evaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi ... -...

18
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1 http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI (COFFEA SP.) DI KECAMATAN LEMBANG S. Refitri, D. Sugandi*), Jupri*) [email protected], [email protected], [email protected] Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tanaman kopi yang di budidayakan di Kecamatan Lembang berada pada lahan hutan pinus milik perhutani yang ditanam dengan cara tumpang sari dengan pohon pinus disekitarnya. Budidaya kopi dikelola oleh pihak perhutani KPH Bandung Utara dengan memberdayakan masyarakat sekitar yang telah dibentuk kelompok tani LMDH atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Tanaman kopi ditanam di sekitar lereng gunung Tangkuban Parahu dengan luas sekitar 450 Ha dengan keadaan lereng beragam mulai dari datar < 8% hingga sangat curam > 40%. Karena tanaman kopi yang dibudidayakan di Kecamatan Lembang berada pada lereng gunung dan dengan cara tumpangsarindapat mempengaruhi kualitas dari tanaman kopi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui karakteristik lahan, mengevaluasi kelas kesesuaian lahan aktual, menganalisis faktor pembatas, dan juga mengevaluasi kelas kesesuaian lahan potensial pada tanaman kopi di Kecamatan Lembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian eksploratif yaitu metode untuk mengetahui keadaan objek penelitian lahan tanaman kopi secara aktual, maka dari itu memerlukan data yang perlu di eksplor yang berkaitan dengan data fisik seperti data mengenai temperatur, media perakaran, ketersediaan oksigen dan lain-lain dengan menggunakan pendekatan kelingkungan atau pendekatan yang berdasarkan pada interaksi organisme dengan lingkungan dan dikaitkan pada fenomena yang ada dengan perilaku manusia. Tanaman kopi yang budidayakan di kecamatan lembang memiliki kesesuaian lahan yang beragam, untuk kondisi curah hujan, ketinggian, dan temperatur berada pada kelas kesesuaian S1 atau sangat sesuai. Selain itu, untuk kadar salinitas dan sebagian tekstur tanah memiliki kelas kesesuaian S2 atau cukup sesuai, untuk pH tanah, kedalaman efektif, kejenuhan basa, dan juga kemiringan lereng berada pada kelas kesesuaian S3 atau sesuai marginal. Faktor pembatas pada tingkat kesesuaian lahan aktual tanaman kopi pada setiap satuan lahan secara umum didominasi oleh kelas S3 atau sesuai marginal, namun jika ada upaya perbaikan baik dari masyarakat maupun pemerintah sangat memungkinkan akan terjadi peningkatan pada kualitas lahan yang ditanami oleh tanaman kopi. Kata Kunci : Tanaman Kopi, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Kelas Kesesuaian lahan, Karakteristik dan Kualitas Lahan.

Upload: phungque

Post on 03-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI (COFFEA SP.) DI KECAMATAN LEMBANG

S. Refitri, D. Sugandi*), Jupri*) [email protected], [email protected], [email protected]

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Tanaman kopi yang di budidayakan di Kecamatan Lembang berada pada lahan hutan pinus milik perhutani

yang ditanam dengan cara tumpang sari dengan pohon pinus disekitarnya. Budidaya kopi dikelola oleh

pihak perhutani KPH Bandung Utara dengan memberdayakan masyarakat sekitar yang telah dibentuk

kelompok tani LMDH atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Tanaman kopi ditanam di sekitar lereng

gunung Tangkuban Parahu dengan luas sekitar 450 Ha dengan keadaan lereng beragam mulai dari datar <

8% hingga sangat curam > 40%. Karena tanaman kopi yang dibudidayakan di Kecamatan Lembang berada

pada lereng gunung dan dengan cara tumpangsarindapat mempengaruhi kualitas dari tanaman kopi tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui karakteristik lahan, mengevaluasi kelas kesesuaian lahan

aktual, menganalisis faktor pembatas, dan juga mengevaluasi kelas kesesuaian lahan potensial pada

tanaman kopi di Kecamatan Lembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode penelitian eksploratif yaitu metode untuk mengetahui keadaan objek penelitian lahan tanaman kopi

secara aktual, maka dari itu memerlukan data yang perlu di eksplor yang berkaitan dengan data fisik seperti

data mengenai temperatur, media perakaran, ketersediaan oksigen dan lain-lain dengan menggunakan

pendekatan kelingkungan atau pendekatan yang berdasarkan pada interaksi organisme dengan lingkungan

dan dikaitkan pada fenomena yang ada dengan perilaku manusia. Tanaman kopi yang budidayakan di

kecamatan lembang memiliki kesesuaian lahan yang beragam, untuk kondisi curah hujan, ketinggian, dan

temperatur berada pada kelas kesesuaian S1 atau sangat sesuai. Selain itu, untuk kadar salinitas dan

sebagian tekstur tanah memiliki kelas kesesuaian S2 atau cukup sesuai, untuk pH tanah, kedalaman efektif,

kejenuhan basa, dan juga kemiringan lereng berada pada kelas kesesuaian S3 atau sesuai marginal. Faktor

pembatas pada tingkat kesesuaian lahan aktual tanaman kopi pada setiap satuan lahan secara umum

didominasi oleh kelas S3 atau sesuai marginal, namun jika ada upaya perbaikan baik dari masyarakat

maupun pemerintah sangat memungkinkan akan terjadi peningkatan pada kualitas lahan yang ditanami oleh

tanaman kopi.

Kata Kunci : Tanaman Kopi, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Kelas Kesesuaian lahan, Karakteristik dan

Kualitas Lahan.

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

2 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

ABSTRACT

The coffee plants which were cultivated in Lembang is set in a pine forest owned by Perhutani using multiple

cropping with pine trees around. Coffee cultivation is managed by KPH Perhutani of North Bandung by

empowering inhabitants that has been established as a LMDH farmer group or Lembaga Masyarakat Desa

Hutan. Coffee plants is planted around the slope of Tangkuban Parahu Mountain for approximately 450

Hectare with variety of slope conditions, from < 8% flat until > 40% steep. Because the coffee plants

cultivated in Lembang is planted on the slope of the mountain, multiple cropping is believed to be able to

affect the quality of the coffee plants. The aim of this research is to get the information related to the field

characteristics, to evaluate suitability classes of actual field, to analyze limiting factors, and also to

evaluate suitability classes of potential field of coffee plants in Lembang. The research conducts explorative

method which is implemented in order to get the information related to coffee plants field condition

authentically, such as its temperature, rooting media, oxygen availability, and so on, which needs to be

explored with environment approach, an approach which is based on organism and environment

interaction and linked with a happening phenomenon with human behavior. The coffee plants cultivated in

Lembang has variety of land suitability. The precipitation, the height, and the temperature are in S1

suitability class or in other words, very suitable. The salinity and the soil texture are in S2 suitabilty class

or in other words, sutable enough. The pH of the soil, the effective depth, and the saturation of alkali, and

the declivity is in S3 suitability class or in other words, marginally suitable. The limiting factor in the

suitability level of actual field of coffee plants on every field unit is generally dominated by S3 or marginally

class, but if there is a renovating effort either from the inhabitants or the government, it will increase the

possibility of field quality improvement which is planted by coffee plants.

Keywords : Coffee Plants, Evaluation of Field Suitability, Field Suitability Class, Characteristics and

Quality of Field

PENDAHULUAN

Tanaman memerlukan media tumbuh

yang berupa hamparan tanah atau lahan.

Peningkatan potensi produksi tanaman

melalui rekayasa genetika baik secara

konvensional maupun inkonvensional

merupakan tantangan bagi pemuliaan

tanaman. Penciptaan varietas unggul spesifik

lokasi sangat diharapkan karena setiap lokasi

memiliki ciri khas disamping untuk

memperkaya diversitas hayati. Lahan

dengan tingkat kesuburan rendah, lahan

kering, atau sebaliknya lahan tergenang

merupakan lahan marginal yang terpaksa

digunakan sebagai lahan pertanian di masa

datang. Upaya peningkatan potensi produksi

tanaman secara ekstrinsik selama ini melalui

pengairan, pemupukan, pengendalian

pengganggu, dan pengolahan tanah

merupakan hal yang tidak perlu

diperdebatkan lagi, namun demikian

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

ketersediaan sumberdaya tersebut di masa

depan terasa semakin mencemaskan.

(Purnomo, 2007 , hlm. 4)

Dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa meningkatnya

kebutuhan akan lahan dan juga persaingan

dalam penggunaan lahan pada masa

sekarang dan masa yang akan datang baik

untuk pertanian, permukiman dan industri

perlu dipikirkan secara baik-baik untuk

memanfaatkan lahan yang semakin hari

semakin terbatas. Kebutuhan akan lahan

akan selalu meningkat dari tahun ke tahun,

baik lahan basah maupun lahan kering,

kebutuhan lahan dengan tingkat kesuburan

tinggi semakin tahun akan semakin terbatas

maka dari itu diperlukan adanya pengelolaan

terhadap lahan yang baik dan efisien.

Kopi (Coffea sp.) merupakan salahsatu

komoditas ekspor penting dari Indonesia.

Sejak tahun 2013, Indonesia menduduki

peringkat ketiga negara dengan produksi biji

kopi terbesar di dunia dengan produksi biji

kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan

Vietnam (Kepala Dinas Perkebunan Provinsi

Jabar) dengan produksi berkisar 540.000 ton

biji kopi per tahun dari 1,3 juta hektar kebun

kopi. Data menunjukkan, Indonesia meng-

ekspor kopi ke berbagai negara senilai US$

588,329,553.00, walaupun ada catatan impor

juga senilai US$ 9,740,453.00 (Prastowo,

dkk. 2010, hlm. 6). Di luar dan di dalam

negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal

dan di konsumsi oleh masyarakat.

Kopi pertama kali masuk ke Indonesia

tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini

masuk melalui Batavia yang dibawa oleh

Komandan Pasukan Belanda Adrian Van

Ommen dari Malabar – India. Kopi menjadi

komoditas dagang yang sangat diandalkan

oleh VOC. Ekspor kopi Indonesia pertama

kali dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC,

dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat

sampai 60 ton / tahun. Produksi kopi di Jawa

mengalami peningkatan yang cukup

signifikan pada tahun 1830-1834 produksi

kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30

tahun kemudian meningkat menjadi 79.600

ton dan puncaknya tahun 1880-1884

mencapai 94.400 ton. Perkembangan

kebutuhan kopi di Indonesia sebagai negara

produsen, ekspor kopi merupakan sasaran

utama dalam memasarkan produk-produk

kopi yang dihasilkan Indonedia. Seiring

dengan kemajuan dan perkembangan zaman,

telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan

perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia

yang akhirnya mendorong terhadap

peningkatan konsumsi kopi. (Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia, 2015, hlm. 5)

Menurut Hulupi (1999, hlm. 6)

kondisi lingkungan yang paling berpengaruh

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

4 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

terhadap perubahan morfologi,

pertumbuhan, danproduksi kopi adalah

tinggi tempat dan tipe curah hujan.

Perubahan morfologi dan pertumbuhan

tanaman akan mempengaruhi kebiasaan

tanaman. Secara garis besarnya terdapat dua

jenis kopi yang keduanya tumbuh dan

berkembang secara optimal pada dua kondisi

iklim dan tanah yang berbeda. Kedua jenis

kopi tersebut yaitu kopi arabika untuk

dataran tinggi dan kopi robusta untuk dataran

menengah sampai rendah. Pertanaman kopi

sering sangat heterogen dan mutunya rendah

karena benih yang ditanam bukan varietas

anjuran dan tidak sesuai dengan kondisi

lingkungan setempat.

Dari beberapa definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa Indonesia dengan iklim

tropis ini menjadi daerah yang ideal dan

potensial untuk ditanami kopi, seperti di

daerah Jawa, Bali dan Sulawesi Selatan.

Selain itu perkembangan produksi kopi di

Indonesia pun cukup baik. Iklim yang

menentukan seberapa besar tingkat

keberhasilan dalam penanaman kopi karena

kualitas kopi yang baik sangat tergantung

pada jenis bibit yang ditanam dan dapat

mempengaruhi perkembangan hama

penyakit serta produksi.

Untuk mendukung pemasaran kopi

jelang MEA, Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Barat juga telah memberikan 6 juta

benih kopi secara gratis kepada para petani

di Jabar. Pemberian jutaan benih tersebut

akan berlangsung secara berkala hingga

2017 nanti. Menurut kepala dinas pertanian,

perkebunan, dan kehutanan kabupaten

Bandung Barat menuturkan bahwa saat ini

kopi unggulan Bandung Barat berasal dari

tiga daerah, yakni Lembang, Burangrang,

dan Gununghalu. Kopi jenis arabika asal

Kabupaten Bandung Barat dipastikan siap

bersaing di pasar bebas Asia Tenggara

melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN yang

mulai diberlakukan akhir tahun ini. Tiga

ikon kopi unggulan asal daerah ini akan

bergabung menjadi satu dalam bingkai The

Best Coffee of Bandung Barat. Dibawah ini

adalah tabel luas areal tanaman kopi di Jawa

Barat pada tahun 2010:

Tabel 1.1 Luas Areal Tanaman Kopi

di Jawa Barat

Kabupaten/Kota

Perkebunan

Rakyat

Smallholder

Perkebunan

Besar

Swasta

Private

Estate

Luas Area

(Ha)

Luas Area

(Ha)

Kab/Reg

01 Bogor 2.639 6

02 Sukabumi 920 304

03 Cianjur 1.555 22

04 Bandung 8.656 -

05 Garut 2.110 -

06 Tasikmalaya 1.352 -

07 Ciamis 2.144 -

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

08 Kuningan 1.651 5

09 Cirebon - -

10 Majalengka 801 -

11 Sumedang 2.614 30

12 Indramayu 9 -

13 Subang 838 -

14 Purwakarta 371 -

15 Karawang 172 -

16 Bekasi 5 -

17 Bandung

Barat

1.406 -

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2010

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa luas

areal tanaman kopi di Kabupaten Bandung

Barat adalah sebesar 1.406 Ha yang tersebar

di 3 daerah yaitu di Kecamatan Lembang,

Burangrang, dan Gununghalu. (Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2010, hlm.

59). Menurut Pemda Kabupaten Bandung

Barat jika dilihat dari sisi penggunaan lahan

di wilayah Kabupaten Bandung Barat,

penggunaan lahan untuk budidayapertanian

merupakan penggunaan lahan terbesar yaitu

66.500,294 Ha.

Menurut (Kementrian Pertanian, 2014,

hlm. 1) Kecamatan Lembang terletak di

sebelah utara kota Bandung. Lembang

adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten

Bandung Barat, provinsi Jawa Barat. Daerah

ini dikelilingi oleh beberapa pegunungan

dengan luas wilayah 10.620.000 hektar,

salah satunya adalah Gunung Tangkuban

Parahu, Kecamatan merupakan kawasan

Agrowisata dengan didukung oleh

pemandangan yang indah. Kecamatan

Lembang berada pada ketinggian antara

1.312 meter hingga 2.084 meter di atas

permukaan laut dengan curah hujan sekitar

100-200 mm/bulan. Termasuk kedalam

wilayah dengan curah hujan tertinggi. Curah

hujan merupakan banyaknya hujan yang

tercurah di suatu daerah dalam jangka waktu

tertentu (Kamus Besar Bahasa

Indonesia).serta rata-rata kelembaban 84-

89%. Wilayahnya berupa perbukitan dengan

kemiringan dari 0% hingga di atas 45%.

Penduduk Lembang yang sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani,

pedagang, pekerja dan sebagainya.

Kecamatan Lembang sendiri memiliki

desa/kelurahan sebanyak 16 desa.

Diantaranya desa Cibodas, Cibogo,

Cikahuripan, Cikidang, Cikole,

Gudangkahuripan, Jayagiri, Kayuambon,

Langensari, Lembang, Mekarwangi,

Pagerwangi, Sukajaya, Suntenjaya,

Wangunharja, dan desa Wangunsari.

(Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka,

2015, hlm. 2)

Menurut Dinas Pertanian Perkebunan

dan Kehutanan (Distanbunhut, 2015, hlm. 3)

Kecamatan Lembang sendiri memiliki

potensi yang besar dalam sektor pertanian

seperti misalnya perkebunan, peternakan dan

kehutanan.Disamping kondisi fisik yang

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

6 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

mendukung untuk pengembangan di bidang

pertanian, jumlah penduduk di kecamatan

Lembang merupakan yang tertinggi yaitu

sebanyak 185.179 jiwa. Salah satunya di

desa Cikole yang mayoritas penduduknya

bermatapencaharian sebagai petani. Desa

Cikole memiliki perkebunan kopi seluas 450

Ha sejak tahun 2000 dengan lahan hak milik

yang berada di lereng Gunung Tangkuban

Parahu pada ketinggian 2.084 m diatas

permukaan laut selain itu pengembangan

kopi dilakukan melalui pola PHBM

(Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

yang melibatkan LMDH (Lembaga

Masyarakat Desa Hutan).

Dewasa ini, di sepanjang kawasan

Lembang hingga Cikole telah banyak dibuka

berbagai macam daerah wisata termasuk

banyak dikembangkannya bermacam-

macam kedai kopi, salah satunya yang kini

berkembang adalah Rumah Produksi Kopi

Luwak Cikole yang baru di buka pada tahun

2014 dan karena di rumah produksi ini sudah

lama mengimplementasikan cara produksi

kopi luwak yang sesuai dengan Peraturan

Menteri Pertanian RI (Permentan) No

37/KB.120/6/2015 tentang cara produksi

kopi luwak melalui Pemeliharaan Luwak

yang Memenuhi Prinsip Kesejahteraan

Hewan maka dari itu pemerintah menunjuk

Kopi Luwak Cikole sebagai Pilot Model

pengembangan produksi kopi luwak di

Indonesia, selain itu di Rumah Produksi

Kopi Luwak Cikole terdapat budidaya

hingga proses produksi dan dapat

dikonsumsi langsung oleh para konsumen.

Konsumennya pun sudah banyak dari

mancanegara. Selain itu keberadaan Rumah

Produksi Kopi Luwak Cikole sudah di akui

oleh Kementrian Pertanian.Karena lokasi

perkebunan kopi di Kecamatan lembang itu

tepatnya berada di lereng gunung,

penanaman benih kopi dilakukan dengan

cara tumpang sari dengan pohon pinus di

area hutan lindung. Mengingat di Indonesia

lahan dengan ketinggian diatas 1.000 m

diatas permukaan laut pada umumnya

berupa hutan, maka perkembangan kopi

khususnya jenis arabika akan terbatas, selain

itu dikhawatirkan akan terjadi degradasi

lahan, maka dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman

Kopi (coffea sp.) Di Kecamatan

Lembang”

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

Page 7: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

1. Bagaimana karakteristik lahan tanaman

kopi (coffea sp.)di Kecamatan

Lembang?

2. Bagaimana kelas kesesuaian lahan

aktual tanaman kopi (coffea sp.)di

Kecamatan Lembang?

3. Faktor pembatas apa saja yang

mempengaruhi kesesuaian lahan

tanaman kopi (coffea sp.) di Kecamatan

Lembang?

4. Bagaimana kelas kesesuaian lahan

potensial tanaman kopi (coffea sp.)di

Kecamatan Lembang?

METODE PENELITIAN

Berada Kecamatan Lembang tepatnya di

Desa Cikole merupakan bagian paling timur

dari Kabupaten Bandung Barat yang terdiri

dari 16 desa diantaranya Lembang, Jayagiri,

Kayuambon, Wangunsari,

Gudangkahuripan, Sukajaya, Cibogo,

Cikole, Cikidang, Wangunharja, Cibodas,

Suntenjaya, Mekarwangi, Langensari, dan

Pagerwangi, dengan luas wilayah sekitar

9.587,2 Ha.

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara

berpikir, yang telah dipersiapkan secara baik

untuk mengadakan penelitian dan mencapai

tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2009,

hlm. 3) bahwa setiap penelitian mempunyai

tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum

tujuan penelitian ada tiga macam yaitu

bersifat penemuan berarti data yang

diperoleh dari penelitian itu adalah data yang

betul-betul baru yang sebelumnya belum

pernah diketahui. Pembuktian berarti data

yang diperoleh itu digunakan untuk

membuktikan adanya keraguan terhadap

informasi atau pengetahuan tertentu dan

pengembangan berarti memperdalam dan

memperluas pengetahuan yang telah ada.

Menurut Arikunto (2006, hlm. 7)

menjelaskan bahwa “penelitian eksploratif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menggali secara luas tentang sebab-sebab

atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya

sesuatu” metode penelitian eksploratif

adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui suatu objek secara spesifik.

Menurut Sugiyono (2007, hlm. 49)

mengatakan bahwa penelitian eksploratif

ditujukan untuk mencari sebab atau hal-hal

yang mempengaruhi suatu objek dan dipakai

manakala kita belum mengetahui secara

persis dan spesifik mengenai objek

penelitian kita.

Penelitian ini menggunakan metode

eksploratif karena penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui keadaan objek penelitian

(lahan tanaman kopi) secara aktual, maka

dari itu peneliti dirasa memerlukan data yang

Page 8: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

8 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

perlu di eksplor di lapangan yang berkaitan

erat dengan data fisik di lokasi penelitian,

diantaranya data mengenai iklim seperti

temperatur, curah hujan, dan kelembaban,

dan juga data fisik tanah yang didalamnya

terkait dengan unsur-unsur tanah seperti

media perakaran, bahaya erosi, toksisitas,

gambut, salinitas, alkalinitas, dan penyiapan

lahan maka dari itu peneliti menggunakan

metode eksploratif.

A. Pendekatan Geografi yang

Digunakan

Pendekatan geografi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan kelingkungan yaitu pendekatan

yang berdasarkan pada interaksi organisme

dengan lingkungan, dan dikaitkan dengan

fenomena yang ada dan juga perilaku

manusia. Karena pada dasarnya lingkungan

geografi mempunyai dua sisi, sisi perilaku

manusia mencakup dua aspek, yaitu

pengembangan gagasan dan kesadaran

lingkungan, dan karena penelitian ini

menggunakan pendekatan keruangan karena

berkaitan dengan aspek lingkungan, maka

dari itu hal-hal yang perlu diidentifikasi oleh

peneliti ketika di lapangan adalah kondisi

fisik yang mendorong terjadinya fenomena

ini seperti jenis tanah, topografi, vegetasi di

lokasi penelitian.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 115)

mengatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu.Ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi adalah keseluruhan subyek dalam

penelitian. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh satuan lahan

dalam lingkup Desa Cikole.

Metode yang digunakan adalah satuan

lahan (unit lahan). Satuan lahan ini diperoleh

berdasarkan hasil penampalan atau tumpang

susun antara peta jenis tanah, peta

kemiringan lereng, peta curah hujan dan peta

penggunaan lahan.

2. Sampel

Menurut Pabundu Tika (2005, hlm. 24)

sampel atau contoh adalah sebagian dari

objek atau individu-individu yang mewakili

suatu populasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Sampel dilakukan jika populasi besar dan

penelitian tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi. (Sugiyono,

2011, hlm. 118).

Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Berdasarkan

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

pengertian diatas, dapat disimpulkan sampel

adalah bagian populasi yang hendak diteliti

dan mewakili karakteristik populasi.Apabila

populasi penelitian berjumlah kurang dari

100 maka sampel dapat diambil antara 10-

15% atau 20-55% atau lebih. Arikunto

(2010, hlm. 134)

Sampel dalam penelitian ini adalah

lahan perkebunan kopi di Desa Cikole.

Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan

purposive sampling, yaitu pengambilan

sampel yang sebelumnya telah ditentukan

oleh peneliti karena ada pertimbangan

tertentu.

Untuk menentukan peta sampel wilayah

sebelumnya dilakukan pembuatan peta

satuan lahan hasil penampalan dari peta

penggunaan lahan, curah hujan, kemiringan

lereng dan jenis tanah.

C. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah segala

sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti sebagai

objek penelitian untuk dikaji dan dipelajari

sehingga kita mendapat informasi yang akan

mendukung suatu penelitian. (Sugiyono,

2011) menyatakan bahwa “Variabel

penelitian merupakan segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka

variabel dalam penelitian ini adalah:

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan mencocokan antara

karakteristik dan kualitas lahan tanaman

kopi di daerah penelitian yang dicocokan

dengan syarat tumbuh tanaman kopi,

sehingga akan diperoleh kelas-kelas

kesesuaian lahan untuk tanaman kopi. Kelas

kesesuaian lahan dalam penelitian ini akan

dibagi menjadi 4 kelas yaitu, kelas

kesesuaian lahan S1 yang berarti sangat

sesuai, S2 cukup sesuai, S3 sesuai marginal,

N tidak sesuai.

Dalam evaluasi ini langkah awalnya

adalah dengan pemetaan satuan lahan. Peta

satuan lahan didapatkan dengan cara

mengoverlaykan peta kemiringan lereng,

peta jenis tanah, peta curah hujan dan peta

penggunaan lahan.

Kelas

Kesesuaian

Lahan Persyaratan

Tanaman Kopi

Karakteristik

dan Kualitas

Lahan

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

10 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan dari hasil penelitian ini adalah

untuk memperoleh kejelasan atas apa yang

telah diteliti dilapangan.

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

a) Letak dan Luas

Lokasi penelitian berada di Kecamatan

Lembang tepatnya di Desa Cikole

merupakan bagian paling timur dari

Kabupaten Bandung Barat. Desa Cikole

terletak pada koordinat 107 ̊ 37’ 30” BT –

107 ̊ 39’ 30” BT dan 6 ̊ 46’ 00” LS – 6 ̊ 48’

30” LS (Peta RBI, 2001) dengan luas

wilayah sekitar 8,06 Km². Kecamatan

Lembang berada pada ketinggian antara

1.312 meter hingga 2.084 meter di atas

permukaan laut dengan suhu rata-rata

tahunan berkisar antara 17 ̊ – 27 ̊ C dan

kelembaban antara 84-89%. Topografi

wilayah 100 persen dari jumlah

desa/kelurahan di Kecamatan Lembang

berupa wilayah bukit dengan kemiringan

lereng beragam mulai dari 0% hingga di atas

45%. Luas wilayah Kecamatan Lembang

sekitar 9.587,2 Ha yang tersebar pada 16

desa. Sebagian besar dari luas wilayahnya

digunakan untuk pertanian lahan kering.

(Statistik daerah Kecamatan Lembang,

2015) Secara geografis Kecamatan Lembang

berbatasan dengan:

Sebelah utara : Kabupaten Subang

Sebelah timur : Kabupaten subang

dan Kabupaten Bandung

Sebelah barat : Kecamatan

Parongpong

Sebelah selatan : Kota Bandung

b) Iklim

Menurut klasifikasi iklim junghuhn yang

berdasarkan pada ketinggian, Kecamatan

Lembang berada pada iklim zona sejuk,

karena berada pada ketinggian 1500 mdpl.

Menurut klasifikasi iklim metode Schmidt

dan Ferguson Hasil perhitungan menunjukan

angka Q = 142,8 maka dalam klasifikasi

iklim Schmidt dan Ferguson termasuk ke

dalam tipe iklim B karena dalam nilai

perhitungan Q berada pada 0 < 142,8 < 0,143.

maka dari itu curah hujan di lokasi penelitian

dengan waktu pengamatan 12 tahun termasuk

dalam kategori tipe iklim A dengan keadaan

iklim sangat basah dan vegetasi berupa hutan

hujan tropika.

c. Topografi

Berdasarkan pada peta dan hasil pengamatan

lokasi penelitian Kecamatan Lembang yang

memiliki ketinggian antara 1.312 hingga

2.084 mdpl. Kelas kemiringan lereng terbagi

atas 4 kelas, yaitu kelas 1 datar (3-8%), kelas

2 landai (8-15%), kelas 3 agak curam (15-

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

30%), kelas 4 curam (30-45%), dan kelas 5

sangat curam (> 40%)

d. Kondisi Geologis

Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah

Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi

Jawa Barat bulan Februari 2015 (Badan

Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi), Kecamatan Lembang

termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah

menengah sampai tinggi artinya pada daerah

ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah

hujan di atas normal, terutama pada daerah

yang berbatasan dengan lembah sungai,

gawir, tebing jalan atau jika lereng

mengalami gangguan dan gerakan tanah

lama dapat aktif kembali (Badan Geologi,

2015). Secara umum batuan penyusun di

lokasi penelitian terdiri dari batuan

Gunungapi Kuarter, Batuan Gunungapi Plio

(Plistosen), dan Batuan Gunungapi Neogen

(Mio-Plio).

e. Tanah

Tanah-tanah di lokasi penelitian

umumnya terbentuk dari hasil erupsi gunung

Tangkuban Parahu, untuk di lokasi

penelitian sendiri, tanah yang tersusun

adalah tanah andosol. Menurut (Joko, 2015)

tanah andosol sendiri terbentuk karena

proses andosolization atau proses yang

terjadi akibat pengendapan mineral dari

sebuah pelapukan vulkanik dan campuran

logam serta humus. Komposisi dari tanah

andosol sendiri yaitu memiliki mineral yang

terkandung didalamnya diantaranya

beberapa logam alumunium (Al), besi (Fe),

dan Si.

1. Karakteristik Dan Kualitas Lahan

Pada Setiap Satuan Lahan

Kecamatan Lembang sebagai salah satu

lumbungnya sayuran atau hortikultura

merupakan nilai positif bagi kecamatan

Lembang sebagai salah satu income yang

menjadikan potensi daerah di bidang

hortikultura. Beberapa komoditi unggulan

dari kecamatan lembang terutama masalah

produksi yang dihasilkannya, dimana ini

merupakan sektor pertanian andalan dari

kecamatan lembang sebagai lumbungnya

hortikultura di kabupaten bandung barat.

Kualitas hasil tanaman ditentukan oleh

beberapa faktor, salah satunya dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan, kecamatan

Lembang berada pada daerah perbukitan

dengan ketinggian antara 1.312 hingga 2.084

meter diatas permukaan laut dan memiliki

suhu yang rendah, komoditas tanaman yang

ditanam pada umumnya berupa jenis

tanaman yang cocok berada di dataran tinggi

seperti Pinus, Kopi, Kina, sayuran

holtikultura dan lain-lain.

Kecamatan Lembang memiliki

perkebunan kopi seluas 450 Ha sejak tahun

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

12 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

2000 dengan lahan hak milik yang berada di

lereng Gunung Tangkuban Parahu pada

ketinggian 2.084 m diatas permukaan laut

selain itu pengembangan kopi dilakukan

melalui pola PHBM (Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat) yang melibatkan

LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).

Tanaman kopi kini menjadi salah satu

sumber pekerjaan dan penghasilan tambahan

bagi masyarakat setempat. Meskipun

kecamatan Lembang sudah lama

membudidayakan tanaman kopi namun baru

beberapa tahun terakhir ini mulai mencoba

dipasarkan. Hingga saat ini, kopi asal

Lembang sudah di ekspor hingga ke

Singapura, Korea, Maroko, bahkan dalam

persiapan ekspor ke Amerika Serikat. Kepala

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Pertanian

Kabupaten Bandung Barat menuturkan kopi

jenis arabika asal Lembang dipastikan siap

bersaing di pasar bebas Asia Tenggara

melalui Masyarakat Ekonomi Asean yang

mulai diberlakukan akhir tahun ini, kopi

unggulan asal Lembang ini akan menjadi

The Best Coffee of Bandung Barat. Maka

dari itu untuk memperluas lahan tanam untuk

tanaman kopi khususnya tanaman kopi jenis

kopi arabika akan dilaksanakan evaluasi

kesesuaian lahan yang memerlukan

informasi mengenai karakteristik semua

lahan di kecamatan Lembang.

2. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan

Aktual Untuk Tanaman Kopi (Coffea

sp.) Pada Setiap Satuan Lahan

Berdasarkan hasil identifikasi

menurut informasi yang didapatkan di

lapangan dan hasil analisis laboratorium

maka selanjutnya dapat dilakukan teknik

matching. Teknik matching dilakukan

dengan membandingkan antara karakteristik

dan kualitas lahan yang ditemukan di

lapangan dengan hasil analisis laboratorium

dengan persyaratan tumbuh tanaman. Teknik

matching dilakukan untuk mengetahui

klasifikasi kelas kesesuaian lahan untuk

suatu tanaman pada setiap satuan lahannya.

Dalam penelitian ini dilakukan teknik

matching dengan cara membandingkan

kondisi di lapangan dengan persyaratan

tumbuh tanaman kopi sehingga akan

didapatkan kelas kesesuaian lahan aktual

pada setiap satuan lahan.

Tabel 1.2

Evaluasi Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan

Aktual Tanaman Kopi

No. Satuan Lahan Kesesuaian

Lahan Aktual 1. H1A-I S3rne

2. K1A-II S3rn

3. L1A-II S3rne

4. L1A-I S3rne

5. P1A-II S3rne

6. K1A-I S3rn

7. H2A-I S3rne

8. H2A-II S3rne

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 13

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

9. H1A-II S3r

10. K2A-II S3r

11. L2A-II S3rne

12. L2A-I S3rne

13. P2A-II S3rne

14. H3A-I S3rn

15. H3A-II S3rne

16. K3A-II S3rne

17. K3A-I S3rne

18. L3A-I S3rne

19. L3A-II S3rne

20. P3A-II S3rn

21. H4A-I S3rn

22. H4A-II S3rn

23. K4A-I S3rne

24. L4A-I S3rn

25. L4A-II S3rn

26. P4A-II S3rn

27. L5A-I S3rn

Hasil Penelitian 2016

3. Faktor Pembatas Lahan Untuk

Tanaman Kopi (Coffea sp.) Di

Kecamatan Lembang

Secara garis besar, tingkat

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi

di Kecamatan Lembang berada pada kelas

S3 atau sesuai marginal. Kelas sesuai

marginal adalah lahan yang mempunyai

pembatas sangat berat apabila dipergunakan

untuk suatu penggunaan lahan tertentu.

Faktor pembatas akan mengurangi nilai

produktivitas ataupun keuntungan yang

diperoleh. Dilihat dari kesesuaian lahan

aktual yang ada saat ini maka sebaiknya

dilakukan perbaikan lahan agar lahan yang

digunakan untuk budidaya tanaman kopi

dapat tumbuh dengan optimal, namun jika

masih memungkinkan tanaman untuk

tumbuh dengan baik, mungkin hanya

diperlukan pengawasan terhadap lahannya

saja. Faktor pembatas pada setiap satuan

lahan di lokasi penelitian sebagian besar

adalah pH tanah, Kejenuhan basa,

kedalaman efektif dan juga kemiringan

lereng.

4. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan

Potensial Untuk Tanaman Kopi (Coffea

sp.) Pada Setiap Satuan Lahan

lahan yang semula memiliki faktor

pembatas sesuai marginal (S3) dapat diatasi

dengan berbagai perbaikan, karena lahan

dengan faktor pembatas sesuai marginal (S3)

termasuk kedalam lahan dengan faktor

pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini

akan sangat berpengaruh terhadap

produktivitasnya. Untuk dapat mengatasi

faktor pembatas S3 memerlukan modal

tinggi. sehingga perlu adanya bantuan atau

campur tangan pemerintah atau pihak swasta.

Namun ada beberapa upaya perbaikan yang

dapat dengan mudah dilakukan, seperti untuk

lereng, dapat diatasi dengan cara membuat

terasering atau sengkedan agar tanaman tidak

tumbuh di lahan yang miring atau curam.

Lahan potensial adalah lahan yang produktif

sehingga jika dikelola dengan baik oleh

manusia dapat memberikan hasil yang tinggi

walaupun dengan biaya pengelolaan yang

rendah. Maka dari itu kondisi saat ini

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

14 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

dilapangan sangat memungkinkan untuk

diperbaiki agar pembudidayaan dan

pertumbuhan tanaman kopi memiliki hasil

yang optimal. Untuk semua satuan lahan

aktual di lokasi penelitian rata-rata berada

pada faktor pembatas sesuai marginal (S3),

jika sudah dilakukan upaya perbaikan lahan

maka akan terjadi perbaikan pada lahan di

lokasi penelitian menjadi cukup sesuai (S2)

hingga sangat sesuai (S1).

KESIMPULAN

1. Dalam mengetahui karakteristik dan

kualitas lahan pada setiap satuan lahan di

lokasi penelitian dibutuhkan pengamatan

langsung di lokasi penelitian dan juga uji

laboratorium, untuk menentukan satuan

lahan yang akan diamati peneliti

menggunakan stratified sampling dengan

cara menggabungkan beberapa peta

diantaranya peta penggunaan lahan,

kemiringan lereng, jenis tanah dan juga curah

hujan. maka dapat diketahui nama per-satuan

lahan misalnya L3A-I dengan uraian sebagai

berikut : Ladang,16-25%,Andosol,2000-

2500.

2. Pada kesesuaian lahan aktual tanaman

kopi di Desa Cikole Kecamatan Lembang

beragam dari mulai S1 (sangat sesuai) seperti

pada iklim, curah hujan, ketinggian,

kemudian S2 (sesuai) seperti salinitas dan

sebagian tekstur tanah, dan yang paling

mendominasi adalah S3 atau (sesuai

marginal) seperti kedalaman efektif,

kejenuhan basa, kemiringan lereng dan juga

pH tanah.

3. Untuk faktor pembatas dapat diatasi

dengan cara perbaikan oleh masyarakat

pengelola untuk kedalaman efektif dapat

diatasi dengan cara penggalian tanah yang

lebih dalam agar perakaran dapat lebih

leluasa untuk membangun volume akar yang

lebih luas sehingga jangkauan untuk

mendapatkan hara yang lebih banyak lebih

dapat terjamin, dan untuk kemiringan lereng

agar dapat disiasati dengan cara membuat

sengkedan atau terasering di sekitar lahan

yang curam untuk menghindari terjadinya

tanah longsor. Toksisitas yang merupakan

racun dalam tanah yang dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, toksisitas dalam

kualitas lahan ini merupakan salinitas dan di

lokasi penelitian tidak ada kadar salinitas,

karena lokasi nya berada di dataran tinggi dan

cukup jauh dengan laut. Tingkat erosi di

lokasi penelitian termasuk dalam kategori

sangat rendah, kondisi erosi ini dikarenakan

lokasi penelitian yang berdiri di kawasan

konservasi yang sangat terjaga

kelestariannya. wilayah sekitar lokasi

penelitian ditutupi dengan vegetasi yang

rapat sehingga kecil kemungkinan untuk

terjadi erosi, namun pada sebagian lokasi

Page 15: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 15

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

yang mempunyai lereng sangat curam

sebaiknya segera disiasati membuat

sengkedan atau terasering agar ketika hujan

besar, air tidak akan mengalir dengan bebas

dan membuat tanah menjadi longsor. Untuk

pH tanah dapat diatasi dengan memberikan

pengapuran. pemberian kapur bertujuan

untuk meningkatkan pH tanah dari sangat

masam atau masam menjadi pH agak netral

atau netral. Batuan di permukaan dan

singkapan batuan pada lokasi penelitian

terbilang sangat rendah, dan untuk kondisi

tanah gambut di lokasi penelitian rata-rata

ketebalannya < 60 cm. Kemudian untuk

drainase tanah di lokasi penelitian rata-rata

baik dan agak baik.

4. Pada kesesuaian lahan potensial dapat

disimpulkan bahwa lahan yang memiliki

kelas kesesuaian S3 atau sesuai marginal

memiliki peluang untuk diperbaiki, jika pada

lokasi penelitian melakukan berbagai upaya

dalam perbaikan lahan, maka lahan yang

semula berada di kelas S3 (sesuai marginal)

dapat ditingkatkan menjadi S2 ( cukup

sesuai) hingga S1 (sangat sesuai). Untuk

faktor pembatas seperti pH tanah, kedalaman

efektif, kejenuhan basa, dan kemiringan

lereng yang berada pada kelas S3 atau sesuai

marginal.

Peta 1.1. Peta Kesesuaian Lahan Aktual di Kecamatan Lembang

Page 16: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

16 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Peta 1.2. Peta Kesesuaian Lahan Potensial di Kecamatan Lembang

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air.

Bogor: IPB Press. Edisi Kedua

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik 2014 (BPS Online).

bpsbandungbaratkab.go.id

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian

Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Dinas PU Pengairan. Data Curah Hujan

Stasiun Lembang (2015)

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Jawa

Barat Dalam Angka Tahun 2010

Djaenudin, D. Dkk.( 2000). Kriteria

Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas

Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

FAO, 1976. A Framework for Land

Evaluation. Rome: Food and Agriculture

Organization on The United Nations.

Hardjowigeno, S. (1995). Ilmu Tanah.

Jakarta: Akademika Pressindo.

Hulupi, R. (1999). Bahan Tanaman Kopi

yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di

Indonesia. Jember

Page 17: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 17

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Jamulya dan Sunanto. (1991). Evaluasi

Sumberdaya Lahan. Fakultas Geografi

Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Jawa Barat Dalam Angka. 2013. Badan

Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka.

2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Bandung Barat.

Kecamatan Lembang Dalam Angka 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Barat

Statistik Daerah Kecamatan Lembang Tahun

2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Bandung Barat

Pabundu Tika, Moh. (2005). Metode

Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Panggabean, Edy. (2011). Buku Pintar Kopi.

Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka

Prastowo, B. (2010). Budidaya dan Pasca

Panen Kopi. Bogor: Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

(Puslitkoka). (2004). Jember

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

(Puslitkoka). (2006). Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Rafi'i, Suryatna. (1982). Ilmu Tanah.

Bandung: Angkasa

Ritung, Sofyan Dkk. (2007). Evaluasi

Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta

Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh

Barat. Aceh: Balai Penelitian Tanah dan

World Agroforestry Centre

Rubiyo. (2012). Bunga Rampai (Inovasi

Teknologi Tanaman Kopi untuk

Perkebunan Rakyat. Sukabumi:

Balittri

Sunarto, J. d. (1991). Kursus Evaluasi

Sumberdaya Lahan Kemampuan

Lahan. Yogyakarta: Fakultas

Geografi Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

Sutanto, R. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Surakhmad. (1994). Pengantar Penelitian

Ilmian dan Dasar Metode Teknik. Transito:

Bandung.

Sitorus, S. R. P., (1985). Evaluasi Sumber

Daya Lahan. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung:

Penerbit ITB.

Woro, T. Y. (1991). Kursus Evaluasi

Sumberdaya Lahan Kesesuaian

Lahan. Yogyakarta: Fakultas

Geografi Universitas Gadjah Mada.

Zahriyah, Ainun. Evaluasi Kesesuaian

Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea

Page 18: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KOPI ... - antologi.upi…antologi.upi.edu/file/Evaluasi_Kesesuaian_Lahan_Tanaman_Kopi... · Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus

18 | S. Refitri, dkk

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Caffea sp.) di Kecamtan Lembang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Canephora) Pada Bentuk Lahan Asal

Volkanis Di Kecamatan Pasrujambe

Kabupaten Lumajang. Jurusan Geografi

Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial.

Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian

Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Skripsi :

Erida Tikha Anggarani. 2011. Evaluasi

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi di

Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung.

Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

Ida Tiur Marisa Sinaga. (2005). Evaluasi

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi

(Coffea Arabica) dan Coklat (Theobroma

cacao L.) Di Desa Juhar Kecamatan Juhar

Kabupaten Kar. Skripsi Fakultas Ilmu Tanah

Universitas Sumatera Utara.

Muhammad N, Deni. (2013). Evaluasi

Kesesuaian Lahan Tanaman Rambutan.

Skripsi Sarjana pada Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas

Pendidikan Indonesia.

Solehudin. (2014). Kajian Erosi di

Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

Jurnal :

Muhammad Nazarul Yanis, Hardy Guchi,

Mariani Sembiring. (2014). Evaluasi

Kesesuaian Lahan Kabupaten Dairi Untuk

Tanaman Kopi Robusta (Coffea Robusta

Lindl.). Jurnal Online Agroekoteknologi

Aminuddin Mane Kandari, La Ode Safuan,

L, M. Amsil. (2013). Evaluasi Kesesuaian

Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Kopi

Robusta (Coffea canephora) berdasarkan

Analisis Data Iklim Menggunakan Aplikasi

Sistem Informasi Geografi. Jurnal

Agroteknos

Sumantri, Dkk. (1999). Prospek Batuan

Volkanik Sebagai Batuan Induk Mineralisasi

Uranium Di Sumatera : Aspek Litologi.

Jurnal.batan.go.id

Sucipto. (2013). Studi Kesesuaian Lahan

Untuk Pengembangan Tanaman Tembakau

di Kecamatan Sambeng Kabupaten

Lamongan. Jurnal Pertanian Agrovigor

Internet :

Anonim. 2012. Macam-macam Pendekatan

Geografi. Unknown-mboh.blogspot.co.id

Wikipedia Bahasa Indonesia. Kopi.

www.wikipedia.co.id