analisis kestabilan lereng pada jenjang penambangan di pt. sugihalamanugroho
DESCRIPTION
Laporan seminarTRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Penambangan batugamping yang diusahakan oleh PT. Sugih
Alamanugroho yang terletak di Dusun Bolak Cabe, Desa Bedoyo Barat,
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Secara geografis terletak pada 1100 40’ 39” – 1100 46’ 08” BT dan 70
46’ 08” – 70 50’ 58” LS dengan batas wilayah sebelah utara terdapat jalan propinsi
(jalan kelas II) yang menghubungkan Kota Wonosari dengan Kecamatan
Pracimantoro, sebelah barat merupakan daerah terbuka atau lahan dengan
beberapa bukit batugamping, berjarak 1 (satu) km terdapat penambangan batu
gamping yang diusahakan oleh PD. Anindya, sebelah selatan merupakan ladang
dengan beberapa bukit batugamping dan disebelah timur berjarak 1 (satu) km
terdapat penambangan batugamping yang diusahakan oleh penduduk setempat
(tambang rakyat).
Lokasi penambangan batugamping PT. Sugih Alamanugroho berada
disebelah timur Kota Wonosari yang berjarak 10 km, sedangkan lokasi pabrik
pengolahan batu gamping PT. Sugih Alamanugroho berjarak 100 meter dari
lokasi penambangan. Daerah ini memiliki tingkat kesampaian yang cukup baik,
dalam arti mudah dijangkau dari berbagai arah dengan menggunakan kendaraan
roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan beraspal. Untuk mencapai
lokasi daerah penambangan batugamping dapat ditempuh dengan rute Yogyakarta
- Wonosari – Semanu – Bedoyo.
2.2. Iklim dan Curah Hujan
Desa Bedoyo Kecamatan Ponjong merupakan daerah yang beriklim tropis,
dengan kisaran temperature antara 240 – 320 C, yang terdiri dari 2 dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November –
April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei – Oktober. Curah hujan
rata-rata tiap bulan adalah 220,5833 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
6
bulan Desember sedangkan hari hujan rata-rata tiap bulan adalah 7,74 hari dengan
hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember (lihat lampiran B1,B2).
2.3. Bentang Alam
Secara umum lokasi penambangan PT. Sugih Alamanugroho dan
sekitarnya didominasi oleh batugamping formasi Wonosari. Kenampakan bentang
alam pada daerah ini membentuk bukit-bukit dengan daerah arah utara-selatan.
2.3.1. Morfologi
Ditinjau dari aspek morfologi, lokasi penambangan batugamping PT.
Sugih Alamanugroho merupakan daerah perbukitan batugamping. Dimana bukit-
bukit tersebut berhubungan satu sama lain oleh punggung bukit atau hamparan
lembah. Sebagian besar bukit–bukit tersebut mempunyai bentuk kerucut dengan
ketinggian antara 410-450 meter diatas permukaaan laut dengan kemiringan
lereng rata-rata sebesar 23 atau 44%.
Bardasarkan bentuk, ketinggian dan sudut lereng morfologi daerah
penyelidikan dapat dibedakan menjadi 2 satuan morfologi, yaitu satuan morfologi
perbukitan terjal dan satuan morfologi dataran.
a) Satuan morfologi perbukitan terjal
Merupakan satuan morfologi utama dengan penyebaran melingkar, terdiri
dari 6 bukit, antara lain Gunung Kendil, Gunung Duwur, Gunung
Sidowayah, Gunung Gede, Gunung Dengkeng dan Gunung Pakerso
dengan ketinggian 430-450 meter dari permukaan air laut, sudut lereng
antara 30-80 dan menempati sekitar 65% dari luas wilayah.
b) Satuan morfologi dataran
Merupakan hasil dari proses gradasi yang tertutup oleh terarosa hasil
pelapukan satuan morfologi yang lebih tinggi. Terdapat di bagian tengah
wilayah penyelidikan, menempati sekitar 35% dari luas wilayah,
mempunyai ketinggian 370 meter dari muka air laut.
7
Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian
8
2.3.2. Geologi Regional
Secara fisiografi daerah penyelidikan dan sekitarnya termasuk dalam jalur
Pegunungan selatan yang terdapat di pulau Jawa bagian tengah dengan bagian
utara dibatasi sesar bertingkat (normal) di jalur Sambipitu – Sambeng.
Stratigrafi daerah pegunungan selatan terdiri dari Formasi Semilir,
Formasi Wonosari, Punung dan Formasi Kepek yang terletak di bagian atas dari
batuan volkanis (Formasi Andesit Tua) mempunyai arah umum lipatan (sinklin –
antiklin) Timur Laut – Barat Daya dan Timur – Barat, sesar-sesar utama (geser)
berarah Timur Laut – Barat Daya.
2.3.3. Geologi Daerah Penelitian
Satuan batuan di daerah Bedoyo dapat dibedakan menjadi dua macam
satuan batuan, yaitu satuan batugamping keras (klastik dan kristalin) dan satuan
batugamping lunak (bioklastik). Satuan batugamping ini diperkirakan termasuk
dalam Formasi Wonosari yang berumur Meosen tengah – Meosen akhir.
a. Batugamping Klastik
Batuan ini memiliki penyebaran yang paling luas membentuk bukit-bukit
kecil yang tidak beraturan dan permukaannya kasar. Satuan ini terdiri dari
batugamping klastik dan batugamping kristalin, batugamping kristalin
merupakan batuan yang dominannya berwarna putih kecoklatan sampai
abu-abu muda, keras dan kompak, membentuk permukaan yang kasar
serta perlapisan yang buruk. Batugamping klastik berwarna putih sampai
coklat muda, terdiri dari fragmen kalsit, gamping, fosil foraminifera dan
koral.
b. Batugamping Bioklastik
Batugamping ini terdiri dari batugamping nonklastik yang membentuk
bukit-bukit kecil dengan permukaan yang relatif halus. Batugamping
lunak secara umum terdapat dibagian bawah batugamping kristalin.
Batugamping ini merupakan batugamping bioklastik yang secara
megaskopis berwarna putih sampai kekuningan, terdiri dari cangkang-
cangkang moluska, koral dan foraminifera, berbutir sedang sampai sangat
besar, agak sarang (porous) dan lunak.
9
2.4. Sifat Fisik dan Kimia Batugamping
2.4.1. Sifat Fisik
Berdasarkan sifat fisik batu gamping di daerah Bedoyo dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu :
a. Batugamping keras
Batugamping ini bersifat kompak dan kristalin berwarna putih dan putih
keabuan, kadang-kadang berwarna kecoklatan serta kekuningan. Karena
batugamping mempunyai sifat yang reaktif terhadap air, maka banyak
terdapat rekahan-rekahan (diaklast) pada lapisan batuan ini dengan pola
yang tidak teratur. Rekahan-rekahan ini terisi oleh erosi tanah penutup
setelah batugamping terbongkar, rekahan ini banyak ditemui sampai pada
kedalaman empat meter lapisan terluar.
b. Batugamping lunak
Batugamping ini lunak, berpori-pori (porous) kadang-kadang berfosil,
berwarna putih bersih, kalau basah berwarna kekuningan. Batugamping ini
sering di sebut caliche (batu keprus, batu kapur atau chalky limestone).
Caliche ini mempunyai sifat fisik yang berbeda dari batugamping pada
umumnya, karena relatif lunak dan berwarna putih sampai kekuningan,
terdiri dari cangkang fosil moluska, koral dan foraminifera, berbutir
sedang sampai kasar, sarang (porous), lunak dan getas.
2.4.2. Sifat Kimia Batugamping
Batugamping secara kimiawi terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3).
Berdasarkan uji laboratorium pada batugamping di daerah Bedoyo terdapat
kandungan yang seperti terlihat pada tabel (lihat lampiran A).
2.5. Genesa Batugamping
Genesa atau proses terbentuknya batugamping dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, dan secara kimiawi.
a. Organik
10
Proses pembentukan secara organik, terjadi karena adanya proses
pengendapan yang berasal dari pengendapan cangkang kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang, juga terdiri dari kerangka binatang dan oral
yang menghasilkan batu karang terumbu.
b. Mekanik
Proses pembentukan secara mekanik dapat terjadi dari batugamping yang
bahan pembentuknya sama dengan pembentukan secara organik,
perbedaanya yaitu pada genesa secara mekanik telah terjadi perombakan,
kemudian diendapkan lagi di tempat lain.
c. Kimiawi
Batugamping jenis ini terjadi pada kondisi iklim dan suasana lingkungan
tertentu, pada air laut maupun air tawar.
Batugamping di daerah Bedoyo termasuk dalam klasifikasi batugamping
dengan pembentukan secara mekanik, yang mana dulunya merupakan daerah laut
dangkal yang banyak mengandung terumbu karang yang berasal dari pengendapan
cangkang kerang dan foraminifera. Lama kelamaan lingkungan dari dasar
pengendapan mengalami penurunan yang mengakibatkan semakin tebalnya
lapisan endapan batugamping ke permukaan seperti yang terlihat pada saat
sekarang ini.
2.6. Kegiatan Penambangan
Penambangan batugamping di PT. Sugih Alamanugroho, dilakukan
dengan cara tambang terbuka (kuari). Urutan kegiatan penambangan terdiri dari
pengupasan lapisan tanah penutup, pembongkaran, pemuatan, pengangkutan,
penimbunan dan pengeringan serta pengolahan.
a. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup
Pengupasan lapisan tanah penutup merupakan upaya untuk memindahkan
lapisan tanah penutup dan batugamping lapuk yang berada di atas
cadangan batugamping, sehingga didapat permukaan kerja yang bersih
dari pengotor dan tidak menghambat kegiatan selanjutnya. Alat yang
11
digunakan untuk mengupas tanah penutup adalah Hydraulic Excavator
Hitachi EX-200 (Backhoe).
Kegiatan Pengupasan diawali dengan penebangan pohon-pohon kecil dan
pembersihan semak-semak pada areal yang akan ditambang. Setelah
kegiatan clearing dilakukan penggalian tanah penutup berupa tanah
pucuk (humus) dan batugamping lapuk. Ketebalan lapisan tanah penutup
sekitar 30 cm. Lapisan tanah penutup yang telah digali ditimbun pada
areal yang kosong, material ini dimanfaatkan untuk pemadatan jalan
tambang dan reklamasi.
b. Pembongkaran batugamping
Lapisan batugamping yang telah dikupas tanah penutupnya, digali
dengan menggunakan alat gali muat Backhoe dibantu alat pemecah
batuan yang disebut Rock Breaker untuk batuan yang besar dan keras.
Pembongkaran dengan Backhoe
Proses pembongkaran batugamping di kauri ini dilakukan dengan
menggunakan alat Backhoe. Pola gerak alat ini pada saat
membongkar dibagi dua berdasarkan posisi alat terhadap
batugamping yang dibongkar. Gerakan overcutting dilakukan
apabila posisi batugamping lebih tinggi dari Backhoe, gerakan ini
dilakukan pada dinding jenjang. Sedangkan gerakan undercutting
dilakukan apabila posisi batugamping yang akan dibongkar jauh
lebih rendah daripada Backhoe, gerakan ini biasanya dilakukan
pada pembongkaran lantai jenjang.
Pembongkaran dengan menggunakan Rock Breaker
Pembongkaran batugamping dengan menggunakan alat pemecah
batuan biasanya diterapkan pada batugamping keras yang tidak
dapat dibongkar dengan menggunakan Backhoe. Pembongkaran
dengan menggunakan Rock Breaker ini hanya sebagai alat bantu,
penggunaanya dengan melepas bucket yang ada pada lengan
Backhoe kemudian menggantinya dengan alat Rock Breaker.
12
c. Pemuatan
Kegiatan pemuatan adalah pengambilan material batugamping hasil
pembongkaran untuk dimuat ke alat angkut. Adapun kegiatan pemuatan
dilakukan dengan menggunakan Backhoe.
d. Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan bertujuan untuk memindahkan batugamping hasil
pembongkaran dari lokasi penambangan ke lokasi penimbunan
(stockpile).
Alat angkut yang digunakan adalah 2 unit truk jungkit Mitsubishi colt
100 PS.
e. Penimbunan dan Pengeringan
Batugamping hasil penambangan ditimbun di tempat pengeringan, yang
terdapat di 11 gudang pengeringan yang merupakan bangunan dengan
atap transparan. Penimbunan dan pengeringan ini dimaksudkan untuk
mengurangi kadar air yang terdapat pada batugamping. Pengeringan
dilakukan antara 6-7 hari pada musim hujan dan 4-5 hari pada musim
kemarau.
f. Pengolahan
Batugamping yang telah kering kemudian diangkut dengan menggunakan
truk menuju lokasi pengolahan.
13