evaluasi dampak program bantuan rumah dinas...
TRANSCRIPT
EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN RUMAHDINAS TATA KOTA TANGERANG SELATAN
UNTUK KELUARGA BERUMAH TIDAK LAYAK HUNIDI KAMPUNG SENTUL CIATER
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun oleh:
Doni Romdoni
109054100027
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2013 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untukmemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 25 November 2013
Doni Romdoni
i
ABSTRAKDoni RomdoniEvaluasi Dampak Program Bantuan Rumah Dinas Tata Kota Tangsel untukKeluarga Berumah Tidak Layak Huni di Kampung Pondok Sentul Ciater
Ketidaklayakan sebuah hunian merupakan hal yang mencerminkan bahwamasyarakat masih hidup dalam garis kemiskinan. Pemerintah khususnya TangerangSelatan melalui Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman melaksanakan programbantuan rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni dengan konsep rumahsederhana dan sehat di Kampung Pondok Sentul, Ciater, Tangerang Selatan. Manfaatdari program ini adalah untuk mengurangi angka ketidaklayakan hunian,meningkatkan angka perumahan layak huni, mengurangi ketimpangan sosial danprogram ini berdampak pada meningkatnya kesehatan para penerima manfaat.
Evaluasi dampak bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni diKampung Pondok Sentul Ciater Tangerang Selatan merupakan sebuah penilaianterhadap hasil dan dampak terhadap program, dimana program ini menitikberatkanpada proses perbaikan rumah penerima manfaat. Adapun metode penelitian dalamskripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan datadengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Peneliti melakukanwawancara kepada empat keluarga penerima manfaat, dua orang tetangga penerimamanfaat serta satu pelaksana program yang mewakili pelaksana program lainnya.Pada teknik pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling.Dalam menguji data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data.
Hasil dari evaluasi dampak program yang peneliti lakukan ini, pertamapeneliti menelaah dari segi standar kelayakan hunian dan standar rumah sehat.Dampak yang dirasakan oleh penerima manfaat yaitu dari segi kondisi bangunan,yaitu kondisi fisik bangunan yang cukup sesuai dengan standar kelayakan hunianseperti kuatnya bangunan pondasi bawah, tengah dan atas. Dari segi kriteria rumahsehat, ketersediaan MCK yang baik di dalam rumah, adanya ventilasi sebagai saranaudara masuk ke dalam rumah serta tersedianya jendela agar cahaya masuk ke dalamrumah telah cukup terpenuhi. Dampak lain yang penerima manfaat rasakan yaitu darisegi kesehatan, contohnya, penerima manfaat tidak lagi mengalami diare karena telahtersedianya fasilitas MCK yang lebih layak di dalam rumah, perubahan lainnya darisegi spiritual seperti ketenangan dalam melakukan beribadah tanpa rasa khawatirdengan kondisi rumah serta meningkatnya status sosial penerima manfaat. Dari segitransparansi dan akuntabilitas. Peneliti menilai bahwa program bantuan rumah untukkeluarga berumah tidak layak huni kurang transparan, peneliti mendapatkan aksesinformasi dari penerima manfaat, pejabat setempat dan dari pelaksana program.Namun, pelaksana program tidak dapat memberikan akses informasi mengenai RABprogram, sehingga hal ini menjadi kekurangan tersendiri. Dari segi akuntabilitas,program ini dapat dikatakan cukup bertanggung jawab dengan dengan terlihatnyakesesuaian antara kriteria kelayakan hunian dan rumah sehat seperti yang telahdijelaskan oleh peneliti sebelumnya.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikumWr. Wb
Segala puja dan puji senantiasa peneliti panjatkan atas segala karunia
Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih
serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena Allah
semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita
yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabatnya serta para umatnya
yang Insya Allah hingga kini terus mencintainya.
Skripsi denganj udul “Evaluasi Dampak Program Bantuan Rumah Dinas
Tata Kota Tangerang Selatan untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni di
Kampung Sentul Ciater”. Merupakan salah satu wujud upaya peneliti dalam
menjelaskan perubahan yang dialami oleh masyarakat Kampung Sentul Ciater
Tangerang Selatan kepada para pembaca yang telah peneliti selesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu
segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan
suatu yang sangat berharga dan membantu peneliti dalam membuat skripsi ini.
Karenanya, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak. Drs Wahidin Saputra, MA selaku Pudek I,
iii
Bapak. Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku pudek II, dan Bapak. Drs. Study
Rizal LK, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Ibu. Siti Napsiyah MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial.
3. Bapak Ahmad Zaky,M.Si, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah
berkenan dan bersabar membimbing peneliti selama proses penulisan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing peneliti selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Abdul Rahman selaku staf Kelurahan Ciater yang telah
memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian di Kampung
Sentul.
6. Bapak Maryoto dan Ibu Luluk Farida selaku staf Dinas Tata Kota
Bangunan dan Pemukiman Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membantu peneliti.
7. Ayah dan Ibu peneliti yang selalu dicintai yang tiada henti-hentinya untuk
memberikan semangat, do’a dan harapan kepada peneliti.
8. Teman-teman tercinta Kessos Angkatan 2009 Putri, Tiwi, Sandra, Amirah,
Meygi, Panji, Bimo dan yang lain yang tidak bisa Peneliti sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu peneliti selama ini.
iv
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan, yang telah membantu selesainya
skripsi ini.
Peneliti tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segalaj asa yang
diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak
dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
Akhirnya, peneliti berharap semoga karya ini mampu memberikan
manfaat, baik bagi Peneliti, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya.
Ridha dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi selalu peneliti harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami
dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.
Ciputat , 18 November 2013
Peneliti
Doni Romdoni
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Metode Penelitian 8
E. Tinjauan Pustaka 18
F. Pedoman Penulisan 18
G. Sistematika Penulisan 19
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Evaluasi Program 20
1. Pengertian Evaluasi 20
2. Pengertian Evaluasi Program 21
3. Jenis-jenis Evaluasi Program 22
4. Pengertian Evaluasi Dampak 24
5. Tujuan Evaluasi 25
6. Manfaat Evaluasi 26
7. Prosedur Evaluasi 27
B. Indikator Evaluasi Dampak 28
1. Transparansi 28
vi
2. Akuntabilitas 29
3. Tujuan Transparansi dan Akuntabilitas 29
4. Alat Ukur Transparansi dan Akuntabilitas 29
5. Kriteria Rumah Layak Huni 30
6. Rumah Sehat 32
7. Kriteria Rumah Sehat 33
C. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 30
1. Pengertian Rumah 30
2. Rumah Tidak Layak Huni 31
3. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 31
4. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni 31
BAB III PROFIL KELURAHAN CIATER
A. Profil Kelurahan Ciater 38
B. Karakteristik Masyarakat Ciater 43
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Gambaran Umum Program Bantuan Rumah 51
B. Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi 52
1. Penentuan Hal yang dievaluasi 52
2. Rancangan Kegiatan Evaluasi 53
3. Profil Informan 53
4. Transparansi dan Akuntabilitas Program 57
5. Analisis Kondisi Penerima Manfaat Pra Program 60
6. Analisis Kondisi Penerima Manfaat Pasca Program 70
7. Dampak Program 80
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 86
B. Saran 88
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Informan Peneliti 16
2. Tabel 2 : Data penduduk tahun 2011 41
3. Tabel 3 : Data penduduk tahun 2012 42
4. Tabel 4 : Data sarana ibadah 46
5. Tabel 5 : Fasilitas pelayanan kesehatan 50
x
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar1 : Peta Wilayah Kelurahan Ciater (Citra Satelit 2013) 39
2. Gambar2 : Struktur Organisasi 41
3. Gambar3 : Kondisi rumah Bpk. NI sebelum diperbaiki 62
4. Gambar4 : Kondisi rumah Ibu P sebelum diperbaiki 64
5. Gambar5 : Kondisi rumah Ibu N sebelum diperbaiki 65
6. Gambar6 : Kondisi rumah Ibu M sebelum diperbaiki 66
7. Gambar7 : Kondisi empang yang menjadi tempat kakus Ibu P 68
8. Gambar8 : Kondisi rumah Ibu M setelah diperbaiki 70
9. Gambar9 : Kondisi rumah Ibu P setelah diperbaiki 72
10. Gambar10 : Kondisi rumah Bpk. NI setelah diperbaiki 74
11. Gambar11 : Kondisi rumah Ibu N setelah diperbaiki 75
12. Gambar12 : Kondisi bagian dalam rumah Ibu N yang hanya dibatasi papan riplek
pada saat pengerjaan proyek 77
13. Gambar13 : Kondisi sumur Ibu N 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan tantangan bagi seluruh negara didunia
terutama di negara-negara berkembang.Ini merupakan tanggung jawab negara
untuk dapat mensejahterakan masyarakat yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Fenomena kemiskinan yang cukup besar terjadi pada negara-
negara maju dan berkembang yang merupakan salah satu hal yang sangat
problematik pada proses pembangunan.
Pemenuhan akan kebutuhan seperti sandang, pangan, papan
merupakan hal paling utama yang paling dibutuhkan oleh manusia dalam
kehidupannya. Terkait dengan kebutuhan dasar manusia tersebut, menurut
Maslow dalam teori hierarki kebutuhannya, ia mengajukan bahwa semua
orang memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus terpuaskan terlebih
dahulu sebelum mereka menyadari kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih
tinggi tingkatannya. Ia mengidentifikasi beberapa jenis kebutuhan yang salah
satunya adalah kebutuhan fisiologis (Physiological needs). Kebutuhan dasar
ini termasuk makan, pakaian dan juga tempat tinggal.1
Rumah sebagai tempat tinggal yang juga merupakan kebutuhan dasar
manusia memiliki fungsi untuk meningkatkan harkat dan martabat, mutu
kehidupan dan penghidupan, serta cerminan pribadi manusia.Selain fungsi
sebagai tempat tinggal, rumah juga berfungsi sebagai sarana pembinaan
1Louis E. Boone, David L. Kurtz. Pengantar Bisnis :Kontemporer.(Jakarta:SalembaEmpat.2007). h. 445.
2
keluarga, pusat pendidikan keluarga, dan tempat pembentukan generasi
muda.Oleh sebab itu pengembangan perumahan dengan lingkungan yang
layak dan sehat merupakan wadah pengembangan sumber daya manusia baik.2
Kebutuhan akan tempat tinggal sangatlah penting bagi manusia, karena
dengan memiliki tempat tinggal, manusia memiliki tempat untuk berlindung
baik itu melindungi gangguan dari alam seperti panas, hujan, atau sebagai
tempat yang aman dalam melakukan segala aktivitas manusia itu sendiri.
Ketika berbicara tentang rumah, maka yang muncul dalam pikiran kita adalah
bangunan dengan desain yang baik menurut kita, dimana tempat tinggal
tersebut memberi rasa aman, sehat dan nyaman.
Permasalahan akan kebutuhan rumah menjadi masalah yang sangat
penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia. Rumah yang
merupakan tempat berlindung. Ketika kebutuhan akan jasmani manusia sudah
terpenuhi seperti sandang, pangan dan kesehatan, maka kebutuhan akan rumah
yang layak huni sehat adalah hal dapat memotivasi manusia untuk melakukan
kegiatan yang akan meningkatkan taraf hidupnya. Tidak terjangkaunya harga
bahan bangunan yang disebabkan oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak
cukup untuk sehari-hari membuat mereka tidak mampu untuk membangun
rumah yang layak untuk dihuni.
Alasan utama mengenai meningkatnya masalah perumahan ini ada tiga
macam, yaitu:
1. Penurunan ketersediaan unit rumah yang murah
2. Peningkatan tingkat kemiskinan keluarga
2Direktorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial.Buklet Penyandang MasalahKesejahteraan Sosial Tahun 2006.(Jakarta:CV. Pertratama Persada.2006.). h 103
3
3. Penurunan gaji bagi mereka yang muda dan miskin.3
Pemerintah baik pusat dan daerah telah berupaya untuk mengentaskan
permasalahan keluarga berumah tidak layak huni baik dengan program
rehabilitasi rumah, program bantuan rumah bagi keluarga berumah tidak layak
huni, serta bentuk lain berupa subsidi untuk perumahan.
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah
bangunan (structural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat-syarat kebutuhan yang layak.Dipandang dari berbagai segi kehidupan
masyarakat.Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk
menikmati kehidupan, beristirahat dan bersukaria bersama keluarga.Di dalam
rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dunia
ini.Rumah haruslah menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh,
memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya.Lebih dari
itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan
kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya.4
Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang pasal 4
No. 4 tahun 1992 yang menyebutkan bahwa “penataan perumahan dan
pemukiman bertujuan untuk : a. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah
satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. b. mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur”.Sedangkan pasal 5
disebutkan bahwa “setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati
3Michael Sherraden. Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha PengentasanKemiskinan.(Jakarta:Rawali Pers.2006). h. 312
4 Heinz Frick, Tri Hesti Mulyani. Arsitektur Ekologis:Konsep Arsitektur Ekologis di IklimTropis, Penghijauan Kota dan Kota Ekologis, serta Energi Terbarukan (Yogyakarta: Kanisius,2006) h. 1
4
dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi dan teratur”.5
Dalam data 2012, Jamil Anshori Deputi Bidang Perumahan Swadaya
Kemenpera menuturkan, program rehabilitasi rumah tak layak huni
merupakan sebuah program yang sangat penting. “Saat ini berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), total rumah tak layak huni di Indonesia mencapai
angka 7,8 juta unit,” ungkapnya kepada Kontan akhir pekan ini.6 Untuk
wilayah kota Tangerang Selatan (Selanjutnya disingkat Tangsel) sendiri
Menurut BAZDA Tangsel, kurang lebih 6000 rumah tidak layak huni masih
banyak terlihat di Kota Tangsel (28 Februari 2012). 7
Kondisi perumahan di Kampung Pondok Sentul Ciater Tangerang
Selatan memang tergambarkan kurang baik. Data proposal bantuan rumah
untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni menunjukkansekitar 30 rumah
yang tergolong tidak layak huni.Rumah yang tidak layak huni dapat
menyebabkan beberapa permasalahan misalnya konstruksi rumah yang tidak
kuat dapat mengakibatkan robohnya rumah baik dalam jangka waktu pendek
ataupun panjang, ini terkait dengan keselamatan bangunan yang berkaitan
langsung dengan keamanan para penghuninya.Ketidaklayakan hunian juga
dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan penghuninya. Salah satu
contoh misalnya adalah jika ventilasi tidak cukup memberikan hawa yang
baik, maka dapat mengakibatkan kurangnya aliran udara didalam rumah dan
5UU Nomor 4Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman6jakarta.tribunnews.com/2012/09/23/kemenpera-akan-renovasi-500-ribu-rumah-tak-
layak-huni (Diakses pada 09 November 2012, pukul 00:54)7Artikel Oleh Maulana Sugaryo.http://unik.kompasiana.com/2012/02/28/45-anggota-
dprd-kota-tangsel-belum-membayar-zakat-438995.html (diakses pada 17 Oktober 2013, pukul19:44 WIB)
5
berakibat penghuni dapat merasakan terhambatnya proses bernafas atau
fasilitas Mandi Cuci Kakus (selanjutnya disingkat MCK) yang kurang layak
dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Program bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni
merupakan program yang dijalankan oleh Dinas Tata Bangunan dan
Pemukiman Kota Tangerang Selatan yang bekerjasama dengan P2WKSS
(Peningkatan Peranan Wanita Keluarga Sehat Sejahtera)dalam rangka
mengentaskan kemiskinan atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(selanjutnya disingkat PMKS) dan keluarga berumah tidak layak huni
merupakan salah satu PMKS. Bantuan rumah juga diberikan dalam rangka
meningkatkan kawasan Banten yang bebas dari rumah yang tidak layak huni
yang menurut penelitiakan memberikan dampak tertentu bagi penerima
manfaat.
Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian ini diawali dengan
temuan lapangan peneliti pada saat melakukan kegiatan praktikum II di
wilayah Ciater, lalu muncul pula di media elektronik televisi, iklan-iklan
tentang program bantuan rumah untuk mereka yang tinggal di rumah yang
tidak layak huni yang dipromosikan oleh kementrian perumahan rakyat dan
kementerian sosial pada akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013. Peneliti juga
melakukan penelitian ini guna untuk mengetahuibagaimana hasil program ini
dan seberapa baikkah dampak yang muncul akibat adanya program bantuan
rumah ini.Selain itu, peneliti ingin memastikan hasil program dengan kriteria-
kriteria ketidaklayakan hunian dan kelayakan hunian. Alasan lain dari
ketertatikan penelitian ini adalah peneliti berpendapat bahwa program bantuan
6
rumah ini merupakan program baru yang dicanangkan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. selain itu, peneliti ingin
menguatkan dan mengingatkan kembali salah satu permasalah dalam dunia
kesejahteraan sosial yaitu keluarga berumah tidak layak huni yang saat ini
menjadi perhatian banyak pihak.
Maka, atas dasar beberapa alasan yang telah disebutkan di atas, dalam
penelitian ini, peneliti telah menuliskan hasil penelitian dengan judul
“EVALUASI DAMPAK BANTUAN RUMAH UNTUK KELUARGA
BERUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KAMPUNGPONDOK SENTUL
CIATER TANGERANG SELATAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian saya yang berjudul Evaluasi Dampak Program Bantuan
Rumah Dinas Tata Kota Tangsel untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni
di Kampung Pondok Sentul Ciater, peneliti memfokuskan pembatasan
masalah pada tahun anggaran 2013 dan evaluasi dampaknya pada penerima
manfaat.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut, dapat dilihat permasalahan yangakan
muncul dan dapat dijelaskan dalam penelitian ini. Penelitiakan merumuskan
perumusan masalah sebagai berikut:
7
a. Bagaimana gambaran Program Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah
Tidak Layak Huni di Kampung Pondok Sentul Kelurahan Ciater
Tangerang Selatan?
b. Bagaimana hasil evaluasi dampak program pada penerima Program
Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni di Kampung
Pondok Sentul Kelurahan Ciater Tangerang Selatan?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumsukan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui gambaran Program Bantuan Rumah untuk Keluarga
Berumah Tidak Layak Huni di Kampung Pondok Setul Ciater Kota
Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui dampak pada Penerima Manfaat Program Bantuan
Rumah Untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan muncul dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan
dalam melakukan penilaian mengenai evaluasi program bantuan rumah
untuk keluarga berumah tidak layak hunidi wilayah Kota Tangerang
8
Selatan dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia serta menjadi bahan
masukan untukprogram bantuan rumah di waktu yang akan datang.
2. Manfaat Akademis
a. Hasil penelitian peneliti diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
referensial bagi umum dan mahasiswa tentang bagaimana program
Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni serta
dampak yang dirasakan oleh penerima manfaat serta dapat dijadikan
bahan rujukan untuk study mengenai evaluasi-evaluasi program yang
bergerak pada bidang sosial dan evaluasi program.
b. Bagi peneliti dapat menambah wawasan ilmiah dalam bidang studi
mengenai evaluasi-evaluasi terhadap program-program yang ada.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah evaluasi program
yang difokuskan pada evaluasi dampak.Evaluasi dampak yaitu (overall
impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (recipients).
Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah, bila suatu program telah
berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi
berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan
inilah seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan
dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan
9
sesuai dengan kemajuan suatu program (Program Oriented) ataupun pada
terjadinya perubahan prilaku klien (Client Oriented).8
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
kualitatif, menurut Creswell yang dikutip oleh Raco mendefinisikannya
sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengekplorasi dan
memahami suatu gejala.Untuk meneliti gejala tersebut peneliti
mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan
pertanyaan umum dan sedikit lebih luas.Informasi yang disampaikan oleh
informan kemudian dikumpulkan, informasi tersebut biasanya berupa kata
atau teks.Data yang berupa kata atau teks tersebut kemudian dianalisi dan
hasil analisis itu berupa penggambaran atau deskripsi.Dari data-data
tersebut peneliti membuat interpretasi untuk menangkap arti yang
mendalam.Hasil akhir dari penelitian kualitatif dituangkan dalam bentuk
laporan tertulis.9
Menurut Kirk dan Miller yang dikutip Moh.Kasiram, menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia
dalam wawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam
bahasannya dan peristiwanya.10
8 Isbandi rukminto adi, Pembedayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi(Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis) edisi revisi 2003 seri pemberdayaanmasyarakat 03. (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.2003), h. 189-190.
9 Raco. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.(Jakarta:Grasindo) h .7.
10 H. Moh. Kasiram.Metodologi Penelitian Kuantitatif – Kualitatif.(Yogyakarta:SuksesOffset,2010). Cet. II h. 175.
10
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif, karena data yang dianalisis
tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, melainkan hasil analisis itu
berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati.11
Menurut Bogdan dan Taylor yang juga dalam Moh.Kasiram
menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.12
Dalam penelitian evaluasi kualitatif ini, peneliti/evaluator
merupakan instrument utama dalam menjaring data.Agar peneliti dapat
menjaring data yang dengan teliti dan lengkap, menurut John Lofland
yang dikutip Wirawan, ada empat elemen yang harus dipenuhi oleh
peneliti dalam menjaring data.Pertama, peneliti harus berada dekat
sedekat mungkin dari orang dan situasi yang sedang diteliti agar dapat
memahami dan mendalami rincian apa yang sedang terjadi.Kedua, peneliti
harus menangkap fakta-fakta.Ketiga, data kualitatif berisi sebagian besar
deskripsi murni orang, aktivitas, dan interkasi.Keempat, data kualitatif
terdiri dari kutipan langsung dari orang, meliputi apa yang mereka
ucapkan dan apa yang mereka tulis.13
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti menentukan tempat penelitian yaitu di Kampung Pondok
Sentul, Kelurahan Ciater, Kota Tangerang Selatan.Waktu penelitian yang
11Ibid12Ibid13 Wirawan.Evaluasi:Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.(Jakarta:PT
Rajagrafindo Persada.2011). h. 154-155.
11
dilakukan penelitidimulai pada bulan September 2012 sampai dengan
November 2012 dan September 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah penerima
layanan (klien) sebanyak empat keluarga, Tetangga penerima manfaat dan
staf Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman didalam program bantuan
rumah untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni di Kampung Pondok
Sentul Kelurahan Ciater Kota Tangerang Selatan.
Adapun objek penelitian adalah Program Bantuan Rumah untuk
Keluarga Berumah Tidak Layak Huni di Kampung Pondok Sentul
Kelurahan Ciater Tangerang Selatan.
5. Macam dan Sumber Data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan menggali
data-data dari pihak kelurahan yang terlibat dalam Program Bantuan
Rumah untuk Keluarga Berumah Tidak Layak Huni dan penerima manfaat
program.
Data yang diperoleh terbagi menjadi dua macam data, yaitu:
a. Data primer adalah data atau keterangan yang diperoleh peneliti secara
langsung dari sumbernya. (Data berupa pengamatan dan wawancara
secara langsung dari pihak pelaksana program yaitu staf kelurahan dan
penerima layanan Program Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah
Tidak Layak Huni).
12
b. Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua,
baik berupa orang maupun catatan.14(bersumber dari dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti,
seperti tulisan dan foto terkait program.)
6. Teknik PengumpulanData
a. Observasi
Observasi dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data
dengan cara mengandalkan indra yang dimiliki oleh peneliti, seperti indra
pengelihatan, pendengaran dan diraba oleh tangan, lalu peneliti tuangkan
apa yang peneliti dapatkan dengan ketiga indra tersebut ke dalam
pencatatan data. Peneliti mencatat apa yang telah peneliti dapatkan
dilapangan.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengamati
bangunan rumah, baik itu ruang , bentuk dan isi rumah itu sendiri.
Mengamati tiap sudut ruangan dan melihat kebersihan.
Dengan mengamati produk dari program yaitu rumah yang telah
dibangun melalui program bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak
layak huni.Ini dilakukan juga untuk mengamati kondisi rumah
pasca/setelah dilakukannya program bantuan rumah kurang lebih satu
tahun yang lalu. Peneliti melakukan observasi terhadap empat rumah
penerima manfaat dengan pertimbangan setiap rumah memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda sebagai berikut:
14Bagja Waluya. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.(Bandung:PTSetia Purna Inves. 2007) h. 79.
13
a. Kondisi lingkungan rumah Ibu P yang menghadap ke kebun dan
lingkungan yang penuhi pohon-pohon tinggi dan berada dekat tempat
pengolahan sampah dengan rumah menghadap ke Timur.
b. Kondisi lingkungan rumah Ibu N yang berada di ujung selatan
Kampung Sentul di tepi jalan dan kurangnya perlindungan dari panas
sinar matahari oleh pohon dengan arah rumah menghadap ke Utara.
c. Kondisi lingkungan rumah Ibu M yang berada di lingkungan padat
perumahan dengan arah rumah menghadap ke Barat.
d. Kondisi lingkungan rumah Bpk NI di lingkungan rumah yang
memiliki jarak rumah berjauhan satu sama lain dengan arah rumah
menghadap ke Selatan.
Peneliti memilih keempat rumah penerima manfaat tersebut berdasar
pada salat satu syarat rumah sehat yaitu mengenai tata letak hadap rumah
yaitu mengarah ke empat penjuru mata angin, yaitu timur, utara, barat dan
selatan yang mana, keadaan tersebut akan memberikan perbedaan pada
pembahasan di bab selanjutnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu.15
Kartono dalam Jonatahan Sarwono menjelaskan “Wawancara
adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini
15Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif:Paradigma Baru Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006) Cet. Ke 4 h. 180.
14
merupakan proses Tanya-jawab lisan, dimana dua orang atau lebih saling
berhadapan secara fisik”.16
Wawancara dilakukan oleh peneliti sebagai teknik mengumpulkan
data, setelah menentukan informan yang dianggap mampu memberikan
informasi mengenai Program Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah
Tidak Layak Huni, yaitu mereka yang terlibat dalam program
tersebut.Wawancara ditujukan kepada pihak Dinas Tata Kota Bangunan
dan Pemukiman sebagai pelaksana program serta keluarga berumah tidak
layak huni sebagai penerima manfaat.
c. Dokumentasi
Schatzman dan Strauss dalam Deddy Mulyana menegaskan bahwa
dokumen historis merupakan bahan penting dalam penelitian
kualitatif.Menurut mereka, sebagai bagian dari metode lapangan (field
method) peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber-sumber
sekunder lainnya, karena kebanyakan situasi yang dikaji mempunyai
sejarah dan dokumen-dokumen ini sering menjelaskan sebagian aspek
situasi tersebut.17
Studi Dokumentasi dilakukan oleh peneliti dalam rangka
mengumpulkan data-data dari dokumen yang berkaitan dengan Program
Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah Tidak Layak
Huni.Dokumentasi berupa tulisan, foto serta arsip yang diperoleh oleh
16Jonathan Sarwono.Pintar Menulis Karya Ilmiah – Kunci Sukses dalam MenulisIlmiah.(Yogyakarta:CV.Andi Offset, 2010) h. 34.
17Deddy Mulyana.Metodologi Penelitian Kualitatif:Paradigma Baru Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya.(Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2006) Cet. Ke 5 h. 195-196.
15
penelitidianalisis untuk mendapatkan data yang mendukung untuk hasil
penelitian.
Dengan menganalisis data-data baik berupa tulisan atau gambar yang
berkaitan dengan dilakukan program bantuan rumah untuk keluarga
berumah tidak layak huni. Dokumen yang peneliti pelajari antara lain:
a. Proposal Program Bantuan Rumah
b. Lembar data penerima manfaat
c. Foto-foto kondisi rumah sebelum diperbaiki, proses perbaikan rumah
serta hasil perbaikan rumah.
7. Teknik Analisis Data
Setelah Peneliti mengumpulkan semua data yang telah diperoleh
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisa data tersebut.Dalam penelitian ini, teknik
analisis data yang dilakukan adalah deskriptif, yaitu dengan menganalisis
data secara komprehensif dan mendalam sesuai dengan data yang telah
peneliti kumpulkan.Analisis data yaitu rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena
memiliki nilai social, akademis dan ilmiah.18
8. Teknik Pemilihan Informan
Dalam Penulisan skripsi ini, teknik pemilihan informan yang
dilakukan oleh peneliti ada Purposvie Sampling.
Purposvie sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
18Imam Suprayogo dan Tobroni.Metodologi Penelitian Sosial-Agama.Bandung:RemajaRosda Karya.2003) Cet ke-2 h. 167
16
peneliti sesuai dengan tujuan/masalah dalam penelitian, sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristrik populasi yang telah dikenal
sebelumnya.19
Tabel 1
Informan Peneliti
No. Informan Informasi yang didapat Jumlah Informan1. Staf Dinas Tata
Kota Bangunandan Pemukiman
Informasi Perencanaan&Pelaksanaan Program
1 Orang
2. Penerima Manfaat Informasi tentang KondisiPenerima Manfaatsebelum dan sesudahprogram dilakukan
8 Orang
3. TetanggaPenerima Manfaat
Pendapat tentang KondisiPenerima manfaat danprogram.
2 Orang
Total Informan 11 Orang9. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian ini
peneliti sendiri (peneliti). Disini peneliti harus berperan aktif terhadap
suatu masalah atau gejala sosial yang terjadi dan akan diteliti di lapangan.
Dengan mengandalkan indra yang dimiliki oleh manusia sebagai
instrument penelitian, maka hasil yang didapatpun akan lebih pasti dan
lebih jelas dalam penuangan dalam bentuk tulisan.
Dalam mengumpulkan data, peneliti memerlukan beberapa alat
sebagai pendukung dalam mengumpulkan data-data penelitian.Alat-alat
yang digunakan oleh peneliti adalah berupa alat tulis, buku catatan, alat
perekam dan kamera.
19Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.(Jakarta:Salemba Medika.2008) Edisi ke 2 h. 94
17
10. Teknik Keabsahan Data
Dalam keabsahan data penelitian kualitatif, seringkali dianggap tidak
ilmiah karena kurang bisa dipertanggung jawabkan dari berbagai segi.
Dengan alasan itulah peneliti dalam penelitian kualitatif ini perlu
dilakukan uji keabsahan data sebagai cara untuk membuat penelitian ini
menjadi terpercaya.
Pemeriksaan terdiri dari beberapa kriteria, yaitu:
1. Triangulation(Triangulasi)
Peneliti melakukan triangulasi di antara sumber-sumber yang berbeda
untuk meningkatkan suatu akurasi studi, yaitu pemeriksaan kembali
dengan mencocokan antara hasil wawancara, dokumentasi peneliti dan
hasil observasi. Hal ini menjamin bahwa studi akan menjadi akurat
karena informasi berasal dari berbagai sumber baik dari individu atau
proses.20
2. Kepastian (Confirmabitiy). Kriteria konfirmabilitas atau objektivitas
merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian dapat
dikonfirmasikan oleh orang lain. Terdapat strategi untuk meningkatkan
konfirmabilitas. Peneliti dapat mengecek kembali seluruh data
penelitian kemudian peneliti lain (dalam penelitian ini dosen
pembimbing) dapat melakukan audit data yang menguji pengumpulan
data dan prosedur analisis dan membuat penilaian.21
20Emzir.Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.(Jakarta:Raja Grafindo Persada.2012) cet 3.h. 81-82.
21Ibid
18
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan peneliti guna menghindari unsur kesamaan
dengan skripsi lain. Peneliti menemukan skripsi sebagai berikut:
Nama : Siti Dawiyah
NIM : 107054102467
Judul Skripsi : Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Usaha Bersama(KUBE) Teluk Amanah pada Peningkatan AsetAnggotanya di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang.
Jurusan : Kesejahteraan Sosial
Tahun : 2011 M/1432 H
Skripsi tersebut berisikan tentang dampak yang dirasakan oleh
anggota Konveksi Usaha Bersama (KUBE).Perubahan yang dirasakan setelah
ikut menjadi anggota Kube.Terdapat juga penjelasan mengenai keadaan
penerima manfaat sebelum dan sesudah menjadi anggota KUBE.
Perbedaan yang dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah pada program yang diteliti.Program yang diteliti lebih kepada
pembangunan rumah baru untuk penerima manfaat program.selain itu subyek
dan objek program juga berbeda
F. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan pedoman sesuai
dengan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”
yang diterbitkan oleh CeQda tahun 2007.
19
G. Sistematika Penulisan
Penelitian Skripsi ini terdiri dari lima bab yang peneliti uraikan dengan
penjelasan singkat sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang di dalamnya, peneliti menjelaskan
mengenai masalah dengan teknik penelitian yang meliputi latar
belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
dan sistematika penelitian.
BAB II Tinjauan Teoritis, yang dalam bab ini peneliti akan
memaparkan teori mengenai Evaluasi Program, Evaluasi
Dampak, Model Evaluasi, Indikator Evaluasi, Tujuan Evaluasi,
Manfaat Evaluasi, Defini Rumah, serta Definisi Keluarga
Berumah Tidak Layak Huni.
BAB III Gambaran Umum Kampung Pondok Sentul Ciater
Tangerang Selatan. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan
mengenai gambaran Kelurahan Ciater dan difokuskan pada
Kampung Pondok Sentul.
BAB IV Temuan dan Analisis Data Lapangan, Bab ini menjelaskan
mengenai dampak yang mungkin akan timbul dari berbagai segi.
Memaparkan dampak yang dirasakan oleh informan atau
penerima manfaat Program Bantuan Rumah
BAB V Penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran dari peneliti.
20
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Secara Etimologi, evaluasi artinya penilaian sehingga mengevaluasi
artinya memberikan penilaian atau menilai.1Suchman memandang evaluasi
sebagai sebuah proses yang menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. 2
Menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan. Dengan demikian,
penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas
pelaksanaan program dengan cara mengukur tingkat keberhasilan suatu
kegiatan.3 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menilai sebuah program yang telah dilakukan.
Menurut H. D. Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apa
1Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.(Jakarta: Balai Pustaka. 1995)cet ke-4.
2Suharsimi Arikunto.Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis BagiMahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua.(Jakarta:Bumi Aksara.2010) h. 1
3Suharsimi Arikunto.Penilaian Program Pendidikan Cet-1.(Jakarta:Bumi Aksara.1998) h. 8
21
pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi
setelah suatu program dilaksanakan.4
Jadi menurut peneliti sendiri evaluasi adalah kegiatan penilaian yang
dilakukan secara sistematis untuk menilai sesuatu dan evaluasi tersebut
menentukan apakah program tersebut telah sesuai dengan kriteria/tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program yang dimaksudkan adalah memberikan penilaian
terhadap hasil kinerja dari sebuah program atau proyek yang dilaksanakan
secara multi pihak.Evaluasi dilakukan untuk mengetahui respon, hasil dan
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan sebuah program atau
proyek.Penilaian terhadap kinerja sebuah program atau proyek ini hendaknya
dilakukan secara partisipatif oleh sekelompok orang yang menjadi sasaran
pelaksanaan penerima program atau proyek tersebut.5
Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan
membuat keputusan-keputusan. Evaluasi dapat berfungsi sebagai bagian dari
penelitian yang sering disebut action research yaitu suatu proses penelitian
yang hasil-hasilnya selalu dipakai untuk memperbaiki program, kemudian
4 H. D. Sudjana. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah danPengembangan Sumber Daya Manusia.(Bandung: Falah Production, 2000) h. 281.
5San Afri Awang dkk.Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH).(Jakarta:Harapan Prima, 2008) h.114.
22
diadakan penelitian ulang, yang hasilnya dipakai untuk menyempurnakan lagi
kegiatan tersebut.6
Peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menilai suatu program baik dari dimulainya suatu program
secara sistematis, mulai perencanaan suatu program, pelaksanaan program dan
hasil yang telah dicapai oleh program serta menilai dampak yang akan terjadi
dari terlaksananya program tersebut. Selanjutnya informasi dari hasil evaluasi
tersebut dapat digunakan untuk melanjutkan program yang mungkin sama
persis dan program yang akan dijalankan menjadi lebih baik dari berbagai segi
baik secara masukan, proses dan hasil yang kemudian memberikan dampak
yang lebih baik lagi. Pada penelitian kali ini, peneliti akan memfokuskan
penelitian pada hasil dan dampak program.
3. Jenis-jenis Evaluasi
Dalam teori evaluasi program, dikenal beberapa jenis evaluasi
program yang dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Evaluasi Konteks (Context)
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani, dan tujuan proyek.
6M. Chabib Thoha.Teknik Evaluasi Pendidikan. Ed-1.(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,1996) h. 1-4.
23
b. Evaluasi Input
Maksud dari evaluasi input adalah (dalam program bantuan rumah) adalah
kemampuan awal pelaksana program dalam menyediakan layanan bantuan
rumah, dengan ahli bangunan (arsitek) rumah yang berkualitas dan
sebagainya.
c. Evaluasi Proses
Evaluasi proses dalam model CIPP merujuk pada “apa” kegiatan yang
dilakukan dalam program, “siapa” pelaksana/penanggung jawab program,
“kapan program akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses
diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam
program sudah terlaksana sesuai rencana.
d. Evaluasi Produk atau Hasil
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukan
perubahan yang terjadi. Pertanyaan yang mungkin diajukan pada evaluasi
ini adalah apakah dampak yang diperoleh penerima manfaat bantuan
rumah dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program?.7
Evaluasi hasil dan dampak inilah yang akan penulis lakukan dalam rangka
melihat dampak yang muncul pada penerima manfaat program bantuan
rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni di Ciater.
Dalam penelitian produk atau hasil, ada beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan,salah satunya antara lain:
7Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman TeoritisPraktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan.Cet-3(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) h. 45-48.
24
1. Apakah manfaat yang diperoleh dalam waktu yang panjang dengan
adanya program tersebut?8
4. Pengertian Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak penulis kutip dari Ruth Levine dalam jurnalnya, ia
mengungkapkan bahwa:
“…definition of impact evaluation as a measurement of net change inoutcomes attributable to a specific program using a methodology thatis robust, available, feasible, and appropriate, both to the questionunder investigation and to the specific context. Impact concern notonly outcomes, but also the change that leads to outcomes.(…definisievaluasi dampak sebagai pengukuran perubahan bersih dalam hasildisebabkan program khusus menggunakan metodologi yang kuat,tersedia, layak, dan tepat, baik untuk pertanyaan dalam penyelidikandan untuk konteks tertentu. Dampak tidak hanya memperhatikan hasil,tetapi juga perubahan yang mengarah ke hasil …)”9
Jadi, dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa evaluasi dampak adalah
mengukur secara bersih hasil yang disebabkan oleh adanya suatu program
tertentu dengan metodologis. Dan evaluasi dampak tidak hanya memandang
dari segi hasil saja, tetapi juga perubahan yang akan muncul sebagai dampak
dari program itu sendiri.
Prinsip penggunaan alat ukur untuk memberikan suatu penilaian hasil
apapun bentuknya, harus mempunyai sifat valid dan reliable.Valid (sahih)
artinya alat ukur mampu mengukur apa yang hendak diukurnya, dalam
penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah standar rumah tidak layak huni
dan standar rumah layak huni yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta
8Suharsimi Arikunto.Evaluasi Program Pendidikan.(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008) h. 39Institute Of Medicine of the National Academies.Design Consideration For Evaluating The
Impact of Pefpear.(Washington DC:The National Academy Press, 2008) h. 23.
25
syarat rumah sehat. sedangkan reliable (terandalkan) artinya alat ukur mampu
menghasilkan informasi yang sebenarnya.10 Untuk menghasilkan informasi
yang terandalkan, maka peneliti akan mewawancari, mengobservasi dan
melakukan studi dokumentasi terkait dengan program bantuan rumah untuk
keluarga berumah tidak layak huni di Kelurahan Ciater. Variabel dari evaluasi
dampak ini yaitu produk dan dampak.
5. Tujuan Evaluasi
Karena laporan evaluasi berhubungan dengan tujuan evaluasi, jelas
laporan evaluasi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan.Tujuan
laporan evaluasi berhubungan langsung dengan tujuan pemakaiannya.Bila
evaluasi yang dilakukan sumatif, laporan harus berisi informasi dan penilaian
(judgement) tentang kegunaan program.laporan hasil evaluasi ini ditujukan
kepada:
1. Orang-orang yang ingin memakainya.
2. Orang yang akan menentukan alokasi sumber-sumber untuk melanjutkan
program.
3. Orang-orang yang berhak mengetahui tentang program untuk tujuan-
tujuan yang lain.
Pada evaluasi formatif tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki dan
mengembangkan program dan laporannya harus diserahkan secepatnya
kepada orang program, diinformasikan pula tentang bagaimana program
10Ahmad Sofyan dkk.Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.(Ciputat:LembagaPenelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006) h. 52-53
26
berfungsi dan perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan untuk tujuan
tersebut.11
6. Manfaat Evaluasi
Brinkerhoff (1983) yang dikutip oleh Farida Yusuf juga menyebutkan
bahwa sebagai tambahan untuk pembuat keputusan ada Sembilan manfaat
yang dapat diberikan oleh laporan evaluasi yaitu untuk:
1. Pertanggungjawaban
2. Menjelaskan, meyakinkan.
3. Mendidik.
4. Meneliti.
5. Dokumen.
6. Turut Terlibat.
7. Mendapat dukungan.
8. Menambah pengertian.
9. Hubungan masyarakat.
Memang laporan evaluasi dapat memberikan manfaat banyak namun
yang paling penting yaitu menyampaikan pesan, memberi informasi yang
tepat kepada audiensi tentang penemuannya dan kesimpulan hasil
pengumpulan informasi analisis, dan tafsiran informasi evaluasi.12
11Farida Yusuf Taybnapis.Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk ProgramPendidikan dan Penelitian.(Jakarta:Rineka Cipta, 2008) h. 134-135
12Ibid h. 135-136.
27
7. Prosedur Evaluasi
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya
sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa
prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini dipaparkan
salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan.
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
Banyak terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat dan perlu
dievaluasi.Tetapi, biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah
hal-hal yang menjadi key-succes factors-nya.
b. Merancang (desain) Kegiatan Evaluasi
Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan terlebih dahulu desain
evaluasinya agar data apa saja yang dibutukan, tahapan-tahapan kerja apa
saja yang dilakukan, siapa saja yang dilibatkan, serta apa saja yang akan
dihasilkan menjadi jelas.
c. Pengumpulan Data
Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
d. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, data tersebut dioleh untuk dikelompokan agar
mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai,
sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya.
28
e. Pelaporan Hasil Evaluasi
Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis
dan diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan.13
B. Indikator Evaluasi Dampak
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indicator evaluasi
dampak diantaranya transparansi dan akuntabilitas, kriteria rumah layak huni
serta kriteria rumah sehat.
Peneliti menggunakan transparansi dan akuntabilitas sebagai alat ukur untuk
mendapatkan kelengkapan informasi mengenai program yang dilakukan.
Transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik sangat penting dalam
penyelenggaraan pelayanan publik untuk menciptakan kualitas pelayanan
publik.Transparansi dan akutabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik
sebagaimana diatur dalam keputusan Menpan Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004
utamanya diwujudkan pada aspek pembiayaan, waktu, persyaratan, prosedur,
informasi, pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dan lokasi
pelayanan.14
1. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
13 Husen Umar.Evaluasi Kinerja Perusahaan.(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2002) h.38-39.
14 Komarudin dan Satmoko.Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Vol5.(Jakarta:Pusat Pengkajian Teknologi Lingkungan.2009)h. 99
29
pemerintah/suatu lembaga, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaan serta hasil yang dicapai.15
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan
penyelenggaraan kelembagaan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka
kepada pihak-pihak/masyarakat.16
Dalam inpres No. 7 tahun 1999 akuntabilitas didefinisikan sebagai
kewajiban suatu instansi pemerintah guna mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban
secara periodik.17
3. Tujuan Transparansi dan Akuntabilitas
a. Mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan melalui tumbuhnya
kesadaran masyarakat melalui kontrol sosial
b. Menghindari salah persepsi
c. Membangun kepercayaan semua pihak terhadap pelaksanaan kegiatan
secara keseluruhan
d. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan sasaran
program.
15http://www.p2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/a/2/e/%283%29/Modul-Transparansi-Akuntabilitas.pdf (diakses pada 1 Oktober 2013, pukul 09:25 WIB)
16Ibid17 Inpres No. 7 Tahun 1999
30
4. Alat Ukur Transparansi dan Akuntabilitas
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi alat ukur Transparansi program
adalah:
a. Publikasi kegiatan melalui alat komunikasi (Papan
pengumuman/website/Pusat Informasi/langsung)
b. Informasi yang disajikan18
Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi alat ukur akuntabilitas program
adalah:
a. Ketercapaian tujuan program
b. Ketepatan sasaran Program
c. Ketepatan jangka waktu program
d. Penggunaan dana public
e. Ketercapaian kriteria kelayakan hunian
f. Ketercapaian kriteria rumah sehat
5. Kriteria Rumah Layak Huni
Kelayakan sebuah hunian sudah di atur dalam Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat (Permenegpera) Nomor 22/PERMEN/M/2008
tentang standar pelayanan minimal bidang perumahan rakyat daerah provinsi
dan daerah kabupaten/kota. Kriteria kelayakan hunian tersebut yaitu meliputi:
1. Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan meliputi:
a. Struktur bawah/pondasi
18Ibid
31
- Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap, yaitu
ditempatkan pada tanah yang keras, dasar pondasi ditanam 45 cm
dari permukaan tanah.
- Seluruh badan pondasi harus tertanam di dalam tanah.
- Pondasi tidak boleh diletakan terlau dekat dengan dinding tebing,
untuk mencegah longsor, tebing diberi dinding penahan yang
terbuat dari pasangan atau turap bambu maupun kayu.
b. Struktur tengah/kolom
- Pada bagian akhir atau setiap kolom harus diikat dan disatukan
dengan balok keliling/ring balok dari kayu, betor bertulang atau
baja.
c. Struktur atas
- Rangka harus kuat menahan beban atap.
- Rangka kuda-kuda harus diangker pada kedudukannya (pada
kolom atau balok)
- Pada arah memanjang atap harus diperkuat dengan menambah
ikatan angin diantara rangka kuda-kuda.
2. Menjamin kesehatan meliputi pencahayaan, penghawaan dan sanitasi.
a. Kecukupan rumah layak huni minimal 50% dari yang berhadapan
dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10% dari
dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur.
b. Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10% dari luas
lantai.
32
c. Penyediaan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban di dalam atau
di luar bangunan rumah dan dilengkapi bangunan bawah septictank
atau dengan sanitasi komunal.
3. Memenuhi kecukupan luas minimum 7,2m²/orang sampai dengan
12m²/orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang
serbaguna/ruang tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi.19
6. Rumah Sehat
Perlu diperhatikan bahwa rumah sehat tidak sama dengan rumah
mewah. Rumah sehat sudah dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
(fundamental needs) manusia, tetapi mungkin belum dapat memenuhi
keinginan (demand) seseorang. Jadi, harus ada pemisahan antara pengertian
kebutuhan dan keinginan.Untuk menetapkan kondisi perumahan yang sesuai
dengan kriteria sehat tersebut, The American Public Health Association telah
meneliti dan merumuskan empat fungsi pokok rumah sebagai tempat tinggal
yang sehat bagi setiap manusia dan keluarganya selama masa hidupnya.
Keempat fungsi pokok tersebut ialah:
a. Untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia yang pokok.
b. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rohani manusia yang pokok.
c. Tempat berlindung terhadap penularan penyakit menular.
d. Tempat berlindung terhadap gangguan ataupun kecelakaan.20
19Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 22 tahun 2008 tentang StandarPelayanan Minimum Bidang Perumahan Rakyat.
20 Rudy Gunawan.Rencana Rumah Sehat.(Yogyakarta: Kanisius, 2009) h. 11-12.
33
Secara umum rumah sehat itu sendiri adalah sebuah rumah yang dekat
dengan air bersih, berjarak 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat
dengan sarana kebersihan serta berada di tempat dimana air hujan dan air
kotor tidak menggenang.21
7. Kriteria Rumah Sehat
Syarat rumah sehat dibagi empat syarat, yaitu:
1. Persyaratan Letak Rumah
Permukaan dataran rendah yang sering digenangi air/banjir sudah jelas
tidak baik menjadi tempat perumahan yang permanen.Tanag berbatu karang
biasanya lembab dan dingin karna air pada waktu hujan tidak meresap ke
tanah. Akan tetapi akan menjadi tempat tinggal yang baik apabila dibangun
drainase yang baik.
Hadap rumah (hubungannya dengan matahari, arah angin, dan
lapangan terbuka). Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-kamar
yang terletak di sebelah utara akan menerima sinar matahari lebih sedikit.
Oleh karena itu sebaiknya dapur dan ruang tempat menyimpan makanan
terletak di bagian utara rumah.
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan.Kostruksi
rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
kelembapan dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan.Persyaratan fisik
21Wahid Iqbal Mubarak dkk. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.(Jakarta:Salemba Medika, 2009) h. 285.
34
menyangkut konstruksi rumah.Setiap orang merasa perlu membangun rumah
dengan pondasi yang kokoh supaya konstruksinya kuat.
Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas
lantai bangunan disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sesuai dengan jumlah penghuninya akan mengakibatkan sesak, kurang bebas,
dan akan menyebabkan tidak sehat. Jika salah seorang anggota keluarga
menderita penyakit menular, maka kurangnya suplai oksigen dapat
memudahkan terjadinya penularan penyakit. Luas kamar yang optimum
adalah 2,5-3m per-anggota keluarga.
3. Persyaratan Fisiologis
a. Ventilasi : merupakan hal penting untuk diperhatikan, rumah
sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar masuk ke
dalam rumah secara bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat hilang
dengan cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan jendela
dan pintu pada posisi yang tepat, sehingga udara dapat keluar masuk.
Terdapat dua macam ventilasi yaitu alamiah dan buatan. Ventilasi
alamiah terjadi melalui jendela atau rongga-rongga di bagian pintu dan
sebagainya. Ventilasi buatan terjadi dengan adanya alat-alat buatan
seperti Air Conditioner (AC) atau kipas angin.
b. Pencahayaan : sebuah rumah dapat dikatakan rumah yang sehat
apabila mendapatkan pencahayaan yang cukup. Ini dikarenakan
cahaya memiliki sifat membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke
dalam rumah. Selain itu kurangnya cahaya juga dapat mengakibatkan
35
berkurangnya kesehatan pada mata. Ada dua macam sumber cahaya,
yaitu cahaya alamiah dan cahaya buatan. Cahaya alamiah terbuat dari
cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah, selain tanpa biaya, juga
dapat membunuh bakteri yang bersifat patogen seperti basil TBC.
Cahaya buatan terbuat dari lampu listrik, lampu minyak tanah dan
alat-alat lain yang mengeluarkan cahaya.
c. Kebisingan : faktor kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang.
Hal ini dikarenakan kebisingan bisa mengganggu konsentrasi dan
kenyamanan seseorang. Terutama jika kebisingan dengan suara yang
tiba-tiba meletus, maka orang-orang akan terganggu dengan bunyi
letusan tersebut. Orang yang memiliki penyakit jantung dapat
meninggal seketika mendengar letusan tersebut. Rumah yang sehat
juga adalah rumah yang jauh dari kebisingan.22
C. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni
1. Pengertian Rumah
Rumah adalah banguan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.Secara fisik merupakan bangunan
tempat tinggal, secara fungsional merupakan tempat awal pengembangan
kehidupan dan penghidupan keluarga, di lingkungan yang sehat, aman, serasi
dan teratur.23 Dalam Undang-Undang No. 4 tahun 2004 tentang perumahan,
pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “rumah adalah bangunan yang
22Ibid. 286-28823Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia.Kamus Tata Ruang.(Jakarta:Direktorat Jendral Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum, 1997) h. 94.
36
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan saran pembinaan kel
uarga.”24
2. Rumah Tidak Layak Huni
Rumah tidak layak huni rumah tinggal yang tidak layak untuk dihuni
dilihat dari aspek kualitas fisik rumah dan atau kualitas fasilitas rumah.
Kualitas fisik rumah tempat tinggal diukur dengan tiga variable, yaitu : jenis
atap terluas, jenis dinding terluas dan lantai terluas, sedangkan kualitas
fasilitas rumah diukur dengan dua variable, yaitu: Luas lantai perkapita,
sumber penerangan dan ketersediaan fasilitas tempat buang air besar (WC).25
3. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni
Keluarga Berumah Tak Layak Huni, adalah keluarga yang kondisi
perumahandan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk
tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial.26
4. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni
a. Luas Lantai per Kapita
Luas lantai rumah sering digunakan sebagai indikator kemampuan
sosial masyarakat.Luas lantai rumah perkapita merupakan salah satu
kriteria penentu ketidaklayakan hunian. Kriteria ketidaklayakan hunian
menurut luas lantai perkapita di perkotaan adalah kurang dari empat m²
dan di pedesaan kurang dari 10 m².
24www.penataanruang.net/taru/hukum/UU_4_1992.pdf (Diakses pada 21 Desember 2012,pukul 03:18 WIB)
25Direktorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial.Buklet Penyandang MasalahKesejahteraan Sosial Tahun 2006.(Jakarta:CV. Pertratama Persada.2006.). h. 22
26http://www.kemsos.go.id/unduh/Panduan%20Pendataan%20PMKS.pdf(Diakses pada 21Desember 2012, pukul 1:37 WIB)
37
b. Jenis Atap Rumah
Jenis atap rumah merupakan salah satu penentu kriteria
ketidaklayakan hunian.Jenis atap rumah yang terbuat dari daun/lainnya
merupakan salah satu kriteria dari rumah tidak layak huni.
c. Jenis Dinding Rumah
Dinding merupakan salah satu komponen penting dari rumah yang
digunakan sebagai salah satu kriteria penentu ketidaklayakan
hunian.Kriteria ketidaklayakan hunian menurut dinding adalah jenis
dinding yang terbuat dari bambu/lainnya.
d. Jenis Lantai Rumah
Jenis lantai rumah dengan tanah merupakan kriteria ketidaklayakan
sebuah hunian.Namun di pedesaan masih banyak rumah dengan lantai
tanah.27
27Marie tetty Nuryetty dkk.Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Indonesia2011.(Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejaheteraan Sosial bekerjasama dengan Badan PusatStatistik.2011) h. 157-160.
38
BAB III
PROFIL KELURAHAN CIATER
A. Profil Kelurahan Ciater
Sebagai bagian dari Kecamatan serpong, Kelurahan Ciater menjadi wilayah
yang berkembang cukup baik. Perkembangan ini juga dikarenakan sejak
dibuatnya tol Antasari – BSD (Serpong – Jakarta) sehingga Ciater juga menjadi
sasaran para investor terutama di bidang property untuk membangun perumahan
dengan lokasi yang cukup strategis.
Jika wilayah komplek perumahan menggunakan bangunan dengan konsep
modern, tidak sama halnya dengan kondisi perumahan warga pribumi Ciater.
Masih adanya rumah warga yang terbuat dari bilik/papan yang menjadi
permasalahan tersendiri. Permasalahan Ciater bukan hanya sebatas pada
ketimpangan pada struktural perumahan, tetapi juga berkurangnya lahan milik
warga yang memang dijual oleh mereka sendiri kepada warga luar sehingga
warga pribumi tidak banyak yang memiliki asset berupa tanah milik sendiri.
Selain itu juga terkait pertanahan, banyak lahan yang sampai saat ini belum di
ketahui pemiliknya siapa
Wilayah Ciater merupakan wilayah yang memiliki banyak program terkait
untuk memajukan wilayahnya. Beberapa program yang telah ada seperti saung
tani. Merupakan program Kelompok Wanita Tani (KWT) yang anggota adalah
masyarakat Ciater sendiri. Memiliki lahan sendiri yang telah digunakan untuk
39
menanam berbagai macam sayuran, buah-buahan serta beberapa jenis rempah.
Program lain juga seperti pelatihan menjahit yang diikuti oleh ibu-ibu yang ingin
belajar menjahit dengan tempat belajar menjahit di salah satu ruangan di kantor
kelurahan Ciater. Unit koperasi bagi para pengusaha kecil dan menengah yang
dikelola juga oleh pihak kelurahan Ciater dalam rangka memanjukan
perekonomian masyarakatnya.
Kelurahan Ciater terletak di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten,
beralamatkan di Jl. Raya Ciater-BSD Rt. 004/09.Presentase sekitar 16,64% dari
total luas wilayah Kota Tangerang Selatan, dengan luas Kelurahan Ciater yaitu
426.000 Km².
Gambar 1
Peta Wilayah Kelurahan Ciater (Citra Satelit 2013)
40
Batas wilayah Kelurahan adalah sebagai berikut:
1. Utara : Kelurahan Rawa Buntu/Rawa Mekar Jaya
2. Timur : Kecamatan Ciputat
3. Selatan : Kelurahan Buaran
4. Barat : Kecamatan Setu
Pada gambar di atas, dapat terlihat arsiran berwarna kuning yang menandakan
lahan-lahan yang masih diduduki oleh warga pribumi, sedangkan pada wilayah
biru, merupakan wilayah perumahan yang termasuk ke dalam wilayah kelurahan
Ciater. Wilayah merah merupakan Kampung Pondok Sentul yang dimana,
program bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni
diselenggarakan. Hal ini menandakan bahwa, pada wilayah merah inilah
dahulunya banyak terdapat rumah tidak layak huni. Peneliti mendapatkan data
jumlah keluarga berumah tidak layak huni di Kampung Sentul mencapai 30
keluarga.
Berdasarkan Luas Menurut Penggunaan Lahan, Kelurahan Ciater terdiri dari
sawah non-aktif, daratan kering dan Lahan Pemukiman, dengan luas sebagai
berikut:
1. Sawah : 2,6 Km²
2. Darat Kering : 159,3 Km²
3. Pemukiman : 264,1 Km²
Jarak Kelurahan ke Ibukota (Orbitasi Kelurahan) dengan ukuran sebagai
berikut:
41
1. Ke Ibu Kota Kecamatan : 9,7 Km²
2. Ke Ibu Kota Kab/Kota : 8,5 Km²
3. Ke Ibu Kota Provinsi : 26 Km²
4. Ke Ibu Kota Negara : 14,5 Km²
Gambar 2
Struktur Organisasi
Keadaan penduduk Ciater beberapa tahun terakhir akan digambarkan
pada tabel-tabel berikut:
1. Jumlah Penduduk
LURAHH. NASAN
WIJAYA
Pengurus RW01 s/d 14
JABATANFUNGSIONAL
ENDANG JAHRA,S.sos
SEKSIPEMERINTAHA
NKUDIN. H.
AMAT. S.Sos
SEKSI PENGEMBANGANEKONOMI DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
JUNAEDI, SE
SEKERTARISKELURAHAN
LINDA HERAWATI , SE
SEKSIPEMELIHARAANFASILITAS UMUMABDUL ROHMAN,
SE
SEKSIPELAYANAN
UMUMNAUN MIDAN
-
42
Tabel 2
Data penduduk tahun 2011
No. Keterangan Jumlah
1. Laki-Laki 9,702
2. Perempuan 9,498
Total 19,200
Tabel 3
Data Penduduk Tahun 2012
No. Keterangan Jumlah
1. Laki-Laki 10,332
2. Perempuan 10,508
Total 20,840
Dari data tabel di atas, dapat di lihat bahwa telah terjadi peningkatan
jumlah penduduk. Pada tahun 2011 jumlah penduduk adalah 19,200 orang dan
pada tahun 2012 menjadi 10,840, ini berarti terjadi peningkatan penduduk
sejumlah 1640 orang. Peningkatan ini dikarenakan banyak pendatang yang
menjadi warga Ciater dan tentu saja diiringi dengan laju pertumbuhan
perumahan di wilayah Ciater sendiri, dengan banyak rumah-rumah permanen
yang baru dibangun, maka semakin banyak pula orang-orang yang menjadi
warga tetap Ciater.1
1 Yayan Sopyan dkk. Laporan Penelitian Intitusional Mapping Sosial Desa Mitra SejahteraKota Tangerang Selatan .(Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah) h. 75-83
43
B. Karakteristik Masyarakat Kelurahan Ciater
Dalam penjelasan ini, peneliti akan memaparkan karakter masyarakat Ciater
dari berbagai bidang seperti agama, kesehatan, politik dan budaya.
1. Bidang Agama
Agama merupakan acuan atau penuntun dalam kehidupan manusia.
Agama mengajarkan banyak kebaikan dan mengajarkan untuk tidak
melakukan sesuatu yang dilarang agar umatnya terjauh dari perbuatan jahat.
Dalam aspek agama ada beberapa dimensi yang telah menjadi temuan
lapangan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah Kelurahan Ciater yang
terbagi dalam beberapa dimensi, yaitu
a. Dimensi Ritualistik
Yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan dengan sejumlah prilaku-
prilaku khusus seperti tata cara ibadah, pembaptisan dan sebagainya.
Bagi masyarakat yang beragama Islam, kegiatan keagaman rutin
diadakan pada malam jum’at dan tidak jarang pula diadakan pada malam
minggu. Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok Majelis ta’lim dan
kelompok IRMA (Ikatan Remaja Masjid). Anak-anak setingkat SD ikut
pengajian pada sore hari di beberapa masjid yang bisaanya dimulai pada
pada pukul 15.00. pada saat bulan puasa, Hj. Asnan mengatakan:
“ya…disini mah de, ya bisa aja masyarakatnya mah, nyangsholat ya sholat, puasa ya puasa, tetep aja gitu ada yang enggasholat ma puasa mah disini, tapi banyakan mah nyang puasagitu”
44
Masyarakat cukup baik dalam berpuasa, namun tetap ada beberapa
anggota masyarakat yang tidak melaksanakan puasa. Hal ini disampaikan
oleh Hj. Asnan yang merupakan tokoh agama di wilayah RW 10. Bagi
mereka yang memeluk agama Kristen, kegiatan agama dilakukan di gereja
dan TPI (Tempat Pembinaan Iman) setempat, Ibu Rita, pemilik TPI yang
merupakan istri dari Pendeta Stanley, mengatakan:
“yah, disini kan bukan gereja yah, jadi seperti tempatpembinaan iman saja, dan masyarakat yang beragama kristenkhususnya katolik tidak banyak, tapi untuk kegiatan agamabisa dibilang rutin, yah kira-kira 10 sampai 20 orang tiap hariminggu”.
Ini menandakan bahwa kegiatan agama kristen pun dilaksanakan cukup
baik.
b. Dimensi Ekperensial
Dalam hubungan antar agama, di Ciater tidak ditemukan adanya
intimidasi antar agama, hal ini disebabkan karena kesadaran hak untuk
menganut kepercayaan masing-masing. Dinilai bahwa, selama tidak saling
mengganggu satu sama lain, maka tidak akan terjadi konflik agama, pak
Adul warga RT 08/09 mengungkapkan:
“klo agama mah masing-masing aja gitu, ya selama mereka(yang menganut agama selain islam) gak ganggu ato gakmacem-macem, kita mah tenang-tenang aja gitu”
Ketika hari-hari besar agama tiba, masyarakat yang berbeda agama
melaksanakan kegiatan agama masing dengan baik tanpa ada halangan
dari agama-agama lain. Tapi justru, ketika ada hari besar seperti lebaran
yang identik dengan kuliner lebaran, masyarakat Islam berbagi makanan
45
dengan agama lain seperti membagi ketupat dengan yang beragama
Kristen. Sebaliknya, agam Kristen ketika mengadakan hari raya seperti
natal, Ibu Rita menyataka:
“Malahan, klo hari hari besar gitu ya, itu kita saling bagi-bagi,ada yang ngasih ketupat kalau lebaran ke saya, saya juga kalaunatal misalnya, ya ngasih kue-kue, seperti itu”
Dari kedua narasumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kehidupan beragama cukup harmonis dan tidak ditemukan adanya
masalah antar agama.
Ketika ada acara pengajian, Hj. Asnan dan ketua RW 07 Bpk. Ali
memiliki pendapat yang sama, bahwa ,mereka yang ikut pengajian adalah
dimulai dari usia setingkat SD sampai dengan orang tua.
c. Dimensi Intelektual
Yaitu dimensi yang mengacu kepada pengharapan bahwa orang-orang
yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual dan kitab-kitab.
Masyarakat Ciater tergolong baik dalam kemampuan baca tulis al-
qur’an, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya majelis ta’lim, yaitu
berjumlah 36 majelis ta’lim, IRMA (Ikatan Remaja Masjid) berjumlah 10
kelompok, TPQ (Tempat pengajian Qur’an) yang berjumlah 13. (Data
seksi kesejahteraan sosial kelurahan Ciater 2010).
Dalam pelaksanaan ibadah, masyarakat Ciater melakukan ibadah atas
dasar kebisaaan yang sudah dilakukan turun temurun dan diajarkan oleh
orang tua dulu, kembali Hj. Asnan Menjelaskan.
46
“kalo masalah ibadah mah ya de, disini mah udah kebiasaan, adajuga karena diajarin, dari jaman dulu mah banyak yang sukabelajar agama, tapi kalo sekarang udah jarang yang muda padabelajar agama mah”
Di masyarakat Ciater tidak banyak tokoh agama yang disebut sebagai
kyai, ustad dan pendeta. Mereka yang menyandang gelar haji ± 20 orang
serta 2 pendeta Gereja (Data Seksi Kesejahteraan Sosial 2011).
Mengenai peran pranata ke agamaan terdapat 36 majelis ta’lim yang
melakukan kegiatan pengajian setiap 1 minggu sekali. Yang mengajak
para warga untuk ikut pengajian bersama.
Tabel 4
Data Sarana Ibadah
No. Keterangan Jumlah
1. Masjid 10
2. Mushola 28
3. Gereja 2
4. Pura -
5. Vihara -
6. Klenteng 1
7. Majlis Ta’lim 38
8. TPA 7
9. Pon-Pes 1
47
Dari data tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan beragamnya sarana
ibadah untuk berbagai agama di Ciater, menunjukan pula bahwa
kehidupan beragam di Ciater berdampingan dengan baik.
Dalam kegiatan beribadah, bukan hanya tempat ibadah seperti masjid,
gereja atau vihara yang menjadi tempat beribadah. Masyarakat juga bisa
melaksanakan ibadah di rumah mereka masing-masing selama situasi dan
kondisi mendukung. Misalkan pada saat shalat, tentunya tidak akan
nyaman ketika kita shalat dengan keadaan lantai yang masih tanah dan
tidak rata, juga dengan dengan kurangnya cahaya. Maka dari itu, rumah
layak huni juga seharusnya dapat memberikan situasi dan kondisi yang
nyaman agar kegiatan beribadah dapat dilakukan dengan baik dan khusyu
tentunya.
d. Dimensi Konsekuansial
Kegiatan agama seperti sholat, puasa, mengaji memang memberikan
dampak positif pada masyarakat Ciater, tetapi pada beberapa warga
khususnya remaja, seperti tidak terlalu berpengaruh, hal ini ditegaskan
oleh H. Asnan:
“ya…disini mah sholat-sholat ngaji ya…ngaji, tapi kayanya gaterlalu pengaruh de, kaya misalnya perempuan aja, diajarin nutupaurat misalnya pas ngaji, tapi klo udah pulang mah,,ya gitu, keluarrumah pake celana pendek, kerudung dilepas, kalo jaman dulu mahpan pake celana diatas lutut mah kaga pada berani”
2. Kesehatan
a. Lingkungan Fisik
48
Keadaan lingkungan Ciater menurut drg. Endang selaku kepala
puskesma Rawa Buntu menyataka bahwa:
“Saya kira, Ciater itu yang paling parah yah dari pada kawasanyang lain”
Memang pada wilayah Ciater, akan sangat mudah ditemukan
sampah ketika mengelilingi kawasan tiap desa, terutama disamping kanan
dan kiri jalan utama. Hampir dia tiap tanah/lahan kosong, sudah pasti
ditemukan adanya sampah yang dibuang secara sembarangan.
Ketika membicarakan masalah MCK, warga Ciater menurut data
sanitasi lingkungan puskesmas Rawa Buntu, sekitar 600 KK lebih warga
masih menggunakan empang untuk membuang air kecil dan besar, limbah
rumah tangga dibuang ke lahan kosong disekitar. Penggunaan empang ada
yang digunakan bersama dan hanya untuk masing-masing.
Ditemukan dirumah beberapa warga yang masih menggunakan
empang. Menurut warga bernama pak Adul warga RT O8/09, ia mengaku:
“iyak, saya juga pan masih ada empang, klo ngebor mah kanpake duit gitu, udah gitu harus dalem, ni tetangga saya ngebor15 meter baru dapet aer, itu juga katanya sekarang udah maukering, tau dah katanya mah mau didalemin lagi!”
Salah satu bidan yang bertugas di posyandu kasih ibu di pondok
sentul yaitu bidan Elis menuturkan:
“klo dikampung mah kan gini, kebersihan masih kurang…udahmah BAB diempang, kadang juga ada aja yang DBD, Diare,meskipun disamping perkotaan tapi kan disini mah kampung”
49
Warga yang masih menggunakan empang untuk buang air kecil dan
besar. Dengan keadaan air warna hijau yang merupakan air yang
tertampung yang sudah cukup lama karna hijau pekat yang disebabkan
oleh ganggang.
Untuk kepadatan rumah dituturkan juga oleh bidan Elis bahwa
Ciater termasuk padat, termasuk juga penduduk, karena bukan hanya ada
warga asli ciater, tetapi mereka yang mengontrak bahkan warga baru yang
memang membuat rumah untuk menetap menjadi warga Ciater.2
b. Lingkungan Alam
Lingkunan alam kelurahan Ciater terdiri dari perumahan, perkebunan
yang telah dimanfaatkan dan kebun yang terlantar. Perkebunan yang
terlantar seringkali dijadikan sasaran warga sebagai tempat pembuangan
sampah sehingga menimbulkan pemandangan yang tidak baik.
Aliran air kotor (got) hanya dapat dilihat pada jalan utama saja,
sedangkan, ketika sudah masuk wilayah perkampungan tidak ditemukan
adanya aliran air kotor. Jarak pemukiman dengan sumber bau tidak terlalu
jauh.
Wilayah Ciater juga memiliki banyak perkebunan seperti singkong,
kangkung, pepaya dan persawahan yang cukup luas. Ini juga menandakan
bahwa ada juga warga yang memanfaatkan lahan yang mereka miliki.
2Ibid 101-104
50
c. Layanan Kesehatan
Fasilitas layanan kesehatan Kelurahan Ciater akan di gambarkan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5
Fasilitas pelayanan kesehatan
No. Kesehatan Jumlah
1. Rumah Sakit Umum -
2. Puskesmas -
3. Puskemas Pembantu 1
4. Klinik Umum -
5. Rumah Bersalin 4
6. Dokter Peraktek 4
7. Bidan Praktek 4
8. Posyandu 10
Data tabel di atas menunjukan ketersediaan pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah Kelurahan Ciater. Dapat dilihat tidak adanya puskesmas di
wilayah Kelurahan Ciater, layanan kesehatan yang ada berupa posyandu,
rumah bersalin, dan lain-lain.
Wilayah Ciater mengandalkan layanan dari Puskesmas Rawa
Buntu. Ciater hanya memiliki posyandu yang pelayanannya hanya
51
ditujukan untuk bayi dan lansia saja. Kondisi kesehatan masyarakat Ciater
dikatakan baik dan layanan kesehatan dapat diraih secara cuma-cuma, hal
ini diungkapkan oleh bidan Elis:
“Udah gratis juga kan, sebenernya kan dia deket ke RawaBuntu, puskesmas Rawa Buntu, yah inih biasa ajah, baik gitu”
Seperti yang telah diungkapkan oleh bidan Elis, puskesmas Rawa Buntu
merupakan satu-satunya puskesma terdekat yang dapat diakses oleh
warga Ciater.3
3Ibid 127-128
51
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Gambaran Umum Program Bantuan Rumah
Pada bab ini, peneliti akan membahas tentang program bantuan rumah
untuk keluarga berumah tidak layak huni di Kampung Pondok Sentul
Kelurahan Ciater Tangerang Selatan. Dengan menggabungkan dan mengkaji
hasil penelitian peneliti di lapangan yang telah dibuat dalam bentuk
wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan teori-teori dan kriteria-
kriteria yang telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya. Sebelumnya peneliti
akan memaparkan sedikit informasi mengenai program bantuan rumah.
Program bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni
(tergolong PMKS) merupakan program pengembangan perumahan dengan
nama kegiatan Peningkatan Kualitas Pelayanan, Sarana dan Prasarana
Kesejahteraan Sosial bagi PMKS. Program ini dilakukan di Kelurahan Ciater
Kampung Pondok Sentul yang mana wilayah tersebut merupakan wilayah
Binaan Peningkatan Peranan Wanita Keluarga Sehat Sejahtera(selanjutnya
disingkat P2WKSS). Terkait dengan program ini dijelaskan oleh Bapak MYT
selaku pelaksana program sebagai berikut:
“Proses/tahapan pelaksanaan adalah berdasarkan usulan dariP2WKSS dan dinas tata kota hanya sebagai dinas untukpelaksanaan program.”1
Dana program ini berasal dari APBD Kota Tangerang Selatan dengan
anggaran Rp. 40.000.000,-/Unit rumah yang dana tersebut berasal dari
1 Wawancara pribadi dengan Bpk. MYT. Pelaksana program, 16 September 2013. Pukul11.30
52
anggaran tahun 2012. Waktu dari pelaksanaan program ini adalah antara 30-45
hari kalender, yaitu mulai dikerjakan dari bulan Oktober 2012 sampai dengan
bulan Desember 2012.Pelaksana pekerjaan dilakukan oleh Dinas Tata Kota
Bangunan dan Pemukiman Kota Tangsel dengan penanggung jawabnya
adalah pihak P2WKSS. Pengawasan pelaksanaan program ini melibatkan
pengawas Dinas intern.
B. Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi
Dalam melakukan kegiatan evaluasi dampak program bantuan rumah
untuk keluarga berumah tidak layak huni, peneliti telah menyusun langkah-
langkah sistematis untuk melakukan proses evaluasi, yaitu sebagai berikut:
1. Penentuan hal yang dievaluasiPada bagian ini, peneliti telah menentukan hal-hal apa saja yang ingin
diketahui dan dievaluasi, yaitu dengan memprioritaskan hal yang menjadi
key-succes factors-nya. Dalam penelitian evaluasi dampak ini, yang
menjadi key-succes-factors peneliti adalah:
- Transparansi dan Akuntabilitas Program
- Analisis kondisi penerima manfaat sebelum rumahnya diperbaiki dan
kesesuaiannya dengan kriteria ketidaklayakan hunian
- Analisis hasil dari program yang dilakukan dan kesesuaiannya dengan
kriteria rumah layak huni
- dampak yang muncul dari program yang dilakukan pada mata rantai
dampak berdasarkan waktu yaitu satu minggu, satu bulan dan satu
tahun tahun setelah program dijalankan.
53
2. Rancangan Kegiatan EvaluasiRancangan kegiatan evaluasi yang telah dibuat peneliti ada sebagai
berikut:
- Melakukan pengumpulan data berupa tulisan dan gambar yang terkait
dengan program
- Melakukan wawancara dengan penerima manfaat untuk
mengumpulkan data dan menganalisi hasil wawancara tersebut serta
melakukan observasi setelah wawancara dilakukan
- Menganalisis dan mengkaji hasil penelitian serta digabungkan dengan
teori dan kriteria-kriteria yang ada untuk dievaluasi
- Membuat hasil penelitian/evaluasi dalam bentuk skripsi sebagai
laporan.
3. Profil Informana. Bpk. NI (Penerima manfaat)
Bpk. NI merupakan satu dari 20 penerima manfaat program
bantuan rumah.Bpk. NI berusia 50 tahun dan beragam Islam dan
merupakan warga pribumi yang bersuku betawi. Bpk. NI bekerja
sebagai buruh serabutan (buruh yang pekerjaannya tidak tetap)
sehingga pendapatannya pun tidak menentu perharinya mengingat Bpk
NI tidak tamat SD, maka ia memang sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Bpk. NI tinggal bersama istri dan tiga orang putra di
rumahnya.
Kesulitan ekonomi kehidupan Bpk. NI menjadi penyebab Bpk. NI
tidak mampu untuk memperbaiki rumahnya sendiri.Pekerjaan sebagai
buruh menghasilkan uang yang datang tidak menentu jumlahnya dan
54
hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Terkadang ia hanya makan
nasi dan garam saja ketika Bpk NI tidak bekerja dan hal ini sudah
menjadi hal yang lumrah bagi keluarganya.Dengan keadaan tersebut
sudah barang tentu Bpk. NI tidak sanggup untuk merenovasi rumahnya
sendiri.
Rumah Bpk. NI secara keseluruhan dapat dikatakan tidak layak
huni.Keadaan yang tergambarkan dari beberapa foto menunjukan
rumah Bpk. NI bergenting rusak, dengan kualitas genting yang
rendah.Kusen pintu di dalam rumah Bpk. NI terlihat sudah rapuh
termakan oleh rayap.
b. Ibu P (Penerima Manfaat)
Ibu P merupakan penerima manfaat program yang berusia 28
tahun. Beliau beragama islam dan merupakan warga asli pribumi dan
asli Ciater Pondok Sentul. Wanita asal suku betawi ini sehari-hari
bekerja sebagai buruh cuci rumah tangga yang berangkat dipagi hari
dan pulang pada pukul 11:00 WIB atau tepat pada saat siang hari.Ibu P
tidak tamat pendidikan SD. Beliau tinggal bersama satu orang suami
yang bekera sebagai kuli proyek dan tiga orang putri di kediamannya.
Ibu P bekerja sebagai buruh cuci disebuah perumahan di wilayah
Ciater. Gaji yang ia terima sebesar Rp 500.000 dari buruh mencuci
tersebut sudah barang tentu hanya cukup untuk makan sehari-hari saja,
mengingat ia memiliki tiga orang anak yang masih bersekolah SD dan
SMP, serta satu anaknya yang masih balita. Uang yang ia terima
tentunya tidak dapat digunakan untuk memperbaiki rumahnya yang
55
sudah tidak layak huni mengingat ia harus membiayai sekolah anak-
anaknya. Sulit bagi Ibu P menemukan pekerjaan yang lebih baik
mengingat ia hanya lulusan SD bahkan tidak tamat. Hal ini juga
dibenarkan oleh Bpk J, tetangga dari Ibu P yang mengenal Ibu P
cukup baik.
Rumah Ibu P memang sudah sangat tidak layak untuk dihuni
menurut pendapat Bpk J. secara keseluruhan, rumah Ibu P dapat
dikategorikan tidak layak huni dengan keadaan yaitu dinding rumah
terbuat dari bilik bambu.Di bagian atas atap teras rumah terlihat sebuah
lubang di dinding bilik yang sudah dalam kondisi rusak. Lantai rumah
langsung dengan tanah dari mulai depan rumah Ibu P. Dari samping
rumah Ibu P, terlihat banyak bagian genting yang telah rusak, pecah
bahkan tidak bergenting.
c. Ibu N (Penerima Manfaat Sarin (anggota keluarga))
Ibu N wanita berusia 61 tahun yang juga merupakan penerima
manfaat program bantuan rumah ialah warga asli pribumi bersuku
betawi.Ia beragama Islam dengan pekerjaan yang tidak menentu
karena beliau tidak tamat sekolah dasar. Ibu N bekerja sebagai buruh
tani yang juga tidak menentu akan pekerjaannya, terkadang ada dan
terkadang juga tidak ada sehingga pendapatan Ibu N tidak dapat
dipastikan dalam seharinya. Di kediamannya ia tinggal bersama suami
Bpk W, anak dan satu orang cucunya, jadi total tiga anggota lainnya.
Ibu N merupakan wanita lansia yang hidup bersama suami
dirumahnya dan ditemani oleh anak dan cucunya.Pendapat Ibu N
56
didapat dari pekerjaannya sebagai buruh tani yang panggilannya tidak
menentu, sehingga anaknyalah yang bekerja sebagai buruh cuci di
perumahan Ciater.Suaminya yang juga bekerja sebagai buruh tani tidak
mempunyai pendapatan yang cukup (pendapatan Ibu P kurang dari Rp.
500.000 dalam sebulan) untuk memperbaiki rumahnya yang sudah
tidak layak huni. Selain itupun, Ibu N harus mengasuh cucunya karena
sang ibu pergi bekerja.Keadaan Ibu N ini dijelaskan juga oleh Ibu MT
selaku tetangganya yang terdekat, ia menjelaskan bahwa kehidupan
Ibu N memang terbilang miris karna Ibu N tinggal di rumah yang
sangat tidak layak. Pekerjaan keluarga Ibu N yang tidak menentu juga
menjadi penyebab ketidakmampuan Ibu N untuk merenovasi
rumahnya.
Kondisi rumah Ibu N secara keseluruhan dikategorikan tidak layak
huni.Keadaan rumah dengan dinding dari bilik bambu.Dinding dalam
keadaan rusak.Bagian depan rumah Ibu N berlantaikan tanah, dengan
keadaan terdapat dua tiang bambu dengan genting kualitas rendah.
Dari samping rumah Ibu N terlihat bagian dinding yang terbuat dari
bilik bambu yang ditambal dengan papan triplek.
d. Ibu M (Istri Penerima Manfaat dari Bpk. Wandi)
Ibu M berusia 50 tahun. Beliau warga asli pribumi yang juga
bersuku betawi dengan pendapatan kurang lebih Rp 80.000/hari
(penghasilan kotor).Ia tinggal bersama satu orang suami dan dua orang
anak di rumahnya. Pekerjaan yang dia jalani sehari-hari tidak terlalu
menentu, terkadang sebagai buruh tani serta penjual tape karena beliau
57
tidak tamat pendidikan sekolah dasar sehingga sangat sulit
mendapatkan pekerjaan.
Ibu M mengandalkan pekerjaan suaminya sebagai penjual tape uli
yang perharinya hanya mendapatkan penghasilan Rp 80.000 hanya
dapat digunakan untuk makan sehari-hari. Penghasilan kotor ini hanya
dapat digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Anak-anak Ibu M
yang tinggal bersamanya bekerja sebagai buruh yang pendapatannya
Rp. 30.000 tetapi tidak menentu, dan hasil tersebut hanya cukup untuk
menambah kekurangan belanja kebutuhan sehari-hari keluarga Ibu M
Kondisi keseluruhan rumah Ibu M dapat dikategorikan tidak layak
huni. Keadaan genting rumah Ibu M berlubang, dinding bilik bambu
terdapat bagian yang berlubang di bagian atas belakang rumah Ibu M,
sehingga ketika hujan, air hujan dapat masuk ke dalam rumah. Bagian
depan rumah rumah Ibu M terdapat setengah tembok di bagian bawah
dan dinding bilik bagian atasnya. Keadaan lantai dari mulai depan
rumah sampai bagian dalam rumah berlantaikan tanah.
e. Bpk. MYT (Pelaksana Program)
Bpk. MYT pria berusia 38 tahun yang merupakan salah satu pelaksana
program merupakan staf Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman
Kota Tangsel. Dengan Jabatan Seksi Penyehatan Lingkungan (PLP).
4. Transparansi dan Akuntabilitas Program
Transparansi dan akuntabilitas merupakan hal dijadikan oleh
peneliti sebagai alat untuk mendapatkan informasi lebih dalam
58
mengenai program yang dilakukan oleh pelaksana program.Program
yang dilakukan.
Transparansi program terkait dengan ketersediaan informasi yang
disediakan oleh pelaksana program terhadap peneliti. Informasi yang
diberikan kepada peneliti (yang nantinya akan dibaca oleh umum)
merupakan informasi yang sangat umum, diantaranya:
- nama program
- lokasi program
- sumber dana program
- jangka waktu program
- pelaksana, penanggung jawab
- ketercapaian tujuan program
- ketepatan sasaran program
- ketepatan jangka waktu program
- penggunaan dana publik.
Keseluruhan informasi yang disediakan oleh pelaksana program
tersebut telah peneliti paparkan dalam gambaran umum program yang
telah peneliti tulis sebelumnya.Beberapa informasi tidak dapat peneliti
dapatkan karena dirahasiakan oleh pelaksana program dan hanya bisa
didapatkan oleh orang-orang yang langsung terkait dengan.Minimnya
informasi yang bisa disampaikan oleh pelaksana program merupakan
indikasi dari kurang transparannya mengenai program yang telah
dilaksanakan. Informasi yang tidak bisa didapatkan oleh peneliti terkait
dengan kerahasiaan program adalah mengenai RAB (Rancangan
59
Anggaran Belanja) sehingga peneliti tidak dapat mempelajari dokumen
mengenai RAB tersebut untuk kejelasan dana program dan hal tersebut
hanya boleh diketahui oleh orang yang langsung terkait dengan
program. Hal ini diungkapkan oleh pelaksana program, Bapak MT,
beliau menjelaskan bahwa”
“kalau untuk RAB itu kami tidak bisa memberikan padaorang lain mas, selain orang yang langsung berkaitanlangsung dengan program, jadi gak boleh sembaranganorang”2
Sedikit catatan peneliti terkait dengan transparansi program ini,
peneliti mengakui bahwa sulit sekali untuk mendapatkan informasi
yang jauh lebih dalam mengenai pendanaan program ini.Selain itu,
para pemangku jabatan dari P2WKSS sebagai pengusul tidak dapat
dimintai keterangan karena banyak melakukan pengawasan program-
programnya diberbagai tempat dan peneliti dialihkan ke bagian
pelaksana program. Beberapa staf pelaksana program tidak banyak
yang dapat dimintaiketerangan dan cenderung saling mengalihkan
peneliti ke staf lain.
Akuntabilitas program yang peneliti analisis dalam penelitian
skripsi ini pertama adalah mengenai ketercapaian tujuan program.
Tujuan dari program ini adalah “Meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana rumah sederhana sehat”. Jika ditinjau dari tujuan program
tersebut. Kedua mengenai ketepatan sasaran program.Hal ini terkait
dengan ketepatan penerima manfaat dengan perencanaan
program.Sasaran dari program ini yaitu PMKS, dan kriteria tersebut
2 2 Ibid
60
adalah kriteria umum yang digunakan. Terkait dengan ketepatan
jangka waktu pelaksanaan program, dalam hasil wawancara peneliti
dengan pelaksana program, dijelaskan bahwa pengerjaan program ini
mulai dikerjakan pada bulan Oktober 2012 dan selesai pada
pertengahan Desember 2012 yang artinya sekitar lebih dari 70 hari
lebih hari kalender. Keempat mengenai penggunaan dana publik,
informasi mengenai penggunaan dana publik ini sangat minim
sehingga peneliti tidak dapat mengetahui rincian penggunaan dana
program. Pernyataan pelaksana program terkait dengan anggaran dana
adalah sebagai berikut:
“Pagu anggaran Rp 40.000.000.00/unit….Sumber Danaberasal dari APBD 2012”3
Hal ini mengindikasikan kurang transparannya pelaksana program
terhadap khalayak. Informasi dana yang peneliti dapatkan hanya
berupa total dana pembangunan, yaitu berkisar Rp. 40.000.000,-/unit.
Jumlah data penerima manfaat yang rumahnya direhabilitasi adalah 20
dari 30 rumah (selebihnya rehabilitasi dilakukan oleh provinsi). Jadi
total keseluruhan dana dapat dihitung yaitu Rp. 40.000.000,- x 20 Unit
rumah dan totalnya keseluruhan adalah Rp. 800.000.000,-. Untuk
merehabilitasi 20 unit rumah.
5. Analisis Kondisi Rumah Pra Program
Keluarga berumah tidak layak huni adalah keluarga yang kondisi
perumahan dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak
untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial.
3 3 Wawancara pribadi dengan Bpk. MYT. Pelaksana program, 16 September 2013. Pukul11.30
61
Rumah tidak layak huni memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Luas lantai kurang dari 4 m² sampai dengan 10 m²
2. Jenis atap rumah dari daun/genting rusak
3. Dinding terbuat dari bambu
4. Rumah berlantaikan tanah4
Keempat kriteria tersebut terdapat pada kondisi ketidaklayakan hunian
para penerima manfaat program.Peneliti mempelajari dokumen proposal
yang dibuat oleh pihak kelurahan yang merupakan bagian dari rencana
pengajuan program bantuan rumah tersebut. Pada data-data yang terdapat
pada proposal tersebut, peneliti menemukan beberapa gambar/foto yang
menunjukan ketidaklayakan hunian penerima manfaat seperti yang terlihat
adalah bagian depan rumah penerima manfaat banyak sekali bagian
dinding rumah yang terbuat dari bambu/bilik dan ada juga yang hanya
terbuat dari kayu saja, beberapa gambar/foto juga menunjukan atap rumah
yang hanya menggunakan daun.
Melalui studi dokumentasi, peneliti juga menemukan poin-poin yang
menyebutkan kondisi yang dianggap buruk untuk sebuah kelayakan
hunian, beberapa poin tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dinding dari bilik bambu/kayu/triplek
2. Lantai tanah
3. Genting pletong dengan keadaan pecah (genting kualitas rendah)
4Bab II h. 35.
62
Kondisi-kondisi tersebut yang tergambarkan dan tersebutkan dari
dokumen yang peneliti analisis merupakan bagian dari kondisi
ketidaklayakan sebuah hunian.
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa penerima manfaat
yang kemudian oleh peneliti jadikan sebagai informan guna mendapatkan
informasi mengenai kondisi rumah sebelum rumah direhabilitasi.
Gambar 3
Kondisi rumah Bpk. NI sebelum diperbaiki
(Sumber : Proposal program)5
Keadaan rumah Bapak NI tidak jauh berbeda daripada sebelumnya.
Dalam hasil wawancara beliau sendiri menerangkan bahwa:
“Ya emang begini, gini-gini aja, Cuma ditambah tiga bataaja (bagian atas), (lantai) emang gitu adanya, plesteran,,ventilasi apa adanya, ada 3 kamar, (luas rumah) sama, tidakada yang berubah, Cuma ditambah tiga bata aja, emangtadinya agak pendek, ada triplek tapi udah embag-embagan(goyang-goyang, red), ada tembok juga cuma ditambah keatasnya”6
5 Studi Dokumentasi Terhadap Proposal Program Bantuan Rumah6Wawancara pribadi dengan Bapak NI. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.
Pukul 11.00.Bertempat di Kediaman Bapak NI.
63
Studi dokumentasi terhadap proposal yang dilakukan oleh peneliti
membuktikan bahwa rumah Bapak NI pada dasarnya sudah memiliki
tembok pada sekeliling dan di dalam rumahnya.Pada foto isi rumah Bapak
NI terlihat bagian dapur dan WC menyatu dengan kondisi kurang
cahaya.Genting plentong yang merupakan genting kualitas rendah terlihat
hijau dan terlihat beberapa genting dalam keadaan rusak. Dalam poin–poin
yang ada pada lembar data penerima manfaat yaitu Bapak NI, tersebutkan
diantaranya atap rangka dan genteng dalam kondisi rusak, teras depan atap
rusak. Kerusakan pada bagian atap rumah Bapak NI menimbulkan
kekhawatiran tersendiri bagi Bapak NI. Pada hasil wawancara beliau
menjelaskan bahwa:
“taso (rangka atap) bocor, plafonnya bilik, ya udahngampleh semua, ya Allah, jadi kita sambil ibadah itupemikiran kadang-kadang (terlihat khawatir), gimana?, kitagak khusyu”7
Terkait dengan kondisi-kondisi ketidaklayakan hunian yang terdapat
pada dokumen proposal program, hal senada diungkapkan oleh salah satu
penerima manfaat program yaitu ibu P, ia mengungkapkan bahwa:
“keadaan rumah yang dulu mah, tapi biliknya copot(dinding), dari bambu, lantai dari tanah, keadaan kamar yagitu, ada dua cuma dipetak-petak doang”8
Keadaan rumah sebelum diperbaiki seperti yang dinyatakan oleh Ibu P
tersebut seperti dinding dari bilik merupakan kriteria ketidaklayakan
hunian.Rumah yang tidak memiliki ventilasi udara yang dapat
menyebabkan gangguan terhadap pernapasan.Secara keluasan rumah, dari
7Ibid8Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 11.30. Bertempat di Kediaman Ibu P
64
studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti pada proposal program
menunjukan bahwa kondisi rumah Ibu P sebelum diperbaiki ditunjukan
dalam beberapa poin diantara keadaan lantai berupa tanah, dinding bilik
bambu dan papan kayu, atap bambu dan genteng pletok (genteng kualitas
rendah).
Gambar 4
Kondisi rumah Ibu P sebelum diperbaiki
(Sumber : Proposal program)9
Kondisi mengenai rumah Ibu P yang memenuhi kriteria
ketidaklayakan hunian juga dipertegas oleh keterangan dari tetangga Ibu P
yaitu Bpk. J, beliau mengungkapkan bahwa:
“Doyong, dari bilik, tiang kayu”10
Ibu N merupakan satu dari sekian penerima manfaat program bantuan
rumah, studi dokumentasi yang peneliti lakukan terhadap data kediaman
Ibu Sarin yang juga ditempati oleh Ibu N menunjukan kriteria
ketidaklayakan hunian diantaranya adalah dinding rumah dengan bilik
9 Studi Dokumentasi Terhadap Proposal Program Bantuan Rumah10Wawancara pribadi dengan Bapak J.Tetangga Penerima Manfaat Program, 2Oktober
2013. Pukul 10.30.Bertempat di Kediaman Bapak J.
65
bambu, lantai dari tanah, atap rangka bambu, tidak ada MCK. Dari foto-
foto yang ada juga, terlihat dinding bilik dari rumah Ibu N, serta tiang
depan rumah yang terlihat dalam keadaan miring dengan kondisi
lingkungan yang terlihat kumuh.
Gambar 5
Kondisi Rumah Ibu N Sebelum Diperbaiki
(Sumber : Proposal program)11
Kondisi rumah Ibu N sendiri dipaparkan oleh beliau sendiri pada hasil
wawancara sebagai berikut:
“ya gubug gitu, (lantai) tanah, (cahaya) ya banyak, kanpager, kamernya tiga, iya dindingnya dari bambu”12
Kondisi rumah tidak layak huni yang didiami oleh Ibu N juga
dijelaskan oleh tetangga dari Ibu MT, ia menjelaskan bahwa:
“ya begitu, ya ngenes, rumah kusut, dari pager, engga adaapa-apanya, paling juga ada bale gitu, gak ada lemari, diamah engga ada apa-apanya”13
11 Studi Dokumentasi Terhadap Proposal Program Bantuan Rumah12Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 10.30. Bertempat di Kediaman Ibu N13Wawancara pribadi dengan Ibu MT.Tetangga Penerima Manfaat Program, 2Oktober
2013. Pukul 10.00.Bertempat di Kediaman Ibu MT.
66
Studi dokumentasi pada bagian foto rumah dari Ibu M juga
menggambarkan keadaan yang tidak layak huni. Terlihat dinding rumah
terbuat dari bilik bambu penuh dibagian belakang rumah, bagian depan
rumah terdapat sedikit papan yang berada di bagian bawah bilik bambu,
pilar penyangga depan rumah terlihat dari bambu. Kondisi genting
bergelombang yang seolah-olah rangka atap rumah tidak kuat menopang
genting, ini dapat menyebabkan kekhawatiran pada penerima manfaat,
kekhawatiran terhadap keamanan hunian ini diungkapkan oleh Ibu M
sebagai berikut:
“ya iya kalo saya mah yang namanya angin ato apa takutkerubuhan rumah”14
Dari pernyataan Ibu M tersebut, menegaskan kekhawatirannya
terhadap keamanan rumah yang ia diami.
Gambar 6
Kondisi Rumah Ibu M Sebelum Diperbaiki
(Sumber : Proposal program)15
14Wawancara pribadi dengan Ibu M. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 12.00. Bertempat di Kediaman Ibu M
15 Studi Dokumentasi Terhadap Proposal Program Bantuan Rumah
67
Kondisi dinding rumah dari kayu, dengan keadaan lantai dari tanah
merupakan kategori dari kriteria ketidaklayakan hunian dari yang telah
disebutkan sebelumnya. Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti
pada proposal program bantuan rumah menunjukan bahwa kondisi fisik
rumah Ibu M ada dalam beberapa poin yaitu kondisi lantai tanah, dinding
papan kayu dan bilik bambu kondisi rusak, atap bambu, tidak memiliki
MCK
Kondisi rumah Ibu M dijelaskan oleh beliau pada kutipan berikut:
“keadaan sebenernya jelek, rombeng, kayu, ya lantainyasama gak ada apa-apanya juga, tanah juga, Cuma 3 kameraja, ya engga ada isinya, engga ada sama sekali, (dinding)pager bilik, ada depan doang, bata depan doang”16
Salah satu kriteria rumah tidak layak huni lainnya adalah akses
sanitasi.Tidak adanya MCK atau MCK yang kurang layak yang memenuhi
syarat kesehatan pada rumah tidak layak huni terutama di kawasan
pedesaan erat kaitannya dengan rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang prilaku hidup sehat. Kondisi ini mengakibatkan
persoalan-persoalan seperti meningkatnya jumlah rumah tidak layak huni,
menurunnya derajat kesehatan seperti tingginya angka kejadian diare dan
penyakit lain.
Untuk fasilitas kesehatan atau sanitasi seperti MCK, Bapak NI
menggunakan empang, hal ini beliau jelaskan pada hasil wawancara
berikut:
16Wawancara pribadi dengan Ibu M. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 12.00. Bertempat di Kediaman Ibu M
68
“WC sebelum dibenerin waktu dulu saya bikinnya yaempanglah, sepiteng tiga meter dalemnya”17
Ibu P juga tidak memiliki MCK, sehingga untuk buang air, ia hanya
kakus, hal tersebut ia utarakan sebagai berikut:
“Di ini, kakus, jadi bikin lobang, ya gitu, kaya sumur”18
Ketiadaan MCK ini dapat mengganggu kesehatan para penerima
manfaat, seperti penyakit diare yang dialami oleh Ibu P sebagai penyakit
yang diakibatkan oleh kakus. Ibu P mengungkapkannya sebagai berikut:
“Biasanya sering Diare”19
Gambar 7
Kondisi empang yang menjadi tempat kakus Ibu P
(Sumber : Dokumentasi peneliti)
Penyakit diare yang dialami oleh Ibu P ternyata lebih disebabkan pada
tempat kakus yang dekat dengan sumur yang menjadi sumber air yang
gunakan oleh Ibu P untuk kebutuhan sehari-hari. Tempat buang air Ibu P
dahulunya hanya berupa empang yang dengan diameter kurang lebih 1,5
17Wawancara pribadi dengan Bapak NI. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 11.00.Bertempat di Kediaman Bapak NI.
18Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.Pukul 11.30. Bertempat di Kediaman Ibu P
19 Ibid
69
meter dan berjarak kurang dari 3 meter dengan sumur. Hasil observasi
peneliti menemukan bahwa empang yang sering digunakan oleh Ibu P
sangatlah kurang layak untuk digunakan, dengan jarak kurang dari 3 meter
dengan sumber air, hal ini dapat mengakibatkan kurang sempurnanya
penyaringan air secara alami oleh tanah.Maka, dapat pula disimpulkan
bahwa air tersebut juga kurang layak untuk digunakan sehari-hari bahkan
untuk dikonsumsi.
Di pihak lain, fasilitas kamar mandi belum dimiliki oleh Ibu N ketika
rumah belum diperbaiki sehingga ketika ia ingin buang air, ia harus pergi
ke empang:
“(WC) di empang ibu mah”20
Sama hal dengan Ibu P, untuk buang air, Ibu M pun melakukan kakus
yang disebabkan ketiadaan WC di rumah sebelumnya, hal disampaikan
beliau sebagai berikut:
“Di empang (tertawa) di kebon, kakus”21
Salah satu kriteria kelayakan hunian lainnya dari bidang kesehatan
adalah tersedianya sarana sanitasi lingkungan seperti MCK, ketika sebuah
hunian tidak memiliki fasilitas tersebut maka dapat dikategorikan sebagai
rumah yang juga tidak layak huni.22
20Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.Pukul 10.30. Bertempat di Kediaman Ibu N
21Wawancara pribadi dengan Ibu M. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 12.00. Bertempat di Kediaman Ibu M
22Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 22 tahun 2008
70
6. Analisis Kondisi Rumah Pasca Program
Kondisi rumah layak huni merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi
oleh setiap masyarakat, dalam teori Maslow telah diungkapkan bahwa
kebutuhan dasar manusia sejatinya terdiri dari tiga kebutuhan dasar utama
yaitu sandang, pangan dan papan. Kebutuhan akan papan atau tempat
tinggal merupakan bagian yang menjadi hal yang akan peneliti teliti dalam
penelitian ini.
Kondisi kelayakan hunian para penerima saat ini sudah dirasakan
manfaat positifnya selama satu tahun belakangan ini.Kondisi rumah
penerima manfaat yang sebelumnya tergolong kedalam kriteria tidak layak
huni berubah drastis menjadi rumah yang lebih layak untuk dihuni.
Kelayakan hunian ini dipaparkan oleh para penerima manfaat diantaranya
Ibu M. Beliau mengungkapkan bahwa:
“iya Alhamdulillah ini diperbaikin sama orang Tangsel,keadaan lantai ya gini aja(plester), (ventilasi) ya ada,(cahaya) iya terang, klo malem mah suka mati lampunya”23
Gambar 8
Kondisi rumah Ibu M setelah diperbaiki
(Sumber : Dokumentasi peneliti)
23Wawancara pribadi dengan Ibu M. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 12.00. Bertempat di Kediaman Ibu M
71
Peneliti telah melakukan observasi terhadap rumah yang dihuni oleh
Ibu M, keadaan yang terlihat adalah rumah Ibu M dari tembok yang sudah
dilapisi dengan cat berwarna hijau, bagian teras depan rumah hanya
dengan plester yang terdapat dua kayu untuk menopang atap
teras.24Kekuatan atap sangat penting untuk menahan beban bagian atas
rumah.Dalam temuan lapangan peneliti telah mengamati bagian-bagian
atas struktur rumah yang dinilai telah mampu menahan beban atap sesuai
dengan kriteria kelayakan hunian terkait keselamatan bangunan.Peneliti
juga mengamati rangka kuda-kuda yang didudukan pada bagian tembok
yang diikatkan pada rangka besi bangunan25, ini yang juga menjadi bagian
kriteria kelayakan hunian untuk keamanan bangunan bagian atas. Genting
rumah menggunakan genting kualitas yang lebih baik dan baru. Rangka
atap menggunakan kayu yang baru.
Struktur bawah pondasi rumah yang peneliti pelajari melalui studi
dokumentasi terhadap desain bangunan yang telah dibuat oleh Dinas Tata
Kota menunjukan desain struktur bawah rumah yang berfungsi untuk
menahan beban bagian tengah dan atap rumah, dalam standar kelayakan
hunian, pondasi dasar rumah ditanam di kedalaman 45cm diatas
permukaan tanah26, berbeda dengan desain rumah program bantuan rumah
ini, kedalaman pondasi dasar mencapai 50cm dan dapat dikatakan baik
karna melebihi standar keselamatan bagian bawah bangunan.
24Observasi pada tanggal 10 September 2013 di kediaman Ibu M25Bab II h. 3126Ibid
72
Di sebelah kiri bagian depan rumah terdapat jendela kamar depan yang
terdiri dari dua buah jendela dan di atas jendela-jendela tersebut terdapat
lubang ventilas yang cukup banyak.27 Ventilasi merupakan salah satu
kriteria kelayakan hunian rumah pada bagian rumah layak huni yang juga
dapat menjamin kesehatan penghuni, merupakan hal penting untuk
diperhatikan, rumah sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara
segar masuk ke dalam rumah secara bebas, sehingga asap dan udara kotor
dapat hilang dengan cepat.28dibagian samping kanan rumah terdapat pintu
yang di atasnya juga terdapat lubang ventilasi yang juga langsung dapat
melihat dapur dan lurus mengarah ke kamar mandi. Bagian atas rumah
terlihat genteng rapih dan kokoh dengan struktur kuda-kuda yang rapih.29
Keadaan hunian yang dirasakan lebih baik pun dirasakan oleh Ibu P, ia
menyatakan bahwa:
“Alhamdulillah sekarang mah nyaman, (lantai) ya diplesteraja, WC-nya ya enakan, (air) bersih”30
Gambar 9
Kondisi rumah Ibu P setelah diperbaiki
(Sumber : Dokumentasi Peneliti)
27Observasi pada tanggal 10 September 2013 di kediaman Ibu M28 Bab II h. 3329Observasi pada tanggal 10 September 2013 di kediaman Ibu M30Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 11.30. Bertempat di Kediaman Ibu P
73
Hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada rumah Ibu P, telah
terlihat perubahan yang juga signifikan dari keadaan sebelum rumahnya
diperbaiki, rumah Ibu P terlihat dari bagian depan menggunakan cat hijau
dengan keadaan teras depan rumah menggunakan plester, karena kondisi
lingkungan Ibu P yang dikelilingi dengan pohon tinggi dan terasa sejuk
yang juga faktor yang menjadi nilai tambahterhadap kenyamanan
huniannya tersebut. Terlihat juga bagian depan rumah dengan dua buah
jendela yang dapat menerangi seluruh ruang tamu sampai dengan dapur
yang juga ditunjang dengan pintu yang berada di samping rumah yang bisa
langsung menuju dapur dan luruh menuju kamar mandi. Di bagian kanan
rumah terdapat pipa yang berdiri tegak yang merupakan pipa dari
septictank.Peneliti juga mengobservasi bagian dalam kamar yang
tergolong rapih dan ketika jendela kamar diterangi cahaya matahari,
cahaya tersebut dapat mencukupi terangnya seluruh ruangan.31
Terlihat juga dua jendela dengan tinggi 1mx50cm di bagian depan
rumah di samping pintu. Jendela dan pintu merupakan bagian yang
penting untuk memasukan cahaya matahari ke dalam rumah.32 Cahaya
merupakan salah satu kriteria kelayakan hunian pada bagian syarat hunian
yang menjamin kesehatan, adanya cahaya yang masuk ke rumah selain
sebagai sumber penerangan disiang hari yang juga dapat menghemat
penggunaan listrik, juga sebagai pembunuh kuman atau bakteri yang dapat
berkembang di dalam rumah. Bakteri yang sering ada di dalam rumah
31Observasi pada tanggal 10 September 2013 di kediaman Ibu P32Ibid
74
yaitu TBC (Tuberculosis).Ini dikarenakan cahaya memiliki sifat
membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke dalam rumah. Selain itu
kurangnya cahaya juga dapat mengakibatkan berkurangnya kesehatan pada
mata.33Jadi, ketika cahaya telah masuk ke dalam rumah, maka kita juga
secara langsung telah melakukan penecegahan terhadap berkembangnya
kuman dan bakteri.
Keadaaan cahaya yang masuk ke rumah yang lebih baik ini dirasakan
pula oleh Bapak NI, ia menjelaskan bahwa:
“terang, malah lebih cakep, lebih terang”34
Gambar 10
Kondisi rumah Bpk. NI setelah diperbaiki
(Sumber : Dokumentasi Peneliti)
Kondisi rumah Bpk NI memiliki struktur yang sama dengan para
penerima manfaat lainnya. Kondisi kelayakan hunian ini dirasakan sangat
baik olek Bpk NI. Rumah Bpk. NI saat ini merupakan bangunan tembok
berwarna cream dengan kedua tiang kayu baru berwarna cokelat di depan
33Bab II h. 3434Wawancara pribadi dengan Bapak NI. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.
Pukul 11.00.Bertempat di Kediaman Bapak NI.
75
rumah untuk menyangga atap teras. Keadaan genting baru yang tersusun
rapih. Kusen pintu setiap kamar pun diganti dengan yang baru karna pada
keadaan sebelumnya, kusen pintu rumah dalam kondisi buruk dan sudah
termakan oleh rayap.35 Perihal kondisi kelayakan hunian ini dijelaskan
oleh Bpk NI sebagai berikut:
“(dinding) iya tembok, (kamar) kamar sama, engga dirobah, tetep 3, (ventilasi) ada, lantainya plester juga, malahini ada hasil anak kuli, saying-sayang ubin ya pasanginaja…di dalemnya mah gitu, plesteran”
Gambar 11
Kondisi rumah Ibu N setelah diperbaiki
(Sumber : Dokumentasi peneliti)
Kondisi rumah yang lebih baik juga dirasakan oleh Ibu N. Hasil
observasi menunjukan kondisi rumah Ibu N yang rumahnya terbuat dari
tembok di bagian luar, rumah dengan cat berwarna cream dengan keadaan
depan rumah diterangi cahaya mahatahari pada siang hari, dalam keadaan
tersebut, lingkungan Ibu N terasa sangat panas saat peneliti melakukan
observasi. Hadap rumah Ibu N mengarah ke selatan hal ini menyebakan,
35 Hasil Observasi 11 September 2013 di kediaman Bpk NI
76
rumah Ibu N bisa mendapatkan cahaya matahari dari mulai pagi hari
sampai dengan menjelang sore hari. Bagian dalam rumah pembatas antar
kamar juga terdapat bangunan triplek yang membatasi ruang antar kamar
tidur.36 Kondisi ini dijelaskan oleh Ibu N sebagai berikut:
“(dinding) tembok, (lantai) plesteran doing iyak, (ventilasi)iya ada, (cahaya) terang,(luas rumah) iya lebih kecil,(kamar) kamarnya ada dua), dinding tembok semua,dalemnnya engga, kecuali dapur”
Terdapat juga WC di dalam rumah Ibu N, keadaan WC tersebut
terbilang kurang kurang terawat, karna telihat beberapa bagian dari WC
tersebut seperti bak, toilet jongkok dan dinding yang terlihat kotor.di
bagian samping rumah Ibu N juga terdapat ruangan dapur yang
ditambahkan sendiri dengan dinding bilik bambu, suami Ibu M
menambahkan dapur karna dapur yang ada di dalam rumah tidak cukup
luas.37
Secara umum hasil dari program bantuan rumah ini hampir memenuhi
kriteria kelayakan hunian dari keselamatan bangunan dan
kesehatan.Namun keadaan rumah tersebut tidak serta merta dapat
dikatakan sempurna, karna hasil obervasi dan temuan lapangan yang
peneliti lakukan pada rumah Ibu M misalnya, peneliti menemukan adanya
kekurangan dari keadaan rumah yang telah diperbaiki, temuan yang
peneliti temukan diantaranya keadaan di dalam rumah tidak sebaik
keadaan di luar rumah, yaitu dengan ditemukannya pembatas bagian
36 Obervasi pada tanggal 11 September di kediaman Ibu N37Ibid
77
dalam ruangan yang hanya menggunakan papan triplek yang memisahkan
antara kamar satu dengan kamar lainnya.38
Gambar 12
Kondisi bagian dalam rumah Ibu N yang hanya dibatasi papan triplek
pada saat pengerjaan proyek
(Sumber : Dokumentasi Peneliti)
Hal terungkap juga melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada Ibu M iya mengungkapkan bahwa:
“iyak, yang diluar mah tembok, yang di dalemnya triplek,engga tembok semua”39
Perihal triplek yang berada di bagian dalam rumah tersebut, Ibu P
mengalami keadaan yang tidak lebih baik, Ibu P mengungkapkan bahwa:
“itu tripleknya juga udah dimakan rayap”40
Peneliti melakukan observasi terhadap keadaan rumah Ibu P dan
menemukan kondisi triplek dan kusen pintu kamar yang sudah mulai
diserang rayap.Peneliti mengamati bagian pembatas antar kamar dan
38Hasil Observasi 10 September 2013 di kediaman Ibu M39Wawancara pribadi dengan Ibu M. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.
Pukul 12.00. Bertempat di Kediaman Ibu M40Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 11.30. Bertempat di Kediaman Ibu P
78
menemukan pada bagian bawah dinding triplek yang mulai diserang oleh
rayap. Hal ini disebabkan karena bagian bawah kusen langsung menyentuh
ke tanah dan tidak ada semen penghalang yang harusnya ada untuk
mencegah rayap memakan kayu atau kusen tersebut41. Bukan hanya bagian
kusen saja, tetapi bagian langit-langit rumah Ibu P terlihat sudah
menggelembung atau bergelombang, yang akibatnya, debut dari atap
rumah mudah jatuh sehingga dapat mengganggu kesehatan Ibu P sendiri.42
Keadaan ini membuat sedikit rasa kecewa dari Ibu P yang terungkap dari
cara menjawab pertanyaan seperti melalui ekspresi dan nada bicaranya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengerjaan program ini belum dapat
dikatakan baik.
Tetangga dari Ibu P yaitu Bapak J mengungkapkan mengenai wilayah
tanah di sekitar rumah Ibu P dan rumahnya sendiri.Ia menuturkan bahwa
“ya, jadi memang wilayah ini wilayah yang banyak rayappak”43
Hasil temuan lapangan lainnya adalah akses air yang peneliti temukan
,lalu peneliti juga melakukan observasi terhadap penemuan tersebut,
terlihat bahwasannya akses air yang ada di rumah Ibu M menyambung
dengan selang yang artinya, Ibu M tidak memiliki fasilitas seperti pipa
penyambung antara sumber air dengan kamar mandi yang sebenanya telah
tersedia di dalam rumah. Kondisi kamar mandi di penerima manfaat yang
menjadi informan peneliti tidak jauh berbeda.Terlihat tidak adanya keran
yang berfungsi untuk mengalirkan air itu sendiri.jadi Ibu M menggunakan
41Hasil Observasi 12 September 2013 di kediaman Ibu P42Ibid43Wawancara pribadi dengan Bapak J.Tetangga Penerima Manfaat Program, 2Oktober
2013. Pukul 10.30.Bertempat di Kediaman Bapak J.
79
selang untuk menyalurkan air yang berasal sumur di depan rumahnya lalu
dialirkan dengan selang.44
Kesulitan akses air ini pun dirasakan pula oleh Ibu N, beliau
mengungkapkan bahwa:
“Ya Ibu mah klo aer ya nimba dulu dari sumur, sumurnyakan diluar, Ibu kudu bawa ember dulu, di tumpahin gitu kedalem, bak mah ada, cuma kan klo malem-malem juga Ibutakut”45
Gambar 13
Kondisi sumur Ibu N
(Sumber : Dokumentasi Peneliti)
Kesulitan akses air juga didapati oleh peneliti di rumah Ibu P, peneliti
menemukan selang panjang yang tersambung dari sumur tetangga dari Ibu
P yang mengarah ke tembok WCnya, peneliti juga melihat adanya lubang
yang telah dimasuki selang. Lubang selang tersebut sengaja dibuat agar air
dapat mengalir melalui selang tersebut, jadi untuk mengalirkan air, Ibu P
harus memutar keran yang ada di sumur tetangganya terlebih dahulu yang
44Hasil Observasi 12 September 2013 di kediaman Ibu M45Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 10.30. Bertempat di Kediaman Ibu N
80
lokasinya berada diluar rumah.46 Perilah keadaan akses air tersebut
dinyatakan oleh Ibu P sebagai berikut:
“WCnya ya enakan, Cuma masih nyelang, dari tetangga”47
Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti lakukan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa kriteria kelayakan hunian hampir tercapai.Tapi
dengan catatan pelaksana program harus segera mengambil tindakan pada
bagian-bagian rumah yang terlihat telah berkurang kekuatannnya akibat
terserang rayap. Lalu perbaikan akses air untuk penerima manfaat.
7. Dampak Program
Program bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak layak huni ini
sudah barang tentu memberikan dampak-dampak tertentu, pada bagian ini,
peneliti ingin mengetahui dampak yang muncul setelah program
dilakukan. Dan dampak yang peneliti temukan dalam temuan lapangan
peneliti akan dijelaskan sebagaimana berikut.
Dampak yang muncul diantaranya dari segi kesehatan, dibangunnya
rumah ini telah memberikan dampak yang baik bagi kesehatan para
penerima manfaat. Salah satu penerima manfaat menyatakan perbedaan
kesehatan yang dirasakan olehnya diungkapkan sebagaimana berikut:
“Lebih baik, ya sekarang jarang sakit, biasanya seringdiare”48
Penyakit diare yang pernah dialami oleh Ibu P dulu merupakan hal
yang sama diungkapkan oleh Bidan Elis pada bab III pada bagian
46Hasil Observasi 12 September 2013 di kediaman Ibu P47Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 11.30. Bertempat di Kediaman Ibu P48Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.
Pukul 11.30.Bertempat di Kediaman Ibu P.
81
kesehatan, bahwa permasalahan kesehatan masyarakat Ciater terutama
Kampung Pondok Sentul diantaranya adalah penyakit diare yang
disebabkan oleh masyarakat yang sering kakus atau buang air di empang.
tetapi, dengan adanya pernyataan dari Ibu P mengenai penyakit diare yang
sudah tidak dirasakan lagi, begitu pula dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh penerima manfaat yang lain yang menyatakan bahwa
kehidupan mereka lebih sehat. Ini menandakan bahwa penyakit diare di
wilayah kampung sentul sudah dapat diminimalisir dengan dibuatnya WC
di dalam rumah para penerima manfaat program ini.
Dampak lain yang dirasakan adalah pada kegiatan beribadah yang
dilakukan pada penerima manfaat. Perubahan ini dirasakan oleh para
penerima manfaat. Terkait perubahan terhadap kegiatan beribadah ini
dirasakan oleh Pa NI, ia mengungkapkan bahwa:
“Yak, Alhamdulillah, saya jadi tenang, (shalat) 5 waktuwaktu ikut-ikut, dulu gak khusyu karna situasi rumah,genteng bolong, tapi sekarang, Alhamdulillah saya bener-bener bersyukur”49
Perubahan dalam kegiatan beribadah pun dirasakan oleh Ibu P,
sebelumnya Ibu P sering mengalami diare pada saat kakus karna tidak
memiliki WC, hal ini ia ungkapkan sebagai berikut:
“Lebih baik, ya jarang sakit, biasanya sering diare”50
Dari segi perekonomian, penerima manfaat tidak merasakan
perubahan, mengenai tidak terasanya perubahan dari segi perekonomian
ini dijelaskan juga oleh Bpk NI bahwa:
49Wawancara pribadi dengan Bapak NI. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 11.00.Bertempat di Kediaman Ibu NI.
50Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.Pukul 11.30.Bertempat di Kediaman Ibu P.
82
“Engga ada, karena klo masalah ekonomi mah kemauankita pak”51
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu M bahwa kondisi perekonomian
keluarganya tidak mengalami perubahan, beliau mengungakapkannya
sebagai berikut:
“Usaha sekarang mah gini-gini juga”52
Beberapa Penerima manfaat juga memberikan beberapa keterangan
mengenai kekurangan dari program ini, yaitu terkait dengan lantai yang
hanya menggunakan plester, mereka berharap bahwa lantai rumah mereka
dapat segera dipasangi dengan keramik. Harapan ini disampaikan oleh Ibu
N serta penyebab mengapa ia butuh pemasangan keramik, ia
mengungkapkan bahwa:
“Ya banyak lah yang kurang mah (tertawa) dapur kecil, yapengen sih diubin, depannya panas bener, dulu adem, klobisa mah bikin depan (pasang ubin), gak bisa didudukin klopanas gini”
Ketika melakukan kegiatan observasi, peneliti juga merasakan hal
sama, yaitu panasnya lingkungan rumah Ibu N saat panas terik matahri.
Harapan lain juga disampaikan oleh Ibu P, bahwa ia juga ingin
memasangkan keramik dan triplek pembatas kamar yang telah dimakan
rayap juga menjadi keluhan yang tentu saja menimbulkan rasa
ketidaknyamanan baginya. Beliau mengungkapkan bahwa:
“Ini, bawah pengennya diubin, kan makin enak, tripleknyatu udah dimakan rayap semua”53
51Wawancara pribadi dengan Bapak NI. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 11.00.Bertempat di Kediaman Ibu NI.
52Wawancara pribadi dengan Ibu M. Penerima Manfaat Program, 10 September 2013.Pukul 12.00.Bertempat di Kediaman Ibu M.
53Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.Pukul 11.30.Bertempat di Kediaman Ibu P.
83
Ibu P dan para penerima manfaat lainnya berharap bahwa segala
kekurangan yang dapat segera diperbaiki sehingga dapat memberikan rasa
aman mengingat bagian pembatas kamar Ibu P terserang rayap dan dapat
membuat bagian tengah rapuh dan pada akhirnya mengurangi nilai
keselamatan bangunan.
a. Satu Minggu Pra Program
Peneliti melakukan wawancara pada penerima manfaat terkait
dengan keadaan penerima manfaat setelah seminggu tinggal di rumah
yang telah diperbaiki. Pada minggu pertama setelah penerima manfaat
menempati rumah barunya, terasa perubahan atau dampak tertentu. Hal
ini dijelaskan oleh ibu N, beliau menuturkan bahwa:
“Ada perobahan mah yang pasti, ya begini, tadinya mah kanrumah jelek, sekarang mah namanya ya alhamdulillah,bersyukur kita, rumah dibenerin gitu”54
Ibu N menjelaskan bahwa perubahan terasa dari segi kenyamanan
daripada sebelum rumah Ibu N diperbaiki. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Ibu P, ia mengungkapkan alasannya yaitu:
“Beda, ya mendingan, kan dulu mah rombeng gitu,sekarang kan bagus”
b. Satu Bulan Pra Program
Satu bulan pra program, beberapa penerima manfaat melakukan
penambahan karena merasa tidak nyaman dengan keadaan yang telah
dirasakan selama satu bulan, salah satunya yaitu Ibu N, beliau
mengungkapkan bahwa:
54 Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program, 11 Desember 2013.Pukul 10.30. Bertempat di Kediaman Ibu N
84
“ee...belom ditambah-tambah, sama, belom diapa-apain, adasebulan, ditambahin dapur, soalnya sempit di dalem mah,bahannya mah baru, paling genteng doang yang lama”55.
Beliau mengungkapkan bahwa ia dan suaminya menambahkan
dapur pada bagian sisi kanan rumahnya dikerenakan dapur yang
terdapat di dalam rumahnya terlalu kecil, sehingga ia merasa perlu
membangun dapur tambahan.
Dari penerima manfaat lain, peneliti menemukan adanyan
perubahan yang dirasakan. Hal ini dipertegas oleh salah satu penerima
manfaat yaitu Bpk. NI, ia menjelaskan bahwa:
“Gak ada bedanya, sama aja, udah sebulan juga, sama aja,gak ada apa-apa, palingan itu aja keramik nambahin sendiriitu juga”56
Ia menjelaskan bahwa setelah satu bulan pra program, ia
menambahkan keramik pada bagian rumahnya agar merasa lebih
nyaman.
c. Satu Tahun Pra Program
Satu tahun pra program, penerima manfaat tidak merasakan ada
perubahan tertentu, salah satu penerima manfaat menjelasakan bahwa
keadaan yang dirasakan sama dengan keadaan setelah rumah
diperbaikin pada saat program setelah dilakukan. Ibu N
mengungkapkan bahwa:
“Gak ada, masih sama aja, gak ada yang ditambah atoberkurang”57
55 Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program, 11 Desember 2013.Pukul 10.30. Bertempat di Kediaman Ibu N
56 Wawancara pribadi dengan Bapak NI. Penerima Manfaat Program, 11 Desember 2013.Pukul 11.00.Bertempat di Kediaman Bapak NI.
57 Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program, 11 Desember 2013.Pukul 10.30. Bertempat di Kediaman Ibu N
85
Penerima manfaat lain juga mengungkapkan hal serupa, yaitu Ibu
P, ia berpendapat bahwa:
”hm...ya gak ada sih, klo udah setaun mah sama aja, papanmasih kena rayap, cat kan digantinya abis satu bulan itu”58
Ibu P mengungkapkan bahwa dalam setahun belakangan, kondisi
kekurangan yang dialami oleh beliau.
58 Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program, 11 September 2013.Pukul 11.30.Bertempat di Kediaman Ibu P.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gambaran Program Bantuan Rumah
Dinas Tatan Kota Bangunan dan Pemukiman Kota Tangsel telah
melaksanakan program bantuan rumah untuk keluarga berumah tidak
layak huni yang berlokasi di Kampung Pondok Sentul Kelurahan
Ciater Tangerang Selatan. Penerima manfaat dari program ini
berjumlah 20 keluarga, sasaran dari program ini adalah mereka yang
tergolong kedalam PMKS. Program merupakan usulan dari hasil
pendataan kelurahan dan diusulkan melalui P2WKSS, hal ini
dikarenakan tempat pelaksanaan program merupakan wilayah binaan
P2WKSS. Penanggung jawab pelaksanaan dari program ada P2WKSS
dan sebagai pelaksana teknis adalah Dinas Tata Kota Tangsel. Dengan
Total dana Rp. 40.000.000 maka rumah layak huni telah selesai dalam
kurun waktu antara bulan Oktober sampai dengan pertengahan
Desember.
2. Dampak Program Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah
Tidak Layak Huni
Program Bantuan Rumah untuk Keluarga Berumah Tidak Layak
Huni menimbulkan dampak yang baik bagi para penerima manfaat
program. Dari hasil analisa perubahan baik dari segi fisik bangunan
dan penerima manfaat rasakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,
87
progam ini sangat baik untuk dilanjutkan dalam rangka memperbaiki
tingkat kelayakan hunian untuk masyarakat yang tinggal di rumah
tidak layak huni. Perubahan kondisi fisik bangunan yang dapat
dikatakan sudah cukup sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
oleh pemerintah yang tertera dalam Undang-Undang. Seperti kriteria
kekuatan fisik bangunan baik dari pondasi bawah bangunan, tengah
bangunan dan bagian atas bangunan serta pemenuhan kriteria rumah
sehat. Namun terdapat kekurangan di bagian dalam bangunan seperti
pembatas kamar yang hanya menggunakan triplek yang dapat
mempengaruhi keselamatan bagunan tengah dan atas, fasilitas akses air
yang belum maksimal karena warga harus menggunakan alat selang
untuk dapat mengalirkan air kedalam MCKnya, dan tidak adanya
keran air di dalam MCK tersebut. Bukan hanya dari segi fisik
bangunan, kriteria lain yang peneliti kaitkan adalah mengenai kriteria
rumah sehat. Kriteria rumah sehat untuk rumah sederhana sudah cukup
terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari segi fasilitas pencahayaan berupa
kaca yang berada pada setiap ruangan. Kemudian kriteria rumah sehat
lainnya yaitu ventilasi udara yang ada di bagian atas bangunan sudah
cukup tersedia serta ketersediaan MCK di dalam rumah. Dampak lain
yaitu peningkatan kualitas spiritual, seperti ketenangan dalam
beribadah, meningkatnya kualitas kesehatan seperti berkurangnya
penyakit diare dan peningkatan status sosial penerima manfaat.
88
B. Saran
1. Pelaksana Program
Untuk perbaikan pelaksanaan Program Bantuan Rumah untuk
Keluarga Berumah Tidak Layak Huni dan dalam rangka keberlanjutan
program ini, maka peneliti merasa sangat perlu untuk memberikan
saran terhadap pelaksanaan program serupa dimasa yang akan datang
yaitu:
a. Terkait dengan transparansi dan akuntabilitas program, peneliti
menyarankan agar pelaksana program dapat memberikan akses
sebagian besari nformasi kepada khalayak baik melalui internet,
koran maupun berupa pertanyaan secara langsung kepada
pelaksana program sebagai bentuk transparansi.
b. Terkait dengan kondisi fisik bangunan, agar pelaksana program
melakukan pemantauan secara langsung terhadap hasil/produk dari
program ini.
c. Melakukan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan dari
produk itus sendiri sehingga dapat meminimalisir kekurangan yang
ada.
d. Mengevaluasi produk setelah selesainya dilakukan progam-
program serupa.
e. Berkoordinasi dengan pejabat setempat dari tingkat RT, RW dan
seterusnya dalam rangka kejelasan serta perincian program.
89
2. Penerima Manfaat
Dengan telah selesainya perbaikan rumah terhadap para penerima
manfaat, maka peneliti menyarankan agar:
a. Penerima manfaat merawat secara baik dan bertanggung jawab atas
huniannya tersendiri.
b. Melaporkan kepada dinas setempat jika menemukan adanya
kekurangan terhadap program yang telah mereka terima.
90
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi, Isbandi rukminto.2003.Pembedayaan, Pengembangan Masyarakat DanIntervensi (Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis) edisi revisi2003 seri pemberdayaan masyarakat 03. Jakarta:Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.
Ahmad Sofyan dkk.2006. Evaluasi Pembelajaran IPA BerbasisKompetensi.Ciputat:Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN JakartaPress.
Arikunto, Suharsimi.2008.Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta:PT BumiAksara.
Arikunto, Suharsimi.2010..Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis PraktisBagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta:PT BumiAksara.
Arikunto, Suharsimi.1998.Penilaian Program Pendidikan Cet-1.Jakarta:BumiAksara.
AwangAfri, San dkk.2008.Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat DesaHutan (LMDH).Jakarta:Harapan Prima.
Direktorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial.2006.Buklet PenyandangMasalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2006.Jakarta:CV. Pertratama Persada.
Emzir.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data cet 3.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Frick, Heinz dan Hesti Mulyani, Tri.2006.Arsitektur Ekologis : Konsep ArsitekturEkologis di Iklim Tropis, Penghijauan Kota dan Kota Ekologis, serta EnergiTerbarukan.Yogyakarta:Kanisius.
Gunawan, Rudy. 2009.Rencana Rumah Sehat.Yogyakarta: Kanisius.
H. Djalidan Dr. Pudji Mulyono.2007.Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.Jakarta:Grasindo.
H. D. Sudjana.2000.Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan LuarSekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Bandung: FalahProduction.
91
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia.1997.Kamus Tata Ruang.Jakarta:DirektoratJendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Imam Suprayogodan Tobroni.2003.Metodologi Penelitian Sosial-Agama Cet ke-2.Bandung:Remaja Rosda Karya.
Kasiram, Moh.2010.Metodologi Penelitian Kuantitatif – Kualitatif.Yogyakarta:SUKSES Offset.
Komarudindan Satmoko.2009.Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Vol5.Jakarta:Pusat Pengkajian Teknologi Lingkungan.
Louis E. Boone dan David L. Kurtz.2007.Pengantar Bisnis :Kontemporer.Jakarta:Salemba Empat.
Marie tetty Nuryetty dkk.2011.Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Indonesia2011.Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejaheteraan Sosial bekerjasamadengan Badan Pusat Statistik.
Mubarak , Wahid Iqbal dkk.2009.Ilmu Kesehatan Masyarakat :Teori danAplikasi.Jakarta: SalembaMedika.
Mulyana, Deddy.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru IlmuKomunikasi dan Ilmu Sosial LainnyaCet. Ke 4 .Bandung:Pt. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru IlmuKomunikasi dan Ilmu SosialLainnya Cet. ke 5.Bandung:Pt. Remaja Rosdakarya.
Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan Edisi ke2.Jakarta: Salemba Medika.
Raco, J.R.2006.Metode Penelitian Kualitatif :Jenis, Karakteristik danKeunggulannya.Jakarta: Grasindo.
Sarwono, Jonathan.2010.Pintar Menulis Karya Ilmiah – Kunci Sukses dalam MenulisIlmiah.Yogyakarta:Cv.Andi Offset.
Sherraden, Michael.2006.Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru UsahaPengentasan Kemiskinan.Jakarta:Rawali Pers.
92
Sopyan, Yayan dkk.2012.Laporan Penelitian Intitusional Mapping Sosial Desa MitraSejahtera Kota Tangerang Selatan.Jakarta:Lembaga Penelitian UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah.
Subanam, H.M.2005.Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:Cv. Pustaka Karya.
Tim Penyusun.1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua cet ke-4.Jakarta:Balai Pustaka.
Thoha, M. Chabib.1996.Teknik Evaluasi Pendidikan. Ed-1.(Jakarta: PT Raja grafindoPersada.
Umar, Husen.2002.Evaluasi Kinerja Perusahaan.Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.
Waluya, Bagja.2007. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial diMasyarakat.Bandung:PT Setia Purna Inves.
Wirawan.2011.Evaluasi : Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.Jakarta:PTRaja grafindo Persada.
Yusuf Taybanapis, Farida.2008.Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untukProgram Pendidikan dan Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.
____.2008.Design Consideration for Evaluating the Impact of Pepfear.WashingtonDC:The National Academy Press.
PERATURAN NEGARA
UU Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman
Inpres Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimum BidangPerumahan Rakyat
INTERNET
jakarta.tribunnews.com/2012/09/23/kemenpera-akan-renovasi-500-ribu-rumah-tak-layak-huni (Diakses pada 09 November 2012, pukul 00:54)
http://unik.kompasiana.com/2012/02/28/45-anggota-dprd-kota-tangsel-belum-membayar-zakat-438995.html (diakses pada 17 Oktober 2013, pukul 19:44 WIB)
93
http://www.p2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/a/2/e/%283%29/Modul-Transparansi-Akuntabilitas.pdf (diakses pada 1 Oktober 2013, pukul 09:25 WIB)
http://www.kemsos.go.id/unduh/Panduan%20Pendataan%20PMKS.pdf(Diakses pada21 Desember 2012, pukul 1:37 WIB)
www.penataanruang.net/taru/hukum/UU_4_1992.pdf (Diakses pada 21 Desember2012, pukul 03:18 WIB)
WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Bpk. MYT.Pelaksana program
Wawancara pribadi dengan Ibu P. Penerima Manfaat Program
Wawancara pribadi dengan IbuM. Penerima Manfaat Program
Wawancara pribadi dengan Bapak NI.Penerima Manfaat Program
Wawancara pribadi dengan Ibu N. Penerima Manfaat Program
Wawancara pribadi dengan Bapak J.Tetangga Penerima Manfaat Program
Wawancara pribadi dengan Ibu MT.Tetangga Penerima Manfaat Program
OBSERVASI
Observasi pada tanggal 10 September 2013 di kediaman Ibu M
Observasi pada tanggal 10 September 2013 di kediaman Ibu P
Observasi pada tanggal 11 September 2013 di kediaman Bpk NI
Observasi pada tanggal 11 September 2013 di kediaman Ibu N
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANA PROGRAM
ProfilInforman
1. Nama :
2. Nama inisial :
3. Jenis kelamin :
4. Usia :
5. Jabatan :
6. Tanggal wawancara :
Pertanyaan terkait program yang dilakukan
Pertanyaan terkait Tranparansi
7. Apa nama program yang sudah dilaksanakan?
8. Apa nama kegiatan yang dilaksanakan?
9. Apa jenis pekerjaan yang dilakukan?
10. Dimana lokasi program dilaksanakan?
11. Berasal darimanakah sumber dana program tersebut?
12. Berapa anggaran yang disiapkan?
13. Dari anggaran tahun berapakah dana program berasal?
14. Berapa lama jangkawaktu pelaksanaan program?
15. Kapankah program ini mulai dikerjakan?
16. Kapankah program ini selesai dilaksanakan?
17. Siapakah pelaksana program ini?
18. Siapa penanggungjawab program ini?
19. Siapakah pengawas program ini?
Pertanyaan terkait Akuntabilitas
20. Apa yang menjadi dasar/alasan dilakukannya program ini?
21. Apa tujuan dilakukannya program ini?
22. Apakah tujuan program sudah tercapai?
23. Apakah pengerjaan program ini susai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan?
24. Kendala apa saja yang dialami?
25. Apakah program ini telah merubah kondisi masyarakat?
26. Apakah program ini memberikan dampak pada masyarakat/penerima
manfaat?
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama :
2. Nama Inisial :
3. Usia :
4. Jenis kelamin :
5. Status :
6. Suku :
7. Agama :
8. Pekerjaan :
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
10. Tempat wawancara :
11. Tanggal wawancara :
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
13. Pendapatan :
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
18. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
19. Bagaimana luas rumah sebelum diperbaiki?
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
24. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
28. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
29. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
30. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
31. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
32. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
34. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
35. Bagaimana perasaan anda setelah rumah diperbaiki?
36. Menurut anda, adakah kekurangan dari program ini?
37. Bagaimana dampak yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya program ini?
38. Bagaimana keadaan satu hari setelah program dilakukan?
39. Bagaimana keadaan satu bulan setelah program dilakukan?
40. Bagaimana keadaan satu tahun setelah program dilakukan?
PEDOMAN WAWANCARA TETANGGA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Tangga lwawancara :
Pertanyaan terkait dengan dampak sosial dari penerima manfaat
5. Bagaimana keseharian penerima manfaat sebelum rumahnya diperbaiki?
6. Bagaimana keadaan rumah peneriman manfaat sebelum diperbaiki?
7. Bagaimana keseharian penerima manfaat setelah rumanhya diperbaiki?
8. Bagaimana keadaan rumah penerima manfaat setelah diperbaiki?
9. Bagaimana pendapat anda mengenai program bantuan rumah ini?
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANA PROGRAM
Profil Informan
27.Nama :Maryoto, ST
28.Inisial :MYT
29.Jenis kelamin :Laki-laki
30.Usia : 38
31.Jabatan :Staf Seksi Penyehatan Lingkungan
Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman
32.Tanggal wawancara :16-10-2013
Pertanyaan terkait program bedah rumah di Ciater yang dilakukan
Pertanyaan Transparansi
1.Apa nama program yang sudah dilaksanakan?
Jawab : Pengembangan Perumahan
2.Apa nama kegiatan yang dilaksanakan?
Jawab : Peningkatan Kualitas Pelayanan, Sarana dan Prasaranarehabilitasi Kesejahteraan social bagi PMKS
3.Apa jenis pekerjaan yang dilakukan?
Jawab : Rehabilitasi rumah sederhana sehat
4.Dimana lokasi program dilaksanakan?
Jawab : Kelurahan Ciater dan Kelurahan Lengkong Gudang Timur
5.Berasal darimanakah sumber dana program tersebut?
Jawab : Dana dari APBD Kota Tangsel
6.Berapa anggaran yang disiapkan?
Jawab : Pagu anggaran Rp. 40.000.000,-/unit
7.Dari anggaran tahun berapakah dana program berasal?
Jawab : berasal dari anggaran tahun 2012
8.Berapa lama jangka waktu pelaksanaan program?
Jawab : Waktu pelaksanaan antara 30 – 45 hari kalender
9.Kapankah program ini mulai dikerjakan?
Jawab : mulai dikerjakan dari bulan oktober 2012
10.Kapankah program ini selesai dilaksanakan?
Jawab : Program ini selesai pada pertengahan bulan desember 2012
11.Siapakah pelaksana program ini?
Jawab : Karena Pagu anggaran dibawah Rp. 2.000.000.000,- makauntuk pelaksanaan pekerjaan dengan cara penunjukan langsung
12.Siapa penanggung jawab program ini?
Jawab : Penanggung jawab program adalah P2WKSS
13. Siapakah pengawas program ini?
Jawab : Pengawasan melibatkan pengawas intern dinas (Kelurahan)
13.Media apa saja yang menjadi alat penyebar informasi
Jawab : Media informasi usulan dari Program P2WKSS
14.Apa yang menjadi dasar/alasan dilakukannya program ini?
Jawab : Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat penyandangPMKS
15.Bagaimana proses atau tahapan-tahapann pelaksanaan program ini?
Jawab : Proses/tahapan pelaksanaan adalah berdasarkan usulandari P2WKSS dan dinas tata kota hanya sebagai dinas untukpelaksana.
Pertanyaan Akuntabilitas
16.Apa tujuan dilakukannya program ini?
Jawab : Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana rumahsederhana sehat
17.Apakah tujuan program sudah tercapai?
Jawab : Kalau membicarakan tercapai/belum masih banyakmasyarakat penyandang PMKS di tangsel yang masih membutuhkanatas program ini
18.Apa saja yang menjadi kriteria penerima manfaat?
Jawab : Kriteria penerima manfaat keluarga penyandang PMKSyang direkomendasikan oleh pihak kelurahan/P2WKSS
19.Siapa saja yang menjadi sasaran program ini?
Jawab : Sasaran Program adalah masyarakat PMKS
20.Apakah pengerjaan program ini sesuai dengan jangka waktu yangtelah ditentukan?
Jawab : Kalau untuk anggaran tahun 2012 program ini sesuaidengan usulan
21.Bagaimana proses penggunaan dananya?
Jawab : penggunaan dana secara penunjukan langsung/kontrakkerja dengan dana dan waktu yang telah disepakati
22.Kendala apa saja yang dialami?
Jawab : Kendala yang dialami adalah masalah cuaca
23.Apakah program ini telah merubah kondisi masyarakat?
Jawab : Insya Allah dapat meringankan beban dari masyarakat
24.Apa yang menjadi harapan pelaksana program dengandilakukankanya program ini?
Jawab : diharapkan masyarakat dapat memelihara danmenggunakan seperti membangunan sendiri serta meningkatankualitas kesejahteraan sosial
25.Apakah dampak yang muncul dari adanya program ini?
Jawab : Dampak program adalah meningkatkan sarana prasaranayang awalnya kurang sehat ditingkatkan menjadi sarana prasanalebih sehat
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
ProfilInforman
1. Nama :Minah
2. Nama Inisial :M
3. Usia :50
4. Jenis kelamin :Wanita
5. Status :Menikah
6. Suku :Betawi
7. Agama :Islam
8. Pekerjaan :Buruh/Kuli pacul/Penjual Tape
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
1 2
10. Tempat wawancara :Kediaman Ibu Minah
11. Tanggal wawancara :10-09-2013
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
Tidaktamat
13. Pendapatan :Rp 80.000
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Keadaan sebenernya jelek, rombeng, dari kayu
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya lantainya sama gak ada apa-apa Tanah juga
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab:Engga ada sama sekali, bilik semua
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab:Engga ada, iya gelap, saya mah gak punya lampu
18. Bagaimana keadaan luas rumah untuk seluruh penghuni rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab:Cuma 3 kama raja
19. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya Engga ada isinya, Engga ada isinya sama sekali
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Pagar bilik, ada depan doang, bata depan doang
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab:Diempang (tertawa) di kebon, kakus
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab:Pake sumur
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Jawab:tidak
24. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Tembok iya, Alhamdulillah diperbaiki ma orang tangse lini
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Ya gini aja, (plester)
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
Jawab:ada
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
Jawab:Iya terang, klo malem suka mati lampunya
28. Bagaimana keadaan luas rumah untuk seluruh penghuni rumah setelah
diperbaiki?
Jawab:Kalo sekaran lebih kecil
29. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab:Iyak lebih kecil
30. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Yang diluar tembok, yang dalemnya triplek, engga tembok semua
31. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab:WC sekarang mah ada di dalem, iya pake selang gitu, nyolok juga ma
ada
32. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Jawab:Airnya bersih, Cuma masih nyelang aja ini
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab:Ya lancar, iya iya yang dulu mah klo saya mah yang namanya angin
ato apa takut kerubuhan rumah
34. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
Jawab:Iyak Alhamdulillah, sehatan mah, biar lancar saya mah
35. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
Jawab:Usaha sekarang mah gini-gini juga (tidak ada perubahan, tergantung
ada permintaan)klo kerja saya mah kan tergantung ada yang nyuruh ato
engga, klo ada yang minta ya kerja, klo engga ya ga ada kerjaan
36. Bagaimana perasaan anda setelah rumah diperbaiki?
Jawab:Ya seneng banget dah, ya namanya jelek dah ya sekarang geh
permanen. Ya girangb ener, rumah didandanin
37. Menurut anda, adakah kekurangan dari program ini?
Jawab:iya, Cuma plester aja ini, gak di apa-apain. Rumah yang dulu lebih
luas (saat ini lebih kecil)
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama :Naimah
2. Nama Inisial :N
3. Usia :65
4. Jenis kelamin :wanita
5. Status :Menikah
6. Suku :Betawi
7. Agama :Islam
8. Pekerjaan :Tani
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
1 1 1
10. Tempat wawancara :Kediaman Ibu Sarin
11. Tanggal wawancara :11-09-2013
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
Tidak tamat
13. Pendapatan :
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya gubug gitu
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Tanah
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya cukup sih, ya adem, kan dasarnya tanah
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab:Ya banyak, kan pager, ya terang, ya dari bambu
18. Bagaimana keadaan luas rumah untuk seluruh penghuni rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab:Ya lebih luas
19. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya dulu kan kamernya 3 sekarang Cuma 2, klo dulu lebih besar, ya
lebih luaslah
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Iya dindingnya dari bambu
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab:Diempang
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab:YaIbumahkloaeryanimbaduludarisumur, sumurnyakandiluar, Ibu kudu
bawa ember dulu, di tumpahingitukedalem, bakmahada, Cumakanklomalem-
malemjugaIbutakut
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?\
Jawab:Oh, engga, engga rame
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
24. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
Jawab;tembok
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Plesteran doang iyak
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
Jawab:iya ada
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
Jawab:terang
28. Bagaimana keadaan luas rumah untuk seluruh penghuni rumah setelah
diperbaiki?
Jawab:Lebih kecil, klo dulu kan luasan
29. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab:Kamarnya dua
30. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Dinding tembok semua dalemnya enggak, kecualim dapur
31. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab:Wcnya ibu mah masih di empang aja, ada sih wcnya Cuma aernya gak
ada, kan gak ada sumurnya, sumur disana (menunjuk ke samping kiri rumah),
jadinya ibu males ngangkutin, cape, iya gak ada jalan aer, terus sumurnya
gak ada, gak dibikinin
32. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Jawab:Aer….bersih aer mah
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab:Ya gitu gitu aja sama, bersyukur, rumah dibenerin..enakan
34. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
Jawab:Ya biasa kesehatan mah
35. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
Jawab:Ya keuangan dari dulu ampe sekarang juga gini-gini juga, engga ada
perobahan, ga ada usaha, Cuma macul aja, hasilnya 2-3 bulan, hasilnya gak
pasti gituh
36. Bagaimana perasaan anda setelah rumah diperbaiki?
Jawab:Ya biasa aja sih ibu mah, dari dulu juga
37. Menurut anda, adakah kekurangan dari program ini?
Jawab:Ya banyaklah yang kurang mah (tertawa) dapur kecil, ya pengen sih
diubin, depannya panas bener, dulu adem, klo bisa mah bikin depan (pasang
ubin), gak bisa didudukin klo panas gini.
38. Bagaimana keadaan seminggu setelah diperbaiki?
Jawab : Ada perobahan mah yang pasti, ya begini, tadinya mah kan rumah
jelek, sekarang mah namanya ya alhamdulillah, bersyukur kita, rumah
dibenerin gitu
39. Bagaimana keadaan sebulan setelah diperbaiki?
Jawab : ee...belom ditambah-tambah, sama, belom diapa-apain, ada sebulan,
ditambahin dapur, soalnya sempit di dalem mah, bahannya mah baru, paling
genteng doang yang lama.
40. Bagaimana keadaan setelah setahun diperbaiki?
Jawab : Gak ada, masih sama aja, gak ada yang ditambah ato berkurang
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
ProfilInforman
1. Nama :Prihati
2. Nama Inisial :P
3. Usia :28
4. Jenis kelamin :Perempuan
5. Status :Ibu rumah tangga
6. Suku :Betawi
7. Agama :Islam
8. Pekerjaan :Buruh cuci
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
1 3
10. Tempat wawancara :Kediaman Ibu Prihati
11. Tanggal wawancara :11-09-2013
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
Tidak tamat SD
13. Pendapatan :Rp. 500.000
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:lebih luas, tapi biliknya copot, dari bambu
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Lantai dari tanah
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab:Engga ada
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab:Terang, He eh, soalnya bilik
18. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Jawab:Keadaan kamarya gitu, Ada 2, Cuma dipetak-petak doang
19. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Dari bilik
20. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab:Di ini, kakus, jadi bikin lobang, ya gitu, kaya sumur
21. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab:Ada, Cuma nimba
22. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Jawab:engga
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
23. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Alhamdulillah sekarang mah nyaman
24. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Ya diplester aja
25. Bagaimana keadaan ventilasi setela diperbaiki?
Jawab:enak, adem, ada hawa gitu
26. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
Jawab:He eh, terang
27. Bagaimanakeadaanluasrumahuntukseluruhpenghunirumahsetelahdiperbaiki?
Jawab:Ya pas lah, ya yang sebelumnyamahlebihluas
28. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab:Kecil, 2 juga, sebelumnya lebar, Cuma gak ada apa2 aja bili doang
29. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Lebih baik,tapim dalemnya triplek
30. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab:WC-nya ya enakan, Cuma masih nyelang, dari rumah tetangga
31. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Jawab:Bersih
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
32. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab:Mending sekarang, ya lebih giat aja
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
Jawab:Lebih baik, ya jarang sakit, biasanya sering diare
34. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
Jawab:Sekarang lagi sulit, masih mending dulu
35. Bagaimana perasaan anda setelah rumah diperbaiki?
Jawab:Seneng (tertawa)
36. Menurut anda, adakah kekurangan dari program ini?
Jawab:Ini, bawah pengenny diubin, kan makin enak, tripleknya tu udah
dimakan rayap semua
37. Bagaimana keadaan setelah satu minggu diperbaiki?
Jawab : Beda, ya mendingan, kan dulu mah rombeng gitu, sekarang kan
bagus
38. Bagaimana keadaan rumah setelah satu bulan diperbaiki?
Jawab : Yang sekarang ya, apah, ini, paling ganti cat, cat ganti, udah lama,
lebih dari sebulan, ini udah dua kali ganti, tu dari putih, ungu, ke ijo, itu yang
dirayapin dapet sebulan, abis dibenerin
39. Bagaimana keadaan rumah setelah satu tahun diperbaiki?
Jawab : hm...ya gak ada sih, klo udah setaun mah sama aja, papan masih
kena rayap, cat kan digantinya abis satu bulan itu
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama :Niman
2. Nama Inisial :NI
3. Usia :51
4. Jenis kelamin :Laki-laki
5. Status :Kepala Rumah Tangga
6. Suku :Betawi
7. Agama :Islam
8. Pekerjaan :Buruh
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
1 3
10. Tempat wawancara :Kediaman Pak Niman
11. Tanggal wawancara :10-09-2013
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
Tidak tamat
13. Pendapatan :Rp 0 – 30.000
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya emang begini, gini-gini juga, Cuma ditambah tiga bata aja
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Emang begitu adanya, plesteran
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab:Apa adanya (ada ventilasi)
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab:Terang ya terang gitulah,pelaponnya jug abilik
18. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Jawab:Ada 3
19. Bagaimana luas rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Sama, tidak ada yang berubah, Cuma ditambah 3 bata, emang tadinya
agak pendek. Emang saya yang minta, pak, klo saya mah jangan diapa-apain
lagi rumahnya, minta ditambahin aja ke atas, sama ganti kusennya aja.
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab:Ada triplek tapi udah embak-embakan gitu (goyang-goyang), ada
tembok juga, Cuma ditambah keatasnya
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab:WC sebelumnya dibenerin waktu dulu saya bikinnya ya empanglah,
asal spitenk 3 meter dalemnya langsung dicor, dirapihkan.
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab:Aer bersih
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Jawab:engga
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
24. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Sama ama yang dulu-dulu, paling kusen aja yang ditambah nih, kusen
diganti
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Lantainya plester juga, malah ini ada hasil anak kuli dari BSD “pak
sayang-sayang ni ubin” bilang ya pasangin, yaitu Cuma templok-templokin
aja, ya dalemnya mah gitu, plesteran
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
Jawab:Ada, sama aja, ama dulu tetep enak
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
Jawab:Terang, malah lebih cakep, lebih terang
28. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab:Kamar sama, engga dirobah, tetep 3
29. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab:Tembok
30. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab:Udah punya sendiri, pokoknya dari bedah rumah semua
31. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Jawab:Aernya bersih, saya mah sumurnya juga sumur gali pa, yah, aer
tanah, dulu ngerek aja, ada temen jual mesin aer tiga bulan, saya bayarin
150rebu
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
32. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab:Yak Alhamdulillah saya jadi tenang, 5 waktu ikut2, dulu gak khusyu,
karna situasi rumah, genteng bolong, tapi sekarang Alhamdulillah, saya
bener2 bersyukur
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
Jawab:Ngerasa enakan
34. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
Jawab:Engga ada, karena klo masalah ekonomi mah kemauan kita pak.
35. Bagaimana perasaan anda setelah rumah diperbaiki?
Jawab:Alhamdulillah saya bener-bener bersyukur pak
36. Menuruta nda, adakah kekurangan dari program ini?
Jawab:Engga, klo menurut saya engga, gak ada kekurangan apapun, semua
cakep bagus, gak ada kekurangannya
37. Bagaimana dampak yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya program ini?
Jawab:Sekarang setelah adanya program bedah ruma hini, saya bener pa,
bersyukur pa, Alhamdulillah, ama adanya siapa itu, ibu ashari apa ibu airin
itu?, itu malah saya saya bersyukur ama adanya dia itu, ya pokonya selain
dari dia itu saya bedoa supaya beliau selalu sehat murah rezeki kerjaan
selalu lancar sukses selalu, nah saya bersyukur keadaannya kaya gini
38. Bagaimana keadaan setelah satu minggu diperbaiki?
Jawab : m...ya sama aja sih, ya palingan itu yang benerinnya aja, kaya
39. Bagaimana keadaan rumah setelah satu bulan diperbaiki?
Jawab : Gak ada bedanya, sama aja, udah sebulan juga, sama aja, gak ada
apa-apa, palingan itu aja keramik nambahin sendiri itu juga
40. Bagaimana keadaan rumah setelah satu tahun diperbaiki?
Jawab : Ya sama aja pak, kaga ada yang ditambah ato dikurangin gitu
PEDOMAN WAWANCARA TETANGGA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama : Muti
2. Inisial : MT
3. Usia : 50 tahun
4. Jenis kelamin : Wanita
5. Tanggal wawancara : 02 – 10 - 2013
Pertanyaan terkait dengan dampak social dari penerima manfaat
6. Bagaimana keseharian penerima manfaat sebelum rumahnya diperbaiki?
Jawab:Ya begitu dah, ya kenal baik, rajin dia mah orangnya, terampil
apa-apa juga. bae
7. Bagaimana keadaan rumah peneriman manfaat sebelum diperbaiki?
Jawab:Ya begitu, ya ngenes, ya rumah kusut, dari pager, he eh(bilik),
engga ada apa-apa, paling juga bale gitu, gak ada lemari. Dia mah engga
ada apa-apanya.
8. Bagaimana keseharian penerima manfaat setelah rumanhya diperbaiki?
Jawab:Ya masih gitu aja, meneng bae
9. Bagaimana keadaan rumah penerima manfaat setelah diperbaiki?
Jawab:Ya bagus, orang mah punya rumah gubug sekarang mah punya
rumah gedong
10. Bagaimana pendapat anda mengenai program bantuan rumah ini?
Jawab:Ya bagus itu. Bersukur banget, aer punya, segala apa punya dia
mah sekarang
PEDOMAN WAWANCARA TETANGGA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama : Jalal
2. Inisial : J
3. Usia : 65 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Tanggal wawancara : 02 – 10 - 2013
Pertanyaan terkait dengan dampak social dari penerima manfaat
6. Bagaimana keseharian penerima manfaat sebelum rumahnya diperbaiki?
Jawab:baik
7. Bagaimana keadaan rumah peneriman manfaat sebelum diperbaiki?
Jawab:Doyong, bilik, tiang kayu
8. Bagaimana keseharian penerima manfaat setelah rumanhya diperbaiki?
Jawab:Gak ada sih, biasa aja, sikap sih bagus, gak ada egoisme, seperti
punya rasa “aku rumah udah bagus”, gak ada kaya gitu, masih baik, gak
ada perbedaan.
9. Bagaimana keadaan rumah penerima manfaat setelah diperbaiki?
Jawab:Bagus
10. Bagaimana pendapat anda mengenai program bantuan rumah ini?
Jawab:Bagus pak, artinya ada pemerintah yang seperti memperhatikan
rumah-rumah yang tidak layak, bagus dong, selama saya ditangsel,
banyak perumahan. Setelah jadi tangsel tanah jadi, karna perkembangan
tangselnya bagus
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama : sarin
2. Nama Inisial : SR
3. Usia : 62
4. Jenis kelamin :laki-laki
5. Status : suami/menikah
6. Suku : betawi
7. Agama :islma
8. Pekerjaan :buruh/kuli tani
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
1 1 1
10. Tempat wawancara : kebun
11. Tanggal wawancara :
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
- - - -
13. Pendapatan :Rp. 200.000/2-3 bulan (bagi hasil)
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : ya rombeng gitu, pager pager bambu, klo panas ya panas gitu, klo
hujan ya basah gitu, becek, ke dalem engga ampe pintu doang
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : pluran
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab : Ada, anu, lobang angin, ada, belah kulon (barat) satu, wetan (wetan)
satu, di atas satu
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab : ada, kan dari pager gitu, terang mah ada
18. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Kamernya sebelumnya yang bedah dua, 2,5 meter ato 3 meter ya ruangannya
19. Bagaimana luas rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : Ya dulu mah, nyamping ada 8 meter, depan belakang 7 meter
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : Dinding rusak, pager
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab : Di empang, sebelah kulon (barat)
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab : Bersih aernya, bening, aernya dari sumur, ya jauh juga
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Jawab : Engga sih
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
24. Bagaimana keadaan rumah setelahdiperbaiki?
Jawab : Mendingan, ya rapet gitu, dulu mah kan pager
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Pluran iyak
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
Jawab : Lebih kecil, tapi ya enak
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
Jawab : ya ada, dari jendela mah, belah kaler mah (selatan) depan rumah
kan jendela itu
28. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab : Lebih kecil, dulu mah besar, pake spring bed juga gak muat, dulu
dibawain anak
29. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Anu, euu... tembok, ya batu, kamar anu, pake triplek
30. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab : Ada, wc, ya bersih, dikosrekin bae gitu, dibersihin
31. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Jawab : Belon, ngambil, nenteng ke rumah
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
32. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab : Ya alhamdulillah, ya namanya kita dibantu dari pemerintah
bersyukur alhamdulillah
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatananda?
Jawab : Sama aja, masih sakit, kaki, namanya udah tua, namanya juga orang
nyangkul
34. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
Jawab : Ya gitu, kan 2-3bulan sekali, ya lama hasilnya
35. Apakah bapak ibu/puas dengan program ini?
Jawab : Hasil, ada itu aja, ubin kurang, klo ada ubin kan tinggal bersihin
PEDOMAN WAWANCARAPENERIMA MANFAAT
Profil Informan
1. Nama :Alin
2. Nama Inisial :AL
3. Usia :30
4. Jenis kelamin :perempuan
5. Status :anak
6. Suku :Betawi
7. Agama :Islam
8. Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
1 1 2
10. Tempat wawancara : kediaman Bpk. NI
11. Tanggal wawancara :11-12-2013
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
- Kelas 5 - -
13. Pendapatan :-
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab :Ya sama aja, yang dulu ma yang sekarang, paling ditambah 3 bata
keatas, gak diapa-apain emang mintanya kayak gitu
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab :Di plur juga, sama ama sekarang
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab :mm..ada, kan sama ama yang dulu, itu diatas pintu depan, angin mah
masuk
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab :Terang, klo dibuka hordengnya mah
18. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Jawab :Kamer ya tiga, saya ama anak saya, buat emak bapak ada lagi laen
19. Bagaimana luas rumah sebelum diperbaiki?
Jawab :Luasnya ya sama, pokoknya mah semua sama, paling atasnya doang
yang ditambah
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab :Rumah ya gini dah, tembok gitu
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab :Dulu sih Cuma sumur aja gitu, klo buang aer yak ke empang gitu
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab :Aer ya dulu juga dari sumur, ampe yang sekarang juga masih dari
sumur
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Jawab :Engga sini mah, biasa bae, diem gitu.
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
24. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Ya dulu mah ya gak ada yang berubah sih, Cuma ini doang nambah
ke atas
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Emang gini aja, semua sama, plur
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
Jawab : Ya ada, di atas pintu gitu, kan sama ama yang dulu
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isir umah setelah
diperbaiki?
Jawab : Terang, ya sama aja, klo dibuka gitu jendela, pintu, paling samping
aja itu, panan ada yang ngebangun, jadi kamer kudu nyala lampunya
28. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab : eeuu...sama sih, dua kamar, iya 3 meter gitu, saya sama anak saya
gitu
29. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Ya sama aja ama yang dulu, tembok, Cuma ya tadi ditambah 3 bata
ke atas aja, emang mintanya gitu sih, gak diapa-apain lagi
30. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab : Ya paling WC aja yang ditambahin iya
31. Bagaimana akses air bersih setelah diperbaiki?
Jawab : Aer dari sumur, yang sekarang ada WC nya itu, aernya mah bersih
buat apa-apa juga
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
32. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab : Ya Alhamdulillah gitu, namanya juga dibenerin gitu, dulu mah kan
pendek rumahnya, bocor, mana mah bolong gentengnya, jadi bersyukur, klo
ibadah mah jadi makin enak, bersyukur terus dah
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
Jawab : Engga, ya sama sekarang, gak ada gimana-gimana, paling anak saya
ini sakit, gak ada anusnya dari bayi
34. Adakah dampak dari segi perekomian keluarga anda?
Jawab : engga
35. Bagaimana perasaan anda setelah rumah diperbaiki?
Jawab : Ya Alhamdulillah bener, tadinya jelek jadi bener
36. Menurut anda, adakah kekurangan dari program ini?
Jawab : mm.,. gak ada
37. Apakah puas dengan hasil program?
Jawab : Ya girang, namanya rumah dibagusin
38. Bagaimana keadaan setelah satu minggu diperbaiki?
Jawab : Hm... kaga gimana-gimana, sama aja, klo waktu dibenerin mah
tinggal di belakang rumah, bikin gubuk gitu
39. Bagaimana keadaan rumah setelah satu bulan diperbaiki?
Jawab : Hmm.... gak gimana-gimana juga, biasa aja ampe sekarang juga
40. Bagaimana keadaan rumah setelah satu tahun diperbaiki?
Jawab : Ya tetep sama aja, paling itu aja keramikan, itu juga boleh bawain
kaka saya kuli di Ciater sono
PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT
ProfilInforman
1. Nama :Ani
2. Nama nisial :A
3. Usia :14
4. Jenis kelamin :Perempuan
5. Status :Anak
6. Suku :Betawi
7. Agama :Islam
8. Pekerjaan :Pelajar
9. Tanggungan keluarga
Suami/Istri Anak-anak Orang Tua Lain-lain
10. Tempat wawancara : Kediaman Ibu P
11. Tanggal wawancara : 11-12-2013
12. Pendidikan terakhir
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK
1 (saat ini)
13. Pendapatan :-
Pertanyaan terkait kondisi rumah sebelum diperbaiki
14. Bagaimana keadaan rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : Ya gitu, ya biasa aja, dari kayu
15. Bagaimana keadaan lantai rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : Lantainya tanah
16. Bagaimana keadaan ventilasi sebelum diperbaiki?
Jawab : Oowh..ya kayu gitu jga
17. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk untuk menerangi isi rumah sebelum
diperbaiki?
Jawab : Iya, terang, sama
18. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga sebelum diperbaiki?
Jawab : Kamernya.. ya kamernya dua, tapi legaan
19. Bagaimana luas rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : Ya dulu, luas dulu
20. Bagaimana keadaan dinding rumah sebelum diperbaiki?
Jawab : Bambu, pager gitu pager, bilik iyak
21. Bagaimana keadaan toilet/WC sebelum diperbaiki?
Jawab : Wcnya jamban, itu di kebon, aernya ya engga hihiih jadi, ee ntar abis
ee kesitu (ke sumber air)
22. Bagaimana akses air bersih sebelum diperbaiki?
Jawab : Itu numpang ke tetangga
23. Apakah wilayah rumah anda tergolong wilayah yang bising?
Jawab : Engga, engga bising
Pertanyaan terkait kondisi rumah setelah diperbaiki
24. Bagaimana keadaan rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Ya biasa, ya enakan kaya gitu
25. Bagaimana keadaan lantai rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Iya pluran
26. Bagaimana keadaan ventilasi setelah diperbaiki?
Jawab : Ya...adem
27. Bagaimana keadaan cahaya yang masuk menerangi isi rumah setelah
diperbaiki?
Jawab : Engga, lebih adem, ya klo kaya gini (menunjuk ke dalam rumah)
gelap, iya terang klo hordeng dibuka
28. Bagaimana keadaan kamar yang ada untuk keluarga setelah diperbaiki?
Jawab : Cuma ada tempat tidur sama lemari, ya lebih kecil
29. Bagaimana keadaan dinding rumah setelah diperbaiki?
Jawab : Temboknya engga temboknya, itu triplek, ya dalem tuh depan
30. Bagaimana keadaan toilet/WC setelah diperbaiki?
Jawab : Toiletnya di dalem, iya udah enak
31. Bagaimana akses air bersihsetelah diperbaiki?
Jawab : Aernya nyelang dari sana (menunjung ke sumur di samping rumah)
Dampak bagi penerima manfaat setelah diperbaiki
32. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kegiatan beribadah anda?
Jawab : Iya, tapi masih bolong-bolong
33. Adakah dampak yang dirasakan terhadap kesehatan anda?
Jawab : Engga, sama aja sih
34. Apakah anda puas setelah rumah diperbaiki?
Jawab : Ya puas daripada yang dulu
Lembar Observasi 1
Tanggal :10 September 2013
Lokasi :Rumah Ibu M
Observasi dilakukan dimulai dari depan rumah Ibu M, terlihat sebuah rumahdengan cat tembok warna hijau dan di depan rumah tersebut terdapat pakaian jemuranmilik Ibu M. bagian lantai depan rumah masih menggunakan plester dan terdapatmotor berwarna biru milik anak Ibu M. rumah Ibu M menghapap ke arah barat.Dalam kondisi hadap rumah ke arah barat, rumah Ibu M cenderung kurang mendapatcahaya matahari pada pagi sampai menjelang siang hari, dan pada saat tersebut, IbuM cenderung menyalakan lampu, sedangkan pada siang sampai menjelang sore harirumah Ibu M mendapat cahaya matahari. di sebelah kiri rumah Ibu M terdapat sebuahgubuk yang berfungsi sebagai dapur untuk mengolah usaha singkong milik Ibu M. Didepan gubuk tersebut terdapat sumur yang hanya ditutupi oleh asbes dan sumurtersebut merupakan sumber air Ibu M. Ketika memasuki rumah Ibu M, lanti masihplesteran dan di bagian ruang serbaguna terlihat lemari besar yang membuat ruangserbaguna terbagi menjadi dua ruangan. Di lemari besar tersebut terdapat televisiyang di depan lemari tersebut terlihat adanya sebuah kasur besar yang menjadi tempattidur. Suasana ruang serbaguna tersebut terasa sejuk, nyaman serta terasa angin yangmasuk dari pintu dan ventilasi yang ada di atas pintu. Terlihat dinding bagian dalamdan peneliti mengetuk dinding tersebut dan ternyata dinding tersebut terbuat daripapan triplek. Di belakang lemari besar terlihat sebuah dapur kecil dimana terdapatkompor gas, tabung gas dan panci di atas kompor tersebut. Terlihat Ibu M sedangmemasak Singkong. Di sisi kiri dapur tersebut terdapat pintu yang membuat cahayamasuk ke dalam bagian belakang wilayah lemari besar dan jua cahaya mataharimenerangi WC. Peneliti lalu mengamati kamar yang berada di dekat WC dan terlihatdi dalamnya dengan keadaan sedikit berdebu dan terlihat seperti gudang.
Peneliti lalu melanjutkan observasi ke bagian WC. Di bagian WC terlihatember berwarna merah ukuran besar di dekat pintu yang berisi air yang sangat jernih.Terdapat toilet jongkok di depan ember tersebut dan di samping toilet jongkoktersebut terdapat bak manti yang di atasnya terdapat ember yang bertumpuk. Tidakterlihat adanya kepala keran untuk mengalirkan air di atas bak air tersebut. Penelitimenemukan selang panjang yang terlihat mengarah keluar dan peneliti ikuti arahdatangnya selang tersebut. Peneliti keluar melalui pintu samping rumah yang beradadi dekat dapur Ibu M, dan terus mengkuti arah selang tersebut sampai akhirnyapeneliti tiba di sumur Ibu M.
Lembar Observasi 2
Tanggal : 10 September 2013
Tempat : Rumah Ibu P
Observasi di kediaman Ibu P dimulai dari depan rumah Ibu P. terlihat sebuahbangunan dengan warna tembok ungu. Terlihat bagian depan rumah Ibu P ada sebuahkursi di depan jendela rumah, dan pintu berwarna Cokelat tua. Di atas pintu dankedua jendela terdapat ventilasi udara. Rumah Ibu P menghadap ke arah Timur,sehingga rumah Ibu P akan mendapatkan cahaya matahari dari mulai pagi hari sampaidengan siang hari, dan pada saat siang hari menjelang sore hari rumah Ibu P tidakmendapatkan cahaya matahari karena rumah Ibu pada saat tersebut membelakangicahaya matahari dan dalam keadaan tersebut Ibu P cenderung menyalakan lampu. Disebelah kiri terlihat satu buah jendela kamar. Terlihat juga kuda-kuda atap bagiandepan rumah Ibu P dengan cat berwarna cokelat tua. Peneliti memasuki ruangserbaguna Ibu P. Peneliti melihat satu buah lemari besar yang membagi ruanganserbaguna menjadi dua bagian, bagian depan yang terlihat adanya karpet besar,sebuah televisi di lemari tersebut dan juga terdapat bunga di atas lemari tersebut.Peneliti melihat dinding antar kamar Ibu P dan mengetuk dinding tersebut, dandinding tersebut ternyata terbuat dari triplek, lalu peneliti melihat bagian bawahdinding dan melihat adanya bagian dari kusen pintu yang diserang oleh rayap.Terlihat kayu-kayu rapuh yang telah dimakan rayap. Peneliti lalu melanjutkanobservasi ke bagian dalam rumah yaitu menuju dapur, terlihat peralatan memasakmilik Ibu P di dekat pintu samping seperti kompor, kuali dan tabung gas tigakilogram. Di sebelah kiri dapur terdapat WC yang terlihat banyak ember yang berisiair dan bak mandi tanpa kepala keran air, yang terlihat hanyalah sebuang selangmerah yang nampak dipasang di lubang tembok. Terlihat air di ember dan di bak WCtersebut sangat bersih.
Peneliti kemudian melihat bagian langit-langit rumah Ibu P, terlihat jelaslangit-langit rumah Ibu P bergelombang dan terlihat seperti lubang-lubang antarpembatas langit-langit yang terbuat dari triplek. Peneliti lalu melihat sekeliling rumahIbu P dan menemukan selang panjang berwarna merah yang terlihat masuk ke dalamtembok rumah Ibu P, peneliti kemudian menelusuri selang tersebut dan sampaikepada sumber air milih tetangga Ibu P.
Lembar Observasi 3
Tanggal :11 September 2013
Tempat : Rumah Bapak NI
Observasi dimulai dari bagian depan rumah Bapak NI. Rumah Bpk. NIberwarna cream dengan dua tiang penyangga bagian atap teras rumahnya. Bagiandepan terlihat dua jendela di bagian teras dan satu jendela dibagian samping sebagaijendela kamar bagian depan. Dinding rumah terbuat dari tembok dan bagian gentingterlihat baru. Bagian teras depan terpasang keramik yang diperoleh oleh Bpk. NI yangdidapatkan oleh anaknya ketika bekerja membangun rumah di wilayah perumahanCiater, sisa keramik dari pekerjaan tersebut dibawa pulang oleh anaknya dandipasang di teras rumah Bpk. NI. Rumah Bpk. NI menghadap ke arah selatansehingga ketika matahari cahaya matahari muncul, rumah Bpk. NI akan diterangicahaya matahari dari pagi hari sampai dengan sore hari. Bagian dalam rumah Bpk. NIterdapat lemari besar dan terdapat televisi di lemari tersebut. Di depan lemari terlihatsebuah ranjang kayu besar. Di dekat pintu kamar Bpk NI terdapat juga lemarin besaryang berada di samping lemari tengah yang memisahkan ruang serbaguna menjadidua ruangan. Pada bagian kamar putra Bpk. NI terlihat putra beliau sedang tertidurpulas, kamar tersebut dalam keadaan kurang rapih, terlihat cahaya terang dari lampukamar yang sedang dinyalakan dan terdapat juga jendela kamar putra Bpk. NI. Padaruang bagian dalam/di belakang lemari bagian tengah terlihat dapur kecil dan terdapatalat-alat memasak seperti kuali, kompor gas dan alat-alat lainnya. Di sebelah kiridapur kecil tersebut terdapat WC Bpk. NI.
Di dalam WC Bpk. NI terlihat sumur timba yang ditutup oleh triplek dan diatas triplek tersebut terdapat ember yang disimpan terbalik. Terlihat juga bak mandidi dalam WC tersebut dan terlihat tanpa keran. Hanya terpasang paralon panjang yangmenemper di dinding. Di samping bak tersebut terdapat toilet duduk biru muda yangterlihat bersih. Disamping bak tersebut juga terdapa beberapa embar bekas cat. Dibagian kanan rumah Bpk. NI terdapat dapur kotor yang hanya berdinding kain hitam.Terlihat ranjang bambu dan di atasnya terdapat beberapa panci, termos, kuali danalat-alat memasak lainnya.
Lembar observasi 4
Tanggal : 11 September 2013
Tempat : Rumah Ibu N
Observasi dimulai dari bagian depan kediaman Ibu N, tanah Ibu N terbilangcukup luas, sehingga, dari tepi jalan peneliti harus jalan kaki terlebih dahulu sekitar 5– 6 meter agar dapat mencapai rumah Ibu N. dari bagian depan rumah Ibu N, terlihatsebuah banguan rumah tembok dengan warna cat cream serta cat kayu kedua tiangbagian depan rumah Ibu N berwarna cokelat. Bagian depan rumah Ibu N terasasangat panas hingga bagian teras rumah. Terdapat dua jendela bagian depan rumahserta satu jendela di bagian samping yang merupakan jendela kamar Ibu N. di bagiankanan bangunan rumah Ibu N, terlihat sebuah ruangan dengan dinding bilik bambudan bergenting kualitas rendah. Ruangan itu merupakan dapur milik Ibu N, menurutIbu N, dapur yang ada di dalam rumah Ibu N terlalu kecil mengingat banyaknya alat-alat dapur yang dia miliki sehingga dapur yang kecil tersebut tidak dapat menampungsemuanya. rumah Ibu N menghadap ke sebelah utara, sehingga rumah Ibu N akanterus mendapatkan cahaya matahari dari mulai menjelang pagi sampai denganmenjelang sore hari. Bagian dalam rumah Ibu terdapat ruang serbaguna yang terpisahmenjadi dua ruangan, terdapat satu lemari kecil yang memisahkan kedua ruangtersebut. Ruang bagian depan terlihat kosong, hanya terdapat tikar yang sudah dilipat.Ruang bagian yang dalam terdapat kompor gas di atas meja yang berwarna cokelat, dibawah meja tesebut terdapat bak biru. Bagian dalam dinding rumah Ibu Nmenggunakan triplek sebagai pembatas kamar, berbeda dengan dinding bagian luaryaitu menggunakan tembok.
Di samping meja tesebut terdapat pintu WC Ibu M, ketika memasuki WC ibuM, terlihat sebuah bak mandi yang di atasnya terlihat sebuah gayung berwarna hijauyang berada di ujung ruangan dengan luas 1,5m² terlihat juga toilet duduk dengankondisi kurang bersih. Tidak terlihat adanya keran air di dalam WC tersebut. Didalam kamar Ibu N terlihat kasur dengan bed cover berwarna biru dengan motif laut,terdapat juga sebuah lemari kecil di dalam ruang kamar tersebut. Dinding yangmemisahkan antara kamar depan dengan kamar bagian belakang. Dinding tersebutjuga terbuat dari papan triplek.
PROPOSAL BANTUAN PERUMAHAN KOTA TANGERANG SELATAN1
PROPOSALBANTUAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN
PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)KELURAHAN CIATER KECAMATAN SERPONG
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian Timur Provinsi Banten dengan batas wilayah
disebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan
kabupaten Bogor, sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupten Tangerang, dan sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.
Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan, yaitu:
kecamatan Sepong, Serpong Utara ,Pondok Aren ,Ciputat ,Ciputat Timur ,Pamulang , dan
Setu, 49 (empat puluh Sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa,. Luas wilayah Kota Tangerang
Selatan adalah 147, 19 Km2 dengan jumlah Penduduk pada Tahun 2007 adalah sebesar
1.051.374 jiwa (sumber: data BPS) dan kepadatan rata-rata 7.143 jiwa/km2. Kepadatan
tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 10.396 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan
penduduk terendah terdapat di Kecamatan Setu yaitu 3.812 jiwa/Km2.
Berdasarkan faktor internal di dalam Kota Tangerang Selatan sendiri dengan adanya
pertumbuhan penduduk yang cepat (natural increase dan migrasi), menyebabkan kebutuhan
lahan akan perumahan dan permukiman bertambah, ditambah lagi dengan kondisi perumahan
yang kurang memadai untuk beberapa rumah yang sudah berumur lama. Kondisi infrastruktur
yang juga kurang memadai baik dari segi jumlah jenis dan kualitas, terutama pada penyediaan
air bersih, pengelolaan air limbah (sewerage) di daerah perumahan.
Dampak dari tingkat harga tanah/lahan yang relatif lebih rendah dari harga tanah di DKI
Jakarta dan Kota Tangerang Selatan akan lebih mendorong perkembangan dan pertumbuhan
perumahan dan permukiman yang cepat tersebut dan menyebabkan pengembangan yang
terjadi kurang terkendali.
Dengan kondisi yang demikian, maka tugas pemerintah dalam menata, mengendalikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, dan membuat kebijaksanaan pembangunan perumahan
dan permukiman merupakan kegiatan yang penting dalam menjembatani kegiatan
pembangunan terhadap sektor lainnya. Salah satu penjabaran dari tugas pokok tersebut
adalah memberikan akses pelayanan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) dalam memenuhi kebutuhannya terhadap rumah yang sehat dan layak.
PROPOSAL BANTUAN PERUMAHAN KOTA TANGERANG SELATAN2
1.2 TUJUAN
Sesuai dengan Amanat Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa hunian yang layakmerupakan hak dasar Warga Negara Indonesia, maka tujuan dari pemberian bantuan
perumahan terhadap PMKS di kelurahan ciater kecamatan serpong adalah untuk memberikan
akses terhadap PMKS terhadap pemenuhan perumahan/hunian yang layak.
1.3 SASARAN PEKERJAAN
Sedang sasaran dari pekerjaan ini adalah:
1. Tersedianya informasi data pembangunan perumahan dan permukiman di daerah yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi tersusunnya kebijakan di sektor perumahan dan
permukiman yang sesuai dengan koordinasi daerah setempat.
2. Memberi peluang bagi seluruh pelaku penyelenggara pembangunan untuk berperan dalam
pelaksanaan pembangunan
3. Tersedianya skenario pembangunan dalam arahan konsep pengembangan perumahan dan
permukiman
Demikian Proposal ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
LAMPIRAN :
( ALIH SUHERI )Ketua RW 07.
( MUHIDIN J )Ketua RT 04.
Mengetahui,Lurah Ciater
( H. NASAN WIJAYA)NIP :…………………………….
PROPOSAL BANTUAN PERUMAHAN KOTA TANGERANG SELATAN3
DESA/KELURAHAN : CIATERKECAMATAN : SERPONGUntuk MBR dengan Bahan Dinding Rumah Tidak Layak:No, Urut.Nama lengkap : Prihati(1)Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan(*)No. KTP : 3674014101840006Umur : 28 TahunAlamat : Kp. Pondok Sentul 08/10 Kelurahan CiaterPenghasilan : Rp 500.000,-/bulanJumlah tanggungan : 4 orangKONDISI RUMAH :- Luas bangunan P = 10,5 m ; L = 5 m ; T = 2,8 m- Lantai tanah- Dinding bilik bambu dan papan kayu- Atap bambu dan genteng plentong kondisi rusak- MCK tidak ada
PROPOSAL BANTUAN PERUMAHAN KOTA TANGERANG SELATAN4
DESA/KELURAHAN : CIATERKECAMATAN : SERPONGUntuk MBR dengan Bahan Dinding Rumah Tidak Layak:No, Urut.Nama lengkap : Wandi(1)Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan(*)No. KTP : 32190520081720163Umur : 50 TahunAlamat : Kp. Pondok Sentul 08/10 Kelurahan CiaterPenghasilan : Rp 800.000,-/bulanJumlah tanggungan : 3 orang
KONDISI RUMAH :- Luas Bangunan P = 7,10 m ; teras P = 1,8 m ; L = 4,10 m ; T = 2,5 m- Lantai tanah- Dinding papan kayu dan bilik bambu kondisi rusak- Atap bambu dan genteng plentong kondisi rusak- MCK tidak ada , keberadaan sumur tidak layak
PROPOSAL BANTUAN PERUMAHAN KOTA TANGERANG SELATAN5
DESA/KELURAHAN : CIATERKECAMATAN : SERPONGUntuk MBR dengan Bahan Dinding Rumah Tidak Layak:No, Urut.Nama lengkap : Niman(1)Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan(*)No. KTP : 32190520081187287Umur : 51 TahunAlamat : Kp.Pondok Sentul 08/03 Kelurahan CiaterPenghasilan : Rp 850.000,-/bulanJumlah tanggungan : 3 orangKONDISI RUMAH :- Atap rangka bambu dan genteng plentong kondisi rusak- Luas bangunan ( depan sd dapur ) P = 8,7 m ; L = 5,8 m- Teras depan atap rusak P = 2,4 m- Dapur dan kamar mandi jadi satu sangat tidak layak kondisinya- Dinding sudah tembok plesteran- Lantai semen
PROPOSAL BANTUAN PERUMAHAN KOTA TANGERANG SELATAN6
DESA/KELURAHAN : CIATERKECAMATAN : SERPONGUntuk MBR dengan Bahan Dinding Rumah Tidak Layak:No, Urut.Nama lengkap : Sarin(1)Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan(*)No. KTP : -Umur : 61 TahunAlamat : Kp. Pondok Sentul 09/10 Kelurahan CiaterPenghasilan : Rp 800.0000,-/bulanJumlah tanggungan : 5 orang
KONDISI RUMAH :- Luas bangunan P = 10 m ; L = 5,2 m ; T= 2,5m , teras P = 2,5 m- Dinding bilik bambu- Lantai tanah- Atap rangka bambu, genteng plentong rusak- MCK tidak ada
REKAP PROGRAM BANTUAN RUMAH UNTUK KELUARGA BERUMAH TIDAK LAYAK HUNIKOTA TANGERANG SELATAN APBD TAHUN 2012
No Lokasi Pemilik Kondisi Total Biaya1. Kp. Pondok Sentul RT
08/10Sobri Rangka bambu, genting
rusak, dinding bilik,MCK tidak layak
Rp. 40.000.000.00-
2 Kp. Pondok Sentul RT08/10
Unih Rangka bambu, gentingrusak, dinding setengahtembok, MCK tidaklayak
Rp. 40.000.000.00-
3 Kp. Pondok Sentul RT08/10
Prihati Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
4 Kp. Pondok Sentul RT08/10
Kartini Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik,dapur rusak, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
5 Kp. Pondok Sentul RT08/10
Eman Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilikbambu, MCK tidaklayak
Rp. 40.000.000.00-
6 Kp. Pondok Sentul RT08/10
Wandi Rangka bambu, gentingrusak, bilik bambu +papan kayu, MCK tidaklayak
Rp. 40.000.000.00-
7 Kp. Pondok Sentul RT08/03
Niman Rangka bambu, gentingrusak,dinding tembokplester, dapur + MCKtidak layak
Rp. 40.000.000.00-
8 Kp. Pondok Sentul RT08/10
Sarti Rangka bambu, gentingrusak, dinding triplek,dapur bilik rusak, MCK
Rp. 40.000.000.00-
REKAP PROGRAM BANTUAN RUMAH UNTUK KELUARGA BERUMAH TIDAK LAYAK HUNIKOTA TANGERANG SELATAN APBD TAHUN 2012
tidak layak9 Kp. Pondok Sentul RT
09/10Kholik Rangka bambu, genting
rusak, dinding setengahtembok, bilik, MCKtidak layak
Rp. 40.000.000.00-
10 Kp. Pondok Sentul RT09/10
Royadih Rangka bambu, gentingrusak, dinding setengahtembok bilik, MCKtidak layak
Rp. 40.000.000.00-
11 Kp. Pondok Sentul RT09/10
Sair Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
12 Kp. Pondok Sentul RT09/10
Marta Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
13 Kp. Pondok Sentul RT09/10
Dahlan Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
14 Kp. Pondok Sentul RT09/10
Sarin Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
15 Kp. Pondok Sentul RT07/10
Suanah Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
16 Kp. Pondok Sentul RT06/10
Saih Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +
Rp. 40.000.000.00-
REKAP PROGRAM BANTUAN RUMAH UNTUK KELUARGA BERUMAH TIDAK LAYAK HUNIKOTA TANGERANG SELATAN APBD TAHUN 2012
papan kayu, MCK tidakada
17 Kp. Pondok Sentul RT06/10
Jeni Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
18 Kp. Pondok Sentul RT06/10
Nai Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
19 Kp. Pondok Sentul RT06/10
Ernih Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
20 Kp. Pondok Sentul RT06/10
Miran Rangka bambu, gentingrusak, dinding bilik +papan kayu, MCK tidakada
Rp. 40.000.000.00-
Total Rp. 800.000.000.00-
FOTO HASIL PENELITIAN
Rumah Ibu P setelah diperbaiki
Keterangan:
Rumah Ibu P tampak dari bagiandepan.
Keterangan:
Bagian langit-langit rumah Ibu Pyang mulai menggelembung,terlihat ventilasi bangunan yangmembuat cahaya masuk ke dalamrumah.
Keterangan:
WC Ibu P yang baru, terlihatselang yang mengalirkan air darisumur tetangga Ibu P. Air terlihatbersih dan jernih, keadaan WCbersih.
Keterangan:
Dinding kamar Ibu P, terbuat daripapan triplek.
Keterangan:
Dinding kamar Ibu P yangbagian bawahnya telah diserangrayap, terlihat bagian kusen pintudan triplek rusak.
Rumah Ibu M
Keterangan:
Rumah Ibu M tampak bagiandepan.
Keterangan:
Teras depan rumah Ibu M,terlihat hanya plesteran dan terasakasar ketika peneliti berjalan diatas lantai plester tersebut.Terlihat motor milik putra Ibu M.
Keterangan:
Bagian dalam rumah Ibu M, rangserbag guna yang terdapat kasur.Terlihat cahaya masuk ke dalamruangan, tiga lubang ventilasi,gorden jendelam yang menutupijendela.
Keterangan:
WC ibu M, terlihat bak air, toiletduduk dan embaer merah, tidakterlihat adanya keran air.
Rumah Ibu N
Keterangan:
Rumah Ibu N tampak bagian depan,kondisi lingkungan Ibu N terasapanas, dan gersang.
Keterangan:
Ruang serbaguna Ibu N, terlihat,cahaya yang masuk menerangibagian dalam rumah Ibu N, gordenyang terbuka menambah cahayayang masuk.
Keterangan:
Kamar Ibu N. Di dalam kamar IbuN terdapat kasur, satu buah lemariplastik. Jendela kamar terlihatmemberikan cahay yang cukupterang untuk menerangi ruangan.
Keterangan:
Kondisi WC Ibu N. terlihat sebuahbak air dan toilet duduk dan satubuah gayung. Peneliti tidakmenemukan adanya kepala keran airdi dalam WC Ibu N. lantai hanyaplester.
Keterangan:
Dapur rumah Ibu N. karena dapuryang ada di dalam rumah Ibu Nterlalu kecil, maka suami Ibu Nmembanguan dapur di samping kirirumahnya. Dengan dinding bilikserta genting bekas rumahnyadahulu.
Rumah Bpk. NI
Keterangan:
Rumah Bpk. NI tampak dari depan.Terlihat tembok warna creamdengan tiang yang menyangga atapteras depan.
Keterangan:
Ruang serbaguna rumah Bpk. NI,terlihat sebuah ranjang besar danlemari yang membagi ruangserbaguna menjadi dua ruangan. Bpk.NI bersama Istrinya di tengan ruangSerbaguna.
Keterangan:
Jendela rumah Bpk. NI. Terlihatbeliau sedang membuka gorden yangmenutupi jendela, ketika dibuka,cahaya masuk menerangi ruangserbaguna
Keterangan:
WC Bpk. NI. Terlihat sebuah sumurmilik Bpk. NI di dalam WC, jugaterdapat toilet duduk, bak mandi,beberapa ember. Terlihat juga sebuahparalon yang mengalirkan air. LantaiWC hanya diplester.