etika akuntansi pajak

8
ETIKA AKUNTANSI PAJAK Akuntan pajak mempunyai beberapa tanggung-jawab kepada publik, melalui pemerintah. Tanggung jawab akuntan pajak adalah bukan untuk suatu kepalsuan dalam suatu kewajiban pajak, dan sebagai attestor, suatu kewajiban pajak adalah suatu pernyataan atau deklarasi atas sangsi dari kecurangan, dan informasi dari hasil menyajikan laporan keuangan adalah benar, dan lengkap. Dalam Laporan keuangan AICPA itu dari Responsibility Tax Preparers (SRTP) dalam kewajiban Pajak Memposisikan 5.05 dan 5.06 : 5.05 "Sistem perpajakan penilaian diri sendiri dapat berfungsi secara efektif jika wajib pajak melaporkan hasil mereka di suatu kewajiban pajak yang benar, mengoreksi, dan melengkapi. Suatu kewajiban pajak adalah suatu laporan wajib pajak fakta- fakta, dan wajib pajak mempunyai tanggung jawab akhir untuk posisi-posisi menerima imbal hasil. 5.06 "CPAS menetapakn bentuk cukai atas sistem perpajakan seperti juga kepada klien-klien mereka. Kedudukan kuat bahwa wajib pajak tidak memiliki kewajiban untuk membayar lebih banyak pajak dibanding dengan menurut hukum berhutang, dan CPA mempunyai suatu cukai kepada klien itu untuk membantu dalam mencapai target." Statements on Standards for Tax Services merupakan pertimbangan etika umum yang mendasari standar yang dibuat oleh Tax Executive Committee of the AICPA dalam sebuah pamflet yang bertajuk. Pernyataan ini, yang disebut SSTS, dan interpretasinya menggantikan SRTP dan interpretasinya sejak 1 Oktober 2000.

Upload: pujiardarita

Post on 29-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA AKUNTANSI PAJAK

ETIKA AKUNTANSI PAJAK

Akuntan pajak mempunyai beberapa tanggung-jawab kepada publik, melalui

pemerintah. Tanggung jawab akuntan pajak adalah bukan untuk suatu kepalsuan dalam suatu

kewajiban pajak, dan sebagai attestor, suatu kewajiban pajak adalah suatu pernyataan atau

deklarasi atas sangsi dari kecurangan, dan informasi dari hasil menyajikan laporan keuangan

adalah benar, dan lengkap. Dalam Laporan keuangan AICPA itu dari Responsibility Tax

Preparers (SRTP) dalam kewajiban Pajak Memposisikan 5.05 dan 5.06 :

5.05 "Sistem perpajakan penilaian diri sendiri dapat berfungsi secara efektif jika wajib pajak

melaporkan hasil mereka di suatu kewajiban pajak yang benar, mengoreksi, dan melengkapi.

Suatu kewajiban pajak adalah suatu laporan wajib pajak fakta-fakta, dan wajib pajak

mempunyai tanggung jawab akhir untuk posisi-posisi menerima imbal hasil.

5.06 "CPAS menetapakn bentuk cukai atas sistem perpajakan seperti juga kepada klien-klien

mereka. Kedudukan kuat bahwa wajib pajak tidak memiliki kewajiban untuk membayar lebih

banyak pajak dibanding dengan menurut hukum berhutang, dan CPA mempunyai suatu cukai

kepada klien itu untuk membantu dalam mencapai target."

Statements on Standards for Tax Services merupakan pertimbangan etika umum

yang mendasari standar yang dibuat oleh Tax Executive Committee of the AICPA dalam

sebuah pamflet yang bertajuk. Pernyataan ini, yang disebut SSTS, dan interpretasinya

menggantikan SRTP dan interpretasinya sejak 1 Oktober 2000. Yang menarik adalah pada

kalimat pembukaannya: “Standar praktek adalah hallmark dari penyebutan diri sebagai

seorang profesional. Anggota harus memenuhi tanggungjawabnya sebagai profesional

dengan mendukung dan mempertahankan standar yang dengan itu kinerja profesionalnya bisa

diukur”. Dalam kasus tersebut, indikasi terbaik dari standar etika yang bisa dipenuhi oleh

akuntan pajak bisa ditemukan dalam standar tersebut.

Ada 6 (enam) standar yang ditunjukkan dalam SSTS, yaitu:

1. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi kecuali ada

kemungkinan realistik untuk kebaikan yang berkelanjutan.

2. Seorang akuntan pajak tidak boleh membuat atau menandatangani return jika ini

berada dalam posisi yang tidak boleh disarankan menurut point 1.

3. Seorang akuntan pajak dapat menyarankan sebuah posisi yang menurutnya tidak

ceroboh selama ini bisa didisklosur.

Page 2: ETIKA AKUNTANSI PAJAK

4. Seorang akuntan pajak berkewajiban untuk menasehati klien tentang potensi hukuman

di beberapa posisi, dan menyarankan disklosur.

5. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi yang

“mengeksploitasi” proses seleksi audit IRS atau;

6. Dilarang bertindak sekadar dalam posisi “membantah”.

Menurut standar ini, dikatakan tidak etis bila mengkapitulasi permintaan klien untuk

mengurangi liabilitas pajak klien sebenarnya, karena ketika menandatangani return, anda

berarti menyatakan bahwa return adalah benar, tepat, dan lengkap. Bila menandatanganinya

berarti anda terlibat kebohongan.

Sebuah sistem yang menggunakan self-assessment dan reporting membuat orang

membayangkan tipe pekerjaan yang membuat golf menjadi permainan yang terhormat. Pajak

juga seperti itu. Ini ditentukan oleh self-assessment dan reporting. Dalam konteks tersebut,

sikap fair yang bisa dilakukan setiap orang adalah dengan mengawasi diri sendiri.

Masyarakat kita sering menggunakan sistem kehormatan yang besar dan ini bisa dijalankan

ketika sebagian besar orang diatur oleh sistem kehormatan tersebut.

Ada sesuatu yang berlawanan dengan kejujuran dan kesejahteraan publik saat ada

upaya untuk mengelak dari tujuan hukum spesifik yang memberikan batasan pada klien yang

ingin menghindari pembayaran segmen pajak yang  fair. Sistem pajak dapat diselewengkan

oleh akuntan dan perusahaan akuntansi yang menggunakan skema penghindaran-pajak.

Bagian implisit dari semua ini adalah sebuah rekognisi tanggungjawab akuntan dan

perusahaannya untuk mempertahankan kejelasan sistem pajak–untuk menghasilkan

keseimbangan antara keuntungan pajak yang diinginkan dan loophole yang bisa melemahkan

sistem.

Akuntan dan perusahaan akuntansi perlu mengetahui tanggungjawabnya pada

masyarakat besar. Akuntan dan perusahaannya perlu tegas, karena profesionalismenya, untuk

mengikuti jalur etika. Bantuan yang sering digunakan adalah nilai moral personal dan standar

plus sebuah kultur dalam perusahaan yang melarang pelanggaran nilai etika dalam mencapai

tujuan organisasi–sebuah filosofi manajemen kuat yang mempertegas tindakan etika dan

komunikasi jelas dari perilaku etika. Dalam situasi ini, bahkan ketika menyebabkan kerugian

klien, akuntan tetap akan melakukan apa yang benar. Ancaman kehilangan lisensi akibat

tindakan tidak beretika adalah sebuah faktor, tapi ini bukanlah faktor primer.

Page 3: ETIKA AKUNTANSI PAJAK

Dari sejumlah tantangan untuk etika, berikut ini adalah yang termasuk peringkat atas:

1. Kompleksitas dan perubahan sifat dari hukum pajak;

2. Keterbatasan waktu untuk praktek;

3. Pengetahuan tentang hukum pajak yang kompleks;

4. Tekanan dari klien untuk mengurangi liabilitas pajak;

5. Dan kurangnya pemahaman klien terkait tanggungjawab profesional dan potensi

hukuman dari akuntan baik bagi praktisi pajak dan pembayar pajak

Crenshaw dalam artikelnya memberikan empat alasan mengapa tax shelter ini

muncul.

1. Ada upaya manajemen korporat untuk mencari cara baru guna mengendalikan

biaya bisnis, dan karena tidak mampu menaikkan harganya, perusahaan mulai

mencari cara untuk memotong pajaknya yang dianggap sebagai biaya.

2. Bertambahnya kerumitan dalam aturan pajak dan dunia keuangan, realita

ekonomi akan terhambat – atau berkurangnya realita tersebut – dalam serangkaian

tarnsaksi.

3. Persepsi antar bank investasi dan lainnya bahwa memimpikan dan mengemas

produk pajak “adalah sebuah lini bisnis yang sukses”, seperti yang dikatakan

William J. Wilkins dari Wilmer, Cutler & Pickering, dan salahseorang anggota

dari divisi pajak dari American Bar Association. (Divisi pajak ini, yang tidak

berbicara sebagai wakil ABA, berisi pengacara yang khusus dalam urusan pajak).

4. Resiko rendah. Bukan hanya sulit bagi IRS untuk mendeteksi shelter, tapi

hukumannya cenderung ringan dan tidak selalu diberikan. Jika shelter ditemukan

dan dilarang, perusahaan akan menghutang pajak yang seharusnya dibayar,

ditambah bunga. “Ini seperti deal finansial yang bagus”, kata John E. Chapoton,

mantan Assistant Treasury Secretary dan anggota divisi pajak ABA, yang

meminta disklosur perusahaan untuk menghambat shelter.

Bagi akuntan, terkait dengan peranannya disarankan untuk menggunakan standar

yang ada secara serius dan mereview kebijakan profit dengan sarana legal apapun. Selalu ada

tekanan pada akuntan, yang memperhatikan profesionalismenya dan kewajibannya terhadap

publik.

Page 4: ETIKA AKUNTANSI PAJAK

Berikut isi dari Statements on Standards for Tax Services (SSTS):

1. Pernyataan Standar No.1. Standar kemungkinan realistik:

“Secara umum, anggota memiliki keyakinan bahwa posisi return pajak yang

disarankan memiliki sebuah kemungkinan realistik untuk berlanjut secara

administratif atau judisial”, untuk mengkapitulasi kebutuhan perusahaannya.

2. Pernyataan No.2:

Pernyataan ini bukanlah yang problematik dan mengemukakan: “Seorang anggota

membuat upaya wajar untuk memperoleh informasi dari pembayar pajak untuk

memberikan jawaban pada semua pertanyaan tentang return pajak sebelum

memberikan tanda tangan sebagai preparer”.

3. Pernyataan No.3. Kewajiban untuk memeriksa atau memverifikasi data yang

mendukung:

Seorang preparer dapat menggunakan keyakinan klien yang bagus untuk memberikan

informasi akurat dalam membuat sebuah return pajak, tapi “tidak mengabaikan

implikasi informasi yang dibuat dan harus membuat penelitian wajar jika informasi

menjadi tidak tepat, tidak lengkap atau tidak konsisten” (SSTS). Di sini, kewajiban

untuk sistem pajak menjadi jelas. Preparer akan menandatangani pernyataan yang

menguji bahwa informasi yang terkandung menjadi benar, tepat, dan lengkap menurut

pengetahuan preparer. Konsekuensinya, jika preparer menyimpulkan bahwa karena

ketidakkonsistensinya, informasi menjadi tidak tepat atau lengkap, preparer

berkewajiban untuk tidak menandatangani return.

4. Pernyataan No.4. Gunakan estimasi:

Ini bukan standar non-problematik. Preparer menggunakan estimasi pembayar pajak

jika ini tidak berpengaruh praktikal dalam memperoleh data dan jika preparer

menentukan bahwa estimasinya sudah beralasan, yang didasarkan pengetahuan

preparer.

5. Pernyataan No.5. Berawal dari sebuah posisi sebelumnya:

Ini adalah sebuah standar teknis. “Seperti yang ditunjukkan dalam SSTS No.1, Tax

Return Positions, anggota bisa merekomendasikan sebuah posisi return pajak atau

mempersiapkan atau menandatangani return pajak yang berawal dari perlakuan

sebuah item yang disimpulkan dalam urusan administratif atau keputusan pengadilan

terkait return sebelumnya dari pembayar pajak”.

Page 5: ETIKA AKUNTANSI PAJAK

6. Pernyataan No.6. Pengetahuan keliru:

Apa yang perlu dilakukan ketika preparer menjadi sadar akan kekeliruan dalam

pengembalian pajak pembayar pajak sebelumnya? Anggota harus “memberitahu

pembayar pajak” dan “merekomendasikan ukuran korektif yang perlu diambil”

(SSTS). Jika dalam mempersiapkan return tahun sekarang, preparer menemukan

bahwa pembayar pajak tidak mengambil tindakan tepat untuk membenarkan errornya

dari tahun sebelumnya, preparer perlu memutuskan apakah perlu melanjutkan

hubungan dengan pembayar pajak. Penarikan diri ini bisa terjadi jika pembayar pajak

tidak mau membenarkan error, dan jika error ini memiliki efek terhadap return.

7. Pernyataan No.7. Pengetahuan tentang error: urusan administratif:

Jika dalam urusan administratif, preparer menemukan error, preparer harus “meminta

persetujuan pembayar pajak untuk mendisklosur error tersebut kepada otoritas pajak.

Bila tidak ada persetujuan, anggota harus mempertimbangkan penarikan diri dari

representasi pembayar pajak dalam urusan administratif”.

8. Pernyataan No.8. Bentuk dan Isi dari advis untuk pembayar pajak:

Pernyataan ini tidak menggambarkan bentuk atau isi advis karena kisaran advis begitu

ekstensif dan spesifik menurut kebutuhan setiap pembayar pajak. Apa yang

disarankan adalah bahwa advis ini mencerminkan kompetensi profesional dan

memenuhi kebutuhan pembayar pajak.

Ini menjadi ringkasan standar dari layanan pajak yang oleh AICPA diharapkan

dilakukan oleh anggotanya yang menjadi preparer pajak. Ini adalah standar yang umumnya

bisa diterapkan bagi akuntan pajak dalam sebagian besar negara karena ini menggunakan

prinsip universal tentang perilaku profesional yang benar dalam urusan pajak.