EVALUASI KESTABILAN LERENG PIT 2 TAMBANG BATUBARA PADA
PT. SELUMA PRIMA COAL DI DESA RANGKILING
KECAMATAN MANDIANGIN KABUPATEN SAROLANGUN
PROVINSI JAMBI
, Eri Prabowo ², Andrey Zubir ³
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muara Bungo
Email : [email protected]
ABSTRAK
PT. Seluma Prima Coal (PT. SPC) merupakan perusahaan tambang batubara swasta sebagai owner
dengan kontraktor PT. Universal Support. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. SPC
adalah tambang terbuka, saat ini melakukan penambangan pada pit 2 dengan geometri lereng yang
terbentuk mencapai ketinggian 18 meter dan sudut lereng mencapai 66°. Semakin lebar dan dalam
tambang terbuka tersebut dilakukan penggalian, maka tentunya akan semakin besar risiko yang akan
muncul, atau semakin meningkatkan ketidak pastian pada faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
lereng tambang terbuka. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah menghitung Faktor Keamanan ( FK
) single slope dan overall slope, menghitung sudut lereng yang sesuai dengan nilai FK > 1,25 serta
mengetahui cara pengendalian lereng. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan
metode bishob, adapun jenis material penyusun lereng adalah soil dengan parameter geoteknik yaitu
density 5,92 KN/m³, kohesi 5,41 KN/m² dan sudut geser dalam 20º. Sandstone dengan parameter
geoteknik yaitu density 11,56 KN/m³, kohesi 10,26 KN/m² dan sudut geser dalam 35º. Claystone
dengan parameter geoteknik yaitu density 9,7 KN/m³, kohesi 11,86 Kn/m² dan sudut geser dalam 60º.
Coal dengan parameter geoteknik yaitu density 17,63 KN/m³, kohesi 119 KN/m² dan sudut geser
dalam 40º. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya risiko kelongsoran lereng mencakup geometri
lereng, sifat fisik dan mekanik batuan, kondisi air tanah, struktur batuan, gaya luar serta beban pada
lereng. Dari hasil perhitungan terhadap geometri lereng aktual pada saat penambangan yang dilakukan
pada PT. Seluma Prima Coal diperoh nilai faktor keamanan dibawah 1,25 dalam artian lereng tidak
dalam keadaan aman, maka dilakukan perbaikan geometri lereng untuk mendapatkan lereng yang
aman. Berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan FK lereng tambang PT. SPC setion A slope1 yaitu
1,073 dan slope 2 yaitu 0,996, setion B slope 1 yaitu1,311 dan slope 2 yaitu 0,987, section C slope 1
yaitu 1,261 dan slope 2 yaitu 1,086 dalam keadaan aktual sebagian besar < 1,25 atau tidak aman,
Untuk menjamin keselamatan pekerja dari terjadinya longsoran material agar tidak mengganggu
proses pekerjaan penambangan, maka dilakukan proses analisis kemantapan lereng untuk
mendapatkan lereng tambang yang aman pada saat proses penambangan berlangsung. Maka di
lakukan rekomendasi perbaikan geometri lereng untuk mendapatkan nilai FK > 1,25 maka didapatkan
hasil pada section A slope 1 yaitu 1,255 dan slope 2 yaitu 1,318, section B slope 1 yaitu 1,514 dan
slope 2 yaitu 1,295, section C slope 1 yaitu 1,253 dan slope 2 yaitu 1,735 dengan ketinggian lereng
tidak melebihi 15 meter dengan sudut kemiringan maksimal 47 derajat.
Kata Kunci : Faktor Keamanan Lereng, Metode Bishop.
ABSTRACT
Pt .Seluma prima coal ( pt .Spc ) is the company coal mines private as owner by the contractor pt
.Universal support .Mining activities done by pt .Spc is an open mine , this moment doing in the pit
mining 2 to geometry slope formed reach a height 18 feet tall and a bevel angle at 66º .Wider and in
an open mine was excavation , then surely would increase the risks involved , or increase the
uncertainty in faktor-faktor affecting the stability of the slope an open mine . As for a goal at this
Mine Magazine (MineMagz) Volume 1 Nomor 1, Februari 2020 http://ojs.umb-bungo.ac.id/
research is measuring of the safety ( fk ) single slope and overalls slope , counting a bevel angle that
based on the value fk & gt; 1.25 control mechanisms slope and he knows .The stability of analysis is
performed by the use a method of bishob slope , as for making up the slope is kind of material with the
parameters of soil geoteknik namely density 5,92 kn / m ³, cohesion 5.41 kn / m² and angles sliding in
20º .With the parameters of sandstone geoteknik namely density 11,56 kn / m³, cohesion 10,26 kn / m²
and angles sliding in 35º . Claystone with the parameters geoteknik the density 9,7 kn / m³, cohesion
11,86 kn / m² and angles sliding in 60º.Coal with the parameters geoteknik the density 17,63 kn / m³ ,
cohesion 119 kn / m² and angles sliding in 40º.Faktor-faktor who caused the risk kelongsoran slope
includes geometry slope , physical properties and mechanics rocks , the groundwater , the structure of
rock , the outward force and burden on the slopes . From the given to the actual geometry at the
mining done in pt.Seluma prima coal diperoh value security factor in terms under 1,25 slope not safe,
and repair geometry slope to get the safe.Based on the calculation on obtained fk the mine pt.Spc
setion a slope1 namely 1,111 and slope 2 namely 1,002, setion b slope yaitu1,370 1 and 2 the slope
0,953, section 1 the c slope 1,239 and slope 2 1,063dalam state of actual most & it; 1,25 or unsafe, To
ensure safety workers from the occurrence of an avalanche of material so as not to disturb mining the
constructions , as the process of analysis steadiness slope to get a slope mining which secure at the
time of the process taking place in the mining .There are some do recommendations for the
improvement of geometry slope to have a fk & gt; 1.25 so outcomes section or a slope that is 1,255 1
and 2 namely 1,318 slope , section b slope 1 and 2 1,514 1,295 slope , section c slope 1 namely 1,253
and slope 2 namely 1,753 with the height of a slope does not exceed 15 meters with the angle of
inclination of a maximum of 47 degrees .
Keywords: slope stability, a method of bishop
I. Pendahuluan
Aktivitas penambangan yang berhubungan
dengan penggalian dan penimbunan akan
selalu menghadapi permasalahan dengan
lereng, baik itu berupa lereng kerja
(working slope) maupun lereng akhir (
final slope ), semakin lebar dan dalam
tambang terbuka tersebut dilakukan
semakin meningkatnya ketidakpastian
faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan lereng tambang. Khususnya
tambang terbuka (open pit) hampir selalu
mengakibatkan perubahan morfologi
permukaan mengingat penggalian menjadi
aktivitas utamanya. Perusahaan
pertambangan seperti ini memerlukan
modal yang besar, teknologi tinggi dan
kemampuan khusus. Selain itu faktor
keselamatan tentunya menjadi salah satu
pertimbangan utama dalam rangkaian
aktivitas penambangan. Oleh karena itulah
sudah jelas dibutuhkan teknologi atau
perencanaan yang baik agar pelaksanaan
kegiatan penambangan bisa berjalan
dengan aman, efektif dan produktivitas
dari pekerja tinggi serta lancar tanpa terjadi
atau seminimal mungkin kecelakaan kerja.
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya resiko kelongsoran lereng
mencakup sifat fisik batuan, sifat mekanik
batuan, kondisi air tanah, karakteristik
massa batuan, dan struktur yang ada pada
batuan. Lereng harus di evaluasi
kemantapannya untuk mencegah bahaya
longsor, karena menyangkut persoalan
keselamatan manusia ( pekerja ),
keamanan peralatan serta kelancaran
produksi, salah satu usaha utama dalam
meminimalisir terjadinya longsoran
material adalah dengan cara melakukan
evaluasi kestabilan lereng.
PT. Seluma Prima Coal (PT. SPC)
perusahaan tambang batubara swasta yang
berlokasi di Desa Rangkiling, Kecamatan
Mandiangin, Kabupaten Sarolangun,
Provinsi Jambi. Untuk menjamin
keselamatan pekerja dari longsoran
material serta ketercapaian target produksi,
untuk membantu pihak PT. SPC
melakukan upaya menjaga kestabilan
lereng maka dilakukan evaluasi
kemantapan lereng agar lereng yang
terbentuk pada saat penambangan atau
lereng yang ditinggalkan pada akhir
penambangan aman dari kelongsoran.
Secara umum evaluasi kestabilan lereng
dapat dipahami karena merupakan suatu
bagian kegiatan yang penting untuk
mencegah terjadinya gangguan terhadap
kelancaran produksi maupun terjadinya
bencana fatal. Dengan adanya kegiatan
pemantauan kestabilan lereng diharapkan
aktivitas pada tambang menjadi lebih
aman. Perhitungan dan pemantauan secara
tepat harus dilakukan untuk
menghilangkan resiko longsoran. Resiko
ini amat besar dampaknya terhadap
perusahaan seperti kerusakan peralatan,
waktu, biaya dan korban manusia.
Kebijakan pemerintah tentang kestabilan
lereng tersebut diatur dalam Kepmen
Pertambangan dan Energi No. 555.
K/26/M.PE/1995 tanggal 12 Mei 1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Pertambangan Umum.
Berdasarkan observasi dan informasi dari
pihak perusahaan selama tambang
beroperasi dari awal 2016 hingga saat ini
belum pernah terjadi kelongsoran, karena
pihak perusahaan tidak melakukan
pemantauan secara berkala maka dilakukan
evaluasi pada lereng tambang untuk
mengetahui kemantapan lereng pada
tambang batubara PT. SPC agar menjamin
tidak terjadi longsoran pada lereng hal
tersebut dikarenakan tinggi lereng tunggal
telah mencapai 6 meter hingga18 meter
dan sudut lereng 66º, sedangkan ketinggian
overall slope telah mencapai 28 meter
dengan sudut 47º. Oleh sebab itu dilakukan
evaluasi kestabilan lereng menggunakan
metode bishop, adapun jenis material
penyusun lereng yaitu soil, claystone,
sandstone dan coal dengan material
dominan yaitu claystone.
Analisis menggunakan metode bishop
untuk menentukan geometri lereng dengan
nilai faktor aman > 1,25 sesuai dengan
kriteria dari Bowles, 1989, analisa secara
manual menggunakan metode fellenius.
Setelah mengetahui hasil perhitungan yang
sesuai dengan kondisi lereng serta nilai
faktor keamanan diharapkan agar kegiatan
pekerjaan di PT. SPC dapat berjalan
dengan baik.
Berdasarkan latar belakang maka di
perlukan kajian penelitian dengan judul
”Evaluasi Kestabilan Lereng pada
Tambang Batubara pada PT. Seluma
Prima Coal di Desa Rangkiling,
Kecamatan Mandiangin, Kabupaten
Sarolangun, Provinsi Jambi”.
1.1. Kestabilan Lereng
Kestabilan dari suatu lereng umumnya
dikontrol oleh kondisi geologi daerah
setempat, bentuk keseluruhan lereng pada
daerah tersebut, kondisi air tanah setempat,
dan juga oleh teknik penggalian yang
digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor
pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk
situasi penambangan yang berbeda dan
sangat penting untuk memberikan aturan
yang umum untuk menentukan seberapa
tinggi atau seberapa landai suatu lereng
untuk memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang
dalam operasi penambangan meragukan,
maka kestabilannya harus dinilai
berdasarkan dari struktur geologi, kondisi
air tanah dan faktor pengontrol lainnya
yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan
lereng pada batuan dipengaruhi oleh
geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik
dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar
yang bekerja pada lereng tersebut.
Dalam keadaan gaya penahan terhadap
longsoran lebih besar dari gaya
penggeraknya, maka lereng tersebut akan
berada dalam keadaan yang mantap atau
stabil. Tetapi apabila gaya penahan
menjadi lebih kecil dari gaya
penggeraknya, maka lereng tersebut
menjadi tidak mantap dan longsoran akan
terjadi.Sebenarnya, longsoran tersebut
merupakan suatu proses alami untuk
mendapatkan kondisi kemantapan lereng
yang baru (kesetimbangan baru), di mana
gaya penahan lebih besar dari gaya
penggeraknya. (Duncan, 2004).
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan
gaya-gaya yang membuat lereng
tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan
gaya-gaya yang menyebabkan
lereng longsor
Menurut Bowles (1989) kemantapan
lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk
faktor keamanan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
F = Gaya penahan / Gaya penggerak
Pada keadaan :
FK 1,25 = lereng dalam keadaan
stabil
FK 1,07 - 1,25 = lereng dalam keadaan
kritis
FK 1,25 = lereng dalam keadaan
tidak stabil.
1.2. Faktor yang Mempengaruhi
Kestabilan Lereng
Kelongsoran suatu lereng dapat terjadi
pada umumnya sering disebabkan apabila
bertambahnya tegangan geser atau
berkurangnya kuat geser material
penyusun lereng tersebut. Perlu diketahui
juga faktor-faktor yang dapat
menyebabkan teradinya suatu longsoran
pada lereng sebelum melakukan analisa
kestabilan lereng pada suatu daerah.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam menganalisa kemantapan suatu
lereng (Anwar dan Kesumadharma, 1991;
Hirnawan, 1994) adalah sebagai berikut:
A. Penyebaran Batuan
Macam batuan atau tanah yang terdapat
didaerah penyelidikan harus diketehui,
demikian juga penyebaran serta hubungan
antar batuan. Ini perlu dilakukan karena
sifat-sifat fisik dan mekanik suatu batuan
berbeda dengan batuan yang lain sehingga
kekuatan menahan bebannya sendiri juga
berbeda.
B. Relief Permukaan Bumi
Faktor ini mempengarui laju erosi dan
pengendapan serta menentukan arah aliran
air permukaan tanah. Hal ini disebabkan
karena untuk daerah yang curam,
kecepatan aliran air permukaan tinggi
menyebabkan pengikisan lebih intensif
dibandingkan pada daerah yang landai.
Karena erosi yang intensif banyak
dijumpai singkapan batuan dan ini
menyebabkan pelapukan yang lebih cepat.
Batuan lapuk mempunyai kekuatan yang
rendah sehingga kemantapan lereng
menjadi berkurang.
C. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik
Material
Sifat fisik dan sifat mekanik tanah atau
batuan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kestabilan lereng karena
berhubungan dengan besar kecilnya nilai
kuat geser, dimana kelongsoran yang
terjadi pada lereng merupakan peristiwa
keruntuhan geser, dengan demikian
didalam melakukan analisa kestabilan
lereng tanah atau batuan perlu diketahui
sifat fisik dan mekanik tanah atau
batuanyang mempengaruhi kuat geser.
Adapun sifat fisik dan sifat mekanik tanah
dan batuan yang diperlukan dalam
melakukan analisa kestabilan lereng adalah
sebagai berikut.
a. Sifat Fisik
i. Bobot Isi
Bobot isi merupakan perbandingan antara
berat material dengan volume material
yang dinyatakan dalam satuan berat per
volume. Semakin besar bobot isi batuan,
maka gaya penggerak yang akan
menyebabkan kelongsoran juga semakin
basar, dengan demikian kemantapan lerng
akan berkurang.
ii. Porositas
Porositas merupakan perbandingan antara
volume pori dengan volume butiran
seluruhnya. Batuan yang mempunyai
porositas tinggi akan lebih banyak
menyerap air dan akan mengisi pori-pori
batuan dengan adanaya air dalam batuan
akan menyebabkan tekanan air pori pada
batuan.
iii. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan
perbandingan antara volume air pori
dengan volume isi pori seluruhya. Semakin
jenuh suatu batuan maka semakin banyak
air yang dikandungnya, keberadaan air
dalam batuan ini akan menimbulkan gaya
angkat air dan gaya dorong air yang dapat
menyebabkan terjadinya kelongsoran.
b. Sifat Mekanik
i. Sudut Gesek Dalam
Sudut geser dalam merupakan sudut yang
terbentuk dari hubungan tegangan normal
dan tegangan geser di dalam material
batuan. Sudut geser dalam adalah sudut
rekahan yang terbentuk jika suatu batuan
dikenakan tegangan yang melebihi
tegangan gesernya. Semakin besar sudut
geser dalam suatu material maka material
tersebut akan lebih tahan menerima
tegangan luaryang dikenakan. Untuk
mengetahui besar sudut geser dalam harus
dilakukan uji geser langsung, satuannya
dinyatakan dalam derajat.
ii. Kohesi
Kohesi adalah kekuatan tarik menarik
antara butiran batuan yang dinyatakan
dalam satuan berat peer satuan luas. Bila
kekuatan gesernya semakin besar, maka
semakin besar pula harga kohesi dari
material batuan, ini berarti batuan dengan
kohesi yang besar dapat dibuat lereng
dengan kemiringan yang besar untuk nilai
keamanan yang sama. Nilai kohesi didapat
dari hasil analisis di laboratorium yaitu
dengan uji kuat geser langsung. Harga
kohesi merupakan titik perpotongan sumbu
kuat geser dengan selubung kekuatan
material (diameter lingkaran mohr) atau
titik perpotongan sumbu kuat geser dengan
garis kekuatan geser Coulomb yang lebih
dikenal dengan keruntuhan Mohr-
Coulomb.
iii. Unit Weight
Bobot isi adalah berat material utuh dalam
keadaan kering dibagi dengan volume
tanah (KN/m³)
D. Geometri Lereng
Geometri lereng mencakup tinggi lereng
(H) dan sudut kemiringan lereng.
Perubahan tinggi akan mengakibatkan
perubahan kestabilan dari lerng yang
bersangkutan karena berat material lereng
yang harus ditahan oleh kuat geser batuan
atau tanah semakin besar. Sudut
kemiringan lereng yang besar akan
memberikan volume material yang besar
juga sehingga beban material pada lereng
juga akan semakin besar. Lereng yang
terlalu tinggi akan menyebabkan menjadi
tidak mantap dan cenderung mudah
longsor dibandingkan lereang yang tidak
terlalu tinggi bila susunan batuannya sama.
Demikian juga sudut kemiringan lereng,
lereng akan menjadi kurang mantap jika
kemiringannya besar.
E. Iklim dan Pengaruh Air Tanah
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan
lereng karena iklim mempengaruhi
perubahan temperature. Temperatur yang
cepat sekali berubah akan mempercepat
proses pelapukan batuan. Untuk daerah
tropis proses pelapukan lebih cepat
berlangsung dibandingkan pada daerah
dingin. Oleh karena itu singkapan batuan
pada lereng daerah tropis akan lebih cepat
lapuk. Sedangkan adanya air tanah akan
berpengaruh negatif terhadap kestabilan
lereng. Lereng menjadi kurang
mantapkaren air tanah akan menyebabkan
ikatan antara molekul menjadi kecil
sehingga akan menimbulkan adanya
bidang gelincir pada lereng dan akan
menambah berat lereng.
Kondisi air tanah yang berada dibawah
permukaan tanah akan mempengaruhi
kekuatan tanah, hal ini terjadi karena air
tanah mempunyai tekanan yang dapat
mempengaruhi besarnya tegangan normal
pada permukaan geser. Jadi dapat
dikatakan bahwa suatu lereng yang
mengandung air tanah maka lereng
tersebut kurang mantap jika dibandingkan
dengan lereng yang tidak mengandung air
tanah pada geometri yang sama.
F. Gaya Luar
Gaya luar dapat mempengaruhi kestabilan
lereng, gaya ini berupa getaran-getaran
yang berasal dari sumber yang berada
didekat lereng tersebut. Getaran ini
misalnya ditimbulkan oleh lalu lintas
kendaraan, peledakan, gempa bumi dan
sebagainya.
Beban tambahan ditubuh lereng bagian
atas (puncak) mengikut sertakan peranan
aktifitas manusia. Peletakan dan
bekerjanya alat menyebabkan berubahnya
keseimbangan tekanan dalam tubuh lereng.
Sejalan dengan kenaikan beban dipuncak
lereng, maka keamanan lereng akan
enurun. Pengurangan beban di daerah kaki
lereng berdampak menurunkan faktor
keamanan. Semakin besar pengurangan
beban dikaki lereng semakin besar pula
penurunan faktor keamanan lerengnya,
sehingga lereng makin labil atau makin
lawan longsor.
II. METODOLOGI Dalam melaksanakan penelitian ini data – data
yang berhubungan dengan analisa didaptkan
dengan tiga cara, yaitu metode interview,
metode observasi dan metode kepustakaan .
Berikut ini data – data yang diperoleh selama
melakukan penelitian:
a. Data primer
Data pengukuran geometri lereng di
lapangan berupa tinggi lereng dan
kemiringan lereng pada pit 2
PT. SPC.
b. Data Sekunder
Properties material: 1. Kohesi (c)
2. Sudut geser
dalam (
3. Unit
weight(
Data keadaan tambang: 1. Peta
geologi
2. Stratigrafi
Data log bor (log bor pada setiap
section lereng yang diteliti)
Adapun teknik yang digunakan penulis dalam
pengolahan data yaitu:
1. Membuat section pada autocad berdasarkan
data geometri lereng yg di peroleh
dilapangan selanjutnya memindahkan
section ke slide v. 6 untuk dilakukan
analisa kembali dengan memasukkan data
perlapisan material sesuai ketebalan pada
hasil log bor lengkap dengan data propertis
material, beban pada lereng dan pengaruh
getaran maka diperoleh nilai faktor
keamanan yang sesuai dengan data yang
dimasukkan.
2. Mengolah semua data yang terkumpul
dengan perhitungan secara manual
menggunakan metode fellenius.
III. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil kajian dari data yang
diperoleh dilapangan pada saat penelitian pada
6 Juni 2017, maka di dapatka hasil FK pada
lereng tambang PT. SPC yang masih dalam
keadaan tidak aman dalam keadaadan natural
maupun keadaan jenuh namun tidak semua
lereng pada tambang PT. SPC dalam keadaan
tidak aman, berat alat yang bekerja pada lereng
sebesar 510 KN/m² dan pengaruh getaran
berdasarkan peta zonasi gempa indonesia
kementerian pekerjaan umum tahun 2017
adalah 0,25g untuk daerah sarolangun serta
data geoteknik dianggap sama untuk semua
section pada PT. SPC.
Data Geoteknik PT. SPC (PT.SPC) No Data Soil Sand Clay Coal
1 Kohesi material (KN/m²) 5.41 10.26 11.86 119
2 Unit weight (KN/m³) 5.92 11.56 9.7 17.63
3 Sudut Geser Dalam (º) 20 35 60 40
3.1. Perhitungan Faktor Keamanan Sofware Slide V, 6
Gambar
FK single slope Pada Section A Slope 2 Keadaan Kering
Gambar di atas menjelaskan bahwa nilai FK
single slope pada Section A slope 2 keadaan
kering mempunyai nilai 0,996, ketebalan
perlapisan material berdasarkan titik bor p – 29
yang posisinya berada pada daerah setion A
ketinggian lereng 18 m dan sudut lereng 66°.
Untuk nilai FK single slope dan overall slope
pada tambang batubara PT. SPC pit 2 saat
penelitian berlangsung lebih jelas dapat di
lilihat pada tabel berikut.
FK Slope PT. SPC
No Section Slope FK kondisi
jenuh
FK kondisi
kering
1 Section A-A’ Slope 1 1,073 1,073
2 Slope 2 0,988 0,996
3 Overall slope 1,242 1,256
4 Section B-B’ Slope 1 1,311 1,311
5 Slope 2 0,894 0,984
6 Overall slope 1,142 1,236
7 Section C-C’ Slope 1 1,261 1,261
8 Slope 2 0,975 1,086
9 Overall slope 1,488 1,610
Dari hasil analisi pada lereng aktual di PT. Seluma Prima Coal dapat disimpulkan bahwa lereng
section A tidak aman dengan niali FK slope 1
yaitu 1,073 dan slope 2 dengan nilai FK 0,996
pada keadaan kering, Pada section B-B’ slope
1 pada keadaan kering sudah dalam keadaan
aman yaitu dengan nilai FK 1,311, untuk
slope 2 keadaan lereng masih dalam keadaan
tidak aman dengan nilai FK 0,987, Pada
section C-C’ slope 1 pada keadaan kering
sudah dalam keadaan aman yaitu dengan nilai
FK 1,261, untuk slope 2 keadaan lereng masih
dalam keadaan tidak aman dengan nilai FK
1,086. Oleh karena itu disarankan
memperbaiki geometri lereng baik tinggi
maupun sudut lereng sehingga didapatkan
lereng yang aman. Dalam rekomendasi lereng
untuk mendapatkan lereng tambang yang aman
maka dilakukan analisis sehingga didapatkan
patokan batasan maksimal besaran tinggi dan
besaran sudut lereng yang sesuai pada kondisi
yang ada pada PT. SPC yaitu tinggi lereng
maksimal 15 meter dan sudut lereng maksimal
47º serta khusus untuk material soil lebih
dilandaikan dari material lainnya, besaran ini
untuk mempermudah pihak perusahaan karena
selama ini tidak melakukan analisis kestabilan
lereng tambang.
Gambar
FK Rekomendasi single slope Pada Section A Slope 2 Keadaan Jenuh
Gambar di atas menjelaskan bahwa nilai FK
rekomendasi single slope pada Section A slope
1 keadaan jenuh mempunyai nilai 1,252,
ketebalan perlapisan material berdasarkan titik
bor p – 29 yang posisinya berada pada daerah
setion A, ketinggian lereng 15 m dan sudut
lereng 47°.
Adapun hasil analisis tersebut dapat dilihat pada table berikut ini:
Hasil Rekomendasi FK Slope PT. SPC
NO Section Slope FK kondisi jenuh FK kondisi kering
1 Section A-A’ Slope 1 1,255 1,255
2 Slope 2 1,252 1,318
3 Overall slope 1,714 1,990
4 Section B-B’ Slope 1 1,514 1,514
5 Slope 2 1,248 1,295
6 Overall slope 1,876 2,003
7 Section C-C’ Slope 1 1,253 1,253
8 Slope 2 1,320 1,735
9 Overall slope 1,808 2,200
Hasil Rekomendasi Geometri Lereng di PT. SPC
No Section Single Slpe Overall slope Tinggi (m) Sudut ( )
1 Section A-A’ Slope 1 12 46
2 Slope 2 15 47
3 Overall 27 36
4 Section B-B’ Slope 1 13 46
5 Slope 2 15 47
6 Overall 28 36
7 Setion C-C’ Slope 1 8 44
8 Slope 2 15 47
9 Overall 23 34
3.2.
3.3. Perhitungan Manual
Perhitungan manual di lakukan dengan
menggunakan metode fellenius dengan
menghitung setiap lereng dengan lapisan
lereng dianggap sejenis. Berikut ini
perhitungan faktor keamanan lereng.
A. Perhitungan FK pada Section A Lereng 2
Aktual
Suatu lereng dengan geometri di bawah ini
merupakan material penyusunnya adalah
sandstone yang dominan.
1. Geometri lereng = timggi lereng : 18 m,
sudut kemiringan lereng : 66°
2. Kondisi lereng = kering
Dalam penyelesaian sayatan ini gaya penahan
adalah nol. Luas bidang gelincir di hitung
melalui kertas millimeter blok.
Diketahui :
(sudut geser dalam) = 35°
Kohesi (c) =
10,26 KN/m²
Bobot isi satuan tanah ( KN/m3
) =
11,56 KN/m³
Tabel 4.10
Hasil Pehitungan Manual Section A Lereng 2 Aktual
Panjang
Sayatan
(L)
Luas bidang
gelincir (m²)
Kemiringan
sayatan (º)
Luas x
bobot
satuan isi
W sin a W cos a
1 4,02 1,95 75 22,54 21,73 5,83
2 3,91 8,55 67 98,84 90,98 38,62
No
3 2,76 10,35 60 119,65 103,62 59,83
4 2,47 8,55 52 98,84 77,87 60,85
5 2,2 6,3 49 72,83 54,97 47,8
6 2,69 3,96 42 45,78 30,63 34
18,05 379,8 246,93
L = 18,05 m
cL = 10,26 KN/m² × 18,05 m = 185,19 KN/m³
tan = tan (35) =0,7
=
= 0,94
B. Perhitungan FK pada section A lereng 2
rekomendasi
Suatu lereng dengan geometri di bawah ini
merupakan material penyusunnya adalah
sandstone yang dominan.
Geometri lereng = timggi lereng : 15 m, sudut
kemiringan lereng : 47°.
Kondisi lereng = kering
Dalam penyelesaian sayatan ini gaya penahan
adalah nol. Luas bidang gelincir di hitung
melalui kertas millimeter blok.
Diketahui :
(sudut geser dalam) = 35°
Kohesi (c) =
10,26 KN/m²
Bobot isi satuan tanah ( KN/m3
) =
11,56 KN/m³
Tabel 4.11
Hasil Pehitungan Manual Section A Lereng 2 Rekomendasi
Panjang
Sayatan
(L)
Luas
bidang
gelincir
(m²)
Kemiringa
n sayatan
(º)
Luas x
bobot
satuan isi
W sin a W cos a
1 2,33 1,1 64 12,7 11,4 5,57
2 3 3,6 57 41,6 33,28 22,65
3 2,33 4,28 51 49,48 38,5 31,14
4 2,28 4,5 45 52 36,77 36,77
5 2,15 4,28 41 49,48 32,46 37,34
6 1,9 3,6 39 41,6 26,2 32,33
7 1,66 2,7 33 31,21 16,85 26,17
8 2,55 1,7 28 19,65 9,23 17,35
18,2 204,69 209,32
L = 18,2 m
cL = 10,26 KN/m² × 18,2 m = 186,73 KN/m³
tan = tan (35) =0,7
No
=
= 1,63
IV. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai analisis
kestabilan lereng pada tambang batubara di
PT. Seluma Prima Coal (SPC) maka dapat
ambil kesimpulan sebagai berikut:
A. Analisis dilakukan menggunakan slide v.6
metode bishop serta dengan cara manual
menggunakan metode Fellenius dengan
nilai FK > 1,25 untuk kondisi lereng aman.
Dari hasil analisa perhitungan menunjukan
bahwa sebagian besar lereng tunggal pada
daerah pengamatan di PT. Seluma Prima
Coal dalam kondisi kering memiliki
Faktor Keamanan < 1,25 berarti keadaan
lereng dalam keadaan tidak aman. Material
claystone merupakan batuan yang paling
dominan terdapat pada lereng di pit 2 PT.
SPC. Lokasi penambangan batubara pada
pit 2 telah mencapai kedalaman 28 meter
dan lebar 347 meter. Material penyusun
lereng pada lokasi penelitian terdiri dari
soil, claystone, sandstone dan coal.
B. Rekomendasi perbaikan lereng untuk
meningkatkan nilai FK dengan cara
melandaikan lereng atau mengurangi
ketinggian lereng yang dikarenakan lereng
tambang terlalu curam atau terlalu tinggi.
Setelah dilakukan analsisis lereng aktual di
PT. SPC geometri lereng berubah yang
bertujuan untuk menjaga kestabilan lereng
tersebut baik pada section A, section B
maupun section C. Perubahan tersebut
telah dipertimbangkan untuk keselamatan
proses pekerjaan pada lereng tersebut.
Hasil dari analisis rekomendasi lereng
mendapatkan hasil untuk geometri
lereng yang cocok diterapkan pada PT.
SPC ketinggian lereng 15 meter sesuai
rekomendasi pihak perusahaan dengan
sudut lereng 47º sudah dalam kategori
aman.
C. Longsoran yang terjadi pada lereng di pit 2
adalah longsoran busur, terjadi pada
batuan lunak (tanah) atau dengan kata lain
longsoran busur terjadi jika batuan tersebut
sudah mengalami pelapukan. Pada intinya
semakin tinggi lereng dan semakin besar
sudut pada lereng maka akan terbentuk
bidang-bidang lemah pada batuan yang
dimana hal tersebut akan menyebabkan
longsor. Dalam pengendalian dan
penjagaan lereng agar tidak terjadi longsor
pada PT. Seluma Prima Coal maka dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti:
a. Perbaikan geometri lereng
b. Penangan air permukaan
c. Penambahan beban di kaki lereng
d. Pemantauan
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017, Sumber Informasi dan Data
Perusahaan, PT. Seluma Prima Coal,
Sarolangun.
Arief, Irwandi. 2008, Kestabilan Lereng,
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik UPN, Yogyakarta.
Bishop, A.W. 1955. The Use of Slip Surface in
The Stability of Analysis Slopes,
Geotechnique, Vol 5. London
Bowles, Joseph E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknik Tanah (Mekanika Tanah),
Edisi kedua. Erlangga. Jakarta
Duncan, Christopher,W,M. 2004. Rock slope
engineering : civil and mining, 4th
edition. London.
Hary. 2010, Mekanika Tanah 2. Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas
Teknik UGM. Yogyakarta.
Hirnawan, Febri (2008). Analisis Kestabilan
Lereng. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Teknologi Mineral dan Batubara ESDM,
Bandung.
Hoek, E & J.W. Bray. 1981. Rock Slope
Engineering Revisi Edisi ketiga. The
Institution of Mining And Metallurgi.
London.
Karyono, 2004, Perencanaan Tambang
Terbuka, Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik UNISBA, Bandung.
Kepmen No. 555.k/26/M.PE/1995,
Keselamatan dan Kesehatan kerja,
Jakarta.
Kementerian pekerjaan umum, 2017. Peta
Zona Gempa Indonesia, Jakarta.