evaluasi musyawarah perencanaan pembangunan desa...
TRANSCRIPT
EVALUASI MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(MUSRENBANGDES) DALAM PEMBANGUNAN DI DESA
TANJUNG BATU KECIL KECAMATAN BURU KABUPATEN
KARIMUN TAHUN 2014
Naskah Publikasi
Oleh
WIRA AMRU HASBUDDIN
NIM. 110565201024
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
EVALUASI MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(MUSRENBANGDES) DALAM PEMBANGUNAN DI DESA
TANJUNG BATU KECIL KECAMATAN BURU KABUPATEN
KARIMUN TAHUN 2014
WIRA AMRU HASBUDDIN
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMRAH, [email protected]
ABSTRAK
Musyawarah perencanaan pembangunan desa merupakan suatu hal
yang sangat penting di dalam pembangunan terutama di desa yang kita anggap
selama ini suatu daerah atau tempat yang banyak kekurangan apalagi dari segi
pembangunan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui evaluasi musyawarah
perencanaan pembangunan di Desa Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru
Kabupaten Karimun tahun 2014 sudah efektf dilaksanakan apa belum. Jenis
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian
ini pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Lokasi
dalam penelitian ini yaitu di Desa Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru kabupaten
Karimun. Peneliti memfokuskan teori Handoko (2001:7) berpendapat efektifitas
merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dari teori diatas dinyatakan bahwa efektifitas merupakan
suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu tercapai atau tidaknya yang kita
inginkan. Hasil penelitian ini merupakan suatu tindakan dimana kita dapat
mengetahui sejauh mana evaluasi dari segi efektifitas dalam musrenbangdes di
Desa Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun. Pada dasar nya
mekanisme musrenbang desa saat ini bersifat buttom up planning, artinya usulan-
usulan pembangunan berasal langsung dari masyarakat yang kemudian menjadi
daftar usulan proyek pembangunan dan disusun menurut skala prioritas kebutuhan
pembangunan. Meskipun proses musyawarah perencanaan pembangunan sudah
berjalan namun ada beberapa hal yang perlu diperhatian yaitu mengevaluasi
kegiatan setiap diadakan musrenbang desa sehingga nantinya terjadi pembenahan
untuk musrenbang selanjutnya supaya lebih baik dan efektif.
Kata kunci: Evaluasi, Efektifitas
EVALUASI MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(MUSRENBANGDES) DALAM PEMBANGUNAN DI DESA
TANJUNG BATU KECIL KECAMATAN BURU KABUPATEN
KARIMUN TAHUN 2014
WIRA AMRU HASBUDDIN
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMRAH, [email protected]
ABSTRACT
Rural development planning is a very important thing in development,
especially in the villages that we think has been an area or place that many
shortcomings especially in terms of development. The purpose of this study was to
determine the evaluation of development planning at Tanjung Small Stone
Karimun District of Buru regency in 2014 already implemented efektf nothing yet.
This type of research is descriptive qualitative method. In this study, collecting
data through observation, interviews and documentation. The location of this
research is in the village of Tanjung Small Stone Karimun District of Buru
district. Researchers focused theory Handoko (2001: 7) argues effectiveness is the
ability to choose the right destination to achieve its intended purpose. From the
above theory stated that the effectiveness of a device used to measure the achieved
or not we want. The study results represent an act in which we can determine the
extent of the evaluation in terms of effectiveness in the village of Tanjung Batu
musrenbangdes in Small District of Buru Karimun. On its basis the current
village musrenbang mechanism is bottom up planning, which means that
development proposals come directly from people who later became a list of
proposed development projects and ordered by priority development needs.
Although the development planning process already underway, but there are some
things that need to be concerned is to evaluate the activities held musrenbang
every village so that later happened to musrenbang further improvements to be
better and more effective.
Keywords: Evaluation, Effectiveness
Latar Belakang
Pembangunan merupakan
usaha terencana untuk melakukan
perubahan menuju kondisi yang lebih
baik. Suatu pembangunan akan
menyangkut hajat hidup orang
banyak, sehingga dimaksimalkan
dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan tujuan
pembanguna itu sendiri. Dalam
mencapai tujuannya, baik
pembangunan dalam bentuk fisik
maupun nonfisik sangat memerlukan
suatu perencanaan yang matang dan
akurat.
Pada dasarnya, mekanisme
penyusunan perencanaan
pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Musrenbang saat
ini lebih bersifat bottom up planning.
Pendekatan bottom up planning
artinya usulan-usulan pembangunan
berasal langsung dari masyarakat
yang kemudian menjadi daftar usulan
proyek pembangunan dan disusun
menurut skala prioritas kebutuhan
pembangunan. Dengan pendekatan
yang demikian, diharapkan
masyarakat adalah subyek
pembangunan dan hasil
pembangunan benar-benar
bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat secara umum. Berhasil
atau tidaknya forum ini sangat
ditentukan oleh pelaku, materi atau
usulan pembangunan, dan proses
Musrenbang itu sendiri.
Adisasmita (2005:142),
mengemukakan bahwa rencana
pembangunan harus disusun
berdasarkan kenyataan-kenyataan
dengan memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan
pengembangannya nanti tanpa
kehilangan arah yang dicita-citakan.
Artinya pembangunan yang akan
dilakukan tidak boleh asal susun,
pembuat kebijakan perlu melihat
secara cermat permasalahan nyata di
masyarakat yang harus diprioritaskan
dan teliti dalam menghitung
kemungkinan yang terjadi bila
kebijakan tersebut dikembangkan.
Permasalahan nyata tersebut seperti
kemiskinan, pengangguran,
pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi berbagai permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Berkurangnya partisipasi
masyarakat dalam
Musrenbangdes.
2. Sedikitnya usulan kegiatan
pembangunan nonfisik yang
diajukan dan disepakati dalam
Musrenbangdes.
3. Hasil Musrenbangdes tidak semua
terakomodir dalam kegiatan
pembangunan senyatanya.
4. Minimnya informasi yang
diberikan kepada masyarakat
terkait hasil Musrenbangdes.
5. Pemerintah Desa belum pernah
melakukan evaluasi terkait
pelaksanaan Musrenbangdes.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian
sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana evaluasi Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) dalam
Pembangunan di Desa Tanjung Batu
Kecil Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun Tahun 2014?”
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi dari segi
efektivitas pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) dalam
Pembangunan di Desa Tanjung Batu
Kecil Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun Tahun 2014.
Kerangka Teori
Taliziduhu Ndraha
(2003:201) mengatakan bahwa
Evaluasi adalah proses perbandingan
antara standar dengan fakta dan
analisis hasilnya. Arikunto (2008:20)
berpendapat bahwa evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
Makmur (2001:6)
menyatakan bahwa efektifitas
sebagai ketetapan, harapan,
implementasi dan hasil yang
diharapkan. Handoko (2001:7)
berpendapat efektifitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Sumaryadi (2005:105)
berpendapat bahwa pada dasarnya
efektifitas adalah tingkat pencapaian
tujuan atau sasaran organisasi sesuai
dengan yang ditetapkan.
Fremont dalam sugiyono
(2005:23) berpendapat bahwa
efektifitas merupaka derajad
pencapaian tujuan baik secara
eksplisit maupun implisit. Yaitu
seberapa jauh rencana dapat
dilaksanakan dan seberapa jauh
tujuan tercapai.
Konsep Operasional
Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah terkait dengan
evaluasi dari aspek efektifivitas
pelaksanaan Musrenbangdes di Desa
Tanjung Batu Kecil Tahun 2014.
Tujuan Penelitian ini untuk
mengevaluasi efektivitas pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) di Desa Tanjung
Batu Kecil Kecamatan Buru
Kabupaten Karimun Tahun 2014.
Peneliti dalam hal ini
memfokuskan teori Evaluasi dalam
bentuk efektifitas yaitu teori
Handoko (2001:7) berpendapat
efektifitas merupakan kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dari teori diatas
dinyatakan bahwa efektifitas
merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengukur suatu
tercapai atau tidaknya yang kita
inginkan.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Arikunto (2010:151)
menyebutkan bahwa, “Metode
penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data
penelitiannya”.Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, yaitu
berupaya menggambarkan suatu
fenomena yang diteliti secara apa
adanya di lapangan. Jenis penelitian
deskriptif kualitatif, dalam penelitian
ini peneliti akan memberikan
gambaran sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta sesuai
ruang lingkup penelitian.
Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini
berlokasi di Desa Tanjung Batu
Kecil Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun, karena ingin mengetahui
lebih jelas mengenai Evaluasi
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan di desa. Pemilihan
lokasi penelitian ini karena di Desa
Tanjung Batu Kecil ini merupakan
pintu masuk awal untuk menuju desa
lainnya dan persinggahan kapal
hanya di desa ini maka dari itu
pembangunan Desa Tanjung Batu
Kecil Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun harus memadai, baik itu
sektor jalan dan pembangunan
lainnya.
Jenis dan Sumber Data
Lofland dalam Moleong
(2011:157), sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Sedangkan
menurut Moleong dalam Arikunto
(2010:22), sumber data penelitian
kualitatif adalah tampilan berupa
kata-kata lisan atau tertulis yang
dicermati oleh peneliti, dan benda-
benda yang diamati sampai detailnya
agar dapat ditangkap makna tersirat
dalam dokumen atau bendanya.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data Primer
Arikunto (2010:22), data primer
adalah data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara
lisan, gerak-gerik, atau prilaku yang
dilakukan oleh subjek yang dapat
dipercaya, dalam hal ini adalah
subjek penelitian (informan) yang
berkenaan dengan variabel yang
diteliti.
2. Data Sekunder
Arikunto (2010:22)
mengemukakan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis,
foto-foto, film, rekaman video,
benda-benda dan lain-lain yang
dapat memperkaya data primer.
Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Pengumpulan data yang
dilakukan, peneliti menjadi
instrument utama penelitian atau
merupakan alat pengumpul data
utama, karena peneliti yang
melakukan segala sesuatunya dari
seluruh proses penelitian baik dalam
perencanaan, melaksanakan
pengumpulan data, menganalisis,
menafsirkan data dan melaporkan
hasil penelitian. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh
Moleong (2011:168) bahwa “dalam
penelitian kualitatif peneliti
bertindak sebagai instrumen utama”.
Peneliti sebagai instrumen penelitian
dapat memahami makna interaksi
antar manusia, membaca gerak
muka, memahami perasaan dan nilai
yang terkandung dibalik ucapan atau
perbuatan subjek penelitian, sehingga
meskipun digunakan alat perekam,
peneliti tetap memegang peran utama
sebagai alat penelitian.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Wawancara
Sugiyono (2011:157),
mengatakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk
menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih
mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Alat pengumpulan data yang
digunakan adalah lembaran
pedoman wawancara.
2. Obervasi
Hadi dalam Sugiyono
(2011:166), teknik observasi
merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting
adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
3. Dokumentasi
Hadi dalam Miranti dan
Lituhayu (2010:25),
menjelaskan dokumentasi
adalah teknik pengumpulan
data dengan menggunakan
teknik dokumen sebagai
sumber data, yang dimaksud
dengan dokumen adalah
laporan tertulis dari suatu
peristiwa yang isinya terdiri
dari penjelasan dan pemikiran
terhadap suatu peristiwa dan
ditulis dengan sengaja untuk
menyimpan mengenai
peristiwa tersebut.Arikunto
(2010:274), dokumentasi
yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat,
agenda, dan sebagainya.
Teknik Analisis Data
Bogdan & Biklen dalam
Moleong (2011:248), analisis data
kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang di
ceritakan kepada orang lain.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pelaksanaan Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil Tahun 2014
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Tingkat Desa
(Musrenbangdes) adalah proses
untuk merencanakan pembangunan,
baik fisik maupun nonfisik yang ada
di desa tersebut. pihak-pihak yang
terlibat didalam musrenbangdes yaitu
Pemerintah Desa, BPD, LPM, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama,
Lembaga Masyarakat Desa,
Perempuan dan Masyarakat Desa
pada umumnya. Desa Tanjung Batu
Kecil Kecamatan Buru Kabupaten
mengusulkan beberapa program
pembangunan pada tahun 2014 yaitu
Pembangunan Jalan, Pembangunan
dermaga/pelabuhan, permbersihan
parit, pembangunan tanggul dan
pintu air, pembangunan jaringan
listrik, pembangunan lapangan olah
raga, pembangunan rumah tidak
layak huni, pembangunan masjid dan
aula, pembangunan kantor BPD,
bantuan modal untuk usaha,
pembangunan gedung PAUD,
pembangunan pagar disetiap sekolah,
pembangunan ruang pustaka disetiap
sekolah, pengadaan kendaraan
oprasional kantor, pemberian
beasiswa bagi anak yang berprestasi
dan kurang mampu.
Musrenbangdes merupakan
sesuatu yang harus diperhatikan
Pemerintah, karena di Indonesia
sendiri keseluruhan hampir semua
adalah Desa, maka dari itu
pembangunan disetiap Desa harus
diperhatikan. Berikut kutipan
pernyataan Bapak Agus Akhmadi
selaku pelaksana teknis
Musrenbangdes tingkat Kabupaten.
Berikut kutipan pernyataan
Bapak Agus Akhmadi selaku
pelaksana teknis Musrenbangdes
tingkat Kabupaten.
“Musrenbangdes jelas
musyawarah perencanaan
pembangunan desa. Pada
artinya itu adalah proses
untuk merencanakan
pembangunan baik fisik
maupun nonfisik yang ada di
desa itu sendiri”. (Wawancara
pada tanggal 17 Maret 2016)
Pernyataan yang sama juga
disampaikan oleh Bapak Sahril
selaku Kepala Desa Tanjung Batu
Kecil. Beliau mengatakan bahwa
Musrenbangdes merupakan kegiatan
untuk merencanakan suatu program
pembangunan, baik fisik maupun
nonfisik sebagai usulan kegiatan
tahun berikutnya dan menyusun,
merekap hasil musyawarah untuk
diteruskan ke Musrenbang
Kecamatan. Berikut kutipan
pernyataan beliau :
“….kegiatan Musrenbangdes
di desa itu merencanakan
suatu program pembangunan,
baik fisik maupun non fisik
untuk usulan kegiatan tahun
berikutnya dan sekalian untuk
menyusun dan merekap hasil
Musrenbangdes di tingkat
Desa yang nantinya
diteruskan ke tingkat
Musrenbang Kecamatan”.
(Wawancara pada tanggal 21
Maret 2016)
Berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak H. Sumardi selaku
Kaur Ekonomi dan Pembangunan
Desa Tanjung Batu Kecil, setiap
tahunnya Desa Tanjung Batu Kecil
selalu menyelenggarakan
Musrenbangdes sesuai dengan aturan
yang berlaku. Berikut kutipan
pernyataan beliau:
“Ya, pasti …itukan aturan
dari atas. Setiap desa wajib
melakukan Musrenbang
untuk merancang rencana
pembangunan desa.”
(Wawancara: 22 Maret 2016 )
Menurut Bapak Sutadi selaku
Kepala Dusun I, Musrenbangdes
penting diselenggarakan untuk
menerima usulan-usulan dari warga
perdusunan, baik pembangunan fisik
maupun nonfisik. Berikut pernyataan
beliau:
“Iya, penting. Masalahnya
Musrenbangdes ini kan
menerima usulan-usulan
terutama dari masing-masing
dusun atau pun RT. Apa saja
yang mungkin akan
dilaksanakan atau
dianggarkan khususnya
dalam masalah pembangunan
fisik maupun nonfisik.”
(Wawancara: 22 Maret 2016 )
Tim Penyelenggara
Musrenbang (TPM) terdiri dari
pamong desa dan anggota lembaga
kemasyarakatan desa, sebagaimana
yang disampaikan oleh Bapak Sahril,
selaku Kepala Desa Tanjung Batu
Kecil berikut ini :
“Pamong, kemudian anggota
lembaga kemasyarakatan
desa. Pamong itu, ya berarti
dari pemerintah desa. Jadi ada
kasi ada kaur dan ada staf.
Kemudian dari lembaga
kemasyarakatan desa ada
BPD, ada PKK, dan ada
LPMD.” (Wawancara: 21
Maret 2016 )
Terkait dengan kompetensi
TPM, Bapak Sahril menilainya dari
outcome dan output. Berikut kutipan
pernyataan beliau:
“Kalau bicara seperti itu tidak
lepas dari kompetensi SDM
dari pamong desa atau
perangkat desa, termasuk
juga perangkat panitianya.
Sehingga saya tidak bisa
menilai kalau dari sisi
qualified. Tapi saya bisa
menilai dari outcome-nya
atau output-nya sepanjang
mereka bisa menaati deadline
waktu, kemudian sudah
mengakomodir aspirasi
masyarakat….Ya sudah itu
berarti sudah memenuhi
standar kompetensi yang kita
tetapkan.” (Wawancara:
Selasa, 21 Maret 2016 )
Saudara Mifakul
Abdurakhman, peserta
Musrenbangdes mengatakan bahwa
TPM kurang memahami secara
mendalam proses Musrenbangdes.
Berikut kutipan pernyataan beliau:
“Ya, kompetensi
penyelenggaranya kan
pemerintah desa ya. Ya saya
merasa kompetensi mereka
masih kurang. Menurut saya
kemampuan pemerintah desa
sebagai fasilisator yang
memfasilitasi Musrenbangdes
itu belum mengetahui secara
mendalam terkait dengan
proses Musrenbangdes. Ya
mereka Cuma
Musrenbangdes seperti itulah
usulan dari bawah
dikumpulkan jadi satu.
Padahal disitu kan harus ada
penjelasan dulu sebelum
melakukan Musrenbangdes.
Apa itu Musrenbangdes,
dasar-dasarnya seperti apa.
Terus nanti pelaksanaannya
seperti apa, itu mereka harus
tau.” (Wawancara: Sabutu, 23
Maret 2016 )
Faktor Pendukung dan
Penghambat dalam Pelaksanaan
Musrenbang di Desa Tanjung
Batu Kecil Kecamatan Buru
Kabupaten Karimun Tahun 2014
Berhasil atau tidaknya
pelaksanaan Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil tidak terlepas
dari faktor pendukung dan
penghambat. Adapun faktor
pendukung pelaksanaan
Musrenbangdes meliputi :
1) Adanya aturan hukum
2) Ketersediaan anggaran
3) Adanya partisipasi aktif
masyarakat
Sedangkan, faktor
penghambat pelaksanaan
Musrenbangdes di Desa
Tanjung Batu Kecil
Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun Tahun 2014,
meliputi :
1) Pelaksanaan yang tidak
tepat waktu
2) Ketidaksiapan materi
dalam Musrenbangdes
a) Tahapan Pra
Musrenbangdes
Tahapan pra
Musrenbangdes yang pertama kali
dilakukan oleh Pemerintah Desa
Tanjung Batu Kecil selaku yang
punya kewenangan sekaligus
penanggungjawab adalah
melakukan pengorganisasian
dengan membentuk panitia atau
yang disebut Tim Penyelenggara
Musrenbang (TPM). Tim ini
dibentuk langsung oleh Kepala
Desa Tanjung Batu Kecil selaku
pimpinan tertinggi dari
pemerintah desa sebelum
diadakan Musrenbangdes. TPM
terdiri dari pamong desa, anggota
BPD dan lembaga
kemasyarakatan desa. Lembaga
Kemasyarakatan Desa tersebut
berasal dari PKK dan LPMD.
Susunan kepanitiaan tersebut
meliputi Kepala Desa dan Ketua
BPD sebagai penanggung jawab,
Ketua LPMD sebagai ketua
penyelenggara, sekretaris desa
sebagai sekretaris penyelenggara,
dan masih ada beberapa anggota
lainnya.
Selain membentuk TPM,
Kepala Desa juga membentuk
Tim Pemandu atau fasilisator
Musrenbangdes. Fasilisator
merupakan seorang yang
membantu peserta untuk terlibat
aktif dalam proses
Musrenbangdes. Penunjukkan
seorang fasilisator tidak boleh
sembarangan, harus orang yang
benar-benar memiliki kemampuan
tentang aturan tata cara
pelaksanaan Musrenbangdes,
sudah dikenal oleh masyarakat
setempat, dan mempunyai
kemampuan di bidangnya.
Seorang fasilisator juga harus
menjunjung prinsip-prinsip
Musrenbangdes sebagai nilai
dirinya. Personil tim ini hampir
sama dengan TPM, hanya saja
jumlahnya lebih sedikit.
Fasilisator Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil Kecamatan
Buru Kabupatan Karimun Tahun
2014 berjumlah sekitar 4 (empat)
orang, yang ditempatkan sesuai
kemampuannya. Fasilisator
tersebut adalah sekretaris desa,
kaur pemerintahan, kaur
kesejahteraan rakyat, dan kaur
ekonomi pembangunan.
Setelah itu, tahap pra
Musrenbangdes selanjutnya
adalah melakukan rapat
koordinasi sebulan sebelum
Musrenbangdes. Rapat tersebut
diikuti oleh Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Kaur, dan Kepala
Dusun. Rapat koordinasi
dilaksanakan untuk menentukan
jadwal pelaksanaan
Musrenbangdus maupun
Musrenbangdes. Dalam rapat
koordinasi, Kepala Desa Tanjung
Batu Kecil menginformasikan
kepada peserta rapat bahwa desa
akan menghadapi Musrenbangdes,
sehingga perlu segera ditentukan
jadwal pelaksanaannya.
Musrenbangdus
merupakan tahap awal dalam
pencapaian tujuan
Musrenbangdes. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi dan
merumuskan masalah-masalah
pembangunan yang ada di
pedusunan masing-masing sesuai
kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Setelah usulan-usulan
program tersebut disepakati,
kemudian dituangkan dalam
lembaran form yang telah
dibagikan oleh pemerintah desa.
Rata-rata usulan pembangunan
yang telah disepakati itu lebih
diprioritaskan pada pembangunan
fisik berupa pengerasan jalan atau
infrastruktur. Alasannya lebih
mengutamakan pembangunan
fisik daripada non fisik karena
yang lebih kelihatan wujud
pembangunannya. Selain itu,
sebagai patokan maju tidaknya
pembangunan suatu pedusunan.
Sebenarnya, pembangunan
nonfisik juga perlu diperhatikan
untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang ada di Desa
Tanjung Batu Kecil.
Bagi panitia
penyelenggara Musrenbangdes,
Musrenbangdus ini sangat efektif
dilaksanakan sebelum
Musrenbangdes karena tidak perlu
mengumpulkan terlalu banyak
warga atau perwakilan masyarakat
lainnya yang ada di pedusunan.
Musrenbangdus sudah menjadi
wadah untuk menampung aspirasi
dan kebutuhan masyarakat yang
ada di masing-masing pedusunan.
Pelaksanaan
Musrenbangdus di Desa Tanjung
Batu Kecil dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes). Pada tahun 2014,
masing-masing pedusunan
mendapatkan subsidi konsumsi
sebesar Rp. 500.000,-. Hal ini
membuktikan bahwa pemerintah
desa sangat mendukung dan ikut
memfasilitasi pelaksanaan
Musrenbangdus tersebut.
Setelah Musrenbangdus
selesai, selanjutnya panitia
melaksanakan lokakarya untuk
menganalisis informasi yang
ditemukan dalam Musrenbangdus.
Lokakarya ini dilakukan sebagai
proses musyawarah untuk
menyusun draf rancangan awal
RPKDes. RKPDes disusun
berdasarkan hasil Musrenbangdus
dan mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Desa Tanjung Batu Kecil
tahun berkenaan. Panitia
penyusun berjumlah sekitar 7
orang. Hasil musyawarah yang
berupa draf rancangan awal
RKPDes tersebut, kemudian
dijadikan materi pembahasan pada
saat Musrenbangdes.
Langkah selanjutnya, yang
dilakukan panitia adalah
menyampaikan informasi ke
peserta dan narasumber melalui
surat undangan. Undangan tanpa
nama biasanya diberikan kepada
kepala dusun, apabila panitia tidak
tahu masyarakat yang diundang
karena kepala dusun sudah pasti
tahu warganya yang akan
mewakili pedusunnnya dalam
Musrenbangdes. Penyebaran
undangan ke peserta dan
narasumber dilakukan dua atau
tiga hari sebelum Musrenbangdes,
yang diantar langsung oleh tenaga
yang menjadi humas. Surat
undangan tersebut masih efektif
sebagai media untuk
menyampaikan informasi karena
lebih menghargai orang lain dan
sebagai bentuk adat kebudayaan
di era globalisasi sekarang ini .
b) Tahapan Pelaksanaan
Musrenbangdes
Setelah tahap pra
Musrenbangdus selesai, kemudian
dilanjutkan tahap pelaksanaan
Musrenbangdes. Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil
dilaksanakan pada awal tahun
yaitu bulan Januari 2014, tepatnya
tanggal 22 Januari 2014 pukul
09.30 wib. Musrenbangdes ini
diselenggarakan di aula Balai
Desa Tanjung Batu Kecil.
Penggunaan fasilitas milik
pemerintah sebagai tempat
melaksanakan Musrenbangdes
sangat tepat karena merupakan
area yang netral dan strategis. Jika
dilihat, ruangan aula tersebut
cukup luas dengan kapasitas
menampung sekitar 300 orang,
sehingga cukup memadai untuk
tempat Musrenbangdes. Aula
Balai Desa Tanjung Batu Kecil
sudah dilengkapi dengan fasilitas
pertemuan yang biasanya
digunakan pada umumnya, seperti
kipas angin yang menempel di
atap ruangan, LCD proyektor,
seperangkat sound system, meja
dan kursi yang kondisinya masih
baik.
Terkait dengan alat/tools
atau instrumen yang disediakan
oleh panitia. Alat (tools) untuk
mendukung pelaksanaannya,
seperti alat tulis, dan kertas untuk
merekap, serta form usulan
program masyarakat yang sudah
dibagikan sebelum
Musrenbangdus. Alat (tools) yang
dibutuhkan dalam Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil tahun
2014 bisa dikatakan cukup
lengkap. Selain itu, disediakan
snack dan minuman, serta uang
transportasi bagi peserta dan
narasumber. Hal ini membuktikan
bahwa fasilitas pertemuan yang
diberikan dalam musyawarah
tersebut sudah memadai.
Jumlah peserta yang
diundang dalam Musrenbang
Desa Tanjung Batu Kecil tahun
2014 kurang lebih di atas 100
orang, hampir sekitar 96% lebih
yang hadir. Tidak semua peserta
yang diundang dapat hadir dalam
Musrenbangdes. Hal ini tentunya
harus dimaklumi mengingat
Musrenbangdes dilaksanakan
pada saat jam kerja, sehingga
beberapa stakeholders
mempunyai kesibukan kerja
masing-masing. Berdasarkan
daftar hadir Musrenbangdes tahun
2014, sekitar 99 orang hadir
dalam Musrenbangdes. Mereka
yang hadir merupakan orang-
orang pilihan yang berasal dari
masyarakat dan pemerintah.
Dalam Musrenbangdes tidak ada
aturan yang mengharuskan semua
warga diundang dalam
Musrenbangdes, sehingga
keberadaan orang-orang pilihan
tersebut yang nantinya akan
memperjuangkan aspirasi dari
masyarakatnya.
Berdasarkan hasil
wawancara yang diperoleh
peneliti dengan didukung data
berupa daftar hadir, komposisi
peserta Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil sudah sesuai
dengan Panduan Penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa Tahun 2008.
Hal ini terbukti dengan
dilibatkannya berbagai unsur
pemerintah dan masyarakat,
seperti semua kepala dusun dan
beberapa ketua RT sebagai
perwakilan wilayahnya masing-
masing,
Secara umum komposisi
peserta Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil sudah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa. Dalam peraturan ini
disebutkan bahwa perencanaan
pembangunan desa disusun secara
partisipatif oleh pemerintah desa
sesuai dengan kewenangannya
dan wajib melibatkan lembaga
kemasyarakatan desa. Lembaga
kemasyarakatan desa yang harus
dilibatkan dalam Musrenbangdes
adalah Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD). Hal ini
karena Musrenbangdes
merupakan salah satu ranah tugas
dari LPMD. Selain stakeholders
desa, Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil tahun 2014
juga dihadiri oleh perwakilan dari
kantor PMD Kabupaten Karimun
sebagai petugas pelaksana teknis
Musrenbangdes tingkat kabupaten
dan Muspika (Musyawarah
Pimpinan Kecamatan) Buru,
sepeti Camat dan Staf bagian
ekonomi pembangunan, kapolsek,
dan danramil.
Dalam Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil, TPM
sudah memperhatikan kesetaraan
gender. Hal ini terbukti dengan
dilibatkannya beberapa kelompok
perempuan, baik yang yang
berasal dari Tim Penggerak
Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (Tim Penggerak PKK),
Pembantu Pembina Keluarga
Berencana Desa (PPKBD) dan
perangkat desa. Jika
dipersentasekan, yang hadir dalam
Musrenbangdes tahun 2014
sekitar 30,6% adalah perempuan
atau sekitar 30 orang.
Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil Tahun 2014,
sudah memberikan ruang kepada
seluruh komponen masyarakat,
dari tingkat RT sampai desa untuk
terlibat secara aktif dalam proses
perencanaan pembangunan desa.
Proses perencanaan pembangunan
memang membutuhkan partisipasi
dan keterlibatan masyarakat.
Perencanaan tidak hanya
merupakan tugas para perencana
saja, tetapi juga merupakan tugas
seluruh masyarakat. Melalui
forum ini, komponen masyarakat
dan stakeholders Desa Tanjung
Batu Kecil diuji kemampuannya
untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pembangunan yang
menjadi kebutuhan masyarakat di
desanya.
Agenda pelaksanaan
Musrenbang di Desa Tanjung
Batu Kecil tahun 2014 meliputi
pembukaan, paparan Kepala Desa,
pembahasan dengan dibentuk
kelompok kerja, kesimpulan,
musyawarah untuk menentukan
Tim Delegasi Desa, dan penutup.
Setelah pembukaan
selesai, Kepala Desa memaparkan
beberapa informasi yang perlu
diketahui oleh seluruh peserta.
Informasi tersebut terkait dengan
visi, misi, anggaran desa, skala
prioritas, usulan pembangunan,
dan sebagainya. Informasi ini
sangat berguna bagi peserta
Musrenbangdes, terutama untuk
menentukan kegiatan
pembangunan yang mendesak
dengan anggaran yang tersedia.
Selanjutnya, informasi-
informasi yang telah disampaikan
oleh kepala desa tersebut
kemudian ditawarkan kepada
peserta untuk kemudian dicermati
bersama-sama dalam forum
diskusi. Metode diskusi yang
digunakan dalam Murenbangdes
termasuk adalah Focus Group
Discussions (FGD). Agar lebih
cermat dan teliti, peserta di bagi
menjadi 4 (empat) kelompok,
Dalam proses diskusi
pembahasan usulan kegiatan
pembangunan desa, peserta
dibantu oleh seorang
fasilisator/pemandu. Setiap
kelompok dipandu oleh satu orang
fasilisator yang sesuai
kemampuan dalam bidangnya
masing-masing. Sebagai contoh
bidang pemerintahan dipandu
langsung oleh Kaur Pemerintahan,
bidang kesejahteraan rakyat
dipandu oleh Kaur Kesejahteraan
Rakyat dan Agama,
perekonomian dipandu Sekretaris
Desa, dan pembangunan dipandu
oleh Kaur Ekonomi
Pembangunan. Apalagi mereka
sudah dikenal oleh masyarakat
Desa Tanjung Batu Kecil.
Keempat pemandu merupakan
pamong desa yang sudah
seharusnya bersikap netral dalam
setiap pengembilan keputusan.
Proses diskusi dalam Musrenbang
di Desa Tanjung Batu Kecil tahun
2014 ini dapat berjalan dengan
lancar dan berlangsung secara
demokratis.
c) Tahapan Pasca Musrenbangdes
Setelah pelaksanaan
Musrenbangdes selesai,
dilanjutkan dengan tahapan pasca
Musrenbangdes. Berdasarkan
Panduan Penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa tahun 2008,
tahapan yang perlu dilakukan
pasca Musrenbangdes adalah
melakukan pembekalan kepada
Tim Delegasi Desa terkait
penguasaan data/informasi dan
penguatan kemampuan tim.
Tetapi yang terjadi di Desa
Tanjung Batu Kecil tidak ada
pembekalan terlebih dahulu yang
diberikan kepada tim sebelum
diterjunkan ke Musrenbangcam.
Hal ini karena mereka sudah tahu
apa yang harus dikerjakan saat
Musrenbangcam. Meskipun tim
sudah menguasai materi,
pembekalan sangat penting
dilakukan untuk memantapkan
daftar usulan prioritas kegiatan
pembangunan desa yang
diajukakn saat Musrenbangcam.
Tahapan pasca
Musrenbangdes yang dilakukan
pemerintah desa lainnya adalah
membuat peraturan terkait
RKPDes. Peraturan tersebut
hanya berupa keputusan Kepala
Desa. Namun, seiring berjalannya
waktu akhirnya diterbitkan
sebagai dasar hukum yang lebih
tinggi untuk memayungi RKPDes
tahun 2015 agar mempunyai
kekuatan hukum tetap. Peraturan
desa ini disepakati bersama antara
Pemerintah Desa. Selain peraturan
desa tentang RKPDes, pemerintah
desa juga membuat peraturan desa
terkait RKPDes. Peraturan desa
tentang APBDes diterbitkan
setelah anggaran pendapatan dan
belanja desa (APBDes) tahun
2015 disepakati.
APBDes digunakan
sebagai acuan untuk membiayai
kegiatan yang akan dilakukan
desa sesuai dengan
kewananganya. APBDes tahun
2015 mengacu pada RKPDes
tahun 2015 yang telah disepakati
bersama dalam forum
Murenbangdes tahun 2014.
Penyusunan APBDes diatur dalam
Permendagri Nomor 37 Tahun
2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa. Di
Desa Tanjung Batu Kecil,
APBDes disusun oleh Kepala
Desa, Sekretaris Desa, dan
Bendahara Desa. Berdasarkan
peraturan menteri tersebut, kepala
desa sebagai kepala pemerintah
desa adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa,
sedangkan sekretaris desa
bertindak selaku coordinator
pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa.
Setelah proses penyusunan
APBDes selesai, kemudian
pemerintah desa bersama-sama
dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) melakukan
musyawarah desa untuk
membahas dan menyepakati
APBDes tahun 2015. Selanjutnya,
berdasarkan Peraturan Desa
Nomor 004 Tahun 2015 tentang
APBDes, dengan lampiran berupa
rincian APBDes. Semua kegiatan
pembanguna yang masuk dalam
APBDes tahun 2015 bukan
merupakan item kegiatan
pembangunan yang diusulkan saat
Musrenbangcam.
Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil tahun 2014
telah efektif karena dua tujuan
Musrenbangdes dapat tercapai
dengan baik sesuai proses yang
termuat dalam Panduan
Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa
tahun 2008, yaitu tercapainya
kesepakatan terkait prioritas
kebutuhan/masalah dan kegiatan
desa untuk tahun 2015, serta
pembentukan Tim Delegasi Desa
yang akan memaparkan persoalan
desa pada Musrenbang
kecamatan. Tujuan
Musrenbangdes tersebut dapat
tercapai tanpa menghilangkan
konsep partisipatif dan diaglogis.
Namun, terlepas dari hal tersebut,
berhasil atau tidaknya
pelaksanaan Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil tahun 2014
sangat dipengaruhi oleh faktor
pendukung dan penghambat.
Adapun faktor pendukung
pelaksanaan Musrenbangdes
antara lain :
1. Adanya aturan hukum yang
jelas
Sebuah kebijakan
publik sudah mutlak memiliki
regulasi yang mengaturnya,
sehingga pelaksanaanya dapat
berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Musrenbangdes
sebagai salah satu kebijakan
pemerintah diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 66 Tahun
2007 tentang Perencanaan
Desa yang memuat petunjuk
teknis penyelenggaraan
Musrenbang untuk
penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM) 5
Tahunan dan Rencana Kerja
Pembangunan Desa
(RKPDes) tahunan. Dalam
peraturan ini jelas dijabarkan
proses dan lampiran terkait
penyusunan RPJMDes dan
RKPDes. Hal ini
membuktikan bahwa payung
hukum yang mengatur
Musrenbangdes sudah jelas.
Kejelasan aturan hukum
menjadi acuan bagi
pemerintah desa untuk
menyelenggarakan
Musrenbangdes sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Ketersediaan anggaran
Anggaran
merupakan hal yang mutlak
dibutuhkan dalam setiap
pelaksanaan kebijakan.
Desa Tanjung Batu Kecil
sudah menyiapkan anggaran
yang cukup besar untuk
menyelenggarakan
Musrenbangdes. Anggaran
tersebut sudah termuat
dalam APBDes tahun 2014,
sehingga dalam
pelaksanaannya dapat
berjalan dengan lancar
karena tidak kekurangan
biaya. Ketersediaan
anggaran yang cukup juga
menjadi faktor pendukung
pelaksanaan Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil
tahun 2014.
3. Adanya partisipasi aktif
masyarakat
Secara keseluruhan,
partisipasi yang hadir
sebagai wakil masyarakat
dalam Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil tahun
2014 sudah aktif. Partisipasi
peserta mencerminkan
usaha mengakomodasi
usulan pembangunan dari
masyarakat secara
keseluruhan, sehingga
partisipasi masyarakat
sangat diperlukan dalam
proses pembangunan.
Selain faktor pendukung,
pelaksanaan Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil juga
ada faktor penghambatnya,
antara lain :
1. Pelaksanaan yang tepat
waktu
Ketepatan waktu
sangat perlu diperhatikan
agar pertemuan dapat
berjalan seperti yang
diharapkan. Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil
dilaksanakan pada saat jam
kerja, tepatnya pukul 09.30
wib. Pada kenyataannya,
pelaksanaan Musrenbangdes
Desa Tanjung Batu Kecil
tahun 2014 tidak tepat
waktu sesuai jadwal karena
terlambat sekitar 15 menit.
Meskipun tidak menjadi hal
yang begitu penting, tetapi
ketidaktepatan waktu
pelaksanaan Musrenbangdes
karena mengganggu agenda
Musrenbangdes yang telah
direncanakan.
2. Ketidaksiapan materi
Musrenbangdes
Materi merupakan
bahan yang akan dibahas
dalam Musrenbangdes,
sehingga sangat penting
bagi peserta untuk
mempelajarinya. Materi ini
berisi rangkuman usulan-
usulan kegiatan
pembangunan desa, yang
berasal dari usulan setiap
pedusunan dan usulan desa
sendiri.
Namun, yang terjadi
saat Musrenbang di Desa
Tanjung Batu Kecil tahun
2014, peserta baru diberi
materi saat hari H. setelah
mengisi daftar hadir atau
absensi, setiap peserta baru
disodori materi yang sudah
disiapkan oleh panitia.
Padahal, tidak semua yang
diundag ke Musrenbangdes
mengetahui daftar usulan-
usulan kegiatan
pembangunan tersebut.
Beberapa faktor
penghambat dalam pelaksanaan
Musrenbang di Desa Tanjung
Batu Kecil tahun 2014 ini perlu
diperhatikan secara cermat oleh
pemerintah desa, agar dapat
mengambil tindakan yang tepat
untuk mengatasi permasalahan
teknis tersebut. Meskipun
terdapat hambatan, namun tidak
begitu mempengaruhi
kefektivitasan pelaksanaan
kebijakan tersebut. Hal ini
dikarenakan Musrenbang di
Desa Tanjung Batu Kecil tahun
2014 telah melalui proses
musyawarah yang benar sesuai
dengan Panduan
Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa
tahun 2008, tanpa
menghilangkan konsep
partisipatif dan dialogis.
Sehingga pada akhirnya dua
tujuan Musrenbangdes yaitu
penyepakatan prioritas
kebutuhan/masalah dan kegiatan
desa untuk tahun 2015, serta
pembentukan Tim Delegasi
Desa yang akan memaparkan
persoalan desa pada Musrenbang
kecamatan dapat tercapai dengan
baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) di Desa Tanjung
Batu Kecil Kecamatan Buru
Kabupaten Karimun tahun 2014
telah berjalan akan tetapi kurang
efektif. Hal ini terbukti dari
kurang tercapainya kesepakatan
terkait prioritas
kebutuhan/masalah dan kegiatan
desa untuk tahun 2015, serta
pembentukan Tim Delegasi
Desa yang kurang memaparkan
persoalan desa pada Musrenbang
kecamatan. Meskipun terdapat
hambatan dalam pelaksanaanya,
namun tidak begitu
mempengaruhi efektivitas
kebijakan tersebut karena
Musrenbang di Desa Tanjung
Batu Kecil tahun 2014 telah
melalui proses musyawarah
yang benar sesuai dengan
Pedoman Penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa tahun 2008,
tanpa menghilangkan konsep
partisipatif dan dialogis.
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) di
Desa Tanjung Batu Kecil
Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun tahun 2014 sebagai
berikut :
a. Faktor pendukung antara
lain: adanya aturan hukum
yang jelas; ketersediaan
anggaran; dan adanya
partisipasi aktif masyarakat.
b. Faktor penghambat, antara
lain: pelaksanaan yang tidak
tepat waktu, dan
ketidaksiapan materi
Musrenbangdes.
Saran
Meskipun pelaksanaan
Musrenbang di Desa Tanjung
Batu Kecil Kecamatan Buru
Kabupaten Karimun tahun 2014
telah berjalan, namun ada
beberapa hal yang dapat peneliti
sarankan. Beberapa saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Desa
a. Pemerintah desa
sebaiknya
mengintruksikan
kepada seluruh dusun
untuk wajib
menyelenggarakan
Musrenbangdus sebagai
wadah menampung
aspirasi masyarakat
pedusunan karena
berdasarkan fakta di
lapangan masih ada
pedusunan di Desa
Tanjung Batu Kecil
yang tidak mengadakan
Musrenbangdus.
2. Pemerintah desa sebaiknya
melakukan evaluasi terkait
pelaksanaan Musrenbangdes
untuk mengetahui
efektivitas kebijakan
tersebut, supaya nantinya
dapat diambil tindakan
untuk melakukan perbaikan
dan pembenahan Bagi Tim
Penyelenggara Musrenbang
(TPM)
a. Sebaiknya materi
terkait pembahasan
rencana kegiatan
pembangunan desa
diberikan kepada
seluruh peserta jauh-
jauh hari, sehingga
peserta dapat
mengetahui,
memahami,
mempelajari,
mencermati, dan
menguasai materi
tersebut, supaya
nantinya peserta sudah
mempunyai bekal
pikiran yang akan
disampaikan ketika
Musrenbangdes
berlangsung.
b. Mengingat Musrenbang
di Desa Tanjung Batu
Kecil diselenggarakan
saat jam kerja,
sebaiknya TPM
memulai acara tepat
waktu sesuai dengan
rencana, supaya tidak
mengganggu aktivitas
yang lainnya.
3. Bagi Peserta
Musrenbangdes
Sebaiknya peserta lebih
aktif berpartisipasi dalam
menyampaikan
masukan/pendapat/usulan/sa
ran/kritikan terkait rencana
kegiatan pembangunan
desa.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku :
Agustino Loe, 2006, Dasar-dasar kebijakan public, Bandung, Cv. Alfabetas
Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktik, Jakarta, Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan
Praktik(cetakan ke-14), Jakarta, Rineka Cipta.
Budiman Arief, 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama
Halim abdul, 2004, Manajemen Keuangan Daerah, Yoyakarta, UPP AMP YKPN
Jhingan M.L, 2010, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta, Rajawali
pers
Koirudin, 2005, Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia. Malang: Averros
Press
Kuncoro Mujarad, 2015, Desentralisasi, Globalisasi dan Demokrasi Lokal
(cetakan-1), Jakarta, PP3ES Indo
________, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah reformasi, perencanaan,
strategi dan Peluang, Jakarta, Erlangga.
Makmur, 2011, Efektifitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Bandung, PT.
Refika Aditama
Moleong, Lexy J, 2011, Metodelogi Penelitian Kualitatif (cetakan ke-29),
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Ndraha Taliziduhu, 2003, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Jakarta, PT.
Rineka Cipta
Rustiadi Ernan dkk, 2011, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Jakarta,
Crestpent Press
Sedarmayanti, 2009, Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja, Bandung,
Mandar Maju
Siagian, S.P, 2001, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara
Soetomo, 2008, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar
Sumaryadi I Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan daerah otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, Citra Utama
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta
________, 2011, Metode Penelitian Administrasi (cetakan ke-19), Bandung,
Alfabeta.
________, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung,
Alfabeta
Umar Husein, 2002, Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama
Wasistiono Sadu dan Tahir Irwan, 2007, Proyek Pengembangan Desa (cetakan
ke-3), Bandung, Fokusmedia
Jurnal, Internet dan Surat Kabar :
Firana, 2011, “Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam
Program Penyelenggaraan Pembangunan Pemerintah di Kelurahan
Karas Kecamatan Galang Kota Batam”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
Rianti Eva, 2013, “ Evaluasi Kualitas Pelayanan pada Perekaman Data Elektronik
Kartu tanda Penduduk (E-KTP) tahun 2012 Kota Tanjungpinang”,
Skripsi Fakultas Ilmu sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali
Haji, (diakses 05 November 2015, 10:20)
Rianingsih Djohani, 2008, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa. Diakses dari : http://www.kenangandesa.com/wp-
content/uploads/2016/02/Panduan-Penyelenggaraan-Musrenbang-Desa-
FPPM.pdf, pada tanggal 15 Agustus 2016 pukul 10.26 wib
Peraturan Perundang-undangan :
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa