etika pelajar terhadap guru menurut kh. hasyim …

114
ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM ASY’ARI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL SKRIPSI RACHMAH SRI RAHAYU NIM. 201172377 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH.

HASYIM ASY’ARI DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DI ERA GLOBAL

SKRIPSI

RACHMAH SRI RAHAYU

NIM. 201172377

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2021

Page 2: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

ii

ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH.

HASYIM ASY’ARI DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DI ERA GLOBAL

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

RACHMAH SRI RAHAYU

NIM. 201172377

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2021

Page 3: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

iii

Page 4: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

iv

Page 5: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

v

Page 6: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

vi

Page 7: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

vii

PERSEMBAHAN

بســــــــــــــــــم الله الرحمن الرحيم

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Alhamdulillah dengan rasa syukur yang mendalam, dengan telah selesainya

skripsi ini Penulis persembahkan kepada:

Ayahanda Agustian Kahar dan ibunda Khamsatun serta Adik tersayang

Rachmat Andika Putra terima kasih atas cinta, kasih sayang, nasihat, doa-doa,

kerja keras dan perjuangannya. Semoga Allah beri kesehatan, rezeki yang

halal dan kebahagiaan dunia-akhirat, serta Allah limpahkan rahmat-Nya.

Alm. KH. Hasyim Asy‟ari selaku tokoh yang diambil pemikirannya terhadap

kajian dalam penelitian penulis, semoga Allah ampunkan dosa beliau,

diberikan tempat yang layak oleh Allah Swt, dilapangkan kuburnya dan

dijauhkan segala keluarga dan kerabat dekat beliau dari segala marabahaya.

dan

Almamaterku,

Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 8: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

viii

MOTTO

أعصى لك أمرا ء ٱللو صابرا ول إن شا قال ستجدن

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar,

dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". (Surat Al-Kahfi

Ayat 69)

“Didik dan bimbinglah pemuda-pemuda kita, karena mereka pewaris masa depan kita…” (KH. Hasyim Asy’ari)

Page 9: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, TuhanYang Maha kuasa

atas segala alam semesta baik yang di bumi maupun yang di langit, yang

memberikan ilmu pengetahuan hanya kepada yang Ia kehendaki, atas ridho-Nya

hingga skripsi ini dapat dirampungkan. Sholawat dan salam atas Nabi Saw yang

telah memberikan ilmu pengetahuan yang terang benderang kepada kita, hingga

dapat dirasakan hingga saat ini. Allahummasholli‟alasayyidinamuhammad wa‟ala

alisayyidinamuhammad.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi

baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini Penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA., Ph.D, selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah M.Pd, selaku Dekan, ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil

Dekan I, bapak Dr. Najmul Hayat, M.Pd selaku Wakil Dekan II serta Dr.

Yusria, M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Mukhlis, S.Ag,. M.Pd dan Habib Muhammad, S.Ag., M.Pd selaku

Kaprodi dan Sekprodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi.

4. Bapak Drs. H. Kasful Anwar, M.Ag selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Ely

Surayya, S.Ag, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

x

Page 11: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

xi

ABSTRAK

Nama : Rachmah Sri Rahayu

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : Etika Pelajar terhadap Guru Menurut KH. Hasyim Asy‟ari dan

Implementasinya dalam Pendidikan Islam di Era Global

Penelitian ini membahas tentang etika pelajar terhadap guru menurut KH. Hasyim

Asy‟ari dan implementasinya dalam pendidikan Islam di era global. Mengingat

banyaknya kejadian-kejadian yang berkaitan dengan rendahnya etika pelajar

terhadap guru seperti kasus berkata kasar kepada guru. menganiaya hingga

membunuh sang guru, hal-hal seperti ini yang menyebabkan penulis tertarik

mengkaji tentang etika pelajar terhadap guru terkhususnya pemikiran dari KH.

Hasyim Asy‟ari. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui etika pelajar

terhadap guru menurut KH. Hasyim Asy‟ari dan implementasinya dalam

pendidikan Islam di era Global. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi

kepustakaan (library research). Sumber data primer yaitu Etika Pendidikan Islam:

Petuah KH. Hasyim Asy‟ari Untuk Para Guru (Kyai) Dan Murid (Santri): terj.

Mohammad Kholil. Hasil penelitian ini adalah dalam kitab Adabul „Alim wal

Muta‟alim terkait etika pelajar terhadap guru, ada duabelas etika pelajar yang

sepantasnya dilakukan siswa kepada guru. Selain itu, dalam penelitian ini juga

dijelaskan bagaimana implementasi karya KH. Hasyim Asy‟ari (etika pelajar

terhadap guru) dalam pendidikan Islam di era global, bisa melalui peran dari

pemerintah (menambah pelajaran tentang etika dalam materi pelajaran), dari

sekolah, dari guru dan siswa/santri itu sendiri.

Kata Kunci: Etika pelajar terhadap Guru, K.H. Hasyim Asy‟ari, Pendidikan Islam

di era Global

Page 12: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

xii

ABSTRACT

Name : Rachmah Sri Rahayu

Study Program/Departement : Islamic Education

Title : Student Ethics to Teachers by KH. Hasyim Asy'ari

and Its Implementation in Islamic Education in the

Global Era

The objective of this study is to discuss “Students Ethics to Teachers by KH.

Hasyim Asy'ari and its Implementation in Islamic Education in the Global Era”. It

was given many incidents related to the ethics of students, such as: mistreating

that make the teachers passed away, things like that cause the author to be

interested in studying the ethics of students towards teachers, especially the

thoughts of KH. Hasyim Asy'ari. The purpose of this study was to know about

“Students Ethics to Teachers by KH. Hasyim Asy'ari and its Implementation in

Islamic Education in the Global Era”. The design of this research was qualitative

research. This study used a type of library research. The data was collected by

primary data from “Etika Pendidikan Islam: Petuah KH. Hasyim Asy‟ari Untuk

Para Guru (Kyai) Dan Murid (Santri): trans. Mohammad Kholil.” There were

twelve ethics thas should be done by the students to the teachers. In addition, this

study also explains how the implementation of KH.Hasyim Asy'ari's thoughts

(student ethics against teachers) in Islamic education in the global era, can be

through the role of the government (adding lessons about ethics in subject matter),

from schools, from teachers and the students.

Keywords: Students ethics to teachers, K.H. Hasyim Asy'ari, Islamic Education in

the Global Era

Page 13: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... ii

NOTADINAS ....................................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

MOTTO .............................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................................ xi

ABSRACT ............................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 8

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Kajian tentang Etika Pelajar

a. Etika ..................................................................................... 10

1) Pengertian Etika ............................................................ 10

2) Teori-teori Etika............................................................ 11

b. Pelajar

1) Pengertian Pelajar ......................................................... 14

2) Tugas dan Kewajiban Pelajar ....................................... 15

3) Etika Pelajar .................................................................. 18

2. Kajian tentang Pendidik/Guru

a. Pengertian Guru ................................................................... 27

b. Syarat-syarat Guru ............................................................... 28

c. Hak dan Kewajiban Guru .................................................... 30

d. Kompetensi Guru ................................................................. 32

3. Kajian tentang Pendidikan Islam di Era Global

a. Pengertian Pendidikan Islam ............................................... 34

b. Pengertian Globalisasi ......................................................... 35

c. Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi .................. 36

d. Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Globalisasi ............ 38

B. Studi Relevan ..................................................................................... 39

Page 14: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................. 41

B. Setting dan Subjek Penelitian .......................................................... 41

C. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 42

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 44

E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 44

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................. 45

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum ............................................................................... 46

1. Latar Belakang Keluarga KH. Hasyim Asy‟ari ......................... 46

2. Riwayat Pendidikan KH. Hasyim Asyari .................................. 47

3. Kiprah dan Perjuangan KH. Hasyim Asyari pada Bidang

Pendidikan ................................................................................. 49

4. Kebiasaan KH. Hasyim Asyari Terhadap Gurunya................... 54

5. Karya-karya KH. Hasyim Asy'ari .............................................. 58

6. Adabul Al-„alim wal muta‟alim ................................................. 59

B. Temuan Khusus dan Pembahasan ................................................... 69

1. Analisis Pemikiran Etika Pelajar Terhadap Guru Menurut KH.

Hasyim Asy‟ari ........................................................................... 71

2. Cara Mengimplementasikan pemikiran Etika Pelajar Terhadap

Guru Menurut KH. Hasyim Asy‟ari dalam Pendidikan Islam di

Era Global ................................................................................... 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 89

B. Saran ................................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Data Primer

Gambar 1.1 : Etika Pendidikan Islam: Petuah KH. Hasyim Asy‟ari Untuk

Para Guru (Kyai) Dan Murid (Santri) karya KH. M. Hasyim

Asy‟ari

Data Sekunder

Gambar 2.1 : Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar terjemahan

Adabul „Alim wal Muta‟allim karya Hadratussyaikh KH. M.

Hasyim Asy‟ari

Gambar 2.2 : Kode Etik Guru Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim

Asy‟ari dan Relevansinya dalam Konteks Pendidikan Sekarang

karya Muhammad Kholil

Gambar 2.3 : KH. Hasyim Asy‟ari Sehimpun Cerita, Cinta dan Karya Maha

Guru Ulama Nusantara karya Abdul Hadi

Gambar 2.4 : 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Riwayat, Perjuangan, Doa

dan Hizib karya KH. Abdul Aziz Masyhuri

Gambar 2.5 : Aktualisasi Pemikiran dan Kejuangan Hadratussyaikh KH. M.

Hasyim Asy‟ari karya Tim Pusat Kajian Pemikiran Hasyim

Asy‟ari

Page 16: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan umumnya bertujuan agar pelajar mendapatkan ilmu yang

diberikan guru kepada mereka. Pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan,

sikap atau keterampilan dari pelajar. Ilmu pengetahuan dapat membantu

meningkatkan intelektual dan keterampilan mereka, sedangkan hasil

pendidikan dari segi sikap dapat mengubah mereka menjadi manusia yang

berakhlak mulia sesuai atas norma dan adat istiadat yang sedang berlaku.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 3, “tujuan pendidikan nasional yaitu

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Anonim).

Mendapatkan pengajaran serta pendidikan akan membuat pelajar

memiliki karakteristik yang membedakannya dengan orang yang tidak

mendapat pendidikan. Bisa dilihat dari bahasa dan volume suara yang

digunakan saat berbicara, dari pola pikir dan dari perilaku yang mereka

tunjukan. Pola pikir yang mereka gunakan akan mempengaruhi tindakan dan

sikap yang akan mereka lakukan. Orang yang mendapat pendidikan jika

melakukan sesuatu, mereka akan memikirkan kembali tindakan dan respon

apa yang akan mereka dapatkan. Berbeda dengan orang yang tidak mendapat

pendidikan, mereka akan mudah bertindak tanpa memikirkan respon yang

akan mereka dapatkan nanti. Contohnya pada situasi yang sama, yaitu ketika

menangkap seorang pencuri. Misalnya A seorang yang mendapat pendidikan,

maka A akan berusaha melerai dan menenangkan warga yang emosi karena A

akan memikirkan dampak yang diterima pengeroyok (seperti di tahan dalam

penjara karena kasus kekerasan dan lain sebagainya) atau A juga akan

memikirkan nasib si pencuri (mungkin si pencuri melakukan kejahatannya

untuk memberi makan anaknya yang kelaparan dan alasan mendesak

Page 17: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

lainnya yang membuat dia harus mencuri). Akan beda halnya, misalkan B,

orang yang tidak mendapat pendidikan, dia hanya akan mengikuti emosinya

dan menghakimi sang pencuri tanpa sadar dampak yang akan dia terima

nanti. Dari contoh yang dijelaskan tersebut, dapat kita bedakan orang yang

mengenyam pendidikan dengan yang tidak bisa dilihat berdasarkan pola pikir

dan respon dari tindakan mereka. Pada proses pemecahan masalah dan

memutuskan suatu hal, orang yang tidak berpendidikan akan berfikir pendek,

mengambil keputusan secara ceroboh dan melakukan sesuatu seenaknya saja.

Berbeda halnya dengan orang yang berpendidikan akan menyelesaikan

masalah setelah berpikir panjang, berhati-hati dan bersikap sesuai dengan

norma yang berlaku.

Orang yang berpendidikan akan berupaya untuk menunjukkan sikap

hormatnya kepada orang lain, baik kepada yang lebih muda (tidak

merendahkan), kepada temannya apalagi kepada yang lebih tua darinya.

Sikap hormat bisa berdasarkan tata bahasa (tata bicara) dan sikap (respon)

kepada orang lain. Hal itulah salah satu tujuan pendidikan, yaitu agar dapat

menjadikan manusia yang berakhlak mulia dan bertata krama.

Pendidikan terdiri atas beberapa unsur diantaranya guru (pendidik),

siswa (peserta didik), kurikulum, materi pendidikan dan beberapa unsur-unsur

pendukung lainnya. Untuk membentuk insan manusia yang berakhlak mulia

dan bertata krama, maka dibutuhkan seseorang yang ahli dalam bidangnya,

yaitu guru.

Guru merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pendidikan dan

tugasnya adalah untuk mendidik dan membimbing anak didik. Guru

diharapkan sebagai tempat mendapatkan informasi dan memberikan motivasi

kepada pelajar agar mereka mampu mengembangkan bakat dan minat yang

terpendam dalam diri mereka. Meski hanya dilingkungan sekolah saja, peran

guru sangat memiliki pengaruh dalam kehidupan anak didik, sehingga guru

harus mampu memberikan teladan yang elok kepada anak didiknya. Dengan

adanya guru, maka akan terciptanya dokter, astronot, ilmuan, insinyur,

profesor dan manusia-manusia hebat lainnya. Guru mengabdikan dirinya

Page 18: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

3

dalam dunia pendidikan ini bertujuan untuk dapat mencerdaskan kehidupan

anak-anak bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa tertuang dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai salah satu tujuan Bangsa

Indonesia.

Guru merupakan orangtua di lingkup sekolah. Sudah semestinya

sebagai pelajar, kita harus mengikuti perintah yang guru berikan selama tidak

berlawanan dengan ajaran agama yang telah ditetapkan. Oleh karenanya, kita

harus menghormati dan menyayangi mereka seperti kedua orangtua kita di

rumah.

Terkadang pada zaman sekarang sangat berbeda etika murid

terdahap gurunya. Dahulu untuk memandang guru saja murid tidak berani

menatap kedua mata mereka, apalagi untuk berkata kasar dan memukul guru.

Namun, kenyataannya sangat berbeda dengan zaman sekarang. Contohnya,

makan diam-diam dikelas saat guru menerangkan, mendengarkan musik di

dalam jilbab bagi yang perempuan, bermain games, berbicara santai dengan

guru bahkan berkata kasar dan memukul gurunya sendiri. Penyebab

terjadinya hal-hal tersebut dalam dunia pendidikan, dimungkinkan karena

pendidikan hanya memperhatikan tentang ilmu pengetahuan saja tanpa

membentuk atau memperbaiki masalah sikap, etika dan moral peserta

didiknya.

Selain guru, komponen pendidikan yang lain yaitu pelajar. Pelajar

merupakan orang yang akan menerima ilmu. Tanpa adanya pelajar, proses

pendidikan tidak akan berjalan dengan semestinya. Pelajar tidak bisa belajar

hanya bersumber dari buku atau bahan pembelajaran saja, karena

dikhawatirkan akan salah mengartikan dan terjerumus dalam ajaran yang

salah. Oleh sebabnya, pelajar sangat membutuhkan guru dalam proses

pembelajaran. Dalam Alquran Surah Al-Isra‟ ayat 36, Allah berfirman:

ل د ك ؤا ف ل ر وا ص ب ل ع وا م ن الس إ م ل و ع ك ب س ل ي ا ل ف م ق ول ت

ول ئ س و م ن ان ع ك ك ئ ول أ

Page 19: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

4

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,

semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Anonim, 2002, hlm.

389).

Imam Syafi‟i mengatakan:

من ت فقو من بطون الكتب ضيع الحكام

“Barang siapa mempelajari ilmu pengetahuan yang hanya melalui buku, maka

ia telah menyia-nyiakan hukum.” (KH. Hasyim Asy‟ari, 2007, hlm. 28).

Agar pelajar dapat menerima kesempurnaan ilmu dan manfaat dari

ilmu yang mereka punya, mereka dapat mematuhi perintah dari guru,

memuliakan, menghargai, bertutur kata yang santun serta meyakini derajat

kesempurnaan yang dimiliki oleh gurunya (KH. Hasyim Asy‟ari, 2020, hlm.

25). Diterangkan, jika seseorang ingin memiliki kesuksesan dalam ilmunya

dan mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut maka dia harus menaati dan

tidak boleh mengucilkan pendapat guru, selain itu dia juga harus yakin atas

kesempurnaan ilmu gurunya.

Kunci keberhasilan pelajar salah satunya adalah rasa hormat kepada

guru. Dengan rasa hormat kepada guru maka pelajar akan dapat menggapai

ilmu yang dicari dan sebaliknya jika tidak memiliki rasa hormat kepada sang

guru maka akan gagal lah pelajar itu ketika menimba ilmu. Menghormati

guru merupakan integral dari menghargai ilmu pengetahuan.

Mengingat pelajar merupakan unsur pendukung serta unsur utama

dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan. Oleh karena itu, pelajar

mestinya memperhatikan akhlak mereka. Pelajar tidak sekedar mengetahui

akhlak yang baik namun juga harus mempelajarinya serta

mempraktekkannya. Individu yang mempunyai etika baik akan dianggap baik

oleh orang sekitarnya, sebaliknya jika mempunyai etika buruk maka

masyarakat sekitar akan memandang buruk terhadap dirinya. Pelajar tidak

berwawasan luas dan menguasai ilmu saja, tetapi mereka juga harus memiliki

etika baik agar dapat menyeimbangkan antara ilmu yang didapat dengan

sikap yang dimiliki. Oleh karenanya, sebagai seorang pelajar, harus dan wajib

Page 20: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

5

baginya memperhatikan sikapnya kepada orangtua, guru, teman, dan orang

sekitarnya. Inilah cara agar pelajar tidak hanya mampu dalam bidang

pendidikan dan ilmu saja tetapi juga mempunyai akhlakul karimah.

Kekerasan yang dilakukan anak didik kepada guru sungguh nyata

adanya. Seperti yang termuat dalam berita:

Mulai senin pagi (2/3/2020) saat berlangsung ujian. Ketika itu, YM

masuk ke dalam kelas dan bertanya terkait daftar hadir siswa. Ada

yang belum ditandatangani. Akan tetapi, satu pun siswa tidak ada

yang menjawab. Kemudian guru bertanya hingga ketiga kalinya,

dan dijawab oleh salah satu siswa. Siswa tersebut menyebutkan

nama siswa yang terlambat. Siswa satu siswa itu adalah CYT,

pelaku. YM langsung memperingatkan para siswa untuk mengisi

daftar hadir. Karena merasa tersinggung, para pelajar tersebut

langsung menyerang YM hingga korban terjatuh. 3 pelajar tersebut

juga menginjak kepala korban dan melontarkan kursi serta batu.

Karena penganiayaan itu, korban menderita luka, bengkak dan

cidera di beberapa bagian tubuh.

(Kompas.com. 5 Maret 2020. Kronologi 3 Pelajar SMA di Kupang

Aniaya Guru hingga Babak Belur).

Guru SMP Darrusalam, Kecamatan Pontianak Timur, Nuzul

Kurniawati menjadi korban penganiayaan siswanya yang berinisial

NF, pada Rabu (7/3/2018) sekitar jam 10 pagi. Kejadian ini terjadi

saat proses belajar sedang berjalan. Materi yang diajarkan tentang

Sejarah Kebudayaan Islam. NF (pelaku) sibuk bermain handphone.

Kemudian Nuzul menegur NF yang masih asyik bermain

handphone. Akhirnya Nuzul mengambil handphone dari tangan

pelaku. Karena tidak terima, pelaku memukul Nuzul dengan kursi

plastik hingga Nuzul sempoyongan. Ponsel yang dipegang oleh

Nuzul diambil pelaku dan dilemparkannya kepada Nuzul serta

memukul lehernya. Akibat kecelakaan tersebut, Nuzul (korban)

dirawat di rumah sakit dan masih menjalani perawatan.

(Kompas.com. 8 Maret 2018. Ditegur karena Main Ponsel di

Kelas, Murid Hajar Guru dengan Kursi).

Peristiwa ini terjadi di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura,

Kamis (1/2). Budi (korban) sedang mengajar seni rupa sekitar jam

1 siang. Selama proses belajar, MH sibuk mengganggu teman-

temannya dengan merusak lukisan temannya. Kemudian Budi

menegur MH, namun tidak dihiraukan. MH semakin menjadi-jadi.

Akhirnya Budi menegur MH dengan mencoret sedikit bagian pipi

MH dengan cat. Karena tidak terima, MH memukuli Budi. Guru

dan para siswa yang lain berusaha melerai. Kabar buruk diterima

kepala sekolah, bahwa Budi langsung tidur sesampainya dirumah,

Page 21: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

6

karena mengeluh sakit dibagian lehernya. Beberapa waktu

kemudian, korban merasa kesakitan dan koma, lalu di pindahkan ke

rumah sakit umum dr Seotomo, Surabaya. Berdasarkan penjelasan

dari para guru yang berada di RSU dr Soetomo, Surabaya, bahwa

korban dalam kondisi kritis dan dokter mendiagnosanya mengalami

mati batang otak serta tidak berfungsinya semua organ. "Sekitar

pukul 21.40 WIB, informasi dari Kadisdik Sampang menyebutkan

korban sudah meninggal dunia di RSU dr Soetomo,"

(detikNews. 2 Februari 2018. Cerita Siswa Aniaya Guru di

Sampang Hingga Meninggal Dunia)

Dari kasus-kasus yang dipaparkan menunjukkan bahwa etika

generasi muda terkhususnya para pelajar sangat rendah. Sikap tersebut

merupakan akhlak tercela dan tidak patut untuk ditiru, bahkan sikap

pelajar yang diluar batas itu menyebabkan gurunya meninggal dunia.

Sudah sepantasnya sebagai pelajar kita wajib menghormati dan

menjunjung tinggi martabat guru kita, karena keberkahaan ilmu yang kita

dapat adalah do‟a dan usaha yang dilakukan guru untuk kita. Apa jadinya

jika kejadian tersebut terus terulang dan menimbulkan banyak korban,

terlebih korban itu adalah orang yang membimbing dan mendidik serta

mentransfer ilmunya, sungguh tak patut sikap pelajar seperti itu kepada

guru.

Selain itu, penyebab banyaknya kasus tersebut adalah kurangnya

pengetahuan pelajar tentang etika yang harus dimilikinya. Oleh karenanya,

para pelajar membutuhkan pengetahuan etika baik dari guru maupun

melalui mempelajari buku atau kitab yang membahas tentang etika. Buku

yang membahas tentang akhlak atau etika siswa yaitu Adabul Alim Wal

Muta‟alim oleh penulis KH. Hasyim Asy‟ari yang bisa dijadikan rujukan

bagi para guru dan pelajar dalam pembelajaran. Meski kitab aslinya

menggunakan bahasa Arab, sekarang kitab itu sudah banyak

diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Pada kitab tersebut terdapat 8 bab

pembahasan, diantaranya: Fadhilah Ilmu, Ahli Ilmu (Ulama), fadhilah

mengajarkan dan mempelajari ilmu, etika pelajar, etika pelajar terhadap

guru, etika belajar bagi pelajar, etika bagi ulama/ guru, etika mengajar bagi

ulama/ guru, etika guru terhadap pelajar dan etika terhadap kitab (buku).

Page 22: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

7

Peneliti mengangkat ide dari KH. Hasyim Asy‟ari sebagai literatur

yang dijadikan acuan bagi guru dan pelajar. Karya beliau salah satunya

yang terkenal adalah kitab Adabul Alim Wal Muta‟alim. Kitab ini

dijadikan kesadaran tentang pentingnya sumber yang membahas etika

mencari ilmu. Menimba ilmu adalah tindakan religious yang mulia, jadi

ketika seseorang benar-benar menimbanya, mereka juga wajib untuk

menunjukkan sikap mulia.

Sumber dalam Adabul Alim Wal Muta‟alim ini diyakini peneliti

bahwa mempraktikkan isinya sangat pentingnya dan akan menambah

persepsi tentang etika dalam pendidikan, terkhusus etika terhadap guru.

Sehingga tidak akan ada lagi masalah yang gaduh dibicarakan seperti

pertengkaran, bullying, kurangnya bijaksana dan hal-hal lainnya yang

membuat cemas. Diantara banyak cerita tentang rendahnya etika pelajar

saat ini, apalagi efek dari negatifnya globalisasi mau tak mau harus

dihadapi oleh agama yang mendidik kepada keadilan, perdamaian dan

kejahteraan hidup manusia. Kita paham bahwa persoalan pendidikan Islam

secara internal itu terdapat pada masalah globalisasi yang muncul

diantaranya nilai-nilai agama yang kabur dan bergeser, kemerosotan

moral, pergaulan remaja yang cenderung bebas, penyalahgunaan obat

terlarang, minum-minuman yang memabukkan dan penyakit sosial

lainnya.

Dari uraian di atas, karena kurangnya pengetahuan pelajar tentang

etika terhadap guru dan juga bagaimana penerapannya pada pendidikan

Islam di masa global membuat peneliti ingin meneliti etika pelajar

terhadap guru dan penerapannya di era global saat ini. Oleh karena itu,

peneliti mengambil judul “Etika Pelajar Terhadap Guru Menurut KH.

Hasyim Asy‟ari dan Implementasinya dalam Pendidikan Islam di Era

Global”.

Page 23: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

8

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka penelitian ini

akan dibatasi. Adapun fokus penelitiannya adalah terkait etika pelajar kepada

guru, yang terkhusus pada pemikiran dan ide dari KH. Hasyim Asy‟ari dan

bagaimana nantinya cara mengimplementasikannya dalam pendidikan Islam

di era global.

C. Rumusan Masalah

Melihat dari permasalahan diatas, maka yang akan menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana etika pelajar terhadap guru menurut KH. Hasyim Asy‟ari?

2. Bagaimana cara mengimplementasikan etika pelajar terhadap guru

menurut KH. Hasyim Asy‟ari dalam pendidikan Islam di era global?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui bagaimana seharusnya etika pelajar terhadap guru

menurut KH. Hasyim Asy‟ari

b. Ingin mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan etika pelajar

terhadap guru menurut KH. Hasyim Asy‟ari dalam pendidikan Islam

di era global

2. Kegunaan Penelitian

a. Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

pemikiran pendidikan Islam mengenai etika pelajar terhadap guru

menurut KH. Hasyim Asy‟ari dan juga implementasinya dalam

pendidikan Islam di era global.

Page 24: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

9

b. Segi Praktis

1) Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi dalam

membangun, meningkatkan dan mengubah etika pelajar terhadap

guru menuju arah yang lebih baik.

2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

dan wawasan bagi sekolah terkhususnya guru dalam

membangun, meningkatkan dan mengubah etika pelajar di

lingkungan sekolah.

3) Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa dalam

membangun, meningkatkan dan mengubah etika terhadap guru

mereka yang selama ini menyimpang baik dalam lingkungan

sekolah maupun diluar sekolah.

4) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

wawasan, serta pengalaman bagi peneliti sendiri dan dapat

menjadi bahan pembelajaran untuk siswa-siswa kelak.

Page 25: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian tentang Etika Pelajar

a. Etika

1) Pengertian Etika

Etika secara etimologi berasal dari kata „ethos‟. „Ethos‟

merupakan bahasa yang berasal dari Yunani, yang berarti

kebiasaan atau adat. Etika memiliki beberapa istilah lain seperti

moral. Moral berasal dari kata „mores‟ kata jamak dari „mus‟ yang

artinya sama dengan etika, yaitu adat kebiasaan (Ade Imelda

Frimayanti, 2017, hlm. 230-231).

Istilah lain yang bisa disamakan dengan etika yaitu

„Susila‟ yang merupakan Bahasa Sangsekerta, „Su‟ yang berarti

lebih baik dan „Sila‟ yang berarti aturan hidup. Jika digabungkan

maka arti Susila yaitu aturan hidup untuk menjadi yang lebih baik.

Jika dalam Bahasa Arab disebut „Akhlak‟ yang berarti moral dan

etika artinya ilmu akhlak (Madiantius Tanyid, 2014, hlm. 237).

Etika menurut Imam Al-Ghazali ialah tentang 2 pokok

yang harus ada, yaitu perbuatan yang bersifat tetap dan continue

serta perbuatan yang bersifat spontan. Imam Al-Ghazali

mengatakan bahwa pokok-pokok dari etika itu ada empat,

diantaranya 1) Hikmah (keutamaan jiwa dalam mengendalikan

amarah dan nafsu), 2) Syaja‟ah (keberanian dalam melakukan atau

menahan tindakan), 3) „Iffah (keutamaan nafsu yang dapat tunduk

pada hati yaitu antara dua sifat yaitu tenang atau rakus) dan 4) Adli

(keadaan jiwa yang dapat dikendalikan oleh nafsu dan amarah atas

perintah akal dan syari‟at) (Ahmad Ulin Niam dan Nasrudin Zen,

2017, hlm. 101-102).

Page 26: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

“Etika menurut Magnis Suseno (1987) merupakan

bentuk usaha manusia untuk memakai akal budi dan

daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia

harus hidup kalau ia mau menjadi baik” (Mutaqin Al-

Zamzami, 2018, hlm. 223).

Pada umumnya etika disamakan dengan moral. Padahal

etika dan moral memiliki pengertian yang berbeda meskipun sama-

sama berhubungan dengan tindakan baik-buruknya manusia.

Singkatnya, etika adalah teori dari tindakan baik dan buruk

sedangkan moral (akhlak) adalah implementasinya dalam

kehidupan (praktek) (M. Amin Abdullah, 2020, hlm. 7).

Etika dan akhlak dari segi pengertian dan makna tidak

memiliki banyak perbedaan. Etika ialah pengetahuan yang

berkaitan dengan perbuatan manusia baik atau buruk. Sedangkan

akhlak adalah perbuatan yang dilakukan tanpa memikirkan dosa

dan pahala sesuai dalam Alquran dan Sunnah. Jadi, etika itu adalah

sebagian dari akhlak, karena akhlak dapat menentukan mana

perkara yang benar dan perkara yang salah dan diantara keduanya,

etika dan akhlak, saling meling melengkapi (Abdul Muqsith

Ahmad dkk, 2017, hlm. 36).

Pada jabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa etika dan

moral artinya adat kebiasaan. Moral adalah akhlak, sedangkan

etika adalah ilmu akhlak. Etika (ilmu akhlak) adalah teori terkait

baik buruknya perbuatan manusia dan merupakan perbuatan yang

spontan. Sedangkan moral (akhlak) adalah praktek yang

menuntukan benar-salahnya suatu perkara.

2) Teori-teori Etika

Mungkin bagi beberapa orang masih bingung dengan

etika. Apakah ada standar dari etika yang baik itu? atau apa

dasarnya kita dapat mengadili orang lain bahwa etikanya salah atau

menyimpang? Berikut teori-teori (Ambros Leonangung dkk, 2017,

Page 27: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

hlm. 14-19) yang bisa membantu kita untuk bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan tesebut:

a) Teori Utilitarisme

David Hume merupakan pelopor dari aliran ini.

Namun, bentuk yang paling komprehensif dan sering ditemui

adalah pemikiran Jeremy Bentham, yaitu Bapak Utilitarisme

Inggris. Paham ini menilai bahwa moral adalah konsekuensi-

konsekuensi dari perbuatan manusiawi. Pendekatan ini

dipercaya sebagai satu-satunya paham yang masuk akal, jelas,

tepat dan objektif. Menurut Bentham dan orang yang meyakini

teori ini, manfaat yang didapatkan dari suatu tindakan harus

bisa dirasakan oleh orang banyak dan bahkan oleh pelaku itu

sendiri. Jika kesenanangan hanya dapat dirasakan oleh pelaku

saja dan merugikan lingkungan sekitar bahkan orang banyak,

maka tindakannya itu tidak bisa diterima dan dibenarkan. Jadi,

utilitarisme merupakan paham menyangkut etika yang dilihat

dari segi keuntungan dan manfaat bagi banyak orang. Teori ini

tentunya bersifat positif, karena kepentingannya lebih

mengutamakan banyak orang dari pada kepentingan individu

saja.

b) Teori Deontologi

Immanuel Kant merupakan pelopor dari aliran ini.

Deontologi artinya adalah kewajiban. Immanuel Kant

mengatakan bahwa moralitas bersifat perintah, perintah

maksudnya adalah perintah tanpa syarat. Suatu tindakan

disebut baik apabila dilakukan karena memang harus

dilakukan. Contohnya, jika A meminjam barang B. Maka A

harus mengembalikan barang yang dipinjam tersebut.

Keharusan bagi A dan hal itu tanpa adanya syarat. Tidak perlu

dibahas apakah jika barang itu tidak dikembalikan maka A

akan dituduh mencuri, didenda, dimarahi pemiliknya, atau

Page 28: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

bahkan dipenjara. Intinya, perbuatan baik itu karena adanya

kewajiban dan harus dilakukan.

Immanuel Kant menuturkan bahwa manusia

memilki martabat. Martabat itulah yang dipakai manusia untuk

mempunyai tujuan untuk dirinya. Jika tujuannya bagus, maka

martabatnya akan baik. Namun, jika tujuannya tidak baik, maka

martabatnya akan buruk. Contohnya, A ingin punya uang

namun tidak secara instan dan ia berusaha mendapatkan uang

dengan berbagai cara tanpa memaksakan kehendaknya, maka

martabatnya akan baik. Berbeda jika B ingin mendapatkan

uang dengan cara yang instan tanpa ada usaha dan dengan cara

dipaksakan, maka B akan berusaha mencuri dan martabat B

akan menjadi buruk.

Kehendak dan keinginan baik yang terdapat dalam

diri manusia itulah yang memunculkan hokum umum. Manusia

tidak hanya sarana tetapi juga yang menciptakan hukum. Inilah

dasar hukum moral. Jika, A dilarang untuk membunuh, maka

hukum itu juga berlaku untuk semua manusia, dimanapun dan

siapapun. Hukuman akan diberikan kepada manusia yang

melakukan pelanggaran terhadap martabat dirinya demi

kebenaran dan keadilan.

c) Teori Hak

Deontologi merupakan kewajiban. Dan teori hak ini

merupakan bagian dari teori deontologi, karena sebagaimana

yang kita ketahui bahwa hak dan kewajiban tidak akan dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hanya saja yang paling

diutamakan pada teori ini adalah hak seseorang. Contohnya,

ketika A berjanji memberikan sesuatu kepada B, maka A

berkewajiban menepati janjinya. B berhak menerima yang

menjadi kewajiban A. Sehingga B berhak menerima sesuatu

dari A.

Page 29: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

d) Teori Keutamaan

Pada teori ini, yang dilihat yaitu tentang sikap, karakter

atau akhlak seseorang. Hidup yang baik menurut teori ini

adalah hidup berdasarkan keutamaan. Misalnya kebijaksanaan,

ialah suatu keutamaan agar seseorang mengambil keputusan

yang tepat dan benar pada setiap situasi. Selain itu, keadilan

ialah keutamaan lain yang diberikan kepada orang yang

sepantasnya dan memang hak yang patut ia terima. Kerendahan

hati ialah keutamaan yang menjadikan seseorang untuk tidak

berlebihan dan tahu diri sekalipun memang situasi

memungkinkan. Senang bekerja keras ialah keutamaan yang

harus diwujudkan agar menjadi orang yang baik secara moral.

Keutamaan-keutamaan dibutuhkan dimanapun. Jika dalam

lingkup sekolah, maka guru diminta untuk jujur, ulet, disiplin

dan mengabdi tanpa pamrih. Standar moralitas dapat diukur

dari seseorang mendalami dan menghayati keutamaan disetiap

kegiatan, hidup dan pekerjaannya.

b. Pelajar/Peserta Didik

1) Pengertian Pelajar/Peserta Didik

Pelajar ialah manusia yang bisa diajarkan dan

memerlukan pendidikan dalam rangka merealisasikan bakat dan

minat yang ada dalam dirinya serta membutuhkan ilmu untuk dapat

mencukupi kebutuhan hidup dan hal itu sebagai modalnya

beribadah kepada Allah Swt (Ahmad Yusam Thabroni, 2013, hlm.

305).

“Anak didik dalam pendidikan Islam adalah anak yang

sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik

maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya

melalui lembaga pendidikan. Definisi tersebut memberi

arti bahwa anak didik merupakan anak yang belum

dewasa yang memerlukan orang lain untuk menjadi

Page 30: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

dewasa. Anak kandung adalah anak didik dalam

keluarga, murid adalah anak didik di sekolah, anak-anak

penduduk adalah anak didik masyarakat sekitarnya…”

(Salminawati, 2015, hlm. 1).

Menurut pendapat Toto Suharto (2011), peserta didik

merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki

sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan

(M. Ramli, 2015, hlm. 68).

Dikemukakan oleh Moh. Roqib (2009), bahwa peserta

didik adalah semua manusia, yang mana pada saat yang

sama dapat menjadi pendidik sekaligus peserta didik

(Musaddad Harahap, 2016, hlm. 141-142).

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu (Sumiati, hlm. 88).

Pada jabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa

pelajar/peserta didik adalah salah satu yang berkonstribusi dalam

dunia pendidikan, mereka merupakan insan manusia yang masih

tumbuh dan berkembang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

melalui lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan itu tidak hanya

di sekolah saja tetapi juga bisa didapatkan dilingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat. Tanpa adanya peserta didik maka

proses belajar-mengajar tidak akan terlaksana dan tidak dapat

dirasakan apalagi diimplementasikan dalam keseharian.

2) Tugas dan Tanggungjawab Pelajar/Peserta Didik

Supaya Pendidikan Islam bisa mencapai tujuan yang

diinginkan, maka dalam pelaksanaannya pelajar diharapkan

mengetahui dan menyadari tugas dan tanggungjawabnya.

Dikemukakan oleh Al-Abrasyi sebagaimana dikutip Al Rasyidin

(2012) mengatakan bahwa pelajar memiliki beberapa tugas dan

tanggungjawab, diantaranya (Musaddad Harahap, 2016, hlm. 151-

152):

Page 31: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

a) Membersihkan hati dari sifat-sifat yang buruk.

b) Mengisi hati dan jiwanya dengan mendekatkan diri kepada

Allah Swt.

c) Mau mencari ilmu pengetahuan ke tempat yang asing dan jauh

sekalipun.

d) Jangan menukar guru terlalu sering.

e) Hendaklah menghargai, menghormati dan memuliakan guru

f) Jika berjalan dihadapan guru, diharuskan untuk menunduk dan

merendahkan diri. Jika ingin berbicara, diharapkan mendapat

izin darinya terlebih dahulu.

g) Jangan mencoba untuk menipu guru dan hindarilah keinginan

untuk membuka suatu rahasia serta jangan pula meminta guru

untuk membuka rahasia.

h) Tekun dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

i) Saling menghargai dan mencintai sesame pelajar.

j) Harus pelajar yang mengucapkan salam terlebih dahulu dan

mengurangi berbicara tidak penting dihadapan guru.

k) Pelajar hendaknya mengulang-ulang kembali pembelajaran yang

telah ia dapatkan, misalnya saat subuh.

Selain itu seperti dikutif Tafsir, Sa‟id Hawa (2008)

menjelaskan beberapa sifat dan tugas yang syarat-syaratnya harus

dipenuhi pelajar, diantaranya (Musaddad Harahap, 2016, hlm.

152):

a) Terlebih dahulu mensucikan jiwa.

b) Mengurangi kegiatan dan kesibukan duniawi.

c) Tidak merasa sombong dengan orang berilmu dan tidak

bertindak semaunya terhadap guru.

d) Menjauhkan diri dari perdebatan.

e) Menekuni dan memahami ilmu yang menurut pelajar penting

untuk dirinya sendiri.

Page 32: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

f) Jangan menekuni banyak ilmu pada waktu yang sama. Mulailah

dari yang dasar lalu menuju ilmu yang tinggi.

g) Tidak terburu-buru dalam menimba ilmu. Jika terburu-buru,

maka nantinya akan sulit untuk fokus memahami ilmu tersebut.

h) Pelajar sudah mampu memilih dan menentukan dimana ilmu

yang mulia dan paling utama.

Dikemukakan oleh Imam Abu Hamid AlGazhali,

sebagaimana terdapat dalam penelitian tesis Asari (2012),

mengemukakan bahwa tugas dan tanggungjawab pelajar yang lebih

terperinci dan tujuannya bisa untuk keberhasilan dalam proses

pendidikan, diantaranya (Musaddad Harahap, 2016, hlm. 152-153):

a) Membersihkan jiwa dan hatinya dari karakter buruk dan sifat

jelek.

b) Fokus terhadap pendidikannya dan jangan terganggu dengan

urusan duniawi.

c) Pelajar harus menghargai dan mematuhi setiap ucapan dan

perintah guru.

d) Harus menjauhi diri dari pertentangan dan kontroversi yang

dirasa tidak ada manfaatnya.

e) Pelajar berupaya untuk mempelajari ilmu secara maksimal dan

mempelajarinya pula cabang-cabang ilmu tersebut serta

mengetahui tujuan dari masing-masingnya.

f) Pelajar mestinya dapat mencermati disiplin-disiplin ilmu.

g) Pelajar mestinya dapat mempelajari pula disiplin-disiplin ilmu

yang sedang dipelajarinya.

h) Pelajar juga harus tau kebaikan apa yang ia dapatkan dari ilmu

yang sedang dipelajarinya.

i) Pelajar harus merumuskan tujuan dari mempelajari ilmu dengan

benar. Hal ini, tentunya harus bertujuan agar dapat mendekatkan

diri kepada Allah Swt.

Page 33: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

j) Pelajar harus mempertimbangkan cabang-cabang ilmu yang ia

pelajari dengan sungguh-sungguh terhadap tujuan akhir yang

diinginkannya.

Dalam proses belajar, pelajar tidak hanya

mengandalkan kehadirannya saja secara fisik, tetapi ia juga

harus memiliki kemauan, niat, kesadaran, kesabaran dan

sebagainya. Kepemilikan atas sifat-sifat seperti itu juga

merupakan tanggungjawab dan tugas dari pelajar agar

mempermudahnya dalam proses mencari ilmunya.

3) Etika Pelajar/Peserta Didik

Etika yang harus dimiliki pelajar menurut Ibn Jama‟ah

diantaranya (Ahmad Yusam Thabroni, 2013, hlm. 308-316):

a) Etika terhadap Diri Sendiri

Menurut Ibn Jama‟ah, agar pelajar itu mendapatkan

kedudukan yang tinggi dan kemuliaan dalam belajar, maka dia

harus:

i. Membersihkan hatinya dari sifat-sifat tak pantas. Misalnya,

sifat dengki. Pelajar yang didalam hatinya masih tertanam

sifat dengki terhadap teman-teman maupun orang

disekitarnya akan sulit mendapatkan, menerima,

menghafalkan, ataupun mempraktekkan ilmu tersebut. Oleh

sebabnya, pelajar harus terlebih dahulu membersihkan hati

mereka dari sifat-sifat tercela.

ii. Memiliki niat yang ikhlas dan baik dalam menuntut ilmu.

Sebab, niat merupakan langkah awal atau syarat pokok yang

harus dimiliki dan ditanamkan dalam diri pelajar. Pelajar

harus mulai dari niat baik, yaitu niat menuntut ilmu karena

Allah Swt, mempelajarinya, mengamalkan, menegakkan

syari‟at dan bahkan cara untuk bisa mendekatkan diri dan

mengharap ridho dari Allah Swt.

Page 34: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

iii. Menuntut ilmu dari usia muda hingga akhir hayat. Ibn

Jama‟ah menganjurkan agar belajar sedini mungkin, karena

waktu didunia ini terus berjalan dan setiap detik yang telah

terlewat tidak akan kembali. Jika waktu hanya terbuang

begitu saja, nantinya kita akan merugi saat

dipertanggungjawabkan di hari perhitungan kelak.

iv. Menghindari diri dari segala kesibukan dunia dan merasa

puas dengan yang dimiliki. Ibn Jama‟ah mengatakan bahwa

pelajar harus merasa rela, puas dan sabar terhadap cobaan

hidup serta menjahui hal-hal yang bisa mengusik pelajar

dalam menerima ilmu.

v. Mengatur jadwal untuk belajar dan mengajar. Maksudnya

pelajar harus dapat mengatur waktunya dalam menuntut

ilmu namun tidak lupa pula untuk mengatur waktunya

dalam menyebarkan ilmu yang dimilikinya.

vi. Makan secukupnya. Pelajar hendaknya tidak terlalu

berlebihan saat makan, karena dapat menyebabkan kantuk

dan malas saat belajar, selain itu juga tidak baik untuk

kesehatan badan.

vii. Wara‟ merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh

pelajar. Wara‟ atau sikap hati-hati sangat diperlukan oleh

pelajar, seperti berhati-hati dengan sumber belajar yang

didapatkan, berhati-hati dalam hal mengonsumsi makanan,

jangan sampai berlebihan dan lain sebagainya.

viii. Jika pelajar telah mengetahui makanan apa yang dapat

membuat mereka kehilangan hafalan, maka makanan itu

harus dihindari.

ix. Tidur dan istirahat secukupnya. Ibn Jama‟ah mengatakan

bahwa pelajar juga berhak untuk tidur dan mengistirahatkan

badannya selama 8 jam. Meskipun 8 jam, jam tidur itu

disesuaikan dengan kondisi pelajar itu sendiri, jika 5 jam di

Page 35: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

rasa sudah cukup, maka tidak harus memaksakan harus

tidur 8 jam seperti yang disarankan tersebut.

x. Menjauh dari lawan jenis dan mencari teman sejenis yang

dapat membawa kepada kesholehan. Teman sangat

mempengaruhi pelajar dan kehidupannya, jika memilih

teman yang sholeh dan rajin, maka kita akan terbawa

kesholehan dan sikap rajin mereka. namun sebaliknya, jika

berteman dengan orang yang malas dan suka bermaksiat,

maka kita akan terbawa ke dalam sikap malas dan

kemaksiatan.

b) Etika terhadap Guru

Ibn Jama‟ah mengatakan, bahwa etika pelajar

terhadap guru diantaranya:

i. Selalu patuh dan tawadldlu‟ dalam segala hal,

ii. Harus mendoakan, memuliakan, dan menghormati,

iii. Mengetahui hak-hak yang harus di terima oleh guru,

iv. Sebelumnya pelajar harus memilih guru yang mampu

mengajar dengan baik, memiliki akhlak yang bisa

diteladani dan selalu bertaqwa kepada Allah Swt.

c) Etika terhadap Pelajaran

Pelajar juga diharapkan mampu menghargai ilmu

yang akan dipelajarinya, agar ia mendapatkan manfaat dan

syafaat dari ilmu tersebut. Adapun etika yang harus dilakukan,

diantaranya:

i. Pelajaran harus pahami dan dikaji dahulu dari sumber

utamanya yaitu Alquran dan Sunnah. Setelah itu barulah

dikaitkan dengan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan

ilmu tersebut. Lalu, dilanjutkan dengan ushul, nahwu dan

shorof.

ii. Pelajar harus berhati-hati jika mendapat perbedaan

pendapat dari beberapa ulama tentang suatu masalah.

Page 36: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Pelajar yang pemula perlu mempunyai kitab pedoman

yang mencakup suatu permasalahan atau bisa

menggunakan beberapa sumber kitab lainnya yang

berkaitan dengan masalah tersebut jika telah mendapat

persetujuan dari sang guru.

iii. Pelajar diharapkan harus menelaah dan mengkaji lebih

dalam setiap mata pelajaran sebelum mereka

menghafalkannya, karena dikhawatirkan timbulnya

pengkaburan makna dan penyimpangan.

iv. Pelajar diharapkan mempelajari tentang hadist secara

keseluruhannya, termasuk tentang sanad, hukum-hukum

serta sejarah-sejarah hadits.

v. Jika pelajar telah mempelajari suatu ilmu, maka lanjutkan

lagi dengan ilmu yang lain. Karena pelajar tidak akan

merasa puas dengan sedikit ilmu.

d) Etika terhadap Halaqah dan temannya

i. Pelajar juga diharapkan dapat ikut serta dalam ber-halaqah

bersama guru dan teman-temannya. Karena dengan ber-

halaqah akan memperoleh kebaikan dan keberkahan.

ii. Ketika pelajar ikut serta dalam suatu majelis, maka ia

hendaknya sopan dan santun, mengucapkan salam,

menghormati dan menghargai guru dan teman-temannya.

iii. Pelajar diharapkan tidak malu atau takut jika merasa

bingung, ia bisa bertanya kepada guru jika belum

memahami masalah yang tengah dibahas. Hendaknya

ketika ingin bertanya, pelajar diharapkan untuk

mendapatkan izin terlebih dahulu dari guru.

iv. Ketika memulai untuk belajar, pelajar diharapkan untuk

membaca doa terlebih dahulu dibarengi dengan ta‟awudz,

basmalah, shalawat doa untuk guru serta pengarang kitab

yang sedang ia pelajari.

Page 37: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

v. Merasa senang dalam menggapai kesuksesan dan

keberhasilan.

Menurut Imam Al-Ghazali (Ahmad Ulin Niam dan

Nasrudin Zen, 2017, hlm. 103-106) tentang etika pelajar ketika

pembelajaran, diantaranya:

a) Seorang pelajar harus mensucikan hatinya terlebih dahulu dari

sifat-sifat buruk dan tercela. Karena Imam Al-Ghazali

berpendapat bahwa ilmu itu merupakan ibadahnya hati untuk

mendapatkan ridho dari Allah Swt.

b) Seorang pelajar handaknya meminimalisir urusan dunia karena

urusan dunia sangat mempengaruhi hati dan pikiran pelajar saat

mencari ilmu. Contohnya, mengurangi memikirkan keluarga

dirumah, memikirkan harta, memikirkan teman lawan jenis dan

lain sebagainya. Jika, pelajar dapat menjahui pikiran-pikiran

tersebut saat ia mencari ilmu, maka dapat menjadikannya fokus

terhadap ilmu saja.

c) Seperti poin yang pertama, pelajar harus menghilangkan sifat-

sifat tercela. Salah satunya adalah sifat sombong dan menentang

guru. Jika, memilki sifat-sifat tersebut, maka sia-sia saja pelajar

itu mengharapkan pahala dan barokah dari gurunya.

Menyerahkan semuanya, merasa yakin dan patuh dengan

nasehat guru, maka pelajar itu akan dapat pahala dan kemuliaan.

d) Pelajar hendaknya dapat berhati-hati dan menjaga dirinya dari

pertantangan-pertentangan yang ada, misalnya pertentangan

dengan pengetahuan tentang dunia dan pengetahuan tentang

akhirat, karena jika tidak berhati-hati maka pelajar bisa saja

menjadi ragu, lemah, heran bahkan putus asa dalam mendalami

ilmu pengetahuan.

e) Pelajar hendaknya jangan berpindah dari suatu ilmu ke ilmu

lainnya (dari satu cabang-kecabang lain) kecuali ia telah

Page 38: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

memahami dan mendalami ilmu sebelumnya. Ilmu pengetahuan

itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

f) Pelajar hendaknya jangan terpaku pada satu bidang ilmu saja

secara bersamaan, tetapi bisa dilakukan dengan sistematis

dengan memulainya dari ilmu yang lebih perlu dan penting

untuk dipelajari terlebih dahulu.

g) Pelajar diharapkan menyelesaikan terlebih dahulu ilmu yang

dipelajari sebelumnya dan jangan mengikutsertakan pokok

bahasan yang lain sebelum menyempurnakan ilmu yang

sebelumnya itu.

h) Pelajar hendaknya sebelum belajar suatu bidang ilmu tertentu,

harus mengetahui terlebih dahulu manfaat dan kegunaan

mempelajari ilmu tersebut. Jika telah diketahui manfaat dan

kegunaannya, maka pelajar harus bersungguh-sungguh dalam

proses belajar agar manfaatnya dapat dirasakan.

i) Pelajar harus memperindah dan meyakinkan hatinya bahwa

dalam mencari ilmu, ia akan mendapat berbagai keutamaan

diantaranya mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Jika pelajar

mampu melakukan hal tersebut, maka dia tak akan memilki sifat

sombong, menindas orang lemah dan meremehkan orang bodoh.

j) Pelajar harus dapat membedakan ilmu yang rendah dan ilmu

yang tinggi. Maksudnya dari ilmu tersebut dapat dipilih dan

diprioritaskan mana yang lebih penting untuk dunia dan akhirat.

Etika pelajar terhadap guru juga bisa diambil dari kisah

Nabi Musa As dan Nabi Khidir As yang terdapat dalam Surah Al-

Kahfi ayat 60-82. Adapun beberapa etika pelajar terhadap guru,

diantaranya (Mutaqin Al-Zamzami, 2018, hlm. 223-225):

a) Pelajar tidak mudah putus asa dan selalu semangat saat mencari

ilmu, meski jarak tempuh ketempat tersebut jauh dan

memerlukan waktu yang banyak dalam perjalanannya. Hal ini

Page 39: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

terkandung dalam Surah Al-Kahfi ayat 60-64 yang menceritakan

tentang perjuangan Nabi Musa As saat mencari Nabi Khidir As.

(٠٦وإذ قال موسى لفتاه ل أب رح حت أب لغ ممع البحرين أو أمضي حقبا )

(٠٦ف لما ب لغا ممع ب ينهما نسيا حوت هما فاتذ سبيلو ف البحر سربا )

(٠٦لما جاوزا قال لفتاه آتنا غداءنا لقد لقينا من سفرنا ىذا نصبا )ف

قال أرأيت إذ أوي نا إل الصخرة فإني نسيت الوت وما أنسانيو إل الشيطان

(٠٦لبحر عجبا )أن أذكره واتذ سبيلو ف ا

ا على آثارها قصصا (٠٦) قال ذلك ما كنا ن بغ فارتد

[60]. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya,

“Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke

pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai)

bertahun-tahun.” [61]. Maka ketika mereka sampai ke

pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu

melompat mengambil jalannya ke laut itu. [62]. Maka ketika

mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada

muridnya, “Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah

merasa letih karena perjalanan kita ini.” [63]. Muridnya

menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mecari tempat

berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang)

ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk

mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya

ke laut dengan cara yang aneh sekali.” [64]. Musa berkata,

“Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula. (Anonim, 2002: 411-412)

b) Pelajar harus memiliki sifat sopan kepada siapapun, terutama

kepada orangtua dan gurunya. Pada cerita tersebut, Nabi Musa

As bersikap santun kepada gurunya (Nabi Khidir As) yaitu

ketika Nabi Musa As terlebih dahulu meminta izin untuk

mengikuti Nabi Khidir As, hal itu sesuai dalam Surah Al-Kahfi

ayat 66.

Page 40: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

من ما عليمت رشداقال لو موسى ىل أتبعك على أن ت علي

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu

supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara

ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Anonim, 2002:

412)

c) Pelajar harus bersangka baik kepada gurunya dan meyakini

bahwa guru memang lebih pandai darinya. Hal ini agar tidak

menimbulkan sifat sombong. Hal itu sesuai dalam Surah Al-

Kahfi ayat 71, ayat 74, dan ayat 77.

فينة خرق ها ق أىلها لقد قال أخرق ت ها لت غر ففانطلقا حت إذا ركبا ف الس

جئت شيئا إمرا

Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki

perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa

kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan

penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu

kesalahan yang besar. (Anonim, 2002: 412)

ما ف قت لو فٱنطلقا حت بغي ن فس لقد قال أق ت لت ن فسا زكية ۥإذا لقيا غل

ا نكرا جئت شي

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa

dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa

berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan

karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah

melakukan suatu yang mungkar". (Anonim, 2002: 413)

أن يضي يفوها أىلها فأب وا ل ق رية ٱستطعماأى أت يا إذا فٱنطلقا حت

قال لو شئت لتخذت عليو أجرا ۥف وجدا فيها جدارا يريد أن ينقض فأقامو

Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai

kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada

penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau

Page 41: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam

negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr

menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau,

niscaya kamu mengambil upah untuk itu". (Anonim, 2002: 413)

d) Pelajar jangan tersinggung bila sang guru merendahkan atau

meremehkan dengan perkataannya. Hal itu sesuai dalam Surah

Al-Kahfi ayat 67:

را قال إنك لن تستطيع معى صب

Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan

sanggup sabar bersama aku. (Anonim, 2002: 412)

e) Pelajar harus bertekat bahwa akan menjalankan perintah-

perintah yang akan diberikan guru. Hal itu sesuai dalam Surah

Al-Kahfi ayat 69:

أعصى لك أمرا للو صابرا ول ء ٱ إن شا قال ستجدن

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai

orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam

sesuatu urusanpun". (Anonim, 2002: 412)

f) Jika pelajar tidak paham tentang sesuatu, maka dianjurkan untuk

bertanya kepada sang guru, namun sesuaikan pula dengan

kondisi guru dan dapatkan terlebih dahulu izin darinya. Hal itu

sesuai dalam Surah Al-Kahfi ayat 70:

اأحدث لك منو ذكر قال فإن ٱت ب عتن فل تس لن عن شىء حت

Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu

menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku

sendiri menerangkannya kepadamu". (Anonim, 2002: 412)

g) Jika pelajar melakukan kesalahan dan kekhilafan, maka pelajar

harus meminta maaf kepada sang guru. Hal itu sesuai dalam

Surah Al-Kahfi ayat 73:

قال ل ت ؤاخذن با نسيت ول ت رىقن من أمرى عسرا

Page 42: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena

kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu

kesulitan dalam urusanku". (Anonim, 2002: 413)

h) Jika membuat kesalahan, maka pelajar juga harus mampu dan

siap untuk mendapatkan hukuman atas kesalahan yang ia

perbuat. Hal itu sesuai dalam Surah Al-Kahfi ayat 78:

ذا فراق ب ين وب ينك را سأن بيئك قال ى بتأويل ما ل تستطع عليو صب

Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu;

kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan

yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Anonim, 2002: 413)

2. Kajian tentang Pendidik/Guru

a. Pengertian Guru/Pendidik

Kata pendidik berasal dari didik, artinya memelihara,

merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu

pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang sopan santun,

akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya dengan

menambahkan awalan pe- hingga menjadi pendidik, artinya

orang yang mendidik. (M. Ramli, 2015, hlm. 62).

Pendidik dapat diartikan menjadi dua yaitu pendidik yang

kodrati, pendidik dalam lingkup keluarga, yang disebut orangtua dan

pendidik secara profesi, dalam lingkup sekolah, yang disebut guru.

Pendidik dalam dua artian ini adalah orang yang bertanggungjawab

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi anak didik.

(Sumiati, hlm. 83).

Pendidik atau guru merupakan orangtua kedua dalam

lingkup sekolah, orangtua kandung telah menyerahkan anak mereka

untuk mendapatkan pendidikan di sekolah. Berhasil, kurang berhasil

atau tidak berhasilnya peserta didik dalam menjalankan

pendidikannya, disebabkan guru juga mengambil andil dan ikut serta

bertanggungjawab dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki

peserta didik, baik potensi ilmu pengetahuan (kognitif), potensi sikap

Page 43: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

(afektif) maupun potensi keterampilan (psikomotor). (Ahmad Ulin

Niam dan Nasrudin Zen, 2017, hlm. 98).

Selanjutnya, guru menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal

dalam Idris (2008) adalah orang dewasa yang bertanggung

jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam

hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai

tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk

Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan makhluk sosial.

(M. Shabir U, 2015, hlm. 223).

Umumnya Guru diartikan dari segi fungsi, ialah

menggambarkan tentang tugas dan fungsinya sebagai pendidik,

pengajar, pelatih dan beberapa fungsi lainnya. dalam pengertian itu,

dapat diartikan bahwa guru merupakan seseorang yang tugasnya

adalah mengajar. Guru sebagai orang yang mengajar, harus memiliki

kepandaian dan kecapakan pada bidang tertentu, menguasi praktek

maupun teori dalam bidang tersebut agar ilmu yang didapatkannya itu

dapat diajarkan dan diamalkan kepada anak didiknya dengan rasa

percaya diri, sehingga ia akan mendapatkan pengakuan dari orang

banyak (Ambros Leonangung dkk, 2017, hlm. 52-53).

Pada jabaran yang telah diuraikan di atas dapat disimpukan

bahwa pendidik ialah orang dewasa yang dituntut untuk dapat

membimbing dan mengembangkan potensi diri dari anak didik.

Pendidik tidak hanya ada disekolah saja, dilingkungan keluarga juga

ada hanya saja sebutan pada masing-masing lembaga berbeda. Dalam

ruang lingkup pendidikan, terkhususnya pada proses pendidikan,

pendidik/guru yang disekolah sangat berpengaruh dan memiliki peran

penting, mereka sangat menentukan dalam pencapaian tujuan dan

mutu pendidikan.

b. Syarat-syarat Guru

Jenis guru berdasarkan tingkatan peserta didiknya,

diantaranya ada guru TK, PIAUD, SD. SMP ataupun SMA. Setiap

Page 44: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

jenjang pendidikan tentunya materi yang diajarkan sangat berbeda.

Karenanya, guru diharuskan untuk dapat mengetahui dan mendalami

tentang materi yang akan diajarkannya, jangan membuat peserta didik

jenjang rendah memahami dan mempelajari materi tingkatan atas.

Atau sebaliknya, peserta didik yang jenjang tinggi mempelajari materi

tingkatan rendah yang tentunya tidak sesuai dengan kemampuan dan

potensi yang akan dikembangkan. Oleh sebabnya, guru harus

memahami hal itu.

Edi Suardi dalam Sadulloh (2010) mengatakan bahwa ada

lima syarat untuk guru yang harus dipenuhi, diantaranya (Ambros

Leonangung dkk, 2017, hlm. 56):

1) Guru harus mengetahui tujuan dari lembaga pendidikan.

2) Mengenal dan memahami peserta didik yang diajarkannya.

3) Mengetahui metode-metode dan alat pendidikan yang bisa

digunakan dalam proses pembelajaran.

4) Mempunyai sikap dan sifat suka menolong peserta didik.

5) Dapat menyatu dan berbaur dengan peserta didiknya.

Adapun beberapa syarat agar dapat menjadi guru yang baik,

diantaranya (Sumiati, hlm. 85-86):

1) Guru harus memiliki ijazah. Maksudnya ijazah ialah seorang guru

sudah diberi wewenang untuk melakukan tugasnya disuatu sekolah.

2) Guru harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik. Hal itu

sangat penting karena jika seorang guru tidak sehat secara fisik dan

mentalnya maka ia tidak akan dapat melakukan tugasnya dengan

benar dan tentunya akan mempengaruhi peserta didiknya.

3) Guru harus bertakwa kepada Allah Swt dan berkelakuan yang baik.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia

yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka sudah

seharusnya guru dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya dalam

melakukan ibadah dan berkepribadian yang baik.

Page 45: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

4) Guru harus menjadi orang yang bisa bertanggungjawab. Karena

sebagai seorang pendidik dan pembimbing, guru telah diberikan

kepercayaan oleh orangtua sepenuhnya dalam mendidik dan

membimbing anak mereka. selain itu, guru juga harus dapat

bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya.

5) Guru di Indonesia harus memiliki jiwa nasional. Hal itu

dikarenakan, Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku, bahasa

dan adat istiadat yang beragam. Syarat guru yang satu ini yaitu

harus dapat menanamkan jiwa kebangsaan ke dalam diri peserta

didiknya.

Selain lima syarat diatas, ada beberapa syarat lain yang

memiliki hubungan erat dengan tugas guru di sekolah, diantaranya

(Sumiati, hlm. 86):

1) Guru harus memiliki sifat dapat dipercaya dan adil kepada peserta

didiknya.

2) Guru harus memiliki sifat sabar, rasa saying dan rela berkorban.

3) Guru harus memiliki sifat wibawa dan tanggungjawab.

4) Tidak hanya kepada anak didik, guru juga harus dapat berbaur dan

berteman dengan siapapun dilingkungan sekolah, baik dengan guru

lain, staff ataupun masyarakat setempat.

5) Guru harus memilki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam

serta menguasai materi yang diajarkannya.

6) Guru harus dapat melihat kelemahan dan kekurangannya dan siap

untuk dikritik siapapun.

7) Guru harus bisa meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

c. Hak dan Kewajiban Guru

Guru dituntut memiliki keahlian khusus atas jabatan

keprofesionalannya. Guru diharapkan benar-benar dapat mengarahkan

perhatian terhadap tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Untuk itu,

Page 46: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

guru diberikan hak-hak tertentu yang dapat memenuhi dan

menjalankan tugasnya dengan baik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab IV (empat)

pasal 14 ayat 1, “Dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, guru berhak: a. memperoleh penghasilan

di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan

kesejahteraan sosial; b. mendapatkan promosi dan

penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c.

memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan

hak atas kekayaan intelektual; d. memperoleh kesempatan

untuk meningkatkan kompetensi; e. memperoleh dan

memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk

menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; f. memiliki

kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi

kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode

etik guru, dan peraturan perundangundangan; g.

memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas; h. memiliki kebebasan untuk

berserikat dalam organisasi profesi; i. memiliki kesempatan

untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; j.

memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;

dan/atau k. memperoleh pelatihan dan pengembangan

profesi dalam bidangnya.” (Anonim)

Setelah mendapatkan hak-haknya, maka guru harus

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya.

Kewajiban-kewajiban itu terdapat dalam:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Pasal 20 tentang guru dan dosen, “Dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a. merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran; b. meningkatkan dan mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni; c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas

dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan

kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan

status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d.

Page 47: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,

dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e.

memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.”

(Anonim)

Dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, guru

juga harus mampu eksis ditengah-tengah perkembangan teknologi

yang canggih dan ilmu pengetahuan yang pesat, karena hal itu juga

menjadi nilai dalam proses pembelajaran.

d. Kompetensi Guru

Tugas dan peran guru tidak hanya dalam mengusai ilmu dan

mentransfernya ke peserta didik saja. Selama berjalannya waktu, tugas

guru semakin berat dan kompleks. Sekarang tugas guru juga harus

melakukan persiapan sebelum memulai pembelajaran, persiapan yang

dilakukan adalah menganalisis dan menilai tentang karakteristik

peserta didik, menganalisis dan menilai kelas, menganalisis

kompetensi dasar serta merumuskan bagaimana proses pembelajaran

yang direncanakan. Zaman sekarang guru juga harus bisa

menggunakan bermacam-macam metode yang dikira efektif dan

variatif dalam proses pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik

dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bahkan, dituntut untuk

mampu mengerti tentang media berbasis elektronik seperti komputer,

laptop, penggunaan email dan internet.

Kompetensi guru diatur dalam:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Pasal 1 ayat 10 tentang guru dan dosen, “Kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”

(Anonim)

BAB IV pasal 10 ayat 1, “Kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

Page 48: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”

(Anonim)

Keempat kompetensi yang disebutkan diatas, secara teoritis

bisa dipisah-pisahkan namun secara praktis dan implementasinya

keempat kompetensi itu tidak mungkin terpisah. Berikut penjelasnnya

(M. Yusuf Seknun, 2012, hlm. 127-128):

1) Kompetensi Pedagogis

Maksud dari kompetensi ini ialah seperangkat kemampuan dan

keterampilan (skill) yang ada kaitannya dengan interaksi

pembelajaran antara peserta didik dan gurunya didalam kelas.

Kompetensi ini meliputi tentang kemampuan guru saat

menjelaskan materi, melaksanakan metode pembelajaran, memberi

pertanyaan ke peserta didik, bagaimana mengelola kelas dan

melakukan evaluasi setelah pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian

Maksud dari kompetensi ini adalah seperangkat kemampuan dan

karakteristik yang dimilki seorang guru yang mencerminkan akan

perilaku dan sikap guru dalam melakukan tugasnya pada kehidupan

sehari-hari. Kompetensi ini dapat menciptakan beberapa ciri guru

yang sabar, bertanggungjawab, tenang, ikhlas, demokratis, cerdas

dan menghormati orang lain, ramah, stabil, berani, tegas, kreatif,

dan yang lainnya.

3) Kompetensi Sosial

Maksud dari kompetensi ini adalah seperangkat kemampuan dan

keterampilan yang memiliki hubungan dengan interaksi sosial.

Guru dituntut harus bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

yaitu masyarakat, khususnya saat mengidentifikasi, menganalisis

dan menyelesaikan masalah yang ada ditengah-tengah masyarakat.

4) Kompetensi Profesional

Maksud dari kompetensi ini adalah seperangkat kemampuan dan

keterampilan guru dalam mengusai materi secara mendalam, utuh

Page 49: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

dan komprehensif. Tetapi itu saja tidak cukup membuat guru

menjadi orang yang profesional. Guru juga harus mampu menguasa

pokok bahasan yang terkait dengan materi yang diajarkan.

3. Kajian tentang Pendidikan Islam di Era Globalisasi

a. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan formal dalam Bahasa Inggris dikenal

dengan kata education berasal dari kata to educate yaitu

mengasuh, mendidik. Dalam Dictionary of Education

(1992), arti education adalah sekumpulan dari semua proses

yang memungkinkan seseorang mengembangkan

kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk-bentuk

pola perilaku yang bernilai positif di dalam kehidupan

sosial tempat dia hidup (Agung Ibrahim Setiawan dan M Al

Qautsar Pratama,2018, hlm 130).

Ahmad D. Marimba (1989), mendefinisikan Pendidikan

Islam adalah “bimbingan jasmani-rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya

kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam”

(Kompri, 2019, hlm. 1).

Pendidikan Agama Islam termuat di dalamnya nilai-nilai

keIslaman. Maksud dari keIslaman adalah bersifat menyeluruh, yang

dapat menjadikan manusia menjadi makhluk sempurna (Insan Kamil)

yang sesuai dengan syati‟at Islam (Ade Imelda Frimayanti , 2017,

hlm. 239).

Berdasarkan hasil dari seminar Pendidikan Islam di

Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Perguruan

Tinggi Islam Swasta (BKS-PTAIS) di Jakarta pada tahun 1979 (2006),

dirumuskan bahwa pengertian pendidikan Islam merupakan usaha dan

upaya yang dilakukan berlandaskan Islam dalam membantu manusia

untuk mendewasakan dan mengembangkan kepribadiannya, baik

secara rohaniah maupun jasmaniah untuk memikul tanggungjawab

dalam memenuhi tuntutan zaman dan masa depannya. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan Islam itu berlandaskan pada Islam itu

Page 50: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

sendiri dan tidak terlepas dari Nabi Muhammad sebagai tokoh yang

mengaktualisasikan pendidikan yang bersumber dari Alquran dan

Sunnah, sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah yang mengajak

manusia ke dalam ajaran Islam secara utuh (Lina Mayasari Siregar,

2016, hlm. 106).

b. Pengertian Globalisasi

Globalisasi pada dasarnya diambil dari kata global yang

artinya dunia. Yang maksudnya adalah proses dimana masuknya

keruang lingkup dunia. Globalisasi menyentuh semua aspek penting

dalam kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai masalah dan

tantangan baru yang wajib untuk dipecahkan untuk kepentingan

kehidupan. Proses awal perkembangan globalisasi ditandai dengan

kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi. Bidang inilah yang

menjadi penggerak globalisasi. Lalu mengalami kemajuan dan

perluasan yang mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kehidupan

seperti politik, ekonomi, budaya, sosial dan lain sebagainya. Contoh

sederhana dari teknologi, diantaranya TV dan parabola, orang negara

manapun dapat mengakses berita secara cepat (Nurhaidah dan M.

Insya Musa, 2015, hlm. 1-2).

Globalisasi adalah sebuah gerakan dunia yang menciptakan

dua sisi yang berbeda. Namun, perbedaan ini saling keterkaitan dan

terhubung. Disatu sisi, globalisasi menghadirkan ide-ide yang

mengarahkan dunia menjadi semakin heterogen dan memiliki standar

yang disesuaikan dengan kebudayaan, perdagangan dan teknologi dari

Barat. Namun di sisi lainnya, globalisasi meningkatkan kesensitifan

dari perbedaan budaya yang ada. Globalisasi sangat berkaitan dengan

modernisasi, dalam perkembangannya menghasilkan pengaruh yang

positif, misalnya rasionalisasi dan yang lainnya. Namun, tidak

dipungkiri juga ada pengaruh negatifnya juga, diantaranya

ketidakpuasan dan perubahan yang terjadi secara berkelanjutan. Suka

Page 51: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

atau tidak, Sadar atau tidak, kekuatan globalisasi itu telah menembus

sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat, dimanapun dan termasuk

salah satunya adalah Indonesia (Moh. Miftachul Choiri dan Aries

Fitriani, 2011,hlm. 318-319).

Globalisasi jika dikaitkan dengan budaya. Maka akan

terpikirkan tentang budaya-budaya yang berasal dari Barat. Namun,

Westernisasi sebenarnya salah satu produk dari globalisasi yang

dilakukan negara-negara Barat dalam ekspansi produk dan pengaruh

termasuk didalamnya pada bidang kebudayaan. Hal ini juga sama

dengan Asia (Korean Wave), yang mana pola penyebarannya dapat

berdasarkan film, musik (kpop), drama, cara berpakaian, makanan

bahkan Bahasa. Dapat diutarakan bahwa terdapat dua budaya yang

menguasai kebudayaan global, yaitu westernisasi dan Korean wave

(Dinda Larasati, 2018 ,hlm. 111).

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat

disimpulkan bahwa globalisasi dapat terjadi dalam bidang apapun,

termasuk didalamnya dalam bidang ekonomi, politik, budaya dan

bahkan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi nantinya

akan menyebabkan munculnya suatu standar tertentu. Apalagi dalam

lingkup pendidikan, contohnya ketika orang menonton sebuah drama

luar negeri dan didalamnya adegannya terdapat sikap buruk pelajar

kepada guru, sehingga orang yang menonton bisa mencontoh perilaku

dari yang dilihatnya itu.

c. Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi

Masalah mendasar yang dihadapi oleh umat Islam di

negara-negara berkembang yaitu ketinggalan ekonomi sebagai akibat

dari rendahnya kualitas pendidikan. Masalah pendidikan sangat pelik

dan didominasi oleh peradaban barat yang semakin menjadi-jadi.

Pendidikan Islam menghadapi masalah yang cukup serius dan mudah

terjadinya krisis nilai, karenanya Islam merupakan perpaduan antara

Page 52: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

kepentingan antara dunia dan akhirat. Hingga saat ini konsep

pendidikan Islam masih berpaya menemukan jati diri, disatu sisi harus

bisa mempertahankan Ilmu keIslamannya dan disisi yang lain harus

mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern. Dalam perkembangan pengetahuan dan teknologinya, Islam

masih tertinggal dengan bangsa Barat. Padahal bangsa-bangsa barat

itu menghasilkan teori-teori dan konsep mereka terinspirasi dari

tokoh-tokoh ilmuan muslim (Kompri, 2019, hlm. 39-40).

Pada era global ini, suatu hal yang tidak bisa dihindari

adalah tantangan budaya. Islam harus mampu menghargai perbedaan-

perbedaan budaya yang ada dan mampu hidup di dalam

lingkungannya, namun tetap harus berkaitan dengan nilai-nilai Islam.

Niam (2011) mengatakan bahwa multikultural dan pluralisme

merupakan bagian penting dari masyarakat global, yang perlu

dipahami, dimana masyarakat dengan semua unsurnya dituntut untuk

dapat saling bergantung dan menanggung nasib secara bersama-sama

demi terciptanya perdamaian abadi. Islam tidak menolak budaya

pluralisme dan bahkan memberikan rancangan yang bersifat positif

dan etis dan menganggapnya sebagai Sunnatullah. Pendidikan Agama

sangat penting dalam menanamkan kesiapan peserta didik dalam

menghadapi keragaman. Pendidikan Agama harus mampu

mengajarkan tentang budaya global yang beragam, yaitu tentang

keyakinan agamanya sendiri dan prinsip-prinsip agama dan budaya

lain dengan cara menghormati serta mampu memahami dalam

bertoleransi (Sofa Muthohar, 2014, hlm. 439-440).

Abuddin Nata (2012), menyatakan bahwa hambatan atau

ancaman terberat yang dihadapi di era globalisasi adalah

adanya lima kecenderungan yang membawa dampak bagi

kehidupan yang luas. Yaitu (1) kecenderungan untuk

berintegrasi dalam kehidupan ekonomi; (2) kecenderungan

untuk berpecah belah (fragmentasi) dalam kehidupan

politik; (3) kecenderungan interdepensi

(kesalingtergantungan) antara satu negara dengan negara

lain; (4) kecenderungan semakin meningkatnya kemajuan

Page 53: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang

selanjutnya mengubah secara radikal situasi pasar kerja; dan

(5) kecenderungan semakin tergesernya kebudayaan lama

oleh tradisi baru yang seringkali menimbulkan penjajahan

baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in

culture) (Rahendra Maya, 2016, hlm. 1175).

Efek dari negatifnya globalisasi mau tak mau harus

dihadapi oleh agama yang mendidik kepada keadilan, perdamaian dan

kejahteraan hidup manusia. Kita paham bahwa persoalan pendidikan

Islam secara internal itu terdapat pada lembaganya (kualitas pesantren

dan madrasah jauh dari harapan) maupun keilmuannya. Masih banyak

masalah-masalah yang belum ada solusinya, mulai dari kurikulum,

sumber dana, ketenagakerjaan dan manajemennya, yang menyebabkan

mutu pendidikan Islam sangat rendah dibarengi juga dari

pengelolanya yang tidak mampu mengantisipasi tantangan globalisasi

yang ada. Efek negatif yang harus dihadapi pendidikan Islam dari

masalah globalisasi yang muncul diantaranya nilai-nilai agama yang

kabur dan bergeser, kemerosotan moral, pergaulan remaja yang

cenderung bebas, penyalahgunaan obat, minum-minuman keras dan

penyakit sosial lainnya.

d. Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Globalisasi

Menghadapi masalah yang semakin pelik, pendidikan Islam

tidak bisa menghadapinya hanya dengan model pembelajaran yang

seperti sekarang ini. Pendidikan Islam harus mampu melakukan

inovasi dan pembenahan-pembenahan serta bekerja keras dalam

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dan melakukan

langkah-langkah yang dapat mengarah kepada kemajuan terkhususnya

pada Sumber Daya Manusia (SDM) (Kompri, 2019, hlm. 46).

Selain itu, mampu melakukan perubahan dalam proses

pendidikan, dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih

fleksibel dan komprehensif, sehingga para lulusan bisa melaksanakan

Page 54: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

tugasnya secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Itu

sebabnya, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang

memungkinkan para peserta didik bisa secara alami mengembangkan

potensi yang dimiliki dan kreatif dalam suasana penuh kebersamaan,

kebebasan, dan tanggung jawab. Selain itu, program pendidikan harus

diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat

memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya. Berbagai

macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga

pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan

nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus

diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model

pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan,

yang sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan

tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al-fahsh,

yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara

cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-

bashirah li idrak al-syai‟ wa ru‟yatihi, yakni melakukan perubahan

pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk

menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah

berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan

rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna

mengantisipasi masa depan yang lebih baik (Nur Hidayat, 2015, hlm.

140-141).

B. Studi Relevan

Studi relevan merupakan kajian mengenai penelitian-penelitian

terdahulu yang terkait (review of related literature). Penelitian ini mengenai

pandangan KH. Hasyim Asy‟ari mengenai etika pelajar terhadap gurunya dan

bagaimana implementasinya pada pendidikan Islam di era global.

Berdasarkan penelusuran hasil penelitian yang ada ditemukan beberapa

skripsi yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

Page 55: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

1. Penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nafi‟ah (NIM. 143111317),

Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di

Institut Agama Islam Negeri Surakarta tahun 2018. Dengan judul “Etika

Pelajar Terhadap Guru Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan

Relevansinya dengan Pendidikan Karakter”. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang pendapat KH.

Hasyim Asy‟ari tentang etika pelajar terhadap guru. Sedangkan

perbedaannya terletak pada kaitannya, penelitian saya menghubungkan

pendapat KH. Hasyim Asy‟ari dengan era globalisasi, sedangkan saudari

Durrotun Nafi‟ah menghubungkan pendapat KH. Hasyim Asy‟ari dengan

Pendidikan Karakter.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Tabi‟in (NIM. 04110018),

Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di

Universitas Islam Negeri Malang tahun 2008. Dengan judul “Konsep

Etika Peserta Didik dalam Pendidikan Islam Menurut K.H.M.

Hasyim Asy’ari (Studi Kitab Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’allim).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama

meneliti tentang kitab Adab Al-„Alim Wa Al-Muta‟allim karya KH.

Hasyim Asy‟ari tentang etika peserta didik. Sedangkan perbedaannya

terletak pada kaitannya, penelitian saya hanya memfokuskan tentang etika

pelajar terhadap guru dan menghubungkan pendapat KH. Hasyim Asy‟ari

dengan era globalisasi, sedangkan saudara Ahmad Tabi‟in memfokuskan

konsep etika pelajar dalam pendidikan Islam.

Page 56: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Berdasarkan penelitian ini, pendekatan yang dipilih adalah

pendekatan kualitatif. Kualitatif sering disebut dengan metode baru, artistic,

interpretive research dan postposotivistik. Disebut artistic karena penelitian

kurang berpola. Disebut interpretive research karena data yang ditemukan

berdasarkan kesan dan pandangan yang ditemukan dilapangan. Sedangkan

disebut postposotivistik karena berdasarkan pada filsafat postpositivisme

kebenaran berlandaskan pada fakta yang diberikan objek dan kebenarannya

bersifat menyeluruh dan saling berkaitan. (Sugiyono, 2018, hlm. 7-8).

Jenis Penelitian yang dipilih adalah penelitian kepustakaan (library

research).

Mirzaqon. T dan Purwoko dalam Mardalis (2017), mengemukakan

“Penelitian kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan

dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai

macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku,

majalah, kisah-kisah sejarah, dsb” (Milya Sari dan Asmendri, 2020,

hlm. 43)

Oleh karena itu, penulis menggunakan penelitian kualitatif dan jenis

penelitian kepustakaan (library research) karena dianggap cepat mengamati

secara langsung objek (buku rujukan) yang dijadikan penelitian. Dan berusaha

memahami secara mendalam tentang etika pelajar terhadap guru menurut KH.

Hasyim Asy‟ari dan juga implementasinya dalam pendidikan Islam di era

global.

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Peneliti memilih pendapat dan pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari

tentunya menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang mendukung untuk

diteliti, diantaranya:

Page 57: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

a. Beliau memimpin para ulama untuk mengeluarkan fatwa resolusi

jihad pada tanggal 22 Oktober 1945, yang mendukung para pemuda

Muslim saat itu untuk ikut bertempur melawan tentara sekutu pada

tanggal 10 November 1945. Hal ini bersifat kebangsaan.

b. Selain bersifat kebangsaan beliau juga terkait pada keIslaman. Salah

satu pemikiran dan perjuangan beliau yaitu sebagai pendiri

Nahdathul Ulama di Indonesia. Tentunya kita sebagai rakyat

Indonesia tidak asing lagi dengan NU. NU merupakan salah satu

bukti KH. Hasyim Asy‟ari merupakan seorang tokoh yang dapat

dijadikan patokan yang dapat diteladani oleh ulama-ulama dan

rakyat Indonesia.

c. Selain itu, KH. Hasyim Asy‟ari juga menuangkan pemikiran-

pemikiran beliau tentang jihad, nasionalisme, pendidikan dan politik

ke dalam karya-karya beliau yang sangat membantu dalam khazanah

ilmu pengetahuan sekarang ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah pemikiran dari KH. Hasyim

Asy‟ari tentang etika pelajar terhadap guru dan juga implementasinya

dalam pendidikan Islam di era global. Informan didapatkan dari sumber-

sumber (buku, jurnal, internet, majalah dan sebagainya) yang terkait

dalam penelitian ini.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Menurut Lofland and Lofland (1984) sumber data utama (Data

Primer) pada penelitian kualitatif adalah dari perkataan dan tindakan,

sisanya merupakan data tambahan (Data Sekunder). Perkataan dan

tindakan yang diamati dapat dicatat melalui film, audio, catatan tertulis

maupun foto. Sedangkan untuk data tambahan bisa berupa sumber

Page 58: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

tertulis seperti buku, artikel ilmiah, arsip, dokumen resmi dan dokumen

pribadi (Lexy J Moleong, 2018, hlm. 157). Berikut jabarannya:

a. Data Primer

Data Primer akan diambil dari karya yang ditulis oleh KH. M.

Hasyim Asy‟ari dengan judul “Etika Pendidikan Islam: Petuah KH.

Hasyim Asy‟ari Untuk Para Guru (Kyai) Dan Murid (Santri)”

terjemahan Mohammad Kholil,

b. Data Sekunder

Data sekunder akan diambil dari publikasi ilmiah terdiri atas buku,

jurnal, artikel, dan juga hasil penelitian lain yang ada kaitannya

dengan yang peneliti kaji seperti etika, pelajar, pendidik dan

pendidikan Islam di era global. Beberapa akan diambil dari buku

seperti karya yang ditulis oleh KH. M. Hasyim Asy‟ari dengan judul

“Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar” terjemahan Tim

Dosen Ma‟had Aly Hasyim Asy‟ari, Pesantren Tebuireng,

“Aktualisasi Pemikiran dan Kejuangan Hadratussyaikh KH. M.

Hasyim Asy‟ari” Karya pusat kajian pemikiran Hasyim Asy‟ari

Tebuireng,“KH. Hasyim Asy‟ari Sehimpun Cerita, Cinta dan Karya

Maha Guru Ulama Nusantara” karya Drs. Abdul Hadi, S.Pd., S.H.,

M.M., “Kode Etik Guru Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim

Asy‟ari dan Relevansinya dalam Konteks Pendidikan Sekarang”

karya Muhammad Kholil dan “99 Kiai Kharismatik Indonesia,

Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib” karya KH. Abdul Aziz

Masyhuri.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal data yang didapatkan oleh

peneliti. Jika peneliti menggunakan data dari dokumentasi, maka tulis

dan catatlah yang menjadi sumber data (Suharsimi Arikunto, 2010, hlm.

172). Berikut sumber datanya:

a. Buku,

Page 59: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

b. Jurnal,

c. Web (Internet), dan

d. Artikel ilmiah, arsip dan dokumentasi (jika ada)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang akan

dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Dalam proses

pengumpulan data, terdiri atas beberapa langkah diantaranya melalui

observasi atau wawancara, dokumentasi, materi visual serta usaha untuk

mencatat/merekam informasi (John W. Craswell, 2018, hlm. 253).

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan dokumentasi,

mengidentifikasikan secara menyeluruh data dari buku-buku terutama dalam

buku “KH.M. Hasyim Asy‟ari Etika Pendidikan Islam: Petuah KH. Hasyim

Asy‟ari Untuk Para Guru (Kyai) Dan Murid (Santri)” terjemahan

Mohammad Kholil serta karya-karya buku lainnya yang berhubungan dan

berkaitan dengan penelitian ini, seperti jurnal, web (internet), artikel dan

sebagainya yang terkait dengan kajian tentang etika pelajar terhadap guru

menurut KH. Hasyim Asy‟ari dan implementasinya dalam pendidikan Islam

di era global.

E. Teknik Analisis Data

Teknik untuk menganalisis data memiliki langkah-langkah, berikut

diantaranya:

1. Reduksi Data

Mereduksi data maksudnya adalah merangkum, mengambil hal-hal yang

dasar (pokok), memusatkan pada hal-hal yang berguna, dicari tema dan

polanya (Sugiyono, 2018, hlm. 247).

2. Penyajian Data

Setelah melakakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data tersebut. Data dapat disajikan dalam bentuk hubungan

Page 60: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

antar kategori, uraian singkat, flowchart, bagan dan sejenisnya

(Sugiyono, 2018, hlm. 249).

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah semua data disajikan dan dikumpulkan maka akan dapat ditarik

kesimpulan mengenai hal yang diteliti.

Karena jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah dalam

bentuk kajian kepustakaan (library research) dan teknik pengumpulan

datanya menggunakan metode dokumentasi, maka teknik analisis data yang

digunakan adalah kajian isi atau analisis konten (content analysis). Weber

(1985) mengatakan bahwa analisis konten adalah teknik penelitian yang

memerlukan beberapa langkah untuk mendapatkan kesimpulan yang sah

(benar, sempurna) dari sebuah buku maupun dokumen (Lexy J. Moleong,

2018, hlm. 220).

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam Creswell & Miller (2002), keabsahan data (validity) adalah

usaha dalam memeriksa data apakah data tersebut telah akurat atau tidak dari

sudut pandang peneliti atau pembaca (John W.Creswell, 2018, hlm. 269).

Untuk memastikan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

diantaranya seperti triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis

kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing (Lexy

J.Moleong, 2018, hlm. 327-338).

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti dalam

pemeriksaan keabsahan data adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan menggunakan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

kebutuhan pengecekan atau sebagai pembanding. Pada penelitian ini

pemeriksaan keabsahan data diambil dari karya yang ditulis oleh KH. M.

Hasyim Asy‟ari dengan judul “Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan

Pelajar” terjemahan Tim Dosen Ma‟had Aly Hasyim Asy‟ari, Pesantren

Tebuireng,

Page 61: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

46

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Latar Belakang Keluarga KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy'ari merupakan seorang ulama terkenal

Indonesia. Banyak perjuangan dan karya-karyanya yang digunakan

sebagai pedoman oleh ulama-ulama masa kini dan masyarakat umumnya.

Beliau lahir di Gedang, Jombang, Jawa Timur pada 14 Februari 1871.

KH. Hasyim Asy'ari lahir dari pasangan Kiai Asy'ari (Ayah) dan

Halimah (Ibu). Asy'ari merupakan nama ayahnya yang di nisbatkan

kepadanya. Kiai Asy'ari merupakan keturunan ke-8 Sultan Hadiwijaya

(Jaka Tingkir) dan beliau merupakan seorang ulama di Jawa Tengah,

khususnya Demak. Jika di kaji lebih lanjut, Sultan Hadiwijaya adalah

keturunan ke-6 Raja Brawijaya (penguasa Majapahit seperempat abad

XIV) di Jawa. Sedangkan ibunya, Halimah (Winih), merupakan putri dari

salah satu ulama di Jombang, Jawa Timur. Putri dari pasangan Kiai

Utsman (Ayah Halimah) dan Layyinah (Ibu Halimah) yang merupakan

pengurus pesantren Gedang, Jombang, Jawa Timur. Kiai Asy'ari berasal

dari Demak yang merupakan murid kiai Utsman. Beliau belajar di

pesantren Gedang serta menikahi salah satu putri gurunya yaitu Halimah

(Mohamad Kholil, 2013, hlm. 39-42).

Saat masa kehamilan, Halimah mengandung KH. Hasyim

Asy'ari, ada sesuatu yang tidak biasa. Halimah mengandung selama 14

bulan, berbeda dengan ibu hamil pada umumnya yang hanya

mengandung kurang lebih selama 12 bulan. Pada masa itu, di yakini oleh

masyarakat Jawa bahwa kehamilan yang tidak biasa ini merupakan tanda

bahwa bayi yang di kandung memiliki kecemerlangan. Namun, Halimah

dan Kiai Asy'ari lebih meyakini tanda yang lain, yaitu ketika Halimah

bermimpi bahwa sesuatu menimpa perutnya yang jatuh dari langit yaitu

bulan Purnama. Hal itu diyakini bahwa KH. Hasyim Asy'ari nantinya

Page 62: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

akan memiliki kecemerlangan. Ternyata keyakinan itu terbukti ketika

KH. Hasyim Asy'ari masih kecil. Setiap kawan-kawannya yang

menyalahi aturan permainan, maka KH. Hasyim Asy'ari akan

mengingatkan dan menegur agar bermain dengan adil. Pada masa itu,

beliau sudah memiliki jiwa pemimpin dan menjadi penengah (Abdul

Hadi, 2018, hlm. 19-20).

2. Riwayat Pendidikan KH. Hasyim Asyari

Dilihat dari lingkup keluarga KH. Hasyim Asy'ari, hidup di

lingkungan pesantren, tentunya KH. Hasyim Asy'ari telah banyak

mempelajari ilmu-ilmu agama. Pada tahun 1876, saat KH. Hasyim

Asy'ari berumur 6 tahun, beliau hijrah bersama orangtuanya pergi ke

Desa Keras, bagian Selatan dari Jombang. Ilmu-ilmu agama banyak

didapatkannya dari ayahnya, kiai Asy'ari, mulai dari membaca dan

menghafal alquran, dasar-dasar pendidikan Islam dan bahkan menguasai

kitab-kitab yang belum diajarkan oleh gurunya. Pada 1882, ketika KH.

Hasyim Asy'ari berusia 12 tahun, beliau sudah menguasai Bahasa Arab

dan diberi wewenang untuk mengajar santri yang lain. Ilmu yang dimiliki

itu tidak membuat KH. Hasyim Asy'ari puas dengannya. Beliau dikenal

suka mengembara dalam menuntut ilmu. Pada 1885, saat umur KH.

Hasyim Asy'ari berusia 15 tahun, beliau banyak mengunjungi pesantren

untuk menuntut ilmu. Beliau mengembara hingga Bangkalan, Pulau

Madura dan belajar dari KH. Abdullah Khalil. Pengembaraan yang beliau

lakukan ini dikarenakan beliau ingin mendapatkan disiplin ilmu dari

setiap pesantren yang berbeda. Karena setiap pesantren memiliki

karakteristik dan ciri khas tersendiri terutama dalam pelajaran yang

diajarkan (Abdul Hadi, 2018, hlm. 20-21). Contohnya, Pesantren di

Pacitan Jawa Timur, Termas, dikenal dengan spesialis ilmu 'alat (ilmu

tentang literatur Arab, struktur dan tata bahasa) dan berbeda dengan

pesantren di Kediri ,Jampes, dikenal sebagai pesantren Tasawuf. Pada

tahun 1891, setelah selesai menuntut ilmu di Bangkalan, KH. Hasyim

Page 63: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Asy'ari melanjutkan pengembaraannya di Pesantren Sidoarjo, Siwalan.

Kiai Ya'qub adalah Kiai yang memimpin Pesantren Siwalan tersebut.

Beliau merupakan guru besar yang ahli agama dan memiliki pandangan

luas. Selama belajar di Pesantren Siwalan, Kiai Ya'qub sering

memperhatikan KH. Hasyim Asy'ari. Kiai Ya'qub melihat KH. Hasyim

Asy'ari mempunyai potensi dan cukup dalam ilmu agamanya. Pada tahun

1892, KH. Hasyim Asy'ari dijodohkan dengan anak Kiai Ya'qub, Nafisah

(Mohamad Kholil, 2013, hlm. 45).

Tahun 1892, KH. Hasyim Asyari menunaikan Haji dengan

istrinya (Nafisah) dan Kiai Ya'qub (ayah mertuanya) di Makkah. Namun,

tidak hanya menunaikan Haji saja, di Makkah KH. Hasyim Asy'ari juga

menuntut ilmu disana. 7 bulan setelahnya, berita duka didapatkannya,

Nafisah (istrinya) dan Abdullah (anaknya) meninggal dunia. Walaupun

beliau mendapat duka yang mendalam karena kehilangan orang-orang

yang dicintai, tidak menyurutkan semangat dan tekat beliau dalam

menimba ilmu. Beliau dengan lapang dada menerima semua takdir yang

sudah ditetapkan Allah kepadanya dan menghibur dirinya dengan

mendatangi tempat yang suci di Baitullah. Setelah beberapa bulan, beliau

kembali ke Indonesia bersama ayah mertuanya (Kiai Ya'qub) sekaligus

mengunjungi keluarganya yang ada di Jawa (Mohamad Kholil, 2013,

hlm. 47).

Tahun 1893, KH. Hasyim Asy'ari ke Makkah lagi bersama

Kiai Anis (adik kandungnya). Ketika di Makkah, beliau belajar kepada

Syeikh Mahfudz at-Tarmasi. Beliau merupakan putra Kiai Abdullah,

pemimpin pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Beliau dikenal

sebagai orang yang sangat ahli ilmu hadits yang di riwayatkan Imam

Bukhari. Setelah menyelesaikan pelajaran haditsnya dari Syeikh

Mahfudz at-Tarmasi, KH. Hasyim Asy'ari mendapat Ijazah untuk bisa

mengajar kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hal itu merupakan

kesempurnaan ilmu yang dimilikinya, karena ilmu Fiqh telah di dapatkan

di Jawa ditambah dengan Ilmu Hadits serta Alquran beserta tafsirnya.

Page 64: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Selain Syeikh Mahfudz at-Tarmasi, Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau

juga merupakan guru KH. Hasyim Asy'ari. Syeikh Ahmad Khatib

merupakan seorang guru besar dan ulama terkenal di Makkah dan

menjadi salah seorang imam di Masjidil Haram dengan menganut

Mahdzab Syafi'i. Syeikh Khatib juga merupakan seorang Sufi (Aziz

Masyhuri, 2017, hlm. 194-195).

Pada tahun 1899, tahun ke-7 KH. Hasyim Asy'ari tinggal di

Makkah, datanglah kelompok jamaah Haji dari Indonesia. Salah satu

kelompok itu adalah dari Desa Karangkates, Kediri, Jawa Timur,

kelompok Kiai Romli dengan putrinya Khadijah. Kiai Romli sangat

menyukai KH. Hasyim Asy'ari dan menjodohkannya dengan putrinya,

Khadijah. Pernikahan akhirnya terlaksana di tanah suci. Setelah

pernikahan, mereka kembali ke tanah air dan tinggal beberapa bulan di

Kediri. Menurut sumber lain, dikatakan bahwa mereka langsung menuju

Pesantren Gedang, tempat kakeknya, Kiai Utsman, setelah itu mengajar

di Pesantren Keras membantu ayahnya, Kiai Asy'ari (Mohamad Kholil,

2013, hlm. 49-50).

3. Kiprah dan Perjuangan KH. Hasyim Asyari pada Bidang

Pendidikan

Setelah kembali dari Makkah, KH. Hasyim Asy'ari langsung

menekuni lingkup pendidikan untuk kepentingan agama. Perjuangan KH.

Hasyim Asy'ari salah satunya adalah pesantren, beliau ingin mendirikan

sebuah pesantren di daerah Tebuireng. (Aziz Masyhuri, 2017, hlm. 197)

Pesantren Tebuireng didirikan agak jauh dari Kota Jombang.

Tebuireng merupakan nama dusun kecil di Jawa Timur, Kabupaten

Jombang, Kecamatan Diwek, di Desa Cukir. Masyarakat setempat

menuturkan bahwa Tebuireng awalnya berasal dari kata 'kebo ireng' yang

artinya kerbau berwarna hitam. kabarnya, ada salah satu penduduk yang

mempunyai kerbau berwarna kuning. Suatu ketika kerbau kuning itu

hilang. Dan ketika dicari ternyata kerbau tersebut ditemukan hampir mati

Page 65: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

dirawa-rawa serta sekujur tubuhnya dipenuhi lintah. Kerbau yang

awalnya kuning, berubah menjadi kerbau hitam. Kejadian itu membuat

sang pemilik kerbau berteriak 'Kebo ireng...! Kebo ireng...!'. Sejak itu,

desa tersebut diberi nama Kebo Ireng. Desa tersebut semakin ramai,

nama Kebo Ireng berubah nama menjadi Tebuireng. Tidak diketahui

mengapa nama tersebut sedikit berubah, mungkin ada kaitannya dengan

hadirnya pabrik gula di bagian selatan desa. Tempat itu memotivasi

warga untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula dan mungkin tebu

yang di taman berwarna hitam, sehingga dusun tersebut berubah nama

menjadi Tebuireng (Tim Pusat Kajian, 2018, hlm. 210-211).

Upaya KH. Hasyim Asy'ari membangun Pesantren Tebuireng

tidak semua mendapat dukungan dari teman-temannya. Hal itu

disebabkan, daerah tersebut rawan kejahatan dan maksiat bahkan ada

masyarakatnya yang tidak beragama dan adat istiadatnya tidak selaras

dengan nilai-nilai kemanusiaan. Namun, hal itu tidak menyurutkan

semangat KH. Hasyim Asy'ari menyebarluaskan ajaran Islam di daerah

tersebut. Beliau ingin menyiarkan ajaran agama di daerah tersebut untuk

memperbaiki moral masyarakatnya. Keputusan mendirikan Pesantren di

daerah itu bertujuan untuk mengamalkan ilmu dan berdakwah sehingga

ilmu yang telah didapatkan bisa digunakan di pesantren sebagai wadah

perubahan sosial masyarakat. Berdasarkan tujuan tersebut, KH. Hasyim

Asy'ari diberi julukan orang 'ahli strategi' dalam mengubah struktur

masyarakat (Aziz Masyhuri, 2017, hlm. 198).

Berjarak 200 meter dari Pesantren yang bangun oleh KH.

Hasyim Asy'ari terdapat sebuah pabrik gula, Pabrik Gula Cukir.

Didirikan tahun 1853 dan pada saat itu gula adalah sumber yang penting

untuk perdagangan di luar negeri bagi kaum kolonial. Pabrik ini

dijadikan simbol modernisasi bagi kaum kolonial. Pada konteks ini,

Pesantren Tebuireng dipandang sebagai bentuk perlawanan terhadap

kekuasaan Belanda. Jika ini benar, maka strategi KH. Hasyim Asy'ari

mendirikan Pesantren Tebuireng di daerah itu didasarkan pada

Page 66: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

pertimbangan-pertimbangan matang untuk tetap menjaga orientasi

keagamaan dalam misi pejuangannya. Dan faktanya, rangkaian ini

disertai pula aksi penolakan kepada kolonial baik dari dirinya maupun

para santrinya (Mohamad Kholil, 2013, hlm. 58).

Pesantren Tebuireng dibangun pada 3 Agustus 1899 M.

Pembangunannya menggunakan sebidang tanah dengan ukuran 6 x 8

meter. Dibuatlah sebuah bangunan kecil menjadi 2 bagian dari anyaman

bambu (dalam bahasa Jawa disebut Tratak). Di sisi belakang menjadi

tempat tinggal KH. Hasyim Asy'ari dengan istrinya. Sedangkan sisi

depan dijadikan Mushola (tempat sholat). Masyarakat setempat tidak

langsung menerima kehadiran KH. Hasyim Asy'ari di Tebuireng.

Beberapa kali gangguan, ancaman bahkan fitnah kerap di terima olehnya

dan santrinya. Gangguan-gangguan itu berupa pelemparan kayu dan batu,

dan bahkan penusukan senjata ke dinding tratak. Para santri seringkali

tidur di bagian tengah ruangan agar tidak tertusuk senjata tajam.

Gangguan-gangguan itu berlangsung selama 2,5 tahun dan bahkan santri

di minta secara bergiliran untuk berjaga. Gangguan semakin meresahkan

dan membahayakan, KH. Hasyim Asy'ari meminta para santri untuk

menemui Kyai Abdullah Penguragan, Kyai Samsuri Wanantara, Kyai

Saleh Benda dan Kyai Abdul Jamal Buntet di Cerebon, Jawa Barat.

Keempat kyai tersebut merupakan sahabat karib KH. Hasyim Asy'ari dan

meminta mereka untuk melatih pencak silat para santri di Tebuireng

selama 8 bulan. Bekal pencak silat inilah yang membuat KH. Hasyim

Asy'ari dan para santri tidak risau lagi terhadap gangguan dari luar.

Bahkan KH. Hasyim Asy'ari sering sendirian ronda malam. Para

pengganggu sering kalah ketika beradu fisik dengan KH. Hasyim Asy'ari.

Banyak diantara mereka yang ingin menjadi murid KH. Hasyim Asy'ari

dan belajar pencak silat. Sejak saat itu, KH. Hasyim Asy'ari diakui

sebagai bapak, guru sekaligus pemimpin masyarakat. Pengakuan

masyarakat itulah yang menyebabkan bertambahnya jumlah santri di

Pesantren Tebuireng, pada awalnya, tahun 1899 28 orang, 200 orang

Page 67: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

pada tahun 1910 dan semakin banyak menjadi 2000-an orang, sebagian

berasal dari Singapura dan Malaysia. Pembangunan Pesantren juga

ditingkatkan, termasuk kegiatan pendidikannya yaitu menguasai kitab

kuning (Tim Pusat Kajian, 2018, hlm. 212-214).

Dalam kesehariannya, KH. Hasyim Asy'ari menggunakan

waktunya untuk mengajar. Materi yang beliau ajarkan yaitu kajian ilmu

Hadits. Ilmu hadits beliau ajarkan secara rinci dan mendalam. Tidak

hanya ilmu Hadits saja, beliau juga mengajarkan ilmu Fiqh dan Tafsir.

Beliau membacakan materi-materi berbahasa Arab dengan lugas dan

menterjemahkan serta menjelaskannya dengan cara yang mudah

dipahami. Beliau juga selalu sabar dan ramah menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan santri kepadanya (Mohamad Kholil, 2013, hlm.

61).

Dari tahun awal berdirinya pesantren hingga tahun 1916,

Pesantren Tebuireng memakai sistem pengajaran bandongan dan

sorogan. Kenaikan kelas ditentukan dari kitab yang telah dipelajari.

Materi yang diajarkan meliputi Bahasa Arab dan pengetahuan Agama

dengan pengantarnya menggunakan bahasa Jawa serta ketika menulis

menggunakan huruf Pegon (tulisan Arab berbahasa Jawa). Jika sudah

khatam mempelajari kitab maka bisa lanjut ke jenjang kelas lebih tinggi.

Seiring berjalannya waktu, suatu kelas ditambahkan dalam pembelajaran.

Kelas itu dinamakan 'kelas musyawarah' dan merupakan kelas tertinggi.

Karena kelas tersebut merupakan kelas tertinggi, maka untuk masuk

dalam kelas tersebut, para santri harus berusaha dengan giat melewati

seleksi ketat. Pada 20 tahun perkembangan pesantren Tebuireng, Kiai

Alwi, Saudara Ipar KH. Hasyim Asy'ari banyak membantu

perkembangan pesantren. Menantu KH. Hasyim Asy'ari yang pertama

dari putrinya Khairiyah, Kiai Ma'sum Ali, pada tahun 1916 mengenalkan

sistem klasikal (Madrasah) yang diambil dan dilihat dari sistem

pendidikan di Makkah. Pada tahun 1919, Tebuireng khususnya bagian

Madrasah membuka 7 tingkatan yang terbagi dari tingkatan tahun

Page 68: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

pertama (sifir awal) dan tahun kedua (sifir tsani) yang merupakan masa

persiapan untuk bisa masuk madrasah 5 tahun berikutnya. Pada jenjang

kelas sifir awal dan sifir tsani, santri diajarkan bahasa Arab sebagai

landasan untuk 5 tahun berikutnya. Pada 1919 madrasah Tebuireng resmi

diberi nama Madrasah Salafiyah Syafi'iyah. Mata pelajarannya ditambah

Bahasa Melayu, Geografi dan Matematika. Tahun 1926, mata

pelajarannya ditambah Sejarah dan Bahasa Belanda oleh Kiai Ilyas. Pada

1928, KH. Hasyim Asy'ari sebagai kepala Madrasah mengganti Kiai

Ilyas menggantikan Kiai Ma'sum, lalu Kiai Ma'sum diminta untuk

mendirikan Pesantren Seblak yang tidak jauh dari Madrasah Salafiyah

Syafi'iyah (sekitar 200 m arah barat). Materi-materi yang diajarkan

termasuk juga diantaranya materi non-agama, sehingga mendapat

penolakan dan kritik dari para ulama serta orangtua santri. Para orangtua

melarang anaknya untuk masuk ke Madrasah tersebut. Namun, pada

tahun 1940-an, ilmu-ilmu itu sangat berguna saat Jepang mengharuskan

orang pribumi untuk menulis dan berbicara menggunakan huruf-huruf

alfabet. Selain itu banyak dari alumni Madrasah yang menjadi anggota

Lembaga Perwakilan Distrik (Sanakai) berkat kemampuan mereka

terhadap ilmu-ilmu umum (Mohamad Kholil, 2013, hlm. 66-68).

Pada tahun 1942, saat pemerintahan Jepang, Sambu Beppang

(Gestopo Jepang), mendata jumlah ulama di Pulau Jawa. Saat itu

berjumlah 25.000-an orang dan rata-rata pernah belajar di Tebuireng.

Karena kemampuan KH. Hasyim Asy'ari mengembangkan ajaran Islam

dan perjuangan yang beliau lakukan, para ulama di pulau Jawa

memberikan beliau gelar 'Hadratusy Syeikh' artinya 'Tuan Guru Besar'.

Sejarahnya, Pesantren Tebuireng hingga kini sudah mengalami 7 kali

periode kepemimpinan. Berikut periodisasi kepemimpinan Tebuireng:

a. Pada 1899-1947, Periode Pertama: KH. M. Hasyim Asyari

b. Pada 1947-1950, Periode Kedua: KH. Abdul Wahid Hasyim

c. Pada 1950-1951, Periode Ketiga: KH. Abdul Karim Hasyim

d. Pada 1951-1952, Periode Keempat: KH. Achmad Baidhawi

Page 69: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

e. Pada 1953-1965, Periode Kelima: KH. Abdul Kholik Hasyim

f. Pada 1965-2006, Periode Keenam: KH. M. Yusuf Hasyim

g. Pada 2006-kini, Periode Ketujuh: KH. Salahuddin Wahid (Tim Pusat

Kajian, 2018, hlm. 214-215).

Perjuangan KH. Hasyim Asy'ari terkait pendidikan tidak saja

mendirikan pesantren, tetapi beliau juga menciptakan karya berdasarkan

pemikirannya. Karya beliau salah satunya ialah Adabul Alim wal

Muta'alim. Dalam karyanya itu terlihat bahwa KH. Hasyim Asy'ari

banyak dipengaruhi oleh tradisi Pendidikan Islam bernuansa Klasik yang

lebih mengedepankan etika dan aspek normatif ketika mengajar serta

dipengaruhi pula dari pemikiran Imam al-Ghazali dan Az-Zarnuji dimasa

klasik. (Abdul Hadi, 2018, hlm. 25-26).

4. Kebiasaan KH. Hasyim Asyari Terhadap Gurunya

KH. Hasyim Asy‟ari adalah ulama yang sangat berpengaruh.

Beliau mempunyai kehidupan yang bisa menjadi contoh dan teladan bagi

semua orang. Salah satunya adalah kebiasaan-kebiasaannya kepada

keluarga, guru, teman, atau bahkan santrinya. Pada bagian ini, penulis

hanya membahas kebiasaan-kebiasaan KH. Hasyim Asy‟ari kepada

gurunya (Abdul Hadi, 2018, hlm. 33-40), berikut jabarannya:

a. Mencari guru yang ahli dibidangnya

Sejak muda KH. Hasyim Asy‟ari tidak pernah puas dengan

ilmu yang dimilikinya. Beliau mengembara mencari ilmu dari satu

pesantren ke tempat lainnya bahkan mencari ilmu hingga Makkah

dengan mencari dan belajar kepada guru yang ahli dibidangnya.

Beliau mengembara karena setiap pesantren memiliki karakteristik

yang berbeda dalam disiplin ilmu.

Dalam bukunya, Syamsul A. Hasan (2003) menuliskan

bahwa kebiasaan para ulama terdahulu adalah mencari guru yang

memang benar-benar ahli di bidangnya, termasuk KH. Hasyim

Asy'ari. Ketika mencari guru, pertimbangan mereka ialah keshalihan

Page 70: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

para guru-guru, penguasaan dan keahlian dalam keilmuan, serta

kedekatan gurunya kepada Rasulullah Saw., baik dalam hal sanad

keilmuan, akhlak, maupun secara spiritual.

Kebiasaan KH. Hasyim Asy‟ari tidak berbeda dengan

ulama terdahulu. Mencari guru yang sangat kompeten, shahih baik

perkataan maupun perbuatan (akhlak) kepada orang lain. contoh

kebiasaan itu seperti mencari ke-shahih-an suatu hadits, maka para

ulama (ahli ilmu) mendatangi ulama-ulama lain bahkan ulama yang

berada di negara berbeda untuk memverifikasi bahwa ilmu yang

mereka terima benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan

kebenarannya.

b. Mencari Guru yang Teguh Menjalankan Syariat

Selain mencari guru yang ahli dibidangnya, KH. Hasyim

Asy‟ari juga mencari guru yang teguh menjalankan syari‟at. Tentunya,

guru yang teguh menjalankan syari‟at yang diperintahkan Allah Swt,

maka guru tersbut akan memberikan ilmu yang sesuai dan berpegang

teguh dengan Alquran, Sunnah Rasulullah serta sesuai dengan

kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat ulama sebelumnya (Ijma‟).

c. Tunduk dan Patuh kepada Guru

Kebiasaan lain yang dimiliki KH. Hasyim Asy‟ari ialah

akhlak selalu patuh dan tunduk terhadap perintah-perintah yang

diberikan kepadanya. Beliau menganggap dirinya tidak sebagai murid,

melainkan sebagai seorang pelayan yang bersikap rendah hati kepada

gurunya.

Dalam situs MWC NU Situbondo, diceritakan sebuah kisah

tentang KH. Hasyim Asy'ari, di mana kisah ini memang

sudah sedemikian populer beredar di kalangan masyarakat

NU. Kisah tersebut berkaitan dengan pengabdian KH.

Hasyim Asy'ari kepada gurunya, KH. Muhammad Khalil

Bangkalan. Suatu saat, seperti rutinitas biasanya KH.

Hasyim Asy'ari setelah menempatkan ternak ke kandang,

beliau langsung mandi dan shalat Ashar. Namun saat itu,

belum sempat mandi, ia melihat sang guru, KH.

Muhammad Khalil merenung sendiri. Penasaran melihat

Page 71: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

gurunya, KH. Hasyim Asy'ari memberanikan diri bertanya

dan ternyata cincin yang diberikan oleh istri gurunya jatuh

ke toilet. Mendengar perkataan guru itu, KH. Hasyim

Asyari langsung ingin membantu mencari cincin yang jatuh

itu. Setelah didapatkan izin, KH. Hasyim Asy'ari masuk dan

membongkar kakus. Demi ketaatan, rasa hormat, dan

sayangnya kepada sang guru. Kemudian dia masuk ke

dalam toilet dan mengeluarkan isinya hingga cincin sang

guru ditemukan. Alangkah bahagianya KH, Muhammad

Khalil melihat muridnya berhasil menemukannya. Hingga

terucaplah doa untuk KH. Hasyim Asy‟ari “Aku ridha

padamu, Hasyim, Kudoakan dengan pengabdianmu dan

ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi

orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta

kepadamu." (Abdul Hadi, 2018, hlm. 37-38)

Do‟a yang keluar dari mulut sang guru, KH. Muhammad

Khalil, membuktikan jika KH. Hasyim Asy‟ari sangat di Ridhoi oleh

sang guru dan bahkan dido‟akan menjadi tokoh panutan serta orang

besar oleh sang guru. Hal itu terbukti kebenarannya, KH. Hasyim

Asy‟ari tidak dikenal sebagai Kiai saja tetapi dikenal juga sebagai

ulama besar yang memiliki pengaruh besar terhadap Bangsa.

d. Menata Sandal Kiai/Gurunya

Didunia pesantren, salah satu tradisi yang ada dibeberapa

pesantren adalah menata sandal Kiai. Hal itu dilakukan sebagai

penghormatan agar sandal Kiai tidak terinjak-injak atau tercampur

dengan sandal para santri, selain itu juga untuk mendapatkan berkah

darinya. Kebiasaan itu juga dilakukan KH. Hasyim Asy‟ari kepada

Kiai-kiai yang menjadi gurunya saat ia masih menjadi santri. Adapun

salah satunya yaitu Kiai Sholeh Darat, KH. Hasyim Asy‟ari bersama

Muhammad Darwis (nama kecil Ahmad Dahlan, yang mendirikan

Muhammadiyah), sering berlomba merapikan sandal Kiai Sholeh

Darat setiap selesai Sholat atau selesai mengaji. Tidak heran mereka

menjadi santri yang istimewa dimata Kiai Sholeh Darat.

Karya M. Sanusi (2013) dengan judul Kebiasaan-Kebiasaan

Inspiratif KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari dijelaskan

Page 72: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

bahwasanya sedikitnya ada sepuluh hal pokok yang terbiasa dilakukan

oleh KH. Hasyim Asyari ketika berhubungan dengan gurunya (Abdul

Hadi, 2018, hlm. 40-43), antara lain:

a. Mencari guru yang alim. Artinya KH. Hasyim Asy'ari tidak

sembarangan memilih guru. Ia selalu berusaha menemukan guru yang

penuh kasih sayang, ahli dalam bidangnya, memiliki harga diri dan

dikenal sebagai orang yang terjaga dari maksiat.

b. KH. Hasyim Asy'ari memilih guru yang memiliki kompetensi

sempurna dalam ilmu syariat melalui guru-guru sebelumnya.

c. KH. Hasyim Asy'ari senantiasa menunjukkan kepatuhannya kepada

gurunya tentang hal-hal yang harus dikerjakan, KH. Hasyim Asy'ari

juga senantiasa menunjukkan kerendahhatiannya dan menjadikan

sikap tersebut sebagai kemuliaan bagi seorang santri.

d. KH. Hasyim Asy'ari tidak pernah meremehkan gurunya, baik dalam

tutur kata, sikap maupun tindakan.

e. KH. Hasyim Asy'ari senantiasa menghargai hak-hak yang diterima

guru dan keutamaannya serta selalu mengingat sang guru ketika

masih hidup atau sudah wafat. Bahkan KH. Hasyim Asyari selalu

berusaha membina hubungan silaturahmi dengan keluarga guru-

gurunya, menziarahi makam gurunya, dan sebagainya.

f. KH. Hasyim Asy'ari sangat memahami watak dan karakter masing-

masing gurunya. KH. Hasyim Asy'ari selalu sabar berhadapan dengan

watak para guru yang bermacam-macam itu.

g. KH. Hasyim Asy'ari selalu duduk di depan guru dengan adab yang

baik dan tidak menilik kecuali jika dibutuhkan.

h. Ketika guru menjelaskan suatu materi yang sudah ia ketahui

sebelumnya, KH. Hasyim Asy'ari tetap bersikap seolah-olah ia baru

mendengar pertama kali, sehingga di hadapan gurunya ia senantiasa

menunjukkan sikap hormat dan penghargaan dengan cara

memerhatikan apa yang disampaikan gurunya.

Page 73: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

i. Ketika menyampaikan sesuatu, KH. Hasyim Asy'ari tidak pernah

memotong pembicaraan dan mendahului gurunya, beliau bersabar

hingga gurunya selesai berbicara.

j. Ketika menerima sesuatu dari guru, KH. Hasyim Asy'ari selalu

menerima dengan tangan kanannya. Begitu pula saat KH. Hasyim

Asy'ari memberikan kitab atau buku ia membukanya sehingga

gurunya sudah langsung dalam keadaan siap membaca.

5. Karya-karya KH. Hasyim Asy'ari

Selain kegiatan mengajar dan berdakwah. KH. Hasyim Asy‟ari

adalah ulama yang aktif dalam menulis. Karya-karya beliau terdiri dari

berbagai kategori, diantaranya pemikiran dalam konteks ke-Islam-an dan

ke-Indonesia-an, tentang Aswaja dan aktualisasinya dalam kebhinekaan

berbangsa, pembentukan rumah tangga sakinah, sistem pendidikan

futuristic, resolusi jihad, etika pendidikan Islam dan karya-karya beliau

lainnya. Berikut beberapa karya yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy‟ari,

diantaranya:

a. Adab al-'Alim wa al-Muta'allim Fima yahtaj ilail Al-Muta‟alim fi

Ahwal Ta‟alum wa ma Yatawaqaf „alaih al-Mu‟alim fi Maqamat

Ta‟limih, kitab ini membahas tentang etika yang bagaimana

seharusnya dimiliki pelajar dan guru. Kitab ini sudah banyak

diterjemahkan salah satunya dengan judul Etika Pendidikan Islam

pada tahun 2007 oleh Penerbit Titian Wacana Press Yogyakarta

(Mohamad Kholil, 2013, hlm. 89-90).

b. Ar-Risalah al-Jam'iah, Sharh fiha Ahwal al-Mauta wa Asyrath as-

Sa‟at Ma‟a bayan Mafhum as-Sunnah wa al-Bid‟ah, kitab ini

membahas tentang tanda-tanda hari kiamat, konsep Sunnah, konsep

bid‟ah dan kematian. (Mohamad Kholil, 2013, hlm. 90).

c. At-Tibyan fi al-Nahy an Muqatha‟at al-Arham wa al-Aqarib wa Al-

Ikhwan, kitab ini membahas tentang bahayanya memutuskan tali

Page 74: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

silaturahmi dan persaudaraan serta menjelaskan tentang pentingnya

membangun persaudaraan (Abdul Hadi, 2018, hlm. 28).

d. Dhau-ul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah, kitab ini membahas

tentang pernikahan terkait rukun, syarat, hokum dan tata cara nikah

yang syar‟i. (Mohamad Kholil, 2013, hlm. 91).

e. Arba'ina Haditsan Tata'allaqu bi Mabadi' Jam'iyyat Nahdlatul

Ulama, kitab ini berisi empat puluh hadits pilihan yang sangat tepat

dijadikan pedoman oleh warga NU. (Abdul Hadi, 2018, hlm. 30).

f. Mugaddimah al-Qanun al-Asasi Ii Jam'iyyat Nahdlatul Ulama, kitab

ini berkaitan dengan NU membahas tentang beberapa ayat Alquran

dan hadits yang dijadikan sebagai landasannya mendirikan NU.

(Abdul Hadi, 2018, hlm. 28-29).

g. Risalah fi Ta'kid al-Akhdz bi Madzhab al-Aimmah al-Arba'ah, kitab

ini membahas tentang pentingnya berpedoman kepada imam

madzhab. (Mohamad Kholil, 2013, hlm. 92).

h. Al-Qalaid fi Bayani ma Yajibu min al-'Aqaid, kitab ini menjelaskan

tentang akidah-akidah wajib dalam Islam. (Mohamad Kholil, 2013,

hlm. 91).

6. Adabul Al-‘alim wal muta’alim

Kitab Adab al-'Alim wa al-Muta'allim adalah ringkasan dari

karya Syekh Muhammad bin Sahnun kitab Adab al-Mu'allim (w. 256

H/871 M), kitab Ta'lim al-Muta'allim fi Thariq at-Ta'allum karya Syeikh

Burhanuddin al-Zarnuji (w. 591 H), dan kitab Tadzkirat al-Saml wa al-

Mutakallim fi Adab al-'Alim wa al Muta'allim karya Syeikh Ibn Jama'ah.

Kitab ini ditulis menggunakan bahasa Arab. Judul lengkapnya ialah

Adab alAlim wa al-Muta'allim: fii maa yahtaaju ilaihi a-muta'allimu fii

ahwaali ta'limihi wa maa yatawaqqafu 'alathi a-mu'allilmu fii

maqaamaati ta'limihi diterbitkan pada tahun 1415 H oleh Maktabah at-

Turats al-Islamiy Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan

diterjemahkan penulis ke dalam bahasa Indonesia dengan judul

Page 75: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

terjemahan Etika Pendidikan Islam pada tahun 2007 oleh penerbit Titian

Wacana Press Yogyakarta (Mohamad Kholil, 2013, hlm. 97).

Kitab ini terdiri atas 8 bab pembahasan yang meliputi BAB I:

Fadhilah Ilmu Pengetahuan dan Ahli Ilmu (Ulama), serta Fadhilah

Mengajarkan dan Mempelajari Ilmu Pengetahuan, BAB II: Etika bagi

Pencari Ilmu (Pelajar), BAB III: Etika Pelajar Terhadap Guru, BAB IV:

Etika Belajar bagi Pencari Ilmu (Pelajar), BAB V: Etika bagi „Alim

(Ulama/Guru), BAB VI: Etika Mengajar bagi „Alim (Ulama/Guru), BAB

VII: Etika Guru terhadap Pelajar dan BAB VIII: Etika terhadap Kitab

(Buku) (KH. Hasyim Asy‟ari, 2007, hlm. 1-99), berikut jabarannya:

a. Fadhilah Ilmu Pengetahuan dan Ahli Ilmu (Ulama), serta Fadhilah

Mengajarkan dan Mempelajari Ilmu Pengetahuan

1) Allah Swt akan meninggikan derajat para guru yang mampu

mengamalkan ilmu yang dimiliki.

2) Allah Swt mengutamakan dan memuliakan para ahli ilmu

dengan menetapkannya setelah penyebutan nama Allah Swt dan

malaikat.

3) Para ahli ilmu ialah orang-orang yang takut kepada Allah Swt

sehingga disebut Khairul Bariyah (makhluk Allah Swt yang

paling baik).

4) Kedudukan para ahli ilmu adalah sebagai pewaris para Nabi.

5) Dapat dengan baik mengamalkan ilmu, maka sungguh

beruntunglah. Sebaliknya, jika tidak, maka ia termasuk orang

yang merugi.

6) Seorang ahli ilmu sejatinya tidak akan pernah bosan dan merasa

cukup dengan ilmunya itu. Karena jika ia telah menganggap

dirinya sebagai ahli ilmu dan merasa bosan, maka sesungguhnya

ia telah menjadi orang yang sangat bodoh.

b. Etika bagi Pencari Ilmu (Pelajar)

Page 76: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

1) Sebelum mencari ilmu, pelajar harus membersihkan hatinya dari

sifat dengki, bohong, prasangka buruk dan sikap-sikap yang

tidak terpuji lainnya.

2) Pelajar harus memiliki niat yang suci. Percaya jika menimba

ilmu itu semata-mata hanya untuk mencari ridhi Allah Swt dan

jika telah mendapatkannya akan bertekad mengamalkannya

untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mengembangkan

syariat Islam.

3) Tidak bermalas-malasan dan menyegerakan diri untuk mencari

ilmu.

4) Pelajar harus sabar, rela dan menerima apa adanya (qana'ah)

baik dalam hal pakaian, makanan dan yang lainnya.

5) Mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dan

mengetahui waktu terbaik saat beraktifitas. Misalnya, menghafal

ketika menjelang subuh, dan sebagainya.

6) Tidak berlebihan ketika makan, karena hal itu akan menghambat

seseorang beribadah. Menyedikitkan makanan agar tubuh

terhindar dari penyakit.

7) Bersikap hati-hati dalam setiap tindakan dan selalu waspada

terhadap apapun.

8) Menjauhkan diri dari makanan yang dapat melemahkan organ

tubuh dan memicu kebodohan. Contohnya, air susu dan ikan

terlalu banyak yang dapat menyebabkan kolesterol.

9) Tidak tidur lebih dari 8 jam, karena akan berdampak negatif

bagi tubuh baik jasmani maupun rohani.

10) Mencari lingkungan yang sehat dan jauhi pergaulan yang tidak

baik, karena dari pergaulan itu dapat mengubah seseorang.

Misalnya, kita disekelilingi oleh orang-orang yang mabuk,

mencuri, berzina dan lainnya, maka bisa saja kita terjerat dalam

lingkup tersebut. Pilihlah teman-teman yang taat kepada Allah

Swt, agar kita dapat merasakan efek positif darinya.

Page 77: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

c. Etika Pelajar Terhadap Guru

1) Memohon petunjuk dari Allah guru yang bagaimana yang paling

baik. Cari guru yang ahli dibidangnya, baik akhlak dan tutur

katanya, hati-hati dalam bertindak serta memiliki wibawa.

2) Mencari guru dengan sungguh-sungguh dan meyakini

pendalaman ilmu agama sang guru serta diakui oleh rekan-

rekannya sesame guru lainnya, sering melakukan penelitian,

diskusi dan sebagainya.

3) Pelajar harus patuh apapun perintah yang diberikan guru

kepadanya dan menjahui segala larangan yang dilarang.

4) Memandang guru sebagai orang yang mulia dan meyakini

kesempurnaan ilmu yang dimilikinya.

5) Paham akan hak-hak, keutamaan guru dan selalu ingat akan

jasa-jasanya. Hendaklah selalu mendo'akan, menghormati

keluarga dan orang-orang terdekatnya.

6) Bersabar jika perilakunya kurang menyenangkan. Jangan

beranggapan bahwa itu kesalahan. Tetaplah hormat padanya.

Bila perlu minta maaflah terlebih dahulu.

7) Meminta izin setiap hendak memasuki ruangan pribadinya

dengan mengetuk pintu maksimal 3 kali dan tidak dengan

ketukan yang keras. Apabila guru mengizinkan, maka yang

lebih tua terlebih dahulu masuk kemudian disusul yang lain

secara tertib. Hendaklah menyempurnakan perilaku, pakaian

serta jika guru sedang berbicara dengan orang lain maka

diamlah (tidak menyela percakapan mereka).

8) Hendaklah pelajar duduk dengan sopan dan santun. Bentuk

duduk yang baik dengan cara duduk tasyahud (tanpa meletakkan

kedua tangan diatas paha), bertumpu diatas kedua lutut

(bersimpuh), duduk bersila dan sebagainya. Kemudian, fokus

dan jangan tengak-tengok (sering memalingkan wajah).

Page 78: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

9) Berbicara dengan guru jangan bernada ragu. Misalnya,

"mengapa?" atau "Fulan tidak mengatakan seperti yang engkau

katakan". Jika, guru melakukan kesalahan, maka jaga raut wajah

dari ketidaksetujuan, tetap tenang dan jagalah perasaan guru.

10) Ketika materi yang dijelaskan sudah pernah diketahui

sebelumnya, maka tetaplah menyimak seakan-akan sama sekali

belum pernah mendengarnya. Kemudian, jika pelajar diminta

menjelaskan suatu hal, meskipun sebenarnya mampu. Maka,

jawablah „saya akan lebih senang mendengar penjelasan

tersebut langsung dari guru‟.

11) Tidak mendahului penjelasan guru atau menjawab pertanyaan

pelajar lain dengan maksud pamer.

12) Jika pelajar diminta untuk membacakan sebuah kitab, maka

hendaklah ia menerimanya dengan tangan kanan lalu

memegangnya dengan kedua tangan. Setelah membaca,

hendaklah mengembalikan kepada guru tanpa meninggalkan

lipatan sedikitpun disetiap lembarnya.

d. Etika Belajar bagi Pencari Ilmu (Pelajar)

1) Hendaklah belajar ilmu-ilmu ini terlebih dahulu, sebelum belajar

ilmu:

a) Ilmu pengetahuan tentang Allah Swt (Zat Al-'Aliyah);

b) Ilmu pengetahuan terkait sifat-sifat Allah Swt

c) Ilmu hukum-hukum Allah Swt (Fiqh);

d) Ilmu terkait perilaku, masalah spiritual dan penghayatan

dalam beribadah kepada Allah (Tasawuf).

2) Mempelajari ilmu-ilmu terkit kitab suci Alquran seperti Ilmu

Hadits, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Ushul Fiqh, Ilmu Nahwu dan

Shorof secara mendalam.

3) Bagi pemula, hindari mempelajari materi yang terdapat

pembahasannya terjadi pertentangan dikalangan ulama (karena

itu dapat membingungkan pikiran).

Page 79: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

4) Memastikan kebenaran teks terlebih dahulu (meng-tashih)

sebelum menghafalkan bacaan agar terhindar dari kesalahan-

kesalahan secara substansial ataupun redaksional yang bisa

merusak makna bacaan.

5) Bersegera mempelajari cabang-cabang ilmu, terlebih terkait

Hadits misalnya sanad, matan, rawi, sejarah Hadits dan

sebagainya.

6) Jika pelajar telah selesai menyelesaikan pelajaran yang ringan,

maka lanjutkan ke pelajaran yang lebih rinci.

7) Selalu aktif mendatangi halaqoh (pengajian) dan melakukan

muzakarah (mengingat pelajaran) terkait halaqoh saat itu.

8) Setiap kali mendatangi halaqoh, hendaklah bersuara lantang saat

mengucapkan salam agar dapat didengar oleh majelis dan

memberikan penghormatan kepada guru. Begitu juga jika keluar

dari majelis.

9) Perlu diketahui, pelajar hendaknya tidak menanyakan

pertanyaan yang tidak pantas untuk ditanyakan. Selain itu,

jangan mendesak jawaban dari guru dan tidak membantah jika

guru keliru menjawab pertanyaannya.

10) Jika ingin bertanya, maka tunggulah sesuai gilirannya.

11) Duduk dihadapan guru dengan sopan santun.

12) Fokus dan sungguh-sungguh mempelajari suatu kitab dan tidak

tergesa-gesa mempelajari materi lain sebelum menguasai

sebelumnya secara penuh.

13) Mendukung teman-teman ketika menimba ilmu, mengurangi

kesulitan mereka, membantu mereka menggapai prestasi dan

mengajak dalam meraih kemashlahatan.

e. Etika bagi „Alim (Ulama/Guru)

1) Mendekatkan diri kepada Allah Swt dalam kondisi dan situasi

apapun.

Page 80: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

2) Memiliki rasa takut kepada Allah Swt terkait ucapan dan

tindakan.

3) Memiliki sikap yang tenang.

4) Bersikap wara' (dalam setiap ucapan dan tindakan).

5) Bersikap tawadhu'.

6) Penuh penyerahan dan kebulatan hati (khusyuk) kepada Allah

Swt.

7) Setiap mendapat suatu persoalan, senantiasa kembali kepada

hukum Allah Swt.

8) Tidak membuat ilmu yang dimiliki untuk mencari keuntungan

duniawi seperti jabatan, kekayaan dan sebagainya.

9) Tidak merendahkan diri dihadapan para penguasa (yang

memiliki harta benda dan kedudukan). Tidak mengagung-

agungkan mereka. Tetap menjaga kemuliaan diri, wibawa dan

ilmu pengetahuan.

10) Tidak berlebihan mencintai dunia (zuhud) dan rela hidup dalam

kesederhanaan.

11) Menghindari diri dari profesi yang dianggap hina menurut adat

dan agama.

12) Menjauhkan diri dari tempat yang dapat menimbulkan fitnah,

meskipun tidak ada larangan syari'at. Hal itu agar martabat pada

ahli ilmu tetap terjaga.

13) Menghidupkan ajaran-ajaran Islam seperti Sholat berjamaah di

Masjid, belajar mengaji dan sebagainya. Selalu sabar dan

menganjurkan kebaikan serta mencegah kemungkaran.

14) Menegakkan Sunnah-sunnah Nabi dan melawan bid'ah.

15) Mengamalkan syari'at Islam misalnya bersholawat, berpuasa,

dan lainnya.

16) Bersikap baik dan terpuji kepada orang lain.

17) Membersihkan diri (jiwa dan raga) dari sikap tercela dan

menanamkan sikap mulia.

Page 81: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

18) Semangat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan tekad

yang kuat. Salah satunya dengan cara membuat catatan-catatan

menggunakan bahasa sendiri.

19) Tidak segan mengambil ilmu yang memang tidak di ketahui dari

orang lain tanpa memandang perbedaan umur, keturunan atau

status orang tersebut.

20) Memberikan diri sedikit waktu untuk melakukan kegiatan

menulis atau mengarang. Hal itu untuk mengasah ketajaman dan

kematangan intelektualnya.

f. Etika Mengajar bagi „Alim (Ulama/Guru)

1) Sebelum datang ke majelis ilmu, ahli ilmu hendaknya

mensucikan diri terlebih dahulu (dengan mandi jenabah atau

berwudhu) dan menggunakan pakaian yang layak untuk

memuliakan ilmu dan mengagungkan syari'at Allah Swt.

2) Saat keluar rumah, hendaklah berdo'a dan berzikir kepada Allah

Swt.

3) Ketika tiba di majelis, hendaklah guru mengucapkan salam lalu

duduk dengan khusyuk dan tawadhu'.

4) Menghadap seluruh anggota majelis dan memuliakan mereka.

Meminta yang berusia lebih tua untuk duduk dibarisan depan.

5) Sebelum dimulai, hendaklah guru membaca beberapa ayat

Alquran dan berdoa untuk dirinya, para hadirin, seluruh umat

Muslim dan orang yang mewaqafkan hartanya ditempat belajar

saat itu.

6) Jika guru ingin membahas beberapa materi, sebaiknya mulai

dari materi paling penting.

7) Mengatur keras-pelannya suara saat berbicara agar semua

anggota di majelis dapat mendengarnya dengan jelas.

8) Menjaga majelis dari segala bentuk gangguan dan kebisingan

agar para anggota majelis bisa lebih fokus menerima ilmu.

Page 82: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

9) Mengingatkan para anggota di majelis terhadap pentingnya

persaudaraan dan kebersamaan umat Muslim.

10) Memberi teguran tegas terhadap pelajar yang beretika diluar

batas, seperti mengobrol, tidur, bercanda dan sebagainya.

11) Jika guru tidak tahu tentang suatu persoalan, hendaklah ia

mengakui ketidaktahuannya itu.

12) Jika dalam majelis ada seseorang yang hadir tidak dari

kelompok mereka, hendaklah guru menyambutnya dengan baik

dan membuatnya nyaman.

13) mengikutsertakan Asma Allah Swt saat membuka atau menutup

pelajaran serta sebelum beranjak meninggalkan majelis, guru

hendaknya membaca doa Kaffaratul Majelis (pelebur dosa atas

semua peserta majelis).

14) Mengajar dengan profesional sesuai bidang keahliannya.

g. Etika Guru terhadap Pelajar (Peserta Didik)

1) Guru harus membangun niat tulus dan tujuan yang luhur untuk

mendapatkan ridha Allah swt, menjelaskan yang hak dan yang

batil, menghidupkan syari'at Islam dan sebagainya.

2) Guru harus lebih sabar jika menemukan pelajar pemula yang

kurang serius dalam balajar. Diharapkan guru memberikan

nasihat-nasihat yang membangun serta memunculkan niat

mereka dalam belajar.

3) Memberikan para pelajar cinta dan kasih seperti guru mencintai

dirinya sendiri dan memperlakukan pelajar seperti anaknya

sendiri.

4) Memberikan materi yang mudah dimengerti yang sesuai

kemampuan mereka.

5) Ketika menyampaikan materi, guru hendaknya bersungguh-

sungguh dan menggunakan matode yang efektif untuk dapat

mempercepat pemahaman para pelajar.

Page 83: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

6) Ketika materi telah disampaikan, mintalah para pelajar

mengulang kembali materi tersebut atau berikan beberapa

pertanyaan. Bagi pelajar yang mampu menjawab, berikan

penghargaan atas jawabannya.

7) Jika ada pelajar yang tinggal ditempat yang jauh dari sekolah,

maka jika terlambat, maklumi-lah keadaannya.

8) Tidak membeda-bedakan para pelajar. Jangan hanya memberi

perlakuan khusus kepada pelajar tertentu saja. Hal itu akan

menyebabkan kecemburuan pelajar lain.

9) Memberikan perhatian kepada para pelajar. Bentuk perhatian itu

bisa dari mengenal latar belakangnya, kepribadiannya dan

mendo'akan keberhasilannya.

10) Guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Dicontoh

dari perbuatan, perkataan dan gestur tubuhnya.

11) Jika mempunyai kemampuan baik dalam hal materi, tenaga, jasa

dan sebagainya. Guru bisa membantu dengan meringankan

masalah yang dialami pelajar.

12) Apabila ada siswa yang diluar kebiasaannya tidak hadir,

hendaknya guru lebih peduli dengan bertanya kepada pelajar

lainnya. Jika tidak ada yang tahu keberadaannya, maka utuslah

seseorang mengunjungi rumahnya. Jika pelajar itu sakit, maka

jenguklah. Jika ia ada masalah maka bantulah meringankan

masalahnya.

13) Hendaklah tetap tawadhu' meskipun sebagai guru berhak

mendapatkan penghormatan.

14) Memperlakukan para pelajar dengan baik, menyebut namanya

dengan sebutan yang baik dan ramah dengan mereka.

h. Etika terhadap Kitab (Buku)

1) Ketika mempelajari suatu kitab/buku, hendaklah memilikinya

baik dengan cara dibeli, meminjam milik orang lain atau bahkan

menyewanya.

Page 84: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

2) Ketika telah selesai dengan suatu kitab/buku, jika meminjam

milik orang lain, segeralah kembalikan kepada pemiliknya dan

ucapkan terima kasih.

3) Ketika mengutip dan menulis suatu buku hendaklah letakkan

ditempat yang tinggi dan terhormat, misalnya diatas meja.

4) Ketika membeli atau meminjam suatu buku, hendaklah

memeriksa dan mamastikan kesempurnaan buku tersebut, baik

dari segi susunannya maupun isinya.

5) Ketika mengutip atau mencatat sesuatu dari kitab/buku yang

berkaitan dengan syari'at agama, hendaklah melakukannya

dalam keadaan suci, pakaian yang sopan dan menghadap kiblat.

B. Temuan Khusus

KH.Hasyim Asy‟ri merupakan ulama yang banyak menulis buku,

karya beliau juga terkait tentang pendidikan. Kitab Adabul alim wa al-

Muta‟allim merupakan salah satu karya terpopuler beliau. Kitab ini sebagai

pedoman dan panutan bagi pengajar dan pelajar. Pembahasannya terkait

pentingnya ilmu pengetahuan, mengapa harus mengimplementasikan ilmu

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, bagiamana pelajar bersikap kepada

guru, guru bersikap kepada pelajar, bersikap kepada kitab dan pembahasan

penting lainnya yang perlu kita pelajari. Kitab ini berfungsi agar pendidik dan

peserta didik dapat belajar dengan baik, dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan dan meningkatkan sikap kearah yang lebih baik sesuai

perintah Alquran dan Sunnah. Kitab Adabul alim wa al-Muta‟allim ini

digunakan penulis sebagai sumber primer untuk mengetahui ide pemikiran

KH.Hasyim Asy‟ari terkait etika pelajar terhadap guru dan implementasinya

dalam pendidikan Islam di Era Global.

Kitab ini secara keseluruhan berisi delapan bab, diantaranya:

BAB I: Fadhilah Ilmu Pengetahuan dan Ahli Ilmu (Ulama), serta Fadhilah

Mengajarkan dan Mempelajari Ilmu Pengetahuan,

BAB II: Etika bagi Pencari Ilmu (Pelajar),

Page 85: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

BAB III: Etika Pelajar Terhadap Guru,

BAB IV: Etika Belajar bagi Pencari Ilmu (Pelajar),

BAB V: Etika bagi „Alim (Ulama/Guru),

BAB VI: Etika Mengajar bagi „Alim (Ulama/Guru),

BAB VII: Etika Guru terhadap Pelajar (Peserta Didik), dan

BAB VIII: Etika terhadap Kitab (Buku).

Yang akan menjadi fokus pada penelitian ini ialah 1 bab saja, yang

membahas tentang etika pelajar terhadap guru. Selain itu penelitian ini akan

diimplementasikan dengan pendidikan Islam di era Global sehingga dari

pemikiran KH.Hasyim Asy‟ari tentang etika pelajar terhadap guru dicari cara

bagaimana mengimplementasikannya dalam pendidikan Islam di era Global

saat ini. Berikut adalah penjabaran dari Bab III tentang etika pelajar terhadap

guru. Pembahasan pada bab ini ada 12, diantaranya sebagai berikut:

13) Memohon petunjuk Allah, guru yang bagaimana yang paling baik. Cari

guru yang ahli dibidangnya, baik akhlak dan tutur katanya, hati-hati

dalam bertindak serta memiliki wibawa.

14) Mencari guru dengan sungguh-sungguh dan meyakini pendalaman ilmu

agama sang guru serta diakui oleh rekan-rekannya sesame guru lainnya,

sering melakukan penelitian, diskusi dan sebagainya.

15) Pelajar harus patuh apapun perintah yang diberikan guru kepadanya dan

menjahui segala larangan.

16) Memandang guru sebagai orang yang mulia dan meyakini kesempurnaan

ilmu yang dimilikinya.

17) Paham akan hak-hak, keutamaan guru dan selalu ingat akan jasa-jasanya.

Hendaklah selalu mendo'akan, menghormati keluarga dan orang-orang

terdekatnya.

18) Bersabar jika perilakunya kurang menyenangkan. Jangan beranggapan

bahwa itu kesalahan. Tetaplah hormat padanya. Minta maaflah terlebih

dahulu.

19) Meminta izin setiap hendak memasuki ruangan pribadinya dengan

mengetuk pintu maksimal 3 kali dan tidak dengan ketukan yang keras.

Page 86: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Apabila guru mengizinkan, maka yang lebih tua terlebih dahulu masuk

kemudian disusul yang lain secara tertib. Hendaklah menyempurnakan

perilaku, pakaian serta jika guru sedang berbicara dengan orang lain

maka diamlah (tidak menyela percakapan mereka).

20) Hendaklah pelajar duduk dengan sopan dan santun. Bentuk duduk yang

baik dengan cara duduk tasyahud (tanpa meletakkan kedua tangan diatas

paha), bertumpu diatas kedua lutut (bersimpuh), duduk bersila dan

sebagainya. Kemudian, fokus dan jangan tengak-tengok (sering

memalingkan wajah).

21) Berbicara dengan guru jangan bernada ragu. Misalnya, "mengapa?" atau

"Fulan tidak mengatakan seperti yang engkau katakan". Jika, guru

melakukan kesalahan, maka jaga raut wajah dari ketidaksetujuan, tetap

tenang dan jagalah perasaan guru.

22) Ketika materi yang dijelaskan sudah pernah diketahui sebelumnya, maka

tetaplah menyimak seakan-akan sama sekali belum pernah

mendengarnya. Kemudian, jika pelajar diminta menjelaskan suatu hal,

meskipun sebenarnya mampu. Maka, jawablah „saya akan lebih senang

mendengar penjelasan tersebut langsung dari guru‟.

23) Tidak mendahului penjelasan guru atau menjawab pertanyaan pelajar lain

dengan maksud pamer.

24) Jika pelajar diminta untuk membacakan sebuah kitab, maka hendaklah ia

menerimanya dengan tangan kanan lalu memegangnya dengan kedua

tangan. Setelah membaca, hendaklah mengembalikan kepada guru tanpa

meninggalkan lipatan sedikitpun disetiap lembarnya

1. Analisis Pemikiran Etika Pelajar Terhadap Guru Menurut KH.

Hasyim Asy’ari

Berikut adalah analisis pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari dalam

Kitab Adabul alim wa al-Muta‟allim (etika pelajar terhadap guru) dan

implementasinya dalam pendidikan Islam di Era Global, antara lain:

Page 87: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

a. Memohon petunjuk dari Allah guru yang bagaimana yang paling

baik. Cari guru yang ahli dibidangnya, baik akhlak dan tutur katanya,

hati-hati dalam bertindak serta memiliki wibawa.

Imam Syafi‟i mengatakan:

من ت فقو من بطون الكتب ضيع الحكام

“Barang siapa mempelajari ilmu pengetahuan yang hanya melalui

buku, maka ia telah menyia-nyiakan hukum.” (KH. Hasyim Asy‟ari,

2007, hlm. 28)

Oleh sebab itu, pelajar harus terlebih dahulu mencari

orang yang akan mendidiknya. Pendidik seperti apa yang harus

dipertimbangkan? Tentunya pelajar mencari pendidik yang memiliki

ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, sesuai bidangnya,

berhati-hati dalam berkata dan bertindak, dapat mengajarkan tata

krama (perbuatan maupun perkataan) serta bisa membimbing

menuju akhlak mulia. Sebagian ulama Salaf mengatakan:

ىذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دي نكم

“Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah

baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama” (KH. Hasyim

Asy‟ari, 2007, hlm. 28)

Ketika kita mencari guru yang dapat mengarahkan diri ke

arah yang positif dan dapat mengubah kita menjadi orang yang

berpribadiaan sesuai dengan Alquran dan As-sunnah, maka

keberkahan ilmu yang diberikan guru kepada kita adalah atas

kehendak Allah dan atas Ridho-Nya. Selanjutnya, mencari guru yang

memiliki pengetahuan yang mendalam dan luas, akan membuat kita

tidak salah arah atau bingung akan pertanyaan-pertanyaan yang tidak

di ketahui. Allah berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 43:

أىل ٱلذيكر إن كنتم ل ت علمون ا فس لو ……

“…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan

jika kamu tidak mengetahui,” (Anonim, 2002, hlm. 370)

Page 88: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Kemudian, mencari guru yang dikenal dengan

keshohihannya dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, maka tidak

akan diragukan ilmunya dan diyakini kebenarannya.

قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم طلب العلم فريضة على كلي مسلم وواضع

العلم عند غي أىلو كمقليد النازير الوىر واللؤلؤ والذىب

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu

adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan

ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan

mutiara, intan dan emas ke leher babi." (Hadits Sunan Ibnu Majah

No. 220, Kitab: Mukadimah, Bab: Keutamaan ulama dan dorongan

untuk menuntut ilmu)

Selain itu, mencari guru juga harus baik akhlaknya, karena

guru akan menjadi teladan dan contoh bagi pelajar, dengan tutur kata

yang lembut dan halus, sikap yang terpuji dan bahkan memiliki

wibawa akan membuat pelajar kagum dan berharap keilmuan yang

dimiliki sang guru dapat dimilikinya pula.

b. Mencari guru dengan sungguh-sungguh dan meyakini pendalaman

ilmu agama sang guru serta diakui oleh rekan-rekannya sesama guru

lainnya, sering melakukan penelitian, diskusi dan sebagainya.

Memilih guru dilihat dari pemahaman ilmu yang

mendalam. Jangan sampai terkecoh dari penyampaiannya yang fasih

dan indah kata-katanya, karena bisa saja itu merupakan seorang

pendusta, orang yang tidak pandai ilmu agama namun lancang

berbicara masalah ilmu agama, tidak paham masalah halal-haram,

tidak paham kaidah-kaidah ushuliyyah, tidak paham Alquran dan

Sunnah, tidak pandai Bahasa Arab dan sebagainya, orang seperti

inilah merupakan orang bodoh dan hina seakan-akan ahli dalam

bidangnya. Allah berfirman dalam Surat An-Nahl Ayat 116:

Page 89: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

ذا حرام ذا حلل وى لت فت روا ول ت قولوا لما تصف ألسنتكم الكذب ى

إن الذين ي فت رون على اللو الكذب ل ي فلحون على اللو الكذب

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut

oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang

yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah

beruntung. (Anonim, 2002, hlm. 381)

Bagi penuntut ilmu hendaklah ia menimba ilmu

pengetahuan kepada guru yang memiliki pengalaman yang banyak,

memiliki ruang lingkup banyak ahli ilmu, sering melakukan diskusi,

kajian dan penelitian dengan para ahli ilmu yang sempurna ilmu nya

karena berkumpul dengan para pakar ilmu membuktikan bahwa ilmu

tersebut diyakini kebenarannya. Jangan menuntut ilmu dengan guru

yang hanya mengambil ilmu dari buku saja tanpa memasuki lingkup

para ahli (belajar otodidak). Imam Syafi‟i mengatakan:

من ت فقو من بطون الكتب ضيع الحكام

“Barang siapa mempelajari ilmu pengetahuan yang hanya melalui

buku, maka ia telah menyia-nyiakan hukum.” (KH. Hasyim Asy‟ari,

2007, hlm. 28)

c. Pelajar harus patuh apapun perintah yang diberikan guru kepadanya

dan menjahui segala larangan.

Allah berfirman dalam Surat Al-Kahfi Ayat 69

أعصى لك أمرا ء ٱللو صابرا ول إن شا قال ستجدن

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai

orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu

urusanpun." (Anonim, 2002, hlm. 412)

Dijelaskan bahwa sebagai seorang pelajar yang menerima

ilmu pengetahuan dari guru, maka sikap pelajar adalah mengikuti

semua perintah yang diberikan guru kepadanya sekaligus tidak

melanggar aturan yang telah ditentukan guru.

Page 90: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Menurut Al-Ghazali, etika pelajar terhadap guru salah

satunya yaitu “Seorang murid jangan bersifat angkuh

dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya. Tetapi

menyerah seluruhnya kepada guru dengan keyakinan

kepada segala nasihatnya, sebagaimana seorang sakit yang

bodoh yakin kepada dokternya yang ahli berpengalaman.”

(Tri Indriyani dkk, Hlm. 138)

Penjalasan diatas, menerangkan bahwa pelajar di ibaratkan

sebagai pasien yang sedng sakit dan guru menjadi dokternya. Jadi,

jika seorang pasien yang pergi kerumah sakit dan mendapatkan obat

atas penyakitnya, maka semua obat-obat yang diberikan dokter

kepadanya harus diterima tanpa mempermasalhkan jenis obat yang

diberikan. Jika di masukan dalam ruang lingkup pendidikan. Setiap

ilmu yang diberikan guru kepada pelajar harus diterima tanpa banyak

bantahan dan mengikuti semua yang diperintahkan. Terkadang, pada

era global ini khususnya, banyak pelajar yang tidak mengikuti

perintah dari gurunya. Contoh hal kecil saja yaitu tidak

mengumpulkan tugas tepat waktu atau bahkan tidak mengerjakan

tugas yang diperintahkan. Hal itu termasuk problematika yang terjadi

dalam proses belajar-mengajar. Langkah seharusnya yang dilakukan

pelajar adalah mengikuti semua yang diperintahkan karena sikap taat

itu termasuk sikap menghargai dan menghormati kita kepada guru.

Dengan menghargai dan menghormati guru maka ilmu yang diterima

nanti akan mendapatkan keberkahan dan ridho dari Allah Swt.

d. Memandang guru sebagai orang yang mulia dan meyakini

kesempurnaan ilmu yang dimilikinya.

Diriwayatkan dari Abu Yusuf bahwa sebagian ulama salaf

pernah berkata:

من ل ي عتقد جل لة أ ستا ذ ه ل ي فلحا

Page 91: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

“Barang siapa tidak memiliki tekad memuliakan guru, maka ia

termasuk orang yang tidak beruntung.” (KH. Hasyim Asy‟ari, 2007,

hlm. 29)

Penuntut ilmu hendaknya memandang guru sebagai orang

yang mulia dan sepatutnya untuk dimuliakan. Pelajar harus meyakini

bahwa guru memiliki kesempurnaan ilmu dan selalu menjadi pelajar

yang haus ilmu sehingga ilmu yang diberikan guru kepadanya

dirasakan sebagai suatu nikmat yang tidak didapatkannya dari

siapapun dan dimanapun. Rasa nikmat yang didapatkan saat

menuntut ilmu akan membuat seseorang ikhlas dalam melakukan

kegiatan tersebut.

قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم من سلك طريقا ي لتمس فيو علما سهل اللو لو

قال أبو عيسى ىذا حديث حسن طريقا إل النة

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa

berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga." Abu Isa berkata; 'Ini adalah

hadits hasan.' (Hadits Sunan Tirmidzi No. 2570, Kitab: Ilmu,

Bab: Memburu ilmu)

e. Paham akan hak-hak, keutamaan guru dan selalu ingat akan jasa-

jasanya. Hendaklah selalu mendo'akan, menghormati keluarga dan

orang-orang terdekatnya.

ى اللو عليو وسلم ليس منا من ل ي رحم صغينا وي وق ير كبيناف قال النب صل

قال وف الباب عن عبد اللو بن عمرو وأب ىري رة وابن عباس وأب أمامة قال أبو

لو أحاديث مناكي عن أنس بن مالك وغيه عيسى ىذا حديث غريب وزرب

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukan termasuk dari

golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami dan

tidak menghormati orang tua (orang dewasa) kami." Hadits semakna

diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan

Page 92: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Abu Umamah. Berkata Abu 'Isa: Ini merupakan hadits gharib dan

Zarbi memiliki hadits-hadits munkar dari Anas bin Malik dan

selainnya. (Hadits Sunan Tirmidzi No. 1842, Kitab: Berbakti dan

menyambung silaturrahim, Bab: Kasih sayang terhadap anak kecil)

Guru adalah orang yang berjasa dalam penyampaian ilmu.

Menyebarkan ilmu, apalagi ilmu agama merupakan tugas yang

paling mulia. Oleh sebabnya, pelajar wajib menghormati dan

memuliakan para guru serta memahami hak-hak mereka. Melupakan

hak-hak guru akan menyebabkan hilangnya keberkahan ilmu yang

didapatkan. Kemudian, sudah sepantasnya pelajar mendo‟akan

gurunya termasuk pula keluarga, teman, keturunannya dan orang

tercintanya. Berdo‟a tidak hanya ketika sang guru masih hidup saja,

tetapi juga setelah wafatnya. Jika telah wafat, maka hendaklah

berziarah ke kuburnya, meminta ampun kepada Allah untuknya,

dilapangkan kuburnya, bersedekah atas namanya serta tetaplah

menjalin silaturahmi dengan keluarga beliau.

f. Bersabar jika perilakunya kurang menyenangkan. Jangan

beranggapan bahwa itu kesalahan. Tetaplah hormat padanya. Minta

maaflah terlebih dahulu.

Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 28:

ول ت عد غداة والعشيي يريدون وجهو واصب ن فسك مع الذين يدعون رب هم بال

ن يا هم تريد زينة الياة الد ناك عن ول تطع من أغفلنا ق لبو عن ذكرنا وات بع ىواه عي

وكان أمره ف رطا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang

menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap

keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka

(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu

mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati

Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu

melewati batas.” (Anonim, 2002, hlm. 406)

Page 93: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Sebagai pelajar hendaknya bersabar atas kerasnya sikap

guru. Buruknya sikap pengajar jangan membuat pelajar memandang

rendah guru, atau meragukan kesempurnaan ilmu yang dimilikinya

atau bahkan tidak mau belajar lagi dan membenci guru tersebut.

Sikap pelajar sepantasnya adalah terlebih dahulu meminta maaf,

mengaku telah berbuat salah dan memohon keridhoan guru. Semua

yang dilakukan guru dilihat dari sisi positifnya saja dan yakinlah

bahwa itu merupakan nikmat yang diberikan Allah Swt dalam

bentuk pengawasan dan perhatian guru kepada pelajar. Pelajar harus

bersyukur atas teguran yang diberikan guru kepadanya dan yakin

dalam setiap teguran itu terdapat bimbingan dan kebaikan di dunia

saat ini atau di akhirat kelak.

g. Meminta izin setiap hendak memasuki ruangan pribadinya dengan

mengetuk pintu maksimal 3 kali dan tidak dengan ketukan yang

keras. Apabila guru mengizinkan, maka yang lebih tua terlebih

dahulu masuk kemudian disusul yang lain secara tertib. Hendaklah

menyempurnakan perilaku, pakaian serta jika guru sedang berbicara

dengan orang lain maka diamlah (tidak menyela percakapan

mereka).

Jika pelajar hendak pergi ke ruang pribadi guru, maka

pelajar harus bersikap sopan dan santun. Mulai dari mengetuk pintu,

jika dirasa tidak terdengar, maka ketuklah menggunakan kuku atau

jika masih tidak ada tanggapan boleh ketuk lagi menggunakan jari-

jari tangan, maksimal ketukan hanya 3 kali saja. Jika tidak di

izinkan, maka tinggalkanlah tempat tersebut dengan sopan. Jika

diizinkan, maka bukalah pintu dimulai dari orang yang lebih tua

umurnya (jika rombongan) dan disusul dengan orang lain secara

tertib. Jika didalam ruangan guru ada tamu, maka diamlah hingga

percakapan selesai, jangan menyela percakapan mereka. Jika

Page 94: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

dipersilahkan untuk berbicara, maka sampaikanlah dengan jelas

maksud kedatangannya agar tidak mengganggu aktivitas sang guru,

kecuali sang guru bersedia untuk berbicara lebih lama.

h. Hendaklah pelajar duduk dengan sopan dan santun. Bentuk duduk

yang baik dengan cara duduk tasyahud (tanpa meletakkan kedua

tangan diatas paha), bertumpu diatas kedua lutut (bersimpuh), duduk

bersila dan sebagainya. Kemudian, fokus dan jangan tengak-tengok

(sering memalingkan wajah).

Beberapa sikap sopan santun pelajar yang dianjurkan

seperti, tidak bermain-main tangan dan anggota tubuh lainnya, tidak

membuarkan mulut terbuka (menganga), tidak menyandarkan kepala

ke dinding, tidak tertawa apalagi sampai terbahak-bahak, tidak

membuang ingus atau dahak kalau harus dilakukan maka lap saja

dengan tisu atau sapu tangan, menutup mulut ketika menguap, serta

ketika bersin tutup lah wajah agar tidak timbul suara terlalu keras

(KH. Hasyim Asy‟ari, hlm. 34-36). Anjuran-anjuran tersebut

dilakukan pelajar untuk mengagungkan gurunya sebagai bentuk

penghormatan kepadanya.

i. Berbicara dengan guru jangan bernada ragu. Misalnya, "mengapa?"

atau "Fulan tidak mengatakan seperti yang engkau katakan". Jika,

guru melakukan kesalahan, maka jaga raut wajah dari

ketidaksetujuan, tetap tenang dan jagalah perasaan guru.

Jika guru sedang mengajar atau menyampaikan ilmu

pengetahuan, maka pelajar harus mendengarkannya dengan baik

tanpa banyak menyela, tanpa banyak bertanya, tidak menampakkan

ilmu yang dimilikinya, tidak menyalahkan atau menolak ilmu yang

disampaikan guru kepadanya. Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi

ayat 70:

Page 95: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

أحدث لك منو ذكرا قال فإن ٱت ب عتن فل تس لن عن شىء حت

Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu

menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri

menerangkannya kepadamu". (Anonim, 2002, hlm. 412)

Pelajar harus siap dengan wajah penuh kegembiraan

menerima ilmu yang diberikan guru. Jangan menyanyakan kenapa

ilmu yang disampaikan guru tersebut berbeda dengan yang

disampaikan yang lain dan menolak ilmu yang diberikan. Jika

terdapat kesalahan pada guru maka tetaplah berfikiran positif,

ingatkan dengan mimik wajah yang berseri-seri (tidak dengan wajah

merendahkan), yakinkan diri bahwa guru hanyalah manusia biasa

yang tidak luput dari kesalahan. Allah berfirman dalam Surat Az-

Zumar Ayat 53:

إن ٱللو من رحة ٱللو أنفسهم ل ت قنطوا على قل يعبادى ٱلذين أسرفوا

يعا ي غفر ىو ٱلغفور ٱلرحيم ۥإنو ٱلذنوب ج

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap

diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (Anonim, 2002, hlm. 666)

j. Ketika materi yang dijelaskan sudah pernah diketahui sebelumnya,

maka tetaplah menyimak seakan-akan sama sekali belum pernah

mendengarnya. Kemudian, jika pelajar diminta menjelaskan suatu

hal, meskipun sebenarnya mampu. Maka, jawablah „saya akan lebih

senang mendengar penjelasan tersebut langsung dari guru‟.

Saat guru menyampaikan materi pembelajaran dan

ternyata materi tersebut merupakan materi yang sudah diketahui

pelajar sebelumnya, maka sikap pelajar seharusnya adalah

mendengarkan dengan baik penjelasan guru tanpa menampakkan

bahwa pelajar sudah mengetahui materi tersebut sebelumnya. Pelajar

Page 96: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

harus bersikap bahwa ilmu yang disampaikan guru kepadanya

merupakan ilmu yang baru, tidak pernah didengar dan tidak pernah

dipelajari sebelumnya. Jika guru menanyakan suatu terkait materi

dan ternyata materi itu sudah diketahui dan pelajar mampu

menjelaskannya, maka pelajar tidak boleh menjawab “ia” karena hal

itu menunjukkan bahwa seakan-akan pelajar tidak lagi membutuhkan

guru untuk menjelaskannya. Tetapi, jika dijawab tidak, maka pelajar

akan berbohong. Maka jawaban terbaiknya adalah "saya akan lebih

senang mendengar penjelasan tersebut langsung dari guru", sehingga

pelajar tidak pamer terhadap ilmu yang dimilikinya dan juga tidak

berbohong bahwa ilmu yang diajarkan sudah diketahuinya

sebelumnya.

عتو ق بل أن إن ب عض الشبان ليتحدث بديث فأستمع لو كأ ني ل أسعو ولقد س ي ولد

“Seorang pemuda pernah membicarakan suatu hadits kepadaku. Aku

menyimkaknya dengan seksama layaknya aku belum pernah

mendengarkan hadits tersebut meskipun sebenarnya aku telah

mengetahui hadits itu jauh sebelum pemuda itu dilahirkan.” (KH.

Hasyim Asy‟ari. 2007, hlm. 39)

k. Tidak mendahului penjelasan guru atau menjawab pertanyaan pelajar

lain dengan maksud pamer.

Dalam suatu majelis, pelajar harus diam mendengarkan

penjelasan sang guru. Jika tidak memahami suatu materi maka

bertanyalah dengan guru terkait materi yang belum dimengerti. Allah

berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 43:

أىل ٱلذيكر إن كنتم ل ت علمون ا فس لو ……

“…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan

jika kamu tidak mengetahui,” (Anonim, 2002, hlm. 370)

Jika ingin bertanya maka tunggulah sampai giliran tiba,

jangan memotong penjelasan guru, apalagi menjawab pertanyaan

Page 97: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

pelajar lain dengan niat untuk pamer. Hendaklah pelajar tidak

menampakkan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Lalu, jika guru sedang menjelaskan, jangan pula pelajar mengobrol

dengan yang lain dan tidak memperhatikan penjelasan yang

diberikan guru, dan jangan menganggap bahwa pertanyaan itu tidak

bermanfaat untuknya atau tidak ada hubungannya dengan pertanyaan

yang akan ia tanyakan nanti. Semua paserta majelis diharapkan tetap

tertib dan selalu fokus terhadap materi yang dijelaskan guru.

Kemudian, pelajar juga harus tanggap bila guru menyuruhnya

mengerjakan sasuatu tanpa harus mengulang kembali perintah yang

disampaikan sebelumnya.

l. Jika pelajar diminta untuk membacakan sebuah kitab, maka

hendaklah ia menerimanya dengan tangan kanan lalu memegangnya

dengan kedua tangan. Setelah membaca, hendaklah mengembalikan

kepada guru tanpa meninggalkan lipatan sedikitpun disetiap

lembarnya.

Kemudian hal lain yang harus perhatikan pelajar adalah

ketika memberikan sebuah buku/kitab kepada guru maka pelajar

harus membuka dan mempersiapkan halaman berapa kitab itu akan

dibaca. Apabila jarak antara pelajar dengan guru dirasa telalu jauh,

maka pelajar diharapkan untuk mengulurkan tangannya agar sang

guru tidak kesulitan dalam menggapai kitab atau bahkan sampai

berdiri dari tempatnya untuk menggapai kitab tersebut. Namun,

dalam keadaan yang demikian, pelajar tidak boleh terlalu berlebihan

misalnya mengantarkan sebuah kitab kepada guru dengan cara

merangkak.

2. Cara Mengimplementasikan pemikiran Etika Pelajar Terhadap

Guru Menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam Pendidikan Islam di Era

Global

Page 98: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

Cara Mengimplementasikan pemikiran Etika Pelajar Terhadap

Guru Menurut KH. Hasyim Asy‟ari dalam Pendidikan Islam di Era

Global akan dijabarkan sebagai berikut:

Sebagaimana yang dijelaskan pada bab II dan diuraikan dalam

bab IV bahwa etika pelajar menurt KH. Hasyim ada 12 poin, diantaranya

memohon petunjuk dari Allah dalam mencari guru, mencari guru yang

ahli dibidangnya, pelajar harus patuh terhadap semua yang diperintahkan,

memuliakan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya, mendoakan dan

menghormatinya serta keluarga dan orang-orang terdekatnya, pelajar

harus memiliki sifat sabar, selalu meminta izin guru jika ingin melakukan

sesuatu, duduk sopan santun didepan guru, tidak ragu sedikitpun dengan

ilmu guru, menyimak materi dengan baik meskipun materi itu sudah

dipelajari sebelumnya, tidak menjelaskan materi mendahului guru atau

menjawab pertanyaan siswa lain dengan maksud pamer, harus tahu sikap

yang bagaimana menyerahkan atau mengambil kitab dari guru.

Poin dari pemikiran KH. Hasyim adalah mengutamakan Ridho

dari Allah Swt. Selanjutnya kerucutkan menjadi beberapa hal, yaitu

selalu mengingat Allah, memurnikan niat, membersihkan hati dari

prasangka buruk, berani dalam bertanya namun dengan adab yang baik

dan sebagainya. Jika di kaitkan dengan pendidikan Islam di Era global

saat ini dimana terdapat melemahanya etika pelajar terhadap guru, maka

kitab yang ditulis KH. Hasyim Asy‟ari tersebut sangat berguna

penerapannya dalam pendidikan Islam. Nilai-nilai yang terkandung

dalam kitab tersebut bisa digunakan sebagai pedoman kurikulum dalam

lingkungan sekolah atau madrasah.

Kita lihat sekarang ini, banyak dari pelajar-pelajar

terkhususnya pelajar Indonesia yang suka menonton serial film

Hollywood, Bollywood, drama Korea, drama China, mendengarkan

musik KPOP (Korean Pop) dan beberapa budaya dari negara lainnya.

Hal-hal itu tentunya dapat menggeser budaya Indonesia terkhususnya

menggeser syariat Islam. Kenapa? Karena dari negara-negara itu, agama

Page 99: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

mereka lebih mayoritas non-Islam, sehingga dari segi pemahamaan

terhadap Tuhan saja sudah berbeda, apalagi tentang budayanya. Misalnya

saja dalam drama korea, terdapat di dalamnya adegan bersentuhan kulit

antara laki-laki dan perempuan, atau bahkan ada adegan berpelukan,

berciuman hingga adegan yang tak sepatutnya untuk ditonton oleh

generasi muda Indonesia. Tidak hanya itu, lihat saja dari hal sepele,

misalnya dari pakaian mereka, tidak menggunakan penutut kepala

(hijab), hal inilah yang nantinya bisa menghilangkan ciri khas seorang

muslim, agamanya Islam namun gaya berpakaian dan etikanya mengikuti

budaya negara lain, sehingga ciri khas Islam tersebut hilang dari pemeluk

agama Islam sendiri.

Kemudian, dalam bidang film dan tontonan. Meskipun ada

beberapa drama yang ber-genre sekolah, tetap saja di dalamnya terdapat

etika-etika siswa terhadap guru yang tidak patut dicontoh. Misalnya

dalam drama Class Of Lies (17 Juli 2019) pada episode 2 menit 15.23-

18.51. Dalam adegan tersebut ada sekumpulan pelajar yang ingin

merokok di jalan, hal itu dilihat oleh seorang guru. Karena guru tersebut

bukan guru dari sekolah mereka, para pelajar itu bersikap kasar dan

berbicara tidak sopan kepada guru yang menegur. Akhirnya, karena tidak

ada yang mengalah, terjadilah pertengakaran antara sang guru dengan

salah satu pelajar. Seorang pelajar mendorong guru tersebut, tapi

untungnya guru itu bisa menangkap tangan pelajar dan membantingnya.

Karena kesal dan tidak terima, pelajar itu meminta teman-temannya

untuk menelepon polisi. Untungnya ada seorang pria yang menolong

guru tersebut dan mendapatkan bukti bahwa anak-anak itulah yang

memulai pertengkaran dan tidak mau mendengar perkataan dari seorang

guru. Karena adanya bukti, sekumpulan pelajar itu diminta mengeluarkan

semua rokok yang mereka miliki dan laki-laki tersebut meminta mereka

untuk kembali ke sekolah.

Dari adegan yang dijelaskan diatas, maka dapat kita perhatikan

poin-poin pentingnya. Pertama, rombongan pelajar itu merokok. Kedua,

Page 100: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

mereka ditegur oleh seorang guru namun mereka tidak mengindahkan

perkataannya karena menganggap guru tersebut bukan guru dari sekolah

mereka. Ketiga, karena mereka tidak menghargai guru itu, sang ketua

pelajar itu ingin memukul guru namun karena guru bisa membela dirinya

maka sang ketua pelajar lah yang merasakan akibatnya (badannya

terbanting karena jurus dari sang guru). Keempat, karena terjadi

kekerasan maka sang ketua rombongan itu meminta teman-temannya

menelpon polisi padahal kita tahu bahwa yang memulai pertengakaran

adalah para pelajar tersebut. Kelima, karena adanya bukti mau tidak mau

pelajar itu menuruti perintah laki-laki yang menolong sang guru untuk

membuang rokok-rokok dan meminta pelajar untuk kembali ke sekolah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, dari tontonan yang seperti ini, apalagi

tidak diawasi oleh orang dewasa, akan menyebabkan kesalahpahaman

dan contoh yang buruk bagi para pelajar. Contohnya merokok, bertutur

kata yang kasar, bersikap tidak sopan kepada guru, dan menganggap

remeh guru yang bukan dari sekolahnya untuk bisa mengatur hidupnya.

Tontonan seperti bisa mengubah sikap seseorang, yang mereka lihat

itulah yang bisa menjadi contoh bagi mereka. Oleh sebabnya, dalam

pergaulan, tontonan dan sebagainya orangtua harus lebih waspada dan

mengawasi anak-anaknya agar tidak menuju ke arah yang negatif karena

dampak globalisasi tidak dapat kita tolak dan tidak dapat dihindari.

Dalam kitab Adabul alim wa Muta‟alim pelajar diminta tetap bersabar

terhadap sikap guru dan diminta untuk tidak meragukan ilmu yang

dimiliki guru tersebut. Hal ini sudah sangat jelas bahwa pemikiran KH.

Hasyim Asy‟ari sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pelajar di

era global saat ini, bahkan bisa meningkatkan kualitas pendidikan

Indonesia.

Sekarang perkembangan globalisasi dan teknologi semakin

pesat tanpa bisa dicegah dan ditolak keberadaannya. Oleh sebab itu, kitab

ini sangat perlu diajarkan dan diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Tidak hanya guru yang harus mempunyai kitab ini,

Page 101: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

melainkan siswa juga harus memilikinya. Dengan berpedoman pada kitab

tersebut, guru dapat memantau sikap anak. Orangtua merupakan aspek

penting dalam mengajarkan etika kepada pelajar, karena pelajar lebih

banyak waktunya dihabiskan bersama orangtua di rumah dibandingkan

dengan guru di sekolah yang kurang lebih 8 jam saja. Oleh karenanya,

tidak hanya guru yang mengajarkan seperti apa etika yang baik itu di

sekolah, orangtua di rumah juga memiliki peran penting.

Lalu bagaimana cara mengimplementasikan etika pelajar

menurut KH. Hasyim dalam pendidikan Islam di era global saat ini:

a. Dimulai dari pemerintah. Pemerintahan merupakan sebuah lembaga.

Dalam pendidikan lembaga yang berwenang adalah lembaga

pendidikan. Tentunya, ketentuan-ketentuan yang dibuat pemerintah

merupakan hal penting dalam dunia pendidikan. Ketentuan-

ketentuan itulah yang nantinya akan dijalankan oleh sekolah baik

bagi kepala sekolah ataupun guru-guru. Jika pemerintah

menambahkan suatu materi khusus terkait etika pelajar

(menambahkannya dalam kurikulum), maka akan mempermudah

guru dalam penerapannya di sekolah karena semua guru dan siswa

pasti tahu jika materi yang diajarkan itu benar adanya, dan

diharapkan untuk siswa dan guru menerapkannya di lingkungan

sekolah. Mungkin ini merupakan hal yang sulit, menambah suatu

materi khusus, namun jika sudah dilakukan, maka nantinya akan

terbiasa. Jika sudah terbiasa dalam ruang lingkup sekolah, maka guru

dan pelajar akan menerapkannya di lingkungan sekitar mereka,

sehingga etika pelajar terhadap guru dapat berubah dengan pesat jika

itu terjadi.

b. Selanjutnya dari segi sekolah. Dengan adanya ketentuan-ketentuan

yang dibuat pemerintah, maka sekolah-sekolah akan memberlakukan

dan menerapkannya. Jika pemerintah telah menentukan bahwa etika

pelajar terhadap guru dapat diajarkan disekolah-sekolah dan

dimasukkan dalam salah satu materi pembelajaran, maka sekolah

Page 102: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

akan menambah materi etika pelajar terhadap guru sebagai materi

pembelajaran. Materi etika ini tidak hanya diberlakukan di madrasah

saja tetapi juga dilakukan di sekolah umum. Jika sekolah umum,

maka materi etika bisa dirangkum dalam pelajaran Agama Islam.

Jika ketentuan itu ditambahkan, maka para pelajar akan minim

melakukan kekerasaan terhadap guru, karena mereka tahu harus

bersikap seperti apa kepada guru mereka.

c. Selanjutnya dari segi guru. Guru merupakan orang yang mentrasfer

ilmu pengetahuan kepada pelajar. Jika guru saja tidak mampu

beretika baik kepada pelajar, bagaimana ia akan menjadi teladan

yang baik untuk anak didiknya. Adapun sikap yang harus dimiliki

guru kepada pelajar diantaranya menjelaskan mana yang baik dan

buruk, menghidupkan syariat Islam, lebih sabar jika pelajar ada yang

kurang serius dalam belajar, memberikan perhatian kepada pelajar

dengan setara tanpa membeda-bedakan, menjelaskan materi dengan

metode yang tepat agar mudah dimengerti, memaklumi jika pelajar

ada yang terlambat datang ke sekolah, harus menjadi teladan yang

baik, memberikan perhatian kepada pelajar yang tidak hadir tidak

seperti kebiasaannya, misalnya dengan menjenguk jika sakit atau

membantu masalah yang ia alami, mengingat nama siswa dan

menyebutkannya dengan ramah serta tidak menjadi guru yang gila

kehormatan dari siswanya. Jika hal-hal ini telah dilakukan guru,

maka antara guru dan pelajar tidak akan terjadi pertengakaran dan

hal-hal yang tidak diinginkan lainnya karena terkadang yang

membuat pelajar berani kepada gurunya, disebabkan sang guru yang

tidak paham etika-etika seperti apa yang harus diterapkannya. Selain

itu, dampak globalisasi juga tidak bisa kita hindari di sekolah. Hal

yang dapat dilakukan guru ketika belajar adalah guru bisa

menyimpan terlebih dahulu handphone para siswa agar tidak ada

yang sibuk bermain handphone dikarenakan jika handphone

dipegang pelajar saat proses pembelajaran, maka adakalanya guru

Page 103: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

kecolongan dan tidak tahu bahwa siswanya sedang bermain

handphone. Namun, jika handphone diperlukan dalam proses

belajar-mengajar, guru bisa memberi wewenang untuk menggunakan

handphone dan menghimbau para siswa hanya fokus pada materi

terkait dan tidak membuka aplikasi lain yang tidak diperlukan.

d. Selanjutnya dari sisi Pelajar itu sendiri. Jika dari segi pemerintah,

sekolah dan guru sudah di implementasikan, maka selanjutnya dari

sisi pelajar. Untuk mencapai tujuan agar pelajar tidak lancang

melakukan kekerasan kepada guru, maka pelajar harus memahami

dan mengerti isi dari Kitab ini, terkhususnya terkait Etika Pelajar

terhadap guru. Pelajar harus memahami hak-hak apa saja yang harus

diterima guru, yang telah dijelaskan dalam Kitab ini diantaranya

memohon petunjuk dari Allah, bersungguh-sungguh dalam mencari

guru, harus patuh apapun perintah yang diberikan, memandang guru

sebagai orang yang mulia dan meyakini kesempurnaan ilmu yang

dimilikinya, dan sebagainya. Jika telah paham, maka akan mudah

bagi pelajar untuk menerapkannya di lingkungan sekitarnya baik di

sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, pelajar diharapkan

memiliki kesadaran mencari dan bergaul dengan teman yang bisa

membawanya ke arah yang lebih baik dan positif. Diharapkan

pelajar untuk menanamkan syariat Islam yang kuat dalam dirinya

dan bisa membedakan mana sikap yang baik dan yang buruk.

Setelah membaca dan mempelajari Kitab Adabul „Alim Wal

Muta‟aalim, maka diharapkan para pelajar mengimplementasikan

etika terhadap guru dan menjadikan diri sebagai orang yang sopan,

santun, menghormati dan menghargai guru, berbicara lemah lembut

serta mendengarkan pelajaran dengan seksama dan meyakini

kesempurnaan ilmu yang dimiliki sang guru.

Page 104: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan kajian yang mendalam, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Menurut KH. Hasyim Asy‟ari etika pelajar terhadap guru adalah siswa

harus memohon petunjuk dari Allah dalam mencari guru, mencari guru

yang ahli dibidangnya, pelajar harus patuh terhadap semua yang

diperintahkan, memuliakan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya,

mendoakan dan menghormatinya serta keluarga dan orang-orang

terdekatnya, pelajar harus memiliki sifat sabar, selalu meminta izin guru

jika ingin melakukan sesuatu, duduk dengan sopan santun dihadapan

guru, tidak ragu sedikitpun dengan ilmu guru, menyimak materi dengan

baik meskipun materi itu sudah diketahui sebelumnya, tidak mendahului

guru dalam menjelaskan materi atau menjawab pertanyaan pelajar lain,

harus tahu sikap yang bagaimana menyerahkan atau mengambil kitab

dari guru.

2. Adapun yang seharusnya mengimplementasikan etika pelajar terhadap

guru adalah dimulai dari pemerintah, lalu dilanjutkan oleh pihak sekolah

dan guru serta pelajar itu sendiri.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan analisis secara menyeluruh tentang etika pelajar

terhadap guru menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dalam kitab Adabul Alim Wa Al-

Muta‟alim yang juga dicari bagaimana implementasinya dalam pendidikan

Islam di era global, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi para pelajar perlu untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan

etika pelajar terhadap guru supaya mengetahui bagaimana beretika

terhadap guru.

Page 105: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

2. Bagi para peneliti selanjutnya kitab Adabul Alim Wa Al-Muta‟alim karya

K.H. Hasyim Asy‟ari masih banyak bab-bab dengan materi yang berbeda

namun tetap terkait dengan etika, sehingga peneliti selanjutnya bisa

mengkaji materi lain yang masih terkait pendidikan.

3. Menjadikan karya K.H. Hasyim Asy‟ari terkait etika pelajar dan guru

sebagai pedoman dan referensi utama dalam pembelajaran di sekolah-

sekolah formal tidak hanya terkhusus pada pesantren saja.

Page 106: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

91

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Alquran Terjemah. 2002. Departemen Agama RI. Jakarta: Mahkota

Surabaya

______, UU RI Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Dapartemen Pendidikan

Nasional: Jakarta

______, UU RI Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Dapartemen Pendidikan

Nasional: Jakarta

Abdullah, M. Amin. 2020. Antara Al-Ghazali dan Kant Filsafat Islam.

Yogyakarta: Diva Press

Ahmad, Abdul Muqsith, dkk. 2017. Masalah Etika dan Akhlak Pelajar

Kemahiran Kejuruteraan: Analisis Keperluan

Al-Zamzami, Mutaqin. 2018. Etika Menuntut Ilmu dalam QS. Al-Kahfi ayat 60-82

berinterpretasi Kisah Nabi Musa dalam Upaya Menghadapi Dekadensi

Moral Pelajar. Jurnal eL-Tarbawi, 11 (1)

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta

Asy‟ari, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim. 2020. Pendidikan Akhlak untuk

Pengajar dan Pelajar terjemahan Adabul „Alim wal Muta‟allim. Jawa

Timur: Pustaka Tebuireng

Asy‟ari, KH. Hasyim. 2007. Etika Pendidikan Islam Petuah KH. Hasyim Asy‟ari

untuk para guru (kyai) dan murid (santri). Penerjemah Mohamad Kholil

dari kitab Adabul „Alim wal Muta‟allim. Yogyakarta: Penerbit Titian

Wacana

Choiri, Moh. Miftachul dan Aries Fitriani. 2011. Problematika Pendidikan Islam

Sebagai Sub Sistem Pendidikan Nasional di Era Global. Al-Tahrir, 11 (2)

Creswell, John W. 2018. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,

Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Page 107: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

92

Edu, Ambros Leonangung, dkk. 2017. Etika dan Tantangan Profesionalisme

Guru. Bandung: Penerbit Alfabeta

Frimayanti, Ade Imelda. 2017. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pendidikan

Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 8 (2)

Hadi, Abdul. 2018. KH. Hasyim Asy‟ari Sehimpun Cerita, Cinta dan Karya Maha

Guru Ulama Nusantara. Yogyakarta: Diva Press

Hadits Sunan Ibnu Majah (online)

Hadits Sunan Tirmidzi (online)

Harahap, Musaddad. 2016. Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan

Islam. Jurnal Al-Thariqah, 1 (2)

Hidayat, Nur. 2015. Peran dan Tantangan Pendidikan Agama Islam di Era

Global. Jurnal eL-Tarbawi, 8 (2)

Kholil, Muhammad. 2013. Kode Etik Guru Menurut Hadhratus Syaikh KH. M.

Hasyim Asy‟ari dan Relevansinya dalam Konteks Pendidikan Sekarang.

Yogyakarta : Penerbit Deepublish

Kompri. 2019. Pendidikan Islam di Era Kontemporer. Bandung: Penerbit

Alfabeta

Larasati, Dinda. 2018. Globalisasi Budaya dan Identitas: Pengaruh dan

Eksistensi Hallyu (KoreanWave) versus Westernisasi di Indonesia. Jurnal

Hubungan Internasional, (1)

Masyhuri, KH. Abdul Aziz. 2017. 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Riwayat,

Perjuangan, Doa dan Hizib. Depok: Keira Publishing

Maya, Rahendra. 2016. Revitalisasi Keteladanan dalam Pendidikan Islam: Upaya

Menjawab Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam di Era Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, 5

Moleong, Lexy J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Page 108: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

93

Muthohar, Sofa. 2014. Fenomena Spiritualitas Terapan dan Tantangan

Pendidikan Agama Islam di Era Global. Jurnal at-Taqaddum, 6 (2)

Niam, Ahmad Ulin dan Nasrudin Zen. 2017. Etika Murid dan Guru dalam

Kegiatan Pembelajaran Menurut Imam Al-Ghazali (Kajian Teoritik Kitab

Ihya Ulumuddin Juz I Karya Imam Al-Ghazali). Jurnal Pendidikan Islam

Al I‟tibar, 4 (1)

Nurhaidah dan M. Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi

Kehidupan Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar, 3 (3)

Ramli, M. 2015. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik. Tarbiyah Islamiyah, 5 (1)

Rois Jajeli. (2 Februari 2018). “Cerita Siswa Aniaya Guru di Sampang Hingga

Meninggal Dunia”. DetikNews. Dari https://news.detik.com/berita/d-

3845912/cerita-siswa-aniaya-guru-di-sampang-hingga-meninggal-dunia

Salminawati. 2015. Etika Peserta Didik Perspektif Islam. Jurnal Tarbiyah, 22 (1)

Seknun, M. Yusuf. tt. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik. Lentera Pendidikan, 15

(1)

Setiawan, Agung Ibrahim dan M Al Qautsar Pratama. 2018. Karakteristik

Pendidikan Islam Periode Nabi Muhammad Di Makkah dan Madinah.

Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, 2 (2)

Sigiranus Marutho Bere. (5 Maret 2020). "Kronologi 3 Pelajar SMA di Kupang

Aniaya Guru hingga Babak Belur". Kompas.com. Dari

https://regional.kompas.com/read/2020/03/05/07000021/kronologi-3-

pelajar-sma-di-kupang-aniaya-guru-hingga-babak-belur?page=all

Siregar, Lina Mayasari. 2016. Upaya Pendidikan Islam pada Masa Awal Nabi

Muhammad SAW. Jurnal Al-Thariqah, 1 (1)

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Penerbit Alfabeta

Sumiati. tt. Menjadi Pendidik yang Terdidik. Jurnal Tarbawi, 2 (1)

Tanyid, Maidiantius. 2014. Etika dalam Pendidikan: Kajian Etis tentang Krisis

Page 109: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

94

Moral Berdampak pada Pendidikan. Jurnal Jaffray, 12 (2)

Thabroni, Ahmad Yusam. 2013. Etika Pelajar dalam Perspektif Ibn Jama‟ah.

Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2 (2)

Tim Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy‟ari. 2018. Aktualisasi Pemikiran dan

Kejuangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy‟ari. Jawa Timur: Pustaka

Tebuireng

U, M. Shabir. 2015. Kedudukan Guru sebagai Pendidik (Tugas dan Tanggung

Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru). Auladuna, 2 (2)

Yohanes Kurnia Irawan. (8 Maret 2018). "Ditegur karena Main Ponsel di Kelas,

Murid Hajar Guru dengan Kursi". Kompas.com. Dari

https://regional.kompas.com/read/2018/03/08/12274191/ditegur-karena-

main-ponsel-di-kelas-murid-hajar-guru-dengan-kursi?page=all

Page 110: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

95

LAMPIRAN

Data Primer

Gambar 1.1

Page 111: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

96

Data Sekunder

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Page 112: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

97

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Page 113: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

98

Gambar 2.5

Page 114: ETIKA PELAJAR TERHADAP GURU MENURUT KH. HASYIM …

99

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)

Nama : Rachmah Sri Rahayu

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/3 April 1999

Alamat (asal/sekarang) : Jalan Batam Perumahan Mega Indah No.

16, RT. 35, Kel. Lebak Bandung, Kec. Jelutung, Kota Jambi

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat Email : [email protected]

No Kontak : 082177199493

Pengalaman - Pengalaman Pendidikan Formal

1. SD/MI,tahun tamat : SD Negeri 4 Pasar Gadang Padang, Tahun (2006-2008)

: SD Negeri 2 Kota Jambi, Tahun (2008-2011)

2. SMP/MTs,tahun tamat : SMP Negeri 5 Kota Jambi, Tahun 2014

3. SMU/MA, tahun tamat : SMA Negeri 3 Kota Jambi, Tahun 2017

Pendidikan Non Formal: (Pelatihan, kursus, dll)

1. Belajar agama di Madrasah Muhammadiyah (2008-2011)

2. Kursus Bahasa Inggris di MEI (2013-2016)

3. Kursus Bahasa Inggris di Unit Pengembangan Bahasa (UPB) UIN jambi (2018-

2020)

Pengalaman Organisasi

1. Rohani Islam di sekolah SMA Negeri 3 Kota Jambi (2014-2017)

Motto hidup: Lakukan sebaik-baiknya, hasil serahkan kepada Allah Swt