etika-profesi-akuntansi
TRANSCRIPT
ETIKA PROFESI AKUNTANSI
PENDAHULUAN
Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong
munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam
dunia bisnis. Hampir semua usaha bisnis betujuan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya (profit-making) agar dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku bisnis dan
memperluas jaringan usahanya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu segala upaya
dan tindakan dilakukan. Walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang
mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu sendiri.
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang dengan menerapkan
prinsip-prinsip etis untuk berbisnis. Prinsip-prinsip etis dalam berbisnis adalah merupakan
suatu hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai dengan
sebuah sistem pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis tersebut.
Dalam prinsip ini terdapat tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas ini dapat menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap
jenis profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga
daripada kepentingan perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi
akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
pelaku bisnis, dengan berdasarkan kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan
perusahaan. Dan bukan didasarkan pada beberapa pihak tertentu saja. Karena itu, bagi
akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. Kode etik dalam
akuntansi pun menjadi barang wajib yang harus mengikat profesi akuntan.
PEMBAHASAN
IFAC CODE OF ETHICS
Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of
Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru
kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi tidak ada
perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.
1
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk
tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut
konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan
standar harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten
untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat
dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami
perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau
perundang-undangan.
KODE ETIK IAI
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia adalah aturan perilaku, etika akuntan dalam
memenuhi tanggung jawab profesionalnya.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia meliputi delapan prinsip:
Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik.
Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.
Objektivitas
2
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.
Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan.
KODE ETIK IAPI
Insitut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik di Indonesia.
IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan
standar professional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan
berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia.
Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah
tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu,
tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau
pemberi kerja.
KODE ETIK IAMI
3
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang
menguraikan tentang standar perilakuk etis akuntan manajemen. Standar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus menerus
mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar
teknis yang berlaku
c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas setelah melakukan
analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat dipercaya
2. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan
dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan
dengan tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan
tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-
tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui pihak
ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua
pihak terhadap potensi konflik
b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan
terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi
mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi organisasi
dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala
4
lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau
kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini
professional Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
4. Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi
pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang
dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan manajemen harus mengiuti
kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak
menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen harus mempertimbangkan tindakan
berikut ini:
Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu melibatkan
atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan secepatnya kepada jenjang
yang lebih tinggi berikutnya.
Jika resolusi akhir yang memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah
diungkapkan, sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.
Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau setingkat
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti komite
audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik. Berhubungan
dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan
atasan.
Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan seorang
penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan yang mungkin
dilakukan
Jika konflik ektika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadapa semua jenjang,
akuntan manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundurkan diri
dari organisasi dan memberikan memo yang informatif kepada perwakilan organisasi
yang ditunjuk.. Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah
tersebut kepada berbagai otoritas atau individu yang tidak ada hubungan dengan 5
organisasi bukanlah pertimbangan yang tepat.
KODE ETIK IAI KASP
Untuk akuntansi sector publik, aturan etika ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Aturan etika IAI-KASP memuat enam
prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat panduan umum lainnya berkenaan dengan
perilaku etis tersebut. Ketujuh prinsip dasar tersebut adalah: integritas, obyektivitas,
kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan, ketepatan bertindak, dan standar teknis dan
profesional. Empat panduan umum mengatur hal-hal yang terkait dengan good governance,
pertentangan kepentingan, fasilitas dan hadiah, serta penerapan aturan etika bagi anggota
profesi yang bekerja di luar negeri.
SARBOX
Sarbanes – Oxley Act, biasa disebut SOX, SOA atau Sarbox, bertujuan untuk
mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-
perusahaan besar di Amerika.
Beberapa ringkasan poin penting di SOX:
1. SOX mendasari dibentuknya PCAOB (Public Company Accounting Oversights Board
PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal perusahaan publik
yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi standar etika dan independensi,
supervisi, rekrutmen dan pengembangan audit staff, dan penerimaan klien baru atau
berkelanjutan (client acceptance and continuation.
PCAOB juga melakukan fungsi pengawasan apakah akuntan publik sudah mematuhi
standar audit. Fungsi pengawasan itu termasuk melakukan investigasi, menjatuhkan
sanksi pencabutan izin akuntan publik, dll.
2. Tanggung jawab perusahaan
Chief Excecutive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) perusahaan harus
membuat pernyataan bahwa laporan keuangan yang dibuat adalah benar. Apabila
ternyata tidak benar, CEO dan CFO dapat dikenakan denda sampai 5 juta dolar dan
hukuman penjara sampai 10 tahun (SOX Section 302). SOX juga mewajibkan
perusahaan untuk mempunyai komite audit independen yang bertugas melakukan
seleksi, menentukan kompensasi, dan mengawasi auditor eksternal (SOX Section
301). Terkait dengan laporan keuangan, perusahaan harus menyajikan (disclose)
6
semua transaksi off-balance sheet yang bersifat material. Perusahaan juga harus
menyajikan dengan cepat setiap perubahan yang bersifat material dalam kondisi
keuangannya (SOX Section 409). SOX mengatur mengenai perlindungan whistle
blower dengan mengenakan sanksi kriminal atas perusahaan yang menghukum
whistle blower dengan cara apapun. Definisi atau pengertian Whistle blower adalah
orang yang melaporkan terjadinya fraud, korupsi, mis-manajemen, dll. dalam
perusahaan. Apabila ada seseorang yang dengan sengaja menghancurkan, mengubah,
atau menyembunyikan dokumen apapun untuk mencegahnya digunakan dalam
pengadilan, dapat dikenai sanksi kriminal (SOX Section 1102). Perusahaan juga harus
mempunyai kode etik untuk mendorong top management berlaku jujur, menyajikan
laporan keuangan secara akurat dan tepat waktu, dan mematuhi peraturan yang ada.
3. Tanggung jawab auditor eksternal
Auditor eksternal harus memberikan informasi pada komite audit mengenai kebijakan
akuntansi yang diterapkan oleh manajemen perusahaan (SOX Section 204). Partner
auditor eksternal yang memimpin pelaksanaan audit dan melakukan review audit
harus berganti setiap 5 tahun sekali (SOX Section 203). SOX melarang auditor
eksternal memberikan jasa non-audit tertentu untuk klien auditnya, misalnya jasa
akuntansi, desain/implementasi sistem informasi keuangan, penilaian (appraisal),
internal audit outsourcing, investment banking, broker, dsb (SOX Section 201).
Dalam SOX, auditor diharuskan memeriksa sistem internal control perusahaan dan
mengevaluasi apakah sistem tersebut dapat mendukung informasi laporan keuangan
yang reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini mengenai sistem internal control
tersebut (SOX Section 404). Eksternal auditor harus independen dari manajemen
perusahaan yang diaudit, baik secara kelihatannya (appearance) ataupun pada
kenyataannya (fact). Karena itu, dalam SOX diatur bahwa CEO, CFO, dan Chief
Accounting Officer suatu perusahaan tidak boleh pernah bekerja sebagai auditor
eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat satu tahun sebelumnya. SOX juga
melarang perusahaan untuk merekrut karyawan dari eksternal auditornya (SOX
Section 206).
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan
(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun
2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP
7
(Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi
profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.
Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan
dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan
Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang
Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan
publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok
mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan
ketentuan pidana.
UU Akuntan Publik (UU No. 5 Tahun 2011)
Undang Undang Akuntan Publik diketuk oleh DPR RI pada tangggal 5 April 2011
dan disahkan presiden tanggal 3 Mei 2011. Undang-undang tentang Akuntan Publik antara
lain mengatur tentang regulator profesi, asosiasi profesi, perizinan, hak dan kewajiban,
tanggung jawab, sanksi, dan lain-lain. Saat ini di Indonesia belum ada Undang-undang yang
khusus mengatur mengenai Akuntan Publik. UU terakhir mengenai akuntan adalah UU No.
34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar Akuntan.
Adapun latar belakang munculnya UU ini adalah:
Melindungi kepentingan publik;
Mendukung perekonomian yang sehat, efisien dan transparan;
Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode etik
profesi.
Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator dan profesi
Akuntan Publik;
Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa
peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu:
1) UU No. 34 th. 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, pasal 4;
2) UU No. 11 th. 1992 tentang Dana Pensiun, pasal 52 (1);
3) UU No. 1 th. 1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal 59 (1);
4) UU No 8 th. 1995 tentang Pasar Modal, pasal 64 (1) dan pasal 66;
8
5) UU No. 10 th. 1998 tentang Perbankan, pasal 31A;
6) UU No. 23 th. 1999 tentang BI, penjelasan pasal 30 (1);
Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan setingkat
Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.
Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan Publik;
Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi
perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.
Akuntan Publik (AP) merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik
akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para
stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa
profesional AP erupakan hak exclusive AP dan hasil pekerjaan AP digunakan oleh publik
(pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP tidak hanya klien yang memberikan penugasan,
namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat dll). Oleh
karena jasa profesional AP berpengaruh secara luas terhadap publik maka jasa dan profesi AP
perlu diatur dalam suatu Undang-undang.
Tidak dapat dipungkiri begitu penting peran akuntan publik dalam memberikan
informasi yang tepat mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Tentu kita semua
mengingat bagaimana kasus Enron yang terjadi di AS, terlihat bagaimana sebuah opini yang
dikeluarkan oleh akuntan publik ternyata mempunyai dampak yang besar terhadap jalannya
perekonomian. Kebangkrutan Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya KAP Arthur
Andersen, yang berdiri sejak tahun 1913, sehingga karyawannya sebanyak 85.000 kehilangan
pekerjaan. Kesalahan yang ditimpakan kepada Arthur Andersen, KAP yang mengaudit
Laporan Keuangan Enron karna memberikan Opini Wajar, tidak menemukan atau bahkan
dengan sengaja menutupi kecurangan penipuan akuntansi yang dilakukan Enron.
Berbicara masalah jasa Audit tentu berbicara masalah kepercayaan , bukan sebuah
rahasia bahwa data keuangan merupakan rahasia dapur bagi setiap perusahaan, jelas klien
menghawatirkan jika laporan mereka “dilihat” oleh lawannya.Oleh karena itu setiap
perusahaan besar tentu akan mencari jasa audit dari kantor akuntan terkenal untuk mencari
jasa audit terbaik, celakanya ini menjadi sebuah malapetaka bagi dunia akuntan publik di
Indonesia , ini disebabkan oleh serbuan KAP asing yang lebih berpengalaman sehingga
perusahaan besar lebih memilih KAP asing disbanding KAP local. Sebagai sebuah informasi
monopoli jasa audit sebagai berikut:
9
17.817 proyek audit selama ini dikerjakan hanya oleh empat kantor akuntan publik
besar di Indonesia. Monopoli pekerjaan audit ini akan segera diakhiri dengan dibahasnya
Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik di DPR. Keempat perusahaan akuntan publik itu
adalah Ernst & Young, Price Waterhouse Coupers, Kantor Akuntan Publik Siddharta &
Widjaja (KPMG), dan D Lloyd. Dengan disahkannya RUU tersebut menjadi undang-undang
diharapkan pekerjaan audit terbagi secara proporsional kepada 407 kantor akuntan publik.
”Kondisi Indonesia menyedihkan. Di Malaysia, ada 6.000 akuntan publik. Ketika mereka
menyelenggarakan pertemuan internasional, dari Nigeria datang 600 akuntan publik.
Indonesia baru sekitar 600 akuntan publik. Kalau 16.000 audit jatuh hanya pada empat
perusahaan, sulit bagi kita berkembang,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di
Jakarta, Jumat (10/12). (dikutip dari harian Kompas, 13 Desember 2010)
Sekretaris Umum IAPI Tarkosunaryo pada tahun 2010 menyatakan bahwa “jumlah
akuntan publik di Indonesia hanya sejumlah 920 orang yang tergabung di 501 Kantor
Akuntan Publik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 64 persen telah berusia di atas 51 tahun dan
hanya 11 persen berusia kurang dari 40 tahun,”. Selain itu dari jumlah tersebut, sebanyak 55
persen berdomisili di Wilayah Jabodetabek dan sisanya menyebar di seluruh
Indonesia. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan ASEAN, jumlah
akuntan publik di Indonesia yang berpenduduk 230 juta jiwa relatif sedikit. Singapura dengan
jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa mempunyai Akuntan Publik sekitar 15 ribu orang,
Philipina dengan jumlah penduduk 88 juta jiwa mempunyai Akuntan Publik sebanyak 15 ribu
orang, Thailand dengan jumlah penduduk 66 juta jiwa mempunyai Akuntan Publik sebanyak
6.000 orang, Malaysia dengan jumlah penduduk 25 juta jiwa mempunyai Akuntan Publik
sebanyak 2.500 orang, Vietnam dengan jumlah penduduk 85 juta jiwa mempunyai akuntan
publik 1.500 orang.
Munculnya undang undang ini sebagai solusi dari permasalahan diatas, bagaimana
kemudian potensi pasar audit dapat terbagi rata dan dapat menumbuhkan KAP baru di
Indonesia. Sayangnya Undang undang ini juga mendapat kritikan keras dari kalangan
akademisi terkait pemberian gelar CPA yang ternyata dapat diberikan kepada siapa saja yang
lulus di ujian sertifikasi tapa memandang dia lulusan jurusan apapun. Mungkin pemerintah
berfikir bahwa mahasiswa jurusan akuntansi tidak begitu berminat dengan profesi ini
sehingga mengeluarkan kebijakan ini, mungkin ini bias menjadi bahan renungan kita sebagai
mahasiswa jurusan akuntansi
10
Pasal-pasal yang ada di UU No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik yang berkaitan
dengan kode etik profesi sebagai berikut :
Pasal 28
(1) Dalam memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Akuntan
Publik dan KAP wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan kepentingan.
(2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain, apabila:
a. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi mempunyai kepentingan keuangan atau
memiliki kendali yang signifikan pada klien atau memperoleh manfaat ekonomis dari
klien;
b. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi memiliki hubungan kekeluargaan dengan
pimpinan, direksi, pengurus, atau orang yang menduduki posisi kunci di bidang
keuangan dan/atau akuntansi pada klien; dan/atau
c. Akuntan Publik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
dan jasa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dalam periode yang
sama atau untuk tahun buku yang sama.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dalam Peraturan Menteri setelah berkonsultasi dengan Komite Profesi Akuntan
Publik.
Menurut kami pasal ini berkaitan dengan kode etik karena :
Ayat pertama membahas tentang independensi dan benturan kepentingan yang tertera
pada prinsip-prinsip kode etik profesi seorang akuntan publik yaitu bahwa setiap praktisi
akuntan publik wajib menjaga ketegasan, kejujuran serta independensi dalam menjalin
hubungan professional serta hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya dan juga
tidak boleh membiarkan subjektivitas dan benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak
layak dari pihak-pihak lain dapat mempengaruhi pertimbangan professional atau
pertimbangan bisnisnya.
Ayat kedua membahas tentang maksud dari benturan kepentingan karena hal ini
berkaitan dengan kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi yang dapat terancam oleh
berbagai situasi, seperti adanya ancaman kepentingan pribadi sebagai akibat dari kepentingan
keuangan (suatu penyertaan dalam saham atau efek ekuitas lainnya, atau suatu pemerolehan
hutang, pinjaman, atau instrument hutang lainnya, dari suatu entitas, termasuk hak dan
kewajiban untuk mendapatkan penyertaan atau pemerolehan tersebut serta hasil yang terkait
secara langsung dengannya), maupun kepentingan lainnya dari praktisi maupun anggota
11
keluarga langsung (suami atau istri atau orang yang menjadi tanggungan), atau anggota
keluarga dekat (orang tua, anak, saudara kandung yang bukan merupakan anggota keluarga
langsung) dari praktisi akuntan publik. adanya ancaman kedekatan yang terjadi ketika praktisi
akuntan publik terlalu bersimpati terhadap kepentingan pihak laik sebagai akibat dari
kedekatan hubungannya. Serta adanya ancaman intimidasi dari pihak lain yang menghalangi
praktisi akuntan publik untuk bersikap objektif. Dan terkait dengan pemberian jasa seorang
praktisi akuntan publik harus menjelaskan jika ada keterbatasan jasa profesional yang
diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk
menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa
profesional yang diberikan.
Pasal 29
1. Akuntan Publik dan/atau Pihak Terasosiasi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperolehnya dari klien.
2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan apabila digunakan untuk
kepentingan pengawasan oleh Menteri.
3. Menteri wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya dari Akuntan Publik
dan/atau Pihak Terasosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Menurut kami pasal 29 berkaitan dengan kode etik adalah ayat 1 dimana sudah
seharusnya setiap praktisi akuntan publik itu wajib untuk menjaga kerahasiaan segala
informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya,
serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan
klien atau pemberi kerja dan informasi rahasia juga tidak boleh digunakan oleh praktisi
akuntan publik untuk mendapatkan kepentingan pribadinya atau pihak ketiga. Setiap praktisi
harus menjaga prinsip kerahasiaan dalam lingkungan sosialnya dan harus waspada terhadap
kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan
hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung atau
anggota keluarga dekatnya.
Pasal 30
(1) Akuntan Publik dilarang:
a. memiliki atau menjadi Rekan pada lebih dari 1 (satu) KAP;
b. merangkap sebagai:
1. pejabat negara;
12
2. pimpinan atau pegawai pada lembaga pemerintahan, lembaga negara, atau
lembaga lainnya yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan; atau
3. jabatan lain yang mengakibatkan benturan kepentingan;
c. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), untuk jenis jasa
pada periode yang sama yang telah dilaksanakan oleh Akuntan Publik lain, kecuali
untuk melaksanakan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya;
d. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3) dalam
masa pembekuan izin;
e. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
melalui KAP yang sedang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin;
f. memberikan jasa selain jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat
(3) melalui KAP;
g. melakukan tindakan yang mengakibatkan kertas kerja dan/atau dokumen lain yang
berkaitan dengan pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) tidak
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya;
h. menerima imbalan jasa bersyarat;
i. menerima atau memberikan komisi; atau
j. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan
data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan.
(2) Larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikecualikan bagi Akuntan Publik yang merangkap sebagai pimpinan atau pegawai
pada lembaga pendidikan bidang akuntansi dan lembaga yang dibentuk dengan
undang-undang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk kepentingan
profesi di bidang akuntansi.
Menurut kami point dari pasal 30 yang berkaitan dengan kode etik profesi adalah ayat
1 point h dan I yaitu menerima imbalan jasa bersyarat dan menerima atau memberikan komisi
karena hal ini dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi seperti adanya ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas, independensi,
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional seorang praktisi akuntan
publik yang dapat terjadi ketika menerima imbalan atau komisi atau bentuk remunerasi
lainnya yang dinilai dapat mempengaruhi keputusan untuk memperoleh informasi atau juga
bisa terjadi ancaman intimidasi yang dapat terjadi sehubungan dengan kemungkinan
dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut..
13
Pasal 31
(1) KAP dilarang:
a. melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA yang telah melakukan kerja sama
dengan KAP lain;
b. mencantumkan nama KAPA atau OAA yang status terdaftar KAPA atau OAA
tersebut pada Menteri dibekukan atau dibatalkan;
c. memiliki Rekan non-Akuntan Publik yang tidak terdaftar pada Menteri;
d. membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk kantor cabang;
e. membuat iklan yang menyesatkan.
Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak
Terasosiasi yang tercantum pada daftar orang tercela dalam pemberian jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3).
Menurut kami point dari pasal 31 yang berkaitan dengan kode etik adalah ayat 1 point
e, karena setiap praktisi akuntan publik tidak boleh mendiskreditkan profesinya dengan
memasarkan jasa profesionalnya dalam bentuk iklan atau bentuk pemasaran lainnya seperti
membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang diperoleh karena hal ini dapat menyebabkan
terjadinya ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan professional yang dapat terjadi
ketika jasa profesional, hasil pekerjaan yang ditawarkan oleh seorang akuntan publik tidak
sesuai dengan prinsip profesional.
Pasal 55
Akuntan Publik yang:
a. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data
yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf j; atau
b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan data
atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan
jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sehingga tidak
dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak yang
berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
14
Menurut kami pasal 55 ini termasuk dalam kode etik profesi karena kami menilai
pasal ini tidak menghargai integritas profesi akuntan yang seharusnya mengedepankan
prinsip etika dasar akuntan publik yang harus bekerja dengan jujur dan adil dalam hubungan
profesionalnya karena telah menyalahgunakan informasi atau data yang diberikan oleh klien
demei kepentingan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
IFAC Code of Ethics
Kode Etik IAI
Kode Etik IAPI
Kode Etik IAMI
Kode Etik IAI KASP
Kode Etik Profesi dalam asosiasi akuntansi lainnya
Sarbox
PMK No. 17/2008 dan peraturan pemerintahan Indonesia lainnya yang relevan.
Undang-undang no 5 tahu 2011 tetang Akuntan Publik
15