etika

Upload: nitameliandari

Post on 11-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSaat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memilikiperan yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komperehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.Sebagai tenaga profesional, seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menjamin terlaksananya tugas dengan baik dan bertanggung jawab secara etis maupun moral. Dengan demikian setiap perawat akan menunjukkan sikap etis profesional yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit. Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut ?Peran perawat sangat komperehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komperehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya karena amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut atau menjelang ajal. Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang ajal lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan perawatan medis tidak lagi bermanfaat, perawat memberikan perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.

B. Rumusan MasalahDari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah. Diantaranta antara lain :1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan secara etis ?2. Bagaimana cara mengambil keputusan saat perawat menghadapi pasien menjelang ajal ?3. Bagaimana peran perawat saat menghadapi pasien menjelang ajal ?

C. Tujuan PenulisanTujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah :1. Agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan pengambilan keputusan secara etis, sehingga nantinya mahasiswa keperawatan dapat mengambil atau membuat keputusan dengan benar saat praktik menghadapi pasien di rumah sakit.2. Diharapkan mahasiswa keperawatan mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan saat menghadapi pasien menjelang ajal.3. Agar mahasiswa keperawatan mengetahui dan dapat menerapkan peran perawat saat menghadapi pasien menjelang ajal.

D. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan pada makalah ini, yaitu :BAB I PENDAHULUAN:Pada bagian ini penulis memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.BAB II KAJIAN TEORI:Pada bagian ini penulis memaparkan tentang kajian teori dari masalah yang diangkat penulis dari pendapat beberapa ahli.BAB III PEMBAHASAN:Pada bagian ini penulis memaparkan mengenai pembahasan dari latar belakang dan rumusan masalah yang dibuat oleh penulis.BAB IV PENUTUP:Pada bagian ini penulis memaparkan mengenai simpulan dari pembahasan yang dibuat penulis, serta menyertakan saran penulis untuk pembaca.

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Pengertian Pengambilan KeputusanDalam praktik keperawatan, pengambilan keputusan atau yang juga dikenal dengan istilah decision making dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, yang pada akhirnya akan menentukan alternatif yang matang bagi seorang perawat untuk mengambil suatu tindakan yang tepat dalam pelayanan kesehatan.Pengertian lain dari pengambilan keputusan dalam dunia keperawatan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan oleh seorang perawat mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Keputusan ini diambil setelah perawat melakukan beberapa perhitungan dan dan pertimbangan alternatif. Sebelum menjatuhkan pilihan (mengambil keputusan), ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh perawat. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama yang dialami oleh pasien yang dirawatnya, menyusun alternatif yang akan dipilih, dan akhirnya sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.Secara umum, pengertian tentang pengambilan keputusan dalam dunia keperawatan sebenarnya telah dikemukakan oleh banyak pakar dunia, yaitu sebagai berikut :1. Menurut G. R. Terry pengambilan keputusan oleh seorang perawat adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin bisa diambil. Misalnya, apakah seorang perawat mau melakukan injeksi atau tanpa injeksi.2. Menurut Claude S. George, Jr. proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif. Dalam hal ini, perawat biasanya tidak banyak mengambil keputusan strategis dan penting tentang pasien, karena dalam rumah sakit perawat bukanlah manajer maupun dokter. Perawat hanya membantu beberapa kegiatan keperawatan yang diarahkan oleh dokter atau pengelola rumah sakit.3. Menurut Harold dan Cyril ODonnell pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara alternatif mengenai suatu cara bertindak, yaitu inti dari perencanaan. Suatu rencana tidak dapat dikatakan ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Dengan kata lain, jika perawat tidak mengambil keputusan terhadap pasien mengenai keluhan penyakitnya, maka pelayanan kesehatan tersebut bisa dikatakan tidak ada.4. Menurut P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan. Dalam konteks keperawatan, sebelum perawat mengambil sebuah keputusan terhadap pasien yang dirawatnya, ia terlebih dahulu menganalisis, melakukan pemeriksaan secara menyeluruh mulai dari tekanan darah, suhu tubuh, keluhan, detak jantung, dan lain-lain sehingga ia bisa mengambil kesimpulan kemudian melahirkan keputusan.

B. Hal-hal Pokok dalam Pengambilan Keputusan KeperawatanSeorang perawat yang mengambil keputusan dan tindakan terhadap pasien yang diasuh memerlukan kecermatan, ketelitian, dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan sekecil apa pun yang membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pasien.1. Perawat harus mengambil keputusan berdasarkan perencanaan dan analisis yang mendalam. Proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan, dadakan, serampangan, dan dilakukan dengan tergesa-gesa. Ingat, kinerja perawat sangat mempengaruhi keselamatan jiwa para pasien.2. Perawat harus mengambil keputusan berdasarkan etika dan ilmu keperawatan sesuai dengan metodologi keperawatan yang telah baku. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono, namun harus berdasarkan pada sistematika tertentu. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut :a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.b. Kualitatif tenaga kerja yang tersedia dalam praktik keperawatan.c. Falsafah yang dianut organisasi keperawatan.d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi keperawatan atau tempat seorang perawat bekerja (rumah sakit).3. Masalah harus diketahui dengan jelas. Artinya, seorang perawat tidak boleh mengambil keputusan terhadap kliennya apabila ia belum melakukan pemeriksaan yang matang mengenai keluhan penyakit yang dideritanya.4. Pemecahan masalah yang dilakukan perawat harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis. Misalnya, fakta tekanan darah, fakta suhu tubuh, fakta kondisi kulit, fakta kondisi mata, fakta munculnya keringat dingin, dan lain sbegainya.5. Keputusan keperawatan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih oleh perawat dari berbagai alternatif yang telah dianalisis secara matang. Artinya, sebelum menjatuhkan terhadap satu pilihan yang dianggap terbaik, perawat masih memiliki beberapa pilihan yang bisa dianalisis.

C. Teori Dasar Pembuatan Keputusan EtisUntuk melihat lebih lanjut seperti apa dan bagaimana suatu keputusan etis dibuat, maka ada baiknya melihat seluruh proses pengambilan keputusan dengan mengambil berbagai teori dan metode yang ada.Ada beberapa teori etika yang dapat digunakan sebagai landasan pertimbangan, namun sebelum itu perlu diketahui apa itu teori etika. Teori etika adalah perumusan yang jelas dan sistematis dari kajian falsafah tentang perilaku moral atau kerangka berpikir apakah suatu perbuatan dapat diterima, dinilai dari pendekatan moral. Kegunaan etika menurut Magnis adalah sebagai berikut :1. Mencapai suatu pendirian moral dalam pergolakan pandangan.Kadangkala paramedis dihadapkan pada pertentangan pandangan mengenai metode baru pengobatan. Hal yang umum sebagai contoh adalah mengawinkan pengobatan herbal tradisional dengan pengobatan modern.Dalam hal ini etika memiliki fungsi menemukan pendirian moral berkait dengan pengobatan mana yang terbaik. Untuk menyelidiki lebih jauh berkait dengan alasan masing-masing individu yang terlibat.2. Membantu agar tidak kehilangan orientasi.Pergolakan nilai dan kaidah moral di dalam masyarakat kadangkala membuat seseorang kehilangan orientasi. Contoh yang paling konkrit adalah orientasi di dunia kesehatan. Pada awal terbentuknya, bidang ini hanya berorientasi untuk mengatasi penyakit, membuat lingkungan lebih sehat dan baik untuk dihuni dan derajat kesehatan masyarakat meningkat.Namun seiring dengan era industri dimana orientasi masyarakat berubah lebih condong pada kepentingan, industri, ekonomi dan komersialisasi, perlahan-lahan tapi pasti dunia kesehatan pun orientasinya mulai berubah ke arah yang sama. Sehingga yang terjadi adalah orientasi setiap jasa kesehatan bukanlah kesembuhan pasien tetapi nilai rupiah tertentu. Etika dalam hal ini memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai bagaimana meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada kedudukan yang semestinya.3. Menemukan dasar kemantapan di dalam iman dan kepercayaan.Etika juga memberikan pertimbangan-pertimbangan atas fungsi agama dalam semua aspek pelayanan kesehatan. Contohnya, banyak agama melarang aborsi kecuali atas dasar pertimbangan medis. Pelarangan ini sekaligus menjadi pengendali tingkat aborsi yang dilakukan oleh paramedis terutama mereka yang mengimani agamanya dengan baik. Jadi selain memberikan batasan, nilai di dalam agama dapat dipertimbangkan sebagai kebenaran dalam rangka mencegah tindakan yang tidak perlu dilakukan.

D. Dampak Kesalahan Keputusan Asuhan KeperawatanApabila perawat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, tentu dampak negatif paling besar akan dirasakan oleh pasien. Hal ini terjadi apabila pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perawat tidak didasarkan pada kelima hal pokok sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Dampak yang akan ditimbulkan adalah sebagai berikut :1. Tidak tepatnya keputusan perawat. Artinya, bisa saja tindakan yang diambil oleh perawat tidak sesuai dengan penyakit atau keluhan pasien. Misalnya, seorang pasien sebenarnya mengalami gangguan jantung, namun karena keputusan perawat tidak didasarkan pada kelima hal pokok di atas, maka keputusan yang diambil adalah pemberian obat-obatan untuk mencegah penyakit paru-paru, padahal pasien tidak mengidap penyakit paru-paru.2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi keperawatan (rumah sakit) baik dari segi sumber daya tenaga medis, uang maupun material. Hal ini bisa saja terjadi apabila perawat salah mengambil keputusan, bisa saja keputusan itu tidak sesuai dengan kemampuan rumah sakit atau kemampuan pasien. Misalnya, keputusan untuk melakukan operasi, keputusan untuk dirujuk ke rumah sakit lain, dan lain-lain.3. Ketidakmampuan pelaksana keperawatan untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi keperawatan maupun rumah sakit dengan tenaga medis yang ada dalam organisasi tersebut. Misalnya, seorang perawat bekerja di rumah sakit terpencil dengan ketersediaan tenaga medis dan peralatan yang sangat minim, namun perawat tersebut memutuskan terhadap pasien yang membutuhkan perawatan ekstra cukup dirawat di rumah tersebut karena dianggap mampu memberi pelayanan. Padahal, penyakit yang diderita pasien tersebut sangat serius. Misalnya, mengidap penyakit kanker rahim, kanker darah, serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan lain-lain, sedangkan kemampuan rumah sakit tersebut hanya mampu menangani beberapa penyakit ringan saja.4. Timbulnya penolakan terhadap keputusan keperawatan. Keputusan yang diambil perawat bisa saja ditolak, bukan hanya oleh teman sejawat, dokter, para tenaga kesehatan yang lain, bahkan juga ditolak oleh pasien dan keluarganya. Sebab, keputusan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pasien.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan PerawatBanyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan keputusan, termasuk juga terhadap keputusan perawat terhadap pasiennya. Pengaruh-pengaruh tersebut adalah sebagai berikut :1. Faktor InternalFaktor internal perawat maupun rumah sakit sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang perawat terhadap pasiennya. Faktor internal tersebut meliputi hal-hal berikut ini :a. Keadaan emosional,b. Keadaan fisik,c. Personal karakteristik,d. Kultural,e. Sosial,f. Latar belakang filosofi,g. Pengalaman masa lalu,h. Minat,i. Pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki,j. Dukungan dari rumah sakit,k. Infrastruktur rumah sakit, danl. Sikap manajer atau pengelola rumah sakit.2. Faktor EksternalFaktor eksternal termasuk kondisi, lingkungan, dan waktu. Nilai ditentukan oleh kondisi kultural, sosial, latar belakang, filosofi, dan sosial. Seorang perawat yang banyak bersinggungan dengan pasien yang banyak membutuhkan pertolongan (pelayanan) kesehatan harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari risiko yang timbul sebagai konsekuensi dari keputusan yang telah diambil tersebut. Pada hakikatnya, pengambilan keputusan seorang perawat terhadap pasiennya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu keluhan (penyakit) yang dialami oleh pasien yang dirawatnya.Proses pengambilan keputusan dari seorang perawat difokuskan untuk memecahkan masalah kesehatan yang dialami kliennya secepatnya. Karena itu, seorang perawat harus memiliki kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman berharganya dalam menangani masalah yang diderita klien.

F. Cara Membuat Keputusan Saat Perawat Menghadapi Pasien Menjelang AjalMenjelang ajal adalah kondisi dimana secara medis dan legal seseorang sudah tidak dapat diobati dan diintervensi dan berhubungan dengan kematian atau fase akhir dari kehidupan, dimana individu sangat ansietas menghadapinya. Respon klien dalam kondisi menjelang ajal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien menjelang ajal. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi menjelang ajal, tujuannya yaitu untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Masalah psikososial pada klien dengan ansietas menjelang ajal biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaan marah, dan putus asa sering kali ditunjukkan. Problem psikologis lain yang muncul pada klien menjelang ajal antara lain ketergantungan, kehilangan kontrol diri, tidak mampu produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi.Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat keputusan.Peran perawat sangat komperehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komperehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya karena amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.

1. Masalah kematian dan menjelang ajala. Patient self- determinatioan ActPerawat dan pasien harus lebh awal dalam mendiskusikan surat resmi (advance directives) dari pasien ketika kesehatan pasien masih dalam kondisi yang lebih baik tidak dalam masa keritis. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk mendiskusikan proses pembuatan keputusan. Perawat harus menghormati keputusan dan keingnan pasien dalam mengakhiri hidupnya, perawat juga harus menghormati persepsi pasien mengenai kualitas hidup dalam perawatan diakhir hidupnya dan menurut keyakinan atau adat dar masing masing pasien.b. Advance directive Pengajuan surat resmi adalah komunikasi spesifik tentang tindakan medic yang dipilih oleh pasien.beberapa tipe pengajuan surat resmi yang biasa ada yaitu surat perintah untuk melakukan DNR, perintah menghentikan kehidupan, surat wasiat dll.hal ini penting bag perawat untuk mengetahui jenis surat atau perintah yang ditandatangani atau dimiliki pasien dan pengajuan itu harus didikuti. Jika hal ini tidak dipatuhi atau dilaksanakan akan mengakibatkan gugatan.

2. Tujuan merawat pasien menjelang ajalRespon klien dalam kondisi menjelang ajal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien menjelang ajal. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi menjelang ajal, tujuannya yaitu untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Tujuan dari merawat pasien menjelang adalah sebagai berikut :a. Memberi perasaan tenang dan tentram pada pasien dalam menghadapi maut dengan memberikan bantuan fisik dan spritual sehingga meringankan penderitaannya.b. Memberi simpati dan kesan yang baik terhadap keluarga pasien .c. Mempertahankan pasien yang nyaman dan bebas dari nyeri.d. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan sedikit mungkin penderitan.e. Membantu pasien meninggal dengan damai.f. Memberikan kenyamanan bagi keluarga.

3. Hak-hak paisen yang sedang dalam keadaan menjelang ajalDalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien yang sudah dalam keadaan menjelang ajal, perawat harus memperhatikan hak-hak pasien berikut ini :a. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.b. Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi.c. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya, apapun yang terjadi.d. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang sedang dihadapinya.e. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatan.f. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara berkesinambungan walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman.g. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.h. Hak untuk bebas dari rasa sakit.i. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.j. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya.k. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.l. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.m. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi orang lain.n. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang bersangkutan meninggal.o. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam mnghadapi kematian.

G. Prinsip Etik Perawat Dalam Mengambil Keputusan Pada Pasien Menjelang AjalBanyak masalah legal melingkupi peristiwa kematian, meliputi definisi dasar dari titik yang aktual dimana seseorang dipertimbangkan meninggal. Hukum mengidentifikasi kematian terjadi ketika ada penurunan fungsi otak yang hebat, selain fungsi organ yang lainnya. Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencoba menyalamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan perawatan versus penyembuhan. Pada situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal yang khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang yang meninggal secara bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang meninggal dapat membahayakan emosional bagi orang yang selamat.Sebagaimana yang tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsip-prinsip etika yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik muncul. Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dalam pengaturan perawatan menjelang ajal, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat bagi semua yang terlibat dalam pengambilan keputusan.1. Menghargai otonomipasien serta keluarganya (facilitate autonomy). Prinsip otonomi menegaskan bahwa pasien mempunyai kebebasan untuk menentukan dan bertanggung jawab atas keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Keputusan yang diambil oleh tenaga medis (perawat) harus sesuai dengan keinginan dan keputusan yang telah disepakati dengan keluarga.2. Kebenaran(veracity). Perawat harus memberitahukan hal yang sebenarnya pada pasien serta keluarga pasien. 3. Kesetiaan(fidelity). Perawat memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian.4. Kemurahan Hati (Benefiecence). Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.5. Tugas perawat tidak memberikan informasi pada pasien untuk memperoleh informed consent, karena itu adalah peran dokter yang menangani pasien tersebut. Tanggung jawab perawat adalah untuk menyaksikan penandatanganan pada informed consent. Jika pasien belum jelas mengenai keterangan informed concent atau penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan pengobatan yang diusulkan perewat berkewajiban untuk menerangkan kembali sehingga pasien itu paham.

H. Pendampingan Dengan Bimbingan RohaniBimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup pasien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

I. Moral Dan Etika Pada Pasien Menjelang AjalPerlu diketahui oleh petugas kesehatan tentang moral dan etika dalam pendampingan pasien sakaratul maut. Moral dan etika inilah yang dapat membantu pasien, sehingga pasien akan lebih sabar dalam mengahadapi sakit yang di deritanya.Dalam banyak studi, dukungan sosial sering dihubungkan dengan kesehatan dan usia lanjut. Dan telah dibuktikan pula bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan. Pemebrian dukuangan sosial adalah prinsip pemberian asuhan. Perilaku petugas kesehatan dalam mengeksperikan dukungan meliputi :1.Menghimbau pasien agar tetap bersabar dan berbaik sangka terhadap Tuhan Yang Maha Esa2.Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Tuhan Yang Maha Esa.3.Kembangkan empati kepada pasien.4.Bila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.5.Komunikasikan dengan keluarga pasien.6.Tumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.7.Bantu pasien jika ia butuh pertolongan.8.Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien.

J. Tahapan Menjelang Ajal Serta Keputusan dan Peran Perawat Saat Menghadapi Pasien Menjelang AjalDr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien yang sedang dalam tahap menjelang ajal. Disinilah perawat dituntut untuk bisa membuat keputusan secara tepat dan benar sehingga dapat berperan dengan baik pada setiap tahapan menjelang ajal. Tahapan menjelang serta peran perawat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :1. Denial (Penyangkalan)Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya. Karakteristik yang ditunjukkan dalam tahap ini adalah menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, seperti tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia. Mengisolasi diri dari kenyataan. Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya, tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya. Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya. Pasien biasanya merasakan perasaan yang sangat gelisah dan cemas.Tugas perawat yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah membina hubungan saling percaya, memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya, melakukan dialog disaat klien siap,dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan.2. Anger (Marah)Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan, menunjukan kemarahan, kebencian, perasaan gusar dan cemburu. Emosi tidak terkendali, mengungkapkan kemarahan secara verbal mengapa harus aku ?. Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu menyalahkan takdir, kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.Tugas perawat pada tahap marah adalah menerima kondisi klien, berhati-hati dalam memberikan penilaian,mengenali kemarahan,dan emosi yang tidak terkendali, membiarkan klien mengungkapkan perasaannya menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga berusaha menghormati dan memahami klien,memberikan kesempatan memperlunak suara dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan.3. Bergaining (Tawar-menawar)Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu untuk hidup. Kemarahan mulai mereda, respon verbal yang keluar ya benar aku, tapi. Melakukan tawar menawar/barter, misalnya untuk menunda kematian, mempunyai harapan dan keinginan terkesan sudah menerima kenyataan, berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Cenderung membereskan segala urusan. Tugas perawat pada tahap menawar ini adalah perawat harus sedapat mungkin memenuhi keinginan klien.4. Depression (Depresi)Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati. Ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman. Karakteristik yang ditunjukkan pada tahap ini antara lain, mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangn nyawa sendiri, cenderung tidak banyak bicara, sering menangis, klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.Tugas perawat pada tahap ini adalah duduk tenang disamping klien, memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, tidak terus-menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan, memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, memberi dukungan dan perhatian pada klien ( misalnya sentuhan tangan, usapan pada rambut, dan lain sebagainya).

5. Acceptance (Penerimaan)Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan. Pada tahap ini pasien mampu menerima kenyataan, merasakan kedamaian dan ketenangan, respon verbal biarlah maut cepat mengambilku,karena aku sudah siap. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu, sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,namun lebih mirip perasaan yang hampa.Tugas perawat yang dapat dilakukan pada tahap penerimaan ini adalah mendampingi klien, menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa anda akan mendampinginya sampai akhir, membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan KeputusanDalam praktik keperawatan, pengambilan keputusan atau yang juga dikenal dengan istilah decision making dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, yang pada akhirnya akan menentukan alternatif yang matang bagi seorang perawat untuk mengambil suatu tindakan yang tepat dalam pelayanan kesehatan.Pengertian lain dari pengambilan keputusan dalam dunia keperawatan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan oleh seorang perawat mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Keputusan ini diambil setelah perawat melakukan beberapa perhitungan dan dan pertimbangan alternatif. Sebelum menjatuhkan pilihan (mengambil keputusan), ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh perawat. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama yang dialami oleh pasien yang dirawatnya, menyusun alternatif yang akan dipilih, dan akhirnya sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.Secara umum, pengertian tentang pengambilan keputusan dalam dunia keperawatan sebenarnya telah dikemukakan oleh banyak pakar dunia, yaitu sebagai berikut :1. G. R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan oleh seorang perawat adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin bisa diambil. Misalnya, apakah seorang perawat mau melakukan injeksi atau tanpa injeksi.2. Claude S. George, Jr. mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif. Dalam hal ini, perawat biasanya tidak banyak mengambil keputusan strategis dan penting tentang pasien, karena dalam rumah sakit perawat bukanlah manajer maupun dokter. Perawat hanya membantu beberapa kegiatan keperawatan yang diarahkan oleh dokter atau pengelola rumah sakit.3. Harold dan Cyril ODonnell mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara alternatif mengenai suatu cara bertindak, yaitu inti dari perencanaan. Suatu rencana tidak dapat dikatakan ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Dengan kata lain, jika perawat tidak mengambil keputusan terhadap pasien mengenai keluhan penyakitnya, maka pelayanan kesehatan tersebut bisa dikatakan tidak ada.4. P. Siagian mengatakan, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan. Dalam konteks keperawatan, sebelum perawat mengambil sebuah keputusan terhadap pasien yang dirawatnya, ia terlebih dahulu menganalisis, melakukan pemeriksaan secara menyeluruh mulai dari tekanan darah, suhu tubuh, keluhan, detak jantung, dan lain-lain sehingga ia bisa mengambil kesimpulan kemudian melahirkan keputusan.Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan secara etis oleh perawat yaitu pemilihan dua atau lebih alternatif yang dilakukan perawat melalui pendekatan sistematis terhadap suatu masalah yang dikeluhkan pasien dengan cara mengumpulkan data, menganalisa masalah terlebih dahulu, kemudian melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk menentukan alternatif yang mtang dalam mengambil suatu tindakan yang tepat.

B. Cara Membuat Keputusan Saat Perawat Menghadapi Pasien Menjelang AjalMenjelang ajal adalah kondisi dimana secara medis dan legal seseorang sudah tidak dapat diobati dan diintervensi dan berhubungan dengan kematian atau fase akhir dari kehidupan, dimana individu sangat ansietas menghadapinya. Respon klien dalam kondisi menjelang ajal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien menjelang ajal. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi menjelang ajal, tujuannya yaitu untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Masalah psikososial pada klien dengan ansietas menjelang ajal biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaan marah, dan putus asa sering kali ditunjukkan. Problem psikologis lain yang muncul pada klien menjelang ajal antara lain ketergantungan, kehilangan kontrol diri, tidak mampu produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi.Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat keputusan.Peran perawat sangat komperehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komperehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya karena amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.

C. Prinsip Etik Perawat Dalam Mengambil Keputusan Pada Pasien Menjelang AjalBanyak masalah legal melingkupi peristiwa kematian, meliputi definisi dasar dari titik yang aktual dimana seseorang dipertimbangkan meninggal. Hukum mengidentifikasi kematian terjadi ketika ada penurunan fungsi otak yang hebat, selain fungsi organ yang lainnya. Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencoba menyalamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan perawatan versus penyembuhan. Pada situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal yang khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang yang meninggal secara bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang meninggal dapat membahayakan emosional bagi orang yang selamat.Sebagaimana yang tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsip-prinsip etika yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik muncul. Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dalam pengaturan perawatan menjelang ajal, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat bagi semua yang terlibat dalam pengambilann keputusan.1. Menghargai otonomipasien serta keluarganya (facilitate autonomy). Prinsip otonomi menegaskan bahwa pasien mempunyai kebebasan untuk menentukan dan bertanggung jawab atas keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Keputusan yang diambil oleh tenaga medis (perawat) harus sesuai dengan keinginan dan keputusan yang telah disepakati dengan keluarga.2. Kebenaran(veracity). Perawat harus memberitahukan hal yang sebenarnya pada pasien serta keluarga pasien. 3. Kesetiaan(fidelity). Perawat memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian.4. Tugas perawat tidak memberikan informasi pada pasien untuk memperoleh informed consent, karena itu adalah peran dokter yang menangani pasien tersebut. Tanggung jawab perawat adalah untuk menyaksikan penandatanganan pada informed consent. Jika pasien belum jelas mengenai keterangan informed concent atau penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan pengobatan yang diusulkan perewat berkewajiban untuk menerangkan kembali sehingga pasien itu paham.

D. Tahapan Menjelang Ajal Serta Keputusan dan Peran Perawat Saat Menghadapi Pasien Menjelang AjalDr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien yang sedang dalam tahap menjelang ajal. Disinilah perawat dituntut untuk bisa membuat keputusan secara tepat dan benar sehingga dapat berperan dengan baik pada setiap tahapan menjelang ajal. Tahapan menjelang serta peran perawat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :1. Denial (Penyangkalan)Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya. Karakteristik yang ditunjukkan dalam tahap ini adalah menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, seperti tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia. Mengisolasi diri dari kenyataan. Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya, tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya. Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya. Pasien biasanya merasakan perasaan yang sangat gelisah dan cemas.Tugas perawat yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah membina hubungan saling percaya, memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya, melakukan dialog disaat klien siap,dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan.

2. Anger (Marah)Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan, menunjukan kemarahan, kebencian, perasaan gusar dan cemburu. Emosi tidak terkendali, mengungkapkan kemarahan secara verbal mengapa harus aku ?. Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu menyalahkan takdir, kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.Tugas perawat pada tahap marah adalah menerima kondisi klien, berhati-hati dalam memberikan penilaian,mengenali kemarahan,dan emosi yang tidak terkendali, membiarkan klien mengungkapkan perasaannya menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga berusaha menghormati dan memahami klien,memberikan kesempatan memperlunak suara dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan.3. Bergaining (Tawar-menawar)Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu untuk hidup. Kemarahan mulai mereda, respon verbal yang keluar ya benar aku, tapi. Melakukan tawar menawar/barter, misalnya untuk menunda kematian, mempunyai harapan dan keinginan terkesan sudah menerima kenyataan, berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Cenderung membereskan segala urusan. Tugas perawat pada tahap menawar ini adalah perawat harus sedapat mungkin memenuhi keinginan klien.4. Depression (Depresi)Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati. Ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman. Karakteristik yang ditunjukkan pada tahap ini antara lain, mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangn nyawa sendiri, cenderung tidak banyak bicara, sering menangis, klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.Tugas perawat pada tahap ini adalah duduk tenang disamping klien, memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, tidak terus-menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan, memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, memberi dukungan dan perhatian pada klien ( misalnya sentuhan tangan, usapan pada rambut, dan lain sebagainya).5. Acceptance (Penerimaan)Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan. Pada tahap ini pasien mampu menerima kenyataan, merasakan kedamaian dan ketenangan, respon verbal biarlah maut cepat mengambilku,karena aku sudah siap. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu, sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,namun lebih mirip perasaan yang hampa.Tugas perawat yang dapat dilakukan pada tahap penerimaan ini adalah mendampingi klien, menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa anda akan mendampinginya sampai akhir, membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.

BAB IVPENUTUP

A. SimpulanSebagai tenaga profesional, seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menjamin terlaksananya tugas dengan baik dan bertanggung jawab secara etis maupun moral. Dengan demikian setiap perawat akan menunjukkan sikap etis profesional yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit. Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.Asuhan keperawatan pada klien menjelang ajal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.Begitu juga dalam hal pengambilan keputusan oleh perawat saat menghadapi pasien menjelang ajal, terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama, untuk membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat keputusan.

B. Saran Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi menjelang ajal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Perawat harus memahami tata cara serta memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengambil keputusan untuk klien menjelang ajal.

KUMPULAN SOAL-SOAL

1. Pengambilan keputusan oleh seorang perawat adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin bisa diambil. Hal itu merupakan pendapat daria. G. R. Terryb. Claude S. George, Jrc. Harold dan Cyril ODonnelld. P. Siagiane. Gordon2. Yang dilakukan oleh perawat bila klien/pasien sudah tidak mampu membuat keputusan saat fase menjelang ajal adalaha. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersamab. Perawat meminta saran kepada atasan tentang tindakan yang harus dilakukanc. Perawat melakukan tindakan berdasarkan inisiatif diri sendirid. Perawat tetap menunggu hingga klien/pasien mampu membuat keputusane. Perawat berdiskusi dengan rekan sejawat dalam membuat keputusan

3. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi a. Tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulianb. Tanggung jawab menjaga pasien, mempertahankan komitmen, menjaga kenyamanan pasienc. Tanggung jawab terhadap atasan, mendapatkan loyalti, mengetahui keluarga pasiend. Menjaga keutuhan keluarga pasien, bertanggung jawab terhadap pekerjaan, melayani pasien dengan solidaritase. Memberikan rasa cinta, mempertahankan kontak mata, menjaga prosedur sesuai dalam keperawatan4. Tugas perawat bila menghadapi pasien menjelang ajal pada fase bergainning adalaha. Mengontrol diri untuk tidak mengikuti kehendak pasienb. Perawat harus sedapat mungkin memenuhi keinginan klienc. Membina hubungan saling percayad. Tidak peduli terhadap pasiene. Membiarkan pasien meluapkan amarah

5. Fase menjelang ajal dimana pasien mampu menerima kenyataan, merasakan kedamaian dan ketenangan, respon verbal biarlah maut cepat mengambilku,karena aku sudah siap adalah fasea. Denialb. Angerc. Bergainningd. Acceptancee. Depression

DAFTAR PUSTAKA

Indriyanti Dewi, Alexandra. 2008. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.Hasyim, Masruroh & Prasetyo, Joko. 2012. Etika Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Bangkit.Amelia, Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit D-Medika.Haryono, Rudi. 2013. Etika Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta. Grasia Book Publisher.Ide, Alexandra. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Grasia Book Publisher.Wulan, Kencana & Hastuti, M. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Karaya.Bagus, Hermawan. 2012. Makalah Etika Keperawatan Perawat Yang Baik Dan Profesional. Http://Hermanbagus.Blogspot.Com. Diakses tanggal 14 Agustus 2014.Oktaviatnasari, Oky. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ansietas Menjelang Ajal. http://susterkecil.wordpress.com/2013/05/3. Diakses tanggal 14 Agustus 2014.Rosadi, Iwan. 2013. Sakaratul Maut dan Perawatan Jenazah. http://iwanrosadi.blogspot.com/2013/07/. Diakses tanggal 14 Agustus 2014.Setiani, Yuli. 2012. Hak dan Kewajiban Pasien Terminal. http://nengyulisetiani.blogspot.com/2012/05/hak-dan-kewajiban-pasien-terminal.html. Diakses tanggal 15 Agustus 2014.Adelia, Nova. 2012. Dilema Etik dalam Keperawatan Kritis. http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/. Diakses tanggal 15 Agustus 2014.

1