evaluasi kestabilan lereng pit 2 tambang batubara …

12
EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA PADA PT. SELUMA PRIMA COAL DI DESA RANGKILING KECAMATAN MANDIANGIN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI , Eri Prabowo ², Andrey Zubir ³ Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muara Bungo Email : [email protected] ABSTRAK PT. Seluma Prima Coal (PT. SPC) merupakan perusahaan tambang batubara swasta sebagai owner dengan kontraktor PT. Universal Support. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. SPC adalah tambang terbuka, saat ini melakukan penambangan pada pit 2 dengan geometri lereng yang terbentuk mencapai ketinggian 18 meter dan sudut lereng mencapai 66°. Semakin lebar dan dalam tambang terbuka tersebut dilakukan penggalian, maka tentunya akan semakin besar risiko yang akan muncul, atau semakin meningkatkan ketidak pastian pada faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng tambang terbuka. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah menghitung Faktor Keamanan ( FK ) single slope dan overall slope, menghitung sudut lereng yang sesuai dengan nilai FK > 1,25 serta mengetahui cara pengendalian lereng. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan metode bishob, adapun jenis material penyusun lereng adalah soil dengan parameter geoteknik yaitu density 5,92 KN/m³, kohesi 5,41 KN/m² dan sudut geser dalam 20º. Sandstone dengan parameter geoteknik yaitu density 11,56 KN/m³, kohesi 10,26 KN/m² dan sudut geser dalam 35º. Claystone dengan parameter geoteknik yaitu density 9,7 KN/m³, kohesi 11,86 Kn/m² dan sudut geser dalam 60º. Coal dengan parameter geoteknik yaitu density 17,63 KN/m³, kohesi 119 KN/m² dan sudut geser dalam 40º. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya risiko kelongsoran lereng mencakup geometri lereng, sifat fisik dan mekanik batuan, kondisi air tanah, struktur batuan, gaya luar serta beban pada lereng. Dari hasil perhitungan terhadap geometri lereng aktual pada saat penambangan yang dilakukan pada PT. Seluma Prima Coal diperoh nilai faktor keamanan dibawah 1,25 dalam artian lereng tidak dalam keadaan aman, maka dilakukan perbaikan geometri lereng untuk mendapatkan lereng yang aman. Berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan FK lereng tambang PT. SPC setion A slope1 yaitu 1,073 dan slope 2 yaitu 0,996, setion B slope 1 yaitu1,311 dan slope 2 yaitu 0,987, section C slope 1 yaitu 1,261 dan slope 2 yaitu 1,086 dalam keadaan aktual sebagian besar < 1,25 atau tidak aman, Untuk menjamin keselamatan pekerja dari terjadinya longsoran material agar tidak mengganggu proses pekerjaan penambangan, maka dilakukan proses analisis kemantapan lereng untuk mendapatkan lereng tambang yang aman pada saat proses penambangan berlangsung. Maka di lakukan rekomendasi perbaikan geometri lereng untuk mendapatkan nilai FK > 1,25 maka didapatkan hasil pada section A slope 1 yaitu 1,255 dan slope 2 yaitu 1,318, section B slope 1 yaitu 1,514 dan slope 2 yaitu 1,295, section C slope 1 yaitu 1,253 dan slope 2 yaitu 1,735 dengan ketinggian lereng tidak melebihi 15 meter dengan sudut kemiringan maksimal 47 derajat. Kata Kunci : Faktor Keamanan Lereng, Metode Bishop. ABSTRACT Pt .Seluma prima coal ( pt .Spc ) is the company coal mines private as owner by the contractor pt .Universal support .Mining activities done by pt .Spc is an open mine , this moment doing in the pit mining 2 to geometry slope formed reach a height 18 feet tall and a bevel angle at 66º .Wider and in an open mine was excavation , then surely would increase the risks involved , or increase the uncertainty in faktor-faktor affecting the stability of the slope an open mine . As for a goal at this Mine Magazine (MineMagz) Volume 1 Nomor 1, Februari 2020 http://ojs.umb-bungo.ac.id/

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA PADA

PT. SELUMA PRIMA COAL DI DESA RANGKILING

KECAMATAN MANDIANGIN KABUPATEN SAROLANGUN

PROVINSI JAMBI

, Eri Prabowo ², Andrey Zubir ³

Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muara Bungo

Email : [email protected]

ABSTRAK

PT. Seluma Prima Coal (PT. SPC) merupakan perusahaan tambang batubara swasta sebagai owner

dengan kontraktor PT. Universal Support. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. SPC

adalah tambang terbuka, saat ini melakukan penambangan pada pit 2 dengan geometri lereng yang

terbentuk mencapai ketinggian 18 meter dan sudut lereng mencapai 66°. Semakin lebar dan dalam

tambang terbuka tersebut dilakukan penggalian, maka tentunya akan semakin besar risiko yang akan

muncul, atau semakin meningkatkan ketidak pastian pada faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan

lereng tambang terbuka. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah menghitung Faktor Keamanan ( FK

) single slope dan overall slope, menghitung sudut lereng yang sesuai dengan nilai FK > 1,25 serta

mengetahui cara pengendalian lereng. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan

metode bishob, adapun jenis material penyusun lereng adalah soil dengan parameter geoteknik yaitu

density 5,92 KN/m³, kohesi 5,41 KN/m² dan sudut geser dalam 20º. Sandstone dengan parameter

geoteknik yaitu density 11,56 KN/m³, kohesi 10,26 KN/m² dan sudut geser dalam 35º. Claystone

dengan parameter geoteknik yaitu density 9,7 KN/m³, kohesi 11,86 Kn/m² dan sudut geser dalam 60º.

Coal dengan parameter geoteknik yaitu density 17,63 KN/m³, kohesi 119 KN/m² dan sudut geser

dalam 40º. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya risiko kelongsoran lereng mencakup geometri

lereng, sifat fisik dan mekanik batuan, kondisi air tanah, struktur batuan, gaya luar serta beban pada

lereng. Dari hasil perhitungan terhadap geometri lereng aktual pada saat penambangan yang dilakukan

pada PT. Seluma Prima Coal diperoh nilai faktor keamanan dibawah 1,25 dalam artian lereng tidak

dalam keadaan aman, maka dilakukan perbaikan geometri lereng untuk mendapatkan lereng yang

aman. Berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan FK lereng tambang PT. SPC setion A slope1 yaitu

1,073 dan slope 2 yaitu 0,996, setion B slope 1 yaitu1,311 dan slope 2 yaitu 0,987, section C slope 1

yaitu 1,261 dan slope 2 yaitu 1,086 dalam keadaan aktual sebagian besar < 1,25 atau tidak aman,

Untuk menjamin keselamatan pekerja dari terjadinya longsoran material agar tidak mengganggu

proses pekerjaan penambangan, maka dilakukan proses analisis kemantapan lereng untuk

mendapatkan lereng tambang yang aman pada saat proses penambangan berlangsung. Maka di

lakukan rekomendasi perbaikan geometri lereng untuk mendapatkan nilai FK > 1,25 maka didapatkan

hasil pada section A slope 1 yaitu 1,255 dan slope 2 yaitu 1,318, section B slope 1 yaitu 1,514 dan

slope 2 yaitu 1,295, section C slope 1 yaitu 1,253 dan slope 2 yaitu 1,735 dengan ketinggian lereng

tidak melebihi 15 meter dengan sudut kemiringan maksimal 47 derajat.

Kata Kunci : Faktor Keamanan Lereng, Metode Bishop.

ABSTRACT

Pt .Seluma prima coal ( pt .Spc ) is the company coal mines private as owner by the contractor pt

.Universal support .Mining activities done by pt .Spc is an open mine , this moment doing in the pit

mining 2 to geometry slope formed reach a height 18 feet tall and a bevel angle at 66º .Wider and in

an open mine was excavation , then surely would increase the risks involved , or increase the

uncertainty in faktor-faktor affecting the stability of the slope an open mine . As for a goal at this

Mine Magazine (MineMagz) Volume 1 Nomor 1, Februari 2020 http://ojs.umb-bungo.ac.id/

Page 2: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

research is measuring of the safety ( fk ) single slope and overalls slope , counting a bevel angle that

based on the value fk & gt; 1.25 control mechanisms slope and he knows .The stability of analysis is

performed by the use a method of bishob slope , as for making up the slope is kind of material with the

parameters of soil geoteknik namely density 5,92 kn / m ³, cohesion 5.41 kn / m² and angles sliding in

20º .With the parameters of sandstone geoteknik namely density 11,56 kn / m³, cohesion 10,26 kn / m²

and angles sliding in 35º . Claystone with the parameters geoteknik the density 9,7 kn / m³, cohesion

11,86 kn / m² and angles sliding in 60º.Coal with the parameters geoteknik the density 17,63 kn / m³ ,

cohesion 119 kn / m² and angles sliding in 40º.Faktor-faktor who caused the risk kelongsoran slope

includes geometry slope , physical properties and mechanics rocks , the groundwater , the structure of

rock , the outward force and burden on the slopes . From the given to the actual geometry at the

mining done in pt.Seluma prima coal diperoh value security factor in terms under 1,25 slope not safe,

and repair geometry slope to get the safe.Based on the calculation on obtained fk the mine pt.Spc

setion a slope1 namely 1,111 and slope 2 namely 1,002, setion b slope yaitu1,370 1 and 2 the slope

0,953, section 1 the c slope 1,239 and slope 2 1,063dalam state of actual most & it; 1,25 or unsafe, To

ensure safety workers from the occurrence of an avalanche of material so as not to disturb mining the

constructions , as the process of analysis steadiness slope to get a slope mining which secure at the

time of the process taking place in the mining .There are some do recommendations for the

improvement of geometry slope to have a fk & gt; 1.25 so outcomes section or a slope that is 1,255 1

and 2 namely 1,318 slope , section b slope 1 and 2 1,514 1,295 slope , section c slope 1 namely 1,253

and slope 2 namely 1,753 with the height of a slope does not exceed 15 meters with the angle of

inclination of a maximum of 47 degrees .

Keywords: slope stability, a method of bishop

I. Pendahuluan

Aktivitas penambangan yang berhubungan

dengan penggalian dan penimbunan akan

selalu menghadapi permasalahan dengan

lereng, baik itu berupa lereng kerja

(working slope) maupun lereng akhir (

final slope ), semakin lebar dan dalam

tambang terbuka tersebut dilakukan

semakin meningkatnya ketidakpastian

faktor-faktor yang mempengaruhi

kestabilan lereng tambang. Khususnya

tambang terbuka (open pit) hampir selalu

mengakibatkan perubahan morfologi

permukaan mengingat penggalian menjadi

aktivitas utamanya. Perusahaan

pertambangan seperti ini memerlukan

modal yang besar, teknologi tinggi dan

kemampuan khusus. Selain itu faktor

keselamatan tentunya menjadi salah satu

pertimbangan utama dalam rangkaian

aktivitas penambangan. Oleh karena itulah

sudah jelas dibutuhkan teknologi atau

perencanaan yang baik agar pelaksanaan

kegiatan penambangan bisa berjalan

dengan aman, efektif dan produktivitas

dari pekerja tinggi serta lancar tanpa terjadi

atau seminimal mungkin kecelakaan kerja.

Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya resiko kelongsoran lereng

mencakup sifat fisik batuan, sifat mekanik

batuan, kondisi air tanah, karakteristik

massa batuan, dan struktur yang ada pada

batuan. Lereng harus di evaluasi

kemantapannya untuk mencegah bahaya

longsor, karena menyangkut persoalan

keselamatan manusia ( pekerja ),

keamanan peralatan serta kelancaran

produksi, salah satu usaha utama dalam

meminimalisir terjadinya longsoran

material adalah dengan cara melakukan

evaluasi kestabilan lereng.

PT. Seluma Prima Coal (PT. SPC)

perusahaan tambang batubara swasta yang

berlokasi di Desa Rangkiling, Kecamatan

Mandiangin, Kabupaten Sarolangun,

Provinsi Jambi. Untuk menjamin

Page 3: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

keselamatan pekerja dari longsoran

material serta ketercapaian target produksi,

untuk membantu pihak PT. SPC

melakukan upaya menjaga kestabilan

lereng maka dilakukan evaluasi

kemantapan lereng agar lereng yang

terbentuk pada saat penambangan atau

lereng yang ditinggalkan pada akhir

penambangan aman dari kelongsoran.

Secara umum evaluasi kestabilan lereng

dapat dipahami karena merupakan suatu

bagian kegiatan yang penting untuk

mencegah terjadinya gangguan terhadap

kelancaran produksi maupun terjadinya

bencana fatal. Dengan adanya kegiatan

pemantauan kestabilan lereng diharapkan

aktivitas pada tambang menjadi lebih

aman. Perhitungan dan pemantauan secara

tepat harus dilakukan untuk

menghilangkan resiko longsoran. Resiko

ini amat besar dampaknya terhadap

perusahaan seperti kerusakan peralatan,

waktu, biaya dan korban manusia.

Kebijakan pemerintah tentang kestabilan

lereng tersebut diatur dalam Kepmen

Pertambangan dan Energi No. 555.

K/26/M.PE/1995 tanggal 12 Mei 1995

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di Pertambangan Umum.

Berdasarkan observasi dan informasi dari

pihak perusahaan selama tambang

beroperasi dari awal 2016 hingga saat ini

belum pernah terjadi kelongsoran, karena

pihak perusahaan tidak melakukan

pemantauan secara berkala maka dilakukan

evaluasi pada lereng tambang untuk

mengetahui kemantapan lereng pada

tambang batubara PT. SPC agar menjamin

tidak terjadi longsoran pada lereng hal

tersebut dikarenakan tinggi lereng tunggal

telah mencapai 6 meter hingga18 meter

dan sudut lereng 66º, sedangkan ketinggian

overall slope telah mencapai 28 meter

dengan sudut 47º. Oleh sebab itu dilakukan

evaluasi kestabilan lereng menggunakan

metode bishop, adapun jenis material

penyusun lereng yaitu soil, claystone,

sandstone dan coal dengan material

dominan yaitu claystone.

Analisis menggunakan metode bishop

untuk menentukan geometri lereng dengan

nilai faktor aman > 1,25 sesuai dengan

kriteria dari Bowles, 1989, analisa secara

manual menggunakan metode fellenius.

Setelah mengetahui hasil perhitungan yang

sesuai dengan kondisi lereng serta nilai

faktor keamanan diharapkan agar kegiatan

pekerjaan di PT. SPC dapat berjalan

dengan baik.

Berdasarkan latar belakang maka di

perlukan kajian penelitian dengan judul

”Evaluasi Kestabilan Lereng pada

Tambang Batubara pada PT. Seluma

Prima Coal di Desa Rangkiling,

Kecamatan Mandiangin, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi”.

1.1. Kestabilan Lereng

Kestabilan dari suatu lereng umumnya

dikontrol oleh kondisi geologi daerah

setempat, bentuk keseluruhan lereng pada

daerah tersebut, kondisi air tanah setempat,

dan juga oleh teknik penggalian yang

digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor

pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk

situasi penambangan yang berbeda dan

sangat penting untuk memberikan aturan

yang umum untuk menentukan seberapa

tinggi atau seberapa landai suatu lereng

untuk memastikan lereng itu akan stabil.

Apabila kestabilan dari suatu jenjang

dalam operasi penambangan meragukan,

maka kestabilannya harus dinilai

berdasarkan dari struktur geologi, kondisi

air tanah dan faktor pengontrol lainnya

yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan

lereng pada batuan dipengaruhi oleh

geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik

Page 4: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar

yang bekerja pada lereng tersebut.

Dalam keadaan gaya penahan terhadap

longsoran lebih besar dari gaya

penggeraknya, maka lereng tersebut akan

berada dalam keadaan yang mantap atau

stabil. Tetapi apabila gaya penahan

menjadi lebih kecil dari gaya

penggeraknya, maka lereng tersebut

menjadi tidak mantap dan longsoran akan

terjadi.Sebenarnya, longsoran tersebut

merupakan suatu proses alami untuk

mendapatkan kondisi kemantapan lereng

yang baru (kesetimbangan baru), di mana

gaya penahan lebih besar dari gaya

penggeraknya. (Duncan, 2004).

F = R / Fp

Dimana :

F = faktor kestabilan lereng

R = gaya penahan, berupa resultan

gaya-gaya yang membuat lereng

tetap stabil

Fp = gaya penggerak, berupa resultan

gaya-gaya yang menyebabkan

lereng longsor

Menurut Bowles (1989) kemantapan

lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk

faktor keamanan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

F = Gaya penahan / Gaya penggerak

Pada keadaan :

FK 1,25 = lereng dalam keadaan

stabil

FK 1,07 - 1,25 = lereng dalam keadaan

kritis

FK 1,25 = lereng dalam keadaan

tidak stabil.

1.2. Faktor yang Mempengaruhi

Kestabilan Lereng

Kelongsoran suatu lereng dapat terjadi

pada umumnya sering disebabkan apabila

bertambahnya tegangan geser atau

berkurangnya kuat geser material

penyusun lereng tersebut. Perlu diketahui

juga faktor-faktor yang dapat

menyebabkan teradinya suatu longsoran

pada lereng sebelum melakukan analisa

kestabilan lereng pada suatu daerah.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan

dalam menganalisa kemantapan suatu

lereng (Anwar dan Kesumadharma, 1991;

Hirnawan, 1994) adalah sebagai berikut:

A. Penyebaran Batuan

Macam batuan atau tanah yang terdapat

didaerah penyelidikan harus diketehui,

demikian juga penyebaran serta hubungan

antar batuan. Ini perlu dilakukan karena

sifat-sifat fisik dan mekanik suatu batuan

berbeda dengan batuan yang lain sehingga

kekuatan menahan bebannya sendiri juga

berbeda.

B. Relief Permukaan Bumi

Faktor ini mempengarui laju erosi dan

pengendapan serta menentukan arah aliran

air permukaan tanah. Hal ini disebabkan

karena untuk daerah yang curam,

kecepatan aliran air permukaan tinggi

menyebabkan pengikisan lebih intensif

dibandingkan pada daerah yang landai.

Karena erosi yang intensif banyak

dijumpai singkapan batuan dan ini

menyebabkan pelapukan yang lebih cepat.

Batuan lapuk mempunyai kekuatan yang

rendah sehingga kemantapan lereng

menjadi berkurang.

C. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik

Material

Page 5: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

Sifat fisik dan sifat mekanik tanah atau

batuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kestabilan lereng karena

berhubungan dengan besar kecilnya nilai

kuat geser, dimana kelongsoran yang

terjadi pada lereng merupakan peristiwa

keruntuhan geser, dengan demikian

didalam melakukan analisa kestabilan

lereng tanah atau batuan perlu diketahui

sifat fisik dan mekanik tanah atau

batuanyang mempengaruhi kuat geser.

Adapun sifat fisik dan sifat mekanik tanah

dan batuan yang diperlukan dalam

melakukan analisa kestabilan lereng adalah

sebagai berikut.

a. Sifat Fisik

i. Bobot Isi

Bobot isi merupakan perbandingan antara

berat material dengan volume material

yang dinyatakan dalam satuan berat per

volume. Semakin besar bobot isi batuan,

maka gaya penggerak yang akan

menyebabkan kelongsoran juga semakin

basar, dengan demikian kemantapan lerng

akan berkurang.

ii. Porositas

Porositas merupakan perbandingan antara

volume pori dengan volume butiran

seluruhnya. Batuan yang mempunyai

porositas tinggi akan lebih banyak

menyerap air dan akan mengisi pori-pori

batuan dengan adanaya air dalam batuan

akan menyebabkan tekanan air pori pada

batuan.

iii. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan merupakan

perbandingan antara volume air pori

dengan volume isi pori seluruhya. Semakin

jenuh suatu batuan maka semakin banyak

air yang dikandungnya, keberadaan air

dalam batuan ini akan menimbulkan gaya

angkat air dan gaya dorong air yang dapat

menyebabkan terjadinya kelongsoran.

b. Sifat Mekanik

i. Sudut Gesek Dalam

Sudut geser dalam merupakan sudut yang

terbentuk dari hubungan tegangan normal

dan tegangan geser di dalam material

batuan. Sudut geser dalam adalah sudut

rekahan yang terbentuk jika suatu batuan

dikenakan tegangan yang melebihi

tegangan gesernya. Semakin besar sudut

geser dalam suatu material maka material

tersebut akan lebih tahan menerima

tegangan luaryang dikenakan. Untuk

mengetahui besar sudut geser dalam harus

dilakukan uji geser langsung, satuannya

dinyatakan dalam derajat.

ii. Kohesi

Kohesi adalah kekuatan tarik menarik

antara butiran batuan yang dinyatakan

dalam satuan berat peer satuan luas. Bila

kekuatan gesernya semakin besar, maka

semakin besar pula harga kohesi dari

material batuan, ini berarti batuan dengan

kohesi yang besar dapat dibuat lereng

dengan kemiringan yang besar untuk nilai

keamanan yang sama. Nilai kohesi didapat

dari hasil analisis di laboratorium yaitu

dengan uji kuat geser langsung. Harga

kohesi merupakan titik perpotongan sumbu

kuat geser dengan selubung kekuatan

material (diameter lingkaran mohr) atau

titik perpotongan sumbu kuat geser dengan

garis kekuatan geser Coulomb yang lebih

dikenal dengan keruntuhan Mohr-

Coulomb.

iii. Unit Weight

Bobot isi adalah berat material utuh dalam

keadaan kering dibagi dengan volume

tanah (KN/m³)

D. Geometri Lereng

Geometri lereng mencakup tinggi lereng

(H) dan sudut kemiringan lereng.

Perubahan tinggi akan mengakibatkan

perubahan kestabilan dari lerng yang

bersangkutan karena berat material lereng

Page 6: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

yang harus ditahan oleh kuat geser batuan

atau tanah semakin besar. Sudut

kemiringan lereng yang besar akan

memberikan volume material yang besar

juga sehingga beban material pada lereng

juga akan semakin besar. Lereng yang

terlalu tinggi akan menyebabkan menjadi

tidak mantap dan cenderung mudah

longsor dibandingkan lereang yang tidak

terlalu tinggi bila susunan batuannya sama.

Demikian juga sudut kemiringan lereng,

lereng akan menjadi kurang mantap jika

kemiringannya besar.

E. Iklim dan Pengaruh Air Tanah

Iklim berpengaruh terhadap kemantapan

lereng karena iklim mempengaruhi

perubahan temperature. Temperatur yang

cepat sekali berubah akan mempercepat

proses pelapukan batuan. Untuk daerah

tropis proses pelapukan lebih cepat

berlangsung dibandingkan pada daerah

dingin. Oleh karena itu singkapan batuan

pada lereng daerah tropis akan lebih cepat

lapuk. Sedangkan adanya air tanah akan

berpengaruh negatif terhadap kestabilan

lereng. Lereng menjadi kurang

mantapkaren air tanah akan menyebabkan

ikatan antara molekul menjadi kecil

sehingga akan menimbulkan adanya

bidang gelincir pada lereng dan akan

menambah berat lereng.

Kondisi air tanah yang berada dibawah

permukaan tanah akan mempengaruhi

kekuatan tanah, hal ini terjadi karena air

tanah mempunyai tekanan yang dapat

mempengaruhi besarnya tegangan normal

pada permukaan geser. Jadi dapat

dikatakan bahwa suatu lereng yang

mengandung air tanah maka lereng

tersebut kurang mantap jika dibandingkan

dengan lereng yang tidak mengandung air

tanah pada geometri yang sama.

F. Gaya Luar

Gaya luar dapat mempengaruhi kestabilan

lereng, gaya ini berupa getaran-getaran

yang berasal dari sumber yang berada

didekat lereng tersebut. Getaran ini

misalnya ditimbulkan oleh lalu lintas

kendaraan, peledakan, gempa bumi dan

sebagainya.

Beban tambahan ditubuh lereng bagian

atas (puncak) mengikut sertakan peranan

aktifitas manusia. Peletakan dan

bekerjanya alat menyebabkan berubahnya

keseimbangan tekanan dalam tubuh lereng.

Sejalan dengan kenaikan beban dipuncak

lereng, maka keamanan lereng akan

enurun. Pengurangan beban di daerah kaki

lereng berdampak menurunkan faktor

keamanan. Semakin besar pengurangan

beban dikaki lereng semakin besar pula

penurunan faktor keamanan lerengnya,

sehingga lereng makin labil atau makin

lawan longsor.

II. METODOLOGI Dalam melaksanakan penelitian ini data – data

yang berhubungan dengan analisa didaptkan

dengan tiga cara, yaitu metode interview,

metode observasi dan metode kepustakaan .

Berikut ini data – data yang diperoleh selama

melakukan penelitian:

a. Data primer

Data pengukuran geometri lereng di

lapangan berupa tinggi lereng dan

kemiringan lereng pada pit 2

PT. SPC.

b. Data Sekunder

Properties material: 1. Kohesi (c)

2. Sudut geser

dalam (

3. Unit

weight(

Data keadaan tambang: 1. Peta

geologi

2. Stratigrafi

Data log bor (log bor pada setiap

section lereng yang diteliti)

Adapun teknik yang digunakan penulis dalam

pengolahan data yaitu:

Page 7: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

1. Membuat section pada autocad berdasarkan

data geometri lereng yg di peroleh

dilapangan selanjutnya memindahkan

section ke slide v. 6 untuk dilakukan

analisa kembali dengan memasukkan data

perlapisan material sesuai ketebalan pada

hasil log bor lengkap dengan data propertis

material, beban pada lereng dan pengaruh

getaran maka diperoleh nilai faktor

keamanan yang sesuai dengan data yang

dimasukkan.

2. Mengolah semua data yang terkumpul

dengan perhitungan secara manual

menggunakan metode fellenius.

III. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil kajian dari data yang

diperoleh dilapangan pada saat penelitian pada

6 Juni 2017, maka di dapatka hasil FK pada

lereng tambang PT. SPC yang masih dalam

keadaan tidak aman dalam keadaadan natural

maupun keadaan jenuh namun tidak semua

lereng pada tambang PT. SPC dalam keadaan

tidak aman, berat alat yang bekerja pada lereng

sebesar 510 KN/m² dan pengaruh getaran

berdasarkan peta zonasi gempa indonesia

kementerian pekerjaan umum tahun 2017

adalah 0,25g untuk daerah sarolangun serta

data geoteknik dianggap sama untuk semua

section pada PT. SPC.

Data Geoteknik PT. SPC (PT.SPC) No Data Soil Sand Clay Coal

1 Kohesi material (KN/m²) 5.41 10.26 11.86 119

2 Unit weight (KN/m³) 5.92 11.56 9.7 17.63

3 Sudut Geser Dalam (º) 20 35 60 40

3.1. Perhitungan Faktor Keamanan Sofware Slide V, 6

Gambar

FK single slope Pada Section A Slope 2 Keadaan Kering

Gambar di atas menjelaskan bahwa nilai FK

single slope pada Section A slope 2 keadaan

kering mempunyai nilai 0,996, ketebalan

perlapisan material berdasarkan titik bor p – 29

yang posisinya berada pada daerah setion A

ketinggian lereng 18 m dan sudut lereng 66°.

Untuk nilai FK single slope dan overall slope

pada tambang batubara PT. SPC pit 2 saat

penelitian berlangsung lebih jelas dapat di

lilihat pada tabel berikut.

FK Slope PT. SPC

Page 8: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

No Section Slope FK kondisi

jenuh

FK kondisi

kering

1 Section A-A’ Slope 1 1,073 1,073

2 Slope 2 0,988 0,996

3 Overall slope 1,242 1,256

4 Section B-B’ Slope 1 1,311 1,311

5 Slope 2 0,894 0,984

6 Overall slope 1,142 1,236

7 Section C-C’ Slope 1 1,261 1,261

8 Slope 2 0,975 1,086

9 Overall slope 1,488 1,610

Dari hasil analisi pada lereng aktual di PT. Seluma Prima Coal dapat disimpulkan bahwa lereng

section A tidak aman dengan niali FK slope 1

yaitu 1,073 dan slope 2 dengan nilai FK 0,996

pada keadaan kering, Pada section B-B’ slope

1 pada keadaan kering sudah dalam keadaan

aman yaitu dengan nilai FK 1,311, untuk

slope 2 keadaan lereng masih dalam keadaan

tidak aman dengan nilai FK 0,987, Pada

section C-C’ slope 1 pada keadaan kering

sudah dalam keadaan aman yaitu dengan nilai

FK 1,261, untuk slope 2 keadaan lereng masih

dalam keadaan tidak aman dengan nilai FK

1,086. Oleh karena itu disarankan

memperbaiki geometri lereng baik tinggi

maupun sudut lereng sehingga didapatkan

lereng yang aman. Dalam rekomendasi lereng

untuk mendapatkan lereng tambang yang aman

maka dilakukan analisis sehingga didapatkan

patokan batasan maksimal besaran tinggi dan

besaran sudut lereng yang sesuai pada kondisi

yang ada pada PT. SPC yaitu tinggi lereng

maksimal 15 meter dan sudut lereng maksimal

47º serta khusus untuk material soil lebih

dilandaikan dari material lainnya, besaran ini

untuk mempermudah pihak perusahaan karena

selama ini tidak melakukan analisis kestabilan

lereng tambang.

Gambar

FK Rekomendasi single slope Pada Section A Slope 2 Keadaan Jenuh

Gambar di atas menjelaskan bahwa nilai FK

rekomendasi single slope pada Section A slope

1 keadaan jenuh mempunyai nilai 1,252,

ketebalan perlapisan material berdasarkan titik

bor p – 29 yang posisinya berada pada daerah

setion A, ketinggian lereng 15 m dan sudut

lereng 47°.

Page 9: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

Adapun hasil analisis tersebut dapat dilihat pada table berikut ini:

Hasil Rekomendasi FK Slope PT. SPC

NO Section Slope FK kondisi jenuh FK kondisi kering

1 Section A-A’ Slope 1 1,255 1,255

2 Slope 2 1,252 1,318

3 Overall slope 1,714 1,990

4 Section B-B’ Slope 1 1,514 1,514

5 Slope 2 1,248 1,295

6 Overall slope 1,876 2,003

7 Section C-C’ Slope 1 1,253 1,253

8 Slope 2 1,320 1,735

9 Overall slope 1,808 2,200

Hasil Rekomendasi Geometri Lereng di PT. SPC

No Section Single Slpe Overall slope Tinggi (m) Sudut ( )

1 Section A-A’ Slope 1 12 46

2 Slope 2 15 47

3 Overall 27 36

4 Section B-B’ Slope 1 13 46

5 Slope 2 15 47

6 Overall 28 36

7 Setion C-C’ Slope 1 8 44

8 Slope 2 15 47

9 Overall 23 34

3.2.

3.3. Perhitungan Manual

Perhitungan manual di lakukan dengan

menggunakan metode fellenius dengan

menghitung setiap lereng dengan lapisan

lereng dianggap sejenis. Berikut ini

perhitungan faktor keamanan lereng.

A. Perhitungan FK pada Section A Lereng 2

Aktual

Suatu lereng dengan geometri di bawah ini

merupakan material penyusunnya adalah

sandstone yang dominan.

1. Geometri lereng = timggi lereng : 18 m,

sudut kemiringan lereng : 66°

2. Kondisi lereng = kering

Dalam penyelesaian sayatan ini gaya penahan

adalah nol. Luas bidang gelincir di hitung

melalui kertas millimeter blok.

Diketahui :

(sudut geser dalam) = 35°

Kohesi (c) =

10,26 KN/m²

Bobot isi satuan tanah ( KN/m3

) =

11,56 KN/m³

Tabel 4.10

Hasil Pehitungan Manual Section A Lereng 2 Aktual

Panjang

Sayatan

(L)

Luas bidang

gelincir (m²)

Kemiringan

sayatan (º)

Luas x

bobot

satuan isi

W sin a W cos a

1 4,02 1,95 75 22,54 21,73 5,83

2 3,91 8,55 67 98,84 90,98 38,62

No

Page 10: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

3 2,76 10,35 60 119,65 103,62 59,83

4 2,47 8,55 52 98,84 77,87 60,85

5 2,2 6,3 49 72,83 54,97 47,8

6 2,69 3,96 42 45,78 30,63 34

18,05 379,8 246,93

L = 18,05 m

cL = 10,26 KN/m² × 18,05 m = 185,19 KN/m³

tan = tan (35) =0,7

=

= 0,94

B. Perhitungan FK pada section A lereng 2

rekomendasi

Suatu lereng dengan geometri di bawah ini

merupakan material penyusunnya adalah

sandstone yang dominan.

Geometri lereng = timggi lereng : 15 m, sudut

kemiringan lereng : 47°.

Kondisi lereng = kering

Dalam penyelesaian sayatan ini gaya penahan

adalah nol. Luas bidang gelincir di hitung

melalui kertas millimeter blok.

Diketahui :

(sudut geser dalam) = 35°

Kohesi (c) =

10,26 KN/m²

Bobot isi satuan tanah ( KN/m3

) =

11,56 KN/m³

Tabel 4.11

Hasil Pehitungan Manual Section A Lereng 2 Rekomendasi

Panjang

Sayatan

(L)

Luas

bidang

gelincir

(m²)

Kemiringa

n sayatan

(º)

Luas x

bobot

satuan isi

W sin a W cos a

1 2,33 1,1 64 12,7 11,4 5,57

2 3 3,6 57 41,6 33,28 22,65

3 2,33 4,28 51 49,48 38,5 31,14

4 2,28 4,5 45 52 36,77 36,77

5 2,15 4,28 41 49,48 32,46 37,34

6 1,9 3,6 39 41,6 26,2 32,33

7 1,66 2,7 33 31,21 16,85 26,17

8 2,55 1,7 28 19,65 9,23 17,35

18,2 204,69 209,32

L = 18,2 m

cL = 10,26 KN/m² × 18,2 m = 186,73 KN/m³

tan = tan (35) =0,7

No

Page 11: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

=

= 1,63

IV. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai analisis

kestabilan lereng pada tambang batubara di

PT. Seluma Prima Coal (SPC) maka dapat

ambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Analisis dilakukan menggunakan slide v.6

metode bishop serta dengan cara manual

menggunakan metode Fellenius dengan

nilai FK > 1,25 untuk kondisi lereng aman.

Dari hasil analisa perhitungan menunjukan

bahwa sebagian besar lereng tunggal pada

daerah pengamatan di PT. Seluma Prima

Coal dalam kondisi kering memiliki

Faktor Keamanan < 1,25 berarti keadaan

lereng dalam keadaan tidak aman. Material

claystone merupakan batuan yang paling

dominan terdapat pada lereng di pit 2 PT.

SPC. Lokasi penambangan batubara pada

pit 2 telah mencapai kedalaman 28 meter

dan lebar 347 meter. Material penyusun

lereng pada lokasi penelitian terdiri dari

soil, claystone, sandstone dan coal.

B. Rekomendasi perbaikan lereng untuk

meningkatkan nilai FK dengan cara

melandaikan lereng atau mengurangi

ketinggian lereng yang dikarenakan lereng

tambang terlalu curam atau terlalu tinggi.

Setelah dilakukan analsisis lereng aktual di

PT. SPC geometri lereng berubah yang

bertujuan untuk menjaga kestabilan lereng

tersebut baik pada section A, section B

maupun section C. Perubahan tersebut

telah dipertimbangkan untuk keselamatan

proses pekerjaan pada lereng tersebut.

Hasil dari analisis rekomendasi lereng

mendapatkan hasil untuk geometri

lereng yang cocok diterapkan pada PT.

SPC ketinggian lereng 15 meter sesuai

rekomendasi pihak perusahaan dengan

sudut lereng 47º sudah dalam kategori

aman.

C. Longsoran yang terjadi pada lereng di pit 2

adalah longsoran busur, terjadi pada

batuan lunak (tanah) atau dengan kata lain

longsoran busur terjadi jika batuan tersebut

sudah mengalami pelapukan. Pada intinya

semakin tinggi lereng dan semakin besar

sudut pada lereng maka akan terbentuk

bidang-bidang lemah pada batuan yang

dimana hal tersebut akan menyebabkan

longsor. Dalam pengendalian dan

penjagaan lereng agar tidak terjadi longsor

pada PT. Seluma Prima Coal maka dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti:

a. Perbaikan geometri lereng

b. Penangan air permukaan

c. Penambahan beban di kaki lereng

d. Pemantauan

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017, Sumber Informasi dan Data

Perusahaan, PT. Seluma Prima Coal,

Sarolangun.

Arief, Irwandi. 2008, Kestabilan Lereng,

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas

Teknik UPN, Yogyakarta.

Bishop, A.W. 1955. The Use of Slip Surface in

The Stability of Analysis Slopes,

Geotechnique, Vol 5. London

Bowles, Joseph E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan

Geoteknik Tanah (Mekanika Tanah),

Edisi kedua. Erlangga. Jakarta

Duncan, Christopher,W,M. 2004. Rock slope

engineering : civil and mining, 4th

edition. London.

Hary. 2010, Mekanika Tanah 2. Jurusan

Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas

Teknik UGM. Yogyakarta.

Hirnawan, Febri (2008). Analisis Kestabilan

Lereng. Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Teknologi Mineral dan Batubara ESDM,

Bandung.

Page 12: EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA …

Hoek, E & J.W. Bray. 1981. Rock Slope

Engineering Revisi Edisi ketiga. The

Institution of Mining And Metallurgi.

London.

Karyono, 2004, Perencanaan Tambang

Terbuka, Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik UNISBA, Bandung.

Kepmen No. 555.k/26/M.PE/1995,

Keselamatan dan Kesehatan kerja,

Jakarta.

Kementerian pekerjaan umum, 2017. Peta

Zona Gempa Indonesia, Jakarta.