evaluasi fungsi ekologis taman jalur hijau

25
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS TAMAN JALUR HIJAU KOTA MALANG (Studi Kasus : Jalan Raya Madyopuro) PROPOSAL PENELITIAN Oleh: EVA MUTHAHARA 125040200111128 MINAT BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Upload: eva-muthahara

Post on 04-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

evaluasi lanskap dan ruang terbuka hijau

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS TAMAN JALUR HIJAU

KOTA MALANG

(Studi Kasus : Jalan Raya Madyopuro)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

EVA MUTHAHARA

125040200111128

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

MALANG

2015

Page 2: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS TAMAN JALUR HIJAU

KOTA MALANG

(Studi Kasus : Jalan Raya Madyopuro)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

EVA MUTHAHARA

125040200111128

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

MALANG

2015

Page 3: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota ialah pusat aktivitas ekonomi, sosial, dan politik yang besar serta memiliki

populasi yang padat (Simonds, 1983). Berdasarkan Undang-Undang nomor 26 tahun

2007, kawasan perkotaan ialah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi. Perkembangan pada kota terutama terjadi karena pertambahan jumlah

penduduk di kota. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya

kebutuhan lahan untuk tempat tinggal sekaligus berkurangnya lahan untuk jenis

penggunaan lahan selain perumahan antara lain untuk pengembangan ruang terbuka

hijau (Fandeli, 2009).

Perkembangan kota Malang telah banyak keluar dari rencana semula ditandai

dengan semakin sempitnya ruang terbuka yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah

penduduk kota. Kota Malang mengalami gejala yang sama ialah perubahan fungsi

lahan yang direncanakan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) menjadi kawasan

terbangun (Niti, Eddy dan Mustika, 2011). Seperti perkotaan pada umumnya, kota

Malang memiliki berbagai elemen dan fasilitas kota. Jalan ialah salah satu fasilitas

yang berfungsi untuk akses masuk ke suatu lahan dan bangunan, penghubung antar

tata guna lahan yang ada, dan jalur pergerakan untuk orang dan barang (Harris dan

Dines, 1988). Semakin meningkatnya jumlah penduduk kota Malang menyebabkan

sistem transportasi meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan

bermotor, akibatnya jalan-jalan pada perkotaan memiliki lalu lintas yang padat. Hal

ini mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan.

Gangguan terhadap lingkungan yang paling sering timbul ialah polusi di jalan

kota. Polusi dapat berupa polusi udara, polusi air dan polusi suara. Kendaraan

merupakan sumber pencemaran udara paling penting di perkotaan, karena sekitar 60-

85% pencemaran udara di perkotaan berasal dari kendaraan bermotor seperti padatan

Page 4: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

total suspensi (debu), karbon monoksida, total hidrokarbon, oksida-oksida nitrogen,

oksida-oksida sulfur, partikel timbal dan oksida fotokimia (Suharsono, 1996). Selain

dapat menimbulkan pencemaran polusi, jumlah kendaraan motor di jalan perkotaan

dapat menyebabkan kebisingan sehingga kenyamanan kota akan berkurang.

Dampak polusi udara dapat diimbangi dengan peningkatan kualitas dan

kuantitas ruang terbuka hijau (RTH). Jalur hijau jalan dapat berperan untuk

mengurangi polusi akibat emisi dari kendaraan, penahan angin dan mengurangi

kebisingan. Seperti disebutkan oleh Grey dan Deneke (1978), tanaman dapat

mengurangi konsentrasi polutan di udara melalui pelepasan oksigen dan pencampuran

antara udara tercemar dengan udara bersih. Tanaman dapat mengurangi polusi udara

melalui penyerapan gas pencemar dan penjerapan partikel. Karena itu, perkembangan

jalan juga perlu memperhatikan pengembangan RTH. Untuk mengetahui bahwa

taman jalur hijau dapat melaksanakan fungsi ekologis di jalan raya Madyopuro, maka

perlu diteliti tentang berbagai kerapatan tanaman dapat melaksanakan fungsi

ekologisnya meliputi penyerap polusi, penahan angin dan peredam kebisingan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat

kerapatan tanaman pada taman jalur hijau Jalan Raya Madyopuro kota Malang dapat

melaksanakan fungsi ekologis.

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini ialah (1) tanaman dapat menyerap polusi kendaraan

bermotor, penahan angin serta peredam kebisingan (2) tanaman dengan tingkat

kerapatan yang tinggi memiliki kemampuan untuk melakukan fungsi ekologis yang

paling baik

Page 5: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Jalur Hijau

Taman jalur hijau jalan ialah salah satu bentuk penyediaan ruang terbuka hijau

pada kota. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007,

RTH atau ruang terbuka hijau sendiri didefinisikan sebagai area memanjang, jalur,

dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, dan merupakan

tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja ditanam.

Proporsi luas ruang terbuka hijau pada kota paling sedikit 30% luas wilayah kota.

Proporsi ruang terbuka hijau 30% tersebut merupakan ukuran minimal untuk

menjamin keseimbangan ekosistem kota, meningkatkan ketersediaan udara bersih

bagi masyarakat dan juga meningkatkan nilai estetika kota (UU No. 26 tahun 2007).

Fungsi utama ruang terbuka hijau yaitu fungsi ekologis untuk menjamin sistem

sirkulasi udara kota, pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air

hujan, penyerap polutan, habitat satwa, dan penahan angin. Ruang terbuka hijau

selain memiliki fungsi ekologis juga memiliki fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi,

dan fungsi estetika. RTH juga memiliki fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi.

Ruang terbuka hijau juga berfungsi untuk memperindah lingkungan kota dan

menciptakan keseimbangan dan keserasian suasana pada area yang terbangun dan

tidak terbangun (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008). Manfaat

adanya RTH yaitu terbentuknya keindahan dan kenyamanan. Manfaat lain RTH

antara lain pembersihan udara, menjamin ketersediaan air tanah, dan konservasi

hayati. RTH juga memberi manfaat bagi kesehatan antara lain karena tanaman dalam

RTH dapat menyerap karbondioksida serta zat pencemar udara lain dan menghasilkan

oksigen (Direktorat Jendral Penataan Ruang, 2006). Pembangunan fisik kota yang

meningkat, pertumbuhan penduduk, dan berbagai aktivitas kota mengakibatkan

berkurangnya ruang terbuka hijau kota (RTHK). Berkurangnya RTH kota akan

berpengaruh langsung pada lanskap kawasan dan menurunnya kualitas lingkungan

hidup dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem alami (Fandeli, 2009).

Pada kawasan perkotaan ruang terbuka hijau pada kota disediakan dalam bentuk

Page 6: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

taman kota, hutan kota, sabuk hijau jaur hijau jalan, RTTH ruang pejalankaki, RTH

dibawah jalan laying, dan RTH fungsi tertentu seperti RTH sempadan kereta api dan

RTH pemakaman.

Gambar 1. Tata letak taman jalur hijau. (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996)

2.2 Fungsi Ekologi Tanaman Dalam Lanskap

Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat

untuk tinggal. Secara umum ekologi didefinisikan sebagai studi tentang hubungan

dari organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya atau ilmu tentang

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Odum, 1959).

Tanaman turut berperan dalam menjaga keseimbangan ekologis pada

lingkungan. Irwan (2008) menejlaskan bahwa vegetasi dalam ekosistem berperan

sebagai produsen utama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial.

Energi yang dihasilkan vegetasi merupakan sumber hara mineral dan perubah

terbesar lingkungan yang dapat meningkatkan kulaitas lingkungan. Benson dan Roe

(2000) menyebutkan bahwa vegetasi penting dalam berfungsi secara ekologis dan

merupakan salah satu factor penting dalam menciptakan keberlanjutan lingkungan.

Beberapa fungsi ekologis tanaman dan vegetasi antara lain kontrol polusi,

meningkatkan kualitas udara, ameliorasi iklim, mereduksi bising, menyimpan karbon

dan sebagai keragaman hayati.

Branch (1995) menjelaskan bahwa unsur vegetasi dapat meningkatkan daya

tarik kota dan membantu menjaga kebersihan udara. Lebih lanjut Carpenter (1975)

menjelaskan bahwa tanaman memiliki efek penting pada suhu udara udara. Selain itu,

vegetasi dapat juga mengurangi terjadinya erosi tanah dan bahaya tanah longsor.

Page 7: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

Carpenter et.al (1975) menambahkan bahwa kehadiran tanaman di lingkungan

perkotaan memberikan suasana alami.

Beberapa fungsi tanaman menurut Carpenter et al. (1975) antara lain :

1. Kontrol visual : tanaman berfungsi untuk mengurangi sinar dan pemantulan, baik

cahaya matahari maupun dari sinar lampu kendaraan, menutupi pemandangan

yang tidak diinginkan, membentuk ruang yang pribadi, pengarah pandang dan

menegaskan pandangan kea rah pemandangan yang diinginkan.

2. Kontrol kebisingan : kemampuan tanaman mengurangi kebisingan ditentukan

oleh intensitas, frekuensi arah dan lokasi sumber dan penerima bunyi, tinggi,

ketebalan dan kepadatan tanaman, iklim (arah dan kecepatan angin, suhu dan

kelembaban). Menurut Haris dan Dines (1988) penanaman vegetasi setebal 30

meter mampu mengurangi kebisingan sebesar 3-5 dBA. Setiap jenis tanaman

memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi bising dengan baik. Faktor

lain juga menentukan tanaman dapat mereduksi bising dengan baik adalah

kerapatan tajuk, lebar tajuk dan jenis tanaman serta struktur batang dan cabang

tanaman (Yuliarti, 2002).

3. Penyaring polutan : tanaman yang berfungsi sebagai penyaring polutan udara

yang mempunyai kemampuan menyerap gas-gas polutan seperti SO2 dan HF

serta polutan lain di udara dalam jumlah tertentu tanpa memperlihatkan efek

kerusakan. Menurut Nasrullah (1994),tanaman di sekitar jalan mampu

mengurangi konsentrasi NO2 sebesar 11%-17% dengan kecepatan angin diatas 1

m/dt, atau mengurangi konsentrasi NO2 20%-40% dalam kondisi (kecepatan

angin dibawah 1 m/dt), mampu mengurangi partikel sebesar 23%-38%. Lebih

lanjut Nasrullah (1994) menyatakan bahwa tanaman yang memiliki trikoma

seperti Nerium indicum mampu menjerap debu sebesar 5,67 mg/dm2 pada

kecepatan angin 2,1 m/dt.

4. Kontrol radiasi matahri dan suhu : tanaman meningkatkan pemanulan radiasi

cahaya matahrai dan menurunkan penyerapan di permukaan tanah sehingga akan

menurunkan suhu udara. Tanaman yang memberkan keteduhan dengan adanya

efek bayangan yang dapat melindungi pengguna jalan dari panas matahari dan

Page 8: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

menyaring radiasi matahari 60%-90% serta dapat mempercepat hilangnya radiasi

yang diserap.

5. Penahan angin : ketinggian, kepadatan, bentuk dan lebar tanaman dapat berfungsi

sebagai penahan dan mengurangi kecepatan angin. Kecepatan angin dapat

dikurangi dalam jarak 5-10 kali ketinggian tanaman pada sisi asal arah angin dan

dalam jarak 30-40 kali ketinggian tanaman untuk sisi lainnya. Selain itu, tanaman

juga dapat mengarahkan aliran angin menuju tempat-tempat sesuai yang

diinginkan.

6. Kontrol kelembaban dan hujan : pada waktu hujan tanaman dapat memberikan

tempat perlindungan sementara dengan naungannya. Proses transpirasi tanaman

akan melepaskan cairan ke udara panas sehingga dapat mendinginkan dan

menurunkan suhu udara di sekitarnya.

7. Kontrol erosi : tanaman dapat mengurangi lajunya air hujan di permukaan tanah

(run off), disamping itu akar tanaman akan mengikat partikel tanah sehingga laju

run off akan dapat dikurangi dan dapat mencegah erosi.

8. Habitat alami : tanaman yang ada menjadi sumber makanan dan tempat

berlindung bagi satwa liar sehingga akan menarik mereka untuk tinggal di

kawasan tersebut.

9. Estetika : fungsi estetika akan tercapai jika elemen-elemen lanskap

dikombinasikan dengan tepat dan baik sehingga tercapai suatu kesatuan yang

serasi dan harmonis, memeberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pengguna

jalan. Penanaman vegetasi juga untuk memperlunak pemandangan terhadap pola-

pola bangunan yang monoton, terkesan kaku dan keras.

2.3 Tanaman Sebagai Penyerap Gas Pencemar

Tanaman dapat mengurangi polutan udara melalui proses oksigenasi, ialah

proses pelepasan oksigen ke atmosfer, dan dilusi, yaitu pencampuran udara tercemar

dengan udara bersih. Ketika udara yang tercemar mengalir di dalam dan sekitar

tanaman dan melewati udara bersih dan beroksigen, terjadi pencampuran antara udara

yang tercemar dengan udara bersih sehingga konsentrasi zat pencemar udara

Page 9: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

berkurang (Grey dan Deneke, 1978).

Gambar 2. Tanaman menjernihkan udara (Carpenter et al., 1975)

Tanaman menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen. Tanaman

memiliki efek yang kecil pada tingkat karbon dioksida dan oksigen kota. Walaupun

demikian, sedikit penurunan pada tingkat suplai oksigen dunia akan menghasilkan

peningkatan yang cukup besar pada persentase karbon dioksida (Harris et al 1999).

Schmid dalam Harris et al (1999) menemukan bahwa konsentrasi ozon berkurang

dengan cepat pada siang hari dimana tanaman bertranspirasi dengan cepat

dibandingkan pada malam hari. Transpirasi mendinginkan udara yang akan

memperlambat pembentukan ozon. Nitrogen dioksida dihilangkan secara parsial oleh

presipitasi.

Polutan diserap oleh jaringan tanaman yang aktif, terutama di daun dan dijerap

pada permukaan tanaman (Harris et al 1999). Tanaman dapat menjadi penyaring yang

efektif dan dapat digunakan untuk pada area-area strategis untuk membersihkan

udara. Tanaman dapat menyerap dan menjerap gas dan polutan padat sampai pada

batas tertentu yang dapat ditoleransi oleh tanaman.

Penggunaan tanaman yang peka terhadap polusi udara pada lingkungan yang

tercemar berat dapat menyebabkan tumbuhan menderita bahkan mati. Dengan

diketahuinya jenis tanaman yang tahan terhadap pencemar udara, tanaman akan dapat

tumbuh dengan baik walaupun terkena paparan pencemar udara sedang sampai tinggi

(Dahlan, 2004). Karena itu, pemilihan tanaman untuk daerah dengan tingkat

pencemaran tinggi, misalnya jalan yang tercemar, perlu dilakukan dengan cermat.

Page 10: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

Fakuara (1986) dalam Setiawati (2000) menjelaskan bahwa jenis tanaman yang

dapat menyerap gas antara lain tanaman yang mempunyai banyak stomata, tahan

terhadap gas tertentu dan tingkat pertumbuhan tanaman cepat. Kemampuan daun

tanaman dalam menyerap gas beracun pencemar udara dipengaruhi beberapa faktor

antara lain daya kelarutan polutan di dalam air/cairan sel, kelembaban lingkungan di

sekitar daun, intensitas cahaya matahari, kedudukan daun, keadaaan saat penyerapan

(gelap/terang) (Smith, 1981 dalam Dahlan, 2004).

Selain vegetasi, pergerakan angin juga dapat mempengaruhi penyebaran polusi

udara. Karena itu, untuk mengurangi polusi udara, penanaman vegetasi dapat

dilakukan tegak lurus dengan arah angin (Grey dan Deneke, 1978). Selain itu,

penanaman juga ditempatkan di sekitar sumber polusi. Penanaman yang terbuka

sebaiknya juga dikombinasikan dengan barrier yang padat.

2.4 Pencemaran

Polusi atau pencemaran pada awalnya merupakan definisi yang diberikan

terhadap hal-hal yang menyebabkan gangguan kesehatan umum. Sekarang ini

penekanan polusi telah bergeser ke arah kualitas hidup. Pengertian polusi meluas

mencakup semua bentuk degradasi lingkungan. Simonds (1978) menjelaskan bahwa

polusi terjadi ketika suatu aktivitas atau proses menghasilkan produk samping yang

mengganggu dan mengakibatkan terganggunya susunan atau sistem alami atau

buatan.

Udara merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia. Tanpa udara,

tidak ditemukan adanya kehidupan. Manusia bernapas dengan udara. Tercemarnya

udara akan menyulitkan pernapasan sehingga kualitas kehidupan menurun (Frick dan

Suskiyanto, 2007). Komposisi udara mencakup 78% nitrogen, 21% oksigen dan

sisanya terdiri dari karbon dioksida dan unsur-unsur lain (Simonds, 1978). Fardiaz

(1992) menjelaskan bahwa udara di alam tidak pernah ditemukan dalam keadaan

bersih tanpa polutan sama sekali. Proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik,

pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya menghasilkan

produk samping berupa gas-gas sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan karbon

monoksida.

Page 11: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

Pencemaran udara ialah adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara

yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari dalam keadaan

normalnya (Wardhana, 2001). Kehadiran bahan atau zat asing ini pada jumlah

tertentu dan waktu yang cukup lama akan dapat mengganggu kehidupan manusia,

hewan, dan binatang.

Grey dan Deneke (1978) menyebutkan bahwa polutan udara dapat berbentuk

gas maupun partikel. Komponen pencemar udara yang banyak berpengaruh pada

pencemaran udara yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), belerang

oksida (SOx), hidrokarbon (HC), partikel (particulate). Jenis-jenis polutan ini

termasuk dalam golongan pencemar udara primer yang jumlahnya mencakup 90%

dari jumlah total polutan udara. Kelima kelompok pencemar udara primer ini

memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia.

Tabel 1 Toksisitas relatif polutan udara (Babcock,1971 dalam Fardiaz 1992)

Jenis polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia, berdasarkan

tingkat toksisitasnya, yaitu partikel, kemudian diikuti nitrogen oksida (NOx),

belerang oksida (SOx), hidrokarbon (HC), dan yang terakhir karbon monoksida

(Fardiaz, 1992). Karbon monoksida merupakan kelompok polutan yang paling rendah

toksisitasnya.

Zat pencemar udara dapat berbentuk gas pencemar, yaitu antara lain nitrogen

oksida (NOx), belerang oksida (SOx) dan karbon monoksida. Jenis gas pencemar

udara tersebut dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor.

Selain gas pencemar, zat pencemar udara dapat juga berbentuk partikel. Partikel

(particulate) secara sempit dapat diartikan sebagai pencemar berbentuk padatan.

Page 12: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

Partikel dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk pencemaran udara yang berasal

dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan ataupun

padatan dan cairan secara bersama-sama, yang dapat mencemari lingkungan

(Wardhana, 2001). Pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan juga

ulah manusia.

Simonds (1978) menyebutkan bahwa sebagian besar polusi disebabkan oleh

manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil di rumah, pabrik, dan

kendaraan bermotor. Rute transportasi dan jalan raya terutama adalah sumber utama

dari polusi udara dan suara. Sumber-sumber polusi lain yaitu pembakaran, proses

industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Wardhana (2001) menjelaskan sebagian

besar zat pencemar udara, yaitu sebanyak 75%, berasal dari gas buangan hasil

pembakaran bahan bakar fosil. Udara daerah perkotaan yang memiliki banyak

kegiatan industri dan lalu lintas padat cenderung tidak bersih.

Tabel 2 Sumber dan persentase emisi polutan mayor (Simonds, 1978)

Page 13: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai bulan Agustus

2015 pada Ruang Terbuka Hijau khususnya lanskap taman jalur hijau Jalan Raya

Darmo Madyopuro.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kertas, kamera digital,

meteran, dust air sampler, AAS (Atomic Absorption Spechtrophotometer) dan

anemometer. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner, ruang terbuka

hijau di Jalan Raya Madyopuro Malang, data klimatologi Kota Malang yang terdiri

dari data kecepatan angin dan kadar polusi udara.

3.3 Metode Penelitian

Studi yang dilakukan berifat deskriptif dengan menggunakan metode survey

dengan beberapa parameter kuantitatif. Hal tersebut ditujukan untuk memberikan

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai aspek-aspek fungsional tata

hijau taman jalur hijau. Proses evaluai dalam studi ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu

pengumpulan data, evaluasi data dan perumusan rekomendasi. Pengumpulan data

meliputi data-data primer dan sekunder, yang dianalisis sesuai alat analisis yang

digunakan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan parameter yang telah ditetapkan.

Hasilnya akan memberikan suatu bentuk rekomendasi mengenai bentuk dan struktur

tata taman jalur hijau yang sesuai.

Page 14: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

3.3.1 Penentuan Segmen-Segmen Jalan

Penelitian dilakukan dengan membagi taman jalur hijau ke dalam 5 segmen

pengamatan, yang masing-masing segmen ditetapkan didasarkan pada kerapatan

tanaman yaitu :

Segmen 1 : kerapatan tanaman sebesar 0-20%

Segmen 2 : kerapatan tanaman sebesar 20-40%

Segmen 3 : kerapatan tanaman sebesar 40-60%

Segmen 4 : kerapatan tanaman sebesar 60-80%

3.3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk memperoleh gambaran lengkap tentang kondisi taman

jalur hijauk, melalui pengambilan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh

melalui tinjauan lapang (pengamatan langsung di lapang disertai dengan inventarisasi

jenis-jenis, kerapatan dan frekuensi pohon, wawancara dengan pihak pengelola/jasa

marga, pemotretan kondisi fisik dan struktur elemen penyusun lengkap). Data

sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan pengambilan data dan sumber-sumber

terkait seperti Jasa Marga, Bappeda dan BPLH Kota Malang, Dinas Perhubungan,

Peraturan Perundang-undangan dan badan maupun dinas yang terkait.

3.3.3 Evaluasi

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis kualitatif. Pada tahap ini

akan dilakukan identifikasi jenis vegetasi beserta fungsinya dan indentifikasi karakter

taman kota dari segi desain dan pemilihan jenis tanaman. Hasil inventarisasi

dianalisis berdasarkan kriteria fungsi ekologis yang kemudian dibandingkan dengan

literatur.

Dasar penilaian untuk aspek fungsi ekologis disesuaikan dengan kriteria fungsi

tanaman lanskap berdasarkan literatur (Tabel 3). Variabel penilaian untuk fungsi

ekologis pohon terdiri atas fungsi penyerap polusi, penahan angin dan peredam

kebisingan. Teknik penilaian fungsi ekologis menggunakan rumus Key Performance

Page 15: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

Index (KPI) untuk memberi nilai pada masing-masing kriteria (Hidayat, 2008). Nilai

tertinggi yang diberikan adalah 4 dan yang terendah adalah 1. Selanjutnya hasil

penilaian dibedakan menjadi kategori sangat baik, baik, sedang, dan buruk, serta

dihitung persentasenya terhadap total jenis dan total individu tanaman.

Tabel 3. Kriteria penilaian fungsi ekologis

Aspek fungsi pohon Kriteria penilaian

Penyerap polutan gas 1. Kepadatan tajuk

2. Daun tipis

3. Jumlah daun banyak

4. Jarak tanam rapat

Penahan angin 1. Tanaman tinggi

2. Daunnya tidak mudah gugur

3. Massa daun rapat

4. Berdaun tebal

Peredam bising 1. Berdaun sedikit

2. Struktur cabang dan batang besar

3. Berdaun tebal

4. Tajuk rapat dan massa daun rapat

Penilaian

Kategori

Nilai 1: Buruk, bila < 40 % kriteria terpenuhi

Nilai 2: Sedang, bila 41-60% kriteria terpenuhi

Nilai 3: Baik, bila 61-80 % kriteria terpenuhi

Nilai 4: Sangat baik, bila > 81 % kriteria terpenuhi (Hidayat, 2008)

Page 16: Evaluasi Fungsi Ekologis Taman Jalur Hijau

Skor per taman

(Persentase terhadap total individu kategori Buruk x 1) + (Persentase terhadap total

individu kategori Sedang x 2) + (Persentase terhadap total individu kategori Baik x 3)

+ (Persentase terhadap total individu kategori Sangat baik x 4)