etika administrasi

Upload: iersad-a-umam

Post on 10-Jul-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ETIKA ADMINISTRASI Beberapa Teori Etika Teori etika merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan segala hasil pengamatan dan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana etika dapat menjadi pedoman bagi tingkah laku manusia. Berkaitan dengan etika, dikenal beberapa teori antara lain: Hedonisme Dalam teori hedonisme dijelaskan bahwa manusia pada dasarnya selalu mencari kesenangan dan kepuasan. Dari sifat dasar manusia inilah kemudian teori ini muncul. Kesenangan dan kepuasan inilah yang kemudian mendorong manusia untuk bertindak. Keinginan manusia yang ingin selalu senang mendorong perilaku dan tindakan mereka untuk mendapatkan kesenangan itu. Mereka akan menjauhi segala hal yang dianggap tidak menyenangkan. Maksud kesenangan dalam teori ini ialah kesenangan secara aktual. Artinya, kesenangan itu merupakan hal yang dirasakan saat ini, jadi bukan kesenangan yang datang dimasa lampau atau angan-angan kesenangan dimasa depan. Meskipun demikian, kesenangan manusia harus dibatasi. Karena jika tidak ada batasan terhadap kesenangan atau kenikmatan, manusia justru akan terjerumus dan akan mencelakakan dirinya sendiri. Jadi dengan demikian, asumsi dasar prinsip moral dalam teori ini adalah menempatkan kesenangandan kenikmatan lahiriah sebagai basis moran dan pusat acuan bagi tindakan manusia. Bertens, (2004;241) menyebutkan bahwa hedonisme dapat dimengerti sebagai pandangan yang menyamakan baik secara moral dengan kesenangan. Maksud dari pendapat tersebut adalah orang akan menyebut baik tentang apa saja yang dapat membawa pada kesenangan, begitu juga sebaliknya suatu tindakan dianggap tidak baik jika mengakibatkan ketidak senangan.

Eudemonisme Dalam bukunya Ethika Nikomakheia, Aristoteles (384-322 SM) menegaskan bahwa setiap tindakan manusia selalu mengejar tujuan. Apapun tindakan manusia pasti tidak akan

lepas dari adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Aristoteles juga menegaskan bahwa ujung dari setiap tujuan adalah kebahagiaan (eudaimonia). Namun yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana menilai suatu kebahagiaan? Karena pada dasarnya penilaian terhadap kebahagiaan itu berbeda pada setiap orang. Aristoteles kemudian mengungkapkan bahwa kebahagiaan adalah saat seseorang mencapai telah mencapai tujuan akhir. Sedang tujuan akhir tersebut baru akan dapat tercapai jika seseorang sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam teori ini dijelaskan bahwa inti dari teori Eudemonisme ini adalah pemikiran tentang keutamaan. Bertens (2004; 244) mengungkapkan bahwa sesungguhnya manusia memiliki sesuatu keunggulan berupa akal budi dan rasio. Melalui akal budi inilah manusia mencapai kebahagiaan. Kegiatan akal budi harus dijalankan dengan prinsip keutamaan. Keutamaan adalah keseimbangan antara yang kurang dan yang terlalu banyak. Terdapat dua jenis keutamaan, yakni keutamaan intelektual dan keutamaan moral. Keutamaan intelektual adalah keutamaan yang beroprasi pada wilayah kognitif yakni aktifitas untuk mengetahui dan menggunakan pengetahuan yang didapatkannya. Sedangkan keutamaan moral yakni pengedepanan pertimbangan sisi moralitas atau sisi kemanusiaan untuk setiap tidakan. Sebenarnya teori ini menuai pertentangan dari beberapa pihak terkait asumsi dari keutamaan sebagai jalan tengah dari dua hal yang berbeda. Karena pada prakteknya tindakan manusia tidaklah selalu demikian. Ada beberapa tindakan yang memang berupa tuntutan. Namun terlepas dari itu semua, hampir semua pemikir setuju bahwa teori Eudemonisme sebagai perspektif penting yang tidak dapat diabaikan dalam hal bahwa keutamaan merupakan salah satu acuan etika.

Utilitarian Teori ini berasal dari tradisi pemikiran moral di united kingdom. David Hume (17111776) dan Jeremy Bentham (1748-1832) yang merupakan tokoh penting aliran ini. Pemikiran kedua tokoh ini disumbangkan untuk pembaharuan hokum pidana di inggris Raya. Tujuan hukum menurut pemahaman keduanya adalah demi kemajuan kepentingan nyata para warga Negara dan bukannya bermaksud untuk memaksakan sejumlah hal illahiah atau melindungi hak hak adikodrati. Hokum bukan untuk mengatasi hal hal abstrak tetapi memiliki maksud

untuk hal hal yang sangat kongkrit. Dengan demikian, etika suatu tindakan harus ditentukan dengan mempertimbangkan kegunaannya untuk mencapai kebahagiaan manusia. Yang baik adalah yang berguna.inilah prinsip dasar dari etika utilatirian dalam bahasa yunani, utilis berarti berguna. Kalau ukuran ini diberlakukan bagi perseorangan disebut individual, tetapi jika berlaku bagi orang banyak atau masyarakat disebut social. Kritik telak pada teori ini adalah kenyataan bahwa yang berguna bagi yang bertindak belum tentu berguna bagi orang lain. Disini kesadaran moral pasti akan memberontak, semua orang akan mengatakan bahwa kesenangan yang diperoleh dengan membuat menderita orang lain tidaklah dapat dibenarkan

Relegiosisme Basis asumsi dari aliran ini terletak pada doktrin agama. Dalam tradisi agama agama besar selalu ada upaya pemahampaksaan bahwa sesuatu perbuatan atau tindakan yang baik adalah yang sesuai kehendak Tuhan YME. Dan sebaliknya buruklah segala perbuatan yang teidak sesuai dengan kehendakNya. Agama menjadi semacam perangkat aturan bertingkah laku untuk menjamin manusia selamat dalam berinteraksi dengan sesame sekaligus dengan Penciptanya. Sebagaimana dektrin agama, kesalehan tentu menjadi kata kunci etika relegiosisme ini. Etika relegiosisme ini tidak banyak dihiraukan orang. Hal ini dikarenakan oleh pemikiran bahwa ketaatan bertingkah laku dengan acuan tindakan yang ada dalam kitab suci agamanya pastii melampaui batasan etika yang mampu dikumpilkan oleh etika relegiosisme