kepentingan
A Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan
1. Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh
Direksi serta kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris dan
Dewan Pengawas Syariah, BUS wajib memastikan ketersediaan dan
kecukupan laporan internal yang didukung oleh sistem informasi
manajemen yang memadai.
B Penanganan Benturan Kepentingan
1. Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilarang mengambil tindakan yang
dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
2. Benturan kepentingan wajib diungkapkan dalam setiap keputusan.
3. Untuk menghindari pengambilan keputusan yang berpotensi mengurangi
aset atau mengurangi keuntungan BUS, BUS harus memiliki dan
menerapkan kebijakan intern mengenai:
a. Pengaturan mengenai penanganan benturan kepentingan yang
mengikat setiap pengurus dan pegawai BUS, antara lain tata cara
pengambilan keputusan; dan
b. Administrasi pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan benturan
kepentingan dimaksud dalam risalah rapat.
10. Laporan Dan Penilaian Pelaksanaan GCG
A Laporan Pelaksanaan GCG
1. BUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir tahun
buku.
2. Laporan pelaksanaan GCG paling kurang meliputi:
a. Kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan GCG
BUS;
b. Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan keuangan
dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dengan
pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain
dan/atau anggota Direksi BUS serta jabatan rangkap pada peusahaan
atau lembaga lain;
c. Kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan
hubungan keluarga anggota Direksi dengan pemegang saham
pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi
lain;
d. Rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga keuangan syariah lainnya;
e. Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang
digunakan oleh BUS;
f. Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration package) bagi
Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah;
g. Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
h. Frekuensi rapat Dewan Komisaris;
i. Frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah;
j. Jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya
penyelesaian oleh BUS;
k. Jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan upaya
penyelesaian oleh BUS;
l. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan;
m. Buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;
n. Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak
penerima dana; dan
o. Pendapatan non halal dan penggunaannya.
3. Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration
package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah
paling kurang mencakup jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah
anggota Direksi, jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah serta jumlah
keseluruhan gaji, tunjangan (benefits), kompensasi dalam bentuk saham,
bentuk remunerasi lainnya dan fasilitas yang ditetapkan Rapat Umum
Pemegang Saham.
4. BUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada pemegang
saham dan kepada:
a. Bank Indonesia;
b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI);
c. Lembaga Pemeringkat di Indonesia;
d. Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional (Perbanas);
e. 1 lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan; dan
f. 1 majalah ekonomi dan keuangan.
5. Bagi BUS yang telah memiliki homepage wajib menginformasikan laporan
pelaksanaan GCG pada homepage BUS paling lambat 3 bulan setelah
tahun buku berakhir.
6. BUS dianggap terlambat menympaikan laporan pelaksanaan GCG apabila
BUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank indonesia melampaui
batas akhir waktu penyampaian laporan tetapi belum melampaui 1 bulan
sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.
7. BUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila BUS belum
menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu keterlambatan.
8. Penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia di
alamatkan kepada:
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta 10350,
bagi BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan tembusan
kepada Direktorat Perbankan Syariah.
B Self Assesment Pelaksanaan GCG
1. BUS wajib melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG paling kurang
1 kali dalam setahun.
2. Tata cara self assesment diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
3. Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG, Bank
Indonesia dapat melakukan evaluasi terhadap hasil self assesment
pelaksanaan GCG.
4. Berdasarkan hasil evaluasi, Bank Indonesia dapat meminta BUS untuk
melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG.
TATA CARA PENGISIAN KERTAS KERJA SELF ASSESSMENT
Pengisian Kertas Kerja Self Assessment dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Menyusun analisis self assessment, dengan cara membandingkan
pemenuhan setiap kriteri/indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data
dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan
peringkat masing-masing kriteria/indikator. Adapun kriteria peringkat
adalah sebagai berikut:
a. Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan kriteria/indikator.
b. Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan kriteria/indikator.
c. Peringkat 3: hasil self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan
GCG Bank cukup sesuai dengan kriteria/indikator.
d. Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan kriteria/indikator.
e. Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan kriteria/indikator.
2. Menetapkan peringkat sub faktor, berdasarkan hasil analisis self
assessment, dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana
dimaksud pada nomor 1.
3. Menetapkan peringkat faktor, berdasarkan peringkat sub faktor. Dalam hal
tidak terdapat sub faktor, maka peringkat faktor dimaksud ditetapkan
berdasarkan hasil analisis self assessment, dengan mengacu pada kriteria
peringkat sebagaimana dimaksud pada nomor 1.
4. Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor yang juga memuat
permasalahan dan langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis
beserta target waktu pelaksanaannya.
5. Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank mengalikan
peringkaat dari masing-masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot
masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana tabel berikut:
No Faktor Bobot (%)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris
12.50
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah
10.00
5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa
5.00
6 Penanganan benturan kepentingan 10.00
7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00
9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00
10 Batas maksimum penyaluran dana 5.00
11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan,
laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
15.00
TOTAL 100.00
6. Untuk mendapatkan nilai komposit, Bank menjumlahkan nilai dari seluruh
faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut, Bank menetapkan predikat
komposit sebagaimana tabel berikut:
Nilai Komposit Predikat Komposit
Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik
1.5 ≤ Nilai Komposit < 2.5 Baik
2.5 ≤ Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik
3.5 ≤ Nilai Komposit < 4.5 Kurang Baik
4.5 ≤ Nilai Komposit ≤ 5 Tidak Baik
PT BANK SYARIAH MANDIRI
Pusat, dengan iiri menerangkan
SURAT KETERANGANNo. 16/6931-3/HCD
yang berkedudukan di Jalan M. H.
bahwa :
mandlnsya na n
PT Bank Syariah MandiriKantor Pusat
Wisma MandirrJl. MH. Thamrirr No. 5
Jakarta 1034(, indonesr:Tel (62-2i ) 2300 509, 3983 9000Fax (62-2 l) 3-cr83 2S89
www.syariah rr r,rnd i ri.co icl
Thamrin No. 5 Jakarta
Nama.
NIM:
Jurusan:
Universitas:
Farhah
1110046100174
Muamalat
UIN Syarif Hidayatullah
Telah melaksanakan penelitian/riset di PT Bank Syariah t\landiri - Kantor Pusat Compliance
Division (CPD) dengan judul skripsi "Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance di
Bank Syariah lvlandiri".
Demikian surat keterangan ini dibirat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 03 Desember 2014
PT BANK SYARIAH MANDIRIHUMAN CAPITAL DIVISION iII
f lar i'd:,*rPutri Fauziah RamadiantiDeputy Division Head
1
-) /'., '\-rl
'l$'usahizqit
okto pr:iansyah
Departmentf{ead