evaluasi kinerja teknologi informasi dinas kependudukan...

29
1 Evaluasi Kinerja Teknologi Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga Pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Menggunakan Kerangka Kerja COBIT 4.1 (Studi Kasus: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti: Hardiyanto Pattipeilohy (682011004) Ir. Christ Rudianto, M.T Agustinus Fritz Wijaya, S. Kom. M.Cs Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

Upload: duongquynh

Post on 15-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Evaluasi Kinerja Teknologi Informasi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Salatiga Pada

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Menggunakan

Kerangka Kerja COBIT 4.1

(Studi Kasus: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Salatiga)

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Hardiyanto Pattipeilohy (682011004)

Ir. Christ Rudianto, M.T

Agustinus Fritz Wijaya, S. Kom. M.Cs

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

2

Evaluasi Kinerja Teknologi Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Salatiga Pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

Menggunakan Kerangka Kerja COBIT 4.1

(Studi Kasus: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Salatiga)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

Peneliti:

Hardiyanto Pattipeilohy (682011004)

Ir. Christ Rudianto, M.T

Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom. M.Cs

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

3

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia, serta berperan penting dalam bisnis maupun

organisasi. Dalam menjawab perkembangan tersebut, perlu adanya evaluasi untuk

mengetahui kinerja dan kesesuaian penggunaan sistem yang digunakan. Kegiatan ini

dikenal sebagai audit sistem informasi. Audit sendiri merupakan suatu proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur

mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan

independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbecke, 2003). Dengan adanya

audit, dampak dari resiko-resiko dalam menggunakan Teknologi Informasi (TI),

seperti kehilangan data, penyalahgunaan komputer, kesalahan dalam mengambil

keputusan, resiko kebocoran data maupun kesalahan proses perhitungan dapat

dikurangi. Audit sudah banyak dilakukan sebelumnya dengan menggunakan metode

yang bervariatif, salah satunya yang sering digunakan adalah metode Framework

Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT).

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Salatiga

merupakan dinas yang menangani kebijakan-kebijakan dalam bidang kependudukan

dan pelayanan umum masyarakat Kota Salatiga. Disdukcapil memiliki suatu sistem

informasi yang mempermudah penggunaan dan pengolahan data kependudukan, yaitu

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK 4.0). Berdasarkan Keputusan

Presiden (Keppres) Nomor: 88/ 2004 tentang penerapan teknologi dibangun dalam

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK 4.0) diharapkan pengoperasian,

penggunaan dan pengolahan data akan lebih mudah dan efisien serta dapat

meningkatkan pelayanan dalam hal kemudahan dan kecepatan. Pelaksanaan SIAK

dalam melakukan penataan agar data kependudukan yang dihasilkan berkualitas yang

mencerminkan adanya perubahan di bidang administrasi kependudukan sehingga

pengelolaan dan menyediaan data secara dinamis dan akurat. Penyedian data dan

informasi kependudukan dimaksud adalah data mulai dari tingkat kelurahan/desa,

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai ke pusat, yang akurat, relevan dan

perekaman data langsung (real time) sehingga data informasi valid.

Berdasarkan hasil pengamatan pengoperasian sistem yang kurang baik akan

menimbulkan beberapa permasalahan dimana pelayanan publik yang diberikan masih

belum mengalami peningkatan yang signifikan dan juga masih dijumpai pegawai yang

kurang cakap dan handal dalam pengoperasian Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan yang dapat memicu terjadinya ancaman, karena akan berdampak pada

gangguan operasional maupun dalam pencapaian kinerja. Untuk dapat mengukur

kinerja penggunaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, maka salah satu

4

kerangka kerja yang digunakan sebagai tolak ukur mencapai tatakelola TI yang baik

adalah dengan menggunakan Kerangka Kerja COBIT 4.1.

2. Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu, dijelaskan sebagai berikut. Pertama, penelitian

berjudul “Audit aplikasi database PMIS pada komisi kepegawaian Timor-Leste

menggunakan framework COBIT 4.1” (Noronha, 2010) yang berfokus pada 4 domain

: plan and organise (PO), aquire and implement (AI), deliver and support (DS),

monitor and evaluate (ME) dan 34 sub domain untuk meningkatkan performance pada

kinerja kepegawaian Timor-Leste dengan tujuan mengimplementasikan COBIT pada

komisi kepegawaian Timor-Leste untuk mengevaluasi kinerja IT di departemen

Personal Management Information System (PMSI). Hasil dari penelitian ini mencapai

rata-rata yang berada pada level managed dengan skor maturity model 4. Secara umum

berarti bahwa Sistem Informasi Aplikasi Database PMIS sudah berada pada level

managed dari keseluruhan bagian organisasi [1].

Kedua penelitian berjudul “Audit Sistem Informasi Perkreditan menggunakan

Framework COBIT 4.1 Domain Monitor and Evaluate Studi Kasus PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Tbk. Cabang Ambon”. Hasil penelitian ditemukan bahwa

perusahaan telah memahami pentingnya pengelolaan IT dalam proses bisnis

perusahaan, prosedur pengembangan sistem dalam perusahaan terdokumentasi

(terdapat dokumentasi yaitu dokumentasi manual) dan sudah terstandarisasi serta telah

diadakan pelatihan dalam pengenalan akan prosedur sistem tersebut [2].

Ketiga penelitian berjudul “Analisis Sistem Informasi Rumah Sakit

Menggunakan COBIT dengan Domain Monitor and Evaluate (Studi Kasus: Transaksi

Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga) pada penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis Sistem Informasi Akuntansi rawat inap berdasarkan framework

COBIT domain monitor and evaluate berdasarkan data-data yang dikumpulkan. Dari

penelitian ini secara umum pendekatan kepada pengelolaan proses tidak terorganisasi.

RSUD kota salatiga berada pada score atau pada posisi 0.75 yaitu Non-Existent,

kekurangan yang menyeluruh terhadap proses apapun yang dapat di kenali, bahkan

rumah sakit tidak mengetahui bahwa terdapat permasalahan yang harus di atasi [3].

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, diketahui bahwa Framework

COBIT 4.1 baik digunakan dalam evaluasi kinerja TI sebuah perusahaan atau

organisasi dan dapat digunakan dalam mengukur tingkat kematangan TI pada

perusahaan atau organisasi. Mengacu pada penelitian sebelumnya maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Kinerja Penggunaan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK 4.0) Menggunakan Kerangka

Kerja COBIT 4.1 (Studi Kasus : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Salatiga). Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Hasil dari

5

penelitian diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan

kedepannya.

Evaluasi kinerja disebut juga “Performance evaluation” atau “Performance

appraisal”. Appraisal berasal dari kata Latin “appratiare” yang berarti memberikan

nilai atau harga. Evaluasi kinerja berarti memberikan nilai atas pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang untuk diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan.

Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau

penghargaan kepada pekerja. Setiap orang pada umumnya ingin berprestasi dan

mengharapkan prestasinya diketahui dan dihargai oarang lain. Leon C. Mengginson

mengemukakan evaluasi kinerja atau penilaian prestasi adalah “penilaian prestasi kerja

(Performance appraisal), suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan

apakah seseorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan

tanggung jawabnya.” (Mangkunegara, 2005:10).

Berdasarkan pendapat di atas, maka evaluasi kinerja merupakan suatu proses

penilaian kinerja aparatur yang dilakukan untuk melihat tanggung jawab pekerjaannya

setiap hari apakah terjadi peningkatan atau penurunan sehingga pemimpin bisa

memberikan suatu motivasi penunjang untuk melihat kinerja aparatur kedepannya [4].

Evaluasi harus sering dilakukan agar masalah yang dihadapi dapat diketahui dan dicari

jalan keluar yang baik. Evaluasi kinerja yang dikemukakan Payaman J. Simanjuntak

adalah “suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang

atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi

sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.” (Simanjuntak,

2005:103). Berdasarkan pengertian tersebut maka evaluasi kinerja merupakan suatu

proses yang digunakan oleh pimpinan untuk menentukan prestasi kerja seorang

karyawan dalam melakukan pekerjaannya menurut tugas dan tanggung jawabnya.

Defenisi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan adalah sistem

informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat

Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan. Dalam SIAK, database

antara kecamatan, kabupaten-kota, provinsi dan Departemen Dalam Negeri (Depdagri)

akan terhubung dan terintegrasi. Seseorang tidak bisa memiliki identitas ganda dengan

adanya Nomor Identitas Kependudukan (NIK). Sebab, nomor bersifat unik dan akan

keluar secara otomatis ketika instansi pelaksana memasukkannya ke database

kependudukan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan, Pengelolaan SIAK bertujuan:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

6

b. Menyediakan data dan informasi skala nasional dan daerah mengenai hasil

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang akurat, lengkap, mutakhir dan

mudah diakses;

c. Mewujudkan pertukaran data secara sistemik melalui sistem pengenal tunggal,

dengan tetap menjamin kerahasiaan. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

mempunyai peranan antara lain:

1. Perekaman, pengiriman dan pengolahan data hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil.

2. Penerbitan NIK Nasional.

3. Memfasilitasi validasi dan verifikasi individu pendudukan untuk pelayanan

publik lainnya.

4. Penyajian data dan informasi yang mutakhir bagi instansi terkait dalam rangka

perencanaan pembangunan dan pelaksanaan program pemerintah.

COBIT merupakan standar tata kelola TI yang dikembangkan oleh Information

System Audit and Control Association (ISACA) dan Information Technology

Governance Institute (ITGI). COBIT menjabarkan mengapa tata kelola TI dibutuhkan,

siapa yang memberikan keputusan dan memonitornya, dan keputusan apa yang harus

dibuat, serta membantu menjembatani antara tujuan untuk keperluan pengendalian,

permasalahan teknik dan resiko bisnis serta mengkomunikasikan level pengendalian

kepada stakeholders [5].

Tujuan dari COBIT yaitu: (1). Diharapkan dapat membantu menemukan

berbagai kebutuhan manajemen yang berkaitan dengan TI, (2). Agar dapat

mengoptimalkan investasi TI Menyediakan ukuran atau kriteria ketika terjadi

penyelewengan atau penyimpangan [6]. Adapun manfaat jika tujuan tersebut tercapai

adalah: (1). Dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan, (2). Dapat

mendukung pencapaian tujuan bisnis. (3), Dapat meminimalisasikan adanya tindak

kecurangan/ fraud yang merugikan perusahaan yang bersangkutan. COBIT 4.1 tediri

dari 4 domain yaitu:

1. Perancangan dan organisasi (Plan and Organize). Domain PO ini terdiri dari 10 proses

teknology informasi seperti terlihat pada tabel 1

7

Tabel 1 Proses TI dalam Domain PO Berdasarkan COBIT

DOMAIN PLAN AND ORGANIZE (PO)

PO1

PO2

PO3

PO4

PO5

PO6

PO7

PO8

PO9

PO10

Mendefinisikan rencana strategis TI

Mendefinisikan Arsitektur Informasi

Menentukan arahan teknologi

Mendefinisikan proses TI, organisasi dan

keterhubungannya

Mengelola Investasi TI

Mengkomunikasikan tujuan dan arahan menajemen

Mengelola sumber daya TI

Mengelola kualitas

Menaksir dan mengelola resiko TI

Mengelola proyek

2. Pengadaan dan implementasi (Acquire and Implement). Domain AI ini terdiri atas 7

proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 2

Tabel 2 Proses TI dalam Domain AI Berdasarkan COBIT

DOMAIN ACQUIRE AND IMPLEMENT (AI)

AI1

AI2

AI3

AI4

AI5

AI6

AI7

Mengidentifikasikan solusi otomatis

Memperoleh dan memelihara perangkat lunak aplikasi

Memperoleh dan memelihara infrastruktur teknologi

Memungkinkan operasional dan penggunaan

Memenuhi sumber daya TI

Mengelola perubahan

Instalasi dan akreditasi solusi beserta perubahan

3. Pengantaran dan dukungan (Deliver and Support). Domain DS ini terdiri dari 13 proses

teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 3

8

Tabel 3 Proses TI dalam Domain DS Berdasarkan COBIT

DOMIAN DELIVER AND SUPPORT (DS)

DS1

DS2

DS3

DS4

DS5

DS6

DS7

DS8

DS9

DS10

DS11

DS12

DS13

Mengidentifikasi dan mengelola tingkat layanan

Mengelola layanan pihak ketiga

Mengelola kinerja dan kapasitas

Memastikan layanan yang berkelanjutan

Memastikan keamanan sistem

Mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya

Mendidik dan melatih pengguna

Mengelola service desk dan insiden

Mengelola konfigurasi

Mengelolah permasalahan

Mengelola Data

Mengelola lingkungan fisik

Mengelola operasi

4. Pengawasan dan evaluasi (Monitor and Evaluate). Domain ME ini terdiri dari 4 proses

teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 2.4

Tabel 4 Proses TI dalam Domain ME Berdasarkan COBIT

DOMAIN MONITOR AND EVALUATE (ME)

ME1

ME2

ME3

ME4

Mengawasi dan mengevaluasi kenerja TI

Mengawasi dan mengevaluasi kontrol internal

Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal

Menyediakan Tata Kelola TI

RACI adalah singkatan dari Responsible, Acountable, Consulted, dan Informed.

Secara sederhana RACI menerangkan siapa saja yang terlibat dalam suatu tindakan

pada sebuah organisasi baik perusahaan maupun pemerintahan. RACI biasa digunakan

dalam manajemen resiko suatu organisasi untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi

tersebut. RACI memiliki defenisi yang lebih spesifik yaitu:

- Responsible : orang yang melakukan suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan

- Accountable : orang yang akhirnya bertanggung jawab dan memiliki otoritas untuk

memutuskan suatu perkara.

- Consulted : orang yang diperlukan umpan balik atau sarannya dan berkontribusi akan

kegiatan tersebut.

- Informed : orang yang perlu tahu hasil dari suatu keputusan atau tindakan

9

Gambar 1 Raci Chart

Dalam COBIT 4.1 ada maturity level model yang dapat mengukur dan

mengontrol setiap proses TI, sehingga perusahaan dapat mengetahui dimana posisinya

sekarang, dan di posisi mana perusahaan ingin berada. COBIT mempunyai model

kematangan (maturity models) untuk mengontrol proses-proses tersebut dari skala

non-existent sampai dengan optimised (dari 0 sampai 5), yaitu 0- Non Existen, 1-

Initial, 2- Repetable, 3- Defined, 4- Managed and measurable, 5- Optimized.

Pendekatan ini diambil berdasarkan maturity model software engineering institute.

Penilaian Maturity Model ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Maturity Model

Level Maturity Model ada lima, yaitu dimulai dari 0 sampai dengan 5 dijelaskan

sebagai berikut:

a. 0 Non existent (tidak ada), menunjukan bahwa Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Salatiga merasa tidak membutuhkan adanya mekanisme

proses IT Governance, sehingga tidak ada sama sekali pengawasan terhadap IT

Governance yang dilakukan oleh perusahaan.

10

b. 1 Initial / Ad Hoc (inisialisasi), menunjukan bahwa Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Salatiga telah memiliki inisiatif mekanisme perencanaan, tata

kelola, dan pengawasan IT Governance yang dilakukan, namun sifatnya masih

tidak kosisten, belum formal, dan reaktif.

c. 2 Reapeatable but Intuitive (dapat diulang), skala ini menunjukan bahwa Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah memiliki kebiasaan

untuk merencanakan dan mengelola IT Governance yang dilakukan secara

berulang-ulang namun belum melibatkan prosedur dan dokumen yang formal.

d. 3 Defined (ditetapkan), menunjukan bahwa Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah memiliki mekanisme dan prosedur yang

jelas mengenai tata cara dan manajemen IT Governance, dan telah

terkomunikasikan dan tersosialisasikan dengan baik dalam perusahaan.

e. 4 Managed and measurable (diatur), skala ini menunjukan bahwa Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah membuat suatu matrik

pengukuran kinerja kuantitatif untuk memonitor efektivitas pelaksanaan

manajemen IT Governance.

f. 5 Optimised (dioptimalisasi), skala ini menunjukan bahwa Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Salatiga secara utuh telah menerapkan prinsip-prinsip IT

Governance yang sudah menjadi rutinitas dalam perusahaan. Bahkan organisasi

mampu memanfaatkan teknologi menjadi sebuah strategi bisnis, sehingga Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Salatiga mempunyai keunggulan kompetitif

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang

dilakukan pada Dinas Kependudukan dan Pencataan Sipil Kota Salatiga ialah

menyangkut studi kasus yang berarti bahwa melakukan penelitian secara langsung

pada obyek penelitian dengan cara mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis

data sehingga penelitian ini memperoleh hasil berdasarkkan penerapan proses TI dari

obyek yang di teliti. Data yang diolah adalah data primer melalui teknik wawancara

dan observasi. Tahapan penelitian digambarkan seperti yang terlihat pada Gambar 3

11

Gambar 3 Tahapan Penelitian

Tahapan awal dari penelitian ini yaitu mengumpulkan informasi yang

mencakup tujuan, struktur dan proses bisnis pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Salatiga. Setelah informasi diperoleh, tahap selanjutnya adalah mempelajari

literatur COBIT 4.1 yang menjadi kerangka kerja dalam penelitian ini. Tahapan

berikutnya adalah mapping IT Goals, dimana tahapan ini dilakukan untuk memetakan

apakah tujuan TI sudah selaras dengan tujuan bisnis sehingga Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga mampu mencapai tujuan bisnis dengan dukungan

TI yang dimiliki. Setelah melakukan mapping IT goals, tahapan selanjutnya yaitu

mapping RACI chart untuk menentukan responden dan aktifitas yang dilakukan

berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing.

Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data dengan cara observasi dan

wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terkait dengan

sistem informasi yang digunakan. Berikutnya adalah pembahasan. Hal pertama yang

dilakukan yaitu analisis maturity level, pada tahapan ini dilakukan analisis untuk

mengukur level kematangan TI berdasarkan hasil dari proses pengumpulan data.

Penelitian Awal

Pengumpulan

data

organisasi

Studi

literature

COBIT 4.1

Mapping RACI Chart

Pengumpulan data

(observasi dan wawancara)

Pembahasan

1. Mapping IT Goals

2. Analisis Level Kematangan

3. Analisis maturity model

4. Rekomendasi

Kesimpulan

12

Setelah analisis maturity level, proses selanjutnya adalah analisis GAP, dimana pada

tahapan ini dilakukan analisis apakah masih ada kesenjangan antara maturity level

pada saat ini dengan maturity level yang diharapkan. Kemudian akan diberikan

rekomendasi untuk mengoptimalkan kinerja TI di masa mendatang. Tahapan terakhir

dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan dari apa yang telah diteliti terkait

kinerja TI pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga.

Pemetaan RACI Chart Berdasarkan Sub Domain yang Dipakai

Ada empat responden yang dipilih berdasarkan tanggung jawabnya masing-

masing. Keempat responden yang menangani dan memahami serta bertanggung jawab

penuh dalam manajemen TI di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota

Salatiga, antara lain Ibu Afif Zufroningdyah selaku Kepala Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil kota Salatiga, Ibu Tri selaku Kepala Seksi Bidang IT pada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, Bapak Angga Pranandaka selaku

Operator IT, dan Ibu Elvira selaku salah satu staf bidang Pendaftaran Penduduk

(Dafduk). Pemetaan RACI Chart pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Salatiga.

4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2011 tentang

perubahan atas peraturan kota salatiga no 10 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga, Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang

Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Adapun untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Disdukcapil Kota

Salatiga memiliki visi dan misi sebagai berikut.

Visi :

- Produktif, dinamis dan prima dalam pelayanan.

Misi :

- Mewujudkan sistem informasi administrasi

- Meningkatkan / mewujudkan pelayanan administrasi kependudukan kepada

masyarakat

- Memasyarakatkan akta – akta catatan sipil dan pendaftaran penduduk

- Meningkatkan SDM di bidang pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

13

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga adalah Instansi

Pemerintah yang bertugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang

Pelayanan Masyarakat berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mempunyai tujuan yaitu:

- Meningkatkan pelayanan yang profesional cepat, tepat dan mudah.

- Meningkatnya kualitas SDM yang mampu dalam Mewujudkan dan

mengembangkan sistim penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang

berbasis SIAK dalam memberikan pelayanan masyarakat.

- Mewujudkan dan mengembangkan sistim penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan yang berbasis SIAK dengan menyiapkan alat dan perangkat yang

memadai.

- Mewujudkan sistem penyimpanan data dan sistem informasi dokumen dengan

berbasis teknologi informasi.

Langkah awal yang dilakukan untuk Evaluasi Kinerja Teknologi Informasi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga Pada Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan (SIAK) Menggunakan Kerangka Kerja COBIT 4.1

adalah dengan melakukan pemetaan antara Tujuan Bisnis dan Tujuan TI. Adapun

Tujuan Bisnis menurut COBIT 4.1 adalah seperti pada tabel 5

14

Tabel 5 Tujuan Bisnis menurut COBIT

Perspektif No Tujuan

Kinerja Organisasi

Perspektif keuangan 1

2

3

Perspektif pelanggan 4

Wajib pajak

5

6

7

8

9

Perspektif internal 10

Kepala Kantor, Kepala Seksi,

Pelaksana/staff 11

12

13

14

Penyediaan pengembalian investasi

yang baik dibangkitkan teknologi

informasi di KPP Pratama Salatiga.

Pengelolaan resiko yang terkait dengan teknologi informasi di KPP Pratama Salatiga. Peningkatan transparansi dan tata kelola KPP Pratama Salatiga. Peningkatan layanan dan orientasi. Penawaran jasa yang kompetitif. Penentuan ketersediaan dan kelancaran layanan. Penciptaan ketangkasan (agility) untuk menjawab kebutuhan. Pencapayan optimasi biaya dari pencapaian layanan. Perolehan informasi yang bermanfaat

Dan handal untuk pembuatan

keputusan strategis.

Peningkatan dan pemeliharaan

fungsionalitas.

Penurunan biaya proses. Penyediaan kepatutan terhadap hokum eksternal, regulasi dan kontrak. Penyediaan kepatutan terhadap

kebijakan internal

Peningkatan dan pengelolaan

produktivitas operasional dan pegawai

15

Untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan bisnis dan tujuan TI, perlu

diketahui terlebih dahulu tujuan TI (Tabel 6) dari list practice yang mengacu pada

kerangka kerja COBIT.

Tabel 6 Tujuan TI Menurut COBIT 4.1

No Tujuan TI (IT Goals) 1 Respon terhadap kebutuhan bisnis yang selaras

dengan strategi bisnis 2 Respon terhadap kebutuhan tata kelola yang sesuai

dengan arahan direksi 3 Kepastian akan kepuasaan pengguna akhir dengan

penawaran dan tingkat layanan 4 Pengoptimasian dan penggunaan informasi

5 Peciptaan TI yang tangkas (IT agility) 6 Pendefinisian begaimana kebutuhan fungsional

bisnis dan control di terjemahkan dalam solusi otomatis yang efektif dan efisien

7 Perolehan dan pemeliharaan sistem aplikasi yang standard dan dan terintegrasi

8 Perolehan dan pemeliharaan infrastruktur TI yang standard an terintegrasi

9 Perolehan dan pemeliharaan kemampuan TI sebagai respon terhadap strategi TI

10 Jaminan akan kepuasan yang saling menguntungkan dengan pihak ketiga

11 Jaminan akan konsistensi terhadap integrasi aplikasi ke dalam proses bisnis

12 Jaminan transparansi dan pemahaman terhadap biaya TI, keuntungan strategi, kebijakan dan tingkat layanan

13 Jaminan akan penggunaan dan kinerja dari aplikasi serta solusi teknologi yang sesuai

14 Kemampuan memberikan penjelasan dan perlindungan terhadap aset-aset TI

15 Pengopimalisasian infrastruktur, sumber daya dan kemampuan IT

16 Pengurangan terhadap ketidaklengkapan dan pengolahan kembali dari solusi dan penyampaian layanan

17 Perlindungan terhadap pencapaian sasaran IT 18 Penentuan kejelasan mengenai resiko dari dampak

bisnis terhadap sasaran dan sumber daya IT 19 Jaminan bahwa informasi yang kritis san rahasia

disembunyikan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan

16

20 Kepastian bahwa transaksi bisnis yang

secara otomatis dan pertukaran informasi dapat dipercaya

21 Jaminan bahwa layanan dan infrastruktur TI dapat sepatutnya mengatasi dan memulihkan kegagalan karena eor, serangan yang disengaja maupun bencana alam

22 Kepastian akan minimnya dampak bisnis dalam kejadian gangguan layanan atau perubahan TI

23 Jaminan bahwa layanan TI yang teredia sesuai dengan yang dibutuhkan

24 Peningkatan terhadap efisiensi biaya TI dan kontribusinya terhadap keuntungan bisnis

25 Penyampaian rancangan tepat waktu dan sesuai dengan kualitas standar maupun anggaran biaya

26 Pemeliharaan terhadap integritas informasi dan pemrosesan infrastruktur

27 Kepastian bahwa TO selaras dengan regulasi dan hukum yang berlaku

28 Jaminan bahwa TI menunjukkan kualitas layanan yang efisien dalam hal biaya, perbaikan yang berkelanjutan dan kesiapan terhadap perubahan di masa mendatang

COBIT memberikan kemudahan untuk memahami keterkaitan antara tujuan

bisnis dan TI. Pemetaan terhadap kedua tujuan tersebut sudah tersedia dan dapat

dijadikan acuan bagi perusahaan dalam menerjemahkan tujuan bisnis ke dalam

tujuan TI. Pemetaan tersebut dapat dilihat dalam berikut ini:

Tabel 7 Pemetaan Tujuan Bisnis

No Tujuan Bisnis

Perusahaan

Tujuan Bisnis

Perusahaan menurut

COBIT 4.1

Tujuan TI menurut

COBIT 4.1 (Domain

yang di pakai)

1 Memenuhi pelayanan

tata tertib administrasi

kependudukan

Penentuan ketersediaan

dan kelancaran layanan

PO6, PO8, AI4, AI6,

AI7, DS2, DS3, DS4,

DS8, DS10, DS12,

DS13.

Penilaian Bukti Analisis

Penilaian bukti analisis yang dilakukan terbagi dalam 12 tahapan sesuai

dengan 12 sub domain dari framework COBIT 4.1 yang dihasilkan berdasarkan

proses pemetaan dari tujuan bisnis perusahaan sesuai dengan domain Plan and

Organize, Aqcuire and Implement, dan Deliver and Support berikut penjelasannya:

17

PO6. Communicate Management Aims and Direction, menilai bagaimana

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mengembangkan sebuah

kerangka kerja yang terkendali, dapat didefenisikan, serta sesuai dengan tujuan dan

kebijakan perusahaan.

PO8. Manage Quality, mencoba menilai sejauh mana Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil kota Salatiga telah mengembangkan Quality Management

System (QMS) untuk memastikan bahwa TI memberikan nilai yang baik bagi

perusahaan.

AI4. Enable Operation and Use, menilai tentang sejauh mana pengetahuan

dan wawasan pengguna tentang sistem yang digunakan di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil kota Salatiga. Domain ini mencakup pelatihan tentang

penggunaan sistem dan dokumentasinya.

AI6. Manage Changes, mencoba menilai bagaimana Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mengelola dan mengontrol perubahan pada

sistem dan lingkungan TI jika terjadi maintenance dan patch.

AI7. Install and Accredit Solutions and Changes, adanya pengujian

terhadap sistem yang digunakan dan menilai apakah sudah selaras dengan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga.

DS2. Manage Third-party Services, mencoba menilai bagaimana

pengaturan layanan antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga

dengan pihak ketiga mengenai kewajiban dan kesepakatan kontrak yang mencakup

spesifikasi layanan, biaya layanan serta kinerja layanan yang telah disepakati.

DS3. Manage Performance and Capacity, mencoba menilai bagaimana

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mengatur kinerja dan

kapasitas layanan TI. Dalam hal ini, ketersediaan layanan TI harus tetap terjaga dan

berjalan sesuai dengan kinerja yang diharapkan, serta kebutuhan bisnis perusahaan.

DS4. Ensure Continuous Service, menilai bagaimana Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil kota Salatiga menyediakan perkembangan layanan TI dan

mampu mempertahankannya secara berkelanjutan.

DS8. Manage Service Desk and Incidents, mencoba menilai bagaimana

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mengidentifikasi dan

mengalokasikan anggaran TI untuk menjaga ketersediaan sumber daya TI yang

dibutuhkan dan memastikan sumber daya tersebut digunakan secara optimal.

DS10. Manage Problems, mencoba menilai bagaimana Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mengelola permasalahan

menyangkut penerapan dan pengoperasian TI di perusahaan secara tepat.

DS12. Manage the Physical Environment, mencoba menilai bagaimana

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga menyediakan dan

mengelola fasilitas serta lingkungan TI dari ancaman yang disebabkan oleh alam.

DS13. Manage Operations, mencoba menilai bagaimana Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga mengelola operasional,

memastikan fungsi-fungsi dugaan TI (maintenance dan network service

management) dilakukan secara regular.

18

Analisis Tingkat Kematangan

Analisis tingkat kematangan (maturity level) dari kinerja Teknologi

Informasi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga, dilakukan

dengan cara menganalisa hasil dari wawancara dengan para responden kemudian

disesuaikan dengan bukti yang ada di lapangan dan standar COBIT 4.1. Responden

yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kepala

Bidang TI, Operator dan Staf Bidang TI. Analisis dilakukan sesuai dengan domain

COBIT yang telah ditentukan melalui proses pemetaan berdasarkan IT Goals dari

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga, sehingga diperoleh

informasi bahwa:

PO6. Communicate Management Aims and Direction, disimak dari hasil

wawancara dengan Ibu Afif Zufroningdyah selaku kepala dinas Disdukcapil

menyatakan bahwa “...Ya disini kami memiliki Kebijakan Teknolgi Informasi

untuk dapat mengatur penggunaan atau pemanfaatan teknologi informasi agar tidak

terjadi penyalahgunaan terhadap sistem karena itu sangat beresiko, untuk itu harus

ada pengendalian lingkungan terhadap sistem...” Berdasarkan penjelasan dari

transkrip wawancara di atas proses ini masuk dalam level Defined karena kontrol

informasi dan manajemen mutu lingkungan pada Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Salatiga dikembangkan, didokumentasikan dan

dikomunikasikan dengan baik oleh manajemen. Proses ini mencakup kerangka

kebijakan, rencana dan prosedur. Pelatihan formal tersedia untuk mendukung

lingkungan pengendalian informasi tetapi tidak ketat diterapkan dan pemantauan

yang tidak konsisten sesuai dengan kebijakan dan prosedur tersebut. Teknik untuk

meningkatkan kesadaran keamanan telah dibakukan dan diformalkan karena

manajemen membahas tentang pentingnya pentingnya keamanan IT.

PO8. Mengelola Kualitas (Manage Quality), disimak dari hasil wawancara

dengan Ibu Afif Zufroningdyah selaku kepala dinas Disdukcapil menyatakan

bahwa “...Untuk qms saya tidak terlalu berbicara banyak yang pasti qms tetap kita

terapkan dan sudah berjalan smpai saat ini sejauh ini yang saya rasakan qms belum

berjalan maksimal. kedepannya kita berharap agar terus bisa meningkatan

pelayanan kepada masyarakat dengat cepat...” Berdasarkan penjelasan dari

transkrip wawancara di atas termasuk dalam level Managed and Measurable karena

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga sudah menyadari

pentingnya Quality Management Systen (QMS) sehingga manajemen secara

konsisten membahas mengenai masalah manajemen, termasuk ketergantungan

dengan pihak ketiga. Survei kepuasan pelanggan juga dilakukan secara konsisten

dengan menggunakan standar perusahaan.

AI4. Memungkinkan Operasional dan Penggunaan (Enable Operation and

Use), disimak dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Hartini selaku kepala seksi

menyatakan bahwa “...kita punya panduan namanya manual book, untuk membantu

pegawai mengoperasikan aplikasi siak. buku ini sesuai standar prosedur dalam

bentuk hard copy ataupun softcopy...” Berdasarkan penjelasan dari transkrip

wawancara di atas proses ini berada pada level Defined karena Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah mendokumentasikan penggunaan

19

operasional dan prosedurnya terkait aplikasi SIAK 4.0 dalam sebuah manual book.

Manual book ini dibuat untuk membantu pegawai dalam mengoperasikan aplikasi

sehingga proses bisnis bisa berjalan sesuai dengan standard an prosedur perusahaan.

Manual book dibuat dalam bentuk hard copy maupun soft copy dan selalu

diperbaharui sesuai dengan perubahan yang terjadi pada aplikasi SIAK 4.0.

AI6. Mengelola Perubahan (Manage Changes), disimak dari hasil

wawancara dengan Ibu Elvira selaku operator menyatakan bahwa “...kalo ada

perubahan biasanya harus ada diskusi atau rapat dulu, nanti baru diputuskan

bagaimana menangani perubahan itu...” Berdasarkan penjelasan dari transkrip

wawancara di atas proses ini berada pada level Defined karena telah ada prosedur

dan kebijakan jika ada perubahan terkait aplikasi SIAK 4.0. Kebijakan dan prosedur

tersebut biasanya didiskusikan terlebih dahulu melalui rapat formal. Jika ada

perubahan yang signifikan maka akan dilakukan training pada pegawai yang

berhubungan langsung dengan teknologi informasi. Namun sebaliknya, jika tidak

terlalu signifikan maka tidak perlu dilakukan training.

AI7. Instalasi dan Akreditasi Solusi Serta Perubahannya (Install and

Accredit Solutions and Changes), disimak dari hasil wawancara dengan Ibu Sri

Hartini selaku kepala seksi menyatakan bahwa “...kita tidak punya kewajiban untuk

mengubah aplikasi ataupun mengujinya. karena aplikasi dari Kantor pusat,

semuanya ditangani kantor pusat termasuk pelatihan penggunaan aplikasi...”

Berdasarkan penjelasan dari transkrip wawancara di atas menyatakan bahwa proses

ini masuk dalam level Repeatable but Intuitive karena aplikasi ini didistribusikan

dari Kantor Pusat sehingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga

tidak memiliki metode tertentu dalam melakukan pengembangan dan pengujian

pada aplikasi SIAK. Perubahan yang terjadi pada aplikasi ini diatur di Kantor Pusat.

Biasanya proses pengujian dilakukan secara informal dan tanpa melalui tahap-tahap

khusus.

DS2. Mengelola Layanan Pihak Ketiga (Manage Third-Party Services),

disimak dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Hartini selaku kepala seksi

menyatakan bahwa “...supplier penyedia layanan TI kita dari kantor pusat mulai

dari pengadaan hardware maupun software semuanya diatur oleh kantor pusat.

Kalau ada perubahan atau terjadi masalah pada saat penggunaan, sesuai sop, ada

rapat pada seksi IT sebelum disampaikan ke admin kantor pusat. Telkom juga

sebagai vendor kadang berperan jika ada masalah mendadak pada jaringan yang tak

bisa kita atasi...” Berdasarkan penjelasan dari transkrip wawancara di atas proses

ini berada pada level Managed and Measurable karena ada dokumentasi yang jelas

dan rinci tentang prosedur dan kebijakan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dengan pihak ketiga (supplier dan vendor). Hubungan dengan pihak ketiga juga

terjalin dengan baik dan sesuai dengan kontrak kerja.

DS3. Manage Performance and Capacity, disimak dari hasil wawancara

dengan Ibu Sri Hartini selaku kepala seksi menyatakan bahwa “...biasanya semua

dibahas pas rapat rutin seksi IT, termasuk hasil peninjauan dan pengawasan.

kemudian kalau untuk pengaduan terkait sistem, biasanya lewat email atau

facebook milik kantor pusat. untuk hardisk ada 2 buah ukurannya 1 tera, selama ini

kapasitas dan penggunaan hardisk tidak ada masalah. back up nya rutin per bulan

jadi tidak ada yang terlewat...” Berdasarkan penjelasan dari transkrip wawancara di

20

atas proses ini berada pada level Managed and Measurable karena pengelolaan

Kinerja dan kapasitas TI di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga

telah diatur dalam prosedur yang terdokumentasi. Kapasitas hardisk yang cukup

dengan kebutuhan sekarang dan pengelolaanya sudah berjalan dengan baik sesuai

dengan standar dan prosedur dalam perusahaan.

DS4. Ensure Continuous Service, disimak dari hasil wawancara dengan Sdr

Angga Pranandaka selaku selaku staf admin menyatakan bahwa “...kalau soal

pengujian dan perubahan pada sistem bukan tugas kita, karena ini sistem

pemerintah jadi semua dari kantor pusat. back up data kita sebulan sekali, biasanya

tiap akhir bulan...” Berdasarkan penjelasan dari transkrip wawancara di atas proses

ini berada pada level kematangan Defined karena Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil kota Salatiga sudah memiliki manajemen untuk memastikan

layanan TI yang berkelanjutan dengan adanya prosedur backup database server,

dan telah menganalisis resiko-resiko yang mungkin terjadi sehingga dapat

meminimalkan resiko tersebut.

DS8. Manage Service Desk and Incidents, disimak dari hasil wawancara

dengan Sdr Angga Pranandaka selaku selaku staf admin menyatakan bahwa “...kita

punya jadwal rapat rutin per bulan untuk membahas tentang evaluasi sistem siak

maupun usernya, semua ada prosedurnya sesuai dengan SOP disini...” Berdasarkan

penjelasan dari transkrip wawancara di atas proses ini berada pada level

kematangan Defined karena kebutuhan untuk fungsi service desk dan proses

manajemen insiden diakui dan diterima. Prosedur telah standar dan

didokumentasikan, dan pelatihan informal terjadi. Pertanyaan dan insiden dilacak

secara manual dan secara individual dipantau, namun sistem pelaporan formal tidak

ada

DS10. (Manage Problems), disimak dari hasil wawancara dengan Sdr

Angga Pranandaka selaku selaku staf admin menyatakan bahwa “...karena ini

program pemerintah dan diatur oleh kantor pusat, jika terjadi masalah bagian TI

harus berkonsultasi dengan kantor pusat. evaluasi sistem akan dibahas saat rapat

seksi. semua disesuaikan dengan prosedur sistem (sop siak maupun lingkungan

hardwarenya)...” Berdasarkan penjelasan dari transkrip wawancara di atas proses

ini berada pada level kematangan Managed and Measurable karena proses

pengelolaan masalah di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga

dipahami di semua tingkatan dalam organisasi. Tanggung jawab untuk pihak

pengelola masalah telah ditetapkan sesuai dengan prosedur. Metode dan prosedur

yang didokumentasikan, dikomunikasikan dan diukur untuk efektivitas. Sebagian

besar masalah yang diidentifikasi, dicatat dan dilaporkan, dan resolusi dimulai.

Pengetahuan dan keahlian yang dibudidayakan, dipelihara dan dikembangkan

untuk tingkat yang lebih tinggi, karena fungsi ini dipandang sebagai aset dan

kontributor utama terhadap pencapaian tujuan TI dan peningkatan IT layanan.

DS12. Mengelola Lingkungan Fisik (Manage the Physical Environment),

disimak dari hasil wawancara dengan Sdr Angga Pranandaka selaku selaku staf

admin menyatakan bahwa “...server memiliki ruang khusus tidak digabung dengan

ruang staf. untuk keamanan lingkungan ruang server, disediakan cctv dan

pembatasan hak akses jadi cuma beberapa orang yang punya akses kedalam...”

Berdasarkan penjelasan dari transkrip wawancara di atas proses ini berada pada

21

level kematangan Managed and Measurable karena kebutuhan untuk menjaga

lingkungan komputasi di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga

dipahami dan diterima dalam organisasi. Kontrol lingkungan, pemeliharaan

preventif dan keamanan fisik diatur oleh manajemen. Pembatasan hak akses

diterapkan sehingga hanya pegawai tertentu saja yang boleh masuk dalam ruang

server. Di dalam ruang server juga terdapat CCTV dan menggunakan keamanan

mesin sidik jari sebagai tanda pengenal.

DS13. Mengelola Operasi (Manage Operations) disimak dari hasil

wawancara dengan Sdr Angga Pranandaka selaku selaku staf admin menyatakan

bahwa “...kita punya sop dan manual book untuk sistem siak maupun user,

bagaimana menangani masalah maupun proses maintenance semua ada

sopnya.kalau maintenance ada jadwal rutinnya. jadi kita bekerja sesuai prosedur

yang sudah ditetapkan sehingga kontrol terhadap penggunaan IT ada.semuanya

akan dibahas pada saat rapat rutin per minggu...” Berdasarkan penjelasan dari

transkrip wawancara di atas proses ini berada pada level kematangan Defined

karena operasi komputer dan tanggung jawab kepemilikan sudah diatur. Operasi

Manajemen memonitor penggunaan sumber daya komputasi dan penyelesaian

pekerjaan atau tugas yang diberikan. Upaya berkesinambungan ada untuk

meningkatkan otomatisasi proses sebagai sarana perbaikan terus-menerus.

Analisis Gap

Berdasarkan hasil maturity level yang diperoleh sebelumnya maka tahapan

selanjutnya adalah melakukan analisis kesenjangan (gap). Secara umum tingkat

maturity level yang dicapai oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota

Salatiga saat ini adalah Defined dengan target maturity level adalah Managed and

Measurable.

Gambar 5 Hasil rata-rata pengelompokan dari tiap responden

22

Gambar 6 Spider Chart Tingkat Kematangan Kinerja IT di Disdukcapil kota Salatiga

Kesenjangan (gap) maturity level yang dapat ditutupi dengan melakukan

perbaikan-perbaikan guna mencapai target maturity level yang diharapkan.

Kegiatan perbaikan dapat dilakukan secara berkala sampai target maturity level

yang diharapkan bisa tercapai.

Rekomendasi Perbaikan

Analisis kesenjangan bertujuan untuk menentukan langkah-langkah apa

yang perlu diambil untuk berpindah dari kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan

atau keadaan masa depan yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian tingkat

kematangan process TI, dapat dideskripsikan bahwa secara umum sebagian besar

process TI yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga saat

ini berada pada level Defined dengan target maturity level adalah Managed and

Measurable

Maka rekomendasi untuk semua proses TI adalah harus diterapkan sesuai

SOP yang ada, jangan hanya berupa aktifitas formalitas. Aktifitas tiap proses juga

harus dikontrol dan dievaluasi agar dapat meningkatkan kinerja TI pada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Salatiga. Rekomendasinya dijelaskan

lebih rinci sebagai berikut:

1. Arsitektur TI yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota

Salatiga akan dibuat secara lebih terstruktur sehingga kebutuhan akan data dan

informasi bisa terkontrol dengan baik.

2. Pengembangan dan pemeliharaan Infrastruktur IT Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil kota Salatiga akan dilakukan secara konsisten dan pelatihan

23

akan Sumber Daya Manusia akan lebih ditingkatkan sehingga sejalan dengan

arah teknologi yang diharapkan.

3. Membuat metodologi dan dokumentasi mengenai solusi dari setiap masalah-

masalah teknis yang kerap terjadi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil kota Salatiga.

4. Melakukan evaluasi laporan asset terkait hardware dan software untuk

perbaikan, garansi, dan upgrade.

5. Mengevaluasi hasil pelatihan sebagai tolak ukur dalam peningkatan kinerja

Sumber Daya Manusia

6. Perlu adanya sosialisasi untuk memberikan tambahan pengetahuan dan

pemahaman bagi pegawai dinas mengenai berbagai peraturan hukum terkait

dengan penerapan SIAK.

7. Penambahan jumlah mesin printer seperti mesin pembuatan EKTP untuk

mencegah keterlambatan pelayanan publik yang diberikan.

8. Harus dilakukannya rekrutmen petugas operator SIAK dengan latar belakang

dan kompetensi yang memiliki kemampuan dan ketrampilan di bidang teknis

teknologi informasi.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut : Evaluasi Kinerja Teknologi Informasi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Salatiga Pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK) Menggunakan Kerangka Kerja COBIT 4.1 ditunjukan dengan tingkat

kematangan TI yang berada pada level Defined, artinya pengunaan sudah sesuai

dengan prosedur yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota

Salatiga yang sudah distandarisasi dalam SOP (Standar Operating Prosedur),

terdokumentasi, dan diterapkan melaluai pelatihan resmi tetapi implementasi masih

tergantung pada individu yang mau mengikuti prosedur atau tidak. Hasil penelitian

diharapkan dapat digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota

Salatiga sebagai salah satu cara untuk melihat bahwa posisi kinerja TI berada pada

level mana, sehigga kedepannya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota

Salatiga dapat lebih meningkatkan kinerja TI yang ada sekarang pada level yang

diharapkan.

24

6. Daftar Pustaka

[1] Marcelino, Noronha. 2010. Audit Sistem Informasi Aplikasi Database PMIS

Pada Komisi Kepegawaian Timor-Leste Dengan Framework Menggunakan

Framework COBIT 4.1. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

[2] Ricky, Patti. 2010. Audit Sistem Informasi Perkreditan menggunakan

Framework COBIT 4.1 Domain Monitor and Evaluate Studi Kasus PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Cabang Ambon

[3] Naibaha, Glorya. 2012. Analisis Sistem Informasi Akuntansi RS

Menggunakan COBIT dengan Domain Monitor and Evaluate. Universitas

Kristen Satya Wacana. Salatiga.

[4] Valentino, “Definition of GoodGovernance

[5] COBIT 4.1. http://www.allen-conard.com/its/standar.cobit. Diakses pada

tanggal 5 Februari 2016.

[6] ITGovernance institute, 2007, COBIT 4.1, USA.