evaluasi daya cerna pakan limbah azola pada ikan...

120
EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum, CUVIER 1818) *) Oleh Kiki Haetami **) ABSTRAK Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui nilai daya cerna limbah azola dalam pakan buatan telah dilakukan selama dua bulan, mulai Mei sampai dengan Juli 2002. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan pakan buatan yang terdiri dari campuran ransum basal dan berbagai tingkat azolla (R 0 = ransum basal = ransum tanpa tepung azola; R 1 = 85% ransum basal + 15% tepung azola; R 2 = 70% ransum basal + 30% tepung azola ; R 3 = 55% ransum basal + 45% tepung azola dan R 4 = 40% ransum basal + 60% tepung azola)), setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung azola pada tingkat 30%, 45%, dan 60% dalam ransum (R 2, R 3 dan R 4 ) nyata (P<0,05) menurunkan nilai daya cerna ransum dibandingkan dengan perlakuan R 0 dan R 1 . Antara rataan perlakuan R 0 (tanpa azola) dan R 1 (azola 15%) tidak menujukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya cerna ransum yang diamati. Kesimpulan yang diperoleh bahwa tepung azola dapat diberikan 15% dalam pakan buatan ikan bawal air tawar, yang ditunjang oleh data sebagai berikut: (1) Nilai daya cerna bahan kering ransum = 67,90%, (2) Nilai daya cerna pakan azola = 67,81%. Kata Kunci: Daya cerna, Tepung Azola, Ikan Bawal Air Tawar. EVALUATION OF WASTE OF AZOLLA DIGESTIBILITY ON RED BELLY FISH (Colossoma macropomum, CUVIER 1818) *) Oleh Kiki Haetami **) ABSTRACT A research to know dry matter digestibility value of waste of azolla on artificial feed, was conducted for two months, from May to July 2002. This research used the experimental method with Completelly Randomized Design with five treatments of artificial feed containing basal ration which added of various levels of azolla (R 0 = basal ration without azolla; R 1 = 85% basal ration + 15% azolla; R 2 = 70% basal ration + 30% azolla, R 3 = 55% basal ration + 45% azolla and R 4 = 40% basal ration + 60% azolla), each of treatments has four replicated. The result indicated that feeding ration containing 30% , 45% dan 60% azolla (R 2 , R 3 and R 4 ) significant (P<0,05) decreasing digestibility value of ration than R 0 (basal ration) and R 1 (!5% azolla). There were no different effect between R 0 and R 1 on parameter observed. It can be concluded that the waste of azolla can be utilized at the level of 15% on feed of red belly fish, with the following data : (1) Digestibility value of dry matter ration = 67,90%, (2) Digestibility value of dry matter azolla = 67,81%.

Upload: nguyendieu

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum, CUVIER 1818) *)

Oleh

Kiki Haetami **)

ABSTRAK Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui nilai daya cerna limbah azola dalam pakan buatan telah dilakukan selama dua bulan, mulai Mei sampai dengan Juli 2002. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan pakan buatan yang terdiri dari campuran ransum basal dan berbagai tingkat azolla (R0 = ransum basal = ransum tanpa tepung azola; R1 = 85% ransum basal + 15% tepung azola; R2 = 70% ransum basal + 30% tepung azola ; R3 = 55% ransum basal + 45% tepung azola dan R4 = 40% ransum basal + 60% tepung azola)), setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung azola pada tingkat 30%, 45%, dan 60% dalam ransum (R2,

R3 dan R4) nyata (P<0,05) menurunkan nilai daya cerna ransum dibandingkan dengan perlakuan R0 dan R1. Antara rataan perlakuan R0 (tanpa azola) dan R1 (azola 15%) tidak menujukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya cerna ransum yang diamati. Kesimpulan yang diperoleh bahwa tepung azola dapat diberikan 15% dalam pakan buatan ikan bawal air tawar, yang ditunjang oleh data sebagai berikut: (1) Nilai daya cerna bahan kering ransum = 67,90%, (2) Nilai daya cerna pakan azola = 67,81%. Kata Kunci: Daya cerna, Tepung Azola, Ikan Bawal Air Tawar. EVALUATION OF WASTE OF AZOLLA DIGESTIBILITY ON RED BELLY

FISH (Colossoma macropomum, CUVIER 1818) *)

Oleh Kiki Haetami**)

ABSTRACT

A research to know dry matter digestibility value of waste of azolla on artificial feed, was conducted for two months, from May to July 2002. This research used the experimental method with Completelly Randomized Design with five treatments of artificial feed containing basal ration which added of various levels of azolla (R0 = basal ration without azolla; R1 = 85% basal ration + 15% azolla; R2 = 70% basal ration + 30% azolla, R3 = 55% basal ration + 45% azolla and R4 = 40% basal ration + 60% azolla), each of treatments has four replicated. The result indicated that feeding ration containing 30% , 45% dan 60% azolla (R2, R3 and R4) significant (P<0,05) decreasing digestibility value of ration than R0 (basal ration) and R1 (!5% azolla). There were no different effect between R0 and R1 on parameter observed. It can be concluded that the waste of azolla can be utilized at the level of 15% on feed of red belly fish, with the following data : (1) Digestibility value of dry matter ration = 67,90%, (2) Digestibility value of dry matter azolla = 67,81%.

Page 2: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Key words: Digestibility, Waste of Azolla, Red Belly Fish.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyediaan pangan merupakan masalah yang terus-menerus diupayakan

pemecahannya untuk kesejahteraaan manusia, salah satunya melalui pembangunan

perikanan, yaitu melalui berbagai terobosan untuk mempertinggi hasil perikanan.

Salah satu jenis ikan konsumsi yang berpeluang untuk dibudidayakan adalah ikan

bawal air tawar (Colossoma macropomum, CUVIER 1818). Pada fase benih ikan

bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya

cepat, selanjutnya ikan ini beralih fungsi menjadi ikan konsumsi.

Ikan bawal air tawar termasuk ikan omnivora dan rakus, sangat responsif

terhadap pellet buatan, bahkan terhadap hijauan sekalipun. Sumber protein utama

yang sering digunakan pada pembuatan pellet adalah tepung ikan dan kedele, yang

bersaing dengan pangan dan pakan ternak. Hijauan merupakan alternatif yang tepat

sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan pellet karena mudah disediakan,

murah dan banyak jenisnya, terutama yang berasal dari limbah pertanian. Salah satu

limbah perairan yang berpotensi digunakan sebagai pakan adalah tumbuhan sejenis

paku air (kayambang) yang disebut azola (Azolla pinnata). Menurut Singh (1979),

azola cukup potensial digunakan sebagai pakan karena banyak terdapat di perairan

tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan. Selain itu pertumbuhannya

cepat karena dalam waktu 3-4 hari dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat

dari berat segar. Kandungan protein azola tergolong tinggi yaitu 30%. Namun

komposisi protein yang tinggi tersebut belum dapat menggambarkan secara pasti nilai

gizi yang sebenarnya. Nilai gizi pakan tergantung kepada jumlah ketersediaan zat-zat

makanan yang digunakan oleh ikan, yang ditunjukkan dari bagian yang hilang setelah

pencernaan, penyerapan, dan metabolisme. Cara mengukur ketersediaan zat-zat

makanan bagi tubuh tersebut adalah melaui penentuan daya cerna (Cho, dkk, 1985).

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Evaluasi Daya

Cerna Pakan Limbah Azola pada Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum,

Cuvier 1818).

Page 3: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh tingkat pemberian azola (Azolla pinnata) terhadap daya

cerna ransum ikan bawal air tawar.

2. Mengetahui nilai daya cerna pakan azola (Azolla pinnata) pada ikan bawal air

tawar.

Tinjauan Pustaka

Azola adalah sejenis tumbuhan paku air biasa ditemukan di perairan tenang

seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan. Para petani biasanya menganggap

azola sebagai gulma atau limbah pertanian. Azola termasuk ordo Salviniales, famili

Azollaceae, dan terdiri atas enam spesies, yaitu : A. filiculoides, A. caroliana, A.

mexicua, a. microphylla, A. pinnata, dan A. nilotica. Spesies yang banyak di

Indonesia terutama di pulau Jawa adalah A. pinnata, dan biasa tumbuh bersama-sama

padi (Lumpkin dan Plucknett, 1982). Menurut Cho, dkk. (1982), azola dapat

digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati penyusun ransum ikan, karena

mengandung protein yang cukup tinggi. Azola mengandung protein kasar 24-30%,

kalsium 0,4-1%, fosfor 2-4,5%, lemak 3-3,3%, serat kasar 9,1-12,7%, pati 6,5%, dan

tidak mengandung senyawa beracun.

Bawal air tawar dapat memanfaatkan pakan nabati 75-100% dan menghasilkan

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pakan nabati 50%

(Bittner,1989). Hal ini juga biasa dilakukan oleh para petani dalam memberi pakan

pada ikan bawal yang terdiri dari campuran pellet dan hijauan segar dengan

frekuaensi 3-5 kali sehari. Bittner (1989) menyatakan bahwa kebutuhan protein pada

ikan bawal air tawar berkisar 25-37%. Sedangkan menurut Pras (1993), pada ikan

bawal hasil pendederan kedua (ukuran 50 g), dapat diberikan pellet dengan

kandungan protein 27%.

Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, ikan bawal air tawar

mempunyai potensi tumbuh yang cukup tinggi, karena bagian organ pencernaannya

cukup lengkap. Ikan ini mempunyai gigi yang berfungsi memotong dan

menghancurkan pakan, seperti halnya ikan grass carp dan piranha sehingga ikan ini

Page 4: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

mampu beradaptasi terhadap segala jenis makanan, termasuk hijauan kasar seperti

daun-daunan. Lambung ikan ini berbentuk U dengan kapasitas cukup besar.

Ususnya panjang, dan pada bagian anteriornya dilengkapi dengan piloric saeca yang

didalamnya terjadi proses pencernaan enzimatis seperti halnya pada usus dan

lambung. Bagian akhir dari usus terjadi diferensiasi usus yang lebih lebar yang

disebut rectum. Pada bagian ini tidak lagi terjadi pencernaan, fungsinya selain

sebagai alat ekskresi, juga membantu osmoregulasi (Hoar, 1979).

Zat gizi pakan dan pertumbuhan ikan merupakan faktor pembatas dalam suatu

model pertumbuhan. Daya cerna adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak

dikeluarkan menjadi feses (Maynard, 1979). Kapasitas lambung dan laju pakan

dalam saluran cerna merupakan variabel dari daya cerna. Ikan yang berbobot lebih

kecil akan mengosongkan sejumlah pakan (% bobot tubuh per jam) dari dalam

lambungnya lebih cepat dibanding ikan yang berbobot lebih besar, sehingga jumlah

konsumsi pakan relatif (% bobot tubuh/hari semakin kecil) (Wooton, dkk., 1980).

Akan tetapi semakin besar ukuran ikan, daya cerna komponen serat semakin baik.

Selain faktor ukuran ikan, daya cerna dipengaruhi oleh komposisi pakan,

jumlah konsumsi pakan, status fisiologi, dan tata laksana pemberian pakan. Menurut

Rankin, dkk, (1993), frekuensi pemberian dua atau tiga kali sehari cukup untuk

menghasilkan konsumsi maksimum, sehingga dapat digunakan dalam penelitian daya

cerna.

Berbagai pendekatan telah digunakan para peneliti untuk meneliti daya cerna

pada ikan. Ada dua metode untuk meneliti daya cerna, yaitu metode koleksi feses

dan metode indikator (Maynard, dkk., 1979). Sangat sulit memisahkan feses dari air

dan sisa-sisa ransum. Oleh sebab itu pendekatan yang paling tepat untuk mengatasi

sulitnya pengukuran jumlah konsumsi dan pengumpulan feses adalah dengan metode

indikator (Maynard, dkk., 1979, Cho, dkk. 1985). Prosedur pengambilan feses

dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan feses dari usus besar

setelah ikan dibunuh dan dibedah (Windell, 1978, Soares dan Kifer, 1971). Metode

pengumpulan feses dari usus besar ini dilakukan dengan asumsi bahwa pencernaan

dan penyerapan zat gizi terjadi pada usus halus dan bukan pada usus besar. Protein

Page 5: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

mulai dicerna di lambung dan kemudian di duodenum, disedangkan penyerapannya

dimulai di duodenum dan berakhir di jejenum (Sklan dan Hurwitz, 1980).

Koefsien cerna tidak dapat dihitung dari total koleksi feses ikan seperti halnya

pada hewan yang digembalakan. Kriteria dari indikator yang ideal adalah : 1) harus

tidak dapat diabsorbsi. 2) harus tidak disamarkan oleh proses pencernaan. 3) harus

secara fisik sama atau bergabung dengan materi yang akan ditandai dan 4) metode

estimasi dalam sampel digesta harus spesifik dan sensitif (Maynard et al 1979).

Rumus perhitungan koefisien cerna dengan menggunakan metode dari Schneider

dan Flatt (1973) dan Ranjhan (1980) adalah sebagai berikut:

% indikator dlm ransum % nutrien dlm feses

Koefisien cerna : 100 - 100 X % indikator dlm feses % nutrien dlm ransum

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak

Lengkap (5x4), yaitu berbagai tingkat penggunaan azola dalam pakan buatan (0%,

15%, 30%, 45% dan 60%.) dengan 5 macam perlakuan ransum dan masing-masing

diulang sebanyak 4 kali. Peubah yang diamati adalah daya cerna limbah azola dalam

pakan buatan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Sidik ragam, dan setiap

perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan.

Penelitian dilaksanakan di kolam percobaan indoor Ciparanje milik Jurusan

Perikanan Fakultas Pertanian UNPAD, mulai Bulan Mei sampai Juli 2002. Analisis

zat-zat makanan dan lignin dilakukan di Laboratorium nutrisi ternak Ruminansia dan

Industri Makanan ternak, Fakultas Peternakan UNPAD.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wadah penelitian berupa bak fiber bervolume 1m3 sebanyak 15 buah untuk kolam

percobaan, yang masing-masing diisi air tawar ¾ bagiannya, dan kemudian diisi

ikan bawal air tawar dengan kepadatan 3 ekor per 200 L.

2. Satu buah blower dan 15 buah aerator untuk memasok udara dan Thermometer air

raksa untuk mengukur suhu air.

Page 6: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

3. Timbangan analitik satu buah untuk mengukur berat badan ikan dan pakan uji dan

Timbangan O-haus untuk mengukur berat bahan baku penyusun pellet.

4. PH meter dan spektrofotometer “Milton Roy Spektronik”, Alat pencatat waktu

sarung tangan, lap, pinset, benang, dan pisau bedah untuk alat memotong ikan dan

memisahkan feses dari usus besar.

5. Oven dan alumunium foil untuk mengeringkan feses.

6. Instalasi penguji lignin dan penguji Protein cara Kjehdahl

7. Mesin pencetak pellet.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah :

1. Azola yang dikeringkan.

2. Dedak padi, tepung ikan, CMC, minyak ikan dan tepung kedele.

3. Bahan-bahan kimia untuk menguji kandungan lignin dan protein.

Ikan uji yang digunakan adalah ikan bawal air tawar sebanyak 40 ekor dengan bobot

tubuh 200 + 10 g. Bahan pakan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari ransum

basal (Ro), yang terdiri dari tepung ikan (17%), tepung kedele (50%), dedak padi

(26%), minyak ikan (1%), CMC (5%), dan top mix (1%), serta tepung azola dengan

berbagai tingkat penambahan 15% (R0) 30 % (R1) 45% (R3), dan 60% (R4), dengan

kandungan protein ransum berkisar 25-27?%.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

a. Tahap adaptasi selama dua minggu yang bertujuan untuk :

- membiasakan ikan terhadap pakan uji dan faktor lingkungan lain.

- Mengamati lama pakan di dalam saluran pencernaan yang ditandai dengan

awal keluarnya feses, dan menentukan frekuensi pemberian pakan.

b. Tahap pengumpulan feses selama dua minggu, yang meliputi :

- Pakan diberikan secara ad libitum dengan frekuensi tiga kali sehari (sesuai

tahap adaptasi).

- Pada hari terakhir penelitian ikan dibedah dan diambil fesesnya.

c. Tahap analisis feses, yang meliputi : berat segar, berat kering jemur, dan kering

oven, analisis protein dan kandungan lignin pakan.

Page 7: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Cara Pengamatan

a. Pengambilan sampel feses.

Pengambilan sampel feses dilakukan satu kali pada jam ke-7. Sampel feses

diambil dari usus besar dan anus dengan cara pembedahan. Waktu pengambilan ikan

uji untuk diambil sampel fesesnya, disesuaikan dengan laju pelaluan pakan sejak

dikonsumsi sampai keluar menjadi feses. Laju pelaluan tersebut diamati setiap hari,

sebelum pengambilan sampel feses dilakukan.

b. Perhitungan daya cerna.

Data yang dikumpukan ; Lignin ransum (%), Bahan kering feses (%), Bahan

kerin ransum (%), Lignin feses (%)

% lignin pakan % nutrien dlm feses Daya cerna : 100 - 100 X % lignin feses % nutrien dlm pakan Schneider dan Flatt (1973) dan Ranjhan (1980)

Selanjutnya, untuk menentukan daya cerna pakan azola, mempergunakan

persamaan dari Crampton dan Harris (1969) sebagai berikut:

Kbp = 100 (T – B) + B S

Keterangan: Kbp = Daya cerna bahan pakan T = Daya cerna ransum perlakuan B = Daya cerna ransum basal S = Persentase bahan pakan dalam ransum HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Cerna Bahan Kering Ransum

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap feses dan perhitungan daya cerna

bahan kering ransum, maka rataan daya cerna bahan kering ransum perlakuan dapat

ditelaah pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rataan daya cerna bahan kering ransum perlakuan pada ikan bawal air tawar

Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 ……………………………….(%)…………………………….

1 67,70 67,56 64,84 63,31 58,97 2 66,84 67,60 64,30 64,41 58,80 3 69,26 67,52 64,70 63,68 58,63 4 67,80 67,63 64,42 62,71 58,41

Page 8: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Jumlah 271,60 270,31 258,31 254,11 234,81 Rataan 67,90 67,58 64,58 63,53 58,70

Tabel 1 terlihat bahwa rataan daya cerna bahan kering tertinggi adalah pada

perlakuan R0, yaitu sebesar 67,90% dan terendah pada perlakuan R4, yaitu sebesar

58,70%. Untuk mengetahui sampai seberapa besar daya cerna bahan kering ransum

dipengaruhi oleh perlakuan, maka dilakukan analisis sidik ragam yang hasilnya

ditampilkan pada Lampiran 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan

tepung azola dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap daya

cerna bahan kering ransum. Perbedaan antara rataan perlakuan terhadap daya cerna

bahan kering ransum, diketahui dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan

yang hasilnya seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji jarak berganda duncan pengaruh perlakuan terhadap daya cerna bahan

kering ransum perlakuan pada ikan bawal air tawar

Perlakuan Rataan daya cerna bahan kering Signifikansi

Ransum 0,05 0,01 ……………..……..(%)…………………

R0 67,90 A A R1 67,58 A A R2 64,58 B B R3 63,53 C B R4 58,70 D C

Keterangan ; Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata.

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rataan daya cerna bahan kering ransum

ikan bawal air tawar yang diberi perlakuan R1 tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata dengan perlakuan R0 yang berarti bahwa penggunaan azola sampai 15% tidak

menurunkan daya cerna bahan kering ransum. Rataan daya cerna bahan kering

ransum ikan bawal air tawar yang diberi perlakuan R2 , R3 dan R4 nyata (P<0,05)

lebih rendah dibanding dengan perlakuan R0 maupun R1.

Rendahnya daya cerna bahan kering ransum yang mendapat perlakuan R2 , R3

dan R4 disebabkan oleh meningkatnya kandungan serat kasar dalam ransum (Tabel

2)_yang menyebabkan daya cerna zat-zat makanan lainnya menurun. Sejalan dengan

pendapat Ranjhan (1980) yang menjelaskan bahwa tipe dan kuantitas karbohidrat

Page 9: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

dalam bahan atau penambahannya dalam ransum merefleksikan daya cerna zat-zat

makanan lainnya, terutama dengan meningkatnya kandungan serat kasar dalam

ransum, maka daya cerna zat-zat makanan lainnya akan menurun. Dinyatakan pula

bahwa tinggi rendahnya daya cerna zat-zat makanan dalam ransum dapat dipengaruhi

oleh laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan serta kandungan zat-zat

makanan yang terdapat di dalam ransum tersebut.

Bahan kering merupakan cerminan dari besarnya karbohidrat yang terdapat di

dalam bahan pakan penyusun ransum, karena sekitar 50 - 80 % bahan kering tanaman

tersusun dari karbohidrat. Di dalam analisis proksimat, beberapa komponen dinding

sel, seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin, termasuk di dalam kelompok

karbohidrat (serat kasar dan BETN), sehingga ransum yang mengandung serat kasar

yang relatif berbeda maka daya cerna bahan keringnya relatif berbeda pula.

Faktor-faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan

kering ransum adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum; (2) komposisi

kimia; (3) tingkat protein ransum; (4) persentase lemak; dan (5) mineral. Hal ini

ditunjukkan dengan data bahwa semakin tinggi kandungan lignin yang didapat pada

feses (Lampiran 5), ternyata nilai bahan kering ransum dapat dicerna semakin rendah.

Disamping itu, perbedaan nilai bahan kering dapat dicerna, mungkin disebabkan

karena adanya perbedaan pada sifat-sifat makanan yang diproses, termasuk

kesesuaiannya untuk dihidrolisis oleh enzim dan aktivitas substansi-substansi yang

terdapat di dalam pakan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan tepung azola sampai tingkat

15% dalam ransum, memberikan pengaruh yang sama baiknya dengan ransum basal

(R0) terhadap nilai daya cerna bahan kering ransum. Akan tetapi, penambahan pada

tingkat 30%, 45%, dan 60% nyata menurunkan nilai daya cerna bahan kering ransum.

Page 10: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Daya Cerna Azola

Nilai daya cerna bahan keringazola hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Rataan daya cerna azola

Ulangan Daya cerna Ulangan Daya cerna Bahan Kering Bahan Kering …… (%)…… …… (%)……

1 67,88 9 67,80 2 67,88 10 67,82 3 67,88 11 67,81 4 67,88 12 67,79 5 67,80 13 67,75 6 67,78 14 67,75 7 67,79 15 67,75 8 67,78 16 67,74

Rataan 67,81

Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan nilai daya cerna bahan kering azola yang

diuji secara biologis pada ikan bawal air tawar adalah 67,81%. Nilai tersebut

menunjukkan koefisien cerna zat-zat makanan azola.

Ikan yang diberi ransum (pakan) akan menghasilkan feses yang mengandung

residu dari ransum (pakan) yang tidak dicerna dan diabsorpsi, sisa mikroflora, dan

atau hasil ikutan dari metabolisme intermedier. Dalam hal, ini untuk menghitung

koefisien cerna dapat dianggap bahwa bagian yang dimakan dan tidak terdapat lagi

dalam feses, itulah yang dicerna. Perbedaan antara komponen yang dimakan dan

jumlah yang tidak ditemukan kembali di dalam feses dibagi dengan jumlah yang

dimakan, itulah koefisien cerna dari komponen dalam ransum (pakan) tersebut

(Wahju, 1997).

Data yang diperoleh menujukkan bahwa lignin tidak bermanfaat sebagai zat

makanan, bahkan mempunyai efek yang merugikan terhadap zat-zat makanan lain,

terutama mengenai ketersediaan zat-zat makanan tersebut untuk diabsorpsi. Dalam

kaitan ini, telah diketahui bahwa diantara spesies hewan dan termasuk juga ikan

berbeda kemampuannya dalam mencerna lignin, sehingga daya cerna menjadi tidak

tetap pada spesies hewan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh populasi mikroflora

yang beragam pada spesies hewan baik dalam jumlah maupun komposisinya. Secara

nutrisi, lignin selalu dihubungkan dengan selulosa dan hemiselulosa. tetapi lignin

Page 11: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

tidak termasuk ke dalam kelompok karbohidrat melainkan merupakan lapisan

protektif pada struktur selulosa dan hemiselulosa serta jaringan tanaman selama

pertumbuhan. Walaupun tanaman azola yang diketahui mengandung lignin yang

cukup tinggi, namun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Hal ini berdasarkan

nilai daya cerna azola (67,81%) yang tidak berbeda jauh dengan daya cerna ransum

basal sebesar 67,90%. Namun dari hasil penelitian ini penggunaannya untuk pakan

ikan bawal air tawar perlu dibatasi sampai 15%, karena penggunaan 30% atau lebih

menurunkan daya cerna ransum.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan tepung azola pada tingkat 15% dalam ransum (R1) tidak

memberikan pengaruh negatif terhadap daya cerna bahan kering ransum. Hasil

tersebut didukung oleh data : nilai daya cerna bahan kering ransum = 67,90%; daya

cerna pakan azola = 67,81%. Penggunaan azola 30% atau lebih menurunkan daya

cerna.

Saran

Penggunaan tepung azola dalam ransum ikan bawal air tawar tidak lebih dari

15% ditinjau dari daya cernanya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami mengucapkan terimakasih kepada DIK Suplemen UNPAD atas bantuan

keuangan sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Ucapan terimakasih juga kepada

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Jurusan Perikanan, dan semua pihak atas segala

bantuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bittner, A. 1989. Budidaya Air. Yayasan Bogor Indonesia. Jakarta. 265 hal.

Cho, C.Y., C.B. Cowey, and R. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia : Methodological approaches research Centre. Ottawa. 154 pp.

Crampton, E.W. and L.E. Harris. 1969. Applied Animal Nutritions. W.H. Freeman and Co., San Fransisco.

Page 12: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Hoar, W.S., D.J. Randall, and J.R. Brett. 1979. Fish Physiology. Vol. VIII. Ed. Bioenergetic and growth. Academic Press. Inc. 786 pp.

Maynard et al. 1979. Animal Nutrition. Seventh Edition McGraw-Hill Book Company, Philippine.

Pras, H. 1993. Colossoma macropomum si bawal Air Tawar. Dalam Techner No.

05.tahun 1.

Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition in the Tropics. Vikas Publishing Hause P&T Ltd., New Delhi.

Schneider, B.H. and W.P. Flatt. 1975. The Evaluation of Feeds Through Digestibility Experiment. The University of Georgia Press, New York.

Singh, P.K. 1979. Use of Azolla in rice production in India. In Nitrogen and Rice. Int. Rice Rest. Inst. Los Banos. Philippines. p. 407-418.

Sklan, D. and S. Hurwitz. 1980. Protein Digestion and Absorption in Young Chich and Turkey. Journal Nutrition. 110 : 139-144

Soares, J.H., and R.R. Kifer. 1971. Evaluation of protein based on residual amino acid of the illecal contents of chick. Poultry Sci. Brazil. 117 pp.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wooton, R.J., J.R.M. Allen, and S.J. Cole. 1980. Effect the body weight and temperature on the maximum daily food consumption of Gasterosteus aculeatus L. and Phoxinus phoxinus (L). Selecting and appropriate model. Journal of fish biology, 17:695-705.

Page 13: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

30

Evaluasi nilai nutrisi tepung daun lamtoro gung (Leucaena leucophala)

terhidrolisis dengan ekstrak enzim cairan rumen domba (Ovis aries)

terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus)

Evaluation of the nutritional value of Leucaena leucophala leaf meal

hydrolyzed by sheep rumen liquor enzyme extract

on the growth performance of Nile tilapia (Oreochromis niloticus)

I. Fitriliyani

Jurusan Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat

Jln. A. Yani KM. 36 Simpang Empat Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Email: [email protected]

ABSTRACT

This experiment was conducted to evaluatee the nutritional value of Leucaena leucocephala leaf meal (LLM)

with supplementation of sheep rumen liquor crude enzyme on the growth of Nile tilapia. Fish were fed isonitrogenous (± 32% crude protein and C/P ± 9.25 ccal/kg) diets for 50 days. Six diets were formulated to

contain hydrolyzed LLM at level 10%, 15%, 20%, 25% and 30% (Diet A, B, C, D and E respectively) and one diet acting as a control (Diet K, 0% LLM). All diets were isonitrogenous and isoenergy. A seven week feeding trial was carried out on triplicate groups of eight fish (9.38 ± 0.41) in 18 aquarium with a recirculating system.

Fish were fed twice daily at satiation. Results of the present study indicated that the fish fed diet contained 0%, 10% and 15% of lamtoro leaf meal had significantly higher in specific growth rate (SGR) than other groups (p<0.05). The amount of feed consumed was no significant different in all groups and have tendency

decreasing the amount of feed consumed with the increasing of Leucaena leaf meal hydrolyzed content in the feed. Feed efficiency in treatment 10% LLM has significantly difference with treatment 0, 20, 25, 30% LLM. (p<0.05) and there was no significantly difference with treatment 15% LLM in feed. Protein and fat retentions

were not significantly (p<0.05) effected by different LLM content in feed.

Key words: Nile tilapia, Leucaena leaf meal, growth, feed effiency

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi nilai nutrisi tepung daun lamtoro gung Leucaena leucephala terhidrolisi dengan ekstrak enzim cairan rumen domba terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

niloticus). Ikan diberi pakan isonitrogenus (kadar protein ± 32% , C/P ± 9,25 kkal/kg) selama 50 hari. Enam jenis formulasi pakan dengan tepung daun lamtoro gung tanpa perlakuan dan dengan perlakuan enzim (inkubasi dengan ekstrak enzim dari cairan rumen) dengan kadar 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan 0% sebagai

kontrol. Pakan uji kemudian diberikan satiasi kepada ikan nila yang dipelihara dalam akuarium dengan

kepadatan 8 ekor/akuarium (3 ulangan per perlakuan) dengan bobot awal rata-rata 9,38 ± 0,41g. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kadar tepung daun lamtoro gung sebanyak

0%, 10%, dan 15% secara siginifikan memiliki laju pertumbuhan spesifik lebih tinggi daripada perlakuan lain (p<0,05). Jumlah pakan yang dikonsumsi tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan dengan kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan kadar daun lamtoro gung dalam pakan. Efisiensi pakan perlakuan 10 %

TDL berbeda nyata dengan perlakuan penggunaan 0, 20, 25 dan 30% TDL (p<0,05) dan tidak ada perbedaan yang nyata dengan perlakuan 15% TDL dalam pakan. Retensi protein dan lemak nyata (p<0,05) dipengaruhi oleh perbedaan kandungan TDL dalam pakan.

Kata kunci: Ikan nila, tepung daun lamtoro, pertumbuhan, efisiensi pakan

PENDAHULUAN

Sumber protein utama dalam bahan baku

pakan buatan untuk ikan adalah tepung ikan.

Penelitian penggantian tepung ikan dengan

berbagai bahan alternatif berprotein tinggi

dilakukan untuk menekan harga produksi

pakan. Bahan yang umum untuk mengganti

Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 30–37 (2010)

Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Page 14: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

31

I. Fitriliyani / Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 30–37 (2010)

tepung ikan adalah tepung bungkil kedelai

(SBM/soy bean meal) (Suprayudi et al.,1999;

Pebriyadi, 2004; Elangovan dan Shim, 2000).

Ketersediaan SBM masih tergantung impor

dan volume impor SBM pada periode Januari

-September 2008 mencapai 28.405.448

milyar ton dan harga mencapai Rp7.500-

8.000,00 per kg. Sumber protein nabati dari

tumbuhan menjadi alternatif pilihan karena

Indonesia adalah negara tropis dengan

kekayaan keragaman sumber daya hayati.

Tepung daun lamtoro gung (TDL)

merupakan sumberdaya hayati lokal yang

dengan kandungan proteinnya yang tinggi

yaitu 25-30% (NAS, 1994) dan total

karbohidrat (18,6%), gula tereduksi (4,2%),

sukrosa oligosakarida (1,2%), rafinosa

(0,6%), stacyosa (1,0%), oligosakarida total

(2,8%) dan (1%) (Kale, 1987).

Keterbatasan dalam komposisi asam

amino esensial dapat diatasi dengan

menambahkan asam amino esensial yang

menjadi pembatas (Santiago dan Lovell,

1988), dan untuk mengatasi mimosin telah

dilaporkan beberapa metode yang berhasil

mereduksi mimosin seperti perendaman dan

pemanasan (Wee dan Wang, 1987).

Penelitian pengunaan TDL dalam pakan

ikan sebagai sumber protein pakan

memberikan kesimpulan yang berbeda-beda.

Kemampuan ikan nila memanfaatkan

berbagai bahan legume termasuk TDL

dilaporkan oleh El Sayed (1999). Pakan ikan

nila yang menggunakan TDL dilaporkan

dapat meningkatkan pertumbuhan (Pantastico

dan Baldia, 1980). Dilaporkan pula

penurunan pertumbuhan dengan pakan

mengandung TDL pada Java tilapia (Jackson

et al., 1982) dan Nile tilapia (Santiago et al.,

1988). Penggunaan TDL sebagai bahan baku

pakan dibatasi dengan kandungan yang tinggi

dari komponen neutral detergent fiber (NDF)

39,5% dan acid detergent fiber (ADF)

35,10% (Gracia et al., 1996), bahkan pada

level tertentu dapat menghambat per-

tumbuhan ikan (Penaflorida et al., 1992).

Keterbatasan ikan nila dalam memanfaatkan

serat berkaitan dengan ketersediaan enzim

pencernaan khususnya enzim selulitik

Dilaporkan oleh Saha dan Ray (1998), bahwa

ikan tidak memiliki enzim selulose dan

kemungkinan adanya populasi mikroba

selulotik di saluran percernaan ikan juga

masih menjadi kontroversi di kalangan

peneliti.

Pada penelitian ini digunakan pendekatan

penggunaan suplementasi enzim untuk

membantu kecernaan ikan nila dengan pakan

yang dicampurkan TDL. Cairan rumen

domba merupakan salah satu sumber bahan

alternatif yang murah dan dapat

dimanfaatkan dengan mudah sebagai sumber

enzim hidrolase (Moharrey dan Tirta, 2002).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi penggunaan enzim hidrolisis

dari cairan rumen domba pada pakan ikan

nila dengan campuran tepung daun lamtoro

gung (TDL).

BAHAN DAN METODE

Isolasi dan produksi enzim

Enzim yang diambil dari rumen domba

secara manual dipisahkan dari padatan yang

ada dalam rumen. Cairan yang didapat

selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan

12.000 rpm selama 20 menit pada suhu -4 C,

kemudian cairan (supernatan) yang terbentuk

dapat diambil sebagai sumber enzim. Untuk

mempertahankan aktivitas enzim, seluruh

proses produksi enzim diusahakan selalu

dalam kondisi dingin.

Pakan uji yang digunakan

Tepung daun lamtoro gung (TDL) yang

akan diujicobakan sebelumnya direndam

dalam air selama 24 jam kemudian

dihaluskan dan dikeringkan dalam oven suhu

60oC selama 6 jam. TDL selanjutnya siap

diinkubasi dengan dengan enzim dari cairan

rumen domba sebanyak 1 ml/g selama 24

jam.

Pakan uji yang digunakan selama

penelitian ini berbentuk pellet dengan

kandungan protein dan energi yang sama tetapi

komposisi komponen penyusun pakan yang

berbeda. Perlakuan yang diberikan adalah

kandungan persentase TDL terhidrolisis yang

berbeda dalam pakan formulasi, yaitu K (0%

TDLt); A (10% TDLt); B (15% TDLt); C (20%

TDLt); D (25% TDLt) dan E (30% TDLt). Tabel 1. Komposisi bahan baku dan kimia pakan perlakuan.

Page 15: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

32

I. Fitriliyani / Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 30–37 (2010)

1

Dried Distillers Grains with Solubles. 2

GE (Gross energy) adalah energi yang terkandung dalam bahan pakan berdasarkan nilai ekuivalen

untuk Karbohidrat 4.1 kcal/g (17.2 kJ/g), lemak 9.5 kcal/g (39.8 kJ/g), dan protein 5.6 kcal/g (23.4

kJ/g). 3 C/P adalah kkal GE per gram protein.

4 Komposisi vit dan mineral mix (dalam 1 kg

premix) Vit.A 4.000.000 IU; Vit D3 800.000 IU; Vit.E 4.500 Mg; Vit. K3 450 Mg; Vit. B1 450 Mg; Vit. B 1.350 Mg; Vit. B6 480 Mg; Vit B12 6

Mg; Ca-d panthothenate 2.400 Mg; Folic Acid 270 Mg; Nicotinic acid 7.200 Mg; Choline

chloride 28.000 Mg; Ferros 8.500 Mg; Copper 700 Mg; Manganese 18.500 Mg; Zinc 14.000 Mg; Cobalt 50 Mg; Iodine 70 Mg; Selenium 35 Mg.

Eksperimen

Penelitian dilakukan di Laboratorium

Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Benih

ikan nila sebanyak 400 ekor bobot tubuh 7-

10 g dipelihara dalam tanki ukuran 200 liter

untuk aklimatisasi. Selama masa aklimatisasi

ikan diberikan pakan komersil. Setelah 1

minggu, sebanyak 144 ekor ikan yang

relatif seragam dibagi dalam 18 akuarium

berukuran 50x35x40 cm yang terhubung

dengan sistem resirkulasi, dengan padat tebar

8 ekor/akuarium dan bobot awal rata-rata

9,38 ± 0,41 gram. Aerasi diberikan pada

setiap akuarium serta tandon, sedangkan

heater hanya dipasang pada tandon. Sebelum

perlakuan, ikan dipuasakan terlebih dahulu

selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan

sisa pakan dalam saluran pencernaan selama

masa aklimatisasi.

Ikan dipelihara selama 50 hari dan diberi

pakan secara satiasi dengan frekuensi 3 kali

sehari. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan

penyifonan dan penggantian air. Faktor

kualitas air yang diperhatikan adalah suhu

yang diamati setiap pagi hari sebelum

pemberian pakan serta pengukuran pH,

alkalinitas, kesadahan, TAN dan DO di awal

dan 2 kali selama periode pemeliharaan.

Analisis kimia pakan perlakuan

Analisis proksimat dilakukan terhadap

bahan dan pakan perlakuan yang meliputi

kadar protein kasar dilakukan dengan metode

Kjeldahl, kadar lemak kering dengan metode

Soxhlet, kadar lemak basah dengan metode

Folch, kadar abu dengan pemanasan sampel

dalam tanur bersuhu 600°C, serat kasar

menggunakan metode pelarutan sampel

dengan asam dan basa kuat serta pemanasan

dan kadar air dengan metode pemanasan

dalam oven bersuhu 105-110°C (Takeuchi

1988). Hasil analisa proksimat pakan per-

lakuan disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Komposisi proksimat pakan perlakuan.

Parameter yang diamati dalam penelitian

ini adalah:

1. Laju Pertumbuhan Harian:

WO = Berat rata-rata ikan pada awal

penelitian (g)

Wt = Berat rata-rata ikan pada waktu t (g)

t = Lama waktu pemeliharaan (hari).

2. Efisiensi pakan

EP = (Wt + WQ)-W0 x 100

F

EP = Efisiensi pakan

W0 = Berat ikan pada awal penelitian (g)

Wt = Berat ikan pada waktu t (g)

Wa = Berat ikan mati selama penelitian (g)

F = Bobot pakan yang dikonsumsi

Komposisi

proksimat (%)

Pakan perlakuan (% TDLt)

K (0) A (10) B (15) C (20) D (25) E (30)

Protein 31, 12 29, 43 32, 90 34, 03 32, 29 29, 60

Lemak 8, 79 8, 21 9, 38 9, 26 9, 35 9, 55

Abu 9, 73 9, 82 9, 71 9, 05 10, 13 8, 91

Serat Kasar 6, 03 5, 97 5, 56 4, 78 5, 81 5, 83

BETN 1 36, 08 39, 38 33, 39 34 , 35 33, 09 37, 12

G E (kkal/ g ) 2 4061, 53 4042,61 4102,49 4193,73 4053,18 4086,77

C/P (kkal/g ) 3 13,02 13,74 12,47 12,32 12,55 13,81

Jenis bahan baku

(%)

Perlakuan (% TDLt)

K (0) A (10) B (15) C (20) D (25) E (30)

15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 1 5,00 Tepung Ikan

T.lamtoro gung 0,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

T. Bungkil Kedelai 23,00 22,60 20,60 19,60 16,60 13,60

DDGS 1 24,00 20,00 19,00 17,00 15,00 15,00

Tepung Pollard 28,03 22,43 20,43 18,43 18,43 16,43

Tepung Sagu 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

Minya k Jagung 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Minyak Ikan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

Vit . Mix (tanpa vit c) 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20

Mineral Mix 4 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20

Kromium - ragi 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00

V it C 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1 ,00

C holine chloride 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

L ysin+metionin (1:1) 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

GE (kkal/g ) 2 3897,34 3869,97 3853,78 3837,54 3814,92 3759,33

C/P (kkal/g ) 3 13,68 13,39 13,44 13,40 13,64 13,47

Page 16: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

33

I. Fitriliyani / Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 30–37 (2010)

3. Kecernaan pakan

(%) = (1 - a'/a x b'/b) x 100

a' = Nutrien dalam feses (%)

a = Nutrien dalam pakan (%)

b1= Indikator dalam feses (%)

b = Indikator dalam pakan (%);

4. Retensi protein dan lemak

Pu atau Lu

RP / RL = x 100

Pe atau Le

RP/RL = Retensi protein/retensi lemak

Pu/Lu = Bobot protein/lemak yang

disimpan dalam tubuh (g)

Pe/Le = Bobot protein/lemak yang

dikonsumsi oleh ikan (g)

Pu/Lu = Po–Pt atau Lo–Lt

Po/Lo = Bobot protein/lemak tubuh

ikan pada waktu 0

Pt/Lt = Bobot protein/lemak dalam

tubuh ikan pada waktu t

Analisis statistik

Seluruh perlakuan pada penelitian ini

dilakukan pada keadaan yang homogen yakni

pada satu set sistem resirkulasi sehingga

rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

enam faktor peubah dan tiga ulangan. Data

yang diperoleh kemudian ditabulasi dan

dianalisis menggunakan program Exel MS.

Office 2007 dan SPSS 15.0 dengan

menggunakan uji lanjut Duncan. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara

parameter dilakukan pula uji regresi.

HASIL

Data rata-rata parameter uji hasil

penelitian, yaitu daya kelangsungan hidup/

survival rate (SR), laju pertumbuhan harian

(LPH), efisiensi pemberian pakan (EP),

jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi

protein (RP) dan retensi lemak (RL)

disajikan pada Tabel 2.

Data SR menunjukkan tidak ada pengaruh

perbedaan persentase TDL terhidrolisis yang

dicampurkan ke dalam pakan terhadap nilai

SR. Nilai laju pertumbuhan harian perlakuan

TDL terhidrolisis nyata (p<0,05) dipengaruhi

oleh perbedaan persentase penggunaan

TDL terhidrolisis di dalam pakan. Nilai rata-

rata laju pertumbuhan harian (LPH) tertinggi

yaitu 2,77% dicapai oleh perlakuan tanpa

pemakaian TDL terhidrolisis yang tidak

berbeda nyata dengan nilai LPH pada

pemakaian TDL terhidrolisis 10 dan 15%

dalam pakan. Sedangkan nilai LPH

perlakuan dengan pemakaian TDL

terhidrolisis 20, 25 dan 30% dalam pakan

nyata lebih rendah dari perlakuan kontrol dan

perlakuan dengan penggunaan 10 dan 15%

TDL terhidrolisis dalam pakan. Nilai

terendah yaitu 1,47% dicapai oleh perlakuan

dengan penggunaan TDL terhidrolisis

terbanyak yaitu sebesar 30%. Persentase

penggunaan TDL terhidrolisis dalam pakan

nyata (p>0,05) tidak berpengaruh pada

jumlah pakan yang dikonsumsi ikan uji.

Perlakuan TDL terhidrolisis menunjukkan

nilai efisiensi pakan tertinggi yaitu 70,52%

dicapai oleh perlakuan 10% TDL ter-

hidrolisis. Nilai efisiensi pakan tertinggi ini

tidak berbeda nyata dengan yang dicapai

perlakuan 15% TDL terhidrolisis yaitu

60,10%. Nilai efisiensi pakan terendah yaitu

30,71 dicapai oleh perlakuan 25% TDL

terhidrolisis, dimana nilai ini tidak berbeda

nyata dengan nilai efisiensi pakan perlakuan

kontrol, 20% dan 30% TDL terhidrolisis

dengan nilai efisiensi pakan berturut-turut

sebesar 47, 65, 31, 05 dan 43,90%.

Persentase penggunaan TDL terhidrolisis

dalam pakan nyata (p<0,05) berpengaruh

pada nilai retensi protein. Nilai retensi

protein tertinggi sebesar 40,70% pada

perlakuan 15% TDL terhidrolisis dalam

pakan berbeda nyata dengan semua

perlakuan lainnya. Perlakuan 25% TDL

terhidrolisis menghasilkan nilai retensi

protein terendah sebesar 16,7% yang tidak

berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, 10,

20 dan 30% TDL dalam pakan. Persentase

penggunaan TDL terhidrolisis dalam pakan

nyata (p<0,05) berpengaruh pada retensi

lemak. Perlakuan kontrol (tanpa penggunaan

TDL terhidrolisis) menghasilkan nilai retensi

lemak yang tertinggi yaitu 33,73% yang tidak

berbeda nyata dengan perlakuan dengan

penggunaan 10% TDL terhidrolisis dalam

pakan dengan nilai retensi lemak sebesar

33,15%. Sedangkan nilai retensi lemak

terendah terdapat pada perlakuan 30% TDL

Page 17: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

34

I. Fitriliyani / Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 30–37 (2010)

terhidrolisis yaitu sebesar 14,40% yang tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 20% TDL

terhidrolisis dalam pakan dengan nilai retensi

lemak sebesar 14,95%. Nilai retensi lemak

pada perlakuan yang menggunakan TDL ter-

hidrolisis menghasilkan nilai yang cenderung

menurun dengan meningkatnya kandungan

TDL di dalam pakan.

PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan daya kelangsungan

hidup ikan uji yang digambarkan dengan

nilai LPH dan SR (Tabel 2) menunjukkan

hasil yang terus menurun dengan mening-

katnya penggunaan kandungan TDL

terhidrolisis dalam pakan. Kerja enzim-enzim

hidrolisis yang terkandung dalam cairan

rumen yang digunakan untuk menghidrolisis

TDL berpengaruh terhadap komposisi

nutrient yang terkandung dalam TDL. Lee et

al. (2002) memetakan enzim-enzim dalam

cairan rumen domba. Enzim-enzim yang terdapat

dalam cairan rumen domba antara lain adalah

enzim-enzim selulolitik terdiri atas beta-D-

endoglukanase, beta-D-exoglukanase, beta -D-

glukosidase, dan beta-D-fucosida fuco-hydrolase,

enzim-enzim xylanolitik terdiri atas beta-D-

xylanase, beta-D-xylosidase, acetyl esterase, dan

alfa-L-arabinofuranosidase, enzim-enzim pekti-

nolitik terdiri atas polygalacturonase, pectate

lyase dan pectin lyase, dan enzim-enzim lain

yang terdiri atas beta-amilase, endo-arabilase, beta-

D-gluanase (laminarinase), beta-D-glucanase

(Lichenase), beta-D-glucanase (Pechimanase) dan

protease.

Cairan rumen yang digunakan dalam

penelitian ini didapat dari domba yang

dipelihara dengan pakan hijauan. Fitriliyani

(tidak dipublikasi) mengemukakan bahwa

aktivitas enzim selulase dari cairan rumen

domba yang dipelihara dengan pakan hijauan

adalah sebesar 80,852 µmol glukosa/

menit/ml. TDL dengan kandungan komponen

neutral detergent fiber (NDF) 39,5% dan

acid detergent fiber (ADF) 35,10% (Gracia

et al., 1996) merupakan media yang sangat

sesuai untuk kerja enzim selulase. Fitriliyani

(2010, tidak dipublikasikan) mengemukakan

bahwa terjadi peningkatan glukosa terlarut

dan penurunan total gula TDL seiring dengan

peningkatan volumen cairan rumen yang

digunakan untuk menghidrolisis TDL.

Sehingga peningkatan penggunaan TDL

terhidrolisis dalam pakan akan meningkatkan

pula kandungan monosakarida yaitu glukosa

akibat kerja enzim selulosa yang terkandung

dalam rumen.

Lin dan Shiau (1995) serta Hsieh dan

Siau (2000) mengemukakan bahwa ikan nila

yang mendapat sumber karbohidrat yang

berasal dari glukosa menghasilkan

pertambahan bobot tubuh yang lebih kecil

dibandingkan dengan penggunaan disakarida

dan starch. Hal ini sesuai pula dengan

pendapat yang menyatakan bahwa ikan

omnivora mempunyai pertumbuhan yang

lebih baik dengan pakan yang mengandung

polisakarida (Furuichi dan Yone, 1982; Shiau

dan Peng, 1993; Erfanullah dan Jafri, 1995;

Lin dan Shiau, 1995; Hutchins et al., 1998;

Lee et al., 2003; Lee and Lee, 2004; Tan et

al., 2006). Wilson dan Poe (1987)

melaporkan bahwa pertumbuhan dan peman-

faatan pakan ikan nila lebih tinggi dengan

kandungan 33% polisakarida (dextrin dan

corn starch) dalam pakan dibandingkan

dengan pakan yang mengandung mono-

disakarida.

Tabel 3. Data hasil parameter kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi pakan perlakuan enam jenis komposisi pakan: K (TDL 0%); A (TDL 10%); B (TDL 15%); C (20%); D (25%) dan E (30%).

Perlakuan Parameter

SR LPH JKP EP

K 70,83 ± 7,22a

2,77 ± 0,40b

223,20 ± 55,21a

54,17 ± 2,51ab

A 75,00 ± 0,00a

2,68 ± 0,05b

197,43 ± 13,33a

70,52 ± 15,96c

B 79,17 ± 7,21a

2,38 ± 0,32b

173,35± 20,15a

60,10 ± 16,11bc

C 70,83 ± 14,43a

1,79 ± 0,20a

191,80 ± 33,69a

34,28 ± 1,00a

D 79,17 ± 19,09a

1,80 ± 0,46a

180,93 ± 15,00a 36,06 ± 8,13

a

E 87,50 ± 0,00a

1,47 ± 0,18a

169,64 ± 50,75a

37,46 ± 6,62ab

Keterangan: huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata

(p>0,05).

Page 18: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

35

I. Fitriliyani et al./ Jurnal Akuakultur Indonesia, 9 (1): 30–37 (2010)

Gambar 1. Nilai retensi lemak (kiri) dan protein (kanan) pada ikan nila yang diberi pakan perlakuan enam jenis komposisi pakan: K (TDL 0%); A (TDL 10%); B (TDL 15%); C (20%); D (25%) dan E (30%).

Konsumsi pakan tertinggi adalah pakan

perlakuan K dengan TDL 0% (Tabel 3).

Perlakuan ini juga menghasilkan pertum-

buhan tertinggi dibandingkan dengan lima

perlakuan lainnya. Jumlah konsumsi pakan

cenderung menurun dengan me-ningkatnya

persentase kandungan TDL terhidrolisis

dalam pakan. Hal ini dimungkinkan karena

peningkatan persentase penggunaan TDL

terhidrolisis dalam pakan meningkatkan pula

kandungan serat pakan perlakuan. Serat kasar

merupakan komponen karbohidrat yang kaya

akan lignin dan selulosa yang bersifat sukar

dicerna. Selulosa merupakan kerangka sel

tanaman yang terdiri dari rantai -D-Glukosa dengan derajat polimerasi sebesar lebih

kurang 14.000 (Kennedy, 1988). Serat

makanan akan tinggal dalam saluran

pencernaan dalam waktu relatif singkat

sehingga absorpsi zat makanan berkurang.

Selain itu makanan yang mengandung serat

yang relatif tinggi akan memberikan rasa

kenyang karena komposisi karbohidrat

komplek yang menghentikan nafsu makan

sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi

makanan. Makanan dengan kandungan serat

kasar yang tinggi juga dilaporkan dapat

mengurangi bobot badan ikan (Hemre et al.,

2002). Pernyataan tersebut bersesuaian

dengan hasil penelitian ini, dimana semakin

banyak TDL yang digunakan pada perlakuan

A, B, C, D, E dan F, maka nilai JKP akan

menurun. Penurunan nilai JKP akan

mengakibatkan menurunnya pula asupan

protein yang dikonsumsi sehingga terlihat

nila laju pertumbuhan harian juga mengalami

penurunan.

Nilai retensi protein dan retensi lemak yang

didapat pada penelitian ini dengan TDL

terhidrolisis lebih baik dari nilai retensi protein

yang dilaporkan oleh Abdel Hakim et al.

(2008) pada ikan nila dengan bobot tubuh 30 ±

0.46 g. Dengan pengantian 30% bungkil

kedelai dalam pakan dengan isi rumen yang

dikeringkan; sunflower meal; dan sesame

seed cake didapatkan nilai retensi protein

sebesar 19,02; 19,63; 20,45%. dan nilai

retensi lemak 9,02; 10,15; dan 11,51.

Sedangkan Gonzales (2007) menggunakan

tumbuhan sebagai dasar penyusun pakan

larva ikan nila hanya mendapatkan nilai

retensi protein 31,9%. Ali et al. (2003) pada

pakan ikan nila menggunakan alfafa leaf

meal pada taraf 5, 10, 15 dan 20%

didapatkan nilai retensi protein berturut-turut

35,30; 31,80; 29,81 dan 27,74%. Per-

bedaan nilai komposisi asam amino esensial

serta jumlah karbohidrat sederhana yang

berlebih diduga menjadi penyebab perbedaan

nilai retensi protein ini.

Terhambatnya absorbsi asam amino

dalam saluran pencernaan oleh glukosa yang

berlebih pada saluran pencernaan ikan

dengan pakan mengandung 30% TDL

terhidrolisis selain mempengaruhi nilai

retensi protein juga akan berpengaruh pada

nilai retensi lemak. Dimana pada perlakuan

30% TDL terhidrolisis di dalam pakan,

didapatkan nilai retensi protein sebesar

20,92% dan nilai retensi lemak sebesar

14,40%. Ketersediaan energi yang terbatas

Page 19: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

36

I. Fitriliyani / Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 30–37 (2010)

dalam bentuk protein pada perlakuan ini,

mengakibatkan ikan berusaha memanfaatkan

sumber energi yang lain yaitu lemak

sehingga retensi lemaknya menjadi turun

drastis dibandingkan perlakuan lain dengan

TDL terhidrolisis.

KESIMPULAN

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa

ikan yang diberi pakan dengan kadar tepung

daun lamtoro gung sebanyak 0%, 10%, dan

15% secara siginifikan memiliki laju

pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan yang

lebih tinggi daripada perlakuan lain dengan

jumlah pakan yang dikonsumsi tidak berbeda

nyata untuk semua perlakuan dengan

kecenderungan menurun seiring dengan

peningkatan kadar daun lamtoro gung dalam

pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdel Hakim, N.F., Lashin, N.F.M., Al-

Azab, A., Nazmi, H.M., 2008. Effect of

replacing soybean meal with other plant

protein source on protein and energy

utilization and carcass composition of

Nile tilapia (Oreochromis niloticus), p.

979-996. In 8th

International Symposium

on Tilapia in Aquaculture. Department of

Animal Production, Faculty of

Agriculture, Al-Azhar University.

Ali, A., Al Asgah, N.A., Al-Ogail, S.M., Ali,

S. 2003. Effect of feeding different levels

of alfalfa meal on the growth performance

and body composition of Nile tilapia

(Oreochromis niloticus) fingerlings. Asian

Fisheries Science, 16, 59-67.

Elangovan, A., Shim, K.F. 2000. The

influence of replacing fish meal partially

in the diet with soybean meal on growth

and body compositition of juvenile tin foil

barb (barbodews altus). Aquaculture 189,

133-134.

El Sayed, A. F. 1999. Alternative dietary

protein sources for farmed tilapia,

Oreochromis spp. Aquaculture 179, 149-

168.

Erfanullah, Jafri, A.K. 1995. Protein-sparing

effect of dietary carbohydrate in diets for

fingerling Labeo rohita. Aquaculture 136,

331–339.

Furuichi, M., Yone, Y. 1982. Availability of

carbohydrate in nutrition of carp and red

sea bream. Bull Jpn Soc Sci Fish 48, 945–

948

Gonzales, J.M., Alison, H., Megan, E.R.,

Todd, F.P., Paul, B. 2007. Evaluation of

fish meal-free diets for first feeding Nile

tilapia (Oreochromis niloticus). Journal of

Applied Aquaculture. 19 (3), 69-98.

Gracia, G.W., Ferguson, T.U., Neckles, F.A.,

Archibald, K.A.E. 1996. The nutritive value

and forage productivity of Leucaena

leucocephala. Anim. Feed. Sci. Technol. 60,

29-41.

Hemre, G.I., Mommsen, T.P., Krogdahl, A.,

2002. Carbohydrates in fish nutrition:

effects on growth, glucose metabolism

and hepatic enzymes. Aquacult. Nutr. 8,

175–194.

Hsieh, S.L., Shiau, S.Y., 2000. Effects of

diets containing different carbohydrates

on starved condition in juvenile tilapia

Oreochromis niloticus >< O. aureus.

Fisheries Science 66, 32–37.

Hutchins, C.G., Rawles, S.D., Gatlin, D.M.

1998. Effects of dietary carbohydrate kind

and level on growth, body composition

and glycemic response of juvenile

sunshine bass (Morone chrysops· M.

saxatilisx). Aquaculture 161, 187–199.

Jackson, A.J., Capper, B.S., Matty, A.J.,

1982. Evaluation of some plant protein in

complete diets for the tilapia,

Sarotherodon mossambicus. Aquaculture

27, 97-109.

Kale, A.U., 1987. Nutritive value of

Leucaena leucocephala (subabul).

[Thesis] University of Bombay.

Kennedy, J.F., 1988. Carbohydrate

Chemistry. Oxford University Press.

Lee, S.M., Kim, K.D., Lall, S.P., 2003.

Utilization of glucose, maltose, dextrin

and cellulose by juvenile flounder

(Paralichthys olivaceus). Aquaculture

221, 427–438

Lee, S.M., Lee, J.H., 2004. Effect of dietary

glucose, dextrin and starch on growth and

body composition of juvenile starry

flounder Platichthys stellatus. Fisheries

Science 70, 53–58

Page 20: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

37

I. Fitriliyani et al./ Jurnal Akuakultur Indonesia, 9 (1): 30–37 (2010)

Lee, S.S., Kim, C.H., Ha, J.K., Moon, Y.H.,

Choi, N.J., Cheng, K.J., 2002. Distribution

and activities of hydrolytic enzymes in the

rumen compartments of hereford bulls fed

alfalfa based diet. Asian-Aust. J. Anim. Sci.

15 (12), 1725-1731.

Lin, J.H., Shiau, S.Y., 1995 Hepatic enzyme

adaptation to different dietary carbo-

hydrates in juvenile tilapia (Oreochromis

niloticus x O. aureus). Fish Physiol.

Biochem. 14, 165–170.

Moharrery, A., Tirta, K.D., 2002. Correlation

between microbial enzyme activities in the

rumen fluid of sheep under different

treatments. Reprod. Nutr. Dev. 41, 513-

529.

NAS, 1994. Leucaena: Promising forage and tree

crop for the Tropics. Second Edition. National

Academy of Sciences. Washington.

Pantastico, J.B., Baldia, J.P., 1980. Lip-lip leaf

meal as supplement feed for Tilapia nilotica

in cages. Fish. Res. J. Philipp. 5 (2), 63-68.

Penaflorida, V.D., Pascual, F.P., Tabbu, N.S.,

1992. A practical methods for extracting

mimosine from ipil-ipil (Leucaena leuco-

cephala) leaves and its effect on survival and

growth of Penaus monodon juveniles. Israeli

Journal of Aquaculture 44 (1), 24-31.

Pebriyadi, B., 2004. Penambahan metionina

dan triptofan dalam pakan benih ikan nila

Mystus nemurus CV yang mengandung

tepung bungkil kedelai. [Thesis] Bogor: IPB

74 hal.

Saha, A., Ray, A.K., 1998. Cellulase activity

in rohu fingerlings. Aquaculture Inter-

national 6 (4), 281-291.

Santiago, C.B., Lovell, R.T., 1988. Amino acid

requirement for growth of Nile tilapia.

Journal of Nutrition 118, 1540-1546.

Santiago, C.B., Aldaba, M.B., Reyes, O.S.,

Laron, M.A., 1988. Reproductive

performance and growth of nile tilapia

(Oreochromis niloticus) broodstock fed

diets containing Leucaena leucocephala

leaf meal. Aquaculture 70, 53-61.

Shiau, S.Y., Peng, C.Y., 1993. Protein-

sparing effect by carbohydrates in diets

for tilapia, Oreochromis niloticus and

O.aureus. Aquaculture 117, 327–334

Suprayudi, M.A., Bintang, M., Takeuchi, T.,

Mokoginta, I., Toha, S., 1999. Defatted

soybean meal as an alternative source to

substitute fish meal in the feed of giant

gouramy Osphronemus gouramy Lac.

Suisanzozhoku 47 (4), 551-557.

Tan, Q., Xie, S., Zhu, X., Lei, W., Yang, Y.,

2006. Effect of dietary carbohydrate

sources on growth performance and

utilization for gibel carp (Carassius

auratus gibelio) and Chinese longsnout

catfish (Leiocassis longirostris Gunther).

Aquac. Nutr. 12, 61–70.

Wee, K.L., Wang, S.S., 1987. Nutritive value of

leucaena leaf meal in pelleted feed for nile

tilapia. Aquaculture 62 (2), 97 - 108.

Wilson, R.P., Poe, W.E., 1987. Apparent

inability of channel catfish to utilize

dietary monosaccharides and disac-

charides as energy-sources. J. Nutr. 117,

280–285.

Page 21: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

OPTIMALISASI SUBSTITUSI TEPUNG AZOLLATERFERMENTASI PADA PAKAN IKAN UNTUKMENINGKATKAN PRODUKTIVITAS IKAN NILA GIFTHANY HANDAJANIJurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah MalangJl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144HP: 08123317258Email : [email protected]

ABSTRACT

The research has been conducted to evaluate the fermented azolla flour substitutions that optimize the growth rate and digestibility in Tilapia. The research was based on Completely Randomized Design (CRD) with three replications. Four levels of substitution of soy meal with fermented azolla flour were: P0 (100%:0%), P1 (85%:15%), P2 (70%:30%), and P3 (55%:45%). The main parameters were absolute growth rate, feed conversion, and digestibility of Tilapia (Oreochiomis sp.). The result showed that the substitution of soy meal with fermented azolla flour has significant effect into growth rate and digestibility parameters. The P1 treatment gave the best result with growth absolute rate 0,81 gram, feed conversion 3,14 and 67,68% digest-ibility.

Key words : Fish feed, Fermented azolla flour, Tilapia

PENDAHULUANUsaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung kualitas yang maksimal. Faktor pakan menentukan biaya produksi mencapai 60% - 70% dalam usaha budidaya ikan. Sehingga perlu pengelolaan yang efektif dan efisien. Beberapa syarat bahan pakan yang baik untuk diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah dan bukan sebagai makanan pokok manusia. Sampai saat ini sumber protein nabati yang digunakan dalam pakan ikan adalah tepung kedelai. Harga kedelai terus meningkat, saat ini harga kedelai mencapai Rp. 4500/kg. Ada beberapa alternatif bahan pakan yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan pakan salah satunya adalah tepung Azolla. Tanaman azolla merupakan gulma air yang tidak termanfaatkan, tetapi tanaman Azolla memiliki kandungan protein yang cukup tinggi 28,12% berat kering (Handajani, 2000), sedangkan Lumpkin dan Plucknet (1982) menyatakan kandungan protein pada Azolla sp sebesar 23,42% berat kering dengan komposisi asam amino esensial yang lengkap. Sehingga tanaman azolla sangat berpotensi sebagai bahan penyusun pakan ikan sebagai sumber protein nabati pengganti tepung kedelai.

Hasil penelitian Handajani (2006) kandungan

serat kasar tepung azolla sebesar 23,06%. Tepung Azolla dimanfaatkan sebagai salah satu penyusun pakan ikan Nila Gift dengan hasil daya cerna protein ikan berkisar 55,51% - 67,68%. Disamping itu dari hasil penelitian Haetami dan Sastrawibawa (2005) nilai daya cerna ikan Gurami terhadap pakan yang menggunakan tepung azolla berkisar 58,70% - 67,90%. Nilai daya cerna ini belum maksimal karena pakan yang diberikan tidak tercerna dengan baik, hal ini disebabkan kandungan serat kasar yang cukup tinggi pada tepung azolla. Selanjutnya Handajani (2007a) mencoba meningkatkan nilai gizi tepung azolla melalui proses fermentasi dan didapatkan hasil fermentasi tepung azolla dengan Rhizophus sp memberikan hasil yang terbaik dari beberapa fermentor, terbukti dapat menurunkan kandungan serat kasar tepung azolla dari 23,06% menjadi 14,62%.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut perlu dilakukan pengujian untuk memanfaatkan tepung azolla terfermentasi dalam pakan ikan Nila Gift. Hasil penelitian diharapkan tepung Azolla terfermentasi dapat mensubstitusi tepung kedelai dalam penyusunan pakan ikan. Sehingga dapat meningkatkan produksi ikan Nila serta menekan biaya produksi, karena tepung Azolla terfermentasi yang digunakan sebagai substitusi tepung kedelai mempunyai nilai ekonomis yang rendah sebesar Rp.1000/kg

178

Page 22: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

METODEMateri

Materi yang digunakan adalah ikan uji berupa benih ikan Nila yang berukuran 5 – 7 cm dengan berat rata-rata 1,3 gram. Media percobaan yang digunakan berupa air tawar yang berasal dari air sumur. Air ditempatkan pada aquarium percobaan yang berjumlah 16 buah dengan volume masing-masing 20 liter. Kualitas air diusahakan optimal bagi pertumbuhan ikan uji.

Pada penelitian ini akan digunakan empat macam pakan percobaan dengan kandungan protein 25% dengan energi 360 kkal/g pakan.

Protein terdiri dari tepung ikan sebagai protein hewani dan tepung Azolla sebagai bahan substitusi protein tepung kedelai untuk protein nabati. Alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquarium, aerator, selang, serok, batu aerasi, blender, timbangan, tissue, pipet ukur, thermometer, peralatan analisis proksimat, dan peralatan kualitas air.

Bahan-bahan pakan yang akan digunakan sebagai penyusun pakan dianalisis proksimat, komposisi nutrisi bahan pakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi nutrisi bahan pakan ikan Nila Gift (Oreochromis, sp)

Bahan Protein (%)

Lemak (%)

Serat Kasar (%)

Abu (%) BETN DE (kkal/g)

Tepung ikan 50,07 4,9 8,68 26,93 9,42 282,06

Tepung kedelai 37,58 18,28 9,56 4,43 30,15 435,44Tepung Azolla 19,54 8,8 23,06 12,48 36,12 307,28Tepung Azolla Fermentasi 20.05 6,42 14,62 12,83 37,05 368.27Bekatul 10,79 10,56 12,86 411.24

Tepung tapioka 3,34 0,55 0,53 0,58 95,00 398,31(Hasil analisis laboratorium Nutrisi Fapetrik 2008 - UMM )

Tabel 2. Formulasi Pakan ikan Nila Gift

BahanPerbandingan Tepung Kedelai dengan Tepung Azolla Fermentasi

P0 = 100 : 0 P1 = 85 : 15 P2 = 70 : 30 P3= 55 : 45

Tepung ikan 22,5 22,5 22,5 22,5Tepung kedelai 29,5 25,07 20,65 16,22Bekatul 22,75 22,75 18,5 18,5Tepung Tapioka 19,25 19,25 13,5 13,5Tepung Azolla Fermentasi 0 4,43 8,85 13,27Minyak kelapa 0 0 0,58 0,61Mineral Mix 2 2 2 2Vitamin Mix 2 2 2 2Cr2O3 0,5 0,5 0,5 0,5

Jumlah 100 100 100 100

Protein (%) 27,83 24,96 23,62 22,93

Energi (kkal/g) 417,59 376,57 381,41 379,28

179 Jurnal Teknik Industri Vol. 12, No. 2 Agustus 2011: 178-184

Page 23: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Tabel 3. Hasil Proksimat Pakan Uji

Kandungan P0 P1 P2 P3

Berat kering (%) 88,57 89,15 88,04 87,47

Protein (%) 24,52 24,75 24,94 24,66Lemak (%) 9,38 7,5 6,65 7,80Serat kasar (%) 4,53 6,24 9,045 13,58Abu (%) 13,24 14,23 12,76 16,72

BETN 36.9 36,43 34,65 24,71

METODEMetode penelitian yang digunakan adalah

metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan ditentukan/didapatkan dari hasil penyusunan formulasi pakan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Variabel uji yang diamati adalah pertumbuhan mutlak (Effendi, 1997), Daya cerna protein (D) Metode Chromix Oxide (Zonneveld, 1991), dan Rasio konversi pakan (Zonneveld, 1991). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

sidik ragam (anova). Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASANPertumbuhan

Pola pertumbuhan ikan nila gift (Oreochiomis sp.) adalah eksponensial. Dengan menggunakan pola ini, maka diperoleh data pertumbuhan mutlak untuk tiap-tiap perlakuan seperti tertera pada Gambar 1.

Grafik Hubungan Perlakuan dengan Pertumbuhan Mutlak

-0.100.200.300.400.500.600.700.800.90

P0 P1 P2 P3

Perlakuan

Pertu

mbu

han

Mutla

k ( g

r )

Gambar 1. Grafik rata-rata pertumbuhan mutlak ikan nila gift tiap-tiap perlakuan selama penelitian.Keterangan:P0 = tepung azolla terfermentasi 0% tepung kedelai 100%P1 = tepung azolla terfermentasi 15% tepung kedelai 85%P2 = tepung azolla terfermentasi 30% tepung kedelai 70%P3 = tepung azolla terfermentasi 45% tepung kedelai 55%

Hasil perhitungan sidik ragam menunjukkan bahwa, perlakuan pemanfaatan tepung azolla terfermentasi sebagai substitusi protein tepung kedelai dalam ransum memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan mutlak pada ikan nila gift (Oreochiomis sp.).

Hasil penelitian di atas menunjukkan adanya perbedaan pada substitusi tepung azolla terfermentasi terhadap tepung kedelai, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung azolla terfermentasi dapat digunakan sebagai substitusi tepung kedelai sebesar 15%. Hasil subtitusi tepung

Hany Handajani : Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi pada pakan ikan 180

Page 24: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Azolla terfermentasi sebesar 15% dengan tepung kedelai 85%, menghasilkan pertumbuhan mutlak lebih tinggi (0,81) dibandingkan dengan pakan yang mengandung tepung kedelai 100% (0,57). Hal ini disebabkan oleh kandungan asam-asam amino dari subtitusi tepung azolla terfermentasi (15%) dan tepung kedelai (85%) lebih tinggi dibandingkan pada pakan yang 100% tepung kedelai. Sehingga apabila pakan yang diberikan mempunyai nilai nutrisi yang baik, maka dapat mempercepat laju pertumbuhan, karena zat tersebut akan dipergunakan untuk menghasilkan energi mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral (Handajani dan Widodo, 2010). Pada penelitian ini jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan ikan yaitu 5 persen dari berat tubuh ikan perhari, disamping itu komposisi pakan yang diberikan terutama pada kandungan protein sudah berada pada kisaran optimum yaitu sebesar ±25 persen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ahmad dan Tawwab (2010), bahwa umumnya ikan membutuhkan pakan yang kandungan proteinnya 20 – 60 persen sedangkan optimumnya adalah berkisar antara 30 – 60 persen. Dari data tersebut diketahui bahwa perlakuan

yang memberikan laju pertumbuhan mutlak tertinggi dicapai pada pakan dengan tingkat substitusi 15% memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,81, kemudian pakan dengan tingkat substitusi 0% memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,57, selanjutnya pakan dengan tingkat substitusi 30% memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,55, kemudian pakan dengan tingkat substitusi 45% memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,44. Sehingga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan pakan ikan antara lain: kandungan nutrisi suatu bahan pakan harus cukup sesuai dengan kebutuhan ikan, disukai oleh ikan, mudah dicerna dan jika dilihat dari nilai ekonominya pakan yang dihasilkan dari pemanfaatan tepung azolla mempunyai harga yang relatif lebih murah jika dibanding dengan penggunaan tepung kedelai, sehingga dengan pemanfaatan tepung azolla dapat menekan biaya produksi pakan.Rasio Konversi Pakan (Feed Convertion Ratio). Rasio konversi pakan merupakan salah satu parameter efisiensi pemberian pakan. Data perhitungan rasio konversi pakan pada ikan nila gift (Oreochiomis sp.) untuk tiap-tiap perlakuan selama penelitian pada Gambar 2

Grafik Hubungan antara Perlakuan dengan FCR

-1,002,003,004,005,006,00

P0 P1 P2 P3

Perlakuan

FC

R

Gambar 2. Grafik Rata-rata Rasio Konversi Pakan (FCR) Ikan Nila Gift (Oreochiomis sp.) Tiap-tiap Perlakuan Selama Penelitian.

Hasil perhitungan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemanfaatan tepung azolla terfermentasi sebagai substitusi protein tepung kedelai dalam ransum memberikan pengaruh yang berbeda terhadap rasio konversi pakan pada ikan nila gift (Oreochiomis sp.).

Tingkat efisiensi penggunaan pakan pada ikan nila gift (Oreochiomis sp.) ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan (Uktolseja, 2008).

181 Jurnal Teknik Industri Vol. 12, No. 2 Agustus 2011: 178-184

Page 25: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Efisiensi pakan dapat dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan. Nilai rasio konversi pakan pada penelitian ini berdasarkan perhitungan statistik menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung azolla sebagai bahan substitusi protein tepung kedelai dalam ransum berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan nilai kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, selanjutnya juga dipengaruhi oleh adanya tingkat konversi pakan dengan bertambahnya berat badan ikan sehingga semakin tinggi berat badan ikan maka semakin tinggi pula konversi pakan yang dimanfaatkan.

Menurut Hariati (1989) bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan yang terbaik akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah, dimana pada perlakuan tersebut kondisi kualitas pakan lebih baik dari perlakuan yang lain. Kondisi kualitas pakan yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan nila gift (Oreochiomis sp.) lebih banyak untuk

pertumbuhan, sehingga ikan nila gift (Oreochiomis sp.) dengan pemberian pakan yang sedikit diharapkan laju pertumbuhan meningkat.

Daya Cerna Ikan Nila GIFT (Oreochiomis sp.)Daya cerna adalah kemampuan untuk

mencerna suatu bahan, sedangkan bahan yang tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekresikan dalam feses. Nilai nutrisi dari suatu makanan bagi ikan bergantung pada sejauh mana ikan tersebut mampu mencerna makanan tersebut, untuk mengetahui besarnya daya cerna ikan terhadap makanan dapat dilakukan dengan menggunakan Chromix Oxide (Cr2O3) sebagai indikator, selanjutnya feses yang mengandung Cr2O3 dikumpulkan dan dianalisis kandungan zat tersebut. Perbandingan Cr2O3 dalam pakan dan feses dapat memberikan perkiraan daya cerna pakan (Tilman, et. al., 1996). Dari hasil penelitian didapatkan data daya cerna protein yang disajikan pada Gambar 3

Gambar 3. Grafik Daya Cerna Pada Ikan Nila GIFT (Oreochiomis sp.) Tiap-Tiap Perlakuan Selama Penelitian.

Daya cerna protein yang tinggi menunjukkan bahwa pakan tersebut baik dan nutrien pakan dapat dimanfaatkan secara efisien oleh ikan nila GIFT (Oreochiomis sp.) untuk menyusun produksi tubuhnya.

Dari Gambar 3 diatas dapat diketahui bahwa nilai daya cerna portein merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui efesiensi pakan yang diberikan pada ikan. Pada Gambar 6.3 dapat dilihat perlakuan P0 (0% tepung

azolla terfermentasi) daya cernanya 77,50%, kemudian diikuti perlakuan P1 (15% tepung azolla terfermentasi) daya cernanya 67,68%, P2 (30% tepung azolla terfermentasi) daya cernanya 62,19% dan P3 (45% tepung azolla terfermentasi) daya cernanya 55,51%. Hal ini disebabkan oleh protein dalam pakan telah dipecah menjadi asam-asam amino yang lebih mudah diserap oleh ikan dan kebutuhan nutriennya sudah terpenuhi. Indek asam amino esensial maisng-masing pakan telah

Hany Handajani : Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi pada pakan ikan 182

Page 26: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

memenuhi jumlah optimal asam amino esensial yang dibutuhkan ikan nila, sehingga penambahan tepung azolla pada pakan layak digunakan.

Penurunan daya cerna protein ini disebabkan kemampuan ikan mencerna protein pakan hanya sampai pada batas tertentu, salah satu diantaranya adalah kandungan serat kasar pada bahan pakan tersebut. Pada perlakuan P0 memberikan nilai daya cerna protein sebesar 77,50% dengan serat kasar 4,53%, perlakuan P1 memberikan nilai daya cerna protein sebesar 67,68% dengan serat kasar 7,5%, perlakuan P2 memberikan nilai daya cerna protein sebesar 62,19% dengan serat kasar 6,65%, dan perlakuan P3 memberikan nilai daya cerna protein sebesar 55,51% dengan serat kasar 13,58%. Dari keempat perlakuan didapatkan pada perlakuan P3 yang mengandung serat kasar tertinggi sebesar 13,58% dengan tingginya kandungan serat kasar ini pakan akan sulit dicerna oleh ikan sehingga pertumbuhan ikan juga akan lambat. Menurut Handajani (2007b), bahwa penggunaan kadar serat kasar lebih dari 10 persen tidak diperlukan pada pakan ikan-ikan Tilapia dan juga penggunaan serat kasar yang tinggi dalam pakan dapat menurunkan pertumbuhan sebagai akibat dari berkurangnya waktu pengosongan usus dan daya cerna pakan.

Daya cerna protein erat kaitannya dengan komposisi pakan terutama kandungan protein yang ada dalam pakan yang diberikan pada ikan, sebab protein merupakan unsur utama yang dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan. Dalam penelitian ini digunakan pakan buatan yang kandungan proteinnya sudah berada dalam kisaran yang dibutuhkan oleh ikan nila GIFT yaitu ± 25%. Seperti yang telah dikemukakan oleh Handajani dan Widodo (2010), bahwa pada umumnya ikan membutuhkan pakan yang kandungan proteinnya 20-25%. Kebutuhan protein berbeda pada setiap spesies ikan, dimana pada ikan kornivora kebutuhan protein lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan herbivora.

Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh sidik ragam seperti terlihat pada Tabel 4, sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap daya cerna protein pad aikan nila GIFT (Oreochiomis sp.).

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap daya cerna protein ikan nila GIFT (Oreochiomis sp.). Dilihat dari kandungan serat

kasar pada 3 perlakuan (P0, P1, P2) menunjukkan kurang dari 10 persen, karena lebih dari 10 persen akan menyebabkan pertumbuhan menurun terhadap ikan-ikan Tilapia. Pada perlakuan P0 dengan kandungan serat kasar terendah (4,53%) memberikan daya cerna yang tertinggi (77,50%) sedangkan perlakuan P3 dengan kandungan serat kasar tertinggi (13,58%) memberikan daya cerna yang terendah (55,51%).

SIMPULAN

Substitusi tepung azolla terfermentasi sebesar 15% pada pakan ikan dapat meningkatkan produktivitas ikan Nila dengan hasil pertumbuhan mutlak sebesar 0,81 gram, rasio konversi pakan 3,14 dan daya cerna protein sebesar 67,68%. Penggunaan substitusi tepung azolla terfermentasi 15% dalam pakan ikan dapat menekan biaya produksi sebesar 15% jika dibandingkan penggunaan tepung kedelai tanpa substitusi.

DAFTAR PUSTAKAAhmad, M.A and Tawwab, M. 2010. The use of caraway seed meal as a feed additive in fish diets: Growth performance, feed utilization, and whole-body composition of Nile tilapia, Oreochromis niloticus (L.) fingerlings. J.Aquaculture, Vol 314, Issue 1-4, $ april 2010, Pages 110-114 Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.Haetami dan Sastrawibawa, 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azolla dalam Ransum Ikan Bawal A ir Tawar (Co lossoma macropomum). Jurnal Bionatura, Vol 7, No 3, November 2005 : 225 – 233.Handajani, 2000. Peningkatan kadar protein tanaman Azolla microphylla dengan mikrosimbion Anabaena azollae dalam berbagai konsentrasi N dan P yang berbeda pada media tumbuh. Tesis. Progran Pasca Sarjana IPB. BogorHandajani, 2006. Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift (Oreochiomis sp). Jurnal Penelitian Gamma Vol 1 no 2, 2006Handajani, 2007a. Peningkatan Nilai Nutrisi Tepung Azolla Melalui Fermentasi. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian UMM. MalangHandajani, 2007b. Pengaruh pemberian Bekatul

183 Jurnal Teknik Industri Vol. 12, No. 2 Agustus 2011: 178-184

Page 27: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Terfermentasi dengan Rhizophus sp sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Daya Cerna dan Pertumbuhan Ikan Nila Gift. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan UGM (ISBN: 978-979-99781-2-7)Handajani dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. MalangHariati, A.M. 1989. Makanan Ikan. LUW/UNIBRAW/ Fish Fisheries Project Malang. 99 hal.Lumpkin, T.A and D.L. Plucknet, 1982. Azolla a green manure: Use abd Management in Crop Production. Westview Tropical Agriculture

SeriesTillman, D. Hariartadi, R. Soedomo, P. Soeharto dan D. Soekamto, 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada. 422 hal.Uktolseja, J.L.A. 2008. Deposisi Nutrisi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus, Burchell) Sebagai akibat Penambahan L-Karnitin Pada Dua taraf Lisin dan Lemak. Jurnal Penelitian Perikanan, Vol 11, No.2 Desember 2008. Hal:150-155.Zonneveld, N. E.A. Huinsman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.

Hany Handajani : Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi pada pakan ikan 184

Page 28: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

AKUAKULTUR BERBASIS TROPHIC LEVEL: PEMANFAATAN

LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE Clarias sp. OLEH IKAN NILA

Oreochromis niloticus MELALUI PENAMBAHAN MOLASE

BIDANG KEGIATAN :

PKM-AI

Diusulkan oleh :

Rezi Hidayat C14052808 2005

M. Fuadi C14051516 2005

Darmawan Setia Budi C14063519 2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 29: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Akuakultur Berbasis Trophic Level: Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele Clarias sp. oleh Ikan Nila Oreochromis niloticus Melalui Penambahan Molase 2. Bidang Kegiatan : (√) PKM-AI 3. Ketua Pelaksana Program

a. Nama Lengkap : Rezi Hidayat b. NIM : C14052808 c. Jurusan : Budidaya Perairan d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor e. Alamat Rumah dan No Tel/HP : Wisma Aria Jl. Babakan Raya 3

No. 67B Dramaga Bogor 16680 no.HP 08567830318

f. Alamat Email : [email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 Orang 5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Harton Arfah, M. Si b. NIP : 131953484 c. Alamat Rumah dan No Tel/HP : Jl. Belimbing 5 blok B-17 no 65,

Taman Pagelaran, Ciomas, Bogor d. No. Telp/HP : (0251) 8628755 / 08128061555

Bogor, 22 Maret 2009

Menyetujui, Kepala Departemen Budidaya Perairan Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Odang Carman Rezi Hidayat NIP. 131 578 847 NRP. C14052808 Wakil Rektor Dosen Pembimbing, Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. H. Yonny Koesmaryono Ir. Harton Arfah, M.Si NIP. 131 473 999 NIP. 131 953 484

Page 30: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

AKUAKULTUR BERBASIS TROPHIC LEVEL: PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE Clarias sp. OLEH IKAN NILA

Oreochromis niloticus MELALUI PENAMBAHAN MOLASE

Rezi Hidayat, M. Fuadi, Darmawan Setia Budi Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK

Akumulasi limbah perairan budidaya ikan merupakan faktor yang dapat menyebabkan turunnya tingkat produksi terkait dengan kualitas air yang memburuk. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu proses yang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Makalah ini mengangkat tentang pamanfaatan limbah yang dihasilkan pada budidaya ikan lele (Clarias sp.) oleh ikan nila (Oreochromis niloticus) melalui penambahan molase menggunakan konsep C/N ratio. Beberapa parameter yang diamati yaitu tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan. Kegiatan dilakukan dengan penyiapan wadah budidaya, penebaran ikan, pemberian pakan dan molase, pengukuran kualitas air, sampling pertumbuhan, dan pemanenan. Dari percobaan, dihasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele dan ikan nila yang dipelihara selama 46 hari masing-masing sebesar 94,625 % dan 98 %. Laju pertumbuhan spesifik ikan lele dan ikan nila tertinggi masing-masing sebesar 7,16 % dan 3,79% terjadi pada minggu ke-4. Sedangkan laju pertumbuhan harian ikan lele dan ikan nila tertinggi masing-masing sebesar 1,77 g/hari pada minggu ke-6 dan 0.39 g/hari pada minggu ke-4. Efisiensi pakan ikan lele adalah sebesar 85,8 %. Kata Kunci : ikan lele, ikan nila, molase, C/N ratio

PENDAHULUAN

Budidaya lele saat ini banyak dilakukan di kolam, baik kolam tanah, kolam tembok atau kolam yang dindingnya tembok dan dasarnya tanah dengan sistem intensif. Intensifikasi dicirikan dengan adanya peningkatan kepadatan ikan dan pakan tambahan. Masalah yang kemudian selalu muncul dalam budidaya secara intensif yaitu terjadinya penurunan kualitas air pada media budidaya yang disebabkan meningkatnya produk metabolit. Pada budidaya dengan sistem air yang tergenang, peningkatan kepadatan ikan dan pakan tambahan merupakan masalah yang membatasi produksi budidaya. Hal ini dapat menyebabkan menurunya pertumbuhan ikan (Helper dan Pruginin, 1990)

Meningkatnya hasil buangan metabolisme ikan akhirnya dapat meningkatkan amoniak dalam air. Amoniak merupakan salah satu bentuk N-anorganik yang berbahaya bagi ikan. Menurut Boyd (1990), keberadaan amoniak mempengaruhi pertumbuhan karena mereduksi masukan oksigen akibat rusaknya insang, menambah energi untuk detoksifikasi, menggangu osmeregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan. Oleh sebab itu, pada budidaya yang

Page 31: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

tidak dilakukan pergantian air, perlu dilakukan upaya untuk menangani limbah nitrogen ini, sehingga limbah tidak menjadi toksik bahkan bermanfaat dan menghasilkan sistem dan teknolgi budidaya yang lebih efisien, terutama dalam menciptakan sistem yang bersifat zero waste.

Rasio C/N merupakan salah satu cara untuk perbaikan sistem budidaya intensif dan penerapan teknologi yang murah serta aplikatif dalam pengelolaan limbah budidaya. Penerapan teknologi pada rasio C/N berupa bioteknologi karena mengaktifkan kerja mikroba heteretrof. Hubungan rasio C/N dengan mekanisme kerja bakteri yaitu bakteri memperoleh makanan melalui substrat karbon dan nitrogen dengan perbandingan tertentu. Dengan demikian, bakteri dapat bekerja dengan optimal untuk mengubah N-anorganik yang toksik menjadi N-anorganik yang tidak toksik sehingga kualitas air dapat dipertahankan dan biomas bakteri berguna sebagai sumber protein bagi ikan. Mekanisme inilah yang berperan pada peningkatan efisiensi pakan. Secara umum, rasio C/N yang dikehendaki dari suatu sistem perairan adalah rasio C/N lebih dari 15 (Avnimelech et al., 1994).

Penerapan sistem ini dilakukan dengan memelihara organisme yang memiliki trophic level lebih rendah dari ikan yang dibudidayakan. Dalam hal ini, ikan nila yang diyakini termasuk organisme pemakan bakteri dan plankton yang berasal dari limbah budidaya. Sumber nutrien utama bagi ikan bertropik level rendah dalam sistem ini adalah green alga dan mikroba atau bakteri. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung keberadaan bakteri sebagai nutrien alternatif dalam sistem ini yaitu penambahan karbon dalam media budidaya.

Molase adalah salah satu sumber karbon yang dapat digunakan untuk mempercepat penurunan konsentarasi N-anorganik di dalam air. Molase mengandung senyawa nitrogen, trace element dan kandungan gula yang cukup tinggi terutama sukrosa sekitar 34% dan kandungan total karbon sekitar 37%. Molase berbentuk cair bewarna coklat seperti kecap dengan aroma yang khas. (Suastuti,1998 dalam Najjamuddin, 2008). Oleh karena itu, penambahan molase ke dalam media budidaya diharapkan mampu menurunkan amoniak dan peningkatan pertumbuhan ikan sehingga dapat meningkatkan produksi.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2008 hingga 25 Nopember 2008, bertempat di Laboratorium Lapangan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah waring, patok bambu, tali, ember, penggaris, timbangan, seser, pH meter, DO meter, tabung erlenmeyer. Bahan yang digunakan adalah benih ikan lele dengan bobot rata-rata 5 gram (rata-rata panjang 3 inch per ekor) sebanyak 1600 ekor, benih ikan nila dengan bobot rata-rata 6 gram per ekor sebanyak 600 ekor, molase, kotoran puyuh, TSP, kapur dan pakan ikan.

Page 32: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Metode Kerja

Pemasangan Jaring

Waring yang digunakan adalah waring yang berukuran 5 m x 5 m x 2 m. Waring dipasang di bagian tengah kolam dengan cara diikatkan pada patok yang dipasang pada empat sisi kolam. Ikatan tali pada patok harus dipastikan kuat agar tali tidak mudah terlepas.

Penebaran Ikan

Sebelum ikan di tebar, kolam diberi kapur dengan dosis 100 g/m2 yang bertujuan untuk meningkatkan pH di tanah dan dilakukan pemberian pupuk urea 15 g/m2, TSP 10 g/m2, pupuk kandang berupa kotoran puyuh 500 g/m2. Pemberian pupuk bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah itu benih di tebar. Benih ikan yang di tebar pertama kali adalah ikan lele di dalam waring setelah itu ikan nila di luar waring. Sebelum ditebar ikan harus diaklimatisasi agar ikan tidak mengalami stres karena perbedaan kondisi lingkungan diperairan.

Pemberian Pakan dan Molase

Pemberian pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Pemberian pakan didasarkan pada nilai FR (feeding rate) dari biomassa ikan lele tiap minggunya. Nilai FR yang digunakan selama pemeliharaan berturut-turut pada adalah sebesar 12%, 10%, 7%, 6%, 6%, dan 5%. Sedangkan pemberian molase diberikan sekali sehari dengan cara disebar secara merata pada media pemeliharaan ikan nila. Molase yang diberikan sebanyak 0,44 dari jumlah pakan harian, berdasarkan perhitungan C/N ratio (lampiran).

Pengukuran Kualitas Air dan Penghitungan Plankton

Kualitas air yang dihitung adalah suhu, DO, pH, alkalinitas, kesadahan dan kadar amoniak. Penghitungan suhu, DO dan PH menggunakan DO meter. Penghitungan plankton bertujuan untuk mengetahui kepadatan plankton dalam perairan. Plankton diambil menggunakan plankton net. Kemudian, plankton ditempatkan pada wadah dan diambil untuk dihitung jumlahnya di atas haemocytometer.

Sampling Pertumbuhan

Pengukuran pertumbuhan ikan meliputi pengukuran panjang dan bobot. Pengukuran panjang dan bobot ikan dilakukan seminggu sekali dengan sampel sebanyak 30 ekor ikan. Hasil pengukuran bobot ikan digunakan dalam estimasi banyaknya pakan yang akan diberikan (FR).

Page 33: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara memindahkan wadah pemeliharaan lele ke pinggir kolam. Ikan diambil dengan menggunakan jaring kemudian dipindahkan ke dalam tandon kemudian sortir untuk dijual.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan berbagai parameter yaitu: - Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate/SR)

Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup (survival rate/SR) digunakan Persamaan:

%100×=

NoNtSR

Keterangan: SR : Kelangsungan hidup/Survival Rate (%) Nt : Jumlah benih ikan akhir/panen (ekor)

No : Jumlah benih ikan awaL/penebaran (ekor). (Sumber: Effendi, 2004) - Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific Growth Rate) Untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik digunakan persamaan :

%1001 x

WoWtSGR t ⎥

⎤⎢⎣

⎡−=

Keterangan : SGR : Laju pertumbuhan spesifik (Spesific Growth Rate) (%/hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) W0 : Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t : Masa pemeliharaan (hari) (Sumber: Effendi, 2004) - Laju Pertumbuhan Harian

Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian digunakan persamaan :

GR = t

WoWt −

Ket : GR : Laju pertumbuhan harian (Growth Rate) Wt : Bobot ikan saat pengukuran t waktu Wo : Bobot ikan saat pengukuran di awal t : Waktu pengukuran saat sampling (Sumber: Effendi, 2004) - Efisiensi Pakan Rumus dari Efisiensi Pakan (EP) adalah sebagai berikut:

EP = (g/Kg)Dimakan yangPakan Banyak

(g/Kg)Tubuh Bobot n Pertambaha

(Sumber: Lovell, 1989)

Page 34: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

HASIL DAN PEMBAHASAN

9192

9394

9596

9798

99100

101

0 1 2 3 4 5 6

Waktu Sampling (minggu)

SR (%

)

SR ikanlele

SR ikannila

(a)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6

SGR(

%)

waktu sampling (minggu)

SGR ikan lele

SGR ikan nila

00.20.40.60.8

11.21.41.61.8

2

1 2 3 4 5 6

GR(g

r/ha

ri)

waktu sampling (minggu/ per 7 hari)

GR ikan lele

GR ikan nila

(b) (c) Gambar 1. (a) Grafik Tingkat Kelangsungan (SR), (b) Grafik Laju Pertumbuhan

Spesifik, dan (c) Grafik Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele dan ikan Nila

Budidaya ikan berbasis pellet atau yang lebih dikenal dengan budidaya ikan intensif merupakan kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Sistem budidaya seperti ini akan menghasilkan total beban limbah pakan yang lebih banyak daripada yang teretensi menjadi daging ikan. Limbah budidaya yang dimaksud merupakan akumulasi dari residu organik yang berasal dari pakan yang tidak termakan, ekskresi amoniak, feces dan partikel-partikel pakan (Avnimelech et al., 1994). Hal tersebut akan berdampak pada rendahnya efisiensi pakan yang dihasilkan. Oleh karena itu, kelimpahan bakteri sebagai single cell protein perlu ditingkatkan agar dapat mengurangi limbah N dengan cara memanipulasi lingkungan melalui C/N rasio. Selanjutnya, ikan filter feeder seperti ikan nila diharapkan mampu memanfaatkan single cell protein sebagai sumber pakan alternatif sehingga efisinsi pakan untuk usaha budidaya bisa dioptimalkan.

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa kelangsungan hidup ikan lele dan ikan nila yang dipelihara selama 46 hari masing-masing sebesar 94,625 % dan 98 %. Dari setiap sampling terjadi penurunan jumlah ikan. Penurunan drastis terjadi pada minggu pertama untuk ikan nila sedangkan pada ikan lele terjadi penurunan di minggu kedua. Hal ini disebabkan terjadinya stres pada ikan yang selanjutnya

Page 35: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

ikan menjadi rentan terhadap penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sulistyowati (2002) dalam Fitriah (2004), bahwa stres dianggap sebagai faktor utama penyebab penyakit karena stres akan mengganggu mekanisme sistem imun yaitu mekanisme fisiologis ikan untuk bertahan dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan, sehingga dapat mengurangi resistensi ikan. Di samping itu, penurunan SR pada ikan lele disebabkan terjadinya kanibalisme.

Laju pertumbuhan spesifik (SGR) pada ikan lele dan ikan nila berfluktuatif pada setiap minggunya. SGR ikan lele pada awal pemeliharaan (minggu ke-1) sebesar 2 % dengan nilai tertinggi pada minggu ke-4 sebesar 7,16 % dan nilai terendah pada minggu ke-5 sebesar 6,76 %. SGR ikan nila pada awal pemeliharaan (minggu ke-1) sebesar 2,27 % dengan nilai tertinggi pada minggu ke-4 sebesar 3,79% dan nilai terendah pada minggu ke-3 sebesar 1,18%. Ikan lele pada minggu ke-4 telah mencapai titik Critical Standing Crop (CSC) dimana ketika pemeliharaan dilanjutkan pertumbuhan akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pakan yang diberikan telah digunakan untuk pertahanan hidupnya (maintenance) bukan lagi untuk pertumbuhan. Sedangkan ikan nila mengalami fluktuatif nilai SGR karena diduga jumlah molase yang diberikan tidak tersebar secara merata sehingga nitrogen yang berasal dari amoniak limbah ikan lele tidak semuanya terikat oleh karbon dari molase. Ketidaksempurnaan karbon dalam mengikat nitrogen tersebut akan mempengaruhi kerja bakteri heterotrof di media pemeliharaan, dimana sebagian besar bakteri heterotrof memanfaatkan karbon yang berasal dari substrat molase.

Laju pertumbuhan harian (GR) pada ikan lele terus meningkat dan pada ikan nila berfluktuatif pada setiap minggunya. GR ikan lele pada awal pemeliharaan (minggu ke-1) sebesar 0,09g/hari dengan nilai tertinggi pada minggu ke-6 sebesar 1,77 g/hari. GR ikan nila pada awal pemeliharaan (minggu ke-1) sebesar 0,14 g/hari dengan nilai tertinggi pada minggu ke-4 sebesar 0.39g/hari dan nilai terendah pada minggu ke-3 sebesar 0,08 g/hari. Laju pertumbuhan harian (GR) ikan lele meningkat karena pakan yang diberikan memenuhi pertumbuhan yang optimal, sehingga GR selalu meningkat setiap minggunya. Sedangkan pada ikan nila tidak dilakukan pemberian pakan namun tetap terjadi pertumbuhan. Faktor utama penyebab pertumbuhan adalah ketersediaan bakteri dan tingkat konsumsi ikan nila. Ketersediaan bakteri ini tidak terlepas dari penambahan molase. Nilai efisiensi pemberian pakan menunjukkan jumlah pakan yang menghasilkan energi dan dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk kebutuhan kelangsungan hidup atau maintenance dan sisanya untuk pertumbuhan (Watanabe, 2002). Tingkat efisiensi pakan ikan lele sebesar 85,8% sedangkan tingkat efisiensi pakan untuk ikan nila tidak ada karena menggunakan pakan alami dan tidak diberi pakan tambahan dari luar. Hal ini diduga adanya peranan tambahan dari mikroba yang tumbuh akibat penambahan molase ke dalam media pemeliharaan seperti yang dinyatakan oleh Avnimelech (1994), bahwa bakteri dan mikroorganisme lainnya memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkan energi dan sumber karbon dan bersama dengan N di air memproduksi protein sel baru. Sehingga adanya penambahan molase ke dalam media pemeliharaan menyebabkan tumbuhnya pakan alami bagi ikan nila dan ikan lele. Tingkat efisiensi pakan berhubungan dengan feed convertion ratio (FCR) dimana saat tingkat efisiensi pakan tinggi, FCR yang dihasilkan rendah.

Page 36: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data FCR ikan lele sebesar 1,17. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dimanfaatkan oleh ikan lele secara optimal untuk mendukung pertumbuhan terutama dalam produksi daging. Selain itu, faktor kualitas air yang mendukung (khususnya amonia dan nitrit) juga sangat berpengaruh terhadap FCR yang diperoleh. Kualitas air yang mendukung ini disebabkan adanya penambahan molase sehingga amonia yang dihasilkan ikan lele akan diikat oleh karbon dari molase dengan bantuan bakteri heterotrof.

Secara umum kondisi kualitas air yang meliputi parameter suhu, kandungan oksigen terlarut, pH, amonia, alkalinitas dan kesadahan masih berada pada kisaran normal selama masa pemeliharaan dan masih mendukung terjadinya pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena kerja dari bakteri heterotrof yang berperan penting untuk menjaga keseimbangan kualitas air (Sugita et al, 1985 dalam Najamuddin, 2008). KESIMPULAN

Ikan nila dalam sistem budidaya berbasis trophic level dapat memanfaatkan limbah budidaya ikan lele melalui penambahan molase pada media pemeliharaan. Hasil yang diperoleh yaitu tingkat kelangsungan hidup, efisiensi pakan, dan FCR pada ikan lele masing-masing sebesar 94,625 %, 85,8 %, dan 1,17. Sedangkan pada ikan nila tingkat kelangsungan hidup sebesar 98 %. DAFTAR PUSTAKA

Avnimiech, Y., M. Kochva and Shaker. 1994. Development of Controlled Intensif Aquaculture Systems with A Limited Water Exchange and Adjusted Carbon to Nitrogen Ratio. Bamidgeh. 46 (3): 1999-131.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries

Science. Elsevier Scientific Publishing Company Amsterdam. 3125p.

Effendi, Irzal. 2004. Dasar-Dasar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya. Fitriah, Husnul. 2004. Pengaruh Penambahan Dosis Karbon Berbeda pada Media

Pemeliharaan terhadap Produksi Benih Lele Dumbo (Clarias sp.) Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hepher, B. And Prugnin. Y. 1990. Nutrition of Pond Fishes. Cambrige. University

Press. 388 pp. Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. An A VI Book. Published by Van

Nonstrand Reinhold. New York. 260pp.

Page 37: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Najamuddin, Musyawarah. 2008. Pengaruh Penambahan Dosis Karbon yang Berbeda terhadap Produksi Benih Ikan Patin (Pangasius sp.) pada Sistem Pendederan Intensif. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Watanabe, T. 2002. Effect of dietary protein levels and feeding period before

spawning on chemical components of eggs produced by red sea bream broodstock. Bull. Jpn. Soc. Sci. Fish. 51 (9) : 1501-1509.

Lampiran-Lampiran

(a) (b)

Gambar 2. (a). Proses Pemanenan dan (b) Ikan Lele Hasil Panen

Tabel 1. Nilai SR, GR, SGR, Efisiensi Pakan dan FCR dari ikan lele dan ikan nila

Sampling ke-

SR lele (%)

SR nila(%)

GR lele

(g/hari)

GR nila

(g/hari)

SGR lele (%)

SGR nila(%)

Efisiensi Pakan

ikan lele

FCR ikan lele

0 100 100 - - - - 1 98.8125 98.125 0.09 0.14 2.00 2.27 2 95.5 98.125 0.54 0.21 6.80 2.94 3 95.3125 98.125 0.75 0.08 7.00 1.18 4 95.125 98.125 1.06 0.39 7.16 3.79 5 94.75 98.125 1.27 0.28 6.76 2.78 6 94.625 98 1.77 0.30 6.80 2.70

85,8% 1,17

Tabel 2. Kelimpahan Fitoplankton

Sampling Jumlah 5 1,03 x 1016 individu 6 1,06 x 1016 individu

Page 38: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Tabel 3. Data Kualitas Air

pH Suhu DO (mg/l) Nitrit Amonia Alkalinitas 6.39 27.1 5.09 0.053 0.08 202.582 6.39 27.1 5.09 0.053 0.08 202.582 6.39 27.5 1.4 0.047 0.12 55.72 7.7 30.4 4.25 0.816 0.066 169.15

6.98 29.6 5.34 0.061 0.617 212.532 6.27 27.65 3.35 0.054 0.029 133.33 6.12 29 4.85 0.054 0.029 99.5

Perhitungan C/N ratio:

- Estimasi FCR pakan = 1,4 EP = 1/1,4 = 0,71 = 71% - Pakan pellet = 28% protein N dalam protein = 6,25

N dalam pellet = 0,28/6,25 = 0,0448 - Mollase mengandung 37% C - C/N bakteri = 5/1 - Daya konversi C oleh bakteri = 40%

M = Pt x B x Np x C/N bakteri x 1/dc x 1/% C mollase Keterangan: M = jumlah mollase yang dibutuhkan (gr)

Pt = protein pakan pellet yang terbuang (%) B = jumlah pakan harian (gr) Np = Nitrogen dalam pellet (%) dc = daya konversi karbon oleh bakteri (%) M = Pt x B x Np x C/N bakteri x 1/dc x 1/% C mollase = (1-0,71) x B x 0,045 x 5 x 1/0,4 x 1/0,37 = 0,44 B Jadi, mollase diberikan sebanyak 0,44 kali dari jumlah pakan harian.

Page 39: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PEMBERIAN TEPUNG LIMBAH UDANG YANG DIFERMENTASI DALAM RANSUM PAKAN BUATAN TERHADAP LAJU

PERTUMBUHAN, RASIO KONVERSI PAKAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH

IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Muhammad Hadi, Agustono dan Yudi Cahyoko, 2009. 14 hal.

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

tepung limbah udang yang difermentasi terhadap pertumbuhan ikan nila

(Oreochromis niloicus). Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian tepung

limbah udang yang difermentasi dalam pakan buatan yaitu 0%, 2,5%, 5%, 7,5%,

10%. Tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Komposisi pakan di susun secara isoprotein. Bobot ikan rata-rata 6,1 - 6,8 g. Ikan dipelihara dengan kepadatan 3

ekor per 20 liter air dan ikan dipelihara selama 40 hari. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot tubuh, rasio konversi pakan dan kelangsungan hidup. Analisis data menggunakan analisis ragam

Analysis of Variance (ANOVA) untuk mempengaruhi pengaruh perlakuan dan apabila terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tertinggi dicapai

pada pakan yang mengandung tepung limbah udang yang difermentasi sebesar

10%. Rasio konversi pakan terbaik dicapai pada perlakuan yang mengandung

tepung limbah udang yang difermentasi sebesar 10%.

Kata kunci : Ikan Nila, Tepung limbah udang yang difermentasi, laju

pertumbuhan

The Given Fermentation the Prawn Waste Flour in Artificial feed on Growth, feed Convertion Ratio and Survival Rate of Black

Nile Tilapia (Oreochromis niloticus).

Muhammad Hadi, Agustono dan Yudi Cahyoko, 2009. 14 P.

Abstract

The aim of this research was to find out optimum percentage of given

fermentation the prawn waste flour in artificial feed on growth of black nile

tilapia. The treatment of this research was giving fermentation the prawn waste

flour in artificial feed i.e. 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%. Each treatment was repeated

4 times. Feed compositon was made of isoprotein. Fishes weight were about 6.1 –

6.8 g. Fishes were cultured with stocking rate 3 fish per 20 liter water and the

fishes were reared for 40 days.

Feed amount that consumed by fishes was measured every day to calculate feed conversion ratio. The calculation of fishes amount was done in beginning and

end of research to count survival rate of fishes. Water quality was measured on

Page 40: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

beginning, middle and end of research. The design of this research was

Completely Randomized Design. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) to know the effect of the treatment and that difference among the

treatment used Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The result of the research showed that the highest growrth rate were attained

on feed containing 10% of fermented prawn waste flour. The best Feed Convertio Ratio were attained on feed containing 10% of fermented prawn waste flour.

Key word : Nile Tilapia, Fermentation the Prawn Waste Flour, Growth

Pendahuluan

Latar Belakang

Budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai prospek yang bagus

untuk dikembangkan di Indonesia, karena budidayanya dapat dilakukan di tambak

dan Karamba Jaring Apung (KJA) di perairan umum. Ikan nila (Oreochromis

nilolicus) mudah berkembang biak, pertumbuhannya cepat, ukuran badan relatif

besar, tahan terhadap penyakit, mudah beradaptasi dengan lingkungan, harganya

relatif murah dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein

hewani. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan omnivore, artinya

dapat memakan tumbuhan maupun hewan (Wardoyo, 2005). Kendala yang

dihadapi pembudidaya ikan saat ini adalah tingginya harga pakan komersil yang

mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan rendah.

Penyusunan ransum ikan sebaiknya digunakan protein yang berasal dari

sumber nabati dan hewani secara bersama-sama untuk mencapai keseimbangan

nutrisi dengan harga relatif murah (Mudjiman, 2002). Pakan yang diberikan pada

ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan, tersedia setiap saat,

dapat menjamin kesehatan dan harganya murah (Amri, 2006). Salah satu bahan

pakan alternatif sebagai sumber protein hewani adalah limbah udang yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan.

Widjaja (1993) dalam Poultry Indonesia (2007) menyatakan salah satu

pilihan sumber protein adalah tepung limbah udang. Tepung limbah udang

merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit

udang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa tepung limbah udang

mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar, 6,62% lemak, 18,65%

Page 41: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

abu, 13,16 BETN (Poultry Indonesia, 2007). Tepung limbah udang yang

digunakan dalam ransum pakan buatan hanya sebesar 10% dan bila dipakai

sebagai pengganti tepung ikan, maka tepung limbah udang mempunyai

kelemahan, yaitu serat kasar tinggi dan mempunyai khitin.

Berdasarkan hasil analisis ini terlihat bahwa kandungan protein kasar dari

tepung limbah udang cukup baik dijadikan sebagai bahan pakan ikan. Tingginya

kandungan serat kasar tepung limbah udang menjadi kendala dalam

penggunaannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan tepung limbah

udang dengan cara fermentasi. Al-Arif dan Setyono (2005) menyatakan

fermentasi bisa digunakan untuk mengolah bahan pakan yang sulit dicerna

menjadi lebih mudah dicerna.

Perumusan Masalah

Apakah pemberian tepung limbah udang yang difermentasi dalam ransum

pakan buatan akan memberikan pertumbuhan yang berbeda pada ikan nila

(Oreochromis niloicus)?

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

tepung limbah udang yang difermentasi terhadap pertumbuhan ikan nila

(Oreochromis niloicus).

Kegunaan

Kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah bagi ilmuwan,

mahasiswa dan para pembudidaya tentang kegunaan tepung limbah udang yang

difermentasi terhadap pertumbuhan ikan nila.

Page 42: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Metodologi Penelitian

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 18 Pebruari 2009– 29 Maret 2009 di

Laboratorium Pendidikan Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan dan

pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah bak plastik dengan tinggi 20

cm dan berdiameter 40 cm sebanyak 20 buah, selang aerasi dan batu aerasi, selang

sifon, timbangan, ayakan, penggiling tepung, seser, panci pengukus, seser,

timbangan dan penggaris, kertas lakmus, termometer, beker glass, ammonia test-

kit, botol winkler, pipet, labu erlenmeyer (volume 250-300 ml) serta oven.

Bahan Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Ikan uji

yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila (Oreochromis

niloticus) dengan berat rata – rata 6 gram sebanyak seratus ekor yang diperoleh

dari petani ikan Desa Jambangan, Surabaya, tepung limbah udang yang

difermentasi, tepung ikan, tepung jagung, tepung kedelai, mineral mix, vitamin

mix, tepung terigu, tetes tebu dan tepung bekicot.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metoda eksperimen, menggunakan

Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan

tersebut adalah perlakuan A adalah ransum mengandung 0% tepung limbah udang

difermentasi. Perlakuan B adalah ransum mengandung 2,5% tepung limbah udang

Page 43: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

difermentasi. Pelakuan C adalah ransum mengandung 5% tepung limbah udang

difermentasi. Perlakuan D adalah ransum mengandung 7,5% tepung limbah udang

difermentasi. Perlakuan E adalah ransum mengandung 10% tepung limbah udang

difermentasi.

Prosedur Kerja

Pembuatan Pakan

Bahan pakan yang akan digunakan, dianalisis proksimat untuk mengetahui

kandungan nutrisinya, Kemudian, ditentukan komposisi pakan antar perlakuan

yang dihitung dengan metode uji coba. Pakan buatan kering sebelum digunakan

dianalisis proksimat untuk mengetahui nilai nutrisinya. Pakan berupa pellet

ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut ikan dengan cara ditumbuk terlebih

dahulu.

Persiapan Ikan Uji.

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila (Oreochromis

niloticus) yang berbobot rata-rata 6 gram dengan panjang ± 6-7 cm. Ikan nila yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ikan yang sehat, tidak terserang penyakit

dan homogen. Setiap bak diisi 3 benih ikan nila yang diadaptasikan terlebih

dahulu.

Persiapan Bak dan Air Media Pemeliharaan.

Bak plastik yang digunakan berukuran tinggi 20 cm dan berdiameter 40 cm.

Bak yang digunakan sebelumnya dibersihkan dan disterilisasi terlebih dahulu agar

terhindar dari penyakit. Sebelum digunakan, bak penelitian dicuci menggunakan

sabun detergen dan dibilas sampai bersih selanjutnya bak dikeringkan.

Media pemeliharaan adalah air tawar yang sebelumnya diaerasi selama

satu hari. Air tersebut ditempatkan di dalam bak plastik berbentuk silinder yang

berjumlah 20 buah dan dilengkapi dengan aerator. Masing-masing bak diisi satu

ekor / 6,5 liter (Arie. 2007). Suhu air media pemeliharaan dipertahankan berkisar

antara 25-27oC dan pH 6-8.

Page 44: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Pemeliharaan Benih Ikan Nila

Selama pemeliharaan air diganti setiap hari sebanyak 50 % agar kualitas air

tetap baik. Penyifonan kotoran sisa pakan dan feses dilakukan setiap hari. Setiap

sepuluh hari sekali air diganti total bersamaan dengan waktu penimbangan ikan.

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi oksigen, suhu, pH

dan ammonia yang diukur pada awal, pertengahan dan akhir penelitian.

Cara Penimbangan Ikan

Sebelum ditimbang ikan dipuasakan dahulu selama satu hari, setelah itu

ikan ditimbang dengan cara mengambil wadah kecil yang berbentuk tabung yang

mempunyai tinggi 9 cm dan diameter 10 cm yang telah diberi air tawar dan

ditimbang terlebih dahulu, setelah itu baru ikan dimasukan ke dalam wadah dan

ditimbang lagi. Hasil berat ikan yang didapat yaitu berat timbangan akhir

dikurangi dengan berat timbangan awal.

Parameter Penelitian

Parameter uji utama pada penelitian ini adalah pertumbuhan ikan nila, rasio

konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan nila. Pertumbuhan yang diukur

adalah berat ikan. Penghitungan laju pertumbuhan harian dirumuskan oleh

Huismann (1976) sebagai berikut :

Wt = Wo (1 + 0,01 α)t

Keterangan : Wt = Bobot rata-rata individu ikan pada waktu t (g)

Wo = Bobot rata-rata individu ikan pada waktu t = 0 (g)

α = Laju pertumbuhan harian individu (%)

t = Waktu (hari)

Rasio konversi pakan dihitung berdasarkan pendapat Djarijah (1995)

sebagai berikut :

FCR = F______

(Wt + D) – W0

Keterangan : FCR = Rasio konversi pakan

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)

Wt = Berat akhir penelitian (g)

Wo = Berat awal penelitian (g)

D = Bobot ikan yang mati selama penelitian (g)

Page 45: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Kelangsungan hidup dapat dirumuskan (Mudjiman, 2002) sebagai berikut:

SR = Nt x 100%

No

Keterangan: SR = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor)

Parameter uji penunjang pada penelitian ini adalah kualitas air yaitu: suhu,

derajat keasaman (pH), oksigen terlarut dan ammonia (NH3).

Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk

mengetahui pengaruh perlakuan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar

perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan dengan derajat kepercayaan

95% (Rochiman, 1989).

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Laju Pertumbuhan Harian

Data biomassa dan bobot rata – rata ikan nila terdapat pada Lampiran 1.

Laju pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan harian rata – rata (%) ikan nila pada setiap perlakuan

selama penelitian 40 hari.

Perlakuan Laju Pertumbuhan Harian ± SD Transformasi √Y ± SD

A 0,56 ± 0,02 0,75d ± 0,01

B 0,66 ± 0,01 0,82c± 0,01

C 0,71 ± 0,04 0,84bc

± 0,03

D 0,75 ± 0,03 0,87b ± 0,02

E 1,05 ± 0,04 1,03a ± 0,02

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan Perbedaan (P<0.05%)

Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa bobot ikan tertinggi dicapai pada

pakan yang mengandung tepung limbah udang yang difermentasi sebesar 10%

Page 46: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

dan berturut-turut diikuti oleh pakan yang mengandung tepung limbah udang yang

difermentasi 7,5%, 5%, 2,5% dan 0%. Rata-rata pertumbuhan semakin meningkat

dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Laju pertumbuhan tertinggi didapat

pada perlakuan E (1,05%) dan laju pertumbuhan terendah didapat pada perlakuan

A (0,56%).

Rasio Konversi Pakan

Rata-rata rasio konversi pakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2. Rasio Konversi Pakan rata – rata ikan nila pada setiap perlakuan

selama penelitian 40 hari

.

Perlakuan Rasio konversi pakan ± SD

A 8,46a ± 0,29

B 7,63b± 0,52

C 6,84c ± 0,46

D 6,56c ± 0,54

E 4,53d ± 0,11

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan Perbedaan (P<0.05%)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan persentase tepung limbah

udang yang difermentasi dan diberikan dalam pakan sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%

dan 10% menghasilkan rasio konversi pakan yang berbeda (P<0,05). Rasio

konversi pakan tertinggi didapat pada perlakuan A (8,46) dan rasio konversi

pakan terendah pada perlakuan E (4,53). Semakin tinggi rasio konversi pakan

menunjukkan bahwa pakan yang dikonsumsi memiliki kualitas kurang bagus dan

efisiensi pakan jelek.

Kelangsungan Hidup Data kelangsungan hidup dapat dilihat pada Tabel 3. Data kelangsungan

hidup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil uji statistik (Lampiran 8)

menunjukkan bahwa persentase tepung limbah udang yang difermentasi dalam

Page 47: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

pakan sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% menghasilkan kelangsungan hidup

yang sama (P>0.05).

Tabel 3. Kelangsungan hidup rata – rata (%) ikan nila pada setiap perlakuan selama penelitian 40 hari

Perlakuan Kelangsungan Hidup ± SD Transformasi arcsin√Y ± SD

A 67 ± 0 54.74a ± 0

B 75 ± 16,5 63.1a± 16,72

C 67 ± 0 54.74a ± 0

D 67 ± 0 54.74a ± 0

E 67 ± 0 54.74a ± 0

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan Perbedaan (P>0.05%)

Kualitas Air

Data nilai kisaran kualitas air selama penelitian selama 40 hari dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Nilai kisaran kualitas air selama penelitian.

Parameter Kualitas Air Nilai Kisaran

Suhu

pH

Oksigen Terlarut

Ammonia

27°– 28° C

7 – 7,5

5 – 6 mg/L

0,006 – 0,02 mg/L

Pembahasan

Pertambahan bobot atau panjang tubuh pada waktu tertentu disebut

pertumbuhan mutlak (Effendi, 1997). Rata-rata pertumbuhan ikan pada penelitian

ini mengalami peningktan seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.

Laju pertumbuhan berkaitan erat dengan pertambahan bobot yang berasal dari

penggunaan protein, lemak, karbohidrat dari pakan yang dikonsumsi ikan

(Bardach et al., 1972). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

Page 48: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

tertinggi didapat pada perlakuan pakan yang mengandung tepung limbah udang

yang difermentasi sebanyak 10%. Kualitas tepung ikan secara umum lebih baik

dari tepung limbah udang, namun tepung ikan menghasilkan laju pertumbuhan

yang rendah. Tepung ikan yang dipakai diduga mempunyai kualitas protein dan

komposisi asam amino rendah yang disebabkan oleh cara penyimpanan, cara

pembuatan maupun adanya subalan.

Peningkatan laju pertumbuhan ini diduga karena tepung limbah udang yang

difermentasi mengambil peranan asam amino yang dikandung oleh tepung ikan.

Protein dalam pakan yang diberikan dapat dicerna dengan baik oleh ikan serta

kandungan asam amino dalam pakan tersebut dapat menunjang dalam

pertumbuhan ikan nila.

Asam amino esesnsial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan adalah arginin,

lisin dan histidin. Arginin merupakan asam amino yang sangat diperlukan bagi

pertumbuhan optimal ikan muda. Di samping berperan dalam sintesia protein,

arginin juga berperan dalam biosintesis urea. Histidin merupakan asam amino

esensial bagi pertumbuhan larva dan anak-anak ikan. Histidin diperlukan untuk

menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh.

Tacon (1986) dalam Haetami dkk. (2006) menjelaskan bahwa serat kasar

bukan merupakan zat gizi bagi benih ikan karena tidak dapat dicerna oleh benih

ikan. Toleransi serat kasar benih ikan nila hanya empat persen Sedangkan

menurut Mudjiman (1994), batasan serat yang terkandung dalam pakan ikan

adalah delapan persen. Serat kasar yang terkandung dalam limbah udang diduga

terdegradasi karena proses fermentasi. Fermentasi yang dilakukan oleh bakteri,

mengakibatkan perubahan kimia dari suatu senyawa yang bersifat kompleks

menjadi senyawa yang sederhana, sehingga dapat memberikan efek positif

(Haetami, 2006). Serat kasar yang terkandung dalam pakan perlakuan E masih

bisa ditolerir.

Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang

dikonsumsi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan.

Rasio konversi pakan dalam penelitian ini secara statistik menunjukkan

perbedaan yang nyata. Rasio konversi pakan pada perlakuan E (10%) adalah 4,53,

sedangkan pada perlakuan A (0%) adalah 8,46. Semakin tinggi rasio konversi

Page 49: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

pakan menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan semakin tidak efektif dan

efisien. Nilai konversi terbaik dicapai pada perlakuan E (10%) karena pakan dapat

menghasilkan pertumbuhan tertinggi.

Pakan yang mengandung 10% tepung limbah udang yang difermentasi

dapat menghasilkan pertumbuhan tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa tepung

limbah udang yang difermentasi dapat dimanfaatkan oleh ikan nila. Pertumbuhan

tertinggi akan menghasilkan rasio konversi pakan yang lebih baik dibandingkan

perlakuan yang lain. Kandungan khitin yang terkandung dalm tepung limbah

udang yang difermentasi diduga dapat dipecah menjadi bentuk yang sederhana

sehingga dapat dicerna. Shiau dan Yu (1999) dalam Jatomea et al. (2002)

menjelaskan bahwa khitin mempunyai dampak yang kurang baik terhadap

pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada ikan nila. Fox et al. (1999) dalam

Jatomea et al. (2002) menjelaskan bahwa dampak dari khitin dapat dihindari

dengan proses fermentasi yang dapat memecah khitin

Poesponegoro (1975) dalam Amri (2007) menyatakan hasil fermentasi

diantaranya akan mempunyai nilai gizi yang tinggi, yaitu mengubah bahan

makanan yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicerna

menjadi mudah dicerna dan menghasilkan aroma dan flavor yang khas.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan persentase pemberian

tepung limbah udang yang difermentasi dalam pakan menghasilkan kelangsungan

hidup yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada perlakuan E (10%) sebesar 67%

dan perlakuan A (0%) sebesar 67%. Kematian ikan yang terjadi selama penelitian

diduga adanya beberapa faktor diantaranya penangganan ikan yang kurang hati-

hati. Pengambilan dan penimbangan ikan, pemindahan ke bak-bak percobaan pada

awal penelitian yang kurang hati-hati dapat menyebabakan ikan berontak dan

terluka menyebabkan bakteri masuk sehingga dapat menimbulkan kematian.

Subagyo dkk (1998) menyatakan bahwa kemungkinan penyebab rendahnya

kelangsungan hidup ikan karena ikan dalam keadaan lemah sebagai akibat

seringnya dilakukan pengambilan contoh (sampling).

Selama penelitian, suhu air berkisar antara 27o-28

oC. Pada kisaran suhu

tersebut, benih ikan nila dapat hidup dengan baik nafsu makannya tinggi. Santoso

(1996) menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan dan

Page 50: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

perkembangbiakan ikan nila sebesar 25-30o

C. Selama penelitian berlangsung pH

air berkisar antara 7-7,5. Lovell (1989) menyatakan bahwa ikan nila mampu

mentolelir pH air antara 5-11.

Oksigen terlarut dalam media penelitian mempengaruhi tingkat

kelangsungan hidup benih. Konsentrasi oksigen terlarut dalam penelitian ini

berkisar antara 5-6 mg/L. Boyd (1990) memberikan kisaran oksigen yang baik

bagi kehidupan ikan nila yaitu lebih dari 5 mg/L. Konsentrasi ammonia selama

penelitian berkisar antara 0,006-0,02 mg/L.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

a) Dosis tepung limbah udang yang difermentasi sebanyak 10 % yang

diberikan dalam ransum pakan buatan dapat meningkatkan laju

pertumbuhan pada pemeliharaan benih ikan nila.

b) Pemberian tepung limbah udang yang difermentasi pada ransum pakan

buatan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap rasio konversi

pakan.

c) Pemberian tepung limbah udang yang difermentasi pada ransum pakan

buatan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap tingkat

kelangsungan hidup.

Saran Perlu adanya penelitian lanjutan untuk menentukan batas pemakaian

tepung limbah udang yang difermentasi dalam pakan untuk mengetahui

pertumbuhan ikan nila.

Daftar Pustaka

Al-Arif, M. A dan H. Setyono. 2005. Pengolahan Bahan Pakan Ternak.

Universitas Airlangga. hal. 31.

Amri, M. 2006. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Dalam Pakan Terhadap Performa Ikan Mas (Cyprinus Carpio L). Universitas Bung Hatta. hal. 1-5.

Page 51: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Amri, M. 2007. Pengaruh Bungkil Inti Sawit Dalam Pakan Terhadap

Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, ( 9 ) : 71-76.

Arie, U. 2007. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta.

hal. 7-10.

Bardach, J. E., J. H. Ryther and W. C. McLarney. 1972. Aquaculture. Willey Inter-Science. New York. p 98-105.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama Agricultural

Experiment Station Auburn University. Birmingham Publishing Co.

Alabama. p 75-88.

Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. 86 hal.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

hal. 92-105

Haetami, K., I. Susangka dan I. Maulina. 2006. Suplementasi Asam Amino

Pada Pelet yang Mengandung Silase Ampas Tahu Dan Implikasinya

Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.

Bandung. 33 hal.

Huismann, E.A. 1976. Food Conversion Efficiencies at Maintenance and

Production Level for Carp, Ciprinus carpio L. and Rainbow Trout, Salmo gairdneri Richardson. Aquaculture, 9 : 259 – 273.

Jatomea, M. P., M. A. O. Novoa., J. L. A. Figueroa., G. M. Hall and K. Shirai. 2002. Feasibility of Fishmeal Replecment by Shrimp Head Silage Protein

Hydrolysate in Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Diets. Journal of The Science of Food and Agriculture, 82 : 753 – 759.

Lovell, T. 1989. Nutrition & Feeding of Fish. Published by Van National

Reinhold. NewYork. p 77-79.

Mudjiman, A. 1994. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. hal. 98-120.

Mudjiman, A. 2002. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. hal. 100 - 151.

Poultry Indonesia. 2007. Limbah Udang Pengganti Tepung Ikan. http://www.poutryindonesia.com/ 5 / 09 /2008. 1 hal.

Rochiman, K. 1989. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak

Lengkap. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 53-104

Santoso. 1996. Budidaya Nila. Kanisius. Yogyakarta. hal. 21.

Page 52: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Subagyo, S. Asih, Idris, dan Z, Jangkari. 1992. Pengujian Hormon Dalam Tablet

Pengalihan Kelamin Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Buletin Penilitian Perikanan Darat. Volume 11 No.2, Juni 1992. Badan dan Pengembangan

Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor. hal. 65-73.

Suyanto, 2002. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 1- 6.

Page 53: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

r

Jurnal lktiologi Indonesia, Volunte 3, Nomor l, Juni 2003

PENGARUH PEMBERIAN SELULOSA DALAM PAKAN TERHADAPKONDISI BIOLOGIS BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramiLac)

[Effect of sellulose in dietary on the biological conditionof giant gouramy fry (Osphronemus goarami Lac)l

Zulfa Yandest, Ridwan Affandi2 dan Ing Mokogintazt Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Hazairin, Bengkulu

2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor

ABSTRAK

Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian selulosa dalam pakan terhadap kondisi biologis yaitu aktivitas endoenzim(protease) di usus dan lambung (APU dan APL), intestine somatik indek (lSI), hepato somatik indek (HSI), rasio panjang usus/panjangtubuh (PU/PT), rasio berat larnbung/berat tubuh (BL/BT), laju pertumbuhan harian (DGR) dan kornposisi kimia tubuh benih ikan gurami.Dua macam pakan yang digunakan yaitu yang mengandung protein dan energi yang relatif sama yaitu berturut-turut 4l .8842.25Yo dan3084.9-3l28.9kkal/kgpakan,dengankandunganselulosayangdigunakandalampakanmasing-masingadalah2,6%odan19,3Vo. lktli, dipelihara dalam akuarium dengan menggunakan sistem resirkulasi. Masing-masing akuarium diisi ikan sebanyak 50 ekor dengan bobot awal0.6-0.8gram. Selamapemeliharaanikandiberipakansampai kenyang. Ikandiberipakan tigakalisehari yaitupukul 8pagi, l2siangdan4sore. Setelah 60 hari pemeliharaan (pada akhir percobaan) dilakukan evaluasi pengaruh selulosa terhadap kondisi biologis benih ikangurami yaitu APU dan APL, ISI, HSI, PU/PT, BL/BT, DGR dan komposisi kimia tubuh.

Hasil percobaan menunjukan bahwa penambahan selulosa sebesar 19,37o dalam pakan memberi pengaruh terhadap APU, APL, ISl,HSI, PU/PT, dan BL/BT (P<0.05), namun tidak meningkatkan laju perhrmbuhan benih ikan gurami (P>0.05).

Kata kunci: Selulosa, benih ikan Gurami Osphronemus gouramiLac.

ABSTRACT

An experiment was conducted to evaluate the effect of different dietary level of cellulose on the biological condition such as proteaseactivity in intestine (APU) and stomach (APL), intestine somatic index (ISI), intestine-body length ratio (PU/PT), the chemical compositionof giant gourilny fry stomach-body weigh ratio (BL/BT), and growth rate (DGR), and of giant gouramy fry. Two isonitrogenous (41.9-42.2Yo crude protein) and isocaloric (3084.9-3128.9 kcal digestible energy/kg of feed) practical diets contained either 2.6Vo and 19.3Vocellulose/kg of feed respectively, were fed to giant gouramy to giant gouramy fry. Types were fed on the experimental diet at satiation, threetimes daily for 60 days- Fish fry were placed in each aquarium (60 x 40 x 30 cm in size).

The result showed that feed containing 19.3% ofcellulose affected in proease activity in intestine (APU) and stomach (APL), intestinesomatic index (ISI), intestine-body length ratio (PU/PT), stomach-body rveigh ratio (BL/BT) (p<0.05) but it did not affect the specificgrowth rate (DGR) (p>0 05).

Key words: Sellulose, giant gouramy fry Osphronemus gouramiLac.

PENDAHULUANIkan Gurami dianggap sebagai ikan yang

pertumbuhannya lambat, namun karena banyak

yang menyukainya, maka ikan ini banyak

dibudidayakan.

Upaya untuk memacu laju pertumbuhan ikan

ini telah banyak dilakukan melalui berbagai

pendekatan antara lain melalui pelacakan potensi

fumbuh (Rachmawati, 1999), optimalisasi suhu

media budidaya (Hermanto, 2000) dan melalui

pelacakan kebutuhan nutrisi (Mokoginta dkk, 1994).

Walaupun demikian, penelitian-penelitian yang

lebih mendalam masih perlu dilakukan agar

informasi yang diperoleh dapat dijadikan landasan

untuk memacu pertumbuhan ikan ini sehingga masa

pemeliharaan ikan dari benih hingga ukuran

konsumsi relatif sama dengan ikan-ikan konsumsi

lainnya.

Pada kondisi lingkungan yang optimal

pertumbuhan ikan ditentukan oleh jumlah dan mutu

pakan yang dikonsumsi. Pakan yang dikonsumsi

untuk dapat digunakan dalam proses biosintesis

yang menghasilkan peftumbuhan harus melalui

proses pencemaan dan penyerapan pada saluran

pencernaan terlebih dahulu. Dengan demikian

kondisi saluran pencernaan memegang peranan

27

Page 54: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

-

Yandes, et al - Pengaruh Pemberian Selulosa dalam Pakan Terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami

penting dalam mengubah pakan (senyawa komplek)

menjadi nutrien (senyawa sederhana) sebagai bahan

baku dalam proses biosintesis tersebut.

Adanya fakta bahwa proses pencernaan dan

penyerapan berkaitan dengan panjang usus dan

panjang usus pada ikan berkaitan dengan kondisi

pakan (khususnya kandungan komponen yang sulit

dicema) maka telah dilakukan penelitian dengan

tujuan untuk mengetahui pengaruh selulosa terhadap

kondisi biologis benih ikan gurami, khususnya

pertambahan rasio panjang usus/panjang tubuh dan

aktivitas enzim proteasenya. Dengan bertambah

panjangnya usus dan meningkatnya aktivitas

protease ikan gurami dibandingkan dengan kondisi

normal, diharapkan jumlah pakan yang dapat

dicerna dan diserap menjadi lebih banyak, sehingga

dapat meningkatkan efisiensi pakan dan laju

pertumbuhan.

METODOLOGIPenelitian dilaksanakan dari bulan April

hingga bulan Juli 2002, beftempat di Laboratorium

Fisiologi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

berupa eksperimental dengan menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua

taraf perlakuan yaitu penambahan 0%o selulosa dan

15 0/o selulosa dalam pakan dengan 9 ulangan.

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan

gurami berumur 42 hari dengan ukuran bobot 0.6 -0.8 gram, diperoleh dari hasil penetasan telur yang

berasal dari satu ekor induk yang dipelihara selama

42 hari. Selama pemeliharaan diberi pakan alami

(artemia dan cacing sutra). Padat penebaran yang

digunakan adalah 50 ekor/akuarium.

Wadah penelitian berupa akuarium ( 60 x 40 x

30 cm 3) yang diisi air sebanyak 60 liter. Setiap hari

dilakukan pergantian air sebanyak + 70oh dafi

volume air dan setiap tiga hari dilakukan pergantian

air secara total. Penyiponan dilakukan tiga kali

setiap hari. Air diaerasi selama penelitian. Tandon

air pada sistim resirkulasi dilengkapi dengan heater.

Suhu air selama penelitian adalah 29 - 30oC

(optimal untuk perfumbuhan).

Dua macam pakan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pakan buatan iso protein dan

iso energi (kering) dengan kadar protein 40%o dan

rasio energi protein 7.5 k:kal DE/gram protein.

Komposisi pakan percobaan disajikan pada Tabel l.lkan dipelihara selama 60 hari, Setiap 15 hari

sekali dilakukan pengukuran bobot dan panjang

ikan, Selama pemeliharaan ikan diberi pakan tiga

kali sehari yaitu pukul 8 pagi, 12 siang dan 4 sore,

ikan diberi makan sampai kenyang, Setelah 60 hari

pemeliharaan (pada akhir penelitian) dilakukan

pengukuran panjang dan bobot tubuh, panjang usus,

bobot usus, bobot lambung, bobot hati, aktivitas

endoenzim (protease) pada lambung, usus dan

komposisi kimiawi tubuh.

Tabel 1. Komposisi pakan percobaan

Bahan pakan (%o)Selulosa dalam pakan (7o)

2,6 19,3

Tepung udang

Tepung ikan

Dekstrin

Minyak jagung

Minyak ikan

Vitamin mix

Mineral mixKolin klorida

Carboxy methylcellulose

Selulosa

Komposisi Proksimat(% bobot kering)

Protein

Lemak

Abu

Serat kasar

BETN

DE (klial/kg pakan)

C/P (kkal/gprotein)

Keterangan: BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen DE :digestible energy yang diperhitungkan dari:I g protein: 3,5 kcal; I g lemak: 8,1 kcal;1 g karbohidrat = 2,5 kcal G\fRC, 1983)

25,s0

30,42

25,85

3,37

5,06

1,50

5,80

0,50

2,0

0,0

41,88

10,05

13,23

2,64

32,20

3084,9

7,37

25,50

30,42

4,06

6,09

9.13

1,50

5,80

0,50

2,0

15,0

42,25

18,26

tJ,J/

19,28

6.84

3128,9

7,41

28

Page 55: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

t-

Analisis KimiaAnalisis aktivitas endoenzim (protease)

dilakukan pada segmen lambung dan usus ikan uji,

Prosedur analisis dilakukan menurut Fengxie (1988)

dalam Wijayanti (1993). Sedangkan analisis

proksimat dilakukan terhadap bahan pakan, pakan

percobaan, dan sampel tubuh ikan pada akhir

penelitian. Analisis dilakukan menurut Takeuchi

(1e88).

Analisis StatistikUntuk mengevaluasi pengaruh pemberian

selulosa dalam pakan dilakukan uji F dengan

parameter yang diuji adalah rasio panjang usus

terhadap panjang tubuh ikan, Intestino Somatik

Indeks (bobot usus per bobot tubuh), Hepato

Somatik Indeks (bobot hati per bobot tubuh), bobot

Jurnal lktiologi Indonesia, l/olume 3, Nomor ] , Juni 2003

lambung per bobot tubuh, aktivitas enzim protease

dan laju pertumbuhan harian.

HASIL DAN PEMBAHASANData mengenai kondisi biologis benih ikan

gurami setelah 60 hari pemeliharaan dapat dilihatpada Tabel 2. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui

bahwa pemberian 19,3 % selulosa dalam pakan

benih ikan gurami menghasilkan nilai PU/PT, ISI,

HSI, BL/BT, APL dan APU lebih tinggi dari

perlakuan 2,6 o/o selulosa (p<0,05) namun DGR

lebih rendah dari perlakuan 2,6 % selulosa

(p>0,05), Sedangkan kelangsungan hidup (SR) ikan

selama percobaan adalah sama (100%), Tabel 3

memperlihatkan komposisi kimiawi (proksimat)

tubuh ikan pada akhir percobaan.

Tabel2. Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT), bobot usus per bobot tubuh (Intestino SomatikIndeks : ISI), bobot hati per bobot tubuh (Hepato Somatik Indeks : HSI), bobot lambung per bobottubuh (BL/BT), Aktivitas protease pada lambung (APL) dan pada usus (APU), laju pertumbuhanharian (Daily Growth Rate : DGR) dan survival rate (SR) dari setiap percobaan masing-masingperlakuan.

Parameter Selulosa Dalam Pakan (7o)

19,32,6

PU/PT

ISI

HSI

BLlBT

APL

APU

DGR

sR (%)

1,24 I 0,01b

1 ,86 + 0, l2b

1,56 r 0,08b

2,00 + 0,06b

1,24 + 0,25b

I ,05 + 0,1 8b

5,71 + 0,14^

100

1,47 + 0,01^

2,50 + 0,20^

I ,84 r 0, 15"

2,38 + 0,07"

2,27 + 0,24^

2,31 + 0,3 1"

5,50 + 0,08b

100

Keterangan: Huruf yang berbeda menyatakan ada perbedaan antar perlakuan (p < 0,05)

Tabel 3, Komposisi kimiawi (proksimat) tubuh rata-rata ikan uji pada akhir percobaan.

Proksimat tubuh (%) Perlakuan2,6% 19,3%

Protein

Lemak

Abu

Serat Kasar

BETN

55,48

27,65

12,61

0,12

4,14

56,79

29,03

12,49

0,l9I,55

29

Page 56: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

I

Yandes, et al - Pengaruh Pemberian Selulosa dalam Pakan Terhadap Kondisi Biologis Benih lkan Gurami

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kadar

protein dan lemak tubuh ikan pada akhir percobaan

pada perlakuan 19,3oh selulosa sedikit lebih tinggi

dibandingkan perlakuan 2,6 o/o selulosa. Sedangkan

untuk kadar abu relatif sama. Sebaran bobot

individu ikan dari perlakuan 2,6%o dan 19,3o

selulosa dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar

tersebut memperlihatkan bahwa frekuensi sebaran

bobot individu ikan tertinggi pada akhir percobaan

untuk perlakuan 2,60/o dicapai pada kisaran bobot

yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 19,3%

selulosa.

PU/PT, ISI, HSI, BL/BT, APL dan APU

perlakuan 19,3o2 selulosa lebih tinggi dibandingkan

perlakuan 2,60 selulosa (Tabel 2), Adanya

kandungan l9,3Vo selulosa dalam pakan yang

merupakan bahan yang yang sulit dicerna telah

menyebabkan terjadinya respon berupa adaptasi

biologis atau penyesuaian alat pencernaan (usus dan

lambung) terhadap pakan yang mengandung serat

tinggi (selulosa) tersebut dengan cara memper-

panjang usus dan peningkatan bobot lambung.

Peningkatan panjang usus tersebut menyebabkan

bobot usus juga meningkat (ISI meningkat).

Opuszyushi dan Shireman (1995) menyatakan

bahwa adanya perbedaan perbandingan panjang

usus dengan panjang tubuh dari tiga golongan ikan

(herbivor, omnivor dan karnivor) mencerminkan

penyesuaian dari usus terhadap tingkat kompleksitas

pakan yang dimakan. Effendie (1997) menyatakan

bahwa keadaan usus yang panjang pada ikan

herbivor berfungsi sebagai penahan pakan dalam

jumlah yang besar dalam waktu yang lama.

Selanjutnya dikatakan bahwa panjang usus sebagai

gambaran dari spesialisasi penyesuaian di dalam

ekologi kebiasaan pakan. Affandi, (1993)juga telah

meneliti rasio panjang usus dengan panjang tubuh

ikan gurami dari berbagai ukuran. Hasil pene-

litiannya menunjukkan bahwa saluran pencernaan

ikan gurami masih mengalami perkembangan

walaupun strukturnya telah sempurna (memiliki

segmen-segmen yang lengkap). Dengan demikian

selama pertumbuhannya, ikan gurami mengalami

perubahan dalam hal perbandingan panjang usus

terhadap panjang tubuh, dari karakter ikan karnivor

ke karakter ikan omnivor atau herbivor. Selanjutnya

dikatakan bahwa adanya perubahan nilai PU/PT

pada ikan gurami yang berhubungan dengan

perubahan ukuran dan perubahan komposisi pakan

juga sesuai dengan hasil penelitian Kapoor et al,

(1e75).

35

30

25

itoaI115

L

10

5

0

"nd oo/usf ".?t ...P

'.t| "o?t ""f ^ordft ^-tBobot (g)

Gambar 1. Histogram sebaran bobot individu ikan uji (g) pada masing-masing perlakuan Q.6o/o dan 19.3% selulosa) pada akhir percobaan.

30

Page 57: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

-

Selanjutnya bertarnbah panjangnya usus

tersebut diduga telah meningkatkan jumlah sel

enterosite, meningkatkan lama kontak pakan dengan

enzim dan meningkatkan jumlah sel sekretori.

Peningkatan jumlah sel enterosite akan menyebab-

kan jumlah nutrien yang diserap meningkat

sehingga HSI meningkat. Peningkatan HSI inimenunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah

nutrien yang diserap menyebabkan jumlah nutrien

yang terakumulasi pada hati meningkat. Pening-

katan lama kontak pakan dengan enzim akan

menyebabkan peningkatan proses pencernaan

sehingga ketersediaan zat tercema akan meningkat.

Sedangkan peningkatan jumlah sel sekretori akan

menyebabkan jumlah produksi enzim meningkat

sehingga APL dan APU meningkat. Hepher (1988)

menyatakan kecemaan pakan dipengaruhi oleh;

keberadaan enzim dalam saluran pencemaan,

tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan dan

lamanya pakan yang dimakan bereaksi dengan

enzim pencernaan.

Wijayanti (1993) telah melakukan penelitian

tentang aktivitas protease pada benih ikan gurami.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aktivitas

protease (AP) meningkat dengan bertambahnya

umur benih ikan gurami (perbedaan umur mempe-

ngaruhi AP). Dikatakan juga bahwa hal tersebut

sesuai dengan hasil penelitian Lauff, M. dan R.

Hofer (1984). Suryanti (2002) juga melakukan

penelitian tentang aktivitas enzim pencernaan pada

larva ikan baung. Hasil penelitiannya juga

menunjukkan bahwa aktivitas protease dan lipase

meningkat sesuai perkembangan umur ikan. Arlia(1994) dalam Suryanti (2002) menyatakan bahwa

peningkatan aktivitas enzim ada kaitannya dengan

perkembangan alat pencernaan. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa peningkatan aktivitas enzim

ini disebabkan oleh semakin sempurnanya alat

pencernaan ikan. Hal ini erat kaitannya dengan

jumlah sel sekretori (sel penghasil enzim). Dari hasil

penelitian tersebut mungkin dapat juga dipakai

sebagai dasar bahwa dengan bertambah panjangnya

usus akan meningkatkan jumlah sel sekretori

Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor I, Juni 2003

sehingga produksi enzim meningkat seperti yang

telah dikemukakan di atas.

Laju pertumbuhan harian pada perlakuan

19,3% selulosa lebih rendah dibandingkan perla-

kuan 2,6oh selulosa (Tabel 2). Begitu juga dengan

kisaran bobot individu ikan pada akhir penelitian

memperlihatkan bahwa pertumbuhan ikan perlaku-

an 19,3Yo selulosa lebih rendah dibanding perlakuan

2,6Yo selulosa (Gambar l). Hal tersebut terjadikarena adanya respon adaptasi usus terhadap pakan

yang mengandung 19,3%o selulosa dengan jalan

memperpanjang usus yang membutuhkan energi

ekstra. Hal ini menyebabkan kebutuhan energi untuk

perlakuan 19,3o selulosa lebih banyak dariperlakuan 2,6%o selulosa. Sedangkan pakan yang

diberikan untuk kedua perlakuan kandungan protein

dan energinya relatif sama. Dengan demikian

meskipun dengan bertambah panjangnya usus akan

meningkatkan jumlah nutrien yang diserap tetapi

karena kebutuhan energi untuk metabolisme standar

(sda) meningkat maka jumlah nutrien yang

dikatabolisme juga akan meningkat sehingga

pertumbuhan akan terhambat yang terlihat dari

rendahnya pertumbuhan pada ikan yang diberipakan mengandung 19,3% selulosa.

Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan

energi setelah energi yang tersedia digunakan untukmetabolisme standar, energi untuk pencernaan dan

energi untuk aktivitas. Page dan Andrews (1973)

menyatakan, apabila terjadi kekurangan energi,

protein tubuh akan dibakar untuk menghasilkan

energi bebas. Sebaliknya apabila kandungan energi

relatif tinggi maka tingkat konsumsi pakan akan

menurun, sehingga intake nutrien lainnya seperti

protein akan turun. Hal ini akan mengakibatkan

pertumbuhan terhambat. Effendie (1997) menyata-

kan bahwa perhrmbuhan terjadi apabila ada

kelebihan input energi dan asam amino (protein)

berasal dari pakan. Untuk dapat tumbuh ikan

memerlukan energi. Sebelum digunakan untukperh.rn-rbuhan, energi terlebih dahulu digunakan

untuk memenuhi seluruh altivitas dan pemeliharaan

tubuh melalui proses metabolisme (NRC, 1993).

3l

Page 58: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Yantles'etal.PengaruhPemberianSelulosadalamPakanTerhadapKondisiBiologisBenihlkanGurami

Pemberian pakan yang mengandung 19,30lo

selulosa masih dapat ditolerir oleh benih ikan

Gurami, hal ini terlihat dari tidak adanya ikan yang

mati selama penelitian (SR 100 o/o) dan pada kadar

tersebut (pertumbuhan tidak begitu berbeda dengan

perlakuan 2,60 ). Hal ini berarti bahwa pemberian

pakan yang mengandung selulosa tinggi asalkan

kandungan protein dan energinyatetap tinggi maka

selulosa tersebut tidak akan terlalu berpengaruh

terhadap penurunan pertumbuhan. Dengan demikian

melalui perancangan pakan yang tepat, memacu

pemanjangan usus dapat dilakukan tanpa menggang-

gu pertumbuhan. Dengan bertambah panjangnya

usus dan meningkatnya aktivitas enzim protease

ikan gurami dibandingkan kondisi nonnal, diharap-

kan pada pembesaran ikan gurami selanjutnya yakni

dengan pemberian pakan yang optimal (sesuai

kebutuhan), diharapkan jumlah pakan yang dapat

dicerna dan diserap menjadi lebih banyak sehingga

dapat meningkatkan efisiensi pakan dan laju

pertumbuhan.

KESIMPULANDAN SARAN

Pemberian pakan dengan kandungan selulosa

l9,3Yo dapat meningkatkan rasio panjang usus/

panjang tubuh (PU/PT), intestin somatik indek (ISI)'

hepato somatik indek (HSI), berat lambun! betat

tubuh (BL/BT) dan aktivitas protease di lambung

(APL) dan di usus (APU) benih ikan Gurami'

Namun pemberian pakan dengan kandungan

selulosa l9,3Yo menyebabkan laju pertumbuhan

lebih rendah.

Untuk mengetahui dampak lanjut dari

pemanjangan melalui pemberian pakan berselulosa

tinggi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut'

DAFTARPUSTAKAAffandi, R. 1993. Studi kebiasaan makanan ikan

gurami Osphronemus gouramy' J' Ilmu-ilmu

Perairan dan Perikanan Indonesia 1 (2) : 56-

57.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan' Penerbit

Yayasan Pustaka Nusatama' Yogyakarta' 163

hal.

Hennanto, 2000. Optimalisasi suhu media pada

pemeliharan benih ikan gurami (Osphronemus

gouramy Lac.). Tesis. Program Pascasarjana'

IPB. Bogor. 63 Hal.

Hepher, B. 1988. Nutrition of pond fishes'

Cambridge University Press. New York' 388

pp.

Kapoor, B. G., Smith, T dan I. A. Verighina.l9T5'The alimentary canal and digestion in teleosts,

Adv. Mar. Biol., 13 : 110-211.

Lauff, M and Hofer. 1984

Mokoginta, I; M. A. Suprayudi dan M. Setiawati'

1994. Kebutuhan nutrisi ikan gurami

(Osphronemus gzuramY Lac.) untuk

pertumbuhan dan reproduksi. Laporan

penelitian hibah bersaing lI/2 perguruan tinggi

tahun anggaran 199411995- Direktorat

Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada

Masyasarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi

Depdikbud. Fakultas Perikanan. Institut

Pertanian Bogor.

National Research Council. 1993. Nutrient

requirements of hsh. National Academic ofScience, Washington, D.C. 115 PP.

Opuszynski, K dan J. V. Shireman. 1995'

Herbivorous fihes. Culture and use for weed

management. Departmen of Fisheries and

Aquatic Sciences Institut of Food Agricultural

Sciences, Universityof Florida' CRC Press'

223 pp.

Page, J. W. and J. W. Andrews. 1973. Interactions

of dietary level of protein and energy on

channel catfish. Jour' Nutr. 103: 1339-1346"

Rachmawaty, lgg9. Karateristik fenotipik dan

potensi tumbuh ikan gurame Osphronemus

goramy Lacepede. Tesis. Program Pascasarjan

lnstitut Pertanian Bogor.

Suryanti, 2002. Perkembangan aktivitas enzim

pencernaan dan hubungannya dengan

kemampuan pemanfaatan pakan buatan pada

ikan baung (Mystus nemurus C.V.)' Tesis'

Program Pascasarjan Institut Pertanian Bogor'

46 Hal.

Takeuchi, T. 1988. Laboratory work chemical

evaluation of dietary nutrient. p- 179-232'In:T'

Watanabe. ed. Fish nutrition and mariculture'

Kanagawa Fisheries Training Centre; Japan

International Cooperation Agency, Tokyo'

32

Page 59: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor l, Juni 2003

Wijayanti, 1993. Studi aktivitas protease pada benih buatan. Skripsi. Fakultas Perikanan, Institutikan gurame (Osphronemus gouramy Lac) Pertanian Bogor. 47 Hal.dengan perbedaan awal pemberian pakan

33

Page 60: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP RETENSI DAN EFISIENSI PEMANFAATAN

NUTRISI PADA TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskål)

Haryati, Edison Saade, Agus Pranata

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung

maggot sebagai sumber protein yang dapat menghasilkan efisiensi dan retensi nutrisi yang baik untuk ikan bandeng. Dengan dapat dimanfaatkannya tepung maggot sebagai pengganti tepung ikan, diharapkan harga pakan dapat lebih murah sehingga akan mengurangi biaya produksi dalam kegiatan budidaya.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang akan dicobakan yaitu tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebanyak 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%, sehingga diperoleh lima belas unit percobaan. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah retensi protein, retensi lemak, retensi energi dan efisiensi pemanfaatan pakan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada ikan Bandeng C. chanos Forsskal yang diberi pakan berbagai tingkat substitust tepung ikan dengan tepung maggot memberikan pengaruh yang sama terhadap retensi protein, retensi lemak, retensi energi dan efisiensi pemanfaatan pakan, sehingga dapat disimulkan bahwa tepung maggot dapat menggantikan peranan tepung ikan hingga 100 % dalam pembuatan pakan untuk budidaya ikan Bandeng C. chanos Forsskal. Kata kunci : Maggot, Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Retensi Nutrisi

ABSTRACT: Effect of substitution level of fish meal with maggot meal on the Efficiency and Retention of Nutrients in the Body of Fish Milkfish (Chanos chanos Forsskål).

This study aims to determine the extent of substitution of fish meal with maggot meal as a protein source that can produce efficiencies and retention of good nutrition for fish. Maggots can be exploited with flour as a substitute for fish meal, feed prices are expected to be cheaper so that it will reduce production costs in farming activities.

This study used a complete randomized design (CRD) with five treatments and three replications. Treatment to be tested is the substitution of fish meal with maggot meal as much as 0%, 25%, 50%, 75%, and 100%, thus acquired fifteen experimental units. Parameters measured in this study is the retention of protein, fat retention, energy retention and efficiency of feed utilization. The data obtained and analyzed using various analysis.

The results of these studies show that in fish Milkfish C. chanos Forsskal fed varying levels of fish meal with flour substitute Maggot gives the same effect on protein retention, fat retention, energy retention and efficiency of feed utilization, so it can be concluded that Maggot meal can replace the role of fish meal up to 100% in the manufacture of feed for aquaculture Fish Milkfish C. Chanos Forsskal.

Key words: Maggot, Efficiency of Feed Utilization, Retention Nutrition

Page 61: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PENDAHULUAN

Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan salah satu komoditas unggulan

Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak dan nilai gizi yang

tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi ikan

bandeng juga dipakai sebagai ikan umpan hidup pada usaha penangkapan ikan tuna

(Syamsuddin, 2010).

Pada tahun 2013, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan

mentargetkan peningkatan produksi ikan bandeng sekitar 71.147 ton dari produksi saat ini rata-

rata 55.000 ton per tahun (Anonim, 2010). Setiap tahun permintaan ikan bandeng selalu

mengalami peningkatan, baik untuk konsumsi lokal, ikan umpan bagi industri perikanan tuna,

maupun untuk pasar ekspor. Kebutuhan bandeng untuk ekspor yang cenderung meningkat

merupakan peluang usaha yang positif. Namun, peluang tersebut belum dapat terpenuhi karena

terbatasnya produksi dan diikuti tingginya konsumsi lokal.

Ikan bandeng sebagai komoditas ekspor harus mempunyai standar tertentu, yaitu ukuran

sekitar 400 g/ekor, sisik bersih dan mengkilat (penampilan fisik), tidak berbau lumpur (rasa),

dan dengan kandungan asam lemak omega-3 relatif tinggi. Kriteria-kriteria yang dipersyaratkan

tersebut terutama penampilan fisik, tidak berbau lumpur, dan kandungan asam lemak omega-3

yang tinggi dapat dipenuhi dari hasil budidaya bandeng secara intensif dalam keramba jaring

apung di laut (Anonim, 2010).

Budidaya ikan bandeng dalam keramba jaring apung (KJA) telah banyak dilakukan oleh

masyarakat. Namun, harga pakan yang relatif masih mahal membuat budidaya ikan bandeng di

KJA kurang berkembang. Pengkajian lanjutan yang lebih intensif, khususnya bagaimana

memanfaatkan bahan baku lokal yang tersedia dalam jumlah yang memadai sebagai bahan

pakan harus dilakukan, guna menekan biaya pakan yang diperkirakan dapat mencapai 60-80%

dari total biaya produksi (Priyadi, 2008). Harga bahan baku pakan akan berpengaruh terhadap

harga pakan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap biaya produksi. Khususnya di

Indonesia, sebagian besar bahan baku pakan berasal dari impor, yaitu sebesar 70-80%

(Hadadi, dkk., 2007).

Bahan baku utama dalam penyusunan ransum pakan ikan adalah tepung ikan, karena

tepung ikan merupakan bahan baku utama sumber protein dalam pakan ikan. Namun, saat ini

produksi tepung ikan lokal baru dapat memenuhi 60-70% dari kebutuhan dengan kualitas dan

kuantitas yang berfluktuatif. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang mendalam terhadap

berbagai bahan baku alternatif pengganti tepung ikan. Suatu bahan yang dapat digunakan

sebagai bahan baku pakan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu mempunyai nilai gizi

Page 62: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

yang tinggi, tersedia dalam jumlah melimpah dan kontinyu dan secara ekonomi tidak

menjadikan harga pakan tinggi (Mudjiman, 2004).

Tepung maggot atau tepung larva lalat hijau (Calliphora sp.) merupakan salah satu

bahan baku alternatif yang bisa menggantikan tepung ikan sebagai sumber utama protein

dalam pakan ikan, karena telah memenuhi persyaratan tersebut, antara lain memiliki

kandungan gizi yang cukup tinggi, tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga bisa diproduksi

secara massal, dan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tepung ikan, yaitu hanya

Rp.1.500/kg dibandingkan dengan tepung ikan impor yang harganya mencapai Rp.15.000/kg

dan tepung ikan lokal Rp. 12.000/kg serta mempunyai kandungan protein sekitar 45,01%

(Hadadi, dkk., 2007).

Khususnya pada ikan-ikan air tawar, penelitian tentang pemanfaatan tepung maggot

sebagai pengganti tepung ikan telah dilakukan pada beberapa jenis ikan, yaitu benih ikan nila

(Oreochromis niloticus) (Retnosari, 2007), ikan lele (Hadadi, dkk., 2007) dan ikan hias

balashark (Balanthiocheilus melanopterus Bleeker) (Priyadi, 2008), dimana tingkat pemanfaatan

tepung maggot sebagai pengganti tepung ikan berbeda-beda dengan hasil yang cukup

memuaskan. Sedangkan informasi tentang kemungkinan dapat dimanfaatkannya tepung

maggot sebagai pengganti sumber protein asal tepung ikan pada budidaya ikan bandeng

sampai saat ini belum ada dilakukan penelitian. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya

dilakukan penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung

maggot sebagai sumber protein yang dapat menghasilkan efisiensi dan retensi nutrisi yang baik

untuk ikan bandeng. Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

tingkat subtitusi tepung maggot terhadap tepung ikan yang dapat memberikan respon terbaik

khususnya pada efisiensi dan retensi nutirsi dalam pemeliharaan ikan bandeng. Dengan dapat

dimanfaatkannya tepung maggot sebagai pengganti tepung ikan, diharapkan harga pakan

dapat lebih murah sehingga akan mengurangi biaya produksi dalam kegiatan budidaya.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2010 sampai Desember 2010 di Unit

Hatchery Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Makassar. Sedangkan analisis proksimat

pakan dan hewan uji dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Page 63: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Materi Penelitian 1. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelondongan bandeng yaitu

berukuran antara 0.84 – 0.87 g/ekor. Padat penebaran yang digunakan yaitu 15 ekor/ 45 L air

media (Rahmansyah, 2004).

2. Wadah Percobaan

Wadah percobaan yang digunakan adalah akuarium sistem resirkulasi dengan ukuran

40 x 50 x 35 cm sebanyak 15 buah, tiap wadah diisi air media sebanyak 45 liter. Air media yang

digunakan salinitasnya adalah 30 ppt, mewakili kondisi salinitas air laut, sehingga hasil

penelitian ini dapat diterapkan untuk kegiatan budidaya di laut dengan menggunakan keramba

jaring apung maupun untuk kegiatan budidaya di tambak secara intensif.

3. Pakan Uji

Pakan yang digunakan berbentuk pellet dengan komposisi bahan baku seperti terlihat

pada Tabel 4, dari komposisi bahan baku tersebut kandungan protein pakan yang akan

digunakan sekitar 30%.

Tabel 4. Komposisi Bahan Baku Penyusun Pakan pada Setiap Perlakuan

Bahan Baku (%) Perlakuan

A B C D E

Tepung Ikan 28 21 14 7 0

Tepung Maggot 0 7 14 21 28

Tepung Kedelai 30 30 30 30 30

Tepung Dedak 20 20 20 20 20

Tepung Terigu 18 18 18 18 18

Minyak Ikan 1 1 1 1 1

Vitamin mix(1) 2 2 2 2 2

Mineral mix(2) 1 1 1 1 1

Keterangan : (1) Vit A, D3, E, K3, B1, B2, B6, B12, C, Folyc Acid, Nicotid Acid, dan Biotin

(2) Ca, P, Sc, Mn, I2, Cu, Zn, Vit12 dan Vit B3

Ikan diberi pakan sebanyak 10% dari biomassa ikan per hari, pemberian pakan

dilakukan tiga kali per hari yaitu pada pukul 07.00, 12.00, dan 17.00.

Page 64: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

4. Rancangan Percobaan

Rancangan percoban yang digunakan adalah acak lengkap (RAL) dengan lima

perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan yaitu tingkat subtitusi tepung ikan

dengan tepung maggot sebanyak 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%, sehingga diperoleh lima

belas unit percobaan.

Penempatan setiap satuan percobaan dilakukan secara acak (Gasperz, 1991),

sehingga tata letak satuan percobaan setelah pengacakan disajikan pada Gambar 3.

5. Parameter a. Retensi nutrisi

Retensi protein, lemak, dan energi dihitung berdasarkan formula Jouncey dan Ross

(1988) sebagai berikut:

Jumlah nutrisi yang disimpan dalam tubuh

Retensi Nutrisi (%) (1) = x 100

Jumlah nutrisi yang dikonsumsi ikan

Keterangan: (1) Protein (g), Lemak (g), dan Energi (kkal)

b. Efisiensi pemanfaatan nutrisi

Rasio efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan formula Jouncey dan Ross (1988)

sebagai berikut:

Bt – B0

Efisiensi pemanfaatan nutrisi =

F

Dimana: Bt = Biomassa ikan pada akhir penelitian (g)

B0 = Biomassa ikan pada awal penelitian (g)

F = Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)

c. Kualitas air

Kelayakan kualitas air media dievaluasi berdasarkan sifat fisik dan kimia air media. Sifat

fisik air media yang diukur yaitu suhu dan salinitas. Suhu air diukur setiap hari dua kali per hari

yaitu jan 07.00 dan 14.00 WITA. Salinitas juga diukur setiap hari. Sifat kimia air media

Page 65: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

dievaluasi berdasarkan kandungan oksigen terlarut, pH, dan ammonia, pengukuran dilakukan

pada awal penelitian, selanjutnya setiap sepuluh hari sekali sebelum penggantian air.

6. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Dari hasil data yang diperoleh

tidak memenuhi tiga asumsi pokok (uji normalitas, homogenitas dan aditivitas) sehingga

dilakukan transformasi data dengan menggunakan trasformasi Arcsin. Hasil analisis tersebut

terbukti bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diuji, sehingga

tidak dilanjutkan dengan uji W Tukey untuk menentukan tingkat subtitusi tepung ikan dengan

tepung maggot yang menghasilkan respon terbaik. Kualitas air media dianalisis secara

diskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Retensi Protein

Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang

dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang

sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolism sehari-hari (Afrianto dan

Liviawaty, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh tingkat

subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot dalam pakan terhadap retensi protein ikan

bandeng C. chanos disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Retensi Protein (%) pada Ikan Bandeng C. Chanos yang Diberi Pakan Berbagai Tingkat SubtitusiTepung Ikan dengan Tepung Maggot Selama Penelitian.

Perlakuan Tingkat Subtitusi % Rata-rata Retensi

Protein ± SD

A (Tepung Ikan 100 %; Tepung Maggot 0%) 23.30 ± 9.47 a

B (Tepung Ikan 75%; Tepung Maggot 25%) 17.87 ± 3.50 a

C (Tepung Ikan 50%; Tepung Maggot 50%) 18.16 ± 4.48a

D (Tepung Ikan 25%; Tepung Maggot 75%) 16.41 ± 5.97a

E (Tepung Maggot 100%; Tepung Ikan 0%) 28.99 ± 9.58a

Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi. n = 3

Huruf yang sama menunjukan tidak berpengaruh nyata

Page 66: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata retensi protein pada perlakuan A, B, C,

D, dan E adalah masing-masing 23.30%; 17.87%; 18.16%; 16.41%; dan 28.99%. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap retensi protein pada

taraf 5 %. Hal ini dikarenakan setiap perlakuan memiliki tingkat retensi protein yang relatif

sama, sehingga memberikan respon yang sama pula terhadap hewan uji. Hal ini diduga karena

kadar protein yang dihasilkan masih dalam rentang layak untuk kebutuhan benih ikan bandeng.

Hal ini sesuai dengan pendapat Lovell (1988) bahwa penggunaan dua atau lebih sumber

protein dalam ransum akan lebih baik dari pada satu sumber. Walaupun konsumsi pakan D

paling tinggi, namun jumlah protein yang teretensi lebih tinggi pakan E. Hal ini diduga karena

protein tepung maggot lebih mudah dicerna dibandingkan tepung ikan.

Tingkat retensi protein yang sama pada semua perlakuan didukung pula oleh

kandungan protein pakan uji yang relatif sama pada masing-masing perlakuan. Menurut Lan

dan Pan (1993) apabila protein dalam pakan berlebih, ikan akan mengalami ’excessive protein

syndrome’, sehingga protein tersebut tidak digunakan untuk pertumbuhan tetapi akan dibuang

dalam bentuk amonia. Sedangkan menurut Buwono (2000), apabila kandungan protein dalam

pakan terlalu tinggi, hanya sebagian yang akan diserap (diretensi) dan digunakan untuk

membentuk ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sementara sisanya akan diubah

menjadi energi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tepung maggot ini dapat mengganti tepung

ikan sebagai sumber protein pakan sampai 100%, karena tepung maggot memiliki kandungan

protein yang cukup tinggi dan masih sesuai untuk kebutuhan ikan bandeng. Selain kandungan

protein yang cukup tinggi, tepung maggot juga memiliki berbagai kandungan asam-asam amino

esensial yang relatif lengkap dan masih sesuai dengan kebutuhan ikan bandeng, baik untuk

pertumbuhan maupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak.

Retensi Lemak

Retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan dalam menyimpan dan

memanfaatkan lemak pakan. Pengaruh tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot

dalam pakan terhadap retensi lemak ikan bandeng C. chanos disajikan pada Tabel 7.

Page 67: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Tabel 7. Rata-rata Retensi Lemak (%) pada Ikan Bandeng C. Chanos yang Diberi Pakan Berbagai Tingkat SubtitusiTepung Ikan dengan Tepung Maggot Selama Penelitian.

Perlakuan Tingkat Subtitusi % Rata-rata Retensi

Lemak ± SD

A (Tepung Ikan 100 %; Tepung Maggot 0%) 22.67 ± 13.02 a

B (Tepung Ikan 75%; Tepung Maggot 25%) 16.91 ± 4.15 a

C (Tepung Ikan 50%; Tepung Maggot 50%) 18.35 ± 8.33 a

D (Tepung Ikan 25%; Tepung Maggot 75%) 18.38 ± 4.57 a

E (Tepung Maggot 100%; Tepung Ikan 0%) 22.56 ± 2.53 a

Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi. n = 3

Huruf yang sama menunjukan tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa pakan A memiliki retensi lemak sebesar

22.67%, pakan B memiliki retensi lemak sebesar 16.91%, pakan C memiliki retensi lemak

sebesar 18.35%, pakan D memiliki retensi lemak sebesar 18.38%, dan pakan E memiliki retensi

lemak sebesar 22.56%. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak

berpengaruh nyata terhadap retensi lemak pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa lemak

yang teretensi pada semua perlakuan relatif sama.

Komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan ikan yang mengandung lemak

(Gusrina, 2008). Tingginya lemak yang dikonsumsi ikan dan yang tidak digunakan sebagai

sumber energi kemudian disimpan sebagai lemak tubuh. Tingkat retensi lemak yang relatif

sama diduga karena kandungan lemak yang ada di dalam pakan masih dalam kisaran yang

sesuai dan cukup untuk memenuhi kebutuhan lemak hewan uji.

Walaupun nilai retensi lemak tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun nilai

retensi lemak cenderung meningkat dengan bertambahnya kadar tepung maggot. Hal ini

dikarenakan tingginya kadar lemak tepung maggot sehingga kadar lemak dalam pakan dan

lemak tubuh juga cenderung meningkat. Tingginya kadar lemak lemak ini bisa disimpan atau

dimanfaatkan sebagai sumber energi. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslamyah (2008) yang

mengatakan bahwa salah satu fungsi dari lemak atau lipid adalah sebagai penghasil energi, tiap

gram lipid menghasilkan sekitar 9 – 9,3 kalori, energi yang berlebihan dalam tubuh disimpan

dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial.

Page 68: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Retensi Energi

Retensi energi adalah besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat

disimpan di dalam tubuh. Hasil perhitungan retensi energi (Lampiran 10) hewan uji yang diberi

pakan dengan berbagai tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot selama penelitian

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Retensi Energi (%) pada Ikan Bandeng C. Chanos yang Diberi Pakan Berbagai Tingkat SubtitusiTepung Ikan dengan Tepung Maggot Selama Penelitian.

Perlakuan Tingkat Subtitusi % Rata-rata Retensi

Energi ± SD

A (Tepung Ikan 100 %; Tepung Maggot 0%) 17.98 ± 7.17 a

B (Tepung Ikan 75%; Tepung Maggot 25%) 13.57 ± 3.07 a

C (Tepung Ikan 50%; Tepung Maggot 50%) 12.02 ± 3.36 a

D (Tepung Ikan 25%; Tepung Maggot 75%) 10.63 ± 3.20 a

E (Tepung Maggot 100%; Tepung Ikan 0%) 20.14 ± 4.23 a

Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi. n = 3

Huruf yang sama menunjukan tidak berpengaruh nyata

Retensi energi pada perlakuan A, B, C, D, dan E masing-masing adalah

17.98%, 13.57%, 12.02%, 10.63% dan 20.14%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap retensi energi pada taraf 5 %. Hal ini disebabkan

karena kandungan energi yang teretensi relatif sama pada semua perlakuan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa tepung maggot dapat menggantikan tepung ikan 100% sebagai salah

satu sumber utama protein dalam pembuatan pakan ikan bandeng.

Menurut Kumar dan Tembre (1997), retensi energi berhubungan dengan kadar protein

pakan, karena pakan selain mengandung karbohidrat dan lemak, juga mengandung protein

yang berguna sebagai sumber energi dan pertumbuhan. Hasil uji proksimat maggot

menunjukkan bahwa kandungan protein dalam tepung maggot cukup tinggi bila dibandingkan

dengan lemak, sehingga ikan dapat mengoptimalkan pertumbuhan dengan menggunakan

protein sebagai sumber energi utama. Hal ini juga didukung oleh pendapat Aslamyah (2008)

yang mengatakan bahwa protein merupakan sumber energi yang mahal baik ditinjau dari harga

maupun jumlah energi yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Semakin meningkatnya

Page 69: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

penggunaan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, maka protein pakan dapat lebih

diefisienkan dalam penggunaanya dan akan teretensi di dalam tubuh ikan untuk proses

metabolisme, penggantian sel atau jaringan yang rusak, aktifitas reproduksi, biosintesis dan

hilang dalam bentuk panas. Hal ini juga didukung oleh Yuwono dan Purnama (2001) yang

mengatakan bahwa sebagian besar energi yang dikonversi dari pakan yang dikonsumsi hilang

dalam bentuk panas dan hanya sekitar seperlima total energi dari pakan yang diperoleh dalam

bentuk pertumbuhan.

Efisiensi Pemanfaatan Nutrisi

Nilai efisiensi pemanfaatan nutrisi menentukan kualitas suatu pakan, semakin besar nilai

efisiensi pemanfaatan nutrisi, semakin tinggi kualitas pakannya. Sebaliknya, semakin kecil nilai

efisiensi pemanfaatan nutrisi, berarti semakin rendah kualitas pakannya. Nilai rata-rata efisiensi

pemanfaatan nutrisi pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 5. Rata-rata Efisiensi Pemanfaatan Pakan (%) pada Ikan Bandeng C. Chanos yang Diberi Pakan Berbagai Tingkat SubtitusiTepung Ikan dengan Tepung Maggot Selama Penelitian.

Perlakuan Tingkat Subtitusi % Rata-rata Efisinsi

Pemanfaata Pakan ± SD

A (Tepung Ikan 100 %; Tepung Maggot 0%) 27.10 ± 5.79 a

B (Tepung Ikan 75%; Tepung Maggot 25%) 24.92 ± 4.68 a

C (Tepung Ikan 50%; Tepung Maggot 50%) 23.48 ± 9.67 a

D (Tepung Ikan 25%; Tepung Maggot 75%) 25.07 ± 6.39 a

E (Tepung Maggot 100%; Tepung Ikan 0%) 31.67 ± 2.92 a

Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi. n = 3

Huruf yang sama menunjukan tidak berpengaruh nyata

Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata efisiensi pemanfaatan pakan pada pakan A, B,

C, D, E berturut-turut adalah 27.10%; 24.92%; 23.48%; 25.07%; dan 31.67%. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi pemanfaatan

pakan pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas pakan untuk semua perlakuan

relatif sama.

Page 70: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa walaupun nilai efisiensi pemanfaatan pakan

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun nilai efisiensi pemanfaatan pakan cenderung

meningkat dengan bertambahnya kadar tepung maggot di dalam pakan. Hal ini diduga karena

tepung maggot memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan hampir sama dengan tepung ikan sehingga

sesuai dengan kebutuhan ikan bandeng. Hadadi dkk (2007) mengatakan bahwa tepung maggot

mengandung protein, lemak, serat kasar, dan BETN berturut-turut adalah 45.01%, 16.78%,

21.97% dan 0.15% dalam bobot kering. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pakan dengan

tepung maggot 100% memiliki efisiensi pakan yang baik dan mampu menggantikan tepung ikan

secara keseluruhan untuk pemeliharaan ikan bandeng.

Kualitas Air Kisaran nilai parameter kualitas air yang diperoleh selama penelitian disajikan pada

Tabel 9.

Tabel 9. Kisaran Nilai Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Perlakuan

A B C D E

Suhu (0C) 25 - 27 25 - 27 25 - 27 25 - 27 25 - 27

pH 6.62 - 8.42 6.69 - 8.42 6.73 - 8.42 6.76 - 8.42 6.80 - 8.42

DO (ppm) 4.2 - 5 4.8 - 5 3.5 - 5 4.5 - 5 3.8 - 5

NH3 (ppm) 0.002 - 0.02 0.003 - 0.02 0.004 - 0.02 0.014 - 0.02 0.007- 0.02

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa suhu selama penelitian berkisar antara

25-27 °C. Suhu ini masih dalam kisaran yang sesuai untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan

bandeng. Menurut Zakaria (2010) mengatakan bahwa suhu yang baik untuk kehidupan dan

pertumbuhan ikan bandeng berkiasar antara 24-31 0C. Hal ini juga didukung oleh pendapat

Kordi dan Tancung (2005) bahwa suhu optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng berkisar

antara 23-32°C.

Tingkat keasaman (pH) yang diperoleh yaitu berkisar antara 6.62-8.42, Kisaran ini

tergolong sangat layak untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kordi (2009) yang mengatakan bahwa ikan bandeng masih dapat tumbuh optimal

pada 6.5-9.

Kandungan oksigen terlarut yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 3.5-5 ppm.

Kisaran ini masih sesuai untuk pemeliharaan ikan bandeng. Menrut Zakaria (2010), kandungan

oksigen yang sesuai untuk pemeliharaan ikan bandeng tidak kurang dari 3 ppt.

Page 71: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Kandungan amoniak yang diperoleh selama penelitian berkisar 0.002-0.02 ppm.

Kiasaran ini tergolong masih layak untuk pemeliharaan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kordi dan Tancung (2005) mengatakan bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng,

kandungan amoniak tidak boleh lebih dan 0.1 ppm.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada ikan Bandeng C.

chanos Forsskal yang diberi pakan berbagai tingkat subtitust tepung ikan dengan tepung

maggot memberikan pengaruh yang sama terhadap retensi protein, retensi lemak, retensi

energi dan efisiensi pemanfaatan pakan, sehingga tepung maggot dapat menggantikan

peranan tepung ikan hingga 100 % dalam pembuatan pakan untuk budidaya ikan Bandeng C.

chanos Forsskal.

Sebaiknya dilalukan penelitian lebih lanjut, pada parameter-parameter yang lain untuk

menentukan tingkat subtitust tepung ikan dengan tepung maggot yang tepat, dalam membuat

formulasi pakan ikan Bandeng C. chanos Forsskal.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta

Anonim. 2010. Produksi Udang Sulswesi Selatan ditargetkan 21.498. Diakses dari

(http://www.kabarbisnis.com/aneka-bisnis/agribisnis/282203-

Produksi_udang_Sulsel_ditarget_21_498_ton.html)

Anonim. 2010. Ikan Bandeng Potensial Dibudidayakan Dalam KJA di Laut. Diakses dari

(http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/ikan-bandeng-potensial-dibudidayakan-

dalam-kja-di-laut/).

Anonim. 2010. Maggot Pakan Alternatif. Diakses dari (http://www.perikanan-

budidaya.dkp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=113:maggot-pakan-

alternatif&catid=117:berita&Itemid=126.)

Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi. UNHAS.

Makassar.

Buwono I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum Ikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Page 72: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Hadadi, A., Herry, Setyorini, Surahman, A., Ridwan, E. 2007. Pemanfaatan Limbah Sawit untuk

Pakan Ikan.

Jouncey, K and Ross, B. 1988. A Guide to Tilapia Feeds and Feeding. Institute of Aquaculture

of Stirling Scotland.

Kumar, S dan M. Tembhre. 1997. Anathomy and Physiology of Fishes. Vikas Publishing House

PVT Ltd. New Delhi.

Lan, C.C. dan B.S. Pan. 1993. Invitro Ability Stimulating The Proteolysis of Feed

Protein in The Midgut Gland of Grass Shrimp (Pennaeus monodon).

Lovell, T., 1988, Fish Nutrition. Academic Press. London and New York.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Priyadi, A., Azwar, Z. I., Subamia, I.W., dan Hem, S. 2008. Pemanfaatan Maggot Sebagai

Pengganti Tepung Ikan Dalam Pakan Buatan Untuk Benih Ikan Balashark

(Balanthiocheilus Melanopterus Bleeker).

Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten

Barru, Sulawesi Selatan Bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba

Jaring Apung. IPB. Bogor

Retnosari, D. 2007. Pengaruh Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Oleh Tepung Belatung

Terhadap Pertmbuhan Benih Nila (Oreochromis niloticus) Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Panjadjaran, Jatinangor, Bandung.

Syamsuddin, R. 2010. Sektor Perikanan Kawasan Indonesia Timur: Potensi, Permasalahan,

dan Prospek. PT Perca, Jakarta

Yuwono, E dan Purnama, S. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Universitas Jendral

Soedirman. Purwokerto.

Zakaria. 2010. Petunjuk Tehnik Budidaya Ikan Bandeng. Diakses dari

http://cvrahmat.blogspot.com/2011/04/budidaya-ikan-bandeng.html

Page 73: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)
Page 74: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVIIDukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

POTENSI MAGGOT SEBAGAI SALAH SATUSUMBER PROTEIN PAKAN IKAN

PENDAHULUAN

Akuakultur terus mengalami perkembanganyang pesat, produksinya meningkat dari 13hingga 36 juta ton selama 15 tahun terakhir (daritahun 1984 hingga tahun 2000) (FAO). Seiringdengan peningkatan jumlah penduduk, akuakulturjuga memacu potensinya untuk eksis dan terusmaju dalam upaya memenuhi kebutuhan proteinmasyarakat. Hal ini terlihat dari grafik pertumbuhanakuakultur yang di keluarkan oleh FAO (Gambar1) . Selanjutnya dengan adanya tuntutan untukpeningkatan produksi secara otomatis akanmeningkatkan kebutuhan akan pakan ikan . Tepungikan sebagai salah satu sumber protein pentingdalam formulasi pakan ikan, mulai mengalami fasestagnan yaitu kurang lebih 6,1 juta ton pertahunsemenjak tahun 90-an (Gambar 1) . Kondisi initentu menjadi kendala yang cukup besar bagipertumbuhan budidaya perikanan .

Indonesia sebagai salah satu negara pengimporttepung dan minyak ikan juga terkena dampak darikondisi global akuakultur ini, yaitu keterbatasanjumlah tepung ikan sehingga harganya terusmelonjak . Hingga saat ini Indonesia menganggarkankurang lebih US$ 200 juta pertahun untuk importepung dan minyak ikan . Hal ini menjadi perhatianyang cukup serius sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut,

MELTA RINI FAHMI', SAURIN HEM 2 dan I WAYAN SUBAMIAI

Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok'Jalan Perikanan No . 13 Kampung Baru, Depok 16436

Institut de Recherche pour le Developpement (IRD), Perancis2

ABSTRAK

Penggunaan maggot sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan telah dikaji di Loka Riset Budidaya IkanHias Air Tawar (LRBIHAT) Depok. Maggot merupakan larva serangga Black soldier (Hermetia illusence) yang dapatmengkonversi material organik menjadi biomasanya . Sebagai pakan ikan maggot memiliki dua fungsi yaitu sebagaisalah satu sumber protein yang dapat mensubtitusi tepung ikan dan sebagai pellet altematif yaitu maggot dapat langsungdiubah menjadi pellet. Produksi maggot dapat dilakukan secara tertutup dan terbuka. Cara tertutup untuk daerah yangpadat penduduk sedangkan cara terbuka dilakukan di daerah yang jarang penduduknya . Media yang digunakan untukproduksi maggot adalah Palm kernel meal (PKM) atau bungkil kelapa sawit . Perbandingan jumlah maggot yangdiproduksi dengan jumlah PKM adalah 1 : 3 (1 kg maggot didapatkan dari 3 kg PKM) .

Kata kunci : Ikan, sumber protein, maggot

salah satunya adalah upaya mencari penggantitepung ikan (fishmeal replacement) sebagai salahsatu sumber protein penting dalam formulasi pakanikan (IRD, 2004) .

Penelitian tentang pengganti tepung ikan (fishmeal replacement) pun mulai banyak dilakukan,seperti penggunaan tepung keong, bulu ayam, kedele,bungkil kelapa sawit (Palm kernel meal/PKM) danlain-lain, namun masih menghadapi kendala yaituketersediaannya yang terbatas. PKM merupakansalah satu basil sampingan dalam industri minyaksawit. PKM diketahui mengandung 16-17,9%protein, 13-15% serat kasar dan anti nutrisi berupanon starch polysaccharides (NSPs) (AGUNDIADEet al., 1999 ; WING-KEONG NG, 2003) . Kandunganserat yang tinggi menyebakan nilai kecernaan PKMmenjadi lebih rendah pada hewan monogastrik(SWICK, 1999) . Untuk ikan pemberian PKM, ZAHARIdan ALIMON (2005) merekomendasikan 10-20%,AFIFAH (2006) merekomendasikan 11% .

Salah satu cara untuk meningkatkan nilaiPKM dalam akuakultur adalah melalui prosesbiokonversi. Konsep ini telah mulai di kembanganoleh peneliti IRD (Institut de Recherche pour leDeveloppment), Perancis dan LRBIHAT (LokaRiset Budidaya Man Hias Air Tawar) Depok . Agenbiokonversi yang dilibatkan adalah larva Diptera,(famili : Stratiomydae) .

125

Page 75: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

1 26

SeminarNasional Hari Pangan Sedunia XXVIIDukungan Teknologi Untuk Meningkatkm Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

0 produksio kebutuhan pakan- ketersediaan tepung ikan

untuk kebutuhan global

BIOKONVERSI

Biokonversi didefinisikan sebagai perom-bakan sampah organik menjadi sumber energimetan melalui proses fermentasi yang melibatkanorganisme hidup . Proses ini biasanya dikenalsebagai penguraian secara anaerob . Umumnyaorganisme yang berperan dalam proses biokonversiini adalah bakteri, jamur dan larva serangga(family : Chaliforidae, Mucidae, Stratiomydae) .Dalam kehidupan sehari-hari, proses ini seringditemukan, seperti pada proses pembuatan tempeyangmemanfaatkan jamur (ragi) sebagai organismeperombak, proses pembusukan sampah organik(pembuatan pupuk kompos) yang melibatkanbakteri sebagai organisme perombak . Sedangkanpada limbah hewani agen perombak yang seringdi temukan adalah larva serangga Diptera. Larvaserangga dari famili : Stratiomydae, Genus :Hermetia, spesies : Hermetia illucens, banyak ditemukan pada limbah kelapa sawit . LarvaHermetia

C3 ketersediaan tepung ikanuntuk akuakultur

p perkiraan kebutuhan tep . ikan(fishmeal replacement)

Gambar 1 . Perkembangan akuakultur secara global

so,*

illucens atau Black soldier (BS) Fly ini, lebihdikenal dengan istilah maggot .

BIOLOGI MAGGOT

Istilah "maggot" mulai dikenal padapertengahan tahun 2005, yang diperkenalkan olehtim Biokonversi IRD-Perancis dan Loka RisetBudidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT), Depok .Maggot merupakan larva serangga (Diptera :Stratiomydae, Genus Hermetia) yang hidup dibungkil kelapa sawit (Palm kernel meal/PKM) .PKM sebagai media tempat hidupnya akan dimakandan dicerna oleh maggot dan disimpan dalam organpenyimpanan yang disebut trophocytes . Sekitar33% dari berat tubuh serangga adalah trophocyters(NAYAR et al., 1981) .

Siklus hidup Black soldier (BS) sama denganserangga Diptera lainnya yaitu mulai dari telurmenetas menjadi larva yang mengalami prosesmetamorposa menjadi pupa dan serangga dewasa(Gambar 2) .

Page 76: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaXXG71Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakal

Telur

Maggot

Telur BS berwarna kekuningan berbentukelips dengan panjang sekitar 1 mm. Warnanyaakan berubah menjadi kecoklatan/gelap menjelangmenetas dan setelah 24 jam pada suhu 30°C telurBS akan menetas . Larva BS (maggot) berbentukelips warna kekuningan dan hitam di bagiankepala. Setelah 20 hari panjangnya mencapai 2 cm,pada fase ini maggot telah dapat di berikan padaikan sebagai pakan . Ukuran maksimum maggotmencapai 2,5 cm dan setelah mencapai ukurantersebut maggot akan menyimpan makanan dalamtubuhnya sebagai cadangan untuk persiapan prosesmetamorfosa menjadi pupa. Mendekati fase pupa,maggot akan bergerak menuju tempat yang agakkering . Pupa ini mulai terbentuk pada maggot umur1 bulan, dan kurang lebih I minggu kemudian pupa

Pupa

DewasaGambar 2 . Siklus hidup Black soldier (Hermetia illucens)

akan menetas menjadi lalat . Lalat dewasa ini hanyamemakan madu atau sari bunga sehingga lebihdikenal dengan serangga bunga . Setelah kawin lalatBS akan menyimpan telurnya di serpihan-serpihandekat sumber makanan larva muda (Gambar 3) .Hasil penelitian terhadap pertumbuhan maggotdapat dilihat pada grafik Gambar 4 .

Serangga Hermetia illusence (Black soldierfly) dapat ditemukan dimana saja, penyebarannyahampir diseluruh wilayah . Namun tidak ditemukanpada habitat dan makanan manusia, sehinggamaggot lebih higienis jika dibandingkan denganlalat rumah (Musca sp) atau lalat hijau (Challiporasp). Hingga saat ini maggot tidak terdeteksi sebagaipenyebab penyakit (NEWTON et al., 2005) .

Gambar 3. Black soldier (BS) Fly (a) BS fly sedang kawin (b) tempat hidup BS fly umumnya di atas daun/bunga

1 2 7

Page 77: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

12 8

Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaXXL7IDukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Btongbtc r .Iadonslbp belween length and 41p of eorty Hermlra dA4+ens Irvao (In mm)couesponrngto tho age of larvae (rn days) at the tsmprattna of 30 c

Tabel 1 . Kandungan nutrisi maggot

Gambar 4. Grafik pertumbuhan maggot pada suhu 30°C

Larva black soldier (BS) memiliki beberapa

pupa, (5) higienis, sebagai kontrol lalat rumah, (6)karakter diantaranya : (1) bersifat dewatering

kandungan protein tinggi mencapai 45% . Semua(menyerap air), dan berpotensi dalam pengelolaan

karakter tersebut menunjukkan potensi maggotsampah organik, (2) dapat membuat Hang untuk

sebagai agen biokonversi dan sumber proteinaerasi sampah, (3) toleran terhadap pH dan

alternatif pakan ikan .temperatur, (4) melakukan migrasi mendekati fase

Proksimat (%) Asam amino (%) Asam lemak (%) Mineral (%)Kadar air 2,38 Serin 6,35 Linoleat 0,70 Mn 0,05 mg/gProtein 44,26 Glisin 3,80 Linolenat 2,24 Zn 0,09Lemak 29,65 Histidin 3,37 Saturated 20,00 mg/g Fe 0,68

Arginin 12,95 Monomer 8,71 Cu 0,01Treonin 3,16 P 0,13Alanin 25,68 Ca 55,65Prolin 16,94 Mg 3,50Tirosin 4,15 Na 13,71Valin 3,87 K 10,00Sistin 2,05

Iso leusin 5,42Leusin 4,76Lisin 10,65Taurin 17,53Sistein 2,05NH3 4,33Orn 0,51

Page 78: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Kandungan nutrisi maggot

SHEPPARD et al. (2005) mengatakan bahwakandungan nutrisi maggotsangat potensial dijadikansebagai sumber protein alternatif pakan ikan . Nilainutrisi maggot dapat dilihat pada Tabel 1 .

Maggot sebagai pakan ikan

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XVVIIDukungan Tekuologi UlntukMeningkatkan Prnduk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Maggot sebagai pakan ikan memilikibeberapa fungsi yaitu sebagai pengganti tepungikan (fishmeal replacement) dan sebagai pakanalternatif. Fungsi maggot ini pada akhirnya akanmempengaruhi bentuk pengolahannya. Sebagaipengganti tepung ikan, maggot diolah dalam

l

Gambar 5 . (a) Maggot segar (fresh) siap diberikan sebagai pakan ikan, (b) pelet maggot

(a)

bentuk tepung . Tepung maggot ini selanjutnyadimasukkan dalam formulasi pakan sebagai salahsatu sumber protein menggantikan tepung ikan .Sebagai pakan alternatif, maggot dapat diberikandalam bentuk fresh (segar) pada ikan, dapat jugadiberikan dalam bentuk pelet . Untuk pengolahanmenjadi pelet maggot terlebih dahulu dikeringkanhingga kadar airnya mencapai 25%, setelah itulangsung dimasukkan ke dalam mesin pelet untukdicetak .

Dari penelitian yang dilakukan, ikan-ikancarnivora, seperti ikan Arwana, Betutu, Lele danGabus sangat menyukai maggot fresh sebagaipakannya. Sedangkan ikan-ikan yang berukurankecil lebih menyukai pelet magot .

(b)

(b)

Gambar 6 . (a) Produksi maggot secara tertutup menggunakan kandang (b) Produksi maggot secara terbukamenggunakan tong

1 29

Page 79: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

Tekhnologi produksi maggot

130

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVIIDukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Heivani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Black soldier ditemukan hampir di seluruhwilayah, namun jumlah terbanyak ditemukan didaerah-daerah yang jumlah penduduknya sedikit .Di wilayah yang berpenduduk padat kehadiranmaggot akan berkompetisi dengan lalat rumah(Mucidae) atau lalat hijau (Caliphoridae) . Keduakondisi wilayah ini akhimya mempengaruhi teknikproduksi maggot . Untuk wilayah yang berpendudukpadat produksi maggot dilakukan dengan sistemtertutup dengan menggunakan kandang . Sedangkanpada sistem terbuka wadah yang digunakan adalahtong-tong besi yang di tutup penutup tong diselangidengan kawat, fiber dan bambu .

Langkah/tahapan dalam produksi maggotadalah sebagai berikut :

Persiapan wadah, alat dan bahan

1 . Wadah : tong besi (diameter 56 cm dan tinggi50 cm) dan bak beton berukuran 5 x 10 x 0,5m.

2 . Alat: tiang untuk tong berbentuk segitigadengan tinggi 60cm, kawat, fiber, bambudan tutup tong .

3 . Bahan: bungkil kelapa sawit, air dan daunpisang

4 . Tong-tongyangakan digunakan ditempatkandi semak-semak atau tempat-tempat yangbanyak potion

Kultur r , !,

{)t

Kultur maggot dilakukan d- cara se' aiberikut : 3 kg bungkil kelapa 5 telah isdicampurkan dengan 6 1i' ,udian e ;k

secara merata, selanjui ~ . a campuran tei kitdimasukkan ke dalam t dan ditempatkan inpisang diatasnya . Tong telah berisi bungkilditutup dengah penutup yang diselingi dengankawat, bambu dan fiber elah 2 minggu akandidapatkan maggot yang iiiasih muda di dalamtong .Tahap pembesaran

Tahap ini dimulai dari pemanenan semuamaggot dari tong selanjutnya dipindahkan ke

dalam bak pembesaran. Setelah 2 mingggu di bakpembesaran maggot siap dipanen .

Untuk mendapatkan 1 kg maggot segardibutuhkan 3 kg PKM.

KESIMPULAN

Maggot dapat diproduksi secara massal dandapat mensubstitusi penggunaan tepung ikan dalamformulasi pakan .

DAFTAR PUSTAKA

AFIFAH, R. 2006. Pemanfaatan bungkil kelapa sawitdalam pakan juvenile ikan patin jambal (Pangsiusjambal) . Him 19.

AGUNBIADE, J.A ., J . WISEMAN and D.J.A . COLE. 1999 .Energi and nutrient use of palm kenels, palm kernelmeal and palm kernel oil in diets for growing pigs .Animal feeds Science and Technologi 80 : 165-181 .

IRD. SAURIN HEM . 2004 . Prospective work result and plansfor feature program of bioconversion processing byproduct from agro industries in Indonesia & theirvabrication via aquaculture : Application with palmkernel meal . Annual report . Him 11 (Unpublishedreport) .

NAYAR, K.K. ANANTHAKRISNAN, I.N ., and DAVID, B.V.1981 . General and Applied enthomology. McGrawPub. Co . Ltd. New Delhi : vii + 573 him .

NEWTON, L ., C . SHEPPARD, D.W. WATSON, G. BURTLEand R . DOVE. 2005 . Using the Black Soldier fly,Hermetia illucens, as a value- added tool for themanagement of swine manure . Report for TheAnimal and Poultry waste Management Center . 17III :

SWICK, R.A. 1999 . Consid, lion in using protein mealsfor poultry and swine . ASA Technical Bulletin 21 :1-11 .

WING KEONG NG. 2003 . The pontential use of palm kernelmeal in aquaculture feeds . Aquaculture Asia 8(1) :38-39 .

ZAHARI, M.W. and A.R . ALIMON. 2005 . Use of palmkernel cake and oil palm by products in compundfeed . Palmas journal 26 (1) : 5-9 .

Page 80: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PENGGUNAAN WHEAT BRAN SEBAGAI BAHAN BAKUALTERNATIF PENGGANTI JAGUNG PADA PAKAN IKAN

NILA Oreochromis niloticus

SULISTIA ANGGRAENI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2011

Page 81: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

ABSTRAK

SULISTIA ANGGRAENI, Penggunaan wheat bran sebagai bahan baku alternatifpengganti jagung pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus, Dibimbing olehDEDI JUSADI dan WIDYATMOKO

Penelitian ini berjudul penggunaan wheat bran sebagai bahan baku alternatifpengganti jagung pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus, Dalam penelitian inimenggunakan empat perlakuan pakan yaitu pakan dengan kandungan wheat bran0%, wheat bran 10%, wheat bran 20%, dan wheat bran 30%, Rancangan yangdigunakan dalam peneltian yaitu empat perlakuan dan tiga kali pengulangan, Ikanyang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan nila dengan bobot awal rata-rata 13,2g, wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu hapa berukuran (2 x 3 x 1) m3, dalamkolam berukuran (5 x 6 x1) m3 dengan padat tebar 100 ekor/hapa yang diberi pakanperlakuan selama 50 hari, Berdasarkan hasil penelitian penggunaan wheat bransampai 30% tidak memberikan nilai yang tidak berbeda nyata pada parameter lajupertumbuhan harian (2,69 – 2,88) % dan efisiensi pakan (61,70 – 64,69) %, Wheatbran 20% memiliki nilai retensi protein tertinggi dan memiliki nilai biaya pakanterendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, Kesimpulan dalam penelitian iniadalah penggunaan wheat bran sampai 30% masih mampu memberikan nilai lajupertumbuhan dan efisiensi pakan yang baik dalam budidaya ikan nila,Kata kunci : Wheat bran, ikan nila, pertumbuhan, dan efisiensi pakan

Page 82: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

ABSTRACT

SULISTIA ANGGRAENI, The use of wheat bran as alternative materials to corn indiet tilapia Oreochromis niloticus, Supervised by DEDI JUSADI danWIDYATMOKO

This study was conducted to evaluate the use of wheat bran as alternative materialsto corn in diet tilapia Oreochromis niloticus, Four diets were used, diets wheat bran0%, wheat bran 10%, wheat bran 20%, and wheat bran 30%, Completelyrandomized design with four treatments and three replicates was used in thisexperiment, Tilapia with an average weight of ± 13,2 g were kept in net with size 2x 3 x 1 m3 in pons of 5 x 6 x 1 m3, with density 100 fish each net and feed testeddiets at satiation for 50 days of culture period, The result showed that the use ofwheat bran until 30% did not give significantly different effects on specific growthrate (2,69 - 2,88) % and feed efficiency (61,70 – 64,69) %, Wheat bran 20% hadhiger retention of protein and lowest gain cost than other treatments, Apparentdigestibility of protein and survival were relatively similar among all treatments,Based on this research indicate that wheat bran until 30% still able to supportgrowth and feed efficiency of tilapia Oreochromis niloticus,

Keywords: wheat bran, tilapia, growth, and feed efficiency

Page 83: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PENGGUNAAN WHEAT BRAN SEBAGAI BAHAN BAKUALTERNATIF PENGGANTI JAGUNG PADA PAKAN IKAN

NILA Oreochromis niloticus

SULISTIA ANGGRAENI

SKRIPSIsebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan BudidayaFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2011

Page 84: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGGUNAAN WHEAT BRAN SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIFPENGGANTI JAGUNG PADA PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

adalah benar merupakan hasil karya saya bersama komisi pembimbing yangbelum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun, Semuasumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkanmaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dandicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini,

Bogor, Mei 2011

SULISTIA ANGGRAENIC14062626

Page 85: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Penggunaan wheat bran sebagai bahan baku alternatifpengganti jagung pada pakan ikan nila Oreochromisniloticus

Nama : Sulistia Anggraeni

NIM : C14062626

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr, Dedi Jusadi Ir, Widyatmoko, M,Sc,NIP, 19621026 198803 1 001

Diketahui,Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr, Ir, Odang Carman, M,Sc,NIP, 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus:

Page 86: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penggunaan wheat bran sebagai bahan baku alternatif pengganti jagung pada

pakan ikan nila Oreochromis niloticus” ini, sebagai salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,

sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rosululloh SAW, para

sahabatnya dan semua yang mengikuti mereka hingga hari akhir,

Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2010 – Januari 2011, Pembuatan

pakan dilakukan di Laboratorium Pembuatan Pakan Departemen Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, pemeliharaan ikan

dan analisa proksimat dilakukan di PT, Suri Tani Pemuka Comfeed JAPFA,

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr, Dedi Jusadi selaku

dosen Pembimbing I, Bapak Ir, Widyatmoko, M,Sc, sebagai pembimbing II atas

arahannya selama penelitian ini hingga penyusunan skripsi ini,

Bogor, Mei 2011

Sulistia Anggraeni

Page 87: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, 27 Februari 1988 dari pasangan yang

berbahagia Alm Bapak Tamim dan Alm Ibu Khodijah, Penulis merupakan anak

keenam dari 6 bersaudara,

Penulis menyelesaikan masa pendidikan di SMA N 5 Tasikmalaya tahun

2006, Kemudian melanjutkan studi di IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI) dan melalui program mayor-minor tahun 2007 penulis

diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Selama masa

perkuliahan, penulis aktif pada beberapa organisasi kemahasiswaan, diantaranya

Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2007/2008, HIMAKUA

(2008/2009), Badan Pengawas Himpro periode 2009/2010, Penulis juga pernah

menjadi Asisten Praktikum pada beberapa mata kuliah yaitu Nutrisi Ikan (2010),

serta Teknologi Produksi Plankton, Benthos, dan Alga (2010), Selain itu, penulis

menerima beasiswa dari PT, ASTRA-TOYOTA dan BBM ,Indonesia dari 2008-

2010,

Untuk menambah pengetahuan dalam perikanan budidaya, penulis mengikuti

kegiatan magang di Tambak Pinang Gading-Lampung (2008), Praktik dan Praktek

Lapang di PT, Triwindu Graha Manunggal, Anyer, Banten (2009), Tugas akhir

dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi berjudul

“Penggunaan wheat bran sebagai bahan baku alternatif pengganti jagung pada

pakan ikan nila Oreochromis niloticus,

Page 88: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN, ............................................................................... iv

I. PENDAHULUAN .............................................................................. ... 1

II. METODE PENELITIAN...................................................................... 3

2.1. Pakan Uji .......................................................................................... 32.2. Pemeliharaan Ikan Uji ...................................................................... 42.3. Analisa Kimia................................................................................... 62.4. Analisa Kimia................................................................................... 6

2.4.1. Jumlah konsumsi pakan ............................................................ 72.4.2. Pertumbuhan ............................................................................. 72.4.3. Efisiensi Pakan .......................................................................... 72.4.4. Sintasan ..................................................................................... 82.4.5. Retensi Protein .......................................................................... 82.4.6. Retensi Lemak........................................................................... 82.4.7. Kecernaan total.......................................................................... 92.4.8. Kecernaan protein ..................................................................... 92.4.9. Biaya Pakan............................................................................... 9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 10

3.1 Hasil................................................................................................. 103.2 Pembahasan ..................................................................................... 12

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 16

4.1 Kesimpulan..................................... Error! Bookmark not defined.4.2 Saran ............................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

LAMPIRAN................................................................................................. 19

Page 89: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan NDF dan ADF bahan baku nabati ............................... 2

Tabel 2. Komposisi pakan uji (%) ............................................................... 3

Tabel 3. Hasil analisa proksimat pakan.......................................................... 4

Tabel 4. Kualitas air kolam pemeliharaan ikan uji ........................................ 5

Tabel 5. Data hasil kinerja pertumbuhan ikan nila ........................................ 11

Tabel 6. Data harga pakan. efisiensi pakan. dan biaya pakan uji per kg ....... 12

Tabel 7. Komposisi asam amino assensial pakan percobaan (% protein)...... 14

Page 90: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Media pemeliharaan ikan nila selama budidaya 50 hari ............... 5

Gambar 2. Media pemeliharaan ikan nila pengukuran kecernaan .................. 6

Gambar 3. Perubahan bobot biomassa rata-rata individu ikan nila . ............... 10

Page 91: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data laju Keangsungan hidup.................................................... 20

Lampiran 2. Data laju pertumbuhan spesifik ................................................. 21

Lampiran 3. Data Biomassa awal dan akhir................................................... 22

Lampiran 4. Data Jumlah Konsumsi pakan dan efisiensi pakan.................... 23

Lampiran 5. Data laju pertumbuhan spesifik ................................................. 23

Lampiran 6. Data proksimat tubuh ikan uji ................................................... 24

Lampiran 7. Data retensi protein tubuh ikan uji ............................................ 25

Lampiran 8. Data retensi lemak tubuh ikan uji .............................................. 26

Lampiran 9. Data uji statistik parameter biologi............................................ 27

Page 92: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

1

I. PENDAHULUAN

Bahan baku pakan nabati pada umumnya mengandung serat kasar yang

tinggi. Kandungan serat dalam pakan ditentukan berdasarkan bahan baku pakan

nabati yang digunakan. Jagung dan tepung kedelai merupakan bahan baku pakan

nabati yang biasa digunakan dalam formulasi pakan. Jagung memiliki kandungan

energi tinggi 4110 kcal, kandungan serat kasar rendah 2,8%, dan harganya relatif

murah, Namun, di dalam jagung terdapat kandungan aflatoksin yang berbahaya

bagi ikan, sehingga dalam penggunaannya sebagai bahan baku pakan terbatas.

Kandungan protein jagung rendah 10,2 % dan kandungan asam amino esensial

rendah dibandingkan gandum dan tepung kedelai (Tangendjaja dan Rachmawati,

2006).

Tepung kedelai juga merupakan bahan baku nabati yang umum digunakan,

memiliki kandungan nutrisi antara lain protein yang tinggi yaitu sebesar 43,20%,

lemak 2% dan serat kasar 6,50% dengan kandungan asam amino lengkap,

terutama methionine 1,38% dan lysine 6,28%, dan kandungan energi yang tinggi

sebesar 4518 kcal (Maina J G et al, 2002) dalam pakan, tetapi harganya relatif

mahal, Indonesia mengimpor satu juta ton per tahun tepung kedelai sejak tahun

2000 (Anonimous, 2004) dan mencapai 1,8 juta ton pada tahun 2005 (Riady, 2006

diacu dalam Abidin, 2006), Oleh karena itu, perlu dicari bahan baku alternatif

lain untuk menggantikan jagung sebagai sumber energi dalam bahan baku atau

mengurangi penggunaan tepung kedelai sebagai sumber protein nabati dalam

bahan baku pakan.

Bahan baku pakan alternatif tersebut harus memiliki nutrien-nutrien dalam

jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ikan, dapat dicerna dengan baik,

harganya lebih murah, ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang besar dan

bersifat kontinyu, serta bahan baku tersebut tidak berkompetensi dengan

kebutuhan manusia, Salah satu bahan baku alternatif yang dapat digunakan yaitu

wheat bran.

Wheat bran merupakan hasil sampingan agroindustri yang berbahan dasar

kulit ari gandum, Salah satu kelemahan wheat bran yaitu mengandung zat anti

nutrisi (taninn 0,2-2,0%), Tannin bersifat menekan retensi nitrogen dan

Page 93: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

2

menurunkan daya cerna asam-asam amino tetapi tidak bersifat racun dan aman,

Menurut Handajani dan Widodo (2010) zat anti nutrisi tersebut dapat

dinonaktifkan secara perlahan melalui proses pemanasan dan pengeringan, Selain

itu wheat bran memiliki kandungan serat kasar yang tinggi sebesar 12,3%

dibandingkan dengan jagung dan tepung bungkil kedelai, Kandungan fraksi serat

yaitu neutral detergent fiber (NDF) dan Acid detergent fiber (ADF) menunjukan

kandungan serat kasar total di dalam wheat bran.

Tabel 1. Kandungan NDF dan ADF bahan baku nabatiBahan baku

nabatiNDF(%)

ADF(%)

Total seratkasar (%)

Sumber referensi

Jagung 9,5 - 2,8 % Tangendjaja dan Rakhmawati(2006)

Tepung kedelai 14,10 9,30 6,50% Maina J G et al (2002)

Wheat bran 25,50 11,90 12,3% Maina J G et al (2002)

Berdasarkan Tabel 1, kandungan fraksi serat dan serat kasar total wheat

bran lebih tinggi dibandingkan jagung dan tepung bungkil kedelai, Namun, wheat

bran memiliki kelebihan yaitu kandungan protein sekitar 15,6%, kandungan asam

amino esensial yang lengkap, dan memiliki kandungan mineral dan vitamin B1

yang tinggi, dibandingkan jagung, Hasil penelitian menyebutkan bahwa

penggunaan wheat bran 10 % memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan

ikan mas dan dihasilkan nilai kecernaan protein yang tinggi sebesar 71-75%

(Hertrampf dan Piedad-Pascual, 2000).

Berdasarkan informasi tersebut maka dibuat kombinasi wheat bran dalam

formulasi pakan untuk budidaya ikan nila, Ikan nila merupakan ikan omnivora

yang mampu beradaptasi dengan pakan yang memiliki kandungan serat kasar

optimal. Formulasi pakan pada penelitian ini dengan perlakuan wheat bran

sampai 30% sebagai pengganti jagung dengan mengurangi proporsi tepung

kedelai diharapkan tidak mempengaruhi laju pertumbuhan harian dan efisiensi

pakan sehingga biaya produksi dapat dikurangi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian wheat bran

dengan kadar yang berbeda sebagai pengganti jagung dalam formulasi pakan

terhadap kinerja pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila Oreochromis

niloticus.

Page 94: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

3

II, METODE PENELITIAN

2.1. Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan berupa pakan buatan yang diformulasikan dengan

wheat bran pada kadar yang berbeda yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30%, Pakan

perlakuan yang diberikan berupa pelet tenggelam dengan ukuran 3 mm.

Komposisi pakan perlakuan yang digunakan tertera dalam Tabel 2 dan hasil

analisa proksimat pakan perlakuan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi pakan uji (%)

Bahan PakanPerlakuan

WB0% WB 10% WB 20% WB 30%

Jagung 17,70 6,60 0,00 0,00

Wheat Bran 0,00 10,00 20,00 30,00

Gaplek 27,70 30,00 28,73 20,90

Soy Bean Meal 31,18 30,39 27,99 25,43

Squid Liver 0,90 0,90 0,90 0,90

Meat and Bone Meal 10,00 9,40 10,00 10,00

Poultry by Product Meal 2,00 2,00 2,00 2,00

Fish Meal 5,00 5,00 5,00 5,00

MDCP 0,85 0,82 0,67 0,59

Bio Yeast 0,50 0,50 0,50 0,50

Minyak Ikan 1,70 1,90 1,70 2,10

Soy oil 1,00 1,00 1,00 1,00

Premix 1,47 1,49 1,51 1,54

Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00 100,00Ket: WB = perlakuan pakan dengan wheat bran

MDCP = Mono-dicalcium phosphate

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat komposisi pakan uji kandungan wheat

bran 0% sampai 30% dengan mengganti jagung sebagai sumber energi utama dan

pengurangan proporsi tepung kedelai sebagai sumber protein nabati. Sumber

lemak dalam komposisi pakan diperoleh dari miyak ikan dan soy oil. Gaplek

dalam komposisi pakan sebagai penyumbang energi dan binder dalam pakan

yaitu sebesar 20,9-30%. Sumbangan protein hewani dalam komposisi pakan uji

disamakan, Sumber protein hewani yang digunakan yaitu terdiri dari Squid Liver,

Meat and Bone Meal, Poultry by Product Meal, dan Fish Meal, MDCP (Mono-

Page 95: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

4

dicalcium phosphate) sumber fosfor dan kalsium, Bioyeast, dan premix

digunakan sebagai bahan aditif dalam komposisi pakan.

Tabel 3. Hasil analisa proksimat (% berat kering) dan energi pada pakan uji

Komposisi proksimatPerlakuan

WB 0% WB 10% WB 20% WB 30%

Protein 28,93 29,25 28,83 28,27

Lemak 5,47 5,55 6,02 7,34

Kadar abu 11,66 10,14 11,03 10,24

Serat Kasar 3,57 4,58 5,32 5,80

Kadar air 7,83 9,73 9,19 7,77

BETN1 42,54 40,75 39,61 40,58

GE (Kcal/100gpakan)2 387,84 383,05 380,44 393,69

DE (kcall kg)3 2519,12 2492,05 2486,92 2598,49

C/P (kcal/g)4 8,71 8,52 8,63 9,19

KH/L 5 7,78 7,34 6,58 5,53Keterangan:1) Bahan ekstrak tanpa nitrogen2) Gross energy 1 g protein = 5,6 kcal GE, 1 g BETN = 4,1 kcal GE, 1 g lemak = 9,4 kcal GE (Watanabe 1988)3) Digestible energy 1 g protein= 3,5 kcal DE,1 g lemak= 8,1 kcalDE,1 g BETN= 2,5 kcal DE (NRC 1997)4) Rasio energi/protein5) Rasio Karbohidrat/lemak

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat nilai proksimat pakan uji, Pakan uji

yang diberikan memiliki nilai isoenergi dan isoprotein, Pakan uji mengandung

kadar lemak yang berbeda-beda dengan adanya peningkatan proporsi wheat bran

sampai 30%. Kandungan serat kasar pakan uji juga meningkat antara 3,57-5,80%,

hal ini menunjukan penggunaan proporsi wheat bran sampai 30% dalam pakan

uji meningkatkan kadar lemak dan serat kasar pakan.

2.2. Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila dengan bobot

awal 13,2 ± 0,28 g. Wadah pemeliharaan yang digunakan terdiri dari tiga buah

kolam masing-masing berukuran (5 x 6 x 1) m3, dan tiap kolam diisi empat buah

hapa yang berukuran (2 x 3 x 1) m3 dengan dilengkapi aerasi di dalamnya, dapat

dilihat pada Gambar 1. Setiap kolam dijadikan ulangan yang terdiri dari empat

perlakuan dengan padat tebar 100 ekor/hapa. Pengukuran kualitas air dilakukan

setiap tujuh hari sekali selama pemeliharaan, terdiri dari oksigen terlarut, suhu,

pH dan TAN (Total Amonia Nitrogen) dengan hasil seperti Tabel 4.

Page 96: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

5

Gambar 1. Media pemeliharaan ikan nila selama budidaya 50 hari

Tabel 4. Kualitas air kolam pemeliharaan ikan uji

ParameterKisaran kualitas air

Kolam U 1 Kolam U 2 Kolam U 3

Oksigen terlarut (ppm) 4,26 - 8,27 4,25 – 8,49 4,16– 8,33

Suhu (0C) 27,80 – 29,00 27,90 – 28,80 28,30 – 29,60

pH 8,00 – 8,50 8,00 – 8,50 8,00 – 8,50

Total ammonia nitrogen (ppm) 0,20 – 0,70 0,40 - 0,60 0,40 – 0,70

Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pukul

08.00, 12.00, dan 16.00 WIB secara at satiation (sekenyangnya). Pemeliharaan

ikan dilakukan selama 50 hari dengan sampling bobot biomassa dilakukan setiap

10 hari sekali.

Pengukuran kecernaan total dilakukan di awal pemeliharaan selama 21 hari,

Pemeliharaan ikan menggunakan 12 akuarium, masing-masing berukuran

(60x40x40) cm3 yang dilengkapi sistem aerasi dan resirkulasi (Gambar 2). Berat

rata-rata ikan nila yang digunakan 13,2 ± 0,28 g dengan kepadatan 10 ekor per

akuarium. Ikan diadaptasikan selama tujuh hari dan diberikan pakan uji

mengandung Cr2O3 0,5%, Pengumpulan feses dilakukan selama 14 hari, dimulai

hari ke delapan setelah masa adaptasi pakan. Pengambilan feses dilakukan

dengan penyiponan segera setelah ikan mengeluarkan feses untuk menghindari

pencucian feses. Feses yang telah terkumpul di dalam botol film dimasukan ke

dalam frezer yang selanjutnya dikeringkan di dalam oven bersuhu 1100C selama

Page 97: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

6

4-6 jam. Selanjutnya dilakukan pengukuran kromium dengan spektrofotometer

dengan panjang gelombang 350 nm.

Gambar 2. Media pemeliharaan ikan nila pengukuran kecernaan

2.3. Analisa Kimia

Analisa kimia yang dilakukan meliputi analisa proksimat pakan uji, tubuh

ikan diawal dan akhir pemeliharaan. Analisa proksimat pakan uji meliputi

pengukuran kadar protein, lemak, serat kasar, abu dan air. Sedangkan analisa

proksimat tubuh ikan meliputi pengukuran kadar air, kadar protein, kadar lemak

dan abu. Ikan sampel awal pemeliharaan diambil sebanyak 20 ekor, dan sampel

akhir pemeliharaan diambil sebanyak 10 ekor tiap ulangan untuk dilakukan

analisa proksimat. Seluruh analisa proksimat dilakukan dengan mengikuti

prosedur sesuai dengan Takeuchi (1988).

2.4. Analisa Kimia

Perlakuan pada penelitian menggunakan desain penelitian RAK

(Rancangan Acak Kelompok) dengan empat perlakuan, masing-masing perlakuan

tiga kali pengulangan. Metode statistik yang digunakan dengan program SAS

6.12 (Statistic analysis system). Hipotesis mengenai faktor perlakuan dan untuk

mengetahui pengaruh pakan uji dihitung dengan analisis ragam (ANOVA).

Sedangkan untuk melihat perbedaan perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan

uji Duncan. Parameter yang diuji terdiri dari jumlah konsumsi pakan, laju

Page 98: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

7

pertumbuhan harian, efisiensi pakan, sintasan, retensi protein, retensi lemak,

kecernaan total, kecernaan protein, dan biaya pakan.

2.4.1. Jumlah konsumsi pakan

Jumlah konsumsi pakan ikan uji diketahui dengan cara menimbang

jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian,

2.4.2. Pertumbuhan

Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan rumus Huisman

(1987):

α = Laju pertumbuha harian (%)

Wt = Rata-rata bobot individu pada waktu t percobaan (g)

Wo = Rata-rata bobot individu pada waktu awal percobaan (g)

t = Waktu percobaan (hari)

2.4.3. Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan didefinisikan sebagai peningkatan berat basah daging per

unit berat pakan kering, Efisiensi pakan (EP) dianalisis berdasarkan rumus

Takeuchi (1988):

Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa mutlak ikan pada waktu t (g)

Wo = Biomassa mutlak ikan pada awal percobaan (g)

Wd = Biomassa mutlak ikan yang mati (g)

JKP = Jumlah (bobot) pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)

Page 99: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

8

2.4.4. Sintasan

Sintasan ikan uji didapatkan dengan menghitung jumlah individu ikan uji

yang hidup sampai akhir percobaan, Perhitungannya menggunakan rumus:

SR = Nt/N0 x 100%

Keterangan:

SR = Kelangsungan hidup ikan

Nt = Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor)

No = Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

2.4.5. Retensi Protein

Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang

diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta

dimanfaatkan tubuh untuk metabolisme harian (Halver, 1989). Nilai retensi

protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988)

Keterangan :

RP = Retensi protein (%)

Pt = Bobot protein tubuh pada waktu t (g)

Po = Bobot protein tubuh awal (g)

Pp = Bobot protein pakan (g)

2.4.6. Retensi Lemak

Retensi lemak merupakan seberapa besar lemak yang dapat disimpan di

dalam tubuh ikan. Nilai retensi lemak dapat dihitung berdasarkan persamaan yang

dikemukakan oleh Takeuchi (1988), yaitu:

Page 100: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

9

Keterangan :

RL = Retensi lemak (%)

Lt = Bobot lemak tubuh pada waktu t (g)

Lo = Bobot lemak tubuh awal (g)

Lc = Bobot lemak pakan (g)

2.4.7. Kecernaan total (Sumber : Watanabe 1988)

Kecernaan total = (1- (b/b’)) x 100%

Keterangan :

b = Cr2O3 (%) dalam pakan

b’ = Cr2O3 (%) dalam feses

2.4.8. Kecernaan protein

Kecernaan protein = (1- ((b/b’) x (a’/a)) x 100%

Keterangan :

b = Cr2O3 (%) dalam pakan

b’ = Cr2O3 (%) dalam feses

a = protein (%) dalam pakan

a = protein (%) dalam feses

2.4.9. Biaya Pakan

Cp = harga pakan x nilai EP

Cp = Biaya pakan (Cost pakan Rp/kg)

EP = Efisiensi pakan (%)

Page 101: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

10

III, HASIL DAN PEMBAHASAN

3,1 Hasil

Hasil penelitian dengan menggunakan empat jenis pakan uji dengan

komposisi wheat bran 0%, 10%, 20%, dan 30% menunjukan adanya

pertumbuhan ikan nila. Perubahan bobot biomassa ikan nila selama 50 hari

terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Perubahan bobot biomassa rata-rata individu ikan nila perlakuanwheat bran dengan kadar berbeda (0%, 10%, 20%, dan 30%).

Pertambahan bobot biomassa akhir rata-rata pemeliharaan dari bobot

biomassa awal rata-rata individu pada perlakuan wheat bran 0% yaitu 4,13 kali

lipat dengan hasil akhir 56,20 gram, perlakuan wheat bran 10% 3,78 kali lipat

dengan hasil akhir 49,83 gram, perlakuan wheat bran 20% 3,90 kali lipat dengan

hasil akhir 53,10 gram, perlakuan wheat bran 30% 4,01 kali lipat dengan hasil

akhir 53,77 gram.

Page 102: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

11

Tabel 5. Data hasil kinerja pertumbuhan ikan nila setelah dibudidaya 50 hari

Parameterperlakuan pakan

WB 0 % WB 10% WB 20% WB 30%

JKP (g) 6520,31 ± 66,15a 5872,44 ± 319,92b 6134,12 ±328,44ab 6414,04 ± 241,31a

LPH (%) 2,88 ± 0,11a 2,69 ± 0,08a 2,76 ± 0,08a 2,81 ± 0,21a

KT (%) 60,93±0,86a 50,73±1,03 b 46,71±3,20b 51,28 ±2,98b

KP (%) 73,63±0,59a 73,72±0,55 a 73,59±1,75a 74,75±1,55a

EP (%) 64,69 ± 3,69a 62,51 ± 3,31a 63,30 ± 5,17a 61,70 ± 5,48a

RP (%) 32,22 ± 6,32ab 28,69 ± 2,33b 42,45 ± 4,49 a 36,45 ± 11,02 ab

RL (%) 92,34 ± 0,38a 67,79±10,22 b 75,72 ± 9,48 ab 72,45 ± 14,68ab

SR (%) 99,33 ± 0,58a 100,00 ± 0,00a 99,00 ± 1,00a 98,67 ± 1,15a

Keterangan : 1, Huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan hasil yangtidak berbeda nyata ( P>0,05).

2, JKP (jumlah konsumsi pakan), LPH (laju pertumbuhan harian), KT (kecernaantotal), KP (Kecernaan protein), EP (Efisiensi pakan), RP (retensi protein), RL(retensi lemak), SR (sintasan).

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan penggunaan wheat bran 30% dalam

pakan mampu memberikan hasil pertumbuhan harian yang tidak berbeda nyata

dengan pakan berbasis wheat bran 0%. Hal tersebut didukung dengan nilai

efisiensi pakan yang tidak berbeda nyata antara pakan wheat bran 30% dengan

pakan wheat bran 0%.

Nilai retensi menunjukan banyaknya protein dan lemak yang tersimpan di

dalam tubuh ikan uji. Berdasarkan Tabel 5 di atas, nilai retensi protein tertinggi

dimiliki oleh pakan berbasis wheat bran 20% dan nilai terendah dimiliki pakan

berbasis wheat bran 10%. Sedangkan, nilai retensi lemak tertinggi yaitu pakan

berbasis wheat bran 0% dan terendah pada pakan berbasis wheat bran 10%.

Penggunaan wheat bran sampai 30% memberikan nilai kecernaan total

yang berbeda nyata terhadap wheat bran 0%. Hal ini menunjukan bahwa

penggunaan wheat bran menurunkan nilai kecernaan total. Pada parameter

efisiensi pakan, kecernaan protein, dan laju sintasan (SR) dapat dilihat bahwa

setiap perlakuan memiliki nilai tidak berbeda nyata.

Page 103: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

12

Tabel 6. Data harga pakan, efisiensi pakan, dan biaya pakan uji per kg

parameter

perlakuan pakan uji (%)

0 10 20 30

harga pakan (Rp/kg) 4149 4026 3900 3846

efisiensi pakan (%) 64,69 62,51 63,30 61,70

Biaya pakan ikan/kg 6414 6440 6161 6233

Tabel 6 menunjukan data harga pakan, efisiensi pakan dan biaya pakan,

Berdasarkan perhitungan nilai biaya pakan terendah dimiliki pakan berbasis

wheat bran 20%. Hal ini didukung dengan nilai efisiensi pakan yang tinggi

dibandingkan perlakuan lainnya, penggunaan proporsi wheat bran 20% mampu

menghasilkan biaya terendah sebesar 6161 per kg sehingga dalam budidaya ikan

nila penggunaan wheat bran dapat dijadikan bahan baku alternatif sebagai

pengganti jagung dan mengurangi proporsi penggunaan tepung bungkil kedelai.

3.2 Pembahasan

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan

isoprotein dan isoenergi. Namun, memiliki kandungan lemak dan serat kasar

yang berbeda. Perbedaan kadar lemak dan serat kasar dalam pakan tidak

mempengaruhi nilai laju pertumbuhan harian. Pertumbuhan dipengaruhi oleh

keseimbangan energi dan protein di dalam pakan. Pertumbuhan ikan uji terlihat

secara kuantitatif dengan adanya penambahan bobot tubuh. Nilai tersebut

menunjukan bahwa ikan mampu mencerna pakan dan menyerap semua nutrien

yang terkandung dalam pakan dan mengkonversinya menjadi energi.

Nilai kecernaan menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna suatu

pakan dan kualitas pakan yang dikonsumsi. Mokoginta (1999) menyatakan

bahwa perbedaan komposisi bahan dan zat makanan dalam pakan akan

mempengaruhi nilai kecernaan total dan kecernaan protein pakan. Berdasarkan

hasil analisis kandungan nutrien pakan (Tabel 3) diketahui, bahwa kandungan

serat kasar dalam pakan berbeda-beda. Semakin tinggi proporsi wheat bran yang

digunakan dalam formulasi, semakin tinggi pula kadar serat kasar pakan

perlakuan (Tabel 3). Hal tersebut menunjukan wheat bran memiliki kandungan

serat kasar yang tinggi. Menurut Hertrampf dan Piedad-Pascual (2000)

Page 104: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

13

menyatakan bahwa, kandungan serat kasar wheat bran sebesar 12,3% lebih tinggi

dibandingkan jagung yaitu 2,8%.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat nilai dari kecernaan total dari pakan uji.

Pakan uji dengan kandungan wheat bran 30%, 20% dan 10% berbeda nyata

dengan pakan uji dengan kandungan wheat bran 0%. Menurut Van soest et al,

(1991) apabila kandungan serat kasar dalam bahan pakan meningkat akan

menyebabkan koefisien cerna semua zat akan menurun. Pakan yang berasal dari

bahan nabati salah satunya wheat bran biasanya lebih sedikit dicerna,

dikarenakan memiliki serat kasar yang sulit dicerna dan mempunyai dinding sel

yang kuat sulit dipecahkan. Meskipun nilai kecernaan pakan uji 30%, 20%, dan

10% rendah jika dibandingkan dengan wheat bran 0%, namun proporsi

peningkatan wheat bran dalam pakan masih dapat diterima oleh ikan. Hal ini

seiring dengan nilai laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang tidak

berbeda nyata (Tabel 5).

Beberapa hasil penelitian menyebutkan, wheat bran memberikan hasil

pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan bahan baku nabati lainnya, Hal ini

seiring dengan hasil penelitian dari kalsoom et al (2009) dengan pemberian wheat

bran sekitar 4 % dari bobot tubuh dapat meningkatkan pertumbuhan pada ikan

hasil persilangan (Catla catla x Labeo rohita) jika dibandingkan dengan

menggunakan rice broken dan tepung darah. Ditambahkan pula oleh Hertrampf

dan Piedad-Pascual 2000 bahwa penggunaan wheat bran 10% menunjukan nilai

terbaik pada ikan mas.

Kecernaan protein menunjukan kemampuan cerna dan daya serap ikan

terhadap nutrien pakan uji tinggi. Hal ini seiring dengan nilai berdasarkan uji

statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan signifikan antar perlakuan.

Kecernaan protein perlakuan pada penelitian ini berada pada kisaran 73,59-

74,75%. Menurut Ranjhan (1980), kecernaan protein kasar tergantung pada

kandungan protein di dalam pakan. Berdasarkan hasil penelitian Maina J G et al

(2002) menyatakan bahwa, ikan nila mampu mencerna protein dari wheat bran

sebesar 71-75%.

Protein merupakan nutrien paling utama dalam menentukan pertumbuhan.

Kualitas protein pakan ditentukan oleh pola asam amino bahan baku yang

Page 105: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

14

digunakan. Tabel 7 menunjukan pola asam amino wheat bran lebih baik

dibandingkan dengan jagung. Selain itu pola asam amino keempat pakan

perlakuan memiliki pola yang hampir sama dengan pola asam amino yang

dibutuhkan ikan nila, sehingga diduga dapat menunjang pertumbuhan yang sama.

Tabel 7. Komposisi asam amino assensial pakan percobaan (% protein)Asam amino

essensial Jagung* WB* Ikan nila**WB0%

WB10%

WB20%

WB30%

Arginin 0,48 1,11 4,20 4,35 4,27 4,13 4,03

Histidin 0,29 0,46 1,72 1,56 1,54 1,49 1,45

Leusin 1,37 1,03 3,39 3,66 3,55 3,47 3,39

Isoleusin 0,39 0,54 3,11 2,21 2,19 2,12 2,09

Lisin 0,28 0,59 5,12 4,22 4,10 3,99 3,89

Methionin 0,19 0,23 2,68 1,04 0,99 0,97 0,96

Fenillanin 0,54 0,68 3,75 2,25 2,22 2,15 2,12

Treonin 0,40 0,51 3,75 2,83 1,91 2,67 2,62Triptofan 0,09 0,54 1,00 1,94 0,56 1,91 1,95

Valin 0,50 0,68 2,80 2,94 2,87 2,77 2,69Keterangan: 1, * wheat bran dan jagung (Hertrampf dan Piedad-Pascual (2000)

2, ** asam amino ikan nila NRC (1993) dalam Maina J G et al (2002)

Nilai laju pertumbuhan harian (LPH) menunjukan adanya presentase

pertambahan bobot, Semakin tinggi nilai LPH, semakin cepat pula ikan tumbuh,

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan nilai LPH yang tidak berbeda nyata antar

perlakuan. Hal ini seiring dengan nilai efisiensi pakan yang tidak berbeda nyata

antar perlakuan (Tabel 5). Menurut Millamena et al, (2002), persentase efisiensi

pakan merupakan pertambahan bobot (pertumbuhan) dibagi dengan konsumsi

pakan. Efisiensi pakan akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan, jika ikan

mampu mengefisiensikan pakan yang diberikan secara maksimum maka

pertumbuhan akan semakin cepat terjadi, Berdasarkan nilai tersebut, wheat bran

sampai 30% dengan kandungan serat kasar 5,80% masih dapat dicerna dan

diterima oleh ikan nila.

Pertumbuhan juga bisa di pengaruhi oleh kandungan energi yang tersedia di

dalam pakan. Nilai energi yang tercerna dalam pakan (digestible energy)

perlakuan berkisar antara 2486,92-2598,49 kkal kg. Hal ini menunjukan bahwa

pakan perlakuan yang diberikan masih berada pada kisaran nilai energi yang

dibutuhkan ikan nila yaitu sekitar 2500-4300 kkal kg (Jauncey and Ross, 1982).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa ikan nila dengan pemberian

pakan wheat bran 30% mampu memanfaatkan energi yang berasal dari lemak dan

Page 106: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

15

karbohidrat dengan baik dengan kandungan serat kasar yang tinggi, Menurut

Handajani dan Widodo (2010), apabila sumbangan energi dari bahan non protein

tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi,

sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan

berkurang. Keseimbangan energi dan protein di dalam pakan sangat berperan

dalam menunjang pertumbuhan ikan.

Nilai retensi protein menggambarkan besarnya protein yang tersimpan di

dalam tubuh. Berdasarkan Tabel 5. dapat terlihat nilai retensi protein yang

berbeda nyata antara pakan berbasis wheat bran 10% dengan 20%. Hal ini diduga

dengan peningkatan wheat bran sampai 20% protein yang tersimpan di dalam

tubuh lebih banyak digunakan untuk tumbuh dibandingkan untuk keperluan

aktivitas dan metabolisme. Terbukti dengan nilai laju pertumbuhan harian.

efisiensi pakan, dan kecernaan protein yang tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Selain protein, lemak berperan sebagai peyumbang energi, setiap 1 g

lemak mengandung 8,1 kkal DE (Digestible energy). Nilai retensi lemak

menggambarkan sejumlah lemak yang tersiman di dalam tubuh, Berdasarkan

Tabel 5, nilai retensi lemak tertinggi pada perlakuan wheat bran 0%. Nilai retensi

lemak ini menunjukkan bahwa sumbangan lemak yang berasal dari bahan baku

lain banyak disimpan dalam tubuh sementara pada perlakuan lainnya lemak lebih

banyak digunakan untuk kegiatan metabolisme sehingga lemak yang tersimpan

didalam tubuh lebih sedikit.

Tingginya nilai efisiensi pakan wheat bran 20% menghasilkan biaya pakan

terendah dibandingkan pakan perlakuan lainnya (Tabel 6). Pakan dengan

kandungan wheat bran 20% memiliki gain cost (penambahan biaya) sebesar Rp

6.161,-. Hal tersebut menunjukan bahwa pakan dengan kandungan wheat bran

20% memiliki biaya pakan per kg lebih menguntungkan dibandingkan dengan

pakan perlakuan lainnya Dengan demikian berdasarkan evaluasi ekonomi

penggunaan pakan wheat bran 20% dalam formulasi pakan dapat

menguntungkan dan penggunaan jagung dapat digantikan.

Page 107: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

16

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pemakaian

wheat bran hingga 20% dapat menggantikan jagung sebagai bahan baku dalam

formulasi pakan ikan nila dan mampu memberikan efisiensi pakan dan kinerja

pertumbuhan yang baik pada kegiatan budidaya ikan nila Oreochromis niloticus.

Page 108: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

17

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z,, 2006, Pengaruh kadar tepung bungkil kelapa sawit dalam pakan ikanlele Clarias sp,, [Tesis], Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor,Bogor,

Anonimous, 2004, Kebutuhan pakan ternak pada 2010 mencapai 13 juta ton,Artikel Suara Pembaharuan, Available at http://www,suarapembaharuan,com, [14 Januari 2011],

Anonimous, 2005, Limbah sawit bernilai ekonomis, Artikel Kompas, Available athttp://www,kompas,com, [14 Januari 2011],

Anonimous, 2009, Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dan Stakeholder dalamProduksi Pakan Ikan untuk Mendukung Pengembangan Usaha PerikananBudidaya dalam Menghadapi dampak Krisis Global, Temu Pakan Nasional19 - 20 Maret 2009, Bandung,

Handajani, H,, Widodo, W,, 2010, Nutrisi Ikan, UMM press, Malang

Hertrampf, J,W,, Piedad-Pascual F,, 2000, Handbook on Ingredients forAquaculture Feeds, Kluwer Academic Publishers, London,

Huissman, E,A,, 1987, Principle of fish production, Departement of Fish Cultureand Fisheries, Wageningen Agricultural University, The Netherlands,

Jauncey K, Ross B (1982), A Guide to Tilapia feeds and feeding, Institute ofAquaculture, University of Stirling, Scotland, Pp3,

Kalsoom, UM, E, ; Salim, T, M ; Shahzadi and Barlas, A, 2009, GrowthPerformance and Feed Conversion Ratio (FCR) in Hybryd Fish (Catla CatlaX Labeo Rohita) Fed on Wheat Bran, Rice Broken and Blood Meal, PakistanVet, J,, 29: 55-58,

Maina J G et al, 2002, Digestibility and feeding value of some feed ingredientsfed to tilapia Oreochromis niloticus (L,), Aquaculture research, 33, 853-862,

Millamena, OM, RM Coloso, and FP Pascual, 2002, Nutrition in tropicalAquaculture, SEAFDEC, Tigbauanm Iloilo, Philippines, 221p

Mokoginta I, Takeuchi T, Suprayudi AM, Wiramiharja Y, Setiawati M, 1999,Pengaruh sumber karbohidrat yang berbeda terhadap kecernaan pakan,

Page 109: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

18

efisiensi pakan, dan pertumbuhan benih gurame (Osphronemus gouramyLac), Jurnal ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, VI (2): 13-19,

NRC (National Research Council), 1993, Nutrien Requirement of Fish, NationalAcademy Press, Washington DC,

NRC (National Research Council), 1997, Nutrien Requirement of Fish, NationalAcademy Press, Washington DC,

Piliang, Wiranda G dan Djojosoebagio, S, 2006, Fisiologi Nutrisi Volume 1, IPBPress: Bogor

Tangendjaja, B, dan S, Rachmawati, 2006, Mycotoxin levels in corn and feedcollected from Indonesian feedmills, Proc, ISTAP IV, Jogyakarta,

Takeuchi, T, 1988, Laboratory Work – Chemical Evaluation of Dietary Nutrients,P 179 – 233 In T, Watanabe, Editor, Fish Nutrition and Mariculture,Departement of aquatic Bioscience, Tokyo University of Fisheries,

Van Soest PJ, Robertson JB, Lewis BA, 1991,Methods for dietary fiber and non-starch polysaccharides in relation to animal nutrition, J, Dairy Sci, 74:3583-3597,

Watanabe, T,, 1988, Fish Nutrition and Mariculture, Departement of AquaticBiosciences, Tokyo University of Fisheries, JICA

Page 110: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1, Data Kelangsungan Hidup pemeliharaan selama 50 haripemeliharaan

pakan uji ulangan jumlah tebar awal (e) jumlah panen (e) SR (%)

WB 0% 1 100 100 100

WB 0% 2 100 99 99

WB 0% 3 100 99 99

rata-rata 99,33Simpanganbaku 0,58

WB 10% 1 100 100 100

WB10 % 2 100 100 100

WB 10% 3 100 100 100

rata-rata 100Simpanganbaku 0

WB 20 % 1 100 100 100

WB 20 % 2 100 99 99

WB 20 % 3 100 98 98

rata-rata 99Simpanganbaku 1

WB 30 % 1 100 98 98

WB 30 % 2 100 100 100

WB 30 % 3 100 98 98

rata-rata 98,67Simpanganbaku 1,15

Page 111: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

20

Lampiran 2, Data laju pertumbuhan spesifik selama 50 hari pemeliharaan

pakan uji ulangan Bobot rata-rata awal/e (g) Bobot akhir rata2/e (g)LPS(%)

WB 0% 1 13,9 54 2,75

WB 0% 2 13,5 58,3 2,97

WB 0% 3 13,4 56,2 2,91

rata-rata 13,6 56,2 2,88

SB 0,11

WB 10 % 1 13,5 50 2,65

WB 10 % 2 13 48 2,65

WB 10 % 3 13 51,5 2,79

rata-rata 2,69

SB 0,08

WB 20 % 1 14,6 56 2,73

WB 20 % 2 13,2 50,2 2,71

WB 20 % 3 13 53 2,85

rata-rata 2,76

SB 0,08

WB 30 % 1 13,2 54,4 2,87

WB 30 % 2 13,4 48 2,58

WB 30 % 3 13,5 58,9 2,99

rata-rata 2,81

SB 0,21

Page 112: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

21

Lampiran 3, Data biomassa awal dan akhir pemeliharaan selama 50 hari

pakan uji UlanganBiomassa

tebar (gram)

Bobot rata-rata awal

(g/e)

Biomassaakhir (gram)

Bobot rata-rata akhir

(g/e)

WB 0% 1 1390 13,9 5400 54

WB 0% 2 1350 13,5 5771,07 58,3

WB 0% 3 1340 13,4 5559,18 56,2

rata-rata 1360 13,6 5576,75 56,2

WB 10 % 1 1350 13,5 5000 50

WB 10 % 2 1300 13 4800 48

WB 10 % 3 1300 13 5150 51,5

rata-rata 1317 13,17 4983 49,83

WB 20% 1 1460 14,6 5600 56

WB 20% 2 1320 13,2 4968 50,2

WB 20% 3 1300 13 5196,09 53

rata-rata 1360 13,6 5255 53,1

WB 30% 1 1320 13,2 5326,5 54,4

WB 30% 2 1340 13,4 4800 48

WB 30% 3 1350 13,5 5780,69 58,9

rata-rata 1337 13,37 5302 53,77

Page 113: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

22

Lampiran 4, Data jumlah konsumsi pakan dan efisiensi pakan selama 50 haripemeliharaan

Lampiran 5,Data kecernaan total

Pakan uji ulangan Cr2O3 pakan (%) Cr2O3 feses (%) Kecernaan (%)

WB 0% 1 0,5 1,26 60,32

2 0,5 1,3 61,54

WB10 % 1 0,5 1 50

2 0,5 1,03 51,46

WB 20 % 1 0,5 0,98 48,97

2 0,5 0,9 44,44

WB 30 % 1 0,5 0,99 49,49

2 0,5 1,08 53,7

Pakan uji UlanganBbiomassatebar (g)

Biomassapanen (g)

JumlahKonsumsiPakan (g)

EfisiensiPakan(%)

WB 0% 1 1390 5400 6547,62 61,24

WB 0% 2 1350 5771,07 6444,88 68,59

WB 0% 3 1340 5559,18 6568,43 64,23

rata-rata 1360 5576,75 6520,31 64,69simpangan

baku 66,15 3,69

WB 10% 1 1350 5000 5538,43 65,9

WB 10% 2 1300 4800 5902,78 59,29

WB 10% 3 1300 5150 6176,1 62,33

rata-rata 5872,44 62,51simpangan

baku 319,92 3,31

WB 20% 1 1460 5600 5956,92 69,49

WB 20% 2 1320 4968 5932,34 61,49

WB 20% 3 1300 5196,09 6513,11 59,82

rata-rata 6134,12 63,6simpangan

baku 328,44 5,17

WB 30% 1 1320 5326,5 6522,86 61,42

WB 30% 2 1340 4800 6137,48 56,37

WB 30% 3 1350 5780,69 6581,78 67,32

rata-rata 6414,04 61,7simpangan

baku 241,31 5,48

Page 114: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

23

Lampiran 6, Data proksimat tubuh ikan uji

ikan awal

ulangankadar air

(%)kadar lemak (%) kadar protein (%)

basah kering basah kering

1 76,74 4,28 18,42 11,88 51,06

2 76,74 4,28 18,42 11,88 51,06

3 76,74 4,28 18,42 11,88 51,06

WB 0 %

1 65,94 7,24 28,73 11,86 47,01

2 69,55 6,61 21,72 14,75 48,44

3 66,89 7,54 22,78 15,78 47,66

WB 10 %

1 77,81 5,05 22,75 12,22 55,08

2 75,01 5,29 21,15 12,9 51,62

3 70,35 6,37 21,49 13,99 47,21

WB 20 %

1 69,9 6,46 21,46 15,02 49,89

2 63,56 5,82 15,98 19,51 53,55

3 65,98 7 20,59 17,78 52,26

WB 30 %1 72,43 6,37 23,12 13,34 48,39

2 57,76 9,47 22,43 21,09 49,94

3 73,97 6,89 26,48 12,48 47,93

Page 115: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

24

Lampiran 7,Data retensi protein tubuh ikan uji

Parameter ulgnpakan uji

wB 0 % WB 10 % WB 20 % WB 30%

Biomassa ikan awal (g)

1 1390 1350 1460 1320

2 1350 1300 1320 1340

3 1340 1300 1300 1350

Biomassa ikan akhir (g)

1 5400 5000 5600 5326,5

2 5771,07 4800 4968 4800

3 5559,18 5150 5196,09 5780,69

Protein ikan:

Kadar protein tubuh awal (%) 1 11,88 11,88 11,88 11,88

2 11,88 11,88 11,88 11,88

3 11,88 11,88 11,88 11,88

kadar protein tubuh akhir (%) 1 11,86 12,22 15,02 13,34

2 14,75 12,9 19,51 21,09

3 14,66 13,99 17,78 12,48

protein tubuh total awal (g) 1 165,13 160,38 173,45 156,82

2 160,38 154,44 156,82 159,19

3 159,19 154,44 154,44 160,38

protein tubuh total akhir (g) 1 640,44 611 841,12 710,56

2 851,23 619,2 969,26 1012,32

3 814,96 720,49 923,86 721,43jumlah protein yang disimpandalam tubuh (g) 1 475,31 450,62 667,67 553,74

2 690,85 464,76 812,44 853,13

3 655,77 566,05 769,42 561,05

Pakan ikan

Konsumsi pakan (g) 1 6547,62 5538,43 5956,92 6522,86

2 6444,88 5902,78 5932,34 6137,48

3 6568,43 6176,1 6513,11 6581,78

kadar protein pakan(%) 1 28,93 29,25 28,83 28,27

2 28,93 29,25 28,83 28,27

3 28,93 29,25 28,83 28,27jumlah protein pakan yangdikonsumsi(g) 1 1894,23 1619,99 1717,38 1844,01

2 1864,5 1726,56 1710,29 1735,07

3 1900,25 1806,51 1877,73 1860,67

retensi protein (%) 1 25,09 27,82 38,88 30,03

2 37,05 26,92 47,5 49,17

3 34,59 31,33 40,98 30,15

rata-rata 32,22 28,69 42,45 36,45

simpangan baku 6,32 2,33 4,49 11,02

Page 116: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

25

Lampiran 8, Data retensi lemak tubuh ikan uji

parameter ulngnpakan uji

wB 0 % WB 10 % WB 20 %WB30%

Biomassa ikan awal (g)

1 1390 1350 1460 1320

2 1350 1300 1320 1340

3 1340 1300 1300 1350

Biomassa ikan akhir (g)

1 5400 5000 5600 5326,5

2 5771,07 4800 4968 4800

3 5559,18 5150 5196,09 5780,69

Lemak ikan :

kadar lemak tubuh awal ( %)

1 4,28 4,28 4,28 4,28

2 4,28 4,28 4,28 4,28

3 4,28 4,28 4,28 4,28

Kadar lemak tubuh akhir( %)

1 7,24 5,05 6,46 6,37

2 6,61 5,29 5,82 9,47

3 7 6,37 7 6,86

Lemak tubuh total awal (g) 1 59,49 57,78 62,49 56,49

2 57,78 55,64 56,49 57,35

3 57,35 55,64 55,64 57,78

Lemak tubuh total akhir (g) 1 390,96 252,5 362,76 339,29

2 381,47 253,92 289,14 454,56

3 389,14 328,06 363,73 396,55jumlah lemak yang tersimpandalam tubuh (g) 1 331,47 194,72 299,27 282,8

2 323,69 198,28 232,65 397,21

3 331,79 272,42 308,09 338,77

Pakan ikan

Konsumsi pakan (g) 1 6547,62 5538,43 5956,92 6522,86

2 6444,88 5902,78 5932,34 6137,48

3 6568,43 6176,1 6513,11 6581,78kadar lemak dalam pakan(%) 1 5,47 5,55 6,02 7,34

2 5,47 5,55 6,02 7,34

2 5,47 5,55 6,02 7,34Jumlah lemak pakan yangdikonsumsi (g) 1 358,15 307,38 358,61 478,77

2 352,53 327,6 357,13 450,49

3 359,29 342,77 342,77 483,1

retensi lemak (%) 1 92,55 63,35 83,45 59,07

2 91,82 60,53 65,14 88,17

3 92,35 79,48 78,58 70,12

rata-rata 92,24 67,79 75,72 72,45

simpangan baku 0,38 10,22 9,48 14,68

Page 117: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

27

Lampiran 9. Data uji statistik parameter biologi selama pemeliharaan 50 hari

1. Uji statistik dan Duncan parameter SR

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 4.41666667 0.88333333 1.38 0.3486

Error 6 3.83333333 0.63888889

Corrected Total 11 8.25000000

Duncan

Duncan Grouping Mean N PAKAN

A 100.0000 3 wb 10%AA 99.3333 3 wb 0%AA 99.0000 3 wb 20%AA 98.6667 3 wb 30%

2. Uji statistik dan Duncan parameter LPS (Laju Pertumbuhan Spesifik)

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 0.11040833 0.02208167 1.63 0.2830

Error 6 0.08121667 0.01353611

Corrected Total 11 0.19162500

DuncanDuncan Grouping Mean N PAKAN

A 2.87667 3 wb 0%AA 2.81333 3 wb 30%AA 2.76333 3 wb 20%AA 2.69667 3 wb 10%

Page 118: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

28

3. Uji Statistik parameter JKP (Jumlah Konsumsi Pakan)

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 1070751.59754168 214150.31950834 5.35 0.0323

Error 6 240159.96088338 40026.66014723

Corrected Total 11 1310911.55842506

Duncan

Duncan Grouping Mean N PAKAN

A 6520.3 3 wb 0%AA 6414.0 3 wb 30 %AB A 6134.1 3 wb 20 %BB 5872.4 3 wb 10%

4. Uji statistik dan Duncan parameter EP (Efisiensi pakan)

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 34.70416667 6.94083333 0.29 0.9018

Error 6 143.27633333 23.87938889

Corrected Total 11 177.98050000

Duncan

Duncan Grouping Mean N PAKAN

A 64.687 3 wb 0%AA 63.600 3 wb 20%AA 62.510 3 wb 10%AA 61.703 3 wb 30%

Page 119: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

29

5. Lampiran retensi protein tubuh ikan nila

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 506.47607500 101.29521500 3.33 0.0876

Error 6 182.46741667 30.41123611

Corrected Total 11 688.94349167

Duncan

Duncan Grouping Mean N PAKAN

A 42.453 3 wb 20%A

B A 36.450 3 wb 30%B AB A 32.243 3 wb 0%BB 28.690 3 wb 10 %

6. Retensi Lemak

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 1081.83670833 216.36734167 1.71 0.2646

Error 6 757.27018333 126.21169722

Corrected Total 11 1839.10689167

Duncan

Duncan Grouping Mean N PAKAN

A 92.240 3 wb0%A

B A 75.723 3 wb20%B AB A 72.453 3 wb 30%BB 67.787 3 wb 10%

Page 120: EVALUASI DAYA CERNA PAKAN LIMBAH AZOLA PADA IKAN …blogs.unpad.ac.id/ritarostika/files/2012/04/materi-nutrisi-ikan... · bawal air tawar diperjualbelikan sebagai ikan hias, ... 1979)

30

Uji Kecernaan

Descriptives

hasil

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

1 2 60.9300 .86267 .61000 53.1792 68.6808 60.32 61.54

2 2 50.7300 1.03238 .73000 41.4545 60.0055 50.00 51.46

3 2 46.7050 3.20319 2.26500 17.9254 75.4846 44.44 48.97

4 2 51.5950 2.97692 2.10500 24.8484 78.3416 49.49 53.70

Total 8 52.4900 5.83254 2.06211 47.6139 57.3661 44.44 61.54

ANOVA

hasil

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups

(Combined) 217.197 3 72.399 13.835 .014

Linear Term Contrast 102.592 1 102.592 19.604 .011

Deviation 114.605 2 57.302 10.950 .024

Within Groups 20.933 4 5.233

Total 238.129 7

hasil

Duncan

pakan N

Subset for alpha = 0.05

a b

WB 20% 2 46.7050

WB 10% 2 50.7300

WB 30% 2 51.5950

WB 0% 2 60.9300

Sig. .104 1.000